Download - Hama Gudang

Transcript
Page 1: Hama Gudang

LAPORAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“PREFERENSI HAMA”

Oleh

Nama : Dwi Novia Sari

NIM : 125040201111279

Kelompok : Kamis, 11.00-12.45

Asisten : Kamella Endras P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

Page 2: Hama Gudang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan pangan nasional baik beras maupun palawija perlu diimbangi

dengan penanganan pascapanen yang baik. Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai

penanganan pascapanen yang sangat penting. Produk pertanian yang dihasilakan oleh petani

perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu sebelum sampai pada konsumennya. Hal ini

berkaitan dengan ketersediaan bahan pangan yang melimpah pada saat musim panen,

sehingga menyebabkan sebagian besar bahan pangan harus disimpan untuk dapat digunakan

pada waktu tertentu saat masyarakat membutuhkan. Akan tetapi dalam penyimpanan sering

terjadi kehilangan atau penurunan bahan pangan yang disimpan, hal ini disebabkan oleh

adanya hama dalam pasca panen atau sering disebut hama gudang. Hama gudang merupakan

hama yang sering menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam

penyimpanan dan gejala yang ditimbulkan sangat merugikan. Walaupun hama gudang

(produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata

tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau

penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan

lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taksonomi (Bargbinson, 2002).

Kehilangan hasil akibat hama pasca paen pada biji – bijian diperkirakan mencapai 10 – 37%.

Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama – hama yang

menyerang di lapangan, hal ini berkaitan dengan ruang likup hidupnya yang terbatas yang

tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.

Serangga hama gudang menyerang bahan-bahan pangan tertentu yang sesuai dengan

kebutuhan. Selain komoditi yang berbeda serangga hama gudang juga mempunyai siklus

hidup yang berbeda, dalam hal ini yaitu waktu yang diperlukan untuk siklus hidupnya. Salah

satu ciri spesifik dari serangga hama gudang adalah mengalami metamorfosis yang

sempurna, yaitu dari telur, larva, pupa, dan imago.Hama – hama yang terdapat dalam gudang

tidak hanya menyerang produk yang baru dipanen saja melainkan juga produk industri hasil

Page 3: Hama Gudang

pertanian. Produk tanaman yang disimpan dalam gudang yang terserang hama tidak hanya

terbatas pada produk biji – bijian melainkan juga produk berupa daun – daunan dan kayu –

kayuan. Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang rentan

terhadap serangan hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji kacang hijau

adalah Callosobruchus macalatus. Hama ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis

dan subtropis. Hama ini bersifat polifag, namun imagonya lebih menyukai komoditas kacang

hijau. Hal ini dipengaruhi oleh kualitas benih yang sangat ditentukan oleh sifat fisik

(kekerasan tekstur, permukaan biji, ukuran, bentuk dan ketebalan kulit biji). oleh sebab itu

maka perlu penanganan masalah hama gudang untuk mengurangi penurunan produk hasil

pertanian yang berada dalam gudang karena serangan hama pasca panen.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum hama gudang adalah untuk mengetahui hubungan jenis pakan

terhadap tingkat preferensi hama Sitophilus oryzae dan Callosobruchus shinensis serta

mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil

pertanian serta gejala serangannya.

1.3 Manfaat

Manfaat yang didapat dari hasil pengamatan adalah dapat mengetahui hubungan

antara jenis pakan terhadap tingkat preferensi hama Sitophilus oryzae dan Callosobruchus

shinensis.

Page 4: Hama Gudang

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hama Gudang

Insect pest sware house is biological factors that can cause damage to food stuffs during

storage. Over lldamage resulting frominsectreaches5-10% offoodstored.

(Serangga hama gudang merupakana faktor biologis yang dapat menyebabkan kerusakan

bahan pangan selama penyimpanan. Secara keseluruhan kerusakan yang diakibatkan

serangga mencapai 5-10% dari bahan pangan yang disimpan)

(Morallo-Rejesus, 1978)

Storage pests, name lydisruptive orde structive pests in storage ware house.

(Hama Gudang adalah Hama yang mengganggu atau merusak di dalam gudang

penyimpanan).

