TUGAS MAKALAH KELOMPOK SEPULUH
MATA KULIAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
DOSEN : AMRI P.SIHOTANG SS., S.H., M.Hum
“INTERAKSI SOSIAL PADA KELOMPOK SUPORTER TIM SEPAK BOLA”
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASIFAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG2011
1
ANGGOTA KELOMPOK :
NAMA NIM
YUSUF EFENDI G.10.00
MUSTA’IN G.10.00
DEDI ACHFIANTO G.10.00
DANANG PRASETYO G.10.00
RIDWAN FAHLEVI G.131.10.0083
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum
Sepakbola merupakan olahraga yang banyak diminati oleh masyarakat dari
berbagai kalangan tanpa memandang kasta dan usia. Selain itu, adanya kemajuan
teknologi menyebabkan sepakbola dapat dinikmati dengan mudah oleh masyarakat, baik
di Indonesia maupun di negara-negara lain. Berbagai faktor tersebut yang menjadikan
sepakbola sebagai olahraga yang digemari oleh banyak orang di berbagai tempat.
Penonton dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu penonton yang hanya
sekadar menikmati pertandingan sepakbola tanpa memihak atau mendukung salah satu
tim sepakbola serta kelompok penonton yang mendukung dan memberikan semangat
kepada tim sepakbola yang mereka dukung atau disebut suporter.
Suporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang relatif tidak teratur dan
terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator crowds). Kerumunan semacam ini hampir
sama dengan kelompok penonton, akan tetapi perbedaannya adalah spectator crowds
merupakan kerumunan penonton tidak direncanakan, serta kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada umumnya tidak terkendali. Sedangkan suporter merupakan suatu
kelompok manusia yang tidak hanya tergantung pada adanya interaksi di dalam
kelompok itu sendiri, melainkan karena adanya pusat perhatian yang sama. Fokus
perhatian yang sama dalam kelompok penonton yang disebut suporter dalam hal ini
adalah tim sepakbola yang didukungnya.
Suporter sepakbola dengan suporter olahraga lain banyak perbedaannya. Yang
pertama jumlahnya lebh besar, ini mungkin karena stadion yang digunakan juga
berukuran besar. Stadion Utama Bung Karno saja dapat memuat 80.000 lebih penonton
dalam satu pertandingan. Suporter sepakbola juga dikenal lebih atraktif, lihat saja
pertandingan sepakbola di dalam negeri, kita akan melihat tingkah-tingkah kreatif mereka
yang sekarang juga menjalar ke cabang olahrga lainnya. Suporter sepakbola juga lebih
dikenal memiliki fanatisme yang tinggi bahkan cenderung suka melampaui batas.
Suporter adalah potret kebersamaan. Kita dapat melihat bagaimana konsep
“bangsa” tiba-tiba menyeruak di antara reruntuhan nasionalisme. Kita dapat merasakan
semangat solidaritas ini dapat terlihat sewaktu digelar hajatan PialaAFC 2010 yang lalu.
Disana kita dapat merasakan kembali kesatuan sebagai bangsa Indonesia yang telah lama
2
hilang terseret arus kapitalisme dan globalisasi. Bagaimana dengan gagahnya para
penonton saat itu bangga menyanyikan lagu Indonesia Raya. Lagu yang sudah jarang kita
nyanyikan.
Suporter adalah nyawa sepakbola. Suporterlah yang membuat ramai pertandingan.
Bahkan suporterlah yang menghidupkan sepak bola itu sendiri. Di negara maju, suporter
mereka sudah cerdas, walaupun kadang ada beberapa kasus yang memalukan. Suporter
yang cerdas adalah suporter spotif, tidak anarkis, tidak lugu, punya pengetahuan dan
kepedulian terhadap timnya.
Tingkah polah mereka pun bermacam-macam. Dari mulai bersorak untuk
memberi semangat, marah jika timnya dicurangi, berkomentar, sampai memberikan
masukan pada tim kesayangannya tentang pelatih yang harus diganti atau dipertahankan,
pemain yang layak atau tidak layak, pemain yang harus didatangkan, dan yang labih
menarik, penonton disana akan memberikan applaus kepada tim lawan bila mereka
bermain cantik, dan sebaliknya memberikan cemoohan kepada tim kesayangannya bila
mereka bermain buruk.
