Download - Jonathan Albert Soempiet BLOK 13

Transcript

Jonathan Albert SoempietNIM : 102013446 (B8)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Tlp. [email protected]

AbstrakSelama manusia hidup, manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari segi fisik dan mentalnya. Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Ada beberapa teori yang mengemukakan menegenai perkembangan seseorang, yaitu teori perkembangan psikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, dan perkembangan moral. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya. Jika ada tahapan yang tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya. Untuk memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.Kata kunci: Perkembangan psikoseksual, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, perkembangan moral, terapi psikoterapi.AbstractDuring human life, human growth and development in terms of physical and mental. Growth is a process of quantitative change. The development is a process of change that is quality diproleh through the process of learning, growth, and maturation. There are several theories were put forward menegenai someone developments, namely the theory of psychosexual development, psychosocial development, cognitive development, and moral development. Each stage of this development must be passed by the children until they are adults when they are ripe in terms of physical and mental. If there are stages that are not exceeded, the child may experience behavioral and personality disorders. To remedy this situation behavioral disturbances can be done psychotherapy therapy in children.Keywords: psychosexual development, psychosocial development, cognitive development, moral development, psychotherapy therapy.Contoh Kasus Skenario 9 Seorang anak laki-laki 9 tahun dibawa ibunya ke Poli Psikiatri anak dengan keluhan utama mendapat surat teguran dari sekolah. Surat teguran tersebut berisi tingkah laku anak tersebut yang selalu me,buat onar, tidak bisa diam di kelas, menggagu teman sekitarnya, dan tidak bisa fokus Rumusan Masalah Seorang anak laki-laki (9 tahun) selalu membuat onar, tidak bisa diam, dan tidak bisa fokus.

Tumbuh kembang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu siklus pasti di dalam kehidupan manusia, dimana manusia akan terus bertumbuh hingga dewasa, dan kemudian nantinya pada akhirnya akan meninggal. Pertumbuhan yang terjadi dapat dilihat dengan bertambah besar, bertambah jumlah, bertambah ukuran di tingkat sel maupun organ pada suatu individu. Sedangkan pada perkembangan yang terlihat adalah adanya perubahan dalam struktur fungsi dan kemampuan tubuh lebih kompleks seperti dalam hal emosional di lingkungan. Dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan dari seorang anak ada beberapa tahap yang akan berjalan seiring pertumbuhan yakni:1. Tumbuh kembang fisis (pertumbuhan pada jaringan-jaringan dan fungsi tubuh hingga sempurna)2. Tumbuh kembang intelektual (perkembangan dalam hal berpikir/intelektual)3. Tumbuh kembang psikoseksul4. Tumbuh kembang psikososial (perkembangan dalam mental dan emosional)5. Tumbuh kembang moral (proses menyesuaikan norma perilaku lingkungan)Kelima proses tersebut tumbuh dan berkembang secara bersamaan dan saling berkaitan satu sama lain.Factor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis besarnya adalah, faktor genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan factor lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:a. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh)1. Pangan (gizi, merupakan kebutuhan paling penting)2. Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan bayi secara teratur, pengobatan sederhana, dan lain lain)3. Papan (pemukiman yang layak)4. Higiene, sanitasi5. Sandang6. Kesegaran jasmani, rekreasib. Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih). Pada tahun-tahun pertama kehidupan hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin suatu proses tumbuh kembang yang selaras, baik fisis, mental maupun sosial.c. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah). Merupakan cikal bakal proses pembelajaran (pen-didikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini membantu perkembangan mental- psikososial (kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, kepribadian, moral-etika dan sebagainya). Perkembangan ini pada usia balita disebut sebagai perkembangan psikomotor.3

Attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD)Anak hiperaktiv adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik/ADHD adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa.3, 4

