GAYA HIDUP URBAN MENAKAR EFEK KONVERSI IAIN MENJADI UIN TERHADAP RITUAL
CLUBBING MAHASISWA UIN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Ekonomi
Dengan Dosen Pengajar Drs. Noryamin Aini MA Pada Program Studi Muamalat Perbankan Syariah
Oleh Saomi Rizqiyanto
105046101570 (PS VI A)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYTULLAH JAKARTA 2008
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
2
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
BAB I PENDAHULUAN ABSTRAKSI
Konversi IAIN menjadi UIN tak hanya membawa arus perubahan pada tataran birokratis maupun
kebijakan-kebijakan akademis ditingkat rektorat, tetapi perubahan itu juga menerobos masuk dalam
ruang kehidupan mahasiswanya. Pada waktu akademi ini masih berdiri dengan nama IAIN, waktu
senggang kebanyakan mahasiswa adalah dihabiskan untuk dunia aktivisme, berdebat, berorganisasi
dan bergumul dengan pemikiran-pemikiran.
Namun setelah IAIN berubah menjadi UIN terjadi pergeseran nilai yang mendasar! Ada gaya hidup
baru yang menerobos masuk dan seakan tiada henti menggedor setiap benak mahasiswa UIN, gaya
hidup kaum urban yang diidentikan dengan dunia gemerlap, hura-hura dan terkesan hedonis! Mulai
menggeser tatanan lama pergaulan mahasiswa UIN.
Kini tidak jarang dijumpai mahasiswa-mahasiswa berpakaian modis, berkendaraan mewah, pergi ke
coffeeshop, arena billiard, bahkan clubbing. Suatu tradisi yang mulai menggerus citra lama UIN!
KEYWORDS
Konversi IAIN-UIN, Gaya Hidup Urban, Clubbing,
LATAR BELAKANG
“change is the only evidence of life” begitulah Evelyn Waugh berujar. Memperjelas ucapannya,
Evelyn lebih lanjut mengatakan “tidak ada sesuatu yang abadi didunia ini” ungkapnya ketika
melihat ada banyak perubahan yang terjadi didunia ini. Ada banyak temuan-temuan baru, produk-
produk baru, rezim-rezim lama tergantikan rezim-rezim baru, teori-teori usang dipatahkan oleh
teori baru, pendapat-pendapat yang dari dulu dikeramatkan bisa jadi kemudian dapat
dimentahkan, seiring berkembangnya waktu. Inilah yang kemudian membuatnya melanjutkan
“justru yang paling abadi adalah perubahan itu sendiri”
Barangkali benar apa kata evelyn, setiap harinya kita melihat ada banyak hal yang berubah
disekeliling kita. Seonggok kursi yang teronggok di luar rumah akan tetap berada diluar rumah jika
tidak ada yang mengubah keadaan itu! Membawanya masuk kedalam rumah. Itulah pengertian
paling sederhana dari perubahan itu sendiri.
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
3
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
Dalam skala yang lebih besar dan kompleks adalah misalnya pada tahun 1970-an masalah
terbesar yang dihadapi guru-guru disekolah dasar maupun menengah adalah bagaimana
mendisiplinkan murid-murid mereka, berganti abad, decade dan millennium, sekarang masalah
terbesar yang dihadapi guru bukan lagi anak-anak yang tidak disiplin memakai seragam maupun
datang terlmbat, tetapi lebih dari itu, yang dihadapi adalah tawuran, seks bebas, dan narkoba yang
itu membutuhkan lebih banyak energy untuk mendisiplinkannya!
Pun dalam hal brokrasi pendidikan. Banyak sekali sekarang munculnya perguruan-perguruan
tinggi swasta yang lebih ramping dan efisien dalam hal pengelolaannya dibanding perguruan tinggi
negeri yang gemuk dan lamban. Sebagai contoh penulis mengutip tulisan rhenald kasali sebagai
berikut
Dan terakhir, perubahan itu juga Nampak pad universitas-universitas besar di Amerika
Serikat yang dibuat pusing oleh Phoenix University, yang menawarkan subject bukan degree.
Kampus Non Degree ini sekarang menjadi yang terbesar dan tersehat. Mahasiswa boleh
memilih subject (mata kuliah) apa saja untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya,
bukan mengikuti aturan perkreditan untuk memperoleh gelar.
Berbda dengan Phoenix, London School of Economics justru menganut system yang selama
ini menjadi aturan baku universitas-universitas dunia manapun, yang menyatakan bahwa
“sebuah universitas tak perlu dan tak ingin dikelola, ia akan berjalan sendiri mengikuti irama
“internal channels misterius”i
Seakan tak kalah seru, universitas-universitas dalam negeri seakan juga tak kalah gencar
mempromosikan diri sebagai universitas yang baru dan segar dan fleksibel dalam menghadapi
tantangan perubahan dimasa depan. Masih mengutip dari buku Rhenald Kasali, sebagai Begawan
manajemen sekaligus Ketua Program Pasca Sarjana Magister Manajemen UI, bersama-sama dengan
rekannya melakukan terobosan baru dalam kampus kebanggan negeri ini. ia menelurkan gagasan
mengenai Reformasi Budaya Universitas Indonesia yang berhasil menggelindingkan UI sebagai
universitas yang siap lepas landas bertarung dalam kancah internasional khususnya sebagai World
Class Research Universityii
Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah juga tidak ingin ketinggalan dalam semarak
persaingan perguruan tinggi di Indonesia. Prof. Dr. Azyumardi Azra dibantu dengan segenap
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
4
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
komponen didalamnya, berhasil membawa UIN melintasi millennium sekaligus juga membuktikan
diri sebagai kampus yang mampu eksis di belantara pendidikan! Bukti yang cukup magis adalah
Konversi IAIN menjadi UIN, pembangunan mega proyek UIN (pemekaran kampus 1 dan 2), dan
perluasan bidang keilmuan (adanya 10 fakultas) yang itu semua menuntut akselerasi yang pretitif
dari semua komponen sivitas akademika UIN.
Laju perubahan UIN terus menggelinding dan agaknya itu terus direspon. Pemekaran gadung
dan fakultas membuat birokasi yang tadinya mudah menjadi lebih gemuk (baca; kompleks),
membutuhkan banyak sumber daya manusia baru yang responsive. Termasuk di dalamnya adalah
kebutuhan mahasiswa baru yang akan mengisi bangku-bangku kuliah program studi-program studi
umum.
