IDENTIFIKASI JAMUR PATOGEN TANAMAN BUAH NAGA
(Hylocereus undatus) DI PT. NUSANTARA TROPICAL FARM (NTF)
LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
Septa Chandra
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
Septa Chandra
IDENTIFIKASI JAMUR PATOGEN TANAMAN BUAH NAGA
(Hylocereus undatus) DI PT. NUSANTARA TROPICAL FARM(NTF)
LAMPUNG TIMUR
Peningkatan produksi tanaman buah naga selalu diupayakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, namun seperti halnya tanaman budidaya lainnya,
permasalahan hama dan penyakit tanaman juga menjadi salah satu faktor
pembatas peningkatan produksi buah naga. Penanaman yang dilakukan secara
luas dan monokulturakan meningkatkan resiko terjadinya ledakan hama dan
penyakit. Tidak adanya informasi yang akurat tentang jenis penyebab penyakit
yang menyerang menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan penyakit
tanaman ini sulit diatasi. Kurangnya informasi ini mengakibatkan langkah
pengendalian yang dilakukan menjadi tidak optimal. Oleh karena itu, perlu
dilakukan inventarisasi jenis patogen, agar teknik pengendalian yang nantinya
digunakan dapat tepat sasaran sehingga hasil pengendaliannya dapat lebih
optimal. Dalam penelitian ini, inventarisasi dilakukan kepada penyakit tanaman
yang disebabkan oleh jamur. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pengambilan sampel
tanaman sakit dilakukan di perkebunan PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) Di
Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur.Penelitianinibertujuanuntuk
menginventarisasi jamur patogen yang menyerang tanaman buah naga di PT.
Nusantara Tropical Farm (NTF).Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jamur
penyebab penyakit buah naga di PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) adalah
Jamur Neofusicoccum parvum yang menyebabkan gejala karat pada bagian batang
tanaman buah naga dengan tingkat serangan tertinggi 55,06, jamur Colletotrichum
gloeosporioides yang menyebabkan gejala busuk pada buah naga, jamur
Neoscytalidium dimidiatum yang menyebabkan gejala antraknosa pada bagian
batang tanaman buah naga dengan tingkat serangan tertinggi 11,67 %
Kata Kunci :Buah naga, inventarisasi jamur, patogen
Septa Chandra
IDENTIFIKASI JAMUR PATOGEN TANAMAN BUAH NAGA
(Hylocereus undatus) DI PT. NUSANTARA TROPICAL FARM (NTF)
LAMPUNG TIMUR
Oleh
Septa Chandra
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gunung Madu, Lampung Tengah pada 01 September 1992
sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Zaenal dan Ibu
Susmarida.
Pendidikan yang ditempuh penulis pertama pada SDN O4 Gunung Madu yang
diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama diselesaikan pada tahun 2008 di SMP Satya Dharma Sudjana Gunung
Madu. Sekolah Menengah Atas diselesaikan penulis pada tahun 2011 di SMKN 2
Terbanggi Besar. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Program Studi Agroteknologi melalui jalur
mandiri tertulis.
Penulis telah melaksanakan Praktik Umum pada tahun 2015 di kebun percobaan
BPTP LAMPUNG di Desa Negara Ratu Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan .
Puji dan syukur ku hanya kepada ALLOH SWT
atas segala nikmat yang telah dilimpahkan
Ku persembahkan untuk orang-orang yang sangat kusayangi :
Mamah, Papah, Adik ku yang sangat kusayangi dan kucintai
serta seluruh keluarga besar ku
Kawan-kawan yang menemaniku mengisi hari-hari disaat suka maupun
duka
Serta kepada Almamater tercinta,
Universitas Lampung
“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Alloh mengetahui dan kamu
tidak mengetahui.”
(Q. S Al Baqarah :216)
“Maka, nikmat Tuhan-Mu yang manakah yang kamu dustakan”. (Q. S Ar –
Rahman : 16 )
“Lakukan kebaikan sekecil apapun karena engkau tidak tahu Kebaikan apa yang
akan memasukkanmu ke Syurga”.
(Imam Hasan Albashri)
SANWACANA
Bismillaahi rohmaani rohiim.
Segala puji dan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta kasih sayangnya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan. Solawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Rasululloh
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi dengan judul “IDENTIFIKASI JAMUR PATOGEN TANAMAN
BUAH NAGA (Hylocereus undatus) DI PT. NUSANTARA TROPICAL FARM
(NTF) LAMPUNG TIMUR” ini disusun sebagai salah satu syarat mencapai
gelar Sarjana Pertanian di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung;
2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Universitas Lampung;
3. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M.S., selaku Ketua Bidang HPT Fakultas Pertanian
Universitas Lampung;
4. Radix Suharjo, S.P., M.Agr., Ph.D, selaku pembimbing satu yang telah
memberi gagasan, nasihat, arahan, masukan dan bimbingannya dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai;
5. Ir. JokoPrasetyo, M.P. selaku pembimbing kedua atas gagasan, nasihat,
arahan, masukan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai;
6. Ir. Efri, M.S. selaku pembahas yang senantiasa memberikan pengarahan,
kritik dan nasihat kepada penulis;
7. Ir. Tri Dewi Andalasari, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan kritik dan saran selama pelaksanaan praktik umum;
8. Papa dan Mama tercinta serta kedua adikku Calvin dan Faiq, yang senantiasa
berdoa untuk keberhasilanku, memberikan kasih sayang, dukungan, nasehat
dan semangat yang tak pernah henti.
