IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAIKALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN PARAMETER
COHERENCY ”Rho VARIANCE PROCESSING”PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT
(Skripsi)
Oleh
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2018
Agra Kuasa Julian
i
ABSTRACT
IDENTIFICATION PETROLEUM SYSTEM KUTAI BASIN EASTKALIMANTAN WITH COHERENCY “RHO VARIANCE PROCESSING”
PARAMETER ON MAGNETOTELLURIC AND GRAVITY DATA.
by
Agra Kuasa Julian
This research was conducted to identify the Petroleum System in the Kutai Basinby using the Coherency parameter "Rho Variance Processing" on Magnetotelluricdata and gravity data. In the analysis of the Petroleum System using processing atMagnetotelluric data produced a 4-lane model where each model has different 2Dmodeling results. The range of resistivity values found in these 4 tracks rangesfrom 0 - 1,000 Ohm.m at 0-18,000 meters below sea level. Where from theResistivity value is used to identify the location of the Petroleum System bylooking at the value of the Resistivity of each layer that is matched with the valueof rock Resistivity. Then in the processing of gravity data is done to determine thesubsurface structure in the area of magnetotelluric measurement by using theSecond Vertical Derivative method to describe the existence of faults on the 2processing models. Based on the results of gravity data modeling, it can be seenthe level of layers in each path where each of these layers is dominated by thePamaluan Formation, Balang Island and Alluvium.
Keywords: Magnetoteluric, Petroleum System, Coherency Rho VarianceProcessing, Resistivity, Gravity, 2D Modelling, Second Vertical Derivative.
ii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAIKALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN
PARAMETER COHERENCY ”Rho VARIANCE PROCESSING”PADA DATA MAGNETOTELLURIK DAN DATA GAYA BERAT
Oleh:
Agra Kuasa Julian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kecocokan hasil pengolahanData Magnetotellurik dan hasil pengolahan Data Gravity. Dengan Data MTberfungsi sebagai titik ikat pada proses pengolahan Data Gravity. Padapengolahan dan interpretasi data MT menggunakan software SSMT2000,MTEditor dan WINGLINK pada daerah telitian untuk menghasilkan 2D Modelbawah permukaan yang baik. Objek penelitian berupa data MT pada daerahcekungan Kutai dengan jumlah data sebanyak 21 titik pengukuran. Hasil darimodel 2D berupa penampang bawah permukaan dengan persebaran nilaiResistivitasi 0-1.000 ohm.m dan tingkat kedalaman 0-18.000 meter. Dari hasilpengolahan ini di interpretasikan bahwa terdapat 3 lapisan yaitu sebagai Claycap,Reservoar dan Sourcerock. Panjang lintasan pengukuran MT 34 Kilometer.
Kata kunci: Magnetotellurik, Petroleum System, Coherency Rho VarianceProcessing, Resistivitas, Gravity, 2D Modelling, Second Vertical Derivative.
IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM CEKUNGAN KUTAIKALIMANTAN TIMUR MENGGUNAKAN PARAMETER
COHERENCY “Rho VARIANCE PROCESSING”PADA DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT
Oleh
Agra Kuasa Julian
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Universitas Lampung
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2018
iii
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Jaya pada tanggal 2 Oktober
1996. Penulis merupakan anak ke-dua dari pasangan Bapak
Jono Sumo dan Ibu Liliwati. Penulis menyelesaikan
pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Bustanul Ulum pada
tahun 2000. Pendidikan Sekolah Dasar di SD IT Bustanul
Ulum Lampung Tengah yang selesai pada tahun 2008. Pendidikan Sekolah
Menengah Pertama di SMP N 3 Way Pengubuan Lampung Tengah, yang selesai
pada tahun 2011. Selanjutnya, pendidikan Sekolah Menengah Atas di MAN 1
NEGRI Lampung Tengah hingga tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis melanjutkan studi di perguruan tinggi dan terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika Fakultas Teknik Universitas
Lampung. Pada tahun 2015 penulis menjadi anggota aktif Bidang Dana dan usaha
Himpunan Mahasiswa (HIMA) TG Bhuwana Universitas Lampung dan
Himpunan Mahasiwa Geofisika Indonesia, anggota dinas Internal dan Advokasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) Universitas Lampung,
serta penulis tercatat juga sebagai anggota divisi Fieldtrip American association
of Petroleum Geologist (AAPG) SC Universitas Lampung. Pada tahun 2016 s.d
2017 penulis diangkat menjadi Kepala divisi untuk divisi Fieldtrip American
vi
association of Petroleum Geologist (AAPG) SC Universitas Lampung. Pada tahun
2017 penulis mengemban amanah sebagai Kepala Dinas Internal dan Advokasi
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknik (BEM-FT) Universitas Lampung.
Penulis juga tercatat telah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Sistem Informasi
Geografis dan menjadi Koordinator Assisten pada Tahun Ajaran 2018/2019.
Pada tahun 2018 di bulan Januari-Februari, penulis melakukan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Sinarmulya, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu
Provinsi Lampung dengan menjabat sebagai Kordinator Kecamatan. Selanjutnya,
dibulan Oktober 2017 penulis melakukan Kerja Praktek (KP) di Pusat Sumber
Daya Geologi , Bandung dengan mengambil tema “Pengolahan dan Pemodelan
Data Magnetotellurik pada Lapangan “ORL” Menggunakan Metode Inversi
Daerah Sumatera Barat”.
Pada tahun 2018 di bulan Juni-Juli, penulis melakukan Tugas Akhir (TA) untuk
penulisan skripsi di Pusat Survei Geologi, Bandung, Jawa Barat. Hingga akhirnya
penulis berhasil menyelesaikan pendidikan sarjananya pada tanggal 8 Oktober
2018 dengan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI PETROLEUM SYSTEM
CEKUNGAN KUTAI KALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN
PARAMETER COHERENCY ”Rho VARIANCE PROCESSING” PADA
DATA MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT”.
ix
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmaanirrohiim
Dengan penuh rasa syukur,ku persembahkan karya sederhanaku ini untuk :
Bapak dan Ibu TercintaSalah satu tujuan hidupku adalah membahagiakankedua orangtuaku, karya sederhana ini menjadibekal dalam mencapai tujuan tersebut. Panjang
umur Bapak dan Ibu,aamiin.