Salah satu perubahan yang bersifat massif dan tidak terstruktur, namun ini justru yang paling
menarik minta penulis, adalah perubahan perilaku mahasiswa UIN. Dibukanya program studi
umum semisal kedokteran, psikologi, sains dan teknologi serta fakultas ekonomi, tentunya
mempunyai ekses tersendiri. Mahasiswa umum ini yang sebagian besar (baca; tidak semua karena
ada juga yang berlatar pendidikan pesantren/aliyah) background-nya berlatar belakang anak SMU
dan dengan pergaulan khas anak nongkrong membawa banyak kultur baru yang kurang selaras
dengan tradisi UIN, tradisi mahasiswa yang tadinya hanya mengenal berorganisasi, berdebat dan
bergulat dengan teks-teks, sekarang menjadi lebih berwarna. Mahasiswa mulai mengenal ritual
clubbing, hang out ke café, mall dsb. Itu semua memang tidak bisa dipersalahkan dalam arti
menyalahkan mahasiswa baru berlatar belakang SMU. Itu terjadi secara alamiah dan masih hanya
sebatas pada tataran asumsi. Belum ada penelitian lebih lanjut dan komprehensif yang menjelaskan
mengenai perubahan konstalasi pergaulan anak UIN.
Disinilah nilai urgensitas dari tulisan ini. mencoba mencari sedikit celah yang diharapkan
mampu menyibak tabir penyebab perubahan pergaulan mahasiswa UIN. Penulis menyadari bahwa
penyebab perubahan itu terdiri dari banyak variable, tapi setidaknya efek konversi IAIN menjadi
UIN bisa menjadi kemungkinan atas hulu permasalahan yang hendak diteliti. Diharapkan hulu
permasalahan ini bisa menemukan hilir-hilir permasalahan lain yang akhirnya mampu menjawab
apakah betul perubahan perilaku pergaulan mahasiswa UIN terjadi karena efek konversi IAIN
menjadi UIN.
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
5
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
“mahasiswa sekarang pergaulannya udah kagak bener” ucap Ibu Satiah berkeluh kesah,
wanita berusia 56 tahun itu mengeluhkan banyak sekali mahasiswa sekarang yang kurang
sopan santunnya. Dari cara berpakaiannya, dan pergaulannya, sudah banyak cerita-cerita aneh
yang mampir ke telinganya! Maklum pegawai yang berusia 56 tahun ini sudah mengabdi
selama 30 tahun, sehingga wajar jika ibu beranak enam ini tahu seluk beluk pergaulan
mahasiswa UIN.
“kalau dulu sih kagak kayak begini” ujarnya lagi dengan logat betawi yang kental, pegawai
honorer yang tahun ini di pensiunkan itu menceritakan, dulu sewaktu rektornya Harun
Nasution maupun Quraish Shihab mahasiswanya masih yang lugu, polos dan tahu sopan santun.
Jarang terdengar mahasiswa berbuat yang aneh-aneh.
“udah beda kali jamannya ya” lanjut bu satiah sembari terkekeh. Ketika ditanya lebih lanjut
apakah perbedaan itu terasa ketika bangunan-bangunan UIN ini berdiri megah seperti ini.
jawaban yang terdengar begitu polos
“ye iye kali… dulu mah kagak begini bener!”iii
Percakapan penulis dengan Ibu satiah ini bisa menjadi penutup yang tepat pada latar belakang
yang mendasari penulis meneliti tentang hal ini. Ini mampu menjelaskan sekaligus membuktikan
perubahan itu.
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
6
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
BAB II KERANGKA TEORI DAN STUDI PUSTAKA
KERANGKA TEORI
Ada banyak teori perubahan yang diusung oleh banyak pakar salah satunya adalah pakar
manajemen Indonesia yakni Dr. Rhenald Kasali, dalam kedua bukunya ia mengatakan kalau setiap
organisasi baik perusahaan, LSM, Institusi pemerintahan maupun Negara akan mengalami kurva s
atau yang popular dengan kata sigmoid curve, yakni kurva yang menjelaskan mengenai siklus
hidup suatu organisasi. Ada saatnya suatu organisasi lahir, berkembang, mencapai masa kejayaan
dan kemudian mati. Tergantung dari suatu organisasi itu sendiri apakah mampu adaptif atau tidak,
yang mampu berevolusi dengan sikap adaptiflah yang akan mampu memperpanjang masa
berkembangnya suatu organisasi itu sendiriiv
Dalam studi kasus penulis, UIN menurut hemat penulis telah melakukan serangkaian kegiatan
ini. Embrio kelahiran UIN bisa dibilang berawal dari pendirian ADIA (akademi Dinas Ilmu Agama)
yang didiriokan pada 1 juni 1957 oleh Departemen Agam,a telah melakukan lompatan-lompata
besar sepanjang berjalannya akademi ini. pada tahun 1960 ADIA bergabung dengan PTAIN di
Yogyakarta, pada tahun-tahun berikutnya ADIA menjadi cabang IAIN Yogyakarta di Jakarta dengan
dua fakultas yakni fakultas tarbiyah dan fakultas adab. IAIN barulah menampkaan diri sebagai
institusi berpengaruh pada zaman kepeimpinan Prof. Dr. Harun Nasution. Demikianlah IAIN terus
berkembang, hingga saatnya dibawah kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, IAIN telah melintasi
millennium dan berganti nama menjadi UIN berdasarkan keputusan pressiden No. 031 tahun 2002v
Perubahan-perubahan yang terencana ada baiknya membawa ekses-ekses positif semisal
keadaan social yang baik, pertumbuhan ekonomi yang positif, hingga berkebangnya peradaban
yang ;ebih tinggi merupakan effect dari perubahan-perubahan itu sendiri. Tetapi tidak bisa
dipungkiri juga jikalau perubahan walau sudah terencana sekalipun, masih menyisakan ruang bagi
timbulnya ekses negative.
