i
IMPLEMENTASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI DESA
BEREMBANG KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN
MUARO JAMBI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
SKRIPSI
ADAM ADITIA
NIM. SPI 162527
PEMBIMBING
Dr. SAYUTI UNA, S. Ag, MH
RASITO, SH, M. Hum
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2020
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya :
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 1
1Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah ayat 11.
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pelaksanaan
perencanaan pembangunan dan implementasi perencanaan pembangunan di desa
Berembang kecamatan Sekernan kabupaten Muaro Jambi berdasarkan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanan Pembangunan
Nasional. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan
observasi, wawancara dengan beberapa narasumber di kantor Desa Berembang
dan dokumentasi dan data-data yang didapat dari dokumen kantor Desa
Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi dan dari hasil
penelitian penulis diketahui bahwa pelaksanaan sistem perencanaan pembangunan
desa Berembang melalui beberapa tahapan yaitu a) Pra Musrenbang/Musyawarah
desa dan pembentukan tim penyusunan tim penyusun RPJMDesa, b) Penyelarasan
arah kebijakan perencanaan pembangunan, c) Pengkajian keadaan, d)
Penyelarasan data desa, e) Musyawarah pembahasan rancangan RPJMDesa oleh
BPD, f )Penyempurnaan rancangan RPJMDesa oleh tim penyusun RPJMDesa, g)
Musrenbang oleh kepala desa yang berisikan Penetapan rancangan RPJMDesa
dan penetapan Perdes RPJMDesa. Implementasi perencanaan pembangunan di
desa Berembang sudah dilakukan berdasarkan undang-undang nomor 25 tahun
2004, tetapi dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala seperti kurangnya
sumber daya manusia (SDM) dari perangkat desa, sehingga belum optimalnya
pelaksanaan tugas pemerintah desa
Kata Kunci : Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
vii
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk bangsa dan negara terutama kepada
Bapak dan Ibu penulis yang bernama Bpk. M. Saman & Ibu Rosimah. Serta
saudara – saudari penulis yang bernama Masita & Zaitun, Daud M. Saman,
Anisah & (kakak), beserta seluruh keluarga penulis.
Juga kepada semua Bapak/Ibu guru MIN Berembang, MTS Negeri Berembang,
SMK Negeri 1 Muaro Jambi & Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan ilmu kepada kami sebagai
bekal dalam menuju kehidupan yang lebih baik, serta para motivasi - motivasi
dalam belajar terutama kepada : Datuk Sarmidi, Bang Nurmansyah, S.Sos.I, T.
Herman,S.Pd, Pak Rudi Hartono,S.Kom, Ndek Sabar, T Roma, Nde Anang,
Andika, Abid, Pak Rizki Armaidi,SSTP (Camat Kumpeh), B Amrullah Nde
Syamsuri, Uda Jaspendi, Do Bujang, Paman Holidi, Fenny Alvionita, Wiwin Setia
Rahayu, Nur Aini, Andre serta Bapak/ibu sdr/i lainnya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
Serta kepada teman-teman seperjuangan dan seangkatan yang selalu berbagi
pengalaman dan dorongan sehingga sama – sama dapat menyelesaikan
pendidikan ini, juga kepada keluarga besar LAM Muaro Jambi, PMI, Pramuka,
Karang Taruna, Alumni Th.2015 SMK Negeri 1 Muaro Jambi dan keluarga besar
Pemerintah Desa Berembang, semoga sukses slalu. Aamiin
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya skripsi
dengan judul “Implementasi perencanaan pembangunan di Desa Berembang
Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional“
dapat diselesaikan dengan baik. Salawat dan salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW Sang suri tauladan umat, yang telah membawa
manusia ke alam yang terang benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu
pengetahuan.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai ujian dan
cobaan, namun semua itu patut disyukuri, karena banyak sekali pengalaman dan
pelajaran yang penulis dapatkan dari penjelasan skripsi ini. Dukungan dan
motifasi dari berbagai pihak juga penulis dapatkan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Su’aidi, MA., Ph. D selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
2. Ibu Dr. Rafiqoh Ferawati selaku Wakil Rektor bidang akademik dan
pengembangan lembaga, bapak Dr. As’ad Isma., M. Pd selaku Wakil
Rektor bidang administrasi umum, perencanaan, dan keuangan, bapak Dr.
Bahrul Ulum, MA selaku Wakil Rektor bidang kemahasiswaan dan
kerjasama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
sekaligus sebagai dosen pembimbing akademik.
3. Bapak Dr. Sayuti, M.HI selaku Dekan fakultas Syari’ah UIN STS Jambi
sekaligus sebagai dosen pembimbing I.
4. Bapak Dr. Agus Salim, S. TH. I, MA, M. IR, Ph. D selaku wakil dekan
bidang akademik dan kelembagaan, bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, M.
Hum selaku wakil dekan bidang administrasi umum, perencanaan, dan
keuangan dan bapak Dr. H. Ishaq, SH, M. Hum selaku wakil dekan bidang
kemahasiswaan dan kerjasama fakultas Syari’ah UIN STS Jambi
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….....i
PERNYATAAN KEASLIAN ..............................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii
MOTTO.................................................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
PERSEMBAHAN.................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................8
C. Tujuan dan manfaat penelitian.....................................................................9
D. Kerangka teori............................................................................................10
E. Tinjauan pustaka........................................................................................34
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lokasi penelitian........................................................................................39
B. Pendekatan penelitian................................................................................39
C. Jenis dan sumber data................................................................................39
D. Instrumen dan pengumpulan data..............................................................41
E. Teknik analisis data...................................................................................43
F. Sistematika penulisan................................................................................44
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Berembang kecamatan Sekernan.........................................46
B. Demografi Desa Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro
Jambi..........................................................................................................49
C. Keadaan sosial Desa Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten
Muaro Jambi ............................................................................................50
D. Keadaan ekonomi Desa Berembang Kecamatan Sekernan Kabupatan
Muaro Jambi..............................................................................................53
xii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sistem Perencanaan Pembangunan di Desa Berembang Kabupaten
Muaro Jambi dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang sistem perencanaan pembangunan nasional ................................56
B. Implementasi perencanaan pembangunan di Desa Berembang
kabupaten Muaro Jambi dilihat dari Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004.........................................................................................68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................75
B. Saran-saran................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................80
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUMVITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah adalah
bagaimana membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat
mengemban misinya untuk mewujudkan pemerintahan yang baik yaitu
mensejahterakan masyarakat secara berkeadilan. Manusia adalah khalifah Tuhan,
dimana dalam melaksanakan tugasnya diberikan perlengkapan yaitu waliyu Illahi,
akal dan alam. Dua hal yang dituntut dari manusia sebagai khalifah yaitu manusia
dengan akalnya memahami kandungan wahyu Ilahi sebagai pedoman, petunjuk,
pemisah yang benar dan yang salah dan yang kedua manusia dengan akalnya
harus mampu memahami seluk beluk hal yang bersangkutan dengan alam ini, baik
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan maupun kekayaan yang terkandung
didalamnya. Dengan kata lain, seorang khalifah harus memiliki kesadaran
ideologis (pemahaman wahyu Illahi) dan kesadaran sosial (pemahaman alam)
untuk melahirkan dan menumbuhkan kesadaran berjuang merubah situasi dan
kondisi, membina dan memakmurkan alam ini atas petunjuk wahyu Illahi demi
kesejahteraan dan kebahagiaan isinya. Firman Allah dalam Surat At-taubah ayat
23 yang berbunyi
1
2
Artinya :
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan
saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan
kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka
wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.2
Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah harus
melaksanakan pembangunan. Pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan
bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan zaman. Terdapat dua hal yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah, yaitu
1. Perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh
masyarakatnya, dan perlu sensitif terhadap kebutuhan rakyatnya.
Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta
mau mendengarkan apa kemauan rakyat.
2. Pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang
dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata
lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan,
bukan hanya sebagai objek pembangunan.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat sangat bergantung
kepada peranan pemerintah dan masyarakat. Keduanya harus mampu
menciptakan sinergis. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat
mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan
melahirkan produk- produk baru yang kurang berarti bagi masyarakat, tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran
2 Al-Qur’an Surat At taubah 23
3
yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur
dan tidak terarah, yang akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru yang
berdampak pada kehidupan sosial ekonomi yang merosot tajam di dalam
masyarakat. Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga
membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan
dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena
akan menentukan di mana peran pemerintah dan di mana peran masyarakat,
sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis.
Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu
pulau dan sedikit daratan. Dengan daerah yang banyak, maka pemerintah
memberikan hak otonomi yang kita kenal otonomi daerah.Dengan adanyasistem
ini pemerintah daerah mempunyai kewenangan besar untuk merencanakan,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dalam program pembangunan yang
sesuai dengan aspirasi masyarakat.3
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 diterbitkan dengan alasan untuk
menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran
maka diperlukan perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia, sedangkan pembangunan
nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam
rangka mencapai tujuan bernegara. Jadi sistem perencanaan pembangunan
nasional adalah satu kesatuan tatacara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
3Akhmarudin, “Analisis perencanaan pembangunan di desa Penarah kecamatan Kundur
Utara kabupaten Karimun”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Pekanbaru 2013, hlm. 1.
4
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
Undang-undang tersebut secara rinci mengatur mengenai tahapan dalam
pembentukan perencanaan pembangunan nasional hingga perencanaan lanjutan
mulai dari pusat (nasional) hingga ke daerah (regional) maupun lembaga-lembaga
yang berwenang dalam proses pembentukan termasuk kewenangan evaluasi
pelakasaan perencanaan. Sistematika pembentukan perencanaan pembangunan
yang tersistematis/tersusun dengan metode top-down dan bottom-up
meniscayakan adanya kesinambungan antara rencana pembangunan pusat dengan
rencana pembangunan di daerah serta mengacu pada data-data yang relevan, hal
tersebut dimaksudkan agar terwujud sistem perencanaan pembangunan yang
konsisten, terarah, dan berkelanjutan.4
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Pemberian otonomi kepada
daerah sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 18 ayat (2) yang berbunyi :
“Pemerintah Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan”.5
Dalam hal penyusunan perencanaan pembangunan daerah agar konsisten
dan terarah maka dibentuklah aturan hukum yang menjadi dasar sekaligus acuan
dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah yaitu Undang-Undang
4Muhammad Reski Ismail ,“Tinjauan yuridis terhadap sistem perencanaan pembangunan
daerah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan daerah di Kabupaten Mamuju“,
Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar, 2017, hlm. 3. 5 Riski Sembiring, “Tinjauan yuridis terhadap peran dan tugas pokok BAPPEDA dalam
sistem pemerintahan daerah di kabupaten Karo, “ Jurnal Universitas Sumetera Utara Medan,
2017, hlm. 6.
5
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 54 Tahun 2010 sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 tersebut. Selain itu dalam menyusun perencanaan pembangunan
daerah dan proses penyusunannya, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Tentang SPPN mengamanatkan kepada pemerintah daerah masing-masing untuk
membentuk pedoman penyusunan pola perencanaan daerah masing-masing dalam
bentuk peraturan daerah. Pembangunan di suatu daerah sangat bergantung dari
pola perencanaan dan evaluasi pelaksanaannya. Pedoman yang sistematis mulai
dari RPJP nasional hingga turunannya ke RPJM daerah harus memerhatikan
keselarasan dan kesinambungannya.6
Desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional.
Kesuksesan pembangunan kabupaten/kota sangat bergantung kemampuan
birokrasi pemerintah dalam menggerakan pembangunan ditingkat desa, karena
desa memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Bukan hanya
dikarenakan sebagian besar rakyat Indonesia bertempat tinggal di desa, tetapi desa
memberikan sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional.
Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.7
Keberhasilan suatu perencanaan pembangunan desa tidak terlepas dari
peran pemerintah, baik pemerintah kabupaten/provinsi, pemerintah desa dan peran
6 Vriandy H. Regar, Dkk, “Perencanaan pembangunan di desa Kapoya kecamatan
Suluun Tareran kabupaten Minahasa Selatan, “Jurnal Administrasi Publik, volume IV no. 062,
hlm. 38.
7Akhmarudin, “Analisis perencanaan pembangunan di desa Penarah kecamatan Kundur
Utara Kabupaten Karimun” , 2016,hlm. 2.
6
dari masyarakat setempat. Menyusun rencana dan melaksanakan berbagai
program pembangunan di desa harus didukung oleh hasil sumber daya manusia
berserta potensi yang tersedia. Serangkaian kegiatan perumusan dan strategi yang
mungkin dikembangkan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia guna untuk mencapai sasaran pembangunan pedesaan secara efektif dan
efisien dalam rangka pembangunan nasional.
Membangun kemandirian desa dalam kerangka desa membangun harus
dimulai dari proses perencanaan desa yang baik, dan diikuti dengan tatakelola
program yang baik pula. Pembangunan pedesaanyang efektif bukanlah semata-
mata karena adanya kesempatan melainkan merupakan hasil dari penentuan
pilihan-pilihan prioritas kegiatan, bukan hasil coba-coba, tetapi akibat
perencanaan yang baik.8
Dalam konteks desa membangun, kewenangan lokal berskala desa telah
diatur melalui Permendes PDTT Nomor 1 Tahun 2015, yang menyebutkan bahwa
kriteria kewenangan lokal berskala desa meliputi:
a. Kewenangan yang mengutamakan kegiatan pelayanan dan
pemberdayaan masyarakat;
b. Kewenangan yang mempunyai lingkup pengaturan dan kegiatan hanya
di dalam wilayah dan masyarakat desa yang mempunyai dampak
internal
c. Kewenangan yang berkaitan dengan kebutuhan dan kepentingan
sehari-hari masyarakat desa;
d. Kegiatan yang telah dijalankan oleh desa atas dasar prakarsa desa;
8Kementerian desa, Pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi daerah tertinggal,
Buku 6, “Perencanaan pembangunan desa”, tahun 2015, hlm.10.
7
e. Program kegiatan pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dan pihak ketiga yang telah diserahkan dan dikelola
oleh desa; dan
f. Kewenangan lokal berskala desa yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan tentang pembagian kewenangan pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.9
Untuk melaksanakan kewenangan lokal bersakala desa tersebut, maka
pemerintah desa perlu menyusun perencanaan desa yang melibatkan seluruh
komponen masyarakat desa. Proses perencanaan yang baik akan melahirkan
pelaksanaan program yang baik, dan pada gilirannya akan menumbuhkan
partisipasi masyarakat untuk terlbat dalam pembangunan desa. Proses
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sendiri kegiatan pembangunan
desa merupakan wujud nyata dari kewenangan mengatur dan mengurus
pembangunan desa yang berskala lokal desa.
Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan
kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota. Perencanaan dan pembangunan desa dilaksanakan oleh
pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat
gotong royong. Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan pembangunan desa.10
Desa Berembang adalah salah satu desa dalam kecamatan Sekernan
kabupaten Muaro Jambi. Sebelum menjadi desa depenitif, desa Berembang berdiri
9Kementerian desa, Pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi daerah tertinggal,
Buku 6, “Perencanaan pembangunan desa”, tahun 2015, hlm 12.
10
Vriandy H. Regar, Dkk, “Perencanaan pembangunan di desa Kapoya kecamatan
Suluun Tareran kabupaten Minahasa Selatan, “Jurnal administrasi publik, volume IV no. 062,
2018, hlm. 42.
8
sebelum Indonesia merdeka, ditunjukkan adanya piagam desa Berembang dari
Residen Jambi tanggal 14 Maret 1937,ditanda tangani oleh Sultan Parendangan.
isi dari piagam desa Berembang dari Residen Jambi tanggal,14 Maret 1937. Desa
Berembang dilihat dari tofografi dan kultur tanah secara umum datar dan dataran
rendah yang berada pada secara keseluruhan sebagai desa agraris, maka usaha
pertanian, peternakan dan perkebunan dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik. Menurut wawancara awal peneliti dengan bapak M. Ridho sebagai Kasi
Kesejahteraan Desa Berembang, maka dalam hal ini penulis tertarik untuk
meneliti bagaimana sistem perencanaan pembangunan dan bagaimana
implementasi perencanaan pembangunan di desa Berembang kecamatan Sekernan
kabupaten Muaro Jambi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.
