Download - Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

Transcript
Page 1: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

i

HUBUNGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS DAN DISTRES

PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UKSW

TINGKAT AKHIR

OLEH

MARIO VALENTINO TANDJING

802009085

TUGAS AKHIR

Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan
Page 3: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan
Page 4: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan
Page 5: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

ii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesejahteraan psikologis dan

distres psikologis pada mahasiwa fakultas psikologi UKSW tingkat akhir. Populasi pada

penelitian ini adalah mahasiswa fakultas psikologi UKSW tingkat akhir dalam rentang usia

21-26 tahun. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random

sampling dengan partisipan sebanyak 65 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan pada

penelitian ini mengacu pada Scale of Psychological Well-Being (Ryff, 1989) dan Distress

Anxiety Stress Scale (Lovibond & Lovibond, 1995). Untuk menghitung korelasi antara

kesejahteraan psikologis serta tiap dimensi dan distres psikologis digunakan Pearson’s

Product Moment. Hasil dari penelitian ini mendapati bahwa terdapat hubungan yang negatif

dan signifikan antara kesejahteraan psikologis dan distres psikologis dengan koefisien

korelasi sebesar -0,364 dan signifikansi 0,001 (p < 0,01); hubungan yang negatif dan

signifikan antara dimensi hubungan positif dengan orang lain dan distres psikologis dengan

koefisien korelasi sebesar -0,393 dan signifikansi 0,001 (p < 0,01); hubungan yang negatif

dan signifikan antara dimensi otonomi / kemandirian dan distres psikologis dengan koefisien

korelasi sebesar -0,432 dan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,01); hubungan yang negatif dan

signifikan antara dimensi penguasaan lingkungan dan distres psikologis dengan koefisien

korelasi sebesar -0,292 dan signifikansi sebesar 0,009 (p < 0,01); hubungan yang negatif dan

signifikan antara dimensi penerimaan diri dan distres psikologis dengan koefisien korelasi

sebesar -0,401 dan signifikansi 0,000 (p < 0,01); sedangkan untuk dimensi pertumbuhan

pribadi dan dimensi tujuan hidup tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan distres

psikologis.

Kata kunci: Kesejahteraan Psikologis, Distres Psikologis, Mahasiswa

Page 6: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

iii

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between psychological well-being and

psychological distress on final-year students of psychology faculty UKSW. Population in this

study is final-year students of psychology faculty UKSW in the age range between 21 – 26

years old. The sampling technique used in this study is a simple random sampling with 65

participants. Measuring instruments used in this study are reference to the Scale of

Psychological Well-Being (Ryff, 1989) and Distress Anxiety Stress Scale (Lovibond &

Lovibond, 1995). The correlation between psychological well-being and psychological

distress are measured using Pearson’s Product Moment calculations. The result of this study

found that there is a significant negative relationship between psychological well-being and

psychological distress with a correlation coefficient -0,364 and significance 0,001 (p < 0,01);

a significant negative relationship between positive relationship with others and

psychological distress with a correlation coefficient -0,393 and significance 0,001 (p < 0,01);

a significant negative relationship between autonomy and psychological distress with a

correlation coefficient -0,432 and significance 0,000 (p < 0,01); a significant negative

relationship between environmental mastery and psychological distress with a correlation

coefficient -0,292 and significance 0,009 (p < 0,01); a significant negative relationship

between self-acceptance and psychological distress with a correlation coefficient 0,401 and

significance 0,000 (p < 0,01); whereas for personal growth and purposes in life there is no

significance relationship between both of them and psychological distress.

Keyword: Psychological Well-Being, Psychological Distress, College Students

Page 7: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

1

PENDAHULUAN

Utama (2010) mengatakan mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk dapat

bermanfaat bagi masyarakat dengan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan

yang telah dipelajarinya di bangku perkuliahan. Di samping tuntutan-tuntutan yang bersifat

akademis, mahasiswa juga dituntut untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain dari

berbagai status dan latar belakang. Belum lagi ditambah dengan tuntutan-tuntutan dari

lingkungan terdekat seperti keluarga, teman dekat, suami atau istri untuk bisa cepat lulus

dengan nilai akademisi yang memuaskan bahkan tinggi. Ender & Newton (2000)

menyatakan bahwa mahasiswa dituntut untuk belajar bagaimana mengontrol dan

menyesuaikan diri dengan harapan akademis yang dapat memicu terjadinya krisis dalam

diri mereka. Menurut Taylor (2006) hal tersebut dapat menjadi sumber yang berpotensi

menimbulkan munculnya distres psikologis dalam diri mahasiswa.

