HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN PERILAKU IBU
DALAM PERAWATAN BBLR DI RSUD WATES
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
HENI YULIANI 2213136
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA 2017
ii
HALAMAN JUDUL
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN PERILAKU IBU
DALAM PERAWATAN BBLR DI RSUD WATES
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Disusun oleh:
HENI YULIANI 2213136
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA 2017
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas limpahan
rakhmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dengan Perilaku Ibu dalam Perawatan BBLR Di RSUD Wates”.
Skripsi ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan, dan bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Pada kesempatan
ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya
kepada:
1. Kuswanto Harjo, dr., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta.
2. Tetra Saktika Adinugraha, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Ketua Prodi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
3. Dwi Susanti, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji atas segala masukan,
bimbingan, dan arahan sehingga terselesaikan skripsi ini.
4. Afi Lutfiyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan pendapat selama proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Kepala Direktur RSUD Wates yang telah memberikan izin dan kesempatan
bagi saya untuk melakukan penelitian.
6. Kepala Direktur RSUD Sleman yang telah memberikan izin dan kesempatan
bagi peneliti untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas.
7. Responden di ruang NICU RSUD Wates yang sudah berpartisipasi dalam
penelitian.
8. Ayah, Ibu, Adik, Kakak, dan seluruh keluarga yang telah memberikan
semangat dan do’a kepada penulis.
v
Semoga Allah SWT. senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,
sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar
harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Yogyakarta, Agustus 2017
Heni Yuliani
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii PERNYATAAN............................................................................................ iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv DAFTAR ISI ............................................................................................... vi DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x INTISARI...................................................................................................... xi ABSTRACT..................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 4 E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ................................................ 8 B. Pengetahuan .................................................................................. 19 C. Perilaku ......................................................................................... 23 D. Kerangka Teori ............................................................................. 26 E. Kerangka Konsep .......................................................................... 27 F. Hipotesis ....................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian .................................................................... 28 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 28 C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 28 D. Variabel Penelitian ........................................................................ 30 E. Definisi Operasional ..................................................................... 30 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data............................................... 31 G. Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 34 H. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ................................. 37 I. Etika Penelitian ............................................................................. 39 J. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian................................................................................ 43 B. Pembahasan Penelitian.................................................................... 47 C. Keterbatasan Penelitian................................................................... 54
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...................................................................................... 55 B. Saran................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian................................................................................ 6
Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................................. 31
Tabel 3.2 Kisi – Kisi Kuesioner Pengetahuan..................................................... 33
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku............................................................... 34
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Uji Reliabilitas Alpha Cronbach ..................... 36
Tabel 3.5 Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi............................ 39
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi karakteristik ibu yang mempunyai BBLR........ 45
Tabel 4.2 Gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR............ 45
Tabel 4.3 Gambaran perilaku ibu dalam perawatan BBLR.............................. 46
Tabel 4.4 Tabulasi silang hubungan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan
BBLR dengan perilaku ibu dalam perawatan BBLR....................... 46
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................. 26
Gambar 2.2 Kerangka Konsep............................................................................. 27
Gambar 4.1 Denah lokasi penelitian RSUD Wates Kulon Progo........................ 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permintaan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lampiran 3 Identitas Responden
Lampiran 4 Kuesioner Pengetahuan Ibu tentang Perawatan BBLR
Lampiran 5 Kuesioner Perilaku Ibu dalam Perawatan BBLR
Lampiran 6 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 Surat Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 8 Surat Izin Uji Validitas
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian
Lampiran 10 Surat Etik Penelitian
Lampiran 11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 12 Hasil Penelitian
xii
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN PERILAKU IBU
DALAM PERAWATAN BBLR DI RSUD WATES
Heni Yuliani1, Afi Lufiyati2
INTISARI
Latar Belakang: Bayi berat lahir rendah memiliki risiko tinggi yang mempunyai beberapa masalah dalam beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, oleh karena itu diperlukan dukungan serta peran orangtua dalam melakukan perawatan anak. Perawatan BBLR berbeda cara merawat pada bayi normal, tidak semua ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang perawatan BBLR. Perlu didukung dengan pengetahuan yang baik, dari pengetahuan ini akan menunjang terhadap pemberian penatalaksanaan yang berkualitas dan aman terhadap bayi BBLR. Tujuan: Diketahui adanya hubungan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dengan perilaku ibu dalam merawat BBLR di RSUD Wates Kulon Progo. Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif non eksperimental. Pengambilan sampel dengan accidental sampling, sampel sebanyak 33 ibu yang mempunyai BBLR. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner pengetahuan ibu tentang pentalaksanaan BBLR dan kuesioner perilaku ibu dalam perawatan BBLR. Penelitian ini menggunakan uji analisis Kendall Tau. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dan uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR kategori cukup (63,6%), sedangkan perilaku ibu dalam perawatan BBLR dalam kategori cukup (72,7%). Kesimpulan: Ada hubungan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR dengan perilaku ibu dalam perawatan BBLR di RSUD Wates, dengan nilai significancy p-value (0,025)<(0,05). Keeratan hubungan adalah dalam kategori sedang dengan nilai 0,333 dalam rentang (0,20-0,399). Kata Kunci: pengetahuan, perilaku, BBLR. 1Mahasiswa Program Studi Keperawatan (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Dosen Pembimbing Jurusan Keperawatan (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xiii
THE ASSOCIATION OF THE MOTHER’S KNOWLEDGE ON LOW BIRTH WEIGHT MANAGEMENT WITH MOTHER’S BEHAVIOR IN
LOW BIRTH WEIGHT CARE IN RSUD WATES
Heni Yuliani1, Afi Lutfiyati2
ABSTRACT
Background: Low birth weight babies have a high risk of having several problems in adapting to extrauterine life, therefore support and parenting roles are required in the care of children. Low birth weight care differ in low caring for normal babies, not all mothers have a good knowledge about low birth weight care. It needs to be supported by good knowledge, and this knowledge will support the provision of quality and safe management to low birth weight babies. Objective: to know the association of mother’s knowledge on low birth weight management with mother’s behavior in low birth weight care in RSUD Wates. Method: this research is a non-experimental quantitative type. The sampling was taken with accindetal sampling. The samples 33 mothers who have low birth weight. Data collection techniques used a mother’s knowledge questionnaire about the low birth weight management and the mother’s behavioral questionnaire in low birth weight care. This research uses Kendall Tau analysis test. Validity test uses Product Moment correation and reliability test with Cronbach’s Alpha. Results: The results of this study indicate that the level of knowledge of the mother about the low birth weight management is in moderate category (63,6%), while yhe mother’s behavior in the low birth weight care is in fair category (63,6%). Conclusion: there is an association between mother’s knowledge about low birth weight management and mother’s behavior in lo birth weight care at RSUD Wates, with significance of p-value (0,025)<(0,05). The closeness of the association is in the low category with a value of (0,333) in the range of (0,20-0,399).