Suporter yang baik adalah suporter yang selalu memberikan masukan sebagai
bentuk perhatian. Suporter yang selalu memberikan dukungan bila timnya bermain bagus,
dan tentu saja memberikan catatan bahkan cemoohan bila timnya bermain buruk. Mereka
tidak loyalitas buta untuk terus mendukung timnya sejelek apapun timnya bermain. Maka
dari itu, tidak mengherankan bila dibanyak pertandingan kita menyaksikan ada suporter
yang meninggalkan lapangan pertandingan sebelum berakhir sebagai protes terhadap
timnya yang bermain buruk. Bahkan dalam beberapa kasus ada suporter tim tuan rumah
yang mendukung tim tamu sebagai protes karena tim dukungannya bermain buruk dan
mengecewakan.
Tim yang tahu begitu berharganya suporter tentu sangat menjaga mereka. Banyak
tim mendirikan klub suporter, misalnya MU Fansclub, Internisti, Milanisti, Aremania,
Jackmania, dan lain-lain. Tim yang baik sekaliber Milan dan Liverpool sangat
mendengarkan saran dan masukan serta kepuasan suporternya, agar mereka tidak
ditinggalkan. Jarang sekali mereka menyinggung perasaan suporter. Setiap masukan
mereka terima, komentar buruk mereka terima. Cemoohan mereka terima, selanjutnya
mereka memperbaiki timnya.
3
Keberadaan suporter atau pendukung merupakan salah satu pilar penting yang
wajib ada dalam suatu pertandingan sepakbola agar suasana tidak terasa hambar dan
tanpa makna. Kehadiran suporter dalam mendukung negaranya masing-masing sangat
terasa efeknya dalam mengobarkan semangat bertanding dalam diri para pemain. Lagu-
lagu yang dinyanyikan oleh para suporter mungkin sama efeknya dengan energi yang
dimunculkan dari doping dalam memacu semangat, yaitu para pemain semakin bernafsu
untuk mempersembahkan kemenangan untuk memuaskan para suporternya.
Kreatifitas suporter biasanya dilengkapi dengan berbagai atribut dan
perlengkapan. Mulai dari aneka topi yang berwarna warni sesuai warna bendera Negara,
syal, bendera, bertelanjang dada (untuk suporter pria) dengan tubuh dan wajah yang
diolesi cat atau membawa terompet serta drum sebagai genderang untuk tetabuhan.
Sejarah suporter sepakbola dapat dibilang sama tuanya dengan olahraga tersebut. Mereka
sudah ada ketika sepakbola juga muncul. Tetapi peran mereka lebih terasa ketika
sepakbola sudah dijadikan mesin industri.
Negara eropa berperan penting dalam lahirnya kelompok-kelompok suporter.
Diawali dengan Ultras di Italia, ketika itu apa yang dilakukan oleh ultras cukup unik,
mereka tidak hanya duduk diam sambil sedikit teriak saat menonton pertandingan
sepakbola. Mereka juga melakukan aksi teatrikal lainnya, seperti bernyanyi bersama,
memakai kostum yang sama, aneka jenis bendera, panji-panji dan spanduk raksasa, bom
asap warna-warni, nyala kembang api dan yang lainnya. Ultras memang menjadi pelopor
suporter sepakbola yang terorganisir dan memberikan warna baru bagi dunia sepakbola.
Aksi mereka ini lalu diikuti dan menular kepada perilaku suporter lainnya seperti Tartan
Army di Skotlandia, Denmark dengan rolligannya. Bahkan tim-tim di eropa juga
memiliki komunitas uporter seperti, Liverpudlian (suporternya Liverpool), Milanisti (AC
Milan), Laziale (Lazio), Internisti (InterMilan), dan lain-lain.
Yah, suporter sepakbola sudah menjadi kewajiban yang harus ada dalam setiap
pertandingan sepakbola. Begitu pentingnya mereka mendapat gelar sebagai pemain ke
12. Saat ini suporter tidak hanya datang untuk menonton sepakbola, mereka juga yang
menjadikan hidup suatu pertandingan.
