1
HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT (AQ) DAN POLA ASUH
DEMOKRATIS (AUTHORITATIVE) ORANGTUA DENGAN
HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
VII SMP KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
Ani Khoerunni’mah1, Kriswandani
2, Wahyudi
2
1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga 2
Dosen Pembimbing Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga
1email: [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine wheter there is a relationship between adversity
quotient and authoritative parenting style with mathematic learning outcomes in 7th
class of Satya Wacana Christian Junior High School Salatiga. Type of research is a
correlational. Subjects in this study were all students of 7th
class of Satya Wacana
Christian Junior High School Salatiga, totalling 76 students. Data was collected by
questionnaires and documentation. The data analysis technique used is the pearson’s
product moment correlation and multiple correlation, calculation program with the help
of SPSS 16.0 for windows.
The result showed that: (1) There was no correlation between adversity quotient
with mathematic learning outcomes in 7th
class of Satya Wacana Christian Junior High
School Salatiga. (2) There was no correlation between authoritative parenting style with
mathematic learning outcomes in 7th
class of Satya Wacana Christian Junior High
School Salatiga. (3) The multiple correlation between adversity quotient and
authoritative parenting style with mathematic learning outcomes in 7th
class of Satya
Wacana Christian Junior High School Salatiga also get result that three variables such
there was no correlation significant. Value of R2 give impact by the percentage 0,2%
against mathematic learning outcomes and the rest is 99,8% are other factors affecting
mathematic learning outcomes in 7th
class of Satya Wacana Christian Junior High
School Salatiga.
Keywords: Adversity Quotient, Authoritative Parenting Style, Mathematic
Learning Outcomes
PENDAHULUAN
Keberhasilan pendidikan salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa, untuk
mencapai hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan maka perlu diperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Slameto (2003) faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern (faktor yang terdapat dalam diri siswa)
2
dan faktor ekstern (faktor yang berasal dari luar). Contoh dari faktor intern dan faktor
ekstern tersebut adalah adversity quotient (AQ) dan pola asuh orangtua.
Stoltz (2000) menyatakan adversity quotient (AQ) merupakan suatu kecerdasan
atau kemampuan dalam merubah, atau mengolah sebuah permasalahan atau kesulitan
dan menjadikannya sebuah tantangan yang harus diselesaikan agar tidak menghalangi
cita-cita dan prestasi yang ingin diraih. Siswa mempunyai tugas untuk belajar dan
berupaya memberikan hasil yang terbaik di kelas, serta dituntut untuk mampu mengatasi
berbagai permasalahan, kesulitan, dan hambatan menjadi sebuah peluang dalam
menggapai prestasi. Dalam rangka pencapaian tugas belajar, siswa tidak terlepas dari
berbagai kesulitan, kesulitan-kesulitan inilah yang dapat mengakibatkan turunnya
semangat siswa untuk belajar sehingga menghambat pencapaian hasil belajarnya.
Dweck dalam Stoltz (2000) membuktikan bahwa siswa dengan respon pesimistis
terhadap kesulitan tidak banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan siswa
yang pola sikapnya lebih optimistis. Menurut Sudarman (2009) adversity quotient (AQ)
juga sangat diperlukan siswa dalam belajar matematika.
Selain AQ, keluarga juga berpengaruh terhadap hasil belajar anak. Keluarga
memberikan hubungan sosial dan lingkungan yang penting pada proses pembelajaran
mengenai manusia, situasi, dan ketrampilan. Pembelajaran yang pertama ini sangat
berpengaruh. Dalam keluarga, yang memegang peranan penting adalah orangtua,
pengasuhan orangtualah yang mempengaruhi pembelajaran tersebut.
Salah satu bentuk hubungan orangtua dan anak adalah pola asuh orangtua kepada
anak-anak mereka. Casmini dalam Septiari (2012) menjelaskan bahwa pola asuh
orangtua adalah bagaimana orangtua memperlakukan anak, mendidik membimbing, dan
mendisiplinkan anak dalam mencapai proses kedewasaan hingga dalam upaya
pembentukan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya. Pengasuhan
demokratis atau authoritative adalah pola pengasuhan dimana orangtua mendorong
anak untuk menjadi mandiri, tetapi tetap memberikan batasan-batasan atau aturan serta
mengontrol perilaku anak. Orangtua bersikap hangat, mengasuh dengan penuh kasih
sayang serta penuh perhatian, selain itu orangtua juga memberikan ruang kepada anak
untuk membicarakan apa yang mereka inginkan atau harapan dari orangtuanya
(Septiari, 2012). Penelitian menunjukkan bahwa siswa yang orangtuanya terlibat dalam
kegiatan sekolah memiliki kehadiran yang lebih baik, prestasi yang lebih tinggi, dan
sikap yang lebih positif terhadap sekolah (JL Epstein dalam Silalahi dan Meinarno,
2010).
