i
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN
PEER GROUP DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA
SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI
KARANGANOM KLATEN
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
MUH. SUBHAN HAKIM
NIM K8406031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
ii
HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN
PEER GROUP DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA
SISWA KELAS X MADRASAH ALIYAH NEGERI
KARANGANOM KLATEN
TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh:
MUH. SUBHAN HAKIM
NIM K8406031
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
ii
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Haryono, M.Si Dra. Siti Rochani, M.Pd
NIP. 1951 0101 198103 1 005 NIP. 1954 0213 198003 2 001
iii
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di Hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Soeparno, M. Si 1. _________
NIP. 1948 1210 197903 1 002
Sekretaris : Dra. Siti Chotidjah, M.Pd 2. __________
NIP. 1948 1214 198003 2 001
Anggota I : Drs. Haryono, M. Si. 3. _________
NIP. 1951 0101 198103 1 005
Anggota II : Dra. Siti Rochani, CH, M.Pd. 4. __________
NIP. 1954 0213 198003 2 001
Disyahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 1960 0727 198702 1 001
iv
v
ABSTRAK
Muh Subhan Hakim. K8406031. HUBUNGAN ANTARA
KEDISIPLINAN BELAJAR DAN PERGAULAN PEER GROUP DENGAN
PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X MAN
KARANGANOM KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Juni 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Hubungan antara
Kediplinan Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN
Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011; (2) Hubungan antara Pergaulan
Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN
Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011; (3) Hubungan antara Kedisplinan
Belajar dan Pergaulan Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa
kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif
korelasional. Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas X MAN Karanganom
Klaten Tahun Ajaran 2010/2011, sejumlah 138 siswa. Sampel diambil dengan
teknik simpel random sampling sejumlah 58 siswa. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan teknik angket. Teknik analisis data yang
digunakan dengan menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hipotesis 1 “Ada
hubungan positif antara Kedisplinan Belajar dengan prestasi belajar sosiologi
pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”,
diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rx1y =
0,297 dan ρ = 0,023. (2) hipotesis 2 “Ada hubungan positif antara Pergaulan Peer
Group dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom
Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis
data yang menunjukkan rx2y = 0,298 dan ρ = 0,023. (3) hipotesis 3 “Ada
hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group dengan
prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas MAN Karanganom Klaten Tahun
Ajaran 2010/2011”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang
menunjukkan Ry(x1,2) = 0,406 , ρ = 0,007 dan F = 5,441.
v
vi
ABSTRACT
Muh Subhan Hakim. K8406031. THE RELATIONSHIP BETWEEN
STUDY DISCIPLINARY AND ASSOCIATION PEER GROUP WITH THE
SOCIOLOGY LEARNING ACHIEVEMENT TO X GRADE STUDENT MAN
KARANGANOM KLATEN YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty
of Teacher Training and Education Sebelas Maret University Surakarta, June
2011.
This research aims to determine: (1) relationship between learning
disciplinary and sociology’s learning achievement to X grade students MAN
Karanganom Klaten year 2010/2011; (2) relationship between peer group
association with sociology’s learning achievement to X grade students MAN
Karanganom Klaten year 2010/2011; (3) relationship between learning
disciplinary and peer group association with sociology’s learning achievement to
X grade students MAN Karanganom Klaten year 2010/2011.
Methods used in this research is quantitative descriptive correlational. The
research population is 138 students of X grade student in MAN Karanganom
Klaten year 2010/2011. Sample is taken by simple random sampling from 58
students. Data collecting technique is done using questioner technique. Data
analysis technique used in this research is statistic analysis by double regression
technique.
Based on qualification research concludes (1) hypothesis 1 “There are
positive relationship between disciplinary of study with sociology’s learning
achievement to X grade student in MAN Karanganom Klaten year 2010/2011”,
accepted. It is could be seen from data analysis result which shows rx1y = 0.297
and ρ = 0.023. (2) Hypothesis 2 “There are positive relationship between peer
group association with sociology’s learning achievement to X grade students of
MAN Karanganom Klaten year 2010/2011”, accepted. It can be seen through data
analysis result which shows rx2y = 0,298 and ρ = 0,023. (3) Hypothesis 3 “There
are positive relationship between learning disciplinary and peer group association
with sociology’s learning achievement to X grade students of MAN Karanganom
Klaten year 2010/2011”, accepted. It can be seen through data analysis result
which shows Ry(x1,2) = 0,406, ρ = 0,007 and F = 5,441.
vi
vii
MOTTO
”Ilmu adalah pemimpin, dan amal perbuatan adalah makmumnya”
(Mu’addz bin Jabal r.a)
”Sesuatu yang kemudian menjadi penting untuk dimiliki oleh setiap manusia
adalah pendidikan”
(Emile Durkheim)
”Memiliki sedikit pengetahuan namun dipergunakan untuk berkarya jauh lebih
berarti daripada memiliki pengetahuan luas namun mati fungsi”
(Kahlil Gibran)
vii
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk :
1. Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu
memberi doa dan kasih sayang untukku
menikmati hidup.
2. Kakak dan adikku, kalian adalah
semangat bagiku.
3. Keluarga besarku, terima kasih atas
dukungannya.
4. Teman-temanku Pendidikan Sos-Ant ’06
terima kasih atas kebersamaan kalian.
5. Almamater
viii
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan.
Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut
dapat peneliti atasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan, peneliti menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof.Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta,
3. Drs. MH. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta,
4. Drs. Haryono, M.Si, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
dorongan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini sekaligus
Penasehat Akademik atas bimbingan dan nasihatnya.
5. Dra. Siti Rochani, CH, M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan
semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan
skripsi ini.
6. Drs. H. Sriyana, Kepala MAN Karanganom yang telah memberikan ijin
untuk melaksanakan penelitian.
7. Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas bimbingan, do’a dan dukungannya
selama ini.
8. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
ix
x
Peneliti berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang
pengajaran Sosiologi Antropologi.
Surakarta, Juni 2011
Peneliti
x
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................ i
PENGAJUAN ................................................................................................ ii
PERSETUJUAN ............................................................................................ iii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
MOTTO ................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN .......................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................... 6
D. Perumusan Masalah ....................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................... 8
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................. 9
A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 9
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Sosiologi ........... 9
2. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Belajar ................... 17
3. Tinjauan Tentang Pergaulan Peer Group ................. 23
B. Penelitian yang Relevan ................................................. 39
C. Keranga Berpikir ............................................................ 39
D. Hipotesis ........................................................................ 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 42
B. Populasi dan Sampel ...................................................... 43
xi
xii
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 52
D. Rancangan Penelitian ..................................................... 62
E. Teknik Analisis Data ...................................................... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................ 67
A. Deskripsi Lokasi ........................................................... 67
B. Deskripsi Data ................................................................ 72
C. Pengujian Persyaratan Analisis ..................................... 77
D. Pengujian Hipotesis ........................................................ 83
E. Pembahasan Hasil Analisis Data .................................... 90
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................ 93
A. Kesimpulan .................................................................... 93
B. Implikasi ......................................................................... 94
C. Saran ............................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 96
LAMPIRAN ................................................................................................ 99
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Waktu Penelitian ...................................................................... 42
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kedisiplinan Belajar (X1) ................................. 74
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pergaulan Peer Group (X2) ............................... 75
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sosiologi (Y) .......................... 77
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas X1 ................................................. 79
Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Normalitas X2 ................................................. 80
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Y .................................................. 81
Tabel 8. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y ............................................. 83
Tabel 9. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y ............................................. 83
Tabel 10.Matriks Interkorelasi Analisis Regresi ................................................ 84
Tabel 11.Koefisien Beta dan Korelasi Parsial ................................................... 86
Tabel 12.Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh........................................ 86
Tabel 13.Perhitungan Bobot Prediktor-Model Penuh ........................................ 89
xiii
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-kisi Uji Coba Angket Kedisiplinan Belajar ........................... 99
Lampiran 2. Soal Uji Coba Angket Kedisiplinan Belajar .................................. 100
Lampiran 3. Kisi-kisi Uji Coba Angket Pergaulan Peer Group ......................... 106
Lampiran 4. Soal Uji Coba Angket Pergaulan Peer Group ............................... 108
Lampiran 5. Soal Angket Kedsiplinan Belajar .................................................. 119
Lampiran 6. Soal Angket Pergaulan Peer Group ............................................... 123
Lampiran 7. Data Skor Uji Coba dan Analisis Kesahihan Butir
Soal Variabel Kedisiplinan Belajar .............................................. 130
Lampiran 8. Data Skor Uji Coba dan Analisis Kesahihan Butir Soal
Variabel Pergaulan Peer Group .................................................... 134
Lampiran 9. Tabel Data Skor Angket X1,X2 dan Ydan Garis Regresi X1,X2
dengan Y ....................................................................................... 140
Lampiran 10. Sebaran Frekuensi dan Histogram Kedisiplinan Belajar .............. 149
Lampiran 11. Sebaran Frekuensi dan Histogram Pergaulan Peer Group ........... 151
Lampiran 12. Sebaran Frekuensi dan Histogram Prestasi Belajar ...................... 152
Lampiran 13. Hasil Uji Normalitas X1,X2 dan Y ................................................ 154
Lampiran 14. Hasil Uji Linieritas X1 dengan Y dan X2 dengan Y ..................... 159
Lampiran 15. Hasil Analisis Regresi .................................................................. 162
Lampiran 16. Surat Perijinan .............................................................................. 165
Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian ......................................................... 169
Lampiran 18. Curriculum Vitae .......................................................................... 170
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia, sehingga dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia. Manusia tidak hanya tumbuh dan
berkembang atas dorongan saja, akan tetapi manusia juga memerlukan arahan dan
bimbingan dari luar dirinya. Pengarahan dan bimbingan tersebut dapat terjadi
melalui proses pendidikan, yang akhirnya akan menjadi arahan dan acuan manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pendidikan pada dasarnya adalah proses yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam diri manusia. Melalui pendidikan,
manusia diharapkan mampu menjadi makhluk yang mampu menjalankan tugas
dan kewajibannya.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem
Pendidikan Nasional) Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara”.
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan dapat dilihat melalui proses
penilaian. Penilaian yang dimaksud adalah penilaian terhadap hasil belajar atau
prestasi belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, baik
yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal), maupun faktor-faktor
yang berasal dari luar diri siswa (eksternal).
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa atau
bawaan. Yang termasuk faktor-faktor ini adalah panca indera, kecerdasan, bakat,
sikap, minat, motivasi, kebiasaan, kedisiplinan, kebutuhan, emosi, penyesuaian
diri, dan lain-lain.
1
2
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi diri siswa namun
timbulnya dari luar diri siswa, misalnya faktor sosial (lingkungan keluarga,
kelompok, lingkungan masyarakat), pendidikan di sekolah, dari orang tua atau
keluarga, adat istiadat, fasilitas belajar, ilmu pengetahuan serta teknologi, dan lain
sebagainya.
Menurut Soegeng Prijodarminto (1992 : 23) “ Disiplin adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesenian, keteraturan, dan atau
ketertiban”. Nilai-nilai dalam disiplin tersebut sangat menunjang dan penting
dalam menjalani suatu kehidupan bermasyarakat yang terdiri dari berbagai
kegiatan. Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap kegiatan ataupun
perilaku, maka kita akan memperoleh hasil yang maksimal sesuai yang kita
inginkan. Tanpa adanya sikap disiplin dalam berperilaku, maka hidup yang kita
jalani akan berjalan dengan tidak teratur dan akhirnya kita tidak akan memperoleh
hasil seperti yang kita harapkan.
Semua orang tahu bahwa setiap orang yang berhasil dalam suatu pekerjaan
selalu berhubungan dengan kedisiplinan. Kedisiplinan sangat besar pengaruhnya
dalam meraih suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dengan kedisiplinan
siswa akan melatih dirinya belajar mengendalikan diri, mudah menghormati,
menghargai dan mematuhi otoritas. Siswa diusahakan agar dapat melakukan hal-
hal yang mempengaruhi cara belajarnya, mengatur waktu belajar, bermain dan
beristirahat, agar dapat merubah dan meningkatkan prestasi belajarnya. Mulai dari
yang dianggap belum berhasil menjadi lebih baik, atau yang istilah sekarang lebih
berbobot atau berprestasi. Untuk itu orang tua dan guru diharapkan memberikan
motivasi kepada putra-putrinya atau anak didik, sehingga mereka mampu
mencapai tujuan yang seoptimal mungkin. Kedisiplinan siswa akan dapat
mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Kedisiplinan belajar merupakan suatu tata tertib yang tercipta dan
terbentuk sebagai pola tingkah laku belajar yang diatur sedemikian rupa, menurut
ketentuan-ketentuan yang harus ditaati dan dipatuhi oleh semua pihak. Dengan
kedisiplinan dapat tercipta ketertiban dan keteraturan serta dapat menimbulkan
3
perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan
siswa. Seorang siswa yang mempunyai kedisiplinan belajar yang tinggi akan
mengikuti dan mentaati peraturan sekolah secara baik, dengan kesadaran diri
untuk melaksanakan peraturan tersebut, dan anak melaksanakan hukuman apabila
melakukan kesalahan. Kedisiplinan belajar tidak tumbuh dengan sendirinya,
melainkan adanya bantuan dari pendidikan, baik dari orang tua, guru maupun
masyarakat.
Orang tua sangat berperan penting dalam pembinaan kedisiplinan belajar
anak dirumah yaitu dengan memberikan teladan yang baik bagi anak dan
berttanggung jawab mencukupi kebutuhan anak. Apabila dari kecil anak sudah
diajarkan untuk berlaku disiplin dalam segala hal, semakin lama anak akan dapat
memahami dan menjiwai arti dari disiplin tersebut. Penanaman kedisiplinan
secara dini kepada anak adalah sangat baik, karena anak tersebut semakin besar
semakin kuat rasa kedisiplinannya, dan khususnya rasa disiplin dalam hal belajar
disekolah maupun dirumah. Disiplin belajar dalam hal ini tidak hanya dalam taat
dengan waktu belajar yang sudah ditentukan, tetapi juga termasuk dengan
pemanfaatan waktu luang yang ada untuk belajar. Secara otomatis, semakin sering
anak belajar maka pelajaran yang telah diajarkan akan semakin dimengerti oleh
anak tersebut. Perilaku disiplin belajar tersebut tidak hanya berlaku dalam
lingkungan sekolah namun juga berlaku dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Guru berperan dalam menanamkan kedisiplinan belajar disekolah yaitu
dengan menerapkan berbagai peraturan dalam hal belajar disekolah seperti masuk
sekolah sebelum bel berbunyi, mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan
guru dengan baik, mengerjakan tugas tepat waktu, dan mengerjakan pekerjaan
rumah. Kedisiplinan belajar dapat tumbuh juga dengan bantuan masyarakat,
apabila kondisi masyarakat sekitar mempunyai tingkat kedisiplinan belajar yang
tinggi, maka dengan sendirinya akan berpengaruh pada anak tersebut, demikian
pula sebaliknya.
Dengan disiplin belajar yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Prestasi yang baik dan maksimal tidak dapat diperoleh
4
dengan cara yang instan, tetapi harus dengan usaha yang keras dan tidak kenal
lelah. Dengan prestasi yang tinggi, seseorang dapat lebih dihargai oleh orang-
orang di sekitarnya. Begitu juga dengan siswa sekolah, dengan prestasi yang baik
dan tinggi, maka dia akan dipandang lebih tinggi daripada siswa yang lainnya.
Dengan prestasi yang tinggi pula, siswa sekolah dapat memperoleh kesempatan
yang lebih besar untuk dapat mencapai keinginannya dan masa depan yang lebih
cerah. Seperti halnya mendapat kesempatan yang lebih besar untuk melanjutkan
ke jenjang sekolah yang lebih tinggi dan lebih baik kualitasnya. Karena dalam
masa-masa sekarang, prestasi belajar dan tingkat sekolah yang lebih baik dapat
menunjang masa depan yang lebih baik. Selain dengan adanya peer group
tersebut, prestasi belajar yang maksimal hanya bisa diraih dengan kedisiplinan
belajar yang baik.
Selain dengan adanya kedisiplinan tersebut, prestasi belajar yang
maksimal juga bisa diraih dengan membentuk kelompok sebaya atau peer group.
Usia - usia remaja merupakan masa transisi dalam mencari jati dirinya. Remaja ini
merasa ingin diakui atau ingin menunjukkan siapa dirinya sendiri kepada orang
lain dan ingin terlihat lebih baik dari teman-temannya, atau ingin terlihat lebih
menonjol. Kelompok-kelompok ini biasanya terbentuk karena persamaan tujuan,
persamaan pemikiran antara anggota-anggotanya dan sebagian besar terbentuk di
lingkungan sekolahan.
Kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
perkembangan remaja / anak tersebut, baik perkembangan fisik maupun batin.
Peer group dapat memberikan pengaruh yang baik pada para anggotanya, seperti
dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih baik,untuk berprestasi lebih baik.
Kelompok juga dapat memberikan pengaruh yang buruk terhadap anggotanya,
misalnya ; karena teman-temannya merokok dan tidak ingin dikatakan “cemen”,
anak yang sebelumnya tidak merokok berubah menjadi seorang perokok.
Disisi lain peer group mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perkembangan remaja yang dapat berfungsi sebagai persiapan bagi kehidupann
dimasa yang akan datang, dan dapat berpengaruh terhadap pola perilaku dan
pandangannya. Di dalam peer group remaja dituntut untuk belajar sosial, bergaul,
5
memberi dan menerima pergaulan dengan sesama temannya. Menurut Syamsu
Yusuf LN (2004: 60) menyebutkan bahwa peranan kelompok teman sebaya bagi
remaja adalah memberikan kesempatan untuk belajar tentang:
(1) Bagaimana berinteraksi dengan orang lain. (2) Mengontrol tingkah laku sosial.
(3) Mengembangkan keterampilan dan minat yang relevan dengan usianya. (4)
Saling bertukar perasaan dan masalah.
Alangkah baiknya bila peer group yang ada di sekolah merupakan
kelompok yang dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anggotanya yaitu
para siswa - siswa dari sekolah tersebut. Semua pihak termasuk orang tua dan
guru pasti berharap dengan adanya kelompok-kelompok tersebut dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, meski kelompok tersebut merupakan
kelompok yang “ilegal” atau terbentuk tidak secara resmi.
Kelompok teman sebaya atau peer group yang baik adalah dimana
anggota-anggotanya mendapatkan pengaruh yang positif dari teman-temannya
dalam kelompok tersebut. Pengaruh tersebut dapat berupa semangat yang lebih
besar dan lebih baik untuk dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Biasanya
dalam kelompok seperti itu anak-anak merasa tidak canggung atau malu untuk
bertanya kepada temannya dari pada bertanya kepada guru.
MAN Karanganom merupakan salah satu sekolah yang mempunyai
prestasi, hal ini terlihat dari banyaknya piagam dan penghargaan yang dicapai
oleh siswa-siswanya. MAN Karanganom merupakan sekolah keagamaan yang
mempunyai kedisiplinan tinggi terhadap siswa, misalnya siswa harus datang pukul
06.30 sampai 07.00 untuk membaca Al-Qur’an. Siswa - siswa mempunyai
kelompok bermain sendiri-sendiri sehingga terlihat sekali kesenjangan antara
kelompok yang rajin dengan kelompok yang sering melanggar aturan.
Berdasar latar belakang diatas, masalah kedisiplinan dan pergaulan peer
group serta prestasi belajar siswa sangat menarik diteliti. Oleh karena itu penulis
mengangkat penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kedisiplinan Belajar Dan
Pergaulan Peer Group Dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas X MAN
Karanganom, Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011”
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang
muncul dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Keberhasilan pendidikan salah satunya ditentukan oleh lingkungan pergaulan
anak.
2. Faktor penentu keberhasilan pendidikan adalah faktor intern dan faktor extern.
3. Lingkungan pergaulan tidak selalu positif, maka anak perlu diberikan
pendidikan untuk bergaul agar anak bermental sepiritual untuk
mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk.
