Download - HALAMAN JUDUL - UNUD

Transcript
Page 1: HALAMAN JUDUL - UNUD

i

HALAMAN JUDUL

CYCLOTHYMIA

Disusun oleh:

dr. I Gde Haryo Ganesha, S.Ked

Dept. Medical Education

Agung Bagus Sista Satyarsa (1502005079)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2016

Page 2: HALAMAN JUDUL - UNUD

ii

KATA PENGHANTAR

Om Swastyastu,

Pertama-tama, penulis ingin memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang

Hyang Widhi Wasa, karena atas restu dan karunianya penulis dapat

menyelesaikan student project dengan tepat waktu dan lancar. Student project

dengan judul “Cyclothymia”.

Karya ilmiah ini telah diselesaikan dengan observasi dan bantuan dari

berbagai pihak untuk dapat menyelesaikan dan melengkapi berbagai kekurangan

dalam penyelesaiannya. Sehingga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

dosen, teman-teman, dan semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan

karya ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam karya ilmiah ini. Oleh

karena itu, penulis berharap kepada pembaca agar dapat memberikan saran, kritik

dan rekomendasi yang dapat membuat karya ilmiah ini lebih baik selanjutnya.

Akhir kata, penulis berharap karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi

semua orang.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 24 Juni 2016

Penulis

Page 3: HALAMAN JUDUL - UNUD

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i

Kata Penghantar ....................................................................................................... ii

Daftar Isi .................................................................................................................... iii

Daftar Tabel .............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi .............................................................................................. 3

2.2 Epidemiologi ...................................................................................... 3

2.3 Etiologi ............................................................................................... 4

2.4 Patofisiologi.................................................................................. ...... 5

2.5 Diagnosis ............................................................................................ 7

2.6 Manifestasi Klinis......................................................................... ...... 11

2.7 Diagnosis Banding .............................................................................. 12

2.8 Penatalaksanaan dan Upaya Preventif ................................................ 13

2.9 Prognosis ............................................................................................ 16

BAB III SIMPULAN

3.1 Simpulan ....................................................................................................... 17

3.2 Saran ............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: HALAMAN JUDUL - UNUD

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Obat, Dosis Obat, Efek Samping Obat, dan

Farmakodinamik Obat yang dapat Direkomendasikan pada

Cyclothymia ..................................................................................................... 14

Page 5: HALAMAN JUDUL - UNUD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, semakin banyak orang sibuk akan pekerjaan dan

aktivitas yang padat, mendapat banyak tuntutan dan permasalahan yang dapat

memicu terjadinya stress dan depresi. Pelajar juga terkena dampaknya, seperti

pada masalah pribadi seperti putus dengan pacar atau saat menghadapi ujian

semester, dan masih banyak masalah lainnya, untuk beberapa orang hal tersebut

akan menimbulkan respon yang berbeda-beda seperti terjadinya gangguan mood

(keadaan emosi) (Perugi dkk, 2015).

Menurut Perugi dkk, (2015) gangguan mood sering terjadi dengan berbagai

macam kasus dan gejala yang beraneka ragam. Berdasarkan American Psychiatric

Association’s Diagnostic and Statistical Manual, Fifth Edition (DSM-V), pada

keadaan yang saling berubah antara keadaan depresi dan senang (manic) dapat

diartikan sebagai dua kutub berbeda yang disebut bipolar. Jika episode depresi

dalam tingkatan ringan dan episode manic dalam keadaan ringan (hipomanik),

maka akan menyebabkan gangguan siklotimik (Cyclothymia) (APA, 2013).

Gangguan siklotimik atau disebut pula cyclothymia bukan gangguan mood

baru. Sejarang cyclothymia didasarkan pada observasi Emil Kraepelin dan Kurt

Schneider bahwa sepertiga sampai duapertiga pasien dengan gangguan mood

menunjukan gangguan kepribadian (Kaplan, 2015). Para peneliti telah banyak

mengindentifikasi gangguan mood seperti Major Depressive Disorder,

Dysthymia, Bipolar Type I and II secara epidemiologi, psikologi, biologi, dan

studi klinis. Dengan demikian, gangguan cyclothymia dapat disebut gangguan

bipolar yang kronis, gangguan afektif tempramen, dan gangguan kepribadian

(Akiskal, 1977; Parker, 2011; Sebastian dkk, 2014). Pada individu yang

mengalami cyclothymia terdapat gejala-gejala depresi yang ringan namun terus

menerus dan silih berganti dengan gejala manik yang ringan juga.

Berdasarkan data statistik, kejadian cyclothymia ini terjadi pada usia remaja

hingga dewasa dengan rentangan usia 16-36 tahun dan terdapat sekitar 3%-10%

kasus cyclothymia (Perugi dkk, 2015; Axelon, 2015). Maka masyarakat dihimbau

Page 6: HALAMAN JUDUL - UNUD

2

untuk mewaspadai gejala cyclothymia ini dikarenakan pada berpeluang menjadi

Major Depression Disoders (MDD) dan gangguan Bipolar (Yen, 2015).

Diperlukan penegakan diagnosis yang pasti pada cyclothymia untuk

memperkirakan prognosis pasien dengan gangguan siklotimik.

Fenomena ini selanjutnya masuk kriteria diagnosis secara internasional, yang

secara khusus difokuskan pada aspek cyclothymia dari "mood" (misalnya antara

episode depresi dan gejala hypomanic dalam bentuk dilemahkan), dengan

mempertimbangkan aspek-aspek psikologis, gejala perilaku dan fitur klinis yang

penting, seperti reaktivitas suasana hati yang berlebihan, impulsif dan kecemasan

(Axelson, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka melalui karya tulis ini penulis ingin

memberikan informasi tentang cyclothymia dengan tujuan memperjelas tanda dan

manifestasi klinis yang timbul, hubungan dengan gangguan mental lainnya dan

tentu saja jangka panjang dari cyclothymia. Dengan demikian, penulis dalam

karya tulis ini, dapat merekomendasikan terapi baik secara psikoedukasional

efektif dan manajemen klinis yang spesifik dari pasien dengan cyclothymia.

