HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI, INFORMASI
DAN KOMUNIKASI TERHADAP PENINGKATAN PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUMAH
SAKIT UMUM NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH :
LINAWATI
08C10104084
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Paradigma sehat menjadi orientasi baru di Indonesia dimana upaya
penanggulangan masalah kesehatan lebih ditonjolkan pada aspek peningkatan dan
pencegahan serta penekanan pada mutu pelayanan kesehatan. Paradigma baru ini
berakibat pada tingginya kompetisi di sektor kesehatan, baik pemerintah, swasta,
dan asing akan semakin keras untuk merebut pasar yang semakin terbuka bebas.
Selain itu, masyarakat menuntut seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan dan
pelayanan yang terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani secara
mudah, cepat, akurat, bermutu dengan biaya terjangkau. Untuk menciptakan
pelayanan seperti itu maka diperlukanlah suatu sistem informasi manajemen yang
terintegrasi, komunikatif dan efisien. Sistem informasi manajemen keperawatan
menjadi bagian yang sangat penting dalam penyelenggaraan pelayanan yang
berorientasi pada konsumen tersebut (Dian, 2009).
Salah satu penerapan teknologi informasi rumah sakit menyangkut keputusan
manajemen, sistem yang digunakan untuk menyusun, menganalisa, dan
mengambil bagian data yang dikehendaki disebut sistem informas. Penerapan
sistem informasi dirumah sakit digunakan untuk menyajikan informasi mengenai
kegiatan operasional organisasi kepada para pelaku manajemen, sehingga dapat
dilakukan perencanaan, pengendalian, dan pengembangan stratejik organisasi
tersebut (Paulus, 2005).
2
Komunikasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pelayanan
keperawatan yang baik. Setiap kali perawat bertemu pasien dimulailah sebuah
hubungan, baik untuk pasien maupun perawat. Walaupun demikian, ini
merupakan hubungan yang berbeda dari peran sosial biasa karena melibatkan
perawat sebagai penyedia layanan kesehatan profesional yang bekerja dengan
seorang pasien. Hubungan ini seringkali berkembang di atas titik rentan pada
kesehatan pasien, disaat pasien mencari penilaian, penanganan, informasi, dan
seringkali ketentraman hati. Hilanglah berbagai batasan sosial yang menentukan
hubungan sehari-hari. Ini merupakan hubungan yang berbeda yaitu suatu
hubungan yang memiliki potensi untuk mempengaruhi baik pasien maupun
perawat (Kennedy, 2009).
Di Indonesia, sejak tahun 2000, pemanfatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung asuhan keperawatan mulai diwacanakan. Bahkan
pada tahun 2002, RS Charitas palembang mulai membuat model dokumentasi
asuhan keperawatannya dengan menggunakan komputer. Selanjutnya pada tahun
2004, Rumah sakit Fatmawati juga membuat model yang hampir sama dengan RS
Charitas palembang. Sebuah terobosan yang luar biasa tentunya ditengah
ketidakpercayaan hampir sebagian besar manajemen rumah sakit bahwa teknologi
informasi mampu menunjang pelayanan keperawatan agar lebih baik dan
berkualitas. Kebutuhan layanan kesehatan termasuk keperawatan yang cepat,
efisien dan efektif menjadi tuntutan masyarakat saat ini. Hal tersebut telah
membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi tertantang untuk terus
mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi
informasi (Rini, 2009).
3
Penggunaan teknologi serta perbaikan sistem informasi dan komunikasi di
rumah sakit umum Nagan Raya sangat penting untuk ditingkatkan disamping
masih sangat banyak hal lain yang harus diperbaiki guna meningkatkan mutu
pelayanan Rumah Sakit. Sangat ditakutkan jika pelayanan Rumah Sakit daerah
akan tersaingi dengan pelayan rumah sakit swasta. Masalah itu sudah tampak dari
jumlah penggunaan tempat tidur BOR (Bed Occupancy Rate) di RSUD Nagan
Raya, yaitu sejak tahun 2009 hanya mencapai 11%, tahun 2010 mencapai 23 %,
sedangkan pada tahun 2011 mencapai 52 %. Sementara standar Nasional harus
mencapai 60% - 85% (DEPKES RI). Dan lamanya penngunan tempat tidur LOS
(Length of Stay) antara 3 samapi dengan 4 hari. Dengan demikian mutu pelayanan
yang diberikan sudah ada kemajuan namun masih perlu untuk lebih ditingkatkan
(Profil RSUD Nagan Raya, 2011).
Selain itu Masalah-masalah lain yang sering timbul dalam dunia kesehatan
berupa masalah teknologi (alat yang ada tidak termanfaatkan), komunikasi tidak
bagus, baik antara atasan dengan bawahan, sesama karyawan, dan karyawan
dengan pasien. Komunikasi interpersonal yang efektif merupakan suatu
kesuksesan perawat dalam mengatasi masalah dan pemenuhan kebutuhan pasien.
Perawat tidak dapat lepas dari proses komunikasi karena dalam menjalankan
perannya, perawat perlu berkolaborasi dengan pasien dan tim kesehatan yang lain.
Mengingat jumlah perawat di setiap RS jumlahnya terbilang tinggi, seperti di
RSUD Nagan Raya sebanyak 164 orang perawat yang aktif, oleh karena itu
pentingnya peran komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan. Disamping itu ketersedian informasi yang masih sangat terbatas juga
menjadi masalah yang sangat penting untuk di perhatikan. Jika masalah tersebut
4
kurang terperhatikan maka tidak menutup kemungkinan masyarakat akan mencari
pelayanan yang lebih baik yaitu dengan cara mencari pengobatan keluar Daerah
atau keluar Negeri.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat perumusan masalah yaitu,
apakah ada hubungan penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi terhadap
pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Nagan Raya tahun
2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan penggunaan teknologi, informasi dan
komunikasi, terhadap peningakatan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Nagan Raya tahun tahun 2012 .
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan penggunaan teknologi terhadap pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya.
2. Untuk mengetahui hubungan penggunaan informasi terhadap pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya.
3. Untuk mengetahui hubungan komunikasi terhadap pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit Umum Nagan Raya
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori perilaku terhadap praktik
penerapan penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi yang dapat
menunjang tingakat pelayanan menjadi lebih baik di Rumah Sakit umum
Kabupaten Nagan Raya.
