IV KONDISI UMUM
4.1 Kota Padang
Kota Padang merupakan salah satu kota pantai besar di pulau Sumatera.
Kota ini menjadi Ibukota Propinsi Sumatera Barat. Berikut merupakan uraian
kondisi umum dari kota Padang.
4.1.1 Sejarah Perkembangan Kota
Bermula dari pemukiman tepi air di muara Sungai Batang Arau menuju
Samudera Hindia, Kota Padang merupakan sebuah perkampungan nelayan kecil.
Penduduknya pada saat itu adalah orang Rupit dan Tirau (non Minangkabau),
merupakan nelayan yang melaut dengan menggunakan kapal-kapal kecil. Oleh
karena itu, sejak abad ke-14 Kota Padang dikenal sebagai kampung nelayan
dengan sebutan Kampung Batung. Diperkirakan Kota Padang pada zaman dahulu
berupa sebuah dataran atau padang yang sangat luas yang ditumbuhi semak-
semak kecil, rumput-rumput, dan ilalang. Karenanya orang-orang yang datang
pertama kali memberi nama kota ini Padang. Kota ini menetapkan hari jadinya
pada 7 Agustus 1669.
Namun, ketika VOC menemukan kota ini pada abad ke-17, Kota Padang
mulai dibangun menjadi kota pelabuhan dan pemukiman baru. Sentuhan VOC ini
mampu mengubah Kota Padang menjadi kota bandar pelabuhan dan perdagangan
yang ramai di pantai barat Sumatera. Akhirnya pada tahun 1950 Kota Padang
diserahkan kepada Indonesia dan pada tahun 1975 resmi menjadi ibukota Provinsi
Sumatera Barat.
4.1.2 Wilayah Administratif
Kota ini terletak di pantai barat Pulau Sumatera (Gambar 8), tepatnya pada
geografis antara 0ο44’00” dan 1o08’35” Lintang Selatan, serta antara 100o05’05”
dan 100o34’09” Bujur Timur (Gambar 9). Luas kota Padang 694,96 km2 (1,65%
luas Propinsi Sumatera Barat), dengan wilayah administratif mencakup 19 pulau
kecil di luar Pulau Sumatera. Kota Padang memiliki sebelas kecamatan (Tabel 3),
yaitu: Bungus Teluk Kabung, Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, Padang Selatan,
22
Padang Timur, Padang Barat, Padang Utara, Nanggalo, Kuranji, Pauh, dan Koto
Tangah. Batas administratif Kota Padang, yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Padang Pariaman,
Sebelah Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan,
Sebelah Timur : Kabupaten Solok,
Sebelah Barat : Selat Mentawai.
Beberapa pulau yang termasuk wilayah administratif Kota Padang antara
lain yang terbesar adalah pulau Bintangur seluas 56,78 Ha, dan yang terkecil yaitu
pulau Ular seluas 1,38 Ha (Tabel 4).
(Sumber: Google Earth)
Gambar 8. Kota Padang Tampak Atas
Tabel 3. Luas Lahan Tiap Kecamatan di Kota Padang
Kecamatan Luas (km2)
Bungus Teluk Kabung 100,78Lubuk Kilangan 85,99Lubuk Begalung 30,91Padang Selatan 10,03Padang Timur 8,15Padang Barat 7,00Padang Utara 8,08Nanggalo 8,07Kuranji 57,41Pauh 146,29Koto Tangah 232,25
Kota Padang 694,96(Sumber: BAPPEDA Kota Padang)
23
Gam
bar
9. P
eta
Adm
inis
trat
if K
ota
Pad
ang
24
Tabel 4. Luas Pulau-Pulau Kecil di Kota Padang
Nama Pulau Kecamatan Luas (Ha) Keliling (m)
