I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara seperti
yang tercantum dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Dalam hal ini Teknologi Pendidikan menjadi suatu kajian disiplin keilmuan
bertujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran Pada hakikatnya teknologi pembelajaran
adalah suatu disiplin yang berkepentingan dengan pemecahan masalah belajar… (Miarso,
2009: 193). Berbagai prinsip dan pendekatan tersebut digunakan agar menjadi kuat dalam
aplikasi pemecahan masalah.
Kawasan teknologi pendidikan yang terlihat dari pengertian Teknologi pendidikan
oleh Association for Educational Communication and Technology (AECT). Karena, rumusan
definisi Teknologi pendidikan tahun 1963, dan 1972 akan mengalami perkembangan menjadi
teknologi pembelajaran pada tahun 1977, dan 1994 dan kemudian kembali lagi kepada
teknologi pendidikan. Dengan berdasar pada rumusan definisi tersebut maka kawasan
teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran pun mengalami perkembangan.
Dari segi sistem pendidikan, kedudukan teknologi pendidikan berfungsi untuk
memperkuat pengembangan kurikulum terutama dalam disain dan pengembangan, serta
implementasinya, bahkan terdapat asumsi bahwa kurikulum berkaitan dengan “what”,
sedangkan teknologi pendidikan mengkaji tentang “how”. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran, teknologi pendidikan memperkuat dalam merekayasa berbagai cara dan teknik
dari mulai tahap disain, pengembangan, pemanfaatan berbagai sumber belajar, implementasi,
dan penilaian program dan hasil belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa pengertian Teknologi Pendidikan?
2. Bagaimana munculnya rumusan pemikiran Teknologi Pendidikan?
3. Apa saja kawasan Teknologi Pendidikan?
4. Bagaimana implementasi Teknologi Pendidikan dalam pendidikan secara nasional?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian Teknologi Pendidikan
2. Untuk mengetahui bagaimana munculnya rumusan pemikiran Teknologi Pendidikan
3. Untuk mengetahui apa saja kawasan Teknologi Pendidikan
4. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Teknologi Pendidikan dalam
pendidikan secara nasional
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teknologi Pendidikan
Sebelum membahas teknologi pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui pengertian
teknologi. Kata Teknologi seringkali oleh masyarakat diartikan sebagai alat elektronik. Tapi
oleh ilmuwan dan ahli filsafat ilmu pengetahuan diartikan sebagai pekerjaan ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Jadi teknologi lebih mengacu pada usaha
untuk memecahkan masalah manusia.
Menurut Yp Simon (1983), teknologi adalah “Suatu displin rasional yang dirancang
untuk meyakinkan penguasaan dan aplikasi ilmiah”.
Sedangkan An berpendapat bahwa: “Teknologi tidak perlu menyiratkan penggunaan
mesin, akan tetapi lebih banyak penggunaan unsur berpikir dan menggunakan pengetahuan
ilmiah”
Menurut Paul Saetiles (1968): “Teknologi selain mengarah pada permesinan,
teknologi meliputi proses, sistem, manajemen dan mekanisme kendali manusia dan bukan
manusia”. Pengertian Teknologi Pendidikan diabad ke dua puluh meliputi lentera pertama
proyektor slide, kemudian radio dan kemudian gambar hidup. Sedangkan abad 19 ke bawah
sampai lima belas teknologi lebih diartikan papan tulis dan buku.
Menurut Prof. Sutomo dan Drs. Sugito, M.Pd: “Teknologi Pendidikan adalah proses
yang kompleks yang terpadu untuk menganalisis dan memecahkan masalah belajar manusia/
pendidikan”.
Menurut ”Mackenzie, dkk” (1976): “Teknologi Pendidikan yaitu suatu usaha untuk
mengembangkan alat untuk mencapai atau menemukan solusi permasalahan”.
Jadi Teknologi Pendidikan adalah segala usaha untuk memecahkan masalah
pendidikan. Lebih detail dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknologi pembelajaran / teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang (field of
study)
2. Istilah teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi
pendidikan tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (1) untuk memecahkan
masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (2) untuk meningkatkan
kinerja.
3. Dalam mewujudkannya menggunaka pendekatan sistemik (pendekatan yang
holistic/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial);
4. Kawasan teknologi pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan
evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
5. Teknologi pembelajaran tidak hanya bergerak di persekolahan tetapi juga dalam
semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dan
lain-lain) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan
peningkatan kinerja.
6. Yang dimaksud dengan teknologi disini adalah teknologi dalam arti luas, bukan
hanya teknologi fisik (hardtech), tetapi juga teknologi lunak (softtech).
7. Teknologi Pendidikan lebih dari perangkat keras. Ia terdiri dari desain dan
lingkungan yang melibatkan pelajar.
8. Teknologi dapat juga terdiri segala teknik atau metode yang dapat dipercaya untuk
melibatkan pelajaran; strategi belajar kognitif dan keterampilan berfikir kritis.
9. Belajar teknologi dapat dilingkungan manapun yang melibatkan siswa belajar secara
aktif, konstruktif, autentik dan kooperatif seta bertujuan.
2.2 Rumusan Pemikiran Teknologi Pendidikan
Teknologi Pendidikan telah beberapa kali dirumuskan bersama oleh para pakar
yang tergabung dalam organisasi tertua Teknologi Pendidikan AECT. Mereka terus berupaya
untuk terus mengembangkan dan memperbaiki (dalam kurun waktu tertentu). Rumusan
konsep Teknologi Pendidikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu AECT serta rumusan yang
diajukan oleh pakar lain.
