Download - HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

Transcript
Page 1: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

i

i

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA

OLEH

GUNEVIELLA FEBRELIAN WINNIARTHY

802008008

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,
Page 3: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,
Page 4: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

i

i

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

ii

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

iii

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

iv

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA

Guneviella Febrelian Winniarthy

Berta Esti Ari Prasetya

Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

i

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara kecerdasan emosi

dengan perilaku prososial. Sampel yang digunakan adalah pelajar SMA Kristen Satya

Wacana salatiga dan berusia 15 – 18 tahun. Teknik sampling yang digunakan incidental

sampling. Jumlah sampel yang digunakan berjumlah 172 orang (kelas X dan kelas XI).

Metode pengumpulan data pada variable kecerdasan emosi diadopsi dari Schutte (1998)

yang didasarkan pada teori Salovey (2007) yang memiliki lima aspek kecerdasan emosi

yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Pada

variable perilaku prososial di adopsi berdasarkan skala yang di susun oleh Carlo dan

Randall (2002). Adapun aspek perilaku prososial dari Carlo dan Randall (2002)

diantaranya altruism, compliance, emotional, dire, anonymous dan public. Hasil

penelitian ini diperoleh nilai korelasi product moment rxy = 0,466 ; p = 0,000 (p < 0,05)

yang berarti terdapat hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosi terhadap

perilaku prososial pada remaja. Nilai koefisien determinasi sebesar 21,8 % artinya

kecerdasan emosi memberikan sumbangan terhadap munculnya perilaku prososial

remaja sebesar 21,8 % dan sisanya 78,2 % ditentukan oleh faktor-faktor lain.

Kata kunci : Perilaku prososial, kecerdasan emosional.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

ii

ABSTRACT

This study aims to investigate the relationship between emotional intelligence and

prosocial behavior. The sample used was a high school student Kristen Satya Wacana

Discourse Salatiga and aged 15-18 years. The sampling technique used incidental

sampling. The number of samples used were 172 people (class X and XI). The method

of collecting data on emotional intelligence variable adopted from Schutte (1998) which

is based on the theory Salovey (2007) which has five aspects of emotional intelligence

is self-awareness, self-regulation, self-motivation, empathy and social skills. The

variable prosocial behavior in the adoption by the scale collated by Carlo and Randall

(2002). The prosocial behavior aspects of Carlo and Randall (2002) including altruism,

compliance, emotional, dire, anonymous and public. The results of this study showed

the value of the product moment correlation r xy = 0.466 ; p = 0.000 (p < 0.05), which

means that there is a positive and significant relationship between emotional

intelligence on prosocial behavior in adolescents. Value of determination coefficient of

21.8 % means that emotional intelligence contributes to the emergence of adolescence

prosocial behavior by 21.8 % and the remaining 78.2 % is determined by other factors.

Keywords : Prosocial behaviour, emotional intelligence.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa masyarakat

pada kehidupan yang serba praktis dan individual, sehingga kepedulian sosial antar

individupun menjadi berkurang. Sears (1991) menyatakan bahwa masing-masing

individu bukanlah semata-mata makhluk tunggal yang mampu hidup sendiri, melainkan

sebagai makhluk sosial yang sangat bergantung pada individu lain. Seseorang dikatakan

berperilaku prososial jika individu tersebut menolong individu lain tanpa

memperdulikan motif-motif si penolong, timbul karena adanya penderitaan yang

dialami oleh orang lain dalam bentuk aktivitas: saling membantu, saling menghibur,

persahabatan, penyelamatan, pengorbanan, kemurahan hati, dan saling membagi.

Fenomena menurunnya perilaku prososial ini juga terjadi pada remaja di

lingkungan SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

di bulan Juli 2014 dengan 10 siswa di SMA Kristen Satya Wacana, semisal saat ada

seorang teman yang berkeinginan meminjam buku catatan, tidak ada teman yang

meminjamkan buku catatan yang diinginkan, dengan alasan dirinya bukanlah teman

dekatnya. Selain itu juga rendahnya perilaku prososial remaja di sana juga ditunjukkan

saat ada temannya yang sakit hanya teman-teman terdekat saja yang menjenguknya,

sedangkan lainnya tidak perduli. Hal tersebut bila tidak diatasi maka bisa menyebabkan

semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain.

Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock, 2007) mengemukakan bahwa seseorang

dikatakan memiliki perilaku prososial bila dirinya 1memiliki kepedulian terhadap

keadaan dan hak orang lain, perhatian dan empati pada orang lain serta berbuat sesuatu

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

2

yang memberikan manfaat bagi orang lain. Perilaku prososial dapat memberikan

pengaruh bagaimana individu melakukan interaksi sosial.

Sears (1991) memberikan pemahaman mendasar bahwa masing-masing individu

bukanlah semata-mata makhluk tunggal yang mampu hidup sendiri, melainkan sebagai

makhluk sosial yang sangat bergantung pada individu lain, individu tidak dapat

menikmati hidup yang wajar dan bahagia tanpa lingkungan sosial. Seseorang dikatakan

berperilaku prososial jika individu tersebut menolong individu lain tanpa

memperdulikan motif-motif si penolong, timbul karena adanya penderitaan yang

dialami oleh orang lain yang meliputi saling membantu, saling menghibur,

persahabatan, penyelamatan, pengorbanan, kemurahan hati, dan saling membagi.

Individu yang memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan tindakan

prososial, biasanya memiliki karakteristik kepribadian salah satunya yakni memiliki

kecerdasan emosi (Wilson dan Petruska dalam Dayakisni & Hudaniah, 2006).

