HORMON TIROID
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Anatomi Fisiologi Manusia
yang dibina oleh Ibu Sri Rahayu dan Ibu Susilowati
Disusun oleh :
Kelompok V
1. Juliyatin Putri Utami (308342410451)
2. Kiki Suryani (308342410458)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Agustus, 2010
Kelenjar tiroid merupakan salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada
tubuh manusia. Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring. Lobus lateral kanan
dan kiri terletak satu pada setiap sisi trakhea. Yang menghubungkan lobus adalah
massa jaringan yang disebut isthmus, terletak di depan trakhea. Lobus yang
berbentuk piramid, kecil, kadang-kadang melanjut ke atas dari isthmus. Kelenjar
tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin yang menyimpan hasil sekresinya
dalam jumlah besar. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh untuk
membakar energi, memproduksi protein dan mengatur kesensitifan tubuh
terhadap hormon lainnya.
Gambar 1. Kelenjar Tiroid
A. STRUKTUR MIKROSKOPIS KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid vertebrata tingkat tinggi terdiri dari dua lobus, terletak pada
permukaan lateral trakhea tepat di bawah larynx. Masing-masing lobus tersebut
dihubungkan oleh isthmus yang melintang pada permukaan ventralnya. Kedua
kelenjar tiroid tersebut dikelilingi oleh kapsula yang tersusun dari jaringan
fibroelastik yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan luar dan lapisan dalam.
Lapisan luar yang berhubungan dengan permukaan servikal lebih padat bila
dibandingkan dengan lapisan dalam yang secara langsung berada pada permukaan
kelenjar.
Masing-masing lobus terdiri dari banyak folikel (foliculli) yang berbentuk
oval atau bulat, yang satu sama lain dihubungkan oleh membran basal. Tiap
folikel dibasahi oleh sel epitelium kuboid dan pada bagian tengahnya terdapat
lumen pusat. Folikel dikelilingi oleh kapiler darah, dan pada kapsula terdapat
pembuluh darah yang lebih besar. Selain pembuluh darah juga terdapat serabut
saraf yang bercabang-cabang sangat banyak yang merupakan serabut post
ganglionaris cervicalis. Serabut saraf ini berfungsi untuk mengatur aliran darah di
dalam kelenjar tiroid, bukti lain menunjukkan bahwa saraf simpatis dapat
menstimulasi sekresi hormon tiroid.
Rongga-rongga yang tertutup pada folikel secara normal mengandung
globulin homogeny, gelatinosa dan berwarna kecokelatan. Sekresi ini yang
dinamakan koloid yang merupakan produk yang disimpan dari sekresi epitel.
Tiroid merupakan derivate embrional saluran pencernaan yang awalnya muncul
sebagai lekukan di daerah median, tak berpasangan menonjol. Ujung distal bagian
yang tumbuh ini berangsur-angsur menjadi dual obi. Sementara yang
menggantung dan melekat menyempit membentuk ductus thyroglossus. Ujung
terminal yang bercabang-cabang primordial tiroid ini menduduki posisi pada
permukaan anterior trachea, dan ductus thyroglossusnya secara normal
menghilang. Foramen caecum, berupa lekukan dangkal pada akar lidah dekat
apeks sulkus terminalis yang menandai titik tempat ductus thyroglossus membuka
ke dalam pharing embrional.
Bentuk sel epitelium yang melapisi folikel sangat dipengaruhi oleh
aktivitas kelenjar tiroid. Dalam keadaan aktif, sel ini berbentuk memanjang
(kolumner), sedang dalam keadaan tidak aktif berbentuk pipih (squamosa).
Lumen pusat terdapat di bagian tengah folikel, berisi koloid yang terdiri dari
tiroglobulin (TGB). Ukuran diameter lumen dipengaruhi oleh aktivitas kelenjar
tiroid. Dalam keadaan aktif, diameter menjadi lebih kecil. Koloid bersifat basa
dan sepanjang pinggirnya dipenuhi oleh granula pinositotika sedangkan dalam
keadaan tidak aktif ukuran diameter lebih besar.
