Download - Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

Transcript
Page 1: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

HUKUM BISNISTugas Mata Kuliah Pengantar

By : ISMAIL FAHMINPM : 12.11 12

Semester I /C

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AL WASHLIYAH SIBOLGA - TAPTENGSEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AL WASHLIYAH SIBOLGA - TAPTENG

Dosen Pengasuh : Hj. Nelly A. Sinaga, SpN. MBA.

Page 2: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

POKOK BAHASAN

BAB 1 - PENGERTIAN HUKUM BISNIS

BAB 2 - HAK KEBENDAAN

BAB 3 - HUKUM KONTRAK BISNIS

BAB 4 - BADAN USAHA DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB 5 - LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB 6 - KERJASAMA DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB 7 - KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI)

Page 3: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

BAB 1 - PENGERTIAN HUKUM BISNIS

Hukum Bisnis : merupakan peraturan-peraturan yang lahir dari kegiatan bisnis yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi subjek hukum bisnis.

Kegiatan Bisnis: kegiatan usaha yang dijalankan oleh orang atau Badan Usaha (perusahaan) secara teratur dan terus-menerus, yaitu berupa kegiatan mengadakan barang-barang atau jasa maupun fasilitas-fasilitas untuk diperjualbelikan atau disewakan dengan tujuan untuk mendapat keuntungan.

1. Commerce (Kegiatan perdagangan)

2. Industry (Kegiatan menghasilkan suatu barang)

3. Service (Kegiatan menyediakan pelayanan jasa-jasa)

KEGIATAN USAHA DALAM BIDANG BISNIS DIBEDAKAN ATAS :

1. Aturan tentang tingkah laku masyarakat UNSUR-UNSUR DI DALAM DEFINISI HUKUM :

2. Dibuat oleh yang berwajib / berwenang

3. Berisi perintah dan larangan

4. Bersifat memaksa

5. Adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran

Page 4: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

DEFINIS HUKUM EKONOMI

Menurut SUNARYATI HARTONO : Keseluruhan kaidah-kaidah dan putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur kegiatan dan kehidupan ekonomi Indonesia.

1. Interdisipliner

2. Trans-Nasional

Sifat Hukum Ekonomi di Indonesia menurut Sunaryati Hartono :

Sebab : Hukum ekonomi di Indonesia tidak hanya bersifat hukum perdata, namun juga erat kaitannya dengan masalah HAM, Hukum Pidana, Hukum Publik, Hukum Perdata Internasional dan Hukum Publik Internasional.

Sebab : Hukum ekonomi tidak lagi dapat ditinjau dan dibentuk secara internasional, tetap memerlukan pendekatan trans-nasional yang memandang kejadian dan peristiwa yang terjadi dalam negeri dalam kaitannya dengan peristiwa dan perkembangan yang terjadi di luar negeri dan dunia internasional.

Fungsi Hukum Bisnis menurut AMIRIZAL, 1996 : 9

Sebagai sumber informasi yang berguna bagi praktisi bisnis, untuk memahami hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dalam praktik bisnis, agar terwujud watak dan perilaku aktivitas bisnis yang berkeadilan, wajar, sehat dan dinamis serta terjamin kepastian hukumnya.

Page 5: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

SUMBER HUKUM

Segala apa saja yang dapat menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

1. UNDANG-UNDANG, yang terdiri dari :

2. YURISPRUDENSI

3. KEBIASAAN

SUMBER-SUMBER HUKUM DI INDONESIA :

4. PERJANJIAN

5. PERJANJIAN INTERNASIONAL / TRAKTAT

6. DOKTRIN / PENDAPAT PARA AHLI

- KONSIDERAN (Dasar Pertimbangan)

- DIKTUM / AMAR (Isi atau Ketentuan UU)

- PENJELASAN

Page 6: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

SUBJEK HUKUM

seseorang (person) sebagai pembawa hak, pendukung atau pembawa hak dan kewajiban serta cakap dalam bertindak melakukan perbuatan hukum.

1. Manusia (natuurlijke person )

2. Badan Hukum (recht person )

SUBJEK HUKUM :

1. Orang yang masih di bawah umur

2. Orang yang tidak sehat fikirannya

Beberapa golongan orang yang dianggap “TIDAK/KURANG CAKAP” dalam bertindak melakukan perbuatan hukum :

3. Orang yang di bawah PENGAMPUAN (curratele)

4. Seorang Perempuan dalam pernikahan

1. Badan Hukum Publik

BADAN HUKUM TERDIRI DARI

2. Badan Hukum Privat

Page 7: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

OBJEK HUKUM

Segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan dapat menjadi objek perhubungan hukum. Biasanya objek hukum adalah “Benda”, yaitu segala barang dan hak-hak yang dapat dimiliki subjek hukum.