Bintangur - 56,78 3.396,80Sikuai Bungus Teluk Kabung 48,12 3.198,11Toran Padang Selatan 33,67 2.277,23Bindalang Padang Selatan 27,06 1.996,47Pisang Padang Selatan 26,19 2.007,05Pandan Padang Selatan 24,32 1.821,77Sirandah Bungus Teluk Kabung 19,18 1.741,27Pasumpahan Bungus Teluk Kabung 16,90 1.916,02Sibunta Bungus Teluk Kabung 13,18 1.423,56Sao Kota Tangah 12,46 1.310,79Sironjong Bungus Teluk Kabung 11,04 1.381,15Sinyaru Bungus Teluk Kabung 7,90 1.139,06Setan Bungus Teluk Kabung 7,81 1.331,92Air Koto Tangah 7,09 990,20Pasir Gadang Padang Selatan 4,91 891,71Setan Kecil Bungus Teluk Kabung 3,33 692,47Pisang Ketek Padang Selatan 3,02 846,43Kasik Bungus Teluk Kabung 1,73 483,82Ular Bungus Teluk Kabung 1,38 594,98
(Sumber: BAPPEDA Kota Padang)
4.1.3 Aspek Fisik
Wilayah Kota Padang memiliki ketinggian bervariasi, yaitu antara 0-1853
meter dpl, dengan daerah tertinggi berada di kecamatan Lubuk Kilangan. Sisi
barat Kota Padang merupakan dataran berpantai landai, dengan ketinggian antara
0-15 meter, dan berbatasan dengan samudera Hindia. Perbukitan di sisi selatan
kota, kaki Bukit Barisan di sisi timur, dan dataran pantai serta sungai Batang Anai
di sisi utara. Sedangkan perbukitan di Kota Padang memiliki ketinggian mulai
dari 25 meter sampai variasi antara 250 meter dan 500 meter.
Daerah perbukitan seluas 60% (± 434,63 km2) dari luas kota membentang
mulai dari bagian timur menuju selatan Kota Padang. Sisanya dijadikan sebagai
daerah efektif perkotaan. Perbukitan dan lembah merupakan bagian dari gugusan
Bukit Barisan yang terkenal di pulau Sumatera. Bukit-bukit tersebut antara lain:
Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, dan Bukit Pegambiran.
Perbukitan ini berpadu harmonis dengan dataran rendah yang terhampar
sepanjang pantai belahan barat pulau Sumatera. Kota Padang juga mempunyai
banyak sungai (Tabel 5), yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai
terpanjang Batang Kandis (20 km), dan yang terpendek Batang Muara (0,40 km).
25
Tabel 5. Sungai-Sungai di Kota Padang
Nama Sungai Panjang (km2)
Lokasi (kecamatan)
Batang Kuranji 17,00 Pauh, Kuranji, Naggalo, Padang UtaraBatang Belimbing 5,00 KuranjiBatang Guo 5,00 KuranjiBatang Arau 5,00 Padang SelatanBatang Muara 0,40 Padang UtaraSungai Banjir Kanal 5,50 Padang Timur, Padang UtaraBatang Logam 15,00 Koto TangahBatang Kandis 20,00 Koto TangahSungai Tarung 12,00 Koto TangahBatang Dagang 11,00 NanggaloSungai Gayo 3,00 PauhSungai Padang Aru 5,00 Lubuk KilanganSungai Padang Idas 4,50 Lubuk KilanganBatang Kampung Juar 2,50 Lubuk BegalungBatang Aru 6,00 Lubuk BegalungBatang Kayu Aro 5,00 Bungus Teluk KabungSungai Timbulun 3,00 Bungus Teluk KabungSungai Sarasah 2,00 Bungus Teluk KabungSungai Pisang 3,00 Bungus Teluk KabungBandar Jati 2,00 Bungus Teluk KabungSungai Koto 2,00 Padang Timur
(Sumber: BAPPEDA Kota Padang)
Kota Padang memiliki topografi yang relatif landai dan tidak terjal di
kecamatan Padang Timur, Padang Barat, dan Padang Utara. Pada daerah tersebut
infrastruktur pendukung kota sudah lengkap. Sedangkan sisa kecamatan lainnya
berada pada topografi berbukit-bukit, terjal, dan minim infrastruktur pendukung.
Pada siang hari, temperatur Kota Padang berkisar antara (22-32) oC dan
pada malam hari mencapai (21-27) oC. Tingkat curah hujan Kota Padang
mencapai rata-rata 405,58 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari/bulan
pada tahun 2003. Kelembabannya berkisar antara 78-81%. Curah hujan tinggi dan
gejala geologi ini menjadikan bentang alamnya memiliki tebing dan lereng
curam.
