Download - Jambi Ekspres Jawa Pos National Network (JPNN) Santri dan ... · cara khusus dan diamalkan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Tersebutlah Mbah Lim panggilan populer KH Mus-lim

Transcript
Page 1: Jambi Ekspres Jawa Pos National Network (JPNN) Santri dan ... · cara khusus dan diamalkan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Tersebutlah Mbah Lim panggilan populer KH Mus-lim

Jambi Ekspres Jawa Pos National Network (JPNN) sabtu, 12 januari 2013 5opini

q Wartawan Jambi Ekspres dilarang meminta ataupun menerima uang maupun barang dari sumber berita. q Wartawan Jambi Ekspres dibekali ID Card / surat tugas saat melakukan tugasnya.

Jambi Ekspreshttp://www.jambiekspres.co.idSIUPP: 732/SK/Menpen/SIUPP/1998, DIrIntIS oleh Pt JaMbI PreSS InterMeDIa

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Mohd HaramenRedaktur Pelaksana : Pirma satriaRedaktur: Eddy Mulyadi, ahmad Munzir, M aktaFotografer : ridwan (Koordinator), M Khadir, M sodik. Reportter: Wawan novianto, Wisman Wazir, Fathul Mubarak, Kesriadi, bakar, Elan reinwart (Muarojambi), irfan Gusnadi (batanghari), Fauzi Yosi Esiska (tanjabtim), ikmal M (tanjabar), rahmad Fadillah (tebo), Hamzah (sarolangun), Munasdi (Merangin), Pahdi (Kerinci, sungaipenuh), Dedi (bungo), Misriyanti (sekretaris redaksi).Editor Bahasa: Mardiyansyah. Desain Grafis: ahmad aljufari Tata Artistik/Pracetak : ahmad ashadi, irwan, adriyansyah. Iklan: riani W. Desain Iklan : Pratama DP, Dede Lesmana, Pemasaran : indrawan setyadi (Kabag), Hamdan, DodiPiutang : Ertati (Kabag), Darwis Effendi, FajarKeuangan : adriani siregar, sutridawati (Kasir), Umum : M.syukri (Kabag), subiyantoro, Litbang : joniyanto, IT : joni trimulya,

q Semua artikel dalam rubrik Komunikasi Bisnis, dan Soceity adalah pariwara.

Bisnis dan Event Organizer : Dona Piscesika (Manager) Penerbit: Pt Wahana semesta jambiPembina Manajemen : Dahlan iskanKomisaris Utama : H alwi Hamu, Komisaris : Dwi nurmawan, Lukman setiawan, sakti alam WatirDirektur Utama: suparno Wonokromo, Direktur : sarkawi, CEO/General Manager : sarkawi, Wakil General Manager : Eka Wahyu setyaningsih, Pimpinan Perusahaan : setya novantoPercetakan: PT Jambi Press Intermedia. tarif iklan : Display (umum) Rp 33.000,-/mm kolom, Iklan warna Rp 47.500,- Full Colour Hal 1 Rp. 95.000,- rekening BNI Cabang Jambi AC 006.9887004 Bank Mandiri, 110.0001132627, Bank BCA, 119.1385123. alamat :Graha Pena Jambi Ekspres Jl Pattimura No.35 Km 8 Kenali Besar, Jambi .Telp Redaksi (0741) 65724, email: [email protected] / [email protected] / [email protected], Iklan, Pemasaran (0741) 668844, 64940 Fax (0741) 667338. Perwakilan Jakarta (Ali Mulyono) graha Pena Lantai 6. jln Kebayoran Lama no. 12 jakarta selatan (021) 53699580, HP 0817744663. Harga langganan : Rp 87.500,-/bulan (luar kota tambah ongkos kirim). Harga eceran Rp 3.500, –.

