Download - HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/K1A112075_sitedi_PDF SKRIPSI.pdf · tension meters of mercury. The data were analyzed by Chi-square

Transcript

i

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADAPERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS

KENDARI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo

Oleh :

Ahmad Chaer Darwis

K1A1 12 075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2017

i

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADAPERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS

KENDARI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo

Oleh :

Ahmad Chaer Darwis

K1A1 12 075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2017

i

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADAPERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS

KENDARI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Sarjana S-1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo

Oleh :

Ahmad Chaer Darwis

K1A1 12 075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2017

ii

iii

iv

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STRES DENGAN HIPERTENSI PADA PERAWATDI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS KENDARI

Oleh:

Ahmad Chaer DrwisK1A1 12 075

Tingginya insidensi stres di Indonesia juga merupakan alasan mengapa stres harusdiprioritaskan penanganannya sebab pada tahun 2008 tercatat sekitar 10 % daritotal penduduk Indonesia mengalami gangguan mental atau stress. Tujuan daripenelitian ini adalah mengetahui hubungan stres dengan hipertensi pada perawat diRumah Sakit Umum Bahteramas Kendari.

Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan rancangan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah perawat PNS/NonPNS di Rumah SakitUmum Bahteramas Kendari. sebanyak 148 orang. Metode yang digunakan dalampengambilan sampel adalah total sampling. Instrumen yang digunakan dalampenelitian ini adalah Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) untuk menilaistresb dan pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter air raksa. Datadianalisis menggunakan uji statistic Chi-square. Data dikatakan bermakna jika pvalue ≤0,05.

Hasil penelitian yang didapatkan adalah perawat yang mengalami stres sebanyak 63orang (42,6%) dan perawat yang tidak mengalami stres sebanyak 85 orang (57,4%).Dan perawat yang mengalami hipertensi sebanyak 66 orang (44,6%) dan perawatyang tidak hipertensi sebanyak 82 orang (55,4%). Berdasarkan uji statistic ditemukanbahwa terdapat hubungan yang bermakna stres dan hipertensi pada perawat(p=0,004)

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan stres dengan hipertensi padaperawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari.

Kata Kunci: Hipertensi, Perawat, Stres.

v

ABSTRACT

THE CORRELATION OF STRESS WITH HYPERTENSION IN NURSE ATBAHTERAMAS GENERAL HOSPITAL KENDARI.

By:

Ahmad Chaer DarwisK1A1 12 075

The high incidence of stress in Indonesia is also the reason why stress should beprioritized handling because in 2008 recorded about 10% of the total population ofIndonesia experiencing mental disorders or stress. The purpose of this study is todetermining the correlation of stress with hypertension in nurse at BahteramasGeneral Hospital Kendari.

This study is an observational analytic study with cross-sectional design. Thepopulation of this study are nurses of PNS (government employees) / NonPNS atBahteramas General Hospital Kendari. As many as 148 people. The method used insampling is total sampling. The instrument used in this study is Depression AnxietyStress Scale 42 (DASS 42) to assess stress and blood pressure measurements usingtension meters of mercury. The data were analyzed by Chi-square statistic test. Datameans to be significant if p value ≤0,05.

The major of this study is nurses are getting stressed as many as 63 people (42,6%)and nurses are not getting stressed as many as 85 people (57,4%). And nurses aregetting hypertension as many as 66 people (44.6%) and non-hypertension nurses asmany as 82 people (55,4%). Based on statistic test it was found that there is asignificant correlation of stress and hypertension in nurse (p = 0,004)

The conclusion of this study is there is a correlation of stress with hypertension innurse at Bahteramas General Hospital Kendari.

Keywords: Hypertension, Nurse, Stress

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil

penelitian yang berjudul “ Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Perawat Di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari” Untuk memenuhi sebagian

persyaratan mencapai derajat sarjana (S-1) pada Program Studi Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran Universitas Haluoleo.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini

banyak hambatan dan tantangan yang penulis dapatkan, namun atas bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak serta motivasi yang tiada henti disertai harapan yang

optimis dan tekad yang kuat sehingga dapat mengatasi semua ini.

Terimakasih yang tidak terhingga penulis ucapkan kepada dr.Junuda RAF,

M.Kes Sp.KJ selaku pembimbing I dan dr. Ashaeryanto,M.MedED

Selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dengan tulus

ikhlas dan penuh kesabaran serta kesungguhan hati memberikan arahan dan

bimbingan kepada penulis dalam menyusun hasil penelitian ini.

Terkhusus penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua tercinta Ayahanda

Darwis S.Ali dan kedua ibunda tercinta Ir.Halimah mudjib S,Pi dan

Dra.Hj.A.Rosmaria S.Ali, yang telah mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih

sayang serta doa restunya kepada penulis. Tak lupa pula adik-adik ku tersayang

Muhammad Yahya Darwis, Iva Nada Larasati,Iva Nabila Salsabila, Ahmad Ali

Pahlevi yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa dan kebersamaannya, serta

seluruh keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan dan semangat

dalam menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Penulis juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan

yang sebesar-besarnya kepada :

vii

1. Dr.Muhammad Zamrun F,S.Si,.M.Sc selaku Rektor Universitas Halu Oleo.

2. dr. Juminten Saiman, Sp.OG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Halu Oleo.

3. dr. I Putu Sudayasa, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kedokteran Fakultas

Kedokteran Universitas Halu Oleo

4. dr.ZidaMaulina Aini M.ked.Trop selaku Ketua Program Studi Pend. Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

5. dr. Amiruddin Eso,M.Kes, dr. Zida Maulina Aini, M.Ked,Trop , dr.

Arimaswati,M.Sc selaku tim penguji yang telah memberikan banyak pengetahuan

serta saran dan kritik kepada penulis.

6. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo

yang telah mendidik dan membantu penulis selama perkuliahan dan dalam

penyelesaian hasil penelitian penulis, Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin

penelitian kepada penulis.

7. Pihak dan staf Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari

8. Helmianti Busri, S.ked atas doa dan dukungannya.

9. Sahabat sejawat saya “Chaer’sFam” : Yahdiyani W.T Uleng, S.Ked, Yacoba

Patandianan,S.Ked, Karina Fitrah Insani, S.Ked, Intan Triana, S.Ked, Widyanty

Hamdany,S.Ked, Xena Poetri XR,S.Ked, Dwi Pascawitasari, S.Ked Ade Putra

Saalino, S.Ked yang telah memberi saya bantuan, dorongan, semangat selama

menjalani perkuliahan dan menyelesaikan penelitian..

10. Seluruh teman-teman seperjuangan Costae Ve12a, Angkatan 2012 Fakultas

Kedokteran Universitas Halu atas persaudaraan, bantuan dan dorongannya selama

menjalani perkuliahan dan menyelesaikan hasil penelitian.

11. Kakak-kakak angkatan 2009, 2010 dan 2011 sertaadik –adik angkatan 2013 dan

2014 atas semangat yang diberikan khususnya kepada kakak asuh saya dr.Andi

Muh. Hidayat.

viii

12. Seluruh saudara-saudaraku Tim Bantuan Medis Ischiadicus Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo.

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam

rangka perbaikan hasil penelitian ini. Terlepas dari kekurangan yang ada, semoga

karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin YaaRabbalAlamin.

Kendari, 15Agustus 2017

Penulis

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL ............................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

ABSTRACT .........................................................................................................v

KATA PENGANTAR .........................................................................................vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ...............................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ 1B. Rumusan Masalah ............................................................................4C. Tujuan Penelitian..............................................................................5D. Manfaat Penelitian............................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan .............................................................71. Stres............................................................................. ................72. Hipertensi ....................................................................................183. Hubungan Stres dengan kejadian tingkat hipertensi ..................38

B. Kerangka Teori.................................................................................42C. Kerangka Konsep .............................................................................43D. Hipotesis Penelitian..........................................................................44

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian .......................................................................45B. Waktu dan Lokasi Penelitian............................................................45C. Populasi dan Sampel ........................................................................45D. Tehnik Pengumpulan Data ...............................................................47E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .....49F. Alur Penelitian..................................................................................51G. Tehnik Analisis Data........................................................................51

x

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................53

B. Hasil Penelitian ..................................................................................55

C. Pembahasan........................................................................................58

D. Keterbatasan Penelitian ......................................................................62

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.............................................................................................64

B. Saran...................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................69LAMPIRAN..........................................................................................................68

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC

VII21

2. Karakteristik Responden BerdasarkanJenis Kelamin

55

3. Karakteristik responden berdasarkan usia 56

4. Distribusi Stres Pada Perawat 56

5. Distribusi Hipertensi pada Perawat 57

6. Hubungan stres dengan Hipertensi 57

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

1. The Canadian Recommendation for The

Management of Hypertension 2014.

27

2. Kerangka Teori 42

3. Kerangka Konsep 43

4. Alur Penelitian 51

5. Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari 53

Xiii

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

LambangDanSingkatan Arti

ACE

ABPM

DASS 42

HPBM

IMT

JNC

mmHg

NHANES III

RAA

TDD

TDS

Angiotensin-Converting Enzyme

Ambulatory Blood Pressure Monitorirng

Depression Anxiety Stres Scale 42

Home Blood Pressure Monitoring

Indeks Massa Tubuh

Joint National Committee

Millimeter Hydrargyrum (merkuri)

The Third National Health and Nutrition

Examination Survey

Renin Angiotensin Aldosteron

TekananDarahDiastolik

TekananDarahSistolik

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Riwayat Hidup Penulis

Informed Consent

Kuesioner Penelitian

Master Tabel Penelitian

Hasil Analisis Data

Dokumentasi

Surat Izin Penelitian Oleh Badan

Penelitian Dan Pengembangan Provinsi

Sulawesi Tenggara

Surat Keterangan Telah Melakukan

Penelitian Oleh Rumah Sakit Umum

Bahteramas Kendari

68

69

70

72

76

79

82

83

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pengertian umum, stres adalah suatu tekanan atau

sesuatu yang terasa menekan dalam diri individu. Sesuatu tersebut

dapat terjadi disebabkan oleh ketidak seimbangan antara harapan dan

kenyataan yang dinginkan oleh individu, baik keinginan yang bersifat

jasmaniah maupun rohaniah. Menurut McGrath dalam Weinberg dan

Gould (2003), stress akan muncul pada individu bila ada ketidak

seimbangan atau kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhannya

baik yang bersifat jasmani maupun rohani.