4. Guru sebagai salah satu penentu pendidikan, keberhasilan pendidikan tidak
selalu ditentukan oleh kemampuan guru saja, tetapi juga ditentukan cara guru
menumbukan kedisiplinan pada anak.
5. Sikap dan perilaku siswa sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan,
yaitu sikap positif berdisiplin dalam menghadapi proses pembelajaran.
C. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini berjalan terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan,
maka masalah dibatasi pada :
1. Kedisiplinan belajar yang dimaksud adalah kedisiplinan siswa di dalam
menggunakan waktu belajar sehari-hari untuk mencapai prestasi yang
diinginkannya.
2. Pergaulan peer group adalah hubungan social remaja dengan teman-teman
sebayanya di lingkungan dimana dia berada. Proses ini terjadi dimana individu
salaing bertemu dan berinteraksi satu sama lain dengan jangka waktu yang
bias membentuk jalinan pertemanan dan persahabatan. Interaksi ini terjadi
dalam kelompok yang terdiri dari sejumlah individu yang sama, yaitu mereka
yang mempunyai usia, minat, dan perasaan yang sama.
3. Prestasi belajar sosiologi yang dimaksud adalah hasil belajar mata pelajaran
sosiologi yang dicapai siswa yang dinyatakan dalam bentuk skor dan nilai.
7
D. Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dibuat perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar
sosiologi siswa kelas X MAN Karanganom Klaten tahun pelajaran
2010/2011?
2. Apakah ada hubungan antara pergaulan teman sebaya dengan prestasi belajar
sosiologi siswa kelas X MAN Karanganom Klaten tahun pelajaran
2010/2011?
3. Apakah ada hubungan secara bersama antara kedisiplinan belajar dan
pergaulan peer group dengan prestasi belajar siswa kelas X MAN
Karanganom Klaten tahun pelajaran 2010/2011?
E. Tujuan penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui Hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kela X MAN Karanganom Klaten tahun pelajaran
2010/2011.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pergaulan peer group dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas X MAN Karanganom Klaten tahun pelajaran
2010/2011.
3. Untuk mengetahui hubungan secara bersama antara kedisiplinan belajar dan
pergaulan peer group dengan prestasi belajar siswa kelas X MAN
Karanganom Klaten tahun pelajaran 2010/2011.
8
F. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya dan proses
belajar pada khususnya bidang ilmu Sosiologi.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Orang Tua
1) Sebagai sumbangan pemikiran bagi orang tua dalam mengasuh,
membesarkan, dan memberikan pendidikan bagi anak dan melatih
anak
2) Melatih anak disiplin belajar di dalam rumah tangga dan pergaulan
agar dapat meningkatkan prestasi belajar.
b) Bagi Masyarakat
Memberikan sumbangan bagi masyarakat dalam memberikan penddikan
pada anak-anaknya.
c) Bagi Sekolah
Memberikan wawasan bagi pendidik untuk memberikan pengertian
tentang pentingnya kedisiplinan belajar dan pergaulan Peer Group.
d) Bagi Guru
Sebagai bahan informasi dan tindak lanjut tentang hubungan antara
kedisiplinan belajar dan pergaulan Peer Group dengan prestasi belajar.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Sosiologi
a. Pengertian Prestasi Belajar Sosiologi
Pada dasarnya belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang,
baik anak-anak, orang dewasa ataupun orang tua. Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan atau pengalaman. Belajar merupakan serangkaian tahapan
untuk mencapai perubahan keseluruhan perilaku individu yang relatif tetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif dan afektif yang merupakan hasil dari proses kematangan,
kemudian diwujudkan dalam prestasi belajar. Dalam kategori Bloom terdapat
tiga ranah utama pada proses belajar, yaitu ranah kognitif (pikiran), ranah
afektif (emosi), dan ranah psikomotorik (perilaku).
Menurut Zainal Arifin (1990:3) “Prestasi adalah kemampuan,
keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal”. Jadi
kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam melakukan suatu usaha.
Kemampuan dan ketrampilan itulah yang disebut prestasi. Sedangkan menurut
Poerwodarminta ( 2002 : 787 ) “Prestasi adalah penguasaan atas keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan
nilai test berupa angka yang diberikan oleh guru”. Maksudnya siswa mampu
menguasai ketrampilan atau materi yang diberikan oleh seorang pengajar dan
biasanya seorang guru mengukurnya dengan mengadakan test.
Menurut Slameto (2005: 2) “Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan”. Maksud dari pengertian tersebut adalah
usaha seseorang untuk mendapatakan pengetahuan dalam berinteraksi di
lingkunganya. Sedangkan menurut A Suhaenah Suparno (2000: 2) “Belajar
9
10
merupakan suatu aktifitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen
sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor-
faktor kelelahan, kematangan atau karena mengkonsumsi obat-obatan
terlarang”. Jadi suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang
diperoleh dari latihan dan pengalamannya dalam interaksinya dengan
lingkungan.
Prestasi belajar merupakan perwujudan dari hasil belajar. Syaiful Bahri
Djamaroh (2002: 23), “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil
dari aktivitas belajar”. Jadi dalam aktivitas belajar akan mengakibatkan
perubahan dalam perilaku maupun kecakapan. Perubahan perilaku inilah yang
disebut sebagai hasil belajar atau prestasi belajar.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro ( 2001: 43), “Prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah
dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Maksudnya penilaian hasil
belajar yang telah dicapai oleh setiap anak dapat diukur secara semester atau
periode waktu yang telah ditentukan dan diwujudkan melalui simbol, angka,
huruf dan kalimat.
Menurut Van dorm & C.J.Lammers dalam Soerjana Soekanto,
2001:21) Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan
proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.”. dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari tentang struktur – struktur dan proses –proses yang terjadi di
dalam masyarakat yang mempunyai sifat stabil, artinya tidak berubah-ubah.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (2001:21)
menyatakan sosiologi ialah ilmu yang mempunyai struktur sosial dan proses-
proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial”. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu sosial yang mempelajari
11
lapisan-lapisan di dalam masyarakat dan proses-proses sosial lainya serta
perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat tersebut.
Jadi prestasi belajar sosiologi adalah hasil usaha dari individu di dalam
mempelajari sosiologi setelah dilakukan evaluasi menurut kemampuannya
masing-masing yang diperoleh melalui proses belajar di bangku sekolah dan
hasil tersebut berupa nilai tertuang di dalam raport.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Keberhasilan manusia dalam meraih prestasi belajar, pada tingkat dan
jenis ilmu pengetahuan tertentu dapat memberikan kepuasan pada manusia
khususnya yang ada pada bangku sekolah. Oleh karena itu, prestasi mempunyai
beberapa fungsi. Adapun fungsi prestasi belajar menurut Zainal Arifin (1990 :
3), antara lain :
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern suatu institusi
pendidikan. Indikator intern berarti bahwa prestasi belajar dijadikan
indikator tingkat pendidikan atau produktivitas suatu institusi
pendidikan. Indikator ekstern bahwa rendahnya prestasi belajar
dapat dijadikan indikator kesuksesan anak didik dalam masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap
(kecerdasan) anak didik.
Sedangkan menurut Cronbach dalam bukunya Zainal Arifin (1990:4)
mengemukakan bahwa kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, bergantung
kepada ahli dan versinya masing-masing. Namun diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar
2) Untuk keperluan diagnostik
3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan
4) Untuk keperluan seleksi
5) Untuk keperluan penempatan dan penjurusan
6) Untuk menentukan isi kurikulum
7) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi prestasi
belajar adalah sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
12
proses belajar mengajar, serta sebagai dorongan bagi siswa untuk
meningkatkan belajarnya. Selain itu prestasi juga berguna sebagai tolok ukur
keberhasilan guru dan lembaga pendidikan dalam mengantarkan anak didik
menyelesaikan belajarnya.
c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang anak merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang saling berhubungan baik yang ada dalam
diri ( faktor intern ) maupun dari luar diri ( faktor ekstern ) anak. Menurut
Slameto (2003: 54) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Faktor intern, yang meliputi :
a) Faktor jasmani
b) Faktor psikologis
c) Faktor kelelahan
2) Faktor ekstern, terdiri :
a) Faktor keluarga
b) Faktor sekolah
c) Faktor masyarakat
Sebagai penjelasan penulis akan uraikan di bawah ini :
1) Faktor intern
a) Faktor jasmani
Kesehatan organ tubuh akan berpengaruh besar pada prestasi belajar.
Kondisi otak yang prima akan mudah menerima dan menyerap materi
maupun informasi.
b) Faktor psikologis
(1) Faktor intelegensi
Intelegensi yang tinggi akan mudah menyerap informasi yang
disampaikan dan seseorang akan mudah mencapai prestasi.
(2) Faktor perhatian
Perhatian yang terpusat akan lebih mudah menyerap informasi dan
memperoleh prestasi yang tinggi daripada
13
(3) Faktor Minat
Minat siswa pada suatu kegiatan atau mata ajar yang positif akan
mempermudah dalam menjalani proses belajar.
(4) Faktor bakat
Bakat merupakan aspek psikis yang kuat dalam jiwa siswa yang
memungkinkan berpotensi jika dioptimalkan dengan baik.
(5) Faktor motivasi
Motivasi merupakan dorongan dari luar siswa yang dapat
menimbulkan semangat belajar. Bisa dari guru atau orang tua.
(6) Faktor kematangan
Siswa yang matang akan menyadari kekurangan dan kelebihannya.
Ia akan menutupi kekurangannya dengan giat belajar dan
mengoptimalkan kelebihannya.
(7) Faktor kesiapan
Kesiapan siswa dalam kondisi siap akan mudah merespon
informasi dengan optimal, baik secara fisik dan mental.
c) Kelelahan
(1) Kelelahan jasmani
Siswa yang lelah jasmani, seperti lapar, mengantuk, kecapean akan
mengganggu proses belajar sehingga prestasi belajar menjadi
rendah atau turun
(2) Kelelahan rohani
Siswa yang lelah rohani akan menghambat informasi yang masuk
dalam pikiran. Hal ini bisa disebabkan oleh tekanan metal, masalah
takut yang dihadapi dan stress.
2) Faktor ekstern
a) Faktor keluarga
(1) Cara mendidik orang tua terhadap anak. Baik yang otoriter maupun
demokratis sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
(2) Suasana rumah yang menyenangkan atau membosankan.
14
(3) Hubungan antar anggota keluarga yang kurang baik atau harmonis.
(4) Pemenuhan ekonomi dan fasilitas yang mencukupi untuk
menunjang prestasi belajar.
(5) Perhatian orang tua yang cukup terhadap anak.
(6) Latar belakang budaya dimna anak bertempat tinggal.
b) Faktor sekolah
(1) Metode mengajar guru yang relevan dan variatif akan mendorong
pencapaian prestasi belajar yang tinggi dibanding dengan metode
monoton.
(2) Hubungan guru dan murid yang demokratis, terbuka dan
menyenangkan akan membuat siswa dekat dan mudah dalam
memecahkan masalah.
(3) Hubungan siswa dengan siswa yang kooperatif dan kompetitif
secara sehat akan menciptakan suasana belajar yang baik.
(4) Waktu belajar yang tepat akan berhubungan erat dengan tingkat
respon siswa. Misalnya pagi hari akan lebih efektif daripada siang
hari.
(5) Ukuran ruangan yang standar, sehingga siswa akan merasa nyaman
didalamnya.
(6) Metode belajar yang sesuai dengan keunikan masing-masing
menentukan penguasaan materi.
(7) Tugas rumah yang merangsang keaktifan belajar di luar sekolah.
(8) Kurikulum yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
(9) Disiplin belajar siswa yang tinggi.
(10) Standar pengajaran yang sesuai dengan kapasitas.
(11) Alat pengajaran yang memadai dan digunakana secara optimal.
c) Faktor masyarakat
(1) Kegiatan siswa di masyarakat memberikan dampak berarti bagi
prestasi belajar di sekolah. Keaktifan di organisasi kemasyarakatan
akan mempengaruhi pola perilaku yang teratur dan disiplin serta
cerdas dalam memecahkan masalah.
15
(2) Teman bergaul yang positif akan mendukung siswa mencapai
prestasi. Khususnya hubungan yang berkaitan dengan kepentingan
belajar.
(3) Kebiasaan yang berlaku di masyarakat dimana siswa tinggal.
Masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak
akan menetapkan aturan baik lisan maupun tertulis bagi warganya
yang mendukung penciptaan kondisi yang kondusif. Misalnya
aturan jam wajib belajar warganya.
Ditambahkan pula oleh Muhhibin Syah (2006: 132-138) bahwa faktor
jasmaniah / fisiologis meliputi kesehatan indera dan pendengaran, faktor
psikologis meliputi intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi, faktor
lingkungan sosial sekolah meliputi guru, staf dan teman-teman, faktor non-
sosial meliputi gedung, rumah, alat belajar, cuaca, dan waktu belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa
banyak dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan yang
berasal dari luar diri siswa yaitu yang disebut faktor internal dan faktor
eksternal, faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian keberhasilan prestasi
belajar siswa. Apabila siswa mempunyai kondisi fisik, intelektual, minat,
bakat, perhatian, motivasi, kedisiplinan, dan sudah siap menerima suatu
kecakapan tertentu (dalam hal ini sosiologi), maka akan sangat membantu
untuk mencapai suatu prestasi belajar yang tinggi. Dalam diri siswa tidak
semua faktor tersebut secara bersama-sama dapat mendukung siswa dalam
mempelajari pelajaran sosiologi, karena adanya pengaruh dari perbedaan sifat
individu, maupun karakteristik individu yang berbeda-beda.
d. Penilaian Prestasi Belajar
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa maka perlu diadakan tes,
seperti yang diungkapakan oleh Saifuddin Azwar (2002: 8) bahwa “tujuan
dilakukan tes adalah untuk mengungkap keberhasilan seseorang dalam
belajar”. Begitu juga dengan perubahan tingkah laku akibat proses belajar
dapat diketahui seberapa hasilnya terhadap seseorang dengan alat uji tes.
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Dimyati & Mudjiono (2002 : 211),
16
”Bentuk tes ada dua yakni tes objektif dan tes esai (tes subjektif) berdasarkan
bentuk pertanyaan dalam tes”.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Tes Objektif
Tes objektif merupakan tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat
dijawab dengan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah
alternatif yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan
beberapa perkataan atau simbol. Bentuk dari tes objektif ini antara lain : tes
benar salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan dan sebagainya.
2) Tes Subjektif atau Esai
Tes subjektif merupakan tes yang terdiri dari satu pertanyaan atau perintah
yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata
yang relatif panjang.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 205-206), ada 4 cara
menilai prestasi belajar berupa tes yang dibuat sendiri antara lain :
1) Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah di susun,
kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah
atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
2) Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis
soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan
informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang
disusun.
3) Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas. Validitas yang
paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler (content
validity). Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, harus
merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas
sehingga setiap soal dapat dijodohkan dengan setiap tujuan khusus.
4) Cara keempat adalah dengan mengadakan checking reliabilitas. Salah
satu indikator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah
bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda
yang tinggi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan belajar yang
berwujud prestasi belajar dapat dilihat dari proses belajar mengajar. Prestasi
belajar yang dicapai siswa dapat dilihat dari nilai yang menunjukkan
kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan
oleh guru dilakukan melalui tes prestasi belajar pada waktu-waktu tertentu.
17
2. KEDISIPLINAN BELAJAR
a. Pengertian Kedisiplinan Belajar
Banyak ahli yang mendefinisikan mengenai pengertian kedisiplinan.
Tiap-tiap ahli memberikan definisi mengenai pengertian kedisiplinan menurut
pandangan masing-masing. Dengan demikian bukan tidak mungkin akan
terjadi perbedaan pendapat.
Menurut Elizabeth B Hurlock yang dikutip oleh Med Meitasari
Tjandrasa (2005:82) “ disiplin berasal dari kata disciple, yakni seorang yang
belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin”. Kedisiplinan
adalah cara masyarakat mengajar anak perilaku moral yang disetujui oleh
kelompok dimana mereka berada. Displin mempunyai tujuan untuk
membentuk perilaku anak sehingga sedemikian rupa hingga anak sesuai
peran-peran yang ditetapkan oleh budaya yang mereka tempati.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:12) menjelaskan
“Kedisiplinan adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan
pribadi dan kelompok”. Tata tertib merupakan hasil cipta, rasa dan karsa
manusia, yang mana dalam hal ini manusia berperan sebagai pembuat dan
pelaku. Tata tertib sengaja dibuat untuk mengatur tatanan kehidupan, baik
pribadi maupun kelompok agar dapat berjalan sesuai dengan norma yang
berlaku. Dengan demikian segala macam tindakan dan perilaku yang
tercermin dalam kehidupan sehari-hari dapat terkontrol dan terkendali dengan
baik sebagaimana mestinya.
Menurut Soegeng Prijodarminto (1992: 23) “Disiplin adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
atau ketertiban”. Kedisiplinan tidak dapat muncul secara tiba-tiba, melainkan
harus melalui suatu proses yang pada akhirnya akan membentuk kedisiplinan.
Kedisiplinan tercermin dalam kehidupan masyarakat apabila kedisiplinan itu
telah ditanamkan pada seluruh anggota masyarakat, yaitu melalui proses
sosialisasi. Apabila proses sosialisasi terjadi secara sempurna maka
18
kedisiplinan itu sendiri akan mendarah daging dalam pribadi masing-masing
anggota masyarakat, sehingga dalam kehidupan sehari-harinyapun seluruh
anggota masyarakat juga akan memperlihatkan serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
ketertiban sebagai bentuk dari sifat kedisiplinan yang mereka miliki.
Jadi dari pendapat-pendapat para ahli diatas mengandung unsur
pokok sebagai berikut :
1. Dengan disiplin akan menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam
belajar.
2. Kedisiplinan belajar merupakan salah satu syarat yang dapat menentukan
keberhasilan prestasi belajar.
3. Kedisiplinan menciptakan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari
dapat terkontrol dan terkendali dengan baik
b. Fungsi Kedisiplinan
Belajar disiplin dari kecil, akan mendapat keuntungan di masa depan
dengan persaingan kehidupan yang semakin ketat. Dengan disiplin kita akan
mendapat banyak keuntungan dalam pergaulan dimasyarakat. Fungsi utama
disiplin adalah untuk mengajarkan pengendalian diri secara baik, menghormati
dan mematuhi peraturan. Sedangkan bentuk dari perilaku disiplin anak
sekolah dalam belajar antara lain anak mematuhi peraturan yang berlaku,
mengerjakan tugas dengan baik dan tepat waktu, belajar secara teratur dan
mematuhi jadwal belajar yang telah ditetapkan. Menurut D. Gunarsa dan
Singgih D. Gunarsa (1992: 136) berpendapat ”Fungsi utama kedisiplinan
adalah untuk belajar mengendalikan diri dengan mudah, menghormati, dan
mematuhi otoritas”. Maksudnya dengan disiplin individu akan dengan mudah
dan sadar untuk melakukan segala aturan yang berlaku dalam masyarakat dan
selalu dapat menghormati waktu dan tata tertib.
Elizabeth B. Hurlock (1993:97) menyebutkan ”fungsi disiplin dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
19
1). Fungsi yang bermanfaat
Fungsi yang bermanfaat ini meliputi : (a) untuk mengajar anak yaitu
bahwa perilaku tertentu selalu diikuti hukuman, namun yang lain akan
diikuti dengan pujian, (b) untuk mengajar anak tentang suatu tingkatan
penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, (c)
untuk membantu anak mengembangkan hati nurani mereka.
2). Fungsi yang tidak bermanfaat
Fungsi yang tidak bermanfaat ini meliputi: (a) untuk menakut-nakuti anak,
(b) sebagai pelapisan agresi orang yang mendisiplin.
