Download - Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya

Transcript
Page 1: Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KADAR ASAM URAT

DARAH PADA WANITA POSTMENOPAUSE

DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Dr. SOETOMO SURABAYA

1Pipit Festy,

2Anis Rosyiatul H.,

3Afnan Aris

1Bagian Keperawatan Keluarga,

2Bagian Keperawatan Komunitas,

Fakultas Ilmu Kesehatan UMSurabaya 3

Mahasiswa S1 Keperawatan UM Surabaya

Abstract

Arthritis pirai (uric acid) is still a health problem in indonesia, which ranks

second after osteoarthritis. Basic metabolic disorders arthritis pirai is an increase

in uric acid levels in the blood (hiperurisemia) which is the end result of normal

metabolism purine. in postmenopausal women decreased estrogen, which

estrogen can helps increase the excretion of uric acid. there are also purine

content of food consumed in everyday society.

The purpose of this study is to determine relationship between eating pattern

with blood uric acid levels in postmenopausal women at elderly posyandu work

area of puskesmas dr. soetomo surabaya. Analytical descriptive research method

with cross sectional approach. The sample consisted of 50 respondents drawn by

simple random sampling technique. Data obtained by measurement and

questionnaires, were analyzed using chi-square with degrees of significance of

0.05.

The results of the 50 respondents indicated 29 people (58%) had a normal

uric acid levels with normal eating patterns, 2 people (4%) hiperurisemia with a

normal eating patterns. Statistical test with the Chi-Square (P = 0.001 < =

0.05), then Ho refused thats means there is a relationship between eating pattern

with blood uric acid levels in postmenopausal women at elderly posyandu work

area of puskesmas dr. soetomo Surabaya.

Results of this study can be concluded that the eating patterns of

postmenopausal women may affect blood uric acid levels that need to organize the

food consumed in order to maintain uric acid within normal limits.

Keywords: Eating Pattern, Uric Acid, Menopause

PENDAHULUAN

Kemajuan berbagai bidang,

terutama perkembangan dalam bidang

kesehatan akan memberikan kontribusi

terhadap peningkatan usia harapan

hidup bagi masyarakat. Di satu sisi kita

patut bergembira karena usia harapan

hidup perempuan dan laki-laki

meningkat, namun di sisi lain yang

harus kita waspadai, mereka harus

melewati usia tua dengan berbagai

gangguan kesehatan sebagai dampak

dari kekurangan hormon estrogen dan

progesteron. Bagi wanita yang

memasuki usia menopause dan

beberapa tahun sesudahnya akan

mengalami berbagai keluhan dan

permasalahan kesehatan (Ali, 2003).

Penyakit Artritis Pirai (Asam Urat)

merupakan salah satu penyakit yang

Page 2: Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya

banyak dijumpai pada laki-laki usia

antara 30-40 tahun, sedangkan pada

wanita umur 55-70 tahun, insiden

wanita jarang kecuali setelah

menopause (Tjokroprawiro, 2007).

Di Indonesia, arthritis pirai (asam

urat) menduduki urutan kedua setelah

osteoartritis (Dalimartha, 2008).

Prevalensi artritis pirai pada populasi di

USA diperkirakan 13,6/100.000

penduduk, sedangkan di Indonesia

sendiri diperkirakan 1,6-13,6/100.000

orang, prevalensi ini meningkat seiring

dengan meningkatnya umur

(Tjokroprawiro, 2007).

Berdasarkan data yang diperoleh

pada tanggal 6 april 2010 di Puskesmas

Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data

bahwa warga pralansia dan lansia yang

memeriksakan diri ke Puskesmas pada

tahun 2009 sebanyak 1584 orang,

sebagian besar warga menderita

penyakit radang sendi dengan jumlah

899 orang (56,8%). Penyakit ini

dikelompokan dalam penyakit khusus

dan menduduki prioritas pertama

dengan jumlah terbesar dari 10

penyakit prioritas lainnya. Salah satu

bagian dari penyakit radang sendi ini

adalah artritis pirai (asam urat)

berjumlah 72 orang (8%), terdiri dari

34 (47,2%) wanita berumur >50 tahun,

25 (34,7%) wanita <50 tahun.

Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti di wilayah kerja

puskesmas Dr. Soetomo pada tanggal

07 Mei 2010 mengenai pola makan

pada 7 wanita yang sudah mengalami

menopause dan menderita artritis pirai

(asam urat) didapatkan hasil bahwa 2

orang mempunyai kebiasaan makan

makanan yang mengandung purin,

sedangkan 5 orang tidak memiliki

kebiasaan makan makanan yang

mengandung purin.

Dasar gangguan metabolik gout

adalah peningkatan kadar asam urat

dalam darah (hiperurisemia) yang

disebabkan oleh peningkatan produksi

(overproduction), penurunan

pengeluaran (underexcretion) asam

urat melalui ginjal, atau kombinasi

keduanya (Wachjudi, 2006). Salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi

arthritis pirai (asam urat) adalah

makanan yang dikonsumsi, umumnya

makanan yang tidak seimbang (asupan

protein yang mengandung purin

terlalu tinggi) (Utami, 2009). Di

dalam tubuh, perputaran purin terjadi

secara terus menerus seiring dengan

sintesis dan penguraian RNA dan

DNA, sehingga walaupun tidak ada

asupan purin, tetap terbentuk asam

urat dalam jumlah yang substansial

(Sacher, 2004). Dalam keadaan

normal kadar urat serum pada pria

mulai meningkat saat pubertas. Pada

wanita kadar asam urat tidak

meningkat sampai setelah menopause

karena estrogen membantu

meningkatkan ekskresi asam urat

melalui ginjal. Setelah menopause,

kadar serum urat meningkat seperti

pada pria (Sylvia, 2006).

Masalah yang timbul setelah

menopause sebagian besar disebabkan

karena kekurangan hormone estrogen,

maka dalam dunia kesehatan telah

dikembangakan terapi pemberian

tambahan estrogen yang dikenal

dengan istilah Terapi Sulih Hormone

(“HTR”). Upaya yang dapat dilakukan

sebagai tenaga kesehatan dalam

mengontrol kadar asam urat adalah

dengan membatasi asupan purin atau

mengkonsumsi makanan rendah purin,

lebih banyak mengkonsumsi

karbohidrat, mengurangi konsumsi

lemak, meningkatkan asupan cairan,

dan tidak mengkonsumsi minuman

beralkohol (Utami, 2009).

Page 3: Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya

METODE

Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional

untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor-faktor resiko dengan efek

dengan cara pendekatan, observasi, atau

pengumpulan data sekaligus pada satu

saat. Jumlah populasi 57 orang. Sampel

pada penelitian ini adalah sebagian

wanita umur 50 tahun dan sudah

memasuki masa postmenopause yang

memeriksakan diri ke posyandu lansia

di wilayah kerja Puskesmas Dr.

Soetomo Surabaya dengan jumlah 50

orang. Data diperoleh dengan 2

macam instrument yaitu kuisioner dan

pengukuran kadar asam urat darah.

Pengolahan data dalam bentuk cross

tab dan dianalisa dengan

menggunakan uji Chi Square dengan

= 0,05.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Pola Makan Wanita Postmenopause di Posyandu Lansia

Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya Bulan Juni 2010.

No Pola Makan Frekuensi Persen

1 Normal 31 62,0%

2 Tinggi Purin 19 38,0%

Tabel 2 Distribusi Kadar Asam Urat Wanita Postmenopause di Posyandu

Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr. Soetomo Surabaya Bulan Juni

2010.

No Kadar Asam Urat Frekuensi Persen

1 Normal 39 78,0%

2 Hiperurisemia 11 22,0%

Tabal 3 Cross Tabulasi Hubungan Antara Pola Makan Terhadap Kadar Asam

Urat pada Wanita Postmenopause di Posyandu Lansia Puskesmas Dr.

Soetomo Surabaya Juni 2010.

