HUBUNGAN POLA ASUH ANAK YANG DITINGGAL
ORANGTUANYA DAN HARGA DIRI DENGAN KEMANDIRIAN SISWA SMP NEGERI DI WILAYAH
KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh:
SUNU PANCARIATNO NIM: 1103506087
PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
2009
ii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya,
Nama : Sunu Pancariatno
NIM : 1103506087
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhanya. Pendapat maupun temuan orang lain yang terdapat dalam
tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 25 Februari 2009
Yang membuat pernyataan,
Sunu Pancariatno
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur patut penulis panjatkan kehadirat Bapa di surga atas
berkat yang dianugerahkanNya sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis
dengan judul ” Hubungan Pola Asuh Anak Yang ditinggal Orang Tuanya dan
Harga Diri dengan Kemandirian Siswa SMP Negeri Di Wilayah Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009”. Penulisan tesis
ini digunakan untuk memenuhi salah satu syarat yang diperlukan dalam
menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang.
Tesis ini dapat penulis selesaikan atas dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr. Maman Rachman, M. Sc selaku Direktur Pascasarjana
Unnes Semarang yang telah memberikan kesempatan yang berharga untuk
menimba ilmu pengetahuan hingga terwujudnya tesis ini.
2. Bapak Drs. J.T. Lobby Loekmono, Ph.D selaku pembimbing tesis, yang
dengan sepenuh hati membimbing dengan sungguh-sungguh, penuh
kesabaran dan kecermatan membaca tesis ini secara detail dengan
memberikan saran-saran konstruktif, meluruskan pola pikir, mengoreksi
bahasa dan tanda baca serta memberikan wawasan yang luas melalui
diskusi pembimbingan.
3. Bapak Prof. Dr. Haryono, M. Psi., selaku pembimbing yang juga dengan
penuh kesabaran, ketulusan dan keiklasan dalam memberikan pengarahan
dan pembimbingan tesis ini
4. Bapak Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd, Kons., selaku pengajar dan
sekaligus konsultan yang memberikan dorongan awal penulis untuk bisa
melanjutkan pendidikan di Unnes ini.
5. Seluruh dosen dan staf administrasi Program Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang yang telah membekali ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi penulis
iv
6. Rekan-rekan Assosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia Provinsi Jawa
Tengah yang juga memberikan arahan dan dorongan serta semangat yang
luar biasa kepada penulis.
7. Dra. Siti Basthiyah selaku mantan Kepala SMPN 2 Pabelan yang
memberikan izin kepada penulis untuk melanjutkan studi di Program
Pascasarjana jurusan Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri
Semarang.
8. Rekan - rekan S 2 angkatan tahun 2006 yang juga memberikan semangat
dan dorongan serta bantuan baik secara material maupun imaterial hingga
dapat terselesainya tesis ini.
9. Ibunda yang tercinta selaku orang tua dan saudara-saudara penulis dengan
penuh pengertian, dorongan dan dukungan doa yang luar biasa sehingga
menambah kekuatan tersendiri dalam penyelesaian tesis ini.
10. Istri dan kedua anak penulis dengan penuh setia dan pengertian sehingga
mendorong penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada semua pihak yang
belum sempat disebutkan satu persatu dalam tesis ini. Semoga semua jasa
dan kebaikan dari Bp/Ibu/Sdr memperoleh berkat dari Tuhan Yang Maha
Esa. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu kritik dan
saran yang sifatnya konstruktif penulis harapkan demi kesempurnaan tesis
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Semarang, 25 Februari 2009
Penulis
v
PENGESAHAN KELULUSAN
Tesis ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program
Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang pada
hari : Jumat
tanggal : 20 Maret 2009
Panitia ujian Ketua Sekretaris Prof. Dr. Maman Rachman, M. Sc. Dr. Anawar Sutoyo, M.Pd NIP 130529514 NIP 131570758 Penguji I Penguji II/ Pembimbing II Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd, Kons Prof. Dr. Haryono, M.Psi NIP 131570049 NIP 131570050
Penguji III/Pembimbing I
Prof. Drs. JT. Lobby Loekmono, Ph.D
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Dan kamu bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
(Effesus 6:4)
Untuk Istri dan kedua anakku Prisca Candra Dewi Milkha Kharisma Candra Putri
vii
Sari Pancariatno, Sunu. 2009. Hubungan Pola Asuh Anak Yang Ditinggal Orang Tuanya dan Harga Diri dengan Kemandirian Siswa SMP Negeri Di Wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009”. Kata kunci: Kemandirian siswa, Pola asuh , dan Harga diri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pola asuh apa yang
mempunyai hubungan signifikansi dengan kemandirian siswa SMP Negeri di
wilayah Kecamatan Pabelan. (2) Signifikansi hubungan harga diri dengan
kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan. (3) Signifikansi
hubungan pola asuh anak yang ditinggal orangtuanya dan harga diri dengan
kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan. Populasi
penelitian ini adalah 195 orang siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang.yang ibunya bekerja di luar negeri/kota secara berturut-turut
minimal 2 (dua) tahun, dengan jumlah sampel 123 orang siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Variabel pola
asuh otoriter tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemandirian.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rx1.1.y = - 0,108 dengan p = 0, 234 > 0,05; (2)
Variabel pola asuh permisif tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kemandirian. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rx1.2.y = 0,092 dengan p = 0, 312 >
0,05; (3) Variabel pola asuh demokratis mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kemandirian. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rx1.3.y = 0,244** dengan p =
0, 006 < 0,05; (4) Variabel harga diri mempunyai hubungan yang signifikan
dengan kemandirian. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Rx2.y = 0,562** dengan p = 0,
000 < 0,05, pada taraf signifikansi 5 persen; (5) hubungan bersama-sama antara
variabel pola asuh tipe demokratis dan harga diri dengan kemandirian siswa
SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang memiliki koefisien korelasi jamak atau multiple correlation (R) sebesar
Rx1.3.2.y = 0,572; F = 29,103 dengan p =0,000 < 0,05. Artinya ada hubungan yang
signifikan antara variebel pola asuh tipe demokratis dan harga diri secara bersama
dengan kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan. Dengan
demikian tujuan penelitian ini dapat dicapai.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi merupakan era dimana persaingan individu semakin
ketat dan perubahan sosial dalam masyarakat terjadi sangat cepat. Untuk
menghadapi era globalisasi ini diperlukan dan dibutuhkan suatu sumber
daya yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang kreatif, ulet,
berkemauwan kuat serta memiliki kemandirian yang tinggi, agar mampu
menghadapi persaingan dan perubahan sosial yang terjadi dalam
masyarakat.
Dalam upaya untuk peningkatan masyarakat dan bangsa, langkah
yang perlu dipersiapkan adalah membenahi dan mempersiapkan generasi
muda sebagai tumpuan kelangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa
agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dengan tingkat
kemandirian yang tinggi. Untuk itu salah satu yang perlu dipersiapkan untuk
generasi muda sebagai tumpuan kelangsungan kehidupan masyarakat dan
bangsa adalah melatih sedini mungkin generasi muda khususnya remaja
untuk menjadi individu yang mandiri. Banyak pihak mencemaskan keadaan
remaja sekarang ini yang dinilai kurang memiliki sifat kristis, kurang kreatif,
kurang memiliki tanggung jawab dan kurang mampu mengatasi persoalan-
2
persolan dirinya sendiri yang kesemuanya itu menunjukkan kurangnya
kemandirian pada remaja.
Mandiri atau sering disebut juga berdiri di atas kaki sendiri,
merupakan kemampuan seseorang untuk tidak bergantung pada orang lain
serta bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya. Secara umum
kemandirian bisa dilihat dari tingkah laku seperti berusaha memenuhi
kebutuhan sendiri, namun kemandirian tidak selalu berbentuk fisik yang
ditampilkan dalam tingkah laku. Kemandirian juga dapat dilihat dari cara
berpikirnya bagaimana seseorang memecahkan masalahnya, apakah
seseorang tersebut bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya dan
dapat menyesuaikan diri terhadap tuntutan dan norma masyarakat.
Kemandirian sebagai salah satu aspek kepribadian sangat penting
dimiliki oleh generasi muda khususnya anak remaja. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Masrun (!986:8) bahwa kemandirian merupakan modal
dasar bagi manusia dalam mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri,
menyelasaikan masalah tanpa bantuan orang lain, sehingga memungkinkan
seseorang untuk dapat bertindak bebas, melakukan sesuatu untuk dapat
memenuhi kebutuhan sendiri atas dorongan sendiri, mengejar prestasi
dengan penuh ketekunan serta mengejar sesuatu tanpa bantuan orang lain,
mampu berpikir original, menghargai keadaan diri sendiri dan memperolah
kepuasaan atas usahanya.
Peserta didik sebagai individu sedang berada dalam proses
tumbuh kembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
3
kematangan, peserta didik SMP memerlukan bimbingan karena mereka
belum memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya, lingkungannya
dan pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Dikarenakan dalam
proses perkembangan individu itu tidak selalu berjalan dalam alur linier,
lurus, atau searah dengan potensi, harapan, dan nilai-nilai yang dianut maka
peranan konselor diperlukan.
Pada hakikatnya manusia selalu membutuhkan bantuan dari
manusia lain untuk dapat membantu mencukupi kebutuhan dirinya. Begitu
pula seorang anak, membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya,
dan orang lain tersebut yang pertama adalah keluarganya sendiri, terutama
orang tuanya. Orang tua mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan
anak baik secara fisik maupun psikis. Gunarsa (2004:299) menyatakan
bahwa sebuah keluarga seharusnya dapat memberikan keakraban dan
kehangatan bagi anak-anaknya, memberi rasa aman, memupuk rasa percaya
diri dan membantu mempersiapkan anak-anaknya untuk mandiri.
Pengertian keluarga menurut Djamarah (2004:16) dapat ditinjau
dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam
hubungan darah merupakan suatu kesatuan yang diikat oleh hubungan darah
satu dengan lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga
dapat dibedakan keluarga besar dan keluarga inti. Keluarga inti terdiri dari
seorang ayah, seorang ibu atau istri, dan anak-anak mereka
(kandung/angkat) yang tinggal satu rumah dan belum menikah. Sedangkan
keluarga besar merupakan sebuah keluarga yang terdiri dari keluarga inti,
4
kakek, nenek, keponakan, sepupu dan hanya saudara lain yang tinggal
dalam satu rumah. Sedangkan keluarga dalam hubungan sosial, merupakan
suatu kesatuan yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi
dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara
mereka tidak terdapat hubungan darah (Djamarah, 2004:3).
Sedangkan menurut Soelaeman (dalam Djamarah, 2004:16)
menyatakan keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan
dan saling menyerahkan diri.
Keluarga sebagai lingkungan primer bagi anak mengajarkan
tentang berbagai macam hal misalnya peraturan, norma dan kebiasaan-
kebiasaan. Apa yang setiap hari diajarkan oleh lingkungan keluarga tentang
sesuatu yang baik maupun buruk akan memberikan pengaruh baik dan buruk
terhadap pertumbuhan kepribadian anak. Disinilah muncul fungsi penting
dari orang tua yaitu sebagai peletak dasar utama dan pertama dalam
penerapan nilai-nilai yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian
anak. Oleh karena itu keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi
tumbuh dan kembangnya anak yang pada akhirnya akan banyak berperan di
dalam lingkungan masyarakat.
Menurut Meichati (dalam Dayaksini, 1998:14-17) keluarga
merupakan ikatan masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan
mungkin sanak saudara yang lain. Didalam keluarga hubungan keluarga
5
dengan anak diikat oleh rasa cinta kasih, dan pengalaman yang dialami anak
dimulai sejak masa bayi melalui usaha-usaha pertama dari orangtua untuk
membimbing dan mengatur. Orangtua sebagai pimpinan dalam keluarga
sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian berupa
pengenalan nilai-nilai dan kebiasaan kepada anak melalui sikap, perilaku
dan kebiasaannya. Dalam mengasuh dan mendidik anak-anaknya, orangtua
adalah sumber pemenuhan kebutuhan psikologis dan dan berperan sebagai
pemberi teladan anak-anaknya Gunarsa (2004:297).
Terbentuknya suatu keluarga tidak lepas dari kerja sama yang baik
antara ayah dan ibu, mereka hendaknya bersama-sama bertanggung jawab
dalam membimbing dan mendidik anak-anaknya. Sebab kekompakan ayah
dan ibu sangat diharapkan, sehingga tugas-tugas seorang ayah dalam suatu
keluarga tidak hanya pencari nafkah tetapi sebagai pelindung dan pendidik
anak-anaknya. Meskipun dalam kenyataannya ayah lebih banyak
menghabiskan waktunya di luar keluarganya, tetapi kasih sayang dan
perhatian terhadap keluarga harus tetap diberikan. Sedangkan hubungan
anak dan ibu bersifat kompleks bila dibandingkan hubungan antara anak dan
ayah. Karena ibu adalah satu-satunya figur yang dapat diidentifikasi anak
sampai anak memasuki usia sekolah (Walgito, 1993:21).
Ibu, orang yang paling sering berhubungan dengan anak pada usia
kanak-kanak. Hal ini senada dengan pendapat Haditono (1990:37) bahwa
pola asuh orangtua merupakan cerminan dalam peranan dan bantuan
orangtua terhadap penyesuaian anak dan pada lingkungannya. Kohn (dalam
6
Yulianti, 2004:18) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orangtua
dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara
orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara
orangtua menunjukan otoritasnya, dan cara orangtua memberikan perhatian
serta tanggapan terhadap anaknya. Sedangkan Hurlock (1999:26)
menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah metode yang digunakan
orang tua dalam hubungannya dengan anak. Pola asuh orang tua merupakan
interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Pengasuhan berarti orangtua mendidik, membimbing dan
mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Penanaman nilai dan aturan dipengaruhi oleh pendidikan dan latar
belakang kehidupan dari orangtua termasuk juga faktor ekonomi. Kebiasaan
dan pendidikan yang sebelumnya diterima orangtua akan menjadi pola asuh
seseorang dalam mendidik anaknya. Dengan keberagaman latar belakang
pendidikan, budaya maupun faktor lain akan membentuk berbagai macam
pola asuh.
Menurut Hurlock (1999:17) ada tiga pola asuh yakni, pola asuh
otoriter, pola asuh otoritatif, dan pola asuh permisif. Pola asuh otoriter
(authoritarian parenting) adalah suatu gaya yang membatasi dan
menghukum serta menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orang
tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orangtua yang otoriter
menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar
7
kepada anak-anak untuk bermusyawarah. Anak yang dididik dalam pola
otoriter cenderung untuk pasif, kurang inisiatif, motivasi belajar kurang,
tidak percaya diri, merasa rendah diri, tidak berani memikul tanggung
jawab, pesimis, dan mudah putus asa.
Pola asuh autoritatif (authoritative parenting) mempunyai ciri
mendorong anak-anaknya agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas
dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Aturan dibuat bersama
oleh seluruh anggota keluarga, orang tua memperhatikan keinginan dan
pendapat anak, selalu berdiskusi untuk mengambil keputusan. Dengan pola
asuh ini anak akan berkembang sesuai tingkat perkembanganya, kreatif,
mudah mengeluarkan pendapat, mereka akan merasa aman dengan kasih
sayang dari orang tua sehingga memunculkan sikap percaya diri memiliki
rasa tanggung jawab, penuh gairah dan optimis dalam hidupnya.
Pola asuh permisif (permissive parenting) dengan ciri tidak
adanya bimbingan dan aturan dari orang tua, tidak ada tuntutan kepada anak,
tidak ada pengontrolan dari orang tua sehingga anak diberi kebebasan dan
diizinkan untuk membuat keputusan untuk dirinya. Anak yang dididik
dalam keluarga ini akan merasa kurang menikmati kasih sayang dari orang
tua, sering menentang, tidak mau belajar, anak merasa tidak bertanggung
jawab apabila ditugaskan suatu pekerjaan tanpa bantuan orang lain.
Menurut Shanti (2002:1) pola asuh merupakan pola interaksi
antara orang tua dan anak. Lebih jelasnya, yaitu bagaimana sikap atau
perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Termasuk caranya
8
menerapkan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan
kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik sehingga
dijadikan contoh/panutan bagi anaknya. Oleh beberapa unsur seperti kasih
sayang, rasa aman dan perhatian. Apabila dalam hubungan antara orang tua
dengan anak tidak disertai dengan adanya perhatian, tidak ada toleransi,
kurangnya kasih sayang dan sikap orang tua yang selalu mengekang
keinginan anak, dapat menciptakan situasi konflik yang akan menghambat
pembentukan sikap mandiri pada anak. Hal ini sependapat dengan Bee
(dalam Yulianti, 2004:13) pola asuh orangtua terhadap remaja banyak
memberikan pengaruh pada perkembangan konsep diri, kemandirian dan
identitas ego. Orangtua yang memiliki anak, ingin memelihara,
membesarkan, dan mendidiknya dan berusaha mencukupi segala kebutuhan
anak karena anak merupakan buah hati dan tumpuan di masa depan.
Data Kaukus Parlemen untuk HAM yang dirilis media pers
Indonesia selama semester pertama pada tahun 2007 telah terjadi 45 kasus
kekerasan dan 102 kasus kematian Tenaga Kerja Wanita di luar negeri.
Artinya bahwa para wanita yang bekerja menjadi tenaga kerja di luar negeri
banyak mengalami masalah.
Hasil survai yang penulis lakukan di SMP Negeri 2 Pabelan
Kabupaten Semarang ada 116 orang siswa yang orangtuanya bekerja di luar
kota atau luar negeri. Dengan penyebaran untuk siswa kelas 7 ada 39 orang
siswa yang orangtuanya menjadi Tenaga Kerja Wanita, kelas 8 ada 50 orang
siswa yang orangtuanya menjadi Tenaga Kerja Wanita, dan di kelas 9 ada 27
9
orang siswa. Dan bila dihitung secara prosentase ada 25,38 % dengan
penyebaran siswa kelas 7 sekitar 8,53 %, kelas 8 sekitar 10,94 % dan 6,06
% . Sedangkan data yang diperoleh dari SMP Negeri 1 Pabelan ada 34 orang
siswa dan 45 orang siswa untuk siswa SMP Negeri 3 Pabelan yang orang
tuanya bekerja di luar kota atau luar negeri minimal 2 tahun berturut-turut.
Mereka bekerja kebeberapa kota atau negara antara lain ; Jakarta, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, Timur Tengah, Korea, Taiwan, Hongkong,
Singapura, dan Malaysia.
Dari keberagaman kota atau negara juga berimbas pada
keberagaman masalah dalam keluarga mereka yang sangat dirasakan oleh
anak. Dari catatan konseling ada anak yang sudah 10 tahun tidak bertemu
ibunya. Ada 2 (dua) orang anak (korban perceraian) yang sudah 8 tahun
tidak bertemu ibunya tanpa berita apapun, mereka mencoba berharap dengan
berkirim surat akan tetapi tidak ada balasan padahal suratnya tidak kembali.
Anak berpikir kalau suratnya tidak kembali berarti ibunya belum pindah
pekerjaan, disisi lain nenek yang dulu mendampinginya juga sudah
meninggal dunia sehingga anak hidup dengan orang lain. Anak-anak yang
ditinggal ibunya bekerja secara finasial mereka lebih baik dari pada yang
tidak kerja, dengan catatan bila ayahnya di rumah benar-benar bisa mengatur
keuangan. Karena dari beberapa anak ada yang justru dengan ibunya bekerja
ayahnya malah punya Wanita Idaman Lain (WIL) sehingga anak-anaknya
tidak diurus, mereka dibiarkan hidup sendiri tanpa pendampingan
orangtuanya. Secara psikologis anak-anak yang ditinggal ibunya bekerja
10
lebih tinggi tingkat kemandirian bila dibandingkan dengan anak-anak yang
hidupnya ditunggui oleh orangtuanya.
Namun dari aspek harga diri anak ada 25 anak yang menyatakan
bahwa dengan kepergian ibunya bekerja justru meningkatkan harga diri
mereka dikarenakan secara finansial mereka dapat memiliki segala sesuatu
dibandingkan sebelumnya. Akan tetapi bagi anak-anak yang orangtuanya
“bermasalah“ akibat dari kepergian ibunya bekerja di luar negeri justru
sebaliknya merasa dirinya tidak berharga baik dimata teman-teman maupun
di masyarakat, karena menjadi beban keluarga dekat atau tetangganya.
Harga diri adalah penilaian seseorang terhadap dirinya yang
berkembang dari feeling of belonging (perasaan diterima oleh kelompok
sosialnya), feeling competent (perasaan kompeten, efisien, produktif) dan
feeling worthwhile (perasaan berharga, cantik, pandai, baik) (Felker, 1998:
187). Jadi Harga diri seseorang bisa dikatakan baik apabila ia merasa
diterima oleh kelompok sosialnya, merasa mampu dan merasa berharga.
Setiap orang tua yang merasa memiliki anak dengan perasaan
diterima oleh kelompok sosialnya, produktifitas tinggi dan berperilaku baik
tentu bangga dan rasanya tidak sia-sia membesarkan anak dan rasanya apa
yang telah diperbuatnya kepada anak memang adalah hal yang benar. Hal ini
sesuai pendapat Coopersmith (dalam Hardy & Heyes, 1985 : 137-139)
bahwa cara bagaimana orangtua memperlakukan anak-anak mereka akan
mempengaruhi harga diri (self esteem) anak.
11
Berdasarkan hasil penelitian Indrawati 2002 (http://digilib.
unikom.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2002-erna-8665-pola asuh) dengan
menggunakan Analisis Regresi, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan ( F = 13, 146 dengan P < 0,010) antara pola
asuh orang tua terhadap kemandirian remaja. Ada pengaruh yang signifikan
antara pola asuh orang tua yang authoritative terhadap kemandirian
remaja. Sedangkan pola asuh orang tua yang kurang menunjang
kemandirian remaja adalah pola asuh orang tua yang permissive dan pola
asuh orang tua yang authoritarian. Dari pengaruh pola asuh orang tua
terhadap kemandirian remaja yang bertipe authoritative sebesar 12,016%,
untuk pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian remaja yang
bertipe permissive sebesar 1,520%, untuk pengaruh pola asuh orang tua
terhadap kemandirian remaja bertipe authoritarian sebesar 7,731%. Jadi
jumlah keseluruhan dari pola asuh orang tua adalah 21,3%. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa-siswi SLTP Muhammadiyah 6 Dau Malang.
Teknik pengambilan sempelnya adalah jumlah dari populasi total, dimana
siswa-siswi kelas I, II secara keseluruhan.
Sejalan dengan hasil penelitian Indrawati, Ningsih (http://digilib.
upi.edu/pasca/available/etd-0223106-102800) mengadakan penelitian
tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Siswa,
hasilnya pola asuh orang tua authoritative yang dirasakan siswa dengan
kemandirian emosinya memiliki hubungan yang signifikan. Sedangkan pola
asuh authoritarian yang dirasakan siswa dengan kemandirian emosinya
12
memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan arah negatif; dan pola
asuh orang tua permissive yang dirasakan siswa memiliki hubungan yang
tidak signifikan dengan kemandirian emosinya.
Sedangkan hasil penelitian Anisa 2005 (http://digilib.unnes.
ac.id/gsdl/ collect/wrdpdf.e/index/assoc/HASHO1a3/5489fec.diri) tentang
Kontribusi Pola Asuh Orang tua terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA
Megeri I Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005.
