i
IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ayu Alfiyati
NIM 13110241045
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN
JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
April 2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ( Terjemahan QS. Ar-
Ra‟d:11).
Man Jadda Wa Jada
(Jika ia berusaha, pasti ada jalan)
Dijalani, diyakini, terus berusaha dan berdoa, ada Allah yang selalu membantu
selagi apa yang kita lakukan semuanya karena mengharap ridho-Nya.
(penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya, dan juga kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
syafaatnya, karya ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Imam Hanafi dan Ibu Istaril Mutholiah yang
telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, doa, dan memotivasi agar
senantiasa meraih keberhasilan.
2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.
vii
IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
Oleh
Ayu Alfiyati
NIM 13110241045
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mendeksripsikan Implementasi Program
Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta, (2) Mengidentifikasi
faktor pendukung dan penghambat dalam Impelementasi Program Pendidikan
Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta, (3) Mendeskripsikan Hasil dari
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Subyek penelitian ini adalah siswa, guru, dan kepala sekolah di SMA
Negeri 6 Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama
dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman
wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis
data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Uji
keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, dan triangulasi teknik.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Implementasi Program
Pendidikan Anti Korupsi: (a) Dimulai tahun 2014 dengan Surat Keputusan Kepala
Sekolah nomor 188/210 dengan kebijakan di atasnya yaitu Instruksi Presiden
nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, (b) Sumber dana
berasal dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, (c) Kegiatan penunjang:
sosialisasi, pembuatan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP),
perlombaan kreatif, pengembangan media informasi, dan kantin kejujuran, (2)
Faktor Pendukung: (a) sarana dan prasarana yang mendukung (b) adanya
partisipasi dari seluruh warga sekolah, (c) adanya dana bantuan sosial dari Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta. Faktor penghambat: (a) Kurangnya fasilitas buku
tentang pendidikan anti korupsi (3) Hasil dari Program Pendidikan Anti Korupsi
ialah adanya perkembangan perilaku siswa diantaranya (a) kejujuran, (b)
kepedulian, (c) kemandirian, (d) kedisiplinan, (e) tanggung jawab, (f) kerja keras,
(g) sederhana, (h) keberanian, dan (i) keadilan.
Kata kunci : Program Pendidikan Anti Korupsi, Pendidikan Anti Korupsi di SMA,
Anti Korupsi
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program
Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta” dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud
tanpa adanya kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, atas segala kebijakan dan
kebijaksanaanya memberikan kemudahan dalam kegiatan perkuliahan.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan kemudahan dalam
penyusunan skripsi.
3. Bapak Arif Rohman, M.Si selaku Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi
Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, yang telah memberikan
kelancaran dalam penyusunan skripsi.
4. Bapak L.Hendrowibowo, M.Pd selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing akademik dari awal hingga akhir proses studi.
5. Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan skripsi ini dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan pengalaman serta ilmu yang bermanfaat.
ix
7. Bapak Drs. Miftakodin, M.M selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6
Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kemudahan selama proses
penelitian.
8. Bapak Eko Sunaryo, M.Pd selaku Wakasek Urusan Humas dan Segenap
Keluarga Besar SMA Negeri 6 Yogyakarta yang telah membantu dalam
proses penelitian.
9. Bapak Imam Hanafi dan Ibu Istaril Mutholiah dan seluruh keluarga besar
yang telah memotivasi dan memberikan dukungan baik secara moril dan
materil. Terima kasih telah menjadi orang tua dan keluarga yang terbaik.
10. Teman-teman dan sahabat-sahabatku Kebijakan Pendidikan khususnya
angkatan 2013 dan kakak serta adik angkatan semuanya yang telah membantu
dan menemani proses penelitian, terima kasih untuk pertemanan manis
selama ini semoga akan tetap terjaga sampai kapanpun.
Semoga semangat, motivasi, bantuan, bimbingan, dan dukungan yang
telah diberikan mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Akhir kata, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 4 April 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERSETUJUAN ................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................. iv
MOTTO .............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian................................................................................. 9
G. Batasan Istilah ..................................................................................... 10
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
A. Kebijakan Pendidikan ......................................................................... 11
1. Kebijakan ........................................................................................ 11
2. Pendidikan ....................................................................................... 12
3. Kebijakan Pendidikan ..................................................................... 14
4. Kebijakan Sekolah........................................................................... 15
B. Implementasi Program ........................................................................ 16
1. Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan ..................................... 16
2. Pendekatan Implementasi Kebijakan Pendidikan ........................... 18
xi
3. Faktor Keberhasilan Implementasi Kebijakan Pendidikan ............. 20
2. Program .......................................................................................... 20
3. Implementasi Program ................................................................... 21
C. Tinjauan Tentang Korupsi ................................................................... 23
1. Definisi Korupsi .............................................................................. 23
2. Jenis-jenis Korupsi .......................................................................... 25
3. Faktor Penyebab Tindakan Korupsi ................................................ 28
4. Dampak Korupsi ............................................................................. 30
5. Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi ...................................... 33
D. Program Pendidikan Anti Korupsi ...................................................... 34
1. Definisi Pendidikan Anti Korupsi .................................................. 34
2. Tujuan Pendidikan Anti Korupsi..................................................... 35
3. Nilai-nilai Dalam Pendidikan Anti Korupsi .................................... 38
4. Program Pendidikan Anti Korupsi untuk SMA .............................. 40
E. Penelitian yang Relevan ..................................................................... 43
F. Kerangka Berpikir ............................................................................... 46
G. Pertanyaan Penelitian .......................................................................... 49
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 51
B. Subyek Penelitian ................................................................................ 51
C. Setting Penelitian................................................................................. 52
D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 52
E. Instrumen Penelitian ............................................................................ 55
F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 61
G. Validitas Data ...................................................................................... 63
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi SMA Negeri 6 Yogyakarta ................................................. 66
xii
1. Visi, Misi, Tujuan, dan Indikator Keberhasilan Sekolah ............. 66
2. Lokasi Sekolah .............................................................................. 70
3. Keadaan Sekolah .......................................................................... 71
4. Sumber Dana Anggaran Sekolah ................................................. 72
5. Personil Sekolah ........................................................................... 73
6. Keadaan Peserta Didik ................................................................. 73
7. Kerjasama Sekolah ....................................................................... 75
8. Prestasi Siswa ................................................................................ 76
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian .......................................................... 78
1. Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi ........................ 78
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program ............................. 102
3. Hasil dari Program Pendidikan Anti Korupsi ............................ 105
C. Pembahasan ...................................................................................... 115
1. Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi ........................ 115
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program .............................. 125
3. Hasil dari Program Pendidikan Anti Korupsi .............................. 127
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 134
B. Saran .................................................................................................. 136
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. Pedoman Observasi ................................................................................. 57
Tabel 2. Pedoman Wawancara ............................................................................. 59
Tabel 3. Pedoman Dokumentasi ........................................................................... 60
Tabel 4. Sumber Dana Anggaran Sekolah ............................................................. 72
Tabel 5. Jumlah Peserta Didik ............................................................................... 74
Tabel 6. Input Nilai UN Peserta Didik ................................................................... 74
xiv
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 1. Kebijakan Pendidikan dalam Filsafat dan Teori Pendidikan .............. 22
Gambar 2. Kerangka Berpikir .............................................................................. 49
Gambar 3. Susunan Personil Sekolah ................................................................... 73
Gambar 4. Struktur Organisasi Program Pendidikan Anti Korupsi ....................... 83
Gambar 5. Sosialisasi Program Pendidikan Anti Korupsi ..................................... 93
Gambar 6. Lomba Pidato Anti Korupsi ................................................................. 97
Gambar 7. Lomba Cerdas Cermat Anti Korupsi .................................................... 98
Gambar 8. Poster Anti Korupsi di Sekolah ............................................................ 99
Gambar 9. Stiker Budayakan Anti Korupsi ......................................................... 100
Gambar 10. Kantin Kejujuran .............................................................................. 102
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal.
Lampiran 1. Pedoman Observasi ......................................................................... 140
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ................................................................... 142
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah ............................................ 143
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru ............................................................. 145
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Siswa ............................................................ 147
Lampiran 6. Catatan Lapangan ........................................................................... 149
Lampiran 7. Reduksi dan Analisis Data Hasil Wawancara ................................. 161
Lampiran 8. Foto Hasil Penelitian ....................................................................... 181
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 192
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi di negeri ini telah memasuki seluruh bidang-bidang
kehidupan sosial dan pemerintahan serta sudah sangat mengakar dalam budaya
hidup, perilaku, dan cara berpikir. Jaringan korupsi telah terajut di seluruh
sektor kehidupan, sejak dari istana hingga tingkat kelurahan bahkan RT/Rukun
Tetangga (Nurul Irfan, 2011: 1). Korupsi telah menjangkiti birokrasi dari atas
hingga terbawah, lembaga perwakilan rakyat, lembaga militer, dunia usaha
perbankan, KPU, organisasi kemasyarakatan, dunia pendidikan, lembaga
keagamaan, bahkan lembaga-lembaga yang bertugas memberantas korupsi,
seperti kepolisian, kehakiman, dan kejaksaan. Ibaratkan seperti penyakit
kronis, kasus korupsi sangatlah sulit dituntaskan di Indonesia. Singkatnya
korupsi telah membudaya di negeri ini bahkan telah menjadi kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut survey yang dilakukan oleh Pacific Economic and Risk
Consultancy (PERC) sebagaimana dikutip oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Republik Indonesia (2006) menunjukkan bahwa pada tahun 2005
Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara terkorup di Asia. Tahun
2011 menunjukkan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia berada di peringkat 100
dari 183 negara. Kemudian pada tahun 2013, organisasi dunia,
transparency.org merilis ada 10 negara terkorup di dunia. Dan dari 10 daftar
negara itu, Indonesia berada di peringkat ke-5. Tentunya ini persoalan yang
2
besar karena secara tidak langsung praktik korupsi yang dilakukan oleh
pejabat-pejabat membuat kesenjangan perekonomian semakin menjadi, warga
negara yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Korupsi ternyata dilakukan oleh orang yang berpendidikan tinggi atau
dalam kata lain ialah oleh kaum intelektual. Korupsi merupakan kejahatan
karena akan menimbulkan kerugian bagi pihak lain, dan hanya
memberikan keuntungan kepada pihak yang melakukan korupsi atau biasa
disebut dengan koruptor. Faktanya korupsi dilakukan oleh orang yang
mempunyai kekuasaan dan berpendidikan. Misalnya dalam pemerintahan,
mereka menyalahgunakan kekuasaan atau kewenangannya hanya untuk
kepentingan pribadi. Misalnya dari kasus korupsi wisma atlet yang
menjerat Angelina Sondakh, yang merupakan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. Seharusnya ia sebagai wakil rakyat dapat mengemban dengan baik
pada tugas dan amanah yang telah dipercayakan kepadanya dari rakyat.
Namun pada kenyataannya para koruptor mementingkan kepentingan diri
mereka sendiri, melupakan tanggung jawab mereka sebagai wakil rakyat.
Rasanya sungguh tidak pantas, seseorang yang berpendidikan tinggi tetapi
melakukan hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu
pendidikan anti korupsi perlu disosialisasikan di sekolah.
Kemudian pada tahun 2002 dibentuklah Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK). Berpedoman pada UU nomor 30 tahun 2002 tentang KPK,
keberadaan KPK dibentuk karena lembaga pemerintah yang menangani
perkara pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam
3
memberantas tindak pidana korupsi. Kejahatan korupsi yang sulit dituntaskan
membutuhkan solusi yang melibatkan masyarakat luas. Pemberantasan korupsi
menurut KPK terbagi menjadi dua yaitu: tindakan represif dan preventif. Selain
melalui mekanisme hukum (represif), juga membangun filosofi baru berupa
penyemaian nalar dan nilai-nilai baru bebas korupsi melalui pendidikan formal.
Hal ini sebagaimana dikutip dari Kemendiknas (Agus Wibowo, 2012: 17)
bahwa pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif. Itu
karena pendidikan membangun generasi baru bangsa menjadi lebih baik.
Keberhasilan penanggulanagan korupsi tidak hanya bergantung pada
penegakan hukum saja. Tindakan preventif ini dimaksudkan bahwa korupsi
dapat dicegah secara dini dengan menguatkan pendidikan anti korupsi di
sekolah-sekolah.
Hal inilah yang kemudian mendorong KPK untuk menanamkan
nilai-nilai anti korupsi sedari dini kepada generasi penerus bangsa. Dalam
Rencana Strategik KPK tahun 2008-2011 dipaparkan bahwa salah satu
sasaran untuk bidang pencegahan adalah pembentukan budaya masyarakat
anti korupsi, melalui pendidikan yang profesional baik sektor formal
maupun informal secara bertahap. Generasi muda harus diberikan pendidikan
yang mengedepankan akhlak agar tidak melakukan tindakan korupsi yang akan
merugikan negara nantinya.
Dalam model pengintegrasian pendidikan anti korupsi yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwasannya sebagai bentuk
4
perhatian pemerintah terhadap kasus korupsi ialah dengan menetapkan
kebijakan tentang pemberantasan korupsi yang dituangkan dalam Instruksi
Presiden (Inpres) No 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Pada bagian Diktum ke-11 (Instruksi Khusus) poin ke 7 menugaskan kepada
Menteri Pendidian Nasional untuk menyelenggarakan pendidikan yang
berisikan substansi penanaman semangat dan perilaku anti korupsi pada
setiap jenjang pendidikan baik formal dan nonformal. Selain itu pendidikan
anti korupsi sebenarnya sudah menjadi bagian dari pendidikan nasional
sebagaimana dinyatakan dalam peraturan menteri pendidikan nasional
(Permendiknas) No.22 dan No. 23 Th.2006 tentang Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Dalam
permendiknas tersebut dinyatakan bahwa pengembangan sikap dan
perilaku anti korupsi merupakan bagian dari kurikulum bidang studi.
Pendidikan yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk
menyampaikan bahan ajar berupa hard skill dan kemampuan yang berupa soft
skill. Begitu pula seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang No. 20 tahun
2003 Bab II Pasal 3 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dinyatakan: “Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”Berdasarkan
5
Undang-Undang tersebut idealnya siswa dituntut watak yang bermartabat guna
menjadi manusia yang sehat dan bersih dari korupsi.
Bangsa Indonesia kini telah menyadari pentingnya mengutamakan
akhlak mulia dalam pendidikan. Hal itu tercermin pula dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 33 ayat 2 bahwa “kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat antara lain pendidikan agama”, termasuk di
dalamnya pendidikan moral seperti pengembangan sikap anti korupsi.
Pendidikan agama ataupun pendidikan moral bertujuan untuk meningkatkan
kualitas akhlak siswa. Pendidikan akan membantu individu untuk menjadi
orang yang berkahlak mulia, termasuk didalamnya perilaku anti korupsi.
Sejalan dengan hal di atas, salah satu upaya yang dilakukan untuk
penanaman pola pikir, sikap, dan perilaku anti korupsi dapat dilakukan melalui
sekolah karena sekolah adalah proses pembudayaan (Hassan dalam Mukodi,
2014: 5). Sekolah sebagai lingkungan kedua bagi anak dapat menjadi tempat
pembangunan karakter dan watak. Sekolah harus memberikan nuansa dan
atmosfer yang mendukung upaya untuk mengintemalisasikan nilai dan etika
yang hendak ditanamkan, termasuk di dalamnya perilaku anti korupsi.
Pendidikan Anti Korupsi dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah, tetapi
tidak terkotak-kotak ke dalam satu mata pelajaran, namun juga melalui
pembiasaan. Pendidikan anti korupsi harus terintegrasi dalam berbagai mata
pelajaran sehingga mampu mewarnai pola pikir, sikap, dan kebiasaan siswa.
Mengacu pada renstra di atas, SMA Negeri 6 Yogyakarta sebagai
sekolah yang memiliki keunggulan riset dengan visi terwujudnya insan cerdas,
6
unggul, dan peduli lingkungan hidup turut menerapkan pendidikan anti korupsi
(PAK). Dimulai pada tahun ajaran 2014/2015, SMA Negeri 6 Yogyakarta
terpilih sebagai sekolah pelaksana Pendidikan Anti Korupsi. Tujuan PAK
adalah menanamkan nilai dan sikap hidup anti korupsi kepada siswa,
menumbuhkan kebiasaan perilaku anti korupsi, dan mengembangkan
kreativitas siswa dalam memasyarakatkan dan membudayakan perilaku anti
korupsi.
Diharapkan dengan adanya kebijakan sekolah ini akan mencetak
generasi muda yang bersih dari korupsi karena telah diberikan wawasan sejak
dini mengenai dampak adanya tindakan korupsi. Untuk itu peneliti ingin
melaksanakan penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan dan program apa
saja yang ada pada kebijakan pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta. Dengan begitu penelitian ini dirasa perlu dilakukan karena belum
pernah dilakukan sebelumnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Korupsi diibaratkan sebagai penyakit kronis yang melanda negara
Indonesia. Korupsi di negeri ini sudah memasuki seluruh bidang-bidang
kehidupan sosial dan pemerintahan serta sudah sangat mengakar dalam
budaya hidup, perilaku, dan cara berpikir. Jaringan korupsi telah terajut di
seluruh sektor kehidupan, sejak dari istana hingga tingkat kelurahan
bahkan RT.
7
2. Tahun 2013, Negara Indonesia tercatat sebagai negara ke-5 terkorup di
dunia dari 10 negara menurut organisasi dunia, transparency.org. Tahun
2011 menunjukkan Indeks Persepsi Korupsi Indonesia berada di peringkat
100 dari 183 negara.
3. Pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan tindak
pidana korupsi masih rendah.
4. Sebagai solusi atas maraknya kasus korupsi di Indonesia maka dibentuklah
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tindak pidana korupsi yang sulit
dituntaskan membutuhkan bantuan dari masyarakat luas, terutama bidang
pendidikan. Namun belum semua sekolah menerapkan kebijakan
pendidikan anti korupsi kepada para siswanya.
5. Pendidikan berbasis Pendidikan Anti Korupsi (PAK) belum merata
diberlakukan di semua sekolah, padahal seharusnya PAK diberikan kepada
generasi muda di setiap sekolah agar kelak menjadi pribadi yang berakhlak
mulia dan tidak melakukan tindakan tercela. Perilaku yang diwujudkan
ialah pembiasaan-pembiasaan atau pembentukan karakter anti korupsi.
6. Program anti korupsi telah diimplementasikan di SMA Negeri 6
Yogyakarta, tetapi belum banyak masyarakat yang mengetahuinya.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan, permasalahan penelitian
dibatasi dan difokuskan pada pelaksanaan Program Pendidikan Anti Korupsi di
SMA Negeri 6 Yogyakarta.
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Implementasi Program “Pendidikan Anti Korupsi” di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat program “Pendidikan Anti Korupsi”
di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
3. Bagaimana Hasil dari Program “Pendidikan Anti Korupsi” di SMA Negeri 6
Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka pelaksanaan penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Mendeksripsikan Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta.
2. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam Impelementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
3. Mendeskripsikan hasil dari Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta.
9
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu pengetahuan di bidang pendidikan khususnya dalam mata kuliah
pendidikan moral dan dapat sebagai referensi yang relevan / sejenis lainnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Sekolah
1) Sebagai sumbangan tertulis mengenai pelaksanaan program
Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
2) Sebagai bahan refleksi untuk pengambilan program mengenai
keberlanjutan program Pendidikan Anti Korupsi tersebut.
3) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan di sekolah lain terkait
dengan implementasi program Pendidikan Anti Korupsi.
b. Bagi Siswa
1) Memberikan gambaran ilustrasi bagaimana pelaksanaan kebijakan
Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
c. Bagi Mahasiswa
1) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian
sejenis yaitu terkait dengan implementasi kebijakan pendidikan anti
korupsi di sekolah.
10
d. Bagi Dinas Pendidikan
1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu Dinas Pendidikan untuk
mengetahui bagaimana dinamika Program Pendidikan Anti Korupsi
yang dijalankan sekolah.
2) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dokumen tertulis mengenai
hasil atas kebijakan dari adanya pendidikan anti korupsi mengacu
pada renstra KPK.
G. Batasan Istilah
Untuk memperjelas istilah yang digunakan dalam penelitian ini, dan
untuk menghindari kemungkinan kesalahan, maka perlu adanya pembatasan
istilah sebagai berikut:
1. Korupsi artinya perbuatan tercela seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya.
2. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
3. Sasaran pendidikan anti korupsi merupakan pembiasaan kepada siswa
untuk berakhlak mulia.
4. Siswa yang dimaksud adalah seluruh siswa dan warga sekolah SMA Negeri
6 Yogyakarta.
5. Pembiasaan anti korupsi dalam penelitian ini sesuai dengan ruang lingkup
yang dimaksud seperti tindakan untuk tidak melakukan kecurangan,
ketidak jujuran, dan merugikan orang lain dalam akademik dan non-
akademik.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kebijakan Pendidikan
1. Kebijakan
Landasan utama yang mendasari suatu kebijakan adalah
pertimbangan akal. Kebijakan berkenaan dengan pengaturan kehidupan
manusia. Menurut KBBI (2007: 115) kebijakan adalah serangkaian konsep
dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan
dan organisasi), pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai
garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran, garis
haluan.
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2008: 140), kebijakan
merupakan kata benda hasil dari deliberasi mengenai tindakan (behavior)
dari seseorang atau sekelompok pakar mengenai rambu-rambu tindakan dari
seseorang atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Kebijakan
mengatur tingkah laku seseorang atau organisasi dan kebijakan meliputi
pelaksanaan serta evaluasi dari tindakan tersebut. Dan hasil evaluasi akan
menentukan bobot serta validitas dari kebijakan tersebut.
Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (Arif Rohman, 2012: 79),
menjelaskan bahwa kebijakan merupakan pedoman untuk bertindak.
Pedoman tersebut bisa berwujud amat sederhana atau kompleks, bersifat
12
umum atau khusus, luas atau sempit, longgar atau terperinci, kualitatif atau
kuantitatif, publik atau privat.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan
ialah suatu pedoman untuk bertindak, baik tindakan untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang diterima oleh seluruh kalangan
untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Pendidikan
Menurut KBBI (2007: 204), pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Sugihartono (2012: 3) pendidikan adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia
baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia
melalui pegajaran dan pelatihan.
Berdasarkan undang-undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bab I,
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Fungsi Pendidikan Nasional diatur dalam Undang-Undang, yang
berbunyi:
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradapan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
13
siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003).
Ahmad D. Marimba dalam Agus Wibowo (2012: 17), pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.
Menurut Ki Hadjar Dewantoro, pendidikan tidak hanya bertujuan
untuk membentuk siswa untuk pandai, pintar, berpengetahuan, dan cerdas
tetapi juga berorientasi untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti
luhur, berpribadi, dan bersusila. Oleh karena itu, pendidikan juga harus
memperhatikan kebudayaan sebagai hasil budi daya cipta, rasa, dan karsa
manusia karena kebudayaan merangkum berbagai hasil karya luhur manusia
tersebut (Tilaar dalam Agus Wibowo, 2012:18).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan terencana dari
pendidik kepada siswa, hal ini bertujuan untuk mengembangkan potensi
positif yang ada dalam diri siswa, agar terarah dan memiliki karakter yang
sempurna. Dalam hal ini karakter yang sempurna salah satunya ialah sikap
antikorup. Jika sejak dini sudah ditanamkan sikap antikorup maka tindakan
korupsi akan terus dihindari meskipun adanya kesempatan untuk melakukan
tindakan tersebut.
14
3. Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil
perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi,
misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan
pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu
(H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 140).
Arif Rohman (2009: 129), kebijakan pendidikan merupakan
keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun
kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang
dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta
rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan kebijakan pendidikan.
Riant Nugroho (2009: 37), kebijakan pendidikan merupakan bagian
dari kebijakan publik, yaitu kebijakan publik di bidang pendidikan untuk
mencapai tujuan pembangunan bangsa-bangsa di bidang pendidikan,
sebagai salah satu bagian dari tujuan pembangunan negara bangsa secara
keseluruhan. Dengan demikian kebijakan pendidikan harus sebangun
dengan kebijakan publik.
Menurut H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2008:141-153), aspek-
aspek yang tercakup dalam kebijakan diantaranya:
a. Kebijakan pendidikan merupakan suatu keseluruhan deliberasi mengenai
hakikat manusia sebagai makhluk yang menjadi manusia dalam
lingkungan kemanusiaan.
b. Kebijakan pendidikan dari ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis yaitu
kesatuan teori dan praktik pendidikan.
c. Kebijakan pendidikan haruslah mempunyai validitas dalam
perkembangan pribadi serta masyarakat yang memiliki pendidikan itu.
d. Keterbukaan.
15
e. Kebijakan pendidikan didukung oleh riset dan pengembangan.
f. Analisis Kebijakan.
g. Kebijakan pendidikan pertama-tama ditujukan kepada kebutuhan siswa.
h. Kebijakan pendidikan diarahkan pada terbentuknya masyarakat
demokratis.
i. Kebijakan pendidikan berkaitan dengan penjabaran misi pendidikan
dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
j. Kebijakan pendidikan harus berdasarkan efisiensi.
k. Kebijakan pendidikan bukan berdasarkan pada kekuasaan tetapi kepada
kebutuhan siswa.
l. Kebijakan bukan berdasarkan intuisi atau kebjaksanaan yang irasional.
m. Kejelasan tujuan akan melahirkan kebijakan pendidikan yang tepat.
n. Kebijakan pendidikan diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan siswa bukan
keputusan birokrat.
Jadi berdasarkan yang telah dijelaskan di atas, kebijakan
pendidikan merupakan bagian kebijakan publik di bidang pendidikan.
Kebijakan pendidikan dibuat sebagai solusi atas permasalahan yang ada di
bidang pendidikan. Orientasi utama dalam kebijakan pendidikan ialah
siswa.
4. Kebijakan Sekolah
Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah, yang menyebutkan bahwa otonomi daerah ialah hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarkat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Otonomi
merupakan produk atau desentralisasi (UU no 32/2004 pasal 1 ayat 5,6,7).
16
Berdasarkan undang-undang yang mengatur otonomi tersebut
dijelaskan bahwa setiap daerah diberikan kewenangan untuk mengatur
pemerintahannya sendiri, termasuk di dalamnya di bidang pendidikan.
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2008: 8) mengatakan bahwa secara
umum sejak era reformasi hingga sekarang kebijakan politik pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, diselenggarakan
dengan pola manjemen yang desentaralistik. Pemerintah daerah mempunyai
peran paling besar dalam keberhasilan pendidikan nasioanal, dibandingkan
pada masa sebelumnya.
Mengacu pada undang-undang tentang otonomi di atas, maka SMA
Negeri 6 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah negeri di Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) juga memiliki kebijakan sendiri guna meningkatkan
mutu sekolahnya.
B. Implementasi Program
1. Teori Implementasi Kebijakan Pendidikan
Arif Rohman (2009: 134), sebagaimana yang tertuang dalam
kamus Webster, implementasi diartikan sebagai to provide the means for
carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give
practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).
Sehingga pengertian di atas mengandung arti bahwa implementasi
merupakan proses berjalannya sesuatu.
M. Grindle dalam Arif Rohman (2009: 134), menerangkan bahwa
proses implementasi ialah mencakup tugas-tugas “membentuk suatu ikatan
17
yang memungkinkan arah suatu kebijakan dapat direalisasikan sebagai hasil
dari aktivitas pemerintah. Seperti tugas-tugas dalam hal mengarahkan
sasaran atau obyek, penggunaan dana, ketepatan waktu, memanfaatkan
organisasi pelaksana, partisipasi masyarakat, kesesuaian program dengan
tujuan kebijakan, dan lain-lain.
Menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (Arif Rohman,
2012: 107) dengan teori Top-Down Approach. Syarat-syarat untuk
mengimplementasikan kebijakan secara sempurna ialah:
a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak
akan menimbulkan gangguan/kendala yang serius.
b. Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-
sumber yang memadai.
c. Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan harus benar-benar ada atau
tersedia.
d. Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan
kausalitas yang handal.
e. Hubungan saling ketergantungan harus kecil.
f. Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.
g. Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat
h. Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna.
i. Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan
mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
Menurut Van Meter dan Van Horn (Arif Rohman, 2012: 108)
dengan A Model of the Policy Implementation Process (Model Proses
implementasi Kebijakan. Perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi
akan sangat dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan,
karena setiap kebijakan memiliki karakter yang berlainan. Van Meter dan
Van Horn menyebutkan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan terdiri
atas beberapa komponen yakni standar dan tujuan kebijakan (program),
18
sumber daya, komunikasi, intergorganisasi, karakteristik agen pelaksana,
dan kondisi sosial, ekonomi, politik serta karakter pelaksana.
Menurut Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier (Arif Rohman,
2012:109) dengan A Fram Work For Implementation Analiysis (Kerangka
Analisis Implementasi, bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi
tercapainya tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi ialah:
a. Mudah tidaknya masalah yang akan digarap untuk dikendalikan.
b. Kemampuan dari keputusan kebijakan untuk menstruktur secara tepat
proses implementasinya.
c. Pengaruh langsung variabel politik terhadap keseimbangan dukungan
bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijakan tersebut.
Berdasarkan teori-teori implementasi kebijakan pendidikan,
penelitian ini menggunakan teori Van Meter dan Van Horn. Konsep yang
digunakan ialah mengetahui perubahan, kontrol, dan kepatuhan bertindak
atas adanya Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta. Permasalahan yang dikaji ialah standar dan tujuan kebijakan
(program), sumber daya, komunikasi, intergorganisasi, karakteristik agen
pelaksana, dan kondisi sosial, ekonomi, politik serta karakter pelaksana.
pelaksana, dan kondisi sosial, ekonomi, politik serta karakter pelaksana.
2. Pendekatan dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan
Solichin dalam Arif Rohman (2012: 110), menjelaskan pendekatan
dalam implementasi kebijakan pendidikan diantaranya:
a. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini bersifat top-down yang memandang bahwa
implementasi kebijakan pendidikan harus dirancang,
19
diimplementasikan, dikendalikan, dan dievaluasi secara struktural.
Kelemahan pendekatan ini ialah proses implementasi kebijakan
pendidikan menjadi kaku, terlalu birokratis, dan kurang efisien.
b. Pendekatan Prosedural dan Manajerial
Prosedur dalam pendekatan ini diantaranya:
1. Membuat desain program kebijakan dengan cara mendayagunakan
tujuan dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi
kerja, biaya, dan waktu.
2. Melaksanakan program kebijakan dengan cara mendayagunakan
struktur-struktur dan personalia, dana dan sumber-sumber,
prosedur-prosedur, dan metode-metode yang tepat.
3. Membangun sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana-sarana
pengawasan yang tepat guna menjamin bahwa tindakan-tindakan
yang tepat dan benar dapat segera dilaksanakan.
c. Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku berasumsi bahwa upaya implementasi kebijakan
yang baik apabila perilaku manusia beserta segala sikapnya juga harus
dipertimbangkan dan dipengaruhi agar proses implementasi kebijakan
tersebut berlangsung baik.
d. Pendekatan Politik
Pendekatan ini melihat pada faktor-faktor politik kekuasaan yang dapat
memperlancar atau menghambat proses implementasi kebijakan.