Dari pengertian di atas disiplin dapat memberikan pengertian kepada
anak hal-hal yang berguna bagi kehidupannya untuk bertingkah laku baik dan
meninggalkan tingkat laku yang tidak baik, belajar mengendalikan keinginan
dan berbuat sesuatu tanpa ada unsur paksaan atau secara suka rela, tidak
mementingkan diri sendiri. Kebebasan anak akan bertambah sesuai dengan
kemampuannya dan kesanggupannya bertanggung jawab, ini diwujudkan
dengan mengambil keputusan-keputusan tetapi di sertai pengarahan dan
bimbingan. Dalam pengawasan dan bimbingan itulah anak bertingkah laku
sesuai dengan aturan yang berlaku, supaya tingkah laku anak yang mulanya
tidak teratur, melalui saran-saran dan pengarahan maka anak mencapai
tingkah laku yang wajar dan serasi.
c. Cara Menanamkan Disiplin pada anak
Orang tua dalam menanamkan disiplin pada anak harus sesuai
dengan tingkat perkembangan anak. Menanamkan disiplin pada anak harus
dimulai sejak kecil. Menurut Hurlock (1999: 93), terdapat beberapa cara
menanamkan disiplin kepada anak, yaitu :
1). Cara disiplin yang otoriter
Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang
diinginkan menandai semua jenis disiplin yang otoriter. Disiplin otoriter
berarti mengendalikan kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman terutama
hukuman badan sehingga anak kehilangan kesempatan untuk
mengendalikan perilaku mereka sendiri. Dalam cara ini, anak kehilangan
20
kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka
sendiri. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan
eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan.
2). Cara disiplin yang permisif
Biasanya disiplin yang permisif ini tidak membimbing anak untuk
berperilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman.
Anak diberi kebebasan dan diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri
dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Cara ini membiarkan ana meraba-
raba dalam situasi yang terlalu sulit untuk ditanggulangi sendiri tanpa
bimbingan atau pengendalian.
3). Cara disiplin yang demokratis
Dalam hal ini, metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan
penalaran sehingga dapat membantu anak dalam memahami alasan-alasan
perilaku tersebut diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif
dan kedisiplinan dari pada aspek hukumannya. Disiplin demokratis
biasanya menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan
yang lebih besar pada penghargaan.
Sikap disiplin ini akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan,
pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan
tertentu yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada
masa kanak-kanak dan terus berkembang sehingga menjadi bentuk disiplin
yang semakin kuat. Karena dengan dimulai dari masa kecil, anak akan terbiasa
dengan sikap disiplin di masa yang akan datang atau masa perkembangannya.
Sedangkan menurut pendapat Singgih D Gunarsa ( 1993 : 82)
penanaman disiplin oleh orang tua terdapat tiga cara, yaitu :
1) Cara otoriter
Pada cara ini orang tua menentukan aturan-aturan dan batasan-
batasan yang mutlak harus ditaati. Anak-anak harus tunduk dan patuh serta
tidak ada penilaian lain yang sesuai dengan kemampuan atau pendapatnya
sendiri. Jika anak tidak memenuhi aturan yang ditetapkan orang tua, ia
akan diancam dan mendapat hukuman.
21
2) Cara bebas
Pada cara ini orang tua membiarkan anak mencari dan
menentukan tata cara yang memberikan batasan-batasan dari tingkah
lakunya sendiri. Hanya pada hal-hal yang dianggap sudah melebihi batas,
orang tua akan bertindak. Pada cara ini pengawasan menjadi longgar.
Anak terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya
baik.
3) Cara demokratis
Pada cara ini orang tua memperhatikan dan menghargai
kebebasan anak, namun kebebasan yang tidak mutlak dan bimbingan yang
penuh pengertian kepada kedua belah pihak, anak dan orang tua.
Keinginan dan pendapat anak diperhatikan dan kalau sesuai dengan
norma-norma menurut orang tua, maka yang disetujui akan dilakukan.
d. Cara Mengukur Kedisiplinan
Dalam penelitian ini variabel kedisiplinan akan diukur dengan
menggunakan angket. Namun sebelum angket disusun, harus dibuat
indikator-indikatornya, yaitu sebagai berikut:
1) Disiplin menggunakan waktu belajar
2) Disiplin mengerjakan tugas
3) Disiplin mengikuti pelajaran
4) Disiplin saat ulangan
5) Disiplin menaati tata tertib sekolah.
Indikator-indikator tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Disiplin Menggunakan Waktu Belajar.
Belajar merupakan kewajiban bagi setiap siswa. Belajar
merupakan proses bagi siswa untuk dapat mempersiapkan materi yang
akan di pelajari di sekolah. Di samping penjelasan dari guru siwa juga
harus membiasakan diri untuk dapat menggunakan waktunya dalam
belajar. Kedisiplinan siswa dalam menggunakan waktu belajarnya
sangat penting sebab dengan demikian siswa akan lebih mudah
memahami penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh guru.
22
2) Disiplin Mengerjakan Tugas
Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan
dalam belajar yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran
sekolah. Tujuan dalam pemberian tugas biasanya untuk menunjang
pemahaman dan penguasaan materi pelajaran yang disampaikan di
sekolah agar siswa berhasil dalam belajarnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nana Syaodih Sukmadinat (2003: 163) yang mengatakan,
“keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh keterampilan-
keterampilan yang dimilikinya, seperti : keterampilan membaca,
berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas dan lain-lain”.
Pendapat di atas dapat dikatakan bahwa mengerjakan tugas
dapat berupa mengerjakan ulangan ujian yang diberikan guru,
membuat dan mengerjakan latihan yang telah diajarkan. Jadi yang
dimaksud disiplin siswa dalam mengerjakan tugas adalah disiplin yang
mencakup keteraturan, mengerjakan tugas, bertanggung jawab dalam
mengerjakan dan sekaligus mengerti serta memahami materi yang
dipelajari.
3) Disiplin Mengikuti Pelajaran
Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari
keteraturan dan ketekunan belajarnya. Disiplin siswa dalam mengikuti
pelajaran di sekolah menuntut adanya keaktifan, keteraturan,
ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada
suatu tujuan belajar. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2002: 100) mengemukakan “ Anak-anak tidak bisa masuk dan pulang
sesuka hati, juga tidak dibenarkan mengabaikan tugas yang diberikan
oleh guru. Berbicara sesuka hati ketika menerima pelajaran adalah
perilaku anak yang harus dikendalikan”.
Seorang siswa hendaknya mengetahui apa-apa yang harus
dipersiapkan dalam mengikuti suatu pelajaran di sekolah agar dapat
menerima penjelasan yang disampaikan oleh guru. Dari uraian di atas
yang dimaksud disiplin mengikuti pelajaran mencakup kesiapan siswa
23
dalam mengikuti pelajaran, keaktifan dalam mengikuti pelajaran
dengan mencatat hal-hal penting yang diajarkan oleh guru serta
menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga siswa yang
bersangkutan benar-benar mengerti dan memahami materi pelajaran.
4) Disiplin Saat Ulangan
Seorang siswa wajib mengikuti setiap ulangan yang di adakan
oleh guru. Ulangan yang di adakan oleh guru biasanya bertujuan untuk
mengukur kemampuan penguasaan materi oleh siswa. Kemampuan
penguasaan oleh siswa biasanya di adakan oleh guru setiap materi
mendekati habis dan biasanya dilakukan dalam kurun waktu berapa
kali sekali. Sehingga siswa harus disiplin mengikuti ulangan ulangan
untuk mengetahui seberapa besar mampu menyerap materi yang di
sampaikan guru.
5) Disiplin Mentaati Tata Tertib Sekolah
Dalam hal ini tata tertib sekolah merupakan peraturan yang
mengikat semua personal yang ada di sekolah agar proses belajar dapat
berjalan lancar. Tata tertib juga merupakan pendukung dalam usaha
pembentukan disiplin belajar bagi siswa. Setiap siswa wajib mentaati
peraturan atau tata tertib sekolah yang telah ditentukan. Siswa dituntut
untuk berbuat disiplin, sehingga semua tindakannya senantiasa taat dan
sesuai dalam menjalankan tata tertib atau peraturan di sekolah.
3. Pergaulan Peer Group
a. Pengertian Pergaulan Peer Group
Pergaulan adalah proses terjadinya hubungan atau interaksi antar
individu satu dengan yang lain, individu dengan kelompok maupun
kelompok dengan kelompok, dengan kata lain pergaulan adalah hidup untuk
berteman, kebersamaan atau hidup bermasyarakat. Pergaulan adalah istilah
yang sering disebut-sebut orang untuk menjelaskan tentang segala hal yang
berkenaan dengan hal-hal yang berhubungan dengan teman atau pertemanan.
24
Para ahli psikologi dan sosiologi mengemukakan pengertian dari
pergaulan menurut cara pandang mereka masing-masing. Adapun definisi
pergaulan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Soedomo Hadi (2005:63), "Pergaulan adalah kontak
langsung antara individu satu dengan individu yang lain, termasuk
didalamnya antar pendidik dan anak didik". Dalam hal ini pergaulan
meliputi tingkah laku individu yang saling berinteraksi satu sama lain
dalam jangka waktu tertentu. Dalam pergaulan tersebut akan terjadi
interaksi sosial dimana interaksi sosial tersebut berasal dari semua
kehidupan sosial, sehingga tanpa interaksi sosial tidak akan ada
kehidupan bersama.
2) Menurut Daliman (1997:14) "Pergaulan adalah kontak antara orang yang
satu dengan lainnya atau interaksi antara person dengan person lain".
Dalam pergaulan sehari-hari terjadi kontak antara satu orang dengan
orang lain maupun interaksi sosial antara person satu dengan person lain
dan dalam interaksi tersebut tidak lepas adanya proses saling
mempengaruhi. Pergaulan merupakan hubungan antar individu maupun
kelompok secara langsung sehingga akan memberi pengaruh bagi
remaja dalam bertingkah laku dalam kehidupan.
Dari pendapat-pendapat diatas mengaandung unsur pokok :
a) Pergaulan meliputi tingkah laku individu yang saling berinteraksi
satu sama lain.
b) Dalam pergaulan akan terjadi interaksi sosial sehingga menciptakan
kehidupan bersama.
c) Pergaulan merupakan hubungan antar individu maupun kelompok
secara langsung sehingga akan memberi pengaruh bagi remaja
dalam bertingkah laku.
Pada hakekatnya manusia disamping sebagai makhluk individu juga
sebagai makhluk sosial yang dituntut adanya saling berhubungan antara
sesama dalam kehidupannya. Individu dalam kelompok sebaya (peer group)
25
merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti dibidang usia,
kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu.
Peer group atau kelompok sebaya merupakan suatu proses penting
artinya bagi proses pendewasaan remaja. Hal ini disebabkan kelompok sebaya
merupakan wadah untuk tumbuh dan berkembangnya suatu kepentingan atau
masalah bersama mengembangkan kecakapan-kecakapan dan pengetahuan-
pengetahuan tertentu. Remaja juga memperoleh kesempatan menguji
kecakapan dan menambah pemahaman tentang dirinya sendiri
1) Menurut Slamet Santoso (1999:81), "Peer group adalah suatu kelompok
yang anggotanya mempunyai persamaan usia dan status atau posisi
sosial”. Remaja akan masuk dalam lingkungan kelompok yang memiliki
usia, status dan posisi sosial yang sama. Kesamaan ini akan membuat
seorang remaja lebih mudah dalam merasakan, mengerti, dan
menumbuhkan rasa toleransi antara anggota satu dengan yang lain.
Mereka juga akan saling bertukar pengalaman yang dimiliki antara satu
dengan yang lainnya.
2) http://www.google.co.id/peer group, 20:30, 25 April 2010, “Peer group
adalah suatu kelompok orang yang mempunyai kesamaan umur, status
sosial, dan minat untuk mengembangkan hubungan dengan anggota dan
untuk menemukan kecocokan antar anggota dalam kelompok”.
Seorang remaja akan mengembangkan hubungan sosialisasi lebih
intensif dengan sesama anggota kelompok untuk menemukan
persamaan atau kecocokan dalam bidang umur, status sosial, dan
minat dalan kelompoknya, setelah menemukan persamaan atau
kecocokan tersebut maka remaja akan bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai-nilai dan aturan yang berlaku dalam kelompok
tersebut.
Sehingga uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peer group adalah
suatu kelompok orang yang memiliki umur, status, dan minat serta perasaan
yang sama. Di antara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab
atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Di dalam peer group atau
26
kelompok sebaya ini, individu merasa menemukan dirinya (pribadi) serta
dapat mengembangkan rasa sosial sejalan dengan perkembangan
kepribadiannya.
Jadi yang dimaksud pergaulan peer group adalah proses dimana
individu saling bertemu dan saling berinteraksi satu sama lain dengan jangka
waktu yang bisa membentuk jalinan persahabatan atau pertemanan dalam
suatu kelompok orang yang memiliki umur, status, dan minat serta perasaan
yang sama.
b. Latar Belakang Terbentuknya Peer Group
Peer group merupakan suatu kelompok yang dibentuk oleh individu-
individu yang mempunyai persamaan usia dan status sosial. Peer group ini
muncul karena setiap anggotanya mempunyai kebutuhan dan keinginan yang
sama. Hal ini akan mendorong seorang anak untuk dapat memenuhi kebutuhan
tersebut dengan membuat suatu kelompok baik itu teman sekolah, teman
bermain bahkan anak kerabat. Karena mereka merasa bahwa hanya teman-
teman dalam kelompoknya saja yang dapat mengerti, memahami dan
merasakan apa yang sedang dialami.
Menurut Slamet Santoso (1999:83) “Latar belakang munculnya peer
group yaitu : “(1) Adanya perkembangan proses sosialisasi (2) Kebutuhan
untuk menerima penghargaan (3) Perlu perhatian dari orang lain (4) Ingin
menemukan dunianya”.
Latar belakang tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1) Adanya perkembangan proses sosialisasi
Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mencoba
bersosialisasi dalam lingkungan. Dalam usia remaja ini mereka sedang
belajar memperoleh kemantaban dalam mempersiapkan diri untuk menjadi
orang dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kawan yang memiliki
perasaan, keinginan dan kebutuhan yang sama. Dalam kelompok individu
dapat saling berinteraksi satu sama lain, berusaha mengerti dan memahami
satu sama lain agar dapat diterima dalam kelompok tersebut.
27
2) Kebutuhan untuk menerima penghargaan
Secara psikologis, individu membutuhkan penghargaan dari orang lain
agar mendapatkan kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena
itu individu bergabung dengan teman sebayanya, yang mempunyai
kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai. Dengan begitu
individu merasakan adanya kebersamaan atau kekompakan dalam
kelompok teman sebayanya.
3) Perlu perhatian dari orang lain
Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian, dari lingkungannya,
berusaha mendapatkan status dan peranan seperti dalam kegiatan
organisasi remaja di kampung-kampung. Mereka menginginkan
keberadaannya diakui dalam kelompok. Individu memerlukan perhatian
dari orang lain terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat
ditemui dalam kelompok sebaya di mana individu merasa sejajar dengan
yang lain, mereka tidak merasakan adanya perbedaan status seperti jika
mereka bergabung dalam dunia orang dewasa.
4) Ingin menemukan dunianya
Dalam peer group individu dapat menemukan dunia sendiri yang berbeda
dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan
dalam segala bidang, misalnya pembicaraan tentang masalah pacar,
pendidikan, kegemaran dan hal-hal yang menarik lain yang tidak dapat
mereka bicarakan dengan orang tua atau orang dewasa lain.
Syamsu Yusuf LN (2004:60) telah mengkaji persahabatan dikalangan
kelompok teman sebaya dan menyebutkan factor utama yang menentukan
daya tarik hubungan interpersonal diantara para remaja pada umumnya adalah
adanya kesamaan dalam: minat,nilai-nilai, pendapat dan sifat-sifat
kepribadian”.
c. Ciri-ciri Peer Group
Peer Group merupakan suatu kelompok yang dibentuk oleh individu-
individu yang mempunyai persamaan usia dan status sosial. Peer group atau
kelompok sebaya mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan
28
dengan jenis kelompok lain. Ciri-ciri dari peer group menurut Slamet Santosa
(1999:87) yaitu : “(1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas (2)
Bersifat sementara (3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan
yang luas (4) Anggotanya adalah individu yang sebaya”.
Ciri-ciri peer group tersebut dijelaskan berikut ini :
1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
Peer group atau Kelompok sebaya terbentuk secara spontan. Kelompok ini
tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas karena semua anggota
mempunyai kedudukan dan fungsi yang sama, tetapi tetap ada satu orang
di antara anggota dianggap sebagai seorang pemimpin yaitu anak yang
paling disegani dan paling mendominasi dalam kelompok.
2) Bersifat sementara
Peer group ini bukanlah merupakan suatu organisasi resmi dan
kemungkinan tidak dapat bertahan lama karena tidak ada struktur
organisasi yang jelas lebih-lebih jika keinginan masing-masing anggota
berbeda-beda dan tidak mencapai kesepakatan. Dapat juga mereka
dipisahkan karena keadaan seperti pada teman sebaya saat lulus sekolah
dan masing-masing anggotanya melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi
yang berbeda-beda.
3) Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan luas
Setiap anggota peer group berasal dari lingkungan yang berbeda dan
mempunyai aturan serta kebiasaan yang berbeda pula. Dalam peer group
mereka akan saling memperkenalkan kebiasaan masing-masing, sehingga
mereka dapat saling belajar. Secara tidak langsung kebiasan-kebiasaan
yang beraneka ragam tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kelompok,
untuk melanjutkan dijadikan sebagai kebiasaan kelompok.
4) Anggotanya adalah individu yang sebaya
Peer group yang terbentuk secara spontan ini beranggotakan individu-
individu yang memiliki persamaan usia dan posisi sosial. Contoh
29
konkritnya ialah pada anak-anak SMP atau SMA, di mana mereka
mempunyai tingkat usia, keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang sama.
Sedangkan menurut Kandel dalam Syamsu Yusuf (2002:60), "
...karakteristik persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan: usia,
jenis kelamin dan ras". Maksud dari uraian diatas bahwa dalam pergaulan peer
group sangatlah mudah mengenalinya suatu kelompok karena biasanaya peer
group sesuai dengan usia, jenis kelamin atau ras.
d. Peranan Peer Group
Dalam peer group setiap individu mempunyai peranan dalam
bersosialisasi antar anggota tentang cara berinteraksi, bertingkah laku, dan
mencapai tujuan. Peer group mempunyai kontribusi yang sangat positif
terhadap perkembangan kepribadian remaja. Namun di sisi lain, tidak sedikit
remaja yang mclakukan tindak kenakalan karena pengaruh peer group.
Syamsu Yusuf (2002:60) mengemukakan peranan peer group bagi
remaja adalah memberikan kesempatan bagi remaja untuk ;
1) Belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain
2) Belajar mengontrol tingkah laku sosial
3) Balajar mengembangkan ketrampilan, dan minat yang relevan
dengan usianya
4) Belajar Saling bertukar perasaan dan masalah.
Peranan peer group akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain
Peer group mengajarkan seorang individu untuk menjalin suatu hubungan
dengan teman-teman dalam anggota kelompoknya. Dalam peer group
mereka akan lebih mudah bergaul dan bersosialisasi karena mereka
memiliki berbagai kesamaan, seperti usia, status sosial, dan minat serta
tujuan. Seorang individu merasa sebagai bagian dari satu kesatuan
kelompok yang memberikan peran bagi tiap-tiap anggotanya. Dalam peer
group mereka belajar tentang bagaimana bersikap, berperilaku dan cara
mencapai sebuah tujuan.
30
2) Belajar mengontrol tingkah laku sosial
Dalam peer group seorang anak akari lebih mudah dalam pengawasannya, kare
tingkah laku setiap individu menunjukkan perilaku umum dari kelompoknya.
