1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal pada tahun
1981 di Amerika Serikat dan disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV-1).
AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan system kekebalan tubuh; bukan
penyakit bawaan tetapi diddapat dari hasil penularan. penyakit ini merupakan persoalan
kesehatan masyarakat yang sangat penting di beberapa negara dan bahkan mempunyai
implikasi yang bersifat internasional dengan angka moralitas yang peresentasenya di atas
80 pada penderita 3 tahun setelah timbulnya manifestasi klinik AIDS. Pada tahun 1985
Cherman dan Barre-Sinoussi melaporkan bahwa penderita AIDS di seluruh dunia
mencapai angka lebih dari 12.000 orang dengan perincian, lebih dari 10.000 kasus di
Amerika Serikat, 400 kasus di Francis dan sisanya di negara Eropa lainnya, Amerika
Latin dan Afrika. Pada pertengahan tahun 1988, sebanyak lebih dari 60.000 kasus yang
ditegakkan diagnosisnya sebagai AIDS di Amerika Serikat telah dilaporkan pada
Communicable Disease Centre (CDC) dan lebih dari setengahnya meninggal. Kasus-
kasus AIDS baru terus-menerus di monitor untuk ditetapkan secara pasti diagnosisnya.
Ramalan baru-baru ini dari United States Public Health Service menyatakan, bahwa pada
akhir tahun 1991, banyaknya kasus AIDS secara keseluruhan di Amerika Serikat
doperkirakan akan meningkat paling sedikit menjadi 270.000 dengan 179.000 kematian.
Juga telah diperkirakan, bahwa 74.000 kasus baru dapat di diagnosis dan 54.000 kematian
yang berhubungan dengan AIDS dapat terjadi selama tahun 1991 saja. Sebagai
perbandingan dapat dikemukakan, kematian pasukan Amerika selama masa perang di
Vietnam berjumlah 47.000 korban.
Selain itu, berdasarkan data Departemen kesehatan (Depkes) pada periode Juli-
September 2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif di tanah air telah
mencapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang. Menderita HIV/AIDS di Indonesia
dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan tekanan psikologis terutama pada
penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan disekeliling penderita.
Secara fisiologis HIV menyerang sisitem kekebalan tubuh penderitanya. Jika
ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi
2
HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan angka kematian.
Menurut Ross (1997), jika stress mencapai tahap kelelahan (exhausted stage), maka dapat
menimbulkan kegagalan fungsi system imun yang memperparah keadaan pasien serta
mempercepat terjadinya AIDS. Modulasi respon imun penderita HIV/AIDS akan
menurun secara signifikan, seperti aktivitas APC (makrofag); Thl (CD4); IFN ; IL-2;
Imunoglobulin A, G, E dan anti-HIV. Penurunan tersebut akan berdampak terhadap
penurunan jumlah CD4 hingga mencapai 180 sel/ l per tahun.
Pada umumnya, penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang hampir sama.
Namun berdasarkan fakta klinis saat pasien control ke rumah sakit menunjukkan adanya
perbedaan respon imunitas (CD4). Hal tersebut menunjukkan terdapat factor lain yang
berpengaruh, dan factor yang diduga sangat berpengaruh adalah stress.
Stress yang dialami pasien HIV menurut konsep psikoneuroimunologis,
stimulusnya akan melalui sel astrosit pada cortical dan amigdala pada system limbic
berefek pada hipotalamus, sedangkan hipofisis akan menghasilkan CRF (Corticotropin
Releasing Factor). CRF memacu pengeluaran ACTH (Adrenal corticotropic hormone)
untuk memengaruhi kelenjar korteks adrenal agar menghasilkan kortisol. Kortisol ini
bersifat immunosuppressive terutama pada sel zona fasikulata. Apabila stress yang
dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol dalam
jumlah besar sehingga dapat menekan system imun (Apasou dan Sitkorsky,1999), yamg
meliputi aktivitas APC (makrofag); Th-1 (CD4); sel plasma; IFN ; IL-2;IgM-IgG, dan
Antibodi-HIV (Ader,2001).
