LAPORAN KASUS MODUL GER
Wanita 70 tahun dengan kesadaran berkabut dan bekas ikatan di kedua tangan dan kaki
KELOMPOK II
Jordan David 03010144
Ila Mahira 03010131
Fyrnaz Kautharifa 03010111
Fakhrurrozy Nasron 03010100
Doddy Kusumah R S 03010083
Devina Apriyanti N 03010078
Clavi Hanum P D 03010067
Bernard Nauli 03010054
Ayesha Riandra 03010044
Anggi Miranda T 03010031
Alfaria Elia R P 03010018
Adhi Rizky P 03010004
Fathiya Maulida 03009083
Bhastiyan D W 03008059
Jakarta, 17 Desember 2012
Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
BAB I
PENDAHULUAN
Tutorial kasus IV sesi I mengenai Ibu Siti 70 tahun dengan kesadaran berkabut dan bekas
ikatan di kedua tangan dan kaki dilaksanakan Rabu, 12 Desember 2012 pukul 10.00-12.00 WIB
dengan :
Tutor : dr.Suryani
Ketua : Adhi Rizky Putra
Sekretaris : Fakhurozy Nasron
Tutorial berjalan dengan lancar. Peserta membahas masalah, dasar masalah, anamnesis,
hipotesis, pemeriksaan fisik.
Tutorial kasus IV sesi II dilaksanakan Kamis, 13 Desember 2012 pukul 13.00-15.00
WIB dengan:
Tutor : Dr. Monika Dwi Hartanti, M.Biomed
Ketua : Fakhrurozy Nasron
Sekretaris : Alfaria Elia Rahma Putri
Tutorial berjalan dengan lancar. Peserta membahas masalah, pemeriksaan anjuran, diagnosis,
penatalaksanaan, prognosis.
BAB II
LAPORAN KASUS
Sesi I
Seorang ibu tua dengan kesadaran berkabut, dan terlihat bekas ikatan pada kedua tangan dan
kakinya.
Skenario 1
Ibu Siti,70 tahun, dibawa oleh keluarganya berobat ke klinik tempat saudara praktik dengan
keluhan utama tidak bisa tidur di malam hari,bicaranya kacau ,gaduh gelisah. Informasi dari
keluarganya menyatakan bahwa sejak suaminya meninggal setahun yang lali, Ibu Siti tinggal
bersama anak perempuannya yang sudah berkeluarga dan mempunyai tifa orang anak masing-
masing berumur 12,10, dan 8 tahun. Anak yang terkecil menderita autis yang menyita banyak
perhatian dari ibunya. Di samping itu,anak dan menantu ibu Siti adalah karyawan sebuah BUMN
yang cukup menyita banyak waktu. Oleh karena kesibukannya Ibu Siti sering ditinggal di rumah
sendirian dalam kamar yang terkunci dan demi keamanannya, kaki dan tangan terpaksasering
diikat untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan. Dari
anamnesis diketahui, bahwa sejak suaminya meningal sethaun yang lalu,kondisi Ibu Siti tampak
secara drastis menurun terutama daya ingatnya. Ia sering lupa dimana kamar tidurnya dan siapa
nama anak dan cucu-cucunya. Sifat pelupanya semakin hebat akhir-akhir ini,bahkan ia pernah
marah-marah minta makan padahal baru saja ia diberi makan oleh anaknya. Pada malam hari Ibu
Siti sering gelisah dan tidak bisa tidur,oleh karena itu , anaknya sering membawanya ke berbagai
dokter yang umumnya memberi resep obat penenang.
Skenario 2
Pada pemeriksaan ditemukan:
Seorang perempuan tua, 70 tahun, tampak kurus, lemah, kesadaran berkabut. Konjungtiva
anemis, kulit tampak kering, turgor kurang. Di daerah pergelangan tangan dan kaki tampak luka-
luka seperti bekas ikatan dengan tali. Di daerah pinggul belakang dan punggung atas tampak
luka-luka bernanah yang berbau tidak sedap. Suhu : 36,8oC, HR:84x/menit. Tekanan darah 90/60
mmHg. Pernafasan : 24x/menit, regular, normal. Mulut : lidah tampak kotor,gigi banyak karies,
bau mulut tidak sedap. Jantung : normal. Paru : ronkhi basah halus nyaring di daerah basal
kedua paru. Abdomen : supel, bising usus normal. Hepar/Lien : tidak teraba. Ekstremitas : tidak
ada edema. Refleks fisiologis +/+. Patologis : -/-
Sesi II
Pemeriksaan yang dilakukan setelah kesadaran ibu Siti membaik(tampak jernih)
Hasil pemeriksaan status mental ibu Siti:
Seorang wanita, 70 tahun, tampak sesuai dengan usianya. Berpakaian seadanya, rambut tidak
tersisir rapi, ekspresi fasial tampak mengantuk. Kesadaran neurologis : somnolen, kesadaran
psikologis : terganggu. Bicara kacau dan tidak jelas.
Mood tampak agak hipotim. Ekspresi afektif : tidak stabil,pengendalian kurang,echt, dalam,
adekuat. Dapat dirabarasakan, serasi, dengan skala differensiasi menyempit.
