IDENTIFIKASI PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)
Studi Kasus: Program Sanimas di Kampung Pulo, Desa Gintung,
Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.
TUGAS AKHIR
OLEH
NOVA CHOIRIYYAH
NIM : 200422011
JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSTAS INDONUSA ESA UNGGUL
2010
IDENTIFIKASI PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM
SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)
Studi Kasus: Program Sanimas di Kampung Pulo, Desa Gintung,
Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.
OLEH
NOVA CHOIRIYYAH
NIM : 200422011
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA TEKNIK
Jenjang Pendidikan Strata-1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSTAS INDONUSA ESA UNGGUL
2010
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Nama : Nova Choiriyyah
Nim : 2004-22-011
Jurusan : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Progam Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Judul Tugas Akhir : Identifikasi Pelaksanaan Kegiatan Program
Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)
(Studi kasus : Program SANIMAS di
Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan
Sukadiri, Kabupaten Tangerang)
Tugas akhir diatas telah disetujui dan diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang Pendidikan Strata-1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota.
Jakarta, 09 Maret 2010
Ir. Sugihartoyo, ME
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ir. Reza Sasanto, MPlan&Des Dr. Lily Amelia, MAgr
Sekretaris Jurusan PJS Dekan Fakultas Teknik
TANDA LULUS MEMPERTAHANKAN TUGAS AKHIR
Nama : Nova Choiriyyah
Nim : 2004-22-011
Jurusan : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Progam Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Judul Tugas Akhir : Identifikasi Pelaksanaan Kegiatan Program
Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS)
(Studi kasus : Program SANIMAS di
Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan
Sukadiri, Kabupaten Tangerang)
Dinyatakan LULUS mempertahankan Tugas Akhir pada Ujian Tugas
Akhir yang dilaksanakan di Universitas Indonusa Esa Unggul tanggal
01 Maret 2010.
Jakarta, 09 Maret 2010
1. Dosen Penguji I (Ketua)
Nama : Ir Sugihartoyo, ME (………….…….)
2. Dosen Penguji II (Anggota)
Nama : Ir. Reza Sasanto, MPlan &Des (…………….….)
3. Dosen Penguji III (Anggota)
Nama : Ir. Yuliarti (…………….….)
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nova Choiriyyah
Nim : 2004-22-011
Jurusan : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Progam Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi
Pelaksanaan Kegiatan Program Sanitasi Berbasis Masyarakat
(SANIMAS) adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis
sendiri dan bukan merupakan jiplakan, kecuali kutipan-kutipan yang
berasal dari sumber-sumber yang tercantum pada Daftar Pustaka.
Jakarta, 09 Maret 2010
Nova Choiriyyah
ABSTRAKSI
Kabupaten Tangerang merupakan kota penyangga Ibukota, yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang pesat diiringi oleh kebutuhan pelayanan sanitasi yang semakin meningkat pula, namun peningkatan itu tidak diiringi kesiapan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam hal pelayanan sanitasi khususnya penanganan air limbah permukiman. Hal itu terlihat dari banyaknya kasus berupa penyakit diare yang terjadi di kabupaten Tangerang salah satunya di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri.
Menyadari kondisi bahaya tersebut maka Depertemen PU bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan program Sanitasi Oleh Masyarakat (Sanimas) di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. Program SANIMAS ini bertujuan untuk memperbaiki sistem sanitasi dan kualitas lingkungan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam hal peningkatan kualitas kesehatan.
Namun pada kenyataan di lapangan, program SANIMAS yang ada di kecamatan Sukadiri ini tidak sesuai dengan tujuan sehingga berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa program SANIMAS ini kurang optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pada pelaksanaan Program Sanimas di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. Tingkat efektivitas diukur dari aspek perencanaan, penguatan kelembagaan, kesehatan lingkungan dan penggunaan sarana.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dari sisi pelaksanaannya program Sanimas ini dikatakan efektif dan berhasil namun dilihat dari penyediaan prasarana dan sarana air limbah, program Sanimas ini kurang efektif, hal itu disebabkan karena faktor lokasi.
Kata kunci : Program SANIMAS, Efektivitas.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas
segala rahmat dan nikmat yang diberikan sehingga dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..
Pada penulisan ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan
yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, tenaga, dan
waktu yang dimiliki penulis. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan penulisa skripsi ini, oleh sebab itu
sudah sewajarnya penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Kedua orangtuaku yang telah menjadi penyemangat, atas doa serta
keringat dan restunya serta dorongan baik moril maupun materi.
2. Adik-adikku, Isty dan Ery atas semangat dan doanya kalian berdua.
3. Ibu Dr. Lily Amelia, MAgr. yang terhormat selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul
4. Bapak Ir Sugihartoyo, ME. selaku pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, pengetahuan dan petunjuk-petunjuk
mengenai penulisan skripsi ini.
5. Ibu Ir. Yuliarti, terima kasih atas kritik dan nasehat-nasehat yang
diberikan serta pengertiannya.
6. Bapak Ir. Reza Sasanto, MPlan &Des. terima kasih atas kritik dan
nasehat-nasehat yang diberikan.
7. Para staf-staf, dan para pegawai fakultas teknik.
8. Dosen-dosen Perencanaan Wilayah dan Kota yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama penulis duduk di bangku
kuliah.
9. “Ay” Pitra Ariadna Saputra, S.kom, yang selalu ada dalam
memberikan perhatian, semangat, cinta dan sayangnya serta saran,
kritik maupun nasehatnya.
10. Kakak sepupuku, Alvin Naofal, yang telah membantu penulis dalam
penyebaran kuesioner.
11. Bang Erwin Mawandy, ST, Msos yang telah memberikan saran,
kritik dan bantuan kepada penulis.
12. Maya Asmara, Aditianata, R. Agung CR, Inggit, Rima Metalia,
Sulhi, Azka, Nana, Alan, Ilham sebagai rekan sesama angkatan,
terima kasih atas segala dukungan dan kenangan selama dibangku
kuliah.
13. Rekan Himpunan Mahasiswa/i Planologi Indonusa (Plano Conditio
Sine Qua Non)
14. Pak Hamzah, Pak Tatang, Pak Imam, Pak Toto, Mba Ita, dan
pegawai LSM BEST, atas bantuan dalam memberikan informasi
dan data dalam penyusunan skripsi ini.
15. Pak Omay dan keluarga , terima kasih atas kebaikan kalian selama
ini yang telah membantu penulis.
16. Bapak-bapak dan Ibu-ibu di Kampung Pulo, terima kasih atas
bantuan kalian sampai terselesainya skripsi ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu
yang telah membantu baik moril maupun materi, semoga Allah
SWT membalas semua amal dan kebaikan ini dengan melimpahkan
rahmatNya.
Akhirnya saran dan kritik sangat diharapkan didalam
penyempurnaan skripsi ini sehingga kualitas penyusunan skripsi ini
semakin meningkat. Kiranya Rahmat dan KaruniaNya jualah yang dapat
membalas kebaikan tersebut, penulis ingin menyampaikan permohonan
maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang bersangkutan atas
kesalahan-kesalahan penulis dalam menyusun skripasi ini baik yang
disengaja maupun tidak disengaja. Akhir kata penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 01 Maret 2010
Penulis,
Nova Choiriyyah
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN .............................................. I-1
1.1 Latar Belakang ..................................................... I-1
1.2 Perumusan Masalah ............................................. I-6
1.3 Tujuan Penulisan ................................................. I-7
1.4 Ruang Lingkup Studi ........................................... I-8
1.4.1 Ruang Lingkup Materi ............................. I-8
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah studi .................. I-8
1.5 Sistematika Pembahasan ...................................... I-8
1.6 Kerangka Pemikiran ............................................ I-10
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................... II-1
2.1 Pelayanan Publik ................................................. II-1
2.2 Teori Efektivitas ................................................... II-1
2.3 Partisipasi Masyarakat ......................................... II-3
2.4 Kebijakan Nasional Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat......................... II-4
2.5 Pengertian Sanitasi .............................................. II-6
2.6 Pengertian Air dan Kriteria Mutu Air................... II-8
2.7 Program SANIMAS ............................................ II-10
2.7.1 Tahapan Pelaksanaan
Program SANIMAS .................................. II-11
2.7.2 Pendekatan, Prinsip, dan Pola
Penyelenggaraan Program SANIMAS ..... II-25
2.7.3 Tujuan, dan Indikator Keberhasilan
penyelenggaraan Program SANIMAS ..... II-29
2.8 Kesehatan Lingkungan ........................................ II-30
2.9 Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum . II-32
2.10 Kemitraan ............................................................ II-32
2.11 Perencanaan ......................................................... II-33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................... III-1
3.1 Tempat Penelitian ................................................ III-1
3.2 Metode Penelitian ................................................ III-1
3.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ............. III-2
3.3.1 Sumber Data ............................................. III-2
3.3.2 Metode Pengumpulan Data ...................... III-2
3.4 Metodologi Survei ............................................... III-3
3.5 Metode Sampling ................................................. III-4
3.5.1 Populasi .................................................... III-3
3.5.2 Sampel ...................................................... III-4
3.5.3 Penentuan Besar Sampel di Wilayah
Studi ......................................................... III-5
3.5 Teknik Analisis Data ........................................... III-7
BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................ IV-1
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Sukadiri
4.1.1 Luas Wilayah ........................................... IV-1
4.1.2 Batas Wilayah .......................................... IV-1
4.1.3 Kependudukan .......................................... IV-2
4.1.4 Sarana Sanitasi ......................................... IV-4
4.2 Gambaran Umum Desa Gintung ......................... IV-4
4.2.1 Kondisi Topografi .................................... IV-5
4.2.2 Luas Wilayah ........................................... IV-5
4.2.3 Batas Wilayah .......................................... IV-5
4.2.4 Kependudukan........................................... IV-7
4.2.5 Sarana Sanitasi dan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat .................................................. IV-8
4.3 Gambaran Umum Kampung Pulo ....................... IV-9
4.3.1 Kependudukan .......................................... IV-9
4.3.3 Drainase .................................................... IV-11
4.3.4 Penyediaan Air Bersih .............................. IV-11
4.4 Gambaran Umum Pelaksanaan Program SANIMAS
di Kampung Pulo ................................................. IV-15
4.4.1 Seleksi Lokasi .......................................... IV-16
4.4.2 Penyusunan Dokumen RKM .................... IV-21
4.4.3 Teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi ....... IV-21
4.4.4 Pembentukan KSM .................................. IV-24
4.4.5 Mekanisme Pendanaan SANIMAS .......... IV-24
4.4.6 Pengelolaaan Keuangan SANIMAS ......... IV-26
4.4.7 Rencana Kerja Masyarakat ....................... IV-27
BAB V ANALISIS PERMASALAHAN ....................... V-1
5.1 Identitas Responden ............................................. V-1
5.2 Analisis Efektivitas Aspek Perencanaan............... V-3
5.3 Analisis Efektivitas Aspek Kelembagaan ............ V-4
5.4 Analisis Efektivitas Aspek Penggunaan Sarana
SANIMAS ............................................................ V-9
5.5 Efektivitas Aspek Kesehatan Lingkungan ............ V-13
5.5.1 Analisis Efektivitas Perilaku Hidup Bersih V-14
5.5.2 Analisa Efektivitas Peningkatan
Kebersihan Lingkungan ........................... V-21
BAB VI KESIMPULAN dan REKOMENDASI ............ VI-1
6.1 Kesimpulan .......................................................... VI-1 6.2 Rekomendasi ....................................................... VI-4
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... xiii
LAMPIRAN ..............................................................................
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jenis Informasi dan Alat RPA ............................. II-17
Tabel 3.1 Tipe Masyarakat di Wilayah Studi ....................... III-5
Tabel 3.2 Jumlah Sampel ..................................................... III-6
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Sukadisri .............. IV-2
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Sanitasi Kecamatan Sukadiri ....... IV-4
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Gintung .......................... IV-7
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kampung Pulo ........................ IV-9
Tabel 4.5 Hasil RPA Kampung Pulo ................................... IV-14
Tabel 4.6 Hasil RPA Kampung Tegal Jawa ........................ IV-15
Tabel 4.7 Konsolidasi Skor RPA ......................................... IV-18
Tabel 4.8 Jumlah Iuran ........................................................ IV-28
Tabel 4.9 Waktu Untuk Pembayaran Iuran ......................... IV-28
Tabel 5.1 Pendidikan Terakhir ............................................. V-1
Tabel 5.2 Pekerjaan ............................................................. V-2
Tabel 5.3 Penghasilan ................................................................V-3
Tabel 5.4 Penilaian Efektivitas Kegiatan Perencanaan dan
Pembangunan Program SANIMAS ..................... V-5
Tabel 5.5 Penilaian Efektivitas Kelembagaan ..................... V-10
Tabel 5.6 Intensitas Responden Pengguna Dalam
Menggunakan MCK SANIMAS ......................... V-10
Tabel 5.7 Kegiatan yang Dilakukan Responden Dalam
Menggunakan MCK SANIMAS ......................... V-8
Tabel 5.8 Alasan Responden Menggunakan SANIMAS ..... V-11
Tabel 5.9 Jarak antara MCK SANIMAS dengan Rumah
Responden Pengguna ........................................... V-11
Tabel 5.10 Alasan Responden Tidak Menggunakan
MCK SANIMAS ................................................. V-12
Tabel 5.11 Kualitas Air di Lingkungan ................................. V-13
Tabel 5.12 Intensitas Dalam Kegiatan Menutup Makanan .... V-15
Tabel 5.13 Intensitas Dalam Kegiatan Minum Air yang
Dimasak ............................................................... V-16
Tabel 5.14 Intensitas Dalam Kegiatan Masak dan Minum
Menggunakan Air Bersih ..................................... V-17
Tabel 5.15 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan
Sabun ................................................................... V-18
Tabel 5.16 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan
Sabun Sesudah BAB ........................................... V-19
Tabel 5.17 Intensitas Dalam Kegiatan Membuang Hajat
di MCK ................................................................ V-20
Tabel 5.18 Persepsi Masyarakat mengenai kondisi Lingkungan
Sebelum adanya Program SANIMAS .................. V-23
Tabel 5.19 Persepsi Masyarakat mengenai kondisi Lingkungan
Setelah adanya Program SANIMAS .................... V-25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang .................. I-11
Gambar 2.1 Bagan Sumber Pendanaan .................................. II-23
Gambar 4.1 Peta Orientasi Kecamatan Sukadiri ..................... IV-3
Gambar 4.2 Peta Batas Administrasi Desa Gintung ................ IV-6
Gambar 4.3 Peta Orientasi Kampung Pulo
dan Sarana SANIMAS ......................................... IV-10
Gambar 4.4 Kondisi Sungai/ Selokan ..................................... IV-11
Gambar 4.5 Proses Pelaksanaan Pelatihan Terhadap KSM...... IV-25
Gambar 4.6 Pelatihan Terhadap Operator ............................... IV-26
Gambar 5.1 Kondisi Lingkungan Sebelum Program
SANIMAS .......................................................... V-22
Gambar 5.2 Kondisi Lingkungan Setelah Program
SANIMAS............................................................ V-24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Hasil Kuesioner
Lampiran B Desain Kuesioner
Lampiran C Analisa Frequencies
Lampiran D Tabel Mutu Air
Lampiran E Matriks Kuesioner
Lampiran F Daftar Istilah dan Definisi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur baik yang merupakan aset
pemerintah maupun aset swasta, dilaksanakan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti jalan raya, jembatan,
taman, gedung kantor, rumah sakit, dan sebagainya. Infrastruktur
diperlukan masyarakat dalam rangka menjalankan berbagai kegiatan.
Kegiatan ekonomi masyarakat di suatu daerah tidak akan berjalan
optimal tanpa didukung infrastruktur yang memadai.
Pada dasarnya, jenis infrastruktur pemerintah dapat dibedakan
menjadi infrastruktur pusat dan infrastruktur daerah. Infrastruktur pusat
adalah infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah pusat, yang
umumnya melayani masyarakat pada skala nasional, seperti jalan raya
antar propinsi,dan sebagainya.
Infrastruktur daerah adalah infrastruktur yang dibangun oleh
pemerintah daerah, yang umumnya dibangun untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat atau pihak lain di suatu daerah tertentu.
Misalnya penyediaan air bersih dan sanitasi untuk masyarakat di
kabupaten tertentu, pembangunan sarana jalan untuk mengembangkan
potensi pariwisata di daerah tertentu, dan sebagainya.1
1 Purwoko, makalah penelitian “Analisis Peluang Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai
Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Daerah”
Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, sanitasi diartikan sebagai
pemelihara kesehatan. Pemeliharaan kesehatan lingkungan (sanitasi),
merupakan kebutuhan dasar masyarakat.
Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama
bagi negara -negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare
membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada
sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan
lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan
potensi sumber daya manusia pada skala nasional. Tidak memadainya
sarana sanitasi akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan
lingkungan. Sebagai konsekuensinya pemerintah mendorong
terpenuhinya kebutuhan itu walaupun hingga saat ini cakupan layanan
sanitasi baik di perkotaan maupun perdesaan belum memadai. Salah
satu layanan sanitasi yang belum memadai adalah penanganan air
limbah permukiman terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
lingkungan permukiman padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi di
perkotaan.
Berdasarkan data dari badan penelitian dan pengembangan
permukiman departemen Pekerjaan Umum (PU) diketahui bahwa sistem
pelayanan air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan
pada tahun 2000 baru mencapai 25,5%. Sistem pembuangan air limbah
dengan IPAL baru mencapai 1,26% dari penduduk Indonesia. (Tuti
Kursiah, 2005).
Sedangkan data dari hasil konferensi Sanitasi Nasional yang
disampaikan oleh menteri Pekerjaaan Umum Djoko Kirmanto, data
menunjukkan bahwa ada kenaikan cakupan pelayanan prasarana dan
sarana sanitasi yaitu tahun 2002 sebesar 63,5%, tahun 2004 sebesar
67%, tahun 2005 sebesar 68%, dan pada tahun 2006 sebesar 70 %.
Meskipun data statistik menunjukkan sebesar 70% pada tahun 2006,
diperkirakan 10 % tidak memiliki unit pengolahan air limbah rumah
tangga yang memadai.
Peningkatan cakupan itu tidak mampu mengimbangi
pertumbuhan penduduk dan permukiman yang demikian pesat.
Akibatnya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana sanitasi menjadi
tertinggal. Banyak faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Seperti
minimnya kepedulian dari berbagai pihak antara lain pemerintah dan
wakil rakyat akan persoalan sanitasi tercermin dari alokasi anggaran
yang sangat sedikit untuk pembangunan fasilitas sanitasi dasar. Penyakit
seperti diare dan malaria pun biasa muncul pada daerah dengan sanitasi
buruk.
Selain itu juga masih kurangnya kesadaran dan kepedulian
masyarakat akan kesehatan lingkungan terutama di daerah perdesaan,
karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Hal
ini menyebabkan banyaknya jamban yang tidak digunakan sebagaimana
mestinya karena ketidakmengertian masyarakat.
Keterlibatan dan komitmen pemangku kepentingan termasuk
pemerintah, para wakil rakyat, dunia usaha (swasta), dan masyarakat
masih jauh dari kemampuan untuk bersama-sama berembug dan
bertindak sesuai kesepakatan peran dan kewajiban untuk mengelola air
limbah.
Pengalaman juga menunjukkan adanya sarana dan prasarana
sanitasi terbangun yang tidak dapat beroperasi secara optimal. Salah satu
penyebabnya adalah tidak dilibatkannya masyarakat sasaran baik tahap
perencanaan, pembangunan ataupun pada kegiatan operasi dan
pemeliharaan.
Selain itu, pilihan teknologi yang terbatas mempersulit
masyarakat untuk dapat menentukan prasarana dan sarana yang hendak
dibangun dan digunakan di daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan,
budaya setempat, Kemampuan masyarakat untuk mengelola prasarana
tersebut. Hal tersebut mengakibatkan prasarana dan sarana sanitasi yang
terbangun menjadi tidak berkelanjutan, tidak dapat berfungsi dengan
baik, dan tidak adanya perhatian masyarakat untuk menjaga pelayanan
prasarana dan sarana.
Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air
limbah permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
lingkungan kumuh dan rawan sanitasi maka dikenalkan Program
Sanimas. Program Sanimas ini merupakan salah satu program
pembangunan prasarana air limbah yang menggunakan pendekatan
pemberdayaan masyarakat melalui :
1. Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah.
2. Otonomi dan desentralisasi.
3. Mendorong prakarsa local dengan iklim keterbukaan.
4. Partisipatif.
5. Keswadayaan.
Fokus kegiatan Sanimas adalah penanganan air limbah rumah
tangga. Melalui pelaksanaan Sanimas ini, masyarakat memilih sendiri
prasarana dan sarana air limbah permukiman yang sesuai, ikut aktif
menyusun rencana aksi, membentuk kelompok dan melakukan
pembangunan fisik termasuk mengelola kegiatan operasi dan
pemeliharaan, bahkan bila perlu mengembangkannya.
Kegiatan Sanimas sudah diuji coba dan sejauh ini berhasil
dilaksanakan tahun 2003-2005 di Provinsi Bali, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta dan Jawa Timur. Pada Tahun 2006 Departemen Pekerjaan
Umum melalui Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan replika kegiatan
Sanimas di 20 Provinsi (69 Lokasi), kemudian pada tahun 2007 telah
dialokasikan dana untuk kegiatan Sanimas bagi 22 Provinsi (128
Lokasi). Salah satu Kabupaten yang telah melaksanakan kegiatan
Sanimas adalah Kabupaten Tangerang.