Hal ini mempermudah orang tua maupun guru di sekolah dalam
memberikan pengawasan pada mereka. Seorang anak yang melakukan
penyimpangan atau membawa nama buruk dari kelompoknya sehingga
kelompoknya akan memberikan tekanan dan peringatan pada anak tersebut.
3) Belajar mengembangkan ketrampilan, dan minat yang relevan dengan usianya
Dalam peer group seorang anak dapat mengembangkan ketrampilannya
karena dalam kelompok tersebut banyak teman-teman yang mempunyai
kegemaran yang sama. Dalam hal ini anak akan lebih mudah
dalam mengembangkan ketrampilannya serta menumbuhkan minat
yang relevan diantara teman sebayanya untuk menurunkan eksistensi
dalam kelompoknya.
4) Belajar saling bertukar perasaan dan masalah.
Dalam peer group seorang anak lebih nyaman karena teman sebaya
biasanya yang lebih mengerti akan dirinya dan persoalan yang dihadapi.
Mereka saling bersama menumpahkan segala perasaan dan permasalahan
hidup yang tidak dapat mereka ceritakan pada orang tua maupun gurunya.
Kebersamaan inilah yang menyebabkan tali persahabatan antar anggota
sangat kuat. Mereka tak segan-segan untuk menceritakan hal-hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapinya, seperti masalah percintaan,
persahabatan sampai dengan permasalahan keluarga..
e. Fungsi Peer Group
Peralihan dari kehidupan lingkungan keluarga menuju kehidupan
lingkungan orang dewasa dalam masyarakat merupakan perubahan yang besar
dari individu. Dalam peer group anak belajar bersosialisasi dengan anggota
kelompoknya yang mana mereka saling bertukar informasi dan pengalaman-
pengalaman hidup. Peer group merupakan wadah untuk saling mengerti dan
memahami antar anggota yang memiliki usia dan tujuan yang sama. Dalam
31
hal ini peer group mempunyai beberapa fungsi dalam perkembangan
kedewasaan anak.
Menurut Slamet Santosa (1999:85), menyebutkan fungsi peer group
sebagai berikut :
1) Mengajarkan kebudayaan
2) Mengajarkan mobilitas sosial
3) Membantu peranan sosial yang baru
4) Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan
untuk masyarakat.
5) Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama
lain.
6) Peer group mengajar moral orang dewasa.
7) Di dalam Peer group individu dapat mencapai kebebasan sendiri.
8) Di dalam Peer group anak-anak mempunyai organisasi-organisasi
sosial yang baru.
Fungsi peer group di atas diuraikan sebagai berikut :
1) Mengajarkan kebudayaan
Dalam peer group diajarkan keadaan yang berbeda di tempat tersebut,
individu yang masuk dalam kelompok dituntut untuk menyesuaikan
dengan kelompoknya baik cara bertingkah laku, sikap dan gaya
berpakaian. Anggota dari kelompok sebaya terdiri dari individu-individu
yang mempunyai perbedaan dalam hal kebudayaan maupun kebiasaan-
kebiasaan. Dalam pergaulan peer group remaja diajarkan kebiasaan yang
berbeda-beda, sehingga setiap mdividu yang berada dalam kelompok
sebayanya bisa mempelajari kebudayaan maupun kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda
2) Mengajarkan mobilitas sosial
Seorang anak akan senang bila masuk dalam kelompok sebayanya yang
memiliki status sosial yang lebih tinggi. Dengan masuk dalam kelompok
yang berstatus sosial yang tinggi maka status mereka juga akan meningkat.
Seorang anak yang berda dalam peer group status sosialnya akan lebur
menjadi satu bagian dengan kelompoknya karena identitas kelompoknya
juga berarti identitas dirinya.
32
3) Membantu peranan sosial yang baru
Dalam peer group akan memberikan kesempatan bagi para anggotanya
untuk mengisi peranan sosial yang baru. Setiap anak mempunyai peran
dalam peer group sehingga interaksi yang terjalin sesuai dengan peranan
dan tujuan dari kelompoknya.
4) Peer Group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan
untuk masyarakat
Peer group dapat memberikan informasi tentang hubungan sosial individu
dan orang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya.
Bila suatu kelompok sebaya sukses maka anggota-anggotanya juga baik.
Dalam hal ini orang tua dan guru lebih mudah dalam pengawasannya
terhadap anak karena identitas seorang anak juga merupakan identitas dari
kelompoknya.
5) Dalam Peer Group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama
lain.
Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam
kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya. Seorang individu
akan memecahkan permasalahan-permasalahan hidupnya yang tidak bisa
diselesaikan dengan orang tua ataupun guru di sekolahnya.
6) Peer Group mengajar moral orang dewasa
Anggota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa,
untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka belajar
kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa tetapi
mereka tidak mau disebut dewasa.
7) Di dalam Peer Group individu dapat mencapai kebebasan sendiri
Kebebasan disini diartikan sebagai kebebasan berpendapat, bertindak atau
menemukan identitas diri. Seorang individu lebih mudah mengekspresikan
dirinya dalam peer group tanpa ada pekerjaan dari orang tua maupun orang
dewasa diluar kelompoknya. Karena dalam kelompok itu anggota yang
lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama.
33
8) Di dalam Peer Group, anak-anak mempunyai organisasi-organisasi sosial
yang baru.
Anak belajar tingkah laku yang baru yang tidak terdapat dalam keluarga.
Mereka belajar tentang bagaimana menjadi teman, bagaimana
berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok lain,
dan bagaimana menjadi pemimpin dan pengikut. Dalam hal ini anak
merasakan bagian dari keseluruhan status sosial, minat, dan tujuan yang
ingin dicapai dari kelompok.
Ditambahkan dalam http://hasmansulawesi01.blogspot.com/pengaruh-
teman-sebaya-terhadap-perilaku, 9:300 24 januari 2010
Empat fungsi teman sebaya, yang mencakup:
1) Hubungan teman sebaya sebagai sumber emosi (emotional
resources).
2) Hubungan teman sebaya sebagai sumber kognitif (cognitive
resources). 3) Hubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan
sosial dasar.
4) Hubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya
bentuk-bentuk hubungan lainnya.
Uraian diatas akan dujelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Hubungan peer group sebagai sumber emosi (emotional resources).
Peer group untuk memperoleh rasa senang maupun untuk beradaptasi
terhadap stress.
2) Hubungan peer group sebagai sumber kognitif (cognitive resources).
Kelompok untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan,
maksudnya dalam kelompok setiap individu mempunyai masalah sehingga
mereka dapat saling bertukar pikiran untuk menyelasaikan permasalahan
sehingga tidak langsung pengetahuan mereka akan bertambah.
3) Hubungan teman sebaya sebagai konteks di mana keterampilan sosial
dasar.
Peer group juga dapat membentuk individu untuk dapat bersosialisasi
dengan baik misalnya keterampilan komunikasi sosial, keterampilan
kerjasama.
34
4) Hubungan peer group ini sebagai landasan konteks terjalinya bentuk-
bentuk hubungan lainya.
Peer group juga memiliki bentuk-bentuk hubungangan misalnya hubungan
dengan saudara kandung yang lebih harmonis. Hubungan peer group yang
harmonis di kalangan anak-anak prasekolah telah terbukti dapat
memperhalus hubungan. Dalam menjalakan hubungan peer group juga
memilki peran dalam Perkembangan Kompetensi Sosial Anak.
f. Bentuk-Bentuk Peer Group
Kelompok dalam peer group mengalami penggolongan lagi dan
kelompok ini bisa beranggotakan besar maupun kecil sesuai dengan interaksi antar
anggotanya. Penggolongan kelompok remaja menurut Elizabeth Hurlock
dalam Istiwidayani (2000:215) adalah sebagai berikut:
1) Teman dekat
2) Kelompok kecil
3) Kelompok besar
4) Kelompok yang terorganisasi
5) Kelompok geng
Untuk lebih jelasnya macam-macam kelompok sebaya
tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
1) Teman dekat
Teman dekat terdiri dari dua atau tiga orang yang mempunyai jenis
kelamin minat dan kemampuan yang hampir sama. Beberapa kemiripan
itu membuat mereka sangat akrab dan saling mempengaruhi satu sama
lain , walaupun kadang-kadang terjadi juga perselisihan, tetapi dengan
mudah mereka melupakan
2) Kelompok kecil
Terdiri dari beberapa kelompok teman dekat, pada mulanya mereka terdiri
dari jenis kelamin yang sama, tetapi kemudian meliputi jenis kelamin laki-
laki dan perempuan. Di antara orang-orang yang berlainan jenis kelamin,
hubungan teman dekat (walaupun tidak selalu) berkembang menjadi
hubungan romantis.
35
3) Kelompok besar
Terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, lalu
berkembang dengan meriingkatnya minat dan interaksi antara mereka.
Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat antar anggotanya
berkurang sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara
mereka.
4) Kelompok yang terorganisasi
Kelompok ini mempunyai struktur organisasi atau susunan kepengurusan
yang jelas dan terwujud dalam organisasi sekolah atau masyarakat yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja. Kelompok ini
masih berada dibawah bimbingan dan pengawasan orang dewasa
sehingga remaja yang mengikuti kelompok ini sering merasa bosan
karena mereka menganggap telah diatur dan dibatasi ruang geraknya.
5) Kelompok geng
Remaja yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi
mungkin akan mengikuti kelompok geng. Kelompok geng biasanya terdiri
dari anak-anak berjenis kelamin sama dan minat utama mereka adalah
untuk menghadap penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.
Kelompok geng sebenarnya tidak berbahaya asalkan orang dewasa
masih tetap mengarahkannya. Sebab dalam kelompok itu kaum remaja
dapat memenuhi kebutuhannya, misalnya, kebutuhan dimengerti,
kebutuhan dianggap, kebutuhan diperhatikan, kebutuhan mencari
pengalaman baru, kebutuhan berprestasi dan kebutuhan rasa aman yang
semuanya tersebut tidak dapat diperoleh dari rumah maupun dari sekolah.
Ditambahkan dalam http://ruangpsikologi.wordpress.com 9:300 24
januari 2010
1) Sahabat Karib (Chums)
Chums yaitu kelompok dimana remaja bersahabat karib dengan ikatan
persahabatan yang sangat kuat. Anggota kelompok biasanya terdiri dari 2-
3 orang dengan jenis kelamin sama, memiliki minaat, kemauan-kemauan
yang mirip.
36
2) Komplotan sahabat (Cliques)
Cliques biasnya terdiri dari 4-5 remaja yang memiliki minat, kemampuan
dan kemauan-kemauan yang relatif sama. Cliques biasanya terjadi dari
penyatuan dua pasang sahabat karib atau dua Chums yang terjadi pada
tahun-tahun pertama masa remaja awal. Jenis kelamin remaja dalam satu
Cliques umumnya sama.
3) Kelompok banyak remaja (Crowds)
Crowds biasanya terdiri dari banyak remaja, lebih besr dibanding dengan
Cliques. Karena besarnya kelompok, maka jarak emosi antra anggota juga
agak renggang. Dengan demikian terdapat jenis kelamin berbeda serta
terdapat keragaman kemampuan, minat dan kemauan diantara para
anggota. Hal yang dimiliki dalam kelompok ini adalah rasa takut diabaikan
atau tidak diterima oleh teman-teman dalam kelompok remja. Dengan kata
lain remaja ini sangat membutuhkan penerimaan peer-groupnya.
g. Pengaruh Perkembangan Peer Group
Pada dasarnya manusia di samping sebagai makhuk individual juga
sebagai makhhluk sosial. Dalam perkembangan sosialnya, anak juga
dipengaruhi oleh perkembangan kepribadian dalam dirinya. Peer group
berpengaruh dalam kehidupan pribadi seorang anak dan kelompoknya.
Pengaruh perkembangan peer group meliputi dua hal yaitu pengaruh peer
group terhadap kelompoknya dan pengaruh peer group terhadap individu
dalam kelompok.
Menurut Havinghurst dalam bukunya Slamet Santoso (1999:88),
"Pengaruh perkembangan peer group mengakibatkan munculnya “in group''
dan ''out group” dan adanya kelas-kelas sosial" terhadap kelompoknya.
Pengaruh perkembangan peer group tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1) Munculnya 'In' dan 'Out'Group
Pengaruh dari perkembangan peer group dalam lingkungan sosial adalah
akan memunculkan kelompok atau teman sebaya yang mempunyai usia,
status sosial, dan minat yang sama dalam kelompok tersebut, selain itu
juga akan memunculkan kelompok atau teman sebaya yang mempunyai
37
usia, status sosial, dan minat yang bcrbeda. Dalam pengaruh
perkembangan peer group ini kelompok sebaya yang mempunyai usia,
status sosial dan minat yang sama disebut dengan group yang berada
di dalam kelompoknya (in group) dan kelompok sebaya yang
mempunyai usia, ststus sosial dan minat yang berbeda disebut group
yang berada di luar kelompoknya (out group). Contoh yang mudah
mengenai in dalam dan out group dapat dirasakan dalam suatu kelas, di
mana seorang siswa akan mempunyai teman akrab yang berada dalam
peer groupnya dan teman yang tidak akrab atau teman biasa yang berada
di luar peer groupnya. Teman yang akrab tersebut dinamakan group dalam
dan teman yang tidak akrab atau teman biasa dinamakan group luar.
2) Muncul adanya kelas-kelas sosial
Pembentukan peer group sering kali didasarkan atas persamaan status
sosial ekonomi seseorang, sehingga dapat digolongkan atas kelompok
kaya dan kelompok miskin. Biasanya mereka yang miskin akan sulit
diterima masuk dalam kelompok orang kaya, selain itu peer group juga
berpengaruh terhadap kemampuan kreativitas dan kegemaran yang
sama. Hal ini akan menimbulkan kelompok-kelompok dengan kreativitas
dan kegemaran yang berbeda-beda Misalnya : seorang remaja yang gemar
olah raga akan membentuk kelompok sesuai dengan kegemarannya atau
seseorang yang suka dengan melukis akan membentuk kelompok sesuai
dengan kesukaannya yaitu melukis
Menurut Slamet Santoso (1999:89), "Pengaruh dari perkembangan
peer group terhadap individu dalam kelompok ada yang positif dan ada yang
negatif”. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Pengaruh positif dari peer group adalah :
a) Apabila seorang anak berkembang bersama dengan
lingkungan peer groupnya maka mereka akan lebih
mudah dalam perkembangan sosialisasinya yang lebih luas.
b) Dalam peer group seorang individu akan terbentuk rasa solidaritas
yang cukup kuat dengan anggota dalam kelompoknya.
38
c) Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan
dapat membentuk suatu masyarakat yang direncanakan karena
mereka dapat membedakan dan menyaring kebudayaan yang
bertentangan dengan kelompoknya.
d) Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan,
kecakapan dan melatih bakatnya.
e) Dalam peer grcup akan mendorong setiap anggota untuk lebih
mandiri karena mereka dapat mengaktualisasikan dirinya lebih luas
dalam kelompoknya
f) Dalam peer group setiap anggota dapat mengeluarkan pendapatnya
dan perasaannya tentang hubungan antar anggota dan tentang
kelompoknya.
2) Pengaruh negatif dari peer group adalah :
a) Sulit menerima seseorang dari luar kelompok yang tidak
mempunyai kesamaan.
b) Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota dari
kelompoknya.
c) Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain
yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.
d) Timbulnya persaingan antar anggota kelompok ataupun dengan
kelompok lain.
e) Timbulnya pertentangan atau gap-gap antar peer group, misalnya:
antara kelompok kaya dengan kelompok miskin.
h. Penilaian Peer Group
Dalam Penelitian ini variable pergaulan kelompok sebaya akan diukur dengan
menggunakan angket.m sebelum angket disusun maka harus dibuat indicator-
indakatornya, yaitu sebagai berikut:
1. Pergaulan disekolah
2. Pergaulan dengan teman bermain
3. Pergaula dalam organisasi karang taruna
39
Setelah indicator-indikator terbentuik maka selanjutnya setiap indicator akan
dijabarkan kedalam item-item pertanyaan yang berfungsi untuk mengukur
variable pergaulan kelompok sebaya.
B. Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihanto (2010) dengan judul ”
“Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Kedisiplinan dengan Prestasi
Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Ajaran
2009/20010”. hasil dari penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara
pola asuh oaring tua dengan prestasi belajar, ada hubungan yang signifikan antara
kedisiplinan dengan prestasi belajar, ada hubungan yang signifikan antara pola
asuh orang tua dan kedisiplinan dengan prestasi belajar.
Hasil penelitian relevan kedua adalah penelitian dari Toma Afriantoro
dengan judul “ Hubungan antara Pola Asuh Orang Tua dan Pergaualan Peer
Group dengan Persepsi Pacaran pada Siswa Kelas XI SMA Batik 1 Surakarta
Tahun Ajaran 2007/2008”. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa ada
hubungan yang suignifikan antara pola asuh dengan persepsi tentang pacaran, ada
hubungan yang signifikan antara pergaualan peer group dengan persepsi tentang
pacaran, ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dan pergaulan peer group
dengan persepsi pacaran.
C. Kerangka Berpikir.
Dalam pergaulan peer group terjadi hubungan antara individu satu
dengan individu lain yang saling mempengaruhi secara timbal balik. Pergaulan
peer group bisa mengarah ke kehidupan yang berdampak positif dan juga
negatife pada diri individu. Penerapan pergaualan yang baik maka akan
membentuk dalam kehidupan anak yang positif. Jadi dengan penerapan pergaulan
yang baik maka maka kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar sehingga
mendapatkan prestasi yang baik.
40
Kedisiplinan merupakan faktor intern dari dalam diri anak untuk
mencapai tujuan belajar. Kedisiplinan dalam belajar dapat ditanamkan pada anak
sejak kecil. Penanaman kedisiplian pada anak dapat diwujudkan dalam
kedisiplinan waktu belajar, kedisiplinan masuk sekolah, dan kedisiplinan
mengerjakan tugas. Kedisiplinan dalam belajar merupakan salah satu syarat yang
dapat menentukan keberhasilan belajar seseorang. Anak yang mempunyai
kedisiplinan belajar yang tinggi dimungkinkan akan dapat mencapai prestasi
belajar yang tinggi.
Pergaulan Peer Group menentukan disiplin atau tidaknya anak dalam
belajar. Sedangkan kedisplinan anak dalam belajar berhubungan dengan prestasi
belajar anak. Apabila pergaulan Peer group menumbuhkan kedisiplinan yang kuat
maka kemungkinan besar prestasi anak akan tinggi.
Keterangan : bagan kerangka berpikir
X1 : Variabel Bebas Pertama
X2 : Variabel Bebas Kedua
Y : Variabel Terikat
Pergaulan Peer group
(X2)
Kedisiplinan belajar
(X1)
Prestasi belajar sosiologi (Y)
41
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar pada
siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011
2. Ada hubungan positif antara pergaulan peer group dengan prestasi belajar
pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011
3. Ada hubungan positif antara kedisiplinan belajar dan pergaulan peer group
secara bersama dengan prestasi belajar pada siswa kelas X MAN
Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN Karanganom Klaten. Adapun yang
melatar belakangi pemilihan lokasi tersebut adalah:
a. Tersedianya data yang diperlukan
b. Lokasi sekolahan MAN Karanganom Klaten mudah dijangkau, jarak dapat
ditempuh dengan cepat serta transportasi mudah sehingga memperlancar
jalannya penelitian terutama dalam mengumpulkan data yang diperlukan.
c. MAN Karanganom Klaten belum pernah dijadikan objek penelitian dengan
topik yang sama.
d. Adanya ijin dari pihak MAN Karanganom Klaten
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan kurang lebih 7 bulan dari bulan Oktober 2010
sampai dengan bulan April 2011. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah
sebagai berikut:
No Kegiatan
Bulan
Okt’10 Nov’10 Des’10 Jan’11 Feb’11 Mar’11 Apr’11
1. Proposal
2. Konsultasi
Bab I, II, III
3. Penelitian dan
Pengumpulan
data
4. Analisis data
5. Penyusunan
Laporan
42
43
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam suatu penelitian, pengambilan individu sebagai subjek yang diteliti
merupakan masalah yang sangat penting. Populasi dalam suatu penelitian
merupakan suatu kelompok individu yang menjadi objek yang diselidiki tentang
aspek-aspek yang ada dalam kelompok tersebut. Aspek-aspek yang akan
diungkapkan dalam penelitian ini adalah aspek kedisiplinan belajar, aspek
pergaulan peer group dan prestasi belajar siswa. Berikut adalah beberapa
pengertian dari populasi yang disampaikan oleh para ahli :
a. Hadari Nawawi (1995: 141) berpendapat “Populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian”.