EtiologiAda beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain: a. Faktor Genetik Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga dapat terlihat pada anak laki-laki dengan ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur. b. Faktor Neurologik Penelitian menunjukan, insiden anak hiperaktif lebih banyak didaptakan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal yang disebabkan karena gangguan fungsi otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera otak. Disamping itu factor seperti bayi lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alcohol juga meninggikan insiden hiperaktif. Faktor etiologi dalam bidang neurologi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salahsatu neorotransmiter diotak yang bernama dopamine . Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memlihara proses konsentrasic. Faktor toksikBeberapa zat makanan seperti selisilat dan bahan bahan pengawet memiliki potensi untuk memebentuk perilaku hiperaktif pada anak, Karena kadar timah lead dalam serum darah anak akan meningkat. Disamping itu, ibu yang merokok dan mengonsumsi alcohol, terkena sinar x pada saat hamil, juga dapat melahirkan calon anak hiperaktifd. Faktor Kultural dan Psikososial 1. Pemanjaan. Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya. 2. Kurang disiplin dan pengawasan. Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah. e. Orientasi kesenangan. Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.3,4

Klasifikasi Gangguan ini dibagi menjadi beberapa tipe, yakni 1. Tipe inatentif predominanTipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian. Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada di awang-awang. 2. Tipe hiperaktivitas dan impulsivitas predominanTipe anak yang hiperaktif dan impulsive. Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.3. Tipe kombinasiTipe gabungan. Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini.Gejalanya akan mulai muncul dan nampak pada usia sekolah, karena pada usia inilah anak mulai menggunakan otaknya dalam belajar dan ia mulai memiliki teman dan mengenali lingkungan barunya.3

Gejala KlinikMenurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM), ada tiga gejala utama mengenai gangguan ini, diantaranya :1. Ketidakmampuan dalam memusatkan perhatian (Inattentiveness)Kemampuan anak penderita gangguan ini untuk memusatkan perhatiannya pada suatu topik agak kurang dibandingkan dengan anak seusianya yang normal. Keluhan-keluhan yang muncul mengenai ketidakmampuan ini seperti masalah konsentrasi (kurang konsentrasi, tidak dapat konsentrasi), sering melamun, tidak dapat menyelesaikan tugasnya sendiri, saat belajar harus didampingi, suka berpindah kesenangan. Masalah ini muncul bukan dari rangsangan atau pengaruh dari luar tetapi muncul dari dalam diri sendiri.2. HiperaktivitasGangguan ini merupakan aktivitas yang berlebihan tidak sesuai dengan usia perkembangannya. Hiperaktivitas ini muncul sebagai kegelisahan, tidak bisa diam, tangan dan kakinya tidak bisa diam, tubuh bergerak tidak sesuai dengan situasi, sehingga orang-orang di sekitarsering menafsirkan bahwa si anak adalah anak yang tidak bisa diam, selalu membuat onar di kelas, selalu mengajak temannya berbicara. Penelitian membuktikan gerakan pergelangan tangan, kaki, dan seluruh tubuh pada seluruh anak dengan hiperaktivitas adalah berlebihan dibandingkan dengan anak normal.3. Perilaku impulsiveAnak yang menderita ADHD umumnya tidak dapat menghambat perilakunya saat memberikan respon terhadap lingkungan sosialnya. Kondisi inilah yang disebut dengan impulsivitas. Gejala yang muncul seperti tingkah laku yang tidak terkendali, tidak mampu menunda proses, ia terkadang menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan selesai diutarakan sehingga menimbulkan kesalahan. Anak dengan gangguan tersebut tidak dapat menilai apakah perilakunya baik atau buruk untuk orang-orang disekitarnya sehingga ia sering mengganggu orang disekitarnya.Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun ada berbagai tretamen untuk menangani gejala ADHD beberapa treatment dan layanan yang dilakukan untuk mengatasi kasus anak-anak yang tergolong hiperaktif diantaranyaa. Orang tua perlu menambah pengetahuan mengenai gangguan hiperkatifitas serta mengenali bakat anakb. Menggunakan teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat posisitf (misalnya memeberikan pujian jika anak makan dengan tertib), memeberikan disiplin yang konsisten dan selalu memonitor perilaku anak.c. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktifitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya serta membangkitkan rasa percaya diri anakd. Menyingkirkan perlengkapan yang tidak diperlukan di meja belajar anak, supaya perhatiannya tidak pecah. Memberitahukan orang tuanya agar menyediakan tempat belajar yang tenang, jauh dari televisi atau musik kerase. Menatap anak saat berkomunikasi, dan sesekali menggunakan kontak fisik, seperti memegang bahu atau menepuk punggung anak untuk memfokuskan perhatiannya. f. Mengingatkan orang tuanya agar melatih anak melakukan kegiatan secara teratur / terjadwal saat waktu tertentu (misalnya bangun, mandi, belajar, makan, tidur, baca buku, main dll). g. Bekerjasama dengan guru disekolah agar guru memhami kondisi anak yang sebenarnya, dan guru dapat menempatkan anak didik dengan hiperaktif di bangku yang dekat guru, atau di antara anak yang tenang dan amat memperhatikan pelajaran. h. Menghindari menempatkan anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar / lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasinya.