1. Rumusan tahun 1963
Menurut Reiser dalam (Prawiradilaga, 2012: 26) definisi ini dirumuskan oleh
Departement of Audiovisual Instruction (Cikal bakal organisasi AECT). Rumusan tersebut
berbunyi, “The design and use of messages which control learning process”.
Rumusan tahun 1963 sangat sederhana dan singkat, namun bermakna dalam. Inti
Teknologi Pendidikan dalam definisi ini adalah pesan atau materi ajar yang disampaikan oleh
pengajar ke peserta didik. Dalam hal ini belajar dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik tergantung dari materi tersebut. agar materi ajar tersebut dapat di cerna dengan baik,
dua proses yang harus dilakukan adalah merancang materi ajar tersebut, kemudian
memanfaatkan materi tersebut bagi proses belajar. Istilah to control dalam hal ini
menunjukkan bahwa belajar berada dalam “Kendali” seorang pengajar. Dengan demikian,
poros proses belajar mengajar berfokus pada pengajar, atau yang disebut dengan paradigma
mengajar (Prawiradilaga, 2012: 26).
2. Rumusan tahun 1972
AECT menyatakan bahwa Teknologi Pendidikan adalah bidang garapan, atau suatu
profesi berkaitan dengan penyelenggaraan yang sistematis dari suatu proses belajar, pada
jenjang apapun juga. Terkait dengan bidang garapan, maka definisi menunjuk adanya
kegiatan tertentu seperti pengelolaan atau produksi sumber-sumber belajar, diman sekarang
ini sumber belajar biasanya dikonotasikan dengan media pembelajaran (Prawiradilaga, 2012:
27).
3. Rumusan tahun 1977
AECT mendefinisikan Teknologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran definisi
tersebut berbunyi sebagai berikut. “Education technology is a complex, integrated process
involving people, procedures, ideas, devices, and organization, for analyzing problems and
devising, implementing, evaluating, and managing solution to those problems, involved in all
aspects of human learning” (Prawiradilaga, 2012: 287).
Process, solution dan learning menunjukkan inti dari Teknologi pendidikan yang
berporos dari proses belajar. Teknologi pendidikan memecahkan masalah belajar dan bekerja
sebagai proses. Adapun proses itu sendiri merupakan kegiatan yang tidak berawal dan tidak
berakhir.
“Instructional technology is a sub-set of educational technology, bassed on the
concept that instruction is a sub-set of education. Instructional is a complex process
involving people, procedure, ideas, devices, and organization and managing solutions to
those problems, in situasion in which learning is purposive and controlled” (Prawiradilaga,
2012: 29).
Definisi Teknologi pembelajaran di atas mencirikan perbedaan hakiki antara
kepentingan Teknologi Pendidikan pada proses belajar secara umum, sedangkan teknologi
pembelajaran merujuk pada proses belajar yang terarah dan terpantau, dalam cakupan yang
lebih sempit atau khusus.
4. Rumusan tahun 1994
“Istructional technology is the theory and practice of design, development,
utilization, management, and evaluation of processes and resources for learning”
(Prawiradilaga, 2012: 29).
Definisi ini mengerucut dalam istilah yang digunakan yaitu teknologi pembelajaran
kemunculan istilah teori dan praktik, bermakna mendalam. Teknologi pembelajaran
menekankan adanya teori-teori yang memandu para praktisi untuk berkiprah lebih baik
dengan menerapkannya dalam kinerja sehari-hari.
5. Rumusan Tahun 2004
“Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning
and improving performance by creating, using, and managing appropriate technology
processes and resources” (Prawiradilaga, 2012: 31).
- Belajar dan kinerja merujuk pada upaya peningkatan mutu kemampuan seseorang
(human development) melalui jalur pendidikan formal, yaitu sekolah atau belajar serta
jalur pendidikan dalam organisasi atau profesi sebagai peningkatan kinerja
(performance improvement)
- Proses teknologis dan sumber (technological processes and resources). Pendidikan dan
pembelajaran terkena pengaruh perubahan yang cepat karena kemunculan teknologi
digital dan jaringan global. Untuk itu, teknologi pembelajaran mengadopsi dan
mengadaptasi temuan mutakhir ini dalam proses belajar.
- Etika dan Estetika mengarahkan teknolog pendidikan dan pembelajaran dapat
berperilaku profesional yang menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dalam setiap
kesempatan berkarya.
6. Rumusan Pakar Lain
Molenda dalam Prawiradilaga (2012: 36) mencoba merumuskan teknologi
pembelajaran, sebagai “Seni sekaligus ilmu (pengetahuan) mengenai kegiatan merancang,
memproduksi dan melaksanakannya dengan cara ekonomis namun canggih, pemecahan
masalah pembelajaran dalam bentuk media cetak atau media pandang-dengar, kuliah, atau
keseluruhan sistem pembelajaran yang mengatur dan mempersiapkan proses belajar dengan
efisien dan efektif”.
Gagne dalam Prawiradilaga (2012: 31) menyatakan, “Teknologi pembelajaran
menyangkut teknik praktis dari penyampaian pembelajaran yang melibatkan penggunaan
media. Tujuan utama bidang teknologi pembelajaran adalah meningkatkan dan
memperkenalkan penerapan pengetahuan tadi dan memvalidasi prosedur dalam rancangan
dan penyampaian pembelajaran”.