KakakPartner hidup dengan satu visi yang sama, yaitu
membahagiakan Bapak dan Ibu.
ORL FAMILYKeluarga yang berjuang bersama demi meraih
cita-cita dan masa depan.
Teknik Geofisika Universitas Lampung 2014
Keluarga Besar Teknik Geofisika UNILA
Almamater Tercinta Universitas Lampung
x
MOTTO
“Hidup Sekali, Hiduplah Yang Berarti”.
(Penulis)
“Hasil Tidak Akan Pernah Mengkhianati Usaha”.
(Penulis)
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanawata’ala berkat rahmat dan kuasa- Nya
lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI PETROLEUM
SYSTEM CEKUNGAN KUTAI KALIMANTAN TIMUR, MENGGUNAKAN
PARAMETER COHERENCY “Rho VARIANCE PROCESSING” PADA DATA
MAGNETOTELLURIC DAN DATA GAYA BERAT. Skripsi ini merupakan hasil
penelitian Tugas Akhir Penulis di Pusat Survei Geologi sekaligus bagian dari persyaratan
meraih gelar S-1 Teknik Geofisika Universitas Lampung.
Harapan penulis dengan adanya penelitian ini semoga dapat menambah khazanah
ilmu dibidang pengembangan perangkat lunak pengolahan data terutama dibidang
keilmuan Geofisika, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Karenanya, kritik dan saran sangat dibutuhkan guna membangun agar kedepannya
penulis dapat memberikan yang lebih baik lagi. Demikian kata pengantar ini, semoga
penelitian dapat bermanfaat untuk masa kini dan mendatang.
Penulis
Agra Kuasa Julian
xi
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan nikmat dan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini. Dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini
tentunya tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis, Bapak (H. Jono Sumo, S.P) dan Ibu (Hj. Liliwati)
yang selalu mendidik, berkorban, berdoa dan mendukung penulis dalam
segala hal terutama dalam pendidikan. Terimakasih atas segalanya yang telah
diberikan, sehingga anakmu ini berhasil menyelesaikan pendidikan program
sarjana.
2. Kakak (Bella Restu Juliarka, M.Eng) yang selalu memberikan support serta
doa hingga selesai nya penelitian ini.
3. Mas Fani yang selalu membantu dalam hal revisi Skripsi ini dengan tulus dan
ikhlas.
4. Bapak Dr. Nandi Haerudin, S.Si, M.Si. selaku Ketua Jurusan Teknik
Geofisika.
xii
5. Bapak Prof. Suharno, M.S., M.Sc., P.hd selaku dosen pembimbing akademik
selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Geofisika
Universitas Lampung.
6. Bapak Hidayat, S.Si selaku pembimbing lapangan di Pusat Survei Geologi
atas ilmu yang sangat membantu penulis selama mengerjakan tugas akhir.
7. Bapak Syamsurijal Rasimeng, M.Si selaku dosen pembimbing I atas
bimbingan, diskusi, arahan serta motivasi dalam mengerjakan tugas akhir ini.
8. Bapak Bagus Sapto Mulyatno, S.Si., M.T selaku dosen pembimbing II yang
memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian tugas
akhir ini.
9. Bapak Dr. Nandi Haerudin. S.Si., M.Si selaku pembahas dalam tugas akhir;
10. Dosen-dosen dan Staff Jurusan Teknik Geofisika Universitas Lampung yang
saya hormati terima kasih untuk semua ilmu yang diberikan.
11. Sahabat dan keluarga seperjuangan #ORLJAYA (Ridho Reski Saputra, S.T
dan Niko Febridon, S.T) terimakasih telah menjadi partner selama
perkuliahan. Sukses terus bro!
12. Sahabat-sahabatku Shans (Pras, Haris, Rido, & Defalki) yang selalu setia
menjadi teman kecil yang selalu memberikan support dan tempat curhat.
13. Sahabat Seperjuangan Kampus penulis Aulia Huda, Indah Idenk, Winona
Audia, Rachman Malik, Sidharta Pratiknyo, Romi, Aziz Bibir, Dicki,, Amir,
Norman, Diana Malinda terima kasih telah menjadi semangat, motivator, dan
sahabat penulis semoga kelak masa depan kita cerah dan persahabatan ini akan
selamanya.
xiii
14. Keluarga Besar Teknik Geofisika Angkatan 2014, Terima kasih banyak telah
menjadi angkatan yang luar biasa banyak sekali kenangan yang tidak dapat
dilupakan, terima kasih banyak untuk motivasi, bantuan, dan segalanya.
15. Presidium dan Pimpinan BEM FT 2017 serta Tim TeknikSatu_Unila (Puwala,
Heni, Lihin, Malik, Niko, Bora, Tiwi, Dendi, Ardhi, Nina, Jefri, Nay Ganteng,
Umam, Taufiq, Ari, Firyan, Dewa dan Bram) terimakasih telah menjadi warna
hidup.
16. Teman seperjuangan Kuliah Kerja Nyata (Ijul, Dilla, Indri, Himmah, Paul dan
Diah) serta masyarakat Sinarmulya, Pringsewu.
17. Kak Sinku, Kak Eki, Bang Rian, Bang Yuda, Bang Wilyan, Bang Irwan, Kak
Bari, Kak Esa, Kak Himan, Kak Ghifari, Kak Agung serta senior-senior
Teknik Geofisika yang banyak memberikan bantuan dan ilmunya.
18. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu atas bantuan dan
dukungannya dalam perjalananan penulis dari perkuliahan hingga
menyelesaikan skripsi.
Penulis memohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini memiliki kesalahan
atau ketidak sempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya.