1. Benda Berwujud

2. Benda Tak Berwujud

Menurut KUHPerdt. Benda terdiri dari :

1. Benda Bergerak Karena Sifatnya. (pasal 509 KUH Perd.)

2. Benda Bergerak karena Undang-Undang. (Pasal 511 KUH Perd.)

Benda Bergerak Terdiri dari :

3. Benda Bergerak

3. Benda Tidak Bergerak

1. Benda Tidak Bergerak Karena Sifatnya

2. Benda Tidak Bergerak karena Tujuannya

Benda Tidak Bergerak Terdiri dari :

3. Benda Tidak Bergerak karena Undang-undang

Page 8: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

BAB 2 – HAK KEBENDAAN & JENISNYA

1. Hak Milik (Eigendon)

2. Hak Guna Usaha

A. Hak Kebendaan yang memberikan Hak Kepemilikan :

3. Hak Guna Bangunan

5. Hak Pakai

6. Hak Sewa

7. Hak Membuka Tanah

8. Hak Memungut Hasil Hutan

Kebendaan yang memberikan Hak Penguasaan/Hak Kedudukan Berkuasa

B. Hak B E Z I T :

HAK GADAI (Pand) Pasal 1150 – 1160 KUH Perd

C. Hak Kebendaan yang memberikan Jaminan :

HAK TANGGUNGAN UU No. 4 Thn. 1996.

HAK FIDUSIA (Fiduciare Eigendom Overdrach) UU No. 42 Thn. 1999.

Page 9: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

HAK MILIK (eigendon)

Pasal 570 KUH Perdt. :

Hak untuk menikmati dan menguasai suatu benda dengan sebebas-bebasnya, asal tidak bertentangan dengan UU dan ketertiban umum.

1. PENDAKUAN (TOEGENING)

2. IKUTAN/PERLEKATAN (NATREKING)

Cara memperoleh Hak Milik :

3. KADALUARSA (VERJARING)

4. PEWARISAN

5. PENYERAHAN (LEVERING)

Page 10: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

LEVERING (Penyerahan)Cara memperoleh hak milik yang didasarkan atas peralihan hak (perbuatan hukum) tertentu sehingga pemilik semula dari suatu benda diharuskan untuk menyerahkan benda tersebut kepada pemilik yang baru. (Dasar Hukum : Pasal 1459 KUH Perdt.)

Hak Milik atas barang yang dijual tidak berpindah kepada pembeli selama penyerahan belum dilakukan menurut ketentuan yang berlaku.

1. Barang Bergerak (BB) Berwujud dilakukan dengan

2. Barang Tidak Bergerak (BTB) yang Berwujud

Cara-cara Levering :

3. Barang Bergerak (BB) yang Tidak Berwujud

a. Penyerahan Nyata (dari tangan ke tangan)b. Penyerahan Kuncic. Penyerahan Delivery Order (DO)

- Penyerahan tangan pendek (TRADITIO BREVI MANU)- Penyerahan dengan melanjutkan penguasaan (CONSTITOTUM PESSESSORIUM)

Dilakukan dengan dua tahapan : a. Perjanjian Obligatorb. Pendaftaran Hak

a. Piutang Tanpa Nama/atas tunjuk, dilakukan dengan penyerahan nyatab. Piutang Atas Nama

Page 11: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

B. BEZITSuatu hak dimana seseorang dapat menikmati atau menguasai suatu benda, baik karena usaha sendiri maupun karena bantuan orang lain, seolah-olah benda tersebut miliknya sendiri

1. TRADITIO

2. ORIGINARI (Secara Asli)

Cara memperoleh BEZIT :

Yaitu dengan cara pengoperasian melalui seseorang yang sudah menguasai benda tersebut terlebih dahulu kepada orang lain.

a. Besit Barang Bergerak (BB)b. Besit Barang Tidak Bergerak (BTB)

Yaitu dengan jalan pengambilan (Occupatio) yang dilakukan dengan itikad baik atau itikad buruk.

