Download - III. Hasil Dan Pembahasan

Transcript
Page 1: III. Hasil Dan Pembahasan

III. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. TANAMAN CENGKEH

Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum), termasuk dalam family Myrtaceae.

Daunnya bundar telur sungsang, dan daun yang masih muda berwarna merah

jambu kekuning-kuningan, buahnya berupa buni, berbentuk lonjong, dan

berwarna merah tua (Gambar 1).

Gambar 1. Tanaman Cengkeh

Cengkeh merupakan tanaman tropis berakar tunggang, bercabang dan kuat. Tinggi

tanaman dapat mencapai 15 meter dan dapat mencapai umur sampai lebih dari

100 tahun, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-

pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika

Page 2: III. Hasil Dan Pembahasan

bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5 - 2

cm (Anonim, 2002).

Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Setiap

bagian pohon mengandung minyak, mulai dari bunga, daun, gagang hingga akar.

Kandungan minyak cengkeh pada tanaman cengkeh bervariasi jumlahnya, namun

yang tertinggi terdapat pada bagian bunga yaitu sekitar 14 – 21%, sedangkan pada

gagang cengkeh yaitu sekitar 5 – 6% (Guenther, 1987).

Semua bagian dari tanaman cengkeh mempunyai kandungan yang relatif sama,

yang berbeda hanya jumlahnya saja. Di bawah ini Tabel yang menunjukkan sifat

atau karakteristik dari minyak gagang cengkeh.

Tabel 1. Karakteristik Minyak Gagang Cengkeh

Karakteristik KeteranganNama botani Syzygium aromaticumMetode ekstraksi umumnya

Penyulingan uap

Warna Kuning emas bercahayaKonsistensi Medium, sedikit berminyakCatatan keharuman MenengahKekuatan dari aroma KuatGambaran keharuman Pedas, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai

dengan bau tanaman.Kegunaan Arthritis, asma, bronchitis, rematik, sprains, nyeri

otot, sakit gigi.Unsur utama Eugenol, eugenyl asetat, caryophyllene,

isocaryophyllene.(Sumber: www.aromaweb.com).

11

Page 3: III. Hasil Dan Pembahasan

B. MINYAK ATSIRI

1. Sejarah Perkembangan Minyak Atsiri

Minyak atsiri pertama kali dibuat oleh bangsa Mesir, Persia, dan India.

Sebenarnya penyulingan minyak atsiri waktu itu terbatas pada terpenten dan

kamfor. Perdagangan minyak wangi dan salep telah sejak lama di Negara-Negara

Timur, Yunani, Roma Kuno. Bahan yang digunakan bukan minyak atsiri

melainkan bunga, akar-akaran tanaman yang wangi, kemudian dimasukkan

kedalam botol yang telah berisi minyak. Selanjutnya botol yang telah berisi

minyak serta bunga dan akar-akaran tersebut dijemur (Anonim, 1999).

Penyulingan minyak atsiri pada zaman tersebut, belum menggunakan sistem

pencataan yang sistematis. Sehingga, data-data tentang metode-metode, tujuan

dan hasil penyulingan tersebut, hampir tak ada lagi dan sangat kabur.

Penelitian sistematis tentang sejumlah minyak atsiri dapat dikatakan dimulai oleh

ahli kimia Prancis J. B. Dumas (1800-1884), perkembangan penting dalam ilmu

kimia tentang minyak atsiri selanjutnya adalah penyelidikan oleh ahli kimia

Prancis M. Barthelot (1827-1907), yaitu mengenai kandungan hidrokarbon pada

minyak atsiri. Penelitian berikutnya di bidang minyak atsiri meliputi penemuan

minyak atsiri baru dan penelitian terhadap komponennya.

Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor cukup penting bagi Indonesia.

Beberapa komoditas seperti minyak nilam, pala, dan minyak cengkeh merupakan

pemasok terbesar ke pasar dunia. Minyak atsiri hampir seluruhnya diproduksi

oleh petani dalam usaha skala kecil dengan teknologi sederhana, mulai dari teknik

12

Page 4: III. Hasil Dan Pembahasan

budidaya sampai pengolahan. Dengan demikian, produktivitas tanaman dan mutu

minyak umumnya lebih rendah dari harga produk yang sama dari negara produsen

lainnya (Hobir dan Emmyzar, 1995).

2. Sumber

Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang

(essential oil, volatile oil) adalah minyak mudah menguap dan diperoleh dari

tanaman dengan cara penyulingan uap atau suatu hasil reaksi hidrolisis bahan

tanaman yang mudah menguap dari kandungan senyawa esensi tanaman itu

(Zulchi dan Aisni., 2002). Minyak tersebut menguap pada suhu kamar tanpa

mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau

tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tak larut dalam

air (Anonim, 2002).

Tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150-200

spesies tanaman, yang termasuk dalam family Pinaceae, Labiateae, Compositae,

Lauraceae, Myrtaceae dan Umbelliferaceae. Minyak atsiri dapat bersumber pada

setiap bagian tanaman yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau kulit, dan

akar.

Ditinjau dari segi bahan bakunya, minyak atsiri dapat dibedakan atas minyak atsiri

primer dan sekunder. Minyak atsiri produk primer adalah minyak atsiri sebagai

hasil utama dari suatu bahan, misalnya nilam, dan akar wangi; sedangkan produk

sekunder adalah hasil tambahan atau limbah dari suatu bahan misalnya minyak

lada, pala, cengkeh, kunyit, dll. (Adriani, 2001).

13

Page 5: III. Hasil Dan Pembahasan

3. Komposisi Kimia

Pada umumnya variasi komposisi minyak atsiri disebabkan oleh perbedaan jenis

tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode

ekstraksi yang dipergunakan dan cara penyimpanan minyak.

a. Komposisi Kimia Minyak Atsiri Secara Umum

Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia

yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) serta

beberapa persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan

belerang (S).

Pada umumnya komponen kimia dalam minyak atsiri dibagi menjadi 2

golongan yaitu:

1. Hidrokarbon

Persenyawaan yang termasuk golongan hidrokarbon terbentuk dari unsur

hidrogen (H) dan karbon (C). Komponen kimia yang termasuk golongan

hidrokarbon yang dominan menentukan bau dan sifat khas setiap jenis

minyak yaitu persenyawaan terpen.

Persenyawaan terpen berbau kurang wangi, sukar larut dalam alkohol

encer, terutama jika terkena cahaya matahari dan oksigen udara. Minyak

yang mengandung terpen jika disimpan dalam waktu lama akan

membentuk sejenis resin dan sukar larut dalam alkohol.

Untuk tujuan tertentu misalnya untuk pembuatan parfum, fraksi terpen

perlu dipisahkan sehingga didapatkan minyak atsiri yang bebas terpen.

