HUKUM JUAL BELI ANJING
MENURUT PEMIKIRAN IMAM MALIK DAN IMAM ASY-SYAFI’I
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT
MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM ISLAM
DISUSUN OLEH:
EKO YUNIANTO
11360041
PEMBIMBING:
Dr.FATHURRAHMAN,S.Ag,M.Si
PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
ii
ABSTRAK
Jual beli anjing yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, tidak hanya
dilakukan oleh orang-orang yang bukan Islam saja, akan tetapi orang Islam pun tidak
sedikit yang membeli anjing, karena anjing memang mempunyai berbagai
keistimewaan dan kelebihan, seperti; anjing memiliki kepatuhan yang sangat tinggi,
setia, dapat untuk melacak pencuri, menjaga keluarga, dapat diajak bercanda dan
mempunyai feeling yang kuat. Masalah jual beli anjing ini, dalam Islam masih diperdebatkan adanya oleh
para ulama’, tanpa terkecuali oleh Imam Malik dan Imam Asy-Syafi’i. Ada ulama
yang tidak membolehkan sama sekali, ada pula yang membolehkan tanpa syarat, ada
juga yang membolehkan dengan beberapa syarat, yaitu sebatas kepada anjing
pemburu atau anjing yang boleh dipelihara saja. Adapun selebihnya (jenis anjing
lainnya) adalah tidak boleh. Dalam penelitian ini masalah yang ditemukan adalah
bagaimana hukum jual beli anjing menurut pemikiran Malik dan Imam Asy-Syafi’i?
Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitif-komparatif, yaitu penelitian yang
berusaha menjabarkan menganalisa dan mengklarifikasi dalam pembahasan skripsi
ini penyusun menggunakan pendekatan yuridis-normatif. Adapun penelitian ini
termasuk jenis penelitian pustaka (library research).Sesuai dengan objek
penelitiannya maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
penelaahan terhadap literatur usul fiqh dan literatur lainnya yang terkait dengan
masalah yang diteliti, kemudian data-data tersebut akan diolah, yang selanjutnya akan
dijadikan bahan utama untuk memenuhi target penelitian yang hendak dicapai.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa jual beli anjing menurut Imam
Malik menghukumi makruh karena beliau membedakan antara anjing yang
bermanfaat seperti anjing yang digunakan untuk menjaga ternak, tanaman ataupun
rumah boleh diperjual belikan, tetapi untuk anjing yang hanya untuk hiasan tidak
diperbolehkan. Menurut Imam Asy-Syafi’i, jual beli anjing itu tidak diperbolehkan
karena anjing itu najis, akan tetapi untuk kepemilikan anjing boleh kalau untuk
keperluan mendesak seperti anjing pelacak karena anjing disini tidak boleh diambil
manfaatnya kecuali dalam keadaan darurat.
vi
MOTTO
Berangkatdenganpenuhkeyakinan,
Berjalandenganpenuhkeikhlasan,
Istiqomahdalammenghadapicobaan.
“Yakin, Ikhlas, Istiqomah”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penyusun persembahkan kepada:
Bapak-Ibuku, Istriku sertaAdikku tersayang,
yang tidakpernah lelahdalam memberikan cinta,
kasih-sayang, motivasidando’ado’a.
Jurusanku Perbandingan Mazhab
Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
viii
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن هللا بسم
ودا تعالى موجاحمد هللا حمدا كثيرا واحمده حمدا مباركا اشهد كون هللا لميناالع رب هلل الحمد
د رسوال مرس ابتا بحقث فيه ومعبودا خالقا وجودا محققا ال شك ال على بالوجود واشهد كون محم
دنا ننا سيبي نا وحبيبنا وشفيعنا وقرة أعين على والسالم والصالةفى الوجود العالم بحقكون
امابعد. اجمعين وصحبه اله وعلىبد هللا ابن ع محمدوموالنا
Puja dan puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan banyak limpahan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya kepada penyusun,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Salawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw. Tak lupa pula kepada
keluarga, sahabat, tabiin, dan tabiin tabiin serta seluruh umat Muslim yang selalu
istiqamah untuk mengamalkan dan melestarikan ajaran-ajaran suci yang beliau bawa.
Dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Hukum Jual Beli Anjing Menurut
Pemikiran Imam Malik dan Imam Asy-Syafi’i”, penyusun menyadari penuh bahwa
masih banyak kekurangan dan kelemahan di dalamnya. Maka dari itu, penyusun
sangat berterima kasih jika ada saran, kritik yang sifatnya membangun dan koreksi
demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan datang. Dalam penyusunan ini,
penyusun sadar bahwa banyak hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan
dorongan banyak pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikannya. Untuk itu,
perkenankanlah penyusun menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
ix
1. Bapak Prof. Drs. H. Machasin, MA.,selaku PGS Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Bapak Dr. H. Syafiq Mahmadah Hanafi, S.Ag., M.Ag.,selaku Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Fathorrahman, S.Ag., M.Si., selaku Ketua Jurusan Perbandingan
Mazhab Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan
Pembimbing skripsi yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahannya kepada penyusun.
4. Bapak Gusnam Haris, S.Ag., M.Ag., selaku Sekretaris Jurusan Perbandingan
Mazhab.
5. Staff Tata Usaha Jurusan Perbandingan Mazhab sekarang yang telah
memudahkan administrasi dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Para dosen-dosen Jurusan Perbandingan Mazhab dan dosen-dosen Fakultas
Syari’ah dan Hukum yang telah memberikan cahaya ilmu yang begitu luas
kepada penyusun, semoga ilmu yang didapat menjadi ilmu yang bermanfaat.
7. Orang tua tercinta, Bapak Supardi dan Ibu Junaeni yang telah memberikan
doa dan jerih payahnya, serta dorongan moril dan materiil selama penyusun
menuntut ilmu, karena beliaulah penyusun bisa merasakan indahnya hidup ini,
serta dengan kasih-sayangnya yang telah membesarkan, mendidik,
mengarahkan penyusun, untuk memahami arti sebuah kesederhanaan,
ketulusan, kehambaan, perjuangan, dan pengorbanan.
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987, secara
garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
Alif
Ba’
Ta’
Ṡa’
Jim
Ḥa’
Kha’
Dal
Zâ
Ra’
zai
sin
syin
sad
dad
tâ’
za’
‘ain
gain
fa’
qaf
tidak dilambangkan
b
t
ś
j
ḥ
kh
d
ż
r
z
s
sy
ṣ
ḍ
ṭ
ẓ
‘
g
f
q
Tidak dilambangkan
be
te
es (dengan titik di atas)
je
ha (dengan titik di bawah)
ka dan ha
de
Zet (dengan titik di atas)
er
zet
es
es dan ye
es (dengan titik di bawah)
de (dengan titik di bawah)
te (dengan titik di bawah)
zet (dengan titik di bawah)
koma terbalik di atas
ge
ef
qi
xii
ك
ل
م
ن
و
هـ
ء
ي
kaf
lam
mim
nun
wawu
ha’
hamzah
ya’
k
l
m
n
w
h
’
Y
ka
`el
`em
`en
w
ha
apostrof
Ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap
د د ع ت م
ة د ع
Ditulis
Ditulis
Muta‘addida
‘iddah
C. Ta’ Marbūṭah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis “h”
ة م ك ح
ة ل ع
Ditulis
Ditulis
Ḥikmah
‘illah
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap
dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
’Ditulis Karâmah al-auliyâ اء ي ل و ال ة ام ر ك
xiii
3. Bila ta’ marbūṭah hidup atau dengan harakat, fatḥah, kasrah dan ḍammah
ditulis t atau h.
