Download - Gna (Lp&Askep)

Transcript
Page 1: Gna (Lp&Askep)

ASUAHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT

a. Pengertian

Glumerulonefritis akut [ GNA ] adalah penyakit yang menyerang glomeruli dari

kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap bakteri atau virus tertentu.

GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun, lebih sering pada pria.

Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus respiratorius bagian

atas dan kulit.

b. Etiologi :

Faktor etiologinya banyak dan bervariasi :

- Reaksi imunologi : infeksi lupus erythematosus, streptococus.

- Cedera vaskuler : Hipertensi, DM.

- Koagulasi koagulan yang menyebar [ DIC ]

c. Patofisiologi

GNA adalah akibat reaksi antigen antibodi dengan jaringan glumerulus yang

menimbulkan bengkak dan kematian sel—sel kapiler [ epitel, membran lapisan

bawah, dan endotelium.] Reaksi antigen antibodi mengaktifkan jalur komplemen

yang berdampak chemotaksis kepada polymorfonuklear [ PMN ] lekosit dan

mengeluarkan ensim lisosomal yang menyerang membran dasar glomerolus yang

menimbulkan peningkatan respon pada ketiga jenis sel glomerulus.

Tanda dan gejala yang berefleksi kepada kerusakan glumerulus dan terjadi

kebocoran protein masuk kedalam urin [ proteinuri dan eritrosit / hematuri ]. Karena

proses penyakit berlanjut terjadilah parut yang berakibat menurunnya filtrasi

glumerulus dan berdampak oliguri dan retensi air, sodium dan produk sisa nitrogen.

Kesemuanya ini berdampak meningkatnya volume cairan, edem, dan asotemia yang

yang ditampilkan melalui napas pendek, edem yang dependen, sakit kepala, lemah

dan anoreksia.

1

Page 2: Gna (Lp&Askep)

d. Gejala klinik

Gejala yang sering adalah hematuri ; kadang-kadang disertai edema ringan disekitar

mata / seluruh tubuh umumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila payah

jantung dan hipertensi.

Bila terjadi kerusakan ginjal maka tekanan darah akan tinggi . Suhu tubuh tidak

seberapa tinggi tapi dapat tinggi pada hari pertama . Muntah tidak nafsu makan,

konstipasi dan diare tidak jarang menyertai GNA.

Reaksi imunologi

Bengkak & Kematian

Sel-sel kapiler Glumerolus

Jalur komplemen aktif

[chemotaksis]

ensim lisosomal menyerang BGM

Kerusakan glumerulus

[proteinuri dan hematuri]

timbul parut

fungsi glumerulus berkurang

2

Page 3: Gna (Lp&Askep)

Pengkajian keperawatan :

1. Identitas Klien:

GNA adalah suatu reaksi imunologi yang sering ditemukan pada anak umur 3-7

tahun lebih sering pada pria

2. Riwayat penyakit sebelumnya :

Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus

eritematosus atau penyakit autoimun lain.

3. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian

daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,

muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.

4. Pertumbuhan dan perkembangan :

- Pertumbuhan :

BB = 9x7-5/2=29 kg [ Behrman ], menurut anak umur 9 tahun Bbnya adalah

BB umur 6 tahun = 20 kg ditambah 5-7 lb pertahun = 26 - 29 kg, tinggi badan

anak 138 cm. Nadi 80—100x/menit, dan RR 18-20x/menit,, tekanan darah 65-

108/60-68 mm Hg. Kebutuhan kalori 70-80 kal/kgBB/hari. Gigi pemanen

pertama /molar ,umur 6-7 tahun gigi susu mulai lepas, pada umur 10—11 tahun

jumlah gigi permanen 10-11 buah.

- Perkembangan :

Psikososial : Anak pada tugas perkembangan industri X inferioritas, dapat

menyelesaikan tugas menghasilkan sesuatu

Psikoseksual :

5. Pengkajian Perpola

1]. Pola nutrisi dan metabolik:

Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan

beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata

dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem

imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang

tidak adekuat. BB meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat

terjadi karena uremia.

2]. Pola eliminasi :

eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi uri : gangguan pada glumerulus

menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan

kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang

menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.

1

Page 4: Gna (Lp&Askep)

3]. Pola Aktifitas dan latihan :

Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus

karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya

kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi

duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu. Adanya

edema paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu

napas, teraba , auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak,

frekuensi napas. Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran

jantung [ Dispnea, ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi

yang juga disebabkan oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap

dapat menyebabkan gagal jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala

serebrum karena hipertensi dengan gejala penglihatan kabur, pusing, muntah,

dan kejang-kejang. GNA munculnya tiba-tiba orang tua tidak mengetahui

penyebab dan penanganan penyakit ini.

4]. Pola tidur dan istirahat :

Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.

keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus

5]. Kognitif & perseptual :

Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar dan rasa gatal.

Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati hipertensi.

Hipertemi terjadi pada hari pertama sakit dan ditemukan bila ada infeksi karena

inumnitas yang menurun.

6]. Persepsi diri :

Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan

perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti semula

7]. Hubungan peran :

Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan lingkungan

perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.

8]. Toleransi koping

9]. Nilai keyakinan :

Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.

Pemeriksaan penunjang :

1. LED tinggi dan Hb rendah

2. Kimia darah:

Serum albumin turun sedikit, serum komplemen turun, ureum dan kreatinin naik.

Titer antistreptolisin umumnya naik [ kecuali infeksi streptokok yang mendahului

2

Page 5: Gna (Lp&Askep)

mengenai kulit saja ].

3. Jumlah urin mengurang, BJnya rendah , albumin +, erittrosit ++, leukosit +

dan terdapat silinder leukosit, Eri dan hialin.

