HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
OLEH
DEVI LISNA ADI PUTRI
802009012
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
Devi Lisna Adi Putri
Berta E. A. P., S.Psi. MA.
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
1
ABSTRAK
Mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu
faktornya adalah dukungan sosial orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya
hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW
Salatiga sebanyak 89 orang, dipilih dengan teknik incidental sampling. Data dikumpulkan
dengan skala dukungan sosial orangtua dan skala prokrastinasi akademik. Hubungan antara
dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik diuji dengan menggunakan uji
korelasi Product-moment Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Psikologi UKSW Salatiga, dengan r = -0,741 dengan sig.= 0,000 (p > 0,05).
Kata kunci: dukungan sosial orangtua, prokrastinasi akademik, mahasiswa
Fakultas Psikologi UKSW Salatiga
2
ABSTRACT
Academic procrastination in university student were caused by many factors, one of many
factors was parental social support. The aim of this study is to find out the relationship
between parental social support and academic procrastination in students of Faculty
Psychology of UKSW. This study was conducted towards 89 students of Psychology of
UKSW Salatiga, that were selected by incidental sampling. The data was collected using
parental social support scale and academic procrastination scale. The relationship
between parental social support and academic procrastination in students of Faculty
Psychology of UKSW tested with Pearson's product moment correlation. The obtained
correlation coefficient is at -0,741 with a significance value of 0.000 (p > 0,05), thus it can
be concluded that there is a significant negative correlation between parental social
support and academic procrastination in students of Faculty Psychology of UKSW.
Keywords: parental social support, academic procrastination, students of Faculty
Psychology of UKSW
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
OLEH
DEVI LISNA ADI PUTRI
802009012
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN
PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
Devi Lisna Adi Putri
Berta E. A. P., S.Psi. MA.
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
i
ABSTRAK
Mahasiswa melakukan prokrastinasi akademik disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu
faktornya adalah dukungan sosial orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya
hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik pada
mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW
Salatiga sebanyak 89 orang, dipilih dengan teknik incidental sampling. Data dikumpulkan
dengan skala dukungan sosial orangtua dan skala prokrastinasi akademik. Hubungan antara
dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik diuji dengan menggunakan uji
korelasi Product-moment Pearson menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara dukungan sosial orang tua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Psikologi UKSW Salatiga, dengan r = -0,741 dengan sig.= 0,000 (p > 0,05).
Kata kunci: dukungan sosial orangtua, prokrastinasi akademik, mahasiswa
Fakultas Psikologi UKSW Salatiga
ii
ABSTRACT
Academic procrastination in university student were caused by many factors, one of many
factors was parental social support. The aim of this study is to find out the relationship
between parental social support and academic procrastination in students of Faculty
Psychology of UKSW. This study was conducted towards 89 students of Psychology of
UKSW Salatiga, that were selected by incidental sampling. The data was collected using
parental social support scale and academic procrastination scale. The relationship
between parental social support and academic procrastination in students of Faculty
Psychology of UKSW tested with Pearson's product moment correlation. The obtained
correlation coefficient is at -0,741 with a significance value of 0.000 (p > 0,05), thus it can
be concluded that there is a significant negative correlation between parental social
support and academic procrastination in students of Faculty Psychology of UKSW.
Keywords: parental social support, academic procrastination, students of Faculty
Psychology of UKSW
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap perilaku manusia melibatkan pilihan-pilihan untuk melakukan suatu
pekerjaan pada saat itu juga atau membiarkan suatu situasi berlalu begitu saja. Pekerjaan
yang menjadi prioritas umumnya akan dilakukan lebih dulu daripada yang tidak. Namun,
kondisi tersebut tidak selalu terjadi. Menunda suatu pekerjaan baik disadari maupun tidak
telah menjadi perilaku yang sering dilakukan sehingga menjadi masalah dan menimbulkan
kerugian.
Mahasiswa berada pada jenjang pendidikan yang paling tinggi yaitu perguruan
tinggi. Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan
dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Monks, Knoers, & Haditono, 2002).
Banyak masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh mahasiswa yang lebih
kompleks daripada ketika dirinya masih bersekolah. Sehingga dua kriteria yang diajukan
untuk menunjukkan akhir masa remaja dan permulaan dari dewasa awal adalah
kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan (Santrock, 2009).
Mahasiswa diharapkan dapat menempuh masa studi minimal 3,5 tahun dan akhirnya akan
melewati fase akhir studinya dengan menyusun skripsi. Skripsi merupakan bagian dari
tugas akademik menulis pada mahasiswa.
Salah satu tantangan yang mahasiswa hadapi di perguruan tinggi adalah
mewujudkan disiplin untuk tetap fokus dan mengelola waktu dengan baik. Selain tugas
yang beragam dan memiliki tingkat kesukaran yang kompleks, mahasiswa juga harus
menghadapi tugas perkembangan yaitu transisi menjadi orang dewasa. Masalah yang
muncul bisa berhubungan dengan akademik seperti perencanaan studi, cara belajar, dan
2
pengenalan peraturan serta permasalahan nonakademik seperti masalah keluarga,
pengembangan diri, pergaulan, maupun penyesuaian terhadap lingkungan kampus. Apabila
mahasiswa tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan baik, maka dapat
menimbulkan kecenderungan menghindar atau menunda saat dihadapkan pada tugas
akademis (Purwantika, 2013).
Kebiasaan menunda dalam pembahasan psikologi disebut dengan prokrastinasi
sedangkan pelakunya disebut prokrastinator. Prokrastinasi lebih dari sekedar keterlambatan
melainkan suatu kecenderungan untuk menunda, memulai atau menyelesaikan tugas
penting. Yaakub (2000) menyebut prokrastinator sebagai seseorang yang sebenarnya
mengetahui apa yang ingin dilakukan, memiliki perlengkapan untuk mengerjakan tugas dan
berencana untuk mengerjakan tugas tersebut, tetapi mengerjakan tugas setelah sangat
mendekati batas waktu atau tidak melakukannya sama sekali. Prokrastinator justru
membuang waktunya untuk terlibat dalam kegiatan yang kurang penting daripada
mengerjakan kewajibannya terlebih dahulu.
Prokrastinasi yang terjadi dalam konteks tugas-tugas akademik disebut prokrastinasi
akademik. Prokrastinasi akademik ditandai dengan keinginan untuk menghindar dari tugas,
menjanjikan untuk mengerjakan nanti, dan menggunakan berbagai alasan untuk
membenarkan penundaan tersebut serta mencegah dirinya disalahkan oleh orang lain
(Knaus, 2010). Individu sengaja menunda tugas penting yang ingin diselesaikan meskipun
mengetahui konsekuensi negatif yang dapat muncul. Solomon dan Rothblum (1994)
menyebutkan ada enam tugas akademik yang akan dilakukan mahasiswa selama menjalani
proses pendidikannya, yaitu tugas menulis, membaca, belajar menghadapi ujian,
menghadiri pertemuan, tugas administratif, dan kinerja akademiknya secara keseluruhan.
3
Boice (1996) menambahkan bahwa prokrastinasi mempunyai dua karakteristik.
