HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGANTINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03MARGAGUNA JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh GelarSarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
RIZAL KHOERUL HAQ1111104000044
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
1436 H/2015 M
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizal Khoerul Haq
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 07 Oktober 1993
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Nagrak RT 04/06 No. 42 Kp. Cangkuang Kec.
Cangkuang Bandung Jawa Barat
Telepon/Handphone : 085720849797
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK Al-MUDIYAH (1999-2000)
2. SDN SETRAGALIH II (2000-2006)
3. SMPN I KATAPANG (2006-2009)
4. SMAN I KATAPANG (2009-2011)
Pengalaman Seminar, Pelatihan, Workshop dan Talk Show:
1. Pelatihan Pertolongan Pertama pada Mahasiswa “Tau Trik Pasti Bisa
Nolong..!!” Tahun 2011
2. Seminar Keperawatan “Nursing as Partner Society and Delivering Public
Health” Tahun 2011
vi
3. Seminar Nasional Keperawatan “Uji Kompetensi Perawat: Meningkatkan
Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global”
Tahun 2012
4. Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept,
Implementation, and Inovation for Better Quality of Nursing Service in
Indonesia” Tahun 2013
5. Workshop Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation, and
Inovation for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” Tahun 2013
6. Seminar Nasional “Kekerasan Seks pada Anak dan Remaja, Peran Perawat &
Keluarga” Tahun 2014
7. Talk Show “IMA Youth Forum: Part of Indonesia MDG Awards 2013” Tahun
2014
8. Pelatihan “SEFT Total Solution Training” Tahun 2014
9. Pelatihan “Basic Trauma Life Support dan Basic Cardiovascular Life
Support” Tahun 2015
10. Seminar Nasional keperawatan “ENTERPRE-NURSE: Konsep, Peluang dan
Kebijakan Praktik Mandiri Keperawatan untuk Mnghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015” Tahun 2015
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juni 2015
Rizal Khoerul Haq, NIM: 1111104000044
HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI PADALANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03MARGAGUNA JAKARTA SELATAN
(xxi + 81 Halaman + 9 Tabel + 2 Gambar + 6 Lampiran)
ABSTRAK
Lansia merupakan tahap akhir pertumbuhan manusia, saat seseorang memasuki tahaplansia maka mereka akan mengalami berbagai perubahan yang rentan menimbulkandepresi. Depresi pada lansia dapat menyebabkan keadaan tidak bermotivasi sosial,hilangnya perhatian pada keadaan sekitar serta bunuh diri, oleh karena itu dibutuhkankegiatan yang dapat dijadikan usaha preventif pencegahan depresi pada lansia. Salatberjamaah merupakan ibadah yang dalam pelaksanaannya melibatkan dimensispiritual, emosional, fisik dan interaksi yang dapat menumbuhkan kedekatan padaAllah Swt. maupun sesama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungansalat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian adalah penelitiankuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 30 responden lansia yangmemiliki kebiasaan rutin melaksanakan salat berjamaah di masjid. Pengumpulan datadilakukan dengan menggunakan kuesioner salat berjamaah dan kuesioner depresi.Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi spearman diperoleh r=-0,657 denganP-value 0,000 sehingga Ha diterima. Hasil penelitian secara umum menunjukan adahubungan kuat antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di PantiSosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan denganarah negatif (-).
.
Kata kunci : Shalat Berjamaah, Depresi, Lansia
Daftar Bacaan : 93 (1998-2015)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
THE STUDY PROGRAME OF NURSING SCIENCES
Undergraduated Thesis, June 2015
Rizal Khoerul Haq, NIM : 1111104000044
RELATIONS BETWEEN CONGREGATIONAL PRAYERS WITHDEPRESSION ON ELDERLY AT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA(PSTW) BUDI MULIA 03 MARGAGUNA SOUTH JAKARTA
(xxii + 81 Pages+ 9 Tables + 2 Figures + 6 Appendixes)
ABSTRACT
Elderly is the final stage of human growth, when a person enters elderly stage, theywill experiencing a variety of changes that cause depression. Depression in theelderly can lead to absence of social motivation, loss attention to the situation aroundand suicide, therefore it’s required activities that can used as effort of depressionpreventive in the elderly. Congregational prayers is a worship which in practiceinvolves a spiritual dimension, emotional, and physical interaction that able to makesomeone be closer to Allah Swt. as well as fellow. The purpose of this study was todetermine the relationship between the congregational prayers with depression rate inthe elderly at Panti SosIal Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna SouthJakarta. This type of research is quantitative with cross sectional study of 30 elderlywho have a habit perform congregational prayers in the mosque routinely. Datacollected by using congregational prayers questionnaire and depression questionnaire.Statistical test results obtained using Spearman correlation r = -0.657 with P-value0.000 so it means Ha accepted. Research results generally showed there is strongrelationship between prayer in congregation with depression rate in the elderly atPanti SosIal Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta withnegative direction (-).
Keywords : Congregational prayers, Depression, Elderly
Reference : 93 (1998-2015)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji adalah bagi Allah Swt., kita memuji, memohon pertolongan, dan
memohon ampunan kepada-Nya, serta kepada-Nya pula kita berlindung dari
keburukan diri dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi
hidayah oleh Allah Swt. maka tidak akan ada satupun makhluk yang mampu
menyesatkannya, dan barangsiapa yang dibiarkan sesat oleh Allah Swt. maka tidak
akan ada satupun makhluk yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah, Dialah Yang Maha Esa serta tidak ada sekutu bagi-Nya,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Atas berkat rahmat, ridha, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Magaguna Jakarta
Selatan”.
Penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama
proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Arif Sumantri S.KM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan.
x
2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,MSc, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan.
3. Ibu Eni Nur’aini Agustini S.Kp.,MSc, selaku dosen pembimbing akademik,
terimakasih untuk beliau yang telah memberikan bimbingan dan motivasi
selama 4 tahun masa akademik.
4. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed dan Ibu Puspita Palupi,
S.Kp.,M.Kep,,Ns.Sp.Kep.Mat, selaku dosen pembimbing, terimakasih
sebesar-besarnya kepada beliau yang telah meluangkan waktu dan ilmu dalam
membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini.
5. Uswatun Khasanah, MNS, Selaku penguji yang telah banyak memberikan
masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tak ternilai,
serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Univesitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala dan staf Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01
Cipayung, yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam melakukan
uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
8. Kepala dan staf Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03
Margaguna, yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam melakukan
penelitian.
9. Orang tuaku, Ibu Imas Masitoh dan Bapak Aep Saepudin yang telah menjadi
jalan dari segala kebaikan baik yang tampak maupun yang tidak tampak yang
xi
penulis rasakan, kepada keduanya semoga penulis dapat berbakti, serta kepada
Mamah eneng dan Aang yang telah memberikan kasih sayang dan tauladan
bagai orang tua.
10. Saudari perempuanku, Teh Risna dan Teh Ridha beserta keluarga yang selalu
mengingatkan untuk tidak menunda-nunda dalam mengerjakan skripsi.
11. Sahabat-sahabat PSIK 2011, Ilzam, Gilang, Ikbal yang telah berjuang bersama
dalam menyelesaikan perkuliahan, semoga kita menjadi perawat islam yang
profesional, serta Desti, Anjay, Runingga, Azmi, Nika dan Maul yang telah
memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
12. Teman-teman BEM PSIK periode 2011-2014 yang telah memberikan
pelajaran praktik berorganisasi.
Seraya berdoa kepada Allah Swt., penulis berharap semua kebaikan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. dan semua kesalahan
diampuni oleh Allah Swt. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Ciputat, Juni 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HAL
PERNYATAAN PERSETUJUAN.............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP...................................................................................................v
ABSTRAK...............................................................................................................vii
ABSTRACT...........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR..............................................................................................ix
DAFTAR ISI..........................................................................................................xiii
DAFTAR BAGAN................................................................................................xvii
DAFTAR TABEL................................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xix
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................xx
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian......................................................................................6
E. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................7
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia................................................................................................8
1. Definisi................................................................................................8
2. Perubahan pada Lansia.......................................................................8
3. Tugas Perkembangan Lansia.............................................................13
4. Permasalahan Bekaitan dengan Lansia.............................................13
5. Tipe Kepribadian Lansia...................................................................14
6. Perilaku Lansia..................................................................................15
B. Depresi....................................................................................................16
1. Definisi..............................................................................................16
2. Faktor Penyebab Depresi pada Lansia..............................................17
3. Gejala Depresi...................................................................................19
4. Depresi Berdasarkan Tingkatan Beratnya........................................20
5. Diagnosis depresi..............................................................................22
C. Salat Berjamaah......................................................................................23
1. Definisi.............................................................................................23
2. Hukum Salat Berjamaah..................................................................23
3. Anjuran dan Peringatan untuk Mengerjakan Salat Berjamaah........24
4. Syarat Wajib Salat Berjamaah.........................................................26
5. Sunat-sunat dalam Salat Berjamaah................................................26
6. Halangan yang Membolehkan Seseorang Meninggalkan Salat
Berjamaah........................................................................................27
xiv
7. Boleh Berpisah dari Imam Karena ‘Udzur......................................28
8. Tata Cara Salat Berjamaah..............................................................29
9. Khusyuk dalam Salat.......................................................................30
10. Tawakal dan Ketenangan dalam Salat.............................................32
11. Aspek Positif Salat Berjamaah........................................................32
D. Penelitian Tekait....................................................................................39
E. Kerangka Konsep..................................................................................40
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep..................................................................................41
B. Hipotesis...............................................................................................42
C. Definisi Operasional.............................................................................43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian..................................................................................44
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................44
C. Populasi dan Sampel Penelitian...........................................................45
D. Besar Sampel.......................................................................................46
E. Teknik Pengambilan Sampel...............................................................47
F. Pengumpulan Data..............................................................................47
G. Metode Pengumpulan Data.................................................................48
xv
H. Hasil Uji validitas dan Reliabilitas Instrumen..................................50
I. Tahapan Penelitian...........................................................................53
J. Pengolahan Data..............................................................................55
K. Analisis Data....................................................................................56
L. Etika dan Prinsip Penelitian.............................................................58
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian..............................................63
B. Karakteristik Responden.................................................................63
C. Analisis Univariat...........................................................................64
D. Analisis Bivariat.............................................................................65
BAB VI PEMBAHASAN
A. Gambaran Karakteristik Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan......................67
B. Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi
pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan....................................72
C. Keterbatasan Penelitian.................................................................78
xvi
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................79
B. Saran...........................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR BAGAN
1.1 Kerangka Teori................................................................................40
1.2 Kerangka Konsep.............................................................................41
xviii
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional....................................................................,,.43
4.1 Skor Skala Likert...........................................................................49
4.2 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah........................49
4.3 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah
Sebelum Dilakukan Validity Content oleh Ahli...........................51
4.4 Distribusi Pernyataan salat Berjamaah Sesudah
Dilakukan Validity Content oleh Ahli..........................................52
4.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan...................................58
5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Responden
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03
Margaguna Jakarta Selatan...........................................................64
5.2 Distribusi Nilai Salat Berjamaah Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.........64
5.3 Distribusi Tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 03 Jakarta Selatan............................65
5.4 Analisis Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi
pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia
03 Margaguna Jakarta Selatan.....................................................65
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Consent
Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi
Lampiran 3 kuesioner Salat Berjamaah
Lampiran 4 Kuesioner Depresi
Lampiran 5 lembar Surat Izin Penelitian
Lampiran 6 Lampiran Hasil SPSS
xx
DAFTAR SINGKATAN
Swt. : Subhanahu wa ta ‘ala
Saw. : Salallahu ‘alaihi wassalam
Lansia : Lanjut usia
PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha
Depkes : Departemen Kesehatan
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
WHO : World Health Organization
CAM : Complementary and Alternative Modalities
xxi
LEMBAR PERSEMBAHAN
"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Hari akhir, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan
tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk"
(QS. At Taubah: 18)
“Siapa saja yang salat lima waktu
dengan berjamaah, maka ia akan melewati
shirat secepat kilat. Ia bersama Sabiqun Awwalun
dan dihari kiamat ia akan datang dengan muka berseri seperti
bulan purnama.” (HR. Ath-Thabrani)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi lansia di Indonesia setelah tahun 2050 diprediksi meningkat
lebih tinggi daripada populasi lansia di wilayah Asia dan global. Indonesia
termasuk negara berstruktur tua, hal ini terlihat dari presentase lansia pada
tahun 2008, 2009, dan 2012 yang mencapai lebih dari 7%. Laporan PBB
memprediksi bahwa usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2045-2050
mencapai 77,6 tahun dengan presentase lansia mencapai 28,68% (Dewi, 2014).
Penduduk usia lanjut di Indonesia memiliki beberapa dimensi diantaranya
jumlah absolut yang besar, tingkat pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan
yang rendah, dan yang tak kalah pentingnya kemungkinan tingkat kesehatan
yang rendah pula (Tamher & Noorkasiani, 2011).
Ketika seseorang memasuki tahap lansia, maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Hal ini mengakibatkan perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan kepribadian (Sutarto & Ismulcokro, 2008).
Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa jumlah kejadian gangguan mental
emosional pada lansia lebih tinggi daripada kelompok umur lainnya (Depkes,
2013). Satu contoh masalah yang sangat lazim akibat depresi di kalangan lansia
adalah bunuh diri, terutama pada laki-laki kulit putih. Bunuh diri yang mereka
2
lakukan seringkali tampak sebagai akibat penilaian keadaan dan harapan
mereka yang dipikirkan dengan baik (Pickett & Hanlon, 2009).
Depresi pada lansia sering terjadi bersamaan dengan masalah gangguan
fisik menahun yang dialaminya (Santoso & Ismail, 2010). Mereka juga menjadi
depresif karena mengetahui bahwa sebagian besar dari proses kehidupan tidak
mereka lalui. Mereka seakan-akan merasa tertinggal dan tidak berdaya terhadap
keadaan sekelilingnya, dalam hal ini sering juga ditemukan hambatan baik
dalam bergerak, tindakan, maupun cara berpikir. Hal ini dapat mengarah pada
keadaan tidak bermotivasi total, dan hilangnya perhatian terhadap keadaan
sekelilingnya (Steven et al, 2012). Blazer (1986 dalam Carpenito, 2012)
mendeskripsikan teori penyebab depresi yang menekankan interaksi kompleks
antara beberapa faktor mencakup sumber ekonomi yang rendah, penurunan
dukungan sosial, serta penurunan fungsi kesehatan fisik. Faktor tadi memberi
pengaruh pada harga diri dan motivasi yang akan meningkatkan perasaan
bersalah dan kemarahan. Emosi negatif yang muncul akan menekan afek dan
meningkatkan perenungan. Hingga akhirnya akan menurunkan kontak sosial
atau menghindar.
Erikson (1963 dalam Stolte, 2007) menyatakan bahwa tugas
perkembangan lansia adalah integritas ego. Bagian dari tugas ini adalah
menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa
memperhatikan rasa sakit dan perjuangan yang terjadi sepanjang perjalanannya.
Sullivan dalam Videbeck (2013) menyatakan studi menunjukan bahwa
3
spiritualitas merupakan bantuan yang tulus bagi banyak individu dewasa yang
mengalami masalah kejiwaan, berperan sebagai media koping utama dan
merupakan sumber makna dan koherensi dalam hidup mereka, atau membantu
menyediakan jaringan sosial. Penelitian yang dilakukan Sternthal dan Williams
(2010) menyimpulkan bahwa beribadah secara personal, kepercayaan pada
akhirat, dan beraktifitas dalam kegiatan keagamaan menunjukan koping positif,
pemaknaan hidup dan pengampunan terhadap diri maupun sesama.
Ibadah atau doa sebagai Complementary and Alternative Modalities
(CAM) merupakan bentuk metode penyembuhan CAM yang paling sering
dipraktikan sebagai bentuk intervensi (Gill, 2011). Ibadah salat dalam agama
Islam merupakan kunci ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim (Kurniasih,
2008). Salat sebagai ibadah memberikan aspek psikologi transpersonal dan
transdental yaitu aspek rohaniyah yang akan memberikan dampak
menenangkan terhadap jiwa (Sholeh, 2010). Sangkan (2014) mengatakan
apabila orang beriman berdzikir pasti akan mendapatkan sambutan dari Allah
dan diantara tandanya adalah berupa ketenangan.
