Download - Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Transcript
Page 1: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

STUDI ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BANDARA SULTAN

HASANUDDIN

Dedy Pranata 1

D 111 09 283Johannes Patanduk 2

Irwan Ridwan Rahim 3

1 Mahasiwa S1 Jurusan Sipil Fakultas TeknikUniversitas Hasanuddin

2, 3 Staf pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

AbstrakPeningkatan jumlah timbulan sampah dipengaruhi oleh aktifitas pengunjung dan pengguna

transportasi udara di bandara yang terus bertambah dan berkembang kapasitas penerbangannya setiap tahun. Apabila tidak diimbangi dengan sistem pengelolaan yang tepat, dapat menghambat aktifitas di bandara dan menjadi permasalahan yang sulit diselesaikan. Kebijakan pihak bandara dalam pengelolaan sampah saat ini hanya menerapkan singgle method, yaitu wadah-kumpul-angkut-buang, sampah sepenuhnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk mencegah kebuntuan sistem pengelolaan sampah, perlu dikembangkan metode-metode pengelolaan alternatif guna mengoptimalkan proses pengelolaan sampah yang dihasilkan di Bandara Sultan Hasanuddin, sehingga dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA dan memaksimalkan penggunaan kembali material serta penghematan terhadap biaya pengelolaan sampah bandara. Adapun pengambilan dan pengukuran sampel sampah dengan menggunakan metode SNI 19-3964-1994 (metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan). Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Bandara Sultan Hasanuddin pada tahun 2014 sebesar 3.559m³/tahun. Proyeksi jumlah volume timbulan sampah tahun 2033 sebesar 8.261 m³/tahun, dengan pertumbuhan volume timbulan sampah mencapai 57%. Pada sistem pengelolaan eksisting, jumlah timbulan sampah tahun 2014 sebanyak 9,75 m³/hari yang dapat didaur ulang sebesar 6,52 m³ dan komposisi sampah organik yang dapat dijadikan kompos sebesar 3,23 m³. Selain sampah yang dapat di daur ulang, sisanya sebesar 3, 55 m³ diangkut menuju TPA. Sedangkan sistem alternatif pengelolaan sampah metode komposting, menghasilkan pupuk kompos sebesar 0,81 m³. Sehingga total jumlah timbulan yang akan diangkut menuju TPA berkurang menjadi 2,74 m³/hari. Biaya operasional pengelolaan eksisting sampah bandara yang harus dikeluarkan pihak bandara untuk mengelola sampah pada tahun 2014 sebesar Rp. 244.100.000,-/tahun. Sedangkan biaya operasional pengelolaan alternatif sampah bandara yang direncanakan, pihak bandara mengeluarkan biaya sebesar Rp. 144.590.250,-/tahun. Pihak bandara dapat melakukan penghematan terhadap biaya pengelolaan sampah sebesar Rp. 99.509.750,-/tahun. Selain penghematan biaya operasional pengelolaan, jumlah volume timbulan sampah yang akan diangkut menuju TPA Tabbangae, Maros mengalami pengurangan sebesar 23 % dari 1296 m³/tahun menjadi 1000 m³/tahun.

Kata Kunci : Peningkatan Jumlah Timbulan, Bandara Hasanuddin, Metode Alternatif, SNI 19-3964-1994, Manfaat pengelolan, Sampah.

PENDAHULUAN

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan (Damanhuri, 2004). Sampah yang dibuang ke

lingkungan akan menimbulkan masalah bagi kehidupan dan kesehatan lingkungan, terutama kehidupan manusia. Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan sampah, di antaranya (Damanhuri, 2004): sampah menimbulkan perasaan tidak estetik, menjijikkan, dan mengganggu mata; menjadi sarang penyakit;

Page 2: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

menimbulkan bau yang akan mencemari udara; pencemaran air dan dapat menyebabkan banjir. Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, perlu dirancang suatu sistem pengelolaan persampahan yang baik dan lengkap. Pengelolaan sampah harus berdasarkan data timbulan dan kompsisi sampah yang ada. (Damanhuri, 2004)

Bandara sebagai salah satu fasilitas umum dalam bidang transportasi menghasilkan timbulan sampah dalam jumlah yang besar. Peningkatan jumlah timbulan sampah dipengaruhi oleh aktifitas pengunjung dan pengguna transportasi udara yang terjadi di bandara akibat pola konsumtifnya. Bandara Sultan Hasanuddin merupakan bandara bertaraf internasional dan pintu gerbang bandara udara untuk kawasan timur Indonesia, di mana akan terus bertambah dan berkembang kapasitas penerbangannya setiap tahun. Sehingga pertambahan jumlah pengunjung dan pengguna transportasi udara yang tiba, berangkat, dan transit menyebabkan peningkatan jumlah timbulan sampah setiap tahun.

Peningkatan jumlah penumpang yang menyebabkan semakin tingginya jumlah timbulan sampah, jika tidak diimbangi dengan sistem pengelolaan yang tepat, dapat menghambat aktifitas di bandara dan menjadi permasalahan yang sulit diselesaikan. Untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap aktifitas bandara, perlu dirancang suatu sistem pengelolaan persampahan yang baik dan lengkap berdasarkan data timbulan dan komposisi sampah yang ada.