Aktivitas kelenjar tiroid menunjukkan bahwa dalam keadaan aktif terjadi
peningkatan retikulum endoplasma granular dan mitokondria baik dalam hal
ukuran maupun densitas. Selain itu, terlihat adanya mikrovili pada bagian tepi sel
foliculli. Panjang dan pendeknya mikrovili tergantung pada aktivitas kelenjar
tiroid. Diantara mikrovili tersebut terdapat celah sebagai penghubung antar sel
folikuler yang berdekatan, yaitu berupa “tightjunction” dan desmosoma.
B. STRUKTUR KIMIA HORMON TIROID
1. Struktur Kimia dan Produksi Hormon Tiroid
Hormon tiroid terutama berupa tioksi (Tetraiodotironin atau T4) dan
triiodotironin ( T3). Kedua hormon ini mengandung ion iodida yang berikatan
dengan cincin fenol dan tironin.
Di dalam plasma sebagian besar hormon tiroid yang berikatan dengan
protein. Hormon tiroid tersebut berperanan sebagai cadangan dan bila diperlukan
akan dapat dibebaskan untuk memenuhi kebutuhan hormon tiroid bebas dalam
sel. Secara kuantitatif kadar hormon T4 di dalam plasma lebih besar dibandingkan
T3, akan tetapi T3 mempunyai aktivitas 3 sampai 5 kali lebih besar dari T4.
2. Sintesis Hormon Tiroid
Peristiwa pembentukan terjadi di dalam kelenjar tiroid, sebagai unit
fungsionalnya adalah folikel tiroid. Beberapa tahap yang terjadi pada sintesis
hormon tiroid adalah sebagai berikut.
Sintesis dan Sekresi Tiroglobulin (TGB)
TGB merupakan bahan dasar hormon tiroid dan sebagian besar terdapat di
dalam lumen folikuli. Mekanisme sintesis dan sekresi TGB diawali dengan
keluarnya tRNA dan mRNA dari nukleus dengan membawa “pesan-pesan”
yang diperlukan untuk sintesis TGB. Selanjutnya mRNA diterjemahkan oleh
ribosoma pada retikulum endoplasma granulare. Rantai polipeptida
mengalami glikolisasi sampai pada retikulum endoplasma granulare dengan
bantuan glikosil transferase. Setelah sampai pada aparatus golgi, TGB
dikemas pada vesikula eksositosis. Vesikula berfungsi dengan membran
epitelium apical dan mensekresikan TGB ke lumen pusat dalam bentuk
koloid. Di dalam koloid, lumen folikuli disimpan bersama dengan enzim
proteolitik dan enzim mukoprotein.
Transportasi dan Organifikasi Iodium
Idium yang berasal dari sekresi kelenjar saliva dan mukosa lambung
disekresikan ke cairan ekstraseluler, dan kemudian secara aktif memasuki sel
epitelium folikuli tiroid, kemudian iodium segera teroksidasi menjadi iodium
organik dan reaksi ini tergantung pada peroksidase. Selanjutnya iodium
organik akan berikatan dengan residu tirosin pada TGB untuk membentuk
molekul monoiodo-tirosin (MIT) dan Diiodotirosin (DIT). Peristiwa ini
diduga terjadi secara enzimatis pada bagian awal apical epitelium folikuli
yang menghadap ke lumen.
Penggabungan Iodotirosin
Di dalam koloid, folikuli MIT dan DIT akan membentuk hormon tiroid
dengan cara penggabungan atau reaksi “coupling”. Penggabungan yang
reaksinya berlangsung secara kondensasi antara dua molekul DIT akan
membentuk hormon tiroksin, dan penggabungan satu molekul DIT dengan
satu molekul MIT akan menghasilkan hormon T3. Pada kedua peristiwa di
atas diperlukan kondisi aerob, enzim tiroglobulin dan tiroid peroksidase.
Selain itu, MIT dan DIT akan mengalami mobilisasi secara endositosis dan
proteolisis yang diperantarai oleh enzim iodotirosin deiodinase.