20
3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi
Arif Rohman (2012: 115) menjelaskan ada tiga faktor yang
menjadi keberhasilan dan kegagalan suatu proses implementasi yaitu:
a. Faktor Yang Terletak Pada Rumusan Kebijakan
Berkaitan dengan rumusan kalimatnya jelas atau tidak, tujuannya tepat
atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah difahami atau tidak,
mudah diinterpretasi atau tidak, terlalu sulit dilaksanakan atau tidak.
b. Faktor Yang Terletak Pada Personil Pelaksana
Berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen,
kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta
kemampuan kerjasama dari para pelaku kerjasama tersebut. Termasuk
dalam faktor personil ialah latar belakang budaya, bahasa, serta ideologi
kepartaian masing-masing.
c. Faktor Yang Terletak Pada Sistem Organisasi Pelaksana
Menyangkut pada jaringan sistem, hirarki kewenangan masing-masing
peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dan pemimpin
organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang
ditetapkan, model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang
dipilih.
4. Program
Menurut KBBI (2007: 703), program adalah rancangan mengenai
asas-asas serta usaha-usaha (dalam ketatanegaraan, perekonomian, dan
sebagainya) yang akan dijalankan.
21
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2008:138) dalam mewujudkan
misi pendidikan dibutuhkan program-program untuk mencapai visi tersebut.
Pada tataran praktik program-program yang telah dirumuskan memerlukan
rambu-rambu dalam pelaksanaannya agar tujuan program-program tersebut
dapat tercapai.
Jadi program merupakan turunan dari kebijakan. berkaitan dengan
kebijakan maka program ialah suatu cara guna tercapainya kebijakan yang
ada. Dalam mewujudkan generasi bangsa yang bersih dari tindakan korupsi
maka diperlukan pembiasaan perilaku antikorup sedini mungkin. Hal inilah
yang mendorong SMA Negeri 6 Yogyakarta untuk mencanangkan program
pendidikan anti korupsi.
5. Implementasi Program
Charles O’Jones dalam Arif Rohman (2009: 135), implementasi
adalah suatu aktifitas yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah
program. Ada tiga pilar aktifitas dalam mengoprasikan program tersebut,
diantaranya:
a. Pengorganisasian
Pembentukan atau penataran kembali sumber daya, unit-unit serta
metode untuk menjalankan program agar bisa berjalan.
b. Interpretasi
Aktifitas menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan
yang tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan.
22
c. Aplikasi
Berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran,
atau lainnya yang disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program.
Pelaksanaan program-program di lapangan memerlukan riset yang
terus-menerus dan hasil riset serta pengembangan dari program-program ini
merupakan input bagi analis kebijakan yang kemudian akan
menyempurnakan rumusan-rumusan kebijakan pendidikan. Dengan
demikian kita lihat suatu siklus dalam penyusunan program, pelaksanaan
program, riset dan pengembangan, serta analis kebijakan yang pada
gilirannya dapat memperhalus rumusan mengenai visi, misi, kebijakan serta
program-programnya (H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 138-139).
Apabila dibuat bagannya ialah sebagai berikut:
Gambar 1. Kebijakan Pendidikan dalam Filsafat dan Teori Pendidikan
(H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, 2008:139)
Kebijakan Pendidikan
Pelaksanaan
Program Evaluasi, Riset, dan
Pengembangan
Analis Kebijakan
Politik, Sosial,
Ekonomi, dan
Budaya
Visi Pendidikan
Misi Pendidikan
Analisis SWOT Filsafat Politik
Filsafat Manusia
23
Kesimpulannya, program merupakan suatu metode atau cara yang
tercipta berdasarkan kebijakan pendidikan yang diberlakukan. Keberadaan
program muncul ketika sebuah kebijakan diberlakukan. Saat program
diimplementasikan, ada kegaiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
program tersebut guna mendukung ketercapaian suatu kebijakan. Program
pemerintah yang menjadi fokus dalam penelitian ini ialah program
pendidikan anti korupsi. Hasil-hasil penelitian di lapangan dapat menjadi
umpan balik bagi pemberi kebijakan dan dapat menjadi dasar lahirnya
kebijakan atau program-program baru.
C. Tinjauan Tentang Korupsi
1. Definisi Korupsi
Istilah korupsi berasal dari bahasa latin, yakni corruption atau
corruptus yang disalin dalam bahasa Inggris menjadi corruption atau
corrupt, dalam bahasa Perancis menjadi corruption dan dalam bahasa
Belanda disalin menjadi corruptive (Korruptie). Asumsi kuat menyatakan
bahwa dari bahasa Belanda inilah kata itu turun ke Bahasa Indonesia, yaitu
korupsi. Arti harfiah dari kata korupsi ialah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. (Andi
Hamzah, 2005: 04).
Menurut KBBI (2007: 462) korupsi ialah penyelewengan atau
penggelapan (uang negara atau perbuatan dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.
24
Beberapa negara di Asia memiliki beragam istilah tentang korupsi.
Di China, Hong Kong dan Taiwan, korupsi dikenal dengan nama yum cha.
India menyebut korupsi denan istilah baksheesh. Di Filipina, korupsi
dinamai dengan lagaydan. Malaysia menyebut korupsi sebagai resuah.
Semua istilah tersebut memiliki pengertian yang variatif, namun pada
dasarnya merujuk pada kegiatan illegal yang berlaku di luar sistem yang
formal. Namun tidak semua istilah tersebut secara spesifik mendefinisikan
diri sebagai sebuah pengertian hukum dari praktik korupsi melainkan
memberikan gambaran mendalam mengenai dampak korupsi. Secara
harfiah, korupsi diartikan kebusukan, keburukan, kebejadan, ketidakjujuran,
dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Mukodi dan
Afid, 2014: 10).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi diartikan
sebagai penyelewangan dan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan
dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Baharudin Lopa dalam Nurul Irfan (2011: 34) mengatakan
corruption ialah the offering and accepting of bribes)
(penawaran/pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap). Di
samping itu juga diartukan “decay” yaitu kebusukan atau kerusakan. Yang
busuk atau rusak itu ialah moral akhlak oknum yang melakukan perbuatan
korupsi, sesuai dengan arti corruptus atau corruptio (kerusakan moral).
Menurut UU NO.31/1999 yang diperbarui dalam UU No.20/2001
menyebutkan bahwa pengertian korupsi mencakup perbuatan:
25
a. Tindakan melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang
merugikan keuangan /perekonomian negara (pasal 2).
b. Menyalahgunakan kewenangan untuk memperkaya diri yang dapat
merugikan negara, misalnya menyuap petugas, pemerasan, grattifikasi,
penggelapan dalam jabatan, dan tindakan lain yang mendukung tindak
pidana korupsi. (pasal 3)
Alatas dalam Suyitno (2006: 236), tindakan korupsi memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Suatu penghianatan terhadap kepercayaan (dari masyarakat).
b. Penipuan terhadap badan pemerintahan, lembaga swadaya
swasta/masyarakat umumnya.
c. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan
khusus.
d. Dilakukan secara rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang
yang berkuasa dan bawahannya sudah tahu sama tahu.
e. Melibatkan lebih dari satu orang/ pihak.
f. Ada kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau
lainnya.
g. Terpusatnya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk
pengesahan hukum.
h. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang
melakukan korupsi.
Berdasarkan paparan di atas, korupsi merupakan suatu tindakan
menyalahgunakan wewenang seorang pejabat atau penguasa, dan tindakan
tersebut merusak tatanan masyarakat yang telah tercipta demi meraih
keuntungan pribadi. Perilaku korupsi dilakukan oleh lebih dari satu orang,
dan membuat kerugian pada pihak lainnya. Namun pengertian korupsi dapat
melebar dalam kehidupan sehari-hari perbuatan seperti berbohong,
menyontek, tidak antri, menyogok, dan berbuat curang.
2. Jenis-jenis Korupsi
Definisi korupsi telah diuraikan dalam UU nomor 31 tahun 1999
yang diperbarui dalam UU nomor 20 tahun 2001 tentang tindak pidana
26
korupsi. Berdasarkan undang-undang tersebut, korupsi dapat dirumuskan
kedalam 30 bentuk atau jenis tindak pidana korupsi. Namun secara ringkas,
jenis korupsi dapat dikelompokkan menjadi:
a. Korupsi Yang Terkait Dengan Uang Negara
Makna yang terkandung dalam istilah “kerugian negara” adalah segala
sesuatu yang merugikan kekayaan negara dalam bentuk apapun, baik
secara langsung maupun tidak langsung, termasuk didalamnya segala
bagian kekayaan negara.
b. Korupsi Yang Terkait Dengan Suap Menyuap
Suap menyuap adalah memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya
pegawai mereka dapat berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya. Bentuk korupsi ini
disebabkan adanya unsur memberi dan menerima dari berbagai pegawai
negeri karena jabatannya yang bertentangan dengan tugasnya, seperti
memberi hadiah, menyuap hakim, menyuap advokat, hakim dan
sebagainya.
c. Korupsi Yang Terkait Dengan Penggelapan Dalam Jabatan
Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan adalah:
1) Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan terjadinya
penggelapan uang
2) Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan adminis-
trasi
27
3) Pegawai negeri merusakkan bukti
4) Membiarkan orang lain merusakkan bukti
5) Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
d. Korupsi Yang Terkait dengan Pemerasan
Pemerasan yaitu memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar
atau menerima pembayaran dengan pemotongan, atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya. Contoh dari tindakan pemerasan adalah membuat
kesamaran atau melakukan pemaksaan seolah-olah orang lain berhutang
kepadanya, tetapi sebenarnya hal tersebut bukan merupakan hutang.
e. Korupsi Yang Terkait Perbuatan Curang
Yang dimaksud bentuk korupsi dengan perbuatan curang adalah
perbuatan yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang atau
keselamatan negara dalam keadaan perang. Pelaku dalam hal ini antara
lain, ahli bangunan, penjual bahan bangunan, pengawas proyek maupun
rekanan TNI/POLRI yang membiarkan perbuatan curang serta pegawai
negeri yang menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain.
f. Korupsi Yang Terkait Dengan Benturan Keadaan Dalam Kepentingan.
Yang termasuk dalam kategori ini adalah pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan sengaja, baik secara langsung maupun
tidak langsung turut serta dalam pemborongan pengadaan atau
persewaan. Tindak korupsi ini berlangsung pada saat seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
28
g. Korupsi Yang Terkait Dengan Gratifikasi
Gratifikasi adalah setiap penerimaan seseorang dari orang lain yang
bukan tergolong ke dalam (tindak pidana) suap, dan berhubungan dengan
jabatan serta berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Contoh
perbuatan gratifikasi adalah pemberian uang, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan, wisata, pengobatan bahkan akhir-akhir ini
sampai gratifikasi seks.
Pada dasarnya jenis-jenis tindakan korupsi ini semuanya merugikan
warga negara Indonesia, dengan adanya tindak korupsi yang semakin
merajalela dalam bentuknya yang bermacam-macam dapat menimbulkan
sikap ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Untuk itu sikap anti
korupsi harus ditanamkan sejak dini kepada generasi muda agar terputusnya
rantai korupsi yang semakin sulit dimusnahkan.
3. Faktor Penyebab Tindakan Korupsi
Hartanti dalam Suyitno (2006: 61), penyebab korupsi diantaranya
ialah lemahnya pendidikan agama dan etika, dan pendidikan yang belum
berbasis anti korupsi. Salah besar jika pelaku korupsi ialah mereka yang
tidak berpendidikan. Pelaku korupsi ialah yang masuk kedalam kelompok
terpelajar. Untuk itu betapa pentingnya pendidikan berbasis anti korupsi
diselenggarakan di setiap sekolah.
Baharuddin Lopa dalam Nurul Irfan (2011: 36) mengatakan bahwa
sebab awal terjadinya korupsi di Indonesia ialah:
29
a. Kondisi sosial ekonomi yang rawan sehingga orang melakukan korupsi
dengan motif mempertahankan hidupnya. Akan tetapi kian lama motif ini
bergeser menjadi motif ingin memperoleh kemewahan hidup.
b. Penyebab lainnya ialah kelemahan mekanisme organisasi dan tidak
dilaksanakannya fungsi pengawasan secara wajar. Hal ini mendorong
sesorang yang tidak kuat imannya melakukan korupsi.
Eko Soesamto dalam Nurul Irfan (2011: 37) berpendapat bahwa
faktor lainnya ialah berupa penegakan hukum yang tidak konsisten,
penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang, langkanya lingkungan yang anti
korupsi, rendahnya pendapatan penyelenggara negara, kemiskinan dan
keserakahan, budaya memberi upeti atau hadiah, konsekuensi bila ditangkap
lebih rendah daripada keuntungan korupsi, budaya permisif/serba
membolehkan, tidak mau tahu, serta gagalnya pendidikan agama dan etika.
Menurut Kemendikbud, penyebab korupsi yang sebenarnya terjadi
setiap hari dan tidak kita sadari adalah faktor kultural atau kebiasaan sehari-
hari yang bisa terjadi sehari-hari, seperti:
a. Tradisi memberi hadiah dan upeti sebagai tanda terima kasih. Tradisi ini
sudah ada sejak zaman dahulu bahkan zaman sekarang. Pada awalnya
sebagai tanda terima kasih sebagai imbalan atas jasa yang telah
diberikan. Namun perlahan melebar menjadi suap menyuap sebagai
modus untuk mempermudah urusan. Di sekolah atau kantor pelayanan,
perbuatan ini bukan merupakan hal yang aneh.
b. Mental menerabas dan perilaku konsumtif. Sifat ini bisa muncul dalam
kondisi tertentu, tetapi intinya adalah sifat ini biasanya dimiliki orang
yang tidak sabar, tidak mau bekerja keras, pragmatis (mengutamakan
hasil), rakus, egois dan sebagainya. Contohnya adalah dari hal-hal kecil
30
misalnya, tidak antri dalam berlalulintas, menyontek saat ujian, plagiat
karya orang lain dan lain-lain.
c. Jam karet (suka menunda-nunda). Hal ini tentu bukan hal aneh karena
sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, waktu
rapat yang molor, terlambat masuk kelas, tidak segera melaksanakan
tugas karena waktu yang masih banyak dan lain sebagainya.
Berdasarkan paparan di atas, disimpulkan bahwa penyebab korupsi
diantaranya ialah faktor internal dan eksternal. Dimana faktor internal
merupakan kekuatan iman dari setiap individu, dan faktor eksternal ialah
adanya kesempatan atau peluang dalam melakukan korupsi. Penyebab yang
utama menurut peneliti ialah pendidikan di Indonesia yang belum
sepenuhnya berbasis anti korupsi, padahal pelaku korupsi sepenuhnya
merupakan kelompok terpelajar.
4. Dampak Korupsi
Dampak korupsi menurut Mukodi (2014: 57-77) diantaranya
mencakup 8 bidang:
a. Bidang Ekonomi
1) Penurunan pertumbuhan ekonomi dan iklim investasi.
2) Penurunan produktifitas kerja.
3) Meningkatkan biaya produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya
yang harus dibayar oleh konsumen.
4) Penurunan kualitas barang dan jasa bagi konsumen.
31
5) Penurunan kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan
dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar.
6) Mendistorsi insentif seseorang, dari seharusnya melakukan pekerjaan
produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi.
7) Meningkatnya hutang negara.
b. Bidang Sosial Kemasyarakaratan
1) Meningkatnya harga jasa dan pelayanan kepada masyarakat.
2) Program pengentasan kemiskinan berjalan lambat.
3) Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin.
4) Meningkatnya angka kriminalitas.
5) Menurunnya solidaritas sosial.
6) Meningkatnya demoralisasi dalam masyarakat.
7) Meningkatnya ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah
(eksekutif), dan anggota dewan (legislatif), penegak hukum
(yudikatif).
c. Bidang Politik
1) Penurunan etika sosial dan politik
2) Tidak efektifnya peraturan perundang-undangan.
3) Penurunan efisiensi dan efektifitas birokrasi pelayanan masyarakat.
4) Meningkatnya angka golput dalam Pemilihan Umum.
5) Penurunan kepercayaan masyarakat dalam sistem demokrasi.
d. Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia
1) Menurunnya kewibawaan lemabaga penegak hukum
32
2) Meningkatnya vonis hukuman ringan terhadap pelaku korupsi.
3) Meningkatnya angka kerusuhan Lembaga Permasyarakatan.
4) Penurunan perhatian pada Hak Asasi Manusia.
e. Bidang Pertahanan dan Kemananan
1) Lemahnya garis batas-batas negara.
2) Menurunnya kewibawaan negara di mata negara lain.
3) Menurunnya penjagaan keamanan oleh masyarakat.
4) Meningatnya kerawanan keamanan di masyarakat.
f. Bidang Lingkungan Hidup
1) Menurunnya kualitas pengelolaan lingkungan hidup.
2) Meningkatnya kerusakan lingkungan.
3) Menurunnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidup.
4) Kerusakan hutan dan lahan konservasi.
g. Bidang Kesehatan
1) Terbatasnya kemudahan dalam pengurusan jaminan kesehatan
masyarakat.
2) Penurunan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat bawah.
3) Keluhan dari masyarakat miskin tidak ditindak lanjuti.
4) Penolakan pasien miskin dari rumah sakit.
h. Bidang Pendidikan
1) Terbatasnya sarana dan prasarana sekolah/madrasah.
2) Guru tidak fokus pada pembelajaran anak didik.
3) Pemotongan gaji sertifikasi guru.
33
Tindakan korupsi memiliki banyak dampak yang menyebabkan
keterpurukan suatu negara. Dan ada pula dampak yang cukup serius yakni
masa depan bangsa, korupsi yang “menyedot” kekayaan negara telah
mengabaikan mutu pendidikan maupun pelayanan kesehatan masyarakat
menurun (Jalaludin dalam Suyitno, 2006: 186). Dengan begitu maka bisa
menimbulkan menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia di generasi yang
akan datang. Untuk itu tindakan korupsi yang sangat merugikan bangsa dan
negara harus segera dituntaskan.
5. Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi
UU nomor 30 tahun 2002 tentang KPK, keberadaan KPK dibentuk
karena lembaga pemerintah yang menangani perkara pidana korupsi belum
berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana
korupsi.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 pasal 6, KPK
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Berkoordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan tindak pidana
korupsi.
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.
d. Melakukan tindakan pencegahan tindak pidana korupsi.
e. Melakukan motivator terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
34
Upaya pencegahan korupsi tidak akan berhasil jika tidak ada
bantuan dari aparat penegak hukum lainnya dan masyarakat luas.
Dibutuhkan gerakan masyarakat yang kuat dan meluas yang melibatkan
semua kelompok untuk melawan dan menghentikan berbagai tindakan
korupsi. Salah satunya dengan mengimplementasikan pendidikan anti
korupsi di setiap sekolah.
D. Program Pendidikan Anti Korupsi
1. Definisi Pendidikan Anti Korupsi
Pencegahan terjadinya korupsi dapat dilakukan sejak dini melalui
pendidikan anti korupsi. Sumiarti dalam Mukodi (2014: 114), pendidikan
anti korupsi merupakan tindakan untuk mengendalikan dan mengurangi
korupsi berupa keseluruhan upaya untuk mendorong generasi mendatang
agar mengembangkan sikap secara tegas menolak segala bentuk korupsi.
Pendidikan anti korupsi berhubungan dengan pendidikan moral.
Menurut Zubaidi dalam Mukodi (2012: 114), pendidikan moral harus
memberikan perhatian pada ketiga komponen karakter yang baik
(components of the good character) yaitu, pengetahuan tentang moral
(moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan perbuatan
bermoral (moral action).
Lebih lanjut menurut Lickona dalam H.E Mulyasa (2013: 4-5),
moral knowing berkaitan dengan moral awareness, knowing moral values,
perspective taking, moral reasoning, decision making, dan self-knowledge.
Moral feeling berkaitan dengan conscience, self-esteem, empathy, loving the
35
good, self-control, dan humility. Sedangkan moral action merupakan
perpaduan antara moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam
bentuk kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Ketiga komponen tersebut perlu diperhatikan dalam kaitanya dengan
pendidikan anti korupsi yang didalamnya mencakup perilaku antikorup agar
siswa memahami, merasakan, dan mempraktikanya dalam kehidupan sehari-
hari.
Pendidikan karakter berhubungan dengan pendidikan moral karena
memiliki esensi dan makna yang sama mengenai pendidikan akhlak.
Tujuannya membentuk pribadi anak agar menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik. Kriteria baik yang
dimaksud ialah nilai-nilai sosial tertentu yang banyak dipengaruhi budaya
masyarakat dan bangsanya, yakni yang bersumber dari nilai-nilai luhur
budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian
generasi muda (Ramli dalam Sofan, dkk. 2011: 4-5).
2. Tujuan Pendidikan Anti Korupsi
Dalam pendeketan pendidikan, manusia sebagai makhluk
eksploratif, manusia memiliki potensi untuk berkembang dan dikembangkan
dan membutuhkan intervensi dari luar dirinya yang disebut pendidikan
(Jalaludin dalam Suyitno, 2006: 182). Untuk itu pendidikan diperlukan
sebagai upaya untuk membimbing anak mengembangkan aspek pada
dirinya.
36
Dalam kaitan dengan pembangunan masa depan bangsa, Bung
Karno sering mengusung slogan Nation and Character Building. Bahwa
keberhasilan pembangunan suatu bangsa agar menjadi bangsa yang besar
harus diawali dengan pembangunan manusia (man behind the gun). Prof.
Dr. Selo Soemardjan menyebutnya sebagai manusia pembangun, yang
diantara cirinya ialah memiliki watak bermoral tinggi (Desire Zuraida dalam
Suyitno, 2006: 187). Untuk membentuk watak manusia agar bermoral tinggi
ialah dengan pengembangan potensi positif melalui pendidikan.
Muhammad Takdir (2012: 31-33) mengemukakan bahwa
terdapat tiga aspek yang dikembangkan dalam kegiatan pendidikan.
Aspek tersebut terdiri dari: aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan
aspek afektif. Berikut merupakan penjabaran dari ketiga aspek tersebut:
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif berfungsi untuk mengembangkan wacana intelektual
anak didik yang dilandasi dengan pembentukan kecerdasan secara
proporsional melalui latihan membaca, mendengarkan, menulis, dan
berbicara.
b. Aspek Psikomotorik
Aspek psikomotorik berarti kemampuan anak didik dalam
mengembangkan potensi kreativitas dan keterampilan yang
dimilikinya sebagai latihan dalam mengasah kemampuan berkarya
nyata. Kemampuan dalam kreativitas, erat kaitannya dengan
konsistensi dan komitmen anak didik untuk terus berupaya
37
mengembangkan potensi lahiriahnya agar berkembang secara
maksimal.
c. Aspek afektif
Aspek afektif merupakan salah satu komponen dalam dunia
pendidikan yang sangat determinan dalam membentuk kepribadian
dan tingkah laku anak didik.
Berdasarkan komponen yang telah dijelaskan di atas, maka perlu
adanya keseimbangan agar siswa dapat mencapai kecerdasan yang
mencakup kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan
spiritual. Faktanya bahwa kelompok pelaku korupsi merupakan kelompok
terpelajar maka hal itu mengundang tanya, kemana cerdas emosional dan
spiritual yang ia miliki? Pelaku korupsi tentunya seseorang yang cerdas
intelektual, karena ia merupakan pejabat dan mampu mengatur tindaknya.
Namun jika ia memiliki kecerdasan spiritual ia akan merasa malu untuk
berbuat hal-hal tercela, misalnya korupsi.
Mukodi, dkk (2014: 118), tujuan pengembangan pendidikan anti
korupsi diantaranya ialah:
a. Anak didik memiliki pemahaman sejak dini mengenai apa itu tindak
pidana korupsi.
b. Anak didik memiliki kemampuan untuk mencegah dirinya sendiri agar
tidak melakukan tindakan korupsi (individual competention).
38
c. Anak didik mampu untuk mencegah orang lain agar tidak melakukan
tindakan korupsi dengan cara memberikan peringatan kepada orang
tersebut.
d. Anak didik mampu mendeteksi adanya tindakan korupsi dan melaporkan
kejadian tersebut kepada pihak yang terkait.
3. Nilai-nilai Dalam Pendidikan Anti Korupsi
Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran,
kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggung jawaban, kerja keras,
kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan
mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.
(Kemendikbud, 2011: 75)
a. Kejujuran
Agus Wibowo (2012: 43), jujur merupakan perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Menurut Sugono
dalam Kemendikbud kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati,
tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang
sangat penting bagi kehidupan, tanpa sifat jujur kita tidak akan dipercaya
dalam kehidupan sosial (Kemendikbud, 2011: 75).
b. Kepedulian
Agus Wibowo (2012: 44), peduli ialah sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan. Menurut Sugono dalam Kemendikbud definisi kata peduli
39
adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan
(Kemendikbud, 2011: 75). Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang
dalam kehidupan di sekolah dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin
masa depan, kita perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya,
baik lingkungan di sekolah ataupun di masyarakat.
c. Kemandirian
Kemandirian ialah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas (Agus Wibowo, 2012: 43).
d. Kedisiplinan
Menurut Sugono dalam Kemendikbud (2014:77), definisi kata disiplin
adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan. Dalam mengatur
kehidupan di sekolah baik secara akademik maupun sosial pelajar perlu
hidup disiplin. Hidup disiplin adalah dapat mengatur dan mengelola
waktu yang ada untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya untuk
menyelesaikan tugas baik dalam lingkup akademik maupun sosial.
Manfaat dari pola hidup disiplin ialah dapat mengatur waktu dengan baik
agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.
e. Tanggung Jawab
Agus Wibowo (2012: 43), sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksankan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
40
f. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya (Agus Wibowo, 2012: 43).
g. Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak seseorang
mengenyam masa pendidikannya.
h. Keberanian
Nilai keberanian antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk berani
mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani
bertanggung jawab, dan lain sebagainya
i. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak. Bagi siswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak
masa pendidikannya agar siswa dapat belajar mempertimbangkan dan
mengambil keputusan secara adil dan benar. (Kemendikbud, 2014: 75-
80)
4. Program Pendidikan Anti Korupsi
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho (2008:138) dalam mewujudkan
misi pendidikan dibutuhkan program-program untuk mencapai visi tersebut.
Pada tataran praktik program-program yang telah dirumuskan memerlukan
rambu-rambu dalam pelaksanaannya agar tujuan program-program tersebut
dapat tercapai. Jadi keberadaan program muncul ketika sebuah kebijakan
41
diberlakukan. Saat program itu diimplementasikan, ada kegaiatan-kegiatan
yang dilaksanakan dalam program tersebut. Karena program merupakan
suatu cara atau metode untuk mencapai tujuan kebijakan.
Siswa di jenjang sekolah menengah merupakan siswa yang berada
pada usia remaja pemula (prepubertas). Periode perkembangan pada usia
remaja pubertas ditandai oleh karakteristik tersendiri. William Starbuck
mengidentifikasi ciri-ciri khas tersebut meliputi perkembangan berpikir
rasional, etika, estetika, sosial, minat, dan agama (Jalaludin dalam Suyitno,
2006: 189).
Maka dengan kemampuan tersebut siswa pada jenjang sekolah
menengah mampu untuk berpikir kritis, memiliki komitmen yang tinggi
terhadap nilai-nilai moral, peka terhadap keindahan, memiliki minat yang
terarah, kepedulian sosial, dan kecenderungan terhadap nilai-nilai
keagamaan. Terkait dengan ciri tersebut maka peran sekolah menengah
adalah memberikan dorongan dan bimbingan agar potensi mental-spiritual
siswa dapat dikembangkan secara optimal. (Suyitno, 2006: 189-190).
Lembaga pendidikan memiliki peranan besar dan dinilai sebagai
sara yang efektif untuk menanamkan kesadaran terhadap nilai-nilai luhur
melalui pembiasaan. Muchtar Buhori (Suyitno, 2006: 191), kebiasaan
adalah cara bertindak dan berbuat seragam. Pembentukan kebiasaan dapat
dilakukan dengan dua cara, pertama dengan cara pengulangan, kedua
dengan sengaja dan direncanakan. Dengan terjadinya pembiasaan tersebut
maka akan menciptakan suatu sikap. Dr. Mar’at (Suyitno, 2006: 191), sikap
42
merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan interaksi
yang terus menerus dilakukan dengan lingkungan.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka lembaga pendidikan
memiliki peranan penting dalam upaya pemberantasan korupsi melalui
pembiasaan-pembiasaan. Lembaga pendidikan mengajarkan dan mendidik
siswanya agar terarah dan berakhlak mulia. Lembaga pendidikan dapat
memainkan peran aktifnya dalam mempersiapkan generasi muda yang
memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai luhur, memiliki kesadaran
moral untuk memberantas tindak korupsi dengan memulainya dari diri
sendiri (Suyitno, 2006: 191).
SMA Negeri 6 Yogyakarta telah melaksanakan Program
Pendidikan Anti Korupsi sejak bulan maret 2014. Program Pendidikan Anti
Korupsi di dalamnya berisikan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
menumbuhkan sikap antikorup kepada diri siswa. Kegiatan-kegiatan
tersebut dapat berupa penyuluhan atau sosialisasi mengenai Pendidikan Anti
Korupsi, pengadaan Kantin Kejujuran di sekolah untuk
menginternalisasikan sikap kejujuran kedalam diri siswa, lomba-lomba yang
berkaitan dengan tema memerangi sikap korupsi untuk siswa agar
termotivasi dan tidak melakukan sikap yang terindikasi korupsi, dan lain-
lain.
43
E. Penelitian yang Relevan
1. Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Anti Korupsi Untuk Anak SD
Perspektif Pendidikan Agama Islam. Oleh Adityo Putranto (080410179)
tahun 2014.
Latar belakang masalah penelitian ini adalah menyadari atas
belum efektifnya peran agama dalam membangun masyarakat bersih.
Maka dari itu pendidikan Islam diharapkan dapat dipandang sebagai salah
satu strategi paling efektif dalam menangani perilaku korupsi kini dan
mendatang, terutama dalam penangkalan dan pencegahan. Pendidikan
Islam perlu mengembangkan nilai anti korupsi. Sebab dalam sistem
pendidikan Indonesia, belum dimuat materi mengenai permasalahan
korupsi di Indonesia secara langsung dalam materi pendidikan Islam.
Pendidikan Islam di sekolah dapat berperan dalam memberantas korupsi
secara tidak langsung melalui pengaitan materi pembelajaran agama Islam
secara kontekstual dengan pesan yang ingin disampaikan berkenaan
dengan korupsi. Selain itu juga, media pembelajaran berupa buku-buku
paket pembelajaran agama Islam, maupun modul pendidikan anti korupsi
SD yang telah diterbitkan KPK, tidak ada yang terintegrasi langsung
dengan pendidikan Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan objek
material penelitian adalah kepustakaan dengan sumber primer penelitian
yaitu modul Pendidikan Nilai-Nilai Anti korupsi Untuk Sekolah Dasar
yang dirumuskan oleh KPK bekerjasama dengan Kemendikbud. Proses
44
pengumpulan data dilakukan melalui metode dokumentasi, sedangkan
analisis data dilakukan dengan metode interpretasi serta pendekatan
psikologi pendidikan.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Konsep pendidikan anti korupsi
untuk anak sekolah dasar adalah ide-ide anti korupsi yang dimasukkan
dalam sistem pendidikan yang terdiri atas komponen-komponen terkait,
terintegrasi, dan tidak dapat terpisahkan satu sama lain. Komponen-
komponen tersebut adalah tujuan, materi, dan metode, (2) Konsep
pendidikan anti korupsi untuk anak sekolah dasar perspektif pendidikan
Islam adalah: (a) Tujuan Pendidikan Anti korupsi sebagai pembentukan
insan kamil dan ulul albab, (b) Materi pendidikan anti korupsi adalah yang
terintegrasi dalam materi pendidikan agama Islam di sekolah dasar yaitu
materi- materi yang maknanya mengajarkan sikap anti korupsi dalam
kehidupan sehari-hari, materi tersebut terdiri dari al-Quran dan hadits,
fikih, tauhid, akhlak, dan sejarah Islam, (c) Metode pendidikan anti
korupsi dalam pendidikan agama Islam sangat terkait dengan pendekatan
yang dilakukan. Pendekatan tersebut diantaranya, pendekatan kebiasaan,
keteladanan, pengalaman, rasional, dan emosional.
