HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN SETELAH PEMBEDAHAN KATARAK TRAUMATIK DENGAN FAKTOR-FAKTOR YANG
DAPAT MEMPENGARUHINYA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2009-2013
TESIS
Oleh :
HERA KESUMAWATI S
NIM. 107110005
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN SETELAH PEMBEDAHAN KATARAK TRAUMATIK DENGAN FAKTOR-FAKTOR YANG
DAPAT MEMPENGARUHINYA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2009-2013
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister Kedokteran dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh :
HERA KESUMAWATI S NIM. 107110005
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
Judul Tesis : HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN SETELAH PEMBEDAHAN KATARAK TRAUMATIK DENGAN FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHINYA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2009-2013
Nama : Hera Kesumawati Siregar
NIM : 107110005
Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata
Telah Disetujui :
dr. Nurchaliza Siregar, M.Ked (Oph), Sp.M Pembimbing ___________________________________________________________ DR. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph), Sp.M Pembimbing __________________________________________________________ dr. Delfi, M.Ked (Oph), Sp.M (K) Pembimbing ___________________________________________________________ Dr. Hj. Aryani A Amra, M.Ked(Oph), Sp.M Ketua Program Studi ___________________________________________________________ dr. Delfi, M.Ked (Oph), Sp.M (K) Ketua Departemen ___________________________________________________________ Tanggal Lulus : 22 Oktober 2014
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.
Nama : HERA KESUMAWATI SIREGAR
NIM : 107110005
Tanda Tangan :
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hera Kesumawati Siregar
NIM : 107110005
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royati Free Right) atas tesis saya yang berjudul :
“HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN SETELAH PEMBEDAHAN KATARAK TRAUMATIK DENGAN FAKTOR-FAKTOR YANG
DAPAT MEMPENGARUHINYA DI RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2009-2013”
Beserta perangka yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan,
mengalik media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat
dan mempublikasikan tesis saya tanpa izin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : 22 Oktober 2014
Yang menyatakan
Hera Kesumawati Siregar
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur yang tidak terhingga, penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya dalam menyelesaikan
penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu kewajiban
menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan
Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa
hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada :
1. dr. Delfi, Sp.M(K), M.Ked(Oph), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program Pendidikan
Dokter Spesialis Mata.
2. dr. Aryani A Amra, Sp.M, M.Ked(Oph) dan dr. Bobby RE Sitepu, Sp.M, M.Ked(Oph), selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu
Kesehatan Mata FK USU yang telah sangat membantu, membimbing
dan mengarahkan penulis menjadi Dokter Spesialis Mata yang siap
mengamalkan spesialisasi tersebut kepada masyarakat.
3. dr. Nurchaliza Siregar, M.Ked(Oph), Sp.M, DR. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), Sp.M, dan dr. Delfi, M.Ked(Oph), sebagai pembimbing yang senantiasa memberikan dorongan dan
bimbingan serta telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dalam
pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini. 4. Drs. H. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, sebagai pembimbing statistik
yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan memberikan
perhatian demi berjalannya penelitian ini dengan lancar.
Universitas Sumatera Utara
5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU, para
guru penulis : dr. Aryani Atiyatul Amra, M.Ked(Oph), Sp.M, dr. Delfi, M.Ked(Oph), Sp.M(K), Prof. dr. H. Aslim D Sihotang, Sp.M-KVR, dr. Bobby Ramses Erguna Sitepu, M.Ked(Oph), Sp.M, dr. H. Chairul Bahri AD, Sp.M, dr. Masang Sitepu, Sp.M, dr. Azman Tanjung, Sp.M, dr. Bachtiar, Sp.M, dr. H. Abdul Gani, Sp.M (Alm), dr. Hj. Nurhaida Djamil, Sp.M, dr. Syaiful Bahri, Sp.M, dr. Suratmin, Sp.M(K) (Alm), dr. Pinto Y Pulungan, Sp.M, dr. Beby Parwis, Sp.M, dr. Heriyanti Harahap, Sp.M, dr. Nurchaliza H Siregar, M.Ked(oph), Sp.M, Dr. H. Zaldi, Sp.M, dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked(Oph), Sp.M, DR. dr. Rodiah Rahmawati, M.Ked(Oph), Sp.M, dr. Ruli Hidayat, M.Ked(Oph), Sp.M, dr. T. Siti Harilza Zubaida, M.Ked(Oph), Sp.M, dr. Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M, dr. Fithria Aldy, M.Ked(Oph), Sp.M, dr. Nova Arianti, Sp.M, dr. Laszuarni, Sp.M, dr. Marina Yunita Albar, M.Ked(Oph), Sp.M, dr. T. Elly Silalahi, Sp.M, dr. Herna Hutasoit, Sp.M, dr. Novie Diana Sari, Sp.M serta para
guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
dengan kesabaran dan perhatiannya senantiasa membimbing penulis
selama mengikuti pendidikan, penulis haturkan rasa hormat dan teirma
kasih yang tak terhingga.
6. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan Direktur RSUP Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pendidikan.
7. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS FK USU yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata
di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran
Sumatera Utara.
8. Seluruh PPDS Ilmu Kesehatan Mata yang telah memberikan bantuan
dan dorongan semangat, sekaligus mengisi hari-hari penulis dengan
Universitas Sumatera Utara
persahabatan, kerjasama, keceriaan dan kekompakan dalam
menjalani kehidupan sebagai residen.
9. Seluruh perawat/para medic di berbagai tempat dimana penulis
pernah bertugas selama pendidikan, terima kasih atas bantuan dan
kerjasama yang baik selama ini.
10. Para Pasien yang telah menjadi sumber ilmu langsung dan bersedia
ikut dalam penelitian ini sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.
Semoga ilmu yang saya peroleh diberkati oleh Allah SWT sehingga
dapat saya terapkan di masyarakat untuk menolong sesama.
Sembah sujud dan terimakasih tak terhingga penulis haturkan
kepada kedua orang tua penulis tercinta, ayahanda Rahmatsyah Siregar dan Ibunda Hj. Intan Munthe, Am.Keb yang sangat ananda sayangi dan
kasihi, tiada kata-kata yang tepat untuk mengucapkan perasaan hati, rasa
terima kasih atas segala jasa-jasa ayahanda dan ibunda yang tiada
mungkin terucapkan dan terbalaskan. Demikian juga dengan mertua saya
(Alm) H. Mochtar Tunru dan Hj. Maryam Baji yang telah mendukung,
membimbing, menyemangati dan menasehati agar kuat dalam menjalani
pendidikan, saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya. Semoga
Allah memberikan kesehatan dan kebahagiaan kepada orang tua yang
sangat saya cintai dan sayangi.
Kepada suami tercinta Mayor Laut (KH) Muhammad Akbar dan
anak-anak tercinta Muhammad Aqil Akbar Alzaidan, Muhammad Izyan Roshan dan Muhammad Rivan Fahrezi dan saudara-saudaraku
tersayang terima kasih atas kesabaran, ketabahan, pengorbanan dan
dukungan yang telah diberikan selama ini, semoga apa yang kita capai ini
diberkati Allah SWT dan dapat memberikan kebahagiaan dan
kesejahteraan bagi kita.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan pula
terima kasih kepada semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan
satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung selama pendidikan maupun dalam penyelesaian tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi kita dan masyarakat.