Page 7: HALAMAN JUDUL - UNUD

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Cyclothymia atau cyclothymia terdiri dari dua kata yakni “Cycle” yang

artinya perputaran dan “thymic” yang artinya mood atau keadaan perasaan

seseorang. Maka dapat diartikan bahwa Cyclothymia dapat berarti “mood swing”

adalah keadaan perasaan seseorang yang berubah-ubah sesuai siklus yang berlaku

dimana bias dalam episode hipomania dan episode depresi dengan tingkat ringan

(Kaplan, 2015).

Cyclothymia dapat disebut sebagai gangguan cyclothymic adalah bentuk

ringan gangguan bipolar. Seperti gangguan bipolar, cyclothymia adalah gangguan

suasana hati (mood) kronis yang menyebabkan naik turunnya emosi. Terkadang

penderita berada puncak emosi, namun tiba-tiba emosi turun drastis di titik

terendah yang dapat membuat pendeita merasa putus asa dan bunuh diri.

Sedangkan pada saat suasana hati stabil (antara emosi tinggi dan rendah),

penderita merasa baik-baik saja (Perugi dkk, 2015).

2.2 Epidemiologi

Pasien dengan gangguan siklotimik dapat mencapai 3% - 10% pasien

psikiatri rawat jalan, terutama mungkin mereka yang memiliki keluhan

bermakna mengenai kesulitan perkawinan dan interpersonal (Perugi dkk, 2015).

Di dalam populasi umum, prevalensi seumur hidup gangguan distimik

diperkirakan sekitar 1%. Gambaran ini mungkin lebih rendah daripada

prevalensi yang sebenarnya karena seperti pada pasien gangguan bipolar I,

pasien ini mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah

psikiatri (Kaplan, 2015; Van Meter, 2012).

Gangguan siklotimik, seperti juga gangguan distimik, sering timbul

bersamaan dengan gangguan kepribadian ambang. Sekitar 10% pasien rawat

jalan dan 20% dari pasien rawat inap dengan gangguan kepribadian ambang

juga memiliki diagnosis gangguan siklotimik. Rasio perempuan laki-laki pada

gangguan distimik sekitar 3:2, dan 50 sampai 75% pasien antara usia 15 dan

Page 8: HALAMAN JUDUL - UNUD

4

25 tahun. Keluarga orang-orang dengan gangguan siklotimik sering memiliki

anggota keluarga dengan gangguan terkait zat (Kaplan, 2015; Yen, 2015).

2.3 Etiologi

Seperti gangguan distimik, terdapat kontroversi apakah gangguan

siklotimik terkait dengan gangguan mood, baik secara biologis ataupun

psikologis. Sejumlah peneliti telah menghipotesiskan bahwa gangguan

siklotimik memiliki hubungan yang lebih dekat dengan gangguan kepribadian

ambang daripada gangguan mood. Walaupun terdapat kontroversi ini, data

biologis dan genetik menyokong gagasan gangguan siklotimik sebagai benar-

benar gangguan mood (Perugi dkk, 2015; Birmaher dkk, 2014).

2.3.1 Faktor Biologi

Data genetika merupakan pendukung yang paling kuat untuk hipotesis

bahwa gangguan siklotimik adalah gangguan mood. Kira-kira 30% dari

semua pasien gangguan siklotimik memiliki riwayat keluarga yang positif

untuk gangguan bipolar I; angka tersebut serupa dengan angka bagi pasien

dengan gangguan bipolar I (Perugi dkk, 2015). Selain itu, silsilah keluarga

dengan gangguan bipolar I sering dihubungkan dengan pasien gangguan

siklotimik. Pengamatan Bahwa sepertiga persen dengan gangguan

siklotimik memiliki gangguan mood utama, bahwa mereka khususnya

rentan terhadap hipomania akibat antidepresan, dan bahwa kira-kira sekitar

60% berespon terhadap litium mendukung gangguan siklotimik

merupakan gangguan bipolar I yang dilemahkan (Fava, 2011).

2.3.2 Faktor Psikososial

Sebagian besar teori psikodinamika mendalilkan bahwa perkembangan

gangguan siklotimik terletak pada trauma dan fiksasi selama stadium oral

dalam perkembangan bayi. Menurut Freud, keadaan siklotimik adalah

usaha ego untuk mengatasi superego yang kuat dan suka menghukum (Del

Calro, 2013; Perugi dkk, 2015). Hipomania dijelaskan secara

psikodinamika terjadi jika orang terdepresi membuang beban superego

yang sangat kuat. Sehingga menyebabkan tidak adanya kritik diri dan tidak

Page 9: HALAMAN JUDUL - UNUD

5

adanya pengekangan. Mekanisme pertahanan utama pada hipomania

adalah penyangkalan (Parker, 2012).

2.4 Patofisiologi

Presentasi klinis cyclothymia sangat kaya akan manifestasi psikopatologis.

Dalam pengertian ini diagnostik definisi dasarnya berdasarkan adanya gejala

suasana hati yang sangat sederhana dan menyesatkan. Gejala suasana hati yang

dapat didefinisikan akan dilemahkan dan bahkan mungkin tidak dilaporkan, atau

dapat dianggap sebagai tidak lebih dari perifer pada banyak pasien. Pada

kenyataannya, cyclothymia dapat didefinisikan oleh suasana hati dan emosi labil,

dan lebih reaktivitas untuk rangsangan positif atau negatif, baik dalam hal

intensitas ataupun durasi (Birmaher dkk, 2014; Van Meter, 2013).

