HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI UMAT KHONGHUCU
TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN , PERAN
ROHANIWAN DAN BUDI PEKERTI
oleh
Y u d i
Matakin Penerbitan
Jakarta
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI UMAT KHONGHUCU
TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN, PERAN
ROHANIWAN DAN BUDI PEKERTI
Penulis
Y u d i
Ilustrasi dan Desain Sampul
Riano Steven Ong
Kerjasama MATAKIN Penerbitan
dengan Gerbang Kebajikan RU
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi
buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
MATAKIN Penerbitan
Komplek Royal Sunter D-6
Jakarta Utara 14350
Cetakan Pertama Juli 2018
ISBN No
Dicetak oleh MascotJaya Print Bandung
Isi diluar tanggung jawab Percetakan.
i
ABSTRAK
Yudi
Hubungan Antara Persepsi Umat Khonghucu tentang Pendidikan Keagamaan, Peran Rohaniwan dan Budi Pekerti. (Studi Kasus Umat Khonghucu MAKIN Cibinong Gunung Sindur)
Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia, Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Agama dimaksudkan untuk membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mampu meningkatkan potensi spiritual, akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama dan keagamaan.
Di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor terdapat beberapa Kelenteng/ Litang sebagai tempat ibadah umat agama Khonghucu yang dinaungi oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN), disinilah umat khonghucu beribadah dan mendapatkan pendidikan agama dan keagamaan, dari Litang yang ada di Gunung sindur ini terdapat beberapa Rohaniwan sebagai pemuka dan tokoh agama yang mengajarkan tentang tata ibadah, keimanan dan hal lainnya yang berhubungan dengan kegiatan agama dan keagamaan, disayangkan keberadaan Litang sebagai sarana ibadah dan belajar tentang agama dan keagamaan serta rohaniwan tersebut belum menunjukan eksistensi keimanan dan perilaku umat Khonghucu yang lebih baik, ditambah lagi masih banyak perilaku tradisi dan budaya umat yang bersifat negatif masih dilakukan, seperti berjudi pada saat upacara kematian atau perayaan imlek serta lebih memilih datang ke tempat pesta dibandingkan ke litang atau kelenteng untuk beribadah. Menyadari betapa pentingnya pendidikan agama dan keagamaan serta peran rohaniwan dalam membentuk manusia Junzi yang selaras dengan firman Tian, maka dilakukan penelitian dengan jenis kuantitatif ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Persepsi
Umat Khonghucu tentang Pendidikan Keagamaan dan Peran Rohaniwan dengan Budi Pekerti di Wilayah Litang MAKIN Cibinong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor, dengan Populasi meliputi Umat Khonghucu di Wilayah Litang MAKIN Cibinong Kecamatan Gunung Sindur. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Stratified Random
ii
Sampling, dengan rumus Slovin maka dengan populasi sejumlah 920 orang dihasilkan sampel pada penelitian ini sebanyak 91 orang.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah metode angket
(skala likert) untuk Persepsi Umat Khonghucu tentang Pendidikan Keagamaan, Peran Rohaniwan dan Budi Pekerti. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis Regresi dan Korelasi sedangkan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji-T (T Test) dan Uji-F (F test).
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif
antara Persepsi Umat Khonghucu tentang Pendidikan Keagamaan,Peran Rohaniwan dan Budi Pekerti Umat Khonghucu Di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor,Jawa Barat, hal ini diperoleh dari hasil pengolahan data nilai F-Statistic sebesar 53.716
sedangkan besarnya F-tabel dengan derajat bebas (df) 2 dan 91 pada (0,05) sebesar 2.9957.
Diperoleh Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0.55 artinya Variasi Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan Keagamaan, Peran Rohaniwan mampu menjelaskan variasi Budi Pekerti umat Khonghucu 55% di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor, dari hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi umat Khonghucu terutama untuk mampu menjelaskan variasi Budi Pekerti umat Khonghucu dan meningkatkan perilaku budi pekerti. Kata kunci : Pendidikan Keagamaan, Peran Rohaniwan, Budi pekerti.
iii
ABSTRACT
YUDI
The relationship betwen the Confusianist’s perception about
religious education, the role of clergyman and good characters (
Case study Confusianist’s MAKIN Cibinong Gunung Sindur)
Religion has a very important role in humans’ life. It is guidance to
realize the meaningful, peaceful and dignified life. Religion is aimed to
form humans to be faithful to a mighty god – fearing person to increase
spiritual potential, noble characters which included attitude, characters
and moral as a embodiment of religion education and religious.
In Gunung Sindur districts, Bogor, there are many temples as
worship place for confusianists under authority of Majelis Agama
Khonghucu Indonesia (MAKIN), where they do worship and get religion
education and religious. From these temples there are some clergyman
as leaders and figures who teach them about the order of worship, faith
and other things which are related with religion activity. But
unfortunately, the existence of these temples and clergyman not showed
the enhancement of Confusianist’ faith yet. Besides, there are still
negative tradition and culture’s behavior, namely gambling in death
ceremony or “Imlek” celebration . They also prefers go to party
celebration rather than go to the temples. Realizing how important
religious education and the role of clergyman in forming “Junzi “who
aligned with the word of “Tian”, so this quantitative research is done to
study about it.
The aimed of this research to know the relationship of the
confusianist’s perception about religious education and the role of
clergyman with characters in Litang makin Gunung Sindur Bogor. The
population of this research were the confusianists of Litang MAKIN
Cibinong Gunung Sindur. The samples were taken by Stratified random
sampling technique, by Slovin formula with 920 population is resulted
91 person as sample.
iv
The instruments research used was questionnaire method (Likert
Scale) for confusianists’ perception about religious education, the role of
clergyman on characters. Method of data analysis used was correlation
and regression analysis while hypothesis testing is done by using T-
testing (T test) and F-testing (F test).
The result of the research shows that there were positive
relationship betwen the confusianists’ perception of religious education,
the role of clergyman and confucianist’s character in MAKIN Cibinong,
Gunung Sindur, Bogor, West Java . It is obtained from result processing
data F-statistic score is 53.716 while F –table with degrees free (df ) 2
dan 91 at @ (0,05) is 2.9957.
It was obtained coefficient of determination (R2) 0,55 means
variation confusianists’s perception about religious education and the
role of clergyman on characters could explain 55 % of the variations of
confusianist’s characters in MAKIN Cibinong Gunung Sindur , Bogor.
From the result of this research was expected can be useful for
confusianist’s especially to increase their good characters.
Key Words : Religious education, role of clergyman, Characters.
v
Kata Pengantar
Puji dan syukur kehadirat Huang Tian Shang Di, Tuhan Yang Maha Esa
didalam bimbingan Zhi Sheng Kongzi, para Shenming dan segenap leluhur yang
senantiasa memberikan rahmat karunia kepada penulis sehingga proses
penulisan tesis yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI UMAT
KHONGHUCU TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN, PERAN ROHANIWAN
DAN BUDI PEKERTI”. (Studi Kasus Umat Khonghucu MAKIN Cibinong Gunung
Sindur). dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan tesis ini, khususnya kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyadi, M.A. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer. M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Atiyatul Ulya, M.Ag selaku Kajur Program Magister dan Drs.
Maulana, M.Ag selaku Sekjur Program Magister.
4. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok.M.Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan
mengarahkan dalam penyusunan tesis ini.
5. Dr. Drs. Ws. Chandra Setiawan, M.M.,Ph.D. serta seluruh dosen dan staf
karyawan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Papah Yap Tek Ho, Mamah Phoa Kun Moy dan istri tercinta Tan Ye Yen
(Lenah) yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi, serta
anak-anakku tercinta Bingkhi Surya Brata, Adya Brata Putra, dan
Mingwei Brata Putra.
vi
7. Seluruh Badan Pengurus dan umat Khonghucu Majelis Agama
Khonghucu Indonesia (MAKIN) Cibinong Gunung Sindur Kabupaten
Bogor, yang telah bersedia memberikan data dan mengisi Kuesioner
sebagai data utama penelitian ini
8. Semua Teman-teman seperjuangan di Program Studi Perbandingan
Agama terutama Konsentrasi agama Khonghucu.
9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Akhirnya penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat bagi
semuanya. Hanya Kebajikan yang berkenan Tuhan, senantiasa Tian merakmati
kita semua dengan kebajikan dan keberkahan.
Gunung Sindur, 26 Maret 2018
Penulis
Yudi
vii
Daftar Isi
Abstrak .............................................................................................................................. ..i
Kata Pengantar................................................................................................................ ..v
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………......vii
Daftar Tabel .................................................................................................................... .x
Daftar Gambar ……………………………………………………………………………….xiv
Daftar Lampiran ……………………………………………………………………………. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ........................................................... 11
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 13
G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 19
BAB II KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA TEORI
A. Kerangka Konseptual ................................................................ 21
1. Pengertian Hubungan ............................................................... 21
2. Pengertian Persepsi ..................................................................... 21
3. Pengertian Pendidikan .............................................................. 26
4. Pengertian Pendidikan Keagamaan …………………………. 27
viii
5. Pengertian kebaktian dan keimanan agama Khonghucu 28
6. Pengertian Peranan …………………………………………………… 45
7. Pengertian Rohaniwan …………………………………………..... 46
8. Pengertian Perilaku Budi Pekerti................................................. 54
9. Umat Khonghucu ....................................................................... 59
B. Kerangka Teori Berpikir .................................................................. 60
C. Hipotesis ............................................................................. 63
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian ……………………………………… 65
1. Jenis Penelitian ………………………………………………………… 65
2. Metode Penelitian ……………………………………………….……. 65
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 68
1. Sejarah Singkat Litang Makin Cibinong Gunung Sindur … 68
2. Jadwal Kebaktian Litang Makin Cibinong Gunung Sindur . 71
3. Struktur Organisasi Makin Cibinong Gunung Sindur ……… 72
C. Populasi dan Sampel …………………………………………………… 73
D. Metode Penarikan Sampel …………………………………………. 74
E. Instrumen Penelitian ………………………………………………….. 75
F. Skala Pengukuran Butir Instrumen ………………………..….. 76
G. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….. 78
H. Variabel Penelitian…………………………………………………..….. 81
I. Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen ………………...….. 83
J. Teknik Analisis Data………………………………………………….. 84
K. Rancangan dan Jadwal Penelitian …………………………….. 90
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian Data Hasil Penelitian .......................... 91
1. Uji Reliabilitas dan Validitas ................................................. 92
2. Deskripsi Data Responden......................................................... 95
3. Deskripsi Data Variabel X1 ……………………………………… 98
4. Deskripsi Data Variabel X2 ……………………………………… 108
5. Deskripsi Data Variabel Y ……………………………………..… 118
B. Uji Asumsi Klasik Variabel X1, X2 dan Y .............................. 129
1. Uji Normalitas ............................................................................. 129
2. Uji Liniearitas ………………………………………………………… 130
3. Uji Heteroscedastic dengan Uji White Test ……………... 131
4. Uji Multicollinearity ………………………………………...… 132
C. Uji Hipotesis ............................................................................. 133
D. Pembahasan ........................................................................... 144
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................. 147
B. Saran- Saran .................................................................. 150
Daftar Pustaka ............................................................................... 152
Lampiran .............................................................................. 156
x
Daftar Tabel
1. Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ……………………………. 67
2. Tabel 3.2 Jadwal Kebaktian Makin Cibinong Gunung Sindur …. 71
3. Tabel 3.3 Populasi Penelitian .................................................................. 73
4. Tabel 3.4 Skor Jawaban Pertanyaan ................................................... 76
5. Tabel 3.5 Contoh Kuisioner ................................................................... 77
6. Tabel 3.6 Kisi-kisi Variabel Pendidikan Keagamaan ………….… 81
7. Tabel 3.7 Kisi-kisi Variabel Peran Rohaniwan ……………….……. 82
8. Tabel 3.8 Kisi-kisi Variabel Budi Pekerti ........................................... 83
9. Tabel 3.9 Jadwal Penelitian Tahun 2017-2018 ……………….…. 90
10. Tabel 4.1 Koefisien Reliabilitas ……………………………………….…. 92
11. Tabel 4.2 Uji Validitas Variabel Pendidikan Keagamaan .......... 93
12. Tabel 4.3 Uji Validitas Variabel Peran Rohaniwan …………….… 94
13. Tabel 4.4 Uji Validitas Variabel Budi Pekerti ……………….…… 95
14. Tabel 4.5 Profil responden berdasarkan Jenis Kelamin ............ 96
15. Tabel 4.6 Profil responden berdasarkan Usia .......................... 96
16. Tabel 4.7 Profil responden berdasarkan Pendidikan .......... 97
17. Tabel 4.8 Profil responden berdasarkan Pekerjaan ........... 97
xi
18. Tabel 4.9 Responden peningkatan kemampuan & Wawasan..... 98
19. Tabel 4.10 Responden peningkatan kemampuan & Wawasan.. 99
20. Tabel 4.11 Responden peningkatan kemampuan & Wawasan.. 99
21. Tabel 4.12 Responden peningkatan kemampuan & Wawasan 100
22. Tabel 4.13 Responden peningkatan kemampuan & Wawasan 101
23. Tabel 4.14 Pendapat responden tentang penyerapan ilmu….. 101
24. Tabel 4.15 Responden peningkatan kemampuan & Wawasan.102
25. Tabel 4.16 Responden penyerapan ilmu …………………..……... 103
26. Tabel 4.17 Responden penyerapan ilmu ……………………..…... 103
27. Tabel 4.18 Responden pelaksana pendidikan berkualitas ……. 104
28. Tabel 4.19 Responden penyelesaian tugas dengan baik ………105
29. Tabel 4.20 Responden penyelesaian tugas dengan baik …… 105
30. Tabel 4.21 Responden penyelesaian tugas dengan baik …… 106
31. Tabel 4.22 Responden pelaksana pendidikan berkualitas…… 107
32. Tabel 4.23 Responden pelaksana pendidikan berkualitas…… 107
33. Tabel 4.24 Rohaniwan tokoh agama dalam masyarakat……… 108
34. Tabel 4.25 Rohaniwan sebagai teladan ………………………..…… 109
35. Tabel 4.26 Rohaniwan sebagai teladan ………………………..…… 110
36. Tabel 4.27 Rohaniwan sebagai teladan ………………………..…… 110
37. Tabel 4.28 Rohaniwan tokoh agama dalam masyarakat…… 111
38. Tabel 4.29 Mendapat pendidikan agama yang cukup ………… 112
xii
39. Tabel 4.30 Rohaniwan tokoh agama dalam masyarakat……... 112
40. Tabel 4.31 Rohaniwan sebagai teladan ………………………..…… 113
41. Tabel 4.32 Responden tentang apresiasi yang baik …………… 114
42. Tabel 4.33 Rohaniwan sebagai teladan ………………………..…… 114
43. Tabel 4.34 Rohaniwan sebagai teladan ………………………..…… 115
44. Tabel 4.35 Mendapat pendidikan agama yang cukup ………… 116
45. Tabel 4.36 Rohaniwan sebagai teladan ………………………..…… 116
46. Tabel 4.37 Rohaniwan tokoh agama dalam masyarakat…….. 117
47. Tabel 4.38 Rohaniwan tokoh agama dalam masyarakat…..… 118
48. Tabel 4.39 Pendapat responden karakteristik Junzi…………… 119
49. Tabel 4.40 Pendapat responden karakteristik Junzi………....… 119
50. Tabel 4.41 Pendapat responden kualitas pendidikan…….…… 120
51. Tabel 4.42 Pendapat responden karakteristik Junzi…………… 121
52. Tabel 4.43 Pendapat responden karakteristik Junzi…………… 121
53. Tabel 4.44 Pendapat responden kualitas pendidikan…..…..… 122
54. Tabel 4.45 Pendapat responden karakteristik Junzi……...…… 123
55. Tabel 4.46 Pendapat responden kualitas hasil belajar umat..123
56. Tabel 4.47 Pendapat responden kualitas hasil belajar umat .124
57. Tabel 4.48 Pendapat responden karakteristik Junzi……..…… 125
58. Tabel 4.49 Pendapat responden karakteristik Junzi……..…… 125
59. Tabel 4.50 Pendapat responden karakteristik Junzi…………. 126
xiii
60. Tabel 4.51 Pendapat responden karakteristik Junzi……………… 127
61. Tabel 4.52 Pendapat responden memberikan kepuasan.…….… 127
62. Tabel 4.53 Pendapat responden memberikan kepuasan…..…… 128
63. Tabel 4.54 Rata-rata Skor Variabel .…………………………………...… 129
64. Tabel 4.55 Tabel pengontrolan kualitas .……………………………… 129
65. Tabel 4.56 Tabel uji Linieritas .................................................... 131
66. Tabel 4.57 Tabel uji Multikolinier Nilai VIF ....................... 133
67. Tabel 4.58 hasil Sig. t Hipotesis pertama ...................................... 134
68. Tabel 4.59. Pearson Correlation (R) ..................................... 135
69. Tabel 4.60. Korelasi Product Moment ..................................... 135
70. Tabel 4.61. hasil Koefisien Determinasi hipotesis pertama .....136
71. Tabel 4.62. hasil Koefisien Determinasi hipotesis kedua ..........137
72. Tabel 4.63. Tabel Korelasi .................................................................... 138
73. Tabel 4.64. hasil uji table korelasi ...................................................... 139
74. Tabel 4.65. hasil Koefisien Determinasi …………….................... 140
75. Tabel 4.66. hasil uji F Hipotesis ketiga ....................................... 141
76. Tabel 4.67. model persamaan regresi hipotesis ketiga ......... 142
77. Tabel 4.68. hasil Koefisien Determinasi hipotesis ketiga ..........143
xiv
Daftar Gambar
1. Gambar 2.1 Kerangka Pikir ……………………………………………………62
2. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Makin Cibinong ……………………72
3. Gambar 4.1 Gambar Uji Normalitas …………………………………….130
4. Gambar 4.2 Gambar Uji Heteroskedastisitas ……………………... 132
xv
Daftar Lampiran
1. Lampiran I Pengantar Kuisioner…………………………………….… 156
2. Lampiran II Petunjuk Pengisian Kuisione...............................…… 158
3. Lampiran III Kuisioner Variabel Pendidikan Keagamaan...… 159
4. Lampiran IV Kuisioner Variabel Peran Rohaniwan…………… 160
5. Lampiran V Kuisioner Variabel Budi Pekerti………………..…… 161
6. Lampiran VI Data Mentah …………………………………………..…… 162
7. Lampiran VII Uji Reliabilitas dan Validitas Instrumen............. 165
8. Lampiran VIII Uji Hipotesis pertama, Uji Korelasi Hipotesis
Pertama dan Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama …166
9. Lampiran IX Uji Hipotesis kedua, Uji Korelasi Hipotesis Pertama
dan Uji Koefisien Determinasi Hipotesis kedua……………..…… 167
10. Lampiran X Uji Hipotesis ketiga, Model Persamaan Regresi
berganda dan Uji Koefisien Determinasi Hipotesis ketiga…… 168
11. Lampiran XI Uji Normalitas dan Uji Linieritas...........................… 169
12. Lampiran XII Uji Heterokedasititas dan Uji Multikolinier.…… 170
13. Lampiran XIII Tabel A-13 Significant Values Of r dan R....…… 171
14. Lampiran XIV Tabel VI t Distribution Values........................…… 172
xvi
15. Lampiran XV Tabel VII F. Distribution Values F Value When a =
05 ……………………………………………………………………………………….173
16. Lampiran XVI Tabel VIII X2 Distribution Values......................… 174
17. Lampiran XVII Tabel IX Darbin –Watson test Bounds........…… 175
18. Lampiran XVIII Surat Keterangan MAKIN...............................…… 176
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat
manusia, Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu
kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran
agama sangat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi
agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi suatu keniscayaan, yang
ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan dilingkungan keluarga maupun
dimasyarakat.
Agama dalam kehidupan manusia merupakan sebuah karunia Tuhan
Yang Maha Esa yang diturunkan melalui Shengren 圣 人 atau para Nabi.
Para Nabi kemudian bekerja sebagai Mu Duo 木 铎 atau Genta Rohani yang
menyerukan dan mencanangkan firman Tuhan Yang Maha Esa kepada
umatnya. Agar manusia dalam kehidupannya mampu menepati kewajiban
sucinya sebagai manusia, merawat Watak Sejati menempuh Jalan Suci
sehingga dapat menyatakan Satya kepada Tuhan Yang Maha Esa, tenggang
rasa terhadap sesama manusia dan menyayangi lingkungannya.1
Kehidupan beragama bertujuan untuk membimbing dan membina
kehidupan manusia agar mampu menyempurnakan cheng xin zhong jing 诚
信 忠 敬 Keimanan, Kepercayaan, Kesatyaan dan Kesujudan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Memuliakan, menjunjung, menghayati dan mengamalkan
1 Tjhie Tjay Ing, “Pokok-pokok Keimanan Konfuciani (Agama Khonghucu),” Panduan
Pengajaran Dasar Agama Khonghucu (T.tp,:Matakin,t.t.), h.1.
1
2
Kebajikan, menegakkan firman Tuhan yang gemilang, menyadari adanya
kehidupan nyawa dan roh manusia, kehidupan lahir dan batin, memupuk dan
merawat cita dan semangat berbakti, tulus mengikuti Genta Rohani Tuhan
Yang Maha Esa, memuliakan pedoman hidup untuk menempuh Jalan Suci
yang Agung itu.2
Ajaran iman agama Khonghucu membimbing umat untuk mengimani
bahwa hidup manusia adalah firman Tian 天 dan firman itu menjadi Watak
Sejati manusia. Benih-benih Watak Sejati dalam diri manusia berupa nilai-
nilai ren 仁 Cinta kasih, yi 义 Kebenaran, li 礼 Kesusilaan dan zhi 智
Kebijaksanaan. Watak Sejati merupakan harkat dan martabat manusia
sebagai mahluk Tuhan, maka hidup manusia wajib berusaha untuk satya
dalam menegakkan firman dengan menggemilangkan kebajikan yang
dikaruniakan Tuhan.3
Pendidikan Agama Khonghucu bertujuan membentuk manusia
berprilaku luhur dan berbudi luhur (junzi) yang mampu menggemilangkan
kebajikan watak sejatinya, mengasihi sesama dan berhenti pada puncak
kebaikan.
Pada dasarnya perilaku junzi memang merupakan tujuan utama yang
ingin dan harus dicapai dalam ajaran agama Khonghucu baik di rumah, di
sekolah maupun dalam kelembagaan agama Khonghucu.
Kita sebagai Bangsa Indonesia patut berbangga karena para pendiri
negara ini tidak melupakan nilai moral dalam kehidupan, bahkan menjadikan
nilai moral sebagai salah satu tujuan utamanya. Nilai moral yang menjadi
2 Tjhie Tjay Ing, “Pokok-pokok Keimanan Konfuciani (Agama Khonghucu),” Panduan
Pengajaran Dasar Agama Khonghucu (T.tp,:Matakin,t.t.), h.1. 3 Ibid, h.1.
3
tujuan adalah nilai moral yang berhubungan dengan keimanan (agama),
walaupun negeri ini tidak memproklamirkan diri sebagai negara agama.
Dalam konteks pendidikan, sebagaimana tercantum dalam pasal 31
UUD1945, ayat 3 menegaskan bahwa:
“....Pemerintah mengusahakan dengan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.”4
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia adalah perpaduan
moralitas dan agama yang dibangun secara utuh. terlihat jelas bahwa manusia
Indonesia yang diharapkan menjadi manusia beriman dan bertakwa, dalam
arti berpegang teguh pada keyakinan prinsip agama serta mewujudkannya
dalam perilaku yang berbentuk ketakwaan. Akhlak mulia dan budi pekerti
yang sebenarnya merupakan bagian dari ketakwaan ditegaskan untuk
memberi ruang pada nilai-nilai luhur yang digali dari tradisi Indonesia
sendiri.
Berbicara tentang kehidupan beragama adalah berbicara tentang
Iman, keyakinan pemeluk terhadap Agama yang dipeluknya. Karena itu,
Keimanan suatu agama merupakan/menduduki tempat pusat dalam
kehidupan beragama itu. Sungguh tepat ungkapan dalam Eka Prasetia
Pancakarsa, bahwa :
„agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi dengan Tuhan Yang Maha Esa
yang dipercayai dan diyakininya‟, bahwa „kebebasan beragama itu langsung
bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak
4UUD 1945 pasal 31 ayat 3 (Jakarta: UI Press, 2004) h. 72
4
kebebasan beragama bukan pemberian Negara atau bukan pemberian
golongan.‟5
Ajaran agama Khonghucu membimbing umat mengimani bahwa
hidup manusia adalah Firman Tian (Tuhan) dan firman ini menjadi watak
sejatinya yang merupakan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan,
oleh karena itu manusia wajib berupaya mampu Satya (Zhong) menegakkan
firman dengan menggemilangkan kebajikan yang dikaruniakan itu.
Menggemilangkan kebajikan tidak berarti hanya membangun kesucian dan
kecerahan bagi diri sendiri tetapi wajib mengamalkannya dalam kehidupan,
inilah yang wajib terus menerus diupayakan agar mampu mencapai puncak
baik, maka manusia wajib menjalin hubungan yang indah dan baik kepada
Tian/ Tuhan Khalik Semesta Alam, Di/ bumi yang menjadi pendukung
kehidupan, maupun kepada sesama manusia dan sesama mahluk sehingga
terjalin hubungan yang harmonis (He).
Dengan menyadari tujuan hidup yang mendasar ini manusia dapat
menemukan kebahagiaan ideal yang hakiki, manusia bukan hanya terbatas
sebagai individu dan keluarga tetapi hidup dalam komunitas yang luas.
Di Kecamatan Gunung sindur Kabupaten Bogor terdapat beberapa
Kelenteng/ Litang sebagai tempat ibadah umat agama Khonghucu yang
dinaungi oleh Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN), disinilah
umat khonghucu beribadah dan mendapatkan pendidikan agama, dari 4
Litang/ Klenteng yang ada di Gunung sindur ini (Makin Litang Gunung
Sindur, Makin Curug Gunung sindur, Makin Cibinong Gunung Sindur, dan
Makin Pabuaran Gunung Sindur) terdapat beberapa Rohaniwan sebagai
5UUD 1945 pasal 31 ayat 3 (Jakarta: UI Press, 2004) h. 60
5
pemuka dan tokoh agama yang mengajarkan tentang tata ibadah, keimanan
dan hal lainnya yang berhubungan dengan kegiatan agama dan keagamaan.
Disayangkan keberadaan Litang/ Kelenteng sebagai sarana ibadah dan
belajar tentang agama dan keagamaan serta rohaniwan tersebut belum terlalu
menunjukan eksistensi keimanan dan perilaku umat khonghucu yang lebih
baik, banyak di antara umat masih trauma dengan keadaan politik yang
pernah membelenggu umat Khonghucu Indonesia untuk beribadah dan
memperdalam keimanan dan pengetahuan agamanya, banyak umat terutama
yang usia lanjut dan para orang tua enggan memperdalam keimanan dan
pengetahuan agamanya, sehingga terlihat mereka lebih senang bekerja untuk
memenuhi kebutuhan jasmani dan kurang memperhatikan kebutuhan secara
rohani, sehingga banyak yang menjalankan ibadah dan kegiatan keagamaan
yang bersifat dan berdasarkan tradisi dan budaya yang dihasilkan ajaran
Khonghucu tanpa banyak yang mengetahui makna utama dari
pelaksanaannya sehingga banyak umat yang perilakunya belum benar-benar
sesuai dengan ajaran agama dan menjadi umat yang berbudi pekerti yang
luhur (Junzi),ditambah lagi masih banyak perilaku tradisi dan budaya umat
yang bersifat negatif masih dilakukan, seperti berjudi pada saat upacara
kematian atau perayaan imlek serta lebih memilih datang ketempat pesta
dibandingkan ke litang atau kelenteng untuk beribadah.
Ditambah lagi pemikiran bahwa kebutuhan jasmani lebih diutamakan
dari pada kebutuhan rohani sehingga banyak umat yang kadang-kadang
melupakan ibadah hanya untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup
jasmani, serta kurangnya perhatian pemerintah terhadap pemuka, tokoh,
penyuluh dan rohaniwan Khonghucu dalam hal tunjangan atau insentif
sehingga umat banyak yang enggan menjadi rohaniwan bahkan terkesan
takut karena bila menjadi rohaniwan Khonghucu tidak ada tunjangan
6
pemerintah dan gaji yang didapat dari tugas dan jabatannya sebagai
rohaniwan Khonghucu.
Ini sungguh jauh berbeda bila kita bandingkan dengan rohaniwan
agama lain di Indonesia terutama rohaniwan, penyuluh dan tokoh agama
Islam, mereka semua mendapat tunjangan rutin dari pemerintah dan bantuan
dari umat sehingga benar-benar menempatkan mereka sebagai rohaniwan
yang dihormati karena kebijaksanaan dan pengetahuan agamanya, sehingga
banyak yang mendorong umat tersebut untuk menjadi rohaniwan dan pemuka
agama.
Selain daripada itu agama-agama yang ada juga telah memiliki
lembaga pendidikan yang benar-benar ditujukan untuk melahirkan tokoh-
tokoh agama dan rohaniwan yang berpendidikan sesuai tingkat keahlian dan
keilmuannya, sehingga kegiatan pendidikan agama dan rohaniwannya
ditopang dengan fasilitas dan sarana prasarana yang memadai serta anggaran
yang dibantu dari pemerintah dengan adanya Direktur Jendral (DIRJEN),
sehingga alokasi pendanaannya menjadi sistematis dan berkesinambungan
karena budget yang dianggarkan sudah disiapkan dengan baik, ini semua
berbanding terbalik dengan agama Khonghucu, dimana tokoh, penyuluh dan
rohaniwannya dilahirkan karena benar-benar panggilan hati dan dibuat
sedemikian rupa hanya melalui pendidikan nonformal dan keteladanan serta
keikhlasan semampunya dan seadanya untuk mengabdikan diri tanpa ada
tunjangan dan anggaran yang pasti, bahkan kadang-kadang harus merogoh
kocek sendiri untuk menyediakan sedikit sarana dan prasarana untuk
kebutuhan umat dalam usaha memperdalam dan mengadakan kegiatan agama
dan keagamaan.6
6Pengalaman penulis sebagai umat sejak kecil dan dalam mengabdikan diri menjadi
rohaniwan sejak tahun 1998 sampai dengan sekarang (2018) di Majelis Agama Khonghucu
Indonesia Litang Cibinong Gunung sindur.