14

Page 6: III. Hasil Dan Pembahasan

Tujuan dari pemisahan fraksi terpen dari minyak atsiri yaitu 1).

memperbesar kelarutan minyak dalam alkohol, 2). memperbesar resistensi

minyak terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh proses oksidasi cahaya

dan 3) memperbesar konsentrasi senyawa kimia golongan “oxygenated

hydrocarbon” yang berbau lebih wangi.

2. “Oxygenated hydrocarbon”

Komponen kimia dari golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C),

hidrogen (H), dan oksigen (O). Persenyawaan kimia yang merupakan

golongan ini yaitu alkohol, aldehid, keton, ester, dan eter.

Pada umumnya sebagian besar minyak atsiri terdiri dari campuran

persenyawaan golongan hidrokarbon dan “oxygenated hydrocarbon”.

Disamping itu, minyak atsiri mengandung resin dan lilin dalam jumlah kecil

yang merupakan komponen tidak menguap (Guenther, 1987).

Di bawah ini merupakan Tabel golongan persenyawaan kimia yang terdapat

dalam minyak atsiri (Tabel 2).

15

Page 7: III. Hasil Dan Pembahasan

Tabel 2. Persenyawaan Kimia yang Terkandung Dalam Minyak Atsiri

Golongan Persenyawaan kimia

1). Hidrokarbon (C5H8)n Ocimene, myocene, cyonene pinere, syslvestrene, limonene, camphene, phelanddrene, fenchene, geraniolene, endesniol, caryophilene dan santalene.

2). “Oxygenated hydrocarbon”a. Alkohol (R-OH)

- Alkohol alifatis Geraniol, nerol, sitronellol, terpineol, borneol, linaleol, menthol, santalol, isopulegol, penchil alkohol, sedrol, farnesol, fenil etil alkohol, sinnamil alkohol, metil alkohol

- Alkohol siklis Thimol, carvacrol, eugenol, vanilinc. Keton (R-CO-R) Camphor, vione, carvone, menthone,

pulegone, fenchone, piperitone, dan asetofennon.

d. Ester (R-COOR) Ester-ester dari asam aseta, butirat, siglat, salisilat, benzoat.

e. Eter (R-O-R) Anethole, metil cavicole, safrole, eucalyptole, ascaridole.

(Sumber: Ketaren, 1990)

b. Sifat Fisiko Kimia Minyak Atsiri

1. Sifat fisik

Biasanya minyak atsiri tak berwarna atau berwarna kekuning-kuningan

dan beberapa minyak atsiri berwarna kemerah-merahan, jika lebih lama di

udara akan mengabsorbsi oksigen hingga berwarna lebih gelap dan

berubah baunya serta menjadi lebih kental.

2. Sifat kimia

Sifat kimia minyak atsiri ditentukan oleh persenyawaan kimia yang

terdapat didalamnya terutama terpen, aldehid, ester, asam. Perubahan

kimia yang terjadi pada senyawa-senyawa tersebut dapat mengakibatkan

kerusakan pada minyak atsiri.

16

Page 8: III. Hasil Dan Pembahasan

C. MINYAK CENGKEH

1. Komposisi Kimia

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman cengkeh

(Syzygium aromaticum). Minyak atsiri ini dapat diperoleh dari bunga, gagang, dan

daun tanaman cengkeh. Kualitas minyaknya dievaluasi dari kandungan fenol,

terutama eugenol. Kadar eugenol dalam minyak cengkeh dipengaruhi oleh asal

minyaknya. Kadar terbanyak dan kualitas yang baik dapat dihasilkan oleh minyak

yang diperoleh dari bunga dan gagang cengkeh. Kualitas minyak daun cengkeh

hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan minyak bunga atau gagang

cengkeh (Aksan, 2007). Perbandingan kadar eugenol dalam minyak cengkeh

berdasarkan asalnya, tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan Eugenol Dalam Minyak Cengkeh

Asal Minyak Kadar EugenolBunga 90 - 95%Gagang 83 - 95%Daun 82 - 87%

(Sumber: Guenther, 1990)

Kandungan minyak cengkeh pada bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya.

Bunga mengandung sekitar 20% minyak, sedangkan bagian gagang dan daun

sekitar 4-6% minyak (Guenther, 1990). Selain itu, kandungan minyak saat

ekstraksi dipengaruhi oleh lamanya proses penyulingan (Zulchi dan Aisni, 2002).

Minyak atsiri dalam bunga dan gagang cengkeh mengandung eugenol dan

kariofilen, yang merupakan komponen kimia yang memberikan rasa getir dan bau

17

Page 9: III. Hasil Dan Pembahasan

pedas dari cengkeh. Di bawah ini merupakan Tabel perbandingan komposisi

kimia bunga dan gagang cengkeh.

Tabel 4. Komposisi Kimia Bunga dan Gagang Cengkeh

Komponen Bunga cengkeh (%) Gagang cengkeh (%)Air 5, 0 – 8,3 8,7 – 10,2Abu 5,3 – 7,6 6,9 – 9,0Minyak atsiri 14,0 – 21,0 5,0 – 6,0“Fixed oil” dan resin 5,0 – 10,00 3,5 – 4,0Protein 5,0 – 7,0 5,8 – 6,0Serat kasar 6,0 – 9,0 13,0 – 19,0Tanin 10,0 – 18,0 Sekitar 10(Sumber: Ketaren, 1989)

Pada umumnya minyak cengkeh terdiri dari campuran berbagai persenyawaan

kimia, yaitu:

a. Eugenol [CH2=CHCH2C6H3(OCH3)OH)]

Eugenol merupakan persenyawaan kimia yang paling penting di dalam

minyak cengkeh dan jumlahnya dapat mencapai 83-95%. Eugenol bersifat

mudah menguap, tidak berwarna atau berwarna agak kuning dan

mempunyai rasa getir (Guenther, 1990). Karakteristik eugenol dapat

dilihat pada Tabel (Lampiran 5).

Eugenol dapat diisolasi dari minyak dengan menambahkan NaOH atau

KOH 3%, sehingga menghasilkan natrium atau kalium eugenolat

(Anonim, 2006). Gambar di bawah ini menggambarkan reaksi antara

eugenol dan penambahan NaOH, sehingga menghasilkan natrium

eugenolat (Gambar 2).

18

Page 10: III. Hasil Dan Pembahasan

Gambar 2. Reaksi Antara Eugenol dengan NaOH

Eugenol digunakan sebagai bahan baku parfum, pemberi flavor, dan dalam

bidang pengobatan sebagai antiseptik dan anestesi. Eugenol juga

digunakan pada pembuatan isoeugenol untuk memproduksi vanilin

sintetis. Saat ini, kebanyakan vanilin sintetis dibuat dari fenol atau dari

lignin (Anonim, 2002).

b. Eugenol asetat [CH3CH=CHC6H3(OCH3)COOCH3]

Eugenol asetat terdapat juga pada minyak gagang cengkeh, tetapi dalam

jumlah yang sangat kecil. Eugenol asetat dapat dibuat dari eugenol dengan

cara asetilasi eugenol, menggunakan asetat anhidrit.

c. Kariofilen (Caryophyllene) C15H24

Di dalam minyak cengkeh terdapat alpha dan betha kariofilen dengan

jumlah 5-12%. Kariofilen dapat dipisahkan dari minyak dengan

menambahkan larutan soda 70%, kemudian diekstraksi dengan ester.