Bandar Lampung, 9 Oktober 2018
Penulis,
Agra Kuasa Julian
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT.......................................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... ix
MOTTO ............................................................................................................. x
KATA PENGANTAR....................................................................................... xi
SANWACANA .................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xviii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah ...................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional .................................................................................... 4
2.2 Tektonik Cekungan Kutai ....................................................................... 5
2.3 Stratigrafi Cekungan Kutai ..................................................................... 7
III. DASAR TEORI
3.1 Metode Magnetotellurik .......................................................................... 12
3.2 Prinsip Dasar Metode Magnetotellurik ................................................... 12
3.3 Sumber Sinyal Metode Magnetotellurik ................................................. 13
xv
3.4 Persamaan Maxwell ................................................................................ 14
3.5 Metode Pengukuran MT ......................................................................... 17
3.6 Metode Gaya Berat ................................................................................. 18
3.7 Forward Modelling.................................................................................. 19
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 20
4.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 20
4.3 Diagram Alir ........................................................................................... 23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengolahan Data Magnetotellurik ........................................................... 24
5.2 Pemodelan Inversi 2D ........................................................................... 34
5.3 Pengolahan Data Gaya Berat ................................................................. 48
5.4 Pengolahan Anomali Bouger Lengkap dengan Analisis Spectrum ........ 50
5.5 Pemodelan Kedepan (Forward Modelling) ............................................. 62
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1. Geologi Regional Cekungan Kutai ................................................. 4Gambar 2. Struktur Geologi Cekungan Kutai................................................... 6Gambar 3. Kolom Stratigrafi Regional .............................................................10Gambar 4. Sumber Gelombang.........................................................................13Gambar 5. Mode TE (Transverse Electic) ......................................................16Gambar 6. Mode TM (Transverse Magnetic) ...................................................16Gambar 7. Forward Modelling..........................................................................21Gambar 8.1 Personal Computer ..........................................................................19Gambar 8.2. Software SSMT 2000......................................................................20Gambar 8.3. Software MT Editor ........................................................................20Gambar 8.4 Software WinGlink .........................................................................20Gambar 8.5 Data Pengukuran .............................................................................21Gambar 8.6 Software Oasis Montaj ....................................................................21Gambar 9. Diagram Alir Penelitian ..................................................................22Gambar 10. Tampilan Awal software SSMT2000..............................................24Gambar 10.1 Tampilan Edit Parameter Transformasi Fourier..............................25Gambar 10.2 Tampilan Toolbar Edit PRM...........................................................26Gambar 10.3 Tampilan Nilai Pengukuran Pada 3 Parameter Robust ...................28Gambar 10.4 Tampilan Awal Software Mteditor Setelah Open Data ..................29Gambar 10.5 Tampilan sebelum dilakukan seleksi...............................................29Gambar 10.6.Tampilan sesudah dilakukan seleksi crosspower............................30Gambar 10.7.Tampilan Petan Topography Titik Pengukuran MT .......................32Gambar 11. Hasil 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 1................................33Gambar 12. Hasil Interpretasi 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 1.............34Gambar 13. Hasil 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 2................................35Gambar 14. Hasil Interpretasi 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 2.............37Gambar 15. Hasil 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 3................................38Gambar 16. Hasil Interpretasi 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 3.............40Gambar 17. Hasil 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 4................................41Gambar 18. Hasil Interpretasi 2D Inversi Pada Lintasan Pengukuran 4.............43Gambar 19. Peta Anomali Bouger Lengkap Daerah Penelitian..........................45Gambar 20. Slice 4 Lintasan pada Peta Anomali Bouger Daerah Penelitian .....47
xvii
Gambar 21. Grafik ln vs k (Lintasan 1) Analisis Spectrum..................................48Gambar 22. Grafik ln vs k (Lintasan 2) Analisis Spectrum..................................49Gambar 23. Grafik ln vs k (Lintasan 3) Analisis Spectrum..................................50Gambar 24. Grafik ln vs k (Lintasan 4) Analisis Spectrum..................................51Gambar 25. Grafik ln vs k (lintasan 5) Analisis Spectrum ...................................52Gambar 26. Peta Anomali Regional Hasil Analisis Spectrum.............................55Gambar 27. Peta Anomali Regional Hasil Analisis Spectrum.............................56Gambar 28. Peta SVD Kontur 0 Residual Daerah Penelitian ..............................58Gambar 29. Lintasan Pemodelan 2D pada Peta Geologi .....................................59Gambar 30 Lintasan 1 Pemodelan 2D Daerah Penelitian...................................60Gambar 31. Lintasan 2 Pemodelan 2D Daerah Penelitian...................................62
xviii
DAFTAR TABEL
Gambar Halaman Gambar Tabel 1. Nilai Kedalaman Bidang Dalam dan Rendah ............................................. 57 Gambar Tabel 2. Bilangan Gelombang (kc) dan Lebar Jendela (N)..................................... 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan gas dan minyak bumi dunia terus meningkat seiring
berjalannya waktu, Indonesia mengalami peningkatan jumlah populasi dari tahun
ke tahun, dimana telah membuat Indonesia menjadi negara dengan penduduk
terbanyak ke-4 di dunia. Dengan peningkatan jumlah penduduk tersebut,
kebutuhan akan energi konvensional juga turut meningkat. Peningkatan
penyediaan energi adalah minimal 1.25% - 1.3% lebih besar dari pertumbuhan
ekonomi. Akan tetapi, ketersediaan energi yang ada di Indonesia tidak sepadan
dengan jumlah populasi yang terus meningkat, dimana pada tahun 2012, terdapat
peningkatan populasi sebesar 6.2% dengan hanya peningkatan penyediaan energi
pada Total Primary Energy Supply (TPES) sebesar 3.15%. (Ketahanan Energi
Nasional, 2014).