Persepsi : ilusi dan halusinasi tidak ada,depersonalisasi,dan derealisasi tidak ada
Proses pikir : produktivitas sedikit, kontinuitas terganggu. Flight of ideas dan inkoherensi tidak
ada
Isi pikir : preokupasi dan waham tidak ada
Fungsi intelektual : konsentrasi dan perhatian terganggu. Orientasi
terganggu(temporal,personal,spasial,situasional). Daya ingat jangka panjang dan pendek : sedikit
terganggu. Daya ingat sesaat : terganggu. Daya nilai sosial dan uji daya nilai sosial : baik.
Tilikan : derajat 5
Hasil pemeriksaaan psikometri : GDS : 9, MMSE : 15
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Hb: 8g%,leukosit: 5000/mm3,LED : 80 mm/1 jam pertama. Gula darah : N:90mg/dl ,
PP:140mg/dl
Kolesterol:250mg/dl, Trigliserida : 150 mg/dl. SGOT:80, SGPT : 70.
Ureum: 50 mg/dl, Kreatinin : 2,5 mg/dl
Urinalisis : glukosa:negatif, protein: +1, Eritrosit: 0-2/LPB, Leukosit: 8-10/LPB
EKG: dalam batas normal
CXR: Tampak bercak-bercak infiltrate di daerah basal dan parakardial kiri dan kanan. Efusi
pleura: tidak ada
III. PEMBAHASAN
Identitas Pasien
Nama : Ibu Siti
Umur : 70 tahun
Alamat : -
Pendidikan : -
Status Nikah : Janda
Suku : -
Keluhan Utama
Bicara tidak karuan (kacau) dan kesadaran tampak menurun (seperti orang yang mengantuk).
Anamnesis
Masalah dan Hipotesis
No. Masalah Hipothesis
1. Tidak bisa tidur malam hari A. Gangguan Organik
- Gangguan Metabolik
- Gangguan GIT
- Gangguan Neurologis
- Gangguan Muskuloskletal
- Gangguan Kardiovaskuler
B. Psychogenik
- Depresi
- Pseudodementia
- Dementia
C. Faktor ekstrinsik
- Pengaruh lingkungan
- Suhu
D. Efek obat-obatan
2. Bicaranya kacau A. Gangguan Organik
- Gangguan Metabolik
- Gangguan GIT
- Gangguan Neurologis
- Gangguan Muskuloskletal
- Gangguan Kardiovaskuler
B. Psychogenik
- Depresi
- Pseudodementia
- Dementia
C. Delirium
3. Gaduh gelisah A. Gangguan Organik
- Gangguan Metabolik
- Gangguan GIT
- Gangguan Neurologis
- Gangguan Muskuloskletal
- Gagguan Kardiovaskuler
B. Psychogenik
- Depresi
- Pseudodementia
- Dementia
C. Delirium
4. Suaminya meninggal satu tahun yang
lalu
- Depresi
- Pseudodementia
- Dementia
5. Bekas ikatan pada kedua tangan dan
kaki
- Trauma
- Ulkus Dekubitus
- Decondotioning syndrome
- Mistreatment
6. Penurunan daya ingat secara drastis - Delirium
- Depresi
- Pseudodementia
- Dementia
IV. PEMERIKSAAN FISIK & PENUNJANG
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak kurus, lemah.
Kesadaran : kesadaran berkabut
Tanda vital
a. Tekanan darah : 90/60 mmHg
b. Nadi : 84x/menit
c. Pernapasan : 24x/menit, regular, normal
d. Suhu : 36,8oC
Antropometri : -
Kulit : kulit tampak kering, turgor kurang, di daerah
pergelangan tangan dan kaki tampak luka-luka
seperti bekas ikatan dengan tali. Di daerah
pinggul belakang dan punggung atas tampak
luka-luka bernanah yang berbau tidak sedap.
Kepala dan wajah
a. Kepala : -
b. Mata : konjungtiva anemis
c. Telinga : -
d. Hidung : -
e. Mulut : lidah tampak kotor, gigi banyak karies, bau mulut tidak
sedap.
Leher
a. Kelenjar Tiroid : -
b. KGB leher : -
Thorax
a. Jantung : normal
b. Paru : ronkhi basah halus nyaring di daerah basal kedua paru.
Abdomen : Supel
a. Nyeri tekan epigastrium : -
b. Bising usus : (+) normal
c. Shifting dulness : -
d. Hepar : tidak teraba.
e. Lien : tidak teraba.
Urogenital : -
Genitalia eksterna : -
Anus dan rectum : -
Ekstremitas : tidak ada edema.
Fungsi motorik, sensorik : -
dan koordinasi
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
Keadaan umum tampak kurus, lemah bisa disebabkan oleh berbagai hal antara lain dehidrasi,
malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit. Konjungtiva anemis didapatkan pada pasien anemia
yang dapat disebabkan oleh malnutrisi.
Kesadaran berkabut, suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu tidak mampu berpikir
jernih dan berespons secara memadai terhadap situasi di sekitarnya. Seringkali individu tampak
bingung, sulit memusatkan perhatian dan mengalmi disorientasi.
