Download - Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Transcript
Page 1: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2
Page 2: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

MPMANAJEMEN PENDIDIKAN

ISSN 0852-1921Volume 24 Nomor 2 September 2013

Berisi tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian, kajian dan aplikasi teori, dan tulisan praktis tentang manajemen pendidikan. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan September, Satu Volume terdiri dari 6 Nomor. (ISSN 0852-1921)

Ketua Penyunting

Wakil Ketua Penyunting

Penyunting Pelaksana

Mitra Bestari

Pelaksana Tata Usaha

Mustiningsih

Desi Eri Kusumaningrum

SunarniAsep Sunandar

R. Bambang SumarsonoTeguh TriwiyantoWildan Zulkarnain

Dwi Deswari (UNJ)Rusdinal (UNP)Ali Imron (UM)

Aan Komariyah (UPI)Ahmad Yusuf Sobri (UM)

M. Syahidul Haq

Ahmad Nurabadi

Alamat Penyunting dan Tata Usaha: JurusanAdministrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Malang, Jln. Semarang No. 5 Malang 65145 Gedung E2 Telepon (0341) 551312 psw.219 dan 224. Saluran langsung dan fax. (0341) 557202. : [email protected] 1 (satu) nomor Rp.100.000,00 (Seratus Ribu Rupiah). Uang langganan dapatdikirimkan melalui rekening tabungan ke alamat Pelaksana Tata Usaha.

E-mail

MANAJEMEN PENDIDIKAN diterbitkan pertama kali tahun 1988 oleh JurusanAdministrasi Pendidikan dengan nama KELOLA.

Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kuarto spasi satu setengah minimal 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang ("Petunjuk bagi Calon Penulis MP"), Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya.

Page 3: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

MANAJEMEN PENDIDIKANVOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013

DAFTAR ISI

Kontribusi Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar, 95-99Nellitawati

Perspektif tentang Jam Pelajaran Tambahan Hubungannya denganPrestasi Belajar Siswa Kelas Unggulan dan Reguler, 100-107

ChristellaMustiningsih

Sunarni

Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa, 108-113Agustin Sa’adah

MaisyarohAhmad Supriyanto

Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertamadi Era Globalisasi dan Multikultural, 114-124

Agustinus HerminoViengdavong Luangsithydeth

Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan, 125-134Teguh Triwiyanto

Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri, 135-145Sitti Roskina Mas

Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didikdan Orangtua Peserta Didik, 146-156

Ruri Puspita SariBambang Budi Wiyono

Analisi Animo Siswa Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 157-166

Rita Fajrin MuliyasariAsep Sunandar

Pengembangan Web Database Mahasiswa dan Alumni, 167-174Nur Fendi

Sultoni

Perbedaan Tingkat Etos Kerja antara Guru Tetatp dan Guru Tidak Tetap, 175-180Titin Eka Sari

Ali ImronBambang Setyadin

Page 4: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

KONTRIBUSI PEMBINAAN MORAL KERJAGURU SEKOLAH DASAR

Nellitawati

E-mail: [email protected] Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Barat Padang, 25171

Abstract: The purpose of this study is to describe: 1) teacher training, 2) teacher morale, and 3) thecontribution of the teachers training to the morale of works. The hypothesis of this study is: teacherstraining contribute to teacher morale. Type of this research is correlational. Data were analyzed bycorrelation and simple regression techniques. The results showed that: teacher works morale in SDNegeri Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan has been good with anaverage score of 80.69% from the ideal score, while the teachers training still in the category of simplyby an average score of 78.40% of the ideal score, the next note also that teachers training has beencontribute about 23.2% to the teachers’ work morale. The results of this study imply that increasedteacher work morale can be done through teacher training.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang: 1) pembinaan guru, 2) moral kerjaguru, dan 3) kontribusi pembinaan guru terhadap moral kerja guru. Hipotesis yang diajukan dalampenelitian adalah: pembinaan guru berkontribusi terhadap moral kerja guru. Jenis penelitin ini adalahkorelasional. Data penelitian dianalisis dengan teknik korelasi dan regresi sederhana. Hasil penelitianini menunjukkan bahwa: moral kerja guru SD Negeri Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh KabupatenSolok Selatan sudah baik dengan skor rata-rata 80,69% dari skor ideal, sedangkan pembinaan gurumasih berada pada kategori cukup dengan skor rata-rata 78,40% dari skor ideal, selanjutnya diketahuijuga bahwa pembinaan guru berkontribusi sebesar 23,2% terhadap moral kerja guru. Hasil penelitianini berimplikasi bahwa peningkatan moral kerja guru dapat dilakukan melalui pembinaan guru.

Kata kunci: pembinaan guru, moral kerja guru, guru sekolah dasar

Pendidikan mempunyai peranan yang sangatpenting dalam kehidupan manusia yang dapatdipandang sebagai suatu investasi untuk masadepan yang lebih baik yang tidak ternilai harganya.Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaandan peradaban manusia yang akan terusberkembang, sebagai usaha untuk membentuksuatu kepribadian dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat dan kebudayaan yang ada.Oleh karena itu, peningkatan mutu pendidikanmenjadi suatu keharusan untuk selalu mengikutituntunan dan perkembangan serta perubahan yangterjadi dengan cepat dalam masyarakat.

Peningkatan mutu pendidikan tidak terlepasdari keberadaan dan peran dari seorang guru.Dalam melaksanakan perannya tersebut seorangguru dituntut untuk memiliki moral kerja yang baik.Ini dikarenakan, guru merupakan sosok yang akanmenjadi model bagi anak didiknya. Ini sesuaidengan pendapat Roqib dan Roqib dan Nurfuadi(2009:122) yang menyatakan guru adalah seorang

panutan yang harus “digugu dan ditiru” dansebagai contoh bagi kehidupan dan pribadi pesertadidiknya, dalam artian baik atau buruknya perilakuyang ditampilkan oleh anak didik merupakancerminan dari gurunya.

Begitu pentingnya peranan guru, sehinggaguru dituntut untuk memiliki moral kerja yang baik.Moral kerja merupakan suatu sikap dan tingkahlaku yang terwujud dalam bentuk ketekunan dankegigihan seseorang dalam kerjanya. Tinggi ataurendahnya moral kerja guru dipengaruhi olehbanyak faktor. Pemberian binaan atau pembinaanterhadap guru merupakan salah satu faktor yangikut mempengaruhi moral kerja yang dimiliki olehguru. Dalam artian jika pembinaan yang diterimaoleh guru baik, maka diduga moral kerjanya punakan menjadi baik. Saydam (2000:443)menyatakan bahwa moral kerja seorang guru salahsatunya ikut dipengaruhi oleh pembinaan yagdilakukan terhadap guru tersebut.

95

Page 5: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Moral berasal dari kata morale, yang berartisemangat juang (Saydam, 2000:443). Dalamkehidupan sehari-hari moral sering dikaitkan ataudihubungkan dengan sikap manusia. Sikap yangdilihat atau dinilai dari sisi baik atau buruknyaperilaku manusia tersebut. Danim (2003:48)menjelaskan bahwa moral kerja merupakanpadanan kata bahasa Inggris yaitu workingmorale, yang diartikan sebagai “kegairahankerja”. Selanjutnya Danim menegaskan bahwamoral atau kegairahan kerja adalah kesepakatanbatiniah yang muncul dari dalam diri seseorang atausekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentusesuai dengan baku mutu yang ditetapkan.Pernyataan ini memberi penekanan kepada kitabahwa moral kerja memiliki kesamaan dengankegairahan kerja.

Guru sebagai orang yang berada pada gardadepan pendidikan diharapkan dapat memiliki moralkerja yang tinggi terhadap tugasnya.Sastrohadiwiryo (2002:282) menyatakan bahwamoral kerja secara deskriptif dapat diartikansebagai suatu kondisi rohaniah/perilaku guru yangmenimbulkan kesenangan yang mendalam padadiri guru untuk bekerja dengan giat dan konsekuandalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Argyris (dalam Danim, 2003:49) menyatakan guruyang mempunyai moral kerja tinggi mempunyaikarakteristik seperti bersemangat, mempunyaikomitmen, bersikap jujur, mempunyai inisiatif,mempunyai partisipasi maksimal, memiliki rasasejawat, dan memiliki disiplin yang tinggi dalammelaksanakan tugas dan tangung jawabnya. Guruyang memiliki moral kerja rendah merupakankebalikan dari kondisi guru yang memiliki moralkerja tinggi.

Dari uraian pendapat yang dikemukakan diatas, dapat diketahui satu hal yang penting bahwasuasana batin seseorang terutama guru dapatmempengaruhi tujuan individu dan tujuanorganisasi. Ini berarti bahwa suasana batin gurudapat mempengaruhi cara kerja dan hasil kerjanya.Suasana batin dimaksud berupa perasaan senangatau tidak senang, bergairah, atau tidak bergairah,bersemangat atau tidak bersemangat. Dengankata lain seseorang yang bekerja dengan perasaantenang, senang dan penuh kegembiraan akanmenghasilkan hasil kerja yang baik sertamenimbulkan inspirasi baru, tetapi sebaliknyaseseorang yang tidak memiliki gairah dalambekerja hasilnya kurang memuaskan atau ia hanyabekerja tanpa usaha peningkatan.

Uraian di atas memberikan gambaran bahwamoral kerja guru memiliki kedudukan yang pentingdalam upaya mewujudkan tujuan organisasi. Olehkarena itu perlu dilakukan upaya untukmeningkatkan moral kerja guru. Saydam(2000:443) menyatakan bahwa moral kerjaseorang karyawan (guru) dapat ditingkatkanmelalui pembinaan.

Pembinaan berasal dari kata dasar “bina”,yang berarti bangun. Sedangkan yang dimaksuddengan pembinaan adalah pembaraharuan,penyempurnaan atau usaha, tindakan atau kegiatanyang dilaksanakan secara berdaya guna danberhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebihbaik (Saydam, 2000:408). Sedangkan yangdimaksud dengan pembinaan yang dilakukanterhadap guru adalah kegiatan yang dilakukanterhadap keberadaan guru, agar mereka lebihberdaya guna dan berhasil guna dalam melakukanpekerjaan yang menjadi beban tugasnya.

Pembinaan pada hakekatnya adalah upayayang dilakukan untuk mengarahkan parapengikutnya dan memberikan latihan sertabimbingan, agar memiliki pengetahuan, sikap, danketerampilan untuk mendukung petunjuk kegiatan.Pembinaan adalah suatu kegiatan yangmempertahankan, memperbaiki, danmenyempurnakan yang telah ada sesuai denganyang diharapkan. Keputusan Menteri Pendidikandan Kebudayaan (1997:134) menjelaskan bahwapembinaan artinya proses, perbuatan, tindakan dankegiatan yang dilakukan secara berdayaguna untukmemperoleh hasil yang lebih baik. Wahjosumidjo(2008:271) menyatakan pembinaan adalah upayayang dilakukan terhadap staf atau sekelompoksumber daya yang ada disekolah seperti laboran,pustakawan dan guru dan tenaga administrasidalam memperbaiki dan menyempurnakanpekerjaannya. Ini mengandung makna bahwapembinaan yang dilakukan kepada guru bertujuanuntuk memperbaiki dan menyempurnakanpekerjaan guru supaya menjadi lebih baik.

Pembinaan terhadap guru lebih banyakdiarahkan pada pembinaan sikap terhadappekerjaannya. Ini sejalan dengan pendapatSaydam (2000:409) yang menyatakan bawaproses pembinaan yang dilakukan kepada gurulebih banyak diarahkan pada pembinaan sikap(attitude) guru dalam bertingkah laku dalammelaksanakan pekerjaannya. Pembinaan yangdilakukan kepada guru bersifat terus menerus.Pembinaan terhadap guru sangatlah penting untukdilaksanakan. Ini dikarenakan dengan adanya

96 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 95-99

Page 6: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

pembinaan yang diberikan diharapkan gurumemiliki sikap yang sesuai dengan sikap, budayayang digunakan dalam dunia pendidikan. Dalamartian, dengan adanya sikap dan budaya yangpositif yang dimiliki oleh guru, maka guru punakan melaksanakan pekerjaannya dengan sebaikda seefisien mungkin.

Melihat begitu pentingnya kedudukan daripembinaan ini, dapat pula dirumuskan akibat yangdapat muncul apabila tidak diadakannya pembinaankepada guru. Timbulnya tanggung jawab yangrendah terhadap tugas merupakan akibat yangdapat muncul apabila tidak dilakukannyapembinaan kepada guru. Saydam (2000:411)mengemukakan beberapa akibat yang dapatmuncul jika tidak dilakukannya pembinaanterhadap guru, maka guru cenderung: tidak akanberdisiplin dengan baik, tidak mau bekerja keras,kalau bekerja hanya asal jadi, kurangnya kepedulianterhadap prestasi dan produktivitas, memilikisemangat dan gairah kerja yang rendah, sertamemiliki mental lemah dan tidak kuat dalammenahan godaan-godaan.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atasdapat kita ketahui bahwa untuk meningkatkanmoral kerja yang dimiliki oleh guru agar menjadilebih baik lagi dapat dilakukan melalui pembinaan.Pembinaan yang dimaksud disini adalah pembinaanyang diberikan oleh kepala sekolah. Pembinaanini dapat diilihat dari bagaimana usaha atau prosespemberian bantuan yang diberikan kepala sekolahkepada guru berupa bimbingan, latihan,pengawasan dan dorongan untuk memperta-hankan, memperbaiki, dan menyempurnakanpekerjaan yang telah ada secara berdaya gunauntuk memperoleh hasil yang memuaskan, sertajuga membantu guru untuk menjadi lebih baik darisebelumnya.

METODE

Jenis penelitian ini adalah korelasional, yangmelihat hubungan dua variabel, yaitu PembinaanGuru (X) sebagai variabel bebas dan Moral KerjaGuru (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian akanmelihat kontribusi pembinaan guru terhadap moralkerja guru Sekolah Dasar Kecamatan Koto ParikGadang Diateh, Kabupaten Solok Selatan. Populasipenelitian adalah seluruh guru di Sekolah DasarKecamatan Koto Par ik Gadang Diateh,Kabupaten Solok Selatan yang berstatus PegawaiNegeri Sipil (PNS). Jumlah populasi sebanyak 158orang, dan sampel penelitian sebanyak 103 orang.

Sampel dalam penelitian ini diambil denganmenggunakan teknik stratified proportionalrandom sampling. Teknik sampling dilakukanberdasarkan tingkat pendidikan (sarjana dan nonsarjana) dan masa kerja (<15 tahun dan e”15tahun). Instrumen yang digunakan untukmengumpulkan data penelitian ini adalah angketmodel skala Likert yang telah teruji validitas danreliabilitasnya. Data penelitian ini dianalisis denganmenggunakan teknik korelasi sederhana. Sebelummenggunakan teknik analisis ini, ada beberapapengujian persyaratan analisis adalah: 1) databersumber dari sampel yang dipilih secara acak,2) data berdistribusi normal, 3) data bersifathomogen, dan 4) garis regresi linier. Berdasarkanhasil analisis, semua persyaratan terpenuhi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada hasil analisis data dantingkat pencapaian respon guru SD NegeriKecamatan Koto Parik Gadang Diateh KabupatenSolok Selatan terhadap variabel-variabel yangdiukur, dapat dijelaskan bahwa tingkat pencapaianrespon guru terhadap variabel Moral Kerja Guruberada pada kategori baik (80,69% dari skor ideal),sedangkan untuk variabel Pembinaan Gurutermasuk kategori cukup (78,40 % dari skor ideal),dan perlu untuk ditingkatkan. Temuan penelitianini berbeda dengan hasil pengamatan awal yangpeneliti lakukan. Pengamatan awal menemukanbahwa Moral Kerja Guru SD Negeri KecamatanKoto Parik Gadang Diateh Kabupaten SolokSelatan terlihat masih rendah atau kurang baik.Perbedaan temuan penelitian dengan temuanpengamatan awal terjadi karena hasil pengukuranyang dilakukan berdasarkan pengamatan saja atautanpa instrumen yang valid dan reliabel tidak cukupkuat untuk dijadikan dasar dalam melakukangeneralisasi, sehingga perlu dilakukan penelitianyang sistematis sesuai dengan prosedur, untukmendapatkan pembuktian dan kebenaran secaraempiris.

Hasil analisis data dan pengujian hipotesismenunjukkan bahwa ketiga hipotesis yang diujidalam penelitian ini dapat diterima. Hasil analisisdata menunjukkan bahwa Pembinaan Gurumemiliki pengaruh atau peranan yang berarti untukmeningkatkan Moral Kerja Guru SD KecamatanKoto Parik Gadang Diateh Kabupaten SolokSelatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaPembinaan Guru memiliki hubungan yangsignifikan dan memberikan kontribusi yang berarti

Nellitawati, Konstribusi Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar 97

Page 7: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

untuk Moral Kerja Guru. Besarnya kontribusiPembinaan Guru terhadap Moral Kerja Guruadalah 23,2%. Selanjutnya persamaan regresi yangdiperoleh antara variabel pembinaan guru denganmoral kerja yaitu v = 42,002 + 0,492 X. Hal inimenunjukkan bahwa pada saat variabelpembinaan guru (X) belum memberikan pengaruhterhadap moral kerja guru (Y), nilai moral kerjaguru (Y) ada sebesar 42,002 dan pada saatpembinaan guru (X) memberikan pengaruhterhadap moral kerja guru (Y), maka nilai moralkerja guru (Y) akan berubah sebesar 42,002 +0,492 (satu satuan). Persamaan regresi tersebutmemberikan gambaran bahwa Pembinaan Gurumemiliki pengaruh yang berarti terhadappeningkatan Moral Kerja Guru. Hal ini sejalandengan pendapat Fatah (2004:17) yangmenyatakan bahwa faktor yang mempengaruhiMoral Kerja Guru salah satunya adalahPembinaan Guru. Selanjutnya Gray (dalamWinardi, 2002) menyatakan bahwa PembinaanGuru merupakan salah satu upaya yang dapatdilakukan dalam meningkatkan moral kerja guru.Pembinaan Guru merupakan salah faktor yangdapat digunakan untuk meningkatkan moral kerjaguru. Dapat dijelaskan bahwa dengan adanyapembinaan yang baik, tentunya dapat membantuguru dalam mewujudkan moral kerja yang baikpula.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwaPembinaan Guru SD Negeri Kecamatan KotoParik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatanmasih berada pada kategori cukup, sehingga perluuntuk ditingkatkan ke arah yang lebih baik.Peningkatan pembinaan ini bertujuan agar dalampelaksanaan tugasnya guru memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dan kesungguhan terhadappekerjaan tersebut. Pembinaan Guru ini dapatditingkatkan oleh pimpinan/kepala sekolah dengancara memberikan bimbingan dan arahan yang jelastentang prosedur penyelesaian suatu pekerjaan.Selain itu, peningkatan pembinaan guru ini dapatpula dilakukan dengan cara mengintensifkanpengawasan yang dilakukan terhadap guru.peningkatan terhadap pembinaan guru ini perludilakukan. Ini dikarenakan berdasarkan hasilpenelitian yang dilakukan diketahui bahwapembinaan guru berpengaruh signifikan terhadapmoral kerja guru. Artinya, jika pembinaan gurubaik, maka moral kerja yang dimiliki oleh guru pun

akan menjadi baik pula. Dengan kata lain, dapatdinyatakan bahwa untuk meningkatkan moral kerjaguru dapat dilakukan melalui peningkatanpembinaan yang dilakukan terhadap guru.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujianhipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagaiberikut: 1) moral kerja guru SD Negeri KecamatanKoto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatansudah berada pada kategori baik, yaitu 80,69% dariskor ideal, 2) pembinaan guru SD NegeriKecamatan Koto Parik Gadang Diateh KabupatenSolok Selatan sudah masih berada pada kategoricukup, yaitu 78,40% dari skor ideal. Artinya,pembinaan terhadap guru SD Negeri KecamatanKoto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatanini perlu diperbaiki, dan 3) pembinaan Gurumemberikan kontribusi sebesar 23,2% terhadapMoral Kerja Guru SD Negeri Kecamatan KotoParik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan. Halini berarti jika pembinaan yang dilakukan terhadapguru semakin baik, maka makin baik pula moral kerjaguru SD Negeri Kecamatan Koto Parik GadangDiateh Kabupaten Solok Selatan.

Saran

Dari temuan penelitian ini diajukan beberapasaran sebagai rekomendasi kepada berbagai pihaksebagai berikut: 1) Kepala sekolah SD NegeriKecamatan Koto Parik Gadang Diateh KabupatenSolok Selatan agar dapat memperbaiki pembinaanyang dilakukan terhadap guru di sekolah dalamrangka meningkatkan moral kerja guru melaluipemberian bimbingan, pengarahan, danpengawasan, 2) Pengawas sekolah, agar dapatlebih meningkatkan moral kerja yang dimiliki olehguru melalui pembinaan yang lebih intensif secaraterus menerus, 3) UPTD Kecamatan ParikGadang Diateh Kabupaten Solok Selatan agardapat melakukan pembinaan profesi guru secaraterus menerus (continuous professionaldevelopment), yaitu melalui wadah guru yangsudah ada seperti Kelompok Kerja Guru (KKG).Selain itu diharapkan UPTD dapat membuatkebijakan mengenai peningkatan Moral Kerja Guruke arah yang lebih baik.

98 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 95-99

Page 8: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

DAFTAR RUJUKAN

Danim, S. 2004. Motivasi Kepemimpinan danEfektivitas Kelompok. Jakarta: RinekaCipta.

Keputusan Menteri Pendidikan danKebudayaan Nomor 324 Tahun 1997tentang Pemberian Wewenang kepadaPajabat.

Roqib, M., dan Nurfuadi. 2009. KepribadianGuru. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Nellitawati, Konstribusi Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar 99

Sastrohadiwiryo, S. 2002. Manajemen TenagaKerja Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Saydam, G. 2000. Manajemen Sumber DayaManusia, Suatu Pendekatan Mikro .Jakarta: Djambatan.

Wahjosumijo. 2008. Kepemimpinan KepalaSekolah. Jakarta: Rajawali Press.

Page 9: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHANHUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

UNGGULAN DAN REGULER

ChristellaMustiningsih

Sunarni

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this study was to determine how the perception an extra hour lesson,student learning achievement, to determine whether there is a connection between the perception anextra hour lesson and student learning achievement, and to determine differences in the perceptionan extra hour lesson and student learning achievement at excellent class and regular in SMPLaboratorium Universitas Negeri Malang. The study was a descriptive correlational and comparative.The results showed that the level of perception an extra hour lesson at excellent class and regular inhigher classifications, the level of student achievement at excellent class include the goodclassification and regular class include the enough classification. There was no significant connectionbetween the perception an extra hour lesson excellent class and regular, there was no significantdifference between the student learning achievement at excellent class and regular in SMALaboratorium Universitas Negeri Malang.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: persepsi tentang jam pelajaran tambahan (JPT),prestasi belajar siswa, hubungan antara persepsi JPT dan prestasi belajar siswa, perbedaan persepsitentang JPT dan prestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Reguler di SMP Laboratorium UM. Jenispenelitian adalah deskriptif korelasional dan komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkatpersepsi JPT siswa Kelas Unggulan dan Reguler termasuk dalam klasifikasi tinggi. Tingkat prestasibelajar siswa Kelas Unggulan termasuk dalam klasifikasi baik. Kelas Reguler termasuk dalam klasifikasicukup. Tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang JPT dan prestasi belajar siswaKelas Unggulan dan Reguler. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara JPT siswa Kelas Unggulandan Reguler. Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Regulerdi SMP Laboratorium UM.

Kata kunci: prestasi belajar, jam pelajaran tambahan, kelas unggulan, kelas reguler

Pendidikan merupakan kebutuhan manusiasepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkanpendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun diaberada. Pendidikan merupakan sarana daripemenuhan kebutuhan akan ilmu pengetahuanyang akan mempengaruhi tinggi rendahnya kualitassumber daya manusia (SDM). Seiringperkembangan dunia pendidikan yang semakinpesat, menuntut adanya lembaga pendidikan untukmenyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan.

Salah satu cara yang dilakukan untukmeningkatkan kualitas pendidikan adalah denganpeningkatan kualitas kegiatan belajar. SekolahMenengah Pertama (SMP) adalah jenjangpendidikan dasar pada pendidikan formal di

Indonesia setelah lulus menempuh sekolah dasar(SD). SMP ditempuh dalam waktu tiga tahun, mulaidari kelas 7 hingga 9. Siswa kelas 9 diwajibkanmengikuti ujian nasional (UN) yang akanmempengaruhi kelulusan atau tidak lulusnya siswauntuk menempuh jenjang yang lebih tinggi. Upayapencapaian hasil belajar yang diharapkan dapatditempuh dengan berbagai cara, salah satunya gurumembimbing dan mengarahkan siswa, sehinggamereka mampu belajar mandiri baik individumaupun kelompok, misalnya dengan penambahanjam pelajaran di sekolah, metode kerja kelompok,penugasan pemecahan masalah dan lain-lain.Mengadakan pelajaran tambahan yang difungsikanuntuk mengurangi risiko-risiko yang tidak

100

Page 10: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

diinginkan. Jam pelajaran tambahan adalahsejumlah jam pelajaran tambahan yang dilakukandi luar jam pembelajaran reguler yang diberikansebelum atau setelah jam sekolah berakhir.

Berbagai cara dilakukan untuk menerimapelajaran tambahan. Mulai dari diberikanlembaran-lembaran soal, ataupun pembimbingpelajaran tambahan menerangkan materi-materiyang dirasa susah bagi siswa. Dengan cara sepertiini akan semakin meningkatkan kemampuanmereka khususnya bagi pelajaran-pelajaran yangakan diujikan dan juga merupakan tindak lanjutupaya guru dalam rangka mencerdaskan kehidupanbangsa dan meningkatkan kualitas sumber dayamanusia. Sekolah berharap dengan adanyapelajaran tambahan siswa menjadi lebih siap dalamkegiatan belajar mengajar, sehingga siap juga dalammenempuh ujian, baik ujian yang diadakan sekolahmaupun ujian yang diadakan pemerintah. Prestasibelajar yang dicapai oleh siswa terkait dengankemampuan siswa dalam menangkap isi dan pesandari kegiatan belajar yang dilakukannya. SMPLaboratorium Universitas Negeri Malang (UM)merupakan salah satu sekolah yang telahmenerapkan kegiatan JPT pada siswa dari kelas7 sampai kelas 9.

Namun tujuan dari tiap tingkat kelas dalampemberian JPT berbeda. Untuk Kelas 9 pemberianJPT difokuskan pada mata pelajaran UN. SMPLaboratorium UM juga merupakan sekolah yangtelah memiliki Kelas Unggulan yang ditempatkandi kelas 9F dan Kelas Reguler yaitu kelas 9A-9E.Sekolah ini memiliki dua kurikulum yang diterapkankepada dua golongan siswa yang berbeda, siswareguler dan siswa unggulan.

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitiankuantitatif dengan jenis penelitian deskriptifkorelasional dan komparatif. Penelitian korelasionaluntuk mengetahui ada atau tidak ada hubunganantara variabel persepsi tentang jam pelajarantambahan (JPT) dan variabel prestasi belajar siswaKelas Unggulan dan Reguler. Sedangkan penelitiankomparatif digunakan peneliti untukmembandingkan tingkat persepsi tentang JPT danprestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Reguler.Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yangakan diuji variabel bebas (X) adalah persepsitentang JPT dan variabel terikatnya (Y) adalahprestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan RegulerSMP Laboratorium UM.

Lokasi penelitian ini adalah di SMPLaboratorium UM yang berada pada JalanSimpang Bogor T-7 Malang.Populasi dalampenelitian ini adalah siswa kelas 9 di SMPLaboratorium UM semester Ganjil Tahun Ajaran2012/2013 yang berjumlah 178 orang. Jumlahpopulasi untuk kelas reguler, yaitu berjumlah 162.Sampel kelas Reguler berjumlah 110 orang sesuaidengan tabel Krejcie dan Morgan, maka untukmengambil jumlah sampel untuk tiap kelas penelitiakan membagi jumlah sampel dengan jumlah kelas.SMP Laboratorium UM terdapat lima kelas 9Reguler. Sehingga setiap kelas diambil 22 oranguntuk sampel Kelas Reguler. Selanjutnya untukmengetahui seseorang menjadi anggota sampelatau tidak, peneliti memilihnya secara acak darisatu kelas.

Dalam penelitian ini teknik analisis datamenggunakan teknik analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: teknik analisis deskriptif,untuk menentukan kualifikasi Jam PelajaranTambahan (JPT) dilakukan dengan caramenjumlahkan skor angket. Menentukanpersentase untuk mengetahui perbandingan skorvariabel dan masing-masing sub-variabel. Analisiskorelasi digunakan untuk mengetahui hubunganantara persepsi tentang JPT dan prestasi belajarsiswa kelas unggulan dan reguler di SMPLaboratorium UM. Peneliti menggunakan analisiskorelasi product moment dioperasikan denganmenggunakan bantuan program SPSS 16.0 forWindows. Berdasarkan instrumen yang digunakan,data yang terkumpul merupakan data nominal danordinal sehingga analisis statistik yang digunakanadalah analisis non-parametris yang nantinyadigunakan rumus uji beda, yaitu t Test.

HASIL

Deskripsi data persepsi tentang JPT siswakelas unggulan diperoleh melalui angket yangdiberikan kepada 16 responden, angket ini terdiridari 19 item pernyataan persepsi tentang JPT. Dari16 responden terdapat 9 responden atau 56,25%siswa unggulan yang memiliki kualifikasi tinggi. Ada5 responden atau 31,25% siswa unggulan yangmemiliki kualifikasi cukup, dan terdapat 2responden atau 12,50% siswa unggulan yangmendapat kualifikasi sangat tinggi. Mean untukpersepsi tentang JPT kelas Unggulan yaitu 72,1.

Deskripsi data persepsi tentang JPT siswakelas reguler diperoleh melalui angket yang diberikankepada 110 responden, angket ini terdiri dari 19 item

Christella dkk, Persepsi tentang Jam Pelajaran Tambahan 101

Page 11: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

pernyataan persepsi tentang JPT. Dari 110responden terdapat 86 responden atau 78,2% siswareguler yang memiliki kualifikasi tinggi. Terdapat 18responden atau 16,4% siswa reguler yang mendapatkualifikasi cukup, ada 4 responden atau 3,6% siswareguler yang memiliki kualifikasi sangat tinggi. Danterdapat 2 responden atau 1,8% siswa reguler yangmemiliki kualifikasi rendah. Mean untuk persepsitentang JPT kelas 9 Reguler yaitu 71,9.

Deskripsi data tentang prestasi belajar siswakelas 9 unggulan diperoleh dari rata-rata nilai hasilulangan semester ganjil Tahun Ajaran 2012/2013untuk mata pelajaran yang akan diuji secaranasional, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).Nilai yang diambil sesuai dengan jumlah sampelyaitu 16 siswa.

Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaranBahasa Indonesia dari 16 responden terdapat 9responden atau 56,25% siswa unggulan yangmemiliki kualifikasi sangat baik, dan terdapat 7responden atau 43,75% siswa unggulan yangmemiliki kualifikasi baik. Mean untuk prestasibelajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesiaadalah 90. Deskripsi prestasi belajar pada matapelajaran Bahasa Inggris dari 16 respondenterdapat 8 responden atau 50% siswa unggulanyang memiliki kualifikasi baik, dan terdapat 8responden atau 50% siswa unggulan yang memilikikualifikasi cukup. Mean untuk prestasi belajar padamata pelajaran Bahasa Inggris adalah 82.

Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaranMatematika dari 16 responden terdapat 10responden atau 62,5% siswa unggulan yangmemiliki kualifikasi cukup, terdapat 4 respondenatau 25% siswa unggulan yang memiliki kualifikasibaik, dan terdapat 2 responden atau 12,5% yangmemiliki kualifikasi sangat baik. Mean untukprestasi belajar pada mata pelajaran Matematikaadalah 80. Deskripsi prestasi belajar pada matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dari 16responden terdapat 13 responden atau 81,25%siswa unggulan yang memiliki kualifikasi baik, danterdapat 3 responden atau 18,75% siswa unggulanyang memiliki kualifikasi sangat baik. Mean untukprestasi belajar pada mata pelajaran IlmuPengetahuan Umum adalah 88. Deskripsi rata-rataprestasi belajar siswa kelas unggulan dari 16responden terdapat 12 responden atau 75% siswaunggulan yang memiliki kualifikasi baik, ada 3responden atau 18,75% siswa unggulan yangmemiliki kualifikasi cukup. Dan terdapat 1responden atau 6,25% siswa unggulan yang

mendapat kualifikasi sangat baik. Mean untuk rata-rata prestasi belajar siswa kelas unggulan yaitu84,31.

Deskripsi data tentang prestasi belajar siswakelas 9 reguler diperoleh dari rata-rata nilai hasilUlangan Semester Ganjil Tahun Ajaran 2012/2013terkhusus pada mata pelajaran yang akan diujikansecara nasional, yaitu Bahasa Indonesia, BahasaInggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam(IPA). Nilai yang diambil sesuai dengan jumlahsampel yaitu 110 siswa. Deskripsi prestasi belajarpada mata pelajaran Bahasa Indonesia dari 110responden terdapat 58 responden atau 52,7% siswareguler yang memiliki kualifikasi cukup, terdapat45 responden atau 40,9% siswa reguler yangmemiliki kualifikasi baik, dan ada 7 responden atau6,4% siswa reguler yang memiliki kualifikasi sangatbaik. Mean untuk prestasi belajar pada matapelajaran Bahasa Indonesia adalah 81,3.

Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaranBahasa Inggris dari 110 responden terdapat 104responden atau 94,5% siswa reguler yang memilikikualifikasi cukup, dan terdapat 6 responden atau5,5% siswa reguler yang memiliki kualifikasi baik.Mean untuk prestasi belajar pada mata pelajaranBahasa Inggris adalah 74,2. Deskripsi prestasibelajar dari mata pelajaran Matematika dari 110responden terdapat 87 responden atau 79,1% siswareguler yang memiliki kualifikasi cukup, terdapat20 responden atau 18,2% siswa reguler yangmemiliki kualifikasi baik dan terdapat 3 respondenatau 2,7% yang memiliki kualifikasi sangat baik.Mean untuk prestasi belajar pada mata pelajaranMatematika adalah 76.

Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaranMatematika dari 110 responden terdapat 87responden atau 79,1% siswa reguler yang memilikikualifikasi cukup, terdapat 20 responden atau18,2% siswa reguler yang memiliki kualifikasi baik,dan terdapat 3 responden atau 2,7% yang memilikikualifikasi sangat baik. Mean untuk prestasi belajarpada mata pelajaran Matematika adalah 76.Deskripsi prestasi belajar pada mata pelajaran IlmuPengetahuan Alam dari 110 responden terdapat65 responden atau 59% siswa reguler yangmemiliki kualifikasi cukup, terdapat 38 respondenatau 34,6% siswa reguler yang memiliki kualifikasibaik, dan terdapat 7 responden atau 6,4% yangmemiliki kualifikasi baik. Mean untuk prestasibelajar pada mata pelajaran Ilmu PengetahuanAlam adalah 88.

Deskripsi rata-rata prestasi belajar siswakelas regular dari 110 responden terdapat 83

102 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 100-107

Page 12: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

responden atau 75,5% siswa reguler yangmendapat kualifikasi cukup. Ada 26 responden atau23,5% siswa reguler yang memiliki kualifikasi baik,dan terdapat 1 responden atau 1% siswa reguleryang memiliki kualifikasi sangat baik. Mean untukrata-rata prestasi belajar siswa kelas 9 reguler yaitu84,31.

Korelasi product moment antara persepsitentang JPT dan prestasi belajar siswa kelasunggulan di SMP Laboratorium UM. Pengujianhipotesis dalam penelitian ini adalah untukmemperjelas ada atau tidaknya hubungan antarapersepsi tentang JPT dan prestasi belajar siswakelas unggulan di SMP Laboratorium UM. Teknikanalisis yang digunakan adalah dengan korelasipearson product moments dengan jumlahresponden sebanyak 126, yaitu 110 untuk kelasreguler dan 16 untuk kelas unggulan. Dari hasilanalisis karena nilai t hitung < t tabel (0,138 < 0,497)maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dapatdisimpulkan bahwa tidak ada hubungan yangsignifikan antara persepsi tentang JPT dan prestasibelajar siswa kelas unggulan di SMP LaboratoriumUM.

Korelasi product moment antara persepsitentang JPT dan prestasi belajar siswa kelasreguler di SMP Laboratorium UM. Pengujianhipotesis dalam penelitian ini adalah untukmemperjelas ada atau tidaknya hubungan antarapersepsi tentang JPT dan prestasi belajar siswakelas reguler di SMP Laboratorium UM. Teknikanalisis yang digunakan adalah dengan korelasipearson product moments dengan jumlahresponden sebanyak 126, yaitu 110 untuk kelasreguler dan 16 untuk kelas reguler. Dari hasilanalisis karena nilai t hitung < t tabel (0,052 < 0,195)maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dapatdisimpulkan bahwa tidak ada hubungan yangsignifikan antara persepsi tentang JPT dan prestasibelajar siswa kelas reguler di SMP LaboratoriumUM

Pengujian hipotesis independent sample tTest untuk persepsi tentang Jam PelajaranTambahan (JPT) dimaksudkan untuk memperjelasada atau tidaknya perbedaan antara persepsitentang JPT siswa kelas unggulan dan siswareguler di SMP Laboratorium UM. Teknik analisisyang digunakan untuk pengujian hipotesis denganuji t untuk sampel tidak berhubungan atauindependent samples t Test menggunakanprogram komputer SPSS 16.0 for windowsdengan jumlah responden sebanyak 126, yaitu 110untuk kelas reguler dan 16 untuk siswa unggulan.

Dari hasil analisis karena nilai t hitung < t tabel(1,169 < 1,979) maka Ha ditolak dan Ho diterima.Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaanyang signifikan antara persepsi tentang JPT siswakelas unggulan dan reguler di SMP LaboratoriumUM.

Pengujian hipotesis Independent sample tTest untuk prestasi belajar dimaksudkan untukmemperjelas ada atau tidaknya perbedaan antaraprestasi belajar siswa kelas unggulan dan siswareguler di SMP Laboratorium UM. Teknik analisisyang digunakan untuk pengujian hipotesis denganuji t untuk sampel tidak berhubungan atauindependent samples t Test menggunakanprogram komputer SPSS 16.0 for windowsdengan jumlah responden sebanyak 126, yaitu 110untuk kelas reguler dan 16 untuk siswa unggulan.Dari hasil analisis karena nilai t hitung > t tabel(5,911 > 1,979), maka Ha diterima. Disimpulkanbahwa ada perbedaan yang signifikan antaraprestasi belajar siswa kelas unggulan dan regulerdi SMP Laboratorium UM.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian persepsitentang JPT siswa kelas unggulan yang diperolehmelalui angket. Dapat dikatakan bahwa sebanyak56,25% siswa unggulan memiliki kualifikasi yangtinggi dalam hal JPT dengan mean 72,1. Banyakfaktor yang dapat menyebabkan siswa kelasunggulan memiliki persepsi tentang JPT yang dalamkualifikasi tinggi. Hal ini terjadi baik faktor internalmaupun eksternal. Menurut Walgito (2002:46), apayang ada dalam diri individu akan mempengaruhiindividu dalam mengadakan persepsi, merupakanfaktor internal.

Di samping itu masih ada faktor lain yangdapat mempengaruhi proses persepsi, yaitu faktorstimulus dan faktor lingkungan di mana persepsiitu berlangsung, merupakan faktor eksternal”.Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa yangdipersepsi oleh individu selain tergantung padastimulusnya juga tergantung kepada keadaanindividu yang bersangkutan. Diadakannya JPT inidiharapkan dapat meningkatkan penguasaanmateri pelajaran bagi siswa. Sehingga prestasisiswa juga dapat berkembang sesuai denganharapan sekolah. Dengan kata lain, sekolah telahberhasil dalam proses pembelajaran dalammembentuk keunggulan dalam kemampuan baikpengembangan pengetahuan dasar, akhlak mulia,dan kedisiplinan dalam diri siswa. Setiap komponen

Christella dkk, Persepsi tentang Jam Pelajaran Tambahan 103

Page 13: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

pendidikan harus dapat bekerjasama dalammeningkatkan ketercapaian yang maksimal dalampelaksanaan JPT untuk peningkatkan prestasibelajar para siswa unggulan.

Berdasarkan pada data persepsi tentang JPTsiswa kelas reguler yang telah diperoleh melaluiangket yang diberikan kepada 110 responden,angket ini terdiri dari 19 item pernyataan persepsitentang JPT. Dapat disimpulkan bahwa siswakelas reguler memiliki kualifikasi yang tinggi dalamhal JPT dengan mean 71,9. Hal ini diduga terjadibisa dikarenakan pada proses pelaksanaan JPTyang dilakukan pada pagi hari saja, sehingga siswadapat menyerap pelajaran dengan baik karenakeadaan siswa yang masih segar. Waktu untuksiswa reguler mengikuti pelaksanaan JPT yangdiberikan dari sekolah dilakukan hanya pada pagihari saja.

Persepsi tentang JPT untuk kelas regulerterdapat pada kualifikasi tinggi, hal ini dapat terjadidengan kemauan keras dalam penerimaan stimulusyang diberikan dan semangat siswa untukmengikuti pelaksanaan JPT. Hal tersebut menurutRobbin (2003:160) dipengaruhi oleh beberapafaktor salah satunya pada faktor situasi yaituunsur-unsur lingkungan sekitar dapatmempengaruhi persepsi kita, misalnya waktu,keadaan atau tempat kerja dan keadaan sosial.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa prestasi belajar pada matapelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelasunggulan di SMP Laboratorium UM termasukdalam kualifikasi sangat baik dengan mean 90.Prestasi belajar yang diperoleh ini dari hasil belajaryang tinggi yang dilakukan baik di sekolah maupundi rumah.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa prestasi belajar pada matapelajaran Bahasa Inggris untuk siswa kelasunggulan di SMP Laboratorium UM termasukdalam kualifikasi antara baik dan cukup denganmean 82. Hal ini dikarenakan siswa kelas unggulanmemiliki kemampuan yang di atas rata-rata. Siswakelas unggulan memiliki kesempatan yang sangatluas untuk dapat terus meningkatkan kemampuanakademiknya dengan memanfaatkan fasilitas yangtelah disediakan sekolah agar prestasi belajar siswakelas unggulan dapat mencapai hasil yang lebihmaksimal.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa prestasi belajar pada matapelajaran Matematika untuk siswa kelas unggulandi SMP Laboratorium UM termasuk dalam

kualifikasi cukup dengan mean 80. MenurutSetyosari (2011), belajar adalah suatu usahamanusia yang dilakukan dengan tujuan untukmembantu menfasilitasi belajar orang lain. Secarakhusus pembelajaran merupakan upaya yangdilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membantusiswa. Dengan demikian, pembelajaran dapatdiartikan sebagai serangkaian peristiwa eksternalyang dirancang yang memiliki pengaruh terhadapproses belajar sehingga dapat meningkatkanprestasi belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa prestasi belajar pada matapelajaran Matematika untuk siswa kelas unggulandi SMP Laboratorium UM termasuk dalamkualifikasi baik dengan mean 88. Data di atasmenunjukan bahwa siswa kelas 9 unggulanmemiliki kemampuan yang tidak terlalu berbedajauh antar siswa sekelasnya. Menurut Tirtonegoro(2001:43) menyatakan “yang dimaksud denganprestasi belajar adalah hasil dari pengukuran sertapenilaian usaha belajar”. Sehingga hasil prestasibelajar siswa dalam mata pelajaran IlmuPengetahuan Umum didasarkan pada kemauansetiap individu untuk meningkatkan prestasi dalamdirinya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa rata-rata prestasi belajar untuksiswa kelas unggulan di SMP Laboratorium UMtermasuk dalam kualifikasi baik dengan mean84,31. Prestasi belajar yang dicapai oleh siswaterkait dengan kemampuan siswa dalammenangkap isi dan pesan dari kegiatan belajar yangdilakukannya. Sedangkan menurut Djamarah(2002), “Prestasi belajar adalah hasil yangdiperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkanperubahan dalam diri individu sebagai hasil dariaktivitas dalam belajar”.