Dalam wawancara awal penulis dengan bapak M. Ridho tersebut diketauhui
bahwa pemerintah Desa Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro
Jambi ini belum sepenuhnya melaksanakan sistem perencanaan pembangunan
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004.
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik
untuk menyusun skripsi tentang kajian hukum dengan judul“ Implementasi
perencanaan pembangunan di desa Berembang kecamatan Sekernan kabupaten
Muaro Jambi ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional “
B. Rumusan Masalah
Untuk menghindari penelotian ini tidak meluas, maka penulis membatasi
penelitian ini hanya melakukan penelitian di Desa Berembang Kecamatan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. Berdasarkan latar belakang masalah yang
9
telah penulis jelaskan sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem perencanaan pembangunan di desa menurut Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional?
2. Bagaimana implementasi perencanaan pembangunan di Desa Berembang
ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.
1. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sistem perencanaan pembangunan di desa Berembang
Kabupaten Muaro Jambi dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 Tentang Sistem Perencanaan Nasional
b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi perencanaan pembangunan di
Desa Berembang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
2. Kegunaan penelitian
a. Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman
dan wawasan bagi penulis sendiri terhadap pembentukan sistem
perencanaan pembangunan di Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Nasional dan bagaimana implementasi perencanaan
10
pembangunan di Desa Berembang ditinjau dari Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
b. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata
Satu (S1) di fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
c. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi
dan praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang
akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
d. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lainnya yang mempunyai tema
dan rumusan masalah yang sama dengan yang penulis teliti saat ini.
D.Kerangka Teori
1. Konsep Implementasi Perencanaan Pembangunan Desa
Dalam pelaksanaan pembangunan perencanaan merupakan proses penting
untuk mecapai hasil yang diinginkan, perencanaan pembangunan desa merupakan
hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintahan desa. Perencanaan
pembangunan desa merupakan wujud dari visi misi kepala desa terpilih yang
dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah desa. Dalam
pelaksanaan proses perencanaan tersebut kepala desa harus melibatkan
masyarakat sebagai subyek pembangunan, proses yang melibatkan masyarakat ini,
mencakup dengar pendapat terbuka secara eksstensif dengan sejumalah besar
warga negara yang mempunyai kepedulian, dimana dengar pendapat ini disusun
dalam suatu catatan untuk mempercepat para individu, kelompok kelompok
kepentingan dan para pejabat agensi memberikan kontribusi mereka kepada
pembuatan desain dan redesain kebijakan dengan tujuan mengumpulkan informasi
sehingga pembuat kebijakan bisa membuat kebijakan lebih baik. Dengan
pelibatan tersebut maka perencanaan menjadi semakin baik, aspirasi masyarakat
semakin tertampung sehingga tujuan dan langkah langkah yang diambil oleh
pmerintah desa semakin baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam
11
ketentuan umum Permendagri lebih jelas dikatakan pada Pasal 1 ayat 10,
Perencanaan Pembangunan Desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa. Pembangunan merupakan sebuah proses kegiatan yang
sebelumya tidak ada menjadi ada, atau yang sebelumnya sudah ada dan
dikembangkan menjadi lebih baik, menurut Myrdal (1971) pembangunan adalah
sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Artinya bahwa
pembangunan bukan melulu pembangunan ekonomi, melainkan pembangunan
seutuhnya yaitu semua bidang kehidupan dimasyarakat.11
Dalam pelaksanaan pembangunan pelibatan masyarakat sangatlah perlu
untuk dilakukan karena dengan partisipasi masyarakat maka proses perencanaan
dan hasil perencanaan sesuai dengan kebutuhan. Dengan peningkatan pelibatan
masyarakat dalam proses pembangunan maka diharapkan hasil pembangunan
sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan tujuan pembangunan itu sendiri
sebagaimana disebutkan dalam Permendagri 114 Pasal 1 ayat 9. Pembangunan
Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa. Dari uaran tersebut sangatlah jelas
bahwa pembangunan yang melibatkan masyarakat secara aktif akan mampu
mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan kewenangan yang begitu besar maka
desa wajib membuat perencanaan pembangunan dalam bentuk Rencana
pembangunan Jangka menengah desa yang dioperasionalkan dalam kegiatan
tahunan dalam bentuk rencana kerja pembangunan tahunan RKP Desa.12
Dalam proses perencanaan Pembangunan desa yang harus dilihat dan
dipahami bahwa Perencanaan pembangunan desa merupakan suatu panduan atau
model penggalian potensi dan gagasan pembangunan desa yang menitikberatkan
pada peranserta masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan. Secara garis
besar garis besar perencanaan desa mengandung pengertian sebagai berikut;
11
Ernady Syaodih. “Manajemen Pembangunan”, (Bandung :RefikaAditama, 2015), hlm
10. 12
Ibid, hlm 11.
12
a. Perencanaan sebagai serangkaian kegiatan analisis mulai dari identifikasi
kebutuhan masyarakat hingga penetapan program pembangunan;
b. Perencanaan pembangunan lingkungan; semua program peningkatan
kesejahteraan, ketentraman, kemakmuran dan perdamaian masyarakat di
lingkungan pemukiman dari tingkat RT/RW, dusun dan desa;
c. Perencanaan pembangunan bertumpu pada masalah, kebutuhan, aspirasi dan
sumber daya masyarakat setempat;
d. Perencanaan desa menjadi wujud nyata peran serta masyarakat dalam
membangun masa depan; dan
e. Perencanaan yang menghasilkan program pembangunan yang diharapkan
dapat memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan, kemakmuran
dan perdamaian masyarakat dalam jangka panjang.13
Agar perencanaan pembangunan desa terarah dan dapat menjadi pedoman
bersama seluruh desa di Republik Indonesia, maka Permendagri 114 tentang
perencanaan desa mengatur secara spesifik dalam proses dan langkah langkah
penyusunan. Penyusunan RPJM Desa meliputi:
a. Pembentukan tim penyusun RPJM Desa;
Tim penyusun RPJM Desa merupakan tim yang dibentuk oleh kepala
desa melalui Surat keputusan Kepala Desa dengan struktur kepala desa
sebagai Pembina, sekretaris desa sebagai ketua dan ketua lembaga
pemberdayaan sebagai sekretaris dengan anggota tokoh masyarakat,
kader pemberdayaan masyarakat serta wakil perempuan. Jumlah tim
penyusun ini paling sedikit 7 orang dan paling banyak 11 orang;
b. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan
kabupaten/kota;
Penyelarasan arah kebijakan ini merupakan kegiatan untuk
mengintegrasikan perencanaan pembangunan kabupaten kota dengan
desa. Dengan adanya penyelarasan maka diharapkan perencanaan
pembangunan kabupaten dan kota akan selaras dan kegiatan
pembangunan kabupaten kota dapat masuk ke dalam perencanaan
13
Borni Kurniawan, Desa mandiri, desa membangun, (Jakarta : Kementerian Desa,
Pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi Republik Indonesia, 2015), hlm 15.
13
pembangunan desa. Ini diperlukan karena kegiatan pembangunan harus
berdasar pada RPJM desa.
Penyelarasan pembangunan tersebut meliputi:
a) Pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota;
b) Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah;
c) Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota;
d) Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
e) Rencana pembangunan kawasan perdesaan
c. Pengkajian keadaan Desa;
Pengkajian keadaan Desa merupakan proses melihat secara obyektif
kondisi desa dengan melibatkan masyarakat yang dikoordinasikan oleh
Tim perumus. Dalam kegiatan ini proses yang harus dilakukan adalah
penyelarasan data desa, penggalian gagasan dan penyusunan laporan
hasil penggalian gagasan dari masyarakat;
d. Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah Desa;
Setelah dilakukan rekapitulasi dan disampaikan kepada kepala desa
maka kepala desa kemudian menyampaikan kepada BPD untuk
dilakukan Pembahasan dalam musyawarah Desa dengan menfokuskan
pada arah pembangunan desa, prioritas pembangunan desa yang
dilakukan secara demokratis dan partisipatif.14
e. Penyusunan rancangan RPJM Desa;
Hasil musyawarah desa kemudian disusun oleh Tim perumus ke dalam
format penyusunan rancangan rencana pembangunan jangka menengah
desa dengan memperhatikan hasil musyawarah desa dan hasilnya
disampaikan ke kepala desa untuk dapat diperiksa dan ditelita sebelum
dilakukan musyawarah perenncanaan pembangunan Desa
(Musrenbangdes)
f. Penyusunan rencana pembangunan Desa melalui musyawarah
perencanaan pembangunan Desa
Hasil dari penyusunan rancangan rencana pembangunan desa kemudian
dibahas melalui Musrenbangdes dengan tujuan untuk menyusun Rencana
14
Ibid, hlm 16.
14
Pembangunan jangka menengah desa dan menyepakati secara bersama
untuk dapat ditetapkan dalam Perdes Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa
g. Penetapan RPJM Desa.
Setelah dilakukan Musrenbangdesa dan diperoleh kesepakatan secara
bersama, maka Tim penyusun kemudian melakukan revisi atas apa yang
sudah dibahas dalam musyawarah tersebut kemudian kepala desa
membahas bersama raperdes tentang RPJM desa dengan Badan
permusyaratan desa untuk dijadikan peraturan desa.15
2. Sistem Pembangunan Pedesaan
Pembangunan pedesaan adalah pembangunan berbasis pedesaan yang
mengedepankan kearifan local kawsan pedesaan yang mencakup struktur
demografi masyarakat, karateristik sosisosial budaya, karateristik fisik/geografis,
pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa kota, sektor
kelembagaan desa, dan karateristik kawasan pemukiman. Penomena kesenjangan
perkembangan antar wilayah disuatu negara, meliputi wilayah-wilayah yang
sudah maju dan wilayah-wilayah yang sedang berkembang memicu kesenjangan
sosila antar wilayah. Salah satu faktor terjadi kesenjangan antara desa dan kota
karena pembangunan yangb bias perkotaaan, sektor pertanian yang identik dengan
ekonomi pedesaan mengalami kemerosotan dibandingkan dengan pertumbuhan
sektor industri dan jasa perkotaan, untuk mengatasi hal tersebut, setiap negara
mencoba melakukan tindakan intervensi untuk menanggulangi tingkat
kesenjangan tersebut dengan melakukan pembangunan pedesaan. 16
Faktor kemiskinan yang terjadi dimasyarakat pedesaan cenderung bersifat
struktural dibangdingkan bersifat kultural. Dalam kasus ini masyarakat pedesaan
15
Ibid, hlm 17. 16
Borni Kurniawan, Desa mandiri, desa membangun, (Jakarta : Kementerian Desa,
pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi Republik Indonesia, 2015), hlm 32.
15
diidentikkan dengan perilaku dan sikap yang dianggap kolot dan tradisional
dihadapkan dengan sikap dan perilaku orang kota yang maju dan modern.
Terjadinya keterbelakangan sosial masyarakat deas dalam pembangunan
disebabkan karena sulitnya masyarakat desa menerima budaya modernisasi, sulit
untuk menerima tekhnologi baru, malas dan tidak mempunyaimotivasi yang kuat,
merasa cukup puas dengan pemenuhan kebutuhan pokok yang paling dasar dan
budaya berbagi kemiskinan bersama.
Pembangunan yang berbasis pedesaan diberlakukan untuk memperkuat
fondasi perekonomian negara, mempercepat pengentasan kemiskinan dan
pengurangan kesenjangan perkembangan antar wilayah, sebagai solusi bagi
perubahan sosial desa sebagai basis perubahan. Dalam realisasinya, pembangunan
pedesaan memungkinkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi digerakkan ke
pedesaan sehingga desa menjadi tempat yang menarik sebagai tempat tinggal dan
mencari penghidupan.Infrastruktur desa, seperti irigasi, sarana dan prasarana
transportasi, listrik, telepon, sarana pendidikan, kesehatan dan sarana- sarana lain
yang dibutuhkan, harus bisa disediakan sehingga memungkinkan desa maju dan
berkembang.17
Perencanaan Pembangunan Nasional dan daerah akan terlaksana dengan
baik, sinergis dan terarah apabila diawali dengan perencanaan yang matang dan
memperhatikan aspek kontinuitasnya. Perencanaan yang lebih menyeluruh,
terarah dan terpadu diperlukan untuk menjamin laju perkembangan di Indonesia,
dalam mencapai suatu masyarakat yang adil, sejahtera dan makmur. Seiring
17
Borni Kurniawan, Desa mandiri, desa membangun, (Jakarta : Kementerian Desa,
pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi Republik Indonesia, 2015), hlm 36.
16
dengan makin mantapnya pelaksanaan pembangunan nasional dan daerah, maka
sebagai konsekuensi logisnya adalah bahwa Pemerintah Pusat maupun Daerah
dituntut untuk lebih siap dan mandiri dalam menyusun strategi pembangunan
dalam rangka mengembangkan daerahnya sehingga mampu menghadapi era
globalisasi dan persaingan yang semakin kompetitif. Perencanaan Pembangunan
yang baik akan mampu menjamin terlaksananya pembangunan yang menyeluruh
terarah dan terpadu. Perencanaan tersebut harus disesuaikan dengan tujuan yang
ingin dicapai agar apa yang hendak dilaksanakan benar-benar dapat terwujud
dengan baik. 18
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam rangka mendorong proses
pembangunan secara terpadu dan efesien, pada dasarnya perencanaan
pembangunan nasional di Indonesia mempunyai 5 tujuan dan fungsi pokok.
Adapun tujuan dan fungsi pokok perencanaan pembangunan tersebut sebagai
berikut:
1. Untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan
2. Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar
Daerah.
3. Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.
4. Untuk mengoptimalkan partisipasi dan peran masyarakat dalam
perencanaan.
18
Ibid, hlm 38.
17
5. Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif dan adil. 19
Ketentuan umum Undang-Undang Desa mendefinisikan pembangunan desa
adalah “upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat desa”. Sedangkan tujuan pembangunan desa dinyatakan
di dalam pasal 78 ayat (1), yaitu “meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa
dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi
ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara
berkelanjutan”. “Dalam pelaksanaannya pembangunan desa penting untuk
mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna
mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial” sebagaimana
dinyatakan di dalam pasal 78 ayat (3).20
Berdasarkan pasal 78, tahapan-tahapan dalam pembangunan desa terdiri
dari: (i) perencanaan pembangunan desa; (ii) pelaksanaan pembangunan desa; (iii)
pengawasan dan pemantauan pembangunan desa. Dokumen rencana
pembangunan desa merupakan satu-satunya dokumen perencanaan di desa dan
sebagai dasar penyusunan APB desa. Penyusunan rencana desa itu dilakukan
melalui Musrenbang Desa yang mengikutsertakan masyarakat
Tujuan pembangunan desa adalah :
19
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. 20
Ernady Syaodih. “Manajemen pembangunan”, (Bandung :RefikaAditama, 2015),hlm 18
18
1. Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.
2. Pembangunan desa meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan.
3. Pembangunan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan
guna mewujudkan pengarusutamaan perdamaian dan keadilan sosial.21
Tujuan dari pembangunan perdesaan, dengan redaksional pembangunan
perdesaan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan
peran masyarakat desa dalam setiap tahapan pembangunan dengan tetap
menjamin terpeliharanya ada istiadat setempat.Ruang lingkup pembangunan
perdesaan, dengan redaksional, pembangunan perdesaan meliputi pembangunan
infrastruktur dan sumberdaya manusia perdesaan. Tahapan pembangunan
perdesaan dengan redaksional pembangunan perdesaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 diselenggarakan melalui tahapan:
a. Perencanaan;
b. Pelaksanaan;
c. Pengawasan; dan
d. Evaluasi.22
21
Ernady Syaodih. “Manajemen pembangunan”, (Bandung:Refika Aditama, 2015), hlm
23. 22
Kementerian desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi, indeks desa
membangun ,2015,hlm 20.
