HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Anatomi dan perkembangan PI hipofise MEP
Secara makroskopis pars intermedia (PI) hipofise MEP terletak di medial hipofise yang berbatasan dengan pars distalis (PD) dan pars nervosa (PN). Posisi PI dan PD dipisahkan oleh hypophyseal cleft (HC), sedangkan pada F-70 sampai dengan P-3, PI dan PN membentuk satu kesatuan yang disebut lobus neurointermedia. Di bagian rostral, PI berhubungan langsung dengan pars tuberalis (PT) adenohipofise dan bagian rostral dari PN, di bagian medial berbatasan dengan bagian caudal anterior PD, sedangkan di bagian distal berhubungan dengan bagian caudal dari PD dan caudal dari PN. Selanjutnya, bagian rostral dan distal PI akan bersatu dengan bagian caudal PD, seperti yang diamati pada P-15. Secara tiga dimensi terlihat bahwa sebagian besar jaringan PN dikelilingi oleh PI sedangkan PI dikelilingi oleh PD yang pisahkan oleh HC pada MEP di bawah umur P-15 (Gambar 14). Sedangkan pada P-15, P-50 dan P-100, HC telah menghilang.
Perkembangan PI hipofise MEP, berhubungan erat dengan perkembangan dan penyebaran sel-sel penyusun PI pada berbagai tingkatan umur (Tabel 2), yang dapat menunjukkan eksistensi PI pada periode pre dan postnatal serta dewasa (Gambar 15). Pada potongan medial dan paramedial F-70, PI berukuran kecil dan belum berkembang serta masih terlihat seperti garis tipis memanjang di bagian medial PI. Pada umur tersebut, HC masih membentuk celah yang luas diantara PD dan PI, terutama di bagian medial sampai distal PI, sedangkan di rostral, HC sedikit menyempit. Adapun jenis sel yang terlihat pada F-70, masih didominasi oleh sel-sel asidofil, sedangkan sel-sel basofil (melanotrop dan kortikotrop) belum teridentifikasi (Gambar 15A).
Pada F-100, F-120 dan F-150, terjadi perubahan bentuk dari PI yang ditandai dengan terjadinya perubahan ukuran PI, terutama di bagian medial dan distal. Keadaan ini berkorelasi positif dengan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel penyusun PI. Sel-sel basofil mulai mendominasi bagian rostral dan medial di daerah yang berbatasan langsung dengan PN, sedangkan di distal masih didominasi oleh sel-sel asidofil. Selanjutnya, pada F-100 dan F-120, terjadi penyempitan HC terutama di rostral, sedangkan pada F-150, HC mulai menyempit di distal PI (Gambar 15B dan 15C).
Gambar 14 Gambaran tiga dimensi hipofise MEP F-150. A. Potongan lateral dengan bagian terbesar PD, sebagian kecil PN, PI belum teramati; B. potongan paramedial, seluruh bagian hipofise telah teramati, namun PI masih berbentuk garis lurus; C. potongan medial, menunjukkan bagian PI (rostral, medial dan distal). PD= pars distalis, PI= pars intermedia, PN= pars nervosa, hc= hypophyseal cleft, r= rostral, m= medial, d= distal. Pewarnaan HE. Bar: 100 μm (A, B, C). Tabel 2 Densitas sel-sel asidofil dan basofil PI hipofise MEP pada berbagai tingkatan umur (potongan medial) Umur MEP
Zona Pars Intermedia Rostral Medial Distal
A B A B A B F-70 F-85 F-100 F-120 F-150 P-1 P-3 P-15 P-50 P-100
++ ++ ++ ++ +
++ + + - -
+ ++
+++ +++ +++
++++ ++++ ++++
+ -
++ ++ ++
+++ ++
+++ + +
++ ++
- ++
+++ +++ +++
++++ ++++ ++++ +++ ++
+++ ++
+++ ++ ++ ++ + + + -
- ++
+++ +++ +++ +++
++++ ++++ ++++
+ Keterangan: F= fetus, P= postnatal, A= asidofilik, B= basofilik, - tidak ditemukan, + jarang, ++ kurang padat, +++ padat, ++++ sangat padat
A
PD hc
PN
C
PD
PI
hcPN
r
m
d
B
PDhc
PN
Gambar 15 Perkembangan dan penyebaran sel-sel asidofil dan basofil PI hipofise MEP. Pada F-70 (A), F-100 (B), F-150 (C) dan P-100 (D). Inset: A’ memperlihatkan bagian rostral PI F-70 yang didominasi oleh sel-sel asidofil (kepala panah); penyebaran sel-sel basofil (tanda panah) di bagian rostral (B’), distal (C’), dan medial (D’). PD= pars distalis, PI= pars intermedia, PN= pars nervosa, hc= hypophyseal cleft. Pewarnaan HE. Bar: 100 μm (A, B, C, D), 30 μm (A’, B’) dan 50 μm (C’, D’).
A
PD
hc
PNPI
A’
C’C
PD
PN
hc
PI
D
PD PN
PI
D’
B
PD PI
PN
hc
B’
Pada MEP P-1 mulai teramati penurunan jumlah sel-sel asidofil dan terus
berlanjut pada P-3 dan P-15. Sedangkan penurunan jumlah sel basofil mulai
teramati pada P-15, ditandai dengan ditemukannya sel-sel basofil berinti gelap
(sel inaktif) serta menghilangnya granul-granul di sitoplasma sel. Pada P-100,
populasi kedua jenis sel semakin berkurang dan hanya tersisa di bagian medial
PI yang menjulur ke jaringan parenkim PN, sedangkan bagian rostral dan distal
PI sudah menghilang dan bersatu dengan PD dan PN (Gambar 15D).
