Download - HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Transcript
Page 1: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam anatomi, anus atau lubang bokong (Latin: ānus) adalah

sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh. Pembukaan an

penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh

melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi

utama anus.

Anus sering dianggap sebagai bagian yang tabu oleh berbagai

kelompok masyarakat.

Anus adalah suatu saluran pendek yang menghubungkan ujung

saluran pencernaan (rektum) dengan lingkunan luar, yang tertutup otot

berbentuk cincin (sphincters). Gangguan yang sering menyerang daerah

ini adalah pembengkakan pembuluh darah disekitar anus (haemorrhoids,

wasir). Ini biasanya berkaitan dengan sembelit yang menyakitkan.

Proktologie (atau lebih lengkap coloproktologie) adalah bidang

kedokteran yang membahas kelainan-kelainan di usus besar hingga

lubang pelepasan atau dubur.

Pada umumnya kelainan-kelainan di daerah ini tidak begitu

diperhatikan dan kalaupun ada keluhan sering dianggap sebagai wasir.

Masyarakat kurang mengetahui bahwa kecuali wasir masih ada

banyak penyakit lain di dubur yang jika penanganannya tidak sesuai dapat

membahayakan yang dalam pembahasannya kita tekankan pada usus

akhir yaitu rectum dan anus.

Anatomi dan physiologi rectum sangat rumit, kita tidak mengetahui

dimana colon/sigmoid berakhir dan dimana rectum mulai. Perbedaan

nama ini lebih karena letak topographynya daripada anatominya. Selain

1

Page 2: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

anus dengan syarafnya yang sangat sensitive, otot-otot sphincter (internus

et externus) dan otot-otot pelvic termasuk usus akhir.

Fungsi sigmoid dan rectum adalah tempat penampungan faeces.

Supaya terkontrol 4-5 cm terakhir rectum menyempit dan disebut anus.

Sel mukosa yang semula kuboid berangsur menjadi epithel yang sangat

sensitive. Ini diperlukan untuk membedakan antara gas , cairan dan padat.

Penutup anus yang paling menonjol adalah M. Sphinkter internus yang

adalah otot polos dan M. Sphinkter externus, sebuah otot lurik. Disamping

itu otot-otot Levator ani (M. puboccigeus, M. puborectalis dan M.

ischiococcigeus) ikut membantu pada defekasi.

Batas antara rectum dan anus lebih mudah dengan adanya linea

dentate yang merupakan muara glandula submokus yang tersembunyi di

balik katup kecil. Glandula ini adalah sumber dari analabses dan fistel jika

meradang.

Pemeriksaan dimulai dengan anamesa yang merupakan tahapan

penting karena dari anamesa kita dapat mengetahuib arah pemeriksaan

selanjutnya. Setelah anamesa berturut turut dilakukan inspeksi , rectal

touch, rektoskopi / anuskopi. Selanjutnya dapat dilakukan rontgen dan

atau coloskopi jika diperlukan. Kedua pemeriksaan terakhir memerlukan

persiapan sebelumnya.

Penyakit - penyakit sekitar anus diantaranya :

o Haemorroid

o Anal fissure

o Analabses dan Anal fistula

o Proktitis

o Penyakit Usus lain, misalnya Morbus Crohn, Colitis ulcerosa,

TBC usus, Amoeba ,dll.

o Penyakit kulit dan kelamin di dubur, misalnya eksema ,

condylomata, sipylis, AIDS

o Tumor : Tumor jinak dan ganas dan usus besar.

2

Page 3: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Disini terlihat bahwa keluhan di dubur bukan saja wasir, tetapi

masih banyak penyakit yang gejalanya menyerupai wasir.

3

Page 4: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI DAERAH ANUS

2.1.1. Anatomi Anal Lining

Kanalis analis merupakan suatu struktur yang berbentuk seperti

tabung, panjangnya sekitar 4 cm dan dua pertiga bagian atasnya tertutup

lapisan yang tidak berambut, tidak mengandung kelenjar, yang terdiri dari

sel epitel gepeng yang sensitive yang dikenal sebagai anoderm. Lapisan

ini tersusun dalam susunan longitudinal yang dikenal dengan lapisan

Morgagni . Deskripsi yang diterangkan di atas masih sangat sederhana,

kemudian pada abad ke -19 ahli anatomi memberikan deskripsi yang lebih

jelas dan detail mengenai kanalis analis. Satu hal yang kemudian disadari

para ahli anatomi mengenai kanalis analis adalah mengenai ketebalan

dan kayanya vaskularisasi di submukosa anus. Hal yang diketahui

terakhir ini sangat berperan dalam membantu memperkuat penutupan

anus. Observasi lebih lanjut menjelaskan mengenai apa sesungguhnya

bantalan haemorrhoid, yang lebih dikenal dengan sebutan anal cushion.

Jadi, anal cushion merupakan bantalan jaringan lunak yang terdiri dari

jaringan pembiluh darah (plexus haemorrhoidales) venula, arteriol, arterio-

venous anastomosis, otot plos dan jaringan ikat elastis, yang terletak di

submukosa pada hemorrhoid interna dan subkutan pada haemorrhoid

eksterna. Anal cushion sendiri terbagi oleh linea dentata, dimana

pembagian ini mempengaruhi kepekaan anus terhadap rasa sakit. Yaitu

bagian yang di atas linea dentata tidak bisa mengalami sakit karena tidak

ada saraf somatis namun bagian bawah bisa merasa sakit karena ada

saraf somatisnya. (5,6)

4

Page 5: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Gambar 1. Anatomi Anorectum (11)

5

Page 6: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.1.2 Peredaran darah pada anal cushion

Anal cushion menerima supply darah dari arteri rectalis superior,

media dan inferior (= arteri haemorrhoidal). Lima sampai delapan cabang

dari arteri rectalis superior melalui mesorectum dan melewati ampulla recti

menuju ke bawah sampai di submukosa anus, kemudian beranastomose

dengan pembuluh dari cabang media dan inferior. Eksisi lokal pada

mukosa dapat menyebabkan perdarahan dari ketiga pembuluh darah

tersebut. Sebagian aliran darah tadi akan masuk ke sistem vena melalui

shunt arterivena yang akan membantu fungsi mekanis anus.

Anal cushion berguna untuk membantu melawan tekanan saat

defekasi dengan adanya otot polos, muskulus ani dan jaringan elastis.