Akan tetapi suporter juga memiliki sifat buruk. Sifat ini kadang-kadang yang
membuat tim serasa memakan buah simalakama. Selain atraktif suporter juga terkadang
4
bersifat anarkis, yang dengannya membuat tim atau negara sering dirugikan. Lihat aja
bagaimana akibat tragedy Heysel, tim-tim Inggris dilarang bermain di kompetisi antartim
Eropa. Begitu juga dengan pertandingan sepakbola di Indonesia, banyak klub yang
dihukum hingga ratusan juta rupiah akibat ulah yang dilakukan oleh suporternya.
1.2 Alasan Pemilihan Judul
Dari gambaran umum di atas penulis memilih judul makalah yang mempunyai
kaitan erat dengan tema interaksi sosial pada mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yaitu
“Interaksi Sosial Pada Kelompok Suporter Tim Sepak Bola”. Alasannya kelompok ini
terdiri dari banyak orang dengan beragam aktifitas sehingga hubungan antara individu
baik di dalam kelompok maupun di luar kelompok begitu sangat kompleks dan nuansa
interaksinya sangat kental.
BAB II RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Apakah interaksi sosial itu ?
2. Bagaimanakah latar belakang terjadinya interaksi sosial pada kelompok suporter tim
sepak bola ?
3. Apa saja bentuk-betuk interaksi sosial pada kelompok suporter tim sepak bola ?
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Apakah Interaksi Sosial Itu ?
Interaksi sosial adalah proses di mana orang-orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Menurut Gillin, “interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individual, antar kelompok orang dan
orang perorangan dengan kelompok”.
5
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antara kelompok tersebut
sebagai satu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.
Interaksi tersebut terjadi secara lebih mencolok, apabila terjadi pertentangan antara
kepentingan-kepentingan orang perorangan dengan kepentinganaksi -kepentingan
kelompok.
Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu :
a. Faktor Imitasi
Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara- cara orang lain.
Contoh : Seorang anak sering kali meniru kebiasan – kebiasan orang tuanya.
b. Faktor Sugesti
Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok . Kelompok kepada
kelompok kepada seorang individu . Contoh : Seorang remaja putus sekolah akan dengan
mudah ikut-ikutan terlibat “ Kenalan Remaja “ . Tanpa memikirkan akibatnya kelak.
c. Faktor Identifikasi
Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya .
Contoh : Seorang anak laki – laki yang begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka
mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayahnya.
d. Faktor Simpati
Perasaan simpati itu dapat juga disampaikan kepada seseorang / kelompok orang atau
suatu lembaga formal pada saat –saat khusus. Misalnya apabila perasaan simpati itu
timbul dari seorang perjaka terhadap seorang gadis / sebaliknya kelak akan menimbulkan
perasaan cinta kasih / kasih sayang.
Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan
pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup seperti itu baru akan
terjadi apabila dalam hal ini orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerja
sama, saing berbicara dan sebagainya untuk mencapai tujuan bersama mengadakan
persaingan, pertikaian, dan lain-lain. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah
proses-proses sosial yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis.
Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial :
a. Adanya Kontak Sosial,
Kontak Sosial terdiri dari dua macam:
6
Kontak Primer
Apabila yang mengadakan kontak hubungan, langsung bertemu dan bertatap muka,
seperti berjabat tangan, saling menyapa, saling tersenyum, dll.
Kontak Sekunder
Merupakan kebalikannya dari kontak primer dan memerlukan perantara.
Kemudian kontak sosial dapat terjadi dan berlsngsung dalam tiga bentuk, yaitu :
Antara orang perorangan
Antara seseorang dengan suatu kelompok.
Antara kelompok manusia yang satu dengan kelompok yang lain.
b. Adanya Komunikasi
Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang yang
menyampaikan komunikasi disebut komunikator , orang yang menerima komunikasi
disebut komunikan . Tidak selamanya kontak sosial akan menghasilkan interaksi sosial
yang baik apabila proses komunikasinya tidak berlangsungnya secara komunikatif .