Page 12: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

B. Hak Kebendaan yang memberikan Jaminan

Hak dimana seseorang mendapatkan hak orang lain sebagai jaminan atas utang dibuat orang lain tersebut. Dahulu dikenal dengan istilah : gadai, credit verband dan hipotik, sekarang dikenal dengan Gadai dan Hak Tanggungan.

1. HAK GADAI

2. HAK FIDUSIA

“Suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaannya kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan”.

pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap berada di tangan pemiliknya.

3. HAK TANGGUNGAN

Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah adalah : “Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam UU No. 5 tahun 1960 tentang UUPA, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang yang merupakan kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya”.

Page 13: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

B. HAK TANGGUNGAN

1. Memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemegangnya.

Ciri-ciri Hak Tanggungan :

2. Selalu mengikuti objek yang dijaminkan dalam tangan siapapun objek itu berada

3. Memenuhi azas spesialitas dan publisitas, sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

4. Mudah dan pasti pelaksanaan hukumnya.

5. Objeknya adalah HM, HGB dan HGU

1. Tahap Pemberian Hak Tanggungan

Proses Pembebanan Hak Tanggungan

2. Tahap Pendaftaran di Kantor Pertanahan

Page 14: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

HAK TANGGUNGAN

Hapusnya Hak Tanggungan

• Hapusnya utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan.• Dilepaskannya Hak Tanggungan oleh pemegang Hak Tanggungan.• Dilakukan dengan pemberian pernyataan tertulis mengenai

dilepaskannya Hak Tanggungan tersebut oleh Pemegang Hak Tanggungan kepada Pemberi Hak Tanggungan.

• Pembersihan Hak Tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua Pengadilan Negeri.

• Terjadi karena permohonan pembeli Hak Atas Tanah yang dibebani Hak Tanggungan tersebut agar Hak Atas Tanah yang dibelinya tersebut dibersihkan dari beban Hak Tanggungan, namun tidak menyebabkan hapusnya utang yang dijamin.

• Hapusnya Hak Atas Tanah yang dibebani Hak Tanggungan.

Page 15: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

HAK TANGGUNGAN

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN Pasal 20 UU No. 4 Thn. 1996

1. Apabila Debitur Cidera Janji (Wanprestasi)2. Objek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang

ditentukan dalam peraturan per-UU-an.3. Pelaksanaan penjualan pada ayat 2 hanya dapat dilakukan setelah lewat waktu 1

bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan /atau pemegang Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya dalam 2 surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan dan/atau media massa setempat serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan.

4. Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi Hak Tanggungan dengan cara bertentangan dengan ketentuan pada ayat 1, 2, 3, batal demi hukum.

5. Sampai saat pengumuman untuk lelang dikeluarkan, penjualan sebagaimana yang dimaksud pada pada ayat 1 dapat dihindarkan dengan pelunasan utang yang dijamin dengan Hak Tanggungan beserta biaya eksekusi yang dikeluarkan.

Pasal 21 UU No. 4 Tahun 1996 : Apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan Pailit, pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut ketentuan UU ini

Page 16: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

HAK TANGGUNGAN

Pencoretan Hak Tanggungan Pasal 22 UU No. 4 Thn. 1996 1. Setelah Hak Tanggungan hapus sebagaimana dimaksud pasal 18, Kantor Pertanahan mencoret catatan Hak

Tanggungan tsb pada buku tanah hak atas dan sertifikatnya.2. Dengan hapusnya Hak Tanggungan, Sertifikat Hak Tanggungan ybs ditarik dan bersama-sama buku tanah

Hak Tanggungan dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Kantor Pertanahan.3. Permohonan pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), karena sesuatu sebab tidak dikembalikan

kepada Kantor Pertanahan, hal tsb dicatat pada buku tanah Hak Tanggungan.4. Permohonan pencoretan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh pihak ybk dengan melampirkan

sertifikat Hak Tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditur bahwa Hak Tanggungan hapus karena piutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan itu sudah lunas, atau pernyataan tertulis dari kreditor bahwa Hak Tanggungan telah hapus karena piutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan itu telah lunas atau karena kreditur melepaskan Hak Tanggungan ybs.

5. Apabila kreditur tidak bersedia memberikan pernyataan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 4, pihak ybk dapat mengajukan permohonan perintah pencoretan tsb kepada Ketua Pengadilan Negeri di daerah hukumnya meliputi tempat Hak tanggungan di daftar.

6. Apabila permohonan perintah pencoretan timbul dari sengketa yang sedang diperiksa oleh Pengadilan Negeri, permohonan tsb harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara ybs.