UIN dengan segenap proyek ambisiusnya (jejak rekam terakhir menyebutkan, dengan lantang
UIN juga turut mencanangkan diri senagai World Class Research University) membangun berbagai
infrastuktur mega proyek (terakhir membangun gedung NICT-HRD yang diresmikan kedua Menteri
RI), membuka kelas-kelas berskala internasionalvi, ternyata meninggalkan jejak rekam negative
tersendiri. Dalam teori kosmologi kapitalisme, menyebutkan tanah merupakan suatu investasi yang
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
7
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
tidak pernah turun harganya. Pada kawasan perkotaan khususnya, membuat investor yang
menanamkan usaha dilahan ini selalu membangun ruang public yang mempunyai nilai profit yang
tinggivii. Hal inilah yang kemudian mendorong UIN mendirikan Wisma Usaha UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Wisma Syahida, Klinik Syahid, KUIN Mart, bahkan yang terakhir UIN diakhir
tahun 2008 ini mengakselerasikan dirinya menjadi Badan Layanan Umum, yang diperkenankan
mengelola keuangannya secara mandiri (berbeda dengan BHMN yang diperbolehkan mencari dana
dari masyarakat secara bebas). Termasuk dari kosmologi ini adalah dibukanya kelas-kelas berskala
internasional (seperti kelas Teknologi Informasi dan Hubungan Internasional) dengan maksud
menyerap dana sebesar-besarnya dari mahasiswa yang berlatar belakang ekonomi mampu.
Hal inilah yang kemudian memunculkan golongan mahasiswa berekonomi mampu dengan
pergaulan khas anak SMU! Lihat saja dalam beberapa tahun terakhir, banyak mahasiswa yang yang
menggunakan kendaraan mewah masuk kekampus. Tidak heran jikalau saat ini ada banyak
mahasiswa mengendarai BMW, Soluna, Civic, Jazz atau yang paling getir Xenia, yang terkadang
kemewahannya melebihi mobil sang dosen bahkan rector! Lihat juga dandanan mahasiswa
sekarang, dandanan modis dibalut merek terkenal itulah trend yang sedang demam dikalangan
mahasiswa, sangat khas sekali terlihat misalnya, memakai skinny jeans, t shirt keluaran distro,
cardigan, vest, belt dsb yang kesemuanya itu sudah melambangkan kalau mahasiswa itu “anak gaul”
Sejalan dengan pemaparan diatas, komunitas mahasiswa seperti inilah yang kemudian
memunculkan gaya hidup baru yakni gaya hidup urban. Suatu gaya hidup yang benar-benar
memanfaatkan waktu luang dengan cara bersenang-senang! Mahasiswa-mahasiswa tipe ini lebih
suka menghabiskan waktu malam dengan clubbing, menunda tidur demi mengikuti alunan music
sang DJ, mengkonsumsi alcohol dsbviii. Di UIN hal ini bukan lagi menjadi hal yang tabu untuk
dibicarakan, beberapa kali penulis bertemu dengan teman-teman yang memang sering sekali
clubbing, tempatnya bisa di centro ataupun embassy!
Dari berbagai macam pemaparan teori diatas setidaknya penulis kemudian menggeneralisir
perubahan IAIN menjadi UIN memiliki ekses negative tersendiri yakni munculnya gaya hidup kaum
urban yang ditandai salah satunya dengan ritual clubbing para mahasiswanya! Terlepas dari segala
kontroversinya, yang jelas ritual ini ada dan inilah yang kemudian ingin penulis teliti lebih lanjut,
sampai mana kebenaran tersebut!
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
8
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
STUDI PUSTAKA
ANOTASI 1
Salah satu karya tulis ilmiah yang berkaitan erat dengan hal ini adalah karya Hatib Abdul Kadir
Olong Sangaji, lulusan antropologi Universitas Gadjah Mada! Tulisan in dimuat pada Jurnal
Balairung Universitas Gadjah Mada Edisi 40/20/2006
Judul : Geliat Dugem Sebagai Ritual Baru pada Tubuh Kaum Urban (studi kasus para
clubbers di Hugo’s café)
Penulis : Hatib Abdul Kadir Olong Sangaji
Tahun : 2006
Tempat : Hugo’s Café Jogjakarta
Teori : Kosmologi Kapitalisme Marshal Sahlins
Instrumen : Observasi
Hasil penelitian Hatib Abdul Kadir ini bukan sebagai bahan pembuktian bahwa ritual dugem ada
didaerah Jogjakarta, penelitiannya lebih kepada memaparkan ritual di dalam club itu sendiri!
Selain itu juga ia membenarkan bahwa pengaruh ruang dalam hal ini hugo’s café dan Jogjakarta
adalah sangat mempengaruhi ritual dugem itu sendiriix
ANOTASI 2
Penelusuran pustaka yang kedua penulis dapatkan dalam buku karya Gilang Deshti Parahita, salah
satu finalis puteri Indonesia 2005 lulusan ilmu komunikasi Universitas Gadjah Mada.
Judul : Tuhan di dunia gemerlapku
Penulis : Gilang Deshti Parahita
Tahun : 2008
Keterangan : Karena berbentuk buku, penulis sangat kesulitan untuk mendapatkan teori yang
dipakai dan kemudian istrumen yang digunakan serta parameternya.
Hasil daripada penelitiannya adalah bahwa sekitar 80% mahasiswa adalah penikmat clubbing! 70%
diantaranya penikmat, dalam artian sudah sangat terbiasa dan menjadi symbol prestise! Sedangkan
10% selebihnya mahasiswa yang menyiratkan ingin dugem dan sesekali pernah masuk ke tempat
clubbing.
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
9
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
Di dalam tulisan ini penulis ingin menekankan adanya hubungan linear antara tulisan Hatib
Abdul Kadir Olong Sangaji, Gilang Deshti Parahita dan penulis sendiri, bahwa ritual dugem
dikalangan mahasiswa adalah suatu hal yang lumrah terjadi. Perbedaannya hanyalah pada titik
tempat maupun metode penelitiannya sendiri. Olong Sangaji menggunakan instrument Observasi,
Deshti Parahita menggunakan instrument angket sedangkan penulis menggunakan istrumen
wawancara! Olong Sangaji melakukan studi kasus pada Hugo’s Café, sedangkan Deshti melakukan
penelitian dengan spectrum yang lebih luas! Dan Penulis sendiri hanya mengobok-obok wilayah
internal penulis yakni UIN Syarif Hidayatullah! Selanjutnya yang merupakan perbedaan diantara
ketiga karya kami adalah bahwa penulis ingin menguj efek daripada konversi IAIN menjadi UIN
terhadap ritual clubbing! Baik Olong maupun Desthi tentu tidak bermain di wilayah ini!