Perawat merupakan factor yang berperan penting dalam pengelolaan stress,
khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar
pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya. Selain itu perawat juga berperan dalam
pemberian dukungan social berupa dukungan emosional, informasi, dan material
(Batuman, 1990; Bear, 1996; Folkman Dan Lazarus, 1988).
Salah satu metode yang digunakan dalam penerapan teknologi ini adalah model
asuhan keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah strategi koping dan dukungan
social yang bertujuan untuk mempercepat respon adaptif pada pasien terinfeksi HIV,
meliputi modulasi respon imun (Ader, 1991 ; Setyawan, 1996; Putra, 1990), respon
psikologis, dan respon social (Steward, 1997). Dengan demikian, penelitian bidang
imunologi memilki empat variable yakni, fisik, kimia, psikis, dan social, dapat membuka
3
nuansa baru untuk bidang ilmu keperawatan dalam mengembangkan model pendekatan
asuhan keperawatan yang berdasarkan pada paradigm psikoneuroimunologi terhadap
pasien HIV (Nursalam, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari HIV/AIDS ?
2. Telaah Pustaka Tentang HIV/AIDS
3. Bagaimana patofisiologi virus HIV ?
4. Mengetahui cara pencegahan HIV / AIDS.
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian HIV/AIDS serta memahami bahayanya.
2. Mengetahui dan memahami patofisiologi virus HIV.
3. Mengetahui dan mendeskripsikan manifestasi klinik dan pemeriksaan
penunjang dalam menangani penularan virus HIV/AIDS.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIV/AIDS
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus (HIV)
merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia
(terutama CD4 positif T-sel dan makrofag– komponen- komponen utama sistem
kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini
mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang
akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien
ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan
penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient)
menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang
menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan.17
Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah
dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan
sistem kekebalan tubuh yang melemah.18 Pada tahun-tahun pertama setelah terinfeksi
tidak ada gejala atau tanda infeksi, kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak
mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa
orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Penyakit ini
disebut sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV.
Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain.19
Menurut Depkes RI (2003), definisi HIV yaitu virus yang menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala- gejala timbul tergantung dari infeksi
oportunistik yang menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi oleh karena menurunnya
daya tahan tubuh (kekebalan) yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi
HIV tersebut.20
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh infeksi HIV dan
ditandai dengan berbagai gejala klinik, termasuk immunodefisiensi berat disertai infeksi
oportunistik dan kegananasan, dan degenerasi susunan saraf pusat. Virus HIV
5
menginfeksi berbagai jenis sel sistem imun termasuk sel T CD4+, makrofag dan sel
dendritik. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan
indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.20Menurut Depkes RI
(2003), AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh
makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem
kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusakoleh Virus
HIV.21Pada tahun 1993, CDC memperluas definisi AIDS, yaitu dengan memasukkan
semua orang HIV positif dengan jumlah CD4+ di bawah 200 per μL darah atau 14% dari
seluruh limfosit.22
Masalah HIV dan AIDS adalah masalah kesehatan masyarakat yang
memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila dilihat jumlah kasus
AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya sangat meningkat secara signifikan. Menurut
Menkes, sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV /
AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di
Indonesia. Namun, saat ini sudah diwaspadai telah terjadi penularan HIV yang meningkat
melalui jalur parental (ibu kepada anaknya), terutama di beberapa ibu kota provinsi.
Menurut laporan perkembangan HIV AIDS di Indonesia yang dilakukan oleh Menkes
dari tahun 1987-Juni 2012 kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta (5.118
kasus), Papua (4865 kasus), Jawa timur (4664 kasus), Jawa Barat (4043 kasus), Bali
(2775 kasus), Jawa Tengah (1948 kasus), Kalimantan Barat (1358 kasus), Sulawesi
Selatan (999 kasus), Riau (731 kasus), DIY (712 kasus). Tetapi, angka kematian AIDS
menurun dari 3,7% pada tahun 2010 menjadi 0.2% pada tahun 2012.23
Penyebaran HIV AIDS menurut Menkes, presentasi kasus AIDS pada tahun 1987
– Juni tahun 2012 dilaporkan berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok
umur 20-29 tahun (41,5%), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,8%), kelompok
umur 40-49 tahun (11,6%) , kelompok umur 15-19 tahun (4,1%) dan umur 50-59
tahun (3,7%). Sedangkan presentasi kasus AIDS lebih banyak terdapat pada laki-
laki (70%) dari pada perempuan (29%).23
6
B. Landasan Ilmiah
1. Dasar Pemikiran PKN
Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna
bagi negara dan bangsanya, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan
perubahan masa depannya. Untuk itu diperlukan pembekalan IPTEKS yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai budaya
bangsa. Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup
setiap warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Objek Pembahasan PKN
Setiap ilmu harus memenuhi syarat-syarat ilmiah yang mempunyai
objek, metode, sistem dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu
harus jelas, baik objek material maupun objek formal.