Kabupaten Tangerang merupakan kabupaten penyangga
Ibukota, yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan Provinsi
DKI Jakarta sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang pesat diiringi
oleh kebutuhan pelayanan sanitasi yang semakin meningkat pula, namun
peningkatan itu tidak diiringi kesiapan pemerintah Kabupaten
Tangerang dalam hal pelayanan sanitasi khususnya penanganan air
limbah permukiman.
Hal itu terlihat dari banyaknya kasus berupa penyakit diare
yang terjadi di kabupaten Tangerang salah satunya di Kampung Pulo
Desa Gintung Kecamatan Sukadiri.
Menyadari kondisi bahaya tersebut maka Depertemen PU
bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan
program Sanitasi Oleh Masyarakat (Sanimas) di daerah tersebut.
Sanimas ini berupa pembangunan MCK. Terpilihnya Kampung Pulo
sebagai lokasi pencanangan gerakan didasarkan banyak masyarakat
yang tidak memiliki WC di rumah, dan juga kesiapan masyarakat dalam
menyediakan lahan yang di hibahkan untuk pembangunan sanimas.
Untuk keperluan buang air besar (BAB), masyarakat biasa
menggunakan pematang sawah, kebon dan tegalan.
Bangunan MCK tersebut dibangun dana patungan (cost
sharing) antara Pemerintah Kabupaten Tangerang, dana masyarakat,
serta pendampingan dari lembaga Borda. Untuk pemeliharaan bangunan
MCK ini pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat.
Program SANIMAS ini bertujuan untuk memperbaiki sistem sanitasi
dan kualitas lingkungan sehingga dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat dalam hal peningkatan kualitas kesehatan dan dapat menjadi
pembangunan yang berkelanjutan.
Namun pada kenyataan di lapangan, program SANIMAS yang
ada di kecamatan Sukadiri ini tidak sesuai dengan tujuan sehingga
berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa program SANIMAS ini
kurang optimal misalnya jumlah masyarakat yang menggunakan sarana
sanitasi ini berkurang dibandingkan dengan target yang direncanakan, di
pinggir sungai dan sawah terdapat WC gantung sehingga masyarakat
kembali kepada kebiasaan lama dalam hal membuang hajat.
Jika hal ini terjadi terus menerus maka perbaikan kualitas
kesehatan masyarakat tidak dapat dilaksanakan dan program yang telah
dilakukan akan menjadi sia-sia yang kemudian akan merugikan
masyarakat itu sendiri.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah program SANIMAS yang ada di Kampung Pulo, Desa
Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang ini efektif
bagi masyarakat?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas program
Sanimas di wilayah studi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan pada pelaksanaan Program Sanimas di Kampung Pulo
Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang mulai dari
tahapan perencanaan, pembangunan, maupun pemeliharaan sarana
sanitasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Teridentifikasinya permasalahan program Sanimas di wilayah studi.
2. Teridentifikasinya faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
efektivitas program Sanimas ini.
Pada akhirnya hasil yang diharapkan berupa seberapa besar
efektif program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) ini dapat
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah studi ini dan
sebagai masukan/ pertimbangan bagi pemerintah atau instansi terkait
untuk mengatasi permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan
Program Sanimas.
1.4 Ruang Lingkup Studi
1.4.1 Ruang Lingkup Materi
Materi yang menjadi pokok pembahasan dalam studi ini adalah
melakukan penilaian mengenai efektivitas dari pelaksanaan program
Sanimas di Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah Studi
Penelitian mengenai Program Sanimas ini di batasi pada
Program Sanimas yang dilaksanakan di Kampung Pulo, Desa Gintung
Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.
1.5 Sistematika Pembahasan
BAB I : Pendahuluan
Bab ini merupakan bab pengantar yang menjelaskan alasan
latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta
sistematika pembahasan.
BAB II : Landasan Teori
Membahas semua teori yang relevan dan mendukung topik
permasalahan yang sedang diteliti.
BAB III : Metodologi Penelitian
Menjelaskan tempat penelitian, metode penelitian, sumber
dan metode pengumpulan data, serta metode analisis data.
BAB IV : Gambaran Umum Wilayah Studi
Menjabarkan lebih jelas mengenai gambaran wilayah studi,
gambaran kependudukan, penjelasan mengenai profil
ekonomi dan sosial gambaran fisik lingkungan dan proses
pelaksanaan kegiatan Sanimas di wilayah studi.
BAB V : Analisis Permasalahan
Menyajikan analisis dari permasalahan Sanimas yang
ditemukan dilapangan, berdasarkan perspektif perencanaan,
kelembagaan, penggunaan sarana, dan kesehatan
lingkungan.
BAB VI : Rekomendasi Dan Kesimpulan
Menyajikan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah
dilakukan oleh penulis serta memberikan rekomendasi.
1.6 Kerangka Pemikiran
Latar Belakang Permasalahan
1. Sanitasi merupakan salah satu infrastruktur daerah yang di bangun untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
2. Tidak memadainya sanitasi akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan.
3. Program SANIMAS adalah Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Fakta awal menunjukkan Program Sanimas di Kampung Pulo kurang optimal misalnya jumlah masyarakat pengguna menjadi berkurang dibandingkan dari target yang direncanakan
Hasil pelaksanaan Sanimas berdasarkan fakta lapangan
Analisis Kesehatan
Lingkungan
Analisis Kelembagaan
Analisis Perencanaan
Program Sanimas di Kampung Pulo
gkat Efektivitas Program SANIMAS tor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program Sanimas
Rekomendasi
Analisis Penggunaan
Sarana
Identifikasi
2. Tin3. Fak
Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pelayanan Publik
Pelayanan publik pada hakekatnya adalah pelayanan kepada
pengguna jasa layanan dalam hal ini adalah masyarakat dalam arti luas,
sehingga apapun bentuk dan model pelayanan yang diberikan
semestinya orientasi adalah untuk masyarakat itu sendiri (R. Ferry
Anggoro Suryokusumo, 2008: 9).
Setiap golongan masyarakat harus mendapatkan hak yang sama
untuk menikmati layanan yang diberikan oleh penyedia layanan.
Masyarakat juga harus diberikan peluang untuk berkontribusi dalam
peningkatan pelayanan, baik dalam bentuk penyampaian aspirasi
langsung ataupun tidak langsung yang fasilitasnya semestinya
disediakan oleh penyedia layanan secara terbuka dan transparan.
Peningkatan dan perbaikan layanan kepada publik yang
dilakukan secara berkelanjutan dan ditujukan kepada masyarakat tanpa
pembedaan serta dukungan sarana dan prasarana penunjang akan
berdampak pada tingkat kepercayaan dan apresiasi masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan sehingga masyarakat pun akan lebih minded
(berpikir) untuk senantiasa menggunakan layanan yang disediakan.
2.2 Teori Efektivitas
Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai
suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi
tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu
serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya
(Steers, 1985:87 dalam www.komengpoenya.blog)
Efektivitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan
atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari
produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang
maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,
kuantitas dan waktu.
Efektivitas dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau
keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana
yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga
tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan
(Martoyo, 1998:4). Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas,
dipahami bahwa efektivitas dalam proses suatu program yang tidak
dapat mengabaikan target sasaran yang telah ditetapkan agar
operasionalisasi untuk mencapai keberhasilan dari program yang
dilaksaksanakan dapat tercapai dengan tetap memperhatikan segi
kualitas yang diinginkan oleh program.
Menurut Richard Steer dalam Halim (2001), efektivitas harus dinilai
atas dasar tujuan yang bisa dilaksanakan bukan atas dasar konsep tujuan
yang maksimum.
2.3 Partisipasi masyarakat
Menurut kamus tata ruang pengertian partisipasi adalah ikut
serta secara aktif dalam suatu kegiatan, misalnya dalam proses atau
persiapan perencanaan dan pembangunan kawasan atau bangunan.
Menurut Chambers, partisipasi dalam artian keterlibatan satu
pihak terhadap lain dan yang keterkaitan dengan lokal berarti suatu
keterlibatan komuitas lokal terhadap suatu proses pembangunan.lokal
yang dimaksud berarti mencakup masyarakat suatu wilayah. (Chambers
1974, dalam Amri Marzali, 2003).
Menurut Hans H. Munker, partisipasi masyarakat adalah
”kelompok target yang menjadi sasaran dari proyek dan program-
program untuk kaum miskin sejak permulaan harus memainkan peran
aktif dalam penetapan tujuan dan prioritas-prioritas dalam perencaanaan
proyek atau program-program dalam perencanaan proyek serta terlibat
dalam evaluasi setiap langkah yang diambil. (Hans H muker dalam Noor
Indah Yanti, 2006).
Masalah yang berkenaan masyarakat lokal kaitannya dengan
pemberian kesempatan berpartisipasi. Tidak mempedulikan partisipasi
dan aspirasi masyarakat dapat mengakibatkan kegagalan proyek.
Sehingga untuk masalah partisipasi masyarakat dilakukan dengan sangat
hati-hati dan memerlukan suatu pendekatan tersendiri untuk meneliti
terlebih dahulu pada bidang-bidang apa saja masyarakat dapat dan tidak
mangganggu jalannya suatu proyek.
Keberhasilan proyek banyak tergantung pada software
partisipasi. Seperti, adanya bentuk-bentuk sosial di masyarakat lokal
yang merupakan daya tampung dan sekaligus daya dukung sosial suatu
proyek, berjalannya informasi dari masyarakat karena adanya saluran
komunikasi yang jelas, kajian evaluasi berjalan dan sistem pelatihan.
Semua ini membuat teknologi jadi berguna dan bekerja.
Usaha yang harus dilakukan untuk membawa masyarakat
terlibat dalam perencanaan dan implementasi proyek yaitu :
a. Memberikan training.
b. Penelitian pendukung.
c. Evaluasi.
d. Menyediakan staff yang ahli dalam mengembangkan pola
organisasi yang memadai dan sabar.
Partisipasi yang tinggi akan menciptakan kemandirian dan
keswadayaan masyarakat dalam pembangunan. Oleh karena itu LSM
dibutuhkan untuk mendorong partisipasi serta kemandirian dan
keswadayaan masyarakat terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
2.4 Kebijakan Nasional Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat.
Tujuan dari program penyehatan lingkungan (Tuti Kustiah,
2005: 3) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Dengan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana
penyehatan lingkungan diharapkan derajat kesehatan masyarakat
meningkat Dengan peningkatan tersebut maka produktivitas akan
meningkat, dengan peningkatan produktivitas maka kesejahteraan akan
meningkat yang pada akhirnya kualitas hidup masyarakat akan
meningkat. Kebijakan penyehatan lingkungan di Indonesia disusun
berdasarkan kebijakan nasional sebagai berikut :
1. GBHN 1999 - 2004 (Tap No IV/MPRf1999), Butir F. Sosial
Budaya, Ayat 1.a :Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma
sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi
sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut. Kajian
Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat.
2. Undang-undang No 23 Tahun 1997 Pasal 3 : Mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.
3. Undang-undang No 32/2004 : Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten,
dan Daerah Kota berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat.
4. PROPENAS 2000 - 2004 ( Undang-undang No 25 Tahun 2000),
Bab VIII, Pembangunan Sosial dan Budaya Butir C, Program II
Pembangunan, Ayat b. Perilaku Sehat dan Pemberdayaan
Masyarakat : Sasaran khusus program ini adalah :
a) Meningkatnya perwujudan dan kepedulian perilaku hidup
bersih dari sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
b) Berkembangnya sistem jaringan dukungan masyarakat,
sehingga pada akhirnya kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan masyarakat dapat meningkat.
2.5 Pengertian Sanitasi
Menurut UU No.7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air,
yang dimaksud dengan sanitasi adalah limbah dan persampahan.
Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, sanitasi diartikan sebagai
pemelihara kesehatan lingkungan. Sedangkan menurut kamus tata ruang,
sanitasi yaitu kebersihan, menjaga kesehatan, usaha menciptakan dan
membina keadaan yang baik di bidang kesehatan lingkungan,
masyarakat.
Dari pengertian –pengertian tersebut maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sanitasi adalah upaya pemelihara kesehatan dalam
hal ini kebersihan dari limbah dan persampahan guna menciptakan dan
membina keadaan yang baik di bidang kesehatan lingkungan dan
masyarakat karena sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia.
Kualitas sanitasi merupakan salah satu prioitas utama dalam
peningkatan dan menjaga derajat kesehatan masyarakat sehingga apabila
tidak memadainya sanitasi maka akan berdampak buruk terhadap
kondisi kesehatan lingkungan .
Dan ini telah menjadi salah satu target dalam tujuan
pembangunan millenium (MDG’s). Kualitas sanitasi ini didukung oleh
ketersediaan fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat teknis dan
kesehatan. Fasilitas sanitasi yang kerap disebut sebagai fasilitas sanitasi
dasar adalah jamban.
Dampak yang ditimbulkan apabila jamban yang dibangun tidak
sesuai syarat teknis dan kesehatan antara lain pencemaran air tanah,
pencemaran air muka permukaan, dan penurunan derajat kesehatan
masyarakat akibat timbulnya penyakit-penyakit menular (Laporan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, 2004).
Untuk itu diperlukan berbagi langkah untuk mengurangi
dampak-dampak tersebut. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut (Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Millenium, 2007) :
• Mengembangkan kerangka kebijakan dan institusi. Kepastian
pembagian peran di antara institusi yang terlibat, termasuk
menetapkan institusi yang memegang peran utama dalam
pembangunan air limbah sangat diperlukan untuk meningkatkan
kualitas sanitasi.
• Mengubah perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan seperti
kamapanye publik, mediasi dan fasilitasi kepada masyarakat
mengenai perlunya perilaku hidup bersih dan sehat perlu
digalakkan. Perubahan perilaku masyarakat juga diperlukan untuk
mengembangkan budaya penghargaan dan hukuman terhadap
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan.
• Meningkatkan kapasitas masyarakat berdasarkan pendekatan
tanggap kebutuhan (demand responsive approach/ demand driven),
partisipatif, pilihan yang diinformasikan, keberpihakan pada
masyarakat miskin, gender, pendidikan dan swadaya
• Mengembangkan model penyediaan fasilitasi dasar seperti program
Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat). Hal ini menjadi jalan
keluar untuk lahan perkotaan yang sempit, yakni dengan
menyediakan sistem pengolahan tinja komunal.
• Mengembangkan sistem database dan informasi untuk sanitasi
dasar. Sistem database yang baik akan bermanfaat dalam
pengalokasian sumber-sumber pembiayaan sanitasi dasar kepada
masyarakat secara optimal.
Memperbaiki ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi yang
cukup, dan tingkah laku yang higienis merupakan hal-hal yang vital dan
saling mengisi satu sama lain dalam sektor penyediaan air dan sanitasi.
Sehingga jika hanya melakukan investasi pada salah satu aspek tersebut
tanpa melibatkan aspek lainnya, maka akan menimbulkan resiko
terhadap kesehatan masyarakat dan tidak akan menyelesaikan
permasalahan kesehatan masyarakat.
2.6 Pengertian air dan Kriteria Mutu Air
Kegiatan sanitasi tidak lepas dari penggunaan air, pengertian
air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, air yang
dimaksud adalah semua air yang terdapat di atas dan dibawah
permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Namun apabila air yang
digunakan kualitasnya buruk maka akan mengakibatkan kondisi
lingkungan hidup menjadi buruk hal itu terjadi karena turunnya kualitas
air sampai dengan tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk menentukan air tersebut
layak atau tidak layak digunakan dilihat dari baku mutu air, pengertian
dari Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu :
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku
air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Kriteria mutu air berdasarkan kelas dapat dilihat pada lampiran
D.
2.7 Program SANITASI Oleh Masyarakat (SANIMAS)
Program Sanimas merupakan salah satu implementasi dari
kebijakan pemerintah di bidang penyehatan lingkungan. Program
SANIMAS (Sanitasi Oleh Masyarakat) adalah kegiatan pada proyek
yang bertujuan mempromosikan dan menciptakan beragam contoh
Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM)2 serta menggali hasil
pembelajarannya untuk direplikasikan oleh kelompok masyarakat atau
untuk skala yang lebih luas. Kegiatan ini merupakan bagian dari uji coba
(pilot project) yang dikembangkan oleh WASPOLA, yaitu sebuah
kerjasama pembangunan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Australia di bawah koordinasi Water and Sanitation Program for East
Asia and the Pacific (WSP-EAP)3. BORDA, sebuah Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) yang berpusat di Jerman, bekerjasama dengan
jaringan LSM Indonesia telah diberi tanggung jawab sebagai pelaksana
proyek SANIMAS untuk membantu masyarakat, pemerintah daerah dan
fasilitator setempat dalam merancang, merencanakan dan melaksanakan
kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM).
Gambaran SBM di sini adalah sebuah jaringan pengelolaan
tinja dengan investasi murah yang menghubungkan sarana sanitasi
perumahan melalui jaringan perpipaan dengan instalasi pengolahan tinja
(IPAL). Untuk tipe pemukiman masyarakat miskin kota yang bermukim 2 Adalah pengelolaan sanitasi yang seluruh prosesnya dikelola masyarakat sejak menggagas ide, merencanakan, konstruksi hingga operasional dan maintenance. 3 WSP-EAP merupakan lembaga di bawah Bank Dunia, yang kegiatannya difokuskan pada pengembangan kebijakan sector, praktek dan kapasitas pelayanan untuk kelompok miskin. Lihat www.wsp.org
di rumah atau kamar sewa, telah dibangun sarana umum berupa tempat
mandi, cuci dan kakus (MCK) yang dilengkapi kamar untuk mencuci,
mandi dan jamban yang juga dihubungkan dengan IPAL. Selain sarana
sanitasi, pelayanan air bersih juga tersedia di MCK.
Dalam konteks SANIMAS, sanitasi hanya terbatas pada
pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah akhir tinja.
2.7.1 Tahapan Pelaksanaan Program SANIMAS
Tahapan pelaksanaan SANIMAS meliputi : Persiapan, Seleksi
Kabupaten/ Kota, Seleksi Lokasi, Penguatan Kelembagaan, Penyusunan
RKM (Rencana Kegiatan Masyarakat), Konstruksi, Operasi dan
Pemeliharaan sarana terbangun. (Panduan Umum Pelaksanaan
SANIMAS, 2006).
1. Persiapan
Persiapan SANIMAS meliputi :
a. Sosialisasi kegiatan SANIMAS kepada seluruh pemerintah
kabupaten/ kota pada akhir tahun anggaran sebelumnya yang
diselenggarakan oleh Dinas PU/ Cipta Karya Provinsi.
b. Penyampaian surat pernyataan minat oleh pemerintah Kabupaten/
Kota untuk ikut serta dalam kegiatan SANIMAS.
c. Workshop regional yang dilaksanakan oleh Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP), Dep.
Pekerjaan Umum.
d. Penyampaian surat minat oleh pemerintah Kabupaten/ Kota untuk
ikut serta dalam kegiatan SANIMAS bagi pemerintah Kabupaten/
Kota yang belum menyampaikan.
2. Seleksi Kabupaten/ Kota
Kriteria seleksi Kabupaten/ Kota :
a. Mengirim Surat Minat ditandatangani Walikota/ Bupati atau Pejabat
yang berwenang untuk implementasi SANIMAS.
b. Ada Dinas Pertanggungjawab yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota.
c. Berminat untuk melaksanakan kegiatan SANIMAS secara
partisipatif.
d. Terdapat lingkungan yang rawan sanitasi dan padat penduduk
perkotaan di wilayah permukiman perkotaan.
e. Bersedia kontribusi tunai berupa Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM) sampai 60% (± sebesar Rp. 200 juta) untuk biaya fisik, dan
in-kind yaitu berupa sarana kantor dan staf dinas penanggung
jawab sebagai fasilitator.
f. Road Show terhadap Kabupaten/ Kota terpilih untuk meninjau
calon lokai SANIMAS, mempersiapkan penandatanganan Nota
Kesepakatan dan pemilihan TFL (Tim Fasilitator Lapangan).
g. Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Pusat,
Pemerintah Propinsi, Kabupaten/ Kota, Konsultant pendamping dan
diketahui oleh Bappenas.
3. Seleksi Lokasi
a. Seleksi lokasi dimulai dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota
menetapkan atau mengusulkan calon lokasi penerima SANIMAS
dalam bentuk daftar- panjang permukiman/ kampung/ kelurahan.
b. Penetapan daftar-panjang didasarkan pada wilayah yang merupakan
prioritas perencanaan sarana dan prasarana air limbah kota. Oleh
karena itu perlu disusun pemetaan prasarana dan sarana air limbah
sehingga pendekatan menjadi lebih komprehensif.
Daftar Panjang merupakan data sekunder calon lokasi yang
diusulkan oleh pemerintah daerah kota/ kabupaten pada saat MoU
(nota kesepakatan), dengan ketentuan memiliki kelayakan sebagai
berikut :
Kepadatan > 700 jiwa/ Km² (wilayah Jawa dan Bali)
Kumuh secara fisik
Lingkungan masyarakat berpendapat rendah (kumuh miskin,
bukan kumuh kaya)
Memiliki masalah kesehatan/ kasus diare kejadian luar biasa
Terdapat masalah fisik sanitasi
Selalu masuk di semua program penataan kampung kumuh/
penataan kawasan di semua dinas.
c. Pemerintah Kabupaten/ Kota bersama dengan fasilitator
pendamping ( BORDA atau Konsultant) akan menyusun daftar-
pendek sesuai persyatan teknis minimal yang ditetapkan dan
melalui pengecekan lapangan.
