III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bantar Gebang sebagai lokasi
penampung sampah Jakarta. Waktu penelitian dilakukan selama 10 bulan, dimulai
dari bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Januari 2010. Lokasi penelitian dapat
dilihat pada Gambar 9.
TPA
Sumber: Hasil pengolahan
Gambar 9. Lokasi penelitian
44
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.2.1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara langsung dengan pengelola TPA sampah, pengusaha
lapak, pemulung, pelaku usaha kompos, praktisi/pengamat pengelolaan dan pakar
sampah, serta instansi atau lembaga terkait lainnya. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan teknik wawancara langsung dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
Data sekunder diperoleh dari BPS, Departemen Pekerjaan Umum,
Kementerian Lingkungan Hidup, Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah Kota
Bekasi.
3.2.2. Sumber Data
Data primer diambil berdasarkan purposive sampling yaitu pengambilan
sampel kepada populasi responden dimana tidak seluruh anggota populasi
memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Jumlah populasi
kepala keluarga dilokasi penelitian berjumlah 15.083KK (kepala Keluarga). Teori
limit pusat menyatakan bahwa perkiraan rata-rata dari suatu sampel cenderung
terdistribusi secara normal ketika ukuran sample n bertambah. Kenormalan rata-
rata dari sampel berlaku dengan baik memperhitungkan distribusi populasi dari
mana sampel itu diambil asalkan ukuran sampel itu masih rasional yaitu n>30.
Semakin besar jumlah sampelnya semakin normal distribusinya. Agar
kecenderungan distribusi sampel mendekati asumsi distribusi normal maka,
jumlah sampel masyarakat dan pemulung diambil diatas 30. Berdasarkan teori
tersebut ditetapkan jumlah sampel penelitian untuk responden masyarakat diambil
sebanyak 80 responden, sedangkan untuk responden pemulung diambil sebanyak
60 responden. Jumlah tersebut ditetapkan untuk memenuhi pemerataan wilayah
penelitian. Metoda purposive sampling digunakan untuk mendapatkan data dari
masyarakat dan pemulung, yang dilakukan dengan menyebar ke 4 kelurahan/desa
secara proporsional. Responden masyarakat dan pemulung yang diwawancara
ditemui secara spontan dan bersedia diwawancara.
45
Teknik purposive sampling digunakan untuk mendapatkan data dari
ahli/pakar, lapak dan bandar. Pengambilan sampel lapak dan bandar mengingat
populasinya terbatas diambil secara Purposive Sampling yaitu lapak 20 responden
dan bandar 10 responden. Pengambilan sampel pada lapak dan bandar di sekitar
TPA Sampah Bantar Gebang adalah pengambilan sampel dari responden yang
tidak memiliki peluang sama untuk menjadi sampel penelitian. Penentuan
responden dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) yang diikuti dengan
teknik bola salju (Snow Ball) yaitu menanyakan responden lain yang dapat di
hubungi (Nawawi, 2001). Sampel terbagi atas 5 (lima) responden yaitu:
a. Responden Masyarakat
Masyarakat adalah orang yang bertempat tinggal di sekitar kawasan TPA
Sampah Bantar Gebang. Masyarakat sekitar TPA Sampah Bantar Gebang relatif
Homogen. Jumlah sampel yang diambil sebesar 80 responden.
Wawancara responden dilakukan dengan menggunakan daftar kuisioner
yang dilakukan terhadap 80 kk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur
Batu, Kecamatan Bantar Gebang serta Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu
Kabupaten Bekasi. Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat yang
tinggal di sekitar TPA, dengan mengetahui tingkat pendidikan responden, status,
tanggungan keluarga, usia. alamat, profil tempat tinggal, jumlah penghuni, lama
tinggal atau menetap.
b. Responden Pemulung
Pemulung adalah orang yang bekerja sebagai pengumpul barang yang masih
dapat dijual dari tumpukan sampah. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60
responden.
c. Responden Lapak
Lapak adalah orang yang berperan sebagai perantara yang membeli barang
bekas dari para pemulung dan menjualnya kepada bandar atau pedagang besar
untuk di jual kembali kepada pabrik daur ulang. Jumlah sampel yang diambil
sebanyak 20 responden.