Ditulis Zakâh al-fiţri ر ط ف ال اة ك ز
D. Vokal Pendek
__ _
ل ع ف
__ _
ر ك ذ
__ _
ب ه ذ ي
Fatḥah
kasrah
ḍammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
fa’ala
i
żukira
u
yażhabu
E. Vokal Panjang
1
2
3
4
Fatḥah + alif
ة ي ل اه ج
fatḥah + ya’ mati
ىس ن ت
kasrah + ya’ mati
مي ـر ك
ḍammah + wawu mati
ضو ر ف
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ā
jāhiliyyah
ā
tansā
ī
karīm
ū
furūḍ
F. Vokal Rangkap
1
2
fatḥah + ya’ mati
م ك ن ي ب
fatḥah + wawu mati
ل و ق
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
bainakum
au
qaul
xiv
G. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
م ت ن أ أ
ت د ع أ
ن ئ ل م ت ر ك ش
Ditulis
Ditulis
Ditulis
a’antum
u‘iddat
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”.
آن ر ق ل ا
اس ي ق ل ا
Ditulis
Ditulis
Al-Qur’ân
Al-Qiyâs
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya.
آء م لس ا
سم لش ا
Ditulis
Ditulis
as-Samâ’
asy-Syams
I. Penyusunan kata-kata dalamrangkaiankalimat
Ditulis menurut penyusunannya.
يو ذ ض و ر ف ال
ل ه أ ة ن الس
Ditulis
Ditulis
Żawî al-furûḍ
ahl as-sunnah
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v
MOTTO ............................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... xiii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pokok Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuandan Manfaat Penelitian ........................................................... 6
D. Telaah Pustaka.................................................................................... 6
E. Kerangka Teoretik .............................................................................. 9
F. Metode Penelitian ............................................................................... 12
xvi
G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 14
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ANJING
A.Pengertian Jual Beli ............................................................................. 17
B. Dasar-Dasar Hukum Jual Beli ............................................................ 18
C. Rukun Dan Syarat Jual Beli ............................................................... 19
D.Bentuk Dan Sifat Jual Beli ................................................................. 28
E. Obyek Jual-Beli .................................................................................. 30
F. Gambaran Umum Tentang Hewan Anjing.......................................... 32
BAB III BIOGRAFI DAN METODE ISTINBAT IMAM MALIK
DAN IMAM ASY-SYĀFI’I
A.Riwayat Hidup Imam Malik ................................................................ 43
1. Kelahiran Dan Nasab Imam Malik .................................................. 43
2. Guru Dan Murid Imam Malik ........................................................... 44
3. Metode Istinbat ................................................................................. 46
4. Pemikiran Imam Malik Tentang Jual Beli Anjing ............................ 56
B. Biografi Imam Asy-Syafi’i ................................................................. 60
1. Perjalanan Hidup Imam Asy-Syafi’i ................................................ 60
2. Pendidikan Dan Karir Imam Asy-Syafi’i ........................................ 61
3. Guru Dan Murid Imam Asy-Syafi’i .................................................. 64
4. Karya-Karya Imam Asy-Syafi’i ....................................................... 67
5. Metode Istinbat Imam Asy-Syafi’i .................................................. 71
xvii
6. Pemikiran Imam Asy-Syafi’i Tentang Jual Beli Anjing .................. 85
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM MALIK DAN IMAM
ASY-SYAFI’I
A. Sumber Perbedaan Pendapat Dalam Hukum Islam ........................ 87
B. Analisis Persamaan Dan Perbedaan Pemikiran Imam
Malik Dan Imam Asy-Syafi’i Tentang Hukum
Jual Beli Anjing .............................................................................. 90
C. Analisis Istinbat Hukum Imam Malik Dan Imam
Asy-Syafi’i Tentang Hukum Jual Beli Anjing ................................ 104
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 99
B. Saran-Saran ..................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 101
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran I Curriculum Vitae ......................................................... I
2. Lampiran II Biografi Ulama dan Para Tokoh .............................. II
3. Lampiran III Terjemah Teks Arab ............................................. IV
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sering disebut sebagai makhluk sosial, makhluk ekonomi, makhluk
aktualisasi diri dan makhluk yang berbicara atau makhluk berpikir.1 Manusia sebagai
makhluk yang mempunyai aneka ragam sebutan pada prinsipnya adalah makhluk
yang saling bergantung pada sesamanya, baik yang menyangkut sandang, pangan ,
papan, keselamatan diri dan harta, harga diri, potensi untuk berkembang maupun
kasih sayang, disamping kebergantungan di bidang politik, ekonomi, budaya dan
hukum. Kebergantungan itu menunjukkan bahwa manusia salîing membutuhkan
dalam banyak aspek2 dalam agama Islam disebut dengan istilah muamalah.
3
Islam menganjurkan manusia untuk senantiasa bekerja dan berusaha mencari
mata pencaharian yang senantiasa mencukupi kebutuhan individu, masyarakat dan
dapat mengatasi segala urusannya. Islam juga memberikan dasar-dasar pokok yang
diambil dari al-Qur’ān dan al-hadīṡ sebagai landasan hukum perbuatan manusia yang
taat kepada perintah Allah tentang cara-cara mencari mata pencaharian, karena tidak
semua cara itu dibenarkan oleh Syariat Islam, sebagaimana firman-Nya:
1 Atang Abd Hakim, dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2001), hlm. 222.
2Ibid., hlm. 223.
3 Azhar Basir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta : UII Press, 1993), hlm. 7.
2
كىي رج ع تزاضاتج أ تكى طم إالاايىا ال تأكهىا أيىانكى تكى تانثها انذ أ4
Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak bisa lepas dengan jual beli
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walaupun demikian, sebenarnya masalah
jualbeli telah dijelaskan secara global, salah satunya berdasarkan firman Allah, yaitu :
5وأحم اهلل انثع وحزو انزتا
Jual beli ini baik dari hasil pertanian, perkebunan, peternakan maupun dari
hasil ketiganya yang telah diolah sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk produk
baru. Jika dicermati baik-baik apa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat luas
banyak terjadi jual beli anjing. Jual beli anjing itu tidak hanya dilakukan oleh orang-
orang yang bukan Islam saja, akan tetapi orang Islam pun tidak sedikit yang membeli
anjing, karena anjing memang mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan,
seperti; anjing memiliki kepatuhan yang sangat tinggi, setia, dapat untuk melacak
pencuri, menjaga keluarga, dapat diajak bercanda dan mempunyai feeling yang kuat.
Masalah Jual beli anjing ini ternyata dalam Islam masih diperdebatkan adanya
oleh para ulama’, tanpa terkecuali oleh Imām Mālik dan Imām asy-Syāfi’ī. Ada
ulama yang tidak membolehkan sama sekali, ada pula yang membolehkan tanpa
syarat, ada juga yang membolehkan dengan beberapa syarat, yaitu sebatas kepada
4An-Nisā (4) : 29.