Tekanan darah 90/60 mmHg, hipotensi bisa disebabkan oleh efek medikasi, perdarahan,
kehilangan cairan yang berlebihan, gangguan kardiovaskular.
Kulit tampak kering, turgor kurang ditemukan pada keadaan dehidrasi. Di daerah pergelangan
tangan dan kaki tampak luka-luka seperti bekas ikatan dengan tali, pada pasien kemungkinan
terjadi mistreatment. Di daerah pinggul belakang dan punggung atas tampak luka-luka bernanah
yang berbau tidak sedap, bisa diakibatkan oleh imobilisasi yang lama sehingga menyebabkan
deconditioning pada kulit akibat penekanan jangka lama pada kulit dapat terjadi ulkus
decubitus.
Lidah tampak kotor, gigi banyak karies, bau mulut tidak sedap menunjukan higiene yang buruk
akibat dari kemampuan merawat diri yang kurang.
Ronkhi basah halus nyaring di daerah basal kedua paru pada pasien mengindikasikan adanya
pneumonia. Pernapasan 24x/menit, regular, normal Pada pasien ini terjadi peningkatan
pernapasan (takipnoe) karena terjadi kekurangan udara akibat adanya pneumonia sehingga
sebagai kompensasi pasien berusaha untuk mendapatkan udara dengan meningkatkan frekuensi
lebih cepat dari nilai normal.
Status Mental
Deskripsi Umum
1. Penampilan :
Wanita, 70 tahun, tampak sesuai dengan usianya. Berpakaian seadanya, rambut tidak
tersisir rapi, ekspresi fasial tampak mengantuk.
2. Kesadaran :
a. Kesadaran Neurologis : somnolen
b. Kesadaran Psikologis : terganggu
c. Kesadaran Sosial : -
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor : -
4. Sikap Terhadap Pemeriksa : -
5. Pembicaraan : bicara kacau dan tidak jelas
Alam Perasaaan
1. Suasana perasaan : hipotim
2. Ekspresi afektif :
o Afek : serasi
o Stabilitas : tidak stabil
o Kedalaman : -
o Skala diferensiasi : menyempit
o Keserasian : serasi
o Pengendalian : kurang
o Echt/ unecht : echt
o Empati : -
o Batas ego : -
Gangguan Presepsi
1. Halusinasi : -
2. Ilusi : -
3. Depersonalisasi : -
4. Derealisasi : -
Sensorium dan Kognisi (Fungsi Intelektual)
1. Taraf pendidikan : -
2. Pengetahuan umum : -
3. Kecerdasan : -
4. Konsentrasi : terganggu
5. Perhatian : terganggu
6. Orientasi : terganggu (temporal, personal, spasial, situasional)
7. Daya ingat : jangka pendek maupun jangka panjang sedikit terganggu
8. Daya ingat sesaat : terganggu
9. Visuospatial : -
10. Pikiran abstrak : -
11. Kemandirian : kemampuan menolong diri kurang
Proses Pikir :
1. Arus pikir : produktivitas sedikit, kontinuitas terganggu
2. Isi pikir : tidak ada preokupasi dan waham
Pengendalian Impuls : -
Daya Nilai :
1. Daya nilai sosial : Baik
2. Uji daya nilai sosial : Baik
3. Daya nilai realitas : -
Tilikan : derajat 5
Pemeriksaan lab
Normal Hasil interpretasi
Hemoglobin 12-14g% 8g% Menurun
Leukosit 5.000-10.000/mm3 5.000/mm3 Normal
Laju Endap Darah 80mm/jam 10-20mm/jam Meningkat
Gula Darah Puasa 90mg/dl <126mg/dl Normal
Gula Darah PP 140mg/dl <180mg/dl Normal
Kolesterol 250mg/dl <200mg/dl Meningkat
Trigliserida 150mg/dl <200mg/dl Normal
SGOT 80U/L 8-48U/L Meningkat
SGPT 70U/L 7-55 U/L Meningkat
Ureum 50mg/dl 15-40mg/dl Meningkat
Kreatinin 2,5mg/dl 0.6-1.2mg/dl Meningkat
Dari hasil pemeriksaan laboratorium,didapat bahwa pasien menderita anemia,hal ini mendukung dari
terlihatnya konjungtiva yang pucat pada pasien ini, Laju endap darah yang meningkat diakibatkan dari
dehidrasi yang dialami pasien, sehingga terjadi kekentalan darah pada pasien ini. SGPT dan SGOT yang
meningkat 2x menunjukkan bahwa pasien ini menderita fatty liver,hal ini didukung juga oleh kolestrol
pasien yang meningkat. Ureum dan Kreatinin yang meningkat bahwa pasien menderita penurunan
fungsi ginjal dimana seiring dengan bertambahnya usia, fungsi ginjal akan menurun.
Urinalisis
Normal Hasil Interpretasi
Glukosa Negatif Negatif Normal
Protein - +(1) Meningkat
Eritrosit 0-3/LPB 0-2/LPB Normal
Leukosit 2-4/LPB 8-10/LPB Meningkat
Adanya peningkatan protein dan leukosit pada urin pasien menunjukkan bahwa pasien menderita
infeksi saluran kemih, dimana pada pasien ini kesadaran akan perawatan diri sendiri kurang serta
pasien sering diika,sehingga higenitas pasien kurang dan rentan terserang infeksi
V. DIAGNOSIS
Pasien menderita
Delirium
Dementia
Pneumonia,
Ulkus dekubitus,
Mistreatment (Abuse fisik)
Kemungkinan depresi.