Distres psikologis oleh Mirowsky & Ross (2003) digambarkan sebagai penderitaan

emosional yang dialami oleh individu yang terdiri dari kecemasan dan depresi. Lovibond &

Lovibond (1995) menggambarkan distres psikologis secara konsep merujuk kepada

kombinasi dari gejala emosional negatif seperti depresi (gelisah, ketidakberdayaan,

penurunan makna hidup, kurangnya ketertarikan, tidak bisa merasakan kesenangan, tidak

ingin melakukan apa-apa), kecemasan (kecemasan situasional pengalaman subjektif akan

efek kecemasan, efek kecemasan pada fisik, gairah otonom), dan stres (sulit bersantai,

gampang kesal / marah, tidak sabar, reaksi berlebihan). Distres psikologis juga bisa

diartikan sebagai penderitaan emosional yang dialami oleh individu. Oleh Chalfant et al.

(dalam Mabitsela, 2003), distres psikologis digambarkan sebagai suatu pengalaman

berkelanjutan yang bersumber dari perasaan tidak bahagia, rasa gugup, rasa kesal, serta

masalah dalam hubungan interpersonal.

Page 8: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

2

Distres psikologis dapat berdampak pada kondisi fisik seperti keadaan tanpa gairah

(kelesuan), serta distraksi pada depresi atau kegelisahan dan penyakit–penyakit ringan

(seperti sakit kepala, sakit perut, dan pusing) pada kecemasan (Mirowsky & Ross, 2003).

Selain itu, mahasiswa dengan tingkat distres psikologis yang lebih tinggi akan memiliki

tingkat kecemasan yang lebih tinggi, self-efficacy akademis yang lebih rendah, dan

memiliki manajemen waktu serta penggunaan sumber belajar yang lebih tidak efektif

(Kitzrow, 2003).

Pada penelitian ini lebih difokuskan kepada mahasiswa yang berada dalam rentang

usia 21-26 tahun. Dalam fase perkembangan yang diungkapkan oleh Levinson (dalam

Dariyo, 2008), individu yang termasuk dalam rentang usia tersebut masuk ke dalam fase

dewasa muda yang telah dianggap memasuki tahap peralihan masa dewasa. Tugas

perkembangan dewasa muda menurut Turner & Helms (dalam Dariyo) yang sesuai dengan

yang dialami oleh mahasiswa adalah mencari dan memilih pasangan hidup, memikul

tanggung jawab, mengembangkan karir atau melanjutkan pendidikan, memenuhi tanggung

jawab sebagai warga negara, dan menemukan kelompok sosial yang sesuai. Menurut Kim-

Cohen et al (dalam Stallman, 2008), 27% individu yang berada dalam fase dewasa muda

mengalami masalah-masalah psikologis seperti kecemasan dan stres yang dapat

menimbulkan distres psikologis, persentase ini adalah yang tertinggi jika dibandingkan

dengan fase perkembangan lainnya. Hal tersebut karena tugas-tugas perkembangan yang

berbeda di tiap fase dan pada fase dewasa muda adalah masa peralihan yang memiliki tugas

perkembangan lebih berat daripada fase perkembangan yang lain. Meskipun stres terkadang

memiliki dampak yang positif atau dikenal dengan istilah eustress (Matthews, 2000),

namun pada kenyataannya respons yang dialami dari stressor lebih sering ditandai dengan

kesulitan menyesuaikan diri terhadap stressor tersebut yang bersifat destruktif serta dapat

juga mengganggu kesehatan (Lazarus, 1999).

Page 9: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

3

Matthews (2000) mengatakan terdapat dua faktor yang dapat memunculkan distres

psikologis, yaitu faktor intrapersonal dan faktor situasional. Faktor intrapersonal lebih

kepada trait kepribadian, khususnya neuroticism dan ekstraversi. Faktor situasional terbagi

menjadi tiga faktor yaitu, faktor fisiologis, faktor kognitif, dan faktor sosial. Kesejahteraan

psikologis dapat dihubungkan dengan faktor intrapersonal dan faktor situasional khususnya

faktor kognitif dan faktor sosial dalam kaitannya dengan distres psikologis. Uher dan

Goodman (2009) mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis dan distres psikologis dapat

diukur dalam satu konstruk yang terdistribusi normal dalam populasi umum. Kesejahteraan

psikologis seringkali dikaitkan dengan distres psikologis dalam beberapa penelitian

sebelumnya dikarenakan kesejahteraan psikologis yang merujuk pada positive well-being

dan distres psikologis pada negative well-being, meskipun begitu hubungan kedua variabel

tersebut lebih kompleks. Moe (2012) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis dan

distres psikologis dapat berhubungan independen satu sama lain, juga dapat menjadi suatu

rangkaian kesatuan. Keyes dan kolega (Keyes 2005; Lamers et al. 2011) menyimpulkan ada

sumbu yang terpisah tetapi berkorelasi antara kesejahteraan psikologis dan distres

psikologis. Ryff (1999) mendefinisikan kesejahteraan psikologis sebagai hasil evaluasi atau

penilaian seseorang terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-

pengalaman hidupnya. Ryff (1999) juga membagi kesejahteraan psikologis menjadi enam

dimensi, yaitu, penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi/kemandirian,

penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Winefield, Gill, Taylor, dan Pilkington (2012)

mendapatkan hasil bahwa hubungan antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis

adalah tidak signifikan atau tidak berhubungan. Hal tersebut karena hanya dua dimensi dari

keenam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff (1999) yang berhubungan dengan

distres psikologis, yakni penguasaan lingkungan dan hubungan positif dengan orang lain.