Perkembangan PI hipofise pada MEP P-1 dan P-3 masih berlangsung,
terutama teramati dari peningkatan jumlah sel-sel basofil. Posisi PI masih
terpisah dari PD pada P-1 dan P-3, ditandai masih eksisnya HC di bagian medial
PI. Tetapi pada P-15, HC menghilang sehingga PD, PI dan PN telah bersatu.
Pada umur tersebut, ditemukan penjuluran jaringan parenkim PI di bagian medial
dan distal ke jaringan parenkim PN, sedangkan di rostral, PI bersatu dengan
bagian caudo-anterior PD.
Perkembangan buluh darah dan jaringan ikat di PI hipofise
Jaringan ikat dan buluh darah di PI mulai ditemukan pada F-85, yaitu di
bagian distal yang berbatasan langsung dengan PN. Perkembangan semakin
meningkat pada F-120 dan F-150, pada kedua umur fetus tersebut buluh darah
dan jaringan ikat yang berasal dari PN mulai memasuki jaringan parenkim PI,
yaitu di bagian rostral dan distal. Sedangkan perkembangan buluh darah dan
jaringan ikat di medial dapat diamati pada P-1 dan stabil hingga P-100. Pada
P-50, buluh darah dan jaringan ikat yang berasal dari PN semakin padat dan
ukuran buluh darah di distal PI semakin membesar. Peningkatan kepadatan
buluh darah dan jaringan ikat dapat diamati di rostral dan distal PI pada P-15 dan
P-50 dan stabil di medial pada P-100. Pada P-50, buluh darah dan jaringan ikat
PI telah bersatu dengan buluh darah dan jaringan ikat PD dan PN. Bersatunya
jaringan parenkim PI dengan PN dan PD ditunjukkan dengan adanya beberapa
penjuluran dari jaringan PI, yaitu ke arah PD di bagian medial dan ke arah PN di
bagian distal, sedangkan di rostral tidak terlihat adanya penjuluran jaringan PI,
karena jaringan PI telah menghilang, sehingga PT adenohipofise dan bagian
anterior PN bersatu (Gambar 16).
Gambar 16 Perkembangan buluh darah dan jaringan ikat PI hipofise MEP. Pada F-100 (A), P-3 (B), dan P-50 (C). Inset: memperlihatkan penyebaran buluh darah (bd) dan jaringan ikat (tanda panah) di distal PI F-100 (A’); di bagian medial dan distal P-3 (B’, B’’); di rostral dan distal P-50 (C’, C’’). PD= pars distalis, PI= pars intermedia, PN= pars nervosa, hc= hypophyseal cleft, ahp= arteri hipofise posterior. Pewarnaan MT. Bar: 100 μm (A, B, C), 30 μm (A’, B’, C’) dan 50 μm (C’’).
C’
bd
C’’
ahp
bd
C r
m
PD
d
PI
PN
A’
bdbd
bd
A
PD
PI
PN
hc
r
m
d
hc
d
B
PD
PNr
m
B’bd
B’’bd
Tabel 3 Perkembangan buluh darah dan jaringan ikat PI hipofise MEP pada berbagai tingkatan umur (potongan medial) dengan pewarnaan Masson’s trichrome Umur MEP
Zona Pars Intermedia Rostral Medial Distal
bd ji bd ji bd ji F-70 F-85 F-100 F-120 F-150 P-1 P-3 P-15 P-50 P-100
- +
++ ++ ++ ++
+++ +++ +++
-
- + +
+++ +++ +++ +++
++++ ++++
-
- + +
++ ++
+++ +++ +++
++++ +++
- + +
++ ++ ++ ++
++++ ++++ +++
- ++ ++ ++ ++ ++
+++ +++
++++ -
+ ++ ++ ++
+++ +++ +++ +++
++++ +
Keterangan: F= fetus, P= postnatal, bd= buluh darah, ji= jaringan ikat, - tidak ditemukan, + jarang, ++ kurang padat, +++ padat, ++++ sangat padat
Perkembangan dan distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH PI hipofise MEP Densitas sel-sel ir-ACTH-MSH telah teramati pada F-70, terutama di rostral dan distal PI, sedangkan di medial masih jarang. Selain itu, distribusi sel belum merata dan intensitasnya masih lemah. Pada F-85, pola distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH masih menyerupai pola distribusi pada F-70, namun pada umur tersebut telah ditemukan peningkatan jumlah sel terutama di rostral dan distal PI dengan intensitas kuat di bagian rostral PI yang berbatasan dengan bagian caudo- anterior PD dan PN, sedangkan di distal, intensitasnya masih lemah. Pada F-100, densitas dan intensitas sel-sel ir-ACTH-MSH semakin meningkat, namun masih memiliki pola distribusi yang sama dengan F-70 dan F-85. Pada daerah yang berbatasan langsung dengan PN, intensitas sel-sel ir-ACTH-MSH lebih kuat dibandingkan dengan daerah PI yang berhadapan dengan HC. Pada potongan paramedial, PI telah mengelilingi PN. Pada F-120, ditemukan perubahan pola distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH di
jaringan PI. Sel-sel tersebut tersebar merata di seluruh bagian PI (potongan
medial), yaitu di rostral, medial. Pola distribusi sel kembali berubah pada F-150,
yang ditandai dengan bersatunya PI dengan PT dan PN di bagian rostral dan
terjadi penurunan densitas sel-sel ir-ACTH-MSH dan intensitas pewarnaan,
sedangkan di medial dan distal densitasnya sama. Peningkatan densitas sel
dan intensitas pewarnaan ditemukan di distal PI yang bersatu dengan PN dan
masih terpisah dengan PD oleh HC. Kondisi demikian juga dapat diamati pada
P-1 dan P-3, namun intensitas warna di medial yang berhadapan dengan HC
telah sama dengan daerah yang berhubungan dengan PN.