(Manly, 1997)

Warehouse pest insects generally attack the place of storage products (warehouse).

Warehouse pests potentially cause yield loss during storage products. Yield losses caused

by pests warehouse can reach 10-15% of the contents of the warehouse. Insect pests are

insect barn that had adapted well to the storage environment.

(Hama gudang pada umumnya serangga yang menyerang produk ditempat penyimpanan

(gudang). Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam

penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama gudang dapat mencapai 10 –

15% dari isi gudang. Serangga hama gudang adalah serangga yang telah teradaptasi pada

lingkungan penyimpanan dengan baik).

(Wagianto, 1991)

Page 5: Hama Gudang

2.2 Sitophilus oryzae

Gambar 1. Sitophilus oryzaeSumber: Anonymous (2014)

2.2.1 Morfologi

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya

berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap

bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan.

Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila

kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm.

larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan

membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti

kumbang dewasa (Naynienay, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur

sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih

dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam

lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia

telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran

beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di

lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari.

Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang

pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di

ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).

Page 6: Hama Gudang

Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat

kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh

hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk

pepadian. Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga

merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat

dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa

lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah

dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini

yang bercampur dengan air liur hama.

2.2.2 Daur Hidup

S.oryzae mengalami metamorfosis sempurna dengan perkembangan telur hingga

imago selama 35 hari di daerah tropis, dan 110 hari di daerah beriklim dingin. Lingkungan

paling sesuai bagi perkembangan gama ini adalah pada suhu 25-27o C dan kelembaban udara

70%. Rata-rata masa hindup imago 4-5 bulan, tetapi beberapa individu mampu hidup hingga

satu tahun.

Betina bertelur selama hidupnya dengan fekunditas total 300-400 butir, tetapi hanya ±

150 telur yang diletakkan dengan pucuk oviposisi pada kualitas beras dan suhu lingkungan

penyimpanan. Imago betina membuat lubang kecil pada permukaan beras. Bertelur di lubang

tersebut, dan menutupnya kembali dengan semacam zat lilin (eggplug) yang dikeluarkan dari

mulutnya.

Telur menetas 3-6 hari, larva tidak bertungkai (apoda), dan melalui empat instar

selama ±25 hari dan sebelumnya menjadi pupa. Pada suhu 18oC, stadia larva berlangsung

±98 hari. Setelah tujuh hari sebagai pupa, imago muncul dan hanya menyisakan selaput kulit

luar beras. Apabila menyerang gabah, imago keluar dengan membuat lubang pada

(Naynienay, 2008).

2.2.3 Cara pengendalian

1. Pengelolaan tanaman.

Serangan di lapang dapat terjadi jika tongkol terbuka. Pengelola tanaman untuk

meminimalkan serangan hama, terutama penggerek batang dan penggerek tongkol,

dapat mengurangi serangan kumbang bubuk di lapang. Tanaman yang kekeringan dan

Page 7: Hama Gudang

dengan pemberian pupuk dengan takaran rendah mudah terinfeksi busuk tongkol,

sehingga mudah pula terserang hama kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat

jagung mencapai masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada ujung

biji bagian dalam dapat mengurangi serangan kumbang bubuk. Panen yang tertunda

dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan.

2. Varietas tanaman

Penggunaan varietas yang mengandung asam fenolat tinggi dan asam amino

rendah dapat menekan perkembangan kumbang bubuk. Galur yang relatif tinggi

kandungan asam fenolat dan asam aminonya antara lain adalah ACROSS 8762, S99 TL

WQ (F/D), S99 TL YQ-A, dan TOMEGIUM. Varietas yang mempunyai penutupan

kelobot yang baik disukai oleh petani yang menyimpan jagungnya dalam bentuk

kelobot, karena dapat memperlambat serangan hama kumbang bubuk. Varietas tahan

masih dalam tahap penelitian dan perakitan di CIMMYT, Meksiko. Mekanisme

ketahanannya sudah diketahui, yaitu mempunyai kekerasan biji dan tingginya

kandungan asam ferulik atau asam fenolat.