19
Sistem informasi pembangunan perdesaan, dengan redaksional “informasi
kegiatan seluruh tahapan pembangunan perdesaan memanfaatkan sistem
informasi pembangunan perdesaan. Pembangunan Indonesia pada dasarnya adalah
upaya pemenuhan keadilan bagi rakyat Indonesia. Pembangunan dilaksanakan
berdasar rencana besar bangsa Indonesia melalui perencanaan nasional, provinsi,
kabupaten dan desa. Dalam melakukan perencanaan pembangunan dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) secara legal menjamin aspirasi masyarakat dalam
pembangunan dalam kesatuannya dengan kepentingan politis (keputusan
pembangunan yang ditetapkan oleh legislatif) maupun kepentingan teknokratis
(perencanaan pembangunan yang dirumuskan oleh birokrasi). Aspirasi dan
kepentingan masyarakat ini dirumuskan melalui proses perencanaan partisipatif
yang secara legal menjamin kedaulatan rakyat dalam berbagai program/proyek
pembangunan desa. Perencanaan partisipatif yang terpadukan dengan perencanaan
teknokratis dan politis menjadi wujud nyata kerjasama pembangunan antara
masyarakat dan pemerintah.23
Dalam perkembanganya lahirlah Undang Undang Desa Nomor 06 Tahun
2014 Tentang Desa, bahwa perencanaan pembangunan harus dilakukan disetiap
desa dan menjadi kewajiban desa sebagai upaya perencanaan pembangunan yang
sistematis. Sebenarnya dari dulu perencanaan sudah dianjurkanakan tetapi kondisi
desa yang belum memungkinkan untuk membuat perencanaan secara baik. Baru
pada awal 2010 ketika muncul program perencanaan sistem pembangunan
23
Nunuk Riyani, Analisis pengelolaan dana desa, (Surakarta:Skripsi, 2016), hlm 10.
20
Partisipatis (P2SPP) sebagai awal integrasi program pembangunan dengan
memadukan pendekatan tekhnokratis, politis dan partisipatif.24
Desa sekarang telah memiliki kewenang yang cukup besar, Pasal 1 ayat 1
peraturan Menteri Dalam Negeri, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
kewenangan yang besar tersebut desa dalam perkembanganya harus mampu
menyusun perencanaan pembangunan dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan didesa. Sebenarnya pelibatan masyarakat atau partisipasi
pembangunan desa sudah dimulai dari program program pemberdayaan.
Program-program pemberdayaan tersebut dijalankan karena ada pandangan
bahwa pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan desa kurang efektif.
Program yang pernah ada semisal program IDT, P3DT, PPK, PNPM PPK, PNPM
mandiri Perdesaan merupakan langakh awal dari upaya membangun desa melalui
masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Community Development.
Pembangunan yang berbasis masyarakat, dengan melibatkan masyarkat dalam
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi ini pada perkembanganya dirasa cukup efektif
sebab dengan melibatkan mereka, pembangunan semakin dekat dengan kebutuhan
dan ini adalah inti dari tujuan pembangunan itu sendiri.25
24
Rosfa N. Azizah, Strategi optimalisasi pembangunan infrastruktur desa melalui
program pemberdayaan masyarakat,Skripsi UIN Raden Intan Lampung 2017,hlm 17.
25
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional 2014, “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019”, tahun 2014,
hlm. 3
21
Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya sistematis dan terencana oleh
masing-masing maupun seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu
keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel, dengan tujuan
akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara
berkelanjutan. Upaya sistematis dan terencana tadi tentu berisi langkah-langkah
strategis, taktis dan praktis, karena masing-masing negara memiliki usia
kedaulatan, sumber daya andalan dan tantangan yang berbeda.Untuk
memudahkan tercapainya cita-cita mulia tadi, suatu perencanaan pembangunan
memerlukan penetapan tahapan-tahapan berikut prioritas pada setiap tahapan,
yang bertolak dari sejarah, karakter sumber daya yang kita miliki dan tantangan
yang sedang dihadapi. Hingga saat ini, tetap dipandang perlu adanya tahapan
jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan untuk mencapai tujuan
universal maupun tujuan khusus dari pembangunan nasional NKRI.26
Sebagai pengganti dari Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan
mulai berlaku sejak tahun 2005, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan
rencanarencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat pusat dan daerah.27
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun
26Kementerian perencanaan pembangunan nasional/ Badan perencanaan pembangunan
nasional 2014, “Rencana pembangunan jangka menengah nasional 2015-2019”, tahun 2014, hlm
18.
27
Muhammad Reski Ismail , “Tinjauan yuridis terhadap sistem perencanaan
pembangunan daerah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan..., hlm. 12.
22
2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, RPJMN
merupakan acuan bagi kementerian/lembaga dalam menyusun rencana strategis
(Renstra) masing-masing.
Pembentukan sistem perencanaan pembangunan nasional didasarkan pada
beberapa landasan agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan
bersasaran yaitu, landasan filosofis dan landasan yuridis. Landasan filosofis yaitu
cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah berkehidupan kebangsaan yang bebas,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, tujuan nasional dengan dibentuknya
pemerintahan adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, Tugas pokok setelah kemerdekaan adalah
menjaga kemerdekaan serta mengisinya dengan pembangunan yang berkeadilan
dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, serta
agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka
diperlukan perencanaan pembangunan.28
Sedangkan landasan yuridis berupa peraturan perundang-undangan di
dalam perencanaan dan penganggaran, terdiri dari Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
28Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pemerintah Desa, hlm 4.
23
Nasional (RPJPN) 2005- 2025, Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2016
Tentang RKP tahun 2017, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 Tentang
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga yang direvisi menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010, Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2006 Tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tatacara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antar Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2015- 2019.29
Ruang lingkup perencanaan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPNasional), Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMNasional), Renstra Kementerian/Lembaga (Renstra KL),
Peraturan Pimpinan KL, Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Peraturan Presiden
dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja KL), Peraturan Pimpinan KL.
Dalam penyusunan perencanaan pembangunan baik nasional maupun
daerah diawali dengan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan
29.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pemerintah Desa, hlm 5.
24
(Musrenbang). Musyawarah perencanaan pembangunan yang selanjutnya
disingkat Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana
pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.30
Musrenbang memiliki beberapa bagian/tahapan penyelenggaraan proses
yaitu:
1. Musrenbang Desa/Kelurahan
2. Musrenbang Kecamatan
3. Forum SKPD Kabupaten/Kota
4. Musrenbang Kabupaten/Kota
5. Pasca Musrenbang Kabupaten/Kota
6. Forum SKPD Provinsi
7. Rapat Koordinasi Pusat (Rakorpus)
8. Musrenbang Provinsi.
9. Pasca Musrenbang Provinsi
10. Musrenbang Nasional.31
3. Perencanaan Pembangunan Pedesaan
Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah desa dengan melibatkan Badan
Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna
pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa.32
30Pasal 1 Ayat 21 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, hlm 2.
31
Muhammad Reski Ismail , “Tinjauan yuridis terhadap sistem perencanaan
pembangunan daerah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan , skripsi, jurusan hukum tata
negara, UIN banten, 2017,hlm. 25. 32
Sri Indra, Perencanaan pembangunan daerah,(Depok : Kencana, 2017),hlm 12
25
Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan
didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah
dalam jangka waktu tertentu. Perencanaan daerah sebagai suatu bentuk
perencanaan (pembangunan) yang merupakan implementasi atau penjabaran dari
perencanaan pusat (nasional). Dalam hal ini, bisa terjadi dua kemungkinan yaitu
a. Perencanaan daerah adalah bagian dari perencanaan pusat dan
b. Perencanaan daerah adalah penjelasan mengenai rencana nasional yang
diselenggarakan di daerah. Proses penyusunannya bisa dilakukan
melalui top down atau bottom up.33
Perencanaan pembangunan desa memiliki makna mendasar dalam
perencanaan pembangunan desa, yaitu :
1) Penyususnan PPD adalah bagian dari penyelenggaraan daerah
2) PPD disusun secara partisipatif oleh pemerintah desa dan dalam
penyusunannya wajib melibatkan Lembaga Kemasyarakatan
3) PPD terdiri dari RPJM desa dan RKP desa
4) PPD didasarkan pada data dan informasi yang akurat.
Perencanaan pembangunan desa merupakan suatu panduan atau model
penggalian potensi dan gagasan pembangunan desa yang menitikberatkan pada
peranserta masyarakat dalam keseluruhan proses pembangunan.perencanaan
pembangunan desa harus melalui proses penggalian gagasan, dan melibatkan
masyarakat serta mengidentifikasi sumber daya yang ada. Dalam upaya
33Masjudin Ashari, dkk, “Analisis perencanaan pembangunan daerah di kabupaten
Lombok Utara (Studi kasus perencanaan partisipatif tahun 2009-2013)”, Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik, vol. 6, No. 2, desember 2015, hlm. 165.
26
mewujudkan tata kelola pemerintahan desa yang baik. Perencanaan pembangunan
bertumpu pada masalah, kebutuhan, aspirasi dan sumber daya masyarakat
setempat.34
Sebagaimana diatur di dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114
Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembangunan Desa, disebutkan bahwa
perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan Badan
permusyawaratan desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan
dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan desa.35
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa,
pemerintah desa didampingi oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang secara
teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota. Untuk
mengoordinasikan pembangunan desa, kepala desa dapat didampingi oleh tenaga
pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat desa, dan/atau pihak
ketiga. Camat atau sebutan lain akan melakukan koordinasi pendampingan di
wilayahnya. Selain itu pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan
desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan
pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan dan pembangunan desa dilaksanakan
oleh pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan
34Vriandy H. Regar, Dkk, “Perencanaan pembangunan di desa Kapoya kecamatan
Suluun Tareran kabupaten Minahasa Selatan.. hlm.40. 35
Bagir Manan, Menyongsong fajar otonomi daerah, PSH FH-UII, Yogyakarta, 2001.hlm
31.
27
semangat gotong royong. Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan
terhadap pelaksanaan pembangunan desa.36
Pembangunan desa mencakup bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa. Perencanaan pembangunan desa disusun secara
berjangka meliputi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes)
untuk jangka waktu 6 (enam) tahun dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa
atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa), merupakan
penjabaran dari RPJM desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.37
Rencana pembangunan jangka menengah desa dan rencana kerja
pemerintah desa, ditetapkan dengan peraturan desa. Perencanaan pembangunan
desa adalah sebuah kewajiban pemerintah dan masyarakat keduanya harus
bersinergi agar kemajuan menjadi hasil akhirnya dan yang terpenting disini
perencanaan pembangunan tidak harus terfokus pada pembangunan fisik tapi juga
pembangunan manusia, karena nantinya kualitas manusia yang akan menentukan
pembangunan itu berhasil atau tidak.38
Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara transparan, responsif,
efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan
yang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang
dilaksanakan untuk 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
36Vriandy H. Regar, Dkk, “Perencanaan pembangunan di desa Kapoya kecamatan
Suluun Tareran kabupaten Minahasa Selatan.., hlm.42. 37
Bagir Manan, Menyongsong fajar otonomi daerah, PSH FH-UII, Yogyakarta, 2001.hlm
33.
38
Vriandy H. Regar, Dkk, “Perencanaan Pembangunan di Desa Kapoya Kecamatan
Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan.., hlm.44
28
(RPJMD) yang dilaksanakan selama 5 tahun dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) untuk periode satu tahun.
Terkait dengan pencapaian pembangunan secara nasional, daerah juga
memiliki hasil-hasil pembangunan mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh
pemerintah pusat, dikarenakan dokumen perencanaan didaerah harus mengacu
pada dokumen perencanaan diatasnya. Proses terbentuknya dokumen perencanaan
melalui perencanaan pembangunan harus melibatkan masyarakat karena
merupakan perencanaan melalui pendekatan partisipatif sesuai amanat dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Jadi perencanaan pembangunan daerah di samping
menggambarkan kepentingan lokal juga merupakan penjabaran dari perencanaan
pusat (nasional).39
4. Pemerintah Desa
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tersebut, Pemerintah
Desa atau Pemdes merupakan lembaga pemerintah yang bertugas mengelola
pemerintahan di wilayah tingkat desa. Lembaga ini diatur dalam ketentuan Pasal
216 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah. Oleh karena itu, lembaga pemerintahan desa juga dilindungi hukum yang
artinya
i. Setiap wilayah pemerintahan pasti akan dipimpin oleh mereka yang
terpilih dan untuk melaksanakannya, Pemerintahan Desa tersebut yang
dipimpin Kepala Desa. Tugasnya tertuang dalam paragraf 2 pasal 14
39
Agus Sugiarto dan Dyah Mutiarin, “Konsistensi perencanaan pembangunan daerah
dengan anggaran daerah, “Journal of governance and public policy, vol. 4 no. 1 february 2017,
hlm. 3.
29
ayat (1) yang berisi kepala desa yang bertugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan, pembangunan, serta kemasyarakatan.
ii. Dalam menjalankan pemerintahannya, Kepala Desa memiliki beberapa
kewenangan seperti kewenangan memimpin penyelenggaraan
pemerintahan berdasarkan kebijakan. Penyelenggaraan pemerintahan
ini nantinya tidak akan ditetapkan sendiri, melainkan akan ditetapkan
bersama dengan Badan Perwakilan Desa (BPD).40
Hal mengenai pemerintah desa yang juga disebut sebagai Pemdes diatur
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005. Menurut Undang-Undang
tersebut, Pemerintah Desa atau Pemdes merupakan lembaga pemerintah yang
bertugas mengelola pemerintahan di wilayah tingkat desa. Lembaga ini diatur
dalam ketentuan pasal 216 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Tentang Pemerintahan Daerah. Oleh karena itu, lembaga pemerintahan desa juga
dilindungi hukum. Setiap wilayah pemerintahan pasti akan dipimpin oleh mereka
yang terpilih dan untuk melaksanakannya, pemerintahan desa tersebut yang
dipimpin kepala desa. Tugasnya tertuang dalam paragraf 2 Pasal 14 ayat (1) yang
berisi kepala desa yang bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan,
pembangunan, serta kemasyarakatan. Dalam menjalankan pemerintahannya,
kepala desa memiliki beberapa kewenangan seperti kewenangan memimpin
penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan. Penyelenggaraan
pemerintahan ini nantinya tidak akan ditetapkan sendiri, melainkan akan
ditetapkan bersama dengan Badan Perwakilan Desa (BPD).41
40 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perancanaan Pembangunan
Nasional,hlm 10. 41
Nurman, Strategi Pembangunan Daerah. (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2012),hlm 10.
30
Kepala Desa juga berwenang untuk mengajukan rancangan peraturan
desanya sendiri yang sesuai dengan Undang-undang, membina kehidupan,
perekonomian masyarakat desa hingga mengordinasikan segala elemen yang ada
dalam melakukan pembangunan desa secara partisipatif untuk kemajuan dan
kepentingan desa. Tak hanya itu saja, kepala desa juga dapat mewakili desanya
baik untuk dalam maupun di luar peradilan yang mana juga dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakili selama hal tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undanganan yang ada yang juga melaksanakan wewenang lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Kepala desa juga berhak untuk mengajukan
rancangan peraturan desa mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa
(APBDesa). APBDesa ini nantinya akan dibahas dan ditetapkan bersama BPD
sehingga menghindari adanya penyelewengan dana, oleh karena itulah, tugas dan
kewenangan kepala desa ini didampingi oleh BPD.42
Tugas dan fungsi perangkat desa adalah
a. Kepala Desa
Yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Untuk
melaksanakan tugasnya, kepala desa memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pemerintahan desa, seperti tata praja pemerintahan,
penetapan peraturan di desa, pembinaan masalah pertanahan,
pembinaan ketentraman dan ketertiban, melakukan upaya perlindungan
masyarakat, administrasi kependudukan, dan penataan dan pengelolaan
wilayah;
42
Sri Indra, Perencanaan Pembangunan Daerah,(Depok:Kencana, 2017),hlm 21.