5 Al-Baqarah (2) : 275.
3
anjing pemburu atau anjing yang boleh dipelihara saja. Adapun selebihnya (jenis
anjing lainnya) adalah tidak boleh.6
Ulama Ḥanābilah berpendapat bahwa jual beli anjing adalah tidak sah secara
mutlak, baik anjing yang terlatih maupun tidak,7 lain halnya dengan Abū Ḥanifah
yang diutamakan dalam barang yang dijadikan objek jual beli adalah manfaatnya.
Oleh karena itu, setiap barang yang ada manfaatnya menurut pandangan syara’ boleh
diperjualbelikan sekalipun barang itu najis (tidak untuk dimakan dan diminum).8
Menurut Imām Mālik mengutamakan barang yang diperjual belikan adalah barang
yang tidak dilarang oleh syara’, suci dan bermanfaat menurut pandangan syara’. Hal
ini berdasarkan dari sumber hukum yang dipeganginya, yaitu; al-Qur‟ān, Sunnah,
Ijma‟, Qiyās serta Maslaḥah Mursalah.9 Adapun mengenai anjing, Imām Mālik
adalah termasuk ke dalam ulama yang tidak menajiskan keberadaannya pun begitu,
dia menganggap makruh terhadap Jual beli anjing, sebagaimana dipahami dari hadīṡ
berikut:
6 Ibnu Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid (Beirūt : Dār al-Fikr, 595), II : 95.
7 Abdullah bin Muḥammad at-Tayyar, Ensiklopedi Fiqh Muamalah Dalam Pqndangan Empat
Mazhab (Yogyakarta : Maktabah al-Hanif, 2009), hlm. 62.
8 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuh, Juz IV (Beirūt : Dār al-Fikr, t, th), 3431.
9 Sayyid Sabiq, Fiqqih Sunnah, Alih bahasa Kamaluddin A. Marzuki cet. Ke-12 (Bandung :
Al-Ma’arif, 1987), hlm. 59.
4
ع ات شهاب ع أت تكز ت عثد انزح ت انحارثحدثا عثداهلل ت ىسف : اخثزا يانك
ى هى ع ث انكهةرسىل اهلل صهى اهلل عهه وسه أري ت هشاو ع أت يسعىد األصا
اه وحهىا انك ويهزانثغ10
Hadīṡ ini secara eksplisit atau secara jelas memberikan ketentuan bahwa ada
larangan dari harga anjing, akan tetapi beliau menghukumi makruh dikarenakan
beliau membedakan antara anjing yang merugikan atau yang membahayakan dan
yang tidak, selagi anjing itu bermanfaat seperti digunakan untuk melacak, menjaga
ternak, menjaga rumah dan juga berburu boleh diambil dan selain dikonsumsi, yang
membahayakan manusia dan anjing yang dipelihara secara suka-suka tanpa ada
manfaatnya dilarang untuk dijual belikan.11
Adapun menurut Imām asy-Syāfi’ī yang sumber hukumnya adalah al-Qur‟ān,
Sunnah, Ijma‟ Qiyās, Istiṣḥāb, dari hadīṡ tersebut Imām asy-Syāfi’ī berpendapat
bahwa jual beli anjing tidak diperbolehkan baik yang buas maupun yang tidak buas
dan pendapat yang mashur dari Mażhab Ḥambali mengutamakan kesucian atas
barang yang diperjual belikan, meski benda itu bermanfaat tetapi kalau benda itu najis
10
Abū Abdullah Muḥammad bin Ismail al-Bukhāri, Ensiklopedia Hadis 1, Penerjemah
Masyar. MA dkk, cet ke-1 (Jakarta: Almahira, 2011). hlm. 495.
11
Abū Walid Muḥammad Ibnu Ahmad Ibnu Muḥammad Ibnu Rusyd, Bidayāh al-mujtahid,
hlm. 126.
5
maka tidak boleh untuk diperjual-belikan. Akan tetapi jika untuk keperluan mendesak
seperti berburu, dan anjing pelacak dibolehkan untuk memiliki anjing tersebut.12
Oleh karena itu, Imām Mālik dan Imām asy-Syāfi’ī sebagai kajian dalam
penilitian adalah tidak lain dan tidak bukan adalah karena kedua ulama ini merupakan
sosok pemikir yang lebih dikenal masyarakat dengan ilmu fikihnya. Selain itu, sering
terjadi perbedaan pendapat dari kedua ulama ini dalam mengistinbāṭkan suatu
perkara yang ada, termasuk dalam masalah jual beli anjing.
Dari latar belakang di atas, penyusun tertarik untuk mengkaji dan
mengkomparasikan pendapat ulama tentang hukum jual beli anjing. Yakni dalam hal
ini adalah pendapat Imām Mālik dan Imām asy-Syāfi’ī. Dimana pemikiran kedua
tokoh sangat kontradiksi sehingga penyusun sangat tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul :“Hukum Jual beli Anjing Menurut Pemikiran Imām Mālik
dan Imam asy-Syāfi‟ī”.
12
Al-Imām Abī Abdullāh Muḥammad bin Iddrīs asy-Syāfi’ī , Al-Umm, Juz III (Beirūt : Dār
al-Kutub, 1996), 14.
6
B. Pokok Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah sebagaimana tersebut diatas, maka
penyusun akan merumuskan apa yang menjadi masalah. Adapun pokok masalahnya
sebagai berikut:
1. Bagaimana hukum jual beli anjing menurut pemikiranImām Mālik dan Imam asy-
Syāfi’ī?
2. Bagaimana metode istinbāṭ hukum Imām Mālik dan Imām asy-Syāfi’ī tentang ual
beli anjing?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
a. Mendeskripsikan tentang status hukum Jual beli anjing menurut pendapat Imām
Mālik dan Imam asy-Syāfi’ī.
b. Menjelaskan metode istinbat hukum Imām Mālik dan Imam asy-Syāfi’ī .
2. Kegunaan
a. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan keIslaman bagi siapa saja yang hendak
belajar dan memahami ilmu-ilmu keIslaman.
b. Memberikan kontribusi pemikiran, dalam rangka kontekstualisasi hukum Islam
yang sesuai dengan zaman tanpa harus meninggalkan dimensi tekstualnya,
terutama pengembangan khazanah ilmu pengetahuan hukum Islam di Indonesia.
7
D. Telaah Pustaka
Dalam penelusuran pustaka yang penyusun lakukan, sudah banyak penelitian
atau tulisan yang membahas tentang jual beli. Oleh karena itu untuk mengetahui
posisi penyusun dalam melakukan penelitian ini, maka dilakukan review terhadap
beberapa literatur atau penelitian yang ada kaitannya atau relevan terhadap masalah
yang menjadi obyek penelitian ini.
Skripsi yang berjudul “Hukum Jilatan Anjing Menurut Mażhab Māliki dan
MażhabSyāfi‟ī” yang dikaji oleh Muḥammad Karbi dengan kesimpulan ulama
mażhab Maliki menetapkan hukum jilatan anjing adalah suci. Alasannya, bahwa
perintah Rasulullah saw untuk membasuh bejana yang terkena jilatan anjing hingga
tujuh kali basuhan adalah sebagai ta‟abbudi (bentuk ibadah) sebagaimana seorang
muslim dianjurkan untuk berwuḍu ketika akan shalat bukan berarti karena dia najis.