Pengelolaan sampah saat ini hanya menggunakan singgle method, yaitu wadah-kumpul-angkut-buang, sampah sepenuhnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain keterbatasan ruang di TPA, jika ada masalah dengan sarana pendukung pengelolaan sampah (transportasi pengangkut sampah) dan TPA maka seluruh sistem pengelolaan sampah menjadi tersendat dan mengganggu aktifitas di bandara. Untuk mencegah kebuntuan sistem pengelolaan sampah, perlu dikembangkan metode-metode pengelolaan alternatif.

Dari gambaran permasalahan ini, sangat penting untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang upaya untuk mengoptimalkan proses pengelolaan sampah yang dihasilkan di Bandara Sultan Hasanuddin, sehingga dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA dan memaksimalkan penggunaan kembali material serta penghematan terhadap biaya pengelolaan sampah bandara.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut UU Sanitasi no. 28 tahun 2002 pasal 24 ayat pertama, sistem sanitasi merupakan kebutuhan sanitasi yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan. Limbah adalah suatu benda yang dianggap tidak berguna lagi, dapat menimbulkan penyakit, serta dapat merusak lingkungan, merupakan benda buangan yang timbul dari aktivitas masyarakat. Bentuk limbah dapat berupa limbah padat, cair, dan gas. Sementara dalam jurnal yang berjudul “Studi Timbulan dan Komposisi Sampah Bandara Internasional Mingkabau (BIM)”, sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan (Damanhuri, 2004).

Secara definisi, sampah adalah semua jenis bahan buangan baik yang berasal dari manusia atau binatang yang biasanya berbentuk padat. Umumnya bahan-bahan tersebut dibuang karena dirasakan oleh pemiliknya sebagai barang yang tidak berharga, tidak bernilai, dan tidak diinginkan (Tchobanoglous, 1977).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 18 tahun 2008, yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Pengelolaan sampah adalah sebuah upaya komprehensif menangani sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, dikelompokkan menjadi enam elemen terpisah yaitu pengendalian bangkitan (timbulan sampah), penyimpanan (pewadahan), pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan), pengolahan, dan pembuangan (disposal) (Tchobanoglous, 1977)

Pemisahan elemen-elemen ini sangat penting karena pengelolaan setiap elemen sangat dinamis, khususnya mengikuti perkembangan teknologi dan budaya serta bervariasi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Agar sistem pengelolaan sampah dapat berlangsung efisien maka setiap elemen baik sendiri-sendiri maupun bersama harus dikelola secara optimal dengan mempertimbangkan sebagai keterbatasan seperti biaya, teknologi, pendidikan dan perilaku masyarakat.

Page 3: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Gambar 1. Diagram yang Menunjukkan Hubungan Antar-elemen Fungsional dalam Sistem

Pengelolaan Sampah

Jumlah timbulan sampah merupakan salah satu faktor penting karena jumlah timbulan sampah yang diproyeksikan dapat dijadikan referensi dalam perencanaan pengelolaan sampah yang efektif. Jumlah timbulan sampah bandara dipengaruhi oleh tingkat kepadatan penumpang, proyeksi jumlah timbulan sampah dapat diketahui berdasarkan produksi sampah yang dihasilkan per penumpang. Semakin tinggi tingkat kepadatan penumpang maka semakin besar pula jumlah timbulan yang dihasilkan. Sehingga untuk memprediksi jumlah timbulan sampah, hal pertama yang dilakukan adalah memprediksi jumlah penumpangnya. Metode yang dipakai untuk memperkirakan jumlah penumpang dimasa yang akan datang adalah data peningkatan penumpang pada tahun yang telah lalu.

Perhitungan proyeksi dapat dilakukan dengan berbagai metode. Untuk menentukan metode proyeksi yang akurat, ditentukan dahulu nilai koefisien korelasi ( r ) dari masing-masing metode proyeksi. Metode proyeksi yang nilai koefisien korelasinya mendekati 1 adalah yang digunakan.

Rumus Korelasi :r=n . Σ XY−Σ X . Σ Y¿¿

Metode yang digunakan untuk menentukan proyeksi antara lain adalah sebagai berikut :MetodeGeometrik

Rumus umum yang digunakan dalam metode tersebut adalah :

Pn=P0 ¿r=¿

Dimana :Pn = jumlah penumpang pada proyeksi tahun ke-nP0 = jumlah penumpang pada tahun dasarPt = jumlah penumpang pada akhir tahun dataR = laju pertumbuhan penumpangn = jumlah tahun proyeksiMetode Aritmatika

Rumus umum yang digunakan dalam metode tersebut adalah :

Pn=Po+(n . q)

q= P2−P1T 2−T 1

Dimana :Pn = jumlah penumpang pada proyeksi tahun ke-nP0 = jumlah penumpang pada awal tahun data

N = jumlah tahun proyeksi

q = jumlah pertambahan penumpangP1 = jumlah penumpang yang diketahui pada tahun pertamaP2 = jumlah penumpang yang diketahui pada tahun terakhirT1 = tahun pertama yang diketahuiT2 = tahun terakhir yang diketahuiMetode Last Square/ Regresi

Metode regresi digunakan untuk mempelajari dan mengukur hubungan statistik yang terjadi antara dua atau lebih variabel. Akibat adanya regresi, menunjukkan adanya kecenderungan kearah rata-rata dan hasil yang sama bagi pengukuran berikutnya untuk meramalkan suatu variabel dan variabel kedua yang sudah diketahui. Dalam regresi sederhana dikajidua variabel, sedangkan dalam regresi berganda atau majemuk, dikaji lebih daridua variabel.