7
Melihat kondisi umat Khonghucu yang diceritakan di atas, sudah
seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, terutama peran Rohaniwan
agama Khonghucu melalui pendidikan keagamaan untuk melakukan
pembinaan dan bimbingan agar mampu mengarahkan umat kearah yang lebih
baik dengan sebaik-baiknya mengimani dan melaksanakan ajaran agama
Khonghucu yang sesuai ajaran Zhisheng Kongzi.
Menyadari betapa pentingnya pendidikan agama dan keagamaan serta
peran rohaniwan dalam membentuk manusia Junzi yang selaras dengan
firman Tian,adalah langkah yang baik bagi kita semua untuk memahami
dengan benar hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan keagamaan dan
peran rohaniwan terhadap budi pekerti umat Khonghucu.
Berdasarkan apa yang telah diutarakan atau diuraikan di atas maka
peneliti beranggapan perlu adanya jalan keluar yang baik dengan
menganalisa hubungan antara Persepsi Umat Khonghucu tentang Pendidikan
keagamaan, Peran Rohaniwan dan budi pekerti umat Khonghucu di
Cibinong Gunung sindur.
B. Identifikasi Masalah.
Penelitian biasanya dilakukan karena ada masalah yang memerlukan
pembahasan atau pemecahannya. Masalah merupakan perumusan beberapa
pertanyaan yang diberikan untuk dipecahkan atau suatu proporsi yang
memerlukan suatu penyelesaian yang dirumuskan secara jelas, singkat,
termasuk konsep-konsep yang digunakan7
. Dalam merumuskan
permasalahan, menurut Benny Gunawan, faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam perumusan masalah adalah pertama ciri-ciri yang baik,
kedua sumber untuk memperoleh masalah dan ketiga adalah cara
7Nasution, Buku Petunjuk Membuat Tesis, Skripsi, Book Report dan Laporan
(Bandung,Jeemars 1995), h.11
8
merumuskan masalah8. Selanjutnya Benny Gunawan mengatakan bahwa
tujuan pemilihan dan perumusan masalah adalah pertama mencari sesuatu
terhadap pemuasan akademis, kedua memuaskan perhatian dan
keingintahuan seseorang akan hal-hak yang baru kemudian yang ketiga
adalah meletakan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian
sebelumnya atau dasar untuk penelitian selanjutnya. Selanjutnya yang
keempat adalah memenuhi keinginan sosial serta yang terakhir adalah
menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
Dari penjelasan latar belakang maka diidentifikasikan beberapa
masalah :
1. Kurangnya pendidikan agama khonghucu dalam lingkungan keluarga
dan pendidikan formal serta kurangnya pemahaman umat tentang
tujuan dan maksud dari pendidikan keagamaan. Menjadikan kurang
terbinanya budi pekerti umat khonghucu karena minimnya
pengetahuan dan pendidikan keagamaan.
2. Melemahnya semangat untuk melaksanakan ajaran agama khonghucu
dengan sebaik-baiknya serta kurang pedulinya umat terhadap
perkembangan agama, karena lebih mementingkan pekerjaan untuk
mencari nafkah.
3. Berkurangnya umat Khonghucu yang menjadi rohaniwan karena
meningkatnya aktivitas untuk menutupi kebutuhan ekonomi sehingga
kurang memperhatikan pendidikan keagamaan serta kurangnya peran
aktif rohaniwan yang ada karena faktor pemahaman agama yang
tradisional serta terbatasnya pendanaan dan pembiayaan.
8Benny Gunawan, Dktat Metodologi Penelitian, Program Pasca Sarjana Universitas
Pramita Indonesia (2007), h.62
9
4. Bagaimana Pendidikan Keagamaan dan Peran Rohaniwan serta Budi
Pekerti Umat Khonghucu di wilayah Makin Cibinong Kecamatan
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.?
Dari identifikasi di atas kemudian peneliti meringkas menjadi
Masalah pokok penelitian ini adalah “Hubungan Antara Persepsi Umat
Khonghucu tentang Pendidikan Keagamaan,Peran Rohaniwan dan Budi
Pekerti”.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana serta agar
penelitian ini dapat dilakukan secara maksimal, maka peneliti memberi
batasan pada masalah tentang pendidikan keagamaan dan peran rohaniwan
dengan budi pekerti umat Khonghucu di wilayah Desa Cibinong
kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor, dan bukan terhadap
keseluruhan umat khonghucu di kecamatan Gunung Sindur atau
Kabupaten Bogor.
Berdasarkan batasan masalah terdapat tiga variabel yang menjadi
fokus dalam penelitian ini, yaitu Pendidikan Keagamaan dan Peran
Rohaniwan serta Budi Pekerti Umat Khonghucu. Secara rinci terdapat
tiga variabel yang akan dianalisis lebih lanjut yaitu variabel bebas
Pendidikan keagamaan (X1) dan variabel bebas Peran Rohaniawan (X2)
serta variabel terikat yaitu Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah
MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor (Y).
Supaya tidak terjadi pembiasan pada penelitian ini karena sebagaimana
diketahui untuk mengukur Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu
dari suatu kegiatan banyak faktor-faktor yang berpengaruh didalamnya
10
yang menjadi penentu pengaruh tersebut, maka dari itu perlu kiranya
membatasi masalah berupa:
1. Hanya data yang diperoleh dari variabel Pendidikan keagamaan
yang akan dianalisis lebih lanjut oleh peneliti;
2. Hanya data yang diperoleh dari variabel Peran Rohaniwan yang
akan dianalisis lebih lanjut oleh peneliti;
3. Hanya data yang diperoleh dari variabel Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah Makin Cibinong Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor yang akan dianalisis lebih lanjut oleh
peneliti.
Dengan demikian dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh antara hubungan Persepsi umat
Khonghucu tentang Pendidikan keagamaan dan Budi Pekerti di
Wilayah MAKIN Cibinong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor ?
2. Apakah terdapat pengaruh antara hubungan Persepsi umat
Khonghucu tentang peran Rohaniwan dan Budi Pekerti di Wilayah
Makin Cibinong Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor?
3. Apakah terdapat pengaruh antara hubungan Persepsi Pendidikan
Keagamaan, Peran Rohaniwan secara bersama-sama terhadap Budi
Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor?
11
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ingin menjawab permasalahan yang terjadi pada
masyarakat umat Khonghucu dimana banyak di antara mereka yang
menganut agama Khonghucu berperilaku lebih kepada adat dan budaya
yang bukan pada ajaran keimanan Khonghucu itu sendiri, terlepas apakah
itu semua dilakukan karena ketidaktahuan dan kurangnya pendidikan
agama Khonghucu sehingga pengetahuan umat sangat sedikit dan malah
tidak faham sama sekali, dan juga Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan
maksud digunakan untuk menyusun Tesis pada Program Pascasarjana
Magister Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Maka secara umum Tujuan Penelitian ini:
1. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi umat Khonghucu tentang
pendidikan keagamaan melalui pendidikan dan latihan keagamaan dan
kebaktian sebagai salah satu ibadah dalam ajaran Agama Khonghucu.
2. Untuk mengetahui hubungan antara peran rohaniwan Khonghucu dalam
kehidupan beragama terhadap budi pekerti.
3. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antara pendidikan keagamaan
dan peran Rohaniwan dan Budi Pekerti umat Khonghucu di Cibinong
Gunung Sindur, Bogor.
E. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
rekomendasi kebijakan kepada Majelis baik itu Majelis Tinggi Agama
Khonghucu Indonesia (Matakin), Majelis Agama Khonghucu Indonesia
12
(Makin), Perempuan Khonghucu Indonesia (Perkhin), Pemuda Agama
Khonghucu Indonesia (Pakin) atau pihak lain yang terkait dalam rangka
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia umat Khonghucu dan
meningkatkan keimanannya dalam kehidupan beragama, berbangsa dan
bernegara, serta akan meningkatkan semangat umat untuk melaksanakan
ajaran agama dengan sebaik-baiknya dan meningkatkan minat umat untuk
menjadi tokoh, penyuluh dan rohaniwan agama Khonghucu. selain itu
tentunya diharapkan penelitian ini dapat memenuhi nilai tugas akhir
perkuliahan.
1. Bagi Lembaga Agama Khonghucu
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman dalam
mengembangkan ajaran agama Khonghucu dimasa yang akan
datang.
2. Bagi Umat Khonghucu
Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan
pemahaman rohani umat tentang ajaran agama Khonghucu
sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas iman dan
kualitas kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.
3. Bagi Rohaniwan agama Khonghucu.
Penelitian ini dapat menjadi masukan dan pedoman para
Rohaniwan untuk senantiasa selalu belajar menjadi lebih baik
dalam peningkatan pengetahuan dan kualitas diri dengan selalu
meiningkatkan pembinaan diri sebagi panutan dan teladan umat.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang
realitas dan keadaan agama Khonghucu didalam membina diri dan
menempuh jalan suci.
13
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan serta
peran Rohaniwan terutama tentang Budi Pekerti atau etika moral
banyak dilakukan, di antaranya tulisan yang berjudul “Pokok-pokok
Ajaran Moral dan Etika Konfuciani” oleh Xs. Tjhie Tjay Ing. Tertulis
Dengan dasar keimanan Agama Khonghucu, diturunkanlah ajaran
moral dan etika yang langsung menyangkut prilaku dalam kehidupan
yang bersifat parktis dan bermanfaatnya ajaran itu, tanpa dasar
keimanan yang mantab maka akan menjadi dangkal dan gersang.
Sayangnya banyak orang melihat Agama Khonghucu hanya dari segi
moral dan etika saja yang bersifat parktis tanpa mau tahu dasar
keimanannya. Jelas cara yang demikian itu tidak tepat dan hasilnya
akan jauh dari kebenaran. Sesungguhnya ajaran moral etika budi
pekerti itu adalah sekedar penjabaran daripada keimanan Konfusiani,
perlu disadari bahwa semuanya itu tidak dapat dilepaskan, bahkan
berpadu erat dengan dasar-dasar keimanan agama Khonghucu. Ajaran
iman agama Khonghucu membimbing umat mengimani bahwa hidup
manusia adalah firman Tian 天 dan firman itu menjadi Watak
Sejatinya yang merupakan harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan, maka hidup manusia wajib berupaya mampu satya
menegakkan firman dengan menggemilangkan kebajikan yang
dikaruniakan itu. Menggemilangkan kebajikan tidak berarti hanya
membangun kesucian dan kecerahan bagi diri sendiri tetapi wajib
mengamalkannya didalam kehidupan.sehingga terjalin hubungan
yang indah dan baik kepada Tian Tuhan Khaliq Semesta Alam, Di 地
atau bumi yang menjadi pendukung kehidupannya maupun kepada
14
sesama manusia dan sesama makhluk, sehingga terjalin hubungan
yang harmonis didalam San Cai : Tian, Di, Ren 天 地 人.9
Tulisan dalam buku “Jalan Keselamatan melalui Agama
Khonghucu” yang berjudul “ Ajaran Khonghucu tentang Etika” oleh
Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok. Tertulis bahwa untuk melihat ajaran
Khonghucu tentang etika hendaknyalah melihat lebih dulu pengertian
Etika secara umum dan etika menurut Khonghucu. Menurut
Ensiklopedia Indonesia 1980, Etika diartikan sebagai ilmu kesusilaan,
yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam
masyarakat. Sedang dalam Encyclopedia of Philosopy 1972 etika atau
moral itu diartikan sebagai the best ought to be, sedangkan Professor
Dr. Lin Yu Tang, dalam bukunya yang berjudul “My Country dan My
People”, 1936 mengartikan moral Konfusiani sebagai “ Upaya
manusia untuk memperoleh kebajikan dalam garis-garis
kebijaksanaan dan berperilaku sebagai raja ( Wastu Praganta Chong, “
Etika dan Keimanan Khonghucu” Matakin 1996.h.1.). 10
Dalam Tesis yang berjudul “Pengaruh ajaran Khonghucu
tentang Ren terhadap Keharmonisan dan Kesejahteraan Keluarga”
oleh Js. Maria Angeline Santoso dituliskan Paper yang berjudul “The
Great Harmony An Essay on Man and Confucianism”. Oleh seorang
Mahasiswa S3 di Nanjing University China bernama Feng Dong
(Feng Dong,”The Great Harmony; An Esssay on Man and
Confucianism.” The Wenshan Review of Literature and Culture, Vol
2.1 2008.h.53-97). Dalam tulisannya yang menguji secara parallel
antara alam, psikologi dan sosial harmoni pada puisi filosofi
9 50
th sebagai Xue Shi, Thjie Tjay Ing,”Pokok-pokok Ajaran Moral dan Etika
Konfuciani” Matakin 2013. H.158 10
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, ( Jakarta, Gramedia Pustaka, 2000) hl. 60
15
Alexander Pope An Essay on Man (1733-34) dan beragam tulisan
Confucian. Baik Pope maupun Confucian keduanya berdasarkan pada
psikologi dan sosial harmoni pada sebuah kosmos yang tampaknya
bersaing membawa gerakan menuju keseragaman tinggi dan bagi
keduanya Pope dan Confucian mengidentifikasikan arti sebuah Etika
Budi Pekerti sebagai kehidupan yang ideal.11
Tesis yang berjudul “Peranan Kecerdasan Spiritual dan
Pancasila Buddhis dalam Upaya Meningkatkan Moralitas Umat
Buddha” oleh Bepi Natali Sandi berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa, Pertama : Moralitas sebagai Budi Pekerti
merupakan suatu dasar yang sangat penting untuk menjaga
keharmonisan hidup, serta hendaknya dapat menjadi seorang yang
memiliki hal-hal seperti: patuh pada peraturan yang berlaku, dapat
berlaku baik, melaksanakan kewajiban dengan baik, dapat
bersosialisai dengan masyarakat, memiliki kebijaksanaan. Kedua :
Kecerdasan Spiritual adalah suatu kecerdasan yang merupakan
pondasi dari kerja pikiran yang didasarkan pada pandangan yang
benar sehingga dapat berpikir positif, berpikiran benar dan
konsentrasi, yang tak terlepas dari nilai luhur dan makna yang tinggi,
yang dalam hal ini memiliki hal-hal sepertti : Integritas, karakter dan
nilai hidup.12
Dalam buku yang berjudul “Memahami Khonghucu Sebagai
Agama” oleh H. Muh. Nahar Nahrowi dituliskan, ajaran Khonghucu
sangat menekankan etika dan budi pekerti, Etika menempati posisi
11
Maria Engeline Santoso, Pengaruh Ajaran Khonghucu tentang Ren terhadap Keharmonisan dan Kesejahteraan Keluarga, (Surabaya, SPOC , 2015)h.14.
12 Bepi natali sandi, “Peranan Kecerdasan Spiritual dan Pancasila Buddhis dalam
Upaya Meningkatkan Moralitas Umat Buddha.” ( Tesis S2 Program Magister Keguruan Ilmu Pendidikan agama Buddha, Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Maha Prajna, Jakarta, 2010), h.47.
16
yang sangat sentral dalam semua aspek kehidupan, menurut Zhi
Sheng Kongzi, manusia diciptakan Tian tidak terpisah dengan alam
semesta. Manusia harus memenuhi hukum kodrat dan hukum moral,
mengikuti hukum kodrat berarti mengikuti aturan-aturan alam agar
dapat mempertahankan keharmonisan diri dengan alam, kendati
demikian tujuan manusia tidak hanya mencapai harmoni dengan
alam, melainkan juga mencapai keharmonisan dengan sesama
manusia. Oleh karena itu dalam mengikuti hukum alam manusia
harus mengikuti etika yang tercermin dalam tatacara dan kebiasaan
yang telah diturunkan oleh para leluhur, yakni Yi atau perikeadilan
dan keluhuran dan Ren Cintakasih kemanusiaan.13
Kemudian dalam buku yang berjudul “Tanya Jawab:
Khonghucu dan Konfusianisme” oleh Xs. Dr. Thomas Hosuck Kang,
Ph.D. yang diterjemahkan oleh Ws. Mulyadi Liang, tertulis bahwa
Etika dan Budi pekerti dalam istilah Konfusianisme adalah Li, artinya
perpaduan antara moral dan etika, secara sederhana dikatakan sikap
atau perilaku sehari-hari terhadap orang lain.14
Dalam buku yang berjudul “ Pejuang Tian yang Bahagia
dalam Tian” oleh Dr.Drs.Ws. Ongky Setio Kuncono, S.H.,M.M.
dituliskan peran Rohaniwan bukan sekedar dituntut memiliki keahlian
agama yang menyangkut pengetahuan kitab, pengetahuan sejarah
suci, pengetahuan tata upacara (li), pengetahuan sanjak dan music
saja, melainkan seorang Rohaniwan harus memiliki kesiapan mental
untuk menjadi pelayan umat. Rohaniwan dituntut untuk
menyesuaikan diri sebagai Rohaniwan pelayan umat. Proses
13
H. Muh. Nahar Nahrawi, Memahami Khonghucu Sebagai Agama, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.43.
14 Xs. Thomas Hosuck Kang, Tanya Jawab: Khonghucu dan konfusianisme,
Penerjemah Ws. Mulyadi Liang (Jakarta, 1997)h. 104
17
pembelajaran untuk menjadi rohaniwan yang mampu menyesuaikan
diri pada kebutuhan umat perlu dilakukan mengingat banyaknya
Rohaniwan dewasa ini memiliki latar belakang beragam. Dalam
melayani umat seorang Rohaniwan harus memposisikan dirinya
sebagai seorang yang rendah hati, tulus, mau menerima setiap
keluhan dan pengaduan, memperhatikan kebutuhan dan tuntutan
umat. Memang dalam hal ini dibutuhkan sikap dan mental untuk bisa
terciptanya Rohaniwan yang bisa menjadi penampung masalah umat
dan mampu menyelesaikan persoalan umat melalui pengalaman yang
dimilikinya, mengingat bahwa kebahagian tertinggi adalah timbulnya
kesadaran bagi Rohaniwan dalam menerima kesederhanaan, mampu
menurunkan fasilitas yang biasa digunakan dengan fasilitas baru yang
sederhana, sabar, rendah hati dan jauh dari emosi, sikap tersebut
bukan menjadi karakter asli seseorang, melainkan kita bisa
mempelajarinya.15
Dalam buku yang berjudul “ Etika Konfusianisme” oleh Tu
Wei Ming, Profesor Filsafat dan Sejarah Cina Harvard University,
dituliskan,pemikiran Konfusian tentang belajar menjadi manusia
melibatkan suatu bentuk pembangunan karakter diri, hal ini
mencakup realisasi diri dan pengembangan kedirian seseorang, secara
historis terdapat dua orang pemikir Konfusian yang telah memberikan
kontribusi besar terhadap pandangan humanistic Konfusian klasik.
Salah stu diantaranya adalah Zhu Xi yang hidup antara tahun 1140
sampai 1200 M. yang kedua adalah Wang Yang Ming yang hidup
antara tahun 1472 hingga 1529 M. Model pemikiran Zhu Xi menjadi
dominan di Korea, khususnya pada masa dinasti Yi dari abad ke
15
Ws. Ongky Setio Kuncono, Pejuang Tian yang Bahagia dalam Tian, (Jakarta, SPOC , 2016)h. 1
18
empat belas hingga awal abad ke dua puluh, aliran Wang Yang Ming
berlaku di Jepang mulai abad ketujuh belas hingga sekarang. Bagi
Zhu Xi, pandangan Filsafat Konfusianisme yang penting adalah
pengembangan antropologi filosofis secara komprehensif. Beliau
merekomendasikan dua serangkai pendekatan. Satu pendekatan-
dalam (batin) dan lainnya adalah pendekatan luar. Yang dimaksud
pendekatan dalam adalah penggalian diri secara Moral dalam
semangat penghormatan. Belajar menjadi manusia merupakan
pembelajaran untuk bermoral.16
Dalam buku “ Naskah Akademik Kajian Kebijakan
Kurikulum Pendidikan Agama Khonghucu pada Pendidikan Dasar
dan Menengah” dituliskan untuk menjadi seorang Junzi diperlukan
suatu kemauan yang kuat untuk menjadi seorang siswa dalam
kebajikan, yang senantiasa hidup dengan semangat belajar tanpa
kenal lelah, memperbaharui diri dan membina diri. Semangat belajar
tidaklah hanya diartikan sebagai belajar text book, tetapi semangat
belajar dalam agama Khonghucu diartikan dalam penegertian yang
luas, yang mencakup hakikat manusia sebagai mahluk jasmani dan
rohani. Titik berat pendidikan agama dan keagamaan Khonghucu
adalah membentuk dan menuntun Budi Pekerti peserta didik.
Pendidikan Budi Pekerti diartikan sebagai upaya mendorong siswa
memperaktikan nilai-nilai hakiki agama yang dianutnya dalam
kehidupan nyata, sekarang dan selamanya. Keyakinan bahwa hanya
kebajikan yang berkenan Tian bukan menjadi pemanis semata,
didalamnya bukan hanya menyangkut hubungan dengan Tian, tetapi
16
Tu Wei Ming, Etika Konfusianisme. Penerjemah Zubair (Jakarta, Teraju, Pt. Mizan Publika, 2005), h. 136.
19
mencakup hubungan dengan sesama dan lingkungan hidup (kesadaran
akan pelestarian alam).17
G. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini ditulis dalam lima bab dirinci dalam sub-sub
dengan sistematika, dan secara garis besar ini terdiri dari lima bab dengan
beberapa sub bab. Agar mendapat gambaran yang jelas mengenai hal yang
tertulis, berikut ini sistematika penulisannya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan berisi Latar belakang masalah, Identifikasi Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II Kerangka Konseptual dan Kerangka Teori berisi tentang Kerangka
Konseptual, yaitu Kajian Pustaka yakni mengenai pengertian
Persepsi, Pengertian Pendidikan, pengertian Pendidikan keagamaan,
Pengertian Kebaktian dan Keimanan agama Khonghucu, Pengertian
Peranan, pengertian rohaniwan, pengertian perilaku budi pekerti,
Umat Khonghucu, Kerangka Teori Berpikir, Hipotesis.
Bab III Metode Penelitian, bab ini memuat jenis dan metode penelitian,
tempat dan waktu penelitian, sejarah tempat ibadah litang dan
kelenteng, struktur organisasi dan pengelolaan Majelis Agama
Khonghucu Indonesia (Makin), dan peranan Majelis Agama
Khonghucu Indonesia (Makin) dimana tempat dan waktu penelitian,
17
Kementrian Agama Republik Indonesia, Sekjen PKUB, Bimas Khonghucu : Naskah akademik kajian kebijakan kurikulum Pendidikan Agama Khonghucu pada pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta, 2012) hal. 6.
20
populasi dan sampel, metode penarikan sampel, instrumen penelitian,
skala pengukuran butir instrumen, tehnik pengumpulan data, variabel
penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik analisis data,
rancangan dan jadwal penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: Pengujian data hasil
Penelitian, berisi tentang Uji Reliabilitas dan Validitas, Deskripsi data
responden, Deskripsi data variabel X1, X2 dan Y, Uji asumsi klasik
Variabel X1, X2 dan Y, berisi tentang uji Normalitas, uji Liniearitas,
uji Heteroscedastic dengan white test, uji multicollinearity, Uji
Hipotesis pertama, kedua dan ketiga, Pembahasan mengenai hasil
yang didapat.
Bab V Bab kelima merupakan Kesimpulan dan Saran, dimana kesimpulan ini
merupakan jawaban dari pertanyaan dan perumusan serta pembatasan
masalah yang diteliti, dan saran yang dituliskan penulis setelah
mengadakan penelitian ini.
Setelah bab kelima penulis juga melampirkan daftar pustaka
yang digunakan untuk keperluan penelitian ini.
21
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA TEORI
A. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Hubungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Hubungan
adalah keadaan yang bersambung atau berangkaian (satu dengan
yang lain), berkaitan, bersangkutan.1
2. Pengertian Persepsi
Menurut Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar
(KBIuPD) Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari
sesuatu; serapan. 2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi merupakan
tanggapan langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya.3 Dengan demikian, persepsi
sebagai hasil dari suatu proses pengamatan oleh panca indera dalam
memberaikan suatu tanggapan. Hal ini memberikan indikasi bahwa
panca indera memegang peran yang penting sebelum seseorang
memberikan suatu tanggapan. Apabila keadaan panca indera
terganggu, maka proses pengamatan akan terganggu sehingga
menyebabkan tanggapan yang diberikan akan kurang tepat.
1 Tim penyusun kamus pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa , Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka, 1999) hal. 358 2 Qonita Alya,“Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.” PT. Indahjaya
Adipratama,Jakarta.h.543 3Aip Syarifuddin, et al. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan. h. 759.
21
22
Menurut Disederato seperti yang dikutip oleh Jalaludin
Rakhmat, menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang
obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.4 Apa yang telah
dilihat oleh seseorang sebagai suatu pengalaman, ia akan memberikan
menafsirkan sebagai kesimpulannya dari informasi yang telah
diterimanya. Dalam menafsirkan sebagai kesimpulannya berdasarkan
apa yang telah dilihatnya, maka tergantung dari informasi yang telah
diterimanya.
Walgito menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses
mental yang didahului oleh penginderaan yang diteruskan kepusat
susunan syaraf, sehingga individu menyadari, mengerti apa yang di
indera itu.5 Caplin menyatakan bahwa persepsi adalah kesadaran
intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta
mengenai sesuatu.6
Sedangkan Lorens Bagus menyatakan bahwa
persepsi adalah perolehan pengetahuan melalui panca indera maupun
dengan pikiran.7
Dengan demikian persepsi seseorang didasarkan
pada informasi tentang sesuatu hal yang diperolehnya melalui
pencaindera. Informasi tersebut yang selanjutnya diteruskan kepusat
susunan syaraf dan diolah, sehingga seseorang memiliki pengertian
dan menafsirkannya. Apabila informasi yang diperolehnya baik, maka
penafsirannyapun akan baik. Namun persepsi tersebut didasarkan
pada unsur subyektivitas maka informnasi yang baik dapat berubah
4Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. h.
51. 5Bimo Walgito. 1993. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta : Andi Offset. h. 53.
6C. P. Caplin. 1989. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta:
Rajawali. h. 358. 7Lorens Bagus. 1996. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. h. 817.
23
menjadi informasi yang tidak baik. Untuk itu informasi yang
diperolehnya harus ditafsirkan secara obyektif.
Alkinson dan Hilgar menyatakan bahwa persepsi adalah
proses domain kita mengorganisasi dan menafsir stimulus dalam
lingkungan.8 Sedangkan Tom Bower menyatakan bahwa:
“Perception ordinarily efers to process by which we gain immediate
awereness of what is happening outside ourselves. The Key word here
is „immediate‟.we can only gain immediate information about that
part of the world that directly impinges on our senses. The world we
perceive is the world that we see,hear,smell,taste and touch”9
Pernyataan tersebut memberikan pengertian bahwa persepsi
umumnya merupakan suatu proses dimana kita memperoleh
kesadaran langsung tentang apa yang terjadi di luar diri kita.
Kuncinya adalah “langsung”. Kita hanya bisa mendapat informasi
secara langsung tentang dunia yang berkaitan dengan pemikiran kita.
Dunia yang kita terima adalah dunia yang kita lihat, dengar, cium,
rasa dan sentuh. Sedangkan Thoha menyatakan bahwa persepsi adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami
informasi tentang lingkungannya baik lewat lingkungannya,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.10
Fenald menyatakan bahwa:
“Perception is a highly integrated process, one in which the
basic processes- selection, organization and interpretation- occur in
8Rita Alkinson, Richard C. Alkinson, Ernest R. Hilgard. 1994. Introduction to
Psychology, Alih bahasa oleh Nurjana Taufik, Rukmini. Jakarta: Erlangga. h. 201. 9Tom Bower. 1997. The Perceptual World of the Human. London: Fontana/ Opens
Book Publishing Ltd. h. 2. 10
Mifta Thoha. 1994. Perilaku Organisasi,Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. h. 138.
24
interrelated fashion in most instances. Perception is not only active
bud, more accurately,interactive. It is influenced on one side by the
sensory input and on the other by side memories and thoughts about
the in coming stimulations.”11
Pernyataan di atas memberikan pengertian bahwa persepsi
adalah proses integrasi tingkat tinggi, dimana kesatuan dari proses
dasar pemilihan, pengorganisasian dan interpretasi, muncul dalam hal
yang berkaitan pada waktu bersamaan. Persepsi tidak hanya aktif
tetapi juga akurat dan berinteraksi. Dalam satu hal dipengaruhi oleh
dasar input dan dalam hal lain oleh memori dan pikiran tentang
stimulant yang datang.
Zimbardo menyatakan bahwa
“Perception, in is narrow usage, refers to the next stage in
which an internal representatioan of an object is formed,and an
experienced percept of the external stimulus is developed. The
representation provides a working description of the perceiver‟s
external environment. Information from lower other detectors is
organized and modified by higher-order brain process to convert
stimulus features and elements into patterns and forms that are
recognizable”.12
Persepsi dalam hal yang lebih luas pemakaiannya, bergantung
pada tingkat berikutnya dimana representasi obyek internal dibentuk
dari pengalaman stimulant eksternal. Pemahaman memberikan
11
L. Ddge Fenald. 2001. Introduction to Psychology. Delhi: A.I.T.B.S. Publishers. h. 153.
12Philip G. Zimbardo. 1985. Psychology and Life. New York: Harper Collins
Publishers. h. 185.
25
deskripsi dari cara kerja penerima dengan lingkungan luarnya.
Informasi dari sensor bawah yang lain disusun dan dirubah oleh
proses otak tingkat tinggi untuk mengubah bentuk stimulus dan
bagian-bagian menjadi suatu susunan dan bentuk yang dapat dikenali.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka disimpulkan bahwa
persepsi adalah suatu proses seseorang mengetahui dari pengamatan
langsung atau proses penerimaan informasi secara langsung yang
didasarkan pada pancaindera baik melalui penglihatan, pendengaran,
perabaan, penciuman tentang apa yang terjadi di luar dirinya yang
kemudian diinterprestasikannya. Dengan demikian, persepsi
didasarkan pada kemampuan panca indera kita dalam menerima
informasi yang kemudian ditafsirkannya. Apa yang diperoleh dari
informasi tersebut harus diinterprestasikannya sesuai dengan
informasi yang diterimanya secara langsung. Dalam kaitannya dengan
umat agama Khongcu , maka apa yang dilihat dari apa yang
ditampilkan oleh rohaniwan dalam menyampaikan ajaran ajaran
agama yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya, itulah yang
diinterprestasikan oleh umat agama Khongcu obyektif. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dari informasi yang diperolehnya, karena adanya
unsur-unsur tertentu, maka informasi dalam interprestasinya tidak
sesuai dengan kenyataan yang diperoleh. Untuk itulah unsur
obyektivitas harus diperhatikan, agar interprestasi terhadap informasi
yang diperolehnya tidak salah.