Maksud dari pendapat tersebut adalah bahwa populasi merupakan
semua atau keseluruhan dari objek dalam sebuah penelitian. Objek penelitian
ini dapat berupa manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, hasil tes atau
peristiwa yang memiliki karakteristik tertentu yang sebelumnya telah
ditetapkan sebagai batasan dalam penentuan populasi.
b. Sudjana dalam Purwanto (2008: 241) mengatakan bahwa “Populasi adalah
totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil
mengukur baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai
sekumpulan objek yang lengkap dan jelas.”
c. Saifuddin Azwar (2002: 77) menyatakan “Populasi didefinisikan sebagai
kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian”.
Pendapat tersebut memiliki arti bahwa populasi adalah sekelompok
subjek yang telah ditentukan oleh peneliti sebagai subjek penelitian yang
nantinya akan dikenai generalisasi hasil penelitian.
Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah seluruh penduduk yang
menjadi subjek penelitian. Namun demikian subjek yang diteliti adalah yang
44
mempunyai karakteristik tertentu yang sama, sehingga dapat mewakili subjek
penelitian secara keseluruhan.
Dari beberapa pendapat tersebut maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah manusia yaitu semua siswa siswi. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN
Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 138 yang terbagi
dalam 4 kelas yaitu X.1, X. 2, dan X.3, X.4
2. Sampel
Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam
penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan
biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya
pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif dapat
mewakili populasi.
a. Pengertian Sampel
Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam
penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan
biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya
pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif dapat
mewakili populasi. Berikut adalah beberapa pengertian dari sampel yang
disampaikan oleh para ahli :
1) Hadari Nawawi (1995: 144) berpendapat “Sampel secara sederhana
diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dalam suatu penelitian”.
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa sampel merupakan
bagian dari populasi yang akan menjadi sumber data, artinya bahwa
populasi tidak diteliti seluruhnya namun hanya sebagian saja, bagian
inilah yang disebut sampel.
45
2) Sedangkan Winarno Surakhmad (1994: 93) menyatakan “Sampel adalah
sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa sampel adalah
bagian dari populasi yang sebelumnya telah ditentukan dengan cara
sampling. Hasil penelitian dari sampel ini nantinya akan mewakili seluruh
populasi penelitian.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa sampel adalah sebagian individu yang menjadi anggota populasi yang
di peroleh dengan cara – cara tertentu untuk menjadi wakil dari populasi yang
diteliti. Penentuan sampel ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah populasi,
karena nantinya hasil penelitian dari sampel ini nantinya akan
digeneralisasikan kepada populasi. Jadi sampel harus representatif atau
mewakili populasi penelitian. Mengenai besar kecilnya pengambilan sampel,
pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak untuk menentukan ukuran
sampel.
b. Sampling
Dalam penelitian sosial, tidak selalu seluruh populasi dikenakan dalam
penelitian. Hal tersebut mengingat besarnya jumlah populasi dan
keterbatasan biaya, waktu dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut maka
perlu adanya pembatasan yaitu dengan menetapkan jumlah sampel yang
representatif yang dapat mewakili populasi. Banyak para ahli
mendefinisikan sampling menurut pandanganya masing-masing
diantaranya sebagai berikut:
1) Menurut Sutrisno Hadi (2000: 75) mengemukakan bahwa “Sampling
adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel”.
Pendapat tersebut mengandung arti bahwa teknik sampling adalah
cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah
sampel yang akan diteliti. Hal ini karena di dalam sebuah penelitian,
jumlah populasi biasanya tidak dikenai penelitian semua, namun hanya
sebagian saja atau yang disebut sebagai sampel.
46
2) Hadari Nawawi (1995: 152) menyatakan bahwa teknik sampling adalah
cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran
sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel
yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”.
Maksud dari pendapat tersebut adalah bahwa teknik sampling
merupakan cara atau upaya pengambilan sampel yang sesuai. Sampel ini
nantinya akan dijadikan data yang sebenarnya, artinya bahwa tidak semua
populasi dikenai penelitian namun hanya sebagian saja yang akan diteliti.
3) Sugiyono (2005 : 56) menyatakan “Teknik sampling adalah teknik
pengambilan sampel”.
Pendapat tersebut memiliki arti bahwa sampling adalah suatu cara
pengambilan sampel yang representative (mewakili) dari populasi dalam
suatu penelitian.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa sampling adalah teknik atau cara yang digunakan oleh
peneliti untuk menentukan jumlah sampel yang akan mewakili jumlah
populasi dalam suatu penelitian. Sampel yang diambil ini diharapkan dapat
mewakili populasi yang ada karena nantinya hasil penelitian yang dikenakan
pada sampel ini akan digunakan sebagai penggeneralisasian terhadap populasi
penelitian.
Menurut Consuelo G. Sevilla, et al, terjemahan Alimuddin Tuwu
(1993: 163-169) menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dibagi
menjadi lima macam, yaitu:
1) Pengambilan Sampel Secara Acak (Teknik Random Sampling)
2) Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Teknik Sistematik Sampling)
3) Pengambilan Sampel Strata (Teknik Stratified Sampling)
4) Pengambilan Sampel Kluster (Teknik Cluster Sampling)
5) Pengambilan Sampel Non-Acak (Teknik Non Random Sampling)
Untuk mempermudah dalam memahami tentang teknik sampling di atas
maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut:
47
1) Pengambilan Sampel Secara Acak (Random Sampling)
Dalam teknik ini setiap anggota populasi mempunyai peluang
yang sama untuk menjadi sampel dan anggota yang terpilih sebagai sampel
tidak mempengaruhi peluang anggota yang lain. Oleh sebab itu, maka
teknik ini sering disebut sebagai teknik yang paling baik. Teknik
pengambilan sampel secara acak meliputi:
a) Tabel nomor acak
Teknik ini merupakan teknik yang paling sistematis dalam
perolehan unit-unit sampel melalui acak. Tabel acak berisi kolom-kolom
digit yang umumnya dihasilkan melalui komputer, untuk meyakinkan
susunan acak. Hampir semua buku-buku statistika dan penelitian membuat
tabel-tabel nomor acak.
b) Pengambilan sampel melalui undian
Teknik ini disebut juga sebagai fishbowl. Adapun teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel melalui undian dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
(1) Undian tanpa pengembalian (without replacement)
Teknik undian tanpa pengembalian sering disebut dengan
simpel random sampling. Anggota populasi yang telah keluar
sebagai sampel tidak lagi diikutsertakan dalam pengundian
selanjutnya, sehingga tidak akan ada kemungkinan munculnya
nama atau sampel yang sama. Dalam teknik ini setiap sampel
dalam populasi memiliki satu kali kesempatan untuk menjadi
sampel. Keuntungan dari simpel random sampling adalah tidak
banyak menggunakan teknik yang sulit dan sampel yang didapat
tidak bias. Akan tetapi akan sangat sulit melakukan teknik ini jika
jumlah subjek dalam populasi sangat banyak atau jika belum
diketahui secara pasti semua individu dalam populasi.
(2) Undian dengan pengembalian (with replacement)
Teknik undian dengan pengembalian dilakukan dengan
cara mengundi seluruh populasi penelitian, sehingga keluar salah
48
satu sampel. Kemudian sampel yang sudah keluar tersebut
dikembalikan lagi dan kembali diikutsertakan dalam proses
pengundian selanjutnya. Proses pengundian dengan cara ini
mempunyai intensitas ketepatan pengambilan sampel yang tetap.
2) Pengambilan Sampel Secara Sistematis (Sistematik Sampling)
Teknik ini digunakan untuk memilih anggota sampel yang hanya
dibolehkan melalui peluang dan suatu sistem untuk menentukan
kenaggotaan dalam sampel. Yang dimaksud dengan sistem dalam hal ini
adalah strategi yang direncanakan untuk memilih anggota-anggota setelah
memulai pemilihan acak, misalnya memilih nomor genap atau ganjil atau
kelipatan tertentu dari suatu daftar yang telah disusun.
3) Pengambilan Sampel Strata (Stratified Sampling)
Pengambilan sampel strata dilakukan dengan cara populasi atau
elemen populasinya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata.
Banyaknya tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkatan harus
mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam
hal ini proporsi dari jumlah subjek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan
dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel sehingga mereka
dapat dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi. Dengan teknik ini
sub-kelompom (strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup
mewakili dalam sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub-
analisis dari anggota sub-kelompok tersebut.
4) Pengambilan Sampel Kluster (Cluster Sampling)
Dalam pengambilan sampel kluster satuan-satuan sampel tidak
terdiri dari individu melainkan kelompok-kelompok atau kluster. Sampling
ini dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan
terhadap kluster dipandang lebih murah dan mudah dari pada observasi
terhadap individu yang terpencar-pencar.
5) Pengambilan Sampel Non-Acak (Non Random Sampling)
Dalam teknik ini setiap anggota populasi tidak mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa bagian tertentu
49
dalam semua kelompok secara sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan
untuk mewakili sub-kelompok. Teknik pengambilan sampel non- acak
meliputi:
a) Pengambilan sampel purposif
Dalam pengambilan sampel purposif, pemilihan sekelompok
subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki
kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena
itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan
lagi. Secara intensional peneliti tidak meneliti semua daerah atau
kelompok dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil
beberapa kelompok kunci saja.
b) Pengambilan sampel kuota
Dalam pengambilan sampel kuota yang harus dilakukan
adalah penetapan jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian
permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang
menjadi responden diserahakn kepada sebuah tim. Tim ini bertugas
untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. Ciri utama dari quota sampling adalah jumlah subjek yang
sudah ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut
mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan.
c) Pengambilan sampel dipermudah (convenience)
Dalam pengambilan sampel dipermudah, pengambilan
sampel didasarkan atas kemudahan dari arah peneliti. Misalnya, jika
ingin mengetahui pendapat orang Filipina tentang rekonsiliasi
nasional di Filipina melalui wawancara telepon, maka peluang yang
diperoleh adalah hanya akan mewawancarai mereka yang mempunyai
telepon saja. Pengambilan sampel ini dilakukan agar tidak
menyulitkan peneliti.
Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik simpel random sampling
tanpa pengembalian untuk menetapkan sampel. Adapun alasan dalam penggunaan
teknik simpel random sampling ini adalah:
50
1) Sampel yang diperoleh tidak bias.
2) Pelaksanaannya lebih mudah, tidak banyak menggunakan teknik yang sulit
dan anggota sampel cepat diperoleh.
3) Teknik ini dilakukan secara acak, sehingga setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
4) Pelaksanaan simpel random sampling dilakukan melalui prosedur undian
tanpa pengembalian, sehingga setiap individu mempunyai peluang yang
lebih besar untuk menjadi sampel penelitian.
5) simpel random sampling dipilih agar lebih cepat dan tidak memakan
banyak waktu.
Dalam teknik simpel random sampling terdapat langkah-langkah tertentu
yang harus dilakukan. Langkah-langkah dalam pengambilan sampel dengan
teknik simpel random sampling adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan nomor-nomor pada anggota populasi yang terkumpul dalam
daftar sampling.
2) Menulis nomor-nomor itu pada potongan kertas kecil, satu nomor untuk
setiap anggota populasi.
3) Menggulung semua kertas baik-baik.
4) Memasukkan gulungan-gulungan kertas itu ke dalam kotak yang cukup
besar agar gulungan kertas dapat bergerak secara bebas ke segala arah.
5) Mengaduk gulungan kertas secara sempurna.
6) Mengambil kertas gulungan itu sejumlah sampel yang dibutuhkan.
c. Menetapkan Besarnya Sampel
Tidak ada peraturan yang tegas yang mengatur tentang jumlah sampel
yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia. Selain itu
juga tidak ada batasan yang jelas mengenai sampel yang besar dan sampel yang
kecil. Jumlah sampel juga banyak tergantung pada faktor-faktor seperti biaya,
fasilitas, waktu yang tersedia, jumlah populasi yang ada atau bersedia untuk
dijadikan sampel serta tujuan penelitian. Namun dalam penelitian ini peneliti
berkiblat pada pendapat para ahli berikut ini :
51
1) Suharsimi Arikunto (2006:134) berpendapat :
“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara
10-15 % atau 20-25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
1) Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana
2) Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya dana
3) Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampel lebih besar, hasilnya akan
lebih baik”.
2) Donald Ary terjemahan Arief Furchan (1982: 198) menjelaskan “Besarnya
sampel sebaiknya menggunakan sampel yang sebesar mungkin. Sampel yang
lebih besar mempunyai kemungkinan lebih banyak menjadi contoh yang
representatif bagi populasi”
3) Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Iqbal Hasan
(2002: 61) sebagai berikut :
21 en
Dimana: n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e2
= presisi yang ditetapkan
Penelitian ini menetapkan presisi sebesar 10%. Karena itu, dengan
jumlah populasi 138 siswa MAN Karanganom kelas X, maka jumlah sampel
dapat dihitung sebagai berikut:
2
1,01381
138n = 57,983 = dibulatkan menjadi 58
Karena itu penelitian ini mengambil sampel sebanyak 58 dari populasi siswa
MAN Karanganom kelas X tahun ajaran 2010/2011
52
B. Teknik Pengmpulan Data
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas atau disebut juga variabel eksperimental, atau variabel
x adalah variabel yang diselidiki pengaruhnya. Sebagai variabel bebas dalam
penelitian ini adalah Kedisiplinan (X1) dan Pergaulan Peer gruop (X2).
b. Variabel Terikat
Variabel terikat atau disebut juga variabel kontrol, variabel ramalan
ataupun variabel Y, adalah variabel yang diramalkan akan timbul dalam
hubungan yang fungsional (atau sebagai pengaruh dari) variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Prestasi Belajar Siswa.
2. Metode Pengumpulan Data
Data merupakan faktor terpenting dalam suatu penelitian.
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh suatu data dimaksudkan
untuk memperoleh suatu data atau keterangan yang benar dan dapat dipercaya.
Untuk dapat mencapai syarat validitas dan relibilitas dalm suatu penelitian
maka diperlikan cara pengumpulan data yang tepat.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data,
dengan maksud agar satu dapat melengkapi teknik yang lain karena mengingat
setiap teknik mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sesuai
dengan variabel dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan dua teknik
yakni teknik utama dan teknik bantu.
a. Teknik utama pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini:
1) Angket
2) Test
b. Teknik bantu yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Wawancara
2) Dokumentasi
53
Untuk mempermudah dalam memahami tentang teknik sampling di
atas maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut:
a. Teknik Pokok
1) Angket
a) Pengertian angket
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui
daftar pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:151) “Angket atau kuesioner
adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan Moh Nasir
(2003:203) mengatakan “Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan
yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap
pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna
dalam menguji hipotesis”. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa angket merupakan daftar pertanyaan yang
diajukan kepada responden untuk mendapatkan data mengenai
kedisiplinan dan pergaulan peer group yang ada di MAN
Karanganom Klaten.
b) Kelebihan dan kekurangan angket
Alasan digunakan angket sebagai alat instrumen pengunmpul data,
bahwa angket mempunyai beberapa keuntungan seperti disebutkan
dalam Suharsimi Arikunto (2006:152) yaitu :
(1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti
(2) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
(3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-
masing
(4) Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak
malu-malu menjawab
(5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat
diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
54
Selain angket memiliki kelebihan seperti disebutkan di atas,
angket juga memiliki beberapa kelemahan, seperti diungkapkan
oleh Sutrisno Hadi (2004:157) yaitu:
(1) Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap
(2) Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh
keinginan-keinginan pribadi
(3) Ada hal-hal yang dirasa yang tidak perlu dinyatakan, misalnya
hal-hal yang memalukan atau yang dipandang tidak penting
untuk dikemukakan
(4) Kesukaran merumuskan kesadaran diri sendiri ke dalam
bahasa
(5) Ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-
unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logik
Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup
langsung. Angket langsung maksudnya adalah responden langsung
menjawab pertanyaan yang sudah disediakan oleh peneliti.
Sedangkan tertutup berarti jawaban berupa alternatif yang sudah
disediakan oleh peneliti yang telah ditentukan dan dibatasi. Dengan
demikian responden hanya mempunyai sebuah jawaban yang
paling sesuai dengan keadaan masing-masing.
Alasan peneliti menggunakan angket sebagai alat
pengumpul data dalam penelitian adalah :
(1) Dengan menggunakan angket peneliti dapat menghemat biaya,
tenaga, dan waktu
(2) Dalam angket subyektifitas peneliti dapat diperkecil
(3) Dengan angket responden mempunyai kebebasan untuk
memberikan kesaksian
(4) Memberikan kemudahan dalam proses pengolahan data karena
adanya keseragaman dalam memberikan pertanyaan dan
jawaban
55
c) Langkah-langkah menyusun angket
Mengenai prosedur yang penulis tempuh dalam penyusunan
angket adalah:
(1) Menetapkan tujuan
Dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket ini
adalah untuk memperoleh data tentang pola asuh orang tua,
status sosial ekonomi dan prestasi belajar siswa.
(2) Menetapkan aspek yang ingin diungkap
Untuk memperjelas aspek yang ingin diungkap maka
digunakan kisi-kisi angket. Kisi- kisi instrument diperlukan
untuk memperjelas serta mempermudah pembuatan item- item
instrument. Pembuatan kisi- kisi dalam instrument ini
disesuaikan dengan indikator- indikator yang sudah ditentukan
sebelumnya dan disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan
yang hendak dicapai
(3) Menentukan jenis dan bentuk angket
Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah
angket langsung tertutup. Alasan digunakan teknik ini adalah
karena angket akan diberikan langsung kepada responden untuk
diisi. Bentuk pertanyaannya adalah pertanyaan tertutup agar
memudahkan responden untuk memilih jawaban yang telah
disediakan dan membatasi jawaban yang akan diberikan oleh
responden sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
(4) Menyusun Item Angket
Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaan-
pertanyaan yang dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket.
Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah sebagai
berikut :
56
(a) Membuat item- item pertanyaan.
(b) Membuat surat pengantar angket.
(c) Menyusun petunjuk dan pedoman pengisian angket.
(5) Menentukan Skor
Setelah angket disusun maka, kemudian akan disusun
skor dari masing-masing jawaban. Dalam penelitian angket ini,
setiap item mcmpunyai alternatif jawaban dan skor antara 1
sampai 4. Dari alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai
sebagai berikut:
Bentuk item positif
(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 4
(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 3
(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 2
(d) Alternatif jawaban D. mempunyai bobot nilai 1
Bentuk Item Negatif
(a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1
(b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 2
(c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 3
(d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 4
d) Mengadakan uji coba (try out) angket
Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji
cobakan terlebih dahulu mengenai validitas dan reliabilitasnya
yaitu melalui try out. Tujuan diadakannya try out ialah agar
mendapatkan angket yang benar-benar valid. Oleh karena itu
instrumen penelitian perlu diuji melalui uji validitas dan reliabilitas
sebelum diterapkan di lapangan.
Menurut Sutrisno Hadi (2000 : 166) maksud diadakannya
try out adalah sebagai berikut :
(1) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas
maksudnya.