Prevalensi stres di dunia cukup tinggi. Di Amerika, sekitar

75% orang dewasa mengalami stres berat dan jumlahnya cenderung

meningkat dalam satu tahun terakhir. Sementara itu di Indonesia, sekitar

1,33 juta penduduk Prevalensi stres di dunia cukup tinggi. Di

Amerika, sekitar 75% orang dewasa mengalami stres berat dan

jumlahnya cenderung meningkat dalam satu tahun terakhir. Sementara itu

di Indonesia, sekitar 1,33 juta penduduk.

Tingginya insidensi stres di Indonesia juga merupakan alasan

mengapa stres harus diprioritaskan penanganannya sebab pada tahun

2008 tercatat sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia mengalami

gangguan mental atau stress. Tingginya tingkat stres ini umumnya

2

diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan, Departemen statistika

menyatakan bahwa 31 juta jiwa atau 13,33 % penduduk Indonesia berada

pada garis kemiskinan dengan pengeluaran perbulan di bawah Rp

211.726,00 (Depkes, 2009).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan

tekanan darah.Penyakit ini dikategorikan sebagai The Silent Disease

karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum

memeriksakan tekanan darahnya. Berdasarkan kriteria Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation,and Treatment on High

Blood Presure VII (JNC-VII) yang diterapkan di Indonesia, seseorang

dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya sama dengan atau

lebih dari 140/90 mmHg (Girsang, 2013).

Hipertensi adalah the silent killer, karena hipertensi merupakan si

pembunuh diam-diam, Seseorang baru merasakan dampak gawatnya

hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Hipertensi pada dasarnya

mengurangi harapan hidup para penderitanya, penyakit ini menjadi muara

beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian. Dalam

hal ini dapat kita sebut terjadinya komplikasi kardiovaskular akut. Data

yang dikumpulkan dari berbagai literatur menunjukkan jumlah penderita

hipertensi dewasa seluruh dunia pada tahun 2005 adalah 975-978 juta

orang. Prevalensi ini diduga akan semakin meningkat setiap tahunnya

sampai mencapai angka 1,56 milyar atau 60% dari populasi orang dewasa

3

pada tahun 2025 (Bethesda, 2007). Berdasarkan data Dinas Kesehatan

Kota Kendari, Sulawesi Tenggara 2015 penderita hipertensi adalah 19.743

orang (Dinas kesehatan, 2015).

Faktor lingkungan yang berhubungan dengan tekanan darah tinggi

diantaranya adalah stres. Stres dan aktivasinya pada sistem saraf simpatis,

salah satu bagian dari sistem saraf otonom (tidak disadari), yang

mendominasi saat stres, memegang peran penting dalam menciptakan

tekanan darah tinggi. Telah menjadi semakin jelas bahwa perubahan gaya

hidup bisa menurunkan kadar kotekolamin, bahan kimia yang berpotensi

negatif yang meningkat saat stres. Kecemasan dan stres emosional

meningkatkan tekanan darah pada banyak orang, namun tidak semua

orang, dan walaupun ketegangan tidak selalu identik dengan hipertensi.

Penelitian berulang-ulang menunjukkan bahwa kecemasan adalah salah

satu emosi yang menyebabkan melonjaknya tekanan darah. Banyak

penelitian telah diketahui hubungan antara stress dan hipertensi. Seperti

misalnya pasien yang mengalami stress kecemasan sebelum dilakukan

operasi dapat mengalami peningkatan tekanan darah secara mendadak.

Tidak heran pula bila kita pernah mendengar seseorang mengalami

serangan jantung maupun stroke pada saat orang tersebut tidak dapat

mengontrol emosi negatif, seperti amarah (Braverman, 2008).

Berdasarkan penelitian Mahmudi terdapat hubungan antara stres

dengan kejadian hipertensi pada tahun 2012. Oleh karena itu, penulis

4

tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan stres dengan kejadian

hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti

lakukan pada tanggal 2 maret sampai 3 maret 2017 dengan menggunakan

sampel secara acak, dari 20 perawat 11 diantaranya mengalami Hipertensi.

Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan

stres dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana angka kejadian stres pada perawat di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara?

2. Bagaimana angka kejadian hipertensi pada perawat di Rumah Sakit

Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara?

3. Apakah terdapat hubungan antara stress dengan hipertensi pada

perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara?

5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui apakah terdapat hubungan antara stress dengan

hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara?

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui angka kejadian stres pada perawat di Rumah Sakit

Umum Bahteramas Kendari

b. Mengetahui angka kejadian hipertensi pada perawat di Rumah

Sakit Umum Bahteramas Kendari

c. Mengetahui hubungan antara stres dengan hipertensi pada perawat

di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan

bermanfaat, khususnya mengenai hubungan antara stress dengan

hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari.

2. Manfaat bagi pengelola Rumah Sakit Umum Bahteramas

Kendari

Memberikan informasi atau masukan tentang hubungan antara

stress dengan hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Kendari sebagai bahan pertimbangan dalam intervensi

6

pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit Umum Bahteramas dan

sebagai data kesehatan pegawai Rumah Sakit Umum Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara.

3. Manfaat institusi

a. Sebagai masukan dalam bidang psikiatri dan interna dalam

memberikan perhatian dan kenyamanan khususnya pada perawat

yang mengalami stress dan hipertensi.

b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi mahasiswa dan institusi

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo.

4. Manfaat bagi peneliti berikutnya

Sebagai salah satu referensi atau data pendukung untuk penelitian

selanjutnya khususnya untuk menangani permasalahan stress dengan

kejadian hipertensi.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Umum Kepustakaan

1. Stres

a. Definisi

Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis

akibat adanya tuntutan diri dan lingkungan (Nevid et al., 2002).

Stres adalah suatu tekanan fisik maupun psikis atau kejadian yang

tidak menyenangkan yang terjadi pada diri dan lingkungan di

sekitar berlangsung terus menerus sehingga kita tidak dapat

mengatasinya secara efektif (Marliani, 2007).

Stres dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang

mengganggu, atau mungkin akan mengganggu fungsi normal

psikologi seseorang, Pada tahun 1920, Walter Canon (1871-1945)

melakukan studi sistematis pertama dari hubungan stres terhadap

penyakit. Ia menunjukkan bahwa stimulasi dari sistem saraf

otonom redied organisme untuk respon "fight -or-flight" ditandai

oleh hipertensi, takikardi, dan meningkatkan curah jantungg. Ini

berguna dalam hewan yang bisa fight or flee; tetapi pada orang

yang bisa dilakukan tidak berdasarkan menjadi beradab, stres

berikutnya mengakibatkan penyakit (Sadock dkk, 2015).

8

b. Epidemiologi

Prevalensi stres di dunia cukup tinggi. Di Amerika,

sekitar 75% orang dewasa mengalami stres berat dan

jumlahnya cenderung meningkat dalam satu tahun terakhir.

Sementara itu di Indonesia, sekitar 1,33 juta penduduk

Prevalensi stres di dunia cukup tinggi. Di Amerika, sekitar

75% orang dewasa mengalami stres berat dan jumlahnya

cenderung meningkat dalam satu tahun terakhir. Sementara itu di

Indonesia, sekitar 1,33 juta penduduk. Tingginya insidensi stres

di Indonesia juga merupakan alasan mengapa stres harus

diprioritaskan penanganannya sebab pada tahun 2008 tercatat

sekitar 10 % dari total penduduk Indonesia mengalami gangguan

mental atau stres. Tingginya tingkat stres ini umumnya diakibatkan

oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan, Departemen statistika

menyatakan bahwa 31 juta jiwa atau 13,33 % penduduk Indonesia

berada pada garis kemiskinan dengan pengeluaran perbulan

dibawah Rp 211.726,00 (Depkes, 2009).

9

c. Sumber Stres

Stres yang dialami manusia berasal dari tiga sumber stres,

yaitu (Hidayat, 2007) :

1. Dalam diri

Pada umumnya disebabkan oleh konflik yang terjadi antara

keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai

permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan

tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres.

2. Dalam keluarga

Stres bersumber dari masalah keluarga yang ditandai

dengana adanya perselisihan masalah keluarga (anggota

keluarga sakit, putus sekolah), masalah keuangan serta adanya

tujuan yang berbeda antara keluarga. Permasalahan ini akan

selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres.

3. Dalam masyarakat dan lingkungan

Sumber stres dapat terjadi dilingkungan atau masyarakat

pada umumnya seperti lingkungan pekerjaan, secara umum

disebut sebagai stres pekerja karna lingkungan fisik, kurangnya

hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan

dimasyarakat sehingga sulit untuk berkembang kearah yang

lebih baik.

10

a. Klasifikasi & Etiologi ( Menurut Rice, 2008)

1. Stres kepribadian (personality stress)

Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masyrakat

dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang

pada masalah dan kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu

menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil resiko

terkena stres jenis yang satu ini.

2. Stres psikososial (psychosocial stress)

Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan

relasi dengan orang lain disekitarnya atau akibat situasi sosial

lainnya. Contohnya seperti stres adaptasi lingkungan baru,

masalah cinta, masalah keluarga, stres macet di jalan raya, dan

lain-lain.

3. Stres bioekologi (bio-echological stress)

Stres bio-ekologi adalah stres yang di picu oleh dua hal.

Yang pertama yaitu ekologi atau lingkungan seperti polusi

serta cuaca dan yang kedua akibat kondisi biologis seperti

akibata datang bulan, demam, asma, jerawatan, tambah tua,

dan banyak lagi akibat penyakit dan kondisi tubuh lainnya.