31
2. Melaksanakan pembangunan, seperti pembangunan sarana prasarana
perdesaan, dan pembangunan bidang pendidikan, kesehatan;
3. Pembinaan kemasyarakatan, seperti pelaksanaan hak dan kewajiban
masyarakat, partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat,
keagamaan, dan ketenagakerjaan;
4. Pemberdayaan masyarakat, seperti tugas sosialisasi dan motivasi
masyarakat di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup,
pemberdayaan keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna; dan
5. Menjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan
lembaga lainnya.43
b. Sekretaris Desa
Berkedudukan sebagai unsur pimpinan sekretariat desa. Sekretaris desa
bertugas membantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Untuk
melaksanakan tugas, sekretaris desa mempunyai fungsi:
1. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi
surat menyurat, arsip, dan ekspedisi;
2. Melaksanakan urusan umum seperti penataan administrasi perangkat
desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor, penyiapan rapat,
pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan pelayanan
umum;
3. Melaksanakan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi
keuangan, administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran,
43
Deddy Smatullah. “Otonomi Daerah dan Desentralisasi”.(Bandung:CV Pustaka
Seta.2010) ,hlm 10.
32
verifikasi administrasi keuangan, dan admnistrasi penghasilan kepala
desa, perangkat desa, BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya;
4. Melaksanakan urusan perencanaan seperti menyusun rencana anggaran
pendapatan dan belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka
pembangunan, melakukan monitoring dan evaluasi program, serta
penyusunan laporan.44
c. Kepala Urusan
berkedudukan sebagai unsur staf sekretariat. Kepala urusan bertugas
membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Untuk melaksanakan tugas kepala urusan
mempunyai fungsi:
1. Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum, memiliki fungsi seperti
melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah, administrasi
surat menyurat, arsip, dan ekspedisi, dan penataan administrasi
perangkat desa, penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor,
penyiapan rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan
dinas, dan pelayanan umum;
2. Kepala Urusan Keuangan, memiliki fungsi seperti melaksanakan urusan
keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi
sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi
keuangan, dan admnistrasi penghasilan kepala desa, perangkat desa,
BPD, dan lembaga pemerintahan desa lainnya.45
44
Deddy Smatullah. “Otonomi Daerah dan Desentralisasi”.(Bandung:CV Pustaka
Seta.2010),hlm 11.
45
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional,hlm 7.
33
3. Kepala Urusan Perencanaan, memiliki fungsi mengoordinasikan urusan
perencanaan seperti menyusun rencana anggaran pendapatan dan
belanja desa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan,
melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan
laporan.46
d. Kepala Seksi
Berkedudukan sebagai unsur pelaksana teknis. Kepala seksi bertugas
membantu kepala desa sebagai pelaksana tugas operasional. Untuk melaksanakan
tugas kepala seksi mempunyai fungsi:
1. Kepala seksi pemerintahan mempunyai fungsi melaksanakan
manajemen tata praja pemerintahan, menyusun rancangan regulasi desa,
pembinaan masalah pertanahan, pembinaan ketentraman dan ketertiban,
pelaksanaan upaya perlindungan masyarakat, kependudukan, penataan
dan pengelolaan wilayah, serta pendataan dan pengelolaan profil desa;
2. Kepala seksi kesejahteraan mempunyai fungsi melaksanakan
pembangunan sarana prasarana perdesaan, pembangunan bidang
pendidikan, kesehatan, dan tugas sosialisasi serta motivasi masyarakat
di bidang budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan
keluarga, pemuda, olahraga, dan karang taruna;
3. Kepala seksi pelayanan memiliki fungsi melaksanakan penyuluhan dan
motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,
46
Deddy Smatullah. “Otonomi Daerah dan Desentralisasi”.(Bandung:CV Pustaka
Seta.2010), hlm 13.
34
meningkatkan upaya partisipasi masyarakat, pelestarian nilai sosial
budaya masyarakat, keagamaan, dan ketenagakerjaan.47
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini memuat menganai penelitian-
peneliaan sebelumnya yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
penulis lakukan. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian dari beberapa orang
peneliti sebelumnya yang mempunyai kesamaan dengan penelitian yang penulis
teliti yaitu mengenai Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, namun jjga
terdapat perbaedaan dengan penelitian yang penulis lakukan, baik dari tempat
penelitian, waktu penelitian. Berikut adalah beberapa literature yang penulis
lakukan dari penelitian sebelumnya yang mampunyai kesamaan tema dengan
yang penulis teliti saat ini, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sarah Nuramalia Putri, Mahasiswa fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang Tahun 2017,
dengan judul “Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa (Studi
kasus Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten
Temanggung)”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
partisipasi masyarakat dan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan di desa
Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Dalam
penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan
cara survey, wawancara dan kuesioner. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan teknik probability sampling yaitu proportionate
47
Ibid, hlm 15.
35
stratified random sampling dengan menggunakan rumus slovin dan
didapatkan sampel sebanyak 96 responden, selanjutnya dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat partispasi
masyarakat dalam pembangunan di Desa Balesari Kecamatan Bansari
Kabupaten Temanggung dilihat dari keempat bentuk partisipasi yaitu
partisipasi dalam bentuk pemberian ide/gagasan 60,25% atau berada pada
kategori tinggi, partisipasi dalam bentuk sumbangan tenaga 80% atau
berada dalam kategori sangat tinggi, sedangkan dalam bentuk sumbangan
material 78,6% atau dalam kategori tinggi dan dalam bentuk sumbangan
dana 72,2% atau dalam kategori tinggi. Skor partisipasi masyarakat dalam
pembangunan desa di desa Balesari tergolong tinggi dengan rata-rata skor
72,76%. Adapun yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di desa Balesari adalah kesadaran/kemauan, usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan penghasilan.48
2. Penelitian yang dilakukan oleh Apriyanto Nugroho, Mahasiswa fakultas
Hukum Universitas Lampung Bandar Lampung 2016, dengan judul
“Musyawarah Rencana Pembangunan Desa dalam pembangunan yang
partisipatif di Tiyuh Daya Asri Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang
Bawang Barat”. Penelitian ini membahas mengenai fungsi Musrenbang
Desa dalam pembangunan yang partisipatif di Tiyuh Daya Asri dan
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan fungsi Musrembang Desa yang
partisipatif di Tiyuh Daya Asri. Pendekatan masalah yang digunakan
adalah pendekatan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data
48Sarah Nuramalia Putri, “Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa (Studi kasus
Desa Balesari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung)”, Skripsi Universitas Diponegoro
Semarang tahun 2017, hlm. 39.
36
primer dan data sekunder. Data yang sudah diolah dan disajikan dalam
bentuk uraian, lalu dipresentasikan atau ditafsirkan untuk dilakukan
pembahasan dan dianalisis secara kualitatif, kemudian selanjutnya ditarik
suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fungsi
Musrenbang di Tiyuh Daya Asri yaitu sebagai wadah aspirasi bagi
masyarakat, mencapai mufakat dalam rencana pembangunan desa,
menyusun daftar kegiatan prioritas, menyepakati tim delegasi, serta upaya
memajukan tiyuh. Hambatan dalam Musrenbang yang partisipatif yaitu
berkaitan dengan SDM (Sumber Daya Manusia) menyangkut keterlibatan
masyarakat, proses dimana masih besarnya pengaruh kepala Tiyuh,
berkaitan dengan usulan daftar belanja. Pelaksanaan fungsi Musrenbang di
Tiyuh Daya Asri dirasa masih belum dapat dikatakan partisipatif karena
Musrenbang di Tiyuh Daya Asri dilaksanakan hanya untuk kegiatan rutin
untuk mengisi formulir daftar usulan kegiatan yang akan dibawa ke
musrenbang kecamatan.49
3. Penelitian yang dilakukan oleh Kamilu Rahman, Mahasiswa fakultas
Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim,
Malang, 2017 dengan judul: “ Penerapan azas-azas pengelolaan
keuangan desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 (Studi kasus pada
Desa Sera Tengah Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep), Penelitian ini
membahas tentang pengelolaan keuangan desa sebagaimana yang telah
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2014 yang
menjadi pedoman khusus bagi pemerintah desa untuk mengelola Anggaran
49Apriyanto Nugroho, “Musyawarah rencana pembangunan desa dalam pembangunan
yang partisipatif di Tiyuh Daya Asri Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat”,
Skripsi Universitas Lampung Bandar Lampung tahun 2016, hlm. 38.
37
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Adanya peraturan tersebut
diharapkan pemerintah desa dapat mengelola keuangan desa yang dimulai
dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban serta pembinaan dan pengawasan secara
akuntabilitas, transparansi dan partisipasif. Penelitian menggunakan
metode kualitatif deskriptif yaitu dengan melakukan perbandingan antara
hasil wawancara, dokumentasi serta data-data primer yang diperoleh
peneliti di Desa Sera Tengah dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa dan peraturan lainnya yang menjadi penunjang dan
hasil dari penelitiannya menunjukkan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 dan ditunjang oleh peraturan dibawahnya, maka
pengelolaan keuangan desa yang dilakukan oleh pemerintah Desa Sera
Tengah yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban sudah dilaksanakan secara
akuntabilitas, transparansi dan partisipatif. Permasalahan mendasar di
Desa Sera Tengah adalah lambatnya pemahaman aparatur desa dalam
memahami peraturan yang berlaku serta lemahnya sumber daya
masyarakat yang disebabkan karena faktor pendidikan yang minim, selain
itu pembinaan dan pengawasan yang dilakukan pemerintah daerah masih
kurang. 50
50Kamilu Rahman, Skripsi “ Penerapan azas-azas pengelolaan keuangan desa
berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 (Studi kasus pada desa Sera Tengah kecamatan Bluto
kabupaten Sumenep),Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim, Malang, 2017
38
Dari literatur diatas, maka terdapat kemiripan tentang pembahasan yang
akan dikemukakan yaitu mengenai sistem perencanaan pembangunan nasional
yang berisikan bagaimana proses perencanaan dan implementasi perencanaan
pembangunan nasional di pedesaan. Namun pasti terdapat perbedaan baik dari
hasil penelitian, tempat penelitian dan metode penelitian, dalam hal ini penulis
akan melakukan penelitian di Desa Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten
Muaro Jambi tentang bagaimana Sistem Perencanaan Pembangunan dan
bagaimana implementasi perencanaan pembangunan di Desa Berembang
Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi ditinjau dari Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
39
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tentang sistem perencanaan pembangunan di Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi dilihat dari Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Nasional dan bagaimana Implementasi
Perencanaan Pembangunan di Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi.
Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya penelitian ini. Penelitian ini
dilakukan di Desa Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan kualitatif. Penelitian kualitatif
bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan
besarnya populasi atau sampling, bahkan samplingnya sangat terbatas. Jika data
yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti,
maka tidak perlu mencari samplinglainnya.51
Jenis penelitian Yuridis Empiris.
Dalam penelitian ini maksudnya adalah bahwa dalam menganalisis permasalahan
dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum dengan data di
lapangan.52
C. Jenis dan Sumber Data
51Sulistiyono, “Studi kualitatif deskriptif perilaku konsumen rilisan fisik vynil di
Yogyakarta”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2015, hlm. 40.
52
https://www.scribd.com/document/329398499/Pengertian-Penelitian-Yuridis-Empiris,
diakses Pada 5 Maret 2020.
39
40
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun
jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data primer
Data yang penulis ambil dari informasi dilapangan melalui observasi
dan wawancara dilokasi penelitian, data primer yang dimaksud 5 orang
dari pihak desa Berembang dan pihak lain yang terkait Sistem
Perencanaan Pembangunan di Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang
Sistem Perencanaan Nasional dan bagaimana Implementasi Perencanaan
Pembangunan di Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi. Beberapa
orang narasumber yang penulis maksud adalah:
a. Bapak Mulyadi sebagai Kepala Dusun Lubuk Panjang, Desa
Berembang
b. Bapak Nurmansyah, S. Sos. I sebagai Sekretaris Desa Berembang
c. Bapak sebagai M. Ridho sebagai Kasi Kesejahteraan Desa Berembang
d. Bapak Amrullah sebagai Kasi Pemerintahan Desa Berembang
e. Ibu Fenny Alvionita sebagai Kaur Tata Usaha dan Umum Desa
Berembang
f. Bapak Mastur sebagai ketua BPD Berembang
g. Bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang
2. Data sekunder
Data sekuder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Sumber data sekunder dalam penelitian ini
adalah segala data yang tidak berasal dari sumber data primer yang
41
dapat memberikan dan melengkapi serta mendukung informasi terkait
dengan obyek penelitian baik yang berbentuk buku, karya tulis, dan
tulisan maupun artikel serta dokumen-dokumen Pemerintah Desa
Berembang yang berhubungan dengan objek penelitian seperti Laporan
penyelenggaraan pemerintah desa (LPPD) Berembang kabupaten Muaro
Jambi tahun 2019.53
D. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah suatu kegiatan untuk mengamati secara langsung pada objek
penelitian guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan
diteliti.54Dalam penelitian ini, sesuai dengan objek penelitian maka, penulis
memilih observasi partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik
pengamatan dimana peneliti ikut ambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objek yang diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan
mengamati dan mencatat terhadap objek penelitian, yaitu dengan meminta
pandangan mengamati kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh lembaga
terkait penelitian ini.55
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan
53
Jonathan Sarwono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006.hlm. 18.
54
Fahmi Rochmaningrum, “ Perkembangan tambang minyak blok Cepu dan pengaruhnya
terhadap sosial ekonomi masyarakat desa Ledok tahun 1960-2004”, Universitas Negeri Semarang,
2013, hlm. 18 55
Jonathan Sarwono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu), 2006.hlm. 18.
42
jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara.56
Wawancara
dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in–depth interview)
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan
atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman
(guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam
kehidupan sosial yang relatif lama. Informan dalam penelitian ini terdiri dari
7 orang dari desa dan pihak lain yang terkait dengan penelitian ini yaitu:
a. Bapak Mulyadi sebagai Kepala Dusun Lubuk Panjang, Desa
Berembang;
b. Bapak Nurmansyah, S. Sos. I sebagai Sekretaris Desa Berembang;
c. Bapak sebagai M. Ridho sebagai Kasi Kesejahteraan Desa Berembang;
d. Bapak Amrullah sebagai Kasi Pemerintahan Desa Berembang;
e. Ibu Fenny Alvionita sebagai Kaur Tata Usaha dan Umum Desa
Berembang;
f. Bapak Mastur sebagai ketua BPD Berembang; dan
g. Bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang.
3. Dokumentasi
Adapun di dalam skripsi ini penulis mengumpulkan data mengenai sistem
perencanaan pembangunan di Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Nasional dan kendala dan solusi dalam perumusan
perencanaan pembangunan Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi dan
56Sulistiyono, “Studi kualitatif deskriptif perilaku konsumen rilisan fisik vynil di
Yogyakarta”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2015, hlm. 45.
43
Laporan penyelenggaraan pemerintah desa (LPPD) Berembang kabupaten
Muaro Jambi tahun 2019.
E. Teknik Analisis Data
1. Reduksi data
a. Identifikasi satuan (unit).
Pada mulanya diidentifikasikan adanya sesuatu yaitu bagian terkecil
yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan
dengan fokus dan masalah penelitian.
b. Sesudah satuan diperoleh, langkah berikutnya adalah membuat
koding. Membuat koding berarti memberikan kode pada setiap
“satuan”, agar supaya tetap dapat ditelusuri datanya/satuannya,
berasal dari sumbermana. Perlu diketahui bahwa dalam pembuatan
kode untuk analisis data dengan komputer cara kodingnya lain.57
c. Data display atau menyajikan data.
Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang
bersifat naratif dan di dalam skripsi ini peneliti menggunakan teks
yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing.
Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber
tulisan maupun dari sumber pustaka. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teks yang bersifat naratif.
57Jonathan Sarwono, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, (Yogyakarta: Graha
Ilmu), 2006.hlm. 23.
44
d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi,
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.58
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam
penulisan skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan yang berisikan latar
belakang masalah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang sistem perencanaan pembanguan yang harus dilakukan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan implementasi perencanaan pembangunan di Desa
Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi. BAB ini pada
hakiatnya menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background,
pemikiran tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, kerangka
pemikiran, tinjauan pustaka.
BAB II dipaparkan metode penelitian yang berisikan metode yang
dipergunakan penulis untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk
kelengkapan penelitian. Dalam BAB ini mencakup pendekatan penelitian yang
diperguanakan penulis, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
sistematika penulisan dan jadwal penelitian. Penelitian ini dimulai sejak
dikeluarkannya surat izin riset /penelitian yang dimulai dari tanggal 26 November
58
Ibid. hlm. 26.
45
2019 sampai 26 Februari 2020 yang bertempat di Desa Berembang Kecamatan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian yang
berisikan sejarah Desa Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro
Jambi, Demografi Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi, Keadaan sosial
Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi dan keadaan ekonomi Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi.
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian yang berisikan bagaimana Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan bagaimana implementasi pembangunan di Desa
Berembang Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi menurut Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu BAB V penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan
daftar pustaka, lampiran dan curriculum vitae.
46
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Desa Berembang Kecamatan Sekernan
Kabupaten Muaro Jambi dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54
Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Muaro Jambi, dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Sebagai
pemekaran dari kabupaten Batang Hari. Pemerintahan efektif berjalan terhitung
tanggal 12 Oktober 1999 dengan pusat pemerintahan berada di Sengeti
Kecamatan Sekernan yang berjarak 38 Km dari kota Jambi. Wilayah kabupaten
Muaro Jambi meliputi eks wilayah administrasi perwakilan kecamatan/pembantu
Bupatiwilayah timur, yang meliputi enam kecamatan yaitu:
1. Kecamatan Sekernan, beribukota kecamatan di kelurahan Sengeti
2. Kecamatan Jambi luar kota, beribukota di kelurahan Pijoan
3. Kecamatan Maro Sebo (eks wilayah perwakilan kecamatan Maro
Sebo),beribukota di kelurahan Jambi Kecil
4. Kecamatan Mestong (eks wilayah perwakiian kecamatan
Mestong),beribukota di kelurahan Tempino
5. Kecamatan Kumpeh Ulu
6. Kecamatan Kumpeh.59
Dan sampai sekarang berkembang menjadi 11 (sebelas) kecamatan.
Kecamatan pemekaran tersebut adalah:
1. Kecamatan Sungai Bahar
59
Laporan penyelenggaraan pemerintah desa (LPPD) Berembang kabupaten Muaro Jambi
tahun 2019, hlm 9.
46
47
2. Kecamatan Sungai Gelam
3. Kecamatan Taman Rajo
4. Kecamatan Bahar Utara
5. Kecamatan Bahar Selatan.60
1. Sejarah Kecamatan Sekernan
Kecamatan Sekernan dengan ibu kota kelurahan Sengeti merupakan salah
satu kecamatan tertua dan terluas di kabupaten Muaro Jarnbi, dimana desanya
merupakan pusat administrasi pemerintahan pembantu Batang Hari wilayah timur
yang pada akhirnya menjadi wilayah kabupaten Muaro Jambi berdasarkan
Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999. Secara geografis wilayah ini berbatasan
langsung dengan kotaJambi sehingga secara ekonomis menjadikan salah satu
pusat pertumbuhan yang ekonomis dan juga merupakan pusat ibukota Kabupaten
Muaro Jambi.61
2. Sejarah Desa Berembang
Sebelum menjadi desa depenitif, Desa Berembang berdiri sebelum
Indonesia merdeka, ditunjukkan adanya piagam desa Berembang dari Residen
Jambi tanggal 14 Maret 1937,ditandatangani oleh Sultan Parendangan, isi dari
piagam desa Berembang dari Residen Jambi tanggal,14 Maret 1937, Sanat 1289
dan bertepatan pada bulan Jumadil akhir, bahwa masa itulah Pangeran Ratoe
Marto Ningrat diatasnya Sri Padoeka Soeltan Ahmad Nasaroedin, mendapat surat
beserta cap menerangkan perbatasan tanah Berembang yang sebelah hulu
berbatasan dengan tanah Pengaren Poerbo dipinggir sungai, lalu menuju Buluran
akehan lut, lalu menuju Muaro sakehan kli, dari situ menuju pohon
60
Ibid, hlm 10. 61
Ibid, hlm 13.
48
tenggerisalamatnya yang masih ada tanah tumbuh berbaris tiga, dari situ menuju
durian kandang kambing menuju pohon pete kembar, dari situ menuju
muarasungai manggis, dari situ menuju muara kersikan dan berliku-liku menuju
sungai karsikan, lalu menuju batas tanah merlung. Demikan yang membenarkan
bagaimana aturan kata-kata piagam yang lama itu didalam tanah yang
ditetapkan,itu tidak boleh orang lain mengambil sesuatu barang melainkan dengan
izin yang memegang piagam ini, jika ada yang mengambil seperti tersebut niscaya
dihukum secara adat istiadat.62
Pada tahun 1289 tanggal 26 bulan Rabiul awal malam kamis, jam 8 ketika
itulah Sri padoeko Moelana Soeltan Kesoemodilogo, mengkaruniai surat piagam
hutan tanah orang Berembang, kepada Entjik Marto Ningrat serta dengan sisi
batasnya, adapun perbatasannya :
Dengan orang Sekernan, sebelah hilir dipinggir sungai muaro Berembang
lalu menuju Muaro samping, lalu menuju lingkaran naga, ini alamatnya bambu
lalu menuju sungai seni, jikalau bersalahan tembak dengan pedoman Aurcina,
betul menuju ketimur laut. lalu menuju ke pematang tayas, lalu menuju pematang
cempedak, lalu menuju terusan panjang. jika bersalah tembak dengan pedoman
dari cempedak lalu menuju timur laut, lepas mendaratnya adalah ada adatnya, jika
perbuatan orang Sekernan sebidang sawah, menyelusuri perbatasan tidak menyisi
menyewa, akan tetapi memberi kabar. Adapun penghulu desa Berembang sesudah
Entjik Martoningratadalah Sebagai berikut 63
:
1. Penghulu JAHJA alias Pali betook
2. Penghulu Abdullah Sani (Buyut Patah)
62
Ibid, hlm 15.
63
Ibid ,hlm 17.
49
3. Penghulu Bahim
4. Penghulu Karamoh
5. Penghulu H.Mahlar
6. Penghulu Daim
7. Penghulu Naim
8. Penghulu Maksim
9. Penghulu Rahimin
10. Penghulu Jamaludin (Kulup Kecik Kutung)
11. Penghulu Abd Hamid
12. Penghulu M.Abbas
13. Penghulu H.Ibrahim
14. A.Basri (PJs.Kades)
15. Kades H.Usman HU
16. Kades H.Sa’aban Ali
17. Kades Pariman Harjo
18. M.Tohir (PJs.Kades)
19. Kades H.Abdullah Muid
20. Kades Zulkarnain
21. Plt. Kades Hidayat.64
B. Demograf Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
Letak geografi Desa Berembang, terletak diantara:
Sebelah Utara : Desa Bukit Baling
Sebelah selatan : Sungai Batanghari
Sebelah Barat : Desa Pematang Pulai dan Kelurahan Sengeti.
Sebelah Timur : Desa Sekernan dan Tunas Baru
(Tabel B.1) Luas wilayah Desa Berembang
NO NAMA WILAYAH LUAS
1 Pemukiman 14.173 ha
2 Pertanian Sawah 180 ha
3 Ladang/tegalan 6,8 ha
4 Hutan 0 ha
64Ibid, hlm 18.
50
5 Rawa-rawa 102 ha
6 Perkantoran 0,05 ha
7 Sekolah 0,75 ha
8 Jalan 80 ha
9 Lapangan sepak bola 0 ha
10 Plasma 518 ha
Orbitasi
1. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 2 KM
2. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan : 15 Menit
3. Jarak ke ibu kota kabupetan : 10 KM
4. Lama jarak tempuh ke ibu kota Kabupaten : 1 Jam.65
(Tabel B.2) Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
NO JENIS JUMLAH
1 Kepala Keluarga 796 KK
2 Laki-laki 1364 Orang
3 Perempuan 1333 orang
C. Keadaan Sosial Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
1. Tabel (C.1)Pendidikan
N
O
JEN
IS
JUMLAH
1 SD/
MI
330 Orang
2 SLTP
/ MTs
112 Orang
3 SLT
A/
MA
117 Orang
4 S1/
Diplo
55 Orang
65Ibid, hlm 20.
51
ma
5 Putus
Sekol
ah
Orang
6 Buta
Huruf
204 Orang
2. (Tabel C.2) Lembaga Pendidikan
NO NAMA GEDUNG JUMLAH TEMPAT
1 Gedung TK/PAUD/RA 2 buah Dusun Kembang Tanjung
2 RA 1 buah Dusun Aur Gading
3 SD 1 buah Dusun Aur Gading
4 MIN 1 buah Dusun Kembang Tanjung
5 Madrasah Diniyah 2 buah Dusun Lubuk Panjang
6 SLTP/MTs 1 buah Dusun Lubuk Panjang
7 SLTA/MA 1 buah Dusun Lubuk Panjang
3. (Tabel C.3) Kesehatan
NO JENIS JUMLAH
1 Jumlah Bayi lahir pada tahun ini 38 orang
2 Jumlah Bayi meninggal tahun ini 1 orang
4. (Tabel C.4) Kematian Ibu Melahirkan.66
NO JENIS JUMLAH
1 Jumlah ibu melahirkan tahun ini 38 orang
2 Jumlah ibu melahirkan meninggal tahun ini 0 orang
5.(Tabel C.5) Cakupan Imunisasi
66
Ibid, hlm 22.
52
NO JENIS JUMLAH
1 Cakupan Imunisasi Polio 3 25 orang
2 Cakupan Imunisasi DPT-1 23 orang
3 Cakupan Imunisasi Cacar 0 orang
6. (Tabel C.6) Gizi Balita
NO JENIS JUMLAH
1 Jumlah Balita 38 orang
2 Balita gizi buruk 0 orang
3 Balita gizi baik 38 orang
4 Balita gizi kurang 0 orang
7. (Tabel C.7) Pemenuhan air bersih
NO JENIS JUMLAH
1 Pengguna sumur galian 571 KK
2 Pengguna air PAM 8 KK
3 Pengguna sumur pompa 27 KK
4 Pengguna sumur hidran umum 4 KK
5 Pengguna air sungai 0 KK
8. (Tabel C.8) Keagamaan.
Data Keagamaan Desa Berembang Tahun 2019
Jumlah Pemeluk:
NO JENIS JUMLAH
1 Islam 2687orang
2 Katolik 0 orang
3 Kristen 10 orang
4 Hindu 0 orang
5 Budha 0 orang
Data Tempat Ibadah
9. (Tabel.10) Jumlah tempat ibadah :67
67
Ibid, hlm 23.
53
NO JENIS JUMLAH
1 Masjid/ Musholla 8 buah
2 Gereja 0 buah
3 Pura 0 buah
4 Vihara 0 buah
D. Keadaan Ekonomi Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
a. Pertanian
(Tabel D.1) Jenis Tanaman:
NO JENIS JUMLAH
1 Padi sawah 300 ha
2 Sawit 50 ha
3 Karet 30 ha
4 Kelapa 0 ha
5 Kopi 0 ha
6 Singkong 0 ha
7 Lain-lain 30ha
8 Lain-lain …. ha
b. Peternakan
(Tabel D.2) Jenis ternak:
NO JENIS JUMLAH
1 Kambing 230 ekor
2 Sapi 70ekor
3 Kerbau 30ekor
4 Ayam 350ekor
5 Burung 17 ekor
6 Angsa 35 ekor
7 Itik 200 ekor
8 Domba 35ekor
9 Lain-lain …...ekor
54
c. Perikanan.68
NO JENIS JUMLAH
1 Tambak ikan 1,50 ha
2 Tambak udang .............ha
3 Lain-lain .............ha
4. Struktur Mata Pencaharian
(Tabel D.3) Jenis Pekerjaan:
NO JENIS JUMLAH
1 Petani 560 orang
2 Pedagang 29 orang
3 Tukang 15 orang
4 Guru 19 orang
5 Dokter 2 orang
6 Bidan/ Perawat 14 orang
7 TNI/ Polri 3 orang
8 Pesiunan 4 orang
9 Sopir/ Angkutan 53 orang
10 Buruh 2 orang
11 Jasa persewaan 10 orang
12 PNS 78 orang
13 Swasta 263 orang
Kondisi pemerintahan desa
a. Lembaga pemerintahan
(Tabel D.4) Jumlah aparat desa:69
NO JENIS JUMLAH
1 Kepala Desa 1 orang
68
Ibid, hlm 24.
69
Ibid, hlm 25.
55
2 Sekretaris Desa 1 orang
3 Perangkat Desa 9 orang
4 BPD 9 orang
Lembaga kemasyarakatan
(Tabel D.5) Jumlah Lembaga Kemasyarakatan :
NO JENIS JUMLAH
1 LPM 1 Kelompok
2 PKK 1 Kelompok
3 Posyandu 2 Kelompok
4 Pengajian 15 Kelompok
5 Arisan 1 Kelompok
6 Simpan Pinjam 1 Kelompok
7 Kelompok Tani 8 Kelompok
8 Gapoktan 1 Kelompok
9 Karang Taruna 1 Kelompok
10 Ormas/LSM 1 Kelompok
11 Lain-lain .....Kelompok
Pembagian Wilayah
(Tabel D.6) Nama Dusun:
NO NAMA JUMLAH
1 Dusun Kembang Tanjung 3 RT
2 Dusun Aur Gading 4 RT
3 Dusun Lubuk Panjang 4 RT
70
70
Ibid, hlm 26.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sistem Perencanaan Pembangunan di Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Pembangunan pada hakekatnya adalah upaya sistematis dan terencana oleh
masing-masing maupun seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu
keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dengan memanfaatkan berbagai sumber
daya yang tersedia secara optimal, efisien, efektif dan akuntabel, dengan tujuan
akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara
berkelanjutan. Upaya sistematis dan terencana tadi tentu berisi langkah-langkah
strategis, taktis dan praktis, karena masing-masing negara memiliki usia
kedaulatan, sumber daya andalan dan tantangan yang berbeda. Untuk
memudahkan tercapainya cita-cita mulia tadi, suatu perencanaan pembangunan
memerlukan penetapan tahapan-tahapan berikut prioritas pada setiap tahapan,
yang bertolak dari sejarah, karakter sumber daya yang kita miliki dan tantangan
yang sedang dihadapi. Hingga saat ini, tetap dipandang perlu adanya tahapan
jangka panjang, jangka menengah, maupun tahunan untuk mencapai tujuan
universal maupun tujuan khusus dari pembangunan nasional NKRI.71
Menurut bapak Syamsuri. Ar sebagai Kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang mengatakan bahwa
71Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional 2014, “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019”, Tahun 2014,
hlm. 1-1.
56
57
Dalam UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dijelaskan tentang pendekatan-pendekatan dalam proses
perencanaan yaitu: a.Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah
adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat memilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah.
e. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
f. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki
g. Sedangkan pendekatan atas-bawah/top-down dan bawah-atas/bottom-up dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa.72
Perencanaan pembangunan berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 terdiri
dari empat (4) tahapan, yakni
1. Penyusunan Rencana
Dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang
siap untuk ditetapkan yang terdiri dari empat langkah yaitu penyiapan
rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan
terukur, masing-masing institusi pemerintah menyiapkan rancangan rencana
kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah
disiapkan, melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan dan yang terakhir adalah
penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan Rencana
72
Wawancara dengan bapak Syamsuri Ar sebagai kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang pada tanggal 12 Februari 2020.