4. Kultur darah dan tenggorokan : ditemukan kuman streptococus Beta

Hemoliticus gol A

5. IVP : Test fungsi Ginjal normal pada 50 % penderita

6. Biopsi Ginjal : secara makroskopis ginjal tampak membesar, pucat dan

terdapat titik-titik perdarahan pada kortek. Mikroskopis ttampak hammpir

semua glomerulus terkena. Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang

keras sehingga lumen dan ruang simpai Bowman , Infiltrasi sel epitelkapsul

dan sel PMN dan monosit. Pada pemeriksaan mikroskop elektron tampak

BGM tidak teratur. Terdapat gumpalan humps di sub epitel mungkin

dibentuk oleh globulin-gama, komplemenn dan antigen streptokokus.

.

Diagnosa keperawatan :

1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal

2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi

ginjal.

3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun

4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko

krisis hipertensi.

5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan

edema.

6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi.

3

Page 6: Gna (Lp&Askep)

Rencana keperawatan

1. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan ddisfungsi ginjal

Tujuan : Klien dapat toleransi dengan aktifitas yang dianjurkan.

Rencana Rasional

1. Pantau kekurangan protein yang

berlebihan [ proteinuri, albuminuria ]

2. Gunakan diet protein untuk mengganti

protein yang hilang.

3. Beri diet tinggi protein tinggi

karbohidrat.

4. Tirah baring

5. Berikan latihan selama pembatasan

aktifitas

6. Rencana aktifitas denga waktu istirahat.

7. Rencanakan cara progresif untuk

kembali beraktifitas normal ; evaluasi

tekanan darah dan haluaran protein urin.

1. Kekurangan protein beerlebihan dapat

menimbulkan kelelahan.

2. Diet yang adekuat dapat mengembalikan

kehilangan

3. TKTP berfungsi menggantikan

4. Tirah baring meningkatkan mengurangi

penggunaan energi.

5. Latihan penting untu kmempertahankan

tunos otot

6. Keseimbangan aktifitas dan istirahat

mempertahankan kesegaran.

7. Aktifitas yang bertahap menjaga

kesembangan dan tidak mmemperparah proses

penyakit

2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi

ginjal.

Tujuan : Klien tidak menunjukan kelebihan volume cairan

Rencana Rasional

1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala

kelebihan cairan :

2. Ukur dan catat intak dan output setiap

4-8 jam

3. Catat jumlah dan karakteristik urine

4. Ukur berat jenis urine tiap jam dan

timbang BB tiap hari

5. Kolaborasi dengan gi i dalam

pembatasan diet natrium dan protein

6. Berikan es batu untuk mengontrol rasa

haus dan maasukan dalam perhitungan

intak

7. Pantau elektrolit tubuh dan observasi

adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh

- Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia

- Hiperkalemia : kram otot, kelemahan

1,2. Memonitor kelebihan cairan sehingga

dapat dilakukan tindakan penanganan

3,4.Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat

menunjukan adanya ketidak seimbangan

cairan.

5.Natrium dan protein meningkatkan

osmolaritas sehingga tidak terjadi retriksi

cairan.

7. Rangsangan dingin ddapat

merangsang pusat haus

8. Memoonitor adanya ketidak

seimbangan elektrolit dan menentukan

tindakan penanganan yang tepat.

1

Page 7: Gna (Lp&Askep)

- Hipokalsemia : peka rangsang pada

neuromuskuler

- Hiperfosfatemia:

hiperefleksi,parestesia, kram otot, gatal,

kejang

- Uremia : kacau mental, letargi,gelisah

8. Kaji efektifitas pemberian elektrolit

parenteral dan oral

8.Pemberian elektrolit yang tepat mencegah

ketidak seimbangan elektrolit.

3. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun

Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi setelah diberikan asuhan keperawatan.

Rencana Rasional

1. Kaji efektifitas pemberian

imunosupresan

2. Pantau leukosit

3. Pantau suhu tiap 4 jam

4. Perhatikan karakteristik urine,

kolaborasi jikka keruh dan berbau

5. Hindari pemakaian alat/kateter pada

saluran uriine

6. Pantau tanda dan gejala ISK dan

lakukan tindakan pencegahan ISK.

7. Gunakan dan anjurkan tehnik cuci

tangan yang baik.

8. Anjurkan pada klien untuk

menghindari orang terinfeksi

9. Lakukan pencegahan kerusakan

integritas kulit

10. Anjurlkan pasien ambulasi dini.

1.Imunosupresan berfunsi menekan sisteem

imun bila pemberiannya tidak ekeftif maka

tubbuh akan sangat rentan terhadap infeksi

2.Indikator adanya infeksi

3.Memonitor suhu & mengantipasi infeksi

4. Urine keruh mmenunjukan adanya

infeksi saluran kemiih

5. Kateter dapat menjadi media

masuknya kuman ke saluran kemih

6. Memonitor adanya infeksi sehingga

dapat dilakukan tindakan dengan cepat

7. Tehnik cuci tangan yang baik dapat

memutus rantai penularan.

8. Sistim imun yang terganggu

memudahkan untu terinfeksi.

9. Kerusakan integritas kulit merupakan

hilangnya barrier pertama tubuh

4. Potensial gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis

hipertensi.

Tujuan : Klien tidak mengalami perubahan perfusi jaringan.

Rencana Rasional

1. Pantau tanda dan gejala krisis hipertensi

[ Hipertensi, takikardi, bradikardi, kacau

mental, penurunan tingkat kesadaran, sakit

1. Krisis hipertensi menyebabkan suplay

darah ke organ tubuh berkurang.

2. Tekanan darah yang tinggi

2

Page 8: Gna (Lp&Askep)

kepala, tinitus, mual, muntuh, kejang dan

disritmia].

2. Pantau tekanan darah tiap jam dan

kolaborasi bila ada peningkatan TD sistole

>160 dan diastole > 90 mm Hg

3. Kaji keefektifan obat anti hipertensi

4. Pertahankan TT dalam posisi rendah

menyebabkan suplay darah berkurang.

3. Efektifitas obat anti hipertensi penting

untuk menjaga adekuatnya perfusi

jarringan.