Morfologi Kota Padang sangat landai, dicirikan oleh aliran sungai
berkelok, dibentuk oleh ujung kipas aluvial dan tekuk lereng di sisi timur, serta
dataran banjir/aluvial di sisi selatan. Sepanjang pantai terbentuk beting/gumuk
pasir dan kawasan rawa di sisi bersebrangan dengan pantai, misalnya dijumpai
pada sekitar muara sungai Batang Anai dan Kampungtalau. Beberapa kawasan
rawa di perkotaan yang mengendap dijadikan pemukiman warga.
26
Pantai di Kota Padang yang memiliki garis pantai 84 km serta luas
perairan laut teritorial dan ZEEI 186.580 km2 dikembangkan antara lain untuk:
pembangunan hotel, restoran, taman bermain, sarana olah raga mini dan air (jet
sky dan surfing), dan tempat parkir. Selain itu, terdapat juga Padang Lama (kota
tua) yang dikembangkan sebagai tempat atraksi budaya dan pusat informasi
sejarah. Sedangkan sungai Batang Arau yang terdapat di sana dikembangkan
menjadi pelabuhan Marina, restoran terapung, sarana olah raga air, dermaga, dan
sandaran kapal pesiar.
Ciri morfologi daerah pesisir pantai di Kota Padang yaitu (Hantoro 2001):
- Tebing curam perbukitan pantai
- Erosi dan abrasi kuat pada tebing curam
- Pantai datar berpasir relatif lurus dengan asupan sedimen dari sungai kadang
membentuk bukit pasir (sand dune) dengan selingan rawa.
- Pola aliran sungai hampir tegak lurus pantai dengan gradien tebing curam di
lembah sungai
- Kegempaan kuat dengan intensitas sering, adakalanya diikuti tsunami
- Pengangkatan pantai atau terumbu karang mengiringi proses penunjaman.
Geologi atau jenis batuan yang dominan menyusun Kota Padang adalah
endapan aluvial, baik itu aluvial sungai maupun aluvial pantai. Batuan tersebut
membentuk morfologi dataran mulai dari dekat muara sampai sungai Batang
Anai. Batuan tuff kristal menyusun bukit Lubuk Bagalung sampai bukit
Batugadang, juga berasosiasi dengan andesit dan tuff di selatan Kota Padang.
Selain itu, batuan aliran merupakan penyusun utama kaki Bukit Barisan di sisi
timur Kota Padang. Batuan andesit berbutir kasar penyebarannya terbatas,
contohnya di Labungbadak (Koto Tangah).
Kejadian alam yang pernah melanda Kota Padang dan menimbulkan
bencana antara lain banjir, longsor, badai, abrasi dan pasang naik, dan gempa
bumi. Banjir merupakan hal rutin di kota tersebut, terjadi saat hujan terus menerus
dan saat pasang naik. Banyaknya aliran sungai dalam kota menyebabkan
tingginya perubahan penggunaan lahan turut menyumbang kontribusi terhadap
munculnya banjir, yaitu karena hilangnya tempat parkir air. Ditambah lagi tidak
27
lancarnya saluran drainase kota akibat kerusakan dan sampah meningkatkan
angka potensi banjir dalam kota. Sedangkan longsor dapat berupa runtuhan batuan
atau tanah pelapukan. Longsor tersebut terjadi selain karena curah hujan tinggi
juga dapat diakibatkan oleh gempa bumi yang titik pusatnya di daratan.
4.1.4 Aspek Sosial Ekonomi
Demografi
Jumlah penduduk di Kota Padang berdasarkan Badan Pusat Statistik Kota
Padang Tahun 2007 sebanyak 819.740 jiwa (Tabel 6). Sedangkan pada beberapa
tahun sebelumnya, yaitu tahun 2005, jumlah penduduk Kota Padang mencapai
787.740 jiwa. Dan pada tahun 2000, jumlah penduduk di Kota Padang sebanyak
716.008 jiwa. Dalam komposisi penduduk kota, persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas yang termasuk dalam angkatan kerja sebanyak 52,19%. Angkatan
kerja ini di bagi dalam 2 bagian yaitu bekerja (40,22%) dan mencari pekerjaan
(11,97%). Sebagian besar penduduk bekerja di bidang perdagangan, hotel dan
restoran sebanyak 29,95% dan disusul sektor jasa-jasa yaitu 29,31% (BPS 2007).