Setelah terbentuk hormon tiroid, terjadi penyimpangan hormon di dalam
koloid sebagai iodotironin yang tergabung pada ikatan peptida yaitu TGB.
Iodotironin akan disekresikan oleh sel epitelium dan dengan cara yang sama
disekresikan pula ke dalam pembuluh darah balik yang ada di sekitarnya
dalam bentuk T3 dan T4. Peristiwa endositosis yang terjadi dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Masuknya titik-titik (droplet) koloid
Pseudopodia yang terbentuk pada permukaan luminal sel menjulur ke
dalam koloid di dalam lumen folikuli, dan sebagian droplet koloid masuk ke
sitoplasma secara endositosis. Tiap droplet diselubungi membran yang
dibentuk oleh perbatasan sel apikal. Peristiwa endositosis ini sangat
tergantung pada daur ulang yang terjadi selama eksositosis TGB.
Pembentukan Phagolisosoma
Lisosoma di bagian basal akan berpindah menuju ke bagian basal apical
bertemu dengan droplet koloid, kemudian berfusi menghasilkan
phagolisosoma. Selanjutnya phagolisosoma bergerak menuju ke bagian basal
sel dan selama itu makin padat, dan bentuknya makin kecil karena TGB telah
dihidrolisis oleh protease lisosoma.
Pembebasan TGB
T3 dan T4 (yang jumlahnya lebih sedikit) dibebaskan dari TGB secara
proteolitik, terlepas dari phagolisosome masuk ke dalam pembuluh darah dan
diduga secar difusi. Sebagian besar MIT dan DIT yang dibebaskan diiodinasi
TGB, akan tetapi sebagian secara difusi memasuki sirkulasi (terjadi
kebocoran iodium)
C. MEKANISME KERJA HORMON TIROID DAN FAKTOR YANG
TERLIBAT
1. Distribusi dan Metabolisme Hormon Tiroid
Tiroksin dan T3 merupakan bentuk hormon tiroid yang disekresikan ke
dalam pembuluh darah, selanjutnya akan berikatan dengan protein plasma
darah. Jumlah T3 adalh 20% dan T4 adalah 80%. Bentuk pengikat tersebut
adalah Thyroxine-Binding-Globulin (TGB), Thyroxine-Binding-Prealbumin
(TBPA) dan albumin. Jumlah TBG di dalam plasma darah hanya sedikit,
akan tetapi berikatan dengan T4 secara sangat kuat dan jumlah ikatan tersebut
di dalam plasma adalah 45-60%. Afinitas dengan T3 hanya sepertiga dari T4
dan jumlahnya dapat mencapai 75% T3. Pengikatan T4 pada TBPA lebih
rendah dibandingkan T4 dengan TGB, dan jumlahnya hanya 15-30%. T3
tidak berikatan dengan TBPA, sedangkan albumin berikatan dengan T3 dan
T4 secara sangat lemah. Jumlah ikatan T3 dengan albumin 25% dan dengan
T4 15%.
Bentuk ikatan hormon yang diuraikan di atas hormon adalah hormon yang
tidak aktif secara fisiologik. Hormon tiroid yang aktif secara fisiologik adalah
hormon yang bebas (tidak berikatan dengan protein) yang dapat memberikan
efek fisiologik terhadap sel, dan berjumlah lebih kurang 0,05% T4 dan 0,5%
T3.
Selanjutnya T3 dan T4 bila sampai pada hati, ginjal, otot atau pada
jaringan lain akan menimbulkan berbagai reaksi. Gugus hidroksil pada cincin
phenolic dapat berikatan dengan asam glukuronat dan sulfat, kemudian
derivat keduanya diekskresikan ke dalam empedu. Kedua asam tersebut dapat
dihidrolisis oleh enzim glukuronidase atau sulfatase pada saluran pencernaan
makanan.