7. Permohonan pencoretan catatan Hak Tanggungan berdasarkan perintah Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat 5 & 6 diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan melampirkan penetapan atau putusan Pengadilan Negeri ybs.

8. Kantor Pertanahan melakukan pencoretan catatan Hak Tanggungan menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam waktu 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 & 7.

9. Apabila pelunasan utang dilakukan dengan cara angsuran, hapusnya Hak Tanggungan pada bagian objek Hak Tanggungan ybs dicatat pada buku tanah dan sertifikat Hak Tanggungan serta pada buku tanah dan sertifikat hak atas tanah yang telah bebas dari Hak Tanggungan yang semula membenaninya

Page 17: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

GADAI – FIDUSIA - HAK TANGGUNGAN

PERBEDAANNYA:

HAK GADAI HAK FIDUSIA HAK TANGGUNGAN

SIFAT BARANGNYA

hanya bisa dilakukan terhadap Barang Bergerak (BB).

hanya bisa dilakukan terhadap Barang Bergerak (BB).

hanya bisa dilakukan terhadap Barang Tidak Bergerak (BTB)

Penyerahan Barangnya

benda yang digadaikan harus diserahkan kepada pemegang gadai

benda yang dijaminkan tetap berada dalam penguasaan Debitur (bendanya tidak diserahkan).

bendanya tidak perlu diserahkan

Pembebanannya Pembebanan BB dengan gadai hanya dapat dilakukan 1x

Pembebanan BB dengan fidusia hanya dapat dilakukan 1x

Pembebanan BTB dengan HT bisa memungkinkan dilakukan beberapa kali

Pendaftarannya Lembaga pendaftaran di Pajak Gadai

Lembaga pendaftaran di Dept Hukum dan HAM

Lembaga pendaftaran di Kantor Pertanahan

Page 18: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

BAB 3 – HUKUM KONTRAK BISNIS

A. PENGERTIAN KONTRAK / PERJANJIAN (Overeenskomst)

B. UNSUR-UNSUR PERIKATAN

C. SYARAT SAH PERJANJIAN

D. ASAS HUKUM KONTRAK

E. JENIS-JENIS PERJANJIAN

F. HAPUSNYA PERIKATAN

G. RESIKO DALAM PERJANJIAN

H. WANPRESTASI (TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN)

I. OVERMACHT (KEADAAN TERPAKSA)

J. EKSEKUSI (EXECUTIE)

Page 19: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

A. PENGERTIAN KONTRAK

Kontrak atau perjanjian merupakan peristiwa hukum dimana dua orang atau lebih berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu dan dilakukan secara tertulis.

Berdasarkan pasal 1313 KUHPerdata, Kontrak atau Perjanjian adalah: perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Hubungan antara dua orang atau lebih tersebut adalah suatu hubungan hukum, dimana hak dan kewajiban diantara para pihak dijamin oleh hukum, karenanya kontrak/perjanjian berfungsi untuk mengamankan transaksi bisnis. Dengan demikian hubungan bisnis diawali dari kontrak.

Perjanjian mempunyai kekuatan yang sama dengan perundang-undangan. Artinya yang dibuat oleh pihak tertentu dapat dijadikan dasar hukum dan mengikat bagi pihak-pihak yang membuatnya.

Menurut Prof.Soebekti,SH(1979), suatu Perjanjian adalah: “Suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, dan pihak yang lain tersebut berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu”. Dengan kata lain Perjanjian adalah peristiwa dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa hukum tersebut melahirkan hubungan hukum diantara dua orang tersebut yang disebut “Perikatan”.

Page 20: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

B. UNSUR-UNSUR PERIKATAN

1. Adanya Hubungan Hukum

2. Adanya Para Pihak / Subjek Hukum

• Hubungan yang diatur oleh Hukum: perikatan yang lahirkan UU• Hubungan yang diakui oleh Hukum: perikatan yang lahirkan perjanjian.

Yaitu : para penyandang hak dan kewajiban yang diberikan oleh hukum yang memiliki kemampuan hukum (kecakapan) untuk membuat suatu perikatan yang dilahirkan oleh perjanjian.