“Orang-orang yang beriman, hati mereka tenang dengan mengingat
Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi
tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Ibnul Qayyim (dalam Taufiq, 2009) mengatakan bahwa salat adalah cara
terbaik untuk menenangkan hati, menyinarkan wajah, menyenangkan jiwa,
4
menghilangkan kemalasan, mengaktifkan gerakan anggota tubuh, menambah
kekuatan, melapangkan dada, memberikan nutrisi bagi dada, memberikan
nutrisi bagi ruh dan menerangkan hati. Ayyub (2008) mengatakan orang yang
melakukan salat sendirian mendapat keutamaan, meskipun keutamaan yang
didapatkan oleh orang yang salat berjamaah lebih besar daripada keutamaan
yang diperolehnya, yaitu sebanyak 27 kali lipat. El-Ma’rufie (2009)
menyebutkan bahwa dalam salat berjamaah terdapat manfaat-manfaat
tambahan jika dibandingkan dengan salat sendirian yaitu pada aspek sosial
meliputi interaksi, demokrasi, dan kebersamaan.
Studi Pendahuluan yang telah peneliti lakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan mendapatkan data
dari total 208 orang lansia terdapat 60 orang lansia binaan mengalami psikotik
dan diantaranya ditempatkan di kamar khusus serta tidak dapat berpartisipasi
dalam kegiatan sebagaimana lansia yang lain, sedangkan hasil studi literatur
yang dilakukan peneliti menemukan bahwa Levin (2012) melakukan penelitian
pada lansia, ia menyimpulkan bahwa berpartisipasi dalam aktivitas di sinagog
berhubungan dengan tingkat depresi yang rendah, kualitas hidup yang lebih
baik, dan sikap optimis. Syukra (2012) meneliti hubungan religiusitas dengan
depresi pada lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Padang, penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara religiusitas dan
depresi pada lansia. Peneliti belum menemukan literatur yang meneliti
hubungan intervensi agama Islam khususnya salat berjamaah terhadap tingkat
5
depresi pada lansia, oleh karena itu peneliti merasa penelitian ini penting
dilakukan untuk memperkaya khazanah pengetahuan mengenai CAM terutama
bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengintegrasikan
pengetahuan keperawatan dan keislaman, maka berdasarkan uraian tersebut
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Salat
Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan latar belakang di atas
adalah “Adakah hubungan antara ibadah salat berjamaah dengan tingkat depresi
pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna
Jakarta Selatan?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan salat
berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya data demografi berupa usia, jenis kelamin dan pendidikan
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna
03 Jakarta Selatan.
6
b. Diketahuinya gambaran salat berjamaah pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan.
c. Diketahuinya gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan.
d. Diketahuinya hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada
lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03
Margaguna Jakarta Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapakan penelitian ini berkontribusi dalam memperluas
khazanah pengetahuan berkaitan dengan Complementary and Alternative
Modalities (CAM) dengan pendekatan spiritual pada lansia depresi.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan penelitian ini memberikan tambahanan informasi dan
referensi dalam peningkatan pengetahuan dan pedoman tindakan
keperawatan dalam mengatasi masalah depresi pada lansia.
3. Bagi Perawat
Diharapakan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam
mengembangkan perencanaan keperawatan terhadap lansia depresi.
7
E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui hubungan salat berjamaah dengan
tingkat depresi pada lansia pada bulan Mei-Juni tahun 2015. Subjek yang
diteliti adalah lansia yang berada di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta
Selatan dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain cross-sectional
serta pengumpulan data dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan kuesioner.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Definisi
Penuaan (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Santoso & Ismail, 2010). Lanjut usia adalah kelompok
penduduk berusia 60 tahun ke atas (Tamher & Noorkasiani, 2011). World
Health Oraganization (WHO) mengklasifikasikan lansia menjadi lansia
pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia
tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
(Nugroho, 2009).
2. Perubahan pada Lansia
Efendi & Makhfudli (2009) mengungkapkan bahwa perubahan pada
lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan mental dan perubahan sosial.
a. Perubahan fisik
1) Sel
Pada lansia jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya
akan lebih besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang,
9
proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut
berkurang. Jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel
terganggu, dan otak menjadi atrofi.
2) Sistem persarafan
Rata-rata berkurangnya saraf neokortikal sebesar 1 per detik
(Pakkenberg et al, 2003 dalam Ferry & Makhfudli, 2009).
Hubungan persarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik
dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stress,
mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap
sentuhan.
3) Sistem pendengaran
Gangguan pendengaran (presbikusis), membran timpani
menjadi atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen
karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia
yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.
4) Sistem penglihatan
Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respon
terhadap sinar, kornea lebih berbentuk bola, lensa lebih keruh
dapat menyebabkan katarak, meningkatnya ambang pengamatan
sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih lambat
dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya
10
untuk membedakan antara warna biru dan hijau pada skala
pemeriksaan.
5) Sistem kardiovaskular
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas
pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah
meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
6) Sistem pengaturan suhu tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis +/- 35o,
hal ini diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan
refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.
7) Sistem pernafasan
Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas
sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat,
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman
bernafas menurun. Ukuran alveoli melebar dari normal dan
11
jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg, dan penurunan kekuatan otot pernafasan.
8) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, penurunan indera pengecapan, esophagus
melebar, sensitivitas rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan
biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati semakin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta
berkurangnya suplai aliran darah.
9) Sistem gentourinaria
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang (berakibat
pada kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan urine, berat
jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1). Blood urea
nitrogent meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat. Otot kandung kemih melemah, kapasitasnya
menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air
kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga
meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas
sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga 75% dari
besar normalnya.
12
10) Sistem endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktifitas
tiroid, BMR, daya pertukaran gas, produksi aldosteron, sekresi
hormone kelamin seperti progesteron, estrogen, dan testosteron.
11) Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan
kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma,
mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut
menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga
menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi
keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti
tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku
menjadi pudar dan kurang bercahaya.
12) Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis,
persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan
mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang
menjadi lambat, otot-otot keram dan menjadi tremor.
b. Perubahan mental
Perubahan mental pada lansia disebabkan perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas),
lingkungan, tingkat kecerdasan, dan kenangan.
13
c. Perubahan psikososial
Perubahan psikososial pada lansia meliputi kehilangan sumber
finansial, kehilangan status jabatan, kehilangan teman atau relasi,
kehilangan pekerjaan atau kegiatan, dan merasakan atau kesadaran
akan kematian.
3. Tugas Perkembangan Lansia
Tamher & Noorkasiani (2011) menyebutkan tugas perkembangan
lansia terdiri dari:
a. Penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik
b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan kesehatan
c. Penyesuaian terhadap kematian pasangan atau orang terdekat
d. Membangun suatu perkumpulan dengan sekelompok usia
e. Mengambil prakarsa dan beradaptasi terhadap peran sosial dengan
cara yang fleksibel
f. Membuat pengaturan hidup atau kegiatan fisik yang menyenangkan.
4. Permasalahan Berkaitan dengan Lansia.
Tamher & Noorkasiani (2011) mengatakan proses menua dalam
perjalanan hidup manusia merupakan hal yang wajar bagi siapa saja yang
dikarunia umur panjang, proses menua tersebut membawa permasalahan
meliputi:
a. Masalah baik secara fisik, biologis, mental, maupun sosial ekonomis
akibat proses penuaan. Semakin lanjut usia seseorang, maka
kemampuan fisik semakin mundur, hingga dapat mengakibatkan
14
penurunan pada peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula
timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidup.
b. Berkurangnya kesibukan sosial, hal ini mengakibatkan berkurangnya
integrasi dengan lingkungan yang dapat mengakibatkan dampak pada
kebahagiaan seseorang.
c. Memfungsikan tenaga dan kemampuan yang dimiliki lansia dalam
situasi keterbatasan kesempatan kerja.
d. Masih ada lanjut usia berada dalam keadaan terlantar, selain tidak
memiiki bekal hidup dan penghasilan/pekerjaan, mereka juga tidak
memiliki keluarga/sebatangkara.
e. Kecenderungan tidak dihargainya lansia pada masyarakat industri
sehingga mereka terisolir dalam kehidupan bermasyarakat.
f. Kewajiban generasi tua menjadi pembina jati diri budaya dan ciri khas
Indonesia agar tetap terpelihara kelestariannya.
g. Lansia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas khusus.
5. Tipe Kepribadian Lansia
a. Tipe kepribadian konstruktif (construction personality), pada tipe ini
biasanya tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap.
b. Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada
masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi pada dirinya.
15
c. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini
biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan
keluarga selalu harmonis, kehidupan pada masa lansia tidak
bergejolak, namun jika pasangan hidup meninggal, pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi merana.
d. Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini
setelah memasuki masa tua lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya. Banyak keinginan yang kadang-kadang tidak
diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonomi menjadi morat-marit.
e. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri, sulit dibantu
orang lain atau cenderung membuat susah dirinya (Sutarto &
Ismulcokro, 2008).
6. Perilaku Lansia
Maryam, dkk (2008) mengklasifikasikan perilaku lansia menjadi dua
perilaku, yaitu:
a. Perilaku yang kurang baik
1) Kurang berserah diri
2) Pemarah, merasa tidak puas, murung dan putus asa
3) Sering menyendiri
4) Kurang melakukan aktifitas fisik/olahraga/kurang gerak
5) Makan tidak teratur dan kurang minum
16
6) Kebiasaan merokok dan minum minuman keras
7) Minum obat penenang dan obat penghilang sakit tanpa aturan
8) Melakukan kegiatan melebihi kemampuan
9) Menganggap kehidupan seks tidak diperlukan lagi
10) Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur.
b. Perilaku yang baik
1) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
2) Menerima keadaan, sabar dan optimis serta meningkatkan rasa
percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan
kemampuan
3) Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat
4) Melakukan olahraga ringan setiap hari
5) Makan dengan porsi sedikit tapi sering, memilih makanan yang
sesuai serta banyak minum
6) Berhenti merokok dan minuman keras
7) Minum obat sesuai anjuran.
B. Depresi
1. Definisi
Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya (Sadock,
2007). Gangguan depresif mayor biasanya mencakup mood sedih atau
kurangnya minat dalam aktifitas kehidupan selama dua minggu atau lebih
disertai minimal empat gejala lain depresi, seperti anhedonia dan
17
perubahan berat badan, tidur, energi, konsentrasi, pembuatan keputusan,
harga diri, dan tujuan (Videbeck, 2013).
2. Faktor Penyebab Depresi pada Lansia
Penyebab utama depresi belum diketahui namun ada beberapa faktor
yang diduga sebagai penyebab terjadinya depresi pada lansia.
a. Faktor biologis
Santoso & Ismail (2010) mengatakan bahwa adanya ketidak
seimbangan zat-zat kimia di otak menyebabkan sel-sel otak tidak
berfungsi dengan baik dan pada anggota keluarga ada yang lebih
rentan terhadap zat kimia ini sehingga menimbulkan depresi, oleh
karena itu kemungkinan faktor keturunan atau genetik dianggap
sebagai penyebabnya. Depresi pada lansia sering pula terjadi
bersamaan dengan masalah fisik menahun yang dialaminya, misalnya
diabetes, jantung, tekanan darah tinggi, penyakit hati kronis yang sulit
disembuhkan, asma, stroke, rematik, osteoporosis, kanker, dan lain-
lain. Gangguan penglihatan dan pendengaran yang umum terjadi pada
lansia dapat juga memperberat depresi. Pada sebagaian wanita
perubahan hormonal ketika menjelang menopause terjadi gangguan
psikologis berupa depresi ringan, mereka menjadi mudah tersinggung,
cepat marah, suasana hati gampang berubah, merasa tertekan, murung,
sedih, kecewa, merasa tidak berguna, mudah panik, mudah lupa,
konsentrasi buruk dan emosi tidak stabil. Sa’abah (2001) mengatakan
pada lansia laki-lakipun terjadi penurunan aktifitas gonad secara
18
berangsur-angsur yang menyebabkan penurunan penampilan kelaki-
lakian serta munculnya ciri-ciri kewanitaan seperti intonasi suara
menjadi lebih tinggi. Ketidaknyamanan fisik tersebut menyebabkan
banyaknya laki-laki usia madya mengeluh karena mengalami depresi.
b. Faktor psikososial
Kepribadian dasar seseorang sangat ditentukan pada masa kanak-
kanak. Salah satu yang mempengaruhinya adalah lingkungan sosial
hingga mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang ketika ia
dewasa. Kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap
berbagai perubahan atau kehilangan pada saat lanjut usia akan menjadi
pencetus depresi. Perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang
cepat berubah, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu, cucu,
dan juga teman-teman. Kurang berfungsinya sistem pendukung
keluarga dan lingkungan teman dapat mempermudah timbulnya
depresi (Santoso dan Ismail, 2009).
c. Faktor kognitif
Teori Beck (1976) dalam (Videbeck, 2013) penyebab depresi
berkaitan dengan pikiran negatif komprehensif individu yang depresi.
Mereka memandang diri sendiri, dunia, dan masa depan dalam bentuk
kegagalan yang menyimpang, dengan secara berulang
menginterpretasikan pengalaman sebagai hal yang sulit dan
membebani serta menginterpretasikan diri mereka sendiri sebagai
orang yang tidak konsekuen dan tidak kompeten.
19
d. Faktor ekonomi
Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisik semakin
mundur, hingga dapat mengakibatkan penurunan pada peran sosialnya.
Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan didalam mencukupi
kebutuhan hidup (Tamher & Noorkasiani, 2011). Perubahan status
ekonomi ini dapat menjadi pencetus depresi apabila lansia gagal untuk
menyesuaikan diri (Santoso dan Ismail, 2009).
3. Gejala Depresi
Maryam, dkk (2008) mengatakan diantara gejala depresi adalah:
a. Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun saat pagi yang
bukan merupakan kebiasaan sehari-harinya
b. Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan
sehari-hari
c. Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan
d. Cepat marah dan tersinggung
e. Daya konsentrasi kurang
f. Pembicaraan sering disertai topik yang berhubungan dengan rasa
pesimis atau perasaan putus asa
g. Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun
dengan cepat
h. Kadangkala dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh
diri.
20
4. Depresi Berdasarkan Tingkatan beratnya
a. Depresi ringan
Depresi ringan ditandai dengan terpenuhinya gejala minimal
untuk menegakan diagnosis depresi disertai adanya sedikit gangguan
fungsional (APA, 2006). Ciri depresi ringan adalah perasaan murung
dan putus asa, tidak bisa berkonsentrasi, patah semangat, pesimistik
terhadap masa depan, lelah dan lesu, individu merasa tidak mampu
melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, tidak dapat tidur nyenyak,
selera makan tidak ada, orientasi dan ingatan belum banyak terganggu.
Orang yang mengalami depresi ringan biasanya mengalami masa yang
sulit jika tidak dirawat di rumah sakit. Tingkah laku mereka mungkin
salah dipahami oleh anggota keluarga dan kawan-kawan mereka,
mereka dituduh malas dan mendorong supaya keluar dari situasi itu,
jika perasan putus asa begitu hebat maka bisa jadi ia akan berusaha
bunuh diri (Semiun, 2006).
b. Depresi sedang
Depresi sedang ditandai dengan hadirnya gejala depresi lebih
daripada jumlah minimal untuk menegakan diagnosa depresi disertai
dengan gangguan fungsional yang lebih banyak (APA, 2006). Ciri
depresi akut pasien mengasingkan diri secara total, dan aktivitasnya
hilang. Ia sulit sekali berbicara, dan baru menjawab pertanyaan setelah
menunda dalam jangka waktu lama atau sama sekali tidak menjawab.
Selera makannya begitu berkurang sehingga kadang-kadang ia harus
21
disuapi. Individu seringkali khawatir dengan fungsi-fungsi tubuhnya
(hipokondria), kontaknya dengan kenyataan menjadi sangat lemah.
Delusi dan halusinasi berhubungan dengan perasaan bersalah.
Keinginan mati begitu kuat sehingga jika ada kesempatan ia mungkin
akan bunuh diri (Semiun, 2006).
c. Depresi berat
Depresi berat ditandai dengan terpenuhinya gejala untuk
menegakan diagnosa depresi dimana gejala tersebut mempengaruhi
fungsi sosial dan kegiatan sehari-hari. Pada tingkat ekstrim ini
individu dapat mengalami gangguan fungsi total sosial dan sehari-hari
bahkan hanya untuk sekedar makan, mengenakan pakaian, atau
menjaga kebersihan diri serta munculnya ide dan tanda bunuh diri
(APA, 2006). Ciri depresi berat individu mengasingkan diri secara
total dari lingkungan, ia benar-benar membeku, diam seperti patung,
menolak untuk berbicara atau bergerak. Ia tidak mau makan bahkan
menolak sama sekali memenuhi kebutuhan fisiologisnya. Kesadaran
kabur karena banyak dihinggapi oleh delusi-delusi yang tidak keruan.