Oral hygiene yang buruk.
VI. PATOGENESIS
Delirium
Gambaran klinis delirium bervariasi karena keterliatan yang luas kortikal dan subkortikal.
Patofisiologinya tidak diketahui, tetapi dapat karena penurunan metabolisme oksidatif otak
menyebabkan perubahan neurotransmiter di daerah prefrontal dan subkortikal. Ada kejadian
penurunan kolinergik dan peningkatan aktifitas dopaminergik, pada saat kadar serotonin dan
kadar GABA yang bermakna tetap tidak jelas. Hal lain delirium dapat efek dari kortisol plasma
yang meningkat pada otak akibat diinduksi stress.
Ulkus dekubitus
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan Di daerah pinggul belakang dan punggung atas
tampak luka-luka bernanah yang berbau tidak sedap. Berdasarkan ciri ini adalah Ulkus
dekubitus. ulkus dapat muncul bila Pasien yang berbaring terus di tempat tidur yang mengakibatkan
pasien immobilisasi dan membuat tekanan lama yang terus menerus pada kulit dan juga aliran darah
aliran darah dan kemudia terbentuk ulkus dekubitus.
Abuse treatment
Anak perempuan yang sibuk telah memperlakukan ibunya dengan salah. Pasien dikurung di kamar
sendirian, ada luka bekas ikatan di tangan dan kakiabyus fisikal.
Kurangnya perhatian anak dalam merawat ibunyapengabaianmistreatment
Depresi
Depresi
Kemampuan merawat diri yang kurang + Mistreatment
Imobilisasi lama (Deconditioning Syndrom)
Sistem kardiovaskular : Hipotensi
Sistem respirasi : Pneumonia
Sistem organ kulit : Ulkus decubitus
Sistem genitourinaria : Infeksi Saluran kemih
Sistem metabolisme dan nutrisi : Dehidrasi, Malnutrisi, Hiperkolesterolemia
Sistem endokrin : Gangguan irama sirkardian
Sejak suaminya meninggal setahun yang lalu, anak yang terkecil menderita autis yang menyita banyak perhatian dari ibunya, anak yang lain sibuk bekerja dan kurang perhatian terhadapnya.
Ibu Siti sering ditinggal di rumah sendirian dalam kamar yang terkunci dan demi keamanannya, kaki dan tangan terpaksasering diikat untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan.
Sistem neurologis, emosi, intelektual : Penurunan kapasitas intelektual, Gangguan emosi
dan perilaku.
ACUTE CONFUSION SYNDROME / DELIRIUM
Inattention Perubahan kognitif Gangguan kesadaran Gangguan siklus tidur Gangguan penyerta (Gangguan mood)
VII.PENATALAKSANAAN
Secara fisik:
1. Rawat Inap dan perbaiki tanda tanda vital pasien
2. Dehidrasi Apabila di sertai dengan mual dan muntah, penggantian cairan dapat dilakukan
secara oral. Biasanya pasien diminta untuk meminum elektrolit atau cairan yang mengandung
karbohirat bersamaan dengan air. Namun apabila ada tanda – tanda dehidrasi berat (peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah rendah) , penggantian cairan akan diberikan secara intravena
3. Penanganan untuk ulkus dekubitus dengan pemberian nutrisi dan pembedahan (debridement)
4. Pemberian antibiotik untuk pneumonia sebaiknya diberikan berdasarkan bakteri penyebab
pneumonia, seperti penisilin sensitive Streptococcus pneumonia (golongan penisilin, makrolid),
Onset Akut & Perjalanan Fluktuatif
penisilin resisten Streptococcus pneumonia (betalaktam, seftriakson), Pseudomonas aeruginosa
(aminoglikosida, piperasilin) dan masih banyak lagi bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia
5. Pemberian antibiotik untuk infeksi saluran kemih, seperti ciprofloxacin atau trimethoprim-
sulfametoxazole
6. Pemberian multivitamin seperti preparat Fe
Secara Psikis:
1. Pemberhentian obat penenang karena adanya efek toksisitas dari obat, dan penggantian dengan
obat penenang lain
2. Edukasi kepada keluarga, apakah sanggup dirawat di rumah atau di panti werda.
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Functionam : dubia ad Malam
Ad Sanationam : dubia ad Malam
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena penyakit yang diderita pasien
tidak mengancam nyawa setelah diterapi dengan perawatan yang adekuat,dan prognosis untuk ad
functionam dan sanationam adalah ad malam karena pasien sudah lansia mengalami degenerasi
sehingga sulit untuk kembali ke fungsi yang normal dan akan terjadi kekambuhan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DELIRIUM
Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan dengan variasi
kognitif dan gangguan tingkah laku. Ini biasa dan menjadi problem serius di RS dan sering tak
diketahui pada pasien usila. Delirium biasanya disebabkan banyak faktor; banyak yang dapat
dicegah. Prognosis-nya buruk. Dengan kematian yang bermakna meningkatkan biaya perawatan
dan kebutuhan untuk perawatan rumah tambahan, rehabilitasi, dan perawatan rumah jangka
panjang.