9. Keluarga besar AK’11, Tri Fitriani, S.P., dan Riska Agustine, S.P. atas Shinta
Annisa, S.P., M.Si bantuannya, kebersamaan dan kebahagiaan selama di
Universitas Lampung;
10. Terima kasih untuk yang tersayang Gusty Wilianti Abam yang telah
memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat untuk penulis.
Semoga Alloh SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan amiiin....
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Bandar Lampung, 27 Juni 2019
Penulis,
SEPTA CHANDRA
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Tujuan .................................................................................................2
1.3 Kerangka Pemikiran ...........................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Buah Naga .............................................................5
2.2 Taksonomi dan Botani ........................................................................6
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Buah Naga .................................................8
2.4 Manfaat dan Kandungan Nutrisi
Buah Naga ..........................................................................................9
2.5 Penyakit Pada Tanaman Buah Naga ...................................................9
2.6 Penyakit Buah Naga ...........................................................................11
2.6.1 Busuk Cokelat (Fusarium sp.) .................................................11
2.6.2 Antraknosa ...............................................................................12
2.6.3 Kudis ........................................................................................12
2.6.4 Busuk Batang (Erwinia sp.) .....................................................12
2.6.5 Busuk Hitam ............................................................................13
2.6.6 Bercak Merah ...........................................................................14
III. Bahan Dan Metode
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................15
3.2 Bahan dan Alat ...................................................................................15
3.3 Pelaksanaan Penelitian .......................................................................16
3.3.1 Isolasi .......................................................................................16
3.3.2 Pemurnian ................................................................................16
3.3.3 Uji Patogenesitas .....................................................................16
3.3.4 Identifikasi ...............................................................................18
3.3.5 Perhitungan Keparahan Penyakit
di Lapangan .............................................................................18
IV. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan ...............................................................................21
4.1.1 Kondisi Kebun Buah Naga di PT. NTF ...............................21
4.1.2 Jenis Penyakit Yang di Temukan
di Lapangan ..........................................................................21
4.1.3 Isolasi Bagian Buah dan Batang ...........................................23
4.1.3.1 Hasil Isolasi Pada Bagian Buah ...........................................23
4.1.3.2 Hasil Isolasi Pada Bagian Batang .........................................24
4.1.4 Patogenesitas ........................................................................27
4.1.4.1 Patogenesitas Pada Buah ......................................................27
4.1.4.2 Patogenesitas Pada Batang Buah Naga ................................27
4.1.5 Keparahan Penyakit .................................................................30
V. Simpulan Dan Pembahasan
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Penyakit busuk coklat pada tanaman buah naga .....................................11
2. Penyakit antraknosa pada tanaman buah naga ........................................12
3. Penyakit kudis pada tanaman buah naga .................................................12
4. Penyakit busuk batang pada tanaman buah naga ....................................12
5. Penyakit busuk hitam pada tanaman buah naga ......................................13
6. Penyakit bercak merah pada tanaman buah naga ....................................14
7. Layout sampel yang diamati ...................................................................19
8. Gejala penyakit busuk buah dari lapangan..............................................21
9. Gejala penyakit karat dari lapangan ................................................................................................. 22
10. Gejala penyakit antraknosa dari lapangan...............................................22
11. Jamur Colletotrichum gloeosporioides ........................................................................................ 23
12. Spora jamur Colletotrichum gloeosporioides ......................................................................... 23
13. Jamur Neofusicoccum parvum ................................................................24
14. Spora jamur Neofusicoccum parvum ......................................................25
15. Jamur Neoscytalidium dimidiatum ..........................................................25
16. Spora jamur Neoscytalidium dimidiatum ................................................26
17. Hasil penempelan jamur Colletotrichum gloeosporioides
Pada buah naga ........................................................................................27
18. Hasil penempelan jamur Neofusicoccum parvum, Hasil metode ditusuk
tidak disemprot ........................................................................................28
19. Hasil metode ditusuk dan disemprot jamur Neofusicoccum parvum, Hasil
metode disemprott idak ditusuk jamur Neofusicoccum parvum .............28
20. Penempelan jamur Neoscytalidium dimidiatum, Hasil metode ditusuk dan
disemprot jamur Neoscytalidium dimidiatum .........................................29
21. Hasil metode ditusuk tidak disemprot, Hasil metode disemprot tidak
ditusuk jamur Neoscytalidium dimidiatum .............................................29
22. Grafik nilai tengah jamur Neofusicoccum parvum .................................30
23. Grafik nilai tengah jamur Neoscytalidium dimidiatum ...........................31
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Nilai keparahan penyakit dan nilai numerik (skor) penyakit .................20
2. Ciri-ciri jamur Colletotrichum gloesporioides……………………………………………24
3. Ciri-ciri jamur Neofusicoccum parvum ..................................................25
4. Ciri-ciri jamur Neoscytalidium dimidiatum ...........................................27
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Buah naga termasuk dalam buah yang eksotik karena penampilannya yang
menarik, rasanya asam manis menyegarkan dan memiliki beragam manfaat untuk
kesehatan (Sutomo, 2007).