Gambar 17 Distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH PI hipofise MEP. Pada F-70 (A), F-85 (B), F-120 (C), P-1 (D) dan P-50 (E). Inset: memperlihatkan distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH (tanda panah) di rostral F-70 (A’); di distal F-85 (B’); di rostral F-100 (C’) dengan densitas dan intensitas mulai meningkat; di distal F-120 (D’) dengan densitas dan intensitas semakin meningkat; serta di medial P-50 (E’) dengan densitas dan intensitas menurun. r= rostral, m= medial, d= distal. Bar: 100 μm (A, B, C, D, E), dan 30 μm (A’, B’, C’, D’, E’).
C’C
r
m
d
B’ B
r
md
A
r
m
d
A’
E r
m
E’
D r
m
d
D’
Tabel 4 Distribusi dan sel-sel ir-ACTH-MSH PI hipofise MEP pada berbagai tingkatan umur (potongan medial) Umur MEP
Zona Pars Intermedia Rostral Medial Distal
d i d i d i F-70 F-85 F-100 F-120 F-150 P-1 P-3 P-15 P-50 P-100
+++ +++
++++ +++ +++ +++ +++ ++ ++ -
++ +++ +++
++++ +++
++++ ++++
++ ++ -
+ ++
+++ +++
++++ ++++ ++++
++ ++ ++
+ ++
+++ +++
++++ ++++ ++++
+ ++ ++
++ +++ +++
++++ ++++ ++++ ++++ +++ +++
-
++ ++ ++
++++ ++++ ++++ ++++
++ + -
Keterangan: F= fetus, P= postnatal, d= densitas, i= intensitas, - tidak ditemukan, +jarang/sangat lemah, ++ kurang padat/lemah, +++ padat/kuat, ++++ sangat padat/sangat kuat
Pada P-15 dan P-50, terjadi perubahan pola distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH, yaitu di rostral dan medial PI. Di kedua bagian tersebut densitas sel mulai menurun dan intensitasnya melemah, sedangkan di bagian distal, densitas sel masih padat tetapi intensitasnya melemah. Pada P-100, walaupun HC yang terletak diantara PI dan PD telah menghilang dan bagian PI semakin mengecil, namun sel-sel ir-ACTH-MSH masih eksis di medial, namun densitas sel dan intensitas di bagian medial semakin berkurang, sedangkan di rostral dan distal yang telah bersatu dengan PD dan PN sel-sel ir-ACTH-MSH tidak ditemukan lagi (Tabel 4 dan Gambar 17).
Anatomi dan perkembangan struktur kulit MEP Kulit MEP terdiri atas dua lapisan utama, yaitu lapisan epidermis, dan dermis serta hipodermis di profundalnya. Pada lapisan epidermis, ditemukan beberapa lapis sel epitel, yang didominasi oleh keratinosit, sedangkan melanosit ditemukan di stratum basale. Pada sitoplasma melanosit, ditemukan granul-granul berwarna gelap (melanosom), namun densitas granul tersebut lebih rendah dibandingkan dengan granul keratinosit. Selain itu, di dorsal stratum basale ditemukan keratinosit dengan jumlah lebih banyak dibandingkan melanosit (Gambar 18). Granul melanosom keratinosit lebih banyak di permukaan epidermis dan telah menyebar di ruang intersel. Selain di epidermis, melanosit dan keratinosit ditemukan pula di folikel rambut MEP yang terletak di lapisan dermis. Keberadaan kedua sel tersebut dapat diamati dari terbentuknya akumulasi pigmen melanin di bagian akar rambut yang menyebar ke batang rambut MEP.
Pada F-70, epidermis sudah terbentuk dan tersusun atas beberapa lapis sel, namun sel-sel tersebut belum dapat diidentifikasi karena bentuk dan susunan sel belum teratur. Secara umum, epidermis telah mulai bergelombang dan membentuk papila dermis. Selanjutnya, di dermis ditemukan beberapa bakal folikel rambut, namun akar dan batang rambut belum ditemukan. Sel-sel bakal keratinosit dan melanosit di epidermis dan folikel rambut belum berisi granul melanosom. Gambaran perkembangan struktur kulit pada F-70 tidak ditemukan pada kulit perut F55, yang hanya tersusun oleh selapis sel epitel yang disebut sel
basal (Gambar 19A dan19B).
Gambar 18 Struktur kulit MEP. Kulit kepala MEP P-100 (A dan B) yang terdiri atas epidermis, dermis dan hipodermis. Inset: A’ dan B’ memperlihatkan lapisan epidermis dengan melanosit (tanda panah) dan keratinosit (kepala panah) di stratum basale. e= epidermis, d= dermis, h= hipodermis, sk= stratum korneum, sb= stratum basale, f= folikel rambut, ji= jaringan ikat dan fbr= sel fibroblas. Pewarnaan MT dan HE. Bar: 50 μm (A, B), 30 μm (A’, B’).