Otot ini merupakan struktur anatomi yang unik karena tidak ada otot lain

yang terdapat di submukosa (ditemukan oleh Treitz (1853)). Otot ini

berasal dari sphincter interna yang terdiri dari berbagai bundle yang

bersatu di subanodermal untuk membentuk ikatan kuat yang padat untuk

menyangga di sekeliling vena. (5)

6

Page 7: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Gambar 2. Struktur otot dalam canalis analis 2

7

Page 8: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.1.3 Fungsi Anal Cushion

Tidak diragukan lagi anal cushion berfungsi membantu penutupan

anus. Subtansi spongiosa dan volume yang bervariasi dari kantung

vena ,dengan anastomose langsungnya dengan arteri, berperan dalam

membantu sphincter berkontraksi sehingga anus menutup. (5)

Jika karena suatu sebab ada gangguan pada aliran darah balik vena

maka akan terjadi pelebaran vena dan ini yang banyak dikenal sebagai

wasir.

Gambar 3. Protoscopic dari normal anal cushion (5)

Gambar 4. Gambaran protoscopic dari anal cushion yang melebar (5)

8

Page 9: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.2. HAEMORRHOID

2.2.1. Pengertian Haemorrhoid

Haemorrhoid atau wasir/piles bukanlah suatu penyakit melainkan

suatu perubahan pada bantalan pembuluh-pembuluh darah di dubur

(dalam bahasa latin disebut corpus cavernosa recti), berupa pelebaran

dan pembengkakan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Fungsi

bantalan ini sebagai klep/katup yang membantu otot-otot dubur untuk

menahan faeces. Ada tiga pembuluh darah (vena) didaerah dubur. Bila

oleh salah satu sebab terjadi gangguan (bendungan) aliran darah, maka

pembuluh darah ini akan melebar dan membengkak, keadaan ini disebut

wasir. Pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena

haemorrhoidales pada poros usus dan anus ini disebabkan karena otot &

pembuluh darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah

terhambat dan membesar. Jaringan haemorrhoid ini dapat ditemukan

pada ujung distal rectum di dalam kanalis analis, biasanya ditemukan

pada aterolateral kanan (arah jam 11), posterolateral kanan (jam 7), dan

posisi lateral kiri (arah jam 3) pada posisi lithotomic. Kita mengenal wasir

dalam (haemorrhoid interna) seperti yang tertulis diatas, dan wasir luar

dimana kulit luar sekitar dubur membengkak karena pelebaran pembuluh

darah balik / bantalan vaskular yang normal di bawah kulit ditemukan di

sekitar poros usus dan anus. (1,2)

2.2.2. Etiologi Haemorrhoid

Tentang penyebab terjadinya wasir terdapat banyak pendapat,

antara lain : faktor keturunan, sikap tubuh manusia dalam berjalan dengan

kaki sehingga tekanan ke bawah lebih besar, kehamilan, perubahan

hormonal (waktu hamil), jenis pekerjaan, dll. Kemungkinan besar berbagai

faktor ini saling terkait dan mempengaruhi. (3,7)

Faktor predisposisi genetik yang dimaksud bisa berupa kelemahan

dinding vena rectalis, gangguan passage usus dan kenaikan tekanan

9

Page 10: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

pada vena rectalis akibat sikap tubuh yang buruk. Faktor tambahan yang

bisa menjadi penyebab haemorrhoids (biasanya karena peningkatan

tekanan vena rectalis), sering terjadi pada orang yang mempunyai

kecenderungan untuk menjadi obese dan kebiasaan banyak duduk. (3,7)

Konstipasi, diare kronik, kehamilan,kebiasaan sering menahan

BAB, dan kurang asupan serat sehingga kesulitan BAB, juga terbukti

bisa menjadi penyebab terjadinya haemorrhoids. Hidrasi yang tidak

adekuat, bisa karena kurangnya asupan cairan atau minum minuman

yang menyebabkan diuretik seperti kopi atau cola sehingga BAB menjadi

keras juga bisa menyebabkan terjadinya iritasi haemorrhoidal. Kelebihan

asam laktat di dalam tinja yang disebabkan konsumsi berlebih produk

susu, seperti keju, , bisa menyebabkan iritasi. Defisiensi vitamin E juga

sering menjadi penyebab terjadinya haemorrhoids. (3)

Selain itu berbagai kebiasaan yang tidak baik seperti terlalu banyak

mengedan saat buang air besar , kebiasaan mengangkat beban terlalu

berat, hubungan seks peranal juga bisa menjadi pencetus terjadinya

haemorrhoids. (3)

2.2.3. Insidensi

Haemorrhoids merupakan penyakit yang umum dan banyak

diderita. Di Amerika Serikat prevalensi sekitar 4,4 %, dan diperkirakan

sekitar setengah penduduk Amerika akan menderita haemorrhoids pada

usia 50 tahunan . Sekitar 50-85% dari seluruh penduduk dunia akan

terkena haemorrhoids dalam hidupnya. Namun, hanya sedikit yang

mencari pertolongan medis. Setiap tahun hanya sekitar 500.000 orang di

Amerika Serikat yang mendapat perwatan untuk haemorrhoids, dan

kurang lebih 10-20% dari mereka membutuhkan operasi. (3)

Haemorrhoids bisa terjadi baik pada pria maupun wanita.

Haemorrhoids banyak ditemukan pada wanita hamil karena tekanan

intraabdominal yang meningkat oleh fetus dan juga pengaruh hormon,

menyebabkan vena haemorrhoidales membesar. Vena-vena ini juga akan

10

Page 11: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

tertekan selama proses persalinan. Namun terjadinya haemorrhoids pada

wanita hamil biasanya hanya bersifat sementara. (3)

2.2.4. Patogenesis

Keterlibatan vaskular cushion pada defekasi normal belum

sepenuhnya dimengerti, tetapi tekanan yang ditimbulkan pada proses

defekasi diduga berperan dalam timbulnya haemorrhoid. Bantalan

vaskuler merupakan organ yang elastis yang akan terganggu fungsinya

dan berdilatasi dan menjadi benjolan yang menonjol keluar melewati batas

anus. Bantalan tersebut membesar karena pembuluh darah vena

didalamnya terisi oleh darah dalam jumlah yang melebihi normal,

sehingga tekanan hidrostatik di dalam pembuluh meningkat dan

menimbulkan oedem , yang selanjutnya bantalan yang melebar akan

terlihat membengkak. Keadaan tersebut disebabkan secara lengsung oleh

venous return dari plexus haemorrhoidales yang terganggu akibat sikap

mengedan (repeated episodes of prolonged straining) berlebihan dan

yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga merusak seluruh struktur

bantalan dan jaringan penyokongnya. Selanjutnya lama kelamaan

bantalan tersebut akan merosot ke distal dan menonjol keluar dari anus.

Sikap mengedan yang terlalu kuat tersebut adalah faktor presipitasi

terjadinya dilatasi haemorrhoid. Sedangkan yang berlaku sebagai faktor

predisposisi terdiri atas banyak faktor, seperti faktor usia, faktor kebiasaan

atau gaya hidup, dan sebagainya. (3, 8)

Hipertensi, khususnya pada vena porta, juga dapat menyebabkan

haemorrhoid karena hubungan antara vena porta dan vena cava yang

terjadi di dinding rectum , yang dikenal sebagai anastomosis portocaval.