Objek material adalah bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh
suatu bidang atau cabang ilmu.
Objek material PKN adalah segala hal yang berkaitan dengan warga
negara baik yang empirik maupun yang non empirik, yang meliputi wawasan,
sikap, dan perilaku warga negara dalam kesatuan bangsa dan negara.
Objek formal adalah sudut pandang tertentu yang dipilih untuk
membahas objek material tersebut. Objek formal PKN adalah hubungan antara
warga negara dengan negara dan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
Objek pembahasan PKN menurut Kep. Dirjen Dikti No.
267/dikti/Kep./ 2000 meliputi pokok bahasan sebagai berikut:
1. Pengantar PKN
a. Hak dan kewajiban warga Negara
b. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
c. Demokrasi Indonesia
d. Hak Asasi Manusia
2. Wawasan Nusantara
3. Ketahanan Nasional
4. Politik dan Strategi Nasional
7
BAB III
KASUS
A. Pelangaran HAM Pada Kasus HIV/AIDS
Pelanggaran HAM di Indonesia sangat banyak, salah satunya pada anak-
anak. Contoh pelanggaran HAM pada anak-anak dapat terjadi saat hak anak di abaikan.
Anak merupakan masa depan bangsa, jadi tidak ada pengecualian, hak asasi manusia
untuk anak perlu di perhatikan. Contoh-contoh pelanggaran hak asasi manusia pada anak
seperti pembuangan bayi, penelantaran anak, gizi buruk hingga penularan HIV/Aids.
Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), kasus
pembuangan bayi di Indonesia yang umumnya dilakukan kalangan orang tua mengalami
peningkatan.
Seperti yang saya baca beritanya di Republika, ternyata pada tahun 2008, Komnas
PA menerima pengaduan kasus pembuangan bayi sebanyak 886 bayi. Sedangkan tahun
2009 jumlahnya meningkat menjadi 904 bayi. Tempat pembuangan bayi juga beragam,
mulai dari halaman rumah warga, sungai, rumah ibadah, terminal, stasiun kereta api,
hingga selokan dan tempat sampah. Dari laporan yang didapatkan dari masyarakat,
sekitar 68 persen bayi yang dibuang tersebut meninggal dunia, sedangkan sisanya diasuh
masyarakat atau dititipkan di panti asuhan.
Kemudian, dari data yang didapatkan dari Direktorat Pelayanan Rehabilitasi
Sosial Kementerian Sosial, Komnas PA menemukan sekitar 5,4 juta anak yang
mengalami kasus penelantaran. Sedangkan anak yang hampir ditelantarkan mencapai
17,7 juta orang. Contoh pelanggaran HAM di Indonesia yang terjadi pada anak adalah
gizi buruk (marasmus kwasiokor) yang berdasarkan dari UNICEF, badan PBB untuk
perlindungan anak, jumlahnya mencapai 10 juta jiwa di Indonesia.
Dalam data Komnas PA, salah satu wilayah yang paling terjadi kasus gizi buruk itu
adalah Sumatera Barat. Di Sumatera Barat, 23 ribu anak dari 300 ribu. usia balita
mengalami gizi buruk. Namun Arist Merdeka Sirait menyatakan, kasus gizi buruk dan
kekurangan gizi juga banyak terdapat di daerah lain. Adapun kasus penularan HIV/Aids
di Indonesia, terdapat 18.442 kasus orang tua yang menderita penyakit mematikan
tersebut hingga September 2009.