46
d. Responden Bandar
Bandar dalam penelitian ini adalah seorang pengusaha daur ulang biasannya
melakukan spesialisasi dalam membeli dauran sampah dan omset pembeliannya
relatif besar, sehingga dikenal bandar kertas, bandar plastik, bandar botol/gelas
dan bandar rongsokan/besi. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 10 responden.
e. Responden Pendukung
Pengambilan sampel responden pendukung diambil sebanyak 8 responden,
yang terdiri dari pejabat Pemerintah Daerah (Dinas Kebersihan dan Badan
Pengelola Sampah), pakar dari Perguruan Tinggi, dan Praktisi/pengamat/
konsultan dan pakar sampah.
3.3. Metoda Analisis
3.3.1. Kebijakan Pengelolaan Sampah
Analisis kebijakan pengelolaan sampah dilakukan dengan analisis deskriptif
yaitu mengkaji kebijakan yang ada berupa peraturan dan perundangan yang
berlaku dan terkait dengan pengelolaan sampah.
3.3.2. Dampak Tempat Pembuangan Akhir
a. Fisika dan Kimia
Dampak pencemaran lingkungan di TPA Sampah Bantar Gebang perlu
dilakukan observasi lapangan, pengujian laboratorium dan sumber penelitian
terkait lainnya (data sekunder) dengan membandingkan persyaratan standar
kualitas air, tanah, udara sesuai peraturan/kebijakan yang berlaku.
Pengambilan sampel air dilakukan di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik,
Sumur Batu dan Taman Rahayu yaitu pada sumur gali penduduk yang bermukim
di sekitar TPA. Cara pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan
botol plastik berukuran 1,5 liter, sampel tersebut dimasukkan ke dalam cooler box
untuk diawetkan. Contoh air dan lindi dianalisis di laboratorium. Data sekunder
berupa data fisik dan kimia yang telah dilakukan oleh Dinas Kebersihan DKI
Jakarta, gambaran umum serta data pelengkap lainnya.
Air Sumur. Kualitas air sumur penduduk, diukur dengan mengambil
sampel pada saat musim hujan dan musim kemarau, parameter yang digunakan
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/ Menkes/Per/IX/1990.
47
Titik pengambilan sampel sebagai verifikasi data sekunder dari Dinas
Kebersihan berdasarkan aliran air tanah, diambil dari pompa atau sumur-sumur
penduduk di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman Rahayu,
radius 250 m, 500 m dan 750 m dari lokasi TPA Sampah Bantar Gebang. Masing-
masing lokasi sampel diambil satu titik sehingga didapatkan 12 (dua belas) sampel
air sumur. Data kesehatan didapat dari data sekunder BPS Kota Bekasi dan
wawancara dengan masyarakat.
Air Permukaan (sungai). Sungai yang dijadikan sampel adalah sungai
Ciketing, lebar sekitar 2 m, debit air 0,409 m3/detik. Pengambilan sampel
didasarkan pada sistem aliran air dan hulu sungai menuju hilir sungai atau dan
tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah. Sampel diambil pada aliran
sungai sebelum memasuki wilayah TPA (dianggap sebagai hulu sungai) dan aliran
sungai sesudah melewati wilayah TPA (dianggap sebagai hilir sungai), sehingga
didapatkan dua sampel air sungai. Parameter kualitas air sungai sesuai dengan
Baku Mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Air lindi. Kualitas air lindi dan infiltrasi air hujan yang masuk ke dalam
timbunan sampah dan terkontaminasi (bercampur dengan senyawa-senyawa di
dalam sampah) membentuk lindi, diuji dari kualitas air lindi. Sampel diambil dari
setiap zone (karena pemanfaatannya berbeda waktu) dan dari kolam-kolam (bak)
pada unit IPAS, meliputi sampel pada inlet dan outlet, satu titik diambil satu
sampel, sehingga didapatkan delapan sampel air lindi. Titik inlet adalah air lindi
yang masuk ke dalam IPAS dan landfill, sedangkan outlet air lindi yang telah
mengalami pengolahan dari IPAS. Parameternya sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI No.20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Baku Mutu
golongan B untuk Bahan Baku Air Minum, Baku Mutu golongan C Penggunaan
air untuk Perikanan dan Pertanian. Air lindi disetarakan dengan air limbah cair
yang baku mutunya diatur oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
Kep5I/MENLH/IO/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri.
Udara. Kualitas udara tempat pembuangan akhir Bantar Gebang di uji
berdasarkan kualitas udara. Pada umumnya diberi batasan sebagai udara yang
mengandung satu atau lebih zat kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk
48
dapat menyebabkan gangguan pada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan
harta benda. Waktu pengukuran diambil waktu perataan (averaging time) dan
untuk pengukuran tiap jam dilakukan perhitungan secara geometric mean.
