Download - I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

Transcript
Page 1: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan lahan gambut dunia semakin dirasakan peran pentingnya

terutama dalam menyimpan karbon, memainkan peran penting dalam siklus

hidrologi, serta memelihara keanekaragaman hayati. Hutan rawa gambut adalah

salah satu tipe hutan rawa yang merupakan lahan rapuh hal ini karena kerusakan

sedikit saja pada ekosistemnya akan menyebabkan lahan tersebut mudah

terdegrasi (http://iccc-network.net).

Pengelolaan lahan gambut perlu dilakukan secara bijaksana dan hati-hati,

hal ini disebabkan karena hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang

mudah rapuh, sehingga kalau pengelolaan tidak dilakukan secara benar, hutan

tersebut tidak akan lestari. Lahan rawa gambut yang mengalami degradasi baik

sebagai akibat penebangan liar, penjarahan dan kebakaran hutan dan lain-lain ini

harus segera dilakukan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi ekologis maupun

meningkatkan produktivitasnya sehingga fungsi ekosistem itu dapat segera pulih

kembali.

Untuk menghijaukan kembali dan mengembalikan fungsi lahan gambut

yang telah terdegradasi banyak menemukan kendala baik teknis maupun biologis

jenis pohon yang bersangkutan. Jenis-jenis pohon yang mampu tumbuh pada

lahan gambut sangat terbatas karena sifat tanah yang masam, terjadi genangan

secara non periodik pada musim penghujan, kekeringan dan mudahnya terbakar

pada saat musim kemarau. Diperlukan pemilihan spesies yang sesuai atau tahan

terhadap keadaan lahan gambut yang telah terdegradasi untuk mempercepat

Page 2: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

2

penghijauan kembali lahan gambut tersebut. Melihat keadaan lingkungan di masa

depan yang amat terbatas kemampuannya untuk menghasilkan berbagai barang

dan jasa, maka plasma nutfah yang tahan dengan berbagai lingkungan di daerah

gambut merupakan aset nasional yang penting bagi pembangunan masa depan.

Uji spesies merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan

pengetahuan tentang spesies yang cocok atau tahan dikembangkan pada daerah

tertentu dalam hal ini lahan gambut yang sudah terdegradasi. Secara umum uji

spesies sangat jarang dilakukan dalam rangka perbaikan mutu tanaman di

Indonesia terutama untuk penanaman skala besar. Penanaman yang umum

dilakukan dengan mendapatkan sumber benih yang asal ada. Hal ini merupakan

kendala di dalam pemuliaan tanaman.

Kurangnya penelitian-penelitian kearah uji spesies serta penerapannya di

lapangan, sebagaimana tersebut di atas besar kemungkinannya sebagai penyebab

gagalnya program-program reboisasi dan pembangunan hutan tanaman, selain

faktor biaya dan kondisi staf pelaksanaannya kurang memadai. Apabila faktor di

atas ditingkatkan maka keberhasilan juga akan meningkat baik kualitas maupun

kuantitasnya. Materi uji spesies adalah materi dasar dalam pengembangan

program penanaman dan pemuliaan pohon hutan.

Permasalahan yang dihadapai pada lahan rencana penelitian ini yaitu

berkaitan dengan menentukan jenis yang sesuai pada tanah yang masam dan tahan

terhadap genangan secara non periodik. Hutan rawa gambut sepanjang musim

penghujan sekitar 4-5 bulan terjadi genangan dengan ketinggian hingga mencapai

1,2-2 meter.

Page 3: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

3

Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan

pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997 dalam Maimunah, 2012),

secara ekologis pada suatu ekosistem tertentu terdapat jenis tanaman tertentu yang

mampu tumbuh dengan baik. Atas dasar itu maka pemilihan jenis dilakukan pada

jenis-jenis pembentuk ekosistem asli hutan rawa gambut tersebut. Caranya dengan

melakukan observasi di kawasan hutan yang masih utuh dengan kondisi vegetasi

dan lingkungan yang sama dengan hutan yang rencana akan ditanami. Setelah

ditemukan jenis-jenis yang bisa tumbuh di kondisi yang sama tersebut, maka

dibuat pengujian terhadap kelayakan tumbuh dan ketahanan semai terhadap

kondisi alam hutan yang akan ditanam.

Beberapa spesies yang merupakan habitat aslinya dihutan rawa gambut dan

merupakan spesies yang tahan terhadap genangan yaitu Tumih, Galam,

Geronggang, Pulai, dan Bungur selain itu spesies ini dipilih juga didasarkan pada

tanaman petunjuk (plant indicator) yang masih tersisa pada lahan rencana

penelitian. Pada penelitian ini akan ditambahkan satu tanaman eksotik yaitu

sengon sebagai bahan pertimbangan terhadap kemampuan tumbuh pohon bukan

asli rawa gambut pada lahan yang tersebut diatas. Pengujian spesies tersebut akan

digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan reforestasi di hutan rawa gambut yang

sudah terdegradasi yang banyak terdapat di Kalimantan Tengah sebagai dampak

dari pembukaan kawasan hutan dan kebakaran hutan.

Page 4: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

4

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis-jenis yang sesuai untuk

dikembangkan pada lahan gambut terdegradasi untuk pelestarian plasma nutfah.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi jenis-jenis yang tepat untuk

dikembangkan di lahan gambut terdegradasi guna pelestarian plasma nutfah

dimasa akan datang.

Page 5: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Uji Spesies

Uji spesies adalah suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan

pengetahuan tentang spesies yang cocok dikembangkan pada daerah tertentu

sebelum program yang lebih jauh dimulai atau sering disebut dengan rancangan

untuk membandingkan spesies terseleksi yang akan dibangun atau ditanam pada

dua atau lebih kondisi lingkungan untuk dipelajari spesies mana yang paling

sesuai untuk tempat tertentu (http://www.google.co.id).

Uji spesies merupakan hal yang penting, karena sering dikaitkan dengan

masalah keberhasilan dan kegagalan dari program pembuatan tanaman secara

keseluruhan. Uji spesies didasarkan pada data dari manfaat pada areal tersebut

atau tujuan dari penanaman selanjutnya. Pemilihan jenis asli/lokal diutamakan

untuk meminimalkan problem lanjutan yang mungkin terjadi. Namun sesuatu hal

yang harus diingat bahwa keseimbangan lingkungan di daerah tertentu sering

dapat berubah dengan mudah seperti berubahnya keadaan mikroklimat dibanyak

lokasi karena perladangan berpindah, kebakaran, pengembalaan dsb. Pada lokasi

semacam ini spesies-spesies yang aslipun akan mengalami permasalahan yang

sama. Dengan demikian spesies-spesies yang dulu berkembang dengan baik pada

lokasi tersebut dan ditanam pada areal tersebut yang ekologinya berubah akan

mengalami perkembangan yang tidak baik. Berdasarkan uraian di atas maka perlu

pemilihan spesies yang tepat melalui uji spesies adalah sangat penting. Uji spesies

bertujuan sebagai usaha untuk memilih spesies yang menguntungkan atau cocok

baik spesies asli maupun tidak (eksotik) ditinjau dari kepentingan serta

Page 6: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

6

produktivitasnya pada suatu areal tertentu. Uji spesies oleh beberapa forester

disebut species screening test (Maimunah, 2011).

Uji spesies merupakan bagian dalam pengujian genetika hutan dalam

program pemuliaan. Tujuan uji genetik (Zobel dan Talbert, 1984) adalah :

1. Memperoleh dan menyediakan informasi tentang besarnya nilai breeding

(breeding value) untuk keperluan seleksi family dan penjarangan seleksi di

kebun benih.

2. Menyediakan estimasi parameter genetik sebagai bahan pengembangan

strategi-strategi breeding.

3. Menyiapkan populasi dasar yang bermanfaat untuk seleksi genotip untuk

program pemuliaan lanjutan.

Persyaratan untuk membuat uji genetik agar dapat diperoleh informasi yang

tepat adalah perlu dilakukannya semua aspek kegiatan breeding mulai dari

penyediaan materi, pemapanan, hingga pemeliharaan semai dengan baik.

Tata cara penentuan tanaman yang akan ditanam pada suatu areal yaitu :

1. Uji kelayakan tempat tumbuh yaitu menguji kesuburan areal yang akan

digunakan untuk menanam pohon.

2. Uji spesies yaitu menguji spesies yang paling cocok ditanam ditempat tersebut.

3. Uji provenant yaitu menguji spesies terpilih dalam beberapa varietas.

4. Uji progeny yaitu menguji genetika spesies terpilih dari uji provenan.

5. Penanaman komersial spesies yang terpilih dengan varietas terbaik dengan

penerapan silvikultur intensif.

Page 7: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

7

Untuk mendukung keberhasilan uji spesies ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan antara lain faktor silvikultur, faktor ekonomi dan faktor lain.

1. Faktor Silvikultur

Faktor silvikultur yang perlu dipertimbangkan guna keberhasilan uji spesies

meliputi :

a. Keadaan iklim di lokasi pengujian yang meliputi jumlah curah hujan,

temperature, kelembapan udara dan angin.

b. Faktor geologi dan tanah di lokasi sekitar pengujian yang meliputi batuan

induk, kesuburan tanah, kedalaman lapisan tanah, pH tanah, tekstur dan

struktur tanah, keadaan air tanah, perembesan dan drainase.

c. Faktor geografi tanah yang meliputi letaknya terhadap garis lintang, garis

bujur, tinggi tempat, arah lereng dan sudut kemiringan.

d. Sifat ekologis dan kecenderungan penyebaran spesies uji.

e. Faktor biotik yang berpengaruh meliputi manusia, hewan domestik maupun

liar, binatang-binatang serangga, binatang lain yang termasuk hama dan

rumput.