Salah satu kebijakan pemerintah Indonesia adalah meningkatkan eksplorasi
dan produksi cadangan minyak dan gas bumi non-konvensional seperti shale oil
dan shale gas agar mendapatkan cadangan minyak dan gas bumi dalam jumlah
yang besar. Sebagi contoh shale gas adalah gas yang diperoleh dari batuan induk
atau source rock berupa serpih yang terperangkap dalam batuan induk itu sendiri.
Shale gas merupakan salah satu gas non-konvensional yang memiliki potensi dua
kali lebih besar dari gas konvensional dengan nilai 500 BCFD.
2
Cekungan Kutai merupakan cekungan tersier tertua yang dan terdalam di
Indonesia bagian barat. Cekungan Kutai terdapat di timur Kalimantan. Luasnya
mencapai 165.000 km persegi dan kedalamannya 12.000-14.000 meter. Cekungan
Kutai mempunyai potensi sumber daya energi yang cukup besar, berupa minyak,
gas bumi dan juga batubara. Courteney dkk., 1991 dan Pertamina BPPKA (1997)
menyebutkan bahwa Cekungan Kutai merupakan cekungan Tersier penghasil
minyak dan gas terbesar kedua di Indonesia setelah Cekungan Sumatera tengah,
yaitu dengan cadangan terbukti lebih dari 11 BBOE (billion barrel oil equivalent).
Dalam dunia geofisika sendiri terdapat beberapa metode yang bisa di
gunakan dalam hal pemanfaatan di bidang Oil and Gas. Salah satu contoh nya
adalah metode Magnetotelurik. Metode ini digunakan dalam penelitian ini
dikarenakan keterbatasan penetrasi kedalaman oleh Metode Seismik yang
disebabkan oleh batugamping yang sangat tebal sebagai low velocity layer
sehingga sulit bagi gelombang mekanik untuk menembus lapisan tersebut. Metode
ini memanfaatkan penjalaran gelombang elektromagnetik dengan penetrasi
kedalaman yang tinggi sehingga mampu merepresentasikan kondisi bawah
permukaan khususnya Organic Shale pada Cekungan Kutai berdasarkan nilai
tahanan jenisnya. Metode magnetotelurik efektif untuk mendeliniasi lapisan yang
konduktif dibandingkan untuk mengidentifikasi lapisan yang resistif (Wameyo,
2005). Dengan diperolehnya kontras nilai tahanan jenis, keberadaan Organic
Shale akan dapat dimodelkan dengan baik.
3
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah untuk penelitian yang akan dilaksanakan adalah
bagaimana cara melakukan pengolahan dan interpretasi data MT dengan
Menggunakan Parameter Rho Variance Processing pada daerah Penelitian
untuk menghasilkan model, kemudian melakukan identifikasi bawah
permukaan dengan data gaya berat Bedasarkan Informasi Geologi pada
Daerah tersebut.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mendapatkan model penampang 2D untuk menggambarkan kondisi Bawah
Permukaan sesuai dengan prosedur pengolahan yang dilakukan.
2. Melakukan analisis terhadap kontras nilai resistivitas untuk identifikasi
Petroleum System pada Daerah Penelitian menggunakan metode
Magnetotelluric.
3. Mengidentifikasi penyebaran nilai densitas batuan pada pemodelan 2D data
Gravity berdasarkan informasi geologi.
4. Mengidentifikasi struktur bawah permukaan dengan menggunakan
Pengolahan data Gravity.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam Penelitian ini adalah melakukan pengolahan data
Magnetotelluric dengan menggunakan parameter “Rho Variance Processing”
yang kemudian di dapat nilai rata-rata Coherency > 75%.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional
Salah satu cekungan yang ada di Indonesia adalah Cekungan Kutai. Pada
Cekungan Kutai menutupi daerah seluas ±60.000 km2 danendapan yang
terkandung berumur Tersier dengan ketebelan mencapai 14 km(Rose dan
Hartono, 1971 op.cit.Mora dkk.,2001). Cekungan ini merupakan cekungan
terbesar dan terdalam di Indonesia Bagian Timur.
Gambar 1. Geologi Regional Cekungan Kutai
5
Dibagian timur paparan sunda Cekungan Kutai terletak di tepi bagian timur,
akibat dari gaya ekstensi di bagian selatan Lempeng Eurasia(Howes, 1977 op.cit.
Allen & Chambers, 1998).
Tinggian batuan dasar yang terjadi pada Oligosen (Chambers dan Moss, 2000),
yaitu Tinggian Mangkalihat dan Sesar Sangkulirang yang memisahkannya dengan
Cekungan Tarakan. Delta Mahakam yang terbuka ke Selat Makasar terletak
dibagian timur. Di bagian barat, cekungan dibatasi oleh daerah Tinggian Kuching
(Central Kalimantan Ranges) yang berumur Kapur (Chambers dan Moss, 2000).
Di bagian tenggara cekungan ini, terdapat Paparan Paternoster yang dipisahkan
oleh gugusan Pegunungan Meratus. Di bagian selatan cekungan ini, dijumpai
Cekungan Barito yang dipisahkan oleh Sesar Adang.
2.2 Tektonik Cekungan Kutai
Struktur tektonik yang berkembang pada Cekungan Kutai berarah timur laut-
barat daya (NE-SW) yang dibentuk oleh Antiklinorium Samarinda, yang berada di
bagian timur – tenggara cekungan (Supriatna dkk., 1995). Antiklinorium
Samarinda tersebut memiliki karakteristik terlipat kuat, antiklin asimetris dan
dibatasi oleh sinklin-sinklin yang terisi oleh sedimen silisiklastik Miosen (Satyana
dkk., 1999) Teori mengenai asal terbentuknya struktur-struktur pada Cekungan
Kutai masih dalam perdebatan. Beberapa peneliti mengajukan teori seperti
Vertical diapirism, gravitational gliding oleh Rose dan Hartono, 1978 op.cit. Ott
1987; Inversion trough regional wrenching oleh Biantoro dkk., 1992; Micro-
continental collision, detachment folding above overpressured sediments oleh
Chambers dan Daley, 1992.