Penggunaan obat-obatan dalam terapi ADHD berperan sebagai CNS stimulant, meliputi sediaan short dan sustained-release seperti methylphenidate, dextroamphetamine, kombinasi dextroamphetamine dan amphetamine salt. Salah satu keuntungan sediaan sustained-release untuk anak-anak adalah satu dosis di pagi hari akan bertahan efeknya sepanjang hari sehingga anak-anak tidak perlu minum dosis kedua maupun ketiga saat kegiatan di sekolah berlangsung. Keuntungan lain adalah dipertahankannya obat ini pada level tertentu dalam tubuh sepanjang hari sehingga fenomena rebound dan munculnya iritabilitas dapat dihindari. FDA (The Food and Drug Administration) menyarankan penggunaan dextroamphetamine pada anak-anak berusia 3 tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak-anak berusia 6 tahun atau lebih. Kedua obat inilah yang paling sering dipakai untuk terapi ADHD.Terapi second line meliputi antidepresan seperti bupropion, venlafaxine dan juga terdiri dari Agonis reseptor -Adrenergik seperti clonidine dan guanfacine. Obat antidepresan sebaiknya diberikan bila pemberian obat psikostimulan tidak efektif hasilnya untuk anak ADHD. 1Psikostimulan menstimuli area yang mengalami penurunan aktivasi hingga dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi. Ternyata efek methylphenidate sangat baik terhadap anak ADHD dimana anak ADHD terjadi hipofungsi dopamin dan adrenalin di sinaps, sedangkan methylphenidate bekerja untuk menghambat reuptake dopamin dan noradrenalin kembali ke sel syaraf. Efek methylphenidate menstimulasi korteks serebral dan struktur sub kortikal1.Efek samping psikostimulan yang tersering adalah insomnia, berkurangnya nafsu makan sampai berat badan menurun, kadang-kadang sakit kepala. Bila sebelum dan saat pengobatan anak ADHD menunjukkan gejala sukar makan, maka perlu diberikan vitamin untuk nafsu makan. Bila timbul efek samping sukar tidur, sebaiknya pemberian malam hari tak dilakukan, dilakukan membaca terlebih dahulu sebelum tidur(bedtime reading), dapat diberikan obat tidur bila sangat diperlukan.1 , 2