2. Faktor ekonomi

Sebagaimana diketahui bahwa uji spesies bertujuan untuk mendapatkan

spesies yang menguntungkan untuk dikembangkan di daerah tertentu baik dari

segi pemanfaatan maupun produktivitasnya. Produktivitas sering dihubungkan

dengan spesies yang berumur pendek (cepat menghasilkan) sehingga spesies yang

diuji sebaiknya spesies-spesies yang mempunyai siklus hidup yang pendek atau

tumbuh cepat. Sehingga pertumbuhan yang cepat menjadi prioritas utama dalam

Page 8: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

8

pemilihan spesies uji. Selain tujuan penanaman dari spesies uji itu jelas, perlu

dipertimbangkan juga kegunaan produksi dari jenis yang bersangkutan antara lain

untuk kayu bakar, kayu pertukangan, tiang, sekat bakar, ornamen, konservasi dan

perlindungan tanah atau produk-produk khusus.

3. Faktor lain

Faktor-faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan guna keberhasilan uji

spesies antara lain :

a. Jika persediaan biji dari spesies yang akan dikembangkan adalah kecil, dan

viabilitas biji mudah hilang, spesies ini seharusnya tidak perlu diikut sertakan

dalam pengujian, kecuali ada cara-cara tertentu yang dapat memecahkan

problem tersebut. Misalnya dengan cara pembiakan vegetatif.

b. Jika persediaan biji yang akan dikembangkan termasuk spesies yang sulit

penanamannya, tidak saja karena bijinya, tetapi memang karena sulit tumbuh

pada suatu lahan dengan kondisi alam tanpa perlakuan atau perawatan khusus,

spesies semacam ini seharusnya tidak perlu dikembangkan dan sebaiknya

ditinggalkan saja (http://www.google.co.id).

B. Lahan Gambut Terdegradasi

Degradasi lahan gambut adalah perubahan yang mengarah pada kerusakan

di lahan gambut. Lahan gambut terdegradasi disebabkan karena eksploitasi materi

hutan yang berlebihan tanpa ada usaha pemulihan kondisi kembali bahkan lahan

gambut sering sengaja dibakar untuk mangalihkan fungsinya menjadi penggunaan

lahan lain sehingga lapisan gambutnya hilang yang akhirnya menjadi lahan

Page 9: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

9

terlantar karena miskin hara dan tidak dapat dimanfaatkan lagi (http://iccc-

network.net).

Selain miskin hara dan rawan kebakaran jika musim kering, lahan gambut

terdegradasi juga menyimpan masalah besar pada musim hujan, yaitu adanya

genangan yang bersifat non periodik dalam kurun waktu 3-4 bulan. Hal ini yang

mempengaruhi rendahnya ketahanan pohon terhadap genangan. Faktor-faktor

tersebut yang mempengaruhi rendahnya pertumbuhan dan kecepatan penghijauan

di hutan gambut. Banyak program yang dilakukan guna penghijauan lahan

gambut terdegradasi namun belum berhasil karena kebakaran dan genangan

tersebut (PT.HAL, 2011).

Lahan gambut merupakan suatu ekosistem yang unik, yang akan sangat sulit

untuk dipulihkan kembali apabila mengalami kerusakan. Untuk mencegah

terjadinya degradasi lahan gambut dan untuk mengurangi dampak negatif dari

lahan gambut yang telah terdegradasi, maka pengelolaan kawasan gambut

berdasarkan ilmu pengetahuan sangat penting untuk dilakukan. Lahan gambut

terdegradasi ini harus segera dihijaukan untuk menjaga keseimbangan alam. Jika

hal ini tidak dilakukan maka kerusakan ekosistem akan mengancam diawali

dengan bencana-bencana alam seperti banjir dan kekeringan.

C. Pelestarian Plasma Nutfah

Plasma nutfah adalah substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa

organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta mikroorganisme. Plasma

nutfah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu

Page 10: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

10

pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional

(http://id.wikipedia.org).

Keberadaan beberapa plasma nutfah menjadi rawan dan langka, bahkan ada

yang telah punah akibat perubahan besar dalam penggunaan sumber daya hayati

dan penggunaan lahan sebagai habitatnya. Kebijakan pembangunan yang kurang

memperhatikan kelestarian lingkungan pun turut berperan dalam proses

kepunahan plasma nutfah tersebut.

Pada hutan rawa gambut yang telah terdegradasi banyak spesies-spesies asli

rawa gambut yang telah punah. Untuk menumbuhkan lagi spesies-spesies tersebut

membutuhkan waktu yang sangat lama dan bahkan spesies-spesies tersebut

cenderung sulit bertahan hidup karena iklim setempat telah berubah.

Pelestarian plasma nutfah menjadi tanggungjawab yang berat bagi semua

orang terutama bagi forester dan pemerhati lingkungan, karena lingkungan sudah

cenderung rusak dan berubah. Perlu terapan ilmu yang tinggi untuk bisa

menghijaukan dan melestarikan plasma nutfah yang ada.

D. Deskripsi Tanaman

1. Sengon

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Page 11: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

11

Sub Famili : Mimosoidae

Marga : Paraserianthes

Spesies : Paraserianthes falcataria

Beberapa nama lokal/daerah untuk jenis ini yaitu : Sengon (umum),

Jeungjing (Sunda), Sengon laut (Jawa), Sika (Maluku), Tedehu pute (Sulawesi),

Bae, Wahogon (Irian jaya). Nama international antara lain : Batai (Malaysia

Barat, Sabah, Philipina, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Spanyol, Italia,

Belanda, Jerman), Kayu machis (Sarawak), Puah (Brunei). Penyebaran : Seluruh

Jawa, Maluku, dan Irian Jaya.

Pohon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi

batang bebas cabang 20 m. Tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda,

bulat agak lurus. Diameter pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Tajuk

berbentuk perisai, jarang, selalu hijau. Sengon memiliki akar tunggang yang

cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak

rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk

menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi

subur. Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar

0,5-1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum

bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan

yang dibantu oleh angin atau serangga. Buah sengon berbentuk polong, pipih,

tipis, tidak bersekat-sekat dan panjangnya sekitar 6-12 cm. Setiap polong buah

berisi 15-30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil, waktu muda berwarna hijau dan

jika sudah tua biji akan berubah kuning sampai berwarna coklat kehitaman, agak

Page 12: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

12

keras, dan berlilin. Benih Pipih, lonjong, 3-4 x 6-7 mm, warna hijau, bagian

tengah coklat. Jumlah benih 40.000 butir/kg. Daya berkecambah rata-rata 80%.

Berat 1.000 butir 16-26 gram.

Sengon dijumpai secara alami di hutan luruh daun campuran di wilayah

lembap, dengan curah hujan antara 1.000-5.000 mm pertahun. Pohon ini didapati

pula di hutan-hutan sekunder, di sepanjang tepian sungai, dan di sabana, hingga

ketinggian 1.800 m dpl. Sengon beradaptasi dengan baik pada tanah-tanah miskin

dengan pH tinggi, atau yang mengandung garam. Sengon juga tumbuh baik di

tanah aluvial lateritik dan tanah berpasir bekas tambang.

Kayu sengon merupakan kayu serba guna untuk konstruksi ringan,

kerajinan tangan, kotak cerutu, veneer, kayu lapis, korek api, alat musik, dan pulp.

Daun sengon dipergunakan sebagai pakan ayam dan kambing. Di Ambon kulit

batang digunakan untuk penyamak jaring, kadang-kadang sebagai pengganti

sabun. Ditanam sebagai pohon pelindung, tanaman hias, dan reboisasi

(http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/18/mengenal-kayu-sengon-paraserianthes-

falcataria/)

2. Pulai

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Contortae

Famili : Apocynaceae

Page 13: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

13

Genus : Alstonia

Spesies : Alstonia pneumatophora. (http://repository.ipb.ac.id)

Beberapa nama lokal untuk jenis ini yaitu : Lame, Pule, Polay, Kayu gabus,

Pulai, Hanjalutung, Kaliti, Reareangou, Bariangow, Rariangow, Wariangow,

Mariangan, Deadeangow, Rite, Tewer, Aliag, Hange. Nama internasional yaitu :

Devil's tree, Ditta bark tree (Inggris), Chatian, Saitan-ka-jhad, Saptaparna (India,

Pakistan), Co tin pat, Phayasattaban (Thailand). Penyebaran pohon pulai

meliputi: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Maluku, Nusa Tenggara

dan Jawa.

Pulai umumnya dapat mencapai tinggi 20-25 m dan diameter 40-60 cm.

Memiliki batang lurus dengan kulit batang yang rapuh, rasanya pahit dan bergetah

putih. Daun tunggal warna hijau berbentuk lonjong hingga lanset atau lonjong

hingga bulat telur sungsang dengan permukaan atas licin, permukaan bawah

buram, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip dengan panjang 10-23 cm, lebar

3-7,5 cm dan tersusun melingkar antara 4-9 helai.