Keywords: knowledge, behavior, low birth weight
1Student of Nursing Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2Lecture of Nursing Study Program Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sendiri masih tinggi, yaitu
sekitar 56% kematian terjadi pada masa neonatal. Sebagian besar kematian terjadi
pada umur kehaliran 0-6 hari (78,5%) dan prematuritas merupakan salah satu
penyebab utama kematian. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, AKB masih 32/1000 kelahiran hidup. Tingkat mortalitas bayi
lahir preterm pada beberapa minggu awal adalah tiga kali lebih tinggi daripada
bayi penuh aterm. Penyebab kematian perinatal di Indonesia umur 0-7 hari adalah
disebabkan karena aterm sebesar 32,3% menduduki peringkat ke-2 setelah
respiratory disorder, sedangkan pada perinatal 7-28 hari sebanyak 12,8%
(Riskesdas, 2007). Sedangkan data di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sendiri
bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan saat lahir
kurang dari 2.499 gram sampai dengan 2.500 gram. Prevalensi BBLR di DIY
tahun 2015 adalah 5,32%. Angka ini lebih rendah dari prevalensi BBLR tingkat
nasional yang mencapai 8,8% (Kemenkes RI, 2010). Angka prevalensi BBLR
selama 3 tahun terakhir di kabupaten Kulonprogo menunjukkan peningkatan dari
tahun 2013 sampai tahun 2014 dan pada tahun 2015 mengalami penurunan
sebesar 6,95% dari tahun 2014 sebesar 7,11%, walaupun mengalami penurunan
angka BBLR masih tinggi dari kabupaten yang lain (Dinkes DIY, 2016).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Penyebab
terjadinya bayi berat lahir rendah secara umum bersifat multifaktorial.
Permasalahan yang sering terjadi pada bayi berat lahir rendah adalah
ketidakstabilan suhu tubuh, gangguan pernapasan, gangguan alat pencernaan dan
masalah nutrisi, hiperbilirubine, gangguan imonologik, dan hipoglikemi
(Manuaba, 2010). Kelahiran bayi dengan berat rendah merupakan penyebab
utama kematian bayi baru lahir. Bayi yang meninggal dengan berat rendah
mencapai 36,5% dari kematian tahun 2005 (March Dimes Fondation, 2008 dalam
Saudah, 2016).
2
Bayi berat lahir rendah memiliki risiko tinggi mempunyai beberapa
masalah dalam beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, oleh karena itu
diperlukan dukungan serta peran orangtua dalam melakukan perawatan anak.
Penelitian Ningsih (2016) pengetahuan mengenai perawatan BBLR meliputi
pengetahuan dalam mempertahankan suhu, pencegahan infeksi, dan pemberian
ASI. Pengetahuan tersebut akan mengarahkan terhadap pemahaman ibu tentang
pentingnya perawatan BBLR.
Merawat BBLR berbeda cara merawat pada bayi normal, tidak semua
ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang perawatan BBLR. Perlu di
dukung dengan pengetahuan yang baik, dari pengetahuan ini akan menunjang
terhadap pemberian penatalaksanaan yang berkualitas dan aman terhadap bayi
BBLR (WHO, 2013). Penelitian Magdalena (2012), tentang pengetahuan ibu
tentang penatalaksanaan perawatan BBLR di Rumah Sakit RSKIA Kota Bandung,
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang merawat bayi merupakan faktor
yang berhubungan dengan perkembangan BBLR, dimana pengetahuan ibu
tersebut salah satunya adalah pemberian ASI.
Selama perawatan pada BBLR yang dilakukan di rumah sakit memerlukan
peran ibu dalam merawat bayinya, dalam hal ini keikutsertaan ibu bayi dalam
perawatan hanya sebatas memberi ASI dan menggendong bayi. Peran orangtua
yang kurang selama perawatan BBLR di rumah sakit akan menyebabkan
ketidakmandirian dalam merawat bayi setelah dari rumah sakit. Ibu akan kurang
mengenali tanda dan gejala dari masalah yang dapat timbul pada bayi dengan
berat rendah. Peran ibu yang kurang dalam merawat BBLR dapat menimbulkan
gangguan tumbuh kembang selama hidupnya (Easterbrooks, 2008 dalam Saudah,
2016).
Ibu adalah orang yang paling dekat dengan bayi dan bertanggungjawab
dalam merawat bayi. Oleh karena itu, pengetahuan dan sikap tentang perawatan
BBLR secara tidak langsung dapat meningkatkan kesehatan BBLR. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang.
Penelitian Erniati (2015), kurang pengetahuan ibu tentang perawatan BBLR sulit
oleh ibu baik saat hamil maupun saat melakukan persalinan di rumah sakit. Jika
3
ibu melahirkan BBLR, biasanya ibu mendapatkan informasi tentang pearawatan
BBLR di RS dari petugas kesehatan. Namun pemberian informasi tersebut hanya
bersifat anjuran dan disampaikan secara lisan.
