1173
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
IMPLEMENTASI UNDANG UNDANG No 17 TAHUN 2012 JO UNDANG
UNDANG No 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DI KOTA
YOGYAKARTA
Siti Sumartiah
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA Kota YOGYAKARTA
Sunarto
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA Kota YOGYAKARTA
ABSTRACT
Law No. 25 of 1992 on Cooperatives perceived is no longer compatible with the joints of people's
economy adopted by the Indonesian Nation, so in its development, the Act has undergone peruibahan
and adjustment, thus was born the Law No. 17 Year 2012 on Cooperatives. But it also raises some
problems in its application in the community, so this research is very important to do. This study aimed
to determine how the implementation and or application of Law No.. 17 of 2012 in the city of
Yogyakarta. Apart from that no less important is to be able to know what are the obstacles and barriers
that occur in the application of the Constitution Act Cooperative above. The method used in this study
is sociological normative approach because this study uses data obtained directly from the community
(primary data) and literature (secondary data). Qualitative research is descriptive specification that
gives detailed, thorough and systematic about the reality of the matter is about the application of Law
No.. 17 of 2012 in the city of Yogyakarta and any obstacles that occur in the application of the Act.
Existing data from the results of this study were obtained through field research, and will be analyzed
qualitatively, given the data collected is descriptive, then in accordance with the purpose of the research
to be analyzed qualitatively, namely trying to connect with the fact that there are many rules that govern
Cooperatives and sociological aspects that may affect the provision tersebut.Selanjutnya the results of
the analysis will be manifested in a clear and concisedescription.
From the research that has been done, the cooperative is expected to grow and thrive both for members
and for the nation at large. So that people can understand what things are mandated by the Cooperative
Act, so as to create a welfare society with democratic economy .
Key words: Cooperative, the Facts, the Application of.
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi dirasakansudah tidak sesuai lagi
dengan sendi-sendi ekonomi kerakyatan dalam perkembangannya, Undang Undang tersebut telah
mengalami perubahan dan penyesuaian, sehingga lahirlah Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian. Tetapi hal tersebut juga menimbulkan beberapa permasalahan dalam
penerapannya di masyarakat, sehingga penelitian ini sangat penting untuk dilakukan.
Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 menjabarkan pengertian koperasi sebagai badan Usaha dan
badan hukum yang beranggotakan orang perseorangan. Sedangkan Undang Undang Nomor 17 Tahun
1174
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
2012 menjabarkan bahwa pengertian koperasi sebagai badan hukum yang didirikan oleh orang
perseorangan.
Disini dapat terlihat bahwa perbedaan dari pemilihan kata yang digunakan untuk mendiskripsikan
koperasi yakni badan usaha dan badan hukum yang jelas memiliki makna yang berbeda.Yang mana
badan usaha merupakan badan yang menjabarkan falsafah, prinsip, dan landasan landasan yang
digunakan sebagai acuan dalam melakukan usaha, sedangkan badan hokum merupakan bagian dari
badan usaha yang bersifat lebih mengingat dan ada sanksi yang tegas terhadap setiap pelanggaran..
Dilihat dari segi konsistensian kata dalam pengertian koperasi menurut Undang Undang Nomor 25
Tahun 1992, terjadi ketidak konsistenan kata, yang mana dalam Undang Undang yang lama tidak
menjabarkan pengertian koperasi sebagai badan usaha akan tetapi sebagai badan hukum. Sedangkan
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 terjadi hal yang berlawanan yaitu adanya konsisten kata yang
digunakan untuk mendiskripsikan pengertian koperasi yaitu adanya penggunaan kata badan hukum.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk dapat meneliti mengenai
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah implementasi dan atau penerapan UU Nomor. 17 Tahun 2012 di Kota Yogyakarta.
2. Kendala maupun hambatan apa saja yang terjadi dalam penerapan Undang Undang Nomor 17 Tahun
2012
B. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada pokok permasalahan tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dan atau penerapan UU Nomor. 17 Tahun 2012 di Kota
Yogyakarta.
b. Untuk mengetahui kendala maupun hambatan apa saja yang terjadi dalam penerapan Undang Undang
Nomor 17 Tahun 2012
Manfaat Penelitian
Kegunaan dalam hasil penelitian ini diharapkan Koperasi akan tumbuh dan berkembang baik bagi
anggotanya maupun bagi bangsa pada umumnya. Sehingga masyarakat bisa memahami hal-hal apa saja
yang diamanatkan oleh Undang Undang Perkoperasian, sehingga dapat tercipta kesejahteraan
masyarakat dengan adanya kelahiran Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 dalam penerapannya
tidak ada kendala maupun hambatan hambatan
Bab II
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Koperasi
Menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 yang menjabarkan pengertian koperasi sebagai Badan
Usaha dan badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus gerakan ekonormi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan
Sedangkan prinsip Koperasi menurut Undang Undan Nomor 25 Tahun 1992 yang terdapat pada pasal
5 yaitu :
a. Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:
Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka
Pengelolaan dilakukan secara demokratis
Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing
masing anggota
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Kemandirian
1175
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
b. Dilihat dari sudut hubungan dengan bidang bidang yang lain menurut Undang Undang Nomor 25 Tahun
1992 menguraikan cakupan koperasi hanya sebatas pada bidang ekonomi. Hal ini dapat dibuktikan
dengan pernyataan gerakan ilmu ekonomi
c. Ditinjau dari penguraian asas Koperasi, Undang Undang No. 25 Tahun 1992 menguraikan definisi
koperasi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
d. Modal Koperasi menurut Undang Undang No 25 Tahun 1992 terdiri dari modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri berasal dari a. Simpanan Pokok b. Simpanan wajib c. Dana cadangan. d. Hibah
.