Ia tidak mempan terhadap bujukan atau ancaman. Kegiatan jantung
dan peredaran darah berkurang sehingga bisa membahayakan
kehidupannya (Semiun, 2006).
22
5. Diagnosis depresi
a. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR)
DSM-IV-TR dalam edisi keempatnya merupakan taksonomi
yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) yang
menjelaskan gangguan jiwa dengan kriteria diagnosa spesifik
(Videbeck, 2013). DSM-IV-TR menunjukan bahwa diagnosis dari
depresi memerlukan kehadiran mood atau minat yang menurun di
semua atau hampir semua aktifitas, psikomotor yang tampak
melambat, perubahan selera makan atau berat badan yang signifikan,
perubahan waktu tidur, kelelahan atau hilangnya energi, kesulitan
dalam berpikir atau berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, perasaan
bersalah yang berlebihan, atau berpikir untuk bunuh diri. Tanda-tanda
ini harus berlangsung terus menerus selama dua minggu (Ivancevich et
al, 2005).
b. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III (PPDGJ III)
Klasifikasi PPDGJ III terbitan Departemen Kesehatan
menggunakan WHO ICD-X dengan menerapkan pendekatan
gangguan jiwa merupakan pendekatan sindrom atau kumpulan gejala
yang secara klinik cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan atau hendaya di dalam satu atau lebih fungsi
penting manusia (Direktorat Bina Farmasi, 2007).
23
c. Geriatric Depresion Scale (GDS)
GDS merupakan kuesioner yang dikembangkan secara khusus
untuk mengkaji tingkat gejala depresif pada lanjut usia. Instrumen
pengukuran ini berhasil membedakan antar depresi sedang dan depresi
berat. GDS berisi 30 pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”. 10
pertanyaan memiliki kunci jawaban negatif sedangkan 20 pertanyaan
memiliki kunci jawaban positif. Instrumen ini memiliki internal
consistency sebesar 0,94 dan split-half reliability sebesar 0,94 (Ebert
& Robert, 2011).
C. Salat Berjamaah
1. Definisi
Salat berjamaah adalah salat yang dilakukan secara bersama-sama
dan sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang yakni imam dan makmum.
Cara mengerjakannya, imam berdiri di depan dan makmum di
belakangnya. Makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh
mendahului (Al Mahfani, 2008). Semakin banyak jumlah orang yang
berjamaah maka Allah semakin cinta terhadap hal tersebut, karena itulah
masjid menjadi tempat yang paling dicintai Allah Swt. karena di masjid
bisa berkumpul orang yang salat berjamaah dalam jumlah yang besar
(Tharsyah, 2008).
2. Hukum Salat Berjamaah
Fitra (2013) menerangkan bahwa terdapat beberapa pendapat
mengenai hukum salat berjamaah, yaitu:
24
a. Fardlu ‘ain. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain Imam
Syafi’I, al-Hasan al-Basry, dan al-Auza’i.
b. Fardlu ‘ain dan syarat sahnya salat. Ulama yang berpendapat seperti
ini antara lain Imam Dawud bin Ali.
c. Fardlu kifayah. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain
Hanafiyah (pengikut Imam Hanafi), Malik, dan pengikut Imam
Syafi’i.
d. Sunah. Ulama yang berpendapat sepoerti ini antara lain Imam Hanafi,
Imam Malik dan lain-lain.
3. Anjuran dan Peringatan untuk Mengerjakan Salat Berjamaah
a. Anjuran
Al-Bugha (2007) mengatakan bahwa jika seorang muslim
senantiasa salat berjamaah, ia akan mendapatkan cahaya diatas cahaya.
Jika ia melakukannya di masjid maka cahaya tersebut akan semakin
sempurna. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.
“Siapa saja yang salat lima waktu dengan berjamaah, maka ia
akan melewati shirat secepat kilat. Ia bersama Sabiqun
Awwalun dan dihari kiamat ia akan datang dengan muka berseri
seperti bulan purnama.” (HR. Ath-Thabrani).
Ayyub (2007) mengatakan orang yang salat sendirian mendapat
keutamaan, meskipun keutamaan yang didapatkan oleh orang yang
salat berjamaah lebih besar daripada keutamaan yang diperolehnya,
yaitu 27 kali lipat.
25
Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Salat berjamaah itu lebih utama dari salat sendirian sebanyak
duapuluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
b. Peringatan
Tebba (2008) mengatakan Muadz bin Anas meriwayatkan bahwa
Rasulullah Saw. bersabda:
“Kebatilan, kekufuran, dan kemunafikan terbesar adalah orang
yang mendengar sura muadzin untuk salat, tetapi dia tidak
memenuhinya.” (HR. Ahmad dan Thabrani).
Sungguh keras ancaman dan celaan dalam hadis ini sehingga
perbuatan ini digolongkan sebagai perbuatan kufur dan munafik,
seolah-olah hal itu tidak mungkin terjadi pada seorang muslim. Sabiq
(2006) dalam fiqih sunahnya mencantumkan beberapa hadis sebagai
peringatan salat berjamaah diantaranya:
Dari sahabat Nabi Ibnu Mas’ud Ra. katanya:
“Barangsiapa ingin bertemu dengan Allah nanti pada hari
kiamat sebagai seorang muslim, hendaklah ia menjaga salat dan
mengerjakannya waktu mendengar suara adzan. Sesungguhnya
Allah telah mensyari’atkan kepada Nabimu ketentuan-ketentuan
mengenai petunjuk, sedangkan salat jamaah itupun termasuk
ketentuan-ketentuan tersebut, seandainya kamu bersembahyang
di rumah sebagaimana halnya orang-orang yang meninggalkan
salat jamaah dan hanya bersembahyang di rumah saja, maka
26
berartilah kamu telah meninggalkan sunah Nabimu. Dan
apabila kamu telah meninggalkan sunah Nabimu, maka sesatlah
kamu semua! Saya tahu bahwa yang suka meninggalkan salat
jamaah itu tidak lain melainkan orang munafik yang telah nyata
kemunafikannya. Dahulu pernah terjadi seseorang dipapah oleh
dua orang yang memasukannya dalam barisan salat.” (HR.
Muslim).
4. Syarat Wajib Salat Berjamaah
a. Bermaksud atau berniat mengikuti imam
b. Mengetahui apa yang sedang dikerjakan imam
c. Makmum berada di belakang imam
d. Salatnya makmum harus sama dengan salat imam
e. Tidak boleh mendahului atau melambatkan imam dalam takbir atau
dalam dua gerakan rukun
f. Tidak ada dinding penghalang antara imam dan makmum, kecuali
bagi wanita
g. Jarak antara makmum dan imam dibaris akhir tidak lebih dari 300
hasta (Ihsan, 2009).
5. Sunat-sunat dalam Salat Berjamaah
a. Berjamaah di masjid yang terjauh letaknya dan terbanyak anggota
jemaahnya
b. Berjalan ke masjid dengan tenang
c. Meringankan salat
27
d. Melambatkan rakaat pertama
e. Wanita menjadi imam bagi sesama wanita
f. Imam beralih haluan ke kanan atau kiri setelah salam lalu pindah dari
tempatnya (Sabiq, 2006).
6. Halangan yang Membolehkan Seseorang Meninggalkan Salat
Berjamaah
a. Dingin dan hujan, berdasarkan hadis dari Jabir Ra., katanya:
“Kami keluar bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan,
kemudian kehujanan, maka beliaupun bersabda: “Siapa yang
suka di antaramu, boleh salat dalam kemahnya sendiri-sendiri.”
(HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Turmudzi).
Sebab-sebab yang dianggap sama dengan dingin dan hujan ialah
panas yang sangat, gelap gulita atau takut dari seorang yang aniaya.
b. Telah tersedia hidangan, berdasarkan hadis Ibnu Umar Ra.:
“Apabila seseorang diantaramu sedang makan, janganlah
tergesa-gesa hingga selesai melakukannya sekalipun salat telah
dibacakan qomatnya!.” (HR. Bukhari).
c. Desakan dua macam buang air. Dari ‘aisyah Ra., bahwa ia mendengar
Nabi Saw. bersabda:
“Tidak sempurna salat seseorang yang dimukanya telah tersedia
makanan, demikian pula di waktu ia sedang menahan dua macam
buang air.” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud).
28
d. Adanya kegalauan hati dan pikiran yang menghalangi kekhusyukan
salat. Dari Abu Darda’ Ra., katanya:
“Suatu tanda pengertian seseorang dalam agama, ialah bila ia
menyelesaikan keperluannya hingga dapat menghadapkan
pikiran kepada Allah dalam salatnya sedang hatinya kosong.”
(HR. Bukhari).
e. Sakit yang memberatkan penderitanya menghadiri salat berjamaah.
Tidak termasuk didalamnya sakit ringan, seperti pusing kepala, flu
ringan dan sejenisnya. Firman Allah Swt.:
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan.” (QS. Al-Hajj:78).
f. Baru selesai makan yang menimbulkan bau tidak sedap seperti
bawang merah atau putih.
g. Telanjang tidak berbaju.
h. Hendak safar dan khawatir ditinggal rombongan.
i. Sibuk mengurus jenazah (As-Sadlan, 2006).
7. Boleh Berpisah dari Imam Karena ‘Udzur
Seorang yang semula bermakmum kepada seorang imam, boleh
keluar dari imam itu dengan niat berpisah, lalu menyempurnakan sendiri
apa-apa yang ketinggalan. Misalnya jika imam terlampau panjang bacaan
salatnya, termasuk pula seseorang yang di waktu sedang salat tiba-tiba
merasa sakit, takut hilang atau rusaknya sesuatu yang dimiliki, terlambat
29
dari rombongan, terasa mengantuk atau sebab-sebab lain yang memaksa
(Sabiq, 2006).
8. Tata Cara Salat Berjamaah
Nuhuyanan, dkk (2008) menjelaskan tatacara salat berjamaah yaitu:
a. Salah seorang berdiri di depan menjadi imam dan lainnya menjadi
makmum berdiri di belakang imam setelah adzan dan iqamat.
b. Imam memberi komando agar jamaah meluruskan dan merapatkan
barisan sebelum memulai memimpin salat, dengan mengucapkan,
“Luruskan dan rapatkan barisan kalian karena yang demikian
merupakan kesempurnaan salat.”.
c. Imam memimpin salat dengan mengeraskan suara ketika
mengucapkan takbir pembukaan salat dan takbir setiap perpindahan
rukun sedangkan makmum mengikuti semua gerakan imam dengan
tidak mendahului imam atau tertinggal oleh imam.
d. Imam mengeraskan bacaan surah al-Faatihah dan ayat atau surat
lainnya sesudah bacaan al-Faatihah, pada rakaat pertama dan kedua
dalam shalat magrib, isya, dan subuh, sedangkan makmum cukup
mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa ikut membacanya.
e. Pada akhir bacaan surat al-Faatihah, makmum mengucapkan “aamiin”
secara serentak bersama imam dengan suara yang baik dan tertib.
f. Saat salat zhuhur dan ashar, imam tidak mengeraskan suara bacaan
kecuali bacaan takbir, dan masing-masing imam maupun makmum
30
membaca dengan suara sir (diketahui sendiri dalam hati). Begitu pula
dalam rakaat ketiga salat maghrib dan rakaat keempat dalam salat isya.
g. Imam yang keliru atau lupa dalam bacaan dapat dibetulkan oleh salah
seorang makmum di belakang yang mengetahui.
h. Imam yang keliru dalam gerakan dapat diingatkan oleh makmum pria
dengan cara membaca, “Subhanallah”, sedangkan makmum wanita
dengan sekali tepukan tangan.
i. Imam yang batal dalam salatnya, ia wajib mengundurkan diri dan
digantikan oleh salah seorang makmum yang berada di belakang imam
dengan cara maju selangkah ke depan menggantikan posisi imam.
j. Setelah selesai salat berjamaah, imam maupun makmum masing-
masing membaca wirid (zikir) dan doa serta tidak mengeraskan suara.
9. Khusyuk dalam Salat
Thalib (1998) dalam Shaleh (2010) mengatakan khusyuk dalam salat
berarti jiwa raga tunduk dan penuh taat dalam mengerjakan salat
dihadapan Allah Swt. raga tenang dan merunduk karena merasa rendah
dihadapan Allah Swt. hal ini bisa dilakukan jika yang bersangkutan
merasa berada di bawah pengawasanNya. Bagir (2008) mengatakan
khusyuk dalam salat menghasilkan kondisi “flow” dalam diri pelakunya,
yang merupakan sumber kebahagiaan sekaligus sumber kreatifitas.
Syahmuharnis & Sidharta (2006) Salat yang dilakukan secara ikhlas dan
khusyuk dapat membuat sesorang melakukan penjelajahan ke wilayah
otak bawah sadar secara efektif sehingga menyebabkan manusia dapat
31
memanfaatkan potensi alam pikir bawah sadar (subconcious mind), yang
merupakan sekitar 90% dari potensi otak manusia dan selama ini belum
termanfaatkan. Pemanfaatan alam pikir bawah sadar akan membuat
manusia mendayagunakan potensi otak intuitif, kreatif, dan inovatif selain
menumbuh-kembangkan spiritualismenya. Salat yang dilaksanakan secara
ikhlas dan khusyu dapat juga menyebabkan lahirnya kesatuan antara Akal-
Budi. Teba (2008) mengatakan bahwa Alquran dan hadis membawa
keterangan yang dapat dianggap sebagai cara untuk meraih salat khusyuk,
yaitu:
a. Salat karena ingat Allah Swt., artinya niat salat bukan karena dorongan
selain Allah Swt., Allah Swt. berfirman:
“Sungguh, Akulah Allah tiada Tuhan selain Aku. Maka
sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.” (QS.
Thaha:14).
b. Zakat, salat tidak berdiri sendiri ia merupakan satu kesatuan dengan
ibadah yang lain, sehingga salat yang khusyuk harus dibarengi dengan
ibadah dan amal shaleh, kalaupun orang yang mengerjakan salat tetapi
tidak mengeluarkan zakat merasa bahwa salatnya khusyuk, itu hanya
perasaan subjektif yang menyesatkan. Allah Swt. berfirman:
”Maka celakalah orang yang salat, yang melalaikan salatnya
mereka yang dilihat orang, tapi enggan memberikan sedekah
(berupa keperluan yang berguna).” (QS. Al-Maun:4-7).
32
c. Mengerjakan salat dengan sabar, sabar berarti menahan, maksudnya
adalah menahan diri dari keluh kesah ketika menjalankan ajaran
Tuhan. Allah Swt. berfirman:
“Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat
beribadah, orang yang memberi nafkah, dan orang yang berdoa
memohon ampun sebelum fajar menyingsing.” (QS. Ali ‘Imran
[3]:17).
10. Tawakal dan Ketenangan dalam Salat
Sholeh (2010) mengatakan tawakal berperan dalam ketenangan salat
seorang hamba yang khusyu, ia kemudian mengutip perkataan Al-Ghazali
yang membagi tawakal menjadi tiga tingkat yaitu:
a. Tawakal itu sendiri, yakni hati senantiasa merasa tenang dan tenteram
terhadap apa yang dijanjikan Allah Swt.
b. Taslim, yakni menyerahkan urusan hamba kepada Allah Swt. karena Ia
mengetahui segala sesuatu mengenai diri dan keadaannya, dan
c. Taswid, yaitu rela menerima segala ketentuan Allah Swt.
bagaimanapun bentuk dan keadaannya.
11. Aspek Positif Salat Berjamaah
Salat memiliki efek positif bagi pelakunya meliputi manfaat pada
berbagai aspek yaitu aspek fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual (El-
Ma’rufie, 2009).