Rumus umum yang digunakan dalam metode tersebut adalah :

y=ax+bDimana :

y = jumlah penumpang pada tahun proyeksix = tahun yang ingin diproyeksikana,b = konstanta

a=n .Σ xy−Σ x . Σ y

n . Σ x2−¿¿

b=Σ y . Σ x2−( Σ x . xy )

n . Σ x2−¿¿

Page 4: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Pengelolaan sampah saat ini hanya mengunakan single method, yaitu wadah-kumpul-angkut-buang, sampah sepenuhnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sehingga jika ada masalah dengan transportasi sampah dan TPA maka seluruh sistem pengelolaan sampah menjadi macet (Buku Pedoman Implementasi 3R Skala Kota, BLH). Untuk mencegah kebuntuan sistem pengelolaan sampah, perlu dikembangkan metode-metode lain. Salah satu metode yang sangat visible dan reallistic dikembangkan adalah implementasi prinsip 3R; Reduce, Reuse, dan Recycle, dan Kompos.a. Reduce (Mengurangi)

Prinsip reduce atau mengurangi sampah adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah. Dalam penerapan prinsip reducesebisa mungkin dilakukan minimalisasi barang atau material yang dipergunakan. Semakin banyak penggunaan material, maka semakin banyak sampah yang dihasilkan.

b. Reuse (Menggunakan kembali)Prinsip reuseadalah kegiatan penggunaan

kembali sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau yang lain. Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali.Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang).Hal ini dapatmemperpanjang waktu pemakaian barang sebelum menjadi sampah. Berikut ini beberapa contoh penerapan prinsip reuse :c. Recycle (Mendaur ulang)

Prinsip recycle adalah kegiatan mengelola sampah untuk dijadikan barang atau produk baru yang bermanfaat. Sebisa mungkin, semua barang-barang yang sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses daur ulang, yaitu sebagai berikut :d. Kompos

Kompos adalah hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik. Komposting adalah suatu proses perubahan bahan-bahan organik yang dapat diurai (biodegradable) yang terdapat di dalam sampah menjadi bahan yang stabil dan tidak berbau-kompos. Proses ini memerlukan bantuan mikroorganisme, dalam hal ini mikroba aerob yang

tersedia di alam dan juga oksigen (Soekmana Soma, 2010).

Tujuan pembuatan kompos adalah :1. Membantu pemerintah dalam mengelola dan

mengurangi sampah2. Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat

pembuangan akhir (TPA)3. Mengurangi lahan TPA4. Menyediakan pupuk organik yang murah dan

ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sekitarnya.

Dengan menerapkan pola ini maka diharapkan sampah berkurang dari sumbernya sehingga sampah yang dibuang ke TPA juga berkurang. Penerapan prinsip 3R dan kompos sedekat mungkin dengan sumber sampah juga diharapakan depat mengurangi biaya transportasi sampah ke TPA. Serta dapat menjadi alat optimalisasi pemanfaatan sampah sehingga sampah memiliki nilai ekonomis dan dapat membuka lapangan kerja (Buku Pedoman Implementasi 3R Skala Kota, BLH).

Sampah padat yang dihasilkan dari aktivitas di bandara umumnya menyerupai sampah perkotaan. Sampah kota secara sederhana diartikan sebagai sampah organik maupun anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai lokasi di kota tersebut. Adapun jenis-jenis sampah yang dihasilkan dari aktivitas bandara dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

26.370%

24.954%

36.192%

0.179%

0.559%

2.378%

6.769%2.335%0.264% Sisa Makanan Plastik Kertas Kain Kayu Kaca Sisa Halaman Kaleng/besi Karet

Gambar 2 Komposisi Sampah Bandara Internasional Hasanuddin (Agnes Yemima 2013)

Berdasarkan gambar 2, dapat diketahui bahwa komposisi sampah terbesar adalah kertas sebesar 36,192%, sedangkan komposisi sampah terkecil adalah kain sebesar 0,179%. Di samping itu, komposisi sampah berupa sisa makanan sebesar 26,370%, plastik sebesar 24,954%, kayu sebesar 0,559%, kaca sebesar 2,378%, sisa halaman

Page 5: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

sebesar 6,76%, kaleng/besi sebesar 2,335%, serta karet sebesar 0,264%.

Analisis biaya adalah perhitung biaya pengelolaan sampah eksisting dalam 1 tahun dan menghitung biaya pengelolaan sampah alternatif juga dalam 1 tahun. Kemudian hasil perhitungan tersebut dibandingkan untuk mengetahui apakah sistem pengelolaan alternatif lebih menguntungkan, baik dari sisi lingkungan, sosial, maupun finansial dibandingkan dengan pengelolaan sampah eksisting. Dalam menganalisa biaya pengelolaan, maka diperlukan serangkaian analisis dengan menggunakan beberapa asumsi, parameter dan indikator keuangan guna melihat sejauh mana manfaat ekonomi yang dapat diperoleh (Buku Pedoman Implementasi 3R Skala Kota, BLH).