Daftar pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan
hasil survey dan identifikasi daftar panjang (longlist) yang
dilakukan TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan sanitasi
berbasis masyarakat (SANIMAS) berdasarkan criteria kelayakan
maksimal. Tujuan penyusunan daftar pendek adalah mempermudah
dan mengefektifkan sosialisasi stakeholderkampung dan seleksi
kampung sasaran program.
Syarat kriteria kelayakan lokasi sasaran sanitasi berbasis masyarakat
(SANIMAS) adalah :
Terdaftar dalam administrasi pemerintahan Kota/ Kabupaten &
cakupan 50-100 KK-RT/RW/Lingkungan Kampung.
Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak untuk segera
ditangani.
Tersedia lahan :
a. Luas minimal 100 m² ( Untuk Simplified Sewerage System
(SSS) atau komunal).
b. Luas minimal 150 m² (untuk Community Sanitation Center
(CBS) atau ++mck .
c. Jarak dengan jalan besar ± 100 m.
Tersedia sumber air (PDAM, sumur gali, mata air), dan saluran
untuk pembuangan air limbah (saluran drainase/ sungai).
Bersedia untuk berkontribusi (in cash + in kind).
Tertarik untuk mengimplementasikan sanitasi berbasis
masyarakat (SANIMAS).
d. Kegiatan Seleksi Kampung
Kegiatan seleksi kampung dilakukan dengan metode Rapid
Participatory Assesment (RPA) dan Community Self Selection
Stakeholder Meeting.
Rapid Participatory Assesment (RPA)
Rapid Participatory Assesment (RPA) merupakan metode yang
digunakan untuk melakukan pemetaan kondisi sanitasi masyarakat,
masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan untuk emecahkan masalah
sanitasi secra cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau bersama-sama
masyarakat setempat melalui teknik RPA yaitu : Timeline, Leader 1,
Transect WALK, Venn Diagram dan Problem Tree.
Alasan penggunaan metode ini adalah :
1. Memposisikan masyarakat sebagai subyek
2. Memberikan “ruang” kepada masyarakat untuk menyampaikan
aspirasi dan keinginannya.
3. Sebagai salah satu media pemberdayaan masyarakat pada
tingkat bawah.
Dalam tahap implementasi SANIMAS, RPA dilakukan setelah
kegiatan presentasi Konsep SANIMAS kepada stakeholder masyarakat,
RPA akan dilakukan hanya jika ada undangan atau permintaan dari
masyarakat setelah mereka memahami konsep SANIMAS melalui
presentasi. Hal ini sesuai dengan Demand Responsive Approach (DRA),
dimana undangan/ permintaan menjadi salah satu indicator kebutuhan
untuk memecahkan sanitasi yang dihadapi.
Hasil RPA ini akan dipresentasikan pada sesi Seleksi Lokasi Sendiri
oleh masyarakat bersama-sama dengan hasil RPA dari kampung lain
dalam 1 Kabupaten/ Kota. Sesi ini dinamakan Self Selection Stakeholder
Meeting, yang bertujuan untuk menentukan lokasi masyarakat yang
paling siap untuk implementasi SANIMAS.
Untuk menilai kesiapan masyarakat akan diukur dengan 5 variabel
yaitu :
1. Pengalaman membangun infrastruktur kampung.
2. Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi.
3. Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi.
4. Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola sanitasi.
5. Prioritas perbaikan sanitasi.
Penentuan kampung yang lolos seleksi didasarkan pada total skor
yang dimiliki oleh masing-masing kampung. Logikanya : semakin
miskin kondisi kampung dan semakin besar tingkat keswadayaan
masyarakat, maka semakin tinggi skornya, dan begitu pula
sebaliknya. Maka kampung yang mengumpulkan skor nilai tertinggi
yang dianggap paling siap untuk implementasi SANIMAS.
Tabel 2.1 Jenis informasi dan Alat RPA yang Digunakan
No Jenis Informasi RPA Tools
1 Pengalaman membangun infrastruktur
kampung
Timeline
2 Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi Ladder-1
3 Kelayakan teknis untuk infrastruktur
sanitasi
Transect Walk
4 Kesiapan lembaga setempat untuk
mengelola sanitasi
Venn Diagram
5 Prioritas perbaikan sanitasi Problem Tree
Sumber : Panduan Umum Pelaksanaan SANIMAS, 2006.
• Community Self Selection Stakeholders Meeting
Community Self Selection Stakeholders Meeting atau pertemuan
perwakilan kampung dalam proses seleksi pemilihan kampung
merupakan alat untuk menentukan 1(atau lebih sesuai kesiapan dana
Pemerintah Kota/ Kabupaten) lokasi yang paling siap dengan sistem
scoring. Kegiatan tersebut diikuti oleh kampung shortlist yang telah
melaksanakan RPA dengan difasilitasi oleh TFL. Kegiatan tersebut
diawali dengan mengundang masyarakat tiap lokasi/ kampung yang
telah melaksanakan RPA, kemudian wakil masyarakat tiap kampung
mempresentasikan hasil RPA langkah terakhir dengan difasilitasi oleh
TFL dan dilakukan perhitungan hasil scoring tiap kampung secara
terbuka.
4. Penyusunan RKM
a. Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) merupakan bukti dokumen
resmi perencanaan perbaikan sanitasi oleh masyarakat, sekaligus
sebagai dasar untuk pencairan dana/ material dari berbagai
stakeholder yang telah meberikan komitmen, RKM SANIMAS
hanya dilakukan oleh masyarakat yang kampungnya terseleksi
sebagai lokasi.
b. Lokasi terpilih menyusun Rencana Kerja Msyarakat (RKM)
SANIMAS berupa pemilihan teknologi sanitasi, calon penerima
manfaat, pembentukan, forum penguna, pembentukan KSM, DED
& RAB, jadwal konsrtruksi, rencana kontribusi, rencana pelatihan
serta rencana pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas air limbah
yang dibangun.
c. Dokumen perencanaan SANIMAS diusulkan dan disahkan
dalam forum musyawarah di kelurahan tempat/ lokasi pelaksanaan
SANIMAS.
5. Konstruksi
a. Tahapan pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh masyarakat calon
pengguna dengan didampingi oleh TFL dan pengawas teknis
konsultan pendamping.
b. Konstruksi dilakukan setelah RKM selesai disusun dan disahkan
oleh para wakil stakeholder.
c. Kegiatan konstruksi dapat dilakukan oleh pihak ketiga jika ada
kesepakatan bersama masyarakat.
6. Operasi dan Pemeliharaan
a. Setelah konstruksi selesai dilaksanakan diperlukan pengoperasian
dan pemeliharaan yang tepat agar sarana yng dibangun dapat
berfungsi dengan baik dan berkelanjutan.
b. Sarana yang sudah dibangun dikelola oleh KSM pengelolaan
tersebut dapat menggunakan kelembagaan masyarakat yang sudah
ada ataupun dengan membentuk kelembagaan baru sesuai dengan
kebutuhan. Proses pengelolaan dilakukan berdasarkan hasil
musyawarah masyarakat pengguna. Pada tahap ini masyarakat
memperoleh fasilitas baik dan aparat, tenaga pendamping maupun
pihak-pihak lain yang berkompeten.
c. Mekanisme pengelolaan pada tahap pemanfaatan dilakukan
sebagaimana proses pelaksanaan kegiatan SANIMAS dimana
proses musyawarah, transparansi, akuntabilita public maupun
kontrol social dapat tetap berjalan.
d. Operasi dan pemeliharaan dilakukan oleh operator yang ditunjuk
oleh KSM sesuai dengan petunjuk operasional (SOP).
7. Penguatan Kelembagaan Masyarakat
Penguatan kelembagaan dalam SANIMAS ditekankan pada upaya
peningkatan kapasitas/ pengetahuan maupun keterampilan bagi
fasilitator dan masyarakat penerima manfaat SANIMAS. Untuk itu
penguatan kelembagaan tersebut bertujuan mendukung pencapaian
sasaran program SANIMAS. Penguatan kelembagaan masyarakat
berupa pengorganisasian masyarakat & pengembangan institusi lokal :
identifikasi seleksi dan implementasi pilihan-pilihan teknologi sanitasi
berbasis masyarakat, dan penerapan Perilaku Hidup Sehat dalam bentuk
pelatihan dan sosialisasi yang meliputi :
a. Pelatihan terhadap TFL (RPA & RKM) : Dalam pelatihan ini para
TFL disiapkan untuk memfasillitasi masyarakat dalam penilaian
kondisi sanitasi secara tepat dan mendampingi masyarakat dalam
menyusun RKM.
b. Pelatihan terhadap KSM : Dalam pelatihan ini ketua dan bendahara
dibekali pengetahuan tentang organisasi dan pengelolaan
administrasi keuangan.
c. Pelatihan terhadap mandor & tukang : Dalam pelatihan ini mandor
dana tukang disiapkan untuk membangun sarana SANIMAS terpilih
sesuai dengan DED yang telah disusun.
d. Pelatihan terhadap operator : Dalam pelatihan ini operator disiapkan
untuk mengoperasikan dan memelihara sarana SANIMAS.
e. Sosialisasi terhadap kelompok pengguna : Dalam kegiatan ini
kelompok masyarakat calon pengguna diberi penjelasan mengenai
Pola Hidup Sehat (PHS) dan tata cara penggunaan sarana
SANIMAS.
8. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
a. KSM ditetapkan dalam Musyawarah Masyarakat calon penerima
manfaat dan disaksikan oleh Kepala Desa/ Lurah dan diketahui
Camat.
b. KSM bertugas :
• Memfasilitasi pemilihan/ penentuan lokasi survey kajian cepat
yang partisipatif (RPA).
• Memfasilitasi pembentukan KSM penerima manfaat.
• Memonitor/ mengawasi pelaksanaan proyek.
• Mengidentifikasi permasalahan prasarana dan kebutuhan akan
sanitasi di tingkat desa/ kelurahan/ masyarakat.
• Membuat usulan kegiatan sesuai hasil musyawarah masyarakat
calon penerima manfaat dan jenis teknologi sanitasi yang akan
dibangun, dengan didampingi oleh LSM dan tenaga fasilitator.
• Menyetujui rencana kerja dan rencana pelaksanaan fisik yang
disusun oleh masyarakat calon penerima manfaat.
• Menandatangani kontrak kerja apabila pekerjaan konstruksi
dikerjakan oleh pihak ketiga/KSO.
• Menyusun Laporan pelaksanaan kegiatan (laporan penggunaan
dana dan laporan harian) dan mengajukan kepada Satker/
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
• Menyusun dan mengajukan anggaran kepada Satker/ Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK).
• Menyelenggarakan dan menyampaikan laporan pertanggung
jawaban pelaksanaan kegiatan, penggunaan dana, kemajuan
pelaksanaan kegiatan dan hasil akhir pelaksanaan kegiatan
melalui forum musyawarah desa dan menempelkan di papan-
papan informasi, kemudian menyampaikannya kepada Pemda.
• KSM dibentuk berdasarkan musyawarah masyarakat calon
penerima manfaat yang pembentukkannya difasilitasi oleh
Fasilitator dari LSM setempat dan disaksikan oleh Kepala Desa
yang diketahui oleh Camat.
• Susunan pengurus KSM minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Tenaga Teknis dan Anggota.
• Dalam KSM dapat dibentuk Kelompok Pemanfaat dan
Pemelihara (KPP).
9. Monitoring dan Evaluasi
a. Monitoring dilakukan oleh semua stakeholder pada berbagai
tingkatan. Fasilitator dan KSM membuat laporn secara periodic
sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan, sedangkan
pengawasan yang dilakukan oleh aparat fungsional dalam
mekanisme pengawasan pembangunan dimaksudkan agar
penyelenggraan SANIMAS dapat dipertanggungjawabkan.
Monitoring dilakukan sejak tahap rembug warga tahap pertma,
untuk menjaga dilaksanakannya prinsip-prinsip dasa SANIMAS.
b. Evaluasi dilakukan oleh instansi terkait di berabagai tahapan
pelaksanaan sejak Perencanaan hingga akhir konstruksi untuk
memperoleh gambaran hasil yang dicapai beserta factor-faktor
penyebabnya baik kelemahan maupun kekuatannya. Hasil evaluasi
tersebut merupakan dasar penyempurnaan SANIMAS untuk masa
selanjutnya. Evaluasi pelaksanaan SANIMAS akan mengacu pada
pencatatan terhadap pencapaian indicator-indikator kinerja, yang
selanjutnya direalisasikan dalam format-format baku yang bisa
dibaca secara kuantitatif.
10. Sumber Pendanaan
Secara umum dana kegiatan SANIMAS per lokasi kegiatan berasal
dari 4 sumber yaitu : Pemerintah pusat, APBD, Donor (LSM donator)
serta Masyarakat (lihat Gambar 2.1).
Gambar 2.1 Bagan Sumber Pendanaan
Hal ini membuktikan bahwa kegiatan sanitasi dapat bersumber dari
beberapa sumber (multi-sources) tergantung kepentingan dan
kebutuhannya.
Pola pendanaan dan kontribusi di kegiatan SANIMAS terdiri dari 2
macam yaitu : cash (tunai) dan in-cash (material/ lahan)
Metode pencairan dana adalah sebagai berikut :
Sanitasi Berbasis Masyarakat
• Dana yang bersumber dari pemerintah pusat dalam bentuk material
dicairkan melaui Satuan Kerja Peningkatan Kinerja Pengelolaan
Penyehatan Lingkungan Permukiman Propinsi dalam bentuk in-
cash per lokasi. Pengadaannya melaui tender dan disalrkan ke
masyarakat sesuia dengan kesepakatan.
• Dana yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam
bentuk cash (upah) dan in-cash (material dan lahan). Proses
pencairan/ pengadaan sesuai dengan proposal KSM saat
mengajukan rencana kegiatan masyarakat.
• Dana yang bersumber dari swasta/LSM Donatur dalam bentuk cash
dan in-cash.
• Dana yang bersumber dari masyarakat berupa cash dan in –cash.
Semua dana cash (tunai) ditransfer ke rekening KSM
SANIMAS yang dibuka di bank setempat. Rekening bank dibuka tas
nama tiga Itiga) pihak yaitu : KSM (wakil masyarakat), bendahara KSM
dan Pimpinan Kegiatan/ fasilitator (wakil pemerintah Kota/ Kabupaten).
Untuk memonitor dan mengawasi progress keuangan maka
KSM membuat Jurnal Keuangan, yang dibuat tiap minggu oleh KSM
dan diinformasikan kepada masyarakat. Sedangkan laporan akhir
keuangan dibuat oleh KSM SANIMAS setelah semua pekerjaan
konstruksi selesai disertai bukti-bukti semua transaksi.
11. Rencana Pembiayaan
Untuk setiap lokasi diperlukan konstribusi pendanaan dari masing-
masing pemangku kepentingan sebagai berikut :
a. Biaya Pemberdayaan dan Pendampingan dibiayai dari APBN
khususnya untuk senior TFL dan beberapa pelatihan : dana APBD
sebesar 15 dari nilai RAB plus LSM (BORDA) sebesar 15% dari
nilai RAB untuk kegiatan pemberdayaan.
b. Biaya Konstruksi dibiayai oleh :
• Pemerintah Pusat (APBN) sebesar 100 juta (untuk pengadaan
material).
• Pemerintah daerah (APBD) minimal 200 juta (biaya untuk
material, upah).
• Swadaya Masyarakat.
• Kontribusi dari masyarakat berupa dana tunai (on cash) sebesar
2-4 % serta kontribusi dalam bentuk barang (in kind) berupa
lahan, tenaga kerja, material, dan lain-lain).
• Dana pihak swasta/ LSM dapat dikumpulkan melalui beberapa
upaya yang lain saling menguntungkan.
c. Biaya Operasional di tanggung oleh masing-masing stakeholder.
2.7.2 Pendekatan, Prinsip dan Pola Penyelengaraan Program
SANIMAS4.
A. Pendekatan Program SANIMAS
Program SANIMAS menggunakan pendekatan pemberdayaan
masyarakat melalui :
1. Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah, dimana
orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil
ditujukan kepada penduduk miskin yang bermukim di permukiman
padat perkotaan berdasarkan kebutuhan.
4 Idem no 5
2. Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh
kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pengelolaan hasilnya.
3. Mendorong prakarsa local dengan iklim keterbukaan, dimana
masyarakat menyampaikan permasalahan dan merumuskan
kebutuhannya secara demaokratis dan transparan.
4. Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan
pengelolaan.
5. Keswadayaan, dimana kemampuan masyarakat menjadi factor
pendorong utama dalam keberhasilan kegiatan baik perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan maupan pemanfaatan, hasil kegiatan.
Adapun pengertian dari Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam
kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.
Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan
yang diarahkan kepada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat
yang digerakkan secara stimultan. Perpaduan dua komponen tersebut
akan menghasilkan kemampuan, kemandirian, kinerja dan karya kepada
penggerak maupun masyarakat yang digerakkan sehingga berdampak
pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan kelembagaannya.
Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat,
adalah masyarakat yang madiri, berswadaya, mampu mengadopsi
inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan. Beberapa siri atau
karateristik dari masyarakat yang telah berdaya adalah diantaranya
(Dunham, 1996 dalam Ambar : 2004) :
• Terbuka.
• Mandiri atau mampu menolong dirinya sendiri
• Memiliki kepercayaan diri untuk berswadaya.
• Mengetahui keunggulan/ potensi pada masyarakatnya sehingga
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan
permasalahnnya.
Dalam konteks good governance ada tiga pilar yang harus
menopang jalannya proses pembangunan, yaitu : masyarakat sipil,
pemerintah dan swasta. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa SDM/
Masyarakat menjadi pilar utama yang harus diberdayakan (Ambar :
2004).
B. Prinsip-Prinsip SANIMAS
Prinsip dasar SANIMAS adalah :
1. Program ini bersifat tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak
mengikuti SANIMAS akan bersaing mendapatkan program ini
dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk
melaksanakan sistem sesuai pilihan mereka
2. Pengambilan keputusan berada sepenuhnya di tangan masyarakat,
peran LSM/ Swasta, sedangkan pemerintah hanya sebatas sebagai
fasilitator.
3. Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun, dan
mengelola sistem yang mereka pilih sendiri dengan di fasilitasi oleh
LSM atau konsultan pendamping yang bergerak secara profesional
dalam bidang teknologi pengolahan limbah maupun bidang sosial.
4. Pemerintah daerah tidak sebagai pengelola sarana, hanya
memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat.
Prinsip penyelenggaraan SANIMAS adalah :
1. Dapat diterima
Pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh
dukungan dan diterima masyarakat.
2. Transparan
Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat dan aparatur sehingga dapat diawasi dan
dievalusi oleh semua pihak.
3. Dapat dipertanggung jawabkan
Pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
seluruh lapisan masyarakat.
4. Berkelanjutan
Pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat secara berkelanjutan, yaitu ditandai dengan adanya
manfaat bagi pengguna serta pemeliharaan dan pengelolaan sarana
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat pengguna.
c. Pola Penyelenggaraan SANIMAS
Pola penyelenggaraan SANIMAS dilakukan oleh masyarakat
dengan difasilitasi Lembaga Sawadaya Mayarakat (LSM) atau
konsultant pendamping yang memiliki kemampuan teknis dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2.7.3 Tujuan, dan Indikator Keberhasilan penyelenggaraan
Program SANIMAS.
a. Tujuan Program SANIMAS
Tujuan dari program SANIMAS adalah
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pola
hidup sehat.
2. Meningkatkan peran serta dan pelibatan masyarakat.
3. Membina organisasi/ kelompok masyarakat.
4. Memfasilitasi masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana
air limbah.
5. Membina masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana air
limbah.
b. Tingkat indikator keberhasilan penyelenggaraan Pembangunan
SANIMAS
Tingkat indikator keberhasilan penyelenggaraan Pembangunan
SANIMAS di tentukan dengan indikator sebagai berikut :
1. Masyarakat mempunyai akses yang lebih mudah, murah dan
memenuhi syarat kesehatan dalam penggunaan sarana sanitasi.
2. Terciptanya kebersihan dan kenyamanan lingkungan di sekitar
lokasi sasaran sehingga mempunyai dampak berkurangnya tingkat
penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia.
3. Terbentuknya lembaga masyarakat pengelola yang bertangung
jawab terhadap keberhasilan sarana dan prasarana yang telah
dibangun.
4. Memenuhi 3 Tepat yaitu : tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat
mutu.
c. Sasaran Program SANIMAS
Sasaran dari program ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesehatan lingkungan yang memberikan dampak
langsung kepada masyarakat.
2. Membantu Masyarakat mandiri di bidang pengolahan air limbah
rumah tangga.
2.8 Kesehatan Lingkungan
Para ahli kesehatan masyarakat sepakat dengan kesimpulan
H.L Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap
terciptanya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas
kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain.
Bahkan, lebih jauh menurut hasil penelitian para ahli, ada
korelasi yang sangat bermakna antara kualitas kesehatan lingkungan
dengan kejadian penyakit menular maupun penurunan produktivitas
kerja. Pendapat ini menunjukkan bahwa demikian pentingnya peranan
kesehatan lingkungan bagi manusia atau kualitas sumber daya manusia.