Sedangkan hukum jilatan menurut mażhab Syāfi’ī adalah najis secara mutlak, dengan
alasan adanya perintah Rasulullah saw untuk membasuh bekas jilatan anjing dan
tidaklah pembasuhan itu dilakukan kecuali sebab najis atau adanya ḥadas. Dan
mengingat lidah dan mulut adalah anggota utama hewan dan ia dikategorikan sebagai
najis, maka sudah tentu seluruh badannya termasuk air yang keluar dari tubuh anjing
baik air kencing, kotoran dan juga keringatnya adalah najis.13
13
Muḥammad Karbi, “Hukum Jilatan Anjing Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Syafi‟i”
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (2011), Yogyakarta.
8
Kemudian dalam skripsi yang berjudul “Pemikiran Imam As-Syāfi‟ī Tentang
Jual Beli Dan Kepemilikan Anjing Dalam Kitab Al-Umm” yang dikaji oleh Zulfa
Ma’rifah hanya menekankan dan membahas tentang bagaimana jual beli anjing
menurut Imam as-Syāfi’ī dalam kitab al-Umm. Hasil dari penelitian ini
menyimpulkan bahwa imam as-Syāfi’ī berpendapat dalam kitabnya (al-Umm) tidak
membolehkan jual beli anjing.14
Kemudian skripsi yang berjudul “Hukum Membasuh Tujuh Kali Dalam
Tatacara Menghilangkan Najis Anjing (Studi Komparasi Antara Mażhab Ḥanafiyyah
Dan Syāfi‟īyyah)” yang dikaji oleh Lukman Hakim Teguh Santoso yakni
mendeskripsikan yang berkaitan erat dengan masalah hukum membasuh tujuh kali
dalam tatacara mensucikan najis anjing dalam pandangan Mażhab Ḥanafiyyah Dan
Syāfi’īyyah. Menurut Mażhab Ḥanafiyyah hukum membasuh tujuh kali tersebut
tidaklah wajib, hanya sunnat saja, sedangkan menurut Syāfi’īyyah hukum membasuh
tujuh kali tersebut adalah wajib, begitu juga dicampur debu dalam salah satu
basuhannya.15
Kemudian skripsi yang berjudul “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap
Penjualan Dan Kepemilikan Anjing Dalam Komunitas Muslim” yang dikaji oleh
Anita Darmastuti yakni menyimpulkan bahwa para penjual dan pemilik anjing
14
Zulfa Ma’rifah, “Pemikiran Imam As-Syafi‟i Tentang Jual Beli Dan Kepemilikan Anjing
Dalam Kitab Al-Umm” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (2010), Yogyakarta.
15
Lukman Hakim teguh Santoso, “Hukum Membasuh Tujuh Kali Dalam Tatacara
Menghilangkan Najis Anjing (Studi Komparasi Antara Mazhab Hanafiyyah Dan Syafi‟iyyah)”
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (2010), Yogyakarta.
9
sebenarnya mengetahui tentang syari’at dalam jual beli dan kepemilikan anjing
namun mereka mengabaikan hal tersebut karena mereka memiliki alasan dan latar
belakang yang berbeda sehingga penilaian subyektif tersebutlah yang menjadi dasar
bagi mereka untuk menjual dan memiliki anjing.16
Berdasarkan telaah penyusun terhadap karya-karya ilmiah diatas dan sejauh
pengetahuan penyusun, maka tampak belum ada yang meneliti topik yang diangkat
dalam judul skripsi ini. Untuk itulah, penyusun mengangkat judul“Hukum Jual Beli
Anjing Menurut Pemikiran Imām Mālik Dan Imām asy-Syāfi‟ī”.
E. Kerangka Teoritik
Dalam upaya menjawab permasalahan yang ada dalam skripsi ini penyusun
menyajikan sebuah teori dan dalil-dalil yang berfungsi sebagai acuan untuk
memecahkan masalah yang diteliti oleh penyusun, baik dengan menggunakan dalil-
dalil Naṣ al-Qur’ān atau kaidah-kaidah fiqhiyah yang berhubungan dengan obyek
yang diteliti.
Jual beli adalah suatu bentuk perhubungan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembeli hanya akan
membeli barang-barang yang diinginkan dan penjual karena sifatnya hanya sebagai
pelayan dan pembeli, maka dia juga hanya akan menjual barang-barang yang
sekiranya banyak dibutuhkan manusia. Dalam ayat al-Qur’ān dan al-Hadīṡ, aturan
16
Anita Darmastuti, “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Penjualan Dan Kepemilikan
Anjing Dalam Komunitas Muslim” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, (2011), Yogyakarta.
10
jual beli telah dijelaskan baik berkaitan dengan aqid, sighah dan ma‟qūd „alaih.
Dalam muamalat terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut :17
1. Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah kecuali yang
ditentukan lain oleh al-Qur’ān dan as-Sunnah.
2. Muamalah dilakukan atas dasar suka rela tanpa unsur paksaan.
3. Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan
menghindari mudharat dalam hidup masyarakat.
4. Muamalat dilaksanakan dengan memelihara keadilan menghindari unsur-
unsur penganiayaan, unsur pengambilan kesempatan dalam kesempitan.
Orang yang terjun dalam dunia usaha, berkewajiban mengetahui hal-hal yang
dapat mengakibatkan jual beli itu sah atau tidak agar muamalah berjalan sah dan
segala tindakan jauh dari kerusakan yang tidak dibenarkan oleh syari’at Islam.
Mengenai jual beli anjing, tidak ada naṣ yang secara tegas mengharamkanya,
akan tetapi banyak hadīṡ tentang larangan harga anjing. Karena hadirnya hadīṡ-hadīṡ
itulah para mujtahidin kemudian beristinbāṭ mencari status hukum jual beli anjing.
Hasil ijtihad para mujtahidin itu ternyata berbeda-beda ada yang mengatakan haram,
boleh, makruh sampai ada yang membedakan antara anjing untuk berburu, anjing
yang boleh dipelihara dan anjing yang tidak boleh dipelihara.
17
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam) (Yogyakarta:
UII Press, 2000), hlm. 15.
11
Mengingat persoalan diatas terjadi karena perbedaan pendapat dikalangan
para ulama yang tentu saja karena perbedaan sunnah yang menjadi pegangan Imām
mażhab, berbeda dalam persepsi pemahaman hadīṡ dan berbeda latar belakangnya
juga, maka dalam pembahasan skripsi ini penyusun akan berusaha mencari jawaban
persoalannya dengan menjam‟u dan mentaufiq dengan cara taqyid dari yang mutlak.