Penatalaksanaan BBLR perlu didukung dengan pengetahuan yang baik,
dari pengetahuan ini akan menunjang terhadap pemberian penatalaksanaan yang
berkualitas dan aman terhadap BBLR. Dalam hal ini, penatalaksanaan perawatan
pada bayi yang dilakukan oleh seorang ibu meliputi mempertahankan suhu dan
kehangatan pada BBLR, memberikan ASI kepada BBLR dan mencegah
terjadinya infeksi pada BBLR (Magdalena, 2012). Menurut penelitian
Prawirohardjo (2010), bahwa respon ibu terhadap permasalahan BBLR sangat
mempengaruhi keputusan ibu untuk melakukan perawatan terhadap pertumbuhan
dan perkembangan bayinya. Penelitian Setyowati (2014), menunjukkan bahwa
ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi
premature, menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan itu sendiri dipengaruhi
oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan
pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Seseorang mendapatkan
pengetahuan tidak hanya ada di pendidikan formal saja, namun pengetahuan bisa
didapatkan dari pengalaman dan informasi dari lingkungan sekitar.
Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap enam orang ibu yang
mempunyai pasien BBLR yang dilakukan di RSUD Wates diperoleh data bahwa
ibu pasien BBLR belum mengerti penatalaksanaan dan bagaimana merawat bayi
dengan berat lahir rendah. Ibu pasien BBLR mengalami kesulitan untuk merawat
anaknya karena kurangnya pengetahuan atau pemaparan informasi tentang
perawatan BBLR. Dengan latar belakang diatas tertarik melakukan penelitian
tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang penatalaksanaan BBLR dengan
perilaku ibu dalam perawatan BBLR.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data di atas pada latar belakang maka dapat dirumuskan
masalah adalah: “Bagaimana hubungan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan
BBLR dengan perilaku ibu dalam perawatan BBLR?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui adanya hubungan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR
dengan perilaku ibu dalam merawat BBLR di RSUD Wates Kulon Progo.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR.
b. Diketahui perilaku ibu dalam merawat BBLR.
c. Diketahui keeratan hubungan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan
BBLR dengan perilaku ibu dalam merawat BBLR.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu keperawatan maternitas
terutama dibidang penanganan bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
Penelitian ini sebagai media dan bahan pembelajaran yang lebih baik
lagi sehingga lulusan perawat mempunyai pengetahuan yang baik,
salah satunya mengenai pengetahuan penatalaksanaan BBLR dalam
meningkatkan kualitas dan kesehatan BBLR serta lebih
memperbanyak literatur di perpustakaan sehingga mempermudah
dalam pencarian data dan materi tentang BBLR.
b. Bagi tenaga kesehatan di RSUD Wates Kulon Progo
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dalam
menangani pasien bayi dengan BBLR.
5
c. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan referensi bagi peneliti
berikutnya yang berhubungan dalam perawatan BBLR.
d. Bagi ibu bayi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan
ibu dalam merawat BBLR.
E. Keaslian Penelitian
Ada beberapa penelitian yang dekat dengan penelitian ini yang dijelaskan
pada Tabel 1.1
6
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Nama dan Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan 1 Magdalena (2012) Pengetahuan Ibu
tentang Penatalaksanaan Perawatan Bayi BBLR di rumah di RSKIA Kota Bandung
Hasil dari penelitian ini bahwa pengetahuan ibu dalam penatalaksanaan perawatan mempertahankan suhu dan kehangatan bayi BBLR berada pada kategori kurang. Dalam penatalaksanaan perawatan memberikan ASI kepada bayi BBLR berada pada kategori cukup. Pengetahuan ibu tentang perawatan mencegah terjadinya infeksi bayi BBLR berada pada kategori kurang. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskritif. Dengan teknik sampel menggunakan accidental sampling.
Variabel penelitian ibu dalam merawat bayi bblr. Teknik pengambilan sampel accindental sampling.
Menghubungkan antara dua variabel yang berbeda,uji statistik, waktu penelitian, lokasi penelitian, perawatan bayi BBLR di RS.
2 Setyowati (2014) Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Premature di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka
Hasil penelitian ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur (ρ value 0,027, ada hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi premature (ρ value 0,049). Penelitian ini menggunakan menote analytic dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini seluruh ibu dengan bayi prematur periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik total sampling. Pengolahan data melalui analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunaka Chi Square ( .
Korelasi antara dua variabel.
Metode pengumpulan sampel, uji statistik, lokasi penelitian, waktu penelitian
7
No Nama dan Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan 3 Ningsih (2016) Hubungan Pengetahuan
Ibu tentang Perawatan Byi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Kenaikan Berat Badan Bayi
Hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang perawatan bayi BBLR dengan kenaikan berat badan bayi di RSUD Wates dengan nilai p 0,00. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dan menggunakan pendekatan cross sectional, teknik pengumbilan sampel dengan menggunakan metode Quota Sampling dengan populasi 60 bayi.
Variabel penelitian pengetahuan ibu dalam perawatan bayi BBLR, lokasi.
Variabel terikat, teknik pengambilan sampel, waktu penelitian.
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di wilayah kerja Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Wates Kulon Progo. Menurut sejarah, RSUD Wates
merupakan peninggalan pemerintahan penjajahan Belanda yang berlokasi di
sebelah alun-alun Wates. RSUD mengembangkan diri dengan cara berpindah
lokasi yang baru yaitu beralamat di Dusun Beji Kecamatan Wates, tepatnya di
Jl. Tentara Pelajar Km 1 No. 5 Kulon Progo. Pembangunan dan
kepindahannya tersebut diresmikan pada tanggal 26 Februari 1983 dan
dijadikan sebagai Hari Bakti Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum
Daerah Wates Kulon Progo. Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor: 720/Menkes/SK/VI/2010 tentang Peningkatan Kelas RSUD Wates
milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo sebagai RSUD Kelas B
non Pendidikan pada tanggal 15 Juni 2010. Pada bulan Juni 2015 berubah
menjadi Rumah Sakit Pendidikan yang bekerja sama dengan FK-UGM.