4. Posisi tidur yang rendah menjaga suplay

darah yang cukup ke daerah cerebral

5. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan

edema.

Tujuan : Klien tidak menunjukan adanya perubahan integritas kulit selama

menjalani perawatan.

Rencana Rasional

1. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan,

memar, turgor dan suhu.

2. Jaga kulit tetap kering dan bersih

3. Bersihkan & keringkan daerah perineal

setelah defikasi

4. Rawat kulit dengan menggunakan lotion

untuk mencegah kekeringan untuk daerah

pruritus.

5. Hindari penggunaan sabun yang keras

dan kasar pada kulit klien

6. Instruksikan klien untuk tidak

menggaruk daerah pruritus.

7. Anjurkan ambulasi semampu klien.

8. Bantu klien untuk mengubah posisi

setiap 2 jam jika klien tirah baring.

9. Pertahankan linen bebas lipatan

10. Beri pelindung pada tumit dan siku.

11. Lepaskan pakaian, perhiasan yang dapat

menyebabkan sirkulasi terhambat.

12. Tangani area edema dengan hati -hati.

13. Berikan suntikan dengan hati-hati .

14. Perttahankan nutrisi adekuat.

1. Mengantisipasi adanya kerusakan kulit

sehingga dapat diberikan penangan dini.

2,3. Kulit yang kering dan bersih tidak mudah

terjadi iritasi dan mengurangi media

pertumbuhan kuman.

4. Lotion dapat melenturkan kulit sehingga tidak

mudah pecah/rusak.

5.Sabun yang keras dapat menimbulkan

kekeringan kulit dan sabun yang kasar dapat

menggores kulit.

6. Menggaruk menimbulkan kerusakan

kulit.

7,8.Ambulasi dan perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi dan mencegah penekanan pada satu

sisi.

10. Lipatan menimbulkan ttekanan pada

kulit.

11. Sirkulasi yang terhambat memudahkan

terjadinya kerusakan kulit..

12. Elastisitas kulit daerah edema sangat

kurang sehingga mudah rusak

14. Nutrisi yang adekuat meningkatkan

pertahanan kulit

3

Page 9: Gna (Lp&Askep)

DAFTAR PUSTAKA

Tucker Mrrtin, at al. [1998] , Standar Perawatan Pasien, “ Proses Keperawatan,

Diagnosa, dan evaluasi “, EGC, Jakarta.

Long Barbara C.,[1989], Essential of Medical-Surgikal Nursing a Nursing Process

Approach, The CV Mosby Company St Louis, USA.

Junadi Purnaman, at al , [1997] Kapita Selekta Kedokteran , Media Aeskulapius,

Jakarta.

1

Page 10: Gna (Lp&Askep)

BAB II

TINJAUAN KASUS

Ruangan: Anak C RSUD Dr. Soetomo Surabaya

A. Pengkajian

Dilakukan pada tanggal : 27 Agustus 2001

1. Identitas Klien

Nama : An. D.

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat/tgl lahir : 12 September 1992

Umur : 9 tahun

Anak ke : 1

Nama ayah : Tn.S.

Nama ibu : Ny. N.S.

Pendidikan ayah : SD

Pendidikan Ibu : SD

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Jln. Mangga nomor Kediri

Tanggal masuk : 16 Agustus 2001

Diagnose medis : GNA + GGA +Krisis Hipertensi

Sumber informasi : Catatan medis, Orang tua dan klien sendiri.

2. Riwayat keperawatan

a. Sekarang

Keluhan utama : Seluruh badan terasa gatal terus menerus sejak masuk

RS., gatal tidak hilang walaupun digaruk usaha yang

dilakukan untuk menghilangkan dengan menggaruk

atau memberi bedak dan badan terasa lemas ingin

tidur.

Riwayat penyakit :

Badan bengkak terutama diwajah kemudian tangan dan kaki, sudah

dibawa ke Puskesmas tetapi tidak ada perubahan : bengkak tidak

berkurang, mual dan muntah setiap makan dan minum, anak tampak

pucat 4 hari, kemudian dirujuk ke RS Jombang.

Riwayat selama di rawat di RS Jombang :

Anak masuk dengan BB 15 kg, sesak -, batuk -, munah +, makan 3-4 kali

1

Page 11: Gna (Lp&Askep)

sehari, pada tanggal 15 – 8 - 2001 pukul 13.00 WIB kejang { kepala

melirik tangan dan kaki biasa ] selama 5 meni, kejang hilang tanpa obat,

anak menangis setelah kejang. Di RS Jombang di rawat selama 1 minggu,

bengkak pada kaki dan tangan berkurang sedangkan bengkak diperut

bertambah. Kemudian klien dirujuk ke RSUD Dr Soetomo atas indikasi :

b. Sebelumnya:

Prenatal : Normal (menurut keluarga), ibu selalu kontrol ke Puskesmas

dan ibu tidak minum obat-obatan atau jamu pada saat

hamil.

Natal : LahirSpontan umur kehamilan 8 bulan ditolong bidan,BBL

1.6 kg, saat lahir tangis tidak keras

Post natal : ASI hingga 4 bulan, penyakit yang sering diderita kadang-

kadang badan panas.

Luka operasi: Tidak ada

Alergi : Tidak ada

Tumbuh kembang :

- Tumbuh gigi umur 6 bulan

- Tengkurep umur 6 bulan

- Duduk umur 8 bulan

- Berdiri umur 9,5 bulan

- Berjalan umur 13 bulan

- Naik sepeda umur 2 tahun

- Tk umur 6 tahun

- SD umur 7 tahun

- Sekarang kelas III SD dengan prestasi baik yaitu masuk 10 besar

sebelum sakit anak sering mengeluh capek karena pelajaran

tambah banyak dan biasa bermain dengan teman sebaya di

sekolah maupun di rumah.

