Jati Jawa Barat. Melalui jalur sang ayah KH. Abd. Latief.
Kemudian dilanjutkan pada Tuan guru Dawuh/ Bujuk
Dawuh, berlanjut kepada Tuan guru Agung/ bujuk
Agung. Bersambung pada; KH. Mohammad Noer desa
Mandungan, Widang, Tuban. KH. Asyik Cangaan Bangil
Jawa Timur. Kiai Arif, pesantren Darus Salam, Kebon
Candi, Pasuruan. KH. Noer Hasan Sidogiri Pasuruan,
Jatim. KH. Abdul Bashar, Banyuwangi, Jatim. Syaih Imam
Muhammad Nawawi Al Bantani, Syaih Umar Khatib
Bima, Syaih Muhammad Khotib Sambas Bin Abdul
Ghafur Al Jawi dan Syaih Ali Rahbini. Sedangkan
pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil
Bangkalan, yang diramu beliau dalam tiga aspek. pertama,
pemikiran pendidikan Islam dengan karakteristik tasawuf/
ahlak. Kedua, pemikiran pendidikan Islam dengan
karakteristik fikih/ibadah. Ketiga, pemikiran pendidikan
Islam dalam keluarga. Sedangkan corak pemikiran
pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan,
adalah pemikirannya konservatif. Dan menurut
Abdurrahman Assegaf, corak pemikiran spiritualisme.
Sedangkan menurut Abdul Haris dan Kivah Aha Putra,
ISSN: 2085-5079
ISSN: 2085-5079
konservatif.
Bangkalan, dan pendidikan pesantren.
Indonesia, pada abad 19-20, bangsa Indonesia dalam kondisi
dija-
jah Belanda. Ternyata pada masa itu, dunia pendidikan pondok
pesantren memiliki figur intelektual yang ikut berpartisipasi
da-
lam melakukan gerakan social (social force). Bahkan figur itu
men-
jadi bagian terpenting munculnya gerakan sosial keagamaan dan
kemasyarakatan yang hingga kini masih tetap eksis. Sosok itu,
dikenal dengan nama KH. Mohammad Kholil Bangkalan, yang
kemudian lebih populer dengan nama Syaikhona Kholil Bangka-
lan.1
na Kholil Bangkalan sebagai ulama’ yang berhasil meng-
gabungkan kedua kecenderungan fikih dan tarekat dalam
dirinya,
dalam sebuah keseimbangan yang tidak meremehkan kedudukan
fikih. Keduanya harus berjalan seimbang, dan saling
melengkapi,
demikian kata Said Aqil Siradj, dalam sebuah pengantar
berjudul
Menyingkap Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan.2
Abdurrahman Mas’ud, menilai figur Syaikhona Kholil
Bangkalan sebagai sosok ahli strategi pengembangan pendidikan
pondok pesantren.3 Kenyataan itu dibuktikan dengan banyaknya
1 RKH. Fuad Amin Imron, Syaikhona Kholil Bangkalan Penentu
Berdirinya
Nahdlatul Ulama (Surabaya: Khalista dan Pena Insani, 2012), dan
dalam Saifur Rah- man, Biografi dan Karamah KH. Mohammad Kholil
Bangkalan; Surat Kepada Anjing Hitam (Jakarta: Pustaka Cinganjurs,
2001), 6.
2 Said Aqil Sirajd, Menyingkap Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan
dalam Proses Pendirian NU, (Surabaya: Khalista dan Pena Insani,
2012), viii.
3 Abdurrahman Mas’ud, Tradisi Intelektual Pesantren, (Yogyakarta:
LKIS, 1998), buku tersebut diterbitkan ulang dengan judul Dari
Haramain Ke Nusantara; Jejak Intelektual Arsitek Pesantren,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2006).
Zainal Anshari Marli
tokoh inti di dalam masyarakat, bahkan lahirnya organisasi
Islam
terbesar di Indonesia (NU), dipelopori oleh beberapa santri
Syaikhona Kholil Bangkalan.4
Nusantara yang berdarah pesantren, memiliki nasab intelektual
dengan jaringan ulama di Timur Tengah (sebagian berasal dari
Nusantara). Sebagian mereka belajar dan mengajar disana. Hal
itu, menjadi semakin nyata untuk menguraikan tentang
pemikiran pendidikan Islam dan coraknya yang dikembangkan
Syaikhona Kholil Bangkalan.
Bantani (1813-1897), 2) Syaikh Umar Khotib Bima, 3) Syaikh
Ah-
mad Khatib Bin Abdul Ghaffar Al-Jawi Al-Sambasi (wafat
1875).5
Berikut sekilas kutipan pemikiran pendidikan Islam
Syaikhona Kholil Bangkalan, dalam bingkai ilmu tasawuf, yang
dirangkai dalam sebuah syair arab. Inilah prinsip-prinsip
inti
yang dipakai Syaikhona Kholil dalam mendidik para santrinya.6
4 Misalkan KH. Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Hasbullah, Kiai As’ad
Syamsul Arifin,
Kiai Abdul Karim, Kiai Mas Nawawi Bin Noerhasan, Kiai Ridwan
Abdullah, Kiai Bisri Syansuri, Kiai Ma’sum, Kiai Kholil Harun, Kiai
Muhammad Siddiq, Kiai Muhammad Hasan, Kiai Abdullah Mubarok dan
Kiai Munawwir, dsb Said Aqil Siradj, Menyingkap Jejak Syaikhona
Kholil Bangkalan dalam Proses Pendirian NU, vi.
5 Said Aqil Siradj, Menyingkap Jejak Syaikhona Kholil Bangkalan,
viii. 6 Ada yang memngatakan bahwa syair-syair ini dikutip dari
kitab Hayatul Haya-
wan. Akan tetapi, dalam konteks ini, penulis berkeyakinan, walaupun
beliau mere- formulasi ulang pemikiran tersebut, setidaknya
Syaikhona Kholil Bangkalan setuju atau bahkan meng-amini gaya
pemikiran tersebut untuk dipraktekkan kepada santrinya di Demangan
Bangkalan Madura. Memang sebenarnya tidak ada pemikiran yang
benar-benar murni dari seseorang itu, tanpa ada pengaruh atau
bahkan ter-pengarug oleh pemikiran orang lain, sebagaimana
ulama-ulama nusan- tara lainnya yang juga mengalami “pengaruh
pemikiran” dari gurunya masing- masing.
Bahkan hingga laporan ini di tulis, para santri Pondok
Pesantren
Syaikhona Kholil Demangan Bangkalan Madura, tetap membaca
syair-syair ini setiap selesai melakukan pengajian kitab
kuning,
baik di pagi hari maupun di malam hari. Berikut ini
syair-syair
arabnya;
*
Artinya: Tiada kebutuhan bagiku kepada-Mu selain
menjadi pelantaraku dengan diri-Mu # maka dengan kebutuhan
itulah aku menyerahkan diri kepada-Mu (Tuhan).7 Sebenarnya,
syair tersebut sangat dalam maknanya, dalam arti bagaimana
seorang manusia (hamba-santri-murid) agar selalu mendekatkan
diri kepada Allah Swt sebagai Tuhan Pencipta yang selalu
dibu-
tuhkan pertolongan dan solusi-solusinya bagi “ke-ruwetan”
yang
dihadapi manusia sebagaio seorang hamba.