Contoh : Pesan yang disampaikan tidak jelas, berbelit – belit, bahkan mungkin sama
sekali tidak dapat dipahami .
Perlu kita ketahui juga bahwa di dalam interaksi sosial terdapat beberapa bentuk
interaksi, yaitu :
Kerjasama (Cooperation)
Interaksi ini timbul karena adanya orientasi terhadap suatu tujuan yang ingin
dicapai secara bersama baik antar orang perseorangan maupun antar kelompok.
Persaingan (Competition)
Merupakan bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang saling bersaing
untuk mendapatkan sesuatu dengan cara menarik perhatian tanpa menggunakan
kekerasan.
Pertentangan (Conflict)
Merupakan bentuk interaksi antar individu atau kelompok yang berusaha
mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau
kekerasan.
7
Akomodasi (Accomodation)
Yaitu suatu kenyataan adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antar individu
dan kelompok manusia.
3.2 Apakah yang melatarbelakangi terjadinya interaksi sosial pada kelompok
suporter tim sepak bola ?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah “FANTISME” dari suporter itu sendiri.
Fanatisme merupakan suatu antusiasme pada sesuatu sehingga menimbulkan agresi
sekaligus memperkuat keadaan individu yang mengalami deindividuasi dan tidak
terkontrol perilakunya. Fanatisme dipandang sebagai penyebab menguatnya perilaku
kelompok yang dapat menimbulkan agresi pada suporter sepakbola. Sebagai bentuk
kognitif, individu yang fanatik akan cenderung kurang terkontrol dan tidak lagi berpikir
rasional. Jika bentuk kognitif ini mendasari setiap perilaku, maka peluang munculnya
agresi akan semakin besar. Faktor yang diindikasikan mempengaruhi fanatisme adalah
adanya ikatan emosional yang kuat antara suporter sepakbola dengan tim sepakbola yang
didukungnya. Ikatan emosional dapat terjadi pada seseorang dengan orang lain dan dapat
juga terjadi pada seseorang dengan sekelompok atau sebuah organisasi. Ikatan emosional
dalam kelompok terjadi dalam berbagai situasi interaksi antar anggota yang bervariasi
sehingga dapat menyebabkan suatu kelompok menjadi kelompok yang solid atau kurang
solid. Hal tersebut tergantung kohesi kelompok, di mana para anggota saling menyukai
dan saling mencintai.
Kelompok berawal dari rasa ketertarikan antara anggota sehingga kesamaan
sikap, nilai-nilai, sifat-sifat pribadi, dan sifat-sifat demografis akan meningkatkan
kohesivitas dalam kelompok. Jika suatu kelompok di mana setiap anggotanya merasa
saling memiliki dan punya rasa cinta yang sama terhadap satu hal yang sama pula, maka
akan terjadi ikatan secara emosional baik antar anggotanya maupun dengan sosok atau
hal-hal yang diagungkan. Ikatan emosional atau emotional bonding ialah proses
pembentukan attachment. Dalam keterkaitan individu dengan sesuatu atau hal-hal yang
membuat individu tersebut merasakan dirinya nyaman, cocokan dan terhubung, individu
juga menyertakan emosinya dalam hubungan yang saling terkait. Oleh karena itu, ikatan
8
akan membantu mendorong ke arah suatu hubungan emosional. Oleh karena itu, ikatan
melibatkan satu set perilaku yang akan membantu mendorong ke arah hubungan
emosional. Individu selalu mengikatkan diri mereka dengan sesuatu atau seseorang yang
dianggap berarti atau penting dalam hidupnya sehingga apa yang mereka lakukan untuk
objek tersebut mereka, seolah-seolah mereka melakukan untuk diri mereka sendiri.