Page 10: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

4

Moe (2012) mendapati hasil yang berbeda, yakni bahwa kesejahteraan psikologis

memiliki hubungan yang negatif signifikan dengan distres psikologis. Hal tersebut

menandakan bahwa ketika seseorang memiliki tingkat kesejahteraan psikologis yang

rendah maka akan meningkatkan distres psikologis orang tersebut dan begitu juga

sebaliknya. Perbedaan hasil dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya bisa

disebabkan dari cara mendefinisikan distres psikologis dan/atau mengevaluasi

kesejahteraan psikologis. Ryff (dalam Moe) mendefinisikan distres psikologis sebagai

pengaruh negatif, depresi, dan kecemasan. Ruini et al (dalam Moe) mendefinisikan distres

psikologis sebagai kombinasi dari depresi dan kecemasan. Penelitian terkini mendefinisikan

distres psikologis sebagai kombinasi dari depresi, kecemasan, dan juga stres. Ada

kemungkinan variasi definisi menghasilkan variasi dalam nilai korelasi. Sebagai tambahan,

mengevaluasi kesejahteraan psikologis sebagai nilai keseluruhan mungkin juga akan

menghasilkan temuan yang berbeda jika dibandingkan dengan dengan menggunakan nilai

rata-rata.

Distres psikologis lebih menekankan pada aspek-aspek emosional negatif yang

dirasakan pada individu, seperti depresi, kecemasan, dan stres (Lovibond & Lovibond,

1995) . Sebaliknya, pada kesejahteraan psikologis lebih menyangkut tentang kehidupan

yang berjalan baik, dan merupakan kombinasi dari perasaan yang baik serta berfungsi

secara efektif (Huppert, 2009). Maka dapat disimpulkan bahwa seiring meningkatnya

kesejahteraan psikologis pada individu dapat menurunkan tingkat distres psikologis

individu tersebut.

Tujuan dari penelitian adalah untuk melihat sejauh mana hubungan antara

kesejahteraan psikologis dan distres psikologis pada mahasiswa, khususnya pada

mahasiswa fakultas psikologi UKSW yang berada dalam fase dewasa muda. Penelitian ini

Page 11: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

5

juga untuk melihat kaitan antara dimensi-dimensi dalam kesejahteraan psikologis dengan

distres psikologis.

METODE

Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan desain

korelasional. Variabel terikat pada penelitian ini adalah distres psikologis, dan variabel bebas

pada penelitian ini adalah kesejahteraan psikologis.

Populasi dan sampel

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi

UKSW tingkat akhir yang berjumlah 202 orang. Mayoritas mahasiswa Fakultas Psikologi

UKSW tingkat akhir berumur antara 21 - 26 tahun. Partisipan yang akan digunakan sebagai

sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa yang memenuhi kriteria penelitian dan masih

aktif berkuliah maupun menyusun tugas akhir atau skripsi. Etnis, jenis kelamin, agama, status

pernikahan dan tingkat pendidikan diabaikan dalam penelitian ini.

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara simple random

sampling, yaitu dengan cara memilih partisipan secara acak dari keseluruhan populasi. Untuk

menentukan jumlah sampel yang ingin diambil dalam populasi maka digunakan metode

Slovin (dalam Tatang, 2011) dengan batas kesalahan 10%. Maka didapatkan sampel dalam

penelitian ini adalah berjumlah 65 orang dan dibulatkan oleh peneliti menjadi 70 partisipan.

Instrumen alat ukur

Terdapat dua jenis skala psikologis yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini.

Untuk mengukur distres psikologis digunakan skala psikologis yang dimodifikasi peneliti

dengan mengacu pada DASS yaitu Distress Anxiety Stress Scale untuk mengukur distres

psikologis secara keseluruhan seperti “saya merasa sedih dan tertekan”, yang dibuat oleh

Page 12: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

6

Lovibond & Lovibond (1995). Sedangkan untuk mengukur kesejahteraan psikologis

digunakan skala psikologis yang dimodifikasi peneliti dengan mengacu pada SPWB yaitu

Scale of Psychological Well-Being yang dibuat oleh Ryff (1999) untuk mengukur keenam

dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff (1999) yaitu dimensi penerimaan diri “secara

keseluruhan, saya merasa percaya diri dan bersikap positif mengenai diri saya”, dimensi

hubungan positif dengan orang lain “saya merasa mendapat banyak manfaat dari

pertemanan saya”, dimensi otonomi/kemandirian “saya yakin akan pendapat saya meskipun

berbeda dengan pendapat umum”, dimensi penguasaan lingkungan “saya cukup baik dalam

mengatur berbagai tanggung jawab dalam keseharian saya”, dimensi tujuan hidup “saya

mempunyai rasa keberlangsungan dan tujuan hidup”, dan dimensi pertumbuhan pribadi

“saya adalah tipe orang yang suka mencoba hal baru”.