Pengertian sehat menurut WHO adalah “Keadaan yg meliputi
kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan
yg bebas dari penyakit dan kecacatan.”. Sedangkan menurut UU No 23 /
1992 Tentang kesehatan “Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.”
Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi 1976,
dalam Munif Arifin (2009) adalah ”Tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan
kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut
mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
itu.”
Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan
Lingkungan sebagai berikut :
• Pengertian Kesehatan Lingkungan Menurut World Health
Organisation (WHO) pengertian Kesehatan Lingkungan : Those
aspects of human health and disease that are determined by factors
in the environment. It also refers to the theory and practice of
assessing and controlling factors in the environment that can
potentially affect health. Atau bila disimpulkan “Suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.”
• Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan
Indonesia) : Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia.
• Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah :
Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang
diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan
manusia yang semakin meningkat.
2.9 Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum
MCK adalah sarana umum yang digunakan bersama oleh
beberapa keluarga utuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi
permukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi
yaitu antara 300-500 jiwa/ Ha (SNI 03-2399-2002) Tata cara
perencanaan bangunan MCK umum dimaksudkan untuk memberikan
ukuran dan batasan minimum bangunan MCK guna perlindungan
kesehatan dan pembinaan kesejahteraan masyarakat.
Persyaratan lokasi dan waktu tempuh dari rumah penduduk
adalah 2 menit (jarak 100 m), luas daerah pelayanan maksimum untuk 1
MCK adalah 3 ha.
Penyediaan air bersih dari PDAM, air tanah, sumur bor/ gali/
mata air dan kuantitas air untuk mandi 20ltr/org/hr, cuci 15 ltr/org/hr,
kakus 10 ltr/org/hr. Untuk MCK perlu dilengkapi dengan sistem
plambing untuk pipa air bersih, air kotor dan drainase. (SNI 03-2399-
1991).
2.10 Kemitraan
Dalam pembangunan kota, diperlukan kerjasama yang baik
diantara tiga aktor yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta
didukung oleh adanya fungsi keperantaraan, yang biasanya dipegang
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Masing-masing aktor
pembangunan ini menguasai sumber daya pembangunan yang sangat
diperlukan bagi berlangsungnya pembangunan kota. Oleh karena itu
masing-masing aktor pembangunan tidak bisa bertindak secara sendiri-
sendiri melainkan harus bekerjasama sehingga seluruh sumber daya
pembangunan dapat dipergunakan secara bersama dan maksimal dalam
mencapai tujuan bersama.
Kemitraan adalah suatu bentuk persekutuan antara dua pihak
atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar
kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan
kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan
tertent sehingga memperoleh hasil yang lebih baik (Ambar Teguh
Sulistiyani, 2004:129)
Bertolak dari penegertian tersebut, maka kemitaan dapat
terbentuk apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Ada dua pihak atau lebih
• Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan.
• Ada kesepakatan.
• Saling membutuhkan.
Tujuan terjadinya kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang
lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak yang
bermitra.
2.11 Perencanaan
Perencanaan adalah teknik, cara untuk mencapai tujuan, tujuan
untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik (M.L Jhingan dalam
Bachrawi Sanusi, 2000: 9).
Dalam pengertian lain yang dimaksud dengan perencanaan
adalah kegiatan merumuskan keinginan dan cita-cita yang lebih baik
atau lebih berkembang di masa yang akan datang. Di dalam
perencanaan akan selalu terkandung unsur-unsur yang terdiri dari :
a. Unsur keinginan, cita-cita.
b. Unsur tujuan dan motivasi.
c. Unsur sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi).
d. Unsur upaya ’hasil guna’ dan ’daya guna’.
e. Unsur ruang dan waktu.
Faktor-faktor yang sangat menentukan dalam perencanaan dan
perancangan adalah meliputi :
a. Landasan filsafah dan ideologi.
b. Motivasi dan tujuan.
c. Sumber Daya.
d. Teknologi dan ilmu pengetahuan.
e. Personil terampil.
f. Ruang dan waktu.
Untuk berdaya gunanya suatu produk perencanaan dan
perancangan maka dituntut persyaratan dari rencana dan rancangan yaitu
:
a. Suatu rencana atau rancangan harus logis, masuk akal dan dapat
dimengerti.
b. Suatu rencana atau rancangan harus luwes (flexible) karena
dinamika manusia.
c. Suatu rencana harus obyektif dalam arti yang menyangkut
kepentingan umum maupun kepentingan tertentu.
d. Suatu rencana atau rancangan harus memperhatikan kendala dan
limitasi lingkungan baik lingkungan sosial maupun lingkungan
fisik.
Faktor-faktor dan syarat rencana dan rancangan tersebut
merupakan dua hal yang mempunyai kaitan, yaitu bahwa persyaratan
dapat dicapai karena adanya faktor-faktor yang mendukung perencanaan
dan perancangan. Dalam hubungan ini perlu di pahami bahwa rencana
dan rancangan bukan merupakan tujuan dari proses perencanaan dan
perancangan tetapi hanya merupakan alat yang merumuskan dan
mengarahkan untuk mencapai tujuan keinginan dan cita-cita yang lebih
baik dimasa datang.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Pulo,
desa Gintung Kabupaten Tangerang. Penelitian studi ini dilakukan
dengan alasan :
1. Studi ini penting dilakukan dalam mengatasi masalah- masalah tata
ruang khusunya pada bidang infrastruktur sebagai salah satu unsur
pembentuk ruang.
2. Sanitasi merupakan salah satu infrastruktur yang mempunyai
peranan penting karena menguasai hajat hidup orang banyak.
3. Program Sanimas di lokasi studi ini pemanfaatannya kurang
optimal dan kurang berkelanjutan.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang
menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran mengenai
program SANIMAS sehingga secara umum teridentifikasinya efektifitas
program Sanimas bagi masyarakat serta faktor-faktor yang
mempengaruhi efektifitas program tersebut di desa Gintung.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk pemecahan masalah
secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
populasi (Cholid dan Abu Achmadi, 2008 : 44)
Dalam penelitian deskriptif terdapat dua hal penting yaitu
deskripsi dan analisis. Winarno Surakhmad menyatakan pada
hakikatnya. Setiap penelitian mempunyai sifat deskriptif, dan setiap
penelitian mengadakan proses analisis, akan tetapi terutama pada
metode deskriptif, deskripsi dan analisis mendapat tempat yang penting
sekali (Winarno Surakhmad, 1978 : 133 dalam Erwin, 2004 : II-14).
3.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam studi ini diperoleh dari buku-
buku, literatur, jurnal, laporan proyek, hasil survey dan hasil observasi
lapangan.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder.
A. Data Primer
1. Metode Kuesioner
Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang berupa daftar
pertanyaan yang disusun sedemikan rupa untuk dijawab responden.
Kuesioner dapat disebut juga sebagai interview tertulis dimana
responden dihubungi melalui daftar pertanyaan. (M. Hariwijaya dan
Bisri M. Djaelani, 2008 : 43)
Pertanyaan yang diajukan harus terperinci dan lengkap sehingga
responden dapat memahami maksud pertanyaan dan menjawabnya
dengan benar. Penulis menggunakan kuesioner yang bersifat tertutup.
Pertanyaan dikatakan tertutup jika pertanyaan itu jawabannya sudah
ditentukan lebih dahulu sehingga responden tidak diberi kesempatan
memberikan alternatif jawaban. (M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani,
2008 : 43).
2. Observasi Visual
Observasi secara langsung dilakukan untuk mendapatkan data
primer yang diharapkan selama proses penelitian.
B. Data sekunder
Selain data primer, peneliti juga membutuhkan data sekunder yang
relevan guna menunjang terlaksananya penelitian. Data sekunder
tersebut diperoleh dari artikel-artikel media cetak maupun media
elektronik (internet), tinjauan pustaka dari berbagai perpustakaan,
laporan-laporan mengenai SANIMAS dan peraturan-peraturan dari
berbagai instansi terkait.
3.4 Metodologi Survei Metode survei yang digunakan adalah metode : ”sample
survey” dimana dalam metode ini tidak seluruh populasi (obyek
penelitian) diteliti/ dicacah, melainkan hanya sebagian dari populasi
(diambil sampel). Informasi-informasi, yang dapat dikumpulkan
mengenai bagian yang disurvei tadi, dapat diguakan untuk mendapatkan
suatu ”bayangan” atau ”perkiraan” mengenai keseluruhannya.
3.5 Metode Sampling
3.5.1 Teknik Populasi
Menurut Sugiyono (2008: 115) populasi adalah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah
masyarakat target sasaran sarana SANIMAS yang ada di Kampung Pulo
berjumlah 120 KK.
3.5.2 Sampel
Menurut Arikunto (2002 :109) sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan atau purposive
sample dalam metode pengumpulan data melalui wawancara. Sampel
bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan
atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan
tertentu (Arikunto, 2002 : 117)
Menurut Hadi (1986 : 73) dalam menentukan besarnya sampel
tidak ada ketentuan ataupun ketetapan yang mutlak berapa persen
sampel harus diambil dari populasi. Untuk itu diperlukan sebuah
prosedur tertentu yang bisa dijadikan kepastian rata-rata untuk
mengambil besar sampel yang dibutuhkan bagi seorang peneliti.
Arikunto (2002 : 112) berpendapat bahwa jika jumlah subjek besar
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, dan bila populasi kurang
dari 100 dapat diambil semua.
3.5.3 Penentuan Besar Sampel di Wilayah Studi
Menentukan banyaknya jumlah sample populasi yang diambil
dalam penelitian ini adalah dengan berdasarkan prosentase besar
masyarakat Kampung Pulo pengguna sarana SANIMAS yang diperoleh.
Besarnya populasi di wilayah studi adalah jumlah keseluruhan
kepala keluarga yang merupakan target sasaran perencanaan program
SANIMAS yang ada di desa Gintung yang berjumlah 120. Di dalam
penelitian ini populasi tersebut terbagi menjadi dua yaitu masyarakat
yang merupakan pengguna dan masyarakat non pengguna, hal itu di
dapat karena peneliti mendapatkan informasi langsung dari KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat).
Tabel 3.1 Tipe Masyarakat di Wilayah Studi
Tipe Masyarakat Jumlah Masyarakat
(KK)
Persentase
(%)
Masyarakat Pengguna 30 25
Masyarakat bukan
pengguna
90 75
Jumlah Total 120 100
Data : KSM Kampung Pulo, 2008
Arikunto (2002 : 112) berpendapat bahwa jika jumlah subjek
besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25%, dan bila populasi kurang dari
100 dapat diambil semua.
Maka dalam menentukan besarnya jumlah sample populasi,
peneliti menggunakan pendapat atau rumus di atas dikarenakan :
1. Jumlah populasi lebih dari 100.
2. Keterbatasan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
3. Luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek.
Persentase yang diambil untuk sampel yaitu 25% maka
perhitungan untuk besar sample adalah sebagai berikut :
25% x jumlah populasi = jumlah sampel
25% x 120 = 30
Dari hasil perhitungan diperoleh besar sample adalah 30,
selanjutnya sample tersebut dibagi untuk masing-masing tipe
masyarakat sesuai dengan proporsinya dapat dilihat pada tabel 3.2
Tabel 3.2
Jumlah Sampel
Tipe
Masyarakat
Prorporsi
(%)
Jumlah
Sampel Pembulatan
Masyarakat
pengguna 25 7.5 7
Masyarakat
bukan pengguna 75 22.5 23
Jumlah Total 100 30 30
Sumber Data : Hasil analisis tahun 2009.
Maka hasil perhitungan yang didapat untuk masyarakat
pengguna berjumlah 7.5 maka dibulatkan menjadi 7 dan masyarakat non
pengguna berjumlah 22.5 dibulatkan menjadi 23. Pada studi ini survey
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada penghuni yang dalam
hal ini diwakili oleh para kepala keluarga yang telah ditetapkan sebagai
sample.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam
suatu penelitian, karena analisis data berfungsi untuk mengambil
kesimpulan dari sebuah penelitian. Analisis data dilakukan setelah data-
data penelitian terkumpul secara lengkap kemudian data tersebut diolah
dan dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga
dapat menjawab persoalan yang sedang diteliti serta mampu
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah teknik
analisis kualitatif dan deskriptif persentase yang didasarkan untuk
mengetahui keadaan sesuatu yang bersifat kualitatif dengan penafsiran
persentase data kuantitatif melalui metode pengumpulan data yakni
berupa angket (kuesioner).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Frequencie.
Analisa frequencies dipergunakan untuk memperoleh ringkasan suatu
variable individual. Santoso dkk (2001) menyebutkan bahwa menu ini
digunakan untuk menampilkan dan mendeskriptifkan (menggambarkan)
data yang terdiri atas satu variable saja. Jika ada lebih dari satu variable,
variable-variabel tersebut akan ditampilkan terpisah. Menu frequencies
menampilkan setiap data yang ada dan bukan dalam range (interval
data).
Untuk menjawab tujuan penelitian diperlukan beberapa teknik
analisis yang berkaitan dengan efektivitas program SANIMAS di
Kampung Pulo. Teknik analisa tersebut adalah :
A. Analisis Efektivitas Program SANIMAS dari Aspek Perencanaan
Efektivitas program SANIMAS berdasarkan aspek perencanaan
di wilayah kampung Pulo akan dianalisa dengan menggunakan metode
analisa deskriptif dimana sebelumnya akan dilakukan pencarian data-
data proses perencanaan melaui survey sekunder yang didukung hasil
observasi lapangan untuk mengecek sinkronisasi antara data dengan
kondisi eksisting. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui proses
perencanaan yang telah dilakukan sehingga diperoleh efektivitas
program SANIMAS pada aspek perencanaan.
B. Analisis Efektivitas Program SANIMAS dari Aspek Kelembagaan
Analisis efektivitas program SANIMAS dari aspek
kelembagaan dilakukan dengan cara mengidentifikasikan berdasarkan
data sekunder yang diperoleh dari LSM dan Dokumen Rencana
Kelompok Swadaya Masyarakat Kampung Pulo. Hasil yang diperoleh
dari analisis tersebut adalah efektivitas diukur dari penguatan
kelembagaan berupa pelaithan-pelatihan telah dilaksanakan atau belum
sesuai dengan panduan umum program SANIMAS.
C. Analisis Efektivitas Program SANIMAS dari Aspek Penggunaan
Sarana
Setelah dilakukan analisis mengenai proses perencanaan dan
kelembagaan, maka selanjutnya dilakukan analisis mengenai identifikasi
penggunaan sarana program SANIMAS. Hasil identifikasi ini diperoleh
dari observasi lapangan dan penyebaran kuesioner, hasil kuesioner akan
dihitung dengan bantuan bantuan software SPSS 16.0.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui efektivitas program
SANIMAS dilihat dari aspek penggunaan sarana SANIMAS sesuai
dengan tujuan program atau tidak.
D. Analisis Efektivitas Program SANIMAS dari Aspek Kesehatan
Lingkungan
Dalam melakukan analisis dari aspek kesehatan lingkungan
dibagi menjadi 2 sub-variabel yaitu perubahan perilaku dan peningkatan
kebersihan lingkungan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar tujuan program dapat tercapai dari aspek kesehatan
lingkungan. Hasil analisis ini diperoleh dari penyebaran kuesioner.
Adapun metode dan alat yang digunakan sama dengan yang digunakan
pada analisis efektivitas aspek penggunaan sarana.
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Sukadiri
Kecamatan Sukadiri merupakan salah satu wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang. Kecamatan Sukadiri berada di sebelah utara kota
Tangerang. Dan berjarak 15 km dari pusat kota Tangerang. Kecamatan
Sukadiri terdiri dari 8 Desa yaitu : Desa Buaran Jati, Desa Gintung,
Desa Kosambi, Desa Mekar Kondang, Desa Pekayon, Desa Sukadiri,
Desa Rawa Kidang, dan Desa Karang Serang.
4.1.1 Luas Wilayah
Luas wilayah Kecamatan Sukadiri adalah 2069.5 ha, yang
terdiri dari dari 1228.9 ha untuk kawasan lahan pertanian sawah, dan
73.1 ha lahan pertanian bukan sawah5 dan 767.5 ha lahan non pertanian6.
4.1.2 Batas Wilayah
Secara administratif batas-batas wilayah Kecamatan Sukadiri
adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Laut Jawa (dengan garis pantai ± 50 Km2).
sebelah timur : Kecamatan Pakuhaji
Sebelah selatan : Kecamatan Rajeg
Sebelah barat : Kecamatan Mauk.
5 Lahan pertanian bukan sawah antara lain ladang, tambak, kebun, hutan rakyat, peternakan dan sebagainya. 6 Lahan non pertanian antara lain industri, perumahan, perkantoran, pertokoan dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
4.1.3 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Sukadiri pada tahun 2007
sebesar 47.023 jiwa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 4.1
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Sukadiri Tahun 2007
Nama Desa Penduduk laki-laki
Penduduk Perempuan Jumlah
Buaran Jati 1847 1327 3174 Gintung 3907 3732 7639 Kosambi 3409 3402 6811 Mekar Kondang 2150 2432 4582 Pekayon 4593 4513 9106 Sukadiri 2330 2222 4552 Rawa Kidang 2450 2611 5061 Karang Serang 3128 2970 6098
Jumlah 23814 23209 47023
Sumber Data : Potensi Desa Tahun 2008, BPS Kabupaten Tangerang
Gambar 4.1. Peta Orientasi Kecamatan Sukadiri
4.1.4 Sarana Sanitasi
Sarana sanitasi yang ada di Kecamatan Sukadiri ini berupa
pembuangan sampah penduduk, pembuangan sampah sementara dan
jamban keluarga. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 4.2.
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Sanitasi Kecamatan Sukadiri Tahun 2007
Nama Desa Pembuangan
Sampah Penduduk
Pembuangan Sampah Sementara
Jamban Keluarga
Buaran Jati 2 2 1
Gintung 2 2 1
Kosambi 2 2 1
Mekar Kondang 2 2 1
Pekayon 2 2 1
Sukadiri 2 2 3
Rawa Kidang 2 2 3
Karang Serang 2 2 1
Jumlah 16 16 12
Sumber Data : Potensi Desa Tahun 2008, BPS Kabupaten Tangerang.
4.2 Gambaran Umum Desa Gintung
Desa Gintung merupakan salah satu desa di wilayah
administratif kecamatan Sukadiri. Desa Gintung terbagi menjadi 4 RW
dan 25 RT, setiap RW dipimpin oleh ketua RW.
4.2.1 Kondisi Topografi
Desa Gintung tidak berada di ibukota kecamatan, jarak dari
desa Gintung ke Kecamatan sekitar 3 km, sedangkan jarak dari desa ke
ibukota kabupaten sekitar 15 Km. Kondisi topografi berupa dataran
rendah. Desa ini memiliki curah hujan 1.050 mm/ tahun dan suhu rata-
rata harian sekitar 32º-38 ºC. Desa ini mempunyai ketinggian sekitar 5-7
mdl.
4.2.2 Luas Wilayah
Luas Wilayah desa Gintung 251 ha, yang terdiri dari 220 ha
untuk kawasan lahan pertanian sawah, dan 31 ha lahan non pertanian.
4.2.3 Batas Wilayah
Secara administratif batas-batas desa Gintung adalah :
Sebelah Barat : Desa Cikuya
Sebelah Selatan : Desa Tanjakan Mekar
Sebelah Utara : Desa Pekayon
Sebelah Timur : Desa Kosambi
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gintung
Gambar 4.2. Peta Batas Administrasi Desa Gintung
Wilayah studi
4.2.4 Kependudukan
Jumlah penduduk di Desa Gintung pada tahun 2007 adalah
7639 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 3906 jiwa dan perempuan
berjumlah 3733 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak ada pada RW 3
tepatnya pada RT 16 dengan penduduk berjumlah 457 jiwa sedangkan
untuk jumlah penduduk terkecil ada pada RW 3 RT 14. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4..3.
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Gintung Tahun 2007
RW RT Penduduk laki-laki (Jiwa)
Penduduk Perempuan
(Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
1 234 219 453
2 180 171 351
3 164 136 300
4 202 178 380
1
5 192 187 379
6 145 143 288
7 173 163 336
8 139 162 301
9 134 106 240
10 165 157 322
11 175 188 363
12 136 124 260
13 148 128 276
14 103 118 221
2
15 175 175 350
(lanjutan Tabel 4.3 )
RW RT Penduduk laki-laki (Jiwa)
Penduduk Perempuan
(Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
16 237 220 457 17 140 123 263 18 136 139 275
3
19 134 122 256 20 141 129 270 21 129 119 248 22 146 153 299 23 124 129 253 24 111 116 227
4
25 143 128 271
Jumlah 3907 3732 7639
Sumber Data : Potensi Desa Tahun 2008, BPS Kabupaten Tangerang.
4.2.5 Sarana Sanitasi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Berdasarkan data dan informasi dari Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang, desa Gintung merupakan salah satu desa
yang memiliki fasilitas sanitasi dasar masyarakat yang buruk atau tidak
memiliki syarat kesehatan. Berdasarkan data profil desa tahun 2006, di
Desa gintung jumlah rumah tangga yang memiliki WC hanya berjumlah
554 jiwa dan jumlah rumah tangga yang biasa buang air besar di sungai/
parit/ kebun berjumlah 1.768 jiwa.
4.3 Gambaran Umum Kampung Pulo
Lokasi wilayah studi yang menjadi bahan/data penelitian ini
adalah Kampung Pulo. Kampung Pulo adalah salah satu dari kampung
padat dan miskin yang berada di Desa Gintung. Kampung Pulo berada
di RW 04 yang terdiri dari 5 RT yaitu RT 21, RT 22, RT 23, RT 24 dan
RT 25. Masing-masing RT diketuai seorang kepala RT.