Medan, Oktober 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .......................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................... v DAFTAR TABEL ................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. viii ABSTRAK .......................................................................................... ix ABSTRACT ......................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................ 4 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 4 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................ 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 6
2.1. Defenisi ......................................................................... 6 2.2. Epidemiologi ................................................................. 6 2.3. Pathofisiologi ................................................................ 6 2.4. Pathogenesis ................................................................ 7 2.5. Diagnosis ...................................................................... 12 2.6. Penatalaksanaan .......................................................... 13
BAB III. KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFENISI
OPERASIONAL .................................................................... 15 3.1. Kerangka Konsepsional ................................................ 15 3.2. Defenisi Operasional .................................................... 15
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 17
4.1. Rancangan Penelitian ................................................... 17 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 17 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................... 17 4.4. Besar Sampel ............................................................... 17 4.5. Criteria Inklusi dan Eksklusi .......................................... 18
4.5.1. Kriteria Inklusi .................................................... 18 4.5.2. Kriteria Ekslusi ................................................... 18
4.6. Identifikasi Variabel ....................................................... 18 4.7. Bahan dan Alat ............................................................. 18 4.8. Jalannya Penelitian dan Cara Kerja .............................. 19 4.9. Analisis Data ................................................................. 19 4.10. Pertimbangan Etika ...................................................... 19 4.11. Personalia Penelitian .................................................... 19 4.12. Biaya Penelitian ............................................................ 19 4.13. Alur Penelitian............................................................... 20
Universitas Sumatera Utara
BAB V. HASIL PENELITIAN ............................................................. 21 5.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian Penderita
Katarak Traumatik di RSUP H. Adam Malik ................. 21 5.2. Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Sebelum
Dilakukan Tindakan Pembedahan ................................ 22 5.3. Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Setelah
Tindakan Pembedahan ................................................. 24 BAB VI. PEMBAHASAN DAN DISKUSI ............................................ 27
6.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian Penderita Katarak Traumatik di RSUP H. Adam Malik Tahun 2009-2013 .................................................................... 27
6.2. Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Sebelum Dilakukan Tindakan Pembedahan ................................ 28
6.3. Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Setelah Dilakukan Tindakan Pembedahan ................................ 30
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 33
7.1. Kesimpulan ................................................................... 33 7.2. Saran ............................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 36
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman 5.1. Berdasarkan Kelompok Umur Subjek Penelitian ....................... 21 5.2. Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian .......................... 21 5.3. Berdasarkan Pekerjaan Subjek Penelitian ................................ 22 5.4. Berdasarkan Mata yang Terlibat ............................................... 22 5.5. Berdasarkan Jenis Trauma Subjek Penelitian ........................... 22 5.6. Berdasarkan Lama Terjadinya Trauma Subjek Penelitian ........ 23 5.7. Berdasarkan Kelainan Penyerta Subjek Penelitian ................... 23 5.8. Berdasarkan Tehnik Pembedahan Subjek Penelitian ............... 23 5.9. Tajam Penglihatan sebelum dan sesudah Tindakan Operasi .. 24 5.10. Berdasarkan Jenis Trauma ....................................................... 24 5.11. Berdasarkan Lama Terjadinya Trauma ..................................... 25 5.12. Berdasarkan Kelainan Penyerta ................................................ 25 5.13. Berdasarkan Teknik Operasi ..................................................... 26
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 2.1. Cincin Vossius ........................................................................... 8 2.2. Cincin Soemring ........................................................................ 10 2.3. Mutiara Elschnig ........................................................................ 10
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK Latar Belakang : Katarak Traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat cedera pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun tumpul pada bola mata yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun beberapa tahun. Trauma menjadi penyebab terbanyak kebutaan monokular pada orang yang berusia di bawah 45 tahun. Hanya 85% pasien-pasien yang mengalami trauma okuli pada segmen anterior mencapai tajam penglihatan 20/40 atau lebih, sedangkan pada trauma segmen posterior terjadi hanya sekitar 40% mencapai tajam penglihatan yang sama. Laki-laki mempunyai resiko mengalami katarak traumatik empat kali lebih besar dibandingkan perempuan. Sementara itu usia yang paling sering terkena adalah anak-anak dan dewasa muda. Tujuan : Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan tajam penglihatan setelah pembedahan katarak traumatik dengan faktor umur, jenis kelamin, pekerjaan, jenis trauma, lama terjadinya trauma, kelainan penyerta dan tehnik pembedahan yang dilakukan pada tahun 2009-2013. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik retrospektif pada penderita katarak traumatik yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik periode Januari 2009 - Desember 2013 yang sudah mengalami pembedahan dan dicatat tajam penglihatan 4 minggu setelah operasi. Untuk menilai hubungan korelasi digunakan dengan uji statistik chi-square test. Hasil : Dari total sampel sebanyak 42 orang penderita katarak traumatik yang sudah menjalani operasi didapati umur terbanyak 7-18 tahun yaitu 28 orang (66.7%), laki-laki 34 orang (81.0%), status yang tidak bekerja 31 orang (73.8%), dan terkena benda tumpul 34 orang yaitu (81.0%), lama trauma ≤ 1 bulan 27 orang (64.3%), Posisi mata yang lebih sering terlibat terjadi pada mata kanan yaitu 30 orang (71.4%), laserasi kornea paling banyak dijumpai yaitu ada 8 orang (19%). Tehnik operasi yang paling banyak digunakan adalah ECCE yaitu 45.2%. Diikuti oleh ECCE + IOL yaitu 28.6%. Tajam penglihatan terbanyak sebelum tindakan pembedahan didapati pada interval < 6/60 terutama pada mata kanan adalah 28 orang (66.7%) dan 12 orang pada mata kiri (28.6%) dan sesudah tindakan pembedahan pada interval 6/6-6/36 adalah 10 orang (23.8%) pada mata kanan dan 3 orang (7.2%) pada mata kiri. Nilai uji korelasi pada masing-masing faktor dengan tajam penglihatan setelah operasi lebih banyak tidak siginifikan (P>0.05). Kesimpulan : Tidak ada hubungan signifikan antara tajam penglihatan dengan faktor umur, jenis kelamin, pekerjaan, jenis trauma, lama terjadinya trauma, kelainan penyerta, dan tehnik pembedahan. Kata Kunci : Katarak traumatik, tajam penglihatan setelah pembedahan.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT Background : Traumatic cataracts are cataracts that arise as a result of injury to the eye can be a perforation or blunt trauma to the eyeball that looks after a few days or a few years. Trauma become the most common cause monocular blindness in people under the age of 45 years. Only 85% of patients who suffered trauma to the anterior segment oculi achieve 20/40 or better visual acuity, whereas the posterior segment trauma occurred only about 40% achieving the same visual acuity. Men are at risk of experiencing traumatic cataract four times greater than women. Meanwhile, the age most commonly affected are children and young adults. Objective : To find out how the relationship acuity after traumatic cataract surgery with the factors of age, sex, occupation, type of trauma, duration of trauma, comorbid disorders and surgical techniques were performed in 2009-2013. Methods : This study is a retrospective descriptive analysis in patients with traumatic cataract were performed in Dr H. Adam Malik, the period January 2009 - December 2013 that already had surgery and visual acuity recorded 4 weeks after surgery. To assess the correlation statistic used to the chi-square test between age, sex, occupation, type of trauma, duration of trauma, comorbid disorders and surgical techniques with visual acuity post surgery. Result : Of the total sample of 42 patients who had undergone traumatic cataract surgery found that the largest age 7-18 years 28 (66.7%), 34 men (81.0%), a status that does not work 31 people (73 , 8%), and 34 people hit by a blunt object which (81.0%), 1 month old trauma ≤ 27 people (64.3%), eye position occur more frequently involved in the right eye of 30 people (71.4 %), corneal laceration is most often found that there are 8 people (19%). Operating technique is the most widely used ECCE is 45.2%. Followed by ECCE + IOL is 28.6%. Most visual acuity before surgery was found in the interval < 6/60, especially in the right eye was 28 (66.7%) and 12 in the left eye (28.6%) and after surgery at intervals of 6 / 6-6 / 36 is 10 people (23.8%) in the right eye and 3 (7.2%) in the left eye. Correlation value at each faktor with visual acuity after surgery was not significantly more (P>0.05). Conclussion : There is no significant relationship between visual acuity after surgery with age, gender, occupation, type of trauma, duration of trauma, comorbid disorders, and surgical techniques. Keyword : Traumatic cataracts, visual acuity after surgery.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini jumlah penderita katarak diseluruh dunia adalah 15 juta,
dan diperkirakan akan mencapai 40 juta pada tahun 2025.1 Sedangkan
Insidensi katarak di Indonesia sendiri mencapai angka yang
memprihatinkan, dimana setiap tahun muncul kasus-kasus baru katarak
sebanyak 210.000 orang.2
Di Amerika Serikat terjadi kurang lebih sebanyak 2,5 juta trauma per
tahun. Diperkirakan sebanyak kurang lebih 4-5% dari jumlah tersebut
akan menjadi trauma mata sekunder.3 Dan 1-7% dari seluruh trauma mata
terjadi pada laki-laki dewasa muda( >80%).4 Trauma menjadi penyebab
terbanyak kebutaan monokular pada orang yang berusia di bawah 45
tahun. Setiap tahunnya sekitar 50 ribu orang tidak dapat membaca oleh
karena trauma okuli. Hanya 85% pasien-pasien yang mengalami trauma
okuli pada segmen anterior mencapai tajam penglihatan 20/40 atau lebih,
sedangkan pada trauma segmen posterior terjadi hanya sekitar 40%
mencapai tajam penglihatan yang sama. Laki-laki mempunyai resiko
empat kali lebih besar dibandingkan perempuan pada kasus ini. Cedera
mata yang disebabkan oleh pekerjaan (pekerja industri yang pekerjaannya
memukulkan baja kebaja lain) dan olahraga paling sering terjadi pada
anak-anak dan pria dewasa muda.5,6
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda
asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata.5,6 Lensa menjadi
1
Universitas Sumatera Utara
putih segera setelah masuknya benda asing karena robeknya kapsul
lensa menyebabkan masuknya aqeous humor dan kadang-kadang korpus
vitreum kedalam struktur lensa.5 Katarak dapat terjadi sebagai sekuel
trauma okuli baik trauma perforasi ataupun tumpul terhadap bola mata
yang bisa terjadi akut, subakut, atau lambat.7
Pengobatan yang terbaik untuk katarak traumatik adalah operasi.