26
3. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan
mendidik.13
Pendidikan secara teori adalah sebagian dari proses pembudayaan
namun secara praktik tidaklah demikian.14
Dalam konsep dasar filosofi pendidikan dalam agama Khonghucu,
dikatakan dalam mendidik digunakan istilah Pendidikan, mengajar
dan mendewasakan, dan proses pendidikan ini memang memakan
waktu yang lama, untuk melihat hasilnya perlu kerja keras dan
konsistensi yang jangka panjang, yang berarti pendidikan ini sangat
menekankan adanya suatu pandangan bahwa “ Sifat manusia itu pada
dasarnya (hakikatnya) adalah Baik”. Sekiranya sifat manusia itu jahat
maka pendidikan tidak akan terlaksana tanpa pemaksaan, dan
pendidikan yang dilakukan dengan pemaksaan maka masyarakat akan
dipenuhi saling curiga dan ketidak pastian hasil pendidikan itu. Lebih
dari itu pendidikan yang dalam pelaksanaannya meminjam kekuasaan
dan hukum untuk mengatur tak mungkin lagi menjalankan pendidikan
melalui kesadaran (ketulusan).
Bila Watak asli manusia kita anggap baik melalui pendidikan
dapat menjadikan manusia tetap baik (bertahan) pada fitrah/kodrat
alaminya. maka apa yang diharapkan dari konsep pendidikan tersebut
adalah mengembangkan kebajikan yang mulia dan mencapai tujuan
13
Qonita Alya,“Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.” PT. Indahjaya
Adipratama,Jakarta..h.535. 14
H. Moch. Idochi Anwar, “Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya
Pendidikan” PT. RajaGrafindo Persada , Jakarta 2013. Hal 33
27
yang paling sempurna dan setiap orang memiliki kesempatan untuk
dapat menerima pendidikan yang sama, dan hal ini telah
dikumandangkan oleh Zhi Sheng Kongzi sejak 2.500 tahun yang lalu
bahwa prinsif pendidikan adalah “Pendidikan tidak mengenal
Perbedaan” pendidikan untuk semua. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa hakikat pendidikan adalah “Memanusiakan
manusia” dengan kata lain belajar menjadi manusia, sehingga tercipta
manusia yang berbudi luhur (Junzi)15
.
4. Pengertian pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan adalah kegiatan dibidang pendidikan dan
pengajaran dengan sasaran utama memberikan pengetahuan
keagamaan dan menanamkan sikap hidup beragama.16
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 Pasal 2
ayat 1 dan 2 tentang Pendidikan agama dan Pendidikan Keagamaan,
disebutkan bahwa : “Pendidikan agama berfungsi membentuk
manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan
kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama. Pendidikan
agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik
dalam memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama
15
Kementrian Agama Republik Indonesia, Sekjen PKUB, Bimas Khonghucu : Naskah akademik kajian kebijakan kurikulum Pendidikan Agama Khonghucu pada pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta, 2012) hal. 4.
16Qonita Alya,“Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.” PT. Indahjaya
Adipratama ,Jakarta.h. 535
28
yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.”17
5. Pengertian Kebaktian dan Keimanan agama Khonghucu
Kebaktian berasal dari kata bakti, berarti rasa tunduk, hormat,
khidmat, kesetiaan, perbuatan baik dan ibadah, perbuatan untuk
berbakti kepada Tuhan yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-
Nya dan menjauhi larangan-Nya18
Kebaktian adalah salah satu bentuk ritual dalam agama
Khonghucu, dimana didalamnya terdapat pembelajaran/ pendidikan,
kebaktian juga merupakan salah satu bentuk pendidikan keagamaan
yang dilakukan oleh lembaga keagamaan, dimana kebaktian ini
merupakan pendidikan non formal dalam keagamaan.
Dalam pelaksanaannya dalam kebaktian ini terbagi menjadi
beberapa bagian seperti :
1. Kebaktian Umum, yang dilaksanakan oleh semua umat
Khonghucu baik itu anak-anak, remaja, dewasa, laki-laki
dan perempuan.
2. Kebaktian Perkhin, yang dilaksanakan Khusus oleh
Perempuan Khonghucu Indonesia.
3. Kebaktian Pakin, yang dilaksanakan oleh Pemuda Pemudi
Khonghucu.
17
Kementrian Agama Republik Indonesia, Sekjen PKUB, Bimas Khonghucu : Naskah akademik kajian kebijakan kurikulum Pendidikan Agama Khonghucu pada pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta, 2012) hal. 4.
18Dendy sugiono/ Tim penyusun, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta, Pusat Bahasa 2008).
29
4. Kebaktian Sekolah Minggu, yang dilaksanakan oleh anak-
anak usia sekolah minggu, biasanya usia 1 s.d 15 Tahun.
5. Kebaktian Lainnya yang berhubungan dengan hari raya
dan hari keagamaan Khonghucu ( hari raya imlek Kongzili,
Shang yuan, Yuan dan, Qing Ming, Jing Tian Gong, Dong
Zhi, Duan Yang, Zhong Qiu, Zhi Sheng Dan, Zhi Sheng Ji
Zhen, serta upacara pernikahan dan duka serta lain
sebagainya ).
Keimanan berasal dari kata „iman‟ yang artinya ialah
kepercayaan atau keyakinan yang berhubungan dengan nilai-nilai
keagamaan yang dipeluknya; yaitu menyangkut ketulusan
keyakinannya, pengakuan terhadap kebenarannya, kesungguhan
dalam mengamalkannya19
.
Istilah dan pengertian dalam Agama Khonghucu yang diterjemahkan
dengan kata „iman‟ ialah pengertian kata „Sing‟ (誠, Cheng). Huruf /
kata „Cheng 誠‟ ini menurut asalnya terdiri dari rangkaian akar kata
„Gan‟ (言, Yan) dan „Sing‟ (成, Cheng). „Yan‟ berarti „bicara / sabda,
kalam‟, dan „Cheng‟ berarti „Sempurna / Jadi‟. Karena itu pengertian
„Sing‟ (誠, Cheng) mengandung makna „sempurnanya kata batin dan
perbuatan.‟ Di dalam kehidupan agama, wajib memiliki „Cheng‟
atau „Iman‟ terhadap kebenaran ajaran agama yang kita peluk20
. Di
dalam Kitab Tengah Sempurna XIX : 18 ditulis :
”Iman itulah Jalan Suci Tuhan Yang Maha Esa; berusaha
beroleh Iman, itulah Jalan Suci manusia. Yang beroleh Iman itu ialah
19
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985)
20Tjhie Tjay Ing, Pokok-Pokok keimanan Konfuciani (Agama Khonghucu), ( Solo:
Matakin, Edisi dua 2006) hlm. 2.
30
orang yang setelah memilih kepada yang baik lalu didekap sekokoh-
kokohnya.”
Iman itu ialah sikap atau suasana batin yang berhubungan
dengan sempurnanya kepercayaan / keyakinan kepada TIAN, Tuhan
Yang Maha Esa21
.
Pengertian di atas menunjukkan betapa mutlak pentingnya
Iman atau „Cheng‟ itu bagi kehidupan rohani manusia sebagai insan
yang berakal budi, yang menyadarkan bahwa hidup ini ialah suatu
yang suci dan mulia, sebagai Firman dan Anugerah Tuhan Yang
Maha Esa. tersurat di dalam Kitab Tengah Sempurna XXIV,
“Iman itu harus disempurnakan sendiri dan Jalan Suci itu
harus dijalani sendiri. Iman itulah pangkal dan ujung segenap wujud.
Tanpa Iman, suatupun tiada. Maka seorang Susilawan memuliakan
Iman. Iman itu bukan dimaksudkan selesai dengan menyempurnakan
diri sendiri, melainkan menyempurnakan segenap wujud juga. Cinta
Kasih itulah penyempurnaan diri dan Bijaksana itulah untuk
menyempurnakan segenap wujud. Inilah Kebajikan Watak Sejati dan
inilah Keesan luar-dalam daripada Jalan Suci. Maka setiap saat
janganlah dilalaikan.”22
Sungguh suatu ayat yang sangat padat, pada ayat di atas
ditunjukkan bagaimana manusia wajib membina kehidupan Iman ,
dan bagaimana mengamalkan apa yang menjadi Iman itu. Suatu
Agama baru bermakna dalam hidup pemeluknya, kalau benar-benar
21
Pusat kerukunan Umat beragama, kementrian Agama Republik Indonesia: Kitab Suci Sishu, (Jakarta 2014) hal. 71
22Pusat kerukunan Umat beragama, kementrian Agama Republik Indonesia : Kitab
Suci Sishu (Jakarta, 2014) hal. 76
31
pemeluk itu mengimaninya. Tanpa itu, akan menjadi sesuatu yang
tidak berarti. Dalam ayat itu juga menunjukkan adanya tuntunan
bahwa kehidupan beragama itu bukan sekedar untuk
menyempurnakan diri sendiri, melainkan wajib merasa bertanggung
jawab atas kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain, bahkan terhadap
segenap lingkungan hidup kita23
.
Keimanan yang pokok dalam agama Khonghucu dalam istilah
aslinya disebut Cheng Xin Zhi Zhi (誠 信 之 旨) secara etimologi kata
Cheng Xin Zhi Zhi ini mengandung makna :
Cheng (誠) : Iman
Xin (信) : Keyakinan
Zhi (之 ) : Kepunyaan /adalah
Zhi (旨 ) : Pernyataan
Cheng Xin Zhi Zhi (誠 信 之 旨) secara umum dapat diartikan
sebagai keyakinan iman yang dimiliki manusia dan dinyatakan secara
sadar dengan ucapan atau janji prasetya kepada Tian/ Tuhan Yang
Maha Esa, dimana pelaksanaannya biasanya dilakukan di
Klenteng/Litang, Miao/Bio dihadapan Rohaniwan dan Umat, dengan
maksud meneguhkan dan meyakinkan dalam agama Khonghucu.
Konsep keimanan yang pokok Cheng Xin Zhi Zhi (誠 信 之
旨 ) umat Khonghucu ini tidak jauh berbeda dengan konsep dua
kalimat syahadat dalam agama islam, dimana seorang manusia yang
akan masuk gerbang kebajikan mengucapkan dengan penuh
keyakinan dan kesadaran kalimat suci dari keimanan yang pokok
Cheng Xin Zhi Zhi (誠 信 之 旨) .
23
Tjhie Tjay Ing, Pokok-Pokok keimanan Konfuciani (Agama Khonghucu), ( Solo: Matakin, Edisi dua 2006) hlm. 2.
32
Sebagai umat Khonghucu wajib memahami, menghayati, dan
mengimani dasar keimanannya yang pokok, yang tersurat di dalam
kitab suci agama Khonghucu yakni Sishu dan Wujing, dimana tersurat
keimanan yang pokok dalam agama Khonghucu.
Bagi seorang penganut Ru Jiao (Khonghucu), ia harus benar-
benar menyadari dan mengimani tentang jati dirinya, bahwa ia datang
atau berasal dari Tuhan Yang Maha Esa dan pada saatnya ia akan
kembali kepada-Nya. Didalam kehidupannya di atas dunia ini ia
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk senantiasa berada
pada kodrat kemanusiaannya, maka ia memerlukan
bimbingan/tuntunan hidup untuk dapat menempuh jalan suci.
Tuntunan/bimbingan untuk menempuh jalan suci itulah yang
dinamai agama.
Berikut ini adalah pengakuan iman yang pokok (Cheng Xin
Zhi Zhi) bagi seseorang yang hendak memasuki gerbang Kongzi dan
mengimani agama Khonghucu.
Keimanan yang pokok ini terdapat pada Kitab Zhongyong Bab
Utama Kitab Tengah Sempurna, Daxue Bab Utama Ajaran Besar, dan
salam Iman yang tersurat di dalam Kitab Shu Jing.
1. Kitab Tengah Sempurna (Zhongyong) Bab Utama: 1 ;
“Firman TIAN (TIAN Ming), Tuhan Yang Maha Esa, itulah
dinamai Watak Sejati (Xing 性). Hidup mengikuti Watak Sejati itulah
dinamai menempuh Jalan Suci (Dao 道). Bimbingan menempuh Jalan
Suci, itulah dinamai Agama (Jiao 教)24
. Dipermuliakanlah (Qin Zai
欽哉).
24
Pusat kerukunan Umat beragama, kementrian Agama Republik Indonesia : Kitab suci Sishu ,Zhongyong Bab Utama :1 ( Jakarta, 2014) hal. 36
33
Bagi seorang penganut Ru Jiao (Khonghucu), ia harus benar-
benar menyadari dan mengimani tentang jati dirinya, bahwa ia datang
atau berasal dari Tuhan Yang Maha Esa dan pada saatnya ia akan
kembali kepada-Nya. Di dalam kehidupannya di atas dunia ini ia
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk senantiasa berada
pada kodrat kemanusiaannya, maka ia memerlukan
bimbingan/tuntunan hidup untuk dapat menempuh jalan suci.
Bimbingan yang diperlukan itu adalah agama.
2. Kitab Ajaran Besar (Daxue) Bab Utama: 1 ;
Adapun Jalan Suci yang dibawakan Ajaran Besar (Da Xue 大
學) ini, ialah menggemilangkan Kebajikan Yang Bercahaya (Ming De
明 德), mengasihi rakyat (Qin Min 親 民), dan berhenti pada Puncak
Kebaikan (Zhi Shan 至 善). Dipermuliakanlah (Qin Zai 欽哉)25
.
Ajaran Besar adalah ajaran suci untuk orang besar (manusia
dewasa) menjadi orang mulia, yang: Mampu menggemilangkan
Kebajikan yang bercahaya, yaitu membuat sesuatu yang pada
mulanya baik menjadi lebih baik dan lebih baik sampai pada
akhirnya, Kebajikan yang bercahaya adalah benih-benih kebajikan
yang bersemayam dalam diri manusia yang dikaruniakan Tuhan dan
menjadi watak sejati (kodrat suci) manusia, yaitu: Cinta kasih,
Kebenaran, Susila dan Bijaksana.
Setelah disadari bahwa kewajiban suci manusia adalah
mengembangkan dan menggemilangkan benih-benih kebajikan yang
ada di dalam dirinya, hal tersebut bukan hanya ditunjukkan untuk diri
25
Pusat kerukunan Umat beragama, kementrian Agama Republik Indonesia: Kitab suci Sishu ,Da Xue Bab Utama:1 (Jakarta 2014) hal. 3
34
sendiri saja, melainkan juga untuk kepentingan orang lain, artinya
bahwa bila diri sendiri sudah mampu mengembangkan dan
menggemilangkan kebajikan dalam dirinya maka selanjutnya ia wajib
membantu mengembangkan watak sejati orang lain. Terus
mengupayakan diri sendiri dan orang lain hingga dapat berhenti pada
puncak kebaikan, yaitu berhenti atau senantiasa bertahan pada
kebaikan yang paling tinggi dari setiap predikat yang diembannya.
Sebagai seorang anak ia harus senantiasa mengupayakan diri
berhenti/bertahan pada sikap Bakti. Sebagai orangtua ia harus
senantiasa mengupayakan diri berhenti/bertahan pada sikap kasih
sayang. Sebagai seorang atasan ia harus senantiasa mengupayakan
diri berhenti/bertahan pada sikap cinta kasih. Sebagai seorang
bawahan ia harus senantiasa mengupayakan diri berhenti/bertahan
pada sikap hormat dan setia pada tugas. Sebagai seorang kakak ia
harus senantiasa mengupayakan diri berhenti/bertahan pada sikap
mendidik. Sebagai seorang adik ia harus senantiasa mengupayakan
diri berhenti/bertahan pada sikap patuh/menurut.
3. Kitab Shujing II.II.21
Hanya Kebajikan berkenan Tuhan Yang Maha Esa (Wei De
Dong TIAN 惟 德動 天)26
.
4. Kitab Shujing IV.VI.3
Sungguh miliki yang satu itu; Kebajikan (Xian You Yi De
咸 有 一 德)27
. Shanzai 善 哉.”
26
Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementrian Agama Republik Indonesia : Kitab Suci Shujing (Jakarta, 2015) hal. 25
27Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementrian Agama Republik Indonesia : Kitab
Suci Shujing (Jakarta, 2015) hal. 86
35
Sesungguhnya hanya kebajikan yang berkenan kepada Tuhan,
dan manusia mesti memiliki yang satu itu: “Kebajikan”.
Kebajikan bukan sekedar perbuatan baik yang „timpang‟ yang
berdiri sendiri-sendiri. Kebajikan lebih dari sekedar kebaikan, seorang
mungkin dapat berbuat baik kepada orang lain, dengan perasaan cinta
kasih yang ada di dalam dirinya ia kasihan/iba melihat orang lain
menderita dan selanjutnya timbul hasrat/keinginan untuk menolong,
tetapi bila pertolongannya tanpa mempertimbangkan hal-hal lain, bisa
jadi tindakannya akan mengorbankan benih-benih kebajikan yang
lain. Jangan karena kasihan/iba melihat seorang pengemis lalu
memberikan semua uang yang kita miliki saat itu, bila demikian maka
itu tidak bijaksana namanya, atau terus saja memberikan uang tentu
tidak mendidik, itu berarti tidak sesuai dengan kebenaran, atau
memberinya dengan tanpa rasa hormat mengingat mereka hanyalah
seorang pengemis yang hina, ini berarti bertentangan dengan nilai-
nilai kesusilaan, atau mungkin menyembunyikan pamrih (ingin
mendapat pujian misalnya).
Kebajikan adalah kebaikan yang dilakukan tanpa merusak
nilai-nilai kebajikan yang lain, dan tentunya dilakukan dengan „tulus‟
dan „iklas‟. Tulus artinya dengan kesadaran dari dalam (bukan
terpaksa), iklas artinya tanpa mengharapkan balasan (tanpa pamrih).
Lebih luas lagi, bahwa kebajikan itu dilakukan bukan karena
sesuatu yang mengikutinya atau bukan karena sesuatu yang ada di
depannya. Bahkan bukan karena ada sesuatu sebagai hadiah yang
menjanjikan, atau bukan karena sesuatu sebagai hukuman yang
mengancam. Lakukan semuanya sebagai kesadaran luhur kodrat suci
watak sejati. Inilah yang dimaksud dengan kebajikan sejati.
36
Dari pengakuan Iman yang pokok ini dapat dipetik beberapa
kesimpulan :
1. Seorang umat Khonghucu wajib beriman, percaya, satya,
bertaqwa, dan hormat / sujud terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. TIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah Khalik semesta alam dengan
segala benda dan makhluknya;
3. Hidup manusia adalah oleh Firman TIAN, maka manusia
mengemban tugas suci sebagai manusia dan wajib
mempertanggung jawabkan hidupnya kepada TIAN;
4. Firman TIAN itu sekaligus menjadi Watak Sejati, Hakikat
Kemanusiaan, yang menjadikan manusia memiliki kemampuan
melaksanakan tugas sucinya sebagai manusia;
5. Menggemilangkan Kebajikan, yang di dalamnya mengandung
benih-benih sifat Cinta Kasih, Kesadaran Menjunjung Kebenaran /
Keadilan / Kewajiban, Susila, dan Bijaksana yang hidup, tumbuh,
berkembang dalam hidup rokhani manusia, itulah tugas suci dan
sekaligus tujuan hidup manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan;
6. Gemilangnya Kebajikan dalam diri manusia adalah untuk
diamalkan dalam penghidupan, mengasihi, tenggang rasa,
tepasarira kepada rakyat, kepada sesama manusia dan menyayangi
lingkungan hidupnya;
7. Menggemilangkan Kebajikan, mengasihi sesama, menyayangi
lingkungan, sehingga mencapai Puncak Baik, itulah Jalan Suci
yang wajib ditempuh manusia. Itulah Jalan Suci yang selaras
dengan Watak Sejati manusia;
8. Bimbingan yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa lewat Mu
Duo, Sheng Ren,Zhi Sheng atau Nabi-Nabinya sehingga manusia
37
dapat membina diri menempuh Jalan Suci, itulah Agama, yang
merupakan Ajaran Besar dalam kehidupan ini;
9. Hanya Kebajikan Berkenan Tuhan, ini mengandung himbauan dan
pengakuan iman bahwa hormat akan Tuhan ialah melaksanakan
FirmanNya, percaya terhadap Tuhan tidak dapat dilepaskan dari
hidup menggemilangkan Kebajikan dan mengamalkannya; di
dalamnya terkandung pengertian paripurnanya ibadah dan
disitulah makna / nilai manusia dihadapan Tuhan Khaliknya
maupun dihadapan sesama makhluk dan lingkungannya. Menjadi
insan yang Dapat Dipercaya terhadap Tuhan Khaliknya maupun
terhadap sesamanya28
DELAPAN PENGAKUAN IMAN AGAMA KHONGHUCU
(BA CHENG ZHEN GUI) 八 誠 箴 规
1. CHENG XIN HUANG TIAN 誠 信 皇 天
SEPENUH IMAN PERCAYA TERHADAP TUHAN YANG
MAHA ESA
- Wu Er Wu Yu 無 贰 无 虞 - Jangan mendua hati,
jangan bimbang
- Shang Di Lin Ru 上 帝 臨 汝 - Tuhan Yang Maha
Tinggi besertamu
28
Tjhie Tjay Ing, Pokok-Pokok keimanan Konfuciani (Agama Khonghucu), ( Solo: Matakin, Edisi dua 2006) hlm. 4.
38
2. CHENG ZUN JUE DE 誠 尊 厥 德
SEPENUH IMAN MENJUNJUNG KEBAJIKAN
- Wu Yuan Fu Jie 無 遠 弗 屆 - Tiada jarak jauh tidak
terjangkau
- Ke Xiang Tian Xin 克 享 天 心 - Sungguh Hati Tuhan
merakhmati
3. CHENG LI MING MING 誠 立 明 命
SEPENUH IMAN MENEGAKKAN FIRMAN GEMILANG
- Cun Xin Yang Xing 存 心 養 性 - Jaga hati, rawatlah
Watak Sejati
- Ze Zhi Shi Tian 則 知 事 天 - Demikian mengenal /
mengabdi Tuhan
4. CHENG ZHI GUI SHEN 誠 知 鬼 神
SEPENUH IMAN SADAR ADANYA NYAWA DAN ROKH
- Jin Xiu Gua Yu 盡 修 寡 欲 - Tekunlah membina diri,
kurangi keinginan
- Fa Jie Zhong Jie 發 皆 中 節 - Bila (nafsu) timbul, jagalah
tetap di batas tengah
5. CHENG YANG XIAO SI 誠 養 孝 思
SEPENUH IMAN MERAWAT CITA BERBAKTI
- Li Shen Xing Dao 立 身 行 道 - Tegakkan diri
menempuh Jalan Suci
39
- Yi Xian Fu Mu 以 顯 父 母 - Demi memuliakan
Ayah – Bunda.
6. CHENG SHUN MU DUO 誠 順 木 鐸
SEPENUH IMAN MENGIKUTI GENTA ROKHANI
- Zhi Zun Zhi Sheng 至 尊 至 聖 - Yang Terjunjung, Nabi
Agung,
- Yong Bao Tian Ming 永 保 天 命 - Yang dilindungi
Firman Tuhan
7. CHENG QIN JING SHU 誠 欽 經 書
SEPENUH IMAN MEMULIAKAN KITAB SI SHU & WU
JING
- Tian Xia Da Jing 天 下 大經 - Kitab Suci Besar Dunia
- Li Ming Da Ben 立 命 大 本 - Pokok Besar Tegakkan
Firman
8. CHENG XING DA DAO 誠 行 大 道
SEPENUH IMAN MENEMPUH JALAN SUCI YANG AGUNG
- Xu Yu Bu Li 须 臾 不 離 - Sekejappun jangan
berpisah
- Wu Jiang Zhi Xiu 無 疆 之 休 - Tempat Sentosa Yang
Tanpa Batas29
29
Tjhie Tjay Ing, Pokok-Pokok keimanan Konfuciani (Agama Khonghucu), ( Solo: Matakin, Edisi dua 2006) hlm. 8.
40
Demikianlah Delapan Keimanan yang wajib diimani, dihayati,
dan diamalkan di dalam hidup ini bagi umat Agama Khonghucu.
Konsep keimanan umat Khonghucu ini tidak jauh berbeda
dengan konsep keimanan dalam agama Islam, hanya saja konsep
keimanan dalam agama Khonghucu ini tidak mengharuskan umatnya
untuk beriman pada Qada‟ dan Qadar, hari akhir (kiamat) dan
malaikat-malaikatnya, seperti konsep dalam agama Islam.30
Berdasarkan Keimanan inilah sebagai manusia dan umat
Khonghucu kita harus senantiasa belajar dan belajar sebagaimana
tertulis dalam kitab suci Sishu pada Lunyu Jilid 1 : 1:
Nabi bersabda: “ belajar dan selalu dilatih, tidakkah itu
menyenangkan?, kawan-kawan datang dari tempat yang jauh
,tidakkah itu membahagiakan?, sekalipun orang tidak mau tahu,
tidak menyesali, bukankah ini sikap seorang Junzi?”31
Berbicara tentang belajar maka tidak terlepas dari yang
namanya Pendidikan, dalam bidang keagamaan kita mengenal istilah
Pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, dimana Pendidikan
agama dan keagamaan dimaksudkan untuk membentuk manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia serta mampu meningkatkan potensi spiritual. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti dan moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup
pengenalan, pemahaman, penanaman nilai-nilai keagamaan, serta
pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individu maupun
30
M. Ikhsan Tanggok, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu, ( Jakarta, Gramedia Pustaka, 2000) hl. 54
31Pusat kerukunan Umat beragama, kementrian Agama Republik Indonesia: Kitab
suci Sishu (Jakarta, 2014) hal. 98
41
kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya
bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia
yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk ciptaan Tuhan.
Pendidikan agama dan keagamaan Khonghucu diharapkan
menghasilkan manusia berbudi pekerti luhur (junzi) yang mampu
menggemilangkan watak sejatinya (xing), mengasihi sesama dan
berhenti pada puncak kebaikan. Dalam kesehariannya diharapkan
dapat berhenti pada tempat hentian sesuai dengan kedudukannya
sehingga mampu memuliakan hubungan kemanusiaan (wulun), yakni
hubungan orang tua dengan anak, hubungan antara pemimpin dan
pengikut, hubungan suami dengan istri, hubungan kakak dengan adik,
serta hubungan kawan dengan sahabat. Dimana harapan ini selaras
dengan Harapan pendidikan Nasional yang bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratif serta bertanggung jawab. Peningkatan mutu
pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar
memiliki daya saing dalam menghadapi globalisasi.32
Sejarah mencatat, Hakikat pendidikan dan arah tujuan
Pendidikan Agama dan keagamaan Khonghucu adalah mengasah
kualitas moral setiap orang, dimana metode yang digunakan adalah
Pendidikan- Mengajar dan Mendewasakan, maka hanya mengajar
32
Kementrian Agama Republik Indonesia, Sekjen PKUB, Bimas Khonghucu : Naskah akademik kajian kebijakan kurikulum Pendidikan Agama Khonghucu pada pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta, 2012) hal. 1
42
tanpa mendewasakan atau hanya mendewasakan tanpa mengajar
adalah menyalahi esensi sebenarnya tentang pendidikan, berdasarkan
filosofi pendidikan ini memang proses pendidikan lambat dan
memakan waktu lama, untuk melihat hasilnya perlu kerja keras dan
konsisten dalam jangka yang panjang, sehingga muncul peribahasa :”
Menanam pohon cukup sepuluh tahun, menanam manusia butuh
seratus tahun”33
.
Keberadaan pendidikan ini dijabarkan lebih lanjut dalam
Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dimulai dari bagian paling awal bab I, pasal 1, ayat 1
tentang pengertian pendidikan:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesertadidik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.”34
.
Dengan demikian bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi
moralitas sebagai dasar pembentukan jati dirinya.UUD 1945 adalah
dasar negara yang menjadi rujukan setiap kebijakan dan titik pijak
tata kehidupan berbangsa dan bernegara.Ia mengamanatkan akhlak
mulia yang harus dimiliki oleh setiap warga negara atau masyarakat,
33
Kementrian Agama Republik Indonesia, Sekjen PKUB, Bimas Khonghucu : Naskah akademik kajian kebijakan kurikulum Pendidikan Agama Khonghucu pada pendidikan Dasar dan Menengah (Jakarta, 2012) hal. 3
34Balitbang Depdiknas: Undang – Undang No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Jakarta, 2003), h, 9
43
akhlak mulia manusia inilah yang dapat kita sebut sebagai sikap luhur
manusia dalam kehidupannya.
Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu
yang bersifat adikodrati menyertai manusia dalam ruang lingkup
kehidupan dimana agama memiliki nilai dan norma yang mengatur
kehidupan manusia dengan sang pencipta dan dalam hubungannya
dengan masyarakat dan alam sekitarnya.
Para pemeluk agama di Indonesia senantiasa mendapat
tantangan untuk mempertahankan identitas ajaran, serta tantangan
untuk tetap bertahan ditengah situasi global yang terus berubah,
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara eksistensi keberagamaan
senantiasa dijamin oleh undang undang sebagaimana pasal 29 Undang
Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
(1) Negara didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memilih
agamanya sendiri, dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.35
Hal ini juga diperkuat dengan UU PNPS No.1 Tahun 1965
bahwa agama yang dilayani pemerintah adalah Islam, Kristen ,
Katholik, Hindu, Budha dan Khonghucu (Confucius)36
Hidup manusia tidak hanya didorong oleh naluri semata,
sehingga manusia berusaha mencapai kepuasan hidupnya dengan cara
cara tertentu. Sikap ini sudah menjadi cara utama dimana manusia
mencari kebahagiaan melalui sikap egoistis dan kepuasan singkat.