2. Sebagai salah satu literatur ilmiah yang dapat digunakan dalam penelitian
berikutnya.
1.4.2 Praktis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi staf Rumah Sakit
mengenai pentingnya penngunaan teknologi, informasi dan komunikasi di
Rumah Sakit umum Kabupaten Nagan Raya.
2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman penulis
selama melakukan penelitian ini serta dapat digunakan untuk
mengembangkan ilmu yang diproleh selama kuliah kedalam praktek dan kerja
lapangan.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat tentang
teknologi, informasi, dan komunikasi tentang kesehatan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknologi
2.1.1 Pengertian Teknologi
Teknologi yang dikemukakan oleh David L. Goettch, ya itu teknologi dapat
difahami sebagai “ upaya” untuk mendapatkan suatu produk yang dilakukan oleh
manusia dengan memanfaatkan peralatan (tools), proses dan sumber daya (Janner,
2006).
Teknologi yang disampaikan oleh Arnold pacey bahwa teknologi tetap terkait
Pada pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan,oleh karena itu teknologi tidak
bebas organisasi,tidak bebas budaya dan sosial ekonomi dan juga polotik (Janner,
2006).
Dari definisi tersebut ada beberapa esisiensi yang terkandung,yaitu:
1. Teknologi terkait dengan ide atau pikiran yang tidak akan pernah berakhir,
keberadaan teknologi bersama dengan kebudayaan umat manusia.
2. Teknologi merupakan kreasi manusia sehingga tidak alami dan bersifat buatan
(artificial).
3. Teknologi merupakan himpunan dari fikiran(set of means) sehingga teknologi
dapat di batasi atau bersifat universal, tergantung dari sudut pandang analisis.
4. Teknologi bertujuan memfasilitasi ikhtiar manusia (human endeavor) sehingga
harus mampu meningkatkan performa kemampuan manusia (Janner, 2006).
7
Dari definisi diatas, ada tiga entitas yang terkandung dalam teknologi, yaitu
ketrampilan (skill), logika berpikir (algorithma) dan perangkat keras (hardware).
Dalam pandangan management of technology, teknologi dapat di gambarkan
dalam beragam cara, yaitu:
1. Teknologi sebagai makna untuk memenuhi suatu maksud didalamnya
terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk mengubah sumber daya
(resources) ke suatu produk atau jasa.
2. Teknologi tidak ubahnya sebagai pengetahuan, sumber dayayang diperlukan
untuk mencapai suatu tujuan (objective).
3. Teknologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa
(engineering) yang dapat di aplikasikan pada perancangan produk atau proses
atau dapat penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru. (Janner, 2006).
2.1.2 Jenis - Jenis teknologi dan informasi
2.1.2.1 Short Message Service (SMS)
Pemanfaatan teknologi informasi di bidang kesehatan seperti penyampaian
hasil laboratorium secara online maupun lewat Short Message Service (SMS)
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efisien dan efektif kepada
masyarakat. Sistem informasi hasil laboratorium online yang dapat dengan mudah
diakses lewat website maupun SMS. Pasien dari rumah tidak harus datang
kembali ke laboratorium untuk mengambil hasil pemeriksaan. Keberadaan sistem
informasi hasil laboratorium online dan SMS bagi pelanggan sangat membantu
dan mempermudah mengetahui hasil pemeriksaan dengan cepat melalui SMS
atau internet. Pasien tidak harus datang ke laboratorium kembali untuk
8
mengambil hasilnya sehingga lebih praktis dari segi waktu terutama untuk pasien
yang tempat tinggalnya jauh dari laboratorium maupun bagi pasien dengan
aktifitas dan mobilitas tinggi. Salah satu kunci awal keberhasilan implementasi
teknologi informasi dan komunikasi adalah kemauan untuk menerima teknologi
tersebut bagi pengguna. (Wijaya, (2006).
2.1.2.2 Technology Acceptance Model (TAM)
TAM mendefinisikan dua hal yang mempengaruhi penerimaan pengguna
terhadap teknologi yaitu persepsi pengguna terhadap manfaat dari teknologi dan
kemudahan dalam menggunakan teknologi. Persepsi pengguna terhadap manfaat
teknologi dapat diukur dari beberapa faktor yaitu penggunaan teknologi dapat
meningkatkan produktivitas pengguna, penggunaan teknologi dapat meningkatkan
kinerja pengguna dan penggunaan teknologi dapat meningkatkan efisiensi proses
yang dilakukan pengguna. Persepsi pengguna terhadap kemudahan menggunakan
sistem dapat diukur dari beberapa faktor yaitu penggunaan sistem tidaklah
menyulitkan, pengguna merasa yakin bahwa mudah untuk mengerjakan apa yang
diperlukan dengan sistem yang tersedia dan pengguna merasa yakin bahwa belajar
menggunakan teknologi tidaklah memerlukan usaha yang keras. (Davis, 2002).
9
2.1.3 Teknologi Informasi
Dalam bukunya Senn mengatakan istilah TI digunakan mengacu pada suatu
item yang bermacam-macam dan kemampuan yang digunakan dalam pembuatan,
penyimpanan, dan penyebaran data serta informasi. Salah satu keuntungan Ti
adalah bahwa perusahaan sekarang mempunyai kemampuan untuk berkomuniksi
dengan cepat untuk semua organisasi, nasional, dan bentuk internasional (Janner,
2006).
2.2 Informasi
2.2.1 Pengertian
Sistem informasi kesehatan (SIK) adalah kumpulan komponen dan prosedur
yang terorganisir dan bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dapat
memperbaiki keputusan yang berkaitan dengan manajemen pelayanan kesehatan
disetiap tingkatnya (Diana, 2012).
Menurut Gordon B. Davis (1974), Informasi adalah data yang telah diolah
menjadi suatu bentuk yang penting bagi sipenerima dan mempunyai nilai yang
nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau
keputusan-keputusan yang akan datang (Moekijat, 2005).