4.3.1 Kependudukan
Jumlah penduduk di Kampung Pulo pada tahun 2007 adalah
1298 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 653 jiwa dan perempuan
berjumlah 645 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak ada pada RT 22
dengan penduduk berjumlah 299 jiwa sedangkan untuk jumlah
penduduk terkecil ada pada RT 24 dengan penduduk berjumlah 227
jiwa . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kampung Pulo Tahun 2007
RT Penduduk laki-laki (Jiwa)
Penduduk Perempuan
(Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
21 129 119 248 22 146 153 299 23 124 129 253 24 111 116 227 25 143 128 271
Jumlah 653 645 1298
Sumber Data : Potensi Desa Gintung, Tahun 2008
4.3 Peta Orientasi Kampung Pulo dan lokasi MCK SANI
4.3.2 Drainase
Saluran air yang baik adalah jika kondisi sudah tertata
dengan baik, baik dilihat dari konstruksinya, rata-rata saluran yang baik
kondisi endapan lumpurnya tidak terlalu tinggi dan mengalir cukup baik.
Sedangkan kondisi saluran yang tidak baik dimana saluran belum
mempunyai dinding saluran dan dasar saluran yang permanent serta
saluran yang tidak jelas, sehingga terjadi pengendapan lumpur dan
genangan air (air tidak mengalir).
Gambar 4.4
Kondisi sungai/ selokan
4.3.3 Penyediaan Air Bersih
Kondisi air tanah di Kampung Pulo pada umumnya air berasa
yaitu rasa asin, sehingga air tersebut tidak layak untuk mandi, minum
dan masak. Namun ada juga yang berasa antah, yaitu tidak asin namun
rasanya tidak enak. Untuk memenuhi kebutuhan air ada sebagian
masyarakat yang mendapatkan air bersih dengan membeli, namun ada
juga sebagian masyarakat yang mengambil air dari sumur yang airnya
tidak asin namun antah, untuk membeli air masyarakat kurang mampu ,
sedangkan saluran pipa dari PDAM belum ada. Maka dari itu
sebenarnya masyarakat lebih membutuhkan penyediaan air bersih untuk
kebutuhannya.
4.4 Gambaran Umum Pelaksanaan Program Sanimas di
Kampung Pulo
4.4.1 Seleksi Lokasi
Seleksi lokasi ini dibagi menjadi 2 yaitu melalui penetapan
daftar panjang dan pendek. Penetapan daftar panjang ini merupakan
daftar panjang data sekunder calon lokasi yang diusulkan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Tangerang. Setelah dilakukan daftar
panjang kemudian pemerintah dan fasilitator melakukan survey
lapangan untuk menyusun daftar pendek sesuai persyaratan teknis
minimal yang ditetapkan.
Daftar pendek merupakan data primer yang ditentukan
berdasarkan hasil survey dan identifikasi daftar panjang (longlist) yang
dilakukan TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan sanitasi berbasis
masyarakat (SANIMAS) berdasarkan criteria kelayakan maksimal. Tim
SANIMAS Kabupaten Tangerang yang terdiri dari Pemerintah
Kabupaten Tangerang, BEST sebagai fasilitator pendamping masyarakat
dan Satker PKP PLP Propinsi Banten, telah melakukan studi dan
menetapkan 2 kampung sebagai shortlist (daftar pendek) sesuai dengan
persyaratan teknis berdasarkan hasil feasibility study.
Setelah dilakukan ditetapkan daftar pendek kemudian
dilakukan kegiatan seleksi kampung. Kegiatan seleksi kampung
dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Participatory Assesment
(RPA). Berikut adalah hasil RPA yang dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten dan fasilitator pendamping terhadap 2 kampung yaitu
Kampung Pulo dan Kampung Tegal Jawa. RPA atau survey cepat
dilaksanakan di 2 lokasi yang terdaftar sebagai short list kampung pada
tanggal 5 September 2006.
Adapun hasil RPA untuk masing masing kampung adalah
sebagai berikut :
1. Hasil RPA Kampung Pulo
Hasil RPA Kampung Pulo menggambarkan antara lain bahwa
sebagian masyarakat Kampung Pulo mempunyai kebiasaan buang hajat
di tempat terbuka selain itu di kampung ini telah terbiasa bergotong
royong sehingga masyarakat bersedia memberikan kontribusi untuk
biaya pembangunan MCK biaya pengoperasian dan perawatan semua
komponen. Di kampung ini juga terdapat lahan yang tersedia untuk
sarana sanitasi yang terletak di tengah kampung milik seorang warga.
Untuk kelayakan teknis terutama dalam hal ketersediaan air, air yang
tersedia mencukupi untuk minum, cuci dan mandi namun karena
keterbatasan dana, maka air yang tersedia tidak dilakukan uji coba/
pengetesan air d laboratorium untuk membuktikan kualitas air tersebut
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil RPA Kampung Pulo dapat dilihat
pada table 4.5 di bawah ini.
2. Hasil RPA Kampung Tegal Jawa
Hasil RPA Kampung Tegal Jawa menggambarkan antara lain
bahwa sebagaian masyarakat Kampung Tegal Jawa mempunyai
kebiasaan buang hajat di tempat terbuka selain itu dikampung ini telah
terbiasa bergotong royong sehingga masyarakat bersedia memberikan
kontribusi untuk biaya pembangunan MCK biaya pengoperasian dan
perawatan semua komponen dan juga di kampung ini terdapat lahan
yang tersedia untuk sarana sanitasi yang terletak di dalam kampung
namun lahan ini harus dibeli. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.5 Hasil RPA Kampung Pulo Tahun 2006
No Indikator Teknik Jawaban
1 Kelayakan Teknis
a. Kondisi Drainase Transect Walk
Ada saluran drainase yang mengalir lancar
b. Toilet Transect Walk
Sebagian besar penduduk buang air besar di tempat terbuka
c. Ketersediaan Air Transect Walk
Air mencukupi untuk minum, masak, cuci dan mandi
d. Ketersediaan Lahan Transect Walk
Tersedia lahan milik perorangan (100-200 m²) ditengah kampung yang siap pakai.
Lanjutan Tabel 4.5
No Indikator Teknik Jawaban
2 Ketersediaan pemakai mendanai perbaikan sanitasi
Ladder 1
Bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan toilet dan biaya pengoperasian dan perawatan semua komponen.
3 Kesiapan Lembaga
a. Pengalaman membangun prasarana secara gotong royong
Time line Pernah dilakukan masyarakat berkontribusi uang dan tenaga + material (in- kind)
b. Kesiapan lembaga saat ini
Diagram venn
Semua KSM yang penting dan bermanfaat hubungannya dekat dengan masyarakat.
4
Prioritas perbaikan sanitasi dalam analisis dan perencanaan masyarakat
Problem tree
Sanitasi dan pilihan pemecahannya dibahas, dan rencana kerja khusus telah disusun oleh masyarakat.
Sumber : hasil RPA Kampung Pulo, LSM BEST, 2006.
Tabel 4.6 Hasil RPA Kampung Tegal Jawa Tahun 2006
No Indikator Teknik Jawaban
1 Kelayakan Teknis
a . Kondisi Drainase Transect Walk
Ada saluran drainase tetapi mampet (air tidak mengalir)
b. Toilet Transect Walk
Sebagian besar penduduk buang air besar di tempat terbuka
c. Ketersediaan Air Transect Walk
Air mencukupi untuk minum, masak, cuci dan mandi
d. Ketersediaan Lahan Transect Walk
Tersedia lahan milik perorangan (100-200 m²) didalam kampung tetapi harus dibeli
Lanjutan Tabel 4.6
No Indikator Teknik Jawaban
2 Ketersediaan pemakai mendanai perbaikan sanitasi
Ladder 1
Bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan toilet dan biaya pengoperasian dan perawatan semua komponen.
3 Kesiapan lembaga
a . Pengalaman membangun prasarana secara gotong royong
Time line
Pernah dilakukan masyarakat berkontribusi uang dan tenaga + material (in- kind), panitia pengelola masih ada sampai sekarang.
b . Kesiapan lembaga saat ini
Diagram venn
Semau KSM yang penting dan bermanfaat hubungannya dekat dengan masyarakat
4
Prioritas perbaikan sanitasi dalam analisis dan perencanaan masyarakat
Problem tree
Sanitasi dan pilihan pemecahannya dibahas, dan rencana kerja khusus telah disusun oleh masyarakat.
Sumber : hasil RPA Tegal Jawa, LSM BEST, 2006.
Hasil RPA dipresentasikan oleh masing-masing Kampung pada
hari Rabu 13 Sepetember 2006 dalam acara Community Self Selection
Stakeholders Meeting atau pertemuan perwakilan kampung dalam
proses seleksi pemilihan kampung. Melalui acara seleksi kampung ini
maka terpilih satu kampung yang mendapat prioritas pelaksanaan
program SANIMAS 2006, yaitu kampung Pulo dengan skor 190,25.
Kampung ini terpilih karena memiliki skor paling tinggi. Untuk lebih
jelas mengenai hasil skor masing-masing kampung lihat pada tabel 4.12
di bawah ini.
4.4.2 Penyusunan Dokumen RKM (Rencana Kerja Masyarakat)
Setelah kegiatan seleksi lokasi dilaksanakan dan terpilih satu
kampung yang dijadikan lokasi program SANIMAS maka dari itu tahap
selanjutnya adalah penyusunan Dokumen RKM. Kampung Pulo telah
melaksanakan penyusunan Dokuman RKM ini . Hal itu dibuktikan
dengan adanya dokumen RKM yang dibuat oleh KSM (Kelompok
Swadaya Masyarakat) Kampung Pulo.
4.4.3 Teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi
Berdasarkan hasil Inform Choice Catologue/ ICC, Kampung
pulo menggunakan teknologi sanitasi dalam bentuk sistem MCK,
dengan pertimbangan antara lain :
1. karena hampir 90% penduduk tidak mempunyai WC di rumah,
sehingga untuk BAB (Buang Air Besar) mereka melakukannya ke
pematang sawah.
2. Masyarakat sudah terbiasa BAB di tempat umum.
3. Pembuangan effluent air limbah dari pengolahan sangat mudah
karena lokasi pengolahan dekat saluran irigasi.
Maka dari itu Sistem MCK sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Kampung Pulo.
Tabel 4.7 konsolidasi Skor RPA Tahun 2006
Kampung Pulo Kampung Tegal Jawa No Indikator Teknik Jawaban Skor Bobot Nilai Jawaban Skor Bobot Nilai
1 Kelayakan Teknis
a Kondisi Drainase
Transect Walk CS 3.1.3 75,00 35% 26,25 CS 3.1.3 75,00 35% 26,25
b Toilet Transect Walk CS 3.2.4 100,00 35% 35,00 CS 3.2.4 100,00 35% 35,00
c Ketersediaan Air
Transect Walk CS 3.3.4 100,00 35% 35,00 CS 3.3.2 50,00 35% 17,50
d Ketersediaan Lahan
Transect Walk CS 3.4.7 90,00 35% 31,50 CS 3.4.3 15,00 35% 5,25
2
Ketersediaan pemakai mendanai perbaikan sanitasi
Ladder 1 CS 2.1.3 50,00 35% 17,50 CS 2.1.5 100,00 35% 35,00
(Lanjutan Tabel 4.7 )
Kampung Pulo Kampung Tegal Jawa No Indikator Teknik Jawaban Skor Bobot Nilai Jawaban Skor Bobot Nilai
3a
Pengalaman membangun prasarana secara gotong royong
Time line CS 1.1.4 75,00 20% 15,00 CS 1.1.5 100,00 20%
20,00
3b Kesiapan lembaga saat ini
Diagram venn CS 4.1.5 100,00 20% 20,00 CS 4.1 100,00 20% 20,00
4
Prioritas perbaikan sanitasi dalam analisis dan perencanaan masyarakat
Problem tree CS 5.1.0 100,00 10% 10,00 CS 5.1.4 75,00 10% 7,50
Total 190,25 166,5
Sumber : Hasil RPA, LSM BEST Tahun 2006
4.4.4 Pembentukan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)
Kampung Pulo telah melaksanakan pembentukan KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat) sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan. Kelompok Swadaya Masyarakat ini dibentuk
melalui musyawarah dan ditetapkan melalui surat keputusan Kepala
Desa Gintung No 33-22-8587 Tahun 2006 Tentang Pembentukan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “Pulo Harapan” Desa
Gintung. Susunan Organisasi KSM “Pulo Harapan” adalah sebagai
berikut :
Pelindung : M. Jaenuddin HM (Kepala Desa Gintung)
Ketua : Sarda Wijaya
Wakil Ketua : Omay
Sekretaris : Mukhtar
Bendahara : Tukiman
Seksi Kontribusi : Masing-masing ketua RT
Seksi Pengerahan Tenaga Kerja : Uding
Seksi Logistik : Sapari
Seksi Keamanan : Ketua RT
Seksi Pelaksana : Omay.
KSM yang ada di Kampung Pulo ini masih ada sampai
dengan sekarang.
4.4.5 Mekanisme Pendanaan SANIMAS
Pendanaan SANIMAS di Kampung Pulo dibiayai dengan
system multi sources of funding terdiri dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Kabupaten, BORDA dan masyarakat. Masing-masing
stakeholders telah memberikan komitmen sebesar :
1. Pemerintah Pusat (PU Pusat) : Rp. 100.000.000
1. Pemerintah Kabupaten Tangerang : Rp. 100.000.000
2. Borda : Rp. 25.000.000
3. Masyarakat : Rp. 5000.000
Mekanisme pencairan dari masing-masing stakeholder
adalah sebagai berikut :
1. Pencairan Dana dari Pemerintah Pusat
Kontribusi PU Pusat diberikan dalam bentuk material kepada
KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Dana dari PU Pusat
dikelola oleh Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum & Pengelolaan Sanitasi Propinsi Banten untuk dilakukan
tender langsung dengan kontraktor atau supplier yang ditunjuk
langsung oleh Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum & Pengelolaan Sanitasi Propinsi Banten. Uang yang
dikeluarkan oleh PU Pusat sudah dipotong PPH, PPN dan
keuntungan pihak ketiga.
2. Pencairan Dana dari Pemerintah Kabupaten Tangerang
Dana yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten
Tangerang berupa uang cash. Uang cash tersebut kemudian di
transfer langsung ke rekening KSM di BRI Unit Mauk pada bulan
Desember 2006.
3. Pencairan Dana dari BORDA
Kontribusi BORDA ditransfer ke rekening KSM pada bulan
Desember 2006.
4. Pencairan Dana dari Masyarakat
Kontribusi masyarakat in-cash dimasukkan kedalam rekening
KSM sebesar Rp. 5000.000 pada saat pembukaan rekening.
4.4.6 Pengelolaan Keuangan SANIMAS
1. Rekening KSM
Seluruh pencairan dana kontribusi dari masing-masing
stakeholders dalam bentuk cash masuk ke dalam rekening KSM
SANIMAS agar dapat di audit. Rekening tersebut dibuka pada BRI
Mauk Nomor : 33-21-8587 atas nama KSM SANIMAS Pulo
Harapan. Specimen pembukaan rekening bank ditandatangani oleh 3
orang yaitu :
1. Sarda Wijaya (Ketua KSM Pulo Harapan).
2. Tukiman (Bendahara).
3. Imam Sutopo (TFL).
Untuk mencairkan dana dari rekening bank tersebut harus
ditandatangani oleh minimal 2 pihak yang bertandatangan.
2. Administrasi Pembukuan
Untuk pengelolaan keuangan, panitia pembangunan SANIMAS
menggunakan pembukuan dengan system pembukaan standard agar
bisa diaudit dan dilakukan secara transparan/ terbuka.
3. Mekanisme Pembelanjaan
Mandor mengajukan permintaan pengadaan material kepada
bagian logistic dengan mengisi buku logistic. Pada lembar/ buku
lgistik tersebut dibubuhkan tanda tangan persetujuan supervisor
(buku memo supervisor). Bagian logistic melakukan pemesanan
material ke toko yang sudah ditunjuk. Toko mengirim material
sesuai pesanan, kualitas barang disetujui oleh mandor dan
dimasukkan gudang logistic. Pembayaran material kepada toko
dilakukan sesuai perjanjian oleh bendahara KSM berdasarkan jumlah
tagihan yang disetujui (kuitansi di- acc oleh mandor).
4. Laporan Keuangan
Untuk tetap mengawasi pengelolaan keuangan maka dilakukan
pelaporan keuangan secara berkala oleh bendahara, yakni setiap
akhir minggu. Laporan keuangan akan dibuat rekap pengeluaran,
pemasukkan, saldo kas dan bank. Laporan keuangan menggunakan
papan yang besar agar bisa dibaca oleh pihak yang berkepentingan.
4.4.7 Rencana Kerja Masyarakat
Rencana Kerja Masyarakat ini terdiri dari Rencana
Konstruksi, Rencana Kontribusi Masyarakat, Rencana Pelatihan,
Rencana pengoperasian dan Perawatan. Dalam penyusunan RKM ini
dibantu oleh Konsultant SANIMAS dengan menggunakan
pendekatan Community Participatory Approach/ CPA agar sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sendiri.
Alat yang digunakan umtuk menyusun Rencana Kontribusi
Masyarakat yaitu Wealth Classification untuk melihat sebaran calon
penerima manfaat, Ladder II untuk menyusun rencana kontribusi
masyarakat, Asseseemen Pelatihan untuk menysun rencana
pelatihan, dan Who Does What untuk menyusun perencanaan
pelaksanaan konstruksi. Hasil dari penyusunan rencana tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Rencana Konstruksi
Total kebutuhan waktu untuk konstruksi adalah 90 hari (3
bulan), hal itu sesuai dengan kesepakatan antara tim SANIMAS,
Panitia Pembangunan dan Tenaga Fasilitator Lapangan/ TFL
Pemerintah. Pekerjaan konstruksi akan dilaksanakan mulai awal
bulan Desember. Pelaksanaan Konstruksi adalah mencangkup :
1. Pekerjaan IPAL (Instalansi Pengolahan Air Limbah).
2. Pekerjaan MCK.
3. Pekerjaan Infrastruktur.
2. Rencana Kontribusi Masyarakat
Total Kontribusi Masyarakat adalah sebesar Rp. 26.711.853 atau
9% dari total RAB . Kontribusi masyarakat diberikan dalam bentuk
in-cash dan in-kind : Total in-cash sebesar Rp. 5000.000.
Adapun kontribusi berupa in-kind yaitu :
Penggunaan lahan seluas 150 m².
Penggunaan lokasi dan pengepokan material.
3. Rencana Pelatihan
SANIMAS akan memberikan pelatihan kepada masyarakat yaitu
:
a. Pelatihan Terhadap KSMPelatihan terhadap KSM telah
dilakukan pada hari selasa tanggal 5 Desember tahun 2006.
Adapun topik yang dibahas pada pelatihan ini adalah sebagai
berikut :
1. Manajemen KSM.
2. Fungsi dan tugas KSM SANIMAS.
3. Administrasi pembukuan keuangan.
Gambar 4.5
Proses Pelaksanaan Pelatihan Terhadap KSM
b. Pelatihan Terhadap Mandor dan Tukang
Pelatihan terhadap mandor dan tukang telah
dilaksanakan pada Minggu II di bulan Desember Tahun 2006 pada
pukul 09.00-14.00 di tempat lingkungan Kampung Pulo7, Desa
Gintung. Adapun topik yang dibahas pada pelatihan ini adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip-prinsip dasar pengolahan limbah.
2. Peraturan pemerintah tentang air limbah domestic.
3. Standar kualitas konstruksi (DEWATS).
4. Supervisi dan laporan progress pembangunan.
5. Penjelasan gambar.
6. Material standar.
7. Pelaksanaan pekerjaan.
8. Finishing.
c. Pelatihan Terhadap Operator
Pelatihan terhadap operator telah dilaksanakan pada tgl 26
Juni tahun 2007 di tempat lingkungan Kampung Pulo, Desa Gintung.
Pelatihan ini dihadiri oleh peserta inti sebanyak 4 orang terdiri
operator yang telah ditunjuk oleh masyarakat dan tenaga ahli teknis
LSM pendamping.
Adapun topik yang dibahas pada pelatihan ini adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip-prinsip dasar pengolahan limbah.
2. Peraturan pemerintah tentang air limbah domestic.
3. Cara kerja DEWATS.
4. Cara-cara pengoperasian dan pemelihraan IPAL DEWATS.
7 Berdasarkan data sekunder Rencana Pembangunan SANIMAS Kampung Pulo, Tahun 2006
Pelatihan ini telah dilakukan dan berjalan dengan baik.
Namun sangat disayangkan warga yang d tunjuk sebagai operator
untuk pemeliharaan dan pengoperasian ini hanya ada selama 1 tahun,
saja. Hal itu disebabkan KSM tidak mampu untuk membayar upah
kerja untuk operator. Berikut adalah gambar-gambar pada saat
pelatihan operator.
Gambar 4.6 Pelatihan terhadap operator
d. Pelatihan terhadap Kelompok Pengguna
Pelatihan terhadap kelompok pengguna telah dilaksanakan
pada minggu I sebelum konstruksi dan satu minggu sebelum fasilitas
digunakan. Pelatihan ini berupa kampanye kesehatan masyarakat.
Pelatihan ini dilakukan di tempat lingkungan Kampung Pulo, Desa
Gintung.