3. Kebersihan dan pengelolaan gudang

Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi

pada saat gudang kosong. Oleh karena itu, pengendalian hama di dalam gudang

difokuskan pada kebersihan gudang. Higienis adalah aspek penting dalam strategi

pengendalian terpadu, yang bertujuan untuk mengeliminasi populasi serangga yang

dapat terbawa pada penyimpanan berikutnya. Taktik yang digunakan termasuk

membersihkan semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi

dan membuang dari gudang. Karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus

dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak di

mana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida pada dinding

maupun plafon gudang. Semua kegiatan ini harus diselesaikan dua minggu sebelum

penyimpanan jagung.

Page 8: Hama Gudang

4. Persiapan biji yang disimpan

Parameter penting yang dapat mempengaruhi kualitas biji, adalah kadar air biji.

Kadar air biji <12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Pada kadar air

8%, kumbang bubuk tidak dapat merusak biji. Populasi kumbang bubuk meningkat

pada kadar air biji 15% atau lebih.

5. Pengendalian secara fisik dan mekanis.

Lingkungan perlu dimanipulasi secara fisik agar tidak terjadi pertambahan

populasi serangga. Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C, perkembangan

serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang

bubuk. Sortasi dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji

sehat (utuh) termasuk cara untuk menekanm perkembangan serangga.

6. Bahan nabati.

Bahan nabati yang digunakan untuk melindungi biji di penyimpanan bervariasi,

bergantung pada daerah dan masyarakatnya serta ketersediaan tanaman dan metode

penyediaannya. Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis

spricigera, Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, dan Chromolaena odorata,

akar Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan

tepung biji Annona sp. dan Melia sp.

7. Pengendalian hayati.

Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami dimaksudkan untuk

menurunkan atau menekan populasi hama. Penggunaan agensi patogen dapat

mengendalikan kumbang bubuk. Aplikasi Beauveria bassiana pada konsentrasi 109

konidia/ml dengan takaran 20 ml/kg biji dapat membunuh 50% kumbang bubuk.

Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) juga mampu menekan

perkembangan kumbang bubuk.

Page 9: Hama Gudang

8. Fumigasi.

Fumigan merupakan senyawa kimia, yang dalam suhu dan tekanan tertentu

berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi

dapat dilakukan pada tumpukan komoditas, kemudian ditutup rapat dengan lembaran

plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan sistem kedap udara, seperti

penyimpanan dalam silo dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau

pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh

kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala

kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3) dan methyl

bromida (CH3Br).

(Borror et.al., 1996)

2.3 Callosobruchus macalatus

Gambar 2. Callosobruchus macalatusSumber: Anonymous (2014)

2.3.1 Morfologi

Callosobruchus chinensis merupakan hama primer pada biji kacang-kacangan

terutama kacang hijau. Serangga ini termasuk Ordo Coleoptera dan Family Bruchidae

serta kecenderunganmenyerang kacang hijau sesaat setelah di panen dan ketika pada

masa penyimpanan. C. chinensisadalah jenis serangga yang memiliki tubuh pendek namun

Page 10: Hama Gudang

kuat dengan capit dan kepala mengecil serta bagian belakang (posterior) abdomen lebih

lebar. Satu ruas abdomen terakhir tampak terlihat (seluruh atau sebagian). Memiliki dua

bintik putih pada batas panta dan sebuah noda hitam yang mencolok pada masing-masing

penutupsayap. Kumbang jantan memiliki antena bergerigi.Serangga ini banyak ditemukan

di wilayah tropis dan subtropis. Tiap matanya berbentuk lebar dengan punggung yang

membesar dari pada bagian dasar antena. Panjangnya sekitar 1,6-5,7 mm.

2.3.2 Daur Hidup

Siklus Hidup Callosobruchus chinensis (L.) Induk C. chinensis mempunyai

peranan penting dalam pemilihan inang untuk meletakkan telurnya (Avidov et al. 1965).