Pasien cyclothymia sering tiba-tiba mengalihkan suasana hati dengan singkat

pada episode depresi dan episode hypomanic. Keadaan ini dianggap sebagai

cyclers ultra-cepat atau ultradian (Perugi dkk, 2015). Intensitas, kecepatan dan

ketidakpastian perubahan suasana hati adalah penyebab utama dari ketidakstabilan

dalam hal harga diri, kepribadian dan hubungan interpersonal.

Cyclothymia memiliki suasana hati yang tidak teratur, sementara periode

stabilitas suasana hati jarang terjadi dalam beberapa kasus episode suasana hati

utama kedua polaritas mungkin muncul (Akiskal dkk, 1977; Perugi dkk, 2015).

Menurut teori stress-vulnerability model, ada beberapa resiko atau faktor

penyebab gangguan cyclothymia, selain dalam keadaan mental tersebut terdapat

patofisologis pada cyclothymia baik secara biologi, secara psikologi, maupun

secara sosial, yakni sebagai berikut (Kaplan, 2015; Perugi dkk, 2015).

2.4.1 Biologi

Penderita cyclothymia lebih sering dijumpai pada penderita yang

mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan bipolar jenis ini.

Riwayat pada keluarga dengan cyclothymia bukan berarti anak atau saudara

akan pasti menderita gangguan bipolar (Van Meter, 2012). Seseorang

dengan gangguan cyclothymia ini mempengaruhi kondisi pasien. Artinya

ada faktor predisposisi terhadap gangguan bipolar. Hanya saja, tanpa

adanya faktor pemicu maka yang bersangkutan tidak akan terkena

Page 10: HALAMAN JUDUL - UNUD

6

gangguan bipolar. Faktor predisposisi gangguan bipolar bisa terjadi juga

karena anak meniru cara bereaksi yang salah dari orang tuanya yang

menderita gangguan bipolar. Secara biologis, terdapat beberapa perubahan

kimia di otak yang diduga terkait dengan gangguan cyclothymia (Stone,

2014; Sebastian dkk, 2014).

2.4.2 Psikologi

Penderita cyclothymia dapat dilihat memiliki gangguan pada psikologi

dimana terlihat secara penampilan fisik yang cenderung eksentrik,

menggunakan pakaian dengan warna yang mencolok, terdapatpula

penampilan seperti orang pada umunya, dan bertindak apatis dengan apa

yang dikatakan dan dipikirkan masyarakat tentang dirinya. Kerentanan

psikologis (psychological vulnerability) dinilai pada kepribadian dan cara

seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan dalam

mendorong munculnya gangguan bipolar (Yen, 2015).

2.4.3 Sosial

Penderita cyclothymia dapat memiliki gangguan secara sosial dimana

cenderung apatis, egois, dan cenderung penyendiri. Gangguan siklotimik

dapat mempengaruhi pula kegiatan sosial seperti gangguan dalam bekerja

dan gangguan beraktivitas yang menyebabkan kesalahan tindakan dan

mengganggu kegiatannya tersebut (Kaplan, 2015).

Psikopatologi gangguan cyclothymia dapat disama artikan dengan gangguan

bipolar. Banyak teori telah diajukan mengenai patofisiologi gangguan

cyclothymia yang menjadi bipolar, teori yang paling popular berpendapat bahwa

gangguan cyclothymia disebabkan ketidakseimbangan neurotransmitter

norepinefrin yang diperkirakan menyebabkan gejala gangguan bipolar (Stone,

2014). Penggunaan dari beberapa substansi yang mempengaruhi sistem syaraf

pusat (misalnya, alkohol, antidepresan, kafein, stimulant sistem syaraf pusat,

halusinogen atau ganja) dapat memperburuk gejala mania atau depresi (Perugi,

2015). Penyebab umum gangguan cyclothymia bersifat komplek atau multi faktor.

Page 11: HALAMAN JUDUL - UNUD

7

Maka dapat disimpulkan bahwa gangguan cyclothymic bukan hanya disebabkan

oleh adanya gangguan keseimbangan kimia di dalam otak yang cukup

disembuhkan dengan minum obat obatan (Sebastian dkk, 2014).

Terdapat berbagai macam faktor risiko dalam gangguan mood, khususnya

pada cyclothymia dimana terdapat perubahan mood yang berulang antara depresi

dan hipomanik. Berdasarkan patofisologi di atas, adapun faktor resiko kejadian

cyclothymia sama halnya dengan kasus bipolar yakni sering merasa cemas, terjadi

penurunan konsentrasi, pikiran tidak bisa dibayangkan baik senang maupun duka,

terjadi penyimpangan gaya hidup, penggunaan zat aditif berlebih dapat pula

menjadi faktor risiko yang jelas pada pasien cyclothymia, dan pada kasus

gangguan mood yang non-psikosis (Pompili, 2012; Perugi dkk, 2015).

2.5 Diagnosis

Diagnosis dari cyclothymia dapat ditentukan dari berbagai penilaian dan

berdasarkan pedoman penggolongan untuk gangguan penyimpangan mental.

Selain itu diagnonis cyclothymia diperoleh dengan menilai keadaan dan perasaan

pasien dengan beberapa parameter. Klinisi harus dipertimbangkan diagnosis

gangguan siklotimik jika seorang pasien dating dalam permasalahan perilaku

sosiopatik (Kaplan, 2015; Van Meter, 2013). Walaupun terdapat laporan

anecdotal adanya peningkatan produktivitas dan kreativitas pada pasien saat

episode hipomanik, sebagaian besar klinisi melaporkan bahwa pasiennya menjadi

kacau dan tidak efektif dalam bekerja dan sekolah selama periode tersebut

(Hantouche, 2012).

Kriteria diagnosik pada pasien dengan cyclothymia dapat dilakukan dengan

Panduan Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III), DSM-V, dan

Global Assasment Factor Mental Scale (GAF) atau pada aksis V. Dengan

demikian diperoleh diagnosis pasti untuk cyclothymia sebagai berikut.

