7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
1/26
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi
antara suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah satu atau
keduanya, atau menyebabkan efek samping tak diduga. Pada prinsipnya interaksi obat
dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi
atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat dapat
menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya
efek samping dari obat- obat tertentu. Risiko kesehatan dari Interaksi obat ini sangat
bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.
bat yang ada saat ini sangat efektif dan sangat berkhasiat. Interaksi yang
terjadi merupakan masalah yang besar. Sangatlah sulit bagi seorang dokter atau
apoteker yang sibuk untuk meluangkan !aktu memantau interaksi obat bagi tiap
pasien, !alaupun dokter atau apoteker yang bersangkutan sedang mencari berbagai
kemugkinan interaksi. "isa kita simak masalah ini dan kenyataan bah!a banyak
pasien menerima pengobatan ganda termasuk pengobatan sendiri serta banyak dokter
sendiri tidak menyadari interaksi berbahaya pada umumnya, dapatlah anda bayangkan
ga!atnya masalah ini.
#i antara berbagai faktor yang mempengaruhi respons tubuh terhadap
pegobatan terdapat faktor interaksi obat. bat dapat berinteraksi dengan makanan, $at
kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain. %ntuk itu, dalam makalah
ini akan dibahas mengenai interaksi obat dalam distribusi yang meliputi !aktu
transport obat dalam darah serta efek-efek yang diberikan dari obat-obat yang
berinteraksi.
1.2 Tujuan Penulisan
&dapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah '
(. )engetahui bagaimana interaksi obat yang terjadi se!aktu transport dalam darah.
*. )engetahui jenis-jenis interaksi obat dalam pemberian dua atau lebih jenis obat
yang bermanfaat atau yang berbahaya.
+. )engetahui golongan obat apa saja yang dapat berinteraksi dengan golongan obat
lain jika digunakan secara bersamaan.
1
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
2/26
. )engetahui permasalahan dan pemecahan dari interaksi obat yang terjadi pada
distribusi dalam darah.
1.3 Manfaat Penulisan
#iharapkan dapat memanfaatkan pengetahuan dari macam macam interaksi
obat dan penyebabnya, sehingga dalam penggunaan dua obat atau lebih dapat
dikombinasi dengan baik dan bermanfaat. #engan demikian, pemecahan masalah dari
efek negatif pemberian kombinasi obat dapat dihindari jika berbahaya dan tidak
menimbulkan efek kronis pada pasien.
BAB II
TINJAUAN PUTA!A
2.1 Definisi Interaksi "#at
&pa yang dimaksud dengan interaksi obat secara singkat dapat dikatakan
interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat lainnya. /erja obat yang
diubah dapat menjadi lebih atau kurang aktif. Richard 0arkness, (121.
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat 3drug-
related problem4 yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang
dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu
2
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
3/26
atau lebih $at yang berinteraksi 3Piscitelli, *5564. #ua atau lebih obat yang diberikan
pada !aktu yang sama dapat berubah efeknya secara tidak langsung atau dapat
berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat
lainnya, atau adakalanya beberapa efek lainnya 3"78 62, *5514.
#i dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat
di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme 3biotransformasi4, dan eliminasi. #alam proses tersebut, bila berbagai
macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain
itu, obat juga dapat berinteraksi dengan $at makanan yang dikonsumsi bersamaan
dengan obat.
Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamikadalah interaksi antar obat 3yang diberikan berasamaan4 yang bekerja pada reseptor
yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi
farmakokinetik adalah interaksi antar dua atau lebih obat yang diberikan bersamaan
dan saling mempengaruhi dalam proses )9 3absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasi4 sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat
dalam darah.
2.2 Jenis $ jenis Interaksi "#at
Pada dasarnya interaksi obat dapat digolongkan menjadi + 3tiga4 macam,
yaitu ' interaksi secara 8armasetik, interaksi secara farmkokinetik dan interaksi secara
farmakodinamik.
1. Interaksi se%ara &ar'asetik
)erupakan reaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan atau
disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. )isalnya ' interaksi antara obat
dengan larutan infus I: yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya
emulsi atau terjadi pengendapan, Rifampicin Isonia$id 3I704 "ila digerusbersamaan akan menurunkan aktivitas I70 karena sifat rifampicin yang
higroskopis. I70 mengalami penurunan aktivitas maka kedua obat harus
diberikan terpisah.
"entuk interaksi secara fisika dapat berupa ' terjadinya perubahan kelarutan dan
terjadinya penurunan titik beku. Sedangkan interaksi secara kimia dapat berupa
tejadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama
proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.
2. Interaksi se%ara &ar'ak(kinetik
3
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
4/26
Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi,
distribusi metabolisme atau ekskresi obat kedua, sehingga kadar plasma obat
kedua meningkat atau menurun. &kibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau
penurunan efektivitas obat tersebut. 38armakologi dan ;erapi 9disi 6, *5(*4
Interaksi 8armakokinetik meliputi '
a. Interaksi pada absorbsi obat
(4 9fek perubahan p0 gastrointestinal
bat melintasi membran mukosa dengan difusi pasif tergantung pada
apakah obat terdapat dalam bentuk terlarut lemak yang tidak terionkan.
&bsorpsi ditentukan oleh nilai p/a obat, kelarutannya dalam lemak, p0
isi usus dan sejumlah parameter yang terkait dengan formulasi obat.
Sebagai contoh adalah absorpsi asam salisilat oleh lambung lebih besar
terjadi pada p0 rendah daripada pada p0 tinggi 3Stockley, *5524.*4 &dsorpsi, khelasi, dan mekanisme pembentukan komplek
&rang aktif dimaksudkan bertindak sebagai agen penyerap di dalam usus
untuk pengobatan overdosis obat atau untuk menghilangkan bahan
beracun lainnya, tetapi dapat mempengaruhi penyerapan obat yang
diberikan dalam dosis terapetik. &ntasida juga dapat menyerap sejumlah
besar obat-obatan. Sebagai contoh, antibakteri tetrasiklin dapat
membentuk khelat dengan sejumlah ion logam divalen dan trivalen,
seperti kalsium, bismut aluminium, dan besi, membentuk kompleks yang
kurang diserap dan mengurangi efek antibakteri 3Stockley, *5524.