Relativitas moral yang menawarkan gagasan bahwa tidak ada satupun
35
UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 (Jakarta: UI Press, 2004) 36
UU PNPS No. 1 Tahun 1965
44
nilai yang benar atau salah, sudah menjadi umum. Ini seolah-olah
menyatakan secara tak langsung setiap manusia mempunyai hak yang
sama atas nilai nilai yang dianutnya dan bahwa nilai ini subyektif,
relatif dan pribadi. Kerancuan dalam nilai ini mendorong terciptanya
masyarakat yang dipenuhi kekerasan, keterasingan, keputus asaan.
Kekacauan hubungan (tak harmonis). bagaimanapun tanpa suatu
pemahaman yang jernih akan tujuan kehidupan orang akan dikuasai
oleh keprihatinan material, berfikir seolah hal yang material akan
membawa mereka pada kepuasan. Namun kebahagiaan yang hanya
fisikal semata tidak akan abadi, tetapi hanya sementara. Cara hidup
yang seperti ini akhirnya akan bermuara pada ketidak puasan ,
kekecewaan, dan putus asa.
Kebahagian sejati akan muncul jika keinginan fisik yang otak
pikirkan dan kebutuhan rohani hasil renungan hati terpenuhi secara
harmonis, nilai-nilai rohani menjadi tujuan, sementara nilai nilai
material menjadi sarana, asal semuanya tetap dalam batas tengah
(Zhong).
Dengan hal ini semua dasar keimanan Agama Khonghucu,
diturunkanlah ajaran moral dan etika yang menyangkut prilaku
didalam kehidupan yang bersifat praktis, dalam hal ini wajib
dicamkan bahwa betapapun indah,praktis dan bermanfaatnya suatu
ajaran tapi tanpa dasar keimanan yang kokoh maka akan menjadi
dangkal dan gersang, sayangnya banyak orang melihat dan
mempelajari agama Khonghucu hanya dari segi moral etika yang
bersifat praktis saja tanpa mau tahu dasar keimanannya, maka hal ini
akan hasilnya tidak tepat dan hasilnya jauh dari kebenaran,
sesungguhnya ajaran etika moral dan perilaku luhur Khonghucu
adalah penjabaran dari keimanan Khonghucu, maka perlu disadari
45
bahwa ajaran moral dan etika Khonghucu tak dapat dilepaskan ,
bahkan berpadu erat dengan dasar keimanan agama Khonghucu.37
6. Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata .peran., berarti sesuatu yang menjadi
bagian atau memegang pimpinan yang terutama38
. Peranan menurut
Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto, sebagai
berikut: Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan
individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan
meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat,peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan39
. Menurut Biddle dan Thomas, peran
adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang
diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam
keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi
anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Kalau
peran ibu digabungkan dengan peran ayah maka menjadi peran orang
tua dan menjadi lebih luas sehingga perilaku-perilaku yang
diharapkan juga menjadi lebih beraneka ragam40
.
37
Tjhie Tjay Ing, “Pokok-pokok Keimanan Konfuciani (Agama Khonghucu),” Panduan Pengajaran Dasar Agama Khonghucu (T.tp,:Matakin,t.t.), h.1
38W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1985) 39
Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), h.
238 40
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, PT. Raja Grafindo
Persada
Jakarta:2000, cet. V, hal. 224-225
46
Peranan adalah Tindakan yang dilakukan oleh seseorang
dalam suatu peristiwa atau bagian dari tugas utama yang harus
dilaksanakan41
.
7. Pengertian Rohaniwan.
Rohaniwan adalah orang yang mementingkan kerohanian
daripada hal yang lain, atau orang yang ahli dalam hal kerohanian42
.
Dalam buku Tata aturan Dewan rohaniwan agama Khonghucu
Indonesia dituliskan :
“ Rohaniwan bukan suatu profesi seperti wartawan, dan
bukan sebagai jabatan seperti, ketua, Sekretaris, Bendahara yang
masa baktinya ditentukan dalam AAD/ART. Rohaniwan adalah
sebagai predikat/gelar yang diberikan oleh suatu lembaga atau
organisasi terkait, kepada seseorang yang dipandang memenuhi
persyaratan dan/atau dianggap layak untuk menyandang predikat
tersebut.”43
Rohaniwan dalam agama khonghucu terdiri dari : Jiao Sheng
(Js) disebut sebagai penebar agama, Wen Shi (Ws) disebut sebagai
Guru agama, dan Xue Shi (Xs) yang disebut sebagai Pendeta agama.
41
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (http://kamusbahasaindonesia.org/peranan) 42
Dendy sugono/ Tim penyusun, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta, Pusat Bahasa
2008) 43
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata Aturan Dewan
Rohaniwan Agama Khonghucu Indonesia beserta berbagai Panduan tata upacara dan kode
etik rohaniwan, (Jakarta:SGSK:36/2010) h. 85.
47
1.1. Tingkat Kerohaniwanan dalam agama Khonghucu.
Dalam agama Khonghucu seperti disebutkan di atas ada Tiga
(3) tingkatan Rohaniwan ditambah dengan satu (1) jabatan
Zhanglao (Sesepuh) dengan susunan sebagai berikut :
1. Jiao Sheng (Js) disebut juga dengan nama Penebar Agama
2. Wen Shi (Ws) disebut juga dengan nama Guru Agama
3. Xue Shi (Xs) disebut juga dengan nama Pendeta Agama.44
1.2.Kualifikasi Rohaniwan Khonghucu Indonesia.
1. Umat Khonghucu dewasa atau berusia 21 tahun keatas,
yang siap dan mantap dalam iman dan pengabdian dengan
referensi :
Untuk pengimanan dan pengetahuan agama, dari
Rohaniwan senior setidak-tidaknya 2 (dua) orang,
dengan minimal 1 (satu) Wenshi untuk calon Jiao
Sheng dan 1 (satu) Xue Shi untuk calon Wenshi.
Untuk Integritas dan pengabdian dari MAKIN,
KAKHIN, SAKIN dan WUKL terkait.
2. Mengisi Formulir Liyuan tentang Kesediaan/Kesanggupan
yang diajukan kepada Dewan Rohaniwan Agama
Khonghucu Indonesia dilampikan kedua refernsi tersebut
diatas untuk pe Liyuan annya.
3. Peliyuanan Rohaniwan :
a. Untuk Jiaosheng dilakukan oleh Wenshi yang
mereferensinya, didahului dengan pemantapan Rohani
44
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata agama dan Tata
laksana upacara agama khonghucu (Jakarta:SGSK:SAK XXVIII No.4-5.1984 ) h. 41.
48
yang dikoordinasikan oleh Wenshi tersebut dan
mendapat ratifikasi/ sertifikat dari Dewan Rohaniwan
Agama Khonghucu.
b. Untuk Wenshi dilakukan oleh Xueshi yang
mereferensinya didahului dengan penulisan makalah
yang dipandu oleh Komisi etik Dewan Rohaniwan.
c. Untuk Xueshi dilakukan oleh Xueshi senior dan
diputuskan oleh sidang pleno Dewan Rohaniwan
Agama Khonghucu45
.
1.3.Klasifikasi dan Liyuan Rohaniwan Khonghucu Indonesia
Rohaniwan Khonghucu Indonesia yang terdiri atas,
Jiao Sheng, Wen Shi dan Xue Shi mengemban tugas dan
kewajiban yang sama yakni agar mampu menjadikan dirinya
dan umat Khonghucu mengembangkan sifat-sifat Junzi (Insan
Kamil) dan tidak menjadi Xiaoren (manusia berjiwa kerdil/
rendah budi) sebagaimana yang diamanatkan oleh Zhi Sheng
Kongzi dalam kitab Lunyu Bab VI:1346
.
a. Kriteria Calon Seorang Jiaosheng :
1. Memenuhi prosedur prasyarat pada poin 5.2 .
2. Berjanji dan sanggup memenuhi Tata Aturan
Rohaniwan Agama Khonghucu Indonesia.
3. Mempunyai komitmen untuk selalu belajar dan
membina diri dalam agama Khonghucu serta tidak lelah
45
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata aturan Dewan
Rohaniwan agama khonghucu Indonesia Beserta berbagai Panduan Tata Upacara dan Kode
Etik Rohaniwan (Jakarta:SGSK:36/2010 Edisi Khusus) h. 79 46
Ibid h. 78.
49
dan jemu menebarkan ajaran agama Khonghucu kepada
keluarga dan masyarakat.
4. Siap sedia melaksanakan misi agama yang ditugaskan
dan diembankan kepadanya.
b. Kriteria Calon Seorang Wenshi :
1. Memenuhi prosedur prasyarat pada poin 5.2
2. Berjanji dan sanggup memenuhi Tata Aturan
Rohaniwan Agama Khonghucu Indonesia.
3. Mempunyai pengetahuan yang cukup dalam Kitab suci
Wujing dan Sishu, serta berkomitmen untuk menjadi
sentral dalam belajar dan merundingkan baik untuk
peningkatan maupun pendalaman.
4. Siap sedia melakukan pengkajian dan penyusunan buku
panduan serta aktif menghasilkan karya tulis
keagamaan.
c. Kriteria Calon Seorang Xueshi :
1. Wenshi senior yang bersedia mengabdikan diri secara
penuh dalam dan demi agama Khonghucu.
2. Berjanji dan sanggup memparipurnakan pengamalan
tata aturan Rohaniwan Agama Khonghucu Indonesia.
3. Mempunyai kesanggupan dan kemantapan niat untuk
melakukan pendalaman berkesinambungan sehingga
mampu memberi acuan pokok baik bagi Rohaniwan
maupun umat.
4. Siap sedia dan mampu memberi solusi dalam
bimbingan rohani, kehidupan beragama dan
50
kebijaksanaan dewan Rohaniwan Agama Khonghucu
Indonesia.47
1.4. Kode Etik Rohaniwan Khonghucu Indonesia.
A. Internal :
1. Beriman dan takwa, tidak mendua hati terhadap
kebenaran Firman Tuhan (Tian Ming) dalam ajaran
agama Khonghucu.
2. Berkewajiban Pokok :
a. Menyampaikan Firman Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengamalkan Ajaran Agama.
c. Mengasuh Kebaktian.
d. Melaksanakan dan Memimpin upacara-upacara
keagamaan.
e. Membina, membimbing dan memberikan pelayanan
kepada umat
3. Memahami garis-garis besar tentang :
a. Keimanan.
b. Kitab-kitab dan Sejarah Suci.
c. Tata Agama dan Tata Laksana Upacara
d. Ajaran-ajaran Agama.
e. Tuntunan Pembinaan diri.
4. Satya terhadap misi suci yang diembannya, berfikir,
berbicara, berprilaku dan bertindak dalam kesadaran
atas harkat dan martabat terkait dengan jabatan yang
47
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata aturan Dewan
Rohaniwan agama khonghucu Indonesia Beserta berbagai Panduan Tata Upacara dan Kode
Etik Rohaniwan (Jakarta:SGSK:36/2010 Edisi Khusus) hal. 80.
51
disandangnya dan teguh berpedoman pada Kitab Sishu
dan Wujing.
5. Berdedikasi dan berdisiplin serta merasa bertanggung
jawab terhadap umat, sesama, dan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dalam melaksanakan tugas.
6. Memegang teguh sumpah dan rahasia jabatan, membina
diri, berpijak pada Tripusaka (San Da De , Zhi
Ren,Yong), dan konsekuen mengamalkan Delapan
Kebajikan (Ba De), mampu menjadi teladan bagi umat
dan masyarakat dalam menunaikan ibadah serta
mengamalkan ajaran agama.
7. Cermat meneliti hakekat tiap perkara, tekun belajar,
gemar membaca dan berlatih. Berupaya meningkatkan
mutu dan keterampilan serta pandai mengambil hikmah
dari kegagalan sehingga dapat menjadi acuan untuk
menggapai keberhasilan.
8. Dalam pergaulan berprinsip satya, mencintai dan
bertenggang rasa, menjaga penampilan, selalu rapi,
bersikap sopan, rendah hati, cekatan, sederhana,
luwes/fleksibel, tetapi berwibawa dan ksatria.
9. Menjadi anggota keluarga, masyarakat yang mampu
menciptakan kerukunan,kedamaian, bertanggung jawab
menjaga kelestarian lingkungan dan menjadi warga
negara Indonesia yang setia terhadap Pancasila dan
UUD 194548
.
48
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata aturan Dewan
Rohaniwan agama khonghucu Indonesia Beserta berbagai Panduan Tata Upacara dan Kode
Etik Rohaniwan (Jakarta:SGSK:36/2010 Edisi Khusus) hal .75.
52
B. Eksternal :
1. Menanamkan keimanan dan ketakwaan umat terhadap
ajaran agama Khonghucu.
2. Taat (patuh) dan saling menghormati hirarkhi (jenjang/
peringkat) kerohaniwanan.
3. Menciptakan dan menjalin hubungan yang harmonis
lintas rohaniwan serta menegakkan citra (kehormatan)
kerohaniwanan Khonghucu.
4. Berperan serta dalam pembangunan bangsa dan
berkiprah memlihara persatuan dan kesatuan bangsa
demi membangun manusia Indonesia seutuhnya.49
C. Aturan Tambahan
1. Setiap Rohaniwan Khonghucu Indonesia hendaknya
tidak menyimpang dari Wu Chang ( Ren, Yi, Li, Zhi,
Xin ) dan tak melanggar kode etik, tata aturan Dewan
Rohaniwan Agama Khonghucu Indonesia, Amanat
Dewan Rohaniwan (Shi Gao).
2. Penyimpangan dan pelanggaran terdiri dari 3 (tiga)
Tingkatan :
a. Pelanggaran Ringan ;
Lalai melaksanakan tugas tidak taat asas (
menyimpang dari Wu Chang) tidak mengikuti
petunjuk petunjuk dalam Tata Agama dan Tata
Laksana Upacara. Terhadap pelanggaran ini Majelis
setempat dalam wilayah pembinaan Rohaniwan itu
wajib melakukan pembinaan terhadap Rohaniwan
49
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata aturan Dewan
Rohaniwan agama khonghucu Indonesia Beserta berbagai Panduan Tata Upacara dan Kode
Etik Rohaniwan (Jakarta:SGSK:36/2010 Edisi Khusus) hal. 76.
53
tersebut. Apabila rohaniwan tersebut mengulang
penyimpangan dan melakukan pelanggaran
kemabli, maka kepada yang bersangkutan diberikan
peringatan tertulis hingga 2 (dua) kali dengan
tenggang waktu peringatan masing masing selang
satu bulan.
b. Pelanggaran sedang.
Jika setelah 2 (dua) kali peringatan tertulis itu,
Rohaniwan tersebut masih tetap melakukan
penyimpangan dan/atau pelanggaran, maka kepada
yang bersangkutan dapat dinonaktifkan dari wilayah
pembinaannya hingga Rohaniwan tersebut
menyatakan untuk tidak mengulang kembali
pelanggaran dan/atau penyimpangan dalam
menunaikan tugasnya. Penonaktifan diberitahukan
secara tertulis dengan tindasan/tembusan
disampaikan kepada Komda yang kemudian
meneruskannya kepada Komwil terkait.
c. Pelanggaran Berat.
Pelecehan, penghinaan yang berdampak luas yang
dapat merusak dan menodai citra kerohaniwanan,
menggoyahkan iman konfusian; penganiayaan;
bermabuk-mabukan; berjudi; terlibat narkoba;
melakukan tindak pidana lainnya, seperti prostitusi,
premanisme, dan lain sebagainya, maka Majelis
setempat melalui Komda terkait dapat melaporkan
kepada komisi Etik. Sebelum sanksi dijatuhkan
kepada yang bersangkutan akan diberikan
54
kesempatan untuk melakukan pembelaan diri.
Terhadap pelanggaran yang bersifat tindak pidana,
apabila tidak dapat diperoleh alternatif lain, akan
ditindaklanjuti sesuai dengan jalur hukum.
d. Pindah Agama.
Kepada Rohaniwan yang pindah agama (beralih
memeluk agama lain), yang dilakukan secara sadar,
maka predikat kerohaniwanannya akan dibatalkan.
Namun bilamana yang bersangkutan secara sadar
ingin kembali, dapat diberikan kesempatan. Akan
tetapi jika untuk kedua kalinya yang bersangkutan
kembali beralihke agama lain, maka kesempatan
tidak lagi dapat diberikan kepadanya.
e. Rehabilitasi.
Pemulihan atau Rehabilitasi akan diberikan kepada
mereka yang terkena sanksi, tetapi wajib mampu
menunjukkan kesungguhannya untuk memperbaiki
kesalahan.50
8. Pengertian perilaku Budi Pekerti
Perilaku adalah perbuatan, kelakuan dan cara menjalankan
atau berbuat51
, sedangkan Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude,
menurut Drs. Ngalim Purwanto sikap adalah .perbuatan atau tingkah
laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau
50
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata aturan Dewan
Rohaniwan agama khonghucu Indonesia Beserta berbagai Panduan Tata Upacara dan Kode
Etik Rohaniwan (Jakarta:SGSK:36/2010 Edisi Khusus) hal. 83. 51
Dendy sugono/ Tim penyusun, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta, Pusat Bahasa
2008)
55
stimulus52
Sumber lain mengatakan sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek
tertentu53
Menurut Chave, Bogardus, La Pierre, Mead dan Gordon
Allport (1935) sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon54
.
Dari pengertian di atas bahwa sikap senantiasa diarahkan
kepada suatu objek. Artinya tidak ada sikap tanpa objek, sesuai
dengan pendapat Sarlito Wirawan Sarwono yang memberikan
pengertian sikap bahwa .sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu.55
Adapun objek objek
sikap dapat terarah terhadap benda-benda, manusia, peristiwa-
peristiwa, pemandangan-pemandangan, lembaga-lembaga, norma-
norma, nilai-nilai dan sebagainya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sikap di artikan sebagai
perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian56
Azwar dalam Zaim El Mubarok memberikan pengertian:
“Sikap menurut kelompok psikologis, adalah suatu bentuk
evaluasi atau bentuk perasaan.Berarti sikap seseorang terhadap
suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak
52
M. ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya 1995),
cet.10,h. 141 53
R. Sutarno, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II, hal. 41 54
Saepudin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), cet.2, Pustaka
Pelajar, 1998,h.5 55
Sarlito W. S, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), cet
VI, h. 91 56
Qonita Alya,“Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.” PT. Indahjaya
Adipratama ,Jakarta.
56
(favorable) atau perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak(unfovarable) pada obyek tersebut57
.
Secara historis istilah sikap digunakan pertama kali oleh
Herbert Spencer tahun 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya
sebagai status mental seseorang. Pada tahun 1888 Langge
menggunakan istilah sikap dalam eksperimen mengenai respons untuk
menggambarkan kesiapan subyek dalam menghadapi stimulus yang
datang tiba-tiba.
Menurut Lange Sikap tidak hanya merupakan aspek mental
semata melainkan mencakup pula aspek respon fisik58
Dalam kamus bahasa Indonesia, sikap didefinisikan sebagai
berikut: sikap adalah perilaku, gerak dan gerik, atau perbuatan yang
berdasarkan pada pendirian(pendapat atau keyakinan )59
.
Menurut Ngalim Purwanto :
“ Sikap atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude
adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang ; suatu
kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap
suatu perangsang atau situasi yang terjadi “60
57
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai……, h. 45 58
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya,(Yogyakarta: edisi ke
2, PustakaPelajar, 2009), h. 3. 59
Tim penyusun kamus pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa , Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka, 1999) cet -10 60
Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan , ( Bandung : PT . Remaja Rosda Karya,
1990 ) cet 5. h. 141
57
Dalam kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Budi
pekerti didefinisikan sebagai sebuah tingkah laku, perangai, serta akhlak
dan watak.61
Budi pekerti secara epistimologi terdiri atas dua kata yaitu
budi dan pekerti, Budi dalam Bahasa Sansekerta berarti kesadaran,
pengertian, pikiran dan kecerdasan. Sedangkan pekerti adalah
penampilan, perilaku dan aktualisasi. Sehingga budi pekerti dapat
dimaknai sebagai sebuah kesadaran seseorang dalam bertindak dan
berperilaku.62
Budi pekerti adalah sebuah sikap positif yang termasuk
didalamnya adalah tindakan sopan santun. Budi pekerti merupakan
sebuah sikap dan tindakan yang menghasilkan berdasarkan kebiasaan
yang dilakukan. Budi pekerti dapat diasosiasikan dengan moral, etika,
akhlak mulia, tata karma dan sopan santun.63
Pengertian Moral adalah sebuah tata laku atau perilaku yang
berasal dari individu atau diri dalam konteks dan interaksi dengan
masyarakat. Moral ini selain berdampak bagi individu, namun juga
sangat kuat bagi orang lain. Moral yang baik atau buruk tergantung pada
nurani dan budi pekerti yang dimiliki masing-masing individu. Karena
setiap orang memiliki pemahaman dan penerapan budi pekerti yang
berbeda-beda, maka moral setiap orang juga berbeda-beda. Penilaian
tentang baik atau buruknya moral seseorang ini akan berdampak
langsung kepada sebuah kelompok/ organisasi dan masyarakat.
61
Tim penyusun kamus pusat Pembinaan dan pengembangan bahasa , Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Jakarta : Balai Pustaka, 1999) cet -10 62
CiputraUceo.com ,” Perbedaan budi pekerti, Moral dan Etika” Artikel diakses pada 30 maret 2018. http://ciputrauceo.net/blog/2016/9/2/perbedaan-budi-pekerti-moral-dan-etika.
63 CiputraUceo.com ,” Perbedaan budi pekerti, Moral dan Etika” Artikel diakses
pada 30 maret 2018. http://ciputrauceo.net/blog/2016/9/2/perbedaan-budi-pekerti-moral-dan-etika.
58
Contohnya adalah ketika seseorang dikatakan tidak bermoral, dia akan
melakukan hal-hal buruk yang dapat merugikan masyarakat misalnya
melakukan pelecehan, pembunuhan, pencurian, tidak menghormati orang
yang lebih tua, dan lain sebagainya. Kembali lagi yang akan menilai
suatu tindakan bermoral atau tidak adalah orang lain atau masyarakat.
Moral adalah suatu tindakan dan interaksi yang dilakukan seseorang
dimana tindakan tersebut akan dinilai apakah dapat diterima atau tidak
dengan norma dan budaya yang berlaku dimasyarakat.64
Walaupun mirip, moral ini berbeda dengan etika. Etika adalah
suatu kebiasaan yang diterima pada sebuah keadaan, suatu kelompok,
organisasi, atau masyarakat tertentu. Etika juga menilai baik buruknya
sebuah akal pikiran seseorang yang kemudian berbuah pada suatu
tindakan dimana sumber penilaian ini adalah berdasarkan norma yang
berlaku dimasyarakat. Etika merupakan sebuah dasar dari terbentuknya
moral dari suatu komunitas atau masyarakat, beberapa contoh etika
dalam masyarakat misalnya etiak dalam bertamu, etika mengantri, etika
ketika makan. Dalam bertamu atau melakukan kunjungan kerumah orang
lain tentu ada etika bertamu yang harus dilakukan , misalnya tidak
bertamu pada larut malam, serta tidak bertamu terlalu lama. Etka dalam
hal antri adalah tidak menyerobot antrian tapi antri dengan tertib. Untuk
etika makan misalnya tidak bicara saat makan, tidak mengangkat kaki,
tidak makan sambal berdiri, menutup sendok dan garpu dipiring ketika
selesai makan, dan lain sebagainya. Etika-etika tersebut tidak berlaku
secara universal diseluruh tempat dan dan wilayah. Etika dimasing-
64
CiputraUceo.com ,” Perbedaan budi pekerti, Moral dan Etika” Artikel diakses pada 30 maret 2018. http://ciputrauceo.net/blog/2016/9/2/perbedaan-budi-pekerti-moral-dan-etika.
.
59
masing tempat akan berbeda-beda tergantung dengan norma yang
berlaku dan budi pekerti luhur yang dimiliki masing-masing individu.65
Hubungan budi pekerti, moral dan etika adalah sebuah
tindakan yang mendasari perilaku seseorang, dimana perilaku tersebut
akan mendapatkan penilaian baik dan buruk dari masyarakat. Budi
pekerti adalah sebuah nilai luhur yang dimiliki seseorang karena
kebiasaan yang diterapkan sejak dahulu dan mengakar menjadi sesuatu
yang dilakukan sehari-hari . seseorang yang memiliki budi pekerti akan
memiliki moral yang kemudian dapat diwujudkan menjadi sebuah etika
yang baik.66
9. Umat Khonghucu.
Umat adalah orang atau seseorang yang menganut suatu
agama, Umat Khonghucu adalah orang atau seseorang yang
menganut agama Khonghucu dalam kehidupannya.
Umat Khonghucu menurut Tata Agama dan Tata Laksana
Upacara Agama Khonghucu dapat di tinjau secara Rohaniah dan
lahiriah, maka dapat digambarkan sebagai berikut :
A. Secara Rohaniah dapat dibagi menjadi :
1. Umat yang mulai berhimpun di pintu gerbang kebajikan,
yaitu yang mengakui dirinya sebagai umat.
2. Umat yang mulai memasuki Pintu Gerbang Kebajikan,
yaitu Umat yang bukan saja mengaku beragama
65
CiputraUceo.com ,” Perbedaan budi pekerti, Moral dan Etika” Artikel diakses pada 30 maret 2018. http://ciputrauceo.net/blog/2016/9/2/perbedaan-budi-pekerti-moral-dan-etika.
66 Ibid.
60
Khonghucu melainkan juga benar-benar berusaha membina
diri berdasarkan ajaran agama.
3. Umat yang yang telah memasuki Pintu Gerbang Kebajikan,
yaitu umat yang sudah dapat benar-benar mengikuti dan
mengembangkan Watak sejatinya, sebagaimana
diFirmankan Tuhan Yang Maha Esa, ini tercermin dari
pengabdiannya, mereka ini disebut sebagai orang orang
yang telah berusaha menempuh jalan suci seorang Junzi.
B. Secara Lahiriah dapat di bagi menjadi :
1. Umat Tradisional, ialah mereka yang masih melaksanakan
sembahyang kepada Tian Yang Maha Esa, Kepada Leluhur
dan Upacara-upacara tradisi yang bersumber dari ajaran
Agama Khonghucu.
2. Umat yang sudah aktif sebagai pendengar, yaitu mereka
yang sudah memperhatikan dan mengikuti kebaktian di
litang, Kongzi Miao.
3. Umat yang telah melaksanakan Liyuan/ sidi Pengakuan
Iman pada suatu Kebaktian Khonghucu.67
B. Kerangka Teori Berpikir
Pendidikan keagamaan dimaksudkan untuk membentuk manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia
serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, moral dan
budi pekerti sebagai perwujudan dari pendidikan agama, peningkatan potensi
spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai nilai
67
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata agama dan Tata
laksana upacara agama khonghucu (Jakarta:SGSK:SAK XXVIII No.4-5.1984 ) h. 39.
61
keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual
ataupun kemasyarakatan yang pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi
potensi yang dimiliki manusia yang mencerminkan harkat dan martabat
sebagai mahluk ciptaan Tuhan68
.
Peranan rohaniwan Khonghucu dalam memberikan pendidikan agama
juga sangat penting, pendidikan agama yang dimaksud disini adalah
penjelasan saat beribadah dengan cara khotbah atau uraian agama dan
pembelajaran-pembelajaran lainnya, dimana rohaniwan Khonghucu sebagai
ujung tombak perkembangan agama Khonghucu , sebagai penebar agama
sekaligus menjelaskan kepada umat tentang pentingnya pendidikan agama
sebagai bimbingan dan tuntunan manusia untuk dapat menempuh jalan suci
yaitu agar dapat hidup selaras dengan watak sejati (xing), yang telah
difirmankan Tian kepada setiap manusia, sehingga dapat dimengerti dan
dijalankan sebagai kewajiban hidup sebagaimana layaknya manusia69
.Jika
umat memahami akan pentingnya pendidikan keagamaan dan peranan
rohaniwan agama Khonghucu , maka perilaku luhur budi pekerti umat dapat
ditingkatkan. Dalam konsep dasar filosofi pendidikan dalam agama
Khonghucu, dikatakan dalam mendidik digunakan istilah Pendidikan,
mengajar dan mendewasakan, dan proses pendidikan ini memang memakan
waktu yang lama, untuk melihat hasilnya perlu kerja keras dan konsistensi
yang jangka panjang, yang berarti pendidikan ini sangat menekankan adanya
suatu pandangan bahwa “ Sifat manusia itu pada dasarnya (hakikatnya)
adalah Baik”. Sekiranya sifat manusia itu jahat maka pendidikan tidak akan
terlaksana tanpa pemaksaan, dan pendidikan yang dilakukan dengan
68
kemenag, sekjen PKUB Bimas Khonghucu : Naskah akademik kebijakan
kurikulum agama khonghucu, (Jakarta, 2012). h. 1. 69
kemenag, sekjen PKUB Bimas Khonghucu : Naskah akademik kebijakan
kurikulum agama khonghucu, (Jakarta, 2012) . h. 8
.
62
pemaksaan maka masyarakat akan dipenuhi saling curiga dan ketidak pastian
hasil pendidikan itu. Lebih dari itu pendidikan yang dalam pelaksanaannya
meminjam kekuasaan dan hukum untuk mengatur tak mungkin lagi
menjalankan pendidikan melalui kesadaran (ketulusan).