Selanjutnya, Robbins et al., 1981 menyatakan bahwa sebagian besar T3
dan T4 akan mengalami deiodinasi, dan telah diketahui deiodinasi paling
besar terjadi di hati dan meliputi pula mikrosoma.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Sekresi Hormon
Tiroid
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi produksi dan sekresi hormon
tiroid, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor internal adalah hipotalamus, hipofisis, dan kelenjar tiroid. Sebagian
besar aktivitas kelenjar tiroid dipengaruhi oleh lobus anterior adenohipofisis
yang mensekresikan Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Sekresi TSH
dipengaruhi langsung oleh Thyritropin Releasing Hormone (TRH) yang
disekresikan oleh hipotalamus dan dapat mencapai hipofisismelalui sistem
portae hipotalamus. Selanjutnya TRH yang sampai pada reseptornya di dalam
hipofisis akan menyebabkan terjadinya perubahan c-AMP pada permeabilitas
membran, dan hal inilah yang selanjutnya menyebabkan TSH disekresikan
oleh adenohipofisis. TSH selanjutnya menstimulasi sel epitelium dengan cara
membentuk ikatan dengan permukaan reseptor TSH dan keadaan ini
menyebabkan kadar c-AMP dalam sel meningkat. Peningkatan c-AMP
disebabkan adanya ikatan TSH dengan reseptor pengikatnya yang terdapat
pada membran sel yang selanjutnya menstimulasi adenyl cyclase untuk
memproduksi c-AMP.
Sebagai akibat adanya pengikatan antara TSH dan reseptor pengikatnya di
atas antara lain adalah sebagai berikut.
a. Menstimulasi pompa iodida, dengan demikian terjadi peningkatan proses
“Ion Trapping”,
b. Efek yang terjadi di dalam inti yaitu peningkatan Apo Thyroglobulin
(ATG). Iodinasi ATG nampak pada membran luminal sel epitelium.
Enzim yang mengkatalisis iodinasi adalah kelompok tiroid peroksidase
yang berhubungan dengan membran luminal,
c. Menstimulasi oksida iodida menjadi iodium sehingga meningkatkan
proses organifikasi,
d. Menstimulasi metabolisme glukosa melalui jalur pentosa yang
menyebabkan produksi NADPH meningkat. NADPH selanjutnya berperan
sebagai faktor dalam produksi H2O2 dan juga pada proses deiodinasi,
e. Menstimulasi endositosis, atau pencaplokan Thyroglobulin untuk
disimpan.
Kadar hormon di dalam darah akan mengatur sekresi TSH dan TRH. Apabila
T3 dan T4 pada jaringan jumlahnya sudah mencukupi sekresi TSH dan TRH
akan dihambat, sedang bila T3 dan T4 berkurang sekresi TSH dan TRH
meningkat.
Faktor eksternal yang mempengaruhi aktivitas kelenjar tiroid antara lain
adalah suhu, lokasi, fotoperiodisitas dan kebisingan.
Sistem pendengaran sebagai organ yang menerima suara (kebisingan)
memiliki hubungan langsung dengan sistem saraf simpatis pada hipotalamus,
dan melalui hubungan yang demikian suara dapat ditanggapi oleh suatu
organisme. Bila terjadi pemberian suara secara terus-menerus dapat
mengakibatkan terjadi gangguan secara fisiologis, disamping juga adanya
gangguan secara langsung pada sistem alat pendengar. Gangguan fisiologik
tersebut dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung antara sistem
alat pendengaran dan sistem saraf-otot-kelenjar. Dalam hal demikian dengan
sendirinya saraf otonom akan tanggap sebagai jawaban terhadap adanya
sesuatu (suara) disekitarnya. Respon tersebut dapat berupa adanya gangguan
fungsi fisiologik pada organ tertentu, misalnya kelenjar tiroid.