8
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS atau Sindrom Kehilangan Kekebalan tubuh adalah sekumpulan
gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia seesudah system kekebalannya
dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS
mudah terkena bebrbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu
yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali menderita
keganasan,khususnya sarcoma Kaposi dan imfoma yang hanya menyerang otak.
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus
mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk
membentuk virus DNA dan dikenali selam periode inkubasi yang panjang. Seperti
retrovirus yang lain, HIV menginfeksi tubuh dengan periode imkubasi yang
panjang (klinik-laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala
AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan
menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+
dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam prose itu, virus tersebut
menghancurkan CD4+ dan limfosit.
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder
yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat
lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan
komponen funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag
berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari
envelope (Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti.
Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env
mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain
yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
9
1. Siklus Hidup HIV
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek;
hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk
mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan
pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit
pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat
jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari
setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
Masuk dan mengikat
Reverse transkripstase
Replikasi
Budding
Maturasi
2. Tipe HIV
Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1 bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam
subtype dari HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan
kelompok spesifik resiko tinggi
Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe
HIV-1 dan distribusi geografisnya:
Sub tipe A: Afrika tengah
Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand
Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan
Sub tipe D: Afrika tengah
Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
10
Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
Sub tipe H: Zaire,gabon
Sub tipe O: Kamerun,gabon
Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua
infeksi HIV baru d seluruh dunia
3. Etiologi
HIV ialah retrovirus yang di sebut lymphadenopathy Associated virus
(LAV) atau human T-cell leukemia virus 111 (HTLV-111) yang juga di sebut
human T-cell lymphotrophic virus (retrovirus) LAV di temukan oleh montagnier
dkk. Pada tahun 1983 di prancis, sedangkan HTLV-111 di temukan oleh Gallo di
amerika serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak di
temukan di afrika tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau afrika,70%
dalam darahnya mengandung virus tersebut tampa menimbulkan penyakit. Nama
lain virus tersebut ialah HIV.
Hiv TERDIRI ATAS hiv-1 DAN hiv-2 terbanyak karena HIV-1 terdiri
atas dua untaian RNA dalam inti protein yang di lindungi envelop lipid asal sel
hospes.
Virus AIDS bersifat limpotropik khas dan mempunyai kemampuan untuk
merusak sel darah putih spesifik yang di sebut limposit T-helper atau limposit
pembawa factor T4 (CD4). Virus ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah
limposit T-helper secara progresif dan menimbulkan imunodefisiensi serta untuk
selanjut terjadi infeksi sekunder atau oportunistik oleh kuman,jamur, virus dan
parasit serta neoplasma. Sekali virus AIDS menginfeksi seseorang, maka virus
tersebut akan berada dalam tubuh korban untuk seumur hidup. Badan penderita
akan mengadakan reaksi terhapat invasi virus AIDS dengan jalan membentuk
antibodi spesifik, yaitu antibodi HIV, yang agaknya tidak dapat menetralisasi
virus tersebut dengan cara-cara yang biasa sehingga penderita tetap akan
merupakan individu yang infektif dan merupakan bahaya yang dapat menularkan
virusnya pada orang lain di sekelilingnya. Kebanyakan orang yang terinfeksi oleh
11
virus AIDS hanya sedikit yang menderita sakit atau sama sekali tidak sakit, akan
tetapi pada beberapa orang perjalanan sakit dapat berlangsung dan berkembang
menjadi AIDS yang full-blown.
4. Patofisiologi Virus HIV/AIDS
1. Mekanisme system imun yang normal
Sistem imun melindungi tubuh dengan cara mengenali bakteri atau virus
yang masuk ke dalam tubuh, dan bereaksi terhadapnya. Ketika system imun
melemah atau rusak oleh virus seperti virus HIV, tubuh akan lebih mudah terkena
infeksi oportunistik. System imun terdiri atas organ dan jaringan limfoid,
termasuk di dalamnya sumsum tulang, thymus, nodus limfa, limfa, tonsil,
adenoid, appendix, darah, dan limfa. 1
Sel B
Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antobodi humoral. Masing-
masing sel B mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan
untuk mensekresi antibodi spesifik. Antibody bekerja dengan cara membungkus
antigen, membuat antigen lebih mudah untuk difagositosis (proses penelanan dan
pencernaan antigen oleh leukosit dan makrofag. Atau dengan membungkus
antigen dan memicu system komplemen (yang berhubungan dengan respon
inflamasi).