Pertama, prokrastinasi dapat berarti menunda sebuah tugas yang penting dan sulit daripada
tugas yang lebih mudah, lebih cepat diselesaikan, dan menimbulkan lebih sedikit
kecemasan. Kedua, prokrastinasi dapat juga berarti menunggu waktu yang tepat untuk
bertindak agar hasil lebih maksimal dan resiko minimal dibandingkan apabila dilakukan
atau diselesaikan seperti biasa, pada waktu yang telah ditetapkan.
Mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan selalu menemui tenggat waktu terbatas
berkaitan dengan penyelesaian tugas, administrasi akademik, belajar, ujian, dan tugas akhir
maupun skripsi. Permasalahan yang sering terjadi adalah mahasiswa menunda-nunda
menyelesaikan tugas maupun pekerjaan akademis lain tersebut. Menurut Ferrari (dalam
Ghufron, 2003) prokrastinasi akademik banyak berakibat negatif dengan melakukan
penundaan, banyak waktu yang terbuang dengan sia-sia, tugas-tugas menjadi terbengkalai
bahkan bila diselesaikan hasilnya tidak maksimal. Selain itu, penundaan juga bisa
mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan dan peluang.
Solomon dan Rothblum (1984) mengatakan juga bahwa tingkat prokrastinasi
akademik seseorang akan semakin meningkat seiring dengan makin lamanya studi
seseorang. Jika pada saat duduk di bangku sekolah seseorang sudah melakukan
prokrastinasi akademik, maka dapat diasumsikan bahwa pada saat di bangku perkuliahan,
tingkat prokrastinasi akademiknya akan semakin meningkat.
Bentuk-bentuk prokrastinasi akademik menurut Solomon & Rothblum (1984)
adalah terjadi pada area menulis, membaca, tugas administratif, mempelajari materi
akademik, menghadiri pertemuan akademik, dan kinerja akademik secara keseluruhan.
Prokrastinasi menyebabkan berbagai hal yang dapat merugikan bagi orang yang
4
melakukannya. Menurut Solomon dan Rothblum (1984) beberapa kerugian akibat
kemunculan prokrastinasi adalah tugas tidak terselesaikan, terselesaikan tetapi hasilnya
tidak memuaskan disebabkan karena individu terburu-buru dalam menyelesaikan tugas
tersebut untuk mengejar batas waktu (deadline), menimbulkan kecemasan sepanjang waktu
sampai terselesaikan bahkan kemunculan depresi, tingkat kesalahan yang tinggi karena
individu merasa tertekan dengan batas waktu yang semakin sempit disertai dengan
peningkatan rasa cemas sehingga individu sulit berkonsentrasi secara maksimal, waktu
yang sama dan pada pelajar dapat merusak kinerja akademik seperti kebiasaan buruk dalam
belajar, motivasi belajar yang rendah, serta rasa percaya diri yang rendah.
Pada penelitiannya, Ellis dan Knaus (2011) menunjukkan bahwa 70% mahasiswa di
Amerika melakukan prokrastinasi akademik. Selain itu Kurniawati (2010) melakukan
penelitian dengan hasil sebesar 60,06% mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW cenderung
melakukan prokrastinasi. Didukung dengan hasil pengamatan peneliti di lingkungan
Fakultas Psikologi UKSW yang menemukan bahwa penundaan merupakan salah satu
kebiasaan yang dilakukan. Beberapa mahasiswa yang melakukan penundaan itu menunda
untuk mengerjakan tugas, menunda belajar untuk menghadapi ujian, maupun menunda
mengerjakan skripsi dengan melakukan aktivitas lain yang tidak penting bagi mereka
maupun yang lebih menyenangkan bagi mereka. Hal ini dilakukan oleh beberapa
mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW karena mereka memiliki pemikiran bahwa tekanan
waktu atau waktu yang hampir habis dapat membuat seseorang menjadi lebih produktif dan
kreatif dalam mengerjakan tugas-tugas akademik mereka.
Prokrastinasi yang diartikan sebagai proses penundaan ini disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya prokrastinasi akademik ada dua
5
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor dari
dalam individu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis seperti motivasi, kontrol diri,
efikasi diri, dan locus of control. Faktor eksternal berasal dari luar diri individu berupa
status sosial ekonomi, keluarga (dukungan sosial orangtua, pola asuh orangtua), peer
group, sarana dan prasarana penyelesaian tugas tersebut, tugas yang terlalu banyak, dan
kondisi lingkungan (Ghufron, 2003).
Penelitian yang telah ada mengenai kecenderungan prokrastinasi akademik lebih
banyak meninjau pengaruh faktor internal seperti kegagalan dalam regulasi diri, orientasi,
pencapaian tujuan dan penggunaan strategi belajar yang tidak tepat, rendahnya efikasi diri,
rendahnya kontrol diri, rendahnya aservitas, dan internal locus of control. Prokrastinasi
akademik juga dapat dipengaruhi oleh ketakutan akan kegagalan dan ketakutan terhadap
tugas. Ketakutan ini berkaitan dengan takut terhadap kelas dan ujian, takut meminta
bantuan, dan takut terhadap pengajar (Onwuegbuzie, 2004). Sedangkan faktor eksternal
yang berpengaruh terhadap kecenderungan prokrastinasi akademik adalah jenjang
pendidikan orangtua, jumlah saudara kandung, dan lamanya pendidikan. Prokrastinasi
akademik menurun ketika pendidikan orangtua lebih tinggi tetapi meningkat seiring dengan
jumlah saudara kandung dan lamanya individu dalam menempuh pendidikan (Rosario,
2009). Selain itu, keluarga seperti dukungan sosial orangtua dianggap berperan dalam
membantu mencegah berkembangnya prokrastinasi akademik pada anak-anaknya (Vahedi,
Mostatafi, Mortazanajad, dalam Yatminingsih 2006).
Dukungan sosial adalah sebuah cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian,
dan penghargaan untuk orang lain. Sarafino (1998) menyatakan bahwa individu yang
memperoleh dukungan sosial akan meyakini bahwa ia dicintai, dirawat, dihargai, berharga,
6
dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya. Menurut Smet (1994) dukungan sosial
(social support) mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang
diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Dukungan sosial merupakan kenyamanan psikis
dan emosional yang diberikan kepada individu oleh keluarga, teman, rekan, dan yang
lainnya. Rook (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu
fungsi pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan
interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres.
Sarason (dalam Kuntjoro, 2002) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah
keberadaan, kesediaan, kepedulian orang-orang yang dapat diandalkan. Menurut Sarason
dukungan sosial selalu mencakup dua hal, yaitu jumlah dukungan sosial yang tersedia
(kuantitas) dan tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima (kualitas).
Dukungan keluarga merupakan dukungan sosial pertama yang diterima seseorang
karena anggota keluarga adalah orang-orang yang berada di lingkungan paling dekat
dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat memberikan
bantuan (Levitt, Webber, Grucci, 1983). Keluarga sebagai komunitas terkecil dari sebuah
masyarakat memiliki tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak (Nasution, 1986).
Lingkungan keluarga, khususnya orangtua diharapkan memilki komitmen dan kesadaran
terhadap tugas dan tanggung jawab dalam pembentukan watak, perilaku, dan sejenisnya
yang semuanya mengacu pada pembentukan kepribadian anak (Kartono, 1996). Argyle
(dalam Rice, 1993) menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua mempunyai keterkaitan
hubungan yang dekat antara anak dan orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan
akademik dan perkembangan moral yang baik pada anak.