Buah naga biasa disantap sebagai buah meja, diolah menjadi puding, isi pai,
campuran salad atau es buah.Dibalik rasanya yang manis menyegarkan, buah naga
kaya akan manfaat seperti menurunkan kolesterol dan penyeimbang gula darah,
pengikat zat karsinogen penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan.
Belum ada penelitian pasti tentang manfaat buah ini. Namun, banyak orang
percaya buah naga mengandung vitamin C, beta karoten, kalsium, karbohidrat,
dan tinggi serat (Winarsih, 2007).
Seperti halnya tanaman budidaya lainnya, permasalahan hama dan penyakit
tanaman juga menjadi salah satu faktor pembatas peningkatan produksi buah
naga. Penanaman yang dilakukan secara luas dan monokulturakan meningkatkan
resiko terjadinya ledakan hama dan penyakit. Di beberapa negara produsen buah
naga.
2
dilaporkan adanya beberapa jenis hama dan penyakit berbahaya yang mengancam
produksi. Beberapa diantaranya adalah serangan hama kumbang Protaetia
impavida dan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh beberapa jenis
mikroba seperti cendawan dari genus Fusarium, Phytophthora, Sclerotium,
Rhizoctonia dan Pythium (Jumjunidang et al., 2012).
Di Indonesia, tanaman buah naga sudah mulai dibudidayakan sejak tahun 2000.
Di provinsi Lampung, PT Nusantara Tropical Farm (NTF) menjadi salah satu
perusahaan yang membudidayakan buah naga dalam skala besar untuk keperluan
ekspor.di NTF, buah naga mulai dibudidayakan pada tahun 2012. Hingga saat ini,
permasalahan hama dan penyakit, khususnya penyakit tanaman buah naga masih
menjadi permasalahan yang belum terpecahkan secara tuntas di PT. NTF. Tidak
adanya informasi yang akurat tentang jenis penyebab penyakit yang menyerang
menjadi salah satu faktor penyebab permasalahan penyakit tanaman ini sulit
diatasi. Kurangnya informasi ini mengakibatkan langkah pengendalian yang
dilakukan menjadi tidak optimal.Oleh karena itu, perlu dilakukan inventarisasi
jenis patogen, agar teknik pengendalian yang nantinya digunakan dapat tepat
sasaran sehingga hasil pengendaliannya dapat lebih optimal. Dalam penelitian ini,
identifikasi dilakukan kepada penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur patogen yang menyerang
tanaman buah naga di PT. Nusantara Tropical Farm (NTF).
3
1.3 Kerangka pemikiran
Pada umumnya semakin berkembang gejala penyakit menandakan semakin besar
gangguan fisiologis pada tumbuhan tersebut. Gangguan fisiologis yang semakin
besar akan menyebabkan kerusakan yang semakin parah (Ginting, 2013).
Sebagian besar patogen yang menyerang buah naga berasal dari golongan bakteri
dan cendawan. Bakteri patogen yang menyerang sulur yaitu Erwinia spp. dan
Xanthomonas campestris yang menyebabkan busuk lunak pada batang (Freitas et
al., 2011).
Kedua bakteri ini merupakan penyakit utama yang menyerang buah naga (Bellec
et al., 2006). Seluruh bagian tanaman buah naga yaitu dapat terserang patogen,
baik akar, sulur maupun buah.
Patogen yang menyerang akar yaitu Phytophthora sp., Fusarium sp., dan
Alternaria sp. (FAO, 2012). Terdapat banyak jenis patogen yang menyerang
buah. Cendawan patogen menyerang buah yang berada di pertanaman yaitu
Helminthosporium sp., Colletotrichum sp., Curvularia spp., dan Cladosporium
spp. Terkadang satu penyakit pada buah disebabkan oleh beberapa patogen
tersebut secara bersamaan (Eng, 2012). Bintik coklat pada buah disebabkan oleh
Dothiorella sp. dan Monilinia fructicola (Freitas et al., 2011). Cendawan patogen
lain yang dapat menyebabkan kerusakan pada buah naga yaitu Fusarium spp. dan
Aspergillus spp. (Freitas et al., 2011).
4
Beberapa cendawan penyebab penyakit utama pada sulur tanaman buah naga
yaitu Gloeosporium agaves, Macssonina agaves,Dothiorella sp., dan
Botryosphaeria dothidea (Bellec et al., 2006). Botryosphaeria
dothidea menyebabkan bercak coklet pada batang (SFNS, 2012). Beberapa
cendawan menyebabkan penyakit secara bersamaan, misalnya serangan
Phomopsis sp. Pestalotiopsis sp., dan Cladosporium spp. Pada sulur (Eng, 2012).