Prestasi belajar yang telah didapatkan siswadapat menjadi tolak ukur keberhasilan mengajarguru dalam kelas. Jika banyak siswa yang telahmencapai atau berada di atas rata-rata kompetensikelulusan minimum (KKM) yang telah ditetapkansekolah, dapat dikatakan bahwa pembelajaranberhasil. Begitupun sebaliknya jika banyak siswayang prestasi belajarnya belum mencapai KKM,maka proses pembelajaran yang dilakukan olehguru harus diperbaiki kembali. Pembelajaran yangefektif dan inovatif yang dilakukan guru dalamkelas merupakan salah satu kunci untuk siswadapat berprestasi.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa prestasi belajar pada mata

104 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 100-107

Page 14: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelasreguler di SMP Laboratorium UM termasuk dalamkualifikasi cukup dengan mean 81,3. MenurutTirtonegoro (2001:43) menyatakan “yang dimaksuddengan prestasi belajar adalah hasil daripengukuran serta penilaian usaha belajar”.Prestasi belajar yang telah diperoleh siswa mampumemperlihatkan kemampuan yang dimiliki. Antarasiswa satu dengan yang lain memiliki kemampuanyang berbeda tergantung dari kemampuan dankemauan belajar.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa prestasi belajar pada matapelajaran Bahasa Inggris untuk siswa kelas regulerdi SMP Laboratorium UM termasuk dalamkualifikasi cukup dengan mean 74,2. Data di atasmenunjukan bahwa siswa kelas 9 unggulanmemiliki kemampuan yang tidak terlalu berbedajauh antar siswa sekelasnya. Menurut Djamarah(2002), “Prestasi belajar adalah hasil yangdiperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkanperubahan dalam diri individu sebagai hasil dariaktivitas dalam belajar”.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa prestasi belajar pada matapelajaran Matematika untuk siswa kelas regulerdi SMP Laboratorium UM termasuk dalamkualifikasi cukup dengan mean 76. Sardiman(2007:75) menyatakan bahwa “dalam kegiatanbelajar, motivasi adalah keseluruhan dayapenggerak dari dalam diri seseorang yang dapatmenimbulkan kegiatan belajar, menjaminkelangsungan kegiatan belajar, dan memberikanarah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yangdikehendaki dari proses belajar tersebut dapattercapai”. Sehingga siswa kelas reguler harus tetapmemiliki motivasi yang positif untuk terusmeningkatkan prestasi belajarnya untuk mencapaiprestasi yang maksimal.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diambilkesimpulan bahwa prestasi belajar pada matapelajaran Matematika untuk siswa kelas regulerdi SMP Laboratorium UM termasuk dalamkualifikasi cukup dengan mean 88. Prestasi belajaryang dicapai oleh siswa terkait dengan kemampuansiswa dalam menangkap isi dan pesan dari kegiatanbelajar yang dilakukannya. Sehingga siswa regulerterus berusaha untuk dapat meningkatkan kegiatanbelajarnta agara dapat lebih menangkap isi danpesan dari pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan data di atas, maka dapatdisimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas 9reguler tergolong dalam kualifikasi cukup dengan

mean 77.37. Hal ini menunjukkan bahwa siswareguler memiliki kemampuan rata-rata yang samaantara satu dengan yang lainnya, ini bisadikarenakan tingkat kemampuan dan kamauandalam prestasi belajar siswa reguler rata-ratasama. Siswa kelas reguler harus kerja keras untukdapat meningkatkan prestasi belajar dengan lebihmemanfaatkan fasilitas yang telah diberikansekolah dalam proses pembelajaran. Begitupunkepada guru untuk dapat lebih memperhatikan danmemberikan teknik mengajar yang sesuai dengankemampuan dan kapasitas siswa.

Dari hasil analisis data pada Bab IV, diperolehkorelasi antara variabel X (persepsi tentang JPT)dan variabel Y (prestasi belajar) pada siswa kelasunggulan menunjukkan bahwa tidak ada hubunganantara persepsi tentang JPT dengan prestasi belajarsiswa kelas unggulan. Hal ini dapat dilihat dari thitung lebih kecil dari t tabel (0,138 < 0,497), dengandemikian Ha ditolak dan Ho diterima sehinggaprestasi belajar siswa kelas unggulan tidak diikutidengan persepsi tentang JPT di SMP LaboratoriumUM. Kelas unggulan menurut Silalahi (dalamRental, 2011) adalah kelas yang menyediakanprogram pelayanan khusus bagi peserta didikdengan cara mengembangkan bakat dankreativitas yang dimilikinya untuk memenuhikebutuhan peserta didik yang memiliki potensikecerdasan dan bakat istimewa. Sehingga disinipersepsi tentang JPT tidak menjadi suatu kriteriautama dalam peningkatan prestasi belajar siswakelas unggulan karena siswa unggulan sudahmemiliki kecerdasan dan bakat yang istimewa.

Dari hasil paparan data pada Bab IV,diperoleh korelasi antara variabel X (persepsitentang JPT) dan variabel Y (prestasi belajar) padasiswa kelas reguler menunjukkan bahwa tidak adahubungan antara persepsi tentang JPT denganprestasi belajar siswa kelas reguler. Hal ini dapatdilihat dari t hitung lebih kecil dari t tabel (0,052 <0,195), dengan demikin Ha ditolak dan Ho diterimasehingga prestasi belajar siswa kelas reguler tidakdiikuti dengan persepsi tentang JPT di SMPLaboratorium UM. Prestasi merupakan suatuproses pembelajaran dan hasil dari belajar itumerupakan penilaian dari usaha belajar yang telahdilakukan. Pada umumnya kelas reguler memilikikemampuan rata-rata dengan siswa yang lain.Sehingga disini persepsi tentang JPT tidak menjadisuatu kriteria utama dalam peningkatan prestasibelajar siswa kelas reguler karena prestasimerupakan usaha dari individu untuk dapatmemperoleh hasil yang sesuai dengan tujuannya.

Christella dkk, Persepsi tentang Jam Pelajaran Tambahan 105

Page 15: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Siswa kelas unggulan tergolong tinggi yaitusebesar 56,25%, begitupun untuk siswa kelasreguler juga tergolong tinggi yaitu 78,20%. Hasilyang tidak terlalu jauh ini bisa dikarenakan baik siswakelas unggulan maupun siswa kelas reguler memilikipersepsi yang sama untuk kegiatan JPT. Walgito(2002:69) menyatakan bahwa “persepsi merupakansuatu proses yang didahului oleh prosespenginderaan, yaitu merupakan proses diterimanyastimulus oleh individu melalui alat indera”.

Persamaan ini dapat terjadi karena minatterhadap pelaksanaan JPT antara siswa kelasunggulan dan reguler sama. Menurut Robbin(2003:160) persepsi dipengaruhi oleh beberapafaktor, salah satunya yaitu pelaku persepsi adalahbila seorang individu memandang pada suatu objekdan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristikpribadi dar i pelaku persepsi individu itu.Karakteristik pribadi yang lebih relevanmempengaruhi persepsi adalah sikap, motif,kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, danpengharapan (ekspektasi). Hal ini disebabkankarena siswa kelas unggulan dan reguler memilikikebutuhan yang sama terhadap pelaksanaan JPTdi sekolah.

Prestasi belajar yang telah dicapai oleh setiapsiswa akan berbeda sesuai dengan kemampuanyang dimiliki pada diri masing-masing. Pernyataanini juga tidak jauh berbeda dengan yang terjadi padahasil prestasi belajar siswa di SMP LaboratoriumUM. Siswa kelas regular yang memilikikemampuan di bawah siswa kelas unggulan dalamhasil prestasi belajar. Pernyataan ini diperkuatdengan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitiyang hasilnya dapat diketahui bahwa pada prestasibelajar siswa kelas unggulan tergolong baik yaitusebesar 75%, sedangkan untuk siswa kelas regulertergolong cukup yaitu 75,5%. Jadi sudah dapatdilihat bahwa dalam hasil prestasi belajar, siswakelas unggulan lebih tinggi dari pada siswa kelasreguler. Mean dari prestasi belajar siswa kelasunggulan juga lebih tinggi dari pada siswa kelasreguler, yaitu 84,31 sedangkan untuk siswa kelaskelas reguler yaitu 77,37.

Perbedaan yang terjadi ini dikarenakankarena kemampuan siswa kelas unggulan di atassiswa kelas regular, selain itu siswa kelas unggulandapat dengan cepat untuk menyerap pelajaran yangdiberikan oleh guru. Perbedaan ini juga dapatdikarenakan fasilitas yang diberikan pun berbeda,siswa kelas unggulan memiliki fasilitas yang lebih

nyaman dalam proses pembelajarannya jikadibandingkan siswa kelas reguler.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data dananalisis yang telah dilakukan dapat disimpulkanbeberapa hal oleh peneliti adalah sebagai berikut:(1) tingkat persepsi tentang Jam PelajaranTambahan (JPT) siswa Kelas Unggulan di SMPLaboratorium UM termasuk dalam klasifikasi tinggi;(2) tingkat persepsi tentang JPT siswa KelasReguler di SMP Laboratorium UM termasuk dalamklasifikasi tinggi; (3) tingkat prestasi belajar siswaKelas Unggulan di SMP Laboratorium UM, yaitu:(a) tingkat prestasi belajar mata pelajaran BahasaIndonesia termasuk dalam klasifikasi sangat baik,(b) tingkat prestasi belajar mata pelajaran BahasaInggris termasuk dalam antara klasifikasi baik dancukup, (c) tingkat prestasi belajar mata pelajaranMatematika termasuk dalam klasifikasi cukup, (d)tingkat prestasi belajar mata pelajaran IlmuPengetahuan Alam termasuk dalam klasifikasi baik,dan (e) tingkat rata-rata prestasi belajar siswa KelasUnggulan termasuk dalam klasifikasi baik; (4) tingkatprestasi belajar siswa Kelas Reguler di SMPLaboratorium UM, yaitu: (a) tingkat prestasi belajarmata pelajaran Bahasa Indonesia termasuk dalamklasifikasi baik, (b) tingkat prestasi belajar matapelajaran Bahasa Inggris termasuk dalam klasifikasicukup, (c) tingkat prestasi belajar mata pelajaranMatematika termasuk dalam klasifikasi cukup, (d)tingkat prestasi belajar mata pelajaran IlmuPengetahuan Alam termasuk dalam klasifikasicukup, dan (e) tingkat rata-rata prestasi belajarsiswa Kelas Reguler termasuk dalam klasifikasicukup; (5) tidak ada hubungan yang signifikan antarapersepsi tentang JPT dan prestasi belajar siswaKelas Unggulan; (6) idak ada hubungan yangsignifikansi antara persepsi tentang JPT dan prestasibelajar siswa Kelas Reguler; (7) tidak adaperbedaan yang signifikan antara JPT siswa KelasUnggulan dan Reguler di SMP Laboratorium UM;dan (8) ada perbedaan yang signifikan antaraprestasi belajar siswa Kelas Unggulan dan Regulerdi SMP Laboratorium UM.

Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penelitiadalah: (1) bagi kepala SMP Laboratorium UM,

106 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 100-107

Page 16: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukandalam pelaksanaan proses pembelajaran agarprestasi belajar antara siswa kelas unggulan dankelas reguler dapat lebih meningkatkan. Padapelaksanaan JPT siswa kelas 9 di SMPLaboratorium UM lebih diperhatikan dalam prosespembelajarannya agar siswa mengerti akan tujuandiadakannya JPT, sehingga siswa lebih memanfaatpelaksanaan JPT untuk mengoptimalkan prestasibelajar siswa; (2) bagi guru SMP LaboratoriumUM, penelitian ini diharapkan dapat menjadimasukan agar guru dapat memperhatikan danmeningkatkan proses pembelajaran khususnyauntuk variasi dan inovasi yang dilakukan dalammengajar. Sehingga prestasi belajar danpelaksanaan JPT terhadap siswa kelas unggulan

maupun kelas reguler dapat berjalan denganmaksimal; (3) bagi siswa unggulan untuk dapat lebihmenggali potensi yang ada dalam dirinya sehinggapelaksanaan JPT dapat membantu siswa dalammeningkatkan prestasi belajar; (4) bagi siswareguler agar dapat memanfaatkan waktu dankesempatan dalam pelaksanaan JPT sehinggadapat membantu siswa untuk meningkatkanprestasi belajar di sekolah; dan (5) bagi penelitilain agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahanreferensi dan masukan untuk penelitian selanjutnya,dalam hal pengaruh pengadaan sarana prasaranaJPT, pengaruh kinerja guru dalam pelaksanaan JPTdan yang nantinya dikaitkan dengan prestasi belajarsiswa.

DAFTAR RUJUKAN

Djamarah, B. S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta:PT. Rineka Cipta.

Rental, Z. 2011. Pengaruh Kelas Unggulanterhadap Hasil Belajar Siswa. (Online),(http://anuraini-rental.blogspot.com/2011/08/pengaruh-kelas-unggulan-terhadap-hasil_17.html), diakses 23 Februari 2013).

Robbins, S. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 1.Jakarta: PT Indeks Karya Media.

Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi BelajarMengajar. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Setyosari, P. 2001. Rancangan Pembelajaran.Malang: Elang Mas.

Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal danProgram Pendidikannya. Jakarta: BumiAksara.

Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta: Andi.

Wiyono, B. B., dan Sunarni. 2009. EvaluasiProgram Pendidikan dan Pembelajaran.Malang: FIP Universitas Negeri Malang.

Christella dkk, Persepsi tentang Jam Pelajaran Tambahan 107

Page 17: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

HUBUNGAN PENDEKATAN MANAJEMEN KELASDENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Agustin Sa’adahMaisyaroh

Ahmad Supriyanto

E-mail: [email protected] AP FIP UM, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this study to determine: (1) the implementation of classroom managementapproaches undertaken by teachers, (2) the level of student motivation, (3) the relationship betweenthe implementation of classroom management approach to student motivation. This study uses aquantitative approach to the study design used is descriptive correlation study with a population of154 students, the number of samples 111. The data collection techniques are angket. Hasil dataprocessing was done with SPSS 10.0 for Windows by using the Pearson Correlation formula thenthere is a relationship between the implementation of classroom management with student motivation.

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) pelaksanaan pendekatan manajemen kelasyang dilakukan oleh guru, (2) tingkat motivasi belajar siswa, (3) hubungan antara pelaksanaanpendekatan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional, dengan populasi 154 siswa dan jumlahsampel 111. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan angket. Hasil pengolahan data yangtelah dilakukan dengan SPSS 10,0 for windows dengan menggunakan rumus Pearson Correlationmaka terdapat hubungan antara pelaksanaan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa.

Kata kunci: manajemen kelas, motivasi belajar siswa, prestasi belajar siswa

Tujuan Pendidikan Nasional Pemerintah RepublikIndonesia melalui Departemen PendidikanNasional berupaya mengadakan perbaikan danpembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, yaitudalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataanguru, peningkatan manajemen pendidikan, sertapembangunan sarana dan prasarana pendidikan.Dengan pembaharuan ini diharapkan dapatdihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengantuntutan jaman, yang pada akhirnya mutupendidikan di Indonesia meningkat.

Peningkatan mutu pendidikan diawali denganpeningkatan mutu kegiatan belajar mengajar yangdiselenggarakan di kelas, karena kelas merupakansegmen sosial dari kehidupan sekolah secarakeseluruhan. Gairah proses belajar dan semangatpencapaian prestasi belajar yang tinggi, amattergantung pada pembiasaan sehari-hari ataskehidupan yang terjadi di antara guru dan paraanak didiknya di dalam kelas.

Sebagai tenaga profesional, seorang gurudituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakandan mempertahankan kondisi belajar yang optimal

bagi tercapainya tujuan pengajaran. MenurutEkosiswoyo (1996:5) manajemen kelas adalahtahap-tahap dan prosedur untuk menciptakan danmempertahankan lingkungan belajar danpembelajaran yang kondusif. Menurut Usman(2003:97) pengelolaan kelas yang efektifmerupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya prosesbelajar mengajar yang efektif. Pengelolaandipandang sebagai salah satu aspekpenyelenggaraan sistem pembelajaran yangmendasar, diantara sekian macam tugas guru didalam kelas.

Di dalam kelas guru dituntut untuk bisamemberikan materi sesuai dengan kurikulum yangada dan juga bisa menciptakan kondisi kelas yangharmonis demi tercapainya tujuan pendidikan yangtelah ditentukan. Efektifitas pengelolaan kelassepenuhnya tergantung pada kecakapan seorangguru dalam mengenali hakikat masalah yangdihadapinya, baik ciri-cirinya tingkah laku yangtampak ataupun menurut norma-norma yangberlaku khusus di kelas dan yang berlaku umum dimasyarakat.

108

Page 18: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Berdasarkan uraian di atas, fungsimanajemen kelas sangat mendasar sekali karenakegiatan guru dalam mengelola kelas meliputikegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas,menciptakan iklim sosio emosional dan mengelolaproses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalammenciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatorproses belajar mengajar berlangsung secaraefektif.

Keberhasilan guru dalam menciptakankondisi yang optimal di dalam kegiatan belajarmengajar juga dapat mempengaruhi siswa untukbelajar dan menerima stimulus dengan tanggapanpositif yang pada akhirnya akan mempengaruhimotivasi siswa dalam belajar. Menurut Dimyati danMudjiono (1994:229) motivasi belajar adalahkekuatan mental yang mendorong terjadinya prosesbelajar. Lemahnya motivasi belajar dan tidakadanya motivasi belajar dalam diri siswa akanmelemahkan kegiatan belajar yang kemudian akandiikuti dengan rendahnya mutu hasil belajar, makadari itu motivasi belajar pada diri siswa perludiperkuat terus-menerus agar siswa memilikimotivasi belajar yang kuat dengan menciptakansuasana belajar yang mengembirakan.

Situasi atau keadaan kelas yang termotivasidapat mempengaruhi proses belajar maupuntingkah laku siswa. Siswa yang termotivasi untukbelajar akan sangat tertarik dengan berbagai tugasbelajar yang sedang mereka kerjakan. Gurusebagai seorang pengajar juga harus menatalingkungan atau suasana belajar secara bijaksana,sehingga siswa termotivasi untuk belajarmengetahui.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahuipelaksanaan pendekatan manajemen kelas yangdilakukan oleh guru SD Negeri Karangwidoro 01Kecamatan Dau Kabupaten Malang, 2)mengetahui tingkat motivasi belajar siswa SDNegeri Karangwidoro 01 Kecamatan DauKabupaten Malang, dan 3) mengetahui hubunganantara pendekatan manajemen kelas yangdilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajardengan tingkat motivasi belajar siswa di SD NegeriKarangwidoro 01 Kecamatan Dau KabupatenMalang.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptifkorelasional. Ditinjau dari variabel-variabelnya,penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam

penelitian yang bersifat korelatif karena penelitianini meneliti seberapa jauh hubungan variabel-variabel yang diteliti berdasarkan koefisien korelasi.

Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi,karena untuk melihat hubungan antara variabelpendekatan manajemen kelas sebagai variabelbebas (X) dan variabel motivasi belajar siswa kelasII sampai dengan kelas V di SD NegeriKarangwidoro 01 sebagai variabel terikat (Y).Dengan populasi 154 siswa dan diambil sejumlahsampel 111 siswa.

Adapun teknik pengumpulan data denganteknik angket/kuesioner. Dengan demikian angketyang disebarkan dalam penelitian ini merupakanalat untuk memperoleh data mengenai pelaksanaanpendekatan manajemen kelas dan motivasi belajarsiswa. Dalam penelitian ini penulis mengolah datadengan menggunakan bantuan komputer programSPSS 10.0 for windows.

HASIL

Jumlah item angket mengenai pendekatanmanajemen kelas ada 34 butir. Dari hasil penelitiandidapatkan bahwa variabel pelaksanaanmanajemen kelas terbukti 80 responden (72,08%)termasuk dalam kualifikasi baik, 17 responden(15,32%) termasuk dalam kualifikasi sangat baikdan 14 responden (12,6%) termasuk dalamkualifikasi kurang baik. Skor rata-rata yang didapatdari variabel pelaksanaan pendekatan manajemenkelas adalah 99,58 yang berarti masuk dalam skalainterval 87-113. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa pelaksanaan pendekatanmanajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01Malang berada dalam kualifikasi baik.

Jumlah angket dalam subvariabel pendekatanpengubahan tingkah laku ada 20 butir. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa variabelpendekatan pengubahan tingkah laku adalah 67responden (60,3%) termasuk dalam kualifikasibaik, 14 responden (12,6%) termasuk dalamkualifikasi sangat baik dan 30 responden (27,1%)termasuk dalam kualifikasi kurang baik. Skor rata-rata yang didapat dari variabel pelaksanaanpendekatan Pengubahan Tingkah Laku adalah 55,2yang berarti masuk dalam skala interval 52-67.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwapelaksanaan pendekatan manajemen kelas di SDNegeri Karangwidoro 01 Malang berada dalamkualifikasi baik.

Jumlah angket dalam sub variabel pendekatanIklim Sosio-emosional ada 6 butir Hasil penelitian

Sa’adah dkk, Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa 109

Page 19: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

menunjukkan bahwa variabel pendekatan iklimsosio emosional adalah 59 responden (53,2%)termasuk dalam kualifikasi baik, 33 responden(29,7%) termasuk dalam kualifikasi sangat baikdan 19 responden (17,1%) termasuk dalamkualifikasi kurang baik. Skor rata-rata yang didapatdari variabel pelaksanaan pendekatan Iklim Sosio-emosional adalah 18,4 yang berarti masuk dalamskala interval 16-20. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa pelaksanaan pendekatanmanajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01Malang berada dalam kualifikasi baik.

Jumlah angket dalam subvariabel pendekatanProses Kelompok ada 8 butir. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa variabel pendekatan proseskelompok adalah 46 responden (41,4%) termasukdalam kualifikasi baik, 62 responden (55,8%)termasuk dalam kualifikasi sangat baik dan 3responden (2,8 %) termasuk dalam kualifikasikurang baik. Skor rata-rata yang didapat darivariabel pelaksanaan pendekatan ProsesKelompok adalah 26 yang berarti masuk dalamskala interval 26-32. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa pelaksanaan pendekatanmanajemen kelas di SD Negeri Karangwidoro 01Malang berada dalam kualifikasi sangat baik.

Jumlah angket dalam subvariabel Motivasibelajar ada 27 butir. Berdasarkan hasil penelitianmenunjukkan bahwa variabel motivasi belajaradalah 48 responden (43,3%) termasuk dalamkualifikasi baik, 61 responden (54,9%) termasukdalam kualifikasi sangat baik dan 2 responden (1,8%) termasuk dalam kualifikasi kurang baik. Skorrata-rata yang didapat dari variabel motivasi belajaradalah 89 yang berarti masuk dalam skala interval87-106. Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa pelaksanaan pendekatan manajemen kelasdi SD Negeri Karangwidoro 01 Malang beradadalam kualifikasi sangat baik.

Jumlah pertanyaan dalam angket subvariabelMotivasi Belajar instrinsik ada 16 butir. Hasilpenelitian menunjukkanbahwa variabel motivasibelajar adalah 74 responden (66,7%) termasukdalam kualifikasi sangat baik, 36 responden(32,4%) termasuk dalam kualifikasi baik dan 1responden (1,8 %) termasuk dalam kualifikasikurang baik. Skor rata-rata yang didapat darivariabel motivasi belajar adalah 53,3 yang berartimasuk dalam skala interval 53-64. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaanpendekatan manajemen kelas di SD NegeriKarangwidoro 01 Malang berada dalam kualifikasisangat baik.

Jumlah pertanyaan dalam angket subvariabelMotivasi Belajar Ekstrinsik ada 11 butir. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa variabel motivasibelajar adalah 60 responden (54,1%) termasukdalam kualifikasi sangat baik, 48 responden(43,2%) termasuk dalam kualifikasi baik dan 3responden (2,7 %) termasuk dalam kualifikasikurang baik. Skor rata-rata yang didapat darivariabel motivasi belajar adalah 36 yang berartimasuk dalam skala interval 36-44. Dengandemikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaanpendekatan manajemen kelas di SD NegeriKarangwidoro 01 Malang berada dalam kualifikasisangat baik.

Hasil analisis korelasi Product Moment antarapelaksanaan pendekatan manajemen kelas denganmotivasi belajar siswa di SD Negeri Karangwidoro01 dengan jumlah N = 111 diperoleh rxy = 0,702sedangkan r tabel adalah 0,187 sehingga r hitung(0,702) > r tabel (0,187), dengan demikian makaHipotesis Nol (Ho) yang diajukan ditolak dengankata lain bahwa ada hubungan yang signifikan antaravariabel pelaksanaan pendekatan manajemen kelasdan variabel motivasi belajar siswa.

PEMBAHASAN

Menurut Djamarah dan Zaini dalam Swardi(2008:108) secara sederhana pengelolaan kelasberarti kegiatan pengaturan kelas untukkepentingan pengajaran. Menurut Mulyasa(2007:91) pengelolaan kelas merupakanketerampilan guru untuk menciptakan iklimpembelajaran yang kondusif danmengendalikannya jika terjadi gangguan dalampembelajaran.

Berdasarkan analisis yang dilakukan makadiperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwasekitar 72,08 % dari 111 siswa kelas II sampaidengan kelas V di SD Negeri Karangwidoro 01Kecamatan Dau Kabupaten Malang menyatakanbahwa guru mereka sering melakukan pendekatanmanajemen kelas, 15,32% menyatakan selalu dan12,6 % menyatakan kadang-kadang. Hal inididukung dengan nilai rata-rata dari pendekatanmanajemen kelas yang menunjukkan nilai sebesar99,58 dimana menurut kriteria skor dalam kuisionerpenelitian ini nilai tersebut termasuk ke dalamkategori ser ing. Dengan demikian, dapatdisimpulkan bahwa guru di SD NegeriKarangwidoro 01 Kecamatan Dau KabupatenMalang sering menerapkan pendekatanmanajemen kepada peserta didiknya.

110 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 108-113

Page 20: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Berdasarkan angket yang disebarkan pada111 responden tentang pendekatan pengubahantingkah laku yang meliputi variasi dalam pemberianpenguatan dan hukuman, cara pemberianpenguatan dan hukuman dan waktu memberikanpenguatan dan hukuman maka diperoleh hasilpenelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 60,3%dari siswa kelas II sampai dengan kelas V di SDNegeri Karangwidoro 01 Kecamatan DauKabupaten Malang menyatakan bahwa gurumereka sering melakukan pendekatan manajemenkelas yaitu modifikasi perilaku adalah 27,1%menyatakan kadang-kadang, dan sisanya sekitar126% menyatakan kondisi selalu, Hal ini didukungdengan nilai rata-rata dari pendekatan pengubahantingkah laku yang menunjukkan nilai sebesar 55,2dimana menurut kriteria skor dalam kuisionerpenelitian ini nilai tersebut termasuk ke dalamkategori ser ing. Dengan demikian, dapatdisimpulkan bahwa guru di SD NegeriKarangwidoro 01 Kecamatan Dau KabupatenMalang sering menerapkan pendekatanmanajemen yaitu modifikasi perilaku kepadasiswa-siswa didiknya.

Pendekatan manajemen iklim sosial emosionalyang diterapkan oleh guru di SD NegeriKarangwidoro 01 Kecamatan Dau KabupatenMalang menurut persepsi siswanya menunjukkankondisi sering sekitar 53,2%, kadang-kadangsekitar 24,3%, 15,3% menyatakan selalu, dansisanya sekitar 7,2% menyatakan tidak pernah.Nilai rata-rata persepsi siswa mengenai intensitaspenerapan pendekatan manajemen iklim sosialemosional yang dilakukan oleh guru di SD NegeriKarangwidoro 01 Kabupaten Malangmenunjukkan nilai sebesar 18,4 dimana menurutkriteria skor dalam kuisioner penelitian ini nilaitersebut termasuk ke dalam kategori sering dengandemikian berarti bahwa guru sering menerapkanpendekatan manajemen iklim sosial emosionalselama proses belajar mengajar.

Pendekatan manajemen yaitu proseskelompok yang diterapkan oleh guru di SD NegeriKarangwidoro 01 Kecamatan Dau KabupatenMalang menurut persepsi siswanya menunjukkankondisi sekitar 41,4 %, guru sering menerapkanpendekatan manajemen melalui proses kelompok,55,8 % selalu 2,8% kadang-kadang. Hal inimenunjukkan bahwa guru di SD NegeriKarangwidoro 01 Kecamatan Dau KabupatenMalang selalu melakukan pendekatan manajemendalam menghadapi siswanya selama proses belajarmengajar. Kondisi tersebut didukung dengan nilai

rata-rata pendekatan proses kelompok 26 dimanamenurut kriteria skor dalam kuisioner penelitianini nilai tersebut termasuk ke dalam kategori selalu.menurut siswa di SD Negeri Karangwidoro 01Kecamatan Dau Kabupaten Malang yangmenyatakan bahwa guru mereka selalumenerapkan pendekatan manajemen melaluiproses kelompok selama proses belajar mengajar.

Salah satu aspek psikologis yang ada padadiri seseorang adalah motivasi. Menurut Egsenck(Slameto, 2003:170) motivasi merupakan suatuproses yang menentukan tingkatan kegiatan,intensitas, konsisten, serta arah umum dari tingkahlaku manusia. Seseorang termotivasi atau terdoronguntuk melakukan sesuatu karena adanya tujuanatau kebutuhan yang hendak dicapai. Secaraumum, motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitumotivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi belajarpada penelitian ini menggunakan 2 indikator untukmengukur persepsi siswa terhadap motivasi belajaryaitu motivasi belajar instrinsik dan motivasiekstrinsik, berdasarkan angket yang disebarkandiketahui bahwa sekitar 54,9% dari 111 siswa kelasII sampai dengan kelas V di SD NegeriKarangwidoro 01 Kecamatan Dau KabupatenMalang memiliki motivasi belajar yang baik, 43,3%memiliki motivasi yang sangat baik, dan sisanyasekitar 1,2 % memiliki motivasi yang rendah. Halini didukung dengan nilai rata-rata dari motivasibelajar siswa perilaku yang menunjukkan nilaisebesar 89, di mana menurut kriteria skor dalamkuisioner penelitian ini nilai tersebut termasuk kedalam kategori baik.Dengan demikian, motivasibelajar siswa di SD Negeri Karangwidoro 01Kecamatan Dau Kabupaten Malang terkategoribaik.

Hasil analisis statistika deskriptif diketahuibahwa sekitar 69,37% siswa memiliki motivasibelajar siswa di SD Negeri Karangwidoro 01Kecamatan Dau Kabupaten Malang sering munculdari diri siswa sendiri, 25,23% menyatakan kadang-kadang, 4,50% menyatakan selalu, dan 0,90%menyatakan tidak pernah. Nilai rata-rata persepsiyang menunjukkan bahwa motivasi siswa-siswadi SD Negeri Karangwidoro 01 Kecamatan DauKabupaten Malang cenderung sering berasal daridiri siswa sendiri.

Sedangkan hasil analisis data dari variabelmotivasi ekstrinsik menunjukkan bahwa Sekitar58,56% siswa sering kali mendapatkan motivasibelajar siswa berasal dari lingkungan sekitar, bukandari diri siswa sendiri. Sekitar 32,43% motivasibelajar siswa kadang-kadang berasal dari

Sa’adah dkk, Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa 111

Page 21: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

lingkungan, 7,21% selalu berasal dari lingkungansekitar, dan 1,80% tidak pernah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasiswa-siswa di SD Negeri Karangwidoro 01Kecamatan Dau Kabupaten Malang memilikimotivasi belajar yang sering berasal dari faktorintrinsik bukan dari faktor ekstrinsik. Hal inididukung dengan nilai rata-rata skor sebesar 53,3%untuk indikator motivasi intrinsik sedangkanindikator motivasi ekstrinsik lebih rendah yaitu yang35,6% membuktikan bahwa motivasi belajar siswalebih dominan berasal dari niat dan keinginan pribadisiswa.

Analisis data yang telah dilakukan untukmencari apakah ada hubungan antara pelaksanaanpendekatan manajemen kelas dan motivasi belajarsiswa di SD Negeri Karangwidoro 01 didapatkanbahwa terdapat hubungan yang signifikan, hal iniditunjukkan oleh hasil pengolahan data yang telahdilakukan dengan SPSS 10,0 for windows denganmenggunakan rumus Pearson Correlationdidapatkan nilai r hitung sebesar 0,702 dengantingkat signifikan sebesar 0,05 untuk r tabel denganjumlah responden 111 dengan tingkat kepercayaan95% atau tingkat kesalahan 5 % didapatkan r tabelsebesar 0,187 hal ini dapat diartikan jika nilai rhitung 0,702> r tabel 0,187 maka terdapathubungan antara pelaksanaan manajemen kelasdengan motivasi belajar siswa.

Sugiyono (2004:216) memberikan penafsiranterhadap koefisien korelasi yang ditemukantersebut untuk nilai r hitung 0,702 dapat dikatakanbahwa hubungannya adalah termasuk kategorikuat, hal ini dapat difahami karena dari ketigapendekatan manajemen kelas kesemuanyamemiliki hubungan dengan motivasi belajar siswa,pendekatan pengubahan tingkah laku memilikihubungan dengan motivasi belajar siswa karena rhitung > r tabel (0,585 > 0,187), pendekatanpenciptaan iklim sosio emosional juga memilikihubungan dengan motivasi belajar siswa karena rhitung > r tabel (0,449 > 0,187) demikian puladengan pendekatan proses kelompok karena rhitung r hitung > r tabel (0,318 > 0,187).

Keunggulan penelitian ini dibandingkandengan penelitian sebelumnya adalah bawasannyapenelitian terdahulu hanya menemukan hubunganantara manajemen kelas dan motivasi belajar siswasecara menyeluruh, sedangkan penelitian ini di

samping memaparkan hubungan keduanya secaramenyeluruh juga memaparkan hubungan antarasetiap pendekatan manajemen kelas dan motivasibelajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pelaksanaan pendekatan manajemen kelasdi SD Negeri Karangwidoro 01 Malang sudah baik,yang berarti guru kelas II sampai dengan kelas Vtelah melaksanakan pendekatan manajemen kelasyaitu pendekatan pengubahan tingkah laku,pendekatan penciptaan iklim sosio–emosional danpendekatan proses kelompok. Namun dari ketigapendekatan tersebut pendekatan pengubahantingkah laku yang memiliki korelasi paling tinggidengan motivasi belajar siswa, disusul denganpendekatan sosio-emosional dan proses kelompok.Tingkat motivasi belajar siswa kelas II sampaidengan kelas V di SD Negeri Karangwidoro 01Malang adalah sangat tinggi. Terdapat hubunganyang kuat antara pelaksanaan pendekatanmanajemen kelas dengan motivasi belajar siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian disebutkanbahwa pelaksanaan pendekatan manajemen kelasdi SD Negeri Karangwidoro 01 Malang dalamkategori baik, namun untuk hasil penelitian tentangpendekatan sosio-emosional dan proses kelompokmasih kurang optimal dalam pelaksanaannya. Guruhendaknya lebih meningkatkan kemampuannyadalam melaksanakan pendekatan sosio-emosionaldan proses kelompok dalam kegiatan belajarmengajar di kelas agar dapat meningkatkanmotivasi belajar siswa.

Selain itu dari hasil penelitian tersebut bisadijadikan acuan bagi kepala sekolah untukmengadakan pembinaan guru, meningkatkan danmengembangkan kemampuannya dalammelaksanakan kegiatan manajemen kelas.Terutama dengan menggunakan pendekatan sosioemosional dan pendekatan kelompok sehingga adavariasi belajar bagi siswa dalam mengikuti prosesbelajar mengajar di kelas. Sehingga akan tercapailingkungan belajar dan pembelajaran yangkondusif.

112 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 108-113

Page 22: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

DAFTAR RUJUKAN

Dimyati dan Mudjiono.1994. Belajar danPembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Ekosiswoyo, R. et.al, 1996. Manajemen KelasSuatu Upaya untuk MemperlancarKegiatan Belajar. Semarang: IKIPSemarang Press.

Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional.Jakarta: Rosdakarya.

Usman, M. U. 2003. Menjadi Guru Profesional.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yangMempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi.Bandung: Alfabeta.

Swardi. 2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sa’adah dkk, Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa 113

Page 23: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIFPSIKOLOGIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DI ERA GLOBALISASI DAN MULTIKULTURAL

Agustinus HerminoViengdavong Luangsithydeth

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: Character education for students is education for shaping one’s personality throughcharacter education, the results are seen in action the students, which is in good behavior, honestresponsible, respect for others, hard work, and so on. In the era of globalization, multicultural present,the character education is essential in order to become the norm in the lives of students. The importanceof character education in schools, it requires school leaders to have a good insight into theimplementation of character education in the schools they lead.

Abstrak: Pendidikan karakter bagi siswa adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorangmelalui pendidikan budi pekerti. Hasilnya terlihat dalam tindakan nyata para siswa, yaitu dalamtingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati orang lain, kerja keras, dan sebagainya.Di era globalisasi yang multikultural dewasa ini, pendidikan karakter sangat penting guna menjadinorma dalam kehidupan siswa. Pentingnya pendidikan karakter di sekolah, menuntut pemimpin sekolahuntuk mempunyai wawasan yang baik terhadap penerapan pendidikan karakter di sekolah yangdipimpinnya.

Kata kunci: pendidikan karakter, perspektif psikologis, era globalisasi, multikultural

Pendidikan adalah kata kunci dalam setiap usahameningkatkan kualitas kehidupan manusia, dimanadidalamnya memiliki peranan dan objektif untuk‘memanusiakan manusia. Pendidikan padahakekatnya adalah proses pematangan danpendewaan diri. Melalui proses tersebut diharapkanmanusia dapat memahami apa arti dan hakekathidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankantugas hidup dan kehidupan secara benar. Karenaitulah fokus pendidikan diarahkan pada pembentukankepribadian unggul dengan menitik-beratkan padaproses pematangan kualitas logika, hati, akhlak, dankeimanan. Puncak pendidikan adalah tercapainyatitik kesempurnaan kualitas hidup.

Pengertian dasar pendidikan adalah prosesmenjadi, yakni menjadikan seseorang menjadidirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat,watak, kemampuan, dan hati nuraninya secarautuh. Pendidikan tidak dimaksudkan untukmencetak karakter dan kemampuan peserta didiksama seperti gurunya. Proses pendidikan diarahkanpada proses berfungsinya semua potensi pesertadidik secara manusiawi agar mereka menjadi

dirinya sendiri yang mempunyai kemampuan dankepribadian unggul.

Sebagai suatu proses, pendidikan dimaknaisebagai semua tindakan yang mempunyai efekpada perubahan watak, kepribadian, pemikiran, danperilaku. Dengan demikain, pendidikan bukansekedar pengajaran dalam arti kegiatanmentransfer ilmu, teori, dan fakta-fakta akademiksemata, serta pencetakan ijasah semata. Lebihdalam lagi, pendidikan pada hakekatnyamerupakan proses pembebasan peserta didik dariketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidak-berdayaan, ketidakbenaran, ketidak-jujuran, dandari buruknya hati, akhlak, dan keimanan(Mulyasana, 2011:2).

Kompleksitas sistem pendidikan yang ada diIndonesia khususnya, mengharuskan pendidikdapat memposisikan dirinya bukan hanya sebagaipengajar saja tetapi lebih dalam kapasitas sebagaiseorang pendidik, yang dengan tulus mencurahkanenergi dan kemampuannya untuk mencerdasakanpeserta didiknya. Dengan demikian, maka sebuahpendidikan yang dibangun di atas

114

Page 24: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

kelemahlembutan, lebih mudah membuahkan hasildari pada pendidikan yang dibangun di ataskekerasan, dan intimidasi (Kazhim, 2011: 42).

Berkenaan dengan pendidikan karakter(Gunawan, 2012) adalah pendidikan untukmembentuk kepribadian seseorang melaluipendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihatdalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah lakuyang baik, jujur bertanggung jawab, menghormatiorang lain, kerja keras, dan sebagainya. Pernyataantersebut selaras dengan yang pernah ditulissebelumnya oleh Jessup (1969: 4) yaitu “The firstfunction of education in human society, in pointof time, is to direct and accelerate learning insuch a way that the rising generation will bewell prepared for adult life”.

Dalam perkembangan Bangsa Indonesia,Bapak pendiri Bangsa Indonesia, yaitu presidenpertama Republik Indonesia, Ir. Soekarnomenyatakan bahwa “Bangsa ini harus dibangundengan mendahulukan pembangunan karakter(character building) karena character buildinginilah akan membuat Indonesia menjadi bangsayang besar, maju dan jaya, serta bermartabat, kalaucharacter building ini tidak dilakukan, makabangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli”.

Sementara itu, di dalam kebijakan nasional,antara lain ditegaskan bahwa pembangunankarakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalamproses berbangsa dan bernegara. Sejak awalkemerdekaan, bangsa Indonesia telah bertekaduntuk menjadikan pembangunan karakter bangsasebagai bahan penting dan tidak dipisahkan daripembangunan nasional. Hal ini juga sepertidiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalyang pada pasal 3 yang menegaskan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradabanbangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yangberiman, bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, danmenjadi warga negara yang demokratisserta bertanggung jawab.

Lebih lanjut, penelitian-penelitian pendukungberkenaan dengan psikologi dalam pendidikan

karakter anak di sekolah, menjadi sesuatu yangdapat disalurkan pada aktifitas-aktifitas positif padaanak-anak sekolah di Amerika Serikat (USA) telahbanyak dilakukan oleh para pakar pendidikan,diantaranya Kohlberg (dalam Welton & Mallan,1981) yang meneliti tentang pendidikan moraldalam strategi pembelajaran pada anak-anak;Moore (dalam Spodek, 1982) yang meneliti tentanghubungan sosial anak-anak di kelas dan sekolahsebagai pengaruh dalam pembelajaran moral dikelas; Bushell (dalam Spodek, 1982) yang menelititentang model pembelajaran moral di kelas padaanak-anak di sekolah; Conant (dalam Roche, 1985)yang meneliti tentang pengembangan kurikulum disekolah berkenaan dengan pendidikan moral;McDonald (dalam Olsen & Fuller, 2003) yangmeneliti tentang peran pendampingan guru danorangtua pada anak-anak; Yin Lim (dalam Olsen& Fuller, 2003) yang meneliti tentang modelketerlibatan orangtua pada pendidikan anak-anakdi taman kanak-kanak; Glessner (dalam Olsen &Fuller, 2003) yang meneliti tentang modelketerlibatan orangtua pada pendidikan anak-anakdi sekolah dasar; Cornell, Peterson, & Richards(1999) yang meneliti tentang hubungan marahdengan situasi sosial bawaan, yang selanjutnyaakan dibawa hingga ke sekolah. Pada penelitiantersebut, ditemukan bahwa amarah merupakanfaktor predisposisi dari perilaku agresif dan amarahitu paralel dengan dorongan agresi (Berkowitz,2003).

Berkenaan dengan era globalisasi danmultikultural, hal ini seperti dikemukakan dalampenelitian yang dilakukan oleh Fallon dan Barnett(2009) bahwa berkenaan dengan era globalisasi,maka peran guru bersama para administratorsekolah harus berkerja bersama untukmeningkatkan kualitas siswanya baik dari sisiakademis maupun non akademis sehingga dapatdicapai hasil pembelajaran yang maksimal.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankajian pustaka. Sedangkan tujuannya adalah untukmendapatkan model dan strategi pendidikankarakter pada siswa Sekolah Menengah Pertama(SMP) berkenaan dengan era globalisasi danmultikultural dengan mengacu pada kajian hasil-hasil penelitian relevan. Pemaknaan terhadap datadilakukan berdasarkan kedalaman atas fakta-faktayang diperoleh pada penelitian oleh para penelitisebelumnya, yang selanjutnya dimaknai untuk

Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 115

Page 25: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

mendapatkan model yang cocok dan relevandengan situasi di Indonesia. Penelitian inidiharapkan dapat menemukan pola atau strategipendidikan karakter pada siswa Sekolah MenengahPertama (SMP) berkenaan dengan era globalisasidan multikultural.

Pembahasan secara mendalam didukungdengan hasil-hasil penelitian atau pendapat olehpara peneliti sebelumnya tersebut adalah sejalandengan yang dikemukakan oleh Creswell (2009:25) yaitu “The literature review accomplishesseveral purposes. It shares with the reader theresult of other studies that are closely relatedto the on being undertaken”. Demikian pulaMcAlpine & Amundsen (2011:211), yaitu:

We must recognize that we benefit aswell and will be able to apply our learningto various academic roles (researchers,supervisors, teachers, programdirectors). This approach to knowledgeand identity development has thepotential to bring about individual changein ways of thinking and acting, even ifinstitutional change is not yet anoutcome.

Selanjutnya Mertens (2010: 225) jugamenegaskan perihal penelitian kualitatif, yaitu:“There are key words associated withqualitative methods include complexity,contextual, exploration, discovery, andinductive logic”. Berdasarkan pendapat ilmiahtersebut, hasil pembahasan dalam penelitian inidiharapkan dapat menemukan makna danmemberikan kontribusi pada temuan relevan.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh parapeneliti sebelumnya (Misco, 2007; Chattopadhay,2013; Holgado, et.al., 2013; Wagner, 2013)mengemukakan bahwa pendidikan karakter sangatpenting diberikan kepada anak-anak di sekolah, halini agar anak-anak mengerti akan pentingnya nilai-nilai moral kemanusiaan dan dapat menghormatiterhadap situasi dan kondisi lingkungannya.Ditegaskan pula, bahwa pendidikan karaktersangat bermanfaat dalam menyiapkan siswa dalamkehidupan di era globalisasi. Kondisi tersebutsejalan seperti yang dikemukakan oleh CarolCopple, Richard de Lisi, dan Irving Sigel sepertitertulis (dalam Spodek, 1982: 3), yaitu “… Thedevelopment of the child is viewed as simpleone type of behavioral change. For the leaningtheorist, intellectual development consists of an

accumulation of gradual learnings, of changesin specific behaviors”.