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
10
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISA DATA
METODE DAN PROSES PENELITIAN
Studi penelitian yang penulis lakukan adalah merupakan penelitian kualitatif hal ini didasarkan
pada empat dasar filosofis yang berpengaruh pada penelitian jenis ini. Menurut Suharsimi Arikunto
dalam bukunya yang berjudul Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik empat dasar filosofis
itu adalah
1. Fenomenologis
Yakni filosofi yang menyatakan bahwa kebenaran sesuatu itu dapat diperoleh dengan cara
menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang diteliti. Pada penelitian
ini penulis menangkap fenomena perubahan pergaulan mahasiswa UIN terutama dalam
ritual clubbing.
2. Interaksi simbolik
Yakni folosofi yang mendasarkan pada tiga prinsip interaksi yakni dasar pemenuhan
kepentingan, produk interaksi antar manusia, dan tindakan yang dipengaruhi oleh orang
lain. Penulis juga sangat menyadari bahwa tradisi clubbing, sangat dipengarui oleh adanya
interaksi people to people!
3. Kebudayaan
Sebagai hasil budi daya manusia yang menjadi symbol, tingkah laku, bahasa dan rasa cipta.
Kebudayaan ini mempengaruhi perilaku dan tindakan manusia. Clubbing sebagai hasil dari
kebudayaan manusia mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
4. Antropologis
Dasar filosofis yang pembahasannya focus pada kegiatan manusia itu sendiri. Berbicara
masalah ritual clubbing tentu sangat erat kaitannya dengan manusia.
Dari teori empat filosofi inilah yang mendasari penulis memilih metode penelitian kualitatif.
Adapaun dari pndekatanm yang penulis lakukan pada penelitian kali ini, penulis melakukan
pendekatan empiris, yakni pendekatan yang mengacu pada pembuktian kejadian-kejadian
terhadap teori!
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
11
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
Data yang digunakan pada penelitian kali ini adalahjenis data primer dan sekunder. Kenapa bisa
demikian? Hal ini dikarenakan penulis memerlukan dua pandangan mengenai kondisi UIN pada
saat masih bernama IAIN dan pandangan yang mengerti betul keadaan UIN pada saat ini.
pandangan yang mewakili saat ini merupakan data primer sedangkan data sekunder mewakili
pandangan pada saat lampau.
Dikarenakan hal itulah, yang mendorong peneliti akhirnya memilih instrument wawancara
dalam mengumpulkan data! Kenapa penulis memilih instrument ini? tak lain dan tak bukan adalah
efisiensi waktu sekaligus kemudahan dalam memperoleh informasi secepatnya.
Data yang penulis gunakan merupakan data yang mewakili dua pandangan yang berbeda
mengenai efek konversi IAIN menjadi UIN, sekaligus merupakan representasi mahasiswa UIN di
masa yang berbeda. Sehingga hal ini dalam ilmu investigasi merupakan cover both side dan tidak
berat sebelah!
ANALISIS DATA
Lokasi Penelitian
Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa, penulis mengambil lokasi penelitian pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Hal ini dilakukan mengingat adanya objek penelitian yang penulis
angkat!
Pelaksanaan Penelitian
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam tenggat waktu satu minggu! Perlu waktu bagi
peneliti untuk mencari bahan referensi sekitar tiga hari! Proses wawancara sendiri membutuhkan
waktu sekitar dua hari sedangkan penyusunan hasil penelitian penulis membutuhkan waktu
sekitar dua hari!
Pembahasan
Sebelum penulis melakukan wawancara, penulis memiliki landasan ideal mengenai berapa siapa
saja yang akan penulis wawancara, tadinya penulis menargetkan ada lima interviewee yang akan
penulis wawancara dengan komponen tiga orang dari mahasiswa baik para clubbers maupun
aktivis dan dua dari dosen yang mengetahui dengan pasti seluk beluk IAIN zaman dahulu!
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
12
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
Namun dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan, penulisa hanya mengambil dua
interviewee dengan komponen dari pihak mahasiswa clubber dan satu orang dosen yang dulu
aktivis!
Dari hasil wawancara kepada dua interviewee penulis berkesimpulan bahwa baik mahasiswa
saat ini maupun para dosen mengetahui dengan pasti perubahan-perubahan apa saja yang
kini terjadi di UIN
1. Semenjak IAIN berubah menjadi UIN, terdapat banyak perubahan-perubahan yang
terjadi disini, pertanyaannya, apakah anda merasakan perubahan itu? Apa saja yang
anda rasa berubah?
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Ya sebenernya sih gak jauh berbeda ya
sama kampus-kampus lain, ya samalah,
pergaulannya tetep aja tapi mungkin
disini agak sedikit megang nilai-nilai
yang seharusnya gak dilakukan di
kampus tapi tetep aja, diluar kampus
sama aja gak jauh beda mungkin disini
yang agak beda (maksudnya)
maksudnya kan disini bawa nama Islam,
paling tidak kita harus bersikap kayak
mahasiswa UIN, tapi kayaknya kalau
udah keluar kita tuh udah biasa aja,
contoh deh kalau ke samping kampus
udah sama aja kayak kampus-kampus
lain
Perubahan dari segi apa, dari segi
bangunan, ya jelas berubah bayangkan
saja dari institute menjadi universitas,
terus bangunannya megah disbanding UI
dan Universitas Lain, banyak lembaga
riset, kajian, semi otonom, akses internet
gratis. Terus hubungan dengan luar
negeri banyak. Ya itu perubahannya
2. Perubahan IAIN menjadi UIN membuka kesempatan bagi mahasiswa lulusan SMU
manapun untuk masuk ke UIN dan dipastikan membawa pergaulan baru yang berbeda
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
13
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
dengan lulusan pesantren/madrasah, kira-kira pergaulan apa yang dirasa
mempengaruhi pola hidup kebanyakan anak UIN?
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Ya pastilah ada efeknya, ya mungkin
agak sedikit lebih heterogen, perubahan
juga udah makin melebar dan gue rasa
masyarakat sekitar juga ngerespon itu,
jadikan yang tadinya biasa-biasa aja
sekarang kan udah banyak tuh toko-
toko samping UIN yang agak beda
gimana, ada sisha-sisha juga kan jadi itu
respon masyarakat menagkap peluang
itu! Polanya lebih meluar lagi
Dari ahlaq sekarang ini UIN sedang
berada pada pada era global jadi UIN
kena imbasnya juga, adanya CD porno,
media yang bebas batas, system politik
global, itu sangat berpengaruh pada
remaja juga pada mahasiswa UIN. Jadi
jikalau anak UIN berperilaku jelek
bukan salah dosen atau UIN. Orang tua,
masyarakat bahkan sebenarnya Raam
Punjabi juga turut bertanggung jawab
atas masalah ini.