Menurut George R. Terry, Ph. D menyatakan bahwa informasi adalah data
yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna. Selanjut dijelaskan
oleh beliau bahwa apakah informasi itu berguna atau tidak bergantung pada :
1. Tujuan sipenerima, apabila informasi itu tujuannya untuk memberi bantuan
maka informasi itu harus membantu sipenerima dalam apa yang diusahakannya
untuk memperolehnya.
10
2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data, dalam menyampaikan dan
mengolah data, inti dan pentingnya informasi harus dipertahankan.
3. Waktu, apakah informasi itu masih up-to-date ?
4. Ruang atau tempat, apakah informasi itu tersedia dalam ruangan atau tempat
yang tepat ?
5. Bentuk, dapatkah informasi itu dipergunakan secara efektif ?
Apakah informasi itu menunjukkan hubungan-hubungan yang diperlukan,
kecenderunga-kecenderungan, dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian
manajemen ? dan apakah informasi itu menekankan situasi-situasi yang ada
hubungannya ?
6. Semantik, apakah hubungan antara kata-kata dan arti yang diinginkan cukup
jelas ? (Moekijat, 2005).
2.2.2 Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang berurusan
dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi, analisa dan
penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk
kegiatan rumah sakit.
Adapun tiga kegiatan pokok yang dilakukan rumah sakit, yaitu:
1. Adanya transaksi, karena adanya transfer barang dan jasa.
2. Adanya catatan kesehatan pasien dan catatan biaya pasien.
3. Memberikan informasi dari berbagai data dan kegiatan (Diana, 2012).
11
Sistem informasi rumah sakit meliputi :
1. Mengacu pada UU Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit yaitu pasal 52
Ayat 1 yang berbunyi : Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan
peloparan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
2. Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya
diterapkan dalam suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan
dan informasi yang dihasilkan dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen
(Kristanto, 2003).
3. SIM adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk
menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
4. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan
bekerjasama antara satu bagian dengan lainnya menggunakan cara tertentu
untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa
data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran
(output) berupa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna
dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu
juga maupun dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial,
dan strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada
dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta, 2004).
12
2.2.3 Fungsi Sistem informasi Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit mempunyai fungsi strategis karena
mempengaruhi organisasi dalam berkompetisi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Peran sistem informasi dalam manajemen stratejik meliputi:
1. Informasi situasi, memungkinkan manajer mengetahui situasi pada saat yang
diinginkannya, misal mengetahui jumlah pasien pada hari tertentu, jumlah
pasien yang dirawat bulan lalu, besar piutang atau utang, apakah sudah sesuai
dengan perkiraan semula;
2. Informasi kemajuan, memberikan perkiraan seberapa jauh proses yang sedang
berlangsung, misalnya konstruksi ruang VIP, untuk mencapai sasaran yang
telah direncanakan;
3. Informasi perubahan, memberikan peringatan ada perubahan yang
mempengaruhi pelayanan rumah sakit, misalnya fluktuasi harga obat, pangsa
pasar yang baru;
4. Informasi operasional, memberikan deskripsi indikator-indikator kunci
bagaimana kinerja organisasi, misalnya angka kematian, rujukkan kerumah
sakit lain, dan lain- lain;
5. Informasi eksternal, memberikan data mengenai perubahan diluar organisasi
yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi, misalnya fluktuasi ekonomi,
pesaing, kebijakan dan peraturan pemerintah (paulus, 2005)
13
2.3 Komunikasi
2.3.1 Pengertian komunikasi
Komunikasi adalahsuatu proses penyampaian informasi dari satu pihak
kepada pihak lainuntuk mendapatkan saling pengertian. Dari definisi tersebut
terkandung dua pengertian yaitu proses dan informasi, yang merupakan suatu
rangkaian dari langkah- langkah yang dilalui dalam usaha pencapaian tujuan.
(Wursanto, 2003).
Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan dan
perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan baik secara lisan
maupun tertulis dengan kata-kata, atau yang disampaikan dengan bahasa tubuh,
gaya maupun penampilan diri, menggunakan alat bantu disekeliling kita sehingga
sebuah pesan menjadi lebih kaya. (Liliweri, 2003)
Komunikasi adalah :
1. Pernyataan diri yang efektif,
2. Pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan
melalui imajinasi,
3. Pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau
dengan metode lain,
4. Pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain,
5. Pertukaran makna antar pribadi dengan sistem simbol, dan
6. Proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang laindengan efek
tertentu. (Liliweri, 2003).
Pentingnya komunikasi yang baik, dimana komunikasi yang baik dapat
memberi motivasi. Ia mendorong suatu rasa partisipasi , membangkitkan perhatian
14
yang besar akan pekerjaan. Membagi informasi untuk perhatian yang besar akan
pekerjaan. Membagi informasi untuk perhatian dan keuntungan timbal balik,
memberi dorongan vital bagi rasa seorang pegawai bahwa ia termasuk kedalam
golongan. Banyak orang membela kontak sehari-hari antara para atasan dan
bawahan. Menjelaskan rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan, menceritakan
perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa akan datang, mendorong saran-
saran serta menyakan pendapat, hanyalah merupakan beberapa buah dari banyak
cara, bagaimana memperkuat motivasi. (Terry & Rue, 2008).
2.3.2 Unsur-unsur komunikasi
Menurut (Liliweri, 2007) komunikasi meliputi beberapa unsur, yaitu:
1. Mengirim (sender) atau sumber (resource) adalah individu, kelompok, atau
organisasi berperan untuk mengalihkan (stranferring) pesan.
2. Encoding adalah pengalihan gagasan kedalam pesan.
3. Pesan (message) gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang lain.
4. Saluran (media) dari komunikasi, merupakan tempat dimana sumber
menyalurkan pesan kepada penerima, misalnya melalui gelombang suara,
cahaya, atau halaman cetakan dan lain- lain.
5. Decoding adalah pengalihan pesan kedalam gagasan.
6. Penerima (reseiver) individu atau kelompok yang menerima pesan.
7. Umpan balik (feed-back) reaksi terhadap pesan.
8. Ganguan (noise) efek internal atau eksternal akibat dari peralihan pesan.
9. Bidang pengalaman (field of experience) dibadang atau ruang yang menjadi
latar belakang informasi dari pengirim maupun penerima.