Selanjutnya, diuapkan di atas penagas air.

19

Page 11: III. Hasil Dan Pembahasan

d. Metil n-amil keton

Senyawa dalam minyak daun cengkeh yang terdapat dalam jumlah yang

sangat sedikit, dan merupakan senyawa yang menimbulkan bau khas

minyak daun cengkeh.

2. Mutu Minyak Gagang Cengkeh (Clove Steam Oil)

Mutu minyak gagang cengkeh, ditentukan oleh kadar eugenol. Kadar eugenol

dalam minyak gagang cengkeh ditentukan oleh kondisi gagang sebelum disuling

(dirajang atau tanpa rajang) dan metode penyulingan (Ketaren, 1985).

Di Indonesia belum ada suatu standar mutu yang pasti untuk minyak gagang

cengkeh. Di bawah ini Tabel standar mutu dari minyak gagang cengkeh menurut

Essensial Oil Association of USA (EOA).

TABEL 5. STANDAR MUTU MINYAK GAGANG CENGKEH

Karakteristik NilaiPenampakan dan odor Kuning sampai berwarna coklat terangPutaran optik 0o sampai -1o30o

Kadar eugenol 89% sampai 95%Kelarutan dalam alkohol Larut dalam 2 bagian/lebih dari alkohol 70%Indeks bias pada suhu 20 oC 1.5340 sampai 1.5380(Sumber: EOA, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sangat ditentukan oleh sifat dan

senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik seperti bobot jenis,

indeks bias, putaran optik, dan kelarutan dalam etanol 70% dapat dijadikan

kriteria untuk menentukan kemurnian minyak.

20

Page 12: III. Hasil Dan Pembahasan

Apabila bobot jenis, indeks bias, dan putaran optik menunjukkan angka yang

tertinggi, kemungkinan minyak cengkeh tersebut mengandung bahan-bahan lain

seperti mineral dan lemak. Apabila sifat itu menunjukkan angka yang rendah,

maka kemungkinan minyak tersebut mempunyai kadar eugenol yang rendah

(Rusli dkk., 1979).

3. Manfaat

Minyak cengkeh ternyata punya khasiat yang cukup besar dan merupakan baku

industri farmasi dan pestisida nabati. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman

Obat dan Rempah (BALITTRO) menunjukan bahwa, minyak cengkeh juga dapat

dipakai sebagai bahan baku pembuatan balsam yang dapat menghilangkan rasa

sakit, terutama reumatik. Di samping itu dapat digunakan juga sebagai obat kumur

dan permen.

Bukan itu saja, hasil penelitian BALITTRO juga menunjukkan eugenol yang

terdapat dalam minyak cengkeh ternyata dapat mengendalikan jamur patogen

pada tanaman. Contohnya, jamur Fusarium oxysporum yang menyebabkan

penyakit busuk batang pada tanaman vanili dan jamur tular tanah yang umumnya

menjadi penghambat produksi tanaman hortikultura dan perkebunan.

21

Page 13: III. Hasil Dan Pembahasan

D. PROSES PENYULINGAN MINYAK GAGANG CENGKEH

Penyulingan dapat didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen suatu

campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari

masing-masing zat tersebut (Guenther, 1990).

Mekanisme penyulingan yaitu sebagai berikut: pada suhu air mendidih, sebagian

minyak atsiri akan larut dalam air yang terdapat dalam kelenjar. Campuran

minyak dalam air ini akan berdifusi ke luar dengan peristiwa osmosis melalui

selaput membran yang sedang mekar sampai di permukaan bahan, dan selanjutnya

menguap. Dengan pemanasan oleh uap atau air, minyak atsiri akan dibebaskan

dari kelenjar minyak dalam jaringan tanaman. Untuk mengganti minyak yang

diuapkan ini, sejumlah minyak masuk ke dalam larutan dan menembus membran

sel bersamaan dengan masuknya air. Proses ini berlangsung terus sampai seluruh

zat menguap didifusikan dari dalam kelenjar minyak dan diuapkan oleh uap air

panas (Guenther, 1987).

1. Pengeringan

Proses penyulingan gagang cengkeh ini dimulai dari proses penjemuran. Tujuan

dari penjemuran ini adalah menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga

proses penyulingan mudah dan lebih singkat, serta untuk menguraikan zat tidak

berbau sehingga berbau wangi.

Proses penjemuran dilakukan diatas lantai beton atau tikar, selama 6 hari dibawah

sinar matahari. Penjemuran tersebut dilakukan hingga gagang cengkeh berwarna

coklat tua. Mutu cengkeh kering yang baik yaitu berwarna coklat kekuning-

22

Page 14: III. Hasil Dan Pembahasan

kuningan, dan berat cengkeh yang dihasilkan sekitar 31 - 35% dari berat basah

(Ketaren, 1985).

Kehilangan minyak selama proses pengeringan lebih besar dari kehilangan

minyak selama proses penyimpanan. Hal ini terjadi karena pada proses

pengeringan, air dalam tanaman akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri

dan akhirnya menguap (Guenther, 1990). Sehingga, minyak atsiri yang berada

dalam tanaman akan berkurang karena sebagian minyak atsiri telah ikut menguap

bersama air yang menguap akibat proses pengeringan.

2. Pengukuran Kadar Air

Prinsip: Penentuan banyaknya air dengan cara destilasi dengan suatu cairan

organik yang tak bercampur dengan air, dan dikumpulkan dalam suatu

tabung berukuran (Gambar 3).

Gambar 3. Tabung Pengukuran Kadar Air

Tujuan dilakukannya pengukuran kadar air yaitu untuk menentukan berapa kadar

air optimum yang terdapat dalam bahan, sebelum di suling.

Prosedur:

23

Page 15: III. Hasil Dan Pembahasan

1) Gagang cengkeh kering sebanyak 10 g dirajang, kemudian dimasukkan ke

dalam labu ukur.

2) Menambahkan toluen hingga terendam seluruhnya.

3) Labu tersebut digabungkan dengan tabung esktraktor destilasi.

4) Memanaskan selama 3-4 jam dengan menggunakan hotplate.

5) Mengamati hasilnya.

Hasil:

Pengukuran kadar air ini dilakukan pemanasan selama 2,5 jam. Hasilnya, air yang

didapat yaitu sebanyak 1,1 mL.

Perhitungan:

Rumus perhitungan kadar air:

Kadar air =

Keterangan:

V = Volume air yang ditampung (mL)

M = Massa bahan yang diuji (g)

Dengan anggapan rapat massa air tepat 1 g/mL.