Hasil uji signifikansi koefesien korelasi ganda dengan uji F diperoleh
diperoleh F hitung = 15,108 > F tabel = 2,71 dan hasil analisis memperoleh
koefisien korelasi 0,4163 menunjukan bahwa (a) pola asuh orang tua tipe
demokratis dan tipe permisif berkorelasi terhadap kemandirian siswa, (b)
pola asuh orang tua tipe otoriter tidak berkolerasi terhadap kemandirian
Hasil penelitian Rini (2002:1) tentang hubungan jumlah anggota
keluarga, harga diri remaja menunjukkan bahwa, ada korelasi negatif yang
signifikan, yang ditunjukkan dengan nilai (r = - 0,459; p < 0,05) antara
ukuran jumlah anggota keluarga dengan harga diri pada remaja. Hal itu
menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah anggota keluarga dari remaja
maka semakin tinggi harga dirinya, sebaliknya semakin banyak jumlah
anggota keluarga dari remaja maka akan semakin rendah harga dirinya.
Artinya remaja yang berasal dari keluarga kecil mempunyai harga diri lebih
tinggi dari pada remaja yang berasal dari keluarga besar, karena mereka
hidup dalam lingkungan keluarga yang lebih demokratis dan dapat
membangkitkan semangat sehingga akan membantu anak mencapai tingkat
13
kematangan yang lebih tinggi dan pada akhirnya berpengaruh pada
kepribadiannya terutama harga dirinya.
Hasil penelitian Arifianto (http://etd.library.ums.ac.id/go.php?id= jtptums-
gdl-s1-2007- kurniawanw-7949) tentang Hubungan antara Harga Diri
dengan Kemandirian, dengan subjek penelitian ini adalah siswa-siswa kelas
2 SMK PGRI 2 Salatiga berjumlah 40 siswa untuk try out dan 78 siswa
untuk penelitian, dengan menggunakan cluster random sample. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah skala harga diri dan skala
kemandirian. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien
korelasi (rxy) sebesar 0,670 dengan p < 0,01, hal ini berarti ada hubungan
positif yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian. Artinya,
semakin tinggi skor harga diri maka semakin tinggi skor kemandirian dan
sebaliknya.
Peranan atau sumbangan efektif harga diri terhadap kemandirian
sebesar 44,9% yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinan (r2)
sebesar 0,449. Hal ini berarti masih terdapat 55,1% faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kemandirian di luar variabel harga diri seperti faktor pola
asuh orangtua, interaksi teman sebaya, pendidikan, jenis kelamin, usia.
Hasil penelitian ini menunjukkan kemandirian pada subjek penelitian
tergolong tinggi, ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 133,205 dan
rerata hipotetik sebesar 107,5. Harga diri pada subjek penelitian tergolong
tinggi, ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 114,462 dan rerata
hipotetik sebesar 90. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini
14
adalah ada hubungan positif antara harga diri dengan kemandirian remaja.
Semakin tinggi skor harga diri maka semakin tinggi pula skor kemandirian
pada remaja, sebaliknya semakin rendah skor harga diri maka semakin
rendah pula skor kemandirian pada remaja.
Berdasarkan hasil penelitian Indrawati (2002:1) dan Ningsih
(2006:1) tentang hubungan pola asuh dengan kemandirian dinyatakan
bahwa pola asuh authoritative memiliki korelasi signifikan dengan
kemandirian, akan tetapi pola asuh outhoritarian dan permissive tidak
berkorelasi dengan kemandirian. Sedangkan hasil penelitian Anisa (2005:1)
menyatakan pola asuh demokratis dan permisif berkorelasi signifikan
terhadap kemandirian. Dengan adanya perbedaan temuan, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian ulang tentang hubungan pola asuh anak
yang ditinggal orang tuanya dan harga diri dengan kemandirian siswa
dengan mengambil populasi penelitian siswa SMP Negeri di wilayah
Kecamatan Pabelan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang maka dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1.2.1 Pola asuh anak yang ditinggal orang tuanya apa yang mempunyai
hubungan signifikan dengan kemandirian siswa di SMP Negeri di
wilayah Kecamatan Pabelan?
15
1.2.2 Adakah hubungan yang signifikan antara harga diri dengan
kemandirian siswa di SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan?
1.2.3 Adakah hubungan yang signifikan antara pola asuh anak yang
ditinggal orangtuanya dan harga diri dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut :
1.3.1 Mengetahui pola asuh anak yang ditinggal orang tuanya yang
mempunyai hubungan signifikansi dengan kemandirian siswa SMP
Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan.
1.3.2 Mengetahui signifikansi hubungan harga diri dengan kemandirian
siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan.
1.3.3 Mengetahui signifikansi hubungan pola asuh anak yang ditinggal
orangtuanya dan harga diri dengan kemandirian siswa SMP
Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dapat memberi manfaat secara teoritik maupun
praktik.
1.4.1 Secara Teoritik
Apabila dalam penelitian ditemukan adanya hubungan yang
signifikan antara pola asuh anak yang ditinggal orangtuanya dengan
16
kemandirian siswa SMPN 2 Pabelan, maka penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Bee (dalam Yulianti, 2004:13) dan penelitian
Indrawati (2002). Bila tidak ditemukan adanya hubungan signifikan,
maka penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anisa (2005). Dan
bila dalam penelitian ditemukan adanya hubungan signifikan antara
harga diri dengan kemandirian siswa SMPN 2 Pabelan, maka
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rini (2000:1) dan
Arifianto (2007). Bila ditemukan tidak ada hubungan signifikan,
maka penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kusumawati
(2005).
1.4.2 Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dan bahan referensi ke Dinas Pendidikan Kabupaten
Semarang dan khususnya pada SMP Negeri di wilayah Kecamatan
Pabelan dalam rangka pengembangan diri siswa dan peningkatan
kuailitas pendidikan di sekolah dan di rumah/keluarga.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kemandirian
2.1.1 Pengertian Kemandirian
Istilah kemandirian sering disebut sebagai autonomy atau
independency. Angyal (dalam Masrun, 1986:8) autonomy merupakan
tendensi untuk mencapai sesuatu, mengatasi sesuatu, bertindak secara
efektif terhadap lingkungan, dan merencanakan serta mewujudkan
harapan-harapannya. Sedangkan independency menurut Bhatia (dalam
Masrun, 1986:8) diartikan sebagai perilaku yang aktifitasnya diarahkan
pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan
bahkan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalahnya sendiri
tanpa bantuan orang lain.
Bernadib (dalam Yulianti, 2004:9) mendifinisikan kemandirian
adalah keadaan jiwa seseorang yang mampu memilih norma dan nilai-nilai
atas keputusan sendiri, mampu bertanggung jawab atas segala perilaku dan
perbuataan individu yang bersangkutan. Kemandirian yang dimiliki,
menjadikan sesorang ketergantungan pada pihak lain menjadi minimal.
Menurut Greenberger (dalam Masrun dkk, 1986:10) menyatakan
bahwa kemandirian mencakup beberapa istilah antara lain autonomy,
independency dan sefl reliance. Autonomy dimaksudkan sebagai tendensi
untuk mencapai sesuatu, mengatasi sesuatu, bertindak secara efektif
18
terhadap lingkungannya dan merencanakan serta berusaha mewujudkan
harapan-harapannya yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam.
Secara fungsional autonomy dapat diartikan juga sebagai tendensi untuk
bersikap secara bebas dan original dalam arti tidak mengantungkan kepada
orang lain.
Independency diartikan sebagai gerak yang mengarah pada
kesesuaian dengan kebutuhan-kebutuhan persepsi atau pendapat sendiri
pada daripada merespons terhadap tuntutan lingkungan atau pengaruh
orang lain, aktivitas yang dilakukan diarahkan kepada diri sendiri dan
kritis terhadap pengarahan ataupun pengaruh dari orang lain. Bahkan
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya cenderung mencoba
memecahkan dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa minta bantuan
orang lain, Bhatia (dalam Masrun, 1986:8). Sedangkan self reliance
merupakan perilaku yang didasarkan percaya pada diri sendiri dimana
pusat kendali berasal dari dalam diri sendiri.
Menurut Brawer (dalam Djamal, 2004:18) kemandirian adalah
perasaan otonom, perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul
karena ketaatan dorongan dari dalam yang tidak bergantung orang lain,
sehingga dapat menyelesaikan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain.
Sejalan pendapat Brawer, Masrun (1986:8) pengertian kemandirian
sebagai salah satu kompenen kepribadian yang mendorong individu untuk
dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri, menyelesaikan
masalah tanpa bantuan orang lain. Selain itu Masrun menyatakan juga
19
bahwa kemandirian adalah suatu sifat yang memungkinkan seseorang
untuk dapat bertindak bebas, melakukan sesuatu untuk dapat memenuhi
kebutuhan sendiri atas dorongan sendiri , mengejar prestasi dengan penuh
ketekunan serta keinginan mengejar sesuatu tanpa bantuan orang lain,
mampu berpikir dan bertindak original, menghargai keadaan diri sendiri
dan memperoleh kepuasaan atas usahanya. Budiharjo (dalam Utomo,
2006:9) mengatakan bahwa kemandirian (autonomy) adalah
kecenderungan untuk tidak bergantung pada orang lain dalam membuat
keputusan.
Selanjutnya Irene (2002:21) mendifinisikan kemandirian sebagai
suatu sikap yang dapat menerima dan menjadi diri sendiri, percaya pada
kemampuan diri sendiri serta tidak bergantung pada orang lain. Sedangkan
menurut Kartadinata (1988:88) kemandirian diartikan sebagai kekuatan
motivasi dalam diri individu untuk mengambil keputusan dan menerima
tanggung jawab atau konsekuensi keputusan itu, yang tingkat
perkembangannya dinyatakan dalam tingkat: impulsive, konformistik,
sadar diri, seksama, individulistik dan mandiri. Dalam kamus psikologi
kata autonomy (otonomy) diartikan kebebasan individu manusia untuk
memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah, menguasai dan
menemukan dirinya sendiri (Chaplin, 2006:48)
Dari berbagai pengertian para ahli, terlihat bahwa subtansi
kemandirian terdiri atas:
20
1) Kemampuan untuk menggali dan mengembangkan potensi diri dan
lingkungan.
2) Kemampuan untuk berdiri sendiri dan mengatasi kesulitan.
3) Kemampuan menerima konsekuensi atas segala keputusan yang
diambil.
Ketiga subtansi kemandirian tersebut di atas, sejalan dengan
pernyataan Rogers (Burns, 1993:53) bahwa kemandirian menunjukan
kepada adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain. Artinya bahwa
individu dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan dan mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Individu yang mandiri
menurutnya memiliki karakteristik tertentu yang ditandai dengan inisiatif,
tanggung jawab, mampu mengambil keputusan dengan memperhitungkan
resikonya dan tanggap terhadap peluang-peluang baru yang bisa
dikerjakan sesuai kapasitasnya. Selain itu, dapat dikatakan bahwa
kemandirian menunjukkan kepada bagaimana individu mampu
menunjukkan kreativitasnya, mandiri, memiliki harga diri dan kepercayaan
diri sendiri, sehingga memungkinkan individu untuk berkarya, bersaing,
bekerja sama dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya,
memecahkan masalah-masalahnya serta melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya. Kepercayaan pada diri sendiri agar mampu mandiri
merupakan modal utama bagi individu untuk menghadapi tantangan
21
kehidupan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalah-
masalah yang dihadapinya.
Dalam teori yang dikembangkan Steinberg (1989: 270) istilah
independency dan autonomy sering dipertukarkan secara bergantian sesuai
dengan penggunaan konsep kedua istilah tersebut. Secara umum kedua
istilah tersebut memiliki arti yang sama yakni kemandirian, tetapi secara
konseptual kedua istilah tersebut berbeda dengan perbedaan yang sangat
tipis. Dalam bahasa Inggris independence berarti kemerdekaan atau
kebebasan, sedangkan secara konseptual mengacu kepada kapasitas
individu untuk memperlakukan diri sendiri. Steinberg (1989: 270)
menyatakan bahwa independence generally refers to individual’s capacity
to behave on their own. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa
independence menunjukkan pada kapasitas seseorang untuk
memperlakukan dirinya sendiri. Berdasarkan pernyataan tersebut,
Steinberg menjelaskan bahwa anak yang sudah memiliki independence
akan mampu melakukan sendiri aktivitas dalam kehidupan tanpa adanya
pengaruh dan pengawasan orang lain terutama orang tua. Kemandirian
yang mengarah pada konsep independence ini merupakan bagian dari
perkembangan autonomy selama masa masa remaja, namun autonomy
mencakup dimensi yang lebih luas lagi yaitu dimensi emosional,
behavioral, dan nilai. Steinberg (1989: 270) menegaskan the growth of
independence is surely a part of becoming autonomous during
22
adolescence, yaitu pertumbuhan independence merupakan bagian dari
menjadi autonomy (mandiri) selama masa remaja.
Pada masa remaja, kemandirian merupakan salah satu tugas
perkembangan yang fundamental. Hal ini sesuai tugas perkembangan yang
diungkapkan oleh Havighurst (Hurlock,1980:10) yang mana salah satu
tugas perkembangan tersebut adalah mencapai perkembangan kemandirian
secara emosional dari orang tua. Steinberg (1989: 270) becoming an
autonomous person-a self governing persons- is one of the fundamental
developmental tasks of the adolescent years. Artinya bahwa individu yang
mandiri, yang mampu mengelola diri sendiri merupakan satu tugas
perkembangan yang mendasar pada masa remaja. Disebut fundamental
karena pencapaian kemandirian pada anak sangat penting artinya dalam
kerangka menjadi individu dewasa. Bahkan pentingnya kemandirian harus
dicapai pada masa remaja sama pentingnya dengan pencapaian identitas
diri. Steinberg (1989: 270)
Tidak mudah bagi remaja (usia anak SMP) untuk memperoleh
kemandiriannya. Kesulitannya terletak pada upaya pemutusan ikatan
emosional yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa
nyaman selama masa kanak-kanak. Bahkan pemutusan ikatan emosional
ini sering menimbulkan reaksi yang sulit dipahami (misunderstood) oleh
remaja dan orang tua. Terkadang remaja sering mengalami kesulitan
dalam memutuskan ikatan tersebut secara logis dan objektif. Dalam upaya
memutuskan ikatan emosional dari orang tuaanya, kadang remaja harus
23
menentang keinginan dan aturan orang tua. Dan orang tua sering
mempersepsikan upaya pemutusan ikatan emosional yang dilakukan anak
sebagai bentuk pemberontakan.
2.1.2 Tipe-tipe Kemandirian
Steinberg (1989: 273) membedakan kemandirian kedalam tiga tipe,
yaitu kemadirian emosional (emotional autonomy), kemandirian perilaku
(behavioral autonomy), kemandirian nilai (values autonomy).
1) Kemandirian emosional (emotional autonomy)
Kemandirian emosional adalah seberapa besar ketidak
bergantungan individu terhadap dukungan emosional orang lain, terutama
orang tua dalam mengelola dirinya. Pemudaran hubungan anak dengan
orang tua pada masa remaja terjadi dengan sangat cepat. Percepatan
pemudaran hubungan terjadi sering dengan semakin mandirinya anak
dalam mengurus diri sendiri. Proses ini secara tidak langsung memberikan
peluang bagi anak untuk mengembangkan kemandiriannya terutama
kemandirian emosional.
Proses psikososial lainnya yang menuntut anak mengembangkan
kemandirian emosional adalah perubahan pengungkapan kasih sayang,
meningkatnya pendistribusian kewenangan, tanggung jawab, menurunnya
interaksi verbal dan kesempatan bertemu dengan orang tua, serta semakin
larutnya anak dalam pola-pola hubungan dengan teman sebaya untuk
menyelami hubungan kehidupan di luar kehidupan yang baru di luar
24
keluarga. Semua proses psikososial tersebut lambat laun akan
memudarkan ikatan emosional anak dengan orang tua.
Anak yang mandiri secara emosional mempunyai indikator-
indikator dalam beberapa hal seperti 1). Anak yang mandiri tidak serta
merta lari kepada orang tua ketika dirundung kesedihan, kekecewaan,
kekhawatiran, atau membutuhkan bantuan, 2). Anak tidak lagi memandang
orang tua sebagai orang yang mengetahui atau menguasai segala-galanya,
3). Anak sering memiliki energi emosional yang besar dalam rangka
menyelesaikan hubungan-hubungan di luar keluarga dan dalam
kenyataannya mereka merasa lebih dekat dengan teman-teman daripada
orang tua, 4). Anak mampu memandang dan berinteraksi dengan orang tua
sebagai pada umumnya bukan semata-mata sebagai orang tua.
2) Kemandirian perilaku (Behavioral autonomy)
Kemandirian perilaku merupakan kemampaun seseorang
melakukan aktivitas, sebagai manisfestasi dari berfungsinya kebebasan
dengan jelas, menyangkut peraturan-peraturan yang wajar mengenai
perilaku dan pengambilan keputusan seseorang. Mandiri dalam perilaku
berarti bebas untuk bertindak/ berbuat sendiri tanpa terlalu bergantung
pada bimbingan/pertolongan orang lain. Secara psikologis anak ingin
mendapatkan kemandirian perilaku ini secara perlahan-lahan. Hal ini
dimulai dari pendistribusian wewenang yang diberikan oleh orang tuanya
terhadap anaknya. Pemberian kepercayaan secara sedikit demi sedikit
25
terhadap anak akan memberikan situasi yang kondusif terhadap
peningkatan kemandirian.
Kemandirian perilaku pada anak ditandai dengan beberapa
indikator yakni, 1). Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan
mengetahui dengan pasti kapan seharusnya meminta/mempertimbangkan
nasehat orang lain selama hal itu sesuai, 2). Mampu mempertimbangkan
bagian-bagian alternatif dari tindakan yang dilakukan berdasarkan
penilaian sendiri dan saran-saran orang lain, 3). Mencapai suatu keputusan
yang bebas tentang bagaimana harus bertindak/melaksanakan keputusan
dengan penuh percaya diri
3) Kemandirian nilai (Values autonomy)
Kemandirian nilai adalah kemampuan individu untuk menolak
tekanan atau tuntutan orang lain yang berkaitan dengan keyakinan dalam
bidang nilai. Dengan demikian individu memiliki seperangkat prinsip
tentang benar, salah serta penting dan tidak penting dalam memandang
sesuatu dilihat dari sisi nilai. Terdapat tiga perubahan kemandirian nilai
yang terjadi mada masa remaja, yaitu keyakinan akan nilai-nilai semakin
abstrak (abstract belief), keyakinan akan nilai semakin bersifat prinsip
(principled belief), dan keyakinan akan nilai-nilai yang berbentuk dalam
diri remaja bukan dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tua atau
orang dewasa lainnya tetapi lebih pada keyakinan yang dimilikinya sendiri
(indepent belief).
26
Kemandirian nilai pada anak ditandai dengan beberapa indikator
yakni, 1). Cara anak dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin
abstrak, 2). Keyakinan-keyakinan anak menjadi semakin bertambah
mengakar pada prinsip-prinsip umum yang dimiliki beberapa basis
idiologis, 3). Keyakinan-keyakinan anak menjadi semakin bertambah
tinggi dalam nilai-nilai mereka sendiri dan bukan hanya dalam suatu
sistem nilai yang ditanamkan oleh orang tua atau figur pemegang
kekuasaan lainnya.
Berdasarkan pendapat Batia, Bernadib, Greenberger maupun
Brawer, maka dalam penelitian ini kami menggunakan teori kemandirian
dari Steinberg (1989:270) yang menyatakan bahwa kemandirian adalah
kemampuan individu dalam mengelola dirinya sendiri. Jadi individu yang
mandiri adalah individu yang mampu mengelola dirinya sendiri (self
governing person). Kemampuan dalam mengelola diri sendiri ini ditandai
dengan kemampuannya untuk tidak bergantung kepada dukungan orang
lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara sendiri dan
mampu menerima akibat keputusan tersebut, serta memiliki seperangkat
prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting
2.1.3 Proses perkembangan kemandirian
Kemandirian adalah kondisi psikologis yang dapat berkembang
dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan
yang dilakukan terus- menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut
berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan, dan disesuaikan dengan usia
27
serta kemampuan anak. Misalnya: untuk anak-anak usia 3-4 tahun latihan
kemandirian dapat berupa membereskan mainan yang telah dipakainya.
Menurut Watson dan Lindgren (dalam Suparmi,1991:31) anak mulai
menunjukan mandiri pada usia sekitar 2 – 3 tahun. Pada usia ini anak
banyak menunjukkan tingkah laku negatif dan menentang. Hal ini
disebabkan anak mulai menyadari ”aku”nya antara lain berusaha mandiri
dengan menolak bantuan orang lain, menentang petunjuk-petunjuk orang
dewasa, dan lain sebagainya.
Setelah anak memasuki remaja (usia anak SMP) ada beberapa
tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Selain kematangan fisik,
seorang remaja juga harus mencapai tugas-tugas perkembangan psikis,
yaitu secara bertahap mencapai kemandirian dari orang tua, penyesuaian
dengan kematangan sosial, mempertahankan kerjasama dengan teman
sebaya tanpa mendominasi teman-temannya, memutuskan dan
menyiapkan pekerjaan yang berarti. Kebutuhan akan kemandirian nyata
benar pada usia remaja. Mereka selalu ingin menunjukkan bahwa mereka
dapat mengambil keputusan sendiri, tidak mau didikte dan tidak mau
terikat dengan aturan orang tua. Mereka sebaiknya diberi kebebasan untuk
memilih model dan warna baju, jam berapa ia harus bangun dan tidur
malam, dengan siapa anak tersebut bergaul walaupun sedikit masih dalam
pengawasan orang tua. Dengan memberikan latihan tersebut, diharapkan
dengan bertambahnya usia akan bertambah pula kemampuan anak untuk
berpikir secara objektif, tidak mudah dipengaruhi, berani mengambil
28
keputusan sendiri, tumbuh rasa percaya diri, tidak tergantung kepada orang
lain dengan demikian kemandirian akan berkembang dengan baik.
Dengan kemandirian tersebut anak harus belajar dan berlatih dalam
membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak
sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dilakukannya, dengan kata lain mereka melepaskan diri
sendiri secara bertahap dari ikatan ketergantungan orang tua. Hal ini juga
diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara remaja dengan
teman sebaya. Melalui hubungan pertemanan mereka belajar berpikir
secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima atau menolak
pandangan atau nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari perilaku
yang diterima di dalam kelompoknya. Bila didalam kelompoknya mereka
merasa nyaman dan bisa diterima dan dihargai akan keberadaannya dan
sebaliknya bila di lingkungan rumah tidak menerimanya maka akan
terjadi hambatan atau masalah. Sebab anak akan berpikir kalau mereka
melepaskan dari ikatan orang tua maka segala kebutuhan atau keinginan
tidak dapat terpenuhi secara finansial, sebaliknya bila mereka mengikuti
irama kelompok secara psikologis akan mendapat kepuasaan tersendiri .
Agar terjadi perkembangan kemandirian anak maka orang tua hendaknya:
1 Berkomunikasi dua arah antara orang tua dengan anak. Dengan
melakukan berkomunikasi orang tua dapat mengetahui pandangan-
pandangan dan kerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya anak-
29
anak juga dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh orang
tuanya.