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, paradigma berpikir pada
penelitian ini adalah menguraikan kondisi minimal untuk membangun
hubungan sebab akibat antara dua faktor (Bradford Hill dalam Hills Criteria
Causation) digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Struktur hubungan Kausal X1, X2 dan Y
Keterangan:
1. Pendidikan Keagamaan ( X1 )
2. Peran Rohaniawan ( X2 )
3. Budi Pekerti ( Y )
Peran Rohaniwan
( X2)
Budi Pekerti
(Y)
Pendidikan keagamaan
( X1)
63
C. Hipotesis
Hipotesis adalah Jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.70
Hipotesis adalah suatu dugaan sementara tentang suatu fenomena
tertentu yang diselidiki dan formulasinya disesuaikan dengan tujuan
penelitian.71
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka penulis
mengajukan hipotesis, ada pengaruh antara Pendidikan keagamaan dan Peran
rohaniwan terhadap peningkatan perilaku budi pekerti umat khonghucu. Jadi
dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan jawaban atau dugaan
sementara dari masalah yang diteliti. Dengan demikian maka hipotesis pada
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Persepsi umat Khongucu mengenai Pendidikan keagamaan secara
individu mempunyai hubungan positif dengan Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor, dengan kata lain semakin baik Persepsi umat
Khonghucu mengenai Pendidikan keagamaan, akan berpengaruh positip
terhadap Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
2. Persepsi Peran Rohaniwan secara individu mempunyai hubungan positif
dengan Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, dengan kata
70
Sumadi Suryabrata, “ Metodologi Penelitian” PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2009. Hal. 21
71A. Joko Wuryanto, “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” Lembaga Pengkajian dan
Pengembangan Keagamaan Buddha Indonesia, 2001. Hal.7
64
lain semakin baik Peran Rohaniwan, maka akan semakin baik
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
3. Persepsi umat Khongucu mengenai Pendidikan keagamaan dan Peran
Rohaniwan secara bersama-sama mempunyai hubungan positip dengan
Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, dengan kata lain semakin
baik Persepsi umat Khongucu mengenai Pendidikan keagamaan dan
semakin baik Peranan Rohaniwan secara bersama-sama maka akan
mempunyai pengaruh positip terhadap Peningkatan Budi Pekerti Umat di
Wilayah MAKIN Cibinong Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor,
Rumusan hipotesis dapat pula ditulis dalam bentuk sebagai berikut :
3. Ho : b1 = b2 = 0
H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0
2. Ho : b2 = 0
H1 : b2 ≠ 0
1. Ho : b1 = 0
H1 : b1 ≠ 0
65
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini termasuk jenis penelitian Asosiatif (korelasional),
penelitian ini juga sering disebut dengan penelitian hubungan sebab akibat
(kausal korelation) yaitu jenis penelitian untuk mengetahui hubungan antara
dua variabel, atau lebih atau hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat.1
2. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan
atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional
dan terarah sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dan optimal.
Berdasarkan variabel yang diteliti, masalah yang dirumuskan dan
hipotesis yang diajukan, maka penelitian ini menggunakan metode studi
korelasi yang merupakan bagian dari jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah Metode
Survei yaitu penelitian dilakukan dengan terjun langsung kelapangan
mengambil data yang terjadi pada saat penelitian dilakukan, dan metode
kuantitatif..
1Iskandar ‘Metode Penelitian Pendidikan dan sosial,’ Referensi 2013. hal.64
65
66
Adapun tipe desain penelitian yang digunakan adalah tipe Penelitian
Non Eksperimental dengan memberikan perlakuan secara alami atau apa
adanya. Pada penelitian ini digunakan pula desain penelitian Deskriptif,
survei penelitian tidak hanya menggambarkan dan menjelaskan fakta-fakta
empiris yang ditemui di lapangan tetapi menganalisis hubungan antara
variabel satu dengan variabel lain. Peneliti menganalisis hubungan variabel
Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong Kecamatan
Gunung Sindur,Kabupaten Bogor, menganalisis pengaruh variabel Persepsi
umat Khonghucu mengenai pendidikan keagamaan Terhadap Variabel Budi
Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor, serta menganalisis pengaruh secara bersama-sama
antara Variabel Hubungan Persepsi umat Khonghucu mengenai Pendidikan
keagamaan dan Peran Rohaniwan terhadap Variabel Budi Pekerti Umat
Khonghucu di wilayah MAKIN Cibinong Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor.
Sesuai dengan desain penelitian yang dikemukakan di atas maka
variabel-variabel penelitian dapat dijabarkan ke dalam indikator-indikator
variabel. Dari indikator-indikator tersebut dapat disusun pengukurannya
sehingga dengan data kuantitatif yang didapat dalam penelitian selanjutnya
digunakan sebagai bahan analisis statistik.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu Pendidikan
keagamaan (X1), Peran Rohaniwan (X2) dan Budi Pekerti Umat Khonghucu
(Y). Untuk lebih jelasnya, operasionalisasi variabel penelitian yang
merupakan indikator-indikator variabel dapat dirumuskan sebagai berikut :
67
Tabel 3.1
Operasionel Variabel
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR NO. BUTIR
Pendidikan
Keagamaan
(X1)
Aspek
Teknis
Pendidikan
Peningkatan kemampuan dan
wawasan
Penyerapan ilmu
Penyelesaian tugas dengan
baik
1,2,3,4,5,7
6,8,9
11,12,13,
Manfaat
Pendidikan
Agama
Pelaksanaan Pendidikan
yang berkualitas
10,14,15
Peran
Rohaniwan
(X2)
Tugas dan
Kewajiban
Rohaniwan
Rohaniwan sebagai teladan
Rohaniwan sebagai tokoh
Agama dalam masyarakat
2,3,4,8,10,
11,13
1,5,7,14,15
Hak
Rohaniwan
Mendapat pendidikan agama
Yang cukup
Mendapat apresiasi yang baik
6, 12
9
Budi Pekerti
Umat
Khonghucu
(Y)
Pemenuhan
Standar
input dan
Proses
Karakteristik Junzi
Kualitas Pendidikan
1,2,4,5,7,10,11
,12,13
3,6
Pemenuhan
Standar
outcome
Memberikan kepuasan
Kualitas Hasil Belajar Umat
14,15
8,9
68
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Majelis Agama Khonghucu Indonesia
(Makin) Litang diwilayah kampung Cibinong, Rt. 001 Rw.005 desa
Cibinong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor, karena letak
Majelis tersebut dekat dengan domisili penulis, selain itu penulis
merupakan salah satu jama'ah dari Majelis tersebut, hal ini mendorong
penulis untuk mengetahui dan meneliti lebih mendalam mengenai
Hubungan Persepsi Umat Khonghucu tentang pendidikan keagamaan
(variabel X1) dan Peran rohaniwan khonghucu (variabel X2) terhadap
perilaku dan sikap Luhur dan budi pekerti umat khonghucu di Cibinong
Gunung Sindur (variabel Y ).
1. Sejarah Singkat Litang MAKIN Cibinong Gunung Sindur.
Kebaktian Agama Khonghucu Indonesia Cibinong Gunung Sindur
Telah ada kira kira sejak Tahun 1975 dimana dilakukan setiap malam
minggu di rumah umat yakni dirumah keluarga (Alm) Bapak Eman Toha
dan dilakukan oleh penyuluh Agama Khonghucu yang dipelopori oleh
Bapak Halim Otong (Penasehat II MAKIN Gunung Sindur) lalu
dikarenakan banyaknya umat maka dirasakan halaman depan rumah
(Blandongan) tersebut tidak mampu lagi menampung umat yang
melaksanakan kebaktian sehingga banyak dilakukan kebaktian keliling
dari rumah kerumah umat disamping sebagai salah satu cara
mensosialisasikan agama khonghucu, lalu berdasarkan rapat umat agama
khonghucu Desa Cibinong maka pada tanggal 02 Maret 1981 dibentuk
panitia pembangunan Litang yang disetujui oleh MAKIN gunung sindur
yakni bapak Mulyadi. L, dimana panitia tersebut terdiri atas Pelindung :
Bapak Efendi dan Edi Dardi, Penasehat Bapak (Alm)Suparman (Louw
69
Cun Bih), yang diketuai oleh (Alm)Bapak Iman Sanjaya (In Hay), Wakil
Ketua Bapak Suyanto, Sekretaris (Alm) Supiatna (Phoa Peser), dan
Bendahara Ibu Ees, dimana dengan Anggota Panitia Bapak Tatang, Ong
Liong, Toing, Peng Lim, Pang Cuih, Kim Yang dan (alm) Bapak Hai Sin
(Phoa Kun Hay).
Pada Hari Selasa Tanggal 16 Juni 1981 diadakan rapat umat kembali
untuk menindak lanjuti rencana Pembangunan tempat ibadah (Litang)
dimana rapat umat ini selain dihadiri oleh umat juga dihadiri oleh Para
Tokoh Masyarakat/ sesepuh Umat Khonghucu Masa itu seperti Alm
Bapak Phoa Wi Cang, Alm Louw Cun Bih, Alm Louw O Lim, Alm Loa
Kok Sun, Alm Louw Ok Yang, Alm Loa Pi Yol, Alm Gouw Em Pih,
Alm Tee Cin Kan, Alm Tee O Lim, AlmTan Sun Seng, Alm Louw Tong
Seng dan Bapak Gouw Bun Hoat, Gouw Bun Kuih, serta Louw An seng.
Dimana rapat tersebut memutuskan bahwa pembangunan Litang
dilakukan secara Swadaya dimana setiap keluarga Umat khonghucu
Desa cibinong sanggup memberikan sumbangan baik moril maupun
materiil demi lancarnya pembangunan tempat ibadah/Litang sampai
terwujud, dimana dibuktikan dengan segel bermaterai tertanggal Sabtu
20 juni 1981 dan diketahui oleh Kepala Desa kala itu Bapak E.
Sulaiman.
Pada hari senin tanggal 06 Juli 1981 (Alm) Bapak Tan Eng Kih /
Eman Toha, berdasarkan hasil musyawarah keluarga menyatakan meng
HIBAH kan tanahnya untuk dibangun Litang/ tempat ibadah Umat
Agama Khonghucu desa Cibinong dengan Persil No.166 c No.821 yang
berdasarkan surat segel bermaterai diketahui oleh Kepala Desa Cibinong
Bapak Bosa Suroso, serta Camat kecamatan Gunung Sindur bapak Didin
Hasanudin.BA.
70
Akhirnya dibangunlah Tempat Ibadah Umat Khonghucu (Litang)
Cibinong ini Tanggal 16 juli 1981 yang diketuai Oleh (Alm) Bapak Iman
Sanjaya (In Hay) dan (Alm) bapak Supiatna ( Phoa Peser) yang diketahui
oleh Ketua MAKIN Gunung Sindur Bapak Mulyadi dan Ketua KMD
DKI dan JABAR MATAKIN yakni Ibu Lindasari Wihardja, SH. dengan
bantuan umat dan donatur kala itu, dimana hingga saat ini kurang lebih
telah 2 kali dilakukan renovasi sederhana terhadap bangunan Litang
sehingga mengingat usia yang telah lama maka terlihat kayu kayu dan
Plafon bangunan litang telah menunjukkan usianya hingga lapuk disana
sini.2
Berdasarkan urutannya Litang Cibinong telah terjadi 9 kali
pergantian Ketua, dimana menurut urutannya sebagai berikut :
1. Alm Bapak Iman Sanjaya KAKHIN Periode 1981 – 1985
2. Alm Bapak Louw Bok Kiang KAKHIN Periode 1985 – 1988
3. Bapak Tan Ceng Yam/ Yanto KAKHIN Periode 1988 – 1992
4. Bapak Tee Sun Ok / Susono KAKHIN Periode 1993 – 1997
5. Alm Bapak Kwa Pohin KAKHIN ± 3 Bulan
6. Bapak David Lauwrence KAKHIN Periode 1998 – 2003
7. Bapak David Lauwrence MAKIN Periode 2004 – 2007
8. Bapak David lauwrence MAKIN Periode 2007 - 2010
9. Js. Yap Yudi MAKIN Periode 2010 - 2014
10. Js. Yap Yudi MAKIN Periode 2014 - 20183
2Buku Kenangan Peresmian Gedung Baru Kelenteng Kongzi Miao “Hoo Tek Bio”
Litang Harmonis Kebajikan MAKIN Cibinong Gunung Sindur- Bogor ( Bogor,2013) Hal. 19 3ibid Hal. 20
71
2. Jadwal Kebaktian Majelis Agama Khonghucu Indonesia
(MAKIN) Cibinong Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Tabel 3.2
Jadwal Kebaktian Makin Cibinong Gunung Sindur
No.
KEBAKTIAN
HARI
JAM
1
Sekolah Minggu
Minggu
08.00 – 10.00 WIB
2
PAKIN (Pemuda)
Minggu
10.00 – 12.00 WIB
3
WAKIN (Ibu-ibu)
Minggu
12.30 – 14.30 WIB
4
Chu Yi (Umum)
Malam Tanggal 1 Imlek
19.00 – 21.00 WIB
5
Shi Wu (Umum)
Malam Tanggal 15 Imlek
19.00 – 21.00 WIB
6
Serta dilaksanakan Upacara-upacara keagamaan lainnya sesuai dengan
aturan hari Raya agama Khonghucu dan Tata Agama dan Tata Laksana
Upacara agama Khonghucu
72
3. Struktur Organisasi Litang MAKIN Cibinong Gunung Sindur.
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Makin Cibinong Gunung Sindur
73
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi merupakan seluruh subyek penelitian. Populasi menurut
Singarimbun (1998:8) adalah jumlah keseluruhan dari unit-unit
analisis yang memiliki ciri-ciri yang akan diduga. Nawawi
(2003:141) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-
tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai
sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu
penelitian.4
Berdasarkan pengertian Populasi maka wilayah generalisasi yang
terdiri atas subyek dan obyek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini
terdiri dari Umat Khonghucu di wilayah MAKIN Cibinong
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor yang berjumlah 920
orang..
Tabel 3.3
Populasi Penelitian
No Uraian Populasi
1.
2.
3.
Ketua atau Wakil Ketua MAKIN
Rohaniwan
Umat Khonghucu
1
3
916
Jumlah 920
Sumber : hasil survei
4Iskandar, ‘Metode Penelitian Pendidikan dan sosial,’ Referensi 2013. hal 69
74
2. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara
representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau
bagian kecil yang diamati, penelitian terhadap sampel biasanya
disebut studi sampling5.
Sampel sebagai responden ditentukan dengan teknik Stratified
Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel di mana dari
anggota populasi dijadikan sampel penelitian dengan
memperhatikan strata yang ada dan pengambilan sampel dilakukan
secara acak. Dengan menggunakan rumus Slovin di dapat sampel
yang diambil pada penelitian ini dengan responden dan data cukup
heterogen, sehingga dengan pengambilan sampel sebanyak ini
dapat dianggap telah memenuhi persyaratan dalam penelitian ini.
D. Metode Penarikan Sampel.
Populasi target dalam penelitian ini adalah umat Khonghucu
diwilayah Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Cibinong
Gunung Sindur Kabupaten Bogor yang berjumlah 920 orang. Sampel
penelitian ini diambil menggunakan Rumus Slovin, yang dipilih melalui
perhitungan, sebagai berikut :
N
n =
1+ Ne²
Keterangan ::
n = Sampel
N = Populasi
5Iskandar,‘Metode Penelitian Pendidikan dan sosial,’ Referensi 2013. hal.70
75
e.= Persen kelonggaran ketidak telitian karena salah pengambilan
sampel / nilai Presisi ( ditentukan dalam hal ini sebesar 10 % atau e =
0,1 ). Atau dikatakan juga e ini sebagai nilai kritis.
920 920
n = = = 90,196
1 + 920 (0,1)2 10.2
Dengan perhitungan Rumus Slovin ini didapatkan Sampel
sebanyak 90.196 oleh karena itu jumlah sampel digenapkan
menjadi 91.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data penelitian
dengan tingkat ketercakupan data sesuai dengan fokus penelitian,
menurut Sugiyono (2005:105) Instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen penelitian merupakan
alat penjaringan data yang berupa pertanyaan penelitian.6
Sesuai dengan jumlah variabel pada penelitian ini, maka jumlah
instrumen sebagai berikut:
a. Instrumen untuk mengukur variabel pengaruh pendidikan
keagamaan.
b. Instrumen untuk mengukur variabel peran rohaniwan.
6Iskandar.‘Metode Penelitian Pendidikan dan sosial,’ Referensi 2013. hal 181
76
c. Instrumen untuk mengukur variabel perilaku luhur atau budi
pekerti umat agama Khonghucu.
F. Skala Pengukuran Butir Instrumen
Skala yang digunakan untuk mengukur butir-butir instrumen pada
penelitian ini adalah skala Likert. melalui skala Likert ini dapat diukur
sikap, pendapat,dan persepsi seseorang (responden) tentang fenomena
dari setiap variabel yang diteliti.7
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa
kata-kata antara lain:
Tabel 3.4
Skor Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan Positif (+)
Pertanyaan Negatif (-)
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 4 Setuju (S) 2
Netral (N) 3 Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 5
Untuk memudahkan responden dalam menjawab Pertanyaan yang
menjadi butir instrumen, peneliti menggunakan teknik Kuesioner dengan
Pengukuran skala Likert dalam bentuk checklist (√)
Contoh kuesioner bentuk checklist
7Dr. Iskandar.M.Pd. ‘Metode Penelitian Pendidikan dan sosial,’ Referensi 2013hal 83
77
Tabel 3.5
Contoh Kuisioner
No Pertanyaan
Jawaban
SS ST N TS STS
1
Pendidikan Agama Khonghucu
dengan Diklat Agama
Khonghucu (DAK) akan
meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan umat.
2
Kebaktian secara rutin akan
meningkatkan keimanan dan
kesadaran beragama.
3
Rohaniwan sangat membantu
umat di setiap MAKIN/Tempat
kebaktian Agama Khonghucu.
4
Berusaha melaksanakan Siwu
(empat Pantangan):Yang tanpa
kesusilaan Pantang disaksikan,
yang tanpa kesusilaan pantang
disimak, yang tanpa kesusilaan
pantang diperbincangkan, yang
tanpa kesusilaan pantang
dilakukan.
78
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Kuisioner
Kuisioner digunakan untuk mengumpulkan sejumlah data
yang relevan dengan kebutuhan penelitian. Caranya dengan
memberikan pertanyaan secara tertulis kepada responden yang telah
ditentukan alternatif jawabannya dari pertanyaan tersebut. Alternatif
jawaban disusun dalam 5 alternatif dan responden dapat memilih
salah satu jawaban yang dianggap benar.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan termasuk tinjauan buku/dokumen adalah
proses pengumpulan data dengan cara mempelajari, menelaah
berbagai peraturan-peraturan, buku-buku, serta dokumentasi yang
ada relevansinya dengan masalah yang diteliti. Kajian dan kutipan
berbagai teori, pendapat data dari sejumlah buku berguna dalam
penyusunan Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran untuk
mendukung rencana penelitian serta menyusun Deskripsi Objek
Penelitian.
3. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan
pengamatan langsung di lapangan dan mencatat masalah-masalah
penting yang ada hubungannya dengan penelitian.
4. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan kepada orang-orang yang dipilih berdasarkan
79
pertimbangan tertentu. Wawancara dapat dijadikan alat kontrol data
(crosscheck) yang dianggap meragukan yang diperoleh kuisioner
maupun observasi. Oleh karenanya dalam pengumpulan data melalui
kuisioner harus dilakukan kontrol melalui wawancara. Selain untuk
menghindari salah interpretasi atau kesalahan dalam pengisian selagi
tidak menyimpang dari tujuan penelitian.
Karena keterbatasan penulis dalam hal waktu dan biaya, maka
dalam teknik pengumpulan data ini hanya point 1 (kuisioner) dan
point 2 (dokumentasi) saja yang peneliti lakukan dan akan dianalisis
lebih lanjut. Alat pengumpulan data digunakan berupaya menggali
respon dari setiap responden yang menjadi sample penelitian dengan
cara memberikan pernyataan secara tertulis kepada responden,
dimana pada setiap jawaban dari pernyataan yang diajukan telah
ditentukan alternatif jawabannya. Alternatif jawaban disusun dalam 5
alternatif dan responden dapat memilih salah satu jawaban yang
dianggap benar. Setiap jawaban diberikan bobot nilai seperti berikut:
Sangat Setuju (SS) dengan bobot nilai 5, Setuju (S) dengan bobot
nilai 4, Netral (N) dengan bobot nilai 3, Tidak Setuju (TS) dengan
bobot nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan bobot nilai 1.
Pemberian bobot ini sangat diperlukan sebagai langkah awal untuk
kemudian dilakukan perhitungan secara statistik.
Kuesioner disebar kepada responden yaitu umat khonghucu
yang mengikuti pendidikan agama melalui kebaktian dan sembahyang
di litang, kelenteng dan Miao yang menjadi responden adalah
sumber data primer pada penelitian ini.
80
Kuesioner yang berisi butir-butir instrument skala Likert
sebagaimana dijelaskan pada bagian F, mengukur sikap dan juga
perilaku responden.
Responden diminta memberi penilaian terhadap sejumlah
pertanyaan (baik positif maupun negatif) yang berkenaan dengan
respont mereka terkait pendidikan agama dan peran rohaniwan
terhadap peningkatan perilaku luhur umat.
Responden juga diminta memberi penilaian terhadap sejumlah
pertanyaan (baik positif maupun negatif) yang berkenaan dengan
sejumlah aktivitas yang mereka lakukan terkait pendidikan
keagamaan dan peran rohaniwan terhadap perilaku luhur umat
Alternatif jawaban untuk mengukur sikap adalah sebagai
berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (ST),
dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor untuk pernyataan positif adalah
sebagai berikut: SS = 5, S = 4, N = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sementara
Skor untuk pernyataan negatif adalah sebaliknya, yaitu: SS = 1, S = 2,
N = 3, TS = 4, dan STS = 5.
Dalam pengisian kuesioner responden hanya menuliskan data
checklist (√) pada kolom jawaban yang telah tersedia.Jumlah butir
soal untuk setiap variable masing-masing antara 15 soal untuk
mengukur Persepsi umat Khonghucu tentang pendidikan keagamaan,
15 soal untuk mengukur peran Rohaniwan dan 15 soal untuk
mengukur perilaku luhur budi pekerti.
81
H. Variabel Penelitian
Sebagai variabel bebas/independent (variabel X) dalam penelitian ini
pendidikan keagamaan (X 1), dan peran rohaniwan (X
2), sedangkan variabel
terikat/dependen (variabel Y) adalah perilaku luhur budi pekerti umat.
Sementara aspek-aspek yang dinilai dari masing-masing variable
dapat dilihat pada table berikut:
1. Variabel Persepsi umat Khonghucu tentang Pendidikan Keagamaan
Tabel 3.6
Kisi-kisi variabel Pendidikan Keagamaan
Variabel
Dimensi
Indikator
Nomor Butir
Jumlah ( + ) ( - )
Pendidikan
Keagamaan
(X1)
Aspek
Teknis
Pendidikan
Peningkatan
kemampuan
dan wawasan
Penyerapan
ilmu
Penyelesaian
tugas dengan
baik.
1,2,3,
5,7
6,8,9
12
4
11,13
15
Manfaat
Pendidikan
Agama
Pelaksanaan
Pendidikan
yang
berkualitas
10,15
14
82
2. Variabel Peran Rohaniwan
Tabel 3.7
Kisi-kisi variabel Peran Rohaniwan
Variabel
Dimensi
Indikator
Nomor Butir
Jumlah ( + ) ( - )
Peran
Rohaniwan
(X2)
Tugas dan
Kewajiban
Rohaniwan
Rohaniwan
sebagai
teladan
Rohaniwan
sebagai tokoh
Agama dalam
masyarakat
2,3,4,8,
11, 13
1,7,14,15
10
5
15
Hak
Rohaniwan
Mendapat
pendidikan
agama yang
cukup
Mendapat
apresiasi yang
baik
6, 12
9
83
3. Variabel Budi Pekerti
Tabel 3.8
Kisi-kisi variabel Budi Pekerti
I. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk mendapatkan skala pengukuran atau instrumen yang baik harus
memiliki validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian harus telah
melalui kajian awal , peneliti harus melihat dan menganalisis data-data kajian
awal untuk melihat validitas dan reliabilitas dari instrumen yang digunakan.
Variabel
Dimensi
Indikator
Nomor Butir
Jumlah ( + ) ( - )
Budi
Pekerti
(Y)
Pemenuhan
Standar input
dan Proses
Karakteristik
Junzi
Kualitas
Pendidikan
1,2,7,
10
3,6
4,5, 11,
12,13
15
Pemenuhan
Standar
outcome
Memberikan
kepuasan
Kualitas Hasil
Belajar Umat
14,15
8,9
84
Pengujian validitas dan reliabilitas adalah proses menguji butir –butir
pertanyaan yang ada dalam sebuah instrumen , apakah butir pertanyaan yang
diberikan sudah valid dan reliable, jika sudah maka butir-butir instrumen
sudah dapat digunakan dalam penelitian.8
Untuk menguji validitas instrumen yang digunkan dalam penelitian, harus
digunakan nilai practical significance, dimana menurut Hairs et al (1998)
nilai validitas diatas. 30 adalah nilai yang dapat dalam analisis fakctor.9
J. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti setelah
data terkumpul. Analisis data penelitian kuantitatif adalah menggunakan
analisis statistik yakni statistik deskriptif dan inferensial.
Analisis deskriptif digunakan untuk membantu peneliti mendeskripsikan
ciri variabel yang diteliti atau merangkum hasil pengamatan penelitian yang
telah dilakukan tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum.statistik ini berkaitan dengan kegiatan pencatatan, penyusunan,
penyajian dan peringkasan.10
Analisis inferensial digunakan untuk menetapkan sejauh mana dapat
menyimpulkan hasil penelitian dari data yang diperoleh dari sampel, bagi
populasi penelitian. Peneliti membuat hipotesis penelitian dengan uji statistik
untuk menjawab hipotesis nol, seperti uji chi kuadrat, uji-t, uji anova,
korelasi dan regresi.11
Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dilakukan langkah-langkah
analisis data dan pengujian Hipotesis dengan cara pengolahan data statistik
melalui paket statistic SPSS versi 22.0 for windows. Data yang ditampilkan
8Iskandar. ‘Metode Penelitian Pendidikan dan sosial,’ Referensi 2013. Hal 97
9ibid. hal 98.
10ibid. hal 182
11ibid. hal. 182.
85
berbentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan
secara deskriptif. Sesuai dengan masalah dan rumusan Hipotesis statistik
sebagaimana telah dirumuskan pada Bab I, maka dalam analisis data
digunakan analisis data kuantitatif.
Analisis kuantitatif pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
I. Uji Reliabilitas dan Validitas dengan menggunakan
koefisien reliabilitas Alfa Cronbach :
Uji Reliabilitas :
R
ER
V
VVRI
. ( Benny Gunawan :2007)
dimana:
VR = Varian responden
VE = Varian error
I.R. = Index Reliabilitas
Uji Validitas :
)()( SSYSSX
SCPrH ( Benny Gunawan :2007)
Dimana :
nSSY
nSSX
nSCP
22
22
)(
)(
)()(
X = Skor untuk quesioner masing-masing data
86
Y = Total skor
II. Deskriptif statistik dan histogram untuk variabel X1, X2
dan Y
Penggambaran terhadap variabel bebas (X1, X2) dan variabel terikat
(Y) hasil penelitian yang dilakukan dengan menghitung rata-rata
mean, median, maximum, minimum, standar deviasi, skewness dan
kurtosis.
III. Uji persyaratan persamaan garis regresi berganda:
1. Uji normalitas data dari variabel X1, X2 dan Y dengan menggunakan
rumus Jarque-Bera Test sebagai berikut:
JB test
24
3
6
22 KSn (Gujarati, 2001)
dimana S = Skewness
K = Kurtosis
n = Jumlah Sampel
Rejection rule : apabila nilai JB test > 2 0,01;2 maka distribusi data tidak
normal atau sebaliknya apabila JB test < 2 0,01;2 maka distribusi data adalah
normal
2. Uji Autokorelasi dengan metode analisis Durbin-Watson test dengan
rumus sebagai berikut:
2
2
1)(
t
tth
e
eed
(Gujarati : 2001)
87
Rejection rule : luh ddd tidak terjadi autokorelasi
Dimana = %52 dank
3. Uji Heteroskedasticity dengan menggunakan uji White Test
(Gujarati : 2001)
Rejection rule : apabila dfRn ,01,0
22 )( maka sebaran data
bersifat heteroscedastis (varian residual tidak homogen) dan apabila
dfRn ,01,0
22 )( maka sebaran data homogen (homoscedastis yaitu
varian residualnya homogen atau konstan).
Dimana :
n =jumlah observasi (sampel)
R2 = koefisien determinan dari hasil uji residual (White Test)
df = jumlah variabel bebas dalam uji White Test (C, X1, X12, X1 x
X2, X2, X22) yaitu 6.
4. Uji Collinearity
Rejection rule : apabila nilai Toleran 0, dengan demikian
tidak terjadi Collinearity antara X1 dan X2 atau dengan nilai
VIF < 10, maka tidak terjadi Collinearity antara X1 dan X2.
IV. Uji Hipotesis
1. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel X1 X2
secara bersama-sama terhadap variabel Y dengan rumusan
sebagai berikut:
MSE
MSRFhit ( Benny Gunawan, 2007 )
88
Kriteria uji F :
- Jika F hitung < F tabel : H0 diterima dan H1 ditolak, artinya
tidak terdapat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
- Jika F hitung > F tabel : H0 ditolak dan H1 diterima, artinya
terdapat pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat
2. Uji t
Nilai thitung dari masing-masing koefisien regresi dapat
diperoleh dengan cara sebagai berikut:
)(bise
bit hitung (Benny Gunawan, 2007)
Se adalah kesalahan standar (standar error of estimatimation) yang
ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
)1()()(
21
2 XXrSSXi
MSEbiSe
Kriteria uji t :
- Jika t hitung < t tabel : H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak
terdapat pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel terikat
(Y).