Telur C. chinensis berbentuk lonjong dan berwarna keputihan. Kumbang betina dapat

memproduksi telur hingga 150 butir. Telur ditempatkan pada permukaan biji yang disimpan

dan umumnya menetas setelah 3-4 hari pada suhu 24,4-30,7°C dengan kelembaban nisbi

67,5-82,6%. Masa larva berlangsung sekitar 14 hari dan masa kepompong 4-6 hari

(Kartasaputra, 1987). Siklus hidup serangga ini adalah 25-35 hari, umur imago betina

1-2 minggu (imago tidak makan). Kondisi optimum serangga ini adalah pada suhu 32 oC

dan RH 90%. Telur diletakan di permukaan biji, satu telur per biji. Larva dan pupa

hidup di dalam biji sehingga cepat merusak kacang hijau

Kerusakan yang diakibatkan Callosobruchus chinensis (L.) Menurut Kartasaputra

(1987), C. chinensis mulai menyerang biji sejak di lapangan sampai tempat

penyimpanan. Kehilangan hasil akibat infestasi C. chinensis mencapai 70%. Serangga ini

menetap di dalam biji serta merusak kacang hijau makanan manusia dan bijiyang telah

dirusak tidak bisa ditanam kembali. Kondisi biji yang diserang oleh serangga ini, awalnya

memiliki bintik-bintik dan selanjutnya biji tersebut terlihat berlubang.

Gambar 3. Callosobruchus macalatusSumber: Anonymous (2014)

Page 11: Hama Gudang

2.3.3 Cara Pengendalian

Pengendalian hama ini yakni melalui pengaturan suhu, kelembaban dalam tempat

penyimpanan untuk menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan serangga,

membangun tempat penyimpanan berbahan dasar pasir, tanah liat dankayu jati untuk

melindungi biji-bijian sesuai skala penyimpanan, tambahkan bahan dari tumbuhan seperti

bibit neem, daun neem, dan minyak neem karena mengandung senyawa kimia penolak hama

dalamsimpanan. Pemanfaatan patogen hama gudang misalnya bakteri Bacillus thuringiensis

dengan aplikasi secara langsung pada komoditas simpanan atau aplikasi dengan cara

disebarkan pada perangkap. pemanfaatan musuh alami (predator dan parasitoid) pada

tempatpenyimpanan, dan penggunaan genotipe tahan terhadap serangan hama pasca panen

(Wagianto, A.G. 1991).

Page 12: Hama Gudang

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Teknologi Produksi Benih dilaksanakan pada hari Kamis, 24 April 2014

jam 11.00 – 12.14 WIB di laboratorium gedung HPT Fakultas Pertanian Universitas

Brawijaya Malang.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Timbangan : untuk menimbang bahan praktikum

2. Cawan petri : untuk tempat meletakan bahan ketika ditimbang

3. Gelas Aqua : untuk tempat beras dan hama ketika disimpan untuk dilakukan

pengamatan

3.2.2 Bahan

1. Beras Raskin 2000 butir : sebagai bahan perbandingan perlakuan

2. Beras IR64 2000 butir : sebagai bahan perbandingan perlakuan

3. Beras Pandan Wangi 2000 butir : sebagai bahan perbandingan perlakuan

4. Kacang Hijau 4000 butir : sebagai bahan perbandingan perlakuan

5. Karet gelang : untuk melekatkan kain penutup pada gelas aqua

6. Kain : untuk menutup gelas aqua agar hama tidak hilang

7. Kertas label : untuk menandai berbagai jenis perlakuan

8. Hama beras Sitophilus oryzae : sebagai bahan pengamatan hama gudang

penyerang

beras

9. Hama kacang hijau Callosobruchus macalatus : sebagai bahan pengamatan hama

gudang penyerang kacang hijau

Page 13: Hama Gudang

Hitung tiap varietas beras sebanyak 2000 Butir

Hitung kacang hijau masing-masing 2000 butir untuk 2 perlakuan

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Cara kerja perlakuan beras

3.3.2 Cara kerja perlakuan kacang hijau

Ditimbang dan dicatat

Beras dimasukkan ke gelas aqua

Ditutup dengan kain dan diberi label

Dimasukkan Sitophilus oryzae masing-masing

20 ekor

Diamati selama 4 minggu

Ditimbang dan dicatat

Masing-masing kacang hijau 1 dan 2 dimasukkan ke dalam aqua

Ditutup dengan kain dan diberi label

Dimasukkan Callosobruchus macalatus masing-masing 20 ekor untuk

kacang hijau 1 dan 10 ekor untuk kacang hijau 2

20 ekor

Page 14: Hama Gudang

3.4 Analisa Perlakuan

3.4.1 Analisa Perlakuan Pengamatan Beras

Pada praktikum preferensi hama Sitophilus oryzae dengan menggunakan tiga

jenis beras yang berbeda yaitu: beras Pandan Wangi, IR64 dan beras Raskin. Langkah

