Download - HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

Transcript
Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai hubungan pengetahuan, sikap, dan sarana pemeriksaan pap

smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada wanita yang sudah menikah

di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung telah dilaksanakan mulai 24 November 2011 hingga 7

Desember 2011. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu dengan populasi

penelitian adalah semua wanita yang sudah menikah yang berobat jalan di

Poliklinik Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Lampung. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 436 pasien yang diambil

dari data Laporan Harian Poliklinik Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung dari bulan September, Agustus, dan Juli 2011 yang

kemudian dirata-ratakan. Populasi tersebut merupakan pasien umum dan pasien

non umum (ASKES, ASTEK, JAMKESMAS, JAMKESDA, JAMKESTA,

JAMPERSAL, dan karyawan RSAM). Akhirnya, didapatkan sampel berjumlah 81

pasien dengan teknik pengambilan sampel menggunakan judgemental sampling

atau purposive sampling.

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data melalui data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data dari hasil wawancara dengan panduan

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

43

kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data dari Bagian Poliklinik Obstetri

dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dan Bagian

Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Dari hasil

wawancara diperoleh data mengenai identitas responden meliputi nama, umur,

tempat tinggal, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan per bulan, dan kategori

pasien umum atau non umum. Sedangkan dari hasil kuesioner diperoleh data

mengenai pengetahuan, sikap, sarana, dan perilaku pemeriksaan pap smear dari

para responden. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan

analisis univariat dan analisis bivariat didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan 81 responden

yang dapat dikelompokkan berdasarkan kategori pasien umum atau non

umum, umur, tempat tinggal, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan

penghasilan per bulan.

1) Kategori pasien umum atau non umum

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kelompok responden

yang paling banyak adalah pasien ASKES, yaitu sebanyak 32 pasien

(39,5%) kemudian diikuti oleh pasien JAMKESMAS sebanyak 23

pasien (28,4%). Pasien umum didapatkan hanya 19 pasien (23,5%)

saja dan kelompok yang paling sedikit adalah pasien JAMPERSAL,

yaitu sebanyak 1 pasien (1,2%). Hal ini bisa dimengerti karena biaya

pemeriksaannya gratis dan RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

44

Lampung merupakan rumah sakit rujukan di Provinsi Lampung

sehingga cakupan pasien ASKES dan JAMKESMAS lebih banyak.

Data lengkap mengenai distribusi kategori pasien umum atau non

umum dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan kategori pasien umum atau non umum.

Kategori responden Jumlah responden Persentase (%)

UMUM 19 23,5

JAMKESMAS 23 28,4

ASKES 32 39,5

JAMKESDA 6 7,4

JAMPERSAL 1 1,2

Total 81 100

2) Umur

Ditinjau berdasarkan umur didapatkan bahwa kelompok umur terbesar

berada pada rentang umur 21-30 tahun, yaitu sebanyak 31 responden

(38,3%) dan hanya beda sangat sedikit dengan kelompok umur yang

berada pada rentang umur 31-40 tahun, yaitu sebanyak 30 responden

(37%). Sedangkan kelompok umur terendah berada pada rentang umur

41-55 tahun, yaitu sebanyak 20 responden (24,7%). Hal ini bisa

dimengerti karena pemeriksaan pap smear sudah dikenal oleh semua

kalangan umur dan umur 21-30 tahun adalah umur reproduktif

sehingga lebih banyak didapatkan. Data lengkap mengenai distribusi

frekuensi umur responden dapat dilihat pada tabel 3.

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

45

Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan umur.

Kelompok umur (tahun) Jumlah responden Persentase (%)

21-30

31-40

41-55

31

30

20

38,3

37

24,7

Total 81 100

3) Tempat tinggal

Dalam penelitian ini responden dikelompokkan ke dalam pasien yang

bertempat tinggal di Bandar Lampung dan di luar Bandar Lampung.

Dianggap pasien yang bertempat tinggal di luar Bandar Lampung

adalah jauh dari lokasi pelayanan kesehatan khususnya RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kelompok tempat tinggal terbesar adalah pasien yang bertempat

tinggal di Bandar Lampung, yaitu sebanyak 54 pasien (66,7%)

sedangkan kelompok tempat tinggal terendah adalah pasien yang

bertempat tinggal di luar Bandar Lampung, yaitu sebanyak 27 pasien

(33,3%). Data lengkap mengenai distribusi frekuensi tempat tinggal

responden dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan tempat tinggal.