Adapun topik yang dibahas pada pelatihan ini adalah
sebagai berikut :
1. Peraturan pemerintah tentang air limbah domestic.
2. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
3. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan agar IPAL berfungsi
optimal.
4. Rencana Pengoperasian dan Perawatan.
Untuk menjamin berfungsinya seluruh system dalam SANIMAS
maka direncanakan juga tahap pekerjaan pengoperasian dan
perawatan pada pasca konstruksi. Adapun rencana di dalam
pengoperasian dan perawatan ada di Anggaran Biaya Operasional
dan perawatan sebesar Rp. 833.500/ bulan, sehingga kebutuhan
tersebut akan dipenuhi dari sumber iuran pengguna (user fee) dengan
jumlah penggunaan per kegiatan WC Rp.300, kamar mandi Rp.400
dan cuci sebesar Rp. 300/ 20 liter air. Namun berdasarkan informasi
yang didapat dari pengurus KSM dan hasil analisa kuesioner (tabel
4.13) pada saat ini biaya yang dikenakan untuk pengoperasian dan
perawatan hanya sebesar Rp. 5000/ bulan/ KK.
Tabel 4.8 Jumlah Iuran
Jumlah Iuran Frequency Percent
Rp. 5000 7 23.3
Tidak pernah
membayar iuran 23 76.7
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Tabel 4.9 Waktu Untuk Pembayaran Iuran
Jumlah Iuran Frequency Percent
Setiap menggunakan
MCK Sanimas 1 3.3
1 bulan sekali 7 23.3
Tidak Tahu 22 73.3
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
BAB V
ANALISIS PERMASALAHAN
5.1 Identitas Responden Identitas responden dalam hal ini adalah mengenai
karakteristik sosial ekonomi adalah meliputi tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan.
Di wilayah Kampung Pulo, pendidikan terakhir
masayarakat dengan jumlah terbesar adalah SD sebesar 50% (tabel
5.1)
Tabel 5.1 Pendidikan Terakhir
Pendidikan Jumlah %
SD 15 50.0
SLTP 8 26.7
SLTA 4 13.3
Akademi/ Perguruan Tinggi 3 10.0
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Jenis pekerjaan responden yang paling besar di Kampung
Pulo adalah sebagai karyawan yaitu sebesar 26.7% dan kemudian
adalah petani sebesar 23.3% (tabel 4.6)
Tabel 5.2 Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah %
PNS/ABRI 2 6.7
Karyawan 8 26.7
Wiraswasta 4 13.3
Pedagang 2 6.7
Petani 7 23.3
Buruh 4 13.3
ibu rumah tangga 3 10.0
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Dapat dilihat bahwa persentase tingkat penghasilan
terbesar adalah terdapat pada tingkat pendapatan kurang dari Rp.
900.000 dan Rp.900.000-Rp. 1.500.000 yaitu masing-maisng sebesar
43.3%, hal ini menunjukan bahwa masyarakat di Kampung Pulo
terdiri dari kelompok masyarakat berpendapatan rendah. (tabel 5.3).
Tabel 5.3 Penghasilan
Penghasilan Jumlah %
kurang dari Rp. 900.000 13 43.3
Rp. 900.000-Rp.1.500.000 13 43.3
Rp. 1.500.000-Rp. 2000.000 1 3.3
Rp. 2000.000-Rp. 2.500.000 2 6.7
Lebih dari Rp. 2.500.000 1 3.3
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
5.2 Analisis Efektivitas Aspek Perencanaan Tujuan program SANIMAS dalam aspek perencanaan
adalah meningkatkan peran serta dan pelibatan masyarakat.
Kenyataan di lapangan menunjukkan aspek perencanaan pada
program SANIMAS telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan
panduan pelaksanaan SANIMAS dan melibatkan masyarakat atau
memberikan masyarakat untuk berperan secara aktif dalam proses
perencanaan. Berdasarkan analisis tersebut maka penilaian mengenai
aspek perencanaan adalah efektif.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Penilaian
Efektivitas aspek perencanaan dapat dilihat pada tabel 5.4.
5.3 Analisis Efektivitas Aspek Kelembagaan Tujuan program SANIMAS dalam aspek kelembagaan
adalah penguatan kelembagaan yaitu membina organisasi/ kelompok
masyarakat dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi yang diberikan
untuk masyarakat target sasaran.
Berdasarkan data-data sekunder dan kenyataan di lapangan
diketahui bahwa efektivitas aspek kelembagaan berupa kegiatan-
kegiatan pelatihan telah dilaksanakan dengan baik dan diikuti oleh
perwakilan dari masyarakat sasaran Kampung Pulo, maka dari itu
penilaian dari aspek kelembagaan adalah efektif karena tujuan
program telah dilaksanakan dengan baik dan diikuti oleh masyarakat
sasaran Kampung Pulo. Penilaian Efektivitas aspek kelembagaan
dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.4 Penilaian Efektivitas Kegiatan Perencanaan dan Pembangunan Program SANIMAS
Variabel Indikator Faktor Analisis Pemenuhan kriteria
Terlaksana Seleksi Lokasi Telah dilaksanakannya kegiatan seleksi lokasi menggunakan short list, longlist dan metode RPA. Namun untuk Kelayakan teknis, tidak dilakukan uji coba/ pengetesan air di laboratorium pada saat seleksi lokasi, hal itu dikarenakan keterbatasan dana, sehingga dalam hal ketersediaan air sudah mencukupi hanya saja untuk mutu air tidak sesuai dengan standar mutu air yang baik, karena air yang tersedia memliki rasa yang asin.
Efektif
kegiatan perencanaan
dan pembangunan sesuai dengan
pedoman pelaksanaan SANIMAS.
Terlaksana Penyusunan
Dokumen RKM Telah dilaksanakannya penyusunan
dokumen RKM dibuktikan dengan adanya dokumen RKM yang dibuat oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Kampung Pulo
Efektif
(Lanjutan Tabel 5.4)
Variabel Indikator Faktor Analisis Pemenuhan kriteria
Terlaksana Pemilihan teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi
Telah dilaksanaknnya pemilihan teknologi sarana sanitasi terseleksi dengan berdasarkan hasil Inform Choice Catologue
Efektif
Terlaksana Pembentukan KSM
Telah dibentuknya KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), Sampai saat ini KSM tersebut masih ada dan belum dibubarkan.
Efektif
Terlaksana Pendanaan SANIMAS
Telah dilaksanakan pendanaan SANIMAS dengan system multi sources of funding, terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah Kabupaten, Borda dan masyarakat
Efektif Kegiatan
perencanaan dan
pembangunan sesuai dengan
pedoman pelaksanaan SANIMAS.
Terlaksana Pengeloloaan Keuangan SANIMAS
Pengelolaan keuangan pada saat pembangunan SANIMAS telah dilaksanakan dengan adanya rekening KSM untuk menyimpan seluruh dana kontribusi dari masing-masing stakeholder, adanya administrasi pembukuan dengan system pembukuan standard dan dilakukan secara transparan/ terbuka, mekanisme pembelanjaan yang seperti pembayaran material kepada toko sesuai perjanjian bendahara KSM berdasarkan jumlah tagihan yang disetujui, serta adanya laporan keuangan
Efektif
(Lanjutan Tabel 5.4)
Indikator Variabel Faktor Analisis Pemenuhan kriteria
Terlaksana Konstruksi Telah dilaksanakannya konstruksi sesuai dengan jadwal yang disepakati antara tim SANIMAS, panitia pembangunan dan TFL pemerintah. Total kebutuhan waktu konstruksi adalah 90 hari (3 bulan)
Efektif
Terlaksana Kontribusi masyarakat
Adanya kontribusi masyarakat dalam bentuk in-cash dan in- kind, in-cash berupa uang sebesar Rp. 5000.000 dan in-kind berupa lahan
Efektif
Terlaksana Pelatihan Telah dilaksanakannya pelatihan-pelatihan yaitu pelatihan teknis, pelatihan pengelolaan keuangan KSM dan kampanye kesehatan.
Efektif
Kegiatan perencanaan
dan pembangunan sesuai dengan
pedoman pelaksanaan SANIMAS.
Terlaksana Pengoperasian
dan Perawatan Dilaksanakannya pengoperasian dan perawatan sarana
SANIMAS dengan adanya iuran, namun iuran yang dikeluarkan masyarakat tiap bulannya tentu saja tidak mencukupi dan kurang efektif untuk biaya perawatan dan pengoperasian karena jumlah kontribusi dari masyarakat sangat kecil dan sangat jauh berbeda dari jumlah total biaya pengoperasian dan perawatan pada saat perencanaan yang telah disepakati.
Efektif
Sumber : Dokumen RKM (rencana Kerja Masyaakat) dan hasil analisis
Tabel 5.5 Penilaian Efektivitas Kelembagaan
Variabel Indikator Faktor Analisis Pemenuhan kriteria
Terlaksana Pelatihan terhadap KSM
Telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan KSM pada hari selasa tanggal 5 Desember tahun 2006
Efektif
Terlaksana Pelatihan terhadap Mandor dan Tukang
Telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan terhadap mandor yang dilaksanakan pada Minggu II di bulan Desember tahun 2006.
Efektif
Terlaksana Pelatihan terhadap operator
Telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan terhadap operator pada tanggal 26 juni tahun 2007. Pelatihan ini telah dilakukan dan berjalan dengan baik sesuai dengan proses perencanaan yang telah ditetapkan oleh karena itu pelatihan ini dapat dikatakan efektif. Namun sangat disayangkan warga yang d tunjuk sebagai operator untuk pemeliharaan dan pengoperasian ini hanya ada selama 1 tahun, saja. Hal itu disebabkan KSM tidak mampu untuk membayar upah kerja untuk operator.
Efektif Penguatan Kelembagaan berupa Pelatihan-pelatihan
Terlaksana Pelatihan terhadap kelompok pengguna
Telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan terhadap kelompok pengguna pada tanggal minggu 1 sebelum konstruksi. Pelatihan ini berupa kampanye kesehatan masyarakat.
Efektif
Sumber : Dokumen RKM (rencana Kerja Masyaakat) dan hasil analisis
5.4 Efektivitas Berdasarkan Aspek Penggunaan Sarana
SANIMAS
Tujuan program dari aspek penggunaan sarana SANIMAS
adalah memfasilitasi masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana
air limbah. Berdasarkan kenyataan di lapangan tidak seluruhnya dari
masyarakat target sasaran terfasilitasi dalam hal penyediaan prasarana
dan sarana air limbah, hal itu terlihat dari jumlah masyarakat yang
masih menggunakan sarana SANIMAS jauh lebih berkurang di
bandingkan target sasaran, pada awal perencanaan target masyarakat
pengguna sebanyak 120 KK namun sekarang ini yang menggunakan
sarana SANIMAS hanya 30 KK. Maka masyarakat efektivitas hanya
25% dari total jumlah masyarakat target sasaran. Alasan terbanyak dari
masyarakat yang tidak menggunakan sarana SANIMAS adalah jaraknya
jauh (tabel 5.10) antara sarana SANIMAS dengan rumah penduduk,
selain itu juga prasarana dalam bentuk air tidak terfasilitasi karena air di
lingkungan berasa asin (tabel 5.11).
Dari hasil analisis tersebut maka penilaian mengenai aspek
penggunaan sarana adalah tidak efektif.
Tabel 5.6 Intensitas Responden Penguna Dalam Menggunakan
MCK SANIMAS Dalam Sehari
Intensitas Frequency Percent
1 kali 1 14.3
2 kali 6 85.7
Total 7 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisis kuseioner dari sample masyarakat
pengguna dalam mengunakan MCK 2 kali dalam sehari.
Tabel 5.7 Kegiatan yang Dilakukan Responden Pengguna Dalam
Menggunakan MCK SANIMAS
Kegiatan yang dilakukan responden dalam menggunakan sarana MCK
SANIMAS Frequency Percent
Kakus/ Buang Air Besar 7 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisis kuesioner yang ditujukan untuk
masyarakat pengguna mengenai kegiatan dalam menggunakan sarana
SANIMAS, responden mengatakan hanya untuk buang air sebesar
100%, hal itu bisa disebabkan karena kualitas air di sarana MCK
SANIMAS itu berasa asin.
Tabel 5.8 Alasan Responden Menggunakan MCK SANIMAS
Penggunaan MCK SANIMAS Frequency Percent
Mudah dan murah 7 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan dari hasil kuesioner kepada responden pengguna,
penggunaan MCK mudah dan murah (100%). Hal itu dikarenakan jarak
lokasi MCK Sanimas dengan rumah dekat, mudah menggunakannya dan
murah dalam hal iuran yang hanya 5000/ bulan sehingga tidak
memberatkam masyarakat.
Tabel 5.9 Jarak Antara MCK SANIMAS Dengan Rumah
Responden Pengguna
Jarak Frequency Percent
Dekat 7 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Sementara alasan responden yang tidak menggunakan sarana
MCK SANIMAS itu dikarenakan jarak yang jauh (52.2%), dan punya
MCK sendiri (39.1%).
5.10 Alasan Responden (Non Pengguna) Tidak Menggunakan MCK
SANIMAS
Alasan Responden Frequency Percent
punya MCK sendiri 9 39.1
kualitas air tidak bagus 2 8.7
jarak yang jauh 12 52.2
Total 23 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan pengamatan langsung, letak MCK SANIMAS ini
berada di pinggir dan bukan berada di tengah-tengah masyarakat dan
juga jarak antara rumah penduduk dengan sarana sanitasi (MCK
SANIMAS) adalah sekitar 200 meter, padahal berdasarkan SNI (Standar
Nasional Indonesia) persyaratan lokasi dan waktu tempuh dari rumah
penduduk adalah 2 menit dengan jarak 100 m. Bedasarkan hasil analisis
kuesioner dan observasi lapangan maka MCK SANIMAS di lokasi ini
tidak efektif.
Tabel 5.11 Kualitas air di lingkungan
Kualitaa Air Jumlah %
berasa 23 76.7
berasa dan berbau 1 3.3
antah 6 20.0
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Kondisi air tanah di Kampung Pulo, berdasarkan hasil
observasi lapangan dan hasil analisa kuesioner (Tabel 5.11), Pada
umumnya air berasa yaitu rasa asin, sehingga air tersebut tidak layak
untuk mandi, minum dan masak. Namun ada juga yang berasa antah,
yaitu tidak asin namun rasanya tidak enak.
5.5 Efektivitas Berdasarkan Aspek Kesehatan Lingkungan
Tujuan Program SANIMAS dalam aspek kesehatan lingkungan
adalah meningkatkan masyarakat untuk melaksanakan pola hidup sehat.
Berdasarkan kenyataan di lapangan masyarakat target sasaran telah
melaksanakan pola hidup sehat hal itu dilihat dari perubahan perilaku
masyarakat dalam hidup bersih dan sehat serta peningkatan kebersihan
lingkungan.
Analisis dari perubahan perilaku menunjukkan intensitas
masyarakat dalam perilaku hidup bersih telah sering dilakukan (tabel
5.12- tabel 5.17), sedangkan untuk kondisi lingkungan telah terjadi
peningkatan kebersihan lingkungan berdasarkan persepsi masyarakat
kondisi lingkungan sebelum dan sesudah program SANIMAS
dilaksanakan (tabel 5.18-5.19).
Berdasarkan analisis tersebut maka penilaian mengenai aspek
kesehatan lingkungan adalah efektif. Faktor yang mempengaruhinya
adalah karena adanya kampanye kesehatan yang diberikan kepada
masayarakat target sasaran.
Untuk mengetahui lebih jelasnya maka dapat dilihat pada sub
variabel dibawah ini.
5.5.1 Analisis Efektivitas Perilaku Hidup Bersih
Analisis perilaku hidup bersih dilihat dari kebiasaan
masyarakat terhadap praktek PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
setelah adanya program Sanimas, kebiasaan PHBS tediri dari kebiasaan
membuang tinja, kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun
sebelum makan dan sesudah BAB penggunaan air bersih untuk mandi,
masak dan minum bagi masyarakat dan juga kebiasaan dalam
membuang hajat di MCK. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai
kesadaran responden dalam praktek PHBS dapat dilihat pada tabel 5.12-
5.17 di bawah ini.
Tabel 5.12 Intensitas Dalam Kegiatan Menutup Makanan
Frequency
Intensitas Responden
Masyarakat
Pengguna
Responden Masyarakat
Bukan Pengguna Total Percent
sering dilakukan 6 16 22 73.3
kadang-kadang
dilakukan
1 7 8 26.7
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan menutup makanan sering dilakukan
sebanyak 22 atau 73.3% sedangkan kadang-kadang dilakukan sebanyak
8 atau 26.7%.
Tabel 5.13 Intensitas Dalam Kegiatan Minum Air yang Dimasak
Frequency
Intensitas Responden
Masyarakat
Pengguna
Responden
Masyarakat Bukan
Pengguna
Total Percent
sering dilakukan 7 17 24 80.0
kadang-kadang dilakukan 0 6 6 20.0
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan minum air yang dimasak sering
dilakukan sebanyak 24 atau 80.0 % sedangkan kadang-kadang dilakukan
sebanyak 6 atau 20%.
Tabel 5.14 Intensitas Dalam Kegiatan Masak dan Minum
Menggunakan Air Bersih
Frequency
Intensitas Responden
Masyarakat
Pengguna
Responden
Masyarakat
Bukan
Pengguna
Total Percent
sering dilakukan 7 22 29 96.7
kadang-kadang dilakukan 0 1 1 3.3
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan masak dan minum menggunakan
air bersih sering dilakukan sebanyak 29 atau 96.7 % sedangkan kadang-
kadang dilakukan sebanyak 1 atau 3.3%.
Tabel 5.15 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan
dengan Sabun
Frequency
Intensitas Responden
Masyarakat
Pengguna
Responden Masyarakat
Bukan Pengguna Total Percent
sering dilakukan 6 19 25 83.3
kadang-kadang
dilakukan
1 4 5 16.7
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun
sering dilakukan sebanyak 25 atau 83.3 % sedangkan kadang-kadang
dilakukan sebanyak 5 atau 16.7%.
Tabel 5.16 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan
dengan Sabun Sesudah BAB
Frequency
Intensitas Responden
Masyarakat
Pengguna
Responden Masyarakat
Bukan Pengguna Total Percent
sering
dilakukan
2 18 20 66.7
kadang-
kadang
dilakukan
5 5
10 33.3
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun
sesudah BAB sering dilakukan sebanyak 20 atau 66.7 % sedangkan
kadang-kadang dilakukan sebanyak 10 atau 3.3 %.
Tabel 5.17 Intensitas Dalam Kegiatan Membuang Tinja di
MCK
Frequency
Intensitas Responden
Masyarakat
Pengguna
Responden Masyarakat
Bukan Pengguna Total Percent
sering
dilakukan
7 13 20 66.7
kadang-
kadang
dilakukan
0 5
5 16.7
Belum
Dilakukan
0 5 5 16.7
Total 30 100.0
Berdasarkan hasil analisa kuesioner dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan membuang tinja di MCK sering
dilakukan sebanyak 20 atau 66.7 % sedangkan kadang-kadang dilakukan
sebanyak 5 atau 16.7
5.5.2 Analisis Efektivitas Peningkatan Kebersihan Lingkungan
Perbaikan kesehatan lingkungan dilihat dari peningkatan
kebersihan lingkungan. Sebelum dilaksanakan program SANIMAS,
dalam kebiasaan bersanitasi, untuk kebutuhan buang hajat masyarakat
biasanya pergi ke pematang sawah, kebun dan WC helicopter yang
berada di atas kolam atau saluran. Ada beberapa masyarakat yang telah
mempunyai WC sendiri namun saluran pembuangannya pun tidak
memperhatikan syarat syarat kesehatan. Berdasarkan hasil analisa
kuesioner (tabel 5.18) dari jumlah sampel sebayak 30, jumlah pendapat
responden (masyarakat pengguna+masyarakat non pengguna) yang
menjawab lingkungan banyak sampah dan banyak tinja sebesar 56.7%,
hal itu dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan perilaku
hidup bersih dan sehat.
Gambar 5.1 Kondisi Lingkungan Sebelum Program SANIMAS
Tabel 5.18 Persepsi Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan
Sebelum Program SANIMAS
Frequency
Kondisi Lingkungan Responden
Pengguna
Responden
Masyarakat
Bukan
Pengguna
Total Percent
Banyak sampah dan
banyak tinja 4 13 17 56.7
Banyak sampah dan tidak
ada tinja 0 2 2 6.7
Sedikit sampah dan
banyak tinja 1 3 4 13.3
Sedikit sampah dan
sedikit tinja 1 4 5 16.7
Tidak ada sampah dan
banyak tinja 1 0 1 3.3
Tidak ada sampah dan
tidak ada tinja 0 1 1 3.3
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Gambar 5.2 Kondisi lingkungan Setel ram SANIMAS ah Prog
Tabel 5.19 Persepsi Responden Mengenai Kondisi Lingkungan Setelah Program SANIMAS
Frequency
Kondisi Lingkungan Responden
Pengguna
Responden
Masyarakat
Bukan
Pengguna
Total Percent
Banyak sampah dan banyak
tinja
0 3 3 10
Banyak sampah dan sedikit
tinja
1 4 5 16.7
Banyak sampah dan tidak ada
tinja
0 4 4 13.3
Sedikit sampah dan sedikit
tinja
4 7 11 36.7
Sedikit sampah dan tidak ada
tinja
1 4 5 16.7
Tidak ada sampah dan tidak
ada tinja
1 1 2 6.7
Total 30 100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil kuesioner dari jumlah sampel 30, persepsi
responden terbanyak (masyarakat pengguna+masyarakat non pengguna)
mengenai kondisi lingkungan setelah adanya program SANIMAS yaitu
kondisi lingkungan sedikit sampah dan sedikit tinja sebanyak 11
responden. Hal itu menandakan telah terjadi peningkatan kebersihan
lingkungan di Kampung Pulo.