Psikososial : Anak selama ini sangat dekat dengan orang tuanya,kakek

nenek dan dan budenya. Dirumah biasanya selalu bermain

dengan teman sebaya. Sejak masuk RS anak hanya

berbaring di TT.

Psikoseksual : anak malu jika ditanyai masalah perkembagan

seksualnya

Imunisasi : Lengkap, scar BCG +.

Status gizi : BB 17 kg lingkar lengan 14,5 cm, LK 48 cm, LD 62

cm.Makan sedikit/ 1/3 porsi yang disediakan RS, “makanan

2

Page 12: Gna (Lp&Askep)

ndak enak rasanya mani “. Ibu klien selalu mencampur

sayur dengan gula yang disediakan dari RS untuk campuran

susu karena setelah mencicipi sayur rasanya asin.

Interaksi : Komunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa jawa dan

komunikatif.

Komposisi keluarga : An. D adalah dari pasangan Tn. S. Dan Ny. N.S.

Klien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya..

Lingkungan rumah dan komunitas : Keluarga tinggal di desa

dengan kehidupan sebagai petani.

Kultur dan kepercayaan : Keluarga merupakan penganut agama

islam yang taat dan percaya bahwa penyakit yang diderita

oleh anaknya disebabkan oleh kelainan dari tubuh anaknya.

Fungsi dan hubungan keluarga: Keluarga kompak dan komunikasi serta

peran antar anggota keluarga sesuai dengan tanggung -

jawabnya.

Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Tidak ada perilaku

khusus yang dapat mengancam kesehatan keluarga, hanya

anak sering jajan makanan kecil seperti chiki-chikian.

Persepsi keluarga tentang penyakit klien : Keluarga yakin, bahwa

penyakit An. D timbul akibat kelainan dalam tubuh An. D,

bukan karena gangguan ilmu hitam. Keluarga mengatakan

tidak tahu tentang penyakit yang diderita anaknya secara

pasti. Keluarga mengatakan bagaimana nantinya keadaan

anaknya.

c. Pola fungsi kesehatan

1. Pertumbuhan dan perkembangan :

- Pertumbuhan :

BB 17 kg, TB 108 cm. Nadi 80—100x/menit, dan RR 24x/menit,

tekanan darah 130/100 mm Hg. Gigi pemanen pertama /molar ,umur

6-7 tahun gigi susu mulai lepas.

- Perkembangan :

2. Pola nutrisi dan metabolik:

Suhu badan36.5 derajat celcius. Edema anasarka. Mual - , muntah -

dan anoreksia + makan hanya 1/3 porsi yang disiapkan RS. BB 17

kg. Gatal-gatal pada seluruh badan “ badanku gatal sekali “. Kulit

3

Page 13: Gna (Lp&Askep)

tampak kering, kasar bersisik

3. Pola eliminasi :

Abd distensi , meterismus +, BU + normal, nyeri tekan -, pembesaran

hepar dan lien -, tidak teraba masa. “ Diana belum bisa kebelakang

sejak 2 hari “. BAK , klien terpasang kateter, urin warna kuning muda

dan jernih,keruh -, darah -.

4. Pola Aktifitas dan latihan :

Klien merasa lemas dan rasa ingin tidur, “ ngantuk “ klien tanpak

tidur pulas kekuatan otot dan tonus. Sesak napas - , RR 24 x/menit,

retraksi dada -, pengggunaan otot bantu napas-, teraba , auskultasi

terdengar rales dan krekels . Tekanan darah 130/100 mm Hg , ensi

tidak stabil dan klien mendapat terapi nifedifin 6 x 1,7 mg sub lingual

dan dapat extra bila diastole lebih /sama dengan 100 mm Hg

maksimak 10 x pemberiaan. Dari thorak foto ditemukan Cor

membesar bentuk normal CTR 57 %, edema pulmonal + efusi pleura

bilateral minimal. Klien tampak pucat, tgl 20/8/2001 Hb 9.8 gr % .

Penglihatan kabur -, pusing-, muntah-, dan kejang-. Ibu menanyakan

penyebab penyakit anaknya, “ Saya heran tiba-tiba Diana bengkak

panas cuma sehari, padahal dissini sudah 11 hari tapi tidak sembuh,

bengkaknya tetap “. Ibu tampak murung.

5. Pola tidur dan istirahat :

“ Kalau malam Diana ndak bisa tidur tapi kalau siang tidur terus “.

Sesak saat tidur -. Anak tidur dengan posisi tetap dan lemah.

6. Kognitif & perseptual :

7. Persepsi diri :

8. Hubungan peran :

Anak tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh dan

lingkungan perawatann yang baru serta kondisi kritis menyebabkan

anak banyak diam.

9. Toleransi koping

10. Nilai keyakinan :

Klien berdoa memohon kesembuhan sebelum tidur.

d. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

- Hb : 10,9 %/dl - RBC : 3.380.000 %/dl - Leuko 3100

%/dl

4

Page 14: Gna (Lp&Askep)

- Trombo cukup - Ansositois + - Hipokrom +

- Alb : 13,8 dl

Foto : Pembesaran pada jantung tetapi dalam batas normal

Therapi :

5

Page 15: Gna (Lp&Askep)

Analisis data

Data-data Masalah Etiologi

1.S : Kel mual -, sakit kepala -

O: Kesadaran CM, TD 130/100

mmHg, Nadi 100x/menit,

Kejang - , muntah -, capilary

reffil 3 detik.

2.S : Ibu mengatakan “ bengkaknya

sepertinya bertambah.

O : Oedema anasarka, Acites, efusi

pleura minimal, TD 130/100

mm Hg, BB 17 kg, RR 24

x/menit, rales + disemua lapang

paru. Protein uri

Albuminemia

3. S : “ Rasa gatal pada seluruh badan

O : Kulit kering . Klien tampak

menggaruk-garuk kulit, Tampak

memar pada daerah bekas insisi

jarum HD

4.S : “ Rasa gatal pada seluruh badan

O: Terpasang kateter nelaton

Leukosit darah tgl20/8/01

14.600 , leukisit urine +, LED

58 / 1jam.