Santri dan Semangat Nasionalismedrong tapi ke mana-mana bersarung, berkopiah, dan bawa kitab kuning serta santri yang demen meng-hafal syair lagu-lagu rock, pop, atau dangdut. Ada pula istilah ’’santri kalong’’, ’’santri hobi ziarah kubur’’, hingga santri berjuluk abdul buthun dan abdul qafa alias santri yang hobi tidur dan makan melulu.

Dalam beragamnya polah tingkah para kiai dan santri tersebut ternyata tersimpuh ’’kalimatun sawa’’’ (common platform) yang menautkan keragaman tersebut dalam bingkai ’’Bhineka Tunggal Ika’.’ Maksudnya, keraga-man itu ternyata bisa me-nyatu dalam satu

’’ayat’’ bahwa mereka me-resapi keislamannya ber-saturaga dengan kecintaan terhadap tanah air.

Selama ini, kurikulum di pesantrenpesantren NU terutama searah dengan semangat keindonesiaan. Salah satu kitab kuning yang biasa diajarkan di pesantren NU adalah kitab I’anah alThalibin yang me-maknai jihad tidak dalam arti kekerasan, melainkan m e m b e r i m a k a n o r a n g miskin dan menggelar pen-gobatan gratis.

Itulah yang membedakan

dari fenomena kekinian ketika arus baru ideologi keagamaan mulai mera-suki negeri kita. Misalnya, munculnya kelompok kea-gamaan yang menolak un-tuk menghormati bendera merah-putih karena hal itu dipandang ’’musyrik’’. Atau, menolak menyanyikan lagu Indonesia Raya. Begitu pula, ada kelompok-kelompok puritan-radikal yang meno-lak memperingati hari ke-merdekaan RI.

Tandasnya, pemikiran itu hendak menyumpahi na-sionalisme modern sebagai ’’bid’ah dan musyrik’’. Itu jelasjelas bisa mengganggu roh demokrasi dan kebine-kaan NKRI. Terlebih, jika negara tidak mampu me-nyejahterakan rakyatnya, ancaman terhadap eksis-tensi kebangsaan kita akan semakin menganga di ten-gah masyarakat luas yang dilanda gejala distrust.

Akhirnya, semua elemen negeri ini perlu sigap ber-pikir dan bertindak bersama dalam rangka membangun bangsa serta negara dalam semangat persatuan per-juangan serta mewujudkan program nyata yang ber-manfaat bagi masyarakat.

*) Ketua umum PB NU ([email protected])

MEMBICARAKAN perihal memupuk jiwa nasionalis dan membentuk karakter bangsa (nation character building) yang saat ini tengah digundahkan, benak saya langsung teringat pada kisah tentang nadzar. Nadzar da-lam kajian fikih merupakan suatu janji atau ikrar untuk menjalankan kebaikan se-cara khusus dan diamalkan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah.

Tersebutlah Mbah Lim panggilan populer KH Mus-lim Imampuro, sosok kiai karismatis yang tinggal di sebuah desa kecil di Sum-berrejo, Kelurahan Troso, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jateng. Di desanya itu, Mbah Lim sudah lama memangku ’’Pesantren Pancasila Sakti’.’ Pesantren tersebut merupakan salah satu pesantren tertua di Indo-nesia. Mbah Lim juga mendi-rikan sekolah formal hingga tingkat aliyah (SMA). Nama yang dilabelkan pun ’’keren’,’

yaitu Kader Kampus Bangsa Indonesia (KKBI). Setiap ada kegiatan-kegiatan di pesant-ren, Mbah Lim selalu men-gawali dengan menyanyikan Indonesia Raya. Mbah Lim wafat pada Mei 2012.

Lalu, apa nazarnya? Mbah Lim pernah bernazar, di-rinya siap diberi azab oleh Allah hingga terwujudnya Indonesia bersatu, adil, dan makmur. Aneh bin ajaib. Ti-ba-tiba, Mbah Lim tidak bisa berak sampai beberapa bu-lan, meski makan kenyang.