11

4. Stres pekerjaan (Job Stress)

Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan

seseorang. Persaingan jabatan, tekanan pekerjaan, deadline,

terlalu banyak kerjaan, ancaman PHK, target tinggi, usaha

gagal, persaingan bisnis, adalah beberapa hal umum yang

dapat memicu munculnya stres akibat karir pekerjaan.

5. Stres mahasiswa (student stress)

Dipicu oleh dunia perkuliahan. Dalam dunia perkuliahan

sendiri dikenal tiga kelompok stresor, yaitu stressor dari area

personal dan sosial, stressor dari gaya hidup dan budaya, serta

stressor yang datang dari faktor akademis kuliah itu sendiri

b. Gejala klinis stress

Stres dapat menyebabkan banyak perubahan pada tubuh.

Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fungsi tubuh, perasaan,

dan tingkah laku. Efek yang ditimbulkan stres misalnya sakit

kepala, mual, muntah, sulit tidur, sesak nafas, sulit berkonsentrasi,

mudah marah, sering buang air kecil, dan lain-lain (AIS, 2010 &

APA, 2007). Efek stres terhadap psikologis menurut The American

Institute of Stress (2012):

12

1. Pengaruh pada psikologis

a. Meningkatnya kecemasan, kekhawatiran, rasa bersalah, dan

gugup

b. Meningkatnya kemarahan, frustasi, permusuhan

c. Depresi, suasana hati sering berubah

d. Meningkat atau menurunnya rasa lapar

e. Insomnia, mimpi buruk, mimpi yang mengganggu.

f. Sulit berkonsentrasi, pikiran yang bercampur aduk

g. Kesulitan mengolah informasi baru

h. Pelupa, disorganisasi, kebingungan

i. Kesulitan mengambil keputusan

j. Sering menangis atau kepikiran bunuh diri

k. Merasa kesepian dan tidak berharga

l. Meningkatnya frustasi, mudah tersinggung, dan kegelisahan

m. Perilaku obsesif dan kompulsif

n. Menurunnya efikasi kerja atau produktivitas

o. Gangguan dalam berkomunikasi dan berbagi

p. Penarikan diri dari sosial dan isolasi

q. Kelelahan, lemas, capek yang menetap

r. Lebih sering menggunakan obat-obatan, dan lain-lain.

13

2. Pengaruh pada fisiologis tubuh

a. Sistem saraf

Ketika stres, fisik dan fisiologis akan mengubah suatu energi

ke posisi persiapan menghadapi ancaman, dikenal dengan

respon “fight or flight” (melawan atau lari). Saraf simpatis

merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan adrenalin dan

kortisol. Hormon-hormon ini akan menyebabkan jantung

berdebar lebih kencang, meningkatkan tekanan darah,

mengubah produksi pencernaan dan kadar glukosa dalam

darah.

b. Sistem muskuloskeletal

Pada keadaan stres, tonus otot meningkat. Kontraksi otot

dapat memicu sakit kepala, migrain, dan berbagai kondisi

muskuloskeletal lainnya.

c. Sistem pernafasan

Stres dapat menyebabkan bernafas lebih berat dan lebih cepat

atau hiperventilasi. Hal ini dapat memicu serangan panik

lebih cepat pada beberapa orang.

d. Sistem kardiovaskular

Stres akut menyebabkan peningkatan denyut jantung dan

kontraksi lebih kuat dari otot jantung. Pembuluh darah yang

menuju otot besar dan jantung dilatasi untuk meningkatkan

suplai darah. Episode berulangdari stres akut dapat

14

menyebabkan inflamasi pada arteri koroner sehingga menjadi

serangan jantung.

e. Sistem endokrin

Kelenjar adrenal menghasilkan kortisol dan epinefrin yang

sering disebut “hormon stress”. Ketika kortisol dan epinefrin

dilepaskan, hepar menghasilkan lebih banyak glukosa untuk

energi pada respon stres.

f. Tahapan stres

Menurut Yosep & Iyus (2009), gangguan stres biasanya

timbul secara lamban, tidak jelas kapan timbulnya dan seringkali

kita tidak menyadari. Namun meskipun demikian dari pengalaman

praktik psikiatrik, parah ahli mencoba membagi stres tersebut

dalam enam tahapan. Setiap tahapan memperlihatkan sejumlah

gejala-gejala yang di rasakan oleh yang bersangkutan, hal mana

berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali gejala stres

sebelum memeriksakannya ke dokter. Petunjuk-petunjuk tahapan

stres tersebut sebagai berikut :

1. Stres tingkat I

Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan

bisa disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut :

a. Semangat besar.

b. Penglihatan tajam tidak sebagai mana biasanya.

15

c. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan

pekerjaan lebih dari biasanya.

Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu

bertambah semangat, tapi tanpa disadari bahwa sebenarnya

cadangan energinya sedang menipis.

2. Stres tingkat II

Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai

menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan

energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang

sering dikemukakan sebagai berikut

a. Merasa letih sewaktu bangun pagi.

b. Merasa lelah sesudah makan siang.

c. Merasa lelah menjelang sore hari.

d. Terkadang gangguan dalam sistem pencernaan (gangguan

usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar-

debar.

e. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk

(belakang leher).

f. Perasaan tidak bisa santai.

16

3. Stres tingkat III

Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai

dengan gejala-gejala :

a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin

ke belakang)

b. Otot-otot terasa lebih tegang.

c. Perasaan tegang yang semakin meningkat.

d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun di malam hari

dan sukar tidur kembali atau bangun terlalu pagi).

e. Badan terasa goyang, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai

jatuh pingsan)

Pada tahap ini penderita sudah harus berkonsultasi pada

dokter, kecuali kalau beban stres atau tuntutan-tuntutan harus

di kurangi, dan tubuh dapat kesempatan untuk beristirahat

atau relaksasi, guna memulihkan suplai energi.

4. Stress tingkat IV

Tahapan ini sudah menunjukan keadaan yang lebih buruk

yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit.

b. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa

sulit.

c. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan

sosial, dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.

17

d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan, dan

seringkali terbangun dini hari.

e. Perasaan negativistik.

f. Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam.

g. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengetahui

mengapa.

5. Stress tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari

tahapan IV di atas, yaitu :

a. Keletihan yang mendalam (physical and psychological

exhaition )

b. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang

mampu.

c. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih

sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses cair dan

sering ke belakang.

d. Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panik.

6. Stress tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak yang merupakan

keadaan gawat darurat. Tidak jarang penderita dalam tahapan ini

dibawa ke ICCU. Gejala-gejala pada tahapan ini cukup

mengerikan :

18

a. Debar jantung terasa amat keras,hal ini disebabkan zat

adrenalin yang dikeluarkan, karena stress tersebut sangat

tinggi dalam peredaran darah.

b. Nafas sesak, megap-megap.

c. Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran.

d. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi,

pingsan, atau collaps

2. Hipertensi

1. Definisi

Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah

terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang

terkandung di dalam pembuluh, kemampuan meregang dinding

pembuluh darah. Tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri

sewaktu darah disemprotkan ke dalam pembuluh tersebut selama

sistol disebut tekanan sistolik. Tekanan minimal di dalam arteri

ketika darah mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil

di hilir sewaktu diastol disebut tekanan sistolik (Sherwood, 2011).

2. Epidemiologi

Angka kejadian hipertensi masih sangat tinggi. Sekitar

20% populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90%

diantara mereka menderita hipertensi esensial dimana tidak

diketahui penyebabnya (Smeltzer, 2002). Di Amerika Serikat

dikatakan bahwa usia 50-60 tahun prevalensinya sekitar 35% yang

19

meningkat menjadi 50% pada usia diatas 69 tahun. Penelitian pada

300.000 populasi berusia 65-115 tahun (rata-rata 82,7 tahun) yang

dirawat di institusi lanjut usia didapatkan prevalensi hipertensi

pada saat mulai dirawat sebesar 32%. Dari penderita tersebut 70%

diberikan obat anti hipertensi dan sudah mengalami komplikasi

akibat penyakitnya, diantaranya, penyakit jantung koroner (26%),

penyakit jantung kongestif (22%) dan penyakit serebrovaskuler

(29%).

Hasil analisa The Third National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES III) blood pressure data,

hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori:

a. 26% pada populasi muda (umur ≤50 tahun), terutama pada laki-

laki (63%) yang biasanya didapatkan lebih banyak IDH

dibanding ISH.

b. 74% pada populasi tua (umur > 50 tahun), utamanya pada

wanita (58%) yang biasanya didapatkan lebih banyak ISH

dibanding IDH (Setiati, 2015).

3. Etiologi & klasifikasi

Menurut Hariwijaya (2007) Hipertensi dapat

dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu :

a. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum di ketahui

penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut

20

berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti

bertambahnya usia, stres psikologis, pola konsumsi yang tidak

sehat, kegemukan dan heriditas (keturunan). Stres cenderung

menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,

jika stres telah berlalu, maka tekanan darah kembali normal.

Sekitar 90 % pasien hipertensi termasuk dalam kategori ini.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya telah di ketahui

umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang

berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak

berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya

keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan

darah. Dapat di sebabkan oleh penyakit endokrin, penyakit

jantung. Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah

feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang

menghasilkan hormon efinefrin (adrenalin) atau norepinefrin

(noradrenalin).

Menurut The Seventh Report of The Join National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment

of High Blood Pressure (JNC VII) klasifikasi tekanan darah

pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (tabel 1).

21

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII

Klasifikasi Hipertensi TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 Dan <80

Prehipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 Atau ≥100

Sumber: JNC VII

Keterangan:

TDS = Tekanan Darah Sistolik

TDD = Tekanan Darah Diastolik

4. Patofisiologi Menurut Setiati dkk,2015

Penyebab-penyebab hipertensi ternyata sangat banyak.

Tidak bisa diterangkan hanya dengan satu faktor penyebab.

Memang betul pada akhirnya kesemuanya itu akan mennyangkut

kendali natrium (Na) di ginjal sehingga tekanan darah meningkat.