Kadar air bahan =

= 11%

Pembahasan:

24

Page 16: III. Hasil Dan Pembahasan

Pengukuran kadar air dilakukan untuk mengetahui berapa kadar air yang terdapat

dalam bahan. Sehingga kita bisa mengetahui berapa kadar air yang optimal dalam

penyulingan minyak

Pada saat pemanasan, minyak dalam bahan akan larut bersama toluen sedangkan

air yang tidak larut dengan toluen akan menguap dan masuk kedalam tabung

ekstraktor destilasi. Pengujian ini berdasarkan berat jenis dari air. Berat jenis

Toluen lebih ringan daripada air. Sehingga pada saat pemanasan, air yang

menguap serta menetes ke penampung akan berada di bagian bawah toluen.

Setelah pemanasan selama 2,5 jam didapatkan kadar air sebesar 1,1 ml. Kadar air

pada bahan mempengaruhi kadar minyak cengkeh pada saat penyulingan.

Semakin tinggi kadar air, maka kadar rendemennya akan semakin kecil, sehingga

menghasilkan minyak yang sedikit. Oleh karena itu, bahan yang akan disuling

harus cukup kering, agar menghasilkan minyak yang cukup banyak. Menurut

Ketaren (1989), gagang cengkeh yang baik untuk disuling mempunyai kadar air

8,7 – 10,2%. Jadi kadar air dalam gagang cengkeh tersebut (11%), kurang kering

dan kurang baik untuk disuling.

3. Penyulingan Minyak Gagang Cengkeh

Secara garis besar proses penyulingan minyak atsiri yaitu secara perlahan-lahan

cairan dalam alat penyuling didihkan, sehingga campuran uap terdiri dari uap air

dan uap minyak. Campuran tersebut mengalir melalui pipa kondensor, sehingga

uap tersebut dicairkan kembali dengan sistem pendinginan dari luar, yaitu

biasanya dengan air dingin. Dari kondensor, kondensat tersebut ditampung dalam

25

Page 17: III. Hasil Dan Pembahasan

tabung pemisah (receiver); dan dalam tabung tersebut minyak atsiri akan terpisah

dari air suling (Guenther, 1987).

Proses penyulingan ini menggunakan tipe air dan uap (skala lab). Hal itu di

karenakan, bahan yang akan disuling berjumlah sedikit. Ketel tersebut dapat

menampung gagang cengkeh sebanyak 2,1 kg. Alat-alat seperti ketel, kondensor,

yang digunakan pada penyulingan ini hampir sama dengan menggunakan ketel

besar. Perbedaannya hanya pada bentuk alat dan kapasitas. Di bawah ini

merupakan Gambar alat penyulingan tipe air dan uap (skala lab).

Gambar 4. Alat Penyulingan Tipe Air dan Uap

a). Peralatan Penyulingan

Peralatan penyulingan minyak atsiri umumnya terdiri dari:

1. Ketel suling (retort)

Ketel suling adalah tempat bahan yang akan disuling. Ketel suling

umumnya berbentuk suatu silinder yang terbuat dari seng tebal

(galvanized sheed metal) yang dilengkapi dengan penutup yang dapat

26

Page 18: III. Hasil Dan Pembahasan

ditutup rapat (Gambar 5). Pada tutup tersebut dipasang pipa untuk

mengalirkan uap ke kondensor.

Gambar 5. Ketel Penyulingan Tipe Air dan Uap

Ketel dapat dibuat dari plat tembaga, alumunium, plat besi (galvanized

iron), baja dan stainless steel. Stainless steel merupakan bahan logam yang

paling baik, namun harganya cukup mahal.

Masalah dalam penggunaan logam tersebut sebagai bahan dasar ketel

adalah karena ia dapat bereaksi dengan minyak atsiri, atau berfungsi

sebagai katalisator dalam proses oksidasi minyak atsiri. Dengan demikian

jenis logam yang digunakan berpengaruh terhadap mutu minyak atsiri

yang dihasilkan (Ketaren, 1985).

2. Tabung pendingin (condensor)

Condensor merupakan suatu alat yang berupa tabung silinder dan di

dalamnya terdapat pipa lurus (tubular condensor) atau berbentuk spiral

(coil condensor) yang berfungsi untuk mengubah uap menjadi bentuk cair

(Gambar 6). Pengeluaran panas lebih efektif menggunakan tubular

27

Page 19: III. Hasil Dan Pembahasan

condensor, karena mempunyai permukaan yang lebih luas (Ketaren,

1985).

Gambar 6. Pipa Condensor

Aliran air dalam kondensor harus berlawanan dengan aliran uap air dan

minyak, sehingga kondensat yang akan keluar dari suatu kondensor

mempunyai suhu yang hampir sama dengan suhu air pendingin yang

masuk ke kondensor.

Kondensor umumnya terbuat dari tembaga yang dilapis timah, alumunium

atau stainless steel. Besi dan tembaga tanpa lapisan tidak baik dipakai

karena komposisi minyak akan bereaksi pada logam tersebut sehingga

warna minyak berubah.

Pada proses penyulingan minyak cengkeh skala industri, kondensor yang

digunakan yaitu berupa kolam atau air sungai yang mengalir Bagan proses

pengolahan minyak daun cengkeh skala industri dapat dilihat pada

Lampiran 4.

3. Alat pemisah minyak (oil separator)

Hasil kondensasi (kondensat) dari kondensor ditampung dengan alat

pemisah minyak dan air, disebut “florentine flask”. Alat ini di desain

28

Page 20: III. Hasil Dan Pembahasan

sedemikian rupa, sehingga dapat langsung memisahkan minyak dan air

yang keluar dari kondensor.

Bila berat jenis minyak lebih ringan daripada air, maka minyak tersebut

akan berada dibagian atas air. Minyak gagang cengkeh mempunyai berat

jenis yang lebih besar daripada air (Bj minyak > Bj air), sehingga mengendap

di bagian bawah tabung. Di bawah ini merupakan Gambar dari oil

separator.

Gambar 7. Oil Separator

b). Metode-Metode Penyulingan

1) Penyulingan dengan air (water distilation)

Pada sistem penyulingan dengan air, bahan yang akan disuling langsung

kontak dengan air mendidih. Keuntungan dari penggunaan sistem

penyulingan ini adalah baik digunakan untuk menyuling bahan yang

berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan

jika terkena panas.

29

Page 21: III. Hasil Dan Pembahasan

Kelemahan dari penyulingan ini adalah pengekstraksian minyak atsiri

tidak dapat berlangsung dengan sempurna, walaupun bahan dirajang.

Penyulingan air memerlukan ketel penyulingan yang lebih besar, ruangan

yang lebih luas dan jumlah bahan bakar yang lebih banyak. Kelemahan

lainnya adalah akibat komponen minyak yang bertitik didih tinggi dan

bersifat larut dalam air tidak dapat menguap secara sempurna, maka

komponen minyak yang dihasilkan tidak lengkap (Guenther, 1987).