2. Memberikan kesempatan kepada anaknya untuk membuktikan atau
melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambilnya, bahkan
mengusahakan sendiri apa yang diperlukan dan biarkan juga
mereka mengatasi sendiri berbagai masalah yang muncul. Peran
orang tua hanya sebagai pengamat dan bisa melakukan intervensi
jika tindakan anak dianggap dapat membahayakan dirinya maupun
orang lain.
3. Memberi tanggung jawab terhadap tindakan yang diperbuat anak
merupakan kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani
bertanggung jawab anak akan belajar untuk tidak mengulang hal-
hal yang memberikan dampak negatif (tidak menyenangkan) bagi
dirinya.
4. Adanya konsistensi orang tua dalam menerapkan kedisiplinan dan
menanamkan nilai-nilai kepada anak dan sejak masa kanak-kanak
di dalam keluarga akan menjadi panutan bagi remaja untuk
mengembangkan kemandirian berpikir secara dewasa. Orang tua
yang konsisten dalam menerapkan kedisiplinan akan memudahkan
anak dalam membuat rencana hidupnya sendiri dan dapat memilih
berbagai alternatif yang menjadi salah satu ciri anak mandiri.
30
2.2 Pola Asuh
2.2.1 Pengertian Pola Asuh
Menurut Jersild (1978:230) memandang pola asuh orang tua
merupakan pola perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya
untuk mencapai tujuan keluarga. Hal ini didukung pendapat Gunarsa
(1995:116) pola asuh orang tua sebagai cara mendidik anak yang sesuai
dengan sifat dan titik berat orang tua dalam hubungan antara anak dan
orang tua.
Haditono (1990:128) mengartikan pola asuh orang tua adalah cara
khas orang tua dalam memperlakukan anak-anak mereka yang
berhubungan erat dengan terbentuknya kepribadian. Sedangkan Handayani
(2002:33) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah cara orang tua
dalam mengasuh anaknya dengan memberikan aturan-aturan atau disiplin
dengan tujuan membentuk watak, kepribadian dan memberikan nilai-nilai
bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
Dari beberapa definisi tersebut di atas penulis mengemukakan pola
asuh orang tua adalah daya upaya dalam pendidikan keluarga yang
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, perlakuan orang tua dalam
memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan dan mendidik anak dalam
kehidupan sehari-hari, serta orang tua dalam keluarga mempunyai peranan
penuh untuk mengatur dan mendidik anak-anaknya.
Pola asuh orang tua bermacam-macam, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Hurlock (1999:17-18), menyatakan ada tiga cara yang
31
digunakan oleh orang tua dalam mendidik putra-putrinya, yaitu pola asuh
otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Dalam
penerapannya tidak bisa dibedakan secara tegas sehingga kecenderungan
pola asuh tertentu yang diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
Ketiga pola asuh tersebut mempuanyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pola asuh otoriter
Adanya kontrol yang ketat dari orang tua, aturan dan batasan dari
orang tua harus ditaati oleh anak, anak harus berperilaku sesuai aturan
yang telah ditetapkan orang tua, orang tua tidak mempertimbangkan
pandangan atau pendapat anak dan orang tua memusatkan perhatian
pada pengendalian secara otoriter yaitu berupa hukuman fisik.
Pada pola asuh ini orang tua menentukan apa yang perlu diperbuat
oleh anak tanpa memberi alasan atau penjelasan tentang alasannya.
Apabila anak melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh orang
tua, anak tidak diberi kesempatan untuk memberi alasan atau
penjelasan sebelum hukuman diterima. Sebaliknya orang tua tidak
pernah memberikan hadiah atau pujian apabila anak berbuat sesuai
dengan orang tua.
Pola asuh ini anak mempunyai sifat submisif, anak tidak
mempunyai inisiatif karena takut berbuat salah, anak menjadi penurut,
tidak mempunyai kepercayaan diri dan tidak mempunyai rasa
tanggung jawab. Pada pola asuh ini kontrol orang tua sangat ketat,
namun dipihak lain orang tua menuntut agar anak lebih bertanggung
32
jawab sesuai dengan perkembangannya, tetapi anak merasa terkekang
dalam mencari kemandirian. Karena itu sering terjadi konflik antara
anak dan orang tua, anak tidak mau berkomunikasi dengan orang tua,
akhirnya terjadi jurang pemisah antara anak dengan orang tua.
2. Pola asuh demokratis
Aturan dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga, orang tua
memperhatikan keinginan dan pendapat anak, selalu mengadakan
diskusi untuk mengambil suatu keputusan, anak mendapat kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya dan diberi kepercayaan serta
bimbingan dan kontrol dari orang tua. Apabila anak harus melakukan
tugas tertentu, orang tua memberikan penjelasan atau alasan mengapa
perlunya hal tersebut dilakukan dan bila anak melanggar peraturan
yang telah ditetapkan, anak diberi kesempatan untuk memberikan
alasan mengapa ketentuan itu dilanggar sebelum anak menerima
hukuman. Hukuman yang diberikan berkaitan dengan perbuatannya
dan berat ringannya hukuman tergantung pada pelanggarannya. Hadiah
dan pujian diberikan oleh orang tua untuk perilaku yang diharapkan.
Pada pola asuh ini hubungan anak dan orang tua harmonis, kontrol
orang tua terhadap anak tidak berlebihan. Ada dialog diantara mereka
sehingga anak merasa dihargai untuk mengeluarkan pendapat, karena
itu anak dengan orang tua saling bertukar pikiran, orang tua
menghargai anak dan respek terhadap orang tua. Anak tidak takut akan
33
membuat kesalahan, dengan demikian rasa percaya diri anak akan
berkembang dengan baik dan anak mempunyai rasa tanggung jawab.
3. Pola asuh permisif
Tidak adanya bimbingan dan aturan dari orang tua, tidak ada tuntutan
kepada anak, tidak ada pengendalian atau pengontrolan dari orang tua.
Orang tua tidak memberikan aturan kepada anaknya, anak diberi
kebebasan dan diizinkan untuk membuat keputusan untuk dirinya
sendiri, anak harus belajar sendiri untuk berperilaku dalam lingkungan
sosial, anak diperkenankan berbuat sesuai dengan apa yang dipikirkan
anak.Tidak ada hukuman dari orang tua meskipun anak melanggar
peraturan dan tidak diberi hadiah bila berperilaku baik.
Pada pola asuh permisif semua serba boleh, karena tidak ada
kontrol dari orang tua, anak berbuat sekehendak hatinya, maka anak
kurang respek terhadap orang tua, kurang menghargai apa yang
diberbuat orang tua untuknya. Anak yang diasuh dan dididik
dengan pola ini biasanya mendapat proteksi yang berlebihan, sehingga
apapun yang dilakukan anak dibiarkan oleh orang tua. Dengan
demikian perhatian serta hubungan orang tua dengan anak akan
terganggu, karena tidak ada pengarahan atau informasi dari orang tua,
maka anak tidak mengerti apa yang sebaiknya dikerjakan dan mana
sebaiknya yang ditinggalkan.
Anak kurang mempunyai tanggung jawab dan biasanya anak sulit
dikendalikan serta berbuat hal-hal yang sebenarnya tidak dibenarkan.
34
Perilaku sering melanggar norma- norma masyarakat karena itu akan
terbentuk sikap penolakan dari lingkungan dan akibatnya kepercayaan
diri goyah serta penghargaan pada diri sendiri kurang baik.
Senada pendapat Hurlock, menurut Baumrid dikutip oleh McKay
(2006 : 10) juga membagi pola asuh ke dalam tiga kategori berdasarkan
pada kehangatan, yakni tingkat keterlibatan, dukungan dan respon orang
tua pada anak, dan kontrol yang meliputi tuntutan atau ekspetasi orang tua
pada anak serta tingkat pengawasan anak
Pola asuh jenis pertama adalah Authoritative dimana orang tua
menunjukan kehangatan dan kontrol tinggi. Ekspektasi dan aturan yang
konsisten, jelas serta rasional dipadukan dengan kehangatan dan
komunikasi yang baik. Orang tua dengan pola asuh ini juga bersikap
realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang
melampui kemampuan anak dan juga memberikan kebebasan kepada anak
untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada
anak bersifat hangat.
Selanjutnya pola asuh outhoritarian menggabungkan kontrol yang
tinggi dengan kehangatan yang rendah. Pola asuh jenis ini memungkinkan
orang tua memberikan perintah dan ekspetasi yang tinggi pada anak
dengan partisipasi anak yang sangat terbatas. Orang tua cenderung
memaksa, memerintah, dan menghukum. Apabila anak tidak mau
melakukan apa yang dikatakn oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak
segan menghukum anak, dan tidak kenal kompromi dan dalam komunikasi
35
bersifat satu arah serta tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk
mengerti menganai anaknya.
Pola asuh jenis ketiga adalah pola asuh permissive, pola asuh jenis
ini memadukan tingkat kehangatan yang tinggi dengan tingkat kontrol
yang rendah. Orang tua terlalu memanjakan anak dan tidak memberikan
tuntutan apapun pada anak. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat
sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua.
Dari pendapat Hurlock dan Baumrid, kami selaku peneliti
menggunakan dasar teori Hurlock yang menyatakan bahwa pola asuh
adalah cara/strategi pendidikan dalam keluarga yang dilakukan oleh orang
tua kepada anaknya dalam kehidupan sehari-hari serta peranan penuh
orang tua untuk mengatur dan mendidik anaknya. Menurut Hurlock
(1999:17-18) ada tiga tipe pola asuh, yaitu pola asuh otoriter dengan ciri
adanya kontrol yang ketat dari orang tua, aturan dan batasan dari orang tua
harus ditaati oleh anak, anak harus berperilaku sesuai dengan standar
orang tua, dan memungkinankan adanya hukuman fisik dari orang tua.
Pola asuh kedua, adalah pola asuh demokratis dengan ciri aturan dibuat
bersama oleh seluruh anggota keluarga, orang tua memperhatikan
keinginan dan pendapat anak, menggunakan musyawarah dalam
menyelesaikan masalah, adanya kepercayaan dan kontrol serta
pengawasan dari orang tua. Sedangkan pola asuh ketiga yaitu pola asuh
36
permisif dengan ciri anak diberi kebebasan penuh, tidak ada pengawasan
dan kontrol serta bimbingan dari orang tua
2.2.2 Aspek-aspek pola asuh orang tua
Aspek – aspek pola pengasuhan orang tua menurut Hurlock
(1999:124) adalah sebagai berikut:
a) Peraturan dan hukum
Peraturan dan hukum ini dibuat dengan fungsi sebagai pedoman dalam
melakukan penilaian terhadap perilaku anak.
b) Hukuman
Hukuman diberikan bagi individu karena pelanggaran yang dilakukan
terhadap peraturan dan hukum.
c) Hadiah
Hadiah diberikan untuk perilaku yang baik atau usaha untuk
berperilaku sosial yang baik.
Senada pendapat Hurlock,Gunarsa (1995:41) Aspek – aspek dari
pola asuh orang tua adalah:
a) Aspek kognitif, yang dimaksud adalah menanamkan disiplin tidak
lepas dari pengembangan pengertian-pengertian dan karena itu harus
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
b) Kasih sayang, sebagai dasar untuk menciptakan hubungan dengan
anak, agar anak tidak merasa dipaksa untuk berbuat sesuatu di luar
kemampuannya.
37
c) Hukuman yang diartikan sebagai sikap tegas, konskuen dan konsisten
dengan dasar yang dihukum bukan anak atau perasaan anak tetapi
merupakan perbuatan yang melanggar aturan
2.3 Harga Diri
2.3.1 Pengertian harga diri
Harga diri merupakan satu aspek kepribadian yang dianggap
penting dan memberi sumbangan besar bagi keberhasilan seseorang.
Penelitian – penelitian menunjukan bahwa harga diri akan mempengaruhi
proses berpikir dan bertindak individu, sehingga akan mempengaruhi
seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku..
Menurut Loekmono (1992:5) harga diri merupakan suatu kebutuhan yang
ada dalam diri setiap manusia yang memerlukan pemenuhan dan
kepuasaan. Apabila kebutuhan harga diri dipenuhi maka diharapkan
seseorang mempunyai sikap percaya diri, rasa berharga, dan rasa mampu.
Sebaliknya apabila kebutuhan harga diri tidak terpenuhi akan
mengakibatkan rasa rendah diri, merasa lemah, tidak mampu, merasa tidak
berguna, merasa hampa dalam hidupnya, merasa putus asa dan ragu-ragu
dalam bertindak.
Frey (dalam Aditomo dan Retnowati, 2004:5) mengatakan bahwa
harga diri merupakan evaluasi yang menjelaskan keputusan positif,
negatif, netral dan kabur, yang merupakan salah satu bagian dari konsep
diri. Konsep diri yang baik akan membentuk harga diri yang baik pula.
Sehingga individu mampu menerima keadaan dirinya secara baik dan
38
wajar, mampu mengekspresikan pendapatnya lewat jalur yang baik dan
benar, dan memiliki emosi yang stabil, tidak mudah terpengaruh, karena
lebih jelas dalam membedakan hal yang positif dan negatif.
Menurut Harris dan Reynold (1995:23) bahwa harga diri akan
muncul apabila individu mempunyai sikap percaya diri, rasa berharga, rasa
kuat, rasa mampu, dan perasaan berguna. Dan apabila individu tidak
memiliki perasaan tersebut, ia akan merasakan hampa dalam kehidupan
ini, penuh keragu-raguan, putus asa dan rendah diri terhadap orang lain.
Atau dengan kata lain bahwa harga diri sebagai motif berperilaku yang
berasal dari keyakinan dan perasaan tentang diri sendiri. Dan menurutnya
ada tiga motif berperilaku. Motif pertama, seorang anak akan bertindak
dengan cara-cara yang meningkatkan perasaan harga diri dan kepuasan,
seperti melakukan hal-hal yang disukainya dan dilakukan dengan baik,
menghindari tugas-tugas yang mungkin gagal, menyenangkan orang lain,
mengharapkan pujian dan ijin. Motif kedua, seorang anak akan bereaksi
dengan cara-cara yang mengkonfirmasikan citra dirinya oleh orang lain
dan dirinya. Jika individu percaya bahwa dirinya seorang yang baik,
individu akan berusaha dikritik dan dihukum. Motif ketiga, seorang anak
akan bereaksi sedemikian rupa untuk mempertahankan citra diri yang
konsisten tanpa mempedulikan lingkungan yang berubah. Ketiga motif
tersebut mempengaruhi cara anak berperilaku dan seringkali diungkapkan
secara bersama walaupun saling bertentangan.
39
Harga diri menurut Clemes (1995: 8) adalah perasaan yang selalu
terungkap sendiri dengan cara orang bereaksi, sehingga harga diri
merupakan apa yang dirasakan mengenai dirinya dan menjadi kompenen
utama dalam menentukan suatu visi dan misi kehidupan. Sejalan dengan
pendapat Clemes, menurut Klass dan Hodge (dalam Ling dan Dariyo,
2002:36) yang menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil evaluasi
yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh dari interaksi
individu dengan lingkungan serta penerimaan, penghargaan, dan perlakuan
orang lain terhadap individu tersebut.
Menurut Coopersmith (dalam Goble,1987:264) mendefinisikan
self-esteem merupakan penilaian diri yang dilakukan oleh seorang individu
dan biasanya berkaitan dengan dirinya sendiri; penilaian tersebut
mencerminkan sikap penerimaan atau penolakan, dan menunjukan
seberapa jauh individu percaya bahwa dirinya mampu, penting, berhasil
serta berharga.
Ditegaskan pula oleh Worchel,dkk (dalam Dayakisni dan
Hudaniah, 2003:69) bahwa harga diri merupakan kompenen evaluatif dari
konsep diri, yang terdiri dari evaluasi positif dan negatif tentang dirinya
sendiri yang dimiliki seseorang
Loekmono (1992:13) menjelaskan bahwa jika seseorang
mempunyai harga diri yang rendah maka cenderung mengarah pada
merusak (merendahkan) dirinya sendiri dan ingin dapat sama dengan
orang pada umumnya, sedangkan seorang yang harga dirinya tinggi atau
40
positif dapat menerima kualitas-kualitas dalam kebersamaan dan dapat
mendekati orang lain dengan percaya diri tanpa merasa ditolak.
Menurut Pudjijogyanti (1985:56) menyatakan bahwa harga diri
merupakan bagian yang membentuk konsep diri tentang siapakah saya dan
apakah saya. Hal ini dapat diketahui apabila individu mengadakan
interaksi dengan orang lain.
Calhoun (alih bahasa RS. Satmoko, 1995: 71) menjelaskan definisi
yang paling tepat untuk menggambarkan self-esteem adalah seberapa
besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin kita menyukai diri kita
semakin baik kita akan bertindak dalam bidang apapun yang kita tekuni.
Aldridge (1993:20) menyebutkan “ Self-esteem is the feeling of
self-worth and high self-regard.” Lebih lanjut Brecht ( 2000: 4)
menerangkan “self-esteem is the acceptance of ourselves, by ourselves, for
who and what we are at any time in our live. It is associated with the belief
that we are worthwile, capable and useful no matter what has happened in
our life, what is happening, or what may happen.”
Menurut Maslow ( 1984:51) mengungkapkan individu dengan
harga diri tinggi akan menghasilkan sikap percaya diri, rasa berharga, rasa
kuat, rasa mampu, dan berguna sehingga memiliki sikap positip terhadap
perkembangan diri yang lebih lanjut dan berusaha memperbaiki serta
mengatasi kekurangan yang dimiliki.
Kesadaran adanya kelemahan diri menyebabkan seseorang
berusaha keras untuk mengatasinya, yang dikenal dengan istilah over
41
compensation. Over compensation membuat individu menjadi unggul
dalam suatu bidang tertentu mungkin tidak dapat diatasi dengan over
compensation tetapi diatasi dengan usaha mengadakan kompensasi (menge
jar keunggulan pada bidang lain). Kompensasi dapat bersifat positip jika
hasilnya berbentuk prestasi yang menonjol di baidang lain, namun dapat
pula bersifat negatif jika hasilnya berbentuk sikap dan berperilaku
merusak, sombong dan sengaja membuat keributan untuk menarik
perhatian orang lain.
Dari pendapat Coopersmith, Maslow, Calhoun, Aldridge, maka
peneliti menyimpulkan bahwa harga diri adalah suatu penilaian diri
seseorang secara keseluruhan tentang rasa keberhargaannya yang
kemudian diekspresikan dalam sikap menerima ataupun menolak, dan hal
ini menunjukan sejauhmana seseorang percaya bahwa dirinya mampu,
berarti, berhasil maupun berharga.
2.3.2 Pembentukan harga diri
Harga diri terbentuk setelah anak lahir, ketika anak-anak
berhadapan dengan dunia luas dan berinteraksi dengan orang- orang di
sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan
peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan orang yang
diajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang kesadaran diri,
identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan membentuk penilaian
individu terhadap dirinya apa adanya, sehingga individu punya perasaan
harga diri (Burns, 1993:78)
42
Harga diri mengandung pengertian ” siapa dan apa diri saya”
segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang selalu mendapat
penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang
melekat dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain dalam
proses berinterkasi di mana proses ini dapat menguji individu, yang
memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari masyarakat
dan orang lain.
Bagaimana lingkungan menilai diri seseorang akan berpengaruh
bagaimana seseorang menilai keadaan dirinya. Apabila lingkungan
menerima keadaan seseorang, apabila lingkungan menyenangi seseorang,
maka orang tersebut akan menerima dan menyenangi dirinya sendiri.
Demikian pula sebaliknya, apabila orang lain menghargai diri seseorang,
maka orang tersebut juga akan menghargai dirinya secara baik. Oleh
karena itu, hubungan seseorang dengan orang-orang yang ada di
sekitarnya merupakan hal yang sangat penting dalam terbentuknya harga
diri.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu: (1)
pengalaman; (2) pola asuh; (3) lingkungan; (4) sosial ekonomi
(Coopersmith, dalam Burns, 1993:122)
Pengalaman merupakan suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan,
kajadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna dan
meninggalkan kesan dalam hidup individu. Pola asuh merupakan sikap
43
orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya yang meliputi cara orang tua
menunjukkan otoritasnya, dan cara memberikan perhatiannya serta
tanggapan terhadap anaknya (Shochib, 1998: 18). Lingkungan memberikan
dampak besar kepada anak melalui hubungan yang baik antara anak dengan
orang tua, teman sebaya, dan lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan
rasa aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya. Sosial
ekonomi merupakan suatu yang mendasari perbuatan seseorang untuk
memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan finansial yang
berpengaruh pada kebutuhan hidup sehari-hari.
Sejalan pendapat Coopersmith, Bretch (2000: 15) berpendapat
mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri antara lain:
1) Orang tua Orang tua adalah sumber yang mempengaruhi kualitas harga diri pada anak, perilaku orang tua terhadap anak akan menimbulkan kesan tersendiri bagi anak. Orang tua yang selalu memberikan perhatian ketika anak berkelakuan baik, memberikan penghargaan untuk usaha anak dalam arti bukan hanya hasil yang dicapai, mengkritik perilaku anak bukan terhadap anak itu sendiri, memberi dorongan kepada anak untuk berbaur dengan anak-anak lain, serta sering memeluk, merangkul anak akan menumbuhkan harga diri yang sehat pada anak. Tetapi kadangkala orang tua yang terlalu perhatian dan kasih sayang sebenarnya justru merusak harga diri anak tanpa disadari, meskipun mempunyai maksud yang baik. Sebagai contoh terlalu memanjakan anak atau terlalu membatasi pergaulan anak. Hasil penelitian Coopersmith menunjukkan bahwa anak yang memiliki harga diri tinggi pada umumnya berlatar belakang orang tua yang memberikan kehangatan dan kasih sayang dengan menerapkan batasan-batasan serta model-model disiplin yang tegas.
2) Teman sebaya Harga diri dapat ditingkatkan melalui kelompok teman sebaya yang menerima anak apa adanya. Jika kelompok teman sebaya memperhatikan seorang anak atas hasil yang telah dicapai akan
44
memandang seorang anak sebagai ahli pada bidang tertentu. Memuji seorang anak karena pandai dalam suatu hal maka hal ini dapat memabantu peningkatan harga diri pada anak. Jika kebutuhan untuk teman yang menyenangkan tidak terpenuhi maka anak dapat memiliki harga diri rendah. Hubungan anak dan teman sebaya saling mendukung rasa harga diri masing-masing. Bila dalam kelompok pergaulan individu terhadap perilaku negatif, maka individu tersebut akan berperilaku negatif juga, karena hal ini menyangkut harga diri dalam kelompok tersebut dengan tujuan agar diterima dalam kelompok.
3) Prestasi Kemampuan untuk menetapkan tujuan yang realistis dan penghargaan terhadap diri sendiri pada setiap langkah yang dicapai. Prestasi juga merupakan pendorong untuk meningkatkan harga diri pada anak. Seorang anak yang mengembangkan suatu pola tertentu untuk berprestasi dalam jumlah bidang maka anak cenderung percaya bahwa dirinya mampu, dirinya bisa, maka hal ini akan menimbulkan rasa senang dan bangga pada diri sendiri.
