Modul
Minat Utama Manajemen Rumahsakit
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM
Gedung IKM Lt. 2 Jln Farmako, Sekip Utara, Jogjakarta 55281 Telp. (0274) 581679, 551408 Fax. (0274) 581679, (021) 52962568 – 69
Website: http://mmr.ugm.ac.id E-mail: [email protected] GaMeL: http://gamel.fk.ugm.ac.id/pasca
Penerapan Ekonomi Manajerial Sebagai Fungsi Kontrol Blok 2
2
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM
MODUL: PENERAPAN EKONOMI MANAJERIAL SEBAGAI
FUNGSI KONTROL
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan mampu:
1. Memahami konsep penerapan ekonomi manajerial sebagai fungsi kontrol 2. Memahami analisis biaya
I. Pendahuluan
II. Penerapan Ekonomi Manajerial sebagai Fungsi Kontrol
III. Daftar Pustaka Modul
Penerapan Ekonomi Manajerial Sebagai Fungsi Kontrol Blok 2
3
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM
I. PENDAHULUAN
Manajer rumah sakit diharapkan menyadari bahwa keputusan-keputusan
manajemennya selalu membutuhkan analisis dari sudut pandang ilmu ekonomi. Dengan
menggunakan alat dan konsep ekonomi termasuk ekonomi manajerial maka keputusan
yang diambil dapat lebih optimal mengingat keterbatasan sumber daya. aplikasi
ekonomi manajerial dalam sektor rumah sakit akan semakin relevan jika pengambilan
keputusan keuangan dalam rumah sakit menjadi desentralisasi.
Untuk menetapkan keputusan yang baik, seorang manajer harus memahami perilaku
biaya. Dua fungsi biaya yang utama yang digunakan dalam keputusan sehari-hari dan
fungsi biaya jangka panjang yang digunakan untuk keperluan perencanaan. Jangka
pendeka adalah periode waktu dimana beberapa sarana produksi sebuah usaha tidak
bisa diubah, dan jangka panjang adalah periode waktu yang cukup panjang yang
memungkinkan suatu usaha untuk mengubah sistem produksinya secara penuh melalui
penambahan, pengurangan, atau penggantian assetnya.
Dalam sektor rumah sakit, penggunaan informasi biaya sangat diperlukan dalam usaha-
usaha yang harus memikirkan keuntungan, misalnya bangsal VIP. Tanpa ada informasi
biaya, berbagai keputusan manajemen seperti penetapan harga tidak dapat ditentukan
secara benar. Namun kegiatan analisis dan pengendalian biaya bukan suatu proses yang
mudah. Ada tiga syarat mutlak yang harus dipenuhi dengan baik sebelum dilakukan
suatu analisis biaya yaitu struktur organisasi rumah sakit yang baik, sistem akuntansi
yang tepat dan adanya informasi statistik yang cukup baik
II. PENERAPAN EKONOMI MANAJERIAL SEBAGAI FUNGSI KONTROL
Rumah sakit secara keseluruhan dapat dianggap sebagai suatu lembaga usaha yang
memiliki berbagai unit bisnis (usaha) strategis. Unit tersebut disebut sebagai unit usaha
strategis karena unit-unit inilah yang dipergunakan langsung oleh masyarakat, dinilai dan
mempunyai semacam akuntabilitas (untung rugi). Unit-unit bisnis ini ditopang oleh
manajemen pada tingkat rumah sakit dan oleh manajemen fungsional. Secara garis
besar, beberapa area utama manajemen fungsional yaitu keuangan, sumber daya
manusia, teknologi, pengadaan dan pembelian, medis fungsional, sistem informasi serta
pemasaran. Sedangkan unit-unit bisnis strategis lain adalah Instalasi Rawat Jalan,
Instalasi Rawat Inap, Rawat Darurat, Laboratorium, Radiologi, dan lain sebagainya.
Penerapan Ekonomi Manajerial Sebagai Fungsi Kontrol Blok 2
4
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM
Selama ini unit usaha dalam rumah sakit merupakan suatu hal yang masih kontroversial,
karena cara pandang yang menolak menyatakan bahwa unit usaha rumah sakit dapat
menimbulkan batas-batas yang tidak diperlukan sehingga membahayakan mutu
pelayanan bagi pasien. Contohnya, pasien bedah casear mendapatkan pelayanan dari
berbagai unit usaha rumah sakit secara terpadu dan sebenarnya antara unit-unit usaha
tidak ada independensi mutlak. Karena jika unit-unit usaha terlalu independen dan
terlalu mementingkan diri sendiri serta chauvinistic, justru dapat terjadi hal yang
membahayakan mutu pelayanan bedah casear tersebut. Kekhawatiran lain bahwa
pengembangan sistem unit usaha akan menyebabkan rumah sakit mempunyai tujuan
menghasilkan keuntungan semata dengan mengabaikan fungsi lainnya. Namun yang
perlu diingat, bahwa instalasi-instalasi di rumah sakit merupakan unit-unit usaha yang
harus dikelola dalam suasana kompetitif.
