28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 1/14
1.09.2011
Lingkungan dan Fasies
Source : Sam Boggs Jr :Lingkungan dan Facies
Lingkungan dan Fasies
Sifat alami material yang diendapkan dimanapun akan ditentukan oleh proses fisika, kimia dan
biologi yang terjadi selama pembentukan, transportasi dan pengendapan sedimen. Proses-proses ini
juga mengartikan lingkungan pengendapan. Di bab selanjutnya, dibahas proses-proses yang terjadi
di dalam tiap-tiap lingkungan pengendapan yang terdapat di seluruh permukaan bumi dan karakter
sedimen yang diendapkan. Untuk mengenalkan bab ini, konsep lingkungan pengendapan dan fasies
sedimen dibahas di bab ini. Metodologi analisis batuan sedimen, perekaman data dan
menginterpretasikannya ke dalam proses dan lingkungan dibahas di sini secara umum. Contoh
kutipan yang berhubungan dengan proses dan hasil di dalam lingkungan dibahas dengan lebih detail
di bab berikutnya.
5.1 Menginterpretasi Lingkungan Pengendapan Masa Lampau
Setting dimana sedimen terakumulasi dikenal sebagai kesatuan geomorfologi seperti sungai,
danau, pantai, laut dangkal, dan lain-lain. Salah satu tujuan geologi sedimen adalah untuk
menentukan lingkungan dimana rangkaian batuan sedimen tertentu terendapkan. Agar objektif,
sedimentolog mencoba menentukan kondisi di permukaan bumi pada waktu yang berbeda dan dalam
tempat yang berbeda, dan dari sini membangun gambaran sejarah planet. Tahap pertama adalah
penyelidikan batuan sedimen dengan bantuan metodologi ilmiah yang dikenal sebagai analisis fasies
(Walker 1992a; Reading & Levell 1996).
5.2 Konsep Fasies
Alat fundamental dalam deskripsi dan iterpretasi batuan sedimen adalah konsep fasies sedimen.
Kata fasies diartikan sedikit berbeda oleh penulis-penulis yang berbeda, tapi menurut konsensus
adalah bahwa fasies dimaksud sebagai penjumlahan atau gabungan karakteristik unit sedimen
(Middleton 1973). Karakteristik ini mencakup dimensi, struktur sedimen, ukuran butir dan tipenya,
warna dan kandungan biogenik batuan sedimen. Mengklasifikasikan batuan sedimen dengan cara
yang adaptif dan tak terbatas. Contoh, cross bedded medium sandstone: batuan yang terutama
terdiri dari butir-butir pasir berukuran sedang, menampilkan cross bedding sebagai struktur
sedimen primer. Tidak semua aspek batuan perlu ditunjukkan dalam nama fasies dan di lain hal
mungkin penting untuk menegaskan karakteristik yang berbeda. Fakta bahwa batuan berwarna
merah mungkin lebih penting daripada batuan berwarna kelabu karena kemungkinan keterdapatan
pecahan mika dan membentuk bagian fasies. Di situasi lain nama fasies batuan red micaceous
sandstone digunakan jika warna dan tipe butir dianggap lebih penting dari daripada ukuran butir
dan sruktur sedimennya. Banyak karakteristik batuan yang bisa disampaikan dalam deskripsi fasies
yang akan membentuk bagian dari semua studi batuan sedimen.
Istilah-istilah berbeda digunakan, dimana beberapa aspek fasies adalah fokus perhatian: deskripsi
litofasies adalah satu batasan karakteristik batuan yang hanya merupakan hasil dari proses fisika
dan kimia; deskripsi biofasies adalah pengamatan yang tertuju pada kehadiran fauna dan flora; dan
deskripsi ichnofasies adalah terfokus pada fosil-fosil jejak (trace fossils) di dalam batuan. Sebagai
Jenis Batik, cara Membuat Batik,Pengertian Batik
UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SEBAGAIHUKUM DASAR NEGARA KESATUANREPUBLIK INDONESIA
Laporan Viskositas
Praktikum modulus young
Peradaban Mesopotamia
Ketidakpastian pengukuran
PESAWAT ATWOOD (E-1)
Popular Posts
There was an error in this gadget
Join this sitew ith Google Friend Connect
Members (38) More
Already a member? Sign in
Followers
English Article (9)
Geologi dasar (3)
Geomorfologi (4)
Indonesian Article (31)
lain-lain (8)
Microsoft Encarta TM (14)
Mineralogi (4)
Opini (3)
Paleontologi (1)
Pancasila (2)
pemetaan (2)
poetry (8)
Praktikum Fisika (8)
sedimentologi (6)
Stratigrafi (5)
Labels
More Next Blog [email protected] Dashboard Sign Out
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 2/14
contoh, unit tunggal batuan dideskripsikan dalam istilah litofasies sebagai grey bioclastic
packestone, memiliki biofasies echinoida dan crinoida dan ichnofasies Cruziana: gabungan
karakteristik ini dan karaktersitik yang lainnya akan menyusun fasies sedimen.
5.2.1 Analisis Fasies
Konsep fasies adalah tidak berarti hanya tepat dan sesuai dalam mendeskripsikan batuan dan
mengelompokkan batuan sedimen yang terlihat di lapangan, konsep ini juga membentuk dasar-
dasar interpretasi strata. Karaktersitik litofasies dihasilkan dari proses fisika dan kimia yang aktif
pada waktu pengendapan sedimen, dan biofasies serta ichnofasies menyediakan informasi tentang
paleoecology selama dan sesudah pengendapan. Dengan pengetahuan kondisi fisika, kimia, dan
ekologi maka memungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan pada waktu pengendapan. Proses
analisis fasies ini, interpretasi strata ke dalam istilah lingkungan pengendapan, dapat dianggap
sebagai pusat objektif utama dari sedimentologi dan stratigrafi yang merekonstruksi masa lampau
(Gambar 5.1) (Anderton 1985; Reading & Levell 1996).