- Jika t hitung > t tabel : H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
89
3. Koefisien Determinasi sebagai berikut :
SST
SSRR 2
dimana : SSR = Sum Square of Regression
SST = Sum Square of Total
4. Persamaan Regresi Berganda, digunakan rumus sebagai berikut :
Ŷ = a + b1X1 + b2X2 (Benny Gunawan, 2007)
Dimana :
Ŷ = Nilai estimasi variabel tidak bebas
a = konstanta
X1 = variabel bebas ke-1
X2 = variabel bebas ke-2
b1 = Koefisien regresi variabel X1
b2 = Koefisien regresi variabel X2
90
K. Rancangan dan Jadwal Penelitian.
Lokasi kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Wilayah MAKIN
Cibingong Kecamatan Gunungsindur, Kabupaten Bogor,. Jadwal
penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.9
Jadwal Penelitian Tahun 2017 - 2018
No
. Kegiatan
B U L A N
Agustus
2017
September
2017
Oktober-
November
2017
Desember–
Januari
2018
Februari
2018
1. Pengajuan UP
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Bimbingan Tesis
5. Ujian Tesis
91
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian Data Hasil Penelitian
Analisis data ini dilakukan dengan cara melakukan pengujian-
pengujian sebagai berikut ini :
- Uji Validitas dan Reliabilitas
- Deskriptif statistik dan Histogram Variabel X1, X2 dan Y
- Korelasi sederhana antara Variabel X1, X2 dan Y
- Persyaratan persamaan Garis Regresi Berganda
- Uji Hipotesis
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah
dengan cara menyebarkan sejumlah daftar pertanyaan (angket) kepada
sampel yang telah ditentukan sebanyak 91 orang. Didalam daftar pertanyaan
ini memuat pernyataan-pernyataan yang mengacu pada ketiga variabel
penelitian, yaitu Variabel Persepsi umat Khongucu mengenai Pendidikan
Keagamaan (X1), Peran Rohaniwan (X2) dan Variabel Budi Pekerti Umat
Khonghucu (Y)
Agar data yang diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan, maka daftar
pertanyaan tersebut dirancang agar memenuhi beberapa kriteria sebagai
berikut :
a. Substansi pertanyaan disusun berdasarkan pada acuan teoritis,
disesuaikan dengan dimensi dan indikator-indikator variabel sebagaimana
yang diuraikan dalam definisi operasional variabel di Bab III terdahulu,
dengan maksud untuk memberikan kejelasan kepada responden dalam
memberikan jawaban secara objektif dan akurat.
91
92
b. Setiap eksemplar daftar pernyataan (angket) diberi nomor urut dengan
lima kategori jawaban yang tersedia bagi setiap responden.
c. Setiap item pertanyaan responden, kemudian dipindahkan kedalam
format skor jawaban yang memuat item pertanyaan dan skor jawaban
responden, kemudian dilakukan penjumlahan skor untuk masing-masing
variabel.
d. Untuk memudahkan perhitungan lebih lanjut, maka jumlah skor nilai
untuk masing-masing varibel dari seluruh angket yang masuk, disusun
kedalam format rekapitulasi skor jawaban.
1. Uji Reliabilitas dan Validitas
Melalui perhitungan komputer diperoleh nilai Koefisien Reliabilitas
Alpha Cronbach sebagai berikut ini :
Tabel 4.1
Koefisien Reliabilitas
Dengan melihat hasil Koefisien Reliabilitas (Alpha Cronbach) dari
tabel diatas sebesar 0,605 maka dengan demikian instrumen yang
digunakan reliabel yaitu suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut
sudah baik.
Uji Validitas dilakukan melalui perhitungan dengan teknik korelasi
“product moment” diperoleh koefisien korelasi butir (r-butir) yaitu
93
sebanyak 45 butir instrumen dengan sampel sebanyak 91 orang (n =
91), dengan =0,05 didapat r tabel = 0.207, artinya bila r butir < r
tabel, butir instrumen termaksud tidak valid dan apabila r butir > r
tabel, butir instrumen termaksud dapat digunakan (valid). Dari
perhitungan statistik untuk masing-masing variabel dapat dijabarkan
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Uji Validitas Variabel Persepsi umat Khonghucu
mengenai Pendidikan Keagamaan (X 1)
No. r butir r table Keterangan
1 -0.264 0.207 Tidak Valid
2 0.239 0.207 Valid
3 0.243 0.207 Valid
4 0.079 0.207 Tidak Valid
5 -0.146 0.207 Tidak Valid
6 0.223 0.207 Valid
7 0.299 0.207 Valid
8 0.129 0.207 Tidak Valid
9 0.220 0.207 Valid
10 0.319 0.207 Valid
11 0.394 0.207 Valid
12 0.280 0.207 Valid
13 0.296 0.207 Valid
14 0.393 0.207 Valid
15 0.264 0.207 Valid
94
Tabel 4.3
Uji Validitas Variabel Peran Rohaniwan (X2)
No. r butir r table Keterangan
1 0.152 0.207 Tidak Valid
2 0.183 0.207 Tidak Valid
3 0.475 0.207 Valid
4 0.523 0.207 Valid
5 0.216 0.207 Valid
6 -0.477 0.207 Tidak Valid
7 0.517 0.207 Valid
8 0.507 0.207 Valid
9 0.542 0.207 Valid
10 0.319 0.207 Valid
11 0.451 0.207 Valid
12 0.244 0.207 Valid
13 0.580 0.207 Valid
14 0.640 0.207 Valid
15 0.243 0.207 Valid
95
Tabel 4.4
Uji Validitas Variabel Budi Pekerti Umat Khonghucu (Y)
No. r butir r table Keterangan
1 -0.145 0.207 Tidak Valid
2 0.255 0.207 Valid
3 0.336 0.207 Valid
4 0.250 0.207 Valid
5 0.370 0.207 Valid
6 0.235 0.207 Valid
7 0.217 0.207 Valid
8 0.209 0.207 Valid
9 0.278 0.207 Valid
10 0.444 0.207 Valid
11 0.211 0.207 Valid
12 0.239 0.207 Valid
13 0.211 0.207 Valid
14 0.279 0.207 Valid
15 0.266 0.207 Valid
2. Deskripsi Data Responden
Populasi target dalam penelitian ini adalah umat Khongucu di Wilayah
Majelis Agama Khongucu Cibinong, Gunung Sindur yang berjumlah 920
orang. Sementara sampel yang terambil adalah 91 orang. Data latar belakang
responden yang dideskripsikan di sini, terdiri dari jenis kelamin, usia,
pendidikan, pekerjaan .
96
Tabel 4.5
Profil responden berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 38 41,8
2 Perempuan 53 58,2
Total 91 100
Dari data pada tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa Umat Khongucu
yang mengisi kuisioner lebih dominan perempuan yaitu sebanyak 53
responden atau 58,2 % dan yang Laki-laki sebanyak 38 responden atau 41,8
%.
Tabel 4.6
Profil responden berdasarkan Usia
No Responden Frekuensi Persentase
1 17 - 26 tahun 28 30,8
2 27 - 36 tahun 23 25,3
3 37 - 46 tahun 20 22,0
4 47 - 56 tahun 8 8,8
5 57 - 66 tahun 7 7,7
6 67 - 76 tahun 5 5,5
Total 91 100
Dari data pada tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa Umat Khongucu
yang mengisi kuisioner lebih dominan usia 17 – 26 tahun sebanyak 28
responden atau 30,8% dan yang sedikit usia 67-76 tahun sebanyak 5
responden atau 5,5%.
97
Tabel 4.7
Profil responden berdasarkan Pendidikan
No Responden Frekuensi Persentase
1 SD/SR 28 30,8
2 SMP 35 38,5
3 SMA/K 20 22,0
4 Diploma 3 3,3
5 S1 5 5,5
6 S2 0 0,0
Total 91 100
Dari data pada tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa Umat Khongucu
yang mengisi kuisioner lebih dominan pendidikan SMP sebanyak 35
responden atau 38,5 % dan yang paling sedikit berpendidikan Diploma
sebanyak 3 responden atau 3,3%.
Tabel 4.8
Profil responden berdasarkan Pekerjaan
No Responden Frekuensi Persentase
1 Tidak Bekerja 8 8,8
2 Ibu Rumah Tangga 32 35,2
3 Mahasiswa/Siswa 9 9,9
4 Karyawan Swasta 7 7,7
5 Wirausaha/Pedagang/Petani/Peternak 35 38,5
Total 91 100
Dari data pada tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa Umat Khongucu yang
mengisi kuisioner lebih dominan sebagai Wirausaha/ Pedagang/ Petani/
98
Peternak sebanyak 35 responden atau 38,5 % dan yang paling sedikit
berprofesi sebagai Karyawan Swasta sebanyak 7 responden atau 7,7%.
3. Deskripsi Data Variabel Persepsi umat Khongucu mengenai
Pendidikan Keagamaan (X1)
Pada variabel Persepsi umat Khongucu mengenai Pendidikan
Keagamaan terdiri dari dua dimensi yaitu; Aspek Teknis Pendidikan,
(dengan indikator: peningkatan kemampuan dan wawasan , penyerapan
ilmu, penyelesaian tugas dengan baik), Manfaat Pendidikan Agama
(indikator : pelaksanaan pendidikan yang berkualitas)
Tabel 4.9
Pendapat responden tentang peningkatan kemampuan dan wawasan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_1 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 31 124 34,1
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 398 100
Rata-rata Skor 4,37
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator peningkatan kemampuan dan wawasan pada
pernyataan kesatu yaitu sebanyak 51,6 % menyatakan Sangat Setuju,
34,1% menyatakan Setuju, 14,3 % menyatakan netral, dengan rata-rata
4,37. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat responden
terhadap indikator peningkatan kemampuan dan wawasan berada pada
kategori sangat baik.
99
Tabel 4.10
Pendapat responden tentang peningkatan kemampuan dan wawasan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_2 Sangat Setuju 5 27 130 28,6
Setuju 4 39 156 42,9
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 13 26 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 351 86
Rata-rata Skor 3,86
Berdasarkan tabel 4.10, pada pernyataan kedua yaitu sebanyak
28,6% menyatakan Sangat Setuju, 42,9% menyatakan Setuju, 14,3%
menyatakan netral, dengan rata-rata 3,86. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator peningkatan
kemampuan dan wawasan berada pada kategori baik.
Tabel 4.11
Pendapat responden tentang tentang
peningkatan kemampuan dan wawasan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_3 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 31 124 34,1
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 398 100
Rata-rata Skor 4,37
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat
responden terhadap indikator peningkatan kemampuan dan wawasan
yaitu sebanyak 51,6 % menyatakan Sangat Setuju, 34,1%
menyatakan Setuju, 14,3 % menyatakan netral, dengan rata-rata 4,37.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat responden
terhadap indikator peningkatan kemampuan dan wawasan berada
pada kategori sangat baik.
Tabel 4.12
Pendapat responden tentang peningkatan kemampuan dan wawasan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_4 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 0 0 0,0
Netral 3 18 54 19,8
Tidak Setuju 4 44 176 48,4
Sangat Tidak setuju 5 29 145 31,9
Jumlah 91 375 100
Rata-rata Skor 4,12
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator peningkatan kemampuan dan wawasan yaitu sebanyak
31,9% menyatakan Sangat tidak Setuju, 48,4% menyatakan tidak Setuju,
19,8% menyatakan netral.dengan rata-rata 4,12. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator peningkatan
kemampuan dan wawasan berada pada kategori sangat baik.
101
Tabel 4.13
Pendapat responden tentang peningkatan kemampuan dan wawasan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_5 Sangat Setuju 5 29 145 31,9
Setuju 4 31 124 34,1
Netral 3 21 63 23,1
Tidak Setuju 2 10 20 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 352 89
Rata-rata Skor 3,87
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator peningkatan kemampuan dan wawasan pada
pernyataan keempat yaitu sebanyak 31,9% menyatakan Sangat Setuju,
34,1% menyatakan Setuju, 23,1% menyatakan netral, dengan rata-rata
3,87. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat responden
terhadap indikator peningkatan kemampuan dan wawasan berada pada
kategori baik.
Tabel 4.14
Pendapat responden tentang penyerapan ilmu
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_6 Sangat Setuju 5 31 155 34,1
Setuju 4 36 144 39,6
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 11 22 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 360 88
Rata-rata Skor 3,96
102
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat
responden terhadap indikator penyerapan ilmu yaitu sebanyak 34,1%
menyatakan Sangat Setuju, 39,6% menyatakan Setuju, 14,3 %
menyatakan netral.dengan rata-rata 3,96. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator
penyerapan ilmu berada pada kategori baik.
Tabel 4.15
Pendapat responden tentang peningkatan kemampuan dan wawasan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_7 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 31 124 34,1
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 398 100
Rata-rata Skor 4,37
Berdasarkan tabel 4.15, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator peningkatan kemampuan dan wawasan pada pernyataan
yaitu sebanyak 51,6 % menyatakan Sangat Setuju, 34,1% menyatakan
Setuju, 14,3 % menyatakan netral.dengan rata-rata 4,37. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator
peningkatan kemampuan dan wawasan berada pada kategori sangat baik.
103
Tabel 4.16
Pendapat responden tentang penyerapan ilmu
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_8 Sangat Setuju 5 8 40 8,8
Setuju 4 27 108 29,7
Netral 3 35 105 38,5
Tidak Setuju 2 12 24 0
Sangat Tidak setuju 1 9 9 0
Jumlah 91 286 77
Rata-rata Skor 3,14
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator penyerapan ilmu pada pernyataan kedua yaitu sebanyak
8,8% menyatakan Sangat Setuju, 29,7% menyatakan Setuju, 38,5%
menyatakan netral.dengan rata-rata 3,14. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator penyerapan ilmu
berada pada kategori baik.
Tabel 4.17
Pendapat responden tentang penyerapan ilmu
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_9 Sangat Setuju 5 28 140 30,8
Setuju 4 36 144 39,6
Netral 3 17 51 18,7
Tidak Setuju 2 10 20 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 355 89
Rata-rata Skor 3,90
104
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator penyerapan ilmu pada pernyataan kedua yaitu sebanyak
30,8% menyatakan Sangat Setuju, 39,6% menyatakan Setuju, 18,7%
menyatakan netral, dengan rata-rata 3,90. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator penyerapan
ilmu berada pada kategori baik.
Tabel 4.18
Pendapat responden tentang pelaksanaan pendidikan yang berkualitas
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_10 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 31 124 34,1
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 398 100
Rata-rata Skor 4,37
Berdasarkan tabel 4.18, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator pelaksanaan pendidikan yang berkualitas yaitu
sebanyak 51,6% menyatakan Sangat Setuju, 34,1% menyatakan Setuju,
14,3 % menyatakan netral, dengan rata-rata 4,37. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator pelaksanaan
pendidikan yang berkualitas berada pada kategori sangat baik.
105
Tabel 4.19
Pendapat responden tentang penyelesaian tugas dengan baik
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_11 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 0 0 0,0
Netral 3 16 48 17,6
Tidak Setuju 4 43 172 47,3
Sangat Tidak setuju 5 32 160 35,2
Jumlah 91 380 100
Rata-rata Skor 4,18
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden terhadap
indikator penyelesaian tugas dengan baik yaitu sebanyak 35,2% menyatakan
Sangat tidak Setuju, 47,3% menyatakan tidak Setuju, 17,6% menyatakan
netral, dengan rata-rata 4,18. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator penyelesaian tugas dengan baik
berada pada kategori sangat baik.
Tabel 4.20
Pendapat responden tentang penyelesaian tugas dengan baik.
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_12 Sangat Setuju 5 45 225 49,5
Setuju 4 36 144 39,6
Netral 3 10 30 11,0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 399 100
Rata-rata Skor 4,38
106
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator penyelesaian tugas dengan baik yaitu sebanyak 49,5%
menyatakan Sangat Setuju, 39,6% menyatakan Setuju, 11,0% menyatakan
netral, dengan rata-rata 4,38. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator penyelesaian tugas dengan baik
berada pada kategori sangat baik.
Tabel 4. 21
Pendapat responden tentang penyelesaian tugas dengan baik
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_13 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 1 2 1,1
Netral 3 10 30 11,0
Tidak Setuju 4 36 144 39,6
Sangat Tidak setuju 5 44 220 48,4
Jumlah 91 396 100
Rata-rata Skor 4,35
Berdasarkan tabel 4.21, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator penyelesaian tugas dengan baik yaitu sebanyak 48,4%
menyatakan Sangat tidak Setuju, 39,6% menyatakan tidak Setuju, 11,0%
menyatakan netral, dengan rata-rata 4,35. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator penyelesaian
tugas dengan baik berada pada kategori sangat baik.
107
Tabel 4.22
Pendapat responden tentang pelaksanaan pendidikan yang berkualitas
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_14 Sangat Setuju 1 6 6 6,6
Setuju 2 9 18 9,9
Netral 3 20 60 22,0
Tidak Setuju 4 30 120 33,0
Sangat Tidak setuju 5 26 130 28,6
Jumlah 91 334 100
Rata-rata Skor 3,67
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator pendidikan yang berkualitas yaitu sebanyak 28,6%
menyatakan Sangat tidak Setuju, 33,0% menyatakan tidak Setuju, 22,%
menyatakan netral, dengan rata-rata 3,67. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator pendidikan yang
berkualitas berada pada kategori baik.
Tabel 4.23
Pendapat responden tentang pelaksanaan pendidikan yang berkualitas
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X1_15 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 31 124 34,1
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 398 100
Rata-rata Skor 4,37
108
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator pelaksanaan pendidikan yang berkualitas yaitu
sebanyak 51,6% menyatakan Sangat setuju, 34,1% menyatakan Setuju,
14,3,% menyatakan netral, dengan rata-rata 4,37. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator pelaksanaan
pendidikan yang berkualitas berada pada kategori sangat baik.
4. Deskripsi Data Variabel Peran Rohaniawan (X2)
Pada variabel Peran Rohaniawan terdiri dari dua dimensi yaitu;
Tugas dan Kewajiban Rohaniwan ( indikator: Rohaniwan sebagai teladan,
Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam masyarakat ), Hak Rohaniwan (
indikator : Mendapat pendidikan agama yang cukup, mendapat apresiasi
yang baik).
Tabel 4.24
Pendapat responden tentang Rohaniwan
sebagai tokoh agama dalam masyarakat
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_16 Sangat Setuju 5 38 190 41,8
Setuju 4 33 132 36,3
Netral 3 12 36 13,2
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 8 8 0
Jumlah 91 366 91
Rata-rata Skor 4,02
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam masyarakat yaitu
109
sebanyak 41,8% menyatakan Sangat setuju, 36,3% menyatakan Setuju,
13,2,% menyatakan netral, dengan rata-rata 4,02. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator Rohaniwan
sebagai tokoh agama dalam masyarakat berada pada kategori sangat baik.
Tabel 4.25
Pendapat responden tentang Rohaniwan sebagai teladan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_17 Sangat Setuju 5 26 130 28,6
Setuju 4 39 156 42,9
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 13 26 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 351 86
Rata-rata Skor 3,86
Berdasarkan tabel 4.25, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan yaitu sebanyak 28,6%
menyatakan Sangat setuju, 42,9% menyatakan Setuju, 14,3,% menyatakan
netral, dengan rata-rata 3,86. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan berada
pada kategori baik.
110
Tabel 4.26
Pendapat responden tentang Rohaniwan sebagai teladan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_18 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 31 124 34,1
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 398 100
Rata-rata Skor 4,37
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan yaitu sebanyak 51,6%
menyatakan Sangat setuju, 34,1% menyatakan Setuju, 14,3,% menyatakan
netral, dengan rata-rata 4,37. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan berada
pada kategori sangat baik.
Tabel 4.27
Pendapat responden tentang Rohaniwan sebagai teladan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_19 Sangat Setuju 5 34 170 37,4
Setuju 4 28 112 30,8
Netral 3 21 63 23,1
Tidak Setuju 2 8 16 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 361 91
Rata-rata Skor 3,97
111
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan yaitu sebanyak 37,4%
menyatakan Sangat setuju, 30,8% menyatakan Setuju, 23,1,% menyatakan
netral, dengan rata-rata 3,97. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan berada
pada kategori baik.
Tabel 4.28
Pendapat responden tentang pendapat responden tentang
Rohaniwan sebagai Tokoh agama dalam masyarakat
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_20 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 13 26 14,3
Netral 3 11 33 12,1
Tidak Setuju 4 41 164 45,1
Sangat Tidak setuju 5 26 130 28,6
Jumlah 91 353 100
Rata-rata Skor 3,88
Berdasarkan tabel 4.28, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai Tokoh agama dalam masyarakat
yaitu sebanyak 14,3% menyatakan setuju, 45,1% menyatakan Tidak
Setuju, 12,1,% menyatakan netral, dengan rata-rata 3,88. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator
Rohaniwan sebagai Tokoh agama dalam masyarakat berada pada kategori
sangat baik.
112
Tabel 4.29
Pendapat responden tentang mendapat pendidikan agama yang cukup
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_21 Sangat Setuju 5 31 155 34,1
Setuju 4 36 144 39,6
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 11 22 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 360 88
Rata-rata Skor 3,96
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat
responden terhadap indikator mendapat pendidikan agama yang
cukup yaitu sebanyak 34,1% menyatakan sangat setuju, 39,6%
menyatakan Setuju, 14,3,% menyatakan netral, dengan rata-rata 3,96.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat responden
terhadap indikator mendapat pendidikan agama yang cukup berada
pada kategori sangat baik.
Tabel 4.30
Pendapat responden tentang Rohaniwan sebagai tokoh masyarakat
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_22 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 34 136 37,4
Netral 3 10 30 11,0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak
setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 401 100
Rata-rata Skor 4,41
113
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat
responden terhadap indikator Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam
masyarakat yaitu sebanyak 51,6% menyatakan sangat setuju, 37,4%
menyatakan Setuju, 11,0,% menyatakan netral, dengan rata-rata 4,41.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat responden
terhadap Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam masyarakat berada
pada kategori sangat baik.
Tabel 4.31
Pendapat responden tentang Rohaniwan sebagai teladan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_23 Sangat Setuju 5 26 130 28,6
Setuju 4 27 108 29,7
Netral 3 34 102 37,4
Tidak Setuju 2 3 6 0
Sangat Tidak setuju 1 1 1 0
Jumlah 91 347 96
Rata-rata Skor 3,81
Berdasarkan tabel 4.31, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan yaitu sebanyak 28,6%
menyatakan sangat setuju, 29,7% menyatakan Setuju, 37,4,% menyatakan
netral, dengan rata-rata 3,81. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan berada
pada kategori baik.
114
Tabel 4.32
Pendapat responden tentang mendapat apresiasi yang baik
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_24 Sangat Setuju 1 8 8 8,8
Setuju 2 27 54 29,7
Netral 3 35 105 38,5
Tidak Setuju 4 12 48 13,2
Sangat Tidak setuju 5 9 45 9,9
Jumlah 91 260 100
Rata-rata Skor 2,86
Berdasarkan tabel 4.32, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator mendapat apresiasi yang baik yaitu sebanyak 8,8%
menyatakan Sangat Setuju, 29,7% menyatakan Setuju, 38,5% menyatakan
netral.dengan rata-rata 2,86, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator mendapat apresiasi yang baik
berada pada kategori cukup baik.
Tabel 4.33
Pendapat responden tentang Rohaniwan sebagai teladan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_25 Sangat Setuju 1 10 10 11,0
Setuju 2 13 26 14,3
Netral 3 0 0 0,0
Tidak Setuju 4 33 132 36,3
Sangat Tidak setuju 5 35 175 38,5
Jumlah 91 343 100
Rata-rata Skor 3,77
115
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan sebanyak 11,0%
menyatakan Sangat Setuju, 14,3% menyatakan Setuju, 36,3% menyatakan
tidak setuju, 38,5% menyatakan sangat tidak setuju dengan rata-rata 3,77.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap
indikator mendapat apresiasi yang baik berada pada kategori baik.
Tabel 4.34
Pendapat responden tentang Rohaniwan sebagai teladan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_26 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 34 136 37,4
Netral 3 10 30 11,0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 401 100
Rata-rata Skor 4,41
Berdasarkan tabel 4.34, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan yaitu sebanyak 51,6%
menyatakan sangat setuju, 37,4% menyatakan Setuju, 11,0,% menyatakan
netral, dengan rata-rata 4,41. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan berada
pada kategori sangat baik.
116
Tabel 4.35
Pendapat responden tentang mendapat pendidikan agama yang cukup
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_27 Sangat Setuju 5 41 205 45,1
Setuju 4 37 148 40,7
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 392 100
Rata-rata Skor 4,31
Berdasarkan tabel 4.35, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator mendapat pendidikan agama yang cukup yaitu
sebanyak 45,1% menyatakan sangat setuju, 40,7% menyatakan Setuju,
14,3,% menyatakan netral, dengan rata-rata 4,31. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator mendapat
pendidikan agama yang cukup berada pada kategori sangat baik.
Tabel 4.36
Pendapat responden tentang Rohaniwan sebagai teladan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_28 Sangat Setuju 5 44 220 48,4
Setuju 4 34 136 37,4
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 395 100
Rata-rata Skor 4,34
117
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan yaitu sebanyak 48,4%
menyatakan sangat setuju, 37,4% menyatakan Setuju, 14,3,% menyatakan
netral, dengan rata-rata 4,34. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Rohaniwan sebagai teladan berada
pada kategori sangat baik.
Tabel 4.37
Pendapat responden tentang pendapat responden tentang
Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam masyarakat
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_29 Sangat Setuju 5 26 130 28,6
Setuju 4 30 120 33,0
Netral 3 20 60 22,0
Tidak Setuju 2 9 18 9,9
Sangat Tidak setuju 1 6 6 6,6
Jumlah 91 334 100
Rata-rata Skor 3,67
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam masyarakat yaitu
sebanyak 28,6% menyatakan sangat setuju, 33,0% menyatakan Setuju,
22,0,% menyatakan netral, dengan rata-rata 3,67. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator Rohaniwan
sebagai tokoh agama dalam masyarakat berada pada kategori baik.
118
Tabel 4.38
Pendapat responden tentang pendapat responden tentang
Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam masyarakat
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
X2_30 Sangat Setuju 5 36 180 39,6
Setuju 4 32 128 35,2
Netral 3 12 36 13,2
Tidak Setuju 2 11 22 12,1
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0,0
Jumlah 91 366 100
Rata-rata Skor 4,02
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam masyarakat
yaitu sebanyak 39,6% menyatakan sangat setuju, 35,2% menyatakan
Setuju, 13,2,% menyatakan netral, dengan rata-rata 4,02. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator
Rohaniwan sebagai tokoh agama dalam masyarakat berada pada kategori
baik.
5. Deskripsi data Variabel Budi Pekerti (Y)
Pada variabel Budi Pekerti terdiri dari dua dimensi yaitu; Pemenuhan
Standar Input ( indikator: Karakteristik Junzi, kualitas pendidikan ),
Pemenuhan standat outcome ( indikator : memberikan kepuasan, kualitas
hasil belajar umat).
119
Tabel 4.39
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_31 Sangat Setuju 5 38 190 41,8
Setuju 4 33 132 36,3
Netral 3 12 36 13,2
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 8 8 9
Jumlah 91 366 100
Rata-rata Skor 4,02
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Karakteristik Junzi yaitu sebanyak 41,8% menyatakan
Sangat Setuju, 36,3 % menyatakan Setuju, 13,2 % menyatakan netral dengan
rata-rata 4,02. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat
responden terhadap indikator Karakteristik Junzi berada pada kategori baik.
Tabel 4.40
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_32 Sangat Setuju 5 26 130 28,6
Setuju 4 39 156 42,9
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 13 26 14,3
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 351 100
Rata-rata Skor 3,86
120
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Karakteristik Junzi yaitu sebanyak 28,6% menyatakan
Sangat Setuju, 42,9% menyatakan Setuju, 14,3% menyatakan netral
dengan rata-rata 3,86. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Karakteristik Junzi berada pada
kategori baik.
Tabel 4.41
Pendapat responden tentang kualitas pendidikan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_33 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 31 124 34,1
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 398 100
Rata-rata Skor 4,37
Berdasarkan tabel 4.41, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator kualitas pendidikan yaitu sebanyak 51,6% menyatakan
Sangat Setuju, 34,1% menyatakan Setuju, 14,3% menyatakan netral
dengan rata-rata 4,37. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator kualitas pendidikan berada pada
kategori sangat baik.
121
Tabel 4.42
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_34 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 1 2 1,1
Netral 3 21 63 23,1
Tidak Setuju 4 34 136 37,4
Sangat Tidak setuju 5 35 175 38,5
Jumlah 91 376 100
Rata-rata Skor 4,13
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Karakteristik Junzi sebanyak 38,5% menyatakan
Sangat tidak Setuju, 37,4% menyatakan tidak Setuju, 23,1% menyatakan
netral dengan rata-rata 4,13. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Karakteristik Junzi berada pada
kategori baik.
Tabel 4.43
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_35 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 13 26 14,3
Netral 3 11 33 12,1
Tidak Setuju 4 41 164 45,1
Sangat Tidak setuju 5 26 130 28,6
Jumlah 91 353 100
Rata-rata Skor 3,88
122
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Karakteristik Junzi sebanyak 28,6% menyatakan
Sangat tidak Setuju, 45,1% menyatakan tidak Setuju, 12,1% menyatakan
netral dan 14,3% menyatakan Setuju dengan rata-rata 3,88. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator
Karakteristik Junzi berada pada kategori baik.
Tabel 4.44
Pendapat responden tentang kualitas pendidikan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_36 Sangat Setuju 5 31 155 34,1
Setuju 4 36 144 39,6
Netral 3 13 39 14,3
Tidak Setuju 2 11 22 12,1
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 360 100
Rata-rata Skor 3,96
Berdasarkan tabel 4.44, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator kualitas pendidikan sebanyak 34,1% menyatakan
Sangat Setuju, 39,6% menyatakan Setuju, 14,3% menyatakan netral dan
12,1% menyatakan tidak Setuju dengan rata-rata 3,96. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pendapat responden terhadap indikator kualitas
pendidikan berada pada kategori baik.
123
Tabel 4.45
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_37 Sangat Setuju 5 47 235 51,6
Setuju 4 34 136 37,4
Netral 3 10 30 11,0
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 401 100
Rata-rata Skor 4,41
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator karakteristik Junzi sebanyak 51,6% menyatakan Sangat
Setuju, 37,4% menyatakan Setuju, 11,0% menyatakan netral dengan rata-
rata 4,41. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat responden
terhadap indikator karakteristik Junzi berada pada kategori sangat baik.
Tabel 4.46
Pendapat responden tentang kualitas hasil belajar umat
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_38 Sangat Setuju 5 26 130 28,6
Setuju 4 27 108 29,7
Netral 3 34 102 37,4
Tidak Setuju 2 3 6 3,3
Sangat Tidak setuju 1 1 1 1,1
Jumlah 91 347 100
Rata-rata Skor 3,81
124
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap kualitas hasil belajar umat sebanyak 28,6% menyatakan Sangat
Setuju, 29,7% menyatakan Setuju, 37,4% menyatakan netral, 3,3%
menyatakan tidak Setuju dan 1,1% menyatakan sangat tidak Setuju
dengan rata-rata 3,81. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator kualitas rohaniawan berada pada
kategori baik.