+4 Perubahan )otilitas
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
5/26
b. Interaksi pada distribusi obat
(4 Interaksi ikatan protein
Setelah absorpsi, obat dengan cepat didistribusikan ke seluruh tubuh oleh
sirkulasi. "eberapa obat secara total terlarut dalam cairan plasma, banyak
yang lainnya diangkut oleh beberapa proporsi molekul dalam larutan dan
sisanya terikat dengan protein plasma, terutama albumin. Ikatan obat
dengan protein plasma bersifat reversibel, kesetimbangan dibentuk antara
molekul-molekul yang terikat dan yang tidak. 0anya molekul tidak terikat
yang tetap bebas dan aktif secara farmakologi 3Stockley, *5524.
*4 Induksi dan inhibisi protein transport obat
#istribusi obat ke otak, dan beberapa organ lain seperti testis, dibatasi
oleh aksi protein transporter obat seperti P-glikoprotein. Protein ini secara
aktif memba!a obat keluar dari sel-sel ketika obat berdifusi secara pasif.
bat yang termasuk inhibitor transporter dapat meningkatkan penyerapan
substrat obat ke dalam otak, yang dapat meningkatkan efek samping =7S
3Stockley, *5524.
c. Interaksi pada metabolisme obat
(4 Perubahan pada metabolisme obat)eskipun beberapa obat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk tidak
berubah dalam urin, banyak diantaranya secara kimia diubah menjadi
senya!a lipid kurang larut, yang lebih mudah diekskresikan oleh ginjal.
>ika tidak demikian, banyak obat yang akan bertahan dalam tubuh dan
terus memberikan efeknya untuk !aktu yang lama. Perubahan kimia ini
disebut metabolisme, biotransformasi, degradasi biokimia, atau kadang-
kadang detoksifikasi. "eberapa metabolisme obat terjadi di dalam serum,
ginjal, kulit dan usus, tetapi proporsi terbesar dilakukan oleh en$im yang
ditemukan di membran retikulum endoplasma sel-sel hati. &da dua jenis
reaksi utama metabolisme obat. Yang pertama, reaksi tahap I 3melibatkan
oksidasi, reduksi atau hidrolisis4 obat-obatan menjadi senya!a yang lebih
polar. Sedangkan, reaksi tahap II melibatkan terikatnya obat dengan $at
lain 3misalnya asam glukuronat, yang dikenal sebagai glukuronidasi4
untuk membuat senya!a yang tidak aktif. )ayoritas reaksi oksidadi fase I
dilakukan oleh en$im sitokrom P65 3Stockley, *5524
5
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
6/26
*4 Induksi 9n$im
/etika barbiturat secara luas digunakan sebagai hipnotik, perlu terus
dilakukan peningkatan dosis seiring !aktu untuk mencapai efek hipnotik
yang sama, alasannya bah!a barbiturat meningkatkan aktivitas en$im
mikrosom sehingga meningkatkan laju metabolisme dan ekskresinya
3Stockley, *5524.
+4 Inhibisi 9n$im
Inhibisi en$im menyebabkan berkurangnya metabolisme obat, sehingga
obat terakumulasi di dalam tubuh. "erbeda dengan induksi en$im, yang
mungkin memerlukan !aktu beberapa hari atau bahkan minggu untuk
berkembang sepenuhnya, inhibisi en$im dapat terjadi dalam !aktu *
sampai + hari, sehingga terjadi perkembangan toksisitas yang cepat. >alur
metabolisme yang paling sering dihambat adalah fase I oksidasi oleh
isoen$im sitokrom P65. Signifikansi klinis dari banyak interaksi inhibisi
en$im tergantung pada sejauh mana tingkat kenaikan serum obat. >ika
serum tetap berada dalam kisaran terapeutik interaksi tidak penting secara
klinis 3Stockley, *5524.
4 8aktor genetik dalam metabolisme obatPeningkatan pemahaman genetika telah menunjukkan bah!a beberapa
isoen$im sitokrom P65 memiliki polimorfisme genetik, yang berarti
bah!a beberapa dari populasi memiliki varian isoen$im yang berbeda
aktivitas. =ontoh yang paling terkenal adalah =YP*#?, yang sebagian
kecil populasi varian aktivitas rendah dan dikenal sebagai metabolisme
lambat. Sebagian lainnya memiliki iso en$im cepat atau metabolisme
ekstensif. /emampuan yang berbeda dalam metabolisme obat-obatan
tertentu dapat menjelaskan mengapa beberapa pasien berkembang
mengalami toksisitas ketika diberikan obat sementara yang lain bebas dari
gejala 3Stockley, *5524.
64 Interaksi isoen$im sitokrom P65 dan obat yang diprediksi
Siklosporin dimetabolisme oleh =YP+&, rifampisin menginduksi
isoen$im ini, sedangkan ketokona$ol menghambatnya, sehingga tidak
mengherankan bah!a rifampisin mengurangi efek siklosporin sementara
ketokona$ol meningkatkannya 3Stockley, *5524.
6
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
7/26
d. Interaksi pada sekresi obat
(4 Perubahan p0 urin
Pada nilai p0 tinggi 3basa4, obat yang bersifat asam lemah 3p/a +-@,64
sebagian besar terdapat sebagai molekul terionisasi larut lipid, yang tidak
dapat berdifusi ke dalam sel tubulus dan karenanya akan tetap dalam urin
dan dikeluarkan dari tubuh. Sebaliknya, basa lemah dengan nilai p/a @,6
sampai (5.6. #engan demikian, perubahan p0 yang meningkatkan jumlah
obat dalam bentuk terionisasi, meningkatkan hilangnya obat. 3Stockley,
*5524
*4 Perubahan ekskresi aktif tubular renal
bat yang menggunakan sistem transportasi aktif yang sama di tubulus
ginjal dapat bersaing satu sama lain dalam hal ekskresi. Sebagai contoh,
probenesid mengurangi ekskresi penisilin dan obat lainnya. #engan
meningkatnya pemahaman terhadap protein transporter obat pada ginjal,
sekarang diketahui bah!a probenesid menghambat sekresi ginjal banyak
obat anionik lain dengan transporter anion organik 3&;s4. 3Stockley,
*5524
+4 Perubahan aliran darah renal&liran darah melalui ginjal dikendalikan oleh produksi vasodilator
prostaglandin ginjal. >ika sintesis prostaglandin ini dihambat, ekskresi
beberapa obat dari ginjal dapat berkurang. 3Stockley, *5524
3. Interaksi &ar'ak()ina'ik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang
memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.
Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-
obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat
diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi
3"78 62, *5514.
a. Interaksi aditif atau sinergis
>ika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan
bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan
SSP, jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar
obat 3misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain4, dapat menyebabkan
7
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
8/26
mengantuk berlebihan. /adang-kadang efek aditif menyebabkan toksik
3misalnya aditif ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan
perpanjangan interval A;4 3Stockley, *5524.
b. Interaksi antagonis atau berla!anan
"erbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat dengan kegiatan
yang bertentangan satu sama lain. )isalnya kumarin dapat memperpanjang
!aktu pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat efek vitamin /.
>ika asupan vitamin / bertambah, efek dari antikoagulan oral dihambat dan
!aktu protrombin dapat kembali normal, sehingga menggagalkan manfaat
terapi pengobatan antikoagulan 3Stockley, *5524.
2.3 Penatalaksanaan Interaksi "#at
Bangkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah !aspada
terhadap pasien yang memperoleh obat-obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan
obat lain. /emudian dinilai apakah interaksi yang terjadi bermakna klinis dan
ditemukan kelompok-kelompok pasien yang beresiko mengalami interaksi obat.
Bangkah berikutnya adalah memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkah
yang dapat diambil untuk meminimalkan berbagai efek samping yang mungkin
terjadi.
Startegi penatalaksanaan interaksi obat dapat dilakukan dengan cara'
(4 )enghindari kombinasi obat yang berinteraksi.
>ika resiko terjadinya interaksi obat lebih besar dari manfaatnya, maka harus
dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.
*4 Penyesuaian #osis
>ika hasil interaksi obat meningkatkan atau menurunkan efek obat, maka perlu
dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi
kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian dosis diperlukan pada
saat mulai atau menghentikan penggunaaan obat yang menyebabkan interaksi.
+4 )emantau pasien
/eputusan dari memantau atau tidak memantau tergantung dari faktr seperti
karaterisik pasien, penyakit lain yang di derita pasien, !aktu mulai menggunakan
obat yang menyebabkan interaksi, dan !aktu timbulnya reaksi interaksi obat.
4 )elanjutkan pengobatan seperti sebelumnya dengan modifikasi
>ika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang
optimal, atau bila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis.
8
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
9/26
2.* Definisi Distri#usi
#istribusi obat adalah proses-proses yang berhubungan dengan transfer
senya!a obat dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam tubuh. #istribusi merupakan
perjalanan obat ke seluruh tubuh. Setelah senya!a obat memasuki sistem sirkulasi
melalui absorpsi atau injeksi, senya!a tersebut akan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Setelah melalui proses absorpsi, obat akan di distribusikan keseluruh tubuh
melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga
ditentukan oleh sifat fisika kimianya. bat yang mudah larut dalam lemak akan
melintasi membran sel, terdistribusi ke dalam sel, sedangkan obat yang tidak larut
dalam lemak akan sulit menembus membran sel, sehingga distribusinya terbatas,
terutama dicairan ekstra sel. #istribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein
plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. #erajat
ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat 3 /emampuan obat
untuk mengikat reseptor4 terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sedikit.
2.+ &akt(r, &akt(r -ang 'e'engaru/i )istri#usi
Proses distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor '
(. Pengikatan protein plasma
bat terikat dalam protein plasma dalam taraf yang bervariasi. Ikatan protein pada
obat akan mempengaruhi intensitas kerja, lama kerja dan eliminasi bahan obat
sebagai berikut' bagian obat yang terikat pada protein plasma tidak dapat berdifusi
dan pada umumnya tidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. >adi hanya
obat obat bentuk bebas saja yang akan mencapai tempat kerja dan berkhasiat.
*. /elarutan obat dalam lipid 3yaitu, apakah obat tersebut larut dalam jaringan
lemak4/elarutan lipid merupakan taraf larutnya obat di dalam jaringan lemak tubuh.
;ubuh secara kimia!i tersusun dari sejumlah kompartemen cairan dan jaringan
lemak. Sebagian besar obat didistribusikan ke seluruh kompartemen cairan dalam
tubuh, dan kemudian akan diteruskan ke dalam jaringan lemak dalam taraf yang
besarCkecil. ;araf penyebaran obat ke seluruh tubuh disebut volume distribusi.
+. Sifat keterikatan obat
9
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
10/26
"eberapa obat memiliki karakteristik pengikatan yang tidak la$im. =ontoh'
tetrasiklin terikat dengan tulang dan gigi.bat anti-malaria klorokuin dapat terikat
dengan retina orang de!asaCjanin.
. &liran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi
Sebagian jaringan tubuh menerima pasokan darah yang lebih baik daripada
lainnyaD contoh' aliran darah ke dalam otak jauh lebih tinggi daripada aliran darah
ke tulang. /ondisi sirkulasi darah ini menentukan distribusi obat. Sirkulasi darah
diutamakan pada jantung, otak, dan paru-paru. /arena volume sirkulasi terbatas,
obat akan terdapat pada konsentrasi tinggi di dalam jaringan yang bisa
dijangkaunya.
6. /ondisi penyakit
=ontohnya, gagal ginjal dan kegagalan fungsi hati akan mengganggu kemampuan
tubuh dalam mengeliminasi sebagian besar obat. bat juga akan menumpuk
dalam tubuh jika pasien mengalami dehidrasi. >ika terjadi penumpukan obat, efek
sampingnya akan semakin berat. /eadaan lain yang dapat mempengaruhi
distribusi obat meliputi' gagal jantung, syok, penyakit tiroid, penyakit
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
11/26
adiposa, ruang antar sel, dan lain-lain. bat yang terikat ini berperan sebagai
cadangan dan bila obat bebas telah termetabolisme, terakumulasi dalam jaringan
lain atau tereksresi, maka tambahan atau pasokan obat berasal dari pelepasan
ikatan tersebut. #engan demikian terjadi proses ke-setimbangan dinamik yang
terus menerus dengan bagian obat yang tetap berada dalam keadaan bebas.