58
Penetapan rencana untuk menetapkan landasan hukum bagi rencana
pembangunan yang dihasilkan pada tahap penyusunan rencana.
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam
rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi lembaga/satuan kerja perangkat
daerah.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana Evaluasi.
Pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan
yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi
untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi
ini dilaksanakan berdasarkan indicator dan sasaran kinerja yang tercantum
dalam dokumen rencana pembangunan. Indicator dan sasaran kinerja
mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result),
manfaat (benefit) dan dampak (impact).73
Menurut bapak Amrullah sebagai kepala Seksi Pemerintahan Desa
Berembang mengatakan bahwa
Sistem perencanaan pembangun desa Berembang dilandasi oleh Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional . ada beberapa ruang lingkup perencanaan pembangunan baik
secara nasional maupun daerah, yaitu :
1. Rencana pembangunan jangka panjang atau yang selanjutnya disingkat
RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun
2. Rencana pembangunan jangka menengah, yang selanjutnya disingkat
RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun
3. Rencana pembangunan jangka pendek.74
73Wawancara penulis dengan bapak Syamsuri Ar sebagai kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang pada tanggal 20 Februari 2020
74
Wawancara penulis dengan bapak Amrullah sebagai kepala Seksi Pemerintahan Desa
Berembang pada tanggal 21 Februari 2020.
59
Menurut hasil wawancara penulis dengan ibu Fenny Alfionita sebagai
Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum, beliau menjelaskan bahwa
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No.
40 Tahun 2006 Tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan
Nasional, RPJMN merupakan acuan bagi kementerian/lembaga dalam
menyusun Rencana Strategis (Renstra) masing-masing. Pembentukan
sistem perencanaan pembangunan nasional didasarkan pada beberapa
landasan agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan
bersasaran yaitu, landasan filosofis dan landasan yuridis. Landasan
filosofis yaitu cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah berkehidupan
kebangsaan yang bebas, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur, tujuan
nasional dengan dibentuknya pemerintahan adalah untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia, tugas pokok setelah kemerdekaan adalah
menjaga kemerdekaan serta mengisinya dengan pembangunan yang
berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan, serta agar kegiatan pembangunan berjalan efektif,
efisien, dan bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan.75
Menurut bapak Syamsuri Ar sebagai kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang mengatakan bahwa
Ruang lingkup perencanaan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPNasional), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMNasional), Renstra Kementerian/Lembaga
(Renstra KL) Peraturan Pimpinan KL, Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Peraturan Presiden dan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja KL)
Peraturan Pimpinan KL. Dalam penyusunan perencanaan pembangunan
baik nasional maupun daerah diawali dengan melaksanakan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musyawarah Perencanaan
Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah forum antar
pelaku dalam rangka menyusun Rencana Pembangunan Nasional dan
Rencana Pembangunan Daerah.
Musrenbang memiliki beberapa bagian/tahapan penyelenggaraan proses
Musrenbang yaitu sebagai berikut:
1. Musrenbang desa/kelurahan
2. Musrenbang kecamatan
3. Forum SKPD kabupaten/kota
4. Musrenbang kabupaten/kota
5. Pasca musrenbang kabupaten/kota
6. Forum SKPD provinsi
75Wawancara penulis dengan ibu Fenny Alfionita sebagai Kepala Urusan Tata Usaha dan
Umum Desa Berembang pada tanggal 20 Februari 2020.
60
7. Rapat Koordinasi Pusat (Rakorpus) 8. Musrenbang Provinsi.
9. Pasca Musrenbang Provinsi
10. Musrenbang nasional.76
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 diterbitkan dengan alasan untuk
menjamin agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran
maka diperlukan perencanaan pembangunan nasional.Perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia, sedangkan pembangunan
nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam
rangka mencapai tujuan bernegara, jadi sistem perencanaan pembangunan
nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk
menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat pusat dan daerah.77
Undang-undang tersebut secara rinci mengatur mengenai tahapan dalam
pembentukan perencanaan pembangunan nasional hingga perencanaan lanjutan
mulai dari pusat (nasional) hingga ke daerah (regional) maupun lembaga-lembaga
yang berwenang dalam proses pembentukan termasuk kewenangan evaluasi
pelakasaan perencanaan.Sistematika pembentukan perencanaan pembangunan
yang tersistematis/tersusun dengan metode top-down dan bottom-up
meniscayakan adanya kesinambungan antara rencana pembangunan pusat dengan
rencana pembangunan di daerah serta mengacu pada data-data yang relevan, hal
76 Wawancara penulis dengan bapak Syamsuri Ar sebagai kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang pada tanggal 22 Februari 2020
77
R. Bintaro, Dalam interaksi desa –kota dan permasalahannya, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1989,hlm 20.
61
tersebut dimaksudkan agar terwujud sistem perencanaan pembangunan yang
konsisten, terarah, dan berkelanjutan.78
Menurut bapak Syamsuri Ar sebagai Kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang mengatakan bahwa
Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh pemerintah desa Berembang
kecamatan Sekernan kabupaten Muaro Jambi adalah:
1. Tahap perencanaan.
Langkah awal dalam penyusunan perencanaan desa Berembang adalah
dengan melakukan koordinasi awal dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Pembentukan Tim Tekhnis Perencanaan.
Pembentuk Tim Tekhnis atau pendamping dengan maksud
memberikan bantuan tekhnis berupa motivasi, bimbingan,
pelatihan dan konsultasi kepada masyrakat yang ada didesa
Berembang, diantaranya LPMD, pemerintah desa, BPD, pengurus
RT/RW, kelompok swadaya masyarakat, tim tekhnis, pemerintah
daerah dan lembaga potensial lainnya. Tim tekhnis ini berasal dari
berbagai kalangan, seperti LSM dan lembaga lainnya. Tim teknis
direkrut berdasarkan kriteria khusus diantaranya; profesionalitas,
keahlian dan komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat,
mengalokasikan sebagian waktu dan tenaga untuk kegiatan
pendampingan, memperoleh rekomendasi atau penugasan dari
lembaga asal.
b. Pelatihan Perencanaan Pembangunan
Pelatihan perencanaan pembangunan dibutuhkan sebagai bentuk
capacity building untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan komitmen para pelaku yang terlibat baik tim
teknis/pendamping maupun lembaga yang terlibat dalam proses
perencanaan.
c. Penyusunan Rencana Kegiatan Umum (RKU)
RKU merupakan dokumen rencana pembangunan yang mencakup
tujuan, indikator pencapaian, jenis atau bentuk kegiatan, waktu dan
biaya yang dibutuhkan. RKU disusun bersama masyarakat desa
Berembang dan disahkan oleh kepala desa.
d. Pengorganisasian
78Muhammad Reski Ismail ,“Tinjauan yuridis terhadap sistem perencanaan
pembangunan daerah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembangunan daerah di
kabupaten Mamuju “, Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar, 2017, hlm. 3.
62
Pengorganisasian merupakan serangkaian tindakan untuk
menghasilkan struktur organisasi termasuk bentuk kepanitian,
uraian tugas, fungsi, personil, mekanisme koordinasi,
pengendalian, pelaporan dan pengesahan.
e. Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi bertujuan untuk menginformasikan proses
perencanaan, sehingga masyarakat atau pelaku yang terlibat
memiliki pemahaman, penerimaan dan kesadaran untuk
berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan desa.
Dalam proses sosialisasi dihadiri oleh kepala desa Berembang.79
2. Penetapan Rencana.
Kepala Desa Berembang menyampaikan kepada masyarakat desa
Rancangan RKP Desa yang memuat rencana kegiatan-kegiatan yang
akan dibiayai dengan dana desa. Kepala Desa Berembang
menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan desa
(Musrenbang Desa) yang dihadiri oleh BPD dan unsur masyarakat desa.
Rancangan RKPDesa, termasuk rancangan prioritas kegiatan yang
dibiayai dari dana desa harus dibahas dan disepakati dalam Musrenbang
Desa. Hasil kesepakatan dalam musrenbang desa menjadi pedoman
bagi kepala desa dan BPD dalam menyusun peraturan desa tentang
RKP Desa Berembang.
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana.
Pada intinya pengendalian dan evaluasi pada tahap ini adalah untuk
memastikan bahwa penyusunan perencanaan pembangunan untuk tahun
rencana dapat tepat sasaran dan betul-betul bermanfaat bagi
kesejahteraan masyarakat dengan cara memetakan permasalahan yang
dihadapi berdasarkan hasil kinerja tahun sebelumnya dan prediksi
keadaan tahun berjalan hingga dua tahun kedepan sehingga dapat
diputuskan program dan kegiatan apa yang akan dipilih untuk
dilaksanakan. Satu hal yang terpenting bahwa dalam penyusunannya
harus selalu berpedoman dan mengacu pada dokumen perencanaan di
atasnya baik itu dokumen perencanaan kabupaten itu sendiri maupun
dokumen perencanaan propinsi dan nasional.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu
kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian
yang seobyektif dan sesistematik mungkin terhadap sebuah intervensi
yang direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah
diselesaikan. Periodisasi pelaksanaan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan, melalui tahapan sebagai berikut:
79
Wawancara penulis dengan bapak Syamsuri Ar sebagai kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang pada tanggal 12 Maret 2020.
63
a. Tahap perencanaan (exante). Tahapan dilakukan sebelum
ditetapkannya rencana pembangunan, tahapan ini untuk melihat
rasionalitas pilihan, target dan kesuaian antar dokumen perencanaan.
b. Tahap pelaksanaan (on going). Tahapan dilakukan saat pelaksanaan
Kegiatan, tahapan ini untuk menjamin kegiatan dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
c. Tahap pasca pelaksanaan (ex post). Tahapan dilaksanakan setelah
pelaksanaan rencana berakhir. Bertujuan untuk menilai pencapaian
(keluaran/ hasil/ dampak) program mampu mengatasi masalah
pembangunan yang ingin dipecahkan, serta untuk menilai efisiensi,
efektivitas dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat dari
suatu program.80
Dalam hal penyusunan perencanaan pembangunan daerah agar konsisten
dan terarah maka dibentuklah aturan hukum yang menjadi dasar sekaligus acuan
dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah yaitu Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
daerah yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 54 Tahun 2010 sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 8
tahun 2008 tersebut. Selain itu dalam menyusun perencanaan pembangunan
daerah dan proses penyusunannya, Undang-Undang 25 Tahun 2004 tentang SPPN
mengamanatkan kepada pemerintah daerah masing-masing untuk membentuk
pedoman penyusunan pola perencanaan daerah masing-masing dalam bentuk
peraturan daerah.Pembangunan di suatu daerah sangat bergantung dari pola
perencanaan dan evaluasi pelaksanaannya. Pedoman yang sistematis mulai dari
80
Wawancara penulis dengan bapak Syamsuri Ar sebagai Kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang pada tanggal 12 Maret 2020.
64
RPJPNasional hingga turunannya ke RPJMDaerah harus memerhatikan
keselarasan dan kesinambungannya.81
Membangun kemandirian desa dalam kerangka desa membangun harus
dimulai dari proses perencanaan desa yang baik, dan diikuti dengan tatakelola
program yang baik pula. Pembangunan (pedesaan) yang efektif bukanlah semata-
mata karena adanya kesempatan melainkan merupakan hasil dari penentuan
pilihan-pilihan prioritas kegiatan, bukan hasil coba-coba, tetapi akibat
perencanaan yang baik.82
Untuk melaksanakan kewenangan lokal bersakala desa, maka pemerintah
desa perlu menyusun perencanaan desa yang melibatkan seluruh komponen
masyarakat desa. Proses perencanaan yang baik akan melahirkan pelaksanaan
program yang baik, dan pada gilirannya akan menumbuhkan partisipasi
masyarakat untuk terlbat dalam pembangunan desa. Proses merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi sendiri kegiatan pembangunan desa merupakan
wujud nyata dari kewenangan mengatur dan mengurus pembangunan desa yang
berskala lokal desa.83
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi.
Pembangunan desa mencakup bidang penyelenggaraan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa dan
pemberdayaan masyarakat, pemerintah Desa Berembang menyusun
perencanaan pembangunan desa sesuai dengan kewenangannya dengan
mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan
dan pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan
81
R. Bintaro, Dalam interaksi desa –kota dan permasalahannya, (Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1989),hlm 38.
82
Kementerian Desa, Pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi daerah
tertinggal, buku 6, “Perencanaan Pembangunan Desa”, tahun 2015. hlm.10. 83
Sarundajang,Pemerintahan daerah di berbagai negara, (Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1997), hlm 38.
65
melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong. Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembangunan desa84
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Nurmansyah, S.Sos.I sebagai
Sekretaris Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi.
Perencanaan pembangunan desa dimuat kedalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Desa, dan rencana pembangunan tahunan desa.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa untuk jangka
waktu 6 (enam) tahun, dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa untuk
jangka waktu 1 (satu) Tahun.85
Dalam rangka perencanaan pembangunan desa, pemerintah desa
Berembang melaksanakan tahapan yaitu meliputi:
1. Penyusunan RPJM Desa, dan
2. Penyusunan RKP Desa.
RPJMDesa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan
terhitung sejak pelantikan kepala desa sedangkan RKP desa mulai disusun oleh
pemerintah desa pada bulan Juli tahun berjalan, rencana pembangunan jangka
menengah (RPJM) desa memuat visi dan misi kepala desa, arah kebijakan
pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelengaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa dan pemberdayaan masyarakat desa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Amrullah sebagai Kepala
Seksi Pemerintahan Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi.
Sistem perencanaan pembangunan di Desa Berembang kabupaten Muaro
Jambi, dimulai dari penyusunan perencanaan pembangunan desa yang
84
Wawancara dengan bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi pada tanggal 21 Februari 2020.
85Wawancara dengan Nurmansyah sebagai Sekretaris Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi pada tanggal 22 Februari 2020.
66
dilaksanakan oleh pemerintah desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota.
86
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Nanang Triyanto, S. PT
sebagai Kepala Urusan Keuangan Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
Perencanaan pembangunan desa yang dilaksanakan oleh pemerintah desa
melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong.
Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan
pembangunan desa.Dalam rangka perencanaan pembangunan desa,
pemerintah desa didampingi oleh pemerintah daerah kabupaten/kota secara
teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota.
Dalam rangka mengoordinasikan pembangunan desa, kepala desa dapat
didampingi oleh tenaga pendamping professional, kader pemberdayaan
masyarakat desa, dan atau pihak ketiga.87
Menurut bapak M. Ridho sebagai Kepala Seksi Kesejahteraan Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi bahwa
Sistem perencanaan pembangunan di Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Nasional yang telah mengamanatkan kepada daerah untuk
menyusun perencanaan pembangunan daerah baik jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang. Walaupun pemerintah daerah
mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya
sendiri, namun dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah tetap
harus memperhatikan kesinambungan antara perencanaan pembangunan
pemerintahan pusat, provinsi, kabupaten/kota dan antar pemerintah daerah.
Dengan demikian, pencapaian tujuan pembangunan daerah mendukung
pencapaian tujuan pembangunan nasional.88
Menurut bapak Sarmidi sebagai kepala desa Berembang kabupaten Muaro
Jambi bahwa
Alur penyusunan RPJMDesa adalah:
1. Pra Musrenbang/Musyawarah Desa dan pembentukan tim penyusunan
tim penyusun RPJMDesa ( Berisikan Minimal 7 orang dan Maksimal
11 orang ) yaitu Pembina, pembekal, ketua, sekdes, sekretaris, ketua
LPM
86Wawancara dengan Amrullah Kepala Seksi Pemerintahan Desa Berembang Kabupaten
Muaro Jambi pada tanggal 21 Februari 2020.