Sehingga dapat dipahami pada penderita sirosis hepatis, dimana terjadi

peninggian tekanan vena porta mudah terjadi haemorrhoid. Hal ini

disebabkan adanya peninggian tekanan vena porta menyebabkan

terjadinya kongesti dan hipertrofi pada anal cushion, sehingga anal

11

Page 12: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

cushion menjadi oedematous dan mudah berdarah dan akhirnya

berdilatasi dan menjadi menonjol keluar anus. (3, 8)

2.2.5. Klasifikasi Haemorrhoid

Berdasarkan asal / tempat penyebabnya, haemorrhoids dibagi

menjadi :

a. Haemorrhoid interna

haemorrhoid ini berasal dari vena haemorrhoidales superior dan

medial, terletak diatas garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa

anus.

Haemorrhoid ini tetap berada di dalam anus dan karena miskin

reseptor nyeri maka biasanya internal haemorrhoid tidak nyeri

dan banyak orang yang tidak sadar menderita haemorrhoid

interna. Namun haemorrhoid interna dapat berdarah terutama bila

terjadi iritasi.

Haemorrhoid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan

perkembangannya :

• tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat,

jarang terjadi perdarahan, benjolan dapat masuk

kembali dengan spontan

• tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar

pada saat defekasi (buang air besar), benjolan dapat dilihat

disekitar pinggir anus dan dapat kembali dengan spontan.

• tingkat 3 : prolapsus haemorrhoid, terjadi setelah defekasi

dan jarang terjadi perdarahan , prolapsus dapat kembali

dengan dibantu.

• tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan

12

Page 13: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

13

Page 14: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

b. Haemorrhoid eksterna

haemorrhoid ini terjadi karena adanya dilatasi (pelebaran

pembuluh darah) vena haemorrhoidales inferior, terletak dibawah

garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa usus. Haemorrhoid ini

keluar dari anus (wasir luar).

Haemorrhoid yang tidak diobati dapat berubah menjadi bentuk

yang lebih berat, yaitu haemorrhoid prolapsed dan strangulated.

Haemorrhoid prolapsed merupakan haemorrhoid yang karena besarnya

maka tidak bisa lagi dimasukkan ke dalam anus, sedangkan strangulated

haemorrhoid terjadi karena sphincter anal yang berkontraksi dan menjepit

bagian yang prolaps sehingga aliran darah ke situ berhenti dan terjadi

strangulasi. (3)

14

Page 15: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

(a) (b) (c)

Gambar 5. Klasifikasi Haemorrhoid.

Haemorrhoid interna (a), haemorrhoid eksterna (b), haemorrhoid

prolapsed (c) (9)

2.2.6. Gejala Klinik

Salah satu gejala pertama yang sering dijumpai adalah perdarahan

dari dubur mungkin hanya beberapa tetes saja tetapi bisa pula cukup

banyak bahkan kadang-kadang memancur keluar. Darah yang keluar

merah muda / segar. Umumnya tidak ada rasa sakit. Rasa sesuatu yang

mengganjal atau keluar sementara atau setelah buang air besar adalah

keluhan kedua yang sering dikemukakan. Ini menyebabkan perasaan

buang air besar yang belum tuntas sehingga yang bersangkutan

mengejan lebih kuat yang menyebabkan wasir bertambah parah. Prolaps

atau menonjolnya wasir terjadi pada tingkat lanjut dan klasifikasi atau

tingkat keparahan tergantung dari prolaps ini. Dengan adanya prolaps

15

Page 16: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

maka fungsi penutup dari otot-otot dubur dapat terganggu ini

menyebabkan cairan dari usus dapat keluar sehingga penderita mengeluh

bahwa ada bercak-bercak kotoran pada pakaian dalam. Ini disebut

inkontinensi. Rasa sakit dapat terjadi pada tingkat lanjut jika terjadi

thrombosis (gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah)

umumnya terjadi pada wasir luar atau inkarserasi dimana wasir yang

keluar terjepit. (1,3)

Jadi, gejala yang timbul dan dicurigai merupakan suatu

haemorrhoids termasuk di antaranya adalah : (7)

Terjadi benjolan-benjolan di sekitar dubur setiap kali buang air

besar

Rasa sakit atau nyeri di sekitar dubur (rasa sakit timbul karena

prolaps haemorrhoid (benjolan tidak dapat kembali) dari anus

terjepit karena adanya thrombus)

Perih

Perdarahan segar disekitar anus. Perdarahan terjadi dikarenakan

adanya ruptur varises.

Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat

lama)

Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar

semua (4)

Gambar 6. Gambaran haemorrhoids (15)

2.2.7. Diagnosis

16

Page 17: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Seperti penyakit-penyakit lain, sebelum dapat menegakkan

diagnosis dan terapinya, diperlukan pemeriksaan yang teliti. Yang

pertama dan sebenarnya yang terpenting (karena menunjukkan arah

pemeriksaan selanjutnya) ialah anamnesis atau riwayat penyakit. Tahap

berikutnya ialah pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rectaltoucher (colok

dubur). Menyusul pemeriksaan dengan teropong yaitu anuskopi atau

proktoskopi dan rektoskopi. Pemeriksaan-pemeriksaan ini mutlak harus

dikerjakan, hanya jika ada rasa sakit yang kuat (misalnya karena

inkarserasi) pemeriksaan dapat ditunda hingga rasa sakit hilang dahulu.

Sebagai pelengkap dapat dipertimbangkan apakah memerlukan

pemeriksaan lebih lanjut seperti roentgen (colon inloop) dan/atau

colonoskopi. Juga tidak boleh dilupakan pemeriksaan darah, urin, faeces

sebagai pemeriksaan penunjang. Baru setelah pemeriksaan-pemeriksaan

ini selesai kita dapat mengambil kesimpulan, menegakkan diagnosa dan

menentukan terapi. (1,7)

2.2.8. Diagnosis Banding

Seperti telah dikemukakan diatas selain wasir masih banyak

penyakit yang mempunyai gejala yang sama dimana yang terpenting

adalah menghilangkan kemungkinan tumor ganas. Dari gejala yang ada

maka perlu dipikirkan berbagai penyakit seperti Kanker rectal, fissura ani,

abscess anal, fistula anal, anal tag. (5,6)

A. Anal Tags

Banyak pasien yang salah mengira anal tags sebagai suatu

haemorrhoid, dan memang bagian anodermal yang terganggu ini

mempunyai penampilan yang mirip dengan haemorrhoid. Anal tags adlah

tonjolan kutaneus di daerah pebatasan antara anodermal dan kulit

perianal. Asalnya tidak diketahui tapi kemungkinan berasal dari aliran

lymph lokal yang terganggu, mengingat terjadinya anal taga biasanya

17

Page 18: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

setelah eksisi. Bentuknya bisa soliter atau diskret, atau berbentuk

melingkar yang tidak teratur.