Selain itu, dalam manajemen rumah sakit, banyak tindakan yang membutuhkan evlauasi
ekonomi untuk pelayanan kesehatan1. Sebagai contoh, apakah rumah sakit akan
membeli CT scan baru? Apakah akan memasukkan obat baru ke dalam daftar
formularium rumah sakit? Apakah perlu memberikan antibiotika sebelum operasi? Atau
pertanyaan mengenai efektifitas biaya operasi sehari untuk hernia? Atau efisiensi biaya
untuk setiap tindakan di unit gawat darurat?2 Untuk itu, evaluasi ekonomi ini menjadi
sering dibutuhkan karena teknologi pelayanan kesehatan berkembang sangat cepat,
termasuk pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal-hal tersebut membutuhkan informasi
mengenai cara yang paling efisien dari berbagai alternatif pelayanan yang ada. Misalkan,
apabila rumah sakit salah memilih CT scan, kemungkinan hasil yang dicapai tidak
memuaskan dan biayanya sangat tinggi. Akibat menggunakan teknologi yang tidak cost-
effective ini, maka mutu pelayanan rumah sakit akan menurun.
Sebelum menerapkan ekonomi manajerial sebagai fungsi kontrol, misalkan pada unit
gawat darurat, kita perlu mengetahui apakah unit tersebut merupakan cost-center atau
revenue-center (unit yang menghasilkan keuntungan). Jika unit tersebut merupakan
revenue-center, maka peran ekonomi manajerial sebagai pendukung pengambilan
keputusan adalah untuk memaksimalkan revenue. Sedangkan, jika unit tersebut adalah
cost-center maka ekonomi manajerial berperan untuk menekan biaya seminimal
mungkin. Tentunya tanpa mengindahkan mutu pelayanan bagi pasien.
1 Lemnieux-Charles, Hall, 1997 dikutip dalam Trisnantoro 2006, hal.261 2 Russel dkk 1977, dikutip dalam Trisnantoro 2006, hal.261
Penerapan Ekonomi Manajerial Sebagai Fungsi Kontrol Blok 2
5
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM
Jika unit gawat darurat atau rawat darurat kita anggap sebagai cost-center, maka kita
perlu menganalisis biaya yang timbul sehingga kita dapat memutuskan bagaimana
menekan biaya hingga mencapai level cost-effective. Sebelumnya, kita dapat melihat
rumah sakit sebagai suatu tempat yang memproduksi jasa pelayanan kesehatan dari
berbagai macam input sehingga konsep produksi dapat digunakan pada rumah sakit
karena para manajer dihadapkan pada kenyataan bahwa untuk menghasilkan produk
pelayanan, rumah sakit dapat dikatakan sebagai sebuah tempat produksi yang
melakukan proses secara sistematis. Sebagai contoh, dapat dilihat pada kasus
penanganan sectio Sectio Caesaria (SC) di sebuah rumah sakit pendidikan. Penanganan
kasus SC ini dianggap sebagai suatu garis produksi dalam rumah sakit. Dengan nama
medik, garis produksi ini disebut sebagai clinical pathways.
Proses produksi jasa SC dimulai dari masuknya pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Karena merupakan tindakan emergency, berarti IGD harus mengumpulkan berbagai
profesi lain di luar ahli kebidanan dan kandungan. Diperlukan spesialis anastesi,
spesialis anak dan juga tenaga Iaboratorium untuk pemeriksaan darah, petugas dari
instalasi farmasi-apotek, serta perawat. Dalam hal ini IGD menjadi tempat produksi
pertama untuk tindakan SC. Dari IGD, pasien yang telah melahirkan akan masuk ke
bangsal perawatan. Untuk ibu dan anak, akan dipisah pada saat awalnya. Anak yang
lahir akan masuk instalasi perinatal sedang ibunya berada di bangsal kebidanan untuk
menjalani perawatan. Pada kedua instalasi ini dilakukan proses produksi jasa SC
berikutnya serta mendapat penanganan dari berbagai petugas lain, termasuk ahli gizi
dari instalasi gizi. Setelah dianggap cukup kuat, bila tanpa ada komplikasi ibu dan anak
diperbolehkan pulang. Akan tetapi, saat di rumah masih ada penanganan berikutnya
yaitu kontrol luka operasi dan berbagai kunjungan rawat jalan di poliklinik kebidanan.