Interpretasi lingkungan sedimen dari fasies dapat diperoleh dengan latihan yang sederhana atau
memerlukan pertimbangan yang kompleks dari banyak faktor sebelum dapat membuat kesimpulan
sementara. Di beberapa kasus ada karakteristik batuan yang unik untuk lingkungan tertentu.
Sejauh yang kita ketahui, hermatypic corals hanya tumbuh di dalam air laut yang dangkal, bersih
dan hangat: kehadiran fosil koral ini dengan posisi ketika masih hidup di dalam batuan sedimen
dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa sedimen terendapkan di dalam air laut yang dangkal,
bersih dan hangat. Dimana ada petunjuk-petunjuk langsung suatu kondisi seperti itu, maka dengan
langsung dapat diinterpretasikan lingkungan masa lampau suatu batuan sedimen. Berbeda dengan
hal berikut, cross bedded sandstone dapat terbentuk selama pengendapan di gurun, sungai, delta,
danau, pantai dan laut dangkal: litofasies cross bedded sandstone tidak menyediakan petunjuk
lingkungan khusus.
Interpretasi fasies harus objektif dan hanya berdasar pada pengenalan proses yang kemungkinan
besar membentuk lapisan-lapisan. Dari kehadiran struktur ripples simetris dalam batupasir halus
dapat disimpulkan bahwa lapisan terbentuk dibawah air dangkal, dengan angin yang melintas di
atas permukaan air yang menciptakan gelombang yang menggerakkan pasir untuk membentuk
symmetrical wave ripples. Interpretasi air dangkal dibuat karena wave ripples tidak terbentuk di
laut dalam (4.4.1), tapi ripples itu sendiri tidak dapat menunjukkan apakah terbentuk di danau,
laguna atau lingkungan paparan terbuka. Oleh karena itu seharusnya fasiesnya disebut sebagai
symmetrically rippled sandstone atau mungkin wave rippled sandstone, tapi bukan lacustrine
sandstone karena diperlukan informasi yang lebih lanjut sebelum membuat interpretasi.
Gambar 5.1 Diagram alir analisis fasies
Di kebanyakan kasus, kombinasi litofasies, biofasies dan ichnofasies yang berbeda menyediakan
informasi yang diperlukan untuk menyimpulkan lingkungan pengendapan dari strata sedimen.
Pengamatan pengendapan di dalam channel (a channel-fill facies) dengan mengamati endapan yang
menunjukkan bukti pengendapan oleh lembaran-lembaran air (sheets of water) yang mengering (an
overbank facies) akan memperkenankan interpretasi batuan sebagai endapan lingkungan channel
sungai dan floodplain (fluvial) (9.4.1). Oleh karena itu pengenalan asosiasi fasies adalah bagian
penting dari analisis fasies karena sangat umum bahwa asosiasi fasies menyediakan petunjuk-
petunjuk lingkungan pengendapan (Collinson 1969; Reading & Levell 1996).
5.2.2 Asosiasi Fasies
Setelah semua perlapisan di dalam suatu rangkaian ditentukan fasiesnya, selanjutnya pola distribusi
fasies-fasies ini dapat diselidiki. Contoh (Gambar 5.2), apakah perlapisan bioturbated mudstone
2012 (1)
2011 (12)
October (1)
January (11)
BIOSTRATIGRAFI
DIAGRAM KRONOSTRATIGRAFI
DATA SINGKAPAN DAN DATA SUMUR
SEISMIK STRATIGRAFI
KONSEP DAN PRINSIP SEKUENSTRATIGRAFI
Perlapisan Stratigrafi
FOLIASI
TEKNIK-TEKNIK PEMETAAN
Van zuidam
Lingkungan dan Fasies
Proses Transportasi dan StrukturSedimen
2010 (4)
2009 (6)
2008 (88)
Blog Archive
live traffic
Live Traffic Feed
A visitor from Jakarta, JakartaRaya viewed "Geofacts:Lingkungan dan Fasies" 0 secsago
A visitor from Surabaya, JawaTimur viewed "Geofacts:
Praktikum modulus young" 22mins ago
A visitor from Jakarta, JakartaRaya viewed "Geofacts:
PESAWAT ATWOOD (E-1)"55 mins ago
A visitor from Indonesia viewed
"Geofacts: Praktikum modulusyoung" 2 hours 1 min ago
A visitor from Jakarta, Jakarta
Raya viewed "Geofacts: Sedimen
Klastik Terrigenous" 2 hours 5mins ago
A visitor from Jakarta, Jakarta
Raya viewed "Geofacts: Laporan
Viskositas" 2 hours 53 mins ago
A visitor from Bandung, JawaBarat viewed "Geofacts: PANAS
JENIS ZAT PADAT (F-1)" 3
hours 20 mins ago
A visitor from Seattle,Washington viewed "Geofacts:PANAS JENIS ZAT PADAT
(F-1)" 3 hours 55 mins ago
A visitor from Jakarta, Jakarta
Your Comment
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 3/14
lebih umum terdapat bersamaan dengan (di atas maupun di bawahnya) shelly fine sandstone atau
medium sandstone with rootlets ? manakah dari tiga di atas yang terdapat dengan fasies
batubara ? Ketika berusaha menentukan asosiasi fasies, sangat berguna jika mengingat proses
pembentukannya masing-masing. Dari empat contoh fasies yang dicontohkan, bioturbated
mudstone dan shelly fine sandstone keduanya mungkin mewakili pengendapan di lingkungan
subaqueous, kemungkinan laut, sedangkan medium sandstone with rootlets dan coal keduanya
terbentuk di setting subaerial. Oleh karena itu dua asosiasi fasies dapat ditentukan jika,
diperkirakan pasangan fasies pengendapan subaqueous cenderung terdapat bersamaan, begitu juga
pasangan fasies subaerial.