Berkenaan dengan nilai-nilai pembelajaranyang terkandung dalam muatan kurikulum, makapenelitian yang dilakukan oleh para penelitisebelumnya (Misco, 2007; Peng, et.al., 2013;Agrawal, 2013; Mason, 2013) dikemukakan bahwakurikulum yang digunakan pada sekolah-sekolahadalah kurikulum yang hendaknya relevan dengankebutuhan sekolah tersebut, baik untukkepentingan akademis, maupun berkenaan denganperkembangan moral bagi anak-anak di sekolahtersebut yang tetap dalam kaidah nilai-nilai yangmenjadi kekhasan dalam pendidikan di sekolah-sekolah yang ada. Terhadap nilai-nilai tersebut,maka hal ini juga sejalan seperti yang dikemukakanoleh Allport, sebagaimana dikutip oleh Kadarusmadi(1996: 55) menyatakan bahwa nilai adalah: “abelief upon which a man acts by preference. Itis this a cognitive, a motor, and above all, adeeply propriate disposit ion”. Pengertiantersebut berarti bahwa nilai itu merupakankepercayaan yang dijadikan preferensi manusiadalam tindakannya. Manusia menyeleksi ataumemilih aktivitas berdasarkan nilai yangdipercayainya. Begitu pula Ndraha (1997: 27-28)menyatakan bahwa nilai bersifat abstrak, karenaitu nilai pasti termuat dalam sesuatu. Sesuatu yangmemuat nilai (vehicles) ada empat macam, yaitu:raga, perilaku, sikap, dan pendirian dasar.

Terhadap kemampuan guru di dalammengajarkan pendidikan karakter di sekolah, hal iniseperti yang telah dilakukan oleh para penelitisebelumnya (Mayer, et.al., 2004; Chan, 2011;Skaalvik & Skaalvik, 2013; Kopnina, 2013; Mills &Quinn, 2013; Twigg, et.al., 2013), bahwa sangatdiperlukan dalam memahami situasi yang ada, baikdiri siswa maupun di dalam sekolah. Hal ini pentingkarena dengan adanya pemahaman yang baik olehguru ketika memberi pelajaran di sekolah, dimanadi dalam mata pelajaran terkandung nilai-nilaipendidikan karakter yang hendak dicapai, makasecara tidak langsung guru pun telah memberikanpemahaman yang baik bagi siswa untuk bagaimanaseharusnya dalam belajar, dan hal ini dapat dilakukansejak pendidikan usia dini. Bahkan hasil penelitianoleh Mayer, et.al. (2004) ditegaskan bahwa denganpemahaman pendidikan karakter yang baik bagi parasiswa, maka sebenarnya telah memposisikan siswatersebut dalam kondisi keseimbangan EmotionalIntelligence (EI) yang baik.

Pendidikan karakter di era globalisasi, tidakberlaku hanya bagi siswa-siswa yang berada di

116 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

Page 26: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

daerah perkotaan saja atau pada sekolah-sekolahyang mempunyai siswa yang heterogen, tetapi jugaberlaku bagi semua pendidikan disegala daerah.Hal ini seperti hasil penelitian oleh para penelitisebelumnya (Hannum, et.al., 2013; Sargent, et.al.,2013; Scherrer, 2013; Twigg, et.al. 2013),dikemukakan bahwa pendidikan di daerah yangjauh dari kota pun tetap perlu mendapatkan danmemahami pentingnya pendidikan karakter disekolah. Namun demikian untuk sekolah-sekolahyang terletak jauh dari perkotaan, dimana budayamasih dijunjung kuat sebagai norma kehidupan.Maka pembelajaran pendidikan karakter tidak akansesulit ketika mengajarkannya pada siswa didaerah perkotaan, dimana pola pikir dankemajemukan dalam kehidupan sehari-hari dapatmempengaruhi perkembangan kepriba-dian danperilaku siswa.

Kepemimpinan pendidikan yang dalam hal iniadalah kepala sekolah, juga menjadi kajian dalampenerapan pendidikan karakter. Hal ini seperti hasilpenelitian oleh para peneliti sebelumnya (Shockley,2008; Mills & Quinn, 2013; Fallon & Barnett, 2009;Greenberg, et.al., 2007; Kalargyrou, et.al, 2012)yaitu bahwa sebagai seorang pemimpin pendidikanmaka kepala sekolah harus dapat mencermatikeragaman yang ada pada sekolah tersebut, baikdari sisi siswanya maupun kondisi lingkungansekolah, sehingga dengan demikian sekolah dapatmemposisikan keberadaannya pada situasi dankondisi kebutuhan yang diperlukan oleh parasiswanya, bukan hanya disekolah saja tetapi akandibawa pada kehidupan sosial masyarakat di luarsekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Psikologi Perkembangan Siswa Sekolah MenengahPertama

Secara umum, istilah perkembangan manusiamerujuk pada bagaimana manusia tumbuh,menyesuaikan diri, dan berubah sepanjangperjalanan hidup mereka, melalui perkembanganfisik, perkembangan kepribadian, perkembangansosioemo-sional, perkembangan kognitif ataupikiran, serta perkembangan bahasa (Slavin, 2008:40). Sejalan dengan hal tersebut Upton (2012:2)mengemukakan bahwa perkembangan manusiamerupakan bagian dari psikologi perkembangan,yang dalam hal ini adalah studi ilmiah tentangperubahan-perubahan pikiran dan perilaku yangberkaitan dengan usia.

Salah satu tokoh yang mencetuskantentang teori perkembangan adalah Erik Erikson(1920-1994), yang merupakan seorang psikoanalis.Di dalam teori perkembangan yang dikemukakanolehnya, Erikson memberikan banyak penekananpada aspek-aspek sosial dan budayaperkembangan, ser ta meyakini bahwaperkembangan berlangsung seumur hidup, bukansekedar pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang menentukan kesehatan psikologis dimasa dewasa. Terhadap tahap perkembangantersebut, didasarkan atas dasar keberhasilanpenuntasan tahap sebelumnya dan tantangan-tantangan dalam setiap tahap yang t idakdituntaskan dengan baik kemungkinan akan munculkembali berupa masalah-masalah di masamendatang (Upton, 2012: 22).

Berkenaan dengan masa remaja, Eriksonjuga memberikan pandangan bahwa masa remajasebagai periode hiruk-pikuk, penuh kekacauan dankebimbangan yang disebabkan oleh perubahan-perubahan hormonal dan krisis-krisis identitas.Begitu pula Uston (2012) juga menegaskan bahwabagi minoritas remaja, masa remaja dapat sangatbermasalah. Meski demikian, penting untukmengetahui bahwa anak-anak yang mengalamimasa emosional di masa remaja biasanya memilikimasalah emosional yang sudah terjadi sebelumnya,perkembangan identitas dimasa remaja terkaitdengan pencarian identitas diri, sehinggamemungkinkan identitasnya menjadi tidak stabil,serta para remaja yang nakal kemungkinan telahmemiliki masalah-masalah perilaku semasa kanak-kanaknya.

Kondisi psikologis yang ada pada siswa-siswaremaja yang dalam hal ini adalah siswa siswiSekolah Menengah Pertama (SMP), hal ini jugasejalan seperti dikemukakan oleh Berkowitz(2008) dalam Samani & Hariyanto (2011: 16)bahwa: 1) satu-satunya cara untuk membangundunia yang lebih bermoral adalah denganmenciptakan manusia yang lebih bermoral; 2)pentingnya perwujudan kata pepatah yangmengatakan “Perilaku anak adalah satu-satunyabahan pertanggungjawaban yang dapat dimintakepada orangtua (a child is the only substancefrom which a responsible adult can be made)”;3) sekolah memiliki peranan dan pengaruh yangkuat dan ekstensif terhadap para muda karenamereka menghabiskan sebagian besar waktunyabertahun-tahun, sejak masih anak-anak sampaidewasa di sekolah.

Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 117

Page 27: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Nilai dalam Pendidikan Karakter

Dalam kajian lebih dalam, istilah “nilai” tidakmudah untuk diberikan batasan secara pasti. Inidisebabkan karena nilai merupakan sebuah yangrealitas yang abstrak (Ambroisje dalam Kaswardi,1993). Begitu pula menurut Rokeach dan Bank(dalam Thoha, 1996), nilai adalah suatu tipekepercayaan yang berada dalam ruang lingkupsistem kepercayaan dimana seseorang bertindakatau menghindari suatu tindakan, atau mengenaisuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.Ini berarti hubungannya dengan pemaknaan ataupemberian arti suatu objek.

Nilai juga dapat diartikan sebagai sebuahpikiran (idea) atau konsep mengenai apa yangdianggap penting bagi sesorang dalamkehidupannya (Fraenkel dalam Thoha, 1996).Selain itu, kebenaran sebuah nilai juga tidakmenuntut adanya pembuktian empirik, namun lebihterkait dengan penghayatan dan apa yangdikehendaki atau tidak dikehendaki, disenangi atautidak disenangi oleh seseorang. Nilai-nilai memilikidua macam atribut, yaitu isi dan intensitasnya.Atribut isi (content) adalah berkaitan denganapakah sesuatu itu penting. Sedangkan atributintensitas menyangkut sejauh mana tingkatkepentingannya. Ketika kita merangking nilai-nilaiseseorang berdasarkan intensitasnya, kitamendapatkan sistem nilai dari orang tersebut. Padadasarnya semua orang memiliki hirarki nilai yangmembentuk sistem nilai pribadinya. Sistem ini dapatdiketahui melalui pandangan orang tentang tingkatkepentingan suatu nilai seperti kemerdekaan(kebebasan), kesenangan, harga diri, kejujuran,kepatuhan, dan kesamaan.

Rokeach dalam Ndraha (1997: 20)menyatakan “A value system is a learnedorganization of principles and rules to help onechoose between alternatives, solve conflict, andmake decision.” Artinya suatu sistem nilaimerupakan prinsip-prinsip dan aturan-aturan yangdapat dipelajari dalam suatu organisasi untukmembantu seseorang memilih di antara berbagaialternatif, menyelesaikan konflik dan membuatkeputusan. Lebih lanjut diungkapkan oleh Fraenkelpada tahun 1973 (dalam Welton & Mallan, 1981:155) “No one has ever seen a value. Likeconcepts and ideas, values exist only in ourminds. Values are standards of conduct, beauty,efficiency, or worth that individuals believe inand try to live up to or maintain”.

Dari berbagai pendapat di atas, dapatdimengerti bahwa nilai merupakan suatu keyakinanatau kepercayaan yang menjadi dasar bagiseseorang atau sekelompok orang untuk memilihtindakannya, atau menilai sesuatu yang bermaknaatau tidak bermakna bagi kehidupannya.Sedangkan sistem nilai adalah suatu peringkat yangdidasarkan pada suatu peringkat nilai-nilai seorangindividu dalam hal intensitasnya. Dengan demikianuntuk mengetahui atau melacak sebuah nilai harusmelalui pemaknaan terhadap kenyataan-kenyataan lain berupa tindakan, tingkah laku, polapikir dan sikap seseorang atau sekelompok orang.Pemaknaan tersebut merupakan bentuk darikematangan spiritual dan kematangan fungsimental. Untuk kematangan spiritual, hal ini sejalandengan yang dikemukakan dalam Soedjatmoko(2010: 179) yaitu bahwa menghadapi masa depanyang serba tidak pasti ini, langkah dasar lain yangtimbul di berbagai masyarakat ialah usaha untukmengembangkan dan menyebarluaskan suatu sikapmental baru, yang mampu memberikankemantapan spiritual. Sedangkan sehubungandengan kematangan fungi mental, maka Vygotsky(dalam Adisusilo, 2012: 169) menandaskan bahwakematangan fungsi mental anak justru terjadi lewatproses kerja sama dengan orang lain.

Peranan Kepala Sekolah

Peran kepala sekolah dalam mempimpinsekolah mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagaipemimpin dan manajer dalam bidang pendidikandisekolah yang dipimpinnya; sebagai pemimpinsekolah untuk menakodai jalannya roda organisasisekolah dan menghasilkan siswa-siswa berprestasidan berbudi pekerti baik; dan sebagai pengayomsemua warga sekolah agar secara bersama bahumembahu memajukan pendidikan di sekolahtersebut. Kondisi ini juga seperti dikemukakan olehMaxwell (dalam Simon, 2010: 16) bahwa agarmaju dalam kepemimpinan sekolah, maka kepalasekolah perlu dahulukan kepentingan sekolah.Pemimpin sejati adalah melayani, yaitu melayaniorang lain, melayani kepentingan mereka, dandalam melakukannya takkan selalu popular, takkanselalu mengesankan. Pendapat tersebut jugasejalan dengan yang dikemukakan dalam Mulyasa(2011: 67) bahwa secara sederhana kepemimpinankepala sekolah dapat diartikan sebagai cara atauusaha kepala sekolah dalam memengaruhi,mendorong, membimbing, mengarahkan,memberdayakan, dan menggerakkan guru, staf,

118 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

Page 28: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

peserta didik, orangtua peserta didik, komitesekolah, dewan pendidikan, dan pihak lain yangterkait, untuk mencapai tujuan pendidikan karakter.

Berkenaan dengan kepemimpinannya, kepalasekolah sebagai leader sekaligus sebagai managerdalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah,dan guru merupakan leader dan manager dalampelaksanaan pendidikan karakter di kelas (Wiyani,2012: 68). Kepala sekolah memberikan instruksikepada guru untuk memimpin dan me-manage parasiswa melalui kegiatan transformasi nilai-nilai luhurberdasarkan aturan yang ada maupun kekhasannilai-nilai pendidikan yang ada pada sekolah yangdipimpinnya. Terhadap hal ini juga sepertidikemukakan World Bank (1999) dalam Rivai &Murni (2009: 789) “Give people a handout or atool, and they will live a litte better. Give theman education, and they will change the world”.Terhadap hal ini maka kepala sekolah pada sekolahperlu menekankan kepada para guru untukmenyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) dengan baik serta mencantumkan indikatorkarakter yang ingin dicapai dalam pembelajarantersebut.

Peran Guru dalam Tataran Kelas

Guru memegang peranan yang sangatstretegis terutama dalam membentuk karakter sertamengembangkan potensi siswa. Keberadaan guruyang handal di sekolah, baik secara perilakumaupun akademis pada saat pembelajaran akanmemposisikan guru sebagai sosok yang digugudan ditiru. Pada sekolah pada umumnya, peranguru sebagai role model akan sangat terlihat. Halini karena disekolah guru merupakan sumberpengetahuan bagi siswa. Pembangunan karaktertidak hanya sebatas dalam kebiasaan menasihatisiswa. Karakter hanya terbentuk denganpersentuhan kualitas kepribadian dalam prosesbelajar bersama (Noor, 2012: 124).

Pada tataran kelas, guru merupakan faktorpenting yang besar pengaruhnya terhadapkeberhasilan pendidikan karakter di sekolah,bahkan sangat menentukan berhasil tidaknyapeserta didik dalam mengembangkan pribadinyasecara utuh (Mulyasa, 2011: 63). Dikatakandemikian, karena guru merupakan figur utamaserta contoh dan teladan bagi siswa. Oleh karenaitu, dalam pendidikan karakter guru harus mulaidari dirinya sendiri agar apa-apa yang dilakukannyadengan baik menjadi baik pula pengaruhnyaterhadap siswa.

Guru pada tataran kelas maupun sekolah jugabertugas untuk memberikan keteladanan pagi parasiswa. Adanya keteladanan yang dicontohkan sertadiwacanakan oleh kepala sekolah pada sekolahyang dipimpinnya, dan hal ini juga sejalan denganyang dikemukakan oleh Dakir (2010: 101) “….Penanaman pengertian yang benar dan yangselanjutnya kalau langkah-langkah tersebut dapatdilaksanakan dengan baik, diharapkan bagi pesertadidik akan mempunyai sikap (attitudes), kemudiannilai (values), dan akhirnya terbentuklah suatukepribadian (personality) yang agamis”.

Berkenaan dengan penyiapan RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP), maka gurudalam hal ini haruslah cermat dan professional agarnilai-nilai karakter yang diharapkan dapat dicapaioleh para siswa. Pada hal tersebut, maka guru jugaharus dapat mengintegrasikan kondisi sekolah padapembelajaran yang dilakukan di kelas, sehinggaRPP yang telah disiapkan oleh guru dan disetujuioleh kepala sekolah dapat dilaksanakan denganbaik. Terhadap hal ini, Fitri (2012: 46) jugamengemukakan bahwa strategi pendidikankarakter dapat dilihat dalam empat integrasi, yaitu:1) integrasi ke dalam mata pelajaran, 2) integrasimelalui pembelajaran tematik, 3) integrasi melaluipenciptaan suasana berkarakter dan pembiasaan,4) integrasi melalui kegiatan ektrakurikuler, dan 5)integrasi antara program pendidikan sekolah,keluarga, dan masyarakat.

Di la in pihak, peran guru BimbinganKonseling (BK) merupakan sebuah kebutuhan disekolah sebagai pendukung pelaksanaan programpendidikan karakter, dan juga sebagai salah satubentuk kepedulian dari sekolah untuk membantumengatasi terhadap siswa yang mempunyaimasalah, sehingga masalah bisa terpecahkan dansiswa tetap dapat belajar dan berprestasi di sekolahtersebut. Hal ini juga seperti dikemukakan dalamHamalik (2010: 183) bahwa guru memegangperanan utama dan bertanggung jawabmembimbing para siswa untuk mengembangkanpotensi yang dimilikinya dan membantumemecahkan masalah dan kesulitan para siswayang dibimbingnya, dengan maksud agar siswatersebut mampu secara mandiri membimbingdirinya sendiri.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Berkarakter

Joseph dan Leonard tahun 1982 (dalamMulyasa, 2011: 85) mengemukakan bahwa

Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 119

Page 29: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

“Teaching without adequate written planning issloopy and almost always ineffective, becausethe teacher has not thought out exactly what todo and how to do it”. Kutipan ini bermakna akanpentingnya RPP bagi suksesnya pelaksanaanpendidikan karakter di sekolah. Guru professionalharus mampu mengembangkan RPP berkarakteryang baik, logis, dan sistematis, karena di sampinguntuk melaksanakan pembelajaran, RPP tersebutmengemban “professional accountability”,sehingga guru dapat mempertanggungjawabkan apayang dilakukannya. RPP berkarakter yangdikembangkan guru memiliki makna yang cukupmendalam bukan hanya kegiatan rutinitas untukmemenuhi kelengkapan administratif, melainkancermin dari pandangan, sikap dan keyakinanprofessional guru mengenai apa yang terbaik untuksiswanya. Oleh karena itu, setiap guru harus memilikiRPP yang matang sebelum melaksanakanpendidikan karakter, baik persiapan tertulis maupuntidak tertulis.

Sehubungan dengan RPP berkaraktertersebut, Mulyasa (2011: 84) mengemukakanbahwa terdapat beberapa hal penting yang perludiperhatikan, yaitu: a) RPP berkarakter dipandangsebagai suatu proses yang secara kuat diarahkanpada tindakan mendatang, misalnya untukpembentukan karakter, dan mungkin akanmelibatkan orang lain, seperti pengawas, dankomite sekolah; b) RPP berkarakter diarahkanpada tindakan di masa mendatang (future action),yang dihadapkan kepada berbagai masalah,tantangan, dan hambatan yang tidak jelas, dan tidakpasti (semerawut/chaos); dan c) RPP berkaraktersebagai bentuk kegiatan perencanaan erathubungannya dengan bagaimana sesuatu dapatdikerjakan. Oleh karena itu, RPP yang baik adalahyang dapat dilaksanakan secara optimal dalampembelajaran dan pembentukan karakter pesertadidik.

Pembelajaran Pengalaman

Konsep “pembelajaran pengalaman” yangselanjutnya dapat diartikan dalam bahasa Inggrisdengan istilah learning experience. Berkenaandengan hal tersebut, Welton dan Mallan (1981)memberi istilah sebagai “experience and conceptlearning”, yaitu sebuah sistem pembelajaran yangdirancang berdasarkan usia anak-anak yangdipadukan dengan pengalaman anak danpengalaman guru yang dirancang sedemikian rupadisesuaikan dengan tahapan umur anak pada

jenjang pendidikan anak usia dini. Adapun alasanrasional dari “experience and concept learning”tersebut adalah: (1) Bahwa pada masa pendidikan,usia anak merupakan masa peka yang penting bagianak untuk mendapatkan pendidikan. (2)Pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan,termasuk stimulasi yang diberikan oleh orangdewasa akan memperngaruhi kehidupan anak dimasa mendatang. (3) Bahwa dengan kondisinomor 1 dan 2 diatas, maka diperlukan upaya yangmampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuhkembangnya berupa kegiatan pendidikan danpembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan danminat anak. (4) Selanjutnya dengan kondisi nomor3 diatas, maka tingkat pencapaian perkembanganyang terjadi pada setiap anak adalahmenggambarkan rentang pertumbuhan danperkembangan yang mungkin dilalui dan dicapaianak secara berurutan dan berkesinambungan.Dan (5) Bahwa tingkat perkembangan yangdicapai anak pada masa tersebut akan menjadidasar pendapaian perkembangan pada tahapberikutnya.

Penjabaran di atas juga sejalan dengan yangdikemukakan oleh Carol Copple, Richard de Lisi,dan Irving Sigel seperti tertulis dalam Spodek (1982:3), yaitu “… The development of the child isviewed as simple one type of behavioralchange. For the leaning theorist, intellectualdevelopment consists of an accumulation ofgradual learnings, of changes in specificbehaviors”. Dengan demikian, mengetahuipengelolaan pendidikan karakter disekolah padaanak-anak, khususnya pada anak usia remaja diSekolah Menengah Pertama (SMP), harusdicermati secara sistem, mulai dari tingkat individuanak, kelompok, hingga pada konteks sekolah. Halini adalah dalam rangka menciptakan program yangcocok bagi sekolah dalam mencermati pengelolaanpendidikan karakter anak, sejak awal tahun ajaranbaru di sekolah. Adapun informasi awal terhadapsituasi dan kondisi secara keseluruhan dari anak-anak yang akan diterima pada tahun ajaran barudisekolah adalah berdasarkan informasi dariorangtua calon siswa sekolah tersebut saatdilakukan wawancara oleh pihak sekolah kepadamasing-masing orangtua dan anak.

Berdasarkan keseluruhan penjelasan diatas,maka konsep pendidikan karakter dalam perspektifpsikologis siswa Sekolah Menengah Pertama(SMP) di era globalisasi dan multikultural, dapatdigambarkan bahwa seperi pada Gambar 1 dibawah ini.

120 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

Page 30: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Managing MainstreamSystems

Managing Groups

ManagingIndividuals

Gambar 1 Tiga Level Intervensi dalamPengelolaan Pendidikan Karakter

Merujuk dari gambar di atas, terdapat tigalevel intervensi yang harus dicermati dalampengelolaan pendidikan karakter yaitu: 1)managing individual, yang dalam hal ini adalahpada tataran siswa. Pada level ini semua informasimengenai kondisi anak akan dicermati oleh gurusecara individu, khususnya bagi anak-anak yangmempunyai masalah khusus terutama dari kondisilingkungan keluarga. Peran guru, khususnya walikelas sangat penting pada tahap ini karena selainberperan sebagai pengajar dan pendidik, maka walikelas adalah wakil orangtua yang diharapkan dapatmenjadi pendukung bagi perkembangan dankemajuan pendidikan bagi anak tersebut; 2)managing groups, yang dalam hal ini adalah padatataran kelas. Peran masing-masing guru matapelajaran dalam berkoordinasi dengan wali kelassangat penting, karena setiap guru mata pelajaranakan mencermati setiap siswanya dalam kelasyang selanjutnya akan dikoordinasikan dengan walikelas; dan 3) managing mainstream systems, yangdalam hal ini adalah pada tataran sekolah. Peranguru mata pelajaran, wali kelas, dalamberkoordinasi dengan kepala sekolah sangatpenting guna mencermati proses belajar mengajarsecara keseluruhan, serta kebijakan sekolah dalamhal perilaku siswa dalam pendidikan. Berkenaandengan keseluruhan penjelasan tersebut, hal ini jugasejalan dengan teori pendukung, seperti teori sosialkognitif seperti yang dikemukakan oleh Bandura(1986) dalam Wentzel & Wigfield (2009: 35)sebagai berikut:

In Bandura’s (1986) social cognitivetheory, human functioning resultsfrom a dynamic interplay amongpersonal, behavioral, and environ-

mental infl uences. In this conceptionof reciprocal determinism, (a)personal factors in the form ofcognitions, affects, and biologicalevents, (b) behaviors, and (c)environmental influences, createinteractions that result in a triadicreciprocality. Social cognitive theoryis rooted in a view of human agencyin which individuals are proactivelyengaged in their own developmentand can largely determine theoutcomes of their actions. Individualsare imbued with certain capabilitiesthat define what it is to be human.Primary among these are thecapabilities to symbolize, planalternative strategies (forethought),learn through vicarious experience,self-regulate, and self-reflect.

KESIMPULAN

Karakteristik pendidikan karakter padaSekolah Menengah Pertama (SMP) hendaknya:a) mengedepankan keterlibatan semua guru; b)melibatkan warga sekolah sehubungan dengankekhasan sekolah; c) melibatkan ahli pendidikandalam rangka merencanakan kurikulum pendidikankarakter yang sejalan dengan situasi dan kondisisekolah; d) perencanaan yang mengedepankan“experience and concept learning”, yaitusebuah sistem pembelajaran yang dirancangberdasarkan usia anak-anak yang dipadukandengan pengalaman anak dan pengalaman guruyang dirancang sedemikian rupa disesuaikandengan tahapan umur anak pada jenjangpendidikan siswa Sekolah Menengah Pertama; dane) menggunakan rambu-rambu perundang-undangan yang diisyaratkan oleh negara sebagaidasar perencanaan.

Karakterist ik pelaksanaan pendidikankarakter pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)meliputi: a) kepala sekolah sebagai leader danmanager dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah;b) komite sekolah supporting partner dalammendukung seluruh pelaksanaan kurikulum disekolah, c) guru sebagai center person dalampelaksanaan kurikulum di kelas, d) siswa sebagaitarget point dalam pelaksanaan pendidikankarakter pada sekolah, e) sekolah secara umummenanamkan nilai-nilai karakter sebagai kekhasandalam pendidikan yang dimiliki oleh sekolah, f)

Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 121

Page 31: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

adanya pembinaan keimanan yang teratur untukpara guru dan siswa pemeluk masing-masingagama dalam bentuk kegiatan pembinaan rohani;

dan g) nilai perilaku siswa dapat diberlakukansebagai salah satu pertimbangan pada kenaikankelas siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Adisusilo, S.J.R. 2012. Pembelajaran NilaiKarakter. Konstruktivisme dan VCTsebagai Inovasi Pendekatan Pembela-jaran Afektif. Jakarta: Rajawali Pers.

Agrawal, T. 2013. Educational inequality in ruraland urban India. International Journal ofEducational Development. (Online), (http://www.elsevier.com /locate/ijedudev. (34)11-19), diakses 14 Desember 2013).

Berkowitz, L. 2003. Affect, aggression, andantisocial Behavior. Dalam Davidson, R.J,Scherer, K.R., Goldsmith, H.H. Handbookof Affective Sciences. Oxford: UniversityPress. Hlm. 804 823.

Chan, A. 2011. Critical multiculturalism: Supportingearly childhood teachers to work withdiverse immigrant families. (Online), (http://www://education. monash.edu.au/irecejournal/. International Rese-arch inEarly Childhood Education Journal. Vol.2, No. 1, 2011, page 63. ISSN 1838-0689),diakses 2 Oktober 2013).

Chattopadhay, T. 2013. School as a site of studentsocial capital: An exploratory study fromBrazil. International Journal ofEducational Development. (Online), (http://www.elsevier.com/locate/ijedudev. (34) 67-76), diakses 14 Desember 2013).

Cornell, D.G., Peterson, C.S., & Richards, H. 1999.Anger as a predictor of aggression amongincarcerated adolescent. Journal ofConsulting and Clinical Psychology, 62(1), 108 115.

Creswell, J.W. 2009. Research Design. Qualita-tive, Quantitative, and Mixed MethodApproaches. Los Angeles: SAGEPublications, Inc.

Dakir, H. 2010. Perencanaan dan Pengembang-an Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

Fallon, G. & Barnett, J. 2009. Impact of SchoolOrganizational Restructuring into aCollaborative Setting on the Nature ofEmerging Forms of Collegiality.International Journal of EducationPolicy and Leadership, Volume 4, Number9, Year 2009, (online), (http://www.ijpl.org),diakses 4 Desember 2013).

Fitri, A.Z. 2012. Pendidikan Karakter BerbasisNilai & Etika di Sekolah. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Greeberg, D.N., Clair, J.A., Maclean, T.L. 2007.Enacting the Role of Management Profes-sor: Lessons From Athena, Prometheus,and Asclepius. Journal ManagementEducation. Vol.6, No.4, 439-457. (Online),(http://jme. sagepub.com/ content/21/2/155.abstract, diakses 14 Desember 2013.

Guawan, H. 2012. Pendidikan Karakter. Konsepdan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, O. 2010. Manajemen PengembanganKurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hannum, E., Liu, J., Frongillo, E.A. 2013, Poverty,food insecurity and nutritional deprivation inrural China: Implications for children’sliteracy achievement. International Journalof Educational Development. (Online),(http://www. elsevier.com/locate/ijedudev.(34) 90-97), diakses 14 Desember 2013).

Holgado, D., Maya-Jariego, I., Ramos, I., Palacio,J., Oviedo-Trespalacios, O., Romero-Mendoza, V., Amar, J. 2013. Impact of childlabor on academic performance: Evidencefrom the program ‘‘Edu came PrimeroColombia’’. International Journal ofEducational Development. (Online), (http://www.elsevier.com/locate/ijedudev, Vol (34)58-66), diakses 14 Desember 2013).

Jessup, F.W. 1969. Lifelong Learning. ASymposium on Continuing Education.London: Pergamon Press, Ltd.

Kadarusmadi. 1996. Upaya Orangtua dalamMenata Situasi Pendidikan dalamKeluarga. Disertasi tidak dipublikasikan.Bandung: PPS IKIP Bandung.

Kalargyrou, V., Pescosolido, A.T., Kalargiros, E.A.2012. Leadership Skills in ManagementEducation. Academy of EducationalLeadership Journal. Vol.16, No.4, 39-63.(Online), (http://www.academicjournals.org/journal/ IJSTER/article-full-text.../6975CD22112ý), diakses 14 Desember 2013).

Kaswardi, E.M. 1993. Pendidikan NilaiMemasuki Tahun 2000. Jakarta:Gramedia.

122 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

Page 32: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Kazhim, M.N. 2011. Sukses Mendidik AnakTanpa Kekerasan. Sebuah KonsepPendidikan Anak yang Ideal &Seimbang. Solo: Pustaka Arafah.

Kopnina, H. 2013. Schooling the World: Exploringthe critical course on sustainabledevelopment through an anthropologicallens. International Journal ofEducational Development. (Online), (http://www.elsevier.com/ locate/ijedudev.(62)220-228), diakses 14 Desember 2013).

Mason, M. 2013. Educational inequality andeducational quality. International Journalof Educational Development. (Online),(http://www.elsevier.com /locate/ijedudev.Vol (34) 1-2), diakses 14 Desember 2013).

Mayer, J.D., Salovey, P., Caruso, D.R. 2004.Emotionalle Inteligence. Theory, Findings,and Implications. (Online), (http://www.calcasa.org/wp-content/uploads/files/ei2004 mayersaloveycarusotarget.pdf.International Journal of Psychological,Vol.15, No.3, 197-215), diakses 12November 2013).

McAlpine, L. & Amundsen, C. 2011. DoctoralEducation: Research-Based Strategiesfor Doctoral Students, Supervisors andAdministrators. New York: Springer.

Mertens, D.M. 2010. Research and Evaluationin Educational and Psychology. 3 rd

Edition. California: SAGE Publications, Inc.Mills, M.K. & Quinn, A.J. 2013. Innovation in the

Teaching of Sustainability in the BusinessClassroom Via a Combined model ofExperiental Learning, Reflective Practiceand Metaphor. International Journal ofOrganisational Behaviour, Volume 17(3),4-7. ISSN 1440-5377. (Online), (http://w w w. u s q . e d u . a u / ~ / m e d i a / U S Q /B u s i n e s s L a w / J o u r n a l s /I J O B % 2 0 V o l % 2 0 1 7 % 2 03%20Paper%201.ashx), diakses 10November 2013).

Misco, T. 2007. Using Curriculum Deliberation toAddress Controversial Issues: DevelopingHolocaust Education Curriculum for LatvianSchools. International Journal ofEducation Policy and Leadership. Vol. 2,No. 8. (Online), (http://www. ijepl.org),diakses 16 Desember 2013).

Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen KepemimpinanKepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen PendidikanKarakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasana, D. 2011. Pendidikan Bermutu danBerdaya Saing. Bandung: RemajaRosdakarya.

Ndraha, T. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta:Rineka Cipta.

Noor, R.M. 2012. The Hidden Curriculum.Membangun Karekter Melalui KegiatanEkstrakurikuler. Yogyakarta: Pedagogja.

Olsen, G., & Fuller, M.L. 2003. Home-SchoolRelations. Working Successfully withParents and Families. Second Edition.Boston: Pearson Education, Inc.

Peng, W.J., McNess, E., Thomas, S., Wu, X.R.,Zhang, C., Li, J.Z., Tian, H.S. 2013.Emerging perceptions of teacher quality andteacher development in China.International Journal of EducationalDevelopment. (Online), (http://www.elsevier.com/locate/ijedudev. (34) 58-66),diakses 14 Desember 2013).

Rivai, V.H. & Murni, S. 2009. EducationManagement. Analisis Teori dan Praktik.Jakarta: Rajawali Pers.

Roche, E.F. 1985. How School AdministratorsSolve Problems. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Samani, M., & Hariyanto. 2011. Konsep danModel Pendidikan Karakter. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Sargent, T., Kong, P., Zhang, Y. 2013. Homeenvironment and educational transitions onthe path to college in rural northwest China.International Journal of EducationalDevelopment. (34) 98-106. (Online),(http:www.elsevier.com/locate/ijedudev),diakses 14 Desember 2013

Scherrer, J. 2013. The Negative Effects of StudentMobility: Mobility as a Predictor, Mobilityas a Mediator. International Journal ofEducation Policy and Leadership. Vol. 8,No. 1. (Online), (http://www.ijepl.org,diakses 16 Desember 2013.

Shockley, K.G. 2008. Africentric EducationLeadership: Theory and Practice.International Journal of EducationPolicy and Leadership. Vol. 3, No. 3.(Online), (http://www.ijepl.org, diakses 16Desember 2013.

Simon, M, BHK. 2010. Majalah OIKOS:Kepelayanan dalam Kepemimpinan .Malang: AXA Creative Design.

Hermino dan Luangsithydeth, Pendidikan Karakter dalam Perspektif Psikologis Siswa Sekolah Menengah Pertama 123

Page 33: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Skaalvik, E.M. & Skaalvik, S. 2013. Teachers’perceptions of the school goal structure:Relations with teachers’ goal orientations,work engagement, and job satisfaction.International Journal of EducationalDevelopment. (Online), (http://www.elsevier. com/ locate/ijedudev. (62) 199-209), diakses 14 Desember 2013).

Slavin, R.E. 2008. Educational Psycology:Theory and Pratice. Boston: PearsonEducation, Inc.

Soedjatmoko. 2010. Menjadi Bangsa TerdidikMenurut Soedjatmoko. Jakarta: PenerbitBuku Kompas.

Spodek, B. 1982. Handbook of Research inEarly Childhood Education. New York:Macmillan Publishing, Inc.

Thoha, C. 1996. Kapita Selekta PendidikanIslam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Twigg, D., Pendergast, D., Fluckiger, B., Garvis,S., Johnson, G., Robertson, J. 2013.Coaching for Early Childhood Educators: Aninsight into the effectiveness of an initiative.Vol. 4, No. 1, 2013, page 73. ISSN 1838-

0689. (Online), (http://www.education.m o n a s h . e d u . a u / i r e c e j o u r n a l /InternationalResearch in EarlyChildhood Education Journal), diakses2 Oktober 2013).

Upton, P. 2012. Psikologi Perkembangan.Jakarta: Erlangga.

Wagner, D.A. 2013. Improving LearningAssessments for Developing Countries.International Journal of EducationalDevelopment. (Online), (http:// www.elsevier.com/locate/ijedudev. (34) 110-111,diakses 14 Desember 2013).

Welton, D.A. & Mallan, J.T. 1981. Children andTheir World: Strategies for TeachingSocial Studies. 2nd Edition. Boston:Houghton Mifflin Company.

Wentzel, K.R. & Wigfield, A. 2009. Handbookof Motivation at School . London:Routledge.

Wiyani, N.A. 2012. Manajemen PendidikanKarakter. Konsep dan Implementasinyadi Sekolah. Yogyakarta.

124 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 114-124

Page 34: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

PEMETAAN MUTU MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH MELALUIAUDIT MANAJEMEN PENDIDIKAN

Teguh Triwiyanto

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: It takes a good mapping of the quality of education. Mapping the quality of the SchoolBased Management (SBM) can be done through three educational management audit analysis.Three analyzes are: economic analysis, efficiency, and effectiveness of education. The third analysiscan be used to measure high and low SBM components, namely, curriculum and learning, students,teachers and education personnel, finance education, infrastructure, community participation, andthe culture and environment of the school. The analysis is performed on the four schools ofmanagement processes (planning is, implementation, monitoring, and evaluation of education).

Abstrak: Dibutuhkan pemetaan yang baik mengenai mutu pendidikan. Pemetaan mutu ManajemenBerbasis Sekolah (MBS) dapat dilakukan melalui tiga analisis audit manajemen pendidikan. Tigaanalisis tersebut yaitu: analisis ekonomi, efisiensi, dan efektifitas pendidikan. Ketiga analisis tersebutdapat digunakan untuk mengukur tinggi dan rendahnya komponen MBS, yaitu kurikulum danpembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, keuangan pendidikan, sarana danprasarana, partisipasi masyarakat, dan budaya dan lingkungan sekolah. Analisis tersebut dilakukanpada empat proses manajemen sekolah (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasipendidikan).

Kata kunci: manajemen berbasis sekolah, audit manajemen pendidikan

Unsur-unsur yang mempengaruhi keberhasilanproses pendidikan dapat diringkas menjadi duakomponen, yaitu komponen yang berasal dalamdiri individu yang sedang belajar, dan komponenyang berasal dan luar diri individu. Komponen yangterdapat di dalam individu dikelompokkan menjadidua subkomponen, yaitu komponen psikis dankomponen fisik. Kedua subkomponen tersebutkeberadaannya ada yang ditentukan oleh faktorketurunan, ada juga yang oleh faktor lingkungan,dan ada pula yang ditentukan oleh keturunan danlingkungan. Sedangkan komponen berasal dan luarindividu dikelompokkan menjadi subkomponenlingkungan alam, guru, metode mengajar,kurikulum, program, metode pelajaran, sarana danprasarana, dan kondisi sosial-ekonomi.

Komponen yang berasal dari luar individudiperlukan pengelolaan (manajemen) untukmengarahkan pada tujuan pendidikan.Keberhasilan pengelolaan komponen-komponentersebut akan meningkatkan mutu proses dan mutuhasil pendidikan. Peningkatan mutu tersebut tentusaja dapat diukur melalui adanya perbaikan-perbaikan efisiensi dan efektifitas pendidikan. Salah

satu bentuk manajemen pendidikan yang seringdigunakan dan dikenal di Indonesia yaituManajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Pasal 51 UU Sistem Pendidikan Nasional No.20/2003 dinyatakan bahwa “Pengelolaan satuanpendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, danpendidikan menengah dilaksanakan berdasarkanstandar pelayanan minimal dengan prinsipmanajemen berbasis sekolah/madrasah”.Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakankonsep pengelolaan sekolah yang ditujukan untukmeningkatkan mutu pendidikan di era desentralisasipendidikan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan NasionalPasal 48, Ayat (1) dan Sekolah Dasar (SD)berlandaskan PP Nomor 32 Tahun 2013 tentangPerubahan atas PP Nomor 19 Tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan Peratuan Pasal 49,Ayat (1) yang menyatakan prinsip MBS meliputi:kemandirian, keadilan, keterbukaan, kemitraan,partisipatif, efisiensi, dan akuntabilitas.

Hasil evaluasi (Direktorat PembinaanSekolah Dasar Kemdikbud, 2012) program MBSdi Indonesia pada tahun 2000, 2002, 2005, dan 2010

125

Page 35: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

menunjukkan bahwa program pembinaan MBSmemberikan dampak positif, antara lain: (1)peningkatan manajemen sekolah yang lebihtransparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel;(2) peningkatan mutu pendidikan; (3) menurunnyatingkat putus sekolah; (4) peningkatanimplementasi pembelajaran yang berpusat padasiswa dengan strategi PAKEM; dan (5)peningkatan peran serta mayarakat terhadappendidikan.

Semangat memperbaiki pendidikan diIndonesia tampak pada visi KementerianPendidikan Nasional 2010-2014 yaituterselenggaranya layanan prima pendidikannasional untuk membentuk insan Indonesia cerdaskomprehensif. Untuk mewujudkan visi tersebutmemang berat mewujudkannya, terutama dalamsituasi pengelolaan pendidikan nasional dan layananpendidikan yang carut marut seperti sekarang ini.Pengelolaan pendidikan nasional semestinya mulaiberanjak ke arah kematangan dalam bidangkurikulum, sarana prasarana, pembiayaan, sumberdaya manusia yang terlibat (pendidik dan tenagakependidikan), peserta didik, dan partisipasimasyarakat, tetapi pada kenyataannya persoalan-persoalan terus menderanya. Bukan sekedarmenjadikan pengelolaan pendidikan menjadibertambah baik, malah tarik ulur kepentingansering menjadikan urusan pendidikan terbengkalai.Ujung-ujungnya layanan pendidkan nasional yangsemestinya mampu dinikmati merata setiapmasyarakat sampai hari ini masih banyakmenyisakan persoalan.

Sementara itu misi Kementerian PendidikanNasional 2010-2014 juga memperlihatkan bahwamemang terdapat kelemahan-kelemahan dalampengelolaan dan layanan pendidikan nasional. Isiyang dicanangkan merupakan wujud masih banyakkelemahan yang mesti diperbaiki kalau tidak maupendidikan nasional semakin tenggelam. Misi itusendiri yaitu: meningkatkan ketersediaan layananpendidikan, memperluas keterjangkauan layananpendidikan, meningkatkan kualitas/mutu danrelevansi layanan pendidikan, mewujudkankesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan,dan menjamin kepastian memperoleh layananpendidikan.

Mutu pendidikan yang harus diperbaiki olehpemerintah memang berat. Kalau memang datayang ditampilkan oleh pemerintah benar, makahampir 50 persen sekolah di semua jenjang belummemenuhi standar pendidikan minimal. Artinya,masih banyak sekolah yang harus diperbaiki mutu

layanan pendidikannya. Padahal beban tersebutharus ditambah dengan sekolah yang masih beradadi standar minimal, yang tentu saja belum optimalmutu layanan pendidikannya. Oleh karena itu,dibutuhkan pemetaan yang baik mengenai mutupendidikannya.

Audit Manajemen Pendidikan

Salah satu bagian dari sistem pengukurankinerja untuk mengendalikan aktivitas manajemenyaitu audit manajemen. Pengukuran kinerjamerupakan bagian dari fungsi pengendalianmanajemen karena pengukuran kinerja dapatdigunakan untuk mengendalikan aktivitas.Mahmudi (2007:58) mengatakan bahwa setiapaktivitas harus terukur kinerjanya agar dapatdiketahui tingkat efisiensi dan efektivitasnya.Efisiensi dan efektifitas tersebut merupakan dasaruntuk melakukan penilaian kinerja.

Istilah audit manajemen (management audit)sering disebut juga dengan audit kinerja(performance audit) dan disamakan dengan auditoperasional (operational audit) karenamanajemen yang melaksanakan kegiatan operasiorganisasi dan menentukan kinerja organisasi.Audit manajemen bertujuan memberikan penilaianterhadap kinerja organisasi dengan memperhatikanaspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas kegiatanoperasi organisasi (Wijatno, 2009:273)

Bidang pendidikan karena sifat operasiorganisasi dan kinerja organisasinya jugamembutuhkan audit manajemen. Audit manajemendalam bidang pendidikan atau sekolah merupakankegiatan penjaminan kinerja dan konsultasimanajemen yang bersifat independen dan obyektif.Kegiatan tersebut merupakan proses akademisyang dirancang untuk: (1) memberikan nilai tambahdan memperbaiki kinerja akademis sekolah; (2)memberikan keyakinan bahwa pencapaianpeningkatan mutu dan standart akademis sekolahberjalan efisien dan efektif; dan (3) mengendalikankegiatan sekolah agar sesuai dalam kaidah aturandan norma hukum yang berlaku.