Uji coba skala psikologis pada penelitian ini menggunakan try out terpakai. Melalui

penghitungan-penghitungan yang dilakukan, maka muncul aitem-aitem yang gugur atau tidak

layak digunakan karena korelasi aitem total tidak mencapai 0,30 pada skala kesejahteraan

psikologis. Terdapat 12 aitem yang tidak memenuhi syarat minimal setelah dilakukan tiga

kali pengujian pada skala kesejahteraan psikologis (skala 1), sehingga total aitem yang baik

digunakan berjumlah 72 aitem. Sedangkan pada skala distres psikologis (skala 2) keseluruhan

aitem telah memenuhi standar dan seluruh aitem layak digunakan pada penelitian ini. Setelah

dilakukan penghitungan dengan menggunakan formula Cronbach Alpha untuk mendapatkan

reliabilitas skala yang digunakan sebagai alat ukur, didapat hasil reliabilitas skala 1 yaitu

kesejahteraan psikologis sebesar 0,965 (α= 0,97) dan skala 2 yaitu distres psikologis sebesar

0,943 (α= 0,94).

Prosedur pengumpulan data

Penelitian ini dimulai dengan memodifikasi skala psikologis. Proses modifikasi skala

psikologis ini dibuat dengan cara menerjemahkan skala psikologis yang asli dengan tujuan

Page 13: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

7

memudahkan partisipan dalam mengisinya. Proses ini mengalami proses bimbingan yang

kemudian menghasilkan dua skala pengukuran. Skala 1 mengukur variabel kesejahteraan

psikologis dengan jumlah 84 aitem. Dalam skala 1 peneliti menggunakan skala kombinasi 84

aitem dikarenakan memiliki angka reliabilitas tertinggi jika dibandingkan dengan kombinasi

42 aitem maupun 21 aitem. Skala 2 mengukur variabel distres psikologis dengan jumlah 42

aitem. Jumlah skala psikologis yang dibagikan sesuai dengan hasil perhitungan sampel

menggunakan metode Slovin dan mendapatkan hasil 70 partisipan setelah dibulatkan. Setelah

proses bimbingan menemui kesepakatan, maka peneliti mendapatkan ijin untuk melakukan

penelitian pada tanggal 23 Oktober 2014. Jumlah skala psikologis yang disebarkan sesuai

dengan jumlah sampel yang telah dihitung sebelumnya dengan menggunakan metode Slovin

(dalam Tatang, 2011) kemudian dibulatkan sehingga mendapatkan jumlah 70 skala

psikologis. Pengambilan data dilakukan mulai dari tanggal 27 Oktober 2014 – 14 November

2014. Dari 70 skala psikologis yang dibagikan, hanya 67 skala yang diterima kembali oleh

peneliti. Selain itu juga terdapat dua skala yang dieliminasi peneliti dikarenakan partisipan

memodifikasi jawabannya. Maka dari itu, jumlah partisipan dalam penelitian ini berjumlah

65 orang mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW tingkat akhir. Setelah dilakukan pengambilan

data, maka dilakukan penghitungan reliabilitas dan korelasi antar aitem, uji asumsi, dan uji

hipotesis menggunakan bantuan program IBM SPSS ver. 21.00.

Teknik analisis data

Penghitungan pada penelitian ini menggunakan bantuan program statistik komputer

IBM SPSS ver. 21.00. Untuk menguji validitas aitem pada penelitian ini menggunakan

Pearson’s Product-Moment (Azwar, 2009). Sedangkan untuk menguji reliabilitas pada

penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha. Pengujian normalitas pada penelitian ini

menggunakan Kolmogorov-Smirnov, untuk uji linearitas digunakan ANOVA table of

Page 14: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

8

linearity, sedangkan pengujian hipotesisnya dan korelasi antaara dimensi kesejahteraan

psikologis dan distres psikologis menggunakan Pearson’s Product Moment.

HASIL

Uji asumsi

Sebelum melihat apakah terdapat hubungan antara kesejahteraan psikologis dan

distres psikologis, maka dilakukan uji asumsi diantaranya uji normalitas dan uji linearitas

agar memastikan data yang diperoleh bisa dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data kedua variabel terdistribusi normal

atau tidak. Dari hasil penghitungan melalui Kolmogorov-Smirnov, didapati bahwa skor K-S-Z

kesejahteraan psikologis dengan signifikansi sebesar 0,692 (p>0,05), sedangkan skor K-S-Z

distres psikologis dengan signifikansi sebesar 0,617 (p>0,05). dari hasil data tersebut, maka

data kedua variabel dapat dikatakan berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel memiliki

hubungan secara linear atau tidak secara signifikan. Dari hasil uji linearitas yang dilakukan

dengan menggunakan ANOVA table of linearity, maka didapatkan hasil Fbeda dengan

signifikansi 0,786 (p>0,05). artinya kesejahteraan psikologis dan distres psikologis memiliki

hubungan yang linear.