3. Efek Fisiologi Hormon Tiroid
Menurut Robbins et al., (1981) semua sel di dalam tubuh merupakan
sasaran hormon tiroid kecuali gonad, otak, nodus limfaticus, paru-paru dan
dermis. Setelah sampai pada sasaran, hormon tiroid akan menimbulkan
berbagai pengaruh perubahan fisiologik di dalam sel, yaitu:
a. Peningkatan Produksi dan Konsumsi Oksigen
Keadaan ini merupakan ciri sebagian besar jaringan yang menanggapi
hormon tiroid. Adanya hormon tiroid menginduksi peningkatan aktivitas Na-
ATP ase. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya sejumlah enzim molekul
tertentu pada membran. Dalam keadaan tersebut, pada tingkat sel terjadi
peningkatan konsumsi oksigen dan terjadi pula produksi panas, walaupun
korelasi antara produksi panas dan pengaruh kadar hormon tiroksin masih
dipermasalahkan.
b. Pengaruh terhadap Kegiatan Metabolisme
T3 dan T4 berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Adanya hormon tiroksin mempercepat penyerapan glukosa dan
galaktosa pada usus, akibatnya akan terjadi peningkatan glikogenolisis.
Keadaan ini menyebabkan simpanan glikogen di dalam hati, jantung, dan otot
menjadi berkurang.
Pengaruh hormon tiroid terhadap metabolisme protein pada organisme
diduga menyebabkan meningkatnya sintesis protein dan RNA ribosom,
terutama terjadi pada organisme yang sedang tumbuh, dan pada organisme
dewasa pengaruhnya tergantung pada status metabolik hewan tersebut.
Sebagai contoh pada hewan yang kelenjar tiroidnya diambil, dosis yang
cukup meningkatkan sintesis protein dan menyebabkan turunnya ekskresi
nitrogen. Dosis yang tinggi menghambat sintesis protein, sedang konsentrasi
asam amino bebas dalam plasma, hati, dan otot meningkat.
Pada metabolisme lemah, hormon tiroid menstimulasi sintesis kolesterol
dan menstimulasi mekanisme hepatik yang melepaskan kolesterol dan
sirkulasi dan hal ini menyebabkan penurunan kadar kolesterol dalam plasma.
Keadaan demikian terjadi sebagai akibat dari lebih cepatnya pelepasan
kolesterol dibandingkan dengan proses pembentukannya.
c. Pengaruh terhadap sistem kardiovaskuler dan kontraktilitas
Tiroksin menstimulasi miokardium untuk meningkatkan kecepatan dan
kekuatan kontraksi. Hal ini diduga disebabkan hormon tiroid dapat
meningkatkan jumlah ataupun sensitivitas katekolamine yang berperan dalam
meningkatkan alat pacu jantung.
d. Pengaruh terhadap Metabolisme Mineral
Kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan banyak kalsium yang keluar
bersama urine dan hal ini akan menyebabkan demineralisasi pada tulang.
Hormon tiroid juga menstimulasi hilangnya senyawa fosfat yang berasal dari
demineralisasi tulang dan katabolisme protein.
4. Macam Zat Anti Tiroid dan Mekanismenya terhadap Produksi
Hormon Tiroid
Terdapat tiga zat anti tiroid yaitu tiosianat, propiltiourasil, dan yodium
anorganik dalam konsentrasi tinggi.
a. Tiosianat
Tiosianat dapat menyebabkan menurunnya pompa yodium yang
mengakibatkan menurunnya yodium intrasel. Apabila yodium intrasel ini
berkurang kadarnya, akan menyebabkan produk hormon tiroid juga
terhambat. Hal ini ditandai dengan kelenjar tiroid yang membesar atau
disebut Goiter. Mekanismenya rendahnya hormon tiroksin menyebabkan
umpan balik ke hipofisis menurun sehingga sekresi TSH meningkat akibatnya
sel tiroid mensekresikan tiroglobulin ke dalam folikel (tanpa ada hormon
tiroid yang bermakna).
b. Propiltiourasil (Methimazole/ Karbimazole)
Zat ini menghambat pembentukanhormon tiroid dari yodium dan tirosin.
Sebagai akibatnya, yodinasi tirosin dan reaksi utama (kopling) terbentuk
tirosin teriodinasi. Propiltiourasil tidak menghambat TGB akan tetapi bila
TGB tanpa ada hormon tiroid akan menyebabkan Goiter.
c. Yodium anorganik
Pada konsentrasi yang sangat tinggi (sekitar 100 kali) aktivitas kelenjar
ditekan pada beberapa minggu saja. Akibat dari kondisi ini, efek TSH akan
terhambat.