33
a. Fisiologis
Aspek fisik salat, salat memiliki delapan posisi, meliputi berdiri
tegak, tangan sedekap, ruku’, i’tidal bangkit dari ruku’, sujud, duduk
diantara dua sujud, sujud lagi dan tasyahud (El-Ma’rufie, 2009). Najib
(1990) dalam Sholeh (2008) mengatakan bahwa gerakan-gerakan salat
yang dilakukan secara teratur dan terus menerus, akan membuat
persendian lentur, tidak kaku, tulang menjadi kokoh, tulang punggung
tidak bengkok, juga dapat melancarakan peredaran darah yang dapat
mencegah kekakuan dan penyumbatan pembuluh darah. Hal ini akan
menghindarkan gangguan peredaran darah ke jantung yang sering
mengakibatkan kematian. Hasan (2008) mengatakan pembacaan
Alquran dalam salat memberi pengaruh fisiologis pada pendengarnya,
transmisi suara penting untuk kesehatan yang dapat mempengaruhi
jantung dan kelenjar tubuh. Misalnya, resonansi panjang huruf alif
diketahui memberi vibrasi yang mempengaruhi jantung dan
menstimulasi perasaan akan kekuatan, konsentrasi, keagungan, dan
lain-lain. resonansi huruf ya atau sin panjang yang masuk kedalam
saluran hidung akan menstimulasi proses pembentukan kelenjar pineal
tubuh dan mempengaruhi organ sensitif cahaya. Salat juga dapat
memusatkan pikiran, saat berdiri untuk shalat, tubuh terasa ringan
karena berat tubuh bertumpu pada kedua kaki. Otot punggung sebelah
atas dan bawah dalam keadaan kendur. Punggung dalam keadaan
lurus, dengan pandangan terpusat pada tempat sujud. Pikiran dalam
34
keadaan terkendali. Pusat otak, atas dan bawah, menyatu membentuk
kesatuan tujuan. Praktik sujud dapat membawa kedamaian,
keselarasan, kesesuaian, ketenangan dan kebahagiaan pada masyarakat
yang mengalami frustasi dan banyak terpapar dengan gelombang
elektrostatik dalam atmosfir hingga memicu sistem syaraf pusat
bermuatan terlalu penuh. Sujud dapat membuang kelebihan ini
sebagaimana halnya peralatan listrik dinetralkan ke tanah sehingga
penggunaan obat antidepresi, penenang, dan obat yang mempengaruhi
mood lainnya dapat dikurangi.
b. Psikologis
1) Aspek relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada
bagian tubuh tertentu sehingga menjadi tenang (El-Ma’rufie,
2009). Tertekannya otot-otot disebut juga “Relaxation training”
merupakan tekhnik yang banyak dipakai untuk menyembuhkan
gangguan jiwa (Kanfer dan Goldstein, 1982 dalam Sholeh, 2008).
Adi (1985) dalam Sholeh (2008) mengutip pendapat Leker dan
Nizami, bahwa gerakan-gerakan otot pada relaksasi dapat
mengurangi kecemasan, begitu juga dengan salat yang penuh
dengan gerakan fisik dapat menghasilkan bio-energi, yang dapat
membawa subyek dalam situasi equilibrium antara jiwa dan badan.
2) Aspek relaksasi kesadaran indra, yaitu saat salat seolah-olah
seseorang terbang menghadap Allah Swt. secara langsung tanpa
perantara. Setiap bacaan dan gerakan dihayati untuk menyadarkan
35
diri (El-Ma’rufie, 2009). Madjid (2007) mengatakan salat yang
khusyuk adalah salat yang mampu menghadirkan kesadaran
adanya komunikasi yang sungguh-sungguh antara hamba dan
Allah Swt. di sini ditemukan hakikat salat sebagai medium atau
sarana untuk selalu ingat kepada Allah Swt. dan inilah yang
dimaksudkan dengan dimensi fungsional salat. Itulah sebabnya
salat juga mampu menjadi momen yang efektif untuk mendapatkan
jalan keluar, alternatif dari kebuntuan permasalahan sehari-hari. Ini
dikarenakan salat yang khusyuk selalu diiringi dan diliputi oleh
kesadaran akan kehadiran Allah Swt. sebagai tempat bergantung
dan kembali.
3) Aspek meditasi, yakni ketika salat dijalankan dengan benar dan
khusyuk sehingga menjadikan fokus dan mampu berkonsentrasi
(El-Ma’rufie, 2009). Aspek meditasi jelas sekali terkandung dalam
thuma’ninah, saat berdiri kita benar-benar berdiri, berdiri dengan
tenang dan kendur. Hal itu membuat seluruh organ tubuh berada
pada posisinya secara alami (Safrodin, 2014). Salat di dalamnya
terkandung upaya mengheningkan, menenangkan, dan
menetramkan diri atau jiwa, namun salat sebagai ajaran dari Tuhan
memiliki beberapa sifat yang tidak ada dalam meditasi. Pertama
salat merupakan meditasi yang melibatkan gerakan yang teratur.
Kedua adanya bacaan-bacaan atau doa yang harus dilakukan oleh
orang yang salat. Ketiga adanya persiapan sebelum melakukan
36
salat, seperti wudhu yang merupakan sarana untuk membersihkan
tubuh dan simbol bagi pembersihan hati. Kebersihan tempat dan
pakaian, sekaligus keharusan berpakaian menutup aurat dan
berpakaian yang terbaik serta anjuran untuk memakai wewangian,
dan juga salat sunah sebelum dan sesudah salat wajib. Selain itu,
adanya pengaturan waktu salat dilakukan secara kurang lebih sama
merata dan dikaitkan dengan tonggak-tonggak perubahan waktu
dan pergantian suasana, yang ditandai dengan momentum
pergantian gejala alam sehari-hari (Bagir, 2008).
4) Aspek autosugesti, yaitu salat dapat membimbing melalui
pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri
sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan (El-
Ma’rufie, 2009). Ucapan didalam salat yang meliputi puji-pujian
atas kebesaran Allah Swt. dan memohon ampunan kepada-Nya,
dan meminta keselamatan dengan segala kebaikan kepada-Nya
merupakan “Auto sugesti”, yang dapat mendorong kepada orang
yang mengucapkannya untuk berbuat sebagaimana yang dikatakan.
Bila doa itu diucapkan dan dipanjatkan dengan sungguh-sungguh,
maka pengaruhnya sangat jelas bagi perubahan jiwa dan badan
(Aulia, 1970 dalam Sholeh, 2008).
5) Aspek katarsis, yakni dalam salat ada pengaduan dan penyaluran
emosi karena merupakan sarana hubungan manusia dengan Tuhan
(El-Ma’rufie, 2009). Salat mampu mengendalikan pelakunya dari
37
emosi-emosi liar, berbagai macam perbuatan tercela dan tindakan-
tindakan yang merusak, disamping itu, salat juga bertungsi
membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk dan rona dosa yang
sering kali menghiasi hati (Zahwa, 2011). Doa yang terdapat
dalam salat merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan
yang berkecamuk di dalam dada (Hasan, 2008).
c. Sosial
1. Aspek demokratis, seseorang bebas memukul beduk,
mengumandangkan adzan, melantunkan iqamat, pengisian barisan,
dan pemilihan imam serta rasa diperhatikan dalam memilih dan
menempati shaf.
2. Aspek kebersamaan, salat dapat menghindarkan dari perasaaan
rendah diri, sebab tidak adanya jarak dikarenakan setiap jamaah
harus rapat dan meluruskan barisan. Salat berjamaah di masjid
diharapkan akan mengalihkan perhatian seseorang dari kesibukan
yang menyita energi. Salat berjamaah akan memunculkan rasa
saling membutuhkan di antara pelakunya (El-Ma’rufie, 2009).
3. Aspek interaksi dan pendidikan keteraturan
As-Sadlan (2006) mengatakan salat berjamaah merupakan salah
satu diantara ketinggian syariat islam bahwasannya ia mewajibkan
dalam banyak ibadah terjadinya perkumpulan yang sama halnya
dengan mu’tamar islami; berkumpul didalamnya kaum muslimin
untuk berinteraksi, berkenalan dan berembuk antar sesama dalam
38
perkara mereka hingga terwujud tolong menolong dalam
menyelesaikan masalah mereka dan bertukar pendapat yang
didalamnya mengandung manfaat yang besar, faidah yang banyak
hingga tak terhitung berupa pengajaran mereka yang bodoh,
membantu yang lemah, melunakan hati dan menampakan
kemulian islam, juga merupakan sarana yang ampuh untuk
melebur perbedaan status sosial, rasisme, kebangsaan dan
nasionalisme. Abiraja (2008) mengatakan bahwa dalam salat
berjamaah tertanam pendidikan keteraturan dalam mengikuti
aturan-aturan yang ditetapkan bagi para makmum, kedisiplinan
waktu dan frekuensi salat serta ketaatan pada imam sebagai pucuk
pimpinan.
d. Spiritual
Salat memberikan energi spiritual sehingga merasakan kesucian
ruhani, ketentraman hati, dan kedamaian jiwa. Efeknya salat dapat
membebaskan energi manusia dari belenggu kegelisahan. Kontak
ruhani antara manusia dan Tuhan selama salat memberikan kekuatan
spiritual yang memperbaharui harapan, memperkuat tekad, dan
memberi kekuatan luar biasa yang memungkinkannya menanggung
segala kesulitan (El-Ma’rufie, 2009).
39
D. Penelitian terkait
a. Levin (2012). Religion and Mental Health among Israeli Jews: Finding
from the Share-Israel Study Religion and Mental Health.
Kesimpulan penelitian ini adalah berpartisipasi dalam ibadah di
sinagog berhubungan dengan depresi yang lebih rendah berdasarkan pada
nilai CES-D (β = -.09, p < .01) dan kehidupan yang lebih baik (β = ,08,
p< ,05) dan sikap optimis (β = ,10, p< ,01). Kelompok yang tidak
beribadah di sinagog berhubungan dengan kejadian depresi yang lebih
banyak (β = ,12, p< ,05), dan rendahnya kualitas hidup (β = -,10, p <0,1)
serta sikap optimis yang rendah (β = -,08, p< ,05).
b. Syukra (2012). Hubungan antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi
pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang
Pariaman Tahun 2012.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang
bermakna antara religiusitas dengan kejadiaan depresi pada lansia di
PSTW Sabai Nan Aluih, semakin tinggi religiusitas seseorang maka akan
semakin rendah depresi, sebaliknya semakin rendah religiusitas
seseorang maka depresi yang dialaminya akan semakin meningkat.
40
E. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi teori
dan faktor resiko depresi; perilaku lansia; serta salat berjamaah.
Dimodifikasi dari: Santoso & Ismail (2009); Videback (2013); Maryam et al
(2008); Tamher & Noorkasiani (2009); Abiraja (2008).
Lansia
Faktor resiko depresi pada lansia:- Biologi: ketidakseimbangan zat kimia otak, kesehatan fisik, gangguan
hormonal, dan pemakain obat yang dapat mencetusan depresi.- Kognitif: pikiran negatif.- Psikososial: lingkungan sosial pembentuk kepribadian, aktifitas, dukungan
sosial dan kehilangan pada masa tua.- Ekonomi: perubahan status ekonomi.
Perilaku lansia
Kurang BaikBaik
- Menjalin hubungan sosial yang baik- Menerima keadaan, sabar, optimis dan
percaya diri- Olahraga teratur- Makan sedikit tapi sering, memilih makanan
yang sesuai dan banyak minum- Berhenti merokok dan minum minuman keras- Minum obat sesuai anjuran- Mendekatkan diri pada Tuhan YME
- Kurang berserah diri- Pemarah, tidak puas, murung dan putus asa- Sering menyendiri- Kurang aktifitas fisik/olah raga/kurang gerak- Makan tidak teratur dan kurang minum- Merokok dan minum minuman keras, minum
obat tenang dan penghilang sakit tanpa aturan- Melakukan kegiatan melebihi kemampuan- Menganggap tidak butuh hubungan seks- Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur
Salat berjamaah
Aspek Salat: Sosial, fisiologis,spiritual, psikologis
Depresi
41
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep yang
ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 1993 dalam Wasis, 2008). Tujuan dari kerangka konsep adalah
untuk mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penelitian, serta
panduan untuk analisis dan intervensi (Shi, 2008 dalam Swarjana, 2012).
Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah variabel independen
berupa salat berjamaah dan variable dependen berupa tingkat depresi,
sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
variabel independen variabel dependen
variabel tidak diteliti
bagan 3.1. kerangka konsep
Salat berjamaah Tingkat Depresi
-Terapi depresi dan obat yangdapat menimbulkan depresi
-Penyakit kronis-Aktifitas panti-Lingkungan-Kunjungan keluarga
42
Keterangan:
: variabel yang diteliti
: variabel tidak diteliti
B. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari
sebuah penelitian (Thomas et al, 2010 dalam Swarjana, 2012). Hipotesis yang
diajukan sehubungan dengan masalah penelitian diatas adalah:
H0= Tidak ada hubungan antara salat berjamaah dengan tingkat depresi
pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.
Ha= Ada hubungan antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada
lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.
43
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala UkurIndependen:SalatBerjamaah
Salat berjamaah adalah salat limawaktu yang dilakukan oleh banyakorang dan paling dicintai Allah Swt.untuk dilaksanakan di masjid(Tharsyah, 2008). Salat berjamaahmemiliki beberapa dimensidiantaranya dimensi sosial yangterdiri dari aspek keteraturan,interaksi, kedisiplinan frekuensi,waktu, dan tempat (Al-Khuly,2010).
Lembar pernyataan terdiridari 20 pertanyaan denganskala likert yang dibuatoleh peneliti.
Kuesioner A 1 1. Baik jika nilai ≥nilai mean(66,77)
2. Buruk jika nilai< nilai mean(66,77)(Azwar, 2013)
Ordinal
Dependen:Depresi
Suatu masa terganggunya fungsimanusia yang berkaitan dengan alamperasaan sedih dan gejalapenyertanya, termasuk perubahanpada pola tidur dan nafsu makan,psikomotor, konsentrasi, anhedonia,kelelahan, rasa putus asa dan takberdaya, serta gagasan bunuh diri(Sadock, 2007).
Lembar kuesioner berisi30 pertanyaandengan skalaguttman sebagai alat ukurtingkat depresi yang dibuatoleh Yesavage.
Kuesioner A 2 0-9 = Tidak depresi10-19=Depresi
ringan20-30=Depresi berat.(Yesavage, 1983dalam Abou-Shaleh,2010)
Ordinal
44
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain correlation study
dengan pendekatan cross-sectional. Desain correlation study adalah penelitian
yang menghubungkan vaiabel yang satu dengan yang lainnya, selanjutnya
mengujinya secara statistik (uji hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi
yang menghasilkan koefisin korelasi (Swarjana, 2012). Pendekatan cross-
sectional adalah penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi
data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat
(Nursalam, 2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulya 03
Margaguna Jakarta Selatan. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti mendapatkan data bahwa dari 208 lansia terdapat 60 lansia
mengalami psikotik, peneliti juga menemukan beberapa lansia yang
menunjukan trias depresi yaitu menyendiri, hilang minat, dan afek sedih.
Alasan lain karena belum pernah diadakan penelitian yang sama
sebelumnya di Panti Sosia Tresna Werda (PSTW) Budi Mulia 03
Margaguna Jakarta Selatan.
45
2. Waktu penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2015, dimulai
dari penapisan (screening), pengambilan data sampai dengan penyusunan
hasil.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran
penelitian (Siregar, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 03
Jakarta Selatan dengan jumlah 208 lansia binaan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010). Pada penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria
inklusi dan eklusi, kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya
sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2010). Peneliti menggunakan
beberapa kriteria inklusi dan ekslusi pada populasi yang akan digunakan
untuk memilih responden dalam penelitian ini.
a. Kriteria inklusi:
1) Warga binaan sosial (WBS) dimulai dari kategori middle age (45-
59 tahun) hingga kategori very old (diatas 90 tahun)
2) Lansia yang bersedia menjadi responden.
3) Lansia yang beragama Islam.
4) Lansia yang dapat mobilisasi menuju masjid.
46
5) Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik.
6) Lansia yang menetap di PSTW Budi Mulia 03
7) Lansia yang tidak dikunjungi keluarga minimal sejak 1 bulan
yang lalu.
b. Kriteria ekslusi:
1) Lansia yang tidak kooperatif.
2) Lansia yang sedang menjalani terapi depresi.
3) Lansia yang sedang mengkonsumsi obat golongan steroid.
4) Lansia yang sedang menderita penyakit kronis.
5) Lansia yang mengikuti lebih dari 4 jenis aktifitas yang
diselenggarakan panti sejak 1 minggu yang lalu.
6) Lansia yang memiliki sumber pendapatan sendiri selain dari
PSTW Budi Mulia 03.