Gambaran klinis delirium bervariasi karena keterliatan yang luas kortikal dan subkortikal.
Patofisiologinya tidak diketahui, tetapi dapat karena penurunan metabolisme oksidatif otak
menyebabkan perubahan neurotransmiter di daerah prefrontal dan subkortikal. Ada kejadian
penurunan kolinergik dan peningkatan aktifitas dopaminergik, pada saat kadar serotonin dan
kadar GABA yang bermakna tetap tidak jelas.Hal lain delirium dapat efek dari kortisol plasma
yang meningkat pada otak akibat diinduksi stress.
Faktor predisposisi:
Demensia
Obat-obatan multipel
Umur lanjut
Kecelakaan otak seperti stroke, penyakit Parkinson
Gangguan penglihatan dan pendengaran
Ketidakmampuan fungsional
Hidup dalam institusi
Ketergantungan alkohol
Isolasi sosial
Kondisi ko-morbid multipel
Depresi
Riwayat delirium post-operative sebelumnya
Faktor pencetus (presipitasi):
Penyakit akut berat (termasuk, tetapi tak terbatas kondisi di bawah ini)
o Infeksi dada, urin, dll 10-35%
o Intoksikasi obat/racun 22-39%
o Withdrawal benzodiazepin
o Withdrawal alkohol ± defisiensi thiamin
o Ensefalopati metabolik (25%)
o Asam basa dan gangguan elektrolit
o Hipoglikemia
o Hipoksia atau hiperkapnia
o Gagal hepar/ginjal
Polifarmasi
Bedah dan anestesi
Nyeri post op yang tak dikontrol baik
Neurologis 8% (anoksia, stroke, epilepsi, dll)
Perubahan dari lingkungan keluarga
'sleep deprivation'
Albumin serum rendah
Demam/hipothermia
Hipotensi perioperati
Pengekangan fisik
Pemekaian kateter terus menerus
Kardiovaskular 3%
Tak ditemukan penyebab 10%
Penatalaksanaan pada delirium
Preparat farmasi, bebas atau degan resep dapat menyebabkan delirium pada lansia dan
menyebabkan 11-30 % perawatan RS. Studi terhadap 432 pasien umur > 65 tahun di sebuah RS
Universitas, Rudberg dkk menunjukkan bahwa 43 % kasus delirium berhubungan dengan obat.
Lindley dkk menunjukkan bahwa 26 % dari 416 ( 6,3%) perawatan pasien usila di RS
Pendidikan sebagai akibat reaksi obat tak dapat diinginkan, 50% karena obat-obatan yang tak
cocok.
Obat-obatan secara umum dapat menyebabkan delirium seperti pada tabel 4. Obat paling sering
menyebabkan delirium adalah sedatif dan hipnotik, antikolinergik dan narkotik. Penggunaan
preparat ini sebaiknya berhati-hati pada lansia, khususnya pada gangguan kognitif sebelumnya.
Jika obat ini harus dipakai sebaiknya dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan. Obat
hipoglikemi, khususnya kerja sedang dapat menyebabkan hipoglikemi yang juga bermanifestasi
konfusio.
Obat-obat yang menyebabkan delirium:
Sedatif hipnotik
o Benzodiazepin
o Kloralhidrat, barbiturat
o Anti kolinergik
o benztropin, oksibutirin
Antihistamin mis difenhidramin
Antispasmodik misal : belladona, propanthelin
Fenothiazin misal: thioridazin
Antidepresan trisklik
Antiparkinson misal levodopa, amantadin, pergolid, bromokriptin
Analgetik misal opiat (khususnya pethidin), jarang : NSAID,aspirin
Obat anestesi
Antipsikotik, khususnya beefek antikolinergik, misal klozapin
Steroid : dapat tergantung dosis
Antagonis histamin- 2, khususnya simetidin, tetapi juga golongan ranitidin.
Antibiotik:aminoglikosid, penicillin, sefalosporin, sulfonamid dan beberapa
flurokuinolon seperti siprofloksasin.
Obat kardiovaskuler dan antihipertensi, kinin,digoxin (padakadar normal),amiodaron,
propanolol, methiodopa
Antikonvulsan : fenitoin, karbamazepin, valproat, pirimidin, klonazzepam,klobazam.
Lain-lain : lithium, flunoksilin, metoclopramid,imunosupresan.
Pemeriksaan rutin untuk delirium:
Urea dan elektrolit
Glukosa
Darah Lengkap
Kalsium
Fosfat
Tes fungsi hati
Tatalaksana Farmakologi
Obat-obat hendaklah diharapkan diberikan per oral pada dosis rendah, dengan pemberian dosis
lebih besar bila diperlukan. Pasien yang membutuhkan dosis multipel hendaklah diawasi ketat.
Sangat mendasar bahwa pemesanan teratur untuk pengobatan seringkali perlu meninjau kembali
respon pasien, efek samping, dan kelanjutan kebutuhan pengobatan..