7
Stres pada mahasiswa dalam perkuliahan ataupun dalam pengerjaan tugas-tugas
akademik dapat menyebabkan timbulnya perilaku penundaan pada mahasiswa yang
bersangkutan (Burka & Yuen, 1983). Penundaan atau penghindaran (procrastination or
avoidance) dilakukan individu sebagai suatu bentuk respon maladaptif dari problem-
focused coping yang digunakan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang
dipersepsikan penuh stres (Kendall & Hammen, 1998). Penundaan atau yang lebih dikenal
dengan istilah prokrastinasi merupakan salah satu bentuk coping stress yang tidak efektif
karena pada akhirnya akan menyebabkan tingkat stres meningkat (Tice & Baumeister,
1997).
Dukungan sosial memengaruhi kesehatan individu dengan memberi perlindungan
dalam „melawan‟ efek negatif dan stres tingkat tinggi (Sarafino, 1998). Ketika mahasiswa
mengalami stres, dukungan dari orangtua akan mengembangkan “buffers” yang berguna
untuk menghadapi stres. Sebuah penelitian menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua
dapat mengurangi tekanan akibat aktivitas yang menimbulkan stres pada mahasiswa
(Sarafino, 1998). Dukungan sosial yang diberikan orangtua memainkan peranan penting
selama masa-masa transisi yang dihadapi oleh mahasiswa (Mounts, Valentiner, Anderson
& Boswell, 2005). Dukungan sosial orangtua akan dapat melindungi anak dari stres akibat
tekanan-tekanan permasalahan yang terjadi, khususnya terhadap stres yang berhubungan
dengan tugas akademik yang dihadapi mahasiswa. Dukungan sosial orangtua dapat
mengurangi stres pada mahasiswa yang diakibatkan oleh permasalahan yang dialami
mahasiswa dalam tugas akademiknya sehingga dapat mengurangi terjadinya prokrastinasi
akademik (Smith & Renk, 2007). Mahasiswa dengan dukungan sosial orangtua yang tinggi
akan mempunyai pikiran lebih positif terhadap situasi yang sulit, seperti saat pengerjaan
8
tugas-tugas akademik bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat dukungan
sosial orangtua rendah (Fibrianti, 2009). Berdasarkan penjelasan di atas, dukungan sosial
yang diberikan orangtua berupa kasih sayang, kepedulian, bantuan, bimbingan, dan
pengakuan dapat mengurangi serta mencegah terjadinya prokrastinasi pada mahasiswa.
Banyaknya prokrastinasi akademik yang terjadi pada mahasiswa membuat peneliti
tertarik untuk meneliti fenomena tersebut mengingat prokrastinasi akademik berdampak
pada pencapaian prestasi mahasiswa. Sehingga peneliti tertarik mengambil penelitian
dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik
pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan negatif antara
dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, dirumuskan permasalahan yang akan
diteliti adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orangtua
dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi niversitas Kristen Satya
Wacana ?
9
TINJAUAN PUSTAKA
Prokrastinasi Akademik
Pengertian Prokrastinasi akademik
Prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda atau menghindari sepenuhnya
tanggung jawab, keputusan, atau tugas yang perlu dilakukan (McCarthy dkk, dalam LaFoge
2008). Prokrastinasi sering dialami oleh hampir setiap orang, termasuk para siswa yang
sering menunda untuk menyelesaikan segala tanggung jawabnya dalam proses belajar di
sekolah atau yang biasa disebut prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik adalah
perilaku menunda-nunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas akademik (Ferrari dalam
Ghufron, 2010), dan biasanya tugas baru mulai dikerjakan pada saat-saat terakhir batas
pengumpulan tugas (Wolters, 2003).
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination yaitu terdiri dari pro
yang berarti bergerak maju dan crastinus yang berarti keesokan hari. Prokrastinasi ialah
menunda sesuatu hingga waktu berikutnya (Burka & Yuen, 2008). Kehati-hatian,
kesabaran, dan membuat suatu prioritas sama-sama memiliki unsur penundaan di dalamnya
tetapi tidak ada yang sama artinya dengan prokrastinasi (Steel, 2011). Prokrastinasi
merupakan kebiasaan menunda pekerjaan yang sudah terjadwal dan penting serta yang
seharusnya dapat diselesaikan tepat waktu sampai tiba waktu berikutnya sehingga
menyebabkan berbagai akibat (Knaus, 2010).
Solomon & Rothblum (1984) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik
merupakan tindakan penundaan yang dilakukan secara sengaja terhadap tugas-tugas dalam
lingkup akademik yang berguna untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
10
Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, McCown, 1995) mendefinisikan
prokrastinasi akademik sebagai penundaan dalam melengkapi penilaian akademik seperti
mempersiapkan ujian, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menulis makalah.
Berdasarkan pengertian di atas prokrastinasi akademik adalah tindakan penundaan
yang dilakukan secara sengaja dalam memulai atau menyelesaikan tugas-tugas dalam
lingkup akademik.
Aspek – Aspek Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi akademik memiliki beberapa aspek yang dapat diukur dalam
penelitian ini. Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson, & McCown, 1995) menyebutkan
aspek-aspek dari prokrastinasi akademik yaitu :
a. Penundaan dalam memulai dan menyelesaikan tugas
Individu mengetahui bahan tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan dan berguna
bagi dirinya tetapi menunda untuk memulai mengerjakannya atau menunda-nunda
menyelesaikan sampai tuntas.
b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas
Prokrastinator memerlukan waktu yang lebih lama dalam mengerjakan suatu tugas. Waktu
yang dimilikinya dihabiskan untuk mempersiapkan diri secara berlebihan maupun
melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa
memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang tindakan tersebut
mengakibatkan seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai.
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.
11
Prokrastinator sulit melakukan seuatu sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan,
baik oleh oranglain maupun rencana yang telah dilakukan sendiri. Ketika saatnya tiba, dia
tidak juga melakukannya sesuai dengan apa yang telah direncanakan sehingga
menyebabkan keterlambatan maupun kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara
memadai.
d. Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas
Prokrastinator sengaja tidak segera melakukan tugasnya melainkan menggunakan waktu
yang dia miliki untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih menyenangkan dan
mendatangkan hiburan, seperti membaca (Koran, majalah, atau buku cerita lainnya),
menonton bioskop, berbincang dengan teman, berjalan-jalan atau mendengarkan musik
sehingga menyita aktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang harus
diselesaikannya.
Dukungan Sosial Orangtua
Pengertian Dukungan Sosial Orangtua
Gottlieb (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa dukungan sosial terdiri dari
informasi atau nasehat verbal atau non verbal, saran, bantuan nyata, atau tindakan yang
diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai
manfaat atau efek perilaku bagi pihak penerima. Dalam hal ini orang yang merasa
memperoleh dukungan sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat
saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya. Pendapat senada dikemukakan oleh
Sarason (dalam Smet, 1994) yang mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan,
12
kesediaan, kepedulian, dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan
menyayangi kita.