Proses ini cukup panjang, bahkan sebelumnya ada persiapan untuk melahirkan dalam
bentuk antenatal care.
Sebagai sebuah firma yang memproduksi jasa pelayanan kesehatan, sebuah rumah sakit
tentunya mempunyai berbagai pertanyaan mendasar yang terkait dengan penyediaan
jasa SC tersebut: bagaimana cara rumah sakit menghasilkan SC? Apakah sudah efisien
atau belum? Berapa biaya dan jumlah pelayanan SC yang harus diproduksi? Berapa
harga jual yang harus dibayar oleh pasien. Apakah pasien membayar penuh ataukah ada
subsidi dari rumah sakit atau pihak lain?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tersebut, rumah sakit harus mempunyai
data mengenai berapa biaya memproduksi pelayanan jasa bedah SC. Biaya merupakan
Penerapan Ekonomi Manajerial Sebagai Fungsi Kontrol Blok 2
6
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM
pengeluaran keuangan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan bisnis, lembaga
pemerintah, atau organisasi yang terlibat dalam transaksi keuangan. Beberapa konsep
biaya yang penting dan harus dipahami antara lain adalah Fixed Costs, Variable Costs,
Semi-Variabel Cost. Selain itu, perlu memahami pula konsep Analisis Pulang Pokok atau
Break-Even Analysis serta perilaku biaya untuk keputusan yaitu economies of scale dan
diseconomies of scale3.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah sudah ada informasi mengenai biaya untuk
menghitung pelayanan bedah SC? Jika ya, bagaimana cara menghitungnya? Apakah
sudah memasukkan seluruh komponen dalam proses produksi tersebut. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut perlu ditekankan karena rumah sakit di Indonesia, khususnya
rumah sakit pemerintah, hanya sedikit yang mempunyai informasi mengenai biaya
produksi untuk menghasilkan jasa pelayanan. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh
sejarah rumah sakit yang merupakan lembaga pelayanan sosial dan keagamaan bukan
sebagai lembaga usaha.
Dengan menggunakan konsep produksi, maka tujuan penghitungan biaya dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman mengenai pelayanan dan prosedur klinik yang
diberikan pada tiap garis produksi, misalnya produksi bedah SC. Dengan
demikian, penghitungan biaya diharapkan dapat memberikan data untuk direksi
rumah sakit mengenai biaya dan pengeluaran suatu bangsal, bagian, ataupun
kegiatan dengan prinsip untuk memelihara kontrol dalam transaksi keuangan,
dan meningkatkan efisiensi.
2. Memberikan alat untuk monitoring dan mengendalikan biaya. Dalam hal ini
dapat dibedakan pengeluaran rumah sakit untuk pasien, staf, ataupun hal-hal
lain. Di samping itu, dapat dilihat biaya pasien rawat jalan yang dibedakan
dengan pasien rawat inap. Dengan demikian, dapat dideteksi pengeluaran-
pengeluaran yang boros atau sia-sia. Sebagai contoh, dengan analisis biaya yang
detail sumber inefisiensi dapat ditentukan apakah pada rawat inap yang terlalu
boros ataukah pemberian obat-obatan yang tidak perlu dan berbagai hal lain.
3. Menentukan tempat produksi yang memberi keuntungan atau menimbulkan
kerugian. Setelah dibandingkan dengan tarif yang ada, maka adanya data biaya
yang baik memungkinkan penghitungan keuntungan saat pasien berada di rawat
inap atau rawat jalan. Demikian pula kerugian yang ada dapat dihitung. Pada
3 Baca lebih lanjut dalam Trisnantoro 2006, hal.134-145.
Penerapan Ekonomi Manajerial Sebagai Fungsi Kontrol Blok 2
7
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM
rumah sakit yang mendapat subsidi, maka besarnya subsidi ini dihitung dari
biaya produksi dan pendapatan yang diterima oleh rumah sakit dari pasien.
4. Dengan tersedianya data biaya produksi tersebut maka dapat membandingkan
biaya produksi dengan pesaing yang berbasis pada perbedaan mutu pelayanan,
biaya, cara pemberian, dan penetapan harga.