57
(2) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing,
terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan.
(3) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati
atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
(4) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item
yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maksud peneliti
mengadakan try-out angket ini adalah:
(1) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bermakna ganda dan
tidak jelas.
(2) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak
diperlukan
(3) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti oleh responden
(4) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan
penelitian.
Selain beberapa maksud diadakannya try-out seperti yang
disebutkan di atas, tujuan diadakan try-out terhadap angket adalah
untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada
responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami
kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk
mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan
reabilitas.
(1) Uji validitas angket
Menurut Nasution ( 2003 : 74 ) suatu alat pengukur
dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh
alat itu. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu
mengukur apa yang ingin diukur. Dengan kata lain, validitas adalah
kesesuaian antara alat ukur dengan hal yang akan diukur. Dalam
hal ini menggunakan teknik validitas internal yaitu korelasi antara
skor dengan skor total untuk menghitung besarnya koefisien
korelasi menggunakan teknik product momen dengan rumus:
rxy = 2222 nn
n
58
(Saifuddin Azwar, 2002: 19)
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variable X dan Y
X = Jumlah skor dalam sebaran X
Y = Jumlah skor dalam sebaran Y
XY = Jumlah perkalian skor X dan skor Y yang berpasangan
2X = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
2Y = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
n = Jumlah subyek
Kriteria uji validitas tersebut adalah jika ρ < 0,050 maka
dapat disimpulkan bahwa butir instrument adalah valid, sebaliknya
jika ρ > 0,050 maka butir tersebut dinyatakan tidak valid.
(2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan
sejauh mana suatu hasil pengukuran sampel konsisten apabila
pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain
reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk
menghitung korelasi reliabilitas digunakan rumus alpha
cronbach sesuai rumus Saifuddin Azwar (2002: 78) sebagai berikut
:
2
2
11 11
t
b
k
kr
Keterangan:
r11 : Reliabilitas instrument
k : Banyaknya butir pernyataan/banyaknya soal
59
2
b : Varians butir
2
t : Varians total
Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika ρ < 0,050 maka
dapat disimpulkan bahwa butir instrument adalah reliabel,
sebaliknya jika ρ > 0,050 maka butir tersebut dinyatakan tidak
reliabel.
e) Adapun langkah-langkah dalam menyadakan uji coba adalah
sebagai berikut :
(1) Membuat surat pengantar Try Out
Surat pengantar dibuat dengan maksud untuk mengutarakan
tujuan pemberian angket try out kepada responden.
(2) Memperbanyak angket
Angket yang akan di uji cobakan diperbanyak sesuai dengan
jumlah responden yang di perlukan untuk try out yaitu 20 anak.
(3) Penyebaran angket
Angket yang telah diperbanyak kemudian disebarkan kepada
responden sesuai jumlah yang akan diperlukan untuk uji coba.
(4) Penarikan angket.
Setelah memperoleh data yang diperlukan, kemudian angket-
angket tersebut diambil kembali.
(5) Pengolahan Hasil Try Out
Angket yang telah diambil kemudian di analisis untuk
mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas dari masing-masing
item pertanyaan.
(6) Merevisi angket
Revisi angket dilakukan apabila terdapat banyak item yang
gugur dalam try out.
Uji coba atau try out dilaksanakan pada hari tanggal 01 April 2011
dengan junlah responden sebanyak 20 siswa. Berdasarkan uji coba angket
60
tersebut kemudian dilakukan uji validitas. Adapun hasil dari uji validitas
adalah sebagai berikut :
a. Variabel Kedisplinan Belajar ( X1 )
Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan
menunjukkan bahwa dari 30 item soal di dapat 17 soal yang valid dan 13
butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan
valid adalah soal no 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 17, 18, 20, 21, 24, 26, 28, 29
dan 30. Item yang dinyatakan gugur antara lain: 1, 2, 5, 8, 10, 12, 14, 15,
16, 19, 22, 23 dan 27. Item soal dikatakan valid apabila ρ < 0,05.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman129
b. Variabel Pergaulan Peer Group ( X2 )
Dari hasil analisis butir (item) pada angket yang diuji cobakan
menunjukkan bahwa dari 58 item soal di dapat 29 soal yang valid dan 29
butir item yang dinyatakan gugur atau tidak valid. Soal yang dinyatakan
valid adalah soal no 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 17, 21, 22, 24, 25, 28, 29, 30,
33, 34, 40, 41, 43, 44, 47, 48, 49, 51, 52, 56, 57 dan 58. item yang
dinyatakan gugur antara lain: 1, 2, 3, 4, 5, 9, 14, 15, 16, 18, 19, 23, 26,
27, 31, 32, 32, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 45, 46, 50, 53, 54 dan 55. Item soal
dikatakan valid apabila ρ < 0,05. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran 8 halaman 133
2) Metode Tes
Tes merupakan serentetan pertanyaan tertulis untuk latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi dan
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu ( responden ). Dalam hal
ini metode tes digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi belajar
sosiologi siswa.
b. Teknik bantu
1) Wawancara
Teknik bantu lain yang digunakan adalah metode wawancara atau
interview. Menurut Nasution (2003:113) “Wawancara atau interview
adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang
61
bertujuan memperoleh informasi”. Dalam penelitian ini wawancara
digunakan untuk memperoleh perizinan dari pihak sekolah, memperolah
informasi tentang jumlah siswa, dan ketika bertatap muka dengan
responden peneliti menjelaskan petunjuk pengisian angket.
2) Dokumentasi
Dalam penelitian ini selain menggunakan teknik angket peneliti
akan menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan
teknik pencarian data yang menelaah catatan atau dokumen sebagai data.
Sesuai pendapat Hadari Nawawi (1998:133) “Dokumenter adalah cara
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-
arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum
dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan
Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah :
(a) Lebih mudah mendapatkan data, karena data sudah tersedia dan
menghemat waktu
(b) Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya
(c) Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang
diinginkan
(d) Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan. Data yang diperoleh
dapat dipercaya dan mudah menggunakannya.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini merupakan metode yang
digunakan untuk memperoleh data dari Kepala Sekolah, Tata Usaha
ataupun guru yang berupa data tertulis, antara lain tentang jumlah siswa
dan sejarah sekolah.
62
C. Rancangan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui
hubungan antara kedisiplinan belajar dan pergaulan peer group dengan prestasi
belajar sosiologi disusun rancangan penelitian sebagai berikut:
Atribut faktor-faktor kedisiplinan belajar dan pergaulan peer group dalam
penelitian ini adalah atribut X dan prestasi belajar adalah atribut Y. Untuk
mengetahui hubungan antara atribut tersebut maka peneliti menggunakan metode
deskriptif korelasi ganda dengan software SPS 2000 program dari Sutrisno Hadi
dan Yuni Pamardiningsih.
Penelitian ini menggunakan 2 macam variable yaitu: variabel bebas
(independent variable) dan variabel terikat (dependent variabel). Defenisi
operasional ini adalah:
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas dalam penelitian ini kedisiplinan dan pergaulan peer group.
a. Kedisiplinan belajar(X1)
Kedisiplinan diukur dengan indikator-indikator:
1) Disiplin menggunakan waktu belajar
2) Disiplin mengerjakan tugas
3) Disiplin mengikuti pelajran
4) Disiplin dalam mengikuti ulangan
5) Disiplin menaati tata tertib sekolah
b. Pergaulan peer group (X2)
Pergaulan peer group di ukur dengan indikator-indikator:
1) Fungsi pergaulan peer group
2) Peranan pergaulan peer group
3) Pengaruh pergaulan peer group
2. Variabel terikat (dependent variabel)
Varibel terikat dalam penelitian ini prestasi belajar sosiologi adapun cara
mengukurnya dengan mengadakan tes mata pelajaran sosiologi.
63
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi ganda yaitu cara atau teknik khusus untuk mencari hubungan antar
dua variabel (sebagai prediktor) dengan variabel lain (sebagai kriterium). Alasan
digunakannya teknik ini adalah :
1. Karena dalam penelitian ini terdapat dua variabel predikator terdiri dari
kedisiplinan belajar, pergaulan peer group dan satu variabel kriterium yaitu
prestasi belajar.
2. Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium, sekaligus
dapat mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan tersebut.
Sesuai dengan teknik yang digunakan, peneliti menggunakan dasar dalam
analisis dengan pedoman sebagai berikut :
Kaidah Uji Hipotesis Menggunakan Komputer :
Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,15 = cukup signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,30 = kurang signifikan
Jika ρ (probabilitas) > 0,30 = tidak signifikan
Kaidah Uji Hipotesis Konvensional (Menggunakan Tabel Signifikansi) :
Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan
Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan
Jika ρ (probabilitas) > 0,05 = tidak signifikan
Dalam uji butir tes menggunakan signifikansi ρ < 0,05.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menguji
persyaratan analisis regresi ganda adalah :
1. Uji Prasyarat Analisis
2. Uji Hipotesis
64
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel
acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan rumus Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:
X2 =
fh
fhf0
(Sutrisno Hadi 2001: 346)
Keterangan:
X2 = Chi-kuadrat
fh = frekuensi yang diharapkan dalam sampel
fo = frekuensi yang diharapkan dalam populasi
Jika ρ > 0,050 maka data yang diperoleh berdistribusi normal,
sebaliknya jika ρ < 0,050 maka data yang dipeoleh berdistribusi tidak normal.
b. Uji Linieritas
Uji linearitas variabel X1 terhadap Y, dan X2 terhadap Y adalah untuk
mengetahui tingkat kelinieran data atau untuk mengetahui bahwa setiap
peningkatan variabel X juga diikuti dengan variabel Y, dengan penetapan
harga-harga :
1) JK (G) = iX ni
YY
2
2
2) JK (TC) = JK (S) – JK (G)
3) dk (TC) = k – 2
4) dk (G) = n – k
5) RJK (TC) = TCdk
TCJK
6) RJK (G) = Gdk
GJK
65
(Sudjana, 1996: 15 – 22)
Keterangan:
JK (G) : Menyatakan jumlah kuadrat galat
JK (TC) : Menyatakan jumlah kuadrat tuna cocok
dk : Derajad kebebasan (setiap variabel mempunyai derajat
berbeda-beda)
Untuk tuna cocok (TC) : k – 2
Untuk galat : n – k
RJK (TC) : Menyatakan varian (rerata) kuadrat tuna cocok
RJK (G) : Menyatakan varian (rerata) kuadrat galat
Jika ρ > 0,050 maka dapat disimpulkan korelasinya linier, sebaliknya
jika ρ < 0,050 maka korelasinya tidak linier.
2. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat telah terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis yang telah diajukan. Uji hipotesis ini menggunakan uji regresi ganda.
Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Uji Hipotesis Pertama dan Kedua :
222
112
11
1
nn
nr
(Sutrisno Hadi, 2001: 4)
Keterangan:
n : Menyatakan jumlah data observasi
X : Variabel prediktor
Y : Variabel kriterium
YXr 1 : Koefisien korelasi X1 dan Y
YXr 2 : Koefisien korelasi X2 dan Y
b. Uji Hipotesis Ketiga
Ry(1,2) = 2
2211
y
yx a y xa
66
Sutrisno Hadi (2001: 25),
Keterangan:
ry(1,2) = Koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y
a1 = koefisien prediktor X1
a2 = koefisien prediktor x2
xiy = jumlah produk antara xi dan y
x2y = jumlah produk antara X2 dan y
y2 = jumlah kuadrat kriterium Y
Jika ρ < 0,050 maka data yang diperoleh korelasinya signifikan,
sebaliknya jika ρ > 0,050 maka data yang dipeoleh korelasinya tidak
signifikan.
c. Langkah selanjutnya adalah mengadakan uji siginifikansi atau keberartian
antara kriterium dengan prediktor-prediktornya. Uji signifikansi menggunakan
rumus :
F = 1/1
/2
2
knR
kR
(Sudjana, 1996: 75)
Keterangan :
F = Harga garis regresi
n = Ukuran sampel
K = Banyaknya fariabel bebas
R = Koefisien korelasi antara kriterium dengan prediktornya.
Jika ρ > 0,050 maka signifikan, sebaliknya jika ρ < 0,050 maka tidak
signifikan.
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Sejarah Singkat MAN Karanganom
MAN Karanganom Sebelum tahun 1965 menempati tanah OG yang
berada di wilayah Desa Karanganom. Kemudian setelah tahun 1965 (setelah
peristiwa G.30 S PKI) oleh bapak Kepala Desa pada waktu itu Bapak Siswo
Mintardjo sebagian diserahkan pada umat Islam untuk didirikan masjid sebagai
tempat ibadah, sebagian digunakan untuk kabun bibit Desa Karanganom.
Pada tahun 1967 didirikan Masjid di tengah-tengah Pekarangan yang
dinamakan Masjid Al-Barokah dengan biaya gotong royong umat Islam sedesa
Karanganom, adanya masjid di desa Karanganom dari tahun ke tahun
perkembangan umat Islam mengalami peningkatan yang luar biasa, maka tokoh-
tokoh umat pada waktu itu merencanakan untuk mendirikan Sekolah/Madrasah
sebagai pengembangan agama Islam untuk menunjang kemakmuran masjid dan
atas Ridho Allah pada tahun 1974 berhasil mendirikan Madrasah Ibtidaiyah
Muhammadiyah (pendidikan setingkat SD) berkembang dengan baik yang terletak
di sebelah timur pekarangan menghadap ke barat (Masjid) mempunyai 6 ruang
kelas.
Adanya perkembangan umat Islam yang sangat baik maka
dikembangkan lagi pendidikan Islam melalui pendidikan jenjang yang lebih
tinggi, maka oleh tokoh-tokoh umat Islam yang disponsori oleh Bapak Abdul
Ghoni dan Bapak Amir Ma’sum (almarhum) pada tahun 1980 atas persetujuan
tokoh dan Kepala desa berhasil mendirikan Gedung sebanyak 5 ruang kelas untuk
pendidikan Madrasah Aliyah (setingkat SMA) yang diberi nama Madrasah
Aliyah Negeri Klaten Fillial Surakarta. Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri
Klaten Fillial Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup
menggembirakan, sehingga perlu menambah lokal baru untuk menampung
siswa/siswi yang ada dan atas usaha dari pihak Madrasah dan tokoh agama pada
waktu itu mengusulkan bantuan dari Pemerintah Pusat melalui Departemen
67
68
Agama, pada tahun ajaran 1983/1984 mendapatkan bantuan berupa 3 ruang kelas
yang didirikan pada tanah desa sebelah Selatan (tepatnya selatan Masjid).
Menginjak tahun ajaran 1985/1986 mendapatkan lagi proyek dari
Departemen Agama Pusat berupa gedung pendidikan 3 ruang kelas, namun untuk
pelaksnaannya proyek tersebut mengalami kendala yaitu masalah tanah yang
belum bersertifikat, maka atas usaha dari pihak madrasah pada waktu itu yang di
pimpin oleh Bapak Djumari, BA dibantu oleh Sdr. Badruszaman bersama-sama
Pemerintah Desa (Carik Desa Bapak Sastro Karyono) mengusulkan
pensertifikatan tanah tersebut dengan syarat, pihak MAN agar bersedia
membiayai pemindahan bibit tanaman yang berada di sebelah utara masjid
sebagai kebun bibit Desa Karanganom ke lokasi baru yaitu ke Balai Desa yang
terletak di Jl. Diponegoro, atas kesediaan pihak Madrasah membiayai pemindahan
bibit tersebut kemudian usulan sertifikat segera diajukan dan berhasil menjadi
sertifikat tanah OG menjadi Tanah Milik Departemen Agama khususnya
Madrasah Aliyah Negeri Klaten Fillial Surakarta dengan nomor A.1629515
tanggal 6 Juni 1985 dan akhirnya setelah turun sertifikat, proyek mulai
dilaksanakan di sebelah utara masjid menghadap ke Timur menempati bekas
kebun bibit desa.
Timbul gejolak dari masyarakat (umat Islam) tidak mau menerima
keadaan tanah kas desa yang peruntukannya sebagian untuk masjid (tempat
ibadah umat Islam) disertifikatkan atas nama MAN Klaten Fillial Surakarta.
Setelah timbul gejolak, maka pihak Madrasah bersama ketua BP3
diketuai oleh Bapak Robikin (almarhum) mengadakan musyawarah bersama
dengan tokoh umat Islam yang dipimpin Bapak M. Choiruddin, BA dengan
keputusan sebagai berikut :
a. Pihak Madrasah Aliyah supaya membelikan tanah ganti untuk gedung MI dan
TK yang sudah ada sekaligus memindahkan bangunannya.
b. Pihak Madrasah Aliyah supaya memindahkan masjid yang berada di tengah
halaman, ke lokasi pinggir jalan dengan harapan tidak merasa saling
terganggu dalam melaksanakan kegiatan masing-masing.
Sebagai realisasi keputusan bersama tersebut antara lain :
69
1) Realisasi angka 1 (pembelian tanah dan pemindahan gedung) sebagai
berikut :
a) Pada tahun ajaran 1985/1986 pihak Madrasah membelikan sebidang
tanah yang terletak di Dk. Mardirejo dengan luas kurang lebih 2500 m2
sebagai tempat pemindahan gedung MI Muhammadiyah, namun dari
umat Islam pada waktu itu tidak mau dengan alasan terlalu jauh dari
lokasi lama. Dan kemudian pada tahun ajaran berikutnya yaitu tahun
1986/1987 tanah tersebut dijual lagi dan dibelikan tanah sebelah timur
MI yang lama seluas kurang lebih 2000 m2.
b) Setelah mendapatkan tanah ganti untuk pemindahan gedung MI, pihak
Madrasah Aliyah tahun ajaran 1987/1988 mulai memindahkan
(membuatkan) gedung MI secara bertahap dengan tahap awal
memindahkan 3 ruang kelas dan berhasil pindah seluruhnya termasuk
Gedung TK Aisyiyah Bustanul Atfal pada tahun ajaran 1993/1994 yang
pengerjaannya melalui sistem borong yang dilaksanakan oleh Bp. H.
Abdul Ghoni (almarhum) pada waktu itu.
2) Realisasi angka 2 (pemindahan masjid) sebagai berikut :
a) Setelah pihak Madrasah Aliyah berhasil memenuhi sebagian kewajiban
poin pertama, pihak MAN memfokuskan mengurusi penegerian ke
Jakarta dan atas jerih payah dan membutuhkan tenaga, pikiran dan
waktu serta biaya yang tidak mudah, dan alhamdulillah atas ridho Allah
SWT, baru tahun 1991 berhasil menjadi MAN Karanganom Klaten
dengan SK Menteri Agama RI Nomor 137 tahun 1991 tertanggal 25
Juli 1991. Dan mulai tahun itulah pihak MAN harus dapat
menyesuaikan segala sesuatunya dengan peraturan-peraturan
Pemerintah, termasuk penggunaan dana harus berpedoman pada aturan
yang ada termasuk untuk memikirkan pemindahan masjid yang belum
dapat terealisir sebagaimana yang telah disepakati terdahulu walaupun
sudah mengalami beberapa pergantian Kepala Madrasah.
b) Pada saat kepala Madrasah dipegang oleh Bapak Drs. Hadis dari
Salatiga tepatnya tahun 1997 s/d 1999 telah diusahakan pemindahan
70
masjid dengan mengajukan bantuan biaya dari pusat, namun belum bisa
berhasil sampai Bapak Hadis mutasi ke MAN Salatiga. Dan kemudian
diganti Kepala MAN yang baru Bapak Drs. M. Thohari dari Ngawi
tepatnya tahun 2000 s/d 2003, tugas memindahkan masjid oleh beliau
ditangguhkan (belum dilakukan) dengan alasan biar diselesaikan oleh
kepala yang baru nanti.
c) Pada saat berikutnya tahun 2003 pucuk pimpinan dipegang oleh Drs. H.