3
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan guru, dari sekian
banyak siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga, masih terdapat siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Hal ini terlihat dari adanya siswa yang kurang
bersemangat dalam proses pembelajaran. Data hasil belajar matematika siswa kelas VII
yang diperoleh, untuk mata pelajaran matematika diketahui bahwa KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang harus dicapai siswa kelas VII A dan VII B adalah 63,
sedangkan untuk VII C adalah 68 dan masih terdapat siswa yang belum bisa memenuhi
KKM yang telah ditetapkan. Persentase siswa yang masih di bawah KKM yaitu
sebanyak 42%. Siswa mendapatkan hasil belajar matematika dengan kategori cukup
sebesar 34% dan 8% berada pada kategori rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan hal
tersebut adalah adversity quotient (AQ) siswa yang masih belum maksimal serta pola
asuh demokratis orangtua yang dinilai masih kurang. Tetapi sebagian besar dari siswa
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan senang apabila menerima tantangan dari guru,
mereka juga bisa dikatakan mandiri dalam menyelesaikan masalah, contohnya adalah
cara penyelesaian soal yang diberikan oleh guru itu berbeda-beda antara siswa satu
dengan siswa yang lain. Adversity quotient (AQ) dan pola asuh yang bermacam-macam
menjadi faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, karena adversity quotient (AQ)
yang dimiliki siswa serta pola asuh orang tua siswa itu berbeda-beda maka hasil belajar
siswapun tidak sama.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient (AQ)
dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika
siswa apabila diterapkan pada siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga,
sehingga penelitian ini mengambil judul “Hubungan antara Adversity Quotient (AQ) dan
Pola Asuh Demokratis (Authoritative) Orangtua dengan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga”.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar Matematika Siswa
Hasil belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau
keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai
yang berhasil diraihnya, dengan demikian hasil belajar merupakan hasil maksimum
yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar (Winkel, 1997).
Hasil belajar matematika diartikan sebagai suatu hasil atas kecakapan atau kemampuan
4
seseorang pada mata pelajaran matematika dalam mencapai tingkat kedewasaan yang
langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian ini dapat berupa angka atau huruf.
Adversity Quotient (AQ)
Stoltz (2000) menjelaskan bahwa adversity quotient (AQ) merupakan suatu
kecerdasan atau kemampuan dalam merubah, atau mengolah sebuah permasalahan atau
kesulitan dan menjadikannya sebuah tantangan yang harus diselesaikan agar tidak
menghalangi cita-cita dan prestasi yang ingin diraih. Adversity quotient (AQ) dapat
diukur berdasarkan lima komponen yang disingkat dengan CO2RE, diantaranya adalah
control (kendali) yakni menyatakan berapa banyak kendali yang dirasakan terhadap
sebuah peristiwa yang menghadirkan kesulitan, origin (asal-usul) yaitu
mempertanyakan apa yang menjadi asal-usul dari sebuah kesulitan, ownership
(pengakuan) yaitu menjelaskan sejauh mana seseorang mau mengakui akibat-akibat dari
kesulitan atau kegagalan yang terjadi, reach (jangkauan) yaitu sejauh mana kesulitan
akan menjangkau ranah-ranah yang lain dalam kehidupan individu, dan yang terakhir
yaitu endurance (daya tahan) yakni mempertanyakan tentang berapa lama kesulitan
akan berlangsung dan berapa lama penyebab kesulitan itu akan berlangsung.
Tipe adversity quotient (AQ) menurut Stoltz (2000) dibagi menjadi 3 yaitu quitter,
camper, dan climber. Hubungannya dengan siswa, siswa tipe climber mempunyai
kemampuan untuk menghadapi kesulitan yang berat dan terus bergerak maju dan ke atas
dalam hidupnya. Siswa tipe camper sudah lumayan baik dalam menempuh liku-liku
hidup sepanjang segala sesuatunya berjalan relatif lancar. Siswa tipe quitter
kemungkinan telah mengalami penderitaan yang tidak perlu dalam sejumlah hal. Bisa
dikatakan siswa tidak mampu menghadapi rintangan dalam hidupnya.