Ada 4 faktor yang mendominasi terjadinya hipertensi :

a. Peran volume intravaskular

b. Peran kendali saraf autonom

c. Peran renin angiotensin aldosteron (RAA)

d. Peran dinding vaskular pembuluh darah.

22

Peran volume intravaskular

Menurut kaplan tekanan darah tinggi adalah hasil interaksi

antara cardiac output (CO) atau curah jantung (CJ) dan TPR (total

perpiheral resistance, tahanan total perifer) yang masing-masing

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Volume intravaskular merupakan

determinan utama untuk kestabilan tekanan darah dari waktu ke

waktu. Tergantung keadaan TPR apakah dalam posisi vasodilatasi

atau vasokontriksi. Bila aspa NaCl meningkat, maka ginjal akan

merespon agar eksresi garam keluar bersama urine ini juga akan

meningkat. Tetapi bila upaya mengeksresi NaCl ini melebihi

ambang kemampuan ginjal, maka ginjal akan meretensi h2O

sehingga volume intravaskular meningkat.

Pada gilirannya CO atau CJ juga akan meningkat, akibatnya

terjadi ekspansi volume intravaskular, sehingga tekanan darah akan

meningkat. Seiring dengan perjalanan waktu TPR juga akan

meningkat, lalu secara berangsur CO atau CJ akan turun menjadi

normal lagi akibat autoregulas. Bila TPR vasokontriksi tekanan

darah akan meningkat.

Peran kendali saraf autonom

Persarafan autonom ada dua macam, yang pertama ialah

sistem saraf simpatis, yang mana saraf ini yang akan menstimulasi

23

saraf viseral (termasuk ginjal) melalui neurotransmiter :

katekolamin, epinefrin, maupun dopamin.

Sedang saraf parasimpatis adalah yang menghambat

stimulasi saraf simpatis. Regulasi simpatis dan parasimpatis

berlangsung independen tidak dipengaruhi oleh kesadaran otak,

akan tetapi terjadi secara automatis mengikuti siklus sikardian.

Karena pengaruh-pengaruh lingkungan misalnya genetik,

stres kejiwaan, rokok, dan sebagainya, akan terjadi aktivasi sistem

saraf simpatis berupa kenaikan ketekolamin, nor epinefrin (NE)

dan sebagainya.

Selanjutnya neurotransmiter ini akan meningkatkan denyut

jantung (heart rate) lalu diikuti kenaikan CO atau CJ, sehingga

tekanan darah akan meningkat dan akhirnya akan mengalami

agregasi platelet. Peningkatan neurotransmiter NE ini mempunyain

efek negatif terhadap jantung, sebab dijantung ada reseptor α1, β1,

β2, yang akan memicu terjadinya keruskan miokard, hipertrofi

dana aritmia dengan akibat progresifitas dari hipertensi

aterosklerosis.

Peran sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)

Adapun proses pembentukan renin dimulai dari

pembentukan angiotensinogen yang dibuat dihati. Selanjutnya

angiotensinogen akan dirubah menjadi angiotensin I oleh renin

24

yang dihasilkan oleh makula densa apparat juxta glomerulus ginjal.

Lalu angiotensin I akan dirubah menjadi angiotensin II oleh enzim

ACE (angiotensin converting enzyme). Akhirnya angiotensin II ini

akan bekerja pada reseptor-reseptor yang terkait dengan tugas

proses fisiologinya ialah direseptor AT1, AT2, AT3, AT4.

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap

rangsang vasokonstriksi.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap

norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf

simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan

25

aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin,

yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor

kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi untuk pertimbangan gerontology.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh

perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang

terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi

otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

26

5. Tanda dan Gejala

Jika hipertensi karena faktor genetik tidak dikendalikan

dengan baik, maka dapat menyebabkan kelainan pada jantung,

otak, ginjal, dan pembuluh darah tubuh berupa aterosklerosis

kapiler. Karena ada hubungan antara hipertensi, penyakit jantung

koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal ginjal kronis.

Munculnya hipertensi, tidak hanya di sebabkan oleh tingginya

tekanan darah. Akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor

risiko lain seperti komplikasi penyakit dan kelainan pada organ

target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah. Hipertensi

memang jarang muncul sendiri, lebih sering muncul dengan faktor

lain. Bila satu atau lebih faktor resiko tersebut ada pada penderita

hipertensi tentu akan meningkat resiko akibat hipertensi.

Adapun gejala hipertensi yang mungkin di alami antara lain

(Hariwijaya, 2007) :

a. Sering pusing kepala

b. Gampang marah

c. Sulit tidur dan sering gelisah

d. Sesak nafas

e. Leher belakang sering kaku

f. Gangguan penglihatan

g. Sulit berkomunikasi

27

6. Diagnosis

Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan

beberapa tahapan pemeriksaan yang harus dijalani sebelum

menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil. Algoritme

diagnosis ini diadaptasi Dari Canadian Hypertension Education

Program. The Canadian Recommendation for The Management of

Hypertension 2014. (Soenarta dkk, 2015)

HBPM : Home Blood Pressure Monitoring

ABPM : Ambulatory Blood Pressure Monitoring

Gambar 1. The Canadian Recommendation for The Management of

Hypertension 2014.

28

7. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi pada masyarakat.

Faktor risiko hipertensi terbagi dua yaitu faktor risiko yang dapat

diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko

yang dapat diubah adalah faktor risiko yang dapat dicegah atau

dikendalikan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah

adalah faktor risiko yang tidak dapat dicegah atau dikendalikan.

A. Faktor risiko Hipertensi yang tidak dapat diubah

1. Genetika

Dinyatakan bahwa pada 70-80% kasus hipertensi

essensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga.

Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua,

maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga

banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu

telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan

inilah yang menyokong bahwa faktor genetik mempunyai

peran didalam terjadinya hipertensi (Gunawan, 2001).

.

29

2. Umur

Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi

meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia,

namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun

atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit

meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan

oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah dan

hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor

lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi (Gunawan,

2001).

3. Jenis Kelamin

Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan

pada kaum pria daripada kaum wanita, hal ini disebabkan

pada umumnya yang bekerja adalah pria, dan pada saat

mengatasi masalah pria cenderung untuk emosi dan mencari

jalan pintas seperti merokok, mabuk minum-minuman

alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga tekanan

darahnya dapat meningkat. Sedangkan pada wanita dalam

mengatasi, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan

lebih stabil. Tetapi tekanan darah cenderung meningkat pada

wanita setelah menopause daripada sebelum menopause, hal

ini disebabkan oleh faktor psikologi dan adanya perubahan

dalam diri wanita tersebut. Hipertensi lebih sering ditemukan

30

pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita

terjadi setelah umur 45 (setelah menopause). Di Jawa Barat

prevalensi hipertensi pada laki-laki sekitar 23,1% sedangkan

pada wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50-59 tahun prevalensi

hipertensi pada laki-laki sekitar 53,8% sedangakan pada

wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun

prevalensi hipertensi sekitar 64,5% (Gunawan, 2001).

4. Ras atau Suku Bangsa

Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah

berbeda pada tiap-tiap ras atau suku bangsa. Di Amerika

Serikat, kaum negro mempunyai prevalensi hipertensi 2 kali

lipat lebih tinggi daripada kelompok kulit putih. Prevalensi

ini 3 kali lebih besar pada pria kulit hitam dan 5 kali lebih

besar untuk wanita kulit hitam. Hal ini kemungkinan

disebabkan perbedaan genetik antara ras yang berbeda

sehingga membedakan kerentanan terhadap hipertensi

(Gunawan, 2001).

31

B. Faktor Risiko Hipertensi Yang Dapat Diubah Menurut

(Kurnia, 2007).

1. Obesitas

Mereka yang memiliki lemak yang bertumpuk didaerah

sekitar pinggang dan perut lebih mudah terkena tekanan

darah tinggi bila dibandingkan dengan mereka yang memiliki

kelebihan lemak dipanggul dan paha. Indeks Massa Tubuh

(IMT) adalah kombinasi antara tinggi dan berat badan untuk

mengukur kadar kegemukan yang melibatkan seluruh berat

badan. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

Berat Badan (Kg)

Indeks Massa Tubuh (IMT) = -------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Dimana dikatakan kurus bila IMT ≤ 20, berat badan ideal

bila IMT 20-25, kawasan peringatan bila IMT 25-27 dan

obesitas bila IMT ≥ 27.

2. Konsumsi Garam

Garam merupakan hal yang sangat netral dalam

patofisiologis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah

ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam

32

yang minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gr perhari

prevalensi hipertensi akan beberapa persen saja, sedangkan

asupan garam 5-15 g per hari, prevalensi hipertensi

meningkat 15-20 %. Pengaruh asupan garam terhadap

timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume

plasma, curah jantung dan tekanan darah. Keadaan ini akan

diikuti ole peningkatan eksresi kelebihan garam sehingga

akan kembali pada keadaan hemodinamik yang normal.

3. Konsumsi Rokok dan Kopi

Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang

paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovasculer dan non

kardiovasculer pada penderita hipertensi. Merokok dapat

menghapus efektifitas beberapa obat antihipertensi, misalnya

pengobatan hipertensi yang menggunakan terapi beta blocker

dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke hanya

bila pemakainya tidak merokok. Rokok mengandung nikotin

sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung,

saraf, otak, dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal,

juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan

tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot

jantung. Kopi juga berakibat buruk pada penderita hipertensi

karena kopi mengandung kafein yang meningkatkan debar

jantung dan naiknya tekanan darah. Minum kopi lebih dari

33

empat cangkir kopi sehari dapat meningkatkan tekanan darah

sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar

8 mmHg.

4. Konsumsi Alkohol

Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi.

Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak

memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu

yang tidak minum atau minum sedikit. Menurut Hendra

Budiman dari FK-UNIKA Atmajaya, pada penelitian

epidemiologi dengan pendekatan cross sectional rata-rata

tekanan darah meningkat bila intake alkohol diatas tiga gelas

per hari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya

tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya

konsumsi alkohol.