2) Penyulingan dengan air dan uap (water and steam distilation)

Pada sistem penyulingan ini, bahan diletakkan di atas saringan berlubang

yang terletak beberapa sentimeter di atas permukaan air dalam ketel

penyuling. Kemudian ketel tersebut dipanaskan, hingga airnya menguap.

Keuntungan menggunakan sistem penyulingan ini adalah karena uap

berpenetrasi secara merata ke dalam jaringan bahan dan suhu dapat

dipertahankan sampai 100 oC. Lama penyulingan relatif lebih singkat,

rendemen minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan

dengan minyak hasil sistem sulingan dengan air, serta bahan yang disuling

tidak dapat menjadi gosong.

Kelemahan dari sistem penyulingan ini yaitu jumlah uap yang dibutuhkan

besar. Dalam hal ini sejumlah besar uap akan mengembun dalam

tumpukan bahan, sehingga bahan bertambah basah, mengalami aglutinasi,

dan menghasilkan minyak dalam waktu yang lama (Guenther, 1987). Di

bawah ini, merupakan Gambar dari alat penyulingan dengan uap dan air.

30

Page 22: III. Hasil Dan Pembahasan

Gambar 8. Alat Penyulingan Dengan Uap dan Air

3) Penyulingan dengan uap langsung (steam distilation)

Pada sistem ini, air sebagai sumber uap panas terdapat dalam “boiler”

yang letaknya terpisah dari ketel penyuling, dan kemudian dialirkan

kedalam tumpukan bahan didalam ketel. Di bawah ini merupakan Gambar

dari penyulingan dengan uap langsung.

Gambar 9. Alat Penyulingan Dengan Uap Langsung

Sistem penyulingan ini baik digunakan untuk mengekstraksi minyak dari

biji-bijian, akar dan kayu-kayuan yang umumnya mengandung komponen

31

Page 23: III. Hasil Dan Pembahasan

minyak yang bertidik didih tinggi serta bertekstur keras, misalnya minyak

gagang cengkeh.

c). Proses Penyulingan minyak gagang cengkeh

Prosedur penyulingan:

1) Mengisi ketel dengan air hingga sepertiganya.

2) Meletakkan saringan di atasnya, dan mengisikan gagang cengkeh kering

yang telah ditimbang ke dalamnya.

3) Menutup dan mengencangkan tutup ketel dengan baut.

4) Meletakkan ketel tersebut di atas pemanas dan memasangkan kondensor

dan tabung penampung minyak.

5) Memanaskan ketel hingga air yang menguap menetes dari kondensor.

6) Pemanasan sampai kira-kira minyak tak ada lagi yang menetes.

Hasil:

Pada proses penyulingan ini selama ± 14 jam pemanasan, didapatkan minyak

gagang cengkeh sebanyak 62 ml (2,95% dari 2,1 Kg). Minyak gagang cengkeh

yang dihasilkan berwarna kuning transparan, beraroma khas cengkeh, serta pedas.

Pembahasan:

Proses penyulingan ini dilakukan selama 2 hari, yaitu hari pertama selama 9 jam

dan hari kedua selama 5 jam. Hal tersebut dilakukan, karena diperkirakan masih

ada minyak yang terdapat dalam gagang cengkeh tersebut. Sehingga setelah

dilakukan penyulingan pertama, dilakukan kembali penyulingan kedua hingga tak

ada lagi minyak yang menetes dari kondensor. Penyulingan gagang cengkeh

32

Page 24: III. Hasil Dan Pembahasan

dengan menggunakan alat penyuling yang baik, membutuhkan lama penyulingan

sekitar 8-24 jam, dan hal ini tergantung dari ukuran dan jenis insolasi ketel

(Ketaren, 1985). Setelah 14 jam pemanasan, didapatkan minyak sebanyak 62 ml

(2,95% dari 2,1 Kg). Menurut Sofyan dkk. (1979), penggunaan api yang besar

akan meningkatkan rendemen, kadar eugenol, bobot jenis, indeks bias, dan

putaran optik.

Menurut Guenther (1989), kadar minyak dalam gagang cengkeh sebanyak 4 – 6

persen. Tetapi hasil yang didapat yaitu sebanyak 2,95%, yang berarti berbeda

dengan teori. Hal itu bisa disebabkan beberapa faktor yaitu:

a. Pada proses penjemuran, gagang cengkeh kurang kering sehingga masih

banyak kadar air dalam bahan, sehingga minyak sulit menguap pada saat

penyulingan.

b. Gagang cengkeh tidak dirajang terlebih dahulu, sehingga kelenjar minyak

tidak dapat terbuka dengan sebanyak mungkin sehingga mempersulit

penguapan minyak atsiri dalam bahan mentah yang akan diolah.

c. Waktu penyulingan yang kurang lama, sehingga menghasilkan rendemen

yang kurang banyak.

Kesimpulan:

Hasil dari penyulingan gagang cengkeh sebanyak 2,1 kg, menghasilkan minyak

gagang cengkeh sebanyak 62 ml. Nilai tersebut jauh dibawah nilai standar dari

minyak gagang cengkeh yaitu sekitar 5,0 – 6,0% (Ketaren, 1985). Hal tersebut

dapat disebabkan pada proses penjemuran yang kurang baik, tak adanya

33

Page 25: III. Hasil Dan Pembahasan

perajangan terhadap gagang cengkeh sebelum disuling, serta penggunaan api yang

kurang besar.

Dengan demikian, setelah didapatkan minyak gagang cengkeh berarti proses

penyulingan telah selesai. Proses selanjutnya yaitu proses pengawasan mutu

minyak gagang cengkeh. (Skema proses penyulingan dan pengawasan mutu

minyak gagang cengkeh seperti terlihat pada Lampiran 3).

E. PENGAWASAN MUTU MINYAK GAGANG CENGKEH

Pengawasan mutu minyak gagang cengkeh bertujuan untuk mengetahui

kemurnian dan komposisi dari minyak gagang cengkeh, apakah telah sesuai

dengan standar mutu yang telah ditetapkan sebelumnya.

1. Penentuan Bobot Jenis/Berat Jenis

Prinsip: Metode ini didasarkan pada perbandingan antara berat minyak pada suhu

yang ditentukan dengan berat air pada volum yang sama dengan volum

minyak pada suhu tertentu.

Prosedur:

1. Mencuci dan membersihkan piknometer kemudian membasuh secara

berturut-turut dengan etanol dan dietil eter.

2. Mengeringkan bagian dalamnya dengan arus udara kering

3. Mengisi piknometer dengan minyak gagang cengkeh.

4. Menimbang piknometer dalam neraca analitik.

34

Page 26: III. Hasil Dan Pembahasan

5. Mencuci kembali piknometer, kemudian membasuh kembali secara

berturut-turut dengan etanol dan dietil eter.

