KONTRIBUSI PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
Ada banyak bukti yang telah ditemukan untuk menunjukkan bahwa investasi dalam
bentuk pendidikan, tidak hanya memberikan keuntungan bagi pribadi orang yang memiliki
pendidikan tersebut, namun juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dimana orang
tersebut menetap. Jadi karena pendidikan juga bisa dibilang sebagai salah satu bentuk
investasi, maka ada anggapan pendidikan pun juga berkontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah (1) Apakah pendidikan memberikan
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi (2) Seberapa besar pengaruh investasi dalam
bentuk pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dan yang paling banyak
dibahas (terutam di Amerika Serikat) adalah pertanyaan nomor (2)
DIMENSI PERTUMBUHAN EKONOMI
Sebelum membahas seberapa besar konstribusi pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi, kita perlu menjelaskan terlebih dahulu apa yang disebut dengan pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah bertambahnya produksi suatu negara diukur dari nilai
uangnya. Jadi bila kita ingin mengukur pertumbuhan ekonomi dari tahun 1975 – 1976, kita
harus pertama kali mencari jumlah produksi nasional selama dua tahun tersebut, dan
perbedaan nilai uang juga dinilai. Di Amerika hal seperti ini cukup gampang di negara-negara
maju, seperti Amerika dimana jumlah produksi nasional yang diukur dalam bentuk uang,
dapat dilihat di media massa, seperti Laporan Keuangan Presiden, Organisasi Perkembangan
dan Kerjasama Ekonomi, dan lain-lain.
Misalnya pendapatan nasional AS tahun 1972 ada pertambahan pendapatan dari 956,9
miliar dollar pada tahun 1975 menjadi 1,018 miliar dolar, dimana ada pertambahan sebesar
62 miliar dollar, atau sekitar 6,5% pertambahan. Pertumbuhan ekonomi di tahun lain juga
dapat dikalkulasi dengan cara yang sama.
Pertumbuhan ekonomi juga dapat didefinisikan sebagai kecepatan naiknya
pendapatan perkapita suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Karena untuk angka
produksi nasional suatu negara dilihat dari pendapatan seluruh penduduk negara tersebut
selama satu tahun, maka untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi, kita harus melihat
1
jumlah penduduk juga. Misalnya jumlah penduduk AS adalah 213.559.000 pada tahun 1975,
dan jumlah penduduk 215.142.000 pada tahun 1976, sehingga kita bisa menghitung
pendapatan perkapita pada tahun 1975, menjadi 4,481 dolar pertahun pada tahun 1975, dan
naik menjadi 4,736 per tahun pada tahun 1976. Disini terlihat ada pertambahan per kapita
sebesar 255 dollar, atau sekitar 5,6 persen. Jadi bila ada jumlah penduduk bertambah, maka
pertumbuhan ekonomi berdasarkan pendapatan besar persennya harus lebih besar dari besar
pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari pendapatan per kapita per tahun.
Definisi pertumbuhan ekonomi seperti di atas tentu saja ada kelemahannya.
Contohnya saja, pendapatan nasional biasanya hanya dihitung pada pendapatan yang terjadi
di pasar. Sedangkan jual beli yang terjadi di perumahan (bukan di pasar) tidak masuk dalam
hitungan Apalagi alat hitung, metode perhitungan pendapatan nasional akan semakin baik
dari tahun ke tahun, jadi bisa saja perhitungan pertumbuhan ekonomi sebelumnya tidak
akurat. Karena itu pertumbuhan pendapatan nasional seharusnya bisa saja lebih besar
daripada yang terhitung dalam pertumbuhan ekonomi.
Lalu, bisa saja ada banyak faktor yang mempengaruhi pengukuran pendapatan
nasional yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara. Misalnya,
terkadang adanya inflasi dan deflasi, apalagi mungkin saja ada penurunan kualitas produk
dan jasa yang menjadi sumber pendapatan nasional. Misalnya saja harga rata-rata mobill naik
dari 4,500 dolar menjadi 4,680 pada tahun berikutnya, yang berarti ada kenaikan harga mobil
sebesar 4 persen. Kita tidak tahu penyebab naiknya harga, bisa saja karena inflasi bisa saja
karena meningkatnya kualits proses pembuatan mobil atau karena sebab lain. Belum lagi bila
ternyata tidak ada pertambahan harga mobil, padahal kualitas mobil semakin bagus, yang
berarti bisa dibilang ada penurunan harga mobil. Jadi kita tidak bisa mendapatkan harga suatu
barang sebenarnya, apakah pada saat perhitungan pendapatan nasional harga-harga barang
sedang turun atau naik, sehingga perhitungan pendapatan nasional pun bisa dinilai lebih
rendah dari nilai sebenarnya.