Benefit (manfaat) yang dapat diidentifikasi dari implementasi program 3R sampah kota secara umum yaitu manfaat ekonomi dan maanfaat lingkungan. Manfaat ekonomi misalnya; penghematan biaya pengelolaan sampah, penjualan produk hasil daur ulang, dan pengomposan, dan pendapatan masyarakat. Manfaat lingkungan misalnya; kapasitas pelayanan sampah meningkat baik dari segi jumlah maupun luas areal pelayanan, lingkungan menjadi bersih, sampah yang dibuang ke TPA dapat dikurangi sehingga umur TPA bisa lebih lama, atau bahkan suatu ketika tidak diperlukan TPA lagi. Benefit cost analysis pada hakekatnya adalah membandingkan antara benefit (keuntungan) dengan biaya yang dikeluarkan dalam 1 periode tertentu untuk sejumlah sampah yang diolah. Perhitungan benefit yang dapat dikonversi ke nilai rupiah adalah:

1. Penghematan biaya pengelolaan sampah, baik pengangkutan maupun biaya landfill di TPA

2. Hasil penjualan kompos dan sampah non organik hasil pemrosesan; seperti plastik lembaran, plastik PET, kertas, dan sebagainya.

3. Biaya konversi pengurangan gas metan yang lepas ke udara yang didasarkan pada jumlah sampah yang berkurang.

METODOLOGI PENELITIANJenis penelitian yang dilakukan adalah survey.

Bentuk penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara, observasi langsung terhadap sistem pengelolaan sampah, serta pengambilan dan pengukuran sampel timbulan sampah dengan metode SNI 19-3964-1994 untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat, dan dapat dipercaya

berupa data primer dan data sekunder sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung penulisan tugas akhir ini.

Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan selama 8 (delapan) hari

berturut-turut berlokasi di tempat penampungan sementara (TPS) Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Sementara waktu penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 22 Februari – 1 Maret 2014.

Bahan, Alat dan Cara Penelitian

a. Materi yang diteliti adalah : sampah yang berada di Bandar Udara Sultan Hasanuddin, Makassar yang berasal dari area parkiran, area kargo, serta area terminal yang meliputi keberangkatan, kedatangan, check in, counter, ruang karyawan, minimarket, cafe, serta restoran yang telah dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS). Analisis komposisi jumlah timbulan, di dasarkan pada data hasil komposisi dan karakteristik sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tahun 2013 (Yemima, 2013). Sedangkan analisis berat timbulan menggunakan faktor berat jenis sampah yang ditetapkan Badan Lingkungan Hidup (Buku Pedoman Implementasi 3R Skala Kota, BLH).

1. Sampah tercampur di TPS adalah 350 kg/m³

2. Sampah setelah dicacah dengan mesin adalah 650 kg/m³

3. Berat jenis kompos adalah 500 kg/m³

b. Alat

1. Alat pengukur volume sampel yaitu meteran

Gambar 3 Meteran

2. Sarung tangan

Page 6: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Gambar 4 Sarung Tangan

c. Cara pengerjaan pengambilan dan pengukuran sampel :

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel

Gambar 5 Beberapa Contoh Sampah Bandara Yang Telah Terkumpul di TPS

2. Menentukan jumlah tenaga pelaksana yaitu 3 orang

3. Menyiapkan peralatan

d. Melaksanakan pengambilan dan pengukuran volume contoh timbulan sampah

1. Semua sampah yang telah diambil dari sumber sampah, kemudian dikumpulkan.

2. Sampah yang terkumpul lalu diangkut ke dalam bak truk sampah dan dipadatkan.

3. Mengukur volume sampah yang diangkut truk per ritasi dengan cara mengukur luas dimensi sampah yang telah dipadatkan di dalam bak truk sesuai dengan luasan dimensi bak truk sampah yang berukuran 6 m³ sebagai acuannya. Bak truk sampah memiliki panjang 3 m, lebar 2 m, dan tinggi 1 m.

Pengambilan dan pengukuran sampel timbulan sampah yang dilakukan, berpedoman pada metode

SNI 19-3964-1994. Adapun metode sampling dilakukan dengan sampel tidak acak (nonrandom sampling). Unsur yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan peneliti, dalam hal ini sampel diambil di setiap lokasi yang telah ditentukan sebagai sumber sampah di Bandara Hasanuddin. Jenis dari metode sampling yang digunakan yaitu purposive sampling, di mana sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Tujuan dari pengambilan sampel pada penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah volume timbulan sampah yang dihasilkan per hari di Bandara Sultan Hasanuddin.

HASIL DAN PEMBAHASANJumlah Timbulan Sampah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Tahun 2014

Untuk mengetahui jumlah timbulan sampah di Bandara Hasanuddin, maka dilakukan pengukuran dengan mengacu pada SNI 19-3964-1994. Berikut hasil pengukuran timbulan sampah yang terdapat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.

Diperoleh hasil rata-rata sampah yang dihasilkan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sebesar 9,75 m3/hari. Adapun jumlah timbulan sampah yang didapatkan berdasarkan pengamatan ritasi mobil sebagai berikut.

Ritasi I (17.30-11.00), sampah yang dihasilkan sebesar 5,98 m3.

Ritasi II (11.00-17.30), sampah yang dihasilkan sebesar 3,77 m3.