.
Meskipun peranan binzodiazepin sebagai pengobatan lini pertama untuk semua kasus delirium
tidak jelas, tidak ada pertanyaan bahwa mereka obat lini pertama paling utama untuk narkotika
dan tarikan alkohol di mana dosis lebih tinggi obat kerja lama adalah lebih utama. Jika terdapat
riwayat pemakaian alkohol sebelumnya, diazepam 5-10 mg regular per oral hendaklah diberikan,
dengan tiamin 100 mg per hari. Benzodiazepin mungkin juga mempunyai peranan pada pasien
dengan epilepsi yang diketahui (sebagai obat antipsikotik paling utama yang diketahui terhadap
ambang kejang lebih rendah), atau jika pasien parkinsionisme.
Efek samping benzodiazepin meliputi sedasi, penghambatan tingkah laku, penekanan
pernapasan, ataksia, jatuh, amnesia, depresi, ketergantungan, anjalan insomnia, tarikan dan
delirium. Benzodiazepin dapat tidak umum menyebabkan respon parodoksikal dimana pasien
menjadi lebih agitasi dan konfusi. Mereka hendaklah dihindarkan pada pasien dengan
ensefalopati dan insufisiensi pernapasan.
PNEUMONIA
Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit saluran napas bawah (lower respiratory tract
(LRT)) akut, biasanya disebabkan oleh infeksi (Jeremy, 2007). Sebenarnya
pneumonia bukan penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan
diketahui ada sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma,
jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel. Penyakit ini dapat terjadi pada
semua umur, walaupun manifestasi klinik terparah muncul pada anak, orang tua
dan penderita penyakit kronis (Elin, 2008).
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur,
dan protozoa. Mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia antara lain Streptococcus
pneumonia, Mycoplasma pneumoniae Aspergillus, Haemophillus influenza, Legionella
pneumophillia, Histoplasmosis, Klebsiella pneumonia, Coxiella burnetii, Candida, Pseudomonas
aeruginosa, Chlamydia psittaci Nocardia, Pneumocytis carinii, Coxsackie, Toksoplasmosis, dan
Adenovirus.
Patogenesis
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh,
mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya sakit.
Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru dapat memlalui
berbagai cara:
a. Inhalasi langsung dari udara
b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
c. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
d. Penyebaran secara hematogen (Supandi, 1992).
Diagnosis
Tujuannya adalah untuk menegakkan diagnosis, mengidentifikasi komplikasi,
menilai keparahan, dan menentukan klasifikasi untuk membantu memilih
antibiotika (Jeremy, 2007). Diagnosis pneumonia utamanya didasarkan klinis,
sedangkan pemeriksaaan foto polos dada perlu dilakukan untuk menunjang
diagnosis, diamping untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat
(Supandi, 1992).
Gambaran Klinis
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut bagian
atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil, suhu
tubuh kadang-kadang melebihi 40oC, sakit tenggorok, nyeri otot, dan sendi. Juga
disertai batuk, dengan sputum purulen, kadang-kadang berdarah (Supandi, 1992).
Pada pasien muda atau tua dan pneumonia atipikal (misalnya Mycoplasma),
gambaran nonrespirasi (misalnya konfusi, ruam, diare) dapat menonjol (Jeremy,
2007).
Mistreatment
Definisi
Kekerasan terhadap lansia dapat diartikan sebagai tindakan yang disengaja atau kelalaian
(tidak sengaja) terhadap lansia baik dalam bentuk malnutrisi, fisik/tenaga atau luka fisik,
psikologis oleh orang lain atau keluarga yang disebabkan adanya kegagalan pemberian asuhan,
nutrisi, pakaian, pengawasan, pelayanan medis,rehabilitasi dan perlindungan yang dibutuhkan.
Salah satu tindakan kekerasan terhadap lansia adalah perlakuan yang salah (neglected), istilah
yang sering kita dengar adalah elder mistreatment kadang juga kita sebut abuse of the elderly
Bentuk Kekerasan Terhadap Lansia
Secara mendasar ada 4 aspek kekerasan terhadap lansia yang terdiri dari aspek Fisik,
Psikologis, Sosial dan Spiritual. Beberapa fakta dilapangan, lansia yang mendapatkan tindakan
kekerasan antara lain dalam bentuk pengabaian (penelantaran), tekanan, pemaksaan, kekerasan,
penipuan dan eksploitasi yang mengakibatkan trauma dan mempengaruhi keberfungsian sosial
lansia.
Beberapa jenis perlakuan yang salah pada lansia dapat dilihat di bawah ini:
* Fisik: yaitu perbuatan menyebabkan rasa sakit, luka, cacat atau penyakit. Misalnya mencubit,
menendang, dorong, memerkosa, pengekangan tanpa alasan. Hal ini merupakan perlakuan yang
salah yang jarang didapati
* Penelantaran: kegagalan pengasuh untuk tidak memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk
menjalankan fungsi yang optimal atau menghindari bahaya. Hal ini lebih sering didapati dari
perlakuan yang salah secara fisik.