Apalagi ada pendapat bahwa bila pendapatan nasional bertambah, semua orang lalu
berasumsi bahwa kualitas hidup masyarakat pun semakin bagus, padahal belum tentu hal itu
yang terjadi sebenarnya, bisa saja ada peningkatan pendapatan nasional, tapi sebenarnya
kualitas atau gaya hidup masyarakat malah lebih buruk daripada tahun sebelumnya. Ada
beberapa hal mengapa hal yang terbalik seperti ini terjadi, karena misalnya saja, perhitungan
pendapatan nasional dihitung dari jumlah pendapatan dari penjualan barang atau jasa, namun
2
ternyata pendapatan dan jasa tersebut bukan pendapatan dan jasa yang biasa dipakai oleh
orang biasa, jadi perhitungan pendapatan nasional dari hasil penjualan barang dan jasa seperti
ini menjadi tidak akurat. Misalnya saja bila untuk menghemat maka dibuatlah produk yang
lebih efisien dan lebih murah biaya produksinya, sehingga harga barang menjadi lebih murah,
bukan berarti bahwa pendapatan pun menjadi lebih rendah, namun hal ini membuat
pendapatan nasional menjadi lebih rendah, karena biaya produksi suatu benda lebih rendah,
padahal belum tentu pendapatan menjadi lebih rendah, hanya saja lebih murah, namun
terukur di perhitungan pendapatan nasional, adanya penurunan pendapatan karena rendahnya
biaya produksi, yang lalu menyebabkan lebih murah harga barang tersebut
Apalagi ada pendapat dalam dunia ekonomi, bahwa, harga suatu harga barang yang
tinggi, bukan berarti barang tersebut lebih baik di mata pembeli atau konsumen, hal ini
disebut faktor eksternal, yang harus dipertimbangkan juga saat menghitung pendapatan
nasional dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga, terkadang pengukuran rasa puas
pelanggan yang membeli suatu barang, terkadang tidak tergantung pada barang itu sendiri,
terkadang laporan rasa puas pelanggan terhadap suatu barang yang sedang lebih dijual lebih
sering dipengaruhi oleh pemasaran atau gaya marketing penjual atau kompetisi satu
perusahaan dengan perusahaan lain yang menjual barang yang sama. Menurut hukum
ekonomi, semakin ketat kompetisi pemasaran, maka semakin tidak valid harga barang
tersebut. Belum lagi, pertumbuhan ekonomi tidak bisa mengukur hal yang tidak tampak,
seperti peningkatan kualitas hidup orang-orang yang bekerja menghasilkan barang yang
dijual yang akhirnya akan menyumbang pada besar nilai pendapatan nasional.
Walau banyak lemahnya, pendapatan nasional tetap menjadi tolak ukur yang dipakai
untuk melihat perkembangan ekonomi suatu negara. Selain pengukuran pendapatan nasional,
perkembangan ekonomi suatu negara juga bisa diukur dari sisi lain, seperti pertumbuhan
produksi sumber penghasil listrik.
SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi tidak tumbuh sendiri tanpa dipengaruhi oleh beberapa aspek.