Gambar 7. Skin tags (5)

B. Fibroepithelial polyp

Merupakan tonjolan yang bersatu dan berasal dari linea dentata,

merupakan papilla anal yang hypertrophy, mungkin juga disebabkan

karena obstruksi aliran lymph.

Gambar 8. Fibrous anal polyp (5)

C. Sentinel Pile

Sebenarnya penamaan ini tidak benar, karena disebut sebenarnya

merupakan skin tag, biasanya ditemukan di midline posterior, sebelah

distal fissure ani.

18

Page 19: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Gambar 9. Midline oedematous tag, atau sentinel pile di bagian bawah

fissure posterior. Daerah sekitarnya kemerahan karena ada perianal

dermatitis (5)

D. Fissure ani

Pasien yang datang dengan gejala nyeri dan gatal pada anus

mungkin menderita fissure ani, yang sering bersamaan dengan adanya

sentinel tag, sehingga salah kira dengan haemorrhoid. Ada perasan

seperti terbakar pada fissura ani saat BAB dan setelah BAB. Gatal sendiri

sebenarnya bukan gejala dari haemorrhoid.. Biasanya nyeri fissure ani

dimulai 30 menit sebelum defekasi dan berlanjut sampai kira-kira 2 jam

kemudian.

2.2.9. Terapi

Terapi untuk menangani haemorrhoid bisa berupa terapi secara

farmakolgis (dengan pemberian obat-obtan), nonfarmakologis ( dengan

perubahan gaya hidup), ataupun dengan terapi secara minimal invasive

maupun konvensional operative.

19

Page 20: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.2.9.1 Terapi Nonfarmakologis

Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi

makanan yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih

30 gram/hari, serat selulosa yang tidak dapat diserap selama

proses pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar

lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air sehingga

dapat melunakkan feses.

Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau terlalu asam.

Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus.

Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda.

Perbanyak minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.

Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi

closet duduk. jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat

tertekan kebawah sehingga dapat menghimpit pembuluh darah.

Penderita haemorrhoid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal

daerah anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15

menit tiga kali sehari.

Selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk

atau tidur, lebih baik banyak berjalan. (7)

2.2.9.2 Terapi Farmakologis

menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan

mengurangi sembelit dan terlalu mengedan saat defekasi, dengan

demikian resiko terkena haemorrhoid berkurang.

menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa

sakit, gatal, dan kerusakan pada daerah anus.obat ini tersedia

dalam dua bentuk yaitu dalam bentuk supositoria untuk

haemorrhoid interna, dan dalam bentuk krim / salep untuk

haemorrhoid eksterna.

obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah

campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%) (7)

20

Page 21: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.2.9.3. Tindakan minimal invasive

Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak

berhasil, Macam tindakan yang dilkukan misalnya sklerotherapy, rubber

band ligation, Doppler Guided Hemorrhoid Arterial Ligation (DGHAL),

Stapler hemorrhoidectomy.

2.2.9.3.1 Sclerotherapy

Sclerotherapy dilakukan dengan cara menyuntikkan obat (Sodium

Tetradecyl Sulfate atau polidocanol) langsung kepada benjolan / prolaps

haemorrhoidnya. (12)

Gambar 10. Proses sclerotherapy (12)

2.2.9.3.2 Rubber band ligation

Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat haemorrhoid

dengan pita karet, yang mengakibatkan putusnya aliran darah ke

haemorrhoid, kemudian haemorrhoid menjadi layu dan putus tanpa rasa

sakit.

Untuk melakukan prosedur ini, anus pasien diperiksa dengan

anoscope, kemudian haemorrhoid di ambil oleh alat, kemudian diikat

dengan pita karet. Lama kelamaan haemorrhoid akan mengecil dan layu

dalam waktu kurang lebih satu minggu. (12)

21

Page 22: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Gambar 11. Rubber Band Ligation (13)

Setelah prosedur ini dilakukan pasien akan merasa sedikit

kesakitan dan perasaan penuh di perut bagian bawah, dan pasien dapat

merasakan gerakan dari usus. Bila dirasakan sangat sakit, mungkin ikatan

pita karet terlalu kuat, hal ini dapat dikurangi dengan menyuntikan obat ke

haemorrhoid yang sudah diikat.

Prosedur pengikatan haemorrhoid ini dibatasi hanya 1 sampai 2

haemorrhoid, kecuali bila dilakukan anestesi umum. Untuk terapi

selanjutnya sebaikanya diberi interval setiap 4-6 minggu. (12)

Respon dari masing-masing pasien berbeda, beberapa orang dapat

segera melaksanakan aktivitas sehari-harinya, tapi beberapa orang juga

membutuhkan istirahat selama 2-3 hari.

Nyeri dirasakan kurang lebih 24-48 jam setelah ligasi. Untuk

mengurangi nyeri tersebut dapat diberikan analgesik dosis sedang dan

dapat juga dengan berendam dengan air hangat (sitz bath ) (12)

Untuk mengurangi resiko perdarahan, sebaiknya 4-5 hari sebelum

dan sesudah dilakukan ligasi pasien dilarang mengkonsumsi NSAID.

Perdarahan dapat terjadi 7-10 hari setelah ligasi karena haemorrhoid yang

putus. Perdarahan hanya akan berlangsung singkat dan berhenti dengan

sendirinya.

22

Page 23: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Pasien sebaiknya disarankan untuk mengkonsumsi makan tinggi

serat dan banyak cairan agar memperlancar buang air besar dan

mengurangi tahanan dalam abdomen.

Rubber band ligation biasanya dilakukan hanya untuk haemorrhoid

interna. Dan tidak dilakukan pada haemorrhoid interna grade 3 dan 4.

80% orang mengatakan setelah dilakukan prosedur ini, keadaannya

membaik. Prosedur ini pengerjaannya lebih cepat dan lebih tahan lama

dibanding injeksi sclerotherapy atau infrared photocoagulation therapy.

Namun akan lebih efektif jika dikombinasi dengan sclerotherapy. (12)

Prosedur ini dilakukan untuk haemorrhoid yang kecil atau sedang,

dan kurang berhasil bila untuk haemorrhoid yang besar.