Rumah Sakit Umum Daerah Wates merupakan rumah sakit
Pemerintah Kabupaten yang merupakan rujukan utama di daerah Kabupaten
Kulon Progo dan sekitarnya, karena memiliki fasilitas yang memadai dan
tersedianya layanan dengan berbagai jaminan kesehatan (Askes, Jampersal,
Jamkesmas, Jamsostek, BPJS). Ruang NICU RSUD Wates merupakan salah
satu ruang rawat inap yang digunakan untuk memberikan pelayanan pada
neonatus, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 28. Pada tahun 2008, 2009,
2010, dan tahun 2012 berkat adanya program penggalakan Pemberian ASI
Eksklusif, RSUD Wates mendapatkan predikat sebagai Rumah Sakit Sayang
Ibu dan Anak di tingkat Propinsi DIY yang terdiri dari: 10 langkah
keberhasilan menyusui, lomba menyusui, program kelas maternal, dan
inisiasi menyusui dini. Selain itu, di ruang NICU memiliki program khusus
untuk ibu yang mempunyai BBLR yaitu program KMC (Kanguru Mother
Care), program ini dapat menstabilkan suhu tubuh bayi.
44
Untuk denah lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai
berikut:
Jl. Wates-Sermo Gudeg Yusum Jl. Perwakilan
RSUD Wates Dapur Semar Rel Kereta Api
Jl. Moh. Dawan
Jl. Wates-Kedundang
Terminal wates Toko Buku Aksara
Jl. Sutijab Patehan Kopi
Jl. Purworejo-Jogja U
B T
S
Gambar 4.1 Denah lokasi Penelitian RSUD Wates Kulon Progo
LOKASI
45
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan gambaran umum mengenai
variabel-variabel yang diteliti, bagian ini menyajikan deskripsi data hasil
penelitian meliputi frekuensi dan persentase. Karakteristik responden
penelitian ini dijelakan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik ibu yang mempunyai bayi berat lahir rendah (BBLR)
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Umur
17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun
14 15 4
42,4 45,5 12,1
Total 33 100 Pendidikan
SD SMP SMA
Perguruan Tinggi
3 6
20 4
9,1
18,2 60,6 12,1
Total 33 100 Pekerjaan
Tidak Bekerja Bekerja
25 8
75,8 24,2
Total 33 100 Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar (45,5%)
atau 14 responden pada umur 26-35 tahun (dalam kategori dewasa awal).
Pendidikan responden lebih besar pada pendidikan SMA yaitu sebesar 20
responden (60,6%). Dalam kategori pekerjaan responden lebih dominan tidak
bekerja yaitu sebesar 25 responden (75,8%).
3. Analisa hasil penelitian
a. Analisa univariat
Tabel 4.2 Gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR di RSUD Wates
No Pengetahuan tentang
Penatalaksanaan BBLR Frekuensi (n)
Persentase (%)
Baik 8 24,2 Cukup 21 63,6 Kurang 4 12,1
Total 33 100 Sumber: Data Primer 2017
46
Berdasarkan hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 4.2
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR,
terbanyak dalam kategori cukup yaitu 21 responden (63,6%), sedangkan
dalam kategori baik yaitu sebesar delapan responden (24,2%).
Tabel 4.3 Gambaran perilaku ibu dalam perawatan BBLR di RSUD Wates
No Perilaku ibu dalam perawatan BBLR Frekuensi (n)
Persentase (%)
Baik 8 24,2 Cukup 24 72,7 Kurang 1 3,0
Total 33 100 Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan hasil penelitian yang tersaji pada Tabel 4.3 di atas
terlihat bahwa kategori perilaku ibu dalam perawatan BBLR mayoritas
dalam katogori cukup yaitu sebesar 24 responden (72,7%).
b. Analisa Bivariat
Analisis hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
penatalaksanaan BBLR dengan perilaku ibu dalam perawatan BBLR
menggunakan uji korelasi Kendall Tau. Hubungan ibu tentang
penatalaksanaan BBLR dengan perilaku ibu dam perawatan BBLR
disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4 Tabulasi silang hubungan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR dengan perilaku ibu dalam perawatan BBLR
Pengetahuan
Perilaku ibu dalam perawatan BBLR Total
P-
value
Correlation Coefficient
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n % 0,025 0,333
Baik 4 12,1 4 12,1 0 0 8 24,2
Cukup 4 12,1 16 48,5 1 3,0 21 63,6
Kurang 0 0 4 12,1 0 0 4 12,1
Total 8 24,2 24 72,7 1 3,0 33 100
Sumber: Data Primer 2017
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dengan perilaku
cukup dalam perawatan BBLR sebanyak 16 responden (48,5%),
47
sedangkan pengetahuan baik dengan perilaku dalam perawatan baik
sebanyak empat responden (12,1%). Responden dengan pengetahuan
baik dengan perilaku dalam perawatan BBLR cukup sebanyak empat
responden (12,1%), sedangkan pengetahuan baik dengan perilaku dalam
perawatan yang kurang sebanyak nol responden. Pengetahuan yang
cukup dengan perilaku ibu yang baik sebanyak empat responden
(12,1%), sedangkan pengetahuan cukup dengan perilaku yang kurang
sebanyak satu responden (3,0%). Responden pengetahuan yang kurang
dengan perilaku baik sekaligus dengan perilaku cukup dan kurang
sebanyak nol responden, sedangkan pengetahuan kurang dengan perilaku
cukup sebanyak empat responden (12,1%).
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dinyatakan bahwa ada hubungan
pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR dengan perilaku ibu
dalam perawatan BBLR di RSUD Wates, dengan nilai significancy p-
value (0,025) < (0,05). Kekuatan hubungan adalah rendah dengan nilai
0,333 berada di rentang kategori (0,20-0,399). Arah hubungan
pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR dengan perilaku ibu
dalam perawatan BBLR adalah positif yang bermakna bahwa semakin
tinggi pengetahuan semakin baik perilaku ibu dalam perawatan BBLR.