Pola Asuh Demokratis (Authoritative) Orangtua
Pola asuh demokratis adalah suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan
menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak dan dengan bimbingan
penuh pengertian antara orangtua dan anak (Gunarsa, 2004), pola asuh demokratis
orangtua dapat diukur melalui empat aspek yaitu orangtua suka berdiskusi dengan anak,
orangtua mendengarkan keluhan anak, orangtua memberikan tanggapan, pengambilan
keputusan berdasarkan atas kesepakatan bersama.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian korelasi ganda (multiple correlation) karena
penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua
variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel dependen
5
(Sugiyono, 2005), yaitu hubungan antara adversity quotient (AQ) sebagai variabel bebas
(X1) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua sebagai variabel bebas (X2)
dengan hasil belajar matematika siswa sebagai variabel terikat (Y).
Penelitian dilaksanakan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga pada semester
genap, tahun ajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah
seluruhnya yaitu 76 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
responden dari jumlah populasi, maka jumlah sampel yang diambil adalah 76 siswa
kelas VII SMP Kristen Satya Wacana tahun ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan untuk mengambil sampel data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik sampling jenuh atau total sampling, yaitu teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala yang berupa
pernyataan dan pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui hubungan
antara variabel. Skala pengukuran adversity quotient (AQ) yang digunakan adalah
adopsi dari Stoltz (2000) dengan sedikit perubahan yang disesuaikan dengan penelitian
ini, adapun angket adversity quotient (AQ) terdiri dari lima aspek yakni control, origin,
ownership, reach, and endurance (CO2RE). Angket terdiri dari 30 item pernyataan,
yang setiap itemnya terdapat 2 pertanyaan. 30 pernyataan tersebut terdiri dari 10 item
untuk pernyataan favorable dan 20 item untuk pernyataan unfavorable.
Skala pengukuran pola asuh demokratis (authoritative) orangtua terdiri dari 30 item
dengan pernyataan favorable berdasarkan aspek pola asuh orangtua dari Gunarsa
(2004). Angket pola asuh orangtua dibuat dalam bentuk skala Likert dengan 4 alternatif
jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai
(STS). Adapun skoring angket untuk pernyataan favorable yaitu pilihan jawaban sangat
tidak sesuai (STS) diberi skor 1, pilihan jawaban tidak sesuai (TS) diberi skor 2, pilihan
jawaban sesuai (S) diberi skor 3, dan pilihan jawaban sangat sesuai (SS) diberi skor 4.
Pengukuran validitas internal dilakukan melalui uji validitas butir. Untuk mengukur
validitas instrumen digunakan SPSS for windows versi 16.0 dengan menggunakan
corrected item correlation. Pengujian validitas dalam penelitian ini hanya dilakukan
untuk variabel pola asuh demokratis (authoritative) orangtua, karena skala pengukuran
adversity quotient (AQ) yang digunakan merupakan instrumen baku yang diadopsi dari
Stoltz (2000) dengan sedikit perubahan yang disesuaikan dengan penelitian ini.
Pengukuran validitas hasil belajar matematika siswa juga tidak dihitung dalam
6
penelitian ini, karena hasil belajar matematika siswa didapat dari nilai siswa kelas VII
SMP Kristen Satya Wacana Salatiga dengan mengambil nilai murni ulangan tengah
semester genap tahun ajaran 2012/2013.
Skala pola asuh demokratis (authoritative) orangtua terdiri dari 30 item favorable
dengan signifikan 5%. Hasil uji validitas item diketahui dari 30 item yang diajukan
terdapat 26 item yang valid, sedangkan yang gugur terdapat 4 item pada nomor 1, 7, 12,
dan 17 karena koefisien corrected item to total diperoleh kurang dari 0,2 sesuai yang
dikemukakan oleh Arikunto (2002).
Uji reliabilitas mengunakan SPSS 16.0 for Windows dilakukan setelah masing-
masing item pola asuh demokratis (authoritative) orangtua diuji validitasnya, sehingga
item-item yang valid dilakukan pengujian reliabilitas dengan menggunakan teknik
alpha cronbach. Hasil pengujian diperoleh reliabilitas pola asuh demokratis
(authoritative) orangtua sebesar 0,860. Koefisien alpha lebih dari 0,80 menggambarkan
bahwa instrumen pola asuh demokratis (authoritative) orangtua sangat reliabel.