Retardasi MentalRetardasi mental adalah suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa perkembangan. Penurunan fungsi intelektual secara umum diukur berdasarkan tes intelegensia standar paling sedikit satu deviasi standar (1 SD) di bawah rata-rata. Periode perkembangan mental mulai dari lahir sampai umur 16 tahun. Gangguan adaptasi sosial dalam definisi ini dihubungkan dengan adanya penurunan fungsi intelektual. Retardasi Mental ini dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.5,6Etiologia. Penyebab Pranatal1. Kelainan kromosomKelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah sindrom Down. Sindrom Down merupakan 10-32% dari penderita retardasi mental. Diperkirakan insidens dari sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Risiko timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom Down. Analisis kromosom pada sindrom Down 95% menunjukkan trisomi 21, sedangkan 5% sisanya merupakan translokasi. Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai retardasi mental adalah trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-du- chat, sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner.2. Kelainan metabolicDefisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi mental baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju. Diperkirakan 600 juta sampai 1 milyar penduduk dunia mempunyai risiko defisiensi yodium, terutama di negara sedang. Akibat defisiensi yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada ibu hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini timbul bila asupan yodium ibu hamil kurang dari 20 ug ( normal 80-150 ug) per hari.3. InfeksiInfeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan anomali pada janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi timbul pada triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital adalah berat lahir rendah, katarak, penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental.4. IntoksikasiFetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan intoksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang mengandung alkohol, terutama pada triwulan pertama.b. Penyebab Perinatal15-20% dari anak retardasi mental disebabkan karena prematuritas. Penelitian dengan 455 bayi dengan berat lahir 1250 g atau kurang menunjukkan bahwa 85% dapat mempelihatkan perkembangan fisis rata-rata, dan 90% memperlihatkan perkembangan mental rata-rata. Penelitian pada 73 bayi prematur dengan berat lahir 1000 g atau kurang menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-rata 94. Keadaan fisis anak-anak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai kelainan neurologis, dan gangguan mata.c. Penyebab PostnatalFaktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang serta masalah psikososial dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.5,6

Klasifikasia. Retardasi mental ringanRetardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik (educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosio kultural yang memerlukan sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalamim gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya. b. Retardasi mental sedangRetardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih (trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan perkembangan pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami keterlambatan, dan beberapa diantaranya membutuhkan pengawasan sepanjang hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih bisa belajar dasar-dasar membaca, menulis dan berhitung. c. Retardasi mental beratKelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis.d. Retardasi mental sangat beratRetardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat elementer.5,6

Penatalaksanaan a. Tatalaksana MedisDalam penanganan medis para dokter lebih banyak dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatsi karena sekali terjadi kerusakan sel otak, tidak mungkin fungsinya kembali normal. Itulah sebabnya tatalaksana lebih menekankan pada aspek preventif, terutama prevensi primer dan sekunder. 1. primermemberikan perindungan yang spesifik terhadap penyakit tertentu misalnya dengan member imunisasi, serta meningkatkan kesehatan dengan memberikan gizi yang baik, mengajarkan cara hidup sehat dengan maksud meninggikan daya tahan tubuh.2. sekundermendeteksi penyakit sedini mungkin dan memberikan pengobatan yang tepat sehingga tidak terjadi komplikasi pada susunan syaraf pusatb. PsikoterapiPsikoterapi dapat diberikan kepada anak retardasi mental maupun kepada orangtua anak tersebut. Walaupun tidak dapat menyembuhkan retardasi mental tetapi dengan psikoterapi dan obat-obatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku dan adaptasi sosialnya.c. KonselingTujuan konseling dalam bidang retardasi mental ini adalah menentukan ada atau tidaknya retardasi mental dan derajat retardasi mentalnya, evaluasi mengenai sistem kekeluargaan dan pengaruh retardasi mental pada keluarga, kemungkinan penempatan di panti khusus, konseling pranikah dan pranatal. Pendidikan yang penting disini bukan hanya asal sekolah, namun bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini. Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental.5,6

AutismeAutisme adalah kumpulan kondisi kelainan perkembangan yang ditandai dengan kesulitan berinteraksi sosial, masalah komunikasi verbal dan nonverbal, disertai dengan pengulangan tingkah laku dan ketertarikan yang dangkal dan obsesif.8,9