Di samping itu, informasi biaya produksi dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
keperluan perencanaan berupa penyusunan anggaran, penyusunan kebijakan dan
kebutuhan peramalan. Langkah awal mengembangkan penghitungan biaya berdasarkan
garis produksi adalah mengelompokkan pelayanan-pelayanan yang berhubungan sesuai
dengan kelompok produksi strategis. Kelompok ini misalnya berbasis pada pekerjaan
yang dilakukan oleh SMF seperti bagian bedah, penyakit dalam, penyakit mata.
Pengelompokan tersebut dapat berupa Diagnostic-Related-Groups (DRG) yang dilakukan
dengan berbasis pada penyakit. Pendekatan lain berbasis pada kelompok instalasi
misalnya Instalasi Laboratorium Klinik, Instalasi Rawat Darurat (IRD). Jika mungkin, garis-
garis produksi seharusnya mencerminkan output utama dan produksi rumah sakit
seperti yang diinginkan pasien. Sekali garis produksi telah diidentifikasi, suatu sistem
penghitungan harus ditetapkan untuk mengidentifikasi biaya pasien langsung dan tidak
langsung.
Dengan menggunakan konsep rumah sakit sebagai suatu jalur produksi, maka analisis
biaya menjadi penting. Saat ini rumah sakit telah menjadi suatu lembaga sosial-ekonomi
sehingga analisis biaya merupakan tindakan yang strategis. Penghitungan biaya
digambarkan sebagai 'suatu catatan sistematis mengenai transaksi rinci yang
berhubungan dengan berbagai aktivitas rumah sakit dengan pandangan untuk
mendapatkan penghitungan pengeluaran total dan unit biaya bangsal, departemen, dan
kegiatan. Dengan adanya data mengenai biaya, maka berbagai pertanyaan manajerial
dapat lebih mudah dianalisis untuk mencari pemecahannya. Berbagai pertanyaan
tersebut misalnya:
Apakah menguntungkan menambah kapasitas bangsal VIP?
Apakah pemborosan di dapur dapat dikurangi dengan cara mengkontrakkan ke
katering luar?
Apakah tarif bangsal VIP yang ditetapkan telah menghasilkan keuntungan?
Apakah akademi perawat yang ada di rumah sakit merupakan hal yang
menguntungkan atau merugikan?
Apakah menguntungkan untuk meningkatkan ruang-ruang Kelas I menjadi ruang-
ruang VIP?
Penerapan Ekonomi Manajerial Sebagai Fungsi Kontrol Blok 2
8
Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM
Apakah menguntungkan untuk melakukan hubungan kerja dengan PT Askes
Indonesia yang menawarkan sistem paket dalam pem bayarannya?
Apakah lebih murah mempunyai generator sendiri daripada berlangganan
dengan PLN?
Apakah lebih menguntungkan mengembangkan laboratorium klinik sendiri
dibanding dengan melakukan kerja sama dengan laboratorium klinik swasta?
Apakah tarif yang diberlakukan saat ini berada di bawah biaya (rugi) ataukah di
atas biaya (menguntungkan)?
Apakah rumah sakit dapat menawarkan berbagai pelayanan dalam bentuk paket
misalnya pelayanan kelahiran, pelayanan operasi appendisitis, pelayanan operasi
jantung, seperti pada paket general check-up?
Jadi, ekonomi manajerial disini berperan sebagai fungsi kontrol melalui analisis biaya.
Sehingga setelah mengetahui biaya-biaya yang timbul dalam suatu unit, maka rumah
sakit dapat mengontrol biaya dan pengeluaran suatu bangsal, bagian, ataupun kegiatan
dengan prinsip untuk memelihara kontrol dalam transaksi keuangan, dan meningkatkan
efisien, dapat memonitor dan mengendalikan biaya sehingga dapat mendeteksi
pengeluaran-pengeluaran yang boros atau sia-sia. Dan lebih lanjut lagi, dapat
menentukan tempat produksi yang memberi keuntungan atau menimbulkan kerugian,
menghitung keuntungan dan kerugian serta menghitung subsidi.
III. DAFTAR PUSTAKA MODUL
1. Trisnantoro, L 2006, Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi Dalam Manejemen
Rumah Sakit, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
2. Trisnantoro (nd), Perubahan Dari Normatif ke Utilitarian, dalam Manajemen
Pembiayaan Rumahsakit, eds L Trisnantoro & Mulyadi, Modul Kuliah Magister
Manajemen Rumahsakit, IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.