Tabel 6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kota Padang
Kecamatan Penduduk (jiwa)
Kepadatan(jiwa/km2)
Bungus Teluk Kabung 23.400 232Lubuk Kilangan 41.560 483Lubuk Begalung 100.912 3.265Padang Selatan 61.003 6.082Padang Timur 84.231 10.335Padang Barat 59.895 8.556Padang Utara 73.730 9.125Naggalo 56.604 7.014Kuranji 113.976 1.985Pauh 51.354 351Koto Tangah 153.075 659
Kota Padang 819.740 1.179(Sumber: BPS Kota Padang 2007)
Ekonomi
Kota Padang menjadi pusat perekonomian, pendidikan, kesehatan, dan
pelabuhan di provinsi Sumatera Barat. Saat ini, Kota Padang sedang memusatkan
perhatian pada perkembangan ke arah pembangunan kepariwisataan. Kehadiran
28
pelabuhan laut sangat berarti untuk kegiatan ekonomi kota. Angkutan laut
memegang peranan yang lebih besar dibandingkan angkutan darat terutama dalam
mengangkut hasil ekspor seperti batu bara, semen, karet, dan kelapa sawit.
4.2 Kota Denpasar
Denpasar adalah salah satu kota pantai yang juga menjadi Ibu kota Provinsi
Bali. Kota ini berada di sebelah selatan Pulau Bali. Berikut merupakan uraian
kondisi umum Kota Denpasar.
4.2.1 Sejarah Perkembangan Kota
Terbentuknya kota ini dimulai dari konflik antara Kerajaan Badung dan
Mengwi yang berakhir tahun 1906. Di Kota inilah terjadi pertemuan antara
budaya tradisional Bali dengan budaya barat. Budaya kolonial masuk serta
memperkenalkan pendidikan formal dan kepariwisataan kepada masyarakat lokal.
Dahulu kota ini terkenal dengan nama Badung dan menjadi pusat Kerajaan
Badung. Cukup lama kota ini tetap dijadikan pusat pemerintahan Kabupaten
Daerah Tingkat II Badung dan bahkan mulai tahun 1958 Denpasar dijadikan pula
pusat pemerintahan bagi Propinsi Daerah Tingkat I Bali. Dengan Denpasar
dijadikan pusat pemerintahan bagi Tingkat II Badung maupun Tingkat I Bali, kota
ini mengalami pertumbuhan yang sangat cepat baik dalam aspek fisik, ekonomi,
maupun sosial budaya.
Keadaan fisik kota yang sedemikian maju menjadikan Denpasar sebagai
pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, industri, dan pariwisata.
Banyaknya peran yang dipikul kota ini menyebabkan status kota Denpasar
dinaikkan yang awalnya sebagai kota administratif menjadi Kota Denpasar.
Pembentukan Kota Denpasar diresmikan pada 27 Februari 1992.
4.2.2 Wilayah Administratif
Luas seluruh Kota Denpasar 127,78 km2 atau 12.778 Ha, yang merupakan
tambahan dari reklamasi pantai seluas 380 Ha. Kota Denpasar berada di sebelah
selatan Pulau Bali (Gambar 10) dengan batas geografis di antara 08°35”31’ dan
29
08°44”49’ Lintang Selatan, serta 115°10”23’ dan 115°16”27’ Bujur Timur
(Gambar 11). Letak yang strategis ini sangatlah menguntungkan, baik dari segi
ekonomis maupun dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai
kegiatan sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya.
Batas administratif Kota Denpasar, yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Badung,
Sebelah Selatan : Selat Badung,
Sebelah Timur : Kabupaten Gianyar,
Sebelah Barat : Kabupaten Badung.
Kota tersebut terdiri dari empat Kecamatan (Tabel 7), yaitu Kecamatan
Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Selatan, dan Denpasar Utara
(Sumber: Google Earth)
Gambar 10. Kota Denpasar Tampak Atas
.