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang peneliti
lakukan. Persamaannya adalah sama-sama menekankan pada
pendidikan anti korupsi di sekolah. Perbedaannya yaitu sasaran penelitian
ini ialah siswa sekolah dasar dan penelitian dikemas dalam perspektif
45
islam, sedangkan penelitian saya ialah siswa sekolah menengah atas dan
tidak dalam persepktif islam melainkan secara umumnya.
2. Judul Skripsi : Integrasi Pendidikan Anti korupsi Dalam Pembelajaran
PAI Di SMA Negeri 7 Yogyakarta. Oleh Wardatun Nida (11410001)
tahun 2015.
Latar belakang penelitian ini adalah masalah praktik tindak
pidana korupsi yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat di
Indonesia. Menyadari kondisi tersebut, perlu adanya solusi konkret dan
berkelanjutan. Dalam hal ini, Pendidikan Agama Islam bisa dijadikan
alat untuk mengatasi dan mencegah tindak pidana korupsi melalui
integrasi nilai anti korupsi yang disisipkan ke dalam pembelajaran baik
secara kurikuler dalam unsur materi PAI (Al-Qur’an Hadits, Akidah,
Akhlak, Fiqih, dan SKI) maupun secara ekstrakurikuler. Hal tersebut
telah diterapkan di SMA Negeri 7 Yogyakarta, yang mengintegrasikan
nilai anti korupsi melalui pembelajaran PAI. Oleh karena itu, tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui pelaksanaan
integrasi anti korupsi dalam pembelajaran PAI di SMA Negeri 7
Yogyakarta. (2) Mengetahui metode yang digunakan guru PAI dalam
menanamkan pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 7 Yogyakarta, dan
(3) Mengetahui hasil yang dicapai PAI dalam melaksanakan integrasi
pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 7 Yogyakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Integrasi
pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 7 Yogyakarta dilakukan melalui
46
tahap: Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi. (2) Terdapat metode
yang digunakan oleh guru maupun pihak sekolah dalam integrasi
pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 7 Yogyakarta, baik yang
diterapkan dalam kegiatan kurikuler maupun yang diterapkan dalam
kegiatan ekstrakurikuler. (3) Hasil pelaksanaan Integrasi nilai anti
korupsi di SMA Negeri 7 Yogyakarta diperoleh melalui terapan
perilaku peserta didik. Integrasi pendidikan anti korupsi di SMA
Negeri 7 Yogyakarta dilaksanakan dengan berbagai usaha dari pihak
sekolah khususnya guru PAI dalam kelas dan pelaksanaan
ekstrakurikuler oleh para pembina. Keduanya sudah dilaksanakan dengan
baik, hanya perlu dikonsistenkan dalam pelaksanaan sehingga bisa
mencapai hasil yang maksimal.
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang peneliti
lakukan. Persamaannya adalah sama-sama menekankan pada
pendidikan anti korupsi di sekolah. Perbedaannya yaitu penelitian ini
dalam perspektif agama islam, sedangkan penelitian saya ialah siswa
sekolah menengah atas dan tidak dalam persepktif islam melainkan secara
umumnya.
F. Kerangka Berpikir
Indonesia mengalami dampak krisis moral. Hal ini dibuktikan dengan
maraknya kasus korupsi yang terjadi di negara berkembang ini. Korupsi di
Indonesia telah memasuki tahap yang sangat kompleks, ia telah melanda
seluruh lapisan pemerintahan, mulai dari tingkat yang paling rendah hingga
47
tingkat yang paling tinggi yakni sampai pada presiden. Demikian pula halnya
pada semua lapisan masyarakat, hampir tidak ada yang terbebas dari korupsi.
Tindakan korupsi telah mensistem di negeri ini. Untuk menghentikan perilaku
korupsi ini dibutuhkan kerjasama semua pihak termasuk masyarakat luas.
Maraknya kasus korupsi di Indonesia, kemudian dibentuklah lembaga
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Keberadaan KPK dibentuk karena
lembaga pemerintah yang menangani perkara pidana korupsi belum berfungsi
secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi. Penyakit
korupsi ini sangat jelas mempengaruhi keberlangsungan kehidupan bangsa,
terlebih apabila negara tersebut masih tergolong negara berkembang dimana
masyarakatnya mayoritas berpenghasilan menengah kebawah. Karena kasus
korupsi yang semakin merajalela dari kalangan bawah hingga kalangan atas
maka akan membuat negara Indonesia semakin terpuruk. Dampak yang terjadi
salah satunya ialah berkurangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
Dengan demikian, upaya pemberantasan korupsi perlu dilakukan.
Upaya pemberantasan korupsi menurut KPK dapat dilakukan melalui
dua cara, yaitu secara represif (menindak) dan preventif (mencegah). Tindakan
represif ialah melalui hukum, dimana koruptor akan diadili oleh lembaga yang
berwenang dan diberi sanksi atau hukuman. Sedangkan preventif ialah bersifat
pencegahan. Dalam hal pencegahan, masyarakat memiliki andil yang sangat
besar. Karena segala kebijakan atau cara yang dilakukan pemerintah dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi tidak akan ada gunanya apabila tidak
didukung oleh sikap mental masyarakat yang menolak korupsi.
48
Menciptakan generasi muda yang anti korupsi merupakan harapan
setiap negara. Untuk menumbuhkan sikap anti korupsi maka dibuatlah Program
Pendidikan Anti Korupsi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Materi pendidikan anti
korupsi tersebut diantaranya ialah pengenalan korupsi, dampak korupsi, upaya
perlawanan terhadap korupsi, warung kejujuran, dan pemilihan pelajar
panutan. Program dari KPK tersebut merupakan tindakan preventif yang
diharapkan akan membuahkan hasil yang bermanfaat.
Salah satu kepribadian tersebut ialah sikap antikorup. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan dan merupakan lingkungan kedua bagi anak dapat menjadi
tempat pembangunan karakter dan watak. Karena melalui pendidikan,
kepribadian sempurna dapat ditanamkan kedalam diri manusia. Lemabaga
sekolah harus memberikan nuansa dan atmosfer yang mendukung upaya untuk
mengintemalisasikan nilai dan etika yang hendak ditanamkan, termasuk di
dalamnya perilaku anti korupsi.
SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan julukanya yaitu school based
research merupakan salah satu sekolah yang dipilih untuk pelaksanaan
program Pendidikan Anti Korupsi. Dengan adanya penerapan dari program ini
peneliti ingin menggali lebih dalam bagaimana strategi yang dibuat oleh pihak
sekolah dalam membentuk kader-kadernya agar memiliki sikap antikorup.
49
Maraknya Kasus
Korupsi di Indonesia
Kerjasama KPK dengan
Dinas Pendidikan sebagai
solusi kasus korupsi
Implementasi Pendidikan
Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
(Program yang diterapkan)
Upaya Preventif
Pemberantasan Korupsi
Faktor
Pendukung &
Penghambat
Hasil Yang Dicapai Dari
Implementasi Pendidikan
Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Macam Kegiatan
yang Dilakukan
Sekolah
Gambar 2. Kerangka Berpikir
G. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana Persiapan dalam Pelaksanaan Program Pendidikan Anti
Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
2. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
50
3. Bagaimana penanaman nilai kejujuran, nilai kepedulian, nilai kedisiplinan,
nilai tanggung jawab, nilai kerja keras, nilai sederhana, nilai keberanian,
dan nilai keadilan pada diri siswa dengan adanya program Pendidikan Anti
Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta ini?
4. Bagaimana hasil pelaksanaan kegiatan Pendidikan Anti Korupsi?
5. Apa yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan kegiatan Pendidikan
Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
6. Apa yang menjadi faktor penghambat Pendidikan Anti Korupsi di
SMA Negeri 6 Yogyakarta?
51
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Best dalam Sukardi (2013:157) menerangkan bahwa penelitian kualitatif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini juga sering
dikatakan penelitian noneksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak
melakukan kontrol dan memanipulasi variabel penelitian.
Penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Nazir dalam Andi Prastowo (2012:186)
mengungkapkan bahwa metode deskriptif merupakan suatu metode yang
digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu sistem
pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan
tentang “Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta”.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dipilih
menurut tujuan penelitian. Subyek penelitian ini diambil dengan cara memilih
subyek penelitian dengan pertimbangan tertentu, misalnya dengan cara
memilih orang tertentu yang dianggap paling tahu tentang apa yang akan
diteliti, atau mungkin memilih subyek penelitian seorang pemimpin sehingga
52
akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti
(Sugiyono, 2009: 219).
Informan dalam penelitian ini merupakan mereka yang terlibat secara
langsung dalam implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi. Subjek dalam
penelitian ini diantaranya ialah:
1. Siswa di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
2. Guru di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
3. Pimpinan atau Kepala SMA Negeri 6 Yogyakarta.
C. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta. Penelitian
dilakukan pada bulan Desember-Februari 2017. Alasan dari pemilihan lokasi
tersebut adalah:
a. SMA Negeri 6 Yogyakarta merupakan sekolah yang mengimplementasikan
Pendidikan Anti Korupsi.
b. Lokasi SMA Negeri 6 Yogyakarta mudah dijangkau oleh peneliti.
c. Adanya keterbukaan dari pihak SMA Negeri 6 Yogyakarta dalam berbagi
iniformasi dan adanya kesediaan membantu dalam melancarkan tugas akhir
peneliti.
D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2013: 308) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
53
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan peneliti. Data penelitian ini bersifat deskriptif berupa
dokumen pribadi, catatan harian, catatan lapangan, ataupun ucapan
responden dari hasil wawancara. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2013: 308) menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Untuk penelitian ini,
peneliti menggunakan jenis observasi partisipan, dimana peneliti datang ke
tempat kegiatan orang yang diamati, dan ikut terlibat tanpa mengganggu
kegiatan tersebut.
Hamid (2011:146) mengemukakan bahwa dalam penelitian
deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak
menetapkan peristiwa yang akan terjadi, dan biasanya menyangkut peristiwa
yang sedang terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti menyusun data sesuai
dengan data yang ditemukan tanpa ada manipulasi.
Observasi peneliti lakukan sebelum pelaksanaan penelitian. Tujuan
pelaksanaan observasi ini ialah untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan guna menyusun proposal skripsi. Informasi yang diperoleh pada
saat observasi awal hanya gambaran secara umum, untuk informasi yang
spesifik akan peneliti peroleh ketika penelitian sudah berlangsung. Setelah
54
penyusunan proposal, peneliti melakukan observasi lanjutan dengan
mengamati secara langsung tanpa mengganggu aktivitas warga sekolah
untuk dijadikan bahan pembuatan laporan.
Teknik pengamatan yang dilakukan adalah teknik pengamatan
partisipatif, keberadaan peneliti tidak mempengaruhi proses berlangsungnya
kegiatan pembelajaran di SMA Negeri 6 Yogyakarta. Observasi dilakukan
untuk dapat memahami situasi, memperoleh pengalaman dan untuk
mengetahui hal-hal yang belum diketahui.
2. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2013: 317) mendefinisikan wawancara
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu.
Dalam penelitian ini, kegiatan wawancara dilakukan secara terbuka
dan langsung sesuai dengan kebutuhan peneliti. Pihak sekolah cenderung
terbuka dalam menerima dan merespon berbagai macam pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti.
Interview ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang hasilnya
akan dibuat untuk catatan lapangan. Wawancara dilakukan saat peneliti
berinteraksi dengan responden berupa percakapan bebas atau percakapan
santai yang sifatnya memberikan informasi kepada peneliti.
55
3. Dokumentasi
Sugiyono (2013: 329) mengemukakan bahwa dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya dari seseorang. Dokumentasi dalam kegiatan penelitian
ini dilakukan untuk mendukung kelengkapan data dari hasil pengamatan dan
hasil wawancara yang telah dilakukan. Selain itu, data yang
terdokumentasikan akan sangat membantu peneliti dalam mengantisipasi
adanya ketertinggalan atau keterlewatan informasi.
E. Instrumen Penelitian
Baik instrumen utama ataupun instrumen pendukung dalam penelitian
ini, diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat memudahkan
peneliti sehingga data dapat terjaring secara optimal. Instrumen dalam
penelitian ini diantaranya adalah:
1. Peneliti sebagai instrumen utama
2. Buku catatan sebagai instrumen pendukung.
3. Pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.
Menurut Sugiyono (2013: 306) peneliti kualitatif sebagai human
instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data,
dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2013: 307) peneliti sebagai
instrumen utama memiliki ciri sebagai berikut:
56
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk
menentukan arah pengamatan.
6. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan
segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan
atau pelakan.
7. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang
justru diberi perhatian. Respon yang berbeda dan bertentangan dipakai
untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai
aspek yang diteliti.
57
Berikut adalah pedoman kisi-kisi dalam mencari data di lapangan,
yaitu:
1. Lembar Observasi
Peneliti menggunakan pedoman observasi untuk mengamati
pelaksanaan program pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Dengan lembar observasi ini digunakan sebagai pedoman maupun catatan
dalam bentuk deskripsi data. Aspek-aspek yang ingin diamati peneliti
diantaranya:
Tabel 1 :Kisi-Kisi Pedoman Observasi
No Aspek Sumber Data Indikator Yang Dicari Tekhnik
1
Profil SMA
Negeri 6
Yogyakarta
Website sekolah
terkait, Kepala
Sekolah, Warga
sekolah
Letak geografis
Sejarah berdiri
Tujuan, Visi, Misi
Struktur organisasi
Jaringan/kerja sama
Prestasi/keunggulan
Observasi
2 Fasilitas
Sekolah
Warga sekolah,
tata usaha
sekolah
Sarana dan prasarana
Pemanfaatan sarana
dan prasarana
Observasi
3
Strategi
implementa
si Program
Pendidikan
Anti
Korupsi di
SMA
Negeri 6
Warga Sekolah
Sarana yang mendukung
Program:
X-Banner
Buku Anti Korupsi
Kantin Kejujuran
Buku agenda
penemuan barang
Slogan pendukung
Observasi
58
Yogyakarta
4
Faktor
pendukung
dan
penghambat
implementa
si Program
PAK.
Warga Sekolah
Partisipasi Warga
Sekolah
Kelengkapan Sarana
Prasarana Sekolah
Observasi
5
Dampak
dari
implementa
si Program
Pendidikan
Anti
Korupsi di
SMA
Negeri 6
Yogyakarta
Warga Sekolah
Perkembangan Perilaku
Siswa berdasarkan nilai
karakter:
Kejujuran
Kepedulian
Kemandirian
Kedisiplinan
Tanggung jawab
Kerja Keras
Sederhana
Keberanian
Keadilan
Observasi
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara bersisikan mengenai pertanyaan-pertanyaan
dalam wawancara yang secara garis besarnya saja. Namun dalam
pelaksanaannya akan dikembangkan sehingga dapat memperoleh data yang
lebih mendalam mengenai suatu gambaran subjek dan gejala yang tampak
sebagai suatu fenomena.
59
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No Aspek Indikator Yang Dicari Sumber Data
1
Program
Pendidikan Anti
Korupsi di SMA
Negeri 6
Yogyakarta
Pemahaman
tentang
program
PAK.
Latar Belakang
Pembuatan Program
Sasaran Program
Kebermanfaatan
Program
Kepsek
Guru
Siswa
2.
Implementasi
Pendidikan Anti
Korupsi di SMA
Negeri 6
Yogyakarta
Persiapan
Program
Pendidikan
Anti
Korupsi
Sumber Dana
Waktu Kegiatan
Susunan Organisasi
Tim Pengelola
Program
Kepsek/
Waka
Humas,
Guru, Siswa
Implementa
si Program
Pendidikan
Anti
Korupsi
Macam Kegiatan
Penunjang Program
PAK,
3.
Faktor
pendukung dan
penghambat
implementasi
Pendidikan Anti
Korupsi di SMA
Negeri 6
Yogyakarta
Faktor
internal dan
faktor
eksternal
Kelengkapan Sarana
dan Prasarana
Partisipasi Warga
Sekolah
Partisipasi Orang tua
siswa, Lembaga
Terkait Program
PAK.
Warga
Sekolah
4.
Dampak dari
implementasi
Pendidikan Anti
Korupsi di SMA
Hasil yang
diharapkan
Pembiasaan Perilaku
siswa berdasarkan:
Kejujuran
Kepedulian
Warga
Sekolah
60
Negeri 6
Yogyakarta
Kemandirian
Kedisiplinan
Tanggung jawab
Kerja Keras
Sederhana
Keberanian
Keadilan
3. Analisis Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 206), dokumentasi adalah
mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
Metode ini digunakan untuk mengetahui data tertulis mengenai penelitian
tentang pendidikan anti korupsi.
Tabel 3. Kisi-kisi Dokumentasi
No Aspek Indikator Yang Dicari Sumber Data
1
Profil SMA Negeri 6
Yogyakarta
a. Letak geografis
b. Sejarah berdiri
c. Tujuan, Visi, Misi
d. Struktur organisasi
e. Jaringan/kerja sama
f. Prestasi/keunggulan
Dokumen/ arsip,
foto-foto
2 Sarana dan Prasarana
a. Bangunan Sekolah
b. Luas Sekolah
c. Kondisi Bangunan
3
Implementasi Program
Pendidikan Anti
Korupsi
Kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya
pengembangan program
Pendidikan Anti Korupsi.
Dokumen/ arsip,
foto-foto
61
F. Tekhnik Analisis Data
Sugiyono (2013: 333) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tekhnik
pengumpulan data yang bermacam-macam. Analisis data kualitatif adalah
bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh,
selanjutnya dikembangkan pola hubungan atau menjadi hipotesis. Kemudian
data disimpulkan. Apabila penyimpulan tersebut diterima maka hipotesis
tersebut berkembang menjadi teori (Sugiyono, 2013: 335).
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dari kata-
kata dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya tentu banyak dan
beragam. Maka dari itu peneliti perlu mencatat secara rinci dan teliti.
Sugiyono (2013: 338) menerangkan bahwa mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
Dalam penelitian ini, data yang telah direduksi diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data dalam penelitian ini akan dibantu dengan peralatan elektronik
seperti komputer.
62
2. Penyajian data
Sugiyono (2013: 341) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan
atau hubungan antar kategori. Dalam hal ini, Milles dan Hubberman dalam
Sugiyono (2013: 341) menjelaskan bahwa yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
Dalam penelitian ini, penyajian data berupa uraian deskripsi secara
sederhana yang keutuhannya terjamin baik disajikan dalam bentuk tabel,
skema atau uraian deskripsi. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat
mempermudah untuk memahami apa yang terjadi.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Meurut Milles dan Hubberman dalam Sugiyono (2013: 345)
langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat dalam
pengumpulan data berikutnya.
Dalam penelitian ini, setiap tahap senantiasa diverifikasi, ketika
peneliti menyimpulkan sesuatu hal maka akan di dukung oleh bukti-bukti
yang valid dan konsisten agar memperoleh kesimpulan yang obyektif.
63
G. Validitas Data ( Keabsahan Data )
Sugiyono (2013: 363) menyatakan bahwa uji keabsahan data dalam
penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Data
yang valid adalah data yang tidak berbeda, sedangkan reliabilitas dapat
diartikan sebagai derajat konsistensi dan stabilitas data yang ditemui.
Sugiyono (2013: 365) mengemukakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan
antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada
obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data
menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung
pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta
dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan
berbagai latar belakangnya.
Sugiyono (2013: 366) menyatakan bahwa pengertian reliabilitas
dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai suatu realitas yang sifatnya
majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten
dan berulang seperti semula.
Dalam penelitian ini, uji keabsahan data dilakukan melalui beberapa
tahap, diantaranya adalah :
1. Uji kredibilitas
Dalam penelitian ini, kredibilitas data dilakukan dengan perpanjang
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi.
64
a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan dilakukan agar hubungan peneliti dengan nara
sumber akan semakin akrab dan terbuka sehingga tidak ada informasi
yang ditutup-tutupi. Selain itu, perpanjangan pengamatan ini akan
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Ketika
setelah dicek kembali data sudah benar (kredibel) maka waktu
perpanjangan penelitian dapat diakhiri.
b. Meningkatkan ketekunan
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengamatan dengan cermat dan
berkesinambungan. Hal tersebut dilakukan dengan harapan memperoleh
kepastian data dan urutan peristiwa yang terekam secara pasti dan
sistematis. Data berupa buku referensi tak lupa dijadikan alat untuk
mencari informasi bagi peneliti dalam mencari tau hal yang belum
diketahui.
c. Triangulasi
Sugiyono (2013: 366) menerangkan bahwa triangulasi dalam pengujian
kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dan berbagai cara. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi
sumber yang dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui 3
sumber yang berbeda yaitu Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa.
Pengecekan dilakukan dengan membandingkan dengan data yang
diperoleh dengan data yang berasal dari sumber lain. Tringulasi tekhnik
65
yaitu mengecek data dengan sumber yang sama dengan tekhnik yang
berbeda.
2. Pengujian Transferability
Sugiyono (2013: 376), transferability dalam penelitian kualitatif
ini berkenaan dengan pertanyaan apakah hasil penelitian dapat
digunakan dalam situasi yang lain. Supaya orang lain dapat memahami hasil
penelitian yang dilakukan ini maka peneliti akan membuat laporan yang
menyertakan uraian secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya
sehingga pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang jelas.
3. Pengujian Dependability
Sugiyono (2013:377) menyatakan bahwa dalam penelitian
kualitatif, uji dependability disebut juga uji reliabilitas. Dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti berusaha untuk menentukan masalah/fokus,
memasuki lapangan sehingga dapat mengenal dan bersahabat dengan
lapangan dan orang disekitarnya, menentukan sumber data yang dapat
melengkapi data dan dapat dijadikan acuan untuk menyusun data untuk
dijjadikan jejak aktivitas lapangan.
4. Pengujian Confirmability
Sugiyono (2013:377), penelitian dikatakan obyektif bila hasil
penelitian telah disepakati oleh banyak orang. Pengujian confirmability
mirip dengan pengujian dependability sehingga dapat dilakukan bersamaan.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi SMA Negeri 6 Yogyakarta
1. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta
SMA Negeri 6 Yogyakarta merupakan salah satu sekolah unggulan
dengan akreditasi “A” dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah
(BAN-S/M) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Visi SMA Negeri 6
Yogyakarta adalah: “Terwujudnya Insan Cerdas, Unggul, Dan Peduli
Lingkungan Hidup”. Visi ini merupakan kristalisasi dan upaya keras SMA
Negeri 6 Yogyakarta dalam mencetak dan menghasilkan lulusan berkualitas
dari sisi intelektual maupun moral, sehingga dapat berkembang dan
bermanfaat untuk bangsa dan negara Indonesia. Adapun makna insan cerdas
dan unggul adalah sebagai berikut:
a. Insan cerdas adalah insan yang tajam pikirannya, cerdik, pandai, tanggap,
berpengetahuan luas, terampil, berpikir ilmiah, kreatif, inovatif dan logis
serta memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komputer.
b. Insan unggul adalah insan yang mengerti siapa dirinya, masa depannya,
berpikiran ke depan, punya rasa percaya diri, berpandangan terbuka,
berbudi luhur, taat menjalankan agamanya, sopan santun, memiliki
perasaan hati yang bersih, murni dan mendalam.
c. Insan peduli lingkungan hidup, adalah insan yang mengerti, memahami,
dan mau bertindak secara positif terhadap situasi dan kondisi lingkungan
hidup di mana mereka berada, termasuk peduli etika berlalu lintas.
67
Dengan mempertimbangkan visi SMA Negeri 6 Yogyakarta, maka
misi SMA Negeri 6 Yogyakarta sebagai berikut:
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, menyenangkan dan individual
2. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil,
beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.
3. Mewujudkan jumlah siswa yang diterima di perguruan tinggi berkualitas
tingkat nasional maupun internasional yang semakin tinggi
4. Mewujudkan lulusan yang cerdas dan kompetitif dengan penilaian
otentik dan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan
5. Mewujudkan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang
tangguh dan kompetitif
6. Mewujudkan kemampuan research yang cerdas dan kompetitif di tingkat
nasional maupun internasional
7. Mewujudkan kemampuan berbahasa Inggris yang tangguh dan kompetitif
di tingkat nasional maupun internasional
8. Mewujudkan kemampuan olimpiade sains yang tangguh dan kompetitif
9. Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas dan
profesional
10. Mewujudkan sekolah sehat dan berwawasan lingkungan hidup.
11. Mewujudkan proses pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan
etika berlalu lintas.
12. Mewujudkan kultur etika berlalu lintas.
68
13. Mewujudkan proses pembelajaran dengan perangkat kurikulum yang
lengkap, mutakhir, dan berwawasan kedepan
14. Mewujudkan organisasi sekolah yang terus belajar (learning
organization)
15. Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan berwawasan
kedepan.
16. Mewujudkan lulusan tangguh yang mampu bersaing di kancah lokal
maupun global.
Tujuan Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta. Menghasilkan
lulusan yang berkualitas agar mampu bersaing baik pada tingkat lokal,
nasional maupun internasional dengan cara:
1. Meningkatkan rata-rata nilai ujian sekolah dan ujian nasional
2. Meningkatkan jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi
terkemuka
3. Meningkatkan kemampuan di bidang penelitian.
4. Mempersiapkan lulusan yang mandiri, kreatif, inovatif, berakhlak mulia,
dan peduli lingkungan hidup.
5. Mempersiapkan lulusan yang mandiri, kreatif, inovatif, berakhlak mulia,
dan memiliki etika berlalu lintas.
6. Meraih prestasi akademik dan nonakademik dalam berbagai kejuaraan di
tingkat lokal, nasional, dan internasional
69
7. Meningkatkan fungsi ”The Research School” dan pusat studi sekolah
berwawasan lingkungan, serta sebagai sekolah model pendikan etika
berlalu lintas.
8. Mengembangkan budaya dan karakter bangsa Indonesia bagi seluruh
warga SMA Negeri 6 Yogyakarta..
9. Menjalin kerja sama dengan lembaga penelitian
10. Menyelenggarakan pembelajaran yang berbasis Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut maka SMA Negeri 6
Yogyakarta memiliki indikator keberhasilan, yakni:
1. Meningkatnya rata-rata nilai ujian sekolah dan ujian nasional
2. Meningkatnya jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi
terkemuka
3. Meningkatnya hasil penelitan dan karya ilmiah
4. Memiliki jiwa untuk melaksanakan 9 K, mandiri, kreatif, inovatif,
berakhlak mulia, dan peduli lingkungan hidup
5. Meraih kejuaraan berbagai bidang baik akademik maupun nonakademik
dalam berbagai lomba/olimpiade di tingkat regional, nasional, dan
internasional
6. Memiliki sikap profesional dengan kemampuan melakukan penelitian /
research, peduli lingkungan hidup pada seluruh warga sekolah.
7. Budaya dan karakter bangsa Indonesia diamalkan oleh warga sekolah.
8. Jalinan kerja sama yang saling bermanfaat.
70
9. Proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
2. Lokasi SMA Negeri 6 Yogyakarta
SMA Negeri 6 Yogyakarta merupakan Sekolah Menengah Atas di
Kota Yogyakarta yang memiliki Program Pendidikan Anti Korupsi sejak
tahun 2014. Sekolah ini berlokasi di Jalan C. Simanjuntak nomor 2 Terban,
Gondokusuman, KotaYogyakarta. Di sebelah barat SMA Negeri 6
Yogyakarta adalah Jalan C. Simanjuntak, di sebelah utara ialah jalan Kahar
Muzakir, di sebelah selatan ialah Hotel Orlen, dan di sebelah timur ialah
Jalan Cik Di Tiro.
SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki 2 pintu gerbang, yakni sebelah
barat di jalan C simanjuntak dan di selatan yakni jalan Kahar Muzakir. Pintu
gerbang utama ialah yang berada di Jalan Kahar Muzakir, jalan tersebut
merupakan jalan satu arah sehingga untuk memasukinya harus melewati
jalan Cik Dirto, sementara untuk gerbang di Jalan C. Simanjuntak hanya
boleh dilalui oleh karyawan dan guru saja. Sekolah ini berada di lokasi
strategis, selain dekat dengan toko buku Gramedia, toko buku terban, juga
dekat dengan pom bensin. Kemudian lokasi jalan yang satu arah tidak
menimbulkan kemacetan saat bubaran sekolah. Begitu memasuki gerbang
sekolah, di sebelah kanan ada pos satpam dan di sebelah kiri ada tempat
fotocopy. Halaman depan terlihat luas dan tertata, di sebelah timur gerbang
terdapat lapangan olahraga yang luas. Disediakan pula lahan parkir untuk
tamu di belakang ruang fotocopy, sedangkan lahan parkir untuk siswa
71
berada di dekat gerbang barat, namun saat memasuki gerbang utara siswa
harus mematikan mesin dan mendorong kendaraanya hingga ke parkiran
barat. Begitu memasuki lobi SMA Negeri 6 terdapat meja piket dan ruang
tunggu dengan lemari kaca display tropi. Secara umum sekolah ini memiliki
nilai kebersihan, keindahan dan kenyamanan yang tinggi.
3. Keadaan Sekolah
SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki luas tanah 8.540 m2
dan luas
bangunan 3.628 m2. Tanah sekolah sepenuhnya adalah tanah Kasultanan
Yogyakarta. Sekolah dikelilingi pagar sepanjang 360 m. Bangunan sekolah
pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar memadai.
Kondisi sarana dan prasarana di SMA Negeri 6 Yogyakarta sudah
didukung dengan sarana dan prasarana yang mencukupi unuk kegiatan
belajar mengajar. Hal itu ditunjukkan dengan adanya fasilitas utama yang
dimiliki sekolah ini, antara lain ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala
sekolah, ruang komite sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, 29 ruang kelas,
ruang perpustakaan, 6 ruang laboratorium, 2 ruang AVA, masjid, mushola,
ruang serbaguna, ruang osis, ruang ekstrakurikuler, ruang satpam, ruang
BK, kantin, ruang gudang, 23 kamar mandi, ruang display, ruang research
center, ruang UKS, Gallery lingkungan hidup, 2 ruang gedung, ruang
display tropi, ruang satpam, ruang penggandaan, 2 lapangan olahraga, ruang
pengelolaan sampah, taman, dan 2 parkiran.
72
Setiap ruangan juga difasilitasi oleh sarana pendukung
pembelajaran yang berbasis teknologi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
CCTV pada setiap ruangan kelas dan halaman depan sekolah. Selain itu
juga adanya komputer PC yang berjumlah 71 untuk mendukung
keberlangsungan proses pendidikan, komputer tersebut berada di ruang
guru, ruang wakil kepala sekolah, ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang
BK, dan ruang laboratorium. Layanan internet dan hotspot juga tersedia di
sekolah untuk menunjang proses belajar siswa, selain itu juga terdapat
laptop dan proyektor yang dapat mendukung proses pembelajaran di kelas.
4. Anggaran Sekolah
Anggaran sekolah berasal dari dana pemerintah dan dana yang
dihimpun dari orang tua siswa. Setiap siswa dikenai biaya Rp 40.000,00 per
bulan. Siswa kelas X dikenai biaya sumbangan peningkatan mutu akademik
sebesar Rp 3.500.000,00.