No Pola Makan Kadar Asam Urat Total

Normal Hiperurisemia

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Normal 29 58% 2 4% 31 62%

2 Tingggi

Purin

10 20% 9 18% 19 38%

Jumlah 39 78% 11 22% 50 100%

Uji Chi Square = 0,001 < = 0,05

Page 4: Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa pada variabel pola makan normal

dengan kadar asam urat normal ada 29 orang (58,0%), asam urat tinggi

(hiperurisemia) ada 2 orang (4,0%). Sedangkan pada variabel pola makan tinggi

purin dengan kadar asam urat normal terdapat 10 orang (20%) dan hiperurisemia

9 orang (18%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square = 0,001 < dari = 0,05

maka H0 ditolak, H1 diterima berarti ada hubungan antara pola makan dengan

kadar asam urat darah pada wanita postmenopause di posyandu lansia Puskesmas

Dr. Soetomo Surabaya pada bulan juni 2010.

PEMBAHASAN

Pola Makan

Pada penelitian ini sebagian besar

wanita postmenopause memiliki pola

makan yang normal hal ini berkaitan

dengan makin meningkatnya

pengetahuan masyarakat seiring dengan

program penyuluhan yang dilakukan

puskesmas sebagai upaya promotif dan

prefentif terhadap suatu penyakit.

Pengetahuan diperlukan sebelum

melakukan suatu perbuatan secara

sadar. Perbuatan yang dikehendaki

mungkin tidak akan berlangsung

sampai pasien mendapatkan petunjuk

yang cukup kuat untuk memicu

motivasi berbuat berdasarkan

pengetahuan tersabut. Pengetahuan

dapat diperoleh melalui informasi yang

disampaikan tenaga profesional

kesehatan, orang tua, guru, buku, media

massa dan sumber lainnya (Hartono,

2005).

Walaupun dari hasil penelitian ini

sebagian besar menyatakan bahwa

masyarakat memiliki pola makan yang

normal, namun masih ada yang

memiliki kebiasaan mengkonsumsi

makanan yang mengandung tinggi

purin secara berlebihan. Selain

pengetahuan yang diperoleh oleh

masyarakat, masih terdapat faktor-

faktor lain yang menentukan makanan

yang dikonsumsi sehari-hari,

diantaranya adalah ekonomi, sikap,

sosial budaya, dan agama Khomsan

(2004).

Untuk menjaga dan meningkatkan

derajat kesehatan individu dan

masyakat, perlu adanya kesadaran

pribadi serta dukungan dari keluarga

untuk menentukan suatu sikap yang

mengarah pada pola kebiasaan hidup

yang sehat sebagai upaya prefentif

yang harus diterapkan dalam

keseharian serta dapat membedakan

antara budaya yang baik atau

merugikan sebagai pendukung dalam

menentukan pola makan.

Asam Urat

Hasil pengukuran kadar asam urat

dari 50 responden, terdapat 39 orang

(78,0%) memiliki kadar asam urat

normal, dan 11 orang (22,0%) tinggi

(Hiperurisemia).

Banyaknya responden yang

memiliki kadar asam urat normal

karena sebagian besar sudah menjaga

pola makan, Selain itu, pada sebagian

wanita postmenopause masih dapat

dijumpai jenis steroid seks lain dengan

kadar yang normal dalam darah,

ovarium wanita postmenopause masih

memiliki kemampuan untuk

menyintesis steroid seks. Sel–sel hilus

dan korteks ovarium masih dapat

memproduksi androgen, estrogen dan

progesteron dalam jumlah tertentu.

Lemak, uterus, hati, otot, kulit,

rambut, dan bahkan bagian dari sistem

neural sumsum tulang (bone marrow)

mempunyai kemampuan

mengaromatisasi androgen menjadi

estrogen yang mana estrogen dapat

Page 5: Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya

membantu pengeluaran asam urat

melelui gingal. Pada wanita gemuk

masih ditemukan kadar estron yang

tinggi, dan estron ini akan diubah

menjadi estradiol (Ali, 2003).

Produksi asam urat meningkat

setara dengan perputaran sel akibat

penguraian asam nukleat, seperti pada

penyakit leukemia atau kegenasan lain

dengan masa sel yang besar. Penyakit

polisitemia, diabetes mellitus dapat

mempengaruhi peningkatan produksi

asam urat serum (Sacher, 2004). Selain

itu, obat anti hipertensi, terutama

thiazid diduga secara tidak langsung

mempengaruhi metabolisme lemak

yang pada akhirnya mengurangi

pengeluaran asam urat (Krisnatuti,

2008).