Misalnya menghentikan perawatan, Dapat berupa penelantaran yang pasif seperti meninggalkan
lansia sendirian, diisolasi, dilupakan dan penelantaran aktif: seperti menghentikan kebutuhan
seperti makanan, obat-obatan, pakaian, pergaulan, bantuan mandi, oversedasi.untuk mengontrol
tingkah laku.
* Psikologik/ Verbal: perbuatan yang menyebabkan penderitaan mental. Misalnya Intimidasi,
penghinaan, dipanggil namanya, diperlakukan seperti anak-anak,isolasi sosial, diancam, ditakut-
takuti. Hal ini sering tidak disadari, walaupun tidak selamanya lebih ringan dari perlakuan yang
salah secara fisik.
*Keuangan: penyalahgunaan harta lansia untuk kepentingan orang lain. Misalnya menggunakan
uang lansia untuk kepentingan orang lain, bahkan dengan akibat tidak memenuhi kebutuhan
pokok lansia.
* Pelanggaran hak yaitu pencabutan hak asasi. Misalnya kebebasan, memiliki harta, bertemu,
berbicara, bersuara, berahasia. Kebanyakan korban mengalami lebih dari satu jenis perlakuan
yang salah.
Karakteristik
Ketidakmandirian merupakan faktor yang penting karena membatasi kemampuan korban
untuk melawan perlakuan yang salah dan takut melaporkannya sebab akan mendapatkan
perawatan yang lebih buruk.
yang berasal dari luar tubuh, seperti alkoholisme, perumahan yang tidak memadai, kurangnya
bantuan dari anggota keluarga dan lain-lain.
Epidemiologi
Studi yang ada pada umumnya dibuat berdasarkan laporan diri, yang demikian mungkin
tidak menampilkan prevalensi actual. Perlakuan tak benar terhadap lansia lebih sering dilakukan
oleh anggota keluarga sendiri, terutama pasangan hidup dan anak yang sudah dewasa.
Dapat dimengerti karena mereka adalah sebagai pemberi rawatan terbanyak bagi lansia. Dalam
hal anak, baik laki-laki maupun wanita sama banyak sebagai pelaku, walaupun terdapat beberapa
penelitian dimana anak wanita lebih banyak.
Etiologi
Teori Penukaran : ketergantungan korban pada pramurawat dan pramurawat pada korban
terjadi bila perawat tergantung pada pasien, perawat memperlakukan pasiem dengan salah
sebagai strategi penyeimbang.
Teori Pembelajaran Sosial : merujuk kepada orang tua yang bertindak kasar dalam mendidik
anak-anaknya, anak belajar menggunakan kekasaran sebagai mekanisme adaptasi anak-anak
kemudian mengasari orangtuanya saat mereka berperan sebagai pengawas orang tua.
Teori Psikoanalisis: dapat diajukan apabila pramurawat memiliki problem psikologis atau
penyalahgunaan obat.
MALNUTRISI
Malnutrisi adalah suatu kondisi yang terjadi ketika ada kekurangan nutrisi penting tertentu dalam
diet seseorang. Kekurangan gagal untuk memenuhi tuntutan tubuh menyebabkan efek pada
pertumbuhan, kesehatan, fisik mood, perilaku dan fungsi tubuh lainnya. Malnutrisi sering
mempengaruhi anak-anak dan orang tua.
Malnutrisi juga mencakup kondisi di mana diet tidak mengandung keseimbangan yang tepat dari
nutrisi. Ini mungkin berarti diet tinggi kalori, tetapi kekurangan vitamin dan mineral. Ini
kelompok kedua individu mungkin kelebihan berat badan atau obesitas, tetapi masih dianggap
kurang gizi. Sehingga menjadi kekurangan gizi tidak selalu berarti bahwa orang tersebut kurus
atau tipis. (1-4)
Gejala kekurangan gizi
Gejala yang paling umum dari kekurangan gizi adalah penurunan berat badan. Misalnya, mereka
yang kehilangan hingga 10% dari berat badan mereka dalam 3 bulan tanpa diet dianggap kurang
gizi. Mungkin ada gejala lain seperti kelelahan, kekurangan energi, kurangnya kekuatan, sesak
napas, anemia, perubahan kulit, rambut dan kuku dll pada orang dewasa dengan gizi buruk.
Anak-anak dengan gizi buruk tambahan menunjukkan lekas marah, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi, kegagalan untuk tumbuh tinggi badan mereka diharapkan, pertumbuhan
terhambat dll
Diagnosis malnutrisi
Diagnosis malnutrisi dibuat secara klinis dengan memeriksa pasien. Selain massa BMI atau
badan indeks (berat dalam kilogram lebih tinggi dalam meter kuadrat - Berat / tinggi badan
(dalam m) 2) dan lingkar lengan.
Mereka dengan BMI kurang dari 18,5 perlu melihat penyedia layanan kesehatan mereka untuk
penilaian gizi buruk. Anak-anak dengan retardasi pertumbuhan atau pengerdilan perlu dinilai
juga untuk tanda-tanda malnutrisi. Tes diagnostik lain meliputi tes darah rutin untuk deteksi
anemia, infeksi kronis dll
Pengobatan kekurangan gizi
Bagi mereka yang bisa makan normal, pengobatan gizi buruk memerlukan menyediakan rencana
diet dengan kandungan gizi ekstra. Rencana diet perlu dibuat seimbang sehingga memungkinkan
untuk penambahan berat badan seiring dengan pemberian vitamin dan mineral.