Efek samping :

Nyeri hebat karena ligasi yang terlalu dekat dengan anal canal

yang memiliki bayak sensor nyeri

Perdarahjan dari anus

Retensi urin

Infeksi anus (12)

2.2.9.3.3 Doppler Guided Hemorrhoid Arterial Ligation (DGHAL)

“Doppler Guided” artinya alat yang digunakan untuk mendeteksi

aliran darah dengan gelombang ultrasonic, “Hemorrhoid Artery”

menunjukan pada ke enam cabang dari pembuluh darah rectum yang

mengirim darh ke jaringan haemorhoid. "Ligation" artinya mengikat arteri-

arteri tersebut sehingga haemorrhoid akan layu karena kekurangan darah. (14)

23

Page 24: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Gambar 12. Prosedur DGHAL (12)

DGHAL merupakan prosedur invasive yang minimal, dan relative

tidak nyeri. Alat yang digunakan adalah KM-25 Ultrasonic Blood Flow

Detector. Yang menggunakan gelombang ultrasonik untuk mendeteksi

arteri di rectum. DGHAL akan menghentikan pembuluh darah ke jaringan

haemorrhoid, yang mengakibatkan haemorrhoid mengecil dan kemudian

layu.

Gambar 13. Alat DGHAL (14)

Dengan prosedur ini dapat dilakukan ligasi 6 arteri sekaligus,

karena menggunakan anestesi umum. Pasien dapat segera pulang dan

dapat melaksanakan aktivitasnya sesegera mungkin. Setelah prosedur

24

Page 25: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

pasien akan merasakan perasaan sering ingin buang air besar yang

berlangsung 24-48 jam. (14)

2.2.9.3.4 Stappled Haemorrhoidectomy

Disebut juga PPH (Procedure for Prolaps Haemorrhoid). Pada

umumnya prosedur ini untuk haemorrhoid grade 3 dan 4 yang biasanya

dilakukan operasi (haemorrrhoidectomy). Tapi pasien seringkali

menghindari pilihan operasi, karena selain biaya yang mahal, rasa nyeri

post operasi dan juga masa penyembuhan yang lama.

Prosedur ini ditemukan oleh Dr. Antonio Longo, dari Department of

Surgery, University of Palermo – pada tahun 1993. Prosedur ini

menggunakan alat stapler yang yang berbetuk sirkuler, yang digunakan

untuk mengurangi derajat prolaps dengan mengeksisi mukosa dari lubang

anus proksimal secara sirkumferensial. Dengan mengkoreksi prolaps

mukosa rectum, maka dengan sendirinya perdarahan pun akan berkurang

atau berhenti. (9)

PPH di indikasikan untuk kasus yang berat yaitu haemorrhoid

grade 3 dan 4. juga diindikasikan untuk haemorrhoid dengan grade

rendah yang tidak berhasil dengan terapi konservatif. PPH akan menarik

jaringan yang prolaps ke dalam alat dan membuat jaringan yang

menonjol terpotong sedangkan haemorrhoid yang tersisa di staples dan

membuat jaringan haemorrhoid kembali ke posisi anatomisnya.

Operasi ini mencakup lima langkah: reduksi dari jaringan yang

prolaps, mendilatasi lubang anus untuk memasukan instrument,

memasukan purse-string suture, meletakan dan menembak dari alat dan

mengontrol perdarahan yang keluar jari jalur stapling. Purse-string suture

diletakkan 3-4 cm di atas linea dentata, dilihat juga dari tingkat keparahan,

sindrom rasa sakit yang berkepanjangan sampai keinginan defekasi yang

tidak bisa ditahan. Biasanya prosedur ini menggunakan anastesi umum

25

Page 26: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

selama 20-30 menit. Tapi banyak kasus juga yang menggunakan

anastesi lokal. (9)

Kontra indikasi dari prosedur ini bila hanya ditemukan satu

haemorrhoid yang prolaps atau ditemukan haemorrhoid yang fibrotik yang

tidak bisa di reposisi. Setelah operasi pasien akan merasakan rasa nyeri

yang minimal dan dapat hilang dengan analgesik. Komplikasi paling sering

adalah retensi urin.

Gambar 14. Prosedur PPH (9)

26

Page 27: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Gambar 15. Hasil stappler haemorrhoid (9)

PPH mempunyai berbagai kelebihan dibanding teknik opertive

lainnya. Keuntungan PPH daripada prosedur operative lain yaitu :

1. Rasa nyeri lebih minimal

2. Pasien lebih cepat pulih untuk bisa kembali ke aktivitas sehari-hari

3. Pasien lebih sebentar dirawat di RS

Walaupun jarang tapi PPH juga memilki resiko, resiko dari PPH

sendiri bisa berupa :

Jika terlalu banyak jaringan yang diambil maka bisa timbul

kerusakan pada dinding rectum

Musculus sphincter interna dapat tertarik sehingga bisa timbul

gangguan fungsi baik jangka pendek maupun jangka panjang

Seperti juga prosedur operative haemorrhoid lain, maka bisa timbul

sepsis pelvis

PPH bisa gagal pada pasien yang haemorrhoidnaya sudah besar,

sehingga sulit untuk mencapai kanalis anal dan jaringan terlalu

kenyal untuk dijepit oleh alat

Bisa timbul nyeri menetap dan urgensi fecal setelah prosedus PPH,

namun jarang terjadi (9)

27

Page 28: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.2.9.3.5 Laser Surgery for Hemorrhoids

Cara lain untuk mengatasi haemorroid dapt menggunakan sinar

laser dengan akurasi yang tepat. Haemorrhoid yang ingin dibuang dieksisi

dengan sinar laser. Keuntungan dari teknik ini yaitu lebih nyaman, lebih

sedikit menggunakan obat-obatan, dan penyembuhan lebih cepat. Bahkan

biasnya pasien tidak perlu dirawat di RS. Sinar laser yang dipakai akan

menutup saraf dan pembuluh darah, sehingga karena saraf ditutup maka

pasien perasaan tidak nyaman setelah operasi akan minimal. Sedangkan

dengan menutup pembuluh darah kecil maka operator dapat bekerja

dengan tanpa terganggu oleh perdarahan. (10) Prosedur ini akan lebih

mengenakkan baik bagi pasien maupun dokternya. Laser dapat dipakai

sendiri atau dikombinasi dengan teknik lain. Hasil penelitian menunjukkan

750 pasien yang diterapi dengan laser maka tingkat keberhasilan

mencapai 98%. Kepuasan pasien mencapai 99%. (9)

2.2.9.3.6 Atomizing Hemorrhoids

Teknik baru untuk mengatasi haemorrhoid adalah dengan atomizer.

Atomizer™ merupakan alat kesehatan yang dikembangkan untuk

memecah jaringan menjadi atom. Disebut "atomizing hemorrhoids"

karena haemorrhoid yang ada benar-benar direduksi menjadi partikel

kecil, yang kemudian dihisap sehingga hilang. Dengan menggunakan

Atomizer, maka haemorrhoid dengan mudah terpotong satu atau lebih

lapisan dalam sekali waktu. Haemorrhoid biasanya hancur menjadi

aerosol, atau molekul karbon dan air.. Kemudian dengan Atomizer

jaringan dapat dibentuk lagi seperti yang diinginkan. Ahli bedah akan

dapat bekerja dengan perdarahan yang minimal, dan homeostasis pasien

lebih baik daripada menggunakan teknik electrosurgical tradisional.