5. Stres

Stres bisa bersifat fisik maupun mental, yang

menimbulkan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

mengakibatkan jantung berdenyut lebih kuat dan lebih cepat,

kelenjar seperti tiroid dan adrenalin juga akan bereaksi

dengan meningkatkan pengeluaran hormon dan kebutuhan

otak terhadap darah akan meningkat yang pada akhirnya akan

mengakibatkan kenaikan tekanan darah. Hubungan antara

stres dan penyakit bukanlah hal baru, selama ber abad-abad

34

para dokter telah menduga bahwa emosi dapat mempengaruhi

kesehatan seseorang secara berarti. Diawal tahun 1970, ada

dugaan bahwa semua penyakit kesakitan yang terjadi, 60%

nya berkaitan dengan stres. Berdasarkan temuan terbaru

tentang interaksi pikiran-tubuh, diperkirakan bahwa sebanyak

80% dari dari semua masalah yang berkaitan dengan

kesehatan disebabkan atau diperburuk oleh stres.

6. Olahraga

Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam, ketika

berolah raga secara teratur anda akan lebih sehat dan

memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada mereka

yang tidak melakukan olah raga. Hal ini sebagian disebabkan

karena mereka yang berolah raga makan secara lebih sehat,

tidak merokok, dan tidak minum banyak alkohol, meskipun

olah raga juga tampaknya memiliki pengaruh langsung

terhadap menurunnya tekanan darah . Sebaiknya melakukan

olah raga yang teratur dengan jumlah yang sedang daripada

melakukan olah raga berat tetapi hanya sesekali. Dengan

melakukan gerakan yang tepat selama 30-45 menit atau lebih

dari 3-4 hari perminggu dapat menurunkan tekanan darah

sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik maupun diastolik.

Selain dapat menurunkan tekanan darah,olah raga juga dapat

35

menurunkan berat badan,membakar lebih banyak lemak

dalam darah dan memperkuat otot (Kurnia, 2007).

6. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi

adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan

mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90

mmHg. Efektivitas setiap program di tentukan oleh derajat

hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas sehubungan

dengan terapi.

a. Modifikasi Gaya Hidup

Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan

nonfarmakologi yang dapat mengurangi hipertensi adalah

sebagai berikut :

1. Teknik-teknik mengurangi stres

2. Penurunan berat badan

3. Pembatasan alkohol, natrium dan tembakau.

4. Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas

tinggi).

5. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan

pada setiap terapi antihipertensi.

36

b. Pengobatan dengan obat-obatan , (Corwin,2001)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat

antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang

tepat diharapkan menghubungi dokter.

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara

mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume

cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa

jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah

Hidroklorotiazid.

2. Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas

saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

Contoh obatnya adalah Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3. Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak

dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap

gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya

adalah Metoprolol, Propranolol dan Atenolol.

37

Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena

dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar

gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa

berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat

gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)

sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4. Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah

dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang

termasuk dalam golongan ini adalah Prasosin, Hidralasin.

Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian

obat ini adalah sakit kepala dan pusing.

5. Penghambat enzim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat

pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang

termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang

mungkin timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan

lemas.

6. Antagonis kalsium

38

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung

dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

Yang termasuk golongan obat ini adalah Nifedipin, Diltiasem

dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah

sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

7. Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi

penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang

mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan

yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan

(Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit

kepala, pusing, lemas dan mual. Dengan pengobatan dan

kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko

terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit

ini bisa ditekan.

3. Hubungan stres dengan kejadian tingkat hipertensi

Stres merupakan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini

mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila

stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi

tetap tinggi. Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari

berbagai faktor. Faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya

39

hipertensi tidak di ketahui dengan pasti. Pencegahan penyakit

hipertensi yang efektif antara lain dapat dilakukan dengan

menjalankan gaya hidup sehat. Stres adalah rasa takut dan cemas dari

perasaaan dan tubuh kita terhadap perubahan di lingkungan.

Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar

pituitary otak mengirimkan ”alarm” dan hormon kekelenjar endokrin,

yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison

kedalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri

terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah yang kita rasakan

adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat, dan keringat dingin

yang biasanya mengalir di tengkuk (Braverman, 2008).

Memang dalam kondisi stres tubuh langsung menyesuaikan

diri terhadap tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak dikatakan

bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh

biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat menyebabkan

gangguan baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin dan

hidrokortison yang di hasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres bila

berlebihan dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan rangkaian reaksi dari organ tubuh yang lain. Peneliatian

di AS menemukan, enam penyabab utama kematian yang erat

hubungannya denggan stres adalah penyakit jantung koroner, kanker,

40

paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh diri (Hariwijaya,

2007).

Perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa tempat

dapat disebabkan oleh stres akut, bila berulang secara intermiten

beberapa kali, dapat menyebabkan suatu adaptasi struktural hipertropi

kardiovaskuler. Bila stress berkepanjangan akan mempengaruhi

tekanan darah pada penderita hipertensi. Stress akan mempengaruhi

peningkatan tekanan darah, jika penderita hipertensi mengalami stress,

cenderung akan tetap tekanan darahnya bahkan bisa bertambah tinggi

atau menjadi berat tingkat hipertensinya.

Bila ini terjadi pada tingkat vaskuler akan ada peningkatan

tahanan (resistensi), yang disebabkan peningkatan rasio dinding

pembuluh dengan lumennya. Hal ini kemudian mempertinggi

pengaruh homodinamik tekanan. Kemungkinan besar bahwa faktor-

faktor tropik neurohormonal adalah penting dalam perkembangan

hipertensi jangka panjang yang mengikuti perpanjangan stres

penginduksi hipertensi. Misalnya, suatu penelitian yang baru-baru ini

menunjukkan bahwa angiotensin II, suatu hormon yang sering

meningkat dalam situasi-situasi yang penuh stres, menyebabkan

peningkatan sintesis protein dalam sedian sel otot polos vaskuler

(pembuluh darah). Efek ini dapat menyebabkan hipertropi endothelial

dan agaknya menurunkan ukuran lumen, sehingga menyebabkan

41

peningkatan tekanan. Disamping itu peningkatan atheroslerosis sering

kali tampak pada orang setelah stres kronik penginduksi hipertensi,

yang juga mengurangi lumen dan dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah yang irreversibel.

Dengan munculnya teknik-teknik baru dalam bidang biologi

seluler dan molekuler, mungkin akan ditemukan beberapa faktor-

faktor penginduksi tekanan darah yang merangsang hipertropi dinding

pembuluh darah

42

B. Kerangka Teori

Gambar 2. Kerangka Teori

Kelenjar pituitary diotak mengeluarkanalarm & hormon kekelenjar endokrin

Mengeluarkan hormonadrenalin & kortisol

Kortisol

Vasokontriksipembuluh darah

Hormonadrenalin

jantungberdenyut cepat

Hipertensi

Stress

Stress kerja

43

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, maka

dalam kerangka konsep penelitian ini adalah stres sebagai variable

independen yang akan mempengaruhi variable dependen yaitu hipertensi.

Skema kerangka konsep adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Variabel perancu

Stress Hipertensi

Stimulan

Lingkungan

Penyakit fisik

44

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis untuk menjawab penelitian ini adalah :

Ho : Tidak terdapat hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi

pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Hα : Terdapat hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada

perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara.

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Jenis dari penelitian ini adalah analitik observasional dengan

rancangan penelitian yaitu Cross sectional pengumpulan data dilakukan

pada satu saat atau pada satu periode tertentu dan pengamatan subjek studi

hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan maret 2017, dengan

lokasi atau tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Umum Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan alasan :

1. Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara adalah

rumah sakit umum daerah kota kendari.

2. Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

mempunyai tenaga kerja perawat yang memadai.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek dengan karakteristik tertentu yang

akan diteliti (Riyanto, 2011). Populasi dari penelitian ini adalah

seluruh perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara.

46

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Riyanto,2011).

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik

total sampling.

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum untuk setiap populasi

suatu target dan terjangkau akan diteliti (Riyanto,2011). Adapun

kriteria iklusi yang akan diteliti :

1) Perawat PNS/non-PNS di Rumah Sakit Umum Bahteramas

Provinsi Sulawesi Tenggara

2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan seseorang

memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikut sertakan dalam

penelitian (Riyanto,2011). Adapun kriteria ekslusi dalam penelitian

ini adalah :

1) Perawat yang tidak berada ditempat pada saat dilakukannya

penelitian.

2) Perawat yang tidak bersedia menjadi responden

47

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen dan alat

Instrumen dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Kuosioner stress, Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42)

b. Tensi meter air raksa untuk mengukur tekanan darah yang dilakukan

secara auskultasi dengan stetoskop dalam satuan mmHg.

2. Sumber Data

a. Data primer

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer

yang diperoleh dari kuesioner dan berisikan data karakteristik

responden serta data mengenai pengukuran tekanan darah dengan

menggunakan stetoskop dan tensi meter air raksa

(spigmomanometer).

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh instansi atau

badan terkait yang berhubungan dengan penelitian ini untuk

melaksanakan dan melengkapi penelitian. Dalam penelitian ini, data

sekunder diperoleh dari Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara

48

3. Cara Kerja

Pada tahap awal permohonan izin pelaksanaan penelitian diajukan

pada Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

Setelah mendapat izin, peneliti melakukan pengumpulan data awal dan

penelitian.

Adapun cara pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah:

1. Prosedur pengumpulan data di mulai dengan mendata nama-nama

perawat yang ada di masing-masing ruangan.

2. Peneliti kemudian melakukan pengambilan data dengan berkunjung

ke setiap ruangan.

3. Peneliti kemudian melakukan wawancara menggunakan kuosioner

Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42).

4. Peneliti kemudian melakukan pengukuran tekanan darah dengan

menggunakan stetoskop dan tensi meter air raksa

(spigmomanometer) .

5. Setelah responden selesai menjawab pertanyaan berdasarkan

kuesioner DASS dan tekanan darahnya telah diukur, maka seluruh

data dikumpul untuk dianalisi.