Salim dari Sragen mulai merintis pemindahan masjid dengan
mengadakan rapat bersama antara umat Islam dan pihak MAN sampai
beberapa kali, baru kemudian dapat menghasilkan beberapa
kesepakatan antara lain :
1) Masjid segera dipindahkan ke pinggir jalan dengan pihak MAN
membongkar 5 ruang kelas yang berada di lokasi pemindahan
2) Segera membentuk susunan panitia Pembangunan Masjid bersama-
sama antar masyarakat dengan pihak MAN.
3) Biaya dipikul bersama antara MAN dan masyarakat Islam serta
pihak lain yang tidak mengikat.
4) Setelah dana terkumpul dari pihak umat Islam Rp 30.000.000,-
(tiga puluh juta rupiah) dan dari pihak MAN Rp 28.000.000,- (dua
puluh delapan juta rupiah) dimulai peletakan batu pertama
pembangunan masjid pada tahun 2005 dan berhasil berdiri dalam
keadaan yang belum sempurna tahun 2007 dan bersamaan dengan
waktu pensiunnya Bapak Drs. H. Salim dan kepemimpinan
dilanjutkan oleh bapak Drs H Sriyana sampai sekarang.
71
2. Visi dan Misi
Adapun visi MAN Karanganom Klaten :
Mewujudkan generasi muslim yang beraklaq mulia, berprestasi dan
berkarya
Sedangkan misi dari MAN Karanganom Klaten :
1) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama,
sehingga menjadi teladan bagi masyarakat.
2) Melaksanakan proses pembelajaran secara disiplin dan efektif.
3) Mengupayakan peserta didik untuk mengenal dirinya
4) Menumbuhkan semangat kekeluargaan dari warga madrasah untuk
mencapai tujuan
5) Dengan menghasilkan lulusan yang berakhlaq mulia serta menjadi
tauladan bagi masyarakat.
6) Memberikan bekal ketrampilan bagi lulusan yang tidak mampu untuk
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
7) Memberikan bekal minimal bagi lulusan yang akan melanjutkan ke
jenjang yang leibih tinggi.
8) Mencipatakan suasana islami, sehat dan nyaman bagi seluruh warga
madrasah.
3. Kondisi dan Karakteristik Siswa
MAN Karanganom Klaten tahun ajaran 2010/2011terdiri dari 390 siswa
dan terbagi menjadi 3 tingkat, yakni tingkatan kelas X, XI, dan XII. Kelas X
terdiri dari 138 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Kelas XI terdiri dari 126 siswa
yang terbagi dalam 4 kelas yaitu 4 kelas untuk IPS, 1 kelas untuk IPA.
Sedangkan kelas XII terdiri dari 100 siswa yang terbagi dalam 4 kelas yaitu 2
kelas untuk IPS, 2 kelas untuk IPA.
Dari sejumlah siswa yang ada di MAN Karanganom tersebut terdapat
aktivitas yang berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lain saat penelitian
dilakukan. Aktivitas siswa-siswa terlihat seperti siswa yang nongkrong di kantin
72
sekolah, adan siswa yang baru persiapan lomba, terlihat juga beberapa siswa yang
dikeluarkan dari kelas. Selain itu ada pula siswa yang membolos. Karakteristik
siswa satu dengan yang lain pun pasti berbeda, karena mereka berasal dari latar
belakang keluarga yang berbeda. Dari adanya karakter-karakter yang berbeda
tersebut maka siswa di MAN Karanganom mempunyai prestasi belajar yang
berbeda-beda pula
4. Kegiatan-Kegiatan di MAN Karanganom Klaten
Siswa MAN Karanganom, mempunyai kegiatan inti yakni KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) yang dilaksanakan setiap hari, ada berbagai kegiatan
yang dapat mendukung dan meningkatkan bakat siswa. Antara lain kegiatan OSIS
dan ekstrakurikuler. Adapun kegiatan ekstrakurikuler di MAN Karanganom
meliputi Qiro’ah, Khitobah, Menjahit, Otomotif, Seni Musik (band), komputer,
Basket, Sepak Bola, dan Volly.
Dari berbagai macam kegiatan seperti di atas, dapat dijadikan sarana
untuk mengembangkan bakat dan kemampuan bagi siswa. Karena dengan adanya
keikutsertaan siswa dalam kegiatan OSIS maupun ekstrakurikuler yang ada di
sekolah maka para siswa akan dapat berkreasi, menambah pengalaman dan dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan. Sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat
dijadikan wadah bagi anak untuk mengembangkan kemampuan/bakat non-
akademik.
B. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data tentang Kedisiplinan
Kedisiplinan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1). Skor data
yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 149 Sedangkan
rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut: mean
diperoleh angka sebesar 57,8; median diperolah angka sebesar 57,68; modus
diperoleh angka sebesar 57,50; SB diperoleh angka sebesar 6,79; SR diperoleh
angka sebesar 5,29; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 68 dan nilai terendah
diperoleh angka sebesar 43.
73
Adapun distribusi frekuensi data kedisiplinan belajar dapat disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Kedisiplinan Belajar (X1)
Variant f fx fx2
f% fk%-naik
66,5- 72,5 6 404,00 27.204,00 10,34 100,00
60,5- 66,5 15 950,00 60.212,00 25,86 89,66
54,5- 60,5 17 976,00 56.082,00 29,31 63,79
48,5- 54,5 14` 721,00 37.151,00 24,14 34,48
42,5- 48,5 6 271,00 12.251,00 10,34 10,34
Total 58 3.322,00 192.251,00 100,00 -
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Kedisiplinan Belajar maka
dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-3 pada
interval 54,5-60,5 dengan prosentase 29,31% kemudian diikuti oleh kelas ke-4
pada interval 60,5-66,5 dengan prosentase 25,87% kemudian diikuti oleh kelas ke-
2 pada interval 48,5-54,5. dengan prosentase 24,14%. Sedangkan responden
paling sedikit terdapat di dua kelas yaitu kelas ke-1 pada interval 42,5-48,5 dan
kelas ke-5 pada interval 66,5-72,5 dengan masing-masing pprosentase 10,34%.
Penyebaran data dapat diperikasa dalam histogram berikut ini:
Gambar 2. Grafik Histogram Kedisiplinan (X1)
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
42.5 – 48.5 – 54.5 – 60.5 – 66.5 – 72.5
74
2. Deskripsi Data tentang Pergaulan Peer Group
Pergaulan Peer Group dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2). Skor data
yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 151 Sedangkan
rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut: mean
diperoleh angka sebesar 90,05; median diperolah angka sebesar 90,73; terdapat
dua modus, SB diperoleh angka sebesar 11,81; SR diperoleh angka sebesar 9,96;
nilai tertinggi diperoleh angka sebesar108 dan nilai terendah diperoleh angka
sebesar 67. Adapun distribusi frekuensi data Pergaulan Peer Group dapat disajikan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pergaulan Peer Group (X2)
Variant f Fx fx2
f% fk%-naik
102,5- 111,5 12 1.263,00 132.957,00 20,69 100,00
93,5- 102,5 13 1.277,00 125.523,00 22,41 79,31
84,5- 93,5 13 1.154,00 102.514,00 22,41 56,90
75,5- 84,5 11 879,00 70.302,00 18,97 34,48
66,5- 75,5 9 650,00 46,996,0 15,52 15,52
Total 58 5.223,00 478.295,00 100,00 -
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Pergaulan Peer Group maka
dapat diketahui bahwa responden paling banyak ada dua kelas menempati kelas
ke-3 pada interval 84,5-93,5 dan kelas ke-4 pada interval 93,5-10,5 dengan
masing-masing prosentase kelas 22,41% kemudian diikuti oleh kelas ke-5 pada
interval 102,5-111,5 dengan prosentase 20,69% kemudian diikuti oleh kelas ke-2
pada interval 75,5-84,5 dengan prosentase 18,97% Sedangkan responden paling
sedikit adalah pada kelas ke-1 pada interval 66,5-75 dengan prosentase 15,52%
Penyebaran data dapat diperiksa dalam histogram berikut ini:
75
Gambar 3. Grafik Histogram Pergaulan Peer Group (X2)
3. Deskripsi Data tentang Prestasi Belajar Sosiologi
Prestasi Belajar Sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y).
Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 152
Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan dalam uraian sebagai berikut:
mean diperoleh angka sebesar 76,33; median diperolah angka sebesar 78,00;
modus diperoleh angka sebesar 81,00; SB diperoleh angka sebesar 11,17; SR
diperoleh angka sebesar 9,19; nilai tertinggi diperoleh angka sebesar 93 dan nilai
terendah diperoleh angka sebesar 50
Adapun distribusi frekuensi data Prestasi Belajar Sosiologi dapat disajikan dalam
tabel sebagai berikut:
14
12
10
8
6
4
2
0
66.5 – 75.5 – 84.5 – 93.5 – 102.5 – 111.5
76
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Variant f fx fx2
f% fk%-naik
85,5- 94,5 14 1.269,00 115.101,00 24,14 100,00
76,5- 85,5 18 1.440,00 115.308,00 31,03 75,86
67,5- 76,5 12 858,00 61.374,00 20,69 44,83
58,5- 67,5 12 760,00 48.232,00 20,69 24,14
49,5- 58,5 2 100,00 5.000,00 3,45 3,45
Total 58 4.427,00 345.015,00 100,00 -
Berdasarkan tabel sebaran frekuensi variabel Prestasi Belajar Sosiologi
maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-4 pada
interval 76,5-85,5 dengan prosentase 31,03%, kemudian diikuti oleh kelas ke-5
pada interval 85,5-94,5 dengan prosentase 24,14% kemudian diikuti oleh kelas ke-
2 dan ke-3 pada interval 58,5-67,5 serta pada interval 67,5-76,5 dengan prosentase
masing-masing 20,69%; Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas
ke-1 pada interval 49,5-58,5 dengan prosentase 3,45%. Penyebaran data dapat
diperikasa dalam histogram berikut ini:
Gambar 4. Grafik Histogram Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
49.5 – 58.5 – 67.5 – 76.5 – 85..5 – 94.5
77
C. Pengujian Prasyarat Analisis Data
Data yang telah tersusun secara sistematis seperti pada lampiran,
selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan. Syarat
analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi data
harus berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier dengan variabel
terikat. Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai hasil uji normalitas dan hasil
uji linieritas. Hasil uji prasyarat analisis data yang telah dilakukan dapat
dijelaskan dalam uraian sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas digunakan untuk menunjukkan apakah data yang
dianalisis mempunyai sebaran (distribusi) normal atau tidak. Adapun pengujian
ini meliputi:
a. Kriteria Pengujian Persyaratan Normalitas
Sebelum menguji normalitas dari masing-masing variabel, perlu
membuat kriteria persyaratan normalitas sebagai berikut:
Ha: Distribusi data hasil penelitian tidak berbeda dengan distribusi
teoritik, artinya data berdistribusi normal.
Ho: Distribusi data hasil penelitian berbeda dengan distribusi teoritik,
artinya data berdistribusi tidak normal.
Untuk menetapkan normal atau tidaknya distribusi data digunakan
kriteria sebagai berikut:
Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal
Jika ρ < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal
b. Uji Normalitas Variabel X1
Pada uji normalitas X1 (Kedisiplinan), langkah pertama yang dilakukan
adalah membuat tabel rangkuman variabel X1 (lampiran 13 halaman 155).
Adapun tabel rangkuman variabel X1 (Kedisiplinan) dapat disajikan sebagai
berikut:
78
Tabel 9. Rangkuman Variabel Kedisiplinan
Kelas fo fh Fo-fh
(fo-fh)2
fh
2fh)-(fo
10 0 0,48 -0,48 0,23 0,48
9 0 1,61 -1,61 2,58 1,61
8 8 4,59 3,41 11,60 2,53
7 10 9,23 0,77 0,59 0,06
6 11 13,09 -2,09 4,37 0,33
5 10 13,09 -3,09 9,55 0,73
4 13 9,23 3,77 14,19 1,54
3 3 4,59 -1,59 2,54 0,55
2 3 1,61 1,39 1,94 1,21
1 0 0,48 -0,48 0,23 0,48
Total 58 58,00 0,00 - 9,51
Mean: 57,276 SB: 6,792
Kai Kuadrat: 9,509 db: 9 ρ = 0,392
Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil
perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
χ2 = 9,509
ρ = 0,392
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,392 > 0,05 maka Ha
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil dari
populasi berdistribusi normal.
c. Uji Normalitas Variabel X2
Pada uji normalitas X2 (Pergaulan Peer Group), langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2 (lampiran 13
halaman 156). Adapun tabel rangkuman variabel X2 (Pergaulan Peer Group)
dapat disajikan sebagai berikut:
79
Tabel 9. Rangkuman Variabel Pergaulan Peer Group
Kelas fo fh Fo-fh
(fo-fh)2
fh
2fh)-(fo
10 0 0,48 -0,48 0,23 0,48
9 0 1,61 -1,61 2,58 1,61
8 8 4,59 3,41 11,60 0,02
7 12 9,23 2,77 7,65 0,03
6 8 13,09 -5,09 25,91 0,56
5 12 13,09 -1,09 1,19 1,06
4 9 9,23 -0,23 0,05 0,06
3 8 4,59 3,41 11,60 0,02
2 1 1,61 -0,61 10,37 1,10
1 0 0,48 -0,48 0,23 0,29
Total 58 58,00 0,00 - 3,42
Mean: 90,052 SB: 11,814
Kai Kuadrat: 10,744 db: 9 ρ = 0,294
Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil
perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
χ2 = 10,744
ρ = 0,294
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,294 > 0,05 maka Ha
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil
dari populasi berdistribusi normal.
d. Uji Normalitas Variabel Y (Prestasi Belajar Sosiologi)
Pada uji normalitas Y (Prestasi Belajar Sosiologi), langkah pertama yang
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y (lampiran 13 halaman
157). Adapun tabel rangkuman variabel Y (Prestasi Belajar Sosiologi) dapat
disajikan sebagai berikut:
80
Tabel 8. Rangkuman Variabel Prestasi Belajar Sosiologi
Kelas fo fh Fo-fh
(fo-fh)2
fh
2fh)-(fo
9 0 0,57 -0,57 0,33 0,57
8 0 2,18 -2,18 4,76 2,18
7 11 6,45 4,55 20,71 3,21
6 9 12,30 -3,30 10,86 0,88
5 18 15,00 3,00 9,01 0,60
4 10 12,30 -2,30 5,27 0,43
3 8 6,45 1,55 2,40 0,37
2 0 2,18 -2,18 4,76 2,18
1 2 0,57 1,43 2.03 3,54
Total 58 58,00 0,00 - 13,97
Mean: 76,328 SB: 11,171
Kai Kuadrat: 13,972 db: 8 ρ = 0,082
Kemudian dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari hasil
perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
χ2 = 13,972
ρ = 0,082
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ρ > 0,05 yaitu 0,082 > 0,05 maka Ha
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil
dari populasi berdistribusi normal.
Sebagai bukti bahwa variabel Prestasi Belajar Sosiologi berdistribusi
normal dapat dilihat pada halaman 142 dalam bentuk grafik histogram
Prestasi Belajara Sosiologi. Bentuk garis dalam grafik tersebut menyerupai
gunung, sehingga menunjukkan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal.
81
2. Uji Linieritas dan Keberartian
Dengan adanya hasil uji linieritas maka diketahui apakah ada hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun dalam hal ini pengujian
meliputi:
a. Kriteria Pengujian Persyaratan Linieritas
Sebelum menguji linieritas dari masing-masing variabel, perlu membuat
kriteria persyaratan linieritas sebagai berikut:
Ha: Data hasil penelitian tidak berbeda dengan data hasil teoritik, artinya
linier
Ho: Data hasil penelitian berbeda dengan data hasil teoritik, artinya tidak
linier
Untuk menetapkan linier atau tidaknya distribusi data digunakan kriteria
sebagai berikut:
Jika ρ > 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier
Jika ρ < 0,05 maka data dalam penelitian korelasinya tidak linier
b. Uji Linieritas Variabel Kedisiplinan (X1) dengan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y)
Berdasarkan hasil uji linieritas antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi
Belajar Sosiologi, diperoleh ρ = 0,713; Fo =0,138 dan Ft =2,585. Karena ρ >
0,05 dan Fo < Ft maka Ha diterima. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa Kedisiplinan Belajar dan Prestasi Belajar Sosiologi
mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas Kedisiplinan dengan
Prestasi Belajar Sosiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
82
Tabel 11. Rangkuman Unji Linieritas X1 dengan Y
Sebagai bukti bahwa korelasi antara Kedisiplinan Belajar dengan
Prestasi Belajar Sosiologi adalah linier dapat dilihat pada lampiran 14
halaman 160 dalam bentuk grafik hasil uji linieritas Kedisiplinan Belajar
dengan Prestasi Belajar Sosiologi.
c. Uji Linieritas Variabel Pergaulan Peer Group (X2) dengan Prestasi
Belajar Sosiologi (Y)
Berdasarkan hasil uji linieritas antara Pergaulan Peer Group dengan
Prestasi Belajar Sosiologi, diperoleh ρ = 0,147; Fo = 2,128 dan Ft =3,689.
Karena ρ > 0,05 dan Fo < Ft, maka Ha diterima. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa Pergaulan Peer Group dan Prestasi Belajar
Sosiologi mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas Pergaulan Peer
Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 12. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y
Sumber Derajat R2
db Var F ρ
Regresi
Residu
ke 1 0,084
0,916
1
56
0,084
0,016
8,030
--
0,026
--
Regresi
Beda
residu
ke 2
ke 2 – ke
1
0,118
0,034
0,882
2
1
55
0,059
0,034
0,016
3,689
2,128
--
0,030
0,147
--
Korelasinya Linier
Sumber Derajat R2
db Var F ρ
Regresi
Residu
ke 1 0,084
0,916
1
56
0,084
0,016
5,112
--
0,026
--
Regresi
Beda
residu
ke 2
ke 2 – ke
1
0,086
0,002
0,914
2
1
55
0,043
0,002
0,017
2,585
0,138
--
0,083
0,713
--
Korelasinya Linier
83
Sebagai bukti bahwa korelasi antara Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar
Sosiologi adalah linier dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 160 dalam bentuk
grafik hasil uji linieritas Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar Sosiologi.
D. Pengujian Hipotesis
Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, selanjutnya dapat dilakukan
analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun analisis regresi ganda menggunakan
komputer seri SPS edisi: Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM
Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/IN. Langkah yang dilakukan sesuai dengan
prosedur, yaitu sebagai berikut:
1. Mencari Korelasi antara Kriterium dengan Prediktor
a. Menghitung Koefisien Korelasi sederhana antara X1 dan Y; X2 dan Y
1) Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan Y (Kedisiplinan Belajar
dengan Prestasi Belajar Sosiologi)
Ha : Ada hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi
Belajar Sosiologi
Ho : Tidak ada hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dengan
Prestasi Belajar Sosiologi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel
rangkuman analisis korelasi (lampiran 15 halaman 162). Adapun tabel
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 13. Matriks Interkorelasi Analisis Regresi
ρ dua ekor
r X1 X2 Y
X1 1,000 0,016 0,289
ρ 0,000 0,902 0,026
X2 0,016 1,000 0,290
ρ 0,902 0,000 0,026
Y 0,289 0,442 1,000
ρ 0,026 0,026 0,000
84
Setelah membuat rangkuman analisis korelasi selanjutnya dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus Product Moment, sehingga diperoleh:
rxy = 0,289
ρ = 0,026
Karena ρ < 0,05, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis
menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta
tahun 2004 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya signifikan,
yaitu 0,026 < 0,05, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan
demikian pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini yang berbunyi
“Ada hubungan yang positif antara Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi
Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun
Pelajaran 2010/2011” dinyatakan diterima.