Terdapat juga penyakit bercak hitam kadang berkembang pada batang. Tetapi di
California, gejala ini lebih terlihat sebagai respon fisiologis atau stress
lingkungan, bukan karena patogen. Gejala yang terlihat pada perkembangannya
yaitu respon terhadap suhu ekstrim, paparan sinar matahari, pemupukan tanah
yang buruk, praktik irigasi yang tidak layak atau stress lainnya pada tanaman
(Merten, 2003).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Buah Naga
Buah naga merupakan kaktus liar yang berasal dari wilayah di Amerika Tengah.
Sebagian besar spesies Hylocereus berasal dari Amerika Latin (Meksiko dan
Kolombia). Saat ini, spesies ini telah menyebar ke seluruh dunia terutama daerah
tropis dan subtropics. Tanaman ini bersifat epifit, yaitu tumbuh dan bercabang
pada kayu atau tanaman mati (Crane & Balerdi 2005 dalam Octaviani, 2012).
Setelah diketahui memiliki banyak manfaat, tanaman ini dibudidayakan dan
dikembangkan. Sebagian H. undatus merupakan spesies kosmopolitan (Bellec et
al.,2006). Buah ini dikembangkan secara komersial di Amerika Tengah,
tepetnyadi negara Meksiko dan Amerika Serikat (negara bagian Texas), kemudian
berkembang pesat di Peru dan Argentina.Sekitar 100 tahun lalu, buah ini
diintroduksikan ke Perancis kemudian menyebar ke Asia dan Australia. Kini
Vietnam menjadi produsen buah naga komersial terbesar di Asia(McMahon,2003
dalamOctaviani,2012).
6
2.2 Taksonomi dan Botani
Adapun klasifikasi buah naga secara lengkap menurut Britton & Rose (1963)
adalah :
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta (tanaman vaskular)
Super divisi : Spermethophyta (tumbuhan berbiji)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (tanaman dikotil atau berkeping dua)
Ordo : Caryophyllales
Famili : Cactaceae (kaktus)
Subfamili : Cactoideae
Suku (tribe) : Hylocereae
Genus : Hylocereus
Spesies : - Hylocereus undatus (Haw.) Britt & Rose
-Selenecereus sp.
Tanaman buah naga memiliki akar yang berbeda dengan tanaman pada umumnya.
Selain memiliki akar utama yang tertanam di dalam tanah, buah naga memiliki
akar udara yang tumbuh di sepanjang sulur. Akar tersebut bersifat
epifityangdapat merambat dan menempel pada tiang atau tanaman lain. Sifat
tersebut menjadikan kaktus ini membutuhkan penyangga untuk memanjat
sehingga disebut tanaman memanjat (climbing plant) (McMahon, 2003 dalam
Octaviani, 2012). Akar ini tahan terhadap kekeringan, namun tidak tahan
terhadap genangan air terlalu lama. Adanya akar
7
udara membuat tanaman ini efisien dalam penggunaan air. Walaupun akar dicabut
dari tanah, tanaman masih dapat hidup dengan menyerap nutrisi dan air
menggunakan akar udara (Andoko & Nurrasyid, 2012).
Sulur merupakan istilah untuk batang pada kaktus. Sulur pada buah naga
merupakanbatang sukulen serta mengandung air yang menjadi cadangan pada saat
kondisi lingkungan ekstrim. Sulur berwarna hijau, tempat terjadi proses
fotosintesis tanaman. Sulur ini memiliki dari tiga sudut (triangular) yang
bergelombang. Daun termodifikasi menjadi duri yang berada di sepanjang tepi,
tepatnya di bagian lembah antar gelombang.
Bunga buah naga berbentuk corong memanjang dan memiliki ukuran sekitar 27-
30 cm tergantung pada spesies masing-masing (Jaya, 2010). Kelopak bunga
bagian luar berwarna hijau, kelopak bunga bagian dalam berwarna kuning, dan
mahkota bunga ketika mekar berwarna putih. Bunga buah naga memiliki tipe
biseksual, putik dan benang sari terdapat pada satu bunga.Benang sari berwarna
kuning dengan jumlah banyak dan putik tunggal berwarna kuning pucat. Bunga
buah naga memiliki beberapa karakteristik dalam penyerbukan. Perbedaan
ketinggian antara benang sari dan putik menjadi permasalahan dalam penyerbukan
bunga. Bunga mekar pada malam hari dan selesai mekar pada pagi dini hari,
hanya memekar satu malam. Di Australia, bunga buah naga terkenal dengan
sebutan moon flower atau queen of the night (McMahon, 2003 dalam Octaviani,
2012).
Buah naga berwarna merah mudah cerah, menarik, dan memiliki sisik buah. Buah
berukuran besar antara 150-600 g per buah. Daging buah berwarna putih atau
8
merah dengan biji berwarna hitam, kecil, dan jumlah banyak (McMahon, 2003
dalam Octaviani, 2012). Kulit buah naga putih dan buah naga merah memiliki
perbedaan yaitu buah naga putih berwarna merah magenta dan mengkilat
sedangkan buah naga merah lebih berwarna merah mencolok dan agak kusam.