Pengertian audit manajemen tersebutmenunjukkan bahwa kegiatan tersebut merupakanbagian dari aktivitas pengendalian manajemenpendidikan. Pengendalian manajemen pendidikanterdiri atas dua bagian, yaitu pengendalian substansimanajemen pendidikan dan proses pengendalianmanajemen pendidikan. Pengendalian substansimanajemen pendidikan meliputi beberapakomponen yaitu: kurikulum dan pembelajaran,

126 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

Page 36: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

sumber daya manusia, peserta didik, pembiayaan,sarana dan prasarana, dan partisipasi masyarakat.

Komponen pengendalian manajemenkurikulum merupakan aktivitas pengelolaanseperangkat rencana dan pengaturan tentangkompetensi yang dibakukan dan carapencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dankemampuan. Pengendalian manajemen kurikulumdilaksanakan dalam rangka membantu pesertadidik mengembangkan berbagai potensi baik psikisdan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama,sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,kemandirian, dan seni.

Dalam sistem pendidikan, pemerintahsebenarnya sudah melakukan langkahpengendalian manajemen kurikulum ini melaluiperangkat-perangkat kebijakan dan peraturan.Peraturan tersebut misalnya Undang-UndangNomor 20 Sisdiknas Bab X, Peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untukSatuan Pendidikan Dasar dan Menengah,Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanNomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses,dan lain-lainnya.

Selanjutnya komponen pengendalianmanajemen Sumber Daya Manusia (SDM)pendidikan atau sering disebut dengan manajemenpendidik dan tenaga kependidikan. Komponen inimenjadi tumpuan bagi proses pembelajaran yangerkualitas. Layanan pendidik dan tenagakependidikan ini terkait dengan kompetensi yangpada gilirannya dapat diukur mutu dan kadarprofesionalitasnya. Hasil penelitian Subroto(2011:369) menyatakan bahwa pemberdayaankompetensi pendidik berpengaruh terhadap kinerjapendidik dan kualitas pendidikan. Artinya, layananini akan baik jika didukung oleh pendidik dan tenagakependidikan yang kompeten.

Selain kompetensi yang harus dimiliki, strategipeyelenggaraan dan pemberdayaan layananmanajemen pendidik dan tenaga kependidikan jugamutlak diperlukan. Muniarti Ar (2009:126) dari hasilpenelitiannya menyatakan bahwa perumusanstrategi penyelenggaraan sekolah diawali denganperumusan visi, misi, tujuan, sasaran, dan targetsekolah. sedangkan strategi pemberdayaanmanajemen dapat dilakukan melalui prosespembelajaran, kegiatan hubungan kerja sama,pengembangan sumber daya, dan menyosialisasi-kan eksistensi sekolah.

Untuk meningkatkan kompetensi pendidikdiperlukan prasyarat layanan pendidik dan tenaga

kependidikan yang memadai dari pengampukebijakan sekolah. Supriadi (2011:47) dari hasilpenelitiannya menyimpulkan bahwa pelaksanaankebijakan prasyarat peningkatan kompetensipendidik di sekolah sangat penting karena parapendidik merupakan ujung tombak dalammelaksanakan pendidikan di sekolah. Prasyarat inimencakup komunikasi, sumber daya, disposisi sikapeksekutif, dan struktur birokrasi.

Sejalan dengan temuan penelitian ini, bahwakegiatan-kegiatan layanan pendidik dan tenagakependidikan meliputi perencanaan merupakankegiatan untuk mengarahkan sumber-sumber yangterbatas secara efektif dan efisien, pelaksanaanmerupakan upaya merealisasikan rencana menjaditindakan nyata untuk mencapai tujuan secaraefektif dan efisien, dan pengawasan sertapembinaan sebagai upaya pengendalian secaraprofesional. Maka strategi peyelenggaraan danpemberdayaan layanan manajemen pendidik dantenaga kependidikan diperlukan dimulai dariperencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Sementara itu pengendalian manajemenpeserta didik merupakan rangkaian kegiatanpengeloaan peserta didik dari awal masuk sampaidengan lulus suatu program pendidikan. Wiyonodan Imron (2004:3) menyatakan bahwa siswamempunyai sebutan-sebutan lain seperti murid,subjek didik, anak didik, pembelajar, dansebagainya. Apapun istilahnya, yang jelas siswaadalah mereka yang sedang mengikuti programpendidikan pada suatu sekolah atau jenjangpendidikan tertentu. Arikunto dan Yuliana (2012:31)mengatakan bahwa layanan manajemen pesertadidik meliputi penerimaan, ketatausahaan,pencatatan bimbingan dan penyuluhan, danpencatatan prestasi peserta didik.

Penelitian Suratman (2010:89) menunjukanbahwa untuk meningkatkan prestasi belajar pesertadidik dibutuhkan dukungan layanan banyak aspekpendidikan. Aspek-aspek tersebut meliputikompetensi manajerial kepala sekolah, layanansarana dan prasarana, kapabilitas pendidik, dandukungan orang tua.

Setelah pengendalian manajemen pesertadidik, pengendalian selanjutnya yaitu pengendalianpembiayaan pendidikan. Pembiayaan pendidikanini menjadi salah satu hal yang menuntutketerbukaan dan akuntabilitas dari penyelenggaranpendidikan. Pengendalian pembiayaan pendidikanmerupakan pengendalian terhadap fungsi-fungsipembiayaan pendidikan. Fungsi pembiayaandidalamnya memuat pemerolahan/sumber-sumber

Triwiyanto, Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan 127

Page 37: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

dana pendidikan dan bagaimana mengalokasi-kannya.

Penelitian Fuller dan Clarke (McMahon,et al.,2001:42) menemukan input-input berikut yangmemiliki pengaruh yang sangat signifikan padaprestasi anak didik di negara-negara berkembang.Input-input pendidikan tersebut meliputi biaya perpeserta didik, perbandingan peserta didik denganpendidik, buku teks, buku tambahan, alat bantumengajar, bangku, mutu fasilitas, perpustakaansekolah, program pemberian makanan, lamapendidikan pendidik, pengetahuan pendidikterhadap pelajaran, pengalaman pendidik, danwaktu pengajaran. Fattah (2000:130)menyimpulkan variabel biaya pendidikan yangberkontribusi secara signifikan terhadap mutuproses dan mutu hasil belajar yaitu gaji/kesejahteraan pendidik, biaya pembinaanprofesional pendidik, biaya pengadaan bahanpelajaran, biaya pembinaan peserta didik, dan biayapengelolaan sekolah.

Pengendalian manajemen pendidikanselanjutnya yaitu pengendalian manajemen saranadan prasarana pendidikan. Sarana pendidikanadalah barang atau benda bergerak yang dapatdipakai sebagai alat dalam pelaksanaan tugas danfungsi unit kerja pendidikan. Contoh mobil,komputer, pulpen, kertas, tinta printer, dan lain-lain.Prasarana pendidikan adalah barang atau bendatidak bergerak yang dapat menunjang ataumendukung pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerjapendidikan. Contoh dari prasarana pendidikan yaitugedung kantor, ruang kelas, laboratorium,perpustakaan, dan lain-lain.

Produk hukum pemerintah yang berhubungandengan pengendalian manajemen sarana danprasarana menjadi acuan yang cukup memadaiuntuk mencapai tujuan pendidikan. Produk hukumtersebut antara lain PP 32 Tahun 2013 sebagaiperubahan atas PP 19 tahun 2005, pasal 1disebutkan tentang Lingkup Standar NasionalPendidikan salah satunya yaitu standar sarana danprasarana. Dalam melaksanakan amanat tersebutditerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional(Permendiknas) No. 24 Tahun 2007 tentangStandar Sarana Prasarana SD/MI, SMP/MTs, danSMA/MA.

Pengendalian manajemen partisipasimasyarakat atau sering juga disebut hubunganlembaga pendidikan dan masyarakatmemperlihatkan upaya bersama-sama membangunpendidikan. Maisyaroh (2004:118) mengatakanbahwa hubungan lembaga pendidikan dan

masyarakat adalah suatu proses komunikasi antaralembaga pendidikan dan masyarakat dengan tujuanuntuk meningkatkan pemahaman masyarakatterhadap kebutuhan dan praktik pendidikan danpada akhirnya bekerja sama untuk meningkatkankualitas pendidikan di lembaga pendidikan.

Hasil penelitian Mas (2011:304) menunjukkanbahwa peran serta masyarakat dalam pendidikanmeliputi peran serta perorangan, kelompok, danorganisasi kemasyarakatan dalam penyeleng-garaan dan pengendalian mutu pendidikan. TemuanSulistyorini (2011:186) menyatakan bahwapasrtisipasi masyarakat dalam pengembangansekolah meliputi: komite sekolah mendukungprogram sekolah dengan ikut membuat RIPS danRAPBS, mengontrol jalannya program sampaimengevaluasi hasil, dan paguyuban membantumeningkatkan mutu pembelajaran.

Proses pengendalian manajemen pendidikanmerupakan tahap-tahap yang harus dilalui untukmewujudkan tujuan pendidikan yang hendakdicapai. Proses pengendalian manajemenpendidikan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:perumusan strategi, perencanaan strategik,pembuatan program, penganggaran, implementasi,pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, dan umpanbalik.

Proses pengendalian manajemen pendidikantersebut berlangsung secara terus menerus danbeurutan membentuk sebuah siklus. Setiap siklusmenjadi dasar untuk siklus selanjutnya. Setiapproses pengendalian manajemen pendidikanterdapat substansi manajemen pendidikan.Perumusan stategi pendidikan didalamnya memuatstretegis substansi manajemen pendidikan, yaitu:kurikulum dan pembelajaran, sumber dayamanusia, peserta didik, pembiayaan, sarana danprasarana, dan partisipasi masyarakat.Perencanaan strategis didalamnya juga memuatsubstansi manajemen pendidikan, yaitu: kurikulumdan pembelajaran, sumber daya manusia, pesertadidik, pembiayaan, sarana dan prasarana, danpartisipasi masyarakat. Demikian seterusnyamemuat substansi manajemen pendidikan tersebut.

Produk proses pengendalian manajemenpendidikan dapat berupa kinerja dari masing-masing proses dan substansi pendidikan. Kinerjatersebut dapat dilakukan dengan melakukanpengukuran kinerja pada proses dan substansimanajemen.

Dalam dunia pendidikan, pegukuran kinerjadilakukan terutama untuk mengukur tingkat 3E,yaitu: ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (value for

128 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

Page 38: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

money). Istilah Value for Money (VFM) dalampengelolaan organisasi sektor publik yangberdasarkan tiga elemen utama, yaitu ekonomi,efisiensi, dan efektivitas (Chambers dan Rand,1997; dan Bourn, 2007). Konsep ekonomi, efisiensi,dan efektivitas terkait dengan tahapan input, proses,dan output. Dalam konteks pendidikan, maka yangterdapat berupa konsep ekonomis pendidikan,efisiensi pendidikan dan efektivitas pendidikan. Jikasuatu aktivitas tidak memiliki ukuran kinerja, makaakan sulit bagi organisasi untuk menentukanapakah aktivitas tersebut berhasil atau gagal. Selainitu, manajemen/pengelola juga akan kesulitan untukmengenali aktivitas mana yang perlu dikuragi ataudihilangkan untuk meningkatkan efisiensi.

Sesuai dengan konsep tersebut di atas, makauntuk melakukan audit manajemen pendidikanterhadap kinerja manajerial kepala sekolah meliputitiga aspek. Ketiga aspek tersebut yaitu ekonomipendidikan, efisiensi pendidikan, dan efektivitaspendidikan.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dan MutuPendidikan

Sejak tahun 2001, untuk meningkatkan mutupendidikan sekolah-sekolah negeri, di Indonesiamulai menerapkan konsep MBS denganmenggunakan buku acuan ManajemenPeningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS)yang diterbitkan Depdiknas dalam bentuk: Buku 1Konsep Dasar MPMBS, Buku 2 Rencana danProgram Pelaksanaan, Buku 3 PanduanMonitoring dan Evaluasi, Buku 4 Pedoman TataKrama dan Tata Tertib, dan Buku 5 Pembelajarandan Pengajaran Kontekstual. Sampai sekarangMBS terus digalakan pemerintah untuk diterapkan,diharapkan sekolah-sekolah memiliki respons yangbaik terhadap otonomi pendidikan ini.

Responsibilitas manajemen berbasis sekolahmerupakan balikan yang tercermin dalam bentuktindakan dan perilaku kepala sekolah dalam halotonomi manajemen pendidikan pada satuanpendidikan, yang dalam hal ini kepala sekolah danguru dibantu oleh komite sekolah dalam mengelolakegiatan pendidikan. Danim (2010:38) menyatakanbahwa sekolah menjadi lembaga otonom yangmenyelenggaraanya tetap berada pada koridorsistem pendidikan nasional dapat dijumpai padaManajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBSmenonjolkan spirit desentralisasi sampai ke tingkatsekolah, untuk dibedakan dengan tradisisentralisasi. Minarti (2010:46) menyebutkan bahwa

MBS menyediakan layanan pendidikan yangkomprehensif dan tanggap terhadap kebutuhanmasyakat setempat.

Tujuan diadakannya manajemen berbasissekolah atau manajemen pendidikan yaitumengoptimalkan kinerja setiap substansi untukmencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan.Arikunto dan Yuliana (2012:6) menyebut substansimanajemen pendidikan ini dengan istilah bidanggarapan, betapapun kecilnya suatu organisasipendidikan, tentu memiliki unsur-unsur bidanggarapan/substansi itu. Hanya proporsi dari masing-masing unsur tersebut saja yang tidak sama.Unsur-unsur substansi/garapan garapan itumeliputi: (1) kurikulum dan pembelajaran; (2)peserta didik; (3) pendidik dan tenagakependidikan; (4) keuangan pendidikan; (5) saranadan prasarana; (6) partisipasi masyarakat; dan (7)budaya dan lingkungan sekolah. Purwanto(2009:14) menyatakan bahwa semua kegiatansekolah akan dapat berjalan lancar dan berhasilbaik jika pelaksanaannya melalui proses-prosesyang terdapat dalam unsur-unsur substansi/garapangarapan tersebut.

Tujuan MBS yaitu meningkatkan kemandiriansekolah melalui pemberian kewenangan yang lebihbesar dalam mengelola sumberdaya sekolah danmendorong keikutsertaan semua kelompokkepentingan. Selaian itu seklah juga membina danmengembangkan tujuh komponen manajemensekolah melalui empat proses manajemen sekolahyang lebih efektif (perencanaan, pelaksaaan,pengawasan, dan evaluasi pendidikan).

Mutu pendidikan merupakan tujuan akhir dariMBS. Mutu pendidikan adalah tingkat keberhasilanpenataan lingkungan yang memberi nuansa agarprogram belajar tumbuh dan berkembang secaraoptimal. Ulfatin dan Arifin (2004) menyatakanbahwa dalam pemikiran terdahulu, guru dalammengajarkan suatu bidang studi merasa berhasilapabila mampu menyelesaikan semua materiprogram pembelajaran yang telah dirancang.Pemikiran ini banyak mempengaruhi perancangankurikulum 1994 yang dikenal sebagai kurikulumberbasis materi (content based curriculum).

Dewasa ini, pembelajaran bukan lagididasarkan pada penuntasan materi, melainkanpada proses dan hasil yang diukur dari kemampuanyang telah dicapai murid baik secara individu ataurata-rata kelas. Latar inilah yang melahirkankurikulum 2004 yang dikenal sebagai kurikulumberbasis kompetensi (competence basedcurriculum) dan dilanjutkan Kurikulum Tingkat

Triwiyanto, Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan 129

Page 39: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Kurikulumtahun 2013 juga memperlihatkan keberlanjutanpenggunaan KBK.

Banyak upaya untuk meningkatkan mutupendidikan, tetapi upaya meningkatkan mutupendidikan sering menemui kendala. Unicef(2007:189) menengarai bahwa salah satu kegiatansebagai wujud upaya di atas yaitu melalui sistempembinaan profesional, pembentukan gugussekolah dan pembinaan profesional di masing-masing sekolah. Pada setiap gugus SD/MI dibentukKelompok Kegiatan Kepala Sekolah (KKKS) danKelompok Kerja Guru (KKG), sedangkan di SMP/MTs disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP). Walaupun gugus sekolah sudahdibentuk dan kegiatan kelompok kerja guru melaluiKKG dan MGMP telah berjalan, namunpelaksanaan kegiatan ini sering kurang memadaisebagai forum untuk meningkatkan mutupembelajaran di sekolah.

Mutu pendidikan oleh Soetopo (2009:40)dikatakan memiliki beberapa komponen yangmemperoleh tekanan yang tertinggi dalammanajemen mutu pendidikan yaitu prosespembelajaran. Komponen-komponen tersebutmencakup pembuatan keputusan, pengelolaan,lembaga, program, proses pembelajaran,monitoring, dan evaluasi. Semua input diprosesuntuk pemberdayaan peserta didik, tidak sekedarmenguasai pengetahuan, tetapi mampumembangkitkan peserta didik belajar bagaimanabelajar (learning to learn). Sebagai modal dalammeningkatkan mutu proses, perlu ditingkatkan etoskerja, iklim sekolah, budaya sekolah, moral kerja,dan kesadaran para personil sekolah yangmenopang peningkatan mutu.

Pemetaan Mutu MBS

Pemetaan mutu MBS dapat dilakukan melaluitiga analisis audit manajemen pendidikan. Tigaanalisis tersebut yaitu: analisis ekonomi, efisiensi,dan efektifitas pendidikan. Ketiga analisis tersebutdapat digunakan untuk mengukur tinggi danrendahnya komponen MBS, yaitu kurikulum danpembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenagakependidikan, keuangan pendidikan, sarana danprasarana, partisipasi masyarakat, dan budaya danlingkungan sekolah. analisis tersebut dilakukanmelalui empat proses manajemen sekolah(perencaaan, pelaksanaan, pengawasan, danevaluasi pendidikan).

Analisis yang pertama untuk melakukanpemetaan MBS yaitu analisis ekonomi pendidikan.Analisis ekonomi pendidikan merupakan salah satuanalisis cabang dari ilmu ekonomi (Blaug, 1970,1985; Woodhal, 1985), yang selain berusahamenghubungkan antara pendidikan dan ekonomipada masa awal perkembangannya di tahun 1960(Schultz, in Karabel and Halsey, 1977), sekarangtelah berkembang menjadi penerapan prinsip-prinsip ekonomi untuk menganalisis kegiatanpendidikan (Woodhall, 1985; Cohn, 1979).

Analisis ekonomi pendidikan meuapakan studibagaimana individu dan masyarakat memilih,dengan atau tidak menggunakan uang, kesempatansumber daya yang terbatas untuk memproduksiberbagai jenis pelatihan, pengembanganpengetahuan, keterampilan, pikiran, karakter, danselanjutnya – terutama pendidikan formal – denganwaktu yang panjang dan mendistribusikan semuaitu, sekarang dan masa mendatang, untukbermacam-macam individu dan kelompok dalammasyarakat.

Isu-isu utama dalam ekonomi pendidikan olehCohn (1978:8) dikelompokkan dalam: (1)identification and measuremen of the economicvalue of education; (2) the allocation ofresources in education; (3) teachers salaries;(4) the finance of education, and (5) educationalplanning.

Analisis ekonomi pendidikan menurut DeSerpa (dalam Nurhadi,1983:2) mempunyai duamacam tujuan, yaitu: tujuan positif dan tujuannormatif. Tujuannya yang positif, ekonomipendidikan berusaha mendeskripsikan,mengelompokkan, menjelaskan, dan mempredik-sikan gejala-gejala dalam dunia pendidikan. Istilahnormatif pada hakekatnya menunjuk adanyastandar. Standar yang digunakan dalam ekonomipendidikan adalah efisiensi. Dalam ekonomipendidikan, efisiensi ekonomik atau efisiensialokatif (allocative/economic efficiency), yaituupaya meningkatkan efisiensi dengan caramengalokasikan kembali sumber daya yang ada.

Selain itu analisis ekonomi pendidikan sangaterat berkaitan dengan input sumber daya yangdigunakan. Konsep ekonomi yang digunakan yaituoptimalisasi input sumber daya untuk mencapaitujuan pendidikan yang telah ditentukan. Wijatno(2009:278) mengatakan sumber daya inputpendidikan dapat berupa pendidik, pegawai, gaji,peralatan jasa, dan sebagainya. Pengukuranekonomis dapat juga dilakukan denganmengidentifikasi apakah masih terdapat biaya-biaya

130 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

Page 40: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

yang tidak diperlukan sehingga harus dihilangkanatau diminimalkan tanpa mengurangi kebutuhanyang diperlukan dan output yang dihasilkan.

Semakin kecil input realisasi dibandingkandengan input rencana akan menjadikan semakinekonomis. Begitu juga sebaliknya, semakin besarinput realisasi dibanidngkan dengan input rencanaakan menjadikan semakin tidak ekonomis. Artinya,perlu ada usaha perbaikan tata kelola pendidikandengan mengoptimalkan sumber-sumber yang adajika menginginkan adanya pemanfaatan biayapendidikan secara ekonomis.

Terdapat beberapa langkah dalam melakukananalisis ekonomi pendidikan untuk pemetaan MBS.Langkah-langkahnya terdiri dari: (1) menentukanbiaya input perencanaan berbasis sekolah; (2)menentukan biaya input realisasi pendidikan; (3)menghitung persentase pencapaian kinerjaekonomi pendidikan melalui membagi biaya inputrealisasi dengan biaya input rencana berbasissekolah dan dikalikan 100; (4) memberikan makna;dan (5) membuat skor ekonomi pendidikan.

Analisis selanjutnya, analisis kedua untukpemetaan MBS, yaitu analisis efisiensi pendidikan.Analisis efisiensi pendidikan menunjukkanketerkaitan yang erat antara efisiensi sebagaisebuah konsep dengan ekonomi pendidikan danbiaya dalam pendidikan. Kajian efisiensi pendidikanmenggunakan disiplin ilmu ekonomi sebagailandasannya, bahwa pendidikan merupakan salahsatu faktor produksi yang memiliki keuntungan dannilai ekonomis yang harus dipenuhi. J. Hallak(1985:2) menyatakan bahwa secara ekonomi,pemilik faktor produksi menyerahkan faktortersebut kepada produsen, maka biaya bagi sipemilik akan berupa, hilangnya pemakaian(consumption forgone), sedangkan produsenmemperoleh biaya yang tepat dan dapat trukur,terdiri dari upah, bunga, ongkos-ongkos dansebagainya.

Sebagai produsen jasa pendidikan, samahalnya dengan bidang-bidang aktivitas lainya,secara teoritis menimbulkan konsep biaya yangsama. Walaupun begitu, pendidikan sendiri memilikisifat-sifat khusus yang berbeda dengan bidangproduksi atau ekonomi lainnya. Coombs dan J.Hallak (1985:2) menyatakan bahwa penerapankonsep biaya terhadap pendidikan mengungkapkanadanya tiga bentuk kesulitan yang melekat padasifat aktivitas pendidikan itu sendiri dan terutamatimbul dari: (a) definisi produksi pendidikan; (b)identifikasi transaktor ekonomi yang berhubungandengan pendidikan; dan (c) kenyataan bahwa

pendidikan mempunyai sifat-sifat pelayananumum.

Pengertian efisiensi pendidikan tidak samapersis dengan konsep efisiensi pada bidangekonomi atau produksi barang. Dalam prosesproduksi barang efisiensi dapat dikemukakan dalambentuk uang atau bentuk moneter lain danmempengaruhi yang terlibat didalamya: produsen,penjual, pembeli, konsumen dan sebagainya. Istilahini tersebut merupakan penggambaran teknisdalam proses produksi. Nurhadi (1988:48)menyatakan bahwa dalam proses produksi,efisiensi didefinisikan sebagai suatu keadaandimana sesuatu produk yang diharapkan mencapaitingkat yang maksimal atas dasar suatu biaya inputtertentu atau dimana biaya input ditekan seminimalmungkin dalam rangka menghasilkan suatu produkyang telah ditetapkan. Pengertian produksi barangtentu akan berbeda dengan produksi pendidikanyang memproses dan menghasilkan manusiaterdidik.

Analisis efisiensi pendidikan menggambarkanhubungan antara input dan output, atau antaramasukan dan keluaran. Suatu sistem yang efisienditunjukkan oleh keluaran yang lebih untuk sumbermasukan (resources input). Efisiensi pendidikanartinya memiliki kaitan antara pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang terbatas sehinggamencapai optimalisasi yang tinggi. Nurhadi(1988:79) menyatakan efisiensi dalam prosespendidikan akan dicapai apabila produk pendidikanyang telah ditetapkan itu dapat dicapai denganbiaya input yang minimal, atau produk pendidikanyang diperoleh secara maksimal didapat denganbiaya (input) yang telah ditetapkan. Prosespendidikan ini menurut Kir Haryono (1994:24)dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu: (1)sebagai barang konsumsi ia menghasilkan outputdan (2) sebagai barang investasi ia menghasilkanoutcomes.

Sama seperti kegiatan ekonomi lainnya konsepefisiensi pendidikan juga memperhitungkan biayakesempatan (opportunity cost). Biaya kesempatanini sering disebut income forgone, yaitu potensipendapatan bagi siswa selama ia mengikutipenyelesaian pendidikan. Karena itu konsepefisiensi pendidikan lebih kompleks dari sekedarkeuntungan, karena komponen biaya terdiri dariberbagai jenis dan sifatnya. Biaya itu tidak sekedarberbentuk uang tetapi juga biaya kesempatan.Sebagai contoh, seorang lulusan SLTA yang tidakmelanjutkan keperguruan tinggi karena suatu sebab,apabila ia bekerja tentu akan memperoleh

Triwiyanto, Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan 131

Page 41: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

penghasilan dan apabila ia melanjutkan besarnyapendapatan selama kurang lebih empat tahun kuliahdi perguruan tinggi harus diperhitungkan.

Selain sering dihubungkan dengan efektifitaspendidikan, efisiensi pendidikan juga seringdihubungkan dengan mutu pendidikan dan efisiensidengan pemerataan pendidikan (Nurhadi, 1988:7;Winarso, 2000:40; dan Kir Haryono, 1994:47).Penelitian mengenai hal tersebut sebagianmenunjukkan bahwa hasil balik pendidikan bisadiukur dengan apa yang diperoleh seseorang disatu pihak dan diperoleh negara di pihak lain. Hasilbalik pribadi ditentukan dari jumlah keuntunganyang diperoleh seseorang sepanjang hidupnya.Keuntungan-keuntungan ini tidak hanya diukur dariproduktivitas dan penghasilan tetapi juga darikesejahteraan hidup. Hasil balik bagi negarameliputi hal-hal seperti misalnya hasil pajak.Termasuk didalamnya adalah bahwa sebuah sistempendidikan (lembaga pendidikan atau sekolah) jugadapat diukur hasil baliknya.

Sebagaimana sudah disebutkan di mukabahwa efisiensi pendidikan termasuk dalamkategori efisiensi ekonomik, sementara itu efisiensipendidikan dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu efisiensi eksternal dan efisiensi internal(Kaswarjono dkk, 1972; Simmons, 1980; Coombsdan Hallak, 1987; dan Nurhadi, 1988:46).

Langkah-langkah analisis atau pengukuranefisiensi pendidikan terdiri dari: (1) membuat rasiorencana yang dilakukan antara input perencanaanberbasis sekolah dengan output perencanaanberbasis sekolah; (2) membuat rasio realisasiprogram pendidikan yang dilakukan antara inputrealisasi dengan output realisasi programpendidikan; (3) menghitung persentase pencapaiankinerja efisiensi melalui membagi rasio rencanadengan rasio realisasi dan dikalikan 100; (4)memberikan makna kualitatif; dan (5) membuatskor efisiensi pendidikan. Untuk menentukan skorefisiensi pendidikan digunakan skala pencapaiankinerja efisiensi pendidikan. Skala tersebut berupakedudukan dan peringkat (persentase) dari hasilanalisis yang kemudian diberi makna skor.

Analisis ketiga untuk pemetaan MBS yaituanalisis efektifitas pendidikan. Analisis efektivitaspendidikan merupakan indikator keberhasilan suatuorganisasai pendidikan dalam mencapai tujuannya.Namun, efektivitas tidak memperhatikan biayayang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuanoragnisasi pendidikan tersebut. Berapa pun biayayang telah dikeluarkan suatu lembaga pendidikanjika mencapai tujuannya, maka diaktakan efektif.

Wijatno (2009:279) menekankan, bahwa hal yangperlu diperhatikan bahwa ekonomi pendidikan,efisiensi pendidikan, dan efektifitas pendidikanharus saling berhubungan dan bergantungan agartidak berdiri sendiri karena akan menyebabkan tidaktercapai ketiganya (ekonomis, efisiensi, danefektifitas) secara keseluruhan. Sebuah lembagapendidikan mungkin saja ekonomis, tetapi tidakefektif; ataus ebaliknya, menjadi efektif, tetapi tidakekonomis sehingga kinerja dan tujuan perusahaansecara keseluruhan sebenarnya tidak tercapai.

Analisis efektivitas pendidikan mengggunakanlangkah-langkah sebagai berikut: (1) memasukkannilai/besarnya target kinerja; (2) memasukkan nilai/besarnya output realisasi; (3) menghitungpencapaian kinerja efektivitas dengan membagioutput realisasi dengan target kinerja kemudiandikalikan dengan 100; (4) memberi maknakualitatif; dan (5) memberikan skor ekonomi.Untuk menentukan skor efektivitas pendidikandigunakan skala pencapaian kinerja efektivitaspendidikan. Skala tersebut berupa kedudukan danperingkat (persentase) dari hasil analisis yangkemudian diberi makna skor.

Keseluruhan skor pelaksanaan MBS yangdilakukan melalui analisis ekonomi, efisiensi, danefektifitas kemudian digabungkan untuk kemudiandigunakan untuk menentukan mutu pendidikan.Mutu pendidikan tersebut kemudian menjadicerminan atas pelaksanaan MBS di masing-masingsekolah. Cerminan yang dimaksud merupakanpemetaan dari setiap sekolah yang dianalisis.

KESIMPULAN

Terdapat hampir 50 persen sekolah disemuajenjang belum memenuhi standar pendidikanminimal. Artinya, masih banyak sekolah yang harusdiperbaiki mutu layanan pendidikannya. Padahalbeban tersebut harus ditambah dengan sekolahyang masih berada di standar minimal, yang tentusaja belum optimal mutu layanan pendidikannya.Oleh karena itu, dibutuhkan pemetaan yang baikmengenai mutu pendidikannya.

Pemetaan mutu MBS dapat dilakukan melaluitiga analisis audit manajemen pendidikan. Tigaanalisis tersebut yaitu: analisis ekonomi, efisiensi,dan efektifitas pendidikan. Ketiga analisis tersebutdapat digunakan untuk mengukur tinggi danrendahnya komponen MBS, yaitu kurikulum danpembelajaran, peserta didik, pendidik dan tenagakependidikan, keuangan pendidikan, sarana danprasarana, partisipasi masyarakat, dan budaya dan

132 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

Page 42: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

lingkungan sekolah. analisis tersebut dilakukanmelalui empat proses manajemen sekolah(perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, danevaluasi pendidikan).

Perlu dikembangkan model pemetaan MBSmelalui audit manajemen pendidikan. Hasil-hasilaudit manajemen pendidikan dapat dijadikan basispemetaan kondisi-kondisi MBS di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Akadun. 2009. Faktor Peningkatan Kinerja Gurudalam Perspektif Kepemimpinan KepalaSekolah. Jurnal Pendidikan. Volume 36Nomor 2 Juli 2009:133-137.

Arikunto, S dan Yuliana, L .2012. ManajemenPendidikan. Yogyakarta: Aditya Media

Case, K.A.N.2009. Guru ProfesionalPenyiapan dan Bimbingan PraktisiPemikir. Jakarta: Indeks.

Danim, S. 2010. Otonomi Manajemen Sekolah.Bandung Alfabeta.

Direktorat Pembinaan Sekolah DasarKemdikbud.2012. Materi BimtekManajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:Kemdikbud

Direktorat PMPTK. 2004. Kemampuan GuruCPNS. Jakarta.

Fattah, N. 2002. Ekonomi dan PembiayaanPendidikan. Bandung: Remaja.

Hallak. J. 1985. Analisis biaya dan pengeluaranuntuk pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara-Unesco.

Kir Haryono.1994. Efisiensi internal STMProgram Studi Mekanik Umum tahunajaran 1987/1988-1991/1992 diPropinsi Jawa Tengah. Tesis, t idakditerbitkan, PPS IKIP Jakarta diYogyakarta.

LPPKS. 2011. Format Evaluasi PotensiKepemimpinan Peserta Diklat CalonKepala Sekolah. Surakarta: LPPKS.

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja sektorPublik. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Maisyaroh. Manajemen Partisipasi MasyarakatBerbasis Sekolah. Dalam Maisyaroh, dkk(Eds). 2004. Perspektif ManajemenPendidikan Berbasis Sekolah. Malang:Universitas Negeri Malang.

Mas,S.R. 2011. Partisipasi Masyarakat dan OrangTua dalam Penyelenggaraan Pendidikan.Jurnal Manajemen Pendidikan. Volume23, Nomor 3, Maret 2011: 298 -304.

McMahon, W. Walter, dkk .2001. Memperbaikikeuangan pendidikan di Indonesia.Jakarta: Balitbang Depdiknas-Unicef.

Minarti, S. 2010. Manajemen Sekolah MengelolaLembaga Pendidikan Secara Mandiri.Yogyakarta: Arr-ruzz Media.

Murniati Ar. 2009. Strategi Kepala Sekolah dalamPemberdayaan Sekolah MenengahKejuruan. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid 16Nomor 2 Juni 2009: 126-134.

Peratuan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013sebagai Pengganti PP Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28Tahun 2010 tentang Pemberian TugasTambahan Guru Sebagai Kepala Sekolah.

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2007tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

Purwanto, N. 2009. Administrasi dan SupervisiPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Siskandar. 2011. Menuju PemantapanProfesionalisme Guru dan Dosen.Prosiding Temu Ilmiah dan SeminarIlmiah Grand Desain ProgramPendidikan Profesi Pendidik dan TenagaKependidikan. Bandung: Fakultas IlmuPendidikan Universitas PendidikanIndonesia.

Soetopo, H. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah& Kurikulum Berbasis Kompetensi(Bunga Rampai Pokok PikiranPembaharuan Pendidikan di Indonesia).Malang: Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang.

Soetopo, H.2009. Peranan LPTK dalamMenyiapkan Tenaga Kependidikan yangBerkualitas. Jurnal ManajemenPendidikan. Volume 20 Nomor 1 Maret2009:52-65.

Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan.Malang: Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang.

Subroto,W.T. 2011. Analisis PengaruhPemberdayaan Pendidik TerhadapKinerjanya dalam Meningkatkan KualitasPendidikan di Sekolah Dasar KotaSurabaya. Dalam Kamil dan Baehaqi (Eds.),

Triwiyanto, Pemetaan Mutu Manajemen Berbasis Sekolah melalui Audit Manajemen Pendidikan 133

Page 43: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Proceeding Temu Ilmiah dan SeminarIlmiah Grand Desain ProgramPendidkan Profesi Pendidik dan TenagaKependidikan. Bandung: UPI.

Sulistyorini. 2011. Peran Serta Masyarakat dalamPengembangan Sekolah Dasar. JurnalPendidikan dan Pembelajaran. 18 Nomor2 Oktober 2011: 180-187.

Supriyadi, A. 2011. Analisis PrakondisiImplementasi Kebijakan PeningkatanKompetensi Guru. Jurnal Pendidikan danPembelajaran. Volume 18 Nomor 1 April2011:47-56.

Suratman, B. 2010. Kompetensi Manajerial KepalaSekolah, Ketersediaan Sarana Prasarana,Kapabilitas Mengajar Pendidik, danDukungan Orang Tua, Kaitannya denganPrestasi Belajar Peserta didik SMP Negeridi Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan danPembelajaran. Volume 17 Nomor 1 April2010: 89-97.

Ulfatin, N dan Arifin. I. 2004. ManajemenPembelajaran Di Sekolah Dasar:Strategi Pembelajaran Model BelajarMandiri Berbasis PAKEM. Makalahdisampaikan dalam Pendidikan dan

Pelatihan Manajemen sekolah bagi KepalaSekolah Dasar Se-Indonesia di Malang, Juli– Agustus 2004.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 TentangSistem Pendidikan Nasional.

Unicef, Depdiknas, & European Union. 2007.Modul Pelatihan Praktek yang Baik 1Manajemen Berbasis Sekolah, PeranSerta Masyarakat, Pembelajaran Aktif,Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan .Jakarta: Unicef.

Unicef, Depdiknas, Unesco, dan Nzaid. 2008.Panduan Implementasi MBS/CLCC Fase2 2007 – 2010. Jakarta: Unicef.

Usman, H. 2010. Manajemen Teori, Praktik,dan Riset Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Wijatno. S. 2009. Pengelolaan Perguruan TinggiSecara Efisien, Efektif, dan Ekonomisuntuk Meningkatkan MutuPenyelenggaraan Pendidikan dan MutuLulusan, Jakarta: Salemba Empat.

Wiyono, B.B. 2010. Partisipasi Masyarakatterhadap Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan.Jurnal Manajemen Pendidikan. Volume23 Nomor 1 Maret 2010:1-11.

134 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 125-134

Page 44: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

PENGELOLAAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MADRASAHALIYAH NEGERI

Sitti Roskina Mas

E-mail: [email protected],Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Jenderal Sudirman 6 Gorontalo 96128

Abstract: Educational Quality Assurance MAN. The main objective of the research to describeabout: minimal sereferenced standard at MAN, quality assurance in curriculum and teaching-learningprocess, students, human resources especially teachers, facilities, and apartements (boarding school)at MAN Insan Cendekia Gorontalo. The research used a qualitative approach with a single casestudy. Data were collected by using interviews, observation, and documentation, and finally datawere analyzed ualitative-descriptive. The research findings indicated that the minimal criterion standardhas become a main standard for quality assurance of MAN Insan Cendekia Gorontalo, the quality ofassurances in curriculum and teaching-learning process, students, human resources especiallyteachers, facilities, and boarding school has been implemented at MAN Insan Cendekia Gorontalo.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang standar pelayanan minimal,penjaminan mutu kurikulum dan proses belajar-mengajar, siswa, dan ketenagaan khususnya guru,fasilitas, dan keasramaan pada MAN Insan Cendekia Gorontalo. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dengan studi kasus tunggal. Data dikumpulkan dengan menggunakanwawancara, observasi, dokumentasi dan data dianalisis secara kualitatif deskriptif. Temuan penelitianmengindikasikan bahwa Standar Acuan Minimal (SAM) telah menjadi standar utama pada penjaminanmutukurikulum dan proses belajar-mengajar, kesiswaan, ketenagaan khususnya guru, fasilitas, dankeasramaanyang telah diimplementasikan pada MAN Insan Cendekia Gorontalo.

Kata kunci: manajemen, penjaminan mutu, pendidikan, madrasah aliyah

Tingginya tuntutan mutu dari pihak stakeholderspendidikan harus direspon oleh pihak sekolahsecara bertanggung jawab. Untuk itu, sekolah perlumengembangkan sistem penjaminan mutu yangdapat memberikan kepastian kepada seluruhstakeholderstentang mutu lulusan yangdihasilkan. Arifin (2007) mengemukakan bahwasistem penjaminan mutu sangat penting dalamlembaga pendidikan karena dapat menentukanproses pendidikan apakah telah berlangsungsebagaimana seharusnya, dengan demikianpenyimpangan yang terjadi pada proses dapatdideteksi sehingga dapat dievaluasi dan diperbaikisecara berkesinambungan. Jaminan mutu disekolah dapat memberikan dua informasi, karenamerupakan umpan balik bagi sekolah danmemberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwasekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaikbagi siswa.

Memberikan jaminan mutu pendidikan jauhlebih kompleks dibandingkan dengan penjaminanmutu yang dilakukan oleh dunia industri. Produk

yang dihasilkan oleh dunia industri berupa barangdengan mudah dapat dilihat sedangkan produk yangdihasilkan oleh sistem pendidikan (sekolah) berupajasa bersifat tidak nyata sehingga tidak mudahmenentukan mutunya. Menentukan mutu sekolahtidak cukup melihat mutu lulusannya tetapi lebihkepada bagaimana proses menghasilkan suatululusan.

Penjaminan mutu pendidikan lebihberorientasi pada proses dibandingkan denganhasil. Syafaruddin (2002) menyatakan jaminanmutu pendidikan akan tercapai bila mencakup tigamutu terpadu yakni every process, every job, danevery person. Misalnya, mutu penyelenggaraanproses pembelajaran dilihat dari unsur-unsurnyasebagai indikator mutu, antara lain, tenaga pengajar,kurikulum, sarana prasarana, produktivitas, danmutu lulusan.

Upaya memberikan kepastian mutupendidikan di sekolah perlu ada perumusanstandarisasi penjaminan mutu berupapengembangan indikator-indikator baik berkaitan

135

Page 45: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

proses maupun hasil dari serangkaian kegiatan disekolah yang menunjukkan sekolah tersebutbermutu. Hasil penelitian Ansar, dkk (2005) padakajian sekolah efektif pada pendidikan dasar diGorontalo menyebutkan sembilan indikator untukmelihat krakteristik sekolah efektif, antara lain:administrasi dan manajemen sekolah, kepalasekolah dan pengawas, kurikulum danpembelajaran, peserta didik, ketenagaan, organisasidan kelembagaan, pembiayaan dan pendanaan,sarana dan prasarana, dan peran serta masyarakatdalam pendidikan.

Samidjo (2003) mengidentifikasi kinerjasekolah efektif (bermutu) atas: suasana sekolahyang aman, lingkungan yang teratur dan kondusifuntuk berlangsungnya proses pembelajaran, kepalasekolah aktif mengatasi dan menyelesaikanmasalah pengajaran dan observasi kelas, kepalasekolah dan staf pengajar memiliki harapan yangtinggi bagi siswa, ada rasa memiliki tujuan bersamadengan kurikulum baku, dan program pendidikandiarahkan untuk menjamin diperolehnya prestasisiswa pada tes standar.

Mengacu pada kriteria sekolah bermutu yangdikemukakan para ahli tersebut, mendorongbeberapa pakar pendidikan yang bergabung dalamIkatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)bekerja sama dengan badan pengkajian danpenerapan teknologi (BPPT) merintis sekolahbermutu dengan mendirikan SMU Insan Cendekiapada tahun 1996 di dua tempat yakni di Serpong-Banten dan Gorontalo. Seiring dengan perjalananselama tiga belas tahun, MAN Insan Cendekiatelah tumbuh menjadi sebuah lembaga pendidikanyang berkualitas tidak saja secara regional dannasional bahkan secara internasional. Hal tersebutterbukti dari berbagai prestasi yang diraih selamaini, baik prestasi akademik maupun prestasi nonakademik, dan diterimanya alumni MAN InsanCendekia diberbagai perguruan tinggi negeri favoritbaik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Keberhasilan yang diraih MAN InsanCendekia Gorontalo selama ini telah membuktikanpengelolaan dan sistem mutu dijalankan denganbenarsehingga dapat memenuhi tuntutan dankeinginan pelanggannya. Hal ini sesuai harapancivitas MAN Insan Cendekia yang dirumuskandalam empat pilar manajemennya,yakni customersatisfaction, continous improvement, speakingwith fact, dan respect for people.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:(1) Standar Acuan Minimal (SAM) MAN InsanCendekia Gorontalo, (2) penjaminan mutu bidang

kurikulum dan proses pembelajaran, (3) penjaminanmutu bidang kesiswaan, (4) penjaminan mutu bidangketenagaan terutama guru, dan (5) penjaminan mutubidang keasramaan di MAN Insan CendekiaGorontalo.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualita tif. Teknik pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah: teknikwawancara, observasi, dan dokumentasi. Datayang dikumpulkan pada penelitian ini adalah datayang berkaitan dengan SAM, pengelolaanpenjaminan mutu pada aspek kurikulum dan prosespembelajaran, kesiswaan, ketenagaan (guru),sarana prasarana, dan keasramaan.

Informan penelitian dipilih denganmenggunakan tehnik purfosif, dengan memilihorang-orang yang dianggap mengetahui tentangfokus masalah secara mendalam dan dapatdipercaya untuk dijadikan sumber data, dan tehnikini dipadukan dengan tehnik snowball sampling.Sumber data dalam penelitian ini adalah kepalamadrasah sebagai informan kunci, wakil kepalasekolah, ketua litbang, guru-guru, siswa, orang tua,dan alumni.Data yang terkumpul di analisis secaradeskriktif dengan alur: reduksi data, penyajiandata, dan penarikan kesimpulan.