Satu dari dua responden menjawab bahwa ada pergaulan baru yang masuk ke UIN dia
bahkan mencontohkan ada ritual menghirup sisha, yakni menghirup essence lewat uap!
3. Beberapa hari terakhir, ditemukan fakta-fakta mengejutkan mengenai tingkah laku
mahasiswa yang kurang baik, semisal peristiwa penggerebekan gang buntu, video
kubah hijau dsb. Bagaimana tanggapan kamu?
Dua dari dua responden menyatakan bahwa penggerebekan gang buntu dan video seks
seputar kubah hijau masih dianggap keterlaluan! Bahkan bisa jadi menodai UIN itu
sendiri!
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Aduh sedikit apa yah, sebagai
mahasiswa UIN gue agak sedikit kayak
nggak nyangka terus disesalin juga.
Wah kalau itu sudah keterlaluan banget,
tapi pada zaman dulu juga ada yang di
arak sekeliling kampus! Jadi ini sudah
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
14
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
Seharusnya kan kita sebagai mahasiswa
UIN walaupun tadi yang gue bilang udah
heterogen tapi kan kayaknya masih gak
pantes aja menurut gue. Ya teteplah,
walaupun kita heterogen bukan berarti
bisa seenaknya juga, dan ini kan
ibaratnya udah melawan hukum juga!
Tanggapan gue ya jujur gak nyangka dan
kecewa juga, seharusnya kita menjaga
hal itulah, jangan sampai ternoda kayak
kampus yang tidak ada label Islamnya.
tradisi dulu
4. Ceritakan sedikit dong mengenai kegiatan keseharian kamu? Bagaimana kamu mengisi
waktu luang!
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Waw, ya mungkin gini ya masih standar-
standar aja kayak kebanyakan
mahasiswa kalau gak kuliah, pulang atau
nyibukin diri olah raga, futsal, bola,
kalau gak ya ikut-ikut kegiatan ekstra
juga. Banyak lah, selain itu ya melatih
futsal aja!
Saya dulu ikut HMI, ikut ranita, formaci,
kajian filsafat, pelatihan jurnalistik dan
seminar. Bisnis jilbab yang ha…3x
kadang untung kadang dipake sendiri!
Dari sini dapat terlihat dengan jelas, yakni responden pertama yang merupakan
mahasiswa UIN adalah responden yang tidak bergelut dengan dunia keorganisasian, lebih
suka untuk berolahraga! Dan melakukan hal yang bermanfaat lain selain berorganisasi!
Sedangkan responden kedua, terlihat jelas lulusan IAIN ini lebih suka menghabiskan
waktu untuk ikut berbagai kajian organisasi dsb.
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
15
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
5. Hangout ke kafe, clubbing, nongkrong di mall, olahraga adalah kegiatan yang suka sekali
dilakukan oleh anak muda, menurut kamu, apa yang mendorong mahasiswa melakukan
hal ini!
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Ya mungkin gak anak mahasiswa aja
yang suka senang-senang, orang tua,
anak-anak. Senang-senang tuh sikap
alami manusia, mereka pasti suka
senang-senang juga, apalagi mahasiswa,
udah kuliah semesternya padat, banyak
tugas dirumah juga banyak pikiran, ya
gue rasa seneng-seneng salah satu cara
nglepasin penat
Ya Enak saja! Tapi tidak selamanya anak
mall itu negative.
Masing-masing responden menyatakan ketertarikannya pada kegiatan meluangkan
waktu untuk berenang-senang!
6. Ada motivasi tertentu, inspirasi atau panutan mungkin yang membuat kamu asyik di
kegiatan ini!
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
O ya jelas yang pasti ngilangin stress,
terus kalau futsal sih emang hobi jadi
selain senang juga ada kedepannya juga,
buat kejuaraan-kejuaraan, pasti ada
tujuannya lah
Uncovered
Satu dari dua responden memiliki motivasi tersendiri mengenai motivasi dia dalam hal
olah raga. Untuk pertanyaan no 6, responden kedua bukanlah orang yang suka
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
16
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
meluangkan waktu unuk bersenang-senang, sehingga penulis tidak melontarkan
pertanyaan ini kepada responden!
7. Ada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa sekitar 70 persen mahasiswa Indonesia
adalah penikmat clubbingx, bagaimana kamu menanggapi hal ini!
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Ya kalau menurut gue sih kalau udah
jadi kegiatan rutin, gak baik ya… gue
agak tidak setuju paginya kan mesti
kuliah juga atau kegiatan lain, apalagi
kita kan mahasiswa, kita tahulah dugem
kan tengah malam dari jam 11 sampe
subuh, kalau itu rutin seminggu tiga kali
atau empat kali, kayaknya gimana
kuliahnya. Dulu sih gue ikut-ikut gitu
karena gue masih SMA dan udah akhir-
akhir juga jadi bisalah gue atur.
uncovered
Satu responden menyatakan kekecewaannya yang sangat mendalam mengenai hasil
survey ini!
8. Kamu suka clubbing juga? Apa fantasi yang kamu rasakan!
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Dulu sih sempat suka, sekarang sih
udah gak kan mikir kedepan juga, terus
kalau dugem terus juga gak bagus juga,
apalagi paginya kan mesti kuliah.
Kayaknya udah gak jamannya lagi.
Uncovered
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
17
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
Sekarang mikirnya gimana kedepannya.
Fantasinya apa ya… mungkin ambience
nya, suasana disana tuh yang emang
seru banget, orang-orang cowok-cewek,
mungkin udah dibawah tekanan apa lah
gue gak tau, kayak alcohol, jadi
terkadang buat ngilangin stress juga ya
jadi, intinya sih bisa seneng-seneng
bareng! Bisa kenal teman baru, orang
baru.
Satu interviewee yang pernah menikmati dunia dugem yang menikmati sekali kegiatan
ini.
9. Latar belakang kamu apa? Pesantren, Aliyah atau SMU?
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Gue lulusan SMU.