Orang pasti superkaget. Siapa yang mau diazab oleh Allah ’’hanya’’ karena demi negara yang menyangkut ke-pentingan banyak orang. Ka-lau toh bernazar, lebih enak untuk kepentingan pribadi. Umpamanya, demi jabatan, proyek, rezeki, atau jodoh. Apalagi, keadaan negara ten-gah karut-marut, ada opera perseteruan antarelite, lelet-nya ekonomi, atau maraknya kekerasan, kejahatan, penge-boman, dan terorisme. Lalu,

bikin orang menjadi cuek. Yang penting dirinya sendiri tercukupi, biarpun orang lain semaput.

Kita pun jadi ingat Sumpah Palapanya Patih Gadjah Mada pada zaman Majapahit. Yakni, sumpah untuk menaklukkan segenap wilayah Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Apa kesamaannya dengan nazar Mbah Lim? Keduanya, tampaknya, punya substansi semangat yang sama. Yakni, tekad untuk mewujudkan nasionalisme yang kukuh serta impian agar negeri ini adil dan makmur.

Hanya, Mbah Lim bukanlah seorang patih atau birokrat yang mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan kenegaraan. Mbah Lim hanya seorang ’’kiai kampung’’, figur asali civil society yang dekat dengan masyarakat bawah. Apa yang bisa diperbuatnya demi negara ini hanyalah nazar, doa atau permohonan seorang hamba kepada Sang Khalik. Doa sendiri memi-

liki maqam (tingkatan). Yang tertinggi adalah, seperti yang dipilah sufi besar Andalusia Muhyiddin Ibn AlArabi, yang dinamai su’al al-isti’dad. Yak-ni, doa hamba yang dibarengi sikap pasrah dengan men-erima (qana’ah) segala risiko yang diberikan Sang Khalik. Doa itu sudah tentu harus dilalui dengan ketulusan hati tanpa mengharap imbalan yang serbainstan.

Doa terasa menjadi kekua-tan spiritual dan moral bagi mereka yang tak punya kuasa dan berjiwa jernih. Di tengah situasi baur, doa atau nazar Mbah Lim terasa mencacah-cacah jiwa. Itu-lah doa seorang pencinta dan nasionalis sejati yang senantiasa peduli serta cinta terhadap tanah airnya tanpa harus berteriak-teriak (bil lisan), mencari kesempatan dalam situasi krisis demi

kepentingan pribadi atau kelompok (bil hal), atau ra-mai-ramai berdemo, mendi-rikan forum-forum atau partai, sembari membuat pernyataan serta deklarasi yang malah kerap membin-gungkan dan meminggirkan rakyat.

Nyentrik, tapi Tunggal Ika

Lingkungan santri me-mang menyimpan, katakan-lah, sejenis ’’life style’’ yang bisa dipandang nyentrik. Model kiai-kiai ataupun santri seperti itu akan mu-dah divonis ngawur. Cermati saja, kiai dengan ’’Pesantren Metal’’-nya, kiai bergelar ’’Kiai al-Hamdulillah’’, kiai yang hobi bermuhibah, kiai ’’liberal’’,kiaiyangpenampilannyaselalu berserban tapi hobi main musik klasik dan rock, hingga kiai yang suka kelayapan di dunia malam.

Para santri di pesantren pun tak kalah nyentrik. Mis-alnya, santri berambut gon-

Oleh :

SAID AQIL SIRADJ*

politik nasional

Kampanye Pileg Sudah DimulaiAturan Terbit, Untungkan Parpol Pemilik TV

JAKARTA - Masa kampanye Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 resmi dimulai kemarin (11/1). Pada hari pertama masa kampanye, Komisi Pemilihan Umum (KPU) melaksanakan sosialisasi Peraturan KPU (PKPU) No 1/2013 soal kampanye kepada sepuluh parpol yang menjadi peserta pemilu.