15
10 Pertukaran makna (shared meaning) bidang atau ruang pertemuan (tumpang
tindih) yang tercipta karena kebersamaan.
11 Konteks (context) situasi, suasana, atau lingkungan fisik, nonfisik (sosiologis-
antropologis, psikologis, politik, ekonomi, dan lain- lain).
2.3.3 Fungsi komunikasi
Menurut (Liliweri, 2007) secara umum ada lima kategori fungsi (tujuan) utama
komunikasi, yakni:
1. Informasi, fungsi utama dan pertama dari komunikasi adalah menyampaikan
pesan (informasi), atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain. Artinya
diharapkan dari penyebarluasan informasi itu, para penerima informasi akan
mengetahui sesuatu yang ingin dia ketahui.
2. Pendidikan, fungsi dari komunikasi adalah menyampaikan pesan (informasi),
atau menyebarluaskan informasi yang bersifat mendidik kepada orang lain.
Artinya, dari penebarluasan informasi itu diharapkan para penerima informasi
akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang ingin dia ketahui.
3. Instruksi, fungsi instruksi adalah fungsi komunikasi untuk memberikan
instruksi (mewajibkan atau melarang) penerima melakukan atau tidak sesuatu
yang diperintahkan.
4. Persuasi, fungsi persuasi disebut fungsi memengaruhi. Fungsi persuasi adalah
fungsi komunikasi yang menyebarkan informasi yang dapat memengaruhi
(mengubah) sikap penerima agar dia menentukan sikap dan perilaku yang
sesuai dengan kehendak pengirim.
16
5. Menghibur, fungsi hiburan adalah fungsi pengirim untuk mengirimkan pesan-
pesan yang mengandung hiburan kepada para penerima agar penerima
menikmati apa yang diinformasikan.
Dalam kesehatan komunikasi sangat penting dimana komunikasi dan
kepatuhan saling keterkaitan. Kepatuhan terhadap regimen terapi yang diberikan
merupakan salah satu isu penting yang menjadi perhatian dalam mencapai
keselamatan pasien . Setelah pasien keluar fasilitas layanan kesehatan, pasien
bertanggung jawab atas perawatan kesehatannya sendiri d i rumah. Pasien
seringkali tidak mengikuti rencana pengobatan seperti yang diarahkan oleh dokter
atau perawat karena berbagai faktor, termasuk: kesalahan komunikasi atau salah
pengertian pada rencana pengobatan, kurangnya akses ke fasilitas yang diperlukan
untuk rencana perawatan, dan rejimen perawatan yang rumit sehingga pasien tidak
dapat memahami tanpa panduan (Adkins JW, 2006).
2.3.4 Model komunikasi
Dapat difahami sebuah proses komunikasi melalui gambaran model atau
peraga teoritis yang menunjukkan bagaimana bentuk alur atau cara komunikasi itu
dimulai dan berakhir. Pada umumnya model-model komunikasi itu menunjukkan
aktivitas komunikasi yang; satu arah (linear), dua arah (timbal balik) atau model
interaksi, dan model transaksional. (davis, 2004)
1. Model linear, yaitu :
1. Mengirimkan informasi (to inform) tentang sebuah suatu hal.
2. Menghibur (to intertein) sasaran melalui kemasan informasi produk dengan
kata-kata verbal dan visualisasi.
17
3. Membangkitkan (to aggrevate) sasaran, sehingga mempengaruhi
pendengar.
2. Model interaksi, proses ini dimulai dari sumber yang melakukan encode
terhadap pesan, jadi sumber mengolah pesan kedalam suatu bentuk yang dapat
dipindah kepada penerima, penerima akan melakukan decode atas pesan
tersebut.
3. Model transaksional, model umum komunikasi manusia yang juga populer
adalah model transaksional. Model ini mengatakan bahwa suatu aktivitas
komunikasi dikatakan efektif jika terjadi transaksi antar pengirim pesan dan
penerima pesan.
2.4 Pelayanan Keperwatan
2.4.1 Pengertian Keperawatan
Dalam keperawatan moderen respon manusia yang didefinisikan sebagai
pengalaman dan respon orang terhadap sehat dan sakit yang merupakan suatu
fenomena perhatian perawat. Perawat atau nurse berasal dari kata nutrix yang
berarti merawat atau memelihara. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual
yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. (Kusnanto,
2003).
Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada
kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan.
18
Dalam hal ini perawat berada dalam posisi kunci untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan melalui strategi dan intervensi yang mendukung keselamatan
pasien ( Rini, 2009 ).
Perawat merespons kebutuhan dengan menyediakan kesembuhan,
kenyamanan dan dukungan diluar perawatan fisik. Perilaku penuh kasih
menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Kasih sayang yang
diberikan oleh perawat sering dijelaskan dengan penggunaan empat istilah:
altruisme, simpati, kasih sayang, dan empati. Altruisme didefinisikan sebagai
pehamahan akan pengalaman orang lain yang melibatkan pengorbanan diri atau
menempatkan kebaikan orang lain diatas diri sendiri. Simpati adalah fakta atau
kekuatan berbagai perasaan orang lain. Kasih sayang didefinisikan sebagai
perasaan simpati mendalam atau keinginan untuk memahami suatu pengalaman
yang disertai keinginan untuk melegakan penderitaan. Empati melibatkan definisi
yang lebih luas yang mungkin lebih cocok dengan tujuan keperawatan: Kasih
sayang yang teredukasi atau pemahaman intelektual akan keadaan emosi orang
lain. Empati adalah bentuk tulus dalam menunjukkan perhatian,keinginan untuk
mengerti, dan tujuan untuk melegakan penderitaan sekaligus memberikan
penilaian dan interfensi profesional (Lisa, 2009).
2.4.2 Kode Etik Perawat
Untuk menegakkan sebuah profesi, harus disusun suatu kode etik. Profesi
keperawatan melalui ANA, mengembangkan code of Ethics for Nurses with
Interpretive statements untuk menggambarkan harapan pada praktik keperawatan
19
etis dan mengakui tanggung jawab yang dipercayakan kepada profesi keperawatan
oleh masyarakat. code of Ethics for Nurses menyatakan bahwa:
1. Perawat, dalam semua hubungan profesioanl, berpraktik dengan kasih dan
penghargaan terhadap martabat, nilai, dan keunikan yang telah menjadi sifat
dari setiap individu, tidak dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau
ekonomi, atribut pribadi, atau sifat dasar masalah kesehatan.