Tabel 4. Sumber Dana Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta:
Tahun
Ajaran
Pemerintah
(Rupiah)
Komite Sekolah
(Rupiah)
Jumlah (Rupiah)
2012/2013 2.591.201.300 *) 3.435.230.644 6.026.431.944
2013/2014 4.454.456.700 *) 3.028.602.500 7.483.059.200
2014/2015 5.320.445.200 *) 2.243.206.450 7.563.651.650
2015/2016 6.101.881.600 *) 1.319.917.800 7.421.799.400
*) termasuk gaji PNS
Alokasi dana terutama diperuntukkan untuk menunjang kegiatan-
kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan memenuhi kelengkapan sarana
belajar siswa. Berdasarkan data di atas terjadi peningkatan dana yang
berasal dari pemerintah sejak tahun ajaran 2012/2013 hingga tahun
73
2015/2016. Peningkatan yang terjadi menyebabkan penurunan untuk
sumbangan dana yang berasal dari komite sekolah. Jadi apabila dana yang
bersunber dari pemerintah sudah tinggi maka dana yang berasal dari komite
sekolah rendah.
5. Personil Sekolah
Jumlah seluruh personil sekolah di SMA Negeri 6 Yogyakarta
berjumlah 85 orang. Terdiri atas 59 orang guru dan 27 orang karyawan.
Berdasarkan hal tersebut, susunan organisasi pengelola sekolah ialah
sebagai berikut:
Gambar 3. Susunan Personil Sekolah
6. Keadaan Siswa
Peserta didik merupakan komponen utama sekolah dalam
menjalankan fungsinya serta menjadi tolok ukur keberhasilan sekolah
tersebut. Sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan potensi serta bakat
dan minat yang dimiliki setiap siswa. Dengan demikian siswa diberikan
kesempatan dari sekolah untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Berikut siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta pada tabel dibawah ini:
Kepala Sekolah
Kepala Tata Usaha Wakasek Kurikulum
Wakasek Humas Wakasek Sarpras
Wakasek Kesiswaan Wakasek Kesiswaan
74
Tabel 5. Jumlah Siswa
No Tahun Ajaran
Jumlah Siswa
Kelas X Kelas XI Kelas
XII
Total
1 2013/2014 254 260 257 771
2 2014/2015 256 253 259 768
3 2015/2016 256 259 253 766
Berdasarkan tabel di atas jumlah siswa di SMA Negeri 6
Yogyakarta mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan sekolah ingin
memaksimalkan input yang ada serta mempertahankan mutu dan kualitas
sekolah sehingga setiap tahun PPDB (Penerimaan Siswa Baru) diseleksi
dengan ketat. Pada tahun ajaran 2015/2016 jumlah siswa seluruhnya 766
siswa. Siswa kelas X 256 siswa tersebar merata sebanyak 9 rombongan
belajar. Siswa kelas XI 259 siswa tersebar merata program IPA sebanyak 7
rombongan belajar dan program IPS sebanyak 2 rombongan belajar. Siswa
kelas XII 253 siswa tersebar merata program IPA sebanyak 6 rombongan
belajar dan program IPS sebanyak 3 rombongan belajar. Kualitas lulusan
siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta ditunjukkan dengan tabel berikut ini:
Tabel 6. Input Nilai UN Siswa
Tahun
Ajaran
Rata-
Rata
NUN
Input
Rata-Rata
NUN Output Melanjutkan PT
IPA IPS SNM
PTN
SB
MP
TN
UM LN LL JMH*
2010/2011 8,93 7,52 7,78
2011/2012 9,07 7,58 7,86
2012/2013 9,26 7,89 7,98 41 53 80 2 16 192
75
2013/2014 8,96 7,37 7,71 71 51 72 1 12 207
2014/2015 9,25 75,0
2
73,88 55 73 64 2 13 207
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun ke
tahun SMA Negeri 6 Yogyakarta telah berhasil meluluskan siswanya
dengan presentase 100% pada tiap tahunnya. Selain itu SMA Negeri 6
Yogyakarta berhasil membimbing siswanya untuk melanjutkan studi ke
jenjang yang lebih tinggi seperti UGM, UNY, UMY, AKPER, UNAIR,
UST, POLRI, dan sebagainya.
7. Kerja Sama Sekolah
Kerjasama sekolah dengan pihak lain perlu dilakukan untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. SMA Negeri 6
Yogyakarta memiliki banyak relasi dengan pihak luar, hal ini bermanfaat
untuk pengembangan diri sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Kerjasama sekolah terdiri atas kerjasama dengan orang tua,
alumni, pendidikan tinggi.
Kerja sama dengan orang tua, kerja sama dengan orang tua siswa
dilaksanakan melalui Komite Sekolah. Ada 5 peran orang tua dalam
pengembangan sekolah, yaitu sebagai onatur dalam menunjang kegiatan dan
sarana sekolah, mitra sekolah dalam pembinaan pendidikan, mitra dalam
membimbing kegiatan siswa, mitra dialog dalam peningkatan kuallitas
pendidikan dan sumber belajar.
Kerjasama dengan alumni, kerjasama dengan alumni merupakan
organisasi informal yang memberikan sumbangan terhadap kemajuan
76
sekolah baik dalam bentuk material maupun nonmaterial untuk ikut serta
meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Kerjasama degan lembaga pendidikan tingi baik negeri maupun
swasta, antara lain dikemas dalam bentuk pemberian informasi studi lanjut
Perguruan Tinggi, Peningkatan kualitas sumber daya sekolah. Hal ini
bertujuan agar siswa memiliki minat yang tinggi untuk melanjutkan sekolah
ke perguruan tinggi. Selain itu juga bekerjasama dengan lembaga
Bimbingan Belajar, untuk meningkatkan kemampuan dan penguasaan
kompetensi hasil pembelajaran. Lembaga Psikologi Indonesia, dalam
penyelenggaraan tes psikologi untuk pembimbingan penjurusan maupun
kelanjutan studi. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta dalam
pengelolaan program lingkungan hidup
Selain itu SMA Negeri 6 Yogyakarta sebagai The Research School
of Jogja juga memiliki desa binaan. Desa binaan untuk menerapkan hasil
penelitian siswa sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat, desa
binaan tersebut yakni:
1) Gedongkiwo: Pengelolaan Ampas Tahu
2) Mutihan: Pengelolaan Emping Melinjo
3) Klajuran: Pengolahan Sampah
4) Paraksari Pakem: Pengolahan Pelet Tulang Ayam
8. Prestasi Sekolah
SMA Negeri 6 Yogyakarta merupakan sekolah yang unggul dengan
siswa-siswa yang menjuarai berbagai bidang perlombaan. Ketika memasuki
77
pintu gerbang SMA Negeri 6 Yogyakarta akan terlihat bangunan berlantai
2 dengan lobi yang luas dipenuhi dengan tropi piala kejuaraan dari siswa
baik akademik maupun non akademik serta tropi penghargaan dari
berbagai lembaga. Sebagai sekolah yang peduli pada lingkungan hidup
membawa SMA Negeri 6 Yogyakarta menjadi Juara 1 Sekolah Adiwiyata
Kategori SMA/ MA/ SMK tingkat DIY tahun 2015. Tidak hanya di bidang
umum, SMA Negeri 6 Yogyakarta juga peduli pada bidang keagamaan
dengan menjadi juara Juara 3 Lomba Nasyid Tingkat Kota Yogyakarta
tahun 2015. SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki banyak prestasi di bidang
akademik dan non-akademik, hal ini ditunjukkan dengan prestasi yang telah
dicapai oleh siswanya, terhitung dari tahun 2008 hingga 2015, tercatat 103
juara yang berhasil di dapat.
SMA Negeri 6 juga unggul dalam bidang Karya Tulis Ilmiah, hal
ini ditunjukkan dengan disabetnya Juara I tingkat Nasional LKTI (Lomba
Karya Tulis Ilmiah) tahun 2008, Special Award International Conferences
of Young Scientis tahun 2012, dan 40 Karya Tulis Ilmiah siswa berhasil
didanai dan mendapat beasiswa penelitian dari Dikpora Provinsi DIY tahun
2012. Tidak berhenti dalam karya tulis Ilmiah, siswa di SMA Negeri 6
Yogyakarta juga mumpuni dalam setiap mata pelajaran seperti Juara I
Teater Tingkat DIY oleh FLS2N tingkat Kota Yogyakarta tahun 2013, juara
I lomba debat Ekonomi 2013, Juara I Reporter TV tingkat DIY-Jateng
Broadcast Education Center Solo Tahun 2014, dan Juara I Speech Contest
Tingkat Nasional tahun 2015, dan lain-lain.
78
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini didasarkan pada hasil observasi dan wawancara
secara langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada Kepala Sekolah, Wakil
Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa. Wawancara yang telah peneliti lakukan
membahasn mengenai implementasi program pendidikan anti korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta. Adapun yang menjadi fokus penelitian berupa strategi
sekolah dalam implementasi program pendidikan anti korupsi, faktor
pendukung dan penghambat, kemudian hasil dari adanya program pendidikan
anti korupsi.
1. Implementasi Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta
a. Latar Belakang Terbentuk Program Pendidikan Anti Korupsi
Program Pendidikan Anti Korupsi dari Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) terbentuk atas dasar maraknya kasus korupsi di Indonesia
yang seperti sudah membudaya. KPK beserta jajarannya kemudian
membuat suatu upaya pencegahan (preventif) melalui lembaga
pendidikan untuk melaksanakan Program Pendidikan Anti Korupsi.
Program tersebut bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi
pada siswa sejak dini, membiasakan perilaku hidup yang mencerminkan
nilai-nilai anti korupsi, meningkatkan kepedulian siswa dan warga
sekolah lainnya mengenai nasib bangsa, khususnya terkait dengan
dampak perbuatan para koruptor, meningkatkan kreativitas dan aktivitas
siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan kebijakan di atasnya yaitu
Instruksi Presiden (Inpres) No 5/2004 tentang Percepatan
79
Pemberantasan Korupsi. Pada bagian Diktum ke-11 (Instruksi Khusus)
poin ke 7 menugaskan kepada Menteri Pendidian Nasional untuk
menyelenggarakan pendidikan yang berisikan substansi penanaman
semangat dan perilaku anti korupsi pada setiap jenjang pendidikan
baik formal dan nonformal.
SMA Negeri 6 Yogyakarta sebagai sekolah yang memiliki
keunggulan riset dengan visi terwujudnya insan cerdas, unggul, dan
peduli lingkungan hidup turut menerapkan pendidikan anti korupsi
(PAK). Latar belakang sekolah ini menjalankan program tersebut
dikarenakan permasalahan korupsi yang tak kunjung usai sehingga
Kepala Sekolah berinisiatif untuk menjalankan program pendidikan anti
korupsi.
Hal ini disampaikan oleh Bapak ES, beliau menyatakan:
“Pada awalnya Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 ini terbentuknya karena Bapak Kepala Sekolah
memiliki inisiatif untuk melaksanakan program tersebut,
kemudian dikoordinasikan dan dibentuk Tim Pengelola”.
(Wawancara pada Kamis 19 Januari 2017, pukul 09.00 WIB)
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu PS, beliau menyatakan:
“Sebelumnya program ini merupakan inisiatif dari Bapak
Kepala Sekolah, bukan anjuran dari Dinas. Jadi Bapak setelah
melakukan koordinasi dan membentuk Tim Pengelola kemudian
membuat proposal untuk diajukan ke Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta” (Wawancara pada Senin, 23 Januari 2017, pukul
09.00 WIB)
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa adanya Program
Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta merupakan
inisiatif dari Bapak Kepala Sekolah. Setelah Kepala Sekolah berinisiatif
80
untuk melaksanakan program tersebut kemudian dikoordinasikan untuk
dibentuk tim pengelola. Sedangkan untuk tahun pelaksanaan program
pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta sudah berlangsung
sejak Maret 2014. Sejak tahun 2014 dibentuklah program pendidikan anti
korupsi yang memiliki tujuan untuk membentuk siswa agar memiliki
sikap yang anti korupsi seperti yang disampaikan oleh Bapak MK selaku
Kepala Sekolah di SMA Negeri 6 Yogyakarta:
“Terbentuknya pada tahun 2014, sebenernya sebelumnya kami
sudah membangun itu melalui kantin kejujuran. Tetapi secara
legal formal pendidikan anti korupsi itu dibentuk pada tahun
2014” (Wawancara pada Jumat, 27 Januari 2017 pukul 07.00
WIB)
Begitu juga yang disampaikan oleh Bapak AF selaku tenaga
pendidik di SMA Negeri 6 Yogyakarta bahwa:
“Sebenarnya sebelum adanya program anti korupsi, kami sudah
memiliki kantin kejujuran sejak lama mbak sekitar tahun 2006.
Kemudian didukung dengan adanya program pemerintah
tentang sosialisasi kaitannya dengan anti korupsi. Terus para
guru dan siswa itu keduanya mengikuti semacam workshop atau
talkshow agar penanaman nilai anti korupsi tidak hanya untuk
siswa saja tetapi juga untuk guru. Nah karena sudah ada
program kantin kejujuran itu kita jadi nyambung saja, karena
ada sinergi dan tinggal dikembangkan” (Wawancara pada
Kamis, 19 Januari 2017 pukul 11.00)
Hal senada diungkapkan oleh Ibu PS. Beliau menyatakan
bahwa:
“Sebenarnya sudah lama sejak ada kantin kejujuran disini,
kemudian dikembangkan dan dibentuk Program Pendidikan
Anti Korupsi. Dari segi tujuan kan sebenarnya sama, untuk
membentuk individu agar berkarakter positif seperti kejujuran,
tanggung jawab, dan disiplin. Kemudian ada implementasi di
kurikulum juga. Tetapi secara teknis baru terbentuk tahun 2014”
(Wawancara pada Senin, 23 Januari 2017)
81
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa sebelum
program pendidikan anti korupsi dibentuk, SMA Negeri 6 Yogyakarta
sudah memiliki Kantin Kejujuran, dimana kantin kejujuran tersebut
berpengaruh besar dalam menanamkan nilai kejujuran kepada siswa.
Sehingga adanya kantin kejujuran dengan pembentukan program
pendidikan anti korupsi sudah memiliki kesinergian satu sama lain.
Selain itu pelaksanan program juga didukung oleh dana bantuan
sosial dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sehingga menjadi
salah satu faktor pendukung pelaksanaan program pendidikan anti
korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Hal ini disampaikan oleh Bapak MK:
“Sumber dana berasal dari kementrian pendidikan dan
kebudayaan karena pada waktu itu Kementrian juga
mengadakan program terkait anti korupsi. Lalu SMAN 6
Yogyakarta ini mengajukan proposal dan kemudian di acc oleh
pihak kementrian pendidikan dan kebudayaan” (Wawancara
pada 27 Januari 2017 pukul 07.00 WIB)
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak HS:
“Sumber dana berasal dari kementrian pendidikan dan
kebudayaan karena pada waktu itu Kementrian juga
mengadakan program terkait anti korupsi” (Wawancara pada 25
Januari 2017 pukul 09.00 WIB).
Berdasarkan paparan di atas menjelaskan bahwa implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta
terbentuk pada Maret 2014. Program Pendidikan Anti Korupsi ini
merupakan pengembangan dari program kantin kejujuran yang telah
dibangun sejak tahun 2006. Memiliki kesamaan tujuan yakni untuk
menanamkan nilai kejujuran kepada siswa maka antara program
82
pendidikan anti korupsi dengan kantin kejujuran memili sinergi satu
sama lain. Program PAK terbentuk pertama kali karena inisiatif Kepala
Sekolah yang prihatin dengan keadaan Negara Indonesia dimana kasus
korupsi semakin marak. Kemudian setelah melalui proses koordinasi
dibentuklah tim pengelola program PAK yang disahkan dengan adanya
Surat Keputusan Kepala Sekolah. Implementasi Program PAK tidak
hanya mendapat dukungan partisipasi warga sekolah, namun juga
mendapat dukungan dana bantuan sosial dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Banyaknya dukungan
dari berbagai pihak kemudian terbentuklah Program Pendidikan Anti
Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
b. Susunan Organisasi Program Pendidikan Anti Korupsi
Susunan organisasi untuk pelaksanaan program pendidikan anti
korupsi yang dibentuk pada tahun 2014 disahkan dengan adanya Surat
Keputusan (SK) Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Yogyakarta Nomor
188/210 Tahun Ajaran 2014/2015. Surat Keputusan menjadi awal
implementasi Program PAK. Pembentukan Organisasi (Tim Pelaksana)
Bantuan Sosial Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di SMA Negeri 6
Yogyakarta terbentuk sejak pengajuan dana bantuan sosial PAK, yakni 3
Maret 2014 dan dikembangkan setelah dana bantuan tersebut diterima,
yakni bulan Juli 2014.
Berdasarkan adanya surat keputusan (terlampir) tersebut juga
dilampirkan penugasan untuk guru-guru di SMA Negeri 6 Yogyakarta
83
untuk melaksanakan Program Pendidikan Anti Korupsi. Struktur
Organisasinya ialah sebagai berikut:
Gambar 4. Struktur Organisasi Program Pendidikan Anti Korupsi
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bapak MK selaku
pimpinan sekolah tersebut.
“Penanggung jawabnya tentu saya selaku kepala sekolah,
kemudian Pak ES sebagai ketua, Bu PS sebagai sekretaris, dan
Bu AU dibantu Bu EN sebagai bendahara, kemudian guru yang
lainnya sebagai anggota dengan dibagi tugas-tugas pertanggung
jawaban”. (Wawancara pada 27 Januari 2017 pukul 07.00 WIB)
Untuk penetapan tugas bagi tim pengelola Program Pendidikan
Anti Korupsi, hal ini juga sudah di tetapkan dalam SK (Surat Keputusan)
Kepala Sekolah yang sudah di sahkan pada maret 2014.
“Untuk pembagian tugas sudah ada surat keputusannya dari Pak
Kepala Sekolah, tim pengelolanya terdiri dari Bapak Kepsek
sebagai penanggung jawab, saya sebagai Ketua Program
Pendidikan Anti Korupsi, Bu PS itu sekretaris, Bu AU dan Bu
EN sebagai bendahara, kemudian guru lain penanggung jawab
kegiatan kreatif” (Wawancara pada Kamis 19 Januari 2017,
pukul 09.00 WIB)
Penanggung Jawab
Ketua Program
Anggota-anggota
Sekretaris Bendahara
84
Sebagai tim pengelola Program Pendidikan Anti Korupsi, sudah
dibagi pula tugas masing-masing penanggung jawab, sesuai dengan SK
yang telah disahkan oleh Kepala Sekolah. Jabatan inti dalam tim
pengelola Program Pendidikan Anti Korupsi ialah Penanggung jawab,
Ketua Program, Sekretaris, dan Bendahara. Berikut ini ialah jabatan dan
uraian tugas masing-masing tim pengelola program:
Penanggung Jawab, tugas pokok penanggung jawab ialah
bertanggung jawab secara umum pengelolaan Program Pendidikan Anti
Korupsi, Mengeluarkan kebijakan sekolah yang mendukung program,
Menyusun SOP (Standar Operasional Prosedur) Aktivitas Kepala
Sekolah, dan Menyusun instrumen kendali SOP Aktivitas Kepala
Sekolah. Jabatan penangung jawab dipegang oleh Kepala Sekolah SMA
Negeri 6 Yogyakarta.
Ketua Program Pendidikan Anti Korupsi, tugas pokok ketua
Program Pendidikan Anti Korupsi ialah Menyusun Program Umum,
Menyusun SOP Keterbukaan Informasi Publik, Menyusun Instrumen
Kendali Pelaksanaan SOP Keterbukaan Informasi Publik, Menyusun
SOP Kemitraan, dan Menyusun Instrumen Kendali pelaksanaan SOP
Kepala Sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut telah dibentuk kegiatan-
kegiatan yang menunjang pelaksanaan Program Pendidikan Anti
Korupsi, yakni sosialisasi, kegiatan kreatif seperti lomba pidato, lomba
cerdas cermat, lomba pembuatan video parodi, dan pengembangan media
informasi terkait sikap anti korupsi.
85
Sekretaris, tugas pokok sekretaris ialah menyiapkan administrasi
dan menyusun laporan kegiatan. Laporan kegiatan disusun guna
mengetahui secara lebih mendalam proses berlangsungnya kegiatan
tersebut dan untuk diketahui keefektifan kegiatan yang dimaksud.
Bendahara, tugas pokok bendahara ialah Mengelola Keuangan,
Menyusun Laporan pertanggungjawaban keuangan, Menyusun SOP
bantuan APBN dan RAPBS, Menyusun Instrumen Kendali Pelaksanaan
SOP Bantuan APBN dan RAPBS. Berdasarkan surat keputusan kepala
sekolah bendahara terdiri dari bendahara I dan bendahara II, sementara
tugas bendahara II ialah Membantu Bendahara I mengelola Keuangan
dan menyusun laporan pertanggung jawaban keuangan, Menyusun SOP
bantuan APBN dan RAPBS, Menyusun Instrumen Kendali Pelaksanaan
SOP Bantuan APBN dan RAPBS.
Anggota, berdasarkan surat keputusan kepala sekolah (terlampir)
dijelaskan bahwa tim pengelola program yang menjadi anggota
berjumlah 22 orang. Tugas masing-masing anggota dalam tim pengelola
program pendidikan anti korupsi ialah membuat SOP Aktivitas pendidik
beserta instrumen kendalinya, membuat SOP Tata Tertib Sekolah beserta
instrumen kendalinya, membuat SOP Penerimaan Siswa Baru beserta
instrumen kendalinya, membuat SOP aktivitas Tenaga Kependidikan
beserta instrumen kendalinya, kemudian bertanggung jawab pada
masing-masing kegiatan penunjang program seperti kegiatan kampanye
anti korupsi dengan penyebaran stiker, lomba cerdas cermat anti korupsi,
86
lomba pidato anti korupsi, lomba pembuatan video anti korupsi, dan
pengembangan media informasi anti korupsi di sekolah.
c. Sumber Dana Program Pendidikan Anti Korupsi
Implementasi program pendidikan anti korupsi merupakan salah
satu program yang mendapatkan dukungan dari Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta berupa dana
bantuan sosial. Hal ini disampaikan oleh Bapak MK, beliau menyatakan
sebagai berikut:
“Sumber dana berasal dari kementrian pendidikan dan
kebudayaan karena pada waktu itu Kementrian juga
mengadakan program terkait anti korupsi. Lalu SMAN 6
Yogyakarta ini mengajukan proposal dan kemudian di acc oleh
pihak kementrian pendidikan dan kebudayaan” (Wawancara
pada Jumat, 27 Januari 2017, pukul 07.00 WIB)
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bapak ES, beliau
menyatakan:
“Murni dari pemerintah, sekolah tidak menganggarkan dana
karena pada saat itu kami mengajukan proposal untuk di danai
oleh Dinas Pendidikan dan kemudian di setujui” (Wawancara
pada Kamis, 19 Januari 2017)
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa
implementasi program pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta mendapatkan dana bantuan dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
87
d. Kegiatan Pengembangan Program Pendidikan Anti Korupsi
1) Persiapan Program Pendidikan Anti Korupsi
Pelaksanaan Program Pendidikan Anti Korupsi tentunya
memiliki beberapa tahapan yang harus dilakukan agar program
berjalan dengan sempurna. Tahapan pertama yang dilakukan oleh
pihak sekolah diantaranya ialah pembentukan struktur organisasi.
Pembentukan tim pengelola ini dibentuk pada maret 2017, tugas
utama tim pada saat itu ialah untuk membuat proposal guna
mendapatkan dana bantuan sosial dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Hal ini disampaikan
oleh Bapak MK, beliau menyatakan:
“Kegiatan awalnya tentunya persiapan ya mbak. Nah dari
persiapan itu kemudian kita membentuk tim, setelah tim
terbentuk kita berkoordinasi dan membuat beberapa
kegiatan-kegiatan. Namun kegiatan yang kita jalankan disini
tidak semuanya berdiri sendiri mbak. Kita juga mengundang
dari Kejaksaan Tinggi dan KPK untuk memberikan arahan
awal karena profesionalisme bidang kan ada di mereka. Saat
pembentukan TIM itu kita membuat proposal untuk
diajukan” (Wawancara pada Jumat, 27 Januari 2017 pukul
07.00 WIB)
Hal senada juga diuangkapkan oleh Bapak ES sebagai ketua
Program Pendidikan Anti Korupsi, beliau menyatakan sebagai berikut:
“Dari pimpinan (kepala sekolah) dan dibentuk tim pelaksana
dan kemudian adanya koordinasi. Seiring dengan itu ada
program dari pemerintah menyediakan dana bantuan bagi
lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program
pendidikan anti korupsi, kemudian kami mengajukan
proposal dan terpilih” (Wawancara pada Kamis, 19 Januari
2017, pukul 09.00 WIB)
88
Tahapan selanjutnya yang dilakukan oleh pihak sekolah
diantaranya ialah rapat persiapan, rapat yang berlangsung sejak
penurunan dana dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Rapat
persiapan dilakukan pada minggu kedua bulan Juli 2014 untuk
menindaklanjuti dana bantuan yang sudah diterima. Dalam rapat ini
dilakukan pembagian kerja sesuai dengan surat keputusan kepala
sekolah tentang tim pelaksana PAK di SMA Negeri 6 Yogyakarta. Hal
ini disampaikan oleh Ibu PS, beliau menyatakan sebagai berikut:
“Pada tahap persiapan, tentu yang pertama dilakukan itu ialah
pembentukan Tim Pengelola, kemudian dilaksanakan rapat
persiapan untuk membahas langkah selanjutnya. Pada waktu
rapat kami sudah menerima dan bantuan sosial, kalau tidak
salah bulan Juli 2014 dilaksnakan rapat pertama setelah ada
penerimaan dana bantuan. Setelah itu menyusun program-
program kegiatan yang terkait Pendidikan Anti Korupsi
tersebut” (Wawancara pada Senin, 23 Januari 2017 pukul
09.00 WIB)
Hal ini senada dengan yang Bapak AF sampaikan, beliau
menyatakan bahwa:
“Awalnya pembentukan tim pengelola, kemudian
dikembangkan setelah adanya penurunan dana. Setelah kami
menerima dana bantuan tersebut, kami mengadakan rapat
untuk menentukan langkah selanjutnya. Kemudian
disusunlah kegiatan-kegiatan terkait Program Pendidikan
Anti Korupsi” (Wawancara pada Kamis, 19 Januari 2017
pukul 11.00 WIB)
Setelah rapat kemudian tim pengelola menyusun berbagai
kegiatan yang mendukung program. Kegiatan tersebut tentunya telah
memiliki penanggung jawab masing-masing dengan harapan kegiatan
berlangsung dengan lancar. Setelah adanya penyusunan kegiatan-
89
kegiatan dan disepakati bersama, langkah terakhir dalam persiapan
yakni sosialisasi. Hal ini disampaikan oleh Bapak HS. Beliau
menyatakan bahwa:
“Rapat bersama itu tujuannnya untuk membahas kelanjutan
program Pendidikan Anti Korupsi itu sehubungan sudah
adanya penerimaan dana bantuan sosial. Setelah itu kemudian
dibentuklah program-program dan di sosialisasikan”
(Wawancara pada Rabu, 25 Januari 2017)
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bapak MK.
Beliau menyatakan sebagai berikut:
“Saat pembentukan TIM itu kita membuat proposal untuk
diajukan pada bulan maret 2014. Kemudian dikembangakan
lagi saat penerimaan dana yakni Juli 2014. Lalu kami
menyusun kegiatan yang mendukung program, dan sosialiasi
kepada warga sekolah” (Wawancara pada Jumat, 27 Januari
2017)
Pernyataan diperkuat oleh Bapak ES. Beliau menyatakah
bahwa:
“Tim Pengelola kemudian dikembangkan setelah dana
diterima yaitu Juli 2014. Lalu diadakan rapat, pembentukan
kegiatan, dan sosialisasi.” (Wawancara pada Kamis, 19
Januari 2017)
Berdasarkan paparan di atas maka persiapan pelaksanaan
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta
diawali oleh beberapa tahapan, yakni:
a) Pembentukan Organisasi (Tim Pelaksana) Bantuan Sosial
Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
Panitia ini terbentuk sejak pengajuan dana bantuan sosial PAK,
90
yakni 3 Maret 2014 dan dikembangkan setelah dana bantuan
tersebut diterima, yakni bulan Juli 2014
b) Rapat persiapan dilakukan pada minggu kedua bulan Juli 2014
untuk menindaklanjuti dana bantuan yang sudah diterima. Dalam
rapat ini dilakukan pembagian kerja sesuai dengan surat keputusan
kepala sekolah tentang tim pelaksana PAK di SMA Negeri 6
Yogyakarta.
c) Penyusunan program kegiatan dilakukan pada minggu kedua
bulan Juli dan menghasilkan program-program yang lebih
terperinci dan dikembangkan dari proposal kegiatan.
d) Sosialisasi kegiatan Pendidikan Anti Korupsi diawali dengan
informasi program PAK di sekolah dengan sasaran seluruh warga
sekolah, yakni siswa, guru, dan karyawan.
2) Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi
Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi yang
dilaksanakan sejak tahun 2014 diawali dengan sosialisasi yang
melibatkan seluruh warga sekolah, sosialisasi ini membutuhkan pihak
kedua yakni Kejaksaan Tinggi sebagai pihak yang profesional di
bidangnya untuk menjadi narasumber dalam sosialisasi Program
Pendidikan Anti Korupsi. Selain sosialisasi kemudian diadakan
kegiatan kreatif yang bertujuan untuk mengasah siswa agar kreatif
yaknik dengan lomba cerdas cermat anti korupsi, lomba pidato anti
korupsi, lomba video parodi. Untuk kegiatan selanjutnya ada kantin
91
kejujuran, slogan-slogan, dan pembiasaan. Implementasi Program
Pendidikan Anti Korupsi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Sosialiasi Pendidikan Anti Korupsi
Sosialisasi terkait program pendidikan anti korupsi di
SMA Negeri 6 Yogyakarta bekerjasama dengan Kejaksaan Tinggi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan dengan menyelenggarakan
seminar atau workshop mengenai Pendidikan Anti Korupsi bagi
warga sekolah. Kegiatan seminar ini melibatkan seluruh unsur
penyelenggara pendidikan, meliputi tenaga pendidik (staf guru),
tenaga kependidikan (Staf Tata Usaha), dan siswa. Nara sumber
yang dihadirkan dalam seminar ini sangat kompeten dan ada
keterlibatan langsung dengan Pendidikan Anti Korupsi, di
antaranya adalah pejabat dari Kejaksaan Tinggi DIY dan Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta.