Pengukuran SOx dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer, COx
dengan NDIR (non dipersive infared) analyzer, debu dengan high volume
sampling method. Baku mutu udara ambien diatur dengan Surat Keputusan
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-
03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Februari 1991.
Kebisingan. Kebisingan berkaitan dengan pengumpulan sampah oleh truk-
truk pengangkut dan pengambilan kaleng-kaleng yang menimbulkan suara bising.
Kebisingan juga terjadi pada saat keluar masuk truk di lokasi tempat pembuangan
akhir sampah. Responden yang diamati adalah kelompok masyarakat, pemulung,
pengelola dan masyarakat yang berada di Kelurahan sekitar TPA Sampah Bantar
Gebang meliputi Kelurahan Ciketing Udik, Cikiwul, Sumur Batu dan Taman
Rahayu. Sumber data dalam pengamatan ini berasal dari data primer yang diambil
melalui metoda wawancara dengan responden, sedangkan data sekunder dari data
potensi Kelurahan, Kecamatan dan instansi terkait.
b. Biologi
Kondisi lingkungan biologi berupa berkembang biaknya lalat didapat dari
data sekunder hasil pengamatan perilaku dan perkembang biakan lalat.
Pengamatan dilakukan pada siang hari, dimana lalat bergerombol/ berkumpul dan
berkembang biak di sekitar sumber makanannya (umumnya lalat menyukai
makanan yang berbau busuk seperti sayuran, buah-buahan yang basah dan
membusuk). Pengamatan juga dilakukan terhadap kesehatan masyarakat sekitar
tempat pembuangan akhir yaitu dengan melihat besarnya prosentase penyakit
yang paling banyak dan yang paling sering diderita masyarakat seperti disentri,
kolera, typhus, dan diare.
c. Sosial Ekonomi dan Budaya
Keadaan sosial ekonomi, adalah pengaruh dan kegiatan pengelolaan sampah
pada warga atau masyarakat maupun pemerintah, di sekitar lokasi pengelolaan
sampah seperti Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu dan Taman
49
Rahayu. Pada umumnya keberadaan pengelolaan sampah, menimbulkan dampak
positif dan negatif secara langsung maupun tidak langsung. Dampak positif secara
langsung, ada penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan per kapita.
Dampak negatif secara langsung keberadaan pengelolaan sampah timbul masalah
sosial seperti timbulnya keresahan (penurunan kualitas lingkungan, muncul
gubuk-gubuk liar), terganggunya keamanan (pencurian), berubahnya sikap
masyarakat menjadi tidak ramah, meningkatnya kriminalitas, dan kecelakaan.
Keberadaan pengelolaan sampah juga menimbulkan perubahan tingkat
ekonomi bagi pengelola, pemerintah, maupun warga di sekitar TPA. Perubahan
tingkat perekonomian karena adanya kegiatan pembangunan, pemeliharaan unit
pengelolaan sampah, yang memerlukan tenaga kerja atau sumber daya manusia
yang tersedia di sekitar TPA. Selain itu, bila penambangan TPA untuk pembuatan
kompos dan penangkapan gas metan, maka pendapatan asli daerah (PAD) melalui
retribusi dan pajak ditingkatkan.
Data sosial ekonomi dikumpulkan melalui pengumpulan data sekunder dan
data primer berupa pekerjaan responden dan jenis pekerjaannya. pendapatan dan
pengeluaran kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan. keadaan
kesejahteraan masyarakat dan kesehatannya. Metode analisis valuasi ekonomi
pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah Bantar Gebang dapat dilihat pada
Tabel 6.
3.3.3. Biaya Eksternalitas
Sesuai kajian analisis dampak yang negatif menimbulkan eksternalitas
negatif yang merugikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar TPA Sampah
Bantar Gebang. Setelah kajian dampak negatif diperoleh 6 (enam) eksternalitas
negatif atau biaya eksternalitas yang merugikan pihak lain diluar Pengelola TPA
Sampah.