5. S : Pasien mengatakan “ Badan

lemes rasa ingin tidur.

O : Pasien tampak tidur pulas

6.S : “ Makannya sedikit hanya 1/3

porsi , anak minta makan

bakso”. ‘Sebelum sakit anak

juga makan sedikit , anak

memang kurus .

O : BB 17 kg, LLA cm, makan

1/3 porsi, Bone Age : umur

tulang seperti tulang umur 83

Perfusi jaringan :

cerebral /

kardiopulmonal

Cairan

Integritas kulit

infeksi

Aktifitas

nutrisi

Resiko krisis

Hipertensi berulang.

Retensi air dan

nattrium sekunder

terhadap disfungsi

ginjal

Uremia

Depresi sistem imun

Kekurangan protein

dan / disfungsi ginjal

anoreksia dan

pembatasan diet.

1

Page 16: Gna (Lp&Askep)

bulan

Diagnosa keperawatan :

1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis

hipertensi.

2. Resiko kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi

ginjal

3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan

edema

4. Resiko tinggi terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan pembatasan

diet

6. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal

Rencana keperawatan

1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d. resiko krisis

hipertensi.

Tujuan : Klien tidak mengalami gangguan perfusi jaringan setelah diberikan

perawatan 14 hari.

Kriteria hasil :

- Kesadaran CM

- Tekanan darah 65-108/60-68 mm Hg.

- Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3 detik, cianosis -.

Rencana Rasional

1. Pantau tanda dan gejala krisis hipertensi

[ Hipertensi, takikardi, bradikardi, kacau

mental, penurunan tingkat kesadaran, sakit

kepala, tinitus, mual, muntuh, kejang dan

disritmia], dan adanya gangguan perfusi

jaringan

2. Pantau tekanan darah tiap jam dan kolaborasi

bila ada peningkatan TD sistole >160 dan

diastole > 90 mm Hg

6. Kaji keefektifan obat anti hipertensi

7. Pertahankan TT dalam posisi rendah

1. Krisis hipertensi menyebabkan suplay

darah ke organ tubuh berkurang.

2. Tekanan darah yang tinggi

menyebabkan suplay darah berkurang.

3. Efektifitas obat anti hipertensi penting

untuk menjaga adekuatnya perfusi jarringan.

4. Posisi tidur yang rendah menjaga suplay

darah yang cukup ke daerah cerebral

2. Potensial kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta disfungsi

ginjal.

2

Page 17: Gna (Lp&Askep)

Tujuan : Klien tidak menunjukan tanda dan gejala kelebihan volume cairan

setelah diberikan perawatan selama 14 hari

Kriteria hasil :

- BB stabil

- Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.

- Oedema –, TD 65-108/60-68 mm Hg.

Rencana Rasional

1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala

kelebihan cairan :

2. Ukur dan catat intak dan output setiap

4-8 jam

3. Ukur dan catat intak dan output setiap

4-8 jam

4. Catat jumlah dan karakteristik urine

5. Ukur berat jenis urine tiap jam dan

timbang BB tiap hari

6. Kolaborasi dengan gi i dalam

pembatasan diet natrium dan protein

7. Berikan es batu untuk mengontrol rasa

haus dan maasukan dalam perhitungan

intak

8. Pantau elektrolit tubuh dan observasi

adanya tanda kekurangan elektrolit tubuh

- Hipokalemia : kram abd,letargi,aritmia

- Hiperkalemia : kram otot, kelemahan

- Hipokalsemia : peka rangsang pada

neuromuskuler

- Hiperfosfatemia:

hiperefleksi,parestesia, kram otot, gatal,

kejang

- Uremia : kacau mental, letargi,gelisah

9. Kaji efektifitas pemberian elektrolit

parenteral dan oral

1,2. Memonitor kelebihan cairan sehingga

dapat dilakukan tindakan penanganan

3,4.Jumlah , karakteristik urin dan BB dapat

menunjukan adanya ketidak seimbangan

cairan.

5.Natrium dan protein meningkatkan

osmolaritas sehingga tidak terjadi retriksi

cairan.

7..Rangsangan dingin ddapat merangsang

pusat haus

8..Memonitor adanya ketidak seimbangan

elektrolit dan menentukan tindakan

penanganan yang tepat.

9. Pemberian elektrolit yang tepat mencegah

ketidak seimbangan elektrolit.

3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan kapiler dan edema.

Tujuan : Klien tidak menunjukan kerusakan integritas kulit setelah diberikan

perawatan 14 hari.

Kriteria hasil :

- Kulit hangat, kering, dan utuh, turgor baik

- Pasien mengatakan tak ada pruritus

3

Page 18: Gna (Lp&Askep)

Rencana Rasional

1. Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar,

turgor dan suhu.

2. Jaga kulit tetap kering dan bersih

3. Bersihkan & keringkan daerah perineal

setelah defikasi

4. Rawat kulit dengan menggunakan lotion

untuk mencegah kekeringan untuk daerah

pruritus.

5. Hindari penggunaan sabun yang keras dan

kasar pada kulit klien

6. Instruksikan klien untuk tidak menggaruk

daerah pruritus.

7. Anjurkan ambulasi semampu klien.

8. Bantu klien untuk mengubah posisi setiap 2

jam jika klien tirah baring.

9. Pertahankan linen bebas lipatan

10. Beri pelindung pada tumit dan siku.

11. Lepaskan pakaian, perhiasan yang dapat

menyebabkan sirkulasi terhambat.

12. Tangani area edema dengan hati -hati.

13. Berikan suntikan dengan hati-hati .

14. Pertahankan nutrisi adekuat.

1. Mengantisipasi adanya kerusakan kulit

sehingga dapat diberikan penangan dini.