Proyeksi Jumlah Penumpang Tahun Rencana Timbulan sampah yang dihasilkan di Bandara

Internasional Sultan Hasanuddin dipengaruhi oleh jumlah penumpang, baik penumpang yang datang maupun berangkat dikarenakan pola konsumtif masyarakat. Diasumsikan bahwa pertumbuhan jumlah timbulan sampah berbanding lurus dengan pertumbuhan jumlah penumpang. Sehingga proyeksi jumlah penumpang periode 20 tahun perlu diketahui untuk mengetahui jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. Metode yang digunakan adalah metode geometri, metode arimatik, dan regresi (least square). Berikut adalah analisis ketiga metode tersebut.

Tabel 1 Data Jumlah Penumpang 10 tahun terakhir

Page 7: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

(Sumber: PT. Angkasa Pura 1)

Tabel 2 Proyeksi jumlah penumpang (sumber: hasil pengolahan data)

Dengan menggunakan metode korelasi maka hasil proyeksi jumlah penumpang yang digunakan yaitu metode Regresi (Least Square) karena memiliki nilai koefisien korelasi mendekati 1.

Proyeksi Jumlah Timbulan Sampah Tahun Rencana

Dari hasil regresi di atas, proyeksi jumlah timbulan sampah untuk 20 tahun mendatang dapat diketahui. Jika jumlah volume timbulan sampah di Bandara Sultan Hasanuddin pada tahun 2014 sebesar 3.559 m³/tahun, dan proyeksi kepadatan penumpang pada tahun 2014 sebesar 9.433.791 jiwa, maka jumlah volume timbulan sampah yang dihasilkan sebesar 0,0003772 m³/jiwa. Maka proyeksi jumlah volume timbulan sampah pada tahun 2033 dengan kepadatan penumpang 21.898.646 orang sebesar 8.261 m³/tahun. Dari hasil proyeksi di atas diketahui pertumbuhan jumlah volume timbulan sampah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin 20 tahun

mendatang mencapai

57 %.

Tabel 3

Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Volume Timbulan Sampah yang dihasilkan Bandara Internasional

Sultan Hasanuddin.

(sumber: hasil pengolahan data)

TahunJumlah

Penumpang

2003 2.633.712

2004 3.636.398

2005 3.597.238

2006 4.044.510

2007 4.465.775

2008 4.706.189

2009 5.161.289

2010 6.546.942

2011 7.455.408

2012 8.594.339

2013 9.645.386

JUMLAH 60.487.186

Tahun Metode GeometrikMetode Regresi (Least Square)

Metode Arimatik

2014 10.982.336 9.433.791 10.346.553

2015 12.504.602 10.089.836 11.047.721

2016 14.237.870 10.745.881 11.748.888

2017 16.211.386 11.401.926 12.450.056

2018 18.458.452 12.057.971 13.151.223

2019 21.016.985 12.714.016 13.852.390

2020 23.930.157 13.370.061 14.553.558

2021 27.247.125 14.026.106 15.254.725

2022 31.023.858 14.682.151 15.955.893

2023 35.324.087 15.338.196 16.657.060

2024 40.220.371 15.994.241 17.358.227

2025 45.795.332 16.650.286 18.059.395

2026 52.143.039 17.306.331 18.760.562

2027 59.370.605 17.962.376 19.461.730

2028 67.599.986 18.618.421 20.162.897

2029 76.970.045 19.274.466 20.864.064

2030 87.638.891 19.930.511 21.565.232

2031 99.786.550 20.586.556 22.266.399

2032 113.618.000 21.242.601 22.967.567

2033 129.366.632 21.898.646 23.668.734

Tahun Penumpang

Sampah (

m3/tahun)

Sampah (m3/hari)

2014 9.433.791 3.559

0,000377

2

m3/orang

9,8

2015 10.089.836 3.806 10,4

2016 10.745.881 4.054 11,1

2017 11.401.926 4.301 11,8

2018 12.057.971 4.549 12,5

2019 12.714.016 4.796 13,1

2020 13.370.061 5.044 13,8

2021 14.026.106 5.291 14,5

2022 14.682.151 5.539 15,2

2023 15.338.196 5.786 15,9

2024 15.994.241 6.034 16,5

2025 16.650.286 6.281 17,2

2026 17.306.331 6.529 17,9

2027 17.962.376 6.776 18,6

2028 18.618.421 7.024 19,2

2029 19.274.466 7.271 19,9

2030 19.930.511 7.518 20,6

2031 20.586.556 7.766 21,3

2032 21.242.601 8.013 22,0

2033 21.898.646 8.261 22,6

Page 8: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Konsep Pengelolaan Kondisi Eksisting

Dari gambar 6. skenario kondisi eksisting di diketahui bahwa timbulan sampah yang telah terkumpul dari sumber-sumber sampah di Bandara Sultan Hasanuddin terjadi proses transfer sampah menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS). Setelah timbulan sampah terkumpul di TPS, dilanjutkan proses pengolahan berupa daur ulang (recycling) dimana terjadi pemilahan terhadap sampah-sampah yang masih bernilai guna (non organik). Proses dilanjutkan dengan pengepakan atau packing terhadap sampah yang telah dipilah untuk dijual, adapun sampah-sampah hasil yang tidak mengalami pemilahan (residu), kemudian diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Gambar 6. Skenario Sampah Bandara Sultan Hasanuddin Kondisi Eksisting.