4) Diri sendiri merupakan sumbangan terpenting bagi peningkatan harga diri. Karena seseorang dituntut untuk mengevaluasi diri terhadap apa yang telah dilakukan maupun dari penilaian orang lain. Anak yang memiliki harga diri tinggi akan mengutamakan apa yang dapat dilakukan dan apa yang telah dilakukan, dapat menghargai diri sendiri, mengkritik perilaku bukan diri sendiri. Sebaliknya anak yang bersikap sinis, negatif, pesimis, mengkritik diri sendiri bukan perilaku, menetapkan tujuan yang tidak realistis, serta melakukan kemauwan kelompok meskipun berorientasi negatif dengan harapan tidak kehilangan teman, merupakan golongan anak yang memiliki harga diri rendah. Baik buruknya perilaku anak dapat dipengaruhi oleh keadaan harga diri pada anak.
2.3.4 Tingkat Harga Diri
Menurut Coopersmith (dalam Buss, 1995: 174) berpendapat
bahwa orang dengan harga diri tinggi akan mempengaruhi kepercayaan
dirinya, mengembangkan potensinya secara realistik dan memiliki
keyakinan untuk meraih sukses. Penelitian yang dilakukan oleh Baumister
45
dan Breenberg (dalam Leary dkk, 1995:529) juga mendukung pendapat di
atas yaitu anak yang memiliki harga diri tinggi akan dapat melawan
kecemasan dalam dirinya, dapat mengatasi masalah serta kondisi fisik.
Sedangkan menurut Pirera (dalam Mawardi, 2005:21) orang yang
memiliki harga diri rendah meramalkan hasil yang negatif dan karenanya
mengabaikan potensi-potensi yang dimilikinya. Hal ini juga diperkuat
pendapat Sigal dan Bould (dalam Indrayani, 1998:26) yang menyatakan
bahwa harga diri rendah cenderung menyebabkan anak berperilaku kurang
terpuji karena adanya perasaan kurang mantap terhadap kemampuannya.
Coopersmith (dalam Harsini, 2001:23) menjelaskan bahwa harga
diri setiap individu berbeda-beda tingkatannya antara individu yang satu
dengan individu yang lain. Ada yang tinggi, menengah, dan rendah.
Individu dengan harga diri tinggi memiliki ciri : mandiri, kreaktif, yakin
akan gagasan-gagasan dan pendapatnya sendiri, mempunyai kepribadian
yang stabil, tingkat kecemasan rendah, lebih berorientasi kepada
kebutuhan, melihat dirinya sebagai orang yang berguna dan mempunyai
harapan (exspectation) yang tinggi. Individu dengan harga diri menengah
memiliki ciri umum seperti individu yang memiliki harga diri tinggi,
namun disertai sifat-sifat : memandang dirinya lebih baik dari kebanyakan
orang, kurang yakin terhadap dirinya, dan sangat tergantung pada
penilaian orang terhadap dirinya. Sedangkan individu dengan harga diri
rendah memiliki ciri: kurang mandiri, kurang kreaktif, memiliki
kecemasan yang tinggi, merasa kurang berguna, kurang berorientasi
46
kepada kebutuhan, memiliki ekspektasi yang rendah, kurang percaya diri,
malas menyatakan diri terutama kalau memiliki gagasan –gagasan baru.
Senada pendapat tentang tingkatan harga diri ini Loekmono
(1993:13) menggolongkan dua tingkatan harga diri yaitu harga diri tinggi
dan rendah. Orang dengan harga diri tinggi memiliki ciri-ciri : berpikir
cukup tinggi terhadap dirinya, mampu menerima dirinya sendiri dan orang
lain, mampu mengontrol akibat, berharap sukses daripada gagal, lebih
menaruh keprihatinan pada potensi penghargaan dari lingkungan daripada
diri sisi keuangan atau finansial. Sedangkan orang yang memiliki harga
diri rendah dengan ciri-ciri : merasa ragu tentang dirinya, menilai dirinya
lebih negatif sehingga cenderung mengarah pada merusak dirinya dan
ingin dapat sama dengan orang pada umumnya, lebih berorientasi pada
finasial, kesulitan dalam menerima orang lain .
Sedangkan Yuniarti (1993 : 25) menggolongkan harga diri tinggi ,
menengah dan harga diri rendah. Orang yang memiliki harga diri tinggi
memiliki ciri: ekspresif, aktif, sukses dalam bidang akademik dan sosial,
dalam pergaulan cenderung memimpin, bebas mengeluarkan pendapat,
tidak menghindari kritik, serta tidak mudah cemas. Orang yang memiliki
harga diri menengah memiliki ciri-ciri kurang yakin terhadap diri sendiri
dan sangat tergantung pada apa yang dikatakan orang lain terhadap
dirinya. Sedangkan orang yang memiliki harga diri rendah memiliki ciri-
ciri mudah putus asa, merasa tidak berguna, terisolir, kemauwan untuk
47
mengatasi kekurangan diri sangat lemah, takut mengeluarkan pendapat,
takut terhadap kritik, serta mudah tersinggung.
2.3.5 Aspek-aspek Harga Diri
Menurut Coopersmith ( dalam Buss, 1995: 178) mengemukakan
bahwa harga diri meliputi beberapa aspek, yaitu :
1). Rasa diterima, berarti merasa sebagai bagian dari suatu kelompok,
dihargai dan diterima oleh anggota kelompok lainnya.
2). Rasa mampu, berarti merasa mampu untuk melakukan sesuatu yang
penting karena akan mendorong kemajuan.
3). Rasa dibutuhkan, berarti merasa berharga, berarti dan bernilai.
Senada dengan pendapat Coopersmith, Maslow ( 1984:51) harga
diri meliputi beberapa aspek yatu :
1). Perasaan untuk dianggap mampu dan berguna bagi orang lain.
2). Perasaan untuk dihormati, seseorang dihormati oleh orang lain, merasa
bahwa dirinya berharga.
3). Perasaan yang dibutuhkan oleh orang lain, sehingga akan merasa
bahwa dirinya diterima oleh lingkungan.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Buss (1995: 178) bahwa aspek-
aspek harga diri yaitu :
1). Rasa diterima, berarti seorang individu merasa sebagai bagian dari
lingkungan sosialnya, dihargai dan diterima oleh lingkungan sosialnya,
serta dapat menerima keadaan dirinya sendiri.
48
2). Rasa mampu, berarti seorang individu merasa mampu untuk
melakukan sesuatu yang penting bagi diri sendiri dan orang lain,
karena akan mendorong kemampuan dirinya.
3). Rasa dibutuhkan, berarti seorang individu merasa dirinya berharga,
bernilai dan dibutuhkan dalam lingkup sosialnya. Sedangkan menurut
Hjella dan Ziegler (1992: 453) mengemukakan ada enam aspek yang
mempengaruhi seorang individu menilai dirinya yaitu aspek :
pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik dan
pengertian.
Pendapat lain dikatakan Nemiah (dalam Aswagati, 2001:17)
mengatakan ada tiga aspek yang mempengaruhi terbentuknya harga diri,
yaitu :
1). Aspek fisik meliputi : penerimaan diri yang ditujukkan oleh
kemampuan individu untuk menghargai diri sendiri, percaya diri, dan
menerima apa adanya atas keadaan yang sebenarnya.
2). Aspek psikologis meliputi : parasaan mampu, ditujukkan oleh
kemampuan individu bahwa dirinya mampu dan memiliki sikap
optimis dalam menghadapi masalah kehidupan.
3). Aspek sosial meliputi: perasaan dibutuhkan, ditujukkan oleh kemam
puan individu bahwa dirinya diterima oleh lingkungannya dan dirinya
dianggap berguna bagi orang lain.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dalam penelitian ini kami
menggunakan dasar teori Coopersmith yang menyatakan bahwa aspek
49
harga diri meliputi perasaan diterima, perasaan mampu dan perasaan
dibutuhkan, yang dimiliki oleh individu yang diperoleh berdasarkan atas
perlakuan dan penilaian orang lain terhadap individu
2.3.6 Cara meningkatkan harga diri pada anak
Hasil penelitian Coopersmith terhadap 1748 orang anak laki-laki
normal dari keluarga kelas menengah beserta keluarganya selama enam
tahun, dimulai pada awal masa remaja dan terus sampai anak-anak itu
menjadi pria muda. Beliau mendapatkan bahwa orang tua memiliki
kekuasaan untuk memberi anaknya harga diri tinggi apabila, Pertama, ada
kasih sayang dalam keluarga yaitu dengan menunjukkan penghargaan dan
perhatian bagi anak. Setelah anak mendapatkan bahwa dirinya menjadi
sasaran perhatian yang mendalam dan ada kebanggaan, anak mulai merasa
bahwa dirinya adalah orang yang berharga. Kedua, Orang tua anak-anak
dengan harga diri tinggi tampak sekali tidak terlalu serba memperbolehkan
dibandingkan dengan orang tua anak-anak yang mempunyai harga diri
rendah. Anak yang orang tuanya serba memperbolehkan bisa anak merasa
ketakutan dan merasa tidak aman. Dia terpaksa membuat keputusan dalam
bidang-bidang yang tidak diketahui atau belum dialaminya untuk
mengambil pilihan yang masuk akal. Anak mencurigai bahwa orang
tuanya tidak memperlakukan peraturan hanya karena mereka memilih
begitu mempedulikan apa yang terjadi terhadap dirinya,. ketiga ada
suasana demokratis yang menonjol dalam keluarga dengan harga diri
tinggi. Orang tua setelah menetapkan aturan dan wewenang , mendorong
50
anak agar menyatakan gagasannya sendiri untuk dibicarakan. Keempat
anak harus diberi kepercayaan sejak dini diawali dengan keputusan-
keputusan kecil, dibutuhkan contoh dari orang tua serta perlunya
memotivasi anak untuk berpendapat dan sebagainya.
2.3 Hubungan Pola Asuh dengan kemandirian siswa
Dari penjelasan tentang perkembangan kemandirian, Steinberg
(1989:277) menjelaskan bahwa faktor eksternal dalam proses
pembentukan kemandirian dimulai dari lingkungan keluarga melalui pola
pengasuhan orang tua dalam perlakuannya sehari-hari. Kondisi anak yang
tinggal dengan kedua orang tuanya ataupun salah satu orang tuanya,
kondisi pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua, banyaknya
anggota keluarga merupakan faktor eksternal. Selain itu, dijelaskan pula
peran orang tua tunggal ataupun peran orang tua yang keduanya berkarir
dalam suatu rumah tangga mengakibatkan orang tua sangat mengharapkan
anaknya untuk menjadi lebih mandiri sepanjang hari. Selain itu juga
urutan anak dalam keluarga dan jumlah saudara juga mempengaruhi
kemandirian anak, karena anak yang lebih tua bisa diberikan tanggung
jawab lebih besar banyak oleh orang tuanya.
Dari berbagai macam faktor tersebut nampaknya peranan pola asuh
orang tua merupakan interaksi sosial yang pertama kali dialami seorang
anak adalah interaksi dengan keluarga terutama dengan orang tua.
Orang tua merupakan pelindung, pembimbing dan sekaligus sebagai
teman bagi anak-anaknya, yang setiap saat siap memberikan bimbingan
51
dan bantuan. Oleh karenanya dalam tahun-tahun pertama kehidupan
seorang anak, orang tua mempunyai pengaruh paling besar atas
perkembangan dan pertumbuhan anaknya, termasuk perkembangan
kemandirian anaknya.
Kita semua menyadari bahwa tidak ada satu orang tuapun yang
sengaja mendidik anaknya supaya tidak berhasil dalam hidupnya, tetapi
kenyataannya orang tua sering kali secara tidak sengaja dan tidak disadari
mengambil sikap tertentu dalam memperlakukan atau mengasuh anaknya
sehingga akhirnya terbentuk suatu kepribadian tertentu pada diri anak-
anaknya yang bisa bersifat positif maupun negatif.
Setiap orang tua memiliki gaya yang unik dalam mendidik
anaknya, secara garis besar ada beberapa tipe pola asuh. Menurut
Hurlock (1999: 17-18) ada tiga pola asuh anak, yaitu pola asuh otoriter,
pola asuh demokratis dan pola asuh permisif
Pola asuh otoriter dengan ciri bahwa anak-anak harus patuh tanpa
banyak bertanya semua perintah orang tua. Orang tua itu seperti dogmatis,
menutut, mengontrol, berkuasa, dan menghukum. Mereka tidak
membicarakan berbagai masalah dengan anak, dan tidak memberikan
penjelasan tentang aturan-aturan yang mereka buat. Mereka sangat sedikit
menerima pandangan anak-anaknya, dan tidak memberikan kesempatan
untuk mengatur diri sendiri. Dengan gaya pengasuhan model otoriter
menjadikan anak cenderung tidak bertanggung jawab, dan tidak mandiri.
Anak dibesarkan di bawah kondisi pengasuhan yang otoriter cenderung
52
patuh dan menunjukkan sikap penyesuaian diri dengan standard
perilakunya yang diberlakukan oleh orang tua. Hal ini terjadi mungkin
karena adanya tekanan-tekanan dari orang tua yang memaksa
kehendaknya terhadap anak, sehingga anak menjadi tergantung dan tidak
mandiri.
Demikian juga pola pengasuhan permisif yang menekankan
kebebasan. Dimana orang tua bersikap terlalu lunak pada anak-anaknya,
memberikan kebebasan pada anak-anaknya tanpa memberikan norma yang
jelas dan tegas (tidak membatasi perilaku anaknya/tanpa kontrol), kurang
menuntut, selalu mengiyakan dan menerima keinginan anaknya. Jadi anak
diberi kebebasan yang penuh untuk menentukan apa yang akan
dilakukannya tanpa kontrol dari orang tuanya.
Pola asuh ini mengakibatkan anak tidak mempunyai pegangan dalam
melakukan sesuatu sehingga anak menjadi individu yang tidak
bertanggung jawab, tidak mampu mengontrol perilakunya, bingung, cemas
dan merasa tidak aman. Anak juga merasa tidak bahagia karena hubungan
dengan orang tua tidak hangat, dan merasa orang tuanya tidak
memperhatikan, dan pada akhirnya anak kurang memiliki tanggung jawab
baik terhadap dirinya maupun pada orang lain termasuk lingkungan
sekitarnya sehingga akan menghambat kemandirian anak.
Sedangkan pola asuh demokratis dengan ciri adanya hubungan dan
pengertian timbal balik antara orang tua dan anak. Orang tua dan anak-
anak sama-sama memiliki hak dalam pengambilan keputusan. Orang tua
53
mau mendengarkan keluhan dari anak dan anak juga diberi kebebasan
namun orang tua tetap sebagai kontrol, dan menanamkan sikap disiplin
dalam menggerakkan anaknya ketimbang menghukum, serta memberi
kebebasan agar anak berekspresi sehingga anak dapat mengembangkan
sikap kemandirian, Huxley (dalam anonim,2003:3). Dengan memiliki
sikap kemandirian yang tinggi diharapkan anak-anaknya dapat hidup yang
layak sesuai harapan dari orang tuanya. Hal ini juga diperkuat oleh
pendapat Coopersmith (1989:27) yang menyatakan bahwa anak yang
mempunyai kemandirian tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga
dimana orang tua diterima secara positif oleh anak dan hal tersebut hanya
dapat dijumpai pada pola asuh demokratis.
Menurut hasil penelitian Markum (2002:2) dan Zaff (2002: 5)
terungkap fakta bahwa pola asuh demokratis dapat menumbuhkan ikatan
antara orang tua dan anak, sehingga akan mendorong kemandirian,
pembentukan sifat kerja keras, kedisiplinan, dan komitmen prestatif dan
realistis pada anak.
Dari uraian di atas maka pola asuh orang tua memegang peranan
yang penting bagi terbentuknya kepribadian yang sehat pada anak-
anaknya, daya inisiatif, kepercayaan diri, rasa tanggung jawab, dan lain
sebagainya yang merupakan aspek – aspek yang membentuk kemandirian.
2.4 Hubungan harga diri dengan kemandirian siswa
Salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dan berpengaruh
dalam tingkah laku manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,
54
nilai-nilai dan tujuan hidup seseorang adalah harga diri. Tinggi rendahnya
harga diri banyak menentukan sikap, perilaku dan berbagai aspek lain
dalam diri anak.
Pada dasarnya setiap anak membutuhkan penghargaan, penerimaan
dan pengakuan dari orang lain. Buss (dalam Aswagati, 2001: 18)
mengemukakan bila seseorang menilai bahwa dirinya berharga, maka akan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena tidak
memiliki rasa rendah diri, mempunyai aspirasi yang tinggi dan
penghargaan untuk berhasil. Pendapat ini sejalan dengan Coopersmith
(dalam Aswagati, 2001: 19) yang mengemukakan bahwa individu dengan
harga diri tinggi memiliki karakteristik yang meliputi adanya penilaian
positif terhadap keadaan dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang
dianutnya, lebih mandiri dalam menghadapi lingkungannya, kreaktif,
yakin akan gagasan dan pendapatnya dan memiliki tingkat keberhasilan
tinggi. Anak-anak dengan harga diri tinggi melihat dirinya sebagai
kompeten dan mempunyai harapan-harapan yang tinggi untuk masa
depannya sehingga memiliki motivasi yang lebih tinggi maka anak
tersebut juga lebih bahagia dan efektif dalam kehidupan sehari-harinya
karena mampu mengatasi kecemasan yang dihadapinya.
2.5 Hubungan Pola Asuh dan Harga diri dengan Kemandirian siswa
Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam keluarga pulalah anak
dibesarkan, berkembang dan mengalami proses kedewasaan.
55
Dari sudut perkembangan anak, keluarga memiliki banyak fungsi, selama
masa bayi dan kanak-kanak fungsi dan tanggungjawab keluarga adalah
memelihara, mengasuh dan melindungan serta mengajarkan bagaimana
anak-anak mengadakan sosialisasi dengan lingkungannya. Seiringnya
pertumbuhan dan perkembangan anak, maka juga terjadi perubahan atau
penambahan fungsi-fungsi keluarga. Interaksi antara orang tua dengan
anak dalam keluarga untuk mendidik anak-anaknya di sebut pola asuh.
Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi bagaimana kelak anak
berperilaku, bentuk-bentuk kepribadian anak secara keseluruhan akan
mempengaruhi harga diri. Harga diri adalah penilaian seseorang terhadap
dirinya yang berkembang dari perasaan diterima kelompok sosialnya,
perasaan efesiensi dan produktif serta perasaan berharga, cantik, pandai
dan sebagainya.
Kadang-kadang orang tua sudah merasa bangga pada anaknya
apabila anaknya diterima oleh kelompoknya, kompeten kalau bisa dalam
segala hal, dan punya nilai lebih dimata orang lain seperti cantik, pintar,
mahir dalam melakukan sesuatu. Hal ini biasanya bukanlah menambah
rasa harga diri anak, melainkan justru seringkali menjerumuskan anak
sendiri dan akhirnya mematikan harga diri anak. Padahal harga diri anak
justru bisa berkembang dari bagaimana perlakuan orang tua terhadap
anaknya bahwa ada perasaan dirinya diterima, perasaan kompeten dan
perasaan berharga dari diri sendiri.
56
Anak perlu diajarkan memiliki rasa percaya diri yaitu perasaan
yang teguh pendiriannya, tabah dalam menghadapi masalah, kreaktif
dalam mencari jalan keluar dan berambisi dalam mencapai sesuatu. Selain
itu perlu diajarkan untuk hormat pada diri sendiri yaitu mempunyai
perasaan konstruktif, hormat pada orang lain dan bersyukur pada apa yang
dimilikinya. Berbagai cara dapat diupayakan untuk menumbuhkan rasa
percaya diri serta hormat diri pada anak oleh orang tua. Diantaranya
adalah dengan mendorongnya untuk selalu berupaya menerima kelebihan
dan kekurangnya, memberikannya pujian dan hadiah pada perilakunya
yang mengarah pada kepercayaan diri dan kemandirian anak itu sendiri.
2.6 Hasil- Hasil penelitian terdahulu
Beberapa hasil penelitian dari sejumlah penemuan emperis yang
berkaitatan dengan topik kajian pola asuh dan harga diri dengan
kemandirian siswa antara lain:
2.6.1 Penelitian yang berkaitan dengan kemandirian.
1) Verawati (2002) meneliti tantang Pengaruh Pola Hubungan Orang Tua-
anak Terhadap Kemandirian Remaja, menyatakan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara pola asuh demokratis terhadap kemandirian.
Sedangkan pola asuh yang otoriter dan permisif kurang menunjang
terhadap kemandirian .
2) Harjito (1996) meneliti Pengaruh Pusat Kendali (Locus of Control)
Kemandirian dan Harga Diri Terhadap Prestasi Siswa SD, menyatakan
57
bahwa: ada korelasi antara pusat kendali internal, kemandirian dan
harga diri secara bersama-sama.
3) Astuti (2005) meneliti Pengaruh Pola Asuh terhadap Kemandirian
menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh pola asuh terhadap
kemandirian.
4) Kurniastuti (2002) meneliti Kemandirian Siswa SLTP Negeri 4 Sragen
Dalam Hubungannya Dengan Pola Asuh Orang Tua dan Urutan
kelahiran menunjukan hasil bahwa Pola asuh demokratis memberi
sumbangan paling besar terhadap kemandirian siswa dan anak sulung
tingkat kemandiriannya lebih tinggi dari anak bungsu dan anak tengah.
5) Krisbintara (2005) meneliti Perbedaan Kemandirian Ditinjau Dari Pola
Asuh Orang Tua Dan Jenis Kelamin Siswa Kelas IX SMA Negeri 1
Pabelan Kabupaten Semarang, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara kemandirian dengan pola asuh orang tua siswa
berdasarkan jenis kelamin.
6) Utomo (2006) meneliti Hubungan Antara Prestasi Belajar Dengan
Kemandirian Siswa Kelas X SMA Bruderan Purworejo, menunjukan
hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara prestasi
belajar dengan kemandirian siswa.
7) Utomo (2005) meneliti Hubungan Motivasi, Kemandirian, dan Prestasi
Belajar Siswa Kelas II SMPN 2 Pabelan, menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara kemandirian dengan prestasi belajar
siswa.
58
2.6.2 Penelitian yang berkaitan dengan pola asuh.
1) Indrawati (2002) Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Kemandirian Remaja di SLTP Muhammadiyah 6 Dau Malang,
hasilnya ada pengaruh yang signifikan antara pola asuh demokratis
terhadap kemandirian siswa. Dan hasil penelitian Umayi (2007)
tentang Pengaruh Pola Asuh dan Interaksi Sosial terhadap
Kemandirian Siswa Don Bosko Semarang juga menyatalan Ada
pengaruh yang signifikan antara pola asuh otoriter terhadap
kemandirian
2) Bashor (2007) Meneliti Pola Asuh Emosi Anak Balita Yang Ditinggal
Kerja Ibu di Luar Daerah menunjukkan bahwa pola asuh terbentuk
berdasarkan tingkat pengetahuan dan pengalaman pengasuh.