Dengan Atomizer , pasien juga akan mendapat hasil postoperative yang

lebih baik. (9)

28

Page 29: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.2.9.4 Haemorrhoidectomy Konvensional

Haemorrhoidectomy biasanya dilakukan pada pasien haemorrhoid

kronis derajat III atau IV dengan prolaps mukosa rectum, derajat

haemorrhoid yang lebih rendah yang tidak berespon atau kambuh lagi

setelah terapi konservatif sebelumnya, penderita dengan rasa sakit yang

akut atau penderita yang mempunyai penyakit lain didaerah anus seperti

fissura, fistula yang memerlukan tindakan bedah. Prolaps dan thrombosis

serta gangrenous haemorrhoid merupakan indikasi tindakan operative

segera.

Gambar 16. Prosedur haemorrhoidectomy

Terdapat 2 variasi dasar pada tindakan haemorrhoidectomy

konvensional, yaitu :

1. Open haemorrhoidectomy

2. Closed haemorrhoidectomy

29

Page 30: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Teknik-teknik closed haemorrhoidectomy :

1. Ferguson haemorrhoidectomy

2. Khubehandani teknik ( Sphincterectomy)

3. Ruiz Moreno teknik

4. Park haemorrhoidectomy

5. Selvaggi teknik

Teknik-teknik open haemorrhoidectomy :

1. Milligan Morgan

2. White head haemorrhoidectomy (15)

2.2.10. Komplikasi

Berbagai komplikasi bisa terjadi akibat penyakit haemorrhoid

atupun akibat operasi yang dilkukan untuk penanganan haeomorrhoid itu

sendiri. Komplikasi yang bisa tejadi akibat haemorrhoid misalnya anemia,

terjadi akibat perdarahan kronis yang keluar tiap kali buang air besar.

Trombosis haemorrhoid adalah kejadian yang lazim dan dapat timbul

dalam plexus analis ekternus di bawah tunika mukosa epitel gepeng, di

dalam plexus haemorrhoidales utama dalam submukosa kanalis ani atau

keduanya. Thrombosis analis eksternus pada haemorrhoid sering terjadi

pada pasien yang tidak memiliki tanda haemorrhoid yang lain. Sebabnya

tidak diketahui namun mungkin karena tekanan vena yang tinggi, yang

timbul selama usaha mengedan yang berlebihan, yang mengakibatkan

distensi dan stasis dalam vena. Penderita biasanya memperlihatkan

pembengkakan akut pada pinggir anus yang sangat nyeri. Nyeri bisa terus

menerus berlangsung selama bebeerapa hari dan kemudian secara

bertahap mereda spontan: tetapi oedem bisa menetap sampai 3-4

minggu. Kadang-kadang bekuan terlihat melalui kulit di bawahnya dan

menonjol. Terapi biasanya secara simptomatik, karena keadaan ini

sembuh dalam waktu relative singkat. Tetapi jika nyeri parah maka

30

Page 31: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

haemorrhoid harus diincisi dengan enukleasi bekuan menggunakan

anestesi lokal. (16,17)

Trombosis akut plexus haemorrhoidales internus merupakan

kejadian yang sangat sakit. Pasien mengalami nyeri anus yang mendadak

parah, yamg diikuti oleh penonjolan area yang thrombosis. Nyeri dapat

sangat parah dan dapat berlangsung selama 1 minggu.Secara bertahap

oedem mereda dan thrombus kemudian diserap. Kadang-kadang proses

ini mempunyai efek terapi, yang menghilangkan seluruh gejala

haemorrhoid sebelumnyadari penderita. Jika gejala menjadi parah dalam

beberapa hari maka bisa dipertimbangkan terapi bedah. (16,17)

Haemorrhoid eksterna thrombotik disebabkan oleh pecahnya

venula anal. Lebih tepat disebut hematoma perianal, pembengkakan

menyerupai buah cherry yang terlalu masak, dijumpai pada satu sisi

muara anus. Seperti juga hematom maka akan mengalami resolusi

menrut waktu dan jika pasien datang dengan hematom perianal lebih dari

48 jam setelah permulaanya maka biasanya tidak dibutuhkan operasi lagi.

Tetapi pada hari pertam atau kedua, lesi terasa sangat mengganggu

sehingga pasien sudah datang untuk meminta pertolongan. Lignokain 1%

disuntikkan ke dalam kulit setempat , hematom diiris, dan darahnya

dikeluarkan, lalu dengan menggunakan gunting kulit yang rusak dieksisi

agar diperoleh daerah yang rata. Pembalut kering diletakkan pada luka

tersebut. Penderita dianjurkan melakukan sitz bath 2x/hari dan kontrol

sekali atau dua kali untuk meyakinkan daerah tersebut mengalami

granulasi tanpa ”roofing over”, yang dapat menjadi sumber masalah

kekambuhan. Jika terlihat adanya proses roofing ini maka dengan

menekankan jari dengan hati-hati pada daerah tersebut akan dapat

meratakan jaringan granulasi dan memungkinkan penyembuhan normal. (16,17)

Haemorrhoid prolaps/ strangulasi , ditunjukkan dengan adanya

massa besar haemorrhoid interna yang mengalami prolaps, berwarna biru

dan sering berdarah. Penderita biasanya mengaku sudah lama menderita

31

Page 32: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

haemorrhoid yang mengalami prolaps setelah defekasi, tetapi sampai

beberapa jam sebelumnya masih bisa direposisi manual dengan tangan

untuk menguranginya. Penyembuhan cepat rasa nyeri dan tidak nyaman

dapat dicapai dengan dilatasi anus atau haemorrhoidectomy. (16,17)

2.2.10.1. Komplikasi Operative

Operasi haemorrhoid sendiri dapat menimbulkan berbagai

komplikasi. Komplikasi dapat terjadi dini atau lanjut. (7)

Komplikasi operative dini, termasuk : (7)

1. Nyeri postoperative yang berlangsung selitar 2-3 minggu. Biasanya

terjadi akibat incisi daerah anus dan ligasu pembuluh darah

2. Infeksi jarang terjadi setelah oerasi haemorrhoid. Kadang dapat

terjadi abscess, tapi kurang dari 1% kasus. Nekrosis berat juga

jarang terjadi.

3. Perdarahan postoperative

4. Pembengkakan di daerah persambungan kulit

5. Inkontinensia jangka pendek

6. Kesulitan buang air kecil. Mungkin terjadi retensi urine sekunder,

infeksi traktus urinarius terjadi pada kurang lebih 5% pasien yang

menjalani operasi anorectal. Pembatasan cairan postoperative bisa

mengurangi perlunya dilakukan kateterisasi (sekitar 4%

berdasarkan penelitian).