Ada banyak hal yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Karena itulah maka
penting sekali melihat pertumbuhan ekonomi pada tahun-tahun sebelumnya. Yang paling
mudah dilakukan dan yang paling sering dilakukan adalah mengukur nilai pertumbuhan
3
ekonomi tahun-tahun lalu dinilai dari nilai uang yang berlaku sekarang, padahal ada faktor x
yang merupakan perbedaan nilai uang sekarang dengan tahun-tahun sebelumnya, hal seperti
ini harus menjadi pertimbangan. Untuk melihat seberapa besar faktor x ini maka kita dapat
melihat hubungan teori-teori ekonomi dan praktek-praktek ekonomi yang sebenarnya terjadi
(empiris) yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Fungsi Produksi Agregat
Salah satu cara untuk menghitung faktor x (perbedaan nilai uang dari tahun ke tahun),
adalah dengan menggunakan Fungsi Produksi agregat. Caranya, pertama kita membagi faktor
yang mempengaruhi besar produksi menjadi tiga kategori masukan (input): Labour (Pekerja):
L, Capital (Modal): C, dan Faktor lahan (Land): A. Bila kita menggambarkan produksi
nasional agregat X, maka fungsi produksi dapat digambarkan dengan:
X = f(L,K,A) (rumus 7.1)
Rumus 7.1 tidak dinamis alias statis dan tidak akan berubah-ubah. Faktor teknologi tidak
dimasukkan dalam fungsi produksi di atas. Persamaan di atas menunjukkan kuantitas atau
jumlah L (pekerja,) , K (Modal) dan A (lahan) sangat mempengaruhi output.
Agar lebih realistis (karena persamaan di atas statis dan tidak memperhitungkan
faktor-faktor lain), maka persamaan di atas menjadi Xt, dimana X menjadi dipengaruhi waktu
t, sehingga persamaan di atas menjadi:
Xt=f(Lt,Kt,At, t) (rumus 7.2)
Persamaan di atas kemudian berubah menjadi persamaan 7.4, yang memperlihatkan bahwa X
adalah hasil dari penambahan perubahan ketiga faktor berdasarkan waktu ke waktu.
4
Dari persamaan diatas, akan menjadi persamaan yang lebih rumit lagi, yang nantinya akan
memasukkan juga faktor teknologi dalam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar
perhitungan produksi nasional (X). Dari sana terlihat, kita bisa menambah kecepatan
pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan kecepatan akumulasi modal dan peningkatan
jumlah tenaga kerja atau meningkatkan kemampuan teknik produksi. Dan menurut analisis,
salah satu senjata ampuh yang dapat mendorong kecepatan pertumbuhan ekonomi adalah
dengan mempercepat perkembangan teknologi, karena perkembangan teknologi ternyata
adalah satu faktor paling penting dalam usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita
suatu negara. Walaupun seperti itu, kita juga harus memperhatikan beberapa faktor, misalnya
banyaknya fungsi dan persamaan atau rumus yang digunakan untuk menghitung produksi
nasional, maka ada rumus yang lebih akurat ada pula rumus yang tidak akurat dalam
mengukur X (produksi nasional), selain itu kita juga harus mempertimbangkan keakuratan
data statistik yang digunakan untuk menghitung X. Ada pula yang berpendapat, pertumbuhan
ekonomi tidak bisa hanya dilihat dari faktor yang terlihat dari beberapa rumus di atas, masih
ada faktor-faktor lain juga mempengaruhi.
Pertumbuhan Modal, Tenaga Kerja dan Lahan
Walaupun relevansi fungsi produksi agregat yang dipakai diatas masih diragukan, kita
masih dapat melihat pentingnya pertumbuhan ketiga faktor mempengaruhi produksi nasional
(Modal, tenaga kerja, dan Lahan). Tabel 7.3 menunjukkan gambaran Modal, tenaga kerja dan
lahan dari tahun ke tahun
Tabel 7.3
Tahun Lahan (Juta Hektar) Tenaga Kerja Tetap Modal (dalam Miliar
Dollar)
1 2 3
1929 987 47.630 623,8
1940 1.061 50.350 567,5
1950 1.202 58.920 693,5
1960 1.179 65.778 963,9
1970 1.102 78.627 1.421,6
1976 1.078 87.485 1743,4
5
Kolom 1 menunjukkan indikasi penggunaan lahan untuk pertanian di Amerika
Serikat. Penggunaan pupuk, teknik pertanian yang lebih canggih, metode irigasi yang lebih
baik menambah kualitas lahan-lahan yang digunakan untuk pertanian. Jadi, karena adanya
perbedaan metode pertanian, perbaikan irigasi, berarti kondisi lahan pada tahun 1976 jelas
berbeda dengan kondisi lahan pada tahun 1929, walaupun lahan pada tahun 1976 adalah
lahan yang sama digunakan untuk pertanian pada tahun 1929. Hal yang sama juga terjadi
pada kolom ke-2, yaitu tenaga kerja, data yang ada di kolom ke-2 tersebut juga tidak
memperhatikan peningkatan kemampuan atau pendidikan tenaga kerja tahun ke tahun yang
mempengaruhi kemampuan kerja tenaga kerja tersebut. Sama seperti pada kolom 3, juga
banyak kekurangan pada data tersebut, karena data tersebut tidak mempertimbangkan faktor
lain atau kesalahan (error) yang terjadi selama perhitungan.