Skenario Pengelolaan Sampah Bandara Sultan Hasanuddin (Existing)

Residu

Pengangkutan

Proses Pemilahan

Transfer Sampah

TPA

TPS

SUMBERSAMPAH

Page 9: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Konsep Pengelolaan Kondisi Alternatif

Residu

Proses Pemilahan

Packing

Skenario Pengelolaan Alternatif Sampah Bandara Sultan Hasanuddin (Komposting & Daur Ulang)

TPA

KOMPOSTING TPS

SUMBERSAMPAH

DIJUAL ATAU DIMANFAATKAN

SENDIRI

Page 10: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Gambar 7. Skenario Sampah Bandara Sultan Hasanuddin Kondisi Alternatif

Untuk skenario pengelolaan alternatif, ditambahkan proses penglohan metode komposting terhadap sampah organik, pemilihan metode ini akibat kondisi pada skenario pengelolaan eksisting

Page 11: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

yang tidak dilakukan proses pengelolaan terhadap sampah organik (diangkut langsung menuju TPA). Menurut hasil komposisi dan karakteristik sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tahun 2013, diketahui sebesar 6,769% sisa halaman dan 26,370% sisa makanan. Apabila dijumlahkan, maka persentase sampah bandara yang berpotensi sebagai bahan komposting sebesar 33,139%. Dengan adanya proses komposting, diharapkan jumlah timbulan sampah yang akan diangkut menuju TPA akan berkurang, dan hasil pengelolaan sampah organik hasil komposting dapat dimanfaatkan untuk digunakan maupun dijual.

Kapasitas Produksi Kondisi Eksisting

Setelah semua sampah telah terkumpul di TPS, terjadi proses pemilahan terhadap sampah-sampah yang masih bisa bernilai guna. Proses pemilahan ini dilakukan atas inisiatif dari para pekerja yang bertugas untuk mengangkut sampah dari TPS menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah-sampah yang dipisahkan pada tahapan ini dibagi atas sampah organik dan non organik. Adapun analisis komposisi untuk jumlah volume timbulan yang akan dipilah dari 9,75 m³ sampah yang dihasilkan perhari, didasarkan pada data hasil komposisi dan karakteristik sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tahun 2013, sebagai berikut:

33,139% atau 3,23 m³ sampah organik 66,861% atau 6,52 m³ sampah non organik yang

terdiri atas: - 24,954% atau 2,43 m³ sampah plastik- 2,335% atau 0,23 m³ sampah besi / kaleng- 36,192% atau 3,53 m³ sampah kardus dan kertas- 3,380% atau 0,32 m³ sampah karet, kain, dan kayu

Setelah pemilahan selesai dilakukan, sebanyak 63,481% atau 6,19 m³ sampah hasil pemilahan dipacking dan digudangkan untuk dijual. Sedangkan 3,380% atau 0,32 m³ yang terdiri dari sampah karet, kain dan kayu kemudian diangkut bersama sampah organik oleh mobil pengangkut sampah menuju TPA Tabbangae, Maros. Jumlah timbulan sampah setelah proses pemilahan yang diangkut menuju TPA sebesar 3,55 m³/hari dari total timbulan sampah bandara.

Page 12: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Gambar 8 Proses pemilahan di TPS

Gambar 9 Sampah hasil pemilahan di TPS

Kapasitas Produksi Kondisi Alternatif

Dari hasil analisis kondisi eksisting, diketahui bahwa 3,23 m³ sampah organik dari seluruh jumlah timbulan sampah bandara yang dihasilkan per hari dibuang langsung menuju TPA. Maka dari itu perlunya penanganan terhadap jenis sampah organik yaitu berupa pengelolaan sampah sistem komposting yang berlokasi di TPS dengan harapan dapat mengurangi jumlah timbulan yang akan diangkut menuju TPA, dan hasil pengelolaan sampah organik berupa pupuk kompos dapat dimanfaatkan langsung maupun dijual

Kapasitas produksi kompos yang dapat dihasilkan adalah 25% dari jumlah total bahan baku sampah organik. Jika 33,139% atau 3,23 m³ sampah yang dihasilkan Bandara Sultan Hasanuddin adalah sampah organik, maka total produksi diperoleh 0,81 m³/hari. Berarti selama 1 bulan dapat diproduksi kompos sebanyak 24.3 m³. Sedangkan 24,723% atau 2,42 m³ sampah organik yang tidak digunakan (residu) akan dibuang bersama 3,380% atau 0,32 m³ dari sampah non organik hasil pemilahan (recycling). Sehingga total jumlah timbulan sampah yang akan diangkut menuju TPA sebesar 2,74 m³ atau 28,103% dari total timbulan sampah yang dihasilkan Bandara Sultan Hasanuddin per hari.