49

4. Etika Penelitian

Setelah penelitian ini mendapatkan izin dari pihak Rumah Sakit

Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara terlebih dahulu peneliti

memberi lembar persetujuan pada responden dan menjelaskan tujuan

dan manfaat penelitian. Setelah itu penelitian dapat dimulai bila

responden bersedia menandatangani lembar persetujuan dan apabila

responden tidak bersedia maka peneliti tidak boleh memaksa dan

menghormati keputusannya. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh

responden dirahasiankan oleh peneliti dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.

E. Definisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif

1. Tekanan Darah

1) Definisi Operasional

Hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan secara

indirect menggunakan stetoskop dan tensi meter air raksa

(spigmomanometer).

2) Kriteria Objektif

Klasifikasi tekanan darah menurut The Seventh Report of

The Join National Committee (JNC VII).

Normal : TDS <120 mmHg dan/atau TDD <80 mmHg

Hipertensi : TDS 140-159 mmHg dan/atau TDD 90-99 mmHg

50

2. Stress

2) Definisi Operasional

Stres adalah suatu tekanan fisik maupun psikis atau

kejadian yang tidak menyenangkan yang terjadi pada diri dan

lingkungan di sekitar berlangsung terus menerus sehingga kita

tidak dapat mengatasinya secara efektif.

3) Kriteria Objektif

Menurut kuosioner Depression Anxiety Stress Scale 42

(DASS 42).

Tidak ada stres = < 14

Stres = > 14

3. Usia

1)Definisi Operasional

Usia adalah data yang diambil dari responden berupa satuan

waktu yang mengukur waktu keberadaan responden sejak dia lahir

hingga sekarang

2) Kriteria Objektif

Usia tidak beresiko hipertensi: <35th

Usia beresiko: > 35 th

51

F. Alur Penelitian

Adapun alur dari penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 4. Alur Penelitian Hubungan Stres dengan Kejadian Hipertensipada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggara.

G. Tehnik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas dua

bagian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat:

1. Analisis Univariat

Analisis data dilakukan pada tiap tabel dari hasil penelitian dan

pada umumnya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap

variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dari

Populasi perawat

Sampel yang memenuhi kriteria inklusi

Penandatanganan informed concent

Melakukan pengisian kuosioner

Melakukan pengukurantekanan darah

Analisis data

Penarikan kesimpulan

52

variabel-variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran

tiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Digunakan untuk mengetahui Hubungan Stres dengan Kejadian

Hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi

Sulawesi Tenggara. Analisis Bivariat yang digunakan adalah Chi

square jika data tidak memenuhi syarat uji Chi square maka

digunakan uji Fisher sebagai alternatifnya.

Interperetasi hasil :

a) Ho ditolak jika p value< , berarti ada Hubungan Stres dengan

Kejadian Hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

b) Ho diterima jika p value≥ , berarti tidak ada Hubungan Stres

dengan Kejadian Hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.

53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Gambar 5. RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara

Sejak bulan Oktober 2012 RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi

Tenggara telah menempati lokasi baru di jalan P. Tendean Kecamatan

Baruga Kendari dengan luas lahan mencapai 170.000 m2. Semua

bangunan yang telah dioperasikan mempunyai tingkat aktivitas yang

sangat tinggi. Disamping kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien,

kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah kegiatan administrasi,

pengelolaan makanan, pemeliharaan/perbaikan instalasi listrik dan air,

kebersihan dan lain-lain, dengan batas-batas wilayah :

54

a. Sebelah utara : BTN Beringin

b. Sebelah timur : Kantor Laboratorium Pertanian

c. Sebelah selatan : Jalan Pierre Tendean

d. Sebelah barat : Polsek Baruga

2. Sarana dan Prasarana

Sarana kesehatan terdiri dari rawat jalan, rawat inap, instalasi dan

pelayanan penunjang medik. Pelayanan rawat jalan terdiri dari: poli

klinik penyakit dalam, poli klinik kesehatan anak, poli klinik bedah,

poli klinik THT, poli klinik mata, poli klinik kulit dan kelamin, poli

klinik kesehatan gigi dan mulut, poli klinik neurologi, poli klinik

kandungan dan kebidanan, poli klinik jantung dan kardiovaskuler, dan

poli klinik gizi.

Sedangkan perawatan rawat inap terdiri dari: ruang perawatan

penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, THT, mata, kulit dan kelamin,

gigi dan mulut, neurologi, penyakit kandungan, perawatan intensif,

prenatologi, sedangkan instalasi terdiri dari instalasi gawat darurat dan

instalasi rehabilitasi medik.

Pelayanan penunjang antara lain terdiri dari: patologi klinik,

patologi anatomi, radiologi, farmasi, dan pelayanan lain seperti binatu,

ambulans, dan perawatan serta pengaturan jenazah ( Profil RSUB Prov.

Sultra, 2013).

55

B. Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Bahteramas 9 Juni

sampai dengan 19 Juni 2017. Responden dalam penelitian ini adalah semua

perawat PNS/non PNS yang ada di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari

yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Responden yang

didapatkan sebanyak 148 orang.

1. Analisis Univariat

a. Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah

Sakit Umum Bahteramas Kendari, karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis KelaminJenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 17 11.5Perempuan 131 88,5

Total 148 100.0Sumber : Data Primer, Juni 2017

Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa dari 148

responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, responden

yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 17 responden (11,5%) dan

perempuan sebanyak 131 responden (88,5%).

b. Distribusi karakteristik responden berdasarkan usia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di

Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, karakteristik responden

berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut:

56

Tabel 3.Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis KelaminUsia Jumlah (n) Persentase (%)

<35 tahun 89 60,1≥35 tahun 59 39,9

Total 148 100.0Sumber : Data Primer, Juni 2017

Dari tabel diatas dapat dikemukakan bahwa dari 148

responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari, responden

yang berusia <35 tahun sebanyak 89 responden (60,1%) dan

responden yang berusia ≥35 tahun sebanyak 59 responden (39,9%).

c. Distribusi stres pada perawat

Berdasarkan kuisioner Depression Anxiety Stres Scale 42

(DASS 42) dari 148 responden, didapatkan data gambaran stres

pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.Distribusi Stres Pada PerawatStres Jumlah (n) Persentase (%)

Stres 63 42,6

Tidak ada stres 85 57,4

Total 148 100.0Sumber : Data Primer, Juni 2017

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 148

responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari responden

yang mengalami Stres sebanyak 63 orang (42,6%) dan responden

yang tidak mengalami stres sebanyak 85 orang (57,4%).

57

d. Distribusi Tekanan Darah Pada Perawat

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah menggunakan

tensi meter air raksa pada Perawat yang dilakukan di Rumah Sakit

Umum Bahteramas Kendari dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.Distribusi Hipertensi pada PerawatFungsi Kognitif Jumlah (n) Persentase (%)

Hipertensi 66 44.6

Tidak Hipertensi 82 55.4

Total 148 100.0Sumber : Data Primer, Juni 2017

Dari tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 148 responden

di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari responden yang

mengalami hipertensi sebanyak 66 orang (44,6%), dan perawat yang

tidak mengalami hipertensi sebanyak 82 (55,4%).

2. Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat menguraikan tentang hubungan antara

variabel independen dengan dependen yaitu stres dengan hipertensi pada

pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari

Tabel 6. Hubungan stres dengan Hipertensi

VariabelTekanan darah

Totalp valuehipertensi

Tidakhipertensi

Stres N % N % n %Stres 37 28.1 26 34,9 63 42,6

0.004Tidak stres 29 37.9 56 47.1 85 57,4

Sumber: Data Primer, Juni 2017, nilai p menggunakan uji Chi Square

Dari tabel di atas dapat dikemukakan dari 148 responden,

responden yang mengalami stres dan hipertensi sebanyak 37 orang

58

(28.1%) , sedangkan responden yang mengalami stres dan tidak

hipertensi sebanyak 26 orang (34,9%). Sedangkan responden yang tidak

mengalami stres dan hipertensi sebanyak 29 orang (37.9%) dan

responden yang tidak mengalami stres dan tidak hipertensi sebanyak 56

orang (47.1%)

C. Pembahasan

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan stres dengan

hipertensi pada Perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari.

Responden dalam penelitian adalah perawat yang Perawat PNS/non-PNS .

Dari 273 perawat, di dapatkan 148 responden yang masuk dalam kriteria

inklusi dan 125 responden tidak ada di tempat pada saat dilakukan penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan uji statistik

Chi-square.

Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan kuesioner Depression

Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42) yang terdiri dari 14 item pertanyaan. Dari

148 responden di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari responden yang

mengalami Stres sebanyak 63 orang dan responden yang tidak mengalami

stres sebanyak 85 orang Stres yang terjadi pada perawat di akibatkan oleh

beberapa faktor diantaranya : stress karena pekerjaan, masalah rumah tangga,

hubungan interpersonal sesama perawat dan stress yang terjadi pada perawat

berdasarkan kuosioner tergolong stress ringan-sedang.

59

Berdasarkan pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter air

raksa dan spygmomanometer dari 148 responden di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Kendari responden yang mengalami hipertensi sebanyak 66

orang dan perawat yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 82. Hipertensi

yang terjadi pada perawat adalah hipertensi sekunder, Hipertensi sekunder

yang penyebabnya telah di ketahui, umumnya berupa penyakit atau kerusakan

organ yang berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak

berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan

hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.

Stres merupakan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini

mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stres

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.

Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor. Faktor

utama yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak di ketahui

dengan pasti. Pencegahan penyakit hipertensi yang efektif antara lain dapat

dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat. Stres adalah rasa takut dan

cemas dari perasaaan dan tubuh kita terhadap perubahan di lingkungan.

Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary otak

mengirimkan ”alarm” dan hormon kekelenjar endokrin, yang kemudian

mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah. Hasilnya,

tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang

muncul. Secara alamiah yang kita rasakan adalah degup jantung yang berpacu

lebih cepat, dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk

60

(Braverman, 2008). Memang dalam kondisi stres tubuh langsung

menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Inilah sebabnya banyak

dikatakan bahwa stres yang melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh

biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat menyebabkan gangguan

baik fisik maupun psikis. Adanya hormon adrenalin dan hidrokortison yang

di hasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres bila berlebihan dan

berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan rangkaian reaksi

dari organ tubuh yang lain. Peneliatian di AS menemukan, enam penyabab

utama kematian yang erat hubungannya denggan stres adalah penyakit

jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati dan bunuh

diri (Hariwijaya, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan

perempuan mengalami stress lebih besar daripada laki-laki. Karena

perempuan memiliki emosi yang meledak-ledak daripada laki-laki, pada

penelitian ini dapat menunjukkan bahwa perawat perempuan lebih stres

daripada perawat laki-laki. Selain itu, perempuan yang telah menikah akan

menghadapi konflik peran antara peranannya sebagai perawat bertugas

merawat pasiennya sekaligus sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi

keluarganya, perawat perempuan cenderung menggunakan perasaan dalam

hubungan interpersonal sesama perawat. Variabel ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh syamsiar 2007.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan

perempuan mengalami hipertensi lebih besar daripada laki-laki. Karena

61

tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopause daripada

sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologi dan adanya

perubahan dalam diri wanita tersebut. Variabel ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh syamsiar 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres pada perawat yang berumur

dibawah <35 tahun lebih banyak mengalami stres daripada perawat yang

berumur ≥35 tahun. Perawat yang berumur ≥35 tahun dapat dikatakan lebih

memiliki kemampuan untuk mengendalikan stres.

Perawat yang berumur lebih tua akan semakin menunjukkan

kematangan jiwa lebih bijak dan lebih rasional dalam mengendalikan emosi.

Semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku yang berbeda darinya dan

semakin dapat menunjukkan kematangan intelektual dan psikologinya. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sutarto wijono bahwa responden

yang berumur ≥35 tahun mengalami tingkat stres lebih rendah daripada

responden yang berumur <35 tahun. Variabel ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh syamsiar 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipertensi pada perawat yang

berusia ≥35 tahun lebih banyak daripada perawat yang berusia <35 tahun.

Karena Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.

Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering

dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih. Variabel ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh syamsiar 2007.

62

Hasil penelitian pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas

Kendari yang dilakukan oleh peneliti bermakna dengan nilai p=0,004. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan

hipertensi pada perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Berdasarkan penelitian

Mahmudi terdapat hubungan antara stres dengan kejadian hipertensi pada

tahun 2012.

D. Keterbatasan Penelitian

Adapun kelemahan dan kekurangan yang di alami selama pelaksanaan

penelitian:

1) beberapa responden tidak diteliti dikarenakan responden berada di luar

rumah sakit.

2) Penelitian ini hanya menilai suatu keadaan dalam suatu saat tertentu saja.

Ada kemungkinan terjadinya bias karena faktor kesalahan interpretasi

responden dalam memahami maksud dari pertanyaan sebenarnya.

3) Jawaban responden tergantung pada pemahaman responden terhadap

pertanyaan kuesioner.

4) Beberapa responden tidak bersedia karena kesibukan pekerjaan

contohnya di IGD, peneliti tidak dapat melakukan penelitian karena tidak

mendapatkan izin dari kepala ruangan.

5) Ada beberapa ruangan tidak terdapat perawat seperti di ruangan delima,

NICU dan Laika Obgyn hanya terdapat bidan.

63

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian ini, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Angka kejadian stres pada perawat sebanyak (43,6%) dan yang tidak

mengalami stres sebanyak (56,4%) di Rumah Sakit Umum Bahteramas

Kendari

2. Angka kejadian hipertensi pada perawat sebanyak (40,9 %), dan lanjut

usia yang tidak mengalami hipertensi sebanyak (59,1%) di Rumah Sakit

Umum Bahteramas Kendari

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan hipertensi pada

perawat di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari

B. Saran

Perlu tindak lanjut dari pengelola Rumah Sakit Umum Bahteramas

Kendari untuk lebih memperhatikan psikologis perawat di Rumah Sakit Umum

Bahteramas Kendari. Untuk peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih

lanjut di masyarakat agar didapatkan hasil yang lebih presentatif.

64

DAFTAR PUSTAKA

American Institute of Stress. 2010. Stress, Definition of Stressor, and What is

Stress?. USA : American Institute of Stress.

American Institute of Stress.2012. Stress Effect. Texas: The American Institute of

Stress.

American Psychological Association. 2013. Stress In America. Missing the

Health Care Connection.

American Psychological Association. 2007. Stress: A Major Health Problem.

USA: American Psychological Association.

Atkinson & Hilgard. 1996 . Hilgard ‘s Introductionto Psychology. Sandiego, New

York.

Bethesda, S. 2007. Data Hipertensi. Diakses dari http://www. Dethesdastoke.

Pada Tanggal 12 Desember 2011.

Braverman, E. R. 2008. Penyakit Jantung Dan Penyembuhannya Secara Alami.

Jakarta: Gramedia.

Bruner & Sudarth. 2002. Kedokteran Bedah Edisi VIII. Jakarta: EGC.

Corwin, E. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. Diperoleh dari Dinas

Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2015. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara.

Kendari: Dinkes Provinsi Sultra.

Girsang, D. 2013. Hipertensi. http://kardioipdrscm.com/5891/berita-dan-

informasi/hari-kesehatan-dunia-2013-kampanye-papdi-melawan-

hipertensi/.

65

Gunawan. 2001. Hipertensi, Jakarta: PT Gramedia.

Hariwijaya, M. 2007. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Kronis. Jakarta:

Edsa Mahkota.

Hidayat, A. A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta:

Salemba Medika.

Hidayat, B. A. 2012. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Insomnia Pada

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro.

Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Kurnia, R. 2007. Karakteristik Penderita Hipertensi yang di Rawat Inap di

Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang

Sumatra Barat Tahun 2002-2006. Diakses dari http//Prepository.usu.ac.id.

Pada Tgl 22 Januari 2012.

Mahmudi, Ali. 2012. Hubungan Stres dengan Kejadian Tingkat Hipertensi di

Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2012.Bengkulu: STIKES

Dehasen Bengkulu.

Marliani, L. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: Elek Media

Komputindo.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., Beverly, G. 2002. Psikologi Abnormal. Jakarta:

Erlangga.

Rice, C. L. 2008. Reducing Anxiety in Middle School and High School Students :

A Comparison of Cognitive-Behavioral Therapy and Relaxation Training

Approach. Dissertation. The Faculty of Department Special Education,

Rehabilitation, and School Psychology, University of Arizona.

Sadock, B.J., Sadock, V.A., Ruiz, P., 2015. Kaplan & Sadock : Synopsis of

Psychiatry. Philadelphia, Wolters Kluwer Health.

Setiati, siti. Et al. 2015. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

66

Sherwood, L. 2011. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah dalam Fisiologi

Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S,C. 2001, Buku Ajar Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Soenarta, A,A. Et, al. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit

Kardiovaskular. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Sriati, A. 2008. Tinjauan Tentang Stres. Jatinagor: Universitas Padjajaran.

Weinberg. Robert, S., Gould, Daniel. 2003. Foundations of Sport and Exercise

Psychology, 3rd edition. Champaign, IL: Human Kinetics.

Yosep & Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rapika Aditama.

67

Lampiran 1. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ahmad Chaer Darwis

dilahirkan di Pinrang, 31 Maret 1994 dan merupakan anak

pertama dari lima bersaudara dari pasangan Darwis S.Ali

dan Halimah, S.Pi

Penulis mengawali pendidikan formal pada SDN 5 Pinrang dan tamat pada

tahun 2006, kemudian melanjutkan jenjang pendidikan sekolah menengah

pertama di SMPN 1 Kendari dan lulus pada tahun 2009. Kemudian Penulis

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN 4 Kendari dan lulus pada tahun

2012. Pada tahun yang sama, Penulis diterima di Program Studi Pendidikan

Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Penulis masuk Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Halu Oleo (UHO)

melalui jalur kemitraan pada tahun 2012. Selama menjalani pendidikan akademik,

penulis pernah mengikuti organisasi, Anggota TIM Bantuan Medis (TBM)

Fakultas kedokteran Universitas Halu Oleo.

Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kedokteran UHO, penulis

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada

Perawat Di Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran.

68

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Tanggal lahir :

Alamat :

Telp :

Ruangan :

Lama Kerja :

Riwayat Kerja :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilaksanakan oleh

mahasiswa program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran universitas Halu

Oleo yang bernama : Ahmad Chaer Darwis (K1A1 12 075) dengan judul:

Hubungan Antara Stres Dan Hipertensi Pada Perawat Di Rumah Sakit

Umum Bahteramas”. Saya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk

kepentingan ilmah dalam rangka penyusunan skripsi bagi peneliti dan tidak

merugikan saya serta jawaban yang saya berikan akan dijaga kerahasiaannya.

Dengan demikian, secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya

bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Kendari, 2017

Mengetahui, yang menyatakan

Peneliti Responden

Ahmad Chaer Darwis (......................................)

69

LAMPIRAN 3. KUESIONER

KUESIONER

DEPRESSION ANXIETY STRESS SCALE

Petunjuk Pengisian

Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan

No PERNYATAAN 0 1 2 3

1Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal

sepele.

2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi.

3 Saya merasa sulit untuk bersantai.

4 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

5Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk

merasa cemas.

6

Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika

mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas,

menunggu sesuatu).

7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.

8 Saya merasa sulit untuk beristirahat.

9 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.

10Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat

saya kesal.

11Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap

hal yang sedang saya lakukan.

12 Saya sedang merasa gelisah.

13Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi

saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.

14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.

70

pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.

Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang.

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan

sering.

3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Saudara/saudari diminta untuk menjawab dengan cara

memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan

pengalaman Saudara/saudari selama satu minggu belakangan ini. Tidak ada

jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri

Saudara/saudari yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang

terlintas dalam pikiran Saudara/saudari.

Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.