HASIL

Standar Acuan Minimal (SAM) SistemPenyelenggaraan MAN Insan Cendekia Gorontalo

Penjaminan mutu MAN Insan CendekiaGorontalo dalam rangka mencapai visi diperlukanstandarisasi yang dapat menjadi acuanpengembangan ke depan dengan standar mutuyang terjamin. SAM penyelenggaraan MAN InsanCendekia Gorontalo sebagai suatu kebijakan dikajidengan melihat aspek tujuan SAM, muatan SAM,penyusunan dan pembahasan SAM, tugas Litbang,dan masa kerja Litbang, serta perubahan SAM.

SAM bertujuan memberikan arah dankebijakan penyelenggaraan pendidikan di MANInsan Cendekia Gorontalo. Dengan demikian SAMmenjadi acuan atau alat ukur sistem penjaminanmutu MAN Insan Cendekia Gorontalo. SAMsebagai miniatur yang telah didokumenkan menjadisistem penyelenggaraan MAN Insan CendekiaGorontalo. SAM ini dijadikan patokan untukmewujudkan pendidikan yang berkualitas sebagaijaminan kepada pelanggannya.

136 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

Page 46: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

SAM MAN Insan Cendekia Gorontalomemuat (1) visi dan misi, (2) target, (3) garis-garisbesar yang meliputi standar minimal seluruh bidangyang ada di MAN Insan Cendekia Gorontalomeliputi standar kurikulum, standar kesiswaan,standar SDM terutama guru, standar manajemenkeasramaan, standar sistem manajemen danorganisasi, dan standar sarana prasarana. Denganstandar mutu yang jelas, dapat dicapai, diterima,teramati dan terukur,menjadi jaminan untukmemperbaiki mutu yang dilakukan secara terarahdan berkelanjutan oleh seluruh warga MAN InsanCendekia Gorontalo.

Penjaminan Mutu Bidang Kurikulum

Penjaminan mutu bidang kurikulum dan prosespembelajaran dilakukan dengan: (1) treatmentmatrikulasi pada mata pelajaran MAFIKIBI, (2)struktur kurikulum mengacu pada KTSP DEPAG2006. Bentuk pengembangan kurikulumdilakukanberdasarkan pada visi dan misi MAN InsanCendekia Gorontalo, yang disesuaikan dengankebutuhan perkembangan belajar siswa. Pengayaanmateri mengacu pada cambridge khususnya bidangstudi MAFIKIBI, (3) disain silabus dan perangkatpembelajaran disusun bersama team teaching,mengayakan materi dengan informasi terkini sertamemperkaya jenis tagihan, dan penugasan, (4)penggunaan media dan strategi pembelajarandisesuaikan dengan tuntutan materi yang akandiajarkan, (5) penilaian hasil belajar siswa didasarkanpada persyaratan Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM) dari setiap bidang studi dan jenis tagihan yangharus dikerjakan siswa, (6) penentuan jurusan siswaditetapkan berdasarkan hasil tes psikotes dan ulangankenaikan kelas, (7) pembimbingan akademik dalambentuk responsi, tutorial dan bimbingan khusus.Responsi merupakan kegiatan penguatan konsep danpengayaan materi pelajaran tertentu yang terintegrasidalam jam reguler. Tutorial merupakan kegiatanrancangan pengajaran tambahan oleh guru kepadaseseorang atau sejumlah kecil siswa di asrama.Bimbingan khusus merupakan program intensif untukolimpiade, persiapan UN dan persiapan SPMB, dan(8) pengembangan budaya ilmiah dikemas dalammuatan lokal melalui penulisan KIR dan bukusederhana.

Penjaminan Mutu Bidang Kesiswaan

Pendidikan MAN Insan Cendekia Gorontalobertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia

berkualitas tinggi yang beriman dan bertaqwakepada Allah SWT, menguasai ilmu pengetahuandan teknologi, serta mampu mengaktualisasikannyadalam masyarakat, memiliki kesehatan jasman danrohani yang baik serta kepribadian yang mantap,mandiri, dan bertanggung jawab kepadamasyarakat dan bangsa Indonesia.

Untuk mencapai tujuan pendidikan MANInsan Cendekia Gorontalo, penjaminan mutu bidangkesiswaan berdasar pada standar: (1) penerimaansiswa baru,yang meliputi kriteria berkepribadianmantap, memiliki keimanan yang kuat, sehatjasmani dan rohani, serta lulus tes psikolastikdengan nilai minimal 900, (2) prosedur penerimaansiswa baru, meliputi tahapan masa persiapan,pendaftaran, seleksi tulis, pengumuman kelulusan,tes kesehatan, dan persiapan masuk sekolah bagiyang telah lulus, (3) masa orientasi siswa, dan (4)pembinaan kesiswaan terdiri atas tiga jalur yakni:OSIS, penegakan disiplin, dan Unit KegiatanPelajar (UKP).

Penetapan standar penjaminan mutukesiswaan, model pembinaan kesiswaan ditatasecara formal dan didesain secara lembagasehingga segala bentuk kebijakan baik dalam tahapperencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupunpengevaluasi selalu dirumuskan secarakelembagaan dan resmi di bawah pertanggung-jawaban Kepala Madrasah.

Penjaminan Mutu Bidang Ketenagaan Terutama Guru

Salah satu target yang diharapkan MANInsan Cendekia Gorontalo adalah 95 % alumniMAN Insan Cendekia Gorontalo diterima padaperguruan Tinggi berkualitas baik di dalam negerimaupun diluar negeri. Agar bisa memproses siswadengan lulus berkualitas, MAN Insan CendekiaGorontalo menetapkan standar yang berkaitandengan Sumber Daya Manusia (SDM) terutamaguru.

Standar penjaminan mutu bidang ketenagaan(guru) MAN Insan Cendekia Gorontalo, adalah:(1) menetapkan sistem penerimaan guru denganstandar minimal yaitu lulus tes akademik,psikologi, dan microteaching, (2) pembinaanprofesi maupun karier untuk meningkatkanprofesionalisme guru melalui program studi lanjut(S2 dan S3), peningkatan spritual,workshoppembelajaran, pemagangan guru padainternasional school, MGMP, (3) menetapkanstandar kinerja meliputi standar pembelajaran,disiplin, tanggung jawab, komitmen pada prestasi,

Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 137

Page 47: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

dan demokratis, (4) menetapkan standar perilakuyang mencerminkan keteladanan yang islami, dan(5) menetapkan standar kesejahteraan yang tinggi.

Penjaminan Mutu Bidang Keasramaan

Asrama siswa merupakan wadah yangpotensial dan strategis untuk membentuk siswasesuai dengan visi, misi MAN Insan CendekiaGorontalo, yang tidak terpisahkan dengan programkegiatan sekolah secara keseluruhan. Untuk itupengelolaan keasrmaan perlu distandarkan jugamulai dari sarana prasaran asrama, dan kegiatandi asrama.

Penjaminan mutu bidang keasramaan MANInsan Cendekia Gorontalo dilaksanakanberdasarkan standar pembinaan di asrama yangmeliputi pembinaan hidup berasrama, keagamaan,dan kemampuan berbahasa asing. Untukmengevaluasi kegiatan dituangkan dalam raportasrama siswa. Pemantauan alumni, dilakukanmelalui media dan bertemu langsung. Peran sertaalumni terhadap sekolah sangat nyata sekali,sehingga memberikan dampak yang positif kepadaadik-adiknya untuk lebih berprestasi.

PEMBAHASAN

Standar Acuan Minimal (SAM) MAN Insan CendekiaGorontalo

Pembentukan Institusi Penelitian danPengembangan (Litbang) MAN Insan CendekiaGorontalo diharapkan sebagai alat kontrol, dansebagai sumber informasi bagi kepala madrasahdalam upaya mengoptimalkan pencapaian visi, misi,tujuan dan program madrasah. Selain itu, UnitLitbang ini bertugas melaksanakan penelitian danpengembangan di lingkungan madrasah yangberkaitan dengan kurikulum dan pembelajaran,pengembangan ketenagaan, pembinaankesiswaan, pengembangan sarana dan prasaranaserta optimalisasi pengelolaan hubungan sekolahdengan masyarakat. Berdasarkan kajian danevaluasi kegiatan oleh Litbang, maka ditetapkanStandar Acuan Minimal yang menjadi acuan kerjasetiap staf madrasah.SAM merupakan suatukebijakan strategis madrasah yang memuat: (1)visi dan misi, (2) target, (3) garis-garis besar MANInsan Cendekia yang memuat konsep dasar,prasyarat, standar minimal mutu MAN InsanCendekia meliputi: (a) kurikulum, (b) pembinaankesiswaan, (c) manajemen keasramaan, (d) sistem

manajemen dan organisasi, dan (e) sarana danprasarana (SAM MAN Insan Cendekia Gorontalo,2006).

Litbang sebagai tim khusus audit internalmutu MAN Insan Cendekia Gorontalo bertugasuntuk mengkaji agenda dan menindaklanjutisehingga pengendalian mutu dapat diupayakan.Oleh karena itu, tugas Litbang menggali data daninformasi baik dari dalam maupun dari luarlembaga untuk menjadi dasar pembuatankebijakan. Selanjutnya data dan informasi yangtelah diperoleh dianalisis dan hasilnya menjadimasukan kebijakan program ke depan pada semuabidang yang ada di MAN Insan CendekiaGorontalo. Hal itu sejalan dengan Wijono (2000)bahwa proses perencanaan penjaminan mutuharus mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:(1) merencanakan QA, (2) menyusun standar-standar dan spesifikasi, (3) mengkomunikasikanpedoman-pedoman dan standar-standar, (4)monitoring mutu, (5) mengidentifikasi masalah danmenyeleksi peluang untuk peningkatan mutu, (6)menetapkan masalah-operasionalnya, (7) memilihtim, (8) analisis masalah dan identifikasi penyebabmasalah, ((9) membuat solusi-solusi dan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu, dan (10) melaksanakandan mengevaluasi upaya-upaya peningkatan mutu.Pendapat ini diperkuat oleh Juran (1989) untukmeningkatkan mutu suatu organisasi atau lembagadalam TQM diperlukan langkah-langkah: (1)mengembangkan infrastruktur yang diperlukanuntuk melakukan perbaikan atau peningkatan mutu,(2) mengidentifikasi bagian atau komponen yangmembutuhkan perbaikan, dan (3) memfasilitasi apayang dibutuhkan agar dapat dilakukan diagnosisuntuk menemukan sumber penyebab utama,memberikan solusi, dan melakukan pengendalian.

Litbang MAN Insan Cendekia Gorontalosebagai audit mutu internal lembaga yangditugaskan untuk mengorganisasikan mutu.Kebijakan ini sejalan dengan pendapat Satori(2008) bahwa penjaminan mutu internal sekolahmerupakan tindakan strategis yang perludiusahakan dari dalam sekolah sendiri untukmeningkatkan kualitas pendidikan bagi siswasecara berkelanjutan. Dengan demikian Litbangberperan sebagai komite atau tim pengarah mutuMAN Insan Cendekia Gorontalo.

SAM sebagai kontrol mutu MAN InsanCendekia Gorontalo disesuaikan denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,maka setiap tiga tahun diadakan evaluasi. Dengandemikian SAM merupakan alat kontrol yang tidak

138 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

Page 48: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

berlaku paten. Hal ini mengacu pada pendapatSallis (2007) bahwa untuk mencapai mutudiperlukan usaha dengan menggunakan seluruhpotensi organisasi melalui usaha perbaikan secaraon-going dan terus menerus. Tujuan prinsip iniuntuk memberikan kepuasan total kepada semuapihak yang berkepentingan pada penyelenggaraanpendidikan di MAN Insan Cendekia baik sebagaipelanggan internal maupun sebagai pelangganeksternal. Hal ini sejalan dengan Creech (1996)menyatakan cara pandang lembaga terhadapcustomer focus akan dapat memberikan kepuasantotal kepada pihak-pihak tersebut terutama kepadapelanggan pengguna lulusan, para pegawai, danmasyarakat.

Kebijakan SAM yang dibuat sebagai landasanpenyelenggaraan MAN Insan Cendekia Gorontalosangat sesuai dengan makna dari Total QualityManagement (TQM) yang dikembangkan olehDeming menyatakan tiga kunci untukmeningkatkan mutu pendidikan, yaitu (1) organisasiharus fokus pada siswa dan guru, (2) setiap orangdalam organisasi harus memiliki dedikasi untukmemperbaiki diri (sendiri-sendiri dan kolektif)secara terus menerus, (3) organisasi harusdipandang sebagai sistem, dan setiap orang yangbekerja dalam sistem harus dilihat sebagai proseson- going (Ulfatin, 2007).

Keberhasilan yang diraih MAN InsanCendekia selama ini membuktikan pengelolaan dansistem yang benar, dijalankan oleh MAN InsanCendekia beserta pelaksana di dalamnya dan parapendukungnya untuk mewujudkan pendidikan yangbermutu dan bernuansa islami sesuai dengan idedasar pendirian MAN Insan Cendekiamewujudkan pendidikan madrasah yang unggul dibidang imtaq dan iptek.

Penjaminan Mutu Bidang kurikulum dan ProsesPembelajaranMAN Insan Cendekia Gorontalo

Salah satu keunikan yang ditemui padabidangakademik di MAN Insan Cendekia Gorontaloadalah melaksanakan matrikulasi pada siswa barukelas X untuk mata pelajaran inti (MAFIKIBI).Program ini dilaksanakan selama kurang lebih satubulan dengan tujuan menyamakan konsep-konsepdasar dan pengenalan pemakaian alat-alatlaboratorium dalam mata pelajaran inti tersebut.Sebelum matrikulasi dilaksanakan peserta didikterlebih dahulu diberikan tes awal yang bertujuanuntuk mengetahui kemampuan awal siswasehingga hasil tes awal dapat dijadikan dasar untuk

penentuan kelas serta digunakan pula untukmendiagnosa kekurangan dan kesulitan pesertadidik pada mata pelajaran inti tersebut.

Upaya yang dilakukan MAN InsanCendekia Gorontalo untuk mewujudkanpembelajaran yang berkualitas adalah menetapkanstandar pengelolaan kurikulum dan prosespembelajaran yang didasarkan pada empat hal: (1)bersifat “grounded research”yaitu suatu modelyang merupakan masukan dan temuan dari bawah(guru mata pelajaran), (2) membuat modelpembelajaran sesuai dengan tuntutan materi, (3)menyesuaikan model atau format pembelajarandengan kesiapan sarana prasarana, dan (4)menciptakan iklim pembelajaran yang lebihmemberikan waktu luang bagi siswa untukmelakukan proses eksplorasi dan pembelajaransecara mandiri. Dengan demikian standarkurikulum dirancang sesuai panduan sistemimplementasi pengembangan kurikulumsebagimana yang telah ditetapkan pada SAMMAN Insan Cendekia Gorontalo.

Upaya lain yang dilakukan MAN InsanCendekia Gorontalo untuk meningkatkan kualitaspendidikan seiring dengan perubahan status adalahpihak manajemen sekolah merancang suatupanduan sistem implementasi pengembangankurikulum yang digunakan sebagai pedomanpenyelenggaraan pendidikan di MAN InsanCendekia Gorontalo. Hal ini dimaksudkan agarprogram pembelajaran relevan dengan keadaandan kebutuhan MAN Insan Cendekia Gorontalo.Depag (2003) mengatakan bahwa pengelolaankurikulum merupakan suatu proses mengarahkanagar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.Proses manajemen kurikulum mencakupperencanaan, pelaksanaaan dan penilaian sertakeseluruhan proses penyelenggaraannya yangbertujuan agar seluruh kegiatan pembelajaranterlaksana secara berhasil guna dan berdaya guna.

Pengelolaan kurikulum di MAN InsanCendekia dirancang dengan berkolaborasi antarakepala madrasah, wakil kepala bagian kurikulum,dan guru-guru. Hal ini dilakukan agar kurikulumrelevan dengan kebutuhan perkembangan belajarsiswa, sehingga siswa yang rata-rataberkemampuan tinggi dapat ditumbuhkembangkansecara benar dan tepat terarah kepadapenguasaan iptek dan imtaq yang seimbang sesuaidengan visi, misi MAN Insan Cendekia Gorontalo.

Disain silabus mengacu pada kurikulum yangsedang berlaku yakni KTSP DEPAG 2006 danpendalaman materinya mengacu pada Cambridge,

Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 139

Page 49: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

khususnya bidang studi MAFIKIBI. Hal inidimaksudkan untuk mencapai kualitas sistempembelajaran di MAN Insan Cendekia. Setiapguru bidang studi bersama tim teaching wajibmengembangkan silabus dan materi pembelajaransehingga materi yang diberikan sesuai dengankebutuhan dan kemampuan siswa.

Implementasi pembelajaran yangberkualitasmenurut Beare dkk (1989) bahwapembelajaran dapat dilaksanakan dengan mengacupada aktivitas sebagai berikut: (1) bantuan klinisdengan maksud mendiagnosa kebutuhan pesertadidik dan menyiapkan pengalaman belajar untukmemenuhi kebutuhan setiap peserta didik, (2)perencanaan dengan menyeleksi atau menentukantujuan pembelajaran yang tepat, pengalamanbelajar, dan prosedur assesment, (3) pengajaran(instruction) yaitu kesuksesan komunikasi di kelasdan tercapainya harapan semua peserta didik, (4)manajemen kelas yaitu bagaimana mengelola kelasdengan lingkungan pembelajaran yangmenyenangkan, (5) memonitor perkembanganyaitu dengan memberikan assesment berkelanjutandan melaporkan kesemua peserta didik, danmenyiapkan informasi pada proses berjalan padabantuan klinis, perencanaan dan pengajaran, dan(6) peduli pada peserta didik yaitu guru memberikantindakan yang merefleksikan nilai-nilai sepertipeduli, dukungan.

Guru MAN Insan Cendekia Gorontalomenggunakan media pembelajaran untukmemperoleh hasil yang optimal dalampembelajarandan disesuaikan dengan materipelajaran. Guru tidak hanya mengandalkan apayang ada di kelas, tetapi guru menggunakanberbagai sumber pembelajaran di luar kelas. Gurumemiliki kreativitas tinggi dalam pembelajaran,menggunakan media dan strategi yang sesuaidengan materi, memiliki hubungan yang sangatakrab dengan siswa. Sejalan dengan itu, Sallis(2007) mengatakan bahwa institusi pendidikanharus memberikan pelajar kesempatan untukmencontoh pembelajaran dalam variasi model yangberbeda dan kombinasi beberapa gaya belajarsehingga mereka memiliki kesempatan untukmeraih sukses secara maksimal. Prabowo (2008)menyatakan ketepatan guru dalam memilih danmenerapkan strategi pembelajaran akanmempercepat pencapaian tujuan pembelajaran.

Pihak internal sekolah selalu berusaha untukmencapai pembelajaran yang berkualitas sehinggapihak eksternal seperti orang tua percaya terhadapjaminan kualitas pelayanan terhadap siswa, baik

pelayanan pembelajaran dengan guru-guru yangberkualitas, pelayanan sarana prasarana yanglengkap, serta pelayanan dan pembimbingan yangbaik kepada siswa sehingga prestasi siswa dapatdimaksimalkan. Sebagaimana diakui para alumniMAN Insan Cendekia Goorontalo bahwa gurumemberdayakan kemampuannya sehingga dapatmemiliki keunggulan baik intelektual, emosionalmaupun spritual. Komariah dan Triatna (2005)menyatakan bahwa pelayanan pembelajaran yangefektif mengupayakan siswa dapat belajar danmembuka jalan pemahaman dan menjadi orangyang dipercaya dalam membangun komunikasiempati dengan siswa sehingga integritas siswa yangterbangun bukan hanya intelektualnya saja, tetapijuga dimensi sosial dan spritualnya. Ketercapaianmultiple intelegency, bisa terwujud karena yangdilakukan dalam sistem pendidikan di MAN InsanCedekia adalah orang-orang pilihan yang direkrutdengan memakai sistem penerimaan yang dapatdipertanggung jawabkan. Secara alamiah merekamempunyai talenta dan karunia dari Allah yangberlimpah berupa potensi brain rata-rata ke atas,dan mereka berada dalam sebuah sistempendidikan yang sekaligus memadukan tigakecerdasan; intelegensi, emosi, dan spiritual.

Pengembangan Sistem penilaian didasarkanpada visi dan misi, serta profil kompetensi lulusanMAN Insan Cendekia Gorontalo. Pengembanganpenilaian dimaksudkan untuk meningkatkanrelevansi program pembelajaran dengan keadaandan kebutuhan MAN Insan Cendekia Gorontalo.Pelaksanaan penilaian berhubungan dengan setiapbagian dari proses pendidikan, bukan hanyakeberhasilan belajar saja tetapi mencakup semuaproses mengajar dan belajar. Prinsip penilaian tetapmemperhatikan persyaratan kompetensi dasarbidang studi, KKM dari setiap bidang studi, danjenis tagihan yang harus dikerjakan siswa untukmenghasilkan informasi dalam menilai siswa.

Format penilaian yang dikembangkan olehguru-guru MAN Insan Cendekia Gorontalo bukanhanya menggunakan format tradisional sepertipilihan ganda, uraian obyektif, menjodohkan, tetapimereka juga menggunakan asesmen autentik,seperti performansi atau kinerja dan portofolio. Halini sesuai dengan pendapat O’Malley dan Pierce(1996) bahwa asesmen autentik dimaksudkanuntuk menggambarkan berbagai bentuk penilaianyang merefleksikan pembelajaran, capaian,motivasi, dan sikap pembelajar pada aktivitaspembelajaran yang relevan di kelas sepertiasesmen performansi dan portofolio.

140 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

Page 50: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Hal lain yang menarik adalah penentuanjurusan dan kenaikan kelas di MAN InsanCendekia Gorontalo yang ditetapkan berdasarkandua hasil tes. Kedua hasil tes tersebut adalah tespsikologi dan tes sumatif (tes kenaikan kelas) yangmenjadi pertimbangan utama pada penjurusan dankenaikan kelas siswa. Hal ini menandakan bahwaMAN Insan Cendekia dalam mengelolah pesertadidik selalu berdasarkan data yang dapatdipertanggung jawabkan.

Program bimbingan akademik MAN InsanCendekia Gorontalo juga sangat baik danterprogram karena bimbingan akademik telahdidisain dalam bentuk responsi, tutorial danbimbingan khusus. Program responsi merupakankegiatan yang terstruktur dalam jam kurikuler yangbertujuan untuk meningkatkan penguasaan konsepdan melatih keterampilan siswa memecahkanmasalah. Program tutorial merupakan kegiatanpembimbingan khusus bagi siswa yang belummencapai standar ketuntasan, dan bagi siswa yangmemperoleh nilai tinggi bimbingan khusus dalambentuk bimbingan olimpiade. Bimbingan khususdilaksanakan diluar pembelajaran sekolah.

Bimbingan akademik bertujuan untukmempersiapkan siswa mengikuti UN/UAS danseleksi perguruan tinggi yang berkualitas baik didalam negeri maupun di luar negeri sehingga targetbidang akademik dapat tercapai. Target akademiktersebut adalah (1) siswa lulus 100 % dengan gradeA (rata-rata >75) untuk semua mata pelajaran, (2)mendapatkan nilai optimun untuk semua siswa, (3)mendapat nilai sempurna untuk beberapa matapelajaran, dan (4) 90 % lulus di PTN favorit. Halini sesuai dengan target tim penjaminan mutuakademik MAN Insan Cendekia Gorontalo. Halini diperkuat pendapat Komariah dan Triatna (2005)kualitas adalah gambaran dan karakteristikmenyeluruh dari lulusan yang menunjukkankemampuannya dalam memuaskan kebutuhanyang ditentukan, misalnya hasil ujian akhir.

MAN Insan Cendekia Gorontalo mempro-gramkan muatan lokal yang terdiri atas dua kegiatanyakni penulisan KIR dan penulisan buku sederhana.Yang bertujuan untuk memberikan pengalamanmenulis karya ilmiah dan menumbuhkan budayailmiah siswa yang merupakan bagian yang takterpisahkan dalam pembelajaran. Penulisan KIRdan buku sederhana dapat memberikan pengalamanawal dalam menulis dan meneliti sehingga siswayang lanjut ke perguruan tinggi sudah merupakanhal yang biasa, karena budaya meneliti dan menulistelah dilakukan sejak di sekolah.

Penjaminan Mutu Bidang Kesiswaan MAN InsanCendekia Gorontalo

Pengelolaan Kesiswaan diawali denganmenjaring siswa melalui sistem seleksi yang ketat,yaitu dengan menentukan standar penerimaansiswa baru dan prosedur seleksi penerimaan siswabaru. Standar penerimaan siswa baru MAN InsanCendekia memiliki kriteria calon yang (1)berkepribadian yang mantap, (2) berkeimanan yangkuat, (3) sehat jasmani dan rohani, (4) lulus tespsikolastik dengan nilai minimal 900. Prosedurseleksi penerimaan siswa baru dengan mengikutialur sebagai berikut: (1) masa persiapan, (2) masapendaftaran, (3) seleksi tulis, (4) pengumumankelulusan, (5) tes kesehatan, dan persiapan masuksekolah yang telah lulus dan telah memenuhi semuapersayaratan.

Program pertama yang dilakukan madrasahbagi siswa yang dinyatakan lulus, mengenalkanlingkungan dan sistem madrasah melaluipenyelenggaraan orientasi yang secara terintegrasidengan matrikulasi agar siswa dapat mudahberiteraksi dengan lingkungan baru, menumbuhkansikap kepemimpinan, kebersamaan atau solidaritasyang tinggi di lingkungan sekolah. Penyelenggaraankegiatan orientasi dan matrikulasi menunjukkanbahwa ada usaha yang sungguh-sungguh untukmengelola siswa dengan baik agar siswa dapatmengikuti proses pembelajaran dengan baik pula.Dengan penyelenggaraan MOS yang dikoordinirbidang kesiswaan terintegrasi matrikulasidikoordinir bidang akademik selama kurang lebihsatu bulan diharapkan siswa dapat mudahberinteraksi pada lingkungan yang baru, sehinggaaktivitas pribadi terutama dalam bersosialisasi danbelajar mandiri dapat dilakukan siswa dengan baik.Masaong (2009) menyatakan bahwa pengelolaanpeserta didik yang baik dapat mencapai keefektifantujuan program kesiswaan.

Pengoptimalan potensi siswa dilakukan baikmelalui program di dalam sekolah maupun di luarsekolah. Hal ini bertujuan agar siswa tumbuh danberkembang secara utuh dalam berbagai aspekkehidupannya. Dengan demikian akan terbentukindividu yang sesuai dengan tujuan pendidikan diMAN Insan Cendekia pada khususnya. Pembinaankesiswaan dilakukan melalui tiga jalur, yaknipembinaan melalui OSIS, penegakan disiplin, danpembinaan melalui Unit Kegiatan Pelajar (UKP).

Pembinaan kesiswaan jalur OSIS atau latihankepemimpinan dan berorganisasi bertujuanmemberi bekal pengetahuan maupun pengalaman

Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 141

Page 51: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

kepada siswa untuk memimpin dirinya, orang laindan lingkungannya serta berorganisasi dalamrangka mengoptimalkan peran sertanya dalammemperlancar pelaksanaan program MAN InsanCendekia Gorontalo. Pada intinya pembinaanOSIS memuat tiga hal penting yaitu pembinaankepemimpinan dan keorganisasian, keagamaan,akademik dan ekstra kurikuler. Hal ini sejalandengan Beare dkk (1989) bahwa perkembangansiswa harus (1) didukung oleh aktivitas ekstrakurikuler yang lebih banyak, (2) lebih ditekankanpada pembinaan prilaku dan, (3) pembinaannyaditekankan pada keyakinan beragama dan standarmoral.

Pembinaan disiplin dimaksudkan untukmenegakkan disiplin dengan berusaha memberipembinaan dan penanganan terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan kedisiplinansiswa, baik di sekolah maupun di asrama, denganberpedoman pada buku tata tertib siswa yangtermuat pada SAM penyelenggaraan MAN InsanCendekia. Frymier dkk (1984) mengatakan bahwapenegakan disiplin dan keamanan di sekolah yangbaik adalah penegakan disiplin dan keamanansekolah yang dipelopori oleh guru berdasarkanaturan dan tata tertib yang telah ditentukan olehsekolah. MAN Insan Cendekia Gorontalo telahmenegakkan disiplin kepada semua siswanya dandalam sistem pengajarannya dicontohkan para gurudan seluruh staf yang terlibat di dalamnya baikdalam berperilaku maupun berpakaian yang jugamenjadi standar siswa maupun guru.

UKP merupakan kegiatan ekstra kurikuleruntuk mengembankan potensi, bakat, dan minatsiswa; seperti, bahasa Arab, bahasa Inggris, binavokalia, musik islam, marchin band, hafids Qur’andan keagamaan, ekstra elektronik. Dengandemikian, siswa-siswa memiliki keterampilan, seni,pembinaan iman yang mantap melalui kegiatan-kegiatan UKP. Dengan adanya kegiatan UKPmemberikan peluang kepada siswa untuk berkarya,berinovasi, dan mengembangkan potensi, bakat,dan minatnya sehingga para siswa tidak memilikikesempatan lagi untuk melakukan hal negatif atauperilaku menyimpang.

Penjaminan Mutu Guru MAN Insan CendekiaGorontalo

MAN Insan Cendekia menetapkan standarminimal guru yang akan mengajar. Standarpenerimaan guru diawali dengan rekrutmen yangbermutu menggunakan standar mutu sumber daya

MAN Insan Cendekia dengan mengikuti tigamacam tes yaitu (1) akademik, (2) psikologi, dan(3) microteaching. Ketigates tersebut harus lulusuntuk dapat dipertimbangkan menjadi calon gurudi MAN Insan CendekiaGorontalo.

Standar input calon guru di MAN InsanCendekia Gorontalo berbeda dengan rekrutmencalon guru MAN lainnya. MAN lainnya hanyamengikuti seleksi calon pegawai negeri secaraumum yaitu tes akademik sedangkan tes psikologidan microteaching tidak dipersyaratkan. Hal itumenandakan bahwa standar input calon guru selalumemperhatikan standar mutu SDM nya. Sallis(2007) menyatakan investasi SDM adalah kuncimutu dan menentukan keberlangsungan lembagadimasa mendatang. Oleh karena itu mutu guru yangditerima menjadi indikator untuk menjaga kualitaspembelajaran, karena guru merupakan pelaksanautama pembelajaran yang harus memilikikompetensi dan profesionalisme yang tinggi dalampembelajaran. Brandt (dalam Mulyasa, 2004)menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajarguru dituntut memiliki kompetensi yang tinggi,dengan kompetensi yang dimiliki seorang pengajardapat menciptakan suasana belajar kondusif danproses belajar mengajar yang efektif.

Terkait dengan peningkatkan pengabdian,mutu, keahlian dan keprofesionalan guru untukperbaikan kualitas pembelajaran, MAN InsanCendekia Gorontalo memprogramkan pembinaanprofesi guru baik yang diselenggarakan di dalamsekolah maupun di luar sekolah. Peningkatanprofesionalisme guru sangat baik, terutama dalampeningkatan studi lanjut hingga saat ini telahmencapai 50 % yang sudah mengikuti S2 dansedang mengikuti S3, disamping itu peningkatankualitas pembelajaran maupun spritual denganmengikutkan guru pada kegiatan diklat, workshop,pemagangan guru pada international schoolyangberada di Jakarta, Surabaya, dan Bali, maupunkegiatan yang secara rutin dilaksanakan padaMGMP di lingkungan MAN Insan CendekiaGorontalo. Menurut Masaong (2009) MGMPadalah salah satu kinerja sekolah yang diharapkandapat meningkatkan kualitas tenaga pengajarsehingga guru dapat mewujudkan pembelajaranyang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Halini sejalan dengan pernyataan Ulfatin (2007)prinsipdari the world Bankbahwa manajemen guru harusdapat memberikan kontribusi pada peningkatankinerja sekolah.

Masaong (2009) yang menyatakanpengembangan ketenagaan dilandasi beberapa

142 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

Page 52: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

pertimbangan dalam mewujudkan kinerja sekolahyaitu (1) pesatnya perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi yang menuntut sekolah menyesuaikanperkembangan tersebut, (2) persaingan sekolahdalam memberikan pelayanan yang memuaskankepada pelanggannya untuk memperkuatlegitimasinya terhadap stakeholders-nya.Pemberian reward bagi guru-guru yang memilikikinerja baik harus menjadi perhatian kepalasekolah, demikian pula guru-guru yang kinerjanyarendah harus mendapat hukuman dan pembinaansecara intensif oleh kepala sekolah. Hal ini sejalandengan pernyataan Ulfatin (2007) program inisiatifsekolah paling strategis, antara lain: (1) pelatihanguru dan tenaga kependidikan secara in house danout house sesuai bidang yang dibutuhkan sekolah,dan (2) menciptakan iklim kerja yang kondusifdengan menerapkan sistem reward dan funishmentyang tepat dan adil.

Disiplin dan tanggung jawab guru MAN InsanCendekia sangat baik, hal ini terlihat pada kehadiranguru di kelas dan kegiatan guru diluar kelas. Gurusangat disiplin dan bertanggungjawab atas setiaptugas yang diberikan dan dikerjakan berdasarkanSOP dari masing-masing tugas. Budaya kerja guruyang baik karena standar kerja dan disiplin pegawaiyang terbentuk sebagai komitmen yang tinggi padalembaga. Budaya kerja guru dan disiplin merupakankarakteristik budaya sekolah yang berprestasi sepertiyang diungkapkan oleh Komariah dan Triatna (2005)bahwa budaya sekolah dibentuk dan dipengaruhioleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan dan perilaku orang yang adadi dalamnya.

Perubahan kultur yang dilakukan oleh guruuntuk menghasilkan mutu pendidikan menurut Sallis(2007) dibutuhkan dua hal penting. Pertama, stafmembutuhkan lingkungan yang cocok untukbekerja dengan sistem dan prosedur yangsederhana. Kedua, untuk melakukan pekerjaandengan baik, staf memerlukan lingkungan yangmendukung dan menghargai kesuksesan, danprestasi yang mereka raih. Motivasi untukmelakukan pekerjaan dengan baik adalah hasil darisebuah gaya kepemimpinan dan dari atmosfirlingkungan yang meningkatkan kepercayaan diriserta memberdayakan setiap individu di dalamnya.

Penjaminan Mutu Keasramaan MAN Insan CendekiaGorontalo

Kegiatan pembinaan keasramaan meliputipembinaan hidup berasrama, peningkatan imtaq

dan kemampuan berbahasa asing siswa. Disampingitu, pembina asrama juga melakukan komunikasialumni dengan memantau keberadaan alumni diperguruan tinggi dan yang telah bekerja.

Pembinaan kehidupan di asrama ditekankanpada pembentukan karakter tujuannya supayasiswa bisa hidup mandiri, bertanggungjawab, hidupbersih, dan yang terpenting adalah bagaimanasiswa bisa hidup bersama dalam asrama danmereka bisa saling memahami pribadi dan karaktermasing-masing. Pembinaan karakter oleh Agustian(2006) dinyatakan bahwa kecerdasan emosionalsangat penting untuk memahami diri sendiri danorang lain demi untuk mencapai tujuan.

Pembinaan keagamaan di MAN InsanCendekiaGorontalo memang dilaksanakan secaraterprogram dan terarah bekerjasama antara OSIS,pembina asramah, dan guru agama. WalaupunMAN Insan CendekiaGorontalo bukan lembagapasantren, namun berusaha membentuk lingkunganyang berjiwa dan bernafaskan nilai keislamansehingga siswa dapat membiasakan dirimewujudkan nilai-nilai islam dalam kehidupansehari-hari.

Pembinaan imtaq di MAN Insan CendekiaGorontalo telah dapat mewujudkan sumber dayamanusia yang berkualitas tinggi dalam keimanandan ketaqwaan. Hal inilah yang menjadi pijakanMAN Insan Cendekia Gorontalo memposisikanpembinaan iman dan taqwa menjadi pondasi utamadari keilmuan siswa. Sebab sejauh apapunmelangkah, segalanya harus dikembalikankediktum agama yang harus menjadi peganganhidup siswa. Dengan demikian ungkapan yangmengatakan perlunya generasi muda yang “berhatiMekkah dan berotak Jerman” bisa direalisasi-kan. Oleh karena itu para siswa harus menyadariakan arti penting dan sedemikian urgensinyareligiusitas dalam kehidupan ini. Agustian (2006)menyatakan kecerdasan spritual sangat penting diera sekarang karena kecerdasan spritualmelibatkan kemampuan menghidupkan kebenaranyang paling dalam, memberi makna ibadahterhadap setiap perilaku dan kegiatan melaluilangkah-langkah serta pemikiran yang yangbersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya(hanif), memiliki pola pemikiran tauhid(integralistik) dan berprinsip “hanya karena TuhanYang Maha Esa”. Pendapat Agustian dipertegasoleh Saida (2008) pentingnya kecerdasan spiritualyang perlu dikembangkan melalui pendidikan atausekolah. Tujuan lembaga pendidikan tidak hanyamenjadikan kecerdasan otak dan emosi para siswa,

Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 143

Page 53: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

akan tetapi tugas lain yang juga lebih pentingadalah kecerdasan spritual.

Pembinaan bahasa yang dilakukan madrasahbaik, karena ditunjang oleh metode pembinaanbahasa yang variatif sehingga lebih memudahkansiswa bercakap-cakap, menyampaikanpengumuman baik dengan menggunakan bahasaInggris maupun bahasa Arab. Disamping itu pulalatar belakang siswa sebagian besar berasal daripasantren yang memang telah terbiasa berbahasaasing dalam lingkungannya. Hal ini sejalan denganpendapat Huda (1999) bahwa pembinaan bahasapeserta didik dilakukan pada dua sisi yaitulingkungan berbahasa formal dan informal. Kedualingkungan berbahasa ini berpengaruh padapemerolehan dan pembelajaran bahasa pesertadidik. Lingkungan berbahasa formal dan informaldimaksudkan untuk mengembangkan kemampuanpeserta didik untuk berkomunikasi secara alami.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

SAM merupakan suatu kebijakan strategisMAN Insan Cendekia yang berisi (a) visi dan misi,(b) target, dan (c) garis-garis besar MAN InsanCendekia yang memuat konsep dasar, prasyarat,dan standar mutu pada seluruh bidang yangbertujuan untuk menjamin mutu internal sekolah.Penyusunan SAM diorganisir oleh Litbang yangbertugas untuk menggali data dan informasi, baikdari dalam maupun dari luar lembaga untukmenjadi dasar pembuatan kebijakan pada semuabidang yang ada di MAN Insan CendekiaGorontalo. Perubahan SAM ditinjau kembalisetelah tiga tahun untuk perbaikan,penyempurnaan, dan pengembangannya. Hal inidilakukan untuk memperbaiki mutu MAN InsanCendekia Gorontalo secara terarah danberkelanjutan.

Penjaminan mutu bidang kurikulum danproses pembelajaran MAN Insan CendekiaGorontalo dilakukan melalui kegiatan antara lain:(a) treatment matrikulasi pada mata pelajaranMAFIKIBI, (b) struktur kurikulum mengacu padaKTSP DEPAG 2006, dan pengayaan materimengacu pada cambridgekhususnya bidang studiMAFIKIBI, (c) disain silabus dan perangkatpembelajaran disusun bersama team teachingbidang studi dengan mengayakan materi denganmelihat informasi terkini serta memperkaya jenistagihan, dan penugasan, (d) media dan strategi

pembelajaran yang digunakan guru selaludisesuaikan dengan tuntutan materi, sehinggapembelajaran dapat berlangsung secara efektif danmenyenangkan, (e) penilaian hasil belajar siswadidasarkan pada persyaratan KKM dari setiapbidang studi dan jenis tagihan yang harusdikerjakan siswa, (f) penentuan jurusan siswaditetapkan berdasarkan hasil tes psikotes danulangan kenaikan kelas, (g) pengoptimalanpemahaman dan kemampuan siswa diselenggarakan bimbingan akademik dalam bentukresponsi, tutorial dan bimbingan khusus, (h) budayailmiah dikemas dalam muatan lokal melaluipenulisan KIR dan buku sederhana.

Penjaminan mutu pada bidang kesiswaanMAN Insan Cendekia Gorontalo berdasarkan padastandar: (a) penerimaan siswa baru, (b) prosedurpenerimaan siswa baru, (c) masa orientasi siswa,dan (d) standar pembinaan kesiswaan yangmeliputi tiga jalur yakni: OSIS, penegakan disiplin,dan UKP.

Penjaminan mutu ketenagaan terutama guru,dilakukan langkah-langkah strategis antara lain: (a)menetapkan standarrekrutmen guru yakni lulus tesakademik, psikologi, dan microteaching, (b)peningkatan profesionalisme guru dilakukanmelalui studi lanjut, diklat, workshop, magang padainternational school, dan secara rutin melakukankegiatan MGMP, dan (c) menetapkan standarkinerja meliputi standar pembelajaran, disiplin,tanggung jawab, demokratis, dan komitmen padaprestasi.

Penjaminan mutu pada bidang keasramaandilaksanakan berdasarkan: standar pembinaan diasrama yang meliputi pembinaan hidup berasrama,keagamaan, dan kemampuan berbahasa asing.Pemantauan kegiatan keasramaan dituangkandalam raport asrama siswa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankansebagai berikut: (1) Bagi MAN Insan CendekiaGorontalo, Standar Acuan Minimal (SAM) sebagaistandar yang telah ditetapkan dievaluasi secaraberkelanjutan sehingga mutu MAN InsanCendekia dapat dipertahankan secara optimal.Litbang MAN Insan Cendekia Gorontalo sebagaiunit penjaminan mutu internal sekolah perlumemperluas timnya dengan melibatkan staf ahlipenjaminan mutu perguruan tinggi, (2) kepada gurudiharapkan pengembangan kurikulum dan prosespembelajaran dilakukan secara terus menerus

144 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 135-145

Page 54: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

sehingga dapat menciptakan pembelajaran kreatif,inovatif, dan menyenangkan, serta relevan dengankebutuhan perkembangan belajar siswa.Khususnya bidang studi MAFIKIBI lebihmengacu pada pendalaman materi Cambdrigesehingga dapat memenuhi standar padapelaksanaan sertifikasi, (3) hasil penelitiandiharapkan menjadi acuan bagi pemerintahkhususnya Depag dan Diknas dalam membinasekolah-sekolah yang berada di bawahnaungannya, (4) bagi pihak LPMP sebagai

lembaga penjaminan mutu dapat menjadi acuanuntuk menilai standar mutu dan peningkatan mutupendidikan dan menjadi acuan pula untukmemetakan sekolah bermutu, dan (5) diharapkanhasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagisekolah lain yang belum optimalmenyelenggarakan penjaminan mutu internalsehingga dapat memperbaiki penyelenggaraanpendidikannya untuk meningkatkan kualitaspendidikan.

DAFTAR RUJUKAN

Agustian, G. A. 2006. Rahasia SuksesMembangun ESQ Power Sebuah InnerJourney Melalui Al-Ihsan. Jakarta: Arga.

Arifin, I. 2007. Strategi Kepala Sekolah CapaiPrestasi Juara UKS Nasional. Kasus TKAnak Saleh Malang. Malang: AdityaMedia.

Beare, H. & Caldwell, B.J. & Millikan, R.H. 1989.Creating An Excellent School. Routledge.London and New York.

Creech, B. 1996. Lima Pilar (Manajemen MutuTerpadu) TQM, Cara Membuat TQMBekerja Bagi Anda. (Edisi BahasaIndonesia). Jakarta: Binarupa Aksara.

Deming, W.E. 2000. Out Of The Crisis.Cambridge: The MIT Press.

Frymier, J., Combleth, C., & Donmeyer, R.,Gansneder, B.M., Jefer, J.T., Klein, M.F.,Schwab, M., & Alexander, W.M. 1984. OneHundred Good Schools. West Lafayette,Indiana: Kappa Delta Pi.

Huda, N. 1999. Language Learning andTeaching: Issues and Trends. Malang:IKIP Malang.

Juran, J. M. 1989. Juran On Leadership ForQuality An Executive Handbook. NewYork: The Free Press.

Komariah, A. & Triatna, C. 2005. VisionaryLeadership. Menuju Sekolah Efektif.Bumi Aksara: Jakarta.

Masaong, K. 2010. Hubungan KecerdasanIntelektual, Kecerdasan Emosional,Kecerdasan Spiritual, GayaKepemimpinan Kepala Sekolah danIklim Sekolah Dengan Kinerja SekolahPada Pendidikan Menengah di KotaGorontalo. Disertasi tidak diterbitkan.Malang: PPs Universitas Negeri Malang.

Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

O’Malley, J.M. & Pierce, L.V. 1996. AuthenticAssessment For English LanguageLearners. New York: Addison WesleyPublishing Company.

Prabowo, S.L. 2008. Penjaminan Mutu Kurikulumdi Madrasah. Jurnal El-Hikmah. 5( 2):295- 311.