Proses Pengangkutan Kondisi Eksisting

Page 13: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Sampah yang telah melalui proses pemisahan di TPS, kemudian diangkut menuju TPA Tabbangae, Maros dengan menggunakan truk pengangkut sampah standar (Isuzu 120 Ps) milik PT Angkasa Pura 1. Dari hasil wawancara dengan pihak PT. Angkasa Pura 1, waktu operasional mobil pengangkut sampah dibagi menjadi 2 shift, dengan pertimbangan seluruh jumlah timbulan sampah yang dihasilkan bandara per hari yang telah terkumpul di TPS akan diangkut langsung menuju TPA. Jadwal waktu pengangkutan nya yaitu :

Pagi : 07.30-11.00 (dibawa ke TPA pukul 11.00)

Sore : 15.00-17.30 (dibawa ke TPA pukul 17.30)

Namun kenyataan di lapangan terjadi proses pemilahan yang dilakukan oleh pekerja yang bertugas dalam proses pengangkutan, sehingga jumlah volume timbulan yang akan diangkut dari TPS menuju TPA telah berkurang. Jarak tempuh dari TPS menuju TPA Tabbangae, Maros + 10 km, dan bahan bakar yang dikonsumsi kendaraan pengangkut sebanyak 480 liter/bulan. Terdapat 1 personil supir dan 3 personil awak pengangkutan yang bertugas dalam pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA. Untuk biaya retribusi (tipping fee) TPA yang dikeluarkan oleh pihak bandara disesuaikan dengan mobil pengangkut yang digunakan. Untuk mobil pengangkut sampah standar dikenakan tarif sebesar Rp 50.000/ritasi sedangkan untuk tarif masuk bandara sebesar Rp. 30.000/bulan.

Proses Pengangkutan Kondisi Alternatif

Dari kondisi alternatif pengelolaan sampah di Bandara Sultan Hasanuddin, diketahui jumlah timbulan sampah sisa pengelolaan alternatif yang akan dibuang menuju TPA sebanyak 2,74 m³ per hari. Sehingga direncanakan pengurangan jumlah ritasi pengangkutan timbulan sampah ke TPA sebanyak 1 kali per hari sebagai bentuk efisiensi dari pengelolaan sampah hasil pengamatan di lapangan. Pengurangan jumlah ritasi pengangkutan diharapkan dapat mengurangi jumlah pengurangan bahan bakar untuk kendaraan pengangkut.

Page 14: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

Gambar 10 Proses Pengangkutan Sampah Menuju TPA

Analisis Biaya (Cost Analysis)

Tujuan dari analisis biaya adalah untuk menghitung biaya pengelolaan sampah eksisting dalam 1 tahun dan menghitung biaya pengelolaan sampah alternatif juga dalam 1 tahun lalu membandingkan untuk mengetahui apakah sistem pengelolaan alternatif lebih menguntungkan, baik dari sisi lingkungan, sosial, maupun finansial

dibanding dengan sistem pengelolaan sampah eksisting.

Analisis perhitungan biaya sistem pengelolaan eksisting didasarkan pada pengelolaan pengangkutan sampah dari bandara menuju TPA. Sedangkan analisis biaya sistem pengelolaan alternatif pada pengelolaan pengangkutan sampah dari bandara menuju TPA dan proses komposting di TPS. Analisis perhitungan biaya pengelolaan dapat dilihat pada tabel 4 dan 5.

Tabel 4 Analisa Biaya Satuan Sampah Eksisting Bandara Sultan Hasanuddin Tahun 2014

Tabel 5. Analisa Biaya Satuan Sampah Alternatif Bandara Sultan Hasanuddin

Komposting (Pengolahan)

- Peralatan Fasilitas Komposting = Rp2.310.000

- Biaya Pemeliharaan Peralatan Fasilitas Komposting = Rp115.500 /Tahun

- Bangunan Fasilitas Komposting = Rp3.195.000

- Biaya Pemeliharaan Bangunan Fasilitas Kompos = Rp159.750 /Tahun

- 3 personil pengomposan @Rp 2.500.000,-/bulan = Rp90.000.000 /Tahun

- Bahan Bakar Mesin Crusher 45 liter/bulan @Rp10.000/liter = Rp5.400.000 /Tahun

- Biaya bahan produksi kompos = Rp10.272.500 /Tahun +

SUB TOTAL BIAYA = Rp111.452.750 /TahunTransportation and

- Dump Truck (Izuzu 120 Ps) = Rp24.800.000

- Biaya Pemeliharaan Dump Truck = Rp1.240.000 /Tahun- 1 personil Supir @Rp 2.800.000,-/bulan = Rp33.600.000 /Tahun

Page 15: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

- Personil awak pengangkutan (Personil Pengomposan)

- Tarif pas masuk bandara @Rp 30.000,-/bulan = Rp360.000 /Tahun

- Tipping Fee TPA @Rp. 50.000,-/Rit

- 50000 x 1 Ritasi = 50000 /hari = Rp18.250.000 /Tahun

- Bahan Bakar 240 liter/bulan @Rp10.000/liter*** = Rp28.800.000 /Tahun +SUB TOTAL BIAYA = Rp107.050.000 /Tahun

Benefit- Hasil Penjualan Kompos (147825 kg x Rp. 500,-/kg) = Rp73.912.500 /Tahun

SUB TOTAL BIAYA = Rp73.912.500 /Tahun -TOTAL = Rp144.590.250 /Tahun

TOTAL VOLUME TIMBULAN SAMPAH = 3.559/m3 Tahun

BIAYA OPERASIONAL SAMPAH PER m³ = Rp40.630 /m3

Dari analisa biaya operasional diketahui biaya operasional pengelolaan eksisting sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin tahun 2014 yang harus dikeluarkan pihak bandara sebesar Rp. 244.100.000,-/tahun. Sedangkan biaya operasional pengelolaan alternatif sampah bandara yang direncanakan, pihak bandara mengeluarkan biaya sebesar Rp. 144.590.250,-/tahun. Dari kedua biaya pengelolaan diatas diketahui bahwa pihak bandara dapat melakukan penghematan terhadap biaya pengelolaan sampah sebesar Rp. 99.509.750,-/tahun. Penghematan biaya operasional yang didapat dari sistem pengelolaan alternatif adalah sebagai berikut.