Rook (dalam Smet, 1994) mendefinisikan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi
pertalian sosial yang menggambarkan tingkat dan kualitas umum dari hubungan
interpersonal yang akan melindungi individu dari konsekuensi stres. Dukungan sosial yang
diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri, dan
kompeten. Tersedianya dukungan sosial akan membuat individu merasa dicintai, dihargai,
dan menjadi bagian dari kelompok. Menurut Schwarzer dan Leppin (dalam Smet, 1994)
dukungan sosial dapat dilihat sebagai fakta sosial atas dukungan yang sebenarnya terjadi
atau diberikan oleh orang lain kepada individu (perceived support) dan sebagai kondisi
individu yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).
Menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994) dukungan sosial terpenting berasal
dari keluarga. Orangtua sebagai bagian dalam keluarga merupakan individu dewasa yang
paling dekat dengan anak dan salah satu sumber dukungan sosial bagi anak dari keluarga.
Dukungan sosial yang diberikan orangtua memainkan peran penting terhadap penyesuaian
psikologis selama masa transisi yang dihadapi anak dalam bangku kuliah (Mounts,
Valentiner, Anderson & Boswell, 2005). Orangtua yang mendorong anak mereka untuk
mencoba aktivitas yang baru dan memberikan dukungan pada usaha mereka akan
membantu mengembangkan perasaan mampu pada anak saat menjumpai tantangan
(Bandura, dalam Schunk & Pajares, 2001).
Berdasarkan uraian di atas dukungan sosial orangtua merupakan dukungan atau
bantuan yang berasal dari orang yang memiliki hubungan akrab dengan individu yang
menerima bantuan (dalam hal ini orangtua individu (ayah dan ibu)), baik secara verbal
13
maupun non-verbal yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan
dicintai.
Aspek-Aspek Dukungan Sosial Orangtua
Mengembangkan “Social Provisions Scale” untuk mengukur ketersediaan dukungan
sosial yang diperoleh dari hubungan individu dengan orang lain (Weiss, dalam Cutrona &
Russell, 1987). Dukungan sosial terdapat enam aspek didalamnya yaitu:
a. Attachment
Dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang, cinta, perhatian dan kepercayaan
yang diterima individu, yang dapat memberikan rasa aman kepada individu yang
menerima. Kedekatan dan intimacy merupakan bentuk dari dukungan ini karena kedekatan
dan intimacy dapat memberikan rasa aman.
b. Social Integration
Merupakan perasaan menjadi bagian dari keluarga, tempat orangtua berada dan tempat
saling berbagi minat dan aktivitas, serta melakukan kegiatan bersama-sama.
c. Reassurance of worth
Dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan
kualitas individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan
dihargai.
d. Reliable alliance
Merupakan pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan
yang nyata ketika dibutuhkan. Meliputi kepastian atau jaminan bahwa anak dapat
mengharapkan orangtua untuk membantu dalam semua keadaan. Individu yang menerima
14
bantuan ini akan merasa tenang karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan
untuk menolongnya bila ia menghadapi masalah dan kesulitan.
e. Guidance
Dukungan sosial berupa nasihat, saran dan pemberian informasi oleh orangtua kepada anak
yang dapat dipercaya, yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
f. Opportunity for nurturance
Merupakan perasaan dibutuhkan oleh orang lain. dukungan ini memungkinkan individu
untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh
kesejahteraan.
Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik
Dukungan sosial merupakan cara untuk menunjukkan kasih sayang, kepedulian dan
penghargaan untuk orang lain. Individu yang menerima dukungan sosial akan merasa
bahwa ia dicintai, dihargai, dan merupakan bagian dari lingkungan sosialnya (Cobb, dalam
Sarafino, 1998). Dukungan sosial diperoleh dari hasil interaksi individu dengan orang lain
dalam lingkungan sosialnya dan bisa berasal dari siapa saja, keluarga, pasangan
(suami/istri), teman, maupun rekan kerja (Ritter, dalam Smet, 1994). Kenyamanan psikis
maupun emosional yang diterima individu dari konsekuensi stres yang menimpanya.
Sumber dukungan sosial yang terpenting dan paling pertama diterima individu adalah dari
keluarga, sebab keluarga merupakan yang paling dekat dengan diri sendiri individu dan
memiliki kemungkinan yang besar untuk memberikan dukungan (Levitt, Webber &
Grucci.,1983).
15
Keluarga sebagai komunitas terkecil dalam sebuah Negara, dalam hal ini orangtua,
memiliki tanggungjawab yang besar dalam pendidikan dan pembentukan kepribadian anak
(Nasution, 1986). Dukungan sosial yang diberikan orangtua memainkan peran penting
selama masa-masa transisi yang dihadapi oleh mahasiswa (Mounts, Valentiner, Anderson
& Boswell, 2005). Dukungan sosial orangtua akan dapat melindungi anak dari stres akibat
tekanan-tekanan permasalahan yang terjadi, khususnya terhadap stres yang berhubungan
dengan perkuliahan, tugas-tugas akademik yang dihadapi mahasiswa (Smith & Renk,
2007). Individu yang menerima dukungan sosial orangtua lebih mampu menyelesaiakan
tugas yang sulit, tidak mengalami gangguan kognitif, lebih berkonsentrasi dan tidak
menunjukkan kecemasan dalam melaksanakan tugas (Curtona & Russell., 1994).
Mahasiswa dengan dukungan sosial orangtua yang tinggi akan mempunyai pikiran
lebih positif terhadap situasi yang sulit, dibandingkan dengan individu yang memiliki
tingkat dukungan sosial orangtua yang rendah. Mahasiswa juga meyakini bahwa orangtua
selalu ada untuk membantu, serta dapat mengatasi peristiwa yang berpotensi menimbulkan
stres dengan cara yang lebih efektif. Dukungan sosial orangtua mempunyai keterkaitan
dengan hubungan yang dekat antara anak dan orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan
akademik, dan perkembangan moral yang baik pada anak (Argyle dalam Rice, 1993).
Perilaku penundaan pada mahasiswa dapat disebabkan karena stres dalam
perkuliahan ataupun dalam pengerjaan tugas-tugas akademik (Burka & Yuen, 1983).
Penundaan atau penghindaran (procrastination or avoidance) dilakukan individu sebagai
suatu bentuk respon maladaptif dari problem-focused coping yang digunakan untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi yang dipersepsikan penuh stres (Kendall & Hammen,
1998). Penundaan atau yang lebih dikenal dengan istilah prokrastinasi merupakan salah
16
satu bentuk coping stres yang tidak efektif karena pada akhirnya akan menyebabkan tingkat
stres meningkat (Tice & Baumeister, 1997).
Ada beberapa aspek dukungan sosial yang harus diberikan orangtua kepada anak
untuk dapat mengatasi terjadinya prokrastinasi yang diakibatkan karena perkuliahan dan
tugas-tugas akademik. Pertama adalah attachment (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987)
merupakan kedekatan antara anak dengan orangtua, ketika mahasiswa merasakan
kedekatan dengan orangtua, ia akan merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya. Hal ini
dapat membuat seorang individu merasa nyaman, disayangi, dan diperhatikan oleh
orangtuanya, anak dapat bersikap positif dalam menghadapi situasi yang sulit saat
menghadapi tugas-tugas akademik. Sehingga dapat mencegah mahasiswa untuk melakukan
prokrastinasi.
