Download - HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

Transcript
Page 1: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI

PADA REMAJA PUTRI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

COKROAMINOTO SUKARESMI KABUPATEN

CIANJUR TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

ASTRI NURMALIA RIDWAN

NPM. BK 1.115.003

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

BANDUNG

2019

Page 2: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

i

Page 3: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

ii

Page 4: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

iii

Page 5: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

iv

ABSTRAK

Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada usia remaja di Indonesia terdapat 33,5%.

KEK terjadi karena beberapa faktor, salah satunya kebiasaan makan yang terdiri

dari frekuensi makan dan porsi makan. Tujuan penelitian adalah melihat hubungan

kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja putri di SMA Cokroaminoto

Sukaresmi. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan

pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah siswa kelas 11-12 sebanyak 62 siswa

remaja putri, total sampling. Alat ukur yang digunakan adalah pita ukur untuk

mengukur lingkar lengan atas, kuesioner dan alat peraga isi piringku untuk

mengukur kebiasaan makan. Hasil penelitian menunjukan terdapat 69,4% remaja

memiliki status gizi kurang dan 77,4% remaja dengan kebiasaan makan yang

kurang baik. Uji hubungan kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja

didapatkan p value >0,05 (1,000) yang artinya tidak ada hubungan signifikan

antara kebiasaan makan dengan status gizi pada remaja putri di SMA

Cokroaminoto Sukaresmi. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan remaja dapat

membiasakan makan teratur sesuai dengan menu porsi makan seimbang dan bagi

peneliti lain untuk meneliti variabel lain yang mempengaruhi status gizi.

Kata Kunci : status gizi, remaja, kebiasaan makan

Daftar Pustaka : 46 (Tahun 2007-2018).

Page 6: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

v

ABSTRACT

There are 33.5% of Chronic Energy Deficiency (KEK) in Indonesia adolescents.

KEK occurs due to several factors, one of which is eating habits consisting of

frequency of eating and eating portions. The purpose of this study was to look at

the relationship between eating habits and nutritional status in teenage girl at

Cokroaminoto Sukaresmi senior high school. The study design used descriptive

correlational with Cross Sectional approach. The population was students in

grades 11-12 consist of 62 female students, a total sampling. The measuring

instrument used was measuring tape to measure the circumference of the upper

arm, questionnaire and visual aid with the contents of my plate to measure eating

habits. The results showed there were 69.4% of adolescents had malnutrition and

77.4% of adolescents with poor eating habits. The relation test of eating habits

with nutritional status in adolescents obtained p value> 0.05 (1,000) which means

there was no significant relationship between eating habits and nutritional status

in teenage girls at Cokroaminoto Sukaresmi senior high school. Based on the

results of the study, it is expected that adolescents can get used to eating regularly

in accordance with the balanced meal portion menu and for other researchers to

examine other variables that affect nutritional status.

Keywords : nutritional status, adolescents, eating habits

References : 46 (2007-2018).

Page 7: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat illahi rabbi, Alloh SWT yang telah

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga saya sebagai penyusun dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa saya panjatkan shalawat serta

salam bagi junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Dalam kesempatan ini saya sebagai penulis sangat berbahagia karena telah

dapat meyelesaikan skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN KEBIASAAN

MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI SEKOLAH

MENENGAH ATAS COKROAMINOTO SUKARESMI KABUPATEN

CIANJUR TAHUN 2019”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM) di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat.

Penyusunan Skripsi ini tak lepas dari dukungan dan dorongan semangat dari

berbagai pihak, sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan tepat waktu. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak H. Mulyana SH., MPd selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Kencana.

2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt selaku Rektor Universitas Bhakti

Kencana

3. Ibu Dr. Ratna Dian K., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Bhakti Kencana

4. Ibu Nova Oktavia, SKM., MPH selaku ketua Program studi S1 Kesehatan

Masyarakat.

Page 8: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

vii

5. Ibu Dra. Tuti Surtimanah, MKM selaku pembimbing utama yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penyelesaian siding

akhir ini.

6. Bapak Agung Sutriyawan, SKM., M.Kes selaku pembimbing kedua yang

telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi

ini.

7. Bapak H. Ajud Maulana, Amd.Kep.,SKM.,M.Si selaku kepala Puskesmas

Sukaresmi yang telah memberikan pengarahan mengenai serta izin selama

penyusunan proposal penelitian ini.

8. Ibu Hj. Siti Muftiah selaku petugas gizi yang telah memberikan dukungan

pada saat studi pendahuluan.

9. Seluruh rekan-rekan S1 Kesehatan Masyarakat angkatan 2015 yang sedang

sama-sama berjuang dan saling memberikan dukungan untuk kelancaran

dalam penyusunan skripsi ini.

Banyak terimakasih yang setulus-tulusnya kepada kedua orang tua saya yang

kusayangi yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian

moril dan material dan tidak pernah berhenti mendoakan. Semoga Allah SWT

selalu melimpahkan rahmat, kesehatan dan karunia di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak

kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini.

Bandung, Juli 2019

Astri Nurmalia Ridwan

Page 9: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

PERNYATAAN .................................................................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

ABSTRACT ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

1.4. Manfaat .................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9

2.1. Remaja ..................................................................................................... 9

2.1.1. Pengertian .................................................................................... 9

Page 10: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

ix

2.1.2. Karakteristik Remaja ................................................................... 9

2.2. Status Gizi ............................................................................................ 11

2.2.1. Pengertian Status Gizi .............................................................. 11

2.2.2. Penliaian Status Gizi ................................................................. 12

2.2.3. Jenis Parameter ......................................................................... 15

2.2.4. Klasifikasi Status Gizi .............................................................. 16

2.3. Kebutuhan Gizi Pada Remaja ............................................................... 16

2.3.1. Gizi dan Remaja ...................................................................... 16

2.3.2. Kebutuhan Gizi pada Usia Remaja ........................................... 17

2.4. Faktor- Faktor Yang Mempengatruhi Status Gizi Remaja ................... 19

2.5. Kebiasaan Makan Remaja .................................................................... 25

2.5.1. Pengertian Kebiasaan Makan ................................................... 25

2.5.2. Frekuensi Makan ...................................................................... 25

2.5.3. Isi Piringku ............................................................................... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 28

3.1. Rancangan Penelitian .......................................................................... 28

3.2. Paradigm Penelitian .............................................................................. 28

3.3. Hipotesa Penelitian ............................................................................... 32

3.4. Variabel Penelitian ............................................................................... 32

3.4.1. Variabel Independen ................................................................. 32

3.4.2. Variabel Dependen ................................................................... 33

3.5. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ..................................... 33

3.5.1. Definisi Konseptual .................................................................. 33

Page 11: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

x

3.5.2. Definisi Operasional ................................................................. 34

3.6. Populasi dan Sampel ............................................................................. 36

3.7. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 37

3.7.1. Jenis Pengumpulan Data ........................................................... 37

3.7.2. Cara Mengumpulkan Data ........................................................ 37

3.7.3. Instrumen Penelitian ................................................................. 38

3.8. Pengolahan Analisa Data ...................................................................... 39

3.8.1. Teknik Pengolaha Data ............................................................. 39

3.8.2. Analisa Data ............................................................................. 40

3.9. Etika Penelitian ..................................................................................... 43

3.10. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 46

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 46

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 53

5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 53

5.2. Saran .................................................................................................. 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kebutuhan Zat Gizi Remaja ............................................................... 18

Tabel 3.1. Definisi Operasional ........................................................................... 34

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi status gizi remaja putri ........................................ 46

Tabel 4.2 Distribusi kebiasaan makan remaja putri ............................................ 47

Tabel 4.3 Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi remaja putri .............. 47

Tabel 4.4 Hubungan kebiasaan makan dengan status gizi remaja putri .............. 48

Page 13: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 31

Page 14: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat balasan Kesbangpol Kabupaten Cianjur

Lampiran 2 Surat balasani Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur

Lampiran 3 Surat Balasan Sekolah

Lampiran 4 Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian

Lampiran 5 Hasil Uji Univariat

Lampiran 6 Hasil Uji Bivariat

Lampiran 7 Master Tabel

Lampiran 8 Hasil isi piringku

Lampiran 9 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 10 Lembar bimbingan

Lampiran 11 Lembar Oponen

Page 15: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu indikator yang dapat menilai kesehatan di

suatu wilayah, yang ada pada program SDGs atau Sustainable Development

Goals yaitu ada 17 tujuan yang akan dicapai dan ada beberapa tujuan yang

berkaitan erat dengan kesehatan seperti pada halnya dalam memperkuat

ketahanan pangan dan peningkatan gizi, maka diperlukan beberapa aspek

yang dapat menunjang keberhasilan dalam pencapaian SDGs dengan

banyaknya masalah gizi yang ada di masyarakat, terdapat berbagai macam

masalah gizi yang ada salah satunya adalah masalah gizi yang berkaitan

dengan remaja (BPS, 2014).

Masa remaja adalah anak yang berusia 10-19 tahun. Remaja

diasosiasikan sebagai suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya (pubertas)

sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Pada masa ini individu

mengalami perkembangan dari anak-anak menjadi dewasa (WHO, 2015).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja

adalah 10-24 dan belum menikah. Jumlah penduduk usia 10-24 tahun di

Indonesia ini mencapai sekitar 66,3 juta jiwa atau sekitar 25,6% dari total

Page 16: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

2

jumlah penduduk di Indonesia. Ini berarti 1 diantara 4 penduduk adalah

remaja (BKKBN, 2015).

Masalah kesehatan remaja perlu mendapatkan perhatian dari

pemerintahan Indonesia, khususnya remaja putri. Remaja putri merupakan

salah satu kelompok yang rawan menderita malnutrisi, adanya kekurangan

gizi akibat terlalu menjaga makan atau diet merupakan salah satu

penyebabnya (Mandilik, 2015).

Pada usia remaja harus membiasakan menyukai makanan yang

beraneka ragam. Remaja perlu diperkenalkan variasi, baik jenis maupun rasa

makanan, misalnya untuk karbohidrat tidak hanya sepiring nasi, tetapi juga

terdapat semangkuk mie, setangkup roti, sepiring irisan kentang goreng dan

lain-lain, kemudian dibiasakan untuk menyukai berbagai macam sayur dan

buah (Dedeh, et al., 2014).

Kebiasaan makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan

kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan,

seperti tata krama makan, menu makanan, frekuensi dan porsi makanan dan

penerimaan terhadap makanan (rasa suka atau tidak suka terhadap makanan),

cara pemilihan bahan makanan yang hendak dimakan (Adriani, 2013).

Kebiasaan makan yang diperoleh remaja akan berdampak pada

kesehatan selanjutnya, yaitu dewasa dan lanjut usia. Buruknya kebiasaan

makan remaja akan menimbulkan berbagai macam permasalahan gizi

diantaranya anemia gizi besi dengan jumlah di Indonesia 21,7%, overweight,

Page 17: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

3

13,6% , obesitas 21,6% dan kekurangan energi kronis atau KEK 36,3%

(Riskesdas, 2018).

Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan kondisi yang

disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan

protein, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak cukup. KEK pada

wanita apabila tidak tertangani dengan baik dari semenjak remaja

berdasarkan dengan lingkar lengan atas (LILA) yang disesuaikan dengan

umur dapat berkelanjutan pada saat dewasa nanti (Simbulon, et al., 2018).

KEK adalah suatu keadaan dimana lingkar lengan atas kurang dari

23,5 cm. Proporsi wanita dengan KEK di Indonesia sebesar 31,8%, pada usia

remaja (15-19 tahun) sebesar 36,3% lebih besar dibandingkan dengan

kelompok dewasa (20-24 tahun) sebesar 23,3% (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan data yang ada di Provinsi Jawa Barat, proporsi jumlah

yang mengalami KEK di Kabupaten Cianjur lebih besar dibandingkan

dengan Kota Bandung. Pada tahun 2017 jumlah wanita subur yang

mengalami KEK di Kota Bandung 983 kasus sedangkan di Kabupaten

Cianjur mencapai 4346 kasus (Mulyani, 2017).

Kabupaten Cianjur terdiri dari 45 Puskesmas. Jumlah KEK di

kabupaten Cianjur pada tahun 2016 sebanyak 2697 kasus, pada tahun 2017

sebanyak 5211 kasus dan pada tahun 2018 sebanyak 4346 kasus. Puskesmas

yang paling tertinggi adanya kasus KEK pada tahun 2017 yaitu Puskesmas

Sukanagalih 37,70%, yang kedua Puskesmas Cikondang 37,34% dan yang

ketiga Puskesmas Sukaresmi dengan jumlah 26,32%. Pada tahun 2018

Page 18: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

4

Puskesmas yang paling tertinggi adanya kasus KEK adalah Puskesmas

Sukaresmi dengan jumlah 29,24%, dan yang paling terendah adalah

Puskesmas Cikalongkulon dengan jumlah 1,99% (Dinkes Cianjur, 2018).

Puskesmas Sukaresmi merupakan salah satu Puskesmas yang berada

di Kabupaten Cianjur dengan jumlah KEK pada wanita setiap tahunnya

meningkat, pada tahun 2016 sebanyak 143 pada tahun 2017 sebanyak 315

atau sekitar 26,32% dan pada tahun 2018 sebanyak 350 atau sekitar 29,24%.

Setelah melakukan observasi pada hari jumat tanggal 14 Juni 2019

kepada anak remaja (15-18 tahun) di 3 daerah Cianjur, yang pertama Sekolah

Menegah Atas (SMA) di daerah kecamatan Cipanas terdapat 8 dari 12 anak

remaja terbukti ukuran LILA < 23,5 cm atau sebesar 66% remaja berisiko

KEK. Yang kedua SMA yang berada di daerah kecamatan Karangtengah

terdapat 8 dari 14 anak remaja terbukti ukuran LILA < 23,5 cm atau sebesar

57% remaja berisiko KEK. Dan yang ketiga pada remaja di SMA daerah

Pacet terdapat 9 dari 12 anak remaja terbukti ukuran LILA < 23,5 cm atau

sebesar 74% remaja berisiko KEK.

Dengan adanya permasalahan berisiko KEK pada remaja, maka

peneliti ingin mengetahui hubungan kebiasaan makan dilihat dari frekuensi

makan, selingan makan dan porsi makan (isi piring) dengan keadaan status

gizi dengan cara pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada remaja putri di

Sekolah Menengah Atas Cokroaminoto Sukaresmi yang berada di wilayah

Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

Page 19: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang mengalami permasalahan KEK pada rentang

usia remaja lebih tinggi permasalahannya dari usia wanita dewasa, sehingga

dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan kebiasaan

makan dengan keadaan status gizi pada remaja putri di SMA Cokroaminoto

Sukaresmi yang berada di wilayah Puskesmas Sukaresmi Kabupaten Cianjur.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan kebiasaan makan dengan

status gizi pada remaja putri di Sekolah Menengah Atas

Cokroaminoto Sukaresmi.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi gambaran status gizi remaja putri dengan

melihat hasil pengukuran lingkar lengan atas (LILA) di Sekolah

Menengah Atas Cokroaminoto Sukaresmi.

2. Untuk mengidentifikasi gambaran kebiasaan makan remaja putri di

Sekolah Menengah Atas Cokroaminoto Sukaresmi.

3. Untuk mengidentifikasi hubungan kebiasaan makan dengan status

gizi pada remaja putri di Sekolah Menengah Atas Cokroaminoto

Sukaresmi.

Page 20: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

6

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu

kesehatan masyarakat khususnya mengenai status gizi KEK yang

dapat dilakukan pada saat remaja sebagai upaya pencegahan KEK.

1.4.2. Manfaat praktik

1. Bagi Institusi Pendidikan Sekolah Menengah Atas

Bermanfaat bagi pihak sekolah untuk dijadikan masukan

dan perencanaan untuk pelaksanaan cek rutin kesehatan untuk

remaja di sekolah dalam upaya mewujudkan sekolah yang sehat

dalam menunjang peningkatan kualitas pendidikan.

2. Bagi Remaja

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai tambahan ilmu atau

wawasan bagi remaja putri terkait masalah kesehatan dan keadaan

status gizi untuk upaya pencegahan KEK.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan perencanaan untuk melakukan penyuluhan

dan cek kesehatan remaja dalam rangka peningkatan

pembangunan siswa-siswi yang berkualitas.

4. Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Bhakti Kencana

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah

kepustakaan baru yang kiranya dapat memanfaatkan informasi dan

Page 21: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

7

meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa/ mahasiswi tentang

kesehatan status gizi bagi remaja.

5. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai penambahan wawasan

ilmu serta sebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan

penelitian selanjutnya.

Page 22: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Remaja

2.1.1. Pengertian

Masa remaja adalah masa peralihan ketika individu tumbuh dari

masa kanak menjadi individu yang memiliki kematangan. Pada masa

tersebut ada dua hal penting menyebabkan remaja pengendalian diri

yaitu hal yang bersifat eksternal adanya perubahan lingkungan dan hal

yang bersifat internal pada karakteristik didalam diri remaja yang

membuat remaja relative lebih aktif dibandingkan dengan masa

perkembangan lainnya (Suandi, 2008).

Masa remaja juga masa transisi yang ditandai oleh adanya

perubahan fisik, emosi dan fiksi. Masa remaja yakni antara usia 10-19

tahun suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan

sering disebut masa pubertas (Widyastuti, 2009).

2.1.2. Karakteristik Remaja

Saat memasuki masa remaja akan diawali dengan perubahan

fisik dulu kemudian diikiuti perubahan psikis pada remaja. Perubahan

yang mencolok pada remaja laki-laki dan perempuan umumnya terjadi

saat usia 9 – 19 tahun. perubahan yang terjadi bukan hanya bertambah

tinggi dan besar saja, tetapi juga terjadi perubahan organ reproduksi

sehingga mereka bisa menghasilakn keturunan. Perubahan tersebut

Page 23: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

9

dikenal isitilah yaitu perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa. Remaja perempuan ditandai dengan datangnya menstruasi,

sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan mimpi basah (Ali,

2014).

Menurut (Gunarsa, 2007) perkembangan secara psikis juga

melewati beberapa tahap yang mungkin dipengaruhi oleh kontak

dengan lingkungan sekitarnya. Fase remaja dibagi dalam beberapa

tahap perkembangan remaja diantaranya :

a. Fase remaja awal (10-13 tahun)

Pada fase ini remaja merasa dan tampak lebih dekat dengan

teman sebaya, menginginkan kebebasan, mulai tampak berfikir

khayal terhadap bentuk tubuh.

b. Fase remaja tengah (14-16 tahun )

Pada masa ini remaja mulai mencari jati diri ada keterkaitan

terhadap lawan jenis, ingin berkencan, mulai merasakan cinta

yang mendalam, kemampuan berfikir abstraknya semakin

berkembang dan berimajinasi tentang seksual.

c. Fase remaja akhir (17-19 tahun )

Remaja pada fase ini mulai menampakan kebebasan dirinya,

lebih selektif dalam mencari teman, mulai memiliki citra diri

terhadap dirinya dan mampu untuk mengungkapkan perasaan

cintanya sehingga mampu berfikir abstrak atau khayal.

Page 24: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

10

2.2. Status Gizi

2.2.1. Pengertian Status Gizi

Gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang

yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan

zat-zat gizi didalam tubuh.

Status gizi merupakam keadaan yang ditentukan oleh derajat

kebutuhan fisik terhadap energi dan zat-zat gizi yang diperoleh dari

pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur (Suhardjo,

2008).

Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana

terdapat keseimbangan antara jumlah energy yang masuk ke dalam

tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan

kebutuhan individu. Energi yang masuk kedalam tubuh dapat berasal

dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya (Nix, 2005).

Status gizi kurang sering disebut undernutiron merupakan

keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih

sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena

jumlah energi yang masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan

individu (Wardlaw, 2007).

Status gizi lebih atau overnutrion merupakan keadaan gizi

seorang dimana jumlah energy yang masuk kedalam tubuh lebih

besar dari jumlah energi yang dikeluarkan. Hal ini terjadi karena

jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang

Page 25: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

11

dianjurkan untuk seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan

dalam bentuk lemak yang dapat mengaikabtkan seseorang menajdi

gemuk.

2.2.2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari

data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara

untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memilki risiko

status gizi kurang maupun gizi lebih (Supariasa, 2012).

1. Penilaian langsung

a. Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian

status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang

disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada

umumnya ini untuk mengukur dimensi dan komposisi tubuh

seseorang. Pemeriksaan antropometri yang dapat dilakukan

seperti pengukuran lingkar kepala pada anak sampai umur 3

tahun, tebal lipatan kulit yang merupakan penanda sebuah

cadangan lemak subkutan dan lemak tubuh total,

pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada remaja atau

wanita usia subur dan ibu hamil, pengukuran indeks masa

tubuh (IMT).

Page 26: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

12

b. Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status

gizi berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan

erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.

Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang

terdapat dimata, kulit, rambut, dan organ yang dekat dengan

permukaan tubuh.

c. Biokimia

Pemeriksaan biokimia juga disebut juga cara

laboraturium. Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang

digunakan untuk mendeteksi adanya defiensi zat gizi pada

kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan

dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat

gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitive

terhadap deplesi.

d. Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan

melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan

dalam keadaan tertentu, seperti kejadiaan buta senja.

Page 27: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

13

2. Penilaian tidak langsung

a. Survei kebiasaan makan

Survei kebiasaan makan merupakan salah satu

penilaian status gizi dengan melihat jumlah, porsi, frekuensi

dan jenis makanan yang sering dikonsumsi oleh remja.

Kebiasaan makan merupakan kebiasaan yang

dilakukan remaja berkaitan dengan konsumsi makanan yang

mencakup jenis makanan, jumlah, frekuensi mengkonsumsi

makanan, distribusi makanan dalam keluarga dan cara

memilih makanan yang dapat diperoleh berdasarkan

lingkungannya.

b. Statistik vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian

status gizi melalui data-data mengenai statistic kesehatan

yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian

menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan

kematian, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan

kekurangan gizi.

c. Faktor ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor

ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi

beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik,

dan lingkungan budaya. Penelitian berdasarkan faktor

Page 28: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

14

ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian

malnutrion disuatu masyarakat yang nantinya akan sangat

berguna untuk melakukan intervensi gizi.

2.2.3. Jenis Parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran

tunggal dari tubuh manusia seperti lingkar lengan atas (LILA).

Lingkar lengan atas dewasa ini memang merupakan salah satu

pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak

memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih

murah.

Pengukuran LILA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah

ditetapkan. Ada tujuh urutan pengukuran LILA, yaitu :

a. Tetapkan posisi bahu dan siku

b. Letakan pita antara bahu dan siku

c. Tentukan titik tengah lengan

d. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan

e. Pita jangan terlalu longgar

f. Pita jangan terlalu ketat

g. Cara pembacaan skala yang benar.

Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA

adalah pengukuran dilakukan dibagian tengah anytara bahu dan siku

lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus

Page 29: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

15

dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak

tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti

kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata

(Adisty, 2012).

2.2.4 Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi status gizi menurut rekomendasi lokakarya

antropometri dan puslitbang gizi dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Gizi baik, dengan ukuran LILA 20.5 cm - 24.5 cm

b. Gizi kurang, dengan ukuran LILA 19.5 cm – 20.4 cm

c. Gizi buruk, dengan ukuran LILA kurang dari 19.5 cm

(Supariasa, et al., 2016).