Analisis deskriptif

Setelah dilakukan uji asumsi, maka statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui

kategorisasi tiap variabel. Dari hasil statistik deskriptif, maka ditemukan total skor minimum

pada variabel kesejahteraan psikologis sebesar 72 dan total skor maksimum sebesar 432

dengan mean 309,34, dan standar deviasi 40,61. Hasil statistik distres psikologis menunjukan

bahwa total skor minimum pada variabel ini adalah 0 dan total skor maksimum pada variabel

Page 15: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

9

distres psikologis adalah 126 dengan mean 32,74, dan standar deviasi 17,46. melalui hasil

analisis statistik deskriptif tersebut, maka dilakukan pengkategorisasian berdasarkan 5

kelompok yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Tabel 1.0 Kategorisasi Distres Psikologis

Interval Kategori Frekuensi % Mean SD

100,8 ≤ x ≤ 126.0 Sangat Tinggi 0 0

32,74 17,46

75,6 ≤ x < 100.8 Tinggi 0 0

50,4 ≤ x < 75,6 Sedang 8 12,31

25,2 ≤ x < 50,4 Rendah 34 52,31

0 ≤ x < 25,2 Sangat Rendah 23 35,38

Tabel 2.0 Kategorisasi Kesejahteraan Psikologis

Interval Kategori Frekuensi % Mean SD

360 ≤ x ≤ 432 Sangat Tinggi 5 7,69

309,34 40,61

288 ≤ x < 360 Tinggi 45 69,23

216 ≤ x < 288 Sedang 13 20,00

144 ≤ x < 216 Rendah 2 3,08

72 ≤ x < 144 Sangat Rendah 0 0

Uji korelasi

Setelah mengetahui kelayakan data yang diperoleh melalui uji asumsi yang dilakukan,

maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan Pearson’s product momment untuk

mengetahui arah korelasi kedua variabel dan juga arah korelasi antara dimensi-dimensi

kesejahteraan psikologis dan distres psikologis.

Page 16: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

10

Tabel 3.0 Hasil Uji Korelasi Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis

Correlations

Distres.Psikologis

Kesejahteraan.Psikologis Pearson Correlation -.364**

Sig. (1-tailed) .001

Hubungan.Positif Pearson Correlation -.393**

Sig. (1-tailed) .001

Otonomi/Kemandirian Pearson Correlation -.432**

Sig. (1-tailed) .000

Penguasaan.Lingkungan Pearson Correlation -.292**

Sig. (1-tailed) .009

Pertumbuhan.Pribadi Pearson Correlation -.168

Sig. (1-tailed) .090

Tujuan.Hidup Pearson Correlation -.119

Sig. (1-tailed) .173

Penerimaan.Diri Pearson Correlation -.401**

Sig. (1-tailed) .000

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

a. Kesejahteraan psikologis dan distres psikologis

Uji korelasi yang dilakukan menemukan bahwa korelasi antara distres psikologis

dengan kesejahteraan psikologis memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0.364 (p>0.05) dan

signifikansi sebesar 0,001 (p<0,01) (lihat tabel 3.0). Dari hasil tersebut, maka hubungan

antara distres psikologis dan kesejahteraan psikologis dapat dikatakan negatif signifikan.

Makin tinggi kesejahteraan psikologis, maka makin rendah distres psikologis mahasiswa

Fakultas Psikologi UKSW tingkat akhir, begitu juga sebaliknya semakin rendah

kesejahteraan psikologis, maka makin tinggi distres psikologis mahasiswa Fakultas Psikologi

UKSW tingkat akhir.

b. Dimensi hubungan positif dengan orang lain dan distres psikologis

Untuk melihat kontribusi masing-masing dimensi kesejahteraan psikologis terhadap distres

psikologis, maka dilakukan perhitungan uji korelasi dari tiap-tiap dimensi kesejahteraan

psikologis dan distres psikologis. Dari hasil uji korelasi yang dilakukan menemukan bahwa

korelasi antara dimensi hubungan positif dengan orang lain dan distres psikologis memiliki

Page 17: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

11

nilai koefisien korelasi sebesar -0,393 (p>0,05) dan signifikansi sebesar 0,001 (p<0,01) (lihat

tabel 3.0). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara dimensi hubungan positif dengan orang

lain dan distres psikologis dapat dikatakan negatif signifikan.

c. Dimensi otonomi/kemandirian dan distres psikologis

Hasil uji korelasi yang dilakukan terhadap dimensi otonomi/kemandirian dan distres

psikologis menemukan bahwa korelasi antara dimensi otonomi/kemandirian dengan distres

psikologis memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0,432 (p>0,05) dan signifikansi sebesar

0,000 (p<0,01) (lihat tabel 3.0). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara dimensi

otonomi/kemandirian dan distres psikologis dapat dikatakan negatif signifikan.