Komplikasi lanjut, berupa: (7)

1. Anal stenosis.

2. Pembentukan skin tags.

3. Rekurensi.

4. Fissura ani.

5. Inkontinensia minor.

6. Impaksi fecal setelah haemorrhoidectomy berhubungan dengan

nyeri postoperative dan pemakaian anestsesi. Dapat diberikan

32

Page 33: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

laksansia untuk mengatasi masalah ini. . Kadang dibutuhkan

pengeluaran feses dengan menggunakan anestesi.

7. Perdarahan yang terlambat, terjadi pada 1-2 % pasien. Biasanya

terjadi pada hari ke- 7 sampai ke- 16 postoperative. Tidak ada cara

efektive untuk mengatasi komplikasi ini namun biasanya

dibutuhkan satu atau dua jahitan di kamar operasi..

2.2.11. Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya wasir beberapa cara bisa dilakukan ,

terutama bagi mereka yang mempunyai factor predisposisi. Cara

pencegahan yang bisa dilakukan misalnya : (4)

Menjaga kebersihan dubur

Mengkonsumsi makanan berserat agar kotoran (feces) menjadi

lunak, misalnya: buah-buahan dan sayur mayur.

Menghindari minuman beralkohol agar kotoran tidak keras.

Minum dalam jumlah yang cukup, sedikitnya 1,5 liter dalam sehari.

Hindari menggosok-gosok daerah dubur agar tidak terjadi

perlukaan.

Jangan membiasakan menahan buang air besar dan jangan pula

memaksa untuk buang air besar.

Hindari berlama-lama nongkrong di toilet saat buang air besar,

misalnya sambil membaca, karena kebiasaan ini akan

meningkatkan tekanan di daerah dubur.

Olah raga teratur

33

Page 34: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.3. FISSURA ANI DAN FISTULA ANI

2.3.1. Pengertian

Fissura ani adalah robeknya bagian superfisial anoderma secara

linier yang dapat disebabkan karena pelebaran jalan keluar akibat feses

yang mengeras. Robekan ini berada dibagian distal linea dentate. Fisura

ani merupakan salah satu gangguan anorektal yang banyak ditemukan

baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

Fissura ani adalah robeknya batas kulit bagian dari anal kanal

sehingga area linea dentata ke anal verge, lebarnya beberapa milimeter,

jarang yang melebihi satu sentimeter. Inisiasi oleh BAB karena feses yang

besar dan keras terutama di bagian posterior oleh karena support otot

pada bagian ini kurang. Insidensi terutama pada usia muda atau

pertenghan (Schwartz)

Fissura ani adalah suatu ulkus di mukosa anal kanal, biasanya

karena trauma sekunder dari konstipasi, feses yang keras, kriptitis, dan

ulserasi mukosa yang menutupi hemmorrhoid.(Sabiston)

Fissura adalah lepasnya epitel dari anal kanal, diatas sphincter

interna, sangat nyeri oleh karena letaknya dibawah mucocutaneous

junction. (Current)

34

Page 35: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Gambar. Fissura ani

Fistula ani merupakan suatu peradangan saluran diantara anal

kanal dan kulit. Fistula dapat dibagi kedalam 4 kategori berdasarkan

hubungan fistula dengan otot sphincter, yaitu: intersphincteric,

transsphincteric, suprasphincteric, dan extrasphincteric

Gambar. Fistula ani

2.3.2. Patofisiologi

Pada fissura ani, daerah yang sering terkena adalah daerah distal

linea dentate. Sekitar 90% dari fissura ani terjadi di garis tengah bagian

posterior dimana merupakan bagian terlemah dari otot-otot yang

melingkari anus. 10% terjadi dibagian anterior dari garis tengah.

Fissura ani dikatakan akut bila penyakit terjadi kurang dari 6

minggu, dan dikatakan khronis bila sudah lebih dari 6 minggu.

Kebanyakan fistula ani berasal dari kripta anal, dimana akan

mengalami infeksi sehingga menimbulkan abses. Bila abses tersebut

pecah atau terbuka, maka akan terbentuk suatu fistula

35

Page 36: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.3.3. Etiologi

Feses yang mengeras

Diarrhea khronik

Penggunaan cathartic

Trauma ani (terjadi karena anal intercourse atau pemeriksaan

rektum menggunakan spekulum)

Penyebab fistula ani diantaranya karena pecahnya/terbukanya

abses perianal atau abses ischiorectal yang cepat mengering

membentuk fistula.

Fissura ani dapat ditemukan pada penderita syphilis dan penyakit

kelamin lainnya, tuberculosis, leukemia, inflammatory bowel

disease seperti Crohn disease, tindakan bedah didaerah anal

sebelumnya, HIV, dan kondisi atau penyakit lainnya.

o Incidensi fissura ani pada penderita leukemia sekitar 24%.

o Fistula juga dapat ditemukan pada penderita inflammatory

bowel disease, khususnya Crohn disease. Insidensi

terjadinya fissura pada penderita Crohn disease adalah 30-

50%. 

o Fistula ani juga berhubingan dengan diverticulitis, reaksi

tubuh terhadap benda asing, actinomycosis, chlamydia,

lymphogranuloma venereum (LGV), syphilis, tuberculosis,

paparan radiasi, dan HIV.

o Sekitar 30% penderita HIV dapat mengalami abses

anorektal dan terjadi fistula.

36

Page 37: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

2.3.4. Manifestasi Klinik

2.3.3.1. Anamnesis

Nyeri didaerah rektum, biasanya digambarkan seperti rasa

terbakar, rasa terpotong, atau seperti terasa robekan.

Nyeri sejalan dengan kontraksi usus; spasme anus perlu dicurigai

terjadinya fissura ani.

Buang air besar berdarah

o Khas, ditemukannya darah warna merah terang pada

permukaan feses. Darah biasanya tidak bercampur dengan

feses.

o Kadang-kadang, darah ditemukan pada tisue toilet saat

membersihkan anus.

Mucoid discharge

Pruritus

Penderita fistula ani mengeluh timbul bau busuk dari bagian

perianal, pruritus, absces berulang, demam, atau nyeri didaerah

perianal.

o Nyeri kadang hilang dengan sendirinya sejalan dengan

terbukanya abses atau terbentuknya saluran baru.

o Nyeri dirasakan saat duduk, bergerak, buang air besar, atau

bahkan saat batuk.

o Nyeri biasanya makin lama makin meningkat dan dapat

dirasakan sepanjang hari.

2.3.3.2. Pemeriksaan Fisik

Diawali dengan memposisikan penderita secara optimal; posisikan

pasien dalam posisi lateral decubitus dengan lutut ditekuk

menempel pada nagian dada.