71

Lampiran 4. Master Tabel Penelitian

NO INISIAL JK USIA RUANGAN STRESSTEKANAN

DARAH

1 Wb 2 2 ICU/ICCU 2 22 Syt 2 1 ICU/ICCU 2 23. Mrn 1 1 ICU/ICCU 2 24. Tr 2 1 ICU/ICCU 2 15. Hsn 1 1 ICU/ICCU 1 16. Snh 2 1 ICU/ICCU 2 27. Sh 2 1 ICU/ICCU 1 18. Spn 2 1 ICU/ICCU 1 19. Srw 2 1 ICU/ICCU 2 2

10. Smr 2 1 ICU/ICCU 1 111. Tsb 2 2 ICU/ICCU 2 212. Drm 2 1 ICU/ICCU 2 213. Rsm 2 1 ICU/ICCU 2 214. Bk 2 1 ICU/ICCU 2 215. Krr 1 1 ICU/ICCU 2 216. Sjd 1 1 ICU/ICCU 1 117. Snt 2 1 ICU/ICCU 1 118. Mr 2 1 ICU/ICCU 1 119. Ym 2 1 ICU/ICCU 1 120. Bl 2 1 ICU/ICCU 1 121. Shy 2 1 ICU/ICCU 1 122. Mn 2 1 ICU/ICCU 1 123. Skd 2 2 ICU/ICCU 1 124. Gsm 2 2 ICU/ICCU 1 125. Kni 1 1 Asoka 1 126. Nwj 1 1 Asoka 1 127. Imr 1 1 Asoka 1 128. Abh 2 1 Asoka 1 129. Gn 2 1 Asoka 1 130. Bhr 2 1 Asoka 1 131. Hsn 2 1 Asoka 1 132. Ajm 2 1 Asoka 2 233. Ndg 2 1 Asoka 2 234. Hwn 2 1 Asoka 2 235. Mnd 2 1 Asoka 1 136. Mmn 2 1 Asoka 2 237. Ktm 2 1 Asoka 1 138. Ki 2 1 Asoka 1 139. Hmn 2 1 Asoka 1 140. Mbl 2 1 Asoka 1 241. .Mra 2 1 Asoka 1 142. Jbr 2 1 Asoka 1 143. Spr 2 1 Asoka 2 244. Dm 2 1 Asoka 2 245. Tns 2 1 Asoka 1 146. Mdm 2 1 Asoka 1 247. Hrt 2 1 Asoka 1 148. Ln 2 1 Asoka 1 149. Nn 2 1 Asoka 1 150. Dwf 2 1 Asoka 1 251. Srp 2 1 Asoka 1 152. Mns 2 1 Asoka 1 153. Ndu 1 1 Anggrek 1 1

72

54. Dn 2 1 Anggrek 2 255. Amt 2 1 Anggrek 2 256. Gld 2 1 Anggrek 1 157. Ldi 2 1 Anggrek 1 158. Lmg 2 1 Anggrek 1 159. Mj 2 1 Anggrek 2 160. Nk 2 1 Anggrek 2 261. Ar 2 1 Anggrek 2 162. Fm 2 1 Anggrek 2 163. Rr 2 1 Anggrek 2 264. Vl 2 1 Anggrek 2 265. Bh 2 1 Anggrek 2 266. M 2 1 Anggrek 2 167. Is 2 1 Anggrek 2 268. It 2 1 Anggrek 2 269. Fl 2 2 Anggrek 2 170. Np 2 1 Anggrek 2 271. Ro 2 2 Anggrek 2 272. Iw 2 2 Anggrek 2 273. Gn 2 2 Anggrek 2 1

74. Fa 2 2 Anggrek 2 275. Am 2 2 Anggrek 2 176. Tk 2 2 Anggrek 2 277. Tr 2 2 Anggrek 2 278. Em 2 2 Anggrek 2 279. Rr 2 1 Anggrek 2 180. Aw 2 2 Anggrek 2 281. Zy 2 1 Anggrek 2 182. Fa 2 2 Anggrek 2 283. Aa 2 1 Anggrek 2 184. Dk 1 2 Mawar Lt.1 2 285. Cd 1 2 Mawar Lt.1 2 286. Kk 2 2 Mawar Lt.1 2 187. Rj 2 2 Mawar Lt.1 2 288. Fz 2 1 Mawar Lt.1 2 289. Ma 2 2 Mawar Lt.1 2 290. Tr 2 1 Mawar Lt.1 2 191. Av 2 1 Mawar Lt.1 2 192. Tu 2 2 Mawar Lt.1 2 293. Wh 2 2 Mawar Lt.1 2 294. Ap 2 1 Mawar Lt.1 2 195 Tg 2 2 Mawar Lt.1 2 296 Af 2 2 Mawar Lt.1 2 297 Fd 2 2 Mawar Lt.1 2 298 Ef 2 2 Mawar Lt.1 2 299 De 2 1 Mawar Lt.1 2 1100 Am 2 2 Mawar Lt.1 2 2101 Gr 2 2 Mawar Lt.1 2 2102 Fr 2 2 Mawar Lt.1 2 2103 Nm 2 2 Mawar Lt.1 2 2104 Gl 2 2 Mawar Lt.1 2 1105 Je 2 2 Mawar Lt.1 2 2106 Aa 2 2 Mawar Lt.1 2 2107 Ab 2 1 Mawar Lt.1 2 1108 Ki 1 1 Mawar Lt.2 2 1109 Uh 1 2 Mawar Lt.2 2 1110 Be 2 2 Mawar Lt.2 2 2111 Rb 2 2 Mawar Lt.2 2 2

73

112 Ca 2 2 Mawar Lt.2 2 2113 Pu 2 1 Mawar Lt.2 2 1114 Ri 2 1 Mawar Lt.2 2 1115 Gc 2 2 Mawar Lt.2 2 2116 Ck 2 2 Mawar Lt.2 2 2117 Mb 2 1 Mawar Lt.2 2 2118 Pt 2 1 Mawar Lt.2 2 1119 Lm 2 2 Mawar Lt.2 1 1120 Nk 2 2 Mawar Lt.2 2 1121 An 2 1 Mawar Lt.2 2 1122 Dh 2 1 Mawar Lt.2 2 1123 Sy 2 2 Mawar Lt.2 2 1124 Nh 2 2 Mawar Lt.2 1 2125 Me 1 1 Laika A & B 1 2126 Ee 1 2 Laika A & B 1 2127 Bt 2 2 Laika A & B 1 2128 Da 2 1 Laika A & B 1 2129 Oa 2 1 Laika A & B 1 2130 Pt 2 2 Laika A & B 1 2131 Lc 2 2 Laika A & B 1 2132 Cj 2 2 Laika A & B 1 2133 At 2 2 Laika A & B 1 2134 Ra 2 1 Laika A & B 1 2135 Ns 2 1 Laika A & B 2 1136 As 2 1 Laika A & B 2 1137 Ma 2 2 Laika A & B 1 2138 Cso 2 2 Laika A & B 1 2139 Rs 1 2 Laika A & B 1 2140 Hi 1 2 Laika A & B 1 2141 Nn 2 1 Laika A & B 1 2142 Yh 2 2 Laika A & B 1 2143 Aw 1 2 Laika A & B 1 2144 Bn 2 2 Laika A & B 1 2145 Pap 2 2 Laika A & B 1 2146 Pda 2 2 Laika A & B 1 2147 Es 2 1 Laika A & B 1 2148 Ss 2 2 Laika A & B 1 2

Keterangan:

Jenis Kelamin1. Laki-laki2. Perempuan

Usia1. <35 tahun2. ≥ 35 tahun

Kecemasan1. stress = ≥ 14

2. tidak ada stress = < 14

74

Tekanan Darah1. Hipertensi: Tekanan darah ≥140 mmHg (tekanan sistolik) dan atau ≥90 mmHg

(tekanan diastolik).

2. Tidak Hipertensi: Tekanan darah ≤ 140 mmHg (tekanan sistolik) danatau ≤ 90 mmHg

(tekanan diastolik).

75

Lampiran 5. Hasil Analisis Data

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

stres * TD 148 100,0% 0 0,0% 148 100,0%

stres * TD Crosstabulation

TD

Totalhipertensi tidak hipertensi

stres stres Count 37 26 63

Expected Count 28,1 34,9 63,0

% within stres 58,7% 41,3% 100,0%

% within TD 56,1% 31,7% 42,6%

% of Total 25,0% 17,6% 42,6%

tidak stres Count 29 56 85

Expected Count 37,9 47,1 85,0

% within stres 34,1% 65,9% 100,0%

% within TD 43,9% 68,3% 57,4%

% of Total 19,6% 37,8% 57,4%

Total Count 66 82 148

Expected Count 66,0 82,0 148,0

% within stres 44,6% 55,4% 100,0%

% within TD 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 44,6% 55,4% 100,0%

76

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic

Significance (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8,871a 1 ,003

Continuity Correctionb 7,903 1 ,005

Likelihood Ratio 8,924 1 ,003

Fisher's Exact Test ,004 ,002

Linear-by-Linear Association 8,811 1 ,003

N of Valid Cases 148

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28,09.

b. Computed only for a 2x2 table

FREQUENCIES VARIABLES=TD stres JK usia/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

TD stres JK usia

N Valid 148 148 148 148

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

TD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid hipertensi 66 44,6 44,6 44,6

tidak hipertensi 82 55,4 55,4 100,0

Total 148 100,0 100,0

77

stres

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid stres 63 42,6 42,6 42,6

tidak stres 85 57,4 57,4 100,0

Total 148 100,0 100,0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 17 11,5 11,5 11,5

perempuan 131 88,5 88,5 100,0

Total 148 100,0 100,0

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak berisiko 89 60,1 60,1 60,1

berisiko 59 39,9 39,9 100,0

Total 148 100,0 100,0

78

Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian

Wawancara menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42).

79

Pengukuran Tekanan Darah menggunakan tensi meter air raksa

80

Rumah Sakit Umum Bahteramas Kendari

81

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Oleh Badan Penelitian Dan Pengembangan

Provinsi Sulawesi Tenggara

82

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Oleh Rumah Sakit

Umum Bahteramas Kendari