Kerjasama yang dilakukan sekolah disebabkan oleh
sekolah membutuhkan tenaga profesional dalam menjelaskan apa
yang dimaksud dengan korupsi dan bagaimana pencegahannya,
sehingga kerjasama dengan pihak yang profesional perlu dilakukan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu LDS. Beliau menyatakan
bahwa:
“Program ini kita kerjasama dengan pihak kedua, dulu itu
diberikan sosialisasi dari kejaksaan tinggi mbak. Jadi kita
tidak berdiri sendiri. Karena untuk menjelaskan kepada
anak apa itu korupsi, bagaimana pencegahannya,
92
bagaimana dampak yang dihasilkan jika kita melakukan
korupsi, itu semua informasi penting yang harus
disampaikan oleh orang yang lebih ahli. Jadi dalam
sosialisasi itu kami bekerjasama dengan pihak profesional
seperti Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.” (Wawancara
pada Senin, 23 Januari 2017 pukul 11.00 WIB)
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Bapak MK,
beliau menyatakan sebagai berikut:
“Ya tentunya ini merupakan salah satu kegiatan yang
membutuhkan bantuan dari pihak yang ahli di bidangnya,
karena apabila dari sekolah sendiri justru menimbulkan
ketidaksesuaian jika salah menyampaikan informasi yang
begitu penting ini. Maka dari itu kami juga memerlukan
sosialisasi dari pihak yang ahli sehingga bekerjasama
dengan Kejaksaan Tinggi DIY merupakan langkah yang
baik” (Wawancara pada Jumat, 27 Januari 2017 pukul
07.00 WIB)
Sosialisasi kegiatan Pendidikan Anti Korupsi secara
internal di Sekolah dengan mengundang nara sumber :
(1) Bapak PS dari Kejaksaan Tinggi DIY
(2) Ibu AA dari Kejaksaan Tinggi DIY
(3) Bapak RD dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
Kegiatan ini diikuti oleh siswa, guru dan karyawan. Dalam
kegiatan ini nara sumber dari Kejaksaan Tinggi DIY mengenalkan
Undang-Undang Tipikor, contoh-contoh tindak korupsi di
Indonesia. Peserta juga berdialog dan bertanya jawab tentang
kasus-kasus korupsi dan penanganannya di Indonesia.
93
Gambar 5. Sosialisasi Program Pendidikan Anti Korupsi
b) Penyusunan SOP PAK Sekolah Beserta Instrumen Kendalinya
Standar operasional prosedur (SOP) ini disusun untuk
menanamkan nilai-nilai anti korupsi dalam budaya sekolah.
Manfaat adanya SOP sendiri bertujuan untuk mengatur dan
memberikan pedoman untuk suatu penyelenggaraan pendidikan.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak MK selaku
Kepala Sekolah, beliau menyatakan sebagai berikut:
“Jadi untuk menginternalkan nilai-nilai pada seluruh
warga sekolah maka kita juga pelru membuat Standar
Operasional Prosedur dalam seluruh penyelenggaraan
pendidikan, sehingga dengan adanya pedoman dari SOP
tersebut, bisa teratur saat proses pelaksanaannya, dan
diharapkan seluruh warga sekolah berkolaborasi untuk
menciptakan kegiatan yang mengandung nilai-nilai anti
korupsi, karena sebagai pendidik kan harus yang
memberikan tauladan” (Wawancara pada Jumat 27 Januari
2017 pukul 07.00)
Hal ini senada dengan dengan yang disampaikan oleh
Bapak ES selaku wakasek bagian Humas. Beliau menyatakan
sebagai berikut:
“Sekolah kami juga membuat dokumen-dokumen tentang
Standar Operasional Prosedur yang didalamnya regulasi
94
tindakan agar menerapkan prinsip-prinsip anti korupsi
pada setiap kegiatan penyelenggaraan pendidikan”
(Wawancara pada Kamis, 19 Januari 2017, pukul 09.00
WIB)
Dokumen yang dihasilkan meliputi:
(1) SOP RKAS
POS ini memuat prosedur pengelolaan anggaran sekolah
(APBS) pada tahun ajaran 2014/ 2015.
(2) SOP PPDB (Penerimaan Siswa Baru)
POS ini memuat prosedur penerimaan siswa baru di SMA
Negeri 6 Yogyakarta tahun ajaran 2014/ 2015.
(3) SOP Pengelolaan Bantuan (APBN)
POS ini memuat prosedur penerimaan siswa baru di SMA
Negeri 6 Yogyakarta tahun ajaran 2014/ 2015.
(4) SOP Pengelolaan Tata Tertib Sekolah
POS ini memuat prosedur pengelolaan tata tertib sekolah,
baik kepala sekolah, guru, karyawan, maupun siswa.
(5) SOP Keterbukaan Informasi Publik
POS ini memuat prosedur pengelolaan informasi sekolah agar
memiliki keterbukaan informasi publik.
(6) SOP Kemitraan
POS ini memuat prosedur pengelolaan program kemitraan
SMA Negeri 6 Yogyakarta
95
c) Kegiatan Kreatif,
Kegiatan kreatif berupa lomba-lomba kreatif untuk
mengembangkan pola pikir, kreativitas, dan nilai-nilai anti korupsi
kepada siswa. Kegiatan ini meliputi adanya perlombaan pidato anti
korupsi, lomba cerdas cermat anti korupsi, lomba video parodi, dan
penyebaran stiker. Pernyataan Bapak MK selaku Kepala Sekolah
ialah sebagai berikut:
“Kegiatanya dulu tentunya dimulai dari sosialisasi di
sekolah, kemudian juga ada kampanye dengan penyebaran
stiker anti korupsi di jalan-jalan, kemudian pelaksanaan
lomba-lomba kreatif untuk menumbuhkan ide-ide dalam
diri siswa, dan adanya workshop dari Kejaksaan Tinggi”
(Wawancara pada Jumat, 27 Januari 2017, pukul 07.00
WIB)
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak ES selaku Waka
Humas, beliau mengungkapkan:
“Sosialisasi di lingkungan sekolah, kampanye di jalan-
jalan dengan penyebaran stiker, kemudian pelaksanaan
lomba-lomba kreatif untuk menumbuhkan ide-ide dalam
diri siswa, dan adanya workshop dari Kejaksaan Tinggi”
(Wawancara pada Kamis, 19 Januari pukul 09.00 WIB).
Berdasarkan paparan di atas, kemudian peneliti melakukan
studi dokumentasi.
(1) Lomba pembuatan video pendidikan anti korupsi
Kegiatan kreatif berupa lomba pembuatan video
parodi mengenai sikap anti korupsi akan bermanfaat untuk
menambah wawasan siswa tentang seperti apakah perilaku
yang menjurus kepada tindak korupsi, dan bagaimana upaya
96
pencegahannya. Siswa yang tergabung dalam satu kelas untuk
membuat video anti korupsi juga merasakan senang saat
pembuatan proses video tersebut. Hal ini diungkapkan oleh
DAK siswa kelas XII IPS 2, ia menyatakan sebagai berikut:
“Dulu itu ada mbak pembuatan video anti korupsi,
disitu dibuatnya satu kelas, dan menyenangkan
jadinya kita bisa tau kalau tindakan yang speerti itu
menjurus kea rah korupsi, kemudian pencegahan yang
dilakukan membutuhkan kolaborasi dari semua
teman-teman. Terus kita juga jadi lebih akrab dengan
temen-temen sekelas karena pembuatan video
tersebut” (Wawancara pada Rabu, 25 Januari 2017,
pukul 11.00 WIB)
Hal tersebut juga diungkapkan oleh SO siswa kelas
XII IPA 4, ia menyatakan sebagai berikut:
“Dengan adanya lomba-lomba tentang anti korupsi
kan mau tidak mau kita harus mempelajarinya terlebih
dahulu tentang apa itu korupsi dan anti korupsi.
Kemudian untuk mengikuti pelrombaanya kita
menjadi belajar lebih dalam lagi untuk mengetahui
seluk beluk bagaimana anti korupsi yang sebenarnya,
jadi itu bermanfaat untuk kita menambah wawasan”
(Wawancara pada Selasa, 31 Januari 2017, pukul
10.00 WIB).
(2) Lomba pidato pendidikan anti korupsi
Lomba pidato sebagai bagian dari kegiatan kreatif
yang menunjang program pendidikan anti korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta. Lomba pidato diadakan dengan
mempersilahkan kepada seluruh siswa dari kelas X hingga
kelas XII untuk mendaftar. Animo siswa untuk mengikuti
perlombaan inipun sangat tinggi, hal ini ditunjukkan dengan
97
banyaknya siswa yang mendaftar melebihi prediksi. Hal ini
disampaikan oleh Ibu PS:
“Semua kegiatan kreatif yang tim pengelola bentuk
terbilang sukses mba, karena partisipasi dari siswa
cukup tinggi. Pendaftar perlombaan pidato anti
korupsi itu melebihi prediksi” (Wawancara pada
Senin, 23 Januari pukul 11.00 WIB)
Siswa pun menyampaikan bahwasanya dengan
diadakan lomba pidato ini mereka lebih mendalami apa itu
korupsi dan hal tersebut berguna untuk menambah wawasan
mereka sehingga dapat menanamkan sikap anti korupsi dalam
diri sejak dini. Hal ini disampaikan oleh AHA:
“Alhamdulillah mbak adanya lomba pidato itu kami
selain mendapat hadiah juga jadi tau tentang apa itu
tindak pidana korupsi, bagaimana dampaknya, dan
apa yang harus kita lakukan untuk mencegahnya. Jadi
menurut saya ini sangat bermanfaat” (Wawancara
pada Selasa, 31 Januari 2017, pukul 11.00)
Gambar 6. Lomba Pidato Anti Korupsi
(3) Lomba cerdas cermat anti korupsi
Kegiatan keratif penunjang lainnya ialah perlombaan
cerdas cermat. Cerdas cermat diikuti oleh 3 group dengan
masing-masing group berjumlah sekitar 5 orang. Lomba cerdas
98
cermat dipilih sebagai kegiatan penunjang program pendidikan
anti korupsi karena melalui lomba cerdas cermat siswa dituntut
untuk beripikir kritis. Siswa yang berpikir kritis dapat
menentukan apakah sebuah pernyataan tersebut benar atau
salah, sehingga siswa dapat aktif dalam menganalisis suatu
pernyataan. Berkaitan dengan pendidikan anti korupsi tentunya
materi lomba cerdas cermat ialah tentang korupsi. Siswa
tentunya akan mempelajari lebih dalam mengenai komponen-
komponen dalam tindak pidana korupsi, sehingga wawasan
siswa tentang tindak pidana korupsi dengan adanya kegiatan
lomba cerdas cermat anti korupsi akan bertambah.
Gambar 7. Lomba Cerdas Cermat Anti Korupsi
d) Pengembangan Media informasi Anti Korupsi di Lingkungan
Sekolah.
Media informasi yang dikembangkan adalah website
sekolah, pembuatan poster, dan stiker PAK. Keefektifan adanya
media pengembangan di lingkungan sekolah berfungsi sebagai
pengingat yang akan selalu dibaca siswa dan diharapkan akan
99
dietarapkan oleh siswa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Media yang digunakan berupa x-banner yang menarik, dan stiker.
Adanya x-banner memberikan pemahaman kepada siswa bahwa
menjaga perilaku agar terhindar dari tindakan korupsi dibutuhkan
pembiasaan sejak dini. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh AHA siswi kelas XII IPA 4:
“Adanya x-banner di sekolah itu bermanfaat dalam hal
pendidikan yang menanamkan sikap-sikap anti korupsi
dan harapannya ketika sudah menjadi dewasa nanti tidak
melakukan tindakan korupsi, terus itu juga bermanfaat
untuk instrospeksi diri mbak, misalnya sebelumnya siswa
melakukan kecurangan, kemudian di lorong membaca
banner tersebut, siswa akan tahu kalau itu salah, jadi
sangat bermanfaat adanya x-banner itu” (Wawancara pada
Selasa, 31 Januari 2017, pukul 11.00)
Gambar 8. Poster Anti Korupsi di Sekolah
100
Gambar 9. Stiker Budayakan Anti Korupsi
Selain melalui x-banner, pegembangan media yang
dilakukan oleh SMA Negeri 6 Yogyakarta juga mengenai
pengadaan stiker. Stiker bertuliskan “Budaya Anti Korupsi”
bertujuan sebagai pengingat kepada seluruh warga sekolah untuk
selalu berperilaku baik termasuk di dalamnya menerapkan prinsip-
prinsip nilai anti korupsi.
Hal ini disampaikan oleh Bapak HS selaku penanggung
jawab kegiatan kampanye dengan penyebaran stiker, beliau
menyatakan bahwa:
“Ya mbak jadi adanya penyebaran stiker itu saat kegiatan
kampanya anti korupsi, jadi peserta keliling ke lingkungan
sekolah, dengan menyebarkan stiker budayakan anti
korupsi kepada masyarakat di sekitar lingkungan sekolah.
Anak-anak senang dan ini bisa menjadikan mereka untuk
termotivasi supaya memiliki perilaku yang baik”
(Wawancara pada Rabu, 25 Januari 2017 pukul 11.00
WIB)
Hal ini senada dengan pendapat SO, siswa kelas XII IPA
4, ia menyatakan:
101
“Untuk adanya kampanye itu saya senang mbak dan
merasa bahwa sebagai generasi penerus bangsa yang
masih muda harus selalu menjadi contoh untuk
berperilaku yang baik bagi adik-adik tingkat, selain itu
juga di masyarakat harus membuat citra yang positif
karena telah mengenyam pendidikan. pembagian stiker itu
juga membuat kami merasa bangga karena di sisi lain
seperti mengimbau kepada masyarakat dan memberikan
contoh kepada masyarakat untuk tidak melakukan
tindakan yang cenderung kepada korupsi” (Wawancara
pada Selasa, 31 Januari 2017 pukul 11.00)
e) Kantin Kejujuran
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa adanya
kantin kejujuran di SMA Negeri 6 Yogyakarta sudah berlangsung
sejak tahun 2006. Kantin kejujuran utamanya guna membentuk
watak siswa agar selalu berperilaku jujur. Pembiasaan ini memang
harus diterapkan terus menerus dan berkelanjutan agar benar-benar
diterapkan dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Ibu LDS selaku guru Bimbingan Konseling,
beliau menyampaikan:
“Adanya kantin kejujuran. Outputnya dari adanya kantin
kejujuran ini anak akan sadar diri bahwa dia harus
membayar sesuai dengan yang dia beli. Disini selain
kejujuran juga diterapkan tanggung jawab. Tanggung
jawabnya misalnya, ketika hari ini minus seribu, besoknya
bisa plus seribu. Jadi itu nilai yang tampak mbak. Karena
kembali lagi kepada tujuan utama adanya kantin kejujuran,
kami pihak sekolah tidak mencari keuntungan berupa
uang, tetapi keuntungan yang kami ambil itu ketika siswa
dapat menerapkan kejujuran tersebut” (Wawancara pada
Senin, 23 Januari 2017, pukul 11.00 WIB)
102
Gambar 10. Kantin Kejujuran
Berdasarkan data yang dipaparkan di atas, dapat diketahui
bahwa implementasi program pendidikan anti korupsi di SMA Negeri
6 Yogyakarta memiliki beberapa kegiatan sebagai upaya
pengembangan program tersebut. Kegiatan tersebut diantaranya ialah
sosialisasi, pembuatan dokumen SOP, lomba-lomba kreatif,
pengembangan media informasi terkait pendidikan anti korupsi di
lingkungan sekolah, dan adanya kantin kejujuran.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Program Pendidikan Anti
Korupsi
a. Faktor Pendukung
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta,
faktor-faktor tersebut diantaranya terbagi menjadi faktor pendukung
dan faktor penghambat. Secara ringkas faktor pendukung Implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi ialah:
Pertama, Adanya sarana dan prasarana yang mendukung
keterlaksanaan program pendidikan anti korupsi hingga saat ini. Sarana
103
yang dimaksud ialah selain fasilitas sekolah sebagai sarana
pembelajaran yang konvensional juga adanya kantin kejujuran dan
buku penemuan barang untuk melatih kejujuran siswa. Selain itu
adanya x-banner sebagai salah satu metode untuk seluruh warga
sekolah untuk mengintrospeksi diri apakah sudah beprinsip dengan
sikap anti korupsi ataukah belum. Sedangkan untuk prasarana, adanya
sosialiasi memberikan wawasan kepada seluruh warga sekolah untuk
memahami lebih dalam lagi mengenai seluk beluk tindakan korupsi dan
bagaimana cara pencegahannya.
Kedua, Faktor pendukung dalam pelaksanaan Program
Pendidikan Anti Korupsi diantaranya ialah adanya partisipasi dari
seluruh warga sekolah. Kegiatan kreatif diantaranya seperti lomba
video anti korupsi, lomba pidato anti korupsi, dan lomba cerdas cerma
juga penyebaran stiker yang merupakan susunan kegiatan dari adanya
program pendidikan anti korupsi telah diikuti oleh siswa, siswa merasa
lebih semangat dalam menjalankan perlombaan tersebut karena
dilakukan secara bersama-sama dan membuat keakraban antar siswa.
Ketiga, kemudian adanya dana bantuan sosial dari Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta terkait program pendidikan anti korupsi.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, maka SMA
Negeri 6 Yogyakarta berhasil melaksanakan program pendidikan anti
korupsi sejak tahun 2014 hingga saat ini. Hal ini disampaikan oleh
Bapak MK selaku Kepala Sekolah dan penganggung jawab dalam
104
Susunan Tim Pengelola Program Pendidikan Anti Korupsi, beliau
mengungkapkan:
“Adanya sarana sekolah yang mendukung seperti kantin
kejujuran, kemudian waktu itu ada dana bantuan dari
Kementrian untuk penyelenggaraan program ini, kemudian
dukungan dari orang tua bagus ada support, kemudian
partisipasi dari warga sekolah juga semuanya mendukung”
(Wawancara pada Jumat 27 Januari, pukul 07:00 WIB)
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak ES selaku Ketua
Program Pendidikan Anti Korupsi, beliau mengungkapkan:
Ada dukungan dari semua warga sekolah untuk melaksanakan
program. Setelah ada sosialisai kemudian tau, kemudian
melaksanakan. Pada saat sosialisasi kepala sekolah
menyampaikan bahwa pendidikan anti korupsi kan bisa
diintegrasikan dengan mata pelajaran di kelas, misalnya bahasa
Indonesia bisa diselipkan bacaan mengenai kasus korupsi, dan
cara agar tidak terjangkit korupsi. Jadi secara Sumber Daya
Manusia, warga sekolah siap melaksanakan. Kemudian
pengajuan proposal kepada dinas juga sudah disetujui, jadi
semakin mendukung untuk keterlaksanaan program ini”
(Wawancara pada Kamis, 19 Januari pukul 09:00 WIB)
b. Faktor Penghambat
Selain adanya faktor pendukung dari program pendidikan anti
korupsi, tentunya ada beberapa hal yang menjadi suatu penghambat
untuk pelaksanaan Program Pendidikan Anti Korupsi. Secara ringkas,
faktor penghambat implementasi program pendidikan anti korupsi ialah
sebagai berikut:
Meskipun sarana dan prasarana telah mendukung implementasi
program pendidikan anti korupsi, namun buku bacaan tentang
pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta masih kurang.
105
Hal ini disampaikan oleh Bapak MK selaku Penanggung Jawab
Program Pendidikan Anti Korupsi, beliau menyampaikan bahwa:
“Hambatanya itu buku-buku penunjang yang membahas
mengenai sikap anti korupsi, seperti itu masih kurang. Jadi
siswa belajar tentang sikap anti korupsi hanya dengan fasilitas
seadanya seperti x-banner, dan kegiatan-kegiatan kreatif tadi”
(Wawancara pada Jumat, 27 Januari 2017, pukul 07:00)
Hal senada disampaikan oleh Bapak ES selaku Ketua Program
Pendidikan Anti Korupsi, beliau mengungkapkan bahwa:
“Untuk faktor penghambatnya ya di SMA Negeri 6 ini ada
perpustakaan tetapi untuk buku yang membahas mengenai
program pendidikan anti korupsi, atau buku tentang korupsi
dan dampaknya itu belum banyak. Jadi seharusnya
ditingkatkan” (Wawancara pada Kamis, 19 Januari pukul
09:00 WIB)
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor
penghambat dari program pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta ialah kurangnya buku-buku yang berkaitan atau yang
membahas mengenai pendidikan anti korupsi. Dengan kurangnya
fasilitas buku bacaan tentang pendidikan anti korupsi, siswa akan
kesulitan memperdalam wawasannya mengenai pendidikan anti
korupsi.
3. Hasil Adanya Program Pendidikan Anti Korupsi
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/ MA/
SMALB/ Paket C bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Kemudian Peraturan Pemerintah
106
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan
Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa pendidikan dasar,
termasuk pendidikan menengah bertujuan membangun landasan bagi
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang (a) beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
(c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial,
demokratis, dan bertanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas
bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang pendidikan berkaitan dengan
pembentukan karakter siswa.
Meningkatkan akhlak mulia yang dimaksud ialah salah satunya
nilai-nilai anti korupsi yang diterapkan dalam diri warga sekolah sebagai
hasil dari adanya program pendidikan anti korupsi yakni meliputi
kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggung jawaban,
kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah
yang akan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk dapat dijalankan
dengan baik. (Kemendikbud, 2011: 75).
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan aspek utama agar dapat dipercaya orang
lain, apabila seseorang bertindak tidak jujur maka selamanya ia akan
sulit untuk dapat dipercaya oleh orang lain lagi. Bahkan orang lain
akan selalu curiga atas semua tindakan yang dilakukan individu yang
tidak jujur. Untuk itu perilaku jujur perlu ditanamkan sejak dini. Siswa
107
sebagai generasi muda yang kelak menjadi agen pembangunan harus
memiliki sifat jujur. Sifat jujur yang dimaksudkan diantaranya ialah
tidak melakukan tindakan kecurangan, tidak mencontek, berkata apa
adanya sesuai dengan fakta, dan tidak mengambil hak orang lain.
Penanaman nilai kejujuran seiring dengan implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMAN 6 Yogyakarta yakni
melalui beberapa hal, diantaranya adanya kantin kejujuran yang hingga
sekarang masih berjalan. Kantin ini sudah berdiri sejak tahun 2006.
Penanaman kejujuran berikutnya dengan adanya buku penemuan
barang, dimana siswa yang menemukan segala jenis barang harus
menuliskan di dalam buku yang sudah tersedia di ruang wakil kepala
sekolah urusan humas. Untuk selanjutnya dalam pembelajaran di kelas
sebelum memulai suatu ujian, siswa diharuskan menulis kalimat “saya
melakukan ujian dengan jujur”. Hal ini bermanfaat untuk
mengingatkan siswa bahwa kecurangan tidak boleh dilakukan.
Selanjutnya saat pembinaan upacara, selalu ditekankan untuk berbuat
baik seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab.
Hal ini disampaikan oleh Bapak MK selaku Kepala Sekolah,
beliau menyatakan bhwa:
“Kejujuran itu tentunya dari kegiatan-kegiatan di dalam
program pendidikan anti korupsi ya mbak. Siswa dengan
diberikan sosialisasi tentang kejujuran seperti itukan jadi
sebagai proses menanamkan sikap jujur, selain itu juga dari
kantin kejujuran itu, kemudian juga dari adanya buku khusus
untuk penemuan barang, kemudian saat pembinaan upacara,
itu semua dibahas baik tentang kejujuran, kedisiplinan, dan
108
lainnya” (Wawancara pada Jumat, 27 Januari 2017, pukul
07.00 WIB)
Hal senada juga disampaikan oleh DAK selaku siswa kelas XII
IPS 2, ia menyampaikan bahwa:
“Kejujuran karena tadi mbak, adanya sanksi yang ribet dan
berat ketika ketahuan mencontek belum kalau disita
handphone dan pemanggilan orang tua, jadi sebaiknya jujur
saja saat ulangan, lagipula guru juga menghargai yang jujur
tapi jelek daripada bagus tapi menyontek. Selain itu nanti kalau
ketauan mencontek juga malu sama teman-teman lainnya, terus
juga ada kantin kejujuran, terus misalnya penemuan barang itu
ada bukunya di ruang wakasek humas mbak” (Wawancara
pada Selasa, 31 Januari 2017 pukul 10.00)
Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa
pembiasaan dalam berperilaku jujur telah ditekankan oleh sekolah
melalui berbagai kegiatan diantaranya saknsi yang berat saat siswa
melakukan kecurangan, sanksi sosial dari teman-teman yang tidak lagi
mempercayai kemampuannya, adanya kantin kejujuran, dan
pembinaan-pembinaan.
b. Kepedulian
Nilai kepedulian di lingkungan sekolah diwujudkan dalam
bentuk antara lain berusaha ikut memantau jalannya proses
pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya di sekolah,
memantau kondisi infrastruktur lingkungan sekolah. Nilai kepedulian
juga dapat diwujudkan dalam bentuk mengindahkan seluruh peraturan
dan ketentuan yang berlaku di dalam dan di luar sekolah.
Siswa di SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki 3 asas dalam
hubungan sosial mereka, yakni “solidarity, low profile, dan help each
109
others” semboyan itu sudah sering diterapkan sehingga hubungan
alumni dan siswa semakin erat. Secara nyata, siswa peduli kepada
temannya yang mendapat musibah dengan menyumbang sebagian
uang jajannya untuk membantu temannya yang lain. Kemudian saling
mengingatkan apabila salah seorang ingin berbuat curang, dan
membantu guru yang membawa banyak barang tanpa harus diminta
terlebih dahulu.
Hal ini disampaikan oleh MT sebagai siswa kelas X IPA 5:
“Untuk kepedulian di sekolah ini sudah terkenal mbak antar
siswa dan alumninya menjalin hubungan yang erat, bahkan
adik kelas disini diperlakukan dengan baik, menurut saya ini
karena namche (sebutan untuk SMAN 6 Yogyakarta) terkenal
dengan 3 asas yang ada dalam siswanya salah satunya
solidarity” (Wawancara pada Selasa 31 Januari 2017 pukul
11.00 WIB)
Pendapat lain disampaikan oleh MH sebagai siswa kelas X
IPA 5, ia mengungkapkan bahwa:
“Kepedulian disini untuk ke sesama teman dan guru sudah ada,
hal ini dikarenakan proses pergaulan kita, kalau saling
membantu maka saat kita keusahan juga dibantu. Kepedulian
yang tampak itu ketika salah satu teman terkena musibah,
maka kita harus membantunya. Kemudian misalnya melihat
guru membawa barang banyak, tanpa diminta kami sudah
harus menolongnya” (Wawancara pada Selasa 31 Januari 2017
pukul 11.30 WIB)
c. Kemandirian
Kondisi mandiri ialah dimana individu tidak bergantung
kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Dengan karakter kemandirian tersebut siswa dituntut untuk
mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan
110
bukan orang lain. Mandiri dalam mengerjakan tugas sekolah dan
mandiri dalam mengerjakan ujian. Mandiri juga dengan tidak
merepotkan orang lain.
Salah satu siswa AHA mengungkapkan bahwa:
“Saya mandiri ketika mengerjakan tugas dan praktikum,
karena guru disini menghargai yang hasil karya siswa sendiri
jadi saya selalu menmbuatnya sesuai dengan kekreatifitasan
saya, lagipula teman yang lain juga sudah mandiri semua
juga, malah akan repot ketika pekerjaan yang kita kumpulkan
ke guru bukan hasil karya kita, pertanggung jawabannya akan
sulit nantinya” (Wawancara pada Rabu, 25 Januari 2017
pukul 10.00)
d. Kedisiplinan
Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik maupun
sosial pelajar perlu hidup disiplin. Hidup disiplin adalah dapat
mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup
akademik maupun sosial sekolah. Manfaat dari pola hidup disiplin
ialah dapat mengatur waktu dengan baik agar memperoleh hasil belajar
yang maksimal.
Kedisiplinan siswa sudah diatur dalam tata tertib sekolah.
Tata tertib sekolah yang di dalamnya mencakup tentang pemakaian
seragam, waktu belajar siswa, dan perilaku siswa. Untuk siswa yang
membawa kendaraan ke sekolah, ia harus menuntun nya saat sudah
memasuki gerbang, kendaraan dituntun hingga memasuki parkiran.
Jika siswa tidak disiplin maka akan mendapatkan sanksi berupa point.
111
Kemudian sanksi tersebut akan dilanjutkan dengan pemanggilan orang
tua. Untuk itu siswa harus disiplin dan menaati peraturan.
Selain untuk siswa kedisiplinan juga untuk guru. Guru
mengajar sesuai dengan jam nya, kemudian apabila guru tersebut ada
suatu hal mendesak maka ia akan membuat kesepakatan dengan siswa.
Misalnya masuk kelas terlambat 10 menit, maka akan ditambahi 10
menit saat seharusnya jam pelajaran berakhir.
Hal ini disampaikan oleh Ibu PS sebagai guru, beliau
mengungkapkan bahwa:
“Kedisiplinan itu sudah menjadi prioritas utama sekolah
untuk mencetak generasi yang unggul, kalau disini penerapan
kedisiplinan berkaitan dengan tata tertib sekolah, siswa sudah
tahu aturan-aturan apa saja yang diterapkan di SMAN 6
Yogyakarta dan apabila melanggar akan mendapatkan point
dan diberikan pembinaan, untuk hal yang tampak secara fisik
itu dengan misalnya setiap siswa yang membawa kendaraan
ke sekolah ia akan berhenti mematikan mesin motor, turun
dari motornya, dan mendorong sampai ke parkiran, semuanya
begitu. Kemudian kalau ada yang terlambat akan dicatat oleh
guru piket di lobi dan diberikan pembinaan, tidak kami
diamkan. Agar mereka jera” (Wawancara pada Senin, 23
Januari pukul 11.00 WIB)
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah
perbuatan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan kesadaran akan
kewajiban menerina dan menyelesaikan semua masalah yang telah di
lakukan. Hal ini disampaikan oleh Bapak ES, beliau mengungkapkan
bahwa:
112
“Siswa akan senantiasa bertanggung jawab saat ia
melaksankan suatu event atau kegiatan, maka ketika ia
memulainya ia juga harus bertanggung jawab penuh sampai
ahir. Berani menerima konsekuensi atas tindakan yang
dilakukan. Misalnya dipilih menjadi bendahara kelas ya yang
benar dalam mengelola uang kelas. Ketua kelas ya memimpin
kelas yang benar. Ada informasi dari guru disampaikan.
Entah itu tugas, jam kosong, ulangan, siswa dituntut untuk
menjalankan amanah dengan baik.” (Wawancara pada
Kamis, 19 Januari 2017 pukul 09.00 WIB)
Guru juga bertanggung jawab atas siswanya, ia akan
membantu siswanya yang sedang bermasalah sehingga tercipta
kenyamanan anak berada di sekolah.
f. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata
”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya
tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri,
keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan
pantang mundur.
Siswa belajar untuk mau berusaha dengan cara baik/ halal
untuk meraih sesuatu. Menabung untuk berangkat study tour, belajar
agar dapat mengerjakan tugas dan ulangan, serius menggeluti hobi
dengan media eksktrakurikuler di sekolah untuk melatih kemampuan
dan bakat siswa.
g. Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak
seseorang mengenyam masa pendidikannya. Berpenampilan sederhana
saat di sekolah hal ini sudah di atur dalam tata tertib SMA Negeri 6
113
Yogyakarta. Hal ini bermanfaat untuk siswa agar membeli apa yang
diperlukan dan diinginkan secukupnya.