3) Adji (2003) meneliti Hubungan Pola Asuh Orang Tua, Harga Diri
Siswa ”SMU Alternatif” Dengan Agresivitas Siswa ”SMU Alternatif”
di Kota Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan pola asuh
demokratis dan harga diri dengan agresivitas
4) Wardhani (2002) meneliti Konstribusi Pola Asuh Orang Tua dan
Konsep Diri Terhadap Proaktivitas Siswa SLTP di Kecamatan Bejen
Kabupaten Temanggung, menunjukkan bahwa pola asuh demokratis
berkorelasi terhadap proaktivitas siswa sedangkan pola asuh otoriter
dan permisif tidak berkorelasi terhadap proaktivitas siswa. Hal ini
didukung penelitian Rejeki (2007) tentang Pengaruh Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Perkembangan Nilai-nilai Budi Pekerti Anak Usia Dini
59
di Kabupaten Semarang dengan hasil penelitian menyatakan bahwa
pola asuh demokratis akan membuat nilai- nilai budi pekerti meningkat
dan sebaliknya pola asuh otoriter dan permisif akan membuat nilai-
nilai budi pekerti menurun.
5) Feronika (2004) meneliti Kebutuhan Berafiliasi Remaja Ditinjau Dari
Persepsi Pola Asuh Orang Tua, menyatakan bahwa ada kolerasi yang
sangat signifikan antara persepsi terhadap pola asuh orang tua dengan
kebutuhan berafiliasi remaja.
2.6.3 Penelitian yang berkaitan dengan harga diri
1) Neolaka (2005) meneliti Hubungan Harga Diri Dan Kecemasan
Matematika Dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 1
SMAN 1 Soe, menyatakan bahwa harga diri tidak mempunyai
hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika. Hal ini
didukung hasil penelitian Andrian (2005) dan Kusumawati (2005)
meneliti Hubungan Harga Diri dan Konsep Diri Dengan Prestasi
Belajar Kelas II SMA Negeri 1 Soe, menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan harga diri dengan prestasi belajar.
2) Mawardi (2005) meneliti Hubungan Harga diri dan Kebutuhan
Berprestasi dengan Prestasi Belajar Siswa SMA Kristen Satya Wacana
Salatiga, meyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara harga diri
dengan prestasi belajar siswa.
3) Adziem (2002) Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Seksual
Masturbasi Pada Remaja Pria, menyatakan bahwa tidak ada hubungan
60
yang signifikan antara harga diri dengan perilaku seksual masturbasi
pada remaja pria.
4) Dewi ( 2004) meneliti Kecemasan Wanita Memasuki Masa
Menopause Ditinjau dari Harga Diri, hasilnya menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dan kecemasan
wanita memasuki masa menopause.
2.7 Hipotesis Empirik dan Statistik
1. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri di
wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.
Ho: rx1.1.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP
Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran
2008/2009.
Ha: rx1.1.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh otoriter anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri di
wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.
Ho: rx1.2.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh permisif anak
yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
61
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Ha: rx1.2.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh permisif anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
3. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri di
wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.
Ho: rx1.3.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh demokratis anak
yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Ha: rx1.3.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh demokratik anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
4. Ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian
siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran
2008/2009.
Ho: rx2.y = 0 Tidak ada hubungan antara harga diri dengan
kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan
Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.
62
Ha: rx2.y > 0 Ada hubungan antara harga diri dengan kemandirian
siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
5. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis anak yang
ditinggal orang tuanya dan harga diri secara bersama-sama dengan
kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Ho: rx1.3.2.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh demokratik anak
yang ditinggal orang tuanya dan harga diri secara
bersama-sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri
di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran
2008/2009.
Ha: rx1.3.2.y >0 Ada hubungan antara pola asuh demokratik anak yang
ditinggal orang tuanya dan harga diri secara bersama-
sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri di
wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.
63
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu suatu
penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari sejumlah
subjek penelitian untuk menentukan ada tidaknya suatu hubungan antara
suatu variabel dengan variabel lain (Arikunto,1998:31). Dalam penelitian ini
diupayakan memastikan hubungan pola asuh anak yang ditinggal orang
tuanya (ibunya) dan harga diri dengan kemandirian siswa SMP. Lokasi
mengambil di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa SMP
Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan yang ditinggal orang tua
(ibunya) bekerja di luar kota dengan penyebaran sebagai berikut:
Nomer Nama sekolah Jumlah siswa yang ibunya bekerja di luar kota/negeri
1 SMPN 1 Pabelan 34 orang
2 SMPN 2 Pabelan 116 orang
3 SMPN 3 Pabelan 45 orang
Jumlah 195 0rang
64
3.2.2 Sampel
Dalam menentukan banyaknya sampel, menurut Sugiyono
(2006:98) tergantung pada tingkat ketelitian dan kesalahan yang
dikehendaki. Makin besar tingkat kesalahan maka akan semakin kecil
jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya makin kecil tingkat
kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang
diperlukan sebagai sumber data. Sesuai dengan tabel penentuan jumlah
populasi dengan taraf kesalahan 5 % dari 195 siswa, maka ada 123 orang
siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini (Sugiyono,2006:99)
3.3 Variabel Penelitian dan definisi operasional
3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau disebut variabel penyebab. Variabel ini sering disebut dengan
independent variable, dengan menggunakan simbol (X1.1) untuk pola asuh
otoriter; (X1.2) untuk pola asuh permisif; (X1.3) untuk pola asuh demokratis
dan (X2) untuk harga diri.
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi dengan akibat.
Variabel ini sering disebut dependent variable, dengan menggunakan
simbol (Y) yang dalam penelitian ini adalah kemandirian siswa.
65
Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat
digambarkan sebagai berikut i:
X 1 X 1.1 X 1.2 X 1.3
Y
X2
Keterangan :
X1.1 = Pola asuh otoriter
X1.2 = Pola asuh permisif
X1.3 = Pola asuh demokratis
X2 = Harga diri
Y = Kemandirian Siswa
Gambar 1. Model Penelitian
3.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi:
66
1. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan individu dalam mengelola dirinya
sendiri. Kemampuan dalam mengelola diri sendiri ini ditandai
dengan kemampuannya untuk tidak bergantung kepada dukungan
orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara
mandiri dan mampu menerima akibat keputusan tersebut, serta
memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting
dan tidak penting.
2. Pola Asuh
Pola asuh adalah cara/bentuk atau strategi dalam pendidikan
keluarga yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
Perlakuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan, memberi
perlindungan dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari,
serta peranan penuh orang tua untuk mengatur dan mendidik anak-
anaknya.
Ada tiga pola asuh dalam penelitian ini yaitu:
1) Pola asuh otoriter merupakan pola asuh yang selalu
menggunakan kekuasaan dan hukuman tanpa memikirkan apa
yang dirasakan atau yang dipikirkan putra-putrinya.
2) Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang menyerahkan
segala keputusan kepada anak tanpa adanya campur tangan dari
orang tua atau segala sesuatu yang memutuskan anaknya
sendiri.
67
3) Pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang digunakan
orang tua dengan cara saling menghormati atau menghargai
pendapatnya masing-masing atau dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi oleh anak, orang tua selalu
membimbing atau membina.
3. Anak yang ditinggal orang tuanya
Anak yang ditinggal orang tuanya dalam penelitian ini adalah anak
yang ditinggal ibunya yang pergi bekerja di luar kota/di luar negeri
minimal dua tahun berturut-turut.
4. Harga diri
Harga diri merupakan evaluasi diri yang ditegakan dan dipertahankan
oleh individu yang berasal dari interaksi individu dengan orang-orang
atau lingkungan dari sejumlah penghargaan, penerimaan dan perlakuan
orang lain yang diterima oleh individu tersebut.
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
disesuaikan dengan tujuan penelitian dan variabel penelitian. Untuk
memperoleh data anak-anak yang ditinggal ibunya bekerja di luar kota/
luar negeri penulis menggunakan studi dokumentasi yang penulis miliki
dan wawancara kepada siswa asuh penulis. Sedangkan data variabel pola
asuh, harga diri dan variabel kemandirian dikumpulkan dengan angket,
yakni isntrumen ukur yang telah disusun khusus dan telah diuji coba
68
untuk mengungkap masing-masing faktor yang dimaksud. Untuk
mengumpulkan data variabel harga diri digunakan inventori yang disusun
Coopersmith pada tahun 1967 yang diberi nama Self Esteem Inventory/
SEI (Coopersmith,1984) dengan dua kemungkinan jawaban yaitu : Ya dan
Tidak. Dalam bentuk aslinya pada tahun 1967 berisi 58 item yang
dijawab Like Me atau Unlike Me, kemudian direvisi dalam bentuk pendek
25 item. Dilaporkan bahwa instrumen harga diri bentuk pendek ini
berkorelasi setinggi 0,95 dengan bentuk panjang. Sedangkan untuk versi
bahasa Indonesia dilaporkan koefesien reliabilitas tes-retest sebesar : rxx’ =
0,530, n = 394 siswa SMP (Yuniarti, 1988: 59) dan Mawardi (2005: 62).
Sedangkan untuk variabel kemandirian dengan angket yang
disusun peneliti dengan menjabarkan teori Steinberg, dan untuk Pola Asuh
didasarkan teori Hurlock dengan 2 (dua) pilihan jawaban Ya atau Tidak.
Hal ini dikarenakan pada waktu pelaksanaan try out pertama semua
instrumen tidak valid dan banyak responden yang mengalami kesulitan
dalam menentukan kata Sangat Setuju, Setuju Sekali, Setuju, Tidak Setuju
dan Sangat Tidak, akhirnya peneliti menggunakan dua (2) pilihan yaitu Ya
dan Tidak. Hasil try out kedua untuk harga diri dan kemandirian
validitasnya sangat baik, kemudian peneliti mengadakan try out ketiga
khusus instrumen pola asuh dan hasilnya sangat memusakan
69
Tabel 3.1 Indikator empirik pengukuran konsep kemandirian siswa
Konsep Sub Konsep Epistemic
Correlation Indikator Empirik No
item Kemandirian adalah kemampuan individu da lam menge lola dirinya dengan ditan dai tidak bergantung kepada orang lain, mampu mengambil keputusan sendiri, mam pu menerima akibat kepu tusan, dan memiliki sepe rangkat nilai-nilai
1.Kemampuan tidak bergan tung kepada orang lain
1.Menyelesaikan pekerjaan tanpa bantuan orang lain.
1.Dapat menyelesaikan pekerjaan sendiri
2.Tidak menyukai ban tuan orang lain.
13 3, 21, 35
2.Memiliki ide/ gagasan sendiri
1.Suka memberikan gagasan/ide kepada orang lain.
2.Menyukai kegiatan keorganisasian/sosial.
3.Suka coba-coba dalam menyelesaikan masalah.
18 44 19, 20, 30
3.Mampu menye lesaikan masalah sendiri.
1.Percaya akan kemam puannya
2.Mampu menyelesai kan masalah sendiri.
29 31
4.Memiliki sema ngat dalam men capai cita -cita
1.Memiliki cita-cita dalam hidup.
2.Memiliki kedisplinan yang kuat.
3.Dapat menggunakan waktu luang.
11 7 39
2.Kemampuan mengambil ke putusan sendiri
1.Mengambil kepu tusan dengan tepat
1.Mampu mengambil keputusan dengan tepat
2.Memiliki keyakinan akan keputusan yang diambil
3.Memiliki keinginan untuk bertindak atas kehendak sendiri
37 42 43
2.Menyelesaikan tugas tepat waktu
1.Tidak suka menunda pekerjaan.
2.Menyelesaikan tugas tepat waktu
17 1
70
Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation
Indikator Empirik No item
3.Menghargai diri sendiri
1.Dapat menghargai diri sendiri.
2.Memiliki kepuasan dalam usahanya
34 41
3. Kemampuan menerima aki bat keputusan yang diambil
1.Dapat memper tanggungjawabkan perbuatannya
1.Berani bertanggung jawab atas perbuatan nya.
2.Tidak suka melempar kesalahan pada orang lain
10 15, 9
2.Melaksanakan tu gas dengan penuh kesadaran
1.Melakukan sesuatu de ngan penuh tanggung jawab
2.Memiliki kesenangan dalam melakukan sesua tu
28 5
3.Menerima sanksi atas tindakan yang dilaku kannya
1.Berani menerima resiko yang terjadi
8, 14
4.Mempertimbang kan segala sesuatu sebelum bertindak
1.Memiliki kebiasaan untuk memikirkan segala kemungkin an yang terjadi
2.Dapat mengendali kan diri dengan baik
24, 25, 26 22, 23, 36, 40
4. Memiliki seperang kat nilai-nilai yang diyakini
1.Dapat menerima diri sendiri
1.Mengakui kelebih an dan kekurangan pada diri sendiri
12, 28
2.Memiliki nilai-nilai yang diyakini
1.Memiliki ketekun an dalam beribadah
2.Suka mentaati pera turan yang ada
4 2
71
Konsep Sub Konsep Epistemic
Correlation Indikator Empirik No
item
3.Memiliki keper cayaan terhadap diri sendiri
1.Memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri
33, 38, 41
4.Tidak lekas putus asa
1.Memiliki ketekunan dalam hidup
16
Tabel 3. 2 Indikator empirik pengukuran pola asuh
Konsep Sub Konsep Epistemic
Correlation Indikator Empirik No
item Pola asuh ada lah cara bentuk/strate gi pendidikan dalam keluar ga yang dila kukan oleh orang tua ke pada anaknya dalam kehi dupan sehari hari serta peranan penuh orang tua untuk mengatur dan mendidik anak-anaknya
1.Pola asuh otoriter me núntut bah wa anak harus meneri ma aturan yang dibuat orang tua tanpa syarat
1. Orangtua cende rung bersifat kaku
1.Anak wajib sholat berjamaah
2.Orang tua melarang anak bermain
3.Semua aturan yang menentukan orang tua
44 41, 36 29
2. Orang tua suka memaksa kehen dak
1.Orang tua suka me maksa kehendak nya
2.Orang tua yang me nentukan jenis ke giatan yang boleh dilakukan oleh anak nya
3.Orang tua menuntut anak berprestasi
43 30, 7 28
3. Orang tua suka menghukum
1.Bila nilai rapot anak jelek orang tua akan marah
2.Bila anak gagal melakukan sesuatu orang tua akan marah
3.Bila anak pulang sekolah terlambat orang tua akan marah
4.Bila anak tidak melakukan tugas rutin orangtua akan marah
42 40 39 37
72
Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation
Indikator Empirik No item
2.Pola asuh permisif de ngan ciri orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk ber buat sesuka hati
1.Orang tua mem beri kebebasan penuh
1.Anak diberi kebebas an penuh dalam dalam segala hal
2.Orang tua diam saja bila anaknya pulang terlambat
3.Bila anak tidak belajar orang tua diam saja
3,9, 13 2 8
2. Orang tua ku rang mengarah kan
1Bila anak meng hilangkan barang berharga orang tua diam saja
2.Bila anak me lakukan kesa lahan orang tua diam saja
3.Orang tua mengijin kan anak untuk berpacaran
4.Orang tua kurang menga rahkan
1 10 16 32, 18, 25
3.Orang tua ku rang komuni kasi dengan anak
1.Orang tua tidak menuntut anak untuk belajar
2.Orang tua tidak pernah menegur anak
3.Orang tua jarang berkomunikasi dengan anak
4.Orang tua masa bodoh terhadap kesu litan anak
27 24, 17 11 23
3.Pola asuh de mokratis yai tu pengasuh an orang tua yang memili ki sejumlah stándar peri laku/aturan yang sesuai dengan kebu tuhan anak
1.Aturan dan keputusan di rumah dibuat bersama oleh orang tua dan anak
1.Orang tua akan menegur anak bila makan tidak dihabiskan
2.Orang tua mem beri kelonggar an anak dalam menata perabot rumah tangga
3.Orang tua mem berikan kesem patan anak untuk melaku kan segala sesuatu yang terbaik
22 4 26, 12
73
Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation
Indikator Empirik No item
2. Ada bimbingan dan kontrol dari orang tua
1.Orang tua sangat peduli terhadap cita-cita anaknya
2.Orang tua peduli terha dap teman teman anaknya
3.Anak diberi ke sempatan untuk menen tukan waktu luang
4.Anak diajari untuk menepati janji
5.Orang tua membantu kesulitan anak
21, 19 20 33 34 38
3.Hubungan ke luarga sangat komunikatif dan hangat.
1.Orang tua suka berdiskusi dengan anak
2.Anak diberi kesem patan untuk mengemu kakan pen dapat
3.Orang tua akan memenuhi kebutuhan anaknya
4.Orang tua akan menga bulkan permintaan anak
5,6 14, 15, 31 35 45
74
Tabel 3. 3 Indikator empirik pengukuran harga diri
Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation
Indikator Empirik No item
Harga Diri adalah evalu asi diri yang ditegak an dan dipertahankan oleh individu yang berasal dari interaksi individu de ngan orang-orang atau lingkungan dari sejumlah penghargaan, penerimaan dan perlaku an orang lain yang diterima oleh individu tersebut
1.Menetapkan nilai diri melalui proses belajar yang didasarkan pada nilai-nilai yang dianutnya
1.Keinginan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik
1.Banyak hal yang ingin diubah pada diri anak
2.Tidak menyenangi pa da diri sendiri
3.Anak menyadari akan kekurangan pada di rinya
3 12 15
2.Memiliki keper cayaan terhadap kemampuan diri nya sebagai hasil dari peni laian terhadap diri sendiri
1.Tidak membanding kan dirinya dengan orang lain
2.Dapat mengambil ke putusan dengan baik
3.Tidak mudah putus asa
4.Segalanya dalam kehi dupannya mengalami kesulitan
5Tidak yakin akan berhasil terha dap sesuatu yang dilaku kan
6.Tidak mudah tergang gu dalam menghadapi hal-hal yang sepele
18 4 11 13 23 24
2.Berdasarkan penerimaan dan pengha rapan kelu arga
1.Perasaan aman dan nyaman ber kumpul dengan keluar ga
1.Tidak mudah jeng kel bila berada di rumah.
2.Sudah beberapa kali anak ingin mening galkan rumah
25 16
2.Memiliki pera saan diterima dan dihargai oleh ke luarga
1.Anak merasa keluarga terlalu mengharapkan pada dirinya
2.Keluarga mema hami perasaan anak
10 9
75
Konsep Sub Konsep Epistemic Correlation
Indikator Empirik No item
3.Nilai diri berdasarkan penerimaan dan penghar gaan dari orang lain
1.Memiliki desak an untuk menjadi diri sendiri
1.Sering membayang kan dirinya sebagai orang lain.
1
2.Memiliki pera saan diteri ma dan dihar gai oleh orang lain
1.Orang senang dengan diri anak
2.Perasaan bahwa orang lain lebih disenangi
3.Perasaan bahwa dirinya dipaksa melakukan sesuatu yang tidak disukai
5 21 22
4.Nilai diri yang tum buh dari proses interaksi dengan lingkungan pergaulan sehari-hari
1.Menunjukan dirinya memiliki kemam puan menye suaikan diri dan berkomu nikasi dengan lingkungan pergaulan sehari-hari
1.Anak merasa sa ngat sulit berbi cara didepan sekolom pok orang.
2.Anakmembutuh kan waktu lama untuk menyesu aikan diri
3.Anak merasa popu ler diantara teman-teman sepergaulan
4.Lingkungan dapat memahami diri anak
2 7 8 20
2.Memiliki keyakinan bahwa mampu mengemukakan gagasan
1.Orang-orang lain mengikuti gagas an anak
2.Jika memiliki gagas an anak langsung mengatakannya
14 19
3.Memiliki ke puasan atas peker jaan yang dilaku kan
1.Sering merasa jeng kel dengan peker jaan yang dilaku kan
17
76
3.4.2 Validitas Item dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Azwar (2000: 131) menyatakan bahwa instrumen/ alat
ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrumen tersebut
dapat menjelaskan fungsi ukuranya sesuai dengan maksud dilakukan
pengukuran tersebut. Sedangkan instrumen/alat ukur dikatakan reliabel
jika alat ukur tersebut mampu menunjukan hasil yang relatif sama bila
dilakukan pengukuran ulang terhadap subyek yang sama.
Kreteria tinggi rendahnya validitas butir instrumen menggunakan
ketentuan yang dikemukakan oleh Ali (1985: 98) sebagai berikut:
0,00 – 0,20 : tidak valid
0,21 – 0,40 : validitas rendah
0,41 – 0,60 : validitas sedang
0,61 – 0,80 : validitas tinggi
0,81 – 1,00 : validitas sangat tinggi
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen atau
tingkat keajegan jawaban siswa terhadap pernyataan- pernyataan dalam
instrumen digunakan teknik Reliabilitas Alpha Cronbach. Kreteria
reliabilitas didasarkan pada pendapat Crow & Crow (dalam Neolaka,
2005:37) berikut ini:
Usually, for prediction purposes, a correlation (an alpha coefisien) of
0,90 to 1,00 is very high
0,80 to 0,90 is high
0,60 to 0,80 is satisfactory
0,40 to 0,60 is low
0,00 to 0,40 is very low
77
Berdasarkan kriteria koefisien alpha yang dikemukakan Crow &
Crow, maka besaran koefisien hitung statistik (koefisien alpha) yang
dijadikan patokan adalah > 0,60.
3.4.3 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis statistik dengan analisis deskriptif, korelasi dan multiple
correlation. Korelasi bivariate Pola Asuh (X1) dengan kemandirian siswa
(Y) dan harga diri (X2) dengan kemandirian siswa (Y) akan dianalisis
dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Person. Untuk
hubungan bersama –sama antara pola asuh dan harga diri (X1,X2) dengan
kemandirian siswa (Y) akan digunakan teknik multiple correlation, analisis
taraf signifikansi 5 %.
3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Pola Asuh
Uji coba angket pola asuh dilakukan terhadap 32 siswa SMP
Negeri 2 Pabelan Kabupaten Semarang. Pemilihan responden uji coba
instrument didasarkan pada pertimbangan bahwa anak-anak yang ditinggal
orang tuanya (ibunya) paling banyak dibandingkan dengan SMP Negeri 1
Pabelan maupun SMP Negeri 3 Pabelan. Dari tabel rekapitulasi try out
pola asuh, diperoleh rangkuman bahwa item yang dibuang nomer 3, 24,
25, 26 dan 36 dan memiliki koefesien corrected item total correlation
terendah 0,2006 dan tertinggi 0,5666. Sedangkan untuk reliabilitas
instrumen diperoleh angka Alpha = 0,8207. Menurut Crow & Crow,
termasuk tingkat reliabilitas tinggi.
78
Seperti halnya try out pola asuh, try out inventori harga diri dan
kemandirian terhadap 32 siswa SMP Negeri 2 Pabelan Kabupaten
Semarang. Dari tabel rekapitulasi harga diri, diperoleh rangkuman bahwa
tidak ada item harga diri yang dibuang. Item-item tersebut memiliki
koefesien corrected item total correlation terendah 0,2033 dan tertinggi
0,4146. Sedangkan untuk reliabilitas instrumen diperoleh angka Alpha =
0,7615. Menurut Crow & Crow, termasuk tingkat reliabilitas tinggi.
Sedangkan untuk try out angket kemandirian terhadap 32 siswa SMP
Negeri 2 Pabelan Kabupaten Semarang diperoleh rangkuman bahwa item
yang dibuang nomer 2, 7, 8, 12, 13, 24, 28, 30, 33, 37, dan 38 dari jumlah
item 44 dan memiliki koefesien corrected item total correlation terendah
0,2239 dan tertinggi 0,509. Sedangkan untuk reliabilitas instrumen
diperoleh angka Alpha = 0,8703. Menurut Crow & Crow, termasuk tingkat
reliabilitas tinggi.