87
Wawancara dengan M. Ridho sebagai Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Berembang
Kabupaten Muaro Jambi pada tanggal 24 Februari 2020.
88
Wawancara dengan M. Ridho sebagai Kepala Seksi Kesejahteraan Desa Berembang
Kabupaten Muaro Jambi pada tanggal 21 Februari 2020.
67
2. Penyelarasan arah kebujakan perencanaan pembangunan kabupaten yang berisikan pengintegrasian program dan pembangunan kabupaten
dengan pembangunan desa dengan mengumpulkan informasi yang
diperlukan desa seperti
a. Rencana pembangunan jangka menengah daerah kabupaten/kota
b. Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah
c. Rencana umum tata ruang wilayah kabupaten/kota
d. Rencana inti tata ruang wilayah kabupaten/kota; dan
e. Rencana pembangunan kawasan perdesaan
3. Pengkajian keadaan, Penyusunan rencana usulan kegiatan
pembangunan desa, Penyusunan laporan PKD, Penyusunan Rancangan
Dokumen RPJMDesa yang meliputi
a. Penyelarasan data desa
1. Data sumber daya alam
2. Data sumber daya manusia
3. Data sumber daya pembangunan
4. Data sumber daya sosial budaya.89
b. Penggalian gagasan masyarakat
1. Daftar gagasan kelompok/RT/Dusun berdasarkan sketsa desa,
kalender musim dan diagram kelembagaan
2. Rekapitulasi usulan rencana kegiatan pembangunan desa
c. Laporan PKD dan penyusunan dokumen rancangan RPJMDesa
1. BA pengkajian keadaan desa
2. Laporan pelaksanaan pengkajian keadaan desa
3. BA penyusunan rancangan RPJMDesa tahun 1-6
4. Rancangan dokumen RPJMDesa
d. Musyawarah pembahasan rancangan RPJMDesa oleh BPD
yang meliputi Pra Musrenbang, musyawarah desa bersama BPD
dan musrenbang desa yang berisikan penetapan RPJMDesa
e. Penyempurnaan rancangan RPJMDesa oleh tim penyusun
RPJMDesa dan peyusun rancangan perdes RPJMDesa oleh BPD
f. Musrenbang oleh kepala desa yang berisikan penetapan rancangan
RPJMDesa dan penetapan Perdes RPJMDesa.90
Sistem perencanaan pembangunan nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah hingga
desa.Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai dengan
89
Wawancara dengan bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi pada tanggal 25 Februari 2020.
90
Wawancara dengan bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi pada tanggal 26 Februari 2020.
68
kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota.
Menurut bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten
Muaro Jambi
Dalam penyusunan RPJMDesa, Desa Berembang tetap berpedoman
kepada pedoman penyusunan perencanaan pembangunan desa diantaranya
mengenai tekhnik penyusunan prioritas yakni pada musyawarah ditingkat
desa pembahasan hasil pemetaan masalah dan potensi dari masing-masing
RT/kelompok masyarakat juga menyepakati urutan daftar masalah
berdasarkan penelaahan berat ringannya masalah dan sesuai dengan
kemampuan dan kondisi masyarakat
Tujuan penentuan peringkat masalah adalah :
1. Memilih dan menentukan secara tepat masalah yang dilakukan dengan
segera
2. Mengetahui mendesak tidaknya suatu masalah bagi masyarakat untuk
segera dipecahkan
3. Diperoleh daftar urutan masalah untuk masukan penyusunan
perencanaan pembangunan
4. Menumbuhkan kesatuan pemahaman tentang urutan masalah yang ada
didesanya
Adapun cara menentukan prioritasnya adalah :
1. Daftar permasalahan pada formulir sebelumnya dibuat format baru
dengan menambah kolom skor
2. Kaji dan bandingkan masalah satu dengan masalah lain dengan
kriteria yang ada dan beri skor 1-5
3. Seluruh masalah dibandingkan dengan satu kriteria terlebih dahulu
setelah selesai baru lakukan dengan kriteria lain dan seterusnya
4. Urutkan prioritas berdasarkan pada nilai tertinggi hingga terendah
5. Kalau terjadi masalah yang memperoleh skor sama, kajialah
kembali kriteria yang mempunyai nilai sama. 91
B. Implementasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Desa Berembang
Kabupaten Muaro Jambi.
Menurut bapak M. Ridho sebagai Kepala Seksi Kesejahteraan Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi bahwa
91
Wawancara dengan bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi pada tanggal 26 Februari 2020.
69
Implementasi pelaksanaan perencanaan pembangunan desa Berembang kabupaten Muaro Jambi bahwa pemerintah desa Berembang telah
melaksanakan perencanaan pembangunan sesuai dengan peraturan yang
berlaku sebagaimana yang sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yaitu :
1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini kepala desa Berembang menyusun beberapa program
desa yang terbentuk dalam beberapa kategori yaitu:
a. Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa yang menjadi
prioritas, yang meliputi
1. Penetapan dan penegasan batas desa
2. Pendataan desa
3. Penetapan dan penegasan batas desa;
4. Pendataan desa
5. Penyusunan tata ruang desa;
6. Penyelenggaraan musyawarah desa;
7. Pengelolaan informasi desa;
8. Penyelenggaraan perencanaan desa;
9. Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan
desa;
10. Penyelenggaraan kerjasama antar desa;
11. Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa; dan
12. Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.
b. Bidang pelaksanaan pembangunan desa antara lain :
1. Pembangunan, pemanfaatan serta pemeliharaan infrasruktur
dan lingkungan desa antara lain: jalan pemukiman; jalan desa
antar permukiman ke wilayah pertanian; pembangkit listrik
tenaga mikrohidro; lingkungan permukiman masyarakat
desa; dan infrastruktur desa lainnya sesuai kondisi desa.
2. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan
prasarana kesehatanantara lain: air bersih berskala desa dan
sanitasi lingkungan.
3. Pelayanan kesehatan desa seperti posyandu dan sarana dan
prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi desa.
4. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain: taman
bacaan masyarakat; pendidikan anak usia dini; balai
pelatihan/kegiatan belajar masyarakat; pengembangan dan
pembinaan sanggar seni; dan sarana dan prasarana pendidikan
dan pelatihan lainnya sesuai kondisi desa.
5. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi
antara lain:pasar desa; pembentukan dan pengembangan
BUMDesa; penguatan permodalan BUMDesa; pembibitan
tanaman pangan; penggilingan padi; lumbung desa;
pembukaan lahan pertanian; pengelolaan usaha hutan desa;
kolam ikan dan pembenihan ikan;kandang ternak; dan sarana
dan prasarana ekonomi lainnya sesuai kondisi desa.
70
6. Pelestarian lingkungan hidup antara lain: penghijauan; pembuatan terasering;perlindungan mata air; pembersihan
daerah aliran sungai dan kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.
c. Bidang pembinaan kemasyarakatan antara lain :
1. Pembinaan lembaga kemasyarakatan;
2. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban;
3. Pembinaan kerukunan umat beragama;
4. Pengadaan sarana dan prasarana olah raga;
5. Pembinaan lembaga adat;
6. Pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat;
7. Kegiatan lain sesuai kondisi desa.
d. Bidang pemberdayaan masyarakat antara lain :
1. Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan dan
perdagangan;
2. Pelatihan teknologi tepat guna;
3. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi Kepala Desa,
perangkat desa, dan BPD;
4. Peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain: kader
pemberdayaan masyarakat desa; kelompok usaha ekonomi
produktif; kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok
masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok pengrajin,
kelompok pemerhati dan perlindungan anak, kelompok
pemuda; dan kelompok lain sesuai kondisi desa.
2. Penetapan Rencana
Kepala desa Berembang melakukan musyawarah dengan tokoh
masyarakat seperti organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, BPD
dan masyarakat desa Berembang untuk menetapkan rumusan
perencanaan pembangunan yang sudah disusun
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana.
Kepala desa Berembang bersama pemerintah desa yang meliputi
organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, BPD untuk melakukan
seleksi tentang kegiatan perencanaan yang telah disusun sehingga
tercipta perencanaan pembangunan desa yang sesuai dengan prioritas
utama.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Tahap evaluasi ini dilakukan oleh kepala desa dan perangkatnya,
disaksikan oleh BPD, anggota masyarakat, organisasi masyarakat
untuk mengetahui tentang pelaksanaan rancangan pembangunan desa,
baik yang sedang berjalan ataupun kegiatan yang akan dilaksanakan
dimasa yang akan datang.92
92Wawancara dengan bapak M.Ridho sebagai Kepala Seksi Kesejahteraan Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi pada tanggal 26 Februari 2020.
71
RPJMDesa maupun RKPDesa, keduanya ditetapkan dengan peraturan
desa, yang merupakan satu-satunya dokumen perencanaan dan menjadi dasar
pedoman dalam penyusunan APB Desa. RPJMDesa ditetapkan dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan setelah kepala desa dilantik, sedangkan RKPDesa disusun
oleh pemerintah desa mulai bulan Juli dan ditetapkan maksimal akhir bulan
september tahun berjalan.93
Menurut wawancara penulis dengan bapak Syamsuri Ar sebagai Kepala
Seksi Pelayanan Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (PP No.
43/2014) mengatur lebih detail mengenai perencanaan pembangunan desa.
Perencanaan pembangunan desa menjadi pedoman bagi pemerintah desa
dalam menyusun rancangan RPJM desa, RKP desa, dan daftar usulan RKP
desa. Dalam pasal 116 PP No. 47/2015 membahas antara lain
1. Dalam menyusun RPJMDesa dan RKPDesa, pemerintah desa wajib
menyelenggarakan musrenbang desa secara partisipatif.
2. Musrenbang desa diikuti oleh BPD dan unsur masyarakat desa.
3. Rancangan RPJMDesa dan rancangan RKPDesa dibahas dalam
musrenbang desa.
4. Rancangan RPJMDesa paling sedikit memuat penjabaran visi dan misi
kepala desa terpilih dan arah kebijakan perencanaan pembangunan
desa.
5. Rancangan RPJMDesa memperhatikan arah kebijakan perencanaan
pembangunan kabupaten/kota.
6. Rancangan RKPDesa merupakan penjabaran dari rancangan RPJMDesa
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.94
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Mastur sebagai Ketua Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
Perencanaan dan pembangunan desa dilaksanakan oleh pemerintah desa
dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong
royong. Masyarakat desa berhak melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan pembangunan desa. Perencanaan pembangunan desa dimuat
93Nurman, Strategi pembangunan daerah. (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2012),hlm 15.
94
Wawancara penulis dengan bapak Syamsuri Ar sebagai Kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi pada tanggal 27 Februari 2020.
72
kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)Desa, dan Rencana Pembangunan Tahunan Desa. Perencanaan pembangunan desa
Berembang dilaksanakan oleh pemerintah desa melibatkan seluruh
masyarakat desa dengan semangat gotong royong.95
Terdapat beberapa kendala dalam perumusan perencanaan pembangunan
Desa Berembang kabupaten Muaro Jambi yaitu berdasarkan hasil wawancara
dengan bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, sudah barang tentu
menemukan kendala atau hambatan dalam melaksanakan program
pembangunan desa.Adapun kendala yang dirasakan dalam perumusan
perencanaan pembangunan Desa Berembang kabupaten Muaro Jambi
yaitu kurangnya sumber daya manusia perangkat desa, sehingga belum
optimalnya pelaksanaan tugas pemerintah desa dan belum optimalnya
pengupayaan sumber pendapatan asli desa. Sumber daya manusia yang
merupakan faktor utama yang harus di benahi baik dari jumlah maupun
kualitas manusia itu sendiri, selain itu di butuhkan kerjasama yang baik
dari seluruh bagian desa baik pemerintah desa maupun masyarakat, serta
koordinasi merupakan bagian yang sangat penting dari tingkatdesa sampai
pemerintah di atasnya baik kecamatan maupun kabupaten, agar
pembangunan dapat berkesinambungan dan tertata dengan baik96
Berdasarkan hasil wawancara dengan Mastur sebagai Ketua Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
mengatakan bahwa
Kurangnya sumber daya manusia yang memadai artinya yang kompeten
dibidangnya selain itu masih diharapkan bantuan, selain itu masih
diharapkan bantuan pemerintah di atas desa untuk pelaksanaan program
pembangunan di desa Berembang”.97
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sarmidi sebagai Kepala Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi,
Ada beberapa langkah yang telah ditempuh dalam rangka upaya
penyelesaian masalah perumusan perencanaan pembangunan desa
95
Wawancara dengan bapak Mastur sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi pada tanggal 5 Maret 2020.
96Wawancara dengan bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi pada tanggal 5 Maret 2020. 97
Wawancara dengan bapak Mastur sebagai Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi pada tanggal 6 Maret 2020.
73
Berembang kabupaten Muaro Jambi yaitu pembinaan aparatur melalui musyawarah, pemberian tugas yang jelas, pembinaan perangkat desa di
bidang administrasi baik dari desa maupun dari kecamatan dan tingkat
kabupaten. Meningkatkan teknik dalam pemungutan desa secara baik.
Menggali sumber pendapatan asli desayang lebih baik berdasarkan
persetujuan bersama dengan BPD Desa Berembang, selain itu perlu
mengadakan pendekatan dan mengajukan permohonan bantuan ketingkat
kabupaten.98
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sarmidi Kepala Desa Berembang
Kabupaten Muaro Jambi,
Dari pelaksanaan sistem perencanaan pembangunan di Desa Berembang
kabupaten Muaro Jambi terdapat beberapa permasalahan seperti sumber
daya manusia yang merupakan faktor utama yang harus di benahi baik dari
jumlah maupun kualitas manusia itu sendiri, selain itu di butuhkan
kerjasama yang baik dari seluruh bagian desa baik pemerintah desa
maupun masyarakat, serta koordinasi merupakan bagian yang sangat
penting dari tingkatdesa sampai pemerintah di atasnya baik kecamatan
maupun kabupaten, agar pembangunan dapat berkesinambungan dan
tertata dengan baik.99
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sarmidi sebagai Kepala Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi mengemukakan bahwa salah satu program
pelaksanaan pembanguan Desa Berembang adalah pelaksanaan pembangunan
Desa antara lain program pemasangan keramik Madrasah Assasusalam Desa
Berembang yang tertera dalam table berikut ini
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
Desa : Berembang
Kecamatan : Sekernan No RAI : 2.a
Kabupaten : Muaro Jambi Bidang : 2. Pelaksanaan Pembangunan Desa
Provinsi : Jambi Kegiatan : 2.3.05 Pemeliharaan Sarana dan Prasaarana Madrasah Non Formal Milik Desa
URAIAN VOL SAT HARGA SATUAN JUMLAH TOTAL JUMLAH 1.Kamar mandi Tempat
wudhu Madin (RT. 09)
98Wawancara dengan Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
pada tanggal 5 Maret 2020.
99
Wawancara dengan Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten Muaro Jambi
pada tanggal 6 Maret 2020.