Fasies yang jelas, dapat diinterpretasikan proses-proses yang mengawali pembentukan sedimennya.
Sebagaimana dicatat di atas, banyak dari proses-proses ini tidaklah unik pada lingkungan tertentu
tapi satu cara dalam melihat lingkungan pengendapan adalah dengan memikirkan kombinasi proses-
proses yang terjadi di dalam lingkungan pengendapan. Contoh, estuaria tidal (12.7), adalah setting
fisiografi yang jelas dimana ada channel yang menyuplai air tawar memasuki lingkungan laut,
setting ini dipengaruhi oleh arus tidal dan mudflats yang secara berkala dibanjiri oleh laut: hal ini
mewakili kombinasi yang sangat jelas mengenai proses fisika, kimia, dan biologi. Hasil dari proses
ini terlihat sebagai fasies sedimen yang diendapkan di dalam channel dan di atas mudflats. Oleh
karena itu asosiasi fasies mencerminkan kombinasi proses-proses yang terjadi di dalam lingkungan
pengendapan.
Selanjutnya prosedur analisis fasies dapat dibagi dalam dua tahap proses: pengenalan fasies dapat
diinterpretasikan ke dalam proses-prosesnya; dan menentukan asosiasi fasies yang mencerminkan
kombinasi proses-proses dan selanjutnya lingkungan pengendapannya (Gambar 5.1). Hubungan
waktu dan ruang antara fasies pengendapan di saat ini dan di rekaman batuan sedimen telah
diperkenalkan oleh Walther (1894). Hukum Walther secara sederhana diringkas sebagai pernyataan
bahwa jika satu fasies ditemukan menindih (superimposed) fasies lain tanpa jeda dalam rangkaian
stratigrafi maka dua fasies itu telah diendapkan berdekatan satu sama lain pada satu waktu.
Tidak semua litofasies dikelompokkan ke dalam asosiasi. Suatu fasies tunggal mungkin telah
dibentuk oleh proses-proses yang jelas berbeda maka tidaklah tepat memasukkannya ke dalam
asosiasi fasies lain. Sebagai contoh, rangkaian endapan yang terbentuk di dalam daerah kering
(arid region) (8.1) memiliki fasies kerikilan yang berbeda yang mungkin dikelompokkan ke dalam
asosiasi endapan kipas aluvial dan asosiasi danau playa (dasar suatu cekungan pengaliran gurun
pasir) yang terdiri dari fasies evaporit dan batulumpur: fasies batupasir sedang terpilah baik,
berstruktur cross bedding tidak sesuai ke dalam asosiasi kipas aluvial dan danau playa dan oleh
karena itu harus dipertimbangkan sebagai suatu kesatuan yang tersendiri (hasil dari pengendapan
aeolian dune: 8.2.3).
5.2.3 Sikuen Fasies
Sikuen fasies secara sederhana adalah asosiasi fasies dengan kejadian fasies dalam suatu urutan
tertentu (Reading & Levell 1996). Sikuen fasies terjadi ketika ada pengulangan rangkaian proses
sebagai respon atau tanggapan dari perubahan reguler suatu kondisi. Contoh, jika fasies bioclastic
wackestone selalu ditutupi oleh fasies bioclastic packestone dan selanjutnya fasies ini selalu
ditutupi oleh bioclastic grainstone (Gambar 5.2), tiga fasies ini dapat dianggap menjadi sikuen
fasies. Pola-pola seperti itu mungkin dihasilkan dari pendangkalan ke atas yang berulang-ulang
(repeated shallowing upward) berkaitan dengan pengendapan di atas kumpulan pasir dan lumpur
bioklastik di dalam lingkungan laut dangkal (14.6.2). Pengenalan sikuen fasies dapat didasarkan
pada peninjauan visual grafik log sedimen atau dengan menggunakan pendekatan statistik untuk
menentukan urutan kejadian fasies dalam suatu rangkaian, seperti analisis Markov (Till 1974; Swan
& Sandilands 1995). Teknik ini memerlukan kisi-kisi (grid) transisi untuk ditempatkan dengan
semua fasies di sepanjang kedua sumbu tabel, vertikal dan horizontal: tiap waktu terjadi transisi
dari satu fasies ke fasies lain (contoh dari fasies bioclastic wackestone ke bioclastic packestone) di
dalam rangkaian vertikal, masukkanlah ke grid. Sikuen fasies muncul ketika lebih tinggi dari
transisi rata-rata dari satu fasies ke fasies lain.
8 Nov 13, 03:52 PM
Sheira: Nice Blog! Visitand follow me ?
4 Mar 13, 05:00 PM
gana: hatur nuhun gojian yg
berguna dalam penyusunan TA aing
hahahah :*
30 Oct 11, 05:09 AM
Luise: Like your blog, hope you w ill
like mine too
27 Jul 11, 12:05 AM
Beauty Tips: Surely i w ill add u..
pls add me friend
14 Jun 11, 12:45 AM
Change Mobile Operator: u add
me and ping me.. i w ill add it
8 Jun 11, 02:14 PM
Change Mobile Operator: can
w e exchange our links? if so add &
ping me...
[Get a Cbox] refresh
name e-mail / url
message Go
help smilies cbox
Contact
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 4/14
Gambar 5.2 Asosiasi fasies, sikuen fasies dan kode fasies.