Untuk memperkecil resiko terjadinya infeksi dan uveitis harus diberikan
antibiotik sistemik dan topikal serta kortikosteroid topikal dalam beberapa
hari. Atropine sulfat 1%, 1 tetes tiga kali sehari, dianjurkan untuk menjaga
pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah pembentukan sinekia
posterior.5
Pada sebuah penelitian di Jerman 15 pasien yang mengalami
pembedahan katarak traumatik di Jerman bahwa hanya 53% yang
mempunyai tajam penglihatan post operasi ≥ 6/12, alasan ini berhubungan
dengan kelainan di macula, kekeruhan pada kornea sentral, adanya
Posterior Capsular Opacity (PCO) dan Retinal Detachment (RD).8
Greven dkk mendapatkan hanya 30% mata yang menderita trauma
contusio mempunyai segment posterior yang normal sebelum tindakan
operasi.9
Bekibele dkk menyatakan tajam penglihatan setelah pembedahan
katarak traumatik > 6/18 sekitar 35.6%, < 6/18 sekitar 32.2% dan sisa dari
32.2% dinyatakan tetap buta atau tajam penglihatan < 3/60. Dan
penyebab jeleknya tajam penglihatan < 6/18 disebabkan karena
kekeruhan kornea 64.4%, PCO 12.5%, RD 4.9% dan glaukoma 6.9%.9
Universitas Sumatera Utara
Memon dkk di Jamshoro didapatkan angka penyebab trauma
tersering pada mata meliputi serpihan kayu 31.7%, duri 22.2% dan batu
17.1% dimana tajam penglihatan ≥ 6/18 .10
Menurut Shah dkk di Gujarat-India visual outcome dari katarak
traumatik pada anak, dimana 287 mata disebabkan oleh trauma terbuka,
dan 67 mata disebabkan oleh trauma tertutup, kemudian 6 minggu setelah
operasi didapatkan tajam penglihatan masing-masing ≥ 20/200 pada 181
mata (63%) dan 20/40 pada 106 mata (38%) pada trauma mata terbuka, >
20/200 pada 36 mata (53%) dan 20/40 pada 16 mata (22.4%) trauma
mata tertutup. Dari semua kasus 125 mata (35.3%) diperoleh tajam
penglihatan setelah 6 minggu operasi 20/40 dan 20/200 pada 214 mata
(61.3%).11
Menurut Brar dkk di India tahun 2001 menyatakan perbandingan
trauma tajam dengan trauma tumpul djumpai komplikasi setelah operasi
signifikan lebih tinggi pada trauma tajam dalam menyebabkan katarak
traumatik pada anak. Dimana ketajaman penglihatan didapati pada
trauma tajam ≥ 6/12 (38.8%) dan ≥ 6/12 (86.36%) dan tindakan ECCE +
IOL (Intra Okular Lens) pada trauma tumpul diperoleh ketajaman
penglihatan lebih baik jika segmen posterior tidak terlibat.12
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan tajam penglihatan setelah
pembedahan katarak traumatik dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2009 -
Desember 2013.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah hubungan tajam penglihatan setelah pembedahan
katarak traumatik dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya
di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2009 – Desember
2013.
2. Mengetahui jumlah penderita katarak traumatik di RSUP H. Adam
Malik Medan periode Januari 2009 – Desember 2013.
3. Mengetahui jumlah lateralitas (mata yang terlibat) pada penderita
katarak traumatik di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari
2009 – Desember 2013.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan tajam penglihatan
setelah pembedahan katarak traumatik dengan faktor-faktor penyebab
trauma di RSUP H.Adam Malik Medan periode Januari 2009-Desember
2013.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan umur rerata
penderita katarak traumatik setelah pembedahan
2. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan jenis kelamin
terbanyak pada penderita katarak traumatik setelah pembedahan
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan jenis
pekerjaan terbanyak penderita katarak traumatik setelah
pembedahan.
4. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan jenis trauma
dari penderita katarak traumatik setelah pembedahan.
5. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan lama
terjadinya trauma.
6. Untuk mengetahui tajam penglihatan dengan kelainan penyerta yang
terjadi pada katarak traumatik.
7. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan dengan jenis tindakan
pembedahan yang dilakukan dalam penanganan katarak traumatik.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan tajam penglihatan setelah pembedahan
katarak traumatik dengan faktor –faktor yang dapat mempengaruhinya
di RSUP H. Adam Malik Medan pada Januari 2009 - Desember 2013.
2. Untuk mendeskripsikan jenis tindakan apa yg paling sering dilakukan
dalam penatalaksanaan katarak traumatik.
3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat sebagai tindakan
preventif untuk dapat mencegah komplikasi yang lebih berat
khususnya pada kasus trauma pada mata yang dapat menyebabkan
katarak traumatik.
4. Sebagai bahan informasi dalam upaya peningkatan kelengkapan data
dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian
selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Katarak traumatik merupakan katarak yang muncul sebagai akibat
cedera pada mata yang dapat merupakan trauma perforasi ataupun
tumpul pada bola mata yang terlihat sesudah beberapa hari ataupun
beberapa tahun. Katarak traumatik ini dapat muncul akut, subakut, atau
pun gejala sisa dari trauma mata. Katarak dapat terjadi sebagai akibat
trauma tumpul berat.5,13
2.2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat terjadi kurang lebih sebanyak 2.5 juta trauma
mata per tahun. Diperkirakan sebanyak kurang lebih 4-5% dari jumlah
tersebut akan menjadi trauma mata sekunder. Laki-laki mempunyai resiko
mengalami katarak traumatik empat kali lebih besar dibandingkan
perempuan. Sementara itu usia yang paling sering terkena adalah anak-
anak dan dewasa muda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh National
Eye Trauma System antara tahun 1985-1991 rerata usia penderita katarak
traumatik adalah usia 28 tahun dari 648 kasus yang berhubungan dengan
trauma mata.3,6
2.3. Patofisiologi
Trauma tumpul merupakan respon dari pukulan yg tiba-tiba yg
dapat terjadi pada trauma okuli, dimana pukulan tersebut merupakan
mekanisme tubrukan langsung yang bertanggung jawab pada terjadinya
6
Universitas Sumatera Utara
Vossius ring (seperti pigmen iris).14,15 Pada saat permukaan bola mata
mangalami ceder, terjadi pemendekan pada garis ekspansi, Sehingga
streching dapat mengganggu kapsul lensa, zonula atau keduanya.16,17,18
Lensa menjadi putih (keruh) segera setelah masuknya benda asing,
karena robeknya kapsul lensa menyebabkan masuknya humor aqeous
dan kadang-kadang korpus vitreum kedalam struktur lensa yang dapat
menyebabkan hidrasi pada serat lensa dan sebagai akibatnya lensa
menjadi keruh. Pasien biasanya mengeluh penglihatan kabur secara
mendadak.5
2.4. Patogenesis
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda
asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Tembakan peluru
senapan angin juga sering merupakan penyebab-penyebab lain yang
lebih jarang adalah anak panah, batu, contusio, pajanan berlebih terhadap
panas (‘glassblower cataract”), sinar-X, dan bahan radioaktif.5,19,20
1. Luka memar/tumpul19,20
Jika terjadi trauma akibat benda keras yang cukup kuat mengenai
mata dapat menyebabkan lensa menjadi opak. Trauma yang disebabkan
oleh benturan dengan bola keras adalah salah satu contohnya. Kadang
munculnya katarak dapat tertunda sampai kurun waktu beberapa tahun.