Saidah, A. 2008. Kiat Mengembangkan SQ Anak.Jurnal El-Hikmah. 5(2): 323- 329.

Sallis, E. 2007.Total Quality Management InEducation. Manajemen MutuPendidikan. Jogyakarta: Ircisod.

Samidjo. 2003. Profil Kepala Sekolah PadaSekolah Menengah Kejuruan yangEfektif. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:PPS Universitas Malang.

Sator i,D. 2008. Sistem Penjaminan danpeningkatan Mutu Pendidikan. Makalahdisajikan dalam Konvensi NasionalPendidikan Indonesia ke VI di UniversitasPendidikan Ganesha 17-19 November.

MAN Insan Cendekia Gorontalo. 2006. StandarAcuan Minimal Penyelenggaraan SistemMAN Insan Cendekia Gorontalo.Gorontalo: MAN Insan Cendekia Gorontalo.

Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu:Konsep, Strategi dan Aplikasi. Jakarta:PT Remaja Rosdakarya.

Ulfatin, N. 2007. Peningkatan Manajemen Mutudengan Pendekatan Balanced Scorecarddi Lembaga Pendidikan pada JenjangSekolah Menengah. Makalah disajikandalam Pidato Pengukuhan Guru Besardalam Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan.Universitas Negeri Malang, 3 Mei 2007.

Mas, Pengelolaan Penjaminan Mutu Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri 145

Page 55: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN SEKOLAHTERHADAP KEPUASAN PESERTA DIDIK DAN

ORANGTUA PESERTA DIDIK

Ruri Puspita SariBambang Budi Wiyono

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The purpose of this study describe the service quality of the school, students’ satisfaction,parental satisfaction learners, determine the effect of service quality and satisfaction of schoollearners, the influence between service quality and satisfaction of parents of school students, theinfluence of service quality on satisfaction school students and parents SMK students in a city ofMalang. This study uses a quantitative approach with a descriptive correlational design. Its populationstudents and parents of students in SMK as the city of Malang with sampling using proportionalstratified random sampling. Data analysis using descriptive analysis and multiple regressions. Theresults show the quality of school services in either category, the level of satisfaction of the studentsin the medium category, the level of satisfaction of parents of learners in the medium category, thereis a significant influence on satisfaction of service quality school students, there was a significanteffect of school service quality to satisfaction of parents of participants students, and no significanteffect on satisfaction of service quality school students and parents of students.

Abstrak: Tujuan penelitian ini mendeskripsikan kualitas pelayanan sekolah, kepuasan peserta didik,kepuasan orangtua peserta didik, mengetahui pengaruh antara kualitas pelayanan sekolah dankepuasan peserta didik, pengaruh antara kualitas pelayanan sekolah dan kepuasan orangtua pesertadidik, pengaruh antara kualitas pelayanan sekolah terhadap kepuasan peserta didik dan orangtuapeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatifdengan rancangan deskripti korelasional. Populasinya adalah peserta didik dan orangtua pesertadidik di SMK Negeri se-Kota Malang. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportinal stratifiedrandom sampling. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan regresi berganda. Hasilpenelitian menunjukkan kualitas pelayanan sekolah dalam kategori baik, tingkat kepuasan pesertadidik dalam kategori sedang, tingkat kepuasan orangtua peserta didik dalam kategori sedang, adapengaruh yang signifikan kualitas pelayanan sekolah terhadap kepuasan peserta didik, ada pengaruhyang signifikan kualitas pelayanan sekolah terhadap kepuasan orangtua peserta didik, dan adapengaruh yang signifikan kualitas pelayanan sekolah terhadap kepuasan peserta didik dan orangtuapeserta didik.

Kata kunci: kualitas pelayanan, kepuasan peserta didik, kepuasan orangtua peserta didik

Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkansumber daya manusia yang berkualitas danproduktif. Berkaitan dengan hal tersebut, untukdapat meningkatkan kualitas sumber daya manusiadari sektor pendidikan, pemberdayaan lembagapendidikan perlu dilakukan untuk meningkatkankualitas pendidikan itu sendiri yang dicerminkanmelalui tingkat pelayanan lembaga pendidikankepada konsumennya.

Peser ta didik sebagai pengguna jasapendidikan tentu mengharapkan, bahwa sekolah

yang dituju mampu memenuhi kebutuhannyadalam memperoleh ilmu pengetahuan. Tidakhanya peserta didik sebagai pengguna jasa darisekolah yang memiliki harapan akan terpenuhinyakebutuhan ilmu pengetahuan, orangtua pesertadidik juga memiliki harapan demikian. MenurutKotler (dalam Ismail 2010: 117), kepuasanpelanggan itu sendiri merupakan tingkat perasaanpelanggan setelah membandingkan kinerja atauhasil yang dirasakan dengan harapannya,sehingga pada dasarnya terdapat hubungan yang

146

Page 56: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

erat antara kualitas pelayanan dan kepuasanpelanggan.

Namun, penyediaan pelayanan yangberkualitas tidaklah mudah. Hal ini tercermin padapemberitaan yang disampaikan melalui mediamassa mengenai lemahnya pelayanan yangdiberikan sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) Negeri se-Kota Malang akan mampumemberikan pelayanan yang berkualitas apabilasekolah mempunyai sumber daya manusia yangberkualitas, sarana dan prasarana yang memadai.Berdasarkan uraian di atas, mengingat pentingnyakualitas pelayanan yang diberikan sekolah terhadappeserta didik maupun orangtua peserta didiksebagai pelanggannya, maka penelitian inidifokuskan pada peningkatan kualitas pelayanandengan judul pengaruh kualitas pelayanan sekolahterhadap kepuasan peserta didik dan orangtuapeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif dengan rancangan deskriptifkorelasional. Populasi dalam penelitian ini adalahpeserta didik dan orangtua peserta didik di SMKNegeri se-Kota Malang sejumlah 20.370.berdasarkan rumus Slovin, jumlah populasinya N= 20.370 diperoleh sampel sejumlah N = 391. Untukmenentukan anggota sampel, penelitian inimenggunakan teknik Stratified ProportionedRandom Sampling, yaitu teknik pengambilansampel yang menggabungkan antara teknikberstrata, proporsi, dan acak (Arikunto, 2006: 122).Jenis data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data ordinal (Skala Likert) yang kemudianditransformasikan menjadi data interval melaluiMethod Successive Interval (MSI). Alat utamapengumpulan data dalam penelitian ini adalahangket atau kuesioner yang disusun berdasarkankonsep pengukuran Skala Likert. Analisis datayang digunakan dalam penelitian ini adalah analisisdeskriptif dan regresi berganda. Teknik analisisdeskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan

keadaan atau status fenomena. Sedangkan analisisregresi untuk menggambarkan pengaruh antaravariabel bebas dan variabel terikat.

HASIL

Deskriptif data yang disajikan dalampenelitian ini adalah gambaran kondisi kualitaspelayanan sekolah, tingkat kepuasan peserta didik,dan tingkat kepuasan orangtua peserta didik diSMK Negeri se-Kota Malang.

Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan, yaitu derajat pemenuhankebutuhan dan keinginan peserta didik maupunorangtua peserta didik ser ta ketepatanpenyampaiannya untuk mengimbangi atau melebihiharapan mereka yang diketahui melalui penilaianresponden.

Bukti Fisik

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwadari 391 peserta didik, 203 orang atau sebesar51,9% peserta didik menyatakan bahwa kualitaspelayanan berupa bukti fisik di SMK Negeri se-Kota Malang dalam kategori sangat tinggi, 182orang atau sebesar 46,5% peserta didikmenyatakan bahwa bukti fisik dalam kategorisedang, dan 6 orang atau sebesar 1,5% pesertadidik menyatakan bahwa bukti fisik dalam kategorirendah.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwadari 391 orangtua peserta didik, 298 orang atausebesar 76,2% orangtua peserta didik menyatakanbahwa kualitas pelayanan berupa bukti fisik diSMK Negeri se-Kota Malang dalam kategorisangat tinggi, 89 orang atau sebesar 22,8%orangtua peserta didik menyatakan bahwa buktifisik dalam kategori sedang, dan 4 orang atausebesar 1% orangtua peserta didik menyatakanbahwa bukti fisik dalam kategori rendah.

Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 147

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Bukti Fisik (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 66,308661-88,962990 Tinggi 203 51,9%2. 43,654330-66,308660 Sedang 182 46,5%3. 21,000000-43,654329 Rendah 6 1,5%

Total 391 100%

Page 57: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Keandalan

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa dari391 peserta didik, 130 orang atau sebesar 33,2%peserta didik menyatakan bahwa kualitas pelayananberupa keandalan di SMK Negeri se-Kota Malangdalam kategori sangat tinggi, 243 orang atau sebesar62,1% peserta didik menyatakan bahwa keandalandalam kategori sedang, dan 18 orang atau sebesar4,6% peserta didik menyatakan bahwa keandalandalam kategori rendah.

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari391 orangtua peserta didik, 302 orang atau sebesar77,2% orangtua peserta didik menyatakan bahwakualitas pelayanan berupa keandalan di SMK Negerise-Kota Malang dalam kategori sangat tinggi, 78orang atau sebesar 19,9% orangtua peserta didikmenyatakan bahwa keandalan dalam kategorisedang, dan 11 orang atau sebesar 2,8% orangtuapeserta didik menyatakan bahwa keandalan dalamkategori rendah.

Daya Tanggap

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa dari391 peserta didik, 124 orang atau sebesar 31,7%

peserta didik menyatakan bahwa kualitas pelayananberupa daya tanggap di SMK Negeri se-KotaMalang dalam kategori sangat tinggi, 239 orang atausebesar 61,1% peserta didik menyatakan bahwadaya tanggap dalam kategori sedang, dan 28 orangatau sebesar 7,2% peserta didik menyatakan bahwadaya tanggap dalam kategori rendah.

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwadari 391 orangtua peserta didik, 242 orang atausebesar 61,9% orangtua peser ta didikmenyatakan bahwa kualitas pelayanan berupadaya tanggap di SMK Negeri se-Kota Malangdalam kategori sangat tinggi, 134 orang atausebesar 34,3% orangtua peser ta didikmenyatakan bahwa daya tanggap dalam kategorisedang, dan 15 orang atau sebesar 3,8% orangtuapeserta didik menyatakan bahwa daya tanggapdalam kategori rendah.

Jaminan

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwadari 391 peserta didik, 142 orang atau sebesar36,3% peserta didik menyatakan bahwa kualitaspelayanan berupa jaminan di SMK Negeri se-

148 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Bukti Fisik (Orangtua Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 31,750304-42,125454 Tinggi 298 76,2%2. 21,375151-31,750303 Sedang 89 22,8%3. 11,000000-21,375150 Rendah 4 1%

Total 391 100%

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Keandalan (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 24,687312-33,530966 Tinggi 130 33,2%2. 15,843655-24,687311 Sedang 243 62,1%3. 7,000000-15,843654 Rendah 18 4,6%

Total 391 100%

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Keandalan (Orangtua Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 11,399670-15,099503 Tinggi 302 77,2%2. 7,699834-11,399669 Sedang 78 19,9%3. 4,000000-7,699833 Rendah 11 2,8%

Total 391 100%

Page 58: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Kota Malang dalam kategori sangat tinggi, 228orang atau sebesar 58,3% peser ta didikmenyatakan bahwa jaminan dalam kategorisedang, dan 21 orang atau sebesar 5,4% pesertadidik menyatakan bahwa jaminan dalam kategorirendah.

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwadari 391 orangtua peserta didik, 260 orang atausebesar 66,5% orangtua peserta didik menyatakanbahwa kualitas pelayanan berupa jaminan di SMKNegeri se-Kota Malang dalam kategori sangattinggi, 118 orang atau sebesar 30,2% orangtuapeserta didik menyatakan bahwa jaminan dalamkategori sedang, dan 13 orang atau sebesar 3,3%orangtua peserta didik menyatakan bahwa jaminandalam kategori rendah.

Empati

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwadari 391 peserta didik, 135 orang atau sebesar34,5% peserta didik menyatakan bahwa kualitaspelayanan berupa empati di SMK Negeri se-KotaMalang dalam kategori sangat tinggi, 226 orangatau sebesar 57,8% peserta didik menyatakanbahwa empati dalam kategori sedang, dan 30 orangatau sebesar 7,7% peserta didik menyatakanbahwa empati dalam kategori rendah.

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwadari 391 orangtua peserta didik, 236 orang atausebesar 60,4% orangtua peserta didik menyatakanbahwa kualitas pelayanan berupa empati di SMKNegeri se-Kota Malang dalam kategori sangattinggi, 145 orang atau sebesar 37,1% orangtua

Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 149

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Daya Tanggap (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 33,430185-45,145276 Tinggi 124 31,7%2. 21,715092-33,430184 Sedang 239 61,1%3. 10,000000-21,715091 Rendah 28 7,2%

Total 391 100%

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Daya Tanggap (Orangtua Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 17,662307-23,493459 Tinggi 242 61,9%2. 11,831153-17,662306 Sedang 134 34,3%3. 6,000000-11,831152 Rendah 15 3,8%

Total 391 100%

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Jaminan (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 27,304785-36,957177 Tinggi 142 36,3%2. 17,652392-27,304784 Sedang 228 58,3%3. 8,000000-17,652391 Rendah 21 5,4%

Total 391 100%

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Jaminan (Orangtua Murid)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 20,164186-26,746278 Tinggi 260 66,5%2. 13,582093-20,164185 Sedang 118 30,2%3. 7,000000-13,582092 Rendah 13 3,3%

Total 391 100%

Page 59: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

peserta didik menyatakan bahwa empati dalamkategori sedang, dan 10 orang atau sebesar 2,6%orangtua peserta didik menyatakan bahwa empatidalam kategori rendah.

Kepuasan Peserta Didik

Berdasarkan Tabel 11, sebanyak 55 atausebesar 14,1% peserta didik merasa sangat puasakan pelayanan yang diberikan oleh SMKN se-Kota Malang, 328 atau sebesar 83,9 peserta didikmerasa cukup puas akan pelayanan yangdiberikan oleh SMKN se-Kota Malang, dansebanyak 8 atau sebesar 2% peserta didik merasatidak puas akan pelayanan yang diberikan olehSMKN se-Kota Malang.

Kepuasan Orangtua Peserta Didik

Berdasarkan Tabel 12, sebanyak 40 atausebesar 10,2% orangtua peserta didik merasa sangatpuas akan pelayanan yang diberikan oleh SMKNse-Kota Malang, 340 atau sebesar 87% orangtuapeserta didik merasa cukup puas akan pelayananyang diberikan oleh SMKN se-Kota Malang, dansebanyak 11 atau sebesar 2,8% orangtua pesertadidik merasa tidak puas akan pelayanan yangdiberikan oleh SMKN se-Kota Malang.

Pengujian HipotesisHipotesis 1 (Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolahterhadap Kepuasan Peserta Didik)

Hipotesis yang akan diuji secara statistikdalam penelitian ini menyatakan, bahwa “Diduga

150 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Empati Pegawai (Peserta Didik)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 23,970238-32,455355 Tinggi 135 34,5%2. 15,485118-23,970237 Sedang 226 57,8%3. 7,000000-15,485117 Rendah 30 7,7%

Total 391 100%

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Empati Pegawai (Orangtua Murid)

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 14,450432-19,175646 Tinggi 236 60,4%2. 9,725214-14,450431 Sedang 145 37,1%3. 5,000000-9,725214 Rendah 10 2,6%

Total 391 100%

Tabel 11 Distribusi Frekuensi Kepuasan Peserta Didik

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 30,832920-42,749378 Tinggi 55 14,1%2. 18,916459-30,832919 Sedang 328 83,9%3. 7,000000-18,916458 Rendah 8 2,0%

Total 391 100%

Tabel 12 Distribusi Frekuensi Kepuasan Orangtua Murid

No. Interval Kriteria Frekuensi Persentase1. 27,491451-38,237175 Tinggi 40 10,2%2. 16,745725-27,491450 Sedang 340 87,0%3. 6,000000-16,745724 Rendah 11 2,8%

Total 391 100%

Page 60: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

bahwa variabel kualitas pelayanan yang terdiri darisubvariabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap,jaminan, dan empati secara simultan tidakmempunyai pengaruh terhadap kepuasan pesertadidik di SMK Negeri se-Kota Malang”. Hasilanalisis data yang dilakukan dengan teknik RegresiGanda diperoleh hitF = 46,172; Signifikan F < 0,05pada taraf kepercayaan 0,05 sehinggadisimpulkan H0 di atas ditolak (rejected). Hal iniberarti, bahwa subvariabel bukti fisik, keandalan,daya tanggap, jaminan, dan empati secara simultanmempunyai pengaruh terhadap kepuasan pesertadidik di SMK Negeri se-Kota Malang.

Hipotesis 2 (Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolahterhadap Kepuasan Orangtua Peserta Didik)

Hipotesis yang akan diuji secara statistikdalam penelitian ini menyatakan, bahwa “Didugabahwa variabel kualitas pelayanan yang terdiri darisubvariabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap,jaminan, dan empati secara simultan tidakmempunyai pengaruh terhadap kepuasan orangtuapeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang”.Hasil analisis data yang dilakukan dengan teknikRegresi Ganda diperoleh = 33,705; Signifikan F <0,05 pada taraf kepercayaan 0,05 sehinggadisimpulkan H0 di atas ditolak (rejected). Hal iniberarti bahwa subvariabel bukti fisik, keandalan,daya tanggap, jaminan, dan empati secara simultanmempunyai pengaruh terhadap kepuasan orangtuapeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang.

Hipotesis 3 (Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolahterhadap Kepuasan Peserta Didik dan KepuasanOrangtua Peserta Didik)

Hipotesis yang akan diuji secara statistikdalam penelitian ini menyatakan, bahwa “Didugabahwa variabel kualitas pelayanan yang terdiri darisubvariabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap,jaminan, dan empati secara simultan tidakmempunyai pengaruh terhadap kepuasan pesertadidik dan orangtua peserta didik di SMK Negerise-Kota Malang”. Hasil analisis data yangdilakukan dengan teknik Regresi Ganda diperoleh= 43,680; Signifikan F < 0,05 pada tarafkepercayaan 0,05 sehingga disimpulkan H0 di atasditolak (rejected). Hal ini berarti, bahwasubvariabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap,jaminan, dan empati secara simultan mempunyaipengaruh terhadap kepuasan peserta didik dan

orangtua peserta didik di SMK Negeri se-KotaMalang.

Hipotesis 4 (Pengaruh Bukti Fisik terhadap KepuasanPeserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) keempat yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan yaitu bukti fisik secara parsialtidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasanpeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang”.Subvariabel bukti fisik memiliki thit = 2,391 denganSignifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,137, koefisienKorelasi Product Moment Pearson (rx1y1) = 0,470,koefisien semi parsial (rx1(x2x3x4x5.y1))= 0,096 dankoefisien korelasi parsial (rx1y1.x2x3x4x5) = 0,121. Daribukti hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan,bahwa terdapat pengaruh yang signifikan bukti fisikterhadap kepuasan peserta didik, sehingga menolakH0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.

Hipotesis 5 (Pengaruh Keandalan terhadap KepuasanPeserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) kelima yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga lmempunyaipengaruh terhadap kepuasan peserta didik di SMKNegeri se-Kota Malang”. Subvariabel keandalanmemiliki thit = 1,475 dengan Signifikansi t < 0,05dimana Beta = 0,088, koefisien Korelasi ProductMoment Pearson (rx2y1) = 0,456, koefisien semiparsial (rx2(x1x3x4x5.y1))= 0,059 dan koefisien korelasiparsial (rx2y1.x1x3x4x5) = 0,075. Dari bukti hasilanalisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwaterdapat pengaruh yang signifikan keandalanterhadap kepuasan peserta didik, sehingga menolakH0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.

Hipotesis 6 (Pengaruh Daya Tanggap terhadapKepuasan Peserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) keenam yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan yaitu daya tanggap secaraparsial tidak mempunyai pengaruh terhadapkepuasan peserta didik di SMK Negeri se-KotaMalang”. Subvariabel daya tanggap memiliki thit= -0,738 dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta= -0,050, koefisien Korelasi Product MomentPearson (rx3y1) = 0,467, koefisien semi parsial(rx3(x1x2x4x5.y1))= -0,030 dan koefisien korelasi parsial(rx3y1.x1x2x4x5) = -0,038. Dari bukti hasil analisistersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa tidak ada

Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 151

Page 61: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

pengaruh daya tanggap terhadap kepuasan pesertadidik, sehingga menerima H0 yang telahdirumuskan dan menolak H1.

Hipotesis 7 (Pengaruh Jaminan terhadap KepuasanPeserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) ketujuh yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan, yaitu jaminan secara parsialtidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasanpeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang”.Subvariabel jaminan memiliki thit = 3,449 denganSignifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,237, koefisienKorelasi Product Moment Pearson (rx4y1) = 0,547,koefisien semi parsial (rx4(x1x2x3x5.y1))= 0,139 dankoefisien korelasi parsial (rx4y1. x1x2x3x5) = 0,173. Daribukti hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan,bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antarajaminan dan kepuasan peserta didik, sehinggamenolak H0 yang telah dirumuskan dan tidakmenolak H1.

Hipotesis 8 (Pengaruh Empati terhadap KepuasanPeserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) kedelapan yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan, yaitu empati secara parsialtidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasanpeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang”.Subvariabel empati memiliki thit = 4,514 denganSignifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,293, koefisienKorelasi Product Moment Pearson (rx5y1) = 0,562,koefisien semi parsial (rx5(x1x2x3x4.y1))= 0,182 dankoefisien korelasi parsial (rx5y1. x1x2x3x4) = 0,224. Daribukti hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan,bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antaraempati dan kepuasan peserta didik, sehinggamenolak H0 yang telah dirumuskan dan tidakmenolak H1.

Hipotesis 9 (Pengaruh Bukti Fisik terhadap KepuasanOrangtua Peserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) kesembilan yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan, yaitu bukti fisik secara parsialtidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasanorangtua peserta didik di SMK Negeri se-KotaMalang”. Subvariabel bukti fisik memiliki thit =2,748 dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta =0,168, koefisien Korelasi Product Moment

Pearson (rx1y2) = 0,426, koefisien semi parsial(rx1(x2x3x4x5.y2))= 0,117 dan koefisien korelasi parsial(rx1y2.x2x3x4x5) = 0,139. Dari bukti hasil analisistersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapatpengaruh yang signifikan antara bukti fisik dankepuasan orangtua peserta didik, sehingga menolakH0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.

Hipotesis 10 (Pengaruh Keandalan terhadap KepuasanOrangtua Peserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) kesepuluh yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan, yaitu keandalan secara parsialtidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasanorangtua peserta didik di SMK Negeri se-KotaMalang”. Subvariabel keandalan memiliki thit =0,160 dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta =0,009, koefisien Korelasi Product MomentPearson (rx2y2) = 0,345, koefisien semi parsial(rx2(x1x3x4x5.y2))= 0,007 dan koefisien korelasi parsial(rx2y2.x1x3x4x5) = 0,008. Dari bukti hasil analisistersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapatpengaruh yang signifikan antara keandalan dankepuasan orangtua peserta didik, sehingga menolakH0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.

Hipotesis 11 (Pengaruh Daya Tanggap terhadapKepuasan Orangtua Peserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) kesebelas yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan, yaitu daya tanggap secaraparsial tidak mempunyai pengaruh terhadapkepuasan orangtua peserta didik di SMK Negerise-Kota Malang”. Subvariabel daya tanggapmemiliki thit = -0,764 dengan Signifikansi t < 0,05dimana Beta = -0,054, koefisien Korelasi ProductMoment Pearson (rx3y2) = 0,407, koefisien semiparsial (rx3(x1x2x4x5.y2))= -0.032 dan koefisien korelasiparsial (rx3y2.x1x2x4x5) = -0,039. Dari bukti hasilanalisis tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwatidak ada pengaruh daya tanggap terhadapkepuasan orangtua peserta didik, sehinggamenerima H0 yang telah dirumuskan dan menolakH1.

Hipotesis 12 (Pengaruh Jaminan terhadap KepuasanOrangtua Peserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) keduabelas yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan, yaitu jaminan secara parsial

152 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

Page 62: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasanorangtua peserta didik di SMK Negeri se-KotaMalang”. Subvariabel jaminan memiliki thit = 3,193dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,211,koefisien Korelasi Product Moment Pearson(rx4y2) = 0,474, koefisien semi parsial(rx4(x1x2x3x5.y2))= -0,136 dan koefisien korelasi parsial(rx4y2.x1x2x3x5) = 0,161. Dari bukti hasil analisistersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapatpengaruh yang signifikan antara jaminan dankepuasan orangtua peserta didik, sehingga menolakH0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.

Hipotesis 13 (Pengaruh Empati terhadap KepuasanOrangtua Peserta Didik)

Hipotesis statistik (H0) ketigabelas yang diujimenyatakan, bahwa “Diduga bahwa subvariabelkualitas pelayanan, yaitu empati secara parsialtidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasanorangtua peserta didik di SMK Negeri se-KotaMalang”. Subvariabel empati memiliki thit = 4,797dengan Signifikansi t < 0,05 dimana Beta = 0,301,koefisien Korelasi Product Moment Pearson(rx5y2) = 0,505, koefisien semi parsial(rx5(x1x2x3x4.y2))= 0,204 dan koefisien korelasi parsial(rx5y2.x1x2x3x4) = 0,237. Dari bukti hasil analisistersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapatpengaruh yang signifikan antara empati dankepuasan orangtua peserta didik, sehingga menolakH0 yang telah dirumuskan dan tidak menolak H1.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdipaparkan di Bab IV, maka dalam pembahasantemuan hasil penelitian dibagi dalam lima sub-pembahasan, yaitu: (1) Kualitas pelayanan sekolah,(2) Kepuasan peserta didik, (3) Kepuasan orangtuapeserta didik, (4) Pengaruh kualitas pelayananterhadap kepuasan peserta didik, (5) Pengaruhkualitas pelayanan terhadap kepuasan orangtuapeserta didik, dan (6) Pengaruh kualitas pelayananterhadap kepuasan peserta didik dan orangtuapeserta didik. Berikut disajikan pembahasantemuan hasil penelitian berdasarkan sub -bahasanyang telah ditentukan.

Kualitas Pelayanan Sekolah

Kualitas pelayanan adalah segala bentukaktivitas yang dilakukan oleh perusahaan gunamemenuhi harapan konsumen (Anonim, 2011).

Terdapat lima dimensi yang perlu diperhatikandalam mengukur kualitas pelayanan(menurutKotler dalam Ismail, 2010:117), yaitu: keandalan(reliabili ty), keresponsifan/daya tanggap(responsiveness), keyakinan/jaminan(confidence), empati (emphaty), dan fisik/penampilan (tangible). Dimensi-dimensi kualitaspelayanan tersebut bisa diterapkan pada kualitaspelayanan di sekolah.

Hasil pengolahan data tentang bukti fisikmenurut penilaian peserta didik yang ada di SMKNse-Kota Malang menunjukkan, bahwa secaraumum berada dalam kategori sangat bagus.Penilaian orangtua peserta didik tentang bukti fisikyang dimiliki SMKN se-Kota Malang jugamenunjukkan, bahwa secara umum bukti fisikberada dalam kategori sangat baik. Penilaianpeserta didik dan orangtua peserta didik yangmenilai bahwa bukti fisik di SMKN se-Kota Malangberada dalam kategori sangat baik sesuai denganpendapat Helien (dalam Ismail, 2010:118-119) yangmenyatakan bahwa elemen-elemen tidak nyatalebih sulit diukur dan sering kali subjektif. Buktifisik merupakan elemen nyata yang mudah diukur,sehingga penilaian orangtua peserta didik danpeserta didik adalah sama, sehingga bukti fisikSMKN se-Kota Malang berada dalam kategorisangat bagus.

Hasil pengolahan data tentang keandalanpelayanan menurut penilaian peserta didik yangada di SMKN se-Kota Malang menunjukkan,bahwa secara umum berada dalam kategori cukupbagus. Hal ini berbeda dengan penilaian orangtuapeserta didik tentang keandalan pelayanan yangada di SMKN se-Kota Malang. Dari hasilpengolahan data, menunjukkan, bahwa secaraumum keandalan pelayanan berada dalam kategorisangat bagus. Penilaian yang berbeda antarapeserta didik dan orangtua peserta didik mengenaikualitas keandalan di SMK Negeri se-Kota Malangdikarenakan persepsi yang berbeda antarakeduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sallis(dalam Riduwan, 2009: 295) yang mendefinisikanmutu dalam dua perspektif, yaitu mutu absolut danmutu relatif. Mutu relatif merupakan mutu yangditetapkan oleh selera konsumen.

Hasil pengolahan data tentang daya tanggappegawai menurut penilaian peserta didik yang adadi SMKN se-Kota Malang menunjukkan, bahwasecara umum berada dalam kategori cukup bagus.Hal ini berbeda dengan penilaian orangtua pesertadidik tentang daya tanggap pegawai SMKN se-Kota Malang. Dari hasil pengolahan data

Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 153

Page 63: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

menunjukkan, bahwa secara umum daya tanggappegawai berada dalam kategori sangat bagus. Inimengandung arti, bahwa para pegawai (kepalasekolah, staf administrasi, dan guru) membantupara peserta didik dan memberikan pelayanandengan tanggap. Hal ini sesuai dengan pendapatKotler (dalam Ismail, 2010: 117) yang menyatakanbahwa, daya tanggap adalah kemauan untukmembantu pelanggan dan memberikan jasa dengancepat atau dan bermakna ser ta kesediaanmendengar dan mengatasi keluhan yang diajukankonsumen.

Hasil pengolahan data tentang jaminanmenurut penilaian peserta didik yang ada di SMKNse-Kota Malang menunjukkan, bahwa secaraumum berada dalam kategori cukup bagus. Halini berbeda dengan penilaian orangtua peserta didiktentang jaminan SMKN se-Kota Malang. Darihasil pengolahan data, menunjukkan, bahwa secaraumum jaminan berada dalam kategori sangatbagus. Ini mengandung arti, bahwa pegawai(kepala sekolah, staf administrasi, guru, dankaryawan lainnya) memiliki pengetahuan,kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercayayang cukup bagus.

Hasil pengolahan data tentang empatipegawai menurut penilaian peserta didik yang adadi SMKN se-Kota Malang menunjukkan, bahwasecara umum berada dalam kategori cukup bagus.Ini mengandung arti, bahwa para pegawai (kepalasekolah, staf administrasi, guru, dan karyawanlainnya) mudah dalam melakukan hubungan,komunikasi yang baik dengan peserta didik maupunorangtua peserta didik serta bersedia memberikanperhatian pribadi dan memahami kebutuhanpeserta didik.

Kepuasan Peserta Didik

Kepuasan pelanggan menurut Kotler (dalamIsmail, 2010: 117) adalah tingkat perasaanseseorang setelah membandingkan kinerja (atauhasil) yang ia rasakan dibandingkan denganharapannya. Sedangkan menurut Tse dan Wilson(dalam Nasution, 2004: 44), bahwa kepuasan danketidakpuasan pelanggan adalah “respon pelangganterhadap evaluasi ketidak-sesuaian ataudiskonfirmasi yang dirasakan antara harapansebelumnya dan kinerja aktual produk yangdirasakan setelah pemakaian”. Artinya, bahwapelanggan akan merasa puas bila hasilnya sesuaidengan yang diharapkan dan sebaliknya pelanggan

akan merasa tidak puas bila hasilnya tidak sesuaidengan harapan.

Hasil pengolahan data tentang kepuasanpeserta didik menunjukkan, bahwa dari 391responden, sebanyak 328 orang responden atau83,9% menyatakan cukup puas terhadap kualitaspelayananyang ada di SMKN se-Kota Malang.Dengan kondisi seperti ini, menunjukkan bahwakualitas pelayanan SMK Negeri se-Kota Malangjuga berada pada tingkat yang cukup optimal. Adabeberapa indikator yang berkontribusi terhadapcukup optimalnya kualitas pelayanan yangdiberikan oleh SMK Negeri se-Kota Malang diantaranya, yaitu: (1) Tersedianya sarana-prasaranayang bisa memenuhi kebutuhan peserta didik terkaitdengan proses belajar-mengajar di sekolah, (2)Kesediaan pegawai sekolah (guru, kepala sekolah,dan pegawai administrasi) untuk melayani pesertadidik dengan sepenuh hati, (3) Adanya dukungandari orangtua peserta didik kepada sekolah.

Kepuasan Orangtua Peserta didik

Kepuasan orangtua peserta didik merupakanlanjutan tingkat perasaan puas peserta didik. Halini terjadi karena apabila peserta didik merasa puasakan pelayanan yang diberikan oleh sekolah danberdampak terhadap meningkatnya prestasi putraputri mereka, maka orangtua peserta didik jugaakan merasa puas. Perasaan puas orangtuapeserta didik juga memiliki dampak yang positif,yaitu kesediaan menjalin kerja sama dan loyalitasterhadap sekolah yang bisa memberikan manfaatkepada keduanya.

Hasil pengolahan data tentang kepuasanorangtua peserta didik menunjukkan, bahwa dari391 responden, sebanyak 340 orang responden atau87% menyatakan cukup puas terhadap kualitaspelayanan yang ada di SMKN se-Kota Malang.Adapun bentuk kepuasan orangtua peserta didikakan pelayanan yang diberikan sekolah sesuaidengan pendapat Tjiptono dkk, (2008: 41) yangmenyatakan bahwa Kepuasan pelanggan dapatmemberi manfaat: (1) Hubungan antaraperusahaan/penyedia jasa dan para pelangganmenjadi harmonis, (2) Memberikan dasar yang baikuntuk pembelian ulang (menggunakan kembali jasatersebut), (3) Membentuk suatu rekomendasi darimulut ke mulut yang menguntungkan perusahaan,(4) Dapat menciptakan loyalitas pelanggan, dan(5) Reputasi perusahaan/penyedia jasa menjadibaik di mata pelanggan.

154 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

Page 64: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadapKepuasan Peserta Didik

Hasil penelitian menunjukkan, secara simultanada pengaruh kualitas pelayanan terhadapkepuasan peserta didik. Hal ini berdasarkan hasilpengujian hipotesis yang telah dilakukan, diketahui,bahwa pada variabel kualitas pelayanan diperolehharga diperoleh = 46,172; Signifikan F = 0,000 <0,05 sehingga disimpulkan H0 ditolak (rejected).Hal ini berarti, bahwa variabel bukti fisik,keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empatisecara simultan mempunyai pengaruh terhadapkepuasan peserta didik di SMK Negeri se-KotaMalang. Hasil penelitian di atas menunjukkanbahwa kualitas pelayanan sekolah yang maksimalakan menghasilkan perasaan puas kepada pesertadidik. Hal ini sesuai dengan pendapat Tse danWilson (dalam Nasution, 2004: 44) yangmenyatakan bahwa kepuasan dan ketidakpuasanpelanggan adalah respon pelanggan terhadapevaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yangdirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerjaaktual produk yang dirasakan setelah pemakaian.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadapKepuasan Orangtua Peserta didik

Hasil penelitian menunjukkan, secara simultanada pengaruh kualitas pelayanan terhadapkepuasan orangtua peserta didik. Hal iniberdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telahdilakukan, diketahui, bahwa pada variabel kualitaspelayanandiperoleh = 33,705; Signifikan F = 0,000< 0,05 sehingga disimpulkan H0 ditolak (rejected).Ini berarti, bahwa subvariabel bukti fisik, keandalan,daya tanggap, jaminan, dan empati secara simultanmempunyai pengaruh terhadap kepuasan orangtuapeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malang.

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwakualitas pelayanan sekolah yang maksimal akanmenghasilkan perasaan puas kepada orangtuapeserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapatGiantri (dalam Ismail, 2010: 118), yangmenyebutkan bahwa pelayanan adalah suatukegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalaminteraksi langsung antara seseorang dengan oranglain atau mesin secara fisik dalam memberikankepuasan kepada pelanggan”. Orangtua pesertadidik mengalami berbagai tingkat kepuasan atauketidakpuasan setelah mengkonsumsi jasa sesuaidengan sejauh mana harapan mereka terpenuhiatau terlampaui.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadapKepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa secarasimultan ada pengaruh kualitas pelayanan terhadapkepuasan peserta didik dan kepuasan orangtuapeserta didik. Hal ini berdasarkan hasil pengujianhipotesis yang telah dilakukan, diketahui, bahwapada variabel kualitas pelayanan diperoleh hargadiperoleh = 43,680; Signifikan F = 0,000 < 0,05sehingga disimpulkan H0 ditolak (rejected). Halini berarti, bahwa variabel bukti fisik, keandalan,daya tanggap, jaminan, dan empati secara simultanmempunyai pengaruh terhadap kepuasan pesertadidik dan orangtua peserta didik di SMK Negerise-Kota Malang.

Kepuasan peserta didik dan orang tua pesertadidik merupakan perbandingan antara harapan yangdiinginkan tentang pelayanan yang diperoleh disekolah yang didukung oleh sarana dan prasaranadengan apa yang dirasakan setelah mendapatkanpelayanan. Hal ini sesuai dengan pendapat(Nasution, 2004: 45) yang menyatakan bahwalepuasan pelanggan dapat didefinisikan secarasederhana, yaitu suatu keadaan di mana kebutuhan,keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhimelalui produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi.Peserta didik maupun orangtua peserta didikmengalami berbagai tingkat kepuasan atauketidakpuasan setelah mengkonsumsi jasa sesuaidengan sejauh mana harapan mereka terpenuhiatau terlampaui. Untuk dapat memberikan rasapuas kepada peserta didik dan orangtua pesertadidik, maka prioritas utama yang harus diperhatikanoleh sekolah adalah kualitas pelayanannya, karenakepuasan selalu dikaitkan dengan tingkatpelayanan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan, dapat dikemukakan kesimpulansebagai berikut: (1) Kondisi kualitas pelayananyang terdiri atas: bukti fisik, keandalan, dayatanggap, jaminan, dan empati yang diberikan kepadapeserta didik di SMK Negeri se-Kota Malangsecara umum berada dalam kategori baik, (2)Kondisi kualitas pelayanan yang terdiri atas: buktifisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empatiyang diberikan kepada orangtua peserta didik diSMK Negeri se-Kota Malang secara umumberada dalam kategori sangat baik, (3) Tingkat

Sari dan Wiyono, Pengaruh Kualitas Pelayanan Sekolah terhadap Kepuasan Peserta Didik dan Orangtua Peserta Didik 155

Page 65: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

kepuasan peserta didik dan orangtua peserta didikakan pelayanan pendidikan yang diberikan olehSMK Negeri se-Kota Malang secara umumberada dalam kategori sedang atau cukup puas,(4) Secara simultan ada pengaruh yang signifikanantara bukti fisik, keandalan, daya tanggap,jaminan, dan empati terhadap kepuasan pesertadidik di SMK Negeri se-Kota Malang, (5) Secarasimultan ada pengaruh yang signifikan antara buktifisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empatiterhadap kepuasan orangtua peserta didik di SMKNegeri se-Kota Malang, (6) Secara simultan adapengaruh yang signifikan antara bukti fisik,keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empatiterhadap kepuasan peserta didik dan kepuasanorangtua peserta didik di SMK Negeri se-KotaMalang.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, makadisarankan pada Kepala Sekolah hendaknya tidakhanya berupaya untuk meningkatkan kualitaspelayanan sekolah melalui pemenuhan sarana-prasarana saja, melainkan pada peningkatankualitas sumber daya manusia yang ada di sekolahyaitu guru dan tenaga administrasi dalam melayanipeserta didik maupun orangtua peserta didik.

Penampilan guru tidak boleh menjadi hal yangremeh, karena peserta didik cenderung senangmengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru yangberpenampilan rapi dan bersih. Hal tersebut terbuktikarena bukti fisik merupakan faktor yang dominanyang mempengaruhi kepuasan peserta didikmaupun orangtua peserta didik. Selain itu, faktorempati guru terhadap peserta didik maupunorangtua peserta didik hendaknya lebihdiperhatikan. Dalam proses belajar-mengajar, gurudiharapkan tidak hanya bisa menyampaikan materipelajaran saja, melainkan bisa memahamikebutuhan peserta terkait dengan kegiatan belajardi sekolah.

Tenaga Administrasi Sekolah hendaknyalebih tanggap dalam melayani kebutuhan pesertadidik maupun orangtua peserta didik SMKN se-Kota Malang terkait dengan proses administrasiyang dilakukan di sekolah. Meskipun daya tanggappegawai memberikan sumbangan yang kecil bagikepuasan peserta didik maupun orangtua pesertadidik, hal tersebut tidak boleh dianggap remehkarena peningkatan kualitas pelayananmembutuhkan peran aktif dari semua komponenwarga sekolah. Peneliti lain dapat mengembangkanhasil penelitian ini dengan menambahkan variabellain yang belum diteliti dalam penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2011. Definisi Kualitas Pelayanan,(Online), (http:// www.google.com/definisikualitas pelayanan.html, diakses 10September 2012).

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktik. Edisi Revisi VI.Jakarta: Rineka Cipta.

Ismail, R.S. 2010. Pengaruh Kualitas LayananTerhadap Kepuasan Belajar Siswa Al-Wathan Ambon, Jurnal (Online), Vol. IV,No. (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/

4210117126_1978-2403.pdf, diakses 10September 2012).

Nasution, M.N. 2004. Manajemen MutuTerpadu. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Riduwan (Ed). 2009. Manajemen Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Tjiptono, F, Gregorius C, dan Dadi A. 2008.Pemasaran Strategik. Yogyakarta: Andi.

156 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 146-156

Page 66: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

ANALISIS ANIMO SISWA SEKOLAH DASAR (SD)/ MADRASAHIBTIDAIYAH (MI) DALAM PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN

TINGKAT PERTAMA

Rita Fajrin MuliyasariAsep Sunandar

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This study aims to determine the mapping of the current junior high school election byelementary school students, to find out the reasons of the school election. This study uses aquantitative approach with a descriptive research design. The population of this study is 857 studentsand 273 sampel students. The results showed that the level of student interest SD/MI in choosing aschool is very high. This can be seen from the participation of students in choosing a school in theDistrict Wlingi Blitar or beyond Blitar District Wlingi. Type of school chosen by the respondents ofthe selection junior secondary schools, 82.8% or 226 respondents chose SMP and the rest, which is17.2% or 47 respondents chose MTs. As for the school election in District Wlingi Blitar, 38.5% (105respondents) chose to continue to SMP 01 Wlingi, 28.2% (77 respondents) chose SMP 02 Wlingi,7.3% (20 respondents) chose Junior Open, 7.7% (21 respondents) chose MTs Darul Huda and 18.3%(50 respondents) chose other schools outside the District Wlingi Blitar.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui arus pemetaan dari pemilihan SLTP oleh siswa SD,dengan mengetahui alasan-alasan dari pemilihan sekolah tersebut. Penelitian ini menggunakanpendekatan kuantitatif dengan rancangan deskriptif. Populasi berjumlah 857 siswa dengan 273 sampelsiswa. Hasilnya menunjukkan tingkat animo siswa SD/MI dalam memilih sekolah lanjutan sangattinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari partisipasi siswa dalam memilih sekolah lanjutan yang ada diKecamatan Wlingi Blitar maupun di luar Kecamatan Wlingi Blitar. Jenis sekolah yang dipilih olehresponden dari pilihan SMP dan MTs 226 (82,8%) responden memilih SMP dan sisanya, yaitu 47(17,2%) memilih sekolah MTs. Sedangkan pemilihan sekolah lanjutan di Kecamatan Wlingi Blitarsebanyak 105 (38,5%) memilih melanjutkan ke SMPN 01 Wlingi. Sebanyak 77 (28,2%) memilih SMPN02 Wlingi. Sebanyak 20 (7,3%) memilih SMP Terbuka. Sebanyak 21 (7,7%) memilih MTs Darul Hudadan 50 (18,3%) memilih sekolah lain yang berada di luar wilayah Kecamatan Wlingi Blitar.

Kata kunci: animo siswa, pemilihan sekolah, Sekolah Dasar/MI

Pendidikan adalah hak setiap warga negaraIndonesia. Hal tersebut telah tertuang dalamUndang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (1)yang berbunyi, bahwa “setiap warga negara berhakmendapatkan pendidikan”. Selain pasal tersebut,pemerintah juga menjelaskan maksudnya padaPembukaan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa“mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kedua haltersebut membuktikan, bahwa pemerintah memilikikewajiban untuk dapat menyelenggarakanpendidikan bagi setiap warga masyarakat.

Berdasarkan kemajuan yang terjadi saat inipada umumnya, pendidikan merupakan kebutuhanutama yang harus dipenuhi oleh seseorang untukdapat bersaing atau paling tidak dapat bertahan.

Menanggapi hal tersebut, pemerintah memberikanwadah kepada seluruh masyarakat untuk dapatmenikmati pendidikan, yaitu dengan memberikanbanyaknya keringanan dan bantuan kepadamasyarakat yang tidak mampu. Pembekalanpendidikan kepada anak-anak dapat memberikanharapan kepada orangtua untuk dapat memperbaikikehidupan mereka menjadi lebih layak dan lebihbaik.