B. Interaksi )ala' ikatan r(tein las'a
"anyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama
pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam E(-glikoprotein.
leh karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat
obat yang bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama. ;ergantung
dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein plasma, maka suatu obat dapat
digeser dari ikatanya dengan protein plasma oleh obat lain, dan peningkatan kadar
obat bebas menimbulkan peningkatatan efek farmakologiknya. &kan tetapi
keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas
juga meningkatkan eliminasinya sehingga akhirnya tercapai keadaan mantap yang
baru dimana kadar obat total menurun tetapi kadar obat bebas kembali seperti
sebelumnya 3mekanisme kompensasi4.
Interaksi dalam ikatan protein ini, meskipun banyak terjadi, tetapi yang
menimbulkan masalah dalam klinik hanyalah yang menyangkut obat dengan sifat
berikut untuk obat yang di geser '
(. )empunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma 3minimal 26F4 dan
volume distribusi yang kecil 3G 5,(6 BCkg4 sehingga pergeseran sedikit saja
akan meningkatkan kadar obat bebas secara bermaknaD ini berlaku terutama
untuk obat bersifat asam, karena kebanyakan obat berifat basa volume
distribusi sangat luas.
*. )empunyai batas keamanan yang sempit sehingga peningkatan kadar obat
bebas tersebut dapat mencapai kadar toksik.
9fek toksik yang serius telah terjadi sebelum kompensasi diatas tersebut
terjadi, misalnya terjadi pendarahan pada antikoagulan oral, hipoglikemia pada
anti diabetic oralD atau eliminasinya mengalami kejenuhan, misalnya penitoin,
salisilat dan dikumarol, sehingga peningkatan kadar obat bebas tidak segera
disertai dengan peningkatan kecepatan eliminasinya. Interaksi ini lebih nyata
dengan hipoalbuminemia, gagal ginjal atau penyakit yang berat akibat
11
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
12/26
berkurangnya albumin plasma ikatan obat bersifat asam dengan albumin, serta
menurunya eliminasi obat.
"agi obat penggeser yang dapat menimbulkan pergeseran protein yang
bermakna adalah yang bersifat sebagai berikut '
(. "erikatan dengan albumin di tempat ikatan yang sama dengan obat yang
dapat digeser 3site I atau site II4 dengan ikatan yang kuat.
*. Pada dosis terapi kadarnya cukup tinggi untuk mulai menjenuhkan tempat
ikatanya pada albumin sebagai contoh, fenilbuta$on akan menggeser
!arfarin 3ikatan protein 11F, :dH5,( BCkg4 dan tolbutamid 3ikatan protein
1?F, :dH5,(* BCkg4.
8aktor faktor yang mempengaruhi konsentrasi protein plasma '
(. Sintesis protein
*. /atabolisme protein+. #istribusi albumin antara ruang intra dan ekstra vaskuler
. 9liminasi protein plasma yang berlebihan terutama albumin
6. Perubahan kualitas protein plasma afinitas obat terhadap protein berubah
=ontoh penyakit hatiCginjal kualitas protein plasma berubah kapasitas
protein plasma terhadap obat berubah.
8aktor faktor yang mempengaruhi ikatan protein plasma '
(. Sifat fisikokimia obat
*. /onsentrasi obat dalam tubuh
+. >umlah protein plasma
. &finitas antara obat dengan protein6. /ompetisi obat dengan $at lain pada ikatan protein
?. /ondisi patofisiologis penderita
2. Prinsi Trans(rt "#at )i )ala' aliran )ara/
Interaksi dalam mekanisme distribusi 3kompetisi dalam ikatan protein plasma4.
#istribusi adalah proses pengiriman $at-$at dalam obat kepada jaringan dan sel-sel
target. Proses ditribusi dipengaruhi oleh sistem sirkulasi tubuh, jumlah $at yang dapat
terikat dengan protein tubuh serta jaringan atau sel tujuan dari obat tersebut. /etika
obat didistribusikan di dalam plasma kebanyakan berikatan dengan protein 3terutama
albumin4.
)olekul protein sangat besar dibandingkan dengan molekul obat dan dapat
megandung lebih dari satu tipe tempat pengikatan untuk obat. "ila obat berikatan
dengan plasma protein seperti albumin, maka molekulnya menjadi sangat besar
sehingga sulit untuk berdifusi. bat-obat yang lebih besar dari 25F berikatan dengan
protein dikenal sebagai obat-obat yang berikatan dengan tinggi protein. Salah satu
contoh obat yang berikatan tinggi dengan protein adalah dia$epam ' yaitu ' 12F
12
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
13/26
berikatan dengan protein, aspirin 1F berikatan dengan protein, tolbutamid 1?F
berikatan dengan protein.
"agian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian obat selebihnya yang
tidak berikatan dapat bekerja bebas. 0anya obat-obat yang bebas atau yang tidak
berikatan dengan protein yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons
farmakologik. #engan menurunnya kadar obat bebas dalam jaringan, maka lebih
banyak obat yang berada dalam ikatan dibebaskan dari ikatannya dengan protein
untuk menjaga keseimbangan dari obat yang dalam bentuk bebas. >ika ada dua obat
yang berikatan tinggi dengan protein diberikan bersama-sama maka terjadi persaingan
untuk mendapatkan tempat pengikatan dengan protein, sehingga lebih banyak obat
bebas yang dilepaskan ke dalam sirkulasi. 0al ini menyebabkan obat yang
mempunyai pengikatan terhadap plasma protein yang tinggi dapat mengurangi
seluruh bersihan obat. #emikian pula sebaliknya, kadar protein rendah menurunkan
jumlah tempat pengikatan protein, sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam
plasma. >ika hal tersebut terjadi, maka dapat terjadi kelebihan dosis.