Bila ditemukan katarak unilateral, maka harus dicurigai kemungkinan
adanya riwayat trauma sebelumnya, namun hubungan sebab dan akibat
tersebut kadang cukup sulit untuk dibuktikan dikarenakan tidak adanya
Universitas Sumatera Utara
tanda-tanda lain yang dapat ditemukan mengenai adanya trauma
sebelumnya.3,14
Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior
ataupun posterior. Contusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang,
dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut
cincin Vossius.3,14
Gambar 2.1. Cincin Vossius21
2. Luka perforasi19
Luka perforasi pada mata mempunyai tendensi yang cukup tinggi
untuk terbentuknya katarak. Jika objek yang dapat menyebabkan perforasi
(contoh : gelas yang pecah) tembus melalui kornea tanpa mengenai lensa
biasanya tidak memberikan dampak pada lensa, dan bila trauma tidak
menimbulkan suatu luka memar yang signifikan maka katarak tidak akan
terbentuk. Hal ini tentunya juga bergantung kepada penatalaksanaan luka
kornea yang hati-hati dan pencegahan terhadap infeksi, akan tetapi
trauma-trauma seperti di atas dapat juga melibatkan kapsul lensa, yang
mengakibatkan keluarnya lensa mata ke bilik anterior.
Urutan dari dampak setelah trauma juga bergantung pada usia
pasien. Saat kapsul lensa pada anak ruptur, maka akan diikuti oleh reaksi
Universitas Sumatera Utara
inflamasi di bilik anterior dan masa lensa biasanya secara berangsur-
angsur akan diserap, jika tidak ditangani dalam waktu kurang lebih 1
bulan. Namun demikian, pasien tidak dapat melihat dengan jelas karena
sebagian besar dari kemampuan refraktif mata tersebut hilang. Keadaan
ini merupakan konsekuensi yang serius dan kadang membutuhkan
penggunaan lensa buatan intraokular. Bila ruptur lensa terjadi pada
dewasa, juga diikuti dengan reaksi inflamasi seperti halnya pada anak
namun tendensi untuk fibrosis jauh lebih tinggi, dan jaringan fribrosis opak
yang terbentuk tersebut dapat bertahan dan menghalangi pupil.3,14
Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel
sehingga bentuk kekeruhannya terbatas lebih kecil. Trauma tembus besar
pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat
disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata.3,14
Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lensa
yang akan difagosit makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan
bentuk endoftalmitis fakoanalitik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang
pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan
terbentuknya cincin Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif
akan terlihat mutiara Elschnig.15
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Cincin Soemring22
Gambar 2.3. Mutiara Elschnig23
3. Radiasi sinar
Sinar yang terlihat cenderung tidak menyebabkan timbulnya
katarak. Ultraviolet juga mungkin tidak menyebabkan katarak karena sinar
dengan gelombang pendek tidak dapat melewati atmosfir. Sinar
gelombang pendek (tidak terlihat) ini dapat menyebabkan luka bakar
kornea superfisial yang dramatis, yang biasanya sembuh dalam 48 jam.
Cedera ini ditandai dengan “snow blindness” dan “welder’ flash”.
Sinar infra merah yang berkepanjangan (prolong), juga dapat
menjadi penyebab katarak, ini dapat ditemui pada pekerja bahan-bahan
kaca dan pekerja baja. Namun penggunaan kacamata pelindung dapat
setidaknya mengeliminasi sinar X ini dan sinar gamma yang juga dapat
mengakibatkan katarak.
Universitas Sumatera Utara
Katarak traumatik disebabkan oleh radiasi ini dapat ditemukan
pada pasien-pasien leukemia yang mendapat radioterapi (seluruh tubuh),
namun resiko terjadinya hanya apabila terapi menggunakan sinar X.3,14
Seringnya, manifestasi awal dari katarak traumatik ini adalah kekeruhan
berbentuk roset (rosette cataract), biasanya pada daerah aksial yang
melibatkan kapsul posterior lensa. Pada beberapa kasus, trauma tumpul
dapat berakibat dislokasi dan pembentukan katarak pada lensa. Katarak
traumatik ringan dapat membaik dengan sendirinya (namun jarang
ditemukan).3,14
4. Kimia
Trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan katarak,
selain menyebabkan kerusakan kornea, konjungtiva, dan iris. Komponen
basa yang masuk mengenai mata menyebabkan peningkatan pH cairan
akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi
secara akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia dapat juga disebabkan
oleh zat asam, namun karena trauma asam sukar masuk ke bagian dalam
mata dibandingkan basa maka jarang menyebabkan katarak.
Pembentukan katarak kortikal dapat terjadi akut atau efek lambat dari
trauma zat kimia.3,14
5. Benda asing intralentikular
Benda asing di intralentikular dapat menyebabkan pembentukan
katarak di beberapa kasus tetapi tidak selalu menyebabkan kekeruhan
lensa.3,14
Universitas Sumatera Utara
2.5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik pasien.Pada anamnesis diperoleh sebagai berikut:3,14
1. Riwayat dan mekanisme trauma, apakah tajam atau tumpul
2. Riwayat keadaan mata sebelumnya, apakah ada riwayat operasi,
glaukoma, RD, penyakit mata karena gangguan metabolik.
3. Riwayat penyakit lain, seperti diabetes, sickle cell, sindroma marfan,
homosistinuria, defisiensi sulfat oksidase.
4. Keluhan mengenai penglihatan, seperti penurunan visus, pandangan
ganda pada satu mata atau kedua mata, dan nyeri pada mata.
Sementara itu, pada pemeriksaan fisik diperoleh sebagai berikut:2,13
1. Visus, lapangan pandangan, dan pupil
2. Kerusakan ekstraokular-fraktur tulang orbita, gangguan saraf
traumatik
3. Tekanan intraocular-glaukoma sekunder, perdarahan retrobulbar.
4. Bilik anterior-hifema, iritis, iridodonesis, robekan sudut.
5. Lensa-subluksasi,dislokasi, integritas kapsular (anterior dan posterior),
katarak (luas dan tipe).
6. Vitreus-ada atau tidaknya perdarahan dan perlepasan vitreus
posterior.
7. Fundus-RD, ruptur khoroid, perdarahan pre intra dan sub retina,
kondisi saraf optik.
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan sebagai berikut:2,13
1. B-scan - jika pole posterior tidak dapat terlihat.
2. A-scan - sebelum ekstraksi katarak
3. CT scan orbita-adanya fraktur, benda asing, atau kelainan lain.
2.6. Penatalaksanaan
Bila terdapat benda asing magnetik intraokular maka harus segera
dikeluarkan. Harus diberikan antibiotik sistemik dan topikal serta
kortikosteroid topikal dalam beberapa hari untuk memperkecil
kemungkinan infeksi dan uveitis. Atropin sulfat 1%, 1 tetes tiga kali sehari,
dianjurkan untuk menjaga pupil tetap berdilatasi dan untuk mencegah
pembentukan sinekia posterior. Katarak dapat dikeluarkan pada saat
pengeluaran benda asing atau setelah peradangan mereda. Apabila
terjadi glaukoma selama periode menunggu, bedah katarak jangan
ditunda walaupun masih terdapat peradangan. Beberapa waktu setelah
tindakan bedah katarak, mungkin masih terdapat suatu membran opak
tipis; yang mungkin memerlukan disisi dengan laser neodymium: YAG
atau pisau untuk memperbaiki penglihatan. Untuk mengeluarkan katarak
traumatik, biasanya digunakan teknik-teknik yang sama dengan yang
digunakan untuk mengeluarkan katarak kongenital, terutama pada pasien
yang berusia kurang dari 30 tahun.5
Jenis tindakan pembedahan yang mungkin dilakukan:1,13,24
A) Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE) atau Ekstraksi Katarak
Ekstra Kapsuler (EKEK)
Universitas Sumatera Utara
Pengangkatan nucleus dan cortex dengan membuka kapsul
anterior yang lebar; 9-10mm, dan meninggalkan pembungkusnya. Kapsul
posterior tetap utuh sebagai tempat penanaman dari lensa atau dengan
kata lain lensa diangkat degan meninggalkan kapsulnya.
B) Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE) atau Ekstaksi Katarak Intra
Kapsuler (EKIK)
Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum
dilakukan pada katarak senil. lensa beserta kapsulnya dikeluarkan dengan
memutus zonula Zinn yang telah mengalami degenerasi. Pada saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan. Wajib dilakukan pada
dislokasi anterior dan pada zonular instability yang ekstrim. Dislokasi
anterior lensa ke bilik anterior merupakan keadaan emergensi yang harus
segera dilakukan tindakan (removal), karena dapat mengakibatkan
terjadinya pupillary block glaucoma
C) Phakoemulsifikasi
Pembedahan dilakukan dengan cara mengisap lensa yang keruh
setelah pembungkusnya dibuka. Tindakan ini dapat dilakukan jika kapsul
lensa intak dan dukungan zonular yang cukup.