Nilai kesederhanaan juga sudah dimasukkan kedalam tata
tertib siswa, hal ini disampaikan oleh Bapak MK selaku Kepala
Sekolah, beliau menyatakan bahwa:
“Mengenai nilai kesederhanaan, disini siswanya dididik untuk
menggunakan pakaian yang sederhana saja dan berdandan
yang biasa saja, justru saat siswa tersebut berlebihan maka
akan menjadi pusat perhatian dan bisa menimbulkan kejahatan,
jadi untuk aturan kesederhanaan sudah diterapkan, selama ini
juga tidak ada laporan kasus tentang siswa yang berlebihan
dalam berdandan atau membawa barang-barang berharga ke
sekolah, semuanya batas wajar” (Wawancara pada Jumat 27
Januari pukul 07.00 WIB)
h. Keberanian
Nilai keberanian antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk
berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggung jawab, dan lain sebagainya. Nilai
keberanian diungkapkan oleh salah satu siswa yakni MH, ia
menyatakan bahwa:
“Keberanian itu ketika kita dipertanggung jawabkan untuk
sebuah event, maka tentunya harus berani berkata di depan
orang banyak, hal ini sudah dipelajari saat dikelas juga,
karena guru membiasakan untuk presentasi sehingga
penanaman nilai keberanian untuk menyampaikan pendapat
sangat bermanfaat. Selain itu juga misalnya ada pengumuman
tentang perlombaan, itu kita harus yakin dengan kemampuan
diri dan berani untuk mengukur kemampuan diri dengan
mengikuti perlombaan tersebut. Misalnya saja berpartisipasi
dalam kegiatan yang termasuk dalam Pendidikan Anti
Korupsi itu mbak” (Wawancara pada Selasa, 31 Januari 2017
pukul 10.00 WIB)
114
i. Keadilan
Bagi siswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa
perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan dan
mengambil keputusan secara adil dan benar. Siswa di SMA Negeri 6
Yogyakarta sebenarnya terdiri dari siswa yang berasal dari beragam
golongan, namun diantara siswanya tidak ada perbedaan status. Para
siswa cenderung berlaku sama kepada semua.
Hal ini disampaikan oleh Ibu LDS selaku guru Bimbingan
Konseling, beliau mengungkapkan bahwa:
“Siswa di SMA Negeri 6 Yogyakarta ini merupakan siswa
yang berasal dari keluarga yang macam-macam mbak, namun
ketika sudah memasuki gerbang sekolah, tidak ada perbedaan
status diantara siswanya, tidak pernah ada pelaporan kasus
mengenai sebuah gank ataupun bullying disini, bahkan siswa
merasa nyaman-nyaman saja berada di sekolah hal ini
terbukti dari siswa yang hingga sore masih saja di sekolah
sekedar untuk mengobrol dengan teman-teman nya atau
apapun itu, itu tandanya siswa merasa nyaman untuk berada
di sekolah. Karena hal ini sudah ada regulasi nya tersendiri
yang tergabung dalam sebuah tata tertib sekolah.”
(Wawancara pada Senin 23 Januari pukul 11.00 WIB)
Kemudian pendapat lain juga disampaikan oleh MT sebagai
siswa, ia menyatakan:
“Saya nyaman sekolah disini walaupun ini tahun pertama
saya mbak, tidak ada perploncoan disini, kakak kelas dan
teman-teman tidak membeda-bedakan teman yang lainnya,
malahan kami bisa saling membantu apabila ada teman yang
dirundung masalah, bisa berupa mengumpulkan uang
sumbangan walaupun tidak seberapa. Intinya disini 3 asas
yang terkenal tentang sekolah ini benar-benar nyata,
solidarity, low profile, and help each others” (wawancara
pada Selasa, 31 Januari 2017 pukul 12.00 WIB)
115
Berdasarkan data yang sudah disajikan, penerapan nilai-nilai anti
korupsi yang diterapkan di SMA Negeri 6 Yogyakarta sudah diatur dalam
tata tretib sekolah. Sementara untuk nilai yang bersifat karakter seperti
kejujuran, tanggung jawab diperlukan adanya pembiasaan yang terus
menerus dilakukan.
C. Pembahasan
1. Implementasi Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta
Korupsi, kini sudah menjadi permasalahan serius di Indonesia.
Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Kasus terjadinya
korupsi dari hari ke hari kian marak. Hampir setiap hari berita tentang
korupsi menghiasi berbagai media. Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi
banyak orang sehingga masyarakat sulit membedakan mana perbuatan
korup dan mana perbuatan yang tidak korup.
Sejalan dengan hal di atas, salah satu upaya yang dilakukan untuk
penanaman pola pikir, sikap, dan perilaku anti korupsi dapat dilakukan
melalui sekolah karena sekolah adalah proses pembudayaan. Sekolah
sebagai lingkungan kedua bagi anak dapat menjadi tempat pembangunan
karakter dan watak. Caranya, sekolah memberikan nuansa dan atmosfer
yang mendukung upaya untuk mengintemalisasikan nilai dan etika yang
hendak ditanamkan, termasuk di dalamnya perilaku anti korupsi.
SMA Negeri 6 Yogyakarta sebagai sekolah yang memiliki
keunggulan riset dengan visi terwujudnya insan cerdas, unggul, dan peduli
lingkungan hidup turut menerapkan Program Pendidikan Anti Korupsi
116
(PAK). Tujuan PAK adalah menanamkan nilai dan sikap hidup anti korupsi
kepada siswa, menumbuhkan kebiasaan perilaku anti korupsi, dan
mengembangkan kreativitas siswa dalam memasyarakatkan dan
membudayakan perilaku anti korupsi. Pendidikan Anti Korupsi dimasukkan
ke dalam kurikulum sekolah, tidak terkotak-kotak ke dalam satu mata
pelajaran. Pendidikan anti korupsi juga terintegrasi dalam berbagai mata
pelajaran sehingga mampu mewarnai pola pikir, sikap, dan kebiasaan siswa.
Untuk itu, dukungan kultur dan iklim sekolah sangat dibutuhkan terutama
dalam konteks penanaman nilai dan pembentukan karakter siswa.
Berdasarkan data yang disajikan, perlu adanya analisis untuk dapat
menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan, yaitu mengenai
implementasi program pendidikan anti korupsi, faktor pendukung dan
penghambat program pendidikan anti korupsi, dan hasil adanya program
pendidikan anti korupsi terkait dengan penerapan nilai-nilai dalam prinsip
anti korupsi. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, maka
peneliti mencoba memberikan analisis teoritis terhadap masalah yang sudah
diteliti. Peneliti menggunakan teori model Implementasi Van Meter dan
Van Horn dalam memberikan analisis yang terbagi menjadi enam
komponen yang mendukung keberhasilan suatu impelmentasi kebijakan
yaitu:
a. Standar dan Tujuan Kebijakan
Implementasi sebuah kebijakan atau program erat dengan
pelaksana yang ada di lapangan. Apabila pelaksana dari kebijakan atau
117
program tersebut tidak memahami mengenai standar dan tujuan
pembentukan program tersebut, maka pembentukan program atau
kebijakan akan gagal.
Implementasi PAK di SMA Negeri 6 Yogyakarta dilakukan
melalui pembelajaran intrakurikuler yang terintegrasi dalam mata
pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan pembiasaan/ pembudayaan
nilai-nilai anti korupsi di sekolah. Budaya riset yang ditanamkan pada
diri siswa secara tidak langsung merupakan upaya membangun pola
pikir kritis, objektif, jujur, bertanggung jawab, dan transparan. Pola
pikir tersebut merupakan cara-cara efektif pendidikan anti korupsi
didukung dengan program-program lain yang dikemas dalam PAK.
Pendidikan Anti Korupsi sesungguhnya sangat penting guna
mencegah tindak pidana korupsi sejak dini. Jika KPK dan beberapa
instansi anti korupsi lainnya menangkap para koruptor, Pendidikan anti
korupsi juga penting guna mencegah adanya koruptor, seperti
pentingnya pelajaran akhlak, moral, dan sebagainya. Dengan demikian,
tujuan PAK di SMA Negeri 6 Yogyakarta dirumuskan sebagai berikut:
1) Menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada siswa sejak dini
2) Membiasakan perilaku hidup yang mencerminkan nilai-nilai anti
korupsi
3) Meningkatkan kepedulian siswa dan warga sekolah lainnya
mengenai nasib bangsa, khususnya terkait dengan dampak perbuatan
para koruptor
118
4) Meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa dalam belajar
Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta terbentuk pada Maret 2014. Program Pendidikan
Anti Korupsi ini merupakan pengembangan dari program kantin
kejujuran yang telah dibangun sejak tahun 2006. Memiliki kesamaan
tujuan yakni untuk menanamkan nilai kejujuran kepada siswa maka
antara program pendidikan anti korupsi dengan kantin kejujuran
memili sinergi satu sama lain. Program PAK terbentuk pertama kali
karena inisiatif Kepala Sekolah yang prihatin dengan keadaan Negara
Indonesia dimana kasus korupsi semakin marak. Kemudian setelah
melalui proses koordinasi dibentuklah tim pengelola program PAK
yang disahkan dengan adanya Surat Keputusan Kepala Sekolah.
Implementasi Program PAK tidak hanya mendapat dukungan
partisipasi warga sekolah, namun juga mendapat dukungan dana
bantuan sosial dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dinas
Pendidikan Kota Yogyakarta. Banyaknya dukungan dari berbagai
pihak kemudian terbentuklah Program Pendidikan Anti Korupsi di
SMA Negeri 6 Yogyakarta.
b. Sumber Daya
Keberhasilan dari sebuah implementasi program atau
kebijakan sangat tergantung dari kemampuan dalam mendayagunakan
sumber daya yang tersedia. Implementasi menuntut adanya sumber
daya manusia yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dari target
119
dan tujuan sebuah kebijakan atau program yang dilaksanakan tersebut.
Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta mendayagunakan sumber daya manusia yang terdiri dari
seluruh warga sekolah, dimulai dari teneaga pendidik, tenaga
kependidikan, dan siswa. Tenaga pendidik yang dimaksud yakni guru,
dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 6 Yogyakarta meliputi
tenaga pengelola satuan pendidikan, tenaga perpustakaan, teknisi
sumber belajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan keamanan
sekolah. Untuk pembagian tugas dalam implementasi program
pendidikan anti korupsi telah diatur dalam Surat Keputusan Kepala
Sekolah Nomor 188/210 tentang Penetapan Tim Pengelola Pendidikan
Anti Korupsi SMA Negeri 6 Yogyakarta tahun Ajaran 2014/205.
Sumber daya tersebut mendukung pelaksanaan Program Pendidikan
Anti Korupsi yang telah diberlakukan sejak tahun 2014. Selain sumber
daya manusia, juga dibutuhkan sumber daya nonmanusia. Sumber
daya nonmanusia dapat dilihat dari adanya fasilitas, dan sarana
parasarana pendukung kegiatan belajar dan mengajar. Program
Pendidikan Anti Korupsi seperti yang telah dipaparkan sebelumnya
merupakan salah satu program yang dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah, tidak terkotak-kotak ke dalam satu mata pelajaran.
Pendidikan anti korupsi juga terintegrasi dalam berbagai mata
pelajaran sehingga mampu mewarnai pola pikir, sikap, dan kebiasaan
siswa. Untuk itu, dukungan kultur dan iklim sekolah sangat
120
dibutuhkan terutama dalam konteks penanaman nilai dan
pembentukan karakter siswa. Untuk kelengkapan sarana dan prasarana
telah mendukung dalam pelaksanaan program ini, sarana yang utama
dan menjadi pelopor pengembangan program PAK ialah kantin
kejujuran, dan x–banner yang dipasang di lorong sekolah. Sementara
untuk penanaman nilai-nilai lainnya yang termasuk dalam prinsip anti
korupsi telah di dukung oleh sarana belajar mengajar konvensional
biasa.
c. Karakteristik Agen Pelaksana
Agen pelaksana merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam
Program Pendidikan Anti Korupsi. Diperlukan adanya pemilihan agen
pelaksana yang tepat dan cocok karena kinerja implementasi
kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh agen pelaksana itu sendiri.
Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi didukung dengan
adanya struktur organisasi yang telah disahkan dalam surat keputusan
kepala sekolah, terdiri dari guru dan tenaga kependidikan atau
karyawan. Kepala sekolah berperan sebagai penangung jawab
program, dan Wakil Kepala Sekolah Urusan Humas sebagai Ketua
Program Pendidikan Anti Korupsi, selanjutnya terdiri dari 28 orang
guru-guru sebagai penanggung jawab dalam setiap kegiatan yang
tersusun dalam Program Pendidikan Anti Korupsi. Tidak adanya
kendala dalam pelaksanaan program karena telah terjalin hubungan
yang harmonis diantara setiap guru. Berdasarkan surat keputusan
121
kepala sekolah pun telah dibagi pembagian tugas sehingga guru sudah
memahami tugas dan perannya masing-masing. Hubungan baik antar
personil sekolah merupakan kunci utama dari keberhasilan sebuah
lembaga, karena guru-guru menjadi tauladan bagi siswanya. Dan
pembinaan secara terus menerus diberikan kepada seluruh personil
sekolah juga siswa agar tercapainya keberhasilan program pendidikan
anti korupsi. Karena program pendidikan anti korupsi merupakan
salah satu program yang seharusnya dilakukan secara terus menerus
sehingga tercipta pembiasaan berperilaku yang baik, khususnya sikap
anti korupsi.
d. Komunikasi
Standar dan tujuan dari sebuah kebijakan harus dipahami
oleh seluruh pelaksana program tersebut, karena itu adanya standar
dan tujuan harus dikomunikasikan kepada para pelaksana program.
Implementasi program pendidikan anti korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta telah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, yakni
pemerintah, warga sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah.
Komunikasi yang terjalin diawali dengan adanya sosialisasi mengenai
pendidikan anti korupsi. Sosialisasi terkait program pendidikan anti
korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta bekerjasama dengan Kejaksaan
Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan dengan menyelenggarakan
seminar atau workshop mengenai Pendidikan Anti Korupsi bagi warga
122
sekolah. Kegiatan seminar ini melibatkan seluruh unsur penyelenggara
pendidikan, meliputi tenaga pendidik (staf guru), tenaga kependidikan
(Staf Tata Usaha), dan siswa. Nara sumber yang dihadirkan dalam
seminar ini sangat kompeten dan ada keterlibatan langsung dengan
Pendidikan Anti Korupsi, di antaranya adalah pejabat dari Kejaksaan
Tinggi DIY dan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
Kerjasama yang dilakukan sekolah disebabkan oleh sekolah
membutuhkan tenaga profesional dalam menjelaskan apa yang
dimaksud dengan korupsi dan bagaimana pencegahannya, sehingga
kerjasama dengan pihak yang profesional perlu dilakukan. Sosialisasi
kegiatan Pendidikan Anti Korupsi secara internal di Sekolah dengan
mengundang nara sumber :
(1) Bapak PS dari Kejaksaan Tinggi DIY
(2) Ibu AA dari Kejaksaan Tinggi DIY
(3) Ibu RD dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
Kegiatan ini diikuti oleh siswa, guru dan karyawan. Dalam
kegiatan ini narasumber dari Kejaksaan Tinggi DIY mengenalkan
Undang-Undang Tipikor, contoh-contoh tindak korupsi di Indonesia.
Peserta juga berdialog dan bertanya jawab tentang kasus-kasus
korupsi dan penanganannya di Indonesia
e. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik
Faktor berikutnya yang mempengaruhi keberhasilan dalam
suatu implementasi kebijakan atau program ialah kondisi sosial,
123
ekonomi, politik di lingkungan sekolah yang menjadi pelaksana
kebijakan yakni Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi.
Faktor ini berkaitan dengan sejauh mana lingkungan eksternal turut
mendukung keberhasilan suatu kebijakan. Karena keadaan sosial,
ekonomi, dan politik yang tidak mendukung akan menyebabkan
kegagalan implementasi dari program pendidikan anti korupsi
tersebut.
Di SMA Negeri 6 Yogyakarta berdasarkan kondisi sosialnya
telah mendukung penuh keberlangsungan program PAK. Hal ini
terbukti dari adanya partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah, baik
siswa, guru, dan karyawan. Siswa mengikuti kegiatan kreatif yang
telah disusun sebagai kegiatan pengembangan dari Program PAK,
diantaranya ialah lomba pidato anti korupsi, lomba cerdas cermat, dan
lomba pembuatan video parodi. Selain itu pengembangan media
informasi juga disediakan oleh SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan
memfasilitasi kantin kejujuran, buku agenda penemuan barang, dan x-
banner sebagai pengingat diri. Dari segi tenaga pendidik,
kecenderungan sikap yang dihasilkan juga telah mendukung. Guru
sebagai panutan siswa di sekolah harus memberikan tauladan kepada
para siswa, dan secara terus menerus membina siswa agar berhasil
untuk menginternalisasikan nilai-nilai anti korupsi kedalam diri siswa.
Kemudian berdasarkan segi ekonomi, dukungan mengalir
dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota
124
Yogyakarta dengan memberikan dana bantuan sosial bagi sekolah
penyelenggara program pendidikan anti korupsi. Dan berdasarkan segi
politik, memerangi korupsi merupakan tujuan setiap bangsa untuk
menciptakan negara yang bersih dari korupsi. Untuk itu dibentuklah
program pendidikan anti korupsi oleh KPK yang bekerjasama dengan
lembaga pendidikan sebagai salah satu upaya preventif untuk generasi
muda agar terhindar dan tidak melakukan tindakan korupsi.
f. Interorganisasi dan Aktivitas
Terdapat tiga macam respon yang terdapat dalam aktivitas
pelaksana kebijakan. Respon tersebut mempengaruhi pelaksanaan
suatu kebijakan yang diberlakukan. Ketiga respon atau aktivitas
tersebut diantaranya ialah:
1) Pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman
2) Arah respon apakah negatif, netral, atau menolak
3) Intensitas terhadap kebijakan tersebut.
Implementasi program pendidikan anti korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta menunjukkan sikap yang didukung oleh seluruh
warga sekolah. Setekah diberikannya sosialisasi, warga sekolah
terutama siswa berpartisipasi dalam kegiatan kreatif sebagai salah satu
program pendidikan anti korupsi. Kemudian seluruh respon dari
warga sekolah juga tidak menolak adanya program pendidikan anti
korupsi, karena permasalahan korupsi yang merupakan kejahatan
harus dibersihkan untuk itu pelaksana program telah memahami
125
pentingnya program pendidikan anti korupsi untuk diterapkan. Selain
memahami, guru dan karyawan juga memberikan pembinaan
pembiasaan perilaku kepada siswa agar selalu mematuhi regulasi yang
ada. Guru sebagai tauladan akan memberikan contoh atau perilaku
yang baik kepada siswa. Di dalam kelas, guru menginternalisasikan
nilai-nilai anti korupsi kedalam mata pelajaran. Nilai-nilai yang
dimaksud ialah nilai kejujuran, kepedulian, kedisiplinan, kemandirian,
kesederhanaan, keberanian, tanggung jawab, kerja keras.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Program Pendidikan Anti
Korupsi
a. Faktor Pendukung
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta,
faktor-faktor tersebut diantaranya terbagi menjadi faktor pendukung
dan faktor penghambat. Secara ringkas faktor pendukung
Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi ialah:
Pertama, Adanya sarana dan prasarana yang mendukung
keterlaksanaan program pendidikan anti korupsi hingga saat ini.
Sarana yang dimaksud ialah selain fasilitas sekolah sebagai sarana
pembelajaran yang konvensional dan adanya kantin kejujuran juga
buku penemuan barang untuk melatih kejujuran siswa. Selain itu
adanya x-banner sebagai salah satu metode untuk seluruh warga
sekolah guna mengintrospeksi diri apakah sudah berprinsip dengan
126
sikap anti korupsi ataukah belum. Sedangkan untuk prasarana, adanya
sosialiasi memberikan wawasan kepada seluruh warga sekolah untuk
memahami lebih dalam lagi mengenai seluk beluk tindakan korupsi
dan bagaimana cara pencegahannya. Pembinaan juga dilakukan secara
terus menerus kepada siswa agar nilai-nilai anti korupsi
terinternalisasi kedalam diri mereka.
Kedua, adanya partisipasi dari seluruh warga sekolah.
Kegiatan kreatif diantaranya seperti lomba video anti korupsi, lomba
pidato anti korupsi, dan lomba cerdas cerma juga penyebaran stiker
yang merupakan susunan kegiatan dari adanya program pendidikan
anti korupsi telah diikuti oleh siswa. Siswa merasa lebih semangat
dalam menjalankan perlombaan tersebut karena dilakukan secara
bersama-sama dan membuat keakraban antar siswa. Mereka lebih
mudah bersosialisasi setelah diberlangsungkannya program
pendidikan anti korupsi melalui kegiatan perlombaan. Kemudian dari
pihak pendidik atau guru juga memberikan tauladan yang baik untuk
siswanya, berkat pemahaman yang diperoleh sehingga seluruh
pelaksana kegiatan dapat berpartisipasi dengan maksimal dalam
implementasi program pendidikan anti korupsi ini.
Ketiga, faktor pendukung lainnya ialah adanya dukungan dari
pemerintah berupa dana bantuan sosial. Dana bantuan sosial diberikan
setelah penyetujuan proposal dari pihak SMA Negeri 6 Yogyakarta
127
yakni pada bulan Juli 2014. Dana tersebut berasal dari Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, maka SMA
Negeri 6 Yogyakarta berhasil melaksanakan program pendidikan anti
korupsi sejak tahun 2014 hingga saat ini.
b. Faktor Penghambat
Selain adanya faktor pendukung dari program pendidikan anti
korupsi, tentunya ada beberapa hal yang menjadi suatu penghambat
untuk pelaksanaan Program Pendidikan Anti Korupsi. Secara ringkas,
faktor penghambat implementasi program pendidikan anti korupsi
ialah buku bacaan tentang pendidikan anti korupsi di perpustakaan
SMA Negeri 6 Yogyakarta masih kurang. Sehingga siswa di
perpustakaan tidak disediakan buku-buku tentang korupsi yang
seharusnya dapat mereka baca untuk mendalami wawasan dan
memhami dengan baik tentang korupsi dan dampaknya.
3. Hasil Adanya Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/
SMALB/Paket C bertujuan: Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut. Kemudian Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan
128
Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa pendidikan dasar,
termasuk pendidikan menengah bertujuan membangun landasan bagi
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang (a) beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif;
(c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial,
demokratis, dan bertanggung jawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas
bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang pendidikan berkaitan dengan
pembentukan karakter siswa.
Meningkatkan akhlak mulia yang dimaksud ialah salah satunya
nilai-nilai anti korupsi yang diterapkan dalam diri warga sekolah sebagai
hasil dari adanya program pendidikan anti korupsi yakni meliputi
kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggung jawaban,
kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah
yang akan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk dapat dijalankan
dengan baik (Kemendikbud, 2011: 75).
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan aspek utama agar dapat dipercaya
orang lain, apabila seseorang bertindak tidak jujur maka selamanya ia
akan sulit untuk dapat dipercaya oleh orang lain lagi. Bahkan orang
lain akan selalu curiga atas semua tindakan yang dilakukan individu
yang tidak jujur. Untuk itu perilaku jujur perlu ditanamkan sejak dini.
Siswa sebagai generasi muda yang kelak menjadi agen pembangunan
129
harus memiliki sifat jujur. Sifat jujur yang dimaksudkan diantaranya
ialah tidak melakukan tindakan kecurangan, tidak mencontek, berkata
apa adanya sesuai dengan fakta, dan tidak mengambil hak orang lain.
Penanaman nilai kejujuran seiring dengan implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMAN 6 Yogyakarta yakni
melalui beberapa hal, diantaranya adanya kantin kejujuran yang hingga
sekarang masih berjalan. Kantin ini sudah berdiri sejak tahun 2006.
Penanaman kejujuran berikutnya dengan adanya buku penemuan
barang, dimana siswa yang menemukan segala jenis barang harus
menuliskan di dalam buku yang sudah tersedia di ruang wakil kepala
sekolah urusan humas. Untuk selanjutnya dalam pembelajaran di kelas
sebelum memulai suatu ujian, siswa diharuskan menulis kalimat “saya
melakukan ujian dengan jujur”. Hal ini bermanfaat untuk
mengingatkan siswa bahwa kecurangan tidak boleh dilakukan.
Selanjutnya saat pembinaan upacara, selalu ditekankan untuk berbuat
baik seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab.
b. Kepedulian
Nilai kepedulian di lingkungan sekolah diwujudkan dalam
bentuk antara lain berusaha ikut memantau jalannya proses
pembelajaran, memantau sistem pengelolaan sumber daya di sekolah,
memantau kondisi infrastruktur lingkungan sekolah. Nilai kepedulian
juga dapat diwujudkan dalam bentuk mengindahkan seluruh peraturan
dan ketentuan yang berlaku di dalam dan di luar sekolah.
130
Siswa di SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki 3 asas dalam
hubungan sosial mereka, yakni “solidarity, low profile, dan help each
others” semboyan itu sudah sering diterapkan sehingga hubungan
alumni dan siswa semakin erat. Secara nyata, siswa peduli kepada
temannya yang mendapat musibah dengan menyumbang sebagian
uang jajannya untuk membantu temannya yang lain. Kemudian saling
mengingatkan apabila salah seorang ingin berbuat curang, dan
membantu guru yang membawa banyak barang tanpa harus diminta
terlebih dahulu.
c. Kemandirian
Kondisi mandiri ialah dimana individu tidak bergantung
kepada orang lain untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
Dengan karakter kemandirian tersebut siswa dituntut untuk
mengerjakan semua tanggung jawab dengan usahanya sendiri dan
bukan orang lain. Mandiri dalam mengerjakan tugas sekolah dan
mandiri dalam mengerjakan ujian. Mandiri juga dengan tidak
merepotkan orang lain.
d. Kedisiplinan
Dalam mengatur kehidupan kampus baik akademik maupun
sosial pelajar perlu hidup disiplin. Hidup disiplin adalah dapat
mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup
akademik maupun sosial sekolah. Manfaat dari pola hidup disiplin
131
ialah dapat mengatur waktu dengan baik agar memperoleh hasil belajar
yang maksimal.
Kedisiplinan siswa sudah diatur dalam tata tertib sekolah.
Tata tertib sekolah yang di dalamnya mencakup tentang pemakaian
seragam, waktu belajar siswa, dan perilaku siswa. Untuk siswa yang
membawa kendaraan ke sekolah, ia harus menuntun nya saat sudah
memasuki gerbang, kendaraan dituntun hingga memasuki parkiran.
Jika siswa tidak disiplin maka akan mendapatkan sanksi berupa point.
Kemudian sanksi tersebut akan dilanjutkan dengan pemanggilan orang
tua. Untuk itu siswa harus disiplin dan menaati peraturan.
Selain untuk siswa kedisiplinan juga untuk guru. Guru
mengajar sesuai dengan jam nya, kemudian apabila guru tersebut ada
suatu hal mendesak maka ia akan membuat kesepakatan dengan siswa.
Misalnya masuk kelas terlambat 10 menit, maka akan ditambahi 10
menit saat seharusnya jam pelajaran berakhir.
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah
perbuatan yang salah, baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan kesadaran akan
kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah yang telah di
lakukan.
Siswa akan senantiasa bertanggung jawab saat ia
melaksanakan suatu event atau kegiatan, maka ketika ia memulainya ia
132
juga harus bertanggung jawab penuh. Berani menerima konsekuensi
atas tindakan yang dilakukan. Misalnya dipilih menjadi bendahara
kelas maka ia akan bertanggung jawab dalam mengelola uang kelas.
Kemudian ketua kelas juga harus memimpin kelas dengan benar,
menyampaikan informasi dari guru kepada teman, dan siswa
diharapkan untuk menjalankan amanah dengan baik.
Guru juga bertanggung jawab atas siswa, ia akan membantu
siswa yang sedang bermasalah sehingga tercipta kenyamanan anak
berada di sekolah.
f. Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata
”kemauan” menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya
tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri,
keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan
pantang mundur.
Siswa belajar untuk mau berusaha dengan cara baik/ halal
untuk meraih sesuatu. Menabung untuk berangkat study tour, belajar
agar dapat mengerjakan tugas dan ulangan, serius menggeluti hobi
dengan media eksktrakurikuler di sekolah untuk melatih kemampuan
dan bakat siswa.
g. Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak
seseorang mengenyam masa pendidikannya. Berpenampilan sederhana
133
saat di sekolah hal ini sudah di atur dalam tata tertib SMA Negeri 6
Yogyakarta. Hal ini bermanfaat untuk siswa agar membeli apa yang
diperlukan dan diinginkan secukupnya.
h. Keberanian
Nilai keberanian antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk
berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui
kesalahan, berani bertanggung jawab, dan lain sebagainya
i. Keadilan
Bagi siswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak masa
pendidikannya agar siswa dapat belajar mempertimbangkan dan
mengambil keputusan secara adil dan benar. Siswa di SMA Negeri 6
Yogyakarta sebenarnya terdiri dari siswa yang berasal dari beragam
golongan, namun diantara siswanya tidak ada perbedaan status. Para
siswa cenderung berlaku sama kepada semua.
Berdasarkan data yang sudah disajikan, hasil adanya program
pendidikan anti korupsi yang diterapkan di SMA Negeri 6 Yogyakarta ialah
perkembangan perilaku siswa yang tercermin dalam nilai yang bersifat karakter
seperti kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja
keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai tersebut telah ditanamkan
secara berkelanjutan kedalam diri seluruh warga sekolah melalui berbagai
kegiatan penunjang dari program pendidikan anti korupsi dan tata tertib
sekolah.
134
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan, serta
temuan penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi, (1) Program pendidikan
anti korupsi dilaksanakan sejak Maret tahun 2014, (2) Sumber dana
pelaksanaan program pendidikan anti korupsi ialah dari dana bantuan
sosial Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta setelah sebelumnya pihak sekolah mengajukan proposal, (3)
Struktur Organisasi ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Kepala
Sekolah Nomor 188/210 Tentang Penetapan Tim Pengelola Pendidikan
Anti Korupsi SMA Negeri 6 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015, (4)
Persiapan dalam program pendidikan anti korupsi ialah pembentukan
struktur organisasi, rapat persiapan untuk menindaklanjuti dana bantuan
yang sudah diterima dan dilakukan pembagian kerja sesuai dengan surat
keputusan kepala sekolah tentang tim pelaksana PAK di SMA Negeri 6
Yogyakarta, kemudian penyusunan program yang menghasilkan program-
program terperinci dari proposal kegiatan, dan terakhir ialah sosialisasi, (5)
Kegiatan penunjang program pendidikan anti korupsi ialah sosialisasi,
pembuatan dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP), lomba-lomba
135
kreatif, pengembangan media informasi terkait pendidikan anti korupsi di
lingkungan sekolah, dan adanya kantin kejujuran.
2. Faktor Pendukung dalam Program Pendidikan Anti Korupsi ialah
Pertama, adanya sarana dan prasarana yang mendukung keterlaksanaan
program pendidikan anti korupsi. Kedua, adanya partisipasi dari seluruh
warga sekolah. Ketiga, adanya dana bantuan sosial yang berasal dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota
Yogyakarta. Faktor penghambat implementasi program pendidikan anti
korupsi ialah kurangnya buku-buku bacaan mengenai pendidikan anti
korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta. Siswa tidak bisa memperluas
pengetahuan atau wawasan mereka tentang seluk beluk korupsi karena di
perpustakaan SMA Negeri 6 Yogyakarta masih kurang memberikan
fasilitas berupa buku bacaan mengenai pendidikan anti korupsi.
3. Hasil adanya program pendidikan antikorupsi yang diterapkan di SMA
Negeri 6 Yogyakarta ialah perkembangan perilaku siswa yang tercermin
dalam nilai yang bersifat karakter seperti kejujuran, kepedulian,
kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana,
keberanian, dan keadilan. Nilai tersebut telah ditanamkan secara
berkelanjutan kedalam diri seluruh warga sekolah melalui berbagai
kegiatan penunjang dari program pendidikan anti korupsi dan tata tertib
sekolah.