6
Gambar 2. Struktur Geologi Cekungan Kutai
(Allen dan Chambers, 1998)
Pulau Kalimantan merupakan tempat terjadinya kolisi dengan mikrokontinen,
busur kepulauan, penjebakan lempeng oceanic dan intrusi granit, membentuk
batuan menjadi dasar Cekungan Kutai selama Kapur Tengah sampai Eosen Awal
(Moss, 1998 op.cit Chambers & Moss, 2000). Pada Eosen Tengah, Cekungan
Kutai terbentuk oleh proses pemekaran yang melibatkan pemekaran selat Makasar
bagian utara dan Laut Sulawesi (Chambers & Moss, 2000). Pada Eosen Akhir,
sejumlah half graben terbentuk sebagai respon dari terjadinya fasa ekstensi
regional. Fasa ini terlihat juga di tempat lain, yaitu berupa pembentukan laut dan
Selat Makasar. Half graben ini terisi dengan cepat oleh endapan syn-rift pada
Eosen Tengah-Eosen Akhir dengan variasi dari beberapa fasies litologi. Tektonik
inversi terjadi pada Miosen Awal, menyebabkan pengangkatan pada pusat
cekungan yang terbentuk selama Eosen dan Oligosen.
7
Sehingga cekungan mengalami pendangkalan (Allen dan Chambers, 1998).
Inversi berlanjut dan mempengaruhi cekungan selama Miosen Tengah dan
Pliosen. Inversi tersebut mempengaruhi daerah yang terletak di bagian timur
Cekungan Kutai, sehingga mempercepat proses progradasi delta (Allen dan
Chambers, 1998).
2.3 Stratigrafi Cekungan Kutai
Menurut Allen dan Chambers (1998), Cekungan Kutai tersusun atas endapan-
endapan sedimen berumur Tersier yang memperlihatkan endapan fase transgresi
dan regresi laut, yaitu: 1) Fase Transgresi Paleogen Fasa sedimentasi Paleogen
dimulai ketika terjadi fasa tektonik ekstensional dan pengisian rift pada kala
Eosen. Pada masa ini, Cekungan Barito, Kutai, dan Tarakan merupakan zona
subsidence yang saling terhubungkan (Chambers & Moss, 2000), kemudian
sedimentasi Paleogen mencapai puncak pada fasa pengisian pada saat cekungan
tidak mengalami pergerakan yang signifikan, sehingga mengendapkan serpih laut
dalam secara regional dan batuan karbonat pada Oligosen Akhir. 2) Fase Regresi
Neogen Fase ini dimulai pada Miosen Awal hingga sekarang, yang menghasilkan
progradasi delta (deltaic progradation) yang masih berlanjut hingga sekarang.
Sedimen regresi ini terdiri dari lapisan-lapisan sedimen klastik delta hingga laut
dangkal dengan progradasi dari barat kearah timur dan banyak dijumpai lapisan
batubara (lignite). Berdasarkan Peta Geologi Lembar Samarinda (Supriatna dkk.,
1995, stratigrafi Cekungan Kutai dibagi menjadi (dari tua ke muda): Formasi
Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan, Formasi
Kampung Baru (gambar 2.3)
8
• Formasi Pamaluan
Batupasir kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih, Batugamping dan
Batulanau, berlapis sangat baik. Batupasir Kuarsa merupakan batuan utama,
kelabu kehitaman – kecoklatan, berbutir halus – sedang, terpilah baik, butiran
membulat – membulat tanggung, padat, karbonan dan gampingan. Setempat
dijumpai struktur sedimen silang siur dan perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara
1-2 m. Batulempung dengan ketebalan rata-rata 45 cm. Serpih, kelabu
kehitaman - kelabu tua, padat, dengan ketebalan sisipan antara 10 – 20 cm.
Batugamping berwarna kelabu, pejal, berbutir sedang-kasar, setempat berlapis
dan mengandung foraminifera besar. Batulanau berwarna kelabu tua-kehitaman.
Tebal Formasi lebih kurang 2000 m
• Formasi Bebuluh
Batugamping Terumbu dengan Sisipan Batugamping Pasiran dan Serpih.
Batugamping berwarna kelabu, padat, mengandung foraminifera besar, berbutir
sedang. Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih,
kelabu kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman.
Tebal formasi sekitar 300 m diendapkan selaras dibawah Formasi Pulau
Balang.
• Formasi Pulau Balang
Perselingan Batupasir Greywacke dan Batupasir Kuarsa Sisipan
Batugamping, Batulempung, Batubara dan Tuf Dasit. Batupasir Greywacke
berwarna kelabu kehijauan , padat, tebal lapisan antara 50 – 100 cm. Batupasir
Kuarsa berwarna kelabu kemerahan, setempat tufan dan gampingan, tebal
lapisan antara 15 -60 cm.
9
Batugamping berwarna coklat muda kekuningan, mengandung foraminifera besar.
Batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau lensa dalam Batupasir Kuarsa,
ketebalan lapisan 10 - 40 cm. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal lapisan 1 – 2
cm. Setempat berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai 4 m. Tufa
dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa.
• Formasi Balikpapan
Perselingan Batupasir dan Batulempung Sisipan Batulanau, Serpih,
Batugamping dan Batubara. Batupasir Kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1
– 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 5 – 10 cm. Batupasir Gampingan, coklat,
berstruktur sedimen lapisan sejajar dan silang siur, tebal lapisan 20 – 40 cm,
mengandung foraminifera kecil disisipi lapisan tipis karbon. Batulempung,
kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan, oksida besi yang
mengisi rekahan-rekahan, setempat mengandung lensa batupasir gampingan.
Batulanau Gampingan, berlapis tipis, serpih kecoklatan, berlapis tipis.
Batugamping Pasiran, mengandung foraminifera besar, moluska, menunjukkan
umur Miosen Akhir bagian bawah - Miosen Tengah bagian atas, tebal formasi
1000 – 1500 m.