Bentuk buah naga putih sebagian besar lebih lonjong sedangkan buah naga merah
lebih bulat. Sisik buah naga putih terdapat semburet hijau sedangkan sisik buah
naga merah seluruhnya berwarna merah. (Pushpakumara et al., 2005) melakukan
penelitian terhadap 5-10 tanaman yang digunakan untuk mengontrol bunga dan
fenologi buah.
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Buah Naga
Tanaman buah naga dapat tumbuh pada 0-1000 m dpl. Ketinggian tempat untuk
pembudidayaan buah naga merah dan putih yang baik yaitu dataran rendah sampai
medium yang berkisar 0-500 m dpl, sedangkan ketinggian ideal adalah kurang
dari 400 m dpl. Buah naga merah dan putih masih dapat tumbuh dengan baik dan
berbuah pada daerah ketinggian di etas 500 m dpl, tetapi buah tidak lebat dan rasa
buah kurang manis. Ketinggian tempat yang cocok untuk pertumbuhan dan
berproduksi buah naga kuning yaitu di etas 800 m dpl (Cahyono, 2009).
Buah naga tumbuh baik di iklim tropis. Menurut (McMahon, 2003 dalam
Octaviani, 2012) tanaman ini tumbuh baik dengan suhu rata-rata 21-29 °C.
Tanaman ini masih dapat bertahan di suhu ekstrim tertinggi 40 °C dan suhu
ektrim terendah 0 °C untuk jangka waktu singkat. Intensitas sinar matahari yang
disukai sekitar 70%-80% (Kristanto, 2009) dan kelembaban udara antara 70-90%.
9
Buah naga lebih menyukai kelembaban udara rendah, karena apabila kelembaban
tinggi maka pertumbuhan cabang akan kurang subur serta mudah patah.
Penanaman buah naga diutamakan pada lahan yang memiliki curah hujan Rendah.
Curah hujan yang mendukung pertumbuhan tanaman buah naga yaitu antara 600-
1300 mm per tahun (Kristanto, 2009) sedangkan menurut (Renasari, 2010 dalam
Octaviani, 2012) curah hujan ideal adalah sekitar 60 mm per bulan atau 720 mm
per tahun. Lahan yang berada di daerah dengan curah hujan tinggi (>1300 mm)
perlu memiliki drainase yang baik. Apabila terjadi penggenangan air di lahan
maka akan mempercepat pembusukan akar dan akhirnya merambat sampai ke
pangkal batang (Renasari, 2010 dalam Octaviani, 2012)) serta akan
mengakibatkan bunga layu dan busuk buah.
2.4 Manfaat Dan Kandungan Nutrisi Buah Naga
Sebagian besar buah naga dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Buah ini Juga
dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk makanan, seperti es krim, yogurt,
jus, salad, es buah,dan lain-lain. Bunga kuncup buah naga juga dapat dikonsumsi
sebagai sayur dan bunga pasca mekar yang sudah layu dapat dijadikan bahan
dasar teh. Menurut (Crane & Balerdi, 2005 dalam Octaviani, 2012) buah naga
juga digunakan di industri makanan dan kosmetik sebagai pewarna alami yang
berasal dari buah naga merah.
2.5 Penyakit Pada Tanaman Buah Naga
Menurut (Eng, 2012) menyebutkan bahwa penelitian di Sarawak, Malaysia,
menunjukkan bahwa sulur muda lebih rentan terserang patogen dari golongan
10
cendawan atau bakteri. Patogen lebih besar menyerang di jaringan batang, sisik
buah, dan jaringan yang menunjukkan kerusakan fisik (Freitas et al., 2011).
Banyak masalah serangan cendawan yang ditemui pada buah di lapangan maupun
pascapanen.
Menurut (Jaya, 2010) selama musim hujan penyakit lebih menjadi masalah
dibandingkan hama. Sebagian besar patogen yang menyerang buah naga berasal
dari golongan bakteri dan cendawan. Bakteri patogen yang menyerang sulur yaitu
Erwinia spp (Eng, 2012) danXanthomonas campestris yang menyebabkan busuk
lunakbatang (Freitas et al. 2011). Kedua bakteri ini merupakan penyakit utama
yang menyerang buah naga (Bellec et al., 2006).
Seluruh bagian tanaman buah naga yaitu dapat terserang patogen, baik akar, sulur
maupun buah. Patogen yang menyerang akar yaitu Phytophthora sp., Fusarium
sp., dan Alternaria sp. (FAO, 2012). Terdapat banyak jenis patogenyang
menyerang buah.Cendawan patogen menyerang buah yang berada di pertanaman
yaitu Helminthosporium sp., Colletotrichum sp., Curvularia spp., dan
Cladosporium spp. Terkadang satu penyakit pada buah disebabkan oleh beberapa
patogen tersebut secara bersamaan (Eng, 2012). Bintik coklat pada buah
disebabkan oleh Dothiorella sp. dan Monilinia fructicola (Freitas et al.,
2011).Cendawan patogenlain yang dapat menyebabkan kerusakan pada buah naga
yaitu Fusarium spp. dan Aspergillus spp. (Freitas et al., 2011). Tidak hanya di
pertanaman, penyakit pascapanen juga ditemui di buah naga.