5.2.4 Nama Fasies dan Kode Fasies
Dalam proses menyelesaikan analisis fasies suatu rangkaian batuan sedimen muncul pertanyaan
tentang penamaan fasies dan asosiasi fasies. Salah satu pilihan sederhana adalah dengan memberi
nomor atau huruf sesuai urutan alfanumerik. Kekurangan pendekatan ini adalah bahwa fasies 1,
fasies 2, asosiasi fasies A dan sebagainya, tidak menyampaikan informasi deskriptif dan
petunjuk-petunjuk karakter sedimen. Cara yang lebih baik adalah dengan memberi nama deskriptif,
singkat bagi setiap fasies-contoh, laminated grey siltstone facies, foraminiferal wackestone
facies atau cross bedded pebbly conglomerate facies. Suatu kompromi harus dicapai sedemikian
rupa sehingga nama yang ditentukan cukup menguraikan fasies tetapi bukanlah yang terlalu susah.
Diperlukan kata sifat (adjectives) secukupnya untuk membedakan fasies satu dengan yang lain.
Contoh, mudstone facies telah cukup sempurna jika hanya terdapat satu fasies batulumpur di
dalam rangkaian. Di lain hal, perbedaan antara trough cross bedded coarse sandstone facies dan
planar cross bedded medium sandstone facies mungkin penting dalam analisis rangkaian batupasir
laut dangkal.
Nama untuk fasies harus deskriptif dan sungguh bisa diterima serta mengacu pada asosiasi fasies
dalam kaitannya dengan interpretasi lingkungan pengendapan. Suatu asosiasi fasies seperti
symmetrically rippled fine sandstone, black laminated mudstone dan grey graded siltstone
telah diinterpretasikan sebagai endapan di dalam danau berdasarkan karaktersitk fasiesnya, dan
mungkin beberapa informasi biofasies menunjukkan fauna air tawar. Oleh karena itu asosiasi
fasies ini dikenal sebagai lacustrine association facies dan telah dibedakan dari asosiasi fasies
kontinen yang lain yang terendapkan di dalam channel sungai (fluvial channel association facies)
dan endapan overbank (floodplain facies association).
Untuk membuat nama fasies yang panjang menjadi lebih mudah, sistem singkatan kode sering
digunakan ketika meringkas sejumlah besar informasi fasies (Gambar 5.2). Hal ini membantu jika
kode-kodenya mudah diinterpretasi dan berhubungan dengan nama fasies. Satu ketentuan yang
digunakan dalam deskripsi fasies dalam sedimen klastik terrigenous adalah sistem yang berdasar
ukuran butir ditunjukkan oleh huruf pertama diikuti oleh akhiran atau sufiks yang mendeskripsikan
struktur sedimen (Miall 1978). Berdasarkan skema ini, konglomerat memiliki huruf utama G
(untuk kerikil), S untuk pasir dan F untuk batulumpur berbutir halus; sufiks atau akhiran
mungkin menyediakan informasi lebih lanjut mengenai ukuran butir (contoh, Sc menunjukkan
pasir, kasar), struktur sedimen (Gx untuk cross stratified conglomerates, huruf x adalah
singkatan umum untuk cross), warna atau karakter-karakter berbeda lainnya. Tidak ada aturan
untuk huruf kode yang digunakan, dan ada banyak ragam pada tema ini (contoh, beberapa pekerja
menggunakan huruf Z untuk lanau) termasuk skema serupa untuk batuan karbonat yang
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 5/14
berdasarkan klasifikasi Dunham (3.1.4). Sebagai garis besar umum, sangat baik jika
mengembangkan sistem yang memiliki pola konsisten (contoh, semua fasies batupasir diawali
dengan huruf S) dan menggunakan singkatan yang mudah dipahami.
5.3 Distribusi Paleoenvironment dalam Waktu dan Ruang
Setelah paleoenvironment sederetan batuan sedimen telah ditentukan oleh analisis fasies,
hubungan batuan yang terendapkan pada waktu yang sama di tempat yang berbeda dapat dipikirkan
seperti halnya perubahan dalam paleoenvironment seiring waktu di tiap tempat. Hal ini hanya dapat
diselesaikan setelah kerangka kerja waktu telah ditentukan dengan menggunakan teknik korelasi
stratigrafi yang diuraikan di bab 18-21. Selanjutnya analisis paleoenvironment dikombinasikan
dengan stratigrafi ke dalam bidang studi yang dikenal sebagai analisis cekungan, yang dibahas
singkat di bab 23.
Satu unsur studi paleoenvironment yang penting dalam analisis cekungan adalah menentukan arah
aliran sungai, terbentuknya delta, garis pantai, sebaran kipas bawah laut, dan sebagainya. Untuk
beberapa macam informasi yang bersifat langsung ini adalah sangat berguna dan hal ini dapat
diperoleh dari batuan sedimen dengan menggunakan petunjuk arus purba (paleocurrent).
5.4 Arus Purba (Paleocurrent)
Petunjuk paleocurrent adalah bukti arah aliran pada waktu sedimen diendapkan. Keuntungan dari
mengetahui arah aliran ini adalah bahwa petunjuk ini membuat kemungkinan untuk memulai
merekonstruksi paleogeographic. Fasies dan asosiasi fasies yang diendapkan di dalam lingkungan
pengendapan yang berbeda dapat dihubungkan berdasarkan hubungan yang ditunjukkan oleh data
paleocurrent (Potter & Pettijohn 1977). Sebagai contoh, pengetahuan tentang arah aliran di dalam
channel endapan fluvial membuat kemungkinan untuk menghubungkan endapan ini dengan sedimen
delta atau estuaria, dengan mengetahui arah hilirnya. Interpretasi seperti ini sungguh sangat
berguna dalam membuat prediksi tentang karakteristik batuan yang tidak dapat terlihat karena
tertutup oeh strata yang lebih muda. Oleh karena itu analisis paleocurrent merupakan bagian
penyelesaian analisis fasies untuk mempelajari lebih banyak tentang paleoenvironment.
5.4.1 Petunjuk-Petunjuk Paleocurrent
Struktur sedimen tertentu yang terbentuk oleh aliran air atau udara dapat digunakan sebagai
petunjuk paleocurrent atau aliran purba (paleoflow). Dua kelompok petunjuk paleocurrent dapat
dibedakan sebagai berikut.