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku prososial adalah

kecerdasan emosional yang dimiliki oleh individu. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Sabiq dan Djalali (2012), ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan

emosi, kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial. Hal ini juga dibuktikan dengan

hasil penelitian Asih dan Pratiwi (2010) bahwa kecerdasan emosi dan empati sangat

mempengaruhi perilaku prososial seseorang. Seseorang yang secara emosional cerdas

akan cepat dapat mengenali emosi yang sedang dialaminya, dan dengan segera dapat

mengelola emosi yang muncul (Mathews dkk, 2002). Potensi tersebut akan berdampak

pada kemampuan menyelesaikan permasalahan dengan baik dan memaksimalkan

kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan. Sedangkan tidak adanya kompetensi

tersebut dapat menyebabkan kekacauan dalam kejiwaan yang dapat berupa depresi

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

3

(Smith dan Blackwood, 2004). Ketidakmampuan mengelola emosi akan menyebabkan

seseorang jatuh pada keadaan emosi negatif, hal ini terkait erat dengan peningkatan

derajat depresi (Verstraeten, 2008). Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya,

peneliti ingin membuktikan bagaimana kaitan antara kecerdasan emosi dengan perilaku

prososial yang terjadi pada remaja awal usia 15 - 18 tahun di SMA Kristen Satya

Wacana ini. Rendahnya perilaku prososial yang ditunjukkan para remaja di SMA

tersebut, maka peneliti berkeinginan mengambil sampel pada remaja awal. Pada usia

ini diasumsikan remaja memasuki tahapan identitas dan kekacauan diri yang merupakan

tahapan dalam psikososial dari Erik Erikson dimana pada tahap ini sebagai penentu

perkembangan emosi di masa dewasa nantinya. Dengan kata lain kecerdasan emosi

yang dimiliki pada remaja awal cenderung masih rendah.

Kartono (1995) mengartikan kecerdasan emosi sebagai suatu keadaan atau kondisi

mencapai tingkat kedewasaan dari perkembangan emosional. Oleh karena itu, pribadi

yang bersangkutan tidak lagi menampilkan perilaku emosional seperti pada masa kanak-

kanak. Arbadiati dan Kurniati (2007) mengatakan bahwa individu yang memiliki

kecerdasan emosi pasti memiliki kemampuan dalam merasakan emosi, mengelola dan

memanfaatkan emosi secara tepat sehingga memberikan kemudahan dalam menjalani

kehidupan sebagai makhluk sosial. Oleh karena itu peneliti berkeinginan untuk meneliti

lebih jauh bagaimana hubungan kecerdasan emosi dengan perilaku prososial pada

remaja awal di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian ini dengan merumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah ada hubungan

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

4

yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku prososial pada

remaja di Salatiga?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

kecerdasan emosional dengan perilaku prososial pada remaja di Salatiga.

TINJAUAN PUSTAKA

Kecerdasan Emosional

Pengertian Kecerdasan Emosional

Seseorang yang telah mencapai kecerdasan emosi dapat mengendalikan emosinya.

Emosi yang terkendali menyebabkan orang mampu berpikir secara lebih baik, melihat

persoalan secara objektif (Walgito, 2004).

Salovey (2007) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk

mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,

memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam

sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

Hurlock (1999) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai tidak meledaknya emosi

di hadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk

mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima.

Jadi dari teori–teori di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah

kemampuan individu untuk bertindak secara tepat dalam menyelesaikan permasalahan,

mampu mengendalikan luapan emosi dan mampu mengantisipasi secara kritis setiap

permasalahan sesuai dengan situasi dan kondisi.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

5

Ciri -ciri Kecerdasan Emosional

Menurut Salovey (dikutip Goleman, 2000) ada lima ciri-ciri dalam kecerdasan

emosional yaitu:

a. Kesadaran diri.

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya

untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri; memiliki tolok ukur yang

realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengaturan diri.

Kemampuan dalam menangani emosi diri sedemikian sehingga berdampak

positif kepada pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda

kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu pulih kembali dari tekanan

emosi.

c. Motivasi.

Kemampuan menggunakan hasrat diri yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu diri mengambil

inisiatif dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan

dan frustasi.

d. Empati.

Kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu

memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan

menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

6

e. Keterampilan sosial.

Kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang

lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial; berinteraksi dengan

lancar; menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan

memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja

sama dan bekerja dalam tim.

Jersild (dalam Sobur, 2003) menjelaskan ciri-ciri individu yang memiliki

kecerdasan emosi, antara lain:

a. Penerimaan diri yang baik.

Individu yang memiliki kematangan emosi akan dapat menerima kondisi fisik

maupun psikisnya, baik secara pribadi maupun secara sosial.

b. Kemampuan dalam mengontrol emosi.

Dorongan yang muncul dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang

bertentangan dikendalikan dan diorganisasikan ke arah yang baik.

c. Objektif.

Individu akan memandang kejadian berdasarkan dunia orang lain dan tidak

hanya dari sudut pandang pribadi.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu yang

memiliki kecerdasan emosional adalah: mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi,

memotivasi diri sendiri, dan mengenali emosi orang lain. Adapun peneliti mengambil

ciri-ciri individu yang memiliki kecerdasan emosional ini didasarkan pada teori Salovey

karena teori yang dikemukakannya sudah melingkupi dari teori-teori lainnya.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

7

Perilaku Prososial

Pengertian Perilaku Prososial

Baron dan Byrne (2005), menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu

tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu

keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut dan mungkin

bahkan melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong. Aronson et al (2005)

menyatakan perilaku prososial adalah melakukan perbuatan apapun yang bertujuan

menguntungkan orang lain.

Yuniardi (2004) mendefinisikan perilaku prososial merupakan kesediaan orang-

orang untuk membantu atau menolong orang lain yang ada dalam kondisi distress

(menderita) atau mengalami kesulitan. Faturochman dan Pratikto (2012) juga

menyatakan perilaku prososial sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada

orang lain.

Berdasarkan beberapa penjelasan dari teori di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif dengan

cara memberi bantuan pada orang lain secara materiil ataupun psikologis demi

meningkatkan kesejahteraan orang lain.

Faktor-faktor Perilaku Prososial

Secara umum, faktor-faktor perilaku prososial dapat dibagi menjadi beberapa

faktor (Eisenberg et al, 2006) yaitu:

a. Faktor genetis.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zahn-Waxler et al (dalam Eisenberg et

al, 2006) terhadap anak kembar menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

dari faktor genetis terhadap munculnya perilaku prososial pada anak hingga anak

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

8

berusia 20 bulan. Setelah anak tumbuh lebih dewasa, perilaku prososial lebih

banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

b. Faktor budaya.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perilaku prososial lebih sering muncul

pada daerah yang lebih menghargai nilai prososial dan komunal seperti daerah

Aitutaki, Jawa dan suku Papago di Arizona. Sementara pada daerah lain seperti Ik

(Uganda) dan Alorese (pulau di Jawa bagian timur) perilaku prososial lebih jarang

muncul dan sebaliknya perilaku kekerasan yang lebih sering muncul. Hal itu dapat

terjadi kemungkinan karena adanya perbedaan nilai tiap budaya yang terkait dengan

perilaku prososial sehingga mempengaruhi proses sosialisasi awal dari perilaku

prososial di budaya tersebut.

c. Faktor keluarga.