Penyakit di buah pasca panen disebabkan oleh Fusarium, Colletotrichum,
Curvularia, Helminthosporium spp., Curvularia spp., dan Gilbertella persicaria
11
(Eng, 2012). Cendawan penyakit pasca panen juga ada yang dapat
mengkontaminasi tanah yaitu cendawan Gilbertella persicaria (Eng, 2012).
Terdapat dua penyakit yang paling sering dijumpai hampir di setiap pertanaman
buah naga yaitu busuk lunak batang dan antraknosa. Penyakit ini disebabkan oleh
Xanthomonas campestris, Fusariumoxysporum, dan Pantoea spp. (SFNS, 2012).
(Jaya, 2010) juga menyebutkan bahwa penyakit ini disebabkan oleh Fusarium,
Phytium, Acremonium, dan Pytophthora. Di Malaysia, dilaporkan bahwa Erwinia
caretovora sebagai penyebab busuk lunak batang.
2.6 Penyakit buah naga
Secara rinci jenis penyakit buah naga dapat dijelaskan sebagai berikut.
2.6.1 Busuk cokelat (Fusarium sp.).
Pada pertanaman buah naga di Magelang ditemukan penyakitbusuk cokelat pada
batang tanaman buah naga. Gejala yang terjadi adalah busuk berwarna cokelat
dantidak lunak, gejala awal berupa busuk kecil yang kemudian membesar. Gejala
ini ditemukan pada pertanaman bibit buah naga (Wibowo, et al, 2011).
Gambar 1. Penyakit Busuk Cokelat Pada Tanaman Buah Naga (Wibowo, et al,
2011).
12
2.6.2 Antraknosa
Pada tanaman buah naga yang menunjukkan gejala penyakit antraknosa ditandai
dengan adanya bercak cokelat kehitaman yang biasanya berbentuk bulat dan agak
cekung.
Gambar 2. Penyakit Antraknosa pada tanaman buah naga (Wibowo, et al, 2011).
2.6.3 Kudis
Gejala penyakit kudis pada batang ini menyebabkan permukaan batang menjadi
rusak dan kasar.
Gambar 3. Penyakit Kudis Pada Tanaman Buah Naga (Wibowo, et al, 2011).
2.6.4 Busuk batang (Erwinia sp.).
Penyakit busuk batang menyerang pada batang tanaman buah naga. Batang
mengalami gejala busuk dan berubah warna menjadi kuning. Busuk yang terjadi
13
adalah busuk lunak yang dapat menyebar dengan cepat. Pada gejala yang lanjut
seluruh batang akan menjadi busuk dan berbau.
Gambar 4. Penyakit Busuk Batang Pada Tanaman Buah Naga (Wibowo, et al,
2011).
2.6.5 Busuk hitam
Selain gejala busuk kuning ditemukan juga gejala busuk hitam pada batang buah
naga. Busuk yang terjadi berwarna hitam, lunak,dan berbau.
Gambar 5. Penyakit Busuk Hitam Pada Tanaman Buah Naga (Wibowo, et al,
2011).
14
2.6.6 Bercak merah
Bercak yang terjadi berawal dari bintik-bintik merah kecil yang kemudian
membesar.
Gambar 6. Penyakit Bercak Merah Pada Tanaman Buah Naga (Wibowo, et al,
2011).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung. Pengambilan sampel tanaman sakit dilakukan di
perkebunan PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) Di Kecamatan Way Jepara,
Kabupaten Lampung Timur.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquades, potato
dextrose agar (PDA), alkohol 70%, dan tanaman buah naga (Hylocereus undatus)
yang mengalami gejala penyakit, serta tanaman buah naga (Hylocereus undatus)
sehat untuk uji patogenesitas.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, autoklaf, jarum
ose, bunsen burner, korek api, nampan plastik,tabung erlenmeyer, kapas, plastik
wrap, gelas ukur, tabung reaksi, timbangan digital, pinset, mikropipet, laminar air
flow, penggaris, kertas label, pisau, alumunium foil, mikroskop, dan alat tulis.
16
3.3 Pelaksanaan Penelitian
3.3.1 Isolasi
Sampel tanaman buah naga (buah, dan batang) yang menunjukkan gejala
penyakit diambil dari perkebunan PT. NTF, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten
Lampung Timur. Bagian tanaman yang diambil untuk keperluan isolasi dipotong
kecil dengan ukuran 2 x 2 cm dengan perbatasan ¼ sakit dan ¾ sehat.Selanjutnya,
potongan tersebut direndam selama 1 menit dalam akuades kemudian dimbil dan
didesinfektan dalam 1% klorok selama 1 menit, kemudian direndam kembali
dalam akuades selama 1 menit lalu diangkat dan ditiriskan. Setelah kering
potongan ditanam di tengah cawan petri yang berisi media potato Sukrose agar
(PSA) (ekstrak kentang (200 gram dalam 800 ml aquades), 20 g Sukrose, 20 g
Agar), ditambahkan aquades hingga 1000ml, pH 6,8) dan diinkubasi di suhu
ruang.