2. Pengertian Koperasi
Menurut Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 adalah Badan Hukum yang didirikan oleh orang
perseorangan atau badan hukum Koperasi dengan pemisahaan kekayaan para anggotanya sebagai
modal menjalankan usaha, untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, social
dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Sedangkan dilihat dari sudut kejelasan modal
Koperasi, menurut Undang Undang ini lebih menguraikan lebih jelas komposisi modal yang dimiliki
Koperasi. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan mengenai pengertian koperasi sebagai badan
Hukum dengan pemisahaan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha. Dalam
Prinsip Koperasi menurut Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 ini lebih luas, detail dan tegas pada
peran penting Koperasi, hal ini dapat dibuktikan dengan penjabaran prinsip Koperasi yang terdapat pada
Pasal 6 yaitu :
Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi yang meliputi : Keanggotaan Koperasi Bersifat Suka rela dan
terbuka; Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis ; Anggota berpartisipasi aktif
dalam kegiatan ekoNomormi koperasi ; Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonomi, dan
independen ; Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, Koperasi melayani
anggotanya secara prima dan memperkuat .
a. Perkoperasian terbaru sebagai follow up dari kelahiran Undang Undang No. 17 Tahun 2012 strategi
berikut yang akan dilaksanakan instansi pemberdayaan gerakan koperasi adalah melakukan sosialisasi
atas Undang Undang Perkoperasian yang terbaru tersebut.
Untuk mempertegas legalitas koperasi sebagai badan hukum, maka pendirian koperasi harus melalui
akte otentik ; Dalam hal permodalan dan selisih hasil Usaha tellah disepakati rumusan modal awal ;
Ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam(KSP) mencakup Pengelolaan maupun penjaminannya.
KSP ke depan hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman Koperasi Simpan Pinjam
berorientasi pada pelayanan pada anggota, sehingga tidak lagi dapat disalahgunakan pemodal yang
berbisnis dengan badan hukum koperasi . Unit simpan pinjam koperasi dalam waktu 3(tiga) tahun wajib
berubah menjadi KSP yang merupakan badan hukum koperasi tersendiri. Selain itu untuk menjamin
simpanan anggota KSP diwajibkan menjaminkan simpanan anggota Koperasi Simpan Pinjam (LPS-
KSP) melalui Peraturan Pemerintah (PP). Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk berpihakan pemerintah
; Pengawasan dan pemeriksaan terhadap koperasi akan lebih diintensifkan ; Dalam rangka
pemberdayaan koperasi, gerakan koperasi didorong membentuk suatu lembaga yang mandiri dengan
menghimpun iuran dari anggota serta membentuk dana pembangunan,
Keberadaan Undang-Undang Perkoperasian diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi koperasi pada masa mendatang. Dengan adanya Undang Undang yang baru ini dalam realita
kelahiran Undang Undang tersebut masih disambut antara pro dan kontra, karena kawatir akan
membahayakan perkembangan koperasi di Indonesia, kuatnya fungsi pengawasan dan hilangnya
pengelola. .Masih ada lainnya yaitu pada Undang Undang yang baru juga menghilangkan istilah
1176
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
simpanan wajib dan simpanan pokok serta simpanan suka rela, dan sekarang muncul istilah-istilah
setoran pokok dan sertifikat modal koperasi pada saat pendirian.