Dari hasil penelitian ini masih

terdapat beberapa responden yang

memiliki kadar asam urat tinggi. Hal ini

perlu diperhatikan karena selain

kandungan purin yang berasal dari

makanan purin juga dihasilkan di dalam

tubuh dan masih banyak faktor yang

dapat mempengaruhi kadar asam urat

darah diantaranya adalah perubahan

hormonal yang ada pada wanita

postmenopause.

Hubungan Antara Pola Makan

dengan Kadar Asam Urat pada

Wanita Postmenopause Pola makan berkaitan erat dengan

kadar asam urat darah pada wanita

postmenopause. Dilihat dari hasil

tabulasi silang antara pola makan

dengan kadar asam urat menunjukkan

responden dengan kebiasaan pola

makan normal memiliki kadar asam

urat normal 29 orang (58%) dan

hiperurisemia 2 orang (4%), sedangkan

responden dengan kebiasaan pola

makan tinggi purin memiliki kadar

asam urat normal 10 orang (10%), dan

hiperurisemia 9 orang (18%).

Berdasarkan uji statistik Chi

square di dapat hasil hitung = 0,001

< = 0,05 maka H0 ditolak dan

menerima H1. Kesimpulan yang

diambil adalah ada hubungan antara

pola makan dengan kadar asam urat

darah pada wanita postmenopause di

posyandu lansia Puskesmas Dr.

Soetomo Surabaya pada bulan juni

2010.

Hasil uji ini menerangkan jika

pola makan diatur dengan baik dapat

membantu pengontrolan kadar asam

urat dalam batas normal atau dalam

artian memiliki pengaruh terhadap

kadar asam urat darah pada wanita

postmenopause. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan Tjokroprawiro,

(2007) Asam urat di dalam tubuh bisa

berasal dari luar yaitu dari diet tinggi

purin dan dari dalam yang merupakan

hasil akhir metabolisme purin. Asam

urat sangat erat kaitannya dengan pola

makan. Umumnya karena pola makan

yang tidak seimbang (jumlah asupan

protein sangat tinggi) (Utami, 2009).

Walaupun sebagian besar

responden memiliki kadar asam urat

normal, namun masih terdapat

beberapa orang yang memiliki kadar

asam urat tinggi (Hiperurusemia)

walaupun mereka sudah menjaga pola

makan. Sacher (2004) mengemukakan

asam urat merupakan metabolisme

akhir purin. Di dalam tubuh,

perputaran purin terjadi secara terus

menerus seiring dengan sintesis dan

penguraian RNA dan DNA , sehingga

walaupun tidak ada asupan purin,

tetap terbentuk asam urat dalam

jumlah yang substansial. Selain itu,

Sylvia (2006) menjelaskan pada

wanita kadar urat tidak meningkat

sampai setelah menopause karena

estrogen membantu meningkatkan

ekskresi asam urat melalui ginjal.

Setelah menopause, kadar serum urat

meningkat seperti pada pria.

Page 6: Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya

Menjaga pola makan dalam

kehidupan sehari-hari dengan

membatasi asupan makanan yang

banyak mengandung purin dan lemak

tanpa mengesampingkan asupan protein

diharapkan dapat mengontrol kadar

asam urat darah pada wanita

postmenopause sehingga diharapkan

faktor resiko akibat tingginya kadar

asam urat dapat terhindarkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Sebagian besar wanita

postmenopause di posyandu lansia

wilayah kerja puskesmas Dr. Soetomo

Surabaya sudah menjaga pola makan

dan sebagian besar memiliki kadar

asam urat masih dalam tahapan normal.

Terdapat hubungan antara pola makan

dengan kadar asam urat darah pada

wanita postmenopause.