2. Komitmen primer perawat adalah terhadap pasien, baik peorangan, keluarga,
kelompok, atau komunitas.
3. Perawat memajukan, mendukung, dan berjuang untuk melindungi kesehatan,
keamanan, dan hak-hak pasien.
4. Perawat bertanggung jawab melakukan praktik keperawatan individu dan
melakukan delegasi tugas yang tepat sesuai dengan kewajiban perawat untuk
memberikan asuhan pasien yang optimal.
5. Perawat berhutang tugas yang sama terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain, termasuk tanggung jawab untuk mempertahankan integritas dan
keamanan, untuk mempertahankan kompetensi, dan untuk melanjutkan
pertumbuhan pribadi dan profesional.
6. Perawat berpatisipasi dalam menciptakan, mempertahankan, dan meningkatkan
lingkungan asuhan kesehatan dan kondisi kerja yang kondusif untuk
penyediaan asuhan kesehatan yang berkualitas dan konsisten dengan nilai-nilai
profesi melalui aksi individual dan kolektif.
7. Perawat berpatisipasi didalam kemajuan profesi melalui kontribusi terhadap
perkembangan praktik, edukasi, administrasi, dan ilmu pengetahuan.
20
8. Perawat berkolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya dan dengan
masyarakat dalam memajukan usaha komunitas, nasional, dan internasional
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan.
9. Profesi keperawatan sebagaimana diwakili oleh perhimpunan dan anggotanya,
bertanggung jawab dalam mengartikulasikan nilai-nilai keperawatan, dan
mempertahankan intergritas profesi dan praktiknya, dan dalam membentuk
kebijakan publik (Lisa, 2009).
2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Teknologi
(Janner, 2006)
Pelayanan Keperawatan
(Kusnanto, 2003)
Informasi
( Paulus, 2005)
Komunikasi
(Roger B. Ellis, 1999)
21
2.6 Kerangka konsep
Variabel independent variabel dependent
Gambar 2.2 ( Kerangka Konsep Penelitian)
2.7 Hipotesis
Ho : tidak ada hubungan antara Teknologi, Informasi, dan Komunikasi terhadap
Pelayanan Keperawatan.
Ha : ada hubungan antara Teknologi, Informasi, dan Komunikasi terhadap
Pelayanan Keperawatan.
Teknologi
Pelayanan Keperawatan Informasi
Komunikasi
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan
3.1.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah survei analitik
yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa masalah
kesehatan itu terjadi. (Notoatmodjo, 2010).
3.1.2 Rancangan Penelitian
Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan survey
cross Sectinal yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
factor- faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo,
2010).
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 sampai dengan tanggal 30 April
2013 di Rumah Sakit Umum Nagan Raya.
23
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam penelitian atau pengamatan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat yang berjumlah 164
orang, yang memberikan perawatan kepada pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Nagan Raya.
3.3.2 Sampel
Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan rumus
Slovin yaitu :
2)(1 dN
Nn
n = besarnya sampel
N = total populasi
d = derajat kebebasan = 10 % = 0,1
Sehingga didapatkan :
62)1,0(1641
1642
n
Dari hasil tersebut maka diperoleh sampel sebanyak 62 orang dari 164 populasi
perawat yang memberi pelayanan langsung kepada pasien di RSUD Nagan Raya.
Sampel yang diambil menggunakan sistematic random sampling (sampel acak
sistematis).
24
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang bersumber langsung dari responden.
Pada penelitian ini instrument yang akan digunakan berupa kuesioner yang terdiri
dari variabel teknologi, informasi, komunikasi, serta pelayanan keperawatan.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang bersumber dari selain
responden. Data ini juga bersumber dari RSUD Nagan Raya dan literatur- literatur
yang berhubungan dengan penelitian ini.
25
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
No Variabel Independen
1. Variabel : Teknologi
Definisi
Cara ukur Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
:
: : :
:
Seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda yang dibutuhkan untuk
menunjang pelayanan keperawatan. Wawancara Kuesioner
1) Baik 2) Kurang
Ordinal
2. Variabel : Informasi
Definisi
Cara ukur Alat ukur
Hasil ukur Skala ukur
:
: : :
:
Pesan yang disajikan yang bermanfaat bagi pasien dan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan saat ini atau mendatang. Wawancara Kuesioner
1) Baik 2) Kurang Ordinal
3. Variabel : Komunikasi
Definisi
Cara ukur Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
Interaksi yang terjadi antara pasien dan perawat yang dapat memberikan ketentraman.
wawancara kueisoner
1) Baik 2) Kurang
Ordinal
No Variabel Dependen
4. Variabel : Pelayanan Keperawatan
Definisi
Cara ukur
Alat ukur Hasil ukur
Skala ukur
:
: :
: :
Respon yang diberikan oleh perawat yang memberikan kenyaman kepada pasien
berupa kata atau tindakan. Wawancara
Kuesioner 1) Baik 2)Kurang
Ordinal
26
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
3.6.1 Teknologi
Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan melalui kuesioner ≥ 5 jawaban dengan tepat,
maka, hasil rentang dari tabel skor ≥ 5
Kurang : Apabila responden hanya dapat menjawab <5 jawaban
yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil rentang
skor <5
3.6.2 Informasi
Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan melalui kuesioner ≥ 5 soal dengan tepat,
maka, hasil rentang dari tabel skor ≥ 5
Kurang : Apabila responden hanya dapat menjawab <5 jawaban
yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil rentang
skor <5
3.6.3 Komunikasi
Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan melalui kuesioner ≥ 5 soal dengan tepat,
maka, hasil rentang dari tabel skor ≥ 5
Kurang : Apabila responden hanya dapat menjawab <5 jawaban
yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil rentang
skor <5
27
3.6.4 Pelayanan Keperawatan
Baik : Apabila responden dapat menjawab pertanyaan yang
diajukan melalui kuesioner ≥ 5 soal dengan tepat,
maka, hasil rentang dari tabel skor ≥ 5
Kurang : Apabila responden hanya dapat menjawab <5 jawaban
yang diajukan melalui kuesioner, dengan hasil rentang
skor <5.