79
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Subjek Penelitian
Di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang terdiri dari 17
Desa, ada 2 Desa yang termasuk kategori desa tertinggal. Kecamatan ini
didukung oleh beberapa dinas dan sekolah baik jenjang Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas ( SMA). Ada
3 (tiga) SMP Negeri dan 4 (empat) SMP/MTs swasta. Untuk populasi
penelitian, peneliti hanya mengambil sekolah SMP Negeri saja dengan
pertimbangan bahwa karakteristik ketiga sekolah tersebut hampir sama
walaupun ada sedikit perbedaan. Populasi tiap-tiap sekolah berbeda, dari
SMP Negeri 1 Pabelan ada 34 orang siswa, SMP Negeri 2 Pabelan ada 116
orang siswa dan SMP Negeri 3 Pabelan ada 45 orang siswa yang ibunya
bekerja di luar kota/ negeri berturut- turut minimal 2 tahun. Berdasarkan
perhitungan Monogram Hery King (Sugiyono, 2006: 101) maka sampel
untuk SMP Negeri 1 Pabelan ada 22 responden, SMP Negeri 2 Pabelan ada
73 responden, dan SMP Negeri 3 Pabelan ada 28 responden.
Data yang kami himpun dari 123 responden sebagian besar ( 85 %)
orang tuanya bekerja menjadi buruh tani dan yang lain menjadi pegawai
negeri, pegawai swasta dan wiraswasta. Sedangkan data urutan kelahiran
anak sulung berjumlah 58 anak (47%), anak tengah ada 28 anak (22%) dan
37 anak bungsu (30%). Selain itu mereka berada pada usia 13 tahun ada 38
80
anak, usia 14 tahun ada 42 anak dan 43 anak pada usia 15 tahun dengan
penyebaran anak perempuan berjumlah 70 anak dan anak laki-laki berjumlah
53 anak.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan suatu
objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa
membuat kesimpulan yang berlaku secara umum atau tidak digunakan untuk
menguji hipotesis (Sugiyono, 2002: 52). Analisis hasil penelitian ini diawali dari
variabel pola asuh otoriter (X1. 1) pola asuh permisif (X1. 3), pola asuh demokratik
(X1. 2), harga diri (X2) dan kemandirian (Y) dengan menghitung skor maksimum
dikurangi skor minimum dibagi interval.
1. Variabel Pola Asuh Otoriter (X1. 1)
Variabel pola asuh otoriter diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berdasarkan
konstruknya ditentukan kategori variabel pola asuh otoriter seperti pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Frekuensi Variabel Pola Asuh Otoriter (X1. 1)
No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
9-11 7-8 5-6 3-4 0-2
30 48 29 11 5
24.4% 39.0% 23.6% 8.9% 4.1%
Skor Maksimum Skor Minimum N
11 0 123
81
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar pola asuh
otoriter siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang adalah pada kategori tinggi sampai dengan
sangat tinggi 63,4%.
4.2.1.2 Variabel Pola Asuh Permisif (X1. 2)
Variabel pola asuh permisif diklasifikasikan ke dalam lima
kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Berdasarkan konstruknya ditentukan kategori variabel pola asuh permisif
seperti pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Frekuensi Variabel Pola Asuh Permisif (X1. 2)
No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
12 -14 9 -11 6 - 8 3 - 5 0 - 2
0 2 4 47 70
0% 1.6% 3.3% 38.2% 56.9%
Skor Maksimum Skor Minimum N
13 0 123
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar pola asuh
permisif siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang adalah pada kategori sangat rendah sampai
dengan rendah yaitu sebanyak 95,1.9%.
82
4.2.1.3 Variabel Pola Asuh Demokratik (X1. 3)
Variabel pola asuh demokratik diklasifikasikan ke dalam lima
kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, agak rendah, dan rendah.
Berdasarkan konstruknya ditentukan kategori variabel pola asuh
demokratik seperti pada tabel 4.3
Tabel 4.3
Frekuensi Variabel Pola Asuh Demokratik (X1. 3)
No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
16 – 19 12 – 15 8 – 11 4 – 7 0 - 3
3 61 41 17 1
2.44% 49.60% 33.33% 13.82% 0.8%
Skor Maksimum Skor Minimum N
16 0 123
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar pola asuh
demokratik siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang adalah pada kategori tinggi yaitu
sebanyak 49,60%
4.2.1.4 Variabel Harga Diri (X2)
Variabel harga diri diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu:
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Berdasarkan
konstruknya ditentukan kategori variabel harga diri seperti pada tabel 4.4
83
Tabel 4.4
Frekuensi Variabel Harga Diri (X2)
No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
21 – 25 16 – 20 11 – 15 6 – 10 0 - 5
20 47 37 17 2
16,26 % 38,21 % 30,08 % 13,82 % 1,63 %
Skor Maksimum Skor Minimum N
25 0 123
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar harga diri
siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/ 2009 berada pada
kategori tinggi sampai sangat tinggi yaitu sebanyak 54,47%.
4.2.1.5 Variabel Kemandirian (Y)
Variabel kemandirian diklasifikasikan ke dalam lima kategori
yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Berdasarkan konstruknya ditentukan kategori variabel kemandirian seperti
pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Frekuensi Variabel Kemandirian (Y)
No Kategori Skor Frekuensi Prosentasi 1. 2. 3. 4. 5.
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat Rendah
28 – 34 21 – 27 14 – 20 7 – 13 0 - 6
33 66 24 0 0
26,83 % 53,66 % 19,51 %
0 % 0 %
Skor Maksimum Skor Minimum N
33 0 123
84
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar kemandirian
siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2008/ 2009 berada pada
kategori tinggi sampai dengan sangat tinggi yaitu sebanyak 80.49%.
4.2.2 Uji Normalitas
Untuk mengetahui kenormalan distribusi skor variabel pola asuh
otoriter, permisif, demokratik, harga diri dan kemandirian siswa SMP
Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang dilakukan pengujian normalitas data dengan
menggunakan teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test seperti pada
tabel 4.6, tabel 4.7, tabel 4.8, tabel 4.9, dan tabel 4.10
1. Variabel Pola Asuh Otoriter
Tabel 4.6
Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Pola Asuh Otoriter.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
1236.8780
.105
.090
-.105
1.166.132
NMeanPoisson Parameter a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
OTORITER
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Berdasarkan Tabel 4.6 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 1.166
dengan p = 0,132 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran
data variabel pola asuh otoriter adalah normal. Untuk menguatkan hasil uji
85
kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test, berikut
ini disajikan kurva normal ditribusi variabel pola asuh otoriter paada
Grafik 4.1 berikut:
OTORITER
10.08.06.04.02.00.0
OTORITERFr
eque
ncy
60
50
40
30
20
10
0
Std. Dev = 2.11 Mean = 6.9
N = 123.00
Grafik 4.1 Sebaran Skor Pola Asuh Otoriter Dalam Kurva Normal
2. Variabel Pola Asuh Permisif
Tabel 4.7
Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Pola Asuh Permisif
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
1232.5122
.065
.065
-.028
.719
.680
NMeanPoisson Parameter a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
PERMISIF
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Berdasarkan Tabel 4.7 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 0.719
dengan p = 0,680 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran
data variabel pola asuh permisif adalah normal. Untuk menguatkan hasil
86
uji kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test,
berikut ini disajikan kurva normal distribusi variabel pola asuh permisif
paada Grafik 4.2 berikut:
PERMISIF
12.010.08.06.04.02.00.0
PERMISIFFr
eque
ncy
60
50
40
30
20
10
0
Std. Dev = 1.96 Mean = 2.5
N = 123.00
Grafik 4.2
Sebaran Skor Pola Asuh Permisif Dalam Kurva Normal
3. Variabel Pola Asuh Demokratik
Tabel 4.8
Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Pola Asuh Demokratik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
12310.4309
.082
.075
-.082
.911
.378
NMeanPoisson Parameter a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
DEMOKRAT
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Berdasarkan Tabel 4.8 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 0.911
dengan p = 0,378 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran
data variabel pola asuh demokratik adalah normal. Untuk menguatkan
hasil uji kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov
Test, berikut ini disajikan kurva normal ditribusi variabel pola asuh
demokratik paada Grafik 4.3 berikut:
87
DEMOKRAT
16.014.012.010.08.06.04.0
DEMOKRAT
Freq
uenc
y
50
40
30
20
10
0
Std. Dev = 2.63 Mean = 10.4
N = 123.00
Grafik 4.3 Sebaran Skor Pola Asuh Demokratik Dalam Kurva Normal
4. Variabel Harga Diri
Tabel 4.9
Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Harga Diri
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
12315.47974.66826
.091
.088-.0911.010.259
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
H.DIRI
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Berdasarkan Tabel 4.9 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 1,010
dengan p = 0,259 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran
data variabel harga diri adalah normal. Untuk menguatkan hasil uji
kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test, berikut
ini disajikan kurva normal ditribusi variabel harga diri paada Grafik 4.4
berikut:
88
Harga Diri
25.022.520.017.515.012.510.07.55.0
Harga Diri
Freq
uenc
y
50
40
30
20
10
0
Std. Dev = 4.67 Mean = 15.5
N = 123.00
Grafik 4.4 Sebaran Skor Harga Diri dalam Kurva Normal
5. Variabel Kemandirian
Tabel 4.10
Deskripsi uji Statistik Normalitas Sebaran data Variabel Kemandirian
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
12324.30894.51615
.081
.057-.081.900.393
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Kemandirian
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Berdasarkan Tabel 4.10 tampak bahwa hasil uji K-S adalah 0,900
dengan p = 0,393 > 0,05. hal ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran
data variabel kemandirian adalah normal. Untuk menguatkan hasil uji
kenormalan melalui teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test, berikut
ini disajikan kurva normal distribusi variabel kemandirian pada Grafik 4.5
berikut:
89
Kemandirian
32.530.027.525.022.520.017.515.0
Kemandirian
Freq
uenc
y
40
30
20
10
0
Std. Dev = 4.52 Mean = 24.3
N = 123.00
Grafik 4.5
Sebaran Skor Kemandirian dalam Kurva Normal
4.3. Analisis Korelasi
4.3.1. Korelasi Variabel Pola Asuh Otoriter (X1..1) Dengan Kemandirian (Y).
Hasil uji korelasi antara variabel pola asuh otoriter dengan
kemandirian siswa tersaji dalam Tabel 4.11
Tabel 4.11
Koefisien Korelasi Antara Pola Asuh Otoriter Dengan Kemandirian
Correlations
1 -.108. .234
123 123-.108 1.234 .123 123
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Pola AsuhOtoriter
Kemandirian
Pola AsuhOtoriter Kemandirian
Berdasarkan Tabel 4.11 diketahui bahwa koefisien korelasi (r)
antara pola asuh otoriter dengan kemandirian sebesar rX1..1.Y = -0, 108
dengan p = 0,234 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara pola asuh otoriter dengan kemandirian siswa SMP Negeri
90
yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang. Artinya skor pola asuh otoriter tidak dapat ditentukan pola
hubungan dengan skor kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal
orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
4.3.2. Korelasi Variabel Pola Asuh Permisif (X1.2) Dengan Kemandirian (Y).
Hasil uji korelasi antara variabel pola asuh permisif dengan
kemandirian siswa tersaji dalam Tabel 4.12
Tabel 4.12
Koefisien Korelasi Antara Pola Asuh Permisif Dengan Kemandirian
Correlations
1 -.092. .312
123 123-.092 1.312 .123 123
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Pola AsuhPermisif
Kemandirian
Pola AsuhPermisif Kemandirian
Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa koefisien korelasi (r)
antara pola asuh permisif dengan kemandirian sebesar rX1..2.Y = -0, 092
dengan p = 0,312 > 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara pola asuh permisif dengan kemandirian siswa SMP
Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang. Artinya skor pola asuh permisif tidak dapat
ditentukan pola hubungan dengan skor kemandirian siswa SMP Negeri
91
yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang.
4.3.3. Korelasi Variabel Pola Asuh Demokratik (X1.3) Dengan Kemandirian (Y).
Hasil uji korelasi antara variabel pola asuh demokratik dengan
kemandirian siswa tersaji dalam Tabel 4.13
Tabel 4.13
Koefisien Korelasi Antara Pola Asuh Demokratik Dengan Kemandirian
Correlations
1 .244**. .006
123 123.244** 1.006 .123 123
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
DEMOKRAT
MANDIRI
DEMOKRAT MANDIRI
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa koefisien korelasi (r)
antara pola asuh demokratik dengan kemandirian sebesar rX1..3.Y = 0, 244**
dengan p = 0,006 < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan
antara pola asuh demokratik dengan kemandirian siswa SMP Negeri yang
ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
Artinya makin tinggi skor pola asuh demokratik, maka makin tinggi pula
skor kemandirian siswa. Sebaliknya, makin rendah skor pola asuh
demokratik, maka makin rendah pula skor kemandirian siswa SMP Negeri
yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang.
92
4.3.4. Korelasi Variabel Harga Diri (X2) Dengan Kemandirian (Y).
Hasil uji korelasi antara variabel harga diri dengan kemandirian
siswa tersaji dalam Tabel 4.14
Tabel 4.14
Koefisien Korelasi Antara Harga Diri Dengan Kemandirian
Correlations
1 .562**. .000
123 123.562** 1.000 .123 123
Pearson CorrelationSig. (2-tailed)NPearson CorrelationSig. (2-tailed)N
Harga Diri
Kemandirian
Harga Diri Kemandirian
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).**.
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa koefisien korelasi (r)
antara harga diri dengan kemandirian sebesar rX2.Y = 0, 562** dengan p =
0,000 < 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang signifikan antara harga
diri dengan kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di
wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Artinya makin tinggi
skor harga diri, maka makin tinggi pula skor kemandirian siswa.
Sebaliknya, makin rendah skor harga diri, maka makin rendah pula skor
kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
4.3.5. Korelasi Variabel Pola Asuh Otoriter (X1.1) dan Harga Diri (X2) dengan
Kemandirian (Y).
Hasil uji korelasi antara variabel pola asuh dan harga diri dengan
kemandirian siswa tersaji dalam Tabel 4.15
93
Tabel 4.15
Koefisien Korelasi Antara Pola Asuh Demokratik Dan Harga Diri Dengan
Kemandirian
Model Summary
.572a .327 .315 3.73669Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Pola Asuh Demokratis, HargaDiri
a.
ANOVAb
812.715 2 406.357 29.103 .000a
1675.545 120 13.9632488.260 122
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Pola Asuh Demokratis, Harga Diria.
Dependent Variable: Kemandirianb.
Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa hubungan bersama-sama
antara variabel pola asuh demokratik dan harga diri dan kemandirian siswa
SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang.memiliki koefisien korelasi jamak atau multiple
correlation (R) sebesar RX1.3.X2.Y = 0.572; F = 29.103 dengan p = 0,000 <
0,05. Ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pola
asuh demokratik dan harga diri secara bersama-sama dengan kemandirian
siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang. Artinya makin tinggi skor pola asuh
demokratik dan harga diri siswa secara bersama-sama, maka makin tinggi
pula skor kemandirian siswa. Sebaliknya makin rendah skor pola asuh
94
demokratik dan harga diri siswa secara bersama-sama, maka makin rendah
pula skor kemandirian siswa.
4.4. Hasil Uji Hipotesis
4.4.1 Hasil uji hipotesis pertama yang akan diuji adalah:
Ho: rx1.1.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Ha: rx1.1.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh otoriter anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi antara pola asuh otoriter
dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi alphanya dapat
dilihat dalam tabel 4.16
Tabel 4.16
Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Otoriter
dengan Variabel Kemandirian
Variabel Bebas
(X) Variabel terikat
(Y) Koefisien korelasi
Signifikansi
Pola Asuh Otoriter (X1.1) Kemandirian -0,108 0,234
95
Dari tabel 4.16. tampak jelas bahwa veriabel pola asuh otoriter
tidak berkorelasi signifikan dengan kemandirian siswa (r = - 0,108), dengan
p = 0,234 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya
bahwa hipotesis yang menyatakan “ Tidak ada hubungan antara pola asuh
otoriter anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP
Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”
diterima, dan ditolak hipotesis “Ada hubungan antara pola asuh otoriter
anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri
di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”.
4.4.2 Hasil uji hipotesis kedua yang akan diuji adalah:
Ho: rx1.2.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh permisif anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP
Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran
2008/2009.
Ha: rx1.2.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh permisif anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi antara pola asuh permisif
dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi alphanya dapat
dilihat dalam tabel 4.17
96
Tabel 4.17
Hasil Analisis Variabel Pola Asuh permisif
dengan Variabel Kemandirian
Variabel Bebas (X)
Variabel terikat (Y)
Koefisien korelasi
Signifikansi
Pola Asuh Permisif (X1.2) Kemandirian -0,092 0,312
Dari tabel 4.17. tampak jelas bahwa veriabel pola asuh otoriter
tidak berkorelasi signifikan dengan kemandirian siswa (r = - 0,092), dengan
p = 0,312 > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya
bahwa hipotesis yang menyatakan “ Tidak ada hubungan antara pola asuh
permisif anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP
Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”
diterima, dan ditolak hipotesis “Ada hubungan antara pola asuh permisif
anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa SMP Negeri
di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”.
4.4.3 Hasil uji hipotesis ketiga yang akan diuji adalah:
Ho: rx1.3.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh demokratik anak
yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Ha: rx1.3.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh demokratik anak yang
ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
97
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi antara pola asuh
demokratik dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi
alphanya dapat dilihat dalam tabel 4.18
Tabel 4.18
Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Demokratik
dengan Variabel Kemandirian
Variabel Bebas (X)
Variabel terikat (Y)
Koefisien korelasi
Signifikansi
Pola Asuh Demokratik (X1.3) Kemandirian 0,244** 0,006
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Dari tabel 4.18. tampak jelas bahwa veriabel pola asuh demokratik
berkorelasi signifikan dengan kemandirian siswa (r = 0,244), dengan p =
0,006 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima . Kesimpulannya bahwa
hipotesis yang menyatakan “ Tidak ada hubungan antara pola asuh
demokratik anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”
ditolak, dan diterima hipotesis “Ada hubungan antara pola asuh
demokratik anak yang ditinggal orang tuanya dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”.
98
4.4.4 Hasil uji hipotesis keempat yang akan diuji adalah:
Ho: rx.2.y = 0 Tidak ada hubungan antara harga diri dengan
kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan
Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.
Ha: rx2.y > 0 Ada hubungan antara harga diri dengan kemandirian
siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun
pelajaran 2008/2009.
Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi antara harga diri
dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi alphanya dapat
dilihat dalam tabel 4.19
Tabel 4.19
Hasil Analisis Variabel Harga Diri
dengan Variabel Kemandirian
Variabel Bebas
(X) Variabel terikat
(Y) Koefisien korelasi
Signifikansi
Harga Diri Kemandirian 0,562** 0,000 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Dari tabel 4.19. tampak jelas bahwa veriabel harga diri berkorelasi
signifikan dengan kemandirian siswa (r = 0,562), dengan p = 0,000 < 0,05,
maka Ho ditolak dan Ha diterima . Kesimpulannya bahwa hipotesis yang
menyatakan “ Tidak ada hubungan antara harga diri dengan kemandirian
siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran
2008/2009” ditolak, dan diterima hipotesis “Ada hubungan antara harga
diri dengan kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan
tahun pelajaran 2008/2009”.
99
4.4.5 Hasil uji hipotesis kelima yang akan diuji adalah:
Ho: rx1.3..2.y = 0 Tidak ada hubungan antara pola asuh demokratik anak
yang ditinggal orang tuanya dan harga diri secara
bersama-sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri
di wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran
2008/2009.
Ha: rx1.3.2.y > 0 Ada hubungan antara pola asuh demokratik anak yang
ditinggal orang tuanya dan harga diri secara bersama-
sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri di
wilayah Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009.
Hasil penghitungan nilai koefisien korelasi bersama-sama antara
harga diri dengan kemandirian siswa dan perhitungan nilai signifikansi
alphanya dapat dilihat dalam tabel 4.20
Tabel 4.20
Hasil Analisis Variabel Pola Asuh Demokratik dan Harga Diri
dengan Variabel Kemandirian
Variabel Bebas
(X) Variabel terikat
(Y) Koefisien korelasi
Signifikansi
Pola Asuh Demokratik (X1.2)
dan Harga Diri Kemandirian 0.572** 0,000
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel 4.20. tampak jelas bahwa veriabel Pola asuh demokratik
dan harga diri secara bersama-sama berkorelasi signifikan dengan
kemandirian siswa (R = 0,572), dengan p = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak
dan Ha diterima . Kesimpulannya bahwa hipotesis yang menyatakan “Tidak
100
ada hubungan antara Pola asuh demokratik dan harga diri secara bersama-
sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah Kecamatan
Pabelan tahun pelajaran 2008/2009” ditolak, dan diterima hipotesis
“Tidak ada hubungan antara Pola asuh demokratik dan harga diri secara
bersama-sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri di wilayah
Kecamatan Pabelan tahun pelajaran 2008/2009”
4.5. Pembahasan
Memperhatikan hasil temuan dalam penelitian ini, maka pada
bagian iniakan diuraikan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan hasil
penelitian ini dimaksudkan untuk memperjelas analisis deskriptif, statistik
dan pengujian hipotesis. Berdasarkan uji signifikansi disajikan pada tabel
4.11, 4.12 dan 4.13 menunjukkan bahwa hipotesis yang terbukti secara
statistik adalah:
4.5.1 Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan
kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah
Kecamatan Pabelan. Dengan kata lain bahwa skor pola asuh otoriter bila
mengalami kenaikan ataupun penurunan tidak dapat ditentukan pola
hubungan dengan skor kemandirian siswa.
Kemandirian dapat terbentuk dari faktor pola asuh. Pola asuh orang
tua adalah cara/ metoda yang digunakan orang tua dalam mengasuh anak-
anaknya. Menurut Hurlock (1999: 17) yang menjelaskan pola asuh otoriter
dengan ciri bahwa anak-anak harus patuh tanpa banyak bertanya semua
perintah orang tua. Orang tua itu seperti dogmatis, menutut, mengontrol,
101
berkuasa, dan menghukum. Mereka tidak membicarakan berbagai masalah
dengan anak, dan tidak memberikan penjelasan tentang aturan-aturan yang
mereka buat. Mereka sangat sedikit menerima pandangan anak-anaknya,
dan tidak memberikan kesempatan untuk mengatur diri sendiri,
menyebabkan anak tidak dapat tumbuh rasa kemandirian dengan baik,
sehingga pola asuh orang tua kurang sesuai dengan kondisi anak yang
berada dalam posisi remaja yaitu dimana anak masih mengalami
perkembangan kemandirian yang membutuhkan kebebasan untuk
mengembangkan kemampuan secara optimal.
Mengacu pada aspek kemandirian yaitu berorientasi pada kemampuannya
untuk tidak bergantung kepada dukungan orang lain terutama orang
tuanya, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan menerima akibat
keputusannya serta memiliki seperangkat prinsip tentang benar-salah dan
penting dan tidak penting.