Pada UU yang Baru Organ Koperasi terdiri dari :1. Rapat Anggota adalah perangkat organisasi
Koperasi yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Koperasi; 2. Pengawas adalah perangkat
organisasi Koperasi yang bertugas mengawasi dan memberikan nasihat kepada Pengurus. 3. Sertifikat
Modal Koperasi adalah bukti penyertaan Anggota Koperasi dalam modal Koperasi. 4. Selisih Hasil
Usaha adalah Surplus Hasil Usaha atau Defisit Hasil Usaha yang diperoleh dari hasil usaha atau
pendapatan Koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan pengeluaran atas berbagai beban
usaha. 5.Simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan oleh Anggota kepada Koperasi Simpan
Pinjam, dengan memperoleh jasa dari Koperasi Simpan Pinjam sesuai perjanjian. 6.Pinjaman adalah
penyediaan uang oleh Koperasi Simpan Pinjam kepada Anggota sebagai peminjam berdasarkan
perjanjian, yang mewajibkan peminjam untuk melunasi dalam jangka waktu tertentu dan membayar
jasa.7. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan Perkoperasian yang
bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita dan tujuan Koperasi. 8.Pendirian Koperasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan dengan Akta Pendirian Koperasi yang dibuat oleh Notaris dalam
bahasa Indonesia. 9. Keanggotaan adalah anggota Koperasi merupakan pemilik dan anggota Koperasi
Primer merupakan orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum, mempunyai
kesamaan kepentingan ekonomi, bersedia menggunakan jasa Koperasi, dan memenuhi persyaratan
sebagaimana ditetapkan dalam Anggaraangkan anggota
Koperasi Sekunder merupakan Koperasi yang mempunyai anggota badan hukum yang kesamaan
kepentingan ekonomi dan memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran
Dasar.Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah persyaratan sebagaimana diatur
dalam Anggaran Dasar, Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan, dan Anggota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) mempunyai kewajiban antara lain :mematuhi Anggaran
Dasar, dan Anggaran Rumah Tangga, dan keputusan Rapat Anggota serta berpartisipasi aktif dalam
kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh Koperasi; dan mengembangkan dan memelihara nilai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
Bab III
Metode Penelitian
Penelitian yang berjudul “Implementasi dan atau penerapan Undang Undang Nomor. 17 Tahun 2012
di Kota Yogyakarta” ini membutuhkan data akurat, baik data primer maupun data sekunder.
Data tersebut dapat diperoleh melalui prosedur penelitian sebagai berikut:
A. Metode Pendekatan
Karena masalah yang diteliti masalah keterkaitan antara faktor yuridis normatif dan empiris
yaitu penelitian terhadap ketentuan atau peraturan perundang-undangan dan penelitian ini bertitik tolak
dari data primer yaitu data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama melalui
lapangan.
Adapun data yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dari penelitian kepustakaan, sebagai
suatu tehnik pengumpulan data dengan memanfaatkan berbagai literature berupa peraturan-peraturan,
buku-buku, karya-karya ilmiah, keputusan Pengadilan, wawancara, serta sumber data sekunder lainnya.
Dalam pendekatan yuridis Normatif dan empiris ini dalam menganalisis mengenai penerapan UU
Nomor. 17 Tahun 2012 di Kota Yogyakarta.serta Kendala maupun hambatan apa saja yang terjadi
dalam penerapan Undang Undang tersebut.
1177
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Sedangkan bentuk dari laporan penelitian ini bersifat deskriptif karena diharapkan dapat
diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis mengenai implementasi dan atau penerapan UU Nomor.
17 Tahun 2012 di Kota Yogyakarta, dan Kendala maupun hambatan apa saja yang terjadi dalam
penerapan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012
B. Spesifikasi Penelitian : Penelitian ini berusaha tidak hanya memberikan deskripsi tentang
“Implementasi dan atau penerapan Undang Undang Nomor. 17 Tahun 2012 di KotaYogyakarta”,
tetapi juga berusaha untuk melakukan analisis baik dari aspek yuridis normatif dan empiris dalam
menganalisis mengenai penerapan UU Nomor. 17 Tahun 2012 di Kota Yogyakarta.serta Kendala
maupun hambatan apa saja yang terjadi dalam penerapan Undang Undang tersebut. Dengan demikian
maka spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif analitis, karena hasil – hasil yang diperoleh
diharapkan dapat memberikan gambaran atau realita mengenai tinjauan hukum dan realita itu akan
dianalisis sehingga dapat diperoleh gambaran secara jelas.
C. Obyek Penelitian
Obyek Penelitian ini yaitu kendala maupun hambatan apa yang terjadi dalam penerapan Koperasi
menurut Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012
D. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini yaitu organisasi koperasi, dimana mereka menjadi anggota Koperasi
Sumber Data
Data primer dan data sekunder dapat diperoleh melalui tata kerja sebagai berikut :
1. Data Primer : Data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian tentang permasalahan yang diteliti.
2. Data Sekunder : diperoleh dengan menelusuri dan melakukan analisis terhadap dokumen, Perundang-
undangan dan Peraturan yang lain tentunya yang ada hubungannya dengan judul Penelitian.
E. Tehnik Pengumpulan data : Pengumpulan data dilakukan dengan cara : Wawancara secara
terstruktur khususnya yang menyangkut Implementasi dan atau penerapan UU Nomor. 17 Tahun 2012
di KotaYogyakarta
F. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi
peraturan-peraturan yang berhubungan dengan penelitian. Juga akan dianalisis dari berbagai peraturan
yang berhubungan dengan Pelaksanaan penerapan Undang Undang Nomor 17 tahun 2012
G. Analisis Data
Setelah data terkumpul baik data Primer maupun Sekunder kemudian dianalisis secara kualitatif,
mengingat data yang terkumpul bersifat deskriptif.