KONTRIBUSI PENDIDIKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
Bagaimana sebenarnya sehingga tingkat pendidikan masyarakat warga negara suatu
negara dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Seperti yang pernah ditulis W.L. Miller
(1967), bahwa untuk mencari seberapa besar angka pengaruh pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, maka kita harus tahu sebab-sebab dan aspek-aspek mengapa
pendidikan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jadi untuk mengetahui
besar pengaruh kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi, kita harus melihat
analysis yang dibuat oleh Miller tentang bagaimana sebenarnya sehingga pendidikan dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Kita harus tahu, bahwa tidak semua pendidikan memberikan kontribusi pada
pertumbuhan ekonomi suatu negara, tapi pendidikan yang dapat berkontribusi besar pada
pertumbuhan ekonomi adalah pendidikan yang berlawanan dengan pendidikan gaya lama
(tradisional), dan juga pendidikan yang membebaskan dan menstimulasi (merangsang) agar
seorang individu bisa mendorong dirinya untuk lebih berusaha. Jadi pendidikan yang kira-
kira mendorong pertumbuhan ekonomi punya empat karakteristik utama, yang tujuan
utamanya mendorong orang untuk semakin produktif. Pertama, adalah pendidikan yang
mengembangkan kemampuan yang mengarah pada perkembangan ekonomi. Contohnya
6
adalah pendidikan yang mendorong mobilitas sosial, pertumbuhan literasi agar tercipta
komunikasi yang terlancar, dan perbankan.
Kapasitas kedua adalah menekankan kemampuan untuk mengatasi masalah sumber
yang langka dengan sumber yang ada. Contohnya bagaimana dengan pendidikan, orang akan
lebih efisien memakan sumber daya alam, tanpa membuang-buangnya. Pendidikan juga dapat
memungkinkan suatu negara untuk menciptakan teknologi yang dapat mengatasi kurangnya
sumber daya alam yang mereka miliki. Tanpa pendidikan, orang tidak akan punya
kemampuan adaptif yang baik dengan lingkungannya yang tidak mendukung.
Kapasitas ketiga, adalah durabilitas investasi pendidikan. Miller mengatakan bahwa
pendidikan adalah investasi yang aman bahkan lebih aman dari pada investasi atau modal
lain, apalagi pendidikan punya ketahanan yang lebih lama dibandingkan dengan investasi
lain. Miller juga menambahkan modal dalam bentuk sumber daya manusia, habisnya lebih
lama dibanding dengan cepat habisnya modal dalam bentuk lain. Jadi Miller berpendapat,
bahwa investasi dalam pendidikan lebih produktif, dibandingkan dengan investasi dalam
bentuk lain.
Keempat atau yang terakhir, pendidikan adalah alternatif dari investasi modal biasa.
Dan karena paling tidak, pendidikan yang ada sekarang, hanya memiliki satu atau lebih
kapasitas pendorong pertumbuhan ekonomi, maka pertanyaan tentang seberapa besar
pengaruh pendidikan (dihitung dalam bentuk angka) untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, maka kita bisa melihat beberapa strategi untuk menjawab pertanyaan di atas.
Studi yang dilakukan Schultz
Usaha pertama untuk menghitung besar pengaruh atau kontribusi pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dilakukan oleh Schultz pada tahun 1961. Berikut ini adalah garis besar
strategi atau langkah yang dilakukan Schultz untuk menghitung seberapa besar kontribusi
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertama kita harus mencari data jumlah tenaga
kerja dengan jenjang pendidikan berdasar per tahun, dengan melihat durasi lama belajar.