pertama yang dilakukan mengambil 2000 butir beras untuk tiap jenis beras , kemudian

timbang berat awal. Masukkan tiap jenis beras kedalam 3 gelas aqua. Selanjutnya

Memasukkan 20 Sithophilus otyzae pada tiap gelas aqua. Menutup gelas aqua dengan

menggunakan kain kasa, hal ini dilakukan agar kutu beras tersebut tidak keluar dan masih

bisa bernapas didalam gelas aqua, dan ikat dengan karet gelang. Setelah selesai

melakukan pengamatan hingga 21 hari. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu timbang

berat akhir pada tiap masing-masing jenis beras.

3.4.2 Pengamatan Kacang Hijau

Pada praktikum preferensi hama Callosobruchus chinensis dengan menggunakan

biji kacang hijau. Langkah pertama yang dilakukan mengambil 2000 butir Kacang Hijau

kemudian Masukkan kedalam 2 gelas aqua dan timbang berat awal. Selanjutnya

Memasukkan 10 dan 20 Callosobruchus chinensis pada tiap gelas aqua. Menutup gelas

aqua dengan menggunakan kain kasa, hal ini dilakukan agar kutu beras tersebut tidak

keluar dan masing bisa bernapas didalam gelas aqua, dan ikat dengan karet gelang.

Setelah selesai melakukan pengamatan hingga 21 hari. Langkah terakhir yang dilakukan

yaitu timbang berat akhir pada tiap masing-masing Kacang Hijau.

Diamati selama 4 minggu

Page 15: Hama Gudang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

4.1.1.1 Hasil Pengamatan Pada Beras

Varietas Berat Beras

Awal 7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS

Beras IR 64 40,8 g 41,26 g 40,75 g 40,17 g 39,85 g

Beras jatah 40 g 40,7 40,35 39,94 39,63

Beras pandan wangi

36 g 37,6 37,16 36,72 36,33

Varietas Jumlah Hama

Awal 7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS

Beras IR 6420

H = 19,

M = 1

H = 16,

M = 3

H = 15,

M = 1

H= 13,

M = 2

Beras jatah20

H = 20,

M = 0

H = 13,

M = 7

H = 10,

M = 3

H = 10,

M = 0

Beras pandan wangi 20

H = 21,

M = 0

H = 17,

M = 4

H = 15,

M = 2

H = 9,

M = 6

Ket : H = Hidup

M = Mati

Page 16: Hama Gudang

4.1.1.2 Hasil Pengamatan Pada Kacang Hijau

Sampel

Berat kacang hijau

Awal 7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS

10 hama (A) 129,8 g 129, 34 g 127,49 g 127,28 g 127,03 g

20 Hama (B) 130,7 g 128,34 g 127,94 g 127,89 g 128,01 g

Sampel Jumlah hama

7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS

10 hama (A) H =2,

M = 8

H = 0,

M = 0

H = 1,

M = 0

H = 17,

M = 0

20 Hama (B) H = 0,

M = 0

H = 0,

M = 0

H = 0,

M = 0

H = 61,

M = 0

Ket : H = Hidup

M = Mati

4.1.2 Grafik

4.1.2.1 grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat

Page 17: Hama Gudang

4.1.2.2 Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah Hama

4.2 Pembahasan Praktikum

4.2.1 Pembahasan pada beras

Pada praktikum preferensi hama ini menggunakan 3 bahan jenis beras sebagai

perbandingan perlakuan. Bahan yang digunakan yaitu beras IR64, beras pandan wangi

dan beras raskin yang diperoleh hasil berat beras dan juga jumlah hama pada beras

mengalami fluktuasi, baik pada beras IR-64, beras raskin maupun pandan wangi. Berat

beras dapat mengalami fluktuasi karena jumlah hama yang ada juga mengalami

fluktuasi.