B e
d
h
B’sk
sb fbr
A
e d
fh
sk
sb
fbr
A’
ji
Gambar 19 Perkembangan kulit MEP. Kulit perut F-55 (A), kulit kepala F-70 (B), dan kulit kepala P-100 (C). Inset: lapisan epidermis yang terdiri atas selapis sel epitel (sel basal) (tanda panah), papila dermis dan folikel rambut belum terbentuk (A’); epidermis telah tersusun atas beberapa lapis sel epitel (kepala panah), papila dermis dan folikel telah terbentuk (B’); serta struktur epidermis dan folikel rambut MEP dewasa (C’). e= epidermis, d= dermis, h= hipodermis, ep= epidermal ridge, pd= papila dermis, f= folikel rambut. Pewarnaan HE. Bar: 100 μm (B), 50 μm (A), 30 μm (A’, B’).
Perkembangan yang signifikan dari kulit kepala MEP ditemukan pada
F-85 dan F-100. Sel-sel di lapisan epidermis telah bergranul dengan bentuk dan
posisi sel yang mulai teratur, sel-sel tersebut diduga sebagai melanosit dan
keratinosit. Sebagian besar folikel rambut telah tersebar di lapisan dermis dan
sebagian kecil di epidermis. Penyebaran granul-granul melanin mulai teramati di
bagian dorsal lapisan epidermis, demikian pula pada folikel rambut terutama di
lapisan dermis. Gambaran tersebut juga ditemukan pada F-120, F-150 dan P-1.
hA A’e
d
h
sb
C
e
d
h
C’
sb
f
B’
f
sb pd
er
e
d
h
B
Perkembangan struktur kulit kepala masih berlangsung hingga P-3 dan
P-15. Secara umum, pada kedua umur MEP tersebut aktivitas melanosit dan
keratinosit di epidermis dan folikel rambut di dermis dan hipodermis masih
berlangsung yang ditandai dengan masih ditemukannya granul-granul melanin
pada sel-sel di epidermis dan sel-sel di folikel rambut. Namun pada P-50 dan
P-100, ditemukan penurunan jumlah folikel rambut yang berisi pigmen melanin.
Sedangkan di melanosit dan keratinosit epidermis, masih ditemukan granul-
granul melanosom, baik di sitoplasma maupun pada ruang intersel di lapisan superfisial epidermis yang berbatasan dengan stratum korneum.
Perkembangan melanogenesis di epidermis dan folikel rambut
Melanogenesis diamati dengan adanya reaksi imuno-positif ACTH-MSH
di epidermis kulit. Pada F-70, melanogenesis mulai berlangsung, yaitu pada sel-
sel epidermis dengan intensitas lemah (Gambar 20A), tetapi belum ditemukan di
folikel rambut. Pada F-85, melanogenesis pada melanosit dan keratinosit di
epidermis dan folikel rambut dapat diamati dengan terbentuknya pigmen melanin
(Gambar 20B). Melanogenesis ditandai dengan teramatinya granul-granul
berwarna coklat di sitoplasma sel lapisan epidermis dan folikel rambut yang
menghasilkan akumulasi pigmen melanin di akar rambut. Pada folikel rambut
yang belum berisi pigmen, sitoplasma sel menunjukkan hasil positif (granul
kecoklatan). Selanjutnya pada F-100 dan F-120 ditemukan peningkatan
melanogenesis secara signifikan dan bertahan hingga F-150, P-1 dan P-3. Pada
rentang umur tersebut, melanogenesis pada epidermis masih mirip dengan
melanogenesis pada tingkatan umur sebelumnya. Namun di folikel rambut
ditemukan adanya perbedaan aktivitas, yaitu pada F-150 dan P-1,
melanogenesis menunjukkan penurunan yang ditandai dengan berkurangnya
jumlah folikel berisi pigmen melanin. Sedangkan pada P-3, aktivitas tersebut
mulai teramati kembali (Gambar 20D). Pada P-15, melanogenesis di epidermis
masih berlangsung, namun di folikel cenderung menurun, sedangkan pada P-50
dan P-100, terjadi penurunan melanogenesis, baik di epidermis maupun di folikel
rambut (Gambar 20E).
Gambar 20 Distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH di epidermis dan folikel rambut kulit kepala MEP. Pada F-70 (A), F-85 (B), F-100 (C), P-3 (D) dan P50 (E). Inset: melanogenesis di epidermis (tanda panah) dan di folikel rambut (kepala panah) menunjukkan peningkatan aktivitas (A’, B’, C’, D’) dan mulai menurun terutama di folikel rambut pada P-50 (E’). e= epidermis, f= folikel rambut, pm= pigmen melanin. Bar: 100 μm (D), 50 μm (A, B, C, E) dan 30 μm (A’, B’, C’, D’, E’).
pm
D’D
f
B e
f
B’
pm
E
e
f
E’
A’A
e
f
C’C e
f
Aksis sel-sel ir-ACTH-MSH PI hipofise – melanosit kulit MEP Perkembangan sel-sel ACTH-MSH di PI hipofise dan sel-sel ir-ACTH-
MSH di epidermis dan folikel rambut pada berbagai tingkatan umur,
menunjukkan adanya korelasi positif. Sel-sel ir-ACTH-MSH di PI dapat diamati
pada F-70, densitas dan intensitasnya semakin meningkat pada F-85, F-100,
F-120, F-150, P-1 dan P-3 (Tabel 4). Pola distribusi yang cenderung meningkat
pada rentang umur tersebut mirip dengan pola melanogenesis di epidermis dan
folikel rambut kulit MEP.