Tenaga kerja ini hanya difokuskan pada tenaga kerja yang terlatih secara formal atau
mendapat pendidikan formal, walaupun ada juga pendidikan non formal, misalnya
pendidikan yang didapat seseoarang dari orang tuanya di rumah. Jadi dilihat dari tabel
sebelumnya, misalnya ada tahun 1957, pendapatan mencapai 226,5 miliar dolar, atau lebih
7
besar 71 miliar dibanding dengan bila tenaga kerja tidak bertambah atau masih sama seperti
pada tahun 1929. Kemudian Schultz juga menunjukkan selain bertambahnya pendapatan
dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja, Schultz menyimpulkan bahwa investasi
pendidikan, dilihat dari akumulasi pendidikan pada jumlah tenaga kerja, juga meningkat. Bila
dihitung dari persentase pertambahan pendapatan nasional per pertambahan jumlah tenaga
kerja, maka bisa diperhitungkan nilai tenaga kerja bila dihitung akan bernilai 286 miliar pada
tahun 1959.
Pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab adalah seberapa besar 286 miliar ini
memberikan kontribusi terhadap bertambahnya pendapatan nasional sebesar 71 miliat dolar
dari tahun 1929 ke tahun 1959. Schultz lalu menerangkan ada tiga cara agar investasi
pendidikan berhasil menutupi biaya yang telah dikeluarkan untuk pendidikan tersebut.
Dengan mengalikan kecepatan balik modal investasi pendidikan dengan 286 miliar di atas
(286 miliar dolar ini adalah nilai nominal tenaga kerja tahun 1959 bila dilihat dari nilai uang
tahun 1929), maka Schultz mendapatkan estimasi besar kontribusi pendidikan terhadap
pendapatan. Dengan membagi beberapa estimasi yang didapat Schultz tersebut dengan 71
miliar (besar peningkatan pendapatan nasional dari tahun 1929 ke 1959) lalu membaginya
dengan 100, maka Schultz mendapatkan bahwa kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi sebesar 30% – 70 %.
Lalu bagaimana caranya sampai Schultz mendapatkan angkat diatas? Schultz
menggunakan analisis kuantitatif, dengan pertama kali Schultz mengukur besar biaya yang
harus dikeluarkan untuk bersekolah baik secara langsung maupun tidak langsung (misalnya
mulai dari biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan sekolah SD, SMP, SMA
sampai ke Universitas, dan berapa pendapatan yang tidak bisa didapat seseorang karena
sedang sekolah dan bukannya bekerja selama mereka kuliah atau SMA), yang dapat dilihat
pada tabel 7.6, yang merupakan tabel yang menggambarkan secara detail nilai rata-rata
sekolah dinilai darii nilai uang pada tahun 1956. Tabel 7.5 dan 7.6 dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
8
Tabel 7.5
Tahun Tenaga Kerja
(Juta)
Jumlah
Durasi
Sekolah
Orang per
Orang
Jumlah
Durasi
Sekolah (Juta
Tahun)
Rata-rata
Durasi
Sekolah
orang per
orang (dilihat
dari nilai
tahun 1949)
Jumlah
Durasi
Sekolah
(dilihat dari
nilai Tahun
1949)
1 2 3 4 5
1900 28.1 7.70 216 4.14 116
1910 35.8 7.91 23 4.65 167
1920 41.4 8.12 336 5.26 217
1930 48.7 8.41 410 6.01 293
1940 52.8 9.02 476 7.24 32
1950 60.1 10.10 607 8.65 520
1957 70.8 10.96 776 10.45 740
Tabel 7.6 Ekuivalen Nilai Pendidikan
Tahun Ekuivalen
Nilai Sekolah
(dalam harga
di tahun
1956)
Ekuivalen
Durasi
Sekolah
(dalam Juta
tahun)
Jumlah
Penduduk
berumur 14
atau lebih
Nilai Total
tenaga kerja
Nilai Total
Orang
berumur 14
tahun atau
lebih
1 2 3 4 5
1900 540 116 212 63 114
1910 563 167 299 94 168
1920 586 217 388 127 277
1930 614 293 535 180 328
1940 650 382 714 248 465
1950 690 520 951 359 656
1957 723 740 1.173 535 848
9
Untuk melihat nilai total pendidikan bila diukur dengan nominal, maka kita harus
mengalikan jumlah total durasi sekolah yang dienyam seluruh tenaga kerja per tahun.