Apabila tidak bisa dilakukan demikian maka penyusun akan berusaha mentarjīh
menurut jalan-jalan yang telah ditetapkan. Apabila dalam mencari jawaban dengan
cara tersebut tidak didapatkan juga makan penyusun akan berusaha mencari yang
lebih dahulu wurūdnya dan mana yang kemudian dinyatakan nāsikh dan yang dahulu
dinyatakan mansūkh.18
Jika tidak mungkin dijam‟u dan ditaufiqkan antara kedua sunnah yang
berbeda itu tidak mungkin ditarjīhkan yang satu kepada yang satu lagi serta tidak
diketahui tanggal datangnya kedua sunnah itu. Maka terhentilah dalil-dalil yang
dikemukakan. Diperhatikan dalam hal ini dalil hukum terhadap suatu peristiwa
didalamnya ada pertentangan dengan dalil yang bukan dari keduanya. Seakan-akan
peristiwa itu tidak ada naṣ. Inilah gambar yang diperlukan bukan wujud yang
dipunyai.19
18
Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan tinggi Agama, Ushul Fiqh (Jakarta :
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departement Agama, 198). I : 174-175
19
Abdu al-Wahāb Khalaf, ‘Ilmu Uṣul Fiqh, (ttp. : Maktabah Ad-Dakwah Al-Islāmiyah
Syabab al-Azhar, 1407H/1987M). hlm. 231.
12
Disamping pembahasan dari penyusunan mengenai jam‟u dan taufiq dari
dalil-dalil yang ada, yang dipegangi para fuqaha juga akan diadakan pendekatan
dengan kaidah fiqhiyah :
20األصم فى األشاءاإلتاحح
“ Pada dasarnya segala sesuatu itu diperbolehkan”
Serta kitab fiqih lainnya yang mendukung dalam memecahkan persoalan yang
sedang penyusun bahas. Sehingga dengan demikian penyusun akan lebih mendalami
sekaligus menemukan jawaban mengenai pendapat fuqaha tentang hukum dari pada
jual beli anjing terutama pendapat dari Imām Mālik dan Imam Imām asy-Syāfi’īyang
merupakan inti pembahasan dari skripsi ini.
F. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penyusunan menggunakan metode yang pada
pokoknya dapat diringkaskan sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian pustaka (library research), yaitu
penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber datanya baik dari data
primer maupun data skunder.21
20
As-Suyūti, Al-Aṣbah wa Nadā‟ir, (Singapur : Sulaiman Mara’iy, t.t.). hlm. 66.
21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta : Andi Offset, 1990), hlm. 9.
13
Yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah kitab-kitab dari Mażḥab
Māliki dan kitab-kitab dari Mażḥab asy-Syāfi’ī.Yang termasuk kitab-kitab Mażḥab
Māliki yaitu, al-Muwaṭa‟ karya Mālik bin Anas, al-Aṣalul Madarik fi fiqhi al-Imām
Mālik karya Mālik bin Hasan, Muwafaqat fi Ushul al-Fiqh karya Ibrahim bin Musa
al-laḥmi al-Garnaṭi al-Māliki,al-Muyassarkarya Wahbah Zuhaili, Bidāyah al-
Mujtahid karya Ibnu Rusyd. Selanjutnya yang termasuk data primer dari Mażḥab
Syāfi’ī adalah : al-Umm karya Muḥammad bin Idrīs, al-Aḥkam fi Uṣul al-Aḥkam
karya saifudin al-Amidi, al-Ghāyah al-Wuṣul karya abi yahya Zakaria al-Ansari, al-
Asybāh wa an-Naẓair karya jalaludin as-Suyuti, faṭ al-bari bi syarḥ Ṣaḥīḥ bukhāri
karya Ibnu Hajar al-Asqalani, al-Mizān al-Kubrā karya Ahmad bin Ali al-Ansari,
Fatḥ al-mu‟īn karya zainuddin al malibari.
Adapun data skunder dari penelitian ini adalah kitab-kitab diluar dua Mażḥab
yang dikaji dan literaturlainnya yang secara tidak langsung membantu serta
melengkapi data informatif guna memberikan penjelasan permasalahan yang dikaji.
Dalam penyusunan skripsi, penyusun akan melakukan apa yang disebut
dengan library research guna memperoleh data, yaitu penelitian yang obyek
penelitiannya yang utama adalah buku-buku yang ada kaitanya dengan masalah yang
dibahas.
14
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitif-komparatif, yaitu penelitian yang
berusaha menjabarkan menganalisa dan mengklarifikasi22
hukum jual beli anjing
pemikiran Imām Mālik dan Imām as-Syāfi’ī, yang kemudian membandingkan
pendapat kedua tokoh tersebut, baik dari segi konseptual maupun menyangkut
mekanisme operasionalnya.
3. Pendekatan Penelitian
Dalam pembahasan skripsi ini penyusun menggunakan pendekatan yuridis-
normatif.Penyusun melakukan analisis terhadap hukum jual beli anjing berdasarkan
teori uṣūl fiqh utamanya teori tentang turuqu dilātil lafẓi alā murādil mutakallim.
Aspek analisis yang dilakukan penyusun menyangkut dua hal; 1) subtansi hukumnya,
2) metodologi atau dalil al-Qurān dan Sunnah yang digunakan ulama dalam
merumuskan hukum jual beli anjing.
4. Teknik Pengumpulan data
Sesuai dengan objek penelitiannya maka teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah penelaahan terhadap literatur uṣul fiqih dan literatur
lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti, kemudian data-data tersebut
diolah, yang selanjutnya dijadikan bahan utama untuk memenuhi target penelitian
yang dicapai.
22
Winarto Surahmad, Pengantar Penelitian ilmiah, Dasar , Metode Dan Teknik, (Bandung :
Tasito, 1995), hlm 74.
15
G. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan penyusunan skripsi ini disusun sistematikanya kedalam
tiga bagian pokok, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal
skripsi memuat pengantar yang didalamnya terdiri dari halaman judul, abstrak,
halaman persetujuan, halaman pengesahan, surat pernyataan, halaman persembahan,
motto, kata pengantar, pedoman transeliterasi, dan daftar isi.
Bagian isi dari skripsi terdiri dari lima bab. Secara spesifik bagian isi, ini akan
memaparkan mengenai inti dari penelitian, yaitu:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan yang menguraikan skripsi ini
meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan sistematika pembahasan,
yang secara kongkrit menggambarkan keseluruhan keseluruhan penyusunan skripsi.
Bab kedua menguraikan pengertian jual beli secara umum mencangkup
pengertian dan dasar hukumnya, macam-macam, serta tata cara melakukan jual beli
itu sendiri serta gambaran umum tentang anjing.
Bab ketiga menguraikan tentang biografi Imam Mālik dan Imam Imām asy-
Syāfi’ī kelahiran dan pendidikan, guru dan muridnya, karya-karyanya serta
pendapat mereka tentang jual beli anjing, karena untuk mengetahui karakter
16
pemikiran Imām Mâlik dan Imam Imām asy-Syāfi’ī yang dipengaruhi beberapa
keadaan dimana mereka hidup waktu itu.
Bab keempat merupakan uraian analisis penyusun dari kedua tokoh tersebut
mengenai jual beli anjing dengan melihat metode istidlāl yang telah dipakai oleh
Imām Mālik dan Imam asy-Syāfi’ī dalam menanggapi permasalahan jual beli anjing
serta metode istinbāṭ hukum yang digunakan.