D) Lansectomi dan Vitrectomi pars plana
Dapat menjadi pilihan terbaik pada kasus-kasus ruptur kapsul
posterior, dislokasi posterior, atau instabilitas zonular yang ekstrim.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsepsional
Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang
menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen
yang diteliti. Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan
dalam latar belakang dan dari tinjauan kepustakaan yang ada, maka
kerangka konsep digambarkan sebagai berikut :
3.2. Definisi Operasional
Tajam penglihatan adalah kemampuan melihat suatu objek pada jarak
tertentu
Umur adalah usia rerata penderita katarak traumatik.
Jenis kelamin adalah laki-laki dan perempuan.
Pekerjaan adalah pekerjaan penderita katarak traumatik
Jenis trauma adalah penyebab trauma yang terjadi pada mata
sehingga menyebabkan katarak
Lama terjadinya trauma adalah rentang waktu saat trauma sampai
menyebabkan terjadinya katarak
Tajam Penglihatan Setelah Pembedahan
Katarak traumatik
Umur Jenis kelamin Pekerjaan Jenis trauma Lama terjadinya trauma Kelainan penyerta Tehnik pembedahan
15
Universitas Sumatera Utara
Kelainan penyerta adalah kelainan yang dapat terjadi pada saat
terjadinya katarak traumatik
Tehnik pembedahan adalah salah satu cara yang digunakan dalam
pembedahan
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan mengambil data
sekunder dari catatan rekam medis poliklinik dan rawat jalan mata sub
bagian lensa dan pediatrik ophthalmologi selama periode Januari 2009 -
Desember 2013.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian : dilakukan di poliklinik mata sub divisi lensa dan
pediatrik ophthalmologi RSUP H. Adam Malik Medan.
Waktu penelitian : 1 Januari – April 2014
4.3. Populasi dan Sampel Penelitan
Populasi penelitian adalah seluruh data rekam medis penderita
katarak yang berkunjung ke poli mata RSUP H. Adam Malik Medan
dari bulan Januari 2009 - Desember 2013.
Sampel penelitian adalah seluruh data rekam medis pasien di sub
divisi lensa lensa dan pediatrik ophthalmologi yang di diagnosis
dengan katarak traumatik.
4.4. Besar Sampel
Besar sampel di tentukan dengan metode total sampling, yaitu
semua penderita katarak traumatik yang sudah menjalani operasi katarak
17
Universitas Sumatera Utara
yang berobat kepoli mata RSUP H. Adam Malik Medan selama periode 1
Januari 2009 - 31 Desember 2013.
4.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.5.1. Kriteria Inklusi
Semua penderita katarak traumatik yang berumur 7 tahun keatas
yang sudah menjalani operasi katarak dan berobat kepoli mata RSUP H.
Adam Malik Medan selama periode 1 Januari 2009 - 31 Desember 2013
dan dicatat tajam penglihatan 4 minggu setelah operasi.
4.5.2. Kriteria Eksklusi
Data rekam medis yang tidak lengkap
Umur penderita dibawah 7 tahun.
4.6. Identifikasi Variabel
1. Variabel terikat adalah : tajam penglihatan setelah pembedahan
2. Variabel bebas adalah :
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Jenis Trauma
Kelainan penyerta
Tehnik Pembedahan
4.7. Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data dari rekam medis
2. Kertas
Universitas Sumatera Utara
3. Pulpen
4. Pensil
5. Penghapus
6. Komputer
4.8. Jalannya Penelitian dan Cara Kerja
Pengumpulan data diambil dari data rekam medis pasien yang
telah didiagnosis menderita katarak traumatik dan sudah menjalani
pembedahan katarak di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari
2009 sampai Desember 2013. Semua data pasien dicatat, setelah data
terkumpul diolah dalam bentuk tabel.
4.9. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif analitik dan disajikan
dalam bentuk tabulasi data.
4.10. Pertimbangan Etika
Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh bagian llmu
Penyakit Mata FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini
kemudian diajukan untuk disetujui oleh komite etika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
4.11. Personalia Penelitian
Peneliti : Hera Kesumawati Siregar
4.12. Biaya Penelitian
Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti sendiri.
Universitas Sumatera Utara
4.13. Alur Penelitian
Data Rekam Medik Penderita Katarak Traumatik
Jenis Kelamin
Kriteria Inklusi
Umur
Pekerjaan
Jenis Trauma
Lama Terjadinya Trauma
Tehnik Pembedahan
Tajam Penglihatan Setelah Pembedahan Katarak
Kelainan Penyerta
Universitas Sumatera Utara
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang
dilakukan tahun 2014 dengan jumlah sampel 42 orang penderita katarak
traumatik yang datang berobat ke Poliklinik Mata subdivisi Lensa dan
pediatrik opthalmologi RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009-2013,
yang sudah menjalani tindakan pembedahan, melibatkan 30 mata kanan
dan 12 mata kiri. Umur penderita yang berobat ke Poliklinik Mata RSUP
H. Adam Malik Medan mulai umur 7 tahun keatas dimana laki-laki
berjumlah 34 orang dan perempuan berjumlah 8 orang. Data diolah
dengan statistik komputer.
5.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian Penderita Katarak
Traumatik di RSUP H. Adam Malik
Tabel. 5.1. Berdasarkan Kelompok Umur Subjek Penelitian
Umur (tahun) N % P 7-18 28 66.7 0,301 >18 14 33.3
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.1. didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah
umur 7-18 tahun yaitu 28 orang ( 66.7%), dan tidak signifikan bermakna
dengan tajam penglihatan.
Tabel 5.2. Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Jenis Kelamin N % P Laki-laki 34 81.0
0,513 Perempuan 8 19.0 Jumlah 42 100
21
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.2. didapatkan jenis kelamin terbanyak adalah
laki-laki yaitu 34 orang (81.0%) dan tidak signifikan bermakna dengan
tajam penglihatan.
Tabel 5.3. Berdasarkan Pekerjaan Subjek Penelitian
Status pekerjaan N % P Tidak bekerja 31 73.8
0,377 Bekerja 11 26.2 Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.3. didapatkan kelompok yang tidak bekerja
yaitu 31 orang (73.8%), dan tidak signifikan bermakna dengan tajam
penglihatan.
Tabel 5.4. Berdasarkan Mata yang Terlibat
Mata N % Mata kanan 30 71,4 Mata kiri 12 28,6
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.4. didapatkan jumlah terbanyak pada mata
kanan yaitu 30 orang (71.4 %).
5.2. Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Sebelum Dilakukan
Tindakan Pembedahan
Tabel 5.5. Berdasarkan Jenis Trauma Subjek Penelitian
Jenis trauma N % Trauma tumpul 34 81,0 Trauma perforasi 8 19,0
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.5. didapatkan jumlah terbanyak trauma tumpul
yaitu 34 orang (81.0%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Berdasarkan Lama Terjadinya Trauma Subjek Penelitian
Lama trauma N % ≤ 1 bulan 27 64,3 >1 bulan 15 35,7
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.6. didapatkan jumlah terbanyak pada interval
lama terjadinya trauma ≤ 1 bulan yaitu 27 orang (64.3%).
Tabel 5.7. Berdasarkan Kelainan Penyerta Subjek Penelitian
Kelainan penyerta N % Laserasi kornea 8 19 Laserasi konjungtiva /Laserasi sclera
3 7,1
Infeksi 4 9,5 Iridodialisis 4 9,5 Sikatrik kornea 7 16,7 Iris Sinekia 2 4,8 Luxasio lentis 5 11,9 Vitreous opacity 7 16,7 Glaukoma sekunder 1 2,4 Retinal detachment 1 2,4
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.7. didapatkan laserasi kornea paling banyak
dijumpai yaitu ada 8 orang (19%) diikuti oleh sikatrik kornea 7 orang
(16.7%) dan vitreous opacity 7 orang (16.7%).