Menurut bahwa tingkat kekerasan kulit, kadar air biji, warna, tekstur biji (ada

tidaknya bulu) dan komposisi senyawa yang dikandungnya sangat berpengaruh terhadap

kecenderungan serangga hama Sitophilus oryzaes dalam memilih sumber makanan.

Hasil – hasil penelitian mencatat bahwa varietas yang berbulu keras dan kadar tanin

yang tinggi, mengalami kerusakan dengan tingkat skor kerusakan rendah, sebaliknya,

kulit yang lunak dengan kadar tanin yang rendah, skor kerusakannya nampak tinggi.

Fenomena ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara kondisi fisikokimiawi

suatu biji terhadap tingkat kerusakan.

Dari hasil pengamatan selama 24 hari didapatkan hasil yaitu hasil berat awal beras

IR.64 yaitu 40,8 gram dan mengalami penyusutan pada berat akhir yaitu 39,85 gram.

Pada beras jatah didapatkan hasil berat awal 40 gram dan mengalami penyusutan pada

Page 18: Hama Gudang

berat akhir yaitu 39,63 gram. Sedangkan pada beras pandan wangi diperoleh berat awal

36 gram dan berat akhir 36,33 gram.

Pada hasil pengamatan jumlah hama pada ketiga jenis beras yang berbeda

didapatkan hasil pada beras varietas IR.64 jumlah hama pada awal yaitu 20 hama, dan

setelah 24 hari diperoleh hama hidup sebanyak 13 imago dan yang mati sebanyak 2

imago. Sedangkan pada beras jatah jumlah hama pada awal yaitu 20 hama, dan setelah

24 hari diperoleh hama hidup 10 imago dan tidak ada yang mati. Sedangkan pada beras

pandan wangi didapatkan hasil jumlah hama pada awal yaitu 20 hama, dan setelah 24

hari diperoleh hama hidup sebanyak 9 dan yang mati sebanyak 6 imago.

Dari hasil pengamatan berat beras maupun hama beras mengalami penurunan

berat maupun jumlah hama. Pada beras varietas pandan wangi menagalami penurunan

paling banyak, kemudian beras IR.64 dan yang terakhir beras jatah raskin. Sedangkan

pada pengamatan hama beras, hama paling banyak terdapat pada IR.64 kemudian raskin

dan yang terakhir adalah pandan wangi. Dapat disimpulkan bahwa penurunan berat

beras paling banyak adalah pada pandan wangi. Sedangkan jumlah hama paling banyak

adalah pada IR64. Kedua jenis beras ini memiliki kualitas yang sangat bagus, sehingga

hama menyukai kdua beras tersebut. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti penyebaran dan kelimpahan hama pada varietas pandan wangi yaitu

tergantung kesesuaian lingkungan dan makanan.

Menurut Yayuk (1990) bahwa hama Sitophilus oryzae lebih menyukai beras

pandan wangi. Makanan dan kandungan dalam makanan sangat mempengaruhi

preferensi hama. Dan menurut Yasin (2009) Faktor lain yang mempengaruhi yaitu: a)

kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya kadar air bahan, c)

permukaan terlalu keras, bentuk material bahan yang kurang disenangi, misalnya beras

lebih disenangi dari pada gabah.

4.2.2 Pembahasn pada kacang hijau

Pada praktikum kali ini menggunakan perbedaan perlakuan perbedaan jumlah

hama. Hama yang di jadikan sampel adalah 10 dan 20. Dari hasil pengamatan pada berat

kacang hijau selama 24 hari didapatkan hasil berat awal kacang hijau (A) yaitu 129,8

Page 19: Hama Gudang

gram dan setelah 24 hari menjadi 127,03gram. Sedangkan pada Kacang Hijau (B)

didapatkan hasil berat awal yaitu 130,7 gram, dan setelah 24 hari menjadi 128,01 gram.