Petunjuk satu arah (unidirectional indicators) adalah fitur yang memberikan arah aliran.
1 Cross lamination (4.3.1) dihasilkan oleh ripples yang bermigrasi ke arah aliran arus. Arah
kemiringan (dip direction) cross laminae pada batuan sedimen diukur.
2 Cross bedding (4.3.2) terbentuk oleh migrasi aeolian dan subaqueous dunes, dan arah kemiringan
lee slope adalah kira-kira arah aliran. Dalam batuan sedimen, arah kemiringan cross strata di
dalam cross bedding diukur.
3 Cross bedding dan cross stratification berskala besar terbentuk oleh bar besar di dalam channel
sungai (9.2.1) dan setting laut dangkal (14.4), atau progradasi foreset delta tipe Gilbert (12.3),
adalah petunjuk arah aliran. Arah kemiringan cross strata diukur. Suatu perkecualian adalah epsilon
cross stratification yang dihasilkan oleh akumulasi point bar yang berada tegak lurus terhadap arah
aliran (9.2.2).
4 Imbrikasi klastik terbentuk ketika klastik kerikil berbentuk cakram (discoid) terorientasi oleh
aliran yang kuat ke dalam posisi yang stabil, dengan satu dari dua sumbu yang lebih panjang miring
ke arah hulu ketika dilihat dari samping. Catat bahwa ini berlawanan dengan pengukuran arah
dalam cross stratification.
5 Flute casts (4.8.1) adalah gerusan lokal di dalam substrata yang dihasilkan oleh pusaran arus di
dalam aliran. Setelah pusaran turbulen terbentuk, pusaran ini dibawa oleh aliran dan terangkat ke
atas menjauh dari permukaan dasar, meninggalkan tanda asimetris di atas lantai aliran dengan tepi
curam di sisi hulu. Ukurlah arah sepanjang sumbu gerusan yang menjauh dari sisi yang curam.
Petunjuk sumbu aliran (flow axis indicators) adalah struktur yang menyediakan informasi tentang
sumbu arus tapi tidak membedakan antara arah hulu dan hilir. Meskipun begitu struktur ini berguna
jika dikombinasikan dengan petunjuk satu arah-contoh, grooves dan flutes mungkin berasosiasi
dengan turbidit (4.6.2).
1 Primary current lineation (4.3.4) pada bidang perlapisan diukur dengan menentukan orientasi
bentuk atau barisan butir.
2 Groove casts (4.8.1) adalah gerusan memanjang disebabkan oleh takikan (indentation) partikel
yang terbawa di dalam aliran yang memberikan sumbu aliran.
3 Orientasi klastik berbentuk memanjang dapat menyediakan informasi jika mineral seperti jarum
(needle-like), fosil memanjang seperti belemnite, atau potongan-potongan kayu menunjukkan
barisan sejajar atau penjajaran dalam aliran.
4 Batas gerusan dan channel dapat digunakan sebagai petunjuk karena bagian tepi channel berada
sejajar dengan arah aliran.
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 6/14
5.4.2 Mengukur Paleocurrent dari Cross Stratification
Pengukuran arah kemiringan (dip) permukaan berlereng (inclined surface) tidak selalu langsung,
khususnya jika permukaannya berbentuk kurva dalam tiga dimensi, seperti kasus trough cross
stratification. Normalnya, diperlukan suatu penyingkapan cross bedding yang memiliki dua wajah
yang menyiku (Gambar 5.3). Dimana permukaan horizontal memotong melewati trough cross
bedding, menentukan arah paleoflow lebih mudah dan hanya memerlukan permukaan horizontal
(Gambar 5.4). Menentukan arah paleoflow dari planar cross stratification dapat dilakukan langsung
karena bidangnya hanya miring ke satu arah. Di semua kasus suatu potongan vertikal tunggal yang
melewati cross stratification, tidak memberikan hasil yang memuaskan karena hanya memberikan
kemiringan semu (apparent dip) yang tidak menunjukkan arah aliran sebenarnya.
Gambar 5.3 Arah dip bidang (contoh planar cross beds)
tidak dapat ditentukan dari wajah vertikal tunggal (muka
A atau B): dip sebenarnya dapat dihitung dari pengukuran
dua apparent dip yang berbeda atau diukur langsung dari
permukaan horizontal (T)
Gambar 5.4 Trough cross bedding tersingkap di permukaan
lapisan batupasir, berumur Kambrium, Sinai Peninsula,
Mesir. Jejak lekukan atau cekungan lembah di atas
permukaan lapisan menunjukkan arah aliran yang menjauh
dari pandangan.
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 7/14
5.4.3 Menampilkan dan Menganalisis Data yang Berhubungan dengan Arah
Data arah umumnya dikumpulkan dan digunakan dalam geologi. Paleocurrent adalah data yang
tersering ditemui dalam sedimentologi tetapi data yang serupa juga dikumpulkan dalam analisis
struktur dan studi paleoecological. Setelah data dikumpulkan akan berguna untuk menentukan
parameter seperti arah rata-rata dan penyimpangan rata-rata (standard deviation). Dalam
menghitung rata-rata kumpulan data arah tidak bisa dilakukan secara langsung, contoh,
menentukan rata-rata pengukuran ketebalan kumpulan perlapisan. Paleocurrent yang diukur
dimasukkan ke dalam lingkaran 360 derajat. Menentukan rata-rata suatu set dengan menambahkan
bersama dan kemudian membaginya, tidak memberikan hasil yang berarti : untuk mengilustrasikan
mengapa begitu, dua posisi (bearing) 010 dan 350 jelas sekali memiliki arti 000/360, tapi
dengan menambahkan dan kemudian membaginya akan diperoleh jawaban 180, arah yang
berlawanan. Penghitungan rata-rata sirkuler dan perbedaan atau varian sirkuler suatu set data
paleocurrent dapat diselesaikan dengan kalkulator atau program komputer. Dasar-dasar
matematika untuk perhitungan (Till 1974; Swan & Sandilands 1995) ini ditulis di bawah.