Pada umumnya pulai tumbuh di daerah yang terbuka, bersemak atau hutan

campuran pada ketinggian 50-1500 m dpl. Pulai dapat tumbuh pada tanah liat dan

tanah berpasir yang kering atau digenangi air dan terdapat juga pada lereng bukit

berbatu pada ketinggian 0-1000 m dpl (http://repository.ipb.ac.id.).

3. Bungur

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Page 14: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

14

Ordo : Myrtales

Famili : Lythraceae

Genus : Lagerstroemia

Spesies : Lagerstroemia speciosa .Pers. (http://id.wikipedia.org)

Beberapa nama lokal untuk jenis ini yaitu : Bungur, B.Bener, B.Tekuyung,

B.Kual, Ketangi, Wungu, Bhongor, Moropala. Nama internasional yaitu : Bnaba

(Filipina), Bangblang (Vietnam), Bungor (Malaysia), Jarul, Benteak (India,

Pakistan), Intanin, Salao, Tabek (Thailand), Pyinma (Birma). Sebaran bungur

meliputi : Palembang, Jambi, Lampung, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,

dan Nusa Tenggara Timur.

Pohon berukuran cukup besar dengan tinggi mencapai 45 m dan diameter

150 cm. Biasanya pohon yang lebih kecil yakni tinggi antara 25–30 m dan

diameter 60–80 cm. Batang hampir tidak pernah lurus kebanyakan bengkok dan

bercabang banyak. Tanpa akar papan kebanyakan beralur dalam. Tajuk kurang

lebih bulat telur dan rapat. Tebalnya kulit 10 mm, kaku serta liat, luarnya

berwarna guram gelap, mengelupas dalam bentuk sobekan tak teratur. Penampang

melintang kelabu muda kotor. Dalamnya putih kotor yang cepat berubah warna

keungu-unguan. Tanpa lentisel, dan tanpa hijau daun.

Bungur dapat di temukan di hutan jati, baik di tanah gersang maupun subur

hutan heterogan berbatang tinggi, bungur dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m

dpl. Selain itu, bungur banyak juga ditemukan pada ketinggian di bawah 300 m

dpl. Permudaan alam seringkali terjadi ditempat terbuka dalam hutan sekunder

maupun dalam belukar yang terdapat dalam hutan primer. Pohon bungur

Page 15: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

15

menggugurkan daun pada musim kemarau. Permudaan buatan sering dilakukan

terutama dipinggir jalan dan dalam taman. Penanaman dilakukan dengan bibit

bumbung, cabutan atau stump yang berdiameter 0,5–2,5 cm dengan panjang

bagian batang 5-10 cm dan bagian akar 10-20 cm. Tanaman dapat mencapai

persen tumbuh 90-100 %. Jarak tanam yang lazim dilakukan adalah 4m x 3m.

Pohon bungur berbunga dan berbuah setiap tahun dalam bulan Maret, Juni,

Oktober dan November. Buah terdapat sangat banyak, Jumlah buah kering 345

butir per kg. Atau 194 butir per liter. Tiap buah banyak mengandung biji dengan

jumlah biji kering 200.000 butir per kg atau 31.000 butir per liter. Biji yang telah

dikeringkan diudara dan disimpan didalam tempat yang tertutup rapat dapat

bertahan sampai 6 bulan dengan daya kecambah 35% (PT.HAL, 2011).

4. Gerunggang

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Guttiferae

Genus : Cratoxylon

Spesies : Cratoxylon arborescens BL.

Beberapa nama lokal untuk gerunggang yaitu : Gerunggang, Geronggang,

Heremeng, Idat, Kelulus, Woheng, Tinono, Temor, Marong. Nama internasional :

Guyong-guyong, Paguringon, Salinggigon, Salinggigon (Filipina), Geronggang

Page 16: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

16

(Malaysia barat), Serungan (Malaysia timur). Sebaran pohon gerunggang

meliputi: Aceh, Sumatra Barat, Riau, Palembang, Jambi, Bangka, Kalimantan

Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Maluku.

Pohon gerunggang memiliki batang lurus, bulat, berbonggol-bonggol, tanpa

alur dan tanpa akar papan. Tebal kulit 2 mm bagian Sebelah luar guram,

mengelupas dan dengan pecah-pecah halus. Pohon dewasa/tua tidak berduri,

tetapi pada trumbusan-trumbusan muda daripada pohon-pohon muda banyak duri-

duri besar. Daun yang berbentuk elips tumpul, tepi rata permukaan daun jernih

dengan permukaan bawah berwarna kelabu biru.

Gerunggang tumbuh di dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan A dan B,

terutama pada tanah rawa atau pada zona peraliahan antara rawa dan tanah kering

pada ketinggian sampai 60 m dpl. Biasa ditemui berasosiasi dengan hutan

kerangas atau dipterokarpa dan berperan sebagai tumbuhan pionir. Tumbuh

tersebar atau mengelompok dalam belukar atau hutan primer yang tergenang.

Permudaan alam tidak banyak terdapat, populasi anakan per ha sedikit jika

dibandingkan dengan jenis lain. Permudaan alam yang dibantu dengan penanaman

menurut sistem jalur atau blok memungkinkan regenerasi jenis ini berhasil baik

dihutan rawa. Pembiakan dilakukan dipersemaian dan setelah mencapai tinggi

10-15 cm baru dipindah ke dalam bumbung atau plastik sampai cukup kuat

kemudian dipindahkan ke lapangan. Jarak tanam antara pohon adalah 2 m dan

jalur 6 m (PT.HAL, 2011).

Manfaat kayu ini umumnya digunakan sebagai bahan untuk konstruksi

dalam ruangan.

Page 17: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

17

5. Galam

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Melaleuca

Spesies : Melaleuca leucadendra L. (http://www.plantamor.com)

Beberapa nama lokal untuk jenis ini yaitu : Galam, Ghelam, Inggolom,

Gelam, Kayu gelang, Kayu putih, Bru galang, Waru gelang, Nggielak, Ngelak,

Iren, Sakelan, Irano, Ai kalane, Irono, dan Elan. Nama internasional yaitu : Bai

qian ceng (Cina). Penyebaran pohon gelam meliputi : Sumatra, Jawa, Kalimantan,

dan Maluku.

Tinggi pohon antara 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis berwarna putih

keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan. Batang

pohon tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah. Daun

tunggal agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling. Helaian daun

berbentuk jorong atau lanset, panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan

pangkalnya runcing, tepi rata, tulang daun hampir sejajar, permukaan daun

berambut, warna hijau kelabu sampai hijau kecoklatan, bunga berbentuk seperti

lonceng, daun mahkota berwarna putih kepala putik berwarna putih kekuningan,

keluar diujung percabangan, buah panjang antara 2,5-3 cm lebar 3-4 mm

warnanya coklat muda sampai coklat tua. Bijinya halus sangat ringan seperti

Page 18: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

18

sekam, berwarna kuning. Kayu putih dapat tumbuh di tanah tandus, tahan panas

dan dapat bertunas kembali setelah terjadi kebakaran menurut direktorat jendral

kehutanan, rata-rata jumlah buah per kg adalah 120.000 buah.

Secara alami galam hidup berkoloni dan mendominasi suatu kawasan,

khususnya ditepi sungai. Tanaman ini dapat ditemukan dari daratan rendah

sampai 400 m dpl. Dapat tumbuh di dekat pantai dibelakang hutan bakau. Ditanah

berawa atau membentuk hutan kecil di tanah kering sampai basah (PT.HAL,

2011).

6. Tumih

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Anisophylleales

Famili : Anisophylleaceae

Genus : Combretocarpus

Spesies : Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser.

(http://www.plantamor.com)

Beberapa nama lokal untuk jenis ini yaitu : Marapat, Parapat paya. Nama

internasional yaitu : Keruntum (Brunei). Sebaran pohon tumih meliputi : Sumatra,

Kalimantan, Kepulauan Riau, Bangka, Belitung.

Pohon berukuran cukup besar, tinggi sampai 40 m, batang kebanyakan lurus

tetapi sebagian ada juga yang bengkok dan pair sampai dengan 100 cm.

Page 19: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

19

Permukaan kulit tidak teratur dan sangat retak berwarna cokelat keabu-abuan,

kulit kayu bagian dalam keras berwarna orange cokelat. Daun alternatif,

sederhana, daun muda mencolok merah terang hingga merah gelap hingga jumlah

benangsari 2 kali jumlah kelopak dan memiliki tingkat ovarium yang rendah.

Buah kering dan bersayap, dengan biji berbentuk gelondongan.

Tempat tumbuh biasanya pada hutan sekunder atau hutan dengan kanopi

terbuka, batas ketinggian hingga 100-300 m dpl. Tumbuh ditanah tergenang air

gambut dan rawa kerangas. Regenerasi tumbuhan ini pada bekas tebangan hutan

ataupun bekas kebakaran hutan dan lahan akan membuat masalah sebab tumih

akan tumbuh sangat dominan dan menyebabkan tumbuhan lain sangat sulit

beradaptasi, hal ini dikarenakan batang tumih yang tumbang (baik karena

ditebang maupun terbakar) mampu tumbuh kembali dan mengeluarkan tunas

adaktif yang akhirnya berkembang jadi pohon.

Kayu tumih biasanya digunakan untuk bahan bakar, sebagai konstruksi

interior berat dan bantalan rel kereta api, furnitur, lantai, panel, konstrusi kapal,

dan veneer, dan juga untuk alat pertanian (PT.HAL, 2011).