Pada hasil pengamtan jumlah hama pada Kacang Hijau (A) dan (B) didapatkan

hasil pada Kacang Hijau (A) jumlah hama pada awal yaitu 10 imago dan setelah 24 hari

menjadi 17 hama yang hidup dan tidak terdapat hama mati. Sedangkan Kacang Hijau

(B) jumlah hama pada awal yaitu 20 imago dan setelah 24 hari menjadi 61 hama yang

hidup dan tidak terdapat hama mati.

Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kacang hijau A

maupun B dengan jumlah 10 dan 20, antara berat kacang hijau tersebut dengan jumlah

hama berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan pendapat Talekar & Lin (1992) dalam

Lestari Ujianti et.al., (2011) menyatakan bahwa hama kacang hijau dapat menyerang

baik sebelum dan sesudah panen, dan jika biji yang terserang tersebut disimpan, hama

tersebut akan tumbuh dan berkembang serta meletakkan telur pada biji lainnya.

Serangan pada saat penyimpanan ini dapat mengakibatkan kerusakan biji secara total

hanya dalam waktu 3 bulan.

Menurut Kartasaputra (1987), hama mulai menyerang biji sejak di lapang sampai

tempat penyimpanan. Kehilangan hasil akibat infestasi C. chinensis mencapai 70%.

Kumbang betina dapat memproduksi telur hingga 150 butir. Telur ditempatkan pada

permukaan biji yang disimpan dan umumnya menetas setelah 3-4 hari pada suhu 24,4-

30,7°C dengan kelembapan nisbi 67,5-82,6%.

4.3 Pembahasan Soal

1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi Sitophilus oryzae pada

ketiga jenis beras? Mengapa demikian? Apakah variable tersebut sudah menunjukkan

bahwa varietas tertentu yang disukai oleh Sitophilus oryzae?

Varietas Jumlah Hama

Awal 7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS

Beras IR 6420

H = 19,

M = 1

H = 16,

M = 3

H = 15,

M = 1

H= 13,

M = 2

Beras jatah 20 H = 20, H = 13, H = 10, H = 10,

Page 20: Hama Gudang

M = 0 M = 7

M = 3

M = 0

Beras pandan wangi 20

H = 21,

M = 0

H = 17,

M = 4

H = 15,

M = 2

H = 9,

M = 6

Penambahan Sitophilus oryzae terdapat pada ketiga jenis beras. Kenaikan

populasi tertinggi pada beras IR64. Hal ini menunjukkan bahwa beras IR64 lebih disukai

hama yang ditunjukkan dengan penamabahan populasi paling banyak. Hal ini sesuai

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yayuk (1990) bahwa makanan dan kandungan

dalam makanan sangat mempengaruhi preferensi hama. Sementara itu kita tahu bahwa

beras Pandanwangi dan IR 64 memiliki kualitas yang jauh lebih baik jika dibandingkan

dengan raskin, tetapi justru menunjukkan kondisi yang berbeda.

Penambahan populasi hama ini menunjukkan bahwa pada beras Pandan Wangi

lebih disukai oleh hama.

2. Dari ketiga jenis beras, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga disukai oleh

Sitophilus oryzae? Apakah kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus

oryzae? Jelaskan Alasannya? Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah

akhir pengamatan?

Jawab :

Berdasarkan data jumlah hama dan kualitas beras, beras jenis pandan wangi

merupakan beras dengan kualitas yang bagus, karena hama dapat berkembang biak

yang menyebabkan penurunan bobot dari beras pandan wangi yang cukup banyak

dibanding lainnya. Kualitas beras juga pastinya berpengaruh teradap preferensi

Sitphilus oryzae , karena kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika

serangga memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau

dalam proses perkembangbiakan keturunannya. Banyak kemungkinan lain yang bisa

terjadi, hal itu bergantung pada sudut pandang dan pengetahuan yang dimiliki serta

literatur yang menunjang. Kondisi beras pada akhir pengamatan tidak sebaik pada

Page 21: Hama Gudang

awal pengamatan yakni terdapat beberapa biji yang berlubang dan terdapat beras yang

menjadi tepung.