3.3.2 Pemurnian
Dari hasil isolasi, jamur yang tumbuh kemudian dimurnikan. Pemurnian
dilakukan dengan memindahkan koloni jamur yang konsisten muncul dari setiap
langkah isolasi ke dalam cawan petri yang berisi media PSA. Pemurnian
dilakukan terus menerus sampai didapatkan koloni murni.
3.3.3 Uji Patogenesitas
Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa jamur yang didapatkan
merupakan patogen penyebab penyakit buah naga di PT. NTF. Pengujian ini
dilakukan dengan cara menginokulasikan isolat murni jamur yang didapatkan
17
pada tanaman inang yang sehat sesuai dengan daerah asal jamur tersebut diisolasi
(buah atau batang). Apabila hasil inokulasi menunjukkan gejala yang sama
dengan gejala yang ditemukan di lapangan, maka dapat dipastikan jamur tersebut
merupakan penyebab penyakit yang ditemukan. Inokulasi dilakukan dengan 4
metode yaitu :
Penempelan. Bagian tanaman buah naga yang akan diinokulasi dilukai
(secukupnya) dengan menggunakan jarum steril. Setelah itu, satu potongan bor
gabus (diameter 0,5 cm) diletakkan pada bagian yang dilukai tersebut dan
direkatkan dengan menggunakan selotip. Tanaman kemudian disungkup
menggunakan plastik bening dengan ukuran 1 kg dan diletakkan di dalam rumah
plastik, Fakultas Pertanian unila. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali selama 14
hari.
Disemprot dan ditusuk. Bagian tanaman buah naga yang akan diinokulasi
dilukai (secukupnya) menggunakan jarum steril. Suspensi spora (kurang lebih
108) isolat murni jamur yang akan diujikan disemprotkan ke bagian tanaman yang
telah dilukai tersebut. Tanaman kemudian disungkup menggunakan plastik
bening dengan ukuran 1 kg dan diletakkan di rumah plastik, Fakultas Pertanian
Unila. Pengamatan dilakukan 2 hari sekali selama 14 hari.
Disemprot dan tidak ditusuk. Bagian tanaman buah naga yang akan
diinokulasi disemprot dengan suspensi spora (kurang lebih 108) tanpa dilukai
dengan jarum steril. Tanaman kemudian disungkup menggunakan plastik bening
dengan ukuran 1 kg dan diletakkan di rumah plastik, Fakultas Pertanian Unila.
Pengamatan dilakukan 2 hari sekali selama 14 hari.
18
Ditusuk tanpa disemprot. Bagian tanaman buah naga yang akan diinokulasi
hanya dilukai dengan jarum steril tanpa diberi perlakuan penyemprotan suspensi
spora jamur. Tanaman kemudian disungkup menggunakan plastik bening dengan
ukuran 1 kg dan diletakkan di rumah plastik, Fakultas Pertanian Unila.
Pengamatan dilakukan 2 hari sekali selama 14 hari.
3.3.4 Identifikasi
Identifikasi dilakukan terhadap jamur yang menghasilkan gejala yang sama
dengan gejala yang ditemukan di lapang dan hasil uji patogenesitas. Identifikasi
dilakukan dengan mengamati struktur khususnya jamur tersebut di bawah
mikroskop. Identifikasi dilakukan hingga tingkat spesies berdasarkan literatur dan
kunci identifikasi.
3.3.5 Perhitungan Keparahan Penyakit di Lapangan
Perhitungan keparahan penyakit ini dilakukan untuk mengetahui tingkat dan
perkembangan serangan masing-masing jenis patogen di lapangan. Pengamatan
dilakukan terhadap 730 tanaman dari 4533 total tanaman yang ada. Penentuan
sampel tanaman yang diamati dilakukan dengan pengacakan (Gambar 1).
Pengamatan dilakukan terhadap keparahan penyakit setiap 2 minggu sekali selama
3 bulan.
19
Gambar 7. Tata Letak Sampel yang diamati
Tingkat keparahan penyakit dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
KP = ∑𝑛𝑉
𝑍𝑁𝑋 100%
Keterangan:
KP = keparahan penyakit
n = jumlah tanaman dalam setiap katagori
v = nilai numerik dari katagori serangan
z = katagori serangan dengan nilai numerik tertinggi
N = jumlah seluruh tanaman yang diamati
Petak 4 Petak 3
Petak 2 Petak 1
26
25
21
16
9
21
17
16
15
1
20
19
16
7
4
26
17
15
14
13
20
Tabel 1. Nilai Keparahan Penyakit dan Nilai Numerik (skor) Penyakit yang
digunakan.
Keparahan Penyakit (%) Nilai Numerik (skor)
0 0
0<x< 20 1
20<x<40 2
40<x<60 3
60<x<80 4
80<x<100 5
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jamur penyebab penyakit buah naga di
PT. Nusantara Tropical Farm (NTF) adalah :
1. Gejala karat pada batang buah naga disebabkan oleh Jamur Neofusicoccum parvum dengan
persentase serangan sebesar 55,06 %.