• Formasi Kampung Baru
Batupasir Kuarsa dengan Sisipan Batulempung, Serpih, Batulanau dan
Lignit, pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir kuarsa, putih setempat
kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur, setempat mengandung
lapisan tipis uksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan, dan sisipan batupasir
konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih
merah dan lempung, diameter 0,5 – 1 cm, mudah lepas.
10
Batulempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, kepingan
batubara, koral. Batulanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi. Lignit, tebal 1 – 2
m. Formasi ini menindih selaras dan setempat tidak selaras terhadap Formasi
Balikpapan.
• Aluvium Kerikil,
Pasir dan lumpur diendapkan pada ingkungan sungai, rawa, delta, dan
pantai.
11
Gambar 3. Kolom Stratigrafi Regional
(Satyana dkk., 1995)
12
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Metode Magnetotelluric
Salah satu metode yang menggunakan medan EM alam adalah Metode
Magnetotelluric. Metode ini merupakan eksplorasi pasif yang memanfaatkan
gelombang elektromagnetik alami yang ada di ionosfer yang kemudian akan
berinteraksi dengan medium konduktor (bumi) yang mempunyai respon nilai
resistivitas yang bervariasi (Tri, 2011). Respon nilai resistivitas yang bervariasi
ini yang nantinya dapat menggambarkan bagaimana kondisi batuan di bawah
permukaan bumi.
Metode MT dapat menggambarkan kondisi struktur batuan di bawah
permukaan hingga kedalaman ratusan kilometer. Hal ini disebabkan karena
metode MT menggunakan sumber sinyal dengan nilai frekuensi yang sangat kecil
sehingga kemampuan gelombang untuk melakukan penetrasi menjadi lebih tinggi
untuk mencapai kedalaman tertentu (Tri, 2011).
3.2 Prinsip Dasar Metode Magnetotelluric
Metode Magnetotelluric merupakan salah satu metode geofisika yang
memanfaatkan variasi medan elektromagnetik yang terdapat pada permukaan
bumi. Variasi medan tersebut berasal dari batuan-batuan di bawah permukaan
bumi yang terinduksi oleh medan elektromagnetik yang terdapat pada atmosfer
bumi (Tri, 2011).
13
Medan elektromagnetik di permukaan bumi diukur menggunakan alat akuisisi
data magnetollurik. Variasi medan elektromagnetik yang terukur nantinya
diterjemahkan menjadi nilai resistivitas yang kemudian dimodelkan baik secara
vertikal maupun lateral. Dari model tersebut dapat diprediksi jenis-jenis dan
susunan batuan yang terdapat di bawah permukaan bumi. Medan EM tersebut
ditimbulkan oleh berbagai proses fisik yang cukup kompleks, sehingga spektrum
frekuensinya sangat lebar (10-4 – 103Hz) (Tri, 2011).
Pada frekuensi yang cukup rendah (kurang dari 1Hz), solar wind yang
mengandung partikel-partikel bermuatan listrik berinteraksi dengan medan
magnet permanen bumi sehingga menyebabkan variasi medan EM. Variasi pada
jangka frekuensi audio (audio frequency band, di atas 1Hz) terutama disebabkan
oleh aktivitas meteorologis berupa petir. Petir yang terjadi di suatu tempat
menimbulkan gelombang EM yang terperangkap antara ionosfer dan bumi (wave
guide) dan menjalar mengitari bumi (Sumintadireja, 2005).
3.3 Sumber Sinyal Metode Magnetotelluric
Metode MT memperoleh data dari frekuensi <10 Hz (merekam 1 sounding
8-12 jam) (Sumintadireja, 2005). Berdasarkan frekuensinya sumber medan
elektromagnetik alami bumi dibagi 2, yaitu :
a. Frekuensi rendah (f < 1Hz). Medan elektromagnetik yang termasuk pada
frekuensi rendah ini berasal dari interaksi antara solar wind dengan medan
magnet bumi di lapisan ionosfer.
b. Frekuensi tinggi (f > 1Hz). Medan elektromagnetik yang termasuk pada
frekuensi tinggi ini berasal dari aktivitas badai petir dan transmisi gelombang
14
c. radio pada lapisan atmosfer. Signal petir oleh cahaya dikenal sebagai
sferics dan mencakup rentang frekuensi elektromagnetik. Sferic menjalar dalam
wave guide sebagai gelombang listrik transversal (TE), magnetic transversal
(TM), atau (TEM) gelombang listrik dan magnetic transversal (Zarkasyi, dkk,
2013). Gambar 4 merupakan sumber gelombang MT yang telah diuraikan pada
penjelasan di atas.
Gambar 4. Sumber gelombang (Zarkasyi, dkk., 2013)
3.4 Persamaan Maxwell
Persamaan Maxwell merupakan sintesa hasil-hasil eksperimen (empiris)
mengenai fenomena listrik − magnet yang didapatkan oleh Faraday, Ampere,
Gauss, Coulomb disamping yang dilakukan oleh Maxwell sendiri. Persamaan
Maxwell dalam domain frekuensi dapat dituliskan sebagai berikut:
(1a)
(1b)
(1c)
(1d)
15
Dimana : medan listrik (Volt/m)
: fluks atau induksi magnetik (Weber/m² atau Tesla)
: medan magnet (Ampere/m)
: rapat arus (Ampere/m²)
: perpindahan listrik (Coloumb/m²)
: rapat muatan listrik (Coloumb/m³)
Persamaan (1a) diturunkan dari hukum Faraday yang menyatakan bahwa
perubahan fluks magnetik menyebabkan medan listrik dengan gaya gerak listrik
berlawanan dengan variasi fluks magnetik yang menyebabkannya. Persamaan
(1b) merupakan generalisasi teorema Ampere dengan memperhitungkan hukum
kekekalan muatan. Persamaan tersebut menyatakan bahwa medan magnet timbul
akibat fluks total arus listrik yang disebabkan oleh arus konduksi dan arus
perpindahan. Persamaan (1c) menyatakan hukum Gauss yaitu fluks elektrik pada
suatu ruang sebanding dengan muatan total yang ada dalam ruang tersebut.