Page 20: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

20

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Tempat penelitian ini dilaksanakan di kebun penelitian dan percobaan (KP2)

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dengan luas 20 Ha, jenis tanah

bergambut bekas kebakaran (terdegradasi) dengan kedalaman 50 cm yang terletak

di jalan anggrek, Kelurahan Kereng Bangkirai, Kecamatan Sebangau, Kota

Palangka Raya dengan titik koordinat S 02028’242”BT – E 113

090’826” LS.

2. Waktu

Penanaman dalam penelitian ini dilakukan dalam project penelitian oleh PT.

Hutan Amanah Lestari dimulai pada tanggal 15 Oktober 2012. Data yang diambil

2 bulan setelah penanaman merupakan bagian dari literatur PT. Hutan Amanah

Lestari setelah itu akan dilanjutkan pengambilan data secara mandiri untuk

mengetahui ketahanan tumbuhnya. Waktu penelitian yang dibutuhkan 8 (delapan)

bulan terhitung mulai awal penanaman sampai penulisan hasil penelitian.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih Bungur, Tumih,

Galam, Pulai, Gerunggang yang merupakan jenis endemik rawa gambut dan

Sengon jenis eksotik.

Alat yang digunakan, yaitu

1. Alat pengumpul data yaitu etiket, mistar, kamera, alat tulis, tali raffia, gunting,

ajir, parang, tali ukur atau roll meter, thelly sheet, caliper.

Page 21: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

21

2. Alat pengolahan data perangkat komputer dan kalkulator.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan alur sebagai berikut :

1. Menentukan jenis-jenis yang akan diuji sesuai dengan tujuan yaitu pelestarian

plasma nutfah, jadi jenis-jenis pohon khas rawa gambut yang dimungkinkan

hidup dengan baik di lokasi hutan gambut terdegradasi dipergunakan untuk

bahan uji sesuai dengan musim berbuahnya.

2. Membuat plot-plot uji pada berbagai areal penutupan lahan. Ada 5 jenis

penutupan lahan di tempat rencana penelitian yaitu :

a. Lahan terbuka bekas terbakar didomonasi rumput kumpai (Oxalis barelieri)

b. Lahan terbuka didominasi paku-pakuan/kelakai (Stenochlaena palustris)

c. Lahan tertutup purun (Eleocharis dulcis)

d. Lahan terbuka bekas terbakar didominasi semak berkayu

e. Lahan terbuka didominasi rumput minyak (tidak diketahui)

Lebar plot dalam penelitian ini adalah 3 m, panjang plot yang dibuat adalah

3 m, jumlah plot yang dibuat adalah 90 plot, sehingga luas plot uji

keseluruhan adalah 3 m x 3 m x 90 plot = 810 m2.

3. Menabur benih jenis-jenis pohon uji secara manual dalam plot yang

bersangkutan pada berbagai jenis penutupan lahan.

4. Mengamati pertumbuhan semai setiap 2 minggu sekali pada tiap lokasi

pengamatan hingga semai dianggap tahan terhadap kondisi alam dan dapat

dinyatakan sebagai jenis yang sesuai.

Page 22: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

22

D. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi :

1. Persentase hidup benih dengan rumus (Sutopo, 2002) :

Jumlah benih tumbuh

2. Persentase Ketahanan Semai hingga dianggap hidup/tahan dengan rumus

(Sutopo, 2002) :

Jumlah benih yang bertahan hidup diakhir pengamatan

3. Jumlah helai daun, yaitu dengan menghitung langsung jumlah helai daun yang

tumbuh, penghitungan setelah umur semai 2 (dua) bulan dan apabila jumlah

semai yang tumbuh melebihi 10 semai maka akan dipilih 10 semai yang terbaik

untuk mewakili.

4. Diameter semai, yaitu diukur langsung menggunakan caliper (sigmat),

pengukuran setelah semai berumur 4 (empat) bulan atau telah dapat diukur

diameternya dan apabila jumlah semai yang tumbuh melebihi 10 semai maka

akan dipilih 10 semai yang terbaik untuk mewakili.

5. Tinggi semai, yaitu dengan mengukur tinggi semai yang tumbuh dari ujung

batang bawah sampai ujung batang atas (titik tunas), pengukuran setelah semai

berumur 2 (dua) bulan. Diambil dari sepuluh semai yang terbaik untuk

mewakili.

Jumlah benih yang tumbuh

x 100%

Jumlah benih yang ditabur

x 100%

Page 23: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

23

E. Analisis Data

Data yang disajikan dalam penelitian ini menggunakan uji faktorial dalam

Rancangan Acak Lengkap Berblok (RALB) (Wright, 1976). Percobaan ini dengan

dua perlakuan yaitu perlakuan penutupan lahan yang terdiri atas 5 (Lima)

perlakuan dan perlakuan spesies dengan 6 (enam) perlakuan yaitu 5 x 6 kombinasi

perlakuan dengan diulang 3 kali tiap kombinasi perlakuan seperti tersaji pada

tabel berikut :

Tabel 1. Tabel Perlakuan

No

Perlakuan Blok

Penutupan lahan

Spesies

1 2 3 Nama

Jumlah

bibit

1 Purun

1.Sengon 100

2.Pulai 100

3.Bungur 100

4.Gerunggang 100

5.Galam 100

6. Tumih 100

2 Rumput Minyak

1.Sengon 100

2.Pulai 100

3.Bungur 100

4.Gerunggang 100

5.Galam 100

6. Tumih 100

3 Kelakai

1.Sengon 100

2.Pulai 100

3.Bungur 100

4.Gerunggang 100

5.Galam 100

6. Tumih 100

4

Terbuka

(bekas terbakar)

1.Sengon 100

2.Pulai 100

3.Bungur 100

4.Gerunggang 100

5.Galam 100

6. Tumih 100

Page 24: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

24

Lanjutan Tabel 1

Kumpai

1.Sengon 100

2.Pulai 100

3.Bungur 100

4.Gerunggang 100

5.Galam 100

6. Tumih 100

Jumlah

1.Sengon 500

2.Pulai 500

3.Bungur 500

4.Gerunggang 500

5.Galam 500

6. Tumih 500

Untuk mengetahui perbedaan perlakuan maka dilakukan uji lanjut Beda

Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf uji 0.05%.

Page 25: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan benih berkecambah

dan ketahanannya dalam keadaan lingkungan yang telah terdegradasi. Penelitian

ini dilaksanakan selama 8 bulan yaitu dari bulan Oktober 2012 sampai dengan

bulan April 2013 dengan mengujikan beberapa jenis pohon endemik rawa gambut

dan satu jenis eksotik yaitu sebagai bahan pertimbangan terhadap kemampuan

tumbuh pohon yang bukan endemik rawa gambut pada lahan gambut yang

terdegradasi. Jenis-jenis yang diujikan yaitu pulai (endemik), bungur (endemik),

tumih (endemik), gerunggang (endemik), galam (endemik), dan sengon (eksotik).

Areal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa lahan gambut yang

telah terdegradasi yang ditandai dengan terbukanya lahan karena bekas kebakaran,

rendaman air (banjir) yang relatif lama (non periodik), sangat kering pada musim

kemarau, sifat tanah yang asam, dan ditumbuhi oleh tumbuhan yang berallelopati

seperti kelakai, rumput minyak, purun, dan kumpai yang mampu menghambat

pertumbuhan tanaman lain di lingkungan sekitarnya sehingga sangat jarang

ditemukan tumbuhan lain yang mampu tumbuh.

Penaburan benih di lapangan dilakukan dengan membuat plot 3 x 3 m pada

tiap penutupan yang dibagi menjadi 5 tipe penutupan lahan yaitu lahan terbuka

bekas kebakaran, lahan didominasi rumput minyak, lahan di dominasi kelakai,

lahan di dominasi purun, dan lahan di dominasi kumpai. Kemudian tiap-tiap jenis

di ulang 3 kali pada tiap penutupan sehingga untuk satu jenis dalam satu

penutupan benih yang digunakan yaitu sebanyak 300 benih.

dari penelitian yang dilaksakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 26: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

26

A. Viabilitas Benih

Viabilitas benih adalah kemampuan benih berkecambah dan menghasilkan

kecambah normal dalam kondisi lingkungan yang optimum. Dari hasil data yang

dikumpulkan selama penelitian dan melakukan perhitungan maka dapat diperoleh

hasil seperti terlihat pada tabel anova sebagai berikut :

Tabel 2. Tabel Anova 1

Anova JK Db KT F hitung

F tabel

FK 10.519,21

JKB 143,89 2 71,94 0,39 2,35 NS

JKP 16.509,12 29 569,28 3,09 1,65 *

JKPL 5.310,84 4 1.327,71 7,21 2,52 *

JKJ 7.042,59 5 1.408,52 7,65 2,37 *

JK Int. 4.155,69 20 207,78 1,13 1,75 NS

JKE 10.704,78 58 184,57

JKT 27.357,79 89 307,39

Perlakuan yang diujikan memberikan hasil beda nyata pada taraf uji 0,05 (*)

pada tingkat perlakuan, tipe penutupan lahan dan jenis, sedangkan pada taraf

interaksi tidak memberikan hasil beda nyata (NS).

Perbedaan tersebut dapat dilihat pada pengujian lanjut uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) pada taraf uji 0,05 seperti tabel berikut :

Page 27: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

27

Tabel 3. Tabel Hasil Uji BNT 1

No.