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per
variabel. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel yang
diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untuk
menggambarkan atau menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dalam
bentuk distribusi frekuensi dari setiap veriabel penelitian.
Analisis ini juga digunakan untuk mendapatkan hubungan penggunaan
teknologi, informasi dan komunikasi terhadap pelayanan keperawatan.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel depeden
dan sebuah variabel independen. Untuk mengetahui hubungan antara variabel
indenpeden dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi
square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05. Dasar pengambilan hipotesis
penelitian berdasarkan tingkat signifikan (nilai p), yaitu :
28
a. Jika nilai p < 0,05 maka hipotesis penelitian (Ho di tolak) atau dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan penggunaan teknologi, informasi dan
komunikasi terhadap pelayanan keperawatan.
b. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian (Ha diterima) atau dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan penggunaan teknologi, informasi
dan komunikasi terhadap pelayanan keperawatan..
Analisis bivariat adalah analisis yang melibatkan sebuah variabel dependen
dan sebuah variabel dependent. Karena data berbentuk katagorik maka untuk
mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dan dependen
digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai alpha 0,05. Jika
ada sel yang memiliki harapan kurang sama dengan 5, maka digunakan fisher
exact test (Notoatmodjo. 2005).
Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini
digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.
Aturan yang berlaku pada Chi-square:
1. Bila tabel 2x2 dijumpai nilai ecpected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah fisher’s exact test.
2. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai ecpected (harapan) lebih besar dari 5, maka
uji yang dipakai sebaliknya adalah contiuty correction.
3. Bila tabel lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka digunakan uji
pearson Chi-square.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah dan Proses Perkembangan Rumah Sakit
RSUD Nagan Raya pada awalnya adalah pengembangan dari Pukesmas
Perawatan Ujong Patihah dengan kapasitas 10 tempat tidur, satu rumah dinas dokter
dan dua rumah dinas paramedis. Pada tahun 2004 pemerintah melalui Departemen
Kesehatan mengalokasikan dana APBN tahun anggaran 2004 untuk membangun
gedung poliklinik dan administrasi dan dana dari APBD Prov. NAD tahun anggaran
2004 untuk membangun gedung UGD. Gedung poliklinik dan administrasi 1.200 M 2
sudah terbangun, sedangkan gedung UGD 400 M 2 tertunda pembangunannya akibat
bencana gempa dan tsunami akhir tahun 2004.
Setelah gempa dan tsunami, pusat pelayanan kesehatan korban gempa dan
tsunami Kabupaten Nagan Raya pada saat itu berada dipukesmas perawatan Ujong
Patihah (cikal bakal RSUD Nagan Raya). Di pukesmas inilah sejak awal Januari
sampai dengan April 2005 dibuka pelayanan dokter spesialis (Volunteer) yang datang
langsung dari Swiss untuk membantu korban gempa dan tsunami. Dokter-dokter
spesialis tersebut dibawa oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
bergerak dalam pelestarian lingkungan hidup yaitu Yayasan Ekosistem Lestari (YEL)
dan PanEco dari Swiss.
Pada tanggal 20 April 2005 dikeluarkan SK. Bupati Nagan Raya Nomor:
445/18/2005 tentang peningkatan status pelayanan dipukesmas perawatan Ujong
30
Patihah menjadi kantor pelayanan kesehatan RSUD Kabupaten Nagan Raya.
Mengingat telah terbangunnya gedung poliklinik dan administrasi adanya pukesmas
perawatan dalam lokasi RSUD, Pemda Nagan Raya akhirnya mengeluarkan Perda
(Qanun) No.3 Tahun 2005 Nagan Raya tentang struktur organisasi RSUD Nagan
Raya dilantik Kepala kantor pelayanan kesehatan RSUD Nagan Raya pada tanggal 7
April 2005 sesuai surat keputusan (SK) Bupati Nagan Raya Nomor: Peg.
821.2/0465/2005 tanggal 7 April 2005 M/27 Shafar 1426 H.
Peletakan batu pertama pembangunan RSUD Nagan Raya pada tanggal 19
Januari 2006. Pembangunan RSUD Nagan Raya bantuan YEL, PanEco dan Caritas
Swiss telah dimulai pada akhir bulan Februari 2006 dan berakhir pada akhir bulan
Mai 2007. Dalam tahun 2007 juga oleh BRR dilakukan revitalisasi RSUD Nagan
Raya dengan membangun gedung UGD, gedung Medical Record (Rekam Medik) dan
rehab gedung poliklinik.
Dinas Kesehatan Aceh telah mengeluarkan Izin Operasional Sementara kepada
RSUD Nagan Raya berupa SK Kepala Dinas Kesehatan Aceh
(Nomor:873.1/468/V/2007 tanggal 3 Mai 2007) dan Surat Rekomendasi Izin tetap
(surat No.: 873.1/2506/RA/2007 tanggal 4 Mai 2007). Kemudian bupati Nagan Raya
mengirimkan surat Permohonan Izin operasional dan Klasifikasi RSUD Nagan Raya
kepada Menteri Kesehatan RI (Surat No:445/143/2007 tanggal 10 Mai 2007) dengan
lampiran proposal justifikasi pembangunan dan pengembangan RSUD Nagan Raya
Pada Tanggal 28 Mai 2008 diterbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 489/Menkes/SK/2008 tentang penetapan RSUD Nagan Raya dengan
klasifikasi kelas C.
31
4.2 Geografi dan Fisiografi
Secara geografis RSUD Nagan Raya terletak antara 9 11’ Lintang Utara dan 95
02’ Bujur Timur. Jenis tanah adalah podsolik merah kuning dan jenis batuan sedimen
liat dan pasir. Geomorfologi lokasi RSUD Nagan Raya adalah dataran rendah pantai
Barat Sumatra yang berfotografi datar dengan ketinggian kurang lebih 3 meter dari
permukaan laut.