Tabel 5.8. Berdasarkan Tehnik Pembedahan Subjek Penelitian
Tehnik operasi N % ECCE 19 45,2 ECCE + IOL 12 28,6 Phacoemulsifikasi 1 2,4 Lansectomi + Vitrectomi 10 23,8
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel 5.8. didapatkan tehnik operasi yang paling
banyak digunakan adalah ECCE yaitu 45.2%.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Tajam Penglihatan sebelum dan sesudah Tindakan Operasi
Tajam Penglihatan
Mata kanan Mata kiri Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
N (%) N (%) N (%) N (%) 6/6-6/12 0(0) 3 (7,1) 0(0) 1(2,4) 6/18-6/36 2(4,8) 7(16,7) 0(0) 2(4,8) < 6/60 28(66,7) 20(47,6) 12(28,6) 9(21,4) Jumlah 30 30 12 12
Berdasarkan tabel 5.9. didapatkan jumlah tajam penglihatan
terbanyak sebelum tindakan pembedahan pada interval 6/60 terutama
pada mata kanan adalah 28 orang (66.7%) dan 12 orang pada mata kiri
(28.6%) dan sesudah tindakan pembedahan pada interval 6/6-6/36 adalah
10 orang (23.8%) pada mata kanan dan 3 orang (7.2%) pada mata kiri .
5.3. Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Setelah Tindakan
Pembedahan
Tabel 5.10. Berdasarkan Jenis Trauma
Jenis trauma Tajam penglihatan P 6/6-6/12 6/18-6/36 < 6/60 Mata kanan
0,302 Trauma tumpul 2 7 15 Trauma perforasi 1 0 5 Jumlah 3 7 20 Mata kiri
0,807 Trauma tumpul 1 3 6 Trauma perforasi 0 1 1 Jumlah 1 4 7
Berdasarkan tabel 5.10. tidak dijumpai hubungan yang signifikan
antara tajam penglihatan kedua mata secara statistik dengan faktor jenis
trauma dimana nilai P = 0,302 pada mata kanan dan nilai P =0.807 mata
kiri.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Berdasarkan Lama Terjadinya Trauma
Lama terjadinya trauma
Tajam penglihatan P 6/6-6/12 6/18-6/36 < 6/60 Mata kanan
0,926 ≤1 bulan 2 4 13 >1 bulan 1 3 7 Jumlah 3 7 20 Mata kiri
0,162 ≤1 bulan 0 2 6 >1 bulan 1 2 1 Jumlah 1 4 7
Berdasarkan tabel 5.11. tidak dijumpai hubungan yang signifikan
antara tajam penglihatan kedua mata secara statistik dengan faktor lama
terjadinya trauma dimana nilai P = 0.926 pada mata kanan dan nilai P
=0.162 pada mata kiri.
Tabel 5.12. Berdasarkan Kelainan Penyerta
Lama terjadinya trauma Tajam penglihatan P 6/6-6/12 6/18-6/36 < 6/60 Mata kanan
0,170
Laserasi kornea 1 2 4 Laserasi konjungtiva /Laserasi sclera
0 0 3
Infeksi 1 2 0 Iridodialisis 0 0 3 Sikatrik kornea 1 3 1 Iris sinekia 0 0 5 Luxatio lentis 1 0 0 Vitreous opacity 0 0 3 Glaucoma secunder 0 0 1 Retinal detachment 0 0 0 Jumlah 4 7 20 Mata kiri
0,666
Laserasi kornea 0 0 1 Laserasi konjungtiva /Laserasi sclera
0 0 0
Infeksi 0 0 1 Iridodialisis 0 0 1 Sikatrik kornea 0 1 1 Iris sinekia 1 1 0 Luxatio lentis 0 0 0 Vitreous opacity 0 2 2 Glaukoma sekunder 0 0 0 Retinal detachment 0 0 1 Jumlah 1 4 7
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.12. tidak dijumpai hubungan yang signifikan
antara tajam penglihatan kedua mata secara statistik dengan faktor
kelainan penyerta dimana nilai P = 0.170 pada mata kanan dan nilai P
=0.666 pada mata kiri.
Tabel 5.13. Berdasarkan Tehnik Operasi
Tehnik operasi Tajam penglihatan P 6/6-6/12 6/18-6/36 <6/60 Mata kanan
0,000
ECCE 0 0 12 ECCE + IOL 2 7 0 Phacoemulsifikasi 1 0 0 Lensectomi + Vitrectomi 0 0 8 Jumlah 3 7 20 Mata kiri
0,123
ECCE 0 0 7 ECCE + IOL 1 2 0 Phacoemulsifikasi 0 0 0 Lensectomi + Vitrectomi 0 0 2 Jumlah 1 2 9
Berdasarkan tabel 5.13. dijumpai hubungan yang signifikan antara
tajam penglihatan mata kanan secara statistik dengan jenis tehnik operasi
yang dilakukan dimana nilai P = 0.000 pada mata kanan namun tidak ada
hubungan signifikan secara statistik dengan nilai P =0.123 pada mata kiri.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
PEMBAHASAN DAN DISKUSI
6.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian Penderita Katarak
Traumatik di RSUP H. Adam Malik Tahun 2009-2013
Dari tabel 5.1. menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak
traumatik berdasarkan umur lebih banyak pada usia 7-18 tahun yaitu
sebesar 66.7%. Pada penelitian ini diambil umur diatas 7 tahun karena
pada usia ini dianggap pasien bisa membaca snellen chart dengan baik .
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa penderita katarak traumatik lebih
banyak pada usia muda. Dan 1-7% dari seluruh trauma mata terjadi pada
laki-laki dewasa muda (>80% ).4 Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ahmed dkk di Kharaci tahun 2011 lebih banyak pada usia
16-35 tahun yaitu sebesar 68,3%.26 Dan sejalan juga dengan penelitian
yang dilakukan Memon dkk di Jamsoro tahun 2011, bahwa jumlah
penderita katarak traumatik lebih banyak pada usia 5-14 tahun yaitu
sebesar 58.5%. Hal ini disebabkan karena usia tersebut masih merupakan
usia produktif dalam melakukan aktivitas fisik.9 Namun faktor usia tidak
signifikan dalam mempengaruhi tajam penglihatan setelah pembedahan
katarak traumatik. Dari tabel 5.2. menunjukkan bahwa jumlah penderita
katarak traumatik berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada laki-laki
yaitu sebesar 81.0%. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa jumlah
penderita katarak traumatik lebih banyak dijumpai pada laki-laki daripada
perempuan yaitu sekitar 4 : 1.5,6 Hal ini sesuai juga dengan penelitian
yang dilakukan Ahmed dkk penderita lebih banyak pada laki-laki yaitu
27
Universitas Sumatera Utara
83.3%.26 Sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Memon dkk
bahwa penderita laki-laki lebih banyak dijumpai yaitu sebesar 75.6%
dengan perbandingan 3.1 : 1, Hal ini disebabkan karena laki-laki lebih
banyak melakukan aktivitas fisik dibandingkan perempuan. Selain itu laki-
laki umumnya melakukan kegiatan/pekerjaan yang lebih beresiko untuk
terkena trauma dibandingkan perempuan.26,27,28,29.
Dari tabel 5.3. menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak
traumatik berdasarkan status pekerjaan didapati lebih banyak pada
status yang tidak bekerja dalam hal ini pada umumnya anak-anak yaitu
sebesar 73.8 %. Namun hal ini tidak sesuai dengan literatur dimana
cedera mata banyak disebabkan oleh pekerjaan (seperti pekerja
industri).5,6
Dari tabel 5.4. menunjukkan bahwa jumlah penderita katarak
traumatik berdasarkan mata yang terlibat paling banyak dijumpai pada
mata kanan yaitu 71.4 %. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Djelantik dkk di Bali tahun 2010 mata kanan paling banyak terlibat yaitu
55.7%. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penderita lebih banyak
menggunakan tangan kanan saat beraktivitas.26 Namun pada penelitian
yang dilakukan oleh Memon dkk mata kiri lebih banyak terlibat yaitu
sekitar 61.0%
6.2. Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Sebelum Dilakukan
Tindakan Pembedahan
Berdasarkan tabel 5.5. menunjukkan bahwa jumlah penderita
katarak traumatik dimana jenis traumanya lebih bayak dijumpai oleh
Universitas Sumatera Utara
karena terkena benda tumpul yaitu 81.0%.Hal ini sesuai dengan
literatur dimana penyebab paling sering oleh karena trauma benda asing
di lensa yaitu trauma benda tumpul. Menurut Greven dkk pada tahun 2002
hanya 30 % mata yang menderita trauma contusio7. Menurut Memon dkk
di Jamsoro tahun 2011 angka penyebab trauma tersering yaitu
disebabkan oleh penetrating injury yaitu sebesar 68.3%, adapun
penyebab trauma pada matanya meliputi serpihan kayu 31.7 %, duri
22.2% dan batu 17.1%.9 Posterior Capsular Opacity (PCO) terjadi pada 10
mata atau sekitar 24% dan Best Correction Visual Acuity (BCVA) diatas >
6/18 atau lebih pda 29 mata atau 70.8%.