Hasil:

Piknometer kosong : 8,7981 g

Piknometer + minyak : 14,0214 g

Piknometer + air : 13,7818 g

Perhitungan:

Bobot jenis dt25 dicari dengan menggunakan rumus:

dt25 =

Keterangan:

dt25 = Bobot jenis pada suhu 25 oC.

m = Berat piknometer kosong (g).

m1 = Piknometer + minyak (g).

m2 = Piknometer + air (g).

Sehingga, dt25 =

=

= 1,0480

Bobot jenis dt125 dicari dengan menggunakan rumus:

dt125 = dt1 + 0,0007 (t1-t)

Keterangan:

35

Page 27: III. Hasil Dan Pembahasan

dt125 = Bobot jenis pada suhu pengerjaan.

t1 = Suhu ruangan pengerjaan (oC).

t = Suhu standar (25 oC).

0,0007 = Koefisien perhitungan standar.

Sehingga, bobot jenis minyak pada dt125 yaitu:

dt125 = 1,0480 + 0,0007 (26-25)

= 1,0487

Kesimpulan:

Nilai bobot jenis dari minyak gagang cengkeh yang didapat yaitu sebesar 1,0487.

Berdasarkan standar mutu minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut telah

sesuai dengan standar yaitu 1,018 sampai 1,056.

2. Penentuan Indeks Bias

Prinsip: Bila seberkas sinar mengenai sebuah bidang batas dari 2 zat yang

transparan maka cahaya tersebut sebagian akan dipantulkan, diabsorbsi

dan diteruskan. Tergantung pada besarnya sudut jatuh maka sinar yang

diteruskan mungkin searah dengan sinar jatuh atau ditentukan dengan

arah yang dibelokkan/dibiaskan.

Rumus penentuan indeks bias:

Indeks bias = Nt + 0,0004 (t – 25 oC)

Keterangan:

Nt = Pembacaan yang dilakukan pada suhu pengerjaan t1

0,0004 = Faktor koreksi

36

Page 28: III. Hasil Dan Pembahasan

t = Suhu ruangan pengerjaan (oC)

Prosedur kerja:

1. Prisma refraktometer dibersihkan dengan alkohol.

2. Membersihkan prisma tersebut dengan tissue hingga kering.

3. Meneteskan minyak cengkeh di atas prisma menggunakan pipet tetes.

4. Menutup prisma dan mengatur slide, sehingga memperoleh garis batas

yang jelas antara terang dan gelap.

5. Mengatur saklar sampai garis ini berimpit dengan titik potong dari 2 garis

yang bersilangan.

6. Membaca nilai indeks bias pada skala yang terdapat di refraktometer.

Gambar 10. Refraktometer

Hasil:

Pada suhu ruangan pengerjaan 29 oC didapatkan nilai indeks bias sebesar 1,5360.

Perhitungan:

Indeks bias = 1,5310 + 0,0004 (29 - 25)

= 1,5310 + 0,0016

= 1,5326

Pembahasan:

37

Page 29: III. Hasil Dan Pembahasan

Pada pengujian indeks bias, didapat hasil yaitu 1,5326. Berdasarkan standar mutu

minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut kurang sesuai dengan standar

mutu dari EOA yaitu 1,5340 sampai 1,5380. Karena nilai yang didapat hampir

mendekati nilai tersebut, dapat diperkirakan perbedaan tersebut terjadi karena

kekurang telitian dari pengamat dalam mengamati skala yang terdapat pada

refraktometer.

Angka indeks bias menunjukkan sifat fisik dari minyak cengkeh yang diukur

berdasarkan penyimpangan atau bias dari sinar yang melewatinya pada suhu

tertentu (Samsoeqi T. dan Nanan N., 1987). Sifat fisik ini erat hubungannya

dengan komponen-komponen kimia penyusun minyak gagang cengkeh.

Kesimpulan:

Nilai indeks bias minyak gagang cengkeh yang didapat yaitu sebesar 1,5326.

Berdasarkan standar mutu minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut

kurang sesuai dengan standar mutu dari EOA yaitu 1,5340 sampai 1,5380.

3. Uji Eugenol

Prinsip: Kadar eugenol dapat diketahui dengan penambahan KOH atau NaOH

dimana eugenol bereaksi dengan NaOH menjadi natrium eugenolat.

Dari sisa minyak yang tak bereaksi, kadar eugenol dapat diketahui.

Prosedur kerja:

1. Mengisi labu cassia dengan KOH 4% sebanyak 80 ml.

2. Menambahkan 10 ml minyak cengkeh ke dalamnya.

3. Mengocok dengan shaker selama 30 menit.

38

Page 30: III. Hasil Dan Pembahasan

4. Menambahkan NaOH sebanyak 4ml.

5. Mengocok labu, sehingga gelembung didalam labu tersebut naik.

6. Menutup dan mendiamkannya semalam.

7. Mengamati dan mencatat nilai yang terdapat pada labu.

Gambar 11. Labu Cassia

Hasil:

Nilai yang tertera pada labu cassia yaitu 0,8 ml.

Perhitungan:

Kandungan eugenol pada minyak gagang cengkeh dihitung menggunakan rumus:

Kadar Eugenol =

Keterangan:

10 = Volume minyak yang diukur.

0,8 = Nilai yang didapat dari pembacaan pada labu cassia.

Jadi, kadar eugenol minyak gagang cengkeh ini yaitu:

39

Page 31: III. Hasil Dan Pembahasan

Kadar Eugenol =

= 92%

Pembahasan:

Uji eugenol ini bertujuan untuk menentukan kadar eugenol dalam minyak gagang

cengkeh yang diuji. Dari hasil pengujian, kadar eugenol yang didapat yaitu

sebesar 92%. Nilai tersebut telah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan

EOA yaitu sebesar 89% sampai 95%. Semakin tinggi kadar eugenol dalam

minyak gagang cengkeh, maka mutu minyak atsiri akan semakin baik (Ketaren,

1985).

Kesimpulan:

Kadar eugenol minyak gagang cengkeh yang didapat yaitu sebesar 92%.

Berdasarkan standar mutu minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut telah

sesuai dengan standar dari EOA yaitu sebesar 89% sampai 95%.

4. Uji Kromatografi Gas

Prinsip: Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan

pada distribusi zat sampel diantara dua fasa.