2.5.1 PPDGJ – III (F34.0)

Berdasarkan PPDGJ-III, ciri esensial ialah ketidak-stabilan menetap

dari afektif (suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan

hipomania ringan, diantaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup

lama untuk memenuhi kriteria gangguan afektif bipolar (F31.-) atau

Page 12: HALAMAN JUDUL - UNUD

8

gangguan depresif berulang (F33.-). Setiap episode alunan afektif (mood

swing) tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun yang disebutkan

dalam episode manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-) (Maslim, 2013).

2.5.2 American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual,

Fifth Edition (DSM-V)

Berdasarkan DSM-V terdapat beberapa kriteria pada cyclothymia

sebagai berikut (Maslim, 2013; APA, 2013).

A. Selama minimal 2 tahun (minimal 1 tahun pada anak-anak dan remaja)

ada banyak periode dengan gejala hypomanic yang tidak memenuhi

kriteria untuk episode hypomanic dan ada banyak periode dengan

gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria untuk episode depresi

mayor.

B. Selama periode 2 tahun tersebut (1 tahun pada anak-anak dan remaja),

terdapat periode hypomanik dan depresi untuk setidaknya setengah

waktu dan individu belum atau tanpa gejala selama lebih dari 2 bulan

pada suatu waktu.

C. Tidak ditemukan kriteria yang menunjukan episode depresi mayor,

manik, atau hipomanik.

D. Gejala pada kriteria A tidak merujuk pada gangguan skizoafektif,

skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan waham, atau

spektrum skizofrenia yang tidak spesifik atau yang tidak spesifik

lainnya dan gangguan psikotik lainnya.

E. Gejalanya tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat (misal:

penyalahgunaan obat & medikasi) atau kondisi medis lain (misal:

hipertiroidisme).

F. Gejala menyebabkan kesulitan atau gangguan klinis yang signifikan

dalam sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya.

Fitur penting dari gangguan cyclothymia yaitu kronis, gangguan mood

yang fluktuatif yang melibatkan berbagai periode gejala hipomanik dan

periode gejala depresi yang berbeda satu sama lain (Kriteria A) (APA,

2013). Gejala hypomanic dari cyclothymia yaitu tidak mencukupi jumlah,

Page 13: HALAMAN JUDUL - UNUD

9

tingkat keparahan, mudah menyebar, atau durasi untuk memenuhi kriteria

episode hipomanik, dan gejala depresi nya juga tidak mencukupi jumlah,

tingkat keparahan, mudah menyebar, atau durasi untuk memenuhi kriteria

untuk episode depresi berat (Maslim, 2013; Kaplan 2015). Selama periode

2 tahun pertama (1 tahun untuk anak-anak atau remaja), gejala harus terus-

menerus, dan apabila gejala hilang berlangsung tidak lebih dari 2 bulan

(Kriteria B). Diagnosis gangguan cyclothymia ditegakkan hanya jika

kriteria untuk depresi berat, manik, atau episode hipomanik tidak

ditemukan (Kriteria C). Jika seorang individu dengan gangguan

cyclothymia (setelah 2 tahun pertama pada orang dewasa atau 1 tahun

pada anak-anak atau remaja) kemudian mengalami depresi berat, manik,

atau episode hipomanik, maka diagnosis akan berubah menjadi gangguan

depresi berat, gangguan bipolar I, atau gangguan biplar spesifik atau tidak

spesifik lainnya dan gangguan terkait (disubklasifikasikan sebagai episode

hipomanik episode depresi berat) (Maslim, 2013; Fava, 2011).

Diagnosis gangguan cyclothymia tidak ditegakkan jika pola perubahan

suasana hati (mood swing) lebih merujuk pada gangguan skizoafektif,

skizofrenia, gangguan schizofrreniform, gangguan waham, atau spektrum

skizofrenia yang tidak spesifik atau yang tidak spesifik lainnya dan

gangguan psikotik lainnya (Kriteria D), di mana gejala afektif dianggap

fitur terkait dari gangguan psikotik. Gangguan afektif juga harus tidak

disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat atau kondisi medis (Kriteria

E). Meskipun beberapa individu dapat beraktivitas dengan baik selama

beberapa periode hipomanik, namun selama terjadi hipomanik pasti

terdapat gangguan yang signifikan pada kondis sosial, pekerjaan, atau

lainnya sebagai akibat dari gangguan afektif tersebut (Kriteria F).

Gangguan pada kondis sosial, pekerjaan tersebut terjadi sebagai hasil dari

perubahan mood dalam siklus jangka waktu yang lama dan sering tidak

terduga (misal: individu dapat dianggap sebagai temperamental, moody,

tak terduga, tidak konsisten, atau tidak dapat diandalkan) (Del Carlo, 2013;

Maslim, 2013).

Page 14: HALAMAN JUDUL - UNUD

10

2.5.3 Parent General Behavior Inventory (P-GBI)

Pada diagnosis P-GBI ini menunjukan bahwa terdapat kriteria dalam

menegakkan diagnosis pasien dari orang tuanya. Penilain dengan P-GBI

ini telah lama ditemukan untuk menilai mood dan gangguan tidur. Pada

pasien cyclothymia keadaan mood swing sering terjadi. Maka diberikan

kuesioner dan wawancara terhadap orang tua pasien. Keluhan yang

spesifik dapat menjadi acuan dalam menegakkan diagnosis cyclotymia

(Axelson, 2015).

2.5.4 Family Index of Risk for Mood (FIRM)

Pada diagnosis dengan FIRM ini menunjukan bahwa terdapat kriteria

dalam cyclothymia sama halnya dengan P-GBI namun perbedaanya

kepada indeks keluarga pasien. Pada pemeriksaan FIRM, pasien

cyclothymia diberikan tes kuesioner yang mengacu permasalahan dalam

kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan keluarga. FIRM dapat

mendiagnosis terjadinya cyclothymia dari penurunan dan peningkatan dari

indeksnya (Birmaher dkk, 2014).