D. Besar Sampel
Penentuan besar kecilnya sampel yang diambil sangatlah relatif, salah
satu ukurannya adalah berdasarkan keragaman populasi (Eriyanto, 2007).
Ukuran sampel yang dapat diterima akan sangat bergantung pada jenis
penelitiannya, ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada
desain penelitian yang digunakan untuk metode deskriptif-korelasional yaitu
minimal 30 subyek (Gay & Diehl, 1992 dalam Umar, 2011) maka untuk
keperluan penelitian ini dibutuhkan sampel sebanyak 30 orang responden.
47
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel
yang digunakan dalam penelitian dari proses yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan populasi (Hidayat, 2010). Teknik
pengambilan sampel pada penellitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan strata, random ataupun daerah tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Teknik purposive sampling dalam
pengambilan sampel penelitian ini disesuaikan dengan kriteria inklusi dan
ekslusi yang telah ditentukan oleh peneliti.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan karakteristik
subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian berdasarkan langkah pada
rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan (Nursalam, 2008).
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai bulan
Juni 2015, dimulai dengan melakukan observasi dan pendataan terhadap para
lansia yang memiliki kebiasaan salat berjamaah. Selanjutnya lansia tersebut
diminta untuk mengisi pertanyaan pada form demografi yang juga bertujuan
untuk screening responden, setelah itu dilakukan pemeriksaan rekam medis
pada lansia calon responden untuk melihat status kesehatan dan riwayat
konsumsi obat. Akhirnya dipilihlah 30 lansia yang memenuhi kriteria inklusi
dan ekslusi untuk menjadi responden penelitian, selanjutnya 30 lansia yang
menjadi responden penelitian diminta untuk mengisi kuesioner salat
48
berjamaah dan kuesioner depresi, setelah data terkumpul lengkap berupa
kuesioner salat berjamaah dan kuesioner depresi selanjutnya dilakukan
penyusunan hasil.
G. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan data dari
sampel penelitian dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya, antara lain
dengan cara wawancara, observasi, kuesioner atau angket, dan dokumenter
(Gulo, 2010). Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket yang
berisi beberapa pertanyaan (Hidayat, 2010).
1. Instrumen Penelitian
Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data
mengenai hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia.
a. Kuesioner Demografi
Kuesioner demografi bertujuan untuk screening beberapa
variabel confounding serta mengetahui karakteristik lansia meliputi
identitas diri ( usia, jenis kelamin, dan pendidikan lansia).
b. Kuesioner Salat Berjamaah
Kuesioner salat berjamaah dibuat oleh peneliti dengan tujuan
untuk mengidentifikasi aspek keteraturan, waktu, tempat dan interaksi
responden salat berjamaah. Kuesioner ini terdiri dari 15 pernyataan
dengan skala Likert.
49
Tabel 4.1Skor Skala Likert
Pernyataan favorable NilaiSelalu 4Sering 3Kadang 2Jarang 1Tidak pernah 0
Tabel 4.2Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah
Aspek Nomor Item JumlahKeteraturan 7, 8, 11 3Waktu 1, 4 2
Tempat 2, 3, 5, 6 4Interaksi 9, 10, 12, 13, 14, 15 6
Jumlah Item Soal 15
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai tertinggi dari kuesioner
salat berjamaah adalah enam puluh (60) dan nilai terendah adalah nol
(0), adapun skala ukur yang digunakan pada variabel ini adalah skala
ordinal.
c. Kuesioner Depresi.
Kuesioner depresi dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat depresi responden berdasarkan penghitungan
jumlah skor dari kuesioner yang diisi. Kuesioner yang dipergunakan
adalah kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang merupakan
kuesioner baku berupa 30 pertanyaan dengan menggunakan skala
Guttman. Skor 0-9 menunjukan responden tidak depresi, skor 10-19
menunjukan responden mengalami depresi ringan, skor 20-30
50
menunjukan responden mengalami depresi berat (Yesavage, 1983
dalam Abou-Shaleh, 2010). Geriatric Depression Scale (GDS)
Yesavage mempunyai nilai reliabilitas alpha cronbrach sebesar 0,94
dan validitas korelasi produk momen sebesar r = 0,82 (McDowell &
Newell, 1996 dalam Trisnapati, 2012). Geriatric Depression Scale
(GDS) versi panjang telah diuji penggunaannya pada lingkungan
institusi Panti Sosial Tresna Werdha ( PSTW) dengan hasil validitas
alpha cronbach sebesar 0,819. Hasil ini menyatakan bahwa penelitian
dengan menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) layak
dilakukan karena cocok dan valid digunakan untuk menilai tingkat
depresi pada lansia di institusi panti (Sari, 2012).
H. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Herlanti (2014) mengatakan instrumen yang baik harus memenuhi dua
syarat, yaitu valid dan reliabel agar kesimpulan yang ditarik sesuai dengan
fakta. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini hanya dilakukan
terhadap kuesioner salat berjamaah yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung. Tempat ini dipilih karena
memiliki kesamaan karakteristik dengan tempat pelaksanaan penelitian.
Pengujian instrumen penelitian dilakukan terhadap 30% lansia dari jumlah
total 30 responden lansia yang dibutuhkan dalam penelitian.
Uji validitas dilakukan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur
mampu mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen penelitian dikatakan valid
jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α ; n – 2) n = jumlah
51
sampel. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang
sama pula. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan melakukan
pengukuran internal consistency salah satu caranya adalah dengan
menggunakan teknik alpha cronbach dimana instrumen penelitian dinyatakan
reliabel apabila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6 (Siregar, 2013).
a. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah
Pengujian kuesioner salat berjamaah dilakukan dengan menghitung
nilai koefisien korelasi product moment dan penghitungan nilai alpha
cronbach dengan menggunakan program SPSS serta dengan meminta
seorang ahli untuk melakukan validity content terhadap item pernyataan
kuesioner.
Jumlah pernyataan dalam kuesioner salat berjamaah ini adalah 15
item pernyataan, berikut ini adalah distribusi item pernyataan kuesioner
salat berjamaah sebelum dilakukan validity content oleh ahli.
Tabel 4.3Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Sebelum Dilakukan
Validity Content oleh Ahli
Aspek Nomor Item JumlahKeteraturan 7, 8, 11 3Waktu 1, 4 2Tempat 2, 3, 5, 6 4Interaksi 9, 10, 12, 13, 14, 15 6
Jumlah Item Soal 15*Item pernyataan valid biberi tanda tebal (Bold)
52
Item pernyataan kuesioner salat berjamaah dinilai valid apabila hasil
koefisien korelasi product moment > r-tabel yaitu 0,754 dan dinyatakan
reliabel apabila nilai alpha cronbach > 0,6. Hasil pengolahan data dengan
menggunakan SPSS menunjukan nilai alpha cronbach sebesar 0,778
artinya instrumen dinilai reliabel dengan jumlah item valid sebanyak 10
pernyataan. Uji validity content kemudian dilakukan seorang ahli terhadap
item pernyataan kuesioner salat berjamaah disebabkan setelah dilakukan
uji validitas dinilai jumlah item pernyataan yang valid belum mewakili
aspek yang ingin diukur. Berikut ini adalah distribusi item pernyataan
kuesioner salat berjamaah setelah dilakukan validity content oleh ahli.
Tabel 4.4Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Setelah Ddilakukan
Validity Content oleh Ahli
Aspek Nomor Item JumlahKeteraturan 1, 2, 3 3Frekuensi 4, 5, 6, 7, 8 5Waktu 9, 10, 11 3Tempat 12, 13, 14, 15 4Interaksi 16, 17, 18, 19, 20 5
Jumlah Item Soal 20
Setelah diakukan validity content oleh ahli jumlah item pernyataan
bertambah menjadi 20 item pernyataan, hal ini disebabkan perbaikan item
pernyataan yang belum valid dan penambahan aspek frekuensi pada kuesioner
salat berjamaah.
53
I. Tahapan Penelitian
Tahapan Penelitian atau langkah penelitian merupakan proses sistematis
yang harus dilakukan peneliti dalam sebuah aktivitas penelitian, hal inilah
yang menjadi penanda bahwa sebuah penelitian adalah penelitian ilmiah
(Juliandi dkk, 2014), Tahapan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Proposal penelitian mendapatkan persetujuan dari pembimbing skripsi
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan ijin penelitian serta
permohonan ijin uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah.
Permohonan ijin penelitian dibuat di bagian admnistrasi FKIK UIN
Syarif Hidayatullah yang ditujukan pada kepala Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan sebagai
lokasi penelitian, sedangkan permohonan ijin lokasi uji validitas dan
reliabilitas dibuat dibagian administrasi FKIK dan PSIK UIN Syarif
Hidayatullah yang ditujukan pada kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (BPTSP) Provinsi DKI Jakarta dan kepala Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung.
2. Peneliti kemudian mendapatkan ijin untuk melakukan uji validitas dan
reliabilitas kuesioner salat berjamaah. Peneliti melakukan observasi
lansia yang berpotensi untuk menjadi calon responden dan memeriksa
rekam medis calon responden hingga didapatkanlah lansia yang
memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk dijadikan sebagai responden
uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
54
3. Peneliti kemudian menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat penelitian
disertai dengan permintaan persetujuan kepada lansia untuk menjadi
responden uji validitas dan reliabilitas kuesioner.
4. Peneliti meminta lansia calon responden untuk mengisi kuesioner salat
berjamaah, sedangkan bagi lansia yang tidak dapat mengisi secara
mandiri kuesioner dikarenakan memiliki keterbatasan penglihatan
ataupun tuna aksara maka peneliti membantu pengisian kuesioner sesuai
dengan jawaban lansia. Setelah semua kuesioner telah terisi maka
kuesioner dikumpulkan dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas
dengan menggunakan program SPSS.
5. Peneliti kemudian melakukan validity content kepada seorang yang ahli,
hingga didapatkanlah kuesioner salat berjamaah yang siap untuk
digunakan pada penelitian sesungguhnya.
6. Peneliti melakukan observasi lansia yang berpotensi untuk menjadi
calon responden dan memeriksa rekam medis calon responden, hingga
didapatkanlah lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk
dijadikan sebagai responden penelitian.
7. Calon responden diminta untuk mengisi kuesioner demografi sebagai
langkah untuk mengetahui demografi calon responden juga sebagai
langkah screening responden.
8. Peneliti memilih calon responden dengan teknik purposive sampling
sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi yang telah ditentukan.
55
9. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang cara
pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan kepada responden
untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan
kuesioner.
10. Peneliti meminta calon responden mengisi kuesioner Geritric
Depression Scale (GDS) dan kuesioner salat berjamaah.
11. Peneliti membantu responden lansia dalam membacakan dan mengisi
kuesioner sesuai dengan jawaban responden sendiri pada responden
lansia yang tidak dapat mengisi kuesioner karena adanya keterbatasan
penglihatan ataupun tuna aksara.
12. Peneliti melakukan pengumpulan kuesioner dan meneliti kembali
kelengkapan pengisian kuesioner, dan melakukan pengolahan data serta
analisis data kuesioner.
J. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam
penelitian. Merupakan suatu proses organisasi data mentah dengan
sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik hingga
mudah dianalisis dan ditarik kesimpulan (Budiarto, 2004). Notoatmodjo
(2010) menjelaskan proses pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian
formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2010). Proses ini terdiri dari
penjumlahan lembaran daftar pertanyaan yang telah diisi dan proses
56
koreksi yaitu proses membenarkan atau menyelesaikan hal-hal yang salah
atau kurang jelas (Budiarto, 2004).
2. Coding
Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban
responden (Wasis, 2008). Peng”kode”an atau “coding” dilakukan setelah
semua kuesioner telah dikoreksi, yaitu dengan mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. (Lusiana dkk, 2015).
3. Memasukan Data (Data Entry) atau Processing
Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka
atau huruf) dimasukan ke dalam program atau software computer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana (Lusiana dkk, 2015).
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Pembetulan atau koreksi pembersihan data (Cleaning) adalah proses
pengecekan kembali data dari setiap sumber data atau responden yang
telah selesai dimasukan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya (Lusiana
dkk, 2015).
K. Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi kode atau tanda, dan mengkategorikan data sehingga dapat
ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdsarkan data tersebut (Moleong,
1990 dalam Semma, 2008).
57
1. Analisis Univariat
Analisis univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan masing-
masing variable yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung
mean, median, nilai minimal dan maksimal. Penyajian masing-masing
variabel dengan menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan
hasil yang diperoleh. Analisa univariat pada penelitian ini
mendeskripsikan karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,
pendidikan, salat berjamaah dan tingkat depresi.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan dua
variabel. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
salat berjamaah terhadap tingkat depresi. Hasil uji normalitas terhadap
skor salat berjamaah didapatkan nilai signifikansi Shapiro-Wilk sebesar
0,001, menunjukan bahwa signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa data
tidak berdistribusi nornal, maka teknik analisa yang dilakukan
menggunakan korelasi peringkat spearman (Rank-Spearman). Koefisien
ini lebih mengukur keeratan hubungan antara peringkat-peringkat
dibandingkan hasil pengamatan itu sendiri. Perhitungan ini biasa
digunakan untuk menghitung koefisien korelasi pada data ordinal dan
penggunaan asosiasi pada statistik nonparametrik (Santoso, 2009). Derajat
kepercayaan pada penelitian ini adalah 95% ( α 0,05) yang digunakan
untuk melihat seberapa kuat hubungan salat berjamaah dengan tingkat
depresi. Siregar (2013) mengatakan untuk menetapkan apakah ada
58
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka
digunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α) 5%. P
value < 0,05 menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima maka
hipotesis terbukti, yang berarti ada hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen, sedangakn apabila p value > 0,05 Ho diterima Ha
ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
Siregar (2013) menjelaskan bahwa untuk kekuatan hubungan, nilai
koefisien korelasi berada antara -1 sampai 1 sedangkan untuk arah
dinyatakan dengan (+) dan (-). Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan
yang menunjukan hubungan assosiasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan1. 0,00 - 0,199 Sangat lemah2. 0,20 – 0,399 Lemah3. 0,40 – 0,599 Cukup4. 0,60 – 0,799 Kuat5. 0,80 – 0,100 Sangat kuat
L. Etika dan Prinsip Penelitian
1. Etika dalam Penelitian
Etika dalam sebuah penelitian adalah apa yang boleh dan apa yang
tidak boleh dilakukan oleh seorang peneliti. Etika menjadi sebuah moral
bagi peneliti didalam prosedur penelitian dan berlakunya tergantung pada
integritas peneliti itu sendiri (Neuman, 1991 dalam Nuruzzaman, 2005).
59
Hidayat (2010) mengatakan masalah etika penelitian merupakan masalah
yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus
diperhatikan, masalah etika penelitian terdiri dari:
a. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara
peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar
persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum
penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden dengan tujuan agar responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika
responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak responden (Hidayat, 2010). Peneliti mendatangi
calon responden untuk memperkenalkan identitas peneliti dan
mengungkapkan maksud serta tujuan peneliti, jika calon responden
bersedia untuk berpartisipasi maka calon responden diminta untuk
menandatangani lembar informed consent.
b. Anonymity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
60
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan
(Hidayat, 2010). Peneliti tidak mencantumkan nama responden
namun menggantinya dengan kode pada lembar pengumpulan data
dan hasil penelitian apabila responden merasa berkeberatan.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Pada penelitian sosial seperti yang sering dilakukan perawat,
peneliti wajib merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkannya
(Wasis, 2008). Masalah ini merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2010). Peneliti menjaga kerahasian informasi maupun
hasil dan hanya mempublikasikan data tertentu pada hasil
penelitian sesuai kebutuhan dan memperhatikan etika penelitian.
2. Prinsip dalam penelitian
a. Prinsip manfaat
1) Bebas dari penderitaan kepada subjek (Nursalam, 2008). Peneliti
memastikan tidak ada prosedur yang dapat menyakiti responden
baik secara fisik maupun nonfisik.
2) Bebas dari eksploitasi, subjek harus dihindarkan dari keadaan
yang tidak menguntungkan (Nursalam, 2008). Responden
61
menjalani penelitian sesuai dengan tujuan dan prosedur penelitian
yang telah diberikan peneliti dalam informed consent.
3) Resiko (benefits ratio), peneliti harus hati-hati
mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat
pada subjek pada setiap tindakan (Nursalam, 2008). Peneliti
melakukan prosedur penelitian sesuai dengan teori dan
mempertimbangkan keselamatan responden.
b. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
1) Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self
determination). Subjek harus diperlakukan secara manusiawi,
memutuskan untuk terlibat atau tidak tanpa adanya sangsi
(Nursalam, 2008). Peneliti memberikan hak penuh bagi calon
responden untuk menentukan keikutsertaanya dalam penelitian
tanpa ancaman dan iming-iming imbalan apapun.
2) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure). Peneliti memberikan penjelasan dan
bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada subjek (Nursalam,
2008). Peneliti memberikan informed consent terhadap calon
responden dan bersedia untuk bertanggung jawab apabila terjadi
hal yang merugikan bagi responden akibat prosedur penelitian.
3) Informed consent. Subjek mendapatkan informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian (Nursalam, 2008). Peneliti
memperkenalkan identitas peneliti, tujuan penelitian, prosedur,
62
hak responden, serta manfaat dan resiko yang mungkin terjadi
dari penelitian sebelum penelitian dilaksanakan.
c. Prinsip keadilan (right to justice)
1) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment). responden harus diberikan pengobatan secara adil
meskipun mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian
(Nursalam, 2008). Peneliti memberikan jaminan bahwa peneliti
akan bertanggung jawab secara penuh apabila terjadi hal yang
tidak diinginkan akibat prosedur penelitian, selama prosedur
penelitian maupun setelah prosedur penelitian.
2) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) subjek mempunyai
hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan,
untuk itu maka perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia
(confidentiality) (Nursalam, 2008). Peneliti menjamin data dan
informasi dari penelitian akan dirahasiakan dan hanya data
tertentu saja yang akan dipublikasikan sesuai dengan etika dan
kebutuhan publikasi.
63
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Sosia Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Panti Sosial ini terdiri dari beberapa
wisma pondokan bagi lansia laki-laki dan perempuan yang dikategorikan
menjadi kategori lansia renta, lansia setengah renta, dan mandiri namun
terdapat pula wisma khusus yang diperuntukan bagi lansia yang
mengalami psikotik. Panti sosial ini memiliki sejumlah jadwal yang telah
diatur bagi lansia setiap harinya berupa kegiatan jasmani, rohani,
keterampilan kerajinan tangan, kesenian maupun kegiatan diluar jadwal
yang diisi oleh tamu yang memiliki tujuan melakukan kegiatan bakti
sosial, untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut maka panti sosial ini
dilengkapi dengan berbagai fasilitas meliputi fasilitas aula, lapangan
olahraga, ruangan fitnes, ruang baca, klinik kesehatan, taman, dan tempat
ibadah berupa masjid bagi lansia muslim serta satu ruangan aula yang
biasa digunakan sebagai tempat kebaktian oleh umat kristen.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik reponden didapatkan dari responden lansia yang telah
disaring menurut kriteria inklusi dan ekslusi penelitian. Karakteristik
responden penelitian berikut ini berdasarkan pada jenis kelamin, umur dan
pendidikan.
64
Tabel 5.1
Distribusi Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Responden Lansia diPanti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan
Tabel 5.1 menunjukan bahwa jumlah responden paling banyak
adalah wanita yaitu berjumlah 23 responden (76,7%), umur lansia yang
paling banyak menjadi responden antara 60-74 tahun (elderly) dengan
jumlah 13 responden (43,3%), dan sebagian besar lansia responden tidak
pernah bersekolah yaitu berjumlah 21 responden (70%),
C. Analisa Univariat
Data univariat ini berkaitan dengan variabel independen berupa salat
berjamaah dan variabel dependen berupa tingkat depresi pada lansia yang
masing-masing akan digambarkan secara berturut-turut.
Tabel 5.2Distribusi Nilai Salat Berjamaah Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan
Nilai Frekuensi Presentase (%)Baik 19 63,3
Buruk 11 36,7Jumlah 30 100
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)Jenis Kelamin
Laki-lakiWanita
723
23,376,7
Umur45-59 tahun (middle age)60-74 tahun (elderly)75-90 tahun (old)> 90 tahun (very old)
81381
26,743,326,73,3
PendidikanTidak sekolahSDSMPSMAPerguruan Tinggi
214311
7013,3103,33,3
65
Tabel 5.2 menunjukan bahwa sebagian besar lansia mendapatkan
nilai salat berjamaah baik (63,3%) dengan jumlah 19 responden,
sementara itu lansia yang mendapatkan nilai buruk (36,7%) dengan jumlah
11 responden.
Tabel 5.3Distribusi Tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 03 Jakarta Selatan
Tingkat Depresi Frekuensi Presentase (%)Tidak Depresi 24 80Depresi Ringan 6 20Depresi Berat 0 0Jumlah 30 100
Tabel 5.3 menunjukan bahwa sebagian besar lansia tidak depresi
(80%) dengan jumlah 24 responden. Lansia dengan depresi ringan (20%)
dengan jumlah 6 responden, sementara itu tidak terdapat lansia dengan
depresi berat (0%).
D. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini akan menguji hubungan antara
variabel independen berupa salat berjamaah dengan variabel dependen
berupa tingkat depresi.
Tabel 5.4
Analisis Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi padaLansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta
Selatan
Variabel Jumlah (n) Korelasi (r) P-valueSalat berjamaah
dengan tingkat depresi30 -0,657 0,000
66
Tabel 5.4 menunjukan analisis hubungan salat berjamaah dengan
tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03
Margaguna Jakarta Selatan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil
penelitian didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657 dengan nilai P-value
0,000. Hal ini menggambarkan bahwa ada hubungan yang kuat antara salat
berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah hubungan
negatif.
67
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan makna hasil penelitian yang telah dilakukan
peneliti berkaitan dengan hasil analisis salat berjamaah dengan tingkat depresi
pada lansia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di wilayah
kerja Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta
Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner salat
berjamaah yang dibuat oleh peneliti untuk menilai aspek keteraturan, frekuensi,
waktu, tempat dan interaksi responden lansia yang terbiasa melakukan salat
berjamaah dan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) yang dibuat oleh
Yessavage untuk mengukur tingkat depresi yang dilakukan terhadap responden
lansia. Dalam bab pembahasan ini akan diuraikan hasil penelitian kemudian
membandingkannya dengan konsep teoritis serta hasil penelitian sebelumnya,
serta akan dijelaskan pula mengenai keterbatasan penelitian yang telah
dilaksanakan.
A. Gambaran karakteristik Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.
Gambaran demografi usia dari 30 responden penelitian ini sebagian
besar berumur antara 60-74 tahun (43,3% ) sebanyak 13 responden, usia 45-
59 tahun (26,7%) memiliki jumlah responden yang sama dengan usia 75-90
(26,7%) yaitu masing-masing 8 responden, dan lansia yang berumur lebih
dari 90 tahun (3,3%) sebanyak 1 responden. Departemen Kesehatan (2013)
menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya pembangunan bidang
68
kesehatan, terjadi pula peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) yang
menyebabkan proporsi populasi berusia > 60 tahun juga bertambah. Data
pada tahun 2009 menunjukan penduduk lansia di Indonesia berjumlah
20.547.541 jiwa., diperkirakan jumlah penduduk Lansia di Indonesia pada
tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11% dari total
penduduk Indonesia. Tahun 2021 lansia di Indonesia diperkirakan mencapai
30,1 juta jiwa yang merupakan urutan ke 4 di dunia.
Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik
secara fisik biologis, mental, maupun sosial ekonomi (Tamher, 2008).
Bertambahnya umur pada lansia dari segi fisik menyebabkan perubahan
dimulai dari tingkat genetik, molekuler, seluler, organik, dan sistemik hingga
struktur dan fungsi otak (Wiadnyana, 2010). Teori perkembangan dari segi
mental mengatakan bahwa proses menjadi tua merupakan tantangan bagi
lansia dimana lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat dari perannya
yang berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan
sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-
temannya hingga dapat mengakibatkan perubahan mental (Birchenall dan
Streight, 1973 dalam Maryam dkk, 2008). Perubahan lansia inilah yang
mengakibatkan orang berusia lanjut menjadi subjek bagi masalah emosional
dan mental yang berat secara tidak proporsional (Buller dalam Hurlock,
1998). Semakin lama permasalahan pada lansia tersebut akan menambah
kemungkinan timbunya depresi akibat efek penyakit somatik, reaksi
diagnosis penyakit kronis, atau keluhan fisik serta efek medikasi (Dewi,
2014). Tingginya angka depresi pada lansia yang berumur lebih tua sejalan
69
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2012) terhadap lansia di panti
yang menunjukan bahwa dari 157 sampel responden terdapat hampir setengah
responden mengalami depresi ringan (25,9%) dan depresi berat (14,7%) serta
penelitian Woroasih (2000) yang mendapatkan kesimpulan terdapat
perbedaan signifikan yang menunjukan adanya kecenderungan depresi pada
kelompok umur yang lebih tinggi pada lansia.
Penelitian ini sebagian besar diikuti oleh responden dengan usia antara
60-74 tahun (43,3%). Peneliti saat melakukan proses pengisian kuesioner
mendapat temuan bahwa terdapat beberapa lansia yang dahulu terbiasa salat
berjamaah dengan frekuensi yang sering namun sekarang beliau mengalami
penurunan frekuensi menjadi kadang-kadang dikarenakan munculnya
hambatan fisik, ini sejalan dengan pendapat Tamher & Noorkasiani (2011)
yang menyatakan bahwa proses penuaan dapat mengakibatkan banyaknya
hambatan yang terjadi pada lansia, hal inilah yang menyebabkan lansia
berumur 60-74 tahun lebih banyak menjadi responden dibandingkan dengan
kategori umur yang lebih tua. Kategori lansia berumur 45-59 tahun (26,7%)
memiliki jumlah yang sama dengan lansia berumur 75-90 tahun, hal ini dapat
dikarenakan jumlah lansia yang berumur 45-59 tahun merupakan kategori
umur lansia yang lebih sedikit menghuni PSTW Budi Mulia 03 jika
dibandingkan dengan kategori umur lainnya berdasarkan data panti tahun
2014.
Responden penelitian berdasarkan jenis kelamin di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki proporsi
responden wanita lebih banyak daripada responden laki-laki. Responden
70
wanita (76,7%) berjumlah 23 responden, sementara responden laki-laki
(23,3%) berjumlah 7 responden. Departemen Kesehatan (2014) menyatakan
bahwa Angka Harapan Hidup (AHH) secara keseluruhan pada tahun 2011
berjumlah 70,76 tahun, perempuan memiliki angka harapan hidup lebih besar
yaitu sekitar 73.38 tahun, sedangkan laki-laki lebih rendah yaitu 68.26 tahun.
Lansia laki-laki dan perempuan sama-sama dapat mengalami perubahan
yang bisa menimbulkan depresi, depresi tersebut dapat menimbulkan
disabilitas pada keduanya, namun beban depresi terjadi 50% lebih besar bagi
perempuan daripada laki-laki (WHO, 2012). Tamher & Noorkasiani (2011)
mengatakan hal ini disebabkan karena perbedaan gender mempengaruhi
bentuk adaptasi yang lansia gunakan. Asy-Syarif (2008) mengatakan bahwa
saat memiliki masalah, wanita memiliki perasaan yang lebih sensitif daripada
laki-laki, lebih peka, namun bertekad dan berkeberanian lebih lemah.
Perbandingan jumlah lansia laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi
terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetya et al (2010) yang
menguji penurunan depresi dengan melakukan pelatihan kognitif, dimana
lebih dari setengah responden lansia yeng terdeteksi depresi berjenis kelamin
perempuan.
Pada penelitian ini jumlah responden perempuan lebih banyak, hal ini
disebabkan karena perbandingan jumlah lansia perempuan yang aktif
melakukan salat berjamaah di masjid lebih banyak daripada laki-laki, selain
itu hal ini dapat disebabkan karena lansia wanita memiliki motivasi yang
lebih tinggi dalam beribadah, hal ini sejalan dengan pendapat Pudjiastuti &
71
Utomo (2003) bahwa lansia wanita yang berumur lebih dari 70 tahun
mempunyai kesadaran religius yang lebih tinggi daripada lansia laki-laki.
Tingkat pendidikan responden lansia yang tidak bersekolah (70%)
merupakan yang paling banyak diantara jenjang pendidikan responden
lainnya yaitu berjumlah 21 responden, tingkat SD (13,3%) dengan jumlah 4
responden, tingkat SMP (10%) dengan jumlah 3 responden, tingkat SMA
(3,3%) dengan jumlah 1 responden, dan tingkat perguruan tinggi (3,3%)
dengan jumlah 1 responden.
Pendidikan berguna untuk menentukan kompensasi dalam menghadapi
masalah yang dialami lansia. Semakin tinggi pendidikan lansia, maka semakin
banyak pengalaman hidup yang dilaluinya, sehingga akan lebih siap dalam
menghadapi masalah yang terjadi, lansia yang memiliki pendidikan lebih
tinggi pada umumnnya memiliki kompensasi yang lebih baik dimana mereka
dapat lebih produktif dibandingkan lansia yang berpendidikan lebih rendah
(Tamher & Noorkasiani, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Wulandari (2011) ia melakukan penelitian yang
membandingkan tingkat depresi pada lansia yang tinggal di panti dengan
lansia yang tinggal bersama keluarganya, hasilnya adalah proporsi depresi
pada lanjut usia di panti yang berpendidikan rendah lebih besar daripada
proporsi lansia berpendidikan menengah, namun sebaliknya pada lansia yang
tinggal bersama keluarganya yaitu, lansia yang berpendidikan lebih tinggi
memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada lansia dengan tingkat
pendidikan yang rendah, menurutnya hal ini terjadi disebabkan keadaan
kehidupan keluarga yang mempengaruhi perasaan lansia.
72
Pada penelitian ini sebagian besar lansia yang menjadi responden
adalah lansia yang tidak bersekolah (70%). Rendahnya pendidikan lansia dan
tingginya angka lansia yang tidak bersekolah disebabkan karena belum adanya
sarana dan prasarana yang mendukung serta pendidikan yang masih terbatas
pada masa itu (Departemen Kesehatan, 2014).
B. Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.
Hasil uji analisis menujukan bahwa lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan memiliki nilai
rata-rata salat berjamaah yang baik (63,3%) yaitu 19 responden lansia dan
sisanya sebanyak 11 responden lansia mendapatkan nilai buruk (36,7%).
Rata-rata responden lansia tidak mengalami depresi (80%) yaitu berjumlah 24
responden, sedangkan 6 responden lansia mengalami depresi ringan (20%)
dan tidak ada satupun lansia yang mengalami depresi berat (0%).
Hasil perhitungan uji statistik bivariat antara salat berjamaah dengan
tingkat depresi pada lansia diperoleh P-value sebesar 0,000 yang berarti Ho
ditolak, hal ini menunjukan bahwa ada hubungan antara salat berjamaah
dengan tingkat depresi, selain itu didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657
yang menggambarkan hubungan yang kuat antara salat berjamaah dengan
tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah hubungan negatif (-) yang
berarti semakin tinggi nilai salat berjamaah maka semakin rendah tingkat
73
depresi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai salat berjamaah maka
semakin tinggi tingkat depresi.
Panti jompo merupakan institusi yang diselenggarakan pemerintah
untuk melayani lansia yang miskin, tidak mempunyai tempat tinggal,
keluarga, kerabat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia juga
bagi lansia yang mencari ketenangan dihari tuanya yang tidak bisa ia
dapatkan di luar panti (Ihromi, 2004). Sutarto & Ismulcokro (2008)
menjelaskan bahwa pada lansia yang masih memiliki keluarga, tinggal dipanti
jompo tidak meyelesaikan masalah yang dialami lansia. Pada lansia akan
timbul perasaan terbuang atau tersingkirkan dari lingkungan kasih sayang
keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari (2012) yang dilakukan untuk
melihat gambaran depresi pada lansia, ia mendapatkan kesimpulan bahwa
faktor yang dapat menyebabkan depresi pada lansia diantaranya adalah
keadaan yang memaksa mereka sehingga harus hidup di panti bukan besama
dengan keluarga yang seharusnya menjaga mereka, selain itu adalah faktor
adaptasi gaya hidup, lingkungan sosial dan tempat tinggal dimana hal ini
terjadi ketika lansia merasa jenuh dengan keadaannya sendiri serta situasi
disekelilingnya yang menimbulkan rasa hampa dan rendahnya kepuasan
hidup sehingga dapat memicu depresi.