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini, kesimpulan yang bisa diperoleh antara lain :
1 Berdasarkan tinjauan terhadap data sekunder yang diketahui bahwa
Program SANIMAS di Kampung Pulo dilihat dari aspek
perencanaan dapat dikatakan efektif (lihat tabel 5.4). Faktor yang
mempengaruhi efektif pada aspek perencanaan adalah
Dilibatkannya peran serta masyarakat dalam proses perencanaan
dan telah dilaksanakannya proses perencanaan mulai dari seleksi
lokasi sampai pengoperasian dan perawatan sesuai dengan panduan
pelaksanaan Program SANIMAS
2 Program SANIMAS di Kampung Pulo berdasarkan aspek
kelembagaan di nilai efektif (lihat tabel 5.5). Faktor yang
mempengaruhi efektifnya kelembagaan adalah adanya pembinaan
organisasi atau kelompok masyarakat dalam bentuk pemberian
pelatihan dan sosialisasi yang telah dilaksanakan dengan baik
kepada masyarakat target sasaran guna meningkatkan pengetahuan
maupun keterampilan mengenai sanitasi dan bidang pengolahan air
limbah sehingga masyarakat menjadi mandiri di bidang pengolahan
air limbah rumah tangga
3 Program SANIMAS jika dilihat dari aspek penggunaan sarana
dinilai tidak efektif karena tidak seluruhnya dari masyarakat target
sasaran terfasilitasi dalam hal penyediaan prasarana dan sarana air
limbah. Dari jumlah masyarakat target sasaran sebanyak 120 KK
namun dari kenyataan lapangan hanya 30 KK yang masih
menggunakan sarana SANIMAS. Faktor yang menjadi penyebab
tidak efektifnya Progam SANIMAS dalam aspek ini adalah jarak
yang jauh (52%). Jarak sarana SANIMAS dengan rumah penduduk
adalah lebih dari 200 meter, padahal berdasarkan SNI (Standar
Nasional Indonesia) persyaratan lokasi dan waktu tempuh dari
rumah penduduk adalah 2 menit dengan jarak 100 m. Selain itu Air
di lingkungan kampung Pulo sudah tercemar karena air berasa asin.
Walaupun penyediaan air bersih bukan alasan utama dalam
penurunan masyarakat dalam menggunakan sarana sanimas ini
namun memperbaiki ketersediaan air bersih merupakan hal-hal
yang vital dan saling mengisi satu sama lain dalam sektor
penyediaan air dan sanitasi. Sehingga jika hanya melakukan
investasi pada salah satu aspek tersebut tanpa melibatkan aspek
lainnya, maka akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan
masyarakat dan tidak akan menyelesaikan permasalahan kesehatan
masyarakat.
4 Program Sanimas berdasarkan aspek Kesehatan Lingkungan dinilai
efektif, efektif itu dilihat dari tujuan program SANIMAS dalam hal
untuk meningkatkan masyarakat dalam pelaksanaan pola hidup
sehat telah dilaksanakan. untuk mengetahui lebih jelasnya dapat
dilihat dari sub variabelnya yaitu :
Terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam hidup bersih
dan sehat. Intensitas dalam perilaku hidup bersih dan sehat
telah sering dilakukan oleh masyarakat target sasaran.
Indikator peningkatan kebersihan lingkungan menunjukkan
efektif hal itu terlihat dari persepsi masyarakat mengenai
kondisi lingkungan sebelum dan sesudaha adanya program
SANIMAS. sebelum adanya program Sanimas, responden
terbanyak mengatakan lingkungan banyak sampah dan banyak
tinja berjumlah 56.7% Sedangkan responden terbanyak yang
mengatakan setelah adanya program Sanimas kondisi
lingkungan menjadi sedikit sampah dan sedikit tinja berjumlah
36.7%.
Faktor yang mempengaruhinya adalah karena adanya pelatihan atau
kampanye kesehatan kepada masyarakat target sasaran. Sehingga
masyarakat menjadi lebih peduli akan kebersihan lingkungan.
Secara garis besar hasil dari penelitian ini bisa disimpulkan
bahwa dari sisi pelaksanaannya dan hasil pemanfaatan program Sanimas
ini dikatakan efektif dan berhasil namun dilihat dari penyediaan
prasarana dan sarana air limbah kurang efektif karena jumlah
masyarakat yang menggunakan sarana Sanimas ini berkurang dan tidak
sesuai dari jumlah target masyarakat sasaran.
6.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang bisa diberikan dalam penelitian ini demi
berlangsungnya dan keberlanjutannya program SANIMAS di Kampung
Pulo adalah :
1. Agar masyarakat lebih peduli lagi terhadap keberlanjutan
sarana ini maka sebaiknya pihak KSM dan TFL (Tim
Sanimas) perlu melakukan lagi sosialisasi kepada masyarakat
mengenai program Sanimas termasuk dalam hal
pemeliharaan sarana Sanimas yang sudah terbangun..
Diharapkan dengan adanya sosialisasi lagi masyarakat akan
kembali menjadi lebih peduli akan keberlanjutan sarana ini
dan perbaikan kesehatan lingkungan menjadi lebih
meningkat.
2. Masyarakat yang diberikan pelatihan sebaiknya diarahkan
agar pelatihan tersebut dapat memberikan kontribusi untuk
keberlanjutan program SANIMAS, di Kampung Pulo,
sehingga pelatihan yang diberikan tidak menjadi sia-sia.
3. Pertimbangan letak lokasi menjadi penting karena itu akan
mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan sarana MCK
ini. Maka dari itu sarana SANIMAS sebaiknya ditempatkan
di tempat yang letaknya strategis dan tidak terlalu jauh dari
rumah masyarakat pengguna, maksimal jarak dan waktu
tempuh dari rumah penduduk ke MCK adalah 2 menit (jarak
100 m) sehingga masyarakat pengguna dapat
menjangkaunya.
4. Salah satu solusi dalam penyediaan air bersih hendaknya
pengurus KSM Sanimas mengajukan usulan kepada PDAM
Kabupaten Tangerang berupa penyediaan hidran umum agar
masyarakat mendapatkan air bersih yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
2. Arifin, Munif. 2009. Beberapa Pengertian Tentang Sanitasi
Lingkungan. http//inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-
lingkungan.html, diakses pada tanggal 14 Juli 2009.
3. Budiani, Ni Wayan. 2007. Efektivitas Program Penanggulangan
Pengangguran Karang Taruna ”Eka Bhakti” Desa Sumerta
Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Tugas
Akhir. Jurusan Ilmu Ekonomi. Bali : Universitas Udayana.
4. Departemen PU. 2008. Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Departemen PU Telah Lakukan Sanimas di 345 Lokasi di 27
Provinsi.http//ciptakarya.pu.go.id/index2.php?option=com_content
&do_pdf=1&id=555, diakses pada tanggal 16 September 2008.
5. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman.
2006 .Panduan Umum Pelaksanaan SANIMAS. Jakarta :
Departemen Pekerjaan Umum.
6. Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta
: UPP AMP YKPN.
7. Hariwijaya, M. dan Bisri M. Djaelani. 2008. Teknik Menulis
Skripsi dan Tesis Disertai Contoh Proposal Skripsi. Yogyakarta:
Hanggar Kreator.
8. Kurniawan, Teguh. 2003. Populasi, Ruang Muka Bumi, dan
Infrastruktur Kota. 15 November 2008. www.sinar harapan.com
9. Kustiah, Tuti Ir. 2005. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi
Berbasis Masyarakat. Jakarta : Badan Penelitian Pengembangan,
Departemen Pekerjaan Umum. http//www.
pu.go.id/publik/ind/produk/seminar/kolokium2005/kolokium2005_
10.pdf, diakses pada tanggal 16 September 2008, diakses pada
tanggal 14 September 2008.
10. Marzali, Amri. 2003. Akses Peran Serta Masyarakat; Lebih
Jauh Memahami Community Development. Jakarta : Indonesia
Center For Suistainable Development (ICSD) .
11. Mawandy, Erwin. 2003. Studi Problematik Pemanfaatan Ruang
dan Manajemen pada Stasiun Kereta Api Gambir. Tugas Akhir.
Jurusan Teknik Planologi. Jakarta : Universitas Indonusa Esa
Unggul.
12. Moleong, Dr. Lexy J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
13. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2008 Metodologi Penelitian,
Jakarta : Bumi Aksara.
14. PB. Triton. 2006. SPSS 13.0 Terapan : Riset Statistik
Parametrik. Yogyakarta : CV. Andi Offset.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
16. Harapan Pulo, Kelompok Swadaya Masyarakat. 2006. Laporan
Rencana Pembangunan SANIMAS. Tangerang.
17. Rodiana, Siti. 2007. Indikator Keberhasilan Program
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). Tugas Akhir.
Jurusan Teknik Planologi. Jakarta : Universitas Indonusa Esa
Unggul.
18. Sanusi. Bachrawi. 2000. Pengantar Perencanaan Pembangunan.
Jakarta : Universitas Indonesia.
19. SNI 03-2399-2002. Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
20. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : PT Alfabeta.
21. Sujuarto, Djoko. Pengantar Planologi. Bandung : ITB.
22. Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004, Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan, Yogyakarta : Gava Media
23. Suryokusumo, R. Ferry Anggoro. 2008. Pelayanan Publik dan
Pengelolaan Infrastrutur Perkotaan. Yogyakarta : Sinergi
Publishing.
24. Undang-undang No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
25. United Nations. Laporan Pencapaian Milenium Development
Indonesia Tahun 2004
26. United Nations. Laporan Pencapaian Milenium Development
Indonesia. 2007
27. WASPOLA. 2006. Proyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana
Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia.
Laporan Akhir : Studi Dampak Pembangunan Sanimas (Sanimas
Outcome Monitoring Study).
28. Yanti, Noor Indah. 2006. Identifikasi Partisipasi Masyarakat
Dalam Pemeliharaan Jalan Di Perumahan. Tugas Akhir. Jurusan
Teknik Planologi. Jakarta : Universitas Indonusa Esa Unggul.
LAMPIRAN A : KOMPILASI DATA KUESIONER
Tabel 1 Perhitungan Profil Sosial-Ekonomi
No Pertanyaan Jawaban Jumlah
Responden (jiwa)
Persentase (%)
SD 15 50.0
SLTP 8 26.7
SLTA 4 13.3
Akademi/ Perguruan Tinggi 3 10.0
1 Pendidikan terakhir
Total 30 100.0 PNS/ABRI 2 6.7
Karyawan 8 26.7
Wiraswasta 4 13.3
Pedagang 2 6.7
Petani 7 23.3
Buruh 4 13.3
Tukang/Ahli 3 10.0
2 Apa pekerjaan Bapak/ Ibu
Total 30 100 < Rp. 900.000 13 43.3
Rp. 900.000-Rp. 1.500.000 13 43.3
Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000 1 3.3
Rp. 2.000.000-Rp. 2.500.000 2 6.7
> Rp. 2.500.000 1 3.3
3
Berapa jumlah penghasilan bapak/ Ibu per bulannya?
Total 30 100
Tabel 2 Perhitungan Pada Aspek Penggunaan Sarana Sanitasi
No Pertanyaan Jawaban Jumlah Responden
(jiwa
Persentase (%)
Pengguna 7 23.3
Bukan Pengguna 23 76.7 1
Apakah Anda pengguna MCK Sanimas? Total 30 100.0
Pertanyaan khusus responden pengguna 1 kali 1 14.3
2 kali 6 85.7
3 kali 0 0
4 kali 0 0
2 Berapa kali anda menggunakan MCK SANIMAS dalam sehari
Total 7 100.0 Mandi Cuci 0 0
Kakus/ BAB 7 100
Mandi dan Cuci 0 0
Mandi dan Kakus/ BAB 0 0
Cuci dan Kakus/ BAB 0 0
Mandi, cuci dan kakus/ BAB 0 0
3 Kegiatan apa yang dilakukan di MCK SANIMAS
Total 7 100.0 Mudah dan Murah 7 100
Mudah dan mahal 0 0
Sulit dan murah 0 0
Sulit dan mahal 0 0
4 Apa pendapat anda mengenai penggunaan MCK SANIMAS
Total 7 100.0
Lanjutan Tabel 2
No Pertanyaan Jawaban Jumlah Responden
(jiwa
Persentase (%)
Dekat 7 100.0
Sedang 0 0
5 Bagaimana jarak antara sarana SANIMAS dengan rumah anda?
Jauh 0 0
Total 7 100.0 Pertanyaan khusus responden bukan pengguna
Sudah punya MCK sendiri di rumah
9 39.1
Kualitas air tidak bagus/ asin 2 8.7
Jaraknya jauh dari rumah ke MCK SANIMAS
12 52.2
6 Mengapa anda tidak
menggunakan MCK
SANIMAS
Total 23 100.0
Lanjutan Tabel 2
No Pertanyaan Jawaban Jumlah Responden
(jiwa
Persentase (%)
Pertanyaan untuk semua responden Ada 8 26.7
Tidak ada 2 0.0
Tidak Tahu 22 73.3 7
Adakah iuran yang dikeluarkan untuk penggunaan MCK Sanimas? Total 30 100
Setiap menggunakan MCK Sanimas
1 3.3
1 bulan sekali 7 23.3
Tidak tahu 22 73.3 8
Kapan Pembayaran iuran terebut dibayarkan?
Total 30 100.0 Rutin 7 23.3
Tidak rutin 0 0.0
Tidak pernah membayar iuran 23 76.7 9
Apakah anda rutin membayar iuran tersebut? Total 30 100.0
Rp. 5000 7 23.3
Rp. 10.000 0 0.0 10
Berapakah jumlah iuran yang harus dikeluarkan tiap bulannya?
Tidak tahu 23 76.7
Total 30 100.0
Tabel 3 Perhitungan Pada Aspek Kesehatan Lingkungan
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Responden bukan
pengguna
Total Persentase (%)
Sering dilakukan 6 16 22 73.3
Kadang-kadang dilakukan
1 7 8 26.7
Belum dilakukan 0 0 0 0.0
1
Intensitas dalam kegiatan menutup makanan
Total 7 23 30 100.0 Sering dilakukan
7 17 24 80.0
Kadang-kadang dilakukan
0 6 20 26.7
Belum dilakukan
0 0 0 0
2 Intensitas dalam kegiatan minum air yang dimasak
Total 7 23 30 100.0
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Responden bukan
pengguna
Total Persentase (%)
Sering dilakukan
7 22 29 96.7
Kadang-kadang dilakukan
0 1 1 3.3
Belum dilakukan
0 0 0 0.0
3
Intensitas dalam kegiatan masak dan minum menggunakan air bersih ?
Total 7 23 30 100.0
Sering dilakukan
6 19 25 83.3
Kadang-kadang dilakukan
1 4 5 16.7
Belum dilakukan
0 0 0 0.0
4
Intensitas dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun ?
Total 7 23 30 100.0
Sering dilakukan
2 18 20 66.7
Kadang-kadang dilakukan
5 5 10 33.3
Belum dilakukan
0 0 0 0.0
5 Intensitas dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun sesudah BAB
Total 7 23 30 100.0
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Responden bukan
pengguna
Total Persentase (%)
Sering dilakukan
7 13 20 66.7
Kadang-kadang dilakukan
0 5 5 16.7
Belum dilakukan
0 5 5 16.7
6
Intensitas dalam kegiatan membuang tinja di MCK
Total 7 23 30 100.0
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Responden bukan
pengguna
Total Persentase (%)
Berbau, tersumbat dan penuh tinja.
1 0 1 3.3
Berbau, tersumbat dan sedikit tinja.
1 1 2 6.7
Berbau, tersumbat dan tidak ada tinja
0 0 0 0.0
Berbau, mengalir dan penuh tinja
1 2 3 10.0
Berbau, mengalir, dan sedikit tinja
2 6 8 26.7
7
Bagaimana kondisi selokan/ sungai di kampung saat ini?
Berbau, mengalir dan tidak ada tinja
1 8 9 30.0
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Responden bukan
pengguna
Total Persentase (%)
Tidak berbau, tersumbat, dan penuh tinja
0 0 0 0.0
Tidak berbau, tersumbat, dan sedikit tinja
0 0 0 0.0
Tidak berbau, tersumbat dan tidak ada tinja
0 0 0 0.0
Tidak berbau, mengalir dan penuh tinja
0 0 0 0.0
Tidak berbau, mengalir dan sedikit tinja
1 3 4 13.3
Tidak berbau, mengalir dan tidak ada tinja
0 3 3 10.0
7
Bagaimana kondisi selokan/
sungai di kampung saat
ini?
Total 7 23 30 100.0
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Responden bukan
pengguna
Total Persentase (%)
Banyak sampah dan banyak tinja.
4 13 17 56.7
Banyak sampah dan sedikit tinja
0 0 0 0.0
Banyak sampah dan tidak ada tinja
0 2 2 6.7
Sedikit sampah dan banyak tinja.
1 3 4 13.3
Sedikit sampah dan sedikit tinja.
1 4 5 16.7
Sedikit sampah dan tidak ada tinja.
0 0 0 0.0
Tidak ada sampah dan banyak tinja
1 0 1 3.3
8
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini sebelum adanya program SANIMAS?
Tidak ada sampah dan sedikit tinja
0 0 0 0.0
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Responden bukan
pengguna
Total Persentase (%)
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini sebelum adanya program SANIMAS?
Tidak ada sampah dan tidak ada tinja
0 1 1 3.3 8
Total 7 23 30 100.0
Banyak sampah dan banyak tinja.
0 3 3 10.0
Banyak sampah dan
kit
seditinja
1 4 5 16.7
Bas
nyak ampah
dan tidak ada tinja
0 4 4 13.3
9
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini setelah adanya program SANIMAS? Sedikit
sampah dan banyak tinja.
0 0 0 0.0
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Reaponden bukan
pengguna
Total
Peresentase (%)
Sedikit sampah dan sedikit tinja.
4 7 11 36.7
Sedikit sampah dan tidak ada tinja.
1 4 5 16.7
Tidak ada sampah dan
yak ja
bantin
0 0 0 0.0
Tidak ada sampah dan sedikit tinja
0 0 0 0.0
Tidak ada sampah dan tidak ada tinja.
1 1 2 6.7
9
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini setelah adanya program SANIMAS?
Total 7 23 30 100
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa
No Pertanyaan Jawaban Responden Pengguna
Reaponden bukan
pengguna
Total
Peresentase (%)
Berwarna 0 0 0 0.0
Berasa asin
7 16 23 76.7
Berbau 0 0 0 0.0
Berwarna dan berbau
0 0 0 0.0
Berwarna dan berasa 0 0
0 0.0
Berasa dan berbau 0 1
1 3.3
Berwarna, berasa, dan berbau 0 0
0 0.0
Antah 0 6 6 20.0
10
Bagaimana kualitas air di lingkungan anda ?
Total 7 23 30 100.0
LAMPIRAN B : DESAIN SURVEI
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik
Universitas Indonusa Esa Unggul- Jakarta
KUESIONER PENELITIAN PENGGUNA SARANA MCK PLUS GUNA
KEPERLUAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
PENGANTAR
Penyebaran kuesioner ini semata-mata dilakukan sebagai bahan
masukan dalam pengerjaan Tugas Akhir. Dengan segala kerendahan hati
saya mohon untuk dapat mengisi pertanyaan dengan baik dan benar.
Atas kesediaan dan waktu yang diberikan saya ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang telah disediakan
Pelaksana Wawancara : .............................................................
Lokasi wawancara : KAMPUNG PULO RW 04
RT : (a) 21 (d) 24
(b) 22 (e) 25
(c) 23
Jam Wawancara : .............................................................
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ........................................................................
2. Alamat Tinggal : ........................................................................
3. Umur : ........................................................................
4. Jenis kelamin : (L / P)
5. Pendidikan terakhir :
a. SD
b. SLTP
c. SLTA
d. Akademi/ Perguruan Tinggi
6. Apa Pekerjaan Utama Bapak/ Ibu (Pilihan Tunggal) beri tanda x
No Pekerjaan Utama Jawaban
1 PNS/ ABRI
2 Karyawan
3 Wiraswasta
4 Pedagang
5 Petani
6 Buruh
7 Tukang/ Ahli
8 Ibu Rumah Tangga
7. Berapakah Jumlah Penghasilan Bapak/ Ibu per bulannya
No Jumlah Penghasilan Jawaban
1 < Rp. 900.000
2 Rp. 900.000- Rp. 1.500.000
3 Rp. 1.500.000- Rp. 2000.000
4 Rp. 2.000.000-Rp. 2.500.000
5 > Rp. 2.500.000
B. Aspek Penggunaan Sarana Sanitasi
1. Apakah Anda pengguna MCK Sanimas ?
a. Pengguna
b. Bukan pengguna
Jika jawabannya pengguna, lanjutkan ke pertanyaan no 2-10
kecuali no 5
Jika jawabannya bukan pengguna, langsung lanjutkan ke
pertanyaan no 5-10
2 Berapa kali anda menggunakan MCK SANIMAS dalam sehari?
c. 1 kali
d. 2 kali
e. 3 kali
f. Lebih dari 3 kali.