Tabel 7. Luas Lahan Tiap Kecamatan di Kota Denpasar
Kecamatan Luas (Ha)
Denpasar Selatan 2407Denpasar Timur 2230Denpasar Barat 4993Denpasar Utara 3139
Kota Denpasar 12778(Sumber: Denpasar dalam Angka 2007)
30Gambar 11. Peta Administratif Kota Denpasar
31
4.2.3 Aspek Fisik
Keadaan topografi Kota Denpasar secara umum miring ke arah selatan
dengan ketinggian berkisar antara 0-75 meter dpl (Tabel 8). Morfologi kota yaitu
landai dengan kemiringan lahan sebagian besar berkisar antara 0-5% namun di
bagian tepi kemiringannya bisa mencapai 15%.
Jumlah curah hujan tahun 2006 di Kota Denpasar 1.433 mm, dengan curah
hujan berkisar antara 1-412 mm tiap bulannya (Tabel 9). Bulan basah (curah hujan
>100 mm/bulan) terjadi dari bulan Januari sampai April. Sedangkan bulan kering
(curah hujan <100 mm/bulan) terjadi bulan mulai Mei sampai Desember.
Tabel 8. Ketinggian Tiap Kecamatan di Kota Denpasar
Kecamatan Ketinggian (m)
Denpasar Selatan 00-12Denpasar Timur 00-75Denpasar Barat 12-75Denpasar Utara 00-75
Kota Denpasar 00-75(Sumber: BPS Kota Denpasar 2007)
Tabel 9. Rata-Rata Curah Hujan Kota Denpasar
Bulan Curah HujanRata-Rata (mm)
Januari 412Februari 345Maret 219April 151Mei 71Juni 39Juli 19Agustus 6September 24Oktober 115November 238Desember 290
Rata-rata 161(Sumber: Website Pemerintah Kota Denpasar)
Suhu rata-rata pada tahun 2007 adalah 27,3 °C (Tabel 10). Kota ini
dipengaruhi angin musim, yaitu angin timur pada musim kemarau (Juni-
Desember), dan angin barat pada musim hujan (September-Maret).
32
Tabel 10. Suhu Udara Bulanan Kota Denpasar
Bulan Suhu Udara (0C)Rata-rata Maksimum Minimum
Januari 27,7 31,9 24,7Februari 27,4 32,1 24,7Maret 27,8 33,5 24,6April 27,7 32,6 24,6Mei 27,4 32,0 24,0Juni 26,8 31,1 24,3Juli 26,2 30,3 23,7Agustus 26,1 30,3 22,7September 26,8 30,9 23,5Oktober 27,7 32,0 24,4November 28,0 32,4 24,9Desember 28,1 31,7 24,9
Rata-rata 27,3 31,7 24,3(Sumber: Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Ngurah Rai dalam
Website Pemerintah Kota Denpasar )
Intensitas dan volume curah hujan yang tinggi, topografi yang termasuk
landai, ketinggian rendah, serta sedikitnya resapan air akibat banyaknya ruang
terbangun menyebabkan Kota Denpasar memiliki potensi tinggi terhadap banjir.
Banjir di kota ini terutama terjadi pada musim hujan (Desember, Januari, dan
Februari).
Terdapat beberapa sungai yang melintasi kota, yaitu: Tukad Ayud (6,5
km), Tukad Badung (12,5 km), Tukad Teba (11,2 km), Tukad Mati (5,65 km),
Tukad Abianbase (3 km), Tukad Loloan (12,5 km), Tukad Nganjung (5,5 km),
Tukad Penggawa (5,5 km), Tukad Buaji (3,75), dan Tukad Pekasih (7 km).
Kota Denpasar memiliki karakteristik iklim mikro yang berbeda di setiap
wilayahnya. Kondisi ini menciptakan variasi ekosistem yang terbentuk, seperti:
ekosistem daratan, ekosisten lahan basah (wetland), dan ekosistem lautan. Kota ini
berada di jalur gunung api yang terdapat di Pulau Bali. Batuan padat dan keras
hasil kegiatan volkanik membentuk tebing curam pantai jalur gunung api,
diselingi lereng landai kaki gunung berbatuan lepas dan pasir membentuk pantai
sempit datar. Aliran lava atau lahar seringkali langsung masuk ke laut,
membentuk lereng dasar laut dengan kemiringan dan jenis batuannya tergantung
dari komposisi magmanya. Pantai sempit landai dengan sungai kecil disekitarnya
memungkinkan bakau tumbuh, adakalanya bersisian atau menumpang di atas
substrat pasiran dan terumbu karang (Hantoro 2001).