2,3. Kulit yang kering dan bersih tidak mudah

terjadi iritasi dan mengurangi media

pertumbuhan kuman.

4. Lotion dapat melenturkan kulit sehingga tidak

mudah pecah/rusak.

5. Sabun yang keras dapat menimbulkan

kekeringan kulit dan sabun yang kasar dapat

menggores kulit.

15.Menggaruk menimbulkan kerusakan kulit.

7,8.Ambulasi dan perubahan posisi meningkatkan

sirkulasi dan mencegah penekanan pada satu

sisi.

10. Lipatan menimbulkan ttekanan pada kulit.

11.Sirkulasi yang terhambat memudahkan

terjadinya kerusakan kulit..

12,13. Elastisitas kulit daerah edema sangat

kurang sehingga mudah rusak

14. Nutrisi yang adekuat meningkatkan

pertahanan kulit

4. Potensial terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi sistem imun

Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi setelah diberikan perawatan

Kriteria hasil :

- Suhu 36 –37 derajat celsius

- Leukosit darah 5000 – 10.000

- Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih

- Kulit kering dan utuh

Rencana Rasional

1. Kaji efektifitas pemberian

imunosupresan

2. Pantau leukosit

3. Pantau suhu tiap 4 jam

4. Perhatikan karakteristik urine,

kolaborasi jikka keruh dan berbau

5. Hindari pemakaian alat/kateter pada

saluran uriine

1.Imunosupresan berfunsi menekan sisteem

imun bila pemberiannya tidak ekeftif maka

tubbuh akan sangat rentan terhadap infeksi

2.Indikator adanya infeksi

3.Memonitor suhu & mengantipasi infeksi

4. Urine keruh mmenunjukan adanya infeksi

saluran kemiih

5. Kateter dapat menjadi media

masuknya kuman ke saluran kemih

6. Memonitor adanya infeksi sehingga

4

Page 19: Gna (Lp&Askep)

6. Pantau tanda dan gejala ISK dan

lakukan tindakan pencegahan ISK.

7. Gunakan dan anjurkan tehnik cuci

tangan yang baik.

8. Anjurkan pada klien untuk

menghindari orang terinfeksi

9. Lakukan pencegahan kerusakan

integritas kulit

10. Anjurlkan pasien ambulasi dini.

dapat dilakukan tindakan dengan cepat

7. Tehnik cuci tangan yang baik dapat

memutus rantai penularan.

8. Sistim imun yang terganggu

memudahkan untu terinfeksi.

9. Kerusakan integritas kulit merupakan

hilangnya barrier pertama tubuh

10.Ambulasi dini meningkatkan sirkulasi darah

dan hidrasi dan mengegah terjadinya stasis

cairan

5. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal

e. Tujuan : Klien dapat toleransi dengan aktifitas yang dianjurkan selama

menjalani perawatan.

Kriteria hasil :

- Tidak menunjukan adanya kontraktur

- Kelemahan -, kelelahan -

- Klien beraktifitas pasif dan aktif

Rencana Rasional

1. Pantau kekurangan protein yang

berlebihan [ proteinuri, albuminuria ]

2. Gunakan diet protein untuk mengganti

protein yang hilang.

3. Beri diet tinggi protein tinggi

karbohidrat.

4. Tirah baring

5. Berikan latihan pasif selama pembatasan

aktifitas

6. Rencana aktifitas dengan waktu

istirahat.

7. Rencanakan cara progresif untuk

kembali beraktifitas normal ; evaluasi

tekanan darah dan haluaran protein urin.

8. Kaji tingkat kemampuan anak

1. Kekurangan protein beerlebihan dapat

menimbulkan kelelahan.

2. Diet yang adekuat dapat mengembalikan

kehilangan

3. TKTP berfungsi menggantikan

4. Tirah baring meningkatkan mengurangi

penggunaan energi.

5. Latihan penting untu kmempertahankan

tunos otot

6. Keseimbangan aktifitas dan istirahat

mempertahankan kesegaran.

7. Aktifitas yang bertahap menjaga

kesembangan dan tidak mmemperparah proses

penyakit

8. Memonitor kemampuan anak sehingga

aktifitas dapat ditingkatkan.

6.. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan pembatasan diet.

Tujuan : Klien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat setelah diberikan

perawatan hari

Kriteria hasil :

- Porsi makanan yang disediakan dihabiskan

5

Page 20: Gna (Lp&Askep)

- Mual dan muntah -

- Berat badan stabil seperti sebelum sakit [ BB seharusnya 26 – 29 kg ] sesuai

dengan umur, tipe tubuh.

- Albumin darah 3.5 – 4,5

- Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal

Rencana Rasional

1. Kaji status nutrisi klien

2. Pantau BB klien tiap pagi..

3. Kolaborasi dengan tentang diet,

kebutuhan kalori dan hal-hal yang lebih

disukai klien..

4. Berikan kesempatan klien untuk

mengemukakan perasaannya tentang

diet.

5. Bersikap empati dan beri penjelasan

tentang batasa diet.

6. Lakukan oral higiene

7. Berikan makan sedikit tapi sering.

8. Hentikan makan bila klien merasa mual

9. Ajarkan cara mencegah terjadinya

muntah.

10. Berikan lingkungan yang menyenang

selama makan

11. Pantau persentase makanan yang

dimakan.

12. Kolaborasi dalam pemeriksaan albumin

darah, protein darah dan Hb, Ht, Fe.

1. Mengetahui status nutrisi untuk

menetukan kebutuhan nutrisi.

2. BB merupakan indikator nutrisi yang

adekuat

3. Kolaborasi untuk asupan nutrisi yang

adekuat.

4,5Mengetahui masalah anak dalam

pemenuhan nutrisi sehingga dapat

ditangani dengan tepat

6 Higiene oral yang baik meningkatkan

sensitifitas pengecap

7 Porsi sedikit tapi sering mencegah

muntah karena adanya penekanan abd .