Dalam perspektif pendidikan Islam, tentu gugahan syair
Syaikhona Kholil Bangkalan ini, mengarahkan cara berfikir
manusia atau peserta didik untuk tidak berpaling kepada
Tuhan.
Model-model pendidikan demikian, merupakan penegasan dari
corak pendidikan spiritual-konservatif,8 yang menjadikan
Tuhan
dan akhirat sebagai akhir dari gerbang kehidupan yang
sebenarnya. Hal ini tentu cukup menarik ketika konsep ini ber
vis
a vis dengan konsep ateisme yang meniadakan peran Tuhan da-
lam kehidupan umat manusia.
pesantren menjadi ikon kekuatan Islam Nusantara, sebagaimana
dikomentari Nurholis Majid berikut ini;
Seandainya negeri ini tidak mengalami penjajahan,
mungkin pertumbuhan sistem pendidikannya akan
mengikuti jalur-jalur yang ditempuh pesantren itu.
7 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufi” (lembaran
naskah
tidak dipublikasikan). 8 Abd. Haris dan Kivah Aha Putra, Fildafat
Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah,
2012), 120-131.
akan berupa UI, ITB, IPB, UGM, UNAIR atau yang
lainnya. Tetapi mungkin namanya Universitas Tremas,
Krapyak, Tebuireng, Bangkalan, Lasem dan seterusnya.9
Menurut hemat peneliti, masih ada berapa kiai lagi yang
belum terdata oleh beberapa peneliti dan penulis tersebut?
Penu-
lis memperkirakan, bahwa mayoritas kiai-kiai di tanah Jawa
dan
Madura berguru kepada Syaikhona Kholil Bangkalan. Sebab, pa-
da abad 18 pertengahan menjelang akhir itu, pendidikan pe-
santren merupakan corak pendidikan unggul (excellent school)
dibandingkan pendidikan ala Belanda. Karena ternyata,
masyara-
kat pribumi memilih pesantren sebagai pilihan pendidikan uta-
ma.10
kekayaan sumber daya alam, namun mereka juga menjarah karya
intelektual ulama Nusantara. Sebagaimana ditulis Abu Bakar
Aceh sebagai berikut;
Al Haddad. Ternyata bahwa penyelidikan tidak boleh
dihentikan mengenai sejarah perkembangan Islam di In-
donesia. Banyak buku-buku yang dikumpulkan orang-
orang Barat mengenai bahan-bahan sejarah tanah air
kita, baik yang dikumpulkan oleh orang-orang Inggris di
Malaya sebagai diceritakan oleh Abdullah Munsyi dalam
9 Ingat ! Nurholis Majid menulis “Tetapi mungkin namanya
Universitas Tremas,
Krapyak, Tebuireng, Bangkalan, Lasem”, Bangkalan merujuk pada
Pesantren Syaikhona Kholil Demangan Bangkalan Madura. Nurcholis
Majid, Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan Pesantren (Jakarta:
P3M, 1985), 3. Dalam M. Dawam Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren;
Membangun Dari Bawah (Jakarta: P3M, 1985).
10 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan
Hidup Kiai, (Jakarta: LP3ES, 1994). Dan lihat Mastuhu, Dinamika
Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta; INIS, 1994), 03. Dan Maman
Imanul Haq Fakih, Fatwa dan Canda Gus Dur,(Jakarta: Kompas, 2010),
62.
hikayatnya tentang Malaka, baik yang dikumpulkan
oleh orang-orang Belanda, sebagaimana diceritakan oleh
Al-Haddad dalam brosur di atas, sudah tidak kita miliki
lagi. Abdullah Munsyi dalam hikayatnya tentang Mala-
ka pada abad 13 H, menceritakan sebagai berikut; di
tanah Melayu pada zaman itu, ada perkumpulan yang
anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang Melayu,
Keling, Arab dan bermacam-macam pedagang Tionghoa
dan lain-lain. Waktu itu orang-orang Belanda mengum-
pulkan buku-buku dan hikayat-hikayat yang banyaknya
kira-kira 70 jilid, yang dikumpulkan dari Riau, Langka,
Pahang, Trengganu dan Kelantan”.
kita ialah, kemana buku-buku itu sekarang? Jika dari
tempat tersebut Belanda mengumpulkan buku-buku 70
jilid banyaknya, betapa banyaknya buku-buku yang
yang dikumpulkan dari Sumatera, Jawa, pulau-pulau
Sela dan Maluku? Tentu banyak pula, mungkin sampai
ratusan atau ribuan banyaknya. Kemanakah semuanya
itu? Al-haddad bercerita lebih lanjut, pada tahun 1341 H,
saya sampai di Jawa dan menanyakan dan mencari bu-
ku-buku sejarah Jawa. Orang-orang menasehatkan saya
supaya jangan menyebut-nyebut tentang itu, karena
pemerintah Belanda mengharuskan setiap orang yang
memiliki buku-buku sejarah kuno untuk menyerahkan
buku-buku tersebut kepada sebuah badan yang diben-
tuk oleh Belanda khusus untuk itu”.11
Selain itu, Syaikhona Kholil Bangkalan, memiliki be-
berapa karya tulis ilmiah yang dapat kita kaji, di antaranya,
per-
11 Abu Bakar Aceh, Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia (Semarang:
CV. Rama-
dhani, 1971), 11-12.
Zainal Anshari Marli
tama, Al Matnu Asy Syarif (kitab fikih dasar).12 Karya
tersebut
menguraikan dasar-dasar pemahaman keagamaan dalam Islam.
Kedua, As Shilah Fi Bayani An Nikah.13 Ketiga, Sholawat
Syaikho-
na Kholil, terdapat dalam kitab Saadatud Daroini Fis Sholati Ala
An
Nabiyyi As Shaqolaini, ditulis KH. Kholid Muhammad Jember,
awalnya diberi nama I’anatur Roqibin sebagaimana ditulis
Saifur
Rahman.14 Keempat, Asmaul Husna yang benbentuk Nadhom
(syair).
Kelima, kumpulan wirid. Keenam, kumpulan doa dan hizib.