Pada tingkatan umur selanjutnya, yaitu P-15, P-50 dan P-100 terjadi
perubahan pola distribusi sel-sel ACTH-MSH di PI. Densitas sel dan intensitas
pewarnaan mulai menurun pada P-15, dan semakin jelas teramati pada P-50.
Pada P-100, sel-sel ACTH-MSH hanya ditemukan di medial PI dengan densitas
dan intensitas yang semakin menurun (Tabel 4). Perubahan pola distribusi sel-
sel ir- ACTH-MSH di PI, menunjukkan perubahan pola melanogenesis di kulit
kepala MEP. Seiring dengan berkurangnya densitas dan intensitas sel-sel
ir-ACTH-MSH di PI, terlihat pula penurunan melanogenesis di epidermis dan
folikel rambut, yaitu pada P-50 dan P-100. Namun pada rentang umur tersebut,
densitas sel-sel ir-ACTH-MSH di epidermis masih dapat diamati (Gambar 20).
Pembahasan
Pars intermedia (PI) hipofise MEP terletak di bagian medial hipofise yang
berbatasan dengan pars distalis dan pars nervosa. Posisi PI dan pars distalis
dipisahkan oleh hypophyseal cleft, sedangkan PI dengan pars nervosa
membentuk satu kesatuan yang disebut lobus neurointermedia. Dari potongan
medial, PI hipofise MEP memanjang dari dorsal ke ventral yang terbagi atas
zona rostral, medial dan distal. Gambaran bentuk PI hipofise MEP tersebut mirip
dengan PI hipofise kambing (Charlotte 2002) dan kucing (Caceci 2007), namun
belum ada data yang menjelaskan tentang eksistensi PI hipofise pada kedua
hewan tersebut. Secara umum, perkembangan bentuk PI hipofise MEP pada
masa pre dan postnatal mirip dengan pada babi, dengan posisi PI yang
mengelilingi pars nervosa pada sisi anterior dan sebagian sisi lateral
(Sasaki et al. 1992), tetapi berbeda dengan anjing beagle, yaitu dengan seluruh
bagian pars nervosa dikelilingi oleh PI (Sasaki dan Nishioka 1998). Eksistensi PI
hipofise MEP bertahan lebih lama pada MEP dewasa P-100 bila dibandingkan
dengan manusia, sedangkan PI hipofise manusia mengalami rudimenter pada
postnatal dan menjadi bagian non fungsional pada masa dewasa
(Carolla et al. 1990), yang ditandai dengan ditemukannya sel-sel PI di antara sel-
sel pars distalis. Gabungan antara sel-sel PI dan pars distalis tersebut diduga
berperan sebagai penghasil proopiomelanocortin (POMC) dan ACTH.
Sedangkan sisa hypophyseal cleft, selanjutnya membentuk sel-sel koloid di
perbatasan pars distalis dengan pars nervosa (Aron et al. 1997). Perkembangan
PI hipofise MEP pada F-70 telah memperlihatkan bentuk yang mirip dengan PI
hipofise MEP anak dan dewasa serta telah berhubungan dengan hipotalamus
dan terpisah dari atap stomodeum. Hal ini menunjukkan bahwa signaling
molecules Bmp-2 dan Prop-1 yang berperan dalam pembentukan adenohipofise
dari kantong Rathke, serta BMP-4 dan FGF-8 yang membentuk penjuluran
diensefalon ke arah ventral (Kioussi et al. 1998) telah bekerja dengan sempurna.
Perkembangan bentuk PI hipofise MEP menunjukkan adanya korelasi
positif dengan perkembangan sel-sel granul sekretori PI, yaitu sel melanotrop
(sel MSH) dan kortikotrop (sel ACTH). Perkembangan secara signifikan dari sel-
sel PI hipofise MEP, ditunjukkan pada F-85 dan F-100, meskipun sebenarnya
sel-sel ir-ACTH-MSH telah ditemukan pada F-70. Dari gambaran tersebut diduga
bahwa sel-sel granul sekretori PI MEP telah ada sebelum F-70, karena pada PI
hipofise babi, sel-sel ir-ACTH telah terdeteksi pada hipofise babi umur 40 hari
(Sasaki et al. 1992) dan pada hipofise fetus tikus umur 18 hari (Chatelain dan
Dupouy 1981). Sel-sel MSH PI hipofise MEP diduga terdeteksi bersamaan atau
setelah sel-sel ACTH, karena antibodi ACTH yang digunakan dapat untuk
mendeteksi keberadaan sel MSH (melanotrop) melalui prekursornya, yaitu
ACTH. Sehingga hasil yang diperoleh tidak spesifik dalam mengidentifikasi sel
ACTH atau sel MSH di hipofise MEP, walaupun pada tahapan perkembangan
selanjutnya, jaringan parenkim PI hipofise didominasi oleh sel-sel MSH
(Perry et al. 1981; Kioussi et al. 1998).
Distribusi sel-sel MSH dan ACTH di PI hipofise MEP dengan distribusi
sel-sel asidofil dan basofil pada F-70 tidak ditemukan adanya kesesuaian. Hal ini
diduga karena pada umur tersebut, seluruh sel-sel di PI hipofise MEP dominan
menyerap warna eosin (asidofilik), sedangkan sel basofil belum ditemukan.
Kondisi tersebut menunjukkan gambaran yang berbeda pada pewarnaan
imunohistokimia terhadap antibodi ACTH pada F-70, yaitu telah ditemukannya
sel-sel ir-ACTH-MSH yang tergolong basofilik di rostral PI. Perbedaan tersebut
diduga berkaitan dengan belum sempurnanya diferensiasi kortikotrop dan
melanotrop di PI hipofise MEP, sehingga sintesis hormon pada kedua sel
tersebut belum optimal. Proses granulasi sel yang belum sempurna menjadikan
sitoplasma sel lebih cepat menyerap warna eosin, sehingga sel lebih asidofilik.