Kedua social integration (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) yaitu perasaan
menjadi bagian keluarga, tempat saling berbagi minat dan aktivitas, dengan sering
melakukan aktivitas yang sama dengan orangtua dapat membuat seorang individu
meluangkan bakat dengan pemantauan orangtua. Hal ini memungkinkan individu
mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki oleh orangtuanya
karena persamaan minat, sehingga apabila seorang mahasiswa mengalami kesulitan dalam
akademik dan melakukan prokrastinasi orangtua dapat memantaunya.
Ketiga reassurance of worth (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) adalah
bentuk pengakuan atau penghargaan orangtua terhadap kemampuan individu. Seorang
mahasiswa akan merasa dirinya dihargai oleh keluarganya ketika mahasiswa mendapat
sebuah pengakuan dan penghargaan atas prestasi akademik dari orangtuanya. Pengakuan
dan penghargaan yang diberikan oleh orangtua dapat mencegah terjadinya prokrastinasi
17
karena mahasiswa merasa percaya diri, diterima dan dihargai atas apa yang telah dikerjakan
dan hasil prestasinya.
Keempat reliable alliance (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) merupakan
bantuan yang diberikan kepada individu dari orangtua. Hal ini akan membuat seorang
individu tidak melakukan penundaan karena akan ada orang yang dapat diandalkan saat
individu mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya sehingga dapat mencegah
mahasiswa untuk melakukan prokrastinasi.
Kelima guidance atau bimbingan (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) dari
orangtua agar seorang individu dapat terarah dengan baik agar tidak melakukan hal-hal
yang negatif ketika individu mengalami suatu masalah yang sulit. Keenam opportunity for
nurturance (Weiss, dalam Cutrona & Russell, 1987) merupakan perasaan dibutuhkan oleh
orangtua, hal ini sangatlah penting bagi individu karena ketika individu merasa bahwa
diirinya dibutuhkan dan dipercaya oleh orangtua, misalnya untuk memberikan pendapat
dalam sebuah diskusi keluarga, hal ini akan membuat individu lebih merasa percaya diri
ketika menghadapi kesulitan. Fibrianti (2009), mengungkapkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara dukungan social orang tua dengan prokratinasi akademik pada
mahasiswa skripsi fakultas psikologi universitas Diponegoro Semarang.
Berdasarkan uraian di atas, prokrastinasi akademik mempunyai hubungan dengan
dukungan sosial orangtua. Berawal dari dukungan sosial orangtua yang dapat mengurangi
tingkat stres akibat tekanan-tekanan tugas akademik, pada akhirnya dukungan sosial
orangtua dapat mengurangi prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.
18
HIPOTESIS
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif yang signifikan
antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
METODE PENELITIAN
Partisipan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW
yang terdiri dari 3 angkatan mulai dari 2012-2014 yang berjumlah 796.
Prosedur Sampling
Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Yamane (dalam Sukandarrumidi,
2006) yaitu :
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh jumlah sampel sebanyak 89 orang.
Pengukuran
Untuk memperoleh data dari penelitian ini menggunakan 2 skala yaitu:
19
1. Skala Prokrastinasi Akademik
Skala prokrastinasi dalam penelitian ini mengacu pada alat ukur yang
dikembangkan oleh Schouwenburg (dalam Ferrari, Johnson & McCown, 1995) yang
tersusun dari 40 item pernyataan dalam bentuk skala Likert. Yang terdiri dari aspek
penundaan dalam memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan
tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas lain yang
lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas. Skala tersebut memiliki nilai reliabilitas
atau Alpha sebesar 0,80 (Schouwenburg, dalam Ferrari, Johnson & McCown, 1995). Skala
psikologi ini terbagi menjadi 2 jenis, yaitu 20 item favorable dan 20 item unfavorable,
menggunakan 4 tingkat penilaian (Skala Likert) yaitu nilai 1 sampai 4 untuk jenis
pernyataan favorable subjek akan mendapat skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor
3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk
jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) dan untuk jenis pernyataan unfavorable subjek akan
mendapatkan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S),
skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai
(STS)
Tabel 1
Blueprint Skala Prokrastinasi Akademik
No. Aspek Indikator
Item
Total
F Uf
1 Penundaan dalam
memulai dan
Menunda memulai pengerjaan tugas 1, 9,
17
5, 13 10
20
menyelesaikan tugas Menunda menyelesaikan tugas
secara tuntas
25, 32
21,
28, 34
2 Keterlambatan
dalam
menyelesaikan tugas
Menyelesaikan tugas melebihi batas
waktu
6, 14 ,
22
2, 10
10
Mempersiapkan diri secara
berlebihan
35, 38
18,
26, 29
3 Kesenjangan waktu
antara rencana dan
kinerja actual
Mengulur jadwal kegiatan yang telah
disepakati
3, 11,
19
7, 15,
23
10
Sulit memenuhi rencana batas waktu
yang telah ditentukan
27, 33 30, 36
4 Melakukan aktivitas
lain yang lebih
menyenangkan
daripada
mengerjakan tugas
Mengerjakan tugas sambil
melakukan aktivitas lain
8, 16,
24
4, 12,
20
10 Mengganti aktivitas pengerjaan tugas
dengan kegiatan lain yang lebih
menyenangkan
37, 39 31, 40
Total 20 20 40
Uji daya diskriminasi item dan reliabilitas alat ukur menggunakan try out terpakai
yang berarti data dari subjek yang digunakan untuk try out juga digunakan untuk penelitian.
Hasil uji daya diskriminasi item dan reliabilitas alat ukur menunjukkan bahwa jumlah item
valid dalam Skala Prokrastinasi Akademik sebanyak 40 item. Sementara itu, nilai r item
total correlation bergerak antara 0,281 sampai dengan 0,701 dengan nilai reliabilitas Alpha
21
Cronbach sebesar 0,939 berdasarkan kriteria reliabilitas menurut Guilford-Fuhcher (dalam
Azwar, 2004) berarti reliabilitas sangat tinggi.