Tabel 4.47
Pendapat responden tentang kualitas hasil belajar umat
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_39 Sangat Setuju 5 48 240 52,7
Setuju 4 36 144 39,6
Netral 3 6 18 6,6
Tidak Setuju 2 1 2 1,1
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 404 100
Rata-rata Skor 4,44
Berdasarkan tabel 4.47, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator kualitas hasil belajar umat sebanyak 52,7% menyatakan
Sangat Setuju, 39,6% menyatakan Setuju, 6,6% menyatakan netral dengan
rata-rata 4,44. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat
responden terhadap indikator kualitas hasil belajar umat berada pada
kategori sangat baik.
125
Tabel 4.48
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_40 Sangat Setuju 5 53 265 58,2
Setuju 4 37 148 40,7
Netral 3 1 3 1,1
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 416 100
Rata-rata Skor 4,57
Berdasarkan tabel 4.48, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Karakteristik Junzi sebanyak 58,2% menyatakan
Sangat Setuju, 40,7% menyatakan Setuju, 1,1% menyatakan netral dengan
rata-rata 4,57. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat
responden terhadap indikator Karakteristik Junzi berada pada kategori
sangat baik.
Tabel 4.49
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_41 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 0 0 0,0
Netral 3 16 48 17,6
Tidak Setuju 4 32 128 35,2
Sangat Tidak setuju 5 43 215 47,3
Jumlah 91 391 100
Rata-rata Skor 4,30
126
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Karakteristik Junzi sebanyak 47,3% menyatakan
Sangat tidak Setuju, 35,2% menyatakan tidak Setuju, 17,6% menyatakan
netral dengan rata-rata 4,30. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Karakteristik Junzi berada pada
kategori sangat baik.
Tabel 4.50
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_42 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 0 0 0,0
Netral 3 1 3 1,1
Tidak Setuju 4 42 168 46,2
Sangat Tidak setuju 5 48 240 52,7
Jumlah 91 411 100
Rata-rata Skor 4,52
Berdasarkan tabel 4.50, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Karakteristik Junzi sebanyak 52,7% menyatakan
Sangat tidak Setuju, 46,2% menyatakan tidak Setuju, 1,1% menyatakan
netral dengan rata-rata 4,52. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Karakteristik Junzi berada pada
kategori sangat baik.
127
Tabel 4.51
Pendapat responden tentang Karakteristik Junzi
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_43 Sangat Setuju 1 0 0 0,0
Setuju 2 0 0 0,0
Netral 3 1 3 1,1
Tidak Setuju 4 35 140 38,5
Sangat Tidak setuju 5 55 275 60,4
Jumlah 91 418 100
Rata-rata Skor 4,59
Berdasarkan tabel 4.51, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator Karakteristik Junzi sebanyak 60,4% menyatakan
Sangat tidak Setuju, 38,5% menyatakan tidak Setuju, 1,1% menyatakan
netral dengan rata-rata 4,59. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pendapat responden terhadap indikator Karakteristik Junzi berada pada
kategori sangat baik.
Tabel 4.52
Pendapat responden tentang memberikan kepuasan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_44 Sangat Setuju 5 45 225 49,5
Setuju 4 30 120 33,0
Netral 3 16 48 17,6
Tidak Setuju 2 0 0 0
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 393 100
Rata-rata Skor 4,32
128
Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator memberikan kepuasan sebanyak 49,5% menyatakan
Sangat Setuju, 33,0% menyatakan Setuju, 17,6% menyatakan netral dengan
rata-rata 4,32. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat
responden terhadap indikator memberikan kepuasan berada pada kategori
sangat baik.
Tabel 4.53
Pendapat responden tentang memberikan kepuasan
No Pendapat Skala Frekuensi Skor %
Y_45 Sangat Setuju 5 55 275 60,4
Setuju 4 33 132 36,3
Netral 3 2 6 2,2
Tidak Setuju 2 1 2 1,1
Sangat Tidak setuju 1 0 0 0
Jumlah 91 415 100
Rata-rata Skor 4,56
Berdasarkan tabel 4.53, dapat dideskripsikan pendapat responden
terhadap indikator memberikan kepuasan sebanyak 60,4% menyatakan
Sangat Setuju, 36,3% menyatakan Setuju, 2,2% menyatakan netral dengan
rata-rata 4,56. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapat
responden terhadap indikator memberikan kepuasan berada pada kategori
sangat baik.
Sesuai dengan pendapat responden di atas, hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata rata skor masing-masing variabel sebagai
berikut:
129
Tabel 4.54
Rata rata Skor Variabel
Variabel N RATA
Pendidikan keagamaan (X1) 91 4,09
Peran rohaniawan (X2) 91 3,80
Budi pekerti umat (Y) 91 4,25
Kriteria penafsiran kondisi variabel penelitian menggunakan model
pengontrolan kualitas (Supranto:2000) dengan rata-rata skor sebagai berikut:
Tabel 4.55
Tabel pengontrolan kualitas
Nilai Kategori
4,2 ----5,0 sangat baik
3,4 -----4,1 baik
2,6 ---- 3,3 cukup baik
1,8 -----2,5 kurang baik
1,0 ---- 1,7 sangat kurang baik
Sesuai kriteria di atas, maka rata-rata skor dari variabel pendidikan
Keagamaan ( X1), Peran Rohaniawan (X2) dan Budi Pekerti Umat (Y)
semuanya dalam kriteria baik.
B. Uji Asumsi Klasik Variabel X1, X2 dan Y
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel,
apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal ataukah tidak.
130
Dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat tampilan grafik
histogram dengan bantuan SPSS 22.00, hasilnya adalah:
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Pada grafik hitogram secara penampakan visual mendekati
berdistribusi normal seperti bentuk lonceng.
2. Uji Linieritas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji
ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi
atau regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan
Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05.
131
Pengambilan kesimpulan apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan dalam hasil
(output) SPSS adalah jika nilai Sig. > 0,05.
Tabel 4.56
Tabel uji Linieritas
Berdasarkan nilai Test for Linearity dengan pada Sig. 0,270 hal
ini lebih besar darei 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model
penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi model yang baik
karena asumsi linieritas terpenuhi.
3. Uji Heteroscedastic dengan menggunakan Uji White Test
Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak
terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak valid sebagai alat
peramalan.
Uji Heteroskedastisitas menggunakan uji Glejser yang
meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen.
Dengan bantuan program SPSS versi 22.00 hasilnya adalah ;
132
Gambar 4.2
Uji Heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusan dari hasil Output SPSS adalah jika
nilai Sig.> 0,05 maka tidak terjadi heterokedatisitas. Dari tabel
diatas nilai Sig. gambar di atas menunjukkan bahwa data tidak
mengumpul pada satu bagaian/sudut. Maka data penelitian ini
dapat dikatakan homogen.
4. Uji Multicollinearity
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada collinearity atau
tidak antara variabel bebas. Persyaratan untuk dapat dikatakan
terbebas dari multikolinier adalah apabila nilai VIF tidak melebihi
nilai 10. Pengambilan kesimpulan dapat diketahui dari nilai VIF
yang kurang dari 10, sehingga di simpulkan bahwa model tidak
terkena persoalan multikoliner.
133
Tabel 4.57
Uji Multikolinier Nilai VIF
Ternyata nilai VIF yang diperoleh < 10, maka dapat dikatakan
bahwa model tidak terkena persoalan multikoliner. Dengan
demikian model garis regresi berganda yang digunakan untuk
variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel Y telah sesuai.
C. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan beberapa hipotesis untuk mengetahui
dan menganalisis pengaruh hubungan dari ketiga variabel, yaitu :
Hipotesis pertama untuk mengetahui hubungan Persepsi umat Khongucu
mengenai Pendidikan Keagamaan (X1) secara individu Terhadap Budi
Pekerti Umat Khonghucu (Y) di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
Hipotesis kedua untuk mengetahui hubungan Peran Rohaniwan (X2) secara
individu Terhadap Budi Pekerti Umat Khonghucu (Y) di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur,kabupaten Bogor.
Hipotesisi ketiga untuk mengetahui hubungan Persepsi umat Khongucu
mengenai Pendidikan Keagamaan (X1) dan Peran Rohaniwan (X2) secara
bersama sama Terhadap Budi Pekerti Umat Khonghucu (Y) di Wilayah
MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
134
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis penelitian pertama yang diajukan adalah : Apakah terdapat
pengaruh hubungan Persepsi umat Khongucu mengenai Pendidikan
Keagamaan secara individu Terhadap Peningkatan Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunungsindur,
Kabupaten Bogor? atau dengan rumusan matematis dapat diuraikan sebagai
berikut :
Ho : b1 = 0 : Tidak ada hubungan Pendidikan keagamaan Terhadap
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
H1 : b1 ≠ 0 : Terdapat hubungan Pendidikan keagamaan Terhadap
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur,Kabupaten Bogor, Jika nilai t-
statistic > t-tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Tabel 4.58
hasil Sig. t Hipotesis pertama
Dari hasil pengolahan data penelitian dengan bantuan perhitungan
program SPSS versi 22.00 pedoman yang digunakan untuk menyimpulkan
hasil data (output) SPSS adalah jika nilai Sig. Uji t < 0,05 maka terdapat
pengaruh yang signifikan sehingga Ho di tolak dan H1 diterima.
135
Dengan demikian dengan melihat hasil tabel diatas nilai Sig Uji t
sebesar 0,00 < dari 0,05. Kesimpulannya adalah Pendidikan Keagamaan
berpengaruh Terhadap Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung sindur, Kabupaten Bogor.
Untuk mengukur tinggi rendahnya pengaruh yang dihasilkan
ditunjukkan oleh nilai Pearson Correlation (R) di mana secara umum di bagi
menjadi beberpa kategori yaitu:
Tabel 4.59.
Pearson Correlation (R)
Nilai Kategori Korelasi
0,800 sampai dengan 1,000 sangat tinggi
0,600 sampai dengan 0,799 Tinggi
0,400 sampai dengan 0,599 cukup
0,200 sampai dengan 0,399 rendah
0,000 sampai dengan 0,199 sangat rendah
Tabel 4.60.
Korelasi Product Moment
136
Pada tabel di atas menunjukkan tingkat hubungan pengaruh pendidikan
keagaman terhadap budi pekerti kategori tinggi ( Koefisien korelasi sebesar
0,734).
Model persamaan garis untuk melihat hubungan Variabel Pendidikan
Keagamaan (X1) terhadap variabel Budi Pekerti Umat Khonghucu di
Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
(Y). Dari hasil pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS
diperoleh :
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat
keragaman varibel terikat Y (Peningkatan Budi Pekerti) yang disebabkan
oleh perbedaan variabel bebas 1 (Pendidikan Agama) dan variabel bebas 2
(Peran Rohaniwan). Besarnya koefisien determinasi merupakan kuadrat dari
nilai koefisien korelasi, yang dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
Rumus mencari Koefisien Determinasi
Tabel 4.61.
Hasil Koefisien Determinasi hipotesis pertama
Y = a + b1 X1
= 17,109 + 0.840 X1
SSR
R² = ---------------
SST
137
Dengan bantuan pengolahan komputer terhadap data penelitian ini
berdasarkan perhitungan SPSS versi 22.00 diperoleh nilai R² sebesar 0,539.
Artinya bahwa sebesar 53,9% keragaman Peningkatan Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor dapat di jelaskan oleh Pendidikan Keagamaan sedangkan
sisanya 46,1% disebabkan oleh faktor lainnya.
b. Pengujian Hipotesis kedua
Hipotesis penelitian kedua yang diajukan adalah : Apakah terdapat
pengaruh Peran Rohaniwan Terhadap Budi Pekerti Umat Khonghucu di
Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor ?,
atau dengan rumusan matematis dapat diuraikan sebagai berikut :
Ho : b2 = 0 : Tidak ada hubungan Peran Rohaniwan
Terhadap Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah
MAKIN Cibinong,Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
H1 : b2 ≠ 0 : Terdapat hubungan Peran Rohaniwan Terhadap
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, kabupaten Bogor , Jika
nilai t-statistic > t-tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima
Tabel 4.62.
Hasil Uji Sig t hipotesis kedua
Dari hasil pengolahan data penelitian dengan bantuan perhitungan
program SPSS versi 22.00 pedoman yang digunakan untuk menyimpulkan
138
hasil datas SPSS adalah jika nilai Sig. Uji t < 0,05 maka terdapat pengaruh
yang signifikan sehingga Ho di tolak dan H1 diterima.
Dengan terbukti t-statistic > t-tabel, dapat dinyatakan bahwa Peran
Rohaniwan mempunyai pengaruh Terhadap Budi Pekerti Umat Khonghucu
di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor.
Untuk mengukur kuat lemahnya hubungan yang dihasilkan
ditunjukkan oleh nilai Pearson Correlation (R) di mana secara umum di bagi
menjadi beberapa kategori yaitu:
Tabel 4.63.
Tabel korelasi
Nilai Kategori Korelasi
0,800 sampai dengan 1,000 sangat tinggi
0,600 sampai dengan 0,799 Tinggi
0,400 sampai dengan 0,599 cukup
0,200 sampai dengan 0,399 rendah
0,000 sampai dengan 0,199 sangat rendah
139
Tabel 4.64.
Hasil uji tabel korelasi
Pada tabel di atas menunjukkan tingkat hubungan Peran Rohaniwan
terhadap Budi Pekerti dengan kategori cukup ( Koefisien korelasi sebesar
0,40).
Model persamaan garis untuk melihat hubungan Variabel Peran
Rohaniwan (X2) terhadap varibel Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah
MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor (Y). Dari
hasil pengolahan komputer berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh :
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat
keragaman varibel terikat Y (Budi Pekerti) yang disebabkan oleh perbedaan
variabel bebas 2 (Peran Rohaniwan). Besarnya Koefisien Determinasi
merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi, yang dapat dihitung
berdasarkan rumus berikut :
Y = a + b1 X1
= 48,208 + 0.326 X1
140
Tabel 4.65.
Hasil Koefisien Determinasi
Dengan bantuan pengolahan komputer terhadap data penelitian ini
berdasarkan perhitungan SPSS versi 22.00 diperoleh nilai R² sebesar 0.1520
Artinya bahwa sebesar 15,2 % keragaman Peningkatan Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor dapat dijelaskan oleh Peran Rohaniwan sedangkan
sisanya 84,8 % disebabkan oleh faktor lainnya.
c. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis pertama yang diajukan adalah : Apakah terdapat pengaruh
Variabel Persepsi umat Khongucu mengenai Pendidikan Keagamaan dan
Peran Rohaniwan, secara bersama-sama terhadap Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung
Sindur,Kabupaten Bogor, atau dengan rumusan matematis dapat diuraikan
sebagai berikut :
SSR
R² = ---------------
SST
141
Ho : b1 = b2 = 0 : Tidak ada hubungan Variabel Pendidikan
Keagamaan dan Peran Rohaniwan, secara bersama-sama Terhadap
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung sindur,Kabupaten Bogor
H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0 : Terdapat hubungan Variabel Pendidikan Keagamaan
dan Peran Rohaniwan, secara bersama-sama Terhadap Peningkatan
Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong,
Kecamatan Gunung sindur, kabupaten Bogor.
Tabel 4.66.
Hasil uji F Hipotesis ketiga
Dari hasil pengolahan data penelitian dengan bantuan perhitungan
program SPSS versi 22.00, melalui hasil (output) SPSS pedoman yang
digunakan adalah jika nilai Sig.< 0,05 maka terdapat pengaruh yang
signifikan. sehingga jelas Ho ditolak dan H1 diterima.
Dengan demikian antara Pendidikan Keagamaan dan Peran
Rohaniwan secara bersama-sama terdapat hubungan positif dengan Budi
Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung
sindur, Kabupaten Bogor, hal ini di buktikan dengan nilai Sig. Uji F sebesar
0,00(<0,05).
Model persamaan garis untuk melihat hubungan Variabel Pendidikan
Agama (X1) dan Peran Rohanniwan (X2) dengan varibel Peningkatan Budi
142
Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor (Y). Dari hasil pengolahan komputer berdasarkan
perhitungan SPSS versi 22.00 diperoleh :
Tabel 4.67.
Model persamaan regresi hipotesis ketiga
Y = a + b1 X1 + b2 X2
= 15.062 + 0.787 X1 + 0.96 X2
Persamaan ini berarti bahwa :
1). Setiap peningkatan 1 skor Variabel Pendidikan keagamaan berpengaruh
terhadap variabel Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong,Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor sebesar 0.787
skor dengan asumsi Variabel Peran Rohaniwan nilainya konstan.
2) Setiap peningkatan 1 skor Variabel Peran Rohaniwan berpengaruh
terhadap variabel Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di
Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor sebesar 0.96 skor dengan asumsi Variabel Pendidikan Keagamaan
konstan.
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat
keragaman varibel terikat Y (Peningkatan Budi Pekerti) yang disebabkan
oleh perbedaan variabel bebas 1 (Persepsi umat Khongucu mengenai
143
Pendidikan Keagamaan) dan variabel bebas 2 (Peran Rohaniwan).
Besarnya koefisien determinasi merupakan kuadrat dari nilai koefisien
korelasi, yang dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
Tabel 4.68.
Hasil Koefisien Determinasi hipotesis ketiga
Dengan bantuan pengolahan komputer terhadap data penelitian ini
berdasarkan perhitungan SPSS versi 22.00 diperoleh nilai R² sebesar 0.55,
artinya bahwa sebesar 55 % keragaman Peningkatan Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor dapat dijleaskan oleh keragaman Pendidikan Agama dan
Peran Rohaniwan, sedangkan sisanya 45% disebabkan oleh faktor lainnya.
SSR
R² = ---------------
SST
144
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis korelasional diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif antara Persepsi Umat Khonghucu mengenai
Pendidikan Keagamaan dan Budi Pekerti di Wilayah MAKIN Cibinong,
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor yang ditunjukkan oleh
Koefisien Korelasi sebesar 0,734. Dengan nilai Koefisien Determinasi
sebesar 53,9 % yang berarti bahwa sebesar 53,9% Peningkatan Budi
Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor disebabkan oleh Persepsi Umat
Khonghucu mengenai Pendidikan Keagamaan sedangkan sisanya 46,1%
disebabkan oleh faktor lainnya.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Persepsi Umat Khonghucu
mengenai Pendidikan Keagamaan mempunyai pengaruh positif Terhadap
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, kabupaten Bogor, dengan kata lain
semakin baik Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan
Keagamaan, maka akan semakin baik meningkatkan Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor. Perlu dilakukan usaha-usaha untuk lebih
meningkatkan lagi Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan
Keagaman salah satu yang dilakukan oleh MAKIN wilayah Cibinong
adalah menambah frekuensi kegiatan keagamaan tidak hanya yang
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ibadah namun juga hal yang
berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.
Dari hasil pengujian hipotesis telah terbukti bahwa adanya
pengaruh Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan Keagamaan
Terhadap Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah
MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor cukup
145
signifikan, pengaruhnya memperlihatkan angka yang optimal. Hal ini
menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan- kegiatan Pendidikan
Keagamaan di Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor sudah
cukup baik.
2. Terdapat hubungan positif antara Peran Rohaniwan dan Budi Pekerti di
Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor yang ditunjukkan oleh Koefisien Korelasi sebesar 0,400. Dengan
nilai Koefisien Determinasi sebesar 0,152 yang berarti bahwa bahwa
sebesar 15,2% Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah
MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
disebabkan oleh Peran Rohaniwan sedangkan sisanya 84,2% disebabkan
oleh faktor lainnya.
Seperti diketahui aspek lain yang dominan dalam upaya untuk
meningkatkan Budi Pekerti Umat Khonghucu, selain aspek Pendidikan
Keagamaan, adalah aspek Peran Rohaniwan juga sangat berperan
penting dalam meningkatkan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah
MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Walaupun dari hasil pengujian hipotesis telah terbukti adanya
pengaruh Peran Rohaniwan terhadap Peningkatan Budi Pekerti Umat
Khonghucu yang cukup signifikan, namun pengaruhnya belum
memperlihatkan angka yang optimal. Sehingga Peran Rohaniwan di
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor perlu ditingkatkan lagi.
3. Terdapat hubungan positif antara Persepsi Umat Khongucu mengenai
Pendidikan Keagamaan (X1) dan Peran Rohaniwan (X2) secara bersama-
sama terhadap Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Dengan nilai
Sig. Uji F sebesar 0,00(<0,05). Dengan nilai koefisien Determinasi
sebesar 55% artinya bahwa sebesar 55 % Budi Pekerti Umat Khonghucu
146
di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor disebabkan oleh Persepsi Umat Khonghucu mengenai
Pendidikan Keagamaan dan Peran Rohaniwan, sedangkan sisanya 45%
disebabkan oleh faktor lainnya.
Dua faktor penting, yaitu Pendidikan Agama dan Peran Rohaniwan
menunjukkan pengaruh positif Terhadap Peningkatan Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor. Selain itu, dilihat dari koefisien determinasi terlihat
bahwa, ternyata tingkat keragaman sebesar 55% Peningkatan Budi
Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor disebabkan oleh keragaman dari
faktor Pendidkan Agama dan Peran Rohaniwan. Hal ini jelas
menunjukkan, bahwa baik faktor Pendidikan Keagamaan dan Peran
Rohaniwan merupakan faktor dominan dalam Meningkatkan Budi
Pekerti Umat Khonghucu, sedangkan sisanya 45%, oleh faktor-faktor
lainnya yang dalam penelitian ini tidak dianalisis lebih lanjut seperti
misalnya pengawasan, evaluasi, koordinasi, dan banyak lagi faktor-
faktor lainnya yang dapat mempengaruhi Peningkatan Budi Pekerti Umat
Khonghucu yang pada penelitian ini tidak dianalisis lebih lanjut.
Dengan semakin baiknya variabel Persepsi Umat Khonghucu
mengenai Pendidikan Keagamaan dan Peran Rohaniwan dalam
meningkatkan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam implementasi
pelayanan Pendidikan keagamaan kepada masyarakat di Kecamatan
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
147
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Telah dilakukan pengujian persyaratan persamaan garis regresi
berganda meliputi uji normalitas data, uji auto korelasi dengan mencari
test Durbin-Watson, uji Heteroscedasticity dengan menggunakan uji
White Test dan uji Multicollinearity menunjukan hasil yang positif
sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hasil uji Hipotesis sebagai
berikut:
1. Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan keagamaan secara
individu memiliki pengaruh positif terhadap Budi Pekerti Umat
Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur,
Kabupaten Bogor, dengan kata lain semakin baik Persepsi Umat
Khonghucu mengenai Pendidikan keagamaan, maka semakin baik
Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong,
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, hal ini berdasarkan
hasil pengolahan SPSS versi 22.00 diperoleh nilai Sig Uji t sebesar
0,00 < dari 0,05. Sehingga hipotesis yang diambil Ho ditolak, H1
diterima.
Hubungan antara persepsi umat Khonghucu mengenai Pendidikan
keagamaan dan Budi Pekerti kuat ( 0,734) di Wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Untuk itulah
diperlukan persepsi yang sangat matang agar Budi Pekerti umat
Khongucu juga menjadi baik.
147
148
2. Peran Rohaniwan mempunyai pengaruh positif Terhadap
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di wilayah MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, dengan kata
lain semakin baik Peran Rohaniwan, maka akan semakin baik
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di MAKIN Cibinong,
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, hal ini berdasarkan
hasil pengolahan data melalui program SPSS diperoleh nilai Sig. Uji t
sebesar 0,00 < 0,05. Hal ini berarti hipotesis yang diambil adalah Ho
ditolak, H1 diterima.
Hubungan Peran Rohaniwan dan Budi Pekerti Umat Khonghucu di
wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor sebesar 0,400 dikategorikan cukup. hal ini menunjukkan
bahwa Pekerjaan Rumah (PR) bagi pengurus MAKIN untuk
meningkatkan peran rohaniawan dengan cara memberikan
pelatihan-pelatihan baik tentang motivasi maupun keagamaan.
3. Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan keagamaan dan
Peran Rohaniwan secara bersama-sama mempunyai pengaruh positif
terhadap Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong,
Kecamatan Gunung sindur, Kabupaten Bogor, hal ini dapat dilihat
dari hasil nilai Sig. Uji F sebesar 0,00(<0,05). Dengan kata lain
semakin baik tingkat Pendidikan Agama yang dilakukan dan semakin
baik Peran Rohaniwan yang ada, maka akan semakin baik.
4. Model persamaan regresi pertama untuk melihat hubungan Variabel
Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan keagamaan (X1) dan
variabel Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong,
149
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor Y= 17,109 + 0.840 X1.
Dapat diasumsikan jika nilai Persepsi Umat Khonghucu mengenai
Pendidikan keagamaan meningkat maka Budi Pekerti umat akan
meningkat pula dengan catatan nilai konstan Budi Pekerti 17,109.
5. Model persamaan regresi kedua untuk melihat hubungan Variabel
Peran Rohaniawan (X2) dan variabel Budi Pekerti Umat Khonghucu
di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor (Y). Dari hasil pengolahan komputer berdasarkan perhitungan
SPSS versi 22.00 diperoleh Y= 48,208 + 0.326 X1. Dapat diasumsikan
jika nilai Peran Rohaniawan meningkat maka Budi Pekerti umat akan
meningkat pula dengan catatan nilai konstan Budi Pekerti 48,208.
6. Model persamaan regresi berganda untuk melihat hubungan Variabel
Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan keagamaan (X1) dan
Peran Rohaniwan (X2) dan variabel Budi Pekerti Umat Khonghucu di
Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor (Y). Dari hasil pengolahan komputer berdasarkan perhitungan
SPSS versi 22.00 diperoleh Y= 15.062 + 0.787 X1 + 0.96 X2.
7. Diperoleh Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0.55, artinya bahwa
sebesar 55 % Variasi Budi Pekerti Umat Khonghucu di MAKIN
Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dapat
dijelaskan oleh Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan
keagamaan dan Peran Rohaniwan, sedangkan sisanya 45 %
dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
150
B. Saran-saran
Variabel Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan
keagamaan dan Peran Rohaniwan mempunyai pengaruh positif terhadap
Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu di Wilayah MAKIN Cibinong,
Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor. Namun demikian, dengan
melihat besarnya persentase sebesar 55% (100 - R²) dari faktor lainnya
yang dapat mempengaruhi Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu
di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor, maka perlu adanya upaya-upaya yang lain dalam
mempertahankan aspek Pendidikan Keagamaan dan Peran Rohaniwan
yang sekarang ini sudah ditampilkan. Begitu pula dengan paparan data
empirik hasil tanggapan responden yang belum memberikan penilaian
dengan jumlah skor yang tinggi, merupakan realitas yang perlu
diperhatikan terutama yang berkaitan ketiga aspek, yaitu aspek Budi
Pekerti, aspek Pendidikan keagamaan dan Peran Rohaniwan.
Berdasarkan pada hal-hal di atas, saran-saran yang dapat
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Karena Penelitian ini menunjukan adanya pengaruh positif bahwa
Persepsi Umat Khonghucu mengenai Pendidikan Keagamaan secara
individu mempunyai pengaruh terhadap Peningkatan Budi Pekerti
Umat Khonghucu Indonesia, maka dibutuhkan pelatihan dan
pendidikan agama dan keagamaan dengan rutin dan
berkesinambungan yang lebih baik lagi.
2. Penelitian ini menunjukan adanya pengaruh positif Peran Rohaniwan
secara individu Terhadap Peningkatan Budi Pekerti Umat Khonghucu
151
di Wilayah MAKIN Cibinong, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten
Bogor. Namun Peran Rohaniwan harus lebih di tingkatkan lagi
mengingat pengaruhnya hanya 15,2 %. Hal ini menjadi catatan bagi
MAKIN Cibinong dan MATAKIN pusat dalam melakukan usaha-usaha
agar peran rohaniwan lebih baik lagi dengan memberikan pelatihan
dan pendidikan Rohaniwan, dan secara individu menambah
wawasan dan pengetahuan dengan membaca kitab suci dan buku
literature agama Khonghucu sehingga segenap rohaniwan memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang baik untuk melaksanakan
tugasnya untuk membina umat Khonghucu.
3. Untuk Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan
mengenai Pendidikan Keagamaan, atau Peran Rohaniwan, atau
Moralitas budi pekerti umat Khonghucu, dengan menambah variabel
lainnya, sehingga dapat menjelaskan lebih besar untuk peningkatan
moralitas dan perilaku luhur budi pekerti.
4. Untuk Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah untuk
menyediakan bahan referensi yang lebih lengkap lagi sehubungan
dengan agama Khonghucu dalam berbagai bidang, sehingga dapat
memudahkan para peneliti dan mahasiswa untuk melakukan kajian
penelitian yang berhubungan dengan agama Khonghucu dan
implementasinya dalam kehidupan sosial yang lebih luas.
152
DAFTAR PUSTAKA
Alkinson,Rita. dkk, Introduction to Psychology, Alih bahasa oleh Nurjana
taufik, Rukmini, Erlangga, Jakarta 1994.
Anwar,H. Moch. Idochi ,“Administrasi Pendidikan dan Manajeman Biaya
Pendidikan.” PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013.
Azwar, Saefudin, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya) Cet-2, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta 1998.
Bagus ,Lorens, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka, Jakarta 1996.
Bepi Natali Sandi, Peranan Kecerdasan Spiritual dan Pancasila Buddhis
dalam Upaya Meningkatkan Moralitas Umat Buddha ( Tesis S2
Program Magister Keguruan IlmuPendidikan agama Buddha, Sekolah
Tinggi Ilmu Agama Buddha Maha Prajna, Jakarta, 2010)
Bower ,Tom, The Perceptual World of the Human, Fontana/Opens Book
Publishing ltd, London 1997.
Buku Kenangan Peresmian Gedung Baru Klenteng Kongzi Miao “ Hoo Tek
Bio” Litang Harmonis Kebajikan MAKIN Cibinong Gunung Sindur.
Bogor 2013.
Caplin ,C. P, Kamus Lengkap Psikologi, (terjemahan Kartini Kartono)
Rajawali, Jakarta 1989.
Ddge Fenald, L, Introduction to Psychology, A.I.T.B.S. Publisher, Delhi
2001.
Gunawan ,Benny “Diktat Metodologi Penelitian” Program Pasca Sarjana
Universitas Pramita Indonesia. Jakarta 2007.
Iskandar. „Metode Penelitian Pendidikan dan sosial,‟ Referensi 2013
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (http://kamusbahasaindonesia.org/Peran)
153
Kementrian Agama Republik Indonesia, sekjen PKUB Bimas Khonghucu
Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Agama
Khonghucu, Pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta 2012.