Hasilnya bisa dilihat pada komom 4 tabel 7.6. dari sini kita lalu bisa melihat pertumbuhan
nilai pendidikan yang dapat dijadikan modal untuk menyokong pertumbuhan ekonomi dari
tahun 1929 sampai dengan tahun 1957, yang setelah diukur Schultz mencapai 355 miliar
dollar (lihat kolom 4).
Di tabel di atas kita juga melihat nilai pendidikan pada tahun 1929 bila dilihat dari
harga uang pada tahun 1956, yaitu mencapai 180 miliar dolar. Dari sini terlihat, “nilai tenaga
kerja meningkat sebesar lebih dari 38 persen dari tahun 1929 ke tahun 1957”.
Dilihat dari tabel, nilai investasi pendidikan menjadi total sebanyak 286 miliar dolar
bila dihitung dari nilai pendidikan tenaga kerja dari tahun 1929 sampai ke tahun 1957,
dimana nilai pendidikan tenaga kerja hanya sebesar 112.5 miliar dollar pada tahun 1929 dan
menjadi bernilai 226.5 pada tahun 1957. Karena jumlah tenaga kerja mencapai 49.3 juta
orang pada tahun 1929, pendapatan per orang adalah 2.287 dollar. Dan bila pendapatan per
orang dianggap tetap dari tahun 1929 ke tahun 1957, maka 68 juta tenaga kerja akan
mendapat pendapatan sebesar 226.8 miliar dolar pada tahun 1957, yang menyebabkan
kenaikan pendapatan total seluruh tenaga kerja sebesar 71 miliar dolar.
Studi yang dilakukan Denison
Analisis kuantitatif kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi dilakukan
oleh Denison pada tahun 1962, 1964, 1967 dan 1974). Langkah-langkah yang diambil
Denison untuk menghitung besar kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi
adalah sebagai berikut:
1. Dengan menggunakan data sensus tahun 1960, Denison menghitung faktor pemberat
(Wg) yang menggambarkan pendapatan seseorang bila dibanding dengan pendapatan
orang lain dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Denison memilih 8 tahun
sebagai faktor pemberat dengan level Wg = 100 pada faktor pemberat 8 tahun.
Denison juga menghitung faktor pemberat tujuh tingkat pendidikan lain, Denison juga
mempertimbangkan faktor-faktor lain. Contoh faktor pemberat misalnya orang yang
tidak bersekolah maka nilai Wg = 75 namun bila seseorang mengenyam pendidikan
10
perguruan tinggi (misalnya 4 – 5 tahun), maka nilai Wg = 219 (ini bisa dilihat pada
tabel 7.8).
Tabel 7.8 Faktor Pemberat
Pendidikan
tertinggi tenaga
kerja
Faktor
pemberat Wg
Persentasi Ketersedian
Lahan Pekerjaan
Indeks
Laki-laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4 5
Tidak punya
pendidikan
75 0,42 0,21 0,315 0,158
Pendidikan
Dasar (1 – 4
tahun)
89 2,46 1,00 2,189 0,890
Pendidikan8,14
Dasar (5 -7
18tahun)
97 7,07 4,19 6,858 4,064
Pendidikan,
Kelas (8 tahun)
100 10,82 8,14 10,820 8,140
SMA (1 – 3
tahun)
111 17,91 18,16 19,880 20,158
SMA (4 tahun) 124 36,77 50,60 45,595 62,744
Kuliah
Diploma (1 – 3
tahun)
147 12,67 12,70 18,625 18,669
Kuliah (4
tahun)
189 7,27 3,49 13,740 6,596
Kuliah (5
tahun atau
lebih
219 4,62 1,52 10,118 3,329
2. Denison lalu menghitung persentase distribusi fulltime equivalent (FTE) atau nilai
ekuivalen pekerja penuh.
11
3. Saat faktor pemberat (tingkat pendidikan) dikalikan dengan distribusi penempatan
pekerjaan.
4. Perhitungan dan indeks yang dipakai juga memperhitungkan faktor lain seperti orang-
orang yang menganggur.
5. Nilai-nilai indeks yang didapat juga diatur berdasarkan nilai kehadiran seseorang
selama sekolah.