Sedangkan persamaan (1d) yang identik dengan persamaan (1c) berlaku untuk
medan magnet, namun dalam hal ini tidak ada monopol magnetik.
Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium
dinyatakan oleh persamaan berikut;
(2a)
(2b)
(2c)
16
Dimana : permeabilitas magnetik (Henry/m)
: permitivitas listrik (Farad/m)
: konduktivitas (Ωm -1 atau Siemens)
: tahanan jenis (Ωm)
Untuk menyederhanakan masalah, sifat fisik medium diasumsikan tidak
bervariasi terhadap waktu dan posisi (homogen isotropik). Dengan demikian
akumulasi muatan seperti dinyatakan pada persamaan (1c) tidak terjadi dan
persamaan Maxwell dapat dituliskan kembali sebagai berikut:
(3a)
(3b)
(3c)
(3d)
Tampak bahwa dalam persamaan Maxwell yang dinyatakan oleh persamaan (3)
hanya terdapat dua variabel yaitu medan listrik E dan medan magnet H.
Dengan operasi curl terhadap persamaan (3a) dan (3b) serta mensubstitusikan
besaran-besaran yang telah diketahui pada persamaan (3) akan kita peroleh
pemisahan variabel E dan H sehingga,
(4a)
(4b)
Dengan memperhatikan identitas vektor ∇ × ∇ × = ∇∇. x − ∇²x dimana x
adalah E atau H, serta hubungan yang dinyatakan oleh persamaan (3c) dan
(3d),
17
maka kita dapatkan persamaan gelombang (persamaan Helmholtz) untuk medan
listrik dan medan magnet sebagai berikut (Jones, 1983).
(5a)
(5b)
3.5 Metode Pengukuran MT
Dalam metode pengukuran MT, terdapat dua metode pengukuran yang
dapat membantu dalam proses pemodelan atau interpretasi tahap awal, yaitu
TE (Transverse Electric) mode dan TM (Transverse Magnetic) mode.
Mode TE menunjukkan pada bidang arah sumbu y dan z hanya komponen
magnetiknya saja, sedangkan komponen medan listrik sejajar dengan arah
struktur utama (Unsworth, 2008). Mode TE dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar 5. Mode TE (Transverse Electric) (Unsworth, 2008)
Mode TM menunjukkan pada bidang arah sumbu y dan z hanya komponen
medan listrik saja sedangkan komponen medan magnet sejajar dengan arah
struktur utama (Unsworth, 2008). Mode TM dapat dilihat pada Gambar 6.
18
Gambar 6. Mode TM (Transverse Magnetic) (Unsworth, 2008)
3.6 Metode Gaya Berat
Metode Gaya Berat (Gravity) adalah salah satu metode geofisika yang
didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan
di permukaan bumi, di kapal maupun di udara. Dalam metode ini yang
dipelajari adalah variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di
bawah permukaan sehingga dalam pelaksanaannya yang diselidiki adalah
perbedaan medan gravitasi dari suatu titik observasi terhadap titik observasi
lainnya. Metode gravitasi umumnya digunakan dalam eksplorasi jebakan
minyak (oil trap). Disamping itu metode ini juga banyak dipakai dalam
eksplorasi mineral dan lainnya.
Prinsip pada metode ini mempunyai kemampuan dalam membedakan rapat
massa suatu material terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan demikian
struktur bawah permukaan dapat diketahui. Pengetahuan tentang struktur
bawah permukaan ini penting untuk perencanaan langkah-langkah eksplorasi
baik minyak maupun mineral lainnya. Untuk menggunakan metode ini
dibutuhkan minimal dua alat gravitasi, alat gravitasi yang pertama berada di
base sebagai alat yang digunakan untuk mengukur pasang surut gravitasi, alat
19
yang kedua dibawa pergi ke setiap titik pada stasiun mencatat perubahan
gravitasi yang ada. (Talwani, 1969)
3.7 Forward Modeling
Forward modeling (pemodelan ke depan) adalah suatu metode interpretasi
yang memperkirakan densitas bawah permukaan dengan membuat terlebih dahulu
benda geologi bawah permukaan. Kalkulasi anomali dari model yang dibuat
kemudian dibandingkan dengan anomali Bouger yang telah diperoleh dari survey
gayaberat. Prinsip umum pemodelan ini adalah meminimumkan selisih anomali
pengamatan untuk mengurangi ambiguitas. Yang dimaksud benda dua dimensi di
sini adalah benda tiga dimensi yang mempunyai penampang yang sama dimana
saja sepanjang tak berhinggga pada satu koordinatnya. Pada beberapa kasus, pola
kontur anomali bouger adalah bentuk berjajar yang mengidentifikasi bahwa
penyebab anomali tersebut adalah benda yang memanjang. Pemodelan
dinyatakan dalam bentuk dua dimensi karena efek gravitasi dua dimensi dapat
ditampilkan dalam bentuk profil tunggal (Talwani, 1969)
Gambar 7. Forward Modelling (Grandis, 2008)
20
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian : Pusat Survey Geologi, Bandung
Waktu penelitian :
NO
KEGIATAN
JANUARI
2018
JULI 2018
JUNI 2018
SEPTEMBER
2018
OKTOBER
2018
1.
Penyusunan
Proposal
2.
Pelaksanaan Tugas Akhir
3.
Seminar Proposal
4.
Seminar Hasil
5.
Ujian Skripsi
4.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Personal Computer.