Gentry dalam Prawiradilaga (2012: 31) merumuskan Teknologi Pendidikan, sebagai
The combination of instructional, learning, developmental, managerial, and other
technologies as applied to the solution of educational problems. Gentry tidak menyebutkan
belajar sebagai inti dari teknologi pendidikan. Ia menyebutkan secara tersirat, karena konteks
teknologi pembelajaran ada di dalam teknologi pendidikan.
Percival dan Ellington menyatakan bahwa belajar adalah fokus dalam teknologi
pendidikan.
2.3 Kawasan Teknologi Pendidikan
Kawasan merupakan suatu realisasi dari definisi dari bidang teknologi pembelajaran.
Kawasan mewujudkan apa yang dapat dilakukan oleh suatu disiplin ilmu agar disiplin
tersebut mampu memberikan sumbangan langsung dalam bentuk rumusan praktik yang
dilakukan oleh para praktisi. Kawasan juga berfungsi sebagai panduan para praktisi dan
tenaga ahli untuk bergerak dalam bidang yang dimaksud (Prawiradilaga, 2012: 43).
Selain itu, kawasan perlu dirumuskan berdasarkan definisi yang sudah ada agar
pembentukan profesi dan praktik menjadi lebih mudah. Kawasan memberi penjelasan bagi
para profesional dan praktisi mengenai apa yang harus dan boleh dilakukan atau apa yang
menjadi batasan perilaku dan ruang lingkup pekerjaan dan layanan yang harus diselesaikan.
Batasan perilaku selanjutnya secara utuh disusun dalam kode etik keprofesian seperti yang
dimiliki oleh organisasi profesi tertentu. Hasil utuh tersebut akan diselesaikan menjadi
standar perilaku.
Rumusan kawasan yang dikembangkan dalam disiplin teknologi pendidikan dan
pembelajaran disiapkan melalui rumusan AECT tahun 1977 dan 1994. Kedua definisi
tersebut menghasilkan kawasan sesuai dengan rumusan definisi. Definisi sebelumnya, yaitu
tahun 1963 dan 1972 tidak menghasilkan kawasan. Pada masa tersebut, para ahli sedang
berusaha “membentuk” konsep yang lebih mendalam dan bermanfaat bagi perkembanagan
disiplin Teknologi Pendidikan
Definisi tahun 2004 mempertegas posisi Teknologi Pendidikan sekaligus teknologi
pembelajaran yang menempatkan keduanya dalam kajian belajar atau learning. Kawasan ini
lebih luas, yaitu kajian (the study) atas apa yang sebelumnya telah dikerjakan, yaitu sejarah
kemunculan seutuhnya garapan dan kajian sejak masa kelahiran disiplin ini sampai dengan
masa kini yaitu era kreativitas abad ke-21. Terapan atau praktik beretika (ethical practice)
memandu setiap individu praktisi Teknologi Pendidikan untuk berkiprah sesuai dengan yang
dikemukakan pada kawasan dari definisi sebelumnya, dengan lebih baik lagi.
2.3.1 Kawasan AECT 1977
Tahun 1977 satuan tugas (satgas) dari AECT, menghasilkan dua definisi, yang
secara khusus membedakan antara Teknologi Pendidikan dan Teknologi pembelajaran.
Dengan demikian, tahun 1977 menghasilkan dua definisi dan dua kawasan , Teknologi
Pendidikan dan teknologi pembelajaran.
Sesuai dengan definisinya, rumusan kawasan ini diproyeksikan lebih luas dan
mendalam dibandingkan dengan kawasan teknologi pembelajaran. Kawasan Teknologi
Pendidikan menyangkut penyelenggaraan seluruh aspek belajar manusia termsuk di dalam
dan di luar sistem persekolahan. Kawasan manajemen kependidikan mengelola dan mengatur
seluruh fungsi yang ada di dalam kawasan pengembangan serta memanfaatkan kedua
kategori besar dari sumber belajar yaitu sumber belajar yang dirancang dan dimanfaatkan.
Sumber belajar dari kawasan Teknologi pendidikan ini bukan hanya tersedia di kelas atau
sekolah, akan tetapi sumber belajar juga mencakup lokasi khusus yang tersedia di masyarakat
seperti museum, atau observatorium (Prawiradilaga, 2012: 44)
Rumusan kawasan teknologi pembelajaran memiliki ruang lingkup yang lebih
sempit dalam dunia pendidikan dibandingkan dengan kawasan Teknologi pendidikan.
Kawasan teknologi pembelajaran tetap merujuk pada learning is purposive and controlled.
Pernyataan ini menjelaskan kedudukan kawasan teknologi pembelajaran adalah di kelas.
Sumber belajar berperan langsung sebagai komponen sistem pembelajaran. Sumber belajar
dalam kawasan teknologi pembelajaran sengaja dirancang (by design) sesuai dengan
ungkapan istilah prestructured dan dimanfaatkan atau utilized. Sumber belajar harus
memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) dirancang-dimanfaatkan yang disiapkan khusus yang
berlandaskan kompetensi dan materi ajar; (b) dipilih-dimanfaatkan yang sesuai dengan
kompetensi dan materi ajar dari koleksi yang sudah tersedia di sekolah (Prawiradilaga, 2012:
45).