Aspek tidak bergantung orang lain, pola asuh orang tua otoriter
adanya kontrol yang ketat dan kaku, memaksa kehendak, menyebabkan
anak sangat tergantung pada orang lain, tidak berani memikul tanggung
jawab dan mudah putus asa. Anak dibesarkan di bawah kondisi
pengasuhan yang otoriter cenderung patuh dan menunjukkan sikap
penyesuaian diri dengan standard perilakunya yang diberlakukan oleh
orang tua. Hal ini terjadi mungkin karena adanya tekanan-tekanan dari
orang tua yang memaksa kehendaknya terhadap anak, sehingga anak
menjadi tergantung dan tidak mandiri. Salah satu indikator kecenderungan
102
pola asuh orang tua tipe otoriter adalah didasari oleh maksud agar anak
mencapai keinginan orang tua, gambaran diri ideal yang dipatok orang tua,
belum tentu didukung kemampuan anak dalam perwujudan terlebih anak
SMP sangat sulit. Jika kemampuan anak untuk mewujudkan harapan orang
tuanya tidak memadai, dan orang tua tetap memaksa kehendak, maka
kecenderungan pola asuh tipe otoriter mungkin akan dirasakan sebagai
bentuk ketidaksesuaian. Jika kemampuan anak cukup memadai untuk
mewujudkan harapan orang tuanya, mungkin pola asuh orang tua tipe
otoriter akan menumbuhkan rasa menyukai atau menghargai diri sendiri.
Aspek mampu mengambil keputusan secara mandiri, pola asuh
otoriter dengan ciri memaksakan kedisiplinan, memberikan perintah dan
larangan menyebabkan anak merasa ketakutan, merasa tertekan, anak pasif
dan kurang berinisiatif, sehingga anak bersifat pesimis dan takut untuk
mengambil keputusan sendiri. Aspek memiliki seperangkat prinsip benar-
salah, penting dan tidak penting, pola asuh otoriter anak harus mematuhi
peraturan, tidak boleh membantah, tidak pernah mempertimbangankan
pendapat anak, suka mendikte/mengatur, menyebabkan anak cepat bosan
dalam mengerjakan tugas tidak dan tidak ada rasa tanggungjawab terhadap
seperangkat nilai benar-salah, penting dan tidak penting.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anisa (2005) bahwa
pola asuh otoriter tidak berkorelasi terhadap kemandirian. Dengan pola
asuh otoriter, ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam akan
menjadikan anak “patuh” dihadapan orang tua, tetapi dibelakangnya ia
103
akan memperlihatkan rekasi-reaksi misalnya menentang/ melawan karena
anak merasa “dipaksa”. Reaksi menentang dan melawan bisa ditampilkan
dalam tingkah lakunya yang melanggar norma-norma dan menimbulkan
persoalan dan kesulitan baik pada dirinya maupun lingkungan rumah,
sekolah dan pergaulannya. Selain itu dapat juga menimbulkan akibat
hilangnya kebebasan anak, inisiatif dan aktivitas-aktivitas menjadi tumpul
sehingga kemandirian akan menurun.
4.5.2 Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif dengan
kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah
Kecamatan Pabelan. Dengan kata lain bahwa skor pola asuh permisif bila
mengalami kenaikan ataupun penurunan tidak dapat ditentukan pola
hubungan dengan skor kemandirian siswa.
Salah satu indikator pola asuh orang tua permisif yaitu pola asuh
orang tua tanpa tuntutan. Gambaran ideal yang ingin diwujudkan adalah
gambaran diri ideal bangunan anak, yang dimungkinkan disesuaikan
dengan kemampuan anak itu. Bagi anak berkemampuan rendah pola asuh
orang tua tanpa tuntutan kecil kemungkinakannya dirasakan merendahkan
anak. Namun bagi anak yang berkemampuan lebih tinggi jika ia dimanja/
diproteksi mungkin akan muncul perasaan tidak pernah dihargai dan diberi
kebebasan apapun sehingga anak kurang/tidak memiliki kemandirian
dalam hidupnya. Hasil penelitian ini sejalan pendapat Hurlock (1999 :
17-18) yang menjelaskan pola asuh permisif mengakibatkan anak tidak
mempunyai pegangan dalam melakukan sesuatu sehingga anak menjadi
104
individu yang tidak bertanggung jawab, tidak mampu mengontrol
perilakunya, bingung, cemas dan merasa tidak aman. Anak juga merasa
tidak bahagia karena hubungan dengan orang tua tidak hangat, dan merasa
orang tuanya tidak memperhatikan, dan pada akhirnya anak kurang
memiliki tanggung jawab baik terhadap dirinya maupun pada orang lain
termasuk lingkungan sekitarnya.
Pada umumnya pola asuh permisif terdapat pada keluarga yang
keduanya orang tuanya bekerja termasuk ibunya yang bekerja di luar
negeri, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu
untuk mendidik anak dalam arti yang sebaik-baiknya. Orang tua merasa
sudah mempercayakan masalah pendidikan pada orang lain yang bisa
mengasuh khusus atau bisa pula anggota keluarga yang tinggal di rumah (
saudara, kakek/nenek). Orang tua hanya bertindak sebagai “polisi” yang
mengawasi, menegur dan mungkin memarahi. Orang tua tidak bisa bergaul
dengan anak, hubungan tidak akrab dan merasa anak harus tahu sendiri.
Karena anak harus menentukan sendiri maka perkembangan
kepribadiannya menjaditidak terarah, tumbuh keakuannya yang terlalu
kuat dan kaku dan mudah menimbulkan kesulitan-kesulitan bila harus
menghadapi larangan-larangan yang ada dalam lingkungan sosialnya.
4.5.3 Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratik dengan
kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah
Kecamatan Pabelan Artinya bahwa siswa dengan skor pola asuh
demokratik yang tinggi akan diikuti dengan kemandirian siswa yang tinggi
105
pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor pola asuh demokratik rendah
akan diikuti dengan kemandirian siswa yang rendah pula. Temuan bahwa
pola asuh demokratik berhubungan dengan kemandirian siswa sejalan
dengan kerangka berpikir bahwa semakin tinggi pola asuh demokratik.
Hasil penelitian ini sejalan pendapat dari Coopersmith (1981:27) yang
menyatakan bahwa anak yang mempunyai kemandirian tinggi adalah
mereka yang berasal dari keluarga dimana orang tua diterima secara positif
oleh anak dan hal tersebut hanya dapat dijumpai pada pola asuh
demokratik.
Selain itu hasil penelitian Markum (2002:2) dan Zaff (2002: 5) terungkap
fakta bahwa pola asuh demokratik dapat menumbuhkan ikatan antara
orang tua dan anak, sehingga akan mendorong kemandirian, pembentukan
sifat kerja keras, kedisiplinan, dan komitmen prestatif dan realistis pada
anak. Hasil penelitian juga sejalan penelitian dari Indrawati (2002) yang
menyatakan bahwa pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian
remaja di SLTP Muhammadiyah 6 Dau Malang, terhadap siswa-siswa
SLTP Muhmmadiyah 6 Dau Malang dengan populasi total siswa kelas 1
dan kelas 2 diperoleh hasil adanya pengaruh yang signifikan antara pola
asuh demokratik terhadap kemandirian siswa. dengan F= 13,146 dengan
p<0,010 . Demikian juga hasil penelitian Anisa (2005) terhadap 78 siswa
kelas II SMA 1 Bapulang Kabupaten Tegal diperoleh hasil bahwa
kemandirian siswa kelas II yang diasuh dengan pola asuh demokratis
106
59,80% bila dibandingkan dengan tipe pola asuh otoriter maupun pola
asuh permisif.
4.5.3 Ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian siswa
SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang. Menurut Arikunto (2002:245) keeratan hubungan
tersebut termasuk kategori agak rendah. Artinya bahwa siswa dengan skor
harga diri yang tinggi akan diikuti dengan kemandirian siswa yang tinggi
pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor harga diri rendah akan diikuti
dengan kemandirian siswa yang rendah pula. Temuan bahwa harga diri
berhubungan dengan kemandirian siswa sejalan dengan kerangka berpikir
bahwa semakin tinggi harga diri semakin tinggi pula kemandirian siswa.
Temuan ini juga sejalan pendapat Coopersmith (dalam Aswagati, 2001:
19) yang mengemukakan bahwa individu dengan harga diri tinggi
memiliki karakteristik yang meliputi adanya penilaian positif terhadap
keadaan dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang dianutnya, lebih
mandiri dalam menghadapi lingkungannya, kreaktif, yakin akan gagasan
dan pendapatnya dan memiliki tingkat keberhasilan tinggi. Seseorang yang
mempunyai harga diri tinggi juga melihat dirinya mampu dan mempunyai
harapan-harapan yang tinggi untuk masa depannya.
4.5.4 Korelasi berganda (multiple correlation) merupakan koefisien yang
menunjukkan arah dan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih
secara bersama-sama dengan variabel yang lain (Soegiono, 2005:45).
Dalam penelitian ini (lihat tabel 4.16.), ditemukan hubungan berganda
107
antara pola asuh demokratik dan harga diri dengan kemandirian siswa
SMP Negeri di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Dari
data koefisien korelasi ini dapat dijelaskan bahwa siswa dengan skor pola
asuh demokratik dan harga diri yang tinggi akan diikuti dengan
kemandirian siswa yang tinggi pula. Sebaliknya siswa yang memiliki skor
pola asuh demokratik dan harga diri rendah akan diikuti dengan
kemandirian siswa yang rendah.
Kekuatan hubungan berganda pola asuh demokratik dan harga diri
dengan kemandirian siswa sebesar 0,572**. terlihat lebih besar dari
kekuatan hubungan secara mandiri antara pola asuh otoriter dengan
kemandirian siswa sebesar 0,244** dan kekuatan hubungan harga diri
dengan kemandirian siswa sebesar 0,562** (r = 0,244 dan r = 0,562 <
0,572). Gejala ini merupakan gejala yang wajar karena sifat dari hubungan
berganda selalu menunjukkan interkorelasi antar veriabel bebasnya.
Sehingga angka kekuatan hubungannya lebih besar. Artinya bahwa dalam
diri siswa terjadi perpaduan antara karakter siswa yang memiliki pola asuh
demokratik tinggi dengan karakter harga diri siswa yang kuat. Perpaduan
dua kelompok karakter inilah yang menyebabkan angka koefisien
hubungan berganda lebih besar.
108
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dan hasil analisa data yang
diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan
kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di wilayah
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi
sebesar -0,108 dengan p = 0,234 > 0,05. Artinya skor pola asuh otoriter tidak
dapat ditentukan pola hubungan dengan skor kemandirian siswa SMP Negeri
yang ditinggal orang tuanya di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif dengan
kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi
sebesar -0,092 dengan p = 0,312 > 0,05. Artinya skor pola asuh permisif tidak
dapat ditentukan pola hubungan dengan skor kemandirian siswa SMP Negeri
yang ditinggal orang tuanya di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang.
3. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan
kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi
109
sebesar 0,244** dengan p = 0,006 < 0,05. Artinya makin tinggi skor pola asuh
demokratis, maka makin tinggi pula kemandirian siswa. Sebaliknya, makin
rendah skor pola asuh demokratis, maka makin rendah pula kemandirian
siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang
4. Ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian siswa
SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang, ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,562**
dengan p = 0,000 < 0,05. Artinya makin tinggi skor harga diri, maka makin
tinggi pula kemandirian siswa. Sebaliknya, makin rendah skor harga diri,
maka makin rendah pula kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal
orang tuanya di wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
5. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis dan harga diri
secara bersama-sama dengan kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal
orang tua di Wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, ditunjukkan
oleh koefisien korelasi sebesar 0,572** dengan p = 0,000 < 0,05. Ini berarti
makin tinggi skor pola asuh demokratis dan harga diri siswa bersama-sama,
maka makin tinggi pula kemandirian siswa. Sebaliknya, makin rendah skor
pola asuh demokratis dan harga diri siswa bersama-sama, maka makin rendah
pula kemandirian siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tuanya di wilayah
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
110
5.2 Saran
Saran yang dikemukakan dalam penelitian ini dikelompokkan dalam
paparan implikasi teoritik, implikasi terapan dan implikasi penelitian
lanjutan.
5.2.1 Implikasi Teoritik
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh otoriter dan
permisif siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang tidak berhubungan secara signifikan dengan
kemandirian siswa maka temuan ini sejalan dengan pendapat Hurlock
(1999) yang menyimpulkan bahwa dengan gaya pengasuhan model otoriter
dan permisif menjadikan anak cenderung tidak bertanggung jawab, dan
tidak mandiri. Dan hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pola asuh
demokratis siswa SMP Negeri yang ditinggal orang tua di Wilayah
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang berhubungan secara signifikan
dengan kemandirian siswa maka temuan ini sejalan dengan teori
Coopersmith (1981:27) yang menyimpulkan bahwa anak yang mempunyai
kemandirian tinggi adalah mereka yang berasal dari keluarga dimana orang
tua diterima secara positif oleh anak dan hal tersebut hanya dapat dijumpai
pada pola asuh demokratis. Maka harus orang tua menyadari bahwa ada
pola perkembangan dan ada variasi perkembangan yang menyertai
bertambah umur anak-anaknya serta jangan melepas kontrol dan memberi
kepercayan yang lebih besar jika kemampuan anak belum memadai unuk
menerima kepercayaan. Dan jangan mempertahankan kontrol ketat jika
111
kemampuan anak sudah memadai untuk menerima kepercayan itu serta
dapat menumbuhkan ikatan antara orang tua dan anak, sehingga akan
mendorong kemandirian, pembentukan sifat kerja keras, kedisiplinan, dan
komitmen prestatif dan realistis pada anak .Jadi selama proses penasuhan,
keahlian orang tua dalam memainkan seni menyatu antara kontrol,
kehangatan disesuaikan dengan kemampuan yang dimilki anak perlu diuji
terus.
Dari hasil penelitian antara harga diri siswa SMP Negeri yang
ditinggal orang tua di Wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang
berhubungan secara signifikan dengan kemandirian siswa maka temuan ini
sejalan dengan teori Coopersmith (dalam Aswagati, 2001: 19) yang
menyimpulkan individu dengan harga diri tinggi memiliki karakteristik yang
meliputi adanya penilaian positif terhadap keadaan dirinya berdasarkan
nilai-nilai pribadi yang dianutnya, lebih mandiri dalam menghadapi
lingkungannya, kreaktif, yakin akan gagasan dan pendapatnya dan memiliki
tingkat keberhasilan tinggi. Maka siswa perlu mengembangkan potensinya
secara realistik dan memiliki keyakinan untuk meraih sukses dan dapat
melawan kecemasan dalam dirinya guna peningkatan kemandiriannya serta
dapat mengatasi masalah.
Dari hasil penelitian pola asuh dan harga diri siswa SMP Negeri
yang ditinggal orang tua di Wilayah Kecamatan Pabelan Kabupaten
Semarang secara bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan
kemandirian ini sejalan dengan teori Shanti (2002) menyimpulkan bahwa
112
hubungan antara orang tua dengan anak tidak disertai dengan adanya
perhatian, toleransi, kasih sayang dan sikap orang tua yang selalu menerima
keinginan anak, dapat menciptakan situasi harmonis yang akan
memperlancar pembentukan peningkatan harga diri dan sikap mandiri pada
anak.
5.2.2 Implikasi Terapan
Mengacu pada hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan
yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan kemandirian, adanya
hubungan yang signifikan antara harga diri dengan kemandirian, dan adanya
hubungan secara signifikan antara pola asuh dan harga diri secara bersama-
sama dengan kemandirian siswa maka temuan ini berimplikasi terapan
sebagai berikut:
1. Dalam menjalankan pola pengasuhan, sebenarnya orang tua sedang
mempersiapkan atau mendampingi anak untuk berkembang ke arah
kedewasaan, yang dicirikan pada kemandirian. Dengan memainkan
peran pola asuh demokratis, orang tua sangat efektif membantu anak-
anaknya dengan seni menyatu antara kehangatan dan kontrol
disesuaikan tingkat kemampuan anak. Untuk mengetahui tingkat
kemampuan anak, dalam teori perkembangan anak menyatakan bahwa
secara fisik, jiwani, rohani, dan sosial perkembangan anak mengikuti
pola tertentu. Namun karena berbagai faktor pengaruh lain terdapat
variasi perkembangan dan variasi perkembangan yang menyertai
bertambah umur anak-anaknya. Untuk itu dalam memainkan seni
113
menyatu kuantitas antara kehangatan dan kontrol harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan yang sedang berlaku. Orang tua
sebaiknya jangan melepas kontrol dan memberi kepercayaan yang lebih
besar jika kemampuan anak belum memadai untuk menerima
kepercayaan. Dan jangan mempertahankan kontrol yang ketat jika
kemampuan anak telah memadai untuk menerima kepercayaan itu. Jadi
dengan pengasuhan pola demokratis maka anak dapat mengembangkan
harga diri dan akhirnya dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam
seluruh kehidupannya.
2. Dari tabel 4.4. diperoleh bahwa harga diri anak berada pada kategori
tinggi (38,21%) dan dapat ditingkatkan menjadi kategori sangat tinggi.
Oleh sebab itu diharapkan agar orang tua memberi kesempatan pada
anak agar dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, belajar
mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang
dilakukan dan belajar mempertanggungjawabkan segala perbuatannya
tanpa campur tangan orang lain dan akhirnya dapat hidup lebih
mandiri.
5.2.3 Implikasi Penelitian Lanjutan
Mencermati hasil penelitian ini maka temuan penelitian termasuk
penelitian baru. Sehingga peneliti hanya baru bisa meneliti hal-hal yang
mudah dilihat dan diukur. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu
dan kemampuan peneliti. Oleh sebab itu, perlu peneliti lanjutan dengan
lebih mengupas secara detail per sub variabel baik pada variabel pola asuh
114
dan herga diri maupun kemandirian yang terfokus pada belajar.
Harapannya bisa menjadi pertimbangan baik pada orang tua, masyarakat
maupun pihak sekolah sehingga anak mendapat pelayanan yang benar dan
lebih mandiri dalam mencapai kehidupannya.
5.3 Saran
Dalam menjalankan pola pengasuhan, sebenarnya orang tua sedang
mempersiapkan atau mendampingi anak untuk berkembang ke arah kedewasaan,
yang dicirikan pada kemandirian. Dengan memainkan peran pola asuh
demokratis, orang tua sangat efektif membantu anak-anaknya dengan suatu seni
menyatu antara kehangatan dan kontrol disesuaikan tingkat kemampuan anak.
Untuk mengetahui tingkat kemampuan anak, teori perkembangan anak
menyatakan bahwa secara fisik, jiwani, rohani, dan social perkembangan anak
mengikuti pola tertentu. Namun karena berbagai faktor pengaruh lain terdapat
variasi perkembangan dan ada variasi perkembangan yang menyertai bertambah
umur anak-anaknya. Untuk itu dalam memainkan seni menyatu kuantitas antara
kehangatan dan kontrol harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan yang
sedang berlaku. Orang tua sebaiknya jangan melepas kontrol dan memberi
kepercayaan yang lebih besar jika kemampuan anak belum memadai untuk
menerima kepercayaan. Dan jangan mempertahankan kontrol yang ketat jika
kemampuan anak sudah memadai untuk menerima kepercayaan itu. Jadi dengan
pengasuhan pola demokratis maka anak dapat mengembangkan harga diri dan
akhirnya dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam seluruh aspek
kehidupannya.
115
SKALA POLA ASUH ORANG TUA
NO Peryataan SS S 1 Bila saya akan pergi piknik, orang tua tidak membantu menyiapkan perlengkapan. 2 Bila saya ingin memiliki sepeda motor/hp orangtua tidak akan memenuhi 3 Bila saya tidak naik kelas orang tua akan memarahi saya 4 Bila orang tua menyuruh saya mengerjakan sesuatu, sedangkan waktu itu saya sedang mengerjakan pekerjaan saya sendiri
orang tua tidak mau peduli terhadap pekerjaan saya.
5 Dalam banyak hal orang tua selalu menuntut di luar kemam puan saya. 6 Dalam mengemukakan pendapat hasil akhir ditangan orang tua 7 Untuk pekerjaan di dapur saya harus melakukan semuanya 8 Dalam menemukan warna dan model baju harus sesuai keinginan orang tua 9 Terhadap kegiatan yang saya ikuti orang tua selalu menuntut saya berprestasi
10 Ketika saya masih kecil bila ada pesta perkawinan orang tua mengharuskan saya untuk ikut
11 Orang tua yang menentukan siap teman saya yang layak untuk bermain
12 Bila saya ingin bermain dengan teman orang tua melarang dan memarahi saya
13 Dalam berprestasi, orang tua menghendaki saya mencapai prestasi setinggi-tingginya
14 Dalam banyak hal orang tua selalu menuntut di luar kemam puan saya
15 Saya tidak boleh memotong pembicaraan bila orang tua sedang berbicara
16 Dalam hal berprestasi orang tua menghendaki saya mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
17 Bila saya mengambil sesuatu dan tidak mengembalikan pada tempatnya orang tua langsung menghukum saya.
18 Bila saya disuruh mengerjakan sesuatu tapi hasilnya tidak sesuai dengan harapan orang tua maka orang tua akan marah
19 Bila saya melunturkan baju orang tua saya dituduh sengaja
116
melakukan dan pasti dihukum 20 Bila saya menghabiskan waktu libur sekolah selama satu minggu orang tua tidak peduli
22 Bila ada teman saya yang merayakan ulang tahun/syukuran saya boleh datang meskipun pesta diadakan sampai larut malam.
23 Bila saya menghilangkan barang berharga, orang tua tidak peduli
24 Bila saya terlambat pulang sekolah, orang tua diam saja 25 Bila saya memecahkan kaca jendela orang tua diam saja 26 Dalam hal teman bergaul orang tua tidak peduli
27 Bila orang tua tahu saya tidak menghabiskan makan orang tua tidak mengingatkan saya.
28 Bila saya lalai mengerjakan tugas rutin orang tua tidak mengi ngatkan.
29 Setiap selesai makan saya tidak harus mencuci perlengkapan makan
30 Dalam keluarga ada pembagian tugas, saya tidak selalu memperoleh tugas
31 Terhadap harapan dan cita-cita saya, orang tua tidak peduli 32 Bila saya menemui kesulitan dalam melengkapi peralatan
sekolah orang tua tidak peduli.
33 Bila saya diperlakukan tidak adil oleh teman orang tua
tidak ikut mencari penyelesaian
34 Bila saya ada kesulitan dalam mengerjakan tugas dari sekolah orang tua tidak mau membantu kesulitan saya.
35 Bila ada orang minta sumbangan ke rumah orang tua tidak mau peduli hal itu terserah pada saya.
36 Bila saya sedih orang tua tetap membiarkan saya sedih 37 Bila ada teman yang bermain di rumah, tapi sikapnya tidak sopan maka orang tua melarang saya untuk tidak bergaul
38 Pada waktu liburan sekolah orang tua memberikan kebebas
an sepenuhnya pada saya untuk menentukan acara.
39 Terhadap acara perkemahan yang diadakan di sekolah
saya menentukan ikut atau tidak tapi sepengetahuan
orang tua
117
40 Bila saya mendapat teman baru tapi teman tersebut kurang baik orang tua memberi nasehat agar saya berhati-hati dalam bergaul dengannya.
41 Bila saya membutuhkan bantuan, orang tua mau membantu SS S
42 Bila saya mau berangkat kerja bakti, semua perlengkapan kerja bakti disiapkan oleh orang tua
43 Bila saya sedang belajar untuk ulangan besok hari orang tua akan mengontrol jam belajar saya.
44 Bila saya ingkar janji dengan orang tua saya, maka orang tua akan menanyakan alasan saya dan memperingatkan agar lain kali saya lebih tepat janji.