B. Pembahasan Penelitian
1. Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan BBLR
Berdasarkan Tabel 4.2 tingkat pengetahuan ibu terhadap
penatalaksanaan BBLR di RSUD Wates adalah dalam kategori cukup
(63,6%) dengan jumlah 21 responden. Nilai ini lebih rendah dari penelitian
Ningsih (2016), yang menunjukkan adanya pengetahuan yang baik dengan
jumlah 42 responden atau (70%). Hal ini karena dipengaruhi oleh pendidikan
responden yang mayoritas lulusan menengah ke atas SMA. Menurut
Kemendikbud (2015) kategori SMA termasuk dalam kategori Pendidikan
Menengah dengan jumlah 20 responden atau (60,6%), sedangkan dalam
kategori SD dan SMP berjumlah sembilan responden atau (27,3%) termasuk
48
dalam kategori Pendidikan Dasar, untuk kategori Perguruan Tinggi dengan
jumlah empat responden atau (12,1%), sebagian besar pengetahuan responden
dalam kategori cukup. Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu yang memiliki
BBLR didapat dari hasil tahu manusia dari sejumlah fakta dan teori yang
pernah dimiliki. Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan adalah suatu
kegiatan atau suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan atau
meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat
berdiri sendiri. Dari penelitian Erniati (2015) menyatakan bahwa pengetahuan
yang rendah akan mengakibatkan orang mngalami kesulitan dalam hal
menyerap informasi dari luar, baik itu tenaga kesehatan maupun dari media-
media lainnya.
Selain dari pendidikan yang memengaruhi dalam pengetahuan umur
adalah salah satu yang dapat memengaruhi pengetahuan seseorang.
Berdasarkan karakteristik responden yang lebih mendominasi adalah pada
rentang umur 26-35 tahun dengan jumlah 15 responden atau (45,5%),
sedangkan pada umur 17-25 tahun berjumlah 14 responden atau (42,4%), dan
untuk kategori umur 36-54 tahun berjumlah empat responden atau (12,1%).
Menurut Depkes RI (2009) pengelompokkan umur dalam kategori, pada
rentang umur 17-25 tahun dalam kategori (remaja awal), sedangkan rentang
umur 26-35 tahun dalam kategori (dewasa awal), rentang umur 36-45 tahun
dalam kategori (dewasa akhir). Menurut Sulistyowati (2011) yang
menyatakan bahwa usia memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin tambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya. Semakin tinggi usia responden memiliki
kecenderungan akan memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang suatu
hal. Menurut Notoatmodjo (2007), bertambahnya umur seseorang dapat
berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
pada umur tertentu atau menjelang usia lanjut, kemampuan untuk mengingat
suatu pengetahuan akan berkurang. Selain itu, usia juga memengaruhi
kematangan seseorang dalam menghadapi masalah, semakin bertambahnya
umur seseorang, pengalamannya juga akan bertambah.
49
Pengetahuan juga dapat dipengerahui oleh pekerjaan responden.
Berdasarkan penelitian Setyowati (2015), jumlah responden yang tidak
bekerja sebesar 52,6%, sehingga wawasan dan pengetahuan yang
diperolehnya terbatas, sehingga kemungkinan besar kurang pula informasi
dalam merawat bayi. Menurut Wawan dan Dewi (2011), pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan. Hasil karakteristik responden
menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja hanya menjadi
IRT (Ibu Rumah Tangga) dengan jumlah 25 responden atau (75,8%), dan
sebagian reponden bekerja sebagai guru, wiraswasta, karyawan, pedagang,
jumlah keseluruhan delapan responden (24,2%). Didukung juga oleh teori
Mubarok (2009), lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun
tidak langsung, salah satunya pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang
dapat memengaruhi perilaku seseorang. Hasil penelitian dari pengetahuan
menunjukkan dalam kategori cukup dengan hasil (63,6%). Pengetahuan
membuat seseorang mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, mencari
penalaran, dan mengorganisasikan pengalamannya. pengetahuan ini
membentuk sebuah pemahaman salah satu pemahaman benar nantinya dapat
berpengaruh pada perilaku seseorang. Semakin baik tingkat pengetahuan
seseorang, maka akan baik pula sikap dan perilaku seseorang tersebut
(Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan predisposisi dalam memberikan
respon dalam bentuk suka atau duka terhadap objek tertentu. Sikap juga
merupakan kecenderungan berespon yang dapat berubah dengan
bertambahnya informasi mengenai objek yang bersangkutan. Sikap dimulai
dari penerimaan, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab
(Notoatmodjo, 2007).
Pengetahuan juga dipengaruhi oleh lingkungan dan sosial budaya.
Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana
seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk
50
tergantung pada sifat kelompoknya. Cara berpikir seseorang akan dipengaruhi
oleh lingkungannya dalam memperoleh suatu pengalaman. Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena
hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian dalam kategori pengetahuan ibu tentang
penatalaksanaan BBLR terdapat beberapa pernyataan dengan nilai rendah,
yang pertama pernyataan no 13 dengan pernyataan “bayi harus dibiarkan
terbuka diatas handuk yang kering”. Berdasarkan penelitian Magdalena
(2012), pengetahuan perawatan BBLR pada aspek mempertahankan suhu
yang mencakup tiga hal, salah satunya yaitu dalam memandikan bayi.
Penelitian Magdalena, pengetahuan dalam memandikan bayi pada kategori
baik (37,78%), memandikan merupakan rutinitas yang sering ibu lakukan.
Rutinitas yang sering dilakukan sebelumnya akan membentuk dan
menimbulkan kesadaran pada ibu sehingga pada akhirnya akan mudah
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya. Menurut penelitian Girsang
(2009), dalam memandikan BBLR harus dilakukan dengan cepat, segera
dikeringkan, diberi pakaian dan tutup kepala (topi), untuk mencegah
hipotermia pada BBLR.
Pernyataan dengan nilai terendah yang kedua dengan nilai tiga pada
no 20 dengan pernyataan “bayi dapat didekatkan dari sumber-sumber
infeksi”. Menurut penelitian Magdalena (2012), pengetahuan mengenai
perawatan BBLR pada aspek terjadi infeksi pada BBLR mencakup lima hal,
salah satunya yaitu mengenal tanda infeksi bayi dan mencegah infeksi, dalam
penelitian ini pengetahuan pada kategori kurang.
Demikian juga pernyataan no enam dengan nilai tujuh dengan
pernyataan “bayi dengan berat lahir rendah tidak diberi topi untuk mencegah
panas”. Menurut penelitian Erniati (2015), pada kategori pengetahuan dalam
pemberian topi pada BBLR sebesar (53,1%) responden tidak melakukan,
dalam penelitian termasuk pada aspek praktik mempertahankan suhu dengan
kategori kurang. Kurangnya praktik ibu dalam mempertahankan suhu tubuh
51
BBLR memang membutuhkan penanganan khusus. Menurut Judarwanto
(2009), bayi dengan BBLR sangat rentan terjadinya hipotermia, karena
tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat
pengatur panas di otak.