2.3.2 Kawasan AECT 1994
Definisi AECT tahun 1994 hanya menelurkan satu definisi yaitu teknologi
pembelajaran, kawasan yang dimunculkan pun hanya satu yaitu kawasan teknologi
pembelajaran. Namun dalam penjelasannya, definisi tersebut berhasil memilah antara teori
dan praktik. Teori yang disebut sebagai rujukan dan acuan dari seluruh kegiatan terkait
pembelajaran, sedangkan praktik atau terapan menyediakan kesempatan untuk memvalidasi
teori, selanjutnya teori ini dapat dikaji ulang dan diperbaiki. Dengan demikian, terjadi
simbiosis mutualisme antara peran teori bagi terapan atau praktik dalam bidang teknologi
pembelajaran.
Proses dalam kawasan definisi ini adalah pekerjaan yang tidak ada titik, atau tidak
berhenti. Proses dilakukan terus-menerus, seperti lingkaran. Proses sebagai pola pemikiran
menelusuri sesuatu hal terkait satu sama lain. Sedangkan sumber yang digunakan dari definisi
mewakili produk yang dapat ditawarkan oleh teknologi pembelajaran. Produk ini terkait
dengan kebendaan yang dihasilkan teknologi pembelajaran sebagai bidang garapan.
1. Kawasan Desain
Desain didefinisikan sebagai “proses untuk menentukan kondisi belajar” (Seels dan
Richey, 1994: 32). Kawasan desain meliputi desain sistem pembelajaran, desain pesan,
strategi pembelajaran, karakteristik peserta didik. Tujuan desain adalah untuk menciptakan
strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat
mikro seperti pelajaran dan modul.
a. Desain Sistem Pembelajaran (DSI).
Desain system pembelajaran (DSI) adalah prosedur yang teroganisasi yang meliputi
langkah-langkah penganalisisan, perancangan, pengembangan, pengaplikasian dan penilaian
pembelajaran (Seels dan Richey, 1994: 33). Kata Desain mempunyai dua makna yaitu tingkat
makro dan tingkat mikro yang keduanya menunjukkan pendekatan sistem dan langkah pada
pendekatan sistem. Dalam terminologi sederhana, analisanya adalah proses pada definisi apa
yang harus dipelajari; desain adalah proses bagaimana mengkhususkan bagaimana dipelajari;
dikembangkan adalah proses memenulis dan produksi materi pembelajaran,
mengimplementasi penggunaan materi dan strategi dalam konten yang aktual dan
mengevaluasi proses penentuan kecukupan materi. DSI secara umum merupakan prosedur
linier dan berulang-ulang dimana permintaan seksama dan konsisten. Karakter proses pada
semua langkah harus di lengkapi dalam hal untuk melayani sebagai pemeriksaaan dan
keseimbangan satu sama lain. Pada DSI proses sangat penting sama seperti produk karena
kepercayaan produk berlandasakan pada proses (Seels dan Richey, 1994: 33).
b. Desain Pesan.
Desain pesan meliputi “perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan”
(Grabowski dalam Seels dan Richey, 1994: 33). Desain pesan berkaitan dengan hal-hal
mikro, mengenai bahan visual, urutan, halaman, dan layar secara terpisah. Desain pesain
bersifat spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. (Prawiradilaga, 2012: 49).
c. Strategi Pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk manyeleksi serta mengurutkan
peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran (Seels dan Richey, 1994:
34). Pengaplikasian suatu strategi pembelajaran tergantung pada situasi belajar, sifat materi,
dan jenis belajar yang dikehendaki (Prawiradilaga, 2012: 49).
d. Karekteristik Peserta Didik
Karakteristik peserta didik adalah aspek latar belakang pengalaman peserta didik
yang berpengaruh terhadap efektifitas proses belajarnya, mencakup keadaan sosio-psiko-fisik
peserta didik.
Kecenderungan dan Permasalahan dalam kawasan desain berpusat pada penggunaan
desain sistem pembelajaran yang tradisional, aplikasi teori belajar dalam desain, dan
pengaruh teknologi baru pada proses penyusunan desain.
2. Kawasan Pengembangan.
Pengembangan didefinisikan sebagai proses penterjemah spesifikasi desain ke dalam
bentuk fisik (Seels dan Richey, 1994: 38). Kawasan pengembangan meliputi teknologi cetak,
teknologi audiovisual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu. Kawasan
pengembangan berorientasi pada produksi media
pembelajaran yang kisi-kisi modelnyadihasilkan dari kawasan desain.
a. Teknologi Cetak
Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan,
seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui proses
pencetakan mekanis atau fotografis. Dua komponen utama teknologi cetak adalah teks
(verbal) dan bahan visual.
b. Teknologi Audiovisual
Teknologi Audiovisual merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan
dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio
dan visual. Pembelajaran audiovisual memproduksi dan memanfaatkan bahan yang
menyangkut pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif tidak
selalu harus tergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.
c. Teknologi Berbasis Komputer
Teknologi Berbasis Komputer merupakan cara-cara memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikro prosesor.
Teknologi ini menggunakan teknologi digital, dengan monitor sebagai tumpuan penyajian
pesan kepada peserta didik.
d. Teknologi Terpadu
Teknologi Terpadu merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan
dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Komputer dengan
memori besar, menyediakan pemutar video, monitor dengan resolusi tinggi, jaringan yang
lancar, sangat membantu terlaksananya pemanfaatan teknologi terpadu ini.