Tujuan dari pengujian minyak atsiri menggunakan kromatografi gas ini yaitu

untuk mengetahui kemurnian dari komponen-komponen minyak gagang cengkeh

yang diuji secara akurat (sistem komputer)

Prosedur kerja:

40

Page 32: III. Hasil Dan Pembahasan

1. Memasukkan sampel sebanyak 1 ml kedalam tabung

2. Meletakkan tabung tersebut pada lubang yang terdapat pada injector.

3. Mengatur variabel-variabel pengujian pada komputer.

4. Menekan tombol start pada komputer untuk memulai proses.

5. Menunggu selama 60 menit, hingga proses selesai.

6. Mengamati nilai yang tampil pada monitor.

Gambar 12. Alat Kromatografi Gas

Gambar 13. Bagan Peralatan Kromatografi Gas

Bagian-bagian alat kromatografi gas:

41

Page 33: III. Hasil Dan Pembahasan

a. Gas pembawa

Gas pembawa berfungsi sebagai fasa bergerak. Umumnya helium dan

nitrogen digunakan sebagai gas pembawa. Tekanan gas yang berada dalam

tangki gas dengan sendirinya membantu menggerakkan gas tersebut

melalui komponen-komponen kromatografi gas.

Gambar 14. Gas Pembawa

b. Sistem penyuntikan sampel (Injector)

Tujuan penyuntik sampel dalam kromatografi gas untuk memasukkan

sampel ke dalam turus. Sampel disuntik melalui septum yang segera

tertutup setelah jarum tersebut dicabut. Sampel yang disuntik akan masuk

ke dalam liner dan dipanaskan serta hingga menguap. Sampel yang telah

menguap kemudian akan digerakkan masuk ke dalam turus/kolom.

42

Page 34: III. Hasil Dan Pembahasan

Gambar 15. Injector

c. Kolom/turus

Turus digunakan untuk memisahkan sampel dari komponen-

komponennya. Turus yang digunakan untuk kromatografi gas biasanya

turus kapilari dengan kebiasaannya panjang melebihi 10 meter malah ada

yang mencapai 30 dan 50 meter, bergantung kepada keperluan analisis.

Turus kromatografi gas dapat dibedakan berdasarkan jenis padatannya.

Ada yang dari jenis polar, non polar dan intermediate. Komponen-

komponen yang telah terpisah di dalam turus kapilari tersebut, akan

bergerak masuk ke dalam detektor.

Gambar 16. Kolom

43

Page 35: III. Hasil Dan Pembahasan

d. Detektor

Detektor mengukur kepekatan sesuatu komponen yang telah keluar dari

turus. Detektor kemudian akan mengantarkan isyarat kepada sistem

pengendalian data. Terdapat berbagai jenis detektor untuk kromatografi

gas contohnya, TCD dan FID.

e. Sistem pengendalian data

Sistem pengendalian data berfungsi untuk menerjemahkan isyarat yang

diterima dari pengesan, menjadi bentuk grafik atau data. Grafik biasanya

berbentuk puncak. Data yang diperoleh biasanya tentang ketinggian

puncak. Dari grafik dan data tersebut nilai-nilai seperti kepekatan sampel

dan profail sampel yang dianalisis dapat diketahui. Alat perekam

(chromatopac) dan komputer yang dilengkapi program penganalisis data

adalah dua contoh sistem pengendalian data.

Gambar 17. Alat Sistem Pengendalian Data

Hasil:

Pemrosesan ini dilakukan selama 60 menit. Setelah 60 menit, nilai kandungan

eugenol yang terlihat setelah 26, 255 menit sebesar 89,23822%. Grafik hasil

pengujian kromatografi gas ini terdapat pada Lampiran 7.

44

Page 36: III. Hasil Dan Pembahasan

Pembahasan:

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan pada

distribusi zat sampel diantara dua fasa. Terdapat berbagai jenis alat kromatografi,

pada pengujian kromatografi ini dilakukan dengan menggunakan alat

kromatografi gas. Pengujian kromatografi bertujuan untuk mengetahui kemurnian

dari komponen-komponen dari minyak atsiri yang diuji.

Komponen pada minyak gagang cengkeh yang paling menentukan kualitas suatu

minyak cengkeh yaitu eugenol. Nilai-nilai dari komponen-komponen yang lain

tidak terlalu mempengaruhi mutu. Menurut Guenther (1990), kadar eugenol pada

minyak gagang cengkeh yaitu sebanyak 83 - 95%. Pada pengujian ini, didapat

nilai eugenol sebesar 89,23822%. Nilai berarti telah sesuai dengan teori. Sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa minyak gagang cengkeh tersebut cukup murni.

Kesimpulan:

Kadar eugenol yang didapat yaitu (89,23822%). Berdasarkan standar mutu

minyak gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut (89,23822%) telah sesuai dengan

standar mutu dari EOA yaitu 89% sampai 95%.

5. Penentuan Putaran Optik

Prinsip: Suatu sudut yang melalui bidang dari sinar terpolarisasi diputar oleh

suatu lapisan minyak yang tebalnya 10 cm pada suhu tertentu. Tiap

minyak mempunyai kemampuan menutupi bidang polarisasi kekanan

dan ke kiri.

45

Page 37: III. Hasil Dan Pembahasan

Prosedur kerja:

1. Memasukkan minyak cengkeh dalam tabung polarimeter hingga penuh.

2. Menutup dengan rapat tabung polarimeter.

3. Memasukkan tabung tersebut kedalam polarimeter.

4. Menyalakan polarimeter dan mengamati minyak melalui lubang intip.

5. Membaca nilai putaran optik pada skala yang terdapat pada alat.

Gambar 18. Polarimeter

Hasil:

Nilai yang tercantum pada skala polarimeter yaitu sebesar 179o.

Perhitungan:

Putara optik = Nilai skala pada polarimeter – 180o

= 179o –180o

= -1o

Pembahasan:

Sebagian besar minyak atsiri jika ditempatkan dalam sinar atau cahaya yang

dipolarisasikan mempunyai sifat memutar budang polarisasi ke kanan

46

Page 38: III. Hasil Dan Pembahasan

(dextrorotation) atau ke kiri (laevorotation). Sifat optis aktif suatu minyak

ditentukan dengan polarimeter dan nilainya dinyatakan dalam derajat rotasi.

Sudur rotasi tergantung dari sifat cairan, panjang tabung yang dilalui sinar,

panjang gelombang sinar yang digunakan dan suhu (Guenther, 1987).

Derajat rotasi dan arahnya, penting untuk menentukan kriteria kemurnian. Arah

perputaran bidang polarisasi (rotasi) biasanya menggunakan tanda (+) untuk

menunjukkan dextrorotation (rotasi ke arah kanan), dan tanda (-) untuk

laevorotation (rotasi ke kiri).

Kesimpulan:

Nilai putaran optik yang didapat yaitu –1o. Berdasarkan standar mutu minyak

gagang cengkeh dari EOA, nilai tersebut telah sesuai dengan standar dari EOA

yaitu 0o sampai –1o30o.

6. Kelarutan Alkohol

Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan kelarutan minyak atsiri adalah

sebagai berikut:

Larut atau larut seluruhnya, berarti minyak tersebut membentuk larutan

yang bening dan arah perbandingan-perbandingan seperti dinyatakan.