Untuk menangani data arah secara matematika, terlebih dahulu menerjemahkan posisi (bearing) ini
ke dalam koordinat empat persegi panjang (rectangular) dan menampilkan semua nilai ke dalam
sumbu x dan y. Untuk tiap posisi , tentukan nilai x dan y dengan cara :
x = cos
y = sin
Kemudian tambahkan semua nilai x dan tentukan rata-ratanya x, kemudian tambahkan semua nilai
y dan tentukan nilai rata-ratanya y. Hasilnya akan berarti nilai arah rata-rata yang ditampilkan
dalam koordinat segiempat, dengan nilai x dan y di antara -1 dan +1. Untuk menentukan posisi itu,
hitung :
= tan-1 (y/x)
Nilai akan berada di antara +90 dan -90. Untuk mengoreksi nilai ini menjadi nilai sebenarnya,
perlu menentukan di kuadran mana nilai rata-rata ini berada. Dapat ditentukan dengan mengambil
sinus dan cosinus : jika keduanya positif, posisinya adalah 000-090, cosinus negatif maka
posisinya 090-180, keduanya negatif maka posisinya adalah 180-270 dan jika sinusnya negatif
adalah 270-360.
Sebaran data disekitar nilai rata-rata sebanding dengan panjang garis, R. Jika nilai akhirnya berada
sangat dekat dengan garis keliling lingkaran, dan ketika semua data berada sangat berdekatan, R
akan memiliki nilai mendekati 1. jika garis R sangat pendek karena data memiliki sebaran yang
luas: contoh ekstrimnya, rata-rata 000, 090, 180, dan 270 akan menghasilkan suatu garis
dengan panjang 0 karena nilai rata-rata x da y untuk kelompok ini berada di pusat lingkaran.
Panjang dari garis R dihitung dengan menggunakan teorema Pythagoras:
R = (x 2+ y 2)
Data paleocurrent biasanya diletakkan pada diagram rose (Gambar 5.5). Ini adalah histogram
sirkuler dimana data arah diplot. Hitungan rata-rata dapat juga ditambahkan. Dasar penggunaannya
adalah membagi lingkaran menjadi interval 10 atau 20 dan mengandung rangkaian lingkaran
konsentris. Terlebih dahulu data-data dikelompokkan ke dalam blok-blok 10 atau 20 (000-019,
020-039, dan lain-lain). dan jumlah yang jatuh di dalam tiap-tiap rentang ditandai oleh gradasi
semakin ke luar dari pusat histogram lingkaran. Di contoh ini (Gambar 5.5) tiga pembacaan adalah
di antara 260 dan 269, lima di antara 250 dan 259, dan selanjutnya. Skala dari pusat ke garis
tepi lingkaran harus ditunjukkan, dan jumlah total, N, ditunjukkan dalam set data.
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 8/14
Gambar 5.5 Diagram rose yang digunakan sebagai satu
cara menampilkan data paleocurrent (N=33, skala dari
pusat adalah satu divisi untuk tiap pembacaan).
Data paleocurrent yang dikumpulkan dari strata yang telah terdeformasi secara tektonik dan miring
harus diorientasikan kembali ke horizon pengendapan. Manipulasi data arah memerlukan teknik
stereonet yang umum digunakan dalam geologi struktur.
5.5 Asal-Usul (Provenance)
Data paleocurrent menyediakan petunjuk arah transportasi sedimen, yang akhirnya memberikan
petunjuk darimana detritus klastik berasal. Informasi lanjut tentang sumber sedimen, atau
provenance material, dapat diperoleh dari pengujian tipe klastik yang ada (Pettijohn 1975). Jika
klastik yang hadir dalam sedimen dapat dikenali sebagai karakteristik daerah sumber tertentu
melalui petrologi atau kimianya, maka asal-usulnya dapat ditentukan. Dalam beberapa keadaan, hal
ini membuat kemungkinan untuk menentukan lokasi paleogeografi daerah sumber dan menyediakan
informasi tentang waktu dan proses erosi dalam daerah yang terangkat (uplifted areas) (Dickinson
& Suczex 1979).
Studi provenance umumnya relatif mudah untuk diselesaikan pada sedimen klastik lebih kasar
(coarser) karena kerakal dan berangkal mungkin dapat langsung dikenali sebagai hasil erosi dari
litologi batuan (bedrock) tertentu. Banyak tipe batuan yang memiliki karakteristik tekstur dan
komposisi yang memperkenankan batuan tersebut dikenali dengan yakin. Lebih sulit untuk
menentukan provenance jika semua klastiknya berukuran pasir karena banyak butir-butir yang
mungkin mineral-mineral individu yang dapat berasal dari sumber-sumber yang beragam. Butir-butir
kuarsa dalam batupasir mungkin berasal dari bedrock granit, sejumlah batuan metamorf yang
berbeda atau sedimentasi kembali (rework) dari litologi batupasir yang lebih tua, jadi meskipun
sangat umum, kuarsa sering hanya bernilai kecil dalam menentukan provenance. Mineral-mineral
berat tertentu (2.4.2) adalah petunjuk yang sangat baik mengenai asal pasir (Tabel 5.1). Oleh
karena itu studi provenance dalam batupasir sering diselesaikan oleh pemisahan material dari
sampel besar (bulk) butir-butir dan mengenalinya secara individual (Mange & Maurer 1992).