Kecenderungan dan permasalahan teknologi cetak dan audiovisual mencakup
peningkatan perhatian terhadap desain teks, kerumitan visual serta penggunaan isyarat warna
(Berry dalam Seels dan Richey, 1994: 44). Kecenderungan dan permasalahan teknologi
komputer dan terpadu terletak pada tantangan mendesain teknologi interaktif, penerapan
konstruktivisme dan teori belajar sosial, sistem pakar dan otomisasi peralatan pengembangan,
serta aplikasi untuk belajar jarak jauh.
3. Kawasan Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.
Kawasan pemanfaatan sering terkena “imbas” kemajuan teknologi dan kebijakannya. Banyak
pihak yang memiliki ide untuk memanfaatkan apa pun teknologi untuk dunia pendidikan.
Padahal, prosedur pemanfaatan memerlukan rangkaian kegiatan yang panjang, proses yang
memerlukan kerja keras dan kerja sama pihak terkait, guru, pemerintah, pelaksana di
lapangan dan lainnya. Kawasan pemanfaatan meliputi pemanfaatan media, difusi inovasi,
implementasi dan institusionalisasi, dan kebijakan dan regilasi.
a. Pemanfaatan Media
Pemanfaatan media ialah penggunaan yang sistematis dari sumber untuk
belajar. Proses pemanfaatan media merupakan proses pengambilan keputusan
berdasarkan pada spesifikasi desain pembelajaran, dalam hal ini, urutan, karakteristik peserta
didik, lingkungan belajar merupakan beberapa aspek yang harus diperhatikan.
b. Difusi Inovasi
Difusi Inovasi adalah proses berkomunikasi melalui strategi yang terencana dengan
tujuan untuk diadopsi. Tujuan difusi inovasi ini adalah agar suatu medium dapat diterima dan
digunakan dalam pembelajaran sehari-hari, tanpa ada keterpaksaan dari pihak manapun.
Komunikasi yang mulus menjadi kunci dari suatu difusi, dampaknya adalah perubahan, atau
penerimaan suatu inovasi.
c. Implementasi dan Pelembagaan
Implementasi adalah penggunaan bahan dan strategi pembelajaran dalam keadaan
yang sesungguhnya bukan tersimulasikan. Pelembagaan adalah penggunaan secara rutin dan
pelestarian dari inovasi pembelajaran dalam suatu struktur atau budaya organisasi. Tujuan
dari implementasi adalah menjamin penggunaan yang benar oleh individu dalam oraganisasi.
Tujuan dari pelembagaan adalah untuk mengintregasikan inovasi dalam struktur dan
kehidupan organisasi.
d. Kebijakan dan Regulasi
Kebijakan dan Regulasi adalah aturan dan tindakan dari masyarakat atau wakilnya
yang mempengaruhi difusi atau penyebaran dan penggunaan teknologi pembelajaran.
Kebijakan dan peraturan biasanya dihambat oleh permasalahan etika dan ekonomi.
Kecenderungan dan permasalahan dalam kawasan pemanfaatan umumnya berkisar
pada kebijakan dan peraturan yang mempengaruhi penggunaan, difusi, implementasi dan
pelembagaan. Masalah lain yang berhubungan dengan kawasan ini adalah bagaimana gerakan
restrukturisasi sekolah dapat mempengaruhi penggunaan sumber belajar. Pertumbuhan yang
pesat dari bahan dan sistem berasaskan komputer telah meningkatkan resiko politik dan
ekonomi bagi yang akan mengadakan adopsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan
diantaranya adalah; sikap pembelajar terhadap teknologi, tingkat independensi pembelajar,
dan faktor lain yang dapat menghambat dan mendukung media dan materi pembelajaran
dalam konteks yang lebih luas.
4. Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan adalah bagian integral dan sering dihadapi oleh para teknolog
pendidikan. Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kerumitan Pengelolaan akan semakin
meningkat dengan dengan membesarnya usaha sebuah sekolah kacil menjadi besar (Seels dan
Richey, 1994: 54)
Pekerjaan pengelolaan dimulai dari administrasi pusat media,program media, dan
pelayanan pemanfaatan media. Pengelolaan meliputi:
a. Pengelolaan Proyek.
Pengelolaan proyek meliputi perencanaan, monitoring dan pengendalian proyek
desain dan pengembangan suatu produk pembelajaran tertentu (Seels dan Richey, 1994: 55).
b. Pengelolaan Sumber
Pengelolaan Sumber mencakup perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem
pendukung dan pelayanan sumber. Biasanya mengatur bagaimana memanfaatkan dengan
optimal sumber yang ada (Seels dan Richey, 1994: 55).
c. Pengelolaan Sistem Penyampaian
Pengelolaan Sistem Penyampaian meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian
“ cara bagaimana distribusi bahan pembelajaran diorganisasikan ... hal tersebut merupakan
suatu gabungan medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi
pembelajaran kepada peserta didik (Ellington dan Harris, dalam Seels dan Richey, 1994: 56).
d. Pengelolaan Informasi
Pengelolaan Informasi meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengendalian cara
penyimpanan, pengiriman/pemindahan atau pemrosesan informasi dalam rangka tersedianya
sumber untuk kegiatan belajar (Seels dan Richey, 1994: 56).