3. Adanya Objek Perikatan / Prestasi

Yaitu: untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu. Pasal 1234 KUHPerdata: “ Tiap-tiap Perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu”

Menurut teori yang dikemukakan Van Dunne, Ada 3 tahapan dalam membuat perjanjian:

1. Tahap Pro-contractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan.2. Tahap Contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak

antara para pihak.3. Tahap Post-Contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian

Page 21: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

TEORI PERIKATAN

Menurut teori yang dikemukakan Van Dunne, Ada 3 tahapan dalam membuat perjanjian:

1. Tahap Pro-contractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan.2. Tahap Contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak

antara para pihak.3. Tahap Post-Contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian

Menurut Charles L. Knapp & Nathan M. Crystal, Ada 3 Unsur Kontrak, yaitu :

1. Adanya kesepakatan tentang fakta antara kedua belah pihak .2. Persetujuan dibuat secara tertulis.3. Adanya orang yang berhak dan berkewajiban untuk membuat

kesepakatan serta persetujuan tertulis.

Page 22: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

C. SYARAT SAH PERJANJIAN

SYARAT SUBJEKTIF

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

SYARAT OBJEKTIF

1. Suatu hal tertentu/objek tertentu. 2. Suatu sebab (oorzaak) yang halal (tidak terlarang)

Dalam hal suatu syarat subjektif tidak dipenuhi perjanjian bukan batal demi hukum, melainkan salah satu pihak dapat meminta pembatalan perjanjian, pihak yang dapat meminta pembatalan adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakat secara tidak bebas, selama tidak dibatalkan oleh Hakim, perjanjian yang sudah dibuat akan tetap mengikat. Perjanjian demikian disebut: “Voldable” (Vernietigbaar = Bhs Belanda)

Dalam hal syarat objektif tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum, artinya dari semula tidak pernah dilahirkan perjanjian dan tujuan para pihak mengadakan perjanjian untuk melahirkan suatu perikatan hukum adalah gagal, sehingga tidak ada dasar untuk menuntut di depan hakim. Perjanjian demikian disebut: “Null and Void”

Page 23: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

D. ASAS HUKUM KONTRAK

1. Asas Konsensualitas Suatu perjanjian pada dasarnya sudah ada sejak tercapainya kata sepakat (consensus) di antara para pihak dalam perjanjian tersebut. Perjanjian sudah dilahirkan dan sah mengikat sejak tercapainya kata sepakat mengenal suatu hal tertentu.

2. Asas Kebebasan Berkontrak1. Melakukan atau tidak melakukan sesuatu perjanjian.2. Berkontrak dengan siapa saja.3. Menentukan sebab (causa) apa saja.4. Menentukan objek perjanjian.5. Menentukan bentuk perjanjian.6. Menurut UU atau menyimpang dari UU.

Kebebasan berkontrak harus tetap memperhatikan :1. Syarat sah perjanjian.2. Asas itikad baik.

Page 24: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

E. ASAS PACTA SUNT SERVANDA

Asas ini berhubungan dengan pasal 1338 KUH Perdata yang intinya bahwa perjanjian yang dibuat secara sah harus dipatuhi dan ditaati serta berlaku sebagai UU dan mengikat pihak-pihak yang membuatnya. Karenanya tidak dapat dibatalkan atau ditarik kembali kecuali dengan persetujuan pihak-pihak yang membuatnya.

Asas ini disebut juga asas Kepastian Hukum, karena para pihak yang membuat perjanjian mempunyai keyakinan bahwa apa yang diperjanjikan dijamin pelaksanaannya, tidak boleh dicampuri oleh pihak ketiga ataupun Hakim.

Page 25: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

F. ASAS KEPRIPADIAN

Menurut pasal 1340 KUH Perdata bahwa ruang lingkup berlakunya perjanjian hanya terbatas pada pihak-pihak yang membuat perjanjian saja. Pihak lain tidak dapat menuntut suatu hak berdasarkan perjanjian itu. Ruang lingkup berlakunya perjanjian dikenal dengan prinsip “Privity of Contract” atau asas kepribadian.

Pengecualiannya pada pasal 1317 KUH Perdata yaitu perjanjian untuk pihak ketiga (subjeknya pihak ketiga). Hal ini sesuai dengan pasal 1318 KUH Perdata bahwa jika seseorang minta diperjanjikan sesuatu hal maka dianggap itu adalah untuk ahli warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak darinya.

G. ASAS ITIKAD BAIK

Artinya bahwa kedua belah pihak harus bertingkah laku terhadap yang lain berdasarkan kepatutan tanpa tipu daya, tipu muslihat, akal-akalan, tidak hanya mementingkan diri sendiri, kepatutan yang sesuai dengan anggapan umum dan berhubungan dengan sikap batin/kejujuran.