Kelompok tempat tinggal Jumlah responden Persentase (%)

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

46

Bandar Lampung

Luar Bandar Lampung

54

27

66,7

33,3

Total 81 100

4) Tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kelompok tingkat

pendidikan terbesar adalah tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (PT),

yaitu sebanyak 35 responden (43,2%) sedangkan kelompok tingkat

pendidikan terendah adalah tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD),

yaitu sebanyak 4 responden (4,9%). Hal ini bisa dimengerti karena

pasien ASKES yang paling banyak didapatkan. Data lengkap

mengenai distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

47

Kelompok tingkat

pendidikan

Jumlah responden Persentase (%)

Tidak lulus SD

SD

SMP

SMA

PT

0

4

16

26

35

0

4,9

19,8

32,1

43,2

Total 81 100

5) Pekerjaan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kelompok pekerjaan terbesar

adalah Ibu Rumah Tangga (IRT), yaitu sebanyak 35 responden

(43,2%) kemudian disusul oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak

32 responden (39,5%). Sedangkan kelompok pekerjaan terendah

adalah buruh, yaitu sebanyak 1 responden (1,2%). Hal ini bisa

dimengerti karena masih sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan di

Indonesia. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi pekerjaan

responden dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan.

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

48

Kelompok pekerjaan Jumlah responden Persentase (%)

Ibu Rumah Tangga (IRT)

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Wiraswasta

Buruh

Swasta

35

32

11

1

2

43,2

39,5

13,6

1,2

2,5

Total 81 100

6) Sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan keluarga setiap bulan dilihat

dari gaji pokok (dalam rupiah) dan dalam penelitian ini diukur

berdasarkan Upah Minimum Regional Daerah (UMRD) Lampung.

Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Kemenakertrans) tahun 2011, bahwa Upah Minimum Regional

Daerah (UMRD) Lampung tahun 2011 berkisar Rp 855.000,- sehingga

dalam penelitian ini dikategorikan sosial ekonomi rendah apabila

penghasilan per bulan sekitar ≤ Rp 1.000.000,- sedangkan sosial

ekonomi tinggi apabila penghasilan per bulan sekitar > Rp 1.000.000,-.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda

antara kelompok ekonomi rendah dengan kelompok ekonomi tinggi.

Kelompok ekonomi terbesar adalah pasien yang memiliki ekonomi

tinggi, yaitu sebanyak 41 pasien (50,6%) sedangkan kelompok

ekonomi terendah adalah pasien yang memiliki ekonomi rendah, yaitu

sebanyak 40 pasien (49,4%). Hal ini bisa dimengerti karena masih

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

49

rendahnya tingkat ekonomi penduduk Indonesia akibat minimnya

lapangan pekerjaan dan dalam penelitian ini paling banyak didapatkan

responden yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga

(IRT) serta pasien ASKES yang paling banyak sehingga hanya sedikit

didapatkan perbedaan antara ekonomi tinggi dengan ekonomi rendah.

Data lengkap mengenai distribusi frekuensi sosial ekonomi responden

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan sosial ekonomi.

Kelompok ekonomi Jumlah responden Persentase (%)

Ekonomi rendah (≤1 juta)

Ekonomi tinggi (>1 juta)

40

41

49,4

50,6

Total 81 100

b. Gambaran Pengetahuan Pemeriksaan Pap Smear Wanita Yang

Sudah Menikah Di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri Dan Gynekologi

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa dari 81 pasien yang

menjadi responden, 50 pasien (61,7%) memiliki pengetahuan yang baik

mengenai pemeriksaan pap smear, sedangkan 31 pasien (38,3%) memiliki

pengetahuan yang kurang mengenai pemeriksaan pap smear.

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

50

61.70%

38.30%

Pengetahuan Pemeriksaan Pap Smear Wanita Yang Sudah Menikah Di RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Pengetahuan BaikPengetahuan Kurang

Gambar 3. Grafik pengetahuan pemeriksaan pap smear wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

c. Gambaran Sikap Pemeriksaan Pap Smear Wanita Yang Sudah

Menikah Di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri Dan Gynekologi RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa dari 81 pasien yang

menjadi responden, 61 pasien (75,3%) memiliki sikap yang baik mengenai

pemeriksaan pap smear, sedangkan 20 pasien (24,7%) memiliki sikap

yang kurang mengenai pemeriksaan pap smear.