Bab kelima adalah penutup dari penyusunan skripsi meliputi kesimpulan dari
pembahasan dan saran-saran. Kemudian pembahasan ini diakhiri dengan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran penting lainnya.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengadakan analisa terhadap penelitian tersebut maka pemahaman
yang dapat penyusun simpulkan dari rumusan masalah dan serta seluruh pembahasan
dari bab pertama hingga bab terakhir, maka dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tentang jual beli anjing menurut Imam Malik menghukumi makruh
karena beliau membedakan antara anjing yang bermanfaat seperti anjing
yang digunakan untuk menjaga ternak, tanaman ataupun rumah boleh
diperjual belikan, tetapi untuk anjing yang hanya untuk hiasan tidak
diperbolehkan. Menurut Imām asy-Syāfi’ī jual beli anjing itu tidak
diperbolehkan karena anjing itu najis, akan tetapi untuk kepemilikan
anjing boleh kalau untuk keperluan mendesak seperti anjing pelacak,untuk
berburu atau menjaga ladang atau menjaga binatang ternak.
2. Kedua Imām menggunakan dalil yang sama untuk menentukan hukum
jual beli anjing akan tetapi terdapat perbedaan dalam pemikiran atau
penafsiran kedua Imām dalam memahami naṣ -naṣ yang ada. Mengenai
istinbāṭ hukum Imām Mālik menggunakan maṣ laḥ ah mursalah dan
Imām asy-Syāfi’īmmenggunakan istiṣ ḥ āb.
99
B. Saran-Saran
Dalam hal ini penyusun sampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan jual
beli anjing, sebagai berikut:
1. Meskipun jual beli anjing diperbolehkan apabila ada unsur manfaatnya,
tetapi perlu pengawasan yang ketat karena bisa terjadi penyelewengan dari
yang semestinya.
2. Perlu adanya sosialisasi yang jelas terkait hukum jual beli anjing agar
masyarakat tidak salah persepsi terhadap pendapat tersebut.
3. Untuk penjual seharusnya memperhatikan apa-apa yang boleh diperjual
belikan dan apa yang tidak boleh diperjual belikan dan begitupun halnya
pembeli harus memperhatikan hal tersebut.
100
DAFTAR PUSTAKA
A. Al-Qur’an
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan
Penyelenggaraan Penterjemahan al-Qur’an, 1989.
B. Kelompok Hadis
Asqalani, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar, Al-, Bulugu al-Maram, Beirut : Dar al-Fikr,
1989.
Bukhari, Muhammad bin Isma’il Abū ‘Abdullah Al-, shahih al-Bukhari., di tahqiq
oleh Mustafa Daibu al-Baga Beirut : Dar Ibn Kasir, 1987.
Malik bin Anas, Al-Muwaṭa, Beirut : Dar al-Kutub al-‘Araby, 2004.
Mawardi, Abu al-Hasan al-, al-Hawi al-Kabir, Beirut : Dar al-Fikr, t.t.
Khatib, Muhammad al-Syirbini al-, Mugni al-Muhtaj, Mesir : Mustafa al-babi al-
Halabi, 1958.
As-Suyuti, Al-Asbah wa Naḍa’ir, Singapur : Sulaiman Mara’iy. tt.
al-Majmu’, Imam Nawawy, “Syarah al-Nawawy ‘ala Muslim”, Semarang: Toha
Putra, t.t.
Daqiqil’i, Imam Ibnu, Ihkamul Ahkam Syahru ‘Umdatil Ahkam, ttp : Ar-Risalah,
2005.
C. Fikih/Usul Fiqh
Muhammad bin Idris, Al-Umm, Dar al-Wafa’. 2008
......................., ar-Risalah, edisi Muhammad Syakir, Mesir:1938.
Abdus Salam, Muhyiddin, Mauqif Imam asy-Syafi’i Min Dirasah al-Iraq al-Fiqhiyah
Mesir: Majlis al-‘Alalli Syu’um al-islamiyah. tt.
101
Abu Zahrah, Muhammad, asy-Syāfi’i Hayatuh wa Asruh ‘Aruh wa Fiqh, Beirut:Dar
al-Fikr, 1948.
......................, Malik Hayatuh Wa’asruh, Ara’uh Wa Fiqhuh, Beirut: Dar al-Fikr.
Rusyd, Ibnu, Bidayah al-Mujtahid ,Beirut : Dar al-Fikr. tt.
Syatibi, Abu Isyak As-, al-Muwaffaqat, ttp: Dar al-Arabi, Jilid II, 1975.
Zuhaili, Wahbah az-, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuh, Juz IV. Beirut : Dar al-Fikr.
Sabiq, Sayyid As-, Fiqih Sunnah, alih bahasa H. Kamaluddin A. Marzuki, Bandung:
al-Ma’arif, 1987.
Mardani, Fiqih Ekonomi Syari’ah : Fiqih Muamalah, Jakarta : Kencana, 2012.
Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan tinggi Agama, Usul Fiqh .Jakarta
: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departement
Agama. 1998.
Sahrani, Sohari, Fikih Muamalah, Bogor : Ghalia Indonesia, 2011.
Shidiq, Saipudin, Usul Fiqh, jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Shiddieqy, Teungku Muhammad, Hasbi Ash,Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab.
Semarang: Pustaka Rizki, 1997.
Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Usul al-Fiqh, alih bahasa Mas Dar Halim, Bandung:
Gemma Insani Press, 1997.
Sa’adi, Abdurrahman As-, dkk, Fiqh Jual Beli (Panduan Praktis Bisnis Syari’ah),
Jakarta: Senayan Publishing, 2008.
Mas’ud, Ibnu, Edisi Lengkap Fiqh Mazhab Syafi’i, Bandung: CV. Pustaka Setia,
2007.
Atang, Abd Hakim,JM, Metodologi Studi Islam, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya,2001.
Azhar Basir, Asas-Asas Hukum Muamalat, Yogyakarta : UII Press.1993.
102
D. Skripsi
Ma’rifah, Zulfa, “Pemikiran Imam As-Syafi’i Tentang Jual Beli Dan Kepemilikan
Anjing Dalam Kitab Al-Umm” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. 2010.
Karbi, Muhammad, “Hukum Jilatan Anjing Menurut Mazhab Maliki dan Mazhab
Syafi’i” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2011.
Hakim teguh Santoso, Lukman, “Hukum Membasuh Tujuh Kali Dalam Tatacara
Menghilangkan Najis Anjing (Studi Komparasi Antara Mazhab Hanafiyyah
Dan Syafi’iyyah)” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
2010.
Darmastuti, Anita, “Tinjauan Sosiologi Hukum Islam Terhadap Penjualan Dan
Kepemilikan Anjing Dalam Komunitas Muslim” Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2011.
E. Buku Islam
Azhar Basyir, Ahmad,Asas-Asas Hukum Muamalah (Hukum Perdata Islam),
Yogyakarta: UII Press. 2000.
Jamal, Muhammad Hasan al-, Biografi 10 Imam Besar, alih bahasa M. Khalid muslih
dkk, Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2005.
Syurbasi, Ahmad Asy-,Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, alih bahasa Sabil
Huda dan H.A. Ahmadi, Semarang; Amzah, 2004.
Tahido Yanggo, Huzaemah,Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta: Logos, 1997.
Arkoun, Muhammad, Nalar Islam dan nalar Modern Berbagai Tantangan Dan Jalan
Baru, alih bahasa Rahayu Hidayat, Jakarta: INIS, 1994.