13
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
14/26
BAB III
PEMBAHAAN
3.1 (nt(/ Interaksi "#at Dala' Pr(ses Distri#usi Trans(rt Dala' Dara/4
"eberapa contoh obat yang berinteraksi di dalam proses distribusi yang
memperebutkan ikatan protein adalah sebagai berikut '
N(
.
"#at "#jek
A4
"#at
Presiitan
B4
Mekanis'e
Interaksi
Efek5 aki#at -g
)iti'#ulkan
Penanganan
1. 6arfarin &enil#uta7(n,
ksifenbuta$on,
Salisilat,
klofibrat,
fenitoin,
sulfinipira$on,
asam
mefenamat
bat " menggeser
obat & dari ikatannya
dengan protein
plasma efekC
toksisitas obat & J
/edua obat ini terikat
kuat pada protein
plasma. 7amun,
fenilbuta$on
memiliki afinitas
yang lebih besar,
sehingga mampu
mengeser !arfarin
dan meningkatkan
jumlah atau kadar
!arfarin bebas
Pendarahan ;erapi yang
menggunakan obat ini
hendaknya dihindari.
14
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
15/26
meningkat.
2. 6alfarin !l(ral/i)rat )etabolit utama dari
kloralhidrat adalah
asam trikloro asetat
yang sangat kuatterikat pada protein
plasma. /loralhidrat
mendesak !arfarin
dari ikatan protein
plasma
)eningkatkan
respon koagulan
;erapi pemberian obat
tidak boleh bersamaan,
#igunakan obt
hypnotik yang lain ,bila terlihat adanya
interaksi, diganti
dia$epam atau
flura$epam
3. 6alfarin i'eti)in =imetidin terikat ole
sitokrom P-65
sehingga
menurunkan aktivitasen$im mikrosom hati,
sehingga obat lain
akan terakumulasi
bila diberikan
bersama =imetidin.
)eningkatkan
Respon
antikoagulan
interaksi ini yaitu dapat
dilakukan dengan
pemeriksaan nilai I7R
3International7ormali$ed Ratio4
secara rutin dan bila
mungkin mengurangi
dosis Karfarin.
*. &ntikoalgulan
36arfarin4
Metr(ni)a7(l )etronida$ol
menghambat
metabolisme
!arfarin, juga
meningkatkan
hypoprotrombinemia
9fek antikoagulan
meningkat,
akibatnya resiko
pendarahan
meningkat.
Sebaiknya kombinasi
obat tersebut dihindari.
"ila digunakan pasien
harus dimonitor ,
apakah efek
antikoagulan
meningkat pada a!al
pemberian
metronida$ole, sampai
saat penghentian.
"iasanya dosis
antikoagulan diperkecil
dahulu pada saat
memulai terapi dengan
obat lain, tersebut, dan
baru ditingkatkan lagi
setelah pengobatan
dengan obat itu selesai.
+. 6arfarin All(urin(l 9fek !arfarin J atau
antikoagulan J
Pendarahan J #iamati apakah terjadi
hypoprotrombinaemia
bila terjadi
15
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
16/26
hypoprotrombinaemia
pada saat pemberian
antikoagulan dengan
allopurinol pada a!al
atau beberapa saat
setelah pemberian obat
tersebut, di stop dulu
pemberian !arfarin
dan dosis !arfarin
disesuaikan..
0. ;olbutamid8
kl(rr(a'i)
&enil#uta7(n8
oksifenbuta$on,
salisilat
Pemberian
klorpropamid
dengan
8enilbuta$on akan
meningkatkan
distribusi dari
/lorpropamid. 0al
ini dikarenakan
didalam darah
senya!a obat dari
klorpropamid
berinteraksi dengan
protein plasma,
sehingga senya!a
asam akan
berikatan dengan
albumin dan yang
basa berikatan
dengan E(-
glikoprotein,
sehingga
klorpropamid dan
fenilbuta$on bersaing
beriktatan dengan
protein plasma,
sehingga proses
distribusi dari
fenilbuta$on akan
terhambat.
0ipoglikemia #osis antikoagulan
diperkecil.
16
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
17/26
. Met(treksat alisilat8
Sulfonamid
bat " menggeser
bat & dari ikatannya
dengan protein
plasma
efekCtoksisitas bat
&J
Salisilat menggeser
)etrotreksat dari
ikatannya dengan
albumin dan
menurunkan
sekreseinya ke dalam
nephron oleh
kompetisi dengan
anion secretory
carrier.
Pansitopenia
Pansitopenia
adalah
pengurangan
signifikan jumlah
eritrosit, semua
jenis sel darah
putih, dan
trombosit di
sirkulasi darah.
>ika ikatan obat-
albumin subnormal,
maka dosis obat pada
pemberian
single dose harus kecil
bat yang memiliki
afinitas tinggi terhadap
albumin dan memiliki
:d kecil maka dosis
obat pada pemberian
kronik harus
disesuaikan
9. &enit(in &enil#uta7(n,
oksifenbuta$on,
salisilat
bat " menggeser
bat & dari ikatannya
dengan protein
plasma
efekCtoksisitas bat
&J
;oksisitas
8enitoin J
"ila dimungkinkan
hindarkan penggunaan
keduanya.
:. Antik(agulan ;ifa'i%in )enurunkan
bioavailabilitas
rifampicin
/adar obat dalam
darah menurun,
efek antikoagulan
dapat berkurang
Rifampicin diberikan
beberapa jam sebelum
sediaan tersebut.
1
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
18/26
)eskipun obat-obatan berikatan dengan banyak makro-molekul, pengikatan
ke protein plasma la$im terjadi. #ari protein plasma ini albumin yang terdiri dari 6F
total protein mengikat paling banyak jenis obat. bat-obat yang bersifat asam biasanya
mengikat albumin, sementara obat-obatan yang bersifat basa berikatan dengan E-
glikoprotein dan lipoprotein. "anyak senya!a endogen steroid, vitamin dan ion mineral
berikatan dengan globulin.