EtiologiPenyebab autisme adalah multifaktorial. Faktor genetik maupun lingkungan diduga mempunyai peranan yang signifikan. Sebuah studi mengemukakan bahwa apabila 1 keluarga memiliki 1 anak autis maka risiko untuk memiliki anak kedua dengan kelainan yang sama mencapai 5%, risiko yang lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Di lain pihak, lingkungan diduga pula berpengaruh karena ditemukan pada orang tua maupun anggota keluarga lain dari penderita autistik menunjukkan kerusakan ringan dalam kemampuan sosial dan komunikasi atau mempunyai kebiasaan yang repetitif. Akan tetapi penyebab secara pasti belum dapat dibuktikan secara empiris.7

DiagnosisAda beberapa instrumen screening untuk autisme: 91. CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale), dikembangkan oleh Eric Schopler pada awal 1970an, berdasarkan pengamatan terhadap perilaku. Di dalamnya terdapat 15 nilai skala yang mengandung penilaian terhadap hubungan anak dengan orang, penggunaan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, respon pendengaran, dan komunikasi verbal.1. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT) digunakan untuk screening autisme pada usia 18 bulan. Dikembangkan oleh Simon Baron-Cohen pada awal 1990an untuk melihat apakah autisme dapat terdeteksi pada anak umur 18 bulan. alat screening ini menggunakan kuesioner yang terbagi 2 sesi, satu melalui penilaian orang tua, yang lain melalui penilaian dokter yang menangani.1. Autism Screening Questionnaire adalah 40 poin skala skreening yang telah digunakan untuk anak usia 4 tahun ke atas untuk mengevaluasi kemampuan berkomunikasi dan fungsi sosialnya.

PenatalaksanaanPenatalaksanaan pada autisme harus secara terpadu, meliputi semua disiplin ilmu yang terkait: tenaga medis (psikiater, dokter anak, neurolog, dokter rehabilitasi medik) dan non medis (tenaga pendidik, psikolog, ahli terapi bicara/okupasi/fisik, pekerja sosial). Tujuan terapi pada autis adalah untuk mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya terutama dalam penguasaan bahasa. Dengan deteksi sedini mungkin dan dilakukan manajemen multidisiplin yang sesuai yang tepat waktu, diharapkan dapat tercapai hasil yang optimal dari perkembangan anak dengan autisme.8Manajemen multidisiplin dapat dibagi menjadi dua yaitu non medikamentosa dan medika mentosa.1. Non medikamentosa0. Terapi edukasiIntervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode penganjaran antara lain metode TEACHC (Treatment and Education of Autistic and related Communication Handicapped Children) metode ini merupakan suatu program yang sangat terstruktur yang mengintegrasikan metode klasikal yang individual, metode pengajaran yang sistematik terjadwal dan dalam ruang kelas yang ditata khusus.0. Terapi wicaraIntervensi dalam bentuk terapi wicara sangat perlu dilakukan, mengingat tidak semua individu dengan autisme dapat berkomunikasi secara verbal. Terapi ini harus diberikan sejak dini dan dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain.0. Terapi okupasi/fisikIntervensi ini dilakukan agar individu dengan autisme dapat melakukan gerakan, memegang, menulis, melompat dengan terkontrol dan teratur sesuai kebutuhan saat itu.0. Sensori integrasiAdalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada (gerakan, sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran)untuk menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang ada otak menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya, sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi.0. Intervensi keluargaPada dasarnya anak hidup dalam keluarga, perlu bantuan keluarga baik perlindungan, pengasuhan, pendidikan, maupun dorongan untuk dapat tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang anak, mandiri dan dapat bersosialisai dengan lingkungannya. Untuk itu diperlukan keluarga yang dapat berinteraksi satu sama lain (antar anggota keluarga) dan saling mendukung. Oleh karena itu pengolahan keluarga dalam kaitannya dengan manajemen terapi menjadi sangat penting, tanpa dukungan keluarga rasanya sulit sekali kita dapat melaksanakan terapi apapun pada individu dengan autisme.1. MedikamentosaIndividu yang destruktif seringkali menimbulkan suasana yang tegang bagi lingkungan pengasuh, saudara kandung dan guru atau terapisnya. Kondisi ini seringkali memerlukan medikasi dengan medikamentosa yang mempunyai potensi untuk mengatasi hal ini dan sebaiknya diberikan bersama-sama dengan intervensi edukational, perilaku dan sosial.a) Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen terbaik adalah dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi dapat juga dengan agonis alfa adrenergik dan antagonis reseptor beta sebagai alternatif.I. Neuroleptik0. Neuroleptik tipikal potensi rendah Thioridazin dapat menurunkanagresifitas dan agitasi.0. Neuroleptik tipikal potensi tinggi Haloperidol dapat menurunkan agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik.0. Neuroleptik atipikal Risperidon akan tampak perbaikan dalam hubungan sosial, atensi dan absesif.II. Agonis reseptor alfa adrenergik1. Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan agresifitas, impulsifitas dan hiperaktifitas.III. Propanolol dipakai dalam mengatasi agresifitas terutama yang disertai dengan agitasi dan anxietas.1. Jika perilaku repetitif menjadi target terapiNeuroleptik (Risperidon) dan SSRI dapat dipakai untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti melukai diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif dengan anxietas tinggi.1. Jika inatensi menjadi target terapiMethylphenidat (Ritalin, Concerta) dapat meningkatkan atensi dan mengurangi destruksibilitas.1. Jika insomnia menjadi target terapiDyphenhidramine (Benadryl) dan neuroleptik (Tioridazin) dapat mengatasi keluhan ini.