136
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa hal yang dapat
dijadikan masukan atau saran antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendidikan Kota Yoyakarta sebagai pengambil kebijakan
sebaiknya Program Pendidikan Anti Korupsi dapat dilaksanakan oleh
seluruh sekolah, mengingat program ini sebagai upaya preventif dan
bermanfaat untuk menciptakan generasi yang bersih dari tindakan korupsi.
2. Bagi Sekolah, hendaknya secara mandiri dapat memberikan pembinaan
yang berkelanjutan, efektif juga efisien kepada warga sekolah agar
menjadi proses pembiasaan, dapat mengembangkan sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, dan dapat menyediakan buku-buku
terkait pendidikan anti korupsi agar dapat memperluas pemahaman siswa.
3. Bagi Kepala Sekolah, diharapkan agar lebih intensif dalam mengontrol
keberlanjutan Program Anti Korupsi, dan membuat kegiatan penunjang
yang mendukung pelaksanaan program tersebut seperti menyediakan
buku-buku tentang pendidikan anti korupsi di perpustakaan sehingga
warga sekolah khususnya siswa dapat memperluas wawasannya, dan
menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.
4. Bagi Karyawan, diharapkan agar lebih aktif mencari relasi untuk
bekerjasama dalam mengembangkan program pendidikan anti korupsi
sehingga program dapat terus dilaksanakan.
137
5. Bagi Guru, diharapkan dapat memberikan tauladan dan melakukan
pembinaan kepada siswa, sehingga siswa dapat menginternalisasikan
kebermanfaatan program pendidikan anti korupsi dalam diri mereka.
6. Bagi Siswa, hendaknya turut serta dan ikut mensukseskan program
pendidikan anti korupsi, dan memperluas wawasan mengenai pendidikan
anti korupsi dengan rajin membaca buku. Selain itu juga hendaknya siswa
selalu menerapkan perilaku yang sesuai dengan norma dan aturan di
sekolah dan di masyarakat.
138
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wibowo. (2012). Pendidikan Karakter: Strategi Membangun Karakter
Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Andi Hamzah. (2002). Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Hukum Pidana.
Jakarta: Penerbit Pusat Hukum Pidana Universitas Trisakti
_________. (2005). Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional
dan Internasional. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Andi Prastowo. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Arif Rohman. (2009). Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang
Mediatama.
_________. (2012). Kebijakan Pendidikan Analisis Dinamika Formulasi dan
Implementasi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Deni Setyawati. (2008). KPK Pemburu Koruptor: Kiprah Komisi Pemberantasan
Korupsi Dalam Memberangus Korupsi. Yogyakarta: Pustaka Timur.
Hamid Darmadi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
H.A.R Tilaar, Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan: Pengantar Untuk
Memahami Kebijakan Pendidikan Dan Kebijakan Pendidikan Sebagai
Kebijakna Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
H.E. Mulyasa. (2013). Manjamemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI. (2007). Pusat Badan
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kemendikbud. (2011). Pendidikan Arti Korupsi. Diakses dari
http://www.kpk.go.id/id/faq pada tanggal 26 April 2016 Pukul 13:22
WIB
139
Muhammad Takdir I. (2012). Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral.
Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
Mukodi dan Afid Burhanuddin. (2014). Pendidikan Anti Korupsi: Rekonstruksi
Interpretatif dan Aplikatif di Sekolah. Yogyakarta: Aura Pustaka.
Nurul Irfan. (2011). Korupsi dalam Hukum Pidana Islam. Jakarta: Amzah.
Riant Nugroho. (2009). Kebijakan Pendidikan Yang Unggul. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sofan Amri, dkk. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
_________. (2011). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
Sukardi. (2013). Metodologi Pendidikan. Jakarta: PT. BUMI AKSARA
Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_________. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suyitno. (2006). Korupsi, Hukum, dan Moralitas Agama. Yogyakarta: Gama
Media
UU nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Fungsi Pendidikan.
140
Lampiran 1. Pedoman Observasi
Pedoman Observasi
No Aspek Sumber Data Indikator Yang Dicari Tekhnik
1
Profil SMA
Negeri 6
Yogyakarta
Website
sekolah terkait,
Kepala
Sekolah,
Warga sekolah
Letak geografis
Sejarah berdiri
Tujuan, Visi, Misi
Struktur organisasi
Jaringan/kerja sama
Prestasi/keunggulan
Observasi
2 Fasilitas
Sekolah
Warga
sekolah, tata
usaha sekolah
Sarana dan prasarana
Pemanfaatan sarana
dan prasarana
Observasi
3
Strategi
implementasi
Program
Pendidikan
Anti Korupsi
Warga Sekolah Sarana yang mendukung
Program:
X-Banner
Buku Anti Korupsi
Kantin Kejujuran
Observasi
4
Faktor
pendukung
dan
penghambat
implementasi
Program
Pendidikan
Anti Korupsi
Warga Sekolah
Partisipasi Warga
Sekolah
Kelengkapan Sarana
Prasarana Sekolah
Observasi
5
Dampak dari
implementasi
Program
Pendidikan
Warga Sekolah
Perkembangan Perilaku
Siswa berdasarkan nilai
karakter:
Kejujuran
Observasi
141
Anti Korupsi
di SMA
Negeri 6
Yogyakarta
Kepedulian
Kemandirian
Kedisiplinan
Tanggung jawab
Kerja Keras
Sederhana
Keberanian
Keadilan
142
Lampran 2. Pedoman Dokumentasi
Pedoman Dokumentasi
No Aspek Indikator Yang Dicari Sumber Data
1
Profil SMA Negeri 6
Yogyakarta
g. Letak geografis
h. Sejarah berdiri
i. Tujuan, Visi, Misi
j. Struktur organisasi
k. Jaringan/kerja sama
l. Prestasi/keunggulan
Dokumen/
arsip, foto-foto
2 Sarana dan Prasarana
d. Bangunan Sekolah
e. Luas Sekolah
f. Kondisi Bangunan
3
Implementasi
Program Pendidikan
Anti Korupsi
Kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya
pengembangan program
Pendidikan Anti Korupsi.
Dokumen/
arsip, foto-foto
143
Lampiran 3. Pedoman Wawancara Untuk Kepala Sekolah
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk Kepala Sekolah
Tujuan: Untuk mengetahui sejauh mana implementasi pendidikan anti korupsi di
SMA Negeri 6 Yogyakarta.
a. Identitas Diri:
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Agama :
4. Pekerjaan:
5. Pendidikan Terakhir:
b. Pertanyaan Penelitian
1. Kapan terbentuknya Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
2. Apa yang melatarblekangi pembentukan program Pendidikan Anti
Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
3. Menurut anda, seberapa pentingkah program pendidikan anti
korupsi?
4. Bagaimana persiapan yang dilakukan sekolah atas terlaksananya
program Pendidikan Anti Korupsi?
5. Berapa anggaran dana yang dialokasikan sekolah dalam
pelaksanaan program pendidikan anti korupsi ini?
6. Darimanakah sumber dana untuk pelaksanaan program pendidikan
anti korupsi ini?
7. Bagaimanakah sistem organisasi dalam program pendidikan anti
korupsi yang diterapkan oleh SMA Negeri 6 Yogyakarta?
8. Apa sajakah sarana dan prasarana yang mendukung keterlaksanaan
program pendidikan anti korupsi ini?
144
9. Apa sajakah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya pengembangan
kegiatan anti korupsi?
10. Bagaimana penanaman nilai kejujuran, nilai kepedulian, nilai
kedisiplinan, nilai tanggung jawab, nilai kerja keras, nilai
sederhana, nilai keberanian, dan nilai keadilan pada diri siswa
dengan adanya program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta ini?
11. Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dalam implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
12. Apa sajakah yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi
program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
13. Jika ada hambatannya lalu bagaimana solusi yang dilakukan
berdasarkan hambatan-hambatan tersebut?
14. Apakah program tersebut memberikan pengaruh pada sikap atau
perilaku anda?
15. Perubahan seperti apakah yang anda alami dengan adanya program
Pendidikan Anti Korupsi di SMA N 6 Yogyakarta?
16. Bagaimanakah partisipasi / kepedulian guru mengenai program
Pendidikan Anti Korupsi yang dilaksanakan di SMA N 6
Yogyakarta?
17. Bagaimanakah partisipasi / kepedulian siswa mengenai program
Pendidikan Anti Korupsi yang dilaksanakan di SMA N 6
Yogyakarta?
18. Bagaimana tindak lanjut sekolah ke depannya terhadap Pendidikan
Anti Korupsi di sekolah?
145
Lampiran 4. Pedoman Wawancara Untuk Guru
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK GURU
1. Identitas Diri:
a. Nama :
b. Jabatan :
c. Agama :
d. Pekerjaan :
e. Pendidikan Terakhir :
2. Pertanyaan Penelitian
1) Kapan terbentuknya program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
2) Apa yang melatarblekangi pembentukan program Pendidikan
Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
3) Apa sajakah sarana dan prasarana yang mendukung
keterlaksanaan program pendidikan anti korupsi ini?
4) Menurut anda, seberapa pentingkah program pendidikan anti
korupsi?
5) Apa sajakah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
pengembangan kegiatan anti korupsi?
6) Bagaimana penanaman nilai kejujuran, nilai kepedulian, nilai
kedisiplinan, nilai tanggung jawab, nilai kerja keras, nilai
sederhana, nilai keberanian, dan nilai keadilan pada diri siswa
dengan adanya program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta ini?
7) Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dalam
implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
146
8) Apa sajakah yang menjadi faktor penghambat dalam
implementasi program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri
6 Yogyakarta?
9) Jika ada hambatannya lalu bagaimana solusi yang dilakukan
berdasarkan hambatan-hambatan tersebut?
10) Apakah program tersebut memberikan pengaruh pada sikap atau
perilaku anda?
11) Perubahan seperti apakah yang anda alami dengan adanya
program Pendidikan Anti Korupsi di SMA N 6 Yogyakarta?
12) Apakah ada cara tersendiri seperti bentuk pengajaran Pendidikan
Anti Korupsi kepada siswa? Jika ada, seperti apa?
13) Bagaimana respon siswa terhadap pendidikan anti korupsi di
sekolah?
14) Bagaimana tindak lanjut sekolah ke depannya terhadap
Pendidikan Anti Korupsi di sekolah?
147
Lampiran 5. Pedoman Wawancara Untuk Siswa
PEDOMAN WAWANCARA
UNTUK SISWA
a. Identitas Diri:
1. Nama :
2. Kelas :
b. Pertanyaan Panduan
1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai pendidikan anti korupsi?
2. Kapan terbentuknya program Pendidikan Anti Korupsi di SMA
Negeri 6 Yogyakarta?
3. Apakah sarana dan prasarana sudah mendukung dalam Pendidikan
Anti Korupsi?
4. Apa sajakah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya pengembangan
kegiatan anti korupsi?
5. Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dalam implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
6. Apa sajakah yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi
program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
7. Jika ada hambatannya lalu bagaimana solusi yang dilakukan
berdasarkan hambatan-hambatan tersebut?
8. Bagaimanakah partisipasi / kepedulian guru mengenai program
Pendidikan Anti Korupsi yang dilaksanakan di SMA N 6
Yogyakarta?
9. Apakah program tersebut memberikan pengaruh pada sikap atau
perilaku anda?
10. Perubahan seperti apakah yang anda alami dengan adanya program
Pendidikan Anti Korupsi di SMA N 6 Yogyakarta?
11. Apakah siswa senang dengan adanya pendidikan anti korupsi?
12. Apa saja kegiatan pengembangan dari sekolah terkait dengan
Pendidikan Anti Korupsi?
148
13. Apakah sudah diterapkan sikap-sikap antikorupsi dalam diri siswa?
Contohnya seperti apa?
b. Kejujuran
c. Kepedulian
d. Kemandirian
e. Kedisiplinan
f. Tanggung jawab
g. Kerja keras
h. Sederhana
i. Keberanian
j. Keadilan
14. Bagaimana tindak lanjut sekolah ke depannya terhadap Pendidikan
Anti Korupsi di sekolah?
149
Lampiran 6. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan 1
Hari, Tanggal : Jumat, 25 November 2016
Waku : 08.00-09.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Memasukkan Surat Ijin Observasi Penelitian Skripsi
Deskripsi
Pada hari Jumat pukul 08.00 peneliti pergi ke SMA Negeri 6 Yogyakarta
pada pukul 08.00 WIB. Setalah sampai disana peneliti menuju ke pos satpam dan
disambut dengan ramah dan mengutarakan maksud kedatangan untuk
memasukkan surat ijin observasi. Kemudian peneliti mengisi buku tamu dan
dipersilahkan untuk menuju ke ruang Tata Usaha.
Dengan membawa surat tersebut beserta map kemudian peneliti menuju ke
ruangan yang telah ditunjukkan. Saat peneliti masuk ke lobi disambut oleh guru
piket di lobi utama SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan ramah. Dan peneliti
diarahkan untuk langsung memasuki ruang TU.
Kemudian setalah sampai di ruang TU peneliti menyerahkan surat ijin observasi
pra-skripsi dan menyampaikan maksud juga tujuan kedatangan peneliti. Dengan
ramah petugas TU menerima surat peneliti dan memberitahu agar kembali esok
hari. Tak lupa peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas di lingkungan
sekolah SMAN 6 Yogyakarta.
150
Catatan Lapangan 2
Hari, Tanggal : Sabtu, 26 November 2016
Waku : 08.00-10.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Perkenalan dengan Waka Humas SMAN 6 YK
Deskripsi
Hari Sabtu pukul 08.00 peneliti sudah sampai di SMA Negeri 6
Yogyakarta. Pertama-tama peneliti mengunjungi ruangan Tata Usaha untuk
bertemu bagian penyuratan, kemudian oleh beliau diarahkan untuk langsung
menemui Wakil Kepala Humas SMAN 6 yogyakarta, Pak ES, jadi hari ini peneliti
bertemu dengan Pak ES.
Pak ES merupakan wakil kepala Humas di SMAN 6. Agenda hari ini
hanya berkenalan dengan Pak ES, dan peneliti mengutarakan masud tujuan
kedatangan peneliti dan menjelaskan penelitian apa yang ingin peneliti lakukan.
Setelah selesai menjelaskan beliau dengan ramah mempersilahkan peneliti untuk
melakukan penelitian di SMA Negeri 6 Yogyakarta. Dan peneliti dipersilahkan
untuk kembali kapan saja.
151
Catatan Lapangan 3
Hari, Tanggal : Senin, 28 November 2016
Waku : 10.00-12.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Observasi Awal
Deskripsi
Hari ini peneliti datang ke SMAN 6 untuk wawancara dengan Pak ES
untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai program pendidikan anti
korupsi. Hasil wawancara ini berguna untuk menyusun latar belakang penelitian
Peneliti sudah mempersiapkan pertanyaan yang ingin peneliti ajukan terkait
dengan Pendidikan Anti Korupsi. Wawancara dengan Pak ES berjalan lancar dan
beliau memberikan peneliti dokumen mengenai data-data yang peneliti perlukan.
Pertanyaan yang diajukan hanya secara garis besar untuk kepentingan pembuatan
latar belakang masalah berupa sejak kapan program pendidikan anti korupsi
terbentuk da nada kegiatan apa saja. Keterbukaan pihak sekolah dan keramahan
seluruh warga sekolah membuat peneliti menjadi nyaman dalam melakukan
observasi awal ini.
152
Catatan Lapangan 4
Hari, Tanggal : Selasa, 29 November 2016
Waku : 10.00-12.30
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Observasi Lanjutan
Deskripsi
Hari ini peneliti datang ke SMAN 6 untuk melakukan observasi lanjutan.
Peneliti sebelumnya bertemu dahulu dengan Pak ES selaku waka Humas di
SMAN 6 Yogyakarta. Beliau memberikan arahan untuk penyusunan instrument
wawancara hendaknya ditujukan kepada siapa saja. Kemudian untuk wawancara
kepada siswa disarankan untuk wawancara kepada siswa kelas 3 karena yang
menjalani acara sosialisasi pendidikan anti korupsi adalah siswa kelas 3. Setalah
wawancara dengan Pak ES selesai peneliti melanjutkan dengan berkeliling di
sekolah dan melihat aktivitas siswa di lingkungan sekolah.
153
Catatan Lapangan 5
Hari, Tanggal : Senin, 19 Desember 2016
Waku : 09.00-11.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Share Rencana Penelitian
Deskripsi
Hari ini peneliti datang ke SMAN 6 untuk melakukan sharing rencana
penelitian. Sementara proposal skripsi sedang direvisi oleh dosen pembimbing,
peneliti konsultasi dengan Pak ES mengenai instrumen penelitian yang harus
dibuat. Kemudian Pak ES membantu dengan senang hati untuk penyusunan
instrument dan memberikan data pendukung mengenai program pendidikan anti
korupsi. Setelah selesai kemudian peneliti melanjutkan dengan berkeliling sekolah
untuk mengamati fasilitas sekolah, terutama saat di kantin kejujuran. Banyak
siswa yang mengantri dan ini merupakan suatu aktivitas yang baik.
154
Catatan Lapangan 6
Hari, Tanggal : Sabtu, 7 Januari 2017
Waku : 13.00 - 14.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Penyerahan Surat Ijin Penelitian
Deskripsi
Pada hari Sabtu, 07 Januari 2017 peneliti menyerahkan surat ijin
penelitian skripsi dari Fakultas Ilmu Pendidikan UNY dan Dinas Perizinan Kota
Yogyakarta untuk selanjutnya dapat melakukan penelitian skripsi di SMA Negeri
6 Yogyakarta. Selain membawa surat pengantar peneliti juga menyerahkan
proposal skripsi yang telah mendapat pengesahan dari Dekan FIP. Sesampainya di
SMAN 6, peneliti dipersilahkan untuk kembali menemui pegawai di bagian
penyuratan ruang Tata Usaha. Disini peneliti disambut dengan ramah, sementara
pegawai menginput data surat masuk dari peneliti, peneliti bertanya sekilas
mengenai program pendidikan anti korupsi, beliau menanggapi dengan positif.
Setelah selesai, peneliti dipersilahkan untuk bisa melakukan wawancara di esok
hari.
155
Catatan Lapangan 7
Hari, Tanggal : Kamis, 19 Januari 2017
Waku : 09.00 - 13.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Wawancara Waka Humas, Waka Kesiswaan, dan Guru Agama
Deskripsi
Pada hari Kamis, 19 Januari 2017 peneliti kembali ke SMA Negeri 6
Yogyakarta. Sebelumnya sudah menghubungi Pak ES selaku Waka Humas untuk
membuat janji wawancara, kemudian beliau mengusulkan hari ini. Wawancara
dimulai sesuai dengan panduan pedoman wawancara. Wawancara berjalan dengan
lancar dan pertanyaan ditanggapi dengan baik.
Setelah wawancara selesai, beliau memberikan surat beserta lembar
disposisi yang digunakan untuk pengantar kepada kepala sekolah dan guru-guru
lainnya guna membuat janji wawancara. Setelah mendapatkan surat disposisi
peneliti kembali mewawancarai Bapak AF selaku waka Kesiswaan. Selain itu
beliau juga menjabat sebagai guru agama di kelas XII. Wawancara dimulai sesuai
dengan pedoman wawancara yang telah peneliti buat. Wawancara berjalan dengan
lancar dan pertanyaan ditanggapi dengan baik. Setelah itu peneliti berkeliling
sekolah dan mengamati aktivitas siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta. Dirasa cukup
peneliti menyudahi penelitian untuk hari kamis.
156
Catatan Lapangan 8
Hari, Tanggal : Sabtu, 21 Januari 2017
Waku : 10.00 – 13.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Dokumentasi
Deskripsi
Pada hari Sabtu, 21 Januari 2017 peneliti kembali ke SMAN 6
Yogyakarta dengan tujuan untuk membuat janji waancara dengan kepala sekolah,
namun kepala sekolah sedang tidak berada di tempat. Untuk itu peneliti hanya
melakukan dokumentasi di lingkungan sekitar SMA Negeri 6 Yogyakarta tentang
pendidikan anti korupsi.
Selain itu peneliti juga bertemu dengan Pak ES (Waka Humas) untuk
meminta data dokumentasi mengenai kegiatan kreatif SMA Negeri 6 Yogyakarta
tentang pendidikan anti korupsi yang sudah dilaksanakan, seperti lomba video,
lomba cerdas cermat, dan lomba pidato antikorupsi.
157
Catatan Lapangan 9
Hari, Tanggal : Senin, 23 Januari 2017
Waku : 09.00-12.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Wawancara Dengan Guru
Deskripsi
Pada hari Senin, 23 Januari 2017 peneliti kembali ke SMA Negeri 6
Yogyakarta dengan tujuan utama ialah untuk membuat janji dengan Kepala
sekolah namun beliau sedang sibuk. Sehingga peneliti hanya dapat mewawancarai
guru.
Guru yang diwawancarai ialah Bu PS sebagai guru bahasa Indonesia yang
sebelumnya menjabat sebagai sekretaris pada susunan organisasi penugasan
Program Pendidikan Anti Korupsi, dan Bu LDS sebagai Guru Bimbingan
Konseling. Pertanyaan wawancara diajukan sesuai dengan pedoman wawancara
dan berjalan dengan lancar. Setelah selesai dengan wawancara peneliti
memutuskan untuk berkeliling ke sekolah dan mendkumentasikan aktivitas siswa.
158
Catatan Lapangan 10
Hari, Tanggal : Rabu, 25 Januari 2017
Waku : 09.00-12.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Wawancara dengan Guru dan Siswa
Deskripsi
Pada hari Rabu, 25 Januari 2017 peneliti kembali ke SMA Negeri 6
Yogyakarta. Peneliti bertemu dengan Pak ES untuk menerima data surat
penugasan yang terkait dengan Pelaksanaan Program Pendidikan Anti Korupsi.
Setelah bertemu dengan Pak ES kemudian peneliti menuju ke Ruang Kepala
sekolah namun beliau sedang rapat di disdikpora. disarankan oleh pihak sekolah
untuk kembali ke sekolah pada pukul 07.00 pagi.
Kemudian peneliti menuju ke ruang guru untuk mewawancarai guru yaitu
Pak HS, beliau sebelumnya menjadi penanggung jawab untuk pelaksanaan
kampanye anti korupsi. Wawancara berjalan dengan lancar dan kemudian peneliti
melanjutkan untuk mewawancarai salah satu siswa.
Peneliti mewawancarai salah satu siswa kelas XII IPS 2 yakni DAK.
Wawancara berjalan dengan lancar dan setelah selesai peneliti mengakhiri
penelitian untuk hari ini.
159
Catatan Lapangan 11
Hari, Tanggal : Jumat, 27 Januari 2017
Waku : 07.00 – 09.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Wawancara dengan Kepala SEKOLAH
Deskripsi
Pada hari Jumat, 27 Januari 2017 peneliti kembali ke SMA Negeri 6
yogyakarta. sesampainya di sekolah peneliti mengikuti program sekolah dimana
pada pukul 07.15 seluruh warga sekolah dimanapun berada diharuskan untuk
beridiri seiring dengan pemutaran lagu Indonesia Raya. Hal ini untuk
menghormati dan mengenang jasa pahlawan. Salah satu nilai yang dijunjung pada
program ini ialah nilai patriotism.
Setelah selesai peneliti menuju ke Ruang Kepala sekolah, yakni Bapak
MK,. setelah memperkenalkan diri kemudian peneliti melanjutkan dengan
wawancara. Wawancara berjalan dengan lancar dan pertanyaan sudah dijawab
seluruhnya.
setelah selesai wawancara dengan kepala sekolah kemudian peneliti
berkeliling sekolah untuk melihat aktivitas siswa.
160
Catatan Lapangan 12
Hari, Tanggal : Selasa, 31 Januari 2017
Waku : 10.00-13.00
Tempat : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Tema/Kegiatan : Wawancara dengan Siswa
Deskripsi
Pada hari Selasa, 31 Januari 2017 peneliti kembali ke SMA Negeri 6
Yogyakarta. Kali ini peneliti bertujuan untuk mewawancara siswa dengan fokus
pertanyaan penelitian seputar impelementasi pendidikan anti korupsi. Siswa yang
peneliti wawancarai merupakan siswa kelas XII IPA 4 dan siswa kelas X5.
Wawancara berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala apapun,
seluruh pertanyaan dapat dijawab dengan baik. Interaksi siswa dengan teman-
temannya juga baik, bahkan peneliti melihat adanya nilai kesopanan yang sudah
tertanam dalam diri mereka, salah satunya ialah ketika siswa melewati peneliti, ia
berjalan dengan menunduk dan tersenyum.
Setelah wawancara selesai peneliti memutuskan untuk berkeliling
sekolah dan mengamati kegiatan atau aktvitas mereka.
161
Lampiran 7. Reduksi dan Analisis Data Hasil Wawancara
Reduksi dan Analisis Data Hasil Wawancara
Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta
1. Kapan terbentuknya Program Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6
Yogyakarta?
MK : Terbentuknya pada tahun 2014, sebenernya sebelumnya kami
sudah membangun itu melalui kantin kejujuran. Tetapi secara legal
formal pendidikan anti korupsi itu dibentuk pada tahun 2014
kebetulan juga mendapat pembinaan dari Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
ES : Secara formal pendirian pada tahun ajaran 2014/2015 hingga
sekaran terkait dengan adanya Dana Bantuan Sosial dari
Kementrian Pendidikan. Tetapi pada tahun-tahun nya tetap
dilaksanakaan dengan menyesuaikan dengan program program
yang lainnya di SMA negeri 6.
AF : Di kurikulum itu sifatnya terintegrasi saja tidak berdiri sendiri.
Ditambah dengan program-program kegiatan itu mulai ada pada
tahun 2014. Dengan berbagai macam kegiatan atau lomba kaitanya
dengan kejujuran. .
162
PS : Sebenernya sudah lama sejak ada kantin kejujuran disini,
kemudian dikembangkan dan dibentuk Program Pendidikan Anti
Korupsi. Dari segi tujuan kan sebenarnya sama, untuk membentuk
individu agar berkarakter positif seperti kejujuran, tanggung jawab,
dan disiplin. Kemudian ada implementasi di kurikulum juga. Tetapi
secara teknis baru terbentuk tahun 2014.
HS : Pada tahun 2014 dibentuk program pendidikan anti korupsi yang
bertujuan untuk menanamkan karakter positif kedalam diri siswa,
khususnya karakter antikorupsi.
Kesimpulan: Program pendidikan anti korupsi terbentuk sejak tahun 2014.
Program ini dibentuk atas adanya kantin kejujuran yang sinergi dengan tujuan
pelaksanaan Program Pendidikan Anti Korupsi.
2. Apa yang melatarbelakangi pembentukan program Pendidikan Anti Korupsi
di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
MK : Yang melatarbelakangi untuk membangun karakter anak-anak
supaya menjadi insan yang mengedepankan akhlak mulia, terutama
untuk sikap-sikap yang berkaitan dengan sikap anti korupsi seperti
kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab.
ES : Secara umum sekolah ingin menciptakan output insan yang
Cerdas, unggul, peduli lingkungan hidup. Sekolah memilki strategi
dengan membentuk jiwa-jiwa yang jujur dan bertanggung jawab.
Nilai-nilai yang dapat mengatasi tinndakan korupsi kan dengan
163
nilai tanggung jawab, nilai disiplin jadi Pendidikan Anti Korupsi
itu harus dibangun.
AF : Sebenarnya sebelum adanya program anti korupsi, kami sudah
memiliki kantin kejujuran sejak lama. Kemudian didukung dengan
adanya program pemerintah tentang sosialisasi kaitannya dengan
antikorupsi. Kemudian guru dan siswa keduanya mengikuti
workshop agar penanaman nilai antikorupsi tidak hanya untuk
siswa saja tetapi juga untuk guru. Karena sudah ada program
kantin kejujuran itu kita jadi nyambung saja, ada sinergi dan
tinggal dikembangkan.
PS : karena maraknya kasus korupsi di Indonesia seperti sudah
membudaya begitu. Jadi lembaga pendidikan khususnya SMA
Negeri 6 Yogyakarta melaksanakan program tersebut. Hal ini juga
bermanfaat untuk mendidik karakter siswa sejak dini agar
berakhlak baik.
HS : Melihat banyaknya kasus korupsi. Kemudian SMAN 6 sebagai
lembaga pendidikan yang berfungsi untuk mengarahkan anak didik
agar jujur, sportif, dan tanggung jawab. Jadi sejak dini ditanamkan
untuk membentuk karakter itu.
Kesimpulan: Implementasi program pendidikan anti korupsi dilatarbelakangi
oleh maraknya kasus korupsi di Indonesia, karena kasus korupsi yang sulit
dibasmi kemudian dibentuklah suatu upaya pencegahan melalui pendidikan
anti korupsi. Program pendidikan anti korupsi SMA Negeri 6 Yogyakarta
164
juga merupakan suatu pengembangan dari adanya kantin kejujuran yang
bersinergi satu sama lain untuk menanamkan karakter yang baik kepada anak.
3. Darimanakah sumber dana untuk pelaksanaan program pendidikan anti
korupsi ini?
MK : Sumber dana berasal dari kementrian pendidikan dan kebudayaan
karena pada waktu itu Kementrian juga mengadakan program
terkait antikorupsi. Lalu SMAN 6 Yogyakarta ini mengajukan
proposal dan kemudian di acc oleh pihak kementrian pendidikan
dan kebudayaan.
ES : Murni dari pemerintah, sekolah tidak menganggarkan dana karena
pada saat itu kami mengajukan proposal untuk di danai oleh Dinas
Pendidikan dan kemudian di setujui.
AF : Sebelumnya membuat proposal untuk diajukan ke dinas
pendidikan. kemudian setelah disetujui kami mendapat dana
bantuan sosial dari kementrian.
PS : Sumber dana berasal dari kementrian pendidikan dan kebudayaan
karena pada waktu itu Kementrian juga mengadakan program
terkait antikorupsi.
HS : Sumber dana berasal dari kementrian pendidikan dan kebudayaan
karena pada waktu itu Kementrian juga mengadakan program
terkait antikorupsi.
Kesimpulan: Sumber dana berasal dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Sebelumnya SMA Negeri 6
165
Yogyakarta mengajukan proposal dana bantuan sosial dan kemudian
disetujui. Sehingga untuk pelaksanaan program pendidikan anti korupsi
secara teknis mendapatkan bantuan dari pemerintah.
4. Bagaimanakah sistem organisasi dalam program pendidikan anti korupsi yang
diterapkan oleh SMA Negeri 6 Yogyakarta?
MK : Penanggung jawabnya tentu saya selaku kepala sekolah,
kemudian Pak ES sebagai ketua, bu purwanti sebagai sekretaris,
dan Bu AU dibantu Bu ED sebagai bendahara, kemudian guru yang
lainnya sebagai anggota dengan dibagi tugas-tugas pertanggung
jawaban.
ES : Penanggung jawabnya kepala sekolah, kemudian saya sebagai
ketua, bu purwanti sebagai sekretaris, dan Bu Aulia dibantu Bu Eni
sebagai bendahara, kemudian guru yang lainnya sebagai anggota.
AF : Penanggung jawabnya kepala sekolah, kemudian Pak Eko sebagai
ketua, bu purwanti sebagai sekretaris, dan Bu AU dan Bu ED
sebagai bendahara, saya sebagai anggota dengan tugas menjadi
penanggungjawab pembuatan Standar Operasional Prosedur.
PS : Penanggung jawabnya kepala sekolah, kemudian Pak ES sebagai
ketua, saya sebagai sekretaris, dan Bu AU dibantu Bu ED sebagai
bendahara, kemudian guru yang lainnya sebagai anggota dengan
dibagi tugas-tugas.