33
4.2.4 Aspek Sosial Ekonomi
Demografi
Menurut Denpasar dalam Angka 2007, penduduk Kota Denpasar tahun
2006 sebanyak 1.193.434 jiwa (Tabel 11). Sedangkan tahun 2000, penduduk Kota
Denpasar sebanyak 522.785 jiwa. Peningkatan ini sebagian kecil merupakan
pertumbuhan alami berkat adanya program keluarga berencana yang terlaksana
dengan baik. Faktor migrasi penduduk ke dalam Kota Denpasar untuk mencari
pekerjaan juga sangat mendorong naiknya angka jumlah penduduk. Penyebab
regional banyaknya penduduk yang masuk ke Kota Denpasar karena kota ini
merupakan kota Propinsi, di mana hampir semua kegiatan ekonomi maupun
pendidikan terfokus di daerah ini.
Tabel 11. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Denpasar
Kecamatan Penduduk (jiwa)
Kepadatan(jiwa/km2)
Denpasar Selatan 130.691 6.016Denpasar Timur 94.372 3.961Denpasar Barat 153.390 2.446Denpasar Utara 109.584 3.336
Kota Denpasar 1.193.434 3.604(Sumber: Denpasar dalam Angka 2007)
Ekonomi
Kota Denpasar merupakan pusat ekonomi pulau Bali. Kota ini menjadi
pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan, industri dan pariwisata.
Pembangunan di sektor industri khususnya industri kecil merupakan sektor yang
diprioritaskan pengembangannya karena memberi pengaruh positif bagi sektor
pariwisata.
4.3 Kota Makassar
Kota Makassar merupakan salah satu kota pantai di Pulau Sulawesi. Kota
ini juga sebagai Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Berikut merupakan uraian
mengenai kondisi umum Kota Makassar.
34
4.3.1 Sejarah Perkembangan Kota
Sejak abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang
mendominasi Indonesia Timur. Saat itu Makassar merupakan salah satu kota
terbesar di Asia Tenggara. Dan dalam upaya menolak VOC memperoleh hak
monopoli kota, raja-raja di kota tersebut menerapkan kebijakan perdagangan
bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung berhak melakukan perniagaan di
dalam kota. Selain itu, sikap toleran terhadap agama dan kepercayaan yang
berkembang di masyarakat Kota Makassar sangat kuat sehingga kegiatan
perdagangan tidak terganggu. Hal ini menjadikan Kota Makassar sebagai pusat
penting bagi orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di kepulauan
Maluku, dan menjadi markas penting para pedagang dari Eropa dan Arab. Namun,
nilai penting kota tersebut menurun seiring semakin kuatnya VOC di sana karena
VOC semakin mampu menerapkan monopoli perdagangan, terutama perdagangan
rempah-rempah.
Kota Makassar dibangun di sekeliling Benteng Rotterdam pada akhir abad
ke-17. Kota ini sejak tahun 1971 sampai 1999 merupakan daerah tingkat II yang
berstatus kotamadya, dan secara resmi dikenal dengan sebutan Ujung Pandang.
Kota ini termasuk kota kosmopolit karena banyak suku bangsa yang tinggal di
dalamnya. Penduduk Kota Makassar sebagian besar dari suku Makassar, sisanya
suku Bugis, Toraja, Mandar, Cina, Jawa, dan lainnya. Karakter Kosmopolit ini
menguat sejak Kota Makassar menjadi ibukota Negara Indonesia Bagian Timur,
dan semakin banyak orang datang dari penjuru Asia dan Eropa ke kota ini.
4.3.2 Wilayah Administratif
Letak Kota Makassar di pesisir barat daya Pulau Sulawesi, menghadap
Selat Makassar (Gambar 12). Luas kota Makassar 175,77 km2 termasuk 11 pulau
di Selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 km2. Batas
administratif Kota Makassar, yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Maros,
Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa,
Sebelah Timur : Kabupaten Maros,
Sebelah Barat : Selat Makassar.