Banyak faktor dalam keluarga yang dilaporkan dapat memengaruhi

kemunculan perilaku prososial pada seseorang. Beberapa di antaranya adalah

struktur keluarga, ukuran keluarga, urutan kelahiran dan pengasuhan orangtua.

Dalam penelitian yang dilakukan Rehberg dan Richman (dalam Eisenberg et al,

2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak usia prasekolah dari keluarga

tanpa ayah menunjukkan perilaku memberikan rasa nyaman kepada teman sebaya

yang lebih tinggi dari pada anak dari keluarga utuh.

Penelitian mengenai pengaruh ukuran keluarga terhadap perilaku prososial

anak juga menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian mengenai ukuran jumlah

anggota keluarga dan perilaku prososial dari Zaff et al (dalam Eisenberg et al, 2006)

juga menunjukkan bahwa anak dari ukuran jumlah anggota keluarga yang lebih

besar cenderung lebih sering menjadi sukarelawan dan lebih cenderung

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

9

menunjukkan perilaku menolong dan berbagi dalam kehidupan sehari-hari. Hal

tersebut kemungkinan terjadi karena adanya tuntutan terhadap anak untuk lebih

terlibat dalam tugas rumah tangga.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa urutan kelahiran juga memiliki

pengaruh dalam munculnya perilaku prososial. Menurut Sharma (dalam Eisenberg

et al, 2006), anak pertama terutama anak perempuan akan cenderung menunjukkan

perilaku memberi kepada teman yang lebih tinggi. Perilaku prososial anak pertama

juga ditemukan lebih sering muncul dibandingkan adik-adiknya pada hubungan

saudara kandung.

Hasil-hasil penelitian tentang pengasuhan orangtua juga banyak ditemukan

memiliki pengaruh terhadap perilaku prososial anak. Anak cenderung memunculkan

perilaku menolong yang lebih tinggi jika dirinya menghabiskan lebih banyak waktu

dan melakukan banyak aktivitas bersama orangtua (Eberly dan Montemayor dalam

Eisenberg et al, 2006). Selain itu, penelitian lain menyatakan bahwa reaksi yang

cepat dari ibu terhadap kebutuhan anaknya yang berusia 9 bulan akan memprediksi

kemunculan empati dan prosocial responsiveness ketika anak berusia 22 bulan (Van

der Mark et al, dalam Eisenberg et al, 2006).

d. Faktor kemampuan kognitif dan sosiokognitif.

Beberapa ahli menyatakan bahwa kemampuan kognitif dan sosio kognitif anak

dapat mempengaruhi kemunculan perilaku prososial anak, di antaranya perspective

taking skill dan penalaran moral perilaku prososial (Batson, Eisenberg dan Hoffman

dalam Eisenberg et al, 2006). Perspective taking skill adalah kemampuan seseorang

untuk berfikir dari sudut pandang orang lain dan juga memahami perasaan serta

pemikiran orang lain (Santrock, 2007). Hoffman (dalam Eisenberg et al, 2006) juga

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

10

menyatakan bahwa perspective taking skill pada anak penting dalam

mengembangkan kemampuan anak untuk membedakan distress dirinya dan orang

lain serta untuk memahami reaksi emosional orang lain. Kemampuan itulah yang

akhirnya dapat meningkatkan perilaku prososial anak.

Penalaran moral perilaku prososial menurut Shaffer (dalam Eisenberg et al,

2006) adalah proses berfikir yang dilakukan seseorang dengan mempertimbangkan

keuntungan atau kerugian yang akan didapat, sebelum akhirnya membuat keputusan

dalam perilaku menolong berbagi atau memberikan rasa nyaman pada orang lain.

e. Faktor kepribadian dan disposisi.

Beberapa aspek kepribadian, terutama yang berhubungan dengan temperamen,

memiliki hubungan dengan perilaku prososial. Faktor – faktor yang termasuk di

dalamnya adalah keramahan dan self esteem. Keramahan ditemukan memiliki

hubungan yang lebih tinggi dengan kemunculan perilaku prososial yang sifatnya

lebih spontan dan ditujukan kepada orang yang tidak dikenal serta dalam setting

yang juga tidak dikenal dibandingkan dengan perilaku prososial kepada anggota

keluarga di rumah.

Selain itu, ditemukan pula terdapat hubungan yang positif antara self esteem

anak dan kecenderungan prososial mereka. Penelitian yang dilakukan pada anak

kelas empat Sekolah Dasar hingga SMA ditemukan bahwa anak yang sering

memunculkan perilaku prososial memiliki konsep diri yang positif, memiliki self

efficacy yang tinggi, dan cenderung memiliki skema diri yang prososial.

Berdasarkan teori di atas maka faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku

prososial di antaranya faktor genetis, budaya, keluarga, kemampuan kognitif dan sosio

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

11

kognitif serta kepribadian dan disposisi. Adapun kecerdasan emosional termasuk juga

pada faktor kepribadian.

Aspek – aspek Perilaku Prososial

Tipe perilaku prososial yang dibuat oleh Carlo dan Randall (2002) dalam jurnal The

Development of a Measure of Prosocial Behaviors for Late Adolescent, menjelaskan

bahwa ada 6 aspek perilaku prososial yaitu:

1. Altruism: yaitu tindakan seseorang menolong karena simpati bila melihat korban

sangat membutuhkan pertolongan.

2. Compliant: yaitu tindakan seseorang menolong bila diminta bantuan (verbal maupun

non verbal).

3. Emotional: yaitu tindakan seseorang menolong bila situasi sangat emosional bagi

penolong.

4. Public: yaitu tindakan seseorang menolong untuk mendapatkan penghargaan dari

orang lain.

5. Anonymous: yaitu tindakan seseorang menolong dengan tidak memberitahu identitas

(korban tidak tahu identitas penolong).