1. Hasil dari penjualan kompos (benefit) sebanyak 405 kg/hari untuk 1 (satu) tahun sebesar Rp. 73.912.500,-

2. Adanya pengurangan jumlah ritasi pengangkutan timbuan sampah ke TPA sebagai bentuk efisiensi dari pengelolaan sampah hasil pengamatan di lapangan.

3. Adanya pengurangan jumlah penggunaan bahan bakar untuk kendaraan pengangkut akibat pengurangan jumlah ritasi.

KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Jumlah timbulan sampah yang dihasilkan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pada tahun 2014 rata-rata sebesar 9,75 m³/hari atau 3.559m³/tahun. Berdasarkan data hasil proyeksi timbulan sampah, proyeksi jumlah volume timbulan sampah Bandara Internasional Sultan Hasanuddin pada tahun 2033 sebesar 8.261

m³/tahun, dengan pertumbuhan volume timbulan sampah mencapai 57% .

2. Dari hasil pengamatan terhadap pengelolaan sampah di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin (eksisting), maka dapat diketahui bahwa pengelolaan sampah dimulai dari sumber sampah hingga pengangkutan menuju Tempat Pembuangan Akhir Tabbangae, Maros. Ketika sampah berada di TPS, terjadi proses pemilahan sampah sebelum akhirnya dibawa menuju TPA oleh mobil pengangkut sampah milik PT Angkasa Pura 1. Diketahui jumlah timbulan sampah tahun 2014 sebanyak 9,75 m³/hari yang dapat didaur ulang sebesar 6,52 m³ dan komposisi sampah organik yang dapat dijadikan kompos sebesar 3,23 m³, serta 0,32 m³ yang terdiri dari karet, kain, dan kayu. Selain sampah yang dapat di daur ulang, sisanya sebesar 3, 55 m³ diangkut menuju TPA sehingga pengelolaan sampah eksisting cenderung tidak efektif. Dari sistem alternatif pengelolaan sampah dengan metode komposting, kapasitas produksi kompos dari 25% jumlah total bahan baku sampah organik sebesar 3,23 m³ dapat menghasilkan pupuk kompos sebesar 0,81 m³ dengan berat 405 kg. Sehingga total jumlah timbulan yang akan diangkut menuju TPA berkurang menjadi 2,74 m³/hari. Lokasi pengolahan dapat rencanakan di TPS, selain karena posisinya yang strategis, juga mempermudah kegiatan pengomposan.

3. Dari hasil analisis biaya operasional diketahui biaya operasional pengelolaan eksisting sampah bandara yang harus dikeluarkan pihak bandara untuk mengelola sampah pada tahun 2014 sebanyak 3.559 m³/tahun sebesar Rp. 244.100.000,-/tahun. Sedangkan biaya operasional pengelolaan alternatif sampah bandara yang direncanakan, pihak bandara mengeluarkan biaya untuk mengelola sampah pada tahun 2014 sebanyak 3.559 m³/tahun sebesar Rp.

Page 16: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

144.590.250,-/tahun. Dari kedua biaya pengelolaan diatas diketahui bahwa pihak bandara dapat melakukan penghematan terhadap biaya pengelolaan sampah sebesar Rp. 99.509.750,-/tahun. Selain penghematan biaya operasional

Page 17: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

pengelolaan, jumlah volume timbulan sampah yang akan diangkut menuju TPA Tabbangae, Maros mengalami pengurangan sebesar 23 % dari 1296 m³/tahun menjadi 1000 m³/tahun

B. Saran1. Sebaiknya pihak Bandara Internasional Sultan

Hasanuddin melakukan proyeksi terhadap timbulan sampah bandara di tahun-tahun yang akan datang sehingga tersedia data yang mempermudah dalam perencanaan pengelolaan sampah yang lebih efektif.

2. Sebaiknya dilakukan proses pemisahan sampah di sumbernya agar memudahkan proses pemilahan sampah di TPS sehubungan dengan proses daur ulang dan pengomposan terhadap sampah yang dihasilkan.

3. Setelah diketahui proses perencanaan pengelolaan alternatif terhadap sampah yang dihasilkan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, maka perlu dilakukan kajian sehingga dapat diaplikasikan secara baik dan terarah.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Lingkungan Hidup. Buku Pedoman Implementasi 3R Skala Kota

Leoni, Ymima Agnes. 2013. Studi Pengelolaan Sampah Bandara Hasanuddin. Jurusan Teknik Sipil Unhas, Makassar

Soma, Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan. IPB Press. Bogor.

Page 18: Jurnal Persampahan Di Bandara Sultan Hasanuddin

JURNAL TUGAS AKHIR

STUDI ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK BANDARA SULTAN HASANUDDIN

DISUSUN OLEH :

DEDY PRANATA

D 111 09 283

JURUSAN SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014