Bagi mereka yang tidak bisa makan biasanya slang dapat digunakan untuk memberikan nutrisi
langsung ke dalam sistem pencernaan atau nutrisi tersedia sebagai persiapan suntik dapat
ditanamkan langsung ke salah satu pembuluh darah.
DEHIDRASI
Dehidrasi (''hypohydration'') didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh yang berlebihan. Ini
secara harfiah adalah penghilangan air dari obyek, namun dalam hal fisiologis, itu memerlukan
kekurangan cairan dalam organisme.
Ada tiga jenis utama dari dehidrasi: hipotonik (terutama kehilangan elektrolit, natrium
khususnya), hipertonik (terutama kehilangan air), dan isotonik (kehilangan air yang setara dan
elektrolit). Pada manusia, jenis yang paling sering terlihat dari dehidrasi isotonik sejauh ini
adalah (isonatraemic) dehidrasi yang efektif setara dengan hipovolemia, namun perbedaan dari
dehidrasi isotonik hipotonik atau hipertonik dapat menjadi penting ketika mengobati orang yang
Dalam kasus ekstrim, kerugian mungkin cukup besar untuk melebihi kemampuan tubuh untuk
menyerap air dari saluran pencernaan, dalam kasus ini, tidak mungkin untuk minum air yang
cukup untuk tetap terhidrasi, dan satu-satunya cara untuk menghindari dehidrasi adalah baik pra -
hidrat, atau menemukan cara untuk mengurangi keringat (melalui istirahat, pindah ke lingkungan
yang lebih dingin, dll).
Jika air yang hilang melalui mekanisme normal seperti muntah atau diare, ketidakseimbangan
dapat berkembang sangat cepat menjadi darurat medis.
Selama acara olahraga seperti maraton, berhenti air dan istirahat disediakan air untuk
menghindari dehidrasi atlet.
Pada manusia, dehidrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit dan menyatakan bahwa
merusak homeostasis air dalam tubuh. Ini termasuk:
1. Eksternal atau stres yang berhubungan dengan penyebab
- Berkepanjangan aktivitas fisik dengan berkeringat tanpa air yang cukup mengkonsumsi,
terutama di lingkungan yang panas dan / atau kering.
- Berkepanjangan paparan udara kering, misalnya di pesawat terbang tinggi (5-12%
kelembaban relatif).
- Kehilangan darah atau hipotensi akibat trauma fisik
- Diare
- Hipertermia
- Syok (hipovolemik)
- Muntah
- Luka bakar
- Lakrimasi
- Penggunaan metamfetamin, stimulan amfetamin, kafein dan lainnya
- Berlebihan konsumsi minuman beralkohol
2. Penyakit menular
- Kolera
- Gastroenteritis
- Shigellosis
- Demam kuning
3. Malnutrisi
- Elektrolit gangguan:
Hipernatremia (juga disebabkan oleh dehidrasi)
Hiponatremia, terutama dari diet garam dibatasi
Puasa
Penurunan berat badan yang cepat baru-baru ini mungkin mencerminkan
penurunan progresif volume cairan (hilangnya 1 L hasil cairan dalam penurunan
berat badan 1 kg (2,2 lb)).
Pasien penolakan nutrisi dan hidrasi
Ketidakmampuan untuk menelan (obstruksi esofagus)
4. Penyebab lain dari kehilangan air obligat
- Severe hyperglicemia, terutama di Diabetes mellitus
Glycosuria
Uremia
Gejala mungkin termasuk sakit kepala yang mirip dengan apa yang dialami selama mabuk,
kram otot, episode tiba-tiba salju visual, penurunan tekanan darah (hipotensi), dan pusing
atau pingsan saat berdiri karena hipotensi ortostatik. Dehidrasi diobati umumnya
menghasilkan delirium, pingsan, pembengkakan lidah dan, dalam kasus yang ekstrim,
kematian.
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien menderita delirium, dementia, pneumonia, ulkus dekubitus, mistreatment dan ada
kemungkinan depresi. Diagnosis ini diperkuat dengan hasil anamnesis pasien yang merujuk
kepada gejala gejala seperti yang telah dibahas diatas, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang. Dengan diagnosis tersebut, pasien harus diberikan penatalaksanaan berupa edukasi,
pengaturan pola makan, serta pentalaksanaan medika mentosa.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Delirium.Available at:http://www.geocities.ws/geriatriindonesia/. accessed on:
14december 2012.
Malnutrisi. Available at: http://www.news-medical.net. accessed on 15 december 2012
Dehidrasi. Available at: http://www.news-medical.net. accessed on 14 december 2012
Penanganan dehidrasi. Available at:
http://www.emedicinehealth.com/dehydration_in_adults/page8_em.html. accessed on
15 december 2012
Penanganan pneumonia. Avaiable at http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-
pneumoniakom/pneumonia%20komuniti.html. accessed on 15 december 2012