Ketujuh, ijazah Barzakhiyah. Dan Kedelapan kitab terjemah Al-
fiyah.15
manuskrip. Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk mencermati
desain pemikiran pendidikan Islam dan berbagai kegiatan pen-
didikan yang dilakukan Syaikhona Kholil Bangkalan, dengan
judul penelitian; Pemikiran Pendidikan Islam KH. Mohammad
Kholil
Bangkalan.
terkait dengan syaikhona Kholil Bangkalan, Pertama;
penelitian
berupa disertasi yang ditulis oleh Abdurrahman Mas’ud dengan
judul Tradisi Intelektual Pesantren dan Dari Haramain ke
Nusantara;
Jejak Intelektual Arsitek Pesantren. Penelitian kualitatif dengan
multi
kasus tersebut menemukan hal-hal sebagai berikut, adanya
peran
yang cukup besar ulama-ulama Nusantara dalam mengem-
12 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, Al-Matnu As
Syarif, (Suraba-
ya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin Nabhan, tt). 13 Mohammad Kholil
Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, As Shilah Fi Bayani An Nikah,
(Surabaya: Awadh Bin Abdillah At Tamimiy, tt). 14 Saifur Rahman,
Biografi dan Karamah, 66-68. 15 Dalam Saifur Rahman temuan tentang
karya KH. Mohammad Kholil Bangkalan
sebanyak 7 macam. Namun setelah penulis melakukan penelitian
pendahuluan, penulis menemukan sekitar 8 karya.
bangkan tradisi ilmu pengetahuan, baik yang berkembang di
Nusantara maupun di Timur Tengah.16
Kedua, penelitian yang dilakukan Alzani Zulmi M,
dengan judul; Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah Syaikhona
Mo-
hammad Kholil Bangkalan tahun 1834-1925.17 Dalam penelitian
ter-
sebut mendeskripsikan tentang hal-hal berikut; Syaikhona
Kholil
merupakan seorang ulama yang berasal dari Madura, yang masih
tetap dikenang dan dihormati oleh masyarakat sampai sekarang.
Syaikhona Kholil tidak hanya terkenal di Madura, tetapi juga
di
luar Madura, hal ini dikarenakan perjuangannya dalam me-
nyebarkan ajaran agama Islam.
fokus hanya pada konteks pemikiran pendidikan Islam Syaikhona
Kholil Bangkalan. Baik mengenai latar belakang keluarganya,
pendidikan, kehidupan, pengabdian melalui Pesantren Deman-
gan (kini diberi nama pesantren Syaikhona Kholil) dan
karangan-
karangan yang dihasilkan Syaikhona Kholil Bangkalan.
METODE PENELITIAN
dengan jenis library research (studi pustaka) sehingga hasil
deskripsinya bersifat deskriptif analitis kualitatif yang
menyeluruh. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam
penelitian pemikiran ini adalah pendekatan emik (emic view)
dan
pendekatan etik (etic view). Dalam perspektif etik, peneliti
diperbolehkan menginterpretasikan data-data tersebut
16 Abdurrahman Mas’ud, Tradisi Intelektual Pesantren (Yogyakarta:
LKIS, 1998)
dan Abdurrahman Mas’ud, Dari Haramain ke Nusantara; Jejak
Intelektual Arsitek Pesantren (Jakarta: Kencana, 2006).
17 Alzani Zulmi M, Tarekat Qodariyah Wa Naqsabandiyah Syaikhona
Moham- mad Kholil Bangkalan tahun 1834-1925, (Surabaya: Jurnal
Avatara, Vol. 1, No. 2. Mei 2013), 89.
Zainal Anshari Marli
dan hasil studi terdahulu. Tentu semuanya yang terkait dan
relevan dengan substansi penelitian yang dilakukan.
Sumber data dan tehnik penggalian data
Data-data yang akan menjadi objek deskripsi penelitian
ini, berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh
melalui serangkaian kegiatan pelacakan atau pencarian karya
tulis Syaikhona Kholil Bangkalan, baik berupa karangan,
terjemah, syarah, syair, hizib, wirid dan lain sebagainya.
Karya-karya Syaikhona Kholil Bangkalan adalah
pertama, Al Matnu Asy Syarif (kitab fikih dasar).18 Kedua, As
Shilah
Fi Bayani An Nikah.19 Ketiga, Sholawat Syaikhona Kholil,
terdapat
dalam kitab Saadatud Daroini Fis Sholati Ala An Nabiyyi As
Shaqo-
laini, ditulis KH. Kholid Muhammad Jember, awalnya diberi na-
ma I’anatur Roqibin sebagaimana ditulis Saifur Rahman.20
Keempat,
Asmaul Husna yang benbentuk Nadhom (syair). Kelima, kumpulan
wirid. Keenam, kumpulan doa dan hizib. Ketujuh, ijazah
Barzakhi-
yah. Dan Kedelapan kitab terjemah Alfiyah.21
Selain data primer, ada juga data sekunder, di antaranya
adalah; karya intelektual orang lain, baik berupa penelitian
skripsi, tesis, disertasi atau penelitian lainnya. Bahkan
tulisa-
18 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, Al-Matnu As
Syarif, (Suraba-
ya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin Nabhan, tt). Kitab Syaikhona
Kholil Bangkalan ini, diterbitkan bersamaan kitab berjudul Aqidatut
Tauhid, karya KH. Muhammad Hasan Genggong (santri Syaikhona Kholil
Bangkalan). Kitab fikih Al-Matnus Syarif ini tidak banyak diketahui
peneliti dan penulis tentang Syaikhona Kholil Bangkalan. Bahkan
Abdurrahman Mas’ud, Saifur Rahman, Mohammad Rifa’i, Ibnu Assayuthi
Ar Rifai, RKH. Fuad Amin Imron dan Jajad Burhanuddin, tidak
mengemukakan.
19 Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, As Shilah Fi
Bayani An Nikah, (Surabaya: Awadh Bin Abdillah At Tamimiy,
tt).
20 Saifur Rahman, Biografi dan Karamah, 66-68. 21 Dalam Saifur
Rahman temuan tentang karya KH. Mohammad Kholil Bangkalan
sebanyak 7 macam. Namun setelah penulis melakukan penelitian
pendahuluan, penulis menemukan sekitar 8 buah karya, kemungkinan
karya tersebut masih akan terus bertambah.
tulisan lepas tentang Syaikhona Kholil Bangkalan turut
menjadi
data sekunder dalam penelitian ini.
Metode analisis data
dengan model deskriptif analitis. Proses lebih lanjut dengan
mengakategorisasi dan diseleksi secara mendalam. Data-data
ini,
pada tahapan selanjutnya, akan dilakukan analisis dan
penafsiran. Oleh karena penelitian ini bersifat pemikiran
seorang
tokoh ulama Jawa dan Madura, maka unit analisis dilakukan
pada hasil-hasil karya tulis ilmiah yang dihasilkan Syaikhona
Kholil Bangkalan, kemudian disanding-sandingkan dengan
berbagai teori pendidikan Islam yang telah berkembang oleh
para
pemikir pendidikan Islam.
dan interpretasi data, terlebih dahulu dilakukan hal-hal
sebagai
berikut; pertama, mengumpulkan bahan tentang Syaikhona
Kholil Bangkalan. Kedua, selanjutnya menilai kelayakan
sumber-
sumber yang digunakan sesuai dengan tujuan penelitian.