74
1.1 Honorarium TPK Rp. 450.000 Ketua 1 OK Rp. 175.000 Rp. 175.000 Sekretaris 1 OK Rp. 150.000 Rp. 150.000 Anggota 1 OK Rp. 125.000 Rp. 125.000 1.2 Belanja Modal Upah dan
Tenaga Kerja
Rp. 8.010.000
Tukang 28 OH Rp. 110.000 Rp. 3.080.000 Pekerja 58 OH Rp. 85.000 Rp .4.930.000 1.3 Belanja Modal Bahan
Baku
Rp. 15.871.400
-Semen 48 Sak Rp. 68.200 Rp. 3.069.000 -Pasir 10 M3 Rp. 80.000 Rp. 800.000 -Kerikil 3 M3 Rp. 367.000 Rp. 1.101.000 -kayu kelas III 0,6 M3 Rp. 1.800.000 Rp. 1.080.000 -Paku biasa 5 Kg Rp. 20.000 Rp. 100.000 -Behel 8 mm 206 Kg Rp. 13.500 Rp. 2.781.000 -Kawat ikat 4 Kg Rp. 21.000 Rp. 84.000 -Batu bata 4000 Bh Rp. 605 Rp. 2.420.000 -Seng gelombang 7 kaki 6 Kpg Rp. 51.450 Rp. 308.000 -Paku seng 2 Ktk Rp. 20.000 Rp. 40.000 -Daun pintu Pvc 2 Set Rp. 190.000 Rp. 380.000 -Tedmond 1000 ltr 1 Bh Rp. 1.790.000 Rp. 1.790.000 -Keramik lantai 7 Ktk Rp. 84.000 Rp. 588.000 -Cat tembok Kw II 20 Kg Rp. 16.800 Rp. 336.000 -Cat kayu 1 Kg Rp. 54.100 Rp. 54.100 -Plamer instan 1 Sak Rp. 148.700 Rp. 148.700 -Hak angin 6 Bh Rp. 15.175 Rp. 91.050 -Pipa PVC AW 3 1 Btg Rp. 91.350 Rp. 91.350 -Keran air 20 Bh Rp. 15.000 Rp. 300.000 -Nat keramik 1 Kg Rp. 30.000 Rp. 30.000 -Pipa ½ “ 6 Btg Rp. 21.000 Rp. 126.000 -Benang pondasi 2 Bh Rp. 10.000 Rp. 20.000 -Kuas cat 4 “ 2 Bh Rp. 30.000 Rp. 60.000 -Ember 5 Bh Rp. 7.500 Rp. 37.500 -Lem pipa 1 Klg Rp. 35.000 Rp. 35.000 Rp. 24.331.400 Rp. 24.331.400
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini maka
dapat disimpulkan beberapa hal berdasarkan rumusan masalah pada penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
Sistem perencanaan pembangunan di desa Berembang kabupaten Muaro
Jambi dilihat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Nasional telah menyusun perencanaan pembangunan desa sesuai
dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
kabupaten/kota. Perencanaan dan pembangunan desa dilaksanakan dengan
beberapa tahapan yaitu :
1. Tahap Perencanaan.
Langkah awal dalam penyusunan perencanaan desa Berembang adalah
dengan melakukan koordinasi awal dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Pembentukan Tim Tekhnis Perencanaan.
b. Pelatihan perencanaan pembangunan
c. Penyusunan Rencana Kegiatan Umum (RKU)
d. Pengorganisasian
e. Sosialisasi
75
81
2. Penetapan Rencana.
Kepala Desa Berembang menyampaikan kepada masyarakat desa
rancangan RKP desa yang memuat rencana kegiatan-kegiatan yang akan
dibiayai dengan dana desa. Kepala desa Berembang menyelenggarakan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa) yang
dihadiri oleh BPD dan unsur masyarakat desa. Rancangan RKP Desa,
termasuk rancangan prioritas kegiatan yang dibiayai dari dana desa harus
dibahas dan disepakati dalam musrenbang desa. Hasil kesepakatan dalam
musrenbang desa menjadi pedoman bagi kepala desa dan BPD dalam
menyusun peraturan desa tentang RKP Desa Berembang.
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana.
Pada intinya pengendalian dan evaluasi pada tahap ini adalah untuk
memastikan bahwa penyusunan perencanaan pembangunan untuk tahun
rencana dapat tepat sasaran dan betul-betul bermanfaat bagi kesejahteraan
masyarakat.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu
kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian yang
seobyektif dan sesistematik mungkin terhadap sebuah intervensi yang
direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah diselesaikan.
Periodisasi pelaksanaan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan.
Implementasi pelaksanaan perencanaan pembangunan desa Berembang
kabupaten Muaro Jambitelah melakukan langkah-langkah kegiatan perencanaan
pembangunan yaitu :
82
A. Tahap perencanaan Pada tahap ini kepala desa Berembang menyususn beberapa program desa
yang terbentuk dalam beberapa kategori yaitu:
1. Bidang penyelenggaraan pemerintahan desa yang menjadi prioritas,
yang meliputi
a. Penetapan dan penegasan batas desa
b. Pendataan desa
c. Penetapan dan penegasan batas desa;
d. Pendataan desa
e. Penyusunan tata ruang desa;
f. Penyelenggaraan musyawarah desa;
g. Pengelolaan informasi desa;
h. Penyelenggaraan perencanaan desa;
i. Penyelenggaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan
desa;
j. Penyelenggaraan kerjasama antar desa;
k. Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa; dan
l. Kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.
2. Bidang pelaksanaan pembangunan desa antara lain :
a. Pembangunan, pemanfaatan serta pemeliharaan infrasruktur dan
lingkungan desa antara lain: jalan pemukiman; jalan desa antar
permukiman ke wilayah pertanian; pembangkit listrik tenaga
mikrohidro; lingkungan permukiman masyarakat desa; dan
infrastruktur desa lainnya sesuai kondisi desa.
b. Pembangunan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan
prasarana kesehatanantara lain: air bersih berskala desa dan
sanitasi lingkungan.
c. Pelayanan kesehatan desa seperti posyandu dan sarana dan
prasarana kesehatan lainnya sesuai kondisi desa.
d. Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pendidikan dan kebudayaan antara lain: taman bacaan
masyarakat; pendidikan anak usia dini; balai pelatihan/kegiatan
belajar masyarakat; pengembangan dan pembinaan sanggar seni;
dan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan lainnya
sesuai kondisi desa.
e. Pengembangan usaha ekonomi produktif serta pembangunan,
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi
antara lain:pasar desa; pembentukan dan pengembangan BUM
Desa; penguatan permodalan BUM Desa; pembibitan tanaman
pangan; penggilingan padi; lumbung desa; pembukaan lahan
pertanian; pengelolaan usaha hutan desa; kolam ikan dan
pembenihan ikan;kandang ternak; dan sarana dan prasarana
ekonomi lainnya sesuai kondisi desa.
f. Pelestarian lingkungan hidup antara lain: penghijauan;
pembuatan terasering;perlindungan mata air; pembersihan
daerah aliran sungai dan kegiatan lainnya sesuai kondisi desa.
5. Bidang pembinaan kemasyarakatan antara lain :
83
1. Pembinaan lembaga kemasyarakatan; 2. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban;
3. Pembinaan kerukunan umat beragama;
4. Pengadaan sarana dan prasarana olah raga;
5. Pembinaan lembaga adat;
6. Pembinaan kesenian dan sosial budaya masyarakat;
7. Kegiatan lain sesuai kondisi desa.
6. Bidang pemberdayaan masyarakat antara lain:
a. Pelatihan usaha ekonomi, pertanian, perikanan dan
perdagangan;
b. Pelatihan teknologi tepat guna;
c. Pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi Kepala Desa,
perangkat desa, dan BPD;
d. Peningkatan kapasitas masyarakat, antara lain: kader
pemberdayaan masyarakat desa; kelompok usaha ekonomi
produktif; kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok
masyarakat miskin, kelompok nelayan, kelompok pengrajin,
kelompok pemerhati dan perlindungan anak, kelompok pemuda;
dan kelompok lain sesuai kondisi desa.
B. Penetapan rencana
Kepala desa Berembang melakukan musyawarah dengan tokoh
masyarakat,seperti organisasi kemasyarakatan, tokoh agama, BPD dan
masyarakat desa Berembang untuk menetapkan rumusan perencanaan
pembangunan yang sudah disusun
C. Pengendalian pelaksanaan rencana.
Kepala desa Berembang bersama pemerintah desa yang meliputi
organisasi masyarakat, tokoh masyarakat, BPD untuk melakukan seleksi
tentang kegiatan perencanaan yang telah disusun sehingga tercipta
perencanaan pembangunan desa yang sesuai dengan prioritas
D. Evaluasi pelaksanaan rencana
Tahap evaluasi ini dilakukan oleh kepala desa dan perangkatnya,
disaksikan oleh BPD, anggota masyarakat, organisasi masyarakat untuk
mengetahui tentang pelaksanaan rancangan pembangunan desa, baik yang
sedang berjalan ataupun kegiatan yang akan dilaksanakan dimasa yang
akan datang.
Walaupun sudah dilakukan sesuai peraturan yang sudah ditetapkan, namun
tentu saja masih ada permasalahan yang timbul seperti kurangnya sumber daya
manusia (SDM) dari perangkat desa, sehingga belum optimalnya pelaksanaan
tugas pemerintah desa. Belum optimalnya pengupayaan sumber pendapatan asli
desa, selain itu masih diharapkan bantuan pemerintah di atas desa untuk
84
pelaksanaan program pembangunan di desa Berembang. Solusi yang telah
ditempuh dalam rangka upaya penyelesaian masalah perumusan perencanaan
pembangunan desa Berembang kabupaten Muaro Jambi yaitu pembinaan
aparatur melalui musyawarah, pemberian tugas yang jelas, pembinaan perangkat
desa di bidang administrasi baik dari desa maupun dari kecamatan dan tingkat
kabupaten. Meningkatkan teknik dalam pemungutan desa secara baik. Menggali
sumber pendapatan asli desayang lebih baik berdasarkan persetujuan bersama
dengan BPD desa Berembang, selain itu perlu mengadakan pendekatan dan
mengajukan permohonan bantuan ketingkat kabupaten.
B. Saran-saran
Masalah sumber daya manusia (SDM) adalah merupakan faktor utama
yang harus di benahi baik dari jumlah maupun kualitas manusia itu sendiri, selain
itu di butuhkan kerjasama yang baik dari seluruh bagian desa baik pemerintah
desa maupun masyarakat, serta koordinasi merupakan bagian yang sangat penting
dari tingkat desa sampai pemerintah diatasnya, baik kecamatan maupun
kabupaten, agar pembangunan dapat berkesinambungan dan tertata dengan baik.
85
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Agus Sugiarto dan Dyah Mutiarin, 2017, “Konsistensi perencanaan
pembangunan daerah dengan anggaran daerah, “Journal of governance
and public policy, vol. 4 no. 1 february 2017.
Akhmarudin, “Analisis perencanaan pembangunan di desa Penarah kecamatan
Kundur Utara kabupaten Karimun”, Skripsi Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru 2013
Hanif, 2011, Nurcholis..Pertumbuhan dan penyelenggaraan pemerintah desa.
(Erlangga. Jakarta).
Indra, Sri, 2017, Perencanaan pembangunan daerah, (Depok:Kencana).
Kementerian Desa, Pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi daerah
tertinggal, Buku 6, “Perencanaan pembangunan desa”, tahun 2015
Kurniawan, Borni, 2015, Desa mandiri, desa membangun, (Jakarta : Kementerian
Desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi Republik
Indonesia).
Manan, Bagir, 2001, Menyongsong fajar otonomi daerah, PSH FH-UII,
Yogyakarta.
Masjudin Ashari, dkk, 2015, “Analisis perencanaan pembangunan daerah di
kabupaten Lombok Utara (Studi kasus perencanaan partisipatif tahun
2009-2013)”, Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, vol. 6, No. 2,
desember 2015.
Muhammad Reski Ismail, 2017, “Tinjauan yuridis terhadap sistem perencanaan
pembangunan daerah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan
pembangunan daerah di Kabupaten Mamuju“, Skripsi Universitas
Hasanuddin Makassar.
Nugroho, Apriyanto,2016, “Musyawarah rencana pembangunan desa dalam
pembangunan yang partisipatif di Tiyuh Daya Asri Kecamatan Tumijajar
Kabupaten Tulang Bawang Barat”, Skripsi Universitas Lampung Bandar
Lampung.
Nurman, 2012, Strategi pembangunan daerah. (Jakarta : PT Raja Grafindo). Rahman, Kamilu, 2017, Skripsi “ Penerapan azas-azas pengelolaan keuangan
desa berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 ( Studi kasus pada desa Sera
Tengah kecamatan Bluto kabupaten Sumenep ),Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim,
Malang.
R. Bintaro, 1989, Dalam interaksi desa –kota dan permasalahannya, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Rochmaningrum, Fahmi, 2013, “ Perkembangan tambang minyak blok Cepu dan
pengaruhnya terhadap sosial ekonomi masyarakat desa Ledok tahun
1960-2004”, Universitas Negeri Semarang.
Sarah Nuramalia Putri, 2017, “Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa (Studi kasus desa Balesari kecamatan Bansari kabupaten Temanggung)”,
Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.
80
86
Sarwono, Jonathan, 2006, Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif,
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sembiring, Rizki, 2017, “Tinjauan yuridis terhadap peran dan tugas pokok
BAPPEDA dalam sistem pemerintahan daerah di kabupaten Karo, “
Jurnal Universitas Sumetera Utara Medan.
Smatullah, Deddy, 2010, “Otonomi daerah dan desentralisasi”(Bandung:CV
Pustaka Setia). Sulistiyono, 2015, “Studi kualitatif deskriptif perilaku konsumen rilisan fisik vynil
di Yogyakarta”, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Syaodih, Ernady, 2015, “Manajemen pembangunan”, (Bandung:Refika Aditama).
Vriandy H. Regar, Dkk, “Perencanaan pembangunan di desa Kapoya kecamatan
Suluun Tareran kabupaten Minahasa Selatan, “Jurnal Administrasi
Publik, volume IV no. 062,2016
B. Perundang-undangan
Al-Qur’an Surat At taubah 23
Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah 11 .
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Desa
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2014.
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Desa (LPPD) Berembang Kabupaten
Muaro Jambi tahun 2019.
C. Lainnya
Wawancara dengan Nurmansyah, Sekretaris Desa Berembang Kabupaten Muaro
Jambi
Wawancara dengan M. Ridho sebagai Kepala Seksi Kesejahteraan Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi
Wawancara dengan bapak Amrullah sebagai Kepala Seksi Pemerintahan Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi
Wawancara dengan bapak Syamsuri Ar sebagai Kepala Seksi Pelayanan Desa
Berembang
Wawancara dengan bapak Sarmidi sebagai Kepala Desa Berembang Kabupaten
Muaro Jambi.
Wawancara dengan Mastur Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa
Berembang Kabupaten Muaro Jambi
Wawancara dengan ibu Fenny Alfionita sebagai Kepala Urusan Tata Usaha dan
Umum Desa Berembang
https://www.scribd.com/document/329398499/Pengertian-Penelitian-Yuridis-
Empiris.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara penulis dengan Bapak Mulyadi sebagai Kepala Dusun Lubuk
Panjang, Desa Berembang
Wawancara penulis dengan Bapak Nurmansyah, S. Sos. I sebagai Sekretaris
desa Berembang
Wawancara penulis dengan Bapak sebagai M. Ridho sebagai Kasi
Kesejahteraan desa Berembang
Wawancara penulis dengan Bapak Nurmansyah, S. Sos. I sebagai Sekretaris
desa Berembang
Wawancara penulis dengan Bapak Amrullah sebagai Kasi Pemerintahan
desa Berembang
Wawancara penulis dengan ibu Fenny Alvionita sebagai Kaur Tata Usaha
dan Umum desa Berembang
Wawancara penulis dengan Bapak Mastur sebagai ketua BPD Berembang
Wawancara penulis dengan Bapak Sarmidi sebagai Kades Berembang
CURRICULUM VITAE
Nama : ADAM ADITIA
Tempat Tgl Lahir : Berembang, 02 Maret 1995
Agama : Islam
Gol. Darah : B
Email/Surel : [email protected]
No.Kontak HP : 0853 6644 8580
Alamat : RT.01 desa Berembang kecamatan Sekernan kabupaten
Muaro Jambi
PENDIDIKAN FORMAL:
1. MIN Berembang
2. MTS N Berembang
3. SMK Negeri 1 Muaro Jambi
PENGALAMAN ORGANISASI:
1. Pengurus Palang Merah Indonesia kabupaten Muaro Jambi
2. Pengurus lembaga adat kabupaten Muaro Jambi
3. Anggota Pramuka kabupaten Muaro Jambi
4. Ketua KIM Pelita Negeri desa Berembang
Top Related