Usaha pemerintah untuk dapat memberikanpendidikan kepada setiap individu sudah tidak dapatditanyakan lagi. Namun seperti yang kita ketahuibersama, bahwa jumlah masyarakat kurangmampu masih banyak. Selain itu, di kondisigeografis Indonesia yang berpulau-pulau

157

Page 67: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

mengakibatkan adanya beberapa wilayah yangsulit untuk dijangkau. Kesadaran akan pentingnyapendidikan sangat diperlukan di daerah-daerahterpencil, karena terdapat beberapa tempat yangharus ditempuh jaraknya berkilo-kilo untuk dapatmencapai sekolah. Hal tersebut membuktikan,bahwa motivasi sangat dibutuhkan oleh anak-anaktersebut untuk dapat memperbaiki kehidupanmereka dan keluarga mereka menjadi lebih baik.

Keadaan geografis yang dimiliki KecamatanWlingi beraneka ragam, mulai dari daerah yangtersedia transportasi umum sehingga mudahmenjangkau daerah kota, sampai daerahpegunungan yang tidak dilalui oleh saranatransportasi umum. Masyarakat pada daerahpegunungan ini, harus berinisiatif sendiri untukdapat menjangkau daerah kota untuk dapatmelakukan kegiatan seperti berbelanja ke pasar,berdagang, sekolah dan lain sebagainya.

Pemerintah mengharapkan agar setiap orangdapat mendapatkan pendidikan, sebagai langkahawal untuk mencapai kemajuan yang diinginkan.Keinginan pemerintah tersebut berusahadiwujudkan salah satunya adalah dengan ProgramWajib Belajar 9 tahun mulai tingkat Sekolah Dasar(SD) sampai dengan jenjang yang lebih tinggi, yaituSekolah Menengah Pertama (SMP). Hal tersebuttertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 47Tahun 2008 Pasal 1 menyatakan, “wajib belajaradalah program pendidikan minimal yang harusdiikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggungjawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah”.

Terkait dengan pernyataan di atas, telah jelasdisebutkan bahwa setiap siswa yang telah lulus darijenjang SD harus melanjutkan ke jenjang yang lebihtinggi yaitu SMP. Selain itu, seharusnya tidak adasiswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikan darijenjang SD dikarenakan biaya, karena pemerintahdan pemerintah daerah bertanggungjawab dalamprogram ini. Menurut Adimphrana (dalam Suciani,2008:53), menyatakan bahwa:

Melalui Badan Akreditasi Sekolah(BAS) Nasional yang surat keputusan(SK) pembentukannya langsungdiputuskan oleh Menteri PendidikanNasional (Mendiknas). Pemerintahakan mencoba menolong masyarakatdengan memetakan sekolah-sekolahatau lebih dikenal dengan schoolmapping yang ada untuk mengetahuikeberadaan sekolah-sekolah secara

nasional, perdaerah bahkanperkecamatan.

Berdasarkan pernyataan di atas, adanyapemetaan sekolah akan membantu masyarakatuntuk dapat menemukan sekolah yang akanmenjadi pilihan. Pemetaan sekolah ini akan sangatmembantu terutama bagi daerah yang memilikipersebaran sekolah-sekolah yang luas. Pihaksekolah juga akan dapat memperbaikiperencanaan pendidikan yang telah dibuat, setelahmelihat hasil analisis dari pemetaan sekolah.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui (1) Pemetaan (maping) siswaSD/MI dalam melanjutkan Sekolah LanjutanTingkat Pertama (SLTP), (2) Animo siswa SekolahDasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) se-Kecataman Wlingi dalam partisipasi melanjutkanSekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan(3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di Wlingimanakah yang paling banyak diminati oleh siswadan latar belakang dari para siswa memilih sekolahtersebut.

METODE

Rancangan penelitian ini menggunakanpenelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.Jenis data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data yang bersumber dari data primer dansekunder. Variabel yang digunakan dalam penelitianini adalah pilihan sekolah lanjutan dan alasan darisiswa untuk memilih sekolah-sekolah lanjutantersebut. Variabel pilihan sekolah lanjutan adalahstatus Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) yang terdiri dari sub-variabel, yaitu alasan dari pihak sekolah, orangtuadan siswa dalam memilih sekolah lanjutan di daerahKecamatan Wlingi Blitar. Variabel alasan berisitentang hal-hal yang mendasari para siswa yangdibimbing orangtuanya memilih sekolah-sekolahlanjutan.

Populasi yang digunakan dalam penelitian iniadalah seluruh SD/MI di Kecamatan Wlingi Blitar,baik negeri ataupun swasta Tahun Ajaran 2012/2013 yaitu 857 siswa. Sedangkan sampel dalampenelitian ini adalah sebagian siswa SD/MI KelasVI dan orangtua yaitu 273 siswa. Teknikpengambilan sampel yang digunakan adalah denganarea probability sample.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakanangket jenis angket tertutup. Analisis data penelitianini menggunakan analisis data deskriptif dengan

158 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

Page 68: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

paparan data grafis dimana menggunakanfrekuensi dan persentase untuk selanjutnya diberinarasi. Teknik analisis ini bertujuan untukmengetahui gambaran secara kuantitatif mengenaikondisi dari masing-masing variabel. Selainmenggunakan analisis data deskriptif, penelitian inijuga menggunakan analisis data geometrissederhana berupa peta untuk menjelaskan alurpemetaan dari animo lulusan siswa Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) melanjutkan sekolahlanjutan.

HASIL

Deskripsi dari hasil penelitian tentangpemetaan sekolah SD/MI dalam partisipasi memilihsekolah lanjutan di Kecamatan Wlingi Blitardisajikan dengan bentuk peta. Berdasarkan datayang diperoleh di UPTD Pendidikan Wlingi danKemenag Kabupaten Blitar, jumlah SMP baiknegeri maupun swasta adalah sebanyak enamsekolah sedangkan untuk jumlah MTs adalahsebanyak 1 sekolah yang berstatus swasta.Sedangkan SMP/MTs yang tidak mendapatkanpeminat dari siswa adalah SMP PGRI, SMPLBSariwiyata, dan SMP Yohanes Gabriel.Berdasarkan hasil analisis data, alternatif pilihansekolah lanjutan bagi siswa SD/MI yang beradadi Desa Balerejo ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta Animo Siswa SD/MI MemilihSekolah Lanjutan Desa Babadan

Babadan merupakan desa yang memilikienam SD yang terdiri dari lima sekolah negeri dansatu sekolah swasta. Berdasarkan gambar 1,jumlah SMP/MTs yang ada di Kecamatan Wlingi

Blitar, yaitu 7 sekolah dan sekolah lain yang beradadi luar Kecamatan Wlingi Blitar, siswa Babadanmemilih untuk melanjutkan ke: (1) SMPN 1 denganpeminat 27 siswa (47,4%), (2) SMPN 2 denganpeminat 11siswa (19,3%), (3) MTs Darul Hudadengan peminat 5 siswa (8,7%) dan (4) sekolahlain yang berada di luar Kecamatan Wlingi Blitardengan peminat 14 siswa (24,6%).

Hasil analisis data yang telah dilakukandiperoleh animo siswa di Desa Balerejo untukmemilih sekolah lanjutan di Kecamatan WlingiBlitar. Hasil tersebut digambarkan dengan petayang akan lebih memperjelas hasil penelitian,sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta Animo SiswaSD/MI MemilihSekolah Lanjutan Desa Balerejo

Balerejo merupakan daerah di KecamatanWlingi Blitar yang paling utara dan jauh dari kota.Berdasarkan gambar 2 dapat diketahui, bahwaanimo siswa di Desa Balerejo memilih untukmelanjutkan ke (1) SMPN 01 dengan peminat 1siswa (3,5%), (2) SMPN 02 dengan peminat 7siswa (24,1%), (6) SMP Terbuka dengan peminat20 siswa (68,9%) dan (8) Sekolah lain yang beradadi luar Kecamatan Wlingi Blitar dengan peminat 1siswa (3,5%).

Beru adalah Desa di Kecamatan Wlingi Blitaryang memiliki empat SDN dan satu SDI serta MIPlus Al-Azhar yang secara keseluruhan memilikijumlah 127 siswa. Animo siswa SD/MI di DesaBeru dalam memilih sekolah lanjutan dapatdigambarkan pada peta, yaitu Gambar 3.

Muliyasari dan Sunandar, Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 159

Page 69: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Gambar 3 Animo Siswa SD/MI Memilih SekolahLanjutan Desa Beru

Gambaran peta dari animo siswa SD/MIdalam memilih sekolah lanjutan di atas tersebutmenunjukkan, bahwa siswa-siswa di Desa Berumemilih untuk melanjutkan ke (1) SMP N 01dengan peminat 26 siswa (51%), (2) SMPN 02dengan peminat 12 siswa (23,5%), dan (8) sekolahlain yang berada di luar Kecamatan Wlingi Blitardengan peminat 13 siswa (25,5%).

Klemunan merupakan desa yang berada dibagian selatan dari pusat Kecamatan Wlingi Blitar.Desa ini terdiri dari tiga SDN dan satu madrasahswasta dengan jumlah siswa keseluruhan adalah43 siswa. Berikut ini akan digambarkan aruspemilihan sekolah oleh siswa yang berada di DesaKlemunan.

Gambar 4 Peta Animo Siswa SD/MI MemilihSekolah Lanjutan Desa Klemunan

Gambar 4 menunjukkan, bahwa aruspemilihan sekolah oleh para siswa di DesaKlemunan menuju ke (1) SMPN 01 denganpeminat 4 siswa (23,5%), (2) SMPN 02 denganpeminat 4 siswa (23,5%), (7) MTs Darul Hudadengan peminat 23,5%), dan (8) Sekolah lain yangberada di luar Kecamatan Wlingi Blitar denganpeminat 5 siswa (29,5%).

Ngadirenggo merupakan desa di KecamatanWlingi Blitar yang memiliki lima SDN dan memilikijumlah siswa secara keseluruhan 64 siswa. Animosiswa di Desa Ngadirenggo akan ditunjukkandengan gambaran berupa peta dari hasil analisisdata yang telah dilakukan sebagai berikut.

Gambar 5 Peta Animo Siswa SD/MI MemilihSekolah Lanjutan Desa Ngadirenggo

Berdasarkan gambar 5, dapat diketahui,bahwa siswa SD di Desa Ngadirenggo memilih(1) SMPN 01 dengan peminat 7 siswa (35%), (2)SMPN 02 dengan peminat 12 siswa (60%) dan(7) MTs Darul Huda sebagai sekolah pilihan untukmelanjutkan jejang yang lebih tinggi dengan peminat1 (5%).

Tangkil merupakan desa yang memiliki tigaSDN dan satu madrasah swasta dengan jumlahkeseluruhan siswanya 102 siswa. Penyebarananimo siswa SD/MI dalam memilih sekolahlanjutan di Desa Tangkil digambarkan dengan petaGambar 6 di bawah ini.

160 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

Page 70: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Gambar 6 Peta Animo Siswa SD/MI MemilihSekolah Lanjutan Desa Tangkil

Berdasarkan gambar 6 dapat diketahui,bahwa penyebaran animo siswa di Desa Tangkildalam memilih sekolah lanjutan adalah ke (1)SMPN 01 dengan peminat 12 siswa (57,1%), (2)SMPN 02 dengan peminat 3 siswa (14,3%), (7)MTs Darul Huda dengan peminat 1 siswa (4,8%),dan (8) sekolah lain yang berada di luar KecamatanWlingi Blitar dengan peminat 5 siswa (23,8%).

Tegalasri merupakan desa di KecamatanWlingi Blitar yang memiliki empat SDN dan satuMadrasah Negeri dengan jumlah siswa sebanyak118. Berikut ini adalah gambaran dari animo siswaSD/MI dalam memilih sekolah lanjutan di DesaTegalasri.

Gambar 7 Peta Animo Siswa SD/MI MemilihSekolah Lanjutan Desa Tegalasri

Berdasarkan gambar 7 animo siswa dalammemilih sekolah lanjutan di Desa Tegalasri adalahmenuju ke (1) SMPN 01 dengan peminat 7 siswa(18,4%), (2) SMPN 02 dengan peminat 17 siswa(44,8%), (7) MTs Darul Huda dengan peminat 7siswa (18,4%), dan (8) sekolah lain yang beradadi luar Kecamatan Wlingi Blitar dengan peminat 7siswa (18,4%).

Tembalang merupakan desa di KecamatanWlingi Blitar yang memiliki SDN tunggal denganjumlah 23 siswa. Persebaran dari animo siswadalam memilih sekolah lanjutan di Desa Tembalangakan ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Peta Animo Siswa SD/MI MemilihSekolah Lanjutan Desa Tembalang

Berdasarkan gambar 8 dapat diketahui,bahwa animo siswa SDN Desa Tembalang dalammemilih sekolah lanjutan adalah antara (1) SMPN01 dengan peminat 5 siswa (50%), (2) SMPN 02dengan peminat 5 siswa (50%).

Wlingi memiliki tiga SDN, yaitu SDN 01,SDN 02, SDN 03 dengan lokasi yang tersebar danjumlah keseluruhan dari siswanya adalah 103siswa. Peta dari animo siswa SDN di Desa Wlingiberdasarkan hasil data yang diperolehdigambarkan dengan Gambar 9.

Muliyasari dan Sunandar, Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 161

Page 71: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Gambar 9 Peta Animo Siswa SD/MI MemilihSekolah Lanjutan Desa Wlingi

Berdasarkan gambar 9 dapat ketahui, bahwaanimo siswa SDN Wlingi secara umum memilihke (1) SMPN 01 16 siswa (53,3%) dan (2) SMPN02 dengan peminat 6 siswa (20%), (5) MTs DarulHuda dengan peminat 3 siswa (10%), dan (8)sekolah lain yang berada di luar KecamatanWlingi Blitar dengan peminat 5 siswa (16,7%).

Sedangkan tingkat animo siswa SD/MI dalammemilih sekolah lanjutan tingkat pertama sangattinggi. Jenis sekolah yang dipilih oleh respondendari pilihan SMP dan MTs, 82,8% atau 226responden memilih SMP dan sisanya, yaitu 17,2%atau 47 responden memilih sekolah MTs.Sedangkan untuk pemilihan sekolah lanjutan diKecamatan Wlingi Blitar, 38,5% (105 responden)memilih melanjutkan ke SMPN 01 Wlingi, 28,2%(77 responden) memilih SMPN 02 Wlingi, 7,3%(20 responden) memilih SMP Terbuka, 7,7% (21responden) memilih MTs Darul Huda dan 18,3%(50 responden) memilih sekolah lain yang beradadi luar wilayah Kecamatan Wlingi Blitar.Sementara SMP PGRI, SMPLB Sariwiyata danSMP Yohanes Gabriel tidak mendapatkan peminatdari siswa, seperti pada Gambar 10 berikut:

Gambar 10 Animo Siswa SD/MI Memilih SekolahLanjutan Kecamatan Wlingi BlitarAlasan Pemilihan Sekolah

Hasil analisis SMP/MTs yang paling diminatidi Kecamatan Wlingi Blitar adalah SMPN 01dengan persentase 38,5% (105 responden).Sedangkan hasil analisis alasan pemilihan sekolahlanjutan dapat menjadi pertimbangan bagi calonlulusan siswa SD/MI di Kecamatan Wlingi Blitardalam menentukan pilihan sekolah lanjutan:Pertama, yaitu dari 273 responden, 93 (34,1%)responden sangat setuju memilih sekolah lanjutandilihat dari nilai UAN yang telah dicapai olehsekolah tersebut sebelumnya. Sedangkan 151(55,3%) menjawab setuju, 26 (9,5%) menjawabtidak setuju dan sisanya 3 (1,1%) respondenmenjawab sangat tidak setuju dengan alasantersebut. Kedua, Prestasi yang dimiliki sekolahmenjadi salah satu alasan pemilihan sekolahlanjutan dengan persentase dari responden 129(47,3%) menjawab sangat setuju, 127 (46,5%)menjawab setuju, 16 (5,9%) menjawab tidak setujudan 1 (0,4%) menjawab sangat tidak setuju denganalasan tersebut. Ketiga, dari 182 (66,7%)responden menjawab sangat setuju memilihsekolah lanjutan dengan alasan kedisiplinan yangditerapkan oleh sekolah. Sedangkan 85 (31,1%)responden menjawab setuju, 5 (1,8%) menjawabtidak setuju dan 1 (0,4) menjawab sangat tidaksetuju dengan alasan tersebut. Keempat, dari 15(5,5%) responden menjawab sangat tidak setujudengan alasan biaya sekolah untuk memilih sekolahlanjutan, sedangkan 105 (38,5%) respondenmenjawab tidak setuju, 109 (39,9%) respondenmenjawab setuju, dan sisanya 44 (16,15) respondenmenjawab sangat setuju dengan alasan biayasekolah.

Kelima, alasan siswa dalam memilih sekolahlanjutan salah satunya adalah mempertimbangkanlokasi sekolah yang dekat dengan rumah, haltersebut terbukti dengan 100 (36,6%) respondenmenjawab sangat setuju, 129 (47,3%) respondenmenjawab setuju, 43 (15,35) responden menjawabtidak setuju dan 1 (0,4%) responden menjawabsangat tidak setuju dengan alasan tersebut.Keenam, yaitu memiliki lapangan basketmerupakan daya tarik tersendiri bagi siswa untukmenentukan pilihan sekolah lanjutan. 63 (23,1%)responden menjawab sangat setuju dengan haltersebut, 130 (47,6%) responden menjawab setujudengan hal itu, 70 (25,%) responden menjawabtidak setuju dan 10 (3,7%) menjawab sangat tidaksetuju dengan alasan tersebut. Ketujuh, kegiatanEkstrakurikuler yang dimiliki sekolah menjadi dayatarik sekolah tersebut bagi siswa yang memilikiminat pada ekstrakurikuler tersebut. 2 (0,7%)

162 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

Page 72: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

responden menjawab sangat tidak setuju denganhal tersebut, 23 (8,4%) menjawab tidak setuju, 124(45,4%) responden menjawab setuju dan 124(45,4%) menjawab sangat tidak setuju denganalasan tersebut. Kedelapan, dari 151 (55,3%)responden menjawab sangat setuju, bahwa prestasiekstrakurikuler yang diraih oleh sekolah menjadialasan siswa memilih sekolah lanjutan tersebut,sedangkan 107 (39,2%) menjawab setuju, 14(5,1%) responden menjawab tidak setuju dan 1(0,4%) dari seluruh responden menjawab sangattidak setuju dengan alasan tersebut.

Kesembilan, alasan siswa dalam memilihsekolah lanjutan diantaranya adalah lokasi sekolahyang strategis dengan pilihan jawaban responden,74 (27,1%) menjawab sangat setuju, 140 (51,3%)menjawab setuju, 47 (17,2%) tidak setuju dan 12(4,4%) menjawab sangat tidak setuju. Kesepuluh,yaitu lapangan sepakbola yang dimiliki sekolahmenjadi alasan pemilihan sekolah lanjutan, denganpersentase 83 (30,4%) menjawab sangat setujudengan hal tersebut, 117 (42,9%) menjawab setuju,64 (23,4%) menjawab tidak setuju dan 9 (3,3%)menjawab sangat tidak setuju dengan alasantersebut. Kesebelas, sekolah lanjutan yangmemiliki taman yang indah akan menjadi daya tarikbagi para siswa yang akan masuk ke sekolahlanjutan. 77 (28,2%) menjawab sangat setujudengan alasan tersebut, 135 (49,5%) menjawabsetuju, 53 (19,4) menjawab tidak setuju dan 8(2,9%) menjawab sangat tidak setuju denganalasan tersebut. Keduabelas, alasan siswa dalammemilih sekolah lanjutan di antaranya adalahsekolah tersebut menjadi sekolah favorit. Alasanini memiliki persentase pilihan jawaban 181 (66,3%)menjawab sangat setuju dengan hal tersebut,66(24,2%) menjawab setuju, 22 (8,1%) menjawabtidak setuju dan 4 (1,5%) menjawab sangat tidaksetuju dengan alasan tersebut.

Ketigabelas, alasan siswa untuk memilihsekolah lanjutan adalah dengan menyesuaikan nilaiyang dimiliki dengan standar nilai sekolah tersebut.Jawaban responden 119 (43,6%) menjawab sangatsetuju dengan alasan tersebut, 143 (52,4%)menjawab setuju, dan 11 (4%) respondenmenjawab sangat tidak setuju. Empatbelas,ekonomi keluarga menjadi pertimbangan dalampemilihan sekolah lanjutan. Persentase jawabanresponden dengan hal tersebut adalah 55 (20,1%)menjawab sangat setuju dengan hal itu, 191 (70%)menjawab setuju, 25 (9,2%) menjawab tidak setujudan 2 (0,7) menjawab sangat tidak setuju.Kelimabelas, yaitu jarak sekolah dengan rumah

adalah hal yang harus diperhatikan dalam memilihsekolah lanjutan bagi siswa. 82 (30%) menjawabsangat setuju, 124 (45,4%) menjawab setuju, 57(20,9%) menjawab tidak setuju dan 10 (3,7%)menjawab sangat tidak setuju dengan alasantersebut.

Keenambelas, alasan pemilihan sekolahlanjutan dari siswa juga dapat dikarenakankeinginan siswa itu sendiri. 121 (44,3%) respondenmenjawab sangat setuju dengan alasan tersebut,111 (40,7%) menjawab setuju, 37 (13,6%)responden tidak setuju dan 4 (1,5%) menjawabsangat tidak setuju. Ketujuhbelas, pemilihansekolah lanjutan oleh siswa dapat disebabkan olehsaran dari orangtua masing-masing. 85 (31,1%)responden menjawab sangat setuju denganpertimbangan tersebut, 151 (55,3%) menjawabsetuju, 31 (11,4%) menjawab tidak setuju dan 6(2,2%) menjawab sangat tidak setuju.Kedelapanbelas , saran orang lain dapatmempengaruhi pertimbangan siswa dalam memilihsekolah lanjutan. Alasan ini didukung denganjawaban responden terkait alasan tersebut yaitu13 (4,8%) menjawab sangat setuju, 81 (29,7%)setuju, 135 (49,5%) tidak setuju dan 44 (16,1%)menjawab sangat tidak setuju.

Kesembilanbelas, saran guru sekolah lamamenjadi pertimbangan bagi siswa dalam memilihsekolah lanjutan. 60 (22%) responden menjawabsangat setuju dengan hal tersebut, 117 (42,9%)menjawab setuju, 76 (27,8%) menjawab tidaksetuju dan 20 (7,3%) menjawab sangat tidak setuju.Keduapuluh, alasan siswa dalam memilih sekolahjuga dapat dipengaruhi oleh pilihan dari teman-temannya yang lain. 13 (4,8%) respeondenmenjawab sangat setuju dengan pernyataantersebut, 60 (22%) menjawab setuju, 147 (53,8%)menjawab tidak setuju dan 53 (19,4%) menjawabsangat tidak setuju.

Keduapuluh satu, yaitu 122 (44,7%)responden menjawab sangat setuju bakat dan minatyang dimiliki oleh siswa dapat mempengaruhi dalampemilihan sekolah lanjutan. Sedangkan 137(50,2%) responden menjawab setuju, 13(4,8%)menjawab tidak setuju dan 1(0,4%) menjawabsangat tidak setuju dengan hal itu. Keduapuluhdua, alasan orangtua dalam memilihkan sekolahlanjutan bagi anaknya dapat dipengaruhi dari nilaiUAN yang telah dicapai sekolah tersebut. 1 (0,4%)responden menjawab sangat tidak setuju denganalasan tersebut, 16 (5,9%) menjawab tidak setuju,147, (53,8%) menjawab setuju dan 109 (39,9%)menjawab sangat setuju dengan alasan tersebut.

Muliyasari dan Sunandar, Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 163

Page 73: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Keduapuluhtiga, keadaan ekonomi keluarga jugamenjadi pertimbangan yang harus diperhatikan olehorangtua dalam memilihkan sekolah lanjutan bagianaknya. 74 (27,1%) responden menjawab sangatsetuju dengan alasan tersebut, 169 (61,9%)menjawab setuju, 27 (9,9%) menjawab tidak setujudan 3(1,1%) menjawab sangat tidak setuju.

Keduapuluhempat, yaitu 74 (27,1%)responden orangtua menjawab, bahwa letaksekolah yang strategis menjadi alasan dalammemilih sekolah lanjutan bagi anak-anak mereka.Sedangkan 144 (52,7%) menjawab setuju, 46(16,8%) menjawab tidak setuju dan 9 (3,3%)menjawab sangat tidak setuju atas alasan tersebut.Keduapuluhlima, yaitu 19 (7%) respondenmenjawab sangat tidak setuju dalam memilihkansekolah bagi anaknya, orang tua masihmempertimbangkan saran dari guru sekolah lama.Sedangkan 107 (39,2%) orangtua tidak setuju, 117(42,9%) menjawab setuju dan 30 (11%) menjawabsangat setuju dengan alasan tersebut.Keduapuluhenam, bagi orangtua, saran dariorang lain dapat menjadi pertimbangan dalammemilihkan sekolah lanjutan bagi anak-anakmereka. Sebanyak 12 (4,4%) respondenmenjawab sangat setuju dengan hal tersebut, 76(27,8%) menjawab setuju, 150 (54,9%) menjawabtidak setuju dan 35(12,8%) menjawab sangat tidaksetuju.

Keduapuluhtujuh, lulusan sekolah lanjutanakan dapat menjadi pertimbangan bagi orangtuadalam memilihkan sekolah bagi anaknya. 59(21,6%) menjawab sangat setuju, 163 (59,7%)menjawab setuju, 47 (17,2%) menjawab tidaksetuju dan 4 (1,5) responden sangat tidak setuju.Keduapuluhdelapan, kedisiplinan yang dimilikioleh sekolah akan dapat mempengaruhi pemilihansekolah lanjutan bagi orangtua dengan persentase157 (57,5%) responden sangat setuju, 105 (38,5%)menjawab setuju, 10 (3,7%) menjawab tidak setujudan 1 (0,4%) menjawab sangat tidak setuju.Keduapuluhsembilan, prestasi sekolah menjadipertimbangan orangtua dalam memilihkan sekolahbagi anak mereka. 147 (53,8%) respondenmenjawab sangat setuju, 106 (38,8%) respodenmenjawab setuju, 19 (7%) menjawab tidak setujudan 1 (0,4%) sangat tidak setuju. Ketigapuluh,yaitu 108 (39,6%) responden menjawab sangatsetuju dengan fasilitas sekolah yang menjadipertimbangan bagi orangtua dalam memilihkansekolah anak mereka. Sedangkan, 150 (54,9%)menjawab setuju, 14 (5,1%) menjawab tidak setujudan 1 (0,4%) menjawab sangat tidak setuju.

PEMBAHASAN

Gambaran dari lulusan siswa SD/MI dalammemilih sekolah lanjutan tersebut diwujudkandalam bentuk peta (map) dari alternatif sekolahlanjutan yang ada di Kecamatan Wlingi Blitar. Hasildari analisis data membuktikan, bahwa semuasiswa SD/MI pada dasarnya ingin melanjutkansekolah dibandingkan memilih untuk bekerja ataukegiatan yang lain.

Pendidikan secara tidak langsung membuatanak-anak tersebut melakukan mobilitas dari desamereka menuju ke tempat sekolah lanjutan yangmenjadi pilihan mereka. Selain itu, dalam memilihsekolah lanjutan, anak-anak maupun orangtua jugamemperhatikan adanya alternatif-alternatif daripemilihan sekolah tersebut denganmempertimbangkan berbagai kondisi dankebutuhan yang ada sesuai dengan tindakan yangdiambil oleh orang yang berpaham pilihan rasional.

Menurut Adiyanta (2008:81), pilihan rasionalsebagai model penjelasan dari tindakan-tindakanmanusia dimaksudkan untuk memberikan analisisformal dari pengambilan keputusan rasionalberdasarkan sejumlah kepercayaan dan tujuan.Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui,bahwa seseorang yang menggunakan pilihanrasional akan mempertimbangkan setiap informasidan alternatif-alternatif yang ada dalammemutuskan sesuatu.

Tingginya motivasi dan animo siswa dalammemilih sekolah lanjutan membuktikan, bahwakesadaran akan pentingnya pendidikan untukkehidupan yang lebih baik telah dimiliki oleh seluruhsiswa SD/MI di Kecamatan Wlingi Blitar. Motivasitinggi dan animo yang tinggi tersebut dapattercermin ketika seorang siswa bertekad untuktetap melanjutkan sekolah demi pendidikan yangdia inginkan dengan berbagai usaha dan kerja keras,seperti belajar dengan rajin agar nilai UAN yangdiperoleh bagus sehingga dapat masuk ke sekolahlanjutan yang diinginkan. Selain itu, animo yangtinggi juga dapat terwujud dengan pilihan sekolahlanjutan yang jauh dari rumah siswa demimendapatkan pendidikan yang lebih baik bagimereka.

Beberapa alasan siswa dalam memilihsekolah lanjutan dapat dilihat dari segi kualitassekolah, biaya sekolah, lokasi sekolah, fasiliassekolah. Sedangkan alasan siswa memilih skeolahdilihat dari kemampuan yang dimiliki siswa adalahdari prestasi yang dimiliki siswa, keadaan ekonomikeluarga siswa, jarak sekolah dengan rumah

164 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

Page 74: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

sekolah, dan motivasi yang dimiliki oleh siswa itusendiri.

Selain beberapa alasan yang dimiliki siswa,ada beberapa alasan yang medasari orangtuadalam memilihkan sekolah lanjutan untuk anaknyayaitu dilihat dari segi kualitas yang dimiliki sekolah,keadaan ekonomi yang dimiliki keluarga, lokasisekolah dengan rumah dan beberapa informasiyang diperoleh orangtua.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Lintas lulusan SD/MI dalam memilih sekolahdapat digambarkan dalam bentuk peta (map) kemana arus siswa dalam penentuan alternatifSekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Hasilpenelitian menunjukkan, bahwa peta yangmenggambarkan lintas lulusan SD/MI dalammemilih SLTP tergambar kebanyakan respondenmemilih melanjutkan sekolah lanjutan yangberstatus negeri meskipun jarak yang harusditempuh jauh.

Setiap lulusan SD/MI cenderung mempunyaitingkat animo yang tinggi untuk melanjutkanpendidikan SLTP, hal tersebut terlihat daripartisipasi yang tinggi dari semua responden dalammemilih sekolah lanjutan baik sekolah lanjutan yangberada di Kecamatan Wlingi Blitar maupun di luarKecamatan Wlingi Blitar. Secara berurutan tingkatanimo siswa lulusan SD/MI di Kecataman WlingiBlitar memilih SMPN 01 Wlingi dengan 105(38,5%) responden, SMPN 02 Wlingi dengan 77(28,2%), 50 (18,3%) responden memilih sekolahlain yang berada di luar wilayah Kecamatan WlingiBlitar, 21 (7,7%), memilih MTs Darul Huda dan20 (7,3%) memilih SMP Terbuka. Sedangkan tigasekolah yang lain yaitu SMP PGRI, SMPLBSariwiyata dan SMP Yohanes Gabriel tidakmendapatkan pilihan dari responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekolahlanjutan yang paling diminati oleh siswa Kelas VISD/MI Kecamatan Wlingi Blitar adalah SMPN01 Wlingi dengan persentase pemilih paling banyakyaitu 105 (38,5%) responden. Sedangkan sikapsangat setuju atas alasan paling dominan yangmenjadi dasar dalam memilih sekolah adalahkualitas sekolah yang dimiliki sekolah dari segikedisiplinan sekolah, yaitu 66,7% , yakni sebanyak

182 responden. Sikap setuju dominan yangditunjukkan oleh responden atas alasan memilihsekolah adalah keadaan ekonomi yang dimilikisiswa dengan 70% atau 191 responden. Sikap tidaksetuju atas alasan pemilihan sekolah yang dominandimiliki oleh alasan memilih sekolah berdasarkansaran yang diberikan orang lain dengan persentase54,9% atau 150 responden. Sikap sangat tidaksetuju dominan oleh responden atas alasanpemilihan sekolah adalah memilih sekolahberdasarkan motivasi siswa yang berasal daripengaruh teman atau mengikuti temannya, denganpersentase 19,4% atau 53 responden.

Saran

Berdasarkan implikasi dari hasil penelitian diatas, beberapa saran yang dapat diberikan olehpeneliti bagi pihak-pihak terkait adalah sebagaiberikut: (1) Dinas Perhubungan Daerah harusmemperhatikan sarana transportasi yang akandigunakan untuk menjangkau sekolah oleh parasiswa; (2) Kepala Dinas Pendidikan KabupatenBlitar hendaknya memberikan pembinaan kepadaKepala SMP PGRI, SMPLB dan SMP YohanesGabriel untuk dapat meningkatkan kualitas,prestasi,fasilitas dan hal lain yang dapat menarik minatsiswa dan orangtua dalam memilih sekolahlanjutan; (3) Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) Pendidikan Wlingi harus dapat melakukanpemerataan jumlah siswa di SLTP/sederajat diKecamatan Wlingi Blitar sesuai dengan dayatampung yang dimiliki oleh sekolah; (4) KetuaJurusan Administrasi Pendidikan hendaknya dapatmenggunakan hasil penelitian ini sebagaipengayaan materi perkuliahan perencanaanpendidikan; (5) Orangtua melakukan pemilihansekolah dengan langkah pertama memilihkansekolah lanjutan bagi anaknya adalah denganmengetahui kebutuhan dari anaknya, kemudianmencari informasi tentang sekolah mana yang akandapat memenuhi kebutuhan anak mereka tersebut.Informasi dapat berasal media cetak, guru sekolahlama, tetangga, persepsi orang lain dan lainnya.Lalu orangtua dapat mengevaluasi sekolah-sekolahmana yang nantinya akan menjadi pilihan bagi anakmereka; dan (6) Peneliti lain, hendaknyamelakukan penelitian tentang penyediaan layanantransportasi oleh Dinas Perhubungan untukmenjangkau sekolah.

Muliyasari dan Sunandar, Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 165

Page 75: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

DAFTAR RUJUKAN

Adiyanta, Susila. 2008. Teori Pilihan Rasional(Rational Choiche Theory): AlternatifMetode Penjelasan dan PendekatanPenelitian Hukum Empiris. Volume 37 No.2. (online). (http://siskanajwa.blogspot.com/2011/12/teori-pilihan-rasional-coleman.html,diakses 18 September 2012).

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008Tentang Wajib Belajar. (online). (http://disdik-kotasmg.org/v8/images/peraturan-peraturan/PP47-08-wajar.pdf, diakses 21Februari 2013).

Suciani, Yanita. 2008. Analisis Animo Siswa SD/MI dalam Partisipasi MelanjutkanSekolah Lanjutan Tingkat Pertama diSD/MI se-Kota Blitar. Skripsi. Tidakditerbitkan. Malang: Universitas NegeriMalang.

Undang-Undang Dasar 1945 RepublikIndonesia. Tanpa Tahun. Surabaya:Serbajaya.

166 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 157-166

Page 76: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

PENGEMBANGAN WEB DATABASEMAHASISWA DAN ALUMNI

Nur FendiSultoni

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: This development aimed for: resulting web database of student and alumnus as an additionalfor the existence website content in Department of Educational Administration Faculty of EducationState University of Malang, admin guidance book, and user guidance book. Method that used iswaterfall model, modified from Summerville that emphasizing on every phase that should be finished.The test conducted by media expert and field test including: design, functionality, customer value,effectiveness. Development result of student and alumnus web database fulfill quite valid criteriaand feasible to be used. This product development result giving implication as follow: (1) implicationto the learner management that need media planning to accommodate data well both from studentand alumnus, (2) Implication to the development of student and alumnus web database is a newinnovation to the technology development, and (3) Implication to the caretaker party to publishstudent and alumnus web database program, thus it can accepted well.

Abstrak: Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan web database mahasiswa dan alumnisebagai penambah konten website Jurusan Administrasi Pendidikan di FIP UM yang sudah ada,buku panduan admin, dan buku panduan user. Metode yang digunakan adalah model waterfall,modifikasi dari sommervile yang menekankan setiap fase harus selesai. Pengujiannya dilakukan olehahli media dan uji lapangan yang meliputi: desain, fungsionalitas, nilai pelanggan, efektivitas. Hasilpengembangan web database mahasiswa dan alumni memenuhi kriteria cukup valid dan layakdigunakan. Hasil pengembangan produk ini memberikan implikasi, yaitu: (1) implikasi terhadappengelolaan peserta didik perlu perancangan media untuk menampung data dari mahasiswa danalumni dengan baik, (2) implikasi terhadap pengembangan web database mahasiswa dan alumnimerupakan suatu inovasi baru terhadap perkembangan teknologi, dan (3) implikasi terhadap pihakpenyelenggara untuk mempublikasikan program web database mahasiswa dan alumni sehinggamampu diterima dengan baik.

Kata kunci: pengembangan web database, teknologi informasi, mahasiswa dan alumni

Perkembangan dan kebutuhan akan pentingnyainternet membuat pengguna mulai mengembang-kan situs web menjadi web database untukmenyimpan berbagai informasi seperti: databarang, data karyawan, data kesiswaan, jadwal,hasil penelitian, dan sebagainya. Sehingga hal inilahyang membuat instansi pendidikan mulaimenggunakan web database untuk mengelolaalumninya. Sistem pencatatan menggunakanteknologi komputerisasi merupakan solusi untukpencatatan dan pengelolaan data yang lebih baik.Melalui komputer, data akan dimasukkan melaluikeyboard, diubah menggunakan teks editor dandisimpan dalam bentuk file di dalam mediastorage. File-file tersebut bersifat editabel, yaitudapat diperbaiki dan diolah kembali menjadi data

lain untuk berbagai keperluan. Riyanti (2011:5)menjelaskan manfaat penggunaan database ialahmeningkatkan kinerja staf administrasi, menghematwaktu, tenaga, dan meminimalisasi terjadinyakehilangan data serta duplikasi data yang tidakdiperlukan.

Beberapa lembaga pendidikan di Indonesiamasih memiliki kendala dalam mengkoordinir datapara alumni. Lembaga pendidikan tersebut masihbanyak menggunakan model arsip kertas danmasih jarang menggunakan database untukmendata alumni. Walaupun sudah memakai sistemdatabase, namun kebanyakan masih dilakukansecara offline atau dapat diartikan database masihtersimpan dalam komputer. Penyimpanandatabase model ini, pengisian untuk data

167

Page 77: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

alumninya hanya dilakukan oleh pengelola datatersebut dan tidak dapat diperbaharui secarainteraktif.

Web database ini mungkin bisa menjadialternatif pengganti dari buku kenangan, sehinggaweb database ini bisa mempermudah pencariandata alumni untuk diakses kapanpun dandimanapun karena bersifat online. Pembutan webdatabase ini dimaksudkan agar tetap terjalinhubungan timbal balik antara para alumni dan pihakjurusan, karena situs web ini berisi berbagaiinformasi tentang para alumni dan informasitentang Jurusan Administrasi Pendidikan FakultasIlmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (APFIP UM). Pemanfaatan aplikasi ini dapatmembantu pihak jurusan dalam mendata semuaalumninya dengan data pribadinya masing-masing.Dapat dimungkinkan, bahwa dipakainya aplikasiini dengan sistem online, maka para alumni dapatsaling berkomunikasi dan dapat selalu berhubungandengan manajemen pusat database. Selain itu,jurusan dapat memberikan informasi-informasiyang berguna yang dapat digunakan oleh alumni.

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk:(1) menghasilkan web database mahasiswa danalumni sebagai penambahan konten dalam websiteJurusan Administrasi Pendidikan yang sudah ada,(2) menghasilkan buku panduan untuk administratorweb database, dan (3) menghasilkan bukupanduan untuk user web database. Manfaat daripenelitian: (1) memberikan data alumni terbaruyang dapat digunakan untuk data pendukungakreditasi, (2) memberikan kemudahan untukberkomunikasi dan menjalin hubungan kembalidengan sesama alumni serta berbagi informasimengenai lowongan pekerjaan, (3) mempermudahmahasiswa dalam mengakses informasi-informasidari alumni, dan (4) sebagai bahan referensimelakukan penelitian yang serupa atau penelitianlanjutan dengan mengembangkan ilmupengetahuan khususnya yang berkaitan denganpenelitian ini.

Alumni merupakan produk dari suatu institusipendidikan. Kualitas alumni menunjukkan kualitasdari institusi pendidikan tersebut. Anonim (2010:1)menjelaskan sebagai bagian masyarakat, hubunganantara alumni dan lembaga pendidikan tentunyalebih bersifat kultural dan emosional. Hubunganyang dibangun antara lembaga pendidikan danalumni pun bersifat cair dan tidak mengikat.Dengan kata lain, relasi yang terbangun merupakanrelasi setara yang bersendikan mutualisme dankemanfaatan.

Pembuatan web alumni akhir-akhir ini mulaidikembangkan di lembaga pendidikan dikarenakankegunaannya yang dirasa sangat penting. Sinaga(2011:2) menyatakan web alumni bertujuan untukmempermudah perusahaan maupun institusi dalammelakukan pekerjaan mereka yang dapatmemonitoring kegitan alumni. Berdasarkan uraiantersebut pembuatan web alumni sangatlah pentinguntuk mendukung kinerja instansi pendidikan.Selain itu, pembuatan web alumni tersebut harusmempertimbangkan data-data dari setiap alumniyang ada. World Wide Web (www) adalah suatusistem yang menciptakan pertukaran data diinternet dengan mudah dan efisien. Praherdhiono(2008:61) menyatakan “web terdiri dari dua bagianyaitu: (1) Server Web: komputer dan software yangmenyimpan dan mendistribusikan data ke komputerlain lewat internet yang meminta informasitersebut, dan (2) Browser Web: software yangberoperasi di setiap komputer pribadi (client) yangmeminta informasi dari server web danmenampilkannya sedemikian rupa sehinggadatanya dapat langsung diakses”.

Menurut Anwar (1982:38) databasemerupakan adukan yang merekat sistem fungsionalmenjadi satu. Sedangkan Novtani (2011:1)mengatakan database adalah kumpulan dari data-data yang membentuk suatu berkas/file yang salingberhubungan, merupakan tempat penyimpanansebuah data yang berupa informasi. Berdasarkandari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan,bahwa database merupakan sekumpulan datayang saling berhubungan dan terorganisirsedemikian rupa sehingga memudahkan ketikaakan digunakan kembali. Fungsi database menurutErnawati (2012:1) adalah menyimpan data mulaidari judul kolom hingga record atau baris terakhirdalam daftar atau database. Sedangkan sifat daridatabase yaitu: 1) kesatuan (integritas) dari file-file yang terlibat, 2) internal, dan 3) terbagi/share:Elemen-elemen database dapat dibagikan padapara user baik secara sendiri-sendiri maupunsecara serentak dan pada waktu yang sama(Concurrent Sharing).

Pembuatan web database ini menggunakanPHP dan MySQL. Menurut Wikipedia (2012:1)PHP atau Personal Home Page adalah bahasaskrip yang dapat ditanamkan atau disisipkan kedalam HTML. PHP banyak dipakai untukmemprogram situs web dinamis. PHP dapatdigunakan untuk membangun sebuah ContentManagement System (CMS). MenurutNusansifor (2009:1) kelebihan PHP dari bahasa

168 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 167-174

Page 78: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

pemrograman lain yaitu: 1) Bahasa pemrogramanPHP adalah sebuah bahasa script yang tidakmelakukan sebuah kompilasi dalam penggunaanya;2) Web Server yang mendukung PHP dapatditemukan dimana-mana dari mulai apache, IIS,hingga Xitami dengan konfigurasi yang relatifmudah; 3) Dalam sisi pengembangan lebih mudah,karena banyaknya milis-milis dan developer yangsiap membantu dalam pengembangan; 4) Dalamsisi pemahamanan, PHP adalah bahasa scriptingyang paling mudah karena memiliki referensi yangbanyak; 5) PHP adalah bahasa open source yangdapat digunakan di berbagai mesin (Linux, Unix,Macintosh, Windows) dan dapat dijalankansecara runtime melalui console serta juga dapatmenjalankan perintah-perintah system.

Berdasarkan kelebihan-kelebihan yangditawarkan, maka bahasa pemrograman PHP lebihsering digunakan oleh programer untuk membuatwebsite. Selain itu, bahasa pemrograman PHPlebih terkenal dari pada bahasa pemrograman yanglain. MySQL adalah sebuah perangkat lunakmanajemen basis data SQL (Bahasa Inggris:database management system) atau DBMS yangmultithread, multi-user, dengan sekitar 6 jutainstalasi di seluruh dunia. MySQL membuatMySQL tersedia sebagai perangkat lunak gratisdi bawah lisensi GNU General Public License(GPL), tetapi mereka juga menjual di bawah lisensikomersial untuk kasus-kasus di manapenggunaannya tidak cocok dengan penggunaanGPL. beberapa keunggulan MySQL menurut Dewi(2010:3) yaitu “(1) mampu menangani jutaan userdalam waktu yang bersamaan, (2) mampumenampung lebih dari 50.000.000 record, (3)sangat cepat mengeksekusi perintah, dan (4)memiliki user privilege system yang mudah danefisien”. Berdasarkan penjelasan keistimewaandan keunggulan MySQL tersebut semakinmenjadikan MySQL sebagai media pembuatdatabase.