37

Page 38: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Periksa pasien secara hati-hati untuk menghindari rasa nyeri. Saat

pemeriksaan dapat juga digunakan zat analgetik topikal seperti

lidokain jelly, sebelum dilakukan pemeriksaan rektal toucher.

Kebanyakan fissura ani dapat terlihat dari luar saat terjadi

pergerakan usus.

Perhatikan dalamnya fissura dan posisinya dari garis tengah,

Robekan kebanyakan ditemukan dibagian posterior dari garis

tengah.

Pemeriksaan rektum terkadang sulit dilakukan karena rasa sakit

dan spasme sphincter.

Fissura ani akut terlihat eritem dan mudah berdarah.

Fissura ani khronik ditandai dengan tiga gejala klasik sebagai

berikut :

o Ulkus yang dalam

o Sentinel pile, dimana terbentuk saat bagian dasar fissura

mengalami edema dan hipertropi

o Papilla anal membesar

Pemeriksaan rektum pada penderita fistula ani dapat

memperlihatkan saluran dari fistula tersebut.

o Fistula dapat diidentifikasi sebagai lingkaran kecil granulasi

jaringan, dimana akan mengeluarkan pus saat ditekan.

o Saluran fistula yang terbuka dapat terlihat dengan bantuan

anoskopi.

o Kelenjar getah bening inguinal dapat membesar dan sakit.

Pada fistula akut yang mengalami abses, tanda pasti inflamasi;

rubor, dolor, calor, dan tumor dapat ditemukan.

Lokasi abses pada fistula ani :

o Perianal(60%)

o Ischiorectal(20%)

o Intersphincteric(5%)

o Supralevator(4%)

38

Page 39: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

o Submucosal(1%)

Gambar. Lokasi abses

2.3.3.3. Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis fissura ani didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan

fisik

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien fistula

ani yaitu dengan melakukan pemeriksaan hitung jenis darah dan

kultur darah.

o Perhatikan jumlah sel darah putih.

2.3.4. Terapi

Tindakan yang dapat dilakukan :

Penggunaan WASH regimen dalam menangani fissura ani.

o Warm water (air hangat)

o Analgesic

o Stool softener (melunakan feses)

o High-fiber diet (diet tinggi serat)

39

Page 40: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Fissura ani berat dapat sembuh dalam 2-4 minggu dengan terapi

suportif. Fissura ani khronik sering memerlukan tindakan

pembedahan.

Kebanyakan prosedur pembedahan biasanya dilakukan dengan

melebarkan atau memotong sphincter bagian dalam. Prosedur

pembedahan yang sering dilakukan adalah lateral internal

sphincterotomy. Botulinum toxin juga dapat digunakan sebagai alat

terapi fissura ani.

Gambar. Open sphincterotomy

Terapi fistula ani tergantung pada (1) keadaan penderita, (2) ada

sepsis atau abses yang besar, atau (3) tidak ditemukan hal yang

membahayakan pada pemeriksaan fisik.

o Dapat diberikan antibiotik intravena, antipyretic, dan

analgesic.

Obat-Obatan :

Untuk terapi fissura ani, tidak ada obat lain selain untuk melunakan

feses untuk mengurangi rasa sakit yang terjadi.

40

Page 41: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

Antibiotik mungkin diperlukan dalam penanganan fistula ani,

khususnya pada penderita yang memperlihatkan tanda-tanda gejala

sistemik.

Laxative/Zat pelunak

Psyllium (Fiberall, Metamucil, Konsyl)

Dewasa : 1-2 wafers, 1-2 packets, or 1-2 sendok teh diencerkan

dalam 240 mL cairan 3x1

Muscle relaxant

Diazepam (Valium)

5 mg/kg/d PO tid prn

spasm 5-10 mg slow IV/IM

Antibiotics

Metronidazole (Flagyl)

Loading dose 1 g atau 15 mg/kg IV, kemudian 500 mg atau 7.5

mg/kg IV/PO q6h

Ampicillin and sulbactam (Unasyn)

1.5-3 g IV/IM q6-8h

Ticarcillin and clavulanate potassium (Timentin)

3.1 g IV q6h

41

Page 42: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

BAB III

KESIMPULAN

Haemorrhoid banyak dikenal dengan adanya keluhan BAB

berdarah ataupun adanya tonjolan dari anus. Padahal banyak kelainan

lain yang mirip dengan gejala haemorrhoid, sehingga perlu mengenali

gejala haemorrhoid sehingga tidak salah dalam mendiagnosis dan

akhirnya dalam mengobati.

Terapi untuk menangani haemorrhoid bisa berupa terapi secara

farmakolgis (dengan pemberian obat-obatan), nonfarmakologis (dengan

perubahan gaya hidup), ataupun dengan terapi secara minimal invasive

maupun konvensional operative.

Psyllium dapat diberikan pada penderita fissura ani. Bagi penderita

fistula ani, obat-obat berikut mungkin dapat berguna, yaitu; analgetik,

antipiretik, dan antibiotik. Tergantung ada tidaknya gejala sistemik dan

keadaan penderita, penderita fistula ani mungkin memerlukan tindakan

pembedahan

Pada penderita fissura ani, bila penderita merasakan sakit yang

hebat, dapat diberikan obat analgetik topikal.

Open lateral internal sphincterotomy merupakan prosedur pembedahan

yang bayak dipilih dalam menangani fissura ani khronik.

42

Page 43: HAEMMORRHOID, FISURA ANI, FISTULA ANi

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. 2005.

Colon, rectum, and anus. In Schwartz’s Principles of Surgery. 8th

edition. Vol 2. USA: McGraw-Hill. P 1057-70.

2. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Usus halus, appendiks,

kolon, dan anorektum. Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta:

EGC. Hal 646-53.

3. Townsend, Beauchamp, Evers, Matton. 2004. Colon and

rectum. In Sabiston’s Textbook of Surgery. 17th edition. 2004.

Philadelphia: Elsevier Saunders. P 1443-1510.

4. Kirby I. Bland. 2002 Anal Fissure and Fistula.The Practice of

General Surgery. Page 515

5. Lawrente, Gerard. 2004. Anal Fissure. Lange, current surgical

diagnosis & treatment. 11th edition. Lange Medical Book. Page 766 –

768

6. Lawrente, Gerard. 2004. Haemorrhoid. Lange, current surgical

diagnosis & treatment. 11th edition. Lange Medical Book. Page 758 –

770

7. Jeffrey A., Randal R., Alfred E,. 2001. Colo, Rectum, and Anus.

Surgery, Basic Science and Clinical Evidence.Springer-verlag. New

York inc. Page 726 - 734

8. Cameron: Current Surgical Therapy, 2004

9. ANZ Journal of Surgery. 2005; 75:64-72

10. RadiologicClinics of North America 2003; 41(2); 443-57

11. Surgical clinics of North America 2002;,82 (6):1153-1167

43