Tipe

Penutupan

Lahan

Jenis Blok

Jml Rerata Uji BNT 1 2 3

1

Purun

Sengon 13 5 - 18,00 6,00 abcdefghij

19,00 6,33 Pulai - 3 16 abcdefghijk

Bungur 10 - 8 18,00 6,00 abcdefghij

Gerunggang 4 - 6 10,00 3,33 abcdef

Galam 14 55 16 85,00 28,33 aklmnopq

Tumih 24 - 2 26,00 8,67 abcdefghijkl

2 Rumput

Minyak

Sengon 1 - 2 3,00 1,00 ab

Pulai - 2 7 9,00 3,00 abcde

Bungur 5 8 3 16,00 5,33 abcdefghi

Gerunggang 6 - 6 12,00 4,00 abcdefg

Galam 23 43 22 88,00 29,33 lmnopqr

Tumih - - 2 2,00 0,67 a

3 Kelakai

Sengon 35 7 24 66,00 22,00 abcdefghijklmno

Pulai - 29 23 52,00 17,33 abcdefghijklm

Bungur 1 8 4 13,00 4,33 abcdefgh

Gerunggang - 3 5 8,00 2,67 abcd

Galam 10 51 42 103,00 34,33 mnopqrs

Tumih 3 2 1 6,00 2,00 abc

4 Terbuka

Sengon 28 8 21 57,00 19,00 abcdefghijklmn

Pulai 65 3 35 103,00 34,33 mnopqrs

Bungur 2 1 9 12,00 4,00 abcdefg

Gerunggang 2 5 5 12,00 4,00 abcdefg

Galam 35 35 93 163,00 54,33 st

Tumih 65 3 4 72,00 24,00 cdefghijklmnop

5 Kumpai

Sengon - - - - - a

Pulai - - - - - a

Bungur - - - - - a

Gerunggang - - - - - a

Galam - - - - - a

Tumih - - - - - a

Keterangan : Huruf yang sama pada kolom Uji BNT menunjukan adanya persamaan antara rerata kombinasi

perlakuan.

Page 28: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

28

Jenis-jenis yang diujikan memiliki kecendrungan memilih tipe lahan

tertentu untuk mampu bertahan hingga akhirnya menjadi kecambah perbedaan

tersebut sangat terlihat pada uji lanjut BNT. Pada tipe penutupan lahan kumpai

tidak dapat disimpulkan karena sampai akhir penelitian lahan tergenang dengan

kedalaman 30-40 cm sehingga pengamatan tidak dapat dilakukan.

Sengon memiliki kecendrungan berkecambah dengan baik pada tipe

penutupan kelakai untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 1. Indeks Viabilitas Benih Sengon

Sengon mampu tumbuh terbaik pada bawah naungan kelakai yang relatif

kekurangan cahaya matahari dan tanah yang tidak terlalu tergenang dengan indeks

viabilitas sengon pada penutupan ini 22%, pada lahan yang terbuka sengon

memiliki indeks viabilitas 19%, pada lahan dengan tipe penutupan purun dengan

indeks viabilitas 6%, sedangkan pada tipe penutupan lahan rumput minyak sengon

dengan indeks viabilitas sangat rendah yaitu 1%, dikarenakan pada lahan yang

didominasi rumput minyak benih sengon selalu terendam dalam air sehingga

19.00% 22.00%

1.00% 0.00%

6.00%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

terbuka kelakai rumput minyak

kumpai purun

Sengon

Page 29: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

29

sangat rentan terserang jamur yang dapat mengakibatkan benih menjadi busuk,

selain itu serangan binatang pemakan benih juga menjadi permasalahan pada tipe

lahan ini sehingga sedikit benih sengon yang mampu tumbuh.

Pulai mempunyai kecenderungan berkecambah dengan baik pada lahan

yang terbuka dapat dilihat pada grafik berikut :

Gambar 2. Indeks Viabilitas Benih Pulai

Pulai merupakan tanaman endemik rawa gambut yang diharapkan tahan

terhadap genangan, namun dikarenakan lahan yang telah terdegradasi lahan rawa

gambut menjadi tergenang sangat lama, mengakibatkan benih pulai banyak yang

membusuk sehingga tidak mampu untuk berkecambah. Pulai mampu

berkecambah pada lahan terbuka dengan indeks viabilitas 34,33%, disebabkan

karena, pada lahan terbuka genangan tidak terlalu lama namun masih lembap dan

cahaya matahari tidak terhalang sehingga dapat memicu perkecambahan,

sedangkan pada lahan dengan tipe penutupan kelakai, pulai dengan indeks

viabilitas 17,33%, pada lahan dengan tipe penutupan purun dengan indeks

34.33%

17.33%

3.00% 0.00%

6.33% 0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

35.00%

40.00%

terbuka kelakai rumput minyak

kumpai purun

Pulai

Page 30: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

30

viabilitas 6,33%, sedangkan pada lahan yang di dominasi rumput minyak pulai

dengan indeks viabilitas paling rendah yaitu hanya 3,00%, dikarenakan pada

penutupan ini pulai tidak mampu beradaptasi dengan genangan yang sangat lama

dan adanya hewan pemakan benih.

Bungur mampu bekecambah pada semua tipe penutupan namun indeks

viabilitas terbaik pada penutupan purun seperti terlihat pada grafik :

Gambar 3. Indeks Viabilitas Benih Bungur

Pada tipe penutupan purun indeks viabilitas bungur 6,00%, pada penutupan

rumput minyak 5,33%, pada tipe penutupan kelakai 4,33%, dan pada tipe lahan

terbuka 4,00%. Kendala yang dihadapi yaitu pada binatang pemakan benih hal ini

dibuktikan dengan ditemukannya benih bungur yang kosong akibat dimakan oleh

binatang, benih yang terapung saat banjir juga merupakan kendala dalam

pengamatan sebab ada kemungkinan benih terbawa arus sehingga tidak diketahui

mati atau tidaknya benih.

4.00% 4.33% 5.33%

0.00%

6.00%

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

terbuka kelakai rumput minyak

kumpai purun

Bungur

Page 31: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

31

Seperti halnya bungur, gerunggang juga mampu tumbuh pada semua tipe

penutupan lahan, gerunggang dengan indeks viabilitas terbaik pada tipe penutupan

lahan rumput minyak dan terbuka seperti pada grafik berikut :

Gambar 4. Indeks Viabilitas Benih Gerunggang

Indeks viabilitas gerunggang pada tipe penutupan lahan rumput minyak dan

lahan yang terbuka mempunyai indeks viabilitas yang sama yaitu 4,00%, pada

tipe penutupan purun dengan indeks viabilitas 3,33%, dan pada tipe penutupan

kelakai 2,67%. Pada lahan terbuka dan penutupan rumput minyak, sinar matahari

dapat menyinari secara langsung tanpa ada yang menghalangi, hal ini dapat

memacu pertumbuhan kecambah gerunggang. Selain itu gerunggang mampu

beradaptasi pada genangan yang relatif lama seperti pada penutupan purun dan

rumput minyak. Gerunggang juga berkecambah dengan baik dengan cahaya yang

relatif kurang seperti disela-sela kelakai dan purun. Kendala yang dihadapi pada

benih gerunggang yaitu pada ukuran benih yang sangat kecil sehingga ada

kemungkinan benih terbawa arus.

4.00%

2.67%

4.00%

0.00%

3.33%

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

4.50%

terbuka kelakai rumput minyak

kumpai purun

Gerunggang

Page 32: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

32

Benih galam mampu beradaptasi pada lingkungan gambut yang

terdegradasi, namun pada tipe lahan terbuka benih galam memiliki kecendrungan

berkecambah lebih baik dibandingkan tipe lahan yang lain seperti terlihat pada

grafik :

Gambar 5. Indeks Viabilitas Benih Galam

Lahan terbuka merupakan lahan yang terbaik untuk perkecambahan galam

dengan indeks viabilitas 54,33%, pada tipe lahan penutupan kelakai dengan

indeks viabilitas 34,33%, pada tipe lahan penutupan rumput minyak indeks

viabilitas galam 29,33%, dan pada tipe penutupan lahan purun dengan indeks

viabilitas 28,33%. Galam mampu beradaptasi dalam genangan air yang relatif

lama, dan dengan cahaya yang cukup maupun kurang galam mampu tumbuh, hal

ini terlihat pada tipe lahan terbuka dengan cahaya relatif cukup dan pada tipe

lahan dengan penutupan kelakai dengan cahaya yang relatif kurang. Kendala yang

dihadapi sama seperti gerunggang yaitu benih yang sangat kecil sehingga ada

kemungkinan terbawa arus.

54.33%

34.33% 29.33%

0.00%

28.33%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

terbuka kelakai rumput minyak

kumpai purun

Galam

Page 33: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

33

Benih tumih memiliki kecendrungan berkecambah dengan baik pada tipe

lahan terbuka seperti yang tersaji pada grafik berikut :

Gambar 6. Indeks Viabilitas Benih Tumih

Tumih mampu berkecambah pada lahan yang terbuka dengan indeks

viabilitas 24,00%, pada lahan dengan tipe penutupan purun indeks viabilitas tumih

8,67%, pada kelakai 2,00%, sedangkan pada tipe lahan dengan penutupan rumput

minyak viabilitas tumih hanya 0,57%. Pada lahan terbuka merupakan lahan yang

paling cocok diantara tipe-tipe lahan yang lain untuk perkecambahan tumih,

karena pada lahan ini sinar matahari tidak terhalang oleh apapun sehingga

membantu merangsang perkecambahan. Kendala yang dihadapi yaitu pada

binatang yang memakan benih dan juga benih yang cepat busuk apabila terlalu

lama terendam.