5. Kawasan Penilaian
Penilaian adalah kegiatan untuk mengkaji serta memperbaiki suatu produk atau
program (Prawiradilaga, 2012: 54). Perbaikan dilakukan berdasarkan masukan atau informasi
yang diterima. Masih banyak pihak yang melakukan evaluasi belajar dengan cara
membandingkan kemampuan seorang peserta didik dengan temannya, seharusnya penilaian
yang diharapkan adalah merujuk pada tujuan pembelajaran. Kawasan penilaian meliputi
analisis masalah, pengukuran acuan patokan, dan penilaian formatif dan sumatif.
a. Analisis Masalah.
Analisis masalah Termasuk penentuan sifat dan parameter masalah dengan
menggunakan pengumpulan-informasi dan pengambilan keputusan strategi. Dalam membuat
keputusan. Dengan demikian upaya evaluasi termasuk identifikasi kebutuhan untuk
menentukan sejauh mana masalah dapat dikelaskan sebagai pembelajaran, mengindetifikasi
kendala, sumber daya, karakteristik peserta didik, dan menentukan tujuan dan prioritas (Seels
dan Glasgow dalam Seels dan Richey, 1994: 61).
b. Pengukuran Acuan-Patokan (Criterion-Referenced Measurement).
Kriteria pengukuran penilaian melibatkan teknik untuk menentukan penguasaan
materi pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Kriteria referensi penilaian menyediakan
informasi tentang penguasaan seseorang terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan relatif
terhadap tujuan. Kesuksesan pada kriteria referensi penilalan sering berpedoman pada dapat
melakukan suatu kompetensi tertentu.
c. Penilaian Formatif dan Sumatif.
Evaluasi Formatif melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
menggunakan informasi ini sebagai dasar untuk pengembangan lebih lanjut. Evaluasi sumatif
melibatkan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan menggunakan informasi ini untuk
membuat keputusan tentang pemanfaatan. Metode evaluasi sumatif dan formatif berbeda.
Evaluasi formatif tegantug pada teknis (isi) review dan tutorial, uji coba kelomok kecil atau
besar. Metode pengumpulan data biasanya informal seperti observasi, wawancara dan test
pendek. Evaluasi sumatif dalam bentuk lain membutuhkan prosedur lebih formal dan metode
pengumpulan data. Evaluasi sumatif biasanya studi perbandingan kelompok dalam desain
quasi eksperimen. Keduanya evaluasi formatif dan suamtif membutuhkan pertimbangan
perhatian untuk menyeimbangkan penilaian kualitatif dan kuantitatif (Seels dan Richey,
1994: 62).
Kecenderungan dan Permasalahan penilaian kebutuhan yang semula berorientasi
pada perilaku dengan menitikberatkan pada data kinerja dan penjabaran materi/isi jadi
bagian-bagian yang lebih kecil. Akan tetapi, penekanan pada pengaruh konteks belajar yang
sekarang memberi orientasi kognitif kadang-kadang orientasi kontruktivis, pada proses
penilaian kebutuhan.
2.3.3 Kawasan AECT 2004
Hasil analisis kawasan AECT tahun 2004 tidak dibahas dengan nyata, melainkan
hanya berupa paparan yang melekat pada definisi itu sendiri. Kekhasan definisi tersebut ada
pada istilah study (kajian) serta ethical practice (terapan atau praktik beretika). Kedua hal ini
mengatur perilaku para teknolog pembelajarn, profesional, dan praktisi untuk berperilaku
dengan baik. Rujukan mengenai apa yang dikaji, digarap, atau dikerjakan dirumpun dalam
istilah learning atau belajar dan performance atau kinerja. Kedua aspek ini menegaskan inti
dari pekerjaan atau karya teknolog pembelajaran sebaiknya berada dalam cakupan belajar dan
kinerja.
Tugas teknologi pendidikan dan atau teknologi pembelajaran:
a. Study (Kajian).
Istilah study atau kajian dimunculkan sebenarnya melanjutkan tugas dan fungsi
seorang teknolog pendidikan/ pembelajaranuntuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan
dalam kerangka definisi tahun 1994, yaitu pelaksanaan penelitian dalam teknologi
pendidikan/ pembelajaran. Kewajiban seorang teknolog pembelajaran untuk mendalami
teknologi pembelajaran serta meningkatkan potensinya sebagai suatu disiplin ilmu adalah
bagian integral. Imbauan dari study (kajian) adalah agar para teknolog pembelajaran terus-
menerus mengembangkan ilmu teknologi pendidikan/ pembelajaran melalui penelitian dan
pemikiran diri yang reflektif (Prawiradilaga, 2012: 57).
b. Ethical Practice (Praktik atau Terapan Beretika)
Etika menjadi sesuatu yang rentan tatkala berkaitan dengan dunia maya.
Penghargaan terhadap karya dan kreativitas orang lain, pengakuan terhadap keberadaan dan
kebenaran menjadi bagian dari etika dalam teknologi pendidikan. Etika sesungguhnya bukan
hanya mengenai aturan main, atau landasan hukum. Etika adalah norma yang berlaku di
masyarakat beradab. Etika sebaiknya diperhatikan karena hal ini menjadi tantangan serius
seiring dengan kemajuan teknologi berbasis internet. AECT merumuskan etika yang
dimaksud adlaha perilaku para ilmuwan, praktisi, atau teknolog pembelajaran terhadap
seseorang, masyarakat, dan diri sendiri. Aturan yang terangkum dalam kode etik bukanlah
aturan yang memasung, melainkan aturan yang harus dipahami dan dijalankan demi
terciptanya iklim saling menghormati satu sama lain dalam ranah teknologi pendidikan/
pembelajaran (Prawiradilaga, 2012: 57).