35
Kota ini mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur
lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi Sulawesi, dari wilayah
kawasan Barat ke Timur Indonesia, dan dari wilayah utara ke selatan Indonesia.
Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan, 143 kelurahan,
971 RW, dan 4.789 RT. Kecamatan di Kota Makassar yaitu (Tabel 12): Mariso,
Mamajang, Tamalate, Rappocini, Makassar, Ujung Pandang, Wajo, Bontoala,
Ujung Tanah, Tallo, Panakkuang, Manggala, Biringkanaya, dan Tamalanrea.
(Sumber: Google Earth)
Gambar 12. Kota Makassar Tampak Atas
Tabel 12. Luas Lahan Tiap Kecamatan di Kota Makassar
Kecamatan Luas (km2)
Mariso 1,82Mamajang 2,25Tamalate 20,21Rappocini 9,23Makassar 2,52Ujung Pandang 2,63Wajo 1,99Bontoala 2,10Ujung Tanah 5,94Tallo 5,83Panakkukang 17,05Manggala 24,14Biringkanaya 48,22Tamalanrea 31,84
Kota Makassar 175,77(Sumber: Makassar dalam Angka 2007)
Sedangkan letak geografis Kota Makassar berada antara 5o6’19” - 5o8’19”
Lintang Selatan, dan 119o17’38” - 119o24’38” Bujur Timur (Gambar 13).
36Gambar 13. Peta Administratif Kota Makassar
37
4.3.3 Aspek Fisik
Kota Makassar memiliki daerah pantai yang datar, mempunyai kemiringan
0-5o ke arah barat, dan diapit dua muara sungai yaitu sungai Tallo yang bermuara
di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota.
Keadaan iklim Kota Makassar termasuk iklim tropis yang panas dan
lembab. Pola iklim ini dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai April,
dan musim kemarau dari bulan Mei dampai Oktober. Kota ini memiliki
kelembaban udara rata-rata 79%, dan rata-rata kecepatan angin 4,2 knot (Tabel
13). Kecepatan maksimum 6,4 knot terjadi pada bulan Januari, sedangkan
kecepatan minimum 1,7 knot terjadi pada bulan Juni.
Suhu udara rata-rata 27,6 0C, dengan suhu terendah 25,1 0C pada bulan
Februari, dan suhu tertinggi 29,1 0C pada bulan November. Sedangkan tingkat
curah hujan rata-rata 224,7 mm/bulan dan rata-rata hari hujan 12,1 hari per bulan.
Berikut merupakan data suhu udara yang diambil selama tahun 2006 di Kota
Makassar (Tabel 14).
Jenis tanah di Kota Makassar yaitu tanah incepticol dan tanah ultisol. Jenis
tanah inceptisol terdapat di hampir seluruh wilayah Kota Makassar, tergolong
sebagai tanah muda dengan tingkat pengembangan lemah. Penyebaran jenis tanah
ini terutama di daerah dataran antara perbukitan, tanggul sungai, rawa belakang
sungai, dataran aluvial, sebagian dataran struktural berelief datar, landform
struktural/tektonik, dan dataran/perbukitan vulkanik. Sedangkan jenis tanah ultisol
merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak mengandung liat dan bersifat
asam. Penyebaran utamanya terdapat pada landform struktural/tektonik dengan
relief datar hingga berbukit dan bergunung.
Secara geografis, kawasan pantai Kota Makassar memanjang dengan
posisi utara ke selatan sepanjang 6 km. Di sepanjang pantai dijumpai pedangkalan
delta dan lidah pasir yang terbentuk akibat proses sedimentasi dari sungai
Jeneberang. Delta tersebut terletak di antara dua muara sungai, dan lidah pasirnya
berkembang ke arah utara sampai ke pantai Losari.
Kota Makassar termasuk daerah yang rawan bahaya banjir dan genangan
air. Selain karena wilayahnya terletak di tepian laut dan di dataran rendah, juga
38
menjadi tempat muara dari beberapa sungai besar (Jeneberang dan Tallo).