Larut dengan kekeruhan, berarti bahwa kelarutan yang dihasilkan tak

sepenuhnya bening dan cerah, akan tetapi kekeruhannya tak melebihi

kekeruhan dari pembanding yang dibuat.

Prosedur kerja:

1. Memasukkan 1 ml minyak cengkeh kedalam tabung reaksi.

47

Page 39: III. Hasil Dan Pembahasan

2. Memasukkan etanol 70% kedalam buret.

3. Menambahkan setetes demi setetes alkohol kedalam tabung sambil

dikocok sampai menjadi jenuh.

4. Membaca berapa volume etanol 70% yang digunakan sampai larutan

tersebut menjadi bening.

Hasil:

Etanol 70% berkurang sebanyak 2 ml.

Pembahasan:

Salah satu sifat dari minyak atsiri yaitu larut dalam alkohol 70%. Dalam hal ini

minyak gagang cengkeh menurut EOA, larut dalam 2 bagian atau lebih dari etanol

70%. Dari hasil pengujian, nilai kelarutan minyak gagang cengkeh yang diuji

telah sesuai dengan standar yang ditetapkan EOA.

Kesimpulan:

Nilai kelarutan terhadap etanol 70% yaitu sebanyak 1 ml, yang berarti larut

dengan perbandingan kelarutan 1:2. Berdasarkan standar mutu minyak gagang

cengkeh dari EOA, nilai tersebut sesuai dengan standar dari EOA yaitu larut

dalam 2 bagian atau lebih dari etanol 70%.

Dari hasil pengujian mutu minyak gagang cengkeh, secara skematis dapat dilihat

pada Tabel di bawah ini.

48

Page 40: III. Hasil Dan Pembahasan

Tabel 6. Nilai Mutu Minyak Gagang Cengkeh yang Diuji

Karakteristik Nilai Uji Nilai Standar (EOA)

Keterangan

Bobot jenis pada 25 oC 1,047 1,018 – 1,056 Sesuai standarPutaran optik -1o 0o – 1o30o Sesuai standarIndeks bias pada 29 oC 1,5329 1,5340 – 1,5380

(Pada 20 oC)Kurang sesuai

Eugenol (%) 92 89% – 95%. Sesuai standarKelarutan dalam etanol 70% 1 : 2

bening1 : 2 atau lebih Sesuai standar

F. PENANGANAN MINYAK ATSIRI

Penanganan minyak atsiri perlu mendapat perhatian dalam rangka menjaga

kestabilan mutu minyak tersebut.

1. Penjernihan

Minyak atsiri yang baru disuling biasanya masih mengandung sejumlah kecil

air suling, yang terdispersi dalam minyak dan sejumlah kotoran lainnya,

sehingga akan terjadi reaksi yang lambat antara air dan minyak atsiri

(Guenther, 1990). Pemisahan air dalam minyak dapat dilakukan dengan

penambahan garam natrium sulfat anhidrit, selanjutnya dikocok dan disaring

dengan kertas saring.

Perjernihan minyak atsiri ini merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan

stabilitas mutu minyak atsiri selama penyimpanan dan pengangkutan.

49

Page 41: III. Hasil Dan Pembahasan

2. Pengemasan Minyak atsiri

Persyaratan bahan kemasan untuk produk yang diperdagangkan adalah

sebagai berikut:

1. Dapat menjamin mutu produk yang dikemas.

2. Mudah dipakai.

3. Tak mempersulit penanganan.

4. Dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan.

5. Tak beracun dan tak bereaksi dengan isi.

6. Mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.

Khusus untuk minyak atsiri, bahan kemasan harus memenuhi persyaratan

tertentu yaitu:

1. Tidak dapat bereaksi dengan minyak atsiri.

2. Tidak dapat dilalui cahaya.

3. Tidak dipengaruhi oleh oksigen udara, air dan akan lebih baik jika

bersifat insulator panas.

Minyak atsiri dalam jumlah kecil baik disimpan dalam botol berwarna,

sedangkan dalam jumlah besar disimpan dalam drum dilapisi dengan bahan

yang tak bereaksi dengan minyak.

Gelas

Warna botol yang paling baik digunakan untuk penyimpanan minyak

atsiri adalah botol resisten terhadap cahaya (yaitu botol berwarna biru,

amber, dan hijau). Botol tersebut sebaiknya ditutup dengan gabus. Gelas

50

Page 42: III. Hasil Dan Pembahasan

merupakan wadah kemasan yang baik untuk minyak atsiri, karena minyak

tak bereaksi dengan gelas. Namun tidak praktis, karena mudah pecah,

sehingga menyulitkan dalam pengangkutan.

Drum

Pada umumnya, minyak atsiri untuk tujuan ekspor dikemas dalam drum

yang terbuat dari logam. Drum tersebut biasanya terbuat dari alumunium,

seng dan besi (yang dilapisi dengan bahan yang tak bereaksi dengan

minyak atsiri, misalnya timah putih). Alumunium dan stainless steel baik

digunakan untuk wadah kemasan, namun jarang digunakan karena

harganya mahal.

Plastik atau film

Berbagai jenis plastik telah dikenal sebagai bahan kemasan, namun belum

umum digunakan sebagai wadah kemasan minyak atsiri. Karena berbagai

pertimbangan antara lain, sebagian plastik dapat larut dalam minyak atsiri

dan kurang praktis selama pengangkutan.

Kondisi ruangan selama penyimpanan, pengapalan (pengangkutan), dan

pemasaran merupakan faktor yang dapat menurunkan mutu minyak, terutama jika

disimpan dalam waktu yang cukup lama. Penyimpanan sebaiknya dilakukan

dalam gudang atau ruangan dingin dan tidak dikenai oleh cahaya matahari

langsung. Secara skematis penanganan minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel di

bawah ini.

51

Page 43: III. Hasil Dan Pembahasan

Tabel 7. Penanganan Minyak Atsiri

Cara Penanganan Keterangan1. Penjernihan a. Air, dihilangkan dengan penambahan Na2SO4 anhidrit

(natrium sulfat tak larut air) .b. Ion logam, dihilangkan dengan penambahan asam sitrat

atau tartarat (ion logam larut dalam asam). 2. Pengemasan a. Pengisian

Ruang kosong (head space) 5%; atau ruang kosong diisi gas CO2 atau N2.

b. Bahan kemasan:Gelas : 1) Tidak bereaksi (baik).

2) Tidak praktis.Plastik: P.V.C, P.V.D.C., dsb. (minyak atsiri tertentu dapat bereaksi).Drum: 1). Besi, galvanis (baik).

2). Alumunium (baik, tidak tahan terhadap fenol).3). Stainless steel (baik, mahal).4). Tembaga (buruk).5). Besi dilapisi zat coating (kemungkinan minyak

dapat bereaksi).3. Penyimpanan a. Suhu dibawah 20 oC.

b. Tidak kena cahaya.c. Terpisah dari bahan berbau.

(Sumber: Guenther, 1990).

52