2. Gejala busuk pada buah naga disebabkan oleh Jamur Colletotrichum gloesporioides.
3. Gejala antraknosa pada bagian batang buah naga disebabkan oleh Jamur Neoscytalidium
dimidiatum dengan persentase serangan sebesar 11,67 %.
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah agar lebih teliti dalam pengamatan sehingga
didapatkan cara pengendalian jamur yang tepat sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi
buah naga.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, A., & H. Nurrasyid. 2012. Jurus Sukses Hasilkan Buah Naga Kualitas
Prima. Agromedia. Solo.
Bellec, F. L., F. Vaillant & E. Imbert. 2006. Pitahaya (Hylocereus spp.) : A New
Crop, a Market with Future. Fruits. 61: 237-250.
Britton, N.L. & Rose, J. N. 1963. The Cactaceae : description and illustrations of
plants of the cactus family. Dover Publications. New York.
Dionne, B., N. Luke., A.L. Samuel., A.S. Deanna., P.W. Nethan., L.Jonethan.,&
F. Hongxin. 2015. Pulmonary Fungal Infection Caused by Neoscytalidium
dimidiatum. Journal of Clinical Microbiology. 53(7) : 2381-2384.
Cahyono, B. 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Pustaka Mina.
Jakarta.
Eng, L. 2012. Disease Management of Pitaya. Department of Agriculture
Sarawak. http: // www.doa.sarawak.gov.my/modules/ web/
page.php?id=454. Diakses pada tanggal 8 Januari 2016.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2012. Fruit of Vietnam. FAO
Corporete Document Repository. http://www.fao.org/docrep/008 /ad523e/
ad523e05.htm. Diakses pada tanggal 8 Januari 2016.
Freitas, S.T.D., N.T. Nham & J.E. Mitcham. 2011. Pitaya (pitahaya, dragon
fruit) recommendetions for maintaining postharvest quality. Department of
Plant Sciences. University of California. http://postharvest.ucdavis.edu.
Diakses pada tanggal 8 Januari 2016.
34
Ginting, C. 2013. Ilmu Penyakit Tumbuhan Konsep dan Aplikasi. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Jaya, I.K.D. 2010. Morphology and physiology of Pitahaya and it future prospects
in Indonesia. Crop Agro. 3:44-50.
Ji-Ye Yan.,Yue Xi e., Wei Zhang., Yong Wang., Jian-Kui Liu., Kevin D. Hyde., Robert C.
Seem., Guo-Zhen Zhang., Zhong-Yue Wang., Sheng-Wei Yao., Xian-Jin Bai., Asha J.
Dissanayake., You-Liang Peng & Xing-Hong Li. 2013. Species of Botryosphaeriaceae
involved in grapevine dieback in China. Fungal Diversity. 61: 221-236.
Jumjunidang, Riska & I. Muas. 2012. Outbreak penyakit busuk batang tanaman buah naga di
Sumatera Barat. Laporan hasil survey OPT disentra produksi buah naga Sumatera Barat.
Balitbu Tropika Solok . http ://balitbu.litbang. deptan.go.id/ ind/index.php / berita-
mainmenu-26/13info-aktual/336-outbreak-penyakit-busuk-batang-tanaman-buah-naga-
disumatera-barat. Diakses pada tanggal 8 Januari 2016.
Kristanto, D. 2009. Buah Naga : Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Merten, S. 2003. A review of Hylocereus production in the United States. Journal PACD . 5:98-
105.
Octaviani, R. D. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman Buah Naga (Hylocereus sp) Serta Budidaya
di Yogyakarta. [ Skripsi ]. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Pushpakumara, D.K.N.G., H.P.M. Gunasena., & M. Karyawasam. 2005. Flowering and
fruiting phenology, pollinetion vector and breeding system of dragon fruit
(Hylocereus spp.). Sri Lankan J. Agric. Sci. 42:81-91.
[SFNS] The Sarasota Fruit & Nut Society. 2010. Pitaya Diseases. http://www. Sarasota fruit and
nut society.org/ information/Tropical Fruit/ dragon fruit diseases.htm. Diakses pada
tanggal 10 Januari 2016.
Sutomo, B. 2007. Buah Naga Merah Segar dan Berkhasiat.http: //myhobbyblogs.com.
Diakses pada tanggal 13 Januari 2016.
Than, P. P., R. Jeewon, K. D. Hydet, S. Pongsupasamit., O. Mongkolporn & P. W. J. Taylor.
2008. Characterization and pethogenicity of Colletotrichumspecies associeted with
anthracnose on chilli (Capsicum spp.) in Thailand. Plant Pathology. 57: 562-572.
35
Wibowo, A., A. Widiastuti., & W. Agustina. 2011. Penyakit-Penyakit Penting Buah naga di Tiga
Sentra Pertanaman di Jawa Tengah. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia.17(2) : 66-
77.
Winarsih, S. 2007. Mengenal dan Membudidayakan Buah Naga. CV Aneka Ilmu. Semarang.
Top Related