Ketiga,
menganalisis saling hubungan antar bahan yang diperoleh dari
beberapa sumber, baik dokumentasi karya tulis ilmiahnya
ataupun pengamatan. Keempat, selanjutnya mengambil
kesimpulan dengan cara melakukan sintesis.
Uji validitas data
mengajukan dua model, yakni triangulasi sumber dan diskusi
dengan teman sejawat. Triangulasi sumber diperlukan untuk
mengecek kebenaran data tersebut dengan membandingkannya
dengan beberapa sumber yang lain. Sedangkan teman sejawat,
dalam tradisi penelitian ilmiah sering di sebut dengan FGD
(focus
group discution).
Zainal Anshari Marli
Bangkalan
umumnya, mereka memiliki garis atau geneologi intelektual
yang
saling bertautan antara ulama yang satu dengan yang lainnya.
Tidak terkecuali Syaikhona Kholil Bangakalan. Beliau juga
memilki sanad keilmuan yang dapat kita ketahui hingga hari
ini.
Ada banyak versi yang menulis tentang garis geneologi
intelektual Syaikhona Kholil Bangkalan yang peneliti temui,
di
antaranya, Saifur Rahman, Mohammad Rifa’i, Said Aqil Sirajd,
RKH. Fuad Amin, Ibnu Assayuthi Ar-Rifai, dan versi Majalah
Ijtihad (edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H,
29-31),
serta Mokh. Syaiful Bahri.22
dalam kategori ulama yang memiliki corak pemikiran pendidikan
Islam beraliran konservatif/ tradisional.
Bangkalan.24 Cara mengajarnya di sembarang tempat, unik,
kondisional dan spontan. Ketiga, Tuan guru Agung, yang
22 Mokh. Syaiful Bahri, Syaikhona Cholil Bangkalan; Ulama
Legendaris Dari
Madura, (Pasuruan: Cipta Pustaka Utama, 2006). Dan karya dari
penulis yang sama, Mokh. Syaiful Bahri, Syaikhona Cholil Bangkalan;
Riwayat Hidup Dan Karya Tulis, (Pasuruan: Cipta Pustaka Utama,
2008).
23 Pandangan ini diperkuat atas laporan kajian yang dilakukan
Saifurrahman (1999 dan 2001), kemudian diperkuat juga oleh RKH.
Fuad Amin.
24 Data ini diperoleh dari hasil kajian Saifurrahman (1999 dan
2001). Bahkan hampir semua tulisan, baik berupa penelitian atau
tulisan biografi yang ditulis oleh para ilmuwan, 90 % penggalian
datanya banyak mengadopsi kerangka historis yang telah disusun
Sifurrahman. Bandingkan dengan Majalah Ijtihad (edisi 32/tahun
XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H., 29-31).
kemudian dikenal dengan bujuk Agung. Guru ini bukan hanya
alim dalam ilmu lahir, tapi beliau juga alim dalam ilmu
batin.25
Keempat, KH. Mohammad Noer, desa Mandungan,
Widang, Tuban. Kiainya wafat tahun 1870 M. Syaikhona Kholil
Bangkalan berada di langitan selama 3 tahun.26 Kelima, KH.
Asyik,
Cangaan, Bangil Jawa Timur. Beliau termasuk ulama yang sangat
alim dalam ilmu alat dan fikih.27 Keenam, Kiai Arif,
pesantren
Darus Salam, Kebon Candi, Pasuruan. Kiai Arif termasuk
seorang
ulama yang sangat alim dan waro’ (berhati-hati dari perkara
syubhat, apalagi yang jelas-jelas haram).28
Ketujuh, KH. Noer Hasan, Sidogiri Pasuruan, Jawa
Timur. Beliau termasuk ulama fikih yang sangat alim dan
waro’.
Uniknya lagi, pesantren Sidogiri, termasuk kategori pesantren
yang memberikan perhatian lebih kepada para santri untuk
belajar ilmu-ilmu alat seperti Nahwu dan Shorrof dan
Al-Qur’an.
Kedelapan, KH. Abdul Bashar, Banyuwangi, Jawa
Timur.29 Menurut sebuah catatan tentang beliau ketika belajar
di
pesantren Banyuwangi, itulah awal ia memulai menata untuk
berangkat ke tanah haram, Mekkah-Madinah. Kesembilan, Syaih
Imam Muhammad Nawawi Al Bantani, pertemuan belajarnya
berada di kota Mekkah. Kesepuluh, Syaih Umar Khatib Bima.
Kesebelas, Syaih Muhammad Khotib Sambas Bin Abdul Ghafur Al
Jawi. Kedubelas, Syaih Ali Rahbini.30
Sedangkan laporan menurut versi majalah Ijtihad,
majalah 6 bulanan PP. Sidogiri, Pasuruan Jawa Timur, berikut
25 Lihat dalam Saifurrahman, Surat Kepada Anjing Hitam, 80-181. Ada
40
hikayah yang telah di-tasheh, terkait dengan karomah Syaikhona
Kholil Bangkalan. 26 Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 16. 27
Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 18. 28 Saifurrahman, Biografi
dan Karamah, 19. 29 Selama di pesantren ini, Syaikhona Kholil
Bangkalan sambil bekerja memanjat
pohon Kelapa, milik kiai dan masyarakat sekitar. Upah dari memanjat
pohon Kelapa ini, menjadi bagian kisah melanjutkan studi ke Mekkah
Al Mukarromah.
30 Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 16.
Zainal Anshari Marli
Kedua, KH. Asyik, PP. Cangaan Bangil Pasuruan. Ketiga, Kiai
Arif,
PP. Keboncandi Pasuruan. Keempat, Kiai Abu Dharrin atau mbah
Tugu. Kelima, KH. Noer Hasan Bin Nawawi. Keenam, Kiai Tirmis,
Banyuwangi.31
Kiai Abu Dharrin atau mbah Tugu, yang hanya disebutkan oleh
Majalah Sidogiri, sementara penulis lain tidak
menyebutkannya.32
Pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil Bangkalan
Berikut ini akan peneliti uraikan beberapa pemikiran
pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan yang bercorak
konservatif-tradisionalisme berbasis spritualisme. Beberapa
tangan Syaikhona Kholil Bangkalan, baik berupa syair atau
kitab-
kitab beliau, yang sudah dipublikasikan.
Pertama, Al Matnu Asy Syarif (kitab fikih dasar).33 Karya
tersebut menguraikan dasar-dasar pemahaman keagamaan dalam
Islam. Kedua, As Shilah Fi Bayani An Nikah.34 Ketiga,
Sholawat
Syaikhona Kholil, terdapat dalam kitab Saadatud Daroini Fis
Sholati
Ala An Nabiyyi As Shaqolaini, ditulis KH. Kholid Muhammad
Jem-
ber, awalnya diberi nama I’anatur Roqibin sebagaimana ditulis
Sai-
fur Rahman.35 Keempat, Asmaul Husna yang benbentuk Nadhom
(syair). Kelima, kumpulan wirid. Keenam, kumpulan doa dan
hizib.