6. Dire: yaitu tindakan seseorang menolong secara langsung dalam situasi krisis.

Perilaku prososial pada anak memiliki tiga bentuk (dalam Eisenberg et al, 2006),

yaitu :

1. Berbagi, yaitu perilaku yang dilakukan ketika anak memberikan barang

kepunyaannya kepada orang lain atau memperbolehkan orang lain menggunakan

barang kepunyaannya secara sementara.

2. Menolong, yaitu perilaku yang dilakukan ketika anak berusaha untuk meringankan

kebutuhan non emosi orang lain.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

12

3. Memberi rasa aman, yaitu perilaku yang dilakukan ketika anak berusaha

meringankan kebutuhan emosi orang lain.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa teori di atas maka aspek-aspek yang

mempengaruhi perilaku prososial peneliti ambil dari teori Carlo dan Randall (2002) di

mana menurut peneliti, aspek perilaku prososial dari Carlo dan Randall (2002) sudah

cukup mewakili dari seluruh teori yang ada. Adapun aspek perilaku prososial di

antaranya altruism, compliant, emotional, public, anonymous dan dire.

Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Prososial pada Remaja

Fenomena menurunnya perilaku prososial pada remaja saat ini banyak terlihat dari

rendahnya perilaku tolong menolong pada remaja. Perilaku prososial dapat diartikan

sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong

orang lain tanpa memperdulikan motif–motif si penolong (Sears, 1991). Perilaku

prososial (Myers dalam Sarwono, 2002) merupakan tingkah laku positif yang

menguntungkan atau membuat kondisi fisik/psikis orang lain menjadi lebih baik yang

dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan imbalan dari orang lain.

Ada beberapa faktor penyebab menurunnya perilaku prososial pada remaja, salah

satunya adalah kecerdasan emosi. Menurut penelitian dari Husada (2013) bahwa

seorang remaja yang dapat berperilaku sosial karena dirinya memiliki kecerdasan emosi

yang tinggi, di samping faktor pola pengasuhan orangtua yang demokratis. Selain itu,

menurut Bradberry dan Luc (2006) juga dinyatakan bahwa seseorang dengan

kecerdasan emosional yang tinggi cenderung membentuk kompetensi seseorang dalam

menyadari emosi yang dimilikinya, mampu mengelola emosinya dan mampu mengelola

konflik antar personal. Kemampuan tersebut berdampak pada kemampuan

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

13

menyelesaikan permasalahan dengan baik dan memaksimalkan kemampuan

penyesuaian diri dengan lingkungan.

Penelitian Rufaida (2009) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif yang

sangat signifikan antara tingkat kecerdasan emosi dengan perilaku prososial. Seseorang

yang memiliki kecerdasan emosional yang baik dapat mengendalikan emosinya. Emosi

yang terkendali menyebabkan orang mampu berfikir secara lebih baik, melihat

persoalan secara objektif (Walgito, 2004). Hasil penelitian dari Haryati (2013) juga

menunjukkan bahwa seseorang yang matang emosinya dan memiliki religiusitas yang

baik cenderung menunjukkan perilaku prososial yang tinggi.

Hipotesis

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut: Ada hubungan positif dan signifikan antara Kecerdasan Emosional

dengan Perilaku Prososial pada Remaja.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan berdasarkan analisisnya adalah penelitian

kuantitatif.

Metode Pengumpulan Data dan Alat Ukur

Pengumpulan data yang digunakan untuk kedua variabel penelitian ini adalah

metode skala:

1. Skala Kecerdasan Emosi

Pengukuran skala Kecerdasan Emosi peneliti adopsi berdasarkan skala yang

disusun oleh Schutte (1998) yang didasarkan pada teori Salovey (dalam Goleman,

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

14

2001). Skala Kecerdasan Emosi dari Schutte ini memiliki validitas internal

consistency replication dengan koefisien Cronbah Alpha sebesar 0,87, dan koefisien

reliabilitas dengan test-retest reliability sebesar 0,78 (Schutte 1998:173).

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas dari program SPSS 10.0 terhadap skala

kecerdasan emosional dalam penelitian ini diperoleh hasil validitas internal tiap

aitem terhadap total (di luar aitem yang dikorelasikan) sebagaimana ditunjukkan

oleh koefisien Corrected Item-Total Correlation. Validitas internal tiap aitem pada

33 aitem skala Kecerdasan Emosional ternyata ada 2 aitem memiliki koefisien

korelasi kurang dari 0,300 yaitu aitem no X14 sebesar – 0,110 dan aitem no X18

sebesar 0,177. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kedua aitem tersebut

dikeluarkan dari proses analisis selanjutnya. Setelah dianalisis ulang terhadap 31

aitem skala Kecerdasan Emosional hasilnya menunjukkan koefisien korelasi

Corrected Item-Total Correlation berkisar antara: 0,303 - 0,611 dan koefisien

reliabilitas Cronbah Alpha pada 31 aitem skala Kecerdasan Emosional sebesar

0,889.

2. Skala perilaku prososial

Pengukuran skala perilaku prososial peneliti adopsi berdasarkan skala yang di

susun oleh Carlo dan Randall (2002). Adapun aspek perilaku prososial dari Carlo

dan Randall (2002) diantaranya altruism, compliance, emotional, public, anonymous

dan dire. Skala perilaku prososial dari Carlo dan Randall ini memiliki validitas

aitem (internal consistency) dengan koefisien Cronbah Alpha berkisar antara 0,62 -

0,88, dan koefisien reliabilitas dengan test-retest reliability sebesar 0,60, 0,75, 0,72,

0,80, 0,73, dan 0,60 (Carlo dan Randall, 2002:41).

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

15

Berdasarkan hasil analisis reliabilitas dengan program SPSS 10.0 terhadap

skala Perilaku Prososial diperoleh hasil validitas internal tiap aitem terhadap

total (di luar aitem yang dikorelasikan) sebagaimana ditunjukkan oleh koefisien

Corrected Item-Total Correlation. Validitas internal tiap aitem pada 23 aitem skala

Perilaku Prososial menunjukkan koefisien korelasi Corrected Item-Total

Correlation berkisar antara: 0,372 - 0,733. dan koefisien reliabilitas Cronbah Alpha

pada 23 aitem skala Perilaku Prososial sebesar 0,917.