PrognosisIntervensi dini yang tepat dan perogram pendidikan terspesialisasi serta pelayanan pendukung mempengaruhi hasil pada penderita autisme. Autisme tidak fatal dan tidak mempengaruhi harapan hidup normal. Penderita autis yang dideteksi dini serta langsung mendapat perawatan dapat hidup mandiri tergantung dari jenis gangguan autistik apa yang diderita dan berapa umurnya saat terdeteksi dan ditangani sebagai penderita autis.7

KesimpulanPertumbuhan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kuantitatif. Perkembangan adalah proses perubahan yang bersifat kualitas yang diproleh melalui proses pembelajaran, pertumbuhan, dan pematangan. Setiap tahapan perkembangan ini harus dilalui oleh anak sampai mereka dewasa ketika mereka sudah matang dalam segi fisik dan mentalnya. Jika ada tahapan yang tidak terlewati, anak bisa mengalami gangguan tingkah laku dan kepribadiannya.Untuk memperbaiki keadaan gangguan tingkah laku ini bisa dilakukan terapi psikoterapi pada anak.

Daftar Pustaka1. Support Group for ADHD Children and ADHD Adults. http://www.adhdnews.com/ Last update: 2005. Accessed: August 2nd 2006.2. Maslim, R. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa anak dan remaja. Dalam: Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: PT Nuh Jaya; 2004. h.136-403. Singgih D, Gunarsa. Psikologi Anak Bermasalah: BPK Gunung Mulia: . Jakarta; 1978.4. Fadhli A. Buku Kesehatan Anak. Pustaka angrek: Yogyakarta; 2010.5. Prasadio T. Gangguan Psikiatrik pada Anak-anak dengan Retardasi Mental. Universitas Airlangga; Surabaya; 1976. 6. Markum AH. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI: Jakarta; 1991.7. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak jilid 1. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. hal.63-11.8. Mental retardation. Diunduh dari http://medicafarma.blogspot.com/2008/09/retardasi-mental.html 29 Desember 2014. 9. Rudi Sutady, dkk (2003) Penatalaksanaan Holistik Autisme. Pusat Informasi FKUI: Jakarta. Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)12