Limfosit T
Limfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama yaitu :
a. Regulasi sitem imun
b. Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus.
Masing-masing sel T mempunyai marker permukaan seperti CD4+, CD8+,
dan CD3+, yang membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah sel yang
1 Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series
12
membantu mengaktivasi sel B, killer sel dan makrofag saat terdapat antigen target
khusus. Sel CD8+ membunuh sel yang terinfeksi oleh virus atau bakteri seperti sel
kanker.
Fagosit
Komplemen
2. Penjelasan dan komponen utama dari siklus hidup virus HIV
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder
yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar. Pada pusat
lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan
komponen funsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol, dan env. Gag
berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari
envelope (Hoffmann, Rockhstroh, Kamps,2006). Gen gag mengode protein inti.
Gen pol mengode enzim reverse transcriptase, protease, integrase. Gen env
mengode komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain
yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr.
a. Siklus Hidup HIV
Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek;
hal ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu beru untuk
mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan
pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrite pada membrane mukosa dan kulit
pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat
jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari
setelah papran, dimana replikasi virus menjadi semakin cepat.
Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
Masuk dan mengikat
Reverse transkripstase
Replikasi
Budding
13
Maturasi
3. Tipe dan sub-tipe dari virus HIV.
Ada 2 tipe HIV yang menyebabkan AIDS: HIV-1 yang HIV-2. HIV-1
bermutasi lebih cepat karena reflikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype dari
HIV-1 telah d temukan dalam daerah geografis yang spesifik dan kelompok
spesifik resiko tinggi
Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe
HIV-1 dan distribusi geografisnya:
Sub tipe A: Afrika tengah
Sub tipe B: Amerika selatan,brasil,rusia,Thailand
Sub tipe C: Brasil,india,afrika selatan
Sub tipe D: Afrika tengah
Sub tipe E:Thailand,afrika tengah
Sub tipe F: Brasil,Rumania,Zaire
Sub tipe G: Zaire,gabon,Thailand
Sub tipe H: Zaire,gabon
Sub tipe O: Kamerun,gabon
Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi
HIV baru d seluruh dunia.
4. Efek dari virus HIV terhadap system imun
Infeksi Primer atau Sindrom Retroviral Akut (Kategori Klinis A)
Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu di mana HIV pertama kali
masuk ke dalam tubuh. Pada waktu terjadi infeksi primer, darah pasien
menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, ini berarti banyak virus lain di
dalam darah.
14
Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta.
Orang dewasa yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut.
Tanda dan gejala dari sindrom retrovirol akut ini meliputi :
panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, berkeringat di malam
hari, kehilangan berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya
muncul dan terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun
setelah beberapa hari dan sering salah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi
mononucleosis.
Selama imfeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun
dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+ yang ada di nodus limfa dan
thymus. Keadaan tersebut membuat individu yang terinfeksi HIV rentan terkena
infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi
limfosit T. Tes antibody HIV dengan menggunakan enzyme linked
imunoabsorbent assay (EIA) akan menunjukkan hasil positif.
5. Cara penularan HIV/AIDS
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :
1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV
tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung,
air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lender vagina, penis,
dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke
aliran darah (PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro
pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk
ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful, 2000).
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan
laporan CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai
15
0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi
terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas
pada ibu kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan juga
terjadi selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara
kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan (Lily V, 2004).
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat
lain yang darah,cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung di
gunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan
HIV.(PELKESI,1995).