3.2 Pe'#a/asan Ta#el
1. 6alfarin $ &enil#uta7(n
6arfarin adalah golongan obat antikoagulan untuk mencegah terjadinya
pembekuan darah. Karfarin merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan
tromboemboli sistemik pada anak-anak 3bukan neonatus4 setelah heparinisasi a!al.
Karfarin mempengaruhi sintesis:itamin-/ yang berperan dalam pembekuan darah
sehingga terjadi deplesi faktor II, :II, IL dan L. Ia bekerja di hati dengan
menghambat karboksilasi vitamin / dari protein perkursornya.
&enil#uta7(nadalah obat anti-inflamasi non-steroid 3&I7S4 yang bekerja sebagai
anti-inflamasi melalui penghambatan en$im siklooksigenase dan penghambatan
terhadap pembentukan mediator inflamasi, seperti prostaglandin.
Mekansi'e Interaksi "#atn-a '
8enilbuta$on dapat menggeser !arfarin 3ikatan protein 11F, :d H 5,( lCkg4 dan
tolbutamid 3ikatan protein 1?F, :d H 5,(* lCkg4, sehingga kadar plasma !arfarin
dan tolbutamid bebas meningkat. Selain itu fenilbuta$on juga menghambat
metabolisme !arfarin dan tolbutamid. 38armakologi dan ;erapi 9disi 6, *5(*4.
/edua obat ini terikat kuat pada protein plasma, tetapi fenilbuta$on memiliki
afinitas lebih besar, sehingga mampu menggeser !arfarin dan dalam jumlahCkadar
!arfarin bebas meningkat sehingga aktivitas antikoagulan meningkat dan terjadi
resiko pendarahan.
Penanganan, sebaiknya penanganan terapi yang menggunakan obat ini !ajib
untuk dihindari.
2. 6alfarin $ !l(ral/i)rat
6arfarin merupakan antikoagulan oral. Bebih dari 15F dari !arfarin terikat
pada albumin plasma, yang mungkin menjadi penyebab kenapa volume
distribusinya kecil 3ruang albumin4, jika albumin plasma rendah maka
18
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
19/26
obat bebas dari !arfarin ini akan meningkat, oleh karenanya ia disebut
obat dengan indeks terapi sempit 3/at$ung, *55D >affer, "ragg, *55+4.
!l(ral/i)rat adalah aldehida yang terikat dengan air, menjadi alkohol. 9fek bagi
pasien-pasien yang gelisah, juga sebagai obat pereda pada penyakit saraf hysteria.
"erhubung cepat terjadinya toleransi dan resiko akan ketergantungan fisik dan
psikis, obat ini hanya digunakan untuk !aktu singkat 3(-* minggu4 3;jay, *55*4.
Mekanis'e Interaksi "#at )etabolit utama dari kloralhidrat adalah asam
triklorasetat yang sangat kuat terikat pada protein plasma. /loralhidrat mendesak
!arfarin dari ikatan protein sehingga meningkatkan respon antikoagulan.
Penanganan
Sebaiknya pola terapi yang menggunakan kombinasi obat ini hedaknya dihindari,
jika sangat terdesak pemberian !arfarin dengan kloralhidrat diberikan dengan
interval !aktu. Selain itu, digunakan obat hypnotik yang lain , bila terlihat adanya
interaksi, diganti dia$epam atau flura$epam.
3. 6arfarin )an i'eti)in
6arfarin merupakan antikoagulan oral. Bebih dari 15F dari !arfarin terikat
pada albumin plasma, yang mungkin menjadi penyebab kenapa volume
distribusinya kecil 3ruang albumin4, jika albumin plasma rendah maka
obat bebas dari !arfarin ini akan meningkat, oleh karenanya ia disebut
obat dengan indeks terapi sempit 3/at$ung, *55D >affer, "ragg, *55+4.
i'eti)in merupakan antihistamin penghambat reseptor 0istamin 0* yang
berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung. Simetidin
menghambat reseptor 0*secara selektif dan reversible, bioavailabilitas simetidin
sekitar @5 F sama dengan pemberian I: atau Im ikatan protein plasma hanya *5
F. =imetidin terikat ole sitokrom P-65 sehingga menurunkan aktivitas en$im
mikrosom hati, sehingga obat lain akan terakumulasi bila diberikan bersama
=imetidin. =ontohnya' !arfarin, fenitoin, kafein, fenitoin, teofilin, fenobarbital,
karbama$epin, dia$epam, propanolol, metoprolol dan imipramin. 3Interaksi bat,
Retno
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
20/26
!arfarin memiliki entang terapi yang sempit dan penggunaan anti koagulan yang
berlebihan dapat menyebabakan perdarahan yang serius.
Penanganan untuk interaksi ini yaitu dapat dilakukan dengan pemeriksaan nilai
INR (International Normalized Ratio) secara rutin dan bila mungkin mengurangi
dosis Karfarin. Pilihan lain dapat menggunakan antagonis 0* lain seperti
Ranitidin yang tidak berinteraksi dengan Karfarin. 3Interaksi bat, 0eni Suprapti4.
*. Antik(agulan )an Metr(ni)a7(l
Antik(agulansia adalah at-$at yang dapat mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan fibrin.
Metr(ni)a7(loral atau infus I: memperkuat efek antikoagulan oral sehingga
memperpanjang !aktu protrombin.
Mekansi'e Inteaksi "#at > antikoagulan dan metronida$ol menimbulkan efek
antikoagulan dapat meningkat. 3Interaksi bat, Richard 0arkness. (124
Penanganan >Pemakaian metronida$ol bersama antikoagulan sebaiknya dihindari
sebisa mungkin. >ika metronida$ol digunakan pada pasien yang menerima
antikoagulan oral, !aktu protrombin harus dimonitor dan dosis antikoagulan harus
disesuaikan dengan dosis metronida$ol. Sebaiknya kombinasi obat tersebut
dihindari. "ila digunakan pasien harus dimonitor, apakah efek antikoagulan
meningkat pada a!al pemberian metronida$ole, sampai saat penghentian. "iasanya
dosis antikoagulan diperkecil dahulu pada saat memulai terapi dengan obat lain,
tersebut, dan baru ditingkatkan lagi setelah pengobatan dengan obat itu selesai.