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

51

75.30%

24.70%

Sikap Pemeriksaan Pap Smear Wanita Yang Sudah Menikah Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Sikap BaikSikap Kurang

Gambar 4. Grafik sikap pemeriksaan pap smear wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

d. Gambaran Sarana Pemeriksaan Pap Smear Wanita Yang Sudah

Menikah Di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri Dan Gynekologi RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa dari 81 pasien yang

menjadi responden, 38 pasien (46,9%) memiliki sarana yang baik terhadap

pemeriksaan pap smear, sedangkan 43 pasien (53,1%) memiliki sarana

yang kurang terhadap pemeriksaan pap smear.

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

52

46.90%

53.10%

Sarana Pemeriksaan Pap Smear Wanita Yang Sudah Menikah Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Sarana BaikSarana Kurang

Gambar 5. Grafik sarana pemeriksaan pap smear wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

e. Gambaran Perilaku Pemeriksaan Pap Smear Wanita Yang Sudah

Menikah Di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri Dan Gynekologi RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil kuesioner didapatkan bahwa dari 81 pasien yang

menjadi responden, 53 pasien (65,4%) tidak melakukan pemeriksaan pap

smear, sedangkan 28 pasien (34,6%) melakukan pemeriksaan pap smear.

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

53

65.40%

34.60%

Perilaku Pemeriksaan Pap Smear Wanita Yang Sudah Menikah Di RSUD Dr. H. Ab-

dul Moeloek Provinsi Lampung

Tidak Melakukan Pe-meriksaan Pap SmearMelakukan Pemeriksaan Pap Smear

Gambar 6. Grafik perilaku pemeriksaan pap smear wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

2. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan Pemeriksaan Pap Smear Dengan Perilaku

Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Yang Sudah Menikah Di

Poliklinik Rawat Jalan Obstetri Dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil analisis uji statistika menggunakan metode chi square,

maka didapatkan nilai p=0,000 (<0,1) untuk hubungan pengetahuan

pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear wanita

yang sudah menikah. Dan ini artinya bahwa terdapat hubungan bermakna

antara pengetahuan pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan

pap smear pada wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan

Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

54

Tabel 8. Tabulasi silang pengetahuan pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Perilaku pemeriksaan

pap smear

Pengetahuan Total

Kurang Baik

Tidak melakukan

Melakukan

30 (37%)

1 (1,3%)

23 (28,4%)

27 (33,3%)

53 (65,4%)

28 (34,6%)

Total 31 (38,3%) 50 (61,7%) 81 (100%)

2. Hubungan Sikap Pemeriksaan Pap Smear Dengan Perilaku

Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Yang Sudah Menikah Di

Poliklinik Rawat Jalan Obstetri Dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil analisis uji statistika menggunakan metode chi square,

maka didapatkan nilai p=0,000 (<0,1) untuk hubungan sikap pemeriksaan

pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear wanita yang sudah

menikah. Dan ini artinya bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap

pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada

wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan

Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

55

Tabel 9. Tabulasi silang sikap pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Perilaku pemeriksaan

pap smear

Sikap Total

Kurang Baik

Tidak melakukan

Melakukan

20 (24,7%)

0 (0%)

33 (40,7%)

28 (34,6%)

53 (65,4%)

28 (34,6%)

Total 20 (24,7%) 61 (75,3%) 81 (100%)

3. Hubungan Sarana Pemeriksaan Pap Smear Dengan Perilaku

Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Yang Sudah Menikah Di

Poliklinik Rawat Jalan Obstetri Dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil analisis uji statistika menggunakan metode chi square,

maka didapatkan nilai p=0,000 (<0,1) untuk hubungan sarana pemeriksaan

pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear wanita yang sudah

menikah. Dan ini artinya bahwa terdapat hubungan bermakna antara

sarana pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear

pada wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan

Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

56

Tabel 10. Tabulasi silang sarana pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap smear pada wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.

Perilaku pemeriksaan

pap smear

Sarana Total

Kurang Baik

Tidak melakukan

Melakukan

37 (45,7%)

6 (7,4%)

16 (19,7%)

22 (27,2%)

53 (65,4%)

28 (34,6%)

Total 43 (53,1%) 38 (46,9%) 81 (100%)

B. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan Wanita Yang Sudah Menikah Terhadap

Pemeriksaan Pap Smear

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo 2007).

Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan diperlukan

sebagai dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap

dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan

merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2003).

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

57

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai

pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap

stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan

pengetahuan baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan

respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui

itu. Akhirnya, rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari

sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu

berupa tindakan terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek

tadi. Namun demikian, di dalam kenyataannya stimulus yang diterima

subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya, seseorang dapat

bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna

stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan seseorang tidak

harus didasari oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo, 1997).

Berdasarkan hasil tabulasi silang (Tabel 8.) didapatkan bahwa dari 81

pasien yang menjadi responden, 50 pasien (61,7%) memiliki pengetahuan

yang baik mengenai pemeriksaan pap smear, sedangkan 31 pasien (38,3%)

memiliki pengetahuan yang kurang mengenai pemeriksaan pap smear. Ini

dikarenakan kelompok responden yang paling banyak adalah pasien

ASKES dan kelompok tingkat pendidikan terbesar adalah tingkat

pendidikan Perguruan Tinggi (PT), serta tingginya arus informasi yang

bisa didapatkan oleh responden seperti dari penyuluhan, teman atau

keluarga, tempat kerja, televisi, radio, majalah, serta kader ataupun

petugas kesehatan dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori yang

diungkapkan Meliono (2007) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

58

media dan keterpaparan informasi. Notoatmodjo (2007) juga menyebutkan

bahwa sosial ekonomi, pengalaman, dan informasi adalah faktor-faktor

yang mempengaruhi pengetahuan.

Walaupun didapatkan hasil lebih banyak responden yang memiliki

pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan pap smear, tetapi hanya

sedikit responden yang melakukan pemeriksaan pap smear yaitu sekitar 28

pasien (34,6%). Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya faktor-faktor lain

yang menyebabkan wanita yang sudah menikah tidak melakukan

pemeriksaan pap smear, dari hasil wawancara mendalam diantaranya

adalah tidak ditemukan keluhan atau gejala pada responden sehingga

menganggap pap smear tidak terlalu penting, sosial ekonomi (biaya), dan

sosial budaya (dilarang suami, malu untuk melakukannya, takut

mengetahui adanya kelainan, dan sebagainya).

Menurut teori “The Health Belief Models”, bahwa agar seseorang

bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus

merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut,

didorong pula oleh keseriusan penyakit yang dirasakannya (perceived

seriousness) serta manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakannya

(perceived benafis and barriers). Lawrence Green juga mengatakan bahwa

perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau

masyarakat yang bersangkutan. Serta ketersediaan fasilitas, biaya, sikap

dan perilaku para petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama,

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

59

undang-undang dan peraturan-peraturan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian dari Nurhasanah (2008) mengatakan bahwa alasan wanita yang

sudah menikah tidak melakukan pemeriksaan pap smear adalah adanya

faktor sosial budaya seperti masih malu melakukan pemeriksaan pap

smear dan takut mengetahui adanya kelainan serta merasa belum perlu

melakukan pemeriksaan pap smear karena tidak ada tanda-tanda yang

menjurus ke kanker serviks. Hal yang sama juga diungkapkan oleh

penelitian yang dilakukan Bakheit dan Haron (2001) bahwa alasan wanita

menolak dilakukan pap smear karena rasa malu dan tidak diizinkan oleh

suaminya.

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara pengetahuan pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan

pap smear pada wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan

Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

dengan nilai p=0,000 (<0,1). Hal ini sesuai dengan teori perilaku dari L.

Green dalam Notoatmodjo (2010) yang mengungkapkan bahwa

pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang. Penelitian ini juga sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2008) yang

menyatakan bahwa pemeriksaan pap smear 0,38 kali kemungkinan besar

terjadi pada PUS dengan pengetahuan tinggi dibandingkan dengan

pengetahuan rendah dengan nilai p=0,033 (<0,05); RP=0,389. Begitu juga

penelitian yang dilakukan oleh Gamarra dkk (2005) yang menyatakan

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

60

bahwa pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan pemeriksaan

pap smear (P=0,01).

2. Hubungan Sikap Wanita Yang Sudah Menikah Terhadap

Pemeriksaan Pap Smear

Menurut H.L. Bloom, dalam Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi

atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan

reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek.

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus

atau objek (dalam hal ini adalah pemeriksaan pap smear). Setelah

seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan

menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut.