50
Tabel 6. Valuasi ekonomi dampak
Masalah Tujuan Metoda Data Sumber Data Output
Belum tercapainya
nilai kepuasan
seseorang atau
komunitas terhadap keberadaan suatu
aset
Melihat nilai kepuasan
seseorang atau komunitas
atas keberadaan suatu aset
- Analisis WTA
- Statistik deskriptif
- Pendapat Responden tentang penyebab
pencemaran lingkungan (air, udara,
tanah)
- Faktor2 penataan lingkungan TPA
- Bentuk kompensasi atas jasa lingkungan
- Nilai manfaat dan nilai kerugian
- Jenis alat pembayaran WTA
Responden Masyarakat 1. Nilai besaran dan
bentuk kompensasi Jumlah KK 80
Sampel
Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik, Sumur Batu
dan Taman Rahayu
Pemisahan dan pemilihan sampah
belum maksimal
oleh para pelaku
usaha yang memanfaatkan
sampah.
Mengetahui nilai ekonomi dari pemanfaatan sampah
dalam bentuk :
- Kompos
- Daur Ulang
- Penyerapan Tenaga Kerja
- Peningkatan pendapatan
- Market value
- Biaya Tetap
- Biaya Variabel
- Total Biaya Produksi
- Statistik deskriptif
- Replacement cost
- Productivity cost
- Jumlah penduduk
- Volume sampah
(Berdasarkan Jenis)
- Harga jual Rp/kg
- Upah Tenaga Kerja
- Peluang kerja
Responden Jumlah 1. Jumlah penerimaan
2. Biaya produksi 1. Pemulung 60
3. Lapak 20
4. Bandar 10
5. Pengusaha Kompos 2
6. Pengelola TPA 1
Gangguan kondisi
kesehatan masyarakat sekitar
lokasi
- Mengetahui pengaruh
gangguan terhadap kehidupan masyarakat
sekitar TPA & pemulung
- Statistik deskriptif
- Contingent valuation
- Tingkat kesehatan
- Tingkat pendidikan
- Tingkat pendapatan
- Fasilitas Prasarana dan Sarana Dasar
Responden 1. Jenis penyakit yang
sering diderita
2. Biaya pengobatan
Rp/bl/kk
Masyarakat 80
Pemulung 60
Kurangnya
pemanfaatan potensial TPA
sampah dimasa
yang akan datang
Memperoleh perkiraan yang
kasar mengenai manfaat TPA di masa yang akan
datang
- Benefit transfer - Volume gas metana
- Luas lahan hutan kota
- Luas lapangan olah raga
Data Sekunder :
1. Literatur
1. Besarnya nilai
manfaat di masa yang akan datang
Belum tercapainya
efisiensi manfaat
ekonomis suatu
proyek
Mengukur biaya dan
manfaat dari nilai tambah
sumber daya dan nilai
tambah hasil barang-barang
dan jasa
- NFV
- BCR
- IRR
- Biaya investasi
- Biaya produksi
- Biaya overhead
- Biaya pemeliharaan
Data Sekunder :
1. Literatur
2. Instansi Terkait
1. Analisis manfaat
2. Analisis biaya
51
Seluruh eksternalitas yang terjadi dan akan terjadi diperhitungkan dan
dirumuskan sebagai berikut:
a. Biaya pengeluaran untuk pembelian air
Keterangan
JP = Jumlah penduduk tahun ke i dalam orang;
KRPO1 = Kebutuhan rata-rata air bersih per orang per tahun dalam
liter/orang;
KRPO2 = Kebutuhan rata-rata air minum per orang per tahun dalam
liter/orang;
HAB = Harga air bersih dalam Rupiah/liter
HAM = Harga air minum dalam Rupiah/liter
Jumlah penduduk di wilayah yang tercemar air tanahnya dikalikan dengan
standar kebutuhan air bersih perkotaan sebanyak 80 liter/orang/hari untuk mandi
dan cuci ditambah untuk kebutuhan air minum dan masak sebanyak 5
liter/orang/hari. Harga air bersih dan air minum Rp 150 per-liter pada Tahun
2009.
b. Biaya pengeluaran untuk penyakit saluran pernapasan, penyakit umum,
kulit dan paru, penyakit mata serta penyakit anak
Keterangan
JKPij = Jumlah kunjungan pasien untuk penyakit i dalam orang;
BPi = Biaya pengobatan rata-rata penyakit i dalam Rupiah per orang.
n = Jumlah penyakit
Berdasarkan studi Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup (2008) biaya rata-
rata berobat pada Tahun 2006 untuk jenis penyakit umum dan mata sebesar Rp
50.000 sedangkan untuk jenis penyakit anak, kulit dan paru diperlukan biaya
sebesar Rp 75.000,-, dalam sekali berobat.
c. Nilai kerugian tidak masuk kerja karena sakit
Keterangan
JPSi = Jumlah penduduk usia kerja yang sakit pada tahun 1 dalam orang;
52
RHS = Rata-rata lama waktu penduduk tidak bekerja karena sakit dalam hari;
UMH = Upah Rata-rata dalam Rupiah/orang/hari
d. Kerugian penurunan produksi pertanian karena sampah TPA
Keterangan
LSi = Luas sawah gagal panen dalam setahun dalam hektare;
RPP = Rata-rata Produksi Padi 1 kali masa tanam dalam ton/hektare/tahun;
(1 tahun = 3 kali masa tanam)
HP = Harga padi dalam Rupiah per ton.