Gambar 8. Personal Computer
21
2. Software SSMT 2000
Gambar 8.2Software SSMT 2000
3. Software MT Editor
Gambar 8.3 Software MT Editor
4. Software Winglink
Gambar 8.4 Software WinGlink
22
5. Data Pengukuran
Gambar 8.5 Data Pengukuran
6. Software Oasis Montaj
Gambar 8.6 Software Oasis Montaj
23
1.3 Diagram Alir
Diagram alir pada proses penelitian ini pada gambar seperti berikut :
Gambar 9. Diagram Alir Penelitian
68
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat pada selama proses penelitian ini dari tahap
awal sampai tahap akhir adalah sebagai berikut :
1. Hasil coherency pada pengolahan data MT menggunakan parameter Rho
Variance Processing sebesar >75%, dengan kata lain parameter ini
digunakan karna data di anggap baik.
2. Hasil pemodelan penampang bawah permukaan 2D pada data
Magnetotelluric memiliki kedalaman 0 – 18.000 meter dengan persebaran
nilai resistivitas dari 1 – 1000 ohm.m
3. Terdapat 3 zona resistivitas pada penampang hasil inversi 1D dan 2D,
yaitu zona pertama merupakan zona resistivitas rendah (1-10 Ωm), zona
kedua yaitu zona resistivitas sedang (16-158) Ωm, dan zona ketiga
merupakan zona resistivitas tinggi (200-1000 Ωm).
4. Terdapat 3 zona Lapisan pada pemodelan 2D Magnetotelluric yang di
intrepretasikan sebagai Caprock, Reservoar¸ Source Rock dan Basement
sebagai Petroleum System daerah penelitian.
5. Daerah penelitian memiliki rentang Anomali Bouger 15.9 sampai 26.6
Anomali rendah yang ditunjukkan dengan warna biru tua sampai biru
muda yang memiliki nilai densitas 15.9 sampai 17.3 mGal tersebar pada
bagian Barat, Barat Laut dan Barat Daya, Kemudian pada Anomali sedang
ditunjukkan dengan warna hijau sampai orange yang memiliki nilai
densitas 22 sampai 40 mGal yang tersebar di bagian tengah peta yang
berarah Selatan hingga Barat Daya. Dan Anomali tinggi di tandai dengan
69
warna merah ke merah muda dengan sebaran nilai densitas antara 41
sampai 55 mGal didominasi pada bagian tengah sampai berarah ke bagian
Selatan, Timur Laut dan Tenggara.
6. Dari Analysis Spectrum diperoleh rata-rata Kedalaman Anomali Regional
sebesar 10.99 KM dan Kedalaman Anomali Residual sebesar 0.72 KM.
7. Bedasarkan hasil Analysis Derevative dengan menggunakan SVD (Second
Vertical Derevatice) terdapat 2 patahan di Lintasan 1 dan Lintasan 2 pada
daerah Penelitian.
70
B. Saran
Adapun saran yang diberikan penulis pada penelitian ini adalah pentingnya
pendalaman pada pengolahan data gravity kedepan nya sehingga hasil peng
interpretasian yang di dapat lebih optimal dengan penguat data ikat yaitu data
Magnetotelluric.
71
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.P., Chambers, John L.C. 1998. Sedimentation of The Modern and Miocene Mahakam Delta. Indonesian Petroleum Assosiation, Jakarta.
Blakely, R. J. 1996. Potensial Theory in Gravity and Magnetic Applications.
Cambridge: Cambridge University Press.
Cagniard, L., 1953. Basic Theory of The Magneto-Telluric Method of Geophysical Prospecting. Geophysics. 18, 605–635.
Chambers, John L.C., Moss, Steve J. 2000. Depositional Modeling and Facies
Architecture of Rift and Inversion Episodes in The Kutai Basin, Kalimantan Indonesia. Proceeding of the Fourth Annual Convention, XXVII, Indonesian
Petroleum Association, 467-486, Jakarta.
Elkins, T.A. 1951. The Second Derivative Method of Gravity Interpretation.
Geophysics, v.23, h.97-127.
Grandis, H. 2009. Pengantar Pemodelan Inversi Geofisika. Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia: Jakarta.
Jones, A.G., 1983, On the Equivalence of the ”Niblett” and ”Bostick”
Transformation in the Magnetotelluric Method, J. Geophys, 53, 72-73.
Octonovrilya, L. 2009. Analisa Perbandingan Anomaly Gravitasi dengan
persebaran intrusi air asin (Studi kasus Jakarta 2006-2007). Jurnal
Meteorologi dan Geofisika Vol.10 No.1 : AMG.
Naidu, G. Dhanunjaya. 2012. Deep Crustal Structure of the Son-Narmada-Tapti Lineament, Central India. Springer Theses. 14-16
Rock, N.M.S., 1983, Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera, Skala 1:
250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Satyana, A.H., Nugroho, D., Surontoko, I., 1999, Tectonic Controls On The
Hydrocarbon Habitats Of The Barito, Kutai And Tarakan Basin, EastnKalimantan, Indonesia, Journal Of Asian Earth Sciences Special Issue
Volume 17, hal 99 – 122.
Sugiyo, W.S., Gaffar, E.Z., dan Sudrajat, Y., 2013, Pemodelan Resistivitas Bawah Permukaan Berdasarkan Metode Magnetotelluric, Jurnal Fisika,Vol 3 No 2.
Sumintadireja, P., 2005, Vulkanologi dan Geotermal, Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
72
Supriyanto. 2007. Analisis Data Geofisika :Memahami teori Inversi. Department
Fisika FMIPA UI :Depok.
Talwani, M., J.L., Worzel dan Landisman, M. 1969. Rapid Gravity Computations for
Two-Dimensional Bodies with Aplication to the Mendocino Submaarine Fracture
Zone. Journal of Geophysical Reasearch: Vol.64 No.1
Tri, V., 2011, Metode Magnetotelluric (MT) Untuk Eksplorasi Panas Bumi Daerah
Lili, Sulawesi Barat Dengan Data Pendukung Metode Gravitasi, Skripsi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Unsworth, 2008, Lecture Notes. Geophysic 424.
Zarkasyi, A., Supriyadi, Y., dan Widodo, S., 2013, Survei Magnetotelluric (MT) Daerah Panas Bumi Sumani, Provinsi Sumatera Barat, Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi.
Top Related