METODE

Penelitian yang digunakan yaitu meng-gunakanrancangan penelitian pengembangan modelWaterfall modifikasi oleh Sommerville denganmenekankan bahwa setiap fase harus terselesaikandengan lengkap sebelum melangkah ke faseberikutnya dengan adanya tahap analisis. Modifikasimodel waterfall oleh Sommerville (dalam Nugroho,2012:40) meliputi (1) analisis, (2) perancangan, (3)

implementasi/coding, (4) pengujian, dan (5) evaluasipemeliharaan. Model Waterfall adalah model untukpengembangan perangkat lunak (suatu proses untukpenciptaan perangkat lunak), yang berkembangsecara teratur mengalir ke bawah (seperti air terjun).Metode pengembangan waterfall dapat dilihat padaGambar 1.

Gambar 1 Model Pengembangan WaterfallSommerville

Prosedur pengembangan yang dilakukanmeliputi: tahap analisis merupakan mengumpulkaninformasi dengan tujuan memahami kegiatanpendataan mahasiswa dan alumni agar dapatmendefinisikan permasalahannya, sehingga dapatmenentukan kebutuhan sebagai persiapan ke tahapperancangan. Tahap perancangan adalahpembuatan desain (flowchart) dari web databasemahasiswa dan alumni Jurusan AdministrasiPendidikan dapat dilihat pada Gambar 2 danGambar 3.

Gambar 2. Alur Pendaftaran untuk Mahasiswa danAlumni

Fendi dan Sulton, Pengembangan Web Database Mahasiswa dan Alumni 169

Analisi

Perancangan

Implementasi/coding

Pengujian

Evaluasi/Pemeliharaan

Start

Pendaftaranmahasiswa

PendaftaranAlumni

Mengisi formPendaftaranMahasiswa

Mengisi FormPendaftaran

Alumni

ProsesProses

Terdaftar dalamdatabase mahasiswa

Terdaftar dalamdatabase alumni

Finish

Page 79: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Gambar 3 Desain Sistem Web Database Admin,Mahasiswa, dan Alumni Setelah Login

Tahap implementasi adalah tahap yangmewujudkan desain menjadi kenyataan yaitusebuah produk web database. Tahap inipengembang merealisasikan analisis danperancangan ke dalam sebuah web database yangnyata, dalam hal ini diperlukan perangkat kerasdan perangkat lunak yang dipaparkan pada Tabel1 dan Tabel 2 berikut:

Tabel 1 Kebutuhan Perangkat Keras

Perangkat Keras SpesifikasiNotebook Processor intel®

Atom™ CPU N550Memory 1GBHardisk 256 GB

Tabel 2 Kebutuhan Perangkat Lunak

Perangkat Lunak Perangkat Lunakyang Digunakan

Sistem Operasi Windows 7 Home BasicWeb Server Xampp 1.5.5Web Browser Mozilla FirefoxDesain Sistem Macromedia

dreamweaver 8 Adobe Photoshop CS3

Tahap pengujian dilakukan kepada beberapapihak diantaranya ahli media dan uji lapangan. Ahlimedia dengan kriteria minimal pendidikan sarjanadan berkompeten dalam media yang dibuatsedangkan uji lapangan dilakukan oleh mahasiswa,alumni, dan dosen Jurusan AdministrasiPendidikan. Pengujian kepada ahli media bertujuanuntuk mengukur kelayakan program yangdikembangkan, sedangkan uji lapangan bertujuanuntuk mengukur tingkat diterimanya produk yangdikembangkan. Pengujian digunakan untukmengukur indikator program yang berkenaandesain, fungsionalitas, nilai pelanggan (customervalue), dan efektivitas. Pengujian dilakukanmelalui metode angket dengan dengan teknikanalisis data persentase.

Pedoman yang digunakan menginterpretasihasil analisis data ditetapkan kriteria valid, cukupvalid, kurang valid, dan tidak valid. Keterangandijabarkan pada pedoman kriteria keberhasilanmedia pembelajaran berbasis web yang dipaparkanpada Tabel 3 berikut:

Tabel 3 Kriteria ValidasiKategori Rentangan Persentase Kualifikasi

A 80% -100% ValidB 60% - 79% Cukup ValidC 50% - 59% Kurang ValidD < 50% Tidak Valid

Sumber: Sudjana (1990:45)

Tahap pemeliharaan ini web database sudahdiserahkan kepada pihak jurusan. Tahap ini jugadilakukan evaluasi terhadap produk yang baru,apakah produk telah memenuhi tujuan yangdiharapkan. Dari hasil evaluasi ini dimungkinkanuntuk melakukan perubahan-perubahan yangdiperlukan terhadap produk agar produk webdatabase ini senantiasa dipergunakan dengan baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyajian dan tampilan home merupakantampilan awal ketika web database dibuka.Tampilan home ini, akan menampilkan menu home,menu pendaftaran, menu pencarian, menupenawaran alumni, menu login, dan menu adminyang ada di web database sehingga home adalahjembatan untuk mengakses web yang dibuat.Tampilan home dapat dilihat pada Gambar 4.

170 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 167-174

Start

Pendaftaranmahasiswa

Pendaftaranalumni

Login admin

Loginmahasiswa

Loginalumni

Input user iddan

password

Input user iddan

password

Input user iddan

password

Cek login

Cek login

Cek login

Halamanadmin

Halamanmahasiswa

HalamanAlumni

Cari, edit hapus data mahasiswa/

alumni, tambah edit hapus data dosen

logout logout

logout

Edit profil,pencarian mahasiswa, alumni

dan dosen

databaseEdit profil,

pencarian mahasiswa, alumni

dan dosen

database

Finish

Page 80: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Gambar 4 Tampilan Home

Pendaftaran merupakan cara agar usermempunyai account dan terdaftar sebagaimember dalam web database. Pendaftaran dalamweb database ini dibedakan menjadi 2 yaitu:pendaftaran mahasiswa dan pendafataran alumni.Bentuk pendaftaran ini hampir sama, yangmembedakan adalah isi formulir dari kategoripendaftaran tersebut dapat dilihat pada Gambar5.

Gambar 5 Tampilan Pendaftaran Mahasiswa

Setiap user yang telah terdaftar dan masukdalam web database, informulirasinya dapat dicaridalam web database ini. Pencarian ini dibedakanmenjadi 3 yaitu: pencarian mahasiswa, pencarianalumni, dan pencarian dosen. Tampilanpencariannya hampir sama, namun yangmembedakan yaitu kata kunci dari setiap jenispencarian. Kata kunci untuk pencarian mahasiswayaitu NIM/nama mahasiswa, untuk pencarianalumni kata kuncinya yaitu tahun masuk/namaalumni, dan untuk pencarian dosen kata kuncinyayaitu NIP/nama dosen dapat dilihat pada Gambar6.

Gambar 6 Tampilan Pencarian Mahasiswa

Setiap hasil dari pencarian database, disebelah kanan akan muncul menu lihat profillengkap. Menu ini digunakan untuk melihat profilyang lebih lengkap dari setiap user database dapatdilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Tampilan Profil Lengkap Mahasiswa

Login merupakan pintu gerbang untukmemasuki halaman user menu dan dapat mengeditprofil. Login dibedakan menjadi 2 yaitu: loginmahasiswa dan login alumni. Tampilan loginmahasiswa berisi NIM dan password sedangkantampilan login alumni berisi username danpassword. NIM, username dan passworddiperoleh ketika mengisi pendaftaran sebagaimahasiswa maupun alumni dapat dilihat padaGambar 8.

Gambar 8 Tampilan Login Mahasiswa

Fendi dan Sulton, Pengembangan Web Database Mahasiswa dan Alumni 171

Page 81: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Setelah data angket hasil validasi oleh 5 ahlimedia didapatkan maka data tersebut dan perludianalisis untuk mendapatkan kesimpulan darikualitas produk web database yang telah dibuat.Data hasil validasi ahli media dapat dilihat padaTabel 4.

Hasil analisis data ahli media diperoleh 69%,berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka dapatdiinterpretasikan bahwa web database mahasiswadan alumni yang dikembangkan termasuk dalamkriteria cukup valid atau kualifikasi layakdigunakan.

Gambar 9 Persentase Hasil Analisis Uji LapanganKategori Desa

Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahuipenilaian kategori desain web dari 24 respondenyaitu: kegunaan 75%, kemudahan 83%,kelengkapan 77%, dan kemenarikan 80%.

Gambar 10 Persentase Hasil Analisis Uji LapanganKategori Fungsionalitas

Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahuipenilaian kategori fungsionalitas dari 24 respondenyaitu: kegunaan 79%, kemudahan 79%,kelengkapan 75%, dan kemenarikan 77%.

Gambar 11 Persentase Hasil Analisis Uji LapanganKategori Nilai Pelanggan

172 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 167-174

Tabel 4. Data Hasil Validasi Ahli Media

Alternatif JawabanNo Pertanyaan Angket a b c d “X (%)

(4) (3) (2) (1)1 Bagaimanakah bentuk dan desain navigasi web? - 4 1 - 14 702 Bagaimana kesesuaian pemilihan gambar dalam web - 4 1 - 14 70

database tersebut?3 Bagaimana kesesuaian tata letak pada web database - 2 3 - 12 60

tersebut?4 Apakah bahasa dalam web database ini mudah - 3 1 1 12 60

untuk dimengerti?5 Bagaimana pencarian data dan penyajian data dalam 1 3 1 - 15 75

web database tersebut?6 Bagaimana content/isi web database tsb? - 3 1 1 12 607 Tingkat kesesuaian script dengan produk web 1 2 2 - 14 70

database tersebut?8 Bagaimana kecepatan menampilkan data dalam web 1 2 2 - 14 70

database?9 Bagaimana tingkat kesesuaian produk web database 2 2 1 - 16 80

tersebut dengan desain/ flowchart ?10 Bagaimana keefektifan produk web database tersebut? 2 2 - 1 15 75

JUMLAH 138 690PERSENTASE 69

Page 82: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahuipenilaian kategori nilai pelanggan dari 24 respondenyaitu: kegunaan 75%, kemudahan 79%,kelengkapan 78%, dan kemenarikan 75%.

Gambar 12 Persentase Hasil Analisis Uji LapanganKategori Efektivitas

Berdasarkan Gambar 12 dapat diketahuipenilaian kategori efektivitas dari 24 respondenyaitu: kegunaan 86%, kemudahan 83%,kelengkapan 79%, dan kemenarikan 82%. Hasilanalisis total data uji lapangan diperoleh 79%,berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka dapatdiinterpretasikan bahwa web database mahasiswadan alumni yang dikembangkan termasuk dalamkriteria cukup valid atau kualifikasi layakdigunakan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Produk yang dihasilkan dari penelitianpengembangan ini adalah pengembangan webdatabase mahasiswa dan alumni JurusanAdministrasi Pendidikan FIP UM dari media cetakdikembangkan menjadi media elektronik berbasisweb. Pengembangan program ini menggunakanbeberapa bahasa pemrograman, yaitu HypertextMarkup Language (HTML), Cascading StyleSheet (CSS), Personal Home Page (PHP, basis

data/database menggunakan Structured QueryLanguage (MySQL).

Adanya web database mahasiswa danalumni Jurusan Administrasi Pendidikanmemberikan kemudahan dalam mendatamahasiswa maupun alumni dan mengelolanyasecara digital dalam bentuk web. Web databasemahasiswa dan alumni Jurusan AdministrasiPendidikan ini akan diakses oleh seluruhmahasiswa, dosen, serta pihak luar tanpa terbataswaktu. Web database ini sebagai dijadikan sebagaimenu tambahan dari website utama dari JurusanAdministrasi Pendidikan Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang.

Saran

Agar hasil produk ini dapat bermanfaat bagiJurusan Administrasi Pendidikan, maka adabeberapa saran kepada administrator webdatabase mahasiswa dan alumni, antara lain: (1)hendaknya admin mempelajari dahulu petunjukpemanfaatan media yang disediakan, (2) sebelummemulai menggunakan, hendaknya web databaseini diupload pada server yang sudah disediakan,(3) hendaknya admin hanya fokus menggunakanfasilitas database alumni saja tanpa mengikutkandatabase mahasiswa, dikarenakan databasemahasiswa sudah disediakan oleh universitas, (4)hendaknya admin menghapus ataumemperbolehkan alumni mengosongi data yangsekiranya dianggap rahasia, (5) selama prosespenggunaan, admin harus memantau webdatabase untuk meminimalisir penyalahgunaanweb database, (6) selama proses penggunaan webdatabase, hendaknya admin melakukan perbaikanpengamanan terhadap data user yang ada, dan (7)admin hendaknya mengevaluasi penggunaan webdatabase, memperbaiki, dan menambah dengankonten yang diperlukan.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2010. Peran Alumnus dan PeningkatanMutu Sekolah. (Online), (http://ikasagas.wordpress.com/2010/02/24/peran-alumnus-dan-peningkat an-mutu-sekolah/),diakses 10 April 2013.

Anwar, I. 1982. Sistem Informasi Manajemendan Perencanaan PembangunanPendidikan. Bandung: Angkasa.

Dewi, M. 2010. Pembuatan Situs Web Almama-ter Perguruan Tinggi MenggunakanPHP dan MySQL. (Online),(http://eprints.undip.ac.id /25949/1/ML2F301458.pdf), diakses 10 September 2012).

Ernawati. 2012. Fungsi Database. (Online).(http://ernayipii.blogspot.com/ 2012/03/fungsi-database-fungsi-database-ada.html),diakses 10 September 2012).

Berdasarkan Gambar 11 dapat diketahuipenilaian kategori nilai pelanggan dari 24 respondenyaitu: kegunaan 75%, kemudahan 79%,kelengkapan 78%, dan kemenarikan 75%.

Gambar 12 Persentase Hasil Analisis Uji LapanganKategori Efektivitas

Berdasarkan Gambar 12 dapat diketahuipenilaian kategori efektivitas dari 24 respondenyaitu: kegunaan 86%, kemudahan 83%,kelengkapan 79%, dan kemenarikan 82%. Hasilanalisis total data uji lapangan diperoleh 79%,berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka dapatdiinterpretasikan bahwa web database mahasiswadan alumni yang dikembangkan termasuk dalamkriteria cukup valid atau kualifikasi layakdigunakan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Produk yang dihasilkan dari penelitianpengembangan ini adalah pengembangan webdatabase mahasiswa dan alumni JurusanAdministrasi Pendidikan FIP UM dari media cetakdikembangkan menjadi media elektronik berbasisweb. Pengembangan program ini menggunakanbeberapa bahasa pemrograman, yaitu HypertextMarkup Language (HTML), Cascading StyleSheet (CSS), Personal Home Page (PHP, basis

data/database menggunakan Structured QueryLanguage (MySQL).

Adanya web database mahasiswa danalumni Jurusan Administrasi Pendidikanmemberikan kemudahan dalam mendatamahasiswa maupun alumni dan mengelolanyasecara digital dalam bentuk web. Web databasemahasiswa dan alumni Jurusan AdministrasiPendidikan ini akan diakses oleh seluruhmahasiswa, dosen, serta pihak luar tanpa terbataswaktu. Web database ini sebagai dijadikan sebagaimenu tambahan dari website utama dari JurusanAdministrasi Pendidikan Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Malang.

Saran

Agar hasil produk ini dapat bermanfaat bagiJurusan Administrasi Pendidikan, maka adabeberapa saran kepada administrator webdatabase mahasiswa dan alumni, antara lain: (1)hendaknya admin mempelajari dahulu petunjukpemanfaatan media yang disediakan, (2) sebelummemulai menggunakan, hendaknya web databaseini diupload pada server yang sudah disediakan,(3) hendaknya admin hanya fokus menggunakanfasilitas database alumni saja tanpa mengikutkandatabase mahasiswa, dikarenakan databasemahasiswa sudah disediakan oleh universitas, (4)hendaknya admin menghapus ataumemperbolehkan alumni mengosongi data yangsekiranya dianggap rahasia, (5) selama prosespenggunaan, admin harus memantau webdatabase untuk meminimalisir penyalahgunaanweb database, (6) selama proses penggunaan webdatabase, hendaknya admin melakukan perbaikanpengamanan terhadap data user yang ada, dan (7)admin hendaknya mengevaluasi penggunaan webdatabase, memperbaiki, dan menambah dengankonten yang diperlukan.

Fendi dan Sulton, Pengembangan Web Database Mahasiswa dan Alumni 173

Page 83: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Novtani, I. 2011. Pengertian Database. (Online).(http://novtani.wordpress.com/ 2013/04/11/pengertian-database/), diakses 10September 2012.

Nugroho, P. A. 2012. Pengembangan MediaPembelajaran E-Learning Berbasis WebMata Pelajaran Teknologi Informasi danKomunikasi Kelas VIII SMPN 2Ponorogo. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:FIP UM.

Nusansifor. 2009. Belajar PHP dan MySQL dariNOL–Part I (pengertian, sejarah dankelebihan).(Online), (http://www. nusan-sifor.com/2009/11/belajar-PHP-dan-MySQL-dari-nol-part-i-pengertian-sejarah-dan-kelebihan/), diakses 10 September2012).

Praherdhiono, H. 2008. Panduan PraktikumMultimedia. Malang: Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Malang.

Riyanti, P., Yuli, A. & Febtiana, S. 2011. RancangBangun Aplikasi Sistem InformasiPendataan Karyawan dan Siswa padaLembaga Pendidikan Bahasa InggrisYogyakarta. (Online), (http://repository.amikom.ac.id/ index.PHP/add_downloader/1067), diakses 28September 2012).

Sinaga, C. R. M. 2011. Web Monitoring AlumniPoliteknik Telkom Bandung. (Online),(http://repository.politekniktelkom.ac.id/proyek%20akhir/mi/jurnal%20pa%20web%20monitoring%20alumni%20politeknik%20telkom.pdf), diakses 11 Juli 2013.

Sudjana, M. 1990. Penilaian Hasil ProsesBelajar Mengajar . Bandung: RemajaRosdakarya.

Wikipedia. 2012. PHP. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/PHP), diakses 10September 2012.

174 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 167-174

Page 84: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

PERBEDAAN TINGKAT ETOS KERJAANTARA GURU TETAP DAN GURU TIDAK TETAP

Titin Eka SariAli Imron

Bambang Setyadin

E-mail: [email protected] Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

Abstract: The aims of this study are to find out the level of permanent teacher’s working ethos, thelevel of temporary teacher’s working ethos, the comparative level of working ethos among thepermanent teachers and the temporary teachers. Public Elementary School at subdistric PrigenPasuruan’s regency were involved in the research. The approach of this study is quantitative that iscomparative descriptive research. The population in this study, which the permanent teachers andthe temporary teachers as much as 207 and 106 of respondents. The samples taken with proportionalrandom sampling, which the permanent teachers and the temporary teachers as much as 136 and 84of respondents. The data collection technique, used was a questionnaire. The data analytical usedare descriptive and oneway analysis method (ANOVA). The results of the statistical analyses indicatethat the level of permanent teacher’s working ethos included in high category, the level of temporaryteacher’s working ethos included in middle category, there are comparative level of working ethosamong the permanent teachers and the temporary teachers in public elementary school at subdistrictPrigen Pasuruan’s regency.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat etos kerja Guru Tetap (GT), mengetahuitingkat etos kerja Guru Tidak Tetap (GTT), dan mengetahui tingkat perbedaan etos kerja antara GTdan GTT. Penelitian dilakukan di SDN se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Penelitian inimenggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif komparatif. Populasi dalampenelitian ini, yaitu GT sebanyak 207 responden dan GTT sebanyak 106 responden. Sampel ditentukandengan proporsional random sampling, yaitu GT sebanyak 136 responden dan GTT sebanyak 84responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Analisis data menggunakanmetode analisis deskriptif dan oneway (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat etoskerja GT dalam kategori tinggi, tingkat etos kerja GTT dalam kategori sedang, terdapat perbedaantingkat etos kerja antara GT dan GTT se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan.

Kata kunci: etos kerja, Guru Tetap, Guru Tidak Tetap

Pendidikan sebagai salah satu aspek dari programpemerintah perlu mendapat perhatian yang seriusdalam pengembangannya. Oleh karena itu, melaluiproses pendidikan di sekolah, berhasil tidaknyapencapaian tujuan pendidikan bergantung kepadaproses belajar-mengajar yang berlangsung disekolah, guru, dan peserta didik.Salah satu unsuryang memiliki hubungan sangat dekat denganpeserta didik dalam pelaksanaan pendidikan adalahguru. Sebagaimana dilansir oleh Daradjat (dalamSuparlan, 2005:13), “guru adalah pendidikprofesional, karena guru telah menerima danmemikul beban dari orangtua untuk ikut mendidikanak-anaknya”. Dengan demikian dapat dipahami,

bahwa peran guru sangat besar dalam usahapeningkatan kualitas pendidikan.

Sikap dan keseriusan seorang guru dalammelaksanakan tugasnya sangat berbeda tergantungdari motivasi yang melatarbelakangi mereka menjadiguru. Memang tidak bisa dipungkiri, bahwakesejahteraan guru akan berpengaruh pada sikap dantindakan guru dalam menjalankan tugasnya sebagaipendidik. Namun perlu disadari, bahwa kesejahteraanbukan hanya didapat dari gaji yang tinggi, melainkansuasana kerja dan rasa nyaman dengan kondisi kerjajuga sangat berpengaruh. Hal tersebut jugamenentukan seberapa tinggi etos kerja, baik GuruTetap (GT) maupun Guru Tidak Tetap (GTT).

175

Page 85: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif-komparatif. Jenis penelitian ini digunakan karenapeneliti berusaha untuk memperoleh gambarantentang etos kerja dan membandingkan tingkat etoskerja antara GT dan GTT di Sekolah Dasar NegeriSe-Kecamatan Prigen KabupatenPasuruan.Penelitian ini terdiri dari satu variabelterikat, yaitu etos kerja, sedangkan variabelbebasnya adalah status guru yang meliputi GT danGTT. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaituvariabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas(X) adalah status kepegawaian, yaitu GT dan GTT,sedangkan variabel terikat (Y) adalah etos kerja.Objek dalam penelitian ini adalah SDN yang adadi Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan.Populasi yang dijadikan objek dalam penelitian iniadalah seluruh guru SD di Kecamatan PrigenKabupaten Pasuruan dengan jumlah GT sebanyak207 dan GTT sebanyak 106. Teknik pengambilansampel yang akan digunakan adalah denganproportional random sampling, sehingga sampelyang dijadikan responden yaitu GT sebanyak 136responden dan GTT sebanyak 84 responden.Instrumen yang akan digunakan dalam penelitianini adalah angket atau kuesioner.

Uji kualitas data yang dipakai adalah validitasdan reabilitas. Teknik analisis data yang digunakandalam penelitian ini adalah: Pertama yaitu teknikanalisis deskriptif, dengan cara mendeskripsikankategori etos kerja berdasarkan data yang diolah,menghitung jumlah GT dan GTT denganmentabulasi silang berdasarkan kategori yang telahdibuat dan menyajikan dalam bentuk grafik batang.Kedua, teknik analisis komparatif denganmenggunakan teknik analisis varians satu jalur atauOneway (ANOVA), dalam menggunakan teknikanalisis ini perlu terlebih dahulu menguji asumsi-asumsi terhadap datanya, antara lain: (1) Ujinormalitas sebaran, (2) homogenitas variabel,bertujuan untuk melihat suatu variabel data harusbenar-benar homogen, (3) uji t, (4) kriteriapenarikan kesimpulan dengan ketentuan sebagaiberikut, jika signifikan t £ 0,05 maka H0 ditolak,dan jika signifikan t > 0,05 maka H0 tak ditolakdan hipotesis alternatif ditolak (Sudjana, 2002:388).

HASIL

Hasil dari penelitian ini menunjukkanbahwadata responden menurut status kepegawaian dari

220 responden GT dan GTT di SDN Se-Kecamatan Prigen, diperoleh responden dari GTsebanyak 136 responden, sedangkan dari GTTsebanyak 84 responden. Hal ini diperjelas denganGambar 1 tentang status kepegawaian.

Gambar 1 Diagram Status Kepegawaian

Berdasarkan Gambar 1 tersebut dapatdiketahui, bahwa persentase responden yangberasal dari GT lebih besar daripada GTT.

Untuk data responden menurut jenis kelamin,dari 220 responden diperoleh sebanyak 83responden dari jenis kelamin pria dan sebanyak137 responden dari jenis kelamin wanita. Hal inidiperjelas dengan Gambar 2.

Gambar 2 Diagram Jenis Kelamin

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwayang menjadi responden dari jenis kelamin prialebih sedikit dibandingkan responden dari jeniskelamin wanita sebanyak.

Untuk data responden menurut pendidikantertinggi, dari 220 responden GT dan GTT di SDNSe-Kecamatan Prigen, diperoleh sebanyak 4responden dengan pendidikan terakhir S 2,sebanyak 182 responden dengan pendidikanterakhir S1, sebanyak 18 responden denganpendidikan terakhir D3, sebanyak 8 respondendengan pendidikan terakhir D1, dan sebanyak 8responden dengan pendidikan terakhir SMA/MA(sederajat). Hal ini diperjelas dengan Gambar 3tentang tingkat pendidikan.

176 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 175-180

Page 86: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Gambar 3 Diagram Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Gambar 3 di atas dapat diketahuidari 220 responden menunjukkan, bahwa sebagianbesar responden berpendidikan terakhir S1,sedangkan responden lain di antaranya denganpendidikan terakhir SMA, D1, D3, dan S2.

Analisis deskriptif terhadap data tingkat etoskerja GT dan GTT dapat dilihat ringkasannya padaTabel 1.

Tabel 1 Ringkasan Persentase Tingkat Etos KerjaGT dan GTT

Kategori Status KepegawaianGuru Tetap Guru Tidak Tetap

Rendah 0% 5%Sedang 18,6% 20,9%Tinggi 43,2% 16,8%

Berdasarkan Tabel 1, tersebut dapatdiketahui, bahwa sebagian besar responden beradadalam kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkanbahwa tingkat etos kerja GT dapat dikatakantermasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan untuktingkat etos kerja GTT dapat diketahui, bahwasebagian besar responden berada dalam kategorisedang, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkatetos kerja GTT termasuk dalam kategori sedang.

Analisis deskriptif terhadap data tingkat etoskerja GT dan GTT didapatkan, bahwa skor tertinggisebesar 149,815686 dan skor terendah sebesar73,383336 diperoleh panjang kelas intervalnyasebesar 76,43236, sedangkan nilai rata-ratanyaadalah sebesar 116,92940 dan standar deviasisebesar 1,56647697. Hal ini diperjelas denganGambar 4 tentang tingkat etos kerja GT dan GTTdi bawah ini.

Gambar 4 Diagram Tingkat Etos Kerja GT danGTT

Berdasarkan Gambar 4 tersebut dapatdiketahui, bahwa dari 220 responden GT dan GTTmenunjukkan persentase sebesar 60,0% dalamkategori tingkat etos kerja tinggi, persentasesebesar 39,5% dalam kategori tingkat etos kerjasedang, persentase sebesar 0,5% dalam kategoritingkat etos kerja rendah.

Uji normalitas dari penelitian ini diperoleh nilaiskewness untuk sebaran data menunjukkan nilaisebesar 0,193. Nilai tersebut menunjukkan bahwasebaran data adalah normal, hal ini dikarenakannilai skewness kurang dari 0,5. Sedangkan Ujihomogenitas dari penelitian ini menunjukkanbahwapada data tingkat etos kerja antara GT dan GTT,didapatkan nilai FhitungLevenne sebesar 0,337dengan signifikansi sebesar 0,562. Dikarenakansignifikansi lebih besar dari nilai kepercayaan(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa hargavarian dalam adalah homogen.

Hasil yang diperoleh untuk tingkat etos kerjaantara GT dan GTT dengan Uji t dapat dilihatringkasannya pada Tabel 2.

Tabel 2 Ringkasan Uji t

Kelompok Mean Thitung Df SignGT 120,81643 4,935 218 0,000

GTT 110,619192

Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat diketahui,bahwa nilai rata-rata GT sebesar 120,82,sedangkan GTT sebesar 110,62. Jika dilihat dariuji t maka diperoleh probabilitas sebesar 0,000dengan tingkat kesalahan 5%, maka dapatdiinterpretasikan, bahwa jika nilai probabilitas (p)= 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan, bahwa H0 ditolak.

Hasil pengujian hipotesisdenganmenggunakan uji statistik analisis varian satu jalur(ANOVA) dapat dilihat pada Tabel 3.

Sari dkk, Perbedaan Tingkat Etos Kerja antara Guru Tetap dan Guru Tidak Tetatp 177

Page 87: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Tabel 3 Ringkasan Analisis Uji Varian Satu Jalur

Tingkat EtosSum of MeanKerja Squares df Square F Sig.Between 5399,590 1 5399,590 24,351 0,000GroupsWithin 48339,728 218 221,742Groups

Total 53739,317 219

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui,bahwa nilai mean dari tingkat etos kerja GTsebesar 120,81643, sedangkan nilai mean daritingkat etos kerja GTT sebesar 110,619192. Darihasil perhitungan tersebut didapatkan nilai Fhitungsebesar 24,351 dengan signifikansi 0,000. Denganhasil tersebut dapat diambil keputusan untukmenolak H0 karena nilai signifikansi 0,000<a 0,05.Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwaterdapat perbedaan tingkat etos kerja yangsignifikan antara GT dan GTT di SDN Se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan. Ternyataetos kerja GT secara signifikan lebih tinggi daripadaetos kerja GTT.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptifdisimpulkan, bahwa tingkat etos kerja GT dalamkategori tinggi dengan persentase 43,2%, sehinggakecenderungan persentase dalam kategori tersebutmenunjukkan bahwa tingkat etos kerja GT di SDNSe-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruanadalah tinggi.

Etos kerja yang tinggi harus ditumbuhkandalam lingkungan kerja, dalam hal ini, yaitu olehguru dalam menjalankan proses belajar mengajardi kelas, karena hal itu akan menumbuhkan sikapdalam menilai tinggi terhadap kerja keras dankesungguhan, sehingga dapat meminimalisir sikapkerja yang semaunya sendiri, tidak berorientasiterhadap mutu atau kualitas. Sesuai denganpendapat Firman (2007:48) yang mengemukakan,bahwa:

Etos kerja adalah pandangan dan sikapterhadap kerja dimana pandangan dansikap itu merupakan jiwa dan semangatkerja yang dilandasi sikap dasar yangterpancar dalam perilaku kehidupanatau sejumlah nilai-nilai yang dijadikanacuan oleh seseorang dalam

menggerakkan dirinya dalamberhadapan dengan lingkungan sosialdimana ia berada.

Sehingga dapat dikatakan, bahwa tingkat etoskerja GT dalam kategori tinggi, karena merekacenderung memiliki semangat kerja yang lebihtinggi dan lebih mudah menggerakkan dirinya dilingkungan tempatnya mengajar dengan banyaknyapengalaman mengajar dibandingkan para GTT,serta masa kerja yang cukup lama sebagai GTakan memotivasi dirinya untuk meningkatkankemampuan dan melakukan inovasi, denganharapan tidak ingin kalah dengan para GTT yangcenderung memiliki skill dan tingkat pendidikannyalebih tinggi.

Selain itu, berdasarkan hasil analisis deskriptifjuga dapat disimpulkan bahwa tingkat etos kerjaGTT dalam kategori sedang dengan persentase20,9%, sehingga kecenderungan persentase dalamkategori tersebut menunjukkan, bahwa tingkat etoskerja GTT di SDN Se-Kecamatan Pr igenKabupaten Pasuruan adalah sedang.

Setidaknya etos kerja bersumber dari adanyasikap untuk mengembangkan diri yang benar-benartelah mendarah daging. Bagi seorang GTT, haltersebut mungkin telah dimilikinya untukmenghasilkan pekerjaan yang terbaik sebagaiseorang pendidik, meskipun belum sepenuhnya.Karena dalam pengembangan diri untukmeningkatkan etos kerja membutuhkan prosesyang lama. Sebagai GTT dengan masa kerja danpengalaman yang masih sedikit, untuk memiliki etoskerja yang tinggi perlu adanya usaha-usaha yangharus dilakukan, baik oleh pihak sekolah maupundirinya sendiri, sehingga nantinya para GTT akanmemiliki etos kerja yang tinggi. Hal ini diperkuatdengan pendapat Triguno (2002:9) yangmenyatakan, bahwa “program peningkatan etos(budaya) ker ja memiliki arti yang sangatfundamental bagi setiap organisasi, karena akanmerubah sikap dan perilaku sumber daya manusiauntuk mencapai produktivitas kerja atau unjuk kerjayang lebih tinggi dalam menghadapi tantanganmasa depan”. Lebih lanjut Triguno menyatakan,bahwa:

Terciptanya etos kerja yang tinggi yangdisebutnya sebagai budaya kerja akanmeningkatkan kepuasan kerja,pergaulan yang lebih akrab, disiplinmeningkat, pengawasan fungsionalberkurang, pemborosan berkurang

178 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 175-180

Page 88: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

(efisien), tingkat absensi turun, inginbelajar terus, ingin memberikan yangterbaik bagi organisasi dan lain-lain.Pendapat tersebut menegaskan bahwaetos kerja yang tinggi dari para pegawaisangat penting bagi organisasi (sekolah),sehingga perlu adanya upaya-upayayang tepat untuk meningkatkan etoskerja pegawai (guru).

Meskipun saat ini tingkat etos kerja GTT diSDN Se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruandalam kategori sedang. Namun dengan adanyausaha-usaha yang dilakukan sangat memungkinkanterjadi peningkatan etos kerja GTT dalammenjalankan tugasnya.

Perbedaan tingkat etos kerja antara GT danGTT di SDN se-Kecamatan Prigen KabupatenPasuruan, diketahui berdasarkan hasil analisisdengan menggunakan Uji t, yaitu diambil keputusanuntuk menolak H0 karena nilai signifikansi 0,000<a0,05. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan,bahwa terdapat perbedaan tingkat etos kerja yangsignifikan antara GT dan GTT di SDN Se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan.

Peran guru sebagai salah satu komponendalam Proses Belajar-Mengajar (PBM), memilikiperan yang sangat menentukan keberhasilanpembelajaran. Untuk mencapai keberhasilantersebut diperlukan etos kerja yang tinggi. Dari hasilpenelitian ini, dapat kita lihat, bahwa terdapatperbedaan tingkat etos kerja antara GT dan GTT.Hal ini menunjukkan, bahwa status kepegawaianmempengaruhi tinggi-rendahnya etos kerja paraguru. Perbedaan tersebut disebabkan beberapafaktor, salah satunya adalah motivasi, baik motivasidari dalam diri (semangat kerja) maupun motivasidari luar (gaji, reward, lingkungan). Hal inidiperkuat oleh pendapat Firman (2007:49) yangmenyimpulkan, bahwa:

Faktor yang dapat mempengaruhi etoskerja seseorang secara garis besardapat dibedakan menjadi dua, yaitu daridalam diri dan dari luar diri seseorang.Faktor dari dalam diri seseorang diantaranya: kemampuan, sikap mental,persepsi, motivasi, dan sebagainya.Sementara faktor dari luar diriseseorang dapat diutarakan antara lain:kondisi sosial ekonomi, lingkungan,dansebagaianya.

Selain itu, diperkuat juga pendapat mengenaiaspek pengukuran dalam etos kerja yangdikemukakan oleh Handoko (dalam Rukmana,2010:39), yaitu: a) Aspek dari dalam, merupakanaspek penggerak atau pembagi semangat daridalam diri individu, minat yang timbul di sinimerupakan dorongan yang berasal dari dalamkarena kebutuhan biologis, misalnya keinginanuntuk bekerja akan memotivasi aktivitas mencarikerja; b) Aspek motif sosial, yaitu aspek yang timbuldari luar manusia, aspek ini bisa berwujud suatuobjek keinginan seseorang yang ada di ruanglingkup pergaulan manusia. Pada aspek sosial iniperan human relation akan tampak dan diperlukandalam usaha untuk meningkatkan etos kerjakaryawan; c) Aspek persepsi, adalah aspek yangberhubungan dengan suatu yang ada pada diriseseorang yang berhubungan dengan perasaan,misalnya dengan rasa senang, rasa simpati, rasacemburu, serta perasaan lain yang timbul dalamdiri individu.

Pendapat tersebut secara jelas menyebutkansalah satu yang mempengaruhi etos kerja adalahmotivasi. Dalam penelitian ini, perbedaan yangterjadi cenderung dipengaruhi motivasi dari luar(gaji). Informasi perbedaan gaji atau upah tersebutdiperjelas dengan adanya Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2013 tentangGaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menjabarkanbesaran gaji PNS 2013, dibandingkan denganinformasi berdasarkan surat keterangan darisekolah, yang menunjukkan bahwa gaji GTT yangberkisar antara Rp 300.000 s.d. Rp 400.000 perbulan, kenyataan ini mempertegas bahwa tingkatkesejahteraan GT dan GTT sangat jauh berbeda.Hal ini perlu perhatian khusus, dikarenakan gajimerupakan salah satu bentuk motivasi kerja bagipegawai untuk meningkatkan etos kerja. Karenadengan tingkat kesejahteraan yang tinggi, merekabisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebihtinggi dalam menunjang tercapainya etos kerja yangtinggi. Selain itu, kesejahteraan yang didapatkannyaakan mampu memenuhi kebutuhan kehidupannyasehari-hari, sehingga guru akan fokus terhadaptugasnya sebagai mengajar tanpa terbebani fikiranuntuk mencari kesibukan lain guna memenuhikebutuhan hidupnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasansebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai

Sari dkk, Perbedaan Tingkat Etos Kerja antara Guru Tetap dan Guru Tidak Tetatp 179

Page 89: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

berikut: (1) tingkat etos kerj GT di SDN Se-Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan dapatdikatakan dalam kategori tinggi, karena sebagianbesar responden berada dalam kategori tinggi, (2)tingkat etos kerja GTTdi SDN Se-KecamatanPrigen Kabupaten Pasuruan termasuk dalamkategori sedang, karena sebagian besar respondenberada dalam kategori sedang, dan (3) terdapatperbedaan tingkat etos kerja yang signifikan antaraGT dan GTT di SDN Se-Kecamatan PrigenKabupaten Pasuruan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh darihasil penelitian, maka beberapa saran yang dapatdikemukakan peneliti, di antaranya adalah: seluruhkepala sekolah hendaknya selalu melakukankegiatan supervisi untuk mengetahui tingkat etoskerja setiap guru, menaikkan gaji GTT denganmemperhatikan Upah Minimum Regional (UMR)

yang berlaku, sering memberikan kesempatan padaguru, baik GT maupun GTT secara adil untukmengikuti workshop, pelatihan, dan seminar. GTdan GTT hendaknya selalu berusaha maju, danberupaya terus meningkatkan etos kerjanya dalamkondisi apapun. Selain itu, untuk meningkatkankompetensi dan kemampuan yang dimiliki, guruhendaknya selalu menerima masukan yang positifbagi dirinya, mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihandengan reward yang didapatkan, melanjutkanpendidikan ke jenjang yang lebih tinggi denganmengajukan beasiswa, sedangkan khusus untukGTT hendaknya mengajukan usulan untukkenaikan gaji yang disesuaikan dengan UMR, agarkesejahteraan sebagai GTT tercukupi. Penelitianini hendaknya digunakan sebagai bahanpertimbangan untuk melakukan penelitianselanjutnya, yaitu untuk mengembangkannya lebihlanjut dengan mendalami faktor-faktor penyebabadanya perbedaan etos kerja antara GT dan GTT.

DAFTAR RUJUKAN

Firman, J. 2007. Etos Kerja Kepala SekolahDasar di Kota Padang Panjang. JurnalGuru, 2007, 4 (1): 41.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor22 Tahun 2013. Tentang Gaji PegawaiNegeri Sipil (PNS), (Online), (http://www.google.com/Peraturan pemerintahtentang gaji pegawai negeri sipil(PNS).html, diakses 30 Juli 2013).

Rukmana, W. E. 2010. Analisis Pengaruh HumanRelation (Hubungan antar Manusia) danKondisi Fisik Lingkungan Terhadap Etos

Kerja dan Kinerja Karyawan Dedy JayaPlaza Tegal, (Online), (http://ebook-browse.com/skripsi-full-widdi-pdf, diakses21 Oktober 2012).

Sudjana. 2002. Analisis Korelasi dan Regresi.Bandung: Tarsito.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif .Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Triguno. 2002. Budaya Kerja: MenciptakanLingkungan yang Kondusif untukMeningkatkan Produktivitas Kerja .Jakarta: Golden Terayon Press.

180 MANAJEMEN PENDIDIKAN VOLUME 24, NOMOR 2, SEPTEMBER 2013: 175-180

Page 90: Jurnal Manajemen Pendidikan volume 24 no. 2

Petunjuk bagi (Calon) Penulis

1. Artikel yang ditulis untuk JMP meliputi hasil pemikiran dan hasil penelitian di bidang menejeman pendidikan. Naskahdiketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak pada kertas A4 minimal 20halaman, dan diserahkan dalam bentuk print-out sebanyak 3 eksemplar beserta Compact Disk (CD). Berkas (file) dibuatdengan Microsoft Word. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat: [email protected].

2. Nama penulis artikel ditempatkan di bawah judul artikel. Penulis dianjurkan mencantumkan alamat e-mail dan nomortelepon/hand phone untuk memudahkan komunikasi.

3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan format esai, disertai judul pada masing-masing bagian artikel, kecualibagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul bagian. Judul artikel dicetak dengan huruf besardi tengah-tengah, denganhuruf sebesar 24 poin.Peringkat judul bagian dinyatakan dengan jenishuruf yang berbeda (semua judul bagian dan subbagian dicetak tebal atau tebal danmiring), dan tidak menggunakan angka/nomor pada judul bagian:

PERINGKAT 1 (HURUF BESAR SEMUA, TEBAL, RATA TEPI KIRI)Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri)Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri)

4. Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempatatas,alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata); kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latarbelakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-bagian); penutupatau kesimpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirajuk).

5. Sistematika artikel hasil penelitian adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); alamat e-mail (tempat atas,alamat pekerjaan, kode pos); abstrak (maksimum 200 kata) yang berisi tujuan, metode, dan hasil penelitian; kata kunci;pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasil;pembahasan; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

6. Sumber Rujukans edapat mungkin merupakan pustaka-pustaka terbitan10 tahun terakhir. Rujukan yang diutamakansumber-sumber primer berupa laporan penelitian (termasuk skripsi, tesis, disertasi) atau artikel-artikel penelitian dalamjurnal dan/atau majalah ilmiah.

7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipanlangsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Kowalski, 2003:67)

8. Daftar Rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secara alfabetis dan kronologis.

Contoh Daftar Rujukan

Hitccock, s., Carr. L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Jurnals, 1990-1995: The Calm before the Storm,(Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey.html, diakses12 Juni 1996)

Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri,h\.3.Kansil, C.L. 2002. Orientasi BaruP enyelenggaraan Pendidikan Program Profesional dalam Memenuhi Kebutuhan

Dunia lndustri. Transpor, XX (4): 57-61.Robbins, S. P. & Decenzo, D.A. 2004. Supervision Today. New Jersey: Pearson Education Inc.Saukah, A. & Waseso, M. G. (Eds). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah (Edisi ke-4, cetakan ke-1).Malang: UM

Press.Sumarsono, R.B. & Kusumaningrum, D.E. 2005. Pengaruh Persepsi, Sikap terhadap Minat Berwirausaha bagi Mahasiswa

Jurusan AP FIP Universitas Negeri Malang. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Malang Lemlit UniversitasNegeri Malang.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: TamitaUtama.

Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Penulisan Artikeldan Pengelolaan Jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11Agustus.

9. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, dan gambar mengikuti ketentuan dalam Pedoman Penulisan Karya Ilmiah(Universitas Negeri Malang, 2010) atau mencontoh langsung tata cara yang digunakan dalam artikel yang telah dimuat.

10. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjuk oleh penyunting menurut bidangkepekaannya. Penulis artikel diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bestari atau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan kepadapenulis sebelum penerbitan.

11. Pemeriksaan dan penyuntingan cetak-coba dikerjakan oleh penyunting dan/atau dengan melibatkan penulis. Artikelyang sudah dalam bentuk cetak-coba dapat dibatalkan pemuatannya oleh penyunting jika diketahui bermasalah.

12. Segala sesuatu yang menyangkut perijinan pengutipan atau penggunaan software komputer untuk pembuatan naskahatau ihwal lain yang terkait dengan HAKI yang dilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yangmungkin timbul karenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel tersebut.

13. Artikel yang tidak dimuat tidakakan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.