Analisis data menggunakan analisa statistik dengan rumus “korelasi product
moment” dari Karl Pearson jika terbukti data tersebar dalam distribusi normal dan
linear. Cara perhitungannya dibantu dengan menggunakan program SPSS 16.0 for
Windows. Analisis dalam penelitian ini selain menggunakan korelasi sederhana juga
digunakan korelasi berganda (multi correlation) untuk menunjukkan arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu
variabel dependen (Sugiyono, 2010). Hubungan kedua variabel bebas yaitu adversity
quotient (AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua secara bersama-sama
dengan variabel terikat yaitu hasil belajar matematika siswa dapat dianalisis dengan
menggunakan uji analisis “linear regression”.
Sebelum menghitung nilai korelasi dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji
linearitas terlebih dahulu. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi
dari data yang diperoleh mendekati distribusi normal atau tidak. Pengujian ini dihitung
dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. Sedangkan uji linearitas untuk
mengetahui apakah ketiga variabel berhubungan linear atau tidak, uji linearitas
hubungan menggunakan analisis varians (Anava).
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis dan Intepretasi Data
Sampel yang ditentukan adalah sebanyak 76 siswa, namun terdapat 1 siswa yang
tidak hadir pada waktu pelaksanaan penelitian jadi sampel yang ditentukan menjadi
berkurang, dari 76 siswa menjadi 75 siswa. Angket yang dibagikan diisi oleh siswa,
kemudian dikumpulkan kembali sebanyak 75. Dengan demikian subjek penelitian
sebanyak 75 siswa yang digunakan sebagai sampel penelitian.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dihitung dengan uji one-sample kolmogorov-
smirnov. Hasil uji normalitas variabel adversity quotient (AQ) diperoleh Asymp.
Sig (2-tailed) sebesar 0,782 ( > 0,05) yang berarti data berdistribusi normal. Uji
normalitas terhadap variabel pola asuh demokratis (authoritative) orangtua didapat
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,651 ( > 0,05) yang berarti data berdistribusi
normal. Uji normalitas terhadap variabel hasil belajar matematika siswa diperoleh
bahwa Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,612 ( > 0,05) yang berarti data
berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Hasil uji linearitas antara adversity quotient (AQ) terhadap hasil belajar matematika
siswa diperoleh nilai signifikan sebesar 0,301. Dimana nilai signifikansi tersebut >
0,05, sehingga data adversity quotient (AQ) dan hasil belajar matematika siswa
adalah linear. Sedangkan, hasil uji linearitas antara pola asuh demokratis
(authoritative) orangtua terhadap hasil belajar matematika siswa didapat nilai
signifikan sebesar 0,793. Hal ini menunjukkan bahwa data pola asuh demokratis
(authoritative) orangtua dan hasil belajar matematika siswa adalah linear, karena
nilai signifikansi 0,793 > 0,05.
3. Uji Hipotesis
Tingkat signifikansi antara adversity quotient (AQ) dengan hasil belajar
matematika siswa sebesar 0,697. Hal ini menunjukkan 0,697 > 0,05, yang berarti
tidak terdapat hubungan antara adversity quotient (AQ) dengan hasil belajar
matematika siswa. Nilai koefisien korelasi sebesar r1 = 0,046 menunjukkan bahwa
tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut adalah sangat rendah. Tingkat
signifikansi antara pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil
belajar matematika siswa sebesar 0,939. Hal ini menunjukkan bahwa 0,939 > 0,05,
8
yang berarti tidak terdapat hubungan antara pola asuh demokratis (authoritative)
orangtua dengan hasil belajar matematika siswa. Dilihat dari nilai koefisien
korelasi dapat disimpulkan bahwa tingkat korelasi antara kedua variabel tersebut
adalah tiada korelasi (r2 = -0,009). Tingkat hubungan antara adversity quotient
(AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar
matematika siswa adalah sangat rendah, ditunjukkan dengan nilai R = 0,049.