2. Skala Dukungan Sosial Orangtua
Untuk skala dukungan sosial orangtua dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-
aspek dukungan sosial SPS (Social Provisions Scale) dari Weiss (dalam Cutrona & Russel,
1987). Yang tersusun dari 24 item pernyataan dalam bentuk skala Likert. Yang terdiri dari
aspek attachment, social integration, reassurance of worth, reliable alliance, guidance, dan
opportunity for nurturance. Skala tersebut memiliki nilai reliabilitas atau Alpha sebesar
0,70 Weiss (dalam Cutrona & Russel, 1987). Skala psikologi ini terbagi menjadi 2 jenis,
yaitu 12 item favorable dan 12 item unfavorable, menggunakan 4 tingkat penilaian (Skala
Likert) yaitu nilai 1 sampai 4 untuk jenis pernyataan favorable subjek akan mendapat skor
4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS), skor 3 untuk jawaban Sesuai (S), skor 2 untuk
jawaban Tidak Sesuai (TS), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) dan
untuk jenis pernyataan unfavorable subjek akan mendapatkan skor 1 untuk jawaban Sangat
Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), dan
skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tabel 2
Blueprint Skala Dukungan Sosial Orangtua
No. Aspek Indikator
Item
Total
F Uf
1 Attachment Merasakan kedekatan emosional
dengan orang tua
11 2 4
22
Merasakan perasaan aman dan
terlindungi
17 21
2 Social integration Mempunyai kesempatan untuk
berbagi minat dan kesenangan
5 14
4 Mempunyai kesempatan untuk
melakukan aktivitas bersama
orangtua
8 22
3 Reassurance of
worth
Penghargaan yang dirasakan dari
orangtua
13 6
4
Mendapat dorongan semangat dari
orangtua
20 9
4 Reliable alliance Mendapatkan kesempatan untuk
berbagi cerita suka dan duka dengan
orangtua
1 10
4
Mendapatkan bantuan dalam bentuk
apapun dari orangtua tanpa meminta
23 18
5 Guidance Mendapatkan nasehat atau saran dari
orangtua
12 3
4
Mendapat umpan balik dari orangtua
atas perilaku atau pendapat
16 19
6 Opportunity of Perasaan dibutuhkan oleh orangtua 4 15 4
23
nurturance Perasaan bahwa orangtua tergantung
pada individu untuk memperoleh
kesejahteraan
7 24
Total 12 12 24
Uji daya diskriminasi item dan reliabilitas alat ukur menggunakan try out terpakai
yang berarti data dari subjek yang digunakan untuk try out juga digunakan untuk penelitian.
Hasil uji daya diskriminasi item dan reliabilitas alat ukur menunjukkan bahwa jumlah item
valid dalam Skala Prokrastinasi Akademik sebanyak 24 item. Sementara itu, nilai r item
total correlation bergerak antara 0,232 sampai dengan 0,793 dengan nilai reliabilitas Alpha
Cronbach sebesar 0,858 berdasarkan kriteria reliabilitas menurut Guilford-Fuhcher (dalam
Azwar, 2004) berarti reliabilitas tinggi.
Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah penelitian dengan hasil data yang berbentuk angka-angka dan
dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2005). Pendekatan ini dipilih karena peneliti
mengolah data dalam bentuk angka-angka ke dalam analisis statistik. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut Hadjar (1996)
penelitian korelasional bertujuan untuk memahami suatu fenomena dengan cara
menentukan tingkat atau derajat hubungan diantara variabel-variabel yaitu dukungan sosial
orangtua dan prokrastinasi akademik.
24
Pengambilan sampel dilakukan selama 6 hari, yaitu pada tanggal 17 November
sampai dengan tanggal 20 November dan tanggal 23 November dan tanggal 24 November
2014. Sehingga didapat 89 sampel yang sesuai dengan kriteria. Peneliti menyiapkan 95
skala psikologi yang akan digunakan dengan rincian 89 angket untuk digunakan dalam
penelitian dan 6 angket digunakan sebagai cadangan apabila ada kesalahan dalam prosedur
pengisian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Incidental Sampling atau
sampling kebetulan, yaitu dimana hanya individu atau kelompok yang kebetulan dijumpai
atau yang dapat dijumpai saja yang diselidiki sesuai karakteristik penelitian.
Proses pengambilan sampel diawali dengan peneliti berada di lokasi penelitian dan
peneliti mencoba mencari siapa saja responden pada lokasi penelitian yang memenuhi
kriteria dan dapat dijadikan sebagai subjek pada penelitian ini. Saat responden yang ada di
lokasi penelitian ini memenuhi kriteria untuk dijadikan subjek dari penelitian dan telah
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti mulai membagikan skala
psikologi yang telah dipersiapkan, begitu seterusnya pada hari-hari selanjutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Reponden
dalam penelitian ini berjumlah 89 mahasiswa, dengan pembagian besar perempuan (61,80
%) dan laki-laki (38,20 %). Sebagian besar mahasiswa berusia 22 tahun (38,20 %), dan usia
17 tahun hanya sebesar 3,40 %. Sebagian besar mahasiswa angkatan 2012 (59, 60 %).
Angkatan 2014 sebesar 21,30 % dan angkatan 2013 sebesar 19,10 %.
25
Sebelum dilakukannya uji analisis korelasi Product Moment-Pearson terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas dan linearitas. Data dari variabel
penelitian diuji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test
menggunakan SPSS for Windows 16.0. Diketahui pada variabel prokrastinasi akademik
memiliki koefisien normalitas sebesar 0,504 (p > 0,05) dengan demikian variabel
prokrastinasi akademik memiliki distribusi normal, sedangkan untuk variabel dukungan
sosial orangtua memiliki koefisien normalitas sebesar 0,206 (p > 0,05) dengan demikian
variabel dukungan sosial orangtua juga pada distribusi yang normal.
Untuk uji linearitas menunjukan bahwa ada hubungan dukungan sosial orangtua dan
prokrastinasi akademik adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda =
0,481 dan nilai signifikansi 0,972 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
hubungan dukungan sosial orangtua dan prokrastinasi akademik ini menunjukan korelasi
yang linear.
Hasil Analisis Deskrptif
Hasil analisis deskriptif atas data yang diperoleh dibagi menjadi lima kategori, yaitu
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Pembagian interval dilakukan
dengan mengurangi jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya
dengan jumlah kategori. Analisis deskriptif data diperoleh hasil seperti pada tabel berikut:
26
Tabel 3
Kriteria Skor Dukungan Sosial Orangtua
No Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar
deviasi
1. 81,6 ≤ x ≤96 Sangat Tinggi 20 22,47%
87,25
15,89 2. 67,2≤ x <81,6 Tinggi 43 48,31%
3. 52,8≤ x <67,2 Sedang 22 24,71%
4. 38,4≤ x <52,8 Rendah 4 4,49%
5. 24≤ x <38,4 Sangat
Rendah
0 0%
Hasil analisis deskriptif di atas menunjukkan bahwa perilaku dukungan sosial
orangtua pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW berada pada tingkat tinggi.
Tabel 4
Kriteria Skor Prokrastinasi Akademik
No Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar
deviasi
1. 136 ≤ x ≤160 Sangat Tinggi 0 0%
71,4
9,75
2. 112≤ x <136 Tinggi 9 10,11%
3. 88≤ x <112 Sedang 26 29,21%
4. 64≤ x <88 Rendah 50 56,18%
5. 40≤ x <64 Sangat
Rendah
4 4,49%
27
Hasil analisis deskrptif diatas menunjukkan bahwa perilaku prokrastinasi akademik
pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW berada pada tingkat rendah.
Kemudian untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial
orangtua dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW, maka
digunakan uji korelasi Product moment-Pearson sebagai berikut:
Tabel 5
Variabel Korelasi
Correlations
Dso Pa
dso Pearson Correlation 1 -.741**
Sig. (1-tailed) .000
N 89 89
pa Pearson Correlation -.741** 1
Sig. (1-tailed) .000
N 89 89
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi didapatkan hubungan sebesar r = -0,741
dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan
korelasi negatif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi
akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW Salatiga.
28
Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Product Moment oleh Karl Pearson antara
variabel dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik menunjukkan korelasi r
= -0,741 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) dari perhitungan uji korelasi antara
variabel dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi akademik, didapatkan hasil
penelitian yang menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara kedua
variabel tersebut. Hal ini sejalan dengan Fibrianti (2009) mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan negstif yang signifikan antara dukungan sosial orangtua dengan prokrastinasi
akademik pada mahasiswa skripsi Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Perilaku penundaan pada mahasiswa dapat disebabkan karena stres dalam
perkuliahan dalam ataupun pengerjaan tugas-tugas akademik (Burka & Yuen, 1983).