Sedangkan berdasarkan sejarah tsunami Indonesia, wilayah Kota Makassar relatif
aman dari bahaya langsung tsunami.
Tabel 13. Kecepatan Angin Bulanan Kota Makassar
Bulan Kecepatan Angin (knot)Rata-rata Maksimum
Januari 6,4 40Februari 5,4 27Maret 4,9 38April 2,6 40Mei 1,8 14Juni 1,7 18Juli 3,9 16Agustus 4,6 15September 4,6 23Oktober 4,7 16November 5,3 18Desember 5,1 34
Rata-rata 4,2 24,9(Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah IV, Stasiun Maritim
Paotere Makassar dalam Makassar dalam Angka 2007)
Tabel 14. Suhu Udara Bulanan Kota Makassar
Bulan Suhu Udara (0C)Rata-rata Maksimum Minimum
Januari 27,6 30,6 24,6Februari 25,1 28,4 23,2Maret 27,3 30,9 24,7April 27,6 31,7 24,3Mei 28,2 32,8 25,3Juni 27,1 31,7 23,5Juli 27,3 32,4 23,7Agustus 27,2 32,5 23,2September 28,0 33,6 23,9Oktober 28,4 33,7 24,4November 29,1 33,9 25,4Desember 28,1 33,0 25,3
Rata-rata 27,6 32,1 24,3(Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah IV, Stasiun Maritim
Paotere Makassar dalam Makassar dalam Angka 2007)
39
4.3.4 Aspek Sosial Ekonomi
Demografi
Penduduk Kota Makassar menurut sensus penduduk tahun 2000 sebanyak
1.193.434 jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 1.223.540 jiwa.
Penyebaran penduduk dirinci menurut kecamatan menunjukkan bahwa penduduk
terkonsentrasi di wilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 148.589 jiwa atau
sekitar 12,14% dari total penduduk. Sedangkan di kecamatan Rappocini sebanyak
139.491 jiwa (11,40%), dan di kecamatan Panakkukang sebanyak 131.229 jiwa
(10,73%). Konsentrasi terendah terdapat di kecamatan Ujung Pandang, yaitu
sebanyak 27.941 jiwa (2,28%). Berikut merupakan data jumlah penduduk
menurut kecamatan di Kota Makassar (Tabel 15).
Tabel 15. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar
Kecamatan Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk
2000 2006 2000-2006Mariso 52.803 53.314 0,74Mamajang 58.875 58.968 0,03Tamalate 144.458 148.589 2,47Rappocini 136.725 139.491 1,78Makassar 80.383 80.874 0,15Ujung Pandang 27.921 27.941 0,11Wajo 34.137 34.178 0,03Bontoala 56.991 60.276 0,97Ujung Tanah 45.801 47.267 1,18Tallo 128.141 132.158 2,27Panakkukang 129.967 131.229 0,97Manggala 92.524 96.632 3,83Biringkanaya 119.818 125.636 4,71Tamalanrea 84.890 86.987 1,07
Kota Makassar 1.193.434 1.223.540 1,79(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar dalam Makassar dalam Angka 2007)
Ekonomi
Berdasarkan letak strategis, secara ekonomi Kota Makassar menjadi
simpul jasa distribusi. Struktur Kota Makassar masih didominasi oleh sektor
Perdagangan, Restoran, dan Hotel. Distribusi persentase PDRB menurut sektor
usaha sebagai berikut: Sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel (27%); Sektor
Industri Pengolahan (26%); Sektor Jasa (15%); Sektor Angkutan dan Komunikasi
40
(12%); Sektor Bangunan (8%); Sektor Perbankan (7%); Sektor Listrik, Gas, dan
Air (3%); dan Sektor Pertanian (2%).
Dilihat dari segi sektor pariwisata, Kota Makassar merupakan daerah
transit para wisatawan sebelum melanjutkan perjalanan menuju Tanah Toraja,
Bira, atau daerah objek wisata lainnya di Sulawesi Selatan. Pemerintah kota
melakukan upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai sarana pariwisata
untuk mendukung pembangunan kepariwisataan yang mampu menggalakkan
kegiatan ekonomi, juga kegiatan sektor lainnya yang terkait.
Top Related