Hasil validitas dan reliabilitas yang demikian ini berarti skala Kecerdasan

Emosional dan Perilaku Prososial adalah valid (sah atau sahih) dan reliabel (atau

dapat dipercaya) untuk instrument penelitian.

Sampel dan Teknik Sampling

Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pelajar SMA Kristen Satya Wacana di

Salatiga yang berusia 15 - 18 tahun. Asumsinya adalah pada usia ini remaja memasuki

tahapan identitas dan kekacauan diri yang merupakan tahap dalam psikososial dari Erik

Erikson di mana tahapan ini sangat menentukan perkembangan emosi di masa

dewasanya nanti. Jumlah populasi pelajar SMA Kristen Satya Wacana di Salatiga

adalah 457 pelajar yang terdiri dari 6 kelas X, 6 kelas XI, dan 5 Kelas XII. Sampel

dalam penelitian ini adalah responden yang diambil dari populasi tersebut dengan

menggunakan teknik sampling berikut ini.

Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan kriteria sampel yang sudah ditentukan (Sugiyono, 2007,

h.59). Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah Kelas X dan Kelas XI yang

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

16

terdiri dari 2 Kelas Budaya dan Bahasa (BB), 2 Kelas IPS, dan 3 Kelas Matematika dan

IPA (MIA). Ketujuh kelas ini ditentukan secara insidental berdasarkan perolehan ijin

pengambilan data yang diberikan/ ditunjukkan oleh pihak sekolah SMA Kristen Satya

Wacana di Salatiga.

Pengolahan Data

Data hasil skala kecerdasan emosi dan skala perilaku prososial yang telah diisi

oleh responden diskoring 1 hingga 5 yaitu: STS (Sangat Tidak Sesuai), TS (Tidak

Sesuai), N (Netral), S (Sesuai), SS (Sangat Sesuai). Pemberian skor bergerak dari

rentang nilai satu (STS) sampai dengan lima (SS) untuk aitem-aitem favourable,

sedangkan untuk aitem-aitem unfavourable pemberian skor bergerak dari lima (STS)

sampai dengan nilai satu (SS).

Data penelitian hasil skoring diolah secara analisis statistik dengan program

Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) 17.0 for Windows. Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan: koefisien validitas dan reliabilitas, statistik

deskriptif, uji linearitas, uji normalitas dan uji hipotesis (uji korelasi).

HASIL PENELITIAN

Data penelitian ini diambil pada tanggal 5 Februari 2015 di SMA Kristen Satya

Wacana di Salatiga kelas X.BB dengan jumlah 30 pelajar, kelas X.MIA.1 dengan

jumlah 27 pelajar, kelas X.MIA.3 dengan jumlah 28 pelajar, kelas X.IS.1 dengan jumlah

27 pelajar, kelas XI.BB dengan jumlah 22 pelajar, kelas XI.MIA.3 dengan jumlah 29

pelajar dan kelas XI.IS.2 dengan jumlah 26 pelajar. Jadi jumlah responden yang diberi

angket penelitian ini adalah 189 orang.

Alat pengambil data yang digunakan adalah Skala Kecerdasan Emosional

sebanyak 33 aitem dan Skala Perilaku Prososial sebanyak 23 aitem. Sebelum meminta

Page 26: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

17

subjek untuk mengisi skala, peneliti memberitahukan petunjuk pengisian skala tersebut.

Selama pengisian skala, peneliti menunggu subjek sampai selesai. Setelah subjek sudah

selesai mengisi skala, peneliti mengumpulkan hasil skala yang telah diisi.

Data dalam penelitian ini dianalisis statistik dengan menggunakan program SPSS

17.0 for Windows. Sebelum dianalisis data disortir yang tidak memenuhi syarat

dikeluarkan dari data seperti usia subjek kurang dari 15 tahun atau lebih besar dari 18

tahun. Hasilnya menghasilkan 172 data subjek yang memenuhi syarat dijadikan sampel

penelitian untuk dianalisis.

Deskripsi Statistik Penelitian

Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek

penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang

diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis. Berdasarkan skor yang

didapat, maka diperoleh gambaran umum mengenai hubungan antara regulasi diri

dengan kecenderungan adiksi game online pada remaja. Berdasarkan hasil analisis,

diperoleh mean empirik, mean hipotetik sebagai berikut :

Tabel 1

Gambaran umum Skor Variabel-variabel penelitian

Variabel Statistik Hipotetik Empirik

Kecerdasan

emosi

Skor minimal 31 82

Skor maksimal 155 138

Mean 93 115,98

Standart Deviation 15,5 12,83

Perilaku

prososial

Skor minimal 23 57

Skor maksimal 115 113

Mean 69 81,82

Standart Deviation 11,5 13,41 Sumber : Data primer yang diolah, 2015

Page 27: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

18

Deskripsi variabel Kecerdasan Emosional

Berdasarkan nilai mean dan standard deviasi disusunlah kategorisasi subjek

penelitian untuk tiap variabel. Tujuan dari kategorisasi adalah untuk menempatkan

individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu

kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2007:107).

Tabel 2

Kategorisasi variabel Kecerdasan Emosi

Kategori Jenjang Jumlah

subjek Bobot

Sangat Rendah ≤ 62 22 12,79%

Rendah 62 < X ≤ 77,5 18 10,47%

Sedang 77,5 < X ≤108,5 50 29,07%

Tinggi 108,5< X ≤124 82 47,67%

Sangat Tinggi X > 124 0 0%

Total 100%

Berdasarkan kategorisasi kecerdasan emosi dapat dilihat bahwa Me = 115,98; Mh =

93 dan SDh = 15,5 artinya kecerdasan emosi yang dimiliki remaja di SMA Kristen

Satya Wacana dalam kategori tinggi dan yang lainnya tersebar dalam level sedang

sebanyak 29,07%, level rendah sebanyak 10,47% dan level sangat rendah 12,79%.