2.5.5 Halberstadt Mania Inventory (HMI)

Pada diagnosis HMI ini menunjukan bahwa terdapat kriteria dalam

menegakkan diagnosis pasien dengan cyclothymia. Penilaian cyclothymia

dengan melakukan tes wawancara dan tes kuesioner. Pada hasil diagnosis

dengan HMI ini dapat membedakan antara gangguan siklotimik dengan

gangguan bipolar (Francis-Raniere, 2006; Van Meter, 2013).

2.5.6 Patologi Klinis

Secara patologi klinis dapat pula mendiagnosis dan menunjukan bahwa

pasien dengan gangguan siklotimik. Dimana pemeriksaan sel darah, urine,

kadar glukosa, dan LED memiliki keterkaitan dalam menegakkan

diagnosis pada pasien dengan gangguan siklotimik (Van Meter, 2013).

Page 15: HALAMAN JUDUL - UNUD

11

2.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada Cyclothymia diketahui pada PPDGJ-III dan DSM V

dapat diklasifikasi gejala pada penderita gangguan siklotimik. Penerangan dari

pasien juga diperlukan untuk menunjang keakuratan terhadap manifestasi klinis

yang spesifik pada penderita gangguan siklotimik ini (Kaplan, 2015; Maslim,

2013).

Gejala gangguan siklotimik identik dengan gejala gangguan bipolar II.

kecuali bahwa gejala gangguan siklotimik umumnya lebih ringan. Meskipun

demikian, kadang-kadang keparahan gejala dapat setara tetapi dengan durasi

yang lebih singkat daripada yang ditemukan pada gangguan bipolar II

(Axelson, 2015). Sekitar setengah dari semua pasien dengan gangguan

siklotimik memiliki geiala depresi sebagai gejala utama, dan pasien seperti ini

paling cenderung mencari bantuan psikiatri ketika sedang depresi, Beberapa

pasien dengan gangguan siklotimik terutama memiliki gejala hipomanik dan

cenderung lebih jarang berkonsultasi dengan psikiater daripada pasien depresi

(Landaas, 2012). Hampir semua pasien dengan gangguan siklotimik memiliki

periode gelala campuran dengan iritabilitas yang nyata.

Sebagian besar pasien dengan gangguan siklotimik yang ditemui oleh

psikiater tidak berhasil di dalam kehidupan profesional maupun sosial karena

gangguan mereka tetapi sejumlah kecil pasien berhasil, terutama mereka yang

bekerja untuk waktu yang lama dan tidur hanya sedikit. Kemampuan

sejumlah orang mengendalikan gejala gangguan bergantung pada berbagai

atribut individual, sosial, dan budaya (Kaplan, 2015).

Kehidupan sebagian besar pasien dengan gangguan siklotimik sulit. Siklus

gangguan cenderung jauh lebih singkat daripada siklus di dalam gangguan bipolar

I. Di dalam gangguan siklotimik, perubahan mood terjadi tidak tentu dan

mendadak serta kadang-kadang terjadi dalam beberapa jam. Periode mood normal

dan sifat perubahan mood yang tidak dapat diduga menimbulkan stres yang

hebat (Perugi dkk, 2015). Pasien sering merasa mood mereka tidak dapat

dikendalikan. Pada periode iritabel dan campuran, mereka dapat terlibat di dalam

perseteruan tanpa pencetus dengan teman, keluarga, atau pekerja (Yen, 2015).

Page 16: HALAMAN JUDUL - UNUD

12

Pada pasien yang memiliki episode selama dua tahun sebelumnya mengalami

beberapa gejala yang karakteristiknya untuk episode depresi dan hipomanik (Del

Calro, 2013). Pasien cyclothymia mempercayai terdapat karakteristik hari baik

dimana itu pada episode hipomanik dan hari buruk pada episode depresi. Selain

itu, siklus singkat adalah saling bergantian dengan iregularitas intermiten atas

dasar berulang. Dengan demikian diagnosis yang tepat adalah gangguan

siklotimik (Fava, 2011; Kaplan, 2015).

2.7 Diagnosis Banding

Jika suatu diagnosis gangguan siklotimik dipertimbangkan, semua penyebab

medis dan berhubungan zat yang mungkin untuk depresi dan manic yang perlu

dipertimbangkan (Parker, 2012). Berdasarkan diagnosis dan manifestasi klinis

cyclothymia di atas, maka terdapat diagnosis banding yang menyerupai

manifestasi klinis dari cyclothymia yakni sebagai berikut (Kaplan, 2015).

2.7.1 Gangguan Afektif Bipolar dan Gangguan Depresif Berulang

Cyclothymia meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania

ringan sehingga tidak memenuhi kriteria afektif bipolar dan depresif

berulang. Terdapat pula gangguan kepribadian ambang, anti sosial,

histrionic, dan narsitik. Gejala cyclothymia dapat disebut sebagai

gangguan bipolar kronis yang berbahaya dimana terdapat keadaan

perubahan keadaan emosi atau mood swing (Yen, 2015; Maslim, 2013).

2.7.2 Gangguan Bipolar II

Cyclothymia harus dibedakan dari gangguan bipolar II atas gejalanya

yang lebih ringan. Selain itu gangguan fungsi pada gangguan siklotimik

tidak seberat yang diderita penderita gangguan bipolar II. Gangguan

cyclothymia dapat menjadi faktor risiko kuat terjadinya gangguan bipolar

tipe II ini (Axelson, 2015; Perugi dkk, 2015).