31 Majalah Ijtihad, edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H.,
29-31. 32 Bandingkan antara Saifurrahman, Biografi dan Karamah, 16
dan Majalah
Ijtihad, edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431 H., 29-31. 33
Mohammad Kholil Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, Al-Matnu As Syarif,
(Suraba-
ya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin Nabhan, tt). 34 Mohammad Kholil
Bin Abdul Latif Al-Bangkalani, As Shilah Fi Bayani An Nikah,
(Surabaya: Awadh Bin Abdillah At Tamimiy, tt). 35 Saifur Rahman,
Biografi dan Karamah, 66-68.
Ketujuh, ijazah Barzakhiyah. Dan Kedelapan kitab terjemah Al-
fiyah.36 Dan kesepuluh syair sufistik, yang terdiri dari 13 bait
syair.
Akan tetapi, setelah peneliti melakukan kajian dan
diskusi dengan beebrapa teman sejawat, termasuk menerima
arahan dari pakar yang kapasitas keilmuannya cukup memadai
dalam hal ini, maka kemudian peneliti mengklasifikasi
pemikiran
pendidikan Islam yang diramu beliau dalam tiga aspek,
diantaranya; pertama, pemikiran pendidikan Islam, dengan
karakteristik tasawuf oriented atau sufistik, dan atau lebih
tepatnya pendidikan ahlak. Kedua, pemikiran pendidikan Islam,
dengan karakteristik fikih oriented. Dan, ketiga, pemikiran
pendidikan Islam dalam keluarga.
Hal ini dapat kita lihat melalui syair-syair sufistik
Syaikhona Kholil Bangkalan. Adapun kalimat syair sufistik
tersebut dimulai dengan kalimat sebagai berikut;
–
Pengasih Lagi Maha Penyayang. Kata Kiai Abdullah Aschal, saya
menemukan catatan ini, berdasarkan tulisan dari Hadratis
Syaikhina al-mahrum Kiai Muhammad Kholil Bin Abdul Latif
Rohimahullahu Ta’ala. Semoga ilmu dan barokahnya mengalir
kepada kami semua. Berikut teks syair sufistiknya;
#
36 Dalam Saifur Rahman temuan tentang karya KH. Mohammad Kholil
Bangkalan
sebanyak 7 macam. Namun setelah penulis melakukan penelitian
pendahuluan, penulis menemukan sekitar 8 buah karya, kemungkinan
karya tersebut masih akan terus bertambah.
Zainal Anshari Marli
Nabi Muhammad Saw, # beserta keluarga dan sahabatnya oleh
Tuhan (Allah) Dzat Maha Mendengar.37
Dari satu bait syair di atas, menunjukkan bahwa pola
dan pemikiran pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan
masih terkoptasi dengan nilai-nilai spritualitas dalam
kehidupan.
Sebagaimana diuraikan dalam kajian teoritik, bahwa model dan
gaya berfikir demikian, merupakan potret model berfikir
aliran
konservatif-tradisionali. Sebab Tuhan menjadi segala tumpuan
dan tempat curhat dalam menghadapi segala problem kehidupan.
Misalkan ditegaskan dengan kalimat rabbun yasma’u (Allah dzat
maha mendengar).
Artinya: wahai Dzat yang Maha Melihat isi hati
hambanya dan Dzat Yang Maha Mendengar # Engkaulah tempat
“gantungan” setiap sesuatu yang terjadi.
Model pendekatan manusia kepada Tuhan untuk
memperoleh anugrah (ilmu, hikmah dan berkah), yang dapat
dilihat dari narasi syair sufistik ini adalah, bahwa
Syaikhona
Kholil memahami bahwa Tuhan Dzat yang maha mendengar dan
maha mengetahui sesuatu yang ada dalam hati hambanya, maka
oleh karenanya, hanya kepada Tuhan seorang manusia harus
meminta. Narasi syair sufistik di atas, mengajarkan manusia
agar
dalam hidup hanya harus bergantung kepada Tuhan.
Dengan untaian syair di atas, manusia dalam hal ini,
menurut konsepsi pendidikan Syaikhona Kholil Bangkalan harus
meng-gantung-kan harapan hidup, khususnya dalam setiap
37 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufistik”
(lembaran
naskah tidak dipublikasikan). Lembaran syair sufistik ini, sampai
hari ini, ketika penelitian ini dilakukan pada Juli 2013, bacaan
tersebut tetap di pakai oleh santri- santri Syaikhona Kholil dalam
setiap selesai melakukan pengajian kitab kuning, di Musholla
Syaikhona Kholil Bangkalan.
persoalan hidup yang terjadi. Kemudian, dilanjutkan dengan
bait
syair sebagai berikut;
Artinya: wahai Dzat yang diharapkan pertolongannya
untuk setiap kesulitan # wahai Dzat yang hanya kepada-Mu
pengaduan kami sampaikan dan kami keluhkan.
#
Artinya: Wahai Dzat yang perbendaharaan rizkinya
berada dalam kata Kun #penuhilah kebaikan bagi kami, karena
segala kebaikan berada pada-Mu.
#
Artinya: Tiada kebutuhan bagiku kepada-Mu selain
menjadi pelantaraku dengan diri-Mu # maka dengan kebutuhan
itulah aku menyerahkan diri kepada-Mu (Tuhan).38
#
Artinya: Sebuah usaha yang aku lakukan akan membuka
pintu kepada-Mu # jika kamu (Tuhan) menolak aku, lalu aku
harus masuk dari pintu mana?39
#
Artinya: Dan demi dzat yang kami berkomunikasi
dengan nama-Nya # bagaimana jika dikau (Tuhan) menolak
memberikan anugrah kepada kami?40
38 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufistik”
(lembaran
naskah tidak dipublikasikan). 39 Muhammad Kholil Bangkalan,
“Kumpulan Syair-Syair Sufi”, 40 Muhammad Kholil Bangkalan,
“Kumpulan Syair-Syair Sufi”,
Zainal Anshari Marli
asakan orang-orang yang bermaksiat # kepada keutamaan, kea-
gungan dan keluasan anugerah-Mu.41
menyempurkan kepada pintu-Mu dengan pengetahuan # karena
sesungguhnya merendahkan diri di “samping” pintu-Mu itu jauh
lebih luas.
Artinya: dan peganganku hanya bertawakkal kepada-
Mu # dan aku betul-betul menengadahkan tanganku kepada-Mu.
#
Artinya: dan dengan haknya orang-orang yang engkau
cintai dan engkau utus # dan engkau mengabulkan
permohonannya orang-orang akan meminta syafaat kepada
kekasih-Mu.
dalam setiap kesulitan # dan perkenankanlah kami akan kembali
kepada-Mu wahai Dzat yang menjadi tempat tumpuan kami.
#
Semoga sholawat dan salam tetap atas Nabi Muhammad
Saw dan keluarganya # manusia terbaik tempat kami akan
meminta syafaat.