Meski secara umum tidak ada perubahan mencolok, sejumlah catatan disampaikan parpol terkait kekhawati-ran potensi kampanye yang tidak adil. Sujatmiko, liasion officer (LO) PDIP untuk KPU, mengatakan bahwa pengala-man yang sudah ada, parpol yang memiliki afiliasi atau kepemilikan dengan media televisi sangat diuntungkan dalam masa kampanye. “Stasiun televisi yang menjadi “milik” parpol selama ini penindakannya yang tidak tegas,” ujar Miko setelah mengikuti sosialisasi PKPU di gedung KPU kemarin.

Menurut Miko, meski sudah ada larangan blocking time, larangan program sponsor, kampanye tidak bisa terhindar-kan jika sanksi yang dijatuhkan tidak tegas. Miko mendor-ong Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mencegah potensi kecurangan itu. “Kalau penyampaian pesan sudah jalan, ini tentu merugikan parpol lain. Ini yang memerlukan kajian mendalam,” katanya. Miko lantas merujuk pasal 13 huruf G PKPU kampanye. Dia mengatakan, potensi pe-nyalahgunaan bisa dipicu melalui kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, pasal tersebut menjadi celah bagi parpol pemilik TV karena sifat kampanye yang makin kreatif. “Soal media kreatif, misalkan. Ini sama sekali belum diatur,” ujarnya. (bay/c4/agm)

Kisruh Internal Ancam NasdemSurya Paloh Siap Ambil Alih Ketua Umum

BANDUNG- Setelah lo-los sebagai parpol peserta Pemilu 2014, Partai Nas-dem langsung berkonsoli-dasi. Akhir Januari ini partai yang kelahirannya tak bisa dilepaskan dari Ormas Nas-dem itu akan berkongres. Ormas Nasdem yang selama ini mengaku tidak memiliki kaitan apa pun dengan Partai Nasdem mulai menunjukkan jati diri.

Melalui kongres tersebut, pendiri Ormas Nasdem Surya Paloh disebut-sebut akan mengambil alih posisi ket-ua umum Partai Nasdem dari Patrice Rio Capella. Saat dikonfirmasi, Surya Paloh mengakui bahwa memang ada permintaan kepada di-rinya untuk memimpin Partai Nasdem. Tapi, secara diplo-matis dia menegaskan bahwa semua permintaan itu masih harus dievaluasi.

“Toh, saya yang mendi-

rikan partai ini. Saya lihat urgensinya apa dan apa yang terbaik bagi partai ini. Kalau tidak, sayang. Partai ini sudah mendapatkan dukungan, harapan,” kata Ketua Umum Ormas Nasdem Surya Paloh di kampus Universitas Pad-jadjaran, Jalan Dipatiukur, Bandung, kemarin (11/1).

Saat dimintai penegasan soal kesiapan memimpin Partai Nasdem, Surya mengi-syaratkan kemantapan hat-inya. “Partai ini saya lahirkan. Saya besarkan. Kesiapan itu sudah pasti ada dalam jiwa, semangat, spirit, dan raga

yang ada,” ujar bos Media Group tersebut.

Tapi, Surya enggan men-jelaskan urgensi di balik ke-inginan untuk mengambil alih kepemimpinan di Par-tai Nasdem. “Saya tidak bisa menjawab itu,” katanya. Dia juga membantah anggapan bahwa dirinya kecewa dengan kepemimpinan Patrice dkk saat ini. “Nggak (kecewa). Ini adik-adik saya yang tetap har-us bersama saya,” tegasnya.

Dia hanya menjelaskan bahwa pasca penetapan KPU, Partai Nasdem harus secepatnya melakukan revi-talisasi, penyempurnaan, dan penguatan internal. Apalagi, Partai Nasdem satu-satunya partai baru yang lolos sebagai peserta Pemilu 2014. Sembi-lan parpol lain merupakan parpol yang sekarang memi-liki kursi di DPR.

Surya optimistis Partai Nas-dem berkesempatan menjadi partai alternatif masyarakat. Dia menyebut, saat ini sudah terjadi jarak yang jauh antara masyarakat dan konstituen dengan parpol-parpol di DPR. (pri/bay/c11/agm)

Surya Paloh

Hp
Highlight