Proses terjadinya keterikatan berawal dari terjadi suatu hubungan yang erat
dengan ciri khas adanya emosi. Salah satu faktor terjadinya ikatan emosional ialah
pengalaman yang mendalam bersama sehingga menimbulkan hubungan emosional antara
mereka. Terjadinya pengalaman bersama tergantung pada faktor-faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal misalnya pertimbangan pemikiran. Faktor eksternal ialah
lingkungan. Ikatan emosional dapat terjadi pada seseorang atau kelompok selain dengan
orangtua maupun dengan saudara. Suporter merasa terikat secara emosional dengan tim
sepakbola, karena setiap manusia ingin dekat dengan orang atau kelompok lain dan
merasa aman, puas, dan bahagia ketika orang atau kelompok tersebut hadir atau eksis.
Setiap suporter memiliki suatu keterikatan secara emosional dibalik fanatismenya
terhadap suatu kesebelasan yang didukungnya. Setiap suporter mempunyai nilai yang
berbeda terhadap kesebelasannya.
Jika dua individu menjalin sebuah hubungan, kehidupan keduanya juga akan
saling terhubung satu sama lain. Orang lain dapat membuat seseorang ikut merasakan apa
yang dirasakannya karena adanya kepercayaan, perasaan, dan sikap. Suporter merasakan
dirinya terikat secara emosional dengan kesebelasan yang dicintainya sehingga jika
terdapat hal-hal yang dapat mengganggu dan menjatuhkan kesebelasannya, suporter
tersebut akan membelanya. Alasannya adalah karena setiap manusia ingin dekat dengan
individu atau kelompok lain hingga akhirnya merasa nyaman, puas, dan bahagia saat
orang tersebut berhasil dan eksis.
Pada dasarnya, setiap suporter mempunyai sebuah keterikatan secara emosional di
balik fanatisme terhadap kesebelasan yang dibanggakannya. Latar belakang yang muncul
pun berbeda dari setiap suporter, baik itu karena kesebelasan tersebut berasal dari
daerahnya, permainan yang bagus saat pertandingan, maupun sekadar mengikuti
kelompok mayoritas.
9
Suporter adalah komunitas yang terdiri dari beragam latar belakang dan menjalani
keseharian dalam realita kehidupan. Realita yang seringkali tidak selaras dengan konsep
idealnya tentang kehidupan juga dapat menyebabkan seseorang menjadi frustasi. Tidak
adanya keadilan, kesejahteraan, dan kemapanan hidup yang dicita-citakan semakin
menambah kepenatan seseorang. Individu-individu dalam masyarakat akan menjadi
kekuatan sosial terorganisir jika memiliki kesamaan nasib antara satu dengan lainnya.
Sepak bola dapat menjadi alternatif menghilangkan rasa frustasi akibat himpitan hidup
yang semakin hari semakin berat.
Teori frustration-agression dalam memandang tingkah lagu agresif suporter sepak
bola terdiri atas contagion teory dan convergen teory. Contagion teory meneliti perilaku
penonton dan menegaskan bahwa individu-individu penonton telah berubah menjadi
individu yang sukar untuk dikontrol setelah dijangkiti oleh penularan sosial. Sedangkan
convergen teory adalah kerumunan penonton terdiri dari kelompok orang-orang yang
datang dengan kemauan sendiri dan berkumpul bersama-sama dan menunjukan sifat
kebersamaan.
Kerumunan penonton olahraga awalnya memperlihatkan gejolak dan reaksinya
dengan proses yang disebut milling, yakni proses individu menjadi tegang, takut,
bergairah dan semakin meningkat sehingga dapat membuat tindakan impulsif di bawah
pengaruh impuls bersama. Gejolak dan reaksi yang semakin meningkat dapat
mempengaruhi orang sekitar dan dapat menyebabkan kerusuhan.
Di sisi lain, dalam konteks sosial sepak bola dapat dijadikan media untuk
menumpahkan segala kepenatan dan rasa frustasi masyarakat. Masyarakat tidak sekadar
mencari hiburan untuk mengurangi kepenatan hidup lewat permainan atraktif pesepak
bola di lapangan, tetapi seringkali mengidentifikasi kesebelasan favoritnya sebagai wakil
penyampaian aspirasinya.