Page 26: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

H. JENIS-JENIS PERJANJIAN

1. PERJANJIAN JUAL BELI

2. PERJANJIAN TUKAR MENUKAR

3. PERJANJIAN SEWA MENYEWA

4. PERJANJIAN UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN

5. PERJANJIAN PERSEKUTUAN

6. PERJANJIAN HIBAH

7. PERJANJIAN PENITIPAN BARANG

8. PERJANJIAN PINJAM PAKAI

9. PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM

10. PERJANJIAN BUNGA TETAP ATAU BUNGA ABADI

Page 27: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

BAB 4 – BADAN USAHA

1. Persekutuan Perdata (MAATSCHAP)

2. FIRMA (VENNOTSCHAP ONDER FIRMA) Pasal 16-35 KUHD

A. PERUSAHAAN (BADAN USAHA):

3. Persekutuan Komanditer (Comanditaire Venootschaaf)

4. Perseroan Terbatas (PT) / NAAMLOZE VENNOTSCHAP (NV)

1. PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

B. BADAN USAHA MILIK NEGARA / DAERAH (BUMN / BUMD) :

C. K O P E R A S I

2. PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

Dasar Hukum :UUD 1945 pasal 33UU No. 12 Thn 1967 disempurnakan dengan UU No. 25 thn 1992.

Menurut Pasal 1 UU No. 25 thn 1992 – KOPERASI adalah :“Badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas kekeluargaan”

Page 28: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

BAB 5 – LEMBAGA PEMBIAYAAN

1. Kepres No.61 Tahun 1966

2. Kep Menteri Keuangan No.1251/KNK.013/1988

A. DASAR HUKUM

3. Kep Menteri Keuangan no.468/KNK.017/1995,tentangb kententuan dan tata cara pelakasaan lembaga pembiayan

Pasal 1 Kep-Pres No. 61 Tahun 1966 - Lembaga Pembiayaan adalah “Badan Usaha yang Melakukan Kegiatan Pembiayaan Dalam Bentuk Penyediaan Dana Atau Barang Modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.”

JENIS-JENIS LEMBAGA PEMBIAYAAN :

1. Leasing ( Sewa Guna Usaha )2. Factoring ( Anjak piutang )3. Modal Ventura4. Pembiayaan Konsumen5. Kredit Card ( Kartu Kredit )

Page 29: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

BAB 6 – KERJASAMA

Menurut Abdul R. Saliman,dkk, (2007;127 ), kegiatan ini bermaksud bertujuan untuk :

1. Membeli produk lines atau servis lines. 2. Memperoleh akses tehnolgi yang lebih baik yang dimiliki oleh

perusahaan lain.3. Memperoleh pasar atau pelanggan baru yang dimiliki oleh perusahaan

lain.4. Memperoleh hak-hak pemasaran dan hak produksi yang dimliki oleh

perusahaan lain.5. Memperoleh pemasokan bahan baku berkualitas yang dimiliki oleh

perusahaan lain.6. Melakukan inventasi atau keuangan perusahaan yang tidak terpakai7. Mengurangi atau menghambat persaingan.8. Mempertahankan kontuinitas bisnis.

Page 30: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

KERJASAMA DALAM KEGIATAN BISNIS

BENTUK RESTRUKTURISASI BADAN USAHA

1. RESTRUKTURISASI BISNIS 2. RESTRUKTURISASI KEUANGAN3. RESTRUKTURISASI MANAJEMEN4. RESTRUKTURISASI ORGANISASI5. RESTRUKTURISASI HUKUM

• MERGER• MERGER PT• KONSOLIDASI• JOINT VENTURE• WARA LABA

Restrukturisasi Hukum

Page 31: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

BAB 7 – HAK INTELEKTUAL ( H A K I )

Hak Itelektual (HAKI), mencakup :

1. HAK CIPTA2. HAK EKONOMI ( ECONOMY RIGHT )3. HAK MORAL ( MORAL RIGHT )4. HAK PATEN5. SUBJEK PATEN6. JANGKA WAKTU PATEN7. PENGALIHAN HAK PATEN8. HAK MEREK9. MERK DAGANG 10. MERK JASA11. MERK KOLEKTIF

Page 32: Hukum Bisnis by Ismail Fahmi NPM 12-1112.ppt

Terima kasih saya ucapkan kepada :

1. Ibu Hj. Nelly A. Sinaga, SpN. MBA.

2. Istri dan Anak-anak yang tercinta.

3. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu.