HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN
GASTRITIS DI KLINIK DHANANG HUSADA
SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Dhanang Prasetyo
NIM ST13018
PROGAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DIKLINIK DHANANG HUSADA SUKOHARJO
Oleh
Dhanang PrasetyoNIM ST13018
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 7 Agustus 2015 dandinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing utama, Pembimbing pendamping,
Atiek Murharyati, S.Kep, Ns, M.Kep Anissa Cindy Nurul A., S.Kep, Ns, M.KepNIK. 200680021 NIK. 201188087
Penguji,
Rahajeng Putriningrum, S.ST, M.KesNIK. 201083059
Surakarta, 7 Agustus 2015Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M.KepNIK. 201279102
ii
3
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dhanang Prasetyo
NIM : ST13018
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun
perguruan tinggi lain.
2) Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan dari tim penguji.
3) Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan,
Dhanang Prasetyo
NIM ST13018
iii
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan sujud syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala keagungan dan kemahabesaranNya. Hanya dengan petunjuk,
rahmat dan karuniaNya hingga skripsi yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA
STRES DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI KLINIK DHANANG HUSADA
SUKOHARJO” ini dapat terselesaikan.
Proses penyusunan skripsi ini tidak sedikit halangan dan rintangan yang
penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan skripsi ini. Atas bantuan,
arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan selama penyusunan skripsi ini,
dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Atiek Murharyati, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan
serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Anissa Cindy Nurul A., S.Kep, Ns, M.Kep, selaku pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan arahan,
bimbingan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen, staf pengajar dan karyawan STIKes Kusuma Husada yang telah
banyak memberikan wawasan dan segala bentuk bantuan kepada penulis.
iv
5
6. Segenap pasien yang melakukan pemeriksaan di Klinik Dhanang Husada
Sukoharjo yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Bapak dan ibu yang tak henti-hentinya mendoakan penulis dan selalu
memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.
8. Istri dan anakku tercinta, yang telah memberikan motivasi dan doa serta kasih
sayangnya.
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
v
6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
ABSTRACT................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah .............................................................. 4
1.3. Tujuan penelitian ............................................................... 5
1.4. Manfaat penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan teori..................................................................... 7
2.1.1 stres .......................................................................... 7
2.1.2 gastritits.................................................................... 11
2.2. Keaslian penelitian............................................................. 20
2.3. Kerangka teori ................................................................... 21
2.4. Kerangka konsep ............................................................... 21
vi
7
2.5. Hipotesis ............................................................................ 22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan rancangan penelitian ............................................ 23
3.2 Populasi dan sampel ........................................................... 23
3.3 Tempat dan waktu penelitian .............................................. 25
3.4 Variabel, definisi operasional dan skala pengukuran........... 25
3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data ........................ 26
3.6 Teknik pengolahan data dan analisa data ............................ 28
3.7 Etika penelitian..................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Karakteristik responden ....................................................... 33
4.2. Analisis univariat ................................................................. 34
4.3. Analisis bivariat ................................................................... 35
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik responden ....................................................... 36
5.2. Tingkat stres ......................................................................... 38
5.3. Kejadian gastritits................................................................. 39
5.4. Hubungan antara stres dengan kejadian gastritis ................. 40
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan .......................................................................... 44
6.2. Saran .................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
8
DAFTAR TABEL
Nomor tabel Judul tabel Halaman
Tabel 2.1 Keaslian penelitian........................................................... 20
Tabel 3.1 Definisi operasional.......................................................... 26
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur..................... 33
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 33
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan .............. 34
Tabel 4.4 Analisis univariat variabel stres ...................................... 34
Tabel 4.5 Analisis univariat kejadian gastritits................................ 35
Tabel 4.6 Tabulasi silang variabel stres dengan kejadian gastritis. 36
viii
9
DAFTAR GAMBAR
Nomor gambar Judul gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka teori 21
Gambar 2.2 Kerangka konsep 21
ix
10
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor lampiran Keterangan
1 F01 Usulan topik penelitian
2 F02 Pengajuan judul skripsi
3 F04 Pengajuan ijin studi pendahuluan
4 F07 Pengajuan ijin penelitian
5 Jadwal penelitian
6 Surat studi pendahuluan
7 Surat ijin penelitian
8 Surat keterangan balasan penelitian
9 Lembar permohonan menjadi responden
10 Lembar persetujuan menjadi responden
11 Kuesioner
12 Tabulasi hasil penelitian
13 Hasil penelitian SPSS
14 Lembar konsultasi
x
11
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Dhanang Prasetyo
Hubungan Antara Stres Dengan Kejadian Gastritisdi Klinik Dhanang Husada Sukoharjo
Abstrak
Gastritis atau dikenal dengan sakit maag adalah peradangan dari mukosa lambungyang disebabkan faktor iritasi dan infeksi. Gejala gastritis yaitu nyeri ulu hati, rasatidak nyaman, nyeri pada saluran pencernaan, mual, muntah, kembung, lambungterasa penuh dan sakit kepala. Kekambuhan penyakit gastritis atau gejala munculberulang karena salah satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau stres. Hasil studipendahuluan di Klinik Dhanang Husada terletak di tengah pemukiman padatpenduduk dan disekitarnya berdiri pabrik-pabrik konveksi pada bulan Juli sampaidengan Agustus 2014 terdapat 214 pasien dengan gastritis dan dari hasilwawancara dengan pasien diketahui bahwa pasien berobat dengan gejala keluhansakit perut bagian atas yang disebabkan karena mengabaikan atau melupakanwaktu makan karena kesibukan kerja dan tekanan pekerjaan yang berlebihan.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan stres dengan kejadiangastritits.
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik deskriptifdengan desain cross sectional. Teknik sampling menggunakan insidentalsampling pada 70 wanita usia produktif yang datang ke klinik Dhanang HusadaSukoharjo dengan gejala gastritis. Penelitian dilakukan di Klinik Dhanang HusadaSukoharjo. Cara pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisismenggunakan chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan strespada tingkat sedang yaitu sebanyak 28 orang (40,0%), responden menderitagastritis sebanyak 39 orang (44,3%) dan ada hubungan antara stres dengankejadian gastritis (2 = 20,93) dan secara statistik signifikan (p = 0,000 < 0,05),dimana semakin tinggi tingkat stres maka semakin rentan terkena gastritis.
Pasien hendaknya menekan terjadinya stres karena dapat menyebabkanterjadinya gastritis, salah satu upaya mengurangi stres adalah dengan mengurangijam kerja ataupun menambah waktu istirahat
Kata Kunci : stres, gastritis, wanita usia produktifDaftar Pusatka : 26 (2005-2014)
xi
12
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Dhanang Prasetyo
Correlation between Stress and Gastritis Incidence atDhanang Husada Clinic of Sukoharjo
ABSTRACT
Gastritis or known as peptic ulcer is an inflammation of the gastric mucosacaused by irritation and infection factors. The symptoms of gastritis are heartburn,discomfort, pain in the gastrointestinal tract, nausea, vomiting, abdominalbloating, gastritis fullness feeling and headache. One of the causes of gastritis orthe symptoms recurrence is psychological factor or stress. The result ofpreliminary research at Dhanang Husada Clinic located in the middle of denselypopulated settlement and surrounded by convection factories, which was done inJuly to August 2014 shows that there were 214 patients with gastritis. Moreover,the interview with the patients shows that patients with upper abdominal pain dueto neglecting or forgetting the mealtime because of busy work and excessive workpressure were admitted to the aforementioned clinic. The objective of thisresearch is to analyze the correlation between the stress and the gastritis incidence.
This research used the descriptive analytic observational method with thecross-sectional design. The samples of research consisted of 70 productive agewomen gastritis who were admitted to Dhanang Husada Clinic of Sukoharjo. Thedata of research were collected through questionnaire and analyzed with the Chi-square test.
The result of the research shows that 28 respondents (40.0%) had themoderate level of stress, and 39 respondents (44.3%) had gastritis. Thus, therewas a correlation between the stress and the gastritis incidence as indicated by thevalue of 2 = 20.93 and the p-value = 0.000 which was less than 0.05, meaningthat the higher the stress level was, the more vulnerable to gastritis the respondentwas.
Therefore, the patients shall suppress the stress incidence since it can causegastritis. Ways to reduce the stress are reducing working hours and adding morebreaks.
Keywords : stress, gastritis, productive age womenReferences : 26 (2005-2014)
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai
pentingnya menjaga kesehatan lambung karena gastritis atau sakit maag akan
sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang
dewasa. Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan peradangan
(pembengkakan) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan
infeksi (Rahma, dkk, 2013). Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus
menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan risiko untuk
terkena kanker lambung hingga menyebabkan kematian. Berbagai penelitian
menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak
ditemui akibat dari gastritis fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh
kasus. Gastritis fungsional merupakan sakit yang bukan disebabkan oleh
gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh pola makan
yang kurang sesuai, faktor psikis dan kecemasan (Saydam, 2011).
Gastritis adalah penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat.
Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya. Gejala penyakit gastritis diantaranya adalah nyeri pada ulu hati,
mual, muntah, kembung, diare dan pusing. Gastritis yang tidak ditangani
dengan benar dapat menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya adalah
1
2
peptic ulcer, gangguan absorbsi vitamin B12 dan kanker lambung (Handayani,
dkk, 2012).
Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi. Penelitian yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis dibeberapa
kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6% yaitu di Kota Medan, di
beberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%,
Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2%
(Sulastri, dkk, 2012).
Gastritis bukanlah suatu penyakit tunggal, namun beberapa kondisi-
kondisi yang berbeda yang semuanya mempunyai peradangan lapisan
lambung. Gastritis dikenal di masyarakat dengan istilah sakit maag atau sakit
ulu hati, kondisi ini bisa timbul mendadak yang biasanya ditandai dengan rasa
mual dan muntah, nyeri, perdarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun atau
sakit kepala (Gobel, 2012).
Gastritis dapat disebabkan beberapa faktor. Penyebab gastritis antara
lain oleh iritasi, infeksi, dan atropi mukosa lambung. Dimana faktor-faktornya
berawal dari faktor stres, alkohol, infeksi Helicobacter pylori dan
Mycobacteria spesies, serta obat-obatan seperti NSAIDs (Nonsteroidal
Antiinflammatory Drugs), dan lain-lain yang dapat mengiritasi mukosa
lambung. Gejala yang umum muncul pada penderita gastritis yaitu nyeri ulu
hati, rasa tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian
atas, rasa mual, muntah, kembung, lambung terasa penuh, disertai sakit
kepala. Gejala ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Kekambuhan
3
penyakit gastritis atau gejala muncul berulang karena salah satunya
dipengaruhi faktor kejiwaaan atau stres (Misnadiarly, 2009).
Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap
saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Produksi
asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya pada beban kerja
berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat dapat
mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan, lama-kelamaan dapat
menyebabkan terjadinya gastritis. Bagi sebagian orang, keadaan stres
umumnya tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, maka kuncinya adalah
mengendalikannya secara efektif dengan cara diet sesuai dengan kebutuhan
nutrisi, istirahat cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup
(Saorinsong, dkk, 2014).
Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun
jenis kelamin. Beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis
karena tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan
kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor
lingkungan (Hartati, dkk, 2014).
Penelitian Rahmawati (2010) menyebutkan beberapa faktor presdiposisi
dalam munculnya kekambuhan gastritis adalah karakteristik responden, stres
psikologis, dan perilaku konsumsi. Berdasarkan penelitiannya mengenai
hubungan antara karakteristik responden, stres psikologis, perilaku makan dan
minum dengan kekambuhan penyakit gastritis di puskesmas Lamongan tahun
2010 didapatkan hasil adanya hubungan antara stres psikologi dengan
4
kekambuhan gastritis dengan prevelensi rasio 2,19 untuk responden yang
sangat rentan stres psikologis dan prevelensi rasio 2,83 untuk responden yang
rentan stres psikologi. Penelitian tersebut sebanding dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gustin (2011) didapatkan bahwa faktor stres berhubungan
dengan kejadian grastitis.
Studi pendahuluan dilakukan di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo
yang terletak di tengah pemukiman padat penduduk dan di sekitarnya berdiri
pabrik-pabrik konveksi, pada tanggal 11 Nopember 2014 diketahui bahwa
dalam bulan Juli sampai dengan Agustus 2014 terdapat 214 pasien dengan
kejadian gastritis. Hasil wawancara dengan 5 pasien datang untuk
memeriksakan diri dengan keluhan sakit pada perut bagian atas, dan dari
pasien tersebut dilakukan wawancara bahwa pasien sering mengabaikan atau
melupakan waktu makan karena kesibukan mereka yang disebabkan karena
tekanan pekerjaan yang berlebihan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan stres dengan kejadian gastritis
di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo.
1.2 Rumusan Masalah
Stres pada usia produktif dapat disebabkan berbagai hal, salah satunya
adalah tekanan pekerjaan yang berlebihan. Stres memiliki efek negatif melalui
mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko
untuk mengalami gastritis.
5
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka peneliti tertarik melakukan
penelitian bagaimana hubungan antara stres dengan kejadian gastritis di Klinik
Dhanang Husada Sukoharjo ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian gastritis di Klinik
Dhanang Husada Sukoharjo.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui karakteristik demografi pasien dengan gejala gastritis di
Klinik Dhanang Husada Sukoharjo.
2. Mengetahui tingkat stres pasien di Klinik Dhanang Husada
Sukoharjo.
3. Mengetahui kejadian gastritis pasien di Klinik Dhanang Husada
Sukoharjo.
4. Mengetahui hubungan antara stres dengan kejadian gastritis pasien
di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
6
1.4.1. Bagi klinik
Sebagai masukan untuk tenaga kesehatan memberikan konseling
kepada pasien yang mengalami gastritis untuk dapat mengurangi
tingkat stresnya agar tidak terjadi kekambuhan gastritis.
1.4.2. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu keperawatan tentang
hubungan stres dengan kejadian gastritis.
1.4.3. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan wawasan
atau pengetahuan bagi peneliti khususnya mengenai hubungan stres
dengan kejadian gastritis.
1.4.4. Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti
selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lain tentang faktor
yang berubungan dengan kejadian gastritis.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Stres
2.1.1.1. Pengertian
Stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi
antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut
merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara
tuntutan situasi dan sumber-sumber dari sistem biologis, psikologis dan
sosial yang terdapat dalam dirinya (Dewi, 2009).
Stres adalah suatu respon non spesifik tubuh terhadap setiap
kebutuhan dan stimuli konsep yang lebih bernuansa biologis karena
perubahan temperatur mekanik (Sinaga, 2013).
Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan tubuh
yang terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan
dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada
individu seperti dampak: fisiksosial, intelektual, psikologis dan spiritual
(Pathmanathan dan Husada, 2013).
Stres pada dasarnya tidak selalu berdampak negatif, karena stres
kadang dapat bersifat membantu dan menstimulasi individu untuk
bertingkah laku positif. Stres yang berdampak positif biasa disebut dengan
7
8
eustress dan stres yang berdampak negatif biasa disebut dengan distress.
Stres bukan hanya sebagai stimulus atau respon, karena setiap individu
dapat memberikan respon yang berbeda pada stimulus yang sama. Adanya
perbedaan karakteristik individu menyebabkan adanya perbedaan respon
yang diberikan kepada stimulus yang datang (Gunawati, dkk, 2006).
2.1.1.2. Jenis-jenis stres
Quick dan Quick dalam Almasitoh (2011) mengkategorikan jenis
stres menjadi dua, yaitu: (1) eustress, adalah akibat positif yang
ditimbulkan oleh stres yang berupa timbulnya rasa gembira, perasaan
bangga, menerima sebagai tantangan, merasa cakap dan mampu,
meningkatnya motivasi untuk berprestasi, semangat kerja tinggi,
produktivitas tinggi, timbul harapan untuk dapat memenuhi tuntutan
pekerjaan, serta meningkatnya kreativitas dalam situasi kompetitif. (2)
distress, adalah akibat negatif yang merugikan dari stres, misalnya
perasaan bosan, frustrasi, kecewa, kelelahan fisik, gangguan tidur, mudah
marah, sering melakukan kesalahan, timbul sikap keragu-raguan,
menurunnya motivasi, meningkatnya absensi, serta timbulnya sikap apatis.
2.1.1.3. Faktor yang mempengaruhi stres
Menurut Indriana, dkk (2010), beberapa faktor yang mempengaruhi
stres antara lain:
1. Variabel dalam diri individu
Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis
kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku,
kebudayaan, status ekonomi.
9
2. Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas
emosi secara umum, kepribadian ketabahan, locus of control,
kekebalan, ketahanan.
3. Variabel sosial-kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan,
jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.
4. Hubungan dengan lingkungan sosial
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang
diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal.
5. Strategi koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-
unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber
stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari
lingkungan sekitar.
2.1.1.4. Sumber stres (stressor)
Sumber stres dapat berubah-ubah, sejalan dengan perkembangan
manusia tetapi kondisi stres juga dapat terjadi di setiap saat sepanjang
kehidupan. Stresor merupakan semua faktor yang mempengaruhi
timbulnya stres yang mengganggu keseimbangan dalam tubuh. Menurut
Smet dalam Indriana, dkk (2010) sumber-sumber stres antara lain
adalah :
10
1. Dari dalam diri: stres juga akan muncul dalam seseorang melalui
penilaian dari kekuatan motivasional yang melawan bila seseorang
mengalami konflik. Konflik merupakan sumber utama stres.
2. Di dalam keluarga: stres dapat bersumber dari interaksi di antara
para anggota keluarga seperti perselisihan dalam masalah keuangan,
kehadiran anggota keluarga baru. Ada beberapa stresor dalam
keluarga, yaitu perselisihan dalam masalah keuangan, perasaan
saling acuh tak acuh, perbedaan yang tajam dalam menentukan
tujuan, kebisingan karena suara radio, televisi atau tape yang
dinyalakan dengan suara keras sekali, keluarga yang tinggal di
lingkungan yang terlalu sesak, dan kehadiran adik baru. Stresor lain
dalam keluarga adalah kehilangan anak yang disayangi akibat
bencana alam, kesakitan atau kecelakaan, kematian suami atau istri.
2.1.1.5. Gejala stres
Indriana, dkk (2010) menyatakan bahwa beberapa gejala stres
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Gejala fisiologik, meliputi: denyut jantung bertambah cepat, banyak
berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan terganggu, otot
terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan
lambung dan seterusnya,
2. Gejala psikologik, meliputi : resah, sering merasa bingung, sulit
berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, tidak enak perasaan
kewalahan (exhausted) dan sebagainya.
11
3. Tingkah laku, meliputi : berbicara cepat sekali, menggigit kuku,
menggoyang-goyangkan kaki, gemetaran, berubah nafsu makan
(bertambah atau berkurang) dan seterusnya.
Gejala‐gejala stres yang biasanya timbul menurut Robbins (2008),
dapat dibagi menjadi tiga yaitu : (a) gejala fisiologis, stres dapat
menciptakan perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak
jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan
sakit kepala, serta menyebabkan serangan jantung, (b) gejala psikologis,
stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres muncul dalam keadaan
psikologis lain, misalnya : ketegangan, kecemasan, mudah marah,
kebosanan dan suka menunda-nunda dan (c) gejala perilaku, gejala stres
yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam
produktivitas, absensi dan tingkat keluarnya karyawan, perubahan dalam
kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara
cepat, gelisah dan gangguan tidur.
2.1.2 Gastritis
2.1.2.1 Pengertian
Penyakit gastritis adalah suatu penyakit luka atau lecet pada mukosa
lambung. Seseorang penderita penyakit gastritis akan mengalami keluhan
nyeri pada lambung, mual, muntah, lemas, kembung, dan terasa sesak,
nyeri pada ulu hati, tidak ada nafsu makan, wajah pucat, suhu badan naik,
12
keringat dingin, pusing atau bersendawa serta dapat juga terjadi
perdarahan saluran cerna (Sulastri, dkk, 2012).
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang
disebabkan oleh kuman helicobakteri pylori yang dapat bersifat akut,
kronik difus atau lokal (Angkow, dkk, 2014).
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran
pencernaan yang paling sering terjadi. Gastritis lambung merupakan
gangguan umum diskontinuitas dari mukosa lambung, yang disebabkan
oleh berbagai faktor seperti alkohol, stres, obat antiinflamasi, dan lain-lain.
Penderita gastritis umumnya mengalami gangguan pada saluran
pencernaan atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan
perasaan penuh di perut, mual, muntah, dan bersendawa (Saroinsong, dkk,
2014).
Gastritis terjadi karena ketidaksesuaian lambung dengan makanan
yang dimakan seperti makanan yang pedas (cabai atau merica) atau
makanan yang memiliki kadar lemak tinggi, sehingga produksi asam
lambung tidak terkontrol (Yuliarti, 2009). Penyakit gastritis dapat
menyerang dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin. Beberapa survei
menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif. Usia
produktif rentan terserang gejala gastritis karena tingkat kesibukan serta
gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah
terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan.
13
2.1.2.2 Jenis gastritis
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran hispatologi yang khas,
distribusi anatomi, dan kemungkinan patogenesis gastritis. Didasarkan
pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik
(Prince, 2005).
1. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan,
biasanya bersifat jinak dan sembuh sempurna (Prince, 2005). Gastritis
akut terjadi akibat respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan
lokal. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus
merupakan penyakit yang ringan. Bentuk terberat dari gastritis akut
disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan
jaringan parut dapat terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus.
2. Gastritis kronik
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang
terjadi pada lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri
atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Gastritis
kronis didefenisikan secara histologis sebagai peningkatan jumlah
limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat paling ringan
gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai
bagian sub epitel di sekitar cekungan lambung. Kasus yang lebih parah
14
juga mengenai kelenjar-kelenjar pada mukosa yang lebih dalam, hal ini
biasanya berhubungan dengan atrofi kelenjar (gastritis atrofi kronis)
dan metaplasia intestinal.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari
dua tipe, yaitu tipe A yang merupakan gastritis autoimun yang
terutama mengenai tubuh dan berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan
tipe B yang terutama meliputi antrum dan berkaitan dengan infeksi
Helicobacter pylori. Terdapat beberapa kasus gastritis kronis yang
tidak tergolong dalam kedua tipe tersebut dan penyebabnya tidak
diketahui.
2.1.2.3 Faktor-faktor penyebab gastritis
Beberapa faktor penyebab grastitis berdasarkan kajian teori dan
penelitian terdahulu antara lain adalah :
1. Pola makan
Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang
tidak baik dan tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis dan jumlah
makanan, sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung
meningkat. Pola makan atau pola konsumsi pangan merupakan
susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi seseorang atau
sekelompok orang pada waktu tertentu. Pola makan merupakan
variabel yang erat kaitannya dengan kejadian gastritis. Hal tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahma, dkk (2013) yang
15
mengemukakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan
timbulnya gastritis.
2. Keteraturan makan
Keteraturan makan berkaitan erat dengan waktu makan setiap
hari. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat
pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus Jika rata-rata lambung
kosong antara 3-4 jam, maka jadwal makan ini pun menyesuaikan
dengan kosongnya lambung. Makan tidak teratur memicu timbulnya
berbagai penyakit karena terjadi ketidakseimbangan dalam tubuh.
Ketidakteraturan ini berhubungan dengan waktu makan. Biasanya, ia
berada dalam kondisi terlalu lapar namun kadang-kadang terlalu
kenyang. Sehingga, kondisi lambung dan pencernaannya menjadi
terganggu (Hidayah, 2012).
3. Jenis makanan
Jenis makanan merupakan variasi dari beberapa komponen
makanan, jenis makanan yang dimaksudkan adalah jenis makanan yang
berisiko untuk penderita gastritis yang dikonsumsi selama ini. Beberapa
jenis makanan tersebut berupa makanan yang mengandung gas (sawi,
kol, kedondong), makanan yang bersantan, makanan yang pedas, asam,
dan lain-lain. Mengonsumsi makanan berisiko, salah satunya makanan
yang pedas secara berlebihan akan merangsang sistem pencernaan,
terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Bila kebiasaan
mengonsumsi makanan tersebut lebih dari satu kali dalam seminggu
16
dan dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan iritasi pada lambung
yang disebut dengan gastritis. Jenis makanan merupakan faktor risiko
terjadinya grastitis (Rahma, dkk, 2013).
4. Frekuensi makan
Frekuensi makan merupakan intensitas makan dalam sehari
yang meliputi makanan lengkap (full meat) dan makanan selingan
(snack), apabila frekuensi makan sehari-hari semakin kecil, tidak
memenuhi makanan lengkap dan makanan selingan maka akan rentan
untuk terkena penyakit maag. Hal ini disebabkan perut dibiarkan
kosong selama lebih dari tiga jam, sehingga asam lambung pun
semakin banyak diproduksi oleh lambung. Rahma, dkk (2013) dalam
penelitiannya diketahui bahwa frekuensi makanan merupakan faktor
risiko terjadinya grastitis. Angkow, dkk, (2013) menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi makan dengan
kejadian gastritis.
5. Kopi
Kopi adalah minuman yang terdiri dari berbagai jenis bahan dan
senyawa kimia; termasuk lemak, karbohidrat, asam amino, asam nabati
yang disebut dengan fenol, vitamin dan mineral. Kopi diketahui
merangsang lambung untuk memproduksi asam lambung sehingga
menciptakan lingkungan yang lebih asam dan dapat mengiritasi
lambung. Iritasi lambung tersebut menyebabkan penyakit maag atau
gastritis. Orang yang mengidap penyakit maag mempunyai asam
17
lambung yang sensitif. Kafein di dalam kopi bisa mempercepat proses
terbentuknya asam lambung. Hal ini membuat produksi gas dalam
lambung berlebih dan membuat perut terasa kembung. Rahma, dkk
(2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa mengkonsumsi kopi
merupakan faktor risiko terjadinya grastitis.
6. Alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit akan merangsang
produksi asam lambung berlebih, nafsu makan berkurang, dan mual.
Hal tersebut merupakan gejala dari penyakit gastritis. Alkohol dalam
jumlah yang banyak dapat merusak mukosa lambung (Rahma, dkk,
2013).
7. Merokok
Rokok mengandung ± 4000 bahan kimia, asap yang terkandung
dalam rokok mengandung berbagai macam zat yang sangat reaktif
terhadap lambung. Nikotin dan kadmium adalah dua zat yang sangat
reaktif yang dapat mengakibatkan luka pada lambung. Ketika seseorang
merokok, nikotin akan mengerutkan dan melukai pembuluh darah pada
dinding lambung. Iritasi ini memicu lambung memproduksi asam lebih
banyak dan lebih sering dari biasanya. Nikotin juga memperlambat
mekanisme kerja sel pelindung dalam mengeluarkan sekresi getah yang
berguna untuk melindungi dinding dari serangan asam lambung. Jika
sel pelindung tidak mampu lagi menjalankan fungsinya dengan baik,
maka akan timbul gejala dari penyakit gastritis. Rahma, dkk (2013)
18
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor
risiko terjadinya gastritis.
8. Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Mengonsumsi obat-obat tertentu dapat menyebabkan gastritis,
obat anti inflamasi non steroid (OAINS) merupakan jenis obat yang
memiliki efek menyebabkan gastritis. Obat anti inflamasi non steroid
bersifat analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi. Sebagai analgesik,
obat anti inflamasi non steroid hanya efektif terhadap nyeri dengan
intensitas rendah sampai sedang. Sebagai antipiretik, obat anti
inflamasi non steroid akan menurunkan suhu badan hanya dalam
keadaan demam dan sebagai anti inflamasi hanya meringankan gejala
nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara
simtomatik (Hidayah, 2012). Rahma, dkk (2013) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAINS) merupakan faktor risiko terjadinya grastitis.
9. Riwayat gastritis keluarga
Riwayat gastritis keluarga merupakan pengkajian riwayat
kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga yang meliputi
tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga
sebelumnya. Untuk riwayat gastritis keluarga yang diteliti, riwayat
keluarga yang dimaksudkan bukanlah dikarenakan adanya hubungan
secara genetik yang diturunkan dari orang tua responden, melainkan
19
lebih ke arah kebiasaan dalam keluarga sehingga terdapat anggota
keluarga yang gastritis. Rahma, dkk (2013) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa riwayat gastritis keluarga merupakan faktor risiko
terjadinya gastritis.
10. Stres
Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran
pencernaan yang paling sering terjadi. Gastritis lambung merupakan
gangguan umum diskontinuitas dari mukosa lambung, yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti alkohol, stres, obat
antiinflamasi, dan lain-lain. Penderita gastritis umumnya mengalami
gangguan pada saluran pencernaan atas, berupa nafsu makan
menurun, perut kembung dan perasaan penuh di perut, mual, muntah,
dan bersendawa. Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme
neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk
mengalami gastritis. Saroinsong, dkk (2014) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa stres berhubungan dengan kejadian grastitis.
20
2.2 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1. Keaslian penelitian
Nama peneliti Judul penelitian Metode Hasil penelitian
Rahma, dkk(2013)
Faktor risikokejadian gastritis diwilayah kerjaPuskesmas KampiliKabupaten Gowa
Metode :observasionalanalitikAnalisis dataregresi logistik
Pola makan (jenis makanandan frekuensi makan),kebiasaanmeminum kopi, merokok,penggunaan obat antiinflamasi non steroid, danriwayat gastritiskeluarga merupakan faktorrisiko kejadian grastitis .Keteraturan makan dankonsumsi alkohol bukanfaktor risiko kejadiangrastitis.
Saroinsong,dkk (2014)
Hubungan stresdengan kejadiangastritis padaremaja kelas XI IPAdi SMA Negeri 9Manado
Metode :observasionalanalitikAnalisis datachi square
Ada hubungan yangsignifikan antara stresdengan kejadiangastritis pada remaja.
Atmaja (2011) Faktor-faktor yangmempengaruhikekambuhanpenyakit gastritis diPuskesmas KebumenII
Metode :deskriptif analitikAnalisis datachi square danregresi logistik
Ada hubungan antara polamakan yang tidak teratur,alkohol, stress, kafein, polamakan yang terlalu banyakterhadap kekambuhangastritis.
Rahmawati(2011)
Hubungan antarakarakteristikresponden, strespsikologis, perilakumakan dan minumdengan kekambuhanpenyakit gastritis diPuskesmasKecamatanLamongan tahun2010
Metode :deskriptif analitikAnalisis datachi square
Stres psikologis, sikapmakan dan minum sertatindakan makandan minum memilikihubungan dengankekambuhan gastritis.
21
2.3 Kerangka Teori
Keterangan :DitelitiTidak diteliti
Gambar 2.1. Kerangka teoriSumber : Smet (2004), Rahma, dkk (2013), Angkow, dkk (2014)
2.4 Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 2.2. Kerangka konsep
Stres Grastitis
Stres Grastitis
Faktor yang mempengaruhistres- Diri individu- Karakteristik kepribadian- Sosial kognitif- Lingkungan sosial- Strategi koping
Faktor yang mempengaruhigastritis- Pola makan- Keteraturan makan- Jenis makanan- Frekuensi makanan- Kopi- Alkohol- Merokok- Penggunaan Obat Anti
Inflamasi Non Steroid(OAINS)
- Riwayat gastritis keluarga
22
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara
dari suatu penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah :
H0 : tidak ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis.
H1 : ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik
deskriptif. Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara
cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
(Notoatmodjo, 2010). Alasan peneliti menggunakan metode ini karena data
yang digunakan merupakan data kasus lama dan kasus baru (prevalensi).
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gastritis yang
berobat di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo, bulan Juli s/d Agustus 2014
sebanyak 214 pasien, sehingga rata-rata perbulan adalah 70 pasien.
3.2.2.Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).
23
24
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 70 wanita usia produktif yang datang
ke klinik Dhanang Husada Sukoharjo dengan gejala gastritis.
3.2.3 Teknik sampling
Penentuan pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik
nonprobability sampling. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa non
probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010) bahwa sampling jenuh
adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Arikunto (2010) menyatakan bahwa istilah lain sampel
jenuh adalah sensus atau penelitian populasi dimana semua anggota
populasi dijadikan sampel.
Sampel diambil dari semua kejadian gastritis di klinik Dhanang Husada
Sukoharjo dalam rentang waktu satu bulan. Kriteria inklusi yang akan
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pasien wanita yang datang di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo.
2. Pasien dalam usia produktif (20 – 35 tahun).
3. Pasien yang memiliki keluhan gastritis.
4. Pasien bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan
penyakit komplikasi.
25
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo. Dasar
pertimbangan lokasi adalah bahwa Klinik Dhanang Husada Sukoharjo terletak di
tengah pemukiman padat penduduk dan di sekitarnya berdiri pabrik-pabrik
konveksi yang mayoritas tenaga kerjanya adalah wanita. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015.
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran.
3.4.1 Variabel
Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari
satu subjek ke subjek lainnya (Hidayat, 2007). Variabel independen (bebas)
adalah variabel yang menentukan variabel lain dan variabel independen
merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam
2013). Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini yaitu kejadian
gastritis dan variabel bebas (indpenden) stres.
26
3.4.2 Definisi operasional
Tabel 3.1 Variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran
Variabel Definisi operasional Alat ukur Indikatorpenilaian
Skala ukur
Stres Respon dari kondisiyang terjadi ketikaindividu merasatertekan karenaketidakmampuannyamenyesuaikan diridengan tuntutan yangdiberikan kepadanya
Kuesioner 1. 0-14 normal2. 15-18 ringan3. 19-25
sedang
Ordinal
Gastritis Gastritis adalah suatuperadangan mukosalambung yang bersifatakut, kronik, difus ataulokal, dengankarakteristikanoreksia, perasaanpenuh diperut(tengah), tidak
nyaman padaepigastrium, mual, danmuntah
Kuesioner Jawaban ya = 1,artinyamengalamigastritis
Jawaban tidak =0, artinya tidakmengalamigastritis
Nominal
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat penelitian
Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner untuk
pengukuran stres dan lembar checklist untuk mengukur gastritis.
Pengukuran stres menggunakan modifikasi kuesioner Depression Anxiety
and Stress Scale yang terdiri dari 14 item pernyataan menggunakan skala
27
Likert 0 – 3 yaitu skor 0 tidak pernah, skor 1 jarang, skor 2 sering dan skor 3
selalu (Suerni, 2012).
Modifikasi kuesioner stres tersebut telah dilakukan oleh uji validitas
pada 30 orang responden. Hasil uji validitas diperoleh rentang nilai 0,469 –
0,882 > dari r tabel 0,361. Hasil uji reliabilitas menggunakan cronbach
alpha sebesar 0,936 > 0,70. (Suerni, 2012).
Angka kejadian gastritis diukur dengan menjawab kuesioner yang
terdiri dari 1 pertanyaan apakah mengalami gastritis atau tidak. Skor untuk
pertanyaan adalah 1 jika jawaban ya, artinya sudah dinyatakan mengalami
gastritis oleh dokter dan 0 jika jawaban tidak, artinya belum atau tidak
dinyatakan mengalami gastritis (Saroinsong, dkk, 2014).
3.5.2 Cara pengumpulan data
3.5.2.1 Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil
dari objek atau subjek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013). Data
primer dalam penelitian ini adalah kuesioner stres dan kejadian gastritis.
3.5.2.2 Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak secara
langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh melalui literatur yang relevan dan sumber lain
yang mendukung penelitian ini.
28
3.6. Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data
3.6.1. Teknik pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul, maka langkah
yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Sebelum
melaksanakan analisa data beberapa tahapan harus dilakukan terlebih
dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data
tidak mendapat kendala. Langkah-langkah pengolahan yaitu:
3.6.1.1 Pengecekan data (editing)
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan,
kejelasan dan kesesuaian data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul
mulai dari karakteristik responden, kueisoner stres dan cheklist gastritis.
3.6.1.2 Pemberian kode data (coding)
Tahap ini merupakan suatu proses penyusunan secara sistematis data
mentah ke dalam bentuk yang sudah dibaca untuk pengolahan data.
Peneliti membuat kode untuk hasil penelitian yang didapat. Coding
merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Pada variabel independen yaitu stres,
peneliti menggunakan kode 1 untuk stres dan 0 untuk tidak stres.
Sedangkan untuk kejadian grastitis kode 1 untuk ya, kejadian gastristis dan
0 untuk tidak kejadian gastritis.
29
3.6.1.3 Pemrosesan data (entery)
Pada tahap ini dilakukan data yang telah diubah menjadi kode
kedalam mesin pengolahan data. Pemrosesan data dilakukan dengan
memasukan data ke paket program komputer yang sesuai dengan paket
program data ke program komputer yang sesuai dengan varibel masing-
masing.
3.6.1.4 Pembersihan data(cleaning)
Peneliti memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukan
kedalam mesin pengolahan data sudah sesuai dengan sebenarnya. Proses
akhir dari pengolahan data adalah dengan melakukan pemeriksaan kembali
kode yang sudah di entery data untuk melihat ada tidaknya kesalahan
dalam entery data. Selanjutnya melakukan tabulasi data yaitu
mengelompokkan data ke dalam tabel menurut kategorinya sehingga data
siap dilakukan analisis secara univariat maupun bivariat.
3.6.1.5 Tabulating
Kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel kemudian
diolah dengan bantuan komputer.
3.6.2. Analisa data
Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh responden
yang dikumpulkan. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif
mengunakan statistik (Sugiyono 2010)
30
3.6.2.1 Analisis univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan prosentase dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2010). Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
%100 nfP
Keterangan :
P : Prosentase
n : Jumlah sampel
f : Frekuensi kejadian
3.6.2.2 Analisis bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square.
Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas
dengan variabel terikat dengan skala pengukuran nominal/ordinal (Dahlan,
2011). Rumus yang digunakan yaitu :.
k
i fh
fhfox
1
22
Keterangan :
x2 = chi square
fo = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang diharapkan (Sugiyono, 2010).
31
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 95 % dengan nilai α 0,05.
Apabila x2 hitung < x2 tabel, maka hipotesa nol (Ho) diterima dan Ha
ditolak. Kesimpulannya tidak ada hubungan antara stres dengan kejadian
gastritis.
Sebaliknya bila x2 hitung > x2 tabel, maka hipotesa nol (Ho) ditolak
dan Ha diterima. Kesimpulannya ada hubungan antara stres dengan
kejadian gastritis.
3.7. Etika Penelitian
Etika penelitian menurut Hidayat (2007), terdiri dari 3 macam yaitu:
3.7.1 Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden, dengan bentuk lembar persetujuan. Lembar persetujuan
diberikan sebelum penelitian kepada responden yang akan diteliti. Lembar
ini dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian, sehingga
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak, maka
peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak
subjek.
3.7.2 Anonimity
Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan
kode pengganti nama responden.
32
3.7.3 Confidentiality
Informasi yang telah dikumpulkan dari responden akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, dan hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
4.1.1 Umur responden
Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel
4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan umur
Umur f %20-29 Tahun 54 77,130-35 Tahun 16 22,9
Total 70 100
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia
antara 20 tahun sampai 29 tahun yaitu sebanyak 54 orang (77,1%).
4.1.2 Pendidikan responden
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan f %Dasar 16 22,8
Menengah atas 44 62,9Tinggi 10 14,3Total 70 100
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
tingkat pendidikan menengah atas yaitu SMA/SMK sebanyak 44 orang
(62,9%).
33
34
4.1.3 Pekerjaan responden
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada
tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan f %IRT 22 31,4
Petani 13 18,6Buruh pabrik 31 44,3
PNS 4 5,7Total 70 100
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
pekerjaan sebagai buruh pabrik yaitu sebanyak 31 orang (44,3%).
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis univariat variabel penelitian (stres dan kejadian gastritis)
adalah sebagai berikut :
4.2.1 Analisis univariat variabel stres
Hasil analisis univariat variabel stres dapat dilihat pada tabel 4.4
sebagai berikut :
Tabel 4.4. Analisis univariat variabel stres
Stres f %Normal 27 38,6Ringan 15 21,4Sedang 28 40,0Total 70 100
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki
tingkatan stres pada tahap sedang yaitu sebanyak 28 orang (40,0%).
35
4.2.2 Analisis univariat variabel kejadian gastritis
Hasil analisis univariat variabel kejadian gastritis dapat dilihat
pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5. Analisis univariat variabel kejadian gastritis
Kejadian Gastritis f %Gastritis 39 55,7
Tidak gastritis 31 44,3Total 70 100
Tabel 4.5. menunjukkan bahwa mayoritas responden menderita
gastritis yaitu sebanyak 39 orang (55,7%).
4.3. Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square untuk mengetahui
hubungan variabel stres dengan kejadian gastritis dapat dilihat pada tabel
4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.6. Tabulasi silang variabel stres dengan kejadian gastritis
Stres
Kejadian gastritisTotal p
value2Gastritis Tidak gastritis
F % F % F %
Normal 6 8,6 21 30,0 27 38,6
0,000 20,93Ringan 10 14,3 5 7,1 15 21,4Sedang 23 32,9 5 7,1 28 40,0Total 39 55,8 31 44,2 70 100
Tabel 4.6. hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan stres
dengan kejadian gastritis (2 = 20,93) dan secara statistik signifikan (p =
0,000).
36
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
5.1.1. Umur responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
berusia antara 20 tahun sampai 29 tahun yaitu sebanyak 54 orang
(77,1%). Hal tersebut menandakan bahwa pada usia tersebut merupakan
rentang usia yang produktif dalam bekerja dengan tekanan pekerjaan
yang berlebihan. Robbins (2012) menyatakan bahwa adanya tugas yang
terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres,
akan menjadi sumber stres apabila banyaknya tugas tersebut tidak
sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu
yang tersedia bagi karyawan. Jika banyaknya tugas tidak disertai
dengan kemampuan dan waktu yang memadai, maka akan cenderung
menjadi penyebab munculnya stres kerja.
Usia yang rentan terserang stres karena mengahadapi dinamika
kehidupan yaitu pada usia produktif, yaitu antara 15 sampai 45 tahun.
Aminullah (2008) menyatakan bahwa pada usia produktif sering
berhadapan dengan tantangan, dan apabila tidak mampu mengaturnya
bisa berpotensi stres. Selain lingkungan sosial yang makin kompleks,
kebiasaan orang dalam usia produktif yang tidak selektif dalam
konsumsi makanan juga mempengaruhi tingkat stres. Makanan yang
masuk kedalam tubuh dapat mempengaruhi perkembangan otak,
36
37
kondisi otak yang kurang baik mempengaruhi kemampuan mental
seseorang ketika menghadapi tantangan.
5.1.2. Pendidikan responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki tingkat pendidikan menengah atas yaitu SMA/SMK sebanyak
44 orang (62,9%). Candrawinata (2015) menyatakan bahwa tingkat
pendidikan seseorang mempengaruhi daya tahannya dalam menghadapi
stres. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi
keberhasilannya melawan stres. Orang yang pendidikannya tinggi lebih
mampu mengatasi masalah daripada orang yang pendidikannya rendah.
Pendidikan seseorang mempengaruhi pengetahuan atau
penerimaan informasi terkait dengan kesehatan sehingga akan lebih
memperhatikan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Indriana, dkk (2010), bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi stres
5.1.3. Pekerjaan responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki pekerjaan sebagai swasta yaitu sebanyak 31 orang (44,3%).
Hasil ini mendukung dari penelitian terdahulu dari Nasution dan Adi
(2011) diketahui bahwa stres tingkat menengah hingga tinggi terdapat
pada 73,25% pekerja gilir (shift), dimana stres tersebut lebih banyak
terjadi pada pekerja yang terpapar bising dibandingkan yang tidak
terpapar. Tidak pernah menggunakan ear plug merupakan salah satu
38
faktor dominan yang berkaitan dengan stres. Umumnya yang menjadi
penyebab adalah konflik dalam pekerjaan (conflict of role).
5.2. Tingkat Stres
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan
stres pada tingkat sedang yaitu sebanyak 28 orang (40,0%), dimana
mayoritas responden mengalami merasa sulit tenang setelah marah dan
merasa sensitif. Stres adalah respon tubuh tidak spesifik terhadap kebutuhan
tubuh yang terganggu. Stres merupakan suatu fenomena universal yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari dan akan
dialami oleh setiap orang. Stres memberikan dampak secara total pada
individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis, dan spiritual
(Pathmanathan dan Husada, 2013).
Gejala‐gejala stres pada tingkat sedang pada usia produktif menurut
Nasution dan Adi (2011) antaranya lebih sering terlambat dan sering absen.
Penelitian terbaru oleh Melchior et al (2009) menyebutkan bahwa frekuensi
absen sakit pekerja dapat menilai apakah pekerja tersebut rentan mengalami
depresi di masa datang. Selain gejala tersebut, gejala lainnya adalah menarik
diri dari lingkungan sosial di tempat kerja, bereaksi berlebihan pada hal kecil,
mengalami kecelakaan di tempat kerja, timbul keluhan dari teman kerja,
menurunnya produktivitas kerja, membutuhkan waktu lama untuk
menyelesaikan pekerjaan yang sudah masuk tenggat waktu, kesulitan
mengingat kembali instruksi yang diberikan dan mengerti prosedur,
39
memikirkan hal lain saat bekerja, mengambil waktu lebih lama saat istirahat,
dan penggunaan internet atau telepon untuk kepentingan pribadi secara
berlebihan.
Stres pada dasarnya tidak selalu berdampak negatif, karena stres
kadang dapat bersifat membantu dan menstimulasi individu untuk bertingkah
laku positif. Stres yang berdampak positif biasa disebut dengan eustres dan
stres yang berdampak negatif biasa disebut dengan distres. Stres bukan hanya
sebagai stimulus atau respon, karena setiap individu dapat memberikan
respon yang berbeda pada stimulus yang sama. Adanya perbedaan
karakteristik individu menyebabkan adanya perbedaan respon yang diberikan
kepada stimulus yang datang (Gunawati, dkk, 2006).
5.2. Kejadian Gastritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menderita
gastritis. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran
pencernaan yang paling sering terjadi. Gastritis lambung merupakan
gangguan umum diskontinuitas dari mukosa lambung, yang disebabkan oleh
berbagai faktor seperti alkohol, stres, obat antiinflamasi, dan lain-lain.
Penderita gastritis umumnya mengalami gangguan pada saluran
pencernaan atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan
penuh di perut, mual, muntah, dan bersendawa (Saroinsong, dkk, 2014).
Gastritis terjadi karena ketidaksesuaian lambung dengan makanan yang
dimakan seperti makanan yang pedas (cabai atau merica) atau makanan yang
40
memiliki kadar lemak tinggi, sehingga produksi asam lambung tidak
terkontrol (Yuliarti, 2009).
Hartati, dkk (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penyakit
gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin.
Beberapa survey menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia
produktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki umur 20 – 29 tahun sebanyak 54 orang (77,1%). Hal ini berarti
bahwa responden berada pada rentang usia yang produktif, yaitu produktif di
dalam bekerja. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis karena
tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan
serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan.
5.3. Hubungan Antara Stres dengan Kejadian Gastritis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara stres
dengan kejadian gastritis (2 = 20,93) dan secara statistik signifikan (p =
0,000 < 0,05). Dimana semakin tinggi tingkat stres maka semakin rentan
terkena gastritis.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dari Saroinsong,
dkk (2014), bahwa ada hubungan yang signifikan antara stres dengan
kejadian gastritis pada remaja. Atmaja (2011) dalam penelitiannya juga
menunjukkan bahwa ada hubungan stres terhadap kekambuhan gastritis. Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Rahmawati (2011) bahwa stres memiliki
hubungan dengan kekambuhan gastritis. Handayani, dkk (2012) dalam
41
penelitiannya menyatakan bahwa penyakit gastritis merupakan salah satu
penyakit psikomatik yang salah satu penyebabnya adalah stres. Stres yang
dialami oleh pasien gastritis dapat timbul melalui lingkungan pekerjaan.
Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun
jenis kelamin. Hartati, dkk (2014) menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala
gastritis karena tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang
memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh
faktor-faktor lingkungan.
Pada usia produktif dengan tuntutan pekerjaan yang besar membuat
seseorang terkadang mempunyai pola dan frekuensi makan yang tidak teratur
sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya gastritis. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Angkow, dkk (2014) bahwa orang yang memiliki pola
makan tidak teratur, mudah terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus
diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditundanya pengisian, asam lambung akan
mencerna lapisan mukosa lambung, karena ketika kondisi lambung kosong,
akan terjadi gerakan peristaltik lambung bertambah intensif yang akan
merangsang peningkatan produksi asam lambung sehingga dapat timbul rasa
nyeri diulu hati (Ikawati, 2010).
Anna (2013) menyatakan bahwa kaum wanita memang lebih gampang
stres. Berbagai hal bisa menyebabkan tekanan emosional pada diri mereka,
mulai dari pekerjaan di kantor, pengasuhan anak, sampai soal penampilan.
Kaum wanita beresiko 40 persen lebih besar untuk mengalami gangguan
42
psikologi, dimana wanita rentan mengalami depresi, gangguan panik, fobia,
insomnia, gangguan stres pasca trauma, serta gangguan pola makan, selain itu
aspek biologis, psikologis, dan lingkungan bisa menjelaskan mengapa stres
lebih sering dialami wanita. Pengaruh hormon selama kehamilan dan masa
menopuase juga menyebabkan wanita rentan depresi. Selain itu kaum wanita
juga berupaya lebih keras dalam menjaga hubungannya dengan pasangan.
Mereka juga tak segan mencari pertolongan profesional jika mengalami
gejala depresi, sehingga mereka lebih sering didiagnosis.
Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin
terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis.
Hal ini diperuat dari penelitian Saroinsong, dkk (2014) yang mengemukakan
bahwa efek stres pada saluran pencernaan antara lain menurunkan saliva
sehingga mulut menjadi kering, menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol
pada otot esophagus sehingga menyebabkan sulit untuk menelan, peningkatan
asam lambung,
Hasil penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh
Rahma, dkk (2013) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres
dengan kejadian gastritis, di mana bahwa satu lagi penyebab maag adalah
stres, Sistem persyarafan dari otak itu berhubungan ke lambung. Jadi, jika
stres tanpa disadari juga memicu terproduksi asam lambung secara
berlebihan. Asam lambung yang berlebihan ini yang bisa mengakibatkan
munculnya rasa nyeri pada lambung. Sedangkan menurut Hidayat, (2010)
mengatakan bahwa stres yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan
43
reaksi yang ada pada tubuh. Reaksi pada sistem pencernaan dapat mengalami
gangguan seperti lambung terasa kembung, mual, pedih karena peningkatan
asam lambung (gastritis).
44
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Sebagian besar responden berusia antara 20 tahun sampai 29 tahun
yaitu sebanyak 54 orang (77,1%), dengan tingkat pendidikan menengah
atas yaitu SMA/SMK sebanyak 44 orang (62,9%) dan bekerja sebagai
swasta yaitu sebanyak 31 orang (44,3%).
6.1.2.Mayoritas responden dengan stres pada tingkat sedang yaitu sebanyak
28 orang (40,0%).
6.1.3.Mayoritas responden menderita gastritis yaitu sebanyak 39 orang
(55,7%).
6.1.4.Ada hubungan antara stres dengan kejadian gastritis (2 = 20,93) dan
secara statistik signifikan (p = 0,000 < 0,05), dimana semakin tinggi
tingkat stres maka semakin rentan terkena gastritis.
6.2. Saran
6.2.1.Bagi tenaga kesehatan (klinik)
Tenaga kesehatan hendaknya memberikan konseling kepada pasien
yang mengalami gastritis untuk dapat mengurangi tingkat stresnya agar
tidak terjadi kekambuhan gastritis.
6.2.2. Institusi pendidikan
Institusi pendidikan hendaknya menambah literatur tentang stres
ataupun kejadian gastritis demi meningkatkan pemahaman mahasiswa.
44
45
6.2.3.Pasien
Pasien hendaknya menekan terjadinya stres karena dapat menyebabkan
terjadinya gastritis, salah satu upaya mengurangi stres adalah dengan
mengurangi jam kerja ataupun menambah waktu istirahat.
6.2.4. Peneliti lain
Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian tentang faktor lain
yang dapat menyebabkan gastritis, misalnya adalah pola makan
46
DAFTAR PUSTAKA
Almasitoh, UH. (2011). Stres Kerja Ditinjau dari Konflik Peran Ganda danDukungan Sosial pada Perawat. Psikoislamika : Jurnal Psikologi Islam.Volume 8 No.1.
Aminullah. (2008). Usia Produktif Rentan Stres. Diakses darihttp://www.republika.co.id. Diakses tanggal 29 Juli 2015.
Anna, LK. (2013). Wanita Lebih Rentan Stres Emosional. Diakses darihttp://health.kompas.com, tanggal 29 Juli 2015.
Angkow, J., dkk. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan KejadianGastritis Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kota Manado. Manado : ProgramStudi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam RatulangiManado.
Atmaja, F. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekambuhan PenyakitGastritis di Puskesmas Kebumen II. Gombong : STIKES MuhammadiyahGombong.
Chandrawinata, J. (2015). Tingkat Pendidikan Pengaruhi Daya Tahan Stres.Diakses http://www.pelita.or.id, tanggal 29 Juli 2015.
Dewi, MP. (2009). Studi Meta Analisis : Musik Untuk Menurunkan Stres. JurnalPsikologi. Vol 3 No. 2.
Gobel, SA. (2012) Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang PenyakitGastritis (Maag) Di Kelurahan Hunggaluwa Kecamatan Limboto.Pharmacetical and Science Journal. Vol 10 No.1.
Gunawati, dkk. (2006). Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi MahasiswaDosen Pembimbing Utama Skripsi dengan Stres dalam Menyusun SkripsiPada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran UniversitasDiponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro Vol.3 No. 2,Desember ; 93 - 115
Gustin, RK. (2011). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian GastritisPada Pasien Yang Berobat Jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota BukitTinggi Tahun 2011. Artikel Penelitian Universitas Andalas.
Handayani, SD, dkk. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dengan KekambuhanPasien Gastritis di Puskesmas Jatinangor. Student-ejournal Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Padjajaran. Vol 1 No. 1.
47
Hartati, Sri, dkk, (2014). Hubungan Pola Makan Dengan Resiko Gastritis PadaMahasiswa Yang Menjalani Sistem KBK. JOM PSIK. Vol. 1 No.2.
Hidayah. (2012). Kesalahan-kesalahan Pola Makan Pemicu Seabrek PenyakitMematikan. Jogjakarta : Buku Biru.
Hidayat. AA. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data.Jakarta: Salemba Medika
__________. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.Surabaya : Health Books Publishing.
Indriana, Y, dkk (2010). Tingkat Stres Lansia Di Panti Wredha “Pucang Gading”Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No. 2.
Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis (Dyspepsia atauMaag). Jakarta : Pustaka Populer OBDA.
Nasution, K dan Adi. NP. (2011). Stres Okupasi, Masalah Kesehatan Pekerja yangTerabaikan. Journal Indonesian Medicine Association, Vol 61 No. 12
Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis: Jakarta : Salemba Medika.
Pathmanathan, VV dan Husada, MS. (2013). Gambaran Tingkat Stres PadaMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara SemesterGanjil Tahun Akedemik 2012/2013. e-journal FK USU Vol. 1 No.1,2013.
Prince, SA. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC.
Rahma, M, dkk. (2013). Faktor Risiko Kejadian Gastritis Di Wilayah KerjaPuskesmas Kampili Kabupaten Gowa. Makasar : Bagian EpidemiologiFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar
Rahma, N., dkk (2013). Hubungan Antara Pola Makan Dan Stres DenganKejadian Penyakit Gastritis Di Rumah Sakit Umum MassenrempuluEnrekang. Jurnal STIKES Nani Hasanudin. Vol 1 No. 6
Rahmawati. (2011). Hubungan antara Karakteristik Responden, Stres Psikologis,Perilaku Makan dan Minum dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis diPuskesmas Kecamatan Lamongan Tahun 2010. Surabaya : FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
48
Saroinsong, M, dkk (2014). Hubungan Stres Dengan Kejadian Gastritis PadaRemaja Kelas XI IPA DI SMA Negeri 9 Manado. Jurnal Keperawatan. Vol2 No. 2.
Saydam. (2011). Memahami Berbagai Penyakit (Penyakit Pernapasan danGangguan Pencernaan). Bandung : Alfabeta.
Sinaga, D. (2013). Pengaruh Stress Psikologis Terhadap Pasien Psoriasis. JurnalIlmiah Widya. Volume 1 Nomor 2
Suerni, T. (2012). Analisa Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat StresPerawat ICU di RSU di Jawa Tengah. Tesis. Depok : Fakultas IlmuKeperawatan Program Studi Magister Keperawatan Peminatan KeperawatanJiwa Universitas Indonesia.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sulastri, S, dkk. (2012). Gambaran Pola Makan Penderita Gastritis Di WilayahKerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu Kecamatan Kampar Kiri HuluKabupaten Kampar Riau Tahun 2012. Medan : Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Sumatera Utara
Yuliarti. (2009). Maag: Kenali, Hindari dan Obati. Yogyakarta: C.V ANDI
49
Top Related