Coulson, Noelje, Hukum Dalam Perspektif Sejarah, alih bahasa Hamid Ahmad,
Jakarta: P3M, 1987
103
Basyir, Ahmad Azhar, Asas-Asas Hukum Muamalat(Hukum Perdata Islam),
Yogyakarta: UII Press, 2000.
F. Lain-lain
Hadi, Sutrisno Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset. 1990.
Surahmad, Winarto, Pengantar Penelitian ilmiah, Dasar , Metode Dan Teknik,
Bandung : Tasito. 1995.
http://niq-dogbet-nique.blogspot.co.id/2008/09/kelebihan-fungsi-indera-pada-
anjing.htmldi akses pada tgl 22 maret 2016.
http://www.anjingras.com/content/view/25/1/ diakses pada tgl 22 maret 2016.
I
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Eko Yunianto
Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 27 Juni 1993
Alamat Asal : Grantung, Bayan, Purworejo
Tempat Tinggal :Nitikan Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta
No Telepon dan E-mail : 085641937853 [email protected]
Nama Orang Tua
Ayah : Supardi
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : Junaeni
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Grantung, Bayan, Purworejo
1. Riwayat Pendidikan (Formal dan Non Formal):
a. SDN Grantung Purworejo, (Lulus Tahun 2005).
b. MTs Al-Iman Bulus Purworejo, (Lulus Tahun 2008).
c. MA Al-Iman Bulus Purworejo, (Lulus Tahun 2011).
d. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Angakatan 2011.
2. Pengalaman Organisasi:
NO. ORGANISASI JABATAN TAHUN
1 OSIM MA al-Iman Sie Sosial 2009-2010
2 PMII Anggota 2011
II
BIOGRAFI ULAMA
Lampiran II
1. WAHBAH AZ-ZUHAILI
Nama lengkapnya adalah Wahbah Mustafa az-Zuhaili. Dilahirkan dikota
Dayr „Atiyah, bagian dari Damaskus pada tahun 1932 M. setelah menamatkan
Ibtidaiyyahnya dan belajar al-Kulliyah asy-Syar‟iyyah di Damaskus (1952), dia
kemudian meneruskan pendidikannya di fakultas asy-Syari‟ah Universitas al-
AZhar, Mesir (1956). Disamping itu ia mendapatkan ijazah khusus pendidikan
(tahassus at-Tadris) dari fakultas Bahasa Arab, dan ijazah at-Tadris dari
Universitas yang sama. Mendapatkan gelar Lc. Dalam Ilmu Hukum di Universitas
„Ain Syam, gelar Diploma dari Ma‟had asy-Syari‟ah Universitas al-Qahirah, dan
memeperoleh gelar Doktor dalam bidang hukum pada tahun 1963, dimana semua
pendidikannya lulus dengan predikat terbaik. Ia kemudian menjadi dosen di
Universitas Damaskus, dan mengisi aktivitasnya sebagai pengajar, penulis dan
pembimbing. Sebagai ahli bidang fiqih dan ushul fiqih, Wahbah telah banyak
menulis buku, diantara karya monumentalnya adalah al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuh.
2. T.M. HASBI ASH-SHIDDIEQY
Nama asli Hasbi Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Ia dilahirkan
di Lhokseumawe, Aceh Utara. Tepatnya pada tanggal 10 Maret 1904 M, dan
wafat pada tahun 1975 M. Nama Ash-Shiddieqy dinisbatkan kepada khalifah
pertama Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ia adalah keturunan ketigapuluh dari sahabat
Nabi tersebut, yaitu dari ayahnya Teungku Muhammad Husen Ibn Muhammad
Su‟ud. Sedangkan ibunya bernama Teungku Amrah binti Teungku Sri Maharaja
Mangkubumi Abdul Aziz.
Diantara karya-karyanya adalah: Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis,
Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab, Fiqih Islam, Pengantar Ilmu Fiqih, Tafsir
al-Bayan, al-Ahkam dan lain sebagainya.
3. ‘ABD AL-WAHAB KHALAF
Ia adalah seorang ahli hukum Islam kontemporer. Ia dilahirkan pada tahun
1965 M, beliau pernah mengenyam pendidikan tinggi di al-Azhar. Kemudian ia
bergabung dengan lembaga pendidikan Agama dan lulus dari lembaga tersebut
dan langsung diangkat sebagai dosen, pada tahun 1920, ia diangkat sebagai Qadhi
di Mahkamah Syar‟iyyah. Lalu tahun 1924 diangkat sebagai Dirjen Urusan
Kemasjidan pada Kementrian „erwakafan. Selanjutnya diangkat sebagai dosen
pada fakultas Hukum di Universitas Cairo dalam bidang studi KeIslaman tahun
1934-1956 ia berhenti menyampaikan kuliyah karena sakit. Belia sangat produktif
dalam menulis, ia sering mengadakan kunjungan ke Negara-negara Islam.
Diantara karyanya adalah ‘Ilmu Ushul al-Fiqh, al-Waqf al-Mawaris, Masadir at-
Tasyri al-Islami, dan lain-lain.
III
4. Ibn Rusyd
Adalah Abū al-Walid Muḥ ammad bin Aḥ mad bin Muḥ ammad bin
Aḥ mad bin Aḥ mad bin Ibn Rusyd (520-595H/ 1126-1198M). Salah seorang
filosof Islam terbesar, ahli ilmu kalam dan pembesar ulama mażhab Māliki yang
mendalami ilmu fikih perbandingan antara mażhab-mażhab fikih Islam. Dia juga
merupakan seorang ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12
dan beberapa abad berikutnya. Ia adalah seorang filosof yang telah berjasa
mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran yunani. Seorang tokoh ilmu
kedokteran baik dalam penulisan maupun dalam praktik kedokteran dalam sejarah
peradaban Islam. Terakhir beliau adalah Qaḍ i yang mencapai derajad Qaḍ i al-
Quḍ at di Cordova yang menyamai kedudukan mentri kehakiman di zaman
sekarang. Ibnu Rusyd dilahirkan di kota Cordova, Andalusia (Spanyol-sekarang),
keluarga yang mempunyai kedudukan tinggi dalam ilmu fikih, peradilan,
kedokteran dan filsafat pada tokoh masa itu, di antara adalah Abū ja‟far Harun,
Abū Marwan bin Jarbul al-Balansi, Ibn Bajah dan Ibn Tufail. Dia menjabat
sebagai Qaḍ i di Asbilia pada tahun 564 H/1169M, kemudian menjabat sebagai
Qaḍ i al Quḍ at Cordova pada tahun 566H/1171M.
IV
Lampiran III
TERJEMAH TEKS ARAB
No. Bab Hlm Footnote Terjemahan
1 I 2 4 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka diantara kamu.
2 I 2 5 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
3 I 4 01 Dari Ibn Syihab, dari Abi Bakar bin Abd al-
Rahmanbin Haris bin Hisyam, dari Abi Mas‟ud
al-Anshari, sesungguhnya Rasulullah SAW
melarang harga anjing, harga pezina dan
ongkos peramal. (H.R. Bukhari dan Muslim).
4 I 11 20 Pada dasarnya segala sesuatu itu
diperbolehkan.
5 II 18 4 Mereka itu mengharapkan perdagangan yang
tidak akan rugi.