Oleh sebab itu, indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan

pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

61

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Berdasarkan hasil tabulasi silang (Tabel 9.) didapatkan bahwa dari 81

pasien yang menjadi responden, 61 pasien (75,3%) memiliki sikap yang

baik mengenai pemeriksaan pap smear, sedangkan 20 pasien (24,7%)

memiliki sikap yang kurang mengenai pemeriksaan pap smear. Ini

dikarenakan tingkat pendidikan responden yang tinggi dan pengetahuan

responden yang baik mengenai pemeriksaan pap smear sehingga

mempengaruhi sikap responden juga {Allport (1954) dalam Notoatmodjo

(2003)}.

Meskipun didapatkan hasil lebih banyak responden yang memiliki sikap

yang baik mengenai pemeriksaan pap smear, tetapi hanya sedikit

responden yang melakukan pemeriksaan pap smear yaitu sekitar 28 pasien

(34,6%). Hal tersebut dapat dipahami bahwa meskipun sikap mereka lebih

baik namun belum tentu mengambil keputusan untuk melakukan

pemeriksaan pap smear. Keadaan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor

lain seperti adanya perasaan malu atau tabu, ekonomi rendah, dan lain

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

62

sebagainya, meskipun sikap mereka baik. Penelitian Nurhasanah (2008)

mengatakan bahwa sikap yang baik belum tentu mengambil keputusan

untuk melakukan pemeriksaan pap smear. Hal ini kemungkinan

disebabkan oleh adanya faktor lain seperti perasaan malu atau tabu.

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Bakheit dan Haron (2001)

dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara

sikap dengan pemeriksaan pap smear (p=0,92).

Menurut teori “Thoughs and Feeling”, sikap positif terhadap nilai-nilai

kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini

disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:

a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi

saat itu. Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin

membawanya ke puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai

uang sepeserpun sehingga ia gagal membawa anaknya ke puskesmas.

b. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu

kepada pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa

anaknya yang sakit keras ke rumah sakit, meskipun ia mempunyai

sikap yang positif terhadap rumah sakit, sebab ia teringat akan anak

tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari di rumah sakit.

c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB

dengan alat kontrasepsi IUD mengalami pendarahan. Meskipun

sikapnya sudah positif terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak

mau ikut KB dengan alat kontrasepsi apa pun.

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

63

d. Nilai (value). Di dalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku nilai-

nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan

hidup bermasyarakat. Misalnya, gotong-royong adalah suatu nilai yang

selalu hidup di masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Akan tetapi, hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara sikap pemeriksaan pap smear dengan perilaku

pemeriksaan pap smear pada wanita yang sudah menikah di Poliklinik

Rawat Jalan Obstetri dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

Provinsi Lampung dengan nilai p=0,000 (<0,1). Data dari 61 pasien

(75,3%) yang memiliki sikap yang baik mengenai pemeriksaan pap smear

tersebut, didapatkan 33 pasien (40,7%) yang tidak melakukan pemeriksaan

pap smear dan 28 pasien (34,6%) yang melakukan pemeriksaan pap smear.

Sedangkan dari 20 pasien (24,7%) yang memiliki sikap yang kurang

mengenai pemeriksaan pap smear tersebut, didapatkan seluruhnya atau 20

pasien (24,7%) yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear. Sehingga

peneliti menyimpulkan bahwa sikap yang baik cenderung menyebabkan

wanita yang sudah menikah melakukan pemeriksaan pap smear,

sebaliknya sikap yang kurang menyebabkan wanita yang sudah menikah

tidak melakukan pemeriksaan pap smear. Hal ini sesuai dengan teori

perilaku dari L. Green dalam Notoatmodjo (2010) yang mengungkapkan

bahwa sikap mempengaruhi perilaku seseorang. Meskipun demikian,

peneliti tidak menemukan penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian

peneliti. Hampir seluruhnya penelitian lain mengatakan bahwa sikap tidak

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

64

mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku pemeriksaan pap

smear.

3. Hubungan Sarana Pemeriksaan Pap Smear Terhadap Perilaku

Wanita Yang Sudah Menikah

Menurut Bruce (1990) menyatakan bahwa sarana merupakan salah satu

unsur input/masukan disamping tenaga. Sarana merupakan salah satu di

dalam unsur-unsur pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Bruce (1990) juga menyatakan

bahwa apabila sarana tidak sesuai dengan standar maka sulit diharapkan

baiknya mutu pelayanan (Nahampun, 2009).