Lingkup Kerja atau kawasan:
a. Learning (Belajar)
Istilah Learning (belajar) bukan hanya meghafal, mengingat, tetapi belajar
dimaksudkan adalah bagaimana seseorang mampu mengembangkan diri berdasarkan
persepsinya terhadap apa yang ia pelajari, lingkungan, dan masyarakat di mana ia berada,
mewujudkan impiannya, dan lainnya. Belajar sebagai kawasan teknologi pendidikan
melingkupi kerja dan karya para teknolog pendidikan dan pembelajaran (Prawiradilaga,
2012: 58).
b. Performance (Kinerja)
Kinerja menegaskan adanya kemampuan seseorang setelah dinyatakan menguasai
tujuan pembelajaran, ia pun mampu menerapkan dalam dunia nyata. Makna kedua dari
kinerja adalah teknologi pendidikan menciptakan lingkungan atau perangkat kerja serta
gagasan bagi peserta didik, guru, atau desainer untuk berkarya atau membuktikan jenjang
kemampuan penguasaan pengetahuan tadi yang diperoleh melalui proses belajar
(Prawiradilaga, 2012: 58).
2.3.4 Kawasan Pakar Lain
a. Kawasan Menurut Reiser dan Dempsey
Kawasan yang dirimuskan oleh Reiser dan Dempsey berbeda dari AECT. Kawasan
yang mereka rumuskan yakni kawasan teknologi pembelajaran dan kawasan desain
pembelajaran.
Konteks Teknologi pembelajaran menurut Reiser dan Dempsey, et al., (dalam
Prawiradilaga, 2012: 59) bahwa kemajuan teknologi serta inovasi secara umum berdampak
langsung terhadpa kawasan teknologi pembelajaran. Mereka tidak hanya melakukan
pendekatan kepada praktisi yang berlatar belakang keilmuan teknologi pembelajaran namun
kepada non-pembelajaran juga. Tugas teknolog pembelajaran adalah menemukan pemecahan
masalah atau menentukan teknik peningkatan kinerja itu sendiri sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan dan situasi bekerja (Prawiradilaga, 2012: 58).
Konteks Desain pembelajaran yang melekat pada teknologi pembelajaran mengatur
alur berpikir seorang teknolog pembelajaran dalam memecahkan masalah peningkatan
kinerja. Salah satunya melakukan pendekatan dengan prinsip ADDIE (analysis, design,
develop, implement, and evaluate).
b. Kawasan menurut Davies (1978)
Davies menumuskan teknologi pendidikan sesuai dengan gejala pendidikan yang
telah beliau amati. Tiga rumusan pendekatan yang berhubungan dengan kawsan dan bidang
garapan teknologi pendidikan yakni pendekatan perangkat keras (hardware), pendekatan
perangkat lunak (software), dan perpaduan keduanya.
1. Pendekatan Perangkat Keras. Guru dalam hal ini hendaknya memanfaatkan
penggunaan perangkat keras. Hal ini dimaksudkan agar terjadi proses otomatisasi
atau proses mekanistik dalam kegiatan pembelajaran. Perangkat keras dimanfaatkan
untuk menyebarkan materi ajar, mereproduksi materi, dan lainnya. Namun semua
upaya tersebut harus tetap mengacu pada efektivitas pembiayaan, terutama
pembiayaan dari siswa.
2. Pendekatan Perangkat Lunak. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa dan perilakunya.
3. Pendekatan Perpaduan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak. Kerangka pendekatan
ini berada pada lingkup sistem (system boundary) dengan mencermati seluruh faktor
yang mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya siswa (motivasi belajar serta
kemampuan akademiknya), guru, lingkungan sekolah, materi atau kurikulum, serta
tujuan belajarnya. Sehingga pendekatan ini dirasakan lebih manusiawi serta
integratif dengan kondisi pembelajaran sehari-hari.
2.4 Implementasi Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah,
banyak media yang dapat digunakan sehingga pembelajaran tersebut terkesan modern. dan
tidak membosankan. Apabila konsep atau pengertian teknologi pendidikan kita analisis, kita
akan memperoleh pedoman umum aplikasi sebagai berikut :
1. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi, komunikasi,
manajemen, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem.
2. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan serempak,
dengan memerhatikan dan mengkaji semua kondisi dan saling kaitan diantaranya.
3. Digunakannya teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu memecahkan
masalah belajar.
4. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan pendekatan dan atau
unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjumlahan. Demikian pula
pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada
memecahkan masalah secara terpisah.
Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang menjadi bidang garapnya,
baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar. Oleh karenanya aplikasi
teknologi pembelajaran juga tidak terlepas dari lima kawasan tersebut. Seels dan Richey
(1994) menjelaskan bahwa demi menjaga keutuhan definisi (teknologi pembelajaran)
kegiatan-kegiatan dalam setiap kawasan teknologi pembelajaran dapat dikaitkan baik kepada
proses maupun sumber pembelajaran.
Aplikasi teknologi pada pendidikan secara langsung akan mempengaruhi keputusan-
keputusan tentang proses pendidikan yang spesifik. Umpama : aplikasi itu
mempunyaidampak penting terhadap isi (content) yang akan diajarkan, tingkat standarisasi
dan pemilihan isi, jumlah dan kualitas sumber-sumber yang tersedia.
Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting
adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi
pendidikan dengan pembangunan nasional. Demikian luas dan jauhnya jangkauan yang
hendak dicapai oleh program pembangunan pendidikan kita, padahal di lain pihak
sumbersumber yang tersedia bertambah terbatas dan langka.
Pada dasarnya atmosfer pembelajaran merupakan hasil sinergi dari tiga komponen
pembelajaran utama, yakni siswa, kompetensi guru, dan fasilitas pembelajaran. Ketiga
prasyarat tersebut pada akhirnya bermuara pada areaproses dan model pembelajaran. Model
pembelajaran yang efektif antara lain memiliki nilai relevansi dengan pencapaian tujuan
pembelajaran dan memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas guru. Kemudian berpotensi
mengembangkan suasana belajar mandiri selain dapat menarik perhatian siswa dan sejauh
mungkin memanfaatkan momentum kemajuan teknologi khususnya dengan mengoptimalkan
fungsi teknologi informasi.
Seiring perkembangan zaman, penggunaan sistem konvensional sudah tidak efektif
sebab dianggap sangat lambat dan tidak seiring dengan perkembangan teknologi informasi
dimana pertukaran informasi menjadi semakin cepat dan instan. Sehingga ketidakefektifan
adalah katayang paling cocok untuk sistem ini. Sistem konvensional seharusnya sudah
ditinggalkan sejak ditemukannya media komunikasi multimedia sebagai bentuk kemajuan
teknologi informasi. e-Education, istilah ini mungkin masih asing bagi bangsaIndonesia. e-
education (Electronic Education) ialah istilah penggunaan teknologi informasi di bidang
pendidikan.
Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan di Indonesia yang terpenting
adalah mengenai : peningkatan mutu, pemerataan kesempatan pendidikan, dan relevansi
pendidikan dengan pembangunan nasional. Demikian luas dan jauhnya jangkauan yang
hendak dicapai oleh program pembangunan pendidikan kita, padahal di lain pihak
sumbersumber yang tersedia bertambah terbatas dan langka. Kenyataan-kenyataan yang
dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pemecahan masalah-masalah pendidikan kita
membutuhkan alternatif-alternatif lain disamping caracara penyelesaian yang konvensional
yang dikenal selama ini. Berbagai potensi yang dimiliki oleh teknologi dalam pendidikan
lantas memungkinkannya diajukan sebagai suatu alternatif untuk memecahkan masalah-
masalah tadi. Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu :
1. Menyebarkan informasi secara meluas, seragam dan cepat.
2. Membantu, melengkapi dan (dalam hal tertentu) menggantikan tugas guru.
3. Dipakai untuk melakukan kegiatan instruksional baik secara langsung maupun
sebagai produk sampingan.
4. Menunjang kegiatan belajar masyarakat serta mengundang partisipasi masyarakat.
5. Menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.
6. Menambah daya tarik untuk belajar.
7. Membantu mengubah sikap pemakai.
8. Mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses.
9. Mempunyai keuntungan rasio efektivitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem
tradisional. (Miarso, 1981)
III. PENUTUP
Teknologi pendidikan pada hakekatnya adalah pemecahan masalah pendidikan
(tindak belajar manusia) dari segala aspek, bukan hanya digunakannya mesin-mesin atau alat-
alat elektronik dalam pendidikan.Teknologi pembelajaran memiliki lima kawasan yang
menjadi bidang garapnya, baik sebagai objek formal maupun objek materinya, yaitu desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengolahan, evalusi sumber dan proses belajar. Aplikasi
teknologi Pembelajaran Pendidikan Multikultural ini hanya dilakukan penulis pada Kawasan
Desain dengan subkategori Desain Sistem Pembelajaran. Walau hanya pada subkategori
kawasan, namun kelima langkah dalam menyusun desain sistem pembelajaran menunjukkan
sinergitas antara berbagai kawasan Teknologi Pembelajaran: Desain, Pengembangan,
Pemanfaatan, Pengolahan, dan Evaluasi Sumber dan Proses Belajar.
Perkembangan Teknologi Pembelajaran yang linear dengan perkembangan teknologi
harus disikapi secara hati-hati oleh Teknolog Pendidikan. Praktik Teknologi Pembelajaran
harus memperhatihan Kawasan, Konsep Utama dan ciri khas Teknologi pembelajaran. Hal
ini mutlak diperlukan untuk mengukuhkan keberadaan Teknologi Pembelajaran itu
sendiri.Aplikasi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Multikultural dapat dikembangkan tidak
hanya untuk pembelajaran yang terkait erat dengan budaya itu sendiri (seperti pendidikan
multikultural), namun dapat dikembangkan ke pembelajaran yang lain melihat substansi dari
kaitan antara budaya dan substansi materi.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Afifuddin. 2007. Penggunaan metode E-Learning Dalam Proses Belajar Mengajar
di Sekolah pada Mata Pelajaran TIK Tingkat SMP. Majalengka, Jawa Barat
Cece Wijaya dkk, Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung :
Remaja Karya, 1988)
Dimyati, Dr., Muljiono, Drs., Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka cipta, 2002
Miarso, Yusufhadi., 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada.
Prawiradilaga, D. S., 2012. Wawasan Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Seels, B dan Richey, R., 1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya.
Washington, DC: Association for Educational Communications and Technology.
Top Related