3. Carilah jurnal yang berhubungan dengan soal materi ini. Sertakan print out jurnal

sebagai acuan dalam menjawab soal. Berilah tanda (garis bawah atau stabilo) pada

kata yang menjadi acuan untuk menjawab.

Jawab : dilampiran

4. Ambil 5-10 sample dari masing-masing jenis beras da kacang hijau yang telah rusak,

dokumentasikan secara jelas gejala yang terdapat pada permukaan beras. gunakan

kamera dgn resolusi yang bagus untuk hasil dokumentasi yang jelas.

Jawab : dilampiran

Page 22: Hama Gudang

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit

atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini

termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian.

Callosobruchus chinensis merupakan hama primer pada biji kacang-kacangan terutama

kacang hijau. Serangga ini termasuk Ordo Coleoptera dan Family Bruchidae serta

kecenderunganmenyerang kacang hijau sesaat setelah di panen dan ketika pada masa

penyimpanan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan berat beras paling banyak adalah

pada pandan wangi. Sedangkan jumlah hama paling banyak adalah pada IR64. Kedua jenis

beras ini memiliki kualitas yang sangat bagus, sehingga hama menyukai kdua beras tersebut.

Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyebaran dan kelimpahan

hama pada varietas pandan wangi yaitu tergantung kesesuaian lingkungan dan makanan.

Sedangkan dari hasil pengamatan pada kacang hijau A maupun B dengan jumlah perlakuan

hama 10 dan 20, antara berat kacang hijau dengan jumlah hama berbanding lurus.

5.2 Saran dan Kritik

Untuk asisten : lebih ontime lagi dan praktikum lebih dikondisikan lagi

Untuk praktikum : sebaiknya pengamatan saat praktikum didampingi oleh asisten

Page 23: Hama Gudang

DAFTAR PUSTAKA

Avidov, A.S.W., Applebeam, and M.J. Boulinger. 1965. Physiologycal aspects of host specifity

the Bruchidae. II Ovipositional preference and behavior of C. chinensis (L.).

Borror, D.J., Triplehorn, C.A and N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran serangga. Edisi

VI. UGM Press, Yogyakarta. h. 586

Champ, B.R. dan C. E. Dyte. 1976. FAO Global Survey of Pesticide, Susceptibility of Stored

Grain Pest. FAO of United Nation, Rome.

Hadipranoto, D.S. 1984. Kualitas dan Aanalisis Kualitas Beras dan Gabah. BPTP BULOG

Tambun.

Husain, I. 1982. The susceptibility of milled rice and rough rice attack by Sitophilus oryzae (Lin)

and Sitophilus zeamais (Motsch). Bogor Indonesia.Biotrop.

Jones, F. G. W. dan M. G. Jones, 1974. Pest Field Crops. Edward Arnold, London. 448p

Kalshoven, L.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Rivised and translated by P.A. Vander

Laan with Assistance of G.L.H. Rothsid. PT. Ikhtiar Baru- Van Hoeven. Jakarta.

Kartasapoetra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Jakarta: PT RINKA CIPTA

Kartasaputra, A. G. 1987. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Bina Aksara. Jakarta.

Manly, B. F J. Randomization and Monte Carlo methods in biology. 1997. Chapman & Hall

New York.

Morallo rojesus, 1978. Stored Grains Pest Problems and research Needs in South east Asia.

SEARCA Profesional Lecture in Entomology. Juli 21, 1978

Naynienay, 2008. http://naynienay.wordpress.com/2008/01/28/tentang-hama- tumbuhan/. Di

akses pada tanggal 22 Mei 2014

Payne, G.A. 2003. Afltoxin in maize. Revplan. http://www. pesthouseinsect .com , diakses tanggal

19 Mei 2014

Page 24: Hama Gudang

Pranata, R.I. 1982, Pengantar Biologi Hama Gudang. BIOTROP, Bogor.

Wagianto. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar

LAMPIRAN

Page 25: Hama Gudang

Macam-macam Varietas yang digunakan pada praktikum Hama Gudang

Pandan Wangi IR 64 Raskin

Dokumentasi saat penimbangan beras