Nilai kerugian akibat gagal panen padi sawah tersebut karena luapan air
hujan yang mengandung sampah, dengan menggunakan asumsi kejadian gagal
panen 1 kali setiap tahunnya.
e. Nilai kerugian akibat emisi gas metan
Keterangan
JEi = Jumlah emisi gas pencemar dalam ton;
BUGP = Biaya kerugian akibat emisi gas metana dalam Rupiah per ton CO2.
f. Nilai kerugian dari dampak bau busuk dari TPA Sampah
Keterangan
JPi = Jumlah penduduk dalam radius yang terkena bau dalam orang;
(setiap radius dianggap sama)
JHB = Jumlah hari dalam setahun timbulnya bau dalam hari;
NKHB = Nilai kompensasi hari bau dalam Rupiah/orang/hari.
3.3.4 Benefit Eksternalitas
Berdasarkan kajian analisis dampak positif menimbulkan eksternalitas
positif yang menguntungkan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar TPA
Sampah Bantar Gebang. Setelah kajian dampak positif diperoleh 2 (dua)
53
eksternalitas positif atau benefit/manfaat eksternalitas yang menguntungkan pihak
lain diluar Pengelola TPA Sampah. Eksternalitas positif tersebut berupa:
a. Nilai manfaat adanya kesempatan kerja bagi pemulung, buruh, lapak dan
bandar kegiatan usaha daur ulang sampah dengan rumus:
Keterangan
JPM = Jumlah orang yang kerja dalam orang;
ICM = Jumlah pendapatan dalam Rupiah/orang/tahun).
Asumsi adanya pengaruh berganda dari kegiatan daur ulang sampah sebesar
25% dari total pendapatan para pelaku usaha daur ulang sampah.
b. Nilai manfaat keberadaan jalan akses ke TPA dengan rumus:
NMJL = PJA x LBR x HTN
Keterangan
PJA = panjang jalan dalam meter;
LBR = lebar wilayah pengaruh jalan dalam meter: dan
HTN = nilai tambah peningkatan harga tanah dalam Rp/m2 adanya jalan akses
(tahun 2009).
Nilai tambah adanya jalan akses dari semula Rp 150.000/m2
menjadi Rp
300.000/m2
adalah sebesar Rp 150.000 /m
2 . Sehingga dengan demikian Nilai
Manfaat (NM) dapat dirumuskan berikut ini: NM = NMKJ + NMJL. Peningkatan
harga tanah karena adanya akses jalan.
3.3.5 Nilai Ekonomi Total Dampak
Perhitungan Nilai Ekonomi Total (NET) dampak pengelolaan TPA sampah
Bantar Gebang dapat dinyatakan dalam rumus:
NET = NM – NR
Keterangan
NET = Nilai Ekonomi Total dalam Rupiah;
NM = Nilai Manfaat atau Eksternalitas Positif atau Manfaat Eksternalitas
dalam Rupiah;
NR = Nilai kerugian atau Eksternalitas Negatif atau Biaya Eksternalitas
dalam Rupiah).
54
3.3.6 Perumusan Kebijakan
Perumusan kebijakan dianalisis dengan Analytical Hierarchy Process
(AHP). AHP merupakan metoda analisis yang dapat digunakan secara luas yang
memungkinkan pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan pertimbangan
dan nilai-nilai pribadi secara logis sehingga dapat ditentukan skala prioritas dalam
pengambilan keputusan. Beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan
pendekatan AHP yaitu :
1. Mendefinisikan masalah identifikasi sistem yaitu untuk mengindentifikasi
permasalahan dan menentukan solusi yang diinginkan: Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Swasta/Investor, Pakar/Ahli, NGO dan masyarakat.
2. Penyusunan struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang
setingkat diatasnya. Perbandingan berdasarkan “judgement” dari pengambil
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan
dengan elemen lainnya.
Top Related