24.00%

2.00% 0.57% 0.00%

8.67%

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

25.00%

30.00%

terbuka kelakai rumput minyak

kumpai purun

Tumih

Page 34: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

34

Dari keseluruhan benih yang diujikan tanpa memandang tipe penutupan

lahannya indeks viabilitas terbaik pada jenis galam dapat dilihat pada grafik

berikut :

Gambar 7. Indeks Viabilitas Benih Semua Jenis

Galam menjadi jenis yang paling tinggi indeks viabilitasnya yaitu 87,80%,

galam mempunyai kemampuan adaptasi yang bagus pada lahan gambut yang telah

terdegradasi, pulai menjadi jenis kedua yang terbaik dari enam jenis yang diujikan

yaitu 36,60%, seperti halnya galam pulai juga mempunyai kemampuan adaptasi

yang bagus pada lahan yang diujikan, sengon merupakan jenis yang tidak begitu

diunggulkan dari keseluruh jenis yang diujiikan namun setelah dilakukan

pengamatan dan dapat diperoleh hasil bahwa sengon memiliki kemampuan

viabilitas peringkat ketiga dari keseluruh jenis yang diuji dengan indeks viabilitas

28,80%, tumih merupakan jenis berikutnya dengan indeks viabilitas yaitu 21,20%,

benih tumih yang terendam terlalu lama akan mengakibatkan perkembangan

28.80% 36.60%

11.80% 8.40%

87.80%

21.20%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

100.00%

sengon pulai bungur gerunggang galam tumih

VIABILITAS BENIH

Page 35: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

35

jamur yang mengakibatkan benih tumih membusuk, selain itu hewan pemakan

benih juga menajdi penyebap banyaknya benih tumih yang rusak, bungur

merupakan jenis berikutnya dengan indeks viabilitas 11,80%, jenis ini banyak

mendapatkan kendala mulai dari hewan pemakan benih ini terbukti saat

pengamatan banyak benih bungur yang berlubang dan rusak, selain itu pada saat

air genangan menjadi tinggi benih ini akan terbawa arus dan kebanyakan

tersangkut pada rerumputan sehingga benih akan sulit bekecambah tanpa media

yang mendukung, gerunggang merupakan jenis dengan indeks viabilitas terendah

yaitu 8,40%, kendala pertumbuhan gerunggang yaitu pada jenis benih yang sangat

kecil sehingga mudah terbawa arus, oleh sebab itu maka perlu ada perlakuan saat

panaburan agar benih yang kecil seperti gerunggang tidak mudah terbawa arus

seperti membuat bola yang terbuat dari tanah liat yang dimasukkan tanah gambut

dan benih didalamnya.

Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan benih ada dua yaitu faktor

internal dan faktor eksternal :

Faktor internal yang mempengaruhi perkecambahan antara lain :

a. Tingkat kemasakan benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak

mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang

cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002 dalam

http://www.irwantoshut.net). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun

dengan cepat sekitar 20%, maka benih tersebut juga telah mencapai masak

fisiologis atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering

Page 36: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

36

maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum

(viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979

dalam http://www.irwantoshut.net).

b. Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang

lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan

makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber

energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002 dalam

http://www.irwantoshut.net). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan

pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah

pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam

Sutopo, 2002 dalam PT.HAL, 2011).

c. Dormansi

Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi

tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum

dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat

dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat

(viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara

normal baik untuk berkecambah, seperti kelembapan yang cukup, suhu dan

cahaya yang sesuai (Lambers 1992, dalam http://www.irwantoshut.net).

d. Penghambat perkecambahan

Menurut (Kuswanto, 1996 dalam http://www.irwantoshut.net), penghambat

perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun

Page 37: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

37

di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan

yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

Faktor eksternal yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :

a. Air

Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama

kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,

sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis

benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002

dalam PT.HAL, 2011). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum

terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90% (Darjadi,1972 dalam

http://www.irwantoshut.net) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30

sampai 55% (Kamil, 1979 dalam http://www.irwantoshut.net). Benih mempunyai

kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang terlalu

basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta

busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo, 2002 dalam PT.HAL,

2011). Menurut (Kamil, 1979 dalam http://www.irwantoshut.net), kira-kira 70%

berat protoplasma sel hidup terdiri dari air, fungsi air antara lain:

1. Untuk melembapkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi

pengembangan embrio dan endosperma.

2. Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.

3. Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai

fungsinya.

Page 38: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

38

4. Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperma atau kotiledon ke

titik tumbuh, dimana akan terbentuk protoplasma baru.

b. Suhu

Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya

perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai

yaitu pada kisaran suhu antara 26-35°C (Sutopo, 2002 dalam PT.HAL, 2011).

Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan

ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat

tumbuh gibberallin.

c. Oksigen

Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat

disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan

energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses

perkecambahan benih (Sutopo, 2002 dalam http://www.irwantoshut.net).

Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu,

mikro organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996 dalam

http://www.irwantoshut.net). Menurut (Kamil, 1979 dalam

http://www.irwantoshut.net) umumnya benih akan berkecambah dalam udara

yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% CO2. Namun untuk benih yang

dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen yang masuk ke dalam benih

ditingkatkan sampai 80%, karena biasanya oksigen yang masuk ke embrio kurang

dari 3%.

Page 39: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

39

d. Cahaya

Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi

tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002 dalam PT.HAL, 2011). Adapun

besar pengaruh cahaya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas

cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979 dalam

http://www.irwantoshut.net). Menurut Adriance and Brison dalam (Sutopo, 2002

dalam PT.HAL, 2011) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat

dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan

yang memerlukan cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana

cahaya dapat menghambat perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat

berkecambah baik pada tempat gelap maupun ada cahaya.

e. Medium

Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang

baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme

penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002 dalam PT.HAL, 2011).

Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir

dan tanah.

B. Ketahanan Semai

Ketahanan semai adalah kemampuan semai untuk tumbuh secara normal

pada kondisi sub optimum. Dari penelitian yang dilaksanakan dan dilakukan

perhitungan maka diperoleh hasil pada tabel anova berikut :

Page 40: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

40

Tabel 4. Tabel Anova 2

Perlakuan yang diujikan memberikan hasil beda nyata pada taraf 0,05 (*)

pada tingkat perlakuan dan interaksi, sedangkan pada tinggkat tipe penutupan

lahan dan jenis tidak memberikan beda nyata (NS).

Untuk melihat perbedaan lebih jelas maka dilakukan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) pada taraf 0,05% seperti tersaji pada tabel berikut :

Tabel 5. Tabel Hasil Uji BNT 2

No.

Tipe

Penutupan

Lahan

Jenis Blok

Jml Rerata Uji BNT 1 2 3

1 Purun

Sengon 2 - - 2,00 0,67 ab

Pulai - - 2 2,00 0,67 ab

Bungur 1 - 8 9,00 3,00 abcdefgh

Gerunggang - - 6 6,00 2,00 abcde

Galam - - - - - a

Tumih 1 - 2 3,00 1,00 abc

Sengon - - - - - a

2 Rumput

Minyak

Pulai - - 3 3,00 1,00 abc

Bungur - - - - - a

Gerunggang 1 - 6 7,00 2,33 abcdef

Galam - 7 5 12,00 4,00 cdefghij

Tumih - - - - - a

3. Kelakai Sengon 8 1 15 24,00 8,00 k

Pulai - - 2 2,00 0,67 ab

Anova JK db KT F hitung F tabel

FK 124,84

JKB 94,60 2 47,30 11,65 2,35 *

JKP 261,82 29 9,03 2,22 1,59 *

JKPL 46,82 4 11,71 2,88 2,52 NS

JKJ 30,49 5 6,10 1,50 2,37 NS

JK Int. 184,51 20 9,23 2,27 1,75 *

JKE 210,74 58 3,63

JKT 567,16 89 6,37

Page 41: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

41

Lanjutan Tabel 5

3 Kelakai

Bungur - 4 - 4,00 1,33 abcd

Gerunggang - 3 4 7,00 2,33 abcdef

Galam - - 1 1,00 0,33 a

Tumih 1 1 1 3,00 1,00 abc

Sengon - - - - - a

4

Terbuka

Pulai - 2 - 2,00 0,67 ab

Bungur - - 8 8,00 2,67 abcdefg

Gerunggang - 5 5 10,00 3,33 abcdefghi

Galam - - 1 1,00 0,33 a

Tumih - - - - - a

Sengon - - - - - a

5 Kumpai

Pulai - - - - - a

Bungur - - - - - a

Gerunggang - - - - - a

Galam - - - - - a

Tumih - - - - - a

Keterangan : Huruf yang sama pada kolom BNT menunjukan adanya persamaan antara rerata

kombinasi perlakuan.