2.3. Kebutuhan gizi pada remaja

2.3.1. Gizi dan Remaja

Remaja memiliki kebutuhan nutrisi yang unik dilihati dari sudut

pandang biologi, psikologi, dan dari sudut pandang social. Secara biologis

kebutuhan nutrisi mereka selaras dengan aktivitas mereka. Remaja

membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap

energy yang mereka konsumsi dibanding dengan anak yang belum

mengalami pubertas (Merryana, 2014).

Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi. Selain perubahan

fisik karena bertambahnya masa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam

Page 30: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

16

tubuh, juga terjadi perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu

mempengaruhi kebutuhan gizi dan makanan mereka.

Kecepatan puncak pertambahan tinggi badan untuk anak laki-laki

adalah pada usia 13,5 tahun dan anak perempuan pada usia 11,5 tahun.

Perubahan komposisi tubuh pada usia remaja merupakan factor penting yang

mempengaruhi kebutuhan gizi pada usia remaja (Moehji, 2013).

2.3.2. Kebutuhan Gizi pada Usia Remaja

Tingginya kebutuhan energy dan nutrient pada remaja dikarenakan

perubahan dan pertambahan berbagai dimensi tubuh (berat badan, tinggi

badan) massa tubuh serta komposisi sebagai berikut:

Tinggi badan

a. Sekitar 15 – 20% tinggi badan dewasa dicapai pada masa remaja

b. Percepatan tumbuh anak lelaki terjadi lebih belakangan serta

puncak percepatan lebih tinggi dibanding anak perempuan.

Pertumbuhan linear dapat melambat atau terhambat bila

kecukupan makanan / energi sangat kurang.

Berat badan

a. Sekitar 25 - 50% final berat badan ideal dewasa dicapai pada

masa remaja.

b. Waktu pencapaian dan jumlah penambahan berat badan sangat

dipengaruhi asupan makanan atau energi.

Page 31: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

17

Komposisi tubuh

a. Pada masa pra-pubertas proporsi jaringan lemak dan otot maupun

massa tubuh tanpa lemak pada anak lelaki dan perempuan sama.

b. Anak lelaki yang sedang tumbuh pesat, penambahan jaringan otot

lebih banyak daripada jaringan lemak secara proporsional,

demikian pula massa tubuh tanpa lemak disbanding anak

perempuan

c. Jumlah jaringan lemak tubuh pada orang dewasa normal adalah

23% pada perempuan dan 15% pada lelaki

d. Sekitar 45% tambahan massa tulang terjadi pada masa remaja dan

pada akhir dekade kedua kehidupan 90% masa tulang tercapai

(Sandra, Ahmad and Arinda, 2012).

Tabel berikut ini memuat perkiraan kebutuhan berbagai zat gizi pada

usia remaja

Tabel 2.1. Kebutuhan Zat Gizi Remaja

Jenis

kelamin

Umur

(tahun)

Berat

(Kg)

Kebutuhan zat gizi

Energi

(kal)

Protein

(gr)

Vit.A

(RE)

Fe

(mg)

Laki-

Laki

13-15

16-19

45

56

2400

2500

64

66

600

17

23

Wanita 13-15 46 2100 62 500 19

Page 32: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

18

16-19 50 2000 51 25

Sumber : Gizi Indonesia, Vol. XVIII, No. 1-2

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja

Faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja putri ada dua,

yaitu faktor yang langsung dan faktor yang tidak langsung, adapun

penjelasannya sebagai berikut :

1. Faktor langsung

a. Konsumsi makanan

Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang yang

berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseoarang karena

konsumsi makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, baik

kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan masalah gizi. Hal

ini tergantung pula pada pendapatan, agama, kebiasaan makan,

dan adat yang bersangkutan (Suandi, 2008).

Kebiasaan makan merupakan salah satu yang

memepengaruhi kebiasaan makan seorang remaja. Kebiasaan

makan adalah sebagai cara individu dan kelompok

mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia yang

didasarkan kepada faktor-faktor sosial dan budaya dimana

mereka hidup (Kadir, 2011).

Berdasarkan hasil data (Khusniyati, 2015) dengan uji

statistik spearman rho diketahui bahwa nilai p value (0,000) <

alpha (0,01) sehingga ada hubungan antara pola konsumsi makan

Page 33: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

19

dengan status gizi. Frekuensi makan, jenis dan jumlah makanan

akan mempengaruhi asupan makanan yang akan berdampak

terhadap status gizi. Sedangkan menurut hasil penelitian oleh

(Pujiati, 2015) uji statistik dengan derajat kemaknaan alpha =

0,05 diperoleh hasil p value 0,331 yang berarti tidak ada

hubungan antara perilaku makan dengan status gizi pada remaja

putri di RW 5 kelurahan cinta raja kota Pekanbaru.

b. Infeksi / penyakit

Penyakit/infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena

masuknya bibit penyakit. Antara infeksi dan status gizi kurang

terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi

kurang melalui berbagai mekanismenya. Yang penting adalah

efek langsung dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan.