.
Saya background-nya dari pesantren, di
Ngabar, terus S1 nya saya di UIN
fakultas tarbiyah PAI, S2-nya saya di
magister psikologi UI
Berkaitan sekali dengan pertanyaan nomor delapan! Responden pertama merupakan
lulusan anak SMU, yang kegiatannya lebih suka menikmati eaktu luang dengan mai olg
raga dan akhirnya pernah mencicipi kehidupan clubbing! Sedangkan responden kedua
yang lulusan pesantren liniear sekali kegiatannya yang suka berorganisasi!
Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa anak lulusan pendidikan yang berbeda akan
berbeda pula bagaimana memanfaatkan waktu luang!
10. Menurut kamu apakah latar belakang pendidikan seseorang berpengaruh pada
bagaimana orang itu memanfaatkan waktu luang gak?
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
18
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Ya menurut gue berpengaruh ya,
mungkin semakin orangnya
berpendidikan tinggi mungkin dia gak
mau ngebuang waktunya gitu-gitu aja!
Pasti dia bakal memanfaatkan waktu
dengan sebaik-baiknya.
Ya… karena kebiasaan belajar, Sistem
asrama atau pesantren membentuk
pola belajar tapi kalau ada temen yang
gak bener terus ngajakin main,
akhirnya kita ngikutin dia main! Jadi
karena teman itu! Belum tentu lulusan
pesantren belajar, kalau disinikn kost,
jadi begitu pulang kuliah langsung e…
apa… hilang apa yang dipelajari waktu
kuliah!
Satu responden menyatakan dengan pasti berpengaruhnya latar pendidikan pada
pemanfaatan waktu luang! Sedangkan responden kedua menyatakan ketidak
setujuannya!
11. Apakah kemudian lulusan SMU itu suka clubbing dan lulusan pesantren/aliyah suka
berorganisasi menjadi benar! Atau bagaimana!
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Ya mungkin balik lagi ke orangnya ya
mungkin gak bisa menggeneralisir gitu
aja, kalau menurut gue emang ada anak
SMA ya hedon banget, gila-gilaan
banget hedonnya. Tapi banyak juga
anak SMA yang banyak prestasinya gitu,
jadi gak bisa digeneralisir begitu aja!
Tetap aja walau dia anak pesantren
yang baik-lah tapi tetep ada, kadang gue
Uncovered
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
19
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
nemuin anak pesantren yang dugem
juga. Jadi gak ngaruh juga mau dia anak
lulusan SMA, pesantren, kalau dia bener
ya bener aja, kalo gak bener ya gak
bener aja! Its depend on orangnya gitu
lho!
Satu responden tidak setuju dengan adanya generalisir semacam ini.
12. Apakah perubahan IAIN menjadi UIN merupakan salah satu penyebab dari munculnya
gaya hidup urban ini?
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Mungkin itu fakta yang bener ada!
Kalau tetap IAIN juga gak mungkin gini
banget! Adanya perubahan itu mungkin
ada apa sih… campuran yang mungkin
latar belakangnya keIslamannya gak
begitu kuat jadi berbaur. Kalau dibilang
keran ya gak juga… Cuma campuran aja.
Yang namanya universitas kan gak
hanya ilmu-ilmu keIslaman aja! Tapi
ada ilmu-ilmu umumnya juga, ya mau
gak mau bakal jadi akulturasi.
Yang jelas bukan karena IAIN jadi UIN,
ini murni pengaruh global, sebagus
apapun peraturan di UIN tidak mungkin
berjalan jikalau tidak ada control social
dari masyarakat! Seperti misalnya dari
ibu kost, Ibu kost kan sebenarnya
berwenang kalau ada mahasiswa yang
suka main malam di kostannya, tapi
nyatanya kan pada takut, jangan-jangan
kostan saya gak laku!
Satu dari responden menyatakn dengan jelas hipotesis macam ini! bahwa banyaknya
anak SMA masuk UIN merupakan penyebab munculnya kegiatan urban ini! sedangkan
responden kedua menyatakan dengan jelas bahwa pengaruh global yang membuat anak
UIN sekarang lebih suka clubbing dari pada hal-hal lain!
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
20
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
13. Dengan makin banyaknya mahasiswa UIN dari berbagai latar belakang pendidikan dan
sosialnya, ditambah makin mudahnya akses dalam mereguk kehidupan gaya urban,
akankah gaya hidup ini menggerus identitas UIN sebagai kampus cendekiawan muslim?
JAWABAN
RESPONDEN 1 RESPONDEN 2
Kalau menurut gue bisa aja, tapi bisa
enggak juga, tergantung kepribadian
masing-masing! Tapi kalau sampai
menghilangkan banget sih enggak, kan
sivitas akademi juga mengontrol itu,
mungkin banyak mahasiswa UIN yang
lulusan SMA masuk sini tapi gak
mungkinlah di fakultas-fakultas yang
agama terus anak-anak SMA masuk
terus jadi mayoritas, menurut gue juga
gak mungkin! Sekarang
perimbangannya balance kan!
Ya kan tidak semua anak UIN ke
Clubbing, yang namanya kampus tuh
ada mahasiswa unggul, ada yang biasa-
biasa saja. Mahasiswa unggul dan
berbakat pasti akan sukses seperti
Azyumardi Azra, Nurcholish Madjid,
yang tidak terpengaruh lingkungan,
kalau yng biasa-biasa saja, mungkin itu
yang suka ke clubbing, yang mungkin
tidak unggul dan berbakat!
Berlanjut ke pertanyaan terakhir, dua dari dua responden menyangsikan bahwa lima
atau sepuluh tahun mendatang UIN bakal kehilangan identitasnya sebagai kampus
intelektual Islam!
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
21
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan. Dapat diketahui bahwa satu
dari dua responden menyatakan bahwa perubahan IAIN menjadi UIN bisa menjadi penyebab salah
satu munculnya gaya hidup urban yang ditandai dengan clubbing!
Hal ini berbanding lurus dengan latar belakang pendidikan! Satu dari salah satu interviewee
merupakan lulusan anak SMU yang meluangkan waktunya untuk bermain futsal, yang pernah
mencicipi duani gemerlap! Berbeda dengan lulusan pesantren! Yang meluangkan waktu untuk lebih
banyak berorganisasi dsb.