Dari hasil uji BNT dapat diketahui bahwa ada perbedaan pada tiap tipe

penutupan terhadap ketahanan semai. Semai sengon pada tipe lahan penutupan

purun dengan persentasi katahanan 11,11%, pada penutupan ini semai sengon

mati karena kekeringan, sengon pada tipe penutupan ini tumbuh disela-sela purun

yang akan kering apabila genangan telah turun, pada tipe penutupan rumput

minyak semai sengon tidak ada yang mampu bertahan sebab pada penutupan ini

semai sengon terlalu lama terendam dalam air yang mengakibatkan membusuknya

semai, pada tipe penutupan kelakai dengan persentase ketahanan 36,36%, pada

penutupan ini sengon mampu bertahan tumbuh pada bawah naungan kelakai, pada

tipe lahan terbuka semai sengon juga tidak ada yang mampu bertahan dikarenakan

pada saat genangan telah turun pada lahan terbuka akan menjadi kering sehingga

mengakibatkan semai mati.

Page 42: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

42

Pulai pada tipe penutupan lahan purun dengan persentase ketahan semai

10,52%, pada tipe lahan penutupan rumput minyak persentase ketahan semai pulai

yaitu 33,33%, pada tipe penutupan kelakai pulai dengan persentase ketahanan

3,84% kendala yang dihadapi semai pulai pada penutupan ini yaitu adanya hama

ini terlihat pada saat pengamatan ditemukannya semai pulai yang telah terpotong

karena dimakan oleh hewan, pada tipe lahan terbuka persentase hidup semai pulai

paling rendah yaitu 1,94%, kedala yang dihadapi masih seperti penutupan kelakai

yaitu adanya hama perusak selain itu semai pulai juga mati diakibatkan karena

kekeringan.

Bungur pada tipe penutupan lahan purun dengan persentase ketahanan

sebesar 50,00%, bungur mampu tumbuh dengan baik pada sela-sela purun, pada

tipe lahan dengan penutupan rumput minyak bungur tidak ada yang mampu

bertahan ini disebabkan genangan yang terlalu lama sehingga semai membusuk

selain itu serangan hama juga menjadi penyebab matinya semai bungur, pada

penutupan kelakai persentase ketahan 30,76%, kendala pada penutupan ini yaitu

serangan hama, pada tipe penutupan lahan terbuka dengan persentase ketahanan

66,66% daya dukung pada tipe lahan ini yaitu pada sinar yang cukup sehingga

menjadi daya dukung untuk pertumbuhan semai.

Gerunggang pada tipe penutupan lahan purun dengan persentase ketahanan

sebesar 60,00%, seperti halnya bungur, gerunggang juga tumbuh dengan baik

pada sela-sela purun, pada tipe lahan dengan penutupan rumput minyak

persentase ketahanan semai gerunggang 58,33%, pada penutupan ini gerunggang

mampu beradaptasi pada genangan yang cukup lama, pada tipe lahan dengan

Page 43: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

43

penutupan kelakai persentase ketahanan semai gerunggang 87,50%, dan pada tipe

lahan terbuka dengan persentase 83,33%.

Galam pada tipe penutupan purun tidak ada yang mampu bertahan hidup

disebabkan karena kekeringan, galam tumbuh disela-sela purun yang akan kering

apabila genangan sudah turun, pada tipe penutupan rumput minyak persentase

ketahanan 13,63%, galam cukup mampu bertahan hidup pada genangan yang

cukup lama namun sebagian ada yang mati karena terbawa arus, pada tipe

penutupan kelakai persentase hidup benih galam yaitu hanya 0,97%, pada tipe

penutupan ini semai galam 95% mati karena kekeringan, pada tipe lahan terbuka

0,61%, sama halnya seperti pada tipe penutupan kelakai semai galam tidak dapat

bertahan hidup dikarenakan kekeringan.

Tumih pada tipe penutupan purun persentase ketahanan tumbuhnya hanya

0,11%, matinya semai tumih disebabkan oleh hama yang memakan semai selain

itu kekeringan juga menjadi faktor matinya semai, pada tipe penutupan rumput

minyak semai tumih tidak ada yang mampu bartahan ini disebabkan karena

genangan yang terlalu lama mengakibatkan semai menjadi mati, pada tipe

penutupan kelakai persentase ketahanan semai tumih 50,00%, kematian semai

tumih pada tipe penutupan ini karena kekeringan dan serangan hama, pada tipe

lahan terbuka tidak ada yang mampu bertahan disebabkan karena serangan hama

dan kekeringan.

Dari hasil penelitian ketahanan semai yang dilaksanakan dapat

direkomendasikan dalam melakukan reforestasi pada lahan gambut yang

terdegradasi dengan dominasi penutupan rumput minyak sebaiknya

Page 44: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

44

menggunakan jenis galam, pada tipe lahan dengan penutupan kelakai

menggunakan jenis sengon, pada tipe lahan dengan penutupan purun

menggunakan jenis bungur, sedangkan pada tipe lahan terbuka sebaiknya

menggunakan jenis gerunggang.

Dari keseluruh jenis yang diujikan tanpa memandang tipe penutupan,

persentase ketahanan terbaik yaitu pada jenis gerunggang seperti terlihat pada

grafik berikut :

Gambar 8. Persentase Ketahanan Semai

Dari keseluruhan jumlah gerunggang yang tumbuh yaitu 42 semai dan yang

mampu bertahan sampai akhir pengamatan yaitu 30 semai dengan persentase

ketahanannya 71,42%, pada jenis kedua yang terbaik persentase ketahanannya

yaitu bungur, dari jumlah semai yang tumbuh yaitu 59 semai dan yang mampu

bertahan sampai akhir pengamatan 21 semai yaitu dengan persentase ketahanan

35,59%, ketahan terbaik ketiga yaitu jenis sengon dari jumlah keseluruhan yang

18.05%

3.82%

35.59%

71.42%

2.96% 5.66% 0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

sengon pulai bungur gerunggang galam tumih

Persentase Ketahanan Semai

Page 45: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

45

tumbuh yaitu 144 dan yang mampu bertahan sampai akhir pengamatan 26 semai

yaitu dengan persentase ketahanan 18,05%, ketahanan berikutnya yaitu jenis

tumih dari keseluruhan jenis yang mampu tumbuh menjadi semai yaitu 106 semai

dan yang mampu bertahan sampai akhir pengamatan yaitu 65 semai dengan

persentase ketahanan 5,66%, jenis pulai merupakan jenis dengan persentase

katahanan berikutnya yaitu dari keseluruhan yang tumbuh 183 semai, yang

mampu bertahan hanya 7 semai dengan persentase ketahahnan 3,82%, persentase

dengan ketahanan terendah yaitu pada jenis galam, pada awal pengamatan jumlah

benih yang tumbuh sebanyak 439 semai dan yang mampu bertahan sampai akhir

penelitian hanya 13 semai saja yaitu dengan persentase ketahanan 2,96%.

C. Penambahan Tinggi dan Daun

Pertumbuhan tinggi tanaman sebagai salah satu ciri pertumbuhan tanaman

disebabkan oleh aktivitas pembelahan sel pada meristem apikal. Penambahan

tinggi tanaman diawali dengan tumbuhnya pucuk yang semakin panjang,

dilanjutkan dengan perkembangannya menjadi daun dan batang. Dalam

pertumbuhan pucuk dalam tanaman mengalami tiga tahapan, yaitu pembelahan

sel, pemanjangan dan defferensiasi atau pendewasaan. Pada fase pembelahan sel,

tanaman memerlukan karbohidrat karena komponen utama penyusun utama

penyusun dinding sel terbuat dari glukosa (karbon) atau dengan kata lain bahwa

pembelahan sel tergantung dari persediaan karbohidrat. Sementara karbohidrat

hanya dihasilkan dari proses fotosintesis yang melibatkan klorofil dan unsur N

berperan dalam pembentukan klorofil. Disamping itu Rosman (2004) dalam

Herdiana (2008), menyatakan hasil fotosintesis lebih banyak digunakan untuk

Page 46: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

46

tunas baru dari pada pembesaran batang dan pertumbuhan akar, karena

pertumbuhan aktif lebih banyak terjadi dibagian pucuk tanaman.

Pertumbuhan tinggi dan dimeter dipengaruhi oleh cahaya, pertumbuhan

tinggi lebih cepat pada tempat ternaungi daripada tempat terbuka. Sebaliknya,

pertumbuhan diameter lebih cepat ditempat terbuka daripada tempat ternaungi

sehingga tanaman yang ditanam ditempat terbuka cenderung pendek dan kekar.

Sudut percabangan tanaman lebih besar di tempat ternaung daripada ditempat

terbuka, Marjenah (2001) dalam Argani (2012).

Selain pertumbuhan tinggi dan diameter, pertumbuhan aktif pada tanaman

adalah daun. Daun merupakan salah satu bagian penting dari tanaman, karena

mengandung klorofil yang digunakan untuk proses fotosintesis hasil fotosintesis

berupa karbohidrat akan diangkut ke seluruh bagian tanaman dan selanjutnya akan

digunakan untuk pertumbuhannya. Fotosintesis memerlukan CO2 dari udara dan

unsur lain seperti Nitrogen (N) dan air (H2O) dari media tumbuhnya

(Dwidjosaputro, 1989 dalam Misransyah, 2004).

Bakal daun dibentuk di daerah sisi lateral apeks dengan adanya pembelahan

sel didaerah itu sehingga terjadi tonjolan disebut penyangga daun, pembentukan

bakal daun berikutnya akan terjadi ditempat lain. Periode yang memisahkan

pembentukan dua bakal daun yang berurutan disebut plastokron (Fahn, 1992

dalam Argani, 2012). Terbentuknya penyangga daun mengakibatkan luas

permukaan meristem manjadi berkurang. Sementara bakal daun tumbuh, meristem

apikal juga bertambah tinggi sampai saat bakal daun berikutnya dibentuk.