Walaupun hanya terhadap infeksi ringan sudah menimbulkan

kehilangan nitrogen.

Pada saat kondisi tidak sehat maka asupan energy tetap

harus diperhatikan, karna sangat erat hubungannya antara infeksi

dengan malnutrisi. Interaksi yang sinergis antara malnutrisi

dengan infeksi penyakit, dan juga infeksi akan mempengaruhi

status gizi mempercepat malnutrisi. Mekanisme patologisnya

dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-sendiri maupun

bersamaan, yaitu :

Page 34: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

20

1) Penurunan asupan gizi akibat kurangnya nafsu makan,

menurunnya absorpsi, dan kebiasaan mengurangi makanan

pada saat sakit.

2) Peningkatan kehilangan cairan/zat akibat diare, mual/muntah

dan pendarahan yang terus-menerus

3) Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan

akibat sakit dan parasite dalam tubuh.

2. Faktor tidak langsung

a. Tingkat pendapatan

Pendapatan keluarga merupakan penghasilan dalam jumlah

uang yang akan dibelanjakan oleh keluarga dalam bentuk

makanan. Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki

posisi pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus mendapat

perhatian serius karena keadaan ekonomi ini relative mudah

diukur dan berpengaruh besar terhadap konsumen pangan.

Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian (Rompas,

2016) dengan menggunakan uji korelasi spearman , tingkat

pendidikan ayah r=0,085 dengan nilai p = 0,415 (>0,05)

pendidikan ibu r=0,129 dengan nilai p=0,214(>0,05), jumlah

tanggungan keluarga r=0,034 dengan nilai p= 0,745 (>0,05),

jumlah pendapatam keluarga r=0,424 dengan nilai p= 0,000

(<0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan

keluarga dan tidak ada hubungan yang bermakna antara

Page 35: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

21

pendidikan ayah, pendidikan ibu, jumlah tanggungan keluarga

dengan status gizi.

b. Pengetahuan

Walapun bahan makanan dapat disediakan oleh keluarga dan

daya beli memadai tetapi karena kekurangan pengetahuan ini bisa

menyebabkan keluarga tidak menyediakan makanan

beranekaragam dan bergizi setiap hari bagi keluarganya.

Berdasarkan hasil penelitian (Santi, 2018) bahwa tidak

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan siswi tentang status

gizi remaja putri SMA Muhamadiyah Sragen ditunjukan dengan

nilai sig (0,082) > 0,05. Sedangkan berdasarkan hasil uji korelasi

ganda oleh (Laenggeng and Lumalang, 2015) terdapat hubungan

yang sangat rendah anatra pengetahuan gizi dan sikap memilih

jajanan dengan status gizi siswa di SMPN 1 Palu (nilai R = 0,131)

namun uji signifikan menunjukan tidak terdapat hubungan yang

signifikan karena Fhitung < Ftabel yaitu Fhitung (0,585) dan

Ftabel (3,31).

c. Pola Asuh

Pola asuh orang tua merupakan proses perkembangan dan

pertumbuhan anak baik secara fisik maupun psikis. Orang tua

memberikan dorongan bagi anak dengan mengubah tingkah laku,

Page 36: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

22

pengetahuan, dan nilai-nilai yang tepat bagi anak supaya anak

mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat.

Pola asuh makan orang tua kepada anak atau parenatal

feeding adalah perilaku orang tua yang menunjukan bahwa mereka

memberikan makan pada anaknya baik dengan pertimbangan atau

tanpa pertimbangan (Anugra, 2007).

Menurut (Wardlaw, 2007) tipe pola asuh makan atau

parenatal feeding style dikelompokan menjadi 4 yaitu :

1) Emotional feeding

Emotional feeding atau memberikan makanan agar anak

tenang, merupakan salah satu tipe pola asuh makan

dimana orang tua memberikan makanan agar anaknya

tenang saat si anak merasa marah, cemas, menangis dan

lain-lain.

2) Instrumental feeding

Instrumental feeding merupakan satu tipe pola asuh

makan dimana orang tua memberikan hadiah atau

reward berupa makanan jika anak berperilaku baik atau

melakukan hal yang diperintahkan oleh orang tua.

3) Prompting or encouragement to eat

Merupakan tipe pola asuh makan dimana orangtua

mendorong anaknya untuk makan dan menguji jika

anaknya memakan makanan yang telah disediakan.

Page 37: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

23

Mendorong anak untuk makan disini bukan hanya

menyuruh anak makan tapi juga memastikan anaknya

memakan makanannya.