2) Koefisien korelasi sederhana antara X2 dan Y (Pergaulan Peer Group
dengan Prestasi Belajar Sosiologi)
Ha : Ada hubungan positif antara Kedisiplinan dengan Prestasi Belajar
Sosiologi
Ho : Tidak ada hubungan positif antara Kedisiplinan dengan Prestasi
Belajar Sosiologi
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 15 halaman 162,
selanjutnya dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus Product Moment
sehingga diperoleh :
rxy = 0,290
ρ = 0,026
Karena ρ < 0,05, maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis
menurut Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta
tahun 2004 versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya signifikan,
yaitu 0,026 < 0,15, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan
demikian pengujian hipotesis kedua dalam penelitian ini yang berbunyi
“Ada hubungan yang positif antara Pergaulan Peer Group dengan Prestasi
Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun
Pelajaran 2010/2011” dinyatakan diterima.
85
b. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda antara X1,X2 dengan Y
Ha : Ada hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer
Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Ho : Tidak ada hubungan positif antara Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan
Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel sebagai
berikut:
Tabel 14. Koefisien Beta dan Korelasi Parsial
X Beta ( ) SB ( ) r-parsial t
0 25,189690
1 0,468242 0,202624 0,297 2,311 0,023
2 0,270055 0,116498 0,298 2,318 0,023
Galat baku: 10,390
Korelasi R: 0,406
Korelasi R sesuaian: 0,406
Setelah itu kemudian membuat tabel rangkuman analisis regresi. Adapaun
tabel tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Tabel Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh
Sumber
Variasi
JK db RK F R2
ρ
Regresi Penuh
Variabel X2
Variabel X1
Residu Penuh
1.174,914
598,527
576,386
5.937,868
2
1
1
55
587,457
598,527
576,386
107,961
5,441
5,544
5,339
-
0,165
0,084
0,081
-
0,007
0,021
0,023
-
Total 7.112,782 57 - - - -
Setelah membuat tabel kerja pada lampiran 15 halaman 162, selanjutnya
dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus sehingga diperoleh:
Ry(x1,2) = 0,406
86
ρ = 0,007
F = 5,441
Karena ρ < 0,05 maka berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis menurut
Prof. Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih UGM Yogyakarta tahun 2004
versi IBM/IN dapat disimpulkan bahwa hasilnya signifikan, yaitu 0,007 < 0,05,
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian pengujian hipotesis
ketiga dalam penelitian ini yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara
Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group dengan Prestasi Belajar
Sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Pelajaran
2010/2011” diterima.
2. Mencari Persamaan Garis Regresi
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tabel sebagai
berikut:
Tabel 16. Coefficienta
Model
Unstandardized
Coeffiient
Standardized
Coeffiient
t
Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant)
Kedisiplinan
belajar
Peer Group
24.878
0.481
0.265
15.450
0.201
0.116
.295
.282
1.610
2.395
2.291
0.113
0.20
0.26
Dependent Variable: prestasi belajar
Setelah itu kemudian dapat diperoleh persamaan garis regresi sebagai
berikut:
a. Persamaan Regresi Linier Sederhana
1) Persamaan regresi linier sederhana antara Kedisiplinan Siswa (X1) dengan
Prestasi Belajar Siswa (Y)
^
Y = b0 + b1X1
^
Y = 24,878+ 0,481 (X1)
87
Artinya:
1) Konsatanta 24,878 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada
Kedisiplinan Siswa (X1), maka Prestasi Belajar Siswa (Y) yang dicapai
siswa sebesar 24,878.
2) Koefisien regresi 0,481X1, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
unit Kedisiplinan Siswa (X1) maka akan meningkatkan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y) sebesar 0,481. Gambar persamaan garis regresi dapat
dilihat pada lampiran 9 halaman 146
2) Persamaan regresi linier sederhana antara Peer Group (X2) dengan Prestasi
Belajar Sosiologi (Y)
^
Y = b0 + b2X2
^
Y = 24,878 + 0.265(X2)
Artinya:
1) Konsatanta 24,878 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada Peer Group
(X2), maka Prestasi Belajar Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar
24,878.
2) Koefisien regresi 0.265X2, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu
unit Peer Group (X2) maka akan meningkatkan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y) sebesar 0.265. Gambar persamaan garis regresi dapat
dilihat pada lampiran 9 halaman 147
b. Persamaan Regresi Linier Ganda
^
Y = b0 + b1X1 +b2X2
^
Y = 24,878 + 0,481 (X1) + 0,265 (X2)
Artinya:
1) Koefisien 24,878 menyatakan bahwa apabila tidak ada Kedisiplinan
Siswa (X1) dan Peer Group (X2) yang tinggi, maka Prestasi Belajar
Siswa (Y) sebesar 24,878.
88
2) Koefisien regresi X1=0,481 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
unit Kedisiplinan Siswa (X1) akan meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
(Y) sebesar 0,481.
3) Koefisien regresi X2=0,265 menyatakan bahwa setiap penambahan satu
unit Peer Group (X2) akan meningkatkan Prestasi Belajar Siswa (Y)
sebesar 0,265.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa rata-rata Prestasi Belajar Siswa (Y) akan meningkat atau
menurun sebesar 24,878. Dalam hal ini untuk setiap peningkatan atau penurunan
satu unit Kedisiplinan Siswa (X1) akan meningkatkan atau menurunkan Prestasi
Belajar Siswa (Y) sebesar 0,481. Demikian halnya dengan Peer Group, setiap
peningkatan atau penurunan satu unit Peer Group (X2) akan meningkatkan atau
menurunkan Prestasi Belajar Siswa (Y) sebesar 0,265.
3. Menentukan Prediktor pada Kriterium
Penghitungan sumbangan masing-masing variabel dengan bantuan
komputer paket SPS edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih versi IBM/In
program analisis regresi model penuh dan stepwise tergambar pada tabel
perbandingan bobot prediktor model penuh sebagai berikut:
Tabel 17. Perbandingan Bobot Prediktor
Variabel korelasi Lugas korelasi Parsial koefisien determinasi
X r xy r par-xy SD Relatif % SD Efektif %
1 0,289 0,026 0,297 0,023 49,058 8,104
2 0,290 0,026 0,298 0,023 50,942 8,415
Total --- --- --- --- 100,000 16,518
Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan masing-masing variabel,
peneliti memperoleh hasil sebagai berikut:
a. Sumbangan Efektif (SE)
Sumbangan Efektif diperlukan untuk mengetahui besarnya
sumbangan murni yang diberikan masing-masing prediktor.
1) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan
Efektif X1 dengan Y atau SE(X1) yaitu sebesar 8,104%. Hal tersebut
89
dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif Kedisiplinan Belajar terhadap
variasi naik turunnya Prestasi Belajar Sosiologi yaitu sebesar 8,104%.
2) Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa Sumbangan
Efektif X2 dengan Y atau SE(X2) yaitu sebesar 8,415%. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa Sumbangan Efektif Pergaulan Peer Group
terhadap variasi naik turunnya Prestasi Belajar Sosiologi yaitu sebesar
8,415%.
3) Berdasarkan kedua pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Sumbangan Kedisiplinan Belajar (X1) dan Pergaulan Peer Group (X2)
secara bersama-sama dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y) atau
SE(X1+X2) sebesar 16,518%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
Sumbangan Efektif (SE) Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group
secara bersama-sama terhadap variasi naik turunnya Prestasi Belajar
Sosiologi 16,518%.
b. Sumbangan Relatif (SR)
Sumbangan Relatif diperlukan untuk mengetahui besarnya
sumbangan masing-masing prediktor ( X ) terhadap kriterium ( Y ).
1) Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa Sumbangan Relatif
X1 dengan Y atau SR%(X1) sebesar 49,058%. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa secara relatif variabel Kedisiplinan Belajar memberikan
sumbangan sebesar 49,058% bagi naik turunnya variabel Prestasi Belajar
Sosiologi.
2) Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan
Relatif X2 dengan Y atau SR%(X2) sebesar 50,942%. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa secara relatif variabel Pergaulan Peer Group
memberikan sumbangan sebesar 50,942% bagi naik turunnya variabel
Prestasi Belajar Sosiologi.
3) Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Sumbangan
Relatif X1 dan X2 dengan Y atau SR%( X1+X2) sebesar
49,058+50,942%=100,000%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa secara
relatif Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group memberikan
90
sumbangan sebesar 100,000% bagi naik turunnya Prestasi Belajar
Sosiologi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15
halaman 162
E. Pembahasan dan Analisis Data
Setelah dilakukan analisis data untuk pengujian hipotesis kemudian
dilakukan pembahasan dan analisis data terhadap rumusan hipotesis sebagai
berikut:
1. Hubungan antara Kedisiplinan Belajar (X1) dengan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara Kedisiplinan
dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten
Tahun Pelajaran 2010/2011” di terima karena rxy = 0,289 dan ρ < 0,05, yang
berarti bahwa variabel Kedisiplinan Belajar dan Prestasi Belajar Sosiologi
memiliki arah hubungan positif yang signifikan. Dikatakan memiliki hubungan
yang positif karena kedua variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bahwa semakin tinggi atau baik
kedisiplinan yang dimiliki anak maka prestasi belajar anak juga semakin
meningkat, dan sebaliknya semakin rendah atau buruk kedisiplinan yang dimiliki
anak maka prestasi belajar anak juga akan semakin menurun. Hal ini disebabkan
karena kedisiplinan yang tertanam dalam diri anak mempunyai hubungan yang
sangat erat dalam pencapaian prestasi belajar anak, karena kedisiplinan
merupakan faktor dari dalam diri anak yang mampu mendorong anak. Sehingga
pencapaian prestasi belajar bagi anak akan lebih mudah dicapai dengan
kedisiplinan yang tertanam dalam diri anak. Hasil tersebut sejalan dengan
pendapat Soegeng Prijodarminto (1992: 23) “Kedisiplinan adalah suatu kondisi
yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau
ketertiban”. Jadi dalam hal ini kedsiplinan mempunyai pengaruh baik dan buruk
dalam mendapatkan hasil belajar anak. Semakin baik kedisiplinan belajar maka
91
akan semakin baik pula prestasi belajar anak, dan sebaliknya semakin buruk
kedisiplinan belajar maka akan semakin buruk pula prestasi belajar anak
2. Hubungan antara Pergaulan Peer Group (X2) dengan Prestasi Belajar
Sosiologi (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan yang positif antara Pergaulan
Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi pada siswa kelas X MAN
Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011” di terima karena rxy = 0,290
dan ρ < 0,05, yang berarti bahwa variabel Pergaulan Peer Group dan Prestasi
Belajar Sosiologi memiliki arah hubungan positif yang signifikan. Dikatakan
memiliki hubungan yang positif karena kedua variabel tersebut memiliki arah
hubungan yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa Pergaulan Peer
Group memiliki hubungan dengan prestasi belajar sosiologi pada siswa kelas X
MAN Karanganom Klaten. Dikatakan memiliki hubungan yang positif
dkarenakan apabila seorang siswa dapat memilih teman yang tepat dalam
pergaulan dengan teman sebaya maka prestasi seorang siswa akan meningkat ke
arah yang positif. Menurut Slamet Santoso (1999:89), "Pengaruh dari
perkembangan peer group terhadap individu dalam kelompok ada yang positif dan
ada yang negatif”. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa pergaulan peer group
mempunyai hubungan baik dan buruk. Pergaulan peer group tumbuh dan
berkembang apabila anak mempunyai kedisiplinan. Sehingga kedisiplinan
mempunyai peran penting dalam pembentukan pergaulan peer group yang baik.
3. Hubungan antara Kedisiplinan (X1) dan Pergaulan Peer Group (X2)
dengan Prestasi Belajar Sosiologi (Y)
Hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan positif yang signifikan antara
Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group dengan Prestasi Belajar Sosiologi
pada siswa kelas X MAN Karanganom Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011” di
terima karena Ry(x1,2) = 0,406 dan ρ < 0,05, yang berarti bahwa variabel
Kedisiplinan Belajar dan Pergaulan Peer Group memiliki arah hubungan positif
92
yang signifikan dengan Prestasi Belajar Sosiologi. Dikatakan memiliki hubungan
yang positif karena ketiga variabel tersebut memiliki arah hubungan yang sama.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa prestasi belajar anak
akan meningkat atau tinggi jika memiliki kedisiplinan dalam belajar yang tinggi,
tetapi tidak hanya kedisiplinan saja, dalam pergaulan peer group juga harus sesuai
jangan sampai bergaul dengan teman yang tepat. Kedisiplinan dan Pergaulan Peer
Group dalam belajar mempunyai hubungan yang sangat erat dalam pencapaian
prestasi belajar anak. Penerapan kedisiplinan yang sesuai dapat meningkatkan
keaktifan peer group dalam belajar dengan demikian pencapaian prestasi belajar
anak akan baik. Hasil tersebut diperkuat oleh pendapat Syaiful Bahri Djamaroh
(2002: 23), “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”.
Sehingga prestasi belajar tidak hanya berupa nilai tetapi juga diiringi dengan
perbaikan tingkah laku pada anak, yang pada akhirkan memberikan perubahan
bagi anak baik secara akademik maupun non akademik.
93
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kedisiplinan belajar (X1) dengan prestasi belajar sosiologi (Y) mempunyai
hubungan positif yang signifikan. Semakin baik kedisiplinan belajar kepada
anak maka semakin meningkat pula prestasi belajar sosiologi anak. Sehingga
kedisiplinan belajar berhubungan dengan prestasi belajar sosiologi dengan
kedisiplinan belajar yang baik dalam belajar akan memiliki sikap yang positif,
karena kedisiplinan belajar yang baik akan menciptakan kondisi yang
mendorong siswa untuk memilki sikap dalam menjaga aturan dan memiliki
pembagian waktu yang baik.
2. Pergaulan peer group (X2) dengan prestasi belajar (Y) ada hubungan positif
yang signifikan. Semakin kuat pergaulan peer group yang dimiliki anak maka
akan semakin besar/ meningkat prestasi belajar anak. Maka pergaulan peer
group berhubungan dengan terhadap prestasi belajar siswa, siswa yang
memiliki pergaulan peer group yang baik dapat menciptakan keadaan yang
selaras dan kondusif. Dalam proses belajar siswa yang mempunyai peer group
baik maka akan memperoleh prestasi yang baik.
3. Adanya hubungan yang positif antara kedsiplinan belajar dan pergaulan peer
group dengan prestasi belajar sosiologi. Semakain tinggi kedisiplinan dan
pergaulan peer group maka prestasi belajar semakin baik, begitu pula semakin
buruk kedisiplinan dan pergaulan peer group maka prestasi belajar semakin
buruk juga. Oleh karena itu untuk memperoleh prestasi belajar yang baik,
siswa dapat disiplin dalam belajar dan bergaul dengan teman sebaya dengan
baik. Hal ini dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian prestasi belajar.
93
94
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut :
1. Dengan adanya hubungan positif antara kedisiplinan dengan prestasi belajar
sosiologi, maka dapat memberikan gambaran bagi siswa/ anak untuk dapat
meningkatkan kedisiplinan belajar seperti mentaati jam belajar, mengerjakan
tugas-tugas sekolah maupun mentaati peraturan yang berlaku di sekolah.
Dengan meningkatkan kedisiplinan yang ada pada dirinya, siswa secara sadar
juga akan meningkat kedisiplinanya dalam belajar, sehingga siswa akan dapat
meningkat prestasi belajarnya.
2. Dengan adanya hubungan positif antara pergaulan peer group dengan prestasi
belajar sosiologi, maka dapat memberikan pemahaman dan gambaran bagi
siswa untuk bergaul dengan teman yang sebaya baik di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Dengan mempunyai kemampuan penyesuaian
diri yang positif dalam peer group maka siswa menciptakan suasana yang
selaras, kondusif harmonis dalam belajar, sehingga siswa akan dapat
meningkat prestasi belajarnya.
3. Dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang berhubungan dengan
prestasi belajar anak baik kedisiplinan belajar maupun pergaulan peer group,
maka secara nyata dalam pergaulan peer group harus dapat menciptakan
situasi dan kondisi pembelajaran yang nyaman dan memadai bagi anak serta
siswa/ anak harus mampu mendisiplinkan dirinya sendiri dalam belajar
sehingga pencapaian prestasi belajar yang baik akan tercapai
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka
perlu penulis sampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Anak
a. Anak hendaknya menyadari arti pentingnya pergaulan bagi dirinya, karena
dari pergaulan mereka dapat belajar untuk tumbuh dan berkembang serta
95
membentuk kepribadian yang baik agar dapat bermanfaat bagi diri dan
lingkungan sekitarnya.
b. Anak hendaknya dapat berusaha untuk selalu disiplin dalam belajar yang
bermanfaat bagi peningkatan prestasinya.
2. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya memberikan dukungan bagi terbentuknya lingkungan
belajar yang baik di sekolah.
b. Guru hendaknya memahami bahwa siswa berasal dari latar belakang
keluarga yang berbeda, maka guru hendaknya berhati-hati dalam
menyikapi siswa.
c. Sekolah hendaknya senantiasa menjalin kerjasama dengan orang tua / wali
murid dalam mengawasi proses belajar anak yang nantinya dapat
meningkatkan prestasi belajar anak
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian sejenis, maka penelitian ini
dapat dijadikan acuan dan referensi untuk mengadakan penelitian mengenai
kedisiplinan belajar, pergaulan peer group dan prestasi belajar sosiologi.
Penelitian ini juga dapat dijadikan perbandingan mengenai hasil penelitian
sejenis yang telah dilakukan.
96
DAFTAR PUSTAKA
A. Suhaenah Suparno.2000. Membangun Kompetensi Belajar.Jakarta :Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Depatemen Pendidikan Nasional
Ary, Donald, 1982, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Terjemahan Arief Furchan
dari judul asli “Introduction to Research in Education”, Surabaya : Usaha
Nasional.
Astrid Susanto. 1999. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Jakarta : Putra
A Bardin
Daliman.1997.Ilmu Pendidikan. Surakarta: Fakultas Psykologi Universitas
Muhammadiya press.
Dimiyati Mahmud dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :
Rineka Cipta
Hadari Nawawi.1995. MetodePenelitian Bidang sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Hurlock, Elizabeth B. 1993. Perkembangan Anak Jilid II, Alih Bahasa oleh dr.
Med Meitasari Tjandrasa. Jakarta : Airlangga
Iqbal Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodelogi Penelitian dan
Aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Kerlinger. 1990. Azas-azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Melayu SP Hasibuan. 1994. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta :
Gunung Agung
Mohammad Nasir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nana Sudjana. 1996.Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung:Remaja
Rosdakarya
Nasution, S. 2004. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwodarminta. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
96
97
Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan
Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saifuddin Azwar .2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Sardiman AM. 2001. Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Sevilla, Consuelo G,et all. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan
Alimuddin Tuwu dari judul asli “An Introduction to Research Methods”
Jakarta UI-Press
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bandung :
Rineka Cipta
Slamet Santosa.1999. Dinamika Kelompok .Jakarta : Bumi Aksara.
Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.
Singgih D Gunarsa. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia.
Soedomo Hadi. 2005. Pendidikan (Suatu Pengantar). Surakarta : UNS Press
Soegeng Prijodarminto. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta : P. Pradnya
Paramita
Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PR Raja Grafindo
Persada
ST Vembiarto.1990. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: yayasanm Pendidikan
Paramita
Sudjana.1996. Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta :
Rineka Cipta
. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Sutratinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal dan Pendidikannya. Jakarta :
Bina Aksara
98
Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Ofset.
. 2001. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Ofset.
. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Ofset..
Syaiful Bahri Djamarah.2002.Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.
Surabaya:Usaha Nasional
Syamsu Yusuf LN. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
PT. Remadja Rosdakarya.
Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik.
Bandung: CV. Tarsito.
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
http://hasmansulawesi01.blogspot.com/pengaruh-teman-sebaya-terhadap-perilaku.
Diakses pada 9:30 24 januari 2010
http://ruangpsikologi.wordpress.com. Diakses pada 9:30 24 januari 2010
Top Related