Deskripsi variable Perilaku Prososial

Hasil analisis distribusi frekuensi subjek untuk variabel Perilaku Prososial

dipaparkan dalam Tabel 3.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

19

Tabel 3

Kategorisasi variabel Perilaku Prososial

Kategori Jenjang Jumlah

subjek Bobot

Sangat Rendah ≤ 46 12 6,98%

Rendah 46 < X ≤ 57,5 24 13,95%

Sedang 57,5 < X ≤80,5 53 30,81%

Tinggi 80,5< X ≤92 69 40,12%

Sangat Tinggi X > 92 14 8,14%

Total 100%

Berdasarkan kategorisasi perilaku prososial dapat dilihat bahwa Me = 81,82; Mh =

69 dan SDh = 11,5 artinya perilaku prososial yang dimiliki remaja di SMA Kristen

Satya Wacana dalam kategori tinggi dan yang lainnya tersebar dalam level sedang

sebanyak 30,81%, level rendah sebanyak 13,95% dan level sangat rendah 6,98%,

level sangat tinggi 8,14%

Hasil Uji Asumsi

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan metode analisis

Korelasi Product Moment dari Pearson. Sebelum menguji kebenaran hipotesis

penelitian ini dilakukan uji asumsi sebagaimana dipersyaratkan dalam menggunaan

statistik parametrik yaitu Korelasi Product Moment. Uji asumsi yang dimaksud adalah

uji normalitas dan uji linearitas.

Uji Normalitas

Data tiap variabel penelitian ini diuji dengan menggunakan program uji normalitas

sebaran. Perhitungan normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan teknik analisis

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (K-SZ) dari program SPSS 17.0.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

20

Tabel 4. Uji normalitas Variabel Kecerdasan Emosional dan Perilaku Prososial

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kecerdasan Emosional Perilaku Prososial

N 172 172

Normal

Parameters(a,b) Mean 115,9767 81,8198

Std. Deviation 12,82813 13,40538

Most Extreme

Differences

Absolute 0,100 0,099

Positive 0,048 0,095

Negative -0,100 -0,099

Kolmogorov-Smirnov Z 1,311 1,297

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,064 0,069

a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Sumber : Data primer diolah, 2015

Uji normalitas pada variabel Kecerdasan Emosional menghasilkan koefisien K-SZ

sebesar 1,311 dengan p = 0,064 ( p>0,05). Uji normalitas pada variabel Perilaku

Prososial menghasilkan koefisien K-SZ sebesar 1,297 dengan p = 0,069 (p>0,05).

Berdasarkan uji normalitas tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi dari kedua

variabel tersebut adalah tersebar secara normal.

Uji Linearitas

Tujuan dari uji linearitas untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel

penelitian. Hubungan yang linear menggambarkan bahwa perubahan pada satu variabel

cenderung diikuti oleh perubahan pada variabel lain dengan membentuk garis linear.

Hasil pengujian statistik Anova Linearity dengan program SPSS 17.0 dipaparkan pada

tabel Anova berikut ini.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

21

Tabel 5. Uji Linearitas Variabel Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku

Prososial

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Kecerdasan

Emosional*

Perilaku

Prososial

Between

Groups

(Combined) 11646,315 49 237,680 1,520 0,034

Linearity 6683,798 1 6683,798 42,730 0,000

Deviation from

Linearity

4962,517 48 103,386 0,661 0,948

Within Groups 19083,098 122 156,419

Total 30729,413 171

Sumber : Data primer diolah, 2015

Uji linearitas variabel Kecerdasan Emosional terhadap variabel Perilaku Prososial

menghasilkan nilai F penyimpangan linearitas sebesar 0,661 dengan nilai signifikansi =

0,948 (α > 0,05 atau p > 0,05)) pada deviation from linearity sehingga dapat dibuktikan

bahwa pada taraf kepercayaan 95% persebaran variabel Kecerdasan Emosional terhadap

variabel Perilaku Prososial tidak terjadi penyimpangan secara signifikan terhadap

sebaran linearitas.

Hasil Uji Hipotesis dan Interpretasi

Hasil analisis Korelasi Product Moment dari Pearson dengan program SPSS 17.0

antara variabel Kecerdasan Emosional dan variabel Perilaku Prososial menunjukkan

koefisien korelasi rxy = 0,466 pada taraf signifikansi 0,000 (p < 0,05) sebagaimana

tampak pada tabel 6.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

22

Tabel 6. Korelasi Variabel Kecerdasan Emosional dan Perilaku Prososial

Correlations

Kecerdasan Emosional Perilaku Prososial

Kecerdasan

Emosional

Pearson Correlation 1 0,466**

Sig. (2-tailed) . 0,000

N 172 172

Perilaku

Prososial

Pearson Correlation 0,466** 1

Sig. (2-tailed) 0,000 .

N 172 172

** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).

Sumber : Data primer diolah, 2015

Berdasarkan hasil analisis korelasi pada tabel 6 tersebut, terbukti secara statistik

bahwa terdapat hubungan korelasional yang positif dan signifikan antara variabel

Kecerdasan Emosional dan Perilaku Prososial pada remaja, sebagaimana ditunjukkan

dengan hasil koefisien korelasi rxy = 0,466 pada signifikansi = 0,000 (p < 0,05). Ini

berarti hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif dan signifikan antara

Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Prososial pada Remaja diterima.

Dengan diterimanya Hipotesis tersebut bermakna semakin tinggi skor Kecerdasan

Emosional yang dimiliki remaja maka semakin tinggi pula kecenderungan skor

Perilaku Prososialnya. Demikian juga sebaliknya semakin rendah skor Kecerdasan

Emosional yang dimiliki remaja maka semakin rendah pula kecenderungan skor

Perilaku Prososialnya. Ini berarti hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian

yang diajukan sebelumnya.

Untuk melihat seberapa besar sumbangan efektif variabel Kecerdasan Emosional

terhadap kecenderungan mempengaruhi Perilaku Prososial dapat dilihat dari koefisien

determinan dari hasil analisis Regresi dengan program SPSS 17.0 yang ditunjukkan nilai

Page 32: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

23

R Square sebesar 0,218. Ini berarti Kecerdasan Emosional memberikan sumbangan

efektif terhadap kecenderungan Perilaku Prososial sebesar 21,8%, dan sisanya 78,2%

ditentukan oleh faktor-faktor lain.

Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan korelasional yang

positif dan signifikan antara Kecerdasan Emosional dan Perilaku Prososial pada

remaja, sebagaimana ditunjukkan dengan hasil koefisien korelasi rxy = 0,466; dan

signifikansi = 0,000 (p < 0,05). Hubungan korelasional positif dan signifikan ini berarti

semakin tinggi Kecerdasan Emosional yang dimiliki remaja maka semakin tinggi pula

kecenderungan Perilaku Prososial. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah

Kecerdasan Emosional yang dimiliki remaja maka semakin rendah pula kecenderungan

Perilaku Prososial. Hasil penelitian ini berarti sesuai dengan hipotesis penelitian yang

diajukan sebelumnya.