2. Perilaku Ibu dalam Perawatan BBLR di RSUD Wates
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku ibu dalam perawatan
BBLR dalam kategori cukup dengan jumlah 24 responden atau (72,7%).
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan
yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi, dan tujuan baik
didasari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan beberapa faktor yang
saling berinteraksi. Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku manusia
hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang sangat
luas antara lain berjalan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Secara singkat perilaku dapat didefinisikan ialah
semua kegiatan atau aktivitas, baik yang dapat diamati langsung maupun
tidak dapat diamati oleh pihak luar tidak langsung.
Perilaku dapat dipengarui oleh suatu pekerjaan dari seseorang.
Berdasarkan karakeristik responden yang bekerja berjumlah delapan
responden atau (24,2%), sedangkan responden yang tidak bekerja berjumlah
25 responden atau (75,8%). Menurut penelitian Rahayu (2013) ibu yang
bekerja berjumlah 25% bekerja dan melakukan pekerjaan rumah hal ini
mengacu makin berat aktivitas yang dilakukan maka akan meningkatkan
hormon stres dan menimbulkan kelahiran BBLR. pekerjaan ibu merupakan
suatu aktivitas yang dapat mendorong terhadap perilaku positif dalam
menerima informasi, hal ini ditunjng oleh penghasilan yang ibu dapatkan
maupun dari hasil interaksinya dalam memperoleh sumber-sumber informasi
yang dibutuhkan oleh ibu selama perawatan bayinya. Menurut Notoatmodjo
(2007) bahwa sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
Seseorang mempunyai tingkat sosial ekonomi rendah cenderung tidak
memperhatikan perilakunya. Salah satunya adalah perilaku ibu dalam
perawatan BBLR. Pekerjaan bagi ibu merupakan suatu aktivitas yang dapat
52
mendorong terhadap perilaku positif dalam menerima informasi, hal ini
ditunjang oleh penghasilan yang ibu dapatkan maupun dari hasil interaksinya
dalam memperoleh sumber-sumber informasi yang dibutuhkan oleh ibu
selama perawatan bayinya.
Perilaku juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan ibu, berdasarkan
karakteristik responden lebih dominan pada pendidikan SMA sebesar
(60,6%). Menurut penelitian Rahayu (2013) pendidikan berkaitan dengan
pengetahuan dan akan berpengaruh terhadap perilaku ibu. Didukung juga
teori menurut Nursalam (2007), pendidikan dapat memengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
Perilaku sendiri dapat dipengaruhi oleh pendidikan sebagaimana diungkapkan
oleh Notoatmodjo (2012), bahwa pendidikan dapat memengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan.
Hasil penelitian dalam kategori perilaku ibu dalam perawatan BBLR
terdapat beberapa pernyataan dengan nilai rendah , yang pertama pernyataan
no tiga dengan nilai delapan “selama kehamilan ibu tidak perlu mengonsumsi
vitamin untuk memenuhi nutrisi”. Berdasarkan penelitian Rahayu (2013),
perilaku ibu dalam mencegah kelahiran BBLR dengn mngonsumsi vitamin,
dalam penelitian ini mengonsumsi vitamin saat kehamilan salah satunya
dengan konsumsi vitamin tablet Fe. Dampak jika tidak mengonsumsi vitamin
tablet Fe dapat menyebabkan anemia, dan dapat terjadi gangguan pada saat
kehamilan (abortus, dismaturitas mikrosomi, BBLR, kematian perinatal).
Pernyataan dengan nilai rendah yang ke dua yaitu no 10 dengan nilai
sembilan “agar tidak panas biarkan bayi dengan berat lair rendah dalam
keadaan terbuka”. Berdasarkan penelitian Erniati (2015), menunjukkan
bahwa praktik dalam perawatan suhu tubuh BBLR dalam kategori kurang
(75,0%), masih kebanyak ibu masih memperlakukan BBLR seperti bayi
normal lainnya. Hal ini kurang baik bagi ibu untuk mendukung dalam hal
53
perawatan BBLR yang berakibat kurang tepat dalam merawat BBLR
khusunya dalam menjaga subu tubuh BBLR.
3. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan BBLR dengan
Perilaku Ibu dalam Perawatan BBLR
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa responden memiliki
pengetahuan tentang penatalaksanaan BBLR dalam kategori cukup sebesar 21
responden atau (63,6%), sedangkan perilaku ibu dalam perawatan BBLR
dalam kategori cukup sebesar 24 responden atau (72,7%).
Hasil uji Kendall Tau hubungan pengetahuan ibu tentang
penatalaksaan BBLR dengan perilaku ibu dalam perawatan BBLR diperoleh
koefisien Kendall Tau sebesar 0,333 dengan signifikansi 0,025 (α<0,05)
terdapat diantara (0,20-0,399), sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan
yang rendah antara pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR dengan
perilaku ibu dalam perawatan BBLR di RSUD Wates.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Magdalena (2012), tentang
pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan perawatan BBLR di RSKIA Kota
Bandung, menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang merawat bayi
merupakan faktor yang berhubungan dengan perkembangan BBLR. didukung
oleh teori (Easterbrooks, 2008 dalam Saudah 2016) peran ibu yang kurang
dalam merawat BBLR dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang
selama hidupnya.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat kategori pengetahuan ibu cukup
namun perilaku ibu kurang terdapat satu responden atau (3,0%), berdasarkan
karakteristik terdapat responden dengan pendiddikan SD dan tidak bekerja.
Berdasarkan penelitian Magdalena (2012), pengetahuan ibu tentang
penatalaksanaan perawatan BBLR menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan
dalam kategori kurang (45,92%). Menurut Nursalam (2007), menyatakan
bahwa pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang
makan mudah menerima informasi.
54
Berdasarkan hasil penelitian kategori pengetahuan kurang dengan
perilaku cukup terdapat empat atau (12,1%). Hal ini dilihat dari karakteristik
lebih dominan responden tidak bekerja atau hanya sebagai IRT. Menurut teori
Wawan dan Dewi (2010) pengetahuan dapat dipengaruhi dalam beberapa hal
yaitu: pendidikan, pekerjaan, usia, sumber informasi, dan pengalaman.