Penundaan atau penghindaran (procrastination or avoidance) dilakukan individu sebagai
suatu bentuk respon maladaptif dari problem-focused coping yang digunakan untuk
menyesuaikan diri terhadap situasi yang dipersepsikan penuh stres (Kendall & Hammen,
1998). Penundaan atau yang lebih dikenal dengan prokrastinasi merupakan salah satu
bentuk coping stres yang tidak efektif karena pada akhirnya akan menyebabkan tingkat
stres meningkat (Tice & Baumeister, 1997).
Smet (1994) menyebutkan sejumlah variabel yang diidentifikasi berpengaruh pada
stres, yaitu variabel dalam kondisi individu (umur, jenis kelamin, faktor-faktor genetik,
pendidikan, status ekonomi, kondisi fisik), karakteristik kepribadian (introvert-ekstrovert,
stabilitas emosi secara umum, hardiness, locus of control), variabel sosial-kognitif
(dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, kontrol pribadi yang dirasakan),
29
hubungan dengan lingkungan sosial (dukungan sosial yang diterima, integrasi dalam
jaringan sosial), dan penanggulangan (coping).
Dukungan sosial yang diberikan orangtua kepada mahasiswa menimbulkan
perasaan dekat secara emosional, perasaan menjadi bagian dari keluarga, dihargai,
mendapatkan bantuan, dibimbing, dan perasaan dibutuhkan oleh orangtua. Dukungan
keluarga terutama dukungan dari orangtua merupakan dukungan sosial pertama yang
diterima seseorang karena anggota keluarga adalah orang-orang yang berada dilingkungan
paling dekat dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk dapat
memberikan bantuan saat individu mengalami kesulitan (Levitt, Webber, & Grucci, 1983).
Rice (1993) menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua mempunyai keterkaitan dengan
hubungan yang dekat antara anak dengan orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan
akademik, dan perkembangan moral yang baik pada anak. Mahasiswa dapat bersikap
positif, percaya diri menghadapi kesulitan dalam perkuliahan ataupun saat menghadapi
tugas-tugas akademik dengan adanya dukungan-dukungan dan bantuan yang diberikan oleh
orangtua, sehingga prokrastinasi tidak terjadi pada mahasiswa.
Dukungan sosial memengaruhi kesehatan individu dengan memberi perlindungan dalam
„melawan‟ efek negatif dan stres tingkat tinggi (Sarafino, 1998). Ketika mahasiswa
mengalami stres, dukungan dari orangtua akan mengembangkan “buffers” yang berguna
untuk menghadapi stres. Sebuah penelitian menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua
dapat mengurangi tekanan akibat aktivitas yang menimbulkan stres pada mahasiswa
(Sarafino, 1998). Dukungan sosial yang diberikan orangtua memainkan peranan penting
selama masa-masa transisi yang dihadapi oleh mahasiswa (Mounts, Valentiner, Anderson
& Boswell, 2005). Lebih lanjut, dukungan sosial orangtua akan dapat melindungi anak dari
30
stres akibat tekanan-tekanan permasalahan yang terjadi, khususnya terhadap stres yang
berhubungan dengan tugas akademik yang dihadapi mahasiswa (Smith & Renk, 2007).
Dukungan sosial orangtua dapat mengurangi stres pada mahasiswa yang diakibatkan oleh
permasalahan yang dialami mahasiswa dalam tugas akademiknya sehingga dapat
mengurangi terjadinya prokrastinasi akademik.
Dukungan sosial orangtua memberikan sumbangan efektif 54,90% terhadap
prokrastinasi akademik, sedangkan sumbangan sebesar 45,10% diperoleh dari faktor lain,
antara lain faktor yang dari dalam individu kondisi fisik dan kondisi psikologis, serta
kondisi lingkungan (Ghufron, 2003).
Rata-rata kategori dukungan sosial orangtua pada subjek penelitian masuk dalam
kategori tinggi dengan mean sebesar 87,25, akan tetapi secara rinci terdapat 4 subjek
(4,49%) penelitian berada dalam kategori rendah, 22 subjek (24,71%) kategori sedang, 43
subjek (48,31%) kategori tinggi, dan 20 subjek (22,47%) kategori sangat tinggi. Adanya
variasi kategori dukungan sosial orangtua pada subjek dipengaruhi oleh perbedaan persepsi
individu dalam menerima dan merasakan dukungan sosial yang diberikan orangtua.
Berdasarkan analisa data di atas, subjek penelitian merasa orangtua sudah
memberikan dukungan sosial dengan sangat baik, antara lain diwujudkan dengan perhatian
terhadap aktivitas yang dilakukannya, mempedulikan kondisi fisik dan psikis, memberikan
arahan dan informasi yang dibutuhkan, memberikan fasilitas yang memadai, serta
memberikan cukup waktu untuk mendampingi mereka. Peneliti tidak membedakan status
tempat tinggal subjek, akan tetapi dilihat berdasarkan analisa data mereka memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan orangtua mereka.
31
Dukungan sosial orangtua yang tinggi artinya mahasiswa merasakan perhatian,
kenyamanan, penghargaan dan pertolongan orangtua yang dirasakan sehingga mahasiswa
merasa dicintai, diperhatikan, dan dihargai oleh orangtua serta merasa menjadi bagian dari
keluarga. Mahasiswa dengan dukungan sosial yang tinggi akan mempunyai pikiran lebih
positif terhadap situasi yang sulit, seperti saat pengerjaan tugas-tugas akademik bila
dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat dukungan sosial orangtua yang
rendah (Fibrianti, 2009). Mahasiswa juga meyakini bahwa orangtua selalu ada untuk
membantu, serta dapat mengatasi peristiwa yang berpotensi menimbulkan stres dengan cara
yang lebih efektif. Dukungan sosial orangtua mempunyai keterkaitan dengan hubungan
yang dekat antara anak dan orangtua, harga diri yang tinggi, kesuksesan akademik, dan
perkembangan moral yang baik pada anak (Rice, 1993).
Rata-rata kategori prokrastinasi akademik pada subjek penelitian masuk dalam
kategori rendah yang ditunjukan dengan mean sebesar 71,4, akan tetapi secara rinci
terdapat 4 subjek penelitian (4,49%) berada dalam kategori sangat rendah, 50 subjek
(56,18%) kategori rendah, 26 subjek (29,21%) kategori sedang, 9 subjek (10,11%) kategori
tinggi. Adanya variasi kategori prokrastinasi akademik pada subjek dipengaruhi oleh
dukungan sosial orangtua yang juga bervariasi.
