1. Seorang anak berumur 7 tahun menderita ambliopia akibat hipermetropi yang tidak
terkoreksi dengan baik ( nuss ini gue jawab yang hipermetrop doang yaaa, yang
ambliopia belum baca wkwk.. nanti kalo ada tambahan besok gue kirim lagi
yaa)
a) Differential Diagnosis
-
b) Working Diagnoss
Hipermetropi okuli dekstra et sinistra dengan ambliopia okuli sinistra
c) Definisi
Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan
mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang makula lutea
d) Etiologi
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang
lebih pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan
difokuskan di belakang retina. Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat
dibagi atas :
a. Hipermetropia sumbu atau aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola
mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
c. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang
pada sistem optik mata
e) Patogenesis dan Patofisiologi
Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya
lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau
memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di
daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus-
menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan
konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia
atau juling ke dalam (Ilyas, 2006).Mata dengan hipermetropia sering akan
memperlihatkan ambliopia akibat mata tanpa akomodasi tidak pernah melihat
obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat perbedaan kekuatan hipermetropia
antara kedua mata, maka akan terjadi ambliopia pada salah satu mata. Mata
ambliopia sering menggulir ke arah temporal (Ilyas, 2004).
f) Faktor Resiko
g) Manifestasi Klinis dan komplikasi
Manifestasi klinis :
a ) Hipermetropia manifes, ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan
kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan
hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik
dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maksimal.
b) Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi
dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien yang hanya
mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kacamata. Bila
diberikan kacamata positif yang memberikan penglihatan normal, maka otot
akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifes yang masih
memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif.
c) Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan
akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya
hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini.
Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali
disebut sebagai hipermetropi absolut.
d) Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (atau
dengan otot yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan
akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia.
Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang.
Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia
laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi
hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan
akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien muda dan daya akomodasinya
masih kuat.
E ) Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah
diberikan siklopegia.
Gejala yang ditemukan pada hipermetropia yaitu sakit kepala terutama
di daerah dahi atau frontal, silau, dan kadang rasa juling atau lihat ganda.
Komplikasi :
- Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan
akomodasi.
- Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar
yang akan mempersempit sudut bilik mata
h) Tatalaksana
Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia
manifes dimana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal (6/6).
Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia diberikan kacamata
koreksi hipermetropia total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar
(eksoforia) maka diberikan kacamata koreksi positif kurang (Ilyas, 2006).
Tidak ada pembedahan yang dapat bertahan untuk mengatasi hipermetropia.
RK dan PRK dicoba untuk merubah permukaan kornea dengan hipermetropia
i) Prognosis
Prognosis tergantung onset kelainan, waktu pemberian peengobatan,
pengobatan yang diberikan dan penyakit penyerta. Pada anak-anak, jika
koreksi diberikan sebelum saraf optiknya matang (biasanya pada umur 8-10
tahun), maka prognosisnya lebih baik.
j) SKDI
Learning issue
a. Definisi Hipermetropia
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hiperopia atau rabun dekat. Hipermetropia
merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak
cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang makula lutea (Ilyas, 2004).
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang
menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di
belakang retina (Istiqomah, 2005).
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di
belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara bola mata dan
kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang
retina (Patu, 2010).
b. Klasifikasi Hipermetropia
Terdapat berbagai gambaran klinik hipermetropia seperti:
Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif
maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan hipermetropia
fakultatif. Hipermetropia manifes didapatkan tanpa siklopegik dan hipermetropia yang dapat
dilihat dengan koreksi kacamata maksimal. Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan
hipermetropia dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif. Pasien
yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kacamata. Bila
diberikan kacamata positif yang memberikan penglihatan normal, maka otot akomodasinya
akan mendapatkan istirahat.
Hipermetropia manifes yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai
hipermetropia fakultatif. Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi
dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya
hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolut ini. Hipermetropia
manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropi
absolut. Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (otot yang
melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten
hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia. Makin muda makin besar komponen
hipermetropia laten seseorang. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten
seseorang. Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan
siklopegia (Ilyas, 2004).
d. Etiologi Hipermetropia
Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola
mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang retina.
Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas :
- Hipermetropia sumbu atau aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek
atau sumbu anteroposterior yang pendek.
- Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan
difokuskan di belakang retina. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias
yang kurang pada sistem optik mata (Ilyas, 2006).
d. Patofisiologi
Akibat dari bola mata yang terlalu pendek, yang menyebabkan bayangan terfokus di belakang
retina (Wong, 2008).
e. Gejala Klinik Hipermetropia
Sakit kepala terutama daerah dahi atau frontal, silau, kadang rasa juling atau melihat ganda,
mata leleh, penglihatan kabur melihat dekat (Ilyas, 2006). Sering mengantuk, mata berair,
pupil agak miosis, dan bilik mata depan lebih dangkal (Istiqomah, 2005).
f. Pengobatan
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung untuk mematahkan sinar lebih
kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah di berikan koreksi lensa positif maksimal
yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata
lensa positif terbesar yang masih memberi tajam penglihatan maksimal (Ilyas, 2006).