Menurut Notoatmodjo (2007), dengan bekerja seseorang dapat berbuat
sesuatu yang bernilai, bermanfaat, dan memperoleh berbagai pengalaman.
Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007), pada waktu pengindraan sampai
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian persepsi terhadap objek, sebagian besar pengetahuan manusia mata
dana telinga. Hasil penelitian terdapat pengetahuan kurang namun dengan
perilaku cukup terdapat empat responden atau (12,1%). Selain dari
pengetahuan yang dapat memengaruhi pengetahuan ibu tentang
pentalaksanaan BBLR dengan perilaku ibu dalam perawatan BBLR, dari
petugas kesehatan dapat memengaruhi pengetahun ibu dengan perilaku ibu.
Menurut penelitian Rahmayanti (2011), menyatakan bahwa dukungan
petugas kesehatan terhadap perawatan dalam kestabilan suhu tubuh
perawatan metode kangguru (PMK) masih dalam bentuk penyuluhan yang
dilakukan pada awal proses PMK. Penyuluhan yang diberikan oleh petugas
kesehatan baru dalam bentuk pemberian informasi aja, sehingga ini dapat
menambah pengetahuan ibu dan dapat dilakukan langsung terhadap bayi yang
BBLR.
C. Keterbatasan Penelitian
Kelemahan Penelitian
1. Pelaksanaan penelitian, penulis tidak mencantumkan berapa lama rawat
BBLR, sehingga peneliti kesulitan saat menemui ibu bayi untuk
menjadikan responden penelitian.
2. Peneliti tidak menetapkan umur responden pada umur lebih dari 25 tahun,
untuk meminimalisir adanya bias dalam penelitian.
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan
pada bab IV, dapat diambul simpulan bahwa:
1. Pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR di RSUD Wates Ruang
NICU, terbanyak adalah termasuk dalam kategori cukup dengan jumlah 21
responden (63,5%).
2. Perilaku ibu dalam perawatan BBLR di RSUD Wates di Ruang NICU,
terbanyak adalah termasuk dalam kategori cukup dengan jumlah 24
responden (72,7%).
3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan BBLR dengan
perilaku ibu dalam perawatan BBLR di RSUD Wates, dengan nilai
significancy p-value (0,025)<(0,05).
4. Keeratan hubungan adalah dalam kategori rendah dengan nilai 0,333 dalam
rentang (0,20-0,399).
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan di RSUD Wates Kulon Progo
Hendaknya bagi tenaga kesehatan dapat terus mempertahankan
kesehatan tentang bagaimana penatalaksanaan dan perawatan untuk BBLR
dalam aspek penatalaksanaan dalam mempertahankan suhu, mencegah infeksi
pada BBLR. Memberikan penyuluhan tentang BBLR dan bagaimana cara
merawat BBLR selanjutnya perawatan di rumah.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti lain dapat meninjdaklanjuti penelitian ini agar
lebih bermanfaat. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian
dengan variabel-variabel lain seperti umur ibu dengan perilaku dalam
perawatan BBLR. Hendaknya peneliti selanjutnya dalam penilaian prilaku
ibu menggunakan cara observasi agar lebih akurat dalam mengamati perilaku
ibu.
56
3. Bagi ibu bayi
Perilaku ibu dalam perawatan BBLR sebagian besar dalam kategori
cukup, hal ini perlu ditingkatkan. Hendaknya ibu dapat lebih akftif dalam
mencari informasi tentang bagaimana cara merawat BBLR, sehingga perilaku
ibu dalam merawat BBLR lebih baik dan dapat meningkat. Diharapkan ibu
dapat menjaga suhu BBLR dengan tepat, agar terhindari dari hipotermia dan
ibu dapat lebih aktif mencari informasi tentang cara mengenal tanda-tanda
infeksi pada BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Chomitz, Richard. A, Behrman. (2007). The Role of Lifestyle in Preventing Low
Birth Weight, The Future of Children. Vol. 5. No.1. 1995. 121-138: eds. Preterm Birth: Causes, Consequences and Prevention. Institute of Medicine, Comite on Understanding Premature Birth and Assuring Healthy Outcomes. Washington DC: National Academies Press.
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Republik Indonesia
Dinas Kesehatan Yogyakarta. (2016). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Erniati. (2015). ‘Hubungan Pengetahuan tentang Perawatan Bayi BBLR dan
Praktik Perawatan Menjaga Suhu Tubuh pada Ibu yang Memiliki Bayi BBLR Pasca Perawatan di RSUD Ambarawa’. KTI.
Girsang, M. (2009). Pola Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit
dan di Rumah dan hal-hal yang Memengaruhinya. FIK UI. Tesis. Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, D. R. (2009). Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Trans Info Medika. Hidatat, A. A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. Kementrian Kesehatan RI. (2010a). Profil Data Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes RI. . (2011b). Profil Data Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011.
Jakarta: Kemenkes RI.
Kemendikbud. (2015). Rencana Strategis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019. Kemendikbud: Jakarta.
Levene, ML., Tuhedo, D.I., Thearle, M.J. (2000). Essential of Neonatal Medicine
Third Edition. United Kingdom: Blacwell Science.
Magdalena, R. (2012). Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan Perawatan Bayi BBLR di Rumah di RS KIA Kota Bandung. Student e-journal 1.1 (2012). Journal.unpad.ac.id.
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan, Edisi 2. Jakarta: EGC. Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Mubarok, A. 2009. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: EGC. Ningsih, A. S. (2016). ‘Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan Kenaikan Berat Badan Bayi’. Tesis. Magister S2. Stikes Aisyiyah. Yogyakarta.
Notoatmodjo. (2007). Ilmu Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta.
. (2010a). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
. (2010b). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.
. (2013). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursanti, I. (2011). Perawatan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Stikes Jenderal Achmad Yani.
Nursalam. (2008a). Konsep dan Penerapan Metodologi Peneltian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
. (2011b). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. Proverawati, A and Ismawati, C. (2010). BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rahayu, A. O. S. (2011). Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu terhadap Perawatan Lanjutan Bayi Premature di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Medan USU. Jurnal Medicine SP. Bidan Pendidik.