Peningkatan sintesis hormon di PI hipofise MEP, ditunjukkan dengan
peningkatan densitas granul sekretori (Trautmann dan Fiebiger 1957), sehingga
sitoplasmanya menyerap warna hematoksilin (basofilik). Sebaliknya, penurunan
sintesis hormon, ditandai dengan berkurangnya sel-sel granul sekretori dengan
sitoplasma tanpa granul, akibatnya ukuran PI hipofise MEP mengecil. Kondisi
demikian ditemukan pula pada PI hipofise tikus dewasa dengan potensi
proliferasi sel-sel melanotrop yang telah menurun (Saland 1981).
Dari gambaran perkembangan dan anatomi PI hipofise MEP yang
dihubungkan dengan penyebaran sel MSH dan ACTH, diduga bahwa eksistensi
PI hipofise MEP berbeda dengan manusia dan mamalia lainnya dan bila
diekstrapolasikan dengan manusia, eksistensi PI hipofise MEP lebih lama.
Perkembangan dan eksistensi PI hipofise MEP sejalan dengan
perkembangan buluh darah dan jaringan ikatnya. Keberadaan sistem portal
hipofise sebagai sistem yang membawa faktor pelepas (melanocyte stimulating
hormone releasing factor/MRF) dan faktor penghambat (melanocyte stimulating
releasing factor/MIF) serta neurotransmiter (dopamin) dari hipotalamus
(Brown 1994; Martini 2006), juga mengalami tahapan perkembangan seiring
dengan pertambahan umur MEP. Dari pengamatan terhadap perkembangan
buluh darah dan jaringan ikat di PI hipofise MEP, ditemukan kondisi jaringan
parenkim PI yang relatif avaskular dibandingkan dengan pars distalis dan pars
nervosa, terutama di medial, yaitu pada F-85 sampai dengan F-150. Pola
distribusi buluh darah pada berbagai tingkatan umur (Tabel 3), menunjukkan pola
yang sesuai dengan pola distribusi sel-sel granul sekretori PI hipofise MEP.
Belum teramatinya buluh darah dan jaringan ikat di PI MEP F-70, diduga belum
sempurnanya proses perkembangan sistem portal hipofise yang berperan
sebagai jalur sekresi dari dan menuju PI hipofise. Kondisi tersebut
mengakibatkan rendahnya konsentrasi faktor-faktor dan neurotransmiter yang
berasal dari hipotalamus, sehingga perannya sebagai regulator sintesis hormon
di sel-sel sekretori hormon PI masih terbatas. Pada F-85 dan F-100,
perkembangan buluh darah di rostral, medial dan distal PI MEP berasal dari pars
nervosa, hal ini berkaitan dengan posisi PI yang berdekatan dengan pars
nervosa (lobus neurointermedia) (Perryman 1988). Aliran darah di PI hipofise
berasal dari long portal vessel (LPV) di bagian rostral dan short portal vessel
(SPV) di medial dan distal. SPV menghubungkan pars nervosa dan pars distalis
yang sebagian besar terdapat di bagian posterior hipofise dan menembus
jaringan parenkim PI di bagian distal sebelum mencapai pars distalis (Sasaki dan
Iwama 1988), seperti yang diamati pada P-50 dengan bagian distal PI yang lebih
vaskular.
Perkembangan buluh darah di PI hipofise MEP sejalan dengan
perkembangan jaringan ikat, hal ini disebabkan jaringan ikat berperan sebagai
stabilisator bagi posisi buluh darah di jaringan interstisial suatu organ tubuh
(Martini 2006). Jaringan ikat yang ditemukan di PI hipofise MEP tersusun atas
serabut kolagen yang bersatu dengan serabut kolagen pada tunika eksterna dari
vena dan arteri PI hipofise. Pada pewarnan Masson’s trichrome, serabut kolagen
jaringan ikat yang mengandung protein fibrosa (Martini 2006), akan bereaksi
dengan campuran larutan asam fosfotungstat dan pewarna light green,
membentuk warna hijau (Kiernan 1990). Jaringan ikat PI hipofise MEP semakin
meningkat seiring dengan peningkatan umur MEP, terutama di rostral dan distal.
Pada MEP dewasa (P-100), jaringan tersebut telah bersatu dengan jaringan ikat
pars distalis dan pars nervosa. Dari pengamatan terhadap perkembangan buluh
darah dan jaringan ikat pada berbagai tingkatan umur MEP, ditemukan bahwa
perkembangan buluh darah dan jaringan ikat PI hipofise MEP berlangsung
dengan pola distribusi yang berbeda di bagian rostral, medial dan distal.
Perbedaan distribusi tersebut berhubungan dengan eksistensi ketiga bagian PI
tersebut, sehingga pada P-100, hanya bagian medial PI yang masih bertahan.
Dari hasil pengamatan terhadap perkembangan sel-sel ir-ACTH-MSH di
PI hipofise MEP, menunjukkan bahwa sel-sel tersebut telah ditemukan pada
F-70, namun intensitas sel dalam memperlihatkan hasil reaksi antigen-antibodi
masih lemah. Perkembangan sel dengan pola distribusi yang berubah-ubah
ditemukan pada F- 85 sampai F-100 dan definitif (stabil) pada F-120 sampai P-3.