Denizon menekankan indeks yang diperlihatkan di atas menunjukkan kuantitas
pendidikan, dengan asumsi kualitas pendidikan tahun ke tahun dan hari ke hari tidak berubah.
Tabel di atas juga menunjukkan indeks kontribusi pendidikan terhadap meningkatnya
kemampuan tenaga kerja (salah satu input produksi nasional) dan tidak mempertimbangkan
efek pendidikan terhadap input lain.
Seperti bisa kita lihat pada tabel 7.9, indeks pendidikan gabungan naik dari 83,71 pada
tahun 1929 menjadi 106,71 pada tahun 1969, dengan peningkatan sebesar 27,5 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa pekerja atau tenaga kerja pada tahun 1969 memberikan kontribusi
lebih besar 27,5 persen lebih besar dari tahun 1929 terhadap hasil produksi nasional. Dan bila
pendapatan dari tenaga kerja diasumsikan menyumbang 75% pendapatan nasional, maka bisa
dibilang ada kenaikan sebesar 0,75 x 0,275 = 20,6 persen kenaikan pendapatan nasional. Jadi
bila kecepatan naik pendapatan perkapita per tahun 1,89 dari tahun 1929 ke tahun 1969, maka
kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,39. Hal seperti ini hampir
sesuai dengan hasil yang didapat oleh Denizon, yang menghitung kontribusi pendidikan
terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 30 – 70%.
Tabel 7.9 Indeks yang didapat Denizon untuk Hasil Perhitungan Kontribusi Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Tahun Laki-laki Perempuan Gabungan
1 2 3
1929 83,18 86,79 83,71
1948 93,40 96,33 93,85
1969 107,08 105,01 106,71
12
Kita juga harus melihat bahwa perhitungan besar peran pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi hanya dilihat dari faktor tenaga kerja saja, tidak termasuk didalamnya kontribusi
pendidikan yang diberikan orang yang lebih senior (yang pendidikannya lebih tinggi) kepada
yunior (bawahannya) yang belum terlatih.
Sedangkan Selowsky, dengan metode yang agak berbeda menghitung kontribusi pendidikan
terhadap pertumbuhan ekonomi dari tahun 1940 ke tahun 1965 hanya sebesar 12,9 persen,
dan sebesar 20,9 persen bila ditambah dengan pertambahan jumlah tenaga kerja. Jadi selain
menghitung kontribusi pendidikan yang lebih tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi, maka
bertambahnya jumlah tenaga kerja juga harus diperhitungkan dalam memperkirakan besar
kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Perbandingan dengan Negara Lain
Ada banyak penelitian yang kemudian dilakukan tentang kontribusi pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, setelah Denison melakukan studinya, penelitian-penelitian ini tidak
hanya dilakukan di Amerika Serikat tetapi juga dilakukan pada negara-negara lain. Beberapa
penelitian yang menghitung kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada
negara-negara lain, salah satunya juga dilakukan oleh Denison sendiri dalam rentang waktu
1950 – 1962, yang dilakukan pada beberapa negara di Eropa. Hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel 7.11 berikut:
13
Tabel 7.11 Kontribusi Pendidikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Amerika Serikat
dan Eropa, tahun 1950 – 1962
Negara Kecepatan Tumbuh Kontribusi
Pendidikan
(persentase
dalam
koma)
Kontribusi pendidikan per
orang terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan
Nasional
Pendapatan
Orang per
Orang
Pendapatan
Nasional
Pendapatan
orang per
orang
AS 3,32 2,15 0,49 15 23
Negara Eropa
Utara dan
Barat
4,78 3,80 0,23 5 6
Belgia 3,20 2,64 0,43 13 16
Denmark 3,51 2,56 0,14 4 5
Prancis 4,92 4,80 0,29 6 6
Jerman 7,26 5,15 0,11 2 2
Belanda 4,73 3,65 0,24 5 7
Norwegia 3,45 3,27 0,24 7 7
Inggris 2,29 1,63 0,29 13 18
Itali 5,96 5,36 0,40 7 7
Peran pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara Eropa tahun-tahun
sebelumnya terlihat jauh lebih kecil dibanding dengan di Amerika Serikat.
14
Referensi
1. Jhon, Elchanan. The Economic of Education. University of California.
15
Top Related