166
HS : Penanggung jawabnya kepala sekolah, kemudian saya sebagai
ketua, bu PS sebagai sekretaris, dan Bu AU dibantu Bu ED sebagai
bendahara, kemudian guru yang lainnya sebagai anggota dengan
dibagi tugas-tugas pertanggung jawaban
Kesimpulan: Penanggung jawab Program Pendidikan Anti Korupsi ialah
Kepala sekolah, kemudian Pak ES (Wakasek Urusan Humas) sebagai ketua,
Bu PS sebagai sekretaris, dan Bu AU dibantu Bu ED sebagai bendahara,
kemudian guru yang lainnya sebagai anggota dengan dibagi tugas-tugas
pertanggung jawaban.
5. Apa sajakah sarana dan prasarana yang mendukung keterlaksanaan program
pendidikan anti korupsi ini?
MK : Adanya kantin kejujuran ialah yang utama. Selebihnya untuk
sarana dan prasarana tidak ada yang khusus sama seperti sekolah
lainnya. Karena ini terjadi di lingkungan sekolah tentunya sarana
dan prasarana secara konvensional sama saja seperti sekolah
lainnya. Hanya saja untuk kantin kejujuran, memang hanya di
SMAN 6 Yogyakarta saja yang masih eksis diantara sekolah
lainnya.
ES : Untuk sarana dan prasarana tidak ada yang khusus sama seperti
sekolah lainnya. Dan yang penting ada kantin kejujuran yang bisa
tampak secara fisik. Yang lebih pentingnya kan penanaman nilai-
nilai antikorupsi misalnya dengan slogan yang dipasang sekolah.
167
AF : Untuk sarana dan prasarana tidak ada yang khusus sama seperti
sekolah lainnya karena termasuk proses pendidikan sebenarnya.
Dan yang penting ada kantin kejujuran yang bisa tampak secara
fisik. Yang lebih pentingnya penanaman nilai-nilai antikorupsi
misalnya dengan slogan yang dipasang sekolah.
PS : Sarana khususnya untuk pelaksanaan program anti korupsi tidak
ada yang tetapi nilai-nilai antikorupsi itu ada yang berkaitan
dengan kejujuran, jadi sekolah punya kantin kejujuran.
HS : Untuk menanamkan nilai kejujuran itu ada kantin kejujuran, dan
x-banner.
Kesimpulan: Sarana dan Prasarana untuk Program Pendidikan Anti Korupsi
yang dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta secara fisik hanya
membutuhkan kantin kejujuran dan pemasangan x-banner sebagai salah satu
strategi untuk menanamkan nilai kejujuran dalam diri siswa, sarana lainnya
tidak ada yang khusus karena program pendidikan anti korupsi sama dengan
pembelajaran konvensional di sekolah. Kemudian prasarana yang dibutuhkan
berupa pembiasaan perilaku dengan pemberian keteladanan.
6. Bagaimanakan persiapan yang dilakukan oleh sekolah dalam Implementasi
Program Pendidikan Anti Korupsi?
MK : Persiapan yang di lakukan persiapan, kemudian kita membentuk
tim, setelah tim terbentuk kita berkoordinasi dan membuat
beberapa kegiatan-kegiatan. Namun kegiatan yang kita jalankan
disini tidak semuanya berdiri sendiri. Kita juga mengundang dari
168
Kejaksaan Tinggi dan KPK untuk memberikan arahan awal karena
profesionalisme bidang kan ada di mereka. Saat pembentukan TIM
itu kita membuat proposal untuk diajukan pada bulan maret 2014.
Kemudian dikembangakan lagi saat penerimaan dana yakni Juli
2014. Lalu kami menyusun kegiatan yang mendukung program,
dan sosialiasi kepada warga sekolah.
ES : Dari pimpinan (kepala sekolah) dan dibentuk tim pelaksana dan
kemudian adanya koordinasi. Seiring dengan itu ada program dari
pemerintah menyediakan dana bantuan bagi lembaga pendidikan
yang menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi,
kemudian kami mengajukan proposal dan terpilih. Setelah dana
bantuan itu diterima kami melakukan pengembangan Tim yang
awalnya dibentuk pada maret 2014. Tim Pengelola kemudian
dikembangkan setelah dana diterima yaitu Juli 2014. Lalu diadakan
rapat, pembentukan kegiatan, dan sosialisasi.
AF : Awalnya pembentukan tim pengelola, kemudian dikembangkan
setelah adanya penurunan dana. Setelah kami menerima dana
bantuan tersebut, kami mengadakan rapat untuk menentukan
langkah selanjutnya. Kemudian disusunlah kegiatan-kegiatan
terkait Program Pendidikan Anti Korupsi
PS : Pada tahap persiapan, tentu yang pertama dilakukan itu ialah
pembentukan Tim Pengelola, kemudian dilaksanakan rapat
persiapan untuk membahas langkah selanjutnya. Pada waktu rapat
169
kami sudah menerima dan bantuan sosial, kalau tidak salah bulan
Juli 2014 dilaksnakan rapat pertama setelah ada penerimaan dana
bantuan. Setelah itu menyusun program-program kegiatan yang
terkait Pendidikan Anti Korupsi tersebut.
HS : Pada tahap awal setelah adanya SK dari Kepala Sekolah
kemudian dibentuk pengembangan TIM Pengelola dan diadakan
rapat bersama. Rapat bersama itu tujuannnya untuk membahas
kelanjutan program Pendidikan Anti Korupsi itu sehubungan sudah
adanya penerimaan dana bantuan sosial. Setelah itu kemudian
dibentuklah program-program dan di sosialisasikan.
Kesimpulan: Persiapan dalam implementasi pendidikan anti korupsi ialah
pertama, pembentukan TIM pada maret 2014 kemudian TIM
pengelola dikembangkan pada Juli 2014 setelah penerimaan dana
bantuan. Kedua, rapat persiapan guna membahas langkah
selanjutnya untuk Program Pendidikan Anti Korupsi, Kemudian
pembentukan kegiatan-kegiatan, dan sosialisasi.
7. Apa sajakah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya pengembangan kegiatan
anti korupsi?
MK : Kegiatanya dulu tentunya dimulai dari sosialisasi di sekolah,
kemudian juga pembuatan SOP (standar Operasional Prosedur)
Jadi untuk menginternalkan nilai-nilai pada seluruh warga sekolah
maka kita juga perlu membuat Standar Operasional Prosedur dalam
seluruh penyelenggaraan pendidikan, sehingga dengan adanya
170
pedoman dari SOP tersebut, bisa teratur saat proses
pelaksanaannya, dan diharapkan seluruh warga sekolah
berkolaborasi untuk menciptakan kegiatan yang mengandung nilai-
nilai anti korupsi, karena sebagai pendidik kan harus yang
memberikan tauladan. Selain itu juga ada kampanye dengan
penyebaran stiker anti korupsi di jalan-jalan, kemudian pelaksanaan
lomba-lomba kreatif untuk menumbuhkan ide-ide dalam diri siswa,
dan adanya workshop dari Kejaksaan Tinggi.
ES : Sosialisasi di lingkungan sekolah, dokumen-dokumen tentang
Standar Operasional Prosedur yang didalamnya regulasi tindakan
agar menerapkan prinsip-prinsip anti korupsi, kemudian juga ada
kegiatan kreatif seperti membuat kampanye di jalan-jalan dengan
penyebaran stiker, kemudian pelaksanaan lomba-lomba kreatif
untuk menumbuhkan ide-ide dalam diri siswa, dan adanya
workshop dari Kejaksaan Tinggi.
AF : Secara umum di pembinaan upacara, banyak materi sebenarnya
tentang akademik, kedisiplinan, kejujuran. Kemudian secara khusu
ya dengan integrasi kepada materi pelajaran yang relevan.
PS : Dulu pernah ada penyuluhan, kemudian lomba-lomba kegiatan
kreatif terkait anti korupsi itu, kemudian ada pembinaan dari setiap
upacara, kemudian juga adanya kantin kejujuran.
HS : Adanya pembinaan, sosialisasi, gerak jalan dengan membagikan
stiker pendidikan anti korupsi. Adanya penyebaran stiker itu saat
171
kegiatan kampanya anti korupsi, jadi peserta keliling ke lingkungan
sekolah, dengan menyebarkan stiker budayakan anti korupsi
kepada masyarakat di sekitar lingkungan sekolah. Anak-anak
senang dan ini bisa menjadikan mereka untuk termotivasi supaya
memiliki perilaku yang baik
Kesimpulan: Implementasi Program Pendidikan Anti Korupsi yang
dilaksnakan sejak tahun 2014 diawali dengan sosialisasi yang melibatkan
seluruh warga sekolah, sosialisasi ini membutuhkan pihak kedua yakni
Kejaksaan Tinggi sebagai pihak yang profesional di bidangnya untuk menjadi
narasumber dalam sosialisasi Program Pendidikan Anti Korupsi. Kemudian
selain sosialisasi juga ada Standar Operasional Prosedur dalam seluruh
penyelenggaraan pendidikan, sehingga dengan adanya pedoman dari SOP
tersebut, bisa teratur saat proses pelaksanaannya, dan diharapkan seluruh
warga sekolah berkolaborasi untuk menciptakan kegiatan yang berprinsip
pada nilai-nilai anti korupsi. Selain itu kemudian diadakan kegiatan kreatif
yang bertujuan untuk mengasah siswa agar kreatif yaknik dengan lomba
cerdas cermat anti korupsi, lomba pidato anti korupsi, lomba video parody.
Untuk kegiatan selanjutnya ada kantin kejujuran, x-banner, dan pembiasaan.
8. Bagaimana penanaman nilai kejujuran, nilai kepedulian, nilai kedisiplinan,
nilai tanggung jawab, nilai kerja keras, nilai sederhana, nilai keberanian, dan
nilai keadilan pada diri siswa dengan adanya program Pendidikan Anti
Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta ini?
172
MK : Nilai kejujuran itu tentunya dari kegiatan-kegiatan di dalam
program pendidikan anti korupsi. Siswa dengan diberikan
sosialisasi tentang kejujuran seperti itukan jadi sebagai proses
menanamkan sikap jujur, selain itu juga dari kantin kejujuran itu,
kemudian juga dari adanya buku khusus untuk penemuan barang.
Nilai Kepedulian ditanamkan melalui kepedulian apabila ada salah
satu teman yang tertimpa musibah. Ya jadi disini siswanya saling
peduli satu sama lain. Nilai Kedisiplinan itu ya dari adanya tata
tertib sekolah, siswa harus mematuhi regulasi yang ada. Jika tidak
dilaksanakan maka siswa akan dikenakan ganjaran. Mengenai nilai
kesederhanaan, disini siswanya dididik untuk menggunakan
pakaian yang sederhana saja dan berdandan yang biasa saja, justru
saat siswa tersebut berlebihan maka akan menjadi pusat perhatian
dan bisa menimbulkan kejahatan, jadi untuk aturan kesederhanaan
sudah diterapkan, selama ini juga tidak ada laporan kasus tentang
siswa yang berlebihan dalam berdandan atau membawa barang-
barang berharga ke sekolah, semuanya batas wajar.
ES : Nilai Kejujuran: dibangun dengan kantin kejujuran, kemudian
ketika ulangan tidak monyentek di dalamnya ada proses
penanaman kejujuran, kemudian pada saat pembinaan upacara,
kemudian ada buku pelaporan dimana siswa yang menemukan
suatu barang akan mencatat di buku tersebut. Disitu muncullah
penanaman nilai-nilai kejujuran dalam diri siswa. Nilai Kepedulian:
173
Dibangun dengan adanya peduli siswa ketika ada musibah
menimpa temannya dengan mengumpulkan dana sukarela. Nilai
Kedisiplinan: nilai kedisiplinan berkaitan dengan kehadiran. Siswa
datang tepat waktu, ada pembinaan khusus untuk siswa. Bel masuk
7.15 akan menyanyikan lagu Nasional. Kemudian begitu bel
apabila masih ada siswa yang datang berarti ia terlambat kemudian
diberi pembinaan yang edukatif berupa merawat tanaman di sekitar
kelas. Kemudian disiplin terkait pemakaian seragam. Apabila ada
siswa yang tidak disiplin menggunakan seragam maka ia akan
mengajukan surat ijin ke guru piket yang bertugas dan selanjutnya
guru kelas yang akan membina selanjutnya, jadi tidak akan
dibiarkan siswa yang tidak disiplin. Kemudian disiplin terkait etika
lalu lintas, yaitu yang belum membawa sim dilarang membawa
motor. Nilai Tanggung jawab: berkaitan dengan penugasan yang
dilakukan. Jadi siswa bertanggung jawab dengan proses belajarnya
di sekolah, dan juga menjaga perilaku. Nilai kesederhanaan:
dengan tidak berpakaian berlebihan. Nilai kesederhanaan sudah ada
di tata tertib sekolah. Nilai keberanian: dibangun dengan metode
pembelajaran di kelas seperti presentasi, disitu siswa dilatih untuk
percaya diri. dan ketika dikirim untuk lomba juga menumbuhkan
sikap siswa untuk berani beraksi, kemudian keikutsertaan siswa
dalam program pendidikan anti korupsi seperti lomba-lomba cerdas
174
cermat anti korupsi, dan lomba pidato terkait anti korupsi juga
merupakan nilai keberanian dari siswa.
AF : Nilai kejujuran untuk siswa tentang kejujuran bisa dianalogikan
dengan orang puasa. Jadi mau jujur atau tidak itu tergantung
siswanya. Kemudian dengan adanya kantin kejujuran, misalnya
hari ini minus, tetapi besoknya malah lebih. Jadi disitulah kejujuran
siswa perlu dikembangkan. Nilai Kepedulian: kalau kepedulian dari
sisi sosial sebenernya anak-anak sini cukup memiliki jiwa sosial
tinggi, misalnya ketika ada musibah mereka bergerak
mengumpulkan penggalangan dana atau bantuan. Kemudian
membangun sisi karakter sudah cukup bagus ya dengan
pembiasaan perilaku sehari-hari di sekolah. Nilai kedisiplinan:
sekolah berusaha untuk selalu menanamkan itu, indikatornya
adalah tata tertib sekolah juga ada. Nilai tanggung jawab: ya
mereka bertanggung jawab dengan tugasnya. Kemudian untuk
dalam ulangan. Siswa yang membawa kendaraan baik itu sepeda
motor atau sepeda ontel harus menuntun kendaraanya sejak masuk
gerbang sekolah hingga ke parkiran.
PS : Nilai Kepedulian kalau dengan anti korupsi itu ya misalnya siswa
saling menegur apabila ada yang berbuat curang atau bahkan
menyampaikannya kepada guru, itu bentuk kepedulian. kejujuran:
ya sekolah mencoba untuk ke arah sana ya mbak. Nilai
Kedisiplinan sudah menjadi prioritas utama sekolah untuk
175
mencetak generasi yang unggul, kalau disini penerapan
kedisiplinan berkaitan dengan tata tertib sekolah, siswa sudah tahu
aturan-aturan apa saja yang diterapkan di SMAN 6 Yogyakarta dan
apabila melanggar akan mendapatkan point dan diberikan
pembinaan, untuk hal yang tampak secara fisik itu dengan misalnya
setiap siswa yang membawa kendaraan ke sekolah ia akan berhenti
mematikan mesin motor, turun dari motornya, dan mendorong
sampai ke parkiran, semuanya begitu. Kemudian kalau ada yang
terlambat akan dicatat oleh guru piket di lobi dan diberikan
pembinaan, tidak kami diamkan. Agar mereka jera
HS : Nilai Kejujuran: misalnya dengan adanya kantin kejujuran
kemudian juga adanya pembuatan LPJ atau laporan pertanggung
jawaban yang mendidik siswa agar berbuat jujur. Sebagai guru
biologi ya saya mengajarkan kepada siswa untuk selalu berlaku
jujur. Lebih baik hasil ulangan yang jujur daripada berbuat curang.
Contoh nya juga saat parktikum, data yang didapat oleh siswa
dicatat dan harus dijelaskan dengan sumber-sumbernya dan itu
merupakan salah satu penanaman kejujuran. Nilai Kepedulian: jadi
disini itu sudah baik mbak seolidaritas siswanya .
LDS : Siswa di SMA Negeri 6 Yogyakarta ini merupakan siswa yang
berasal dari keluarga yang macam-macam mbak, namun ketika
sudah memasuki gerbang sekolah, tidak ada perbedaan status
diantara siswanya, tidak pernah ada pelaporan kasus mengenai
176
sebuah gank ataupun bullying disini, bahkan siswa merasa nyaman-
nyaman saja berada di sekolah hal ini terbukti dari siswa yang
hingga sore masih saja di sekolah sekedar untuk mengobrol dengan
teman-teman nya atau apapun itu, itu tandanya siswa merasa
nyaman untuk berada di sekolah. Karena hal ini sudah ada regulasi
nya tersendiri yang tergabung dalam sebuah tata tertib sekolah
DAK : Kejujuran karena adanya sanksi yang rumit dan berat ketika
ketahuan mencontek, jadi sebaiknya jujur saja saat ulangan, ketika
ketahuan mencontek belum kalau disita handphone dan
pemanggilan orang tua, jadi sebaiknya jujur saja saat ulangan, guru
juga menghargai yang jujur daripada bagus tapi menyontek. Ada
kantin kejujuran, buku penemuan barang itu ada bukunya di ruang
wakasek humas mbak terus ada kantin kejujuran.
Kesimpulan: nilai kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan,
keberanian, kerja keras, tanggung jawab, keadilan, kesederhanaan sudah
diterapkan dalam perilaku siswa di sekolah. Guru sebagai kontrol dan juga
sebagai pemberi teladan sehingga nilai-nilai karakter positif tersebut dapat
tertanam dalam diri siswa.
9. Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dalam implementasi Program
Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
MK : Adanya sarana sekolah yang mendukung seperti kantin kejujuran,
kemudian waktu itu ada dana bantuan dari Kementrian untuk
penyelenggaraan program ini, kemudian dukungan dari orang tua
177
bagus ada support, kemudian partisipasi dari warga sekolah juga
semuanya mendukung.
ES : Faktor pendukungnya secara internal tentunya ada dukungan dari
semua warga sekolah untuk melaksanakan program pendidikan anti
korupsi. Setelah ada sosialisai kemudian tau, kemudian
melaksanakan. Pada saat sosialisasi kepala sekolah menyampaikan
bahwa pendidikan anti korupsi kan bisa diintegrasikan dengan mata
pelajaran di kelas, misalnya bahasa Indonesia bisa diselipkan
bacaan mengenai kasus korupsi, dan cara agar tidak terjangkit
korupsi. Jadi secara Sumber Daya Manusia, warga sekolah siap
melaksanakan. Kemudian pengajuan proposal kepada dinas juga
sudah disetujui, jadi semakin mendukung untuk keterlaksanaan
program ini.
AF : Kalau untuk faktor pendukungnya tentunya karena ada komitmen
dan partisipasi dari seluruh warga sekolah mulai dari Kepala
Sekolah, guru, dan semua siswa.
PS : Pertama karena sudah berkomitemen jadi adanya ketegasan sikap,
kemudian adanya pemberian contoh, dan adanya fasilitas.
HS : Tentunya dukungan dari warga sekolahnya sendiri. Dari siswa dan
dari guru yang mengajarkan dan memberikan keteladanan.
Kemudian untuk siswa mereka juga berpartisipasi aktif terhadap
kegiatan yang di selenggarakan sekolah.
178
Kesimpulan: Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan anti korupsi
diantaranya ialah adanya komitmen dan partisipasi dari seluruh warga
sekolah, dukungan dari orang tua dan masyarakat, dukungan dana dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta,
dan adanya sarana yang mendukung dari sekolah.
10. Apa sajakah yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi program
Pendidikan Anti Korupsi di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
MK : Hambatanya justru dari pihak eksternal. Karena bagaimanapun
juga siswa tidak bisa lepas komunikasi dari masyarakat. Di sekolah
siswa baik mengikuti regulasi yang ada, tetapi ketika dia ke
masyarakat ada satu dua yang melakukan kegiatan menyimpang
dari tujuan sekolah.
ES : Untuk faktor penghambatnya di SMA Negeri 6 ini ada beberapa
program yang dijalankan, seperti program adiwiyata dan
kewirausahaan, jadi ya penghambatnya karena banyak program
yang berlaku.
AF : Kalau penghambat karena ada beberapa program yang dijalankan
mbak. Seperti disini sekarang sedang menggalakkan sekolah
kewirausahaan, terus ada juga program adiwiyata. Itu sih mbak.
PS : Hambatanya dari individu-individu siswanya kadang masih ada
yang berbuat curang.
LDS : Banyaknya program yang dijalankan. Bahkan sekarang ini adanya
adiwiyata dan kewirausahaan jadi seperti kurangnya waktu
179
DAK : Terkadang masih ada beberapa teman yang berbuat curang. Disini
kan the research school of jogja, jadi siswa disibukkan dengan
membuat karya ilmiah, jadi menurutku di sman 6 itu terlalu banyak
program.
MH : Penghambatnya masih ada beberapa kecurangan yang terjadi
MT : Hambatanya untuk bisa menjadi pribadi yang terjauh dari sikap
korupsi itu butuh waktu lama tidak instan harus ada kesadaran dari
diri sendiri terlebih dahulu.
Kesimpulan: Faktor Penghambat implementasi program pendidikan anti
korupsi ini ialah pelaksanaan program yang dilakukan dalam waktu yang
hampir bersamaan di SMA Negeri 6 Yogyakarta, dan masih rendahnya
pemahaman siswa.
11. Bagaimanakah partisipasi / kepedulian guru mengenai program Pendidikan
Anti Korupsi dalam menginternalisasikan pembelajaran dikelas?
MK : Partisipasi Guru bagus. Mereka mensupport kegiatan tersebut
dengan baik dan menjalannya dengan mengintegrasikan nilai-nilai
anti korupsi pada mata pelajaran.
ES : Ya partisipasi guru tentu baik, disini sudah ada aturan untuk jam
masuk dan jam keluar jadi untuk kedisiplinan guru sudah baik. Dan
untuk program pendidikan antikorupsi juga guru
menginternalisasikan dengan mata pelajaran dikelas. Jadi ada
partisipasi dari guru, bukan ada tetapi semua berpartisipasi.
180
PS : Kalau bahasa Indonesia misalnya mnecari bacaan-bacaan terkait
misalnya kasus korupsi kemudian kita berikan penjelasan, atau
meminta siswa diskusi dengan studi kasus begitu.
AF : Kalau dikelas tidak lupa setiap akan test, siswa diberikan sugesti
seperti menuliskan bahwa ia mengerjakan hasil ujian dengan jujur.
Dengan begitu siswa akan mencoba untuk bersikap jujur. Jadi saya
dikelas mencoba menanamkan sikap-sikap terkait tindakan
antikorupsi kepada siswa dengan internalisasi seperti tadi. Selain
itu karena pendidikan agama relevan dengan pendidikan anti
korupsi. Bisa melalui diskusi dalam kelas mengenai tindakan
korupsi dan sikap antikorupsi.
HS : Sebagai guru biologi mengajarkan kepada siswa untuk selalu
berlaku jujur. Lebih baik hasil ulangan yang jujur daripada berbuat
curang. Contoh nya juga saat parktikum, data yang didapat oleh
siswa dicatat dan harus dijelaskan dengan sumber-sumbernya dan
itu merupakan salah satu penanaman kejujuran.
DAK : kita sudah bikin kesepakatan tentang kedisiplinan waktu, jadi
misal guru datang terlambat itu nanti kita diundur juga waktu jam
istirahatnya, jadi memang sudah kesepakatan. Kemudian dikelas
juga diajarkan untuk selalu berbuat jujur dan bertanggung jawab.
Misalnya saat guru mau mengadakan test kita disuruh menuliskan
bahwa mengerjakan ujian dengan jujur.
181
AHA : Sudah baik. Masalah kedisiplinan waktu, guru dan siswa dikelas
saya membuat kesepakatan gitu mbak. Misal masuk terlambat nanti
istirahatnya juga di potong.
SO : Sudah baik sih mbak misalnya cara mengajarnya dikelas juga
dikaitkan dengan kasus-kasus yang berkaitan dengan korupsinya
kemudian diberikan penjelasan gitu mbak, terus untuk kedisiplinan
waktu juga sudah baik.
MH : sudah baik, dengan adanya teguran-teguran apabila siswa berbuat
kecurangan, tetapi guru tidak hanya menegur namun juga
memberikan contoh.
Kesimpulan: Partisipasi dan kepedulian guru mengenai adanya Program
pendidikan anti korupsi sudah baik. Guru dalam pembelajaran dikelas
melakukan internalisasi nilai-nilai yang terkait dengan sikap antikorupsi
seperti kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab, dll kepada siswa. Guru mata
pelajaran menyelipkan nilai-nilai antikorupsi kedalam mata pelajaran yang
relevan melalui diskusi kelas dan studi kasus. Misalnya dengan mengadakan
diskusi mengenai kasus korupsi kemudian siswa menyampaikan pendapatnya.
Mengenai masalah kedisiplinan guru juga sudah sesuai dengan tata tertib
sekolah karena ada absensi harian dan guru yang terpaksa terlambat selalu
membuat kesepakatan bersama siswa, misalnya terlambat masuk kelas 5
menit maka jam istirahat akan dikurang 5 menit.
12. Bagaimanakah partisipasi / kepedulian siswa mengenai program Pendidikan
Anti Korupsi yang dilaksanakan di SMA N 6 Yogyakarta?
182
MK : Ya bagus karena siswa banyak berpartisipasi.
ES : Untuk siswa partisipasinya juga bagus karena mereka antusias
mengikuti kegiatan kreatif mengenai sikap-sikap antikorupsi.
AF : Secara umum baik, pada tataran sehari-hari ya melalui kantin
kejujuran. Di kota ini kan kantin kejujuran yang masih jalan hanya
SMAN 6. Otomatis jika kantin kejujuran disini masih eksis itu
berati tingkat kejujuran siswa disini tinggi. Kemudian juga adanya
buku penemuan barang. Itu menumbuhkan perilaku kepada siswa
untuk membiasakan sikap jujur.
PS : Ada perubahan, mereka lebih disiplin. Kemudian karena disini itu
mengedepankan proses bukan hasil, jadi saat ulangan siswa itu
sudah lebih bertanggung jawab atas apa yang ia jawab, tidak
menyontek, dan percaya diri mengerjakan tugas atau ujian.
HS : Perilaku anak-anak menjadi lebih jujur. Anak juga diberikan
wadah untuk mengembangkan sikap jujurnya misalnya dengan
adanya buku layanan penemuan barang.
LDS : Siswa dengan adanya peraturan yang sudah ditetapkan itu mereka
jadi lebih memilih untuk menghindari sikap mencontek itu karena
mengurus hal-hal seperti HP keluar, dan surat pemanggilan orang
tua itu akan ribet, jadi siswa memilih untuk jujur. Dan ada
bebrerapa anak yang sudah berani untuk menegur temannya apabila
ada yang menyontek dan bisa memberitahu kepada guru.
183
DAK : Jadi dulu sebelum ada sosialisasi kan saya taunya kalau korupsi
hanya uang saja, ternyata waktu juga bisa dikorupsi. Terus dari
pembuatan film itu jadi seperti memotivasi kita untuk selalu
berbuat baik saja begitu mbak.
SO : Jadi dengan adanya program pendidikan anti korupsi ini karena
sudah dipasangi banner dan selalu diperjelas saat pembinaan
upacara sih mbak, kalau aku pribadi jadi menyadari sikap-sikap
antikorupsi itu wajib diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
AHA : Jadi kita semakin paham apa itu korupsi dan bagaimana sebaiknya
kita bersikap agar terhindar dari sikap-sikap yang korupsi itu. Jika
ada teman yang berbuat curang apabila saya dekat dengan teman
itu maka saya akan bantu dia supaya tidak berbuat curang lagi.
MH : Sejauh ini saya tidak menyontek dan apabila ada teman yang
ingin berbuat kecurangan sebisa mungkin saya mencegah sebelum
ia nantinya terkena sanksi. Banyak juga pemasangan banner di
lorong-lorong, hal ini sebagai pengingat kepada kita semua untuk
tidak korupsi.
MT : Dengan adanya pembiasaan perilaku dan rumitnya hukuman
apabila melakukan kecurangan jadi membuat saya untuk selalu
berbuat yang tidak curang. Misalnya saat ujian, tidak menyontek.
Kesimpulan: Siswa berpartisipasi pada pelaksanaan kegiatan kreatif pada
Program Penddikan Anti Korupsi. Pada pelaksanaan proses pembelajaran
siswa pun berusaha untuk jujur dan tidak melakukan kecurangan, hal yang
184
mendasarinya ialah karena adanya pembiasaan perilaku yang berkarakter
positif.
13. Bagaimana tindak lanjut sekolah ke depannya terhadap Pendidikan Anti
Korupsi di sekolah?
MK : Ya pendidikan anti korupsi ini menjadi basic dasar dari
pendidikan pada umumnya. Jadi semua lini harus tertanam oleh
program anti korupsi itu. Jadi ini sebenarnya bukan hanya untuk
siswa, tetapi juga untuk semuanya misalnya bagaimana kita
membangun disiplin. Karena yang namanya korupsi itukan tidak
hanya korupsi uang tetapi juga korupsi waktu, dsb. Ketika
mengajar malah main WA (whatsapp) itu juga korupsi sebenarnya.
Artinya bagaimana kita membangun mindset teman-teman itu
supaya bekerja sesuai dengan tupoksi nya.
ES : Ya Harapannya semoga bisa terus terlaksana dan sekolah lain
dapat mengikuti dengan menerapkan program pendidikan anti
korupsi ini, karena kan setiap pemuda nantinya menjadi penerus
bangsa maka semua harus diberikan pendidikan anti korupsi.
AF : Mencoba pendidikan itu agar tidak bersifat incidental saja namun
rutin berupa pembekalan karakter. Dijaga kualitas dan
kontinuitasnya
PS : Ya semoga program ini tetap berjalan mengingat pentingnya
menumbuhkan sikap anti korupsi dalam diri setiap individu ya
mbak.
185
HS : Harapannya program ini akan berjalan terus dan membentuk
karakter siswa yang baik.
Kesimpulan: Pendidikan anti korupsi berjalan secara terus menerus karena
untuk keberhasilan dari program ini membutuhkan hasil yang tidak instan.
186
Lampiran 8. Foto Hasil Penelitian
1. Foto Surat Penugasan terkait Implementasi Pendidikan Anti Korupsi
187
188
2. Kegiatan Wawancara
Wawancara Dengan Kepsek Wakil Kepala Urusan Humas
Wawancara dengan Guru Wawancara dengan Guru selaku PJ
Kampanya Anti Korupsi
Wawancara dengan Siswa Wawancara dengan Siswa
3. Foto Kegiatan Implementasi Pendidikan Anti Korupsi
Sosialisasi dan Workshop PAK Lomba Cerdas Cermat Anti Korupsi
189
Banner Kegiatan Kreatif Anti Korupsi Stiker Anti Korupsi
Slogan Kantin Kejujuran Kantin Kejujuran
Banner PAK di Sekolah Banner di Sekolah
190
Lomba Pidato Anti Korupsi Lomba Video Parody Anti Korupsi
Pengembangan Media dan Pembinaan Melatih Kejujuran siswa
191
Lampiran 9. Surat Permohonan Izin Penelitian
1. Surat Permohonan Izin Observasi
192
2. Surat Permohonan Izin Peneitian
193
3. Surat Izin Penelitian
194
4. Surat Keterangan Penelitian SMAN 6 Yogyakarta
Top Related