5. Alat-alat untuk menoleh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang,
membuat tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat
tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di
gunakan oleh parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat
berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU secara
bersama-sama juga mengguna tempat penyampur, pengaduk,dan gelas pengoplos
obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan
HIV tidak menular melalui peralatan makan,pakaian,handuk,sapu
tangan,toilet yang di pakai secara bersama-sama,berpelukan di pipi,berjabat
16
tangan,hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk,dan
hubungan social yang lain.2
B. Pencegahan HIV/AIDS
Bagaimana cara mencegah penularan HIV Pencegahan tentu saja harus
dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV seperti yang sudah
dikemukakan. Ada beberapa cara pencegahan HIV/AIDS, yaitu :
a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, infeksi HIV
terutama terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS
perlu difokuskan pada hubungan seksual. Untuk ini perlu dilakukan
penyuluhan agar orang berperilaku seksual yang aman dan
bertanggung jawab, yakni : hanya mengadakan hubungan seksual
dengan pasangan sendiri (suami/isteri sendiri), kalau salah seorang
pasangan anda sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan
hubungan seksual perlu dipergunakan kondom secara benar,
mempertebal iman agar tidak terjerumus ke dalam hubungan-hubungan
seksual di luar nikah.
b. Pencegahan Penularan Melalui Darah dapat berupa : pencegahan
dengan cara memastikan bahwa darah dan produk-produknya yang
dipakai untuk transfusi tidak tercemar virus HIV, jangan menerima
donor darah dari orang yang berisiko tinggi tertular AIDS, gunakan
alat-alat kesehatan seperti jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untuk
tindik yang bersih dan suci hama.
c. Pencegahan penularan dari Ibu-Anak (Perinatal). Ibu-ibu yang ternyata
mengidap virus HIV/AIDS disarankan untuk tidak hamil
d. Mencegah Penularan Lewat. Alat-Alat Yang Tercemar Bila hendak
menggunakan alat-alat yang menembus kulit dan darah (jarum suntik,
2Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan pemberantasannya.. Jakarta:
Erlangga Medical Series
17
jarum tato, pisau cukur dan lain-lainnya), pastikan bahwa alat-alat
tersebut benar-benar steril. Cara mensterilkan alat-alat tersebut dapat
dengan mencucinya dengan benar. Anda dapat memakai ethanol 70%
atau pun pemutih. Caranya, sedot ethanol dengan jarum suntik
tersebut, lalu semprotkan keluar. Hal ini dilakukan dua kali.
Manifestasi AIDS rata-rata timbul 10 tahun sesudah infeksi.
HIV/AIDS tidak menular kecuali :
melakukan hubungan seks dengan seorang ODHA
melakukan hubungan seks (homo/hetero seksual)
melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan tanpa kondom
menggunakan satu jarum suntik secara bergantian atau
menggunakan jarum bekas
dari Wanita ODHA melalui kelahiran
dari Wanita ODHA melalui Air Susu Ibu. (Virus HIV hidup dan
berkembang biak di dalam Darah,Cairan Sperma,Cairan Vagina
dan ASI) Siapapun Bisa terkena AIDS, jika prilakunya
beresiko.Penampilan luar tidak menjamin bebas HIV.
ODHA sering terlihat sehat dan merasa sehatJika belum belakukan
tes HIV, ODHA tidak tau bahwa dirinya telah tertular HIV dan
dapat menularkan HIV kepada orang lain.Tes HIV adalah satu-
satunya cara mendapatkan kepastian tertular atau tidak.
Virus HIV Tidak Menular Melalui :
Keringat, Air liur
Makanan,Flu/influenza
Berpelukan
Makan dengan perabot yang sama
Bersalaman
Mandi bersama
Digigit nyamuk
18
Memakai toilet bersama
Berhubungan Seks dengan menggunakan Kondom yang baik.
Ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
HIV dan Tubuh manusia Belum ada obat membasmi HIV HIV masuk
langsung ke aliran darah untuk dapat hidup dalam tubuh manusia
Di luar tubuh manusia HIV sangat cepat mati
HIV mati oleh air panas, sabun, bahan pencuci hama lain
HIV tidak dpt menular lewat udara seperti virus lainnya
Ditubuh manusia HIV bersarang dalam sel darah putih tertentu yang
disebut sel T4 (CD4 = Sel Thelper)
Sel T4 terdapat pd cairan tubuh maka HIV ditemukan terutama dalam:
darah, air mani, cairan vagina
o HIV tidak terdapat dalam: urine, faeces, muntahan
o HIV tidak dapat menembus kulit utuh.