Prosedur ini disebut analisis mineral berat, dan dapat menjadi cara efektif untuk menentukan
sumber sedimen. Analisis mineral lempung juga terkadang digunakan dalam studi provenance
karena mineral-mineral lempung tertentu terbentuk dari pelapukan tipe bedrock tertentu (Blatt
1985): contoh, pelapukan batuan basaltis menghasilkan mineral lempung dalam kelompok smectite
(2.5.3).
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 9/14
Tabel 5.1 Mineral-mineral berat yang digunakan sebagai petunjuk sumber (provenance) detrital
sedimen.
5.6 Grafik Log Sedimen
Log sedimen adalah metode grafik untuk menampilkan rangkaian perlapisan sedimen atau batuan
sedimen. Log ini juga merupakan metode efektif mengumpulkan data secara sistematis. Ada
banyak skema berbeda yang digunakan, tetapi masih satu tema. Format yang ditampilkan di sini
(Gambar 5.6) dekat sekali dengan skema Tucker (1982, 1996); format lain yang sering digunakan
diilustrasikan dalam Collinson dan Thompson (1982). Tujuan dari semua grafik log sedimen harus
menampilkan data sedemikian rupa hingga mudah dikenali dan diinterpretasikan dengan
menggunakan simbol-simbol sederhana dan singkatan yang dapat dimengerti tanpa kata kunci
(meskipun kata kunci harus selalu dimasukkan untuk menghindari ambigu). Analisis fasies dan
analisis paleoenvironment dapat dibuat berdasarkan informasi yang ditampilkan dalam grafik log
sedimen.
5.6.1 Menggambar Grafik Log Sedimen
Skala vertikal yang digunakan ditentukan oleh kedetailan atau ketelitian yang diperlukan. Jika
informasi pada perlapisan hanya memerlukan beberapa centimeter ketebalan maka skala 1 : 10
menjadi pilihan. Suatu log yang ditarik melewati puluhan atau ratusan meter dapat digambar pada
skala 1 : 100 jika lapisan-lapisan dengan tebal kurang dari 10 cm tidak perlu direkam secara
individu. Log ringkasan yang hanya menyediakan garis besar rangkaian strata dapat digambarkan
dengan skala 1 : 1000. Skala menengah juga digunakan, dengan menggunakan kelipatan 2 atau 5
agar konversi skalanya lebih mudah.
Kebanyakan simbol-simbol litologi yang umum digunakan adalah kurang lebih standar: titik-titik
(dots) digunakan untuk pasir dan batupasir, susunan kotak-kotak batubata (bricks) untuk
batugamping, dan sebagainya. Skemanya dapat dimodifikasi agar cocok atau sesuai dengan
rangkaian yang dideskripsikan, contoh, dengan menumpangtindihkan (superimposition) huruf G
untuk menunjukkan batupasir glaukonit, penambahan titik-titik pada susunan kotak-kotak batubata
mewakili batugamping pasiran, dan sebagainya. Dalam kebanyakan skema, litologi ditampilkan
dalam kolom tunggal. Di sepanjang sisi kolom litologi (kanannya) ada ruang untuk informasi
tambahan tentang tipe sedimen dan untuk merekam struktur sedimen (lihat di bawah). Skala
horizontal digunakan untuk menunjukkan ukuran butir dalam sedimen klastik. Klasifikasi Dunham
untuk batugamping (3.1 4) juga dapat ditampilkan dengan menggunakan tipe skala ini. Skema ini
memberikan kesan visual yang cepat mengenai semua kecenderungan dalam ukuran butir, lapisan
bergradasi normal atau terbalik, rangkaian perlapisan yang mengasar ke atas atau menghalus ke
atas.
Dengan konvensi, simbol-simbol yang digunakan untuk menampilkan struktur sedimen mirip sekali
dengan kenampakan fitur itu di lapangan atau di dalam inti bor (core) (Gambar 5.7). Penampilan ini
agak disesuaikan demi kepentingan kesederhanaan dan untuk menjelaskan interpretasi struktur.
Sekali lagi, simbol-simbol ini dapat diadaptasi untuk disesuaikan dengan kondisi-kondisi tertentu.
Jika ruangnya mengizinkan, simbol-simbol diletakkan di dalam lapisan tapi juga dapat digambar di
sisinya. Batas-batas perlapisan mungkin tajam, erosional, atau transisi/gradasi, perubahan secara
gradasi antara satu litologi ke litologi lain.
Detail-detail lain tentang rangkaian perlapisan dapat juga direkam pada grafik log (Gambar 5.8).
Data paleocurrent mungkin ditampilkan sebagai rangkaian panah berorientasi ke arah paleoflow
yang diukur atau dapat diringkas menjadi satu unit sebagai diagram rose (5.4.3) di sisi log. Warna
biasanya direkam dalam kata-kata atau singkatan, dan keterangan atau pengamatan lanjut dapat
ditulis di sisi log ditempat yang telah tersedia.
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 10/14
Interpretasi informasi berkenaan dengan proses-proses dan lingkungan biasanya diselesaikan
kembali di dalam laboratorium. Jika semua analisis fasies telah dilakukan, fasies harus
diidentifikasi dan semua interval atau selingan-selingan pada grafik log ditempatkan pada satu dari
fasies-fasies ini. Hubungan antara fasies dapat lebih mudah terlihat pada grafik log daripada
bentuk tampilan data yang lain.
Tampilan grafik log dengan bantuan komputer telah menjadi terkenal pada tahun-tahun terakhir ini.
Penggunaan yang luas dari paket menggambar komputer telah menghasilkan kecenderungan untuk
simbol-simbol pada log menjadi lebih standar dan sesuai. Menggambar log dengan cara biasa juga
masih digunakan. Kekurangan dari menggambar dengan komputer adalah menghasilkan grafik log
yang tidak mengandung informasi sebanyak grafik log yang digambar dengan tangan. Variasi yang
hampir tak kentara dalam bentuk struktur sedimen dapat dimasukkan dalam log yang digambar
dengan tangan tapi akan hilang jika mengunakan simbol standar (Anderton 1985). Masih ada
tempat untuk menggambar dengan pena atau pensil pada grafik log, dan log yang digambar di
lapangan masih harus dianggap sebagai data pokok mentah.