3. Kegiatan apa yang anda lakukan di MCK SANIMAS ?
a. Mandi e. Mandi dan kakus/ BAB
b. Cuci f. Cuci dan Kakus/ BAB
c. Kakus/ Buang Air Besar g. Mandi, cuci dan kakus
d. Mandi dan cuci
4. Apa pendapat anda mengenai penggunaan MCK SANIMAS?
a. Mudah dan murah
b. Mudah dan mahal
c. Sulit dan murah
d. Sulit dan mahal
5. Mengapa anda tidak menggunakan MCK SANIMAS?
a. Sudah punya MCK sendiri di rumah
b. Kualitas air tidak bagus/ airnya asin
c. Jaraknya jauh dari rumah ke MCK SANIMAS
6. Bagaimana jarak antara sarana SANIMAS dengan rumah anda?
a. Dekat
b. Sedang
c. jauh
7. Adakah iuran yang dikeluarkan untuk penggunaan MCK
SANIMAS ?
a. Ada
b. Tidak ada
8. Kapan pembayaran iuran tersebut di bayarkan ?
a. Setiap menggunakan MCK SANIMAS
b. 1 bulan sekali
c. Tidak tahu, alasannya…
9. Apakah anda rutin membayar iuran tersebut
a. Rutin
b. Tidak rutin
c. Tidak pernah membayar iuran, alasannya………
10. Berapakah jumlah iuran yang harus dikeluarkan tiap bulannya
a. Rp 5000
b. Rp 10.000
c. Tidak tahu, alasannya …………
C. Aspek Kesehatan Lingkungan
1. Intensitas dalam kegiatan menutup makanan ?
a. Sering dilakukan
b. Kadang-kadang dilakukan
c. Belum dilakukan
2. Intensitas dalam kegiatan minum air yang dimasak ?
a. Sering dilakukan
b. Kadang-kadang dilakukan
c. Belum dilakukan
3. Intensitas dalam kegiatan masak dan minum menggunakan air
bersih ?
a. Sering dilakukan
b. Kadang-kadang dilakukan
c. Belum dilakukan
4. Intensitas dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun?
a. Sering dilakukan
b. Kadang-kadang dilakukan
c. Belum dilakukan
5. Intensitas dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun sesudah
Buang Air Besar ?
a. Sering dilakukan
b. Kadang-kadang dilakukan
c. Belum dilakukan
6. Intensitas dalam kegiatan membuang tinja di MCK
d. Sering dilakukan
e. Kadang-kadang dilakukan
f. Belum dilakukan
7. Bagaimana kondisi selokan/ sungai di kampung saat ini?
a. Berbau, tersumbat dan penuh tinja.
b. Berbau, tersumbat dan sedikit tinja.
c. Berbau, tersumbat dan tidak ada tinja
d. Berbau, mengalir dan penuh tinja
e. Berbau, mengalir, sedikit tinja
f. Berbau, mengalir dan tidak ada tinja
g. Tidak berbau, tersumbat, dan penuh tinja
h. Tidak berbau, tersumbat, dan sedikit tinja
i. Tidak berbau, tersumbat dan tidak ada tinja
j. Tidak berbau, mengalir dan penuh tinja
k. Tidak berbau, mengalir dan sedikit tinja
l. Tidak berbau, mengalir dan tidak ada tinja.
8. Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan
tanah kosong) di kampung ini sebelum adanya program
SANIMAS?
ö. Banyak sampah dan banyak tinja.
dd. Banyak sampah dan sedikit tinja
bb. Banyak sampah dan tidak ada tinja
cc. Sedikit sampah dan banyak tinja.
dd. Sedikit sampah dan sedikit tinja.
ee. Sedikit sampah dan tidak ada tinja.
ff. Tidak ada sampah dan banyak tinja
gg. Tidak ada sampah dan sedikit tinja
hh. Tidak ada sampah dan tidak ada tinja.
9. Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan
tanah kosong) di kampung ini setelah adanya program SANIMAS?
a. Banyak sampah dan banyak tinja.
b. Banyak sampah dan sedikit tinja
c. Banyak sampah dan tidak ada tinja
d. Sedikit sampah dan banyak tinja.
e. Sedikit sampah dan sedikit tinja.
f. Sedikit sampah dan tidak ada tinja.
g. Tidak ada sampah dan banyak tinja
h. Tidak ada sampah dan sedikit tinja
i. Tidak ada sampah dan tidak ada tinja.
10. Bagaimana kualitas air di lingkungan anda ?
a. Berwarna e. Berwarna dan berasa
b. Berasa asin f. Berasa dan berbau
c. Berbau g. Berasa dan berbau
d. Berwarna dan berbau h. Antah
LAMPIRAN C : ANALISA FREQUENCIES
Tabel 1 Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Laki-laki 26 86.7 86.7 86.7
perempuan 4 13.3 13.3 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 2 Kelompok Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
20-29 3 10.0 10.0 10.0
30-39 16 53.3 53.3 63.3
40-49 5 16.7 16.7 80.0
50-59 4 13.3 13.3 93.3
60 tahun k atas 2 6.7 6.7 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 3 Pendidikan Terakhir
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
SD 15 50.0 50.0 50.0
SLTP 8 26.7 26.7 76.7
SLTA 4 13.3 13.3 90.0
Akademi/ Perguruan Tinggi 3 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 4 Pekerjaan
Frequency Percent
Valid
Percent Cumulative Percent
PNS/ABRI 2 6.7 6.7 6.7
Karyawan 8 26.7 26.7 33.3
Wiraswasta 4 13.3 13.3 46.7
Pedagang 2 6.7 6.7 53.3
Petani 7 23.3 23.3 76.7
Buruh 4 13.3 13.3 90.0
ibu rumah
tangga 3 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 5 Penghasilan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
kurang dari Rp. 900.000 13 43.3 43.3 43.3
Rp. 900.000-Rp.1.500.000 13 43.3 43.3 86.7
Rp. 1.500.000-Rp. 2000.000 1 3.3 3.3 90.0
Rp. 2000.000-Rp. 2.500.000 2 6.7 6.7 96.7
Lebih dari Rp. 2.500.000 1 3.3 3.3 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 6 Tempat BAB responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Kebun, sungai,
sawah, tanah
kosong
8 26.7 26.7 26.7
WC d rumah
sendiri 15 50.0 50.0 76.7
MCK SANIMAS 7 23.3 23.3 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 7 Tipe responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
pengguna 7 23.3 23.3 23.3
bukan pengguna 23 76.7 76.7 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 8 Intensitas responden dalam menggunakan MCK SANIMAS
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
1 kali 1 3.3 14.3 14.3
2 kali 6 20.0 85.7 100.0
Valid
Total 7 23.3 100.0
Missing tidak menjawab 23 76.7
Total 30 100.0
Tabel 9 Kegiatan yang dilakukan di MCK SANIMAS
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Kakus/ Buang Air Besar 7 23.3 100.0 100.0
Missing tidak menjawab 23 76.7
Total 30 100.0
Tabel 10 Pendapat Responden Mengenai penggunaan MCK SANIMAS
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Mudah dan murah 7 23.3 100.0 100.0
Missing tidak menjawab 23 76.7
Total 30 100.0
Tabel 11 Alasan responden tidak menggunakan MCK SANIMAS
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
punya MCK sendiri 8 26.7 34.8 34.8
kualitas air tidak bagus 2 6.7 8.7 43.5
jarak yang jauh 13 43.3 56.5 100.0
Valid
Total 23 76.7 100.0
Missing tidak menjawab 7 23.3
Total 30 100.0
Tabel 12 Jarak antara MCK SANIMAS dengan Rumah Responden
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Dekat 9 30.0 30.0 30.0
Sedang 6 20.0 20.0 50.0
Jauh 15 50.0 50.0 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 13 Adakah iuran yang dikeluarkan untuk MCK SANIMAS
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
ada 8 26.7 26.7 26.7
Tidak tahu 22 73.3 73.3 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 14 Waktu Untuk Pembayaran Iuran
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
setiap menggunakan MCK
SANIMAS 1 3.3 3.3 3.3
1 bulan sekali 7 23.3 23.3 26.7
tidak tahu 22 73.3 73.3 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 15 Tingkat Kerutinan Membayar Iuran
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
rutin 7 23.3 23.3 23.3
Tidak pernah membayar
iuran 23 76.7 76.7 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 16 Jumlah Iuran
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Rp. 5000 7 23.3 23.3 23.3
Tidak pernah membayar
iuran 23 76.7 76.7 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 17 Intensitas Dalam Kegiatan Menutup Makanan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
sering dilakukan 22 73.3 73.3 73.3
kadang-kadang dilakukan 8 26.7 26.7 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 18 Intensitas Dalam Kegiatan Minum Air yang Dimasak
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
sering dilakukan 24 80.0 80.0 80.0
kadang-kadang dilakukan 6 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 19 Intensitas Dalam Kegiatan Masak dan Minum Menggunakan Air Bersih
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
sering dilakukan 29 96.7 96.7 96.7
kadang-kadang dilakukan 1 3.3 3.3 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 20 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan Sabun
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
sering dilakukan 25 83.3 83.3 83.3
kadang-kadang dilakukan 5 16.7 16.7 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 21 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan Sabun Sesudah BAB
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
sering dilakukan 20 66.7 66.7 66.7
kadang-kadang dilakukan 10 33.3 33.3 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 22 Intensitas Dalam Kegiatan Membuang Tinja di MCK
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
sering dilakukan 20 66.7 66.7 66.7
kadang-kadang dilakukan 5 16.7 16.7 83.3
belum dilakukan 5 16.7 16.7 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 23 Kondisi Selokan/ Sungai
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
berbau,tersumbat dan penuh
tinja 1 3.3 3.3 3.3
berbau,tersumbat dan sedikit
tinja 2 6.7 6.7 10.0
berbau,mengalir dan penuh
tinja 3 10.0 10.0 20.0
berbau,mengalir dan sedikit
tinja 8 26.7 26.7 46.7
berbau,mengalir dan tidak
ada tinja 9 30.0 30.0 76.7
tidak berbau, mengalir dan
sedikit tinja 4 13.3 13.3 90.0
tidak berbau, mengalir dan
tidak ada tinja 3 10.0 10.0 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 24 Kondisi Lingkungan Sebelum Adanya Program SANIMAS
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
banyak sampah dan banyak
tinja 17 56.7 56.7 56.7
banyak sampah dan tidak
ada tinja 2 6.7 6.7 63.3
sedikit sampah dan banyak
tinja 4 13.3 13.3 76.7
sedikit sampah dan sedikit
tinja 5 16.7 16.7 93.3
tidak ada sampah dan
banyak tinja 1 3.3 3.3 96.7
tidak ada sampah dan tidak
ada tinja 1 3.3 3.3 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 25 Kondisi Lingkungan Sesudah Adanya Program SANIMAS
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
banyak sampah dan banyak
tinja 3 10.0 10.0 10.0
banyak sampah dan sedikit
tinja 5 16.7 16.7 26.7
banyak sampah dan tidak
ada tinja 4 13.3 13.3 40.0
sedikit sampah dan sedikit
tinja 11 36.7 36.7 76.7
sedikit sampah dan tidak ada
tinja 5 16.7 16.7 93.3
tidak ada sampah dan tidak
ada tinja 2 6.7 6.7 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
Tabel 26 Kualitas air di lingkungan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
berasa 23 76.7 76.7 76.7
berasa dan berbau 1 3.3 3.3 80.0
antah 6 20.0 20.0 100.0
Valid
Total 30 100.0 100.0
LAMPIRAN D
Tabel 1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
KELAS PARAMETER SATUAN I II III IV KETERANGAN
FISIKA
Temperatur ºc
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 5 Deviasi
Temperatur dari keadaan alamiah
Residu Terlarut mg/L 1000 1000 1000 2000
Residu Tersuspensi mg/L 50 50 400 400
Bagi pengolahan air minum secara konvensial, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/L
KIMIA ANORGANIK
ph
6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 - 9
Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/L 2 3 6 12 COD mg/L 10 25 50 100
DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas mimimum
Total Fosfor sebagai p mg/L 0,2 0,2 1 5
NO3 sebagai N mg/L 10 10 20 20
NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-)
Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3
Arsen mg/L 0,05 1 1 1 obalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
Lanjutan Tabel 1
KELAS PARAMETER SATUAN I II III IV
KETERANGAN
Barium mg/L 1 (-) (-) (-) Boron mg/L 1 1 1 1 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01
Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/L
Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-)
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/L
Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/L
Mangan mg/L 1 (-) (-) (-) Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005
Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/L
Khlorida mg/L 1 (-) (-) (-) Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-) Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-)
Lanjutan Tabel 1
KELAS PARAMETER SATUAN
I II III IV KETERANGAN
Nitrit sebagai N mg/L 0,06 0,06 0,06 (-)
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2_N ≤ 1 mg/L
Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)
Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 (-) (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
Belerang sebagai H2S mg/L 0,002 0,002 0,002 (-)
MIKROBIOLOGI Fecal coliform jml/100
ml 100 1000 2000 2000
Total coliform jml/100 ml
1000 5000 10000 10000
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤ 2000 jml/ 100 ml dan total coliform ≤ 10000 jml/ 100 ml
RADIOAKTIVITAS
Gross-A bg/L 0,1 0,1 0,1 0,1
Gross-B bg/L 1 1 1 1
Lanjutan Tabel 1
KELAS PARAMETER SATUAN I II III IV KETERANGAN
KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug/L 1000 1000 1000 (-) Detergen sebagai MBAS ug/L 200 200 200 (-)
Senyawa Fenol sebagai Fenol ug/L 1 1 1 (-)
BHC ug/L 210 210 210 (-) Aldrin/ Dieldrin ug/L 17 (-) (-) (-) Chlordane ug/L 3 (-) (-) (-) DDT ug/L 2 2 2 2 Heptachlor dan Heptachlor epoxide
ug/L 18 (-) (-) (-)
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-) Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-) Endrin ug/L 1 4 4 (-) Toxaphan ug/L 5 (-) (-) (-)
Keterangan = Lampiran PP No 82 Tahun 2001
Matrix Hasil Kuesioner
Tabel 1 Pertanyaan Kuisioner Identifikasi Responden
B No Responden
Nama Alamat Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 b z z z a c c c c Kasim RT 21 a f a d b b c 2 Nasim RT 21 a f a d b b b z z z b a c c c c 3 Madin RT 21 a c b f a b b z z z a b c c c c 4 Titien RT 21 b c c h c b b z z z a c c c c c 5 Sarja RT 21 a c b b a b b z z z c b c c c c 6 Udin RT 22 a d a e b a b z z z b b c c c c 7 Bajun RT 22 a c a c b b b z z z a b c c c c 8 Partono RT 22 a e a e b a b z z z c c c c c c 9 Pardi RT 22 a c b b b b b z z z a c c c c c
10 Tukiman RT 22 a e d a e b b z z z a b c c c c 11 Amin RT 22 a c c b b b b z z z a b c c c c 12 Hasan RT 23 a c b b b c a b c a z a a b a a 13 Unus RT 23 a c a f a c a b c a z a a b a a 14 Sariyati RT 23 b b d a d b b z z z a a a a c c 15 Jasan RT 23 a e a e a c a b c a z a a b a a 16 Samsudin RT 23 a c a f a c a b c a z a a b a a 17 Ersih RT 23 b c a h a c a b c a z a a b a a 18 Omay RT 23 a c d c d c a a c a z a a b a a 19 Marsin RT 23 a c a f a c a b c a z a a b a a 20 Lukman RT 24 a c c c b b b z z z c c c c c c 21 Wahid RT 24 a c c c b b b z z z c c c c c c 22 Barda RT 24 a c b b b b b z z z c c c c c c Sumber : Hasil Kuisioner 2010
Lanjutan Tabel 1 Pertanyaan Kuisioner Identifikasi Responden
B No
Responden
Nama Alamat Jenis Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
23 Anah RT 24 b c a h b b b z z z c c c c c c 24 Nurdin RT 24 a b b b b b b z z z c c c c c c 25 Jamian RT 25 a d a b a a b z z z c c c c c c 26 Masdin RT 25 a b a b a a b z z z c c c c c c 27 Jamsur RT 25 a e b e a a b z z z c c c c c c 28 Asip RT 25 a d b e a a b z z z c c c c c c 29 Ujang RT 25 a d a e a a b z z z c c c c c c 30 Salam RT 25 a d a e a a b z z z c c c c c c
Sumber : Hasil Kuisioner 2009
Tabel 2 Pertanyaan Kuisioner Identifikasi Responden
C No Responden
Nama Alamat Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Kasim RT 21 a f a d b a a a a a a k d e b 2 Nasim RT 21 a f a d b a a a a a a k e f b 3 Madin RT 21 a c b f a a a a a a a f a f b 4 Titien RT 21 b c c h c a a a a a a f a a b 5 Sarja RT 21 a c b b a b b b a a a l i i b 6 Udin RT 22 a d a e b b b a a a b k d f b 7 Bajun RT 22 a c a c b b b a a a a e d e b 8 Partono RT 22 a e a e b b b a a a c f e f b 9 Pardi RT 22 a c b b b a a a b b b e a b h 10 Tukiman RT 22 a e d a e a a a a a a e a e h 11 Amin RT 22 a c c b b a a a a a a e a e h 12 Hasan RT 23 a c b b b a a a a b a k d f b 13 Unus RT 23 a c a f a b a a b b a e a b b 14 Sariyati RT 23 b b d a d a a a b a a e e b b 15 Jasan RT 23 a e a e a a a a a b a e g i b 16 Samsudin RT 23 a c a f a a a a a b a f e e b 17 Ersih RT 23 b c a h a a a a a b a a a e b 18 Omay RT 23 a c d c d a a a a a a d a e b 19 Marsin RT 23 a c a f a a a a a a a b a e b 20 Lukman RT 24 a c c c b b b a a a a l c e b 21 Wahid RT 24 a c c c b b b a a a a l c c b 22 Barda RT 24 a c b b b a a a a a a f a e b 23 Anah RT 24 b c a h b b a a a a c e e e b 24 Nurdin RT 24 a b b b b a a a a a a f a c h Sumber : Hasil Kuisioner 2010
Lanjutan Tabel 2 Pertanyaan Kuisioner
S
Ket
Identifikasi Responden C
No Responden
Nama Alamat Jenis Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
25 Jamian RT 25 a d a b a a a a a a b b a c b 26 Masdin RT 25 a b a b a a a a a a c f a c b 27 Jamsur RT 25 a e b e a a a a b b b f a b h 28 Asip RT 25 a d b e a a a a b b b f a b h 29 Ujang RT 25 a d a e a a a a a b c d a a b 30 Salam RT 25 a d a e a a a a a b c d a a f
umber : Hasil Kuisioner 2010
erangan : Z : Tidak Menjawab
Daftar Istilah
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara
APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
BLM : Bantuan Langsung Masyarakat
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Tinja
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK : Mandi Cuci Kakus
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
RKM : Rencana Kerja Masyarakat
RPA : Rapid Participatory Assesment
SANIMAS : Sanitasi Berbasis Masyarakat
SDM : Sumber Daya Manusia
SNI : Standar Nasional Indonesia
TFL : Tim Fasilitator Lapangan
WHO : World Health Organization
Daftar Definisi
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
Forum Musyawarah, tempat masyarakat menyampaikan
aspirasi.
Ladder 1
Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan
mengkaji manfaat dan nilai guna iuran yang dirasakan oleh
masyarakat dalam kegiatan pembangunan sarana sanitasi
kampong serta digunakan untuk menilai kesiapan
amsyarakat berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur
sanitasi
Problem Tree
Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan
mengkaji masalah-masalah sanitasi yang ada di masyarakat
dan hubungan sebab-akibat yang timbul dalam masalah
sanitasi yang mereka hadapi, menentukan masalah-masalah
inti sanitasi serta mengakaji gagasan/ rencana masyarakat
untuk memecahkan masalah sanitasi yang mereka hadapi.
Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
Suatu rencana yang dibuat oleh masyarakat sebagai
anggota Tim Kerja Masyarakat (TKM) bersama pengguna
TKM sebagai wadah untuk menampung aspirasi dari
masyarakat desa/ kampong atas proyek SANIMAS.
Rapid Participatory Assesment (RPA)
Suatu metode yang digunakan untuk melakukan pemetaan
kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi,
serta kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi secara
cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau bersama-sama
masyarakat.
SANIMAS
Dirancang untuk memberdayakan masyarakat yang berada
di lingkungan permukiman yang padat, kumuh dan miskin
diperkotaan yang difokuskan ada penanganan pembuangan
air limbah rumah tangga khususnya tinja manusia,
meskipun tidak tertutup juga untuk menangani limbah cair
industri rumah tangga yang dapat terurai secara alamiah
seperti industri thau, temped an lainnya.
Timeline
Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan
mengkaji pengalaman masyarakat dalam upaya memenuhi
kebutuhan sanitasi dasar, serta mengetahui inisiator
kegiatan dan sumber pendanaannya.
Transect Walk
Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan
mengkaji kondisi sarana sanitasi kampung yang sudah ada,
untuk menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap
fasilitas sanitasi yang ada dan menilai tingkat kelayakan
teknis sebagai prasayarat pembangunan infrastruktur
sanitasi yang direncanakan dengan cara melakukan
observasi langsung oleh TFL bersama-sama denagn
masyarakat.
Venn Diagram
Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan
mengkaji keberadaan lembaga lokal yang ada dalam
masyarakat, manfaat dan tingkat kedekatan hubungannya
dengan masyarakat.
Top Related