2.7.3 Gangguan Akibat Zat Teretentu

Diagnosis dari gangguan siklotimik tidak harus disebabkan oleh

kondisi medis umum maupun penggunaan zat (kokain, amfetamin, dan

Page 17: HALAMAN JUDUL - UNUD

13

sterois). Penyalahgunaan alkohol dan zat lain sering ditemukan pada

pasien dengan gangguan siklotimik, yang menggunakan zat (alcohol,

benzodiazepine, dan marijuana) untuk mengobati dirinya sendiri tanpa

rekomendasi dokter psikiatri. Sekitar 5-10% penderita cyclothymia

mengalami ketergantungan dalam zat aditif (Perugi dkk, 2015; Kaplan,

2015).

2.8 Penatalaksanaan dan Upaya Preventif

Kompleksnya penatalaksanaan pasien gangguan cyclothymia yakni upaya

kuratif atau medikasi dengan obat-obatan dan dengan psikoterapi. Namun dari

berbagai upaya dalam men-treatment pasien, terdapat pula upaya preventif dalam

menekan terjadinya kejadian hipomanik dan depresi ringan pada pasien

cyclothymia. Adapun medikasi dalam upaya terapi pasien cyclothymia yakni

sebagai berikut (Perugi dkk, 2015; Fava, 2011).

2.8.1 Upaya Kuratif

Dalam menangani pasien dengan gangguan siklotimik diperlukan

upaya lebih dan berhati-hati pada perubahan mood yang mendadak. Maka

upaya kuratif dapat dilakukan dengan metode psikofarmakoterapi dan

metode psikoterapi sebagai berikut.

a. Psikofarmakoterapi

Dalam psikofarmakoterapi pada pasien cyclothymia tidak jauh beda

dengan gangguan mood pada bipolar. Obat antimanik merupakan

pengobatan lini pertama untuk pasien dengan gangguan siklotimik

(Maslim, 2014). Walaupun data percobaan terbatas pada panggunaan

lithium, obat antimanik lainnya, contohnya carbamazepine dan valproate

(Depakene) juga efektif (Baldessarini, 2011). Dosis dan konsentrasi

plasma dari obat tersebut harus sama seperti dengan gangguan bipolar I.

Pengobatan pasien dengan gangguan siklotimik yang mengalami depresi

dengan antidepresan harus berhati-hati, karena dapat terjadi peningkatan

kepekaannya terhadap episode hipomanik atau manic. Dikarenakan sekitar

40-50% pasien cyclothymia yang diberikan antidepresan mengalami

Page 18: HALAMAN JUDUL - UNUD

episode tersebut (Perugi dkk, 2015). Pada Tabel 1 di bawah ini

menjelaskan beberapa jenis obat yang direkomendasikan untuk pasien

gangguan cyclothymia (Maslim, 2014; Sebastian dkk, 2014).

Tabel 1. Daftar Obat direkomendasikan, Dosis Obat, Alternatif Obat,

Durasi Obat, dan Onset Obat yang dapat Direkomendasikan pada

Cyclothymia.

Obat Nama

Alternatif Dosis Anjuran

Waktu

Paruh Obat Onset

DEPAKOTE Devalproex

Sodium

3x 250 mg/h

1-2x 500 mg/h

12-24 jam 7-10 hari

Lithium Eskalith

Lithobid

Lithonate

200-500 mg/h efek 7-10 hari

dan 2-3 bulan

lanjutan

2-8

Minggu

Fase Akut

TEGRETOL Carbamazepine

Carbatrol

Epitol

300-600 mg/h

2-3 x perhari

1 jam

Selama 2-3x

/hari

1-2

minggu

DEPAKENE Valproic Acid 2x 250 mg/h 1 jam

Selama 2-3x

/hari

7-10 hari

HALOPERIDOL HALOPERIDOL

HALDOL

SERENACE

5-20 mg/h

5mg /(1/2)h i.m

Max. 20 mg

5 mg/ml

selama ½ jam

1-2

minggu

SSRI (Selective

Serotonin Re-

uptake Inhibitor)

Sertraline

Flouxetine

Citalopram

(Dipilih salah

satu sesuai

kondisi)

50-150 mg/h

10-40 mg/h

10-60 mg/h

12-48 jam

(Pemberian

1-2x/hari)

2-4

minggu

Penatalaksanaan dengan upaya kuratif harus diperlukan pengawasan

baik dari pihak keluarga pasien dan pihak tenaga medis. Dalam

penggunaan obat-obat berdasarkan table 1, dilakukan upaya kuratif dengan

obat yang sesuai dengan gejala yang menonjol, agar memperoleh hasil

yang maksimal yakni dengan mengurangi gejala gangguan siklotimik.

Untuk mencegah recurrent clothymia dan mengurangi dosis hingga

terbebas dari penggunaan obat-obatan dan perlu bimbingan (konseling).

Selain itu, makanan bergizi dapat menjadi salah satu upaya kuratif untuk

penderita gangguan siklotimik.

14

Page 19: HALAMAN JUDUL - UNUD

b. Psikoterapi

Psikoterapi untuk pasien gangguan siklotimik paling baik

diarahkan kepada meningkatkan kondisi kesadaran pasien tentang

kondisinya dan membantu mereka mengembangkan mekanisme

mengatasi pergeseran moodnya. Ahli terapi biasanya perlu membantu

pasien memperbaiki tiap kerusakan yang dilakukan selama episode

hipomanik. Kerusakan tersebut dapat termasuk masalah yang

berhubungan dengan pekerjaan dan berubungan dengan keluarga

(Perugi dkk, 2015).

Menurut Baldessarini (2011) dan Hantouche (2007) yakni pada

penderita gangguan siklotimik dilakukan terapi dengan

psychoeducational affective dimana kondisi pasien dihubungkan

dengan pengembangan afektive pasien cyclothymia dengan

mendengarkan audioterapi dan visualterapi untuk membentuk alam

bawah sadar yang baik yang menimbulkan efek positif dimana terjadi

peningkatan kualitas mood secara signifikan dan masih dilakukan

terapi lanjutan untuk mempertahankan kondisi tersebut. Pasien

cyclothymia juga memerlukan penanganan secara intrapersonal (Fava,

2011).