Rahayu, M. D. D. (2013). Pengaruh Karakteristik, Perilaku, dan Sosial Ekonomi Ibu terhadap Kelahiran Bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Di Kabupaten Sidoarjo. Swara Bhumi, 2(1).
Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan. Jakarta:
Kemenkes RI. Saudah, N. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Ibu dan Bayi. Yogyakarta:
Indomedia Pustaka. Setyowati, R. (2014). Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan dengan Pengetahuan
Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan AKPER YPIB Majalengka 2015. Vol. 1 (3): 8.
Sugiyono. (2010). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
. (2010). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmawati, I. Rahayu, Y. Mardiana, I. (2017). Pengetahuan Ibu pada Penatalaksanaan BBLR di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. GASTER. Vol. XV (1).
Surasmi. (2010). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). (2012). Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Wawan A, Dewi M. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. World Health Organization (WHO). (2013). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
World Health Organization. Diakses pada tanggal 25 September 2016. Wong, D. Eaton, M. H. Wilson, D. Winkelstein, M. Schwartz. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik ed. 6. Vol 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Yulifah, R. and Yuswanto. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
LAMPIRAN
A. Pengetahuan dalam Memertahankan Suhu
No Pernyataan Benar Salah
1. Suhu tubuh bayi harus dalam batas normal 36,5-37,5 celcius
2. Mencegah kehilangan panas dengan mengganti popok menunggu beberapa saat setelah bayi buang air kecil
3. Bayi dengan berat lahir rendah dapat dihangatkan dengan kontak kulit dengan kulit
4. Menghangatkan bayi dapat dilakukan dengan cara perawatan bayi lekat/metode kangguru
5. Manfaat dari metode kangguru dapat mempertahankan suhu tubuh bayi berat lahir rendah
6. Bayi dengan berat lahir rendah tidak diberi topi untuk mencegah panas
7. Bayi dengan berat lahir rendah dapat dibiarkan terbuka agar tidak panas
8. Pada bayi dengan berat lahir rendah dapat dimandikan dengan air hangat
9. Pada saat memandikan bayi dibutuhkan suhu ruangan menyesuaikan dengan musim yang terjadi
10. Memandikan bayi dengan cara cepat dan lembut
11. Memandikan bayi dengan berat lahir rendah dapat dilakukan dengan direndam pada air hangat
12. Setelah selesai mandi, bayi dapat menunggu untuk keringkan
13. Bayi harus dibiarkan terbuka diatas handuk yang kering
14. Bayi yang selesai mandi segera diberi pakaian bayi dan bungkus supaya hangat
B. Pengetahuan ibu tentang pengetahuan tentang pencegahan infeksi No Pernyataan Benar Salah
15. Pola kebersihan ibu sanat berpengaruh terhadap kejadian infeksi bayi
16. Ibu haru memperhatikan kebersihan diri termasuk kebersihan cuci tanga sebelum dan sesudah interaksi dengan bayi
17. Cuci tangan sebelum dan sesudah interaksi dengan bayi
18. Cuci tangan sebelum dan sesudah interaksi dengan bayi hanya dilakukan pada ibu bayi menyusui
19. Kebersihan lingkungan ditempat bayi berada, harus selalu dijaga
20. Bayi dapat didekatkan dari sumber-sumber infeksi
21. Perawatan tali pusat bayi harus dibersihkan setiap dua hari sekali
22. Setelah bayi buang air kecil sebaiknya diberi bedak pada kemaluannya
23. Bayi mendadak tidak mau minum merupakan tanda-tanda infeksi
24. Jika terjadi naiknya suhu tubuh bayi merupakan hal yang biasa terjadi
25. Menghindari bayi kontak dengan orang yang sakit
26. Jika tali pusat kotor sebaiknya dibersihkan dengan air matang kemudian dikeringkan dengan kain yang yang bersih dan kering
27. Ibu menyusui sebaiknya memberikan kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh
C. Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI No Pernyataan Benar Salah
28. ASI merupakan nutrisi terbaik untuk BBLR
29. ASI dapat diberikan menyesuaikan dengan pola tidur bayi
30. Bila bayi tidak menghisap ASI dengan baik dapat diberikan susu formula
31. Posisi menyusui yang benar sebaiknya lengan ibu menopang kepala, dan tubuh bayi pada satu garis lurus
32. Pada saat menyusui sebaiknya perut bayi tidak menempel dengan perut ibu
33. Pada saat menyusu sebaiknya bibir bayi mecucu
34. Pemberian ASI hanya dapat disusui langsung
35. ASI yang sudah diperas dapat bertahan pada udara bebas/terbuka 6-8 jam
36. Menyusui sebaiknya dengan payudara kiri atau kanan saja
37. Memberikan ASI dari satu payudara sampai kosong sebelum pindah ke payudara lainnya
38. ASI sebaiknya diberikan pada bayi setiap 1-2 jam sekali
D. Perilaku Ibu dalam Perawatan BBLR
No Pernyataan Ya Tidak
1. BBLR merupakan bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.
2. Hendaknya ibu harus menjaga lingkungan bayi agar tetap bersih.
3. Selama kehamilan ibu tidak perlu mengonsumsi vitamin untuk memenuhi nutrisi.
4. Sebelum dan sesudah memegang BBLR, hendaknya mencuci tangan terlebih dahulu.
5. Kalau ada anggota keluarga yang sakit sebaiknya jauh-jauh dari si kecil.
6. Untuk mencegah terjadinya kelahiran BBLR sebaiknya ibu memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan.
7. Jika bayi tidak dapat menghisap puting susu ibu dengan baik, hendaknya ibu dapat memberikan ASI yang di peras menggunakan cangkir dan sendok.
8. Agar alat-alat yang digunakan dalam pemberian makan pada bayi itu bersih, hendaknya mencuci atau merebus alat-alat tersebut sebelum digunakan.
9. Dalam pemberian ASI setiap 1-2 jam sekali.
10. Agar tidak panas biarkan bayi dengan berat lahir rendah dalam keadaan terbuka
Top Related