d. Dimensi penguasaan lingkungan dan distres psikologis

Hasil uji korelasi yang dilakukan terhadap dimensi penguasaan lingkungan dan distres

psikologis menemukan bahwa korelasi antara dimensi penguasaan lingkungan dengan distres

psikologis memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0,292 (p>0,05) dan signifikansi sebesar

0,009 (p<0,01) (lihat tabel 3.0). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara dimensi

penguasaan lingkungan dan distres psikologis dapat dikatakan negatif signifikan.

e. Dimensi pertumbuhan pribadi dan distres psikologis

Hasil uji korelasi yang dilakukan terhadap dimensi pertumbuhan pribadi dan distres

psikologis menemukan bahwa korelasi antara dimensi pertumbuhan pribadi dengan distres

psikologis memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0,168 (p>0,05) dan signifikansi sebesar

0,090 (p>0,01) (lihat tabel 3.0). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara dimensi

pertumbuhan pribadi dan distres psikologis dapat dikatakan tidak signifikan.

f. Dimensi tujuan hidup dan distres psikologis

Hasil uji korelasi yang dilakukan terhadap dimensi tujuan hidup dan distres psikologis

menemukan bahwa korelasi antara dimensi tujuan hidup dengan distres psikologis memiliki

nilai koefisien korelasi sebesar -0,119 (p>0,05) dan signifikansi sebesar 0,173 (p>0,01) (lihat

Page 18: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

12

tabel 3.0). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara dimensi tujuan hidup dan distres

psikologis dapat dikatakan tidak signifikan.

g. Dimensi penerimaan diri dan distres psikologis

Hasil uji korelasi yang dilakukan terhadap dimensi penerimaan diri dan distres

psikologis menemukan bahwa korelasi antara dimensi penerimaan diri dengan distres

psikologis memiliki nilai koefisien korelasi sebesar -0,401 (p>0,05) dan signifikansi sebesar

0,000 (p<0,01) (lihat tabel 3.0). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara dan dimensi

penerimaan diri dapat dikatakan negatif signifikan.

Pembahasan

Dari hasil perhitungan uji korelasi antara variabel kesejahteraan psikologis dengan

distres psikologis, didapatkan hubungan negatif signifikan antara kedua variabel tersebut

dengan besar korelasi -0,364. Artinya, makin tinggi tingkat kesejahteraan psikologis

mahasiswa, maka makin rendah tingkat distres psikologis mahasiswa, begitu pula sebaliknya.

Dari hasil perhitungan juga didapati R² sebesar 0,132 yang menunjukan bahwa sumbangan

efektif dari kesejahteraan psikologis terhadap distres psikologis adalah sebesar 13,2% dan

selebihnya adalah dari faktor yang lain selain kesejahteraan psikologis.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa variabel bebas (kesejahteraan psikologis) dan

variabel terikat (distres psikologis) memiliki hubungan negatif dan signifikan yang bisa

disebabkan oleh berbagai kemungkinan. Kemungkinan yang pertama adalah kesejahteraan

psikologis yang tinggi dapat menyebabkan individu mengevaluasi dirinya sendiri secara

positif dan mengurangi distres psikologis yang dirasakan oleh individu tersebut. Ryff (1999)

menggambarkan bahwa kesejahteraan psikologis adalah suatu kondisi psikologis individu

yang sehat ditandai dengan berfungsinya aspek-aspek psikologis positif dalam prosesnya

mencapai aktualisasi diri. Sedangkan distres psikologis digambarkan sebagai suatu

Page 19: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

13

pengalaman berkelanjutan yang bersumber dari perasaan tidak bahagia, rasa gugup, rasa

kesal, serta masalah dalam hubungan interpersonal (Chalfant et al., dalam Mabitsela, 2003).

Kemungkinan kedua dapat disebabkan oleh dimensi-dimensi kesejahteraan

psikologis, yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi/kemandirian,

penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Dimensi penerimaan diri

merupakan dimensi yang menunjukan bahwa individu menerima dan menghargai dirinya apa

adanya secara positif. Maka ketika individu menerima dan menghargai diri sendiri apa

adanya dengan baik, maka hal itu akan mengurangi gejala emosional negatif yang dirasakan

oleh individu tersebut. Ruini et al. (2003) mendapatkan bahwa distres psikologis berkorelasi

negatif dengan dimensi penerimaan diri. Kemungkinan ketiga dapat disebabkan oleh dimensi

hubungan positif dengan orang lain. Dimensi ini menekankan pada kemampuan mencintai

sebagai salah satu karakteristik kesehatan mental. Menurut Freud (Kaplan, 2010) dalam teori

psikodinamikanya, kehilangan objek untuk dicintai akan berdampak pada terjadinya depresi.

Individu yang memiliki hubungan positif dengan orang lain akan mengurangi resiko terkena

depresi yang merupakan salah satu aspek dalam distres psikologis.