Diperlukan suatu koordinasi antara

tokoh masyarakat dan institusi

kesehatan untuk mengevaluasi secara

periodik mengenai pola makan dan

asam urat sebagai tindak lanjut atas

program yang telah dilakukan untuk

mengetahui derajat perkembangan

usaha masyarakat dalam menjaga

kesehatan. Serta diperlukan penelitian

lanjut mengenai pola makan dan asam

urat yang berhubungan dengan wanita

postmenopause

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Lukas Tersono, (2006). Tanaman

Obat dan Jus untuk Asam Urat

dan Rematik, Agromedia Pustaka,

Jakarta.

Ali, Baziad, (2003). Endokrinoligi

Ginekologi, Edisi 2, Media

Aesculapius, Jakarta.

Ali, Baziad, (2003). Menopause dan

Andropause, Edisi 1, Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawiro

Harjo, Jakarta.

Almatsier, Sunita, (2003). Prinsip

Dasar Ilmu Gizi, Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Bromwich, Peter, (1991). Menopause

Merawat Gejala-Gejalanya,

Arcan, Jakarta.

Dalimartha, Setiawan, (2008). Herbal

Untuk Pengobatan Reumatik,

Penebar Swadaya, Jakarta..

Hartono, Andry, (2005). Penyakit

Bawaan Makanan Fokus

Pendidikan Kesehatan, ECG,

Jakarta.

Kasdu, Dini, (2002). Kiat Sehat dan

Bahagia Di Usia Menopause,

sPuspa Suara, Jakarta.

Ketria, Nyoman, (2009). Asam Urat,

Bentang Pustaka, Yogyakarta.

Khomsan, Ali, dkk, (2004). Pengantar

Pangan dan Gizi, Penebar

Swadaya. Jakarta.

Khumaidi, (1994). Gizi Masyarakat,

BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Krisnatuti, Diah, dkk, (2008).

Perencanaan Menu Untuk

Penderita Asam Urat, Penebar

Swadaya, Jakarta.

Kusharto, (2006). Prinsip-Prinsip

Ilmu Gizi, Kanisius, Yogyakarta

Marie, Joanne, (2003). Natutal

Treatments for menopause.

Prima Published, United States

of America.

Murray Robert, dkk, (2003). Biokomia

Harper, Edisi 25, ECG, Jakarta

Notoatmojo, Soekidjo, (2005).

Metodologi Penelitian

Kesehatan, Rineka Cipta,

Jakarta.

Nursalam, (2008). Konsep dan

Penerapan Metodologi

Penelitian, Salemba Medika,

Jakarta.

Oktia, Titik, (2008). Kesehatan dan

Gizi, SIC, Surabaya.

Panil, Zulbadar, (2008). Memahami

teori dan Praktik Biokimia

Dasar Medis, ECG, Jakarta

Ramayulis, Rita, dkk, (2008). Menu

dan Resep Penderita Asam

Urat,Peneber Plus, Jakarta.

Page 7: Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Darah Pada Wanita Postmenopause Di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Dr Soetomo Surabaya

Sacher, Ronald, dkk, (2004). Tinjauan

Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium, Edisi 11, ECG,

Jakarta.

Santoso, Soegeng, dkk, (1999).

Kesehatan dan Gizi, Rineke

Cipta, Jakarta.

Supariasa, Nyoman, dkk, (2002).

Penilaian Status gizi, ecg, Jakarta.

Sustrani, Lanny, dkk, (2006). Asam

Urat, PT Gramedia Utama,

Jakarta.

Sylvia, Anderson, dkk, (2006).

Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit, ECG,

Jakarta.

Tjokroprawiro, Askandar, dkk, (2007).

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

Airlangga University press,

Surabaya.

Utami, Prapti, dkk, (2009). Solusi Sehat

Asam Urat dan Rematik,

Agromedia Pustaka, Jakarta.

Wachjudi, Gunadi, dkk, (2006).

Diagnosis dan Terapi Penyakit

Reumatik, Sagung Seto, Jakarta.

Wijayanti, (2009). Faktor Yang

Mempengaruhi Terjadinya

Penyakit Atritis Pirai (gout),

www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?i

d=gdlub-gdl-s1-2009-wijayanti-

10033&q=faktor+artritis+gout, 16

Maret 2010.