Walaupun begitu, kedua responden ini menolak dengan tegas asumsi yang menyatakan jikalau
dalam lima tahun atau sepuluh tahun kedepan, citra UIN sebagai kampus pembaharu islam akan
tenggelam dengan citra mahasiswa clubbing!
SARAN
Hendaknya para pihak pembuat kebijakan kampus melakukan semacam reformasi budaya seperti
halnya dikampus, walau kemduian muncul kode etik mahasiswa, tetapi dengan lemahnya control
dari pihak universitas akan melemahkan citra UIN tersendiri. Apalagi seperti yang responden
kedua bilang! Ada pengaruh global yang mengancam eksistensi UIN tersendiri!
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
22
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
LAMPIRAN 1
TERMS OF REFERENCE Gaya Hidup Urban; Menakar Efek Konversi Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN Sebut saja namanya Ryan (nama samaran) begitu turun dari Soluna silver miliknya, mahasiswa semester 4 salah satu fakultas di UIN Jakarta ini masih bertampang kusut ketika peneliti menemuinya. Selagi sibuk memberesi buku dan tasnya, peneliti sempat mengoprek isi mobilnya.
“sisa semalem” ujarnya ketika peneliti menemukan botol Jack Daniels setengah isi dan beberapa lembar invitation! Suatu temuan mengejutkan dan sekalius menjelaskan kalau pemuda ini baru saja menghabiskan waktu malamnya dengan clubbing! Sempat terucap dari pemuda ini kalau-kalau saya berminat, saya boleh ambil invitation ini dan bisa digunakan untuk minggu depan!
Agar pembicaraan lebih ringan, Ryan mengajak penulis sarapan dikantin terdekat. Ryan bercerita kalau ia diundang oleh temannya untuk mengadakan surprise party di kontrakan temannya malam ini, siang nanti ia akan main futsal bareng tim-nya untuk sparing melawan tim fakultas lain! Suatu gaya hidup waktu senggang yang benar-benar segar!
Ketika ditanya apakah dia tertarik dengan kegiatan-kegiatan organisasi, Ryan menanggapi dingin bahkan hanya tersenyum belaka. Walaupun ia mengatakan sebenarnya ingin ikut serta berorganisasi tapi untuk sekarang setidaknya belum punya minat kesana! Alasannya selain sibuk dengan kuliah, ia enggan bergaul dengan orang-orang yang “kurang asyik”. Memperjelas istilahnya, kurang asyik adalah istilah untuk menggambarkan mahasiswa yang tidak mengerti tren mode, referensi music yang berbeda dan tempat nongkrong yang pas untuk dirinya!
“anak UIN lulusan pesantren tuh ya ampun pakaiannya cupu banget, lengannya sampai siku, celannanya bahan, sepatunya panthofel, gak gaul deh pokoknya”
Sebaliknya ketika ditanya untuk menanggapi tanggapan miring mengenai mahasiswa Hedonis, ia justru tertawa
“ya biasa aja kali, gue gaul, tapi gue tetap baca, kuliah dan mau peduli kok” Berbeda dengan angkatannya sesama mahasiswa, Asep justru merupakan antithesis dari gaya
hidup Ryan. Ketika peneliti menemuinya, awalnya sangat susah, terhitung Asep selain merupakan anggota pengurus Badan Eksekutif Jurusan ia juga aktif di organisasi ektrakurikuler dan unit kegiatan mahasiswa lain yang sangat menuntut dirinya untuk bisa membagi waktu dengan baik.
Ketika ditemui di perpustakaan, Asep, demikian nama samarannya tak menampik bahwa dirinya memang harus bisa memanfaatkan waktu luang dengan baik!
“ya beginilah, memang sudah terbiasa sibuk sih” ujarnya ringan! Namun ketika ditanya selain berorganisasi apa lagi yang ia lakukan untuk mengisi waktu luang, dengan santai ia menjawab
“ya… palingan seperti anak-anak lain, main bola, nonton dan dengerin music… ya standar-standar aja sih”
Asep setidaknya punya alasan mengapa dirinya mau menenggelamkan diri kedalam aktifitas yang bejibun banyaknya. Selain untuk mengisi waktu luang, apa yang dijalankannya adalah semacam latihan agar dirinya bisa survive di masa depan! Bergaul dengan banyak aktivis, menemui orang-orang penting dan sebagainya akan membuatnya memiliki banyak jaringan!
Menanggapi tingkah laku mahasiswa UIN yang hanya memiliki kegiatan hura-hura, dia sangat menyayangkan. Mahasiswa KuPu dan Hedon, meminjam istilah Asep untuk menggambarkan mahasiswa Kuliah – Pulang, dan mahasiswa hura-hura, sangat tidak tepat untuk UIN.
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
23
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
“seharusnya mereka kuliah aja di Trisakti” ujarnya lagi. IAIN memang telah berubah, semenjak statusnya diganti dari Institut menjadi universitas,
banyak hal yang terjadi disini, pembangunan gedung-gedung mega proyek (istilah ini tepat digunakan untuk UIN karena letaknya di ciputat dan proses pembangunannya terkesan cepat dan mengagumkan) membuat UIN mampu menarik ribuan orang, baik yang berminat menjadi mahasiswa, pegawai ataupun yang memang memiliki kepentingan-kepentingan tertentu seperti politik, ekonomi dan budaya.
Perubahan-perubahan ini tentu memiliki konsekuensi tersendiri, pemekaran kampus (kampus 1 dan 2) fakultas (terhitung ada 10 fakultas) dan beragam program studi menyebabkan birokrasi yang tadinya sederhana menjadi lebih gemuk (baca; kompleks), peningkatan biaya hidup pegwaia, perawatan gedung, dan factor-faktor yang lain membuat membengkaknya biaya, yang terbaru, untuk meningkatkan daya saing, sttus UIN yang tadinya ibawah departemen Agama kini menjadi Badan Layanan Umum yang diperbolehkan mengolah keuangan tersendiri!
Tak hanya pada tataran akademis dan birokratis semata yang berubah, perubahan pada gaya hidup mahasiswa juga tak kalah menarik untuk diamati! Letak UIN yang strategis (mampu menjangkau berbagai daerah di Jakarta dengan mudah), dan bertambahnya mahasiswa dari golongan mampu, membuat UIN menjadi tempat yang baik untuk persemaian kosmologi kapitalismexi. Kosmologi kapitalisme ini layak disebut gaya hidup kaum urban yang identik dengan gaya hidup gemerlap, hura-hura dan santai.