Sifat gangguan siklotimik yang jangka panjang, pasien sering kali

memerlukan terapi seumur hidup. Terapi dilakukan oleh keluarga dan

kelompok yang dapat berupa psikoterapi suportif yakni dengan

memberikan suport, motivasi yang mendukung keadaan mental

menjadi kembali seperti keadaan normal, psikoedukasional, dan

terapeutik interaksi sosial untuk pasien serta mereka yang terlibat

dalam kehidupan pasien (Hantouche, 2007; Perugi dkk, 2015).

Dengan memaksimalkan upaya kuratif dengan cara psikofarmakoterapi dan

psikoterapi diharapkan pasien dengan gangguan siklotimik dapat kembali

beraktivitas seperti biasanya, serta diperlukan pengawasan untuk mencegah

recurrent dari cyclothymia dengan menghindari stressor. Maka diperlukan upaya

preventif dalam mencegah baik recurrent maupun mencegah secara dini

cyclothymia.

15

Page 20: HALAMAN JUDUL - UNUD

2.8.2 Upaya Preventif

Adapun upaya preventif yang dapat dilakukan untuk menekan

terjadinya cyclothymia dengan cara 5M yakni sebagai berikut (Kaplan,

2015); Van Meter, 2012).

a. Mengetahui sejak dini (sebelum onset 2 tahun) perubahan interaksi

sosial dengan melakukan konseling dengan psikolong ataupun

psikiater.

b. Meningkatkan keterbukaan dengan keluarga dan lingkungan sosial.

c. Mengurangi beban pikiran dan melakukan interaksi sosial.

d. Mengetahui perubahan episode depresi dan hipomanik secara dini dan

melakukan terapi didukung oleh tenaga medis bidang psikiatri.

e. Melakukan kegiatan positif seperti melakukan hobi yang disukai

dengan keluarga ataupun sahabat.

2.9 Prognosis

Beberapa pasien dengan gangguan cyclothymia ditandai dengan peka,

hiperaktif, atau murung pada saat masih kecil. Onset gangguan yang jelas

gangguan cyclothymia sering kali terjadi secara samar-samar dalam usia belasan

tahun dan awal usia 20-an. Terjadi fluktuasi suasana hati yang parah dapat

mempengaruhi dalam setiap aspek kehidupan mereka (Perugi dkk, 2015; Parker,

2012). Timbulnya gejala pada waktu tersebut mungkin mengganggu prestasi

orang tersebut di sekolah dan kemampuannya mendapatkan persahabatan dengan

teman sebayanya. Reaksi pasien terhadap gangguan tersebut bervariasi, pasien

dengan strategi mengatasi atau pertahanan ego yang adapatif memiliki hasil yang

lebih baik dibandingkan dengan pasien dengan strategi mengatasi yang buruk (Del

Carlo, 2013). Sekitar sepertiga dari semua pasien gangguan siklotimik

berkembang memiliki gangguan depresif berat, paling sering gangguan bipolar II.

Jika cyclothymia dapat segera diketahui maka prognosisnya baik dan dapat

kembali normal seperti orang pada umumnya (Perugi dkk, 2015; Kaplan, 2015).

16

Page 21: HALAMAN JUDUL - UNUD

BAB III

SIMPULAN

3.1 Simpulan

Cyclothymia adalah gangguan mood yang bersiklus antara episode depresi dan

episode hipomanik disebut sebagai mood swing. Proporsi pasien yang dapat

diklasifikasikan sebagai cyclothymia naik secara signifikan jika aturan diagnostik

yang diusulkan oleh DSM-V dan PPDGJ-III yang dipertimbangkan kembali dan

pendekatan yang lebih luas. Karena suasana hati yang ekstrim, reaktivitas

emosional, konsekuensi psikologis dan perilaku yang terkait menyebabkan

banyak pasien cyclothymia dapat didiagnosis sebagai dipengaruhi oleh gangguan

kepribadian, terutama mereka yang sering kambuh, impulsif parah dan

ketidakstabilan suasana hati yang ekstrim. Dengan demikian, cyclothymia sebagai

sindrom klinis dengan onset awal dan berlarut-larut tentu saja, dapat dianggap

sebagai common denominator dari komorbiditas kompleks dengan kecemasan,

kontrol impuls dan gangguan adiktif. Alkohol dan penyalahgunaan zat dapat

diartikan sebagai terkait nasib sendiri stimulasi dan mencari sensasi.

Penyalahgunaan tersebut kemungkinan akan lebih memperburuk impulsif dan

suasana hati ketidakstabilan.

Penatalaksanaan dan manajemen klinis cyclothymia merupakan tantangan

besar. Penggunaan antidepresan mungkin menjadi masalah bagi sejumlah besar

pasien yang menderita gangguan siklotimik. Stabilisator suasana hati adalah

pilihan pertama, dengan penambahan antidepresan hanya dalam kasus yang sulit.

Antipsikotik atipikal harus dipertimbangkan dalam kasus dimana impulsif atau

campuran fitur yang parah yang hadir. Sebuah pendekatan psikologis dan

psikoedukasi yang fokus tidak hanya pada pencegahan episode suasana hati tetapi

juga pada komorbiditas kompleks dan disregulasi temperamental dasar, harus

dikaitkan dengan farmakoterapi dari awal. Ini harus menunjukkan bahwa evaluasi

yang benar dari peran dan efektivitas dari jenis intervensi farmakologis dan non-

farmakologis. Disamping keterbatasan ini, deteksi dini faktor risiko dan

pengobatan cyclothymia dapat menjamin perubahan yang signifikan dalam

Page 22: HALAMAN JUDUL - UNUD

18

prognosis jangka panjang, jika sesuai suasana hati menstabilkan farmakoterapi,

pendekatan psikologis yang spesifik dan menerapkan psychoeducation.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam student project ini adalah

sebagai berikut.