Gambar 5.6 Suatu contoh bentuk grafik log sedimen.
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 11/14
Gambar 5.7 Simbol-simbol yang umum digunakan pada grafik log sedimen
Gambar 5.8 Contoh grafik log sedimen
5.6.2 Tampilan Grafik yang Lain : Sketsa dan Foto
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 12/14
Grafik log adaah tampilan satu-dimensi perlapisan batuan sedimen yang hanya mungkin
menampilkan inti bor (drill-core) dan cukup sempurna untuk strata kue lapis (layer-cake)
(perlapisan yang tidak memiliki ketebalan atau karakter lateral). Jika suatu singkapan perlapisan
memiliki variasi lateral yang penting-contoh, endapan channel sungai dan overbank dalam
lingkungan fluvial-suatu log vertikal tunggal tidak cukup mewakili kondisi alami endapan. Tampilan
dua-dimensi diperlukan dalam bentuk gambar penampang singkapan alami atau buatan di tebing
(Gambar 5.9).
Gambar sketsa menampilkan semua fitur sedimen utama (perlapisan, cross stratification, dan lain-
lain) yang biasanya ditambah dengan foto. Dalam kasus ideal, foto yang diambil dapat digunakan
sebagai acuan sketsa lapangan. Foto tidak seharusnya menjadi pengganti sketsa lapangan: fitur-
fitur sedimen tidak pernah terlihat jelas dalam foto sebagaimana di lapangan dan banyak informasi
dapat hilang jika fitur yang penting dan hubungannya tidak digambar waktu itu. Sketsa geologi yang
bagus tidak harus berseni. Fitur geologi harus jelas ditonjolkan sedangkan objek lain yang
kebetulan ada seperti pepohonan dan semak-semak dapat diabaikan. Semua sketsa dan foto harus
memasukkan skala beberapa bentuk dan orientasi pandangan harus direkam.
Informasi lebih lanjut mengenai deskripsi lapangan batuan sedimen dapat dilihat di buku Tucker
(1996).
Gambar 5.9 Contoh sketsa lapangan. Variasi lateral yang kompleks hadir dalam beberapa fasies,
seperti endapan fluvial yang disketsakan di sini (bab 9), tidak cukup hanya ditampilkan dengan
grafik vertikal tunggal.
5.7 Ringkasan : Fasies dan Lingkungan
Pendekatan ilmiah dan objektif adalah dasar dari keberhasilan analisis fasies. Suatu rangkaian
strata sedimen harus dideskripsikan dahulu berkenaan dengan litofasies (dan terkadang biofasies
dan ichnofasies) yang ada, dimana tahap interpretasi proses-proses pengendapan dapat dibuat.
Selanjutnya fasies dapat dikelompokkan ke dalam asosiasi litofasies yang dapat diinterpretasikan
lingkungan pengendapannya berdasarkan kombinasi proses fisika, kimia, dan biologi yang telah
dikenali melalui analisis fasies. Terdapat asosiasi fasies dan sikuen yang umum terjadi di dalam
lingkungan tertentu, dan ini diilustrasikan di bab berikutnya sebagai tipikal lingkungan tertentu.
Namun bagaimanapun, masih mungkin terdapat kesalahan berbahaya yaitu pigeon-holing,
maksudnya adalah mencoba mencocokkan rangkaian batuan ke model fasies tertentu. Sedangkan
karakteristik umum biasanya memberikan petunjuk yang baik kepada lingkungan pengendapan,
detail-detail kecil dapat menjadi hal vital dan jangan diabaikan. Analisis data paleocurrent adalah
keterangan tambahan yang sangat berguna untuk interpretasi fasies, dan membentuk dasar-dasar
dalam menentukan lingkungan pengendapan masa lampau. Untuk memperoleh semua analisis ini,
diperlukan metode efektif dalam menampilkan data dari batuan sedimen : hal ini disediakan oleh
grafik log sedimen.
Analisis fasies harus objektif untuk menentukan lingkungan pengendapan suatu rangkaian batuan
dalam rekaman sedimen. Suatu kesimpulan umum yang telah dibuat adalah bahwa lingkungan
sedimen yang ada saat ini (Gambar 5.10) telah ada juga di masa lampau. Secara garis besarnya
seperti itu, tapi ada bukti dari rekaman stratigrafi mengenai kondisi yang ada selama periode
sejarah bumi yang tidak terdapat pada lingkungan modern. Aspek stratigrafi nonuniformitarian ini
dipertimbangkan sebagai konteks perubahan dalam pola vegetasi dan iklim global di bab 24.
karakteristik lingkungan pengendapan kontinen dibahas di bab 6-10, lingkungan laut di bab 11-15,
dan setting volkanik di bab 16.
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 13/14
Newer Post Older PostHome
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Posted by ghozian Karami at 5:55 AM
Labels: sedimentologi
Gambar 5.10 Lingkungan pengendapan sedimen.
Sign out
Notify me
Enter your comment...
Comment as: Rahmi Mulyasari (Google)
Publish
Preview
Bagi Yang Mau Memberi Komentar Tinggal Poskan Komentar di Kotak Komentar..
Yang tak punya url bisa dikosongkan..
tapi tolong di diisi oke Name-nya
Komentar anda saya tunggu :d
Create a Link
1 comment:
Vada July 1, 2012 at 4:38 PM
dafpusnya plis bro...
Reply
Links to this post
Travel template. Powered by Blogger.
28/11/13 Geofacts: Lingkungan dan Fasies
geofact.blogspot.com/2011/01/lingkungan-dan-fasies.html 14/14
Top Related