8.9. Mual dan muntah mnghambat

asupan nutrisi

10 Lingkungan yang mendukung akan

meningkatkan selera makan anak

11 Jumlah makanan yang dimakan

menentukan apakah intake nutrisi

adekuat

12 Kadar albumin, Hb dan Fe menentukan

kecukupan nutrisi

Diagnosa keperawatan :

1. Resiko gangguan perfusi jaringan: serebral/kardiopulmonal b.d.

resiko krisis hipertensi.

2. Resiko kelebihan volume cairan b.d. retensi air dan natrium serta

disfungsi ginjal

3. Perubahan integritas kulit b.d. imobilisasi, uremia, kerapuhan

kapiler dan edema

4. Resiko tinggi terjadi infeksi [ ISK, lokal, sistemik ] b.d. depresi

sistem imun

6

Page 21: Gna (Lp&Askep)

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan

pembatasan diet

6. Intoleransi aktifitas b.d. kekurangan protein dan disfungsi ginjal

7

Page 22: Gna (Lp&Askep)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GLUMERULONEFRITIS AKUT

DI RUANG ANAK RSUD DR SOETOMO

SURABAYA

f. Pengertian

Glumerulonefritis akut [ GNA ] adalah penyakit yang menyerang

glomeruli dari kedua ginjal, sebagai suatu reaksi imunologi terhadap

bakteri atau virus tertentu.

GNA sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun, lebih sering pada

pria.

Biasanya didahului oleh infeksi ekstrarenal, terutama di traktus

respiratorius bagian atas dan kulit.

Tindakan keperawatan

Waktu No. Dx.

Kep

Tindakan Paraf

perawat

Selasa

28-8-01

07.30 WIB

08.00 WIB

1.

2.

1. Memantau tanda dan gejala krisis hipertensi [ T 140/100,

Nadi 100x/menit, kacau mental-, penurunan tingkat

kesadaran-, sakit kepala-, tinitus-, mual-, muntah-, kejang-

dan disritmia -].

2. Memantau tekanan darah tiap jam dan kolaborasi bila ada

peningkatan TD sistole >160 dan diastole > 90 mm Hg

3. Kaji keefektifan obat anti hipertensi / Nifedipin 1,9 mg dan

memberikan extra saat TD diastol > 100 mm Hg, ‘ suster

tensinya kenapa ndak turun-turun yaa ?. Menjelaskan

bahwa tensi tidak bisa stabil/ baik dengan cepat, perlu waktu

dan ibu diharapkan bersabar.

4. Mempertahankan TT dalam posisi rendah

1. Pantau dan laporkan tanda dan gejala kelebihan cairan :

edema anasarka,

2. Menghitung intake dan output hari sebelumnya : minum

600 cc, infus 340 cc , urin 700 cc perkateter warna kuning

jernih, endapan -.

1

Page 23: Gna (Lp&Askep)

09.15 WIB

10.00 WIB

12.00 WIB

3.

4.

3. Menimbang BB 18 kg

4. Kolaborasi dengan gi i dalam pembatasan diet natrium dan

protein

5. Mendiskusikan dengan ibu tentang pembatasan

cairan, rencana minum hari ini, cara mengukur

jumlah minum dan pentingnya mengukur intake

output.

6. Membujuk anak agar mau minum sesuai jumlah

yang ditentukan sedikit demi sedikit

1. Mengkaji kulit : kemerahan -, kerusakan -, memar+ bekas

insersi jarum HD dan infus di rawat dengan bioplasenton,

turgor kurang dan suhu 36.6 derajat Celcius. “ punggungku

gatal bu “

2. Menjelaskan kepada ibu untuk :

a. Menjaga kulit tetap kering dan bersih

b. Menbersihkan & keringkan daerah perineal setelah

defikasi

c. Merawat kulit dengan menggunakan lotion untuk

mencegah kekeringan untuk daerah pruritus.

d. Menggunakan sabun yang lembut

e. tidak menggaruk daerah pruritus menggunakan kuku

tetapi menggunakan ujung jari.

f. Menganjurkan beraktifiitas semampu klien.

g. mengubah posisi setiap 2 jam.

h. Mempertahan linen bebas lipatan

i. Menangani area edema dengan hati -hati

3. Mencegah terjadinya penekanan pada daerah yang

menonjol dan tertekan.

4. Merawat daerah insersi infus dengan tehnik septik aseptik

5. Mempertahankan nutrisi adekuat dengan menjelaskan

kepada ibu untuk memberikan makan sedikit demi sedikit

semampu anak

1. Memantau diet yang diberikan [ diet protein untuk

mengganti protein yang hilang.]

2. Menjelaaskan diet anak kepada ibu klien yaitu tinggi

protein tinggi karbohidrat.

3. Memberikan latihan pasif dengan menggerakan tangan

dan kaki semampu anak dan menganjurkan berubah

posisi tidur

4. Memberikan kesempatan klien untuk tirah baring.

5. Merencanakan untuk aktifitas dengan waktu istirahat yang

2

Page 24: Gna (Lp&Askep)

13.00 WIB

13.15 WIB

5.

6

seimbang dengan ibu klien, evaluasi tekanan darah sebelum

dan setelahnya.

1. Memantau suhu tiap 4 jam : suhu 36.5 derajat Celsius

2. Memperhatikan karakteristik urine : urine jrrnih, endapan -,

darah-, warna kuning .

3. Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan kateter

dengan cara membersihkan daerah genitalia dari depan

kebelakang dan membersihkan kateter / mendemontrasikan

caranya. Ibu mengangguk.

4. Memantau tanda dan gejala ISK: kemerahan dan sakit

disekitar urofisium -.

5. Menjelaskan kepada ibu tehnik septik aseptik: mencuci

tangan sebelum dan sesudah merawat anak, menjaga alat-

alat makan yang bersih, menjaga kebersihan perseorangan.

6. Menganjurkan pada ibu untuk membatasi pengunjung

terutama yang sedang sakit.

