IDENTIFIKASI PENGGUNAAN TAWAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN
MAKANAN PADA CENDOL YANG DIJUAL PEDAGANG KAKI LIMA DI
DAERAH SUNGAI JAWI, PONTIANAK
A. LATAR BELAKANG
Belakangan ini marak beredar berita tentang makanan yang mengandung
tawas baik di media massa (internet) maupun media elektronik (telivisi). Seperti yang
kita ketahui, tawas banyak digunakan didalam pengolahan air sebagai penjernih dan
juga sebagai bahan dasar pembuatan deodorant. Mengingat penggunaan tawas sebagai
bahan penjernih dan bahan dasar deodorant, tentu timbul rasa waspada dalam fungsi
tawas sebagai bahan tambahan makanan, karena dapat disangsikan keamanannya
sehingga masih belum bisa dipastikan apakah aman bagi kesehatan atau tidak.
Tawas adalah garam sulfat rangkap terhidrat dengan formula M+M3+
(SO4)2.12H2O. M+ merupakan kation univalen, umumnya Na+, Fe+, Cr+, Ti3+ atau
Co3+, dalam penggunaannya dikehidupan sehari-hari tawas biasa dikenal dengan
nama amonium sulfat dodekahidrat. Tawas banyak digunakan oleh PDAM untuk
memproses air sungai menjadi air bersih (oleh karena itu disebut juga dengan nama
populer Alum).
Jenis tawas lainnya adalah seperti Tawas Natrium untuk bahan pengembang
roti, Tawas Kalium untuk pengolah limbah, Tawas Besi untuk penyamakan kulit dan
bahan pewarna. Tawas juga digunakan untuk bahan dasar deodorant atau juga
dioleskan langsung pada ketiak untuk menghindari bau badan.
Menurut Nurrahman dan Isworo (2002), disebutkan bahwa pemberian tawas
pada air untuk merendam ikan sebelum diasapkan bertujuan agar ikan yang dihasilkan
menjadi lebih putih, kenyal, kompak, kesat, mengurangi rasa pahit dan bau amis.
Pada penelitian Harobi dan Yusrin (2005), disebutkan bahwa ikan yang
direndam dengan larutan tawas dengan konsentrasi 4% -12% selama 30 menit hingga
120 menit, daging ikan akan menyerap alumunium sebanyak 0.226-0.413 ppm. Proses
pengasapan selama 4 jam diketahui tidak dapat mengurangi konsentrasi alumunium di
dalam daging ikan.
Selain itu tawas juga digunakan untuk pengolahan manisan lidah buaya,
campuran pembuatan bihun agar tidak rapuh dan berwarna putih, menghitamkan
kacang hijau bahan isi bakpao (Haribi dan Yusrin 1995).
Menurut (ACROS 2005), Tawas termasuk bahan kimia yang masuk klasifikasi
berbahaya, yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada kesehatan apabila
terhirup, tertelan, atau terserap malalui kulit. Apabila terkena mata akan menyebabkan
irritasi mata, apabila terkonsumsi akan menyebabkan iritasi organ pencernaan.
Menurut Guyton and Hall (1997), Dilihat dari struktur kimianya tawas
mengandung logam berat alumunium yang dalam bentuk ion sangat beracun apabila
terkonsumsi dalam jumlah berlebihan. Paparan alumunium berlebih dapat merusak
organ detoktifikasi yaitu hati.
Menurut Berita Reportase Investigasi di sebuah statisun televisi swasta
memaparkan tentang penggunaan tawas dalam pembuatan cendol yang tersebar di
daerah jabodetabek. Tawas digunakan sebagai bahan campuran pembuatan cendol
untuk membuat cendol menjadi lebih kenyal dan tidak mudah hancur. Tim reportase
investigasi memeriksakan 17 buah sampel cendol di Institut Teknologi Pangan dan
hasilnya sangat mengejutkan, karena seluruh sampel yang diperiksakan positif
mengandung tawas.
Berdasarkan dari beberapa kejadian di atas, peneliti tertarik untuk memeriksa
atau mengidentifikasi kandungan tawas di dalam cendol di daerah sungai jawi
pontianak, karena bukan tidak mungkin hal serupa juga dapat terjadi di daerah
pontianak, bukan hanya di jabodetabek saja.
DAFTAR PUSTAKA
A Gunawan Susanto. Berbahayakah tawas dipakai untuk merebus bakso?. 2012.
http://www.bengkelbakso.com/2012/05/tawas-dipakai-untuk-merebus-bakso.html
Top Related