41 Muhammad Kholil Bangkalan, “Kumpulan Syair-Syair Sufi”,
Artinya: Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah, hafal-
kanlah syair ini, maka sesungguhnya setiap penghafal itu akan
menjadi pemimpin. Syair ini selesai ditulis dengan tanpa
merubah
sedikitpun dari redaksi aslinya (Bangkalan, 14 Ramadlan
1412).42
Pemikiran pendidikan Islam, dengan karakteristik fikih ibadah
Doa-doa yang diajarkan Syaikhona Kholil Bangakalan,
merupakan pencerminan pendidikan berkarakter fikih oriented
(fikih ibadah) yang diterapkan Syaikhona Kholil Bangkalan
kepada para santri dan masyarakat Bangkalan Madura dan
sekitarnya, termasuk Jawa dan Bali. Kumpulan do’a-do’a
tersebut,
selain ditemukan dalam dua kitab karya Syaikhona Kholil
Bangkalan, yakni kitab Al-Matnusy Syarif Al-Mulaqqob Bifathil
Latiif dan As Shilah Fi Bayanin Nikah, juga terdapat dalam
beberapa
lembaran surat yang dikirimkan Syaikhona Kholil kepada orang-
orang tertentu, dengan maksud tertentu pula.
Moh. Ali Ghafir ZA, berinisiatif mengumpulkan doa-doa
Syaikhona Kholil Bangkalan, beserta dengan amalan-amalan yang
masih terwariskan kepada seseorang. Dan ternyata usaha
tersebut
berhasil, sehingga melahirkan buku berjudul Doa Syaikhona;
berisikan doa dan amalan Syaikhona Mohammad Kholil Bin Abd.
Latif.43
: 42
. .1316 10 Artinya: sebagian ulama rohimahullahu ta’ala
berpendapat, barangsiapa
membaca syair-syair tersebut dengan ikhlas dan khusu’ kemudian
berdo’a setelah itu, maka Allah akan mengabulkan do’a orang
tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam kitab “Hayatul Hayawan”. Dan
sepatutnya seseorang bersyukur dengan hal tersebut. Allah Dzat maha
mengetahui. Semoga Allah mengampuni dosanya orang yang membaca dan
orang yang mendengar serta orang yang mendengarkan dan kaum
muslimin, amin.
43 Moh. Ali Ghafir ZA, Doa Syaikhona; berisikan doa dan amalan
Syaikhona Mohammad Kholil Bin Abd. Latif, (Bangkalan: Laziswa
Sidogiri Cabang Bangkalan, 2012), 1-38.
Zainal Anshari Marli
Bangkalan, adalah sebagai berikut;
#
Do’a di atas merupakan do’a yang dibaca ketika
sesorang mau naik Kapal Laut, kata Syaikhona Kholil Bangkalan
“e becah tello kaleh siang malem, insyaallah salamet dari tasellem
ben
kacopetan, Insyaallah. Satempel Syaikhona Kiai Muhammad
Kholil”
(dibaca 3 kali siang dan malam, insyaallah akan diberi
keselamatan dari tenggelam dan pencurian, disetempel
Syaikhona
Kholil).
3. Bacaan Setelah Cewok,46
4. Bacaan keluar dari kamar mandi,47
44 Doa ini berhasil temukan di pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan
pada 17 Ramadlan 1434 H, bersamaan dengan syair-syair sufistik
Syaikhona Kholil Bangkalan.
45 Mohammad Kholil Bin Abd. Latif, Al-Matnu Al-Syarif; Al-Mulaqqab
Bi Fath al- Lathif, (Surabaya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin
Nabhan, 1409 H), 5.
46 Ibid. 47 Ibid.
6. Dan lain sebagainya
sebagian dari do’an tersebut merupakan bacaan di dalam Al-
Qur’an Al-Karim, namun ada juga yang merupakan tuntunan di
dalam hadist Nabi Muhammad Saw. Namun ada yang memang
betul-betul baru dalam sebuah konsep yang dihasilkan
Syaikhona
Kholil Bangkalan. Itulah sekilas model pemikiran pendidikan
Islam berbasis spritualitas yang digagas oleh Syaikhona
Kholil
Bangkalan.
Sebagai benteng pertahanan pertama dalam pendidikan
Islam, ternyata Syaikhona Kholil juga sudah memberikan
perhatian kepada pendididikan di dalam rumah tangga, mulai
dari pembahasan memilih calon pasangan yang baik dan
berkomitmen, tanggung jawab suami kepada istri, dan tanggung
jawab istri kepada suami, dan lain sebagainya.
Kitab As Shilah Fi Bayani An Nikah, merupakan
konstruksi pendidikan rumah tangga yang sangat mendasar,
sebab dalam kitab tersebut selain uraiannya berbentuk soal
dan
langsung jawaban, ternyata isinya juga sangat mendasar dan
mudah dicerna oleh kalangan masyarakat umum.
48 Ibid, 7.
Zainal Anshari Marli
dikaitkan dengan kondisi dan realitas masyarakat Indonesia
sekarang, pandanga-pandangan Syaikhona Kholil Bangkalan
tersebut “tidak dianut oleh masyarakat kebanyakan”, sebab
pilihan-pilihan masyarakat saat ini lebih bersifat fisikle
dan
berbasis materialisme.
menjadi bagian dari kajian pemikiran pendidikan keluarga
Syaikhona Kholil Bangkalan. Bahkan yang juga nenarik,
Syaikhona Kholil berusaha menampilkan khutbatu al nikah yang
dibacakan baginda Nabi Muhammad Saw ketika menikahkan
Fatimatu Azzahro dengan Sayyidina Ali Ra. Termasuk do’a nikah
yang dibacakan Nabi Muhammad ketika prosesi akad nikah
tersebut.
Syaikhona Kholil di tengah-tengah masyarakat, untuk
membangun institusi rumah tangga yang lebih baik dan lebih
bermartabat. Ketika institusi perkawinan dan rumah tangga
tidak
lagi dinilai sebagai sesuatu yang sangat sakral dalam
kehidupan
manusia, maka situasi ini akan semakin mendekatkan kepada
model kehidupan yang free seks, free life dan liberalisme
orientasi
kehidupan.
dihasilkan Syaikhona Kholil Bangkalan dari sisi karya tulis
ilmiah
memang kecil dan sangat sederhana. Namun yang perlu
dipahami, jika isinya dilaksanakan dengan baik dan istiqomah,
maka insyaallah kehidupan rumah tangga yang kita bina, akan
melahirkan generasi baik dan berkualitas.
Corak pemikiran pendidikan Islam KH. Mohammad Kholil
Bangkalan
Syaikhona Kholil Bangkalan, maka ada tiga aspek yang peneliti
nilai sebagai bagian dari mengkerangkai pendidikan Islam
dalam
bentuknya yang sangat praktis. Atau corak pemikiran
pendidikan
Islam Syaikhona Kholil Bangkalan, kita bagi menjadi 3 fokus
pemikiran Syaikhona Kholil.
corak pemikiran Syaikhona Kholil Bangkalan dapat
dikategorisasi
dalam 3 corak atau model pemikiran pendidikan Islam, yakni
sebagai berikut; pemikiran pendidikan Islam, dalam bidang
tasawuf/ sufistik/ ahlak. Pemikiran pendidikan Islam, dengan
karakteristik fikih. Dan, Pemikiran pendidikan Islam dalam
insti-
tusi keluarga.
pendidikan Islam, para ahli pendidikan Islam-pun berbeda-beda
di dalam mendeskripsikan beberapa aliran tersebut. Peneliti
mengajukan tiga pandangan tokoh pendidikan Islam, salah
satunya konsen dalam pengembangan filsafat pendidikan Islam,
diantaranya pandangan yang ditulis Mahmud Arif, ia mguraikan
berikut ini;
pendapat Jawwad Ridla, secara garis besar dipetakan menjadi
dua
macam, yaitu aliran konservatif dan aliran rasional. Dalam
konteks ini, peneliti menilai bahwa kecenderungan berfikir
Syaikhona Kholil Bangkalan, lebih pada corak yang pertama,
yakni aliran konservatif.
Syaikhona Kholil Bangkalan, sebelumnya memang sudah
terdapat beberapa ulama atau intelektual muslim yang
kecenderungan atau corak berfikirnya masuk kelompok yang
Zainal Anshari Marli
pertama adalah; Ibnu Sahnun (202-256 H), Al-Qobisi (342-403
H),
Al-Ghazali (450-505 H), dan Nashiruddin At Thusi (597-672 H).
Beberapa tokoh tersebut, diklasifikasi menurut disiplin
keilmuan
dan karya-karya tulis ilmiahnya, serta kecenderungan corak
berfikirnya.
pendidikan Islam corak kedua adalah; Al-Farabi (w. 339 H),
Ibnu
Shina (370-428 H), Ikhwanus Shofa, Ibnu Maskawaih (320-421
H),
dan Al-Mawardi (364-450 H).49 Yang termasuk dalam kategori
aliran corak pemikiran pendidikan yang kedua lebih dominan
peran rasionalitas dalam pengembangannya, peran hati tidak
lebih dominan daripada peran yang pertama. Corak pemikiran
yang pertama, lebih dominan pada peran hati, sedangkan yang
kedua lebih banyak berperan pada penguatan potensi
rasionalitas.
mengecilkan akan hal-hal yang bersifat duniawi, kebahagiaan
akhirat adalah garis inti tujuan ilmu. Kriteria ini juga ada
dalam
corak pemikiran Syaikhona Kholil Bangakalan, dengan ditandai
oleh doa’-do’a yang diajarkan Syaikhona Kholil Bangkalan,
syair-
syair spiritual dan beberapa amalan lainnya. Ketiga,
menganggap
ilmu hanya untuk ilmu, ilmu secara instrinsik dipandang
bernilai,
meski tanpa digunakan untuk pengabdian kepada sesama.
Kriteria-kriteri tersebut sebagaimana dirumuskan oleh Mahmud
Arif, pada bab 2 di atas.
Sedangkan aliran rasional, keduanya berbeda dalam hal
cara pandang tentang masalah wacana pendidikan. Aliran
rasional menggunakan analisis rasional filosofis secara
signifikan.
Sehingga pendidikan dalam pandangan mereka merupakan
49 Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, 108-109.
ikhtiyar yang harus dioptimalkan untuk menggali potensi
setiap
individu.50
pendidikan Islam menjadi 5 pandangan, diantaranya; 1)
pandangan materialisme, orang yang berpandangan matrialistik,
akan berimplikasi pada gaya hidupnya yang juga materialistik.
Tujuan hidupnya hanya materi semata. Pola pikir ini akan
tercermin pada model pesta pora dan hura-hura. 2) pandangan
spiritualisme, bagi mereka, hakikat manusia adalah roh atau
jiwa,
sedangkan zat atau materi adalah manifestasi roh dan jiwa.
Implikasi aliran ini, orang akan mengisi hidupnya dengan
penyucian jiwa, penyucian rohani. Aliran ini diperkuat oleh
paham idealisme, mistisisme, bahkan oleh unsur agama. 3)
pandangan dualisme, aliran ini berpandangan bahwa manusia
pada dasarnya adalah terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani
dan
rohani. Dua unsur tersebut tidak saling terkait antara satu
dengan
yang lainnya. Dan 4) pandangan eksistensialisme, pandangan
ini
relatif modern. Berikut ini merupakan tema pokok atau
karakteristik utama eksistensialisme, eksistensi mendahului
esensi, kebenaran itu subjektif, alam tidak menyediakan
aturan
moral, perbuatan individu tidak dapat diprediksikan, individu
mempunyai kebebasan berkehendak secara sempurna, individu
tidak dapat tidak dapat membantu, melainkan sekadar membuat
pilihan, individu dapat secara sempurna menjadi selain
daripada
keberadaannya.
dan Al-Abrasy. Manusia sebagai mahluk yang bebas merupakan
pandangan yang sejalan dengan pandangan Dewey. Kata Dewey
pandangan lama tentang manusia bersifat fatalistik. 51
50 Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, 117. 51 Abd.
Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, 132-147.
Zainal Anshari Marli
Kemudian, karena dasar pemikiran Al-Abrasy
berpedoman pada ajaran Islam, Al-Qur’an dan Al-
Hadist, maka pandangannya tentang manusia juga
terkait erat dengannya. Oleh sebab itu, jika terjadi
padanan istilah dari kedua tokoh dimaksud, bukan
berarti memiliki pandangan yang sama persis.52
Yang perlu dingat, Syaikhona Kholil Bangkalan tidak
hanya melahirkan konsep-konsep dalam sebuah karya tulis
ilmiah, akan tetapi beliau juga melahirkan karya sumber daya
manusia, yang dapat melanjutkan perjuangan dan pengabdiannya
di dalam masyarakat. Sedangkan menurut Haris dan Putra
membaginya menjadi 3 bagian, diantaranya 1) aliran agamis
konservatif, 2) aliran religius rasional, 3) aliran pragmatis
instrumental.
KESIMPULAN
“berdarah - nasab” akademis kepada Sunan Gunung Jati Jawa
Barat. Melalui jalur sang ayah KH. Abd. Latief. Kemudian
dilanjutkan pada Tuan guru Dawuh/ Bujuk Dawuh, berlanjut
kepada Tuan guru Agung/ bujuk Agung. KH. Mohammad Noer
desa Mandungan, Widang, Tuban. KH. Asyik Cangaan Bangil
Jawa Timur. Kiai Arif, pesantren Darus Salam, Kebon Candi,
Pasuruan. KH. Noer Hasan Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur. KH.
Abdul Bashar, Banyuwangi. Syaih Imam Muhammad Nawawi Al
52 Ibid, 142.
Sambas Bin Abdul Ghafur Al Jawi dan Syaih Ali Rahbini.