3.3 Apa saja bentuk-bentuk interaksi sosial kelompok suporter tim sepak bola ?
Pada pembahasan mengenai apa yang dimaksud dengan interaksi sosial, kita
sudah dapat mengetahui bahwa di dalam interaksi sosial terdapat beberapa bentuk
interaksi, yaitu yang berupa : kerjasama, persaingan, konflik, dan akomodosi. Kemudian
10
kalau kita mengamati kelompok suporter tim sepak bola, maka terdapat dua bentuk
interaksi utama yang sering kita temui dalam banyak pemberitaan yaitu interaksi dalam
bentuk konflik dan interaksi dalam bentuk kerjasama.
1. Interaksi dalam bentuk Konflik
Konflik yang sering terjadi pada proses interaksi sosial kelompok suporter tim sepak
bola adalah tindakan anarkis yang berupa kerusuhan. Kerusuhan tersebut dapat berupa
tawuran antar suporter atau tawuran dengan aparat ataupun warga.
Contoh :
Tragedi Heysel. pada 29 Mei 1985 ketika suporter Liverpool menyerang suporter
Juventus dalam final Champions Cup di Stadion Heysel, Brussel, Belgia.
Peristiwa ini bermula dari pendukung masing-masing klub yang saling mengejek
dan melecehkan. Kemudian, para pendukung Juventus mulai melemparkan
kembang api ke arah pendukung Liverpool. Huru-hara pun meledak. Akibat
peristiwa itu, 39 orang tewas mengenaskan.
Peristiwa aksi lempar batu antara warga dengan Bonek yang sedang
menumpangi kereta api di sepanjang jalur perlintasan kereta api. Aksi ini muncul
karena ulah para bonek yang sering mencari gara-gara dan membuat keributan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tindakan anarkis suporter yaitu:
a) Faktor Internal
Yaitu faktor dari dalam diri individu yang salah satunya berupa kematangan emosi
yang kurang baik. Seseorang yang telah matang emosinya berarti pula dapat
mengendalikan luapan emosi dan nafsu, sehingga individu tersebut dapat
mengelolanya dengan baik.
b) Faktor Eksternal
Berupa reaksi atau respon emosi yang diluapkan saat menyaksikan tim yang
diidolakannya bertanding, bisa dengan rasa sukacita ketika timnya menang ataupun
kekecewaaan ketika timnya kalah.
Faktor-faktor lain yang berperan besar atas terjadinya kerusuhan dan keributan
yang melibatkan suporter, antara lain :
Menurut Rees dan Schnepel, kerusuhan tersebut terjadi karena frustasi penggemar
yang merasa tim kesayangannya “berhak” mendapat hasil yang lebih baik. Rasa
11
frustasi itulah yang mendorong mereka berbuat rusuh. Dalam kasus tertentu, tim
pemenang pun juga bisa membuat rusuh. Misalnya ketika tim peringkat bawah secara
mengejutkan mengalahkan tim peringkat atas.
Faktor ekonomi adalah faktor yang berasal dari tingkatan keadaan ekonomi
seseorang, umumnya para suporter yang melakukan kerusuhan adalah seseorang
yang latar belakang sosial ekonominya rendah, hal itu juga didukung dari korban
tindakan agresi yang pernah “ditangani” petugas keamanan yang sempat kesulitan
untuk membiayai pengobatan ketika berobat dirumah sakit. (Suryantoanto,2004).
Kelas ekonomi kebawah adalah kelas yang paling banyak dalam suatu pertandingan
sepak bola. Buktinya tribun yang paling penuh terisi adalah tribun kelas ekonomi,
kerena harganya yang relatif terjangkau oleh suporter kelas menengah kebawah.
Keadaan ekonomi suporter yang berbeda seperti yang sudah berpenghasilan untuk
menonton sepak bola tidak perlu memikirkan untuk membeli tiket, tetapi bagi yang
belum berpenghasilan seperti para pelajar untuk menonton pertandingan mereka
harus berpikir ulang bagaimana cara membeli tiket.
Pengurus kelompok-kelompok suporter yang ada hingga saat ini masih lebih banyak
melakukan usaha untuk memperbanyak jumlah anggota tanpa memperhitungkan
kemampuan untuk mengelolanya. Semakin besar jumlah anggota akan semakin
menyulitkan kelompok suporter untuk menertibkan anggotanya. Apalagi di luar
anggota yang terdaftar dan terorganisir masih bayak fans yang tidak terdaftar.
Membedakan keduanya tidaklah mudah. Suporter yang tidak terorganisir inilah yang
lebih sulit untuk dikendalikan. Mungkin sudah saatnya untuk membuat seleksi yang
lebih ketat dalam penerimaan anggota. Terutama syarat minimal usia yang
diperbolehkan mendaftar. Selain itu juga dibuat atribut khusus yang dapat
membedakan antara anggota dan simpatisan. Ini cukup penting agar kelompok
suporter tidak terus menerus dijadikan kambing hitam atas setiap kerusuhan yang
terjadi. Pembinaan dan pengawasan internal mesti lebih digiatkan. Terapkan sanksi
tegas terhadap anggota yang melanggaar aturan seperti membuat keributan dan
memancing permusuhan dengan suporter lain. Bisa juga dibentuk keamanan internal
yang bertugas menjaga ketertiban anggota sebelum polisi turun tangan. Setiap
kebijakan dari pengurus hendaknya dapat diterima dan dijalankan dengan baik
12
hingga ke tingkat paling bawah. Untuk itu perlu diadakan komunikasi yang intensif
dan konsisten. Beberapa kelompok suporter telah melakukan hal ini dengan baik,
namun belum juga berhasil menjangkau arus bawah yang justru paling sering
menyebabkan keributan.
Alkohol, karena banyak dilakukan menonton pertandingan olahraga sambil mabuk.
Namun selain itu, Profesor Dahl dan Stefano DellaVigna dari University of
California, Berkeley, menyatakan bahwa kerusuhan juga timbul karena pengaruh
film yang sarat dengan kekerasan.
Dalam paper yang lain, Daniel Wann menjelaskan adanya “social learning theory”
yaitu ketika seorang penggemar melihat pemain favoritnya melakukan penyerangan
pada lawan mainnya, akan memberikan efek provokasi balik terhadap penggemar
untuk ikut menyerang pendukung tim lawan.
2. Interaksi dalam bentuk kerjasama
Bentuk interaksi sosial yang berupa kerja sama dapat kita lihat salah satunya pada
aksi solidaritas antar suporter, misalnya :
Aksi solidaritas suporter sepakbola ditunjukkan bagi korban Merapi dan Mentawai.
Puluhan Suporter Sepakbola Persita dan Persikota Tangerang melakukan aksi
penggalangan dana di Perempatan Lampu Merah, Veteran Babakan, Kota
Tangerang-Banten, Kamis (28/10/2010). Dana yang sudah dihimpun tersebut
disalurkan secara langsung dan melalui lembaga palang merah Indonesia.
Bertepatan dengan hari sumpah pemuda, pemandangan berbeda dilakukan oleh
kelompok Suporter Benteng Mania pendukung Tim Persikota Tangerang dan
Benteng Viola Pendukung Tim Persita Tangerang. Tidak seperti biasanya kedua
kelompok suporter yang kerap terlibat aksi tawuran ini melakukan aksi
penggalangan dana.Aksi yang digelar di dua titik ini, ditujukan bagi korban Gempa
dan Tsunami Kepulauan Mentawai-Sumatera Barat serta Letusan Gunung Merapi,
Jogjakarta. Aksi yang akan berlangsung selama tiga hari ini merupakan aksi
kepedulian kaum muda terhadap para korban bencana alam yang saat ini sangat
membutuhkan bantuan. Perwakilan dari masing masing kelompok suporter
mengatakan, aksi ini merupakan bentuk kepedulian kaum muda terhadap korban
13
bencana alam. Sekaligus sebagai kampanye damai bagi seluruh anggota kedua
belah kelompok suporter untuk tidak lagi bermusuhan.
Pada tanggal 22 Februari 2011, para suporter sepak bola yang berasal dari berbagai
daerah di pulau Jawa melakukan aksi unjuk rasa dimana target mereka adalah
menduduki kantor PSSI hingga Nurdin Halid mundur atau membatalkan
pencalonannya sebagai ketua umum PSSI priode 2011-2015.
Kerjasama antara Jak Online dengan pihak Radiobola.net, merupakan kerjasama
pertama pihak Radiobola.net kepada komunitas Suporter Sepakbola di Indonesia
yang telah mengudara pertama kalinya sejak bulan Februari 2010 dengan nama
program “OBJO” kepanjangan dari Obrolan Bareng Jak Online yang mengupas
informasi terkini seputar perkembangan kesebelasan Persija Jakarta dan organisasi
The Jakmania sebagai Fans Club dari Persija Jakarta ditambah dengan info-info
terhangat seputar Sepakbola Indonesia khususnya Tim Nasional Indonesia yang
dibawakan langsung oleh para Crew Jak Online.
Dari contoh tersebut di atas kita dapat menyimpulkan bahwa kerjasama yang di
jalin para suporter sepakbola sebenarnya rata-rata menunjukkan pola hubungan yang
baik, positif dan kreatif. Dalam banyak pertandingan sepak bola khususnya tim yang
berlaga di liga super Indonesia, para suporter sudah menunjukkan kedewasaan saat
menonton pertandingan yaitu mereka melakukan aksi damai dengan tidak melakukan
tindakan anarkis berupa tawuran walaupun masih ada juga yang melakukan kerusuhan
tetapi sebenarnya fekuensinya sudah menurun dibanding dengan tahun-tahun
sebelumnya.
BAB IV PENUTUP ( KESIMPULAN )
Dari pembahasan masalah di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa:
1. Aktifitas interaksi sosial tersebut adalah sebenarnya sangat luas, karena interaksi
sosial merupakan proses-proses sosial yang menunjuk pada hubungan-hubungan
sosial yang dinamis dalam berbagai bentuk interaksi seperti kerjasama, persaingan,
akomodasi, konflik, dsb, misalnya seseorang berkomunikasi dengan orang lain, suatu
kelompok berkomunikasi dengan kelompok lain atau individu dengan kelompok .
14
2. Kemudian mengenai paparan penulis yang berkaitan dengan latar belakang terjadinya
interaksi sosial pada kelompok suporter tim sepak bola intinya adalah kemunculuan
suporter didasari karena faktor fanatisme terhadap tim yang mereka bela dan
persepsinya pun berbeda-beda baik itu karena tim tersebut berasal dari daerahnya,
permainan yang bagus saat pertandingan, maupun sekadar mengikuti kelompok
mayoritas.
3. Pada bentuk –bentuk interaksi yang muncul pada kolompok suporter tim sepak bola,
penulis hanya menyampaikan dua bentuk terpenting dari interaksi yang mereka
lakukan karena dua bentuk tersebutlah yang sering mendominasi pemberitaan di
setiap negara yaitu interaksi berupa konflik atau pertentangan dimana para suporter
suatu tim sepak bola melakukan tindakan anarkis yang berwujud kericuhan baik pada
saat pertandingan maupun di luar pertandingan atau tawuran antara suporter dengan
aparat kepolisian maupun warga. Dan yang kedua adalah interaksi yang berupa kerja
sama antara suporter dengan suporter lain maupun dengan pihak di luar anggota
suporter tersebut. Contohnya seperti yang dikemukakan penulis di atas seperti aksi
solidaritas untuk membantu korban bencana alam, gabungan para suporter dari tim
berbeda berbondon-bondong melakukan aksi unjuk rasa dengan menduduki kantor
PSSI, atau suatu suporter bekerjasama dengan beberapa instansi untuk mendidik dan
memberikan informasi kepada anggotanya berkaitan dengan tim yang meraka bela.
DAFTAR PUSTAKA
Sihotang, Amri P, 2011, Ilmu Sosial Budaya Dasar , Semarang, Penerbit Semarang
University.
Siregar, Aminuddin. 2009 . Hubungan antara Frustasi dengan Agresivitas pada Suporter
Sepak Bola Pasoepati. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Suroso., Santi, Dian Evita., & Pramana, Aditya. 2010. Ikatan Emosional Terhadap Tim
Sepakbola dan Fanatisme Suporter Sepakbola. Jurnal Penelitian Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, 01( 01), 23-37.
15
Top Related