Kuncono,Ongky Setio, Pejuang Tian yang Bahagia dalam Tian, Jakarta,
SPOC , 2016.
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata Aturan
Dewan Rohaniwan Agama Khonghucu Indonesia beserta berbagai
Panduan tata upacara dan kode etik rohaniwan,
(Jakarta:SGSK:36/2010) Edisi Khusus.
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), Tata Agama dan
Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu (Jakarta:SGSK:SAK
XXVIII No.4-5 1984)
Nahrawi, H.Muh. Nahar, Memahami Khonghucu Sebagai Agama, (Jakarta,
Gramedia Pustaka Utama, 2003)
Nasution “Buku Petunjuk Membuat Tesis, Skripsi, Book Report dan
Laporan.” Jeemars, Bandung 1995.
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai
Pustaka,
1985)
Pusat Kerukunan Umat Beragama, Kitab Suci Shu Jing , Kementerian Agama
Republik Indonesia, Jakarta 2015
Pusat Kerukunan Umat Beragama, Kitab Suci Si Shu, Kementerian Agama
Republik Indonesia, Jakarta 2014.
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya
1990),cet. Ke-5
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya
1995),cet. Ke-10
Qonita, Alya,“Kamus Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Dasar.” PT.
Indahjaya Adipratama Jakarta.
Rakhmat ,Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung
2007.
154
Santoso ,Maria Engeline ,“Pengaruh Agama Khonghucu tentang Ren
terhadap Keharmonisan dan Kesejahteraan Keluarga.” SPOC,
Surabaya, 2015.
Sarwono ,Sarlito Wirawan ,“Teori –teori Psikologi Sosial.” PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000. Cet. V.
Soekamto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press,
1982)
Sugono ,Dendy / Tim penyusun, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta, Pusat
Bahasa 2008)
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. 2009.
Sutarno, R., Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II
Syarifuddin ,Aip, Kamus Besar Bahasa Indoneisa, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Jakarta 1991.
Tanggok ,M. Ikhsan, Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu,
Gramedia Pustaka, Jakarta 2000.
Thjie Tjay Ing Panduan Dasar Pengajaran Agama Khonghucu , Jakarta
2006 MATAKIN.
Thjie Tjay Ing Pokok Pokok Keimanan Konfusiani (Agama Khonghucu) ,
Solo MATAKIN edisi dua, 2006.
Thjie Tjay Ing, 50 th sebagai Xue Shi, Pokok Pokok Ajaran Moral dan Etika
Konfuciani, Solo MATAKIN, 2013.
Thoha ,Mifta, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Raja
Grafindo Persada, Jakarta 1994.
Thomas Hosuck Kang, Tanya Jawab: Khonghucu dan Konfusianisme.
Penerjemah Ws. Mulyadi Liang, Jakarta 1997.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,, Kamus
Besar Bahasa Indonesia , Balai Pustaka , Jakarta 1999. Cet.10.
155
Tim CiputraUceo.com ,” Perbedaan budi pekerti, Moral dan Etika” Artikel
diakses pada 30 maret 2018.
http://ciputrauceo.net/blog/2016/9/2/perbedaan-budi-pekerti-moral-dan-
etika.
Tu Wei Ming, Etika Konfusianisme. Penerjemah Zubair, Jakarta, Teraju, Pt.
Mizan Publika, 2005
UUD 1945 (Jakarta: UI Press Pustaka Kawan, 2004)
Undang – Undang No.20/2003 tentang SistePendidikan Nasional
(Jakarta:Balitbang Depdiknas, 2003).
Undang Undang PNPS No. 1 Tahun 1965.
Walgito ,Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Andi Offset, Yogyakarta, 1993.
Wawancara pribadi dengan Ws. Hariyanto dan Tatang, dan pengalaman
pribadi penulis sebagai umat sejak kecil dan dalam mengabdikan diri
menjadi rohaniwan sejak tahun 1998 sampai dengan sekarang (2018) di
Majelis Agama Khonghucu Indonesia Litang Cibinong Gunung sindur,
01 September 2017.
W. S, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang,
1991), cet VI.
Wuryanto,A. Joko, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Lembaga Pengkajian
dan Pengembangan Keagamaan Buddha Indonesia. 2001.
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai……, h. 45
Zimbardo, Phillip.G, Psychology and Life Harper Collins Publisher, New
York 1985.
156
Lampiran I
Pengantar Kuisioner
Hanya Kebajikan Tian Berkenan, Wei De Dong Tian,
Teriring salam dan doa kami, senantiasa Bapak,Ibu dan Daoqin
sekalian diberikan Kesehatan, kemudahan, kemampuan dan kelancaran
sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan baik dan sukses.
Dengan ini saya mahasiswa Program Studi Magister (S2) Fakultas
Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
sedang melakukan penelitian untuk penulisan tesis untuk tugas akhir yang
berjudul “Persepsi Pendidikan Keagamaan dan Peran Rohaniwan terhadap
Budi Pekerti Umat Khonghucu” (Studi Kasus di Cibinong Gunung Sindur-
Bogor) Saya mohon kesediaan Bapak,Ibu dan Daoqin sekalian yang saya
hormati untuk mengisi data sesuai dengan keadaan Bapak,Ibu, Daoqin yang
sebenarnya.
157
1. Nama : ...........................................................
2. Tempat Tanggal Lahir : ............................................................
3. Jenis Kelamin : ............................................................
4. Pekerjaan : ............................................................
5. Pendidikan Terakhir : ...........................................................
Setiap jawaban yang Bapak,Ibu dan Daoqin berikan merupakan
sesuatu yang sangat penting bagi saya dan tidak akan ada efek samping
terhadap diri Bapak,Ibu dan Daoqin sekalian.
Atas kesediaan Bapak,Ibu dan Daoqin untuk menyisihkan waktu dan
tenaga yang berharga dalam mengisi seluruh kuesioner ini, saya
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya.
158
Lampiran II
Petunjuk Pengisian Kuisioner
PETUNJUK PENGISIAN
Angket ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data sebagai bahan
penulisan karya ilmiah.
Angket ini bukan untuk menilai Anda dalam Budi Pekerti Umat
Khonghucu sehari-hari, maka jawaban Anda tidak ada pengaruhnya dengan
posisi Anda sebagai Umat Khonghucu di Makin Cibinong Kecamatan
Gunung Sindur ini. Jawaban Anda akan dijamin kerahasiaannya.
Dimohon kesediaan Anda untuk menjawab pernyataan dengan jujur
sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Pengisian jawaban dengan cara
memberi tanda “Checklist” (√) pada salah satu huruf pilihan Sangat Setuju
(SS),Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS)
yang menurut Anda paling sesuai.
Gunungsindur, September 2017
Peneliti
No. Responden :
KUISIONER
(DAFTAR PERNYATAAN)
159
Lampiran III
Kuisioner Variabel Pendidikan Keagamaan
NO PERNYATAAN SS S N TS STS
1. Pendidikan Agama Khonghucu dengan Diklat Agama Khonghucu (DAK) akan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan umat.
2. Kebaktian secara rutin akan meningkatkan keimanan dan kesadaran beragama.
3. Diklat Agama Khonghucu yang dilakukan secara terus menerus dan terjadwal dengan baik akan meningkatkan semangat cinta belajar.
4. Malas melaksanakan kebaktian dan diklat agama karena masalah waktu dan ekonomi.
5. Diklat agama khonghucu yang dilaksanakan dengan baik dan kompeten.
6. Jiangdao (uraian agama) yang diberikan sebagai pedoman dan pembelajaran dalam meningkatkan iman.
7. Pendidikan agama dan keagamaan wajib dilakukan untuk membina iman dan akhlak mulia umat.
8. Jiangdao (uraian agama) yang diberikan sebagai pembelajaran umat dalam melaksanakan ajaran agama.
9. Jiangdao (uraian agama) yang diberikan sebagai salah satu jalan dalam menghadapi fenomena kehidupan.
10. Dilakukan pendidikan dan latihan untuk meningkatkan pengetahuan agama
11. Kebaktian dan sembahyang yang rutin sesuai aturan agama akan menimbulkan kejenuhan.
12. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan tata cara sembahyang secara khusus (spesifik).
13. Memimpin kebaktian dengan harapan mendapat pujian
14. Mengikuti Diklat dan pelatihan agama hanya sekedar mengisi waktu luang dan pamer kepada orang lain.
15. Pendidikan agama dan keagamaan akan meningkatkan hubungan yang harmonis (he) antara manusia dengan Tian sang pencipta dan hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya.
160
Lampiran IV
Kuisioner Variabel Peran Rohaniwan
NO PERNYATAAN SS S N TS STS
1. Rohaniwan sangat membantu umat di setiap MAKIN/Tempat kebaktian Agama Khonghucu.
2. Rohaniwan memberikan nasihat terhadap umatnya yang terdapat di setiap Makin/Lithang dengan baik
3. Rohaniwan dapat berkomunikasi dengan baik
4. Rohaniwan berpenampilan yang meyakinkan serta bersemangat dalam melaksanakan tugas
5. Rohaniwan pandai menasehati umat dan keluarganya namun keluargannya sendiri tidak terurus dengan baik.
6. Rohaniwan senantiasa belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya
7. Rohaniwan selalu memberikan teguran kepada umat bila umat melakukan kesalahan atau melanggar aturan agama
8. Rohaniwan memiliki keterampilan yang baik dalam memberikan Jiang Dao (Khotbah) atau Uraian agama.
9. Rohaniwan masih membedakan pelayanan umat karena tingkat ekonomi umat.
10. Rohaniwan selalu menekankan tentang Laku bakti kepada orang tua, tetapi orang tuanya sendiri terlantar.
11. Rohaniwan senantiasa memberikan teladan tingkah laku yang baik dalam ucapan dan perbuatan.
12. Rohaniwan harus mengerti dan memahami tentang ajaran agama Khonghucu dengan baik.
13. Rohaniwan senantiasa Tulus dan Ikhlas dalam menjalankan tugasnya
14. Rohaniwan senantiasa menegur dengan baik tindakan umat yang tidak beretika.
15. Rohaniwan Memikul beban dan tanggung jawab yang besar untuk kemajuan dan kebaikan umat.
161
Lampiran V
Kuisioner Variabel Budi Pekerti .
NO PERNYATAAN SS S N TS STS
1. Melaksanakan ibadah dengan baik dan teratur
2. Berbakti kepada orang tua, Leluhur, Masyarakat, agama dan Negara.
3. Hidup dengan melaksanakan Cinta Kasih, Kebenaran Susila,Bijaksana dan Dapat dipercaya.
4. Berjudi pada saat melayat dan menemani keluarga yang meninggal dunia.
5. Tidak peduli dengan tetangga yang sedang menderita kesusahan.
6. Berusaha melaksanakan Siwu (empat Pantangan):Yang tanpa kesusilaan Pantang disaksikan, yang tanpa kesusilaan pantang disimak, yang tanpa kesusilaan pantang diperbincangkan, yang tanpa kesusilaan pantang dilakukan.
7. Aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan
8. Bersahaja, tenang dan positif dalam menghadapi masalah dalam kehidupan.
9. Mewujudkan suasana persahabatan dan persaudaraan yang aktif dan bermoral.
10. Berikap ramah tamah dan sopan santun.
11. Suka bermabuk-mabukan dan melakukan tindakan yang dilarang agama.
12. Sombong dengan harta dan jabatan yang dimiliki.
13. Suka menyumbang/berderma dengan harapan dipuji dan dihormati orang lain.
14. Menjadi teladan dalam kejujuran dan kessabaran.
15. Memberikan kontribusi baik yang nyata pada lingkungan disekitarnya
162
Lampiran VI
Data Mentah
NO X-1 X-2 Y
1 51 45 60
2 52 45 61
3 52 45 60
4 52 45 60
5 52 46 60
6 52 46 60
7 54 47 63
8 54 47 63
9 54 50 62
10 54 50 60
11 54 49 63
12 56 49 67
13 56 48 67
14 60 52 70
15 60 52 71
16 60 53 70
17 60 53 70
18 60 53 71
19 60 53 72
20 60 53 70
21 60 53 70
22 60 53 70
23 60 53 69
24 60 57 68
25 59 57 64
26 59 57 64
27 59 57 67
28 59 57 67
29 59 57 67
30 60 57 71
31 60 56 70
32 60 55 72
33 62 54 74
34 62 54 70
35 62 54 75
163
36 62 50 69
37 58 46 65
38 58 47 64
39 58 50 63
40 58 53 63
41 58 48 65
42 58 51 63
43 59 51 66
44 55 52 65
45 56 53 69
46 58 53 69
47 61 53 71
48 58 54 66
49 57 54 68
50 57 54 67
51 57 53 63
52 57 47 63
53 57 45 63
54 57 54 61
55 57 55 62
56 56 57 62
57 58 57 62
58 58 57 61
59 55 59 64
60 55 59 64
61 56 59 64
62 55 59 65
63 55 59 65
64 56 62 65
65 56 65 65
66 56 60 64
67 56 59 64
68 56 49 64
59 57 58 64
70 57 57 64
71 57 56 64
72 57 54 64
73 57 55 64
74 57 54 64
164
75 57 49 64
76 57 50 64
77 69 51 64
78 56 49 64
79 69 63 75
80 70 62 74
81 55 50 62
82 55 50 62
83 55 49 62
84 60 49 62
85 55 50 62
86 60 51 69
87 55 48 62
88 55 50 62
89 60 59 70
90 55 52 62
91 59 50 62
165
Lampiran VII
UJI RELIABILITAS INSTRUMEN
UJI VALIDITAS INSTRUMEN
166
Lampiran VIII
UJI HIPOTESIS PERTAMA
UJI KORELASI HIPOTESIS PERTAMA
KOEFISIEN DETERMINASI HIPOTESIS PERTAMA
167
Lampiran IX
UJI HIPOTESIS KEDUA
UJI KORELASI HIPOTESIS PERTAMA
KOEFISIEN DETERMINASI HIPOTESIS KEDUA
168
Lampiran X
UJI HIPOTESIS KETIGA
MODEL PERSAMAAN REGRESI BERGANDA
KOEFISIEN DETERMINASI HIPOTESIS KETIGA
KOEFISIEN DETERMINASI HIPOTESIS KETIGA
169
Lampiran XI
UJI NORMALITAS
UJI LINIERITAS
170
Lampiran XII
UJI HETEROKEDASITITAS
UJI MULTIKOLINIER
171
Lampiran XIII
TABLE A-13
SIGINFICANT VALUES OF r NAD R
Error
df
P Independent Variables Error
df P Independent Variables
1 2 3 4 1 2 3 4 1 .05
.01 997
1.000 999
1.000 999
1.000 999
1.000 24 .05
.01 338 496
470 565
523 609
562 642
2 .05 .01
950 990
975 995
983 997
987 998
25 .05 .01
381 487
462 555
514 600
553 633
3 .05 .01
878 959
930 976
950 983
961 987
26 .05 .01
374 478
454 546
506 590
545 624
4 .05 .01
811 917
881 949
912 962
930 970
27 .05 .01
367 470
446 538
498 582
536 615
5 .05 .01
754 874
836 917
874 937
898 949
28 .05 .01
361 463
439 530
490 573
529 609
6 .05 .01
707 834
795 886
839 911
867 927
29 .05 .01
355 456
432 522
482 565
521 598
7 .05 .01
666 798
756 855
807 885
838 904
30 .05 .01
349 449
426 514
476 558
514 591
8 .05 .01
632 765
726 827
777 860
811 882
35 .05 .01
325 418
397 481
445 523
482 556
9 .05 .01
602 735
697 800
750 836
786 861
40 .05 .01
304 393
373 454
419 494
455 526
10 .05 .01
576 708
971 776
726 814
763 840
45 .05 .01
288 327
353 430
397 470
432 501
11 .05 .01
553 684
648 753
703 793
741 821
50 .05 .01
273 354
336 410
379 449
412 479
12 .05 .01
532 661
627 732
683 773
722 802
60 .05 .01
250 325
308 377
348 414
380 442
13 .05 .01
514 641
608 712
664 755
703 785
70 .05 .01
232 303
286 351
324 386
354 413
14 .05 .01
497 623
590 694
646 737
686 768
80 .05 .01
217 287
269 330
304 362
332 389
15 .05 .01
482 602
574 677
630 721
670 752
90 .05 .01
205 267
254 312
288 343
315 368
16 .05 .01
468 590
559 662
615 706
655 738
100 .05 .01
195 254
241 297
274 327
300 351
17 .05 .01
456 575
545 647
601 691
641 724
125 .05 .01
174 228
216 266
246 294
269 316
18 .05 .01
444 561
532 633
587 678
628 710
150 .05 .01
159 208
198 244
225 270
247 290
19 .05 .01
433 549
520 620
575 665
615 698
200 .05 .01
138 181
172 212
196 234
215 523
20 .05 .01
423 537
509 608
563 652
604 685
300 .05 .01
113 148
141 174
160 192
176 208
21 .05 .01
413 526
498 596
522 641
592 674
400 .05 .01
098 128
122 151
139 164
153 180
22 .05 .01
404 515
488 585
542 630
582 663
500 .05 .01
088 115
109 135
124 150
137 162
23 .05 .01
396 505
479 574
532 619
572 651
1.000 .05 .01
062 081
077 096
088 106
097 115
Squarce :Reproduced from GW.sendccor,stadical Medhod, 4 % cd,The Lowa State College Press,Ames,lowa 1946, with permission of author and publisher.
172
Lampiran XIV
TABLE VI
t. Distribution Values
Degrees
Of Freendom
V
t-10
t-01
t-0,25
t-.01
t.0.03
1 3.078 6.314 12.706 31.821 63.650 2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 3 1.636 2.353 3.182 4.451 5.841 4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250
10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 12 1.356 1.782 2.179 2.81 3.055 13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898. 18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 21 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 25 1.316 1.708 2.060 2.482 2.787 26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 27 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 30 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750 40 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704 60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660
120 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617 a 1.282 1645 1.960 2.326 2576
Note.For example if a =,05and v 15 then
t.av = t 05.15 = 1.75
173
Lampiran XV
TABLE VII
F.Ditribution Values
F Vaule When a = 05
V1
V2
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 16145 19950 21571 22458 23016 23399 23671 23888 24054 2 18513 79000 19164 19247 19296 19350 79353 19371 19385 3 10128 95521 92776 91172 90135 89406 88868 88452 88123 4 77086 69443 65914 63883 62560 61631 60942 60410 59988 5 66079 57261 56095 51922 50503 49503 48759 48183 47725 6 59874 51433 47573 45337 438994 42839 42066 41468 40990 7 55914 67374 43468 41203 39715 38660 37870 37257 36767 8 53777 44590 40662 38378 36875 35806 35005 34381 33881 9 57774 42565 38626 36331 34877 33738 32927 32296 31789
10 49646 41028 37083 34780 33258 32172 31355 30717 30204 11 48443 39823 35874 33567 32039 30946 30123 29480 28962 12 47472 38853 34903 32592 31059 29961 29134 28486 27964 13 46672 38056 34105 31791 30254 29153 28321 27669 27144 14 46001 37589 33439 31122 29532 28477 27642 26987 26458 15 45431 36823 32874 30556 29013 27905 27066 26408 25876 16 44940 36337 32389 30069 28524 27413 26572 25911 25377 17 44573 35915 31968 29667 28100 26987 26143 25480 24943 18 44139 35546 37599 29277 27129 26613 25767 25102 24563 19 43805 35219 37274 28951 27401 26283 25435 24768 24227 20 43573 34928 30984 28661 27709 25990 25140 24471 23928 21 43248 34668 30725 28401 26848 25757 24876 24205 23661 22 43009 34434 30491 28167 26613 25491 24538 23965 23419 23 42793 34221 30280 27955 26400 25277 24422 23748 23201 24 42597 34028 30088 27763 26207 25082 24226 23551 23002 25 42417 33852 29912 27587 26030 24904 24047 13371 22821 26 42252 33690 29751 27126 25868 24741 23883 23205 22655 27 42100 33541 29604 27278 25779 24591 23732 23053 22501 28 41960 33404 29467 27141 25581 24453 23593 22913 22360 29 41830 33277 29340 27014 25454 24324 23463 22782 22229 30 41709 33058 29223 26896 25336 24205 23343 22662 22107 40 40848 32317 28387 26060 24495 23359 22490 21802 21240 60 40012 33504 27581 25252 23583 22540 21665 20970 20401
120 39201 30718 26802 24472 22900 21750 20867 20164 19588 a 184115 29957 26049 23719 22141 20986 20096 19384 18799
Note For Example if a = 05 v1 4 And v1 = 7 then Fav2 = F05,47, wehere v1 is the mumerator degress of freedom and v2 is momurator degress of freedom
174
Lampiran XVI
TABLE VIII X2
Ditribution Values
Degrees of Freedom
X2 1.00
X2 0,50
X2 0,25
X2 0,10
X2 0,005
1 2.71 3.84 5.02 6.63 7.88 2 4.61 5.99 7.38 9.21 10.60 3 6.25 7.81 9.35 11.34 12.84 4 7.78 9.49 11.14 13.28 14.86 5 9.24 11.07 12.83 15.09 16.75 6 10.64 12.59 14.45 16.81 18.55 7 12.02 14.07 16.01 18.48 20.28 8 13.36 15.51 17.53 20.09 21.96 9 14.68 16.92 19.02 21.67 23.59
10 15.99 18.31 20.48 23.21 25.19 11 17.28 19.68 21.92 24.72 26.76 12 18.55 21.03 23.34 26.22 28.30 13 19.81 22.36 24.74 27.69 29.82 14 21.06 23.68 26.12 29.14 31.32 15 22.31 25.00 27.49 30.58 32.80 16 23.54 26.30 28.85 32.00 34.27 17 24.77 27.59 30.19 33.43 35.72 18 25.99 28.87 31.53 34.81 37.16 19 27.20 30.14 32.85 36.19 38.58 20 28.41 31.41 34.17 37.57 10.00 21 29.62 32.67 35.48 38.93 41.40 22 30.81 33.92 36.78 40.29 42.80 23 32.01 35.17 38.08 41.64 44.38 24 32.20 36.42 39.36 42.98 45.56 25 31.38 37.65 40.65 14.31 46.93 26 35.56 38.89 41.92 45.64 48.29 27 36.74 40.11 43.19 46.96 49.64 28 37.92 41.34 44.16 48.28 50.99 29 39.09 42.56 45.72 49.59 52.34 30 40.26 43.77 46.98 50.98 53.67 40 51.81 55.76 59.34 63.69 66.77 50 63.17 67.50 73.42 76.15 79.49 60 74.40 79.08 83.30 88.38 91.95 70 85.53 90.53 95.02 109.43 104.22 80 96.58 101.88 106.63 112.33 116.32 90 107.60 113.14 118.14 124.12 128.30
100 118.50 124.34 129.56 135.81 140.17 Note for Exsample if a = 05 and v = 20 Then X2 av = X2 av 20 = 31,41
175
Lampiran XVII
TABLE IX Darbin-Waston Test Bounds
Level of Significane a= 05
n
Number of Independent Variables k k=1 k = 2 k = 3 k=4 k= 5
d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 d9 d10 15 1.08 136 0.95 1.54 0.82 1.75 0.69 1.97 0.56 2.21 16 1.10 1.37 0.98 1.54 0.86 1.73 0.74 1.93 0.62 2.15 17 1.13 1.38 1.02 1.54 0.90 1.71 0.78 1.90 0.67 2.10 18 1.16 1.39 1.05 1.53 0.93 1.69 0.82 1.87 0.71 2.06 19 1.18 1.40 1.08 1.53 0.97 1.68 0.86 1.85 0.75 2.02 20 1.20 1.41 1.10 1.54 1.00 1.68 0.90 1.83 0.79 1.99 21 1.22 1.42 1.13 1.54 1.03 1.67 0.93 1.81 0.83 1.96 22 1.24 1.43 1.15 1.54 1.05 1.66 0.96 1.80 0.86 1.94 23 1.26 1.44 1.17 1.54 1.08 1.66 0.99 1.79 0.90 1.92 24 1.27 1.45 1.19 1.55 1.10 1.66 1.01 1.78 0.93 1.90 25 1.29 1.45 1.21 1.55 1.12 1.66 1.04 1.77 0.95 1.39 26 1.30 1.46 1.22 1.55 1.14 1.65 1.06 1.76 0.98 1.83 27 1.32 1.47 1.24 1.56 1.16 1.65 1.08 1.76 1.01 1.86 28 1.33 1.48 1.26 1.56 1.18 1.65 1.10 1.75 1.03 1.85 29 1.34 1.48 1.27 1.56 1.20 1.65 1.12 1.74 1.05 1.84 30 1.35 1.49 1.28 1.57 1.21 1.65 1.14 1.74 1.07 1.83 31 1.36 1.50 1.30 1.57 1.23 1.65 1.16 1.74 1.09 1.83 32 1.37 1.50 1.31 1.57 1.24 1.65 1.18 1.73 1.11 1.82 33 1.38 1.51 1.32 1.58 1.26 1.65 1.19 1.73 1.13 1.81 34 1.39 1.51 1.33 1.58 1.27 1.65 1.21 1.73 1.15 1.81 35 1.40 1.52 1.34 1.58 1.28 1.65 1.22 1.73 1.16 1.80 36 1.41 1.52 1.35 1.59 1.29 1.65 1.24 1.73 1.18 1.80 37 1.42 1.53 1.36 1.59 1.31 1.66 1.25 1.72 1.19 1.80 38 1.43 1.54 1.37 1.59 1.32 1.66 1.26 1.72 1.21 1.79 39 1.43 1.54 1.38 1.60 1.33 1.66 1.27 1.72 1.22 1.79 40 1.44 1.54 1.39 1.60 1.34 1.66 1.29 1.72 1.23 1.79 45 1.48 1.57 1.43 1.62 1.38 1.67 1.34 1.72 1.29 1.78 50 1.50 1.59 1.46 1.63 1.42 1.67 1.38 1.72 1.34 1.77 55 1.53 1.60 1.49 1.64 1.45 1.68 1.41 1.72 1.38 1.77 60 1.55 1.62 1.51 1.65 1.48 1.69 1.44 1.73 1.41 1.77 65 1.57 1.63 1.54 1.66 1.50 1.70 1.47 1.73 1.44 1.77 70 1.58 1.64 1.55 1.67 1.52 1.70 1.49 1.74 1.46 1.77 75 1.60 1.65 1.57 1.68 1.54 1.71 1.51 1.74 1.49 1.77 80 1.61 1.66 1.59 1.69 1/.56 1.72 1.53 1.74 1.51 1.77 85 1.62 1.67 1.60 1.70 1.57 1.72 1.55 1.75 1.52 1.77 90 1.63 1.68 1.61 1.70 1.59 1.73 1.57 1.75. 1.54 1.78 95 1.64 1.69 1.62 1.71 1.60 1.73 1.58 1.75 1.56 1.78
100 1.65 1.69 1.63 1.72 1.61 1.74 1.59 1.76 1.76 178 Notces for exsample if n = 2a, a =0,05, and k=2 independet variables d1 =1.10 and d10= 1.54
176
LAMPIRAN XVIII
BIOGRAFI PENULIS
Yudi, Lahir di Bogor, pada Tanggal 25 Januari 1977, pendidikan Sekolah Dasar
di SDN Cibinong II lulus tahun 1990, dilanjutkan dengan SMPN Gunung Sindur lulus
tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SMEAN Tangerang lulus tahun 1996.
Pendidikan Strata 1 di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Buddhi, Tangerang (2006 - 2010). Melanjutkan
Pendidikan Strata 2 (S2) Program Pasca Sarjana di Fakultas Ushuluddin Program
Studi Magister Perbandingan Agama Konsentrasi Agama Khonghucu Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, lulus tahun 2018.
Riwayat Pekerjaan Profesi dan Jabatan:
1. 1998 – sekarang sebagai Rohaniwan dan Penyuluh Agama Khonghucu .
2. Tahun 1996 – Sekarang sebagai tenaga pengajar Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi
Pekerti Tingkat SD, SMP, SMA,SMK dan Perguruan Tinggi di Kelenteng, Litang dan sekolah
– sekolah Umum.
3. Tahun 2004 – sekarang Sebagai Tenaga Pengajar Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi
Pekerti serta Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (IPS Terpadu ) di sekolah Setia Bhakti
Tangerang.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SD Setia Bhakti tahun 2009 – 2011.
5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMP Setia Bhakti tahun 2011- 2013
6. Kepala Sekolah SMP Setia Bhakti Tangerang tahun 2013 – 2016.
7. Kepala Sekolah TK dan SD Sekolah Bina Kebajikan Cibinong Gunung Sindur tahun 2016 s.d
2018.
8. Ketua Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN) Litang Cibinong Gunung Sindur tahun 1993 s.d
1997.
9. Seksi Rohani dan Pendidikan Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Cibinong
Gunung Sindur Bogor tahun 1998 s.d 2014.
10. Ketua Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Cibinong Gunung Sindur tahun 2014
s.d 2018.
11. Sekretaris Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) Kabupaten Bogor
periode 2014 – 2018.
12. Sekretaris Yayasan Harmoni Kebajikan Cibinong Gunung Sindur yang berorientasi pada
kegiatan sosial dan keagamaan mulai tahun 2016.
Judul Buku yang pernah ditulis :
1. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti Kelas VI dan Kelas
VIII .
2. Buku Teks Pelajaran Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti untuk Tuna Rungu
Kelas X, dan Tuna Grahita Autis kelas XI dan XII.
Judul Penelitian yang pernah dibuat :
1. Pengaruh Kewibawaan Guru terhadap Disiplin belajar Siswa di SMP Setia Bhakti dari
perspektif Manajemen Sumber Daya Manusia, tahun 2010.
2. Hubungan Antara Persepsi Umat Khonghucu Tentang Pendidikan Keagamaan, Peran
Rohaniwan dan Budi Pekerti ( Studi Kasus Umat Khonghucu Majelis Agama Khonghucu
Indonesia (MAKIN) Cibinong Gunung Sindur Bogor.
Sebagai Rohaniwan dan penyuluh Agama Khonghucu penulis juga sebagai Tim Kurikulum
KTSP dan K 13 Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) serat menjadi
Instruktur Nasional Kurikulum 13 tingkat SMP, Penulis sekarang ini berkontribusi dalam kegiatan
Sosial dan Keagamaan.
Top Related