Tingkat signifikansi antara adversity quotient (AQ) dan pola asuh demokratis
(authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika siswa sebesar 0,917. Hal
ini menunjukkan bahwa 0,917 > 0,05, yang berarti tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara adversity quotient (AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative)
orangtua dengan hasil belajar matematika siswa.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi hubungan antara adversity
quotient (AQ) dan hasil belajar matematika siswa r1 = 0,046, yang menunjukkan bahwa
tingkat hubungan sangat rendah. Nilai signifikansi pada hubungan antara adversity
quotient (AQ) dan hasil belajar matematika siswa adalah sebesar 0,697. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak dapat diterima karena 0,697 >
0,05. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient (AQ)
dengan hasil belajar matematika siswa, sehingga berapapun tingginya skor adversity
quotient (AQ) yang dimiliki oleh siswa tidak akan mempengaruhi hasil belajar
matematika siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Utami dan Lydia (2006) yang mendapat kesimpulan yang sama bahwa tidak ada
kontribusi signifikan dari seluruh dimensi adversity quotient (AQ) terhadap hasil belajar
siswa SMA program percepatan belajar.
Hasil penelitian hubungan antara pola asuh demokratis (authoritative) orangtua
dengan hasil belajar matematika siswa menunjukkan bahwa koefisien korelasinya yaitu
r2 = -0,009. Nilai ini menunjukkan bahwa tingkat hubungan tiada hubungan. Nilai
signifikansinya sebesar 0,939, yang berarti 0,939 > 0,05. Dengan demikian tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh demokratis (authoritative) orangtua
dengan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kumalasari dan Warih (2012) yang juga memperoleh hasil bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara pola asuh orangtua dengan hasil belajar
anak.
9
Berdasarkan hasil perhitungan regresi linear diperoleh tingkat signifikansi antara
adversity quotient (AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil
belajar matematika siswa sebesar 0,917. Hal ini menunjukkan bahwa 0,917 > 0,05, yang
berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara adversity quotient (AQ) dan pola
asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika siswa. Hasil
uji regresi linear juga menunjukkan bahwa R = 0,049 R2 = 0,002 dengan = 0,000 <
0,05. Nilai R menunjukkan bahwa tingkat hubungan sangat rendah, nilai R2
memberikan pengaruh dengan persentase sebesar 0,2% terhadap hasil belajar
matematika siswa dan 99,8% merupakan faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga.
Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu motivasi dan minat belajar
(Slameto, 2003). Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menimbulkan arah pada kegiatan
belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Minat belajar yaitu kecenderungan siswa untuk
tetap memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan dalam belajar.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga merupakan kelompok camper, kategori
adversity quotient (AQ) pada kelompok ini memperoleh persentase sebesar 97%.
Frekuensi siswa pada kelompok camper adalah 73 siswa, sedangkan 2 siswa termasuk
kelompok climber atau berada pada kategori tinggi dengan persentase sebesar 3%.
Tidak terdapat siswa yang termasuk dalam kelompok quitter, hal ini ditunjukkan dengan
tidak adanya frekuensi siswa untuk kategori rendah dan persentase sebesar 0%. Rata-
rata (mean) nilai adversity quotient (AQ) sebesar 117,59 dan standar deviasi (SD)
sebesar 10,088. Skor tertinggi untuk variabel adversity quotient (AQ) sebesar 152 dan
skor terendah yaitu sebesar 96. Hasil belajar matematika siswa yang dinilai sudah cukup
baik dibuktikan dengan berdasarkan nilai ulangan tengah semester genap tahun ajaran
2012/2013 dari 75 siswa, terdapat 35 siswa yang berada pada kategori tinggi dengan
persentase 46,67%, 38 siswa berada pada kategori sedang dengan persentase 50,67%, 2
siswa berada pada kategori rendah dengan persentase 2,67%. Rata-rata (mean) skor
hasil belajar matematika sebesar 69,04 dan standar deviasi (SD) sebesar 16,746.
Perolehan nilai siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga diketahui bahwa
nilai tertinggi siswa adalah 100, sedangkan perolehan nilai terendah adalah 28.