Kemungkinan keempat adalah dalam dimensi otonomi/kemandirian menunjukan

kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan sendiri secara mandiri, dapat melawan

tekanan sosial untuk berpikir juga bersikap dengan cara yang benar, dan mampu mengkaji

diri sendiri berdasarkan standar pribadi. Individu yang tinggi pada dimensi ini akan berusaha

melawan tekanan-tekanan atau stressor yang muncul dan mengarahkannya ke arah yang

positif. Selye (dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa penilaian kognitif sangat

berpengaruh terhadap respon yang akan muncul dari stressor. Individu yang mandiri atau

baik dalam dimensi ini akan mampu mengarahkan stressor ke arah yang positif sehingga

mengurangi akibat dari stres yang negatif atau distress.

Page 20: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

14

Kemungkinan kelima adalah dalam dimensi penguasaan lingkungan, dimensi ini

merupakan dimensi yang menggambarkan kompetensi dan kemampuan individu dalam

mengontrol lingkungan, menyusun kontrol yang kompleks terhadap aktivitas eksternal,

mampu melihat dan menggunakan kesempatan yang ditawarkan oleh lingkungan, mampu

memilih serta menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi. Lazarus

& Folkman (1984) menjelaskan distres psikologis sebagai suatu hubungan khusus antara

individu dengan lingkungannya yang dinilai oleh individu tersebut sebagai suatu hal yang

melebihi kemampuannya dan dapat membahayakan well-being dirinya. Ketika individu

memiliki nilai tinggi dalam dimensi ini, maka individu tersebut cenderung merasa mampu

dalam mengontrol lingkungannya dan dapat menekan distres psikologis yang dirasakan oleh

individu tersebut.

Hasil dalam penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat dua dimensi dalam

kesejahteraan psikologis yang tidak memiliki hubungan dengan distres psikologis. Pertama

adalah dimensi tujuan hidup yang menjelaskan bahwa individu yang memiliki nilai tinggi

dalam dimensi ini akan memiliki tujuan ke depannya serta makna dalam hidup (Ryff &

Keyes, 1995). Kedua adalah dimensi pertumbuhan pribadi yang menjelaskan kemampuan

untuk merasakan bahwa individu mampu melalui tahap perkembangan, terbuka pada

pengalaman baru, melakukan perbaikan dalam dirinya dan menyadari potensi yang ada dalam

dirinya. Distres psikologis oleh Mabitsela (2003) digambarkan sebagai perilaku maladaptif

yang terdapat dalam suatu hubungan, dan disebabkan oleh hubungan yang tidak memuaskan

pada masa lalu maupun masa sekarang. Peneliti berasumsi bahwa dimensi tujuan hidup dan

dimensi pertumbuhan pribadi lebih berfokus pada hubungan intrapersonal dan juga pada

masa depan, sehingga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan distres psikologis.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat hubungan antara kedua dimensi tersebut

dan distres psikologis.

Page 21: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

15

Selain itu hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Moe

(2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara variabel

kesejahteraan psikologis dan variabel distres psikologis. Sebaliknya penelitian ini justru

menolak hasil penelitian dari Winefield, Gill, Taylor, dan Pilkington (2012) yang menyatakan

bahwa tidak terdapatnya hubungan negatif dan signifikan antara variabel kesejahteraan

psikologis dan variabel distres psikologis.

Penelitian ini memiliki kelebihan maupun keterbatasan. Kelebihan penelitian ini

adalah penelitian ini dapat melihat hubungan tiap dimensi variabel kesejahteraan psikologis

terhadap variabel distres psikologis. Hal ini dapat dilihat dari output IBM SPSS ver. 21.00

(tabel 3.0), yang menunjukan hubungan tiap-tiap dimensi dengan distres psikologis.

Keterbatasan pada penelitian ini adalah banyaknya jumlah aitem baik dari skala 1

yang berjumlah hingga 84 aitem maupun pada skala 2 yang berjumlah hingga 42 aitem

sehingga total aitem pada kuesioner yang dibagikan pada penelitian ini berjumlah 126 aitem.

Hal tersebut menyebabkan partisipan jenuh dalam mengisi kuesioner yang dibagikan

sehingga cenderung terjadi manipulasi pada jawabannya.

Kesimpulan

Mengacu pada hasil penelitian yang telah didapatkan, maka kesimpulan dari penelitian

ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara kesejahteraan psikologis dan

distres psikologis. Makin tinggi kesejahteraan psikologis mahasiswa, makin rendah

distres psikologisnya, atau sebaliknya makin rendah kesejahteraan psikologis

mahasiswa, makin tinggi distres psikologisnya.

2. Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara dimensi hubungan positif

dengan orang lain, dimensi otonomi / kemandirian, dimensi penguasaan lingkungan,

Page 22: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

16

dimensi penerimaan diri dengan distres psikologis. Semakin mahasiswa memiliki

hubungan positif dengan orang lain, mandiri, menguasai lingkungan, dan menerima

diri maka makin rendah distres psikologisnya, begitu juga sebaliknya.