Berdasarkan tabel 5.6. menunjukkan jumlah penderita katarak
traumatik berdasarkan dari lama terjadinya trauma didapati lebih banyak
pada kurun waktu ≤ 1 bulan yaitu 27 orang (64 .3%). Dan ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan Memon dkk dimana lamanya trauma
dengan operasi yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap hasil akhir
tajam penglihatan pada pasien pasien katarak traumatik.
Berdasarkan tabel 5.7. didapatkan laserasi kornea paling banyak
dijumpai yaitu ada 8 orang (19%) diikuti oleh sikatrik kornea 7 orang
(16.7%) dan vitreous opacity 7 orang (16.7%).
Berdasarkan tabel 5.8. didapatkan tehnik operasi yang paling
banyak digunakan adalah ECCE yaitu 45.2% diikuti oleh ECCE + IOL
yaitu 28.6%. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Bekibelle dimana
tehnik operasi yang paling banyak dilakukan adalah ECCE + PCIOL
sekitar 53.1% disusul ECCE 31,3% dan ICCE 12.5%. Begitu juga menurut
Universitas Sumatera Utara
Brar dkk di India tahun 2001 dengan tehnik ECCE + PCIOL lebih banyak
digunakan.
Jika pasien-pasien katarak traumatik yang ditatalaksana dengan
tepat kemungkinan dapat mencapai tajam penglihatan lebih baik,
sehingga diperlukan edukasi dan alat pelindung kerja bagi olahragawan
dan buruh dalam mencegah trauma pada mata.
Berdasarkan tabel 5.9. didapatkan jumlah tajam penglihatan
terbanyak sebelum tindakan pembedahan pada interval < 6/60 terutama
pada mata kanan adalah 28 orang (66.7%) dan 12 orang pada mata kiri
(28.6%) dan sesudah tindakan pembedahan pada interval 6/6-6/36 adalah
10 orang (23.8%) pada mata kanan dan 5 orang (11.9,%) pada mata kiri .
6.3. Karakteristik Klinis Subjek Penelitian Setelah Dilakukan
Tindakan Pembedahan
Berdasarkan tabel 5.10. menunjukkan bahwa jumlah penderita
katarak traumatik dimana jenis traumanya lebih bayak dijumpai oleh
karena terkena benda tumpul yaitu 81.0%. ini sesuai dengan literatur
penyebab paling sering oleh karena trauma benda asing di lensa yaitu
trauma benta tumpul. Menurut Greven dkk pada tahun 2002 hanya 30 %
mata yang menderita trauma contusio7. Menurut Memon dkk di Jamsoro
tahun 2011 angka penyebab trauma tersering pada mata meliputi
serpihan kayu 31.7 %, duri 22.2% dan batu 17.1%.9
Berdasarkan tabel 5.11. tidak dijumpai hubungan yang signifikan
antara tajam penglihatan kedua mata secara statistik dengan faktor lama
terjadinya trauma dimana nilai P = 0.926 pada mata kanan dan nilai P
Universitas Sumatera Utara
=0.162 pada mata kiri. Dan hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Memon dkk dimana faktor lama terjadinya trauma dengan
operasi yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap hasil akhir tajam
penglihatan pasien-pasien katarak traumatik.
Berdasarkan tabel 5.12. tidak dijumpai hubungan yang signifikan
antara tajam penglihatan kedua mata secara statistik dengan faktor
kelainan penyerta dimana nilai P = 0.170 pada maka kanan dan nilai P
=0.666 pada mata kiri. dari tabel dapat dilihat bahwa kelainan penyerta
yang paling banyak adalah laserasi kornea 19% dimana hanya 3 orang
yang mencapai tajam penglihatan setelah operasi ≥ 6/36 diikuti oleh
sikatrik kornea 16.7% dan vitreous opacity 16.7%. Sedang menurut
Bekibele dkk yang dilakukan di Ibadan Nigeria pada tahun 2008 kelainan
tersering adalah kekeruhan kornea 64.4%, PCO 12.5%, RD 4.9% dan
glaukoma 6.9% Akibat komplikasi lama dilaporkan 64.3% dan pada
penelitian 60 subjek katarak traumatik di Polandia, dimana 7 dari 24 kasus
dari traumatik di Croasia tidak dilakukan pembedahan oleh karena
menyangkut vitreous opacity. Hal ini berbeda dengan penelitian Bekibele
komplikasi yang paling banyak dijumpai berhubungan dengan cornea
scar sebanyak 7 orang, glaukoma sebanyak 4 orang dan lens capsule
rupture sebanyak 4 orang, subluxasio lentis sebanyak 4 orang dan
kerusakan iris sebanyak 2 orang.
Begitu juga pada penelitian di Jerman, pada 15 pasien yang sudah
menjalani pembedahan didapati tajam penglihatan setelah operasi ≥ 6/12
Universitas Sumatera Utara
hal ini disebabkan adanya kelainan macula, kornea central, PCO dan
RD.7
Berdasarkan tabel 5.13. didapatkan hubungan yang signifikan
antara tajam penglihatan mata kanan dengan tehnik operasi dimana nilai
P = 0.000, sedangkan pada mata kiri tidak ada hubungan yang signifikan
dimana P = 0.123. pada penelitian ini dijumpai tehnik yang paling banyak
digunakan adalah ECCE yaitu 45.2% diikuti oleh ECCE + IOL yaitu 28.6%.
Ini tidak sesuai dengan penelitian CO bekibelle dimana tehnik operasi
yang paling banyak dilakukan ECCE + PCIOL sekitar 53.1% disusul
ECCE 31.3% dan ICCE 12.5%.8 Begitu juga menurut Brar dkk dengan
tehnik ECCE + PCIOL lebih banyak digunakan.11
Penambahan tindakan termasuk YAG laser, capsulotomi, pars
plana vitrectomi dan keratoplasti yang respon dapat menambah visual
outcome menjadi 6/24 ± 80%.8
Menurut Brar dkk di Candigarh India tahun 2001 dengan tehnik
ECCE + PCIOL yang disebabkan oleh trauma tumpul mempunyai visual
outcome lebih baik dbandingkan dengan yang penyebabnya trauma
tembus dimana segmen posterior tidak terlibat.11
Menurut Shah dkk di Gujarat India tahun 2011 visual outcome tidak
signifikan bermakna antara trauma terbuka dan trauma tertutup pada
masing masing group.10
Universitas Sumatera Utara
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Dari 42 sampel yang diteliti didapatkan jumlah penderita yang memiliki
perbaikan visus sebanyak 10 orang pada mata kanan dan 3 orang
pada mata kiri.
2. Umur yang paling banyak dijumpai pada rentang 7-18 tahun yaitu
66.7% dan tidak signifikan bermakna secara statistik dalam
mempengaruhi tajam penglihatan setelah pembedahan katarak
traumatik di RSUP H. Adam Malik tahun 2009-2013.
3. Jenis kelamin terbanyak dijumpai pada laki-laki yaitu 81.0% dan tidak
signifikan bermakna secara statistik dalam mempengaruhi tajam
penglihatan setelah pembedahan katarak traumatik di RSUP H. Adam
Malik tahun 2009-2013.
4. Berdasarkan status pekerjaan paling banyak dijumpai pada yang tidak
bekerja yaitu 73.8% dan tidak signifikan bermakna secara statistik
dalam mempengaruhi tajam penglihatan setelah pembedahan katarak
traumatik di RSUP H. Adam Malik tahun 2009-2013.
5. Faktor jenis trauma tidak signifikan bermakna dalam mempengaruhi
tajam penglihatan setelah pembedahan katarak traumatik di RSUP H.
Adam Malik tahun 2009-2013.
Terkena benda tumpul merupakan faktor yang paling banyak dijumpai
yaitu 81.0%.
33
Universitas Sumatera Utara
6. Faktor lama terjadinya trauma tidak signifikan bermakna secara
statistik dalam mempengaruhi tajam penglihatan setelah pembedahan
katarak traumatik dengan di RSUP H. Adam Malik tahun 2009-2013.