Sehubungan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan diatas, maka analisis kualitatif ini berusaha
untuk menghubungkan fakta yang ada dengan berbagai peraturan yang berlaku yang dalam menerapkan
Undang Undang Nomor 17 tahun 2012 di Kota Yogyakarta maupun aspek-aspek yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan ketentuan tersebut. Selanjutnya hasil analisis tersebut akan dituangkan
dalam bentuk deskripsi yang ringkas
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis dan empiris. Penelitian ini
dilakukan dalam dua tahap, yang pertama penelitian yang terkait dengan factor yuridis, yaitu peraturan
perundang undangan atau ketentuan yang mengatur mengenai Undang Undang Nomor 17 tahun 2012
tentang Perkoperasian , kemudian yang kedua, penelitian ini mengkaji dan meneliti kendala maupun
hambatan apa saja yang terjadi dalam penerapan Undang Undang tersebut di Kota Yogyakarta.
Pelaksanaan Penerapan Undang-undang No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian pada Koperasi di
Kota Yogyakarta, justru dalam perkembangan Koperasi dapat mengancam perkembangannya. Dalam
1178
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
hal ini akan kita lihat antara Undang-undang No 17 tahun 2012 dengan Undang –undang No 25 tahun
1992
1. Dilihat dari sudut hubungan dengan bidang-bidang yang lain dapat kita lihat definisi Koperasi menurut
Undang-undang No 17 tahun 2012 menguraikan definisi yang lebih luas yang menyatakan koperasi
tidak hanya mencakup kebutuhan ekonomi saja, tetapi mencakup bidang ekonomi, sosial dan
budaya.Sedangkan kalau kita lihat definisi Koperasi menurut Undang-undang No 25 tahun 1992 yaitu
hanya mencakup pada bidang ekonomi saja. Hal ini dapat dibuktikan dengan pernyataan ekonomi
kerakyatan.
2. Dapat dilihat dari pedoman koperasi menurut Undang-undang No 25 tahun 1992 hanya menguraikan
prinsip koperasi sebagai pedoman yang dianut koperasi sebagaimana yang tertuang pada Pasal 5
Undang-undang No 25 tahun 1992, sedangkan dalam definisi koperasi yang tertuang pada Undang-
undang No 17 tahun 2012 tidak hanya menguraikan prinsip koperasi sebagai pedoman untuk
menjalankan kegiatan operasional sebagaimana yang tertuang pada pasal5 UU No 17 tahun 2012, tetapi
juga berpedoman pada nilai.
3. Apabila ditinjau dari makna prinsip koperasi, Undang-undang No 25 tahun 1992, menguraikan prinsip
koperasi tidak hanya menekankan sifat-sifat keanggotaan dan pengelolaan koperasi tetapi juga
melakukan penekanan terhadap balas jasa dari sisa hasil usaha yang diperoleh. Sedangkan dalam
Undang-undang No 17 tahun 2012, maknadari prinsip koperasi lebih menekankan pada pelayanan
primasebagai prinsip koperasi dan merevisi penekanan balas jasa dari sisa hasil usaha yang diperoleh
karena hal ini dianggap bukan sebagai prinsip koperasi yang menekankan makna pelayanan yang ada
pada Undang-undang No 25 tahun 1992.
Sedangkan Prinsip Koperasi menurut UU No.25 tahun 1992 yang
terdapat pada pasal 5 yaitu : Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut : Keanggotaan
bersifat sukarela dan terbuka,Pengelolaan dilakukan secara demokratis, Pembagian sisa hasil usaha
dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota,Pemberian balas
jasa yang terbatas terhadap modal,Kemandirian. Dalam pengembangan koperasi, juga melaksanakan
prinsip koperasi yaitu : Pendidikan perkoperasian dan Kerjasama antar koperasi
Prinsip Koperasi menurut UU No. 17 tahun 2012 terdapat pada pasal 6 yaitu :
(1) Koperasi dalam melaksanakan Prinsip Koperasi yang meliputi : Keanggotaan Koperasi bersifat
sukarela dan terbuka, Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis, Anggota
berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi, Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang
otonom dan independen, Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,
Pengawas, Pengurus dan karyawannya serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri,
kegiatan dan kemanfaatan koperasi, Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat
Gerakan koperasi, dengan bekerjasama melalui jaringan kegiatan local regional dan international, dan
Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui
kebijakannya yang disepakati anggota.
(2) Prinsip Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi sumber
inspirasi dan menjiwai secara keseluruhan organisasi dan kegiatan usaha Koperasi sesuai dengan
maksud dan tujuan pendiriannya
1. Apabila dilihat dari penguraian asas koperasi Undang-undang No 25 tahun 1992. menguraikan definisi
koperasi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dilain Pihak penguraian asas koperasi dari definisi
menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tidak dijabarkan demikian.
1179
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
2. Pada Undang-undang No 25 tahun 1992, tidak menguraikan lebih jelas komposisi modal yang dimiliki
koperasi dalam hal pemisahaan kekayaan para anggotanya, sedangkan menurut UU NO 17 tahun 2012
menguraikan lebih jelas komposisi modal yang dimiliki koperasi dalam hal pemisahaan kekayaan para
anggotanya.
3. Kalau kita tinjau pada Undang-undang No 25 tahun 1992, tidak menguraikan definisi koperasi yang
berdasarkan asas kekeluargaan akan tetapi menurut UU yang baru ini tidak menguraikan definisi
koperasi yang berdasarkan asas kekeluargaan
Memang ada perbedaan antara Undang-undang No 25 tahun 1992, dengan Undang-Undang UU yang
baru saja disahkan ( 18 Oktober 2012), merupakan pemberian amanat adanya lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) Koperasi.Keberadaan LPS Koperasi itu bertujuan untuk memberikan proteksi atau
perlindungan bagi nasabah koperasi. Menurut Menkop.dengan perlindungan nasabah, sekarang ini
koperasi simpan pinjamhanya berlaku dari anggota dan untuk anggota. Sehingga tidak boleh digunakan
nasabah di luar anggota koperasi.
Pengembangan dan pemberdayaan koperasi nasional dalam kebijakan Pemerintah selayaknya
mencerminkan nilai dan prinsip perkoperasian sebagai wadah usaha bersama untuk memenuhi aspirasi
dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Dengan dasar itulah Menkop mendorong percepatan realisasi atau
revisi Undang-undang No 25 tahun 1992, memang UU yang lama perlu diganti karena sudah tidak
selaras dengan kebutuhan hukum dan perkembangan Perkoperasian di Indonesia. Dengan landasan
utama Kementrian Koperasi dan UKM untuk dapat melahirkan Undang-Undang Perkoperasian terbaru.
Sebagai follow – up dari kelahiran Dilain Pihak penguraian asas koperasi dari definisi menurut Undang-
Undang No. 17 tahun 2012, untuk strategi berikutnya akan dilakukan instansi pemberdayaan gerakan
koperasi adalah melakukan sosialisasi atas Undang Undang Perkoperasian yang terbaru. Ada enam
substansi yang harus disosialisasikan kepada masyarakat dan gerakan koperasi yang dirumuskan
bersama antara Kementrian Koperasi dan UKM, Kementrian Hukum dan Ham serta Dewan Perwakilan
Rakyat.
1. Nilai nilai luhur bangsa Indonesia yang tertuang didalam Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, menjadi dasar penyelarasan bagi rumusan nilai-nilai dan prinsip prinsip koperasi,
sesuai dengan hasil kongres International Cooperative Allience (ICA).
2. Untuk mempertegas legalitas koperasi sebagai badan hukum, maka pendirian koperasi harus melalui
akta otentik. Pemberian status dan pengesahan perubahan anggaran Dasar merupakan wewenang dan
tanggung jawab menteri.
3. Dalam hal permodalan dan selisih hasil usaha, telah disepakati rumusan modal awal Koperasi, serta
penyisihan dan pembagian cadangan modal. Modal Koperasi terdiri dari setoran pokokdan sertifikat
modal koperasi sebagai modal awal. Selisih hasil usaha, yang meliputi surplus hasil usaha dan deficit
hasil usaha, pengaturannya dipertegas dengan kewajiban penyisihan kecadangan modal ,serta
pembagian modal, serta pembagian kepada yang berhak.
4. Ketentuan mengenai Koperasi Simpan Pinjam (KSP) mencakup pengelolaan maupun penjaminannya
KSP ke depan hanya dapat menghimpun simpanan dan menyalurkan pinjaman kepada anggota.
Koperasi Simpan pinjam harus berorientasi pada pelayanan pada anggota, sehingga tidak lagi dapat
disalahgunakan pemodal yang berbisnis dengan badan Hukum Koperasi .Unit simpan pinjam koperasi
dalam waktu 3 (tahun) wajib berubah menjadi KSP yang merupakan Badan Hukum Koperasi
tersendiri.
Selain itu untuk menjamin simpanan anggota KSP diwajibkan menjaminkan simpanan anggota. Dalam
kaitan ini pemerintah diamanatkan membentuk Lembaga Penjamin Simpanan Anggota Koperasi
Simpan Pinjam (LPS-KSP) melalui Peraturan Pemerintah (PP). Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk
1180
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
berpihakan pemerintah yang sangat fundamental dalam pemberdayaan koperasi, sehingga koperasi
dapat meningkatkan kepercayaan anggota untuk menyimpan dananya di koperasi. Pemerintah juga
memberi peluang berkembangnya koperasi dengan pola syariah yang akan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
5. Pengawasan dan Pemeriksaan terhadap Koperasi akan lebih diintensifkan. Dalam kaitan ini pemerintah
yang diamanatkan untuk membentuk Lembaga Pengawas Koperasi Simpan Pinjam ( LP- KSP) yang
bertanggung jawab kepada Menteri melalui Peraturan Pemerintah. Hal tersebut dilakukan Pemerintah,
merupakan upaya nyata agar KSP benar-benar menjadi koperasi sehat , kuat, mandiri, dan tangguh dan
sebagai entitas bisnis lainnya yang telah maju dan berkembang dengan pesat dan professional
6. Dalam rangka pemberdayaan koperasi, gerakan koperasi didorong membentuk suatu lembaga yang
mandiri dengan menghimpun iuran dari anggota serta membentuk dana pembangunan, sehingga pada
suatu saat nanti.Dalam hal ini agar masyarakat dan gerakan koperasi nasional segera memahami dan
mengerti terhadap hasil revisi Undang-undang No 25 Tahun 1992
Dengan keberadaan Undang-undang tentang Perkoperasian ini diharapkan mampu mengatasi masalah
masalah yang dihadapi koperasi dimasa yang akan datang. Setelah berlakunya Undang-Undang ini
maka diperlukan Peraturan Pemerintah segera mungkin..
Namun realitanya dengan lahirnya Undang –Undang No 17 Tahun 2012 ini disambut Pro dan Kontra,
karena khawatir akan membahayakan perkembangan koperasi di Indonesia,kuatnya fungsi pengawasan
dan hilangfnya istilah pengelola. Tidak hanya itu pada UU yang baru juga menghilangkan istilah
Simpanan pokok dan simpanan wajib dan simpanan sukarela,dengan memunculkan istilah setoran
pokok dan sertifikat modal koperasi pada saat pendirian.
Banyak yang mengatakan dalam pelaksanaan Undang undang yang baru sebetulnya tidak perlu
menghapus istilah-istilah tersebut, karena pada hakekatnya sama. Simpanan wajib ini akan menjadi
keterikatan anggota,dari sini kita bisa melihat loyalitas anggota terhadap koperasi.
Kalau melihat ketentuan tersebut akan menjadi buah simalakama, karena UU koperasi lama belum
mampu menopang koperasi serta mendukung optimal kinerja, sedangkan di ketentuan baru terdapat
kelemahan-kelemahan, terutama pada pasal tertentu yang berpihak pada koperasi , namun karena tidak
diperkuat dengan kedua peraturan tersebut pada akhirnya Implementasi menjadi sulit.
Karena dampaknya Undang-Undang ini juga mengatur pada perubahan nama, hak dan wewenang
koperasi dan masih banyak kelemahan-kelemahan lagi. Apabila aturan ini diberlakukan maka akan ada
beberapa hal yang berkaitan dengan kredibilitas kepengurusan di koperasi mengalami perubahan yang
sangat pesat. Dan melalui Peraturan Pemerintah ini akan diberi jangka waktu dua tahun mendatang
Dalam mencermati Undang –Undang No 17 Tahun 2012 ini, maka jika dibanding dengan Undang-
undang No 25 Tahun 1992 terdapat sejumlah hal yang baru dan berbeda baik berupa norma pengaturan
maupun istilah istilah yang digunakan . Beberapa hal tersebut yaitu :
1. Nilai, pendirian dan nama koperasi 2. Keanggotaan, pengawas danpengurus
3.Jenis koperasi didalam / tertuang dsalam anggaran dasar Jenis koperasi terdiri dari: koperasi
konsumen, kop produsen , koperasijasa, dan Koperasi Simpan Pinjam ( KSP).4.KSP dan LPSKSP.
5.Pengawasan
Implementasi dengan kehadiran Undang-Undang NO 17 tentang Perkoperasian sebagai landasan bagi
semua upaya pemberdayaan koperasi merupakan suatu keniscayaan . Dan disini tidak bisa tidak semua
pemangku kepentingan perlu segera mengambil langkah-langkah implementasi dan antisipasi.Bagi
1181
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
koperasi implementasi tersebut antara lain adalah dalam hal perubahan anggaran dasar (terkait dengan
penyesuaian : nama, fungsi pengawas, dan pengurus , usaha dan jenis usaha, modal koperasi dan
seterusnya)rencana pemisahan, ( spin off)unit usaha simpan pinjam pada koperasi serba usaha
(multipurpose) menjadi koperasi simpan pinjam (KSP) dan konersi(Pengubahan) modal koperasi.
Sehingga dalam hal ini Pemerintah dan Pemerintah dsaerah dituntut mengambil langkah strategis, yaitu
melakukan sosialisasi secara intensif untuk menyamakan persepsi dan antisipasi dari kemungkinan
adanya bias tafsir dari gerakan koperasi dan masyarakat dalam melaksanak Undang Undang No. 17
tahun 2012 ini.
Setelah peneliti melakukan penelitian dilapangan mendapatkan informasi bahwa penerapan Undang
Undang yang baru, tidak adanya untuk menumbuhkan semangat dalam menggerakkan ekonomi
kerakyatan dan tidak adanya kecenderungan dalam memiliki asas kebersamaan dan kolektifitas. Dalam
hal ini apabila kita menerapkan Undang Undang yang baru, tidak semua masyarakat dapat mudah
mendaftar sebagai anggota, karena persyaratan modal minimal sebagai setoran awal, sebaliknya akan
berbeda dengan Undang undang yang lama masyarakat akan lebih mudah menjadi anggota koperasi
kapanpun bisa mendaftar.
Penerapan Undang undang yang baru memang dapat dikemukakan disini bahwa berbeda dengan
Undang Undang yang lama yaitu pada fungsi koperasi yang tersebar didaerah daerah dapat
dioptimalkan, karena dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat dengan mengakomodasi bantuan
stimulus dan bantuan bergulir dari dana anggaran pendapatan dan belanja Negara dari lembaga
pengelola bergulir.
Dengan berjalannya waktu, penelitian ini berlangsung atau dalam proses pelaksanaan ada berita yang
mengejutkan bahwa tepatnya pada tanggal 28 Mei 2014 dalam sidangnya membahas tentang
Perkoperasian bahwa Mahkamah Konstitusi melakukan pembatalan Undang undang No 17 tahun 2012.
Dalam hal ini peneliti tidak patah semangat untuk meneruskan penelitiannnya, malah justru menambah
semangat berarti memang ada dan banyak permasalahan-permasalahan dalam penerapan yang ada di
masyarakat untuk melakukan kegiatan koperasi itu betul betul merupakan permasalahan yang
mendasari dan mengakibatkan pembatalan Undang undang No 17 tahun 2012 tersebut.
Dampak dari pembatalan Undang undang yang baru tersebut disambut dengan lega oleh para Pengelola
Koperasi di Kota Yogyakarta, sehingga permasalahan-permasalahan dapat terungkap setelah adanya
pembatalan Undang Undang yang baru tersebut antara lain dapat disampaikan sebagai berikut :
1. Karena pasal pasal dalam Undang Undang yang baru tersebut, justru dapat menghambat perkembangan
koperasi, dalam hal ini misalnya adanya ketentuan bahwa setiap jenis usaha koperasi harus berbadan
sendiri, ini realisasinya dilapangan tidak mudah
2. Selain ketentuan keanggotaannya, juga dalam hal figure pengurusnya, yaitu mencari pengurus yang
dipercaya anggota juga tidak mudah
3. Setiap pendirian Koperasi memang menurut Undang undang yang baru harus melalui Notaris,
sedangkan melalui jasa notaris pun kaitan pendirian koperasi itu juga tidak sedikit biayanya dalam hal
ini, apabila pendirian koperasi yang tergolong koperasi kecil yang akan melakukan proses pendirian,
maka membayar biaya pendirian itu saja dirasa berat sekali, jadi dengan dibatalkan Peraturan ini juga
disambut lega.
4. Selain berjiwa korporasi Undang undang No 17 tahun 2012, telah menghilangkan asas kekeluargaan
dan gotong royong yang menjadi ciri khas koperasi
1182
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
5. Para pengelola koperasi di Kota Yogyakarta, mengatakan bahwa menilai sejumlah pasal yang
mengatur norma badan hukum koperasi, kaitannya modal penyertaan dari luar anggota, kewenangan
pengawas dan dewan koperasi itu dinilai dapat mencabut roh kedaulatan rakyat, demokrasi ekonomi,
asas kekeluargaan, kebersamaan.
6. Pasal 50 ayat (1), huruf a, ayat (2)huruf a, dan Pasal 56 ayat (1) yang memberi tugas kepada pengawas
untuk mengusulkan pengurus, menerima atau menolak anggota baru hingga memberhentikan anggota
kontradiktif dengan Pasal 5 ayat(1) dan Pasal 29 ayat (2) yang menjadikan demokrasi dan demokrasi
dan persamaan sebagai nilai dasar kegiatan koperasi. Pasal itu bertentangan dengan prinsip demokrasi
ekonomi.
7. Pasal 68 dan Pasal 69 yang mengharuskan anggota koperasi membeli sertipikat modal koperasi adalah
norma yang tidak sesuai prinsip koperasi yang bersifat sukarela dan terbuka dan bertentangan dengan
Pasal 33 ayat 91) UUD 1945. “ini berarti orientasi koperasi telah bergeser kearah usaha bersama sebagai
modal ( materiil dan financial) utamanya”
8. Dampak dari adanya pembatalan, karena filosofi UU Perkoperasian yang baru ternyata tidak sesuai
dengan hakikat susunan perekonomian sebagai usaha bersama dan berdasarkan asas kekeluargaan yang
termuat dalam Pasal 33 ayat (1) UUD’45.Pengertian koperasi itu ternyata telah dielaborasi dalam pasal
pasal lain dalam UU Perkoperasian, sehingga mereduksi atau bahkan menegasikan hak dan kewajiban
anggota dengan menjadikan kewenangan pengawas terlalu luas.
9. Kita lihat pada definisi Undang - Undang yang baru tersebut, Koperasi menempatkan hanya sebagai
“Badan Hukum” dan/atau sebagai subyek berakibat pada korporatisasi Koperasi. Dan juga dapat
membuka peluang modal penyertaan dari luar . Hal ini merupakan bentuk pengrusakan kemandirian
koperasi. Jadi dalam hal ini ada yang berpendapat bahwa ada kekuasaan tertentu yang tidak sama
dengan ruh koperasi menurut Undang-undang sebelumnya. Dalam hal ini misalnya ketentuan-
ketentuan setiap jenis usaha koperasi harus berbadan sendiri, realisasinya tidak mudah untuk
didilaksanakan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, peneliti mendapatkan data dan informasi bahwa Pelaksanaan
Penerapan Undang-undang No 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian pada Koperasi di Kota Yogyakarta
memang banyak kendala – kendala dan hambatan yang terjadi dilapangan. Beberapa koperasi telah
menyampaikan bahwa dengan adanya Undang-Undang yang baru tersebut secara keseluruhan dalam
penerapan peraturan tersebut memang sulit untuk diterapkan malah justru dalam perkembangannya
nantinya Koperasi dapat terancam akan tidak berkembang
2. Disini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Undang Undang No 17 Tahun 2012 ini akan berpotensi
mengancam perkembangan gerakan koperasi yang berprinsip pada kemandirian, kekeluargaan dan
keadilan dan dapat dikatakan
3. bahwa keinginan pemerintah untuk membawa gerakan ekonomi koperasi masuk kedalam system
ekonomi Liberal Kapitalisme yang berpotensi merusak gerakan ekonomi rakyat kecil diberbagai
daerah/ desa diseluruh Indonesia.
4. Selain berjiwa korporasi Undang undang No 17 tahun 2012, telah menghilangkan asas kekeluargaan
dan gotong royong yang telah menjadi ciri khas koperasi atau dapat dibuktikan dengan pernyataan
ekonomi kerakyatan
B. Saran saran
1183
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Dari Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pihak-pihak yang berhubungan langsung,
maka dapat di kemukakan beberapa pemikiran dan pendapat yang sekiranya dapat dijadikan sebagai
bahan masukkan bagi kemajuan dan perkembangan koperasi antara lain adalah :
1. Kalau melihat ketentuan Undang-Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkopoerasian apabila diterapkan
akan menjadi buah simalakama, karena UU koperasi lama belum mampu menopang koperasi serta
mendukung optimal kinerja, sedangkan di ketentuan yang baru terdapat kelemahan-kelemahan,
terutama pada pasal tertentu yang tidak berpihak pada koperasi. Seharusnya didalam Undang-Undang
yang baru ini tidak perlu menghapus istilah-istilah misalnya simpanan pokok, simpanan wajib ,
simpanan sukarela dengan memunculkan istilah baru yaitu setoran pokok dan sertifikat modal koperasi
pada saat pendirian, karena pada hakekatnya sama.
2. Dan kita meminta kepada Pemerintah apabila akan menghadirkan Undang Undang yang baru, maka
perlu didengar aspirasi- aspirasi yang berasal dari daerah, dengan harapan kehadiran Undang Undang
tersebut dalam penerapannya tidak ada permasalahan dan bisa dilaksanakan sampai daerah dan perlu
ada catatan pemerintah harus mengantisipasi kehadiran peraturan tersebut bertentangan atau tidak
dengan UU D’1945.
1184
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
DAFTAR PUSTAKA
Arifin Sitio, 2001, Koperasi: Teori dan Praktik, Jakarta: Erlangga.
Husein Umar, 2005, Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Iqbal Hasan, 2002, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Marzuki, 2002, Metodologi Riset, BPFE UII Yogyakarta: Yogyakarta.
Mubyarto. 1999. Reformasi Sistem Ekonomi Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi Kerakyatan. Penerbit
Aditya Media, Yogyakarta
Sutris 2007, Koperasi Indonesia: Potret dan Tantangan, http://www.ekonomi
R. Sutanta R.H, 2005, Hukum Koperasi Indonesia, Yogyakarta: Edisi Kedua.
SugiyoNomor, 2002, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabeta.
Sri Edi Swasono,2012, Kebijakan EkoNomormi dan Kesejahteraan Sosial, Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa,Yogyakarta.
Sri Edi Swasono 2012, Kemerdekaan Kedaulatan Nasionalisme dan Kemandirian, Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa
Sukamdiyo dan Hendar. 2005. Ekonomi Koperasi. FE Undip-Untag, Semarang
Syarief Hasan, 2012, Keberadaan LPS Koperasi bertujuan memberi proteksi atau perlindungan bagi
nasabah koperasi, kuliah Umum program Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret(UNS) Solo.
Peraturan Perundang undangan :
Undang Undang Republik Indonesia Nomor. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Website:
http://www.depkop.go.id/deputi2-Sejarah Kementrian.Akses pada 17 Februari 2012
www.Geogle .com –Koperasi-Wikipedia bahasa Indonesia ,ensiklopedia bebas.Akses pada
10 Februari 2012
www.Geogle .com-Hukum Koperasi di Indonesia-Sejarah Peraturan Perundang-undangan
Koperasi di Indonesia dalam buku Anjar Pachta,Myra Rosana Bachtiar & Nadia Maulisa
Benemay ,Hukum Koperasi Indonesia: Pemahaman,Regulasi, Pendirian dan Modal
Usaha,Prenada Media Group, Jakarta
Top Related