+. 6afarin )an All(urin(l
6arfarin merupakan antikoagulan oral. Bebih dari 15F dari !arfarin terikat
pada albumin plasma, yang mungkin menjadi penyebab kenapa volume
distribusinya kecil 3ruang albumin4, jika albumin plasma rendah maka
obat bebas dari !arfarin ini akan meningkat, oleh karenanya ia disebut
obat dengan indeks terapi sempit 3/at$ung, *55D >affer, "ragg, *55+4.
All(urin(l bekerja terhadap katabolisme purin, tanpa mengganggu biosistesis
purin. &llopurinol menurunkan produksi asam urat dengan menghambat reaksi
biokimia sesaat sebelum pembentukan asam urat.
Mekanis'e Interaksi "#at > &llopurinol menghambat metabolisme hati, dari
!arfarin 3antikoagulan4, sehingga efek antikoagulan akan meningkat.
20
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
21/26
Penanganan > #iamati apakah terjadi hypoprotrombinaemia, bila terjadi
hypoprotrombinaemia pada saat pemberian antikoagulan dengan allopurinol pada
a!al atau beberapa saat setelah pemberian obt-obt tersebut ,di stop dulu pemberian
antikoagulan, dan dosis antikoagulan disesuaikan.
0. !l(rr(a'i) )an &enil#uta7(n
!l(rr(a'i) > /lorpropamid digunakan untuk mengobati diabetes tipe *
3kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan normal dan
karena itu tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam darah4, terutama pada
penderita diabetes yang tidak dapat dikontrol dengan diet saja. /lorpropamid
menurunkan gula darah dengan merangsang pankreas mensekresi insulin dan
membantu tubuh untuk menggunakan insulin secara efisien. pankreas harus dapat
bekerja memproduksi insulin agar obat dapat bekerja. /lorpropamid tidak
digunakan untuk mengobati diabetes tipe ( 3kondisi dimana tubuh tidak
memproduksi insulin dan karena itu tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam
darah4. /lorpropamid memiliki !aktu paruh +* jam dan dimetabolisme pada hepar
secara lambat. /urang lebih *5-+5F terdapat dalam urine tanpa perubahan.
&enil#uta7(n > 8enilbuta$on memiliki efek sebagai anti inflamasi kuat, dan biasa
diresepkan untuk terapi jangka pendek gout artritis dan artritis rhematoid akut.
#erivat pyra$olidin ini mirip dengan rumus inti dengan fena$on. 9fek anti-
inflamasi fenilbuta$on untuk penyakit atritis reumatoid dan sejenisnya
sama kuat dengan salisilat, tetapi efek toksiknya berbeda. 9fek analgesik terhadap
nyeri yang sebabnya nonreumatik lebih lemah dari salisilat. 8enilbuta$on
memperlihatkan retensi natrium klorida yang nyata, disertai dengan pengurangan
diuresis dan dapat menimbulkan udem. 8enilbuta$on memperlihatkan efek
urikosurik ringan dengan menghambat reabsorpsi asam urat melalui tubuli.
Mekanis'e Interaksi > Pemberian klorpropamid dengan 8enilbuta$on akan
meningkatkan distribusi dari /lorpropamid. 0al ini dikarenakan didalam darah
senya!a obat dari klorpropamid berinteraksi dengan protein plasma, sehingga
senya!a asam akan berikatan dengan albumin dan yang basa berikatan
dengan E(-glikoprotein, sehingga klorpropamid dan fenilbuta$on bersaing
beriktatan dengan protein plasma, sehingga proses distribusi dari fenilbuta$on akan
terhambat.
Penanganan >sebaiknya untuk dosis antikoagulannya diperkecil.
. Met(treksat )an alisilat
21
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
22/26
Met(treksat > Pengobatan untuk neoplasma trofoblatik, leukemia, psoriasis,
reumatoid artritis, termasuk terapi poliartikular juvenile reumatoid artritis 3>#R4D
karsinoma payudara, karsinoma leher dan karsinoma kepala,karsinoma paru,
osteosarkoma, sarcoma jaringan lunak, karsinoma saluran gastrointestinal,
karsinoma esofagus, karsinoma testes, karsinoma limfoma.
Mekanis'e Interaksi "#at > bat " menggeser bat & dari ikatannya dengan
protein plasma efekCtoksisitas bat &J. Salisilat menggeser )etrotreksat dari
ikatannya dengan albumin dan menurunkan sekreseinya ke dalam nephron oleh
kompetisi dengan anion secretory carrier. 3Interaksi bat, 0eni Suprapti4
Efek >9fek )etotreksat ditingkatkan oleh Salisilat, 9fek meningkatkanCtoksisitas
contohnya Pansitopenia. 38armakolofi dan ;erapi, 9disi :. *5564.
Pengobatan bersama dengan 7S&I# telah menghasilkan supresi sum-sum tulang
berat, anemia aplastik dan toksisitas pada saluran gastrointestinal. NAID ti)ak
#(le/ )igunakan sela'a 'enggunakan 'et(treksat dosis sedang atau tinggi
karena dapat meningkatkan level metotreksat dalam darah 3dapat menaikkan
toksisitas4. Salisilat bisa meningkatkan level metotreksat, bagaimanapun
penggunaan salisilat untuk profilaksis dari kejadian kardiovaskular tidak mendapat
perhatian.
Penanganan > >ika ikatan obat-albumin subnormal, maka dosis obat pada
pemberian single dose harus kecil. bat yang memiliki afinitas tinggi terhadap
albumin dan memiliki :d kecil maka dosis obat pada pemberian kronik harus
disesuaikan.
2. &enit(in Dan &enil#uta7(n
&enit(in merupakan obat epilepsi, fenitoin menstabilkan membran sel saraf
terhadap depolarisasi dengan cara mengurangi masuknya ion ion natrium dalam
neutron pada keadaan istirahat atau selama depolarisasi. 8enitoin juga menekan
dan mengurangi infulks ion kalsium selama depolarisasi dan menekan
perangsangan sel msaraf yang berulang ulang. &bsorbsi oral fenitoin lambat,
tetapi sekali diabsorbsi distribusinya cepat dan
konsentrasi fenitoin dalam otak yang tinggi.
&enil#uta7(n > 8enilbuta$on adalah obat anti-inflamasi non-steroid 3&I7S4 yang
bekerja sebagai anti-inflamasi melalui penghambatan en$im siklooksigenase dan
penghambatan terhadap pembentukan mediator inflamasi, seperti prostaglandin.
22
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
23/26
8enilbuta$on memiliki kemampuan untuk menghambat en$im yang memetabolisir
obat lain dikenal sebagai penghambat en$im 3en$yme inhibitor4. &kibat dari
penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah
dengan segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat.
Mekanis'e Interaksi "#at' Pengikatan fenitoin oleh protein, terutama oleh
albumin plasma kira kira 15F. rang sehat dan !anita pemakai obat
kontrasepsi oral, fraksi bebasnya kira kira (5F, sedangkan diketahui bah!a efek
farmakologi fenitoin hanya bergantung dari bentuk bebasnya. Pasien dengan
penyakit ginjal, penyakit hati atau penyakit hepatorenal dan neonatal fraksi
bebasnya rata rata diatas (6F. Pada pasien epilepsi fraksi bebas berkisar
antara 6,2-(*,?F
#istribusi obat ke berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama, misalnya konsentrasi
fenitoin di otak ternyata (-+ kali dari konsentrasi di plasma. Interaksi antara
fenitoin dan fenilbuta$on terikat dengan protein plasma, sehingga akan
terjadi kompetisi untuk mengikat albumin, tergantung afinitas terhadap albumin
mana yang lebih kuat. /eadaan ini akan mengakibatkan peningkatan bentuk
bebas dari fenitoin, akibat ikatan dengan albumin diduduki oleh fenilbuta$on.
:olume distribusi fenitoin lebih berkurang ?F dari berat badan tapi sekitar
tujuh kali lebih besar bila dihitung dengan kadar obat bebas. Kaktu
paruh pemberian fenitoin peroral (2-* jam sedangkan mencapai kadar
optimal adalah 6-(5 hari.
:. Antik(agulan )an ;ifa'i%in
Antik(agulan > adalah at-$at yang dapat mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan fibrin.
;ifa'i%in > Rifampisina adalah antibiotika oral yang mempunyai aktivitas
bakterisida terhadap )ycobacterium tuberculosis dan )ycobacterium leprae.
)ekanisme kerja rifampisina dengan jalan menghambat kerja en$im #7&-
dependent R7& polymerase yang mengakibatkan sintesa R7& mikroorganisme
dihambat. %ntuk mempercepat penyembuhan dan mencegah resistensi kuman
selama pengobatan, rifampisina sebaiknya dikombinasikan dengan antituberkulosis
lain seperti I70 atau 9tambutol. #engan antibiotika lain rifampisina tidak
menunjukkan resistensi silang.
Mekanis'e Interaksi "#at > Rifampicin dapat menginduksi en$im
mikrosomosal, sehingga mempercepat inaktivasi beberapa macam obat lain, seperti
23
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
24/26
obat antikoagulan oral golongan kumarin, obat kontrasepsi oral. Sehingga /adar
obat dalam darah menurun, efek antikoagulan dapat berkurang.
Penanganan >sebaiknya jangan diberikan obat secara berbarengan.
1
7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
25/26
BAB I=
PENUTUP
*.1 !esi'ulan
Interaksi obat atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction, merupakan
interaksi yang terjadi antara obat yang dikonsumsi secara bersamaan. 9fek - efeknya
bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak
dimiliki sebelumnya. Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu ' bat objek.
&dalah obat - obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi C efeknyadipengaruhi oleh obat lain. bat presipitan. adalah obat yang dapat mempengaruhi
atau mengubah aksi efek obat lain.
#istribusi merupakan perjalanan obatke seluruh tubuh. Proses ini dipengaruhi
oleh ' Pengikatan protein plasma, kelarutan obat dalam lipid 3yaitu, apakah obat
tersebut larut dalam jaringan lemak4, sifat-keterikatan obat, aliran darah ke dalam
organ dan keadaan sirkulasi, stadium dalam siklus kehidupan, misalnyakehamilan,
masa bayi, kondisi penyakit, misalnya preeklampsia atau gagal jantung.
Prinsip #istribusi obat yang mendasari adalah interaksi dalam ikatan protein
plasma, serta transport obat di dalam plasma.
DA&TA; PUTA!A
&nonim. *55@. 8armakologi. "P/ Penabur. >akarta.
25
http://rachmadrevanz.com/2011/bagaimana-tubuh-menghadapi-obat-iv.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/eliminasi-atau-klirens-pada-obat.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/efek-obat-pada-seseorang.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/eliminasi-atau-klirens-pada-obat.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/efek-obat-pada-seseorang.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/bagaimana-tubuh-menghadapi-obat-iv.html7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi
26/26
)utschler, 9., (126, #inamika bat 8armakologi dan ;oksikologi, 22-1+, Penerbit
I;", "andung
#epartemen /esehatan Republik Indonesia. Informatorium bat 7asional Indonesia
*555. >akarta' "adan Penga!asan bat dan )akanan. *555
#epartemen farmakologi dan ;erapeutik. 8armakologi dan ;erapi 9disi :. >akarta '
8akultas kedokteran-%niversitas Indonesia. *55@
Prof. #r. 9lin Yulinah Sukandar, &pt, dkk. Iso 8armakoterapi. P; IS8I Penerbitan '
>akarta
0arkness Richard, R. P0. (12. Interaksi bat. Penerbit I;" ' "andung
Syamsudin. Interaksi bat /onsep #asar dan /linis. Penerbit %niversitas Indonesia '
>akarta
Ira, ktaviani. *5(*. &spek 8armakokinetika /linik bat- bat yang digunakan pada
pasien sirosis hati di "angsal interne RS %P #R. ).#jamil Padang Periode ktober
*5((- >anuari *5(*. Padang.
Suprapti 0erni, Interaksi bat. 8akultas /edokteran %niversitas Kijaya /usuma.
Surabaya.
Top Related