7. Faktor kelainan penyerta tidak signifikan bermakna secara statistik
dalam mempengaruhi tajam penglihatan setelah pembedahan katarak
traumatik di RSUP H. Adam Malik tahun 2009-2013.
Laserasi kornea merupakan kelainan penyerta yang paling banyak
dijumpai pada kedua mata.
8. Faktor tehnik pembedahan dijumpai signifikan bermakna dalam
mempengaruhi tajam penglihatan setelah pembedahan katarak
traumatik di RSUP H. Adam Malik tahun 2009-2013 terutama pada
mata kanan.
Tehnik yang paling banyak adalah ECCE didapati sekitar 45.2%
dengan tajam penglihatan mencapai < 6/60 kemudian ECCE + IOL
didapati sekitar 28.6% dengan tajam penglihatan ≥ 6/18-6/36 pada
kedua mata.
7.2. Saran
1. Diperlukan penyuluhan kepada masyarakat tentang dampak kelainan
dari katarak traumatik yang dapat mempengaruhi buruknya tajam
penglihatan sehingga sebaiknya dilakukan tindakan sesegera
mungkin setelah terjadinya trauma pada mata untuk meminimalisasi
dampak yang akan timbul.
Universitas Sumatera Utara
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk
penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK, Diseases of The Lens. Comprehensive Ophthalmology
Fourth Edition. India : Newage International Publishers.2007 : 405.
2. Kepedulian Kepada Penderita Katarak http://www. Perdami /.xml
.accesed at 2 Oktober 2013.
3. Katarak traumatika available from http://lanugojaya.blogspot.com/2012/09/katarak-traumatika_10.html accesed at 2 oktober 2013
4. Vaughan, DG., Asbury, Taylor., dkk. 2000. Oftalmology Umum.
Jakarta : Widya Medika.
5. Graham H robert, 2012. Traumatic Cataract. Availabeled from http://emedicine.medscape.com/article/121183-overview. acessed at 21 September 2012.
6. Tasman W, Jaeger EA. Traumatic Cataract. In: Duanes Clinical
Ophthalmology. 1. 1997:13-4.
7. Greven CM, Collins AS, Slusher MM, Grey Weaver C. Visual Results, Prognostic Indicators, and Posterior Segment Finding Following Cataract Surgery for Catarac/Lens Subluxation-dislocation secondary to Ocular Contusion Injuries. Retina October 2002;22 (5) :575-80.
8. Bekibele CO, Fasina O. Nigerian Journal of Clinical Practice, Visual
Outcome of Traumatic Cataract Surgery in Ibadan.December 2008 Vol. 11(4):372-375.
9. Memon MN, Narsani AK, Nizamani NB. Visual Outcome of Unilateral
traumatic cataract. Department Ophthalmology, Liaquat University of Medical and Health Sciences, Jamshoro.
10. Shah MA dkk. Visual Outcome of Traumatic Cataract in Pediatric Age
Group. Drashti Netralaya, Dahod, Gujarat – India. 2011.
11. Brar GS dkk. Post Operative Complications and Visual Results in Ocular Pediatric Traumatic Cataract, Department of Ophthalmology, Postgraduate Institute of Medical Education and Research, Chandigarh India. May-June 2001; 32 (3) : 233-8.
12. Lang, Gerhard K. 2000. Lens. Ophthalmology, A Short Text Book.
Department of Ophthalmology and University Eye Hospital Ulm Germany. 165-197.
36
Universitas Sumatera Utara
13. American Academiy of Ophthalmology. Lens and Cataract in Basic and Clinical Science Course. Section 11. 2011-2012: 43-71.
14. Shah MA, Shah SM, Shah SB, Patel CG, Patel UA. Morfology of
Traumatic Cataract: does it play a role in final viual outcome?. BMJ Open.Jan I 2011;1(1):e000060.(Medline). (Full Text).
15. Schwab IR, et al. Anterior Segment Trauma. In : AAO Basic and clinical Science Course. Section 8. 1997:285-6.
16. Witherspoon CD, Kunh F, Morris R, et al. Anterior and Posterior
Segment Trauma. Master techniques in Ophthalmic Surgery. 1995;538-47.
17. Tabatabaei A, Kiarudi MY, Ghassemi F, Moghimi S, Mansouri M,
Mirshasi A, et al. Evaluation of Posterior Lens Capsule by 20-MHz Ultrasound Probe in Traumatic Cataract. Am J Ophthalmol. Jan 2012;153(1):51-4. (
Medline).
18. Kanski JJ, Bowling Brad, Cataract Traumatic in Clinical Ophthalmology, seventh edition ; A Systematic Approach, Elsevier Limited 2011;856.
19. Pavan Debora- Langston, Manual of ocular Diagnosis and Therapy,
sixth edition,Cataract Traumatic : 159-160.
20. Ezeddin, Harri Prawira. Katarak Traumatik. FK Unri. Pekanbaru. 2010.
21. Indiana University. Traumatic Cataract. [online database]: http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07.jpg.Diakses tanggal 21 september 2013
22. Edward SH Eye Institute. Digital Reference of Ophthalmology-
Traumatic Cataract. [online database]: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb.jpg. Diakses tanggal 2 oktober 2013.
23. Ilyas, Sidarta. 2007. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta ; Balai
Penerbit FKUI, hlm : 128-136.
24. WHO, Global Data on Visual Impairment in the year 2002. in http://goliath.ecnect.com/com2/gi01993532637/Global-data-on-visual-impairmen.html. accesed at 15 Desember 2013.
25. Timothy L.Jackson, Moorfields Manual of Ophthalmology, Chapter 6,
Cataract Surgery, 2008; 222-223.
Universitas Sumatera Utara
26. Ahmed N, azis T, Akram S. Visual Outcome After Primary IOL Implantation for traumatic Cataract, Pak J Ophthalmol 2011, Vol. 27 No.3.
27. Djelantik S, Andayani A, Raka IW, 2010. The Relation of Onset of
Trauma and Visual Acuity on Traumatic Patient in JOI Departement of Ophthalmology Faculty of Medicine Udayana University, Sanglah General Hospital Bali.
28. Xu YN, Huang YS, Xie LX, Pediatric Traumatic Cataract and Surgery Outcomes in Eastern China: a hospital-based study, Int J Ophthalmol 2013;6(2):160-164.
29. Witsaman RJ, Comstock RD, Smith GA. Pediatric Firework Related
Injuries in the United States: 1990-2003. Pediatrics 2006; 118(1):296-303
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS Nama : dr. Hera Kesumawati Siregar
Tempat/Tgl Lahir : Rantauprapat / 2 Nopember 1978
Suku/Bangsa : Mandailing / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jln Bengkalis No 22AL Komplek TNI AL Macan
Tutul Belawan
II. KELUARGA Ayah : Rahmatsyah Siregar
Ibu : Hj. Intan Munthe AMKeb
III. Pendidikan
SD Neg. 1104382, Tamat Tahun 1991
SMP Neg. Padang Matinggi Rantauprapat , Tamat Tahun 1994
SMU Neg. 2 Rantauprapat , Tamat Tahun 1997
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Tamat Tahun 2004
IV. RIWAYAT PEKERJAAN Dokter IGD RSUD Rantauprapat tahun 2005,2008-2009
Dokter PTT propinsi Jambi Kab. Tanjung Jabung Timur tahun 2006-2007
Dokter Puskesmas Janji tahun 2010
V. PERKUMPULAN PROFESI Anggota Muda Perdami Cabang Sumatera Utara
Anggota IDI Cabang Rantauprapat tahun 2008-2009
Anggota IDI Cabang Medan (sekarang)
Universitas Sumatera Utara
KARYA ILMIAH DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA Hera Kesumawati S, Vanda Virgayanti, Delfi. Scleral buckle, vitrectomy
with silicon oil injection plus cryotherapy in the management rhegmatogen
retinal detachment. At The National Congress and Annual Meeting of
PERDAMI 29-31 August, 2013. Palembang, Indonesia.
PARTISIPASI DALAM KEGITAN ILMIAH - Peserta in the Workshop “Impact of Glaucoma: Challenge That
Needs To Be Incorporated” At Sumatera Eye Center Convention
Hall, Medan on March 23-24, 2013.
- Peserta At Annual Scientific Meeting 12-14 April 2013 Trans Luxury
Hotel Bandung.
- Peserta Daily Practice In Practice In Pediatric Ophthalmology 25
Mei 2013. Medan, Indonesia.
- Peserta At The National Congress and Annual Meeting of
PERDAMI 29-31 August, 2013. Palembang, Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Top Related