D. FUNGSI HORMON TIROID DI DALAM JARINGAN
1. Fungsi Hormon Tiroid di Dalam Meningkatkan Metabolisme di Dalam
Jaringan
Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolisme di dalam hampir
semua jaringan tubuh. Basal Metabolisme Rate (BMR) dapat meningkat
sebanyak 60-100%. Bila sejumlah besar hormon tiroid dihasilkan, maka akan
meningkatkan bahan makanan untuk energi, sintesis protein, pertumbuhan, dan
aktivitas kelenjar endokrin.
2. Pengaruh Hormon Tiroid terhadap Pertumbuhan
Hormon tiroid mempunyai pengaruh khusus dan pengaruh umum terhadap
pertumbuhan. Pada manusia, pengaruh hormon tiroid terhadap pertumbuhan
terutama pada anak-anak. Bila seorang anak kehilangan hormon tiroid
(hipotiroid), maka pertumbuhannya akan terhambat. Tetapi bila terlalu banyak
hormon tiroid (hipertiroid), maka pertumbuhan tulang akan semakin cepat,
sehingga menyebabkan anak tumbuh lebih tinggi dari biasanya.
Pertumbuhan hormon tiroid di dalam meningkatkan pertumbuhan
agaknya didasarkan atas kecakapan khusus di dalam meningkatkan sintesis
protein. Sebaliknya kelebihan hormon tiroid dapat menyebabkan katabolisme
lebih cepat daripada sintesis protein, sehingga asam amino dilepaskan ke dalam
cairan ekstraseluler.
Pengaruh hormon tiroid terhadap mekanisme tubuh
a. Pengaruhnya terhadap metabolisme karbohidrat yaitu meningkatkan
absorbsi glukosa oleh usus, menyebabkan penurunan glikogen di dalam
hati, dan meningkatkan glikolisis.
b. Pengaruhnya terhadap metabolisme darah dan lemak hati yaitu bila
hormon tiroid meningkat maka akan menurunkan jumlah kolesterol,
fosfolipid, dan trigliserida (triglyceride) di dalam darah, walaupun
menaikkan asam lemak bebas. Selain itu, sekresi hormon tiroid yang
menurun akan meningkatkan konsentrasi kolesterol, fosfolipid, dan
trigliserida.
Pengaruh hormon tiroid meningkatkan metabolisme vitamin
Karena hormon tiroid meningkatkan sejumlah besar enzim yang berbeda
dan karena vitamin adalah bagian pokok dari enzim dan koenzim maka
hormon tiroidmenyebabkan kebutuhan terhadap vitamin. Oleh karena itu
kekurangan vitamin dapat terjadi apabila kelebihan sekresi hormon tiroid,
jika tidak maka pada waktu yang sama jumlah vitamin akan bertambah
banyak.
Pengaruh hormon tiroid terhadap tingkat metabolisme basa
Karena hormon tiroid meningkatkan metabolisme di seluruh sel tubuh
(kecuali otak, retina, limpa, testes, dan paru-paru) kelebihan sejumlah
hormon kadang-kadang dapat meningkatkan BMR sebanyak 60-100% di
atas normal. Sebaliknya, jika hormon tiroid tidak dihasilkan, maka BMR
akan turun hampir separuh di bawah normal, BMR menjadi -30 sampai -45.
Pengaruh hormon tiroid terhadap berat badan
Menigkatnya produksi hormon tiroid hampir selalu menurunkan berat
badan, menurunnya produksi hormon tiroid, akan menaikkan berat badan.
Tetapi pengaruh ini tidak selalu terjadi, sebab hormon tiroid meninkatkan
selera dan ini memungkinkan ketidakseimbangan perubahan di dalam BMR.
Pengaruh hormon tiroid terhadap fungsi otot
Bila kenaikan hormon tiroid hanya sedikit biasanya otot-otot
menunjukkan kegiatan, tetapi bila terlalu banyak akan kelebihan, otot-otot
akan menjadi lemah karena kelebihan katabolisme protein. Sebaliknya bila
kekurangan hormon tiroid menyebabkan otot-otot akan menjadi lemah dan
refleksnya sangat lambat setelah berkontraksi.