Namun pada P-15, densitas sel mulai menurun terutama di bagian rostral dan
distal yang akhirnya hanya tersisa di medial PI hipofise MEP P-100.
Perkembangan sel-sel ir-ACTH-MSH PI hipofise, sejalan dengan perkembangan
distribusi sel-sel basofil yang merupakan kortikotrop dan melanotrop (Perryman
1988) atau sel sel ir-ACTH-MSH serta perkembangan buluh darah dan jaringan
ikatnya. Reaksi positif yang terbentuk, menunjukkan adanya sel-sel ir-ACTH-
MSH di PI hipofise MEP, yang mensintesis MSH dari ACTH. Namun demikian,
belum ada referensi yang menjelaskan bagaimana mekanisme proses sintesis
MSH di PI hipofise MEP yang melibatkan peran kortikotrop dan melanotrop,
apakah secara bersamaan atau pun secara terpisah.
Dari pengamatan terhadap derajat intensitas warna, secara umum terlihat bahwa sel-sel ir-ACTH-MSH yang berada di perbatasan PI dengan pars nervosa, menunjukkan intensitas yang lebih kuat dibandingkan dengan sel-sel ir-ACTH-MSH di daerah yang berhadapan dengan hypophyseal cleft. Hal ini diduga berhubungan erat dengan perkembangan sistem vaskularisasi PI yang sebagian besar berasal dari pars nervosa. Aktivitas sel-sel PI dalam mensintesis hormon, tidak terlepas dari peran hipotalamus, yaitu melalui sekresi faktor-faktor penghambat dan pelepas serta neurotransmiternya, yang memasuki jaringan parenkim PI melalui sistem vaskularisasi yang berasal dari SPV di bagian posterior pars nervosa (Sasaki dan Iwama 1988, Lechan dan Toni 2004).
Dari gambaran pola distribusi sel ir-ACTH-MSH di PI hipofise MEP dan intensitas pewarnaannya, menunjukkan korelasi positif dengan sekresi ACTH dan MSH. Adanya sekresi kedua hormon yang cenderung menurun akibat penurunan densistas sel-sel ir-ACTH-MSH, diduga berpengaruh terhadap melanogenesis pada proses pigmentasi kulit MEP.
Secara umum, kulit kepala MEP terdiri atas dua lapisan utama, yaitu epidermis dan dermis. Dari superfisial, epidermis tersusun atas stratum korneum yang ditemukan pada kulit kepala P-50 dan P-100, stratum lusidum (tidak teramati) dan stratum basale (stratum germinativum). Stratum basale merupakan lapisan epidermis yang berbatasan dengan dermis, sedangkan batas antara dermis dan hipodermis kulit kepala MEP sulit dibedakan.
Pada epidermis kulit kepala MEP, keratinosit terletak lebih superfisial dibandingkan melanosit yang terletak di stratum basale. Melanosit memiliki nukleus lebih besar dari pada nukleus keratinosit, namun granul melanosom lebih banyak ditemukan di sitoplasma keratinosit. Perbedaan kepadatan granul melanosom di antara melanosit dan keratinosit disebabkan perbedaan fungsi dari kedua sel tersebut. Granul melanosom yang dibentuk di sitoplasma melanosit ditransfer secara langsung ke sitoplasma keratinosit melalui dendrit (processus) melanosit (Bloom dan Fawcett 1969), sehingga akumulasi granul melanosom lebih banyak ditemukan di sitoplasma keratinosit. Pada pewarnaan HE, processus sitoplasma melanosit tidak dapat diamati, namun pewarnaan dengan DOPA technique yang menggunakan 1, 3, 4-dihydroxyphenylalanine (DOPA), processus (dendrit) tersebut dapat diamati (Bloom dan Fawcett 1969). Selain itu, identifikasi terhadap melanosit dan keratinosit lebih mudah dilakukan, yaitu melanosit berwarna hitam (reaksi positif) dan memiliki processus sitoplasma yang tersebar diantara sel-sel keratinosit. Rasio antara melanosit dan keratinosit bervariasi, yaitu dari 1 : 4 sampai 1 : 10, sesuai dengan lokasi di tubuh hewan (Martini 2006). Perbedaan distribusi melanosit dan keratinosit di epidermis kulit MEP, disebabkan proses proliferasi melanosit berlangsung lebih lambat dibandingkan keratinosit yang lebih aktif berproliferasi dalam kondisi normal (Yamaguchi et al. 2007) . Perkembangan epidermis dan folikel rambut kulit kepala MEP terjadi
dalam waktu yang berbeda. Perkembangan epidermis berlangsung lebih awal
dari pada folikel rambut. Proses diferensiasi dan migrasi sel-sel epidermis
berawal dari proliferasi sel-sel basal yang terdapat di stratum basale (F-55).