4) Control over eating

Ditipe ini, orang tua dengan tegas memutuskan apa yang

anaknya makan, menentukan makanan baik jenis dan

jumlah makanannya, serta orang tua menentukan kapan

anak harus makan dan berhenti makan.

d. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan biasa disebut dengan PKPR atau

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja adalah program pemerintah

yang diampu Dinas Kesehatan di tingkat Kabupaten/kota, untuk

melayani kesehatan remaja. Program yang dijalankan meliputi

konseling yang kontak dengan petugas kesehatan, pendidikan

keterampilan hidup sehat, pemberian informasi dan edukasi. Di

pelananan kesehatan remaja juga terdapat program gizi remaja

yang meliputi pengertian gizi, zat gizi, gizi seimbang yang di

dalamnya ada pesan khusus gizi seimbang untuk remaja,

menyusun menu gizi seimbang, cara menilai status gizi, dan

masalah gizi pada remaja.

Berdasarkan penelitian (Merry, et al., 2015) didapatkan

hubungan peran tenaga kesehatan (nilai p=0,032), dukungan

Page 38: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

24

keluarga (nilai p= 0,025), dan tingkat pengetahuan (nilai p=0,002)

dengan status gizi pada remaja SMP. Dapat dismimpulkan bahwa

tenaga kesehatan, keluarga, dan tingkat pengetahuan berperan

dalam keadaan status gizi remaja.

2.5. Kebiasaan Makan Remaja

2.5.1. Pengertian Kebiasaan Makan

Kebiasaaan (habit) adalah pola untuk melakukan tanggapan

terhadap situasi tertentu untuk di pelajari oleh seorang individu dan

yang di lakukan secara berulang untuk hal yang sama. Kebiasaan

adalah pola perilaku yang diperoleh dari pola praktik yang terjadi.

Kebiasaan makan yaitu suatu pola kebiasaan konsumsi yang

diperoleh karena terjadi berulang-ulang (Khumaidi, 2008).

Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok

individu memilih pangan apa yang dikonsumsi sebagai reaksi

terhadap pengaruh fisiologis, psikologi dan social budaya. Kebiasaan

makan bukanlah bawaan sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar

(Suhardjo, 2010).

2.5.2. Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari

meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan

(Kemenkes, 2013). Sedangkan menurut (Suhardjo, 2016) frekuensi

makan merupakan berulang kali makan sehari dengan jumlah 3 kali

Page 39: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

25

makan pagi, makan siang, dan makan malam. Frekuensi makan ini

disesuaikan dengan waktu pengosongan lambung yakni 3-4 jam.

Dalam kebiasaan makan sehari-hari biasanya frekuensi

makan sering tidak teratur seperti terlambat makan atau menunda

waktu makan bahkan tidak makan dapat membuat perut mengalami

kekosongan dalam jangka waktu yang lama. Frekuensi makan yang

tidak teratur tentunya akan dapat menyerang lambung. Frekuensi

makan malam juga tidak boleh terlalu dekat dengan waktu tidur

(Adriani, 2013).

2.5.3. Isi Piringku

Isi piringku merupakan panduan konsumsi makanan sehari-

hari yang diluncurkan pemerintah Indonesia melalui Kementrian

Republik Indoneisa untuk menggantikan slogan 4 sehat 5 sempurna

yang sudah tak relevan lagi dengan perkembangan zaman saat ini.

Pelaksanaan program ini didukung sepenuhnya oleh Danone Indonesia

karena sejalan dengan gerakan Alimentation Revolution atau Revolusi

Pangan Danone. Karena pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi anak

sangat penting, maka asupan makanan anak di dalam isi piring

makanya seluruh nutrisi bisa terpenuhi dengan baik.

Porsi isi piringku yang dianjurkan Kemenkes adalah :

1. Makanan pokok (sumber karbohidrat; singkong, beras,

mie/bihun, jagung, sagu, kentang) dengan porsi 2/3 dari ½

piring.

Page 40: HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI …

26

2. Lauk pauk (sumber protein hewani; ikan dan hasil laut lainnya,

ayam, sapi, telur, susu dan produk olahnnya. Sumber protein

nabati; tempe, tahu, kacang-kacangan) dengan porsi 1/3 dari ½

piring.

3. Sayur-sayuran (sumber vitamin dan mineral; terong, wortel,

bayam, salada air, lobak, bayam, brokoli, tomat dll) dengan

porsi 2/3 dari ½ piring

4. buah-buahan (sumber vitamin dan mineral; pisang, mangga,

pepaya, apel, jambu, jeruk, dukuh dll) dengan porsi 1/3 dari ½

piring

Sekilas empat kelompok bahan makanan tersebut sangat mirip

dengan konsep 4 sehat 5 sempurna, yang membedakan ialah dalam

hal porsi makanan serta komponen susu yang di hilangkan, karena

susu merupakan salah satu makanan sumber protein sehingga susu di

masukan ke dalam kelompok lauk pauk (Manjilala, 2019).