Pengaruh hormon tiroid terhadap pernafasan
Dengan meningkatnya metabolisme maka meningkat pula penggunaan
oksigen dan pembentukan karbondioksida. Pengaruh ini mengaktifkan
kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Pengaruh hormon tiroid terhadap sistem peredaran darah
Dengan meningkatnya metabolisme di dalam jaringan-jaringan
menyebabkan penggunaan oksigen lebih cepat daripada normal,
menyebabkan jumlah hasil metabolisme yang dibebaskan dari jaringan lebih
besar dari normal.
DAFTAR RUJUKAN
Nangsari, Nyayu Syamsiar. 1988. Pengantar Fisiologo Manusia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Soewolo, dkk. 2005. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang
Susilowati. 2003. Pengantar Endokrinologi. Malang: Universitas Negeri Malang
Turner, C. Donnel, dkk. 1988. Endokrinologi Umum Edisi Keenam. Surabaya:
Airlangga University Press.
PERTANYAAN DAN JAWABAN TIROID
1. Mengapa kita masih membutuhkan asupan iodium dari luar tubuh, padahal
tubuh kita dapat menghasilkannya sendiri? Jika kekurangan apa
akibatnya?
Jawab: karena berbagai aktifitas metabolisme dalam tubuh dapat memicu
kekurangan yodium meskipun awalnya telah diproduksi dalam tubuh. Jika
kekurangan yodium akan menimbulkan kegagalan tiroid, gondok akan
timbul karena kadar hormon tiroid dalam darah sirkulasi sedemikian
rendah, sehingga tidak ada inhibisi umpan balik negatif ke hipofisis
anterior, dan dengan demikian sekresi TSH meningkat. TSH bekerja pada
tiroid untuk meningkatkan ukuran dan jumlah sel folikel dan untuk
meningkatkan kecepatan sekresi sel-sel tersebut. Jika sel-sel tiroid tidak
mampu mengeluarkan hormon karena katidakadaan enzim tertentu atau
kekurangan yodium, seberapapun jumlah TSH yang ada tidak akan
mampu memacu sel-sel tersebut mengeluarkan T3 dan T4. Namun, TSH
tetap dapat menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia tiroid dengan
konsekuensi pembesaran paradoks kelenjar (yaitu gondok), walaupun
kelenjar kurang berproduksi.
2. Mengapa setelah terjadi pembentukan hormom tiroid, akan terjadi
penyimpangan hormone di dalam koloid?
Jawab: penyimpangan di sini maksudnya adalah perombakan hormone
tiroid di dalam koloid sebagai iodotironin yang tergabung pada ikatan
peptide yaitu Tiroglobulin (TGB). Iodotironin tersebut akan disekresikan
oleh sel epiteilum dengan cara yang sama diekskresikan pula ke dalam
pembuluh darah balik yang ada di sekitarnya dalam bentuk T3 dan T4.
PERTANYAAN DAN JAWABAN PARATIROID
1. Bagaimana keterlibatan AMP siklik dalam mekanisme kerja hormone
paratiroid?
Jawab: AMP siklik sering dianggap sebagai pesuruh kedua dalam
mekanisme kerja hormone paratiroid. AMP siklik berperan serta dalam
perpindahan ion keluar mitokondria sehingga kalsium sitosol meningkat.
Zat tersebut memicu resoprsi tulang dan menyebabkan pelepasan kalsium
serta enzim-enzim tertentu.
2. Bagaimana keterlibatan sel-sel sasaran dalam menanggapi hormone
paratiroid?
Jawaban: terjadi pengikatan hormone oleh reseptor pada permukaan sel,
akan terjadi ektivasi siklase adenilat, meningkatnya kadar AMP siklik di
dalam sel, perangsangan kinase atau enzim fosforilase serta adanya
peningkatan transport kalsium ke sel-sel sasaran.
Top Related