Kedua, sedangkan pemikiran pendidikan Islam KH.
Mohammad Kholil Bangkalan, didapatkan gambaran pemikiran
pendidikan Islam yang diramu beliau dalam tiga aspek,
diantaranya; pertama, pemikiran pendidikan Islam, dengan
karakteristik tasawuf atau lebih tepatnya pendidikan ahlak.
Kedua, pemikiran pendidikan Islam, dengan karakteristik fikih
ibadah. Dan ketiga, pemikiran pendidikan Islam dalam
keluarga.
Ketiga, terkait dengan corak pemikiran pendidikan Islam
KH. Mohammad Kholil Bangkalan didapatkan gambaran sebagai
berikut; setelah melakukan pembacaan terhadap geneologi dan
potret pemikiran pendidikan Syaikhona Kholil Bangkalan, maka
corak pemikirannya konservatif. Assegaf corak pemikiran
pendidikan Islam Syaikhona Kholil Bangkalan, termasuk dalam
kategori yang ke 2, yakni aliran spiritualisme. Sedangkan
menurut Haris dan Putra, corak pemikiran pendidikan Islam
Syaikhona Kholil Bangkalan termasuk dalam kategori yang
pertama, yakni aliran agamis konservatif.
Saran
di dalam melahirkan karya tulis ilmiah, maka kita sewajarnya
untuk menjaga dan memelihara karya-karya ulama nusantara
tersebut. Kita harus menjaganya, jika bukan kita yang
menjaga,
lalu siapa lagi yang akan menjaga? Kalau “orang luar” yang
harus
menjaga, maka idealisme intelektual nusantara akan selalu
tergadaikan kepada pihak-pihak asing yang sangat
berkepentingan dengan nusantara, tentunya berkepentingan
dalam berbagai hal.
Zainal Anshari Marli
Aceh, Abu Bakar. 1971. Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia.
Sema-
rang: CV. Ramadhani.
LKIS.
Syaikhil Masyayikh Syaikhina Muhammad Kholil Bin Abdul
Latif Al-Bangkalani. Bangkalan: PP. Syaikhona Kholil
Bangkalan.
Rajawali Press.
Bangkalan dan NU. Cirebon: Al Haula Press.
A. Razaq, Aryudi, dkk. 2009. Sang Penyemai Bibit Aswaja;
Biografi,
Perjuangan dan Perjalanan Hidup Kiai Umar, Sumber-
wringin. Jember: LTNNU.
Syarif, Surabaya: Maktabah Khalid Bin Ahmad Bin
Nabhan.
Abdillah At Tamimiy.
tidak dipublikasikan).
Legendaris Dari Madura. Pasuruan: Cipta Pustaka Utama.
___________. 2008. Syaikhona Cholil Bangkalan; Riwayat Hidup
Dan
Karya Tulis. Pasuruan: Cipta Pustaka Utama.
Barton, Greeg. 2008. Biografi Gus Dur. Yogyakarta: LKIS.
Basori, Rahman, 2008. The Founding Father Pesantren Modern
Indo-
nesia. Tanggerang: Inceis.
Pendidikan Pesantren. Jember: Pena Salsabila.
_____________. 2010. Pesantren dan Masyarakat Transformatif.
Jem-
ber: Pena Salsabila.
LKIS. cetakan ke IV.
Pamekasan.
___________. 2009. Tradisi Pesantren; Memadu Modernitas,
Untuk
Kemajuan Bangsa. Yogyakarta: Nawesea Press.
___________. 2011. Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan
Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Ja-
karta: LP3ES. (edisi revisi).
LKIS.
Haris, Abd. dan Kivah Aha Putra. 2012. Filsafat Pendidikan
Islam.
Jakarta: Amzah.
Khaldun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan STAIN Jember
Press.
http://iwantaufik.blogdetik.com/2010/03/17/kh-muhammad-
http://iwantaufik.blogdetik.com/2010/03/17/kh-muhammad-
Huda, Afton Ilman. tt. Biografi Mbah Siddiq. Jember: PP Al
Fattah.
Idris Marzuki, Ahmad, dkk. 1998. 3 Tokoh Lirboyo. Kediri:
BPK-
P2L. cetakan ke IV.
Berdirinya Nahdlatul Ulama. Surabaya: Khalista dan Pena
Insani.
Ihsan, Hamdani dan A Fuad Ihsan. 2001. Filsafat Pendidikan
Islam.
Bandung, Pustaka Setia.
Logos.
Intelektual Arsitek Pesantren. Jakarta: Prenada Media
Group.
INIS.
santren. Bekasi: Pustaka Isfahan.
Rosda.
Syaikhona Mohammad Kholil Bangkalan tahun 1834-1925.
Surabaya: Jurnal Avatara, Vol. 1, No. 2.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Majid, Nurcholis. 1985. Merumuskan Kembali Tujuan Pendidikan
Pesantren. Jakarta: P3M.
Raudlatul Ulum.
Pelajar dan STAIN Jember Press.
Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta:
Bumi
Aksara.
Pemikiran KH Ahmad Siddiq. Jakarta: Logos.
Nata, Abudin. 2000. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam.
Jakarta:
Rajawali Press.
Ikhlas.
Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Rahman, Saifur. 1999. Biografi dan Karamah KH Mohammad Kholil
BangkalanBangkalan; Surat Kepada Anjing Hitam. Jakarta:
Pustaka Ciganjur.
Singkat 1835-1925. Yogyakarta: Garasi.
integrative di sekolah, keluarga dan masyarakat. Yogyakarta:
LKIS.
Dari Bawah. Jakarta: P3M.
Gaya Media Pratama.
Zainal Anshari Marli
integrative di sekolah, keluarga dan masyarakat. Yogyakarta:
LKIS.
dalam Proses Pendirian NU. Surabaya: Khalista dan Pena
Insani.
Pustaka Marwa.
Jember: Pena Salsabila.
Kepemimpinan Kiai Dan Sistem Pendidikan Pesantren. Yog-
yakarta: LKIS.
Prakteknya, Jakarta: Bumi Aksara.
Sunyoto, Agus. 2012. Suluk Abdul Jalil, Perjalanan Ruhani Syaikh
Siti
Jenar. Yogyakarta: LKIS. jilid 1.
Steenbrink, Karel A. 1986. Pesantren, Madrasah, Sekolah;
Pendidikan
Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES.
Thomafi, M. Luthfi. 2012. Mbah Ma’shum Lasem, The Authorized
Biography of KH Ma’shum Ahmad. Yogyakarta, Pustaka
Pesantren.
STAIN.
Pesantren. Yogyakarta: LKIS.
Surabaya: Khalista.
ZA, Moh. Ali Ghafir. 2012. Doa Syaikhona; berisikan doa dan
amalan
Syaikhona Mohammad Kholil Bin Abd. Latif. Bangkalan:
Laziswa Sidogiri Cabang Bangkalan.
Majalah Ijtihad, edisi 32/tahun XVII/Rabiul Awwal-Rajab/1431
H