Pada umur tersebut, folikel rambut belum terbentuk yang ditandai dengan belum
adanya penjuluran epidermis ke ventral (epidermal ridge) dan penjuluran dermis
ke dorsal (dermal papilla). Selanjutnya, epidermal ridge berkembang menjadi
bakal folikel rambut pada F-70, dan menjadi folikel rambut dengan akar dan
batang rambut seperti pada MEP F-85. Perkembangan melanosit berasal dari
diferensiasi sel-sel mesenkim di dermis menjadi melanoblast yang selanjutnya
bermigrasi menuju stratum basale epidermis dan berdiferensiasi kembali menjadi
melanosit (F-70). Belum ditemukannya melanosit di epidermis F-55, diduga
karena gen-gen yang berperan dalam proses diferensiasi melanoblas (HOX dan
Wnt) serta epithelial mesenchymal interactions (EMI) belum berfungsi secara
sempurna (Yamaguchi et al. 2007). Perkembangan melanosit epidermis MEP
diduga terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan dengan melanosit di folikel
rambut. Hal tersebut mirip dengan perkembangan melanosit pada manusia, yaitu
pada minggu ke-11 di epidermis dan minggu ke-9 sampai dengan minggu ke-12
di folikel rambut (Tortora dan Derickson 2006). Melanosit di epidermis dan folikel rambut MEP yang telah mencapai
tahap maturasi pada F-85, memperlihatkan aktivitas pembentukan pigmen
melanin (melanogenesis). Melanogensis berhubungan erat dengan keberadaan
hormon ACTH dan MSH di melanosit dan keratinosit epidermis dan folikel
rambut. Ditemukannya sel ir-ACTH-MSH di kulit MEP menunjukkan bahwa pada
membran sel melanosit dan keratinosit terdapat reseptor ACTH dan MSH, yaitu
reseptor melanokortin 1 (MC-1R) (Tsatmali et al. 2002), yang akan berikatan
dengan ACTH dan MSH yang dihasilkan oleh sel-sel melanotrop dan kortikotrop
PI. Belum dapat dibuktikan, apakah melanosit dan keratinosit epidermis dan
folikel rambut MEP dapat mensintesis ACTH dan MSH dari prohormon POMC,
seperti yang berlangsung di melanosit dan keratinosit kulit manusia
(Tsatmali et al. 2002).
Melanogenesis di matriks folikel rambut kulit kepala MEP ditemukan pada
F-85 sampai dengan P-3, namun aktivitas tersebut tidak berlangsung di setiap
folikel rambut pada setiap tingkatan umur MEP. Pada rentang umur tertentu
(P-1 dan P-15), tidak ditemukan melanogenesis di folikel rambut yang ditandai
dengan tidak ditemukannya akumulasi pigmen melanin di matriks folikel rambut.
Hal ini diduga berkaitan dengan siklus pertumbuhan rambut yang terjadi secara
bergantian. Folikel rambut yang masih aktif akan mengalami dua fase yang
berhubungan dengan pertumbuhan rambut, yaitu fase pertumbuhan dan fase
istirahat (Tortora dan Derrickson 2006). Kedua fase tersebut berlangsung secara
bergantian dalam rentang waktu yang berbeda. Pada fase pertumbuhan, sel-sel
matriks akan berdiferensiasi dan mengalami keratinisasi. Sedangkan
peningkatan ukuran batang rambut terjadi akibat proliferasi sel-sel di dasar akar
rambut dan akan berhenti apabila batang rambut telah mencapai ukuran tertentu.
Pada fase tersebut juga berlangsung penyaluran pigmen melanin yang
dihasilkan oleh melanosit di folikel rambut. Dari penjelasan tersebut, diduga
folikel rambut yang ditemukan pada P-1 dan P-15 berada pada fase istirahat.
Adanya aksis antara PI hipofise dengan melanosit kulit MEP dapat
dijelaskan dari pengamatan terhadap distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH PI hipofise
dengan melanogenesis di melanosit epidermis dan folikel rambut kulit MEP pada
masa pre dan postnatal. Peningkatan distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH di PI
hipofise MEP pada F-85 sampai P-3, sejalan dengan peningkatan melanogensis
di epidermis dan folikel rambut pada tingkatan umur yang sama. Demikian pula
dengan penurunan distribusi sel-sel ir-ACTH-MSH di PI hipofise MEP dewasa
(P-100), memperlihatkan penurunan melanogenesis di epidermis dan folikel rambut.
Aksis PI hipofise dan kulit, dapat terjadi karena ACTH dan MSH yang
dihasilkan oleh kortikotrop dan melanotrop di PI hipofise MEP berikatan dengan
reseptor ACTH dan MSH (MC-1R) di membran melanosit untuk menghasilkan
pigmen melanin (melanogenesis) (Tsatmali et al. 2002). Mengecilnya jaringan PI
hipofise MEP dewasa (P100), menyebabkan penurunan distribusi sel-sel
ir-ACTH-MSH di PI, sehingga sintesis ACTH dan MSH menjadi berkurang.
Penurunan konsentrasi kedua hormon tersebut tidak cukup untuk mengaktifkan
enzim tirosinase yang berada di sitoplasma melanosit yang berperan dalam
melanogenesis. Selain itu, penurunan melanogenesis di folikel rambut pada MEP
dewasa diduga disebabkan adanya pengaruh dari faktor lainnya yang terdapat di
melanosit epidermis dan folikel rambut kulit MEP, yaitu agouti signaling protein
(ASP) yang memiliki peran antagonis dengan ACTH dan MSH. Ikatan antara
ACTH dan MSH dengan reseptor MC-1R akan dihalangi oleh ASP, sehingga
melanogenesis tidak terjadi (Yamaguchi et al. 2007).
Perubahan warna rambut MEP dari hitam pada masa pre dan postnatal
menjadi coklat keabuan pada MEP dewasa, disebabkan menurunnya
melanogensis di melanosit folikel rambut, sehingga terjadi penurunan sintesis
pigmen melanin. Penurunan melanogenesis tersebut, diduga berhubungan erat
dengan penurunan sintesis ACTH dan MSH yang berasal dari PI hipofise MEP.
Namun demikian, melanogensis di melanosit epidermis kulit MEP diduga tetap
berlangsung walaupun aktivitasnya menurun.
Top Related