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan sarana ke dalam tiga

komponen, yaitu keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan khususnya

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dari lokasi tempat

tinggal responden, kemudahan dalam mengakses lokasi tersebut, dan biaya

pemeriksaan pap smear di tempat pelayanan kesehatan tersebut.

Berdasarkan hasil tabulasi silang (Tabel 10.) didapatkan bahwa dari 81

pasien yang menjadi responden, 38 pasien (46,9%) memiliki sarana yang

baik terhadap pemeriksaan pap smear, sedangkan 43 pasien (53,1%)

memiliki sarana yang kurang terhadap pemeriksaan pap smear. Meskipun

demikian, perbedaan ini tidak terlalu signifikan. Hal ini bisa disebabkan

oleh masih banyaknya responden yang memiliki tingkat ekonomi rendah

dan sebagian besar responden tidak mempunyai pekerjaan atau hanya

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

65

sebagai ibu rumah tangga saja (IRT). Di samping itu, bobot pertanyaan

mengenai biaya pemeriksaan pap smear lebih besar dibandingkan dengan

bobot pertanyaan mengenai jarak dan transportasi umum, sehingga banyak

pasien yang terbebani dengan biaya tersebut. Dan dari 38 pasien (46,9%)

yang memiliki sarana yang baik terhadap pemeriksaan pap smear tersebut,

didapatkan 16 pasien (19,7%) yang tidak melakukan pemeriksaan pap

smear dan 22 pasien (27,2%) yang melakukan pemeriksaan pap smear.

Sedangkan dari 43 pasien (53,1%) yang memiliki sarana yang kurang

terhadap pemeriksaan pap smear tersebut, didapatkan 37 pasien (45,7%)

yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear dan 6 pasien (7,4%) yang

melakukan pemeriksaan pap smear. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

sarana yang kurang menyebabkan wanita yang sudah menikah tidak

melakukan pemeriksaan pap smear.

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara sarana pemeriksaan pap smear dengan perilaku pemeriksaan pap

smear pada wanita yang sudah menikah di Poliklinik Rawat Jalan Obstetri

dan Gynekologi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan

nilai p=0,000 (<0,1). Hal ini sesuai dengan teori perilaku dari L. Green

dalam Notoatmodjo (2010) yang mengungkapkan bahwa sarana

mendukung perilaku seseorang.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurhasanah (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna

antara tingkat sosial ekonomi dengan pemeriksaan pap smear dimana

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

66

pemeriksaan pap smear 0,3 kali kemungkinan besar terjadi pada tingkat

sosial ekonomi tinggi dibandingkan dengan tingkat sosial ekonomi rendah

dengan nilai p=0,022 (<0,05); RP=0,333. Pernyataan yang sama juga

diungkapkan oleh Kurniawan, dkk (2008) dalam penelitiannya yang

menyatakan bahwa semakin besar pendapatan responden, maka semakin

besar pula partisipasi wanita untuk melakukan pemeriksaan pap smear.

Hal ini kemungkinan dikarenakan dengan semakin besarnya pendapatan

responden, maka responden memiliki ketersediaan sumber dana yang

cukup dalam menunjang partisipasinya untuk melakukan pemeriksaan pap

smear. Darnindro, dkk (2006) dalam penelitiannya mengatakan bahwa

semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka perilaku akan semakin

baik dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Rendahnya tingkat

pendapatan perkapita masyarakat menjadikan kebutuhan akan

pemeriksaaan kesehatan berkala belum menjadi kebutuhan primer.

Tingkat ekonomi yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk

memperoleh kebutuhan yang lebih, misalnya di bidang pendidikan,

kesehatan, pengembangan karir, dan sebagainya. Demikian juga

sebaliknya, jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi

(kemiskinan, orang yang bekerja atau penghasilan rendah) yang

memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan

keluarga. Jenis pekerjaan erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan

lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan

pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat,

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SARANA PEMERIKSAAN PAP SMEAR DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR PADA WANITA YANG SUDAH MENIKAH DI POLIKLINIK RAWAT JALAN OBSTETRI DAN GYNEKOLOGI

67

dibandingkan dengan penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan

karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat

pelayanan kesehatan (Zacler, dalam Notoatmodjo, 1997).