3.2.1 Perlu adanya perkembangan terbaru untuk artikel dan jurnal-jurnal khusus

pada penatalaksanaan gangguan siklotimik.

3.2.2 Perlu adanya penelitian lebih lanjut kepada spesifikasi keadaan mental dan

gangguan mood yang dapat memberikan pandangan yang jelas tentang

manifestasi klinis pada pasien cyclothymia.

Page 23: HALAMAN JUDUL - UNUD

DAFTAR PUSTAKA

Akiskal, H., Djenderedjian, A., Rosenthal, R., Khani, M., 1977. Cyclothymic

disorder: validating criteria for inclusion in the bipolar affective group.

The American Journal of Psychiatry 134 (11), 1227–1233.

American Psychiatric Association (APA). 2013. Diagnostic Criteria from

DSM-5. 1st ed. Washington: American Psychiatric Association.

Axelson, D., Goldstein, B., Goldstein, T., Monk, K., Yu, H., Hickey, M.B.,

Sakolsky, D., Diler, R., Hafeman, D., Merranko, J., Iyengar, S., Brent, D.,

Kupfer, D., Birmaher, B., 2015. Diagnostic precursors to bipolar disorder

in offspring of parents with bipolar disorder: a longitudinal study.

appiajp201414010035. Am. J. Psychiatry (Epub ahead of print).

Baldessarini, R.J., Vazquez, G., Tondo, L., 2011. Treatment of cyclothymic

disorder: commentary. Psychother. Psychosom. 80, 131–135.

Birmaher, B., Gill, M.K., Axelson, D.A., Goldstein, B.I., Goldstein, T.R., Yu,

H., Liao, F., Iyengar, S., Diler, R.S., Strober, M., Hower, H., Yen, S.,

Hunt, J., Merranko, J.A., Ryan, N.D., Keller, M.B., 2014. Longitudinal

trajectories and associated baseline predictors in youths with bipolar

spectrum disorders. Am. J. Psychiatry 171, 990–999.

Del Carlo, A., Benvenuti, M., Toni, C., Dell'osso, L., Perugi, G., 2013.

Impulsivity in patients with panic disorder-agoraphobia: the role of

cyclothymia. Compr. Psychiatry 54, 1090–1097.

Fava, G.A., Rafanelli, C., Tomba, E., Guidi, J., Grandi, S., 2011. The

sequential combination of cognitive behavioral treatment and well-being

therapy in cyclothymic disorder. Psychother. Psychosom. 80, 136–143.

Francis-Raniere, E.L., Alloy, L.B., & Abramson, L.Y. 2006. Depressive

personality styles and bipolar spectrum disorders: Prospective tests of the

event congruency hypothesis. Bipolar Disorders, 8, 382–399.

Hantouche, E., Perugi, G., 2012. Should cyclothymia be considered as a

specific and distinct bipolar disorder? Neuropsychiatry 2, 407–414.

Hantouche, E.G., Majdalani, C., Trybou, V., 2007. Psychoeducation in Group

Therapy for Cyclothymic Patients; A Novel Approach. IRBD, Rome.

Kaplan, I. H., Sadock, J. B., 2015. Synopsis of Psychiatry: Behavioral

Sciences/Clinical Psychiatry, 11th ed. Cyclothymia. Lippincott Williams &

Wilkins.

Page 24: HALAMAN JUDUL - UNUD

Landaas, E.T., Halmoy, A., Oedegaard, K.J., Fasmer, O.B., Haavik, J., 2012.

The impact of cyclothymic temperament in adult ADHD. J. Affect.

Disord. 142, 241–247.

Muslim, Rusdi. 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Jakarta: PT Nuh Jaya.

Maslim, Rusdi. 2013. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa-III

dan DSM-5. Jakarta : PT Nuh Jaya.

Parker, Gordon., McCraw, Stacey., Fletcher, Kathryn., 2012. Article Riview:

Cyclothymia. Depression and Anxiety 00:1–8.

Perugi, Guiliou., Hantouche, Elie., Vannucchi, Giulia., Pinto, Olavo., 2015.

Cyclothymia reloaded: A reappraisal of the most misconceived affective

disorder. Journal of Affective Disorders 183 (2015) 119–133.

Pompili, M., Innamorati, M., Rihmer, Z., Gonda, X., Serafini, G., Akiskal, H.,

Amore, M., Niolu, C., Sher, L., Tatarelli, R., Perugi, G., Girardi, P., 2012.

Cyclothymic-depressiveanxious temperament pattern is related to suicide

risk in 346 patients with major mood disorders. J. Affect. Disord. 136,

405–411.

Sebastian, A., Jung, P., Krause-Utz, A., Lieb, K., Schmahl, C., Tuscher, O.,

2014. Frontal dysfunctions of impulse control – a systematic review in

borderline personality disorder and attention-deficit/hyperactivity disorder.

Front. Hum. Neurosci. 8, 698.

Stone, M.H., 2014. The spectrum of borderline personality disorder: a

neurophysiological view. Curr. Top. Behav. Neurosci. 21, 23–46.

Van Meter, A., Youngstrom, E.A., Demeter, C., Findling, R.L., 2013.

Examining the validity of cyclothymic disorder in a youth sample:

replication and extension. J. Abnorm. Child Psychol. 41, 367–378.

Van Meter, A., Youngstrom, E.A., Findling, R.L., 2012. Cyclothymic

disorder: a critical review. Clin. Psychol. Rev. 32, 229–243.

Yen, S., Frazier, E., Hower, H., Weinstock, L.M., Topor, D.R., Hunt, J.,

Goldstein, T.R., Goldstein, B.I., Gill, M.K., Ryan, N.D., Strober, M.,

Birmaher, B., Keller, M.B., 2015. Borderline personality disorder in

transition age youth with bipolar disorder. Acta Psychiatr. Scand. (Epub

ahead of print).