Hasil analisis deskriptif, yaitu kategori pola asuh orangtua tergolong demokratis
dengan persentase 54,67%. Jumlah siswa yang mendapatkan pola pengasuhan
10
demokratis adalah sebanyak 41 anak, sedangkan terdapat 40% siswa mendapat pola
pengasuhan cukup demokratis dan 1,3 % siswa mendapat pola pengasuhan kurang
demokratis. Rata-rata (mean) variabel pola asuh demokratis (authoritative) orangtua
sebesar 79,59 dan standar deviasi (SD) sebesar 9,541. Skor tertinggi untuk pola asuh
demokratis (authoritative) orangtua adalah 100 dan skor terendah yaitu 40. Berdasarkan
pembahasan di atas maka membuktikan bahwa tidak terdapat korelasi antara adversity
quotient (AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar
matematika siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
adversity quotient (AQ) dengan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kristen
Satya Wacana Salatiga, dan juga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola
asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika siswa kelas
VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil korelasi ganda antara adversity quotient
(AQ) dan pola asuh demokratis (authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika
siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana Salatiga juga mendapat hasil bahwa ketiga
variabel tersebut tidak terdapat hubungan yang signifikan.
Nilai R2 memberikan pengaruh dengan persentase sebesar 0,2% terhadap hasil
belajar matematika siswa dan sisanya yaitu sebesar 99,8% merupakan faktor lain yang
mempengaruhi hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Kristen Satya Wacana
Salatiga.
Berdasarkan hasil penelitian, hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penelitian
ini akan mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi Penelitian Selanjutnya
Berdasarkan hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara adversity quotient (AQ) dan pola asuh demokratis
(authoritative) orangtua dengan hasil belajar matematika siswa. Mengingat hasil
belajar matematika siswa itu penting dalam mendukung tugas perkembangan
individu, maka penting bagi individu untuk mengetahui faktor-faktor lain yang
mempengaruhi hasil belajarnya. Untuk itu kepada peneliti mendatang hendaklah
melanjutkan penelitian ini dengan mengembangkan variabel-variabel yang
digunakan selain adversity quotient (AQ) dan pola asuh orangtua sehingga dapat
menemukan faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.
11
2. Bagi Sekolah
Oleh karena pola asuh yang merupakan faktor lingkungan keluarga tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan hasil belajar siswa, maka diharapkan
sekolah yang merupakan lingkungan kedua bagi siswa dapat memberikan
kontribusi lebih besar dalam pencapaian hasil belajar yang baik.
3. Bagi Guru
Guru diharapkan dapat memaksimalkan pembelajaran matematika sehingga
siswa menjadi termotivasi, guru hendaknya juga lebih memperhatikan
perkembangan hasil belajar siswa di kelas terutama pada siswa dengan hasil belajar
yang masih rendah atau yang mengalami kesulitan belajar supaya hasil belajar
matematika siswa menjadi meningkat.
4. Bagi Orangtua
Orangtua bukan hanya diharapkan untuk dapat memperhatikan faktor
keluarga saja, tetapi diharapkan pula untuk lebih memperhatikan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa dan juga faktor lingkungan sekolah siswa untuk
mengawasi anak dalam kegiatan belajar.
5. Bagi Siswa
Siswa hendaknya menyadari arti penting dari belajar, karena belajar
berhubungan dengan pencapaian cita-cita. Oleh karena itu, siswa perlu
memperhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya,
serta diharapkan untuk siswa agar dapat menggunakan faktor-faktor tersebut untuk
meningkatkan hasil belajarnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:
Bumi Aksara.
Gunarsa, Singgih. D. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT BPK Bumi
Mulia.
Kumalasari, E dan Warih AP . 2012. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Hasil
Belajar Siswa.
Sumber: http://publikasi.umy.ac.id/index.php/pend-
dokter/article/view/3960/3292 diunduh 25 Januari 2013 pukul 10:25.
Septiari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Silalahi, K dan Eko A M. 2010. Keluarga Indonesia: Aspek dan Dinamika Zaman.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Stoltz, Paul G. 2000. Adversity Quotient: Mengubah Peluang menjadi Peluang. Jakarta:
PT. Grasindo.
Sudarman. 2009. Adversity Quotient: Kajian Kemungkinan Pengintegrasiannya dalam
Pembelajaran Matematika.
Sumber:http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/AKSIOMA/article/view
diunduh 13 Juni 2013 pukul 10:33.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D. Bandung: CV Alfabeta.
Utami, AB dan Lydia FH. 2006. Kontribusi Adversity quotient terhadap Prestasi
Belajar Siswa SMU Program Percepatan Belajar di Jakarta.
Sumber: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21106137148.pdf diunduh 26
Januari 2013 pukul 11:20.
Winkel, W. S. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Top Related