Agaknya ryan adalah patron yang tepat untuk menggambarkan sekelumit gaya hidup urban yang kini sedang menjadi tren dikalangan mahasiswa UIN itu. Gaya hidup yang tergambar pada Ryan adalah gaya hidup yang mengetengahkan konsumerisme, industry waktu luang dan masyarakat urban, yang bisa menjadi suatu hal yang baru di kalangan mahasiswa UIN yang nota bene mahasiswanya adalah lulusan pesantren atau madrasah! Sangat beralasan jikalau kemudian gaya hidup ini memicu munculnya opini-opini bernada mencemaskan bahwa bisa jadi dalam lima atau sepuluh tahun mendatang, Mahasiswa UIN akan tenggelam dalam citra gaya hidup hura-hura yang justru menghapus imaji UIN sebagai kampus intelektual itu sendiri! Seperti yang dicemaskan oleh Asep dan berbagai kalangan lainnya, aktivis, para dosen dan pejabat rektorat sendiri!
Pertanyaannya adalah, apakah gaya hidup urban ini, dengan segenap sumber daya dan kemudahan akses serta arus yang kuat mampu menggerus gaya hidup lama mahasiswa UIN. Itu semua tergantung pada individu masing-masing. Hukum alam di zaman globalisasi ini mengatakan, ada yang mampu berevolusi namun ada yang mampu terus bertahan!
PERTANYAAN-PERTANYAAN Ouline ini bisa dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi, menyesuaikan interviewee! 14. Semenjak IAIN berubah menjadi UIN, terdapat banyak perubahan-perubahan yang terjadi
disini, pertanyaannya, apakah anda merasakan perubahan itu? Apa saja yang anda rasa berubah?
15. Perubahan IAIN menjadi UIN membuka kesempatan bagi mahasiswa lulusan SMU manapun
untuk masuk ke UIN dan dipastikan membawa pergaulan baru yang berbeda dengan lulusan pesantren/madrasah, kira-kira pergaulan apa yang dirasa mempengaruhi pola hidup kebanyakan anak UIN?
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
24
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
16. Beberapa hari terakhir, ditemukan fakta-fakta mengejutkan mengenai tingkah laku mahasiswa yang kurang baik, semisal peristiwa penggerebekan gang buntu, video kubah hijau dsb. Bagaimana tanggapan kamu?
17. Ceritakan sedikit dong mengenai kegiatan keseharian kamu? Bagaimana kamu mengisi
waktu luang!
18. Hangout ke kafe, clubbing, nongkrong di mall, olahraga adalah kegiatan yang suka sekali
dilakukan oleh anak muda, menurut kamu, apa yang mendorong mahasiswa melakukan hal ini!
19. Dari kegiatan-kegiatan diatas, mana yang paling kamu suka? Kenapa kamu suka!
20. Ada motivasi tertentu, inspirasi atau panutan mungkin yang membuat kamu asyik di
kegiatan ini!
21. Ada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa sekitar 70 persen mahasiswa Indonesia
adalah penikmat clubbingxii, bagaimana kamu menanggapi hal ini!
22. Kamu suka clubbing juga? Apa fantasi yang kamu rasakan!
23. Latar belakang kamu apa? Pesantren, Aliyah atau SMU?
24. Menurut kamu apakah latar belakang pendidikan seseorang berpengaruh pada bagaimana
orang itu memanfaatkan waktu luang gak?
25. Apakah kemudian lulusan SMU itu suka clubbing dan lulusan pesantren/aliyah suka
berorganisasi menjadi benar! Atau bagaimana!
26. Apakah perubahan IAIN menjadi UIN merupakan salah satu penyebab dari munculnya gaya
hidup urban ini?
27. Dengan makin banyaknya mahasiswa UIN dari berbagai latar belakang pendidikan dan
sosialnya, ditambah makin mudahnya akses dalam mereguk kehidupan gaya urban, akankah gaya hidup ini menggerus identitas UIN sebagai kampus cendekiawan muslim?
GAYA HIDUP URBAN Menakar Efek Konversi IAIN Menjadi UIN Terhadap Ritual Clubbing Mahasiswa UIN
25
Copyright © 2008 by Saomi Rizqiyanto
All Right Reserved. Text and all related character are trademarks of SaumiLab®
CATATAN AKHIR i Rhenald Kasali. Change; tak peduli berapa jauh jalan salah yang anda jalani putar arah sekarang juga. Hlmn xxix
s.d xxx. Gramedia Jakarta. ii Majalah Universitas Indonesia Edisi 04/2007. Ulasan Utama: UI siap lepas landas. iii Interview with Satiah by Testriono. Courtesy of Majalah Dinamika Edisi 01/Th. I/2007 iv Rhenald Kasali Op. Cit hlmn 17 Bab I sejumlah alasan yang menuntut kita untuk berubah. Rhenald Kasali. Re
Code Your Change DNA. Merujuk pada sitilah cladeogenesis yang disandarkan pada teori evolusi Charles Darwin. v Diambil dari Profil UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008. vi Diambil dari Prospektus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2008 vii Marshall Sahlins. Cosmologies of capitalism; the trans pacific sector of the world system dalam Dirks, Nicholas B et.all. culture/power history; a reader in contemporary social theory. Princeton University press. viii Hatib Abdul Kadir Olong Sangaji. Geliat Dugem sebagai ritual baru pada tubuh kaum urban, studi kasus para
clubbers di Hugo’s Café) Jurnal Balairung Universitas Gajah Mada Jogjakarta! ix Ibid x Mengutip Ucapan Gilang Deshti Parahita Pada Bedah Buku Bertajuk Tuhan Di Dunia Gemerlapku. Deshti
Merupakan Penulis Buku Dan Sempat Menjadi Finalis Pada Puteri Indonesia 2005. xi Marshall Sahlins. Cosmologies Of Capitalism; The Trans Pacific Sector Of The World System. In Dirks, Nicholas
B. Cultural/Power History; A Reader In Contemporary Social Theory (New Jersey; Princeton University Press) xii Mengutip Ucapan Gilang Deshti Parahita Pada Bedah Buku Bertajuk Tuhan Di Dunia Gemerlapku. Deshti
Merupakan Penulis Buku Dan Sempat Menjadi Finalis Pada Puteri Indonesia 2005.
Top Related