7. Pantau leukosit

1. Mengkaji status nutrisi klien : makan sedikit, susu

hangat diminum 50 cc

2. BB 18 kg.

3. Kolaborasi dengan tentang diet, kebutuhan kalori dan

hal-hal yang lebih disukai klien..

4. Memberikan kesempatan klien untuk mengemukakan

perasaannya tentang diet. “ makanannya tidak enak ,

aku mau bakso “

5. Bersikap empati dan memberi penjelasan tentang

batasan diet kepada anak .

6. Menganjurkan kepada ibu membersihkan gigi/mulut

anak.

7. Kolaborasi dalam pemeriksaan albumin darah, protein

darah dan Hb, Ht, Fe.

8. Menjelaskan kepada ibu untuk memberikan makan

sedikit tapi sering dan menghentikan makan bila klien

mual / muntah

9. Mengajarkan cara mencegah muntah dengan menarik

napas panjang dari hidung dan mengeluarkan dari

mulut..

10. Mendiiskusikan dengan ibu untuk membuat anak

senang saat akan makan dan selama makan.

11 Klien makan 1/3 porsi nasi ¼ porsi lauk

3

Page 25: Gna (Lp&Askep)

Catatan Perkembangan

Waktu No.Dx.

Kep.

Catatan Perkembangan [SOAP] Parap

perawat

Selasa

28/8/01

1.

2.

3.

4..

5.

S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?

O : Kesadaran CM

Tekanan darah 130/100 mm Hg

Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3

detik, cianosis -.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan semua rencana

S : Hari ini beratnya naik 17 kg

O : BB 18 kg

Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.

Oedema anasarka, TD 65-108/60-68 mm Hg.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih tetap

O : Kulit hangat, kering, pruritus +, iritasi kulit -.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak berdarah

O : Suhu 36 –37 derajat celsius

Leukosit darah 5000 – 10.000

Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih

Kulit kering dan utuh

A : Masalah mulai ditangani

P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .

O : - kontraktur -

- Anak tidur terkulai, tampak lemah -

- Klien beraktifitas kalau ddibantu

4

Page 26: Gna (Lp&Askep)

6.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit

O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3

porsi

Berat badan 18 kg.

Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......

Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

Catatan Perkembangan

Waktu No.Dx.

Kep.

Catatan Perkembangan [SOAP] Parap

perawat

Rabo

29/8/01

1.

2.

3.

4..

S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?

O : Kesadaran CM

Tekanan darah 130/100 mm Hg

Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3

detik, cianosis -.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan semua rencana

S : Hari ini beratnya naik 1 kg

O : BB 18 kg

Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.

Oedema anasarka, TD 65-108/60-68 mm Hg.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih tetap

O : Kulit hangat, kering, pruritus +, iritasi kulit -.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak berdarah

5

Page 27: Gna (Lp&Askep)

5.

6.

O : Suhu 36 –37 derajat celsius

Leukosit darah 5000 – 10.000

Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih

Kulit kering dan utuh

A : Masalah mulai ditangani

P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .

O : - kontraktur -

- Anak tidur terkulai, tampak lemah -

- Klien beraktifitas kalau ddibantu

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit

O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3

porsi

Berat badan 18 kg.

Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......

Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

Catatan Perkembangan

Waktu No.Dx.

Kep.

Catatan Perkembangan [SOAP] Parap

perawat

Kamis

30/8/01

1.

2.

S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?

O : Kesadaran CM

Tekanan darah 130/100 mm Hg

Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3

detik, cianosis -.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan semua rencana

S : Hari ini beratnya naik 1 kg

O : BB 18 kg

6

Page 28: Gna (Lp&Askep)

3.

4..

5.

6.

Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.

Oedema anasarka, TD 65-108/60-68 mm Hg.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih tetap

O : Kulit hangat, kering, pruritus +, iritasi kulit -.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak berdarah

O : Suhu 36 –37 derajat celsius

Leukosit darah 5000 – 10.000

Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih

Kulit kering dan utuh

A : Masalah mulai ditangani

P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .

O : - kontraktur -

- Anak tidur terkulai, tampak lemah -

- Klien beraktifitas kalau ddibantu

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit

O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3

porsi

Berat badan 18 kg.

Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......

Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

7

Page 29: Gna (Lp&Askep)

Catatan Perkembangan

Waktu No.Dx.

Kep.

Catatan Perkembangan [SOAP] Parap

perawat

Jumat

31/8/01

1.

2.

3.

4..

5.

S : Suster tensinya kenapa ndak turun-turun ya ?

O : Kesadaran CM

Tekanan darah 130/100 mm Hg

Fungsi Jantung normal : capillary reffil < 3

detik, cianosis -.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan semua rencana

S : Hari ini beratnya naik 1 kg

O : BB 18 kg

Bunyi napas normal : rales -, rhonchi -.

Oedema anasarka, TD 65-108/60-68 mm Hg.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Pasien mengatakan gatal masih tetap

O : Kulit hangat, kering, pruritus +, iritasi kulit -.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Badan tidak panas, kencing tidak berdarah

O : Suhu 36 –37 derajat celsius

Leukosit darah 5000 – 10.000

Leukosit urine –, urine berwarna kuning jernih

Kulit kering dan utuh

A : Masalah mulai ditangani

P : teruskan rencana

S : Diana tidur terus .

O : - kontraktur -

- Anak tidur terkulai, tampak lemah -

- Klien beraktifitas kalau ddibantu

1

Page 30: Gna (Lp&Askep)

6.

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

S : Makannya sedikit

O : muntah -, porsi yang disediakan tidak dihabiska 1/3

porsi

Berat badan 18 kg.

Albumin darah 4 – 6 , protein total :.......

Hb,Ht dan sat besi dalam batas normal

A : Masalah mulai diatasi

P : Teruskan rencana

Caatatan Perkembangan

Sabtu, 1 September 2001 klien meninggal pukul 23.45 WIb

2