6 II 18 6 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.
7 II 18 7 Bahwasannya Nabi SAW ditanya: apa
pencaharian yang lebih baik? Jawabannya :
bekerjannya seseorang dengan tangannya dan
tiap-tiap jual beli yang bersih.
8 II 21 10 Wahai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka diantara kamu.
9 II 32 21 Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya
Kami tinggalkan (derajat)nya dengan (ayat-
ayat) itu, tetapi dia cenderung pada dunia dan
mengikuti keinginannya (yang rendah), maka
perumpamaannya seperti anjing, jika kamu
menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika
kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya
(juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang
yang mendustakan ayat kami. Maka
keritakanlah kisah-kisah itu agar mereka
berfikir.
10 II 34 24 Sucinya wadah salah seorang diantara kamu
jika anjing menjilatinya, maka hendaklah kamu
V
mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan
debu/pasir.
11 II 36 32 Mereka bertanya kepadamu (Muhammad),
“apakah yang dihalalkan bagi mereka?”
katakanlah “yang dihalalkan bagimu (adalah
makanan) yang baik-baik dan (buruan yang
ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah
kamu latih untuk berburu, yang telah kamu
latih menurut apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu. Maka makanlah yang ditangkapnya
untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu
melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya.”
12 II 37 33 Nabi ditanya dari hayadh yaitu tanah diantara
kota makkah dan madinah menolak srigala,
anjing, dan keledai yang suci, maka Nabi SAW
menjawab sesuatu yang dikandung dalam perut
anjing, itu tidak suci.
13 II 37 34 Barang siapa yang memelihara anjing,
berkuranglah pahalanya setiap hari dua qirat,
kecuali anjing itu untuk kepentingan ternak
berburu dan semacamnya.
14 II 39 36 Sucinya wadah salah seorang diantara kamu
jika anjing menjilatinya, maka hendaklah kamu
mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan
debu/pasir.
15 II 39 37 Jika seekor anjing menjilat bejana salah satu
dari kamu sekalian, maka hendaklah kamu
membasuhnya tujuh kali dan salah satunya
dengan kerikil (debu).
16 II 40 38 bahwasannya Nabi SAW. Di undang ke rumah
salah seorang kaum lalu beliau memenuhi
undangan tersebut, kemudian diundang ke
rumah satu kaum yang lain namun beliau tidak
memenuhinya. Lalu beliau ditanya kenapa?
Beliau menjawab : “sesungguhnya dirumah
fulan itu ada anjing” lalu dikatakan: “ dalam
rumah si fulan (undangan pertama) ada kucing
beliau menjawab : sesungguhnya kucing tidak
najis”.
17 III 51 18 Istihsan ialah hukum suatu kemaslahatan yang
tidak diterangkan dalam nas, baik dalam
kemaslahatan tersebut terdapat peluang qiyas
atau tidak.
18 II 52 20 Istihsan yang banyak didengar oleh sebagian
orang, sehingga terdengar lebih umum daripada
VI
qiyas, adalah mengesampingkan dalil qiyas
yang menjurus ke arah pemakaian yang
berlebihan sehingga perlu dihindarkan kepada
kasus-kasus tertentu karena adanya kondisi
khusus yang dapat mempengaruhi ketentuan
hukumnya.
19 III 53 22 Istishab adalah tetapnya suatu ketentuan hukum
untuk masa sekarang atau yang akan datang,
berdasarkan atas ketentuan hukum yang sudah
ada dimasa lampau
20 II 53 23 Istishab ialah menetapkan apa yang telah ada,
atau menafikan apa yang tidak ada, baik secara
nafyu maupun secara isbat sehingga ada dalil
yang menunjuk kepada berubahnya keadaan.
21 II 55 28 Urf adalah urusan yang disepakati oleh
segolongan manusia dalam perkembangan
hidupnya.
22 II 55 29 Adat adalah kebiasaan yang berulang-ulang
dilakukan oleh perorangan atau golongan
23 III 56 30 Imam Malik berkata: saya memakruhkan harga
anjing baik bermanfaat atau tidak karena Nabi
SAW melarangnya.
24 III 56 31 Dari Ibn Syihab, dari Abi Bakar bin Abd al-
Rahmanbin Haris bin Hisyam, dari Abi Mas‟ud
al-Anshari, sesungguhnya Rasulullah SAW
melarang harga anjing, harga pezina dan
ongkos peramal. (H.R. Bukhari dan Muslim).
25 III 57 33 Mereka bertanya kepadamu (Muhammad),
“apakah yang dihalalkan bagi mereka?”
katakanlah “yang dihalalkan bagimu (adalah
makanan) yang baik-baik dan (buruan yang
ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah
kamu latih untuk berburu, yang telah kamu
latih menurut apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu. Maka makanlah yang ditangkapnya
untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu
melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya.”
26 III 57 34 Sucinya wadah salah seorang diantara kamu
jika anjing menjilatinya, maka hendaklah kamu
mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan
debu/pasir.
27 III 58 36 Dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah
SAW bersabda: Barang siapa yang memelihara
anjing, berkuranglah pahalanya setiap hari dua
qirat, kecuali anjing itu untuk kepentingan
VII
ternak berburu dan semacamnya.
28 III 71 54 Tidak ada ketetapan yang pasti didalam hal
halal atau haram kecuali sesuatu yang telah
diketahui dan sesuatu yang diketahui baik
dalam kitab, sunnah, ijma‟ atau qiyas.
29 III 76 60 Apabila sahih suatu hadis maka itu adalah
petunjukku.
30 III 79 66 Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu
maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur‟an)
dan Rasul (sunnahnya).
31 III 80 68 Dari Istihsan maka menjadi syari‟at.
32 III 85 73 Dari Ibn Syihab, dari Abi Bakar bin Abd al-
Rahmanbin Haris bin Hisyam, dari Abi Mas‟ud
al-Anshari, sesungguhnya Rasulullah SAW
melarang harga anjing, harga pezina dan
ongkos peramal.
33 III 85 75 Dari Abdullah bin Umar berkata: Rasulullah
SAW bersabda: Barang siapa yang memelihara
anjing, berkuranglah pahalanya setiap hari dua
qirat, kecuali anjing itu untuk kepentingan
ternak berburu dan semacamnya.
34 IV 101 4 Rasulullah SAW melarang harga anjing, harga
pezina dan ongkos peramal.
35 IV 102 5 Barang siapa yang memelihara anjing,
berkuranglah pahalanya setiap hari dua qirat,
kecuali anjing itu untuk kepentingan ternak
berburu dan semacamnya.
36 IV 102 6 Sucinya wadah salah seorang diantara kamu
jika anjing menjilatinya, maka hendaklah kamu
mencucinya tujuh kali, yang pertama dengan
debu/pasir.
37 IV 103 7 Mereka bertanya kepadamu (Muhammad),
“apakah yang dihalalkan bagi mereka?”
katakanlah “yang dihalalkan bagimu (adalah
makanan) yang baik-baik dan (buruan yang
ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah
kamu latih untuk berburu, yang telah kamu
latih menurut apa yang telah diajarkan Allah
kepadamu. Maka makanlah yang ditangkapnya
untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu
melepasnya). Dan bertaqwalah kepada Allah,
sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya.”
Top Related