Page 47: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

47

Menurut Esti (1995) dalam Argani (2012), hal ini juga berkaitan dengan

perkembangan tunas yang menjadi tempat tumbuh daun-daun yang baru. Lapisan

luar meristem apeks terjadi pembelahan. Jika ketiak tunas tumbuh langsung

setelah dibentuk, maka proses ini disebut silepsis. Pada beberapa tumbuhan

pembentuk tunas lateral tidak terjadi sebelum daun lebih tua. Tunas berkembang

dengan cara ini berkembang dengan cara diferinsiasi sel, yaitu dengan kembalinya

aktivitas meristimatik pada sel yang telah terdeferinsiasi.

Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan selama enam bulan maka

diperolah hasil penambahan tinggi semai seperti tersaji pada grafik berikut :

Gambar 9. Penambahan Tinggi

Sengon merupakan jenis yang tercepat penambahan tinggi, yaitu dengan

rerata pertambahan tingginya 3,61 cm tiap pengamatan, Pulai dan bungur

merupakan jenis kedua yang kecepatan penambahan tinggi terbaik, yaitu sama-

sama dengan rerata 1,48 cm, jenis selanjutnya yaitu gerunggang dengan

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penambahan Tinggi (cm)

Sengon

Pulai

Bungur

Geronggang

Galam

Tumih

Page 48: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

48

penambahan tinggi rerata 1,22 cm tiap pengamatan, jenis kelima yang terbaik

penambahan tinggi yaitu tumih dengan penambahan rerata 1,06 cm tiap

pengamatan, galam merupakan jenis yang paling lambat dalam perkembangan

penambahan tinggi yaitu rerata penambahan tinggi hanya 0,72 cm.

Dari hasil pengamatan penambahan jumlah daun semai dapat dilihat pada

grafik berikut :

Gambar 10. Rerata Penambahan Daun

Dari grafik diatas dapat diketahui pertumbuhan daun paling banyak yaitu

pada jenis gerunggang dengan rerata penambahan 0,59 helai tiap pengamatan,

dilanjutkan oleh jenis galam dengan penambahan rerata daun 0,40 helai, jenis

ketiga penambahan jumlah daun terbanyak yaitu jenis bungur dengan rerata

penambahan jumlah daun pada tiap pengamatan 0,26 helai, sengon merupakan

jenis keempat yang pertumbuhan daunnya terbaik yaitu dengan rerata

penambahan 0,25 helai tiap pengamatan, pertumbuhan daun jenis pulai menjadi

-

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penambahan Jumlah Daun

Sengon Pulai Bungur

Gerunggang Galam Tumih

Page 49: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

49

jenis selanjutnya dengan rerata penambahan 0,17 helai, sedangkan jenis tumih

menjadi jenis dengan penambahan jumlah daun paling sedikit yaitu dengan rerata

penambahan 0,12 helai per pengamatan.

Sedangkan untuk penambahan diameter tidak dapat disimpulkan, karena

sampai akhir pengamatan tidak dapat dilakukan pengukuran ini karena semai yang

masih terlalu kecil.

Page 50: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

50

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan maka diperoleh kesimpulan sebagai

berikut :

1. Indeks viabilitas terbaik yaitu jenis galam dengan indeks viabilitas 87,80%,

pulai dengan indeks viabilitas 36,60%, sengon dengan indeks viabilitas

28,80%, tumih dengan indeks viabilitas 21,20%, bungur dengan indeks

viabilitas 18,80%, dan gerunggang merupakan jenis dengan indeks viabilitas

terendah yaitu 8,40%.

2. Persentase ketahanan semai tertinggi yaitu pada jenis gerunggang dengan

persentase 71,42%, persentase ketahanan kedua yaitu jenis bungur dengan

persentase 35,59%, persentase ketahanan ketiga yaitu jenis sengon dengan

persentase ketahanan 18,05%, persentase ketahanan ke empat yaitu jenis

tumih dengan persentase ketahanan 5,66%, persentase ketahanan kelima yaitu

jenis pulai dengan persentase ketahanan 3,82%, dan persentase ketahanan

terendah yaitu pada jenis galam dengan persentase ketahanan hanya 2,96%.

3. Penambahan tinggi paling cepat untuk semai yaitu jenis sengon dengan rerata

3,61 cm tiap pengamatan, pulai dan bungur dengan rerata penambahan tinggi

1,48 cm, gerunggang dengan rerata penambahan tinggi 1,22 cm tiap

pengamatan, tumih dengan rerata penambahan tinggi 1,06 cm tiap

pengamatan, rerata penambahan tinggi paling rendah yaitu jenis galam

dengan rerata penambahan tinggi hanya 0,72 cm tiap pengamatan.

Page 51: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

51

4. Penambahan jumlah daun paling banyak yaitu pada jenis gerunggang dengan

rerata penambahan 0,59 helai tiap pengamatan, dilanjutkan oleh jenis galam

dengan penambahan rerata daun 0,40 helai, bungur dengan rerata

penambahan jumlah daun pada tiap pengamatan 0,26 helai, jenis sengon

dengan rerata penambahan daun 0,25 helai tiap pengamatan, jenis selanjutnya

yaitu pulai dengan rerata penambahan daun 0,17 helai tiap pengamatan, dan

rerata penambahan daun paling rendah yaitu jenis tumih yaitu 0,12 helai per

pengamatan.

5. Dalam melakukan reforestasi pada lahan gambut yang terdegradasi dengan

dominasi penutupan rumput minyak sebaiknya menggunakan jenis galam,

pada tipe lahan dengan penutupan kelakai menggunakan jenis sengon, pada

tipe lahan dengan penutupan purun menggunakan jenis bungur, sedangkan

pada tipe lahan terbuka sebaiknya menggunakan jenis gerunggang.

B. Saran

1. Perlunya penelitian lanjut mengenai ketahanan semai sampai tingkat pancang.

2. Harus ada inovasi mengenai teknik penaburan benih seperti membuat bola

tanah liat dengan memasukan benih didalamnya karena dengan penaburan

manual ada kemungkinan benih tidak sampai ke tanah karena tersangkut pada

sela-sela purun, kelakai, dan kumpai.

3. Perlunya penelitian lebih terhadap ketahanan tumbuh jenis-jenis eksotik pada

lahan gambut yang terdegradasi.

Page 52: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

52

DAFTAR PUSTAKA

Argani A., 2012. Keberhasilan Tumbuh Anakan Kahoi (Shorea Balangeran,

Burk) Di Kebun Penelitian Dan Percobaan (KP2) Universitas

Muhammadiyah Palangka Raya. Skripsi Jurusan Kehutanan Universitas

Muhammadiyah Palangkaraya, Palangka Raya.

Herdiana, N., 2008. Pengaruh Doses Dan Prekuensi Aplikasi Pemupukan NPK

Terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea Belangeran , Korth Asal Anakan

Alam Di Persemaian. Palembang.

Maimunah, S., 2011. Pemuliaan Pohon. Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Palangka Raya.

, 2012. Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Fakultas Pertanian dan

Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Palangka Raya.

Miransyah, 2006. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Rootone F Dan Dan

Kerapatan Naungan Terhadap Pertumbuhan Anakan Belangeran (Shorea

Belangeran Burck). Fakultas Pertanian Dan Kehutanan Prodi Kehutanan

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Palangka Raya.

PT.HAL, 2011. Hasil Uji Coba Areal Seeding di Hutan Kota Palangka Raya

Kalimantan Tengah. Kerjasama Penelitian PT HAL UNHAS UNPAR dan

UMP. Palangka Raya.

Sutopo, L., 2002. Jurnal Hutan Tropis. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung

Mangkurat Edisi September 2012.

Wright, J.W., 1976. Introduction to Forest Genetics . Academic Press, Inc. San

Diego California USA.

Zobel B. Dan Talbert J., 1984. Applied Forest Tree Improvement. John dan Wiley

dan Sons. USA.

http://iccc-network.net/id/lib/article/peatland/182-degradasi-lahan-gambut.

Diakses pada tanggal 29 november 2012 jam 16.00 wib.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bungur. Diakses pada tanggal 01 oktober 2012 jam

16.30 wib.

http://id.wikipedia.org/wiki/Plasma_nutfah. Diakses pada tanggal 29 november

2012 jam 16.00 wib.

Page 53: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - umpalangkaraya.ac.id file3 Penentuan jenis yang sesuai sangat menentukan keberhasilan penghijauan pada lahan tersebut. Menurut (Atmojo Toyib, 1997

53

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52898/BAB%20II%20Tinj

auan%20Pustaka.pdf?sequence=2. Diakses pada tanggal 02 november

2012 jam 17.30 wib.

http://www.plantamor.com/index.php?plant=1458. Diakses pada tanggal 01

oktober 2012 jam 16.30 wib.

http://www.irwantoshut.net/seed_viability_factor.html

http://www.google.co.id/url?url=http://pertanian.untag-smd.ac.id/wp-

content/uploads/2012/01/Uji_Species_dan_Uji_Provenance_Bab_II.doc&r

ct=j&sa=U&ei=4pG0ULGsEo7JrAfG6YDoAQ&ved=0CBcQFjAC&q=uji

+spesies+adalah&usg=AFQjCNEGEppNSlDnpSyPKmCgNV8F4C8PQQ.

Diakses pada tanggal 29 november 2012 jam 16.00 wib.