Berdasarkan tingkat signifikansi yang dimiliki untuk uji dua sisi yaitu nilai

signifikansi = 0,000 (p < 0,01) berarti ada hubungan korelasi positif antara Kecerdasan

Emosional terhadap kecenderungan Perilaku Prososial pada remaja adalah sangat

signifikan. Dengan kata lain, tingkat kepercayaan dari kesimpulan berdasarkan hasil

penelitian ini bahwa ada hubungan korelasi positif antara Kecerdasan Emosional

terhadap kecenderungan Perilaku Prososial pada remaja 99% adalah benar dan dapat

dipercaya.

Hal ini menunjukkan bukti secara statistik bahwa hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Asih dan Pratiwi (2010)

menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi dan empati sangat mempengaruhi perilaku

prososial seseorang. Seseorang yang secara emosional cerdas akan cepat dapat

Page 33: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

24

mengenali emosi yang sedang dialaminya, dan dengan segera dapat mengelola emosi

yang muncul (Mathews dkk, 2002). Potensi tersebut akan berdampak pada kemampuan

menyelesaikan permasalahan dengan baik dan memaksimalkan kemampuan

penyesuaian diri dengan lingkungan. Sedangkan tidak adanya kompetensi tersebut dapat

menyebabkan kekacauan dalam kejiwaan yang dapat berupa depresi (Smith dan

Blackwood, 2004). Ketidakmampuan mengelola emosi akan menyebabkan seseorang

jatuh pada keadaan emosi negatif, hal ini terkait erat dengan peningkatan derajat depresi

(Verstraeten, 2008).

Husada (2013) menyimpulkan bahwa seorang remaja dapat berperilaku sosial

karena dirinya memiliki kecerdasan emosi yang tinggi di samping faktor pola

pengasuhan orangtua yang demokratis. Hasil penelitian Rufaida (2009) menunjukkan

bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara tingkat kecerdasan emosi

dengan perilaku prososial. Seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik dapat

mengendalikan emosinya. Emosi yang terkendali menyebabkan orang mampu berfikir

secara lebih baik, melihat persoalan secara objektif (Walgito, 2004). Juga hasil

penelitian Haryati (2013) menunjukkan bahwa seseorang yang matang emosinya dan

memiliki religiusitas yang baik akan menunjukkan perilaku prososial yang tinggi.

Hal ini juga sejalan dengan teori Bradberry dan Luc (2006) yang menyatakan

bahwa seseorang dengan kecerdasan emosional tinggi akan membentuk kompetensi

seseorang dalam menyadari emosi yang dimilikinya, sehingga mampu mengelola

emosinya dan mampu mengelola konflik antar personal. Kemampuan tersebut

berdampak pada kemampuan menyelesaikan permasalahan dengan baik dan

memaksimalkan kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

25

Salovey (2007) mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk

mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran,

memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam

sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. Hurlock (1999) juga

mengatakan bahwa kecerdasan emosi sebagai tidak meledaknya emosi di hadapan

oranng lain melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk

mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Kecerdasan

emosi menurut Salovey (2007) memiliki lima aspek yaitu kesadaran diri, pengaturan

diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosi pada remaja di

penelitian ini tergolong tinggi yang ditunjukkan dengan distribusi subjek cenderung

berkategorisasi Tinggi Ini berarti remaja di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga ini

rata-rata memiliki kemampuan kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi diri, empati dan

ketrampilan sosial yang cukup baik.

Perilaku prososial pada remaja juga tergolong tinggi, hal ini dapat dilihat

dengan distribusi subjek cenderung berkategorisasi Tinggi ini berarti remaja memiliki

keinginan menolong orang lain yang cukup tinggi. Eisenberg dan Wang (dikutip

Santrock, 2007) mengemukakan bahwa seseorang dikatakan memiliki perilaku prososial

bila dirinya memiliki kepedulian terhadap keadaan dan hak orang lain, perhatian dan

empati pada orang lain serta berbuat sesuatu yang memberikan manfaat bagi orang lain.

Perilaku prososial dapat memberikan pengaruh bagaimana individu melakukan interaksi

sosial

Hasil penelitian ini memberi harapan baru bagi para orang tua yang memiliki

anak remaja bahwa mayoritas para remaja ternyata berperilaku prososial meningkat,

dalam arti mereka melakukan berbagai bentuk perencanaan atau tindakan untuk

Page 35: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

26

menolong orang lain tanpa memperdulikan motif-motif si penolong (Sears, 1991).

Mayoritas mereka (Sarwono, 2002) bertingkah laku positif yang menguntungkan atau

membuat kondisi fisik/psikis orang lain menjadi lebih baik yang dilakukan atas dasar

sukarela tanpa mengharapkan imbalan dari orang lain. Hasil ini sekaligus membuktikan

ketidakbenaran adanya fenomena yang menyatakan menurunnya perilaku prososial pada

remaja saat ini banyak terlihat dari rendahnya perilaku tolong menolong pada remaja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara Kecerdasan Emosional dengan

Perilaku Prososial pada remaja. Korelasi positif ini bermakna semakin tinggi

Kecerdasan Emosional yang dimiliki remaja maka semakin tinggi pula kecenderungan

Perilaku Prososialnya. Demikian sebaliknya, semakin rendah Kecerdasan Emosional

yang dimiliki remaja maka semakin rendah pula kecenderungan Perilaku Prososialnya.

Jadi hasil penelitian ini terbukti sesuai dengan hipotesis penelitian yang diajukan.

Saran

1. Bagi Remaja

Remaja perlu meningkatkan kecerdasan emosionalnya agar perilaku

prososialnya juga meningkat. Untuk meningkatkan kecerdasan emosional dirinya

dapat dilakukan dengan cara menyadari emosi yang dimiliki dan mengendalikan

atau mengelola emosinya sehingga mampu berfikir secara lebih baik dan dapat

melihat segala persoalan secara objektif, serta mampu mengelola konflik antar

personal. Di samping itu, Remaja diharapkan dapat lebih mengembangkan perilaku

Page 36: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

27

prososialnya dengan memiliki kesadaran diri, memiliki rasa empati, serta melatih

ketrampilan sosialnya dengan teman sebaya.

2. Bagi Guru

Para guru diharapkan tetap memberikan perhatian dan dukungan kepada

remaja (pelajar) dengan mengajak remaja untuk saling berdialog antar guru dan

siswa, guru dapat memahami karakteristik dari setiap siswanya terutama siswa yang

bermasalah serta lebih mengutamakan sharing dan diskusi dalam memecahkan

permasalahan pada siswa yang bermasalah.

3. Bagi Peneliti berikutnya

Peneliti lain yang tertarik meneliti kecerdasan emosional dan perilaku

prososial, dapat mengkaji faktor-faktor lainnya seperti: konsep diri, pola pengasuhan

orangtua, tipe kepribadian, motivasi diri, kepercayaan diri, self esteem, self efficacy,

skema diri, atau meneliti variabel yang sama dengan setting sasaran remaja dengan

latar pendidikan luar sekolah atau remaja dengan latar belakang sosial budaya yang

beragam.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

28

DAFTAR PUSTAKA

Aronson, L. (2005). Morality Play. Psychology Today. Academic Research Library. 38

(1). 26.

Asih, G.Y., & Pratiwi, M.M.S. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau dari Empati dan

Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus. Vol.1, No.1,

Desember 2010 (33-42).

Arbadiati, C & Kurniati, T. (2007). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan

Kecenderungan Problem Focused Coping pada Sales. Pesat, Vol. 2 No. 2.

Azwar, S. (2004). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi kedua. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

-------.(2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, R.A & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. Edisi kesepuluh. jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Bierhof, H.W. (2002). Social Psycholoy a Modular Course: Prosocial Behaviour. New

York: Psychology Press.

Bradberry, T.R. & Luc, D.S. (2006). Ability versus skill-based assessment of emotional

intelligence. Psicothema, vol. 18, pp 59-66.

Carlo, R & Randall, B.A.(2002). The Development of a Measure of Prosocial Behavior

for Late Adolescents. Journal of Youth and Adolescence, 31, 1 (February 2002),

pp. 31-44.

Dayakisni, T & Hudaniah. (2003). Psikologi Sosial. Edisi revisi. Malang: UMM Press.

Davidoff, L.L. (1991). Psikologi Suatu Pengantar (edisi ke-2). Jilid 2. Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Eisenberg, N., Guthrie, I.K., Murphy, B.C., Shepard, S.A., Cumberland, A & Carlo, G.

(2006). Consistency and Development of Prosocial Dispositions: A Longitudinal

Study. Child Development, 70:1360-1372.

Faturochman & Pratikto, P. (2012). Kepercayaan diri, Kematangan emosi, Pola asuh

orangtua demokratis dan Kenakalan remaja. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia.

Vol. 1. No.2. September 2012.

Goleman, D. (2001). Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Puncak Pretasi.

Terjemahan Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Haryati, T.D. (2013). Kematangan Emosi, Religiusitas dan Perilaku Prososial Perawat

di Rumah Sakit. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 2. No. 2. Hal 162-172.

Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Husada, A.K. (2013). Hubungan Pola Asuh Demokratis dan Kecerdasan Emosi dengan

Perilaku Prososial pada Remaja. Persona: Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 2, No.

3, hal. 266-277.

Irianto, A (2010). Statistik: Konsep Dasar, Aplikasi dan Pengembangannya. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA€¦ · semakin rendahnya sikap prososial remaja terhadap orang lain. Eisenberg dan Wang (dikutip Santrock,

29

Kartono. K (1995). Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju.

Mahmud. (2003). Hubungan antara Gaya Pengasuhan Orangtua dengan Tingkah Laku

Prososial Anak. Jurnal Psikologi. Vol. 11. No.1.

Mathews, G., Zeidner M. & Roberts, R.D. (2002). Emotional Intelligence: Science and

Myth. Massachusetts: The MIT Press.

Monks, F.J & Knoers, A.M.P. (1996). Psikologi Perkembangan (edisi keenambelas).

Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press.

Ngermanto, A. (2003). Quantum: QUOTIENT: Cara Praktis Melejitkan SQ, EQ, sq

yang harmonis. Bandung: Nuansa.

Osho. (2008). Emotional Learning (Belajar Efektif Mengelola Emosi: Mengubah

ketakutan, kemarahan, dan kecemburuan menjadi energy. Yogyakarta: BAC.

Radke-Yarrow M, Zahn-Waxler C, & Chapman M. (1983). Children’s prosocial

dispositions and behavior. Handbook of child psychology: Vol. 4. Socialization,

personality, and social development. (7th ed.). New York: John Wiley.

Rufaida, A. F. (2009). Hubungan Antara Tingkat Kematangan Emosi dengan Tingkah

Perilaku Prososial Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim Malang.

Sarwono, W.S.(2002). Psikologi Lingkungan. Jakarta: CV Remaja Karya.

Sabiq, Zamzani & Djalali, M. As’ad. (2012). Kecerdasan emosi, Kecerdasan spiritual

dan Perilaku Prososial Santri Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Pamekasan.

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 1.No. 2. Hal. 53-65. September 2012.

Salovey, P. (2007). Emotional Intelligence: Key Reading On The Mayer and Salovey

Model. Port Chester: New York, pp: 1-18.

Santrock, J.W. (2007). Remaja. Edisi kesebelas. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Schutte, N.S. (1998). Development and Validation of Measure of Emotional

Intelligence. Journal of Personality and Individual differences. Vol. 25, pp: 167-

177.

Sears, O.D., Freedman, A & Paplau, A.L. (1991). Psikologi Sosial. Jilid dua. Jakarta:

Erlangga.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. (2007). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfa Beta.

Smith, D.J. & Blackwood, D.H.R. (2004). Depression in young adults. Psychiatry

Bulettin. United Kingdom: University of Edinburgh, no. 10, pp: 2-14.

Verstraeten, K., Vasey, M., Raes, F. & Bijttebier P. (2008). Temperament and risk for

depressive symptoms in adolescence: mediation by rumination and moderation by

effortful control. Journal of Abnormal Child Psychology, no. 37, vol. 3, pp: 349-

361.

Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi offset.

Yuniardi, S.(2004). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.