Tingkat prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi yang masuk dalam
kategori rendah, artinya penundaan dalam memulai dan menyelesaikan tugas yang
dilakukan oleh mahasiswa sedikit. Berdasarkan analisa data subjek menyelesaikan tugas
perkuliahan pada waktu yang tepat, subjek melakukan penundaan saat memulai
mengerjakan tugas perkuliahan. Subjek cenderung tidak ada tekanan atau stres dalam
menghadapi tugas-tugas perkulian. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat dukungan sosial
32
orangtua yang tinggi. Dukungan sosial orangtua dapat mengurangi stres pada mahasiswa
yang diakibatkan oleh permasalahan yang dialami mahasiswa dalam tugas akademiknya
(Smith & Renk, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel dukungan sosial orangtua
dengan variabel prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW,
yang berarti semakin tinggi dukungan sosial orangtua yang dilakukan oleh mahasiswa
Fakultas Psikologi UKSW maka semakin rendah prokrastinasi akademik yang
dilakukan.
2. Dukungan sosial orangtua memberikan kontribusi terhadap prokrastinasi akademik
sebesar 54,90% sedangkan 45,10% dipengaruhi oleh faktor lain.
3. Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW dalam penelitian ini memiliki tingkat dukungan
sosial orangtua yang tergolong tinggi, dan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW
memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang tergolong rendah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, serta mengingat masih banyaknya
keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Saran bagi mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW
33
Bagi mahasiswa sebaiknya selalu menjaga dan mengembangkan hubungan dengan orang
tua, dengan cara terbuka dengan orang tua mengenai keluhan-keluhan yang dialami
berhubungan dengan tugas-tugas akademik dan tidak segan meminta bantuan orang tua jika
mengalami kesulitan. Mengingat pentingnya peranan dukungan sosial orang tua terhadap
penurunan prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan tugas pada mahasiswa dan
kesuksesan akademis secara keseluruhan, hubungan yang dekat antara anak dan orang tua
harus selalu dijaga dan dikembangkan.
2. Saran bagi orangtua
Diharapkan bagi orangtua untuk memberikan dukungan dalam hal memberikan kasih
sayang, penghargaan atau pengakuan, bantuan, serta bimbingan yang dapat membantu
mahasiswa sehingga berdampak positif bagi situasi maupun prestasi akademik dengan
berkurangnya tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.
3. Saran bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti hubungan dukungan sosial
orangtua terhadap prokrastinasi akademik. Dengan demikian masih ada faktor-faktor
lain yang turut memberi pengaruh pada prokrastinasi akademik mahasiswa yang
belum dijelaskan dan diteliti. Sehingga disarankan untuk dapat mengkaji lebih dalam
lagi faktor-faktor lain penyebab prokrastinasi akademik agar dapat meningkatkan
kualitas penelitian selanjutnya.
b. Bagi peneliti selanjutnya juga bisa memberikan variasi subjek tidak hanya di fakultas
dan universitas yang sama sehingga bila penelitian ini dilakukan pada subjek yang
berbeda akan menambah kualitas penelitian tersebut.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Burka, J.B., & Yuen, L.M. (2008). Procrastination: Why you do it, what to do about it now.
Cambridge: Da Capo Press.
Cutrona, C.E, & Russell, D. (1987). The provision of social relationships and adaptation
to stress. Advances in Personal Relationships, 1, 36-37.
Ferrari, J.R., Johnson, J. L., & McCown, W. (1995). Procrastination and Task Avoidance:
Theory, Research, and Treatment. New York: Plenum Press.
Fibrianti, I. D. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Prokrastinasi
Akademik dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghufron, M. N., & Risnawita, R. (2010). Teori-teori psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Hadjar, I. (1996). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. PT
Raja Grafindo Persada.
Hapsari, A. I. (2011). Hubungan Antara Emotion Focussed Coping dengan Prokrastinasi
Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Skripsi. Semarang : Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro.
Kartono, K. (1996). Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.
Kendall, P.C., & Hammen, C. (1998). Abnormal Psychology: Understanding Human
Problems Second Edition. Boston: Houghton Miffin Companies.
Knaus, W. (2010). End Procrastination Now! Get it done with a proven psychological
approach. New York: The McGraw-Hill Companies.
Kuntjoro. (2002). Dukungan Sosial. Diunduh dari http://www.e-psikologi.com, Pada
tanggal 23 Juli 2014.
35
Kurniawati, Emellima. (2010). Hubungan Self-Efficacy Sebagai Mahasiswa dengan
Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana. Skripsi. Salatiga: Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.
Levitt, M.J., Webber, R. A., & Grucci, N. (1983). Conveys of Social Support: Integrational
Analysis. Journal of Psychology Aging. Vol.4, No. 3, 117.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (2002). Psikologi Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Mounts, N.S., Valentiner, D.P., Anderson, K.L., & Boswell, M.K. (2005). Shyness,
sociability, and parental support for the collage transition: relation to adolescents
adjusment. Journal of Youth and Asolescence. Vol. 35, No.1, 71-80.
Nasution, T. (1986). Peran Orangtua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak. Jakarta:
PT. BPK Gunung Mulia.
Onwuegbuzie, A.J. (2004). Academic Procrastination and Statistics Anxiety. Assessment &
Evaluation in Higher Education, 29, 3-19.
Purwantika, Widiantisari. (2013). Hubungan Antara Sense of Community dengan
Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rice, F.P. (1993). The Adolescent: Development, Relationship, and Culture Seventh
Edition. Boston: Allyn & Bacon.
Rosario, P., Costa, M., Nunez, J.C., Gonzales-Pienda, J., Solano, P., & Valley, A. (2009).
Academic procrastination: associations with personal, school, and family
variables. The Spanish Journal of Psychology, 12, 118-127.
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
Sarafino, E.P. (1998). Health Psychology. New York: Biopsychology Interaction.
Schunk, D.H & Pajares, F. (2001). The Development of Academic Self Efficacy. PDF.
Diunduh dari http://www.des.emory.edu/mfp/SchunkPajares2001. Pada tanggal
23 Juli 2014.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Smith, T & Renk, K. (2007). Predictors of academic related stress in collage students: an
examination of coping, social support, parenting, and anxiety. NASA Journal,
Vol.44, No.3, 405-431.
36
Solomon, L.J., & Rothblum, E.D. (1984). Academic Procrastination: Frequency and
Cognitive-behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology, Vol.31 No.4.
503-509.
Steel, P. (2007). The nature of procrastination: a metaanalytic and theoretical review of
quintessential self-regulatory failure. Psychological Bulletin of American
Psychological Association, 133, 65-94.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukandarrumidi. (2006). Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Semula.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tice, D.M & Baumeister, R.F. (1997). Longitudinal study of procrastination, performance,
and health: the costs and benefit of dawdling. Psychological Science. Vol.8 No.6.
454-458.
Wijayani, K.S. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Prestasi
Belajar Siswa di SMP Negeri 3 Jatipurno-Wonogiri. Skripsi. Salatiga: Fakultas
Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.
Wolters, C.A. (2003). Understanding Procrastination from a Self-Regulated Learning
Perspective. Journal of Educational Psychology, 95, 179-187.
Yaakub, N.F. (2000). Procrastination Among Students in Institute of Higher Learning:
Challenge for K-Economy. Online Research Papers. Diunduh dari
http://mahdzan.com/papers/procrastinate/. Pada tanggal 23 Juli 2014.
Yatminingsih. (2006). Hubungan Dukungan Sosial Orangtua dengan Kecenderungan
Kenakalan Remaja Tengah Siswa SMA Theresiana Salatiga. Skripsi. Salatiga:
Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana.
Top Related