3. Tidak terdapat hubungan antara dimensi pertumbuhan pribadi dan dimensi tujuan

hidup dengan distres psikologis.

4. Sebagian besar (52,31%) mahasiswa pada penelitian ini memiliki distres psikologis

pada kategori rendah dan sebagian besar (69,23%) mahasiswa memiliki

kesejahteraan psikologis pada kategori tinggi.

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti memberi saran agar melihat faktor-faktor lain

yang mempengaruhi distres psikologis dan menyesuaikan jumlah aitem dalam kuesioner

dengan partisipan agar dapat meminimalisir resiko partisipan memanipulasi jawabannya.

Page 23: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

17

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.

Dariyo, A. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Google Books. Diunduh pada

28 Maret 2014. http://books.google.co.id/books?id=dariyo.

Ender, S.C. & Newton, F.B. (2000). Students helping student: a guide for peer educators on

college campuses. California: Jossey-Bass, Inc.

Huppert, F. A. (2009). Psychological well-being: Evidence regarding its causes and

consequences.Applied Psychology:Health and Well-Being, 1, 137–164.

doi:10.1111/j.1758-0854.2009.01008.

Keyes, C. L. M. (2005). Mental illness and/or mental health? Investigating axioms of the

complete state model of mental health.Journal of Consulting and Clinical Psychology,

73, 539-548. doi:10.1037/0022-006X.73.3.539

Kitzrow, M. A. (2003). The mental health need of today’s college students: challenges and

recommendation. NASPA Journal, Vol. 41 (1), 167-181.

Lamers, S. M. A., Westerhof, G. J., Bohlmeijer, E. T., ten Klooster, P. M., & Keyes, C. L. M.

(2011). Evaluating the psychometric properties of the Mental Health Continuum-

Short Form (MHC-SF).Journal of Clinical Psychology, 67, 99–110. doi:10.1002/jclp.

20741

Lazarus, R.S. (1999). Stress and emotion : A new synthesis. New York: Springer Publishing

Company, Inc.

Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal, and Coping. New York: Springer

Publishing Company.

Lovibond, S. H., & Lovibond, P. F. (1995). Manual for the depression anxiety stress scales

(2nd ed.). Sydney, Australia: Psychology Foundation.

Mabitsela, L. (2003). Exploratory study of psychological distress as understood by

pentecostal pastors. Pretoria: Faculty of Humanities Faculty of Pretoria.

Matthews, G. (2000). Distress. Dalam G. Fink (ed). Encyclopedia of stress (Vol. 1, pp 723-

729). California: Academic Press.

Mirowsky, J & Ross, C.E. (2003). Social causes of psychological distresss. New York:

Aldine de Gruyter.

Moe, K. (2012). Factors influencing women’s psychological well-being within a positive

functioning framework (Doctoral thesis, University of Kentucky).

Ruini C., Ottolini F., Rafanelli C., Tossani E., Ryff C. D., Fava G. A. (2003). The

Relationship of Psychological Well-Being to Distress and Personality. Psychotherapy

Psychosom 2003;72:268-275.

Ryff, C. D. (1999). Happiness is everything, or is it? Explorations on the meaning of

psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 1069-

1081. doi:10.1037/0022-3514.57.6.1069

Page 24: Hubungan Kesejahteraan Psikologis dan Distres Psikologis ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8955/2/T1_ 802009085_Full... · tingkat kecemasan yang lebih tinggi, ... disebabkan

18

Ryff, C. D., & Keyes, C. L .M. (1995). The structure of psychological well-being revisited.

Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719-727.

Ryff, C.D., Love, G.D., Urry, H.L., Muller, D., Rosenkranz, M.A., Friedman, E., Singer,

B.H. (2006). Psychological well-being and ill-being: Do they have distinct or

mirrored biological correlates? Psychotherapy and Psychosomatics, 75, 85-95. doi:

10.1159/000090892

Sadock , B.J., Sadock, V.A. (2007) Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. Behavior

Sciences / Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.

Santrock, John W.(2003). Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta:

Erlangga,

Stallman, H. M. (2008). Pravalence of psychological distress in university students

implication for service delivery. Australian Family Physician, 37, 673-677.

Taylor, S.E. (2006). Health psychology (6th ed.) Los Angeles: McGraw-Hill.

Uher, R., Goodman, R. (2009) The everyday feeling questionnaire: the structure and

validation of a measure of general psychological well-being and distress. Soc Psychiat

Epidemiol, 45, 413-423. Doi: 10.1007/s00127-009-0074-9

Utama, B. (2010). Kesehatan Mental dan Masalah-Masalah Pada Mahasiswa S1. Depok:

Universitas Indonesia.

Winefield H. R., Gill T. K., Taylor A. W., Pilkington R. M. (2012). Pscyhological well-being

and psychological distress : is it necessary to measure both? SpringerOpen Journal, 2

(3).