45 Bila saya mengikuti lomba semua keperluan disiapkan oleh orang tua
46 Bila saya menjuarai suatu lomba orang tua akan sangat bangga, sehingga mengabulkan semua keinginan saya.
47 Bila saya menjadi juara kelas orang tua akan bangga dan tetap memberikan semangat.
48 Dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolah orang tua mendorong saya berprestasi, jenis kegiatan saya yang
49 Bila saya melanggar peraturan di rumah, orang tua memberi kan hukuman yang ringan agar saya tidak mengulang lagi.
50 Bila nilai rapot saya baik saya mendapat pujian/ hadiah dari orang tua
51 Bila saya dapat menyelesaikan tugas di rumah dengan baik orang tua memuji saya.
52 Bila saya dapat membantu ibu berbelanja, ibu memberi sedikit memberi uang jajan
53 Bila saya menghilangkan barang milik teman orang tua akan segera mengganti.
54 Segala permasalahan yang ada di rumah orang tua selalu mem bicarakan bersama-sama.
55 Saya sering menceritakan permasalahan saya kepada orang tua memuji saya.
56 Bila saya bertengkar dengan saudara saya, orang tua mena nyakan alasan dari pertengkaran.
118
SKALA PENGUKURAN
SISWA SMP NEGERI 2 PABELAN Dalam kesibukan belajar anda saat ini, kami meminta sedikit waktu dan kesedian anda untuk mengisi daftar pernyataan ini. Hasil penelitian ini akan kami gunakan untuk keperluan penulisan tesis dan tidak ada hubungannya dengan nilai rapot anda. Oleh sebab itu dimohon kesediannya untuk menjawab setiap pernyataan yang ada dengan jujur sesuai dengan keadaan saat ini. Kesungguhan dan kejujuran anak-anak dalam mengisi angket ini sangat saya harapkan dan merupakan bantuan yang tak ternilai harganya bagi tercapainya tujuan penelitian ini. Seluruh informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaan nya dan tidak berpengaruh negatif terhadap pengsisi angket ini dan isntansi terkait. Atas perhatian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih Nama Siswa : Jenis kelamin :L/P * Kelas : PETUNJUK DALAM MENGERJAKAN
1 Bacalah semua pernyataan dengan seksama, kemudian anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan tersebut secara jujur dengan memberi centhang (V) pada kolom jawaban yang tersedia untuk skala kemandirian dan pola asuh ada 4(empat) kemungkinan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS); Setuju (S); Tidak Setuju (TS); Sangat Tidak Setuju (STS), sedangkan untuk harga diri jawabannya Ya atau Tidak
2 Setiap anak mempunyai jawaban yang berbeda, karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan kenyataan yang anak-anak alami.
3 Jika anda terlanjur menyilang sebuah jawaban yang sebenarnya tidak kalian kehendaki berilah tanda (=) pada kolom yang anda anggap salah tersebut, kemudian centhanglah pada kolom yang anda anggap paling sesuai.
* SELAMAT MENGERJAKAN *
119
ANGKET KEMANDIRIAN, POLA ASUH DAN HARGA DIRI
SISWA SMP NEGERI PABELAN
PETUNJUK
1 Bacalah pernyataan di bawah ini dengan seksama kemudian pilihlah atau beri tanda cek (v)
salah satu dari 2 (dua) pilihan jawaban yang tersedia yaitu:
Ya : bila jawaban itu cocok/sesuai dengan keadaan diri anda
Tdk : bila jawaban itu tidakcocok/ tidak sesuai dengan keadaan diri anda
2 Pilihlah alternatif tanggapan yang benar-benar sesuai dengan keadaan diri anda, bukan dengan
apa yang seharusnya.
3 Identitas dan jawaban anda terjamin kerahasiannya
4 Dalam Skala ini tidak perlu takut salah, karena setiap jawaban dapat diterima
5 Setelah selesai mengerjakan, periksalah kembali apakah ada pernyataan yang belum diisi.
Kelas :
No Absen :
1. ANGKET KEMANDIRIAN NO Pernyataan Ya Tdk
1 Saya menyelesaikan tugas tepat waktu
2 Tanpa bantuan orang lain saya tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik
3 Saya aktif dalam kegiatan ibadah
4 Saya melaksanakan tugas/kewajiban dengan kesadaran diri sendiri
5 Saya lebih suka menyerahkan pekerjaan saya kepada orang lain 6 Saya takut mengakui kesalahan saya pada orang lain
7 Saya berani menerima akibat positif maupun negatif dari perbuatan saya
8 Saya sedang berjuang mencapai cita-cita 9 Saya berani menempuh resiko untuk mewujudkan cita-cita saya 10 Saya suka melempar kesalahan saya kepada orang lain 11 Saya mudah putus asa 12 Bila ada tugas dari sekolah saya langsung mengerjakan
13 Saya sering mengajukan usul atau pendapat dalam kelompok/ pertemuan rapat
14 Saya suka coba-mencoba dalam menyelasaikan masalah 15 Saya suka melakukan percobaan berbagai bidang 16 Saya suka meniru pekerjaan orang lain
17 Saya ada rasa dendam terhadap teman yang menyakiti hati saya
18 Bila perasaan saya tersinggung saya langsung marah 19
Saya sering berhati-hati dalam berbicara agar tidak menyinggung perasaan orang lain
120
20 Sebelum bertindak saya sering mempertimbangkan akibat yang timbul dari tindakan saya
21 Setiap hari saya mewajibkan diri saya untuk belajar 22 Saya tahu apa yang harus saya lakukan 23 Saya mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah saya. 24 Saya tahu, saya dapat mengerjakan tugas-tugas saya sendiri. 25 Menurut saya, hasil kerja saya sudah baik
26 Saya lebih senang mengikuti saran orang lain daripada melakukan ide saya sendiri
27 Saya tetap tenang walaupun berbeda pendapat dengan orang lain.
28 Saya suka menggunakan waktu luang untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat
29 Saya tidak suka dikritik
30 Bila jawaban ulangan saya berbeda dengan teman, saya akan menggantikannya
31 Saya memiliki pendirian yang kuat 32 Saya berusaha menjadi pemenang dalam setiap kegiatan 33 Saya aktif mengikuti kegiatan remaja masjid/karang taruna
2. ANGKET POLA ASUH
NO Pernyataan Ya Tdk
1 Bila anak menghilangkan barang berharga orang tua diam saja 2 Bila saya pulang tidak tepat waktu orang tua tidak marah
3 Bila saya ingin mengubah letak perabot di rumah, orang tua tidak keberatan bila memang ide saya lebih baik.
4 Saya sering bertukar pikiran dengan orang tua dan saudara saya
5 Saya sering mendiskusikan permasalahan dengan orang tua
6 Orang tua mengharuskan saya aktif dalam kegiatan karang taruna/ remaja masjid
7 Bila saya tidak belajar , orang tua diam saja 8 Saya bebas berperilaku sesuai keinginan saya
9 Jika saya melakukan kesalahan orang tua tidak pernah memarahi saya
10 Orang tua jarang berkomunikasi dengan saya 11 Orang tua menyetujui apa saja yang saya kerjakan
12 Saya diberi kekebasan penuh oleh orang tua dalam melakukan apa saja
13 Saya diberi kesempatan oleh orang tua mengemukakan pendapat dalam
bermusyawarah
14 Dalam memutuskan sesuatu, saya diajak orang tua untuk diskusi
15 Orang tua mengijinkan penuh saya berpacaran 16 Bila saya coba-coba merokok orang tua diam saja
17 Bila saya tidak berangkat jumatan/ ke gereja orang tua tidak memarahi saya
18 Orang tua sangat peduli terhadap harapan dan cita-cita saya 19 Dalam hal teman bergaul orang tuaku peduli
20 Setiap saat orang tuaku menanyakan bagaimana sekolahku saat ini
121
21 Orang tua akan menegur bila saya tidak menghabiskan makanan yang saya ambil
22 Orang tua akan masa bodoh bila saya ada kesulitan dengan perlengkapan/ alat-alat
sekolah
23 Meskipun sedang ulangan orang tua tidak menuntut saya untuk belajar
24 Dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolah orang tua menuntut saya berprestasi
25 Semua aturan dalam keluargaku yang menentukan orang tua
26 Jenis kegiatan, saya yang menentukan namun sepengetahuan orang tua
27 Dalam musyawarah keluarga, saya dimintai pendapat oleh orang tua
28 Bila ada kegiatan kerja bakti, orang tua tidak memaksaku mengikutinya
29 Pada saat liburan orang tua memberi kebebasan sepenuhnya pada saya untuk
menentukan acara
30 Orang tuaku mengajariku untuk menepati janji kepada siapa saja
31 Orang tuaku memenuhi kebutuhanku meskipun tidak saat ini
32 Apabila tugas rutin di rumah tidak beres orang tua memarahi saya
33 Bila saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas orang tua membantu saya
34 Bila pulang sekolah terlambat orang tua memarahi saya 35 Bila saya gagal dalam sesuatu orang tua memarahi saya
36 Bila ada teman saya yang bermain ke rumah tidak sopan orang tua melarang saya
bergaul dengannya 37 Bila nilai rapot saya jelek pasti orang tua akan marah
38 Dalam menentukan warna dan model baju, harus sesuai keinginan orang tua saya
39 Sesibuk apapun orang tua menuntutku sholat berjamaah di masjid
40 Bila saya menjuarai kegiatan, orang tua mengabulkan permintaan saya
3. INVENTORI HARGA DIRI
NO Pernyataan Ya Tdk 1 Saya sering membayangkan diri saya sebagai orang lain
2 Saya merasa sangat sulit untuk berbicara di depan sekelompok orang
3 Sekiranya mungkin, banyak hal dalam diri saya yang ingin saya ubah
4 Saya dapat mengambil keputusan tanpa banyak kesulitan 5 Orang senang dengan saya 6 Saya mudah jengkel bila berada di rumah 7 Saya membutuhkan waktu yang lama untuk membiasakan diri
122
dalam hal-hal yang baru 8 Saya populer diantara teman-teman sepergaulan
9 Saya merasa keluarga saya mengharapkan terlalu banyak dari diri saya
10 Saya merasa keluarga saya memahami perasaan saya 11 Saya mudah putus asa 12 Tidak menyenangkan menjadi orang seperti saya 13 Segalanya dalam kehidupan saya sangat sulit 14 Orang-orang biasanya mengikuti gagasan saya 15 Saya merasakan banyak kekurangan pada diri saya 16 Sudah beberapa kali saya mau meninggalkan rumah.
17 Saya merasa sering jengkel dengan pekerjaan yang saya lakukan
18 Penampilan saya tidak sebaik orang lain
19 Jika saya mempunyai gagasan yang ingin saya katakan saya biasanya
langsung mengatakannya
20 Saya merasa teman sepergaulan dan lingkungan dapat memahami saya
21 Saya merasa orang-orang lain lebih disukai daripada saya
22 Saya merasa seolah-olah teman saya memaksa untuk melakukan
sesuatu yang tidak saya senangi
23 Saya sering tidak yakin akan berhasil terhadap sesuatu yang saya lakukan
24 Biasanya saya tidak mudah terganggu dalam menghadapi hal-hal yang sepele
25 Saya tidak dapat diandalkan
123
KEMANDIRIAN
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 28 2 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 15 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 4 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 21 5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 23 6 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 17 7 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 19 8 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 15 9 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 21 10 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 23 11 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 22 12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 26 13 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 25 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 20 15 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28 16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 26 17 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 25 18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 28 20 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 16 21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 23 22 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 20 23 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 23 24 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25
124
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 25 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28 26 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 24 27 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 17 28 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 24 29 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 19 30 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 18 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 32 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 24 33 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 28 34 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 15 35 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 26 36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 27 37 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 16 38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 22 39 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 23 40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 31 41 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 25 42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 30 43 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 26 44 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 23 45 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 24 46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 30 47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 25 48 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 22 49 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 18 50 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 24
125
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 25 52 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 23 53 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 25 54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 21 55 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 32 56 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29 57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 29 58 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 27 59 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 27 60 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 21 61 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 17 62 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 15 63 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 26 64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 31 65 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 30 66 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 14 67 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 25 68 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 21 69 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 23 70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 30 71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 26 72 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 24 73 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 17 74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 31 76 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28
126
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 77 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 24 78 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 18 79 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 27 80 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 29 81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 30 82 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 25 83 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 25 84 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 26 85 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 24 86 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 23 87 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 25 88 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 31 89 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 20 90 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 91 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 29 92 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 25 93 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 26 94 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 25 95 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 29 96 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 16 97 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 30 98 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 29 99 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 29
100 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 18 101 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 19 102 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 26
127
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 total 103 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 22 104 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 19 105 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 21 106 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 21 107 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 23 108 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 24 109 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27 110 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 23 111 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 31 112 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 27 113 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 18 114 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 27 115 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 21 116 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 117 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 30 118 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 29 119 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 29 120 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 22 121 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 28 122 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 26 123 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 27
128
POLA ASUH
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 14 2 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 25 3 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 19 4 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 22 5 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 16 6 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 19 7 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 12 8 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 19 9 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21
10 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 21 11 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 27 12 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 26 13 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 17 14 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 18 15 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 21 16 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 22 17 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25 18 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 22 19 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 24 20 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 19 21 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 20 22 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 9 23 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 25 24 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 22 25 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22 26 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 26 27 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 20
129
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 28 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 21 29 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 20 30 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 31 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 17 32 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 23 33 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 19 34 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 15 35 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 22 36 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 19 37 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 38 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 19 39 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 23 40 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 24 41 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 21 42 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 15 43 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 21 44 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 19 45 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 18 46 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 18 47 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25 48 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 25 49 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 23 50 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 24 51 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 21 52 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 18 53 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 18 54 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 20 55 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 20 56 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 15
130
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 57 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 24 58 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 19 59 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 14 60 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 24 61 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 16 62 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 23 63 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 17 64 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 22 65 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 20 66 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 15 67 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 22 68 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 21 69 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 19 70 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 20 71 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 19 72 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 22 73 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 24 74 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 20 75 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 20 76 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 25 77 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 23 78 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 23 79 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 23 80 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 28 81 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 25 82 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 25 83 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 22 84 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 23 85 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 17
131
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 86 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 22 87 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 16 88 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 23 89 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 16 90 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 26 91 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 13 92 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 18 93 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 24 94 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 15 95 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 18 96 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 18 97 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 19 98 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 18 99 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 21
100 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 17 101 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 21 102 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 103 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 104 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 18 105 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 23 106 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 24 107 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 24 108 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 21 109 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 25 110 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 15 111 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 25 112 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 26 113 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 20 114 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18
132
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 total 115 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 21 116 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 21 117 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 20 118 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 20 119 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 20 120 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 22 121 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 22 122 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 25 123 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 21
133
HARGA DIRI NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total
1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 3 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 4 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 17 5 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 16 6 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 13 7 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 15 8 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 8 9 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 15 10 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 6 11 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 13 12 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 13 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 14 14 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 4 15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 15 16 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 17 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 19 18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 19 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 14 20 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 19 21 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 11 22 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 7 23 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 16 24 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 16
134
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total 25 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 17 26 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 7 27 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 13 28 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 15 29 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 13 30 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 17 31 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 21 32 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 13 33 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 15 34 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 14 35 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 21 36 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9 37 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 16 38 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 18 39 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 16 40 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 41 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 16 42 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 9 43 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 16 44 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 17 45 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 15 46 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 15 47 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 16 48 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 14 49 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 12 50 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 15
135
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total 51 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16 52 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 16 53 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 11 54 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 12 55 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 21 56 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 17 57 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 19 58 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 19 59 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 18 60 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 11 61 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 8 62 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 7 63 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 64 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 65 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 20 66 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 9 67 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 17 68 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 16 69 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 14 70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 71 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 17 72 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 14 73 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 16 74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 76 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 18
136
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total 77 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 16 78 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 10 79 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 17 80 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6 81 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 82 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 21 83 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 14 84 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 18 85 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 14 86 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 13 87 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 18 88 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 14 89 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 12 90 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 5 91 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 92 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 93 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 94 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 9 95 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 9 96 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 9 97 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 14 98 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 22 99 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 16
100 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 16 101 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 13 102 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 16
137
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 total 103 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 13 104 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 14 105 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 12 106 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 8 107 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 16 108 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 14 109 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 19 110 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 13 111 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 20 112 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 16 113 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 10 114 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 17 115 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16 116 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 15 117 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 118 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 21 119 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 17 120 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 16 121 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 122 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 123 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 16
138
TRY OUT POLA ASUH
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 21.9063 36.6038 .4552 .8141 VAR00002 21.7188 36.2732 .3345 .8156 VAR00003 21.9063 39.8942 -.4435 .8314 VAR00004 21.0938 37.5071 .2006 .8192 VAR00005 21.5938 35.5393 .4260 .8125 VAR00006 21.3750 35.4677 .4460 .8119 VAR00007 21.4375 35.9315 .3537 .8150 VAR00008 21.8438 36.8458 .2994 .8168 VAR00009 21.7188 35.6280 .4559 .8119 VAR00010 21.8750 36.8226 .3401 .8161 VAR00011 21.8750 37.0806 .2759 .8175 VAR00012 21.5625 35.8024 .3757 .8142 VAR00013 21.8438 37.0393 .2555 .8179 VAR00014 21.3125 35.1250 .5331 .8092 VAR00015 21.4375 36.3831 .2772 .8175 VAR00016 21.9063 37.2490 .2727 .8178 VAR00017 21.9375 36.5766 .5666 .8132 VAR00018 21.7500 36.5161 .3033 .8166 VAR00019 21.0313 37.7087 .2684 .8187 VAR00020 21.2813 36.5313 .2866 .8171 VAR00021 21.0938 36.7329 .4184 .8149 VAR00022 21.3125 36.8024 .2272 .8190 VAR00023 21.9063 36.2813 .5476 .8123 VAR00024 21.9375 38.7702 -.1659 .8251 VAR00025 21.9063 38.6683 -.1177 .8253 VAR00026 21.3125 37.3185 .1360 .8218 VAR00027 21.7813 36.7571 .2728 .8175 VAR00028 21.2500 36.0000 .4033 .8136 VAR00029 21.3125 36.6089 .2618 .8179 VAR00030 21.4063 36.6361 .2380 .8188 VAR00031 21.5313 36.1280 .3179 .8162 VAR00032 21.4375 36.5766 .2447 .8186 VAR00033 21.6875 36.1573 .3432 .8153 VAR00034 21.0938 36.9264 .3635 .8160 VAR00035 21.3125 36.7379 .2387 .8186 VAR00036 21.8438 39.6845 -.3223 .8316 VAR00037 21.2813 36.5313 .2866 .8171 VAR00038 21.0938 36.8619 .3818 .8156 VAR00039 21.2813 36.5313 .2866 .8171 VAR00040 21.4063 36.5716 .2489 .8185 VAR00041 21.1563 36.9103 .2847 .8172 VAR00042 21.1563 37.1038 .2409 .8183 VAR00043 21.7188 36.6603 .2628 .8178 VAR00044 21.1563 36.8458 .2994 .8168 VAR00045 21.2188 36.1119 .4030 .8138 Reliability Coefficients N of Cases = 32.0 N of Items = 45 Alpha = .8207
139
TRY OUT HARGA DIRI *****Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) VAR00001 13.0313 18.7409 .3428 .7508 VAR00002 13.0625 18.9637 .2965 .7537 VAR00003 12.5938 19.2813 .2883 .7544 VAR00004 13.0313 19.1925 .2339 .7577 VAR00005 12.6250 19.4032 .2332 .7572 VAR00006 12.8438 19.2974 .2012 .7599 VAR00007 12.9375 18.3831 .4146 .7459 VAR00008 13.2188 19.2087 .3097 .7533 VAR00009 12.9375 19.0927 .2466 .7570 VAR00010 12.9063 19.0554 .2546 .7565 VAR00011 12.8125 18.8669 .3060 .7531 VAR00012 12.7500 18.9677 .2955 .7538 VAR00013 12.7188 18.7893 .3506 .7504 VAR00014 13.0313 18.9990 .2802 .7547 VAR00015 13.2500 19.0968 .3752 .7504 VAR00016 12.5625 19.3508 .2944 .7543 VAR00017 12.8750 18.6935 .3403 .7509 VAR00018 13.0938 19.3780 .2033 .7593 VAR00019 12.9375 18.3831 .4146 .7459 VAR00020 12.7188 19.0474 .2855 .7544 VAR00021 12.9375 18.8992 .2918 .7541 VAR00022 12.7813 19.1442 .2454 .7569 VAR00023 12.8750 19.2097 .2196 .7587 VAR00024 12.5938 19.4748 .2316 .7573 VAR00025 12.6250 18.7581 .4145 .7474 Reliability Coefficients N of Cases = 32.0 N of Items = 25 Alpha = .7615
140
TRY OUT KEMANDIRIAN R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 30.6591 44.8346 .4540 .8655 VAR00002 29.9545 47.5793 -.0150 .8721 VAR00003 30.4773 44.5344 .4233 .8660 VAR00004 30.4318 45.5534 .2624 .8696 VAR00005 30.0000 46.2326 .2877 .8686 VAR00006 29.9545 46.0444 .4283 .8671 VAR00007 30.6364 46.7484 .1087 .8722 VAR00008 29.8864 47.5914 .0000 .8708 VAR00009 30.2955 44.3990 .4443 .8655 VAR00010 30.0227 44.9530 .5409 .8645 VAR00011 29.9773 46.1158 .3522 .8678 VAR00012 30.1136 46.2891 .1946 .8704 VAR00013 30.1136 46.4286 .1702 .8709 VAR00014 29.9545 45.9514 .4556 .8668 VAR00015 30.1136 44.2426 .5620 .8634 VAR00016 30.1591 45.4392 .3209 .8681 VAR00017 30.7273 45.9704 .2958 .8684 VAR00018 30.5000 43.9767 .5162 .8638 VAR00019 30.0682 46.2511 .2239 .8697 VAR00020 30.1818 44.6638 .4401 .8656 VAR00021 30.2955 44.2595 .4661 .8650 VAR00022 30.2727 43.5053 .5915 .8621 VAR00023 30.4545 44.8584 .3698 .8672 VAR00024 29.9318 46.9952 .1910 .8698 VAR00025 29.9318 46.3441 .4193 .8676 VAR00026 30.0455 45.0211 .4901 .8652 VAR00027 30.4318 44.4371 .4319 .8658 VAR00028 30.0909 46.7822 .1151 .8718 VAR00029 29.9318 46.7627 .2722 .8690 VAR00030 29.9773 46.9995 .1273 .8707 VAR00031 30.0455 45.3002 .4326 .8661 VAR00032 30.4091 45.6892 .2411 .8701 VAR00033 30.1136 46.3356 .1865 .8706 VAR00034 30.6136 45.2193 .3580 .8673 VAR00035 30.1136 44.4752 .5194 .8642 VAR00036 30.0000 45.9070 .3635 .8675 VAR00037 30.0227 46.7669 .1483 .8707 VAR00038 29.9318 47.2743 .0941 .8707 VAR00039 30.1364 44.9577 .4157 .8662 VAR00040 30.3409 45.7183 .2378 .8702 VAR00041 30.0682 44.9022 .4852 .8651 VAR00042 30.2955 43.4688 .5909 .8621 VAR00043 30.0909 45.1078 .4228 .8661 VAR00044 30.3409 45.0671 .3358 .8680 Reliability Coefficients N of Cases = 44.0 N of Items = 44 Alpha = .8703
141
Top Related