4.3 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Nagan Raya yaitu tentang Hubungan Penggunaan Teknologi, Informasi
dan Komunikasi Terhadap Peningkatan Pelayan Keperawatan tahun 2013, maka hasil
penelitian yang didapat adalah sebagai berikut :
4.3.1 Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat masing-masing variabel yang diteliti dalam
bentuk distribusi frekuensi setiap variabel penelitian. Variabel-variabel dalam
penelitian ini yaitu teknologi, informasi, komunikasi dan pelayanan keperawatan.
32
4.3.1.1 Teknologi
Tabel 4.1 Distribusi Responden Mengenai Hubungan Penggunaan Teknologi
Terhadap Peningkatan Pelayanana Keperawatan di Rumah Sakit
Nagan Raya Tahun 2013
No Teknologi Frekuensi %
1 Baik 33 53,2 2 Kurang 29 46,8
Total 62 100
Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.1 dari 62 orang responden, yang menyatakan teknologinya
baik berjumlah 33 orang (53,2%) dan responden yang menyatakan teknologinya
kurang berjumlah 29 orang (46,8%).
4.3.1.2 Informasi
Tabel 4.2 Distribusi Responden Mengenai Hubungan Informasi Terhadap
Peningkatan Pelayanana Keperawatan di Rumah Sakit Nagan Raya
Tahun 2013
No Informasi Frekuensi %
1 Baik 34 54,8 2 Kurang 28 45,2
Total 60 100
Sumber: Data Primer (diolah 2013) Berdasarkan tabel 4.2 dari 62 orang responden, yang menyatakan informasi baik
berjumlah 34 orang (54,8%) dan responden yang menyatakan bahwa informasi
kurang baik berjumlah 28 orang (45,2%).
33
4.3.1.3 Komunikasi
Tabel 4.3 Distribusi Responden Mengenai Hubungan Komunikasi Terhadap
Peningkatan Pelayanana Keperawatan di Rumah Sakit Nagan Raya
Tahun 2013
No Komunikasi Frekuensi %
1 Baik 37 59,7 2 Kurang 25 40,3
Total 62 100
Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.3 dari 62 orang responden, yang menyatakan komunikasi
baik berjumlah 37 orang (59,7%) dan responden yang menyatakan bahwa komunikasi
kurang baik berjumlah 25 orang (40,3%).
4.3.1.4 Peningkatan Pelayanan Keperawatan
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Peningkatan Pelayanana
Keperawatan di Rumah Sakit Nagan Raya Tahun 2013
No Pelayanan Keperawatan Frekuensi %
1 Baik 29 46,8
2 Kurang 33 53,2
Total 62 100
Sumber: Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 4.4 dari 62 orang responden, yang menyatakan pelayanan
keperawatan yang baik berjumlah 29 orang (46,8%) dan responden yang menyatakan
pelayanan kurang berjumlah 33 orang (53,2%).
34
4.3.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis hubungan dua variabel yaitu
variabel independen dengan variabel dependen yang bertujuan untuk mengetahui
antara dua variabel tersebut. Analisis ini menggunakan uji Chi-square jika p value
<0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna.
4.3.2.1 Hubungan Penggunaan Teknologi Terhadap Peningkatan Pelayanan
Keperawatan
Tabel 4.5 Hubungan Penggunaan Teknologi Terhadap Peningkatan Pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya Tahun 2013
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.5 dapat dilihat dari 33 orang perawat yang menyatakan teknologi
baik ternyata 21 orang perawat (63,6%) untuk peningkatan pelayanan keperawatan
yang baik dan 12 orang perawat lainnya (36,4%) untuk peningkatan pelayanan
keperawatan yang kurang.
Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa
p < α (0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan teknologi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya tahun 2013.
Teknologi
Pelayanan Keperawatan
Total
P value
α Baik Kurang
N % n % n %
Baik 21 63,6 12 36,4 33 100 0,010
0,05 Kurang 8 27,6 21 72,4 29 100
Jumlah 29 46,8 33 53,2 62 100
35
4.3.2.2 Hubungan Informasi Terhadap Peningkatan Pelayanan Keperawatan
Tabel 4.6 Hubungan Informasi Terhadap Peningkatan Pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya Tahun 2013
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Dari tabel 4.6 dapat dilihat dari 34 orang perawat yang menyatakan informasi
baik ternyata 21 orang perawat (61,8%) untuk peningkatan pelayanan keperawatan
yang baik dan 13 orang perawat lainnya (36,4%) untuk peningkatan pelayanan
keperawatan yang kurang.
Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,019. Hal ini menunjukkan bahwa
p < α (0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan informasi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya tahun 2013.
4.3.2.3 Hubungan Komunikasi Terhadap Peningkatan Pelayanan Keperawatan
Tabel 4.7 Hubungan Komunikasi Terhadap Peningkatan Pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya Tahun 2013
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)
Informasi
Pelayanan Keperawatan
Total
P value
α Baik Kurang
N % n % n %
Baik 21 61,8 13 38,2 34 100 0,019
0,05 Kurang 8 28,6 20 71,4 28 100
Jumlah 34 54,8 28 45,2 62 100
Komunikasi
Pelayanan Keperawatan
Total
P value
Α Baik Kurang
N % n % n %
Baik 23 62,2 14 37,8 37 100 0,007
0,05 Kurang 6 24,0 19 76,0 25 100
Jumlah 25 40,3 37 59,7 62 100
36
Dari tabel 4.7 dapat dilihat dari 37 orang perawat yang menyatakan teknologi
baik ternyata 23 orang perawat (62,2%) untuk peningkatan pelayanan keperawatan
yang baik dan 14 orang perawat lainnya (37,8%) untuk peningkatan pelayanan
keperawatan yang kurang.
Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p = 0,007. Hal ini menunjukkan bahwa
p < α (0,05) sehingga terdapat hubungan yang signifikan komunikasi terhadap
peningkatan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya tahun 2013.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Penggunaan Teknologi Terhadap Peningkatan Pelayanan
Keperawatan
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Uji Chi square didapatkan nilai
p = 0,010. Hal ini menunjukkan bahwa p < α (0,05) , sehingga terdapat hubungan
yang signifikan antara teknologi terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Umum Nagan Raya Tahun 2013.
Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa semakin baik teknologi (baik
komputerisasi maupun medis) disuatu Rumah Sakit, maka semakin besar juga
peluang pelayanan keperawatan yang diberikan di Rumah Sakit menjadi baik. Atau
memanfaatkan teknologi yang sudah ada saat ini secara maksimal. Karena teknologi
dapat memberi percepatan dalam proses pencapaian tujuan dan mempermudah usaha
yang dilakukan oleh pihak pemberi pelayanan. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
disampaikan oleh Janner (2006), Teknologi bertujuan memfasilitasi ikhtiar manusia
37
(human endeavor) sehingga harus mampu meningkatkan performa kemampuan
manusia.
4.4.2 Hubungan Informasi Terhadap Peningkatan Pelayanan Keperawatan
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Uji Chi square didapatkan nilai
p = 0,019. Hal ini menunjukkan bahwa p < α ( 0,05) , sehingga terdapat hubungan
yang signifikan antara informasi terhadap terhadap pelayanan keperawatan di Rumah
Sakit Umum Nagan Raya Tahun 2013.
Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa semakin baik informasi yang ada
disuatu rumah sakit maka semakin baik pula kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh instansi yang bersangkutan, karena informasi mempunyai fungsi yang
sangat penting. Hal ini sejalan dengan yang di sampaikan oleh Paulus (2005), Sistem
informasi rumah sakit mempunyai fungsi strategis diantaranya fungsi (situasi,
kemajuan, perubahan, oprasional, dan eksternal), karena mempengaruhi organisasi
dalam berkompetisi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4.4.3 Hubungan komunikasi Terhadap Peningkatan Pelayanan Keperawatan
Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan Uji Chi square didapatkan nilai
p = 0,007. Hal ini menunjukkan bahwa p < α (0,05) , sehingga terdapat hubungan
yang signifikan antara teknologi terhadap pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Umum Nagan Raya Tahun 2013.
Berdasarkan hasil ini dapat diasumsikan bahwa semakin baik komunikasi yang
terjadi antara perawat dan pasien, perawat dengan dokter, dan sesama perawat maka
semakin baik pula pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien
38
dan pasien dapat merasakannya. Akan tetapi, adakalanya komunikasi menjadi salah
sasaran akibat harapan yang berbeda-beda dari masing masing individu baik perawat
itu sendiri maupun pasien. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Kennedy (2009),
Komunikasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pelayanan
keperawatan yang baik. Setiap kali perawat bertemu pasien dimulailah sebuah
hubungan, baik untuk pasien maupun perawat. Hubungan ini seringkali berkembang
di atas titik rentan pada kesehatan pasien, disaat pasien mencari penilaian,
penanganan, informasi, dan seringkali ketentraman hati. Hilanglah berbagai batasan
sosial yang menentukan hubungan sehari-hari.
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Ada hubungan penggunaan Teknologi Terhadap Peningkatan Pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Nagan Raya Tahun 2013. Dari hasil
yang didapat dengan memakai Chi- square P value = 0,010 yang berarti P
value <0,05
2. Ada hubungan Informasi Terhadap Peningkatan Pelayanan Keperawatan di
Rumah Sakit Umum Nagan Raya Tahun 2013. Dari hasil yang didapat dengan
memakai Chi- square P value = 0,019 yang berarti P value <0,05
3. Ada hubungan Komunikasi Terhadap Peningkatan Pelayanan Keperawatan di
Rumah Sakit Umum Nagan Raya Tahun 2013. Dari hasil yang didapat dengan
memakai Chi- square P value = 0,007 yang berarti p value <0,05.
5.2 Saran
1. Kepada Rumah Sakit Umum Nagan Raya diharapkan rutin melaksanakan
training tentang teknologi yang berkaitan dengan komputerisasi maupun
teknologi medis, informasi dan komunikasi bagi perawat secara merata.
2. Diharapkan kepada perawat sebagai pihak pemberi layanan yang berinteraksi
lebih banyak dengan pasien maka perhatikan pola komunikasi yang efektif
baik sesama maupun dengan pasien, serta sampaikanlah informasi sesuai
dengan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Barsasella Diana. 2012. Sistem informasi kesehatan. Mitra Wacana Medika:
jakarta.
Davis, Foulger. 2002. Alih bahasa Adiwardana. Sistem Informasi Manajemen. Ikrarmandiriabadi: Jakarta.
George R. Terry & LeslieW. Rue.2008. Dasar Dasar Manajemen. Bumi Aksara:
Jakarta.
Kristanto, Harianto. 2004. Konsep dan Perancangan Database. Andi Offset: Yogyakarta.
Kusnanto. (2003) . Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional. EGC:
Jakarta..
Kennedy Lisa. S. 2009. Alih Bahasa Stella. Komunikasi untuk Keperawatan
Berbicara dengan Pasien. Erlangga: Jakarta.
Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Pustaka pelajar: Yogyakarta.
. 2003. Komunikasi Antarpribadi. Citra Aditya: Bandung.
Moekijat. 2005. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Mandar Maju: Bandung.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
.2005. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik: Alfabeta: Bandung.
Paulus, dkk. 2005. Sistem Informasi. Informatika: Bandung.
Profil Rumah Sakit Umum Nagan Raya. 2011.
Puspitasari Dian. 2009. Perkembangan Teknologi Dalam Keperawatan (skripsi). Universitas Indonesia: Jakarta.
Rangkuti, F. 2000. Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Umum: Jakarta.
Rini. 2009. Perkembangan teknologi informasi dalam pelayanan RS. Diunduh
tanggal 5 Oktober 2012 dari http://ft.wisnuwardhana.ac.id
Roger B. Ellis, dkk. 2000. Alih Bahasa Susi Purwoko. Komunikasi Interpersonal
dalam Keperawatan. EGC: jakarta.
Simarmata Janner. 2006. Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Andi: Yogyakarta.
Sutanta, Gatut. 2007. agar Rumah Tidak Gelap & Tidak Pengap. Penebar
Swadaya: jakarta
UU Nomor 44 tahun 2009 pasal 52, Tentang Rumah Sakit. Diunduh pada 20
september. 2012.
Wijaya W.S, (2006). Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Wursanto. 2005. Dasar Dasar Ilmu Organisasi. Andi: Yogyakarta.
Top Related