Lansia memiliki mekanisme koping yang mempengaruhi keadaannya,
lansia yang menggunakan mekanisme koping positif memungkinkan
perubahan diri dengan merenungkan pengalaman hidup dan pengetahuan
yang telah ia peroleh selama bertahun-tahun, sedangkan lansia yang
menggunakan mekanisme koping negatif memperlihatkan bahwa mereka
74
berfokus pada kehilangan dan pikiran yang terebenam di masa lalu (Bastable,
2002). Lansia yang memiliki mekanisme koping yang baik akan memiliki
kehidupan yang lebih positif, diantara mekanisme koping yang baik pada
lansia adalah mendekatkan diri pada tuhan YME dan menjalin hubungan
sosial yang baik (Maryam et al, 2008).
Hidayat (dalam Pudjiastuti & Utomo, 2003) mengemukakan bahwa
kesadaran religius merupakan ungkapan keadaan psikologis lansia. Lansia
menyadari bahwa mereka membutuhkan kepasrahan total kepada yang Kuasa,
oleh karena itu lansia akan aktif dalam kegiatan sosial dan spiritual untuk
mempersiapkan diri sebelum meninggal. Hal ini sejalan dengan penelitian
yag dilakukan oleh Mackaenzie et al (2000) mereka melakukan penelitian
untuk mengetahui persepsi lansia terhadap hubungan agama dan kesehatan,
banyak lansia yang terlibat dalam penelitian ini percaya bahwa Tuhan
mendukung mereka, melindungi, menjaga, mengajarkan, membantu, dan
menyembuhkan melalui kegiatan ibadah yang dapat berdampak pada fisik
dan mental, diantara lansia tersebut banyak yang mengatakan bahwa memiliki
hubungan dengan Tuhan merupakan dasar dari aspek psikologi yang baik.
Pada penelitian ini sebagian besar lansia tidak mengalami depresi
(80%) hal ini salah satunya dapat disebabkan karena kebiasaan para lansia
responden melaksanakan salat berjamaah. Bahnasi (2010) mengatakan salat
merupakan proses berhubungan dengan Allah yang dapat mencakup seluruh
kehidupan orang yang salat, melalui salat manusia bisa mencapai derajat
keyakinan yang dimahkotai ketenangan. Dia akan berbeda dengan orang-
75
orang yang tidak melaksanakan salat. Oleh karena itu Allah Swt.
mengecualikan mereka dari sifat ketidakstabilan jiwa. Allah Swt. Berfirman
“Apabila ditimpa kesusahan, dia berkeluh kesah. Dan apabila
mendapat kebaikan (harta), dia menjadi kikir. Kecuali orang-orang
yang melaksanakan salat. Mereka yang tetap setia melaksanakan
salatnya.” (QS. AlMa’arij:20-30).
Sevateille (dalam Al-Khuly, 2010) mengatakan manusia mendapatkan
kekuatan diri melalui salat hingga memberikan dampak kesehatan jiwa
kepada pelakunya. Sauer & Karl (dalam El-Bantanie, 2010) berdasarkan
penelitiannya membuktikan bahwa salat lima waktu merupakan sarana
menenangkan jiwa yang paling efektif dimana setiap emosi yang melonjak
dapat diendapkan dengan melakukan salat.
Salat memiliki beberapa dimensi, yaitu dimensi spiritual, dimensi
sosial, dimensi emosional, dan dimensi fisik. Dimensi spiritual merupakan
dimensi dengan porsi yang lebih besar daripada dimensi lainnya, karena
dalam salat melibatkan ruh yang bisa melihat dengan keimanan yang
mengasah visi kita. Dimensi fisik salat dapat menyehatkan tubuh kita,
dimensi emosional dengan salat kita dapat belajar untuk bersabar, bersyukur,
dan mengasah kerendahan hati, dimensi sosial bisa diasah dengan salat
berjamaah dimana manusia berkumpul dan berinteraksi satu sama lain
(Harris, 2008).
Najati (2010) mengatakan bahwa terminologi salat mengisyaratkan
adanya hubungan antara manusia dan Tuhan-Nya, dengan salat manusia dapat
76
mengerahkan seluruh jiwa dan raganya kepada Allah, berpaling dari semua
kesibukan dan masalah dunia serta tidak memikirkan sesuatu kecuali Allah
dan ayat-ayat Alquran yang dibacanya. Keterpalingan penuh dari berbagai
persoalan dan masalah kehidupan dan tidak memikirkannya selama salat
dengan sendirinya akan menimbulkan pada diri manusia keadaan tentram,
jiwa yang tenang dan pikiran yang bebas dari beban. Dampak dari salat lebih
signifikan terasa pada pelaksanaan salat berjamaah karena adanya aspek
sosial, dengan seringnya seseorang pergi ke masjid untuk melaksanakan salat
akan memberikan kesempatan baginya untuk berkenalan dengan para
tetangga dan lingkungannya.
Penelitian ini tidak memasukan dimensi fisik, spiritual dan emosional
dalam pertanyaan kuesioner salat berjamaah, hal ini disebabkan peneliti ingin
membatasi kesamaan antara salat munfarid (salat sendirian) dengan salat
berjamaah dikarenakan pada keduanya ada kesamaan dalam dimensi fisik,
spiritual dan emosional yang dapat mempengaruhi tingkat depresi yang akan
diukur. Dimensi salat berjamaah yang dinilai adalah dimensi sosial yang
terdiri dari aspek keteraturan, frekuensi, waktu, tempat dan interaksi. Aspek-
aspek ini dipilih sesuai dengan pendapat Al-Khuly (2010) bahwasannya salat
adalah kewajiban yang dibatasi oleh waktu-waktu tertentu sehingga tidak
boleh terlambat mengerjakannya.
Aspek waktu dan frekuensi. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirnan:
“Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang yang beriman.” (QS. al-Nisa’: 103).
77
“Dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ta’atlah kepada rasul, supaya
kamu diberi rahmat.” (QS. Al-Nur:56).
Aspek interaksi, Allah memerintahkan kepada manusia agar menyuruh
keluarganya mendirikan salat.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha:132).
Aspek tempat. Allah memerintahkan pada manusia untuk salat dalam
keadan suci pakaian, badan, dan tempat yang dipergunakan.
“Dan pakaianmu bersihkanlah.” (QS. Al-Mudastsir: 4).
Hasil penelitian ini meskipun tanpa melakukan pengukuran terhadap
keseluruhan dimensi salat namun tetap membuktikan bahwa salat berjamaah
memiliki hubungan yang kuat dengan tingkat depresi pada lansia. Penelitian
sejenis yaitu penelitian berdimensi sosial juga telah dilakukan oleh Siswantari
(2014) ia menguji pengaruh terapi aktifitas kelompok (TAK) terhadap tingkat
depresi lansia dengan meningkatkan interaksi dan hubungan sosial. Penelitian
ini mendapatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang sangat bermakna
dari terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi harga diri rendah terhadap
tingkat depresi lansia di Karang Werda Semeru Jaya, serta penelitian Ariani
(2012) yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi musik angklung
terhadap tingkat kesepian pada lansia yang tinggal di PSTW Garut. Hasil
analisis menunjukan ada perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan terapi
musik angklung terhadap tingkat kesepian lansia.
78
Penelitian berdimensi sosial religius telah dilakukan oleh Neill & Kahn
(1999) penelitian yang dilakukannya tidak hanya meneliti aspek spiritualitas
individu namun juga aktivitas keagamaan sosial yang berdampak pada
kepuasan hidup. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan keagamaan
sosial berdampak pada kepuasan hidup dimana pada kegiatan keagamaan
mereka mendapatkan teman dan komunitas yang mendukung, sedangkan
Kathleen (2010) meneliti hubungan perkembangan spiritual dan aktifitas
fisik, penelitian ini menemukan bahwa perilaku yang menunjang kesehatan
berhubungan dengan kekuatan dalam diri, dan kekuatan diri dipengaruhi oleh
perkembangan spiritual.
C. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian masih memiliki beberapa keterbatasan,
diantaranya yaitu:
1. Pengisian kuesioner sebagian besar dilakukan dengan cara dibacakan
oleh peneliti, hal ini dikhawatirkan memberikan pengaruh terhadap
jawaban lansia.
2. Pengisian pernyataan aspek frekuensi yang ada dalam kuesioner salat
berjamaah tidak berdasarkan observasi namun berdasarkan jawaban
lansia.
3. Beberapa faktor confounding tidak dapat dikontrol secara sempurna, hal
ini terkait dengan keterbatasan jumlah lansia yang dapat dijadikan
responden.
79
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Karakteristik lansia yang menjadi responden penelitian di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan
sebagian besar berjenis kelamin wanita (76,7%) dengan jumlah 23
responden lansia, umur lansia yang paling banyak menjadi responden
adalah lansia yang berumur antara 60-74 tahun (elderly) dengan
jumlah 13 responden (43,3%), dan sebagian besar lansia responden
tidak pernah bersekolah (70%) yaitu berjumlah 21 responden.
2. Sebagian besar lansia mendapatkan nilai salat berjamaah baik dengan
presentase 63,3% berjumlah 19 reponden, sementara itu lansia yang
mendapatkan nilai buruk dengan presentase 36,7% yaitu berjumlah 11
responden.
3. Sebagian besar lansia tidak depresi yeitu berjumlah 24 reponden
dengan presentase 80%. Lansia dengan depresi ringan sebanyak 6
responden dengan presentase 20%, dan tidak terdapat lansia dengan
depresi berat (0%).
4. Hasil penelitian didapatkan koefisien korelasi (r) -0,657 dengan nilai
P-value 0,000. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang kuat antara
80
salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan
dengan arah hubungan negatif (-) yang berarti apabila nilai salat
berjamaah baik maka tingkat depresi rendah, dan sebaliknya jika nilai
salat berjamaah buruk maka tingkat depresi tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang diajukan antara lain:
1. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah pengetahuan
mengenai Complementary and Alternative Modalities (CAM) berbasis
agama sehingga diharapkan menambahkan pertimbangan untuk
memasukan salat berjamaah kedalam salah satu intervensi yang dapat
dipilih bagi lansia terutama dalam diagnosa sejahtera (Well Diagnose).
2. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna
Jakarta Selatan.
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan informasi dan pengetahuan
sehingga semakin mengukuhkan pelaksanaan program-program
bimbingan agama pada lansia terutama salat berjamaah yang dapat
dijadikan salah satu usaha preventif untuk mencegah depresi, memberi
makna, serta meberikan kepuasan hidup bagi lansia.
3. Bagi responden lansia
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu motivasi agar lansia terus
istiqomah dalam melaksanakan kebiasaannya menjalankan salat
81
berjamaah juga memberikan motivasi untuk terus memperbaiki setiap
aspek yang terkandung dalam salat berjamaah yang dilakukannya.
4. Bagi penelitian selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode
yang berbeda dengan penelitian ini, yaitu dengan menggunakan
metode eksperimen kontrol.
b. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada beberapa Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) sehingga jumlah responden menjadi lebih
banyak dan hasilnya lebih bisa digeneralisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abiraja, Suhendi. Setan Skak Mat!. Jakarta: Mizan. 2008
Abou saleh, Mohammed. et al. Principles and Practice of GeriatricPsychiatry.USA: John Willey. 2010.
Al-Bugha, Musthafa Dib. Al-Wafi: Syarah Hadist Arbain Imam An-Nawawi.Damaskus: Dar Al-Musthafa. 2007.
Al-Khuly, Hilmi. Misteri Dahsyatnya Gerakan Shalat: Menyingkap RahasiaSehat Dan Bugar. Jakarta: Tuhfa. 2010.
Al-Mahfani, M Kalilurrahman. Buku Pintar Shalat: Pedoman Shalat LengkapMenuju Shalat Khusyuk. Jakarta:WahyuMedia. 2008
American Psychiatric Association. Practice Guidelines for the Treatment ofPsychiatric Disorder: Compendium 2006. Arlington: American psychiatricassociation press. 2006.
Ariani, Desy Rizki. “Pengaruh Terapi Musik Angklung terhadap TingkatKesepian pada Lansia yang Tinggal di PSTW Garut”. Skripsi S1 FakutasKeperawatan Universitas Padjajaran Bandung, 2012.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian, edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.2010.
As-Sadlan, Shalih Ghanim. Bimbingan Lengkap Shalat Berjamaah. Jakarta: At-Tibyan. 2006.
Asy-Syarif, Isham Muhammad. Selamat Datang Suami Impian: Membedahkarakter dan kepribadian pria yang diimpikan kaum wanita. Jakarta:Mirqat. 2008.
Ayyub, Hasan Muhamamad. Panduan Beribadah Khusus Pria; MenjalankanIbadah Sesuai Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jakarta: Almahira.2008.
Azwar, S. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: PustakaPelajar. 2013.
Bagir, Haidar. Buat Apa Shalat ?!. Bandung: Mizan. 2008.
Bahnasi, Muhammad. Salat Bersama Nabi Saw. Jakarta:Mizan. 2010.
Bastable, Susan L. Perawat Sebagai Pendidik: Jakarta: EGC. 2002.
Brink, J. Pamela & Wood J. Marilynn. Langkah Dasar Dalam Perencanaan RisetKeperawatan. Jakarta: EGC. 1998.
Budiarto, Eko. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC. 2004.
Brink, J. Pamela & Wood J. Marilynn. Langkah Dasar Dalam Perencanaan RisetKeperawatan. Jakarta: EGC. 1998.
Carpenito, Lynda Juall. Nursing Diagnosis: Application to ClinicalPractice Edition 14. China: Lippincot william & wilkins. 2012.
Depkes. “Triple Burden Ancam Lansia”. 2014. Artikel diakses pada 3 Mei 2015dari http://www.depkes.go.id
Dewi, Sofia Rhosma. Buku Ajar Keperawatan GerontikEd. 1. Yogyakarta:Deepublish. 2014.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. “Pharmaceutical Care untukPenderita Gangguan Depresif”. 2007. Artikel diakses 12 januari 2015darihttp://binfar.kemkes.go.id
Ebert, Michael & Kerns, Robert. Behavioral and Psychopharmacologic PainManagement. New York: Cambridge University Press. 2011.
Efendi, Ferry& Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktikdalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2009.
El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie. Sholat Tolak Miskin.Jakarta: Elex MediaKomputindo.2010.
El-Ma’rufie, Sabil. Energi Shalat: Bangkitkan Potensi Suksesmu Melalui ShalatLima Waktu. Jakarta: Mizania. 2009.
Eriyanto. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: LKiS. 2007.
Fitra, Sulhan Abu. Tuntunan Shalat Khusyu’ Sempurna dan Diterima. Republika:2013.
Gill,M Adele. 7 Pathways to Hope. America: Millennial Mind Publishing. 2011.
Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo. 2010.
Harris, A. Renungkan Hidupmu!. Jakarta:Mizan. 2008.
Herlanti, Yanti. Buku Saku Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains.Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
Hidayat, Aziz Alimul.Metodologi Penelitian Keperawatan dan teknik AnalisaData. Jakarta: Salemba Medika. 2010.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi perkemanagan: Suatu Pendekatan SepanjangRentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 1998.
Ihromi, T.O. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan OborIndonesia. 2004.
Ihsan, Nurul. Panduan Lengkkap Belajar Shalat untuk Anak. Jakarta: QultumMedia. 2009.
Ivancevich, M. John. et al. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:Erlangga. 2005.
Juliandi, Azuar. et al. Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan Aplikasi. Medan:Umsu press. 2014.
Kemenkes RI. “Profil Kesehatn Indonesia 2013”. 2013. Artikel diakses pada 7oktober 2014 dariwww.depkes.go.id
Kurniasih, Imas. Indahnya Tahajud. Yogyakarta: Mutiara Medika. 2008.
Levin, Jeff. Religion and Mental Health Among Israeli Jews: Findings from theSHARE-Israel Study. 2012. Diakses 27 Desember 2014;http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23193779
Lusiana, Novita dkk. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta:Deepublish. 2015.
Mackenzie. et. Al. Spiritual Support and Psychological Well-being: Older AdultsPerceptions of the Religion and Health Connection. 2000. diakses pada 7oktober; http://eric.ed.gov/?id=EJ749370
Madjid, Nurcholish. Renungan di Bulan Ramadhan. Jakarta: Mizan. 2007.
Mansyur, Semma. Negara dan Korupsi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2008.
Maryam, Siti. dkk. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: SalembaMedika. 2008.
Masyhur, Syekh Mustafa. Berjumpa Allah Lewat Shalat. Jakarta: Gema insaniPress. 2002.
Najati, Usman. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung: Azzam. 2010.