C. Kinerja Pemerintah Dalam Menagulangi Bencana HIV/ AIDS
Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap
upaya penanggulangan HIV/AIDS di lndonesia, baik oleh pemerintah,
masyarakat, lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM), keluarga, perorangan,
perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan
internasional agar dapat bekerjasama dalam kemitraan yang efektlif dan saling
melengkapi dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing.
Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika :
Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS, Lingkup program, Peran
dan Tanggung jawab, Kerjasama lnternasional dan Pendanaan.
A. Prinsip-prinsip Dasar Penanggulangan HIV/AIDS.
1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan oleh masyarakat dan
pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dan pemerintah
berkewajiban untuk mengarahkan membimbing, serta menciptakan
suasana yang menunjang.
19
2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan
budaya yang ada di Indonesia.
3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan meniperkukuh
ketahanan dan kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang
mengakar dalam masyarakat.
4. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan
untuk memantapkan perilaku yang tidak memberikan kesempatan
penularan dan merubah perilaku yang beresiko tinggi.
5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk
melindung diri dan orang lain terhadap infeksi HIV/AIDS.
6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap
menghormati harkat dan martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS
dan keluarganya.
7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului
dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang
bersangkutan (informed consent). Sebelum dan sesudahnya harus
diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib
dirahasiakan.
8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras
dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat.
9. Setiap pemberi layanan berkewajiban memberikan layanan tanpa
diskriminasi kepada pengidap HIV/penderita AIDS. 3
3Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
20
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang memperlemah
kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang tubuh manusia dengan cara
membunuh atau merusak sel-sel yang berperan dalam kekebalan tubuh
sehingga kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker menurun
drasts. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi sindrom yang timbul karena rusaknya system kekebalan
tubuh.
2. Cara penularan HIV/AIDS sangat bervariasi dapat dengan penggunaan
jarum suntik yang tidak steril, seks bebas serta seks yang kurang sehat dan
aman, penyakit menurun, dan tranfusi darah yang tidak steril.
3. Tanda-tanda gejala-gejala secara klinis pada seseorang penderita AIDS
seperti; rasa lelah dan lesu ,berat badan menurun secara drastis , demam
yang sering dan berkeringat diwaktu malam, mencret dan kurang nafsu
makan, bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut, pembengkakan
leher dan lipatan paha, dan radang paru-paru kanker kulit.
4. Terapi alternatif komplementer, seperti; akupunktur, akupressur, meditasi,
dan mengomsumsi tanaman obat dapat menambah daya tahan tubuh dan
pertumbuhan sel-sel imun. Ketenangan spiritual dan nutrisi peningkat daya
tahan membuat virus lebih jinak dan memperlambat perkembangannya
dalam tubuh manusia, sehingga memberi kesempatan CD4 yaitu sel
pembentuk daya tahan tubuh untuk berkembang dan memperbanyak diri.
B. Saran
Dengan adanya karya tulis ilmiah ini penulis menyarankan bahwa sangat
penting untuk menjaga kesehatan tubuh kita agar tidak terkena penyakit
HIV/AIDS. Dan juga dapat menghindari penyebab HIV/AIDS serta dapat dengan
sigap menanggapi adanya penyakit HIV/AIDS.
21
DAFTAR PUSTAKA
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan,
dan pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series
Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung:
Erlangga
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993.
Mikrobiolog Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series
Depkes RI.1997.AIDS dan Penanggulangannya (Ed.
3).Jakarta:PUSDILANKES & The Ford Foundation
Hanwari, D.2009.Global Effect HIV/AIDS Dimensi
Psikoreligi.Jakarta:FKUL
Nasronudin.2007.HIV & AIDS Pendekatan Biologis Molekuler, Klinis &
Sosial.Surabaya:Airlangga University Press
Nursalam, Kurniawati, D, N.2009.Asuhan Keperawatan pada Pasien
HIV/AIDS.Jakarta:Salemba Medika
Sunaryati, S. S.2011.14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat
Mematikan.Yogyakarta:FlashBook