Neill & Kahn. The Role of Personal Spirituality and Religious Social Activity onthe Life Satisfaction of Older Widowed Women. 1999. diakses pada 7oktober; http://eric.ed.gov/?id=EJ749370
Nugroho, Wahjudi.Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.2009.
Nuhuyanan, Abdul Kadir. et al. Pedoman dan Tuntunan Shalat lengkap. Jakarta:Gema Insani. 2008.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Nuruzzaman, M. Kiai Husein Membela Perempuan. Yogyakarta: PustakaPesantren. 2005.
Pickett, George & Hanlon, J. John. Kesehatan Masyarakat Administrasi danPraktik Edisi 9. Jakarta: EGC. 2009.
Pudjiastuti, Sri Surini & Utomo, Budi. Fisioterapi pada Lansia. EGC. Jakarta2003.
Prasetya, Surya. et al. Penurunan Tingkat Depresi Klien Lansia dengan TerapiKognitif dan Senam Latih Otak di Panti Werdha. Jurnal KeperawatanIndonesia. 2010.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta: Pena. 2006.
Sadock, Benjamin L. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry BehavioralSciences/Clinical Psychiatry 10th Edition. USA: Lippincot Williams &Wilkins. 2007.
Safrodin, Muhammad. Sunah-sunah Kecil Berpahala Besar.Yogyakarta: Bunyan.2014.
Sangkan, Abu. Menemukan Khusyu’ yang Hilang. Jakarta: Gybraltar. 2014
Santoso, Hanna & Ismail, Andar. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta: GunungMulia. 2010.
Santoso, Singgih. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.Jakarta: Elex Media Komputindo. 2009.
Sari, Dian. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Depresi pada Lansia di RW04 dan RW 19 Kelurahan Pacerakang kecamatan Biringkanaya KotaMakasar. Makasar”. Skripsi S1 STIKES Nani Hasanudin Makasar, 2012.
Sari, Kartika. Skripsi. “Gambaran Tingkat Depresi pada Lanjut Usia (Lansia) diPanti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 01 dan 03 jakarta Timur”. SkripsiS1 Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 2012.
Sa’abah, Marzuki Umar. Bagaimana Awet Muda dan panjang Usia. Jakarta:Gema Insani Press. 2001.
Semiun, Y. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius. 2006
Sholeh, Moh. Berobat Sambil Bertobat. Jakarta: Mizan. 2008.
----------------. Terapi Shalat Tahajud. Jakarta: Mizan. 2010.
Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta: BumiAksara. 2013.
Siswantari, Yunita Gita. “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) StimulasiPersepsi Harga Diri Rendah terhadap Tingkat Depresi Lansia di KarangWerda Semeru Jaya Kabupaten Jember”. Skripsi S1 FakultasKeperawatanUniversitas Negeri Jember, 2014.
Soebari, Surasono. Pensiun Preneur. Jakarta: Penebar Plus. 2008.
Sternthal, J. Michelle & Williams, R. David. Depression, Anxiety, and ReligiousLife: a Search for Mediators. 2010. Diakses 7 oktober 2014;http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20943594
Stevens, P.J.M et al. Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC. 2012
Stolte, M. Karen. Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC. 2007.
Sutarto, J, Tirto & Ismulcokro, C. Pensiun Bukan Akhir Segalanya Cara CerdasMenghadapi Saat Pensiun. Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Swarjana, I Ketut. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi. 2012.
Syahmuharnis & Sidharta, Harry. Transcendental Quotient: Kecerdasan DiriTerbaik. Jakarta: Republika. 2006.
Syukra, Anita. “Hubungan Antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi padaLansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih SicincinKabupaten Padang Pariaman Tahun 2012 Padang”. Skripsi S1 FakultasKeperawatan Universitas Andalas, 2012.
Tamher, S & Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan AsuhanKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika: 2011.
Taufiq, Muhammad Izzudin. Panduan Lengkap dan Praktis PsikologiIslam.Jakarta: Gema Insani Press. 2009.
Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shaat Khusyuk. Jakarta: Pustaka Irvan. 2008
Tharsyah Adnan. Manusia yang Dicintai dan yang Dibenci Allah: Kunci-kunciMenjadi Kekasih Allah. Bandung: Mizania. 2008.
Tjay, Tan Hoan. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efekSamping. Jakarta. Elex Media Komputindo: 2007.
Townsend, C, Mary. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada KeperawatanPsikiatri: Pedoman untuk Membuat Rencana Keperawatan. Jakarta:EGC:1998.
Trisnapati, I kadek Edwin. dkk. “Keefektifan Pelatihan Kebermaknaan Hidupterhadap Penurunan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti WredhaDharma Bakti Surakarta”. Jurnal Wacana Psikologi Vol.1, no. 1. 2012
Umar, Husein. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta:Gramedia. 2011.
Videbeck, L. Sheila. Psychiatric-Mental Health Nursing 6th edition. China:Lippincot william & wilkins. 2013.
Wasis. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC. 2008.
WHO. “Mental Health Management Depression”. 2012. Artikel diakses pada 2Mei dari http//www.who.int
Wirakusumah, Emma S. Tip & Solusi Gizi agar Tetap ehat, cantik dan Bahagia diMasa Menopause dengan Terapi Estrogen Alami. Jakarta: Gramedia: 2004.
Woroasih, Sri. “Hubungan Stressor Psikososial dan Dukungan Sosial denganDpresi pada Lanjut Usia”. Tesis Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro, 2000.
Wulandari, Ayu Fitri. “Kejadaian dan Tingkat Depresi pda Lanjut Usia”. SkripsiS1 Universitas Diponegoro, 2011.
Zahwa, Abu. Shalat saat Sulit: Jurus Jitu Hidup Bahagia dan Bebas dariMasalah.Jakarta: Qultum Media. 2011.
Lampiran 1
Lembar Permohonan Menjadi Responden
Jakarta Selatan, Maret 2015
Kepada Yth
Responden Penelitian
Di tempat
Dengan hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Rizal Khoerul Haq
NIM : 1111104000044
Alamat : Jl. Gedung Asrama Putra UIN, Kec. Pisangan Ciputat, TangerangSelatan
Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sedangmelakukan penelitian dengan judul “Hubungan Shalat Berjama’ah dengan TingkatDepresi pada Lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan”.
Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden, yaitudapat mengetahui manfaat shalat berjama’ah dalam menurunkan tingkat depresimelalui kegiatan shalat berjama’ah yang diukur dengan menggunakan kuesionerpenelitian. Penelitian ini tidak akan merugikan responden. Peneliti akanmerahasiakan identitas dan jawaban responden.
Ibu/Bapak dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan apabilabersedia secara sukareala untuk menjadi responden penelitian. Besar harapan sayakiranya Ibu/Bapak bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Ataskesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya
Peneliti
(Lanjutan)
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Saya yang bertanda tangan di bawah ini bersedia menjadi respondenpenelitian yang dilakukan oleh:
Nama : Rizal Khoerul Haq
NIM : 1111104000044
Alamat : Jl. Gedung Asrama Putra UIN, Kec. Pisangan Ciputat, TangerangSelatan
Saya telah mendapatkan penjelasan dari peneliti mengenai tujuan,prosedur, dan manfaat penelitian ini. Saya mengerti bahwa data dalam penelitianini akan dirahasiakan. Semua berkas yang mencantumkan identitas respondenhanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Saya mengerti bahwa tidak akan ada resiko yang terjadi. Apabila adapertanyaan dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif padasaya, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan penelitimemberikan hak kepada saya untuk megundurkan diri sebagai responden daripenelitian ini tanpa resiko apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani tanpa suatu paksaan.Saya bersedia menjdi responden dalam penelitian ini secara sukarela.
Jakarta Selatan, Juni 2015
(.....………………................)
Lampiran 2
KUESIONER DEMOGRAFI DAN RIWAYAT PENGOBATAN
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pertayaan di bawah ini dengan cermat
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang menurut Bapak/Ibu sesuai dengan
keadaan Bapak/Ibu
3. Tanyakanlah jika ada pertanyaan yang kurang dipahami Bapak/Ibu.
1. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan
2. Agama : ( ) Islam ( ) Kristen ( ) Hindu ( )Budha
3. Usia : ……. Tahun
4. Suku : ( ) Sunda ( ) Jawa
( ) Betawi ( ) Lainnya, sebutkan ……….
5. Pendidikan :( ) Tidak tamat SD ( )SD ( )SMP
Terakhir ( ) SMA ( ) Sarjana
6. Status tinggal :( ) Tetap ( ) Day care
7. Riwayat Penyakit:( ) Penyakit Sendi ( )Hipertensi
( ) Diabetes Melitus ( )Penyakit Jiwa
( ) Lainnya, sebutkan…
8. Lama sakit (jika ada) : Sebutkan,..............
9. Konsumsi Obat : ( ) Hipertensi ( )Sendi ( ) Lainnya, sebutkan
10. Kemampuan : ( ) Baik ( ) Menyeret kaki ( ) tidak bisa berjalan
berjalan
11. Dikunjungi keluarga/ : ( ) Setiap minggu ( )Satu bulan sekali
sahabat ( ) Lainnya, sebutkan........ ( )Tidak pernah
12. Kebiasaan aktifitas di panti : ( ) Mengikuti setiap kegiatan di panti
( ) Mengikuti ..... kali kegiatan di panti dalam seminggu
( ) Tidak mengikuti kegiatan di panti
13. Sebutkan kegiatan yang : ............................................................................................
diikuti di panti (jika ada) ...........................................................................................
Lampiran 3
KUESIONER SALAT BERJAMAAH
Berilah tanda checklist ( √ ) pada pertanyaan yang tersedia di bawah ini yang mewakili
keadaan Bapak/Ibu
S : SELALU
SR : SERING
K : KADANG
J : JARANG
TP : TIDAK PERNAH
NO. PERNYATAAN S SR K J TP
1. Saya salat berjamaah dengan meluruskan dan merapatkan
shaf/barisan dengan jamaah di sebelah saya
2. Saya salat berjamaah dengan mengikuti gerakan imam
3. Saya salat berjamah secara tenang dan tidak bercanda dengan
jamaah yang berada di sebelah saya
4. Saya melaksanakan salat subuh secara berjamaah di masjid
5. Saya melaksanakan salat dzuhur secara berjamaah di masjid
6. Saya melaksanakan salat ashar secara berjamaah di masjid
7. Saya melaksanakan salat maghrib secara berjamaah di masjid
8. Saya melaksanakan salat isya’ secara berjamaah di masjid
9. Saya pergi ke masjid untuk melaksanakan salat berjamaah segera
setelah mendengar suara adzan
10. Saya salat berjamaah di masjid dengan tepat waktu
11. Saya tetap pergi ke masjid atau mushola untuk melaksanakan
salat berjamaah meskipun sudah tertinggal beberapa raka’at
12. Saya melaksanakan salat berjamaah di masjid
13. Saya tetap melaksanakan salat berjamaah di masjid meskipun
dalam keadaan berpergian
14. Saya salat dengan mengisi shaf/barisan yang masih kosong
15. Saya salat di tempat yang bersih dari najis
16. Saya mengajak orang lain untuk melaksanakan salat berjamaah
di masjid
17. Saya berkomunikasi dengan cara yang baik kepada jamaah
disebelah saya untuk mengatur kerapihan shaf/barisan
18. Saya mengajak jamaah yang tidak tenang dalam melaksanakan
salat berjamaah agar tenang dalam melaksanakan salat berjamaah
berikutnya
19 Saya berjabat tangan dengan jamaah lain seusai salat
20. Saya berbincang ringan dengan jamaah lain setelah salat
berjamaah
Lampiran 4
KUESIONER DEPRESI
Jawablah dengan memberikan tanda pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
keadaan Bapak/Ibu
Checklist ( √ ) jika iya, dan
Silang ( x ) jika tidak
No. Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir Respon
1. Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani?
2. Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktifitas anda?
3. Merasa bahwa kehidupan anda hampa?
4. Sering merasa bosan?
5. Penuh pengharapan akan masa depan?
6. Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?
7. Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat diungkapkan?
8. Merasa bahagia disebagian besar waktu?
9. Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda?
10. Seringkali merasa tidak berdaya?
11. Sering merasa gelisah dan gugup?
12. Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu yang
bermanfaat?
13. Seringkali merasa khawatir akan masa depan?
14. Merasa memiliki lebih banyak masalah dengan daya ingat
dibandingkan dengan orang lain?
15. Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang?
16. Seringkali merasa merana?
17. Merasa kurang bahagia?
18. Sangat khawatir terhadap masa lalu?
19. Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan?
20. Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru?
21. Merasa dalam keadaan penuh semangat?
22. Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan?
23. Berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda?
24. Seringkali merasa menjadi kesal dengan hal yang sepele?
25. Seringkali merasa ingin menangis?
26. Merasa sulit untuk berkonsentrasi?
27. Menikmati tidur?
28. Memilih menghindar dari perkumpulan sosial?
29. Mudah mengambil keputusan?
30. Mempunyai pikiran yang jernih?
Lampiran 6
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER SALATBERJAMAAH
ANALISIS UNIVARIAT
Distribusi Karakteristik Responden
Statistics
jeniskelamin
usia pendidikanterakhir
NValid 30 30 30
Missing 0 0 0Mean 1,77 2,07 1,57Median 2,00 2,00 1,00Std. Deviation ,430 ,828 1,040Variance ,185 ,685 1,082Skewness -1,328 ,262 1,978Std. Error ofSkewness
,427 ,427 ,427
Kurtosis -,257 -,590 3,515Std. Error ofKurtosis
,833 ,833 ,833
Minimum 1 1 1Maximum 2 4 5
jenis kelamin
Frequency
Percent ValidPercent
CumulativePercent
Valid
laki-laki
7 23,3 23,3 23,3
wanita 23 76,7 76,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
usia
Frequency
Percent ValidPercent
CumulativePercent
Valid
46-59 8 26,7 26,7 26,7
60-74 13 43,3 43,3 70,0
75-90 8 26,7 26,7 96,7
>90 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
pendidikan terakhir
Frequency
Percent ValidPercent
CumulativePercent
Valid
tidaksekolah
21 70,0 70,0 70,0
SD 4 13,3 13,3 83,3
SMP 3 10,0 10,0 93,3
SMA 1 3,3 3,3 96,7
PT 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Distribusi Skor Salat Berjamaah
Statisticssalat berjamaah
NValid 30
Missing 0Mean 66,77Std. Deviation 8,877Minimum 42Maximum 78
Salat Berjamaah
Frequency
Percent ValidPercent
CumulativePercent
Valid
42 1 3,3 3,3 3,3
45 1 3,3 3,3 6,7
49 1 3,3 3,3 10,0
60 1 3,3 3,3 13,3
61 2 6,7 6,7 20,0
62 2 6,7 6,7 26,7
63 2 6,7 6,7 33,3
66 1 3,3 3,3 36,7
68 3 10,0 10,0 46,7
69 3 10,0 10,0 56,7
Depresi
Frequency
Percent ValidPercent
CumulativePercent
Valid
3 1 3,3 3,3 3,3
4 4 13,3 13,3 16,7
5 3 10,0 10,0 26,7
6 7 23,3 23,3 50,0
7 3 10,0 10,0 60,0
8 3 10,0 10,0 70,0
9 3 10,0 10,0 80,0
10 1 3,3 3,3 83,3
14 3 10,0 10,0 93,3
16 1 3,3 3,3 96,7
19 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Tingkat Depresi
Frequency
Percent ValidPercent
CumulativePercent
Valid tidak depresi 24 80,0 80,0 80,0
71 3 10,0 10,0 66,7
73 3 10,0 10,0 76,7
74 4 13,3 13,3 90,0
76 2 6,7 6,7 96,7
78 1 3,3 3,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Distribusi skor Depresi
Depresi
NValid 30
Missing 0Mean 7,83Std. Deviation 3,922Minimum 3Maximum 19
depresiringan
6 20,0 20,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
Nilai Salat Berjamaah
Frequency
Percent ValidPercent
CumulativePercent
Valid
buruk 11 36,7 36,7 36,7
Baik 19 63,3 63,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
ANALISIS BIVARIAT
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
shalatberjama'ah
,189 30 ,008 ,860 30 ,001
a. Lilliefors Significance Correction
Hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresiCorrelations
salatberjamaah
depresi
Spearman's rho
salat berjamaah
CorrelationCoefficient
1,000 -,657